analisis pengendalian persediaan bahan baku … · c. metode persediaan just in time (jit) dalam...
TRANSCRIPT
eJournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (4): 1814-1827 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2018
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
KACANG KEDELAI DENGAN METODE
ECONOMIC ORDER QUANTITY PADA
UD. AL HAYUUN DI SAMARINDA.
Mahmudah1
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pembelian bahan baku kacang
kedelai optimal yang seharusnya dilakukan oleh UD. Al Hayuun,Untuk
mengetahui jumlah frekuensi pembelian bahan baku kacang kedelai yang
seharusnya dilakukan oleh UD. Al Hayuun . dan untuk mengetahui persediaan
pengaman (safety stock) yang digunakan UD. Al Hayuun untuk persediaan
bahan baku.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
penelitian kepustakaan dan wawancara. Alat analisis data yang digunakan
perhitungan untuk memperoleh pesanan bahan baku optimal menggunakan
metode Economic Order Quantity. Hasil penelitian menunjukan bahwa diketahui
perhitungan biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh UD Al Hayuun
untuk biaya total persediaan bahan baku kacang kedelai lebih besar
dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ). Jumlah pembelian bahan baku optimal dengan menggunakan
metode EOQ yaitu 347 kg dalam satu bulan, jumlah frekuensi pembelian bahan
baku sebanyak 12 kali dalam satu tahun dan titik persediaan pengaman (safety
stock) yang digunakan UD Al Hayuun sebesar 47,85 kg. Efesiensi biaya
persediaan bahan baku dihasilkan dengan menerapkan EOQ sebesar 48%.
Hendaknya perusahaan mempertimbangkan penggunaan metode EOQ dalam
kebijakan pengadaan bahan baku karena dengan menggunakan metode EOQ
perusahaan akan mendapatkan kuantitas pembeliaan bahan baku yang optimal
dengan biaya minimum dibandingkan kebijakan perusahaan sebelumnya dan
perusahaan sebaiknya menentukan besarnya safety stock dalam pengendalian
persediaan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan kekurangan bahan
baku karena pemakaian bahan baku yang lebih besar dari perkiraan dan untuk
menjaga kemungkinan keterlambatan bahan baku yang dipesan.
Kata Kunci : Pengendalian Persediaan, Economic Order Quantity (EOQ),
Safety Stock
Pendahuluan Secara umum tujuan suatu perusahaan, baik itu perusahaan manufaktur
maupun industri produksi lainnya adalah untuk memproduksi barang / bahan
1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ (Mahmudah)
1815
mentah menjadi produk jadi melalui proses produksi secara ekonomis agar dapat
memperoleh keuntungan serta dapat melaksanakan proses produksi tepat pada
waktunya. Perusahaan juga ingin proses produksi dapat terus berkesinambungan
dan berkembang sehingga kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Di era
modern saat ini, kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
menuntut perusahaan untuk lebih kompetitif agar mampu bersaing dengan
perusahaan lain serta merebut pasar yang ada. Oleh karena itu perusahaan harus
dapat menjalankan strategi bisnisnya guna mempertahankan kredibilitas yang
telah dimiliki agar tidak berdampak buruk bagi perusahaan.
UD. Al Hayuun merupakan industri olahan makanan yang bergerak dalam
pengolahan kacang kedelai di kota Samarinda. UD. Al Hayuun berdiri sejak
tahun 2008. UD. Al Hayuun sudah lama berkiprah persaingan produk tahu.
Industri tahu ini didirikan oleh Bapak Abdul Rosat dan merupakan salah satu dari
kelompok industri tahu sumedang yang menerapkan sistem standar kualitas
produk, sehingga kebersihan air dan kacang kedelai yang digunakan sanagat
diperhatikan untuk menjaga kualitas tahu yang dihasilkan.
Untuk mencukupi permintaan pelanggannya, UD. Al Hayuun mempunyai
satu supplier yang setia dalam memenuhi penyediaan bahan baku di Pasar Segiri
Samarinda. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tahu sumedang, pihak
UD. Al Hayuun menggunakan kacang kedelai kuning impor dari Amerika. Bahan
baku tersebut didapatkan dari supplier sekitar 350 kg dalam satu bulan. Untuk
memproduksi tahu semudang diperlukan kacang kedelai sebanyak 10 kg - 15 kg
per hari dan menghasilkan 2000 potong per harinya. Tahu sumedang yang dijual
satu papan bambu yang berukuran satu meter persegi (100 potong) seharga Rp
50.000,-. Hasil produksi tahu di distribusikan ke pelanggan yang memesan.
Untuk pendistribusiannya menggunakan transportasi pribadi dari pemilik. Namun
permasalahannya adalah bahan baku kacang kedelai yang sedang mengalami
fluktuasi harga, hal itu dikarenakan masih tingginya ketergantungan Indonesia
terhadap produk kacang kedelai impor yang menyebabkan harga kacang kedelai
masih terbilang tinggi. Penyediaan bahan baku secara kontinyu merupakan
harapan dan keinginan dari industri Al Hayuun. Hal ini dilakukan untuk tetap
bisa melakukan proses produksi yang berkelanjutan dan memenuhi permintaan
dari konsumen. Banyaknya industri yang bergerak dibidang usaha tahu selain
industri UD. Al Hayuun, mengakibatkan adanya persaingan dalam pemenuhan
bahan baku kacang kedelai. Kebutuhan bahan baku pembuatan tahu banyak
dipasok dari negara lain dimana kacang kedelai impor yang sulit umtuk
diprediksi jumlah dan harganya, sehungga industri UD. Al Hayuun harus berpikir
cerdas untuk tetap bisa mendapatkan bahan baku dan menerima keuntungan
untuk bisa berproduksi secara kontinyu dan tidak mengecewakan pelanggan.
UD. Al Hayuun belum mempunyai metode persediaan secara khusus,
pemenuhan kebutuhan bahan baku UD. Al Hayuun di sesuaikan dengan tingkat
ketersediaan bahan baku di dalam gudang. Kebijakan perusahaan diperlukan
untuk mengatur kebutuhan penyediaan bahan baku bagi produksinya. Persediaan
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1814-1827
1816
selain bermanfaat untuk menjaga tingkat pelayanan juga dapat menberikan
konsekuensi terhadap biaya produksi. Tingkat pemesanan bahan baku yang tidak
menentu setiap bulannya bisa menyebabkan tingkat biaya persediaan tinggi.
Namun apabila pemesanan yang terlalu sering dan keterlambatan pemesanan
kembali akan menyebabkan terganggu dan terhambatnya proses produksi.
Selama ini UD Al Hayuun hanya mengatur pembeliaan dan pemesanan bahan
baku secara sederhana. UD. Al Hayuun harus mampu mengatur dan menghitung
jumlah pemesanan bahan baku serta menentukan jadwal pemesanan yang tepat
untuk menyediakan bahan baku. Pengaturan jumlah bahan baku dan frekuensi
pemesanan perlu dilakukan sehingga stok bahan baku dalam gudang tidak
berlebihan yang berakibat pada biaya penyimpanan yang tinggi. Penentuan
jumlah bahan baku yang minimum yang ada di dalam gudang penyimpanan dan
menentukan jadwal pemesanan untuk menyediakan bahan baku juga penting
untuk dilakukan oleh UD Al Hayuun sehingga pemesanan kembali dapat
dilakukan dengan tepat. Dengan itu UD. Al Hayuun tidak mengalami kekurangan
bahan baku kacang kedelai dan tidak menimbun bahan baku terlalu lama serta
biaya persediaan bahan yang efisien dapat dilakukan.
Berdasarkan uraian pernyataan tersebut, maka penulis ingin membahas
mengenai pengendalian persediaan bahan baku kacang kedelai dengan judul
penelitian “Analisis Pengendalian Bahan Baku Kacang Kedelai dengan Metode
Economic Order Quantity pada UD. Al Hayuun Samarinda”.
Kerangka Dasar Teori
Manajemen Operasi Heizer dan Render (2011:4) menyatakan bahwa Manajemen Operasi
(Operation Management-OM) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan
nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
Dengan ini rata-rata perusahaan besar didunia banyak menerapkan teknik MO
dikarenakan kesadaran akan pentingnya perhatian dalam proses produksi guna
meningkatkan nilai produksi dan mendapatkan laba.
Heizer dan Render (2005:9), menyatakakan bahwa terdapat sepuluh
keputusan strategis yang berkaitan dengan manajemen operasional, antara lain :
a. Perancangan produk jasa
b. Pengelolaan kualitas
c. Perancangan proses dan kapasitas
d. Stategi lokasi
e. Stategi tata letak
f. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan
g. Manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management)
h. Persediaan, perencanaan, kebutuhan bahan baku, dan JIT (Just In Time)
i. Penjadwalan jangka menengah dan jangka pendek
j. Perawatan (Maintenance)
Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ (Mahmudah)
1817
Berdasarkan definisi yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
manajemen operasi merupakan serangkaian proses dalam menciptakan barang
atau jasa atau kegiatan yang mengubah bentuk menciptakan atau menambah
manfaat suatu barang atau jasa yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Pentingnya Manajemen Persediaan Menurut Rangkuti (2007:16) fungsi dari manajemen persediaan terbagai
menjadi 4 yaitu:
a. Faktor waktu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum
barang jadi sampai pada konsumen.
b. Faktor ketidak pastian waktu datang dari supplier, menyebabkan perusahaan
memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun
keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
Penerapan Manajemen Persediaan Menurut Ishak (2010:165) Secara kronologis penerapan manajemen
persediaan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Metode Pengendalian Persediaan secara Statistik
Pada dasarnya, metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam
menentukan :
1) Jumlah ukuran pemesanan dinamis (EOQ)
2) Titik pemesanan kembali (ROP)
3) Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan.
b. Metode Perencanaan Kebutuhan Material
Metode ini bersifat oriented, yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-
aturan keputusan dan seperagkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk
menjabarkan jadwal induk produk (JIP).
c. Metode Persediaan Just In Time (JIT)
Dalam metode ini digunakan teknik pengendalian persediaan yang dinamakan
kanban. Dalam sistem ini, jenis dan jumlah unit yang diperlukan oleh proses
berikutnya, diambil dari proses sebelumnya, pada saat diperlukan. Dan ini
merupakan tanda bagi proses sebelumnya untuk memproduksi unit yang baru
saja diambil. Jenis dan jumlah unit dibutuhkan tersebut ditulis dalam suatu
kartu yang disebut juga kanban.
Economic Order Quantity
Pengertian Economic Order Quantity Perusahaan pasti sangat mendambakan setiap proses produksi yang
dilakukannya tepat waktu, memiliki value yang baik dan juga dapat menekan
biaya yang digunakan dalam melakukan proses produksi. Untuk itulah terdapat
suatu metode yang mampu diterapkan demi mencapai hal tersebut yaitu metode
EOQ (Economic Order Quantity).
Menurut Rangkuti (2007:11) Economic Order Quantity (EOQ) adalah
sejumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang
paling rendah.
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1814-1827
1818
Menurut Gitosudarmo (2002) yang dikutip Pamungkas dan Susanto (2011),
bahwa EOQ sebenarnya merupakan volume atau jumlah pembeliaan yang paling
ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi
kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya)
yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan
pembelian menggunakan biaya yang minimal.
Menurut Heizer dan Render (2005:93) model persediaan umumnya
bertujuan meminimalkan biaya total. Dengan asumsi yang baru diberikan, biaya
yang paling signifikan adalah biaya penyetelan (pemesanan) dan biaya
penyimpanan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan EOQ adalah jumlah pembelian
persediaan yang dilakukan dengan efisien agar biaya persediaan keseluruhan
menjadi sekecil mungkin.
Reorder Point Apabila EOQ modal menjawab pertanyaan berapa banyak pemesanan yang
optimal, maka reorder point (ROP) menjawab pertanyaan kapan mulai
mengadakan pesanan.
Menurut Martono (2002:88), Reorder Point (ROP) adalah saat
diadakannya pesanan lagi sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada
waktu persediaan, safety stock sama dengan nol pengertian Reorder Point (ROP).
Menurut Rangkuti (2004:83), Reorder Point adalah strategi operasi
persediaan merupakan titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan
sehubungan dengan adanya Lead time dan safety stock
Menurut Manullang, (2005: 64) Reorder point adalah waktu minimal
untuk melakukan pemesanan ulang sehingga bahan pesanan dapat diterima tepat
pada waktu sedangkan di safety stock adalah sama dengan nol. Dengan demikian
bahan pesanan tidak akan melewati batas waktu sehingga tidak akan melanggar
Safety stock
Safety Stock Menurut Rangkuti (2007:10) pengertian persediaan pengaman (Safety
stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock out).
Menurut Assauri (2008:186) yaitu persediaan tambahan yang diadakan
untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
(Stock out).
Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2007:16),safety stock adalah unit
persediaan yang harus ada dalam perusahaan untuk mengantisipasi fluktuasi
permintaan.
Menurut Pardede (2005:416) Persediaan pengamanan (buffer stock)
adalah persediaan untuk mengatasi ketidakpastian permintaan, masa tunggu, dan
penawaran.
Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ (Mahmudah)
1819
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa Safety stock adalah
persediaan yang diadakan untuk menjaga agar tidak terjadi kehabisan persediaan
atau stock out.
Definisi Konsepsional Memberikan gambaran tentang penelitian serta gagasan yang jelas
mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan
batasan-batasan konsep sebagai berikut :
a. Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal
atau persediaan barang-barang yang disimpan untuk dipergunakan memenuhi
tujuan tertentu.
b. Economic Order Quantity(EOQ) adalah suatu cara untuk memperoleh
sejumlah dengan biaya dengan adanya pengawasan terhadap biaya pemesanan
(ordering cost)dan biaya pengiriman(Carrying cost).
c. Reorder Point (ROP) merupakan saat atau titik dimana harus dilakukan
pemesanan kembali atas bahan tepat pada waktu persediaan bahan dalam
keadaan safety stock.
d. Safety Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menjaga terjadinya
kekurangan bahan baku.
Metode Penelitian Jenis Penelitian : Penelitian deskriptif kuantitatif.
Definisi Operasional Variabel : Pengendalian Persediaan.
Indikator 1. Economic Order Quantity (EOQ)
a. Jumlah Permintaan Per Tahun (unit)
b. Biaya Pemesanan. 2. ReOrder Point (ROP)
a. Kebutuhan Perhari Dalam Setahun
b. Waktu Tunggu (Lead Time). 3. Safety Stock
a. Penggunaan Bahan Baku Rata-rata,
b. Faktor Waktu,
c. Biaya-biaya yang Digunakan. 4. Frekuensi Pemesanan
a. Kebutuhan Selama Periode Tertentu.
b. Banyaknya Unit Setiap Kali Pesan
Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di UD. Al Hayuun Di Samarinda.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1814-1827
1820
Teknik Pengumpulan Data : Maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Penelitian lapangan yaitu merupakan penelitian yang dilakukan langsung
kepada objek yang diteliti penulis menggunakan metode-metode sebagai
berikut :
1. Observasi
Dengan teknik ini penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan secara
langsung ke lapangan guna untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
2. Wawancara
Dengan teknik ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak
yang bersangkutan guna mengumpulkan data-data serta informasi untuk
kelengkapan data yang ada.
b. Studi kepustakaan
Untuk melengkapi data data yang diperoleh dalam proses penyusunan laporan
ini maka penulis mengutip dan membaca dari buku buku yang ada di
perpustakaan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan:
Hasil Penelitian
Pembelian Bahan Baku Adapun kebutuhan serta frekuensi pembelian untuk bahan baku kacang
kedelai yang dibutuhkan selama tahun 2017 adalah rata-rata sebanyak 4.260 kg.
Pemesanan yang dilakukan sebanyak 44 kali dalam satu tahun. Dengan waktu
tunggu (lead time 2 hari). Penentuan kebutuhan kacang kedelai adalah
berdasarkan pengalaman pada periode sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya penggunaan bahan baku pada tahun 2017 yang
dilakukan oleh UD. Al Hayuun dapat di lihat pada tabel berikut :
Penggunaan Bahan Baku Kedelai UD. Al Hayuun 2017
No Bulan Per Minggu
Kg 1 2 3 4 5
1 Januari 60 80 80 60 70 350
2 Februari 80 80 60 60 - 280
3 Maret 90 90 100 90 - 370
4 April 80 80 60 60 70 350
5 Mei 80 90 100 100 - 370
6 Juni 90 100 100 100 - 390
7 Juli 80 70 60 60 70 340
8 Agustus 80 90 80 90 - 340
9 September 80 90 80 90 - 350
10 Oktober 80 80 70 60 70 360
11 Nopember 90 80 90 100 - 360
Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ (Mahmudah)
1821
12 Desember 80 70 80 90 80 400
Total 4260
Sumber : UD. Tahu Sumedang Al Hayuun
Harga Bahan Baku dan Biaya Persediaan Harga bahan baku kedelai dari pemasok adalah seharga Rp7.500,- per kg.
Dengan biaya pemesanan yang harus ditanggung oleh UD. Al Hayuun yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Biaya pemesanan setiap kali pesan
UD. Al Hayuun
No Uraian Keterangan Jumlah
1 Biaya Telepon 1 Menit Rp 3.500,00
2 Biaya Transportasi 12 Km Rp 100.000,00
Jumlah Rp 103.500,00
Sumber : UD. Al Hayuun Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas biaya yang menjadi tanggungan UD. Al Hayuun
untuk setiap kali pesan diantaranya biaya telepon Rp3.500,- dan biaya
transportasi sebesar Rp100.000,- sehingga total biaya pemesanan sekali
pemesanan untuk bahan baku kedelai adalah Rp 103.500,- Sedangkan untuk
biaya penyimpanan dapat dilihat pada tabel berikut :
Biaya Penyimpanan UD. Al Hayuun
No Uraian Keterangan
(Perbulan) Jumlah
1 Biaya Listrik 900 Watt Rp 300.000
2 Biaya Pemeliharaan Gudang Petugas Kebersihan Rp 300.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 orang pekerja Rp 2.000.000
Jumlah Rp 2.600.000
Sumber : UD. Al Hayuun Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas maka untuk biaya penyimpanan yang menjadi
tanggungan UD. Al Hayuun tiap bulan sebesar Rp 2.600.000,-
Analisis dan Hasil Pembahasan
Analisis Dari data yang ada maka dapat dianalisis sebagai berikut :
a. Biaya dan Harga Biaya pemesanan setiap kali pesan adalah sebagai berikut :
1. Biaya pemesanan
1) Biaya Telepon
Dilakukan sambungan dari pemilik ke pemasok setiap kali dilakukan
pemesanan. Dengan biaya telepon sebesar Rp 3.500,-
2) Biaya Transportasi
Biaya yang di keluarkan disaat pengantaran barang dari tempat
produsen kedelai ke tempat produksi. Biaya yang di keluarkam untuk
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1814-1827
1822
sekali pengantaran barang ke tempat produksi ialah sebesar Rp
100.000,-
Sedangkan biaya penyimpanan dinyatakan sebagai suatu nilai persentase
dari nilai rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan data diatas
kuantitas pemesanan dan frekuensi pemesanan bahan baku kedelai tahun 2017
maka dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan rata-rata persediaan yaitu
sebagai berikut :
Dalam tahun 2017 produksi UD. Al Hayuun melakukan pemesanan
sebanyak 48 kali, maka :
a. Pembeliaan rata – rata bahan baku
Pembelian rata-rata bahan baku (Q) dapat diperhitungkan berdasarkan
kebijakan perusahaan sebagai berikut :
Jadi besar jumlah pembeliaan rata-rata bahan baku kedelai setiap kali
pemesanan adalah 96,81 kg.
b. Biaya Penyimpanan
Adapun biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh pihak industri dengan
adanya persediaan kedelai adalah sebagai berikut :
1) Biaya Listrik
Untuk penerangan gudang kedelai dipasang 1 buah bola lampu dengan
daya 20 watt dan 1 buah mesin pembangkit listrik.
2) Biaya Pemeliharaan Gudang
Untuk pemeliharaan dan kebersihan gudang maka dibutuhkan sarana /
prasarana yang mencukupi seperti : sapu, sikat, kain lap dan lain-lain.
3) Biaya Gaji Bagian Gudang
Karyawan yang ditugaskan untuk mengelola gudang kedelai adalah 1
orang. Gaji yang diterima adalah Rp 2.000.000,- x 12 = Rp 24.000.000,-
per tahun.
Jadi total biaya penyimpanan yang ditanggung oleh UD. Al Hayuun selama
setahun yaitu Rp2.600.000 x 12 = Rp 31.200.000
Untuk perhitungan biaya penyimpanan per satuan (kg) (H)
= Rp 7.323,94
Jadi biaya simpan bahan baku kedelai per kg sebesar Rp7.323,94,-
Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ (Mahmudah)
1823
b. Langkah - Langkah Menyelesaikan Masalah Economic Order Quantity dari bahan baku kedelai, dimana kebutuhan pada
tahun 2017 adalah sebesar 4.260 kg dengan rata-rata sebesar 355 kg per tahun
dengan harga per kg sebesar Rp 7.500,- dan biaya pemesanan Rp 103.500,- setiap
kali pesan dan biaya simpan bahan baku kedelai per kg sebesar Rp 7.323,94,- per
tahun.
1. Untuk memperhitungkan jumlah Economic Order Quantity (EOQ) untuk
bahan baku kedelai adalah sebagai berikut :
Jadi jumlah pemesanan ekonomis dari bahan baku kedelai adalah sebesar 347
kg. Ini berarti setiap kali pemesanan perusahaan harus memesan sebanyak 347
kg.
2. Menentukan besarnya safety stock maka harus dihitung standar deviasi
terlebih dahulu yaitu :
α =
Hasil perhitungan standar deviasi dari kebutuhan bahan baku kedelai
No Jumlah
Kebutuhan
1 350 355 -5 25
2 280 355 -75 5625
3 370 355 15 225
4 350 355 -5 25
5 370 355 15 225
6 390 355 35 1225
7 340 355 -15 225
8 340 355 -15 225
9 350 355 -5 25
10 360 355 5 25
11 360 355 5 25
12 400 355 45 2025
9900
Sumber : Hasil Analisis
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1814-1827
1824
Standar Deviasinya :
=
=
= 28,72 kg → 29 kg
Jadi kekurangan deviasi dari bahan baku kacang kedelai adalah sebesar 29 kg. Ini
berarti batas bawah dari persediaan tidak boleh kurang dari 29 kg.
Dengan asumsi pihak perusahaan menentukan tingkat pelayanan sebesar 80%
maka dari table faktor keamanan dapat diketahui besarnya faktor keamanan 1,65.
Dengan demikian besarnya safety stock adalah :
Safety stock = standar deviasi x faktor keamanan
= 29 kg x 1,65
= 47,85 kg
Dimana:
faktor keamanan= asumsi pihak manajemen perusahaan dalam menentukan
tingkat pelayanan (service rate %)
Jadi safety stock dari bahan baku kacang kedelai adalah sebesar 47,85 kg. ini
berarti batas dari persediaan kacang kedelai tidak boleh kurang dari 47,85 kg.
3. Langkah selanjutnya adalah menentukan frekuensi pemesanan dari bahan
baku kedelai :
=
= 12 kali
Jadi frekuensi pemesanan bahan baku kedelai dilakukan 12 kali pemesanan
dalam setahun.
4. Dari frekuensi pemesanan selama setahun, langkah selanjutnya adalah
menentukan titik pemesanan kembali ReOrder Point (ROP), sebelum
menghitung besarnya ROP maka terlebih dahulu di cari tingkat penggunaan
bahan baku per hari dengan cara sebagai berikut :
Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ (Mahmudah)
1825
Jadi tingkat penggunaan bahan baku per hari sebesar 16,44 kg.
ROP = (d x L)+ss
= (16,44 kg x 2 hari)+ 47,85 kg
= 32,88 + 47,85 kg
= 80,73 kg
Jadi ReOrder Point dari bahan baku kedelai adalah 80,73 kg. Ini berarti
perusahaan harus memesan kembali bahan baku kacang kedelai apabila
persediaan kurang dari 80,73 kg.
5. Dan langkah akhir adalah menentukan total biaya minimum per tahun, dengan
rumus :
TC (Q) =
=
= 4.554.384 + 354.515
=Rp 4.908.899
Jadi total biaya persediaan yang harus ditanggung oleh UD Al Hayuun sebesar
Rp 4.908.899
Sedangkan total biaya persediaan pertahun menurut EOQ:
TC(Q) =
=
= 1.270.637 + 1.270.703
= Rp 2.541.340
Jadi total biaya persediaan menggunakan EOQ sebesar Rp 2.541.340
Dari table dibawah ini akan memaparkan lebih rinci dan jelas lagi mengenai total
biaya persediaan :
Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ
No Keterangan Perusahaan EOQ
1 Pembeliaan rata – rata bahan baku 96,81 kg 347 kg
2 Total biaya persediaan Rp 4.908.899 Rp 2.541.340
3 Frekuensi Pemesanan 44 kali 12 kali
4 Safety Stock - 47,85 kg
5 Reorder Point - 80,73 kg
Sumber: Data primer
Dilihat dari tabel di atas terlihat sangat jelas perbedaan antara total biaya
persediaan yang ada. Pemakaian bahan baku kedelai selama ini adalah sebanyak
4.260 kg. Apabila jumlah frekuensi menurut perusahaan sebanyak 44 kali maka
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1814-1827
1826
rata-rata kuantitas setiap kali pesannya adalah sebanyak 96,81 kg, dengan nilai
persediaan kuantitas pemesanan 96,81 kg x Rp 7.500,- = Rp 726.075- setiap kali
pemesanan. Biaya pembelian kedelai selama ini adalah sebesar 4.260 kg x Rp
7.500,- = Rp 31.950.000,- biaya pemesanan Rp 103.500,- dan biaya penyimpanan
selama 1 tahun adalah Rp 31.200.000,-
Menurut perhitungan dengan menggunakan metode EOQ, pemesanan
ekonomis setiap kali pesan selama ini adalah 355 kg sehingga untuk frekuensi
pemesanan selama setahun sebanyak 12 kali pesan. Maka rata-rata nilai
persediaan setiap kali pesan adalah 355 kg x Rp 7.500,- = Rp 2.662.500,- ,biaya
pembelian kedelai selama ini dan biaya setiap kali pesan adalah sama dengan
perhitungan perusahaan.
Sesuai dengan rumus yang ada total biaya persediaan kedelai pertahun
menurut perusahaan sebesar Rp 4.908.899,- sedangkan total biaya persediaan
minimum per tahun dengan menggunakan EOQ adalah sebesar Rp 2.541.340,-
sehingga selisih yang terjadi diantaranya adalah sebesar Rp 2.367.559,-. Hasil ini
menunjukkan angka yang sangat signifikan yang dapat menjadikan acuan dalam
upaya efisiensi biaya dalam perusahaan.
Pembahasan Bahan baku merupakan unsur yang sangat menentukan dalam kelancaran
kegiatan produksi di setiap usaha. Dimana bahan baku bisa menentukan irama
produksi yang dilakukan.
Berdasarkan perhitungan dalam analisis sebelumnya dapat diketahui bahwa
jumlah pemesanan yang paling ekonomis (sesuai dengan EOQ) dari bahan baku
kacang kedelai selama ini adalah 347 kg artinya dalam setiap kali melakukan
pembeliaan perusahaan harus memesan kacang kedelai sebanyak 347 kg
sehingga apabila disesuaikan dengan kebutuhan akan bahan baku kedelai maka
frekuensi pembelian bahan baku kacang kedelai dilakukan sebanyak 12 kali
dalam satu tahun agar lebih dapat meminimalisir penggunaan biaya persediaan
dan mengoptimalkan bahan baku kacang kedelai dalam jangka satu tahun.
Namun dalam penggunaan persediaan pengaman (safety stock ) yang
digunakan di UD. Al Hayuun tidak boleh kurang dari 47,85 kg karena untuk
meminimalisir kerugian ketika harga bahan baku dipasaran meningkat secara tiba
tiba dan menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku dalam
pemesanan produksi.
Walaupun selama ini perusahaan dapat memenuhi kebutuhan para
pelanggan tetapi biaya persediaan yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan
dengan metode EOQ seperti pada tabel 4.6 dibawah ini yang menunjukan selisih
total biaya yang mecapai 48%. Apabila perusahaan menerapkan metode EOQ
maka perusahaan dapat menghemat pengeluaran persediaan perusahaan, dalam
rangka pengendalian biaya persediaan bahan baku kacang kedelai tersebut.
Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ (Mahmudah)
1827
Selisih Total Biaya Persediaan
Bahan Baku
Biaya persediaan
menurut
perusahaan (Rp)
Biaya Persediaan
Menurut EOQ
(Rp)
Selisih (Rp)
Kacang
Kedelai Rp 5.292.999 Rp 2.541.340 Rp 2.367.559
Sumber: Data primer
Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada bab-bab sebelumnya
mengenai “Analisis Pengendalian Bahan Baku Kacang Kedelai dengan Metode
EOQ (Economic Order Quantity) pada UD. Al Hayuun Samarinda” dapat
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
a. Jumlah pembeliaan bahan baku kacang kedelai yang optimal dengan
menggunakan metode EOQ adalah sebesar 347 kg dalam satu bulan.
b. Jumlah frekuensi pembeliaan bahan baku kacang kedelai sebesar sebanyak 12
kali dalam satu tahun.
c. Titik persediaan pengaman (Safety Stock) yang digunakan UD. Al Hayuun
sebesar 47,85 kg.
UD Al Hayuun diharapkan menerapkan pola pembeliaan bahan baku kedelai
menurut metode EOQ yaitu dengan menerapkan jumlah pembeliaan dalam
jumlah optimal ± 347 kg per pemesanan dan frekuensi sebanyak 12 kali dalam
satu tahun serta menetapkan persediaan pengaman di gudang sebesar 47,85.
Dengan menerapkan metode EOQ maka UD Al Hayuun dapat meminimalkan
biaya persediaan hingga 48% dan meminimalisir kerugian ketika harga bahan
baku dipasaran meningkat secara tiba tiba dan menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan baku dalam pemesanan produksi.
Daftar Pustaka Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Operasi. Edisi 2. PBFE. Yogyakarta
Haming, Murdifin, Nurnajamuddin, Mahfud. 2007. Manajemen Produksi
Modern. Jakarta: Bumi Aksara
Heizer, Jay, Barry Render. 2011. Manajemen Operasi. Edisi Sepuluh. Jakarta.
Salemba Empat.
Ishak, Aulia. 2010. Manajemen Operasi. Medan: Graha Ilmu
Manullang, Marihot, Dearlina, Sinaga. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: Andi
Martono, Hartito. 2002. Manajemen Keuangan Edisi Pertama. Yogyakarta:
Ekonisia
Pardede, Pontas. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta: Andi
Rangkuti, Freddy. 2007. Manajemen Persediaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada