analisis prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi
TRANSCRIPT
ANALISIS PRIORITAS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS FUNGSI TERMINAL SARANTAMA (STUDI KASUS TERMINAL SARANTAMA KOTA PEMATANG SIANTAR)
TESIS
Oleh
DJAMAHAEN PURBA 057016006/TS
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Judul Tesis : ANALISIS PRIORITAS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS FUNGSI TERMINAL SARANTAMA (STUDI KASUS TERMINAL SARANTAMA KOTA PEMATANG SIANTAR)
Nama Mahasiswa : Djamahaen Purba Nomor Pokok : 057016006 Program Studi : Teknik Sipil
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT
) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc
)
Tanggal lulus : 06 September 2008 Telah diuji pada
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Tanggal 06 September 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Anggota : 1. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT
2. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE
3. Dr. Ir. A. Perwira Tarigan, M.Sc
4. Ir. Zulkarnain A. Muis, M. Eng, Sc
5. Ir. Syahrizal, MT
6. Ir. Rudi Iskandar, MT
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
ABSTRAK
Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efesien pemerintah telah menyediakan banyak fasilitas yang diharapkan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat. Namun kenyataan dapat dilihat dari sekian banyak fasilitas yang ada, masih banyak yang belum dimanfaatkan dengan semestinya oleh masyarakat. Salah satunya, adalah terminal yang merupakan tempat untuk naik dan turunnya penumpang, perpindahan moda dan tempat istirahat bagi pengemudi angkutan umum. Berdasarkan pengamatan terdapat beberapa tempat yang dimanfaatkan sebagai Terminal bayangan, seperti persimpangan dekat lokasi dan menuju lokasi Terminal, pool angkutan umum dan agen atau kantor administrasi perusahaan angkutan umum. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat menentukan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi tidak efektifnya Terminal sebagai suatu sarana simpul transportasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process dengan pengamatan dan wawancara langsung pada sasaran penelitian dan Metode Antrian sebagai evaluasi kapasitas eksisting. Subyek penelitian adalah para stakeholder yang terlibat dalam penentuan efektifitas Terminal yaitu penumpang (user), pemerintah (regulator) dan pengemudi/pengusaha (operator).
Pengamatan dan wawancara dilakukan pada Terminal, pool, persimpangan dekat Terminal dan agen/kantor administrasi perusahaan angkutan dan jumlah subyek yang digunakan berjumlah 94 orang yang terdiri dari ; 11 orang mewakili pemerintah, 53 orang dari calon penumpang dan 30 orang dari pengemudi dan pengusaha angkutan umum. Dengan wawancara, diperoleh data tentang kriteria-kriteria/faktor-faktor yang mengakomodasikan ketidak efektifan penggunaan Terminal. Dan survei data untuk evaluasi kapasitas dilakukan diluar Terminal, pada 14 lokasi tempat pemberhentian dan keberangkatan bus AKDP dengan anggapan kondisi tersebut adalah kondisi yang terjadi di Terminal Sarantama.
Berdasarkan analisa yang dilakukan, diperoleh hasil bobot otoritas untuk masing-masing komponen yang berinteraksi paling mempengaruhi dalam komponen prasarana yaitu Bus AKDP 38.00 %, AKAP 20.60 % , ANGKOT 17.20 %, ANGDES 14.60 % dan BETOR 9.00 % Sedangkan prioritas lokal kriteria yang memerlukan penanganan sekala prioritas yaitu Kriteria Fasilitas Terminal (27.10 %), Kriteria Keamanan Terminal (26.30 %), Kriteria Tingkat Pelayanan jalan (21.20 %), Kriteria Aksessibilitas (13.60 %) dan Kriteria Kenyamanan Terminal (12.43 %).
Kata Kunci : Efektifitas Terminal, Komponen Terminal, Prioritas lokal kriteria.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
ABSTRACT
To create an effective and efficient transportation system, government has prepared many facilities for best utilization of public. But in reality, to see many facilities available, some of them is underutilizated duly by public. One of them is a Terminal as loading and unloading of passengers, the displacement of moda and resting area for public transport drivers. Based on the observation there is some obscure Terminal, such as crossroad near location and toward Terminal location, public transport pool and agent or arch was conducted to determine the priority of factors effecting the ineffectiveness of Terminal as transportation facility.
This research used the Analytical Hierarchy Prosess method by direct observation and interview on target of research and queuing method as evaluation of existing capacity. The subject of research was the stakeholders involved in determination of Terminal effectiveness, i.e., users (passengers), regulator and operator.
The observation and interview were conducted in Terminal, pool, cross road near the Terminal and agent/administration office of transport organization, and there were 94 subject consisting of 11 representatives of regulator, 53 users and 30 operators and managers of public transport. Through and interview, criteria/factors accommodating the ineffectiveness of use have been gained. And data survey for capacity evaluation was made outside of Terminal, in 14 locations of halt and departure of AKDP bus under assumption that the condition was a real circumtance in Terminal of Sarantama.
Based on the analysis, the result of otority volume for each component the most influential interaction in component of facility was bus AKDP 38.00 %, AKAP 20.60 %, ANGKOT 17.20 %, ANGDES and BETOR 9.00 %. Local priority needing handling are Terminal facilities criterion (27.10 %), environment security criterion (26.30 %), traffic service criterion (21.20 %), accessibility criterion (13.60 %) and environment freshness criterion (12.43 %).
Keyword : The effectiveness Terminal, Terminal components, local priority.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 8 Februari 1971, sebagai
anak pertama dari enam bersaudara keluarga Alm. Udin Purba.
Pada Tahun 1995 penulis menyelesaikan studi program S-1 Teknik Sipil pada Institut
Teknologi Medan (ITM) dan memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST).
Sejak Tahun 1995 s/d 2003 penlis bekerja di beberapa perusahaan jasa kontruksi dan
jasa konsultasi.
Pada Tahun 2004 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun dan ditempatkan pada Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga.
Pada Tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Sekolah
Pascasarjana pada Program Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Penulis menikah pada tahun 2004 dengan Julita Raya Br. Sitanggang dan dikaruniai 1
orang anak bernama Albertdin Yehezkiel Purba dan 1 orang putri bernama Henlini Setia
Purba.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
DAFTAR ISI
Halaman :
ABSTRAK……………………………………………………………………….. i
ABSTRACT……………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………........................ iii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………….................... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….......... vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………....... xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….......................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. . xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Perumusan masalah……………………………................. 6
1.3 Maksud dan Tujuan Pelitian…………………................... 7
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori…………………………………………… 11
2.1.1 Definisi Efektifitas………………………………. 11
2.1.2 Fasilitas Perpindahan Penumpang………………. 13
2.1.3 Terminal Penumpang Angkutan Umum…………. 14
2.1.4 Prasarana Terminal………………………………. 21
2.1.5 Kapasitas Terminal………………..……………... 25
2.1.6 Aksessibilitas……………………………………. 26
2.1.7 Konfigurasi Parkir………………………………… 27
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2.1.8 Tingkat Pelayanan Jalan………………………….. 28
2.1.9 Penyelenggaraan Terminal………………………... 30
2.1.10 Penetapan Kriteria Efektifitas Terminal…………... 33
2.2 Analisa Keputusan……………………………………….. 36
2.3 Metoda Proses Hirarki Analitik (PHA)..………................. 39
2.4 Teori Antrian…………………………..………................. 56
2.4.1 Model Antrian……….……………….................... 59
2.4.2 Pengujian Distribusi………………………………. 61
2.5 Studi Yang Pernah Dilakukan..…………………………… 62
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pemikiran…….…………………........................ 63
3.2 Hipotesis Penelitian..……………………………………… 67
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian……………………………..................... 69
4.2 Penelitian Penentuan Prioritas (PHA)……......................... 69
4.2.1 Metode Pengumpulan data………………………. 70
4.2.2 Metode Pemilihan Responden..…………………. 71
4.2.3 Metode Pengolahan Data dan
Analisis Data.…………………………................. 74
4.3 Penelitian Kapasitas Ruang Parkir (Model Antrian)………………………………………….. 78
4.3.1 Metode Pengumpulan Data………….................... 79
4.3.2 Metode Pengolahan Data………………………... 82
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum…………………………………………. 92
5.1.1 Kondisi Geografis……………………………….... 92
5.1.2 Kondisi Topograpi………………………………… 92
5.2 Kondisi Transportasi……………………………………… 93
5.2.1 Sistem Pergerakan………………………………… 93
5.2.2 Simpul Transportasi……………………................. 93
5.2.3 Route Angkutan Umum………………………….. 94
5.2.4 Terminal Sarantama dalam SistemJaringan Transportasi Kota Pematang Siantar……………... 95
5.3 Analisis Kriteria Efektifitas.. ……………………………. 96
5.3.1 Tingkat Pelayanan Jalan…………………………. 97
5.3.2 Aksessibilitas……………………………………. 98
5.3.3 Fasilitas dan Manajemen Terminal……………… 99
5.3.4 Keamanan Terminal……………………………… 99
5.3.5 Kenyamanan Lingkungan……………………….. 100
5.4 Penyusunan Struktur Hirarki…………............................. 103
5.5 Analisis Pembobotan Otoritas Komponen……………… 104
5.6 Analisis Bobot Prioritas Kriteria……………………….. 110
5.7 Analisis Prioritas Lokal………………………………… 121
5.8 Analisis Kapasitas Ruang Parkir Terminal Untuk Bus AKDP……………………………………………… 123
5.8.1 Analisis Data Kedatangan Kenderaan…............. 123
5.8.2 Uji Kecukupan Data……………………............ 123
5.8.3 Pengujian Distribusi……………………............. 125
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5.8.4 Penghitungan Kapasitas Terminal (eksisting)……………………………….............. 127
5.9 Pengujian Hipotesis…………………………….............. 133
5.10 Hasil Diskusi Studi Yang Pernah Dilakukan…………… 133
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………………………................................... 135
6.2 Saran…………………………………............................. 136
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….......................... 137
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1 Penentuan Lokasi Terminal Tipe A……………………………………….. 8
1.2 Hasil Notulen Rapat Optimalisasi Terminal Sarantama Dan Wawancara Tak Terstruktur …………………………………………………………… 9
1.3 Daftar Perusahaan Angkutan Yang Melakukan Penyimpangan Trayek…………………………………………………….......................... 10
2.1 Komponen Fasilitas Aktifitas Terminal…………………………………… 23
2.2 Kapasitas Jalan Raya……………………………………………………… 29
2.3 Sekala Penilaian Perbandingan Berpasangan……………………………... 46
2.4 Nilai Indeks Random……………………………………………………… 53
5.1 Jumlah Perusahaan Angkutan di Kota Pematang Siantar…….................... 95
5.2 Tingkat Pelayanan Jalan Sekitar Terminal dan Persimpangan……..……. 97
5.3 Penilaian Fasilitas Utama dan Pendukung Terminal Sarantama…………. 101
5.4 Data Tindak Kriminal di Terminal Sarantama……………………………. 102
5.5 Matriks Otoritas Komponen Perbandingan Berpasangan………………… 104
5.6 Bobot Otoritas Komponen Pemerintah (responden pertama)...................... 107
5.7 Rekapitulasi Bobot Otoritas Komponen Pemerintah…............................... 108
5.8 Rekapitulasi Bobot Otoritas Komponen User……………………………. 108
5.9 Rekapitulasi Bobot Otoritas Komponen Operator……………………….. 109
5.10 Bobot Rata-rata Prioritas Kriteria Komponen…………………………… 110
5.11 Matriks Kriteria Perbandingan Berpasangan (responden pertama)……… 111
5.12 Bobot Prioritas Kriteria (responden pertama)………………………….... 114
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5.13 Bobot Prioritas Kriteria Komponen User………… ……………………… 115
5.14 Bobot Prioritas Kriteria Komponen Pemerintah…………………………. 116
5.15 Bobot Prioritas Kriteria Komponen Operator……………………………. 117
5.16 Bobot Rata-rata Prioritas Kriteria………………………………………… 118
5.17 Bobot Prioritas Lokal Kriteria……………………………………………. 121
5.18 Uji Kecukupan Data Kedatangan Kenderaan……………………………. 124
5.19 Uji Kecukupan Data Keberangkatan Kenderaan………………………… 125
5.20 Pengujian Distribusi Poisson Bus AKDP H-1…………………………… 126
5.21 Pengujian Distribusi Poisson Bus AKDP H-2………………………….... 127
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Bagan Alir Proses Terminal Penumpang Umum………………………… 24
2.2 Konfugurasi Parkir Antrian Bus…………………………………………. 28
2.3 Struktur Hirarki AHP……………………………………………………. 43
2.4 Model Antrian Dengan Satu Fasilitas Pelayanan………………………... 58
2.5 Model Antrian Dengan Banyak Fasilitas……………………………….. 59
2.6 Model M/M/1/1………………………………………………………….. 59
3.1 Kerangka Pemikiran Analisis Prioritas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Terminal Sarantama………………………… 67
4.1 Bagan Alir Penelitian Penentuan Prioritas………………………………. 91
5.1 Hirarki Kriteria Penilaian Efektifitas Terminal Sarantama……………… 103
5.2 Diagram Bobot Prioritas Lokal Kriteria………………………………… 122
5.3 Grafik Distribution Poisson Bus AKDP-H1…………………………… 126
5.4 Grafik Distribution Poisson Bus AKDP-H2 101……………………… 127
5.5 Parkir Algoritma Hitungan Kapasitas Kebutuhan Ruang……………… 129
Halaman
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
I. Analisis Prioritas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Fungsi Terminal Sarantama (Running Expert Choice)…………………. 140
II. Analisis Data Masing-masing Komponen dan Kriteria (Running Expert Choice)………………………………….……………. 144
III. Gambar Peta dan Kondisi Eksisting……………………..……………... 183
IV. Analisis Kondisi Eksisting…………………………..……………..….. 193
V. Analisis Antrian….…………………………………………………….. 197
VI. Format Kuesioner……………………………….……………………… 209
VII. Daftar Perusahaan Angkutan…………………………………………... 215
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Pematang Siantar sebagai salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki luas
79.91 Km2 yang terdiri dari 6 kecamatan dan 43 kelurahan dengan jumlah penduduk 246.277 jiwa
(kota Pematang Siantar dalam angka, Tahun 2007), sedang berbenah diri diberbagai sektor kehidupan
guna mencapai visi Kota Pematang siantar yaitu “Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa Yang Maju,
Indah, Nyaman dan Beradap”. Artinya Kota Pematang Siantar diharapkan dimasa mendatang semakin
memiliki peranan penting dalam perdagangan dan jasa. Dalam RTRW Propinsi Sumatera Utara Kota
Pematang Siantar memiliki fungsi sebagai kota perdagangan dan jasa yang melayani wilayah tengah
Propinsi Sumatera Utara menjadikan perkembangan dan pertumbuhan kota semakin besar.
Sesuai hal tersebut diatas dari sudut pandang transport dimana arus distribusi orang, barang,
dan jasa dari suatu lokasi ke lokasi lain, kemudian berhenti pada konsumen akhir, hanya
dimungkinkan terjadi dengan baik bila didukung sarana dan prasarana transportasi yang baik.
Terminal sebagai prasarana transportasi jalan dalam menjalankan fungsinya sebagai tempat
keperluan menaikkan dan menurunkan orang atau barang, tempat beristirahat bagi awak bus dan
kenderaan sebelum memulai lagi perjalanan, serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kenderaan umum, yang merupakan wujud simpul jaringan transportasi (UU No. 14 Tahun 1992
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan) harus dapat bekerja secara optimal dan efesien, sehingga
dapat mendukung mobilitas penduduk, ketertiban lalu lintas, disamping itu Terminal juga berfungsi
sebagai sarana penunjang bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor restribusi.
Untuk memenuhi tugas tersebut maka Terminal Sarantama harus efektif agar dapat memenuhi tuntutan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
pelayanan yang sebaik-baiknya, yang mana pelayanan ini menyangkut pandangan pihak-pihak yang
terkait yaitu pihak pengelola Terminal dalam hal ini pemerintah (regulator) dan pihak pengguna jasa
layanan (operator dan User).
Terminal Sarantama ditetapkan sebagai Terminal penumpang tipe A di yang berada di
Kelurahan Tanjung Pinggir, Kecamatan Martoba (pusat kegiatan sekunder), Kota Pematang Siantar,
Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu simpul jaringan transportasi jalan sesuai dengan
keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 1361/AJ.106/DRJD/2003, yang mana pembangunan
Terminal Sarantama sebagai prasarana simpul transportasi tipe-A tentunya telah mengikuti ketentuan
persyaratan yang ada. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan, Terminal Sarantama sudah
memenuhi persyaratan penempatan lokasi seperti pada Tabel 1.1, yang artinya penempatan lokasi
Terminal Sarantama telah mengikuti rencana tata ruang Kota Pematang Siantar dan memperhatikan
rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi
jalan.
Ditinjau dari tipenya Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani angkutan umum untuk
antar kota antar propinsi (AKAP), dan atau angkutan lintas negara, angkutan antar kota dalam
propinsi (AKDP), angkutan kota (ANGKOT), angkutan pedesaan (ANGDES), dengan frekwensi 50 –
100 kenderaan/jam.
Keberadaan Terminal Sarantana saat ini tidak berfungsi efektif, tidak efektifnya fungsi
Terminal Sarantama dapat dilihat dari rendahnya pemanfaatan Terminal tersebut dimana sebagian
besar penumpang atau calon penumpang angkutan kota antar propinsi (AKAP), angkutan kota dalam
propinsi (AKDP), angkutan pedesaan (ANGDES) dan angkutan kota (ANGKOT) telah memanfaatkan
lokasi-lokasi pool, kantor-kantor perusahaan angkutan/agen, pinggir jalan dan persimpangan jalan
menuju lokasi Terminal sebagai tempat kedatangan dan melanjutkan perjalanan penumpang dan yang
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
lebih buruk lagi sebagian besar lokasi pool-pool dan kantor-kantor/agen tersebut berada disepanjang
jalan pusat kota yang tentunya semua itu berdampak negatif terhadap lalu-lintas, keindahan dan
kenyamanan kota Pematang Siantar sendiri, kondisi eksisting pada Gbr. 1.1 s/d 1.10 pada lampiran III.
Berdasarkan hasil wawancara tak struktur dengan pihak pengelola yang dalam hal ini Dinas
Perhubungan Kota Pematang Siantar yang diwakili kasie. Terminal menyebutkan telah berbagai upaya
telah dilakukan, yang antara lain :
1. Menggelar rapat dengan instansi terkait, organda dan pagayuban awak angkutan setempat,
Tabel 1.2.
2. Menentukan route perjalanan/trayek angkutan umum, Tabel 1.3.
3. Melakukan tindakan terhadap perusahaan angkutan umum yang melakukan penyimpangan
trayek, Tabel 1.4.
Abubakar (1996), ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi kinerja Terminal yaitu faktor
eksternal dan faktor internal :
1. Faktor internal, seperti : jumlah bus dalam pelayanan Terminal, kapasitas tampung bis di
Terminal, parkir didalam Terminal, waktu tunggu kenderaan dalam Terminal, sirkulasi arus
lalu lintas dalam Terminal, lamanya kenderaan yang antri pada saat memasuki dan keluar
Terminal, headway kedatangan dan keberangkatan angkutan umum yang tidak menentu,
sistem informasi mengenai jadwal kedatangan dan keberangkatan bus yang sulit didapat,
pengaturan sirkulasi lalu lintas keluar masuk Terminal, perpindahan penumpang didalam
Terminal dan waktu tunggu kenderaan serta fasilitas pendukung didalam Terminal.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2. Faktor eksternal, seperti : aksess keluar masuk menuju lokasi Terminal, kondisi arus lalu lintas
di sekitar Terminal, struktur wilayah untuk mencapai efektifitas/ efesiensi dalam pelayanan
terhadap elemen perkotaan dan biaya.
Abubakar (1992), komponen prasarana transportasi yang seharusnya ada pada sebuah
Terminal adalah disesuaikan dengan fungsi Terminal yang ingin dicanangkan. Karena pada dasarnya
komponen prasarana yang disediakan dalam seluruh Terminal dimaksudkan untuk mengantisipasi
ataupun melayani mekanisme pergerakan yang ada. Jika ditinjau dari sistem Terminal maka akan
ditemui pada sistem tersebut sekumpulan komponen pengguna jasa layanan yang saling berinteraksi
satu dengan lainnya. Antara komponen prasarana yang ada dan aktifitas dalam Terminal yang
berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan pengguna jasa layanan dalam pemanfaatan
Terminal. Komponen-komponen tersebut antara lain :
1. Moda angkutan umum (bus, angkot, taksi dan moda angkutan lain).
2. Penumpang dan calon penumpang.
3. Kenderaan pribaadi dan para pejalan kaki.
Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tidak
efektif-nya fungsi Terminal Sarantama sebagai Terminal tipe A bagi komponen pengguna jasa
layanan, sebagai berikut :
1. Fasilitas dan manajemen : jumlah bus, kapasitas, penataan parkir dan sirkulasi, sistem
informasi, komponen prasarana yang mendukung.
2. Aksessibilitas, kemudahan pergerakan angkutan dan penumpang menuju lokasi dan pada saat
di dalam Terminal.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3. Tingkat pelayanan jalan, kondisi jalan didalam dan sekitar Terminal.
4. Keamanan lingkungan, kondisi lingkungan terhadap tindak kriminalitas.
5. Kenyamanan lingkungan, kondisi terhadap polusi suara, udara dan kebersihan lingkungan
didalam lingkungan Terminal.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, efektifitas Terminal Sarantama
sebagai Terminal tipe A dapat ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi komponen pengguna
jasa layanan dalam tinjauan ini adalah angkutan umum penumpang yang masuk kedalam Terminal,
maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Angkutan umum penumpang (ANGKOT, BETOR, ANGDES, AKDP dan AKAP) mana yang
berpengaruh terhadap efektifitas Terminal Sarantama sebagai Terminal tipe A.
2. Faktor-faktor (Tingkat pelayanan jalan, Aksessibilitas, Keamanan lingkungan, Kenyamanan
lingkungan, Fasilitas dan manajemen) mana yang sangat mempengaruhi angkutan umum
penumpang terhadap efektifitas Terminal Sarantama sebagai Terminal tipe A.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan , maka maksud dari penelitian ini melakukan
analisis prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
1. Menganalisis angkutan umum penumpang yang berpengaruh menurut penilaian stakeholder
(operator, user dan regulator) terhadap tinjauan efektifitas Terminal Sarantama sebagai
Terminal tipe A.
2. Menganalisis faktor-faktor yang sangat mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama
sebagai Terminal tipe A menurut penilaian stakeholder dan kondisi eksisting sebagai prioritas
penanganan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi atau bahan masukan bagi para
pengambil keputusan dalam upaya meningkatkan efektifitas fungsi Terminal Sarantama atau
Terminal penumpang angkutan umum lainnya berdasarkan prioritas penanganan dalam pencapaian
dan sasaran.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Efektifitas
Sri Haryani (2007), pada dasarnya pengertian efektifitas yang umum menunjukkan pada taraf
tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efesien, meskipun sebenarnya
ada perbedaan diantara keduanya. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan
efesiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan
antara input dan outputnya.
Istilah efektif (effective) dan efesien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan
dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Tentang arti dari efektif
maupun efesien terdapat beberapa pendapat. Menurut Chester dalam Imam Subarkah (2007),
menjelaskan bahwa arti efektif dan efesien adalah sebagai berikut :
“When a specific desired end is attained we shall say that the action is effective. When the unsought consequences of the action are more important than the attainment of the desired end and are dissatisfactory, effective action, we shall say, it is inefficient. When the unsought consequences are unimportant or trivial, the action is efficient. Accordingly, we shall say that an action is effective if it specific objective aim. It is efficient if it satisfies the motives of the aim, whatever it is effective or not”.
Jadi dapat dikatakan bahwa sebuah kegiatan tersebut adalah efektif apabila tujuan kegiatan itu
akhirnya dapat dicapai. Tetapi bila akibat-akibat yang tidak dicari dari kegiatan mempunyai nilai
yang lebih penting dibandingkan dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan,
meskipun efektif kegiatan tersebut dapat dikatakan tidak efesien. Sebaliknya bila akibat yang tidak
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
dicari-cari dari kegiatan itu mempunyai nilai tidak penting atau remeh, maka kegiatan tersebut
efesien. Sehubungan dengan itu, kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu.
Dikatakan efesien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah
efektif atau tidak.
Menurut Peter Drucker dalam Menuju SDM Berdaya (Kisdarto, 2002 : h.139), menyatakan
“doing the right things is more important than doing the things right”. Selanjutnya dijelaskan bahwa
: “effectiveness is to do the right things : while efficiency is to do the things right” (efektifitas adalah
melakukan hal yang benar : sedangkan efesiensi adalah melakukan hal secara benar). Atau juga
“effectiveness means how far we achieve the goal and efficiency means how do we mix various
resources properly” (efektifitas berarti sejauh mana kita mencapai sasaran dan efesiensi berarti
bagaimana kita mencampur sumber daya secara cermat).
Efesien tetapi tidak efektif berarti dalam memanfaatkan sumberdaya (input) baik, tetapi tidak
mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tidak efesien berarti dalam mencapai sasaran menggunakan
sumber daya berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi. Tetapi yang paling parah adalah
tidak efesien dan juga tidak efektif, artinya adanya pemborosan sumber daya atau penghamburan-
hamburan sumber daya tanpa mencapai sasaran. Efesiensi harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat
diukur (mearsurable), sedangkan efektif mengandung pula pengertian kualitatif.
Efektif lebih mengarah ke pencapaian sasaran. Efesien dalam menggunakan masukan (input)
akan menghasilkan produktifitas yang tinggi, yang merupakan tujuan dari setiap organisasi apapun
bidang kegiatannya. Hal yang paling rawan adalah apabila efesiensi selalu diartikan sebagai
penghematan, karena bisa mengganggu operasi, sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi hasil
akhir, karena sasarannya tidak tercapai dan produktifitasnya akan juga tidak setinggi yang
diharapkan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Efektif dikaitkan dengan kepemimpinan (leadership) yang menentukan hal-hal yang harus
dilakukan (what are the things to be accomplished), sedangkan efesien dikaitkan dengan manajemen,
yang mengukur bagaimana sesuatu dapat dilakukan sebaik-baiknya (how can certain things be best
accomplished).
2.1.2 Fasilitas Perpindahan Penumpang
Fasilitas perpindahan penumpang angkutan umum dapat didefinisikan suatu tempat dimana
terdapat fasilitas bagi penumpang agar dapat naik ke atau turun dari angkutan umum. Fasilitas
perpindahan penumpang merupakan bagian dari sistem penyediaan angkutan umum, sehingga
eksistensi dan pengoperasian fasilitas perpindahan numpang harus pula ditujukan untuk mempercepat
proses transper, memberikan informasi yang diperlukan, tidak mengganggu aktifitas disekitar
kawasan.
2.1.3 Terminal Penumpang Angkutan Umum
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 2002, Terminal angkutan penumpang merupakan
salah satu bagian dari sistem transportasi, tempat kenderaan umum mengambil dan menurunkan
penumpang dari satu moda ke moda transportasi yang lainnya, juga merupakan prasarana angkutan
penumpang dan menjadi unsur ruang yang mempunyai peran penting bagi efesiensi kepentingan
wilayah.
Ditinjau dari sistem jaringan Transportasi jalan secara keseluruhan, Terminal angkutan umum
merupakan simpul utama dalam jaringan dimana sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan
bertemu, dengan demikian Terminal angkutan umum merupakan komponen utama dari jaringan
transportasi jalan yang mempunyai peran dan fungsi yang cukup signifikan. Karena kelancaran yang
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
ada pada Terminal disamping akan mempengaruhi efesiensi dan efektifitas sistem angkutan umum
secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan pelayanan yang baik yang dapat berfungsi secara efektif
dan efesien dalam mengantisipasi kebutuhan pergerakan di dalam Terminal. Dan untuk
mengoptimalkan fungsinya, maka kapasitas Terminal harus cukup memadai, Terminal harus dapat
menghasilkan mobilitas yang tinggi melalui penyediaan fasilitas-fasilitas yang memadai.
A. Fungsi Terminal
Terminal adalah titik simpul berbagai moda angkutan, sebagai titik perpindahan penumpang
dari moda satu kemoda yang lain atau dari berbagai moda ke suatu moda, juga suati titik tujuan atau
titik akhir orang setelah turun melanjutkan berjalan kaki ke tempat kerja, rumah atau pasar, dengan
kata lain Terminal adalah suatu titik henti.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, dalam buku Menuju lalu-lintas dan Angkutan jalan
yang tertib (edisi yang disempurnakan) pada BAB IX tentang transportasi jalan halaman 93,
menyatakan fungsi Terminal transportasi jalan dapat ditinjau dari 3 unsur, adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Terminal bagi Penumpang (user), adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan
perpindahan dari suatu moda atau kenderaan ke moda atau kenderaan lain, tempat fasilitas-
fasilitas informasi dan fasilitas parkir kenderaan pribadi.
2. Fungsi Terminal bagi pengusaha dan pengemudi (operator), adalah untuk pengaturan operasi
bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.
3. Fungsi Terminal bagi pemerintah (regulator), adalah dari segi perencanaan dan manajemen
lalu-lintas untuk menata lalu-lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber
pemungutan restribusi dan sebagai pengendali kenderaan angkutan umum.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
B. Jenis Terminal
Sesuai dengan Pasal 41 Bab VI Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993, tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan dan Pasal 2 Bab II Keputusan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, mengklasifikasikan Terminal
menjadi tiga tipe yaitu :
1. Terminal penumpang tipe A, adalah Terminal penumpang yang berfungsi melayani kenderaan
umum untuk angkutan antar kota antar propinsi (AKAP) dan angkutan lintas batas negara,
angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota (ANGKOT) dan angkutan
pedesaan (ANGDES ).
2. Terminal penumpang tipe B, adalah Terminal penumpang yang berfungsi melayani kenderaan
umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota (ANGKOT) dan
angkutan pedesaan (ANGDES).
3. Terminal penumpang tipe C, adalah Terminal penumpang yang berfungsi melayani kenderaan
umum untuk angkutan pedesaan (ANGDES).
Klasifikasi Terminal ini yang biasanya mendasari kriteria suatu perencanaan karena dengan
fungsi pelayanan yang berbeda tentu akan menuntut fasilitas yang berbeda pula. Namun konsep
perencanaan diantara ketiganya tidak akan berbeda sebagai fasilitas yang melayani perpindahan
pergerakan penumpang pemakai jasa layanan angkutan.
Dalam suatu kota dibutuhkan adanya Terminal type A atau sebuah Terminal type B dan
beberapa Terminal type C, dimana jumlah dan sebarannya tergantung pada jumlah penumpang yang
dilayani dan bentuk kota. Biasanya Terminal type C terletak dipinggir kota yang merupakan titik
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
pertemuan antara angkutan kota dan angkutan pedesaan sehingga banyaknya Terminal lokal
tergantung banyaknya titik pertemuan antara angkutan kota dan angkutan pedesaan.
C. Keriteria Pembangunan
Dalam pembangunan sebuah Terminal penumpang berbagai hal harus dipertimbangkan agar
tercapai tujuan dan sasaran. Menurut Abubakar (1996), pembangunan sebuah Terminal
mempertimbangkan 4 faktor yaitu :
1. Terminal harus dapat menjamin kelancaran arus angkutan baik penumpang maupun barang.
2. Terminal hendaknya sesuai dengan rencana tata ruang.
3. Lokasi Terminal hendaknya dapat menjalin penggunaan dan operasi kegiatan Terminal yang
efesien dan efektif.
4. Lokasi Terminal hendaknya tidak mengakibatkan gangguan pada kelancaran arus kenderaan
umum, dan keamanan lalu lintas kota serta lingkungan hidup sekitarnya.
D. Fasilitas Terminal Penumpang
Biasanya didalam Terminal terdapat fasilitas-fasilitas yang disediakan bagi penumpang dan
penghantar atau penjemput, kenderaan dan pengemudi, dan pengelola. Sesuai dengan Pasal 2 Bab II
Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan,
fasilitas Terminal terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang, adalah sebagai berikut :
I. Fasilitas Utama, fasilitas utama merupakan suatu fasilitas yang mutlak dimiliki dalam suatu
Terminal, yang antara lain :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
1) Areal keberangkatan, yaitu pelataran yang disediakan bagi kenderaan angkutan
penumpang umum untuk menaikkan penumpang (loading) dan untuk memulai
perjalanan.
2) Areal kedatangan, atau pelataran yang disediakan bagi kenderaan angkutan penumpang
umum untuk menurunkan penumpang (unloading) yang dapat pula merupakan akhir
dari perjalanan.
3) Areal menunggu, yaitu pelataran yang disediakan bagi kenderaan angkutan penumpang
umum untuk beristirahat dan siap untuk menuju jalur pemberangkatan.
4) Areal lintas, yaitu pelataran yang disediakan bagi kenderaan angkutan penumpang
umum untuk beristirahat sementara dan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang.
5) Areal tunggu, yaitu pelataran tempat menunggu yang disediakan bagi orang yang akan
melakukan perjalanan dengan kenderaan angkutan penumpang umum.
6) Bangunan kantor Terminal, yaitu suatu bangunan yang biasanya di gabung dengan
menara pengawas yang berfungsi sebagai tempat untuk memantau pergerakan
kenderaan dan penumpang dari atas menara.
7) Pos pemeriksaan KPS (Kartu Pengawasan Setempat), yaitu pos yang biasanya
berlokasi di pintu masuk dari Terminal yang berfungsi memeriksa terhadap masing-
masing angkutan umum yang memasuki Terminal.
8) Loket penjualan tiket, yaitu suatu ruangan yang dipergunakan oleh masing-masing
perusahaan untuk keperluan penjualan tiket bus yang melayani perjalanan dari
Terminal yang bersangkutan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
9) Rambu-rambu lalu-lintas dan petunjuk informasi yang berupa petunjuk jurusan, tarif
dan jadwal perjalanan, hal ini harus tersedia karena sangat penting untuk memberikan
informasi bagi penumpang baik yang akan meninggalkan maupun baru tiba di
Terminal yang bersangkutan sehingga tidak tersesat dan terkesan semrawut.
II. Fasilitas Penunjang, selain fasilitas utama dalam sistem Terminal terdapat pula fasilitas
penunjang sebagai fasilitas pelengkap, yang antara lain :
1) Ruang informasi dan pengaduan, yaitu untuk memberikan informasi kepada para
penumpang maupun pengaduan apabila terjadi sesuatu terhadap penumpang, misalkan
kehilangan barang, banyaknya calo, para awak angkutan umum menaikkan tariff
angkutan diatas tarif yang berlaku .
2) Ruang pengobatan, tempat memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
3) Ruang penitipan barang
4) Ruang istirahat sopir
5) Docking kenderaan umum
6) Musholla.
7) Kamar mandi atau WC (water closed).
8) Kios atau kantin.
9) Telepon umum.
10) Taman dan lain-lain.
2.1.4 Prasarana Terminal
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Komponen prasarana transportasi yang seharusnya ada pada sebuah Terminal adalah
disesuaikan dengan fungsi Terminal yang ingin dicanangkan. Karena pada dasarnya komponen
prasarana yang disediakan dalam seluruh Terminal dimaksudkan untuk mengantisipasi ataupun
melayani mekanisme pergerakan yang akan timbul.
Mekanisme pergerakan yang mungkin timbul dari sebuah Terminal dapat dijadikan sebuah
dasar dari suatu mekanisme pergerakan yang paling lengkap yang mungkin ada dalam sebuah
Terminal. Dengan demikian, prasarana yang harus disediakan mampu mengantisipasi
pelayanan ataupun pergerakan seperti pada Tabel 2.1.
Jika ditinjau dari sistem Terminal, maka akan ditemui pada sistem tersebut sekumpulan
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Antara komponen prasarana yang ada dan
aktifitas dalam Terminal sangat berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan pengguna jasa
layanan dalam pemanfaatan Terminal. Komponen-komponen tersebut antara lain :
1. Moda angkutan umum (bus, angkot).
2. Penumpang.
3. Calon penumpang yang diatur (kiss & ride).
4. Calon penumpang yang membawa kenderaan sendiri dan memarkir kenderaannya (park
& ride).
5. Pejalan kaki.
Prasarana bangunan yang tersedia pada suatu Terminal pada dasarnya diperuntukkan agar
fungsi dan mekanisme pergerakan yang ada pada suatu Terminal berjalan secara efektif dan efesien.
Mengacu pada komponen-komponen ataupun entitas yang terdapat dalam suatu Terminal dan juga
mengacu pada interaksi yang terjadi antara masing-masing komponen tersebut..
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Melalui bagan alir proses pergerakan dalam Terminal maka akan terlihat kegiatan-kegiatan
yang dialami oleh penumpang, barang dan kenderaan atau satuan lalu-lintas pada saat diproses
melalui fasilitas Terminal. Gambaran proses tersebut dapat dilihat pada Gbr.2.1 yang memperlihatkan
Terminal angkutan kota konvensional yang berguna untuk menerangkan karakteristi Terminal, juga
merupakan alat yang sangat membantu mengevaluasi permasalan operasional.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2.1.5 Kapasitas Terminal
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Pada dasarnya terdapat dua konsep dari kapasitas Terminal, dimana pengertiam dari kapasitas
Terminal adalah suatu ukuran dari volume yang melalui Terminal atau sebagian dari Terminal.
Konsep pertama dari kapasitas Terminal yaitu kemungkinan arus lalu-lintas maksimum yang melalui
Terminal akan dapat terjadi apabila selalu terdapat suatu satuan lalu-lintas yang menunggu untuk
memasuki tempat pelayanan segera setelah tempat tersebut tersedia. Kondisi ini jarang dicapai dalam
waktu yang panjang disebabkan karena arus lalu-lintas biasanya mempunyai puncak. Secara praktis
tertahannya jumlah arus yang besar akan mengakibatkan kelambatan-kelambatan yang sangat
mengganggu lalu-lintas didalam dan diluar Terminal. Konsep kedua dari kapasitas Terminal yaitu
volume maksimum yang masih dapat ditampung dengan waktu menunggu atau kelambatan yang
masih dapat diterima.
Pengukuran secara praktis terhadap kapasitas Terminal memperlihatkan bahwa ada batasan-
batasan untuk kelambatan yang masih dapaat diterima. Oleh karena itu selagi headway time lebih
lama dari waktu pelayanan, seluruh satuan lalu-lintas akan dapat dilayani. Tetapi bila headway time
lebih pendek dari waktu pelayanan, suatu antrian akan terbentuk.
Kapasitas Terminal juga sangat tergantung kepada luas areal dan jumlah lajur-lajur pelayanan-
nya, lajur-lajur tersebut terdiri dari :
1. Lajur kedatangan dimana diperlukan tempat untuk menurunkan penumpang dan bagasi.
2. Lajur tempat parkir kenderaan untuk istirahat dalam hal ini bisa dilakukan perawatan,
membersihkan kabin dan persiapan.
3. Lajur pelayanan, yaitu tempat kenderaan menaikkan penumpang dan bagasi.
4. Lajur tunggu, yaitu tempat kenderaan menunggu atau antri sebelum memasuki jalur
pelayanan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5. Lajur keberangkatan, yaitu tempat kenderaan siap diberangkatkan setelah terlebih dahulu
dilakukan pengecekan administratif baik fisik maupun dokumen terhadap kenderaan
penumpang oleh petugas.
Kapasitas Terminal adalah besarnya volume atau tingkat kedatangan rata-rata kenderaan
persatuan waktu semua lajur bis di dalam Terminal. Adapun harga kapasitas diperoleh dengan cara
menjumlahkan volume/tingkat kedatangan (λ) semua lajur bis yang ada didalam Terminal.
2.1.6 Aksessibilitas
Jalan masuk dan keluar kenderaan di Terminal harus lancar dan dapat bergerak dengan
mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kenderaan umum harus terpisah dengan jalan
keluar masuk kenderaan pribadi. Kenderaan didalam Terminal harus dapat bergerak tanpa halangan
yang tidak perlu. Sistem sirkulasi kenderaan didalam Terminal ditentukan berdasarkan :
1. Jumlah arah perjalanan.
2. Frekwensi perjalanan.
3. Waktu yang diperlukan untuk turun atau naik penumpang.
Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan bus dalam kota dengan jalur bus
antar kota, sistem parkir kenderaan didalam Terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga rasa
aman, lancar dan tertib dapat dicapai.
2.1.7 Konfigurasi Parkir
Konfigurasi parkir bus selama didalam antrian dibuat dengan tujuan memberikan kebebasan
samping kiri, kanan, depan dan belakang, sehingga dapat memberikan ;
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
1. Kebebasan koridor yang aman bagi pejalan kaki atau penumpang yang akan mempergunakan
layanan angkutan bus menurut SK. SNI S-03-1990-F, Standar Spesifikasi Trotoar Departemen
Pekerjaan Umum.
2. Kebebasan berjalan untuk mendahului.
3. Kebebasan berpapasan tanpa harus bersinggungan.
4. Kebebasan sirkulasi udara akibat gas buangan kenderaan.
Konfigurasi parkir bus tersebut adalah seperti terlihat pada Gbr. 2.2 dibawah. Dari ukuran
areal Terminal dan konfigurasi parkir maka akan dapat diketahui jumlah bus yang parkir di-areal
antrian.
Gambar 2.2 Konfigurasi Parkir Antrian Bus
2.1.8 Tingkat Pelayanan Jalan
Konsep tingkat pelayanan jalan didasarkan pada kualitas yang menjabarkan kondisi
operasioanal ruas jalan pada suatu arus lalu lintas. Banyak bagian dari kapasitas praktis yang
0.5 m’
0.5 m’
9 m’
0.5 m’
4.0 m’ 1,5 m’
0.75 m’ 0.75m’
2.50 m’
K
O
R
I
D
Dimana :
SRP (satuan ruang parkir) = 40 m2.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
tergantung pada tingkat pencegahan yang dapat diterima dalam hal kemacetan, keamanan dan
kebebasan melakukan maneuver.
Dalam revisi United Stated Higway Capacity Manual (1965), menggunakan definisi tunggal
untuk kapasitas masing-masing tipe jalan raya yang mirip dengan definisi kapasitas yang mungkin
(vossible capacity). Beberapa volume pelayanan menggantikan pengertian tentang kapasitas praktis
dan menunjukkan suatu kelompok kondisi yang diinginkan yang dikenal sebagai tingkat pelayanan
(LOS). Dengan demikian volume pelayanan didefinisikan sebagai arus maksimum yang dapat
ditampung pada tingkat pelayanan tertentu, seperti pada Tabel 2.2.
dimana ;
1. Tingkat pelayanan A, adalah suatu kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi dan
volume lalu lintas rendah. Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginan tanpa
hambatan.
2. Tingkat pelayanan B, Dalam zone arus satabil, dengan kecepatan operasional mulai
terbatas oleh kenderaan lain. Pengemudi masih tetap mempunyai kebebasan memilih
kecepatan dan jalur.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3. Tingkat pelayanan C, kondisi aliran tetap stabil tetapi kecepatan dan gerakan manuver
dibatasi oleh volume yang lebih tinggi. Kebanyakan pengemudi terbatas pada
kebebasan memilih kecepatan, pindah jalur dan mendahului.
4. Tingkat pelayanan D, kondisi mendekati aliran tidak stabil, kecepatan cukup
memuaskan walaupun banyak dipengaruhi kecepatan kenderaan di depannya. Volume
lalu lintas berfluktuasi.
5. Tingkat pelayanan E, kondisi aliran tidak stabil dengan volume pada kapasitas terjadi
berhenti berkali-kali.
6. Tingkat pelayanan F, kondisi aliran dipaksakan (forced flow), kecepatan rendah,
volume dibawah kapasitas. Dalam keadaan extrim kecepatan dan volume dapat turun
secara mendadak menjadi nol. Kondisi ini biasanya sebagai hasil dari antrian.
2.1.9 Penyelenggaraan Terminal
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1995, penyelenggaraan Terminal penumpang
meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban Terminal.
A. Pengelolaan Terminal penumpang yang harus dilakukan meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pengoperasian Terminal.
a. Kegiatan perencanaan Terminal meliputi :
1. Penataan pelataran Terminal menurut rute atau jurusan.
2. Penataan fasilitas penumpang.
3. Penataan fasilitas penunjang Terminal.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
4. Penataan arus lalulintas di daerah pengawasan Terminal.
5. Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan.
6. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan.
7. Pengaturan jadwal petugas Terminal.
8. Evaluasi sistem pengoperasian Terminal.
b. Kegiatan pelaksanaan pengoperasian Terminal penumpang meliputi ;
1. Pengaturan tempat tunggu dan arus kenderaan di dalam Terminal.
2. Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kenderaan menurut jadwal yang
telah ditetapkan.
3. Pemungutan jasa pelayanan Terminal penumpang.
4. Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kenderaan umum
kepada penumpang.
5. Pengaturan arus lalu-lintas didaerah pengawasan Terminal.
c. Kegiatan pengawasan pengoperasian terminal penumpang meliputi :
1. Pemantauan pelaksanaan tarif.
2. Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan.
3. Pemeriksaan kenderaan yang tidak memenuhi kelayakan melakukan perjalanan.
4. Pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan.
5. Pemeriksaan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
6. Pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi.
7. Pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
8. Pemantauan pemanfaatan Terminal serta fasilitas sesuai dengan peruntukannya.
9. Pencatatan jumlah kenderaan dan penumpang datang dan berangkat.
B. Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk menjamin agar
Terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi sebagaimana mestinya. Pemeliharaan
Terminal meliputi :
1. Menjaga kebersiahan bangunan serta perbaikannya.
2. Menjaga kebersihan pelataran terminal, perawatan tanda-tanda dan perkerasan
pelataran.
3. Merawat saluran-saluran air yang ada.
4. Merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan.
5. Menjaga dan merawat peralatan komonikasi.
6. Menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam kebakaran
lainnya yang siap pakai.
C. Kegiatan penertiban Terminal meliputi ;
1. Penertiban calon penumpang yang keluar dan atau masuk daerah kewenangan
Terminal.
2. Penertiban penggunaan fasilitas penunjang sesuai peruntukkannya.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3. Penertiban Terminal dari gangguan pedagang asongan, pengemis, calo dan lain
sebagainya.
4. Penertiban Terminal dari gangguan keamanan.
2.1.10 Penetapan Kriteria Efektifitas Terminal
Pada dasarnya efektifitas merupakan pencerminan hubungan antara fasilitas yang telah
disediakan dan manfaat yang dicapai dari penyediaan fasilitas tersebut. Krishmono (1998) dalam
Renward (2006) menjelaskan dalam kondisi yang ideal dan optimum dimana keluaran akhir dari
penyediaan fasilitas dari suatu lokasi pelayanan umum mempunyai arah tujuan kedalam suatu sistem
sehingga efektifitas berdasarkan tujuan dalam sistem pelayanan umum dapat dianalisa dengan
kerangka yang jelas, terstruktur dan sistematis. Pengertian ini bermakna bahwa konsep efektifitas
pelayanan umum dapat dilakukan berdasarkan pada tujuan penyediaan fasilitas pada lokasi pelayanan
umum tersebut. Berdasarkan tinjauan efektifitas fungsi Terminal melalui penyediaan fasilitas bagi
angkutan umum dilandasi oleh :
1. Pandangan berbagai elemen komponen tentang efektifitas Terminal.
2. Kriteria atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas Terminal, Faktor internal Terminal
dan external Terminal.
3. Metoda yang tepat untuk menetapkan efektifitas fungsi Terminal sebagai tolok ukur
pernyataan keberhasilan Terminal dalam mencapai tujuannya.
Efektifitas dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasaran dimana tujuan adalah keadaan atau
kondisi yang ingin dicapai. Efektifitas menyatakan tingkat keberhasilan dalam usaha mencapai tujuan.
Hal ini menyangkut pengertian yang luas karena pencapaian tujuan melibatkan seluruh komponen.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penilaian efektifitas dari penyediaan
fasilitas dalam hal ini Terminal Sarantama sebagai Terminal angkutan penumpang jalan ditinjau
berdasarkan fungsi kepentingan pengguna jasa layanan (user dan operator), dan juga kepentingan
penyelenggara (regulator). Dan mengacu pada kriteria penyediaan fasilitas yang ditinjau dari fungsi
kepentingan pengguna dan konsep umum Terminal dalam pelayanan maksimal, maka disimpulkan
penilaian efektifitas fungsi Terminal Sarantama dapat ditinjau dari kriteria-kriteria, yang antara lain :
1. Tingkat pelayanan jalan, kriteria penilaian berdasarkan kondisi fhisik eksisting di
dalam dan sekitar Terminal yang menyangkut geometrik dan permukaan jalan pada
ruas jalan dan persimpangan, kondisi arus lalu lintas disekitar Terminal.
2. Aksessibilitas, kriteria penilaian yang berdasarkan suatu kemudahan sirkulasi
angkutan umum untuk masuk dan keluar di dalam dan sekitar Terminal, kemudahan
dalam sirkulasi yang aman dan nyaman bagi penumpang untuk mendapatkan transit
atau pertukaran bus sesuai dengan tujuan perjalanan didalam lokasi Terminal.
3. Fasilitas dan manajemen Terminal, kriteria penilaian ini berdasarkan ketersediaan
dan pengaturan fasilitas yang aman dan nyaman untuk naik dan turun bagi penumpang
sesuai dengan lajur menurut tujuan bus, tiketing, tempat menunggu, restoran dan
pertokoan, telepon umum, tempat sholat, toilet, p3k dan sebagainya.
4. Kenyamanan lingkungan, kriteria penilaian berdasarkan kondisi didalam dan sekitar
Terminal yang menyangkut kenyamanan lingkungan yang diakibatkan dari limbah
buangan kenderaan dan penumpang (oli bekas, sampah), kebisingan dan getaran,
kualitas udara yang mengganggu lingkungan sekitar (asap kenderaan, toilet dan kamar
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
mandi dan dapur rumah makan), penempatan rumah makan khas daerah dan kondisi
drainase yang bersih dan lancar.
5. Keamanan lingkungan, kriteria penilaian berdasarkan situasi lingkungan didalam
Terminal yang aman dari tindak kriminal (pencopet, penodongan, pembunuhan,
pemerkosaan dan lain sebagainya).
2.2 Analisa Keputusan
Para pengambil keputusan umumnya selalu berhadapan dengan penyelesian masalah
pengambilan keputusan. Ketika membuat suatu keputusan, ada suatu proses yang terjadi pada otak
manusia yang akan menentukan kualitas keputusan yang dibuat (Permadi, 1992). Ketika keputusan
yang akan dibuat sederhana seperti memilih warna celana, manusia dapat dengan mudah membuat
keputusan. Namun ketika keputusan yang akan diambil bersifat kompleks dengan risiko yang besar
keputusan sering memerlukan alat bantu dalam bentuk analisis yang bersifat ilmiah, logis, dan
terstruktur/konsisten. Dari alasan diatas , maka salah satu cabang analisa keputusan yang sesuai
dengan masalah tersebut adalah Multi-Criteria Decision Making.
Multi-criteria decision making (MCDM) merupakan teknik pengambilan keputusan dari
beberapa pilihan alternatif yang ada. Didalam MCDM ini mengandung unsur attribut, obyektif, dan
tujuan.
1. Attribute menerangkan, memberi ciri kepada suatu obyek. Misalnya tinggi, panjang dan
sebagainya.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2. Obyektif menyatakan arah perbaikan atau kesukaan terhadap attribute, misalnya
memaksimalkan umur, meminimalkan harga, dan sebagainya. Obyektif dapat pula berasal dari
attribute yang menjadi suatu obyek jika attribute tersebut diberi arah tertentu.
3. Tujuan ditentukan terlebih dahulu. Misalnya suatu proyek mempunyai obyektif
memaksimumkan profit, maka proyek tersebut mempunyai tujuan mencapai profit 10
juta/bulan.
Kriteria merupakan ukuran, aturan-aturan ataupun standar-standar yang memandu suatu
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui pememilihan atau
memformulasikan atribut-atribut, obyektif-obyektif, maupun tujuan-tujuan yang berbeda, maka
atribut, obyektif maupun tujuan dianggap sebagai kriteria. Kriteria dibangun dari kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia serta nilai-nilai yang diinginkannya. Ada dua macam kategori dari Multi-
criteria decision making (MCDM), yaitu :
1. Multi Objective Decision Making (MODM)
2. Multiple Attribute Decision Making (MADM)
Multi Objective Decision Making (MODM) menyangkut masalah perancangan (design),
dimana teknik-teknik matematik optimasi digunakan, untuk jumlah alternatif yang sangat besar
(sampai dengan tak berhingga) dan untuk menjawab pertanyaan apa (what) dan berapa banyak (how
much).
Multi Attribute Decision Making (MADM), menyangkut masalah pemilihan, dimana analisa
matematis tidak terlalu banyak dibutuhkan atau dapat dugunakan untuk pemilihan hanya terhadap
sejumlah kecil alternatif saja. Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik MADM,
seperti Metode Preference Organization Methods for Enrichment Evaluation (PROMETHE) yang
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
menawarkan cara yang fleksibel dan sederhana kepada pembuat keputusan untuk menganalisis
masalah-masalah Multi-criteria, Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menawarkan teknik
pemecahan untuk masalah yang kompleks dan Multi-criteria.
Menurut Bourgeois (2005), AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun
prioritas yang bersifat kompleks atau multi kriteria. Secara umum, dengan menggunakan AHP,
prioritas yang akan dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, transparan, dan partisipatif.
Dengan tuntutan yang semakin tinggi keterkaitan dengan transparansi dan partisipasi, AHP akan
sangat cocok digunakan untuk penyusunan prioritas kebijakan publik yang menuntut transparansi dan
partisipasi.
2.3 Metoda Proses Hirarki Analitik (PHA)
Adalah salah satu teknik pengambilan keputusan/optimasi multivariate yang digunakan dalam
analisis pengambilan keputusan. Pada hakekatnya PHA merupakan suatu model pengambilan
keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan PHA pada dasarnya berusaha menutupi
semua kekurangan dari model-model sebelumnya. PHA juga memungkinkan ke struktur suatu sistem
dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan
mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem (Saaty, 1993).
Perangakat utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya
adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok dalam model PHA dengan model lainnya
yaitu terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model PHA.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
1. Resiprocal Comparison, pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan
menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila
A lebih disukai daripada B dengan sekala (X), maka B lebih disukai dari pada A dengan
sekala (1/X).
2. Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam sekala terbatas atau
dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini
tidak terpenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus
dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.
3. Independence, persepsi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi
oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objek keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa
pola ketergantungan dala PHA adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen
dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dala satu tingkat
dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya.
4. Expectation, untuk tujuan pengambilan keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap.
Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambilan keputusan tidak memakai seluruh kritria
atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak
lengkap.
Selanjutnya Saaty (1993), menyatakan bahwa proses hirarki analitik (PHA) menyediakan
kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu kompleks dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya PHA adalah suatu
metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam komponen-
komponennya. Analisis dalam AHP menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
hasil modifikasi dari metode berdasarkan ilmu pengetahuan (scientific method). Hal ini menekankan
akan proses sitematis terhadap pemecahan masalah. Suatu masalah dan peluang akan ditampilkan
kedalam kontek sistem. Mempelajari suatu masalah dan memfokuskan suatu solusi merupakan suatu
aktifitas pengaturan sistem yang saling berhubungan. Artinya dengan menggunakan pendekatan PHA
kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.
A. Prinsip Kerja PHA
Prinsip kerja PHA adalah menyederhankan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur,
stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat
kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentan arti penting variabel tersebut
secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Pada penyelesaian persoalan dengan AHP ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :
1. Dekomposisi
2.
, setelah mendefinisikan permasalahan atau persoalan yang akan dipecahkan,
maka dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya.
Jika menginginkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan unsur-unsur tersebut sampai
tidak dapat dipecah lagi, sehingga didapatkan beberapa tingkatan persoalan.
Comparative Judgement
3.
, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif diantara
dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-
elemen yang disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.
Synthesis of Priority, yaitu melakukan sintesis prioritas dari setiap matriks pairwise
comparison "vektor eigen" (ciri) – nya untuk mendapatkan prioritas lokal. Matriks pairwise
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh karena itu untuk melakukan prioritas global
harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal.
4. Logical Consistency
B. Prosedur PHA
, yang dapat memiliki dua makna, yaitu 1) obyek-obyek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya dan 2) tingkat hubungan
antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode PHA meliputi :
1. dentifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi persoalan dan menentukan solusi yang
diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan
berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
2. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi, persoalan yang akan diselesaikan,
diuraiakan menjadi unsur-unsur, kemudian disusun
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3. Penentuan prioritas
Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggam-barkan kontribusi relatif
atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Teknik perbandingan pasangan yang digunakan dalam PHA berdasarkan
judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person. Mereka
dapat terdiri 1) pengambil keputusan 2) para pakar 3) orang yang terlibat, memahami dan
merasakan permasalahan yang dihadapi. Matriks pendapat individu formulasinya dapat
disajikan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Struktur Hirarki AHP
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dalam hal ini C1, C2, …., Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hirarki.
Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n.
Nilai ai-j merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai
kepentingan Ci terhadap Cj.
4. Konsistensi logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsistensi sesuai
dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan
secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan
tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Saaty, 1993) :
Hubungan kardinal : ai-j.aj-k = ai-k
Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :
Matriks Pendapat Individu
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali
dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak
delapan kali dari pisang.
b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan
mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut,
sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam
preferensi seseorang.
Perhitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengalikan matriks dengan prioritas bersesuaian.
2. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
3. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
4. Hasil C dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks.
5. Indeks konsistensi (CI)
6. Rasio konsistensi (CR), dimana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤
0.1, hasil perhitungan dapat dibenarkan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
C. Formulasi Matematis
Formulasi matematis multikriteria dengan model AHP dilakukan dengan menggunakan
matrik. Suatu subsistem operasi yang diasumsikan terdapat n elemen operasi yaitu elemen-elemen
operasi C1, C2,…, Cn, yang akan dinilai secara perbandingan berpasangan. Nilai dari perbandingan
berpasangan antara Ci dengan Cj direpresentasikan dalam matriks bujur sangkar :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
A = [ a (i, j) ], (i, j = 1, 2, ....., n)
Nilai setiap elemen a (i, j) mempunyai hubungan :
1. Jika a (i, j) = a, maka a (i, j) = 1/a.
2. Jika Ci mempunyai tingkat kepentingan yang sama dengan Cj, maka a (i, j) = a (j, i) = 1.
3. Untuk hal khusus, a (i, j) = 1 untuk semua i.
Dengan demikian matriks A merupakan matriks resiprokal yang mempunyai bentuk sebagai
berikut :
Setelah memindahkan hasil perbandingan berpasangan (Ci, Cj) ke dalam elemen a (i, j) pada
matriks A, masalah berikutnya adalah menentukan bobot C1, C2, …., Cn menjadi suatu nilai W1,
W2, …, Wn yang mencerminkan hasil dari judgement yang telah diberikan.
Kondisi ini dapat dipecahkan dengan tahapan sebagai berikut :
Tahap 1 :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Asumsikan bahwa judgement merupakan hasil dari pengukuran. Hubungan antara bobot Wi dengan
judgement a (i, j) adalah :
Wi/Wj = a (i, j), (i, j = 1, 2, …, n) ……………..(1)
Sehingga diperoleh :
Tahap 2 :
Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan toleransi terhadap revisi, perhatikan baris ke-i
pada matriks A, nilai tiap elemen dari baris tersebut adadalah :
a (i, 1), a (i, 2), …., a (i, j), …., a(i,n)
Pada kondisi ideal nilai-nilai tersebut sama dengan perbandingan antara :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
W1/W2, Wi/W2, …., Wi/j, …., Wi/Wn
Jika dikalikan elemen pertama pada baris tersebut W1, elemen kedua dengan W2 dan
seterusnya, maka diperoleh elemen baris yang identik, yaitu :
W1, W2, …., Wn
dimana, pada kasus umum yang bersifat judgemental akan diperoleh elemen baris yang nilai-
nilainya terletak disekitar Wi. Dengan demikian cukup beralasan jika dikemukakan bahwa nilai Wi
merupakan rata-rata dari nilai tersebut, sehingga :
Dalam teori matriks, persamaan tersebut menunjukkan bahwa W adalah vektor dari A dengan
nilai eigen n, dengan demikian vektor eigen merepresentasikan bobot atau prioritas dari elemen yang
bersangkutan. Jika ditulis secara lengkap, persamaan tersebut mempunyai bentuk sebagai berikut :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Tahap 3
Estimasi yang baik dari a (i, j) akan menghasilkan nilai ideal Wi/Wj. Tetapi jika a (i, j)
menyimpang maka persamaan (1) akan dapat dipenuhi jika nilai n juga berubah. Jika L1, L2, …., Ln
adalah nilai-nilai eigen dari matriks a dan jika a (i, j) = 1 untuk semua i, maka :
Oleh sebab itu setelah persamaan (2) terpenuhi maka semua nilai eigen akan sama dengan nol
kecuali satu yang bernilai n. Dalam matriks resiprokal yang konsisten, n adalah nilai eigen
maksimum dari A. Adanya sedikit perubahan pada a (i, j) masih menjamin nilai eigen terbesar. λ
maks mendekati n dan nilai eigen lainnya mendekati nol. Dengan demikian maka bobot dari C1, C2,
C3, …., Cn dapat diperoleh dengan cara menentukan vektor eigen W yang memenuhi persamaan :
A W = (λmaks) W
D. Pengujian Konsistensi Matriks Perbandingan
Dalam matriks perbandingan berpasangan, semua nilai dari elemennya diperoleh secara
judgemental, kecuali elemen diagonal dan resiprokalnya. Dalam masalah pengambilan keputusan
n
Σ Li = n
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
sangatlah perlu mengetahui seberapa jauh konsistensi kita dalam memberikan judgement. Haruslah
dihindari suatu keputusan yang dihasilkan judgement yang terlalu bias atau random. Dilain pihak
konsistensi sangat sempurna sangat sulitdiperoleh.
Konsistensi dapat dijelaskan dari prinsip transitif preperensi. Prinsip transitif tersebut sulit
dijumpai pada proses judgemental, sehingga perlu ditentukan sampai sejauh seberapa jauh
penyimpangan yang terjadi dapat diterima.
Penyimpangan dapat terjadi karena adanya pembobotan yang tidak konsisten
sehingga bobot a (i, j) menyimpang dari bobot ideal. Besarnya penyimpangan ini dapat dilihat dari
besarnya penyimpangan nilai eigen maksimum, yang diperoleh dari persamaan diatas dari nilai eigen
ideal n, besarnya penyimpangan dinyatakan dengan Indeks Konsistensi (CI) sebagai berikut :
Jika judgement numerik diberikan secara random dari skala 1/9, 1/8, 1/7, …., …., 1, 7, 8, 9
untuk membentuk matriks dengan sembarang ordo, maka akan diperoleh konsistensi rata-rata seperti
Tabel 2.9.
Ratio konsistensi (CR) didefinisikan sebagai perbandingan antara Indeks Consistensi (CI)
dengan Indeks Random (RI).
Menurut Saaty (1993), hasil pengambilan keputusan yang dapat diterima adalah yang
mempunyai Rasio Consistensi (CR) lebih kecil atau sama dengan 10 %.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
E. Alternatif Metode Pembobotan.
Saaty (1993), Proses Hirarki Analitik (PHA) adalah suatu metode pengambilan keputusan
dalam lingkungan yang kompleks. Dasar dari metode ini adalah penyelesaian dari suatu matriks n x
n, A = (ai-j) pada masing-masing level dari hirarki keputusan. Matriks A ini mempunyai bentuk aij =
1/ai-j, ai-j > 0, teori dasar yang dikembangkan bahwa ai-j adalah aproksimasi untuk bobot relatif
(Wi/Wj) dari n kriteria yang dipertimbangkan, nilai yang diberikan unutuk ai-j berada pada interval
1/9 s/d 9.
Untuk mengistemasi eigen vektor pada PHA, Saaty mengemukakan beberapa metode, yang
antara lain :
1. Crudest, yaitu dengan menjumlahkan elemen pada tiap baris dan normalisasikan dengan cara
membagi jumlah tersebut dengan jumlah seluruh hasil penjumlahan pada tiap baris tersebut.
Unsur pertama dari vektor merupakan prioritas dari elemen operasi pertama, unsur kedua dari
vektor merupakan prioritas dari elemen operasi kedua, dan seterusnya.
2. Better, dengan mengambil jumlah tiap kolom dan bentuk kebalikan dari jumlah tersebut.
Untuk menormalisasikan sedemikian rupa sehingga angka tersebut inity, maka bagi tiap harga
kebalikan tersebut dengan jumlah seluruh harga kebalikan tersebut.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3. Good, Bagi elemen-elemen tiap kolom dengan jumlah setiap elemen yang bersangkutan
(normalisasi kolom) dan kemudian jumlahkan seluruh elemen pada setiap baris matriks yang
dihasilkan dan bagi tiap jumlah ini dengan jumlah seluruh elemen. Proses ini merupakan
proses merata-ratakan kolom yang dinormalisasi.
4. Geometrik Mean, Kalikan seluruh elemen dari baris matriks kemudian memangkatkan hasil
perkalian tersebut dengan satu perbanyaknya kolom dari matrks.
F. Program Expert Choice
Expert choice adalah salah satu perangkat lunak (software) yang memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap proses pengambilan keputusan. Expert choice membantu pembuat keputusan
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks yang melibatkan banyak kriteria dan beberapa
arah tindakan, expert choice membantu dalam menyelesaikan masalah menunjukkan keterampilan
dari pembuat keputusan, bukan komputer (Expert choice, 1992).
Ilmuan perilaku telah meluangkan waktu bertahun-tahun mempelajari pemikiran manusia dan
bagaimana manusia membuat keputusan. Mereka telah menemukan bahwa manusia dipengaruhi
oleh pengalaman yang lalu dan ini mengakibatkan mereka memiliki beberapa bias. Naluri dasar,
selera dan faktor-faktor lingkungan juga berperan penting dalam bagaimana kita menganalisa data
dan membuat keputusan.
Expert choice didasarkan pada Analytic Hierarchy Process (AHP), sebuah metodologi untuk
pengambilan keputusan. AHP memberikan kepada pengguna untuk membangun kerangka keputusan
dari masalah rutin dan masalah non rutin kedalam sebuah hirarki, yang digunakan untuk
mengorganisir seluruh faktor-faktor yang relevan untuk menyelesaikan masalah dalam cara yang
logis dan sistematis, dari tujuan hingga kriteria hingga sub kriteria kemudian turun ke alternatif-
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
alternatif tindakan. Pengguna harus mendefinisikan masalah dan memasukkan seluruh masalah yang
relevan ke dalam hirarki.
Pembuat keputusan kemudian memberikan penilaian pada elemen-elemen hirarki secara
berpasangan mengenai kepentingan relatifnya, setelah pemb-uat keputusan menyortir elemen-elemen
ke-dalam tingkat hirarki yang diguguskan ke dalam entitas yang sama atau homogen. Expert choice
menanya pemakai berapa pentingkah, atau lebih diinginkan, X dibandingkan dengan Y dalam hal
beberapa sifat. Penilaian dilakukan dengan mengguna- kan sekala verbal AHP 1 hingga 9.
Expert choice menentukan apakah perbandingan logis dan konsisten, jika tidak dilakukan
perbandingan kembali. Akhirnya, seluruh perbandingan berpasangan disintesis untuk mengurutkan
alternatif keseluruhan. Hasilnya adalah serangkaian prioritas untuk alternatif-alternatif yang
merupakan bilangan skala rasio.
2.4 Teori Antrian
Teori antrian merupakan cabang yang terus berkembang dari teori probalitas. Teori ini
berhubungan dengan antrian yang terjadi dengan menarik kesimpulan dari berbagai karakteristik
melalui penghitungan matematis dan berusaha untuk mendapatkan rumus yang secara langsung akan
memberikan keterangan serta jenis yang didapatkan dari simulasi.
Formulasi teori antrian dapat memberikan berbagai informasi yang berguna untuk merencana
dan menganalisis performasi berbagai sistem termasuk sistem pelayanan transportasi, sebagai contoh
jumlah rata2 dari satuan kenderaan yang berada didalam antrian dan jumlah rata2 dalam sistem
(antrian dan pelayanan) untuk menentukan cukup tidaknya area tempat menunggu bagi konsumen.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Distribusi dari waktu menunggu dan waktu menunggu rata2 ini penting untuk memperkirakan cukup
tidaknya sistem pelayanan terhadap kenderaan.
Untuk menilai prestasi dari semua antrian, empat karakteristik antrian yang harus ditentukan
(Edward K.Morlok, 1995), yaitu :
1. Distribusi kedatangan atau distribusi headway time dari kedatangan lalu-lintas yang mungkin
saja merata atau dapat mengikuti pola kedatangan poisson atau pola-pola lainnya.
2. Distribusi keberangkatan atau distribusi waktu pelayanan.
3. Jumlah saluran untuk pelayanan atau stasiun.
4. Disiplin antrian menentukan urutan satuan kenderaan yang akan dilayani.
Adapun syarat-syarat terjadinya proses antrian adalah jika laju kedatangan konsumen yang
membutuhkan pelayanan lebih besar dari kapasitas pelayanan yang dimiliki. Dilain hal masalah-
masalah akan timbul akibat dari :
1. Permintaan terlalu besar sehingga mengakibatkan terjadinya antrian panjang dalam menunggu
giliran untuk dilayani fasilitas.
2. Namun sebaliknya bila permintaan kecil maka akan mengakibatkan pelayanan tidak ekonomis
karena fasilitas pelayanan yang sering mengganggur.
Menurut jumlah fasilitas pelayanan, model antrian dapat dibagi menjadi :
a. Model antrian dengan 1(satu) fasilitas pelayanan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
b. Model antrian dengan 2(dua) fasilitas pelayanan
2.4.1 Model Antrian
Model : M/M/S/1/1
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Gambar 2.6 merupakan sistem multi-channel-single phase yang mempunyai antrian tunggal
dengan melalui beberapa fasilitas pelayanan. Model ini dua atau lebih dapat dilayani pada waktu
bersamaan oleh fasilitas-fasilitas pelayanan yang berlainan.
Gambar 2.6 Model M/M/1/1
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2.4.2 Pengujian Distribusi
Untuk memilih model antrian yang sesuai dengan dalam penyelesaian masalah antrian
diperlukan pengujian pola distribusi kedatangan dan keberangkatan (pelayanan) dari sistem antrian.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Tahap pertama yang dilakukan adalah mencari data kedatangan maupun waktu pelayanan, dimana hal
ini akan menyangkut suatu distribusi probalitas dari data sample yang diteliti. Untuk mengujinya
dilakukan dengan cara membandingkan bentuk distribusi yang sudah dikenal seperti distribusi
Poisson, Erlang, Exponensial dan sebagainya. Pengujian-pengujian ssemacam ini bisa disebut sebagai
pengujian statistik. Pengujian statistik ini tidak lain untuk mendapatkan keabsahan dan suatu alat
bantu didalam pengambilan suatu keputusan.
Pada umumnya untuk menguji hipotesa, bahwa sekumpulan data tertentu berasal dari suatu
distribusi khusus, biasanya digunakan metode pengujian “Chi Square Good Of Fit Test”.
Dengan metode ini akan dapat diketahui nilai-nilai parameter dari distribusi khusus yang dimaksud.
2.5 Study Yang Pernah Dilakukan
Analisis Prioritas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Fungsi Terminal Amplas
yang berada di Kota Medan, Tesis Magister Teknik Arsitektur, USU, (Renward Parapat, 2004).
Menurut hasil analisis :
1. User sebagai komponen pengguna jasa layanan lebih berpengaruh dalam pembobotan struktur
keputusan (61.90 %), komponen regulator sebagai penyelenggara (21.94 %), komponen user
sebagai penyedia jasa angkutan (16.90 %).
1. Kriteria keamanan lingkungan sebagai prioritas penilaian dalam struktur keputusan (30.96 %),
tingkat pelayanan jalan (24.079 %), aksessibilitas (19.14 %), fasilitas Terminal (17.73
%) dan kenyamanan lingkungan (14.09 %).
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan sebelumnya pada dasarnya efektifitas
merupakan pencerminan hubungan antara fasilitas yang disediakan dan manfaat yang dicapai dari
penyediaan fasilitas tersebut. Pengertian ini bermakna bahwa efektifitas suatu pelayanan umum
dilakukan berdasarkan pada tujuan penyediaan fasilitas pada lokasi pelayanan. Untuk pencapaian
tujuan perlu dilakukan evaluasi terhadap permasalahan dan diperlukan sistem penanganan dalam
pencapaian mutu pelayanan pada suatu peyelenggaraan kegiatan tersebut. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan sistem penanganan sehubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh tidak
efektifnya suatu penyelenggaraan kegiatan Terminal Sarantama.
Menurut Demming (1950) dalam Wulandari (1995), penggendalian mutu merupakan
rangkaian kegiatan yang berkesinambungan melalui lingkaran plan-do-check-action yang
menghasilkan peningkatan aktifitas yang berkesinambungan. Siklus pengendalian terdiri dari empat
langkah, yaitu :
1. Perencanaan (plan) yang meliputi penentuan tujuan dan target, dan penetapan metode untuk
pencapaian tujuan.
2. Pelaksanaan (do) yang meliputi penyertaan pendidikan dan pelatihan, dan pekerjaan.
3. Pemeriksaan (check) akibat pelaksanaan.
4. Pengambilan tindakan (action) yang tepat.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Pengendalian mutu disini merupakan penyambungan seluruh langkah menjadi sebuah
prosedur yang berkelanjutan sehingga melalui perbaikan yang berkesinambungan dapat dihasilkan
suatu produk yang memenuhi kebutuhan harapan penggunan jasa layanan.
Menurut Ishikawa (1987) dalam Maulana (2000) cara menemukan permasalahan atau
penyimpangan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan untuk pencapaian mutu.
1. Berdasarkan penyebab, identifikasi permasalahan dengan cara membandingkan seluruh kondisi
yang ada dengan standar yang ditetapkan. Penyebab yang memberikan pengaruh cukup besar
mendapat prioritas untuk ditangani terlebih dahulu. Pemeriksaan bertujuan memastikan apakah
semua fasktor penyebab tersebut dibawah standar yang ditentukan.
2. Identifikasi berdasarkan akibat yang dilakukan dengan mengamati berbagai akibat yang
ditimbulkan dari penyelenggaraan. Akibat yang tidak sesuai dengan standar merupakan adanya
ketidak sesuaian dengan metode yang telah ditetapkan dalam pelaksanaannya. Akibat ketidak
sesuaian tersebut biasanya menyangkut dana yang terbatas.
Penggabungan kedua cara diatas dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan dapat
memberikan informasi secara lengkap. Selain itu tinjauan antara penyebab dan akibat dapat
mempermudah penyusunan langkah perbaikan yang tepat.
Sesuai penjelasan landasan teori dan penjelasan diatas dimana efektif dikaitkan dengan
kepemimpinan (leadership) yang menentukan hal-hal yang harus dilakukan, maka dperlukan suatu
metode pendukung yaitu analisa keputusan yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh
pengambil keputusan untuk mengevaluasi semua kriteria yang ada.
Saaty (1993) dalam dunia kita yang kompleks, kita terpaksa menanggulangi lebih banyak
masalah dibandingkan dengan kesanggupan kita untuk menanganinya. Untuk menangani persoalan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
sosial, ekonomi dan politik yang tak terstruktur, kita perlu menyusunan tingkat prioritas, menyepakati
bahwa dalam jangka pendek, sasaran yang satu lebih penting dari yang lain, dan melakukan
pertimbangan (tradeoffs) demi kepentingan bersama yang besar.
Berdasarkan latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan serta tinjauan pustaka, maka
kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah mencari prioritas penanganan dari berbagai
faktor yang mempengaruhi tidak efektifnya fungsi Terminal Sarantama. Analisis terhadap hal
tersebut dilakukan dengan menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA) dengan menyusun sebuah
struktur hirarki, dan mengananalisis kapasitas kondisi eksisting dengan metode antrian.
Penyusunan hirarki melalui PHA ini digunakan untuk memodelkan suatu sistem yang terdiri
dari elemen-elemen yang kompleks. PHA ini menstruktur faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
suatu masalah dalam bentuk hirarki dengan memakai pertimbangan-pertimbangan untuk
menghasilkan bobot relatifnya dengan mengkuantitafkan pendapat para “ahli” atau orang yang
mengetahui secara mendalam dan merasakan permasalahan yang terjadi. Pendapat dibandingkan
secara berpasangan dengan sekala ukur yang dapat membedakan pendapat serta memiliki keteraturan.
Tingkat keakuratan pendapat ditentukan oleh tingkat konsistensi dan kesesuaian.
Dari struktur hirarki diatas sasaran merupakan variabel dependent, komponen dan kriteria
sebagai variabel Independent yang mempengaruhi sasaran. Pembatasan tiap-tiap elemen secara
hirarki menyatakan bahwa setiap elemen yang berada setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria
untuk menaksir pengaruh relatif tiap elemen-elemen ditingkat bawah. Setelah dilakukan
pertimbangan terhadap semua elemen dan dihitung prioritas untuk hirarki sebagai suatu keseluruhan
(holistik).
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran pada gambar diatas maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Angkutan AKDP sebagai komponen dalam sisitem Terminal yang saling berinteraksi satu
dengan lainnya sangat berpengaruh pada elemen komponen dalam pencapaian sasaran.
2. Fasilitas dan manajemen Terminal sebagaai prioritas penanganan untuk pencapaian sasaran.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dari uraian tersebut diatas
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3.3 BAGAN ALIR PENELITIAN
Kerangka pemecahan masalah sangat berguna agar dapat melihat secara jelas langkah-
langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. karena dengan adanya kerangka tersebut maka
dapat diketahui arah penelitian dan parameter-parameter apa yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Bagan alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Identifikasi permasalahan dilakukan dengan pengumpulan data untuk memperoleh gambaran
yang lebih baik terhadap penyebab permasalahan, maka diperlukan informasi yang sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian. Dalama pengumpulan data diarahkan untuk mendapatkan data primer
dan data sekunder baik yang bersifat kualititatif maupun kuantitatif.
A. Data primer mencakup :
1. hasil tinjauan lapangan terhadap kondisi existing Terminal Sarantama, lokasi lokasi
pool, kantor-kantor administrasi perusahaan angkutan umum, kondisi jalan, kondisi
lalu lintas dan persimpangan menuju lokasi Terminal.
2. hasil penggalian pendapat atau informasi para responden yaitu dengan melakukan
wawancara langsung tak terstruktur dengan (tanpa kuesioner) dan terstruktur (dengan
kuesioner) kepada para pengambil keputusan/kebijakan dilingkungan pemerintahan
kota Pematang Siantar, para pengguna jasa angkutan umum dan para penyedia jasa
angkutan umum.
Dalam melakukan wawancara langsung untuk mendapatkan data melalui alat kuesioner
memerlukan waktu dan situasi yang tepat maka untuk responden komponen operator dan user
wawancara langsung umumnya dilakukan ditempat kediaman masing-masing yang umumnya
berdomisili diwilayah kota Pematang Siantar dan kabupaten Simalungun, yang sebelumnya dengan
melakukan pendekatan dan pendataan oleh team survey. Umumnya untuk para responden adalah
masyarakat Kota Pematang Siantar-Simalungun dengan pertimbangan masyarakat pengguna jasa
layanan sebagai subyek yang mengetahui permasalahan, merasakan permasalahan dan peduli tentang
Terminal Sarantama.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
B. Data sekunder mencakup :
Data atau informasi yang diperoleh dari dinas dan instansi terkait, rujukan yang berupa hasil
studi atau penelitian sebelumnya, dan dari tinjauan pustaka yang relevan dengan penelitian ini.
melakukan pengamatan lapangan, review hasil dokumen rapat, review studi yang sama di
Terminal Amplas dan permasalahan didaerah lain, dan tinjauan pustaka.
3.3 METODE PEMILIHAN RESPONDEN
Pemilihan responden dalam AHP dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa responden adalah pelaku yang mempunyai "sense" tentang Terminal Sarantama
dan permasalahannya, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah
tersebut.
Khusus untuk pemilihan responden user dan operator sebagai pengguna jasa layanan jumlahnya
ditentukan, yang artinya jumlah responden yang terpilih dapat mewakili keseluruhan pengguna jasa
layanan yang lain yang dalam hal ini melihat dan merasakan akibat dari suatu permasalahan yang
terjadi. Adapun penentuan jumlah responden yang terpilih tersebut dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Pearmain dan Swanson (1990) dalam renward (2006), menyatakan bahwa
jumlah sampel minimum yang dapat digunakan untuk survey stated preference adalah 30 buah dan
dianjurkan jumlah sampel yang diambil 75 – 100 sampel agar hasilnya tepat.
A. Untuk kebutuhan analisis prioritas yang mempengaruhi penilaian kriteria-kriteria dari masing-
masing komponen yang dalam hal ini sebagai subyeknya adalah komponen regulator, diwakili oleh :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
1. Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar berjulah 4 orang : Kepala Dinas
Perhubungan, Kasubdis Lalu-lintas dan Angkutan, Kasie. Angkutan dan Kasie.
Terminal.
2. BAPEDA Kota Pematang Siantar berjumlah 3 orang : Kepala BAPEDA, Seketaris
BAPEDA dan Kasie Bidang Perhubungan.
3. Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara berjumlah 4 orang : Kepala Dinas
Perhubungan, Kasubdis Lalu-lintas dan Angkutan, Kasie Angkutan dan Kasie
Terminal.
B. Untuk kebutuhan analisis prioritas penilaian banyak kriteria dari faktor-faktor yang
mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama yang dalam hal ini sebagai subyeknya adalah
komponen regulator, operator dan user, yang diwakili oleh :
1. Dinas perhubungan kota Pematang Siantar berjumlah, diwakili Kepala Dinas
Perhubungan Kota Pematang Siantar, Kepala Sub Dinas Lalu-lintas dan Angkutan,
Kepala Seksi Angkutan dan Kepala Seksi Terminal.
2. BAPEDA Kota Pematang Siantar, diwakili Kepala BAPEDA, Seketaris BAPEDA dan
Kepala Seksi Bidang Perhubungan.
3. Komponen operator, diwakili oleh pengusaha dan pengemudi dengan jumlah
responden 30 orang, yang terdiri dari :
a. Bus besar dengan trayek AKAP (PT.ALS, CV.BINTANG UTARA dan
CV.INTRA) berjumlah 5 orang.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
b. Bus besar, 3/4 dengan trayek AKDP, ANGDES dan Angkutan kota berjumlah 25
orang.
4. Komponen user berjumlah 53 orang, yang terdiri dari pengguna jasa angkutan umum
yang berada dilokasi pool, kantor administrasi perusahaan angkutan dan didalam
Terminal.
3.4 METODE PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA
Analisis prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama
berdasarkan banyak kriteria penilaian dianalisis dengan menggunakan motode Proseses Hierarki
Analitik (PHA). PHA Berdasarkan kerangka kerja PHA, penelitian ini diawali dengan pengumpulan
data dan informasi yang digunakan untuk menyusun struktur hirarki. Struktur hirarki disusun sesuai
dengan kebutuhan dan didasarkan pada pembobotan pengaruh kepentingan masing-masing komponen
terhadap penilaian kriteria-kriteria efektifitas fungsi Terminal Sarantama. Dalam PHA, penetapan
prioritas faktor-faktor untuk pengambilan keputusan dilakukan dengan menebar kuesioner untuk
menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang intangible
(yang tak terukur) kedalam ukuran yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Data yang diperoleh dari
responden kemudian diproses dengan menggunakan program Expert Choice Version 9.0. Hasil
pengolahan kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar atau tabel.
Kerangka kerja Proses Hirarki Analitik (PHA) terdiri dari beberapa langkah utama, adapun
penjabaran dari setiap langkah adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan persoalan dan merinci permasalahan yang diinginkan, Tidak terdapat prosedur
yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti tujuan, kriteria dan aktifitas-
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
aktifitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hirarki. Yang menjadi perhatian utama adalah
pemilihan tujuan, kriteria dan aktifitas yang membentuk sistem hirarki. Identifikasi sistem, yaitu
mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan
dengan cara mempelajari beberapa rujukan untuk memperkaya ide atau berdiskusi dengan orang yang
menguasai permasalahan untuk menetapkan konsep yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi.
Pendekatan analisis dengan menggunakan AHP disini adalah dalam kerangka menyeluruh
(holistik) terhadap prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama.
Pemecahan masalah dan solusi yang diinginkan yaitu untuk mendapatkan faktor prioritas yang
mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama, maka dilakukan penyusunan pohon keputusan
atau hirarki kriteria penilaian efektifitas Terminal yang mengaplikasikan metode pendekatan tersebut.
Dari identifikasi permasalahan diatas maka sebelum menentukan berbagai kriteria penilaian
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama ditetapkan terlebih
dahulu komponen-komponen yang terlibat langsung dengan permasalahan dan merasakan
permasalahan. Adapun komponen tersebut adalah ;
1. Pemerintah (regulator), sebagai penyelenggara Terminal.
2. Pengusaha dan pengemudi (operator), sebagai penyedia jasa angkutan.
3. Penumpang (user), sebagai pengguna jasa angkutan umum.
Informasi yang diperoleh dengan melakukan survei pendahuluan data primer dan sekunder
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal ditinjau dari lima keriteria, yaitu
:
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
1. Tingkat pelayanan jalan
2. Aksessibilitas
3. Kenyamanan Terminal
4. Keamanan Terminal
5. Fasilitas dan Manajemen Terminal
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang secara menyeluruh, dalam penyusunan hirarki
atau struktur keputusan dilakukan dengan mengelompokkan elemen-elemen sistem kedalam suatu
abstraksi sistem hirarki keputusan atau hirarki kriteria penilaian efektifitas Terminal Sarantama.
3. Komparasi berpasangan, penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki atas
pendapat dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparison). Teknik komparasi
berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan cara membandingkan antara elemen satu
dengan elemen yang lainnya dalam satu tingkat hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai
kepentingan dari masing-masing elemen. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik
pada setiap elemen yang dibandingkan dengan hasil wawancara langsung dengan para responden.
Untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif tersebut digunakan Skala Banding Secara
Berpasangan yang dikembangkan oleh Saaty sperti pada Tabel 2.1 berikut.
4. Menyusun matrik pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dalam hal ini C1, C2, …. Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hirarki. Kuantifikasi
pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n, dengan perolehan
judgement seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah. Nilai ai-j merupakan nilai matriks pendapat
hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.
5. Pengolahan data matriks pendapat individu, yaitu penentuan prioritas pendapat individu pada
level pohon keputusan atau level hirarki dan menguji konsistensinya.
a. Menghitung vektor prioritas pendapat individu.
b. Menghitung nilai eigen value maksimum.
c. Menghitung Indeks Konsistensi.
d. Menghitung Rasio Konsistensi.
6. Mengulangi langkah 4 dan 5 dan di rata-ratakan untuk semua level hirarki.
7. Penilaian bobot prioritas lokal kriteria, dengan melakukan analisis tahapan satu sampai dengan
tujuh dalam kerangka kerja PHA diperoleh bobot nilai rata-rata tingkat kepentingan masing-masing
komponen dan nilai bobot masing-masing kriteria dari penilaian masing-masing komponen.
Kemudian bobot otoritas masing-masing komponen tersebut dikalikan dengan bobot prioritas
kriteria-kriteria yang kemudian diperoleh bobot prioritas lokal kriteria berdasarkan kepentingan
komponen.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3.5 BAGAN ALIR PENELITIAN
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
Saaty (1993) dalam renward (2006), Penilaian bobot prioritas lokal dengan AHP untuk setiap level
hirarki dapat dilakukan dengan mengikuti bagan alir analisis pada gambar 3.2 berikut :
9 = Sangat lebih penting sekali 7 = Sangat lebih penting
5 = Lebih penting
3 = Sedikit lebih penting
1 = Sama penting
Data sekunder :
- Jumlah angkutan yang beroperasi - Jumlah trayek angkutan umum - Tingkat pelayanan jalan disekitar
Terminal - Fasilitas Terminal - Tingkat keamanan Terminal - Aksessibilitas Terminal
Metode Analytical Hirarki Proses (AHP) :
- Menentukan tujuan, otoritas komponen dan kriteria penilaian komponen dalam struktur hirarki efektifitas Terminal.
- Komparasi berpasangan - Penyusunan matriks individu pada setiap level
hi ki
Selesai
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Gambar 3.3 Bagan alir penilaian bobot prioritas lokal kriteria dengan metode AHP
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain ;
Data jumlah trayek angkutan umum
Data sekunder tahun 2005 menunjukkan dari 29 jumlah perusahaan AKAP dan
AKDP, terdapat 19 perusahaan membuat pangkalan di luar Terminal. Berdasarkan
jumlah armadanya ternyata dari 129 unit jenis bus yang yang seharusnya masuk
Terminal Sarantama, hampir seluruh armada menaikkan dan
menurukan penumpang di persimpangan menuju lokasi Terminal Sarantama, lokasi
pool dan lokasi kantor-kantor perusahaan (data dinas perhubungan kota Pematang
Siantar, 2007). Walaupun sebenarnya sebagian dari armada tersebut tetap memasuki
Terminal saat datang dan berangkat keluar kota. Data lengkap jumlah trayek dan
jumlah armada dapat dilihat dalam lampiran 4.
Data peta jaringan jalan kota Pematang Siantar
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Peta jaringan jalan kota Pematang Siantar meliputi data lokasi Terminal Sarantama,
rencana jalan lingkar, jalan utama dan kordon dalam. Peta jaringan jalan dapat dilihat
pada gambar berikut (Gambar 3.1).
Data fasilitas Terminal Sarantama merupakan kondisi eksisting yang meliputi data
fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Data fasilitas utama dan fasilitas pendukung
Terminal Sarantama dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 3.1).
Data keamanan Terminal Sarantama
Data keamanan Terminal Sarantama merupakan data jumlah kejadian pencurian,
tindakan kekerasan dan kejahatan didalam Terminal dan sekitar Terminal yang
dilaporkan ke kantor Kepolisian sektor (Polsek) Martoba. Data tindak kriminal di
Terminal Sarantama dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 3.2).
Data tingkat pelayanan jalan
Data tingkat pelanan jalan disekitar Terminal Sarantama merupakan data
perbandingan volume dan kapasitas jalan disekitar Terminal. Data tingkat pelayanan
jalan ini diperoleh dari data dinas perhubungan kota Pematang Siantar Tahun 2005.
Data volume per-kapasitas pada beberapa ruas jalan di kota Pematang Siantar dapat
dilihat pada tabel berikut (Tabel 3.3).
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
.
Sumber : BAPEDA kota Pematang Siantar
Gambar 3.1 Peta jaringan jalan kota Pematang Siantar
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Sumber : Dinas perhubungan kota Pematang Siantar
Tabel 3.1 Data Fasilitas Terminal Sarantama
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Sumber : Kepolisian sektor (Polsek) Martoba
Tabel 3.2 Data tindak kriminal di Terminal Sarantama
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sumber : Studi management transportasi kota Pematang Siantar 2005
Tabel 3.3 Volume per-kapasitas beberapa ruas jalan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dalam penetapan berapa banyak responden yang diambil untuk komponen penumpang dan
operator peneliti mereferensi dari studi yang sama yang dilakukan oleh saudara Renward
Parapat di Terminal Amplas. Penentuan jumlah sampel untuk user dan operator menggunakan
pendekatan Pearmain dan Swanson (1990) dalam Ortuzar (1994), menyatakan bahwa jumlah
sampel minimum yang dapat digunakan untuk survey stated preference minimal adalah 30
sampel dan dianjurkan jumlah sampel yang diambil 75 – 100 sampel agar hasilnya lebih tepat.
Survey stated preference adalah survey wawancara untuk menjaring respon dari masing-masing
komponen yang diwawancarai. Nasution (2003) menyatakan bahwa tidak ada aturan tegas
tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia,
juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan jumlah sampel yang besar dan
yang kecil.
Dalam rangka memperoleh data sesuai dengan kebutuhan, maka dilakukan beberapa survei
sebagai berikut :
3.5.1 Pengamatan Langsung (Dokumentasi)
Pengamatan langsung berupa dokumentasi dilakukan pada lokasi-lokasi yang
menggambarkan tidak efektifnya fungsi Terminal, yang antara lain ; persimpangan
menuju Terminal, kondisi fasilitas utama dan pendukung Terminal, lokasi-lokasi pool
dan agen atau kantor administrasi perusahaan angkutan yang digunakan sebagai tempat
menaikkan dan menurunkan penumpang.
3.5.2 Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur merupakan suatu survei pendahuluan yang digunakan
untuk memperoleh data kriteria-kriteria yang menjadi dasar dalam penyusunan
kuesioner wawancara terstruktur. Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya
jawab langsung tanpa kuesioner dengan responden pemerintah (regulator), pengusaha
dan pengemudi angkutan (operator), dan pengguna jasa angkutan (penumpang) yang
akan dijadikan objek penelitian.
Hasil yang diharapkan dari wawancara tidak terstruktur adalah sejauh mana
respon atau tanggapan responden terhadap kondisi Terminal Sarantama dan
respon/tanggapan responden terhadap kriteria-kriteria yang akan diajukan oleh surveyor
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
serta menetapkan kriteria-kriteria yang akan dimasukkan dalam formulir wawancara
terstruktur sebagai instrumen wawancara.
3.5.3 Wawancara Terstruktur
Merupakan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan panduan-
panduan dalam memperoleh data secara terstruktur melalui koesioner yang
instrumennya telah diperoleh melalui hasil survei wawancara tidak terstruktur.
Dalam penelitian ini jumlah dan kelompok responden dari komponen regulator yang
diwawancarai disesuaikan dengan pemahaman dari key person terpilih untuk menggali
pendapatnya sebagai data untuk dianalisis, kelompok dan jumlah responden yang
diwawancarai sesuai analisis data adalah sebagai berikut :
A. Untuk analisis pembobotan otoritas komponen regulator ;
Regulator (pemerintah), wawancara dilakukan secara langsung kepada key
person yang terdiri dari :
1. Dinas perhubungan kota Pematang Siantar berjumlah 4 orang yaitu ;
Kepala dinas perhubungan, Kasubdis. lalu-lintas dan angkutan, Kasie.
angkutan dan Kasie.Terminal.
2. BAPEDA kota Pematang Siantar berjumlah 3 orang yaitu Kepala BAPEDA,
Sekretaris BAPEDA dan Kasie. bidang perhubungan.
3. Khusus untuk responden terpilih yang merupakan key person dari dinas
perhubungan Propinsi Sumatera Utara (Kepala dinas perhubungan, Kasubdis
lalu-lintas dan angkutan, Kasie angkutan dan Kasie Terminal dan Kasie. teknik
sarana dan prasarana) peneliti memakai data responden yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu yang melakukan studi di Terminal Amplas.
B. Untuk analisis pembobotan prioritas kriteria ;
Regulator (pemerintah), wawancara dilakukan secara langsung kepada key person
yang terdiri dari :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
1. Dinas perhubungan kota Pematang Siantar berjumlah 4 orang yaitu ;
Kepala dinas perhubungan, Kasubdis. lalu-lintas dan angkutan, Kasie.
angkutan dan Kasie.Terminal.
2. BAPEDA kota Pematang Siantar berjumlah 3 orang yaitu Kepala BAPEDA,
Sekretaris BAPEDA dan Kasie. bidang perhubungan.
Komponen operator (pengusaha dan pengemudi), wawancara dilakukan secara
langsung kepada 72 responden dan diperoleh 30 jawaban yang konsisten, dapat
dilihat pada Tabel 3.4 :
1. Operator dan pengemudi angkutan jenis bus besar AKAP (PT. ALS, CV.
BINTANG UTARA, CV.INTRA) berjumlah 5 orang.
2. Operator dan pengemudi angkutan jenis bus 3/4 AKDP,ANGDES dan
ANGKOT berjumlah 25 orang.
Komponen user (pengguna jasa layanan angkutan umum), wawancara dilakukan
secara langsung kepada 113 responden dan diperoleh 53 jawaban yang konsisten,
dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dilokasi dan tempat berebeda di
wilayah kota Pematang Siantar, yang sebelumnya dengan melakukan bimbingan
terhadap pengisian kuesioner tersebut.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
.Tabel 3.4 Hasil survey responden komponen operator
Tabel 3.5 Hasil survey responden komponen user
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
.
3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data
Saaty (1993) tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen
system, seperti tujuan, dan aktifitas-aktifitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hirarki.
Yang menjadi perhatian utama adalah pemilihan tujuan, kriteria,dan aktifitas yang membentuk
hirarki.
Berdasarkan konsep penyusunan hirarki yang telah diuraikan diatas maka dapat dinyatakan
bahwa prioritas kriteria-kriteria yang menyebabkan tidak efektifnya fungsi Terminal Sarantama
Gambar 3.2 Bagan alir penelitian
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
merupakan hasil pembobotan otoritas komponen, pembobotan prioritas kriteria dan penentuan
prioritas lokal.
3.6.1 Membuat struktur hirarki dari sudut pandang secara menyeluruh
Dalam metoda Analytical Hieracrhy Process (AHP) kriteria merupakan bagian penting
dalam penentuan hirarki, dapat dikelompokkan menurut waktu, ruang maupun sudut
pandang grup serta secara deduktif, induktif atau kombinasi keduanya. Dalam penelitian
ini kriteria yang dipilih adalah bersifat kualitatif yang akan di konversi menjadi data
kuantitatif, sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengevaluasi efektifitas
Terminal Sarantama, dimana tujuannya membentuk hirarki yang menjadi kriteria awal
dalam menentukan pengembangan selanjutnya.
Sebelum menentukan riteria maka ditetapkan terlebih dahulu komponen-komponen
Terminal yang dinilai dapat menentukan efektifitas fungsi Terminal yang merupakan
subyek dari penelitian ini.
Adapun komponen –komponen tersebut ;
1. Regulator, terdiri dari dinas perhubungan Kota Pematang Siantar, BAPEDA kota
Pematang Siantar dan Dinas perhubungan Propinsi Sumatera Utara.
2. Operator, terdiri dari operator bus besar ( INTRA, ALS, dan MAKMUR) dan
operator angkutan jenis penumpang umum.
3. User, pengguna jasa angkutan umum.
Dengan melakukan survei pendahuluan dalam bentuk diskusi (interview) dengan
beberapa staf dari Dinas perhubungan, BAPEDA kota Pematang Siantar dan Dinas
perhubungan propinsi Sumatera Utara, pengusaha angkutan dan supir angkutan dan
pengguna jasa angkutan umum serta memperhatikan tinjauan pustaka tentang efektifitas
Terminal maka ditetapkan efektifitas Terminal dapat ditinjau dari kriteria-kriteria ;
tingkat pelayanan jalan, aksessibilitas, kenyamanan, keamanan dan fasilitas Terminal.
Untuk lebih jelasnya tentang pembagian hirarki pengembangan kriteria dapat dilihat
pada diagram pohon masalah berikut ini .
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3.6.2 Pembobotan Otoritas Komponen
Tahap awal dari proses ini adalah dengan melakukan wawancara, kuesioner dan
penentuan komponen sesuai dengan tujuan studi yaitu kepada pejabat pemerintah yang
memiliki kewenangan dengan efektifitas Terminal Sarantama. Nilai bobot
menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan yang dikembangkan oleh
Saaty (1993). Dari data hasil wawancara kuesioner diperoleh data matrik berpasangan
untuk masing-masing responden, selanjutnya dihitung bobot masing-masing
komponennya untuk mendapatkan nilai eigen maksimumnya. Dari nilai eigen
maksimum dihitung nilai konsistensinya dan diakhiri dengan menghitung rasio
konsistensi (CR) dimana jika nilai rasio konsistensinya ≤ 0.1, maka jawaban responden
terhadap kuisioner yang diajukan dapat digunakan untuk analisa selanjutnya.
3.6.3 Pembobotan Prioritas Kriteria
Pada dasarnya perhitungan bobotnya adalah sama dengan perhitungan bobot otoritas
komponen hanya responden yang diwawancarai adalah lebih banyak karena
menyangkut komponen user, komponen operator dan komponen regulator, dan yang
diwawancarai merupakan kriteria-kriteria/faktor-faktor yang mempengaruhi tidak
efektifnya fungsi Terminal Sarantama yang meliputi kriteria tingkat pelayanan jalan,
aksessibilitas, kenyamanan lingkungan, keamanan lingkungan dan fasilitas terminal.
3.6.4 Penentuan Prioritas Lokal
Gambar 3.3 Hirarki kriteria penilaian efektifitas Terminal
User
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Penentuan prioritas lokal maksudnya adalah penilaian total kriteria-kriteria
/faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya efektifitas fungsi Terminal
Sarantama. Penilaian ini dilakukan dengan mengalikan nilai bobot otoritas komponen
dan nilai bobot kriteria.
Saaty (1993), Penilaian bobot prioritas lokal dengan AHP untuk setiap level hirarki dapat
dilakukan dengan mengikuti bagan alir analisis pada Gambar 3.4.
9 = Sangat lebih penting sekali 7 = Sangat lebih penting
5 = Lebih penting
3 = Sedikit lebih penting
1 = Sama penting
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Prioritas Lokal Kriteria
Tidak
Gambar 3.4 Bagan alir penilaian bobot prioritas lokal kriteria dengan metode AHP
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
4.1 Lokasi Penelitian
Analisis Prioritas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Terminal Sarantama
mengambil studi kasus Terminal Sarantama kota Pematang Siantar, dimana letak lokasi Terminal
tersebut tepatnya berada di kelurahan Tanjung Pinggir kecamatan Martoba. Penentuan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan Terminal Sarantama adalah prasarana
transportasi jalan yang tidak digunakan sesuai dengan fungsinya. Adapun peta lokasi penelitian dapat
dilihat pada lampiran III. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai dengan Juni 2007
selama kurang lebih 3 bulan.
4.2 Penelitian Penentuan Prioritas (PHA)
Kerangka pemecahan masalah sangat berguna agar dapat melihat secara jelas langkah-langkah
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. karena dengan adanya kerangka tersebut maka dapat
diketahui arah penelitian dan parameter-parameter apa yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Bagan alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.2.1 Metode Pengumpulan Data
Identifikasi permasalahan dilakukan dengan pengumpulan data untuk memperoleh gambaran
yang lebih baik terhadap penyebab permasalahan, maka diperlukan informasi yang sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian. Dalama pengumpulan data diarahkan untuk mendapatkan data primer
dan data sekunder baik yang bersifat kualititatif maupun kuantitatif.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
C. Data primer mencakup :
3. hasil tinjauan lapangan terhadap kondisi existing Terminal Sarantama, lokasi lokasi
pool, kantor-kantor administrasi perusahaan angkutan umum, kondisi jalan, kondisi
lalu lintas dan persimpangan menuju lokasi Terminal.
4. hasil penggalian pendapat atau informasi para responden yaitu dengan melakukan
wawancara langsung tak terstruktur dengan (tanpa kuesioner) dan terstruktur (dengan
kuesioner) kepada para pengambil keputusan/kebijakan dilingkungan pemerintahan
kota Pematang Siantar, para pengguna jasa angkutan umum dan para penyedia jasa
angkutan umum.
Dalam melakukan wawancara langsung untuk mendapatkan data melalui alat kuesioner
memerlukan waktu dan situasi yang tepat maka untuk responden komponen operator dan user
wawancara langsung umumnya dilakukan ditempat kediaman masing-masing yang umumnya
berdomisili diwilayah kota Pematang Siantar dan kabupaten Simalungun, yang sebelumnya dengan
melakukan pendekatan dan pendataan oleh team survey. Umumnya untuk para responden adalah
masyarakat Kota Pematang Siantar-Simalungun dengan pertimbangan masyarakat pengguna jasa
layanan sebagai subyek yang mengetahui permasalahan, merasakan permasalahan dan peduli tentang
Terminal Sarantama.
D. Data sekunder mencakup :
Data atau informasi yang diperoleh dari dinas dan instansi terkait, rujukan yang berupa hasil
studi atau penelitian sebelumnya, dan dari tinjauan pustaka yang relevan dengan penelitian ini.
melakukan pengamatan lapangan, review hasil dokumen rapat, review studi yang sama di
Terminal Amplas dan permasalahan didaerah lain, dan tinjauan pustaka.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
4.2.2 Metode Pemilihan Responden
Pemilihan responden dalam AHP dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa responden adalah pelaku yang mempunyai "sense" tentang Terminal Sarantama
dan permasalahannya, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah
tersebut.
Khusus untuk pemilihan responden user dan operator sebagai pengguna jasa layanan jumlahnya
ditentukan, yang artinya jumlah responden yang terpilih dapat mewakili keseluruhan pengguna jasa
layanan yang lain yang dalam hal ini melihat dan merasakan akibat dari suatu permasalahan yang
terjadi. Adapun penentuan jumlah responden yang terpilih tersebut dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Pearmain dan Swanson (1990) dalam renward (2006), menyatakan bahwa
jumlah sampel minimum yang dapat digunakan untuk survey stated preference adalah 30 buah dan
dianjurkan jumlah sampel yang diambil 75 – 100 sampel agar hasilnya tepat.
C. Untuk kebutuhan analisis prioritas yang mempengaruhi penilaian kriteria-kriteria dari masing-
masing komponen yang dalam hal ini sebagai subyeknya adalah komponen regulator, diwakili oleh :
4. Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar berjulah 4 orang : Kepala Dinas
Perhubungan, Kasubdis Lalu-lintas dan Angkutan, Kasie. Angkutan dan Kasie.
Terminal.
5. BAPEDA Kota Pematang Siantar berjumlah 3 orang : Kepala BAPEDA, Seketaris
BAPEDA dan Kasie Bidang Perhubungan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
6. Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara berjumlah 4 orang : Kepala Dinas
Perhubungan, Kasubdis Lalu-lintas dan Angkutan, Kasie Angkutan dan Kasie
Terminal.
D. Untuk kebutuhan analisis prioritas penilaian banyak kriteria dari faktor-faktor yang
mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama yang dalam hal ini sebagai subyeknya adalah
komponen regulator, operator dan user, yang diwakili oleh :
5. Dinas perhubungan kota Pematang Siantar, diwakili Kepala Dinas Perhubungan Kota
Pematang Siantar, Kepala Sub Dinas Lalu-lintas dan Angkutan, Kepala Seksi
Angkutan dan Kepala Seksi Terminal.
6. BAPEDA Kota Pematang Siantar, diwakili Kepala BAPEDA, Seketaris BAPEDA dan
Kepala Seksi Bidang Perhubungan.
7. Komponen operator, diwakili oleh pengusaha dan pengemudi dengan jumlah
responden 30 orang, yang terdiri dari :
c. Bus besar dengan trayek AKAP (PT.ALS, CV.BINTANG UTARA dan
CV.INTRA) berjumlah 5 orang.
d. Bus besar, 3/4 dengan trayek AKDP, ANGDES dan Angkutan kota berjumlah 25
orang.
8. Komponen user berjumlah 53 orang, yang terdiri dari pengguna jasa angkutan umum
yang berada dilokasi pool, kantor administrasi perusahaan angkutan dan didalam
Terminal.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
4.2.3 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Analisis prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama
berdasarkan banyak kriteria penilaian dianalisis dengan menggunakan motode Proseses Hierarki
Analitik (PHA). PHA Berdasarkan kerangka kerja PHA, penelitian ini diawali dengan pengumpulan
data dan informasi yang digunakan untuk menyusun struktur hirarki. Struktur hirarki disusun sesuai
dengan kebutuhan dan didasarkan pada pembobotan pengaruh kepentingan masing-masing komponen
terhadap penilaian kriteria-kriteria efektifitas fungsi Terminal Sarantama. Dalam PHA, penetapan
prioritas faktor-faktor untuk pengambilan keputusan dilakukan dengan menebar kuesioner untuk
menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang intangible
(yang tak terukur) kedalam ukuran yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Data yang diperoleh dari
responden kemudian diproses dengan menggunakan program Expert Choice Version 9.0. Hasil
pengolahan kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar atau tabel.
Kerangka kerja Proses Hirarki Analitik (PHA) terdiri dari beberapa langkah utama, adapun
penjabaran dari setiap langkah adalah sebagai berikut :
8. Mendefinisikan persoalan dan merinci permasalahan yang diinginkan, Tidak terdapat prosedur
yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti tujuan, kriteria dan aktifitas-
aktifitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hirarki. Yang menjadi perhatian utama adalah
pemilihan tujuan, kriteria dan aktifitas yang membentuk sistem hirarki. Identifikasi sistem, yaitu
mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan
dengan cara mempelajari beberapa rujukan untuk memperkaya ide atau berdiskusi dengan orang yang
menguasai permasalahan untuk menetapkan konsep yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Pendekatan analisis dengan menggunakan AHP disini adalah dalam kerangka menyeluruh
(holistik) terhadap prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama.
Pemecahan masalah dan solusi yang diinginkan yaitu untuk mendapatkan faktor prioritas yang
mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama, maka dilakukan penyusunan pohon keputusan
atau hirarki kriteria penilaian efektifitas Terminal yang mengaplikasikan metode pendekatan tersebut.
Dari identifikasi permasalahan diatas maka sebelum menentukan berbagai kriteria penilaian
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama ditetapkan terlebih
dahulu komponen-komponen yang berinteraksi dalam sistem Terminal di Kota Pematang Siantar.
Adapun komponen tersebut adalah ;
4. Mini bus angkutan kota (ANGKOT).
5. Becak bermotor (BETOR)
6. .Bus angkutan pedesaan (ANGDES).
7. Bus angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP).
8. Bus angkutatan kota antar propinsi (AKAP).
Informasi yang diperoleh dari survei pendahuluan data primer dan sekunder bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal ditinjau dari lima keriteria, yaitu :
6. Tingkat pelayanan jalan
7. Aksessibilitas
8. Kenyamanan Terminal
9. Keamanan Terminal
10. Fasilitas dan Manajemen Terminal
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
9. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang secara menyeluruh, dalam penyusunan hirarki
atau struktur keputusan dilakukan dengan mengelompokkan elemen-elemen sistem kedalam suatu
abstraksi sistem hirarki keputusan atau hirarki kriteria penilaian efektifitas Terminal Sarantama.
10. Komparasi berpasangan, penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki atas
pendapat dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparison). Teknik komparasi
berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan cara membandingkan antara elemen satu
dengan elemen yang lainnya dalam satu tingkat hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai
kepentingan dari masing-masing elemen. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik
pada setiap elemen yang dibandingkan dengan hasil wawancara langsung dengan para responden.
Untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif tersebut digunakan Skala Banding Secara
Berpasangan yang dikembangkan oleh Saaty sperti pada Tabel 2.1 berikut.
11. Menyusun matrik pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut :
Dalam hal ini C1, C2, …. Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hirarki. Kuantifikasi
pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n, dengan perolehan
judgement seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah. Nilai ai-j merupakan nilai matriks pendapat
hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.
12. Pengolahan data matriks pendapat individu, yaitu penentuan prioritas pendapat individu pada
level pohon keputusan atau level hirarki dan menguji konsistensinya, yaitu ;
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
a. Menghitung vektor prioritas pendapat individu.
b. Menghitung nilai eigen value maksimum.
c. Menghitung Indeks Konsistensi.
d. Menghitung Rasio Konsistensi.
13. Mengulangi langkah 4 dan 5 dan di rata-ratakan untuk semua level hirarki.
14. Penilaian bobot prioritas lokal kriteria, dengan melakukan analisis tahapan satu sampai dengan
tujuh dalam kerangka kerja PHA diperoleh bobot nilai rata-rata tingkat kepentingan masing-masing
komponen dan nilai bobot masing-masing kriteria dari penilaian masing-masing komponen.
Kemudian bobot otoritas masing-masing komponen tersebut dikalikan dengan bobot prioritas
kriteria-kriteria yang kemudian diperoleh bobot prioritas lokal kriteria berdasarkan kepentingan
komponen.
Untuk mempermudah menganalisis data dan sebagai kontrol, maka data-data yang ada diolah dengan
menggunakan bantuan komputer dengan program Expert Choice versi 9.5.
4.3 Penelitian Kapasitas Ruang Parkir (Model Antrian)
Dengan mengacu kepada maksud dan tujuan, ruang lingkup serta sasaran maka metodelogi
analisis komponen yang berinteraksi terhadap prasarana dalam hal ini terhadap kapasitas Terminal
dengan model antrian, yaitu ;
1. Pengumpulan data sekunder
2. Pengumpulan data primer
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
3. Uji kecukupan data
4. Uji distribusi poisson
5. Analisis kapasitas Terminal dengan model antrian
Rangkaian kegiatan penentuan tersebut untuk selanjutnya membentuk suatu kerangka logis
yang menggambarkan bagaimana proses kegiatan penelitian dari awal sampai akhir.
4.3.1 Metode Pengumpulan Data
A. Data Sekunder
1. Gambar Terminal Sarantama beserta luasnya
2. Data teknis karakteristik Terminal Sarantama
3. Data trayek kenderaan di Terminal Sarantama
B. Data Primer
Data primer dikumpulkan dari hasil survei lapangan, yaitu survei lalu-lintas diluar Terminal
Sarantama yang kemudian di bawa ke Terminal Sarantama. Jenis bus yang disurvei adalah bus
AKDP, pemilihan tersebut berdasarkan hasil analisis persepsi stakeholder (operator, user dan
operator) terhadap komponen yang paling mempengaruhi masuknya bus angkutan lain kedalam
lokasi Terminal.
Beberapa survei yang dilakukan dalam pengumpulan data primer adalah sebagai berkut :
1. Survei inventarisasi karakteristi Terminal, Survei ini bertujuan untuk mengumpulkan data
mengenai karakteristik luasan Terminal pada kondisi eksisting. Teknik pelaksanaan antara lain
dengan mencatat semua karakteristik dan fasilitas/kelengkapan Terminal pada formulir survei
yang telah dibuat.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2. Survei tingkat kedatangan kenderaan pada 12 lokasi, survei ini bertujuan untuk
menggumpulkan data tingkat kedatangan kenderaan yang mana pelaksanaannya antara lain :
a. Menentukan waktunya, selama 2 (dua) hari yaitu satu hari yang mewakili kondisi hari
sibuk (sabtu) dan satu hari yang mewakili hari tidak sibuk (rabu) dengan periode waktu
pengamatan 12 jam (jam 6.00 s/d 18.00).
b. Dibutuhkan 17 belas orang pada masing-masing : 2 org.*5 = 10 org. lokasi Terminal
bayangan/agen-agen (pinggir jalan) dan 1 org.*7 = 7 org. pada pool/kantor administrasi
merek bus angkutan yang dijadikan tempat pemberhentian dan keberangkatan penumpang.
Tugas surveyor adalah mencatat jumlah kenderaan yang datang dan keluar dengan
memperhatikan waktu atau periode pergantian waktu. Pergantian waktu untuk pengisisn
formulir dilakukan setiap 15 (lima belas menit sekali) selama 12 belas jam.
c. Posisi surveyor berada pada satu titik tiap lokasi pintu masuk-keluar lokasi untuk
pool/kantor administrasi perusahaan dan untuk lokasi Termimal bayangan posisi pada dua
titik (dua arah).
3. Survey waktu pelayanan kenderaan dari Terminal
Survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data waktu pelayanan masing-masing
kenderaan yang dilakukan pada 14 merek perusahaan bus AKDP pada lokasi
pemberhentian dan keberangkatan. Dibutuhkan waktu dua hari pada (sabtu dan rabu),
waktu pengamatan 12 jam (6.00 s/d 12.00) dan dibutuhkan 14 personil pada masing-
masing lokasi.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Penentuan hari dan periode tersebut adalah didasari informasi data dari para mandor bus pada
14 merek perusahaan bus AKDP. Disamping pertimbangan diatas faktor lain yang juga menentukan
adalah pertimbangan biaya, tenaga dan waktu yang terbatas.
Adapun data yang diperoleh terhadap tinjauan 12 lokasi kedatangan dan pemberhentian pada 2
hari dan waktu yang sama adalah sebagai berikut :
1. Data tingkat kedatangan dan keberangkatan bus AKDP pada 14 lokasi pengamatan.
2. Data jumlah kenderaan pada 14 lokasi.
3. Data waktu kebutuhan rata-rata pelayanan pada 14 lokasi
4.3.2 Metode Pengolahan Data
A. Pengolahan Data Hasil Survei Inventarisasi Karakteristik Terminal
Data hasil survei inventarisasi karakteristik Terminal disajikan dalam bentuk tabel berupa
karakteristik fisik fasilitas Terminal dan luasan Terminal (m2) untuk dievaluasi dengan
melihat standarisasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
B. Metode Uji Kecukupan Data
Metode ini digunakan untuk menguji kecukupan data sampel yang diambil dari standar eror
harga rata-rata (standart error of the mean) sebelum dilakukan analisa. Rumus yang digunakan
untuk menguji kecukupan data sampel yang dinyatakan dengan penurunan rumus sebagai
berikut :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Secara definisi hal ini dinyatakan sebagai “the root mean square deviation of the observed
reading from their average” dengan rumus :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Guna menetapkan berapa jumlah N dari sampel yang diambil (N’) maka diputuskan terlebih
dahulu tingkat kepercayaan (confidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) pada
pengukuran ini. Untuk hal tersebut maka ditentukan bahwa untuk pengukuran banyaknya data
sampel yang diobservasi menggunakan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat ketelitian 10 %.
Yang berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 % dari 100 % data sampel yang diobservasi tidak
akan mempunyai penyimpangan 10 %. Dengan demikian maka rumus diatas tersebut dapat
ditulis sebagai berikut :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
E. Pengolahan Data Kedatangan dan Waktu Pelayanan Kenderaan
1. Tingkat kedatangan kenderaan di Terminal
Tingkat kedatangan adalah jumlah kenderaan yang sampai pada jalur menuju Terminal pada
waktu tertentu, dimana kenderaan tersebut mulai bergabung dengan kenderaan lain yang antri pada
Terminal. Kedatangan yang dihitung adalah jumlah kedatangan kenderaan sewaktu survai persatuan
waktu tertentu.
Data kedatangan yang diperoleh akan dibuat suatu bentuk distribusi kedatangan kenderaan
dengan interval kelas dan jumlah kelas tertentu. Jika kenderaan-kenderaan yang datang pada fasilitas
pelayanan mempunyai kemungkinan random atau acak, maka pada n kedatangan kenderaan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
memberikan suatu waktu interval t. Untuk jumlah kelas n ditentukan oleh periode waktu kedatangan
yang direncanakan dengan pertimbangan arus lalu-lintas pada jam sibuk.
2. Tingkat keberangkatan kenderaan di Terminal
Tingkat keberangkatan kenderaan adalah jumlah kenderaan yang keluar dari lokasi menuju
lokasi tujuan pada periode waktu tertentu, yang dihitung adalah jumlah keberangkatan kenderaan
selama selama waktu survai persatuan waktu tertentu.
Data keberangkatan yang diperoleh akan dibuat suatu bentuk distribusi keberangkatan
kenderaan dengan interval kelas dan jumlah kelas tertentu. Jika kenderaan-kenderaan yang berangkat
pada fasilitas pelayanan mempunyai kemungkinan random atau acak, maka pada n keberangkatan
kenderaan memberikan suatu waktu interval t. Untuk jumlah kelas n ditentukan oleh periode waktu
keberangkatan yang direncanakan dengan pertimbangan arus lalu-lintas pada jam sibuk.
3. Tingkat pelayanan kenderaan dari Terminal
Distribusi frekwensi waktu pelayanan merupakan distribusi frekwensi lama pelayanan
terhadap kenderaan pada saat menunggu penumpang. Lama pelayanan ini diketahui dari selisih waktu
keberangkatan kenderaan yang sebelumnya. Tentunya lama pelayanan ini akan berbeda untuk tiap-
tiap kenderaan, atau barangkali lama pelayanan sama dengan antara kenderaan yang satu dengan
yang lain. Untuk itu pada tabel distribusi frekwensi waktu pelayanan akan disajikan jumlah
kenderaan yang dilayani dalam interval waktu tertentu.
Untuk mengetahui suatu data pelayanan mempunyai pola distribusi tertentu, maka diperlukan
suatu metode pendekat dalam penyusunan tabel distribusi. Pendekatan-pendekatan untuk menyusun
tabel distrinusi waktu pelayanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
a. Penentuan jumlah kelas, dalam penentuan jumlah kelas tidak boleh terlalu banyak atau
terlalu sedikit.
b. Penentuan rentang, rentang kelas adalah data yang bernilai terbesar dikurangi dengan data
yang bernilai terkecil.
c. Penentuan panjang kelas, panjang kelas kira-kira ditentukan dengan membagi rentang
dengan jumlah kelas.
Harga P diambil sesuai dengan ketelitian satuan data yang digunakan. Jika data berbentuk
satuan, diambil harga P teliti sampai satuan. Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan
rekapitulasi pada tabel distribusi frekwensi waktu pelayanan dan dengan demikian jumlah kenderaan
yang akan dilayani dalam interval waktu tertentu akan diketahui.
4. Pengujian kecocokan distribusi sampel dengan distribusi teoritis (test of goodness of fit)
Pada uraian sebelumnya diketahui bahwa ada dua jenis distribusi frekwensi, yakni, distribusi
frekwensi hasil pengamatan dan distribusi hasil pemodelan yang secara teoritis dapat
diterima akal. Kedua distribusi frekwensi tersebut mempunyai hubungan dimana
distribusi teoritis dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyatakan dapat atau tidak diterimanya suatu
distribusi dari hasil pengamatan secara ilmiah. Kedua distribusi tersebut berbeda-
beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk mengetahui besarnya perbedaan
tersebut diperlukan suatu pengujian apakah perbedaan tersebut masih dapat diterima atau
ditolak pada taraf tingkat keyakinan tertentu. Uji sebagaimana yang dimaksud sering disebut dengan
uji kecocokan (test of goodnees of fit). Untuk mengetahui cocok tidaknya antara distribusi frekwensi
hasil pengamatan dengan hasil model-model yang telah dikembangkan, K. Pearson memperkirakan
kecocokan tersebut dengan pendekatan Chi-Kuadrat. Selanjutnya jumlah Chi-Kuadrat digunakan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
untuk mengetahui apakah distribusi frekwensi hasil pengamatan dan distribusi frekwensi teoritis
cocok atau tidak.
5. Pengujian distribusi kedatangan
Dengan menggunakan metode chi-kuadrat test (Chi-square goodness of fit test) langkah-
langkah yang dilakukan dalam uji Chi-squqre goodness of fit test sebagai berikut ;
1. Ho = distribusi kedatangan/keberangkatan kenderaan mengikuti distribusi
poisson.
Ho = distribusi kedatangan/keberangkatan kenderaan tidak mengikuti
distribusi poisson.
2. Menentukan taraf signifikansi (α) sebesar 95 %, derajat kebebasan (dk) = k-2, dimana k adalah
jumlah kelas interval.
3. Menentukan Probabilitas Poisson p(n) kemungkinan terjadinya kedatangan 0, 1, 2 dan
seterusnya.
4. Menghitung frekwensi teoritis poisson (e1)
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
F. Analisis Kinerja Terminal
Kinerja Terminal ditentukan oleh tingkat kedatangan dan jenis pelayanan yang diberikan.
Sesuai dengan tingkat kecocokan analisis digunakan metode antrian model M/M/S/1/1. Dengan
model ini dua atau lebih individu dapat dilayani pada waktu bersamaan oleh fasilitas-fasilitas
pelayanan yang berlainan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
BAB V
Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian Penentuan Prioritas
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum
5.1.1 Kondisi Geografis
Kota Pematangsiantar yang secara geografis terletak pada garis antara 030 01’ 09” – 020 54’
40” LU dan 990 6’ 22” – 990 01’ 10” BT, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun dan
berada dijalur tengah Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.
Memiliki luas 79,971 Km2 dengan pembagian wilayah terdiri dari 6 kecamatan dan 43 kelurahan. Hal
tersebut memberikan peluang untuk menjadi kota dengan tingkat pelayanan kota efektif bagi wilayah
sekitar dalam mengumpulkan komoditas dan menyebarkan barang untuk wilayah tengah Sumatera
Utara.
5.1.2 Kondisi Topograpi
Jika dilihat topograpinya, Kota Pematang Siantar relatif landai dan bergelombang. Kondisi ini
sangat sesuai untuk pengembangan berbagai jenis kegiatan budidaya, baik budidaya pertanian maupun
kegiatan perkotaan (industri, perdagangan, jasa-jasa serta perumahan.
5.2 Kondisi Transportasi
5.2.1 Sistem Pergerakan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Sistem jaringan pergerakan merupakan elemen yang turut membentuk struktur tata ruang kota
karena berperan dalam menghubungkan pusat-pusat pelayanan dan satuan kegiatan kota. Berdasarkan
data Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar menyebutkan sistem jaringan menurut fungsi jalan di
Kota Pematang Siantar sebagai berikut :
1. Jalan arteri primer, meliputi jalan Medan, jalan lingkar luar Martoba (melewati lahan Eks-
HGU), jalan lingkar luar Marihat dan jalan Parapat.
2. Jalan arteri sekunder, meliputi jalan Medan sebagian, jalan Merdeka, jalan Sutomo, jalan
Gereja dan jalan Parapat (sebagian).
3. Jalan kolektor, meliputi seluruh ruas jalan yang menghubungkan jalan arteri dengan pusat-
pusat kegiatan.
4. Jalan lokal, mencakup ruas jalan di zona permukiman.
5.2.2 Simpul Transportasi
Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar menyebutkan simpul
transportasi di Kota Pematang Siantar sebagai berikut :
a. Terminal angkutan umum antar kota dan internal kota/ Terminal Sarantama berlokasi di
Tanjung Pinggir (yang melayani pergerakan regional).
b. Terminal angkutan kota direncanakan di lokasi Pasar Dwikora dan Siantar Marihat.
c. Penyediaan sub Terminal di area Stasiun Kereta Api.
d. Penyediaan halte di Kawasan Pusat Kota.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5.2.3 Route Angkutan Umum
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar, pada tahun 2005 terdapat
50 perusahaan angkutan dengan 2103 kenderaan yang melayani 211 trayek di seluruh wilayah Kota
Pematang Siantar. Dilihat dari trayek yang melayani angkutan penumpang, di Kota Pematang Siantar
terdapat 20 trayek Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) yang dilayani oleh 12 perusahaan
angkutan dengan 27 armada kenderaan. Trayek AKAP ini melayani dari kota Medan – kota
Pematang Siantar (jalur lintas tengah) - sampai kota yogyakarta. Angkutan Kota Dalam Pripinsi
(AKDP) di kota Pematang Siantar melayani 31 trayek dengan 14 perusahaan angkutan yang
mengoperasikan 102 kenderaan dengan berbagai tipe dan kondisi. Angkutan kota di wilayah kota
Pematang Siantar dan angkutan pedesaan (ANGDES) melayani 160 trayek dengan 24 perusahaan
yang mengoperasikan 2001 kenderaan dengan berbagai tipe dan kondisi, Tabel 5.1.
5.2.4 Terminal Sarantama dalam Sistem Jaringan Transportasi Kota Pematang Siantar
Terminal Sarantama adalah Terminal tipe A, dalam sistem jaringan transportasi perkotaan
Kota Pematang Siantar berada di kawasan pusat kegiatan sekunder di Kecamatan Martoba, Kelurahan
Tanjung Pinggir yang posisinya diantara jalan arteri primer (lintas tengah) dan arteri sekunder, yang
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
mana penentuan lokasi tersebut sesuai dengan rencana tata ruang kota yang salah satunya bertujuan
untuk mengatasi kepadatan lalu-lintas pada pusat kegiatan primer dan pengembangan pusat kegiatan
sekunder.
Sedangkan karakteristik Terminal dibagi 4 bagian yang terpisah, dalam arti masing-masing
bagian mempunyai pintu masuk dan keluar sendiri, yaitu bagian I Terminal untuk bus angkutan Antar
Kota Antar Propinsi (AKAP), bagian II Terminal untuk bus Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi
(AKDP), bagian III Angkutan Desa (ANGDES) dan Angkutan Kota (ANGKOT) dan bagian IV
untuk Terminal Taksi, dimana luas keseluruhan area parkir 8035.15 m2 dengan luas parkir AKAP
1258.00 m2 + luas parkir AKDP 3288.00 m2 + luas parkir ANGDES - ANGKOT 2958.15 m2 + luas
parkir Taksi 491.40 m2. Jalan aksess masuk internal Terminal untuk AKAP dan AKDP lebar badan
jalan 12 m’ dan ANGDES - ANGKOT - Taksi lebar badan jalan 7 m’. Sebagai jalan aksess dari ke
Terminal terdapat ruas jalan AMD disebelah depan (pintu masuk – keluar) dengan lebar 14 m’ dan
pengaturan arus lalu lintas sistem dua arah. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota
Pematang Siantar kawasan sekitar Terminal Sarantama akan dipergunakan sebagai pusat kegiatan
sekunder (pusat pendidikan, industri, rekreasi, permukiman dan pertanian yang mana pada saat ini
kondisi kawasan tersebut masih belum berkembang dapat dikatakan masih sepi.
5.3 Analisis Kriteria Efektifitas
Sebelum dilakukan analisis pembobotan terhadap kriteria yang mempengaruhi efektifitas
fungsi Terminal terlebih dahulu dilakukan analisis kondisi lokasi penelitian yang disesuaikan penilaian
kriteria yang diperoleh dari tinjauan pustaka serta diperkuat dengan peninjauan lapangan
(dokumentasi) dan kriteria yang menjadi instrument wawancara pada formulir wawancara. Kondisi
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5.3.1 Tingkat Pelayanan Jalan
Kinerja jaringan jalan sekitar Terminal dilihat dari data pelayanan operasioanal ruas jalan
(Tabel 5.2) menuju lokasi Terminal : ruas jalan Medan (arah Medan) dan jalan Rakutta Sembiring
(arah parapat) menunjukkan angka yang cukup baik yaitu dari nilai perbandingan volume
perkapasitasnya. Namun dari pengamatan dilapangan disekitar persimpangan sering terjadi
kemacetan, hal ini diakibatkan : oleh adanya kenderaan angkutan umum yang menaikkan dan
menurunkan penumpang pada persimpangan tersebut, tidak adanya pengaturan lalulintas pada dua
persimpangan tersebut dan eksisting geometrik persimpangan yang kurang menguntungkan untuk
manuver bus angkutan umum. Kondisi ini adalah salah satu penilaian yang mempengaruhi efektifitas
fungsi Terminal Sarantama, kondisi dapat dilihat pada Gambar Lampiran IV.
5.3.2 Aksessibilitas
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar dan pengamatan kondisi
lapangan menjelaskan telah diaturnya sistem pergerakan angkutan dalam kota, yang antara lain :
1. Penyediaan bus kota dan angkot sebagai moda angkutan umum Kota Pematang Siantar.
2. Trayek bus kota diarahkan melayani Kawasan Pusat Kota.
3. Trayek ANGKOT diarahkan melayani fasilitas-fasilitas primer dan sekunder yaitu pasar,
Terminal, lokasi perkantoran, pendidikan, industri dan lokasi wisata.
4. Pengaturan trayek angkutan umum yang mempertimbangkan biaya dan waktu perjalanan yang
mana dalam perencanaan trayek angkutan umum semua nilai waktu di minimumkan sehingga
menghasilkan aksessibilitas yang merata ke semua lokasi.
Dari penjelasan diatas bahwa lokasi Terminal terhadap aksessibilitas telah diatasi, dari
pengamatan kondisi lapangan pengaturan tata letak parkir ANGKOT dan bus AKDP berjauhan,
tidak adanya petunjuk dan fasilitas informasi dan sedikitnya jumlah ANGKOT yang masuk
kedalam Terminal Sarantama yang semuanya berakibat tidak tercapainya kemudahan untuk
melakukan perpindahan yang atau melanjutkan perjalanan yang aman dan nyaman dan hal tersebut
merupakan salah satu penilaian yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Sarantama, kondisi
dapat dilihat pada Gambarr Lampiran IV.
5.3.3 Fasilitas dan Manajemen Terminal
Ketersediaan fasilitas dalam suatu Terminal dimaksudkan adalah sesuatu yang diberikan
dalam hal ini fasilitas yang tersedia yang dapat memberikan pelayanan kepada angkutan umum
penumpang, penumpang dan calon penumpang saat tiba dan menunggu atau berangkat dan hal ini
merupakan sangat menentukan dalam penentuan efektifitas suatu Terminal. Terminal Sarantama
sebagai salah satu Terminal tipe A di kota Pematang Siantar harusnya memenuhi standar
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
sebagai tipe A, namun kenyataan dilapangan banyak fasilitas yang tidak difungsikan dan pengaturan
dalam operasinya terkesan tanpa dilakukan dengan baik, dimana hal ini salah satu penyebab tidak
efektifnya fungsi Terminal Sarantama, kondisi dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Gambar Lampiran
IV.
5.3.4 Keamanan Terminal
Kondisi keamanan penumpang atau calon penumpang dan pengemudi pada saat berada
didalam Terminal adalah satu penilaian yang mempengaruhi tercapainya tujuan atau sasaran
penyelenggaan Terminal Sarantama yang efektif. Kondisi keamanan Terminal Sarantama
berdasarkan informasi dari data yang diperoleh dari instansi POLSEK Martoba (Tabel 5.4) bahwa
belum pernah terjadi tindak kriminal tapi melihat kondisi lingkungan sekitar Terminal Sarantama
yang sepi diduga membuat para pengguna jasa layanan merasa takut untuk masuk kedalam Terminal,
kondisi sekitar Terminal pada Gambar Lampiran IV.
5.3.5 Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan Terminal Sarantama ditinjau dari kebersihan, dan polusi masih
dalam keaadan baik dan kondisi ini akibat belum beroperasi maksimalnya Termianl. Berdasarkan
pendapat penumpang yang menganut agama islam melalui wawancara tak terstruktur mengatakan
kalau bisa posisi rumah makan/kantin khas batak ditempatkan khusus karena hal tersebut
mengganggu. Artinya kondisi kenyamanan lingkungan dalam pelayanan kepada pengguna jasa
mempengaruhi tujuan dan sasaran Terminal yang efektif.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Tabel 5.3 Penilaian Fasilitas Utama dan Pendukung Terminal Sarantama
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5.4 Penyusunan Struktur Hirarki
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dari hasil Identifikasi permasalahan atau pengumpulan dan pengolahan data untuk melakukan
analisis penentuan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas Terminal Sarantama dengan
Proses Hirarki Analitik (PHA) maka terlebih dahulu dilakukan penyususnan struktur pohon
keputusan dengan melakukan dekomposisi dari permasalahan yang ada, Gambar 5.1.
5.5 Analisis Pembobotan Otoritas Komponen
Gambar 5.1 Hirarki Kriteria Penilaian Efektifitas Terminal Sarantama
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dengan metoda PHA pembobotan otoritas masing-masing komponen dilakukan dengan
menganalisis data kuantitatif dari hasil jawaban wawancara dengan pemerintah (regulator) dengan
alat kuesioner sebagaimana pada Lampiran VI, kemudian data tersebut dianalisis dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Penilaian Relatif Responden
Penilaian ini diberikan responden untuk mendapatkan tingkat kepentingan masing-masing
komponen. Data responden pertama dimasukkan menjadi matriks perbandingan berpasangan yang
dapat dilihat pada Tabel 5.5. Kemudian data diolah untuk menghasilkan penilaian relatif tingkat
kepentingan masing-masaing komponen.
2. Menghitung Bobot Masing-masing Komponen
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Menghitung bobot masing-masing komponen dapat dilakukan yaitu dengan cara mengalikan
nilai tiap elemen matriks perbandingan berpasangan tersebut pada baris yang sama, kemudian hasil
perkalian tersebut diakarkan dengan jumlah baris yang ada sehingga menghasilkan sebuah nilai.
Selanjutnya bobot masing-masing komponen didapat dari hasil normalisasi yaitu nilai akar pangkat n
dibagi dengan total jumlah nilai akar pangkat n dibagi dengan total jumlah nilai akar pangkat n.
Bobot tiap komponen didapat dari hasil normalisasi yaitu nilai akar pangkat tiga dibagi dengan
total jumlah nilai akar pangkat tiga (= 6.410).
3. Mencari Eigenvalue Maksimum
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Nilai eigen maksimum didapatkan dengan cara mengalikan koefisien pada matriks resiprokal
dengan bobot yang didapatkan pada langkah 1. Hasil operasi matriks tersebut dijumlahkan maka
didapatkan eigenvalue maksimumnya (λmaks).
4. Menghitung Indeks Konsistensi (CI)
CI = ( λmaks – n)/( n – 1), dengan n = 5
CI = (5.0374 – 5)/(5 – 1) = 0.0094
5. Menghitung Rasio Konsistensi (CR)
CR = CI/RI dengan RI = 0.58 untuk n = 3
CR = 0,0094/0,58 = 0,01 < 0.1 → Ok.
Dari analisis hasil pembobotan komponen diatas, dapat ditentukan bobot otoritas komponen
dengan mengambil nilai eigenvector dari matriks perbandingan yang telah didapat. Rekapitulasi
bobot otoritas komponen responden pertama dapat dilihat pada Tabel 5.6. Rekapitulasi bobot otoritas
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
komponen seluruh responden dapat dilihat pada Tabel 5.7 - 5.10. Nilai yang diambil adalah bobot
komponen dengan nilai ratio konsistensi (CR) ≤ 0.1
Analisa AHP (running Expert Choice) :
Dari hasil running program Expert Choice didapatkan CR = 1 %
(diterima, CR < 10%).
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5.6 Analisa Bobot Prioritas Kriteria
Penentuan peringkat prioritas kriteria dilakukan dengan memperhatikan bobot dari masing-
masing kriteria hasil rekapitulasi data kuesioner setiap responden, yaitu : pemerintah
(responden 1s/d11), penumpang (responden 12s/d64) dan operator (responden 65s/d94) yang
dilakukan dengan cara menghitung jumlah pendapat responden. Penilaian pembobotan yang
digunakan dalam analisis sama dengan yang dilakukan dalam analisis otoritas komponen yaitu :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dibawah ini diuraikan satu contoh analisis bobot kriteria berdasarkan data yang diberikan oleh
responden 1 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penilaian Relatif Responden
Penilaian ini diberikan responden untuk mendapatkan tingkat kepentingan masing-masing
kriteria. Data responden 1 tersebut dimasukkan menjadi matriks perbandingan berpasangan yang
dapat dilihat pada Tabel 5.11. Kemudian data diolah untuk menghasilkan penilaian relatif antar
kriteria.
2. Menghitung Bobot Masing-masing Kriteria
Menghitung bobot masing-masing kriteria dapat dilakukan yaitu dengan cara mengalikan nilai
tiap elemen matriks perbandingan berpasangan tersebut pada baris yang sama, kemudian hasil
perkalian tersebut diakarkan dengan jumlah baris yang ada sehingga menghasilkan sebuah nilai.
Selanjutnya bobot masing-masing kriteria didapat dari hasil normalisasi yaitu nilai akar pangkat n
dibagi dengan total jumlah nilai akar pangkat n.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Bobot tiap kriteria didapat dari hasil normalisasi yaitu nilai akar pangkat lima dibagi dengan
total jumlah nilai akar pangkat lima (= 7.220). Bobot prioritas untuk masing-masing kriteria adalah :
3. Mencari Eigenvalue Maksimum
Nilai eigen maksimum didapatkan dengan cara mengalikan koefisien pada matriks resiprokal
dengan bobot yang didapatkan pada langkah 1. Hasil operasi matriks tersebut dijumlahkan maka
didapatkan eigenvalue maksimumnya (λmaks).
4. Menghitung Indeks Konsistensi (CI)
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
CI = (λmaks – n)/(n – 1), dengan n = 5
CI = (5.081 – 5)/ (5 – 1) = 0.020
5. Menghitung Rasio Konsistensi (CR)
CR = CI/RI dengan RI = 1.12 ( dari tabel, n = 5 )
CR = 0.020 / 1.12 = 0.018 < 0.1 → Ok.
Dari analisis hasil pembobotan kriteria diatas, dapat ditentukan bobot prioritas kriteria dengan
mengambil nilai eigenvector dari matriks perbandingan yang telah didapat, selanjutnya diperoleh
rata-rata bobot prioritas kriteria sebagaimana Tabel 5.12 dibawah ini.
Analisa AHP (running Expert Choice) :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dari hasil running program Expert Choice didapatkan CR = 2 %
(diterima, CR < 10%).
Dengan menggunakan pola perhitungan yang sama selanjutnya di peroleh data bobot prioritas
kriteria untuk masing-masing responden sebagai berikut, Tabel 5.13 – 5.15 :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dari hasil analisis pendapat gabungan para responden dari masing-masing komponen
menunjukkan bobot rata-rata prioritas kriteria yang berbeda (Tabel 5.16), maka dapat disimpulkan
bahwa stakeholder memiliki respon dan penilaian berbeda terhadap kriteria atau faktor-
faktor penyebab tidak efektifnya fungsi Terminal Sarantama, hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Pendapat gabungan responden regulator menunjukkan prioritas penilaian
kriteria tingkat pelayanan jalan (nilai bobot 0.393) sebagai prioritas pertama,
dan bagi user dan operator menempatkan `kriteria fasilitas Terminal (nilai bobot
0.300 untuk penumpang dan nilai bobot 0.366 untuk operator) sebagai prioritas
pertama sekala penanganan efektifitas fungsi Terminal Sarantama
2. Terpilihnya tingkat pelayanan jalan sebagai prioritas pertama adalah disebabkan
pemerintah menganggap hal tersebut merupakan faktor penentu yang harus
diperhatikan. Dan dari hasil pengamatan lapangan dapat disebutkan kondisi existing
persimpangan jalan masuk (arah medan dan arah parapat) menuju lokasi Terminal
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Sarantama fungsi pelayanannya tidak maksimal (geometrik persimpangan perlu dibenahi),
dan pada ruas jalan masuk menuju lokasi Terminal (arah parapat) perlu ditingkatkan
(pelebaran dan perkuatan struktur jalan). Sedangkan bagi user dan operator memilih kriteria
fasilitas Terminal sebagai prioritas pertama disebabkan fasilitas-fasilitas yang kurang lengkap
dan kurang difungsikan.
3. Prioritas kedua penilaian kriteria bagi pemerintah (nilai bobot 0.255), user (nilai bobot
0.228) dan operator (nilai bobot 0.231) adalah kriteria keamanan lingkungan. Penilaian ini
dapat diakibatkan situasi lingkungan sekitar Terminal dan sepanjang jalan masuk lokasi
Terminal yang sepi sehingga menimbulkan rasa takut untuk masuk kedalam Termial
Sarantama.
4. Prioritas ketiga penilaian kriteria bagi pemerintah (nilai bobot 0.146) adalah Fasilitas
Terminal, sedangkan penilaian prioritas kriteria bagi user (nilai bobot 0.154) dan operator
(nilai bobot 0.149) menempatkan kriteria kenyamanan lingkungan. Hal ini menunjukkan
bahwa pemerintah mengutamakan penyediaan dan pemeliharaan fasilitas yang ada didalam
Terminal guna menunjang efektifitas Terminal, sedangkan komponen user dan operator
menilai bahwa kenyamanan linglungan sebagai prioritas ketiga hal ini mengartikan perlu
suatu kondisi yang nyaman bagi operator/pengemudi saat istirahat atau menunggu jadwal
keberangkatan, saat menunggu dan berangkat bagi penumpang dan hal ini yang menjadi
perhatian bagi operator dan penumpang saat memanfaatkan Terminal Sarantama.
5. Prioritas penilaian kriteria keempat bagi pemerintah (nilai bobot 0.173) adalah kriteria
aksessibilitas didalam Terminal, kriteria ini ditetapkan pemerintah guna memberikan pelayanan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
kepada penumpang dalam berpindah moda dan kelancaran sirkulasi angkutan didalam Terminal yang
menjadi penentu efektifitas Terminal. Bagi user prioritas (nilai bobot 0.142) dan operator (nilai bobot
0.130) aksessibilitas sebagai penilaian kriteria, hal ini menunjukkan aksessibilitas merupakan hal
yang perlu menjadi perhatian agar Terminal Sarantama menjadi lebih efektif, sepert : kemudahan
dalam melakukan perpindahan angkutan, memperoleh informasi perjalanan dan tarif.
6. Prioritas penilaian kriteria kelima bagi pemerintah (nilai bobot 0.069) adalah kenyamanan
lingkungan, hal ini menjadi prioritas terakhir bagi penilaian efektifitas Terminal dan penilaian ini
merupakan nilai turunan dari penilaian keriteria : tngkat pelayanan jalan, keamanan lingkungan,
fasilitas Terminal serta aksessibilitas, dan dengan anggapan jika seluruh kriteria yang lain sudah
tercapai maka dengan sendirinya kenyamanan lingkungan dalam terminal terwujud. Sedangkan user
(nilai bobot 0.116) dan operator (0.124) tingkat pelayanan jalan sebagai prioritas kelima penilaian,
penilaian ini wajar dengan anggapan sebelum pengambilan data pendapat responden ruas jalan masuk
(arah dari Medan) dan jalan lingkungan lokasi Terminal Sarantama baru ditingkatkan.
5.7 Analisa Prioritas Lokal
Analisis prioritas lokal diperoleh dari hasil analisis perkalian dan penjumlahan antara nilai
bobot otoritas komponen dengan bobot prioritas kriteria dibagi dengan jumlah responden yang
diwawancarai.
Analisis prioritas lokal dilakukan untuk mengetahui bobot masing-masing kriteria setelah
memperhatikan otoritas setiap komponen yang berperan dalam sistem efektifitas terminal dan
selanjutnya dilakukan penetapan peringkat prioritas kriteria lokal guna menentukaan prioritas
penanganan yang paling perlu mendapat perhatian dalam menciptakan efektifitas Terminal
Sarantama. Bobot prioritas lokal kriteria pada Tabel 5.17 dan Gambar 5.2.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Selanjutnya untuk penentuan pringkat prioritas kriteria lokal maka prioritas lokal tersebut
diurut mulai dari kriteria yang mempunyai nilai bobot tertinggi sampai nilai bobot terendah. Kriteria
lokal dengan nilai bobot tertinggi merupakan prioritas pertama kemudian diurut sampai kriteria
dengan nilai bobot terendah yang merupakan prioritas terbawah.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka peringkat prioritas kriteria lokal dapat diurutkan
sebagai berikut :
1. Prioritas I adalah kriteria Fasilitas Terminal dengan bobot 27.10 %
2. Prioritas II adalah kriteria Keamanan Terminal dengan bobot 26.30 %
3. Prioritas III adalah kriteria Tingkat Pelayanan Jalan dengan bobot 21.20 %
4. Prioritas IV adalah kriteria Aksessibilitas Terminal dengan bobot 13.60 %
5. Prioritas V adalah kriteria Kenyamanan Terminal dengan 12.40 %
5.8 Analisa Kapasitas Ruang Parkir Terminal Untuk Bus AKDP
5.8.1 Analisis Data Kedatangan Kenderaan
Dari hasil analisis prioritas terhadap persepsi stakeholder dengan metode AHP
memperlihatkan bahwa bus AKDP sebagai komponen dalam sistem Terminal yang berinteraksi satu
dengan lainnya. Antara komponen prasarana yang ada dan aktifitas dalam Terminal (fasilitas dan
manajemen) yang sangat berpengaruh terhadap Efektifitas Fungsi Terminal Sarantama. Dalam
permasalahan ini peneliti mencoba melakukan tinjauan terhadap kedatangan dan keberangkatan
angkutan diluar Terminal (lokasi pool-pool dan kantor-kantor perusahaan/agen) yang kemudian di
tarik ke Terminal Sarantama. Hasil survey yang dilakukan pada 14 lokasi tempat pemberhentian dan
keberangkatan angkutan umum ada pada lampiran data.
5.8.2 Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan dilakukan untuk mengetahui tingkat kecukupan data yang diperoleh pada saat
survei lapangan sebelum dilakukan analisa pengujian statistik. Guna menetapkan berapa jumlah N
dari sampel yang diambil maka diputuskan terlebih dahulu tingkat kepercayaan (conpidence level)
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
pada pengukuran ini. Dalam pengujian ini menggunakan parameter tingkat kepercayaan 95 % dan
derajat ketelitian 10 % dengan rumus yang digunakan adalah :
Hipotesa :
Ho : kecukupan data yang diperoleh telah mencukupi
H1 : kecukupan data yang diperoleh tidak mencukupi
Ho diterima bila N > N’
Uji kecukupan data untuk data kedatangan dan keberangkatan angkutan yang diperoleh dari
hasil survei di kelompokkan sesuai dengan jenis pelayanan angkutan umum (AKAP – ANGDES)
yang ditinjau di luar Terminal dan di bawa ke dalam Terminal Sarantama adalah sebagai berikut :
1. Uji Kecukupan Data Kedatangan Kenderaan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2. Uji Kecukupan Data Keberangkatan Kenderaan
5.8.3 Pengujian Distribusi.
Pengujian distribusi dilakukan untuk mengetahui distribusi data mengikuti pola tertentu.
Pengujian dilakukan terhadap data masing-masing kenderaan yang masuk Terminal. Sebelum
pengujian dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data untuk membuat model kelas
dan panjang data.
Berdasarkan tabel uji disrtibusi, diketahui bahwa X hitung mempunyai nilai lebih kecil daripada X
tabel, sehingga distribusi yang terjadi merupakan Distribusi Poisson.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5.8.4 Penghitungan Kapasitas Terminal (eksisting)
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Setelah mengetahui pola distribusi yang terjadi, langkah selanjutnya adalah menghitung
kebutuhan kapasitas parkir kenderaan yang ada di dalam lokasi Terminal. Kapasitas kebutuhan
ruang parkir ini didasarkan pada jumlah kenderaan yang ada dikalikan dengan satuan ruang parkir
(SRP). Nilai SRP untuk Bus AKDP sebsesar 13*40 M2 + 13*40 M2 + 13*40 M2 + 10*40 M2 +
9*40 M2 = 2300 M2
Dari hasil hitungan kebutuhan kapasitas ruang parkir kemudian dibandingkan dengan
ketersediaan ruang parkir yang ada untuk pelayanan AKDP. Apabila kebutuhan ruang parkir lebih
kecil dari ruang parkir yang ada, maka dapat dikatakan bahwa lokasi tersebut cukup mampu untuk
menampung kenderaan yang ada didalam lokasi pelayanan. Begitu pula apabila terjadi sebaliknnya,
apabila kebutuhan ruang parkir lebih besar dari ruang parkir yang ada, maka dapat dikatakan bahwa
lokasi tersebut tidak mampu untuk menampung semua kenderaan yang ada secara baik.
Dalam perhitungan ini digunakan asumsi sebagai berikut :
1. Ruang pelayanan (blok) untuk bus AKDP sebanyak 5 blok.
2. Jumlah kenderaan yang masuk merupakan rata-rata jumlah kenderaan survei hari pertama dan
hari kedua.
3. Waktu bagi kenderaan untuk menurunkan penumpang diabaikan.
4. Waktu kebutuhan pelayanan dalam sistem adalah jumlah waktu kebutuhan. ketika kenderaan
parkir dan waktu kebutuhan kenderaan menaikkan penumpang yang diasumsikan 35 menit
(parkir 20 menit + menaikkan penumpang dan keluar Terminal 15 menit).
Contoh hitungan eksisting untuk Bus AKDP pada jam 06.00 – 06.05 dimana data-data yang
tersedia adalah sebagai berikut :
1. Kenderaan keluar H-1 : 4 kenderaan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
2. Kenderaan keluar H-2 : 7 kenderaan
3. S = 5 (jumlah blok area parkir)
4. λ = 888/144 = 73.632 kenderaan/jam
5. μ = 78.00 kenderaan/jam
Alur penghitungan kapasitas kebutuhan ruang parkir (AKDP) Terminal Sarantama Kota
Pematang Siantar dalam algoritma hitungan kapasitas kebutuhan ruang parkir sebagai berikut :
Keterangan :
1. Survei lapangan
2. Data jumlah kenderaan
3. Data waktu pelayanan
4. Data luasan parkir eksisting
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
5. Menghitung nilai λ yaitu tingkat kedatangan kenderaan rata-rata
6. Menghitung nilai μ, yaitu tingkat pelayanan kenderaan rata-rata
7. Menghitung nilai Po, yaitu probalitas tidak ada kenderaan dalam sistem
8. Menghitung nilai nq, yaitu jumlah kenderaan rata-rata dalam sistem
9. Menghitung nilai nt, jumlah kenderaan dalam sistem total
10. Menghitung nilai tq, yaitu waktu rata-rata dalam antrian
11. Menghitung nilai tt, yaitu waktu rata-rata dalam sistem total
12. Menghitung jumlah kenderaan dalam sistem
13. Menghitung kebutuhan ruang parkir dan tingkat kegunaan fasilitas pelayanan
14. Analisis ruang parkir
Menghitung Nilai Po :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Menghitung Nilai nq :
Menghitung Nilai nt :
Menghitung Nilai tq :
Menghitung Nilai tt :
Menghitung Jumlah Kenderaan Dalam Sistem :
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
= Waktu kebutuhan pelayanan kenderaan*tt*60(menit)
= 0.0136*60*35*5
= 135 kenderaan
Menghitung Kebutuhan Ruang Parkir :
= 135*SRP = 135*40 = 5400 M2
Sehingga analisis kebutuhan ruang parkir :
luas parkir tersedia < kebutuhan luas parkir
2300 m2 < 5400 M2
Dari hasil analisis kapasitas ruang parkir bus AKDP yang diperoleh, Tabel Analisa
Kapasitas Ruang Parkir Bus AKDP pada lampiran V.
5.9 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
dan pengujian hipotesis diketahui bahwa ;
1. Angkutan AKDP sebagai komponen didalam sistem lebih besar pengaruhnya terhadap
efektifnya fungsi Terminal Sarantama dengan nilai bobot = 35.30 % dan ini sesuai dengan
jawaban sementara.
2. Faktor fasilitas dan manajemen Terminal sebagai sekala prioritas untuk ditangani dengan nilai
bobot 27.20 % dan sesuai dengan jawaban sementara.
5.10 Hasil Diskusi Studi Yang Pernah Dilakukan
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Hasil analisis prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas Terminal Amplas tipe A
di kota Medan dan Terminal Sarantama tipe A di kota pematang Siantar, menunjukkan bahwa :
1. Terminal Amplas
Permasalahan di Terminal Amplas menunjukkan faktor keamanan lingkungan sebagai
prioritas pertama (nilai bobot 30.96 %), hasil tersebut dapat diterima karena dari data kepolisian
sektor Amplas menjelaskan tindak kriminal yang terjadi di dalam Terminal dan sekitar Terminal
cukup tinggi. Dari hasil tinjauan lapangan dan data kepolisian sektor Amplas menjelaskan Terminal
Amplas dapat dikatakan aman dari tindak kriminal, dimana indikatornya user (penumpang) dan
operator (pengemudi) telah memanfaatkan Terminal Amplas sebagai tempat pemberhentian dan
melanjutkan perjalanan walaupun masalah fasilitas dan manajemen Terminal belum tertangani.
2. Terminal Sarantama
Permasalahan di Terminal Sarantama menunjukkan faktor fasilitas dan manajemen Terminal
(nilai bobot 27.20 %) sebagai prioritas pertama dan keamanan lingkungan (nilai bobot 26.40 %)
sebagai prioritas kedua. Dari nilai bobot tersebut menjelaskan antara fasilitas & manajemen Terminal
dan keamanan lingkungan Terminal sebagai prioritas yang harus ditangani.
Dari hasil studi yang dilakukan di Terminal Amplas di kota Medan oleh saudara Renward
Parapat (pegawai dinas perhubungan kota Medan) dan studi yang dilakukan di Terminal Sarantama di
Pematang Siantar oleh peneliti menjelaskan bahwa dalam penyediaan dan penyelenggaraan fasilitas
Terminal disuatu lokasi masalah keamanan lingkungan dalam dan sekitar Terminal sebagai faktor
yang berpengaruh.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
DAFTAR PUSTAKA
-----------, 1992, Undang-Undang No.14 Tahun 1992 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
-----------, 1995, Keputusan Mentri Perhubungan No.31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, Jakarta.
-----------, 2002, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wialyah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Abubakar, I., (1995), Menuju Tertib Lalulintas, Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Bernard W. Taylor III, (1996), Sains Manajemen, Salemba Barat, Jakarta.
Bagas Senoadji, (2005), Analisis Kinerja Operasional Terminal di Umbulharjo Yogyakarta, Thesis, Fakultas Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Dipenogoro, Semarang.
Button, Kenneth, (1989), Transportation Terminal, interchanges and Economic Development.
Creighton, R.L, (1976), Transportation and Traffic Engineering Handbook, Practice Hall, New Jersey.
C.Jotin, B.Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi, Erlangga Jakarta.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Dendy Harry Utama, (2000), Analisis Penentuan Prioritas Pengembangan Sumberdaya Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk Propinsi Jawa Barat Menggunakan Metoda AHP, Thesis, Fakultas Pasca Sarjana Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.
Daldjony, (1997), Organisasi Keuangan Dalam Teory dan Praktek, Alumni, Bandung.
Giannopuolus, (1989), Bus Planning and Operation in Urban Areas, A. Pratical Guide, Avebury, Gower Publishing Campony Ltd. England.
Gultom J, (2000), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Ketidakefektifan Terminal Induk Natai Suka di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Selatan, Thesis, Fakultas Pasca Sarjana, Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Gerard Rushton, (1979), Optimal Location Of Facilities, Departemen Of Geografi, University Of Lowa.
Herbert A.Simon (1989) “Study Kriteria Penetapan Pelayanan Angkutan Penyebrangan Dengan Lintas Laut “.
Jhon Khisty and Kent Hall, (1990), Transportation Engineering An Introduction, Second Edition, Prentice-Hall International Inc.
Krishnomo H., (1998), Analisis Performasi Fasilitas Bandar Udara Berdasarkan Kapasitas Eksisting, Thesis, Fakultas Pasca Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.
Mangkusubroto. K (1987), Pengembangan Metodologi Penjajagan Efektifitas Sistem Usaha Dengan Menggunakan Kriteria Deskriptif Majemuk Dan Berdasarkan Persepsi Pengambilan Keputusan, Desertasi, Institut Teknologi Bandung.
Moleng S.L., (2001), Methodologi Penelitian Kuantitatif, Remaja Rosda Karya Jakarta.
Morlok E.K., (1985), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta.
Mulyono, S, (1996), Teori Pengambilan Keputusan, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit F.E-UI, Jakarta.
Nunut Benget Irman, (2004), Kajian Penentuan Lokasi Terminal Antar Kota di Kotamadya dan Kabupaten Cirebon, Undergraduate Theses, Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.
Nasution, S., (2003), Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.
Oglesby and Hicks, (1982), Higway Engineering, Jhon Wiley & Son Inc., Canada.
Ortuzar, J.D, and Willumsen, L.G, (1994), Modelling Transport, John Wiley & Sons, Chicester, England.
Permadi, B.S., (1992), AHP, PAU-EK-UI, Jakarta.
Program Pasca Sarjana, Magister Teknik Sipil, Kosentrasi Manajemen Prasarana Publik, Universitas Sumatera Utara, (2002), Materi kuliah Teori Pengambilan Keputusan, Medan.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Parapat, Renward (2006), Analisis Prioritas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Terminal Amplas, Thesis, Fakultas Pasca Sarjana Teknik Arsitektur, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Rudhy Akhwady, (2006), Studi Rencana Tata Ruang Kawasan Pesisir Dengan Metoda Analytic Hierarchy Process (AHP), Kabupaten Pasuruan, Thesis, Fakultas Pasca Sarjana Teknik Manajemen Pantai Institut Teknologi Surabaya.
Soekidjo Notoatmojo,Prof.Dr., (2002), Metodologi Penelitian Cet. Ke-2, Rineka Cipta, Jakarta.
Saaty, T.L., (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, P.T. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
alter, R.J., (1983), Higway Traffic Analysis and Design, The Macmillan press LTD.
Suprapto. J. (1997), Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Rineke Cipta, Jakarta.
Suryadi, K., dan Ramdhani, A, (2000), Sistem Pendukung Keputusan, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung.
S. Tjolia, Tanip (2000), Langkah-langkah penelitian dan Pelatihan Metodologi Penelitian, Fakultas Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, Medan.
Vuchic, (1981), Urban Transportation Sistem and Technology, Prentice Hall Inc., London.
Warpani, (1990), Perencanaan Sistem Pengangkutan, Penerbit ITB Bandung.
Wright, & Ashford, (1989), Transportation Engineering Planning and design, John Wiley & Son, Inc., New York.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.
Djamahaen Purba : Analisis Prioritas faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Sarantama (Study Kasus Terminal Sarantama Kota Pematang Siantar), 2008.