analisis produksi karet oleh petani yang bermitra …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANGBERMITRA DENGAN PT. LONSUM DI KECAMATAN
UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA
NUR FADILAH
105960091611
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRADENGAN PT.LONSUM DI KECAMATAN UJUNG LOE
KABUPATEN BULUKUMBA
NUR FADILAH
105960091611
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana PertanianSrata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Analisis Produksi Karet Oleh Petani Yang BermitraDengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung LoeKabupaten Bulukumba
Nama : Nur fadilah
Stambuk : 105960091611
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Mohammad Natsir,SP,Mp St. Aisyah R,S.Pt.,M.Si
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir. Saleh Molla,M.M Amruddin, S.Pt.,M.Si
iv
PENGESAHAN KOMISIS PENGUJI
Judul : Analisis Produksi Karet Oleh Petani Karet yang Bermitradengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba
Nama : Nur fadilah
Stambuk : 105960091611
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Mohammad Natsir.SP,MPKetua Sidang
2. St. Aisyah R,S.Pt.,M.SiSekertaris
3. Dr.Ir. kasifah,MpAnggota
4. Sitti Arwati, SP.,M.SiAnggota
Tanggal Lulus:…………………
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Produksi
Karet Oleh Petani Karet yang Bermitra Denga PT.Lonsum di Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua
sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Mei 2015
Nur fadilah
105960091611
vi
ABSTRAK
NUR FADILAH.105960091611. Analisis Produksi Karet Oleh Petani YangBermitra Dengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan ST.AISYAH R.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Saluran dan efesiensi produksikaret oleh petani karet yang bermitra dengan PT.Lonsum di Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet di Kecamatan Ujung LoeKabupaten Bulukumba adalah luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usiapetani, tenaga kerja, pendapatan dan dummy. Adapun factor yang palingberpengaruh terhadap produksi karet di Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba yaitu pupuk dan pendapatan.
Elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumbaterdapat pada pestisida, pupuk, pendapatan usaha petani karet dan dummy dimanavariabel tersebut berada pada daerah Increasing Rate, Dimana pada kondisitersebut bila ditambahkan, petani masih mungkin mengharapkan peningkatanproduksi dari sebelumnya. Sedangkan pada tahap Decreasing Rate terdapat padavariabel tenaga kerja, luas lahan, umur tanaman dan usia petani. Pada kondisi iniapabila ditambahkan maka petani akan memperoleh produksi yang berkurang.
Pendapatan kotor yang diperoleh oleh petani penggarap dan petani pemiliklebih tinggi petani penggarap karena penggunaan faktor produksinya pada petanipenggarap lebih terkontrol dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanamankaret. Berbeda dengan petani pemilik yang penggunaan variabelnya tidak sesuaiatau masih kurang sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman karet.
vii
KATA PENGANTAR
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang merupakan
tauladan bagi kaum muslimin dimuka bumi ini. Walaupun berbagai macam
tantangan yang dihadapi, tetapi semua itu telah memberikan pengalaman yang
berharga untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Pertanian (Sp) pada Jurusan agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang berjudul “Analisis Produksi Karet Oleh Petani
Yang Bermitra Dengan PT.Lonsum di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe
Kabupaten Bulukumba”.
Kami menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik berupa petunjuk, bimbingan
maupun dorongan moril dan materil, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis haturkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT karena berkat nikmat dan izinnya sehingga saya bisa
menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa pula kepada nabi tercinta, yaitu Nabi
viii
Muhammad SAW berkat beliau kita bisa lepas dari masa kebedohan ke masa
yang berpendidikan seperti yang kita rasakan ini.
2. Kedua orang tua penulis ibu tercinta Dawalia yang tak akan tergantikan dan
ayahanda Alm Demma yang telah melahirkan membesarkan dan tak henti-
hentinya mencurahkan kasih sayangnya pengorbanan yang diberikan kepada
saya dalam menempuh jenjang pendidikan.
3. Dr. Mohammad Natsir, Sp, Mp selaku pembimbing I dan St. Aisyah R,
S.Pt.,M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat terselesaikan.
4. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Para dosen dan karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
7. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Ujung Loe khususnya kepala PT.
Lonsum beserta jajarannya serta para petani yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.
8. Teristimewa kepada kakak tercinta Sitti Ramlah Sag, Nur hayati dan Marjudin
yang senantiasa memberi semangat dan dorongan moril dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Dan khusus kepada sahabat Ongoler’s (Mardiana, Susi Susanti, Rina Sri
Buana dan Nuraeni) yang selalu menyemangati, membuat tersenyum dan
ix
selalu menghibur dalam kegalauan meskipun dalam tingkah gila sehingga
penyusunan skripsi dari awal sampai akhir bisa terselesaikan.
10. Semua sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebut satu persatu serta
seluruh rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Agribisnis khususnya teman-teman
angkatan 2011 yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas
kebaikan dan bantuan rekan-rekan sekalian, Amin.
Kami menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran pembaca yang sifatnya
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan jiwa kami berharap semoga
skripsi ini, dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan pengembangan
pendidikan khususnya pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar. Amien
Wassalam
Makassar, Mei 2015
Nur fadilah
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ........................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
ABSTRAK…………. .......................................................................................v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI………….................................................................................. vii
DAFTAR TABEL……................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Fungsi Produksi.....................................................................................5
2.2 Elastisitas Produksi .............................................................................11
2.3 Fungsi Produksi...................................................................................15
2.4 Pendapatan Usaha Tani .......................................................................18
2.5 Hipotesis..............................................................................................21
2.6 Kerangka Pikir ....................................................................................22
xi
III. METODE PENELITIAN.........................................................................23
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................23
3.2 Teknik Penentuan Sampel...................................................................23
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................23
3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................25
3.5 Teknik Analisis Data...........................................................................26
3.6 Definisis Operasional ..........................................................................31
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................33
4.1 Letak Geografis ...................................................................................33
4.2 Luas dan Penggunaan Lahan...............................................................34
4.3 Iklim ....................................................................................................36
4.4 Kondisi Demokrafis ............................................................................36
4.5 Kondisi Pertanian ................................................................................41
V. PEMBAHASAN ........................................................................................43
5.1 Identitas Responden Petani Karet .......................................................43
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet ...........................50
5.3 Analisis Data .......................................................................................54
VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................75
6.1 Kesimpulan .........................................................................................75
6.2 Saran....................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Tamatto, 2012.........................49
2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, di Desa Tamatto, 2012 ..............52
3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tamatto, 2012 ...........52
4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tamatto, 2012.......54
5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tamatto,2012 ..........55
6. Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyatdi Desa Tamatto Tahun 2012 ...............................................…. ....................57
7. Identitas Responden Petani Penggarap diTingkat Umurdi Desa Tamatto....................................................................…. ....................59
8. Identitas Responden Petani Penggarap di Tingkat Pendidikan,di Desa Tamatto....................................................................…. ....................60
9. Identitas Responden Petani Penggarap dari Pengalaman Bertanidi Desa Tamatto.................................................................... .........................61
10. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Umur di Desa Tamatto .....62
11. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Pendidikandi Desa Tamatto .................................................................…. ....................62
12. Identitas Responden Petani Pemilik di Tingkat Pengalaman Bertanidi Desa Tamatto .................................................................…. ....................63
13. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Produksi Karet denganMetode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews-8 ....................70
14. Hasil Uji t pada produksi karet di Desa Tamatto,2015 ......…. ....................76
15. Hasil Analisis Regresi untuk Melihat Koefisien Regresi...…. ....................81
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi ..............................19
2. Hukum Kenaikan Hasil Yang Berkurang………………...............................22
3. Skema Kerangka Pikir Penelitian…………………………...........................36
4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F……………………..….56
5. Hubungan Antara Variabel Input dan Output……………. ...........................66
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Kuesioner Penelitian ....................................................................................80
2. Identitas Responden Petani Pemilik .............................................................84
3. Identitas Responden Petani Penggarap.........................................................86
4. Rekapitulasi Data Mengenai Hasil Analisis Regresi Berganda ModelProduksi Karet dengan Metode Least Squares dan MenggunakanProgram Eviews-8 .................................................................................... 87
5. Tingkat Korelasi antar Variabel terhadap Multikolineritas ProduksiKaret dengan Metode Least Squares dan MenggunakanProgram Eviews-8 ...................................................................................... 88
6. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi AnalsisRegresi Berganda Model Produksi Karet dengan MetodeLeast Squares dan Menggunakan Program Eviews .................................... 88
7. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................. 89
8. Dokumentasi Penelitian............................................................................... 90
9. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 93
1
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai produsen karet nomor satu di dunia akhir-akhir ini
terdesak oleh dua Negara tetangga : Malaysia dan Thailand. Peranan karet dan
barang karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat
Indonesia merupakan produsen karet urutan ke-2 terbesar di dunia dengan
produksi sebesar 2,8 juta ton pada tahun 2011 setelah Thailand (produksi sebesar
2,97 juta ton) dan negara yang memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan
luas lahan mencapai 3,5 juta hektar di tahun 2011. (Sumber : IRSG (International
Rubber Study Group)
Menurut Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian luas lahan karet
di Indonesia yang dimiliki Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2,7 – 3,5 juta
hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Sayangnya perkebunan
karet yang luas tidak diimbangi dengan produktivitas yang memuaskan.
Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang
dihasilkan juga kurang memuaskan. Bahkan di pasaran internasional karet
Indonesia terkenal sebagai karet bermutu rendah .
Ada tiga jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia yaitu Perkebunan
Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta
(PBS). Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi luas lahan yang
mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari lahan perkebunan karet. Bila
2
dilihat pada tahun 2011, luas perkebunan rakyat mencapai 66,433,2 ribu hektar
sedangkan luas perkebunan besar hanya 514 ribu hektar.
Banyak perkebunan karet yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
Salah satunya di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Bulukumba.
Bulukumba merupakan penghasil karet di Sulawesi selatan dengan produksi karet
pada tahun 2011 sebanyak 7.343 ton yang terdiri dari produksi pertanian rakyat
1.250 ton dan produksi pertanian swasta 6.093 ton. Yang tersebar di 19.900 ha,
dimana luas lahan pertanian karet terdiri dari perkebunan rakyat 14.105 ha dan
perkebunan swasta 5.975 ha. Dalam penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
pertanian karet rakyat dengan luas lahan 19.900 ha memproduksi karet lebih kecil
dengan 1.250 ton sedangkan pertanian karet swasta yang memiliki lahan yang
lebih sedikit yaitu 5.975 ha tetapi dapat memproduksi karet yang lebih besar
dengan 6.093 ton. Maka terlihat masalah besar yang dihadapi oleh pertanian karet
rakyat dalam hal pengelolaan pertanian.(Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Selatan Makassar, 2011).
Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Bulukumba sebagian besar sudah
membudaya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya diusahakan oleh
petani dalam skala kecil (sempit) dengan sistem tradisional. Berbeda dengan yang
diusahakan oleh perusahaan pemerintah/swasta yang dilakukan dalam skala besar
dengan sistem teknologi modern. Namun demikian, dilihat dari proporsi luasan,
kebun karet-rakyat tetap mendominasi, sehingga usaha itu patut diperhitungkan,
karena dapat menentukan dinamika perkaretan Indonesia.
3
Walaupun pengembangan pertanian karet mengalami prospek yang cerah,
namun masih ditemukan beberapa masalah dalam proses pengelolaannya oleh
petani. Keberhasilan dari pada usaha perkebunan karet sangat ditentukan oleh
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelolah
pertanian yang diusahakannya. Pengelolaan usaha tani karet secara tepat dapat
memberikan hasil produksi yang tinggi dan tingkat keuntungan yang memadai.
Misalnya bagaimana petani menentukan sikap mereka dalam penanganan usaha
tani karet mereka, penggunaan bibit unggul, pengelolahan tanah yang baik,
pemupukan secara tepat waktu, jenis dan dosis, pemeliharaan seacara intensif,
perlakuan pasca panen yang baik dan kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut
upaya petani dalam mengelolah usaha tani yang diusahakannya.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini
difokuskan pada sistem pengelolaan usaha tani karet rakyat yang bermitra dengan
PT. LONSUM. Fokus penelitian ini dapat di rumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
a. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi karet di Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba ?
b. Bagaimana elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
Bulukumba ?
c. Berapa besar pendapatan kotor petani pemilik dan petani penggarap pada
produksi karet di kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba ?
4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan pokok kajian diatas
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi karet di
Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
b. Untuk mengetahui elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe
Kabupaten Bulukumba.
c. Untuk mengetahui pendapatan kotor yang diperoleh petani pemilik dan petani
penggarap di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu diharapkan mampu memberikan
informasi baru atau data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan.
Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Pertanian dan perkebunan dan
Dinas Pendidikan dan instansi terkait untuk perbaikan maupun implementasi
program-program kedepannya.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan
penulis dan sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang
diperoleh di bangku kuliah.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dalam
mengambil langkah yang lebih efisien dalam hal pengelolaan usaha tani keret.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi
suatu output. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan
teknis yang didalam teori ekonomi yang disebut “Fungsi Produksi”.
Kegiatan produksi melibatkan dua variabel yang mempunyai hubungan
fungsional atau saling mempengaruhi, yaitu :
1. Berapa output yang harus diproduksi, dan
2. Berapa input yang akan dipergunakan.
Dengan demikian, yang disebut fungsi produksi adalah hubungan
fungsional atau sebab akibat antara input dan output. Dalam hal ini input sebagai
sebab, dan output sebagai akibat. Atau input sebagai variabel bebas dan output
sebagai sebagai variabel tidak bebas. Input produksi dikenal juga dengan faktor-
faktor produksi, dan output produksi dikenal juga dengan jumlah produksi.
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menyatakan
hubungan antara tingkat output dengan tingkat penggunaan input-input.
Hubungan antara jumlah output Q dengan jumlah input yang dipergunakan dalam
produksi X1, X2, X3….Xn, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = F (X1, X2, X3….Xn)
Q = Output
X = Input
6
Gambar 1. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi
Produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi
sekaligus, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Untuk menggambarkan dan/atau
menganalisis peranan masing-masing faktor produksi terhadap produksi fisik, dari
sejumlah faktor produksi yang digunakan, salah satu faktor produksi dianggap
variabel ( berubah-ubah ), dan sementara faktor produksi lainnya diasumsikan
konstan ( tidak berubah ). Dalam bentuk grafik, fungsi produksi merupakan kurva
melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang setelah sampai titik tertentu
kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan berbalik turun kembali.
Ketika input-input produksi terdiri dari capital, labour, resources dan
teknologi maka persamaan produksi menjadi sebagai berikut :
Q = F (C, L, R, T)
Dimana :
Q = Quantity, atau jumlah produksi yang dihasilkan
F = Fungsi, atau simbol persamaan fungsional
C = Capital, atau modal atau sarana yang digunakan
Produksifisik
Faktor Produksi
X
Q
7
L = Labour, tenaga kerja
R = Resources, sumber daya alam
T = Teknologi, teknologi dan kewirausahaan
Persamaan tersebut menjelaskan bahwa output dari suatu produksi
merupakan fungsi atau dipengaruhi atau akibat dari input. Artinya setip barang
yang dihasikan dari produksi akan tergantung pada jenis/macam dari input yang
digunakan. Perubahan yang terjadi pada input akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada output.
2.2.1 Hukum Kenaikan Hasil yang Berkurang
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), hukum pertambahan hasil
yang semakin berkurang menyatakan bahwa kita akan mendapatkan sedikit
dan semakin sedikit tambahan output ketika kita menambahkan satu satuan
input sementara input yang lain konstan. Dengan kata lain, produk marjinal
dari tiap unit input akan turun meskipun jumlah dari input itu bertambah,
sementara seluruh input lain konstan.
Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menggambarkan
hubungan yang sangat mendasar. Semakin banyak suatu input, seperti tenaga
kerja ditambahkan terhadap sejumlah tanah, mesin dan faktor produksi lain
yang tetap, input tenaga kerja akan mempunyai fungsi yang terus menurun
ketika faktor produksi yang lain tetap. Tanah menjadi lebih penuh sesak,
kapasitas kerja mesin menjadi berlebihan, dan produk marjinal tenaga kerja
menurun.
8
Dalam Sadono Sukirno (2005), Total Product (TP) merupakan
produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Marginal Product
(MP) yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu
tenaga kerja yang digunakan.
Apabila ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka produsi
marjinal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
MP = ΔTP/ΔL
Average Product (AP) adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan
oleh setiap pekerja. Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja
adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung
AP = TP/L
Gambar Tahapan dari Suatu Produksi di bawah dapat dibagi menjadi
tiga bagian daerah produksi, yaitu pada saat AP naik hingga AP maksimum
(daerah I), dari AP maksimum hingga TP maksimum atau MP = 0 (daerah II)
dan daerah TP yang menurun (daerah III). Pada daerah I dikatakan “irrasional
region” karena penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan
masih dapat terus diperbesar. Daerah II adalah “rasional region” karena pada
daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, pada daerah ini
pula tercapai TP maksimum.
9
Sumber : Pindyck, Roberts dan Daniel L. Rubinfield, 1995
Gambar 2. Hukum Kenaikan Hasil Yang Berkurang
Hubungan antara ketiga kurva tersebut adalah pada saat semua
masukan kecuali tenaga kerja adalah tetap, kurva total product, dalam
grafik (a) memperlihatkan output produksi untuk tingkat masukan tenaga
kerja yang berbeda. Pada average dan marginal product dalam grafik (b)
demikian pula seperti kurva Total Produk. Di titik B pada grafik (a)
average product dari masukan tenaga kerja memberikan garis yang
menaik dan cembung ke atas. Dari kurva produksi total (TP) dapat dibagi
menjadi tiga tahap daerah produksi, yaitu daerah I. II dan III. stage 1
10
dimana setiap penambahan faktor produksi mengakibatkan kenaikan hasil.
hal itu terus terjadi sampai pada titik A yang disebut titik inflection point
atau titik balik, dimana Pada titik balik (inflection point) terjadi perubahan
dari kenaikan hasil bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana
produk marginal mencapai maksimum sedangkan produk rata-rata masih
terus naik. pada garis sepanjang A sampai B setiap faktor produksi yang
ditambahkan masih dapat mengakibatkan kenaikan hasil namun dengan
penambahan yang tidak sebesar pada saat di garis sebelum titik A. pada
titik B yaitu disebut titik optimum dimana MP = AP. sedangkan titik C
adalah titik maksimum dimana MP = 0, artinya penambahan faktor
produksi tidak daapat mengakibatkan kenaikan hasil sama sekali atau 0.
kemudian jika ditambahkan faktor produksi lagi justru kenaikan hasil yang
dihasilakan akan negatif. Sebagai seorang produsen yang rasional akan
berproduksi pada tahap II, hal ini disebabkan pada daerah ini tambahan
satu unit faktor produksi akan memberikan tambahan produksi total (TP),
walaupun produksi rata-rata (AP) dan marginal produk (MP) menurun
tetapi masih positif (Hasan BT dan Gunawan S, 1989). Pentingnya fungsi
produksi dalam teori produksi adalah karena :
a. Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara faktor
produksi dan produksi secara langsung dan hubungan tersebut dapat
dengan mudah dimengerti.
b. Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara variabel yang
menjelaskan (X) sekaligus hubungan antar variabel penjelas.
11
2.3 Elastisitas Produksi
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan
proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variabel dengan perubahan
variabel lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar kepekaan
atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.
Penggunaan paling umum dari konsep elastisitas ini adalah untuk
meramalkan apa yang akan terjadi jika harga barang/jasa dinaikkan. Pengetahuan
mengenai seberapa dampak perubahan harga terhadap permintaan sangatlah
penting. Bagi produsen, pnengetahuan ini digunakan sebagai pedoman seberapa
besar ia harus mengubah harga produknya. Hal ini sangat berkaitan dengan
seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia peroleh. Sebagai contoh,
anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat sehingga seorang produsen
terpaksa menaikkan harga jual produknya.
Menurut hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan
menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang
kecil, kenaikan harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih
mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata
menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan keuntungan yang ia peroleh.
Hasil penualanya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya produksinya, sehingga
ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produse harus mempertimbangkan
tingkat elastisitas barang produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus
memperkirakan seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar
12
konsumen akan beraksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen, dua puluh
persen, dan seterusnya.
Koefiisien elastisitas diukur dari presentase perubahan kuantitas barang
dibagi dengan presentase perubahan harga. Secara sederhana kalimat tersebut
dapat dirumuskan :
Eₓ,у ≅ ⃒ ⃒Atau secara umum, elastisitas “Y” terhadap X adalah :
Eₓ,у =⃒ ⃒ = ⃒ . ⃒Elastisitas biasa disimbolkan sebagai “E”, “e” atau eplison kecil, sebagai
'ɛ'. Selain elastisitas linear tersebut ada juga elastisitas non linear. Konsep
elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan menggunakan 2 faktor
input.
a. Elastisitas Produksi Untuk 1 Faktor Input (1 Faktor Produksi)
Untuk produksi yang menggunakan 1 faktor input secara teoritis telah
dijelaskan bagaimana strategi penggunaan tersebut yaitu dengan
memperhatikan MP dan Ap. Bila Mp = 0, maka sebaiknya tidak perlu
menambahkan factor input lagi. Tapi menentukan nialai MP = 0 terkadang
relative sulit bila tidak mengektrapolasinya dengan memanfaatkan model dan
gaya matematika (teknik derivasi), lagi pula hal ini relative mengandung resiko
karena jarang ada perusahaan bisa menentukan kapan tambahan faktor input
tidak memberikan tambahan apa-apa pada produksi. Kesulitan ini bisa diatasi
dengan menetukan nilai elastisitas produksinya dengan rumus ;
13
Untuk Q = TP =Produksi
Untuk I = input = faKtor produksi
Maka elastisitas produksinya :
Ep = X ↔ X →~ → = MP, =AP → =Bila :
EP > 1→ > →EP < 1 → < →EP = 1→ = →EP = 0→ = 0, = ∞ →EP =∞ → = ∞, = 0 →Jadi elastisitas tidak lain adalah perbandingan antara nilai marginal
produksi dengan rata –rata produksi. Misalkan MP = AP maka EP = , jadi
pantaslah mengapa produksi dianggap sudah mapan bila MP = AP, karena
tambahan 1faktor input hanya akan memberikan tambahan 1 produksi dalam
produksi. Akan tetapi bila MP > AP maka produksi tentu saja bersifat elastis.
Bila ini terjadi maka penambahan factor input layak untuk setiap penambahan
1 faktor input akan memberikan penambhan lebih dari 1 jumlah produksi.
b. Elastisitas Produksi Untuk 2 Faktor Input (2 Faktor Produksi)
Konsep elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan
menggunakan 2 faktor input. Secara khusus fugsi produksi yang memanfaatkan
14
parameter nilai elastisitas produksi yang memanfaatkan parameter nilai
elastisitas produksi adalah fungsi produksi Cobb – Douglas.
Douglas dari Amerika Serikat pada 1928 (Sudarsono, 1990)
memperkenalkan suatu fungsi produksi yang diberi nama sesuai dengan nama
mereka yaitu Cobb – Douglas, sebagai berikut :
Q = bₒLᵇ¹Kᵇ²
Di mana :
Q = Produksi
bₒ = Indeks efisiensi
b1 = Parameter
L = Tenaga kerja
b² = Parameter K (modal)
Untuk menyatakan nilai maksimum atas perubahan L dan K terhadap
produksi maka perlu digunakan pendekatan matematis dengan cara
menentukan nilai turunan pertama dari masing-masing faktor input (L dan K)
tersebut ecara parsial sebagai berikut :
Untuk Faktor Input L terhadap produksi :ΔQΔ = , ₒ. ( − ) ↔ 1( 0. 1. 2)Padahal → 0, ᵇ , ᵇ =Berarti → 1( ) = = 1 ( 0. ᵇ , ᵇ )Jadi→ = 1 , =Padahal adalah rata-rata produksi oleh factor input L
15
Dengan demikian :
Ƅ1 = → = Elastisitas faktor input L terhadap produksi
Untuk faktor input K terhadap produksi :ΔΔ = 2, 0, ᵇ , (ᵇ ᵇ ) ↔ 2( 0, ᵇ , ᵇ , )↔ 1( 0, ᵇ . ᵇ )
Padahal → b0, Lᵇ , Kᵇ = QBerarti → 1( ) = = 2( , ᵇ , ᵇ ) ⁻¹Jadi→ = 2 , =Padahal adalah rata-rata produksi oleh factor input K
Dengan demikian :
Ƅ2 = ∆ → = Elastisitas factor input K terhadap produksi.
2.4 Fungsi Produksi
Konsep fungsi produksi dapat digunakan untuk mengungkapkan
hubungan fisik antara masukan (input) dengan keluaran (output) untuk suatu
macam produk, fungsi produk menunjukkan output atau jumlah hasil produksi
maksimum yang dapat dihasilkan per satuan waktu dengan menggunakan
berbagai kombinasi sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi.
16
Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan
berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Tetapi
disamping itu untuk satu tingkat produksi tertentu juga dapat digunakan gabungan
faktor produksi yang berbeda. Sebagai contoh untuk memproduksi sejumlah hasil
pekebunan tertentu perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan
teknik bercocok tanam modern digunakan. Dengan membandingkan berbagai
gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu
dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk
memproduksi sejumlah barang tersebut (Sadono Sukirno, 2001 ).
a. Fungsi produksi Cobb Douglas
Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut, variabel
dependen (Y) dan variabel yang lain disebut variabel independen (X),
penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara referensi dimana
variasi Y akan dipengaruhi varian X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis
regresi juga berlaku pada penyelesaiain fungsi Cobb Douglas dapat ditulis
persamaan :
Y = aX1b1. X2
b2. … Xnbn e
Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X
maka :
Y = f (X1, X2, X3 …Xn)
17
Keterangan :
Y = Variabel independen
X = Variabel dependen
a, b = Besaran yang diduga
e = Logaritma natural, e = 2,718
Untuk mempermudah pendugaan persamaan, maka persamaan
tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda sebagai berikut :
Ln Y = a + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + e
Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang sering
dipakai dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena fungsi ini mempunyai
beberapa kelebihan, dimana kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang relatif
mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain. Hal ini disebabkan
karena fungsi produksi Cobb Douglas mudah dirubah menjadi bentuk
produksi linier.
2) Fungsi produksi Cobb Douglas dapat mengetahui beberapa aspek produksi
seperti produksi marginal (marginal product), produksi rata-rata (average
product), tingkat kemampuan berfungsi untuk mensubstitusikan (marginal
rate of subtitusi), dan intensitas penggunaan fungsi produksi (efficiency of
production) secara mudah dengan jalan modifikasi matematika.
3) Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan
menghasilkan regresi yang sekaligus akan menunjukkan besarnya elastisitas.
18
Besarnya elastisitas tersebut akan menunjukkan tingkat besarnya return to
scale, dengan persamaan matematis sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Dan besarnya b adalah elastisitas, maka jumlah dari elastisitas merupakan
return to scale. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki Cobb Douglas,
maka kelemahan fungsi Douglas adalah spesifikasi variabel yang keliru,
kesalahan pengukuran variabel, bias terhadap manajemen, multikolinieritas data
dan asumsi.
a. Pengujian terhadap Asumsi Klasik
Pengujian terhadap asumsi klasik dilakukan untuk melengkapi pengujian
statistik yang telah dilakukan yaitu uji t dan uji F.
1) Uji Multikolinearitas
Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier yang
sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Hubungan
ini bisa sempurna, bisa tidak. Ada berbagai cara untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinearitas, diantaranya dengan melihat nilai koefisien
regresi parsial. Selain itu multikolinearitas dapat juga diketahui dengan
adanya menduga kalau R2 nilai regresi antara variabel bebas.
2) Uji Autokorelasi
Berfungsi untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu menunjukkan
hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Pada
umumnya pengujian untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
19
menggunakan statistik Durbin Watson, yang dilihat berdasarkan jumlah
selisih kuadrat nilai taksiran faktor-faktor pengganggu yang diurut.
3) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi bila kesalahan penggunaan tidak mempunyai
variasi yang sama untuk satu observasi akibat parameter estimasi akan bias
dan tidak konsisten dan mempunyai varian yang minimum. Untuk
mendeteksi apakah ada tidaknya heteroskedastisitas
2.5 Pendapatan Usaha Tani
Menurut Hermanto (1994), bahwa besarnya pendapatan yang akan
diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa factor yang
mempengaruhi seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,
pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan
usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga
kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan
sumber dari factor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka
pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1995).
Menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan
merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah
tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan
pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani.
20
Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan
biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim
tanam. Pendapatan luar usahatani seperti berdagang dll.
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan
usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu :
1. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam
usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan
atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga pe
satuan berat pada saat pemungutan hasil.
2. Pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu
tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi
meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-
lain yang dikeluarkan pada prose produksi tersebut (Ahmadi 2001).
Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan
tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu
keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses poduksi tersebut (Mubyarto, 2000).
21
Menurut Hernanto (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruh
pendapatan usahatani :
a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata.
b) Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman,
c) Pilihan dan kombinasi,
d) Idensitas perusahaan pertanaman,
e) Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), bahwa biaya usahatani adalah semua
pengeluaran yangdipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan
menjadi dua yaitu yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya
yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan
dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh volume produksi. Secara matematis untuk menghitung
pendapatan usahatan dapat ditulis sebagai berikut := . – i.Pxi – BTT
Dimana :
= Pendapatan (Rp)
Y = Hasil Produksi (Kg)
Py= Harga hasil produksi (Rp)
Xi= Faktor produksi (i=1,2,3…n)
Pxi= Harga factor produksi ke-i (Rp)
BTT= Total biaya (Rp)
22
2.6 Hipotesis
Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut maka dibuat hipotesis
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi karet seperti luas lahan,
umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan dan
dummy mempengaruhi hasil usaha karet secara positif.
b. Elastisitas produksi karet terhadap variabel independen secara bersama-sama
signifikan mempengaruhi produksi (y) atau variabel dependen pada produksi
karet.
c. Produksi karet terhadap petani penggarap dan petani pemilik sama-sama
menghasilkan pendapatan kotor yang sama.
23
2.7 Kerangk Pikir
Pemikiran teoritis yang diwujudkan melalui suatu kerangka menunjukkan
tahapan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan analisis yang sebenarnya.
Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Produksi Tanaman Karet yangBermitra dngan PT. Lonsum di Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba
Faktor yang MempengaruhiProduksi Karet
Produksi
Fungsi Cobb-Douglas Elastisitas Produksi
Pendapatan Kotor
Petani Karet
Petani PemilikPenggarap
Petani Penggarap
24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe
Kabupaten Bulukumba. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan
Maret sampai April 2015.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah petani karet sejumlah 180 petani karet.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam
penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian
sampel terhadap populasi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive) sebanyak
25 % dari total petani karet. Ukuran sampel yaitu 45 orang petani karet yang
dianggap representative mewakili petani karet di Kecamatan Ujung Loe.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah :
a. Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung dan
bukan berupa angka-angka yang dapat dikuantifisir antara lain budidaya
karet, produksi dimana fungsi produksi dan elastisitas produksi karet serta
25
pendapatan petani baik petani pemilik penggarap maupun petani
penggarap.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung yaitu data
berupa angka-angka yang dapat dikuantifisir antara lain data output dari
proses budidaya karet, biaya produksi dan biaya variabel yang diperoleh
dari faktor produksi.
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis :
a. Data primer
Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan dan
wawancara langsung dengan petani dan karyawan perusahaan yang
dianggap berkaitan dengan penelitian ini.
b. Data sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang
erat hubungannya dengan penelitian ini, dengan cara pengutipan data dan
membaca referensi serta literatur lainnya yang relevan dengan masalah yang
dibahas dan juga sebagai alat analisis dalam pemecahan permasalahan.
26
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi (Observasi)
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan penulusuran
sumber data dari obyek penelitian dan kepustakaan untuk mengumpulkan data
sekunder dengan cara membaca buku-buku dan literatur-literatur serta data-
data tersedia yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan pada informan yang dipilih dan dianggap dapat
memberikan informasi tentang focus masalah penelitian. Untuk melakukan
wawancara terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara namun pada
situasi tertentu, wawancara dapat dilakukan secara spontan, seperti dalam
pembicaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian mengenai
“Analisis Produksi Karet Oleh Petani yang Bermitra dengan PT, LONSUM
di Kecamaan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba”.
c. Kepustakaan
Kepustakaan yaitu teknik penelitian yang menggunakan berbagai macam
kepustakaan dengan mengumpulkan data-data sekunder melalui literatur yang
telah ada guna membantu memahami secara umum.
27
3.5 Teknik Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisis Kuantitatif
Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan angka-angka
perhitungan yang berguna untuk menghitung variabel bebas terhadap
variabel tak bebas. Alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah :
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menghitung besarnya
pengaruh variabel bebas yaitu tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal,
dan upah terhadap variabel tidak bebas (produksi) dengan
menggunakan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut : (Sukirno, 2006 ).
Y = b0 X1b1. X2
b2. X3b3. X4
b4. X5b5.X5ᵇ6.X6
b6.X7
b7.X8b8.e
Untuk menganalisis hubungan variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y) maka kita perlu mengubah bentuk
linier. Tujuannya untuk mempermudah analisis regresi antara kedua
variabel secara lebih tepat dan konstan. Bentuk liniernya dapat ditulis
sebagai berikut : (Sukirno, 2006 ).
Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP +
b6LnTK + b7LnPUTK + b8VD + e
28
Keterangan :
Y = Produksi (Ton)
b0 = Koefisien Regresi
LL = Luas Lahan
UT = Umur Tanaman (Ha)
PPK = Pupuk Urea/Kcl (Kg)
Pest = Pestisida ( Ltr )
UP = Usia Petani
TK = Tenaga Kerja ( HKO )
PUTK = Pendapatan Petani Karet
VD = Variabel Dummy
e = Intercef
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi yang
memperhatikan dua variabel atau lebih dimana variabel satu disebut
variabel dependen (Y) dan variabel yang lain disebut independen (X).
Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya diselesaikan
dengan regresi dimana Y akan dipengaruhi variasi X. Dengan demikian
kaidah-kaidah pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb
Douglas (Abdurahman, 2012 )
Menurut Sukirno (2006), untuk menunjukkan seberapa bebas
tingkat antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas
digunakan rumus korelasi berganda.
29
r =
b. Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari hasil
regresi tersebut digunakan :
1) Uji F Statistik (F-test)
Uji ini digunakan untuk menguji tingkat signifikan hubungan
seluruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sukirno,
2006).
F-hitung =R2 / (k – 1)
(1 – R2) / (n – k)
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
Hipotesisnya adalah :
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya variabel independen secara
bersama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Ho : b1 b2 b3 b4 b5 0, artinya variabel independen secara
bersama berpengaruh terhadap variabel dependen
Dengan derajat keyakinan tertentu, maka :
- Jika F hitung > F tabel berarti Ho ditolak
- Jika F hitung < F tabel berarti Ho diterima
})(}{)({
))((2222 YYnXXn
YXXYn
30
2) Uji t statistik (t-test)
Uji ini digunakan untuk menguji signifikan koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
(Rowman, Littlefield Publishers, 2010 ).
t-hitung =Bi
Sbi
Keterangan :
bi = Koefisien Xi
Sbi = Standar deviasi dari koefisien X1
Hipotesisnya adalah :
Ho : bi = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen
Ho : bi 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen
Dengan derajat keyakinan tertentu (level of significant) maka :
- Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima yang berarti kedua
variabel tidak berhubungan secara signifikan
- Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang berarti kedua
variabel berhubungan secara signifikan
c. Pengujian terhadap Asumsi
Pengujian terhadap asumsi klasik dilakukan untuk melengkapi
pengujian statistik yang telah dilakukan yaitu uji t dan uji F.
31
1) Uji Multikolinearitas
Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier
yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.
Hubungan ini bisa sempurna, bisa tidak. Ada berbagai cara untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, diantaranya dengan melihat
nilai koefisien regresi parsial. Selain itu multikolinearitas dapat juga
diketahui dengan adanya menduga kalau R2 nilai regresi antara variabel
bebas.
2) Uji Autokorelasi
Berfungsi untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu
menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel
yang sama. Pada umumnya pengujian untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi menggunakan statistik Durbin Watson, yang dilihat
berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor-faktor
pengganggu yang diurut.
3) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi bila kesalahan penggunaan tidak
mempunyai variasi yang sama untuk satu observasi akibat parameter
estimasi akan bias dan tidak konsisten dan mempunyai varian yang
minimum. Untuk mendeteksi apakah ada tidaknya heteroskedastisitas,
yaitu dapat digunakan beberapa macam model.
32
2. Elastisitas Poduksi
Elastisitas diperoleh dari hasil estimasi model berupa nilai
koefisien regresi dalam model Cobb-Douglas yang telah ditransformasikan
ke dalam bentuk Log Natural (LN).
Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP +
b6LnTK + b7LnPUTK + VD + e
3. Pendapatan Kotor (Groos Margin)
Pendapatan kotor adalah pendapatan dari suatu property yang
belum dikurangi dengan biaya-biaya lainnya. Atau dengan kata lain selisih
antara pendapatan kotor (Output) dan biaya produksi (Input) yang dihitung
dalam per bulan, per tahun maupun per musim tanam. Adapun rumus
untuk menghitung pendapatan usahatani karet adalah :
TC = TR – TVC
Dimana :
TC = Pendapatan
TR = Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
TVC = Total variabel cost atau total biaya variabel
3.6 Definisi Operasional
Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
variabel- variabel yang akan dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini perlu
dioperasionalkan sebagai berikut :
a. Petani Karet yaitu petani yang membudidayakan tanaman karet di Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
33
b. PT.Lonsum yaitu perusahaan yang melakukan kemitraan dengan petani karet.
c. Produksi yaitu segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas
suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui
pertukaran.
d. Fungsi produksi yaitu hubungan teknis yang menghubungkan faktor produksi
dengan hasil produksi.
e. Fungsi produksi Cobb Douglas yaitu suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel.
f. Elastisitas yaitu perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel
dengan perubahan variabel dengan perubahan variabel lainnya.
g. Luas lahan yaitu lahan yang digunakan dalam pengelolaan budidaya karet.
h. Usia Petani yaitu umur petani yang bekerja dalam pengelolaan budidaya karet
sampai proses produksi.
i. Tenaga Kerja yaitu jumlah pekerja yang ikut serta dalam pengelelolaan
budidaya karet sampai proses produksi.
j. Pendapatan Petani yaitu besarnya yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha
tani dan dari selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi
(input) yang dihitung dalam perbulan, per tahun dan per musim.
k. Variabel dummy yaitu variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan
variabel yang bersifat kualitatif, misalnya jenis kelamin dll.
34
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Desa Tamatto terletak di kecamatan Ujung Loe, kabupaten Bulukumba.
Mitologi penamaan Desa Tamatto diambil dari 2 kata yaitu tamat dan to”.
Penamaan ini bersumber dari bahasa “Indonesia dan Konjo” yang dimana Tamat
artinya selesai dan To” artinya batang kayu yang sudah ditebang tetapi masih ada.
Pada zaman penjajahan Belanda daerah ini merupakan tempat untuk berburu rusa
dan burung, para penjajah banyak yang menebang kayu untuk dijual sedangkan
batang kayunya masih ada.Selang berjalannya waktu penjajah Belanda telah
meninggalkan desa tersebut sehngga masyarakat mengelola lahan tersebut dan
menghilangkan bekas Belanda tersebut salah satunya batang kayu yang masih
tersisa (to”).
Desa Tamatto yang sebelum pemekaran adalah bagian dari desa Bulo-Bulo
yang merupakan salah satu dusun dari desa tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Provinsi Sulsel No: 769/VI/1991 tanggal 20 juni 1991 tentang pembentukan
Desa persiapan menjadi Desa dalam wilayah daerah tingkat II Sulawesi Selatan,
maka sejak itulah terbentuk Desa Tamatto.
Desa Tamatto berjarak ke ibukota kecamatan 19 km, jarak ke ibukota
kabupaten 39 km, jarak ke ibukota provinsi 260 km. Dengan luas wilayah desa
11,10M , yang terdiri dari 6 Dusun yaitu, Dusun Bontomanai, Dusun Bulosanni,
Dusun Elle’e, Dusun Batulapisi, Dusun Ompoa,dan Dusun Bukit Madu. Dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
35
a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Jojjolo
b) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bontobiraeng, Kec. Kajang
c) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Swatani Kec. Rilau Ale’
d) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Salassae
4.2 Luas wilayah dan penggunaan lahan
Desa Bontomangiring memiliki luas 11,100 Ha , yang dipergunakan untuk
berbagai peruntukan. Adapun penggunaan lahan pada daerah ini sebagaimana
yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Di Desa Tamatto Tahun 2012
No Jenis Penggunaan Luas Ha1. Pemukiman 132,25 Ha2 Persawahan 106,50 Ha3 Perkebunan 1.0861,75 Ha4 Pekuburan -4 Pekarangan -5 Taman -6 Perkantoran 0,10 Ha7 Luas prasarana umum lainnya 3,50 Ha
Jumlah 11,100 HaSumber : Data Profil Desa Tamatto, 2012
Dari Tabel 1 luas lahan di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012,
dilihat pada tabel 1 bahwa lahan terluas adalah perkebunan, yaitu seluas 1.0861,75
Ha terdiri dari perkebunan karet, coklat (kakao), cengkeh, maupun perkebunan
lainnya, sedangkan luas lahan terkecil dipergunakan untuk perkantoran desa.
Yaitu seluas 0,10 Ha. Sedangkan persawahan dengan luas 106,50 Ha digunakan
untuk pertanian padi sawa sebagai usaha sampingan dari kebun karet, yang
mereka usahakan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.
36
Melihat wilayah Desa Tamatto terdiri dari daerah bergelombang dan
daerah perbukitan. Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100
meter dari permukaan laut meliputi bagian Dusun Bulosanni, Dusun Elle’e, dan
Dusun Ompoa. Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter
dari permukaan laut meliputi bagian dari Dusun Bukit Madu, Dusun Batulapisi,
dan Dusun Bontomanai. Jenis tanah di Desa Tamatto termasuk dalam tanah
regosol dan mediteran. Tanah dengan jenis ini sangat cocok untuk sektor
pertanian dan perkebunan.
4.3 Iklim
Iklim di Desa Tamatto cocok untuk pertanian karet, di desa ini dikenal dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan di mulai pada bulan
Oktober sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau dimulai pada
bulan April hingga September. Dengan curah hujan di atas 2000 mm/tahun.
Desa Tamatto mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82°C –
27,68°C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan
tanaman perkebunan. Klasifikasi iklim di Desa Tamatto termasuk iklim lembab
atau agak basah.
Sebagai sumber daya pengembangan, subsektor perkebunan memiliki
peran yang sangat besar dalam berbagai aspek: ekonomi, ekologi, dan sosial. Pada
aspek ekonomi, sektor perkebunan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
dan daerah, yang berimplikasi pada aspek sosial (social security). Adapun pada
aspek ekologi, sektor ini berperan besar dalam menjamin keseimbangan
37
lingkungan hidup yang juga berdampak pada aspek sosial pembangunan (social
change).
Dengan kondisi wilayah yang cukup luas yang terletak di areal strategis
merupakan potensi ekonomi terutama disektor perkebunan. Untuk menunjang ini,
diperlukan jangkauan pemasaran yang luas dan tepat. Sampai saat ini, hasil bumi
seperti karet, kakao, kopi, kelapa, cengkeh, dan merica masih sangat diandalkan
sebagai komoditas unggulan di Desa Tamatto.
4.4 Kondisi Demografis
4.4.1 Pertumbuhan penduduk
Di Desa Tamatto pada tahun 2013 penduduk berjumlah 1.970 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 987 jiwa dan perempuan 1.086 jiwa. Pada
tahun 2014 jumlah penduduk di Desa Bontomangiring yaitu 2.073 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebesar 987 jiwa dan perempuan sebesar 1.086 jiwa.
Apabila dirata-ratakan maka laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,03% per
tahun. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 624 kepala keluarga. Dusun
Bontomanai merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 309
jiwa sedangkan yang terkecil adalah Dusun Ell’e 261 jiwa. Perkembangan
penduduk di Desa Tamatto tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.
38
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tamatto, 2012
Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Presentase
Laki-laki 1.034 50
Perempuan 1.029 50
Total 2.063 100
Sumber : Data Profil Desa Tamatto, 2012
Berdasarkan pada Tabel 2 jumlah penduduk di Desa Tamatto hanyua
sampai pada tahun 2012. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di
Desa Tamatto menurut jenis kelamin sebesar 2.063 jiwa, dengan jumlah laki-
laki sebanyak 1.034 jiwa dengan presentase 50 % dan jumlah jenis kelamin
perempuan sebanyak 1.029 jiwa dengan presentase 50 %. Jadi total presentase
jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 100 %
4.4.2 Keadaan Penduduk Menurut Umur
Jumlah penduduk di Desa Tamatto dapat dikelompokkan menurut
kelompok umur. Jumlah penduduk Desa Tamatto menurut kelompok umur
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Desa Tamatto Tahun2012
Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)0 – 14 4.11 19,8215 – 64 1.626 78,43
≥65 36 1,73Jumlah 2.073 100
Sumber: Data profil Desa Tamatto, 2012
39
Berdasarkan Tabel 3 jumlah penduduk di Desa Tamatto hanya sampai
pada tahun 2012. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat
digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT). Berdasar
Tabel dapat dilihat besarnya jumlah penduduk di Desa Tamatto Kabupaten
Bulukumba tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun) adalah sebesar 1.626
(78,43 %) dari keseluruhan jumlah penduduk. Penduduk yang tergolong dalam
usia non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) adalah sebesar 4.11 jiwa atau
19,82 % dan 36 jiwa (1,73) dengan jumlah keseluruhan 4.47 jiwa (21.55 %).
Berdasarkan data jumlah penduduk usia produktif dan non produktif dapat
dihitung ABTnya yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non
produktif dengan jumlah penduduk usia produktif, dengan rumus sebagai
berikut:= 100= 4.471.626 100= 27,49
Dari perhitungan diperoleh nilai ABT sebesar 27,49 artinya setiap 100
orang penduduk berusia produktif menanggung 27 penduduk yang tidak
produktif. ABT di Desa Tamatto Kabupaten Bulukumba termasuk rendah.
ABT dikatakan tinggi apabila ABT lebih dari atau sama dengan 50, sedangkan
ABT dikatakan rendah jika kurang dari 50. Menurut Mantra (2003), tingginya
ABT merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian
dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif, terpaksa harus
40
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif atau
sudah tidak produktif.
4.4.3 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan untuk melihat
kemampuan seseorang, misalnya saja dalam menyerap berbagai pengetahuan.
Tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap pola pikir dan cara
bertindak. Misalnya, kemampuan mengolah dan memanfaatkan hasil usahatani
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari petani itu sendiri. Keadaan penduduk
menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa TamattoKabupaten Bulukumba Tahun 2012
Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)Belum sekolah 25 1,2Tidak tamat SD 1.98 9,55
Sedang/tamat SD 9.87 47,61Sedang/tamat SLTP 2.78 13,41Sedang/tamat SLTA 1.39 6,7
Sedang/tamat(D1,D2,D3) 14 0,67Sedang/tamat(S1,S2,S3) 16 0,77
Buta huruf 4.16 20Jumlah 2.073 100
Sumber: Data profil Desa Tamatto,2012
Berdasarkan data pada Tabel 5 keadaan penduduk di Desa Tamatto
hanya sampai pada tahun 2012, dapat diketahui bahwa penduduk yang
sedang/tamat SD sebanyak 47,61 %, sedang/tamat SLTP 13,41 %,
sedang/tamat SLTA 6,7 persen, sedang/tamat akademi 0,67 persen, dan
sedang/tamat perguruan tinggi (S1, S2, S3) 0,77 %. Hal ini menunjukkan
41
penduduk telah menganggap penting arti pendidikan. Sebagian besar penduduk
Desa Bontomangiring telah mengenyam pendidikan, ini berarti tingkat
pendidikan di Desa Tamatto berada pada kondisi yang baik, meskipun terdapat
20 % penduduk yang buta huruf dan 9,55 % penduduk yang tidak tamat
sekolah. Penduduk yang tidak tamat sekolah tersebut tetap termasuk dalam
penduduk yang telah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Banyaknya
penduduk yang tidak tamat sekolah ini disebabkan karena usia mereka telah
lanjut, dimana dahulu sekolah itu terbatas, kekurangan dana untuk bersekolah,
dan kesadaran akan pendidikan yang kurang.
4.4.4 Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian penduduk di Desa Tamatto Kabupaten bulukumba
bersifat heterogen. Masyarakat Desa Tamatto bekerja di berbagai sektor untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Sektor yang dominan di desa ini adalah
pertanian. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Tamatto
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Tamatto Tahun2012
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)Petani 4.39 71,96
Pedagang 43 7
Pegawai negri sipil 24 3,93
Pengrajin/industry kecil 15 2,45
Peternak 43 7
Buruh bangunan 12 1,96
Pengusaha besar/sedang 34 5,57Jumlah 610 100
Sumber: Data profil Desa Tamatto, 2012
42
Berdasarkan Tabel 5 jumlah penduduk menurut mata pencaharian di
Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, sehingga dapat diketahui bahwa
penduduk di Desa Tamatto memiliki beragam mata pencaharian. Mata
pencaharian yang paling banyak adalah sebagai petani yaitu sebanyak 4.39
orang (71,96 %). Mata pencaharian terbesar kedua yang dimiliki penduduk
Desa Tamatto yaitu mata pencaharian di bidang perdagangan dan peternakan
masing-masing sebanyak 43 orang (7 %). Hal ini berarti mata pencaharian di
bidang pertanian masih diminati dan belum ditinggalkan demi memenuhi
kebutuhan hidup.
4.5 Kondisi Pertanian
Areal pertanian di Desa Tamatto cukup subur, selain ditanami karet, juga
ditanami kelapa, kopi, cengkeh, kakao dan tanaman buah-buahan, tanaman obat-
obatan, dan sebagainya. Upaya Desa Tamatto untuk meningkatkan hasil pertanian
terutama karet dilaksanakan untuk penyuluhan, penggunaan urea tablet, dan pasca
panen, semua itu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan.
Untuk lebih jelasnya tentang tanaman pokok rakyat dan tanaman perdagangan
rakyat di Desa Tamatto dapat dilihat pada Tabel 6.
43
Tabel 6. Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyat di DesaTamatto Tahun 2012
No Kelompok Jenis Tanaman Luas(Ha)
1. Padi dan pakuannya Jagung, kacang tanah, padi, ubi kayu 9,5
2. Buah-buahan Mangga, rambutan, salak, nanas,pepaya, durian, pisang
153
3. Tanaman obat Jahe, kunyit, lengkuas 2
4. Perkebunan 356,217
- Karet 200,112
- Kelapa 62,30
- Kopi 35,65
- Cengkeh 25,15
- Kakao 32,5
5. Hutang 84,5Sumber : Kantor Kepala Desa Tamatto, 2012
Berdasarkan Tabel 6 tanaman pokok rakyat dan tanaman perdagangan
rakyat di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, terlihat bahwa tanaman
pokok dan tanaman rakyat masih diminati penduduk di Desa Pegadingan. Bila
dilihat dari kondisi tanah Desa Pegadingan, maka tanaman karet sangat bagus
hasilnya, meski perlu ketelatenan dalam perawatan dan kejelian dari mulai tanam
sampai masa penyadapan. Tanaman karet merupakan harapan produsen di Desa
Pegadingan, karena bisa mendatangkan keuntungan yang dapat meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup mereka.
44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden Produksi Karet
Produksi karet yang dimana terdiri dari dari perkebunan swasta
(PT Lonsum) dan perkebunan rakyat yang ada di Desa Tamatto Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba adalah dimana PT Lonsum tersebut bermitra
dengan perkebunan karet milik rakyat. Produksi karet milik rakyat tersebut
lansung dijual kepada PT Lonsum sesuai dengan harga yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Faktor umur dan kondisi fisik dalam pola kemitraan ini berpengaruh
pada aktifitas budidaya sampai dengan proses akhr yaitu panen atau penyadapan
yang dijalankan karena pada umumnya para petani baik petani pemilik maupun
petani penggarap terlibat secara langsung baik selama proses budidaya maupun
proses akhir atau penyadapan karet sehingga dibutuhkan kondisi fisik yang sehat.
Faktor pendidikan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
para pengelola dalam membudidayakan karetnya. Pendidikan yang ditempuh
mempermudah para petani khususnya petani pemilik dalam menjalankan usaha
karet terutama dalam pengelolaan sampai pemaneman serta perhitungan
pendapatan yang dapat menunjang usahanya.
Pengalaman yang dimiliki petani dapat terlihat dari berapa lama mereka
menjalankan usahanya dalam membudidayakan karet tersebut. Pengalaman
budidaya membantu petani dalam mengamati dan memprediksi pendapatan
sehingga petani dapat menghitung biaya-biaya yang digunakan dalam proses
45
budidaya karet tersebut. Berikut identitas responden produki karet pemasaran
di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba :
a. Petani Penggarap
Petani penggarap adalah petani karet yang dimana karet yang
dikelola adalah milik perusahaan (PT Lonsum), kemudian petani penggarap
tersebut digaji oleh perusahaan. Identitas responden produksi karet petani
penggarap dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Identitas Responden Petani Penggarap diTingkat Umur DesaTamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba
No Umur(Tahun)
Petani Penggarap(Orang)
Presentase(%)
1.2.3.
34-3738-4142-45
771
46,6746,676,66
Jumlah 15 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa umur petani penggarap berada dalam usia
produktif yaitu antara 34-47 tahun. Pada usia ini petani penggarap bisa
dikatakan mampu bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kuat
dalam melaksanakan peran sebagai petani penggarap milik perusahaan
PT. Lonsum. Sedangkan identitas responden menurut tingkat pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 8.
46
Tabel 8. Identitas Responden Petani Penggarap di Tingkat Pendidikan,di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba
No Pendidikan Petani Penggarap(Orang)
Presentase(%)
1.2.3.
Tamat SDTamat SMPTamat SMA
375
20,0046,6733,33
Jumlah 15 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh responden petani penggarap
milik perusahaan PT.Lonsum telah mengikuti pendidikan formal dengan
tingkat pendidikan yang berbeda. Tingkat pendidikan sebagian besar
petani penggarap adalah tamat SMA sebanyak 7 petani atau 46,67 %
sedangkan pada tingkat terendah ada yang tamat SD sebanyak 3 petani
dengan presentase 20,00 %. Dari keseluruhan responden petani penggarap.
Pendidikan yamg dimiliki diharapkan dapat menjadimodal bagi petani
untuk memperhatikan keadaan karet mulai dari sistem budidayasampai
dengan proses panen sehingga dapat menunjang perusahaan. Sedangkan
identitas responden pada tingkat pengalaman bertani dapat dilihat pada
Tabel 9.
47
Tabel 9. Identitas Responden Petani Penggarap dari Pengalaman Bertanidi Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba
No Pengalaman Bertani(Tahun)
Petani Penggarap(Orang)
Presentase(%)
1.2.3.
1-34-67-9
15--
100,00--
Jumlah 15 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Tabel 9 menunjukkan bahwa identitas responden petani penggarap
dalam pengalaman bertani yaitu lebih dari 3 tahun. Selama menjalankan
budidaya karet beberapa petani penggarap telah mendapat pengetahuan
budidaya karet dari perusahaan.
b. Petani Pemilik
Petani pemilik adalah petani karet yang dimana karet yang dikelola
adalah milik sendiri bukan milik perusahaan (PT Lonsum), mulai dari
lahan yang sampai alat yang digunakan untuk proses produksi adalah milik
sendiri, tetapi disamping itu meskipun alat yang digunakan adalah milik
sendiri tetapi alat itu juga diperoleh dari perusahaan (dibeli) yang diajak
bermitra karena alat tersebut susah didapatkan dipasaran melainkan
dikirim lansung dari Surabaya dan Medan kemudian petani penggarap
tersebut membeli dengan cara sistem kredit yaitu dari harga penjualan
karet kepada PT Lonsum dibayar sedikit demi sedikit sampai lunas. Sistem
tenaga kerja pada petani pemilik yaitu menggunakan anggota keluarga
sehingga ada yang digaji ada juga yang tidk dapat gaji. Identitas responden
produksi karet petani petani dapat dilihat pada Tabel 10.
48
Tabel 10. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Umur di DesaTamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba
No Umur(Tahun)
Petani Pemilik(Orang)
Presentase(%)
1.2.3.4.5.
30-3536-4041-4546-5051-55
7101242
20,0028,6034,2811,425,70
Jumlah 35 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Tabel 10 menunjukkan bahwa kebanyakan umur petani penggarap
berada dalam usia tidak produktif yaitu antara 51-55 tahun. Pada usia ini
petani pemilik tidak mampu lagi bekerja dengan baik didukung dengan
fisik yang kurang kuat atau lemah dalam melaksanakan peran sebagai
petani pemilik. Sedangkan identitas responden berdasarkan pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Pendidikandi Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba
No Pendidikan Petani Pemilik(Orang)
Presentase(%)
1.2.3.4.
Tamat SDTamat SMPTamat SMASarjana
710153
20,0025,5742,868,57
Jumlah 35 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
sebagian besar petani pemilik adalah tamat SMA sebanyak 15 petani atau
42,86 % dari keseluruhan responden petani pemilik. Pendidikan yang
dimiliki diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk
49
memperhatikan keadaan karet mulai dari system budidaya sampai dengan
proses panen sehingga dapat menunjang usahanya. Sedangkan identitas
responden petani pemilik dari tingkat pengalaman bertani dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Identitas Responden Petani Pemilik di Tingkat PengalamanBertani di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba
No Pengalaman Bertani(Tahun)
Petani Pemilik(Orang)
Presentase(%)
1.2.3.
1-34-67-9
61415
17,1440,0042,86
Jumlah 35 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Tabel 12 menunjukkan pengalaman bertani pada responden petani
pemilik karet yaitu lebih dari 9 tahun. Selama menjalankan usahanya
beberapa petani pemilik telah melakukan system budidaya dengan
pengetahuan sendiri dan ada juga pengetahun dari penyuluhan perusahaan
yaitu petani pemilik tersebut pernah menjadi petani penggarap
diperusahaan PT Lonsum. Petani pemilik yang pada mulanya hanya
menjual hasil produksi karetnya pada pedagang-pedagang luar perusahaan
dengan alasan harga yang lebih dari PT Lonsum tetapi dengan berjalannya
waktu banyak para pedagang yang tidak menepati janji kepada patani
pemilik. Sehingga petani pemilik melakukan kerja sama dengan
PT. Lonsum yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
50
5.3 Analisis Data
Dalam menganalisis hasil penelitian mengenai analisis produksi karet
oleh petani bermitra dengan PT. Lonsum yang meliputi,luas lahan, umur
tanaman,pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan dan variabel
dummy. Pembahasan analisis hasil penelitian ini dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda, uji hipotesis dan bagian akhir pengujian asumsi klasik.
a. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh luas lahan,
umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan petani
dan variabel dummy terhadap hasil produksi karet oleh petani yang bermitra
dengan PT. Lonsum di Desa Tamatto. Adapun bentuk persamaan regresinya
sebagai berikut :
Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP +
b6LnTK + b7LnPUTK + b8VD + e
Keterangan :
Y = Produksi (Ton)
b0 = Koefisien Regresi
LnX1 = Luas Lahan (LL)
LnX2 = Umur Tanaman (UT)
LnX3 = Pupuk Urea/Kcl (PPK)
LnX4 = Pestisida (Pest)
51
LnX5 = Usia Petani (UP)
LnX6 = Tenaga Kerja (TK)
LnX7 = Pendapatan Petani Karet (PUTK)
X8 = Dummy (Dsp)
e = error
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan
komputer pada program eviews-8 diperoleh hasil analisis regresi dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Produksi Karet denganMetode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews-8
Variable Coefficient Std. Error r2 Prob.
C -0.3298 0.4002 0.4154Luas Lahan -0.0555ns 0.1526 0,9808 0.7182
Umur Tanaman -0.0735 ns 0.0958 0,4228 0.4479Pupuk 0.2384* 0.0507 0,3274 0.0000
Pestisida 0.0067** 0.0416 -0,1834 0.8722Usia Petani -0.0953 ns 0.1086 0,4524 0.3862
Tenaga Kerja -0.0525 ns 0.0274 0,6226 0.0629Pendapatan 0.7830* 0.1522 0,9186 0.0000
Dummy Status Petani 0.3289* 0.0840 -0,4977 0.0004
R-squared 0.9653 Mean dependent var 2.0730Adjusted R-squared 0.9576 Durbin-Watson stat 1.9780F-statistic 125.3524Prob(F-statistic) 0.0000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
52
Keterangan :
*** = Signifikan pada ᵅ = 0,01 (99%)
** = Signifikan pada ᵅ = 0,05 (95%)
* = Signifikan pada ᵅ = 0,10 (90%)
Ns = non signifikan
Dengan hasil persamaan menggunakan model regresi linear :
Ln Y = -0,3298 - 0,0555 Ln(LL) - 0,0735 Ln(UT) + 0,2348 Ln(PPK) +
0,0067 Ln(PEST) - 0,0953 Ln(UP) - 0,0525 Ln(TK) + 0,7830
Ln(PUTK) + 0,3289 (Dsp) + e
Dengan menggunakan model Fungsi Cobb-Douglas :
Y = -0,329 . LL-0,0555 . UT-0,0735 . PPK0,2348 . PEST0,0067 . UP-0,0953 . TK-0,0525 .
PD0,7830 . 0,3289 . e
Berdasarkan koefisien regresi luas lahan sebesar -0.0555,
menunjukkan tidak signifikan pada ᵅ = 0,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa
luas lahan tidak terlalu berpengaruh pada produksi karet. Hal ini
menunjukkan setiap kenaikan luas lahan sebesar 1 persen akan
meningkatkan produksi karet. Koefisien regresi umur tanaman sebesar
-0.0735, menunjukkan tidak signifikan pada ᵅ = 0,7 %. Hal ini
menunjukkan bahwa umur tanaman tidak terlalu berpengaruh nyata dan
negative terhadap produksi karet. Berarti setiap kenaikan umur tanaman
sebesar 1 persen akan menurunkan produksi karet sebesar 0.0735 %. Hal ini
menunjukkan bahwa umur tanaman sudah tua dan akan melakukan
peremajaan sehingga tingkat produksinya meningkat.
53
Hasil analisis regresi terhadap variabel pupuk menunjukkan pengaruh
signifikan (pada ᵅ = 10 %) dan positif (0.2348) terhadap produksi karet. Hal
ini bermakna bahwa setiap kenaikan 1 persen penggunaan pupuk maka akan
menurunkan produksi karet sebesar 0,2348 %.
Hasil analisis regresi terhadap variabel pestisida menunjukkan
pengaruh signifikan (pada ᵅ = 9 %) dan positif (0.0067) terhadap produksi
karet. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan 1 persen penggunaan
pestisida maka akan menurunkan produksi karet sebesar 0,0067 persen.
Koefisien regresi usia petani adalah sebesar -0.0953 menunjukkan
tidak signifikan pada ᵅ = 0,9 % tetapi saling menguntungkan. Hal ini
menunjukkan bahwa usia petani berpengaruh nyata dan negative terhadap
produksi karet. Berarti setiap kenaikan usia petani sebesar 1 persen akan
menurunkan produksi karet sebesar 0.0953 %. Hal ini menunjukkan bahwa
usia petani sudah tua dan mempunyai produktivitas yang rendah sehingga
berpengaruh pada produksi karet yang diusahakannya.
Koefisien regresi variabel tenaga kerja karet menunjukkan bahwa
tenaga kerja menunjukkan tidak signifikan (pada ᵅ = 6 %) dan negatif
-0.0525 terhadap produksi karet tetapi berhubungan dan saling
menguntungkan. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan tenaga kerja 1
persen maka akan menurunkan produksi karet sebesar 0,0525 %. Tenaga
kerja produksi karet di Desa Tamatto memiliki produktivitas yang rendah.
Oleh sebab itu petani harus meningkatkan SDM seperti pendidikan dengan
melihat tingkat pendidikan dan pelatihan atau penyuluhan mengenai
54
tanaman karet.
Hasil analisis regresi terhadap variabel pendapatan menunjukkan
pengaruh signifikan (pada ᵅ = 10 %) dan positif (0.7830) terhadap produksi
karet. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel seperti luas lahan, umur
tanaman, pupuk, pestisida, usia petani dan tenaga kerja saling berhubungan
antara satu sama lain dan saling menguntungkan sehingga tingkat
kepercayaan masayarakat meningkat sebesar 9,99 %.
Dummy status petani terhadap produksi karet menunjukkan pengaruh
yang signifikan (pada ᵅ = 10 %) terhadap produksi karet di Desa Tamatto
dengan nilai koefisien sebesar 0.3289. Hal ini bermakna bahwa produksi
karet milik petani lebih rendah dibandingkan dengan produksi karet milik
petani penggarap (produksi karet milik perusahaan) tetapi berhubungan baik
dan saling menguntungkan. Pada dummy dimana 0 petani penggarap dan 1
petani pemilik penggarap. Dimana, 0 merupakan control menejemen dari
perusahaan dan 1 merupakan pelaksana dari petani pemilik.
Selanjutnya akan dilakukan uji statistik yaitu uji signifikansi variabel
independen terhadap variabel dependen yang terdiri dari uji t, Uji F dan uji
koefisien determinasi (R2). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 0,9576, yang mendekati +1. Hal ini berarti bahwa variabel
independen (luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga
kerja) mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan hasil produksi karet
di perkebunan karet Desa Tamatto. Sedangkan dalam perhitungan koefisien
determinasi diperoleh hasil sebesar 0,965 yang berarti bahwa variabel
55
independen (luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani,tenaga
kerja) dalam model menjelaskan variasi indeks produksi sebesar 96,5% dan
sisanya sebesar 3,5% dijelaskan oleh faktor atau variabel lain di luar model
yang diteliti.
1. Pengujian Secara Serentak (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini telah dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = b8 = 0
berarti secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Ha : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 0
berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Kriteria pengujian :
Nilai F-hitung diperbandingkan dengan nilai F-tabel (dengan tingkat
signifikansi 5% ( = 5%) dan derajat kebebasan df pembilang k – 1 = 8
dan df penyebut n – k = 36, sehingga F-tabel bernilai 2,38 maka :
Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau p < 0,05
Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau p > 0,05
56
Daerah penerimaan dan penolakan Ho ditunjukkan dalam gambar
sebagai berikut :
Gambar 4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F
Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada gambar 2 diperoleh
nilai F-hitung sebesar 125.352 dengan signifikansi F sebesar 0,000. Dari
angka tersebut berarti F-hitung (125.352) lebih besar dari pada F-tabel
(2.78) atau p < 0,05 (0,000 < 0,05) maka keputusannya menolak Ho dan
menerima Ha. Dengan demikian secara simultan kedelapan variabel
independen yaitu variabel luas lahan (X1), umur tanaman (X2), pupuk (X3),
pestisida (X4) usia petani (X5), tenaga kerja (X6), pendapatan (X7) dan
Variabel dummy (X8) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi
produksi (Y) pada hasil penelian karet di Desa Tamatto Kecamatan Ujung
Loe Kabupaten Bulukumba.
2. Pengujian Secara Individual (Uji t)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa uji t ini digunakan
untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
Daerah PenerimaanHo
Daerah PenolakanHo
125.3522,78
57
variabel dependen. Dari hasil perhitungan dengan komputer diperoleh nilai
t-hitung seperti disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji Pada Produksi Karet di Desa Tamatto KecamatanUjung Loe Kabupaten Bulukumba
VariabelIndependen
KoefisienRegresi t-hitung
t-tabel = 5%
Signifikansi
Luas Lahan(X1) -0,0555 0,9808 2,78 0,7812Umur Tanaan (X2) -0,0735 0,4228 2,78 0,4479
Usia Petani (X3) 0,2384 0,3274 2,78 0,000
Pupuk (X4) 0,0067 -0,1834 2,78 0,8722
Pestisida (X5) -0,0953 0,4524 2,78 0,3862
Tenaga Kerja (X6) -0,0525 0,6226 2,78 0,0629
Pendapatan (X7) 0,7830 0,9186 2,78 0,0000
Dummy StatusPetani (X8)
0,3289 -0,4977 2,78 0,0004
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing variabel telah
ditetapkan hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = 0 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : bi 0 berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan uji dua sisi
(dengan tingkat signifikansi 5% (= 0,05) dan derajat kebebasan (df = n-k)
36, sehingga t-tabel bernilai + 2,78), maka :
Ho ditolak jika t-hitung berada di daerah penolakan Ho, atau p < 0,05
58
Ho diterima jika t-hitung berada di daerah penerimaan Ho, atau p > 0,05.
a. Pengujian Terhadap Variabel Luas Lahan (X1)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,9808. Dengan melihat posisi nilai
t-hitung (0,9808) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang positif dan signifikan luas lahan terhadap produksi. Hal ini sesuai
dengan penelitian Sunarti (2009) yang mengemukakan bahwa dalam
suatu penelitian luas lahan berpengaruh apabila luas lahan bertambah
atau berkurang maka akan mempengaruhi hasil produksi karet.
b. Pegujian Terhadap Variabel Umur Tanaman (X2)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,4228. Dengan melihat posisi nilai
t-hitung (0,4228) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang positif dan signifikan umur tanaman terhadap produksi.
Berdasarkan penelitian Septianita (2009) mengemukakan umur
tanaman pada produksi karet tidak terlalu berpengaruh pada produksi
karet yang dilakukan karena umur tanaman saat melakukan
penyadapan tidak bergantung pada umurnya tetapi bergantung pada
lingkarang batang yang mengcapai 45 cm dan produksi yang maksimal
59
25 tahun itu tidak berpengaruh karena dilihat juga dari faktor iklim
didaerah penelitian tersebut.
c. Pengujian Terhadap Variabel Pupuk (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,3274. Dengan melihat posisi nilai
t-hitung (0,3274) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang positif dan signifikan pupuk terhadap produksi. Berdasarkan
hasil penelitian Septianita (2009) penggunaan pupuk sangat
berpengaruh terhadap produksi karet karena penggunaan dosis pupuk
pada tanaman sangat mendukung untuk hasil maupun kualitas produksi
karet.
d. Pengujian Terhadap Variabel Pestisida (X4)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar -0,1834. Dengan melihat posisi nilai t-
hitung (-0,1834) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
meskipun tidak signifikan terhadap produksi. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Septianita (2009) pestisida dalam budidaya karet tidak
60
terlalu berpengaruh terhadap hasil produksi karet dikarenakan
penggunaan pestisida bisa digantikan dengan manual.
e. Pengujian Terhadap Variabel Usia Petani (X6)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,4524. Dengan melihat posisi nilai
t-hitung (0,4524) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang positif dan signifikan jumlah usia petani terhadap produksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septianita (2009)
mengemukakan bahwa usia petani sangat berpengaruh terhadap
produksi karet karena petani yang memiliki usia tua akan memiliki
tenaga yang lemah dalam budidaya sehingga saling berpengaruh
terhadap produksi karet.
f. Pengujian Terhadap Variabel Jumlah Tenaga Kerja (X6)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,6226 Dengan melihat posisi nilai
t-hitung (0,6226) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang positif dan signifikan jumlah tenaga kerja terhadap produksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septianita (2009)
61
mengemukakan bahwa tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi
karet karena tenaga kerja yang memiliki pendidikan rendah atau tenaga
kerja yang kurang akan mempengaruhi produksi karet karena
kurangnya tenaga kerja yang mengontrol tanaman karet tersebut.
g. Pengujian Terhadap Variabel Pendapatan (X7)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,9186 Dengan melihat posisi nilai
t-hitung (0,9186) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang positif dan signifikan jumlah pendapatan terhadap produksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Septianita (2009)
mengemukakan bahwa pendapatan berpengaruh terhadap produksi
karet karena pendapatan merupakan hal utama dalam suatu analisis
produksi.
h. Pengujian Terhadap Dummy Status Petani (X8)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14
diperoleh nilai t-hitung sebesar -0,4977 Dengan melihat posisi nilai
t-hitung (-0,4977) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung
berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang positif meskipun terlihat nilai negative dan saling berpengaruh
atau saling menguntungkan dummy terhadap variabel-variabel
lainnya terhadap produksi.
62
Hasil analisis pada Tabel 13 merupakan hasil analisis regresi
Stepwise yang sudah terhindar dari gejala Multikolinearitas dan
Heteroskedastisitas, sehingga dapat diinterprestasikan lebih lanjut.
Sedangkan autokorelasi pada produksi karet tidak terjadi sama sekali dan
menghampiri kesempurnaan dengan melihat nilai Durbin Witson Stat yaitu
1,9780 dengan nilai kostanta (ᵅ = 99 %), karena apabila nilai autokorelasi
mendekati 2, maka pada penelitian tersebut tidak sama sekali terjadi auto.
Jika dilihat nilai Multikolinearitas pada produksi karet dengan melihat R-
Squared dengan nilai 0,9653 maka produksi karet di Desa Tamatto tidak
terjadi karena nilai tersebut menghampiri nilai 1 maka sama sekali tidak
terjadi Multikolinearitas atau menghampiri nilai sempurna. Sedangkan
nilai Heteroskedastisitas pada produksi karet di Desa Tamatto dengan
melihat grafik Residu tidak menunjukkan adanya Heteroskedastisitas dari
grafik residual (dapat dilihat pada lampiran 6).
Berdasarkan hasil analisis regresi Stepwise pada tabel 13
diketahui bahwa nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,9653. Hal ini
menunjukkan bahwa 96,53 % variasi produksi karet (variabel dependen)
dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang termasuk komponen fungsi
produksi karet (variabel independen), sedangkan 4,47 % sisanya dijelaskan
oleh faktor-faktor lain diluar model yang diteliti.
63
b. Analisis Elastisitas Produksi
Dari hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas maka akan menarik koefisien regresi dimana akan
menunjukkan nilai elastisitas. Jumlah besaran elastisitas tersebut
menunjukkan tingkat Return To Scale.
Tabel 15. Hasil Analisis Regresi untuk Melihat Koefisien Regresi
Variabel Koefisien
C -0.329838
LN_LL -0.055534
LN_UT -0.073541LN_PPK 0.238482LN_PEST 0.006745
LN_UP -0.095340
LN_TK -0.052588
LN_PUTK 0.783011
DSP 0.328911Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
Ket :
Berdasarkan Tabel 15, maka dapat diketahui bahwa pada LN_Pest
(Pestisida) mempunyai nilai 0,006745, dimana nilai tesebut sangat
berpengaruh pada proses produksi dan menaik pada tahap Increasing rate.
Pada kondisi ini, petani masih mungkin mengharapkan sejumlah produksi
yang cukup menguntungkan ketika sejumlah input masih ditambahkan. Pada
LN_Ppk (Pupuk) mempunyai nilai 0,238482, dimana nilai tersebut
:Decreasing Rate
: Increasing Rate
64
berpengaruh pada proses produksi dan tetap menaik pada tahap Increasing
rate. Pada kondisi ini, petani juga masih mungkin mengharapkan sejumlah
produksi yang cukup dari sebelumnya dan menguntungkan ketika jumlah
input pupuk masih ditambahkan. Berdasarkan hasil penelitian Septianita
bahwa variabel pestisida dan variabel pupuk berpengaruh karena apabila
dosis pengguanaanya ditambah maka akan mengurangi hasil produksi karet.
Pada Dsp (Dummy status petani) mempunyai nilai 0,328911, dimana
nilai tersebut saling berpengaruh dan saling menguntungkan pada proses
produksi dan ketika sejumlah input variabel ditambahkan akan
menguntungkan. Sedangkan pada LN_Putk (Pendapatan usaha petani karet)
mempunyai nilai 0,783011, dimana nilai tersebut menaik pada tahap
Increasing rate. Kondisi ini, petani masih mungkin mengharapkan sejumlah
produksi yang cukup menguntungkan ketika sejumlah input variabel yang ada
pada tahap Increasing Rate masih ditambahkan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Septianita mengemukakan bahwa pendapatan berpengaruh
jika ada penggunaan variabel yang ditambahkan atau dikurangi dalam proses
budidaya maupun produksi karet.
Penggunaan input LN_Tk (Tenaga kerja) menunjukkan nilai -0,052588
dalam keadaan menurun sehingga mendapatkan nilai negatif (Decreasing
Rate). Dalam kondisi ini, setiap upaya menabah sejumlah input tetap akan
merugikan. Sedangkan pada LN_LL (Luas lahan) menunjukkan nilai -
0,055534 menjadi negatif dan dalam keadaan menurun dan berada pada tahap
Decreasing Rate. Meskipun dalam kondisi ini, setiap upaya petani menambah
65
jumlah luas lahan tidak akan berpengaruh atau merugikan petani karet.
Berdasarkan penelitian Sunarti (2009) mengemukakan bahwa variabel tenaga
kerja dan luas lahan berpengaruh secara bersama sama terhadap produksi
karet karena apabila variabel tersebut ditambah atau dikurangi penggunaanya
maka akan berpengaruh terhadap produksi karet.
Untuk LN_Ut (Umur tanaman) menunjukkan nilai -0,073541 terhadap
sejumlah input yang diberikan dan berada pada tahap Decreasing Rate, dalam
keadaan menurun ini maka nilai umur tanaman menjadi negatif dan dalam
keadaan menurun. Dalam kondisi ini, setiap upaya menambah sejumlah input
tetap akan merugikan. Berdasarkan penelitian Septianita (2009)
mengemukakan bahwa dalam prose penyadapan umur tanaman apabila
ditambah atau dikurangi akan berpengaruh terhadap produksi karet.
Dan untuk LN_Up (Usia petani) mempunyai nilai -0,095340 dan berada
pada tahap Decreasing Rate, dimana nilai tersebut menjadi negatif dan dalam
keadaan menurun. Dalam kondisi ini, apabila petani tetap berupaya
menambah sejumlah input usia petani maka akan tetap merugikan. Hal
tersebut disebut kenaikan hasil yang berkurang. Berdasarkan hasil penelitian
Septinita (2009) bahwa penggunaan tenaga kerja harus dilihat usia petani
tersebut, jadi apabila ditambah akan mempengaruhi produksi karet karena
tenaga kerja yang memiliki usia yang diatas rata-rata memiliki tenaga yang
lemah.
66
Gambar 5. Hubungan antara variabel input dan output
Berdasarkan Tabel 15 variabel luas lahan (LL), tenaga kerja (TK),
Umur tanaman (UT) dan usia petani (UP) berada pada tahap III ( Decreasing
rate ) hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi ini, setiap upaya
menambahkan 1 input luas lahan, tenaga kerja, umur tanaman dan uisa petani
tetap akan merugikan. Lahan usaha tani yang terlalu luas justru akan
mengakibatkan petani kesulitan dalam mengontrol setiap pohon karet yang
ada sehingga perawatannya tidak merata dan justru akan menurunkan hasil
produksi. Sumber daya manusia yang ada harus dimanfaatkan dengan baik
sebagai contoh untuk memenej budidaya karet.Umur tanaman yang tua akan
1>Ep>0
LL,UP,UT dan Tk
Ppk,Pest,Putk dan Vd
67
menghasilkan produksi yang berkurang karena produktivitasnya sudah
berkurang, sehingga membutuhkan peremajaan tanaman. Umur petani yang
kurang produktif akan berpengaruh negatif terhadap hasil produksi. Petani
yang telah berumur tua kurang mampu lagi untuk bekerja smaksimal
mungkin sehingga kegiatan usaha taninya kurang efektif lagi sehingga
menyebabkan produksi akan semakin berkurang.
Variabel pestisida (Pest), pupuk (Ppk), pendapatan (Putk) dan dummy
(Dsp) berada pada tahap II ( Increasing Rate ). Di daerah II ini, terhadap
sejumlah input yang diberikan, HPT akan tetap menaik pada tahapan
Decreasing Rate, artinya setiap penambahan 1 input pestisida,pupuk,
pendapatan dan variabel dummy output akan meningkat.
c. Gross Margin (Pendapatan Kotor )
Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan fungsi Cobb
Douglas sehingga menarik koefisien regresi dengan nilai elastisitas produksi.
Akhirnya menghasilkan pendapatan kotor (Gross Margin) baik dari petani
pemilik maupun petani penggarap dengan menghitung nilai rata-rata dari
petani pemilik dan petani penggarap. Dengan rumus sebagai berikut :
TC = TR – TVC
Dimana :
TC = Pendapatan
TR = Penerimaan (Total Fixed Cost)
TVC = Total variable cost atau total biaya variabel.
a. Pendapatan kotor petani pemilik
68
TC = 13.158.000 – (11.000-11.800-206.833-2.198,00) = 13.126.502,00
Dimana Rp 13.158.000 meupakan biaya penerimaan produksi karet
dari petani pemilik per bulannya, sedangkan biaya Rp 11.000 merupakan
biaya variabel pupuk urea, 11.800 merupakan biaya pupuk kcl, Rp 206.833
merupakan biaya variabel pestisida dan Rp 2.198,00 merupakan biaya
vartiabel tenaga kerja. Dimana harga penerimaan diambil dari nilai rata-
rata dari 35 responden petani pemilik, sedangkan biaya-biaya variabel
tersebut diambil dari nilai rata-rata dari 35 responden petani pemilik dan
dihitung per bulan sehingga menghasilkan nilai pendapatan sebanyak Rp
13.126.502,00 dalam perbulannya.
b. Pendapatan Kotor Petani Penggarap
TC = 28.142.400 – (4.759 – 31.152 – 453.333 – 2.168,00)
= 28.104.320,67
Dimana biaya penerimaan sebanyak Rp 28.142.400 merupakan biaya
dari petani penggarap sebanyak 15 responden dan merupakan nilai rata-
rata dari 15 responden. Sedangkan Rp 4.759 merupakan biaya variabel
pupuk urea, Rp 31.152 merupakan biaya variabel pupuk kcl, sedangkan
Rp 453.333 merupakan biaya variabel pestisida dan Rp 2.168,00
merupakan biaya variabel tenaga kerja. Dari biaya-biaya variabel tersebut
merupakan biaya variabel dari 15 responden petani penggarap dan
merupakan nilai rata-rata selama sebulan sehingga menghasilkan nilai
pendapatan sebanyak Rp 28.104.320,67 per bulannya.
69
Jika dibandingkan nilai pendapatan petani pemilik dan petani
penggarap, petani pemilik memiliki keuntungan sebanyak
Rp 13.126.502,00 dan petani penggarap yang memiliki keuntungan
sebanyak Rp 28.104.320,67. Jika dilihat dari nilai pendapatan kedua petani
tersebut, petani penggarap yang memiliki keuntungan jauh lebih besar
dibandingkan petani pemilik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa petani
penggarap menggunakan takaran variabel pada faktor produksi yang
diinginkan atau sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh tanaman
karet, karena penggunaaan variabel pada petani penggarap telah dikontrol
oleh perusahaan. Sedangkan pada petani pemilik penggunaan variabel
tidak terlalu diperhatikan sesuai dengan yang diinginkan pada sistem
budidaya ataupun sistem produksi karet.
70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi karet pada petani yang bermitra dengan PT. Lonsum
di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba yang meliputi,
luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani tenaga kerja, pendapatan
petani karet dan variabel dummy. Berdasarkan analisis yang dijelaskan dalam Bab
V peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet dengan melihat variabel
independen (luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga
kerja, pendapatan dan dummy) secara simultan (uji f) terhadap variabel
dependen dan secara parsial (uji t) secara bersama-sama signifikan
mempengaruhi produksi (y) pada hasil penelitian karet di Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
2. Analisis elastisitas berdasarkan gambar hubungan antara variabel input dan
output yang menunjukkan Increasing Rate terdapat pada variabel pestisida,
pupuk, dummy, pendapatan usaha tani. Pada kondisi ini, petani masih
mungkin mengharapkan jumlah produksi yang cukup dari sebelumnya dan
menguntungkan ketika jumlah variabel tersebut ditambahkan. Sedangkan
variabel input dan output yang ada pada tahap Decreasing Rate terdapat pada
variabel tenaga kerja, luas lahan, umur tanaman, dan usia petani. Pada kondisi
71
ini, jika menambahkan variabel yang ada pada tahap Decreasing Rate
tersebut maka akan merugikan produksi karet.
3. Pendapatan kotor (Gross Margin) pada petani penggarap lebih besar
dibandingkan petani pemilik, karena petani penggarap lebih memperhatikan
penggunaan variabel produksi dengan baik atau sesuai yang diharapkan oleh
tanaman karet.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan-temuan yang diperoleh dan terlepas dari
implikasi yang telah diberikan, penelitian ini masih memiliki sejumlah
keterbatasan. Oleh karena itu penelitian memberikan saran sebagai berikut :
1. Dengan diketahuinya pengaruh luas lahan, umur tanaman,pupuk,pestisida, usia
petani, tenaga kerja, pendapatan dan variabel dummy di Desa Tamatto
Kecamatan Ujung Loe harus lebih memperhatikan penggunaan faktor-faktor
tersebut sehingga akan dapat meningkatkan produksi karet.
2. Upah yang selama ini diberikan harus memenuhi prinsip keadilan, sesuai
dengan ketentuan pemerintah yang telah ditentukan dan layak bagi setiap
karyawan karena upah merupakan faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan produksi karet, sehingga dengan penentuan sistem upah yang
tepat bagi karyawan juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan. Dengan
demikian akan meningkatkan produksi karet dan akan menguntungkan pihak
perkebunan.
72
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas karena
peneliti hanya menggunakan delapan variabel independen yaitu luas lahan,
umur tanaman, pupuk,pestisida, usia petani,tenaga kerja, pendapatan dan
variabel dummy sehingga kontribusi peneliti ini masih sangat terbatas. Untuk
itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel yang
lebih luas sehingga dapat memberikan kontribusi secara optimal bagi petani
karet.
4. Peneliti masih menggunakan subyek penelitian yang terbatas dimana sampel
yang digunakan dalam penelitian hanya mencakup 45 petani karet. Untuk itu
penelitian mengharapkan dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih
banyak dan cakupan obyek penelitian yang lebih luas sehingga implikasi dan
kontribusi penelitian mendatang dapat digeneralisasikan dengan lebih baik.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 2012. Koefisien Regresi. Liberty, Yogyakarta.
Ahmadi, 2001. Penggunaan Sarana Produksi. Ghalia Indonesia, Jakarta
Ahman, H., E., Rohmana, y., 2007. Ilmu Ekonomi Dalam PIPS. Edisi keduacetakan pertama, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta
Arifin, 2004. Pembangunan Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta
BPS, 2011. Data Perkebunan Karet Di Indonesia. Jakarta
Gustiyana, 2003. Pendapatan Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta
Hermanto, 2004. Teori Pendapatan Petani. Penebar Swadaya, Jakarta
IRSG, 2011. Data Produksi Karet Di Indonesia. Internasional Rubber studyGroup.
Mubyarto, 2000. Biaya Produksi. Rineka Cipta, Jakarta.
Mosher, 2000. Pendapatan Rumah Tangga. GhaliaIndonesia, Jakarta.
Natsir, Mohammad,dkk., 2004. Analisis Ketahanan Pangan Rumah TanggaMiskin Pada Berbagai Agroekosistem. Caliptra, Volume 12, Edisi 2,ISSN 19074255. Fakultas Pertanian. Universitas MuhammadiyahMakassar.
Rowman, Littlefield Publishers, 2010. Koefisien Regresi, Liberty, Yogyakarta.
Sadorsono, 1999. Fungsi Cobb-Douglas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Septianita, 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet Rakyat diKabupaten Temanggung. Agronobis, Volume 1, No 1. Fakultas PertanianUmbara.
Sukirno Sadono, 2001. Faktor Produksi. Prenhallindo, Jakarta.
Sunarti, 2009. Analisis Pendapatan Petani Pada Berbagai Tipe Usahatani Karetdi Desa Batang Pelepat Kabupaten Bungo, Jambi. J.SEP, Volume 3, No1 Maret 2009. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Soekartawi, 1995. Ilm Usaha Tani. Rineka Cipta, Jakarta.
74
Soekirno, 2001. Teori Pendapatan. Pustaka Binanam, Pressindo, Jakarta
Sukirno, 2006. Analisis Regresi. Ghalia Indonesia, Jakarta
Sukirno, S, 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada,Edisi Ketiga Cetakan Ke 26, Jakarta.
Wijayanto Hadipura, 2003. Biaya Produksi. Prenhallindo, Jakarta.
75
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRA
DENGAN PT.LONSUM KECAMATAN UJUNG LOE
KABUPATEN BULUKUMBA
I. IDENTITAS DIRI
Nama Responden :
Umur Responden :
Jenis Kelamin :
Luas Lahan :
Status Lahan :
Lama Bertani Karet :
Pendidikan : a. Tidak Pernah Sekolah
b. SD d. SMA
c. SMP e. Sarjana
Jumlah Tanggungan :…………Orang
76
II. KOMPONEN PESTISIDA DAN PUPUK
Uraian Liter/KgLuas
(Ha)
Jumlahpemakaian
/bulan/pohon
Upah/HariLamaJam
Kerj/hari
Pestisida :
Pupuk :
III. TENAGA KERJA YANG DIGUNAKAN
UraianJumlah Tenaga Kerja Lama Jam
KerjaUpah / Hari
Laki-laki Perempuan
Pemeliharaan
Pemupukan
Penyiangan
Penyadapan
Peremajaan
IV. BIAYA PRODUKSI
Uraian Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp)
Pestisida:
Pupuk :
77
Tenaga Kerja : Laki-laki Perempuan
Pemeliharaan
Pemupukan
Penyiangan
Penyadapan
Peremajaan
V. KOMPONEN LUAS LAHAN DAN PRODUKSI
1. Luas lahan karet anda adalah………..Ha
2. Produksi karet anda dalam per bulan…..Kg/ton, berapa pohon……
3. Luas lahan sewa adalah……….Ha
4. Produksi lahan sewa dalam per bulan……Kg/ton, berapa pohon…
5. Luas lahan kosong adalah……Ha
6. Biaya Pajak bumi dan bangunan lahan anda adalah Rp….
7. Berapa harga jual karet per ton/kg…..
VI. UMUR PANEN
8. Umur tanaman karet anda saat ini adalah…..tahun
VII. SARAN
9. Apakah ada hambatan/kendala usaha yang anda hadapi dalam menjalankan
usaha ini?
(a) Ya (b) Tidak
Bila ya, sebutkan hambatan-hambatan tersebut !
78
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
10. Hal-hal yang dibutuhkan oleh petani karet untuk mengembangkan
produksi ?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
11. Adakah organisasi perkumpulan bagi para petani khususnya petani karet?
(a) Ya (b) Tidak
Bila ya, Apakah anda ikut organisasi tersebut?Apa keuntungannya?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
79
Lampiran 2. Identitas Responden Petani Pemilik
NoNama
Responden
Umur
Responden
(Tahun)
Jenis
Kelamin
(L/P)
Luas
Lahan
(Ha)
Status
Lahan
Lama
Bertani
(Tahun)
PendidikanJml
Taggungan
(Org)
1. Bahtiar Spd 38 L 1,1 MilikSendiri
6 S1 4
2. Samad 40 L 1 MilikSendiri
5 SD 5
3. Pata 47 L 1,5 MilikSendiri
6 SD 5
4. Nawir 46 L 1,1 MilikSendiri
5,5 SMP 4
5. Sapar 53 L 1,5 MilikSendiri
6 SD 3
6. Bahar 35 L 1 MilikSendiri
7 SMA 4
7. H. Hamid 47 L 1,2 MilikSendiri
4 SD 4
8. MakmurSpd
40 L 1,2 MilikSendiri
5 S1 4
9. H.Sunardi 43 L 0,5 MilikSendiri
6 SMP 4
10. H. Rusli 53 L 1 MilikSendiri
5,5 SD 3
11. BurhanSpd
43 L 1,3 MilikSendiri
4 S1 4
12. Ali 45 L 1,4 MilikSendiri
8 SMP 3
13. Deha 53 L 1,1 MilikSendiri
7 SD 3
14. Talib 40 L 1 MilikSendiri
7 SMP 4
15. Mansyur 37 L 1,2 MilikSendiri
6,5 SMA 5
16. Marzuki 40 L 1 MilikSendiri
6 SMP 3
17. Hafid 42 L 1,7 MilikSendiri
7 SMP 3
18. Kamal 43 L 1,2 MilikSendiri
6,5 SMA 4
19. Aziz 46 L 1 MilikSendiri
6 SD 4
20. Kemal 41 L 1,5 MilikSendiri
7 SD 3
21. H.Amir 45 L 1,2 MilikSendiri
7,5 SMP 4
80
22. Demma 43 L 1,7 MilikSendiri
5 SMP 3
23. Upa 45 L 1,3 MilikSendiri
7 SMP 4
24. Enal 37 L 1,1 MilikSendiri
7 SMA 2
25. Ambo 36 L 1,4 MilikSendiri
6 SMP 3
26. Mising 41 L 1,5 MilikSendiri
5,7 SMA 4
27. Ukki 43 L 1,5 MilikSendiri
7,3 SMA 4
28. Sudi 39 L 1 MilikSendiri
6,5 SMA 3
29. Ancu 34 L 1,6 MilikSendiri
7,5 SMA 3
30. Soni 40 L 1,5 MilikSendiri
6 SMA 4
31. Suki 38 L 1,2 MilikSendiri
6,5 SMA 3
32. Habo 39 L 1,1 MilikSendiri
5,5 SMA 4
33. Tiar 39 L 1 MilikSendiri
5 SMA 3
34. Juju 40 L 1,4 MilikSendiri
4,5 SMA 3
35. Samsu 38 L 1,2 MilikSendiri
4 SMA 3
81
Lampiran 3. Identitas Resonden Petani Penggarap
NoNama
Responden
Umur
Responden
(Tahun)
Jenis
Kelamin
(L/P)
Luas
Lahan
(Ha)
Status
Lahan
Lama
Bertani
(Tahun)
PendidikanJml
Taggungan
(Org)
1. Sahar 35 L 1 Milik PT 2 SMA 4
2. Aenul 37 L 2 Milik PT 2 SMA 3
3. Ical 38 L 2 Milik PT 2,2 SMP 3
4. Syamsul 42 L 1,5 Milik PT 1,5 SMP 4
5. Ipul 41 L 1,5 Milik PT 2 SMP 4
6. Kamar 37 L 1,5 Milik PT 1,7 SMP 3
7. Bakri 35 L 1 Milik PT 1,5 SMA 2
8. Syamsul 37 L 1 Milik PT 2 SMA 2
9. Umar 39 L 1 Milik PT 1,3 SMP 3
10. Amir 41 L 1 Milik PT 1,7 SD 4
11. Ambo 42 L 1,5 Milik PT 2,3 SD 4
12. Samad 45 L 2 Milik PT 2 SD 4
13. Nasir 42 L 1,5 Milik PT 2,3 SMP 3
14. Ulla 36 L 1,5 Milik PT 2 SMA 2
15. Karim 37 L 1 Milik PT 1,7 SMP 2
82
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Mengenai Hasil Analisis Regresi Berganda
Model Produksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan
Program Eviews-8
Dependent Variable: LN_Y
Method: Least Squares
Date: 04/11/15 Time: 15:20
Sample: 1 45
Included observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.329838 0.400278 -0.824023 0.4154
LN_LL -0.055534 0.152667 -0.363757 0.7182
LN_UT -0.073541 0.095849 -0.767262 0.4479
LN_PPK 0.238482 0.050725 4.701475 0.0000
LN_PEST 0.006745 0.041643 0.161979 0.8722
LN_UP -0.095340 0.108693 -0.877143 0.3862
LN_TK -0.052588 0.027403 -1.919063 0.0629
LN_PUTK 0.783011 0.152264 5.142452 0.0000
DSP 0.328911 0.084071 3.912297 0.0004
R-squared 0.965345 Mean dependent var 2.073086
Adjusted R-squared 0.957644 S.D. dependent var 0.323735
S.E. of regression 0.066626 Akaike info criterion -2.402576
Sum squared resid 0.159807 Schwarz criterion -2.041243
Log likelihood 63.05795 Hannan-Quinn criter. -2.267875
F-statistic 125.3524 Durbin-Watson stat 1.978085
Prob(F-statistic) 0.000000
83
Lampiran 5. Tingkat Korelasi antar Variabel terhadap MultikolineritasProduksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan ProgramEviews-8
ln_Y ln_LL ln_UT ln_Ppk ln_UP ln_TK ln_Pestln_PUTK
DSP
ln_Y 1
ln_LL 0,98087 1
ln_UT 0,422805 0,368193 1
ln_Ppk 0,327432 0,336726 0,238167 1
ln_UP -0,1834 -0,18948-
0,17019 -0,01285 1
ln_TK 0,452401 0,470931 0,285494 0,314062-
0,14439 1
ln_Pest 0,622617 0,603277 0,629555 0,22483 -0,44475 0,239425 1ln_PUTK 0,918618 0,87713 0,678663 0,33387
-0,28407 0,468034 0,757527 1
DSP -0,49777 -0,44086 -0,83555 -0,21238 0,375045 -0,34936 -0,72348 -0,79499 1
Lampiran 6. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi AnalsisRegresi Berganda Model Produksi Karet dengan Metode Least Squares danMenggunakan Program Eviews
-.08
-.04
.00
.04
.08
1.2
1.6
2.0
2.4
2.8
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Residual Actual Fitted
88
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Judul KegiatanKegiatan dalam Bulan Ke Minggu Ke
Bulan 1 Bulan II Bulan III Bulan IV1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PenyusunanProposal
2 SeminarProposal ObservasiWawancara Dokumentasi Pengumpulan
Data Analisis Data
4 PenulisanSkripsi
5 Seminar Hasil6 Perbaikan7 Ujian Skripsi
89
RIWAYAT HIDUP
dasar SD 260 Erekeke, tamat pada tahun 2005. Di tahun
itu pula, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Bontotiro dan tamat
pada tahun 2007, di tahun yang sama pula, melanjutkan pendidikan di SMK 4
Bulukumba dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan
ke Perguruan Tinggi Swasta yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar
di Fakultas Pertanian 2015.
Selama mendapat status sebagai Mahasiswa di jurusan Agribisnis, penulis
aktif di berbagai Organisasi ekstra dan intra. Organisasi eksrta yang pernah
dimasuki adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan komunitas ekstra
yang pernah dimasuki adalah Child’s Smile.
Penulis dilahirkan di Bulukumba pada tanggal 21 Januari
1992 dari ayah Alm Demma dan Ibu Dawalia. Penulis
merupakan anak ke lima dari enam bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan Formal di Sekolah
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Judul KegiatanKegiatan dalam Bulan Ke Minggu Ke
Bulan 1 Bulan II Bulan III Bulan IV1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PenyusunanProposal
2 Seminar Proposal ObservasiWawancara Dokumentasi Pengumpulan
Data Analisis Data
4 Penulisan Skripsi5 Seminar Hasil6 Perbaikan7 Ujian Skripsi