analisis pertumbuhan ekonomi dan sektor unggulan … · 2020. 9. 16. · makassar tahun 2013-2017,...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR
UNGGULAN KOTA MAKASSAR
TAHUN 2013-2017
SKRIPSI
Oleh
MUH DASRUL
NIM 105710214515
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
ii
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR
UNGGULAN KOTA MAKASSAR
TAHUN 2013-2017
SKRIPSI
Oleh MUH DASRUL
NIM 105710214515
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2019
iii
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Dengan rasa syukur dan bangga saya persembahkan skripsi ini kepada
kedua orang tua tercinta ayahanda (Arif) dan Ibunda (Nurjanna), juga kepada
mereka yang tak bosannya bertanya kapan tiba giliranku untuk meraih toga
kebanggan. Terimakasih telah menjadi cambuk penyemangat ketika jenuh
berkawan tarian jemari bersenandung irama sumbang di balik keyboard using
kian melenakanku dalam buaian zona nyaman.
MOTTO HIDUP
“Ubah pikiranmu dan kau dapat mengubah duniamu”
iv
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra Lt.7 Tlp (0411) 866972 Makassar
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Analisis Pertumbuhan Ekonomida dan Sektor
Unggulan Kota Makassar tahun 2013-2017
Nama mahasiswa : Muh. Dasrul
No. Stambuk/NIM : 105710214515
Program studi : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Menyatakan bahwa skripsi ini telah diperiksa dan di ajukan di depan tim
penguji skripsi strata satu (S1) pada hari sabtu, 29 Agustus 2020 di ruang IQ 7.1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar,07 September 2020
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Hj. Naidah, SE., M. Si Muh. Nur Rasyid, SE., MM NIDN : 00100246403 NIDN : 0927078201
Mengetahui;
Ketua Program Studi
Hj. Naidah, SE., M.Si NBM : 710561
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI
Jl. Sultan Alauddin No.259 Makassar, Telp (0411) 866972
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI atas nama Muh Dasrul, NIM 105710214515, diterima dan disahkan
oleh panitia Ujian Skripsi berdasarkan surat keputusan rektor universitas
muhammadiyah makassar nomor: /Tahun 1442 H/ 2020 M. Tanggal 10
Muharram 1442 H/ 29 Agustus 2020 M.Sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada program studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Makassar, 10 Muharram 1442 H 29 Agustus 2020 M
PANITIA UJIAN
1. Pengawas umum : Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag (………….......)
( Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua :Ismail Rasukong, SE., MM (………….......)
( Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE., MM (………….......)
( Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan BIsnis)
4. Penguji : 1. Dr. Agus Salim HR, SE., MM (……………...)
2. Dr. H. Muhammad Rusydi, M.Si (……………...)
3. Dr. Hj. Arniati, SE., M.Pd (……………...)
4. Warda, SE., M. E (………….......)
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW
beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Alhamdulillah atas izin Allah SWT dan dengan doa, usaha serta
semangat yang penulis miliki, akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul
“Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan Kota Makassar
Tahun 2013-2017”dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat ku
kasihi dan sayangi ayahanda tercinta Arif dan ibunda Nurjanna, yang senantiasa
mengiringi setiap perjalanan penulis dengan do’a restu, memberi harapan,
semangat, perhatian, kasih sayang yang tulus tanpa pamrih, selalu memberi
jalan menerima setiap pulang serta menjadi tempat rebah terbaik bagi penulis
saat asa kian terpuruk dan harap tak lagi kokoh, ibarat lilin yang rela lenyap
hanya untuk menerangi setiap jalanku. Cinta yang luar biasa ini tidak akan
pernah mampu kubalas hanya dengan selembar kertas bertuliskan kata cinta dan
persembahan.
Untuk kakanda tersayang yang selalu memberi dukungan moril dan
materil serta mendukung dan memberikan semangat disetiap keluh juga kesaku.
Sungguh tiada yang paling mengharukan ketika ukiran senyum yang kalian
viii
berikan dikala melihat tawa lepasku menceritakan betapa indahnya hari yang
kulalui harus kugadai dengan jarak hanya untuk meyelesaikan studi. Serta
terimakasih kepada seluruh keluarga besar atas segala kasih sayang, dukungan
yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga
apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya
penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, S.E., M.M. Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Hj. Naidah, S.E., M.Si Selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Hj. Naidah, S.E., M.Si selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai
dengan baik.
5. Bapak Muh. Nur Rasyid, S.E., M.Si selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama penyusunan sehingga skripsi selesai dengan
baik.
6. Bapak/ Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini dan membekali penulis selama perkuliahan.
ix
7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Sahabat seperjuangan kelas EP1.15 Ayang tidak mampu penulis sebut satu
persatu terimakasih untuk segala racikan rasa serta support untuk saling
menguatkan, satuhal yang pasti sukses ada dalam genggaman kita.
9. Keluarga besar HPMM Cabang Masalle yang tidak sempat penulis sebut satu
persatu. Terimakasih telah menerima penulis sebagai keluarga dan bersedia
merajut kisah cinta, cita, juga juang yang terbingkai oleh goresan waktu
hingga abadi dalam ruang yang kita sebut kenangan, terkhusus buat Mitha
Astuti, Wirnayanti, Rahmawati, Hastuti, Julianti, Hamriani, Ahmad Wardiman,
Arif, Mawardi, dan Rahmat terimakasih untuk pundak yang selalu lapang
untukku ketika juang menertawakan asa yang kian menciut. Terimakasih
untuk setiap kedai mimpi yang kalian bangun untukku dikala cita yang ku
perjuangkan meruntuhkan segalanya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak, utamanya kepada Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb
Makassar, 29 Agustus 2020
Muh. Dasrul
x
ABSTRAK
MUH DASRUL, 2020. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan Kota
Makassar tahun 2013-2017, Skripsi Program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing l ibu Hj. Naidah, dan Pembimbing ll bapak Muh. Nur Rasyid
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di kota Makassar tahun 2013 sampai 2017. Jenis data yang di kumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder mengunakan data runtut waktu (time series) atau disebut data tahunan. Keseluruhan data yang di peroleh dari BPS Kota Makassar dan BPS Provensi Sulawesi selatan tahun 2013-2017. Berdasarkan hasil dari dua alat analisis yang digunakan maka kesimpulannya adalah sektor dengan petumbuhan tertinggi yaitu sektor konstruksi, sektor informasi dan komunikasi, Sektor jasa keuangan dan asuransi dan jasa pendidikan dengan rata-rata pertumbuhan 8,68% dan sektor yang termasuk sektor unggulan unggulan adalah industri pengolahan, pengadaan air pengolaan sampa limba dan daur ulang, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, real estate, dan jasa-jasa.
Kata kunci : Pertumbuhan ekonomi, sektor unggulan
xi
ABSTRACT
MUH DASRUL, 2020. Analysis of Economic Growth and Leading Sectors of Makassar City 2013-2017, Thesis of Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Supervisor Mrs. Hj. Naidah, and Supervisor II, Mr. Muh. Nur Rasyid
This study aims to determine how much economic growth is and what sectors are the leading sectors in the city of Makassar from 2013 to 2017. The type of data collected is secondary data. Secondary data uses time series data or called annual data. Overall data obtained from BPS Makassar City and BPS Provensi South Sulawesi 2013-2017. Based on the results of the two analytical tools used, the conclusion is the sector with the highest growth, namely the construction sector, the information and communication sector, the financial and insurance services sector and the education services sector with an average growth of 8.68% and the sector including the leading leading sector is industry. processing, provision of waste and recycled water treatment, construction, wholesale and retail trade, provision of accommodation and food and drink, information and communication, real estate, and services.
Keywords: Economic growth, leading sectors
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................v
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .....................................................................vii
ABSTRACT .........................................................................................................viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................6
A. Landasan Teori .......................................................................................6
1. Pengertian pertumbuhan ekonomi .....................................................6
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ..............................................................10
3. Sektor Unggulan .................................................................................18
4. Produk Domestik Regional Bruto .......................................................18
xiii
B. PenelitanTerdahulu .................................................................................22
C. Kerangka Konsep ....................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................26
A. Jenis Penelitian .......................................................................................26
B. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................26
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................26
D. Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran ....................................26
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................27
F. Teknik Analisis Data................................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................33
A. Gambaran umum wilayah kota Makassar .............................................33
1. Kondisi geografi dan administrasi .....................................................33
2. Aspek kependudukan ........................................................................34
3. Kepadatan Penduduk ........................................................................35
B. Hasil Penelitian ......................................................................................37
1. Hasil Analisis tipologi Klassen...........................................................37
2. Hasil Analisis Lucatien Quotien (LQ) ................................................43
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................47
BAB V PENUTUP ...............................................................................................66
A. Kesimpulan.............................................................................................66
B. Saran ......................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................69
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel2.1 Hasil Penelitan Terdahulu ..................................................................22
Tabel 3.1 Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen ...........................28
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar .......................32
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar ......................................................33
Tabel 4.3 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Makassar ...............................34
Tabel 4.4 rata-rata Pertumbuhan dan rata-rata distribusi Sektor Ekonomi
terhadap PDRB Kota Makassar .........................................................36
Tabel 4.5 Pengklasifikasian sektor Perekonomian kota Makassar tahun 2013-
2017 ....................................................................................................39
Tabel 4.6 Nilai Lucation Quoantion Kota Makassar tahun 2013-2017 ..............41
Tabel 4.7 hasil analisis tipologi klassen dan lucation Quantien………………...46
Tabel 4.8 Hasil analisis sektor pertanian ............................................................48
Tabel 4.9 Hasil analisis sektor pertambangan dan penggalian .........................49
Tabel 4.10 Hasil analisis sektor industry pengolahan ........................................50
Tabel 4.11 Hasil analisis pengadaan listrik dan gas ..........................................51
Tabel 4.12 Hasil analisis sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limba
dan daur ulang ....................................................................................52
Tabel 4.13 Hasil analisis sektor kontruksi ..........................................................53
Tabel 4.14 Hasil analisis sektor perdagangan besar dan eceran ......................54
Tabel 4.15 Hasil analisis sektor transportasi dan pergudangan ........................55
Tabel 4.16 Hasil analisis sektor penyediaan akomodisi dan makan minum .....55
Tabel 4.17hasil analisis sektor informasi dan komunikasi .................................57
Tabel 4.18Hasil analisis sektor jasa keuangan dan asuransi ............................58
xv
Tabel 4.19hasil analisis sektor real estate .........................................................59
Tabel 4.20 Hasil analisis sektor jasa perusahaan ..............................................60
Tabel 4.21 Hasil analisis administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan
social wajib ........................................................................................61
Tabel 4.22 Hasil analisis jasa pendidikan ..........................................................62
Tabel 4.23 Hasil analisis jasa kesehatan dan kegiatan sosial ...........................63
Tabel 4.24 Hasil analisis jasa lainnya .................................................................64
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep……………………………………………………….24
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Laju pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar tahun 2013-2017 (Juta Rupiah)………………………..71
2. Distribusu PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Kota Makassar tahun 2013-2017 (persen)…………………………………………….72
3. Laju pertumbuhan PDRB tahuna Sulawesi selatan menurut lapangan usaha tahun 2013-2017 (juta rupiah)…………………………………………………….73
4. distribusi PDRB tahunan Sulawesi selatan atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha tahun 2013-2017 (persen)…………………………...74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan
masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya serta masyarakat daerah
pada khususnya. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang diarahkan untuk memacu pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi
daerah secara optimal.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada di daerah dan
membentuk kerja sama atau kemitraan antara pemerintah daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut, sehingga terdapat
suatu penekanan-penekanan kebijakan pembangunanyang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan dalam menggunakan potensi
sumberdaya alam, kelembagaan dan sumberdaya alam secara lokal atau
daerah.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya publik
yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor
swasta dalam menciptakan nilai-nilai sumberdaya swasta secara bertanggung
2
jawab hal ini berkenaan dengan Undang-Undang No.32/2004 mengenai
pemerintah daerah dan Undang-Undang No.33/2004 mengenai perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam Undang-
Undang No.32/2004 dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang- undangan.
Beberapa indikator yang dapat memberikan gambaran tentang
pertumbuhan atau keadaan perekonomian suatu daerah antara lain tingkat
kesempatan kerja, pertumbuhan pendapatan regional, tingkat
pendapatanperkapita dan struktur pendapatan regional.Pertumbuhan
pendapatan regional merupakan salah satuindikator yang menggambarkan
makin meningkatnya kegiatan ekonomi yang terjadi pada daerah tersebut.
Demikian juga dengan pendapatan perkapita, semakin tinggi pendapatan
perkapita maka semakin baik perekonomianya.
Sektor-sektor ekonomi yang masuk dalam komponen produk domestik
regional bruto adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan
perusahaan, sektor jasa-jasa. Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah,
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dalam
rangkaianpeningkatan kesejahteraan penduduknya dapat dinilai melalui
produk domestik regional bruto (PDRB). Produkdomestik regional bruto
merupakan indikator pentinguntuk mengetahui tingkat keberhasilan
3
pembangunan daerahyang telah dilaksanakan dan sekaligus berguna untuk
menentukan arah pembangunan di masa mendatang.
Dalam rangka meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang
dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional,
dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknologi dan serta harus memperhatikan tantangan perkembangan global
maka pemerintah cenderung memfokuskan pembangunan nasional secara
sentralistik dan terpusat. Pembangunan yang cenderung sentalistik dan
terpusat tercermin pada peran kota-kota besar seperti Jakarta sebagai kota
yang multi fungsi.
Terpusatnya perekonomian di indonesia dipicu dengan tersedianya
faktor-faktor produksi dan potensi pasar, tetapi juga disebabkan dengan
adanya pusat birokrasi yang terjadi. Dengan adanya fenomena di atas,
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan kegiatan birokrasi
dengan kegiatan usaha ekonomi dindonesia yang cenderung sentralistik.
Keadaan tersebut secara tidak langsung akan menghambat perkembangan
daerah dan menyebabkan adanya kesenjangan ekonomi antara pusat dan
daerah semakin tajam.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ikhwan Fajar Dewantoro (2017)
ditemui hasil bahwa Terpusatnya perekonomian dindonesia dipicu dengan
tersedianya faktor-faktor produksi dan potensi pasar, tetapi juga disebabkan
dengan adanya pusat birokrasi yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang signifikan kegiatan birokrasi dengan kegiatan usaha
ekonomi dindonesia yang cenderung sentralistik. Keadaan tersebut secara
4
tidak langsung akan menghambatperkembangan daerah dan menyebabkan
adanya kesenjangan ekonomi antara pusat dan daerah semakin tajam.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ekaristi Jekna Mangilaleng
(2015) menyatakan bahwa yang menjadi sektor unggulan yaitu: sektor
pertambangan, sektor pertanian sektor konstruksi, sektor industri, dan sektor
yang mempunyai daya saing terbesar diKabupaten Minahasa Selatan yaitu:
sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor industri. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Putu Indra Perdana Putra (2018) dikatakan bahwa yang
menjadi sektor unggulan di wila yah Sarbagita yaitu sektor perdagangan besar
dan eceran, sektor jasa keuangan dan asuransi, dan sektor jasa pendidikan.
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan
komunikasi, sektor industri pengolahan, serta sektor administrasi pemerintah,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Kedepannya masing-masing
pemerintah daerah harus bisa menjaga stabilitas pertumbuhan dari sektor
unggulan tersebut, karena sektor unggulan tersebut merupakan kekuatan dan
daya saing daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah.
Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa dari beberapa penelitian
terdahulu masih ditemui hasil yang berbeda-beda oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan
sektor ungguln perekonomian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah pada penelitian kali ini penulis memilih kota Makassar
sebagai lokasi penelitian terhadap pertumbuhan perekonomian dan sektor
unggulan dari tahun 2013-2017. Penulis memilih kota makassar sebagai lokasi
penelitian karena berdasarkan pada Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan, dilihat pertumbuhan ekonominya, data di BPS menunjukkan bahwa
5
pertumbuhan ekonomi Kota Makassar masih kalah jika dibandingkan dengan
Kota-kota besar lainnya. Disamping itu Kota Makassar juga belum mampu
memanfaatkan otonomi yang diberikan untuk mendorong stabilnya
pertumbuhan ekonomi.
Berdasakan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor
Unggulan Kota Makassar tahun 2013-2017
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan
di Kota Makassar tahun 2013-2017”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah “
untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dan sektor unggulan di kota
Makassar tahun 2013-2017
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Sebagai bahan masukan dalam upaya terkait dengan pembangunan
ekonomi.
2. Sebagai bahan acuan dan pustaka bagi pihak-pihak yang melakukan
penelitian dengan objek yang sama.
3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses
pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana
pembangunan di samping pembangunan sosia. Pertumbuhan ekonomi adalah
proses dimana kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional
riil. Defenisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwah pertumbuhan
ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil perorang.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau
perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain,
perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang
dihasilkan perekonomian tersebut bertamba besar pada tahun-tahun
berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat
ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi adalah
pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan
kenaikan seluru nilai tambah yang tercipta di suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita.
Dalam hal ini, terdapat dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output total
(GDP/Gross Domestik Product) dan sisi jumlah penduduk.Output per kapita
adalah output total di bagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output per
7
kapita, tidak dapat tidak, harus dianalisis dengan jalan melihat apa yang
terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk di lain pihak.
Suatu teori pertumbuhan ekonomi yang lengkap haruslah dapat menjelaskan
apa yang terjadi dengan GDP total dan apa yang terjadi dengan jumlah
penduduk. Karena dengan hanya mengkaitkan kedua aspek tersebut maka
perkembangan output per kapita dapat dijelaskan juga.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu :
a. Sumber Daya Manusia
Untuk menentukan hal yang paling penting dari pertumbuhan ekonomi
di suatu Negara ialah dengan memperhitungkan kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia yang tersedia secara langsung untuk dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada ilmu keterampilan,
kemampuan kreatif, pelatihan, dan pendidikan yang dimilikinya. Jika suatu
wilayah memiliki sumber daya yang baik. Jika sumber daya manusia suatu
wilayah terampil dan terlatih maka output yang dihasilkan juga akan
berkualitas tinggi.
Namun kekurangan sumber daya manusia yang terampil dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, sedangkan surplus akan sumber daya
manusia ini akan kurang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka
dari itu, sumber daya manusia suatu wilayah harus sebanding antara
jumlah dengan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan, sehingga
akan tercapainya pertumbuhan ekonomi.
8
b. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu
Negara.Sumber daya alam ialah sumber daya alam yang telah tersedia di
alam, baik di darat maupun di bawah lalut.
Akumulasi modal merupakan gabungan dari investasi baru yang di
dalamya mencakup lahan, peralatan fiskal dan sumber daya manusia yang
digabung dengan pendapatan sekarang untuk dipergunakan memperbesar
output pada masa datang.
c. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor terpenting
dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena
kemajuan teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan
cara-cara baru dan menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu
pekerjaan.
d. Pengembangan Teknologi
Pengembangan teknologi mempunyai andil dalam membantu
peningkatan produktifitas dengan jumlah sumber daya yang
terbatas.Negara-negara yang telah menggunakan pengembangan
teknologi mampu tumbu secara pesat disbanding Negara-negara yang
tidak menggunakannya.Pemilihan teknologi secara tepat dan cermat dapat
berperan dalam pertumbuhan ekonomi.
e. Faktor sosial dan politik
Faktor social terdiri dari adat istiadat, tradisi, nilai-nilai keyakinan, hal-
hal tesebut dapat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi.
Kondisi politik suatu Negara dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi
9
suatu Negara. Jika kondisi politik suatu Negara stabil dan beerjalan dengan
baik maka akan mmberikan kenyamanan bagi para masyarakat serta dapat
mendukung peningkatan kinerja dalam produksi. Dengan demikian Negara
akan bebas dalam berinovasi dan mengemmbangkan segala potensinya
yang dimilikinya, sehingga akan tercapainya pertumbuhan ekonomi.
F. Faktor Budaya
Faktor budaya menberikan dampak tersendiri terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu Negara. Factor ini berfungsi sebagai pembangkit atau
pendorong proses pertumbuhan namun dapat juga menjadi penghambat
pertumbuhan suatu Negara.
Menurut Sadono dalam Eko Wicaksono Pambudi 2013, alat untuk
mengukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah adalah pertumbuhan
ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian wilayah akan mengalami kenaikan
dari tahun ketahun dikarenakan adanya penambahan pada faktor produksi.
Selain faktor produksi, jumlah angkatan kerja yang bekerja juga akan
meningkat dari tahun ke tahun sehingga apabila dimanfaatkan dengan
maksimal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa alat
pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto apabila
ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.
2. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
10
Produk domestik bruto per kapita dapat digunakan sebagai alat ukur
pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan
penduduk dalam skala daerah.
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua
aspek yang tidak dapat dipisahkan.Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga
konstan.Pertumbuhan ekonomi di daerah dapat dilihat menggunakan
PDRB perkapita sehingga diketahui apakah kesejahteraan masyarakat
sudah tercapai atau belum.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa model atau teori pertumbuhan ekonomi dalam rangka
pembangunan suatu daerah atau wilayah, antara lain: Teori Pertumbuhan
Ekonomi Klasik, Model Pertumbuhan Interregional, Teori Pertumbuhan
Harrod- Domar, Teori Pertumbuhan Neo Klasik.
a. Teori pertumbuhan ekonomi klasik
Para ahli ekonomi di era klasik mengemukakan bahwa pemupukan
modal adalah kunci untuk mencapai kemajuan atau dengan kata lain untuk
mencapai pembangunan yang tinggi dibutuhkan peran modal sebagai
bagian terpenting. Penggunaan modal tersebut untuk meningkatkan
produksi dari sisi penawaran yang tinggi, sehingga berdampak pada
tingginya jumlah permintaan.Namun dalam prakteknya, penawaran yang
tinggi tersebut tidak diimbangi oleh permintaan yang tinggi pula sehingga
menimbulkan masalah seperti kelebihan produksi, penganguran dan
deflasi.Tokoh-tokoh pertumbuhan Klasik diantaranya yaitu Adam Smith,
David Ricardo.Secara umum asumsi yang digunakan oleh Kaum Klasik
11
yaitu perekonomian dalam keadaan full employment, perekonomian terdiri
dari dua sektor (produsen dan konsumen).Ahli ekonomi klasik meyakini
adanya pasar sempurnapasar bebeas yang secara otomatis bebas dari
campur tangan pemerintah dan perekonomian diserahkan kepada
mekanisme pasar.( Jhingan, 2013)
Pertumbuhan ekonomi menurut Smith dibagi menjadi dua aspek
utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.
Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Smith
berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong
pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas
pasar, maka akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian
tersebut. Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja akan
mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya spesialisasi
akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong
perkembangan teknologi. Pendapat dari Sukirno tersebut diperkuat
dengan adanya pernyataan dalam buku Jhingan yang menyatakan
pembagian kerja yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Smith
juga menghubungkan kenaikan itu dengan: meningkatnya keterampilan
pekerja, penghematan waktu dalam memproduksi barang, penemuan
mesin yang sangat menghemat tenaga. Seperti ahli ekonomi modern,
Smith menganggap pemupukan modal sebagai syarat mutlak bagi
pembangunanan ekonomi (Jhingan, 2013;124).
b. Model Pertumbuhan Interregional (Perluasan Dari Teori Basis)
Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan
menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen, artinya tidak terikat pada
12
kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.Selain itu, model basis ekspor hanya
membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daerah
tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional.Dalam
model ini, diasumsikan bahwa selain ekspor, pengeluaran pemerintah dan
investasi juga bersifat eksogen dan daerah terikat kepada suatu sistem
yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat.Teori
pertumbuhan neo-klasik menyatakan bahwa pertumbuhan output
tergantung dari tingkat akumulasi/pembentukan modal; jumlah
penggunaan tenaga kerja, teknologi yang dipaparkan oleh Solow.Faktor
teknologi ditentukan secara eksogen dan datang begitu saja dari
model.Kelemahan terhadap keberadaan teknologi inilah yang mendorong
munculnya teori pertumbuhan yang baru yang lebih dikenal dengan
sebutan teori pertumbuhan endogen.
c. Teori Harrod-Domar
Menurut Adisasmita (2013: 62), teori Harrod-Domar merupakan
perluasan dari Keynes. Mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah
penggunaan tenaga kerja.Analisis Keynes dianggap kurang lengkap
karena tidak menyinggung persoalan mengatasi masalah ekonomi dalam
jangka panjang. Pada hakikatnya, teori Harrod-Domar berusaha untuk
menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau
Steady Growth, merupakan pertumbuhan yang akan selalu menciptakan
penggunaan sepenuhnya alat-alat modal akan selalu berlaku dalam
perekonomian. Harrod-Domar tetap mempertahankan pendapat dari ahli-
ahli terdahulu yang menanamkan tentang peranan pembentukan modal
13
dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.Teori Harrod-Domar
memperhatikan fungsi dari pembentukan modal (yang tidak diberikan
perhatian oleh kaum klasik) dan tingkat pengeluaran masyarakat (Keynes
lebih menekankan pada kekurangan pengeluaran masyarakat). Teori
Harrod-Domar bersesuaian pendapat Keynes yang menganggap bahwa
pertambahan dalam kesanggupan memproduksi tidak sendirinya akan
menciptakan pertambahan produksi dari kenaikan pendapatan nasional.
Harrod-Domar sependapat dengan Keynes bahwa pertambahan produksi
dan pendapatan nasional bukan oleh pendapatan dalam kapasitas
memproduksi tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan
demikian, walaupun kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan
nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi tercapai apabila
pengeluaran masyarakat mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan
pada masa sebelumnya. Bertitik tolok dari pandangan ini, analisis Harrod-
Domar bertujuan untuk menunjukkan panjang kemampuan masyarakat
yang bertambah dari masa ke masa (yang diakibatkan oleh pembentukan
moda pada masa sebelumnya) akan selalu sepenuhnya digunakan.
Teori Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi
dalam proses pertumbuhan ekonomi. Pertama ia menciptakan pendapatan
dan kedua, ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan
cara meningkatkan stok modal. Selama investasi neto tetap berlangsung
pendapatan nyata dan output terus meningkat. Jadi apabila
perkembangan ekonomi hendak dipertahankan dalam jangka panjang,
maka investasi senantiasa harus diperbesar, agar pertumbuhan
14
pendapatan dapat cukup menjamin penggunaan kapasitas produksi
secara penuh atas stok modal yang sedang tumbuh. (Jhingan, 2013:229)
d. Teori Pertumbuan Neo Klasil
Dalam model pertumbuhan ini yang menjadi perintis adalah Robert
Solow dan Trevor Swan.Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi
tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi dan
tingkat kemajuan teknologi.Berdasarkan penelitiannya, Solow mengatakan
bahwa peran dari kemajuan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi
sangat tinggi. Pandangan teori ini didasarkan kepada angapan yang
mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami
tingkat pengerjaan penuh (full employment)dan kapasitas peralatan modal
akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain,
sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada
pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi.
Selanjutnya, menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio
= cor) bisa berubah (bersifat dinamis). Dengan kata lain, untuk
mencipakan sejumlah output tertentu bisa digunakan jumlah modal yang
berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-
beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang
digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang
digunakan.Begitu pula sebaliknya. Dengan adanya “keluwesan”
(fleksibelitas) ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak
terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan
digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Solow membangun
modelnya disekitar asumsi berikut:
15
1) Ada satu komoditi gabungan yang diproduksi.
2) Yang dimaksud output netto, yaitu sesudah dikurangi biaya
penyusutan modal.
3) Return to scale bersifat konstan. Dengan kata lain, fungsi produk
adalah homogen pada derajat pertama.
4) Dua faktor produksi buruh dan modal, dibayar sesuai dengan
produktivitas fisik marginal mereka.
5) Harga dan upah fleksibel.
6) Buruh terpekerjakan secara penuh.
7) Stok modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh.
8) Buruh dan modal dapat disubtitusikan satu sama lain.
9) Kemajuan teknik bersifat netral.
Dengan asumsi tersebut, Solow menunjukkan dalam modelnya
bahwa dengan koefisien teknik bersifat variable, rasio modal-buruh akan
cenderung menyesuaikan dirinya, dalam perjalanan waktu, kearah rasio
keseimbangan.
Solow adalah seorang perintis dalam membangun suatu model neo-
klasik dengan menggunakan ciri-ciri utama model Harrod Domar seperti
modal homogen, fungsi tabungan proporsional yang terkenal sebagai
fungsi produksi neo-klasik, di dalam menelaah proses pertumbuhan.
Asumsi tentang dapat dipertukarkannya buruh dan modal member
kemungkinan kepada proses pertumbuhan untuk menyesuaikan diri dan
memberikan suatu suasana realisme. Tidak seperti model Harrod-Domar,
ia menunjukkan apa yang disebut arah pertumbuhan keadaan mantap.
Tak kalah pentingnya, situasi pertumbuhan jangka panjang ditentukan oleh
16
perluasan tenaga buruh dan kemajuan teknikal yang semakin meluas.
Jadi, professor Solow berhasil menyingkirkan semua kesulitan dan
kekakuan yang dihadapi analisa pendapatan aliran Keynesian modern.
Lepas dari penegasan Solow ini, modelnya mengandung kelemahan
pada beberapa hal, sebagaimana ditunjukkan oleh Profesor Sen:
1) Model Solow hanya membicarakan masalah keseimbangan antara Gw
dan Gn yang diajukan Harrod, dan mengabaikan masalah
keseimbangan antara G dan Gw.
2) Didalam model Solow tidak terdapat fungsi investasi dan sekali fungsi
ini dimasukkan masalah ketidakstabilan yang muncul pada model
Harrod akan muncul juga dalam model Solow itu.
3) Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tentang kemajuan
teknis yang memperbesar buruh. Akan tetapi justru sifat khusus
kemajuan teknik yang menurut Harrod bersifat netral.
4) Solow mengansumsikan fleksibilitas harga factor yang mungkin
mempersulit perjalanan menuju pertumbuhan mantap.
5) Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tidak realistis tentang
modal yang homogeny dan dapat diubah-ubah.
6) Solow merupakan kemajuan teknologi sebagai faktor penentu dan
menganggap hal itu sebagai faktor eksogen didalam proses
pertumbuhn. Ia dengan demikian tidak memperdulikan soal
merangsang kemajuan teknologi melalui proses belajar, investasi
dalam penelitian, dan akumulasi modal.
Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National
University secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan
17
ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan
Neo-Klasik. Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-
Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan
penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling
berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Bentuk Fungsi Produksi
Q = F(K,L)
Ket:
K = capital
L = tenaga kerja
Walaupun dalam kerangka umum dari model Solow-Swan mirip
dengan model model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih
“luwes” karena :
a. Menghindari masalah “ketidak stabilan” yang merupakan ciri warranted
rate of growth dalam model Harrod-Domar
b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah
distribusi pendapatan.
Ada empat hal yang melandasi model Neo-Klasik:
a. Tenaga kerja (atau produk), L, tumbuh dengan laju tertentu, misalnya p
per tahun
b. Adanya fungsi produksi Q = F ( K, L ) yang berlaku bagi setiap produksi.
c. Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh
masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output
(Q0. Tabungan Masyarakat S = sQ; bila Q naik S juga naik , dan turun
bila Q turun.
18
d. Semua tabungan masyarakat diinvestasikan S = I = ∆K. Dalam model
Neo-Klasik tidak lagi dipermasalahkan mengenai keseimbangan S dan
I. Dengan kata lain perkataan permasalahan yang menyangkut
“warranted rate of growth” tidak lagi relevan. Proses pertumbuhan
dalam model Neo-Klasik selalu memenuhi syarat warranted rate of
growth, karena S dinggap selalu sama dengan I.
3. Sektor Unggulan
Menurut Paramawidhita (2015), sektor unggulan adalah sektor yang
memiliki kemampuan dan ketangguhan yang tinggi sehingga mampu dijadikan
sebagai harapan dari pembangunan ekonomi. Menurut Nurhadi (2012) dalam
perencanaan pembangunan daerah yang sesuai dengan era otonomi daerah
saat ini, yang menjadi hal penting adalah penentuan sektor unggulan.
Dimana dengan adanya penentuan sektor unggulan maka wilayah atau
daerah tersebut memiliki kekuasaan dan kesempatan dalam menentukan
kebijakan yang sesuai dengan basis daerah tersebut, hal tersebut dilakukan
untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah dan juga meningkatkan
taraf hidup masyarakat menuju kemakmuran.
Secara umum kriteria sektor unggulan sangat bervariasi, menurut
Sambodo dalam Paramawidhita (2015) dalam menentukan kriteria sektor
unggulan didasari oleh seberapa besar peranan sektor tersebut dalam
perekonomian daerah, diantaranya:
1. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi.
2. Sektor tersebut mempunyai angka penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
3. Sektor tersebut mempunyai keterkaitan dengan antar sektor yang tinggi
baik ke depan maupun ke belakang.
19
4. Sektor tersebut dapat mendorong peningkatan nilai tambah yang tinggi.
4. Produk Domestik Regional Bruto
Produk domestic regional bruto adalah jumlah total produksi barang dan
jasa yang diusulkan oleh suatu unit usaha ekonomi daerah dalam kurun waktu
satu tahun. PDRB ini sangat penting untuk ditampilkan karena dapat dijadikan
indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan
suatu daerah. Menurut Miroah (2015) terdapat dua cara dalam penyajian
PDRB yaitu : PDRB atas dasar harga kostan (ABHK) ialah jumlah nilai tambah
produksi atau pendapatan/pengeluaran yang dihasilkan dalam kurun waktu
satu tahun yang dinilai berdasarkan harga tetap (harga pada tahun dasar),
perhitungan PDRB ADHK berguna untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
suatu daerah secara sektor maupun secara agregat (keseluruhan) dan untuk
melihat perubahan struktur ekonomi suatu daerah berdasarkan distribusi
masing-masing sektor terhadap total nilai PDRB.
Sementara itu Produk Domestic Regional Bruto atas dasar harga
berlaku (ADHB) yaitu jumlah nilai tambah produksi atau
pendapatan/pengeluaran yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan yang
dinilai sesuai dengan harga yang berlaku, perhitungan perbandingan PDRB
ADHB dengan jumlah produk pada tahun tertentu digunakan untuk
membandingkan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya
a. Wilayah Domestik dan Regional
Menurut badan pusat statistic (2016) pengertian domestik/ regional
disini dapat merupakan propinsi atau daerah Kabupaten/Kota. Transaksi
ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di wilayah
domestic suatu daerah tampa memperhatikan apakah transaksi dilakukan
20
oleh masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-
residen).
b. Produk Domestik
Menurut badan pusat statistic (2016) produk domestik adalah semua
barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang
beroperasi di wilayah domestik, tampa memperhatikan apakah faktor
produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut,
merupakan produk domestik daerah yang bersangkutan. Pendapatan yang
timbul oleh karena adanya kegiatan produksi merupakan pendapatan
domestik. Kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan dari faktor produksi
yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari
daerah lain atau di luar negeri. Hal ini menyebapkan nilai produk domestik
yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima
penduduk daerah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan yang
mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari daerah ke luar negeri) yang
pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka
timbul perbedaan antara produk domestik dan produk regionsl.
c. Produk Regional
Menurut badan pusat statistic (2016) produk regional merupakan
produk domestik ditambah dengan pendapatan dari faktor produksi yang
diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan dari faktor
produksi yang dibayarkan keluar daerah/negeri.Jadi produk regional
merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh
residen.
21
d. PDRB Harga Konstan
Menurut badan pusat statistik 2016) Produk Domestik Regional Bruto
atas dasar harga adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added)
yang timbul dari seluru sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tamba
adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan
baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai
produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto disini
mencakup komponen komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga,
sewa tana dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Jadi dengan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluru sektor tadi, akan
diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan maka penulis
menyimpukan bahwa produk domestik regional bruto (PDRB) jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluru unit usaha yang merupakan barang
dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit dalam suatu daerah tertentu.
Menurut Widodo dalam Miroah (2015) perhitungan PDRB
menggunakan tiga pendekatan yaitu:
a.) PDRB menurut pendekatan produksi
Produk Domestik Regional Bruto menurut pendekatan produksi
dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai barang atau jasa akhir yang
dihasilkan oleh unit produksi suatu wilayah dalam satu periode
tertentu. Unit produksi tersebut dibagi dalam Sembilan sektor atau
lapangan usaha yaitu a) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan, b) Pertambangan dan Penggalian, c) Industri Pengolahan,
d) Listrik, Gas dan Air Bersih, e) Bangunan, f) Perdagangan, Hotel dan
22
Restaurant, g) Pengangkutan dan Komunikasi, h) Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan, i) Jasa-jasa termasuk jasa
pelayanan pemerintah.
b.) PDRB menurut pendekatan pendapatan
Merupakan balas jasa dalam proses produksi yang diterima oleh
faktor-faktor produksi disuatu wilayah atau daerah dalam periode
waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi meliputi balas jasa tenaga
kerja berupa gaji dan upah, balas jasa tanah berupa sewa tanah, balas
jawa modal berupa bunga modal dan balas jawa kewiraswastaan
berupa keuntungan, semuanya itu sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya
c.) PDRB menurut pengeluaran
Merupakan seluruh komponen dari pengeluaran akhir yang
meliputi: (a) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
nirlaba, (b) konsumsi pemerintah, (c) pembentukkan modal tetap
domestik bruto, (d) perubahan stok, dan (e) ekspor netto (dimana
ekspor dikurangi oleh impor).
B. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk
menjadi perbandingan dan acuan yang memberikan gambaran terhadap hasil-
hasil penelitian terdahulu menyangkut potensi ekonomi dan pendapatan asli
daerah. Ini disadari untuk melakukan penelitian perlu ada suatu bentuk hasil
penelitian terdahulu yang dijadikan referensi pembanding dalam penelitian,
untuk itu pada bagian ini akan diberikan beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan rencana penelitian ini
23
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Penulis
dan tahun
Judul penelitian Variabel dan
Metode Analisis
Hasil penelitian
1 Endaryanto
, Teguh,
dkk.2015
.
The Impact
Of Regional
Expansion On
Economic
Structure: A
Case Study In
Lampung
Province,
Indonesia.
Jurnal:
International
Jurnal Of
Science Vol.
23, No.2,
2015.
PDRB, Kontribusi lap.Usaha. Metode analisis dalam tulisan ini menggunakananalisis Shift-Share, KlassenTipology, Location Quotient
Kontribusi terbesar Provinsi Lampung diberikan oleh Sektor pertanian, diikkuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Kontribusi terrendah diberikan
2 Fafurida. 2012
Analyis Of Inter Sectoral Linkages In Semarang Regency. Jurnal:Economic Journal Of Emerging Markets Vol.4, No.1 April 2012”
Keterkaitan ke
Belakang, Keterkaitan ke Depan, Sektor Ekonomi Metode analisis dalam tulisan ini menggunakan analisis Klassen Tipology
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor jasa memiliki keterkaitan kebelakang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Sementara itu sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki keterkaitan depan tertinggi.
3 Kurniawan. 2016
Analisis sektor ekonomi unggulan Kabupaten kerinci provinsi jambi. Jurnal Ekonomi Islam Vol.4, No.1 hal. 14
Analisis Sektor, Ekonomi Unggulan
Metode
analisis dalam
tulisan ini
menggunakan
analisis
Location
Quotient,
Dinamic
Hasil Pengujian menunjukkan bahwa sektor Pengangkutandan komunikasi, sektor gas, listrik dan air bersih, keuangan, persewaan dan Jasa perusahaan, sektor pertambangan dan penggalian,hotel dan restoran, sertasektor
24
Location
Quotient
jasa-jasa yang memiliki nilai DLQ > 1 maka sektorTersebut merupakan sektor yang perspektif untuk dikembangkan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan dan mendorong perekonomian daerah, sektor ini juga mampu bersaing dengan sektor perekonomian yang sama diluar Kabupaten Kerinci.
4 Ilham Kurnian Hadi. 2014
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di provensi Sumatera barat
Pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja ekspor
Hasil penilitian ini menunjukkan jumlah tenaga kerja memiliki pengaru positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
5 Dewi Halimah. 2018
Analisis
pertumbuhan
ekonomi dan
pengembangan
sektor potensial
daerah
kabupaten
wonosobo
tahun 2012-
2016
Pertumbuhan ekonomi, sektor potensial,LQ, shift share, dan tipologi klassen
Hasil analisis menunjukkan bawha sektor ekonomi kabupaten wonosobo yang masuk dalam kategori tersebut adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
C. Kerangka Konsep
Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah merupakan serangkaian
usaha kebijaksanaan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meratakan
distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antara wilayah di
25
dalam region, yang lebih menguntungkan didukung dengan strategi
peningkatan sumber daya manusia Kota Makassar.
Sementara nilai tingginya pertumbuhan masyarakat di suatu daerah
semakin meningkat, inilah yang menyebabkan aktivitas perekonomian suatu
daerah berkembang.Pertumbuhan daerah berdasarkan pendekatan wilayah
yang sangat umum dikenal adalah teori pertumbuhan berbasis ekspor. Teori
pertumbuhan berbasis ekspor didasarkan atas pemikiran bahwa suatu wilayah
harus meningkatkan arus atau aliran langsung dari luar wilayah agar bisa
tumbuh secara efektif yaitu dengan cara meningkatkan ekspor. Teori
pertumbuhan berbasis ekspor memisahkan kegiatan ekonomi dalam dua
sektor yang terpisah, yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Gambar 2.1
KERANGKA KONSEP
Perekonomian
Kota Makassar
PDRB Kota
Makassar
Analisis Lucation
Quantient
Analisis Tipologi
Klassen
Pertumbuhan Ekonomi dan
Sektor Unggulan Kota Makassar
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan penjelasan
mengenai fenomena yang terjadi pada masa sekarang serta
menggambarkan secara sistematis factual dan akurat mengenai fakta-fakta
atau sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang di teliti.
Dalam metode penelitian kualitatif hasil analisis tidak bergntung dengan
jumlah, tetapi data yang dianalisis dari berbagai pandangan. Penelitian yang
digunakan pengumpulan data, penyusunan data, dan analisis data.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Makassar dan Produk
Domestik Regional Bruto Provensi Sulawesi Selatan dari tahun 2013-2017.
Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Badan Pusat
Statistik kota Makassar, berbagai literatur, internet, dan sumber-sumber
lainnya.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penel itian ini dilakukan di Kota Makassar.Penelitian ini dilakukan
di Kota Makassar karena Kota Makassar mengalami peningkatan
perekonomian selama beberapa tahun terakhir. Selainitu, kota Makassar
27
Termasuk salah satu kota dengan pendapatan daerah tertinggi di
indinesia.
2. waktu penelitian
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu selama 2 bulan
tepatnya pada tanggal 15 otktober 2019 sampai dengan 15 desember
2019.
D. Defenisi Oprasional Variabel dan Pengukuran
1. pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah kondisi dimana meningkatnya
pendapatan karena terjadi peningkatan barang dan jasa. Peningkatan
pendapatan tesebut tidak dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan jumlah.
penduduk, dan dapat kita lihat dari output yang meningkat, perkembangan
teknologi, dan berbagai inovasi di bidang sosial.
2. sektor unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan
atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang yang
mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan output sebagai
input dalam proses produksinya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data
yang diperoleh merupakan data-data dari berbagai literatur yang berkaitan
baik berupa catatan-catatan, dokumen, arsip, maupun artikel. Data yang
diperoleh kemudian disusun dan diolah sesuai dengan kepentingan dan
tujuan penelitian. Untuk tujuan penelitian di mana data yang dibutuhkan
28
adalah data pertumbuhan ekonomi dan sektor unggulan kota Makassar tahun
2013-2017 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data pada dasarnya yaitu memperkirakan atau dengan
menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu
(beberapa) kejadian terhadap sesuatu (beberapa) kejadian lainnya, serta
memperkirakan atau meramalkan kejadian lainnya. Kejadian (event) dapat
dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel.
1. Analisis Tipologi Klassen (Klassen Typology)
AnalisisTipologi Klassen adalah analisis yang dipergunakan untuk
melihat perkembangan pembangunan darisetiap daerah dalam proses
pembangunannya. Analisis ini dipergunakan untuk melihat daur atau arah
perkembangan daerah-daerah, dilihat dari segi pertumbuhan ekonomi
daerahnya. Analisis ini merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional
yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian
wilayah.Jadi analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan
mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kota Makassar dengan
memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Sumatera Utara sebagai
daerah referensi.
Sebagai alat analisis, maka ada dua variabel yang menjadi ukuran dari
hipotesisini, yaitu;
1. Perbedaan antara laju pertumbuhan PDRB persektor daerah Makassar
dengan laju pertumbuhan PDRB persektor daerah Sulawesi Selatan.
29
2. Perbandingan antara pertumbuhan PDRB persektor Kota Makassar
dengan pertumbuhan PDRB persektor daerah Sulawesi Selatan dan hasil
perbandingan ini selalu bernilai positif.
Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan
kharakteristik yang berbeda sebagai berikut.
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran
I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu
dalam PDRB (Si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (S) dan memiliki
nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (Ski) yang lebih dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi
(sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengansi> s dan ski >sk.
2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan yang sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut
dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai
kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar disbandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi
(sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si< s dan ski >sk.
3. Sektor potensial atau masidapat berkembang (developing sector)
(Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi
(s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih
kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
30
menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si> s dan ski
<sk.
4. Sektor relative tertinggal (uderdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB
(si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil
dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB yang menjadi
referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si< s dan ski <sk.
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagai mana
tercantum dalam tabel berikut;
Tabel 3.1
Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen
Kuadran I
Sektor relative maju dan
Tumbuh dengan pesat
(developed sector)
si> s dan ski>sk
Kuadran II
Sektor maju tapitertekan
(stagnant sector)
si< s dan ski>sk
Kuadran III
Sektor potensial atau masih
Dapat berkembang (developing
sector)
si> s dan ski <sk
Kuadran IV
Sektor relative tertinggal
(uderdeveloped sector)
si< s dan ski<sk
2. Metode Location Quotient (LQ)
Metode Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang
besarnya peranan suatu sektor/industry tersebut secara nasional.
Sehingga nilai LQ yang sering digunakan untuk penentuan sektor basis
31
dapat dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong atau tumbuhnya
sektor lain serta berdampak pada penciptaan tenaga kerja.
∑
∑
Di mana:
PDRBs,i = PDRB sektor i di Kota Makassar pada tahun tertentu.
∑PDRBs = Total PDRB di Kota Makassar pada tahun tertentu.
PDRBss,i =PDRB sektor i di Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun
tertentu.
∑PDRBss = Total PDRB di Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun
tertentu.
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan di atas, maka ada tiga
kemungkinan nilai LQ yang dapat diperoleh yaitu:
Pertama, nilai LQ = 1. Hal ini berarti bahwa tingkat spesialisasi/basis
sektor di Kota Makassar adalah sama dengan sektor yang sama dalam
perekonomian Propinsi Sulawesi Selatan.
Kedua, ni lai LQ > 1. Hal ini berarti bahwa tingkat spesialisasi/basis sektor
di Kota Makassar lebih besar dibandingkan dengan sektor dengan sektor
yang sama dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Selatan.
Ketiga, nilai LQ < 1. Hal ini berarti bahwa tingkat spesialisasi/basis sektor
di Kota Makassar lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama
dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Selatan.
32
Apa bila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut
merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai
penggerak perekonomian Kota Makassar.Sebaliknya apabila nilai LQ<1,
maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial
untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kota Makassar.
Teknik ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu daerah
mempunyai pola permintaan yang samadengan pola permintahan
nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor
industri di daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam
industry nasional. Setiap industry menghasilkan barang yang homogeny
pada setiap sektor, dan bahwa perekonomian bangsa yang bersangkutan
adalah suatu perekonomian tertutup.
Digunakan analisis LQ karena analisis ini memiliki kelebihan-
kelebihan.Kelebihan analisis LQ antara lain merupakan alat analisis
sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah
dan industry substitusi impor potensial atau produk-produk yang bias
dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial
(sektoral) untuk dianalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya antara
lain merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur
ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan
produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya
perbedaan sumber daya yang bias dikembangkan di setiap daerah.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Makassar
I. Kondisi Geografis dan Administrasi
Secara Geografis Kota Makassar terletak antara 119°24’17’38” Bujur
Timur dan 5°8’6’19” Lintang Selatan, Luas Wilayah Kota Makassar tercatat
175,77km2 yang meliputi 14 Kecamatan. Secara administrasi Kota
Makassar berbatasan dengan:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maros
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Pemerintah wilayah administratif, Kota Makassar terdiri dari 14
Kecamatan yaitu: Kecamatan Mamajang, Kecamatan Mariso, Kecamatan
Rappocini, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Makassar, Kecamatan
UjungPandang, Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung
Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan Panakukkang, Kecamatan Manggala,
Kecamatan Biringkanaya, dan Kecamatan Tamalanrea, dengan jumlah
Kelurahan sebanyak 142 Kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Biringkanaya dengan luas 48,22 Km2 atau 27,43% dari luasan Kota
Makassar, sedangkan wilayah Kecamatan yang mempunyai luasan terkecil
adalah Kecamatan Mariso yaitu 1,82 Km2 atau 1,04 dari total wilayah Kota
Makassar. Untuk lebih jelasnya luas wilayah menurut Kecamatan di Kota
Makassar dapat dilihat di tabel 5 dan gambar 4.1 berikut
34
Tabel.4.1
Luas wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar
No Kecamatan Luas (Km2)
Persentase Terhadap Luas Kota Makaassar
1 Mariso 1,82 1,10
2 Mamajang 2,25 1,28
3 Tamalate 20,21 11,50
4 Rappocini 9,23 5,25
5 Makassar 2,52 1,431
6 Ujung Pandang 2,63 1,50
7 Wajo 1,99 1,13
8 Bontoala 2,10 1,19
9 Ujung Tana 5,94 3,38
10 Tallo 5,83 3,32
11 Panakukkang 17,05 9,70
12 Manggala 24,14 13,73
13 Biringkanaya 48,22 27,43
14 Tamalanrea 31,84 18,11
Jumlah 175,77 100,00
Sumber:Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam Angka tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Terluas adalah
Kecamatan Biringkanaya dengan luas wilayah mencapai 48,22 Km2
sedangkan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Mariso dengan luas
wilayah 1,82 Km2.
2. Aspek Kependudukan
Penduduk Kota Makassar menurut data Badan Pusat Statistik
yaitu1.469.601 Jiwa yang terdiri atas 727.314 penduduk berjenis kelamin
laki-laki serta 742.287 penduduk berjenis kelamin perempuan,
perkembangan penduduk di Kota Makassar sendiri mengalami peningkatan
mulai dari tahun 2012 dengan jumlah penduduk 1.369.606 jiwa hingga pada
tahun 2016 menjadi 1.469.601 jiwa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
uraian tabel berikut.
35
Tabel.4.2
Jumlah Penduduk Kota Makassar
No
Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
2013 2014 2015 2016 2017
1 Mariso 57.790 58.327 58.815 59.292 59.721
2 Mamajang 60.236 60.537 60.779 61.007 61.186
3 Tamalate 183.039 186.921 190.694 194.493 198.210
4 Rappocini 158.325 160.499 162.539 164.493 166.480
5 Makassar 83.550 84.014 84.396 84.758 85.052
6 Ujung pandang 27.802 28.053 28.278 28.497 28.696
7 Wajo 30.258 30.505 30.722 30.933 31.121
8 Bontoala 55.578 55.937 56.243 56.536 56.784
9 Ujung tanah 48.129 48.531 48.882 49.223 49.528
10 Tallo 137.260 137.997 138.598 139.167 139.624
11 Panakukkang 145.132 146.121 146.968 147.783 148.482
12 Manggala 127.915 131.500 135.049 138.659 142.252
13 Biringkanaya 185.030 190.829 196.612 202.520 208.436
14 Tamalanrea 108.024 109.471 110.826 112.170 113.439
Total 1.408.072
1.429.242
1.449.401
1.469.601
1.489.011
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar Dalam angka tahun 2019
Pada tabel diatas diketahui bahwa perkembangan jumlah penduduk di
Kota Makassar mengalami pertambahan setiap tahunnya dengan jumlah
tertinggi tahun terakhir terdapat di Kecamatan Biringkanaya dengan 208.436
jiwa.
3. Kepadatan Jumlah Penduduk
Perkembangan penduduk di Kota Makassar terus mengalami
peningkatan pertumbuhan penduduk dan dalam persebarannya, penduduk
Kota Makassar tersebar secara tidak merata pada setiap Kecamatan di Kota
Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian tabel 7 berikut
36
Tabel.4.3
Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Makassar
No Kecamatan Luas (Km) Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
Penduduk
Mariso 1,82 59.292 32.578
Mamajang 2,25 61.007 27.114
Tamalate 20,21 194.493 96.24
Rappocini 9,23 164.493 17.829
Makassar 2,52 84.758 33.634
Ujung pandang 2,63 28.497 10.835
Wajo 1,99 30.933 15.544
Bontoala 2,10 56.536 26.922
Ujung tanah 5,94 49.223 11.187
Tallo 5,83 139.167 23.871
Panakukkang 17,05 147.783 8.668
Manggala 24,14 138.659 5.744
Biringkanaya 48,22 202.520 4.200
Tamalanrea 31,84 112.170 3.523
Total 175,77 1.469.601 83.61
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam Angka Tahun 2019
Pada tabel diatas diketahui bahwa Kecamatan Makassar memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi yaitu, 33,6 jiwa/km2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 84.758 jiwa, sedangkan kepadatan terendah yaitu
Kecamatan Tamalanrea dengan 3,523 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk
112.170 jiwa
B. Hasil analisis dan pembahasan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber penerbitan, seperti yang diterbitkan oleh
badan pusat statistik daerah (kota Makassar) dan sumber-sumber lain yang
terkait dengan objek yang diteliti. Data yang diperoleh adalah digunakan untuk
37
dianalisis, dan dengan menggunakan analisis yaitu analisis tipologi Klassen
dan analisis Location Quotient, maka didapat hasil sebagai berikut:
1. Hasil Analisis Tipologi Klassen
Tipologi Klassenadalah metode yang digunakan untuk mengetahui
pengelompokan sektor ekonomi kota Makassar menurut struktur
pertumbuhannya. Dengan menggunakan Matriks Klassen dapat dilakukan
empat pengelompokkan sektor dengan memanfaatkan laju pertumbuhan
dan nilai kontribusi.
Berdasarkan hasil analisis data, maka table menyajikan bagaimana
gambaran rata-rata pertumbuhan dan rata-rata kontribusi sektor PDRB
Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi selatan tahun 2013-2017.
Berdasarkan tabel berikut dapat kita ketahui bahwa sektor yang memiliki
rata-rata pertumbuhan yang terbesar dalam PDRB Kota Makassar adalah
sektor Informasi dan komunikasi (9,55%) serta sektor konstruksi (9,1%).
Sedangkan sektor dengan rata-rata pertumbuhan terkecil adalah sektor
pertambangan dan penggalian dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
(-13,17%).
Sementara itu sektor paling dominan atau sektor yang memiliki
kontribusi terbesar dalam PDRB Kota makassar adalah sektor Industri
pengolahan (20,21%), sektor Perdagangan besar dan eceran (18,57%)
dan sektor konstruksi (16,97%). Sedangkan sektor dengan rata-rata
Kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian (0%),
sektor listrik, gas dan air minum (0,03) serta sektor keuangan, asuransi
dan sektor pengadaan air, pengelolaan sampa, limba dan daur ulang
(0,23%).
38
Tabel.4.4
Rata-rata Pertumbuhan dan Rata-rata Distribusi sektor ekonomi terhadap
PDRB Kota Makassar dan Sulawesi Selatan 2013-2017
No
Sektor
Makassar Sulawesi Selatan
Rata-rata pertumbuhan
Rata-rata kontribusi
Rata-rata pertumbuhan
Rata-rata kontribusi
(Si) (Ski) (S) (Sk)
1 Pertanian 4.65 0.57 6.85 22.96
2 Pertambangan dan penggalian -13.17 0 5.84
6.09
3 Industri pengolahan 7.29 20.21 7.65
13.89
4 Pengadaan Listrik dan Gas 7.37 0.03 8.25
0.06
5 Pengadaan air, pengolahan sampah, limba dan daur ulang 3.73 0.23 4.26
0.11
6 Konstruksi 9.1 16.97 8.19 12.43
7 Perdagangan besar dan eceran 8.01 18.57 8.46
13.09
8 Trasportasi dan pergudangan 6.21 2.57 6.11
4.14
9 Penyediaan akomodisi dan makan minum 7.58 2.31 8.16
1.36
10 Informasi dan Komunikasi 9.55 9.27 9.28
4.86
11 Jasa keuangan dan Asuransi 8.04 6.09 8.01
3.71
12 Real Estate 6.18 4.12 7.04 3.89
13 Jasa Perusahaan 6.87 1.17 7.18 0.44
14 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan social wajib 3.49 3.42 3.65
4.59
15 Jasa Pendidikan 8.02 9.10 7.24 5.19
16 Jasa kesehatan dan kegiatan social 8.82 2.72 9.01
1.90
17 Jasa lainnya 8.11 2.6 8.62 1.28
Sumber: BPS Kota Makassar tahun 2019 data diolah dari lampiran
39
Sementara itu apabila dilihat secara Provinsi Sulawesi Selatan, sektor-
sektor dengan rata-rata laju pertumbuhan yang tertinggi adalah sektor
Informasi dan Komunikasi (9,28%), sektor jasa kesehatan dan kegiatan
sosila (9,01%) serta sektor jasa lainnya (8,62%). Sedangkan sektor dengan
rata-rata pertumbuhan terkecil adalah sektor Administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan social wajib (3,65%) dan sektor Pengadaan air,
pengolahan sampah, limba dan daur ulang (4,26%).
Dan jika dilihat berdasarkan rata-rata kontribusi, maka sektor yang
memiliki rata-rata kontribusi terbesar dalam PDRB Provinsi Sulawesi Selatan
adalah sektor pertanian (22,96%), sektor industri pengolahan (13,89%), dan
sektor Perdagangan besar dan eceran (13,09). Sedangkan sektor dengan
rata-rata kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air minum (0,06%)
dan sektor Pengadaan air, pengolahan sampah, limba dan daur ulang
(0,11%).
Lalu berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan oleh tabel diatas,
maka dapat diklasifikasikan sektor PDRB di Kota Makassar tahun 2013-
2017.Dilihat dari rata-rata pertumbuhan dan rata-rata kontribusi tiap sektor
ekonomi terhadap PDRB Kota Makassar, maka dapat dilihat bahwa terdapat
sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat
yaitu sektor konstruksi. Artinya sektor ini dalam PDRB Kota Makassar
memiliki rata-rata laju pertumbuhan (9,1%) dan rata-rata kontribusi (16,97%)
yang lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama dalam PDRB
Provinsi Sulawesi Selatan, serta sektor Informasi dan Komunikasi dengan
rata-rata kontribusi sebesar (9,27%) lebih dan rata-rata laju pertumbuhan
sebesar (9,55%) lebih besar dari rata-rata kontribusi sektor yang sama di
40
tingkat provinsi serta sektor jasa keuangan dan Asuransi dan sektor jasa
pendidikan .sektor yang dikategorikan sektor maju tapi tertekan adalah
sektor industri pengolahan, pengadaan air, pengolahan sampah limba dan
daur ulang, perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan
makan minum,real estate, Jasa perusahaan, jasa kesehatan dan kegiatan
social dan sektor jasa lain-lain.Sektor yang dapat dikategorikan sebagai
sektor potensial untuk berkembang adalah sektor transportasi dan
pergudangan hal ini disebabkan sektor-sektor tersebut adalah memiliki rata-
rata laju pertumbuhan yang lebih besar tetapi memiliki rata-rata kontribusi
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan sektor yang sama dalam PDRB
Provinsi Sulawesi Selatan.
41
Tabel 4.5
Pengklasifikasian sektor Perekonomian kota Makassar tahun 2013-2017
Kuadran I
Sektor relative maju dan tumbuh
dengan pesat (developed sector) Si>
S dan Ski> Sk
-sektor konstruksi
-informasi dan komunikasi
- jasa keuangan dan asuransi
-jasa pendidikan
Kuadran II
Sektor maju tapi tertekan (stragnant
sector)
Si< dan Ski>Sk
-sektor industri pengolahan
-pengadaan air, pengolahan
sampah limba dan daur ulang
-perdagangan besar dan eceran
-penyediaan akomodasi dan makan
minum
-real estate
-Jasa perusahaan
-jasa kesehatan dan kegiatan social
-jasa lain-lain
Kuadran III
Sektor potensial atau masih dapat
berkembang (developing sector)
Si>S dan Ski<Sk
-transportasi dan pergudangan
-
-
Kuadran IV
Sektor relative tertinggal
(underdeveloped sector)
Si<s dan Ski<Sk
-pertanian
-pertambangan dan penggalian
-pengadaan listrik dan gas
-administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan social wajib
Sumber : Data diolah dari tabel 4.4
Sementara itu sektor-sektor yang tergolong sebagai sektor relative
tertinggal adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,
dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib.
Hal ini disebabkan karena sektor-sektor tersebut memiliki nilai rata-rata laju
pertumbuhan dan rata-rata kontribusi yang lebih kecil apabila dibandingkan
dengan sektor yang sama dalam pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi
Selatan.
42
2. Hasil Analisis Lucatien Quotient (LQ)
Analisis ini pada umumnya digunakan untuk menentukan sektor basis di
suatu daerah. Dalam hal ini hasil LQ diperoleh dari
perbandinganbesarnyaperanan antar sektor dalam pembentukan PDRB di
daerah penelitian dengandidaerah referensi.Nilai LQ berkisar dari nol hingga
dengan positif tak terhingga.jika nilai LQ lebih besar dari satu (LQ>1), maka
maknanya adalah bahwa outputpada sektor yang bersangkutan lebih
berorientasi ekspor dan sektor tersebutdikategorikan sebagai sektor basis.
Apabila nilai LQ kurang dari satu (LQ<1),maka sektor diklasifikasikan sebagai
sektor non-basis.
Dari hasil perhitungan LQ pada Sembilan sektor yang terdapat dalam
perekonomian Kota Makassar selama kurun waktu 2013-2017 hanya
terdapat dua sektor basis dan tujuh sektor lainnya adalah sektor non
basis.Dua sektor yang menjadi sektor basis adalah sektor pertanian dan
sektor jasa-jasa. Sementara itu tujuh sektor yang menjadi sektor non basis
adalah sektor pertambangan & penggalian, sektor Industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor
keuangan,asuransi dan jasa perusahaan.
43
Tabel 4.6
Nilai Location Quotient Kota Makassar Tahun 2013-2017
No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan
0,026 0.025 0,025 0,025 0,24
2 Pertambangan dan Penggalian
0 0 0 0 0
3 Industri Pengolahan 1,46 1.45 1,45 1,46 1,44
4 Pengadaan Listrik dan Gas
0,43 0,43 0,5 0,5 0,5
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
2 2 2 2,1 2
6 Konstruksi 1,35 1,39 1,38 1,35 1,34
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1,43 1,44 1,42 1,40 1,39
8 Transportasi dan Pergudangan
0,63 0,65 0,62 0,59 0,62
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1,71 1,71 1,74 1,70 1,65
10 Informasi dan Komunikasi 1,89 1,92 1,93 1,91 1,88
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
1,63 1,66 1,66 1,62 1,63
12 Real Estate 1,04 1,09 1,08 1,05 1,02
13 Jasa Perusahaan 2.63 2,59 2,70 2,5 2,65
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0,72 0,73 0,77 0,75 0,75
15 Jasa Pendidikan 1,75 1,78 1,79 1,72 1,72
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
1,46 1,48 1,41 1,41 1,42
17 Jasa lainnya 2 2,09 1,76 2,03 1,99
Sumber: BPS kota Makassar tahun 2019 data diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel di atas yang menjadi sektor basis yaitu sektor Jasa
Perusahaan yang mendominasi dalam pembentukan PDRB Kota Makassar.
Sejak 2013 sampai 2017 kisaran nilai LQ sektor jasa perusahaan berturut-
turut adalah sebesar 2,63, 2,59, 2,70, 2,5, 2,65 Walaupun secara kontribusi
44
terhadap perekonomian daerah tidak terlalu besar namun sektor jasa
perusahaan pertumbuhannya lebih besar di kota Makassar di bandingkan
tingkat provensi sehingga nilai LQ tertinggi serta cenderung meningkat. Hal
ini membuat sektor jasa perusahaan sebagai sektor yang memiliki nilai LQ
terbesar di Kota Makassar yaitu rata-rata nilai LQ nya adalah 2,614.
Sementara itu, sektor lain yang masuk dalam sektor basis adalah industri
pengolahan, pengadaan air pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang,
Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Penyediaan akomodasi dan
Makan Minum, Informasi dan komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real
Estate, Jasa perusahaan, Jasa Pendidikan, jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial, dan Jasa lain-lain.
Sejak 2013 sampai 2017, kisaran nilai LQ sektor informasi dan
komunikasi adalah menunjukkan trend kenaikan walaupun pada akhirnya
antara tahun 2016-2017 mengalami penurunan yg kecil. Kisaran nilai LQ
sektor Informasi dan KOmunikasi sepanjang 2013-2017 adalah berturut-turut
sebesar1,89; 1,92; 1,93; 1,91; 1,88. Pada periode tahun 2016-2017 sektor ini
dikategorikan sebagai sektor basis karena kisaran nilai LQ nya di atas
1.Sejak tahun 2005 sektor jasa-jasa sudah dapat dikategorikan sebagai
sektor basis karena kisaran nilai LQ yang lebih besar dari 1.
Berdasarkan hasil analisis LQ, terdapat beberapa sektor yang nilai
kisaran LQ-nya selalu berfluktuasi atau mengalami trend yang berubah ubah,
dan ada yang tetap. Sektor yang mengalami fluktuasi nilai LQ itu adalah
sektor yg dalam kurun waktu tertentu meningkat serta dalam kurun waktu
berikutnya menurun dan sebaliknya. Sektor tersebut adalah sektor
Transportasi dan Pergudangan dengan kisaran nilai LQ sepanjang 2013-
45
2017 adalah 0,63; 0,65; 0,62; 0,59; 0,62 dan Sektor Pertanian dengan
kisaran nilai LQ sepanjang 2013-2017 adalah 00,026; 0,025; 0,025; 0,025;
0,024. Sementara sektor perdagangan besar dan eceran yang awalnya
meningkat tetapi pada akhirnya mengalami penurunan, dengan kisaran nilai
LQ sepanjang 2013-2017 berturutturutsebesar 1,43; 1,44; 1,42; 1,40; 1,39
meskipun mengalami penurunan sektor ini masih termasuk sektor basis
karena nilai LQ nya masih 1. Begitu juga dengan sektor Real Estate dengan
kisaran nilai LQ nya sepanjang 2013-2017 adalah sebesar 1,04; 1,09; 1,08;
1,05; 1,02.
Sedangkan sektor non basis yang nilai LQ nya terus mengalami
peningkatanadalah sektor listrik, gas dan air minum dengan kisaran nilai LQ
sepanjang 2013-2017 adalah sebesar 0,43; 0,43; 0,5; 0,5; 0,5. Dan sektor
yang paling kecil nilai LQ-nya diantara sembilan sektor pembentuk PDRB
Kota makassar adalah sektor Pertambangan dan penggalian dengan rata-
ratanilai LQ tahun 2003-2017 tidak lebih dari nol atau mines.
Hasil analisis LQ di Kota Makassar ada 12 sektor yang menjadi sektor
basis, namun tidak dapat diabaikan bagaimana peranan sektor-sektor
lainnya. Karena sebagai sektor-sektor dalam pembentukan PDRB maka
kemajuan satu sektor akan sangat dipengaruhi oleh sektor lain.Dalam hal ini,
sektor basis yaitu sektor dengan kisaran nilai LQ yang tertinggi akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor-sektor non basis.
C. Pembahasan Persektor Perekonomian Kota Makassar
Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah akan
menambah arus pendapatan kedalam wilayah yang bersangkutan,
menambah permintaan barang dan jasa sehingga akan menimbulkan
46
kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan
mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya permintaan terhadap
barang dan jasa dan akan menurunkan volume kegiatan.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Tipologi Klassen dan analisis Lucation Quantien
No Sektor Analisis tipologi klassen Analisis lucation
Quantien
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan
Relative tertinggal Non basis
2 Pertambangan dan Penggalian
Relative tertinggal Non basis
3 Industri Pengolahan Maju tapi tertekan Basis
4 Pengadaan Listrik dan Gas Relative tertinggal Non basis
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Maju tapi tertekan Basis
6 Konstruksi Maju dan tumbuh dengan pesat
Basis
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Maju tapi tertekan Basis
8 Transportasi dan Pergudangan
Potensial atau masih dapat berkembang
Non basis
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Maju tapi tertekan Basis
10 Informasi dan Komunikasi Maju dan tumbuh dengan pesat
Basis
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
Maju dan tumbuh dengan pesat
Basis
12 Real Estate Maju tapi tertekan Basis
13 Jasa Perusahaan Maju tapi tertekan Basis
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Relative tertinggal Non basis
15 Jasa Pendidikan Maju dan tumbuh dengan pesat
Basis
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Maju tapi tertekan Basis
17 Jasa lainnya Maju tapi tertekan Basis
Sumber: dari tabel 4.6 dan 4.6
47
Jadi secara terperinci melalui penggabungan hasil dua analisis dalam
penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology, dan analisis Location Quetient
(LQ), maka berdasarkan pengamatan terhadap tiap-tiap sektor dapat kita
tarik kesimpulan untuk menentukan sektor unggulan dalam perekonomian
Kota Makassar.Jadi, secara lengkap berikut adalah dijelaskan hasil analisis
Klassen Tipology dan analisis LQ untuk masing-masing sektor dalam
perekonomian Kota makassar selama kurun waktu 2003-2016.
1. Analisis Sektor Pertanian
Tahun 2013-2017 rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDRB Kota Makassar adalah sebesar 0,57% dan kontribusi
ini lebih kecil dibanding dengan kontribusi sektor yang sama di tingkat
provensi. Hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor
dengan kontribusi terkecil dalam PDRB kota Makassar.
Sementara dilihat dari laju pertumbuhan sektor ini selalu menurun tiap
tahunnya.Rata-rata laju pertumbuhan sektor ini adalah 4,65% lebih rendah
di banding rata-rata laju pertumbuhan yang sama di tingkat provensi,
dengan demikian sektor ini dapat diklasifikasikan sebagai sektor relatif
tertinggal.
Selama kurung waktu 2013-2017 nilai LQ sektor pertanian di kota
Makassar adalah sangat kecil kisarannya, yaitu dengan rata-rata kisaran
nilai sebesar 0,025 (<1) berarti sektor ini tidak termasuk sektor basis.
Perkembangan LQ sektor ini bahkan selalu turun tiap tahun.
48
Tabel 4.8
Hasil Analisis Sektor Pertanian
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran IV Relative tertinggal
2 LQ <1 Non basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi berdasarkan hasil analisis terhadap sektor pertanian, maka
kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa sektor ini tidak dikategorikan
sebagai sektor unggulan di kota Makassar, karena sektor ini masuk dalam
klasifikasi sektor relative tertinggal. Dan pertumbuhannya dari tahun ke
tahun terus menurun di sebapkan oleh semakin minimnya lahan untuk
bercocok tanan, kisaran nilai LQ sektor sektor ini sangat rendah, berada
lebih kecil dari satu (<1).
2. Analisis sektor pertambangan dan penggalian
Tahun 2013-2017 rata-rata kontribusi sektor Pertambangan dan
Penggalian terhadap pembentukan PDRB Kota Makassar adalah sebesar
0% dan kontribusi ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan kontribusi
sektor yang sama di tingkat provinsi. Hal ini menjadikan sektor
pertambangan sebagai sektor dengan kontribusi terkecil dalam PDRB Kota
Makassar.
Sementara itu dilihat dari laju pertumbuhan, sektor ini adalah sektor
yang terus menurun. Rata-rata laju pertumbuhan sektor ini adalah -13,17 %
lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan sektor
yang sama ditingkat provinsi, dengan demikian sektor ini dapat
diklasifikasikan sebagai sebagai sektor relatif tertinggal.
49
Selama kurun waktu 2013-2017 nilai LQ sektor pertambangan dan
penggalian di kota Makassar adalah sangat kecil kisarannya, yaitu dengan
rata-rata kisaran nilai sebesar 0(<1), berarti sektor ini tidak termasuk
kedalam sektor basis. Perkembangan nilai LQ sektor ini juga tidak
meningkat dan selalu turun dari tahun ke tahun hingga mencapai angka
mines.
Tabel 4.9
Hasil Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Kuadrat IV Relatif tertinggal
2 LQ <1 Non basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi berdasarkan analisis terhadap sektor pertambangan dan
penggalian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa sektor ini
belum bisa digolongkan sebagai sektor unggulan di Kota makassar, karena
sektor ini termasukdalam klasifikasi sektor Relatif tertinggal. Sektor
inibukanlah sektor basis karena memiliki kisaran nilai LQ yang sangat
rendah,berada lebih kecil dari satu (<1).
3. hasil analisis sektor industri pengolahan
Dikota Makassa sektor Industri Pengolahan ini adalah sangat menarik
untuk diamati. Sebagai sektor dengan rata-rata kontribusi terhadap PDRB
selama 2013-2017 adalah sebesar 20,21%, menjadikan sektor ini sebagai
sektor dengan kontribusi terbesar dalam PDRB Kota Makassar. Di banding
dengan rata-rata kontribusi sektor yang sama di tingkat Provensi yang
hanya 13,89%.Tetapi walaupun sebagai kontributor terbesar, itu tak
menjamin sektor ini menjadi sektor basis di Kota Makassar. Hal ini
50
disebabkan karena, walaupun kontribusinya terhadap PDRB kota Makassar
cukup tinggi, namun bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor
yang sama terhadap PDRB Sumatera Utara, rata-rata laju pertumbuhan
sektor ini di kota Makassar masih lebih kecil di bandingkan dengan
pertumbuhan di tingkat provensi.maka sektor ini dapat diklasifikasikan
sebagai sektor maju tapi tertekan.
Jika dilihat dari analisis LQ, selama kurun waktu 2013-2017, nilai LQ
sektor industri pengolahan cukup besar. Rata-rata nilai LQ sektor ini adalah
sebesar 1,45 (1>), hal ini menunjukkan bahwa sektor ini termasuk sebagai
sektor basis. Dilihat dari pertumbuhan LQ nya, nilai LQ sektor ini cenderung
mengalami peningkatan.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Sektor Industri Pengolahan
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi tertekan
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi kesimpulan dari hasil analisis terhadap sektor industri pengolahan
adalah, bahwa sektor ini termasuk sektor unggulan.Hal ini disebabkan
karena sektor industri pengolahan berada dalam klasifikasi sektor maju tapi
tertekanl, dan sektor basis.
4. Hasil Analisis Pengadaan Listrik, Gas dan Air minum
Pada periode tahun 2013-2017, menurut hasil analisis Klassen Tipology
sektor listrik, gas dan air minum di Kota Makassar adalah menunjukkan
rata-rata lajupertumbuhan 7,37%, yang mana itu adalah lebih kecil
51
dibandingkan denganpertumbuhan ditingkat Provinsi yang memiliki rata-
rata laju pertumbuhan 8,25%. Dan rata-rata kontribusi masih lebihkecil dari
rata-rata kontribusi ditingkat provinsi.Hal ini membuat sektor
inidiklasifikasikan sebagai sektor relatif tertinggal.Sementara itu, jika dilihat
dari analisis LQ, nilai LQ sektor ini selama kurunwaktu 2013-2017 adalah
cenderung mengalami kenaikan. Tapi walaupunmengalami kenaikan tetapi
sektor ini belum bisa dikategorikan sebagai sektorbasis, karena
berdasarkan rata-rata kisaran nilai LQ nya sektor ini hanya memilikinilai
sebesar 0,47 (<1).
Tabel 4.11
Hasil Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Minum
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi Klassen Kuadrat IV Sektor Relatif
Tertinggal
2 LQ <1 Sektor non basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi berdasarkan hasil analisis terhadap sektor listrik,gas dan air
minum, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor ini bukanlah
termasuksektor unggulan, karena tergolong sebagai sektor dengan
klasifikasi sektor Relatif tertinggal, dan sektor non basis.
5. Hasil Analisis Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
Pada periode tahun 2013-2017, menurut hasil analisis Klassen Tipology
sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang di
Kota Makassar adalah menunjukkan rata-rata lajupertumbuhan 3,73%,
yang mana itu adalah lebih kecil dibandingkan denganpertumbuhan
52
ditingkat Provinsi yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan 4,26%. Dan
rata-rata kontribusi masih lebihbesar dari rata-rata kontribusi ditingkat
provinsi. Hal ini membuat sektor inidiklasifikasikan sebagai sektor Maju tapi
tertekan.Sementara itu, jika dilihat dari analisis LQ, nilai LQ sektor ini
selama kurunwaktu 2013-2017 adalah cenderung tetap dan dikategorikan
sebagai sektorbasis, karena berdasarkan rata-rata kisaran nilai LQ nya
sektor ini memilikinilai sebesar 2 (>1).
Tabel 4.12
Hasil Analisis Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi tertekan
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi kesimpulan dari hasil analisis terhadap sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang adalah, bahwa sektor ini
termasuk sektor unggulan. Hal ini disebabkan karena sektor ini berada
dalam klasifikasi sektor maju tapi tertekanl, dan sektor basis.
6. Hasil Analisis Sektor Konstruksi
Pada periode 2013-2017, sektor bangunan dan konstruksi memberikan
rata-rata kontrobusi sebesar 16,97% dan merupakan salah satu yang
terbesar terhadap PDRB Kota Makassar, dimana nilai itu lebih besar dari
rata-rata kontribusi ditingkat provinsi. Begitupun juga dengan nilai rata-rata
laju pertumbuhan sebesar 9,1% masih lebih besar dari laju pertumbuhan
53
ditingkat provinsi. Sehingga sektor ini termasuk dalam klasifikasi sektor
relatif maju dan tumbu dengan pesat.
Sementara itu, jika dilihat dari hasil analisis LQ, selama tahun 2013-
2017 sektor bangunan dan konstruksi memiliki nilai rata-rata LQ sebesar
1,36 (>1) sehingga sektor ini termasuk dalam sektor basis diperekonomian
Kota Makassar. Begitupun juga dengan perkembangan nilai LQ sektor ini
menunjukkan grafik yang naik turun walau pada akhir periode penelitian
nilai LQ nya menurun tipis.
Tabel 4.13
Hasil Analisis Sektor Konstruksi
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran I Sektor Relatif Maju dan Tumbuh dengan pesat
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Berdasarkan hasil analisis dengan kedua metode yang digunakan,
maka kesimpulannya adalah bahwa sektor bangunan dan konstruksi
termasuk dalam sektor unggulan dalam perekonomian Kota Makassar.Hal
ini disebabkan karena sektor ini masuk dalam sektor relative maju dan
tumbuh dengan pesat, termasuk dalam sektor basis.
7. Analisis Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Pada periode tahun 2007-2016menurut hasil analisis Klassen Tipology,
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
di Kota Makassar dapatdiklasifikasikan sebagai sektor Maju tapi tertekan.
54
Hal ini disebabkan karena rata-rata laju pertumbuhan sektor ini sebesar
8.01% lebih kecil dari rata-rata laju pertumbuhan sektor yang sama di
tingkat provinsi. Namun berbading terbalik dengan rata-rata kontribusi
sektor ini terhadap PDRB Kota Makassar yang sebesar 18,57% lebih besar
jika dibandingkan dengan rata-rata kontribusi ditingkat Provinsi.
Berdasarkan hasil analisis LQ, nilai LQSektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor selama periode 2013-2017
menunjukkan bahwa sektor ini termasuk dalam sektor basis dalam
perekonomian Kota Makassar karena kisaran nilainyasebesar 1,41(>1), dan
perkembangan nilai LQ nya pun menigkat dan akhirnya menurun di priode
2015-2017.
Tabel 4.14
Hasil analisis Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi
tertekan
2 LQ >1 Sektor basis Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi, kesimpulan dari hasil analisis terhadap Sektor Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor adalah bahwa sektor ini
termasuk dalam sektor unggulan dalam perekonomian Kota Makassar. Hal
itu disebabkan karena sektor termasuk dalamklasifikasi sektor Maju tapi
tertekan, kemudian sektor basis.
55
8. Analisis Sektor Transportasi dan Pergudangan
Tahun 2013-2017 berdasarkan hasil analisis Klassen Tipology, maka
sektor Transportasi dan Pergudangan dalam Perekonomian Kota Makassar
dapat diklasifikasikan sebagai sektor potensial atau masih dapat
berkembang. Karena berdasarkan perbandingan yang dilakukan terhadap
perekonomian tingkat provinsi, rata-rata pertumbuhan sektor ini di Kota
Makassar sebesar 6,21% lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ditingkat
provinsi. Namun berbeda dengan rata-rata kontribusi terhadap PDRB yang
sebesar 2,57% masih lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-
ratakontribusi ditingkat Provinsi.
Dari hasil analisis LQ, selama periode 2013-2017 sektor Transportasi
dan Pergudangan dalam perekonomian kota Makassar memiliki rata-rata
nilai LQ sebesar 0,62 (<1) yang berarti bahwa sektor ini bukan termasuk
sektor basis dalam perekonomian Kota Makassar. Dilihat dari
perkembangan nilai LQ, sektor ini juga menunjukkan nilai LQ yang terus
menurun.
Tabel 4.15
Hasil Analisis Sektor Transportasi dan Pergudangan
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran III Sektor potensial atau
masi dapat berkembang
2 LQ <1 Sektor non basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi dari hasil analisis dari dua alat metode yang digunakan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa sektor transportasi dan pergudangan tidak dapat
56
digolongkan sebagai sektor unggulan dalam perekonomian Kota
Makassar.Hal ini disebabkan karena sektor ini hanya masuk dalam
klasifikasi sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor ini juga
adalah sektor non basis.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
Menurut hasil analisis Klassen Tipology sektor Penyediaan Akomodasi
Makan dan Minum di Kota Makassar adalah menunjukkan rata-rata
lajupertumbuhan 7,58%, yang mana itu adalah lebih kecil dibandingkan
denganpertumbuhan ditingkat Provinsi yang memiliki rata-rata laju
pertumbuhan 8,16%. Dan rata-rata kontribusi masih lebihbesar dari rata-
rata kontribusi ditingkat provinsi. Hal ini membuat sektor inidiklasifikasikan
sebagai sektor Maju tapi tertekan.Sementara itu, jika dilihat dari analisis
LQ, nilai LQ sektor ini selama kurunwaktu 2013-2017 adalah cenderung
menurun namun tetap dikategorikan sebagai sektorbasis, karena
berdasarkan rata-rata kisaran nilai LQ nya sektor ini memilikinilai sebesar
1,70(>1).
Tabel 4.16
Hasil Analisis Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi tertekan
2 LQ >1 Sektor basis Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi kesimpulan dari hasil analisis terhadap sektor Penyediaan
Akomodasi Makan dan Minum adalah, bahwa sektor ini termasuk sektor
57
unggulan.Hal ini disebabkan karena sektor Penyediaan Akomodasi Makan
dan Minum berada dalam klasifikasi sektor maju tapi tertekanl, dan masuk
sektor basis karena LQ nya lebih dari satu (>1).
10. Analisis Sektor Informasi dan Komunikasi
Pada periode 2013-2017, Sektor Informasi dan Komunikasi
memberikan rata-rata kontribusi sebesar 9,27% dan merupakan salah satu
yang terbesar terhadap PDRB Kota Makassar, dimana nilai itu lebih besar
dari rata-rata kontribusi ditingkat provinsi. Begitupun juga dengan nilai rata-
rata laju pertumbuhan sebesar 9,55% masih lebih besar dari laju
pertumbuhan ditingkat provinsi. Sehingga sektor ini termasuk dalam
klasifikasi sektor relatif maju dan tumbu dengan pesat.
Sementara itu, jika dilihat dari hasil analisis LQ, selama tahun 2013-
2017 Sektor Informasi dan Komunikasi memiliki nilai rata-rata LQ sebesar
1,90 (>1) sehingga sektor ini termasuk dalam sektor basis di perekonomian
Kota Makassar. Begitupun juga dengan perkembangan nilai LQ sektor ini
menunjukkan grafik yang naik turun walau pada akhir periode penelitian
nilai LQ nya menurun tipis.
Tabel 4.17
Hasil Analisis Sektor Informasi dan Komunikasi
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran I Sektor Relatif Maju
dan Tumbuh dengan pesat
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
58
Berdasarkan hasil analisis dengan kedua metode yang digunakan,
maka kesimpulannya adalah bahwa Sektor Informasi dan Komunikasi
termasuk dalam sektor unggulan dalam perekonomian Kota Makassar. Hal
ini disebabkan karena sektor ini masuk dalam sektor relative maju dan
tumbuh dengan pesat, termasuk dalam sektor basis dengan nilai LQ nya
sebih dari satu(>1)
.11. Analisis Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi di Kota Makassar selama kurun
waktu 20013-2017 memiliki rata-rata laju pertumbuhan sebesar 8,04%, nilai
itu lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di
tingkat provinsi. Dan dengan kontribusi rata-rata sebesar 6,09% terhadap
PDRB kota Makassar masih lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata
kontribusi ditingkat provinsi. Jadi berdasarkan analisis KlassenTipology,
maka sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor Relatif maju dan Tumbuh
dengan pesat. Jika dilihat dari hasil analisis LQ, Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi di Kota Makassar selama periode 2013-2017, sektor ini memiliki
kisaran nilai dengan rata-rata sebesar 1,64(>1), sehingga sektor ini adalah
sektor basis dalam Perekonomian Kota Makassar. Dan jika dilihat dari
perkembangan nilai LQ nya, sektor ini memiliki nilai LQ yang berfluktuatif
dan cenderung naik turun.
59
Tabel 4.18
Hasil Analisis Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran I Sektor Relatif Maju
dan Tumbuh dengan pesat
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi dari kedua alat analisis yg digunakan, maka kesimpulannya adalah
bahwa Sektor Jasa Keuangan dan Asuransidi Kota Makasaar termasuk
sektor unggulan, hal ini disebabkan karena sektor ini masuk dalam
klasifikasi sektor Sektor Relatif Maju dan Tumbuh dengan pesat, sektor
basis.
12. Analisis Sektor Real Estate
Menurut hasil analisis Klassen Tipology Sektor Real Estate di Kota
Makassar adalah menunjukkan rata-rata lajupertumbuhan 6,18%, yang
mana itu adalah lebih kecil dibandingkan denganpertumbuhan ditingkat
Provinsi yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan 7,04%. Dan rata-rata
kontribusi lebihbesar dari rata-rata kontribusi ditingkat provinsi.Hal ini
membuat sektor inidiklasifikasikan sebagai sektor Maju tapi
tertekan.Sementara itu, jika dilihat dari analisis LQ, nilai LQ sektor ini
selama kurunwaktu 2013-2017 adalah cenderung naik turun namun tetap
dikategorikan sebagai sektorbasis, karena berdasarkan rata-rata kisaran
nilai LQ nya sektor ini memilikinilai sebesar 1,65(>1).
60
Tabel 4.19
Hasil Analisis Sektor Sektor Real Estate
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi
tertekan
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi kesimpulan dari hasil analisis terhadap Sektor Real Estate adalah,
bahwa sektor ini termasuk sektor unggulan.Hal ini disebabkan karena
Sektor Real Estate berada dalam klasifikasi sektor maju tapi tertekanl, dan
masuk sektor basis karena LQ nya lebih dari satu (>1).
13. Analisis Sektor Jasa Perusahaan
Menurut hasil analisis Klassen Tipology Sektor Jasa Perusahaandi Kota
Makassar adalah menunjukkan rata-rata lajupertumbuhan 6,87%, yang
mana itu adalah lebih kecil dibandingkan denganpertumbuhan ditingkat
Provinsi yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan 1,17%. Dan rata-rata
kontribusi lebihbesar dari rata-rata kontribusi ditingkat provinsi. Hal ini
membuat sektor inidiklasifikasikan sebagai sektor Maju tapi
tertekan.Sementara itu, jika dilihat dari analisis LQ, nilai LQ sektor ini
selama kurunwaktu 2013-2017 adalah cenderung naik turun namun tetap
dikategorikan sebagai sektorbasis, karena berdasarkan rata-rata kisaran
nilai LQ nya sektor ini memilikinilai sebesar 1,65(>1).
61
Tabel 4.20
Hasil Analisis Sektor Jasa Perusahaan
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi
tertekan
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi kesimpulan dari hasil analisis terhadap Sektor Jasa
Perusahaanadalah, bahwa sektor ini termasuk sektor unggulan. Hal ini
disebabkan karena Sektor Jasa Perusahaan berada dalam klasifikasi
sektor maju tapi tertekanl, dan masuk sektor basis karena LQ nya lebih dari
satu (>1).
14.Analisis Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Pada periode tahun 2013-2017, menurut hasil analisis Klassen
Tipology Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib di Kota Makassar adalah menunjukkan rata-rata
lajupertumbuhan 3,49%, yang mana itu adalah lebih kecil dibandingkan
denganpertumbuhan ditingkat Provinsi yang memiliki rata-rata laju
pertumbuhan 3,65%. Dan rata-rata kontribusi masih lebihkecil dari rata-rata
kontribusi ditingkat provinsi.Hal ini membuat sektor inidiklasifikasikan
sebagai sektor relatif tertinggal.Sementara itu, jika dilihat dari analisis LQ,
nilai LQ sektor ini selama kurunwaktu 2013-2017 adalah cenderung naik
turun.sektor ini belum bisa dikategorikan sebagai sektorbasis, karena
berdasarkan rata-rata kisaran nilai LQ nya sektor ini hanya memilikinilai
sebesar 0,74 (<1).
62
Tabel 4.21
Hasil Analisis Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
No Aspek Parameter Makna
Tipologi Klassen Kuadrat IV Sektor Relatif
Tertinggal
LQ <1 Sektor non basis Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi berdasarkan hasil analisis terhadap Sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa sektor ini bukanlah termasuk sektor unggulan, karena
tergolong sebagai sektor dengan klasifikasi sektor Relatif tertinggal, dan
sektor non basis.
15. Analisis Sektor Jasa Pendidikan
Sektor Jasa Jasa Pendidikan di Kota Makassar selama kurun waktu
20013-2017 memiliki rata-rata laju pertumbuhan sebesar 8,02%, nilai itu
lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan di tingkat
provinsi yang hanya 7,24%. Dan dengan kontribusi rata-rata sebesar 9.10%
terhadap PDRB kota Makassar dan masih lebih besar jika dibandingkan
dengan rata-rata kontribusi ditingkat provinsi. Jadi berdasarkan analisis
KlassenTipology, maka sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor Relatif
maju dan Tumbuh dengan pesat. Jika dilihat dari hasil analisis LQ, Sektor
Jasa Pendidikan di Kota Makassar selama periode 2013-2017, sektor ini
memiliki kisaran nilai dengan rata-rata sebesar 1,75(>1), sehingga sektor ini
adalah sektor basis dalam Perekonomian Kota Makassar. Dan jika dilihat
63
dari perkembangan nilai LQ nya, sektor ini memiliki nilai LQ yang
berfluktuatif dan cenderung naik turun.
Tabel 4.22
Hasil Analisis Sektor Jasa Pendidikan
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran I Sektor Relatif Maju
dan Tumbuh dengan pesat
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi dari kedua alat analisis yg digunakan, maka kesimpulannya adalah
bahwa Sektor Jasa Pendidikan di Kota Makasaar termasuk sektor
unggulan, hal ini disebabkan karena sektor ini masuk dalam klasifikasi
sektor Sektor Relatif Maju dan Tumbuh dengan pesat, dan sektor basis
karena nilai LQ nya lebih dari satu (>1).
16. Analisis Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial
Pada periode tahun 2007-2016 menurut hasil analisis Klassen Tipology,
sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial di Kota Makassar dapat
diklasifikasikan sebagai sektor Maju tapi tertekan. Hal ini disebabkan
karena rata-rata laju pertumbuhan sektor ini sebesar 8,82% lebih kecil dari
rata-rata laju pertumbuhan sektor yang sama di tingkat provinsi yang
memiliki rata-rata pertumbuhan 9,1%. Namun berbading terbalik dengan
rata-rata kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota Makassar yang sebesar
2,72% lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata kontribusi ditingkat
Provinsi yang memiliki rata-rata kontribusi sebesar 1,90%. Berdasarkan
hasil analisis LQ, nilai LQ Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial
64
selama periode 2013-2017 menunjukkan bahwa sektor ini termasuk dalam
sektor basis dalam perekonomian Kota Makassar karena kisaran nilainya
sebesar 1,43(>1), dan perkembangan nilai LQ nya menurun di priode 2013-
2015 dan kembali naik di priode 2016-2017.
Tabel 4.23
Hasil analisis Sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi tertekan
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi, kesimpulan dari hasil analisis terhadap Sektor Jasa kesehatan dan
Kegiatan Sosialadalah bahwa sektor ini termasuk dalam sektor unggulan
dalam perekonomian Kota Makassar. Hal itu disebabkan karena sektor
termasuk dalam klasifikasi sektor Maju tapi tertekan, kemudian merupakan
sektor basis.
17. Analisis Sektor Jasa-jasa Lainya
Menurut hasil analisis Klassen Tipology,Sektor Jasa-jasa Lainya di Kota
Makassar dapat diklasifikasikan sebagai sektor Maju tapi tertekan. Hal ini
disebabkan karena rata-rata laju pertumbuhan sektor ini sebesar 8,11%
lebih kecil dari rata-rata laju pertumbuhan sektor yang sama di tingkat
provinsi yang memiliki rata-rata pertumbuhan 8,62%. Namun berbading
terbalik dengan rata-rata kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota
Makassar yang sebesar 2,6% lebih besar jika dibandingkan dengan rata-
rata kontribusi ditingkat Provinsi yang memiliki rata-rata kontribusi sebesar
65
1,28%. Berdasarkan hasil analisis LQ, nilai LQ Sektor Sektor Jasa-jasa
Lainya selama periode 2013-2017 menunjukkan bahwa sektor ini termasuk
dalam sektor basis dalam perekonomian Kota Makassar karena kisaran
nilainya sebesar 1,97(>1), dan perkembangan nilai LQ nya turun naik di
priode 2013-2017.
Tabel 4.24
Hasil analisis Sektor Sektor Jasa-jasa Lainya
No Aspek Parameter Makna
1 Tipologi klassen Kuadran II Sektor maju tapi tertekan
2 LQ >1 Sektor basis
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
Jadi, kesimpulan dari hasil analisis terhadap Sektor Jasa-jasa Lainya
adalah bahwa sektor ini termasuk dalam sektor unggulan dalam
perekonomian Kota Makassar. Hal itu disebabkan karena sektor termasuk
dalam klasifikasi sektor Maju tapi tertekan, kemudian merupakan sektor
basis.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar dalam periode tahun 2013-2017
menurut analisis Tipologi Klassen di pengaruhi oleh beberapa sektor
dengan pertumbuhan sangat pesat seperti sektor konstruksi, sektor
informasi dan komunikasi, sektor jasa pendidikan dan sektor jasa keuangan
dan asuransi dengan rata pertubuhan 8,68% yang memberi kontibusi besar
terhadap pertumbuhan ekonomi kota makassar.
2. Sektor yang menjadi sektor unggulan menurut analisis Lucation Quantien
adalah sektor industry pengolahan, sektor pengadaan air sampa limba dan
daur ulang, konstruksi, perdagangan besar dan eceran penyediaan
akomodasi makan minum, informasi dan komunikasi, real estate, dan
sektor jasa-jasa.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan oleh hasil dari dua alat analisis
diatas, serta dikaitkan dengan kebijakan otonomi daerah ditengah era
globalisasi (perekonomian modern), dimana adanya harapan akan
perkembangan dan kemandirian ekonomi daerah untuk membangun potensi-
potensi yang terdapat dalam wilayahnya sebagai syarat untuk memperkuat
kedudukan daerah dalam perekonomian nasional, maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
67
1. Pemerintah Kota Makassar perlu menetapkan kebijakan pembangunan
dengan prioritas sektor unggulan / sektor basis tanpa harus mengabaikan
sektor non basis. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah yang diukur dari tingkat penerimaan PDRB Kota
Makassar.
2. Pemerintah daerah Kota Makassar harus mengambil kebijakan yang
bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan juga sektor-sektor
ekonomi non unggulan agar nantinya dapat menjadi sektor-sektor yang
memberikan kontribusi terus meningkat dalam pembentukan PDRB Kota
Makassar. Oleh karena itu Pemerintah Kota Makassar perlu melakukan
revitalisasi terhadap sektor-sektor dalam perekonomian daerah, baik itu
sektor yang non basis maupun sektor basis, serta berusaha untuk
menstimulus peningkatan produktivitas dan pengelolaan sektor-sektor
potensial agar mempunyai daya saing yang meningkat/kompetitif sehingga
meningkatkan pendapatan daerah Kota Makassar.
4. Bagi para pihak investor yang ingin melakukan investasi di Kota Makassar,
diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman
dalam melihat sektor-sektor potensial dalam berinvestasi.
5. Penulis sadar bahwa penelitian ini masih belumsempurna dan masih
banyak kekurangan. Penelitian ini masih menggunakan sisi pendapatan
(PDRB) daerah sebagai data untuk menentukan sektor unggulan, oleh
sebab itu penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
melanjutkan penelitian ini melihat dari sisi tenagakerja menurut lapangan
usaha untuk menentukan sektor unggulan dan melihat bagaimana
pergeseran struktur perekonomian daerah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman, Nurhadi (2012). Model Pembelajaran Cooperative cearning.
Adisasmita, Raharjo.2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu..
Azrini Juliyanti Siregar, 2017. Analisis Sektor Unggulan di Kabupaten Asahan,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id/,diakses pada tanggal 11 Agustus.
Eko, Wicaksono Pambudi, 2013. Analiaia Pertumbuhan Ekonomi dan faktor- factor Yang Mempengaruhi (Kabupten/Kota di Provinsi Jawa Tenngah), Universitas Diponegoro, Semarang.
Eko, Widodo Suparno. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ikhwan Fajar Dewantoro, 2017. Analisis pengaruh Sektor Ekonomi Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provensi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2011-2016. Univesitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Jhingan M.L. 2013. Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Mujib Saerofi, 2005. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang, Universitas Negeri Semarang,
semarang
Nurul Hidaya, 2017, Fenomena Kemiskinan di Makassar dalam Perspektif Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar
Paramawidhita, Widya.,2015, Analisis struktur ekonomi dan sektor unggulan di kabupaten dan kota sukabumi Periode Tahun 2007- 2013”, skripsi, institute pertanian bogor, Bogo.
Putu Indra Perdana Putra, 2018. Analisis Sektor Unggulan Perekonomian di Kabupaten/Kota Dempasa, Badung, Gianyar, dan Tabanan, Bali.
Rangga Birawajayasakti, 2018. Tinjauan Keberadaan Halte BRT bagi Masyarakat Penyandang Difabel dalam Mendukung Sistem Transportasi Perkotaan yang Handal, skripsi,UIN Alauddin Makassar, Makassar.
Sukirno, Sadono.2013. Makro Ekonomi, Teori Pengantar.Penerbit PT. Raja. Grafindo Persada, Jakarta.
Badan Pusat Statistik.” Makassar Dalam Angka 2013-2017. Kota Makassar
69
Badan Pusat Statistik.” Sulsel Dalam Angka 2013-2017. Kota Makassar
Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Pemerintah Daerah
Undang-Undang No 33 Tahun 2004. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah
Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Otonomi Daerah
70
71
LAMPIRAN 1
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha Kota Makassar Tahun 2013-2017 (Juta Rupiah)
No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan
7.08 7.83 2.68 4.10 1.58
2 Pertambangan dan Penggalian
-15.16 -13.97 -14.68 -13.08 -8.97
3 Industri Pengolahan
8.30 7.78 6.15 7.85 6.38
4 Pengadaan Listrik dan Gas
5.38 19.21 -4.71 10.59 6.42
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
7.84 1.40 0.44 2.11 6.88
6 Konstruksi 10.44 10.35 8.52 8.12 8.42
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6.38 7.58 7.05 9 10.08
8 Transportasi dan Pergudangan
7.07 6.55 4.13 4.51 8.82
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7.91 6.65 6.18 8.49 8.71
10 Informasi dan Komunikasi
13.08 5.69 9.14 10.06 9.81
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
8.56 5.44 7.37 13.05 5.82
12 Real Estate 9.14 9.38 7.98 2.11 2.20
13 Jasa Perusahaan 8.16 6.70 5.09 6.04 8.36
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.35 1.55 11.09 -2.25 5.75
15 Jasa Pendidikan 9.03 5.83 7.97 7.47 9.84
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
7.58 9.22 7.85 9.60 9.88
17 Jasa lainnya 7.30 7.43 7.06 9.36 9.42
72
LAMPIRAN 2
Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota
Makassar Tahun 2013-2017 (Persen)
No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan
0.58 0.59 0.58 0.58 0.56
2 Pertambangan dan Penggalian
0 0 0 0 0
3 Industri Pengolahan
19.98 20.30 20.24 20.62 19.95
4 Pengadaan Listrik dan Gas
0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.28 0.24 0.22 0.21 0.20
6 Konstruksi 16.49 16.86 17.13 17.12 17.26
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
18.52 18.28 18.29 18.66 19.11
8 Transportasi dan Pergudangan
2.53 2.57 2.60 2.56 2.59
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
2.37 2.37 2.34 2.25 2.26
10 Informasi dan Komunikasi
10.06 9.43 8.92 8.94 9.02
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
6.08 6.02 5.98 6.21 6.19
12 Real Estate 4 4.23 4.33 4.15 3.91
13 Jasa Perusahaan 1.16 1.17 1.19 1.16 1.17
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3.42 3.35 3.69 3.37 3.29
15 Jasa Pendidikan 9.38 9.25 9.14 8.75 9
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2.64 2.73 2.71 2.74 2.79
17 Jasa lainnya 2.48 2.52 2.62 2.66 2.67
73
LAMPIRAN 3
Laju Pertumbuhan PDRB Tahunan Sulawesi Selatan Menurut Lapangan
Usaha, 2013-2017 (juta rupiah)
No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan
4.93 10.02 5.87 7.86 5.56
2 Pertambangan dan Penggalian
5.68 11.11 7.42 1.22 3.80
3 Industri Pengolahan
9.22 9.00 6.77 8.23 5.03
4 Pengadaan Listrik dan Gas
8.04 16.98 - 1.38 11.52 6.10
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
5.50 2.13 0.34 5.44 7.89
6 Konstruksi 10.57 6.29 8.32 7.02 8.74
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
7.23 7.20 7.89 9.57 10.42
8 Transportasi dan Pergudangan
6.36 1.24 6.82 7.75 8.37
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
6.76 7.82 5.81 8.47 11.94
10 Informasi dan Komunikasi
14.07 5.75 7.92 8.13 10.52
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
8.88 5.76 7.41 13.63 4.39
12 Real Estate 8.98 7.97 7.39 6.37 4.48
13 Jasa Perusahaan 6.97 6.76 5.87 7.88 8.44
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3.07 2.32 7.88 - 0.22 5.20
15 Jasa Pendidikan 7.72 4.65 7.25 6.86 9.72
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
8.25 10.23 9.31 8.45 8.80
17 Jasa lainnya 7.14 7.57 8.99 9.81 9.58
74
LAMPIRAN 4
Distribusi PDRB Tahunan Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha, 2013-2017 (Persen)
No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan
22.16 22.97 23.14 23.43 23.12
2 Pertambangan dan Penggalian
6.91 7.11 6.32 5.19 4.95
3 Industri Pengolahan
13.71 13.98 13.88 14.06 13.82
4 Pengadaan Listrik dan Gas
0.07 0.07 0.06 0.06 0.06
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.14 0.12 0.11 0.10 0.10
6 Konstruksi 12.18 12.08 12.39 12.63 12.88
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
12.99 12.62 12.86 13.27 13.70
8 Transportasi dan Pergudangan
4.03 3.97 4.19 4.29 4.21
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.38 1.38 1.34 1.32 1.37
10 Informasi dan Komunikasi
5.33 4.90 4.62 4.66 4.79
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
3.71 3.63 3.60 3.81 3.80
12 Real Estate 3.83 3.87 3.99 3.95 3.82
13 Jasa Perusahaan 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
4.73 4.57 4.78 4.47 4.38
15 Jasa Pendidikan 5.36 5.20 5.08 5.07 5.23
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
1.81 1.85 1.91 1.94 1.97
17 Jasa lainnya 1.23 1.25 1.28 1.31 1.34
75
RIWAYAT HIDUP
Muh Dasrul lahir di Tarian (Enrekang) 20 Juni 1997. Anak
bungsu dari Lima bersaudara sebagai buah kasih dari
pasangan Arif dan Nurjanna. Adapun jenjang pendidikan
yang penulis lalui yaitu masuk ke SDN 150 Baibo pada tahun
2004 sampai tahun 2009. Kemudian pada tahun 2009
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Alla’ Enrekang dan tamat pada tahun
2012 kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMK
Negeri 1 Enrekang dan tamat pada tahun 2015, dan mulai tahun 2015 mengikuti
program S1 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas muhammadiyah Makassar Progran Strata 1 (S1). Dan pada tahun
2020, menyelesaikan masa Perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan judul: “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan Kota
Makassar Tahun 2013-2017”.