analisis peran pondok pesantren dalam membangun jiwa entrepreneurship dan leadership

9
ANALISIS PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBANGUN JIWA ENTREPRENEURSHIP DAN LEADERSHIP (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Di Malang) Proposal Seminar MSDM Disusun Oleh: M Faizal Akbar 201210160311067 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: m-faizal-akbar

Post on 18-Sep-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

y

TRANSCRIPT

ANALISIS PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBANGUN JIWA ENTREPRENEURSHIP DAN LEADERSHIP(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Di Malang)

Proposal Seminar MSDM

Disusun Oleh:M Faizal Akbar201210160311067

PROGRAM STUDI MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015A. Latar BelakangJumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan. Dampak yang ditimbulkan dari bertambahnya penduduk tersebut tidak hanya berkisar pada penambahan kebutuhan dasar manusia, akan tetapi berakibat pula terhadap meningkatnya berbagai macam kebutuhan lain yang mendorong terjadinya kelangkaan berbagai macam kebutuhan dipasaran. Kebutuhan akan pangan, papan, dan lapangan pekerjaan yang harus terpenuhi, menuntut kreativitas dan kerja keras dari setiap individu untuk berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya.Untuk mendapatkan pekerjaaan setiap tahunnya tidak kurang dari ratusan bahkan ribuan orang saling bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Beberapa penyebab munculnya fenomena tersebut adalah keinginan untuk menjadi pegawai, sifat malas, belum siap pakai, sikap mental yang kurang baik, tidak percaya diri, dan kurangnya motifasi pribadi untuk menjadi seorang wirausahawan. Merujuk data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada bulan Agustus 2014 mencapai 6,14% dari total penduduk indonesia. (BPS, 2014).Artinya lebih dari 7,24 juta orang tidak mendapatkan pekerjaan. Jumlah tersebut diperkirakan akan mengalami kenaikan setiap tahunya apabila pemerintah tidak menyediakan lapangan kerja. Keberadaan pesantren sebagai agen pengembangan masyarakat, sangat diharapkan mempersiapkan sejumlah konsep pengembangan sumber daya manusia, baik untuk peningkatan kualitas pondok pesantren maupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.Menurut (Stephen Robbin, 2007) bahwa kompetensi adalah kemampuan (ability) atau kapasitas seseorang untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, dimana kemampuan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Di era globalisasi dengan persaingan yang terlalu ketat dewasa ini, pesantren harus membangun sumber daya manusia, tidak cukup dengan membangun satu aspek jiwa spiritual saja melainkan diperlukan pula berbagai pengetahuan dan ketrampilan (skill) yang selama ini masih kurang mampu dipenuhi oleh pondok pesantren. Perlunya pengembangan pesantren diharapkan bisa berperan sebagai basis pembangunan wilayah yang taktis dan strategis, Taktis dalam hal ini, pesantren mampu memainkan peran dalam membentuk konsep perekonomian kerakyatan. Strategis, pesantren merupakan satu-satunya aset pendidikan yang menggodok generasi bangsa. Pesantren mesti menghasilkan generasi muda yang piawai di bidang ekonomi mandiri yang mengarah pada kewirausahaan.Melahirkan pengusaha yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual adalah respons lembaga pendidikan agama seperti pesantren. Jika ini terwujud, maka pesantren akan kembali menjadi alat untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, membebaskan rakyat dari keterbelengguan.Selain persoalan keagamaan, peran pesantren mesti dikontekstualisasikan ke dalam penanggulangan masalah perekonomian. Di era globalisasi dengan persaingan yang terlalu ketat dewasa ini, pesantren harus membangun sumber daya manusia, tidak cukup dengan membangun satu aspek jiwa spiritual saja melainkan diperlukan pula berbagai pengetahuan dan ketrampilan (skill) yang selama ini masih kurang mampu dipenuhi oleh pondok pesantren.Berbagai faktor seperti masih tertutupnya para kyai untuk menerima bantuan dan kurangnya sarana prasarana mengakibatkan banyak alumni atau lulusan dari pondok pesantren tidak dapat bersaing dalam kehidupan yang semakin kompetitif, karena kurang memiliki ketrampilan (skill) yang justru merupakan tuntutan dan kebutuhan pasar dewasa ini. Adanya pengembangan life skill yang ada pesantren lambat laun akan memunculkan kemandirian pesantren, yang dalam hal ini bisa dilihat juga dari segi pengelolaan, manajemen, maupun adanya kegiatan yang bersifat ekstra seperti pelajaran menjahit, beternak, maupun bercocok tanam dan lain sebagainya. Apabila dimaknai lebih dalam, kegiatan-kegiatan diatas dapat memberikan nilai pendidikan lebih yaitu pendidikan life skill bagi santri.Pesantren mempunyai peran yang sangat menentukan tidak hanya bagi perkembangan suatu bangsa. Pesantren yang mampu mendukung pembangunan nasional yakni pesantren yang mampu mengembangkan potensi para santrinya, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan problem kehidupan sosial. Selama ini berkembang anggapan bahwa pondok pesantren cenderung tidak dinamis dan tertutup terhadap segala perubahan atau medernisasi.Anggapan ini pula yang menyebabkan lembaga pendidikan pondok pesantren (terutama yang tidak memiliki Madrasah) diidentikkan dengan tradisionalisme, dan tidak sejalan dengan proses modernisasi. Akibatnya, perhatian pada pengembangan pondok pesantren lebih dilihat dalam perspektif kesediaannya menjadi lembaga pendidikan agama. Mengantisipasi hal tersebut, maka pengembangan SDM mutlak menjadi kewajiban, utamanya di daerah yang menjadikan pesantren sebagai basis masyarakat. Menurut (kartono, 2011) Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya dengan baik.Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan. Para wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka mengembangakan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi merka dalam memajukan perusahaannya. Pengembangan pesantren dengan konsep yang jelas mutlak dilakukan. Pesantren tidak hanya dijadikan sebagai tempat menimba ilmu saja, tetapi pesantren dapat menjadi lumbung yang berkualitas. Pengembangan semangat entrepreneurship dan leadership berbasis pesantren merupakan salah satu cara bagi pesantren dibidang pengembangan sumber daya santri. Adanya dorongan dan motivasi dari pihak pesantren akan melahirkan generasi santri yang memiliki jiwa entrepreneurship dan leadership yang nantinta tidak hanya berguna bagi pribadi tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi perekonomian negara.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latarbelakang diatas maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana konsep membangun jiwa entrepreneurship dan leadership di pesantren?2. Bagaimana metode yang digunakan pesantren dalam membangun jiwa entrepreneurship dan leadership?3. Bagaimana peran pesantren dalam membangun jiwa entrepreneurship dan leadership?

C. Batasan MasalahMengingat luasnya ruang lingkup peran pesantren dalam menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan leadership, maka untuk menghindari bias makna, maka penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dibahas sebagai berikut:1. Peran pesantren yang dimaksud adalah keterlibatan pesantren dalam memberdayakan para santri dalam membangun jiwa entrepreneurship dan leadership.2. Penelitian ini dilakukan pada pondok pesantren di wilayah Malang.

D. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitiaan ini adalah sebagai berikut:1. Untuk memperoleh gambaran konkrit berkenaan dengan konsep entrepreneurship dan leadership yang ada di pondok pesantren di Malang2. Untuk mengetahui metode yang dilakukan pesantren Roudlotul Mubtadiin dalam menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan leadership para santri3. Untuk mengetahui peran pesantren Roudlotul Mubtadiin dalam membangun jiwa entrepreneurship dan leadership

E. Manfaat PenelitianManfaat teoritis1. Bagi ilmu pengetahuanPenelitian ini semoga dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang konsep menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship dan leadership yang berbasis pesantren.2. Bagi lembagaSebagai bahan masukan dalam rangka merumuskan dan mengembangkan progam pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren.3. Bagi masyarakatDiharapkan memberikan gambaran dan pemahaman kepada masyarakat tentang entreprtenurship dan leadership berbasis pesantren.

Manfaat praktis1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan yang lebih jelas kepada masyarakat dan lembaga tentang konsep pengembangan jiwa entrepreneurship dan leadership berbasis pesantren.2. Jika permasalahan kedua mengenai bagaimana metode yang digunakan pesantren dalam membangun jiwa entrepreneurship dan leadersip, maka manfaatnya adalah memberikan pengetahuan lebih mendalam mengenai cara atau metode yang di lakukan oleh psantren dalam membangun jiwa entrepreneurship dan leadership.3. Akan memberikan manfaat pengetahuan berupa gambaran kepada masyarakat maupun lembaga akan peran pesantren dalam proses menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship dan leadership di pesantren wilayah Malang.