analisis penundaan eksekusi pidana mati pada pelaku tindak ...digilib.unila.ac.id/21281/3/skripsi...

55
ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA Skripsi Oleh TIARA ERDI YASMITA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: tranthu

Post on 02-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

��

ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA

PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA

Skripsi

Oleh

TIARA ERDI YASMITA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

ii

ABSTRAK

ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU

TINDAK PIDANA NARKOTKA

Oleh

TIARA ERDI YASMITA

Pidana mati di Indonesia diberlakukan sejak zaman penjajahan Belanda hingga

sekarang, tetapi dalam pelaksanaannya banyak penundaan eksekusi pidana mati

yang cukup lama bahkan sampai bertahun-tahun lamanya, sehingga membuat

asumsi tidak adanya kepastian hukum bagi penerapan pelaksanaan eksekusi

pidana mati. Permasalahan yang diambil dalam penulisan skripsi ini yaitu,

Mengapa terjadi faktor penghambat dalam penundaan eksekusi pidana mati pada

pelaku tindak pidana narkotika. Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah

pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan

adalah data primer dan data sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dinyatakan bahwa penundaan

pelaksanaan eksekusi pidana mati pada pelaku tindak pidana narkotika dapat

terjadi karena beberapa faktor, diantaranya: Faktor Substansi Hukum (Perundang-

undangan), Faktor Penegakan Hukum (Struktur Hukum), Faktor Sarana dan

Fasilitas, dan Faktor Masyarakat. Dan yang menjadi faktor paling dominan dalam

penundaan eksekusi pidana mati adalah faktor substansi hukum (perundang-

undangan) dan faktor masyarakat.

Kesimpulan dan saran yang dapat diberikan yaitu Faktor substansi dan

masyarakatlah yang menjadi faktor paling dominan dalam penundaan eksekusi

pidana mati, maka untuk pembuat undang-undang dan para penegak hukum agar

segera membuat aturan yang mengatur tentang adanya batasan waktu dalam

mengajukan Peninjauan Kembali dan Grasi guna memperlancar eksekusi pidana

mati pada pelaku tindak pidana narkotika, sehingga memperoleh kepastian hukum

yang jelas.

Kata kunci : Penundaan Eksekusi, Pidana Mati, Tindak Pidana Narkotika

Page 3: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

iii

ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA

PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA

Oleh

TIARA ERDI YASMITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 4: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

iv

Page 5: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

v

Page 6: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

vi

RIWAYAT HIDUP

Tiara Erdi Yasmita dilahirkan di Bandar Lampung pada

tanggal 3 Maret 1994, yang merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, pasangan Bapak Heldi Yusman, S.E. dan Ibu

Erma Lusiana.

Pendidikan yang telah diselesikan adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Kedaton

Kecamatan Tanjung Karang Barat dan selesai pada tahun 2006. Penulis

melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Bandar

Lampung dan selesai pada tahun 2009, kemudian menyelesaikan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif dalam kegiatan

organisasi kemahasiswaan pada Himpunan Mahasiswa Hukum Pidana (HIMA

PIDANA) pada tahun 2015.

Page 7: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

vii

MOTO

“Success needs a process”. (Tiara Erdi Yasmita)

“Eat Failure, and you will know the taste of success”.

(Tiara Erdi Yasmita)

“Sesungguhnya seluruh dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baiknya perhiasan

dunia adalah wanita salihah ”. (HR Ahmad)

Page 8: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin... Dengan rasa syukur Kepada Allah SWT. Terselesaikannya karya kecil ini dengan penuh usaha dan perjuangan dalam pembuatannya dan dari hati yang paling dalam, karya ini kupersembahkan untuk : Mama, Papa yang sangat aku sayangi dan yang sangat berarti dalam hidupku, juga kakak serta adikku yang sangat aku sayangi. Terimkasih selain materi kalian telah memberi doa, dukungan, motivasi, semangat, dan kasih sayang yang tak pernah usai untukku. Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat untukku. Teman hidupku yang telah mensupport dan memberikan semngat untukku. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan keceriaan kepadaku terimakasih atas kesetiannya dan kebersamaannya selama ini. Almamater tercintaku yang telah mendewasakan dan membuka pikiranku tentang dunia ini.

Page 9: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

ix

SANWACANA

AssalamualaikumWr. Wb.

Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Lampung dengan judul Analisis Penundaan Eksekusi Pidana

Mati Pada Pelaku Tindak Pidana Narkotika.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari adanya kendala,

hambatan dan kesulitan-kesulitan. Namun dengan adanyaketerlibatan berbagai

pihak yang telah menyumbangkan bantuan, bimbingan, dan petunjuk serta saran

maupun kritik bagi penulisan skripsi ini, maka pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan pertolongan dan kemudahan disaat

penulis mendapatkan kesulitan, terimakasih atas nikmat-Mu yang tak

terhingga.

2. Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Page 10: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

x

3. Ibu Diah Gustiniati, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan

sekaligus selaku pembahas 1atas segala kritik dan saran dalam penulisan

skripsi ini.

4. Ibu Firganefi, S.H.,M.H., selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana.

5. Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H,M.Hum., selaku pembimbing I yang banyak

memberikan saran dan motivasi serta meluangkan waktu sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu dona Raisa Monica,S.H.,M.H., selaku Pembimbing II yang banyak

memberikan saran dan motivasi serta meluangkan waktu sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

7. BapakDeni Achmad, S.H.,M.H., sebagai Pembahas II atas segala kritik dan

saran dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Ahmad Sofyan, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik yang

memberikan motivasi dan bimbingan akademik serta membantu penulis

dengan memberikan informasi dan pendapatnya guna pembahasan dalam

skripsi ini.

9. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

10. Seluruh staf dan karyawan Universitas Lampung umumnya dan Fakultas

Hukum khususnya yang telaj banyak membantu dan memberikan kerjasama

yang baik dibidang akademik dan kemahasiswaan.

11. Mama dan papaku tercinta, Kakakku dan adikku, kalian adalah orang-orang

yang terkasih yang selama ini telah memberikan kasih sayang yang telah

Page 11: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

xi

mencurahkan kasih sayang, motivasi, serta doanya sehingga penulis mampu

menyelesaikan kuliah dan meraih gelar Sarjana Hukum. I love them so much!

12. Keluarga besar tercinta, terimakasih untuk doa, dukungan, yang tak henti-

hentinya kepada penulis.

13. Sahabat dan teman seperjuangan dari awal menjadi mahasiswa sampai

sekarang. Terima kasih atas segala kebersamaanya selama di Fakultas Hukum

Unila yang selalu memberikan cerita yang menyenangkan dan moment tak

terlupakan:Dwika Utari, Yasinta Eriska, Yulisha Dwi Andini, Varu Nisa Arie,

Tia Selvianti, Lidwina Merry Margaretha yang selalu menjadi partnerku serta

yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya penulis ucapkan

terimakasih.Guys, you’re totally awesome girls! I belive, we will be succesful

in our future.

14. Sahabat-sahabat yang selalu bersama dari SMA hingga tahun-ketahun yang

selalu memberi support, selalu menemani dalam keadaan apapun Bunga, Ayu,

Baiti. Thank’s for always listening to me, supporting me, and encouraging me.

You’re true friend, and I want you to know how much I love you and

appreciated you. You’re the best!

15. Terimakasih untuk Nova Zolica Putri (Oca) salah satu sahabat baru yang

sudah jadi bagian dalam hidup penulis, selalu jadi partner berjuang sampai

sekarang dalam hal apapun. Thank you for being such an awesome friend!�

16. Almamater tercinta yang telah memberikan wawasan dan pengetahuan yang

luas kepadaku.

17. Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Page 12: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna banyak terdapat

kekurangan dalam penulisan skripsi ini, karena itu sangat diperlukan adanya kritik

dan saran dari berbagai pihak yang dapat membangun dan dapat bermanfaat bagi

kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga kita selalu

dalam lindungan Allah SWT.Amin.

WassalamualaikumWr.Wb.

Bandar Lampung, Maret 2016

��������������������������������������������������������������������

Page 13: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTARK .......................................................................................... ...........

HALAMAN JUDUL ............................................................................ .........

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. .......

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ........

RIWAYAT HIDUP ............................................................................. ..........

MOTO ............................................................................................... .............

PERSEMBAHAN ............................................................................... ...........

SANWACANA ................................................................................... ...........

DAFTAR ISI ..................................................................................... ............

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ..................................................... 9

C. Tujuan�dan�Kegunaan�Penelitian ........................................................ 9

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual .................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika ................... 16

B. Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Menurut Hukum Positif ........... 21

C. Faktor Penyebab Terjadinya Penundaan Pelaksanaan Pidana Mati .. 23

D. Pengaturan Pidana Mati Menurut Konsep RUU KUHP .................... 25

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ........................................................................... 27

B. Sumber dan Jenis Data ....................................................................... 27

C. Penentuan Narasumber ...................................................................... 28

Page 14: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

xiv

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ..................................... 28

E. Analisis Data ...................................................................................... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Faktor Penghambat Penundaan Pelaksanaan Eksekusi Pidana Mati

Pada Pelaku TIndak Pidana Narkotika ...................................................... 31

V. PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................ 51

B. Saran .................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

��

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemidanaan berasal dari kata “pidana” yang sering diartikan pula dengan

hukuman.1 Jadi pemidanaan dapat pula diartikan dengan penghukuman. Kalau

orang mendengar kata “hukuman”, biasanya yang dimaksud adalah penderitaan

yang diberikan kepada orang yang melanggar hukum pidana. Pemidaan atau

pengenaan pidana berhubungan erat dengan kehidupan seseorang di dalam

masyarakat, terutama apabila menyangkut kepentingan benda hukum yang paling

berharga bagi kehidupan di masyarakat, yaitu nyawa dan kemerdekaan atau

kebebasannya.2

Pada title II buku I yang berjudul “hukuman” (straffen), tergambar sistem

hukuman pidana yang diturut di Indonesia. Sistem ini sederhana, hanya

disebutkan dalam Pasal 10, lima macam pidana pokok:

(1) Pidana mati;

(2) Pidana penjara;

(3) Pidana kurungan;

(4) Denda

(5) Pidana tutupan;

������������������������������������������������������������1 Djoko Prakoso, Nurwachid, Pidana Mati Di Indonesia Dewasa Ini, Jakarta Timur: Ghalia

Indonesia, 1984, hlm.13. 2 Ibid,.

Page 16: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

2

dan tiga macam hukuman tambahan:

(a) Pencabutan hak-hak tertentu,

(b) Perampasan barang-barang tertentu,

(c) Pengumuman putusan hakim.3

Sementara hukuman mati masih diatur dalam Pasal 66 RUU KUHP yang

berbunyi “pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan selalu

diancamkan secara alternatif”. Ini berarti putusan pidana dan tindakan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dapat dilakukan perubahan atau penyesuaian

dengan mengingat perkembangan narapidana dan tujuan pemidanaan.4

Pada zaman dahulu hukuman mati untuk kejahatan pembunuhan dari kejahatan

lain yang sama beratnya dikenakan dimana-mana berdasarkan pembalasan

terhadap perbuatan yang sangat kejam dari seorang manusia. Tujuan menjatuhkan

dan menjalankan hukuman mati selalu diarahkan kepada khalayak ramai agar

mereka, dengan ancaman hukuman mati, akan takut melakukan perbuatan-

perbuatan kejam yang akan mengakibatkan mereka dihukum mati. Berhubung

dengan inilah pada zaman dahulu hukuman mati dilaksanakan dimuka umum.5

Pidana mati adalah pidana yang terberat dari semua pidana, yang hanya

diancamkan kepada kejahatan yang kejam. Pidana mati dianggap pidana yang

paling tua, setua umur manusia, sehingga menimbulkan pro dan kontra terhadap

������������������������������������������������������������3 Andi Hamzah, Hukum Pidana Indonesia dan Perkembangannya, Medan: Sofmedia, 2015,

hlm.174. 4 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16982/ruu-kuhp-masih-berlakukan-hukuman-mati

diakses pada tanggal 14 januari 2016 pukul 20.05 5 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hlm.175.

Page 17: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

3

penggunanya.6 Pidana mati dikategorikan dalam pidana pokok, hal ini sebgaimana

diatur di dalam Pasal 10 KUHP. Seiring perkembangan waktu akibat dirasakan

bertentangan dengan hak asasi manusia yaitu hak hidup sebagaimana diatur dalam

Pasal 28A Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “setiap orang berhak untuk hidup

serta berhak mempertahankan hidupnya”.

Hukuman mati selalu saja menjadi hal yang kontrovesial, baik dikalangan

pemerintah, praktisi hukum, agamawan maupun masyarakat, tidak terkecuali di

Indonesia, fakta yang patut dicermati adalah adanya penundaan eksekusi pidana

mati yang berlangsung sangat lama bahkan sampai bertahun-tahun, sehingga

penundaan pelaksanaan pidana mati ini mengakibatkan asumsi adanya

ketidakpastian hukum dalam penerapan hukumannya.

Hingga Juni 2006 hanya 68 negara yang masih menerapkan praktik hukuman

mati, termasuk Indonesia, dan lebih dari setengah negara-negara di dunia telah

menghapuskan praktik hukuman mati. Ada 88 negara yang telah menghapuskan

hukuman mati untuk seluruh kategori kejahatan, 11 negara menghapuskan

hukuman mati untuk kategori kejahatan pidana biasa, 30 negara-negara

melakukan moratorium (de facto tidak menerapkan) hukuman mati, dan total 129

negarayang melakukan abolisi (penghapusan) terhadap hukuman mati.7

Sudah puluhan orang dieksekusi mati mengikuti sistem KUHP peninggalan

kolonial Belanda. Bahkan selama Orde Baru korban yang dieksekusi sebagian

besar merupakan narapidana politik. Walaupun amandemen kedua konstitusi

������������������������������������������������������������6 Diah Gustiani, Dona Raisa, Rini Fatonah, Hukum Penitensia dan Sistem Pemasyarakatan Di

Indonesia, Bandar Lampung: PKKPUU FH UNILA, 2013, hlm.43. 7 https://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati diakses pada 4 oktober 2015 jam 13.20

Page 18: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

4

UUD '45, Pasal 28I ayat (1), menyebutkan: "Hak untuk hidup, hak untuk tidak

disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak

diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak untuk

tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang

tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun", tapi peraturan perundang-undangan

dibawahnya tetap mencantumkan ancaman hukuman mati.8

Salah satu Hingga 2006 tercatat ada 11 peraturan perundang-undangan yang

masih memiliki ancaman hukuman mati, seperti: KUHP, UU Narkotika, UU Anti

Korupsi, UU Anti terorisme, dan UU Pengadilan HAM. Daftar ini bisa bertambah

panjang dengan adanya RUU Intelijen dan RUU Rahasia Negara. Vonis atau

hukuman mati mendapat dukungan yang luas dari pemerintah dan masyarakat

Indonesia. Pemungutan suara yang dilakukan media di Indonesia pada umumnya

menunjukkan 75% dukungan untuk adanya vonis mati.9

Salah satu bahaya yang paling besar yang mengancam generasi muda, bukan

hanya di Indonesia bahkan di seluruh dunia ialah bahaya penyalahgunaan

narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam

golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

������������������������������������������������������������8 https://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati diakses pada tanggal 4 oktober 2015 jam 14.00 9 Ibid,.

Page 19: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

5

eksekusi pidana mati, berarti kita juga membicarakan sebuah putusan pengadilan.

Dimana seharusnya, ketika sebuah putusan itu sudah mempunyai kekuatan hukum

tetap (in kracht) maka eksekusi harus segera dilaksnakan, akan tetapi lain halnya

mengenai pidana mati. Karena pidana ini merupakan pidana terberat, maka si

terpidana dapat menjalankan upaya hukum lainnya, seperti peninjauan kembali

dan grasi dari seorang Kepala Negara.

Peninjauan Kembali atau PK sendiri adalah “lembaga Herziening, yang diartikan

sebagai upaya hukum yang mengatur tentang tata cara untuk melakukan

peninjauan kembali suatu putusan yang telah memperoleh suatu kekuatan hukum

tetap.”10

Artinya seseorang diberikan hak oleh hukum tetap untuk tetap membela

dirinya meskipun telah mempunyai kekuatan hukum tetap setelah melalui

berbagai upaya hukum mulai dari pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat

tinggi (banding) dan pemeriksaan kasasi di Mahkamah Agung.

Melalui berbagai upaya hukum namun tetap dinyatakan bersalah, biasanya para

terpidana mati akan mengajukan upaya hukum terakhir yaitu pengajuan grasi

kepada presiden yakni meminta maaf dan menyatakan bahwa dirinya benar

bersalah. Meskipun grasi ini bukanlah upaya hukum yang berada dibawah

kekuasaan kehakiman melainkan hak preogatif seorang presiden tetapi hal ini

dibenarkan oleh hukum yang ada di Indonesia. Akan� tetapi� dua� proses� hukum�

inilah�yang�menjadi�persoalannya,�dimana�upaya�hukum�yang�diberikan�terkadang�

dijadikan� sebuah� kesempatan� bagi� para� terpidana� mati� untuk� menunda-nunda�

������������������������������������������������������������10 S. Tanusubroto, Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana, cet ke-II (Bandung : CV.Armico,1989),

hlm.161

Page 20: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

6

eksekusi�pidana�matinya�dengan�alasan�sedang�mengajukan�PK�dan�grasi,�hingga�

akhirnya�baru�dapat�dilaksanakan�setelah�bertahun-tahun�lamanya.�

Hal ini yang mengakibatkan banyaknya penundaan eksekusi pidana mati yang

cukup lama bahkan sampai bertahun-tahun, sehingga membuat asumsi tidak

adanya kepastian hukum bagi penerapan pelaksanaan eksekusi pidana mati.

Seperti contoh pertama kasus “Mary Jane Fiesta Veloso” asal Philipina Mary Jane

ditangkap petugas Bea dan Cukai Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta

karena terbukti telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana "Secara tanpa hak atau melawan hukum menjadi perantara dalam

jual beli Narkotika Golongan I bukan tanaman yang beratnya melebihi 5 (lima)

gram Serbuk Heroin seberat 2611 gram (2,611 kg) yang telah dibagi menjadi 4

(empat) bagian dan dimasukkan ke dalam plastik putih dengan berat masing-

masing plastic I seberat 559 gram, plastic II seberat 695 gram, plastic III seberat

581 gram dan plastic IV seberat 776 gram serta 4 (empat) bungkus plastic klip

berisi serbuk coklat /crem mengandung HEROINA untuk keperluan pemeriksaan

laboratoris kriminalistik dengan berat masing-masing Angka (I) 3, 108 gram,

Angka (II) 3,143 gram, Angka (III) 3,124 gram, Angka (IV) 3,134 gram hasil

penyisihan dari 4 bungkus plastic putih berisi heroina dengan total seberat 2611

gram.11

Mary Jane diadili di Pengadilan Negeri Sleman Yogyakarta dan diputus dengan

pidana Mati pada tanggal 11 oktober 2010, lalu ia mengajukan kasasi kemudian

ditetapkan ditolak pada tanggal 31 mei 2011, ia masih mengupayakan hukum lain

������������������������������������������������������������11 http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/029fa59d0b7e737bee0655c78df9462a diakses

pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 19.50

Page 21: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

7

yaitu mengajukan Peninjauan Kembali (PK) dan tetapkan ditolak pada tanggal 25

maret 201512

, lalu mengajukan Grasi namun ditolak Presiden Joko Widodo.

Eksekusinya telah ditetapkan tanggal 28 April 2015.13

Tetapi eksekusi terhadap

Mary Jane diputuskan ditunda. Eksekusi Mary Jane Fiesta Veloso, ditunda karena

permintaan presiden Filipina, kata juru bicara kejaksaan agung Tony Spontana

kepada BBC. Permintaan ini disampaikan setelah seseorang yang diduga

menjebak Veloso untuk membawa heroin ke Indonesia menyerahkan diri kepada

polisi di Filipina, tambah Spontana.14

Contoh kedua yaitu Terpidana mati kasus narkotika, “Freddy Budiman” Ia lolos

dari eksekusi mati gelombang kedua yang berlangsung 29 april 2015 lalu. Padahal

Mahkamah Agung (MA) telah memvonis mati Freddy pada September 2014 silam

dan menahannya di Lapas Nusakambangan. Kejagung beralasan Freddy lolos

daftar eksekusi mati gelombang kedua karena berencana mengajukan Peninjauan

Kembali (PK) atau grasi kepada Presiden Joko Widodo. Atas dasar itulah pemilik

1, 4 juta butir pil ekstasi ini lolos eksekusi mati gelombang kedua.15

Kendati telah divonis hukuman mati, Freddy tak kenal kapok dalam menjalankan

bisnis narkoba. Dia pernah kedapatan menggunakan ruang eksklusif di Lapas

Cipinang untuk menggunakan narkoba dan mengendalikan bisnis haram tersebut

dari dalam Lapas. Terbukti pada 14 April 2015 lalu, Direktorat Tindak Pidana

Narkoba Bareskrim Polri menggelar perkara kepemilikan pabrik ekstasi milik

������������������������������������������������������������12 http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/9e5344eb0c586163e1c47f94c8e0f66f diakses

pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 20.00 13 http://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/91134-mary-jane-akan-dieksekusi-

selasa diakses pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 20.10 14 http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150428_eksekusi_veloso diakses pada 4 oktober

2015 jam 14.00 15http://www.merdeka.com/peristiwa/4-fakta-freddy-budiman-raja-narkoba-lolos-hukuman-

mati.html diakses pada tanggal 18 november 2015 pukul 21.38

Page 22: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

8

Freddy Budiman di Ruko Mutiara Blok A2, Taman Palem, Cengkareng, Jakarta

Barat. Gelar perkara tersebut dilakukan menyusul ditangkapnya anak buah Freddy

saat menjalankan bisnis narkoba yang dikendalikannya dari Lapas

Nusakambangan .16

Contoh lain yaitu kasus terpidana mati “Raheem Agbaje Salami” asal Nigeria

yang ditangkap pada September 1998 bertempat di Daerah Kepabeanan Terminal

Kedatangan Bandara Internasional Juanda yang mengimpor Narkotika Golongan I

bukan tanaman yaitu serbuk putih jenis Heroin sebanyak dua bungkus dengan

berat 5,28003 Kg.17

Ia diputus oleh Pengadilan Negri Surabaya tahun 1999

dengan Pidana Mati, lalu mengajukan Peninjauan Kembali (PK) tahun 2004 dan

dinyatakan ditolak tahun 2006. Raheem sudah mengajukan grasi sejak 2008, dan

baru mendapat jawaban ditolak pada Januari 2015.���

Kasus ini sudah begitu lama, Kurang lebih sudah berlangsung 16 tahun dan sudah

final bahwa penetapan grasi telah diterbitkan yaitu ditolak. Sampai pada saat ini

eksekusi belum juga dilaksanakan. Di dalam Penetapan Presiden Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 1964 tentang tata cara pelaksanaan pidana mati yang

dijatuhkan oleh pengadilan dilingkungan peradilan umum dan militer disebutkan

pada pasal 7 yakni “Apabila terpidana hamil, maka pelaksanaan pidana mati baru

dapat dilaksanakan empat puluh hari setelah anaknya dilahirkan”. Jika terpidana

tidak sedang hamil harusnya segera dilaksanakan.

������������������������������������������������������������16 Ibid,. 17http://putusan.mahkamahagung.go.id/main/pencarian/?q=terpidana+mati+raheem+agbaje+salami

diakses pada 4 oktober 2015 jam 14.30 18 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/599245-terpidana-mati-raheem-agbaje-ajukan-grasi-

lagi diakses pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 20.14

Page 23: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

9

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut di

dalam skripsi ini tentang “Analisis Terhadap Penundaan Pelaksanaan Pidana Mati

Pada Pelaku Tindak Pidana Narkotika”. yang akan dibahas lebih lanjut dalam

penulisan skripsi ini.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang relevan untuk dikaji dan dibahas dalam wujud karya ilmiah.

Pokok permasalahan tersebut yaitu, Mengapa terjadi faktor penghambat dalam

penundaan eksekusi pidana mati pada pelaku tindak pidana narkotika?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian hukum pidana, khususnya yang

berkaitan dengan permasalahan mengenai penundaan pelaksanaan eksekusi pidana

mati. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah Kejaksaan Tinggi Lampung. Ruang

lingkup waktu penelitian adalah tahun 2015-2016.

C. Tujuan�dan�Kegunaan�Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok bahasan diatas, maka tujuan penelitian skripsi ini adalah:

Untuk mengetahui mengapa terjadi faktor penghambat dalam eksekusi pidana

mati pada pelaku tindak pidana narkotika.

Page 24: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

10

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teorotis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan

Ilmu Hukum Pidana, yang terkait dengan permasalahan tentang mengapa

terjadi faktor penghambat dalam penundaan eksekusi pidana mati pada pelaku

tindak pidana narkotika.

b. Kegunaan Praktis

Yaitu memtperluas wawasan bagi penulis untuk memenuhi syarat akademik

dan menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampungn, serta

dapat dijadikan masukan bagi aparat penegak hukum dan masyarakat umum

dan dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan

mengenai pemidanaan khususnya pidana mati.

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual

1. Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari hasil-hasil penelitian atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk

mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan

oleh peneliti.19

Berdasarkan definisi tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori penanggulangan kejahatan dan teori faktor-faktor yang

menghambat penegakan hukum pidana.

������������������������������������������������������������19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta. 1986,hlm.103.

Page 25: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

11

a. Teori Pemidanaan

Teori-teori yang mendukung tujuan pemidanaan menurut hukum pidana, yaitu : 20

1. Teori Absolut

Menurut teori ini semua kejahatan harus diikuti dengan pidana, atau

penjatuhan pidana merupakan suatu keharusan sebagai suatu pembalasan

terhadap apa yang trlah diperbuat oleh seorang pelanggar hukum pidana.

2. Teori Relatif

Suatu tujuan penjatuhan pidana menurut teori relatif (teori tujuan) adalah

untuk mencegah agar ketertiban dalam masyarakat tidak tertanggu, atau

dengan kata lain pidana yang dijatuhkan kepada pelaku kejahatan bukanlah

membalas kejahatannya, melainkan supaya pelaku jangan melakukan

kejahatan lagi.

3. Teori Gabungan

Menurut teori ini tujuan pemidanaan bersifat plural, karena menghubungkan

prinsip tujuan dengan prinsip pembalasan dalam satu kesatuan. Dalam hal ini

pidana dan pemidanaan terdiri dari proses kegiatan terhadap pelaku tindak

pidana, yang dengan suatu cara tertentu diharapkan dapat mengasimilasikan

kembali narapidana kemasyarakat. Secara serentak, masyarakat menuntut

agar memperlakukan individu tersebut juga dapat memuaskan permintaan

atau kebutuhan pembalasan. Selanjutnya diharapkan bahwa perlakuan

tersebut dapat menunjang tujuan-tujuan yang bermanfaat, yang manfaatnya

harus ditentukan secara kasuistis, hal ini sering menimbulkan anggapan

pidana sebagai seni.

������������������������������������������������������������20 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : Aditya Bakti. 2002,

hlm. 22.

Page 26: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

12

b. Teori Faktor-Faktor yang Menghambat Penegakan Hukum Pidana

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan

perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

2. Faktor penegak hukum

3. Faktor sarana dan fasilitas

4. Faktor masyarakat

5. Faktor kebudayaan

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan

dengan istilah yang diinginkan dan diteliti.21

Berdasarkan definisi tersebut, maka

batasan pengertian dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Analisis adalah usaha untuk meneliti, memahami dan mempelajari pokok

masalah tertentu serta membuat kesimpulan dari kegiatan tersebut.22

b. Penundaan adalah suatu proses, cara, perbuatan menunda.

c. Eksekusi adalah merupakan pelaksanaan Putusan Pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

secara paksa oleh karena pihak yang kalah dalam perkara tidak mau

mematuhi pelaksanaan acara Putusan Pengadilan.

������������������������������������������������������������21 Soerjono Soekanto. Op Cit. hlm.103. 22 Op Cit. hlm.31.

Page 27: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

13

d. Pidana adalah reaksi atas delik yang dijatuhkan harus berdasarkan pada vonis

hakim melalui sidang peradilan atas terbuktinya perbuatan pidana yang

dilakukan.23

e. Mati adalah hilangnya nyawa seseorang.24

f. Pidana mati adalah pidana yang terberat dari semua pidana, yang hanya

diancamkan kepada kejahatan yang kejam. Pidana mati dianggap pidana yang

paling tua, setua umur manusia, sehingga menimbulkan pro dan kontra

terhadap penggunanya.25

g. Pelaku adalah orang yang melakukan suatu perbuatan.

h. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana yang disertai ancaman (sanksi yang berupa pidana tertentu

bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut).

i. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam

Undang-Undang ini.26

������������������������������������������������������������23 Bambang Waluyona, Pidana dan Pemidnaan, Jakarta : Sinar Grafika, 2009,hlm.9. 24 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,1976,

hlm.638. 25 Diah Gustiani, Dona Raisa, Rini Fatonah, Hukum Penitensia dan Sistem Pemasyarakatan Di

Indonesia, Bandar Lampung: PKKPUU FH UNILA,2013, hlm.43. 26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Page 28: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

14

E. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memperjelas serta mempermudah dan penulisan skripsi ini maka

dibuat suatu sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan,

perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian serta sistematika

penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan

dengan penyusunan skripsi dan diambil dari berbagai referensi atau bahan pustaka

terdiri dari, Pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika, tata cara

pelaksanaan pidana mati menurut hukum positif, faktor penyebab terjadinya

penundaan eksekusi pidana mati, pelaksanaan pidana mati menurut konsep RUU

KUHP.

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang menjelaskan mengenai langkah yang akan digunakan dalam

pendekatan masalah, sumber data, metode pengumpulan dan pengolahan data dan

analisi data.

IV. HASIL�PENELITIAN�DAN�PEMBAHASAN�

Berisi deskripsi berupa penyajian dan pembahasan data yang telah didapat

penelitian, terdiri dari deskripsi dan analisis mengenai penundaan eksekusi pidana

mati pada pelaku tindak pidana narkotika.

Page 29: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

15

V. PENUTUP�

Berisi kesimpulan umum yang didasarkan pada hasil analisis dan pembahasan

penelitian serta berbagai saran sesuai dengan permasalahan yang ditujukan kepada

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.

Page 30: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika

Pidana mati adalah sanksi pidana atau vonis yang dijatuhkan pengadilan sebagai

bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya

yang dirasa berdampak sangat buruk bagi masyarakat, negara dan bangsa. Pada

RUU KUHP Tahun 2013 pidana mati masih termasuk dalam pidana pokok akan

tetapi bersifat khusus dan selalu diancam secara alternatif dijatuhkan sebagai

upaya terakhir untuk mengayomi masyarakat.27

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada BAB XV

menjelaskan mengenai ketentuan pidana, disebutkan dalam undang-undang

tersebut bahwa mengenai sanksi hukum terhadap tindak pidana narkotika. Sanksi

yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana narkotika itu terdiri dari beragam

jenis sanksi pidana, yaitu pidana penjara, hukuman denda, dan hukuman pidana

mati.28

Adanya beragam jenis sanksi pidana yang dijatuhkan terhadap penyalahgunaan

atau pelaku kejahatan peredaran gelap narkotika dan precursor narkotika sangat

terkait pada jenis dan golongan narkotika. Jadi setiap sanksi pidana yang

������������������������������������������������������������27 Indra Saputra,Skripsi Dengan Judul Analisis Putusan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Mati

Kepada Pelaku Tindak Pidana Narkotika,Bandar Lampung: Fakultas Hukum, 2014, hlm.25. 28 Ibid.,hlm.26.

Page 31: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

17

dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana narkotika dibedakan menurut golongan

dari narkotika itu sendiri.29

Narkotika sebagaimana dimaksud di dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan

tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan

ketergantungan, (contohnya: heroin, ektasi, kokain, ganja, shabu-shabu dan lain-

lain).

2. Narkotika Golongan II

Narkotika berkhasiat untuk pengobatan guna sebagai pilihan terakhir dan dapat

dipergunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

tinggi mengakibatkan ketergantungan, (contohnya: morfin, petidin, metadon dan

lain-lain).

3. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan, (contohnya: kodeina, nikokodina, norkodeina dan

lain-lain).

Jenis-jenis dan golongan narkotika tercantum pada Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 5062 Lampiran I Undang-Undang Republik

������������������������������������������������������������29 Ibid.,

Page 32: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

18

Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang secara rinci menjelaskan

jenis-jenis golongan narkotika.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat beberapa

pasal yang di dalamnya terdapat ancaman pidana mati. Sanksi pidana mati yang

tercantum dalam Undang-Undang tersebut terdapat pada pasal-pasal sebagai

berikut:

Pasal 113

a. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,

mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

b. Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5

(lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5

(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur

hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20

(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 114

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,

menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,

Page 33: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

19

atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, perantara

dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam

bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan

pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat

6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 118

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,

mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana

penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan

Page 34: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

20

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 119

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,

menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,

atau menyerahkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan

pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)

dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,

menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan

Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya

melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara

seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 121

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan II tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan II

untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

Page 35: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

21

2. Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian

Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku

dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah

1/3 (sepertiga).

B. Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Menurut Hukum Positif

1. Penerapan Pidana Mati di Indonesia

Hukuman mati sudah dikenal sebelum Indonesia menjadi daerah koloni Belanda,

walaupun kemudian oleh Daendels (seorang pejabat perwakilan pemerintahan

kolonial kemudian Belanda di Indonesia), hukuman mati yang sudah ada

kemudian dijadikan sebagai hukum tertulis yang tercantum dalam Plaktat

tertanggal 22 April 1808, dimana pengadilan diperkenankan menjatuhkan pidana

berupa: bakar, dipukul, ditahan kedalam penjara dan kerja paksa pada pekerjaan

umum.30

Pidana mati di Indonesia eksistensinya masih diakui dan dipertahankan lain

halnya dengan Negara lain yang satu persatu mulai menghapusnya dari sistem

penerapan hukum mereka, dalam perjalanan sejarah, timbul dan dipertahankannya

pidana mati, tidak terlepas dari teori-teori hukum yang mendasarinya, seperti teori

������������������������������������������������������������30 Marwan Effendy. Op.Cit., hlm.219.

Page 36: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

22

klasik, pembalasan dan teori relatif atau gabungan antara pembalasan dan

prevensi.31

2. Tata Cara Pelaksanaan Hukuman Mati Menurut Undang-Undang

No.2/Pnps/1964

Pelaksanaan pidana mati sebenarnya sudah diatur dalam pasal 11 KUHP, yaitu

dengan cara menggantung terpidana oleh seorang algojo namun setelah

dikeluarkannya UU No.2/Pnps/1964 tersebut maka hal itu sudah tidak

dilaksanakan.

Pada tahun 1964 dengan Penetapan Presiden Nomor 2 tahun 1964 No.38 tanggal

27 April 1964, dikeluarkan peraturan tentang tata cara pelaksanaan pidana mati

yang dijatuhkan oleh pengadilan lingkungan peradilan umum dan militer, dan

peraturan itu disebutkan bahwa pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan

ditemmbak mati. Jika tidak ditentukan lain oleh Mentri Kehakiman, maka pidana

mati dilaksanakan disuatu tempat dalam daerah hukum pengadilan yang

menjatuhkan putusan dalam tingkat pertama (pasal 2 ayat (1)).32

Dalam kaitannya

pelaksanaan pidana mati ini maka ada beberapa ketentuan yang diatur dalam

penjelasan pasal 11 KUHP yaitu: 33

a. Setelah mendengar nasihat dari Jaksa Tinggi/Jaksa yang bertanggung jawab

untuk pelaksanaan pidana mati itu. Kepala Polisi Komisariat Daerah tempat

kedudukan Pengadilan tersebut menentukan waktu dan tempat

pelaksanaannya.

������������������������������������������������������������31 Ibid., 32 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2010), hlm.313. 33 R. Sughandi, Op.Cit., hlm.15.

Page 37: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

23

b. Bersama-sama dengan Jaksa Tinggi/Jaksa yang bertanggung jawab dan

pembela/pengacara terhukum atas permintaannya sendiri atau atas

permintaannya terhukum, Kepala Polisi Komisariat atau perwira yang

ditunjuk olehnya, menghadiri pelaksanaan pidana mati itu.

c. Tiga kali dua puluh empat jam sebelum saat pelaksanaan hukuman mati,

terhukum diberitahukan tentang akan dilaksanakannya hukuman mati itu oleh

Jaksa Tinggi/Jaksa, dan kepadanya diberitahukan kesempatan untuk

mengemukakan suatu keterangan atau pesan-pesan hari terakhir. Apabila

seorang wanita hamil maka pelaksanaannya harus dilakukan setelah 40 hari

melahirkan.

d. Untuk pelaksaan pidana mati itu Kepala Kepolisian Komisariat tersebut

membentuk sebuah regu penembak, semuanya dari Bridge Mobile, terdiri dari

seorang Bintara dan 12 Tamtama, di bawah pimpinan seorang perwira

e. Kecuali apabila presiden menetapkan lain, pidana mati dilaksanakan tidak

dimuka umum dan dengan cara sederhana mungkin.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Penundaan Pelaksanaan Pidana Mati

1. Faktor Perundang-undangan ( Substansi hukum )

Praktek menyelenggaraan penegak hukum di lapangan seringkali terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan . Hal ini dikarenakan konsepsi

keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian

hukum merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian

hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Kebijakan

Page 38: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

24

yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat

dibenarkan sepanjang kebijakan tidak bertentangan dengan hukum .

2. Faktor penegak hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau

kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum

oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan,

terasa, terlihat dan diaktualisasikan.

3. Faktor sarana dan fasilitas

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,

penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak

mungkin menjalankan peran semestinya.

4. Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan

hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai dalam masyarakat semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka

akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.

Page 39: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

25

5. Faktor kebudayaan

Kebudayaan� Indonesia�merupakan�dasar�dari�berlakunya�hukum� adat�berlakunya�

hukum� tertulis� (perundang-undangan)� harus� mencerminkan� nilai-nilai� yang�

menjadi�dasar�hukum�adat.�Dalam�penegakan�hukum,�semakin�banyak�penyesuaian�

antara�peraturan�perundang-undangan�dengan�kebudayaan�masyarakat,�maka�akan�

semakin�mudah�menegakannya.34

D. Pengaturan Pidana Mati Menurut Konsep RUU KUHP

Sementara hukuman mati masih diatur dalam Pasal 66 RUU KUHP yang

berbunyi “pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan selalu

diancamkan secara alternatif”. Ini berarti putusan pidana dan tindakan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dapat dilakukan perubahan atau penyesuaian

dengan mengingat perkembangan narapidana dan tujuan pemidanaan.35

Pidana mati walaupun tetap dipertahankan berdasarkan alasan kepentingan umum

(perlindungan masyarakat), namun di dalam pelaksanaannya juga memperhatikan

kepentingan/perlindungan individu (ide keseimbangan monoduaistik)36

. Hal ini

terlihat dari ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Pasal 88 (3) Konsep 2006 (Psl. 81/2000; Psl. 85/2004): penundaan

pelaksanaan pidana mati bagi wanita hamil dan orang sakit jiwa;

������������������������������������������������������������34 Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Rineka Cipta.

Jakarta. 1986, hlm. 8-10. 35 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16982/ruu-kuhp-masih-berlakukan-hukuman-mati

diakses pada tanggal 14 januari 2016 pukul 20.05 36 Barda Nawawi Arief, Pidana Mati Perspektif Global Pembaharuan Hukum Pidana dan

Alternatif Pidana Untuk Koruptor, (Semarang:Pustaka Magister, 2012),hlm.41.

Page 40: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

26

2. Pasal 89 (1) Konsep 2006 (Psl. 82/2000; Psl. 86/2004): “penundaan

pelaksanaan pidana mati” (“pidana mati bersyarat”) dengan masa percobaan

10 tahun, jika :

a. Reaksi masyarakat terhadap terpidana terlalu besar;

b. Terpidana menunjukkan rasa menyesal dan ada harapan untuk diperbaiki;

c. Kedudukan terpidana dalam penyertaan tindak pidana tidak terlalu

penting; dan

d. Ada alasan yang meringankan.37

3. Pasal 89 (2) Konsep 2006: Apabila dalam masa percobaan (10 tahun)

terpidana menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji, pidana mati itu dapat

diubah menjadi pidana penjara seumur hidup atau penjara 20 tahun.

4. Pasal 88 (4) Konsep 2006: Pidana mati baru dapat dilaksanakan setelah

permohonan grasi ditolak oleh Presiden;

5. Pasal 90 Konsep 2006 (Psl. 83/2000; Psl. 87/2004): Apabila permohonan

grasi ditolak, tetapi pidana mati tidak dilaksanakan selama 10 tahun bukan

karena terpidana melarikan diri, maka pidana mati itu dapat diubah menjadi

pidana seumur hidup.

������������������������������������������������������������37 Ibid,.

Page 41: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

27

Patut pula dicatat, bahwa pidana mati (dan penjara seumur hidup) menurut

Konsep tidak dapat dijatuhkan terhadap anak. Menurut pasal 119 (2) Konsep 2000

(menjadi Psl. 123/2004; Psl. 126/2005 dan 2006), apabila anak melakukan tindak

pidana yang diancam pidana mati atau penjara seumur hidup, pidana maksimal

yang dapat dijatuhkan adalah penjara maksimum 10 tahun.38

������������������������������������������������������������38 Ibid,.

Page 42: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

28

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Dalam membahas masalah yang disajikan dalam penelitian ini maka penulis akan

melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris yaitu:

1. Pendekatan secara yuridis normatif dilakuan dengan cara mengkaji dan

mempelajari bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Pendekatan secara yuridis empiris dilakukan dengan cara mengumpulkan

informasi-informasi tentang kenyataan yang terjadi dilapangan guna

mendapatkan fakta-fakta yang ada hubungannya dengan masalah yang

dibahas.

B. Sumber dan Jenis Data

Data yang diperoleh ini bersumber pada dua data yaitu:

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya.

Yakni yang menjadi acuan pokok dakam penelitian yang berkaitan langsung

serta memuat banyak permasalahan mengenai penundaan pelaksanaan

eksekusi pidana mati yaitu seperti KUHP, KUHAP dan wawancara terhadap

tokoh (praktisi hukum).

Page 43: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

29

2. Data Sekunder bersumber dari studi kepustakaan dengan cara membaca,

mengutip, dan menelaah peraturan perundang-undangan, buku-buku,

dokumen-dokumen, kamus, literatur, berkaitan dengan permasalahan yang

akan dibahas.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang yang memberikan informasi/keterangan secara jelas

atau menjadi sumber informasi. Keterangan atau jawaban tersebut dapat

disampaikan dalam bentuk tulisan atau lisan ketika menjawab wawancara. Yang

menjadi sumber penelitian ini adalah:

1. Jaksa pada Kejaksaan Tinggi Lampung : 1 orang

2. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 2 orang +

Jumlah : 3 orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data untuk penelitian skripsi ini akan disesuaikan

dengan sumber data, baik data primer maupun data sekunder dengan

menggunakan cara-cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan

bantuan berbagai buku untuk memperoleh data yang mendalam, yaitu

dilakukan dengan cara membaca, mencatat, mengutip hal-hal penting

Page 44: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

30

terhadap literatur, asas, doktrin, wacana, pandangan (pendapat) yang

kemudian dijadikan sebagai landasan teori dan peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan materi pembahasan.

b. Studi Lapangan

Pada studi lapangan akan melalui wawancara dengan narasumber yang telah

direncanakan sebelumnya, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang telah disusun terlebih dahulu. Sehingga teknik yang digunakan dalam

wawancara adalah bertanya langsung kepada orang yang di wawancarai, dan

dengan beberapa informan yang telah ditetapkan, dengan mengajukan

beberapa pertanyaan yang telah disusun secara sistematis dan mendalam

mengenai permasalahan dalam skripsi ini. Dimana wawancara tersebut

dilakukan terhadap seluruh narasumber.

2. Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data

lapangan atau data empirik, sehingga data yang diperoleh dapat mempermudah

permasalahan yang diteliti. Pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi Data. Penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan

akurat untuk kepentingan penelitian.

b. Klasifikasi Data. Penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan

akurat untuk kepentingan penelitian.

Page 45: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

31

c. Sistematis Data. Penempatan data yang saling berhubungan dan merupakan

satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sesuai

sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah interpetrasi data.

E. Analisis Data

Setelah data terkumpul dan di olah, kegiatan selanjutnya adalah analisa data.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu dengan cara

mendeskripsikan data yang diperoleh dalam bentuk penjelasan dan uraian-uraian

kalimat. Dan dapat ditarik kesimpulan secara induktif yaitu suatu cara berfikir dari

hal-hal yang bersifat umum lalu diambil kesimpulan secara khusus. Dari

kesimpulan-kesimpulan yang telah diambil kemudian disampaikan saran-saran.

Page 46: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

32

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor penghanbat dalam penundaan

eksekusi pidana mati, yaitu: Faktor Substansi Hukum (Perundang-undangan)

karena tidak adanya pengaturan mengenai batasan waktu dalam mengajukan grasi

dan peninjauan kembali, Faktor Penegak Hukum (Struktur Hukum) karena dalam

pelaksanaannya para penegak hukum memerlukan koordinasi, Faktor Sarana dan

Fasilitas terkait anggaran dana, dan Faktor Masyarakat karena adanya elit politik

dari sebagian masyarakat Indonesia yang disebabkan adanya kepentingan-

kepentingan politik maupun penguasa pimpinan negara yang menekan untuk tidak

dilaksanakan eksekusi terhadap terpidana mati. Berdasarkan analis saya dari

keempat faktor tersebut, faktor substansi hukum atau perundang-undangan yang

tidak mengatur adanya batasan waktu dalam mengajukan Peninjauan Kembali dan

Grasi dan faktor masyarakat karena adanya tekanan dari masyarakat itulah yang

menjadi faktor terbesar dalam penundaan eksekusi pidana mati pada pelaku tindak

pidana narkotika.

Page 47: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

33

B. Saran

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka, penulis memberikan

saran yaitu, pada pelaku tindak pidana narkotika yang dijatuhi pidana mati agar

segera dilakukan eksekusi, secepat mungkin apabila upaya hukumnya telah

dilakukan demi adanya kepastian hukum. Dan untuk pembuat undang-undang dan

para penegak hukum agar segera membuat Undang-Undang yang mengatur

tentang adanya batasan waktu dalam mengajukan PK, dan Grasi guna

memperlancar eksekusi pidana mati pada pelaku tindak pidana narkotika.

Sehingga memperoleh kepastian hukum yang jelas.

Page 48: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

34

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pembangunan Hukum dan Penegakan Hukum di

Indonesia. Yogyakarta: Uuniversitas Gajah Mada

Atmasasmita, Romli.1991.Tindak Pidana Narkotika Transnasional dalam Sistem

Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya

Chazawi, Adami.l990.Pelajaran Hukum Pidana, Bagian I: Stelsel Pidana, Tindak

pidana, Teori-teori pemidanaan dan batas berlakunya hukum pidana.

Jakarta: PT.Grafindo Persada

Effendy, Marwan.2012. Diskresi, Penemuan Hukum, Korporasi dan Tax Amnesty,

Jakarta:Referensi

Gustiani, Diah. 2013.Hukum Penitensia dan Sistem Pemasyarakatan Di

Indonesia, Bandar Lampung: PKKPUU FH UNILA

Hamzah, Andi. 1994. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta

_____.2010. Hukum Acara Pidana Indonesia.Jakarta: Sinar Grafika

_____.2015. Hukum Pidana Indonesia dan perkembanganya.Medan: Softmedia

Karjiadi dan Soesilo.1997. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Bogor:

Politeia

Kuncoro, Fajar Hari. 2008.Faktor-Faktor Penundaan Eksekusi Pidana Mati.

Program Pascasarjana. Universitas Indonesia

M. Karjiadi dan R Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,

(Bogor:Politeia,1997), hlm.221.

M. Karjiadi dan R Soesilo.1997. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Bogor: Politeia

Page 49: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

35

Nawawi Arief, Barda. 2002.Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Nurwachid dan Djoko Prakoso.1984. Pidana Mati Di Indonesia Dewasa Ini,

Jakarta Timur: Ghalia Indonesia

Poerwadarminta, W.J.S.1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai

Pustaka

Saputra, Indra.2014. Skripsi Dengan Judul Analisis Putusan Hakim Dalam

Menjatuhkan Pidana Mati Kepada Pelaku Tindak Pidana Narkotika,Bandar

Lampung : Fakultas Hukum

Siregar, Romaito.2011. Skripsi Dengan Judul Analisis Pelaksanaan Pidana Mati

Dan Hak Terpidana Mati Selama Masa Tunggu Eksekusi, Bandar Lampung:

Fakultas Hukum

Sholehuddin.2004. Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Sugandhi, R. 2012.KUHP Berikut Penjelasannya. Surabaya: Usaha Nasional

Soekanto, Soerjono.1986..Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

______.1986. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Jakarta:

Rineka Cipta

Shanti, Dellyana.1998.Konsep Penegakan Hukum.Yogyakarta : Liberty

Tanusubroto, S.1989. Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana, cet ke-II.Bandung: CV.

Armico

Usman, Nurdin. 2002, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

Waluyo, Bambang. 2014. Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Undang-Undang No. 2/PNPS/1964 tentang Tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

yang Dijatuhkan oleh Pengadilan Dilingkungan Peradilan Umum dan

Militer

Page 50: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

36

Kitap Undang-Undang Hukum Pidana

Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana

C. Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati diakses pada 4 oktober 2015 jam

13.20

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati diakses pada 4 oktober 2015 jam

14.00

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150428_eksekusi_veloso diakses

pada 4 oktober 2015 jam 14.10

http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/029fa59d0b7e737bee0655c78df946

2a diakses pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 19.50

http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/9e5344eb0c586163e1c47f94c8e0f6

6f diakses pada

http://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/91134-mary-jane-

akan-dieksekusi-selasa diakses pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 20.10

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150428_eksekusi_velosodiakses

pada 4 oktober 2015 jam 14.00

http://www.merdeka.com/peristiwa/4-fakta-freddy-budiman-raja-narkoba-lolos-

hukuman-mati.html diakses pada tanggal 18 november 2015 pukul 21.38

http://putusan.mahkamahagung.go.id/main/pencarian/?q=terpidana+mati+raheem

+agbaje+salami diakses pada 4 oktober 2015 jam 14.30

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/599245-terpidana-mati-raheem-agbaje-

ajukan-grasi-lagi diakses pada tanggal 17 oktober 2015 pukul 20.14

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt55069c38d2bbc/adakah-aturan-yang-

melarang-orang-sakit-jiwa-dihukum-mati diakses pada tanggal 18

november 2015 pukul 21.00

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16982/ruu-kuhp-masih-berlakukan-

hukuman-mati diakses pada tanggal 14 januari 2016 pukul 20.05

Page 51: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

37

LAMPIRAN

Page 52: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

38

1. Narasumber Jaksa pada Kejaksaan Tinggi Lampung

Nama : Azwarman, S.H., M.H.

NIP : 1970111519970301003

Jenis Kelamin : laki-laki

Pangkat/Golongan : III/B

Jabatan : Kasi Tindak Pidana Umum Lain (TPUL)

Unit Kerja : Kejaksaan Tinggi Lampung

2. Narasumber Dosen Bagian Hukum Pidana pada Fakultas Hukum Universitas

Lampung, sebagai berikut :

Nama : Dr. Maroni, S.H., M.H.

NIP : 196502041990031002

Jenis Kelamin : laki-laki

Pangkat/Golongan : IV/B

Jabatan : Lektor Kepala

Unit Kerja : Universitas Lampung

3. Narasumber Dosen Bagian Hukum Pidana pada Fakultas Hukum Universitas

Lampung, sebagai berikut :

Nama : Dr. Heni Siswanto, S.H., M.H.

NIP : 196502041990031002

Jenis Kelamin : laki-laki

Pangkat/Golongan : IV/B

Jabatan : Lektor Kepala

Unit Kerja : Universitas Lampung

Page 53: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

39

Penentuan narasumber di atas dengan pertimbangan bahwa narasumber tersebut

dapat mewakili penegak hukum dari lembaga atau instansinya masing-masing

sehingga dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi

ini. Jawaban yang diberikan narasumber di lembaga atau instansinya masing-

masing, sehingga dalam penelitian ini dapat diperoleh sumber dan hasil yang

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Page 54: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

40

Page 55: ANALISIS PENUNDAAN EKSEKUSI PIDANA MATI PADA PELAKU TINDAK ...digilib.unila.ac.id/21281/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mati pada pelaku tindak pidana ... menyelesaikan kuliah

41