analisis peta positioningproduk kartu gsmdi …repository.utu.ac.id/345/1/bab i_v.pdf · 2017. 9....
TRANSCRIPT
ANALISIS PETA POSITIONINGPRODUK KARTU GSMDI KALANGAN
MAHASISWAUNIVERSITAS TEUKU UMARDENGAN METODE
ATTRIBUTE RATING DAN CORRESPONDENCE ANALYSIS
TUGAS AKHIR
DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMenyelesaikan Program Sarjana(S1)
TeknikPadaFakultasTeknikUniversitasTeuku Umar
DisusunOleh:
Nama : IingPamungkas
NIM :09C10207008
Bidang : ManajemenRekayasa&SistemProduksi
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITASTEUKU UMAR
MEULABOH
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggro
Aceh Darussalam, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas
wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai
barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai
dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng
Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km.
Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km² , kecamatan Johan Pahlawan
sebagai salah satu pusat kota , yang sangat besar masalah kapasitas arus lalu lintasnya
sudah menjadi masalah sehari-hari penduduk kota khususnya Kecamatan Johan
Pahlawan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 47409 jiwa berdasarkan sumber
setcam johan pahlawan, aktivitas kendaraan moda darat sangat padat terutama pada
jam–jam sibuk di pagi dan sore hari. Kapasitas di Jalan Gajah Mada Dan Jalan
Manekroo ini dapat terjadi karena ruas jalan yang ada kapasitasnya sudah tidak
mencukupi lagi dengan banyaknya jumlah kendaraan yang melaju di jalan tersebut,
belum lagi pengaruh hambatan yang lain yang memakan badan jalan cukup
signifikan.
Jalan Gajah Mada merupakan suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu
lintas dari suatu tempat ketempat lainnya. Lalu lintas menyangkut semua benda dan
makhluk hidup yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan ataupun kendaraan tak
bermotor seperti sepeda maupun manusia. (djamal Abdat 1981). Kemudian jalan
manekroo juga merupakan suatu lintasan melewatkan lalulintas dari suatu tempat
ketempat lainnya. Seiring perkembangan kota maka kebutuhan transportasi
diperkotaan meningkat pula, menyebabkan permasalahan kemacetan atau kapasitas
2
ruas jalan menjadi sangat kompleks sehingga diperlukan tindakan penanganan segera
mungkin. Upaya mengantisipasi atau mengurangi permasalahan kemacetan dan
kapasitas pada ruas jalan Gajah Mada dan Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat ini diperlukan kajian kinerja jalan dengan menggunakan
metode MKJI 1997 diharapkan dapat memberi manfaat pada lembaga / instansi
terkait dalam pengelolaan kajian kinerja jalan sebagai pengendali lalu lintas
khususnya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem jalan.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan
dalam studi kasus ini berkaitan dengan kajian kinerja jalan berdasarkan metode
manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) 1997 studi kasus jalan Gajah Mada dan
jalan Manekroo Meulaboh, Sebagai Berikut :
a. Apakah kajian kinerja jalan sebagai alat bantu mampu menghitung jumlah
kendaraan pada suatu ruas jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo Meulaboh
b. Dengan adanya kinerja jalan Apakah kemacetan yang terjadi pada suatu ruas
jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo dapat diprediksikan sebelumnya?
c. Apakah kajian kinerja jalan kondisi ruas jalan Gajah Mada dan jalan
Manekroo Meulaboh, dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaca
dalam proses pengambilan keputusan, khususnya untuk perhitungan
kapasitas (C).
1.3 Batasan Masalah
1. Studi kasus ini di batasi untuk daerah jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo
serta tidak membahas jalan lokal yang ada di jalan tersebut. Jalan ini merupakan
jalan penghubung antar daerah lainnya.
3
2. Volume kendaraan yang di teliti berdasarkan pengambilan data di lapangan secara
langsung, Jumlah penduduk yang di teliti berdasarkan data sekunder yang
diambil dari instansi tertentu yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) dan data yang di
ambil sebagian dari data di dinas yang terkait.
1.4 Tujuan studi kasus
Tujuan melakukan studi kasus ini adalah:
1. Untuk mencari nilai kapasitas (C) dan nilai kendaraan pada ruas jalan Gajah
Mada dan jalan Manekroo Meulaboh
2. Untuk memberikan informasi tentang kinerja jalan Gajah Mada dan jalan
Manekroo Meulaboh dengan menggunakan metode manual kapasitas jalan
indonesia (MKJI) 1997.
3. Untuk mengetahui kapasitas jalan Gajah Mada dan manekroo Meulaboh dengan
menggunakan metode manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) 1997.
1.5. Manfaat Studi kasus
Studi kasus ini sebagai bahan masukan akan penelitian dasar dan kajian awal
sistem informasi pada perencanaan perhubungan darat berkenaan dengan kondisi ruas
jalan yang ada pada Jalan Gajah Mada Dan jalan Manekroo Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Dapat juga di pakai sebagai data base awal kondisi
ruas jalan utama di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
1.6. Lokasi Studikasus
Lokasi yang di tinjau dalam studi kasus ini adalah jalan Gajah Mada dan jalan
Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh barat. Jalan Gajah Mada
4
terdiri dari satu jalur dua lajur, satu arah, sedangkan pada ruas jalan manekroo yang
terdiri dari dua jalur dua lajur, dua arah yang mana meliputi berbagai Gampong. Di
antaranya Gampong Drien Rampak, Gampong Rundeng, Gampong Kuta Padang, dan
Gampong Seuneubok.
10
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Umum
Yang dimaksud dengan jalan seperti yang tertera dalam Undang-
UndangnRepublik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan, menerangkan
bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada dipermukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan lori, jalan
kerata api, dan jalanmkabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu
lintas umum sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi,
badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan dan pengawasan jalan. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan
kebijakan perencanaan, penyususnan rencana umum, dan penyusunan peraturan
perundangan-undangan jalan. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan
pedoman dan standart teknis , pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta
penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan
pemrograman dan penganggaran , perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta
pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mewujutkan tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.
Sementara bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang melekat dan tidak
dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan, ponton, lintas atas
(overpass), lintas bawah (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok
penahan lahan atau tebing, saluran air dan pelengkapan yang meliputi rambu-rambu
11
dan marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar daerah milik jalan serta lampu
lalu lintas. Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam hubungan hierarki. Menurut perananan pelayanan
jasa distribusi, terdapat 2 macam jaringan jalan yaitu sistem jaringan jalan primer
dan sistem jalan sekunder.
2.2 Macam-macam Jalan
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan
yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan
distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk
menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan
sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang merupakan
sentra produksi pertanian.
Pada tugas akhir ini penulis memanfaatkan sistem pemetaan sebagai sarana
memberikan informasi tentang sistem transportasi darat, dalam hal inipenulis
membatasi hanya pada sistem transportasi jalan raya di Kecamatan Johan Pahlawan,
Kabupaten Aceh Barat. Informasi yang akan diberikan untuk sistem transportasi
jalan raya ini berupa kapasitas kepadatan ruas jalan, derajat kejenuhan.
Berdasarkan data peta administrasi Kecamatan Johan Pahlawan didapat
bahwasanya di kecamatan ini meliki beberapa tipe jalan diantaranya :
1. Jalan Kolektor Primer (K1)
2. Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi)
3. Jalan Lokal Primer
4. Jalan Lain
1. Jalan Kolektor Primer (K1)
Jalan Kolektor Primer (K1) adalah jalan yang menghubungkan secara efisien
antar pusat kegiatan wilayah ataumenghubungkan antara pusat kegiatan wilayah
11
dengan pusat kegiatan lokal.
2. Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi)
Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi) merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya.
4. Jalan Lain
jalan lain dimaksud juga jalan lingkungan, jalan lingkungan adalah jalan umum
yang melayani ankutan lingkungan, perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-
rata rendah.
2.3 Fungsi Jalan
Berdasarkan buku Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota fungsi dari
Jalan raya merupakan tempat atau media berkendara semua orang menuju tempat
yang diinginkan. Namun untuk menjaga keselamatan dari jalan itu sendiri maka
fungsi jalan diklasifikasikan menurut fungsinya kedalam jalan alteri, jalan kolektor,
jalan lokal, dan jalan lingkungan.
1. Jalan alteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk di batasi.
3. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepata rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
11
tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan adalah jalan yang melayani angkutan lingkungan dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2.4 Kelas Jalan
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan,
jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi,
pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik
masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu
terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut
muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No 14 Tahun 1992, tentang lalulintas dan angkutan jalan terdiri
dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas
ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
3. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua
ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu)
11
milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan
4. kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih
dari 10 (sepuluh) ton.
2.5 Ruas Jalan
Ruas Jalan adalah bagian atau penggal jalan di antara dua
simpul/persimpangan sebidang atau tidak sebidang baik yang dilengkapi dengan alat
pemberi isyarat lalu lintas ataupun tidak. Dalam studi kasus ini penulis mencoba
melakukan penggambaran ruas jalan gajah mada dan ruas jalan manekroo yang
terdapat dikecamatan Johan Pahlawan dengan proses pemetaan kepadatan pada
ruas-ruas jalan, Dengan proses pemetaan penulis juga mencoba menggamnbarkan
secara langsung keadaan ruas jalan gajah mada dan ruas jalan manekroo di
Kecamatan Johan Pahlawan, baik itu dari gangguan samping dan sebagainya.
2.6 Arus Lalulintas
Arus lalulintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kendaraan
yang melakukan interaksi satu sama lain pada suatu ruas jalan dan lingkungan Arus
lalulintas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Makroskopik: arus lalulintas secara umum.
2. Mikroskopik: prilaku kendaraan individu dalam bagian arus
lalulintas terkait interaksi satu sama lainnya.
Jenis arus lalulintas yaitu :
1.Arus tidak terganggu (Un-interupted Flow)
11
- ditentukan oleh interaksi kedaraan-kendaraan, dan kendaraan jalan.
- ex, arus kendaraan dijalan tol atau jalan antar kota.
2.Arus terganggu (Interupted Flow)
-kondisi arus lalulintas yang ditentukan atau diatur dengan alat, misalnya lampu
atau marka lalulin
2.7 Volume Lalu lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu jalur gerak
persatuan waktu. Data lalu lintas suatu jalan dilakukan oleh dinas yang biasa
melakukan survey lalu lintas seperti Dinas Perhubungan. Data yang ada mencakup
pengelompokan kendaraan berdasarkan jenis dan muatan sumbu.
Satuan yang umum untuk lalu lintas adalah lalu lintas harian rata-rata
(LHR), LHR didapat dari jumlah lalu lintas pada satu tahun dibagi 365, tetapi
dengan alasan tertentu LHR pun dapat dihitung dengan berbagai metode.
Untuk menjadikan satuan mobil penumpang (SMP) harus dikalikan suatu
faktor, dimana faktor tersebut dipengaruhi oleh kondisi geometrik jalan, lokasi
jalan, kondisi cuaca, jenis jalur gerak ( ruas/simpang ). Nilai SMP untuk masing-
masing jenis kendaraan dapat dicari dari data empiris. “ Das’at Widodo (1996) “
2.8 Kecepatan Arus Bebas kendaraan ringan
Kecepatan arus bebas (FV) adalah kecepatan pada tingkat arus nol yaitu
kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa
pengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Kecepatan arus bebas kendaraan
ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar untuk kinerja segmen jalan pada arus = 0,
kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga diberikan
sebagai referensi. Kecepatan arus bebas untuk mobil penumpang biasanya 10-15%
11
lebih tinggi dari tipe kendaraan ringan lain. Persamaan untuk penentuan kecepatan
arus bebas menurut Manual Kapsitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. mempunyai
bentuk umum berikut:
FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVCS
FV =Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yangvdiamati
FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarakkereb penghalang
FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota
2.9 Kapasitas Jalan Raya
Pada kenyataannya kapasitas jalan ini sangat tergantung Pada keadaan
masing-masing jalan. Dapat dibayangkan bahwa jalan yang bebas dari gangguan
dalam arti kata perjalanan tidak terganggu, akan berbeda bila kendaraan sebentar-
sebentar harus diperlambat, berhenti dan sebagainya.
Persamaan untuk menentukan kapasitas adalah sebagai
berikut:
C = Co x FCw x FCsp x FCcf
Dimana :
C : Kapasitas (smp/jam)
Co : Kapasitas dasar (smp/jam)
Fcw : Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah
11
Tipe jalan KapasitaDasar
(smp/jam)
Keterangan
4 lajur terbagi Datar Berbukit Pegunungan
4 lajur takterbagi Datar Berbukit Pegunungan
2 lajur takterbagi Datar Berbukit Pegunungan
1900
1850
1800
1700
1650
1600
3100
3000
Perlajur
Perlajur
Total 2arah
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan yaitu :
3 Faktor kapasitas jalan kota,
Faktor kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya
pemisah/median jalan, hambatan bahu/kerb jalan, gradient jalan, didaerah
perkotaan atau luar kota, ukuran kota.
Tabel 2.1 Kelas Ukuran Kota
UKuran kota
(juta pend.)
Kelas ukuran kota
( CS)
< 0,1
0,1-0,5
0,5-1,0
1,0-3,0
>3,0
Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat Besar
Sumber: MKJI (1997)
4 Faktor kapasitas dasar,
Faktor kapasitas dasar adalah kapasitas dasar dari jalan tersebut atau daya
tampung kenderaan pada proses perencanaan awal.
Faktor kapasitas dasar (Co) ditunjukkan dalam tabel 2.6 berikut ini :
Tabel 2.2Kapasitas Dasar jalan Antar Kota
Sumber: MKJI (1997)
11
Tipe Jalan Lebar Efektif Jalan FCwEmpat - lajur TerbagiEnam - lajur Terbagi
Per lajur3,003,253,503,75
0,910,961,001,03
Empat – lajur takterbagi
Per lajur3,003,253,503,75
0,910,961,001,03
Dua – lajur Takterbagi
Total kedua arah56789
1011
0,690,911,001,081,151,211,27
3. Faktor penyesuaian lebar jalur jalan.
Faktor penyesuaian lebar jalur jalan adalah Semakin lebar lajur jalan semakin
tinggi kapasitas demikian sebaliknya semakin sempit semakin rendah kapasitas,
karena pengemudi harus lebih waspada pada lebar lajur yang lebih sempit.
Tabel 2.3Penyesuaian Kapasitas akibat Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas
Sumber : MKJI (1997)4. Faktor penyesuaian pemisah arah,
Faktor penyesuaian pemisah arah adalah untuk jalan tak berbagi, peluang
terjadinya kecelakaan depan lawan depan atau lebih dikenal dengan laga
kambing lebih tinggi sehingga menambah kehati-hatian pengemudi sehingga
dapat mengurangi kapasitas.Sementara untuk jalan berbagi sebaliknya dari jalan
tak berbagi. Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisah arah (FCSP)
tercantum pada tabel 3 berikut ini :
11
Pemisah arah SP % - % 50 - 50 55 - 45 60 - 40 65 – 35 70 - 30Dua – lajur (2/2) 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88Empat – lajur (4/2) 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Tabel 2.4 Penyesuaian Kapasitas akibat pemisah Arah
Sumber : MKJI (1997)5. Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan,
Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan,adalah semakin dekat
hambatan samping semakin rendah kapasitas. Penurunan kapasitas ini terjadi
karena terjadi peningkatan kewaspadaan pengemudi untuk melalui jalan tersebut
sehingga pengemudi menurunkan kecepatan menambah jarak antara yang ber
berdampak pada penurunan kapasitas jalan.
Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCSF) dapatdilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping
Tipejalan
Kelashambatanjalan
Faktor penyesuaian akibat hambatan samping(FCSF)
Lebar jalur efektif (WS)< 0,5 1,0 1,5 > 2,0
4/2 DVL 0,99 1,00 1,01 1,03L 0,96 0,97 0,99 1,01M 0,93 0,95 0,96 0,99H 0,90 0,92 0,95 0,97
VH 0,88 0,90 0,93 0,96
2/2 UD
4/2 UD
VL 0,97 0,99 1,00 1,02L 0,93 0,95 0,97 1,00M 0,88 0,91 0,94 1,98H 0,84 0,87 0,91 0,95
VL 0,80 0,83 0,88 0,93Sumber : MKJI (1997)
6. Faktor penyesuaian ukuran kota.
Adalah berdasakan kajian yang dilakukan oleh Swee Road dalam Manual
Kapasitas Jalan Indonesia, semakin besar ukuran kota semakin besar kapasitas
jalannya. Berdasarkan MKJI ukuran kota merupakan jumlah penduduk di dalam
kota(juta). Lima ukuran kota ditentukan, lihat tabel di bawah ini:
11
Tabel 2.6 Kelas ukuran kota
Ukuran kota (jita pend.) Kelas jalan (CS)
< 0,1
0,1-0,5
0,5-1,0
1,0-3,0
3,0
Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar
Sumber : MKJI (1997)
2.10 Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas, digunakan
sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.
Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai
masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus
dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam. Derajat kejenuhan digunakan untuk
untuk analisa perilaku lalu lintas berupa kecepatan.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi pada dasarnya adalah merupakan disiplin ilmu yang menjelaskan
tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan
pengetahuan yang menyangkut bidang keilmuan.
3.1 Alur Penelitian
Dari alur penelitian melakukan proses pengumpulan data untuk melakukan
pemetaan kapasitas arus lalulintas Gajah Mada dan ruas jalan Manekroo di
Kecamatan Johan Pahlawan, dimana, Observasi lapangan penulis lakukan dengan
mengumpulkan berbagai data pelengkap baik itu data skunder maupun data primer
sebagai penunjang untuk melakukan proses pengkajian kinerja jalan. Data sekunder
penulis kumpulkan dari berbagai Instansi setempat.
Dari data sekunder tersebut kemudian penulis lengkapi dengan melakukan
pengumpulan data primer dilapangan, dimana hasil volume lalulintas pada ruas jalan
didapatkan sesuai dengan perhitungan kapasitas pada jam-jam sibuk.
Dari kedua data tersebut yaitu data primer dan data sekunder maka penulis
melakukan proses perhitungan pengkajian kinerja jalan dengan menggunakan metode
MKJI 1997.
3.2 Tahapan Persiapan
Adapun tahapan–tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini
yaitu :
1. Observasi lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data–data yang
dibutuhkan. Dalam pengumpulan data ini, dibagi menjadi 2 bagian :
16
A. Data Primer, yaitu data yang didapat langsung dari lapangan. Contohnya
Data:
a). Data geometrik jalan
b). Volume lalu lintas
c). Data jenis kendaran
B. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai instansi yang
terkait dengan penelitian ini. Misalnya BPS (Badan Pusat Statistik),
Kecamatan dan Kelurahan dimana data yang diambil dari berbagai
instasi tersebut di masukkan sebagai atribut seperti yang tertera di bawah
ini:
a).Data JumlahPenduduk
b).Data Kendaraan
c).Data Angkutan Kerja
2. Dari pengumpulan data-data tersebut dilakukan penyusunan data base.
Penyusunan data base menggunakan software Microsoft office excel 2007.
3. Setelah dilakukan penyusunan data base, baru kita olah dengan menggunakan
Metode manual kapastas jalan indonesia (MKJI) 1997.
3.3 Lokasi Dan Waktu Survei
Lokasi survei berada di STa 000+246m jalan yang diamati, tepatnya pada
ruas jalan Gajah Mada dan pada ruas jalan Manekroo berada di STA000+250m dari
arah simpang kisaran Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Survei
volume lalu lintas dilakukan selama tujuh hari, diambil pada kondisi yang mewakili
setiap harinya untuk satu minggu, mulai Hari Senin tanggal19 Agustus 2013 sampai
tanggal 24 agustus 2013. untuk satu minggunya mewakili selama satu bulan, data
yang satu bulan dapat mewakili untuk satu tahunnya. Hari-hari yang akan di survei
yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan hari Minggu. Waktu survei
16
dilakukan selama dua jam pada penentuan jam-jam sibuk yang dapat mewakili jam
biasa yaitu dari jam 07.00-09.00, dari jam 12.00-14.00, dan dari jam 16.00-18.00,
kecuali pada hari jum’at pengambilan data pada 07.00-09.00 dan pada jam 10.00-
12.dan dari jam 16.00-18.00 karena jam sibuknya berbeda dengan hari lainnya jam
sibuk siang antara jam 10.00-12.00 dimana data tersebut kemudian dimasukkan pada
kertas pengisian data jumlah volume kendaraan, Survey ini dilakukan untuk
mengetahui data existing (apa adanya) pada ruas jalan Gajah Mada dan pada ruas
jalan Manekroo Kecamatan Johan Pahlawan Kabuapten Aceh Barat, format tabel
survei terlampir.
3.4 Survei Geometrik Jalan
Survei Geometrik jalan merupakan bagian dari survei jalan yang dititik
beratkan pada fisik jalan. Elemen dari survei geometrik jalan adalah:
a) Penampang melintang jalan
Pada pengukuran melintang jalan alat utama yang dipakai meteran biasa
untuk mengukur ukuran lebar, Trotoal, dan bahu jalan..
Format tabel untuk pengambilan data geometrik jalan terlampir pada tabel
lampiran.
16
STAR
OBSERVASI LAPANGAN
PENGUMPULAN DATA
PENYUSUNAN DATABASE MENGGUNAKAN
MICROSOFT OFFICEEXCEL
PRIMERa) Data geometrik
jalanb) Volume lalulintasc) Jenis kendaraan
SEKUNDERa. Jumlah Pendudukb. Jumlah kendaraanc. Data angkutan
kerja
SELESAI
KAJIAN KINERJA JALAN DENGANMENGGUNAKAN METODE MKJI1997 STUDI KASUS RUAS JALANGAJAH MADA DAN MANEKROO
MEULABOH
Bagan Alur Penelitian
Desain percobaan dijelaskan pada gambar di bawah ini
Gambar Alur Penelitian
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian penulis dapat menguraikan kondisi eksisting dari ruas
jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat.
4.1 Hasil
Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa
jauh informasi tentang Kajian kinerja jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo yang
mampu menerima arus kendaraan pada jam sibuk. Untuk Hasil data survey geometrik
jalan, volume lalu lintas, dan data jenis kendaraan pada ruas jalan Gajah Mada dan
Manekroo Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Berat.
4.1.1 Data Geometrik Jalan
4.1.1.1 Data Geometrik Jalan Gajah Mada
Data Geometrik jalan Gajah Mada didapatkan melalui pengukuran secara
manual dengan menggunakan meteran, dan untuk mengukur panjang jalan tersebut
menggunakan meteran sorong, sebagai alat utama yang dipakai pada saat
pengambilan data geometrik jalan Gajah Mada Kecamatan Johan Pahlawan. Adapun
data geometrik jalan yang diukur antara lain :
1. Panjang jalan gajah mada yang diamati
2. Lebar jalan Gajah Mada
3. Lebar Trotoal
4. Ketinggian trotoal
Kondisi jalan Gajah Mada jalan dua lajur satu arah(2/1) dengan lebar efektis jalur lalu
lintas untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
17
drynaseBahu drynaseBahu
14010
150 511 511 15010
1401022
CLbadan jalan badan jalan
TYpical Cross Section ruasjalan gajah mada
63,6 63,6
Nama jalan Panjang Jalan Lebar efektif jalan Lebar Trotoal Tinggi TrotoalGajah Mada 675m 10.22 1.40m 0.63
Gambar 1: Potongan Melintang jalan Gajah Mada
Dari hasil gambar potongan melintang jalan Gajah Mada di atas maka dapat
diperjelaskan ukuran kondisi exsisting melintang ruas jalan pada saat penelitian.
Adapun data yang di Rekapitulasi hasil perhitungan untuk di ruas Gajah Mada
diberikan di tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Geometrik jalan Gajah Mada.
Sumber lapangan
4.1.1.2 Data Geometrik Jalan Manekroo
Data Geometrik jalan Manekroo didapat melalui pengukuran secara manual
dengan menggunakan meteran, dan meteran sorong sebagai alat utama yang dipakai
pada saat pengambilan data geometrik jalan Manekroo. Adapun data geometrik jalan
Manekroo meliputi:
1. Panjang jalan yang diamati.
2. Lebar jalan
18
drynaseBahu
drynaseBahu
CL
badan jalan badan jalan
TYpical Cross Sectionruas jalan manekroo
9010
150 525 525 15010
901050
63 63
Nama Jalan Arah Panjang Jalan Lebar Efektif jalan Lebar Trotoaltinggi Trotoal BahuManekroo Kiri 1267m 10.50m 0.90m 0.63m 1.50m
3. Lebar Trotoal
4. Ketinggian trotoal
Kondisi jalan Manekroo jalan dua lajur satu arah(2/2) dengan lebar efektis jalur lalu
linta untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2: Potongan Melintang Jalan Manekroo
Dari hasil pengukuran data berdasarkan hasil gambar di atas dapat di perjelaskan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 2 Data Geometrik Jalan Manekroo
Sumber lapangan
4.1.2 Volume Lalu lintas
4.1.2.1 Volume Lalu lintas pada Ruas jalan Gajah Mada
Volume Kendaraan adalah merupakan proses perhitungan yang berhubungan
dengan jumlah pergerakan persatuan waktu pada lokasi tertentu, pada prinsipnya
pengambilan data volume lalu lintas bervariasi dan tergantung dengan interval waktu
19
Kend TakBermotor
Car(Roda4)Bus/TruckSepedaMotor
Becak sepeda
Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus07_08 43 7 1459 82 4 159508_09 72 13 1586 57 2 1730
12_13 34 7 1360 83 13 149713_14 242 38 1321 114 12 172716_17 134 61 861 83 0 113917_18 92 31 1014 61 2 1200Jumlah 617 157 7601 480 33 8827
TotalVolumeperjam
WaktuTiap 1
jam
Kendaraan Bermotor
yang digunakan. Interval waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 60 menit (1 jam) selama 7 hari).
Dari hasil data lapangan pada ruas jalan Gajah Mada yang dilakukan selama 6
jam/hari dari jam 07.00-08.00, 09.00-09.00, dari jam 12.00-13.00,13.00-
14.00,16.17.00 dan jam 17.00-18.00 wib selama (satu) minggu dimana dalam
seminggu pengambilan data dilaksanakan 7 (tujuh) hari (Senin, selasa, rabu, kamis,
Jumat, sabtu dan hari Minggu) diperoleh jenis kendaraan maksimum yaitu pada hari
selasa tanggal 20 Agustus 2013 pada pukul 13.00 s.d 14.00 sebesar 1727
kendaraan/jam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Volume kendaraan lalu lintas jalan Gajah Mada
Sumber lapangan.
Pengambilan data volume lalu lintas di atas dapat dibagi dalam 4 kelompok lalulintas yang memberikan pengaruh yang berbeda yaitu : kendaraan ringan (LV),kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor. Datapengamatan dicatat dan dikelompokkan pada setiap arah pergerakan di lembarpengisian data jumlah kendaraan yang sudah disiapkan. Data volume lalu lintasdalam satuan kend / jam dan kemudian dikalikan dengan faktor ekivalen mobilpenumpang (emp) sebagai berikut :
20
No Jenis Kendaraan faktor emp1 Car(roda4) 12 Bus/Truck 1.33 Sepeda Motor 0.45 Sepeda 1
LV 1 HV 1.3 MC 0.4
Kendper
Smpper
Kend
per
Smpper
Kendper
Smp per%
pemisah
Kend/jam
Smpper
1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1jam 1jam1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
07.00-08.00
Lurus
43 43 7 9.1 1541 616.4 50 1595 638
08.00-09.00
Lurus
72 72 13 16.9 1643 657.2 50 1730 692
12.00-13.00
Lurus
34 34 7 9.1 1443 577.2 50 1497 598.8
13.00-14.00
Lurus
242 242 38 49.4 1435 574 50 1727 690.8
16.00-17.00
Lurus
134 134 61 79.3 944 377.6 50 1139 455.6
17.00-18.00
Lurus
31 31 31 40.3 1075 836 50 1139 455.6
Kend Ringan Kend,beratSpd Motor+Bck
motor
ArahJam
Arus total Q
Tipe KendaraanData aruskendaraan
Tabel 4.4 Jenis kendaraan pada ruas jalan Gajah Mada
Sumber MKJI 1997
Dari hasil perkalian volume lalulintas dengan faktor ekivalen mobil penumpang(emp)
tersebut volume lalu lintas pada ruas jalan Gajah Mada sebesar 690.8 smp/jam. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Arus kendaraan/jam ruas jalan Gajah Mada hari selasa
Sumber MKJI 1997
21
Kiri KananKiri KananKiri Kanan Kiri KananKiri Kanan
07_08 63 81 12 18 1435 1003 97 43 8 3 276308_09 79 58 4 29 813 1025 72 89 13 2 218412_13 82 68 26 17 1497 1118 53 31 2 2 289613_14 113 91 32 44 916 1078 92 86 0 3 245516_17 74 89 31 27 968 1048 63 88 3 8 239917_18 82 113 53 26 940 701 61 45 6 2 2029Jumlah 493 500 158 161 6569 5973 438 382 32 20 14726
Waktutiap 1jam
TotalVolume/jamSepeda motor
Becak
Kendaraan bermotor Kend TakBermotor
Cas(Roda 4) Bus/Truck Sepeda
4.1.2.2 Volume Lalu lintas pada Ruas jalan Manekroo
Volume Kendaraan adalah merupakan proses perhitungan yang berhubungan
dengan jumlah pergerakan persatuan waktu pada lokasi tertentu, pada prinsipnya
pengambilan data volume lalu lintas bervariasi dan tergantung dengan interval waktu
yang digunakan. Interval waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 60 menit (1 jam) selama 7 hari).
Dari hasil data lapangan pada ruas jalan Manekroo yang dilakukan selama 6
jam/hari dari jam 07.00-08.00, 09.00-09.00, dari jam 12.00-13.00,13.00-
14.00,16.17.00 dan jam 17.00-18.00 wib selama (satu) minggu dimana dalam
seminggu pengambilan data dilaksanakan 7 (tujuh) hari (Senin, selasa, rabu, kamis,
Jumat, sabtu dan hari Minggu) diperoleh jenis kendaraan maksimum yaitu pada hari
senin tanggal 20 Agustus 2013 pada pukul 12.00 s.d 13.00 sebesar 2896
kendaraan/jam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Volume kendaraan lalu lintas
Sumber Lapangan
22
No Jenis Kendaraan Faktof EMP1 Car(roda4) 1,02 Bus/Truck 1,33 Seped Motor 0,45 Sepeda 1,0
Pengambilan data volume lalu lintas di atas dapat dibagi dalam 4 kelompok
lalu lintas yang memberikan pengaruh yang berbeda yaitu : kendaraan ringan
(LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor.
Data pengamatan dicatat dan dikelompokkan pada setiap arah pergerakan di
lembar pengisian data jumlah kendaraan yang sudah disiapkan. Data volume lalu
lintas dalam satuan kend / jam dan kemudian dikalikan dengan faktor ekivalen
mobil penumpang (emp) sebagai berikut.
Tabel 4.7 Jenis kendaraan pada ruas jalan Manekroo
Sumber MKJI 1997
Dari hasil perkalian volume lalulintas dengan faktor ekivalen mobil penumpang(emp)
tersebut volume lalu lintas pada ruas jalan Manekroo sebesar 735.8 smp/jam. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:
23
LV 1 HV 1.3 MC 0.4Kendper
Smpper
Kendper
Smpper
Kendper
Smpper
Arah %
Kendper
Smp per
1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1jam 1jam2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kanan 63 63 12 15.6 1532 612.8 50 1607 691.407.-08 Kiri 81 81 18 23.4 1046 418.4 50 1145 522.8
Kanan 79 79 4 5.2 885 354 50 968 438.208.-09 Kiri 58 58 29 37.7 1114 445.6 50 1201 541.3
Kanan 82 82 26 33.8 1550 620 50 1658 735.812.-13 Kiri 68 68 17 22.1 1149 459.6 50 1234 549.7
Kanan 113 113 32 41.6 1008 403.2 50 1153 557.813-14 Kiri 91 91 44 57.2 1164 465.6 50 1299 613.8
Kanan 74 74 31 40.3 1031 412.4 50 1136 526.716-17 Kiri 89 89 27 35.1 1031 412.4 50 1147 536.517-18 Kanan 82 82 53 68.9 1001 400.4 50 1136 551.3
Arus total Q
Jam Arah
Kend Ringan Kend,berat Sepeda MotorTipe Kendaraan
Tabel 4.8 Arus kendaraan/jam ruas jalan Manekroo hari senin
Sumber: MKJI
4.1.3 Kelas Hambatan Samping
4.1.3.1 Kelas Hambatan Samping Jalan Gajah Mada
Dari pengamatan dilapangan kelas hambatan samping lalulintas pada ruas
jalan Gajah Mada tidak terlalu mempengaruhi ruas jalan. Perhitungan penentuan
kajadian hambatan samping di tinjau pada saat jam puncak yang tinggi yang terjadi
pada ruas jalan Gajah Mada di bawah 100 yang berpangaruh pada kapasitas sangat
rendah(VL). Untuk lebih jelas dilihat pada tabel berikut:
24
FrekuensiBerbobotKejadian
kondisiKhusus
< 100
Permukiman,hampir tidakada kegiatan
sangat rendah VL
100-299
permukiman,beberapaangkutanumum, dll
Rendah L
300-499
Daerahindustridengan toko-toko di sisijalan
sedang M
500-899
Daerah Niagadenganaktivitas sisijalan yangtinggi
Tinggi H
> 900
Daerah Niagadan aktivitaspasar sisijalan yangsangat tinggi
sangat tinggi VH
Kelas Hambatan Samping
Tabel 4.9 Penentuan frekuensi kejedian hambatan samping
Sumber : MKJI
4 1.3.2 Kelas Hambatan Samping Jalan Manekroo
Dari pengamatan dilapangan kelas hambatan samping lalulintas pada ruas
jalan Manekroo yang mempengaruhi ruas jalan. Perhitungan penentuan kajadian
hambatan samping di tinjau pada saat jam puncak yang tinggi yang terjadi pada ruas
jalan Manekroo yang berpangaruh pada kapasitas. Untuk lebih jelas dilihat pada tabel
berikut:
25
FrekuensiBerbobotKejadian
kondisiKhusus
< 100
Permukiman,hampir tidakada kegiatan
sangat rendah VL
100-299
permukiman,beberapaangkutan umum,dll
Rendah L
300-499Daerah industridengan toko-toko di sisi jalan
sedang M
500-899
Daerah Niagadengan aktivitassisi jalan yangtinggi
Tinggi H
> 900
Daerah Niagadan aktivitaspasar sisi jalanyang sangattinggi
sangat tinggi VH
Kelas Hambatan Samping
Tabel 4.10 Penentuan frekuensi kejedian hambatan samping
Sumber MKJI
4.1.4 Penentuan Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan
4.1.4.1 Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan gajah mada
Kecepatan kendaraan sangat dipengaruhi oleh kapasitas dan derajat kejenuhan
semakin sempit jalan maka kecepatan kendaraan akan semakin rendah. Dibawah ini
adalah grafik kecepatan kendaraan pada hari Jumat tanggal 27 Pebruari 2009.
Berdasarkan perhitungan data geometrik jalan Gajah Mada dan data jumlah penduduk
maka dapat ditentukan nilai kecepatan arus kendaraan ringan pada jalan Gajah Mada.
untuk hasil penentuan angka kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada ruas jalan
Gajah Mada dapat dilihat pada tabel berikut:
26
Hambatansamping(FFVsf)
UkuranKota
(FFvc)
Tabel B-1:1 Tabel B-2:1 (2) + (3) Tabel B-3:1/2Tabel B-4:1(KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam)
1 2 3 4 5 6
LV 57 4 61 1.01 0.9HV 50 4 54 1.01 0.95MC 47 4 51 1.01 1
Semuakend
55.44951.81351.51
55 4 59 1.01 1.03 61.3777
Lurus7
Kecepatanarus bebasdasar (Fvo)
Faktorpenyesuaian
lebar jalur(FVw)
Fvo + FVwKecepatan arus
Bebas (FV)
Faktor penyesuaian
( 4 ) x ( 5 ) x ( 6 )(KM/jam)
soal/arah/tipe kend
Hambatansamping(FFVsf)
UkuranKota
(FFvc)
Tabel B-1:1 Tabel B-2:1 (2) + (3) Tabel B-3:1/2Tabel B-4:1(KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam)
1 2 3 4 5 6
LV 44 4 48 1.01 0.9HV 40 4 44 1.01 0.95MC 40 4 44 1.01 1
Lurus7
Kecepatanarus bebasdasar (Fvo)
Faktorpenyesuaianlebar jalur
(FVw)
Fvo + FVwKecepatan arus
Bebas (FV)
Faktor penyesuaian
( 4 ) x ( 5 ) x ( 6 )(KM/jam)
soal/arah/tipe kend
Semuakend
43.63242.21844.44
42 4 46 1.01 1.03 47.8538
Tabel 4.11 Tabel Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan Gajah
mada.
Sumber: (MKJI)
4.1.4.2 Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan Manekroo
Berdasarkan perhitungan data geometrik jalan Manekroo dan data jumlah
penduduk maka dapat ditentukan nilai kecepatan arus kendaraan ringan pada jalan
Manekroo. untuk hasil penentuan angka kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada
ruas jalan Manekroo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Tabel Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan Jalan Manekroo
Sumber(MKJI)
27
lebar lajur(FCw)
PemisahArah
(FCsp)
Hambatansamping(FFVsf)
UkuranKota
(FFvc)Tabel C-1:1 Tabel C-2:1 tabel c-3:1 Tabel C-4:1/2 Tabel C-5:1(smp/jam)
8 9 10 11 12 13
1523.61
Penentuan Nilai Kapasitas ( C ) ruas jalan Gajah Mada.
14
soal/arah
Kapasitasdasar (Co)
Kapasitas ( C )(smp/Jam)
(9)x(10)x(11)x(12)x(13)(smp/jam)
Faktor penyesuaian Kapasitas (Co)
luruskiri
1650 1.08 0 0.95 0.9
lebar lajur(FCw)
PemisahArah
(FCsp)
Hambatansamping(FFVsf)
UkuranKota
(FFvc)Tabel C-1:1 Tabel C-2:1 tabel c-3:1 Tabel C-4:1/2 Tabel C-5:1(smp/jam)
8 9 10 11 12 13
1523.61
Penentuan Nilai Kapasitas ( C ) ruas jalan Manekroo
14
soal/arah
Kapasitasdasar (Co)
Kapasitas ( C )(smp/Jam)
(9)x(10)x(11)x(12)x(13)(smp/jam)
Faktor penyesuaian Kapasitas (Co)
Kirikanan
1650 1.08 0 0.95 0.9
4.1.5 Kapasitas
Dari hasil perhitungan data volume lalulintas ruas jalan Gajah Mada
dilakukan dengan menggunakan metode MKJI 1997 sebagai pedoman yang dibuat
oleh Dirjen Bina Marga untuk perhitungan kapasitas jalan di Indonesia. Adapun
perhitungan kapasitas meliputi:
4.1.5.1 Kapasitas Ruas jalan Gajah Mada
Pada perhitungan kapasitas ruas jalan Gajah Mada Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Kapasitas ruas jalan Gajah Mada
Sumber: MKJI
4.1.5.2 Kapasitas Ruas jalan Manekroo
Pada perhitungan kapasitas ruas jalan Gajah Mada Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.14 Kapasitas ruas jalan Manekroo
Sumber: MKJI
28
derajatkejenuhan
(DS)
kecepatanVLV
KM/jam
panjangsegmen jalan
(16)/(14) Gbr D-2:1 L KM(smp/jam) atau 2
15 16 17 18 19
arah
Tabel hasil perhitungan derajat kejenuhan ruas jalan Gajah Mada
10.99747954
20
Aruslalulintas Q
totalsmp/jam
Waktu tempuh
(19/18)(smpjam)
639.3 0.419488189 61.3777 675
derajatkejenuhan
(DS)
kecepataVLV
KM/jam
panjangsegmen jalan
(16)/(14) Gbr D-2:1 L KM(smp/jam) atau 2
15 16 17 18 19
arah
Tabel hasil perhitungan derajat kejenuhan ruas jalan Manekroo
26.47647627
20
Aruslalulintas Q
totalsmp/jam
Waktu tempuh
(19/18)(smpjam)
639.3 0.419488189 47.8538 1267
4.1.6 Perhitungan Derajat Kejenuhan
4.1.6.1Derajat kejenuhan jalan Gajah Mada
Pada Perhitungan derajat kejenuhan dilakukan untuk dapat menentukan
tingkat pelayanan dari ruas jalan Gajah Mada. Adapun perhitungan derajat kejenuhan
(DS) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15 Hasil derajat kejenuhan jalan Gajah Mada
Sumber: (MKJI)
4.1.6.2 Derajat Kejenuhan jalan Manekroo
Pada Perhitungan derajat kejenuhan dilakukan untuk dapat menentukan
tingkat pelayanan dari ruas jalan Manekroo. Adapun perhitungan derajat kejenuhan
(DS) hanya di ambil berdsarkan volume maksimum kendaraan perhari dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Hasil derajat kejenuhan jalan Manekroo
Sumber:MKJI
29
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengambilan data di lapangan diketahui informasi exsisting di
ruas jalan Gajah Mada yaitu panjang jalan 675 M, lebar efektif 10,22M, lebar trotoal
1,60m, dan tinggi Trotoal 0,63m, sedangkan pada ruas jalan jalan Manekroo panjang
jalan 1267m, lebar efektif 10,53m, lebar trotoal 1m untuk sisi A, untuk sisi(B) lebar
trotoal 0,60m, tinggi troal sisi (A) 0,43m sisi (B) 1m, dan jenis perkerasan lentur.
Survey ini untuk menentukan perhitungan kecepatan arus bebas dasar(Fvo), faktor
hambatan samping(FCsf), kapasitas(C), dan derajat kejenuhan(DS).
Setelah pengambilan data geometrik jalan dilanjutkan pengambilan data
volume arus lalu lintas untuk mengetahui angka kepadatan tertinggi pada ruas jalan
Gajah Mada yaitu pada hari selasa, 20 Agustus 2013 dan pada ruas jalan Manekroo
volume lalu lintas tertinggi yaitu hari senin tanggal 19 Agustus 2013 hal ini
disebabkan karena banyaknya masyarakat pergi melaksanakan aktifitas , dan kondisi
cuaca pada hari tersebut sangat mempengaruhi yaitu dalam keadaan cerah, sedangkan
volume lalu lintas terendah di ruas jalan Gajah Mada yaitu pada hari Minggu 25
Agustus 2013 ini disebabkan karena pada hari tersebut merupakan hari libur sehingga
Volume lalu lintas berkurang.
Dari hasil pemantauan di lapangan pada jalan Gajah Mada dan Manekroo
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat masih di dominasi oleh
kendaraan bermotor jenis roda dua, roda tiga dan hal ini disebabkan oleh kendaraan
ini merupakan ciri yang paling banyak di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat. Untuk jenis kendaraan yang lain seperti kendaraan ringan atau kecil
umumnya didominasi oleh mobil pribadi, sedangkan untuk kendaraan berat adalah
truk dua as dengan enam roda dan untuk kendaraan tak bermotor terlihat hanya ada
beberapa jenis saja, data jumlah jenis kendaraan ini tujuannya untuk dapat
menentukan nilai faktor kecepatan arus bebas dasar(Fvo) dari tipe kendaraan sesuai
koefisien tabel B.1.1 MKJI 1997 di halaman lampiran.
30
Volume harian rata-rata bertujuan untuk mengetahui jumlah kendaraan rata-
rata perhari dalam waktu 6 jam yang mewakili perhari.
Penentuan hambatan samping berdasarkan MKJI 1997 dijelaskan sesuai
dengan penentuan hambatan samping, apabila data hambatan samping tersedia di
ambil langkah pertama pada formulir UR-2 dan apabila data tidak tersedia gunakan
langkah kedua tabel formulir UR-2 untuk lebih jelasnya tertera di halaman lampiran.
Perhitungan kecepatan arus bebas kendaraan untuk mengetahui kecepatan
arus pada ruas jalan Gajah Mada dan manekroo dari masing-masing kendaran yaitu
kendaraan ringan(LV) 57 km/jam, kendaraan berat(HV) 51km/jam, kendaran
bermotor(MC) 47km/jam dan untuk semua jenis kendaraan 55 km/jam
Hasil perhitungan kapasitas (C) pada ruas Jalan Gajah Mada sebesar, dan pada
ruas jalan manekroo untuk mengetahui kemampuan ruas jalan menampung kendaraan
atau volume kendaraan yang melintasi jalan tersebut dalam satuan mobil
penumpang(smp/jam) utuk menetukan nilai derajat kejenuhan, dalam menentukan
nilai derajat kejenuhan dihasilkan dengan membandingkan nilai arus total kendaraan
dengan nilai kapasias.
Perhitungan derajat kejenuhan untuk dapat menentukan tingkat pelayanan dari
ruas jalan Gajah Mada dan Manekroo tersebut berdasarkan perhitungan MKJI 1997.
Hasil dari nilai derajat kejenuhan ruas jalan Gajah Mada dan Manekroo dari
perhitungan kapasitas pada formulir UR-3 pada halaman lampiran.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan data yang telah di sajikan pada bab
sebelumnya, maka beberapa hal dapat disimpulkan dengan harapan akan menjadi
pertimbangan dalam menangani kajian kinerja jalan di lokasi penelitian, antara lain :
1. Berdasarkan perhitungan geometrik jalan maka dapat di ketahui panjang jalan
Gajah Mada 675 meter, dan jalan Manekroo 1267 meter.
2. Berdasarkan perhitungan volume lalu lintas dapat di ketahui volume jam
puncak lalu lintas jalan Gajah Mada yaitu hari selasa dan jalan Manekroo hari
senin.
3. Berdasarkan perhitungan hambatan dapat diketahui nilai hambatan samping
pada jalan Gajah Mada sangat rendah dan jalan Manekroo juga sangatrendah.
4. Berdasarkan perhitungan penentuan kecepatan arus kendaraan ringan jalan
Gajah Mada dapat diketahui nilai kecepata arus bebas sebesar 61.37 km/jam
dan jalan Manekroo 47.85 km/jam.
5. Berdasarkan perhitungan kapasitas dapat diketahui kapasitas jalan Gajah
Mada 1523.61 smp/jam dan jalan Manekroo 1523.61 smp/jam.
6. Berdasarkan perhitungan derajat kejenuhan dapat diketahui nilai derajat
kejenuhan jalan Gajah Mada 0.42 dan derajat kejenuhan jalan Manekroo 0.41
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Bagi pembaca yang hendaknya ingin melanjutkan kajian kinerja ini agar dalam
pengambilan data lebih akurat dilapangan, karena ketika penulis menghitung data
dilapangan hanya menggunakan dengan cara manual dan perhitungan kendaraan
32
dengan menulis pada kertas formulir yang tersedia, pada perhitungan volume
kendaraan maupun geometrik jalan diukur hanya dengan menggunakan meteran
sorong dan meteran panjang.
2. Penulis sangat berharap pada pembaca dalam penulisan skripsi ini sangat banyak
kekurangan baik pembahasan maupun penulisan, jadi untuk itu demi
kesempurnaan skripsi ini kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kelancaran dalam menulis kedepan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1951 Pembentukan Dewan dan Derektorium Pengukuran dan
Penggambaran Peta, peraturan Pemerintah Nomor 71.
Anonim, 1992, Lalu Lintas dan Angkutan Kerja, No.14, Undang-Undang
Republik Indonesia
Anonim, 1996, Pembentukan Dewan Survey dan Pemetaan, KeputusanPresiden Nomor 263 Tanggal 7 September 1996
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tentang Arus lalu lintas
dan kapasitas jalan.
Anonim 1997, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina
Marga, Tata cara Perencanaan Geometrik jalan Antar kota
Anonim 1999. Undang-undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
Anonim 2011, Pengumpulan Data-Data Sekunder di Dinas Terkait (BPS,
kantor Samsat, Dinas Perhubungan, Di kantor Camat Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat).
Ir. Bukhari, M, ENG. dkk. 1987. Rekayasa Lalu Lintas 1, Tentang Tingkat
pelayanan.
Silvia Sukirman, 1999, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung
Bukhari dan Maimunah, 2005, Perencanaan Trase jalan Raya, Fakultas Teknik
Universitas Syiah kuala Banda Aceh.