analisis perilaku bullying siswa madrasah aliyah …digilib.unila.ac.id/55267/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERILAKU BULLYING SISWA MADRASAH ALIYAH
NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Oleh:
MIRA NURUL FITRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
ANALISIS BENTUK PERILAKU BULLYING SISWA MADRASAH
ALIYAH NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2018/2019
Oleh
Mira Nurul Fitri
Masalah dalam penelitian ini adalah perilaku bullying siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perilaku bullying siswa. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian
sebanyak 982 siswa dan sampel penelitian sebanyak 197 siswa, sampel diambil
menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket perilaku bullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
97,97% (193 siswa) melakukan perilaku bullying. Bentuk perilaku bullying yang
paling banyak dilakukan oleh siswa adalah bullying relasional, yaitu 91,88% (181
siswa).
Kata Kunci : Perilaku Bullying, Bullying Fisik, Bullying Verbal, Bullying
Relasional, Bullying Elektronik
i
ANALISIS PERILAKU BULLYING SISWA MADRASAH ALIYAH
NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2018/2019
Oleh:
MIRA NURUL FITRI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bimbingan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
i
ii
iii
i
Riwayat Hidup
Mira Nurul Fitri lahir di Bandar Lampung tanggal 2
Desember 1996, merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara dari
pasangan Bapak Andi Syamsi,S.E. dan Ibu Nurjanah, S.E.
Penulis mengenyam pendidikan selama 13 tahun di Yayasan
AL-Kautsar Bandar Lampung dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah
Menengah Atas pada tahun 2001 hingga 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar
sebagai mahasiswa di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada
Tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Profesi
Kependidikan (PPK) di SMP Negeri 1 Negeri Agung, kedua kegiatan tersebut
dilaksanakan di Desa Negeri Agung, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten Way
Kanan, Provinsi Lampung.
ii
MOTTO
“Be Kind,
For Everyone You Meet is Fighting a Hard Battle”
-Plato
iii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillaahirobbil’alamiin, Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT atas terselesaikannya penulisan
skripsi ini yang kupersembahkan karya kecilku ini pada :
Papa dan Mamaku tersayang yang selalu memberikan do’a dan
dukungan yang tak terhingga dengan mengharapkan keberhasilan bagi
anaknya, serta Adin yang selalu ngebully baik fisik maupun verbal,
sehingga terciptalah judul skripsi ini.
iv
SANWACANA
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesainya skripsi ini sebagai salah satu syarat
dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku
Bullying Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2019”.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling sekaligus dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing Utama.
Terima kasih atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan masukan
dalam proses penyelesaian skripsi ini kepada penulis;
5. Bapak Redi Eka Andriyanto, S.Pd., Kons., selaku Pembimbing Kedua.
Terima kasih atas kesediaannya memberikan bimbingan, kesabaran, saran dan
masukan yang berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini kepada penulis;
v
6. Bapak Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd., selaku Penguji Utama pada ujian
skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran kepada penulis;
7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA (Drs.
Muswardi Rosra M.Pd., Drs. Giyono, M.Pd. (alm), Drs. Syaifudin Latif,
M.Pd. (alm), M. Johan Pratama, S.Psi., M.Psi., Psi., Ranni Rahmayanthi Z,
S.Pd., M.A., Citra Abriani Maharani, M.Pd., Kons., Yohana Oktariana, M.Pd,
Asri Mutiara Putri, S.Psi.,) terima kasih untuk semua bimbingan dan
pelajaran yang begitu berharga yang telah bapak ibu berikan selama
perkuliahan;
8. Bapak dan Ibu Staff Administrasi FKIP UNILA, terima kasih atas
bantuannya selama ini dalam membantu menyelesaikan keperluan
administrasi;
9. Orangtuaku tersayang, Ayahanda Andi Syamsi, S.E. dan Ibunda Nurjannah,
S.E. yang tak henti-hentinya memberikan do‟a dan dukungan.
10. Abang Ahmad Fikri Mahendra yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini, Makasih bang!
11. Para Sesabun, Angga Wirayuda dan Risti Amalia Sari yang telah menemani
dalam senang dan mengganggu dalam sedih selama lebih dari 6 tahun
belakangan dan mungkin tahun-tahun mendatang.
12. Sahabat-sahabatku tersayang Adelia Gebrinna bukan istrinya Pasha ataupun
pemilik salah satu kantin di sekitaran kampus, Diah Marantika, Sisca
Indriyani, Jelita Eka Seprida, Anni Rofiqoturrohmah. Makasih coy!.
13. Teman-teman seperjuangan skripsi; Dian Ayu Lestari dan Siti Aminah.
vi
14. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2014, khususnya kelas B,
terimakasih selalu menghibur setiap saat senang bareng, telah menjadi teman
kelompok dalam mengerjakan tugas, masukan saran, senantiasa menasehati,
dan selalu kompak, maaf tidak disebutkan satu persatu. Terimakasih atas
kebersamaannya selama ini;
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih;
16. Almamaterku tercinta.
Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dan penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 2018
Penulis
Mira Nurul Fitri
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... i
MOTTO ............................................................................................................ ii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ iii
SANWACANA ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah .................................................................. 1
1. Latar Belakang ................................................................................ 1
2. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6
3. Pembatasan Masalah ....................................................................... 7
4. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7
1. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
2. Kegunaan Penelitian........................................................................ 7
C. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 9
D. Kerangka Pikir ....................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Bullying dalam Bimbingan Pribadi-Sosial.............................. 13
B. Perilaku Bullying .................................................................................... 14
1. Pengertian Perilaku Bullying ........................................................... 14
2. Bentuk Bullying ............................................................................... 17
3. Faktor – Faktor penyebab Bullying ................................................. 20
4. Dampak Perilaku Bullying .............................................................. 27
C. Siswa Madrasah Aliyah Negeri.............................................................. 30
1. Karakteristik Siswa Madrasah Aliyah Negeri .................................. 30
2. Perilaku Bullying Siswa Madrasah Aliyah Negeri ........................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 36
B. Metode Penelitian .................................................................................. 36
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 37
viii
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 39
1. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 39
2. Definisi Operasional ........................................................................ 39
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 41
F. Uji Instrumen Penelitian ........................................................................ 42
1. Validitas .......................................................................................... 42
2. Reliabilitas Instrument ..................................................................... 45
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 48
1. Hasil Analisis Deksriptif Persentase Siswa yang Melakukan
Bullying ............................................................................................ 49
2. Hasil Analisis Deksriptif Persentase Siswa yang Melakukan
Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 49
3. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Perilaku Bullying Fisik,
Verbal, Relasional dan Elektronik Siswa ......................................... 51
4. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Perilaku Bullying Fisik,
Verbal, Relasional dan Elektronik Siswa Berdasarkan Jenis
Kelamin ............................................................................................ 52
B. Pembahasan ........................................................................................... 53
1. Analisis Deksriptif Persentase Siswa yang Melakukan Bullying..... 55
2. Analisis Deksriptif Persentase Siswa yang Melakukan Bullying
Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................................. 55
3. Analisis Deskriptif Persentase Perilaku Bullying Fisik, Verbal,
Relasional dan Elektronik Siswa ..................................................... 57
4. Analisis Deskriptif Persentase Perilaku Bullying Fisik, Verbal,
Relasional dan Elektronik Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 72
B. Saran ...................................................................................................... 72
Daftar Pustaka ................................................................................................. 74
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan Teasing dan Taunting Menurut Coloroso ................................. 17
2. Persebaran Siswa Sampel Penelitian .......................................................... 39
3. Kisi-Kisi Angket Bentuk Perilaku Bullying ................................................ 42
4. Kriteria Reliabilitas Menurut Arikunto ....................................................... 46
5. Distribusi Siswa MAN 2 Bandar Lampung ............................................... 48
6. Distribusi Siswa yang Melakukan Bullying Berdasarkan Jenis kelamin ... 56
7. Persentase Siswa Pelaku Bullying Fisik, Bullying Verbal, Bullying
Relasional dan Bullying Elektronik ............................................................ 58
8. Persentase Siswa Pelaku Bullying Fisik, Bullying Verbal, Bullying
Relasional dan Bullying Elektronik Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 64
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Persentase Siswa yang Melakukan Bullying ............................................... 49
2. Persentase Siswa Laki-Laki yang Melakukan Bullying .............................. 50
3. Persentase Siswa Perempuan yang Melakukan Bullying ............................ 50
4. Persentase Siswa Pelaku Bullying Fisik, Verbal, Relasional, dan
Elektronik .................................................................................................... 51
5. Persentase Siswa Laki - Laki dan Perempuan Pelaku Bullying Fisik,
Bullying Verbal, Bullying Relasional dan Bullying Elektronik .................. 53
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi- Kisi Angket Perilaku Bullying ........................................................... 79
2. Hasil Uji Ahli Kisi-Kisi Angket Perilaku Bullying ................................... 83
3. Hasil Judgement Expert dengan Aiken’s V ................................................. 90
4. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas Angket Perilaku Bullying ..................... 94
5. Angket Perilaku Bullying ............................................................................ 95
6. Hasil Sebaran Angket Perilaku Bullying .................................................... 100
7. Hasil Analisis Jumlah Siswa yang Berperilaku Bullying ............................ 109
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas
diri individu dimasa yang akan datang. Dalam kehidupan sehari-hari
kita mengenal adanya pendidikan formal dan pendidikan nonformal.
Pendidikan formal diperoleh dari suatu lembaga yang bertanggung
jawab dan berkompetensi yaitu di sekolah yang di mulai dari jenjang,
Sekolah dasar (SD), Sekolah menengah pertama (SMP), Sekolah
menengah atas (SMA) dan berlanjut perguruan tinggi. Sedangkan
pendidikan nonformal bisa di dapatkan di luar pendidikan formal
contohnya pendidikan yang di peroleh di lingkungan keluarga
Perubahan zaman yang semakin pesat telah membawa dampak di
berbagai aspek kehidupan tidak terkecuali dalam dunia pendidikan.
Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan efisien pada satuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh suasana kondusif yang
diciptakan oleh semua komponen yang berperan dalam mengantar
peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam
2
kenyataannya tujuan dari pendidikan itu sendiri belum sepenuhnya
tercapai, karena masih adanya kasus penyimpangan perilaku
kekerasan yang dilakukan di kalangan remaja yang memerlukan
perhatian dari berbagai pihak.
Tahapan perkembangan remaja merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. pada masa ini,
remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas
atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Kebutuhan sosisal dan
psikologis remaja pun menjadi semakin meningkat. Salah satu tugas
perkembangan remaja terkait penyesuaian nilai-nilai yang selaras
dengan dunia orang dewasa adalah tugas untuk mengembangkan
perilaku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 2004). Dalam
perkembangan remaja, kegagalan menyelesaikan sebuah tugas
perkembangan, terkait perilaku sosial yang bertanggung jawab, dapat
membuat remaja rentan melakukan perilaku agresif atau melakukan
kekerasan yang lazim disebut sebagai bullying (Purnaingtyas dan
Masykur, 2015).
Perilaku bullying telah lama menjadi bagian dari dinamika yang ada di
sekolah. Umumnya orang lebih mengenal istilah-istilah pemalakan,
pengucilan, intimidasi, dan lain-lain. Kasus kekerasan di lingkungan
sekolah, seperti tawuran, pencurian, pelecehan seksual, guru memukul
siswa, senior menganiaya junior, dipaksa membuat tugas sekolah
oleh temannya, diolok-olok teman, senior menghukum junior dengan
3
push up masih terus terjadi. Korban bullying biasanya tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau
mental, hal ini akan memicu terjadinya stres karena rasa takut yang
luar biasa. Jika ini terjadi pada siswa maka dapat dipastikan kehidupan
efektif sehari-hari mereka akan terganggu dan kegiatan belajarnya
menjadi tidak optimal.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2014 mencatat,
bahwa bullying paling banyak terjadi di lingkungan pendidikan. KPAI
juga memukan bahwa anak mengalami bullying di lingkungan sekolah
sebesar 87,6%. Dari angkat 87,6% tersebut, 29,9% bullying dilakukan
oleh guru, 42,1% dilakukan oleh teman sekelas, dan 28% dilakukan
leh teman lain kelas (Prima, 2012).
Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai
Jiwa Amini (SEJIWA) tahun 2008 yang bekerjasama dengan Plan
Indonesia dan Universitas Indonesia tentang kekerasan bullying di
kota besar di Indonesia yaitu di Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya
mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% ditingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama
siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk
tingkat SMA dengan kategori tertinggi berupa pengucilan.
Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir
kekerasan fisik (memukul). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
4
dapat disimpulkan bullying terjadi hampir diseluruh sekolah, baik
yang ringan hingga berat.
Fenomena perilaku bullying merupakan bagian dari kenakalan remaja
dan diketahui paling sering terjadi pada masa-masa remaja,
dikarenakan pada masa ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi
(Edwards, 2006). Hal senada dipaparkan oleh Erikson (Desmita, 2012)
yang menjelaskan mengenai tahap perkembangan remaja pada umur
12-20 tahun yaitu tahap identitas-kekacauan identitas (identity-identity
confusion). Erikson menjelaskan bahwa dalam tahap ini remaja
melakukan persiapan untuk menuju ke arah kedewasaan yang
didukung pula oleh kemampuan dan kecapakan-kecakapan yang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan
identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk
dan memperlihatkan identitas diri ini, pada remaja sering sekali sangat
ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan (Diestika, 2015)
Bullying dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan atau perilaku
agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau
seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap
seseorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan
mudah (Olweus dalam Geldard 2012) atau sebagai sebuah
“penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan secara sistematik (Sharp &
Smith dalam Geldard 2012). Bullying merupakan tindakan atau
5
perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok
orang yang lebih kuat dan lebih berkuasa kepada seseorang yang
lebih lemah sehingga korban tidak dapat mempertahankan dirinya
dengan mudah.
Di Indonesia, bullying di sekolah atau disebut dengan school bullying
ini sering terjadi di SMA. Seperti ancaman atau pemalakan lebih
sering muncul dalam beberapa bentuk seperti minta makanan, minta
dibuatkan tugas sampai saat ujian minta untuk diberikan contekan.
Kasus lain yaitu berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman
yang diejek menangis, sehingga jadi bahan tertawaan oleh mereka
yang mengejek. Tidak sampai disana, sebuah kelompok pertemanan
biasanya akan menjauhi seseorang atau sekelompok pertemanan
lainnya karena tidak menyukai atau dengan alasan yang sepele seperti
merasa mereka tidak pantas untuk dekat dengan lingkungan
pertemanannya. Selain, tindakan langsung seperti yang dicontohkan
sebelumnya, bullying pun banyak di temukan di sosial media. Seperti
membuat status untuk mencela korban, mengomentari status korban
dengan pedas dan tajam, menyebarkan rumor tidak benar
menggunakan nama annonim di jejaring sosial media.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di Madrasah Aliyah Negeri
2 Bandar Lampung, diketahui kasus bullying baru baru ini terjadi di
sekolah tersebut. Penyebabnya adalah siswa korban bullying
merupakan siswa pindahan dari sekolah lain dan memiliki keadaan
6
ekonomi di atas rata-rata siswa lainnya. Bullying yang terjadi awalnya
hanya berbentuk verbal melalui sosial media, setelahnya melalui
verbal langsung, lalu pengasingan hingga akhirnya melibatkan kontak
fisik dan baru diketahui oleh pihak sekolah ketika kasusnya cukup
besar. Penyebab keterlambatan diketahuinya kasus bullying
dikarenakan korban atau penonton tidak ada yang berani
mengkomunikasikannya dengan pihak guru BK ataupun guru kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perilaku Bullying
Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2018/2019”.
2. Identifikasi Masalah
Ditinjau dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
a. Siswa memberikan nama julukkan yang tidak menyenangkan
kepada siswa lain.
b. Sekolompok siswa mengucilkan siswa lain.
c. Siswa melempar benda-benda kepada siswa lain.
d. Siswa melakukan pemukulan terhadap siswa lain.
e. Siswa menyindir siswa lain di sosial media.
f. Siswa menggosipkan siswa lain untuk menjelekannya.
7
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka agar dalam penelitian
ini tidak terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan peneliti
membatasi masalah, yaitu “Analisis Perilaku Bullying Siswa
Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2018/2019”.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah
diketahui bahwa kasus bullying terjadi di kalangan siswa
SMA/sederajat. Sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apasajakah perilaku - perilaku bullying yang terjadi di
kalangan siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2018/2019?”.
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku -
perilaku bullying yang terjadi di kalangan siswa Madrasah Aliyah
Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2018/2019.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini sebagai berikut :
8
a) Kegunaan secara teoritis
Dari segi teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah
wawasan pengetahuan mengenai perilaku - perilaku bullying
yang terjadi pada siswa Madrasah Aliyah Negeri Bandar
Lampung .
b) Kegunaan secara praktis
Bagi siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung, penelitian
ini berguna sebagai informasi perilaku-perilaku apasajakah yang
termasuk kedalam perilaku bullying.
Bagi guru bimbingan dan konseling Madrasah Aliyah Negeri 2
Bandar Lampung, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan
menyusun program dan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, khususnya yang berkaitan dengan perilaku bullying.
Sehingga guru pembimbing dapat memberikan pelayanan yang
tepat untuk menangani dan mencegah perilaku bullying disekolah
berlanjut.
Bagi pihak sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun program yang tepat sasaran dan efektif terhadap
penanganan pelaku bullying yang terjadi di kalangan siswa.
Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai
data fenomena bullying yang terjadi di Madrasah Aliyah Negeri
Lampung dan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut tentang
9
penyusunan penangan yang tepat untuk menghentikan perilaku
bullying serta mencegahnya terjadi lagi di kemudian hari.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penulis membuat ruang lingkup penelitian ini agar lebih jelas dan tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah :
a. Ruang Lingkup Objek
Objek dalam penelitian ini terdiri dari perilaku bullying Siswa
Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2018/2019.
b. Ruang Lingkup Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Aliyah
Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2018/2019.
c. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dalam penelitian ini adalah Siswa Madrasah Aliyah Negeri
2 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2018/2019.
D. Kerangka Pikir
Fenomena bullying tidak terpisahkan dari kehidupan sosial pada saat ini.
Ejekan – ejekan dan cemoohan sudah biasa terlihat di acara TV yang
bebas ditonton anak – anak sehingga mereka menirunya dan
menganggapnya hanya bahan bercanda. Namun bagi orang yang
menerima ejekan ataupun cemoohan tersebut bisa saja mengganggapnya
serius dan membuatnya kecil hati. Selain itu tradisi MOS yang masih
terjadi di beberapa sekolah seakan mendukung para senior untuk mem-
10
bully para juniornya dengan dalih mengajarkan kedisplinan ataupun
menanamkan rasa hormat pada orang yang lebih tua. Padahal sebenarnya
masih banyak cara lain untuk menanamkan rasa itu selain dengan tradisi
MOS yang terkadang berlebihan. Contohnya kasus yang terjadi di SMA
Nusantara Ciputat, Tanggerang Selatan Banten 11 Agustus 2017 lalu.
Senior memaksa juniornya meminum racikan roti kacang ijo, wafer keju
dan air jeruk. Selain itu siswa senior juga melontarkan kata-kata kasar
kepada juniornya. (berita liputan 6 SCTV, Jumat 11 Agustus 2017).
Bullying merupakan tindakan atau perilaku agresif yang dilakukan oleh
seseorang atau sekolompok orang yang lebih kuat dan lebih berkuasa
kepada seseorang yang lebih lemah sehingga korban tidak dapat
mempertahankan dirinya dengan mudah. Korban bullying merasa
terintimidasi oleh kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pelaku
bullying.
Menurut menurut Coloroso (2007: 47) bullying dibagi menjadi empat
jenis, yaitu bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional , dan bullying
elektronik.
Bullying fisik merupakan bullying yang melibatkan kontak fisik, yaitu,
memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit,
memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi
yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta
barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin
dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan
11
walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius. Anak yang
secara teratur memainkan peran ini kerap merupakan penindas yang paling
bermasalah diantara para penindas lainnya, dan yang paling cenderung
beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih serius.
Bullying verbal berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau
pelecehan seksual. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat
dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.
Seperti memberikan nama nama julukkan yang bermaksud untuk
merendahkan korban dan ditutupi dengan kedok candaan, namun bagi
korban julukkan tersebut menyakiti perasaan dan harga dirinya. Selain itu
menyebarkan rumor-rumor yang tidak benar mudah sekali dilakukan dan
sangat sulit untuk ditemukan siapa yang memulainya
Bullying Relasional pelemahan harga diri korban penindasan secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran. Bullying relasional berupa pengabaian-pengabaian yang
samar dan sulit di deteksi. Bagi sekelompok pembully mudah saja untuk
menjahui dan mengabaikan korban, namun sangat sulit dibuktikan
kebenarannya. Pembully dapat beralasan tidak mendengar panggilan atau
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan korban atau sekedar melupakan
keberadaan korban.
Bullying elektronik adalah bullying menggunakan sarana elektronik dan
fasilitas internet seperti komputer, handphone, kamera, dan website atau
12
situs pertemanan jejaring sosial diantaranya, chatting room, e-mail,
facebook, twitter dan sebagainya. Hal tersebut ditunjukkan untuk meneror
korban bullying dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, video atau
film yan sifatnya mengintimidasi, menyakiti dan menyudutkan.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Bullying dalam Bimbingan Pribadi-Sosial
Secara umum, bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang
diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu-individu untuk
mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya secara optimal
serta membantu individu yang mengalami masalah agar bisa
menyelesaikan masalahnya secara mandiri dengan kemapuan yang
dimiliki oleh dirinya sendiri.
Menurut Prayitno dan Amti (Hikmawati, 2011:65) tujuan umum
bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan
dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang, yang ada (seperti latar
belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai
dengan tuntutan positif lingkungannya.
(Hikmawati, 2011: 67) menjabarkan tujuan khusus bimbingan dan
konseling untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan
perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar, dan karier. Aspek
tugas perkembangan pribadi sosial adalah bimbingan konseling bertujuan
14
untuk membantu siswa dalam mencapai kematangan dalam bidang pribadi
sosial, yaitu siswa dalam mengenal dirinya, menerima dirinya, dapat
menghargai orang lain serta dapat membuat keputusan-keputusan yang
tepat sehingga tidak mengganggu dirinya serta kehidupan sosialnya.
Aspek tugas perkembangan belajar adalah bimbingan konseling bertujuan
membantu siswa dalam mencapai kematangan dalam belajar mandiri,
yaitu siswa sadar akan tanggung.
Dengan demikian, bullying adalah salah satu permasalahan yang terdapat
pada aspek perkembangan bidang pribadi sosial karena bullying
merupakan permasalahan siswa yang berhubungan dengan hubungan
sosial di lingkungannya, terutama di lingkungan sekolah. Dalam
bimbingan dan konseling sendiri, bullying termasuk dalam bidang sosial
karena bullying merupakan masalah yang menyangkut hubungan dengan
orang lain.
B. Bentuk Perilaku Bullying
1. Pengertian Perilaku Bullying
Bullying dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan atau perilaku
agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau
seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap
seseorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan
mudah (Olweus dalam Geldard 2012) atau sebagai sebuah
“penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan secara sistematik (Sharp &
Smith dalam Geldard 2012). Bullying merupakan tindakan atau
15
perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok
orang yang lebih kuat dan lebih berkuasa kepada seseorang yang lebih
lemah sehingga korban tidak dapat mempertahankan dirinya dengan
mudah. Korban bullying merasa terintimidasi oleh kekuatan atau
kekuasaan yang dimiliki oleh pelaku bullying.
“Bullying is a conscious, willful and deliberate activity intended
to harm, induce fear through the threat of further aggression
and created terror”. (Barbara Coloroso, 2002:26)
Bullying adalah tindakan sadar dan disengaja yang dimaksudkan untuk
merugikan, menimbulkan ketakutan melalui serangan lebih lanjut dan
menimbulkan terror (Barbara Coloroso, 2002:26).
Olweus dalam Krahe (2005) mendefenisikan bullying adalah perilaku
negatif seseorang atau lebih kepada korban bullying yang dilakukan
secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu
bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak
seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif
yang diterima korban (Krahe, 2005).
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan yang tidak
seimbang antara seseorang ataupun sekelompok orang yang lebih
“lemah” oleh seseorang atau sekolompok orang yang bertujuan untuk
menyakiti dan terjadi berkali-kali dan berangsung lama. Pelaku
16
bullying adalah orang yang merasa berkuasa ataupun mencari
kekuatan dibalik perilaku bullying-nya sehingga mendapatkan
kekuasaan terhadap orang lain terutama korban bullying. Korban yang
merasa terintimidasi dan merasa lemah sehingga tidak memiliki
kekuatan untuk melawan yang menyebabkan perilaku bullying terjadi
berkali-kali dan berlangsung lama.
Perlu diperhatikan, perilaku bullying bukan hanya diukur dari sekedar
tindakan yang dilakukan, namun juga dampak tindakan tersebut bagi
si korban (SEJIWA, 2008). Jika korban merasa tidak terintimiadasi
oleh perlakuan temannya terhadap dirinya, itu tidak disebut dengan
perilaku bullying. Sedangkan, jika korban merasa terintimidasi oleh
perlakuan pelaku terhadap dirinya dan terjadi berkali-kali, perilaku
tersebut baru dapat dikatakan perilaku bullying. Misalnya jika siswa
A menghina siswa B, lalu siswa B hanya mengganggapnya candaan,
hal tersebut tidak termasuk dalam perilaku bullying. Namun, jika
siswa B merasa terintimidasi dan perilaku tersebut terjadi berulang
kali dalam waktu yang cenderung lama, maka disebut dengan
perilaku bullying. Lebih lanjut, Barbara Coloroso (2007:31)
membedakan antara teasing (menggoda) dan taunting (mengejek)
dalam tabel 2.1 berikut ini :
17
Tabel 2.1 Perbedaan Teasing dan Taunting Menurut Coloroso
Teasing (Menggoda) Taunting (Mengejek)
Dapat berganti peran, antara orang
yang menggoda dan digoda
Berdasarkan perbedaan
kekuatan
Tidak memiliki maksud buruk Bermaksud menyakiti
Tidak bermaksud menyakiti Meliputi mempermalukan,
merendahkan, komentar pedas,
yang disamarkan menjadi
lelucon
Menjaga kehormatan orang yang
terlibat
Menertawakan bukan tertawa
bersama
Akan berhenti ketika orang yang
digoda sedih atau keberatan
Bermaksud untuk mengecilkan
harga diri sasaran
Terus berlanjut, terlebih ketika
sasaran merasa tertekan
Jadi, dapat disimpulkan perilaku bullying adalah perilaku agresif
seseorang atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain
dimana terdapat perbedaan kekuatan atau kekuasaan sehingga korban
merasa terintimidasi dan tidak dapat mempertahankan dirinya yang
terjadi berkali-kali dalam waktu cenderung lama.
2. Bentuk Bullying
Menurut Sejiwa (Gerald 2012), terdapat 3 bentuk bullying, yaitu
bullying fisik, bullying verbal, dan bullying mental. Bullying fisik
adalah bullying yang sasarannya adalah menyakiti fisik seseorang,
contohnya menampar, menendang, dan memukul. Bullying verbal
adalah bullying yang dilakukan dengan verbal, contohnya menghina,
memaki, dan melecehkan. Bullying mental adalah bullying yang
menyakiti mental korbannya, contohnya mengancam,
mempermalukan, dan mengejek.
18
Bentuk bullying menurut Coloroso (2007: 47) dibagi menjadi empat
jenis, yaitu bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional , dan
bullying elektronik. Bullying fisik merupakan bullying yang
melibatkan kontak fisik yaitu, memukul, mencekik, menyikut,
meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi
anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta merusak
dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang
tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin
berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan
untuk mencederai secara serius. Anak yang secara teratur memainkan
peran ini kerap merupakan penindas yang paling bermasalah diantara
para penindas lainnya, dan yang paling cenderung beralih pada
tindakan-tindakan kriminal yang lebih serius.
Bullying verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum
digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.
Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan
orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal
dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan,
dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual.
Bullying Relasional pelemahan harga diri korban penindasan secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat
19
penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak
mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya.
Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau
menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan.
Bullying elektronik adalah bullying menggunakan sarana elektronik
dan fasilitas internet seperti komputer, handphone, kamera, dan
website atau situs pertemanan jejaring sosial diantaranya, chatting
room, e-mail, facebook, twitter dan sebagainya. Hal tersebut
ditunjukkan untuk meneror korban bullying dengan menggunakan
tulisan, animasi, gambar, video atau film yan sifatnya mengintimidasi,
menyakiti dan menyudutkan.
Sedangkan, menurut Kathtyn Gerald (2012 :172) terdapat 2 bentuk
bullying, yaitu bullying langsung dan tidak langsung. Bullying
langsung adalah bullying yang dilakukan secara langsung tanpa
adanya perantara, yang termasuk dalam bullying langsung adalah
serangan fisik atau verbal dan pengasingan relasional atau sosial.
Bullying tidak langsung adalah bullying yang menggunakan perantara
orang lain atau benda, yang termasuk bullying tidak langsung adalah
menyebarkan rumor jahat atau gosip, merusak barang kepunyaan
korban ataupun bullying di sosial media (cyberbullying).
Jadi, dapat disimpulkan terdapat 4 bentuk bullying yaitu bullying
verbal, bullying fisik, bullying relasional , dan bullying elektronik.
20
3. Faktor-Faktor Penyebab Bullying
Kathryn Gerald (2012 :172) menyatakan bullying maupun perilaku-
perilaku antisosial lain yang lebih umum memiliki faktor-faktor yang
serupa, yaitu faktor biologis, faktor personal, faktor keluarga, faktor
kelompok sebaya, faktor sekolah/intituisi, dan masyarakat. Keluarga
adalah pendidikan pertama anak, orangtua yang terlalu keras mendidik
anaknya, orang tua yang sering menghukum anaknya berlebihan,
situasi keluarga yang berkonflik, keluarga yang kurang bisa
memberikan rasa aman dan nyaman adalah salah satu faktor
terlahirnya pelaku bullying. Ketika keluarga berkonflik dan saling
meontarkan kata-kata untuk menjatuhkan ataupun mengalahkan pihak
lain, disinilah anak akan belajar bahwa untuk dapat berkuasa adalah
dengan cara menjatuhkan pihak lain (Ariesto, 2009).
Selain itu faktor individu yang mendorong perilaku bullying adalah
keadaan biologis dan temperamen individu tersebut. Faktor biologis
adalah keadaan biologis anak tersebut, dikatakan jika seseorang
memiliki tingkat testoseron yang tinggi akan mendorong pria untuk
berperilaku agresif sehingga membahayakan orang lain. Selanjutnya
faktor tempramen seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku
bullying. Anak dengan tempramen “pemarah” cenderung lebih agresif
daripada anak dengan temperamen tenang sehingga anak dengan
tempramen pemarah lebih cenderung melakukan tindakan bullying
Beane (Sitasari, 2017).
21
Hal ini lebih lanjut di jelaskan Beane (2008) faktor – faktor yang
menyebabkan bullying, diantaranya yaitu :
1. Faktor Individu
a) Biologis
Beberapa ahli percaya bahwa agresi adalah dasar karakteristik
manusia yang melekat, tetapi faktor biologis tertentu dapat
meningkatkan tingkat agresi diluar norma yang dapat diterima.
Misalnya, tingginya tingkat testosteron endogen mendorong
perilaku agresif pada pria yang dirancang untuk
membahayakan orang lain, tetapi juga dapat membentuk
perilaku antisosial.
b) Tempramen
Temperamen anak adalah faktor yang signifikan terhadap
bullying. Tempramen dapat didefinisikan sebagai campuran
unsur-unsur atau kualitas yang membentuk kepribadian
seorang individu. Watak secara permanen mempengaruhi cara
seseorang bertindak, merasa, dan berpikir. Misalnya, seorang
anak dengan temperamen "pemarah", yang aktif dan impulsive
lebih cenderung menjadi agresif dibandingkan anak yang
memiliki temperamen tenang.
2. Faktor sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang menjalin relasional dengan
orang lain, maka dari itu kita dapat mempengaruhi orang lain dan
dipengaruhi oleh orang lain. Seseorang dapat memperoleh dampak
22
positif maupun negatif mulai dari orang tua, teman-teman, media,
maupun dari guru dan pihak lain tempat mereka berinteraksi.
a) Media
Media memiliki dampak yang luar biasa pada anak-anak saat
ini. Banyak acara-acara yang secara terus menerus
mnunjukkan ejekan, komentar kejam, dan penolakan. Jumlah
kekerasan di televisi semakin meningkat, bahkan dalam film
kartun. Anak-anak pada usia yang sangat muda melihat agresi
dan kekerasan terhadap orang lain sebagai perilaku yang dapat
diterima. Efek lainnya dari kekerasan di televisi adalah anak
menjadi takut, khawatir, curiga, dan agresif.
b) Prasangka
Salah satu penyebab yang paling nyata bullying adalah
prasangka. Prasangka adalah sikap kita kepada situasi tertentu
atau ke arah sekelompok orang, sikap yang kita adopsi tanpa
pertimbangan yang cukup fakta tentang situasi atau kelompok.
Orang yang berprasangka membuat penilaian tentang orang
lain pada keyakinan tidak berdosa. Perbedaan individu dalam
penampilan, perilaku, atau bahasa dapat memicu terjadinya
prasangka dan dapat menyebabkan bullying.
c) Kecemburuan
Kecemburuan merupakan pendorong yang kuat untuk bullying,
terutama di kalangan anak-anak perempuan. Teman
perempuan lainnya bisa menjadi sangat cemburu dan mencoba
23
untuk menyakiti anak perempuan yang populer. Anak-anak
sering menyerang orang-orang yang dianggap lebih baik
daripada rata-rata: terlalu menarik, terlalu kaya, terlalu
populer, dan sebagainya. Terkadang guru tidak sengaja
mendatangkan kecemburuan dengan memuji beberapa anak
lebih dari yang lain. Anak-anak sangat sensitif terhadap
tindakan pilih kasih ini akan menjadi cemburu.
d) Lingkungan Keluarga
Unsur-unsur dari lingkungan rumah dapat meningkatkan
kemungkinan seorang anak menjadi korban bullyingjuga
membully orang lain. Menurut Olweus, lingkungan rumah
seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Kurangnya kehangatan dan keterlibatan.
2) Kegagalan untuk menetapkan batas yang jelas untuk
perilaku.
3) Agresif terhadap teman sebaya, saudara, dan orang dewasa.
4) Terlalu sedikit cinta dan perhatian, serta terlalu banyak
kebebasan.
5) Penggunaan tenaga, terlalu tegas pada anak, metode
membesarkan dengan hukuman fisik dan luapan emosi
kekerasan.
Apakah nantinya mereka ingin menjadi seperti orangtuanya
atau tidak, orang tua berperan sebagai model pertama anak-
anak mereka. Orang tua yang mengekspresikan kemarahan
24
secara fisik mungkin akan menghasilkan anak-anak yang
cenderung mengekspresikan kemarahan secara fisik.
e) Kelompok Pertemanan
Anak-anak mungkin ditolak bukan karena perilaku atau
karakteristik yang mereka miliki, namun karena peer group
membutuhkan target untuk ditolak. Penolakan tersebut
membantu kelompok menentukan batas-batas penerimaan
mereka dengan membawa kesatuan dalam kelompok. Dengan
kata lain, individu-individu yang ditargetkan menjadi kambing
hitam berfungsi untuk kepentingan kepaduan kelompok. Ini
adalah salah satu alasan siswa begitu bersemangat untuk
bergabung di dalam kelompok bahkan ketika mereka tidak
sama seperti orang yang ada di dalam.
Kebutuhan mereka untuk merasa bersatu dengan rekan-rekan
adalah motif yang kuat. Meskipun anggota sebagai individu
mungkin tidak ingin menyakiti orang lain, mereka merasa
bahwa mereka harus agar tetap dalam kelompok. Imbalan yang
mereka dapatkan adalah keamanan, kekuasaan, dan
penghargaan telah menjadi bagian kelompok.
f) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat tempat tinggal seseorang juga sangat
mempengaruhi. Anak-anak yang dikelilingi oleh orang-orang
dengan moral yang baik akan kecil kemungkinannya untuk
menjadi pelaku bullying.
25
g) Lingkungan Sekolah
Stephenson, Smith, dan Elliot (Beane, 2008) menytakan
beberapa faktor dari lingkungn sekolah antara lain:
1) Moral staf sekolah yang rendah.
2) Standar perilaku yang tidak jelas.
3) Metode disiplin yang tidak konsisten.
4) Pengawasan yang lemah (baik di taman bermain, ruang,
toilet, kafetaria).
5) Anak-anak tidak diperlakukan sebagai individu yang
dihargai.
6) Kurangnya dukungan untuk terhadap siswa baru.
7) Tidak bertoleransi terhadap perbedaan.
8) Guru menunjuk dan berteriak kepada siswanya.
9) Tidak ada prosedur yang jelas untuk pelaporan yang
berhubungan dengan tindakan bullying.
10) Bullying diabaikan oleh pihak sekolah.
11) Pihak sekolah yang mempermalukan siswa di depan teman-
teman.
Berdasarkan hasil penelitian Apsari (2013), menyatakan terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara harga diri dan disiplin sekolah
dengan perilaku bullying. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki
siswa, maka semakin dikit pula perilaku bullying. Bullying terjadi
karena rendahnya tingkat harga diri, sehingga ia mencari pengakuan
dari teman sebayanya. Pelaksanaan kedisiplinan sekolah yang longgar
26
menjadi pendukung terjadinya perilaku bullying disekolah. Jika
pelaksanaan kedisiplinan sekolah disosialisasikan dengan baik,
diadakan pengawasan secara teratur dan dilaksanakan dengan tegas
akan menghambat timbulnya perilaku bullying.
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga keadaan sosial dan
pengalaman yang telah seseorang lalui akan mempengaruhi cara kita
bertindak dan berfikir. Kelompok sebaya, lingkungan dan iklim
sekolah secara umum dapat menjadi faktor yang kuat dalam
kecenderungan perilaku bullying (Anderson et al, Utting et al. dalam
Gerald 2012). Untuk diterima dalam suatu kelompok pertemanan
terkadang seseorang harus berusaha meniru kebiasaan dan aturan-
aturan yang terdapat dalam kelompok tersebut. Jika seorang anak
bergabung dengan kelompok pembully sangatlah mungkin anak
tersebut juga ikut berperilaku bully walaupun dia tidak senang
melakukannya. Selanjutnya keadaan sekolah dapat menjadi faktor
penyebab meluasnya kebiasaan bullying. Sekolah yang tidak memiliki
aturan tegas tentang bullying ataupun perangkat sekolah yang kurang
awas dan peduli tentang perilaku bullying dapat menyebabkan anak
dengan bebas melakukan bullying di sekolah.
Jadi, dapat disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku
bullying adalah faktor internal dari diri individu sendiri seperti faktor
biologis dan tempramen, maupun faktor eksternal dari lingkungan
sosial seperti media, prasangka, kecemburuan, lingkungan keluarga,
27
kelompok pertemanan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekolah.
4. Dampak Perilaku Bullying
Dalam perilaku bullying terdapat 3 aktor yang memerankan drama
bullying di sekolah (Coloroso, 2002), yaitu pelaku, korban dan
bystander (penonton). Dampak perilaku Bullying bukan hanya
dirasakan korbannya, tetapi juga bagi pelaku dan penonton bullying
juga mendapatkan efek negatif.
“it is not only the bullied child who suffer the consequences of
bullying. Many children who bully continue these learned
behaviors into adulthood and are at increased risk of bullying
their own children, failing at interpersonal relationship, losing
jobs, and ending up in jail. Bystanders are also affected by
bullying. These onlookers may observe the bullying, walk away,
jump in as accomplices, or actively intervene and help the
bullied child”. (Barbara Coloroso, 2002)
Bagi pelaku, bullying akan meningkatkan kemungkinan melakukan
kekerasan kepada anaknya sendiri, kegagalan dalam berhubungan,
kehilangan pekerjaan dan masuk penjaran. Sedangkan bagi penonton
perilaku bullying akan meningkatkan kemungkinan menjadi pelaku
bullying. (Barbara Coloroso, 2002)
28
Penonton (bystander), memainkan peran yang sangat penting dalam
perilaku bullying. Menurut penelitian Halimah dkk (2015), terdapat
pengaruh positif persepsi pelaku bullying pada bystander terhadap
intensitas bullying pada siswa SMP. Semakin banyak bystander yang
ada di lingkungan bullying semakin merasa kuatlah pelaku bullying.
Perilaku bystander yang berdiam diri dan hanya menonton tanpa
berbuat apa-apa atau perilaku bystander yang ikut-ikutan menyoraki
perilaku bullying menjadi motivasi pelaku bullying dalam
mengaktualisasikan dirinya menjadi orang yang berkuasa dengan cara
menyakiti orang lain.
Bullying mendatangkan efek negatif terhadap korbannya. Bullying
yang paling cepat terlihat dan terkena dampaknya adalah bullying
fisik. Contohnya jika anak mendapatkan bullying fisik, akan
mendatangkan kerugian fisik seperti sakit di bagian tubuh yang di
pukul, memar-memar, hingga pada kasus ekstrim mendatangkan
kematian.
Selain itu, bullying juga berdampak pada sisi psikologis korban.
Menurut Hawker dan Boulton (Rigby dkk, 2004)
“the experience of being a victim can exacerbate outcomes such
as low self-esteem, anxiety, depression, mistrust of others,
psychosomatic symptoms, and school refusal”
29
Pengalaman menjadi korban, dapat memperparah hasil keadaan
seperti rendahnya self-esteem, kecemasan depresi, menjadi tidak
percaya pada orang lain, psikosomatik, dan menolak untuk sekolah.
Psikosomatik adalah gangguan psikis dan emosional yang melibatkan
pikiran dan tubuh, sehingga menyebabkan gangguan fisik. Beberapa
keluhan fisik yang umumnya dirasakan penderita psikosomatik, di
antaranya, sakit kepala, merasa lemah, banyak berkeringat, jantung
berdebar, sesak napas, adanya gangguan pada lambung, diare, mual,
dan lain sebagainya.
Menurut Riauskina dkk. (Trevi, 2010), ketika mengalami bullying,
korban merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal,
tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam), karena korban
tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan dirinya sehingga
tidak berdaya untuk melawan. Hal ini dalam jangka akan menyebakan
turunnya harga diri (self-esteem) korban karena korban merasa dirinya
tidak berharga lagi.
Djuwita (2006, dalam Trevi, 2010) menegaskan bahwa konsep diri
dari korban Bullying menjadi negatif karena korban merasa tidak
diterima oleh teman-temanya, selain itu, dirinya juga mempunyai
pengalaman selalu gagal secara terus menerus dalam membina
pertemanan. Korban yang merasa tidak diterima oleh temannya akan
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri
30
serta bersosialisasi dengan teman sebayanya. Sehingga dalam jangka
panjang akan menyebabkan korban mengasingkan dirinya sendiri.
Konsep diri negatif bukan hanya dimiliki oleh korban bullying saja,
namun pelaku juga cenderung memiliki konsep diri yang negatif.
Berdasarkan hasil penelitian Sari dan Jatiningsih (2015), pelaku
bullying memiliki konsep diri yang negatif, hal ini dapat dibuktikan
dengan pelaku sulit untuk mengakui perbuatannya yang salah, terlalu
percaya diri dan kurang mampu mengungkapkan perasaannya dengan
cara yang wajar. Terlalu percaya diri adalah salah satu bentuk dari
konsep diri negatif.
Berdasarkan hasil penelitian Rahmadani dan Retnowati (2013),
bullying secara fisik, verbal dan resaional mendatangkan efek depresi
kepada korbannya. Semakin sering perilaku bullying diterima oleh
siswa semakin berat pula tingkat depresi yang dialaminya, sebaliknya
semakin jarang mengalami bullying semakin rendah pula tingkat
depresi yang dialami.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari segi fisik, dampak perilaku
bullying adalah sakit di bagian tubuh yang di pukul, memar-memar,
hingga pada kasus ekstrim mendatangkan kematian dan dampak dari
segi psikologis adalah self-esteem menjadi rendah, konsep diri
menjadi negatif, rendahnya kemampuan bersosialisasi dan
penyesuaian diri dan tingginya tingkat depresi yang dialami anak.
31
C. Siswa Madrasah Aliyah Negeri
1. Karakteristik Siwa Madrasah Aliyah Negeri
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke
masa dewasa, dan dalam masa transisi tersebut remaja menjajaki
alternatif dan mencba berbagai pilihan sebagai bagian dari
perkembangan identitas. Banyak ahli perkembangan yang membagi
masa remaja menjadi 2 yaitu masa remaja awal (early adolescence)
yaitu seusia 12-15, dan remaja akhir (late adolescence) yaitu usia 15
tahu keatas hingga sebelum dewasa. Minat pada karir, menjalin
hubungan, dan eksplorasi identitas lebih nyata dalam masa remaja
akhir daripada masa remaja awal (Hurlock dalam Astuti, 2008). Atas
dasar itu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan termasuk yang
diselenggarakan oleh madrasah harus dilakukan secara konprehensif
yaitu mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia
seutuhnya, terkait dengan aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku,
pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni.
Pendidikan madrasah lahir sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional serta peraturan pemerintahan sebagai
pelaksanaannya, dijelaskan bahwa pendidikan madrasah khususnya
Aliyah (MA) merupakan bagian dari system pendidikan nasional yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu dalam rangka
mencerdasakan kehidupan bangsa, mewujudkan tujuan pendidikan
32
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan
kesesuainnya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesenian.
Penyelenggraan pendidikan madrasah Aliyah (MA) setingkat dengan
pendidikan umum bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis; menguasai
dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi; memiliki dan etos
budaya kerja; dan dapat memasuki dunia kerja atau dapat mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain tujuan pendidikan Madrasah
Aliyah (MA) adalah memproduk lulusan yang bisa masuk ke
perguruan tinggi umum dan Agama serta dapat diterima bekerja sesuai
dengan kebutuhan.
Sebagai implementasi dari tujuan tersebut kenudian dijabarkan dalam
bentuk kompetensi lulusan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
Untuk kompetensi lulusan Madrasah Aliyah dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Berperilaku dalam kehidupan sosial sehari-hari sesuai dengan
ajaran agama Islam; menalankan hak dan kewajiban; berfikir logis
dan kritis terutama dalam memecahkan masalah, kreatif dalam
berkarya; beretos kerja secara produktif; kompetitif, kooperatif dan
mmpu memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
33
2. Menginternalisasi nilai agama dan nilai dasar humaniora yang
diterapkan dalam kehidupan masyarakat serta menunjukan sikap
kebersamaan dan saling menghargai dalamidupan yang pluralis.
3. Memiliki wawasan kebangsaan dan bernegara.
4. Berkomunikasi secara verbal baik lisan maupun tertulis sesuai
dengan konteksnya melalui berbagai media termasuk teknologi
imformasi.
5. Memanfaatkan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki untuk
hidup di masyarakat.
6. Memanfaatkan pengetahuan dan kecakapan melalui belajar secara
mandiri dalam rangka membangun masyarakat belajar.
7. Gemar berolah raga dan menjaga kesehatan, mebangun ketahanan
dan kebugaran jasmani.
8. Berekpresi dan menghargai seni dan keindahan.
9. Mengmbangkan pengetahuan dan keterampilan akademik
(kerangka dasar dan struktur kurikulum 2004 untuk MA ).
2. Perilaku Bullying Siswa Madrasah Aliyah Negeri
Madrasah Aliyah Negeri adalah salah satu pendidikan formal yang
memiliki tingkatan yang setara dengan SMA (Sekolah Menengah
Atas), yang mementingkan aspek aspek keagamaan islam. Secara
umum siswa madrasah Aliyah dikategorikan masa remaja, dimana
pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang bersifat universal,
seperti : Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada
tingkat perubahan fisik dan psikologis, Perubahan tubuh, minat dan
34
peran yang yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dimainkan,
menimbulkan masalah baru, berubahnya minat dan pola perilaku dan
nilai-nilai, sebagian besar remaja bersikaf mendua (ambivalen)
terhadap setiap perubahan. Kurikulum Depag ( 2004:5). Dari tanda-
tanda masa remaja di atas, pada akhirnya akan berdampak sekaligus
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan:
a) Aspek kecerdasan (kognitif), yaitu berkaitan dengan kemampuan
berfikir, mengingat sampai mampu memecahkan masalah.
Kemampuan kognitif termasuk (pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b) Aspek perasaan (afektif) yaitu kemampuan yang berhubungan
dengan perasaan,emosi, system nilai dan sikap hati yang
menunjukan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Adapun
ruang lingkup aspek ini meliputi, pengenalan /penerimaan,
pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian
dan pengamalan.
c) Aspek ketrampilan (psikomotor), yaitu berkaitan dengan
ketrampilan motorik berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.
Kemampuan ini termasuk meniru, memanipulasi, akurasi gerak,
artikulasi dan naturalisasi atau otonomisasi (Kurikulum Depag,
2004: 6).
Dari perubahan perubahan tersebutlah, timbul gejolak-gejolak emosi
dan keinginan diakui sehingga terkadang siswa melakukan perilaku
35
negatif salah satunya perilaku bullying. Berdasarkan penelitian Yoga
(2016) yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau
Kalimantan Selatan, bentuk perilaku bullying yang paling sering
dilakukan adalah bullying verbal. Siswa MAN 2 Rantau, dengan
mudahnya merendahkan orang lain tanpa merasa bersalah tanpa
memikirkan dampak yang akan timbul pada diri korban. Faktor-faktor
yang menyebabkan siswa berperilaku bullying pada MAN 2 Rantau
adalah senioritas, latar belakang keluarga dan karakter individu siswa.
36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung pada
tahun ajaran 2018/2019.
B. Metode Penelitian
Ciri sebuah kegiatan ilmiah adalah terdapat suatu metode yang tepat dan
sistematis sebagai penentu kearah pemecahan sebuah masalah, ketetapan
memilih metode merupakan persyaratan utama agar dapat mencapai hasil
yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan melihat fenomena dan untuk mengetahui tingkat perilaku
bullying yang ada di sekolah.
Menurut Sugiyono (2017), metode penelitian kuantitatif adalah sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguhi hipotesis yang telah
ditetapkan. Yang dimaksud dengan filsafat positivisme adalah memandang
realitas atau gejala atau fenomena itu dapat diklasifikasikan, relative tetap,
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat
37
(Sugiyono, 2017). Penelitian yang dilakukan berdasarkan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis
suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas. Sehingga metode penelitian ini sangat tepat digunakan
untuk meneliti permasalahan yang ada. Penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui berapa persen bentuk perilaku bullying di sekolah Madrasah
Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2017). Berdasarkan pendapat diatas, maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini ialah siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar
Lampung sejumlah 986 siswa..
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2017). Dalam penelitian ini tidak seluruh
38
anggota populasi diambil, melainkan hanya sebagian dari populasi.
Menurut Arikunto (2002: 112): Apabila subjek penelitian kurang dari 100,
maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Setidaknya tergantung dari:
1) kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu dan biaya.
2) sempit luasnya penelitian dari setiap subyek karena hal itu
3) menyangkut banyak sedikitnya data. besar kecilnya resiko yang
ditanggung oleh peneliti yang resikonya besar dan hasilnya akan lebih
baik”.
Berdasarkan pada pendapat diatas maka penentuan jumlah sampel dapat
dirumuskan sebagai berikut :
S= N.20%
Keterangan
S = jumlah sampel yang diambil
n = jumlah anggota populasi
Dari rumus diatas maka dapat di hitung jumlah sampel yang di ambil yaitu:
S= 982. 20%= 196,4 ~ 197
Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Dalam teknik
Simple random sampling ini, sampel diambil acak sesuai yang dibutuhkan
dari keseluruhan populasi karena setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,2017).
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini untuk meng-random sampel
39
siswa yang akan diambil adalah menggunakan rumus “rand” pada program
microsoft excel, yang menghasilkan data sebagai berikut :
Tabel 3.1 Persebaran Siswa Sampel Penelitian
Jurusan Laki-Laki Perempuan Jumlah
IPA 36 60 96
IPS 38 63 101
Total 74 123 197
Berdasarkan rumus di atas, sampel yang dapat diambil dari populasi
sebanyak 197 siswa yang terdiri dari 74 siswa laki-laki dan 123 siswa
perempuan Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung.
D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini menggunakan 1
variabel yaitu : Peneliti ini menggunakan pendekatan kuantitatif
deskriptif dengan melihat fenomena dan untuk mengukur persentase
perilaku bullying di sekolah.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan dan dapat diamati (diobservasi). Konsep dapat
40
diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu
membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan
hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka
untuk diuji kembali oleh orang lain (Suryabrata, 2006).
Bentuk Perilaku Bullying
Perilaku bullying adalah perilaku agresif seseorang atau kelompok
terhadap seseorang atau kelompok lain dimana terdapat perbedaan
kekuatan atau kekuasaan sehingga korban merasa terintimidasi dan
tidak dapat mempertahankan dirinya yang terjadi berkali-kali dalam
waktu cenderung lama. Perilaku bullying dibagi menjadi 4 bentuk
bullying yaitu bullying verbal, bullying fisik, bullying relasional , dan
bullying elektronik.
Bullying fisik adalah segala bentuk perilaku bullying menggunakan
fisik, yaitu memukul, menendang, mendorong dan merusak dan
menghancurkan barang korban. Bullying verbal adalah segala bentuk
perilaku bullying menggunakan verbal, yaitu mencela, memfitnah, dan
memberikan atau memanggil dengan julukkan. Bullying relasional
adalah segala bentuk perilaku bullying yang menjatuhkan psikologis
korban atau kehidupan sosial korban, yaitu menggabaikan dan
mengucilkan. Bullying elektronik adalah segala bentuk perilaku
bullying menggunakan media elektronik, seperti handphone dan sosial
media, yaitu meneror dengan menggunakan sosial media atau disebut
dengan cyberbullying.
41
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian sangalah dibutuhkan karena
teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk
memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan. Menurut Arikunto
(2002), metode pengumpul data ialah cara memperoleh data. Dalam
penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket
perilaku bullying. Metode angket adalah Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2017:142). Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono,2017:142), dalam
hal ini 197 siswa dan tersebar di berbagai kelas serta tingkatan. Peneliti
akan menggunakan angket dengan pertanyaan mengenai bentuk perilaku
bullying. Angket terbagi menjadi dua, yaitu angket terbuka dan angket
tertutup. Jenis angket yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup, dimana responden tinggal memberikan tanda centang pada
kolom atau tempat yang sudah disediakan.
Prosedur pengisian angket cukup mdah dan sederhana. Respoden hanya
diminta memilih jawaban “ya” dan “tidak”. Cara penilaian yang diberikan
yaitu jika responden menjawab “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0.
Berikut ini kisi-kisi angket perilaku bullying :
42
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Perilaku Bullying
Variabel Indikator Deskriptor No item Jumlah
Bentuk
perilaku
bullying
Fisik Perilaku memukul 1 dan 2 2
Perilaku menendang 3, 4, dan 5 3
Perilaku mendorong 6 dan 7 2
Merusak dan
menghancurkan barang
8, 9, dan
10 3
Verbal Memberikan dan
memanggil dengan nama
julukkan
11 dan 12 2
Memfitnah 13 dan 14 2
Mencela
15,16,17,
18,19, dan
20
6
Relasional Perilaku mengabaikan
21, 22, 23,
24 dan 25 5
Perilaku mengucilkan 26,27,28,
29 dan 30 5
Elektronik Meneror menggunakan
handphone
32, 37 dan
40 3
Membully di media
sosial
31,33,34,
35, 36,38
dan 39
7
Jumlah 40
F. Uji Instrumen Penelitian
Instrumen yang baik akan menghasilkan data yang benar. Untuk
menghasilkan data yang benar, intrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yakni valid dan reliabel. Dalam hal ini akan dibahas
mengenai uji validitas dan reliabilitas instrument, yaitu :
1. Validitas
Menurut Arikunto (2010:144) alat ukur atau pengukur yang berfungsi
dengan baik itu akan mampu mengukur dengan tepat mengenai gejala
sosial tertentu. Alat ukur tersebut menunjukan kevalidan atau kesahihan
sesuatu instrumen”. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen
43
tersebut mengukur apa yang semestinya diukur dan derajat ketepatannya
benar, jika hal tersebut sudah tercapai maka instrumen tersebut
validitasnya tinggi. Untuk mengukur analisis butir soal secara keseluruhan
dengan mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total terlebih
dahulu dicari validitas alat ukurnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruk. Dengan
cara meminta pendapat para ahli (expert judgement). Ini seperti yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2015:125-129) untuk menguji validitas
konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli, dalam hal ini setelah
instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu atau menggunakan kisi-kisi instrumen yang
terdapat dalam variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak dan nomor
butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator. Selanjutnya peneliti melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing dan pengajar di program studi Bimbingan dan Konseling
Fakultan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung diantaranya
yaitu Ibu Citra Abriani Maharani, S.Pd., M.Pd., Kons., M.Pd., Ibu Yohana
Oktarina, S.Pd., M.Pd, dan Ibu Asri Mutiara Putri, S.Psi., M.Psi.
Setelah pengujian validitas isi dilakukan oleh expert judgement,
selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu menganalisis hasil expert
judgement menggunakan koefisien validitas isi Aiken’s V. Menurut Azwar
(2012:134) “Aiken telah merumuskan formula Aiken‟s V untuk
44
menghitung content validity coeffisien yang di dasarkan pada hasil
penilaian panel ahli sebanyak jumlah responden terhadap suatu aitem
mengenai sejauh mana aitem tersebut mewakili konstruk yang diukur”.
Penilaian dilakukan dengan cara memberikan angka antara 1 (yaitu sangat
tidak mewakili atau sangat tidak relevan sampai dengan 4 (yaitu sangat
mewakili atau sangat relevan). Berikut adalah formula Aiken’s V dalam
Azwar (2012:134):
V = Σ S/ [n(c-1)]
Keterangan :
n : Jumlah panel penilaian (expert)
Io : Angka penilaian validitas terendah (dalam hal ini = 1)
c : Angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini = 4)
r : Angka yang diberikan seorang penilai s : r – Io
Berdasarkan hasil uji ahli (judgement experts) pada tabel 4. yang
dilakukan oleh 3 dosen Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas
Lampung, koefisien validitas isi Aiken’s V dari 40 item adalah ada 37
item pernyataan dengan rentang 0,66 dan 3 item pernyataan dengan
rentang 0,55. Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Aiken’s V
pernyataan dengan kriteria besarnya 0,66, maka pernyataan tersebut
dikatakan valid dan dapat digunakan. Hasil perhitungan dengan rumus
Aiken’s V dari 40 item yang telah di validasi oleh ahli, 37 item dinyatakan
valid dengan nilai 0,66, sedangkan 3 item dinyatakan tidak valid dengan
45
nilai 0,55. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan 37 item pertanyaan
yang akan diberikan kepada siswa untuk diuji realibilitas.
2. Reliabilitas Instrumen
Instrumen bisa dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data
yang sama pula. Menurut Arikunto (2008: 59) reliabilitas menunjuk pada
satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Reliabilitas merujuk pada tingkat keterandalan suatu instrumen.
Pengujian reliabilitas diolah dengan bantuan SPSS 24 dengan
menggunakan koefisien alpha (α) dari Cronbach dengan rumus :
[
( )] [
∑
]
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir pertanyaan
∑ = jumlah varian butir
= varian total
Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur, penulis
berpedoman pada pendapat Arikunto (2008: 171). Dengan kriteria
pengujian jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 0.05, maka alat ukur
tersebut dintakan reliabel, dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel, maka
alat ukur tersebut dinyatakan tidak reliabel.
46
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Menurut Arikunto
Besaran dalam nilai Kriteria
0,800 – 1,00 sangat tinggi
0,600 – 0,800 0, Tinggi
400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,000 – 0,200 sangat rendah
Berdasarkan lampiran 5, Reliabilitas skala dengan menggunakan rumus
alpha (α) dari Cronbach (Penghitungan komputerisasi menggunakan
bantuan SPSS 24) r-hitung sebesar 0,844. Berdasarkan kriteria realibilitas
menurut Arikunto maka realibilitas skala ini dapat dikatakan memiliki
tingkat reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa angket perilaku bullying dalam penelitian ini reliable dan dapat
digunakan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Analisis data dilakukan untuk membuktikan hipotesis dan
menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Analisis dalam
penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik
deskriptif digunakan untuk dapat mendeskripsikan atau menggambarkan
objek yang diteliti melalui data yang diperoleh.
Metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengkaji variable
yang ada pada penelitian yaitu bentuk perilaku bullying. Deskriptif persentase
47
ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali
100%, seperti dikemukanan oleh Sudjana (2001 :128) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
P : persentase jawaban
F : frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item
N : jumlah responden
100% : bilangan tetap
Dalam penelitian ini yang menggunakan rumus persentase adalah jawaban
dari angket yang telah disebar, kemudian masing-masing jawaban di analisis
dengan rumus persentase yaitu banyaknya jawaban dibagi dengan jumlah
keseluruhan responden kemudian dikali dengan bilangan tetap yaitu 100%.
72
V. KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 2
Bandar Lampung, peneliti memperoleh kesimpulan bahwa :
1. bullying fisik dilakukan oleh 148 dari 197 siswa sampel penelitian atau
75,13% siswa.
2. Bullying verbal dilakukan oleh 178 dari 197 siswa sampel penelitian
atau 88,83% siswa.
3. Bullying relasional dilakukan oleh 181 siswa dari 197 siswa sampel
penelitian atau 91,88% siswa.
4. Bullying elektronik dilakukan oleh 159 dari 197 siswa sampel
penelitian atau 80,71% siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 2
Bandar Lampung, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung yang
melakukan bullying, hendaknya dapat mengikuti program - program
bimbingan dan konseling untuk dapat mengurangi perilaku bullying
yang dilakukan.
73
2. Kepada sekolah serta guru dan staff Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar
Lampung, agar dapat mendata siswa yang melakukan perilaku bullying
untuk selanjutnya dapat direkomendasikan kepada guru bimbingan dan
konseling sehingga dapat ditangani lebih lanjut.
3. Kepada guru BK Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar lampung,
hendaknya dapat menfasilitasi program – program bimbingan dan
konseling yang tepat dalam mengurangi perilaku bullying siswa,
terutama perilaku bullying relasional yang menjadi bentuk perilaku
bullying yang paling banyak dilakukan oleh siswa Madrasah Aliyah
Negeri 2 Bandar Lampung. Ataupun dapat melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor – faktor siswa melakukan perilaku bullying,
serta dampak – dampak apasajakah yang dirasakan oleh siswa.
4. Kepada peneliti berikutnya, dapat juga untuk melengkapi variabel-
variabel yang kurang dalam penelitian ini seperti, faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa melakukan bullying serta dampak-dampak apa
saja yang dirasakan oleh siswa pelaku, korban dan penonton perilaku
bullying.
74
Daftar Pustaka
Ali dan Asrori. 2009. Psikologi Remaja Pengembangan Peserta Didik. Edisi 6.
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Apsari, Fitri. 2013. Hubungan Antara Harga Diri dan Disiplin Sekolah Dengan
Perilaku Bullying Pada Remaja. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ariesto, Adrian. 2009. Pelaksanaan Program anti-bullying Teacher Enpowerment
Program di sekolah. Universitas Indonesia.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.
Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Arya, Lutfi.2018.Melawan Bullying : menggagas kurikulum anti bullying di
sekolah. Mojokerto : Sepilar
Astuti, Budi.2008.Mengenal Perkembangan Siswa Madrasah Aliyah. Yogyakarta:
FIP Universitas Negeri Yogyakarta
Azwar, Saifuddin. 2010. Penyusunan Skala Psikolog. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2014. Penyusunan Skala Psikolog edisi 2. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Coloroso, Barbara. 2002. The Bully, The Bullied, and The Bystander: From
Preschool to High School-How Parents and Teacher Can Help Break the
Cycle of Violence. Tersedia di
https://books.google.co.id/books.id.How+Parents+and+Teacher+Can+Help
+Break+the+Cycle+of+Violence. diakses tanggal 03 Januari 2018.
Diestika, Yuana (2015) Hubungan Antara Kelekatan Tidak Aman Dengan
Kecenderungan Perilaku Bullying. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di http://eprints.ums.ac.id/37465/,
diakses 25 Januari 2018.
Dunne, Mairead. Bostumtwi-Sam, Cynthia. Sabates,Ricardo. Owusu, Andrew.
(2010). Bullying and School Attendance : A case Study of Senior High
School Students in Ghana. University of Sussex
75
Geldard. Kathryn. 2012. Konseling Remaja : Intervensi Praktis Bagi Remaja
Berisiko. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Giyono. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Media Akademi
Halimah, Andi. Khumas, Asniar. Zainuddin, Kurniati. 2015. Persepsi Pada
Bystander Terhadap Intensitas Bullying Pada Siswa SMP. Jurnal Psikologi
42(2) Universitas Negeri Makassar.
Hasya, Futuh Rabitha. 2015. Pengaruh Metode Bercerita dengan Media Gambar
Terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini di TK Al-Amin Surabaya.
Undergraduate Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Hidayati, Nurul. 2012. bullying pada anak : Analisis dan Alternatif Solusi.
Universitas Muhamadiyah Gresik.
Hikmawati, F. 2011. Bimbingan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Iannotti, Ronald J., Wang Jing, Nansel Tonja.2009. School Bullying Among
Adolescents in the United States: Physical, Verbal, Relational, and Cyber.
[Online]. Journal of Adolescent Health Volume 45, No. 4, page 368-375.
Tersedia di https://www.researchgate.net/publication/26824405, Diakses
pada 08 September 2018.
Karina; Dwi Hastuti dan Alfiasari. (2013). Perilaku Bullying dan Karakter
Remaja Serta Kaitannya Dengan Karakteristik Keluarga dan Peer Group.
Jurusan Ilmu Keluarga & Konseling Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor, Vol.6 No.1, Hal.20-29. Tersedia di
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/view/7700/5963, diakses
tanggal 09 September 2018.
Kim, Y.S., Koh, Y.J., Leventhal, B.L. 2004. Prevalence of school bullying in
Korean middle school students.Arch Pediatr Adolesc Med, Volume 158 No.
8, page 737-731. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15289244, diakses tanggal 08
september 2018.
Kustanti, Erin Ratna.(2015).Gambaran Bullying pada Pelajar di Kota Semarang.
Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.1 April 2015, 29-39. Tersedia di
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/9796, diakses
tanggal 09 September 2018.
Marcum, Catherine D; George E. Higgins dan Tina L. Freiburger (2012). Battle of
The Sexes : An Examination of Male and Female Cyber Bullying.
International Journal of Cyber Bullying, Vo.6 No.1, Hal.904-911.
Prayitno dan Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling : Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
76
Purnaningtyas, Laily Febria. Masykur, Achmad Mujab.2015. Konsep Diri dan
Kecenderungan Bullying Pada Siswa SMK Semarang. Jurnal Empati 4(4)
Universitas Diponegoro
Puspitasari, I. F. (2015). Hubungan antara Regulasi Emosi dengan
Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja. Skripsi. Fakultas
Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Putri, Nauli & Novayelinda. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Perilaku Bullying Pada Remaja. JOM (Studi Prodi Keperawatan)
Universitas Riau, Vol.2 No.2, Halaman149-1159. Tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/187389, diakses tanggal 27
Januari 2018.
Rahmadani, Aprilia. Retnowati, Sofia. 2013. Depresi Pada Remaja Korban
Bullying. Jurnal Psikologis Universitas Gajah Mada.
Rigby. Ken. 2003. Consequences of bullying in schools. Can J Psychiatry, Vol 48.
Santrock, J. 2012. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup) Jilid 1.
Erlangga.
Sari, Ayu Puspita. Jatiningsih, Oksiana.2015. Konsep Diri Pelaku dan Korban
Bullying Pada Siswa SMP Negeri 1 Mojokerto. Jurnal Online Kajian Moral
dan Kewarganeagaraan Vol 3 No 3 Tahun 2015 : Universitas Negeri
Surabaya
Sitasari, Novendawati Wahyu.2017.Persepsi Tentang Perilaku Bullying Ditinjau
dari Jenis Kelamin. Laporan Penelitian Internal Universitas Esa Unggul.
Tersedia di http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Research-9436-
16_0060.pdf, diakses tanggal 2 Febuari 2018.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sugmalestari. Annisa Nor. 2016.Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku
Bullying pada Anak Usia Sekolah di SD Muhammadiyah Mlangi Gamping
Sleman Yogyakarta. Universitas „Aisyiyah
Susilowati, Endah. 2013. Kematangan Emosi dengan Penyesuaian Sosial Pada
Siswa Akselerasi Tingkat SMP. Jurnal Online Psikologi Universitas
Muhammadiayah Malang.
Trevi. 2010. Sikap Siswa SMK terhadap Bullying”, skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Esa Unggul, 2010
Trevi & Respati, W. S. (2012). Sikap Siswa Kelas X Smk Y TangerangTerhadap
Bullying. Jurnal Psikologi. Volume 10 Nomor 1. Jakarta
77
Yoga, Yoga (2016) Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengurangi
Perilaku Bullying di MAN 2 Rantau Kecamatan Binuang Kabupaten
Tapin. Skripsi, Tarbiyah dan Keguruan.
Yusuf. Syamsu L.N. Sugandhi. Nani M. 2012. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Yusuf. Syamsu L.N.2017. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
PT Remaja