analisis permintaan uang di indonesia tahun 2009-2018
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA
TAHUN 2009-2018
OLEH
ANJEL SILALAHI
170523011
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Permintaan
Uang di Indonesia Tahun 2009-2018” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan
skripsi ini sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu Penulis dan memberi dukungan dari berbagai
pihak, baik berupa moril maupun material, sehingga penulis semakin termotivasi
untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang mana banyak sekali
menemukan kendala-kendala yang cukup berarti dalam penyusunannya. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis,
diantaranya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda J. Silalahi dan Ibunda A. Simanjuntak,
yang telah mendidik, merawat dan memberikan saya cinta, doa, dan kasih
sayang yang sangat besar kepada saya.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Program Studi S1
dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program
Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada saya selama masa pendidikan.
5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, PhD., selaku dosen penguji I dan Bapak
Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku dosen penguji II yang
telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Staf Adminitrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan
menerima kritikan, saran dan masukan dari semua pihak. Semoga hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Medan, Oktober 2019
Penulis
Anjel Silalahi
NIM : 170523011
Universitas Sumatera Utara
v
ABSTRAK
ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018
Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pendapatan
Rill, Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar dan Harga Emas terhadap Permintaan
Uang.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Data
Triwulanan setiap variabel selama 10 tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan
2018. Analisis data yang digunakan adalah Autoregression Distributed Lag
(ADRL).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Rill
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang. Inflasi
berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Permintaan Uang. Suku
Bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang. Nilai Tukar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang, Harga Emas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang.
Kata kunci: Permintaan Uang, Pendapatan Rill, Inflasi, Nilai Tukar, Harga
Emas
Universitas Sumatera Utara
vi
ABSTRACT
ANALYSIS OF MONEY DEMAND IN INDONESIA YEAR 2009-2018
This research is to find out how Rill's income, inflation, interest rates,
exchange rate and gold price on money request are affected.
The type of data used is secondary data obtained from quarterly Data of each
variable for 10 years from 2009 to 2018. Data analysis used is the Autoregression
Distributed Lag (ADRL).
The results of this study showed that the Rill revenue variable was positively
and significantly influential towards money request. Inflation has a negative but
insignificant effect on money requests. Interest rates are positive and significant to
request money. The exchange rate has positive and significant effect on money
request, gold price has positive and significant effect on money request.
Keywords: Money Request, Rill Income, Inflation, Exchange Rate, Gold Price
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 8
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10
2.1 Defenisi Uang ..................................................................... 10
2.2 Landasan Teori ................................................................... 11
2.2.1 Teori Kuantitas Uang .............................................. 11
2.2.2 Teori Permintaan Uang ........................................... 14
2.2.3 Teori Purchasing Power Parity (PPP) ..................... 19
2.2.4 Teori Interest Rate Parity (IRP) .............................. 21
2.2.5 Teori Merkantilisme ............................................... 22
2.3 Hubungan Antar Variabel ................................................... 23
2.3.1 Hubungan Teoritis antara Pendapatan Rill dengan
Permintaan Uang ....................................................
23
2.3.2 Hubungan Teoritis antara Tingkat Suku Bunga
dengan Permintaan Uang ........................................
23
2.3.3 Hubungan Teoritis antara Inflasi dengan
Permintaan Uang ....................................................
24
2.3.4 Hubungan Teoritis antara Nilai Tukar dengan
Permintaan Uang ....................................................
24
2.3.5 Hubungan Teoritis antara Harga Emas dengan
Permintaan Uang ....................................................
26
2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................... 28
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................ 29
2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 32
3.2 Batasan Operasional ........................................................... 32
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................... 32
3.3.1 Variabel Dependen ................................................. 32
Universitas Sumatera Utara
viii
3.3.2 Variabel Independen ............................................... 32
3.4 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 33
3.5 Tehnik Pengumpulan Data ................................................. 34
3.6 Tehnik Analisis Data .......................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 41
4.1 Gambaran Umum Permintaan Uang .................................. 42
4.2 Gambaran Umum Variabel Independen ............................. 43
4.2.1 Gambaran Umum Pendapatan Rill ......................... 43
4.2.2 Gambaran Umum Inflasi ........................................ 45
4.2.3 Gambaran Umum Suku Bunga ............................... 46
4.2.4 Gambaran Umum Nilai Tukar ................................ 48
4.2.5 Gambaran Umum Harga Emas ............................... 49
4.3 Analisis Data ...................................................................... 50
4.3.1 Uji Stasioneritas ...................................................... 50
4.3.2 Penentuan Panjang Lag Optimum .......................... 52
4.3.3 Estimasi Model Autoregression Distributed Lag
(ADRL) ...................................................................
53
4.3.4 Uji Stabilitas Model ................................................ 56
4.3.5 Uji Kointegrasi dengan Bound Test ....................... 58
4.4 Analisis Pembahasan .......................................................... 62
4.4.1 Pengaruh Pendapatan Rill Terhadap Jumlah Uang
Beredar ....................................................................
62
4.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Uang Beredar... 63
4.4.3 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Jumlah Uang
Beredar ....................................................................
63
4.4.4 Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Jumlah Uang
Beredar ....................................................................
64
4.4.5 Pengaruh Harga Emas Terhadap Jumlah Uang
Beredar ....................................................................
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 65
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 66
5.2 Saran ................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Laju pertumbuhan GDP dan Jumlah Uang yang
Beredar di Indonesia Tahun 2009-2018
6
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 28
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Jumlah Uang Beredar(M2) 42
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pendaptan Rill 44
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Inflasi 45
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Suku Bunga 47
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Nilai Tukar 48
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Harga Emas 49
Tabel 4.7 Hasil Uji Akar-akar Unit pada Tingkat Level 51
Tabel 4.8 Hasil Uji Akar-akar Unit pada First Difference 51
Tabel 4.9 Estimasi Parameter Model 54
Tabel 4.10 Hasil Bound Test 59
Tabel 4.11 Hasil Estimasi Jangka Panjang 59
Tabel 4.12 Hasil Eror Correction Coefficient 61
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Laju inflasi dan jumlah uang beredar di Indonesia
tahun 2009-2018
7
Gambar 2.1 Penggabungan permintaan uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga
16
Gambar 2.2 Permintaan uang untuk spekulasi 19
Gambar 2.3 Kerangka konseptual 30
Gambar 4.1 Grafik Pergerakan Jumlah Uang Beredar 43
Gambar 4.2 Grafik Pergerakan Pendapatan Rill 44
Gambar 4.3 Grafik Pergerakan Inflasi 46
Gambar 4.4 Grafik Pergerakan Suku Bunga 47
Gambar 4.5 Grafik Pergerakan Nilai Tukar 49
Gambar 4.6 Grafik Pergerakan Harga Emas 50
Gambar 4.7 Hasil Seleksi Lag Data Transformasi Logaritma 52
Gambar 4.8 Grafik Uji CUSUM 57
Gambar 4.9 Grafik Uji CUSUMQ 57
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Data Penelitian
2 Statistik Deskriptif
3 Uji Stasioner
4 Penentuan Panjang Lag
5 Penentuan Lag Optimum
6 Estimasi Model ARDL
7 Uji Stabilitas Model
8 Uji Kointegrasi dengan Bound Test
9 Hasil Estimasi Model ARDL
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perekonomian suatu negara, sektor moneter memiliki peran penting
dalam menjaga stabilitas kegiatan ekonomi. Kebijakan moneter bekerja melalui
kemampuannya untuk mempengaruhi tingkat suku bunga masa depan, namun
pada kondisi tertentu kebijakan moneter juga memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi pengelolaan likuiditas oleh otoritas moneter. Secara umum tujuan
kebijakan moneter dan stabilitas keuangan saling melengkapi. Sistem keuangan
yang stabil memungkinkan transmisi kebijakan moneter yang lebih efektif ke
seluruh sektor ekonomi. Di Indonesia, kebijakan moneter merupakan kewenangan
Bank Indonesia. Tujuan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia
adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (UU RI No. 3 tahun
2004).
Penggunaan kebijakan moneter sebagai alat stabilisasi makroekonomi
sangat bergantung pada likuiditas keuangan dalam perekonomian. Likuiditas
sering didefinisikan sebagai aset yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi
uang tunai, termasuk sebagian besar financial asset sebagai produk keuangan baru
yang memungkinkan diubah menjadi alat pembayaran. Dalam hal ini definisi
uang dapat diperluas menjadi setara dengan likuiditas. Likuiditas menggambarkan
perilaku permintaan uang dan saldo kas riil di tangan pelaku ekonomi. Semakin
likuid peredaran uang dalam perekonomian, akan berdampak pada semakin tinggi
transaksi ekonomi yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2
Uang adalah aset yang paling likuid merupakan alat pertukaran utama yang
digunakan karena secara universal diakui sebagai media pertukaran dan diterima
sebagai mata uang umum. Uang berperan sebagai (1) standard of value atau unit
of account yaitu uang berfungsi sebagai penentu nilai berbagai macam barang dan
jasa yang diperjualbelikan dan menghitung besar kecilnya pinjaman, dengan
demikian uang memberikan kemudahan masyarakat untuk bertransaksi barang
dan jasa dengan mengurangi biaya transaksi dalam perekonomian, (2) medium of
exchange secara universal uang diakui sebagai media pertukaran sehingga
seseorang dapat langsung menukarkan uang yang dimilikinya dengan barang yang
dibutuhkan, (3) store of value yaitu uang berfungsi sebagai pengalih daya beli dari
saat pendapatan diterima sampai waktunya nanti dibelanjakan.
Permintaan uang menentukan besarnya jumlah uang yang harus disuplai
oleh otoritas moneter. Bank sentral dan bank umum merupakan lembaga yang
dapat menciptakan uang. Bank sentral menciptakan dan mengedarkan uang kartal,
sedangkan bank umum mengeluarkan dan mengedarkan uang giral serta uang
kuasi. Kedua lembaga tersebut termasuk dalam sistem moneter. Dengan
mengeluarkan dan mengedarkan uang berarti sistem moneter mempunyai
kewajiban kepada sektor swasta domestik atau masyarakat yang terdiri dari
individu, badan usaha, dan lembaga lainnya. Otoritas moneter yang diberikan
kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral yakni mengatur stabilitas harga
akibat uang yang beredar dengan cara mengelola peredaran uang.
Jumlah uang beredar penting karena peranannya sebagai alat transaksi
penggerak perekonomian. Besar kecilnya jumlah uang beredar akan
mempengaruhi daya beli riil masyarakat dan juga tersedianya komoditi
Universitas Sumatera Utara
3
kebutuhan masyarakat. Jumlah uang beredar yang ada di tangan masyarakat harus
berkembang secara wajar, apabila perkembangan uang beredar terlalu meningkat
tajam akan memicu inflasi yang tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Jumlah uang yang beredar di masyarakat harus seimbang dimana jumlah
uang yang disediakan oleh Bank Indonesia harus sama dengan jumlah uang yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan mengetahui jumlah permintaan uang di
masyarakat maka dapat membantu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
dalam hal mencetak dan mengedarkan uang ke masyarakat. Dengan melihat hal
tersebut maka dapat dikatakan bahwa permintaan uang mempunyai peranan yang
penting terutama berkaitan dengan pemilihan kebijakan moneter yang dilakukan
oleh bank sentral. Dimana dengan diketahuinya jumlah permintaan uang
masyarakat maka bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia dapat menetapkan
kebijakan yang sesuai, melalui instrumen moneter yang ada agar jumlah uang
yang tersedia seimbang dengan jumlah permintaan uang di masyarakat.
Menurut Keynes, motif orang memegang uang adalah untuk transaksi,
berjaga-jaga, dan spekulasi dimana motif transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi
oleh pendapatan sedangkan motif spekulasi dipengaruhi oleh suku bunga.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut Keynes permintaan uang dipengaruhi
oleh pendapatan dan suku bunga dimana peningkatan pendapatan akan
meningkatkan permintaan uang masyarakat sedangkan peningkatan suku bunga
dapat menurunkan permintaan uang di masyarakat. Jika melihat kondisi yang
terjadi di Indonesia jumlah uang beredar dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal
Universitas Sumatera Utara
4
ini menandakan bahwa kebutuhan akan uang oleh masyarakat terus meningkat
tiap tahunnya hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1:
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan GDP dan Jumlah Uang
Beredar di Indonesia Tahun 2009-2018
Tahun GDP Rill Jumlah Uang Beredar (M2)
Laju Pertumbuhan
GDP Rill M2
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
6.176.975,50 6.864.133,10 7.287.635,30 7.727.083,40 8.156.497,80 8.564.866,60 8.982.517,10 9.434.613,40 9.912.703,60
10.425.316,30
23.659.962,00 26.599.686,83 30.854.553,28 36.557.139,70 41.588.463,28 46.417.547,89 52.290.233,80 56.381.719,88 61.959.543,37 66.220.039,60
4,54 % 11,12 % 6,17 % 5,69 % 5,56 % 5,01 % 4,65 % 5,03 % 5,07 % 5,17 %
16,17 % 11,05 % 13,79 % 18,48 % 13,76 % 11,61 % 12,65 % 7,82 % 9,89 % 6,88 %
Sumber: Badan Pusat Statistika (BPS)
Jika melihat tabel 1.1 baik pendapatan dalam hal ini GDP maupun Jumlah
Uang Beredar (JUB) baik dalam arti luas (M2) terus mengalami peningkatan dari
tahun ketahun. Misalnya pada tahun 2010 GDP meningkat sebesar 11,12 % dari
6.176.975,50 milliar rupiah menjadi 6.864.133,10 milliar rupiah. Dan pada tahun
2011 meningkat sebesar 6,17% menjadi 7.287.635,30 milliar rupiah begitu pula
dengan jumlah uang beredar. Namun laju pertumbuhan jumlah uang beredar (M2)
lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan GDP. Selain itu laju
pertumbuhan GDP lebih stabil dibandingkan dengan laju pertumbuhan M2 yang
cendrung berfluktuasi secara ekstrim terutama jumlah uang beredar dalam arti
luas. Selain pendapatan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan uang
menurut Keynes adalah suku bunga, dimana suku bunga yang diamati di dalam
penelitian ini adalah suku bunga acuan yang dikeluarkan Bank Indonesia. Karena
dengan adanya hal tersebut bisa menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
5
tidak ingin membelanjakan uangnya, sehingga diharapkan dengan adanya tingkat
bunga dapat menambah pendapatan dari masyarakat.
Di Indonesia sendiri tingkat bunga cenderung berfluktuasi berbeda dengan
jumlah uang beredar yang dari tahun ketahun terus meningkat jumlahnya. Hal ini
berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Keynes dimana tingkat bunga yang
tinggi akan mengurangi jumlah permintaan uang masyarakat. Dalam penelitian
suku bunga yang digunakan merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia, karena diharapkan dengan digunakannya suku bunga acuan maka tidak
akan terjadi multikolinearitas antara suku bunga dengan tingkat inflasi. Faktor lain
yang mempengaruhi permintaan uang adalah tingkat inflasi dimana menurut
Klasik melalui teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Fisher menyatakan
bahwa perubahan harga dalam hal ini peningkatan harga akan menyebabkan
terjadinya peningkatan permintaan akan uang oleh masyarakat. Peningkatan harga
secara terus menerus inilah yang dapat menyebabkan inflasi sehingga dapat
dikatakan bahwa inflasi dapat mempengaruhi permintaan uang. Tidak jauh
berbeda dengan tingkat suku bunga, inflasi di Indonesia juga berfluktuasi hal ini
dapat kita lihat melalui gambar 1.1 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
6
Gambar 1.1
Laju Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia Tahun 2009-2018
Sumber : Data Diolah Berdasarkan Badan Pusat Statistik
Dengan melihat gambar 1.1 dapat dikatakan bahwa inflasi di indonesia cenderung
berfluktuasi dimana jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan uang M2 maka
hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam teori kuantitas uang.
Masuknya globalisasi di bidang ekonomi ditandai dengan semakin
berkembangnya uang dari fungsi, jenis dan bentuknya seperti yang telah dibahas
sebelumnya, sehingga perekonomian semakin terintegrasi atau terbuka terutama
pada pasar keuangan baik nasional mauoun internasional. Perekonomian modern
mendorong semakin cepatnya hubungan yang terjadi secara langsung pelaku pasar
(pasar keuangan khususnya) di seluruh dunia. Dengan fenomena yang demikian
pasar finansial atau valuta asing menjadi sesuatu yang penting. Pasar valuta asing
menghubungkan para pelaku pasar dari seluruh dunia dengan dapat memperoleh
keuntungan melalui nilai mata uang. Biasanya valuta asing yang masuk ke
Indonesia atau ditukarkan dengan rupiah akan menjadi pendapatan pemerintah,
dengan demikian akan meningkatkan cadangan devisa/ cadangan aktiva Bank
Indonesia yang kemudian menyebabkan jumlah uang beredar bertambah. Hal
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah Uang Beredar Inflasi
Universitas Sumatera Utara
7
tersebut menandakan terdapat hubungan yang cukup erat antara cadangan devisa
dan jumlah uang beredar.
Indonesia merupakan negara yang menganut ekonomi terbuka, hubungan
kerjasama antar negara terjalin melalui kegiatan ekspor dan impor dengan negara
lain, sehingga membutuhkan alat pembayaran yang mempunyai kesamaan harga.
Nilai tukar atau kurs merupakan perbandingan antara nilai mata uang merupakan
salah satu yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar dan sekaligus dapat
menjadi alat kebijakan moneter bank sentral dalam mengendalikan jumlah uang
beredar di Indonesia. Dengan demikian, kurs mempunyai hubungan yang erat
dengan jumlah uang beredar sejalan dengan yang dikatakan sebelumnya menurut
Nilawati(2000), terdapat hubungan yang cukup erat antara cadangan devisa dan
jumlah uang beredar.
Mengingat banyak negara sedang berkembang menggunakan kurs
mengambang terkendali, maka perubahan sektor luar negeri yang tercermin pada
perubahan cadangan devisa memiliki pengaruh terhadap jumlah uang beredar.
Dimana cadangan devisa terdiri dari harga emas dan simpanan mata uang asing.
Makin besar cadangan devisa yang artinya makin besar pula jumlah uang beredar.
Itu artinya semakin besar harga emas di pasaran akan menyebabkan jumlah uang
beredar naik. Hal ini disebabkan kenaikan harga emas sejalan dengan kenaikan
nilai tukar. Jika harga emas naik maka harga akan suatu barang juga naik sehingga
saat harga barang naik maka jumlah uang beredar di tengah-tengah masyarakat
juga akan naik. (Komala, 2007:5).
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk memasukkan variabel
pendapatan, tingkat bunga, inflasi, nilai tukar dan harga emas sebagai variabel
Universitas Sumatera Utara
8
penjelas dalam mempengaruhi permintaan uang. Berdasarkan latar belakang di
atas, sehingga penulis tertarik untuk menulis sebuah penelitian yang berjudul:
“ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah pendapatan riil berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di
Indonesia periode tahun 2009 – 2018?
2. Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia
periode tahun 2009 – 2018?
3. Apakah suku bunga berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di
Indonesia periode tahun 2009 – 2018?
4. Apakah nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di
Indonesia periode tahun 2009 – 2018?
5. Apakah harga emas berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di
Indonesia periode tahun 2009 – 2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh pendapatan riil
terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.
2. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh inflasi terhadap
permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.
3. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh suku bunga
terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.
Universitas Sumatera Utara
9
4. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar
terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.
5. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh harga emas
terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah terutama otoritas moneter
dalam mengambil kebijakan yang menyangkut masalah stabilitas permintaan
uang.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha dalam menanamkan modalnya
di Indonesia.
3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis
4. Menambah wawasan penulis, terkhusus pada bidang yang diteliti
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Uang
Uang didefenisikan money any good that people generally accepted in
exchange good and service (Mishkin, 2004). Uang adalah sesuatu (benda) yang
diterima secara umum sebagai alat tukar dalam transaksi barang dan jasa. Alat
tukar yang dimaksud berupa benda apa saja yang diterima oleh setiap orang
(masyarakat) dalam transaksi barang dan jasa. Dari defenisi tersebut, ada dua
unsur yang perlu diperhatikan, yaitu sesuatu benda dan diterima secara umum.
Dengan begitu dapat dipahami bahwa uang sangat berguna untuk memperlancar
perekonomian.
Menurut Thomas (1997:18) uang adalah sesuatu benda yang secara umum
diterima sebagai alat pembayaran untuk barang dan jasa atau untuk memenuhi
kewajiban terhadap uang. Masih Menurut Thomas bahwa syarat utama agar
sebuah benda dapat digunakan sebagai uang adalah benda tersebut diterima secara
umum. Uang bisa saja berbentuk segala sesuatu (benda) sepanjang benda itu
diterima oleh masyarakat, tetapi tidak berarti bahwa segala sesuatu merupakan
uang.
Defenisi uang tersebut diatas dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek
ekonomi, hukum, politik. Jika defenisi uang ditinjau dari aspek/ atau pengertian
ekonomi maka uang merupakan barang ekonomi dan barang langka. Jika defenisi
uang dilihat dari sudut pandang hukum, maka uang adalah alat pembayaran yang
sah. Jika defenisi uang ditinjau dari aspek politik, maka uang merupakan sesuatu
yang diterima secara politik atau menunjukkan adanya penerimaan secara politik.
Universitas Sumatera Utara
11
Mata uang yang diakui oleh masyarakat dunia menunjukkan bahwa mata uang
negara tersebut diterima secara ekonomi, hukum, dan politik yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain sebagai satu kesatuan yang utuh.
Dari defenisi tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa uang terbuat dari
benda-benda yang diterima oleh semua lapisan masyarakat (generally accepted),
relatif paling berharga, dianggap indah, bernilai tinggi pada pada zamannya atau
terbuat dari benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari, misalnya
orang Romawi menggunakan garam sebagai alat tukar maupun upah (gaji).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Kuantitas Uang
1. Teori Klasik
Teori klasik adalah teori yang mengenai penawaran dan permintaan uang serta
interaksi antara keduannya. Pada teori ini fokusnya adalah hubungan antara
penawaran uang dengan jumlah uang yang beredar dengan nilai uang atau tingkat
harga. Hubungan kedua variabel dijabarkan melalui konsep teori mengenai
permintaan uang. Perubahan jumlah uang yang beredar atau penawaran uang
berinteraksi dengan permintaan uang yang selanjutnya akan menentukan nilai
uang.
a) Teori Kuatitas Sederhana (David Ricardo)
Masalah nilai uang dipecahkan oleh Ricardo, yaitu dengan hubungan lurus
antara jumlah uang dengan harga suatu barang. Ricardo menyimpulkan bahwa
hubungan antara jumlah uang dengan nilai uang memiliki hubungan yang terbalik.
Apabila pendapat dari Ricardo dihubungkan dengan harga, hal tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
12
dinyatakan bahwa ketika jumlah dari uang naik dua kali lipat, maka harga juga
akan naik dua kali lipat dan sebaliknya.
𝑀 = 𝑘. 𝑝
Dimana:
M = Jumlah uang yang beredar
p = Tingkat harga
k = Faktor proporsional yang konstan
Teori ini menyatakan bahwa jumlah uang dan tingkat harga memiliki
hubungan yang proposional, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
𝑃 = 𝑓(𝑀)
Apabila M yang merupakan jumlah uang beredar mengalami kenaikan,
maka harga juga akan mengalami kenaikan yang sama. Dari hal tersebut untuk
menjaga kesetabilan dari harga diperlukan kebijakan untuk menjaga stabilisasi
dari jumlah uang yang beredar. Teori kuantitas ini merupakan teori yang
sederhana, karena pada teori ini tidak memperhatikan atau memperhitungkan
faktor apa saja yang mempengaruhi cepatnya peredaran uang atau velocity. Teori
ini tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi dimasyarakat (Ambarani,
2015)
b) Transaction equation (Irving Fisher)
Irving Fisher memperkenalkan pendekatan secara velositas. Pendekatan ini
menjelaskan bahwa jumlah uang yang dibelanjakan sama dengan jumlah uang
yang diterima. Fisher mengemukakan bahwa permintaan uang merupakan
kepentingan yang sangat likuid untuk memenuhi motif transaksi. Dengan
sederhana persamaan transaksi permintaan uang Fisher adalah:
𝑀𝑉 = 𝑃𝑇
Universitas Sumatera Utara
13
Dimana:
M = Jumlah uang beredar
V = Perputaran uang dari satu tangan ke tangan lain dalam satu periode
P = Harga Barang
T = Volume barang yang diperdagangkan/transaksi
c) Cambridge Equation of Exchange (Cambridge)
Teori Cambridge dikemukakan oleh A. Marshall dari Universitas Cambridge
dengan berpangkal pokok pada fungsi dari uang sebagai alat tukar umum. Teori
Cambridge ini lebih menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
dari seseorang (mempertimbangkan untung dan rugi) yang dihubungkan antara
permintaan akan uang dengan volume transaksi yang direncanakannya.
Selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan kelembagaan yang ada, teori
Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang juga dipengaruhi oleh
tingkat bunga, besar kekayaan yang dimiliki masyarakat, dan ramalan/harapan
dari masyarakat pada masa yang akan datang. Teori Cambridge mengatakan bawa
jika tingkat bunga naik, masyarakat akan cenderung mengurangi jumlah uang
yang mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap.
2. Teori kuantitas modern (Friedman)
Teori permintaan uang Friedman menganggap bahwa “pemilik kekayaan”
memutuskan aktiva-aktiva apa (termasuk uang tunai) dan berapa yang akan ia
pegang atas dasar perbandingan manfaat (penghasilan dalam bentuk uang ataupun
dalam bentuk in natura ataupun “utility”), selera dan jumlah kekayaannya.
Manfaat yang diperoleh seseorang dari setiap bentuk aktiva berpengaruh terhadap
seberapa banyak aktiva-aktiva yang akan orang tersebut miliki. Marginal rate of
substitution dari suatu aktiva yang dipegang akan menurun dari aktiva-aktiva lain,
jika aktiva yang dipegang tersebut semakin banyak. Artinya jika seseorang terlalu
Universitas Sumatera Utara
14
banyak dalam memegang suatu aktiva, maka manfaat marginal dari aktiva yang
dipegang tersebut akan semakin kecil, misalnya aktiva dalam bentuk uang,
semakin banyak uang yang dipegang, maka marginal return dari uang tersebut
akan semakin kecil dari aktiva-aktiva lainnya.
Pendapat yang dikemukakan oleh Friedman bahwa permintaan uang
dimasyarakat dipengaruhi oleh faktor berikut: obligasi, suku bunga, modal fisik
dan kekayaan yang berpengaruh terhadap penentuan harga dari permintaan uang.
Pendapat yang dikemukakan oleh Friedman bahwa masyarakat memegang uang
sebagai bentuk dari menyimpan kekayaannya, cara lain yang dilakukan seseorang
untuk menyimpan kekayaannya, yaitu menyimpan uang dalam bentuk deposito,
obligasi, saham, dan menyimpan harta dalam bentuk tetap (tanah dan rumah) serta
kekayaan manusiawi.
2.2.2 Teori Permintaan Uang
Teori uang yang dikemukankan oleh Keynes merupakan teori yang dapat
dikatakan bersumber dari teori yang dikemukakan oleh Cambridge, tetapi pada
teori Keynes mengemukakan sesuatu perbedaan dengan teori moneter tradisi
klasik. Perbedaan ini pada penekanan fungsi uang yang lain, yaitu sebagai
penyimpan nilai (strong of velue) dan bukan hanya sebagai alat tukar (means of
exchange). Perumusan teori permintaan uang Keynes dikenal sebagai teori
“Liquidity Preference”. Di dalam teorinya Keynes membagi permintaan uang atas
3 (tiga) kategori yaitu :
1) Permintaan untuk tujuan transaksi.
2) Permintaan untuk tujuan berjaga-jaga.
3) Permintaan untuk tujuan spekulasi.
Universitas Sumatera Utara
15
Permintaan uang untuk transaksi meningkat karena uang diperlukan untuk
pembayaran-pembayaran, permintaan untuk berjaga-jaga, dan spekulasi
meningkat karena kebutuhan yang tak terduga. Keynes menganggap bahwa
permintaan uang kas untuk memenuhi permintaan motif pertama dan kedua
(transaksi dan berjaga-jaga), yang berubah karena perubahan di dalam
pengeluarannya, tetapi permintaan untuk kedua motif ini tidak dipengaruhi oleh
berubahnya tingkat bunga.
1) Permintaan uang untuk transaksi
Perlunya seseorang ataupun masyarakat (pemerintah) selalu menginginkan
memegang uang kas untuk tujuan-tujuan ini disebabkan karena penerimaan tidak
selalu selaras (sepadan) dengan pengeluaran. Hal ini disebabkan adanya
kesenggangan waktu (time lag) antara penerimaan dan pengeluaran. Permintaan
uang untuk tujuan transaksi meningkat jika penerimaan dan pengeluaran tidak
sinkron dan pada berbagai keadaan, utang-utang tidak secara sempurna dapat
dibagi atau ada biaya (transaksi) untuk membuat utang. Dan permintaan uang
untuk transaksi dianggap tergantung pada tingkat pendapatan.
𝑀𝑡 = 𝑓(𝑌)
Dimana:
Mt = Permintaan uang untuk transaksi
Y = Pendapatan 𝑑𝑀𝑡
𝑑𝑌 > 0
Artinya, semakin tinggi pendapatan, semakin banyak uang diperlukan oleh
perusahaan dan perseorangan untuk tujuan transaksi.
Universitas Sumatera Utara
16
2) Permintaan uang untuk berjaga-jaga
Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga merupakan refleksi dari
ketidaktentuan yang menyangkut (berkaitan dengan) pendapatan dan pengeluaran.
Mengikuti pendapat Keynes, dianggap bahwa permintaan uang kas untuk tujuan
berjaga-jaga adalah fungsi dari tingkat pendapatan. Permintaan uang untuk tujuan
berjaga-jaga dikaitkan dengan pendapatan adalah sejalan bahwa adanya cadangan
untuk sesuatu hal yang tak terduga dikaitkan dengan skala operasinya.
𝑀𝑝 = 𝑓(𝑌)
Dimana:
Mp = Permintaan uang untuk berjaga-jaga
Y = Pendapatan
𝑑𝑀𝑝
𝑑𝑌 > 0
Penggabungan permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
adalah 𝑀𝑡 + 𝑀𝑝
0 Y
Gambar 2.1
Penggabungan Permintaan Uang untuk
Transaksi dan Berjaga-jaga
Jika permintaan uang untuk tujuan kedua hal ini dikaitkan dengan “ tingkat
bunga”, maka dianggap bahwa kedua permintaan ini adalah “inelastis” terhadap
tingkat bunga. Anggapan ini dimaksudkan untuk menyederhanakan analisis lebih
lanjut. Berdasarkan bukti-bukti, permintaan untuk transaksi dan berjaga-jaga
Universitas Sumatera Utara
17
dipengaruhi juga oleh tingkat bunga, semakin membuat orang tertarik pada hasil
(yield) kekayaan dan individu-individu mungkin akan menginginkan memegang
uang kas untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga lebih kecil agar tidak
menanggung risiko (Iswardono, 1981:97-101).
3) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi
Keynes menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang
melebihi untuk keperluan transaksi, karena keinginan untuk menyimpan
kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang kas yang
disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of
value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk
penimbun kekayaan ( asset demand for money).
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan
oleh tingkat bunga. Makin rendah tingkat bunga makin rendah keinginan
masyarakat akan uang kas untuk tujuan/motif spekulasi. Alasannya, pertama
apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity cost
of holding money) makin besar/tinggi, sehingga keinginan masyarakat akan uang
kas akan makin kecil. Sebaliknya, makin rendah tingkat bunga makin besar
keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas. Kedua, hipotesis Keynes
bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasar
pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi (Nopirin,
1981:118-119). Fungsi permintaan uang untuk tujuan spekulasi dapat ditulis
sebagai berikut:
𝑀2 = 𝑓(𝑖)
Universitas Sumatera Utara
18
Dimana:
M2 = Permintaan uang untuk tujuan spekulasi
i = Tingkat bunga
Terdapat hubungan negatif antara permintaan uang untuk spekulasi dan
tingkat bunga. Hal ini berarti ketika ada kenaikan tingkat bunga maka permintaan
uang untuk spekulasi akan berkurang. Sebaliknya jika tingkat bunga turun maka
permintaan uang untuk spekulasi akan naik. Terdapat hubungan yang terbalik
antara permintaan uang untuk tujuan spekulasi dan suku bunga. Hal ini di
karenakan adanya hubungan yang terbalik antara surat berharga dan suku bunga.
N =𝑅
𝑖
Dimana:
N = Harga surat berharga
R = Pendapatan dari surat berharga
i = Suku bunga dari surat berharga
Persamaan di atas mempunyai arti, bila suku bunga naik maka harga surat
berharga akan turun. Orang akan memilih membeli surat berharga (obligasi)
karena harganya yang murah pada saat itu. Sebaliknya bila suku bunga turun
maka harga surat berharga akan naik, sehingga orang tak berminat untuk membeli
surat berharga. Kurva permintaan uang untuk spekulasi jika digambarkan secara
grafik adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 2.2
Permintaan Uang Untuk Spekulasi
Liquidity trap adalah daerah yang suku bunga sangat rendah sehingga harga
surat berharga sangat tinggi. Pada daerah liquidity trap ini dianggap bahwa suku
bunga tak akan turun lagi, sehingga harga surat berharga berada pada level
tertinggi. Pada keadaan ini orang akan lebih suka memegang uang tunai, karena
orang akan memperkirakan akan kenaikan suku bunga di masa mendatang.
Sehingga orang akan menunggu membeli surat berharaga di masa mendatang.
Dari motif permintaan uang yang dikemukakan Keynes dapat dijelaskan
bahwa permintaan uang adalah penjumlahan uang untuk tujuan transaksi dan
berjaga-jaga (M1) dengan permintaan uang untuk spekulasi (M2).
𝑀𝑑 = 𝑀1 + 𝑀2
2.2.3 Teori Purchasing Power Parity (PPP)
Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari swedia, bernama Gustav Bassel.
Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain
ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-
masing negara. Teori Purchasing Power Parity menyatakan bahwa nilai tukar
Universitas Sumatera Utara
20
mata uang di antara dua negara sama dengan rasio dari tingkat harga di negara
tersebut. Dalam hal ini yang perlu diingat juga adalah bahwa domestic purchasing
power parity dari mata uang suatu negara direfleksikan oleh tingkat harga, harga
dari sekelompok barang dan jasa.
Teori Purchasing Power Parity memprediksikan bahwa penurunan dalam
domestic purchasing power dari mata uang (yang diindikasikan oleh tingkat harga
domestik) yang akan berhubungan dengan apresiasi mata uang secara
proporsional. Pada pokoknya ada dua versi teori purchasing power parity, yakni
interpertasi absolut dan relatif. Menurut interpretasi absolut purchasing power
parity, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain (kurs) ditentukan
oleh tingkat harga di masing-masing negara. Sehingga kurs didasarkan pada
perbandingan purchasing powernya. Sedangkan menurut interpretasi relatif
purchasing power parity mengatakan bahwa kurs power parity didasarkan pada
perubahan harga (Nopirin, 1996)
Saat indeks harga yang digunakan di kedua negara identik, hukum harga
tunggal (The Law of One Price) mengidentifikasikan PPP. Artinya, bila
produk/jasa yang sama dapat dijual di pasar yang berbeda, tidak ada hambatan
dalam penjualan maupun biaya transportasi, maka harga produk/jasa cenderung
sama di kedua pasar tersebut. Bila kedua pasar tersebut adalah dua negara yang
berbeda, harga produk/jasa tersebut biasanya dinyatakan dalam mata uang yang
berbeda, namun harga produk/jasanya tetap masih sama.
Perbandingan harga hanya memerlukan suatu konversi satu mata uang ke
mata uang lainnya dimana harga produk dalam Rupiah (PRp), dikalikan kurs spot
(S, Rupiah per dolar AS), sama dengan harga produk tersebut dalam dolar AS
Universitas Sumatera Utara
21
(P$). Sebaliknya, jika harga kedua produk dinyatakan dalam mata uang lokal,
dana pasarnya efisien, maka kurs valas dapat dinyatakan dalam harga lokal relatif
produk tersebut dimana S merupakan kurs spot dolar AS per Rupiah
2.2.4 Teori Interest Rate Parity (IRP)
Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai
penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu, apabila penduduk
masing-masing negara bebas memperjual belikan devisa). Teori ini pada
pokoknya menyatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara
satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah
diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu
terhadap negara yang lain. Perlu dicatat bahwa dalam praktek ada “biaya
transaksi” untuk memindahkan dana dari dan ke luar negeri. Oleh sebab itu teori
paritas tingkat bunga ini akan lebih tepat apabila berbunyi : bahwa tingkat bunga
antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang
diperkirakan dari mata uang negara satu terhadap mata uang negara lain dan
“biaya transaksi” (biaya memindahkan dana).
Dalam sistem devisa bebas, “biaya transaksi” tersebut rendah, tetapi dalam
sistem devisa yang kurang bebas, biaya tersebut bisa tinggi. Oleh karena itu dalam
sistem devisa yang tidak bebas, ada kemungkinan tingkat bunga di dalam negeri
sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi
dengan laju depresiasi yang diperkirakan
2.2.5 Teori Merkantilisme
Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi
suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak
Universitas Sumatera Utara
22
mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya
selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia,
khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh
suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian,
pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor,
dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).
Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan
surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat
tertentu, maka sebuah Negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan
mengorbankan negara lain.
Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini
sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis
adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara.
Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan
angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan
konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan
laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni.
Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dan
semakin besar aktivitas bisnis. Dengan semakin banyaknya ktivitas bisnis maka
pendapatan negara akan meningkat.
2.3 Hubungan Antar Variabel
2.3.1 Hubungan Teoritis antara Pendapatan Riil dan Permintaan Uang
Dalam teori kuantitas uang Fisher dan teori permintaan uang Keynes
terutama untuk tujuan transaksi menyatakan bahwa permintaan uang tergantung
Universitas Sumatera Utara
23
dari pendapatan. Makin tinggi pendapatan, maka makin besar keinginan akan
uang kas. Hal ini dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang tingkat
pendapatannya tinggi, biasanya akan melakukan transaksi yang lebih banyak
dibandingkan masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Artinya bila
pendapatan meningkat, maka pengeluaran semakin banyak pula sehingga
permintaan uang untuk transaksi meningkat (Nopirin, 2009).
2.3.2 Hubungan Teoritis antara Inflasi dan Permintaan Uang
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan
terus menerus (Sukirno, 2000). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu
atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain.
(Boediono, 1998). Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai inflasi,
namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman
modern ini, terutama di negara-negara sedang berkembang.
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar,
dalam teori klasik penawaran dianggap sama dengan permintaan uang. Artinya
kenaikan harga barang-barang (perubahan harga) merupakan inflasi yang dapat
mengakibatkan jumlah uang beredar meningkat, meningkatnya jumlah uang
beredar sama dengan meningkatnya jumlah permintaan akan uang (Boediono,
1998).
2.3.3 Hubungan Teoritis antara Tingkat Suku Bunga dan Permintaan Uang
Berdasarkan teori Keynes, permintaan uang untuk tujuan spekulasi adalah
penting dimana permintaan uang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga.
Maksudnya perubahan tingkat bunga akan menimbulkan perubahan yang besar
Universitas Sumatera Utara
24
kepada permintaan uang untuk spekulasi dan permintaan uang secara keseluruhan.
Hasil analisis ini juga sesuai dengan teori Milton Friedman yang menyatakan
bahwa suku bunga yang tinggi mendorong orang membeli lebih banyak obligasi
dan ekuiti dan mengurangi pemegangan uang.
Hal ini berarti bahwa permintaan uang berkurang bila suku bunga
meningkat. Artinya uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat suku
bunga. Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya
suatu tingkat bunga normal. Jika surat berharga dipegang pada waktu tingkat
bunga naik, maka akan terjadi kerugian. Hal ini dapat dihindari dengan cara
mengurangi surat berharga dan menambah uang kas. Makin tinggi tingkat bunga,
makin tinggi pula ongkos memegang uang sehingga keinginan memegang uang
kas turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang
juga semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik (Nopirin, 2009).
2.3.4 Hubungan Teoritis Antara Nilai Tukar dan Permintaan Uang
Nilai tukar tidak langsung mempengaruhi permintaan uang, melainkan
melalui tingkat inflasi dengan menggunakan teori Purchasting Power Parity
(PPP) dan juga melalui tingkat bunga dengan menggunakan teori Interst Rate
Parity (IRP). Teori Purchasing Power Parity menyatakan bahwa nilai tukar mata
uang di antara dua negara sama dengan rasio dari tingkat harga di negara tersebut.
Purchasing Power Parity dari mata uang suatu negara direfleksikan oleh tingkat
harga dari sekelompok barang dan jasa.
Teori Purchasing Power Parity memprediksikan bahwa penurunan dalam
Purchasing Power dari mata uang akan berhubungan dengan apresiasi mata uang
secara proporsional. Perubahan nilai memiliki hubungan yang signifikan positif
Universitas Sumatera Utara
25
terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing
yang disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta yang
membengkak, berakibat pada menurunnya harga barang-barang ekspor kita diluar
negeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murah dibandingkan dengan
barang-barang dari negara lain.
Penurunan harga tersebut menyebabkan peningkatan pada penjualan
(hukum permintaan ”apabila harga barang menurun maka jumlah barang yang
diminta akan bertambah”), sehingga penerimaan ekspor kita meningkat serta
kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat maka supply barang di
dalam negeri akan meningkat yang akan berdampak pada penurunan harga barang
tersebut. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi, bertambahnya barang di
dalam negeri cenderung menurunkan harga. Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah
terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan permintaan uang di
Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan ketika nilai rupiah
terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal sehingga
diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli barang impor tersebut
(Prasojo, 2003).
Teori Interest Rate Parity (IRP) yang menyatakan bahwa kurs satu mata
uang terhadap mata uang yang lainnya akan berubah terhadap perbedaan tingkat
bunga antara dua negara. Menurut IRP, mata uang dengan tingkat bunga yang
lebih rendah diharapkan untuk apresiasi relatif terhadap mata uang dengan tingkat
bunga yang lebih tinggi yaitu bahwa mata uang dengan tingkat bunga tinggi
cenderung untuk menurun (depresiasi) sementara mata uang dengan tingkat bunga
rendah cenderung untuk meningkat (apresiasi), dengan kata lain berhubungan
Universitas Sumatera Utara
26
positif. Jadi kenaikkan suku bunga akan menaikkan kurs yaitu nilai mata uang
rupiah mengalami apresiasi terhadap nilai mata uang dolar AS. Hal ini berarti
permintaan uang akan berkurang saat suku bunga meningkat.
2.3.5 Hubungan Teoritis Antara Harga Emas dan Permintaan Uang
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga
sebagai alat tukar yang relatif abadi, dan diterima di semua negara di dunia.
Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter
absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia,
meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam
mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter
lazimnya berupa batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai
kilogram (Henny Mariani, 2010). Teori ini berpendapat bahwa untuk mencapai
kesejahteraan diperoleh melalui proses akumulasi pengumpulan logam mulia atau
emas. Untuk memperoleh emas yang lebih banyak dari pada emas yang
dikeluarkan maka dalam perdagangan internasional harus surplus.
Doktrin merkantilisme berpendapat bahwa, proses keuntungan perdagangan
internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan (ekspor lebih
besar dari pada impor atau X > M). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu
kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Kekayaan suatu negara berdasarkan penumpukan logam mulia (emas) sebanyak-
banyaknya juga mempunyai tujuan untuk memperluas kekuasaan dan kekuatan
negara. Kaum merkantilis mengukur bahwa kekayaan suatu negara yaitu melalui
cadangan logam mulia (emas atau perak) yang dimiliki. Dengan semakin
menumpuknya cadangan logam mulia (emas), berarti sekaligus meningkatan
Universitas Sumatera Utara
27
jumlah uang yang beredar (Sumanjaya, Nasution, dan Hamzah, 2012: 12).
Menurut Teori Merkantilisme harga emas mempengaruhi permintaan uang konsep
kesejahteraan didasarkan pada kekayaan stok emas negara, neraca perdagangan
surplus. Pemerintah mendorong ekspor dan membatasi impor. Semakin banyak
emas berarti semakin banyak uang, menghasilkan output dan kesempatan kerja
(Salvatore, 2004).
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Tehnik
Analisis Hasil Penelitian
Hadi Aimon (2010)
Analisis Permintaan Uang di Indonesia
Dependen: Jumlah Uang Beredar (M2) Indepent: 1. Pendapatan Rill 2. Tingkat Bunga 3. Inflasi
Vector Autoregression (VAR)
1. Pendapatan rill berpengaruh positif
signifikan terhadap
Permintaan Jumlah
Uang Berdar (M2)
2. Tingkat bunga dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2)
Saten Kumar, Don J. Webber, Scott Fragher (2013)
Money Demand Stability: a Case Study of Nigeria
Dependen: Jumlah uang beredar (M1) Independen: 1. Tingkat inflasi 2. Pendapatan 3. Nilai Tukar
Eror Corelation Model (ECM), Vector Autoregression (VAR)
1. Pendapatan dan inflasi memilki hubungan yang signifikan positif terhadap jumlah uang yang beredar (M2)
2. Nilai tukar tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jumlah uang beredar tetapi mimiliki hubungan yang signifikan dengan laju inflasi
Universitas Sumatera Utara
28
Widodo, Arif (2015)
Faktor-faktor Makroekonomi yang Mempengarui Permintaan Uang di Indonesia
Dependen: Jumlah uang beredar (M1) Independen: 1. Pendapatan 2. Nilai Tukar 3. Tingkat Harga 4. Suku Bunga
Eror Corelation Model (ECM)
1. Pendapatan, Tingkat harga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia
2. Suku Bunga dan Nilai Tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia
Cep Jandi Anwar, dan Pipin Andaria (2016)
Hubungan Variabel Makroekonomi dengan Permintaan Uang di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter
Dependen: Jumlah Uang yang Beredar (M1 dan M2) Independen: 1. GDP rill 2. Suku Bunga 3. Inflasi
(Ordinary Least Square) OLS
1. PDB Rill dan Suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang
2. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan uang
Fahrurrazi Polontalo, Tri Oldy Ratinsulo, dan Mauna (2018)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia Tahun 2010-2017
Dependent: Permintaan uang Independent: 1. PDB 2. Inflasi 3. Tingkat Bunga
Eror Corelation Model (ECM)
1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto, inflasi dan tingkat bunga secara bersama-sama (simultan) dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap permintaan uang,
2. Secara parsial dalam jangka pendek hanya tingkat bunga yang berpengaruh terhadap perubahan permintaan uang, sedangkan dalam jangka panjang hanya produk domestik bruto yang berpengaruh terhadap perubahan permintaan uang
Sumber: Data Diolah
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian
Di dalam penelitian ini teori yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh
pendapatan dan tingkat bunga terhadap permintaan uang adalah teori permintaan
Universitas Sumatera Utara
29
uang Keynes. Dimana menurut Keynes motif masyarakat memegang uang, yaitu
motif transaksi dan motif berjaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan sedangkan
motif spekulasi dipengaruhi oleh tingkat bunga. Teori kuantitas uang Fisher
digunakan untuk menjelaskan pengaruh inflasi terhadap permintaan uang dan
pengaruh pendapatan terhadap inflasi. Pengaruh nilai tukar terhadap inflasi
menggunakan teori Purchasing Power Parity sedangakan teori Interest Rate
Parity digunakan untuk menjelaskan hubungan antara nilai tukar dengan tingkat
bunga. Dan Teori Merkantilisme digunakan untuk menjelaskan pengaruh harga
emas terhadap permintaan uang. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir
dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3:
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan penelitian,
oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasar kepada teori yang relevan
PENDAPATAN
RILL (X1)
INFLASI
(X2)
SUKU BUNGA
(X3)
NILAI TUKAR
(X4)
PERMINTAA
N UANG (Y)
HARGA EMAS
(X5)
Universitas Sumatera Utara
30
dan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono,2005:51). Berdasarkan perumusan masalah,
landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah diuraikan
sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Pendapatan rill berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang
2. Inflasi berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang
3. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap Permintaan Uang
4. Nilai tukar berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang
5. Harga Emas berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang
Universitas Sumatera Utara
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, di dalam penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan ilmiah terhadap keputusan
manajerial dan ekonomi. Pendekatan ini berangkat dari data yang kemudian data
ini diproses menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan
(Hasan, 2002:132).
3.2 Batasan Operasional
Batasan dari penelitian ini hanya mencakup pengaruh Pendapatan rill,
Inflasi, Suku bunga, dan Nilai tukar terhadap Permintaan uang. Periode penelitian
ini dimulai dari bulan Januari 2009 sampai bulan Desember 2018. Pemilihan data
yang digunakan adalah data triwulanan diharapkan dapat memperoleh hasil yang
lebih akurat.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Permintaan
Uang, Dalam penelitian ini jumlah permintaan uang diukur dari banyaknya
jumlah uang beredar secara luas yaitu jumlah M2 dalam Rp / tahun. Data yang
digunakan adalah data triwulan selama periode pengamatan antara tahun 2009-
2018.
3.3.2 Variabel Independen
Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam
penelitian, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
32
a. Pendapatan Riil (X1), adalah GDP riil atau PDB atas dasar harga konstan
dalam Rp / tahun. Data yang digunakan adalah data triwulan selama periode
pengamatan antara tahun 2009-2018.
b. Inflasi (X2), merupakan kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus yang diukur berdasarkan Indeks Harga Konsumen
(IHK). Data yang digunakan adalah data triwulan selama periode pengamatan
antara tahun 2009-2018.
c. Suku Bunga (X3), yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga
Bank Indonesia (BI) Rate yang digunakan sebagai acuan yang disesuaikan
dengan inflasi dalam persen. Data yang digunakan adalah data triwulan
selama periode pengamatan antara tahun 2009-2018.
d. Nilai Tukar (X4), yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ($), berupa
nilai tukar riil. Data yang digunakan adalah data triwulan selama periode
pengamatan antara tahun 2009-2018.
e. Harga emas dunia adalah harga yang terbentuk dari akumulasi permintaan
dan penawaran di pasar emas London. Data yang digunakan adalah data
harga emas triwulan selama periode pengamatan antara 2009-2018.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data permintaan uang, pendapatan rill, inflasi, suku bunga, nilai tukar dan harga
emas selama bulan Januari 2009 hingga Desember 2018. Yang dimaksud dengan
data sekuder adalah data yang sudah jadi atau berupa data yang sudah dipublikasi
data tersebut sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Sumber data diperoleh dari
Universitas Sumatera Utara
33
berbagai pihak yang terkait dengan penelitian dan berbagai penelitian lain yang
relevan dengan penelitian ini yakni:
1. Permintaan Uang, data permintaan uang dalam penelitian ini diperoleh
langsung dari www.kemendag.go.id
2. Pendapatan Rill, data pendapatan rill dalam penelitian ini diperoleh langsung
dari www.kemendag.go.id
3. Inflasi, data inflasi dalam penelitian ini diperoleh langsung dari www.bi.go.id
4. Suku Bunga, data suku bunga dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
www.bps.go.id
5. Nilai Tukar, data nilai tukar dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
www.bi.go.id
6. Harga Emas, data harga emas dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
www.investing.com
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
Library Research (Riset Kepustakaan)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengunjungi lembaga-lembaga
yang terkait dengan penelitian, dalam hal ini perpustakaan kemudian mencari,
mengumpulkan, mengklasifikasikan dan memahami data atau referensi dengan
cara membaca laporan atau jurnal penelitian terdahulu seperti Skripsi, Thesis dan
lain sebagainya yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
34
Internet Research
Data dalam penelitian ini diperoleh dari www.kemendag.go.id, www.bi.go.id,
www.id.investing.com, www.bps.go.id dan website-website terkait lainnya yang
relevan untuk penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis
Uji Stasioner
Suatu deret pengamatan dikatakan stasioner apabila proses tidak berubah
seiring dengan adanya perubahan deret waktu. Masalah utama yang terjadi apabila
data tidak stasioner adalah nilai dugaan yang dihasilkan menjadi bias sehingga
menimbulkan kesalahan dalam hasil interpretasi analisis. Dalam penelitian ini alat
yang digunakan untuk menguji kestasioneritasan data menggunaka uji Phillips
Person (PP). Untuk mengetahui apakah data sudah stasioner dilakukan terlebih
dahulu uji unit root. Uji unit root dimaksudkan untuk menguji apakah data yang
digunakan memiliki error yang konstan, dan tidak terpengaruh oleh waktu serta
variabel lainnya. Apabila tidak stasioner maka perlu dilakukan penanganan
tertentu dengan jalan differencing. Jika sebagaimana umumnya data tidak
stasioner, maka proses differencing harus dilakukan beberapa kali sehingga
tercapai data yang stasioner.
Penentuan Panjang Lag
Penetapan lag sangatlah penting dalam model ARDL, karena jika lag yang
ditentukan terlalu sedikit menyebabkan model tidak dapat secara tepat
mengestimasi actual error sehingga dan standar kesalahan tidak diestimasi dengan
baik, sedangkan jika lag yang ditentukan terlalu banyak akan mengurangi degrees
Universitas Sumatera Utara
35
of freedom. Penetapan lag optimal dapat ditentukan dengan melihat kriteria yang
ditentukan oleh Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information
Criterion (SIC), Hannan-Quin Information Criterion (HQ), dan Likelihood Ratio
(LR).
2. Teknik Analisis
a. Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengestimasi pengaruh
dari Pendapatan Rill (GDP), Inflasi (INF), Suku Bunga (SB), Nilai Tukar
(KURS), Harga Emas (GP) terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB), yang fungsinya
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :
𝐽𝑈𝐵 = 𝛼 + 𝛽1𝐺𝐷𝑃 + 𝛽2𝐼𝑁𝐹 + 𝛽3𝑆𝐵 + 𝛽4𝐾𝑈𝑅𝑆 + 𝛽5𝐺𝑃 ... (3.1)
Selanjutnya persamaan tersebut dapat ditransformasikan menjadi model log-
linear. Hal ini disebabkan karena persamaan log-linear memberikan hasil yang
lebih tepat dan lebih efisien apabila dibandingkan dengan model linear sederhana.
Model diatas dapat diubah kedalam persamaan logaritma dan lag seperti berikut :
𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵 = 𝛼 + 𝛽11𝐺𝐷𝑃𝑡 + 𝛽12𝐺𝐷𝑃(𝑡−1) + 𝛽21𝐼𝑁𝐹𝑡 +
𝛽22𝐼𝑁𝐹(𝑡−1)+ 𝛽31𝑆𝐵𝑡 + 𝛽32𝑆𝐵(𝑡−1) + 𝛽41𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡 +
𝛽42𝐾𝑈𝑅𝑆(𝑡−1) + 𝛽51𝐺𝑃𝑡 + 𝛽52𝐺𝑃(𝑡−1) + 𝛽6𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵(𝑡−1)
.....(3.2)
Keterangan :
JUB : Permintaan Uang
GDPt : Pendapatan Rill
INFt : Inflasi
SBt : Suku Bunga
KURSt : Nilai Tukar
GPt : Harga Emas
GDPt-1 : Pendapatan Rill triwulan sebelumnya
INFt-1 : Inflasi triwulan sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
36
SBt-1 : Suku Bunga triwulan sebelumnya
KURSt-1 : Nilai Tukar triwulan sebelumnya
GPt-1 : Harga Emas triwulan sebelumnya
JUB(t-1) : Permintaan Uang triwulan sebelumnya
α : Konstanta
β11, β21, β31, β41, β51 : Koefisien variabel PU, I, SB dan NT
Ln : Logaritma Natural
b. Metode Analisis
Metode analisis adalah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
ARDL Bound Test
Untuk menginvestigasi hubungan antara pendapatan rill, inflasi, suku bunga,
niai tukar terhadap permintaan uang maka digunakanlah pendekatan uji ARDL
Bound yang diperkenalkan oleh Pesaran et al. (2001) untuk menganalisis
kointegrasi diantara variabel-variabel yang diestimasi. Ada berbagai pendekatan
kointegrasi seperti yang dikemukakan oleh Engle dan Granger (1987), Johansen
dan Juselius (1990) dan pendekatan kointegrasi lain yang telah banyak diterapkan
dalam berbagai penelitian untuk menginvestigasi hubungan jangka panjang
diantara variabel-variabel yang diestimasi. Meskipun metode ini dapat diterapkan
pada model yang memiliki urutan integrasi yang unik, pendekatan uji ARDL
Bound lebih fleksibel apabila dibandingkan dengan bebagai metode kointegrasi
yang lain. Meskipun demikian, harus dipastikan bahwa tidak ada variabel yang
terintegrasi di I(2) dan variabel dependen harus terintegrasi di I(1).
Uji F-statistik digunakan dalam bound-testing pada model terbaik. Model
terbaik akan diperoleh dengan melhat nilai dari Schwartz-Bayesian criteria (SBC)
dan Akaike’s information criteria (AIC). Nilai SBC dan AIC digunakan untuk
mengetahui lag-optimum variabel. SBC dikenal sebagai model yang memilih
Universitas Sumatera Utara
37
kemungkinan panjang lag terkecil sedangkan AIC cenderung memilih panjang lag
yang maksimal. Maka persamaan untuk bound-testing dalam penelitian adalah :
∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 = 𝛼 + 𝛽1𝐿𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−1 + 𝛽2𝐿𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−1 + 𝛽3𝐿𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−1 +
𝛽4𝐿𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−1 + 𝛽5𝐿𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−1 + 𝛽6𝐿𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−1 +
∑ 𝛽1𝑆∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽2𝑆∆𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 +𝑃
𝑖=1
∑ 𝛽3𝑆∆𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽4𝑆∆𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1
𝑃𝑖=1
∑ 𝛽5𝑆∆𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽6𝑆∆𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖
𝑃𝑖=1 + 𝜀𝑡
........(3.3)
Pada persamaan (3.3), parameter β1L, β2L, β3L, β4L, β5L dan β6L menunjukkan
koefisien jangka panjang dan β1S, β2S, β3S, β4S, β5S dan β6S menunjukkan koefisien
jangka pendek dimana εt merupakan error term sementara Δ merupakan operator
first defference. Hipotesis nol yang menunjukkan tidak terdapatnya kointegrasi
dalam model adalah β1L = β2L = β3L = β4L = β5L = 0. Sedangkan Hipotesis
Alternatif yang menandakan adanya kointegrasi dalam model adalah β1L ≠ β2L ≠
β3L ≠ β4L ≠ β5L ≠ 0. Dalam uji kointegrasi bound, untuk menguji hipotesis
biasanya digunakan F-statistik atau Uji Wald. Uji Wald digunakan dalam kasus
dimana terdapat lebih dari satu koefisien jangka panjang dari variabel yang sama.
Nilai F-statistik akan dibandingkan dengan batas atas (upper) dan batas bawah
(lower) bound critical values. Jika perhitungan nilai F-statistik berada diatas upper
bound critical values, maka Hipotesis nol yang mengindikasikan tidak terdapatnya
kointegrasi dalam model akan ditolak. Jika nilai F-statistik berada dibawah lower
bound critical values, maka hal ini mengindikasikan adanya bukti kointegrasi
dalam variabel yang diestimasi. Namun apabila nilai F-statistik berada diantara
Universitas Sumatera Utara
38
upper dan lower bound critical values maka keputusan ada atau tidaknya
kointegrasi dalam variabel tidak dapat disimpulkan.
Metode ARDL
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Apabila dalam suatu analisis regresi
data runtun waktu terdapat variabel bebas masa yang lalu maka metode tersebut
dinamakan distributed-lag model sedangkan apabila dalam suatu analissi regresi
tersebut dimasukkan satu atau lebih variabel bebas maupun terikat masa lalu disisi
kanan model regresi maka model tersebut dinamakan autoregressive distributed
lag model. Model ARDL merupakan salah bentuk metode dalam ekonometrika
yang dapat mengestimasi model regresi linear dalam menganalisis hubungan
jangka panjang yang melibatkan adanya uji kointegrasi diantara variabel-variabel
yang diestimasi. Metode ARDL memiliki beberapa kelebihan dalam
operasionalnya yaitu dapat digunakan pada data yang terbatas (data yang sedikit)
dan tidak membutuhkan klasifikasi praestimasi variabel sehingga dapat dilakukan
pada variabel I(0), I(1) maupun kombinasi keduanya.
Pesaran dan Shin (1999) menunjukkan bahwa dengan menggunakan
kerangka pemikiran ARDL, parameter pada estimasi hubungan jangka pendek
akan konsisten dan koefisien pada estimasi jangka panjang akan sangat konsisten
pada ukuran sampel yang kecil dan model ARDL dapat mengoreksi residual dan
masalah variabel endogen secara bersamaan.
Secara umum hubungan jangka panjang dapat dianalisis dengan
menggunakan persamaan ARDL sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
39
𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 = 𝛼 + ∑ 𝛽1𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽2𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 +𝑃
𝑖=1
∑ 𝛽3𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽4𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1
𝑃𝑖=1
∑ 𝛽5𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽6𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1 𝜀𝑡
𝑃𝑖=1
......(3.4)
Pendekatan dengan menggunakan metode ARDL mensyaratkan adanya Lag,
yaitu waktu yang dibutuhkan untuk timbulnya respon akibat suatu penaruh
tindakan atau keputusan. Setelah konfirmasi dari kointegrasi telah ditetapkan,
maka model jangka pendek dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan
berikut :
∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 = 𝛼 + ∑ 𝛽1∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽2∆𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 +𝑃
𝑖=1
∑ 𝛽3∆𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽4∆𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1
𝑃𝑖=1
∑ 𝛽5∆𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽6∆𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + 𝜑𝐸𝐶𝑇𝑡−1 +𝑃
𝑖=1
𝜀𝑡
........(3.5)
Error Correction Term (ECT) menandakan kecepatan penyesuaian dan
menunjukkan seberapa cepat variabel kembali ke ekuilibrium jangka panjang. Jika
ECT bernilai negatif dan signifikan, hal ini mengindikasikan keberadaan
hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang diestimasi. ECT harus
bernilai negatif, karena hal ini menunjukkan bahwa model yang diestimas adalah
valid. Semua koefisien dalam persamaan jangka pendek berdasarkan model diatas
merupakan koefisien yang menghubungkan model dinamis dalam jangka pendek
konvergen (memusat) terhadap keseimbangan dan mempresentasikan kecepatan
penyesuaian dari jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Hal ini
menunjukkan bagaimana ketidakseimbangan akibat shock ditahun sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
40
disesuaikan pada keseimbangan jangka panjang pada tahun ini. Error Correction
Term (ECT) dapat diperoleh dari persamaan berikut ini :
𝐸𝐶𝑇𝑡 = 𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 − 𝛼 − ∑ 𝛽1𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖 − ∑ 𝛽2𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 −𝑃𝑖=1
𝑃𝑖=1
∑ 𝛽3𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 − ∑ 𝛽4𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 − ∑ 𝛽5𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖𝑃𝑖=1
𝑃𝑖=1
𝑃𝑖=1 −
∑ 𝛽6𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖𝑃𝑖=1
........(3.6)
Kesesuaian atau goodness of fit dari model ARDL dapat dilihat dengan
melakukan tes stabilitas seperti cumulative sum recursive residual (CUSUM) dan
cumulative sum of square of recursive residual (CUSUMQ). Uji stabilitas ini
digunakan untuk mengetahui kestabilan parameter dalam jangka pendek dan
jangka panjang. Grafik CUSUM yang signifikan pada tingkat kepercayaan 5%
mengindikasikan bahwa parameter tersebut stabil.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Permintaan Uang
Permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta oleh masyarakat.
Permintaan uang menentukan besarnya jumlah uang yang harus disuplai oleh
otoritas moneter. Otoritas moneter yang diberikan kepada Bank Indonesia sebagai
bank sentral yakni mengatur stabilitas harga akibat uang yang beredar dengan cara
mengelola peredaran uang. Jumlah uang yang beredar di masyarakat harus
seimbang dimana jumlah uang yang disediakan oleh Bank Indonesia harus sama
dengan jumlah uang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan diketahuinya
jumlah permintaan uang di Indonesia, Bank Indonesia dapat menetapkan
kebijakan yang sesuai melalui instrumen moneter yang ada agar jumlah uang yang
tersedia seimbang dengan dengan jumlah permintaan uang. Permintaan uang
dapat diukur dengan menghitung jumlah uang yang beredar di masyrakat. Jumlah
uang beredar yang digunakan adalah jumlah uang dalam arti luas (M2). Dimana
M2 terdiri dari M1 (uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giro), uang
kuasi(mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro
dalam valuta asing) dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang
dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu
tahun.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Jumlah Uang Beredar(M2)
Variabel N Min Max Mean Std
Deviasi
Jumlah Uang
Beredar
40
5660002
17098534
11063222
3595208
Sumber: Data diolah dengan Eviews 10
Universitas Sumatera Utara
42
Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari
bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai
terendah jumlah uang beredar berada di 5.660.002 yang terjadi di kualtal 1 pada
tahun 2009 sedangkan nilai tertinggi berada di 17.098.534 yang terjadi di kualtal 4
pada tahun 2018. Nilai rata-rata jumlah uang beredar adalah 11.063.222 dengan
standar deviasi sebesar 3.595.208 yang menunjukkan bahwa nilai jumlah uang
berdedar cukup berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan grafik berikut:
Gambar 4.1
Grafik Pergerakan Jumlah Uang Beredar
Sumber: Data diolah
4.2 Gambaran Umum Variabel Independen
4.2.1 Gambaran Umum Pendapatan Rill
Pendapatan rill adalah suatu pendapatan negara yang dihitung
menggunakan harga konstan, yang memiliki arti dapat memperoleh informasi
bagaimana tingkat harga, inflasi serta kesejahteraan negara. PDB (Produk
Domestik Bruto) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan
jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
16.000.000,00
18.000.000,00
I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Universitas Sumatera Utara
43
tertentu sebagai dasar. PDB atas harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Pendapatan Rill
Variabel N Min Max Mean Std
Deviasi
Pendapatan Rill
40 528056,50 2684185,60 1988355 561034,8
Sumber: Data diolah dengan Eviews 10
Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari
bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai
terendah pendapatan rill berada di 528.056,50 yang terjadi di kualtal 1 pada tahun
2009 sedangkan nilai tertinggi berada di 2.684.185,60 yang terjadi di kualtal 3
pada tahun 2018. Nilai rata-rata pendapatan rill adalah 1.988.355 dengan standar
deviasi sebesar 561.034,8 yang menunjukkan bahwa nilai pendapatan rill cukup
berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan grafik berikut:
Gambar 4.2
Grafik Pergerakan Pendapatan Rill
Sumber: Data diolah
0,00
500.000,00
1.000.000,00
1.500.000,00
2.000.000,00
2.500.000,00
3.000.000,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Universitas Sumatera Utara
44
4.2.2 Gambaran Umum Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum
dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar
Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Inflasi
Variabel N Min Max Mean Std
Deviasi
Inflasi 40 2,76 8,60 5,018 1,698917 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10
Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari
bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai
terendah inflasi berada di 2,76 yang terjadi di kualtal 3 pada tahun 2009
sedangkan nilai tertinggi berada di 8,60 yang terjadi di kualtal 3 pada tahun 2013.
Nilai rata-rata inflasi adalah 5,018 dengan standar deviasi sebesar 1,698917 yang
menunjukkan bahwa nilai inflasi cukup berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan grafik berikut:
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 4.3
Grafik Pergerakan Inflasi
Sumber: Data diolah
4.2.3 Gambaran Umum Suku Bunga
Suku bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai
imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu. Suku bunga yang digunakan
dalam penelitian ini adalah suku bunga Bank Indonesia (BI) rate. BI
Rate diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan BI melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. Dalam hubungannya dengan
perekonomian masyarakat, penetapan nilai BI Rate juga sangat mempengaruhi
kondisi perekonomian sehari-hari. Misalnya ketika harga bahan-bahan pokok
melonjak tajam karena kesulitan panen atau kelangkaan bahan pokok tertentu,
maka BI Rate akan turun untuk memacu perputaran kredit di masyarakat.
Dengan membaiknya perekonomian dan bertambahnya peredaran uang,
diharapkan harga bahan pokok tersebut menjadi turun dan kemudian stabil
kembali. Sedangkan dalam mencegah inflasi, BI Rate juga sangat penting untuk
mengontrol uang yang beredar di masyarakat. Saat terjadi kenaikan inflasi,
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Universitas Sumatera Utara
46
lembaga bank lebih suka menyimpan uangnya pada Bank Indonesia sehingga
perlahan-lahan uang yang beredar akan berkurang.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Suku Bunga
Variabel N Min Max Mean Std
Deviasi
Suku Bunga 40 4,25 8,25 6,321 1,064041 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10
Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari
bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai
terendah suku bunga berada di 4,25 yang terjadi di kuarltal 4 pada tahun 2017
sampai kuartal 1 tahun 2018 sedangkan nilai tertinggi berada di 8,25 yang terjadi
di kualtal 1 pada tahun 2009. Nilai rata-rata suku bunga adalah 6,321 dengan
standar deviasi sebesar 1,064041 yang menunjukkan bahwa nilai suku bunga
cukup berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan grafik berikut:
Gambar 4.4
Grafik Pergerakan Suku Bunga
Sumber: Data diolah
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Universitas Sumatera Utara
47
4.2.4 Gambaran Umum Nilai Tukar
Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar antara
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs berperan penting dalam transaksi
terutama pada ekspor dan impor. Hal itu dikarenakan kurs membantu
menerjemahkan harga-harga dengan mata uang yang berbeda dari berbagai
negara. Selain itu, kurs juga berperan penting di pasar valuta asing (foreign
exchange market) atau yang dikenal dengan nama “Forex”. Di pasar valuta asing
terjadi pertukaran mata uang dengan kurs yang disepakati oleh beberapa pihak.
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Nilai Tukar
Variabel N Min Max Mean Std
Deviasi
Nilai Tukar 40 8569 14684 11461,88 2031,261 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10
Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari
bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai
terendah nilai tukar berada di 8.569,00 yang terjadi di kuarltal 2 pada tahun 2011
sedangkan nilai tertinggi berada di 14.684,00 yang terjadi di kualtal 3 pada tahun
2018. Nilai rata-rata suku bunga adalah 11.461,88 dengan standar deviasi sebesar
2031,261 yang menunjukkan bahwa nilai tukar cukup berfluktuasi. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan grafik berikut:
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 4.5
Grafik Pergerakan Nilai Tukar
Sumber: Data diolah
4.2.5 Gambaran Umum Harga Emas
Harga emas yang dijadikan patokan diseluruh dunia dihitung dengan
menggunakan sistem London Gold Fixing yaitu suatu sistem dengan prosedur
dimana harga emas dihitung dua kali sehari setiap hari kerja yang dilakukan
oleh lima anggota di pasar London. Emas merupakan logam mulia yang paling
diterima di negara manapun didunia. Harga emas biasanya berbanding searah
dengan inflasi, yaitu semakin tinggi inflasi maka akan diikuti dengan kenaikan
harga emas yang bahkan bisa melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Harga Emas
Variabel N Min Max Mean Std
Deviasi
Harga Emas 40 930,47 1705,67 1.339,025 203,7164 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10
Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari
bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai
0,00
2.000,00
4.000,00
6.000,00
8.000,00
10.000,00
12.000,00
14.000,00
16.000,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Universitas Sumatera Utara
49
terendah harga emas berada di 930,47 yang terjadi di kuarltal 1 pada tahun 2009
sedangkan nilai tertinggi berada di 1.705,67 yang terjadi di kualtal 1 pada tahun
2012. Nilai rata-rata suku bunga adalah 1.339,025 dengan standar deviasi sebesar
203,7164 yang menunjukkan bahwa nilai tukar cukup berfluktuasi. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan grafik berikut:
Gambar 4.6
Grafik Pergerakan Harga Emas
Sumber: Data diolah
4.3 Analisis Data
4.3.1 Uji Stasioneritas
Tahap pertama dalam memulai analisis data ini adalah dengan melakukan
uji stasioneritas data. Uji stasioner dilakukan untuk memastikan data tidak
memiliki akar unit sehingga tidak akan menghasilkan regresi lancung (spurious
regression). Ada dua cara untuk melakukan uji stasioneritas yaitu dengan uji akar
unit (unit root test) dan correlogram. Namun pada penelitian kali ini akan
dilakukan uji akar unit dengan menggunakan Phillips Perron (PP) yang diolah
dengan software Eviews 10. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
1000,00
1200,00
1400,00
1600,00
1800,00
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Universitas Sumatera Utara
50
probabilitas lebih kecil dari nilai kritis pada taraf signifikansi 10%, 5% dan 1%
maka dapat dikatakan bahwa data telah stasioner. Kriteria pengambilan keputusan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada taraf signifikansi 5%.
Tabel 4.7
Hasil Uji Akar-akar Unit pada Tingkat Level
PP
Variabel P value Nilai Kritis α = 5 %
Keputusan
JUB 0,0564 0,05 Tidak Stasioner
GDP 0,0000 0,05 Stasioner
INF 0,0662 0,05 Tidak Stasioner
SB 0,2563 0,05 Tidak Stasioner
KURS 0,9182 0,05 Tidak Stasioner
GP 0,1506 0,05 Tidak Stasioner Sumber: Hasil Output Eviews 10
Dari tabel diatas dapat diihat bahwa masih terdapat data yang tidak
stasioner pada tingkat level. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas dari sebagian
variabel jauh lebih besar dari nilai kritis. Sehingga langkah selanjutnya adalah
melakukan uji akar unit pada differencing 1.
Tabel 4.8
Hasil Uji Akar-akar Unit pada First Difference
PP
Variabel P value Nilai Kritis α = 5 %
Keputusan
JUB 0,0003 0,05 Stasioner
GDP 0,0000 0,05 Stasioner
INF 0,0001 0,05 Stasioner
SB 0,0352 0,05 Stasioner
KURS 0,0117 0,05 Stasioner
GP 0,0000 0,05 Stasioner Sumber: Hasil Output Eviews 10
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas semua variabel
telah lebih kecil dari nilai kritis sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah
stasioner pada defference 1 dan tidak ada data yang stasioner pada difference 2.
Universitas Sumatera Utara
51
4.3.2 Penentuan Panjang Lag Optimum
Pada bagian ini akan dilakukan seleksi lag untuk dua bagian data yaitu data
aktual dan data yang telah dilakukan tranformasi dalam bentuk logaritma natural.
Seleksi lag ini dilakukan untuk mengatahui model mana yang terbaik diantara dua
jenis data tersebut. Pemilihan lag terbaik dilakukan dengan melihat nilai Akaike
Information Criteria (AIC) dari model mana yang menghasilkan nilai paling kecil.
Secara ringkas, hasil seleksi lag dari data aktual dan data transformasi logaritma
natural ditunjukkan dalam gambar berikut :
-6.64
-6.62
-6.60
-6.58
-6.56
-6.54
-6.52
-6.50
-6.48
AR
DL(
1, 3
, 0,
3,
3, 3
)
AR
DL(
1, 3
, 1,
3,
3, 3
)
AR
DL(
3, 3
, 0,
3,
3, 3
)
AR
DL(
2, 3
, 0,
3,
3, 3
)
AR
DL(
2, 3
, 1,
3,
3, 3
)
AR
DL(
3, 3
, 1,
3,
3, 3
)
AR
DL(
1, 3
, 2,
3,
3, 3
)
AR
DL(
1, 3
, 0,
2,
3, 3
)
AR
DL(
3, 2
, 0,
3,
3, 3
)
AR
DL(
1, 3
, 1,
2,
3, 3
)
AR
DL(
2, 3
, 2,
3,
3, 3
)
AR
DL(
2, 3
, 0,
2,
3, 3
)
AR
DL(
3, 3
, 2,
3,
3, 3
)
AR
DL(
1, 3
, 3,
3,
3, 3
)
AR
DL(
3, 3
, 0,
2,
3, 3
)
AR
DL(
3, 3
, 3,
3,
3, 3
)
AR
DL(
1, 3
, 0,
0,
3, 3
)
AR
DL(
3, 2
, 1,
3,
3, 3
)
AR
DL(
2, 3
, 1,
2,
3, 3
)
AR
DL(
3, 2
, 0,
2,
3, 3
)
Akaike Information Criteria (top 20 models)
Gambar 4.7
Hasil Seleksi Lag Data Transformasi Logaritma Natural
Sumber: Hasil Output Eviews 10
Pada gambar 4.7 menunjukkan hasil seleksi ln untuk data transformasi
logaritma natural dimana semua nilai AIC bernilai negatif dengan nilai terendah -
6,64 yang dimiliki oleh model ARDL (1,3,0,3,3,3). Hal ini menyimpulkan bahwa
model terbaik untuk data transformasi logaritma adalah model ARDL
Universitas Sumatera Utara
52
(1,3,0,3,3,3). Bentuk umum untuk model ARDL (1,3,0,3,3,3) dari data
transormasi logaritma natural dapat diestimasi dengan persamaan berikut :
LJUB = C1LJUB(t-1) + C2LGDP + C3LGDP(t-1) + C4LGDP(t-2) + C5LGDP(t-3) +
C6LINF + C7LSB + C8LSB(t-1) + C9LSB(t-2) + C10LSB(t-3) +
C11LKURS+
C12LKURS(t-1) + C13LKURS(t-2) + C14LKURS(t-3) + C15LGP +
C16LGP(t-1) + C17LGP(t-2) + C18LGP(t-3) + C
...... (4.1)
Dimana :
C = Koefien parameter yang akan diestimasi
i = 1,2,3....... 20
4.3.3 Estimasi Model Autoregression Distributed Lag (ADRL)
Hasil estimasi koefisien parameter model ARDL (1,3,0,3,3,3) telah
dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.9
Estimasi Parameter Model
Variabel Koefisien Parameter P value
LJUB(t-1) C1 0,650568 0,0000
LGDP C2 -0,003612 0,7825
LGDP(t-1) C3 0,046846 0,0004
LGDP(t-2) C4 0,003543 0,7519
LGDP(t-3) C5 0,027271 0,0238
LINF C6 -0,008821 0,4109
LSB C7 -0,110184 0,0192
LSB(t-1) C8 0,089554 0,1500
LSB(t-2) C9 0,014682 0,8091
LSB(t-3) C10 -0,055459 0,1359
LKURS C11 0,384447 0,0002
LKURS(t-1) C12 -0,219292 0,0554
LKURS(t-2) C13 0,027085 0,7735
LKURS(t-3 C14 0,279864 0,0108
LGP C15 0,010732 0,7832
LGP(t-1) C16 0,007872 0,8460
Universitas Sumatera Utara
53
LGP(t-2) C17 -0,002860 0,9508
LGP(t-3) C18 0,159820 0,0009
C C19 -0,926355 0,2405
R Squared 0,999715 AIC -6,637499
Adj Rsquared 0,999429 SIC -5,810271
F Statistic 3501.998 HQ -6,345862
Prob (F stat) 0,000000 DW stat 1,851999
Sumber: Hasil Estimasi Eviews 10
Berdasarkan hasil estimasi parameter yang dipaparkan dalam tabel 4.9 maka
model ARDL (1,3,0,3,3,3) dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut :
LJUB = 0,650568*LJUB(-1) - 0,003612*LGDP + 0,046846*LGDP(-1) +
0,003543*LGDP(-2) + 0,027271*LGDP(-3) - 0,008821*LINF -
0,110184*LSB + 0,089554*LSB(-1) + 0,014682*LSB(-2) -
0,055459*LSB(-3) + 0,384447*LKURS-0,219292*LKURS(-1)+
0,027085*LKURS(-2) + 0,279864*LKURS(-3) + 0,010732*LGP +
0,007872*LGP(-1) - 0,002860*LGP(-2) + 0,159820*LGP(-3) -
0,926355
......... (4.2)
Berdasarkan hasil estimasi koefisien parameter dari model ARDL
(1,3,0,3,3,3) yang telah ditulis dalam bentuk persamaan model ARDL maka dapat
diintepretasikan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
Interpretasi model ini menjelaskan hubungan variabel pendapatan rill, inflasi,
suku bunga, nilai tukar, dan harga emas dunia yang mempengaruhi variabel JUB
dan juga pengaruh variabel JUB pada periode –periode sebelumnya terhadap JUB
saat ini.
Berdasarkan persamaan 4.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah uang beredar
mempengaruhi nilai jumlah uang beredar (JUB) saat ini. Apabila jumlah uang
beredar pada periode pertama mengalami kenaikan 1% maka nilai JUB saat ini
Universitas Sumatera Utara
54
akan naik sebesar 65,05%. Selanjutnya, pendapatan rill juga memiliki pengaruh
terhadap perubahan JUB. Apabila pendapatan rill periode pertama mengalami
kenaikan sebesar 1% maka JUB akan naik sebesar 4,68% dan apabila pendapatan
rill pada periode ketiga mengalami kenaikan 1% maka hal ini akan mendorong
kenaikan JUB sebesar 2,72%.
Tapi hal ini tidak berlaku pada variabel inflasi, karena yang mempengaruhi
JUB saat ini hanya inflasi pada periode saat itu juga. Yaitu apabila variabel
inflasi, apabila mengalami kenaikan 1% akan mendorong penurunan nilai JUB
sebesar 0,8%. Pada variabel suku bunga periode pertama mengalami kenaikan 1%
akan mendorong kenaikan JUB sebesar 8,95%. Pada periode ke tiga apabila
mengalami kenaikan 1% akan mendorong penurunan nilai JUB sebesar 5,54%.
Namun JUB saat ini juga dipengaruhi oleh nilai tukar baik pada periode saat itu
juga maupun periode-periode sebelumnya. Apabila nilai tukar pada periode
pertama mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan mendorong penurunan JUB
sebesar 21,92% namun sebaliknya pada periode ketiga, karena apabila JUB
mengalami kenaikan sebesar 1% maka hal ini akan mendorong kenaikan pada
JUB sebesar 27,98%.
Pada variabel harga emas apabila pada periode pertama mengalami kenaikan
sebesar 1% maka akan mendorong kenaikan sebesar 0,78% dan pada periode
ketiga mengalami kenaikan 1% akan mendorong kenaikan sebesar 15,98%. Tabel
4.9 juga menunjukkan hasil R-squared sebesar 0,999715 yang menunjukkan
bahwa variabel pendaptan rill, inflasi, suku bunga, nilai tukar dan harga emas
berkontribusi sebesar 99,97% dalam mempengaruhi JUB dan sisanya sebesar
0,03% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan.
Universitas Sumatera Utara
55
4.3.4 Uji Stabilitas Model
Uji stabilitas ini digunakan untuk mengetahui kestabilan parameter dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Grafik CUSUM dan CUSUMQ yang
signifikan pada tingkat kepercayaan 5% mengindikasikan bahwa parameter
tersebut stabil. Berikut dipaparkan hasil uji CUSUM dan CUSUMQ:
-15
-10
-5
0
5
10
15
24 26 28 30 32 34 36 38 40
CUSUM 5% Significance
Gambar 4.8
Grafik Uji CUSUM
Sumber: Hasil Output Eviews 10
Universitas Sumatera Utara
56
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
24 26 28 30 32 34 36 38 40
CUSUM of Squares 5% Significance
Gambar 4.9
Grafik Uji CUSUMQ
Sumber: Hasil Output Eviews 10
Berdasarkan gambar 4.8 dan 4.9 dapat dilihat uji kestabilan model ARDL
(1,3,0,3,3,3) yang dilakukan dengan uji CUSUM dan CUSUMQ dengat tingkat
signifikansi 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95%. Gambar diatas menunjukkan
bentuk diagam garis solid berwarna biru yang berada diantara dua garis merah
putus-putus yang merupakan kendali kestablitasan nilai-nilai CUSUM dan
CUSUMQ pada taraf kepercayaan 95%. Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa
tidak ada garis solid berwarna biru yang keluar dari garis kendali berwarna merah
putus-putus yang dimana hal ini menunjukkan bahwa model ARDL (1,3,0,3,3,3)
telah stabil.
4.3.5 Uji Kointegrasi dengan Bound Test
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi dengan Bound
Test. Uji Bound (batas) ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
jangka panjang diantara variabel-variabel yang diteliti. Dalam pendekatan ini,
kointegrasi dapat dilihat dari nilai F statistic dengan nilai kritis yang telah disusun
Universitas Sumatera Utara
57
oleh Pesaran (1997). Kriteria pengambilan keputusannya ditentukan dengan
melihat apabila nilai F statistic berada dibawah nilai lower bound maka dapat
disimpulkan tidak terjadi kointegrasi. Sedangkan apabila nilai F statistic berada
diatas nilai upper bound maka dsimpulkan terjadi kointegrasi dan jika nilai F
statistic berada diantara upper bound dan lower bound maka hasil tidak dapat
disimpulkan.
Hasil uji Bound pada model ARDL (1,3,0,3,3,3) dalam tingkat signifikansi
1%, 2,5%, 5% dan 10% ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.10
Hasil Bound Test
Test Statistic Value K
F Statistic 37,35626 5
Critical Value Bounds
Significance I0 Bound I1 Bound
10 % 2,306 3
5% 2,39 3,38
2,5% 2,7 3,73
1% 3,06 4,15
Sumber: Hasil Output diolah dengan Eviews 10
Hasil uji kointegrasi dengan menggunakan pendekatan Bound Test pada
tabeldiatas menunjukkan nilai F statistik sebesar 37,35626. Nilai F statistic ini
lebih besar dari nilai upper bound pada tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar 3,38.
Berarti dapat disimpulkan bahwa terjadi kointegrasi atau terdapat hubungan
jangka panjang diatara variabel-variabel yang diteliti pada taraf kepercayaan 95%.
Setelah disimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang diantara
variabel, maka langkah selanjutnya adalah menentukan koefisien parameter untuk
persamaan jangka panjang. Maka hasil estimasi jangka panjang dipaparkan dalam
tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.11
Hasil Estimasi Jangka Panjang
Variabel Coefficient Std.Error t-Statistic Prob
GDP 0,211909 0,036462 5,811828 0,0000
INF -0,025245 0,033051 -0,763821 0,4549
SB -0,175734 0,038803 -4,528938 0,0003
KURS 1,351066 0,129800 10,40881 0,0000
GP 0,502428 0,121851 4,123303 0,0006
C -2,651033 1,707549 -1,552537 0,1379
Sumber: Data diolah dengan Eviews
Adapun persamaan yang terbentuk dari hasil estimasi jangka panjang di atas
adalah:
Y = 0,211909*GDP - 0,025245*INF – 0,175734*SB + 1,351066*KURS +
0,502428*GP – 2,651033
Berdasarkan hasil estimasi diatas dengan menggunakan program E-Views
10 interpretasi dari hasil estimasi jangka panjang yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
1. GDP
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang
bertanda positif sebesar 0,211909 dengan nilai probability sebesar 0.0000.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel GDP lebih
kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0000<0.05). Ini berarti variabel GDP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).
Universitas Sumatera Utara
59
2. INF
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang
bertanda negatif sebesar -0,025245 dengan nilai probability sebesar 0,4549.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel INF lebih
besar dari taraf signifikan α = 0.05 (0.4549>0.05). Ini berarti variabel INF
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).
3. SB
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang
bertanda negatif sebesar -0,175734 dengan nilai probability sebesar 0,0003.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel SB lebih
kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0003<0.05). Ini berarti variabel SB
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).
4. KURS
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang
bertanda positif sebesar 1,351066 dengan nilai probability sebesar 0.0000.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel KURS lebih
kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0000<0.05). Ini berarti variabel KURS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).
5. GP
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang
bertanda positif sebesar 0,502428 dengan nilai probability sebesar 0.0006.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel GP lebih
kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0006<0.05). Ini berarti variabel GP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).
Universitas Sumatera Utara
60
Selain ARDL Bound Test, hasil lain yang perlu diperiksa selanjutnya adalah
nila error-correction coefficient (CointEq(-1)). Nilai ini akan menunjukkan
seberapa besar error yang dikoreks disetiap periode waktu. Syarat yang harus
dipenuhi adalah nilai error-correction coefficient ini harus negatif dan signifikan.
Tabel 4.12
Hasil Eror Correction Coefficient
Variabel Coefficient Std.Error t-Statistic Prob
CointEq(-1) -0,349432 0,018714 -18,67240 0,0000 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10
Dari hasil estimasi jangka pendek dapat dilihat bahwa nilai CointEq = -
0,349432 dengan probability 0,0000, artinya terjadi kointegrasi dalam model
tersebut. Nilai CointEq yang negatif menunjukkan bahwa model akan menuju
keseimbangan dengan kecepatan 34,94 % triwulan.
4.4 Analisis Pembahasan Menurut Estimasi Jangka Panjang
4.4.1 Pengaruh Pendapatan Rill Terhadap Jumlah Uang Beredar
Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
Pendapatan Rill berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang
Beredar. Pengaruhnya searah (positif) menunjukkan setiap kenaikan satu persen
variabel Pendapatan Rill maka akan berakibat terhadap peningkatan Jumlah Uang
Beredar sebesar 0,211909. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam
penelitian ini.
Hubungan positif dan signifikan Pendapatan Rill terhadap Jumlah Uang
Beredar sesuai dengan penelitian Arief Widodo (2015) yang menyatakan bahwa
Pendapatan Rill berpengaruh positif signifikan dengan Jumlah Uang Beredar,
begitu juga dengan penelitian Hadi Aimon (2010) , yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka permintaan uang akan
Universitas Sumatera Utara
61
meningkat karena dengan peningkatan pendapatan maka individu akan cenderung
melakukan transaksi yang lebih besar dan hal ini menuntut individu untuk
memegang uang lebih banyak. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Kaum Klasik (Teori Kuantitas Uang), bahwa permintaan uang dipengaruhi secara
positif oleh pendapatan. Hal ini juga didukung dengan penelitian Fahrurrazi
Polontalo (2018), serta Saten Kumar danScott Fragher (2013).
4.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Uang Beredar
Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.
Pengaruhnya berlawanan arah (negatif) menunjukkan setiap kenaikan satu persen
variabel Inflasi maka akan berakibat terhadap penurunan Jumlah Uang Beredar
sebesar 0,025245.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini, dimana
hubungan teori inflasi dengan permintaan uang didasarkan pada teori klasik yang
menyatakan bahwa kenaikan harga barang-barang merupakan inflasi yang dapat
menyebabkan jumlah uang beredar meningkat sedangkan berdasarkan pengolahan
data yang diperoleh berpengaruh negatif antara inflasi dan permintaan uang
karena pada saat terjadinya penurunan inflasi tidak mempengaruhi permintaan
uang. Penurunan inflasi disebabkan oleh perkembangan nilai tukar yang stabil,
ketersediaan bahan pokok yang cukup, dan yang paling penting kenaikan harga-
harga barang yang dikendalikan pemerintah (administered price) yang minimal,
serta hasil dukungan pemerintah dalam mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi inflasi, terutama yang bersumber dari kenaikan harga-harga
Universitas Sumatera Utara
62
komoditas internasional. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yakni Jandi
Anwar (2016)
4.4.3 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Jumlah Uang Beredar
Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Suku
Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.
Perubahan dalam variabel Suku Bunga akan berakibat pada perubahan Jumlah
Uang Beredar. Pengaruhnya negatif menunjukkan setiap kenaikan satu persen
variabel Suku Bunga maka akan berakibat terhadap penurunan Jumlah Uang
Beredar sebesar 0,175734. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam
penelitian ini.
Artinya setiap ada peningkatan suku bunga BI Rate, maka individu akan
lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank dibandingkan dengan memegang
uangnya dalam bentuk kas karena dalam hal ini uang kas memiliki opportunity
cost yang lebih tinggi dibanding dengan menyimpan uang di bank. Hal ini sesuai
dengan penelitian Arief Widodo (2015) dimana Suku Bunga memiliki pengaruh
negatif terhadap jumlah uang beredar.
4.4.4 Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Jumlah Uang Beredar
Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.
Pengaruhnya positif menunjukkan setiap kenaikan satu persen variabel Nilai
Tukar maka akan berakibat terhadap peningkatan Jumlah Uang Beredar sebesar
1,351066. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam penelitian ini.
Artinya bahwa apabila nilai tukar rupiah secara nominal mengalami
kenaikan (terdepresiasi) terhadap dollar AS, maka akan berpengaruh pada
Universitas Sumatera Utara
63
peningkatanharga barang-barang impor, mengingat Indonesia masih sangat
tergantung dengan barang-barang impor, ketika rupiah tertekan (terdepresiasi)
akan sangat memberikan pengaruh terhadap harga barang impor. Sedangkan
dengan naiknya harga barang impor menyebabkan permintaan uang akan
meningkat untuk melakukan transaksi impor transaksi tersebut. Hal ini sesuai
dengan penelitian Arief Widodo (2015) dimana nilai tukar memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar.
4.4.5 Pengaruh Harga Emas Terhadap Jumlah Uang Beredar
Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
Harga Emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.
Pengaruhnya positif menunjukkan setiap kenaikan satu persen variabel Harga
Emas maka akan berakibat terhadap peningkatan Jumlah Uang Beredar sebesar
0,502428. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam penelitian ini.
Fungsi investasi dan konsumsi ini sesuai dengan pendapat Sukirno
(2006:114) yang menyebutkan ”apabila pendapatan mengalami kenaikan, maka
konsumsi dan tabungannya akan bertambah”. Investasi dalam emas diharapkan
dapat memberikan return yang tinggi. Tingginya return yang didapat akan
membantu peningkatan pendapatan masyarakat. Harga emas berpengaruh di
Indonesia melalui pola investasi dan konsumsi dalam kegiatan perekonomian
nasional. Pola investasi dan konsumsi emas yang dilakukan pemerintah dan
rumah tangga secara tidak langsung akan mempengaruhi pola pendapatan dan
kegiatan investasi yang lebih baik. Keadaan ini pada akhirnya menaikan
pendapatan nasional.
Universitas Sumatera Utara
64
Doktrin merkantilisme berpendapat bahwa, proses keuntungan perdagangan
internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan (ekspor lebih
besar dari pada impor atau X > M). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu
kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Kekayaan suatu negara berdasarkan penumpukan logam mulia (emas) sebanyak-
banyaknya juga mempunyai tujuan untuk memperluas kekuasaan dan kekuatan
negara. Kaum merkantilis mengukur bahwa kekayaan suatu negara yaitu melalui
cadangan logam mulia (emas atau perak) yang dimiliki. Dengan semakin
menumpuknya cadangan logam mulia (emas), berarti sekaligus meningkatan
jumlah uang yang beredar (Sumanjaya, Nasution, dan Hamzah, 2012: 12).
Menurut Teori Merkantilisme harga emas mempengaruhi permintaan uang konsep
kesejahteraan didasarkan pada kekayaan stok emas negara, neraca perdagangan
surplus. Pemerintah mendorong ekspor dan membatasi impor. Semakin banyak
emas berarti semakin banyak uang, menghasilkan output dan kesempatan kerja
(Salvatore, 2004).
Universitas Sumatera Utara
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan hasil estimasi
model ARDL (Autoregresissive Distributed Lag) maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Pendapatan Rill berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang
pada taraf signifikan α = 0.05
b. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan uang
pada taraf signifikan α = 0.05
c. Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang
pada taraf signifikan α = 0.05
d. Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang
pada taraf signifikan α = 0.05
e. Harga Emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang
pada taraf signifikan α = 0.05
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran yang dapat
diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia diharapkan dapat
menjaga stabilitas moneter yang bertugas menjaga agar inflasi stabil salah satunya
dengan mengatur jumlah uang yang beredar dalam perekonomian agara sesuai
dengan target inflasi yang ditetapkan. Pengaturan jumlah uang yang beredar harus
Universitas Sumatera Utara
66
disesuaikan dengan permintaan uang (Md) sehingga tercapai keseimbangan pada
pasar uang.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi investor untuk
berinvestasi yakni untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga saat
investasi naik maka pendapatan juga naik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan, diantaranya masih banyak
faktor internal dan eksternal yang tidak diikut sertakan sebagai variabel bebas,
sehingga diharapkan penelitian selanjutnya untuk mampu melangkapi
keterbatasan yang ada pada penelitian ini. Bagi peneliti yang ingin
mengembangkan penelitian ini dapat menambah jenis variabel, periode waktu
penelitian agar sampel semakin besar dan memperluas objek penelitian untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan akurat.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2007. Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arief, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: Universitas
Indonesia
Basuki, Agus Tri, Nano Prawoto. 2016. Analisi Regresi Dalam Penelitian
Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Basuki, Eko Hari dan Muhammad Adnan Hadjam. Pengantar Ekonometrika.
Yogyakarta: BPFE
Blanchard, Oliver dan David R Jhonson. 2017. Makroekonomi. Jakarta:
Erlangga
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada
Media Group
Daulany, Murni. 2010. Metodologi Penelitian Ekonomi. Medan: USU Press
Ekanda, Mahyus.2016. Analisis Ekonometrika Time Series. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Fahrurrazi Polontalo, Tri Oldy Ratinsulo, dan Mauna (2018). “Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia Tahun
2010-2017”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 2 Nomor 1, hal.52,
Universitas Negeri Semarang
Hady, Hamdy DEA. 2016. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia
Hasyim, Ali Ibrahim. 2016. Ekonomi Makro. Depok: Kharisma Putra Utama
Iswardono. 1981. Uang dan Bank. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Mishkin, Federic S. 2004. The Economics of Money, Banking, and Financial
Markets. California: Pearson
Muhammad Andi Prayogi (2016) “Analisis Permintaan dan Penawaran Uang”.
Jurnal Ilmiah, Vol.1, Nomor 1, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Noor, Hendry Faizal . 2014. Investasi Pengelolaan Keuangan, dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Jakarta: Mitra Wacana Media
Universitas Sumatera Utara
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrika. Medan: USU Press
Saten Kumar, Don J. Webber, Scott Fragher, (2013) “Money demand stability:
A case study of Nigeria”. Journal of Policy Modeling, Vol. 35, Nomor 1,
978–991, Elsavier, Nigeria.
Sidiq, Sahabudin, (2005). “Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia: Sebelum
dan Sesudah Perubahan Sistem Nilai Tukar”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 10, Nomor 1, hal.32, Universitas Islam Indonesia.
Sugiono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keungan
Modern. Jakarta: Salemba Empat
Sumodiningrat, Gunawan. 1994. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE
Sunyoto, Danang. 2013. Ekonomi Manajerial Konsep Terapan Bisnis.
Yogyakarta: CAPS
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Widodo, Arief, (2015). “Faktor-faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi
Permintaan Uang di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Volume 16 Nomor 1, hal 63-72, Institute of Public Policy
and Economic Studies, Yogyakarta
https://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/amount-of-
circulate-money diakses pada 15 Juni 2019
https://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/gross-
domestic-product diakses pada 17 Juni 2019
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data diakses pada 17 Juni 2019
https://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi diakses pada 19 Juni
2019
http://www.bps.go.id/publication/bi-rate-2005-2019 diakses pada 19 Juni 2019
https://id.investing.com/commodities/gold-historical-data diakses pada 25
Agustus 2019
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
DATA SKRIPSI
Tahun TW Jumlah Uang Beredar (Y) Pendapatan Rill (X1) Inflasi (X2) Suku Bunga (X3) Nilai Tukar (X4) Harga Emas (X5)
2009 I 5.660.002,00 528.056,50 8,56 8,25 11.637,00 930,47
II 5.800.099,00 540.677,80 5,67 7,25 10.788,00 932,20
III 5.974.754,00 561.637,00 2,76 6,58 9.887,00 971,13
IV 6.225.107,00 548.479,10 3,38 6,50 9.475,00 1.105,33
2010 I 6.252.423,46 1.642.356,30 3,65 6,50 9.272,00 1.104,87
II 6.490.401,92 1.709.132,00 4,37 6,50 9.092,00 1.212,60
III 6.729.002,83 1.775.109,90 6,15 6,50 8.972,00 1.245,93
IV 7.127.858,62 1.737.534,90 6,32 6,50 8.977,00 1.387,73
2011 I 7.308.227,01 1.748.731,20 6,84 6,67 8.863,00 1.394,00
II 7.432.548,18 1.816.268,20 5,89 6,75 8.569,00 1.531,40
III 7.829.233,32 1.881.849,70 4,67 6,75 8.636,00 1.692,40
IV 8.284.544,77 1.840.786,20 4,12 6,17 9.024,00 1.678,50
2012 I 8.623.326,34 1.855.580,20 3,73 5,83 9.088,00 1.705,67
II 8.976.870,86 1.929.018,70 4,49 5,75 9.412,00 1.609,83
III 9.277.083,51 1.993.632,30 4,48 5,75 9.544,00 1.688,73
IV 9.679.858,99 1.948.852,20 4,41 5,75 9.630,00 1.701,07
2013 I 9.871.738,36 1.958.395,50 5,26 5,75 9.695,00 1.611,03
II 10.200.611,65 2.036.816,60 5,65 5,83 9.818,00 1.413,23
III 10.593.073,94 2.103.598,10 8,6 6,92 10.938,00 1.509,00
IV 10.923.039,33 2.057.687,60 8,36 7,42 11.800,00 1.389,83
2014 I 10.956.014,72 2.058.584,90 7,76 7,50 11.755,00 1.408,10
Universitas Sumatera Utara
II 11.385.545,70 2.137.385,60 7,09 7,50 11.704,00 1.389,17
III 11.801.502,22 2.207.343,60 4,35 7,50 11.840,00 1.360,17
IV 12.274.485,25 2.161.552,50 6,47 7,67 12.239,00 1.248,20
2015 I 12.639.309,86 2.158.040,00 6,54 7,58 12.857,00 1.274,60
II 12.922.881,88 2.238.704,40 7,07 7,50 13.160,00 1.234,13
III 13.285.896,30 2.312.843,50 7,09 7,50 14.055,00 1.156,80
IV 13.442.145,76 2.272.929,20 4,83 7,50 13.758,00 1.121,33
2016 I 13.582.185,00 2.264.721,00 4,34 7,00 13.506,00 1.218,87
II 13.933.390,92 2.355.445,00 3,46 6,67 13.333,00 1.310,87
III 14.214.037,12 2.429.260,60 3,03 5,58 13.131,00 1.365,23
IV 14.652.106,84 2.385.186,80 3,3 4,75 13.350,00 1.242,13
2017 I 14.897.445,30 2.378.097,30 3,64 4,75 13.337,00 1.283,93
II 15.385.316,20 2.473.433,20 4,29 4,75 13.332,00 1.302,53
III 15.651.864,89 2.552.301,60 3,81 4,50 13.389,00 1.327,00
IV 16.024.916,98 2.508.871,50 3,5 4,25 13.544,00 1.322,97
2018 I 16.099.161,04 2.498.488,20 3,28 4,25 13.625,00 1.369,63
II 16.378.321,57 2.603.748,20 3,25 4,75 14.077,00 1.326,17
III 16.644.023,45 2.684.185,60 3,09 5,50 14.684,00 1.229,17
IV 17.098.533,54 2.638.894,30 3,17 5,92 14.682,00 1.255,03
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
STATISTIK DESKRIPTIF
Y X1 X2 X3 X4 X5
Mean 11063222 1988355. 5.018000 6.321000 11461.88 1339.025
Median 10939527 2081092. 4.445000 6.500000 11729.50 1324.570
Maximum 17098534 2684186. 8.600000 8.250000 14684.00 1705.670
Minimum 5660002. 528056.5 2.760000 4.250000 8569.000 930.4700
Std. Dev. 3595208. 561034.8 1.698917 1.064041 2031.261 203.7164
Skewness 0.052073 -1.523775 0.636836 -0.364608 -0.007306 0.119829
Kurtosis 1.702898 4.885085 2.244725 2.203276 1.445891 2.690065
Jarque-Bera 2.822201 21.40184 3.654466 1.944206 4.025781 0.255827
Probability 0.243875 0.000023 0.160858 0.378287 0.133602 0.879930
Sum 4.43E+08 79534217 200.7200 252.8400 458475.0 53560.98
Sum Sq. Dev. 5.04E+14 1.23E+13 112.5664 44.15516 1.61E+08 1618515.
Observations 40 40 40 40 40 40
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
UJI STASIONER
1) Uji Stasioner di Level
Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process)
Series: Y, X1, X2, X3, X4, X5
Date: 09/29/19 Time: 00:42
Sample: 1 40
Exogenous variables: Individual effects
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Total (balanced) observations: 234
Cross-sections included: 6
Method Statistic Prob.**
PP - Fisher Chi-square 40.0458 0.0001
PP - Choi Z-stat -3.08478 0.0010
** Probabilities for Fisher tests are computed using an
asymptotic Chi-square distribution. All other tests
assume asymptotic normality.
Intermediate Phillips-Perron test results UNTITLED
Series Prob. Bandwidth Obs
Y 0.0564 4.0 39
X1 0.0000 38.0 39
X2 0.0662 2.0 39
X3 0.2563 3.0 39
X4 0.9182 3.0 39
X5 0.1506 2.0 39
Universitas Sumatera Utara
2) Uji Stasioner di First Differencing
Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process)
Series: Y, X1, X2, X3, X4, X5
Date: 09/28/19 Time: 23:54
Sample: 1 40
Exogenous variables: Individual effects
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Total (balanced) observations: 228
Cross-sections included: 6
Method Statistic Prob.**
PP - Fisher Chi-square 96.1046 0.0000
PP - Choi Z-stat -8.06037 0.0000
** Probabilities for Fisher tests are computed using an
asymptotic Chi-square distribution. All other tests
assume asymptotic normality.
Intermediate Phillips-Perron test results D(UNTITLED)
Series Prob. Bandwidth Obs
D(Y) 0.0003 0.0 38
D(X1) 0.0000 1.0 38
D(X2) 0.0001 2.0 38
D(X3) 0.0352 4.0 38
D(X4) 0.0117 6.0 38
D(X5) 0.0000 2.0 38
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
PENENTUAN PANJANG LAG
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: Y X1 X2 X3 X4 X5
Exogenous variables: C
Date: 09/28/19 Time: 23:56
Sample: 1 40
Included observations: 37
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 144.6729 NA 2.24e-11 -7.495834 -7.234604 -7.403738
1 386.7760 392.5996 3.34e-16 -18.63654 -16.80793* -17.99187
2 426.5633 51.61593 3.19e-16 -18.84126 -15.44527 -17.64401
3 482.4355 54.36220* 1.73e-16* -19.91543* -14.95207 -18.16561*
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
PENENTUAN LAG OPTIMUM
1) Hasil Seleksi Data Aktual
26.12
26.14
26.16
26.18
26.20
26.22A
RD
L(1
, 1,
0,
0,
3,
3)
AR
DL(1
, 1,
0,
0,
2,
3)
AR
DL(1
, 1,
0,
1,
2,
3)
AR
DL(1
, 1,
0,
1,
3,
3)
AR
DL(3
, 1,
0,
0,
3,
3)
AR
DL(2
, 1,
0,
0,
3,
3)
AR
DL(1
, 1,
1,
0,
3,
3)
AR
DL(1
, 1,
0,
1,
1,
3)
AR
DL(1
, 2,
0,
0,
3,
3)
AR
DL(1
, 1,
0,
0,
2,
0)
AR
DL(1
, 1,
1,
0,
2,
3)
AR
DL(2
, 1,
0,
0,
2,
3)
AR
DL(1
, 2,
0,
0,
2,
3)
AR
DL(2
, 1,
0,
1,
1,
3)
AR
DL(2
, 1,
0,
1,
3,
3)
AR
DL(1
, 1,
0,
0,
2,
1)
AR
DL(1
, 1,
0,
2,
1,
3)
AR
DL(1
, 3,
0,
0,
3,
3)
AR
DL(1
, 1,
1,
1,
2,
3)
AR
DL(2
, 1,
0,
1,
2,
3)
Akaike Information Criteria (top 20 models)
Universitas Sumatera Utara
2) Hasil Seleksi Lag Data Transformasi Logaritma Natural
-6.64
-6.62
-6.60
-6.58
-6.56
-6.54
-6.52
-6.50
-6.48
AR
DL(1
, 3,
0,
3,
3,
3)
AR
DL(1
, 3,
1,
3,
3,
3)
AR
DL(3
, 3,
0,
3,
3,
3)
AR
DL(2
, 3,
0,
3,
3,
3)
AR
DL(2
, 3,
1,
3,
3,
3)
AR
DL(3
, 3,
1,
3,
3,
3)
AR
DL(1
, 3,
2,
3,
3,
3)
AR
DL(1
, 3,
0,
2,
3,
3)
AR
DL(3
, 2,
0,
3,
3,
3)
AR
DL(1
, 3,
1,
2,
3,
3)
AR
DL(2
, 3,
2,
3,
3,
3)
AR
DL(2
, 3,
0,
2,
3,
3)
AR
DL(3
, 3,
2,
3,
3,
3)
AR
DL(1
, 3,
3,
3,
3,
3)
AR
DL(3
, 3,
0,
2,
3,
3)
AR
DL(3
, 3,
3,
3,
3,
3)
AR
DL(1
, 3,
0,
0,
3,
3)
AR
DL(3
, 2,
1,
3,
3,
3)
AR
DL(2
, 3,
1,
2,
3,
3)
AR
DL(3
, 2,
0,
2,
3,
3)
Akaike Information Criteria (top 20 models)
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 6
ESTIMASI MODEL ARDL
Dependent Variable: Y
Method: ARDL
Date: 09/29/19 Time: 00:45
Sample (adjusted): 4 40
Included observations: 37 after adjustments
Maximum dependent lags: 3 (Automatic selection)
Model selection method: Akaike info criterion (AIC)
Dynamic regressors (3 lags, automatic): X1 X2 X3 X4 X5
Fixed regressors: C
Number of models evalulated: 3072
Selected Model: ARDL(1, 3, 0, 3, 3, 3)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.*
Y(-1) 0.650568 0.099106 6.564388 0.0000
X1 -0.003612 0.012892 -0.280173 0.7825
X1(-1) 0.046846 0.010707 4.375024 0.0004
X1(-2) 0.003543 0.011037 0.321017 0.7519
X1(-3) 0.027271 0.011047 2.468645 0.0238
X2 -0.008821 0.010479 -0.841814 0.4109
X3 -0.110184 0.042848 -2.571491 0.0192
X3(-1) 0.089554 0.059557 1.503656 0.1500
X3(-2) 0.014682 0.059882 0.245183 0.8091
X3(-3) -0.055459 0.035528 -1.560984 0.1359
X4 0.384447 0.083798 4.587783 0.0002
X4(-1) -0.219292 0.107041 -2.048678 0.0554
X4(-2) 0.027085 0.092702 0.292177 0.7735
X4(-3) 0.279864 0.098445 2.842857 0.0108
X5 0.010732 0.038423 0.279307 0.7832
X5(-1) 0.007872 0.039945 0.197069 0.8460
X5(-2) -0.002860 0.045717 -0.062550 0.9508
X5(-3) 0.159820 0.040280 3.967780 0.0009
C -0.926355 0.763250 -1.213699 0.2405
R-squared 0.999715 Mean dependent var 16.21089
Adjusted R-squared 0.999429 S.D. dependent var 0.314486
S.E. of regression 0.007514 Akaike info criterion -6.637499
Sum squared resid 0.001016 Schwarz criterion -5.810271
Log likelihood 141.7937 Hannan-Quinn criter. -6.345862
F-statistic 3501.998 Durbin-Watson stat 1.851999
Prob(F-statistic) 0.000000
*Note: p-values and any subsequent tests do not account for model
selection.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 7
UJI STABILITAS MODEL
-15
-10
-5
0
5
10
15
24 26 28 30 32 34 36 38 40
CUSUM 5% Significance
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
24 26 28 30 32 34 36 38 40
CUSUM of Squares 5% Significance
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 8
UJI KOINTEGRASI DENGAN BOUND TEST
F-Bounds Test Null Hypothesis: No levels relationship
Test Statistic Value Signif. I(0) I(1)
Asymptotic: n=1000
F-statistic 37.35626 10% 2.08 3
k 5 5% 2.39 3.38
2.5% 2.7 3.73
1% 3.06 4.15
Actual Sample Size 37 Finite Sample:
n=40
10% 2.306 3.353
5% 2.734 3.92
1% 3.657 5.256
Finite Sample:
n=35
10% 2.331 3.417
5% 2.804 4.013
1% 3.9 5.419
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 9
HASIL ESTIMASI MODEL ARDL
1) Estimasi Model ARDL Jangka Panjang
Levels Equation
Case 2: Restricted Constant and No Trend
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1 0.211909 0.036462 5.811828 0.0000
X2 -0.025245 0.033051 -0.763821 0.4549
X3 -0.175734 0.038803 -4.528938 0.0003
X4 1.351066 0.129800 10.40881 0.0000
X5 0.502428 0.121851 4.123303 0.0006
C -2.651033 1.707549 -1.552537 0.1379
EC = Y - (0.2119*X1 -0.0252*X2 -0.1757*X3 + 1.3511*X4 + 0.5024*X5
-2.6510 )
Universitas Sumatera Utara
2) Estimasi Model ARDL Jangka Pendek
ARDL Error Correction Regression
Dependent Variable: D(Y)
Selected Model: ARDL(1, 3, 0, 3, 3, 3)
Case 2: Restricted Constant and No Trend
Date: 09/29/19 Time: 00:59
Sample: 1 40
Included observations: 37
ECM Regression
Case 2: Restricted Constant and No Trend
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(X1) -0.003612 0.006772 -0.533367 0.6003
D(X1(-1)) -0.030814 0.007610 -4.049407 0.0008
D(X1(-2)) -0.027271 0.006919 -3.941635 0.0010
D(X3) -0.110184 0.026059 -4.228312 0.0005
D(X3(-1)) 0.040777 0.030181 1.351074 0.1934
D(X3(-2)) 0.055459 0.026590 2.085712 0.0515
D(X4) 0.384447 0.043939 8.749507 0.0000
D(X4(-1)) -0.306950 0.053117 -5.778714 0.0000
D(X4(-2)) -0.279864 0.054964 -5.091794 0.0001
D(X5) 0.010732 0.022094 0.485744 0.6330
D(X5(-1)) -0.156961 0.030110 -5.212839 0.0001
D(X5(-2)) -0.159820 0.026349 -6.065460 0.0000
CointEq(-1)* -0.349432 0.018714 -18.67240 0.0000
R-squared 0.848289 Mean dependent var 0.028418
Adjusted R-squared 0.772433 S.D. dependent var 0.013642
S.E. of regression 0.006508 Akaike info criterion -6.961823
Sum squared resid 0.001016 Schwarz criterion -6.395825
Log likelihood 141.7937 Hannan-Quinn criter. -6.762282
Durbin-Watson stat 1.851999
* p-value incompatible with t-Bounds distribution.
Universitas Sumatera Utara