analisis positioning institut pertanian bogor · dan data lain yang berhubungan dengan topik...
TRANSCRIPT
ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMU DI BOGOR
Oleh
TUBAGUS M EIDRI
H24104125
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMA DI BOGOR
Oleh
TUBAGUS M EIDRI
H24104125
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir
untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMA DI BOGOR
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
TUBAGUS M EIDRI
H24104125
Menyetujui,
Bogor, April 2009
Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc
Ketua Departemen
ABSTRAK
Tubagus Mohammad Eidri. H24104125. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Berdasarkan Persepsi Siswa-Siswi SMU di Bogor. Di bawah bimbingan Ma’mun Sarma.
Dewasa ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Berdasarkan penelitian Biro Pusat Statistik 2004, kebanyakan dari masyarakat Indonesia telah menyadari pentingnya pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Banyaknya perguruan tinggi di Indonesia membuat siswa sekolah menengah ats lebih mudah dalam memilih jurusan dan program yang cocok dengan keinginan mereka.
Tingginya tingkat persaingan antar perguruan tinggi sangatlah penting untuk menerapkan strategi yang tepat untuk mendapatkan positioning yang tepat atau yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui posisi Perguruan Tinggi yang tertanam di benak siswa-siswi SMA di Bogor, menganalisis pesaing-pesaing terdekat IPB, dan menganalisis positioning IPB berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor. Data dan informasi yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer dan sekunder yang didapat sejak mei sampai juni 2008. Data primer didapatkan dari penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden dan observasi langsung di lima SMA terbaik di Bogor. Data sekunder merupakan studi literatur dan data lain yang berhubungan dengan topik penelitian, baik dari surat kabar, jurnal, internet dan data dari perguruan tinggi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan multi dimensional scaling teknik, dengan bantuan Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solution 13.0 versi Windows Berdasarkan pada hasil penelitian, IPB merupakan universitas yang paling diingat oleh responden dengan persentase 22%, masih dibawah UI dengan persentase 35% selain itu IPB diposisikan sebagai perguruan tinggi yang mempunyai lingkungan yang nyaman, porgram beasiswa, biaya kuliah yang terjangkau dan mempunyai lokasi kampus yang strategis.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Maret 1986 dari ayah H.
Mohammad Baidowi dan ibu Ir. Lusi Fausia M.Ec. Penulis merupakan putra
pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang telah dilalui oleh penulis adalah Sekolah Dasar
Amaliah Ciawi, yang kemudian dilanjutkan pada Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Bogor, dan Sekolah Menengah Atas Regina Pacis Bogor. Pada tahun
2004 penulis lulus dari SMA Regina Pacis Bogor dan pada tahun yang sama
penulis lulus dari seleksi masuk IPB melalui jalur SPMB. Penulis memilih
Program Studi Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada badan organisasi Center
Of Management atau yang lebih dikenal dengan COM@ sebagai staf Teknologi
dan Informasi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat,kasih sayang dan
hidayahnya skripsi yang berjudul “Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor
Berdasarkan Persepsi Siswa-siswi SMU di Bogor” dapat selesai dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh banyak pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Ir.Ma’mun Sarma, MS, MEc selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan petunjuk dan pengarahan
kepada penulis.
2. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc dan Wita Juwita E, S.TP, MM atas
kesediaannya meluangkan waktu sebagai dosen penguji.
3. Ibu dan Ayahku yang sudah bersusah payah membesarkanku dari kecil,
Ir. Lusi Fausia, M.Ec dan H.Mohammad Baidowi serta adikku
Mohammad Eldo atas dukungan, doa dan semangatnya.
4. Seluruh Dosen, Staf Pengajar dan staf Tata Usaha Departemen
Manajemen atas segala pelayanan serta kemudahan dalam birokrasi.
5. Sastikanya Prabundari Puntodewo, S.P yang selalu selalu
menyemangatiku baik disaat susah maupun senang.
6. Teman-teman Manajemen 41 yang telah banyak mengajarkan arti
sebuah persahabatan, semoga kita dapat menjaga tali persaudaraan
dengan baik.
7. Teman-teman alumni SMA Regina Pacis Bogor.
8. Semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk dapat membantu
perbaikan dalam skrips ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4 1.5. Batasan Penelitian ............................................................................... 4 II. TUJUAN PUSTAKA 2.1. Kesadaran Merek ................................................................................ 5
2.2. STP (Segmentation,Targeting,Positioning) ........................................ 7 2.2.1. Segmentation............................................................................... 8 2.2.2 Targeting..................................................................................... 10 2.2.3 Positioning................................................................................... 11 2.3. Persepsi Konsumen............................................................................. 18 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................ 23 3.2. Struktur Pendidikan Tinggi ................................................................ 25 3.2.1. Bentuk Perguruan Tinggi......................................................... 25 3.2.2. Jalur Pendidikan....................................................................... 25 3.3. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 26 3.4. Metode Penelitian ............................................................................... 26 3.4.1. Metode Pengumpulan Data .................................................... 26 3.4.2. Metode Pengambilan Sampel................................................. 27 3.4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 28 1. Uji Validitas ....................................................................... 28 2. Uji Reliabilitas ................................................................... 29 3.4.4. Analisis Deskriptif ................................................................. 30
3.4.5. Multidimensional Scalling..................................................... 30 3.4.6. Analisis Faktor ....................................................................... 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Organisasi ............................................................. 33 4.1.1. Sejarah Institut Pertanian Bogor ............................................. 33 4.1.2. Visi dan Misi Institut Pertanian Bogor.................................... 37 4.1.3. Moto Institut Pertanian Bogor................................................. 38 4.1.4 Tujuan Institut Pertanian Bogor......................................... ...... 38 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................................. 38 4.3. Karakteristik Responden..................................................................... 39 4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Sekolah.............. 39 4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. .......... 40 4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah... ...... 40 4.4. Analisis Kesadaran Merek.................................................................. 41 4.5. Analisis Faktor-Faktor Komponen Utama Positioning ...................... 44 4.5.1. Faktor Pertama ........................................................................ 47 4.5.2. Faktor Kedua........................................................................... 48 4.5.3. Faktor Ketiga........................................................................... 48 4.5.4. Faktor Keempat....................................................................... 48 4.5.5. Faktor Kelima.......................................................................... 48 4.5.6. Faktor Keenam........................................................................ 49
4.6. Analisis Pesaing Institut Pertanian Bogor dalam Perguruan Tinggi ........................................................................................................... 49
4.7. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor .................................... 50 4.7.1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden ................................. 50 4.7.2. Analisis Positioning ................................................................ 56 4.8. Implikasi Manajerial ........................................................................... 57 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan............................................................................................ 58 2. Saran ...................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60 LAMPIRAN ....................................................................................................... 62
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia ....................................................... 2 2. Jumlah responden per SMA.......................................................................... 27 3. Teknik pengambilan contoh......................................................................... 28 4. Standar Kruskall untuk Stress....................................................................... 32 5. Jumlah Responden di Setiap SMA............................................................... 40 6. Perguruan Tinggi yang Paling Diingat Responden...................................... 42 7. Perguruan Tinggi yang Dikenal Responden ................................................ 42 8. Perguruan Tinggi yang Perlu Diingatkan Kembali...................................... 43 9. Perguruan Tinggi yang Tidak Dikenal Responden...................................... 43 10. Nilai communalities berdasarkan urutan...................................................... 45 11. Hasil analisis faktor...................................................................................... 47 12. Perhitungan Jarak Euclidean dan Rangking Pesaing Terdekat.................... 49 13. Data mahasiswa Universitas Indonesia........................................................ 54
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Piramida kesadaran merek (David A. Aaker, 1997).................................... 5 2. Kerangka pemikiran konseptual................................................................... 24 3. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 40 4. Persentase Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah Asal.......................... 41 5. Euclidean Distance Model........................................................................... 50 6. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden............................................... 51
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman
1. Kuisioner...................................................................................................... 61 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 68 3. Analisis faktor .............................................................................................. 69 4. Total variance explained .............................................................................. 70 5. Rotated component matrix ........................................................................... 71
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh
Biro Pusat Satistik pada tahun 2004 terhadap 180.939.623 responden di
Indonesia, menyebutkan bahwa setidaknya 117.084.132 diantaranya
minimal sudah menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar, dengan perincian
61.917.997 orang yang hanya menamatkan pendidikan hingga bangku
Sekolah Dasar (SD), 24.545.352 orang yang menamatkan pendidikan hingga
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 25.302.149 orang yang
menamatkan pendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),
975.483 orang yang menamatkan pendidikan hingga Diploma I/II, 1.405.235
orang yang menamatkan pendidikan hingga Diploma III, dan kemudian
2.901.157 orang yang menamatkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi
(BPS, 2004). Hal ini menunjukkan sebagian besar masyarakat Indonesia
sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Namun pendidikan dasar saja tidak
cukup. Oleh karena itu, tidak sedikit diantara siswa-siswi tersebut yang
kemudian memutuskan melanjutkan jenjang pendidikan mereka hingga
mencapai taraf perguruan tinggi.
Memperoleh pendidikan lanjutan yang tepat dan terbaik tentu
merupakan harapan sebagian besar siswa-siswi di Indonesia. Dengan
semakin banyaknya jumlah universitas di Indonesia, tentu para siswa-siswi
SMA semakin dipermudah dengan tersedianya beragam pilihan kelanjutan
studi yang ditawarkan agar siswa-siswi tersebut dapat memilih jurusan dan
program yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Oleh karena itu, kriteria
pendidikan yang terbaik bagi siswa-siswi tertentu belum tentu sama dengan
siswa-siswi lainnya.
Sementara itu, berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Data dan
Analisis Tempo (PDAT) sepanjang Desember 2006 - Januari 2007 tentang
peringkat terbaik Perguruan Tinggi di Indonesia yang didasarkan persepsi
kalangan dunia kerja dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia
Peringkat Perguruan Tinggi
1 Universitas Indonesia
2 Institut Teknologi Bandung
3 Universitas Gadjah Mada
4 Institut Pertanian Bogor
5 Institut Teknologi Sepuluh November
6 Universitas Airlangga
7 Universitas Trisakti
8 Universitas Padjajaran
9 Universitas Atmajaya
10 Universitas Diponegoro Sumber : (www.koranthecampus.com)
Dari survei yang telah dilakukan oleh PDAT, kualitas mahasiswa tidak
lagi hanya ditentukan oleh Indeks Prestasi (IP) saja. Banyak perusahaan
menginginkan kecakapan lain bagi calon pekerja antara lain berupa aktif
berorganisasi, kemampuan bahasa Inggris, tekun belajar, mengikuti
perkembangan informasi, memiliki pergaulan luas, dan mempelajari aplikasi
komputer. Selain itu, dunia kerja butuh pekerja yang memiliki kinerja yang
baik, seperti : mau bekerja keras, kepercayaan diri tinggi, mempunyai visi ke
depan, bisa bekerja dalam tim, memiliki perencanaan yang matang, mampu
berpikir analitis, mudah beradaptasi, mampu bekerja dalam tekanan, cakap
berbahasa Inggris, dan .mampu mengorganisasi pekerjaan.1
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi
negeri terkemuka di Indonesia. Menurut Basalmah (2008), IPB menempati
peringkat keempat universitas yang paling diingat (dengan responden
mahasiswa tingkat 1 di 3 universitas di Indonesia) serta diposisikan sebagai
perguruan tinggi yang unggul dalam bidang penelitian dan biaya kuliah yang
terjangkau. Sementara beberapa perguruan tinggi lainnya diposisikan secara
berbeda, Universitas Indonesia (UI) diposisikan sebagai perguruan tinggi
yang memiliki nama besar, fasilitas fisik yang terbaik, status yang baik,
lingkungan kampus yang asri, memiliki program beasiswa yang baik, dan
1“ 10 Universitas Terbaik Menurut Dunia Kerja”, www.koranthecampus.com , [3 Mei 2008]
memiliki reputasi yang sangat baik dibandingkan para pesaingnya, Institut
Teknologi Bandung diposisikan sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki
kualitas lulusan, metode belajar dan kedisiplinan yang baik, serta memiliki
standar akademik yang tinggi. Universitas Gadjah Mada di posisikan sebagai
perguruan tinggi yang memiliki tingkat pengabdian ke masyarakat yang
baik.
Siswa SMA sebagai calon mahasiswa merupakan suatu penentu yang
tidak dapat terpisahkan dari usaha pemosisian (positioning) yang dilakukan
oleh perguruan tinggi. Dengan semakin ketatnya persaingan antara
perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi Negri maupun Perguruan Tinggi
Swasta mengharuskan perguruan tinggi menerapkan strategi yang tepat
sesuai dengan positioning yang diharapkan. Terkait dengan positioning
tersebut, adalah penting bagi IPB, untuk mengetahui posisi IPB berdasarkan
pada persepsi siswa, agar IPB dapat melakukan perbaikan-perbaikan dan
membuat rencana strategi dalam usaha mendapatkan siswa-siswa SMA
terbaik dari seluruh Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya di Institut
Pertanian Bogor.
1.2. Perumusan Masalah
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun
strategi dari suatu lembaga atau institusi (termasuk Perguruan Tinggi) adalah
dengan mendefinisikan kebutuhan konsumen, dengan menonjolkan
keistimewaan dari jasa yang ditawarkan. Tingkat persaingan yang sangat
ketat mengharuskan setiap perguruan tinggi berusaha meningkatkan kualitas
pendidikannya sehingga dapat menjaring siswa-siswi terbaik dan dapat
menghasilkan lulusan yang berhasil dalam dunia kerja. Dalam rangka
mendapatkan/memenangkan persaingan tersebut, maka sebuah perguruan
tinggi harus mengetahui secara lebih pasti pendapat calon siswa terhadap
perguruan tinggi yang bersangkutan. Dengan mempertimbangkan kondisi
tersebut maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
mengenai:
1. Awareness (kesadaran) siswa-siswi SMA di Bogor terhadap posisi
beberapa perguruan tinggi di Indonesia Perguruan Tinggi.
2. Pesaing-pesaing terdekat IPB.
3. Positioning IPB berdasarkan pemetaan persepsi siswa-siswi SMA di
Bogor.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengidentifikasi posisi Perguruan Tinggi yang tertanam di benak siswa-
siswi SMA di Bogor.
2. Menganalisis pesaing-pesaing terdekat IPB.
3. Menganalisis positioning IPB berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di
Bogor.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi
kepada pihak IPB tentang posisi IPB di benak siswa-siswi SMA di Bogor
yang akan melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Penelitian ini
juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pihak-
pihak yang membutuhkan sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi penulis untuk
mengaplikasikan teori-teori yang telah diterima selama perkuliahan.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada persepsi siswa-siswi dari lima SMA
terbaik di Bogor (SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, SMA Negeri 5, SMA
Regina Pacis dan SMA Budi Mulya) terhadap positioning lima perguruan
tinggi negeri terbaik di Indonesia (Universitas Indonesia, Institut Teknologi
Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, dan Institut
Teknologi Sepuluh November). Berdasarkan persepsi yang diperoleh dari
siswa-siswi SMA terhadap positioning lima perguruan tinggi tersebut maka
dapat diketahui positioning Institut Pertanian Bogor dihadapan para siswa
siswi SMA di Bogor.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.6. Kesadaran Merek
Kesadaran merek merupakan kesanggupan seseorang calon pembeli
untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari katagori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan
jangkauan kontinum (continuum ranging) dari persamaan yang tidak pasti
bahwa merek tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut
merupakan satu-satunya dalam kelas produk selanjutnya.
Peran kesadaran merek dalam keseluruan ekuitas merek tergantung dari
sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan
kesadaran merek seara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida
(Gambar 1) seperti dibawah ini :
Gambar 1. Piramida kesadaran merek (David A. Aaker, 1997)
a. Unaware of brand (tidak menyadari merek)
Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran
merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
b. Brand recognition (pengenalan merek)
Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat
seseorang pembeli memilih suatu merek saat melakukan pembelian.
Top of Mind
Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of Brand
c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)
Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan
seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam kelas produk. Hal
ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena
berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk
memunculkan merek tersebut.
d. Top of mind (puncak pikiran)
Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan
pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek
yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan puncak
pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari
berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen.
Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami dengan
membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Menurut
Durianto (2004),penciptaan nilai dapat dilakukan paling sedikit ada 4 cara
yaitu:
a. Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek
dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai
menggambarkan asosiasi merek tersebut.
b. Familiary-Lingking, artinya dengan mengenal merek akan
menimbulkan rasa terbiasa terutama produk-produk yang bersifat low
involvement (kebiasaan terendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan
keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu
pendorong dalam membuat keputusan.
c. Substance/commitment, Kesadaran akan nama dapat menandakan
keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu
perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan
mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan
distribusi yang luas, ekstensi yang sudah lama dalam industri, dll. Jika
kualitas dua merek sama, kesadaran merek akan menjadi faktor yang
menentukan dalam keputusan pembeliaan konsumen.
d. Brand to consider. Langkah pertama proses pembelian adalah
menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk
dipertimbangkan merek nama yang akan diputuskan dibeli. Merek yang
memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika
suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak
dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-merek yang
disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau
dibenci.
Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya
mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke katagori produk.
Menurut Durianto (2004),agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki
dapat ditempuh beberapa cara sebagai berikut:
a. Pesan yang dilakukan harus mudah diingat dan tampil beda
dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungannya antara
merek dengan katagori produknya.
b. Memakai slogan atau lagu yang menarik sehingga membantu konsumen
untuk mengingat merek.
c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat
dihubungkanya dengan mereknya
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak
diingat pelanggan.
e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang
sesuai katagori produk, merek, atau keduannya.
f. Melakukan pegulangan untuk meningkatkan pengingatan karena
membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
1.7. Segmentation, Targeting, Positioning (STP)
Menurut Kotler (1997) dalam Kasali (1998) menggabungkan proses
penciptaan dan penyampaian nilai kepada konsumen dalam bentuk yang
disebut STP, yaitu kependekan dari Segmentation, Targeting, dan
Positioning
.
2.2.1. Segmentation
Menurut Kasali (1998), segmentasi pada dasarnya adalah suatu
strategi untuk memahami struktur pasar, sedangkan targeting adalah
persoalan bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau pasar.
Bagaimana menyeleksi pasar tergantung atau sangat ditentukan oleh
bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri. Dengan demikian pasar
yang dilihat oleh dua orang berbeda, yang didekati oleh metode
segmentasi yang berbeda akan menghasilkan peta yang berbeda pula.
Segmentasi adalah proses mengkotak-kotakan pasar yang heterogen
ke dalam kelompok-kelompok “potential customer” yang memiliki
respon yang sama dalam membelanjakan uangnya.
Menurut Peter dan Olsan dalam Basalmah (2008), segmentasi
pasar didefinisikan sebagai proses membagi suatu pasar ke dalam
kelompok konsumen dan sama menyeleksi kelompok-kelompok
yang paling tepat untuk dilayani oleh perusahaan. Menurut Kasali
(1998), setidaknya ada lima keuntungan yang dapat diperoleh dengan
melakukan segmentasi pasar yaitu:
(1) Mendisain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan
pasar. Dengan memahami segmen-segmen yang responsif terhadap
suatu stimuli, maka pemasar dapat mendisain produk yang sesuai
dengan kebutuhan/keinginan segmen-segmen ini. Jadi, perusahaan
menempatkan konsumen di tempat yang utama dan menyesuaikan
produknya untuk memuaskan konsumen.
(2) Menganalisis pasar
Segmentasi pasar membantu eksekutif mendeteksi siapa saja yang
akan menggerogoti pasar produknya.
(3) Menemukan peluang
Setelah menguasai pasar, mereka yang menguasai konsep
segmentasi dengan baik akan sampai pada ide untuk menentukan
peluang. Peluang ini tidak selalu sesuatu yang besar, tetapi pada
masanya akan menjadi besar.
(4) Menguasai posisi yang superior dan kompetitif
Mereka yang meguasai segmen dengan baik umumnya adalah
mereka yang paham betul konsumennya. Mereka mempelajari
pergeseran-pergeseran yang terjadi di dalam segmennya.
(5) Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien
Setelah tahu persis siapa segmennya, maka pemasar akan tahu
bagaimana berkomunikasi yang baik dengan mereka. Segmentasi
pasar adalah suatu landasan pengembangan strategi pemasaran
yang logis dan merupakan salah satu jembatan besar antara
leteratur tentang prilaku konsumen yang berhubungan dengan
strategi pemasaran.
Menurut Kotler (2007) segmentasi dibagi kedalam empat
bagian yaitu segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan
prilaku.
1. Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi
unit-unit geografis yang berbeda, seperti negara, negara bagian,
wilayah, propinsi, kota, atau lingkungan rumah tangga.
2. Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompok-
kelompok berdasarkan variabel seperti usia, ukuran keluarga,
siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas
sosial.
3. Dalam segmentasi psikografis, para pembeli dibagi menjadi
kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau
kepribadian atau nilai.
4. Dalam segmentasi prilaku, pembeli dibagi menjadi kelompok-
kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau
tanggapan mereka terhadap produk tertentu.
2.2.2. Targeting
Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang-peluang segmen
pasarnya, perusahaan harus mengevaluasi beragam segmen dan
memutuskan berapa banyak dan segmen mana yang akan dibidik.
Menurut Kasali (1998) Produk dari targeting adalah target market
(pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan
menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran.
Menurut Kasali (1998) Pemasar harus dapat membedakan
pasarnya antara pasar jangka pendek-pasar masa depan dan pasar
primer-pasar skunder dalam membidik konsumennya. Pasar sasaran
jangka pendek adalah pasar yang ditekuni hari ini yang direncanakan
akan dijangkau dalam waktu dekat. Pasar inilah yang menghasilkan
penjualan dalam waktu dekat. Pasar masa depan adalah pangsa pasar
tiga atau lima tahun dari sekarang. Pasar sasaran primer adalah
sasaran utama produk pemasar. Mereka terdiri dari konsumen-
konsumen yang sangat penting bagi kelangsungan hidip perusahaan.
Umumnya target primer adalah pemakai fanatik (heavy user).
Adakalanya target primer adalah para penyalur (distributor-
distributor utama) yang menguasai sebagian besar peredaran produk.
Pasar skunder adalah pasar yang terdiri dari konsumen-konsumen
yang sering tidak dianggap penting tapi jumlahnya cukup besar.
Menurut Proctor (1996) dalam Kasali (1998) setelah mengetahui
pasar sasaran jangka pendek-pasar sasaran masa depan dan pasar
sasaran primer-pasar sasaran skunder, marketer harus menimbang-
nimbang berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi
pasar sasaran. Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam, bisa dari luar
perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu tahap dalam
product life cycle, keinginan konsumen dalam keseluruhan pasar,
potensi dalam pasar, struktur dan intensitas kompetisi dan sumber
daya.
2.2.3. Positioning
Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah
melakukan positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu
strategi untuk memasuki jendela otak konsumen. Positioning
biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama
barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu
banyak, dan persaingan belum menjadi suatu yang penting.
Positioning baru akan menjadi penting apabila persaingan sudah
sangat sengit.
Positioning adalah bentuk dari strategi komunikasi untuk
memasuki jendela otak konsumen agar produk dan merek yang
ditawarkan mengandung arti tertentu yang dalam berbagai segi
mencerminkan keunggulan terhadap produk atau merek dalam
hubungan asosiatif, dengan demikian positioning berkaitan dengan
bagaimana produsen memposisikan produk atau mereknya diantara
pesaing dan memposisikan produknya dengan merek dibenak
konsumen atau pelanggan (Kasali, 1998)
Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat
oleh pemasar untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas
dalam benak atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek
atau perusahaan. Positioning adalah perbandingan relatif kompetitif
dari produk yang diluncurkan di pasar dan dipersepsikan oleh
konsumen target. Posisi produk adalah bagaimana pembeli potensial
melihat dan menilai produk tersebut.
Menurut Kotler (2007), penentuan posisi (Positioning) adalah
tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga
menempati posisi yang khas (dibandingkan dengan para pesaing) di
dalam benak pelanggan sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan
merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi
manfaat perusahaan Positioning tidak boleh dilakukan secara
semena-mena. Produk harus didesain berdasarkan positioning yang
diharapkan di dalam pikiran; positioning harus diputuskan sebelum
produk tersebut didesain.
Positioning adalah pemetaan persepsi dan merupakan saat
produk atau jasa sesuai dengan pangsa pasar. Positioning yang
efektif menempatkan produk atau jasa dalam baris pertama ingatan
pembeli potensial. Positioning adalah alat yang sanggat kuat untuk
menciptakan citra. citra adalah hasil reprentasi dari keinginan
menjadi apa yang diinginkan, melakukan apa yang ingin dilakukan
dan mendapatkan apa yang ingin didapatkan.
Menurut Kasali (1998), sebelum menentukan positioning ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Positioning adalah strategi komunikasi
Komunikasi dilakukan untuk menjembatani produk/merek/nama
perusahaan dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah
sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan
dengan atribut-atribut yang secara fisik maupun non fisik melekat
pada produk perusahaan. Warna, disain, tulisan yang tertera di
label, kemasan, nama merek adalah diantaranya. Selain itu perlu
diingat bahwa komunikasi menyangkut aspek yang luas. Ia bukan
semata-mata berhubungan dengan iklan meski iklan menyita porsi
anggaran komunikasi yang sangat besar. Komunikasi menyangkut
soal citra yang disalurkan memalui model iklan, media yang dipilih,
outlet yang menyalurkan produk perusahaan, sikap para manajer
dan tenaga penjual, berbagai bentuk sponsorship, produk-produk
terkait, bentuk fisik bangunan, manajer/CEO/komisaris yang
diangkat dan sebagainya.
2. Positioning yang bersifat dinamis
Perlu diingat bahwa persepsi konsumen terhadap suatu
produk/merek/nama bersifat relatif terhadap struktur persaingan.
Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah pemimpin pasar jatuh,
atau begitu pendatang baru berhasil menguasai tempat tertentu
maka positioning produk perusahaan pun berubah. Oleh karena itu,
patut dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terus
menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan.
3. Positioning berhubungan dengan event marketing
Karena positioning berhubungan dengan citra di benak konsumen,
pemasar harus mengembangkan strategi Marketing Public Relation
(MPR) melalui event marketing yang dipilih yang sesuai dengan
karakter produk perusahaan.
4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk
Konsumen pada dasarnya tidak membeli produk, tetapi
mengkombinasikan atribut. Ekonom Kelvin Lancaster dalam
Kasali (1998) menyatakan bahwa suatu barang tidak dengan
sendirinya memberikan utility. “Barang itu memiliki karakteristik
dan karakteristik-karakteristik itulah yang membangkitkan utility”.
Karakteristik itulah yang didalam positioning disebut atribut.
Atribut-atribut itulah yang ditonjolkan produsen dalam positioning.
5. Positioning memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen
Pertama-tama pemasar harus mencari tahu atribut-atribut apa yang
dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atribut-
atribut yang dikombinasikan itu mengandung arti.
6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik
Selain unik atribut-atribut yang hendak ditonjolkan harus dapat
dibedakan dengan yang sudah diakui milik pesaing. Beberapa jenis
produk yang pesaingnya sedikit, umumnya konsumen tidak
memiliki kesulitan untuk membedakan, tetapi untuk produk-produk
lain yang pasarnya yang demikian banyak mungkin konsumen
akan mengalami kesulitan.
7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan
(positioning statement)
Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi
konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan
harus dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim
yang diajukan, semakin objektif, maka semakin dipercaya.
Ries dan trout dalam Kotler (2004) berpendapat bahwa
penentuan posisi dimulai dengan produk. Tetapi positioning
bukanlah apa yang dilakukan perusahaan terhadap suatu produk,
melainkan apa yang perusahaan lakukan terhadap akal pikiran
calon-calon pelanggannya. Jadi, perusahaan memposisikan produk
itu di dalam pikiran calon pelanggan. Selain itu produk terkenal
pada umumnya memiliki suatu posisi tersendiri di banak konsumen.
Merek-merek yang sudah memiliki posisinya masing-masing di
benak konsumen akan sulit bagi pesaing untuk mencurinya.
Pesaing hanya memiliki tiga pilihan strategi.
1. Strategi pertama adalah memperkuat posisinya sendiri saat ini di
benak konsumen
2. Strategi kedua adalah mencari dan merebut posisi baru yang belum
ditempati kemudian menggeser (deposition) atau mengubah
(reposition) posisi persaingan. Pemasar harus mengidentifikasi
atribut atau manfaat penting yang dapat dimiliki suatu merek
secara meyakinkan.
3. Strategi ketiga adalah strategi kelompok-eksekutif. Positioning
mengharuskan perusahaan mengerjakan tiap aspek terwujud dari
produk, harga, tempat, dan promosi guna mendukung strategi
positioning yang dipilih. Setelah perusahaan mengembangkan
strategi positioning yang jelas, perusahaan harus
mengkomunikasikan positioning itu secara efektif.
Merek-merek yang tidak berada pada urutan pertama dalam
pasar mereka (diukur dari besarnya perusahaan atau atribut-atribut
lainnya) tidak perlu merasa cemas, yang mereka perlukan hanyalah
memilih atribut lain dan menjadi nomor satu dalam atribut yang
dipilih tersebut. Setiap pesaing akan menarik pelanggan-pelanggan
yang cocok dengan atribut-atribut utama setiap perusahaan tersebut.
Treacy dan Wiersema dalam Kotler (2004) membedakan tiga
positioning utama (yang disebut sebagai “disiplin nilai”) sebagai
berikut: Product leadership (kepemimpinan produk), operational
excellence (keunggulan oprasional), dan customer intimacy
(keakraban dengan pelanggan). Beberapa pelanggan paling
menghargai prusahaan-perusahaan yang dapat menawarkan
produk-produk yang terbaik dalam katagorinya; beberapa
menghargai perusahaan karena dapat berorientasi dengan efisien;
dan beberapa yang lainnya lagi menghargai perusahaan karena
mereka dapat memberi respon yang terbaik atas keinginan-
keinginan mereka. Sedangkan Crawford dan Matthews dalam
Kotler (2004) mengusulkan lima kemungkinan Positioning:
Product (produk), price (harga), ease of acces (kemudahan dalam
mengakses), value-added service (jasa-jasa yang memberi nilai
tambah), dan customer experience (pengalaman pelanggan).
Menuruk Kasali (1998), selain menggunakan atribut sebagai
alat untuk mengembangkan pernyataan positioning, praktisi
pemasaran juga dapat menggunakan cara lain:
1. Positioning berdasarkan perbedaan produk. Pemasar dapat
menunjukan kepada pasarnya dimana letak perbedaan produknya
terhadap pesaing (unique product feature). Produsen yang
menghasilkan produk prioritas dapat melakukan cara ini.
Kelemahan cara ini adalah perbedaan yang ditonjolkan mudah
ditiru oleh pesaing.
2. Positioning berdasarkan manfaat produk. Manfaat produk dapat
pula ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting
oleh konsumen. Ada banyak bentuk manfaat yang ditonjolkan
seperti waktu, kemudahan, kejelasan, kejujuran, kenikmatan,
murah, jaminan, dan sebagainya. Manfaat yang bersifat ekonomis
(murah, wajar, sesuai denan kualitasnya), fisik (tahan lama, bagus,
enak dilihat) atau emosional (berhubungan dengan self image).
3. Positioning berdasarkan pemakaian. Disini distribusi yang
ditonjolkan adalah pemakaian produk itu.
4. Positioning berdasarkan kategori produk. Positioning ini biasanya
dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu
kategori produk.
5. Positioning kepada pesaing. Di Indonesia pemasar dilarang
mengiklankan produknya dengan membandingkan dirinya kepada
para pesaingnya. Positioning berdasarkan pesaing di dalam
periklanan moderen adalah hal yang sudah menjadi hal biasa
dimana-mana. Di Amerika iklan perbandingan diperkenankan
karena terbukti mampu mengangkat perusahaan-perusahaan kecil
yang membandingkan dirnya dengan perusahaan-perusahaan besar.
Di Indonesia, karena perbandingan langsung dilarang, pemasar
biasa menggunakan cara tidak langsung.
6. Positioning melalui imajinasi. Positioning memang merupakan
hubungan asosiatif. Pemasar dapat mengembangkan positioning
produknya dengan menggunakan imajinasi-imajinasi seperti tempat,
orang, benda-benda, situasi dan lain sebagainya.
7. Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produk-
produk/jasa-jasa baru yang belum begitu dikenal. Produk (barang
atau jasa) baru biasanya diciptakan untuk memberi solusi kepada
konsumennya. Masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau
dialami konsumen diangkat ke permukaan, dan produk yang
ditawarkan diposisikan untuk memecahkan persoalan tersebut.
Persoalan itu biasanya berhubungan dengan sesuatu yang aktual,
dapat berupa persoalan jangka pendek yang waktunya singkat
sekali untuk diatasi (atau masyarakat segera beralih kepada
persoalan lain yang dinilai lebih penting) atau suatu persoalan yang
dinamis dan jangka panjang.
Dalam menentukan positioning perusahaan harus menghindari
empat kesalahan utama dalam positioning, menurut Kotler dalam
Kasali (1998) antara lain:
1. Positioning yang kurang (underpositioning). Produk mengalami
underpositioning apabila keunggulan produknya tidak dirasakan
konsumen. produk tidak memiliki posisi yang jelas sehingga
dianggap sama saja dengan kumpulan produk lainnya di pasar.
Masalahnya konsumen tidak bisa membedakan mereka dengan
merek-merek lainnya.
2. Positioning yang berlebihan (overpositioning). Adakalanya
pemasar terlalu sempit memposisikan produknya sehingga
mengurangi minat konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya.
3. Positioning yang membingungkan (confused positioning).
Konsumen bisa mengalami keragu-raguan karena pemasar
menekankan terlalu banyak atribut.
4. Positioning yang meragukan (doubtful positioning). Positioning ini
diragukan kabenarannya karena tidak didukung bukti yang
memadai. Konsumen tidak percaya, karena selain tidak didukung
bukti yang kuat, mereka mungkin memiliki pengalaman tertentu
terhadap merek tersebut, atau marketing mix yang diterapkan tidak
konsisten dengan keberadaan produk.
Tidak ada satu bentuk positioning yang akan bertahan
selamanya. Sejalan dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada
konsumen, para pesaing, teknologi dan ekonomi, perusahaan harus
melakukan evaluasi kembali positioning dari merek-merek utama
mereka. Bagi beberapa merek yang telah kehilanggan pangsa pasar
kemungkinan perlu di-positioning ulang. Hal ini harus dilakukan
dengan hati-hati. Mengganti merek memang akan dapat
mendatangkan konsumen-konsumen baru, tetapi mungkin juga
akan kehilangan beberapa konsumen lama yang lebih suka pada
merek yang lama (Kotler, 2004). Positioning adalah “single-
statement” yang mengupayakan persepsi terhadap suatu produk
jadi “unik di benak konsumen” (Kertajaya, 2004)
1.8. Persepsi Konsumen
Dewasa ini menjelang penerimaan mahasiswa baru di berbagai sudut
kota ramai terbentang spanduk dari berbagai perguruan tinggi. Media cetak
dan elektronik pun tidak luput dari ramainya promosi perguruan tinggi.
Beragam kemudahan ditawarkan oleh perguruan tinggi kepada calon
mahasiswa termasuk di dalamnya fasilitas yang serba berlebih, ketika
masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihannya maka
keberhasilan dalam merekrut mahasiswa baru terletak pada bagaimana
kualitas pelayanan perguruan tinggi tersebut. Membangun kualitas
pelayanan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pelayanan
membutuhkan proses panjang, komitmen dan kesungguhan dari pengelola
perguruan tinggi yang bersangkutan.
Citra kualitas pelayanan suatu penyedia jasa ditentukan oleh konsumen
bukan penyedia jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan
merupakan penilaian menyeluruh atas suatu produk jasa yang dihasilkannya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu pelayanan
yang diharapkan dan pelayanan yang dirasakan (Parasuraman, Berry dan
Zeithami, Suara Merdeka, 1 Juni 2007).
Menurut Kotler (1997) dalam Kasali (1998), jika pelayanan yang
diterima sesuai harapan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan. Namun sebaliknya apabila yang diterima lebih rendah dari
yang diharapkan maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Produk dan program studi berkualitas yang dibuat melalui suatu proses
yang berkualitas akan memiliki sejumlah keistimewaan yang mampu
meningkatkan kepuasan pelanggan (mahasiswa) atas penggunaan produk
jasa itu. Hal ini akan meningkatkan daya saing dan penjualan produk-produk
tersebut. Dan ini berarti akan meningkatkan pula performance dan juga
pangsa pasar sehingga kelangsungan hidup perguruan tinggi akan lebih
terjaga. Kotler (1997) dalam Kasali (1998) menandaskan kualitas jasa harus
dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen.
Manajemen kualitas jasa adalah suatu metode bagaimana bagian pemasaran
menggunakan teknologi dan orang-orang sehingga mampu merencanakan,
menciptakan dan mewujudkan suatu paket jasa yang bermanfaat bagi
konsumen. Ada dua faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen pada
organisasi jasa. Pertama, sikap atau pendirian orang lain. Artinya kekuatan
pendirian orang lain dapat mempengaruhi pelanggan untuk memutuskan
alternatif yang disukai. Kedua, faktor situasi yang tidak diantisipasi.
Konsumen membentuk minat beli atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan
keluarga, harga dan manfaat yang diharapkan. Bila konsumen akan
bertindak tetapi faktor situasi yang tidak diantisipasi terjadi, maka akan
mengubah perilaku pembeliannya.
Kualitas jasa secara umum dapat dilihat dan diukur melalui dimensi
tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty-nya terhadap
konsumen. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa perguruan tinggi yang
bergerak di bidang jasa sangat tergantung pada kualitas jasa yang diberikan.
Jasa terdiri dari lima dimensi meliputi bukti fisik (tangible). Pertama
kemampuan suatu perguruan tinggi dalam menunjukkan eksistensinya
kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana prasarana fisik
dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa. Bukti ini meliputi fasilitas fisik gedung,
perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan
pegawainya termasuk dosen.
Kedua keandalan (reliability) merupakan kemampuan dari penyedia jasa
untuk memberikan pelayanan yang telah dijanjikan secara akurat, dapat
dipercaya dan diandalkan. Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen
yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua konsumen,
tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi.
Ketiga responsif (responsiveness) merupakan kesediaan penyedia jasa
terutama stafnya untuk membantu serta memberikan pelayanan yang tepat
sesuai kebutuhan konsumen. Dimensi ini menekankan pada sikap dari
penyedia jasa yang penuh perhatian, tepat dan cepat dalam pelayanan. Yakni
menghadapi permintaan, pertanyaan, keluhan dan masalah konsumen
dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen
menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang
negatif dalam kualitas pelayanan.
Keempat keyakinan (assurance). Dimensi ini menekankan kemampuan
penyedia jasa untuk membangkitkan rasa percaya dan keyakinan diri
konsumen bahwa pihak penyedia jasa terutama pegawainya mampu
memenuhi kebutuhan konsumennya.
Kelima empati (empathy). Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan
bersifat individual yang diberikan kepada konsumen dengan berupaya
memahami keinginanya. Dimensi ini merupakan kemampuan penyedia jasa
dalam memperlakukan konsumen sebagai individu-individu yang spesial.
Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi,
pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh konsumen
mengenai kepuasan yang dirasakannya. Banyak kegiatan dan biaya yang
dibutuhkan untuk merekrut konsumen baru mulai dari periklanan, promosi
dan pameran produk. Fenomena ini selalu terjadi pada semua industri
barang/jasa dan hal ini terkait dengan tingkat persaingan yang sangat ketat
dalam pasar sasaran.
Konsep persepsi berhubungan erat dengan bagaimana konsumen
memproses informasi. Proses berfikir melibatkan sesuatu yang disebut
persepsi. Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning.
Dapat dikatakan juga bahwa prsepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan
berbagai informasi dalam bentuk yang lebih berarti.
Mowen dalam Basalmah (2008) mendefinisikan persepsi sebagai suatu
proses dimana individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitor
prosesor yang lebih luas dan mengintrepretasikan informasi tersebut.
Persepsi memegang peranan penting dalam konsep Positioning karena
manusia menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yaitu
hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi (Kasali 1998).
Menurt Kotler (2007) persepsi adalah proses yang digunakan oleh
individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan
informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi
tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan
yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu itu
sendiri. Persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu dengan
yang lain yang mengalami realitas yang sama. Persepsi seseorang dapat
dibedakan atas dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya dan
ekspektasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi produk, sifat-sifat stimulus
dan situasi lingkungan. Dalam pemasaran, persepsi itu lebih penting
daripada realitas, karena persepsi yang akan mempengaruhi perilaku aktual
konsumen. Persepsi yang berbeda terhadap suatu objek yang sama dapat saja
terjadi karena terdapat tiga proses persepsi, yaitu: perhatian selektif, distorsi
selektif, dan ingatan selektif.
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis positioning IPB oleh Basalmah (2008)
yaitu analisis positioning Institut Pertanian Bogor sebagai perguruan tinggi
badan hukum milik negara (PT - BHMN). Berdasarkan penelitian tersebut,
IPB menempati peringkat keempat universitas yang paling diingat (dengan
responden mahasiswa tingkat satu di empat universitas di Indonesia) dan
diposisikan sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang penelitian
dan biaya kuliah yang terjangkau serta memiliki mahasiswa yang tingkat
loyalitasnya sangat loyal.
Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh
Apriantoro (2006) yaitu analisis positioning popeys chicken and seafood
dalam pasar restoran fast food di kota Bogor. Berdasarkan penelitian
tersebut, restoran popeys chicken and sea food memiliki pesaing utama yaitu
McDonald dan Kantucky Fried Chicken. Serta diposisikan oleh responden
sebagai restoran yang memiliki bumbu yang khas.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pradita (2006) mengenai
positioning XL bebas dan jempol pada PT. Excelcomindo Pratama.
Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa xl bebas diposisikan
oleh konsumen sebagai produk dengan kualitas suara yang jernih, promosi
yang menarik serta kemudahan dalam membeli dan mengisi ulang.
Sedangkan xl jempol diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan
tarif yang murah.
Sumiati (2006) meneliti positioning minuman serbuk instan marimas.
Dimana kesimpulan yang dihasilkan adalah, bahwah marimas diposisikan
sebagai merek minuman serbuk instant dengan variasi rasa yang banyak dan
tingkat kemanisan yang tinggi. Hal tersebut menjadi keunggulan/kelebihan
yang dimiliki oleh marimas, namun untuk atribut tingkat kemanisan
sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan karena sebagian besar konsumen
menyatakan rasa yang terlalu manis dalam mengkonsmsi marimas.
Pada penelitian ini digunakan objek Institut Pertanian Bogor sebagai
perguruan tinggi negeri yang menempati peringkat empat besar perguruan
tinggi terbaik di Indonesia, sementara itu untuk responden, penelitian ini
memilih siswa-siswi Sekolah Menengah Atas yang akan melanjutkan
studinya ke perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
posisi Perguruan Tinggi yang tertanam di benak siswa-siswi SMA di Bogor,
menganalisis pesaing-pesaing terdekat IPB, dan menganalisis positioning
IPB berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA di Bogor.
Penelitian ini mempergunakan berbagai macam metode untuk
mempermudah dalam perhitungan dalam menentukan hasil akhir yaitu
menentukan Positioning IPB berdasarkan persepsi siswa-siswi SMA terbaik
di Bogor. Adapun metode yang peneliti gunakan seperti Uji Validitas dan
Reliabilitas, yaitu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah
pertanyaan dalam kuesioner saling berhubungan, apabila tidak saling
berhubungan akan dihilangkan atau diganti dengan pertanyaan yang lain
serta kuesioner yang akan disebarkan dapat diterima hasilnya.
Analisis deskriptif dipergunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui profil responden dan posisi perguruan tinggi berdasarkan
persepsi responden. Sementara untuk mengetahui pesaing terdekat IPB
berdasarkan persepsi responden digunakan Multidimensionel Scalling
(MDS) dan Analisis faktor atau yang disebut Analisis Komponen Utama
(AKU) yang digunakan untuk mengetahui bagaimanakan Positioning IPB
berdasarkan persepsi responden.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Dengan semakin banyaknya jumlah Perguruan Tinggi di Indonesia, tentu
para siswa-siswi SMA semakin dipermudah dengan tersedianya beragam
pilihan kelanjutan studi yang ditawarkan agar siswa-siswi tersebut dapat
memilih jurusan dan program yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Beberapa Perguruan Tinggi memberikan banyak pilihan. Oleh karena itu
setiap Perguruan Tinggi berlomba-lomba menempatkan diri dalam ingatan
konsumen. Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat
untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran
konsumen terhadap produk, merek atau perusahaan. Dengan kata lain
Positioning adalah sesuatu yang dipersepsikan dalam benak target
konsumen.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam menentukan Positioning
adalah dengan mengidentifikasi pesaing dan memperkuat posisi dibenak
konsumen. Tidak ada suatu bentuk positioning yang akan bertahan
selamanya. Sejalan dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada
konsumen, para pesaing, teknologi dan ekonomi, perguruan tinggi harus
melakukan peningkatan kembali Positioning. Bagi perguruan tinggi yang
telah kehilangan pangsa pasar kemungkinan perlu melakukan positioning
ulang sejalan dengan visi dan misi perguruan tinggi tersebut. Berdasarkan
hal tersebut diatas maka kerangka pemikiran dapat disimpulkan seperti
Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pendidikan Tinggi
Positioning IPB Berdasarkan
Persepsi Responden
Posisi Perguruan Tinggi
Pesaing Terdekat IPB
Perguruan Tinggi
Universitas Indonesia
Institut Teknologi Bandung
Universitas Gadjah Mada
Institut Teknologi Sepuluh
November
Institut Pertanian
Bogor
Positioning IPB
Positioning ITS
Positioning UGM
Positioning ITB
Positioning UI
Analisis Deskriptif Analisis Faktor Multi Dimensional Scaling
3.2. Struktur Pendidikan Tinggi
3.2.1. Bentuk Pendidikan Tinggi
Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi dan dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas. Akademi menyelenggarakan program pendidikan
profesional dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan,
teknologi, atau kesenian tertentu. Politeknik menyelenggarakan program
pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah
Tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional
dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu. Institut menyelenggarakan program
pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang sejenis. Universitas
menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam
sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian tertentu.
3.2.2. Jalur Pendidikan
Struktur pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari dua jalur
pendidikan, yaitu pendidikan akademik dan pendidikan profesional.
Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada
penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangannya, dan lebih
mengutamakan peningkatan mutu serta memperluas wawasan ilmu
pengetahuan. Pendidikan akademik diselenggarakan oleh sekolah tinggi,
institut, dan universitas. Pendidikan profesional adalah pendidikan tinggi yang
diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu, serta
mengutamakan peningkatan kemampuan/ketrampilan kerja atau menekankan
pada aplikasi ilmu dan teknologi. Pendidikan profesional ini diselenggarakan
oleh akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Pendidikan
akademik menghasilkan lulusan yang memperoleh gelar akademik dan
diselenggarakan melalui program Sarjana (S1-Strata1) atau program Pasca
Sarjana. Program pasca sarjana ini meliputi program Magister dan program
Doktor (S2 dan S3). Pendidikan jalur profesional menghasilkan lulusan yang
memperoleh sebutan profesional yang diselenggarakan melalui program
diploma (D1, D2, D3, D4) atau Spesialis (Sp1, Sp2).
Program pendidikan sarjana dan diploma merupakan program yang
dipersiapkan bagi peserta didik untuk menjadi lulusan yang berbekal
seperangkat kemampuan yang diperlukan untuk mengawali fungsi pada
lingkungan kerja, tanpa harus melalui masa penyesuaian terlalu lama. Program
pendidikan pasca sarjana S2 (Magister), S3 (Doktor), dan Spesialis (Sp1, Sp2)
merupakan program khusus yang dipersiapkan untuk kegiatan yang bersifat
mandiri.
Pendidikan S2 dan S3 lebih menekankan pada penelitian yang
mengacu pada kegiatan inovasi, penelitian dan pengembangan, Sedangkan
pendidikan spesialis ditujukan untuk meningkatkan pelayanan bagi pemakai
jasa dalam bidang yang bersifat spesifik.
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
terbaik di Bogor dan dua Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta terbaik di
Bogor berdasarkan Dinas Pendidikan Nasional Kota Bogor Tahun 2007,
yaitu di SMA 1, SMA 3 dan SMA 5 yang mewakili SMA Negeri, SMA
Regina Pacis dan SMA Budi Mulia yang mewakili SMA Swasta. Penelitian
ini dilakukan dari bulan Mei - Juni 2008.
3.4. Metode Penelitian
3.4.1. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner.
Kuesioner yang dibagikan untuk mengetahui persepsi konsumen yang
nantinya dibutuhkan dalam membentuk perceptual map baik itu
pesaing terdekat maupun positioning IPB.
Data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari informasi-
informasi yang bersifat umum seperti surat kabar, laporan penelitian,
dan informasi-informasi dari instasi terkait.
3.4.2. Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan responden di lokasi penelitian dipilih berdasarkan
quota sampling yakni merupakan salah satu jenis non probability
sampling. Ukuran responden tersebut didasarkan pada pendapat
Slovin:
21 Ne
Nn
+= .................................................................................(1)
dimana : n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = kesalahan yang ditolerir 10 %
Menurut data yang diperoleh dari SMA 1, SMA 3, SMA 5, SMA
Regina Pacis dan SMA Budi Mulya, jumlah siswa SMA kelas 3 di
lima SMA terbaik di Bogor yang masih aktif pada lima SMA tersebut
adalah 1699 siswa, dari ketentuan tersebut diperoleh jumlah sampel
untuk responden adalah:
N = 1 6 6 3 = 94,32 = 100 Responden 1+ 16.63
Sample Fraction diperoleh sebagai hasil pembagian dari jumlah
siswa SMA kelas 3 masing-masing SMA dengan populasi siswa SMA
kelas tiga terbaik di Bogor. Jumlah responden yang diperoleh dari
masing-masing SMA adalah hasil kali Sample Fraction dengan total
jumlah reponden yang diambil pada penelitian sebesar 100 responden
(Tabel. 2).
Tabel 2. Jumlah responden per SMA
No SMA Jumlah
Populasi Sample
Fraction Responden
1 SMA 1 408 0.24533975 24
2 SMA 3 320 0.19242333 19
3 SMA 5 378 0.22730006 23
4 SMA Regina Pacis 260 0.15634396 16
5 SMA Budi Mulya 297 0.17859290 18
JUMLAH 1663 1 100
Penentuan responden di tiap-tiap SMA dilakukan secara Quota.
Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan metode accidental pada
tiap-tiap sekolah yang secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Teknik pengambilan contoh
Data Teknik Pengambilan Contoh Responden Quota
SMA Sample Fraction
3.4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan Microsoft Excel
dan software SPSS version 13. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Uji Validitas
Setelah kuisioner terbentuk, langkah awal yang dilakukan
adalah menguji validitas kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi product moment, uji validitas ini
digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada
masing-masing pertanyaan dengan skor total. Validitas
menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur (Umar, 2003). Kuesioner yang dikatakan memiliki
butir-butir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan
konsep-konsep yang diinginkan. Apabila ada pertanyaan yang tidak
berhubungan, maka pertanyaan tersebut tidak valid, dan akan
dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain (Umar,
2003).
Rumus yang digunakan :
∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
))(()(( 2222 YYnXXn
YXXYnr …......................( 2 )
Dimana :
rxy = korelasi antara x dan y
x = skor pernyataan
y = skor total pernyataan
n = jumlah responden
Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat
signifikansi (α) 0.05 maka pernyataan pada kuesioner mempunyai
validitas konstruk atau terdapat konsistensi internal dalam
pernyataan tersebut dan layak digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003).
Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus alpha.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui keandalan kuisioner. Nilai r
hitung dibandingkan dengan r tabel, jika r hitung lebih besar dari
nilai r tabel maka dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut
reliabel.
Rumus yang digunakan adalah :
−
−= ∑
2
2
11 11 t
b
k
kr
σσ
.........................................................(3)
Keterangan :
11r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan
2tσ = varians total
∑ 2bσ = jumlah varians butir/pernyataan
Dengan rumus varian yang digunakan adalah :
( )
nn
XX∑ ∑−
=
2
2
2σ ...........................................................(4)
Dimana :
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir
pertanyaan/pernyataan).
Setelah didapat korelasi hitung, lalu dibandingkan dengan
korelasi pada Tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5
persen. Jika r yang dihitung lebih besar dari r pada tabel, maka
kuesioner tersebut tidak reliabel.
3.4.4. Analisis Deskriptif
Statistika deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan
berbagai karakteristik data seperti rata-rata, median maupun variasi
data. Kegiatan statistika deskriptif antara lain menyajikan data dalam
bentuk tabel dan grafik. Sebuah tabel berguna untuk mengetahui
hubungan antara beberapa variabel.
Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik variabel-variabel yang berkaitan, mengestimasi berapa
besar jumlah kelompok, mengetahui persepsi konsumen terhadap
suatu produk tertentu, mengetahui berapa besar variabel dan
mengetahui prediksi spesifik (Rangkuti, 2003).
3.4.5. Multidimensional Scalling
Multidimensional Scalling adalah teknik eksplorasi yang
digunakan untuk menggambarkan perhitungan dalam dimensi kecil.
Interpretasi dari dimensi ini akan membimbing pada pemahaman dari
proses perhitungan. Selanjutnya dapat digunakan dalam
menginterpretasikan pendapat seseorang ataupun grup yang berbeda-
beda sehingga didapatkan suatu solusi. Multidimensional Scalling
(MDS) memiliki hubungan yang erat dengan psikologi. Pada
umumnya Multidimensional Scalling memetakan variabel-variabel
dalam dua atau tiga dimensi (Deun, et.al. dalam Apriantoro, 2006).
Untuk penelitian kali ini akan dibahas mengenai siapa pesaing
terdekat Institut Pertanian Bogor. Metode Multidimensional yang
dilakukan adalah Anchor Clustering Method. Dengan Anchor
Clustering Method, kita menggunakan satu merek sebagai acuan,
dalam hal ini Institut Pertanian Bogor sebagai subjek penelitian. Lalu
responden menilai kemiripan sejumlah Perguruan Tinggi-Badan
Hukum Milik Negara dan memilih Perguruan Tinggi yang paling
mirip dengan Institut Pertanian Bogor. Matriks yang diperoleh akan
berbentuk conditional sebab tidak dapat membandingkan baris dengan
baris (tidak simetris). Untuk menghitung jarak euclidean, perlu
diketahui koordinat setiap objek (dalam kasus ini objek adalah
perguruan tinggi badan hukum milik negara). Dengan koordinat serta
perhitungan jarak euclidean dapat dihitung dengan rumus:
( ) ( )22
pyipi yxxed −+−= ...............................................................( 5 )
dimana:
ed = jarak Euclidean (euclidean space)
xi = absis perguruan tinggi badan hukum milik negara ke-i pada
dimensi 1 (i=1,2,...,n)
yi = ordinat perguruan tinggi badan hukum milik negara ke-i pada
dimensi 2 (i=1,2,...,n)
xp = absis Institut Pertanian Bogor pada dimensi 1
yp = Ordit Institut Pertanian Bogor pada dimensi 2
Untuk mengukur seberapa baik Multidimensional Scalling
digunakan stress. Menurut Maholtra dalam Simamora (2005) semakin
rendah stress, berarti semakin baik MDS yang kita gunakan. Cara
menghitung stress bermacam-macam, namun yang paling banyak
digunakan adalah stress Kruskal, sebagaimana dirumuskan:
( )( )2
2ˆ
dd
ddStress
ij
ijij
−
−= ..................................................................( 6 )
dimana:
Rata-rata jarak dalam peta
=ijd̂ jarak turunan (derived distance) atau kemiripan (similarity data)
yang dihasilkan komputer.
=ijd data jarak yang diberikan responden.
=d
Tabel 4. Standar Kruskall untuk Stress
Stress Goodness of Fit
20 Poor
10 Fair
5 Good
2,5 Excellent
0 Perfect
Sumber: Kruskal dalam Simamora (2005)
3.4.6. Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi dimensi-
dimensi mendasar dan mereduksi sejumlah variabel dengan
menghilangkan veriabel-variabel yang tidak diperlukan. Ada dua
metode dasar analisis faktor, yaitu principal component analysis
(PCA) dan common factor analysis yang sering disebut principal
axing factoring. Principal component analysis menggunakan total
varians dalam analisisnya. Metode ini menghasilkan faktor yang
memiliki specific variance dan error variance yang paling kecil. PCA
bertujuan untuk mengetahui jumlah faktor minimal yang dapat
diekstrak. Common factor analysis mengekstrak faktor hanya
berdasarkan common variance. Metode ini dapat dipakai apabila
tujuan utama peneliti adalah untuk mengetahui dimensi-dimensi laten
atau konstruk yang mendasari variabel-variabel asli (Simamora,
2005). Dalam penelitian ini analisis faktor digunakan untuk
menghasilkan overlay untuk pemetaan persepsi.
Pengujian korelasi antar variabel diukur dengan menggunakan Uji
Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (K-M-O MSA),
apabila nilai KMO yang didapat lebih besar dari 0,5 maka
menunjukkan adanya kedekatan antar variabel sehingga variabel dan
sample yang ada dapat dianalisis lebih lanjut. KMO berfungsi untuk
mempertanyakan kelayakan analisis faktor.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4 Gambaran Umum Organisasi
4.4.2. Sejarah Institut Pertanian Bogor
Pada tanggal 1 September 2007 Institut Pertanian Bogor (IPB)
genap berusia 44 tahun. Sejarah perkembangan IPB dimulai dari
tahap embrional (1941 – 1963), Tahap embrional perkembangan IPB
diawali dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan menengah dan
tinggi pertanian, serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal
abad ke-20 di Bogor.
Pada tahun 1940, pemerintah Hindia Belanda mendirikan
Lembaga Pendidikan Tinggi pertanian di Bogor dengan nama
Landbouw Hogeschool yang kemudian pada tanggal 31 Oktober
1941 dinamakan Landbowkundige Faculteit. Namun ditutup pada
masa pendudukan jepang (1942-1945), sedangkan Nederlandsch
Indische Veeartsenschool (sekolah kedokteran hewan) tetap bejalan.
Hanya saja namanya diubah menjadi menjadi Bogor Zui Gakko
(Sekolah Dokter Hewan Bogor). Sejalan dengan masa kemerdekaan
tahun 1946, Kementrian Kemakmuran Republik Indonesia
Meningkatkan Sekolah Dokter Hewan di Bogor menjadi Perguruan
Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH).
Pada tahun 1947 Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian,
Landbowkundige Faculteit dibuka kembali dengan nama Faculteit
Voor Landbouw-Wetenschappen yang mempunyai jurusan Pertanian
dan Kehutanan. Sedangkan PTKH pada tahun 1948 dijadikan
Faculteit voor Dierge neeskunde di bawah Universiteit van
Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Universitas
Indonesia.
Pada tahun 1950 Faculteit voor Landbouw-wetenschappen
berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia
dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan
Kehutanan serta pada tahun 1957 dibentuk jurusan Perikanan Darat.
Adapun Faculteit voor Dieergeneeskunde berubah menjadi Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Indonesia yang pada tahun 1960
berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Selanjutnya pada tahun 1962 menjadi Fakultas Kedokteran Hewan,
Peternakan Universitas Indonesia.
Tahap Pelahiran dan Pertumbuhan (1963-1975), Tahap
pelahiran dan pertumbuhan ditandai dengan berdirinya IPB pada
tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan
Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian
disyahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No.
279/1965. Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam
naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian,
Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas
Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas
Teknologi dan Mekanisasi Pertanian.
Memasuki pergantian kepemimpinan Rektor IPB dari Prof. Dr.
Ir. Toyib Hadiwidjaja ke Prof. Dr. Ir. A. M. Satari, IPB bersama
MUCIA sedang meneruskan pengembangan Pusat Penelitian Biologi
Tropika (BIOTROP) SEAMEO yang dirintis pada tahun 1967 untuk
waktu 10 tahun (1969-1979). Kerjasama ini membentuk konsorsium
pendidikan di Indonesia yang menghasilkan (1) tenaga pengajar dan
lahirnya fakultas pascasarjana IPB yang pertama di Indonesia, 31
Maret 1975, (2) berkembangnya sistem kurikulum ilmu dan
teknologi, serta program pendidikan 4 tahun untuk S-1, disusul
dengan program S-2 Magister Sain dan Program S-3 Doktor yang
kemudian menjadi pola nasional, (3) tersusunnya rencana induk
pengembangan IPB tahap I (1971-1979). (4) berkembangnya sistem
Penerimaan Mahasiswa Baru S-1 melalui penelusuran kemampuan
akademik yang disebut Proyek Perintis II dan kini menjadi program
nasional yang dikenal dengan Penelusuran Minat Dan Keahlian
(PMDK) dan sekarang disebut dengan Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Tahap Pendewasaan (1975-2000), Awal kurun waktu tahap
pendewasaan ini ditandai dengan dosen IPB yang kembali dari tugas
belajar di luar negeri, masa bakti ke dua Prof. Dr. Ir. A. M. Satari
selaku Rektor IPB, serta reboisasi lahan gundul yang kini menjadi
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi.
Memasuki pergantian kepemimpinan Rektor IPB dari Prof. Dr.
Ir. A. M. Satari ke Prof. Dr. Ir. H. Andi Hakim Nasution. Pada tahun
1978, IPB mengembangkan kerjasama tahap pertama (1979-1983)
dengan University of Wisconcin di bidang peningkatan kemampuan
tanaga pengajar, khususnya di bidang ilmu-ilmu lingkungan dan
ilmu gizi, sehingga pada tahun 1981 lahir Fakultas Politeknik
Pertanian.
Sejalan dengan perluasan kesempatan belajar pada pendidikan
tingkat tinggi dan menghadapi ledakan populasi pemuda usia 18
tahun ke atas, IPB menyesuaikan rencana induk pengembangan
tahun 1971-1979 dengan menyusun rencana pengembangan
akademik dan rencana pengembangan fisik kampus Darmaga
berdasarkan proyeksi permasalahan yang akan dihadapi tahun 2000,
seperti: (1) masalah penyediaan pangan dan pemeliharan gizi
masyarakat, (2) masalah pengelolaan sistem penunjang kehidupan
manusia di dalam lingkungan, (3) masalah pengadaan energi dari
berbagai sumber energi dan konvensional, dan (4) masalah
pengumpulan pengelolaan dan penyebaran informasi di dalam
populasi besar dengan tujuan meningkatkan ketahanan nasional.
Pemahaman terhadap masalah ini, telah menempa IPB untuk
memperkuat kompetensinya di bidang pertanian dalam arti yang
seluas-luasnya dan menjadi lembaga pendidikan tinggi pertanian
terkemuka di Indonesia.
Pada periode Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Sitanala Arsyad selama 2
periode masa bakti 1987-1991 dan 1992-1996, IPB telah
membangun kampus Darmaga berdasarkan master plan 1982.
Pembangunan fisik ini juga telah diimbangi dengan perkembangan
program pendidikan S0, S1, S2 dan S3, metode instruksional dan
pembinaan kemahasiswaan, perkembangan pusat penelitian dan
pusat pengembangan serta kepercayaan dari dalam dan luar negeri.
Hal ini antara lain terlihat dengan adanya pembangunan 3 Pusat
Antar Universitas (PAU) dalam bidang Ilmu Hayati, Bioteknologi,
Pangan dan Gizi.
Sampai dengan tahun 1992 di kampus Darmaga telah dibangun
gedung Fakultas Teknologi Pertanian, gedung Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup (PPLH), Lembaga Sumberdaya Informasi,
Laboratorium Analisa dan Produksi Benih, Jurusan Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Faperta IPB, dan Gedung Pusat
antar Universitas PAU yang terdiri dari PAU Hayati, PAU
Bioteknologi dan PAU Pangan dan Gizi. Sampai pada tahun 1996
telah dibangun gedung Rektorat IPB dan bangunan Fakultas
Peternakan serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sampai
dengan tahun 2000 telah dibangun Fakultas Pertanian, Fakultas
Kedokteran Hewan dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan.
Pada periode Rektor IPB Prof. Dr. Ir. H. Soleh Salahuddin,M.Sc
yaitu tahun 1996-1998, IPB telah memiliki 144 Program Studi (PS),
yang terdiri dari 30 PS untuk Program Diploma, 39 PS untuk
Program Sarjana, 51 PS untuk Program Magister dan 25 PS Program
Doktor yang tersebar di 8 Fakultas dan Program Pascasarjana.
Keberadaan program studi ini juga didukung dengan adanya 25 pusat
studi dan pusat pengembangan , sehingga tercipta budaya meneliti di
kalangan civitas akademika IPB . Melanjutkan implementasi rencana
induk pengembangan IPB tahun 2000 yang akan berakhir,
disusunlah rencana strategis IPB menjadi Universitas Tahun 2020.
Menyadari peranan perguruan tinggi tidak terlepas dari konteks
pembanguan nasional, maka IPB mengajak segenap komponen
bangsa untuk menjadikan pertanian sebagai common platform
pembangunan nasional. Hal ini terbukti ketika Indonesia
menghadapi resesi ekonomi dan moneter tahun 1997, sektor
agroindustri dan agribisnis menjadi pilar penyelamat ekonomi
nasional.
Pada masa kepemimpinan Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Aman
Wirakartakusumah yaitu tahun 1998-2002, IPB secara proaktif
terlibat langsung dalam reformasi pendidikan sebagai bagian tidak
terpisahkan dari gerakan reformasi nasional yang bergulir sejak 1997.
Melalui Peraturan Pemerintah 154 tahun 2000, IPB menjadi salah
satu dari empat perguruan tinggi nasional berbasis Badan Hukum
Milik Negara. Penyusunan Renstra IPB menjadi Universitas 2020
kemudian diakomodasikan dalam implementasi Otonomi IPB
dengan masa transisi kelembagaan selama 5 tahun (sampai 2005)
dan masa transisi kepegawaian selama 10 tahun (2010), hingga
mampu menghasilkan lulusan dengan budaya-mutu yang siap
menghadapi globalisasi. Dalam perjalanan tersebut, berdiri beberapa
unit kerja, seperti jurusan Ilmu Komputer, Kantor Haki dan Alih
Teknologi, Program Internasioanal, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (2001), serta asrama mahasiswa TPB dengan
menekankan pada pembinaan akademik dan multi-budaya.
Tahap Otonomi, Pada tahap ini Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori
Mattjik, M.Sc merupakan Rektor IPB yang pertama dipilih dalam
mekanisme IPB sebagai BHMN masa bakti 2002-2007 dengan
program kerja utama untuk mewujudkan academic excellent dan
generating income excellent, sehingga diharapkan mampu
menghantarkan IPB sebagai universitas riset yang secara embrional
terwujud pada tahun 2007.
4.4.3. Visi dan Misi Institut Pertanian Bogor
Visi Institut Pertanian Bogor adalah menjadi universitas riset
terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika,
berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan.Adapun
penjabaran misi Institut Pertanian Bogor sebagai berikut :
3. Menyelengarakan pendidikan tinggi bermutu tinggi dan
pembinaan kemahasiswaan yang komprehensif dalam rangka
meningkatkan daya saing bangsa.
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan kecenderungan
pada masa yang akan datang.
5. Membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang
berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel.
6. Mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan
kebenaran dan hak asasi manusia.
4.4.4. Moto Institut Pertanian Bogor
Dalam menjalankan seluruh kegiatannya Institut Pertanian
Bogor memiliki moto "Mencari dan Memberi Yang Terbaik"
4.4.5. Tujuan Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor memiliki tujuan sebagai PT-BHMN
yaitu :
2 Menguatkan sistem pendidikan dan kemahasiswaan dengan
fokus menghasilkan lulusan yang kompeten, cerdas dan
kompetitif.
3 Meningkatkan jumlah dan mutu penelitian terintegrasi sehingga
menghasilkan temuan ilmu pengetahuan, paket teknologi yang
bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat (swasta, pemerintah
dan lainnya).
4 Meningkatkan kesejahteraan dosen, tenaga penunjang, dan
bantuan/subsidi bagi pendidikan mahasiswa.
5 Meningkatkan kapasitas sumberdaya untuk membangun
ketangguhan institut.
6 Menguatkan sistem manajemen untuk menyempurnakan sistem
manajemen institut dalam rangka mencapai kesehatan organisasi.
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian terhadap kuesioner dilakukan melalui uji validitas dan uji
reliabilitas. Pengujian dilakukan terhadap 15 orang responden siswa-siswi
SMA Negeri 5 Bogor dan 15 orang responden siswa-siswi SMU Regina
Pacis . Uji validitas dilakukan sebesar 30% dari responden. Uji validitas
dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor masing-masing
pernyataan dengan skor total, memakai rumus teknik korelasi Product
Moment Pearson yang diolah dengan software SPSS versi 13.00 for windows.
Hasil pengujian validitas untuk masing-masing hasil pengukuran
tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap seluruh pernyataan lebih
besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95 persen yaitu sebesar 0,361. Hal
ini menunjukkan bahwa seluruh pernyataan adalah signifikan dan dapat
dinyatakan valid. Dalam hal ini berarti responden dapat mengerti maksud
dari setiap pernyataan yang diajukan penulis dalam kuesioner. Adapun hasil
pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik α cronbach. Dalam teknik ini,
instrumen diujicobakan pada 30 responden dan hasilnya dicatat. Pengolahan
teknik α cronbach menggunakan bantuan software SPSS versi 13.00 for
windows. Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan nilai α cronbach untuk
tingkat kepentingan yaitu sebesar α = 0,713 dan nilai α cronbach untuk
tingkat kepuasan yaitu sebesar α = 0,747.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai α cronbach yang
lebih besar dari 0,6. Hal ini dapat disimpulkan kemungkinan terjadinya
kesalahan pengukuran dalam kuesioner cukup rendah sehingga
penggunaannya dapat diandalkan dan mampu memberikan hasil pengukuran
yang konsisten apabila penulis menyebarkan kuesioner secara berulang kali
dalam waktu yang berlainan.
4.3. Karakteristik Responden
4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal SMA
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah siswa kelas 3 SMA 1, 3,
5, Regina Pacis dan Budi Mulya sebesar 1663 siswa. Penentuan
responden di tiap-tiap SMA dilakukan berdasakan Quota. Berdasarkan
keterangan tersebut jumlah Sample franction diperoleh sebagai hasil
pembagian dari jumlah siswa kelas 3 masing-masing SMA. Jumlah
responden SMA 1 sebanyak 24 orang atau 24%, jumlah responden
SMA 3 sebanyak 19 orang atau 19%, jumlah responden SMA 5
sebanyak 23 orang atau 23%, sedangkan jumlah responden SMA
Regina Pacis sebanyak 16 orang atau 16%, jumlah responden SMA
Budi Mulya sebanyak 18 orang atau 18%, Jumlah responden dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah responden di setiap SMA
No Perguruan Tinggi Jumlah
Populasi
Sample
Fraction
Jumlah
Contoh
1 SMA 1 408 0.24533975 24
2 SMA 3 320 0.19242333 19
3 SMA 5 378 0.22730006 23
4 SMA Regina Pacis 260 0.15634396 16
5 SMA Budi Mulya 297 0.17859290 18
Total 1663 1 100
4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 100 orang responden, jumlah responden laki-laki sebesar 52
orang atau 52%, sedangkan jumlah responden perempuan adalah 48
orang atau 48% yang mencakup lima SMA negeri dan swasta di
Bogor ditunjukan pada Gambar 3.
Laki-laki, 52%
Perempuan, 48%
Gambar 3. Persentase responden berdasarkan jenis kelamin
4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah
Jumlah responden yang berasal dari jurusan IPA merupakan yang
terbanyak yaitu sebesar 87 orang atau 87%, sedangkan yang berasal
dari jurusan IPS sebesar 13 orang atau 13% (Gambar 4).
IPA, 87%
IPS, 13%
Gambar 4. Persentase responden berdasarkan jurusan sekolah asal
4.4. Analisis Kesadaran Merek
Ekuitas merek diantaranya bergantung pada seberapa dikenalnya merek
tersebut. Dalam terminologi pemberian merek (branding), hal ini disebut
kesadaran merek. Ada dua keadaan yang akan dihadapi sebuah merek, yaitu
apakah akan menjadi merek dikenal (aware brand) atau merek tidak dikenal
(unaware brand). Merek yang dikenal kemungkinan dikenal dengan cara
dibantu mengingat (recognized brand) dan tanpa dibantu mengingat
(recalled brand). Diantara merek-merek yang termasuk golongan recalled
brand, ada satu merek yang menempati posisi tertinggi yaitu disebut pikiran
puncak (top of mind).
Dari hasil analisis kesadaran merek, peringkat perguruan tinggi yang
paling diingat sampai dengan yang tidak dikenal dapat dilihat pada Tabel 6,
7,8, dan 9.
Dari kelima perguruan tinggi yang dianalisis, Universitas Indonesia
adalah perguruan tinggi yang secara otomatis diingat oleh siswa-siswi SMA
di Bogor (top of mind). Hal ini dapat dimengerti mengingat Universitas
Indonesia adalah perguruan tinggi yang sangat dikenal pada tingkat
Nasional maupun tingkat Inernasional, terutama jika dikaitkan dengan
ketersediaan kelengkapan fakultas di Universitasnya.
Tabel 6. Perguruan Tinggi yang paling diingat responden
Frekuensi Ingat Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi
Jumlah Persentase
UI 35 35%
IPB 22 22%
ITB 16 16%
UGM 13 13%
ITS 0 0%
Lain-Lain 14 14%
Total 100 100%
Tabel 7. Perguruan tinggi yang dikenal responden
Frekuensi kenal Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Jumlah Persentase
IPB 73 21%
ITB 62 18%
UGM 62 18%
UI 53 15%
ITS 2 1%
Lain-lain 98 27%
Total 350 100%
Dari 100 responden, 35% responden menyebutkan Universita Indonesia
sebagai Perguruan Tinggi yang diingat, 16% responden menyebutkan
Institut Teknologi Bandung sebagai Perguruan Tinggi yang diingat, 22%
responden menyebutkan Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi
yang diingat, 13% menyebutkan Universitas Gadjah Mada sebagai
Perguruan Tinggi yang diingat, dan 0% menyebutkan Institut Teknologi
Sepuluh November sebagai Perguruan Tinggi yang diingat.
Tabel 8. Perguruan Tinggi yang perlu diingatkan kembali terhadap
responden
Frekuensi kenal Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Jumlah Persentase
ITS 34 37%
ITB 22 24%
UGM 20 22%
UI 12 13%
IPB 4 4%
Total 92 100%
Tabel 9. Perguruan Tinggi yang tidak dikenal oleh responden
Frekuensi kenal Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Jumlah Persentase
ITS 64 92%
UGM 5 7%
IPB 1 1%
UI 0 0%
ITB 0 0%
Total 70 100%
Kenal merek (brand recognition) merupakan pengukuran kesadaran
merek, dimana kesadaran responden diukur dengan responden yang tidak
mengisi pertanyaan “sebutkan satu saja Perguruan Tinggi yang paling Anda
ingat?”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang
harus diingatkan tentang keberadaan Institut Pertanian Bogor sebesar 21%,
Institut Teknologi Bandung sebesar 18%, Universitas Gadjah Mada sebesar
18%, Universitas Indonesia sebesar 15%, dan Institut Teknologi Sepuluh
November sebesar 1%. Walaupun keberadaan Institut Pertanian Bogor
menempati peringkat paling atas sebagai perguruan tinggi yang paling
diingat, ternyata masih terdapat 4% yang perlu diingatkan tentang
keberadaan Institut Pertanian Bogor.
Responden paling tidak mengenal Perguruan Tinggi Institut Teknologi
Sepuluh November (92%), kedua Perguruan Tinggi Universitas Gajah Mada
(7%), dan ketiga Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor (1%).
4.5. Analisis Faktor-faktor Komponen Utama Positioning
Faktor-faktor yang mempengaruhi positioning dianalisis dengan
menggunakan analisis faktor. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi
variabel-variabel atau faktor-faktor yang menerangkan pola hubungan
dalam seperangkat variabel. Teknik ini digunakan untuk mengurangi jumlah
data dalam rangka untuk mengidentifikasi sebagian kecil factor yang dapat
menerangkan varian yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu
kelompok variabel yang jumlahnya lebih besar (Sarwono, 2006). Variabel-
variabel yang dianalisis berjumlah 15 variabel.
Pengujian korelasi antar variabel diukur dengan menggunakan Uji
Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (K-M-O MSA). Hasil
pengujian dengan menggunakan analisis faktor diketahui nilai KMO sebesar
0,648 yang lebih besar dari 0,5. Hal ini menunjukkan adanya kedekatan
antar variabel. (Lampiran 3). Maka variabel dan sample yang ada dapat
dianalisis lebih lanjut. KMO yang memiliki nilai faktor atara 0 sampai 1,
berfungsi untuk mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai
KMO berkisar antara 0,5 hingga 1,0, analisis faktor layak dilakukan lebih
lanjut. Sebaliknya jika nilai KMO dibawah 0,5, analisis faktor tidak layak
dilakukan lebih lanjut.
Tahap selanjutnya adalah melakukan ekstraksi sekumpulan variabel
yang ada sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan
dalam proses ini adalah analisis komponen utama. Setelah proses ekstraksi
dilakukan, diperoleh nilai communalities. Communalities adalah jumlah
varians setiap variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor. Semakin besar
nilai communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungan dengan
faktor yang terbentuk (Tabel 10).
Tabel 10. Nilai communalities berdasarkan urutan
No Variabel Communality
1 Kualitas lulusan 0,800
2 Peranan ke masyarakat 0,783
3 Lingkungan kampus 0,749
4 Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa 0,748
5 Program beasiswa 0,747
6 Standar akademik 0,728
7 Lokasi kampus 0,713
8 Metode belajar 0,694
9 Pengajar/dosen 0,690
10 Fasilitas fisik 0,686
11 Kedisiplinan 0,655
12 Nama besar perguruan tinggi 0,630
13 Bidang penelitian 0,613
14 Reputasi 0,519
15 Biaya kuliah 0,515
Tabel Total Variance Explained menjelaskan dasar jumlah faktor yang
didapat dengan perhitungan angka. Persentase varians menjelaskan varians
masing-masing faktor. Bila keseluruhan persentase varians dijumlahkan,
maka faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan 100 persen dari variabilitas
seluruh faktor. Nilai eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing-
masing faktor dalam menghitung varians seluruh variabel yang dianalisis.
Susunan eigenvalues selalu diurutkan dari nilai terbesar hingga terkecil
dengan kriteria bahwa angka eigenvalues di bawah satu tidak digunakan
dalam menghitung faktor yang terbentuk. Nilai total variance
memperlihatkan hanya ada enam faktor yang terbentuk, karena keenam
faktor angka eigenvalues berada diatas satu (1.057). sedangkan bila
ditambah satu faktor lagi menjadi tujuh faktor maka angka eigenvalues
berada dibawah satu (0,900) (Lampiran 4).
Tabel Component Matrix berisikan nilai factor loading (yaitu nilai
korelasi) antar suatu variabel dengan enam faktor yang telah terbentuk.
Tebel Rotated Component Matrix menunjukkan distribusi 15 variabel
tersebut pada faktor yang telah terbentuk. Pengelompokkan suatu variabel
kedalam faktor tertentu dilihat dari nilai factor loading yang terbesar
mengimplikasikan bahwa korelasi terbesar variabel tersebut dengan faktor
yang telah terbentuk (Lampiran 5).
Memberi nama pada faktor yang telah dibentuk dalam analisis faktor
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) memberikan nama faktor yang
dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk faktor tersebut, 2)
memberikan faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai factor loading
tertinggi. Cara kedua dilakukan apabila tidak memungkinkan untuk
memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua variabel yang
membentuk faktor tersebut (Suliyanto, 2005).
Keenam faktor yang telah terbentuk masing-masing berisi variabel yang
saling berkaitan satu sama lain sehingga dapat dikelompokkan.
Pengelompokkan dilakukan berdasarkan factor loading yang terbesar. Factor
loading menunjukkan tingkat keeratan suatu variabel terhadap variabel yang
terbentuk.
Berdasarkan pengolahan menggunakan analisis faktor dengan metode
principle component analysis dihasilkan enam komponen utama (faktor).
Faktor pertama dibentuk oleh X12 (Seleksi masuk/penerimaan Mahasiswa),
X13 (Pengajar/Dosen), X14 (Biaya Kuliah), dan X15 (Lokasi Kampus),
faktor kedua dibentuk oleh X9 (Standar Akademik), X10 (Bidang
Penelitian), dan X11(Peranan Kemasyarakat), faktor ketiga dibentuk oleh
X2 (Nama besar Perguruan Tinggi), X3 (Fasilitas Fisik), dan X8 (Reputasi),
faktor keempat dibentuk oleh X1 (Kualitas Lulusan) dan X4 (Metode
Belajar), faktor kelima dibentuk oleh X5 (Kedisiplinan) dan X6
(Lingkungan Kampus), sedangkan dimensi keenam dibentuk oleh X7
(Program Beasiswa). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11
Tabel 11. Hasil analisis faktor
Faktor Variabel Factor Loading
Seleksi
masuk/penerimaan
mahasiswa
0,762
Pengajar / dosen 0,715
Biaya kuliah 0,689
Faktor Pertama:
Faktor Akademik dan
Administrasi
Lokasi kampus 0,681
Standar akademik 0,559
Bidang penelitian 0,676 Faktor Kedua:
Faktor Tridharma Peranan ke masyarakat 0,815
Nama besar perguruan
tinggi 0,672
Fasilitas fisik 0,725
Faktor Ketiga:
Faktor Citra
Reputasi 0,633
Kualitas lulusan 0,886 Faktor Keempat:
Faktor Proses Belajar Metode belajar 0,656
Kedisiplinan 0,687 Faktor Kelima:
Faktor Etika Lingkungan kampus 0,809
Faktor Keenam:
Faktor Beasiswa Program beasiswa 0,850
4.5.1 Faktor Pertama
Faktor pertama ini dinamakan faktor akademik dan administrasi. Faktor ini
memiliki nilai eigenvalues sebesar 3,529 dan merupakan faktor dengan nilai
eigenvalues terbesar dibandingkan dengan faktor lainnya. Faktor ini dapat
menerangkan keragaman data sebesar 23,528 persen. Berdasarkan Tabel 11,
terlihat keempat variabelnya memiliki factor loading yang positif. Artinya apabila
seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang baik, pengajar/dosen yang kompeten,
biaya kuliah yang terjangkau, serta lokasi kampus yang strategis, maka para calon
mahasiswa tersebut akan semakin terdorong untuk memilih Institut Pertanian
Bogor untuk melanjutkan studinya.
4.5.2. Faktor Kedua
Faktor kedua ini dinamakan faktor tridharma karena tersusun atas standar
akademik, bidang penelitian dan pernana ke masyarakat yang merupakan
tridharma perguruan tinggi. Faktor ini memiliki nilai eigenvalues sebesar 1,728
dan dapat menerangkan keragaman data sebesar 11,520 persen.Factor loading
ketiga variabel tersebut seluruhnya positif. Artinya standar akademik yang baik,
bidang penelitian yang baik, dan peranan ke masyarakat yang baik akan semakin
membuat siswa-siswi tersebut tertarik dengan Institut Pertanian Bogor.
4.5.3. Faktor Ketiga
Faktor ketiga ini dinamakan faktor citra. Faktor ini memiliki nilai
eigenvalues sebesar 1,532 dan dapat menerangkan keragaman data sebesar 10,214
persen. Factor loading variabel-variabel yang termasuk kedalam faktor ketiga ini
semuanya bernilai positif, artinya semakin memiliki nama besar perguruan tinggi
tersebut, semakin baiknya fasilitas fisik yang terdapat pada perguruan tinggi
tersebut, dan semakin baiknya reputasi perguruan tinggi tersebut, maka siswa-
siswi SMA akan semakin tertarik dengan Institut Pertanian Bogor.
4.5.4 Faktor Keempat
Pada faktor keempat ini dinamakan faktor proses belajar. Faktor ini
memiliki angka eigenvalues sebesar 1,294 dan dapat menerangkan keragaman
data sebesar 8,624 persen. Factor loading variabel-variabel yang termasuk
kedalam faktor keempat ini semuanya bernilai positif, artinya apa bila kualitas
lulusan ang dihasilkannya baik dan metode belajar yang diterapkan sesuai dengan
apa yang diharapkan para siswa, maka para calon mahasiswa tersebut akan
semakin tertarik untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.
4.5.5 Faktor Kelima
Faktor kelima ini bernama faktor etika dan memiliki nilai eigenvalues
sebesar 1,130 dan dapat menerangkan keragaman data sebesar 7,536 persen.
Factor loading variabel-variabel yang termasuk kedalam faktor kelima ini
semuanya bernilai positif, artinya apabila universitas tersebut memiliki
kedisiplinan yang baik dan lingkungan kampus yang nyaman, maka para calon
mahasiswa akan semakin tertarik untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor.
4.5.6 Faktor Keenam
Hanya terdapat satu variabel pada faktor keenam atau faktor beasiswa ini,
yaitu program beasiswa. Faltor keenam ini memiliki nilai eigenvalues sebesar
1,057 dan dapat menerangkan keragaman data sebesar 7,044%. Factor loading
variabel yang termasuk kedalam faktor keenam ini bernilai positif, artinya
semakin baiknya program beasiswa yang ditawarkan maka para calon mahasiswa
akan semakin tertarik untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.
4.6. Analisis Pesaing Institut Pertanian Bogor dalam Perguruan Tinggi
Analisis pesaing sangat penting dilakukan guna mendukung penentuan
strategi Positioning. Dengan analisis pesaing ini dapat dilihat siapa pesaing
terdekat dan nantinya mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan Institut
Pertanian Bogor dibandingkan pesaingnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pesaing terdekat Institut
Pertanian Bogor adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung
menjadi pesaing ke dua, di urutan ketiga universitas Gadjah Mada,
sedangkan Institut Teknologi Sepuluh November menjadi pesaing Institut
Pertanian Bogor yang keempat, yang kemudian dapat dilihat pada Tabel 12
dan Gambar 5 merupakan hasil perceptual map dari pesaing IPB dimana
terlihat pesaing terdekat Institut Pertanian Bogor adalah Universitas
Indonesia.
Tabel 12. Perhitungan Jarak Euclidean dan Rangking Pesaing Terdekat
Koordinat Perguruan Tinggi X Y
Xi-Xm Yi-Ym (Xi-Xm)2 (Yi-Ym)2 =√(Xi-Xm)2+(Yi-Ym)2 Peringkat
IPB 0.5612 -0.1455
UI 0.9496 -0.0709 0.3884 0.0746 0.150855 0.005565 0.3955 1
UGM -0.6532 -0.9195 -1.2144 -0.774 1.474767 0.599076 1.4401 3
ITB 1.3701 0.5777 0.8089 0.7232 0.654319 0.523018 1.0850 2
ITS -2.2277 0.5581 -2.7889 0.7036 7.777963 0.495053 2.8762 4
Gambar 5. Euclidean Distance Model
10-1-2
Dimension 1
0.5
0.0
-0.5
-1.0
Dim
ensi
on 2
ITS
IPB
UGM
ITB
UI
Euclidean distance model
Derived Stimulus Configuration
4.7. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor
4.7.1. Analisis Deskriptif Persepsi Responden
Analisis deskriptif hasil persepsi konsumen merupakan analisis
yang meringkas informasi yang terkandung dalam data atribut
berdasarkan pilihan responden. Analisis ini digunakan untuk melihat
penilaian responden terhadap Institut Pertanian Bogor dan ketiga
pesaingnya yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung
Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh November.
Dalam analisis ini digunakan nilai median atau nilai tengah yang
kemudian diringkas dalam bentuk somantic differensial agar lebih
mudah dan menarik untuk diinterepretansi.
Berdasarkan analisis deskriptif persepsi konsumen dapat
diketahui atribut-atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan baik
Institut Pertanian Bogor maupun pesaingnya yaitu Universitas
Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan
Institut Teknologi Sepuluh November (Gambar 6).
3.2
3.4
3.6
3.8
4
4.2
4.4
4.6
4.8
Kualita
s Lulu
san
Nama b
esar
Per
guruan
Tin
ggi
Fasilit
as F
isik
Metode B
elajar
Kedisi
plinan
Lingku
ngan ka
mpus
Progra
m B
easis
wa
Reputa
si
Standar
akad
emik
Bidan
g pen
eliti
an
Peran
an ke
mas
yara
kat
Seleks
i mas
uk/pen
erim
aan m
ahas
iswa
Pengaja
r/Dose
n
Biaya k
uliah
Lokasi
kam
pus
ITB UGM IPB ITS
Gambar 6. Analisis Deskriptif Persepsi Responden
Hasil analisis deskriptif mengenai perguruan tinggi berdasarkan persepsi
responden dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor memiliki keunggulan sebagai
Perguruan Tinggi yang memiliki lokasi kampus yang strategis, dan
lingkungan kampus yang asri, karena sebagai kampus yang moderen
sekaligus melestarikan situs sejarah, IPB memiliki lima Kampus yang
tersebar di beberapa lokasi dengan peruntukan khusus:
a. Kampus IPB Darmaga (267Ha) sebagai kantor rektorat dan pusat
kegiatan belajar-mengajar S1, S2 dan S3. Selain itu, disediakan
fasilitas sosial dan fasilitas umum.
b. Kampus IPB Baranangsiang Bogor (11,5 Ha), sebagai pusat
kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat serta
pendidikan pascasarjana eksekutif. Pada saat ini telah dibangun
IPB International Convention Center,
c. Kampus IPB Gunung Gede Bogor (14,5 Ha) sebagai pusat
kegiatan pendidikan manajemen dan bisnis yang akan dilengkapi
dengan techno-park,
d. Kampus IPB Cilibende Bogor (3,2 Ha) sebagai pusat kegiatan
pendidikan vokasional diploma dan
e. Kampus IPB Taman Kencana Bogor (3,4 Ha), direncanakan
untuk pendirian rumah sakit internasional.
Selain itu, untuk melayani informasi yang lengkap dan
mutakhir kepada mahasiswa, IPB memiliki perpustakaan yang
terkatagori lima besar di Indonesia yang dilengkapi dengan IPB
electronic library. Cyber Mahasiswa dengan 800 komputer, sistem
bersama dengan kapasitas 3000 orang. Untuk mahasiswa yang lain
jaringan serat optik dan hot-spot untuk mengakses internet di
beberapa lokasi kampus.
Untuk menunjang kesejahteraan mahasiswa di dalam
kampus disediakan student dormitory untuk mahasiswa tingkat
persiapan disediakan asrama dengan kapasitas mencapai 500 orang.
Di sekeliling kampus terdapat Bank dan ATM, Kantor Pos,
Poliklinik, sarana ibadah, bus keliling kampus dan track sepeda
kampus. Adapun untuk menunjang pengembangan bakat dan minat,
di dalam kampus IPB Darmaga disediakan Gymnasium, Pusat
Kegiatan Mahasiswa, Gedung Olah Raga, Plaza Academik serta
peralatan kesenian.
Keunggulan Institut Pertanian Bogor yang lain adalah biaya
kuliah yang terjangkau, dan program beasiswa yang sangat baik,
dimana Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan 103
Universitas dan lembaga di luar negeri dan 439 lembaga dalam
negeri.
Peranan ke masyarakat, Institut Pertanian Bogor lebih unggul
dibandingkan pesaingnya seperti Universitas Indonesia, Universitas
Gadjah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, tetapi
Institut Pertanian Bogor memiliki peranan ke masyarakat yang
sama dengan Institut Teknologi Bandung.
Institut Pertanian Bogor dalam atribut pengajar/dosen, Bidang
penelitian, dan metode belajar cukup baik, tetapi masih menempati
peringkat ke dua dibandingkan para pesainnya.
Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa, standar akademik,
reputasi, kedisiplinan, fasilitas fisik, nama besar perguruan tinggi
dan kualitas lulusan di persepsikan responden masih kurang
dibandingkan para pesaingnya.
2. Universitas Indonesia
Berdasarkan analisis deskriptif persepsi konsumen
Universitas Indonesia memiliki keunggulan sebagai Perguruan
Tinggi yang memiliki reputasi yang sangat baik, hal ini dapat
dilihat pada Tabel 12 dimana jumlah peminat yang cenderung
menurun namun jumlah mahasiswa yang diterima mengalami
peningkatan. Hal ini memiliki arti bahwa mahasiswa yang
mendaftar hanyalah mahasiswa-mahasiswa yang memiliki tingkat
kompetensi baik.
Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang sangat ketat
dimana berdasarkan data pada tahun 2005 dari 50.643 peminat
yang mendaftar melalui jalur SPMB, hanya 3.779 mahasiswa yang
diterima atau dengan kata lain hanya 7.5% dari peminat yang
diterima oleh Universitas Indonesia. Keunggulan Universitas
Indonesia dibandingkan pesaing-pesaingnya yang terakhir adalah
kualitas pengajar/dosen yang sangat baik dimana dapat ditunjukkan
oleh jumlah Guru Besar yang banyak (214 orang Guru Besar) dan
staf pegawai akademik yang mencukupi (1801 orang) dari
dibandingkan para pesaingnya.
Tabel 13. Data mahasiswa Universitas Indonesia
Tahun Peminat Mahasiswa Diterima Presentase Persaingan
2000 71927 2674 3.72
2001 65053 2761 4.19
2002 65128 3112 4.78
2003 62255 3104 4.99
2004 55742 3595 6.45
2005 50643 3779 7.45
Sumber: http://www.ui.ac.id/id/profile/page/statistik/uidalamangka.pdf2
Universitas Indonesia dalam atribut kualitas lulusan, nama
besar perguruan tinggi, fasilitas fisik, metode belajar, kedisiplinan,
lingkungan kampus, program beasiswa, standar akademik, bidang
penelitian, peranan ke masyarakat dan lokasi kampus cukup baik
tetapi masih menjadi keunggulan pesaingnya.
Universitas Indonesia dalam atribut biaya kuliah di
persepsikan responden sebagai universitas yang memiliki biaya
kuliah yang kurang terjangkau dibandingkan para pesaingnya.
3. Institut Teknologi Bandung
Berdasarkan analisis deskriptif persepsi konsumen Institut
Teknologi Bandung memiliki keunggulan sebagai Perguruan
Tinggi yang memiliki kualitas lulusan, nama besar perguruan
tinggi, fasilitas fisik, metode belajar, kedisiplinan, standar
akademik, bidang penelitian, peranan ke masyarakat dan seleksi
masuk/penerimaan mahasiswa yang sangat baik dibandingkan
dengan para pesaingnya.
2 “Data mahasiswa Universitas Indonesia”, Sumber: http://www.ui.ac.id/id/
profile/page/statistik/uidalamangka.pdf, [12 November 2008]
Institut Teknologi Bandung dalam atribut lingkungan kampus,
program beasiswa, reputasi, kualitas pengajar/dosen, biaya kuliah
dan lingkungan kampus cukup baik, tetapi masih menjadi
keunggulan dari para pesaingnya.
4. Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada dalam atribut kualitas lulusan, nama
berar perguruan tinggi, fasilitas fisik, metode belajar, kedisiplinan,
lingkungan kampus, program beasiswa, reputasi, standar akademik,
bidang penelitian, peranan masyarakat, seleksi masuk/penerimaan
mahasiswa, pengajar/dosen dan biaya kuliah yang cukup baik
tetapi masih menjadi keunggulan pesaingnya.
Universitas Gadjah Mada dalam atribut lokasi Kampus di
persepsikan responden sebagai universitas yang memiliki lokasi
kampus yang kurang strategis dibandingkan para pesaingnya.
5. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Institut Teknologi Sepuluh Nopember dalam atribut lokasi
kampus,dan biaya kuliah yang cukup baik tetapi masih menjadi
keunggulan pesaingnya.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember dalam atribut kualitas
lulusan, nama berar perguruan tinggi, fasilitas fisik, metode belajar,
kedisiplinan, lingkungan kampus, program beasiswa, reputasi,
standar akademik, bidang penelitian, peranan masyarakat, seleksi
masuk/penerimaan mahasiswa dan pengajar/dosen yang kurang
baik dibandingkan para pesaingnya.
4.7.2. Analisis Positioning
Hasil analisis deskriptif persepsi responden (Gambar 8)
menghasilkan atribut-atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan
baik Institut Pertanian Bogor maupun pesaingnya yaitu Universitas
Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan
Universitas Sepuluh November yang merupakan persepsi responden
terhadap ke lima Perguruan Tinggi di benak responden. Berdasarkan
hasil tersebut, responden memposisiskan :
1. Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi yang unggul
dalam atribut lokasi kampus yang strategis, biaya kuliah yang
terjangkau, lingkungan kampus yang asri, dan program beasiswa
yang sangat baik.
2. Universitas Indonesia diposisikan sebagai Perguruan Tinggi yang
memiliki reputasi yang baik, seleksi masuk/penerimaan
mahasiswa yang ketat, dan kualitas pengajar/dosen yang sangat
baik.
3. Institut Teknologi Bandung diposisikan sebagai Perguruan Tinggi
yang memiliki kualitas lulusan yang baik, nama besar perguruan
tinggi, fasilitas fisik yang baik, metode belajar, kedisiplinan,
standar akademik, bidang penelitian, peranan ke masyarakat dan
seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang ketat.
4. Universitas Gadjah Mada diposisikan sebagai Perguruan Tinggi
dalam atribut kualitas lulusan, nama besar perguruan tinggi,
fasilitas fisik, metode belajar, kedisiplinan, standar akademik,
bidang penelitian, peranan masyarakat, pengajar/dosen dan biaya
kuliah yang cukup baik dibandingkan atribut-atribut lainnya.
5. Institut Teknologi Sepuluh November diposisikan sebagai
perguruan tinggi dalam atribut lokasi kampus dan biaya kuliah
lebih baik dibandingkan atribut-atribut lainnya.
4.8. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil analisis faktor dan analisis positioning, Institut Pertanian
Bogor memiliki keunggulan pada faktor pertama, kelima dan keenam, dimana
pada faktor pertama yang menjadi kelebihan Institut Pertanian Bogor terdapat
pada variabel biaya kuliah yang terjangkau dan lokasi kampus yang strategis, pada
faktor kelima adalah lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor yang nyaman
dan asri dan faktor keenam yaitu program beasiswa dimana program beasiswa
yang ditawarkan oleh Institut Pertanian Bogor tersedia dalam jumlah yang lebih
dari cukup. Berdasarkan analisis pesaing, Institut Pertanian Bogor memiliki
pesaing terdekat yaitu Universitas Indonesia
Institut Pertanian Bogor diharapkan dapat lebih meningkatkan promosi
sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara dalam bidang penelitian,
sehingga dapat berkesan dibenak mayarakat dan dapat meningkatkan kesadaran
akan Institut Pertanian Bogor dibenak siswa-siswi SMA.
Institut Pertanian Bogor harus meningkatkan atribut langsung seperti
kualitas lulusan, metode belajar, kedisiplinan, program beasiswa, standar
akademik, peranan kepada masyarakat, memperketat seleksi masuk/penerimaan
mahasiswa, meningkatkan kualitas dosen/pengajar dan atribut tidak langsung
seperti nama besar Perguruan Tinggi dan kualitas lulusan dengan tujuan
meningkatkan positioning IPB dibenak siswa-siswi SMA di Bogor. Pada akhirnya
perlu dilakukan peningkatan layanan terutama pada atribut-atribut diatas guna
meningkatkan positioning IPB dibenak siswa-siswi SMA.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi yang paling diingat
mahasiswa yaitu sebesar 35% responden, diikuti oleh Institut
Pertanian Bogor sebesar 22%, Institut Teknologi Bandung 16%,
Universitas Gadjah Mada sebesar 13%, dan Institut Sepuluh
November sebesar 0%.
2. Institut Pertanian Bogor memiliki pesaing terdekat yaitu Universitas
Indonesia, yang kemudian diikuti oleh Institut Teknologi Bandung,
Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh November.
3. Institut Pertanian Bogor diposisikan mahasiswa sebagai Perguruan
Tinggi yang unggul dalam bidang lingkungan kampus yang asri,
Program beasiswa, biaya kuliah yang terjangkau dan lokasi kampus
yang strategis. Universitas Indonesia diposisikan sebagai Perguruan
Tinggi yang memiliki reputasi yang baik, seleksi masuk/penerimaan
mahasiswa yang ketat dan memiliki pengajar/dosen yang lebih baik
dibandingkan para pesaingnya. Institut Teknologi Bandung
diposisikan sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki kualitas lulusan
yang baik, nama besar perguruan tinggi, fasilitas fisik, metode belajar,
kedisiplinan, standar akademik, bidang penelitian dan
seleksi/penerimaan mahsiswa yang lebih baik dari para pesaingnya.
Universitas Gadjah Mada diposisikan sebagai Perguruan Tinggi yang
memiliki program beasiswa dan kedisiplinan yang cukup baik. Institut
Teknologi Sepuluh November diposisikan sebagai Perguruan Tinggi
yang memiliki biaya kuliah yang cukup terjangkau.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, maka beberapa saran
yang dapat diajukan adalah :
1. Institut Pertanian Bogor diharapkan dapat meningkatkan promosi
sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara yang unggul
dalam bidang penelitian sehingga dapat berkesan di benak masyarakat.
2. Institut Pertanian Bogor diharapkan meningkatkan atribut-atribut yang
dianggap menjadi kelemahan sebagai Perguruan Tinggi-Badan
Hukum Milik Negara dibandingkan para pesaingnya seperti
meningkatkan kualitas lulusan, metode belajar, kedisiplinan, program
beasiswa, standar akademik, peranan kepada masyarakat,
memperketat seleksi masuk/penerimaan mahasiswa, meningkatkan
kualitas dosen/pengajar, sehingga akan meningkatkan nama besar
Institut Pertanian Bogor sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum
Milik Negara. Institut Pertanian Bogor diharapkan dapat memperkuat
ikatan alumni Institut Pertanian Bogor agar dapat meningkatkan
atribut-atribut secara tidak langsung seperti nama besar Perguruan
Tinggi dan kualitas lulusan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriantoro. 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Basalmah, R. 2008. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Sebagai
Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Durianto, D., Sugiarto dan T. Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui
Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kartajaya, H. 2003. Hermawan Kartajaya on Marketing. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Kartajaya, H. 2004. Hermawan Kartajaya on Positioning. PT. Mizan Pustaka,
Jakarta . Kartajaya, H. 2005. MarkPlus on Strategy. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia: Strategi Targeting Pisitioning. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Konrol (Terjemahan, Jilid I-II). PT. Prenhalindo, Jakarta. Kotler, P. 2004. Marketing Insights From A to Z (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. Kotler, P. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 (Terjemahan, Jilid I). PT. Indeks,
Jakarta. Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sulistyo, S. 2005. Buku Latihan SPSS: Statistik Multivariat. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Sutisna. 2001. Prilaku Konsumen dan Komunikasih Pemasaran. PT. Gramedia
Pustaka Utama., Jakarta. Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Wardhani, I. 2006. Analisis Ekuitas Merek Kartu GSM Prabayar pada Mahasiswa S1 IPB. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zeithami. 1 Juni 2007. Persepsi Pelayanan Konsumen. Suara Merdeka, Jakarta.
Lampiran 1. Kuisioner
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN
BOGOR BERDASARKAN SISWA-SISWI SMU DI
BOGOR
Tanggal Pengisian :
No Responden :
Assalamualaikum wr wb.
Selamat Pagi/Siang/Sore
Saya Tubagus M Eidri, mahasiswa di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Untuk keperluan penyusunan skripsi
berjudul “Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Berdasarkan Persepsi
Siswa-Siswi SMA di Bogor”, saya memohon bantuan saudara untuk mengisi
kuesioner ini dengan jujur. Jawaban Saudara semata-mata hanya digunakan untuk
keperluan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuan
Saudara, saya ucapkan terimakasih.
Salam
Tubagus M Eidri
(H24104125)
Petunjuk Pengisian :
• Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
• Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada
tempat yang telah disediakan
A. SCREENING
1. Apakah Anda akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi?
a. Ya (terus) b. Tidak (stop) – Terima kasih.
B. PROFIL RESPONDEN
1. Jenis Kelamin?
a. Pria b. Wanita
2. Jurusan Sekolah?
a. IPA
b. IPS
c. Kejuruan
d. Bahasa
C. ANALISIS
1. Sebutkan satu saja Perguruan Tinggi yang paling Anda ingat?
________________________________
2. Selain Perguruan Tinggi yang Anda sebutkan di atas, Perguruan Tinggi apa
lagi yang Anda Ingat
a. …………………
b. …………………
c. …………………
d. ……………………
3. Seberapa penting menurut Anda atribut ini dalam suatu Perguruan Tinggi?
Tidak
Penting
Kurang
Penting
Cukup
Penting Penting
Sangat
Penting Atribut
1 2 3 4 5
Kualitas Lulusan
Nama besar Perguruan Tinggi
Fasilitas Fisik
Metode Belajar
Kedisiplinan
Lingkungan kampus
Program beasiswa
Reputasi
Standar Akademik
Bidang Penelitian
Peranan Ke Masyarakat
Seleksi Masuk/Penerimaan
Mahasiswa
Pengajar/Dosen
Biaya Kuliah
Lokasi Kampus
Lanjutan Lampiran 1
4. Apakah Anda mengenal Perguruan Tinggi Universitas Indonesia?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas.
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas.
c. Tidak, saya tidak mengenal Perguruan Tinggi Tersebut .
5. Jika jawaban Anda Ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap
Universitas Indonesia ? Berikan penilaian Anda dengan melingkari
penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5
merupakan nilai tertinggi.
a. Kualitas lulusan baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
b. Nama Besar Perguruan Tinggi baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
c. Fasilitas fisik baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
d. Metode belajar baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
e. Kedisiplinan baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
f. Lingkungan kampus yang asri 1 - 2 - 3 - 4 - 5
g. Banyaknya Program beasiswa 1 - 2 - 3 - 4 – 5
h. Reputasi baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
i. Standar Akademik baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
j. Bidang Penelitian baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
k. Peranan Ke Masyarakat baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
l. Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang ketat 1 - 2 - 3 - 4 - 5
m. Pengajar/Dosen berkualitas 1 - 2 - 3 - 4 - 5
n. Biaya Kuliah terjangkau 1 - 2 - 3 - 4 - 5
o. Lokasi Kampus strategis 1 - 2 - 3 - 4 – 5
6. Apakah Anda mengenal Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas.
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas.
c. Tidak, saya tidak mengenal Perguruan Tinggi Tersebut
Lanjutan Lampiran 1
7. Jika jawaban Anda Ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap
Institut Teknologi Bandung ? Berikan penilaian Anda dengan melingkari
penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5
merupakan nilai tertinggi.
a. Kualitas lulusan baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
b. Nama Besar Perguruan Tinggi baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
c. Fasilitas fisik baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
d. Metode belajar baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
e. Kedisiplinan baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
f. Lingkungan kampus yang asri 1 - 2 - 3 - 4 - 5
g. Banyaknya Program beasiswa 1 - 2 - 3 - 4 – 5
h. Reputasi baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
i. Standar Akademik baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
j. Bidang Penelitian baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
k. Peranan Ke Masyarakat baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
l. Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang ketat 1 - 2 - 3 - 4 - 5
m. Pengajar/Dosen berkualitas 1 - 2 - 3 - 4 - 5
n. Biaya Kuliah terjangkau 1 - 2 - 3 - 4 - 5
o. Lokasi Kampus strategis 1 - 2 - 3 - 4 – 5
8. Apakah Anda mengenal Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas.
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas.
c. Tidak, saya tidak mengenal Perguruan Tinggi Tersebut .
Lanjutan Lampiran 1
9. Jika jawaban Anda Ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap
Universitas Gadjah Mada ? Berikan penilaian Anda dengan melingkari
penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5
merupakan nilai tertinggi.
a. Kualitas lulusan baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
b. Nama Besar Perguruan Tinggi baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
c. Fasilitas fisik baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
d. Metode belajar baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
e. Kedisiplinan baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
f. Lingkungan kampus yang asri 1 - 2 - 3 - 4 - 5
g. Banyaknya Program beasiswa 1 - 2 - 3 - 4 – 5
h. Reputasi baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
i. Standar Akademik baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
j. Bidang Penelitian baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
k. Peranan Ke Masyarakat baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
l. Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang ketat 1 - 2 - 3 - 4 - 5
m. Pengajar/Dosen berkualitas 1 - 2 - 3 - 4 - 5
n. Biaya Kuliah terjangkau 1 - 2 - 3 - 4 - 5
o. Lokasi Kampus strategis 1 - 2 - 3 - 4 – 5
10. Apakah Anda mengenal Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas.
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas.
c. Tidak, saya tidak mengenal Perguruan Tinggi Tersebut .
Lanjutan Lampiran 1
11. Jika jawaban Anda Ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap
Institut Pertanian Bogor ? Berikan penilaian Anda dengan melingkari
penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5
merupakan nilai tertinggi.
a. Kualitas lulusan baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
b. Nama Besar Perguruan Tinggi baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
c. Fasilitas fisik baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
d. Metode belajar baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
e. Kedisiplinan baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
f. Lingkungan kampus yang asri 1 - 2 - 3 - 4 - 5
g. Banyaknya Program beasiswa 1 - 2 - 3 - 4 – 5
h. Reputasi baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
i. Standar Akademik baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
j. Bidang Penelitian baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
k. Peranan Ke Masyarakat baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
l. Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang ketat 1 - 2 - 3 - 4 - 5
m. Pengajar/Dosen berkualitas 1 - 2 - 3 - 4 - 5
n. Biaya Kuliah terjangkau 1 - 2 - 3 - 4 - 5
o. Lokasi Kampus strategis 1 - 2 - 3 - 4 – 5
12. Apakah Anda mengenal Perguruan Tinggi Institut Teknologi Sepuluh
November?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas.
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas.
c. Tidak, saya tidak mengenal Perguruan Tinggi Tersebut .
Lanjutan Lampiran 1
13. Jika jawaban Anda Ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap
Institut Teknologi Sepuluh November ? Berikan penilaian Anda dengan
melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan
angka 5 merupakan nilai tertinggi.
a. Kualitas lulusan baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
b. Nama Besar Perguruan Tinggi baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
c. Fasilitas fisik baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
d. Metode belajar baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
e. Kedisiplinan baik 1 - 2 - 3 - 4 – 5
f. Lingkungan kampus yang asri 1 - 2 - 3 - 4 - 5
g. Banyaknya Program beasiswa 1 - 2 - 3 - 4 – 5
h. Reputasi baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
i. Standar Akademik baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
j. Bidang Penelitian baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
k. Peranan Ke Masyarakat baik 1 - 2 - 3 - 4 - 5
l. Seleksi masuk/penerimaan mahasiswa yang ketat 1 - 2 - 3 - 4 - 5
m. Pengajar/Dosen berkualitas 1 - 2 - 3 - 4 - 5
n. Biaya Kuliah terjangkau 1 - 2 - 3 - 4 - 5
o. Lokasi Kampus strategis 1 - 2 - 3 - 4 – 5
== Anda telah mencapai bagian akhir kuesioner ini. Terima kasih atas waktu dan
perhatian Anda==
Lanjutan Lampiran 1
Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Case Processing Summary
N % Valid 31 100.0 Excluded(a) 0 .0
Cases
Total 31 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.713 .747 15
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted x1 57.55 27.523 .016 . .742 x2 57.81 27.295 .238 . .707 x3 58.00 26.067 .284 . .702 x4 57.68 26.559 .277 . .703 x5 58.71 21.546 .550 . .663 x6 57.94 26.796 .216 . .709 x7 58.06 25.662 .402 . .692 x8 57.81 25.028 .452 . .685 x9 57.94 24.262 .452 . .682 x10 58.19 26.161 .220 . .710 x11 58.32 25.959 .365 . .695 x12 58.32 23.359 .634 . .662 x13 57.61 25.245 .637 . .678 x14 58.32 25.226 .158 . .733 x15 58.00 26.533 .245 . .706
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
62.16 28.740 5.361 15
Lampiran 3. Analisis faktor KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .648
Approx. Chi-Square 355.816 df 105
Bartlett's Test of Sphericity
Sig. .000
Communalities
Initial Extraction x1 1.000 .800 x2 1.000 .630 x3 1.000 .686 x4 1.000 .694 x5 1.000 .655 x6 1.000 .749 x7 1.000 .747 x8 1.000 .519 x9 1.000 .728 x10 1.000 .613 x11 1.000 .783 x12 1.000 .748 x13 1.000 .690 x14 1.000 .515 x15 1.000 .713
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Lampiran 4. Total variance explained Total Variance Explained
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared
Loadings Rotation Sums of Squared
Loadings Component Total
% of Variance
Cumulative % Total
% of Variance
Cumulative % Total
% of Variance
Cumulative %
1 3.529 23.528 23.528 3.529 23.528 23.528 2.332 15.547 15.547 2 1.728 11.520 35.049 1.728 11.520 35.049 1.789 11.925 27.472 3 1.532 10.214 45.263 1.532 10.214 45.263 1.689 11.262 38.734 4 1.294 8.624 53.887 1.294 8.624 53.887 1.628 10.851 49.585 5 1.130 7.536 61.423 1.130 7.536 61.423 1.532 10.211 59.796 6 1.057 7.044 68.467 1.057 7.044 68.467 1.301 8.671 68.467 7 .900 6.001 74.468 8 .705 4.703 79.171 9 .678 4.522 83.693 10 .589 3.926 87.619 11 .500 3.331 90.951 12 .464 3.095 94.045 13 .347 2.312 96.357 14 .285 1.902 98.260 15 .261 1.740 100.000
Lampiran 5. Rotated component matrix Rotated Component Matrix(a)
Component
1 2 3 4 5 6 x1 -.007 -.061 -.004 .886 -.046 .101 x2 -.033 .226 .672 .250 -.179 -.178 x3 -.023 -.179 .725 -.226 .205 .186 x4 .255 .228 .050 .656 .375 -.049 x5 .230 .044 -.049 .189 .687 .301 x6 -.053 .054 .239 -.038 .809 -.175 x7 .081 .028 .106 .076 .024 .850 x8 .206 .178 .633 .046 .189 .081 x9 .209 .559 .293 .332 .210 -.363 x10 .295 .676 .118 .123 -.054 -.192 x11 .025 .815 -.005 -.114 .121 .299 x12 .762 .267 -.116 .241 -.051 .150 x13 .715 .137 .070 .058 .284 -.268 x14 .689 .165 .034 .070 -.005 .083 x15 .681 -.248 .344 -.222 .090 .112
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 9 iterations.