analisis produksi program jejak islam di tv one...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM “JEJAK ISLAM “
DI TV ONE JAKARTA
Oleh :
MOCHAMMAD ZUHDI KURNIAWAN
NIM: 202051001316
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/1430 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS PRODUKSI PROGRAM “JEJAK ISLAM” DI TV ONE
JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Desember 2009. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Sosial Islam (S.Sos.I). Pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
Jakarta 17 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. H. Arief Subhan, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,
MA
19660110 199303 1 004 19710412 100003 2001
Penguji
Penguji I Penguji II
Drs. Suhaimi, M,Si Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum
NIP: 19670906 199403 1 002 NIP: 19610422 199003 2 001
Pembimbing
Drs. H. Tarmi, MM
NIP: 19460824 196510 1 001
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metodologi Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Produksi
B. Program
C. Jejak Islam
D. TV One Jakarta
BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM ACARA JEJAK ISLAM
DI TV ONE
A. Sejarah Lahirnya Program Jejak Islam
B. Desain Produksi Program Jejak Islam
C. Profil TV One
D. Divisi Current Affairs TV One
BAB IV ANALISIS PRODUKSI PROGRAM JEJAK ISLAM
A. Pra Produksi Program Jejak Islam
B. Produksi Program Jejak Islam
C. Pasca Produksi Program Jejak Islam
D. Evaluasi Produksi Program Jejak Islam
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
H. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 5
I. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6
J. Metodologi Penelitian ............................................................7
K. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9
L. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
E. Produksi ................................................................................ 11
F. Program ................................................................................ 17
G. Tv One Jakarta ...................................................................... 24
BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM ACARA JEJAK ISLAM
DI TV ONE
E. Sejarah Lahirnya Program Jejak Islam .................................. 28
F. Desain Produksi Program Jejak Islam ................................... 28
G. Profil TV One ........................................................................ 29
H. Divisi Current Affairs TV One .............................................. 35
BAB IV ANALISIS PRODUKSI PROGRAM JEJAK ISLAM
E. Pra Produksi Program Jejak Islam ......................................... 38
F. Produksi Program Jejak Islam ............................................... 43
G. Pasca Produksi Program Jejak Islam ..................................... 51
H. Evaluasi Produksi Program Jejak Islam ................................. 55
BAB V PENUTUP
C. Kesimpulan ............................................................................ 58
D. Saran ....................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi sebagai media masa keberadaannya sangat dibutuhkan.
Karena televisi dengan bentuk audio visualnya mempunyai kedudukan yang
sangat urgent (penting) bagi kehidupan manusia di zaman global dan
modern seperti sekarang ini. Urgensinya adalah disamping sebagai
penyampaian informasi (hiburan, bisnis, dan pendidikan) juga bisa dipakai
sebagai alat propaganda (politik).
Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture).
Penonton di rumah tidak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak
unsur-unsur radio (dapat didengar), dan tidak mungkin dapat melihat
gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada
gambar.1 Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan visi (vision) yang
berarti penglihatan. Segi jauhnya didasarkan oleh prinsip-prinsip radio dan
segi penglihatannya oleh gambar.2
Akhir-akhirr ini media televisi mempunyai kedudukan yang vital dan
banyak diminati masyarakat, bukan hanya di negara kita saja, tapi negara-
1 Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI
(Yogyakarta: Tesis, 1998), h. 3 2 Onong, Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Penerbit Alumni 1981), h. 170
negara maju, termasuk Amerika Serikat di dalamnya.3 Jalaludin Rahmat
mengatakan bahwa televisi sudah menjadi agama masyarakat industri,
artinya masyarakat sekarang sudah belajar hidup dari televisi. Negara
Amerika Serikat pernah menganggap bahwa televisi sebagai “The second
God”” (Tuhan kedua) tetapi sekarang televisi bukan tidak mungkin sudah
menjadi “the first god” (Tuhan pertama). Kalau kita lihat dari peran dan fungsi
televisi sebagai kotak ajaib, yang bisa membuat seseorang betah
dihadapan pesawat televisi sampai berjam-jam.
Munculnya siaran televisi komersial swasta semakin menyemarakan
dunia pertelevisian saat ini dan termasuk di dalamnya adalah produk siaran
luar negeri. Di mulai pada tahun 1989 dengan munculnya RCTI, TPI, SCTV,
Indosiar, ANTV, TV ONE, Trans TV, Metro TV, dan Global TV, kesemuanya
sekarang semakin populer di mata masyarakat kita, apa yang menarik
kemudian adalah, bahwa televisi swasta telah menjelma sebagai industri
dengan beberapa karakteristik:
1. Memperlakukan tayangan sebagai komoditi.
2. Mengadakan iklan sebagai sumber pemasukan dana terbesar.
3. Kompetisi sesama stasiun televisi untuk menyajikan yang terbaik
bagi permisa dengan harapan meningkatkan volume iklan.
4. Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sektor lain, yang
mendukung operasi lain.
5. Berkembangnya televisi sebagai stasiun distribusi infromasi tanpa
harus memperbaiki materi tayangannya.
6. Mengkonsumsikan tayangan pada kepentingan dan minat
masyarakat yang dikaji berdasarkan penelitian kebutuhan
khalayak sasaran sekalipun tidak menutup kemungkinan di
tayangkannya kepentingan pihak sponsor.
3 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1992) Cet. Ke-4
7. Televisi berperan dominan lembaga komersial yang mendukung
ide pokok kapitalisme, yakin produksi dan reproduksi. Hal ini
nampak pada kencenderungan media televisi swasta untuk
menerima transaksi barang-barang dan sekaligus iklannya.
8. Jaringan kerja televisi memiliki aset internasional dalam
hubungannya dengan penyebarluasan iklannya.4
Kalau kita amati televisi mempunyai wajah yang kontradiktif dan
paradoks, terutama dalam tayangan program-programnya, di satu pihak
banyak menayangkan siraman rohani (dakwah bil lisan dan dakwah bil hal),
tetapi di lain pihak banyak pula menayangkan acara-acara hiburan yang
menawarkan selera rendah kepada pemirsa menurut tolak ukur norma
agama.
Di tengah perkembangan yang pesat saat ini, televisi telah
menawarkan berbagai macam acaranya yang diformat sedemikian rupa,
tentunya disesuaikan dengan visi dan misi dari televisi itu sendiri. Diantara
keanekarangaman acara televisi, ada yang bersifat infotaiment seperti
program acara agama, siaran berita dan sebagainya. Serta ada pula acara
televisi yang bersifat entertainment seperti musik, film, kuis dan sebagainya.
Marwah Daud Ibrahim mensiyalirkan adanya potensi perubahan sosial
yang cukup mendasar, dalam skala makro yang diharapkan bisa terjadi
dalam masyarakat sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi.5
Nana Rukmana melanjutkan : bahwa pengaruh negatif yang secara
langsung dapat dirasakan dari proses globalisasi ini yakni terjadinya
transformasi budaya yang dapat menimbulkan erosi polusi budaya manapun
4 Arini Hidayat, Televisi dan Perkembangan Sosial Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1989), Cet. Ke-1, h. 75-76 5 Marwah Daud Ibrahim, Teknologi Emanisipasi dan Tradensi, (Bandung: Mizan 1995), Cet.
Ke-2, h. 56
, agama dalam konteks “Iman”. Transfortasi budaya ini merembes lewat
saluran televisi, parabola dan internet.6
Tayangan-tayangan yang kerap kali muncul dan dipublikasikan
dilayar kaca tersebut: seperti film-film tentang kekerasan dan kriminalitas,
percintaan, penyimpangan seksual, suguhan iklan-iklan yang menampilkan
gambar-gambar fulgar dan lainnya merupakan menu-menu yang dapat
mengubah sikap dan prilaku orang yang menontonnya yang pada akhirnya
berimbas kepada munculnya manusia-manusia yang memiliki sikap-sikap
hedonisme, konsumtivisme, materialisme dan sadisme.7 Karenanya tidak
mengherankan apabila terjadi pro dan kontra terhadap kehadiran media
televisi ini. Banyak yang mendukung keberadaannya, namun tidak sedikit
yang khawatir terhadap dampak negatif dari media televisi itu sendiri.
Linda Poernomo Puteh menggambarkan bahwa efek dari acara
televisi dapat menimbulkan tiga hal :
1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarrakat.
2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat.
3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam
kehidupan masyarakat.
Program “Jejak Islam” di produksi oleh TV ONE, karena masyarakat
masih banyak belum mengetahui banyak tentang awal masuknya agama
6 Nana Rukmana DW, Tuntunan Praktis Dakwah Menuju Kehidupan Islami, (Jakarta: Puspa
Swara, 1996), Cet. Ke-2, h. 4 7 Mas’ud, Format Tayangan Agama Islam Pada Stasiun Televisi RCTI dan TPI: Suatu Studi
Komparasi
Islam dibeberapa tempat di Indonesia serta tokoh-tokoh yang membawa
agama Islam di Indonesia .
Melalui program ini, infromasi seputar Islam dapat dikaji dan ditonton
oleh masyarakat bukan hanya untuk umat Islam saja tetapi juga untuk
agama lain karena program ini berisi infromasi atau liputan penting yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
Untuk itu dari latar belakang bahwa televisi merupakan sarana yang
efektif dalam menyampaikan pesan islami melalui program yang
ditayangkan, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi: ANALISIS
PRODUKSI PROGRAM JEJAK ISLAM DI TV ONE JAKARTA.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Bahwa sebenarnya banyak hal yang dapat di bahas tentang “Jejak
Islam”, meliputi pendidikan, budaya, sejarah, namun untuk terarahnya
pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu membuat
batasan masalah yang akan dibahas yakni pada “Produksi Program Jejak
Islam di TV ONE”.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana desain program acara “JEJAK ISLAM” ?
2. Bagaimana pelaksanaan produksi program acara “JEJAK ISLAM” ?
3. Bagaimana evaluasi produksi program acara “JEJAK ISLAM” ?
4.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui desain program acara “JEJAK ISLAM”
b. Untuk mengetahui pelaksanaan produksi program acara “JEJAK
ISLAM”
c. Untuk mengetahui evaluasi produksi program acara “JEJAK ISLAM”
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Sebagai tambahan referensi dan menambah jumlah studi
mengenai penggunaan media massa (televisi) untuk kepentingan
siaran komunikasi/program hiburan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah
wawasan berbagai kalangan, seperti: teoritis dan praktis.
Dalam hal ini peneliti berpendapat, bahwa keberhasilan suatu
program acara tergantung dengan kemasan dan konsep yang dapat
mempengaruhi pemirsanya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu
penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisis
secara kualitatif serta menafsirkan secara kualitatif. Untuk itu data penelitian
yang dikumpulkan dalam wujud konsep-konsep kalimat, ungkapan dan
kata-kata.
Bogdan dan Taylor dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif
mendefinisikan: “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati.8
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pada TV ONE Jakarta. Adapun objek
dalam penelitian ini, adalah produksi program acara Jejak Islam di TV ONE.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di TV ONE, Jalan Rawa Teratai II, No. 2, Kawasan
Idustri Pulo Gadung, Jakarta, 13260. adapun waktu penelitiannya 15 Oktober
2008 – 23 Nopember 2008.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan
data di TV ONE yang berhubungan dengan program acara “JEJAK ISLAM”
adalah:
8 Lexi S. Moelog, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1992), Cet. Ke-10, h. 3
a. Interview
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara, yaitu proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya
jawab, dengan menggunakan alat paduan wawancara.9
Wawancara dilakukan dengan prosedur pelaksana program
acara “JEJAK ISLAM” dan dengan kru produksi, kru teknis dan kru
production support yang mendukung proses produksi acara “JEJAK
ISLAM”.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara langsung
dan sistematis terhadap gejala-gejala yang dihadapi10. Teknik
yang peneliti gunakan dalam observasi ini adalah yang sifatnya
langsung. Langsung yaitu dengan mengikuti shoting langsung yang
sifatnya pengamatan. Observasi dilakukan langsung oleh penulis
untuk mendapatkan data mengenai acara “JEJAK ISLAM”.
c. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari
dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, dan dengan
mengumpulkan serta menela’ah beberapa literatur baik berupa
buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen atau diktat yang ada
pada redaksi.
5. Teknik Analisis Data
9 Winarno Surahmad, Menyusun Rencana Penelitian (Bandung CV. Tarsita, 1989), h. 162
10 Sutrisno Hadi, Metode Research (UGM, Yogyakarta), hal. 136.
Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis, dan di
kritisi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu
pelaporan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan
mengklasifikasikan serta mengiterprestasikan data yang terkumpul tadi apa
adanya, kemudian setelah itu disimpulkan.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan langsung penulis di perpustakaan
fakultas dakwah dan komuniksi (FDK) ada beberapa skripsi yang telah
meneliti di stasiun televisi, namun skripsi yang telah ada hanya meneliti
tentang program, atau isi dari program acaranya, di antaranya:
1. Analisis Format Program Acara Titian Iman O Chanel yang di teliti
oleh Ulfa Khoriyah Mahasiswi Juruasan Komunikasi dan penyiaran
Islam tahun 2007. Dalam skripsi ini menganalisis format program
acara.
2. Analisis isi Pesan Dakwah dalam acara mata Hati yang di teliti oleh
Ismawati Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun
2007. Dalam skripsi ini menganalisi isi pesan dakwah.
3. Analisis Program Acara Hikmah Pagi yang di teliti oleh Yudi Syahrial
Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2005.
Dalam skripsi ini menganalisis tema pada program hikmah pagi.
4. Anlisis Program Dakwah acara Mutiara Jum’at di TVRI yang di
lakukan oleh Khusnul Khatimah, Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam tahun 2005. Dalam skripsi ini menganalisis
gambaran umum pada program dakwah acara mutiara Jum’at.
Sedangkan judul skripsi penulis ” Analisis Produksi Program
Acara Jejak Islam di TV One Jakarta, dalam skripsi ini penulis
membahas tentang Desain Produksi Program Jejak Islam serta
Analisis Produksi Program Jejak Islam di tinjau dari pra produksi,
produksi, dan pasca produksi.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini sistematis, penulis membaginya menjadi lima
bab, yaitu tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut:
Bab I (Pendahuluan), Berisi tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Kemudian pada Bab II (Tinjauan Teoritis), dalam hal ini penulis
memaparkan mengenai uraian teori-teori yang menjadi landasan dalam
kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Berisi tentang Produksi, Jejak Islam,
dan TV ONE Jakarta.
Sedangkan pada Bab III, memuat tentang Sejarah Lahirnya Program
Jejak Islam, Desain Produksi Program Jejak Islam, profil TV ONE, dan devisi
current affairs TV ONE.
Pada Bab IV mencakup analisis tentang, Pra Produksi, Produksi, Pasca
Produksi, dan Evaluasi Produksi.
Terakhir pada Bab V meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Produksi Program Televisi
Dalam kehidupan sehari-hari, apabila kita mendengar kata produksi
maka yang terbayang dipikiran kita adalah suatu kegiatan besar yang
memerlukan peralatan yang serba canggih, serta menggunakan ribuan
tenaga kerja untuk mengerjakannya.
Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam
bentuk barang maupun jasa. Produksi sebuah program video dan televisi
selalu dimulai dari ide atau gagasan yang kemudian dituangkan kedalam
sebuah naskah atau script, naskah merupakan sebuah landasan yang
diperlukan untuk membuat sebuah program video dan televisi apapun
bentuknya.11
Menurut J.B Wahyudi secara kronologis, produksi mata acara siaran
dapat disusun sebagai berikut: “Penentuan Naskah – Pertemuan Program –
Hunting – Pertemuan Produksi – Latihan-latihan Akhir – Shooting – Editing –
dan Manipulating – Review – Preview – Siaran”.
Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser
profesional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi
itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki
11 http://nustaffsite.gunadarma.ac.id
makna. Aapa yang disebut nilai akan tetapi apabila sebuah produksi acara
bertolak dari suatu visi.12
Produksi (peliputan) adalah seluruh kegiatan peliputan (Shooting) baik
di studio maupun di luar studio, yang biasanya terdiri dari pengambilan
gambar dilokasi sampai pada pemilihan busana, tata rias pengambilan
gambar yang bagaimana yang akan dikerjakan dan lain-lain.
Dalam pelaksanannya produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot
yang akan diambil di dalam adengan (scene). Biasanya sutradara
mempersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Semua
shoot dibuat catatan oleh bagian pencatatan dengan mencatat kode
waktu (time code) dengan nomor pada pita. Nomor itu berputzar ketika
kamera dihidupkan dan direkam dalam gambar. Catatan kode waktu ini
nanti akan berguna dalam proses editing.
Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir
shooting hari itu untuk mengetahui apakah hasil pengambilan gambar baik
atau tidak. Apabila tidak maka adegan itu perlu diulang pengambilan
gambarnya. Semua adegan di dalam naskah selesai diambil, maka hasil
gambar asli (original material/row footage) dibuat catatantya (loading)
untuk kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing.
Tahapan pelaksanaan produksi suatu produksi program televisi yang
melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang
besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap
pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Tahapan produksi terdiri dari
12 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Jogyakarta: Pinus Book Publisher). Cek.
Ke-1, h. 23
tiga bagian di televisi yang lazim disebut Standar Operation Procedure (SOP),
seperti berikut:
1. Pra produksi (ide, perencanaan dan persiapan)
2. Produksi (pelaksanaan)
3. Pasca produksi (penyelesaian dan penayangan)
1. Pra Produksi (Ide, Perencanaan dan Persiapan)
Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan
rinci dan baik sebagian pekerjaan dan produksi yang direncanakan sudah
beres.
Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian antara lain :
a. Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau
gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah, atau meminta
penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah
sesudah riset.
b. Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule),
penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew. Selain
estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan
bagian dari perrencanaan yang perlu dibuat dan secara hati-hati
dan teliti.
c. Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontak, perizinan, dan surat
menyurat. Latihan para artis dan pembuat setting, meneliti dan
melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua ini paling baik
diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang
sudah ditetapkan.
Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh
keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu
percaya pada kemampuan teknis mengabaikan hal-hal yang sifatnya
pemikiran di atas kertas. Dalam produksi program televisi, hal itu dapat
berakibat kegagalan.13
2. Produksi (Pelaksanaan)
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai dilakukan, pelaksanaan
produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew
mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan
(sootting scipt) menjadi susunan gambar yang dapat bercerita.
Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukn jenis shoot
yang akan dimabil di dalam adegan (scene) . biasanya sutradara
mempersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Semua
shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatatan dengan mencatat kode
waktu (time code) dengan nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika
kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini
nanti akan berguna dalam proses editing.
13 Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Cet. Ke-1, h 20
Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam diakhir
shooting hari itu untuk mengetahui apakah hasil pengambilan gambar baik
atu tidak. Apabila tidak maka adengan itu perlu diulang pengambilan
gambarnya. Semua adegan di dalam naskah selesai diambil, maka hasil
gambar asli (original material/row footage) dibuat catatannya (loading)
untuk kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing.
3. Pasca Produksi (Penyelesaian dan Penayangan)
Pasca produksi memiliki tiga langkah utama yaitu editing off liner
editing on line, dan maxing.
a. Editing off line
Setelah di shooting selesai, script boy/girl membuat loading, yaitu
mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan
shooting dan gambar. Di dalam loading time code (nomor kode
yang dibuat dan muncul dalam gambar) dan hasil pengambilan
setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara
akan membuat editing kasar yang disebut editing off time (dengan
copy vidio VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang ada
dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung dipilih
dan disambung-sambung dalam pita VHS (Video Head Sistem).
Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama
dalam screening. Sesudah hasil editing off line dirasa pas dan
memuaskan barulah editing script. Naskah ediring ini sudah
dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang
perlu diisi dengan ilustrasi musik. Di dalam naskah editing, gambar
dan nomor kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan
editor. Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing diserahkan
kepada editor untuk dibuat editing on line. Kaset VHS hasi ediring
off line dipergunakan sebagai pedoman oleh editor.
b. Editing on line
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli.
Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat
tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing.
Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang
sempurna. Setelah editing on line ini siap, proses berlanjut dengan
mixing.
c. Mixing
Narasi yang sudah direkam dan juga ilustrasi musik yang juga
sudah direkam dimasukkan ke dalam pita hasil editing on line
sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah
editing. Keseimbangan antrara sound effect, suara asli, suara
narasi, dan musik harus dimuat sedemikian rupa sehingga tidak
saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini
boleh dikatakan bagian yang paling penting dalam post
production sudah selesai. Secara menyeluruh produksi juga sudah
selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview.
Apabila dalam preview tak ada lagi yang harus diperbaiki. Apabila
semua sudah siap maka program ini siap juga untuk ditayangkan.
Penayangan program distasiun televisi dibatasi oleh frame waktu.
Oleh karena itu, dalam screening hal ini juga perlu diperhatikan. Apabila
program ternyata melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong
ditempat yang tidak menganggu kontinuitas program.14
B. Program
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan
Kebudayaan (1988). Program adalah seperti pertunjukan siaran, pagelaran
dan sebagainya.15
Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah
acara, sementara kamus Webster International Vol. 2 lebih merinci lagi, yakni;
program adalah suatu jadwal (schedule) perencanaan untuk ditindak lanjuti
dengan penyusunan “butir” siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu
berada di udara.
Menurut P.C.S Sutisno dalam buku Pedoman Praktis Penulisan Skenario
Televisi Video (1993), mendefinisikan program televisi ialah bahan yang telah
disusun dalam satu format sajian dengan unsur vidio yang ditunjang unsur
audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah
memenuhi standar estetik dan aristik yang berlaku.16
14 Ibid, h. 22-24
15 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1989). Cet. Ke-1, h.
702) 16
PCS Sutrisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Vidio, (Jakarta: PT.
Grasindo, 1993), Cet. Ke-1, h. 9
Menurutnya lagi, bahwa stasisun televisi dalam membuat suatu
program terdiri dari para artis pendukung acara dan para kerabat kerja. Ide
merupakan sebuah inti pesan yang akan disampaikan kepada khalayak,
dituangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan format siaran
yang akan dibuat, kemudian diproduksi hingga menjadi suatu paket
program siaran. Paket program siaran yang akan dibuat, kemudian
diproduksi hingga menjadi suatu paket program siaran. Paket program siaran
itulah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi dan
disebarluaskan ke seluruh pelosok melalui jaringan satelit komunikasi, stasiun
penghubung dan pemancar. Akhirnya paket program acara itu dapat
didengar dan dilihat oleh pemirsa di rumah17.
Berbicara mengenai program siaran di televisi tidak lepas dari
keberadaan naskah, dan naskah televisi ini ada beberapa macam
bentuknya. Akan tetapi, mengingat bahwa naskah merupakan sarana
pembawa pesan yang akan disesuaikan dengan format acara yang telah
ditetapkan, sebab format dapat dipandang sebagai metode penyampaian
pesan, sehingga antara naskah, format siaran dan program acara di televisi
saling keterkaitan18.
Naskah merupakan unsur penunjang dari keberhasilan suatu program
yang sebagaimana paparan penjelasan sebelumnya, maka dalam
penulisan naskah televisi didesain dengan urutan langkah sebagai berikut:19
17 ibid, h.1
18 Darmanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi,( Yogyakarta: Duta Wacana University
Press, 1994), h. 224 19 P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video,
(Jakarta: PT. Grasindo, 1993), Cet.Ke-1, h. 1-2
1. Ide/Gagasan
Bermula dari timbulnya sebuah gagasan adalah sering disebut ide,
yang menjadi tanggung jawab dari seorang produser. Namun
tidak berarti bahwa ide ini datangnya harus dari prosedur, tetapi
dapat saja datangnya dari Assiten produser. Biasanya ide yang
mungkin tentang pemilihan liputan dari acara-acara mana yang
layak akan diliput adalah dilihat dari seberapa informatif dan
menarik dalam dunia hiburan bahwa acara itu dapat diambil
hingga layak ditayangkan bagi pemirsa, yang tentunya
disesuaikan dengan khalayak sasarannya.
2. Sasaran Program
Setelah muncul ide, dalam hati tentu terbentuk gagasan yang
semakin jelas tentang konsumen. Untuk lebih mengefektifkan
penyampaian pesan, perlu menganalisis sasaran program
termasuk latar belakang.
3. Tujuan Program
Landasan berikutnya menentukan tujuan program. Kemudian
merumuskan tujuan umum. Berdasarkan tujuan umum kemudian
merumuskan tujuan khusus. Langkah merumuskan tujuan umum
dan khusus dapat digunakan sebagai bimbingan dan arahan
dalam mengarah. Jadi selain sebagai acuan kerja kreatif yang
bermakna, rumusan tujuan yang jelas dapat langsung menuju
sasaran program kreasi dalam masyarakat luas. Dengan kata lain,
tujuan komunikasi sudah mencapai sasaran. Yaitu pesan yang
disampaikan komunikator dapat diterima oleh komunikan.
4. Garis-garis Besar Isi Program
Setelah jelas sasaran program dan ide pesan yag akan
dikomunikasikan maka ditetapkan garis-garis besar materi yang
akan menjadi isi program, sebelumnya harus mengumpulkan
bahan, baik dengan membaca buku, atau melakukan
wawancara.
5. Treatment
Treatment dapat dijabarkan sebagai perlakuan tentang hal-hal
yang harus dikembangkan dari sinopsis. Dari sebuah treatment
orang bisa membayangkan apa saja yang akan terlihat dilayar.
Dengan kata lain, treatment adalah sebuah uraian kejadian yang
akan tampak dilayar televisi. Uraian tersebut bersifat naratif tanpa
menggunakan istilah teknis, seperti ketika seseorang menceritakan
kembali pertunjukan yang baru saja dinikmati.20
20 P.C.S. Sutisno, Op.Cit, h. 44-46
Setiap program televisi mempunyai sasaran yang jelas dan tujuan
yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam
penyusunan program siaran televisi, yaitu:
1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program
2. Streategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan
program
3. Sasaran program
4. Pola produk yang menyangkut garis besar isi program
5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai
usaha yang optimal
Landasan filosofis yang menyangkut segela macam program ialah
Pancasila dan UUD 1945 landasan dasar ini tetap, sedangkan aspek hukum
dan operasional program televisi perlu bersifat luwes dalam rangka
mengantisipasi pengalaman dan teknologi baru, serta inovasi yang terjadi
sewaktu-waktu. Dengan demikian penyusunan program akan efektif dan
tetap dalam kerangka landasan dasar, namun tetap sesuai dengan setiap
situasi.
Pola strategi penyusunan program lebih menyangkut ke pola
pencapaian tujuan program secara umum. Suatu rancangan induk untuk
mencapai tujuan program perlu disusun. Berkaitan dengan keluaran dari
siaran yang sifatnya informatif maka strateginya adalah bagaimana
menyentuh sadaran program sehingga tanpa disadari dapat mengarah ke
pencapaian tujuan program yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ada tiga
variabel yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Memotivasi dan merangsang kesadaran sasaran program
2. Mengarahkan kesadaran tersebut kearah garis pengembangan
keseluruhan
3. Mengendalikan pengembangan untuk menyesuaikan dengan
kondisi objektif21
Variabel pertama dan kedua berkaitan dengan konsep pendidikan.
Variabel ketiga lebih berkaitan dengan konsep budaya. Ketiga variabel
tersebut dapat dirumuskan menjadi satu supra konsep yaitu cultural
educative. Jadi, strategi penyusunan program secara menyeluruh
didasarkan pada supra konsep cultural educative. Untuk itu diperlukan
penyesuaian karakter yang cocok dengan persyaratan media itu sendiri.
Dalam hal ini sasaran dapat menggunakan penglihatan dan pendengaran
sebagai jembatan untuk menemukan hal-hal disenanginya. Sasaran
menginginkan program karena menyukainya. Mereka membutuhkan
program tertentu karena merasa memperoleh manfaat. Mendengar dan
melihat, kebutuhan berperan serta bersikap memerlukan perlakuan yang
mendidik dan sekaligus pandangan kebudayaan.
Penyiaran suatu program tentu mempunyai strata sasarannya,
termasuk adat dan kebiasaannya. Katagorinya ialah sasaran umum dan
sasaran strategis. Semua program siaran sifatnya terbuka karena memang
tak mungkin memproduksi program yang dapat memuaskan semua orang.
Untuk itu, kepada sasaran program ini diharapkan ada kelompok inti yang
kemudian menyebarkan informasi yang diperoleh dari program.
Karakteristik program dipolakan oleh sifat waktu, tempat dan suasana.
Setiap program memiliki karakter waktunya sendiri yaitu penempatan atau
21 Ibid, h. 11
pengalokasian waktu siaran. Ada waktu prima, sub prima, dan frekuensi
waktu serta biaya waktu. Tempat sebuah program dalam siaran dapat dilihat
dari dua segi, yaitu dari sisi programatik dan sisi penonton atau sasaran
program. Sisi pertama berkaitan dengan kesesuaian alokasi program dalam
jadwal siaran, sisi kedua berhubungan dengan aspek geokultural program
tersebar diselurtuh negeri dengan tradisi yang berlainan.
Suasana program dipengaruhi oleh komposisi usia, jenis kelamin
profesi, tingkat pendidikan, dan persepsi. Selain itu, penyusunan program
harus ditinjau dari siklus waktu secara vertikal dan horizontal. Siklus waktu
vertikal ialah berhubungan dari satu program ke program berikutnya dalam
squence (tata rangkai) yang diatur secara konsisten dan berkesinambungan
sampai akhir selurh program dalam satu hari. Siklus waktu horizontal
memperhitungkn urutan rangakain setiap harinya, bobot siaran, dan
kejenuhan kondisi dari komposisi program.22
Dengan kata lain, pemograman berarti merencanakan siaran dengan
mengacu kepada Hukum Penyiaran (Broadcast Law) standar program dan
dengan cepat menanggapi perubahan sosial, gaya hidup, dan kebutuhan
penonton.23
Pemograman tentui tidak dapat dilepaskan dari faktor biaya. Biaya
dalam jumlah besar diperlukan untuk memulai suatu organisasi penyiaran
televisi dan menjamin kelangsungannya. Sekali organisasi beroperasi, biaya
akan mengalami pembengkakan. Selain itu, pola siaran yang akan
22 Ibid, h. 11
23 Ibid, h. 12
dikembangkan berdasarkan definisi, kriteria dan mata acara siaran tidak
bisa lepas dari butir-butir rencana seperti berikut:
1. Butir-butir penekanan pokok program
2. Waktu penyiaran seperti waktu prima (prime time) dan waktu untuk
penyiaran siaran sekolah
3. Jenis dan jumlah tiap-tiap program
4. Perencana penyiaran ulang
5. Keputusan tentang materi program (pembeda materi yang harus
diproduksi sendiri atau lokal dan materi yang harus dibeli atau
disewa)24
C. TV ONE Jakarta
Sebelum menjadi TV ONE seperti sekarang ini, dahulu adalah LATIVI
dengan pemiliknya Bapak Abdul Latief. Namun mulai 1 April 2007 LATIVI mulai
diambil alih oleh manajemen baru, sehingga berganti menjadi TV ONE,
dengan mengusung program NEWS, SPORT dan ENTERTAINMENT, serta
dengan segmentasi yang sangat berbeda dari LATIVI.
Pada 14 Februari 2008, TV ONE secara resmi launching ke public. Pada
saat itu pula, TV ONE berhasil mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai
televisi pertama di Indonesia yang menayangkan berita dengan 3 biro dari
kota-kota berbeda sekaligus secara langsung atau dengan kata lain TV ONE
24 Ibid, h. 13
adalah televisi pertama yang menayangkan berita dengan menampilkan
lima presenter sekaligus dari empat kota yang berbeda pada saat yang
sama.
Secara progresif TV ONE memberikan inspirasi kepada masyarakat
Indonesia berusia 15 tahun ke atas untuk berpikir maju dan melakukan
perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar melalui program infromasi,
olahraga dan hiburan (information, sport dan entertaiment). Dengan target
audience: Male Female (15-35 tahun) ABC.
Dalam pengaplikasiannya TV ONE menyajikan program yang
mengandalkan Informations, sports dan selected entertainment. Keseriusan
TV ONE dalam menerapkan strategi tersebut dibuktikan dengan
menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberian dan
penyajian program.
Sebagai pendatang baru dalam dunia news TV ONE telah
mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya,
seperti Apa Kabar Indonesia yang telah tayang perdana pada hari Senin 11
Februari 2008. Apa Kabar Indonesia adalah program informasi dalam bentuk
diskusi ringan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan
masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar TV
ONE. Program berita hardnews TV ONE dikemas dengan judul: Kabar Pagi,
Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kabar Petang menampilkan
bentuk pemberitaan yang belum pernah ditampilkan oleh stasiun televisi
lainnya, yaitu menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat
Jakarta dan beberapa Biro Daerah (Medan, Surabaya. Makassar) dengan
bobot pemberiataan yang berimbang antar semua Biro. Kabar Malan
bekerjasama dengan seluruh media nusantara untuk menghasilkan editorial
yang lengkap, kredibel dan dinamis.
Program-program curret affairs yang eksklusif juga diproduksi oleh TV
ONE seperti Telusur, Kerah Putih, Menyingkap Tabir, Mata Kamera. Program-
program documentary TV ONE mengandung unsur petualangan dan
edutainment dengan judul program: Nuansa Seribu Pulau, Sahabat Satwa,
Panji Sang Penakluk dan Katulistiwa. Untuk sajian reality show, dihadirkan
Adrenalin, Aneh Tetapi Ada dan 1001 Isi dunia. Sedangkan program life style
wanita tersaji dalam kemasan Dunia Belanja, Gaya, Home Living dan Mr.
Renov.
Tayangan Sport meliput pertandingan yang disiarkan langsung mulai
Kompetisi Sepakbola Nasional (Copa Indonesia), Sepak Bola Eropa (Liga
Inggris dan Liga Belanda), Kompetisi Bola Basket Nasional (IBL), Bola Volly
Nasional (Pro Liga). TV ONE serius dalam mengembangkan program acara
yang berbeda dengan program stasiun televisi lain, dengan menayangkan
Entertainment Pilihan yang mampu memberikan inspirasi bagi para pemirsa
untuk maju dan berpikiran selalu positif, tanpa unsur membodohi.
Pada awal tahun ini TV ONE memiliki 26 stasiun pemancar dan pada
akhir tahun akan menjadi 37 stasiun pemancar diberbagai daerah dengan
jumlah potensi pemirsa 162 juta pemirsa.
BAB III
GAMBARAN UMUM PROGRAM ACARA JEJAK ISLAM DI TV ONE
A. Sejaran lahirnya Program Jejak Islam
Salah satu acara TV ONE seperti yang telah disebutkan di atas adalah
Jejak Islam. Dari mana nama acaranya, dapat kita ketahui acara Jejak Islam
adalah acara dengan format informatif.
Jejak Islam, merupakan suatu mata acara yang menampilkan
infromasi datangnya Islam di Indonesia dan pelaku-pelakunya. Awal mula
acara ini dikarenakan adanya pembagian slot tayang seperti halnya berita-
berita lain, seperti: berita politik, berita olah raga, berita ekonomi, sosial
budaya dan berita hiburan/entertaiment.
Program Jejak Islam di produksi oleh TV ONE karena masyarakat masih
banyak yang belum mengetahui banyak tentang awal masuknya agama
Islam dibeberapa tempat di Indonesia serta tokoh-tokoh yang
membawa/mempengaruhi Islam di Indonesia25.
Produser Jejak Islam melihat adanya celah untuk menayangkan
sebuah program yang pada dasarnya diharapkan dapat memberikan
informasi kepada penontonnya/khalayak.
B. Desain Produksi Program Jejak Islam
Desain program merupakan rancangan penyajian sebuah
program acara siaran yang berdasarkan pendekatan isi materi atau
25 Wawancara 27 Oktober 2008
kemasan dari suatu acara yang disiarkan. Desain acara merupakan
sarana acara yang akan memuat nilai-nilai/pesan-pesan yang akan
disampaikan kepada pemirsa.
Khusus mengenai program acara jejak Islam, desaign
produksinya adalah sebagai berikut:
Mata Acara : Jejak Islam
Jenis Program : Dokumenter
Durasi Program : 30 menit
Waktu Siar : 05.30 – 06.00 WIB
Sasaran : Remaja dan Dewasa
Tipe Program : Religius
Tujuan Program : Memberikan Tayangan Syarat Informasi, dan
Pengetahuan (edukasi) tentang Sejarah Awal
Islam di Nusantara
Sutradara/Produser : Wawan Sumarmo
Reporter : Aprilia Putriningrum
Penulis Naskah : Yani/Ratna
Campers : Sri Agung H.N
C. Profil TV ONE
Pada 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB, merupakan saat bersejarah
karena untuk pertama kalinya TV ONE mengudara. Peresmian dilakukan
oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, TV ONE
menjadi stasiun televisi pertama di Indonesia yang mendapatkan
kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia.
TV ONE secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang
berusia 15 tahun ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan
bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui program News and Sports
yang dimilikinya.
Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One,
Sport One, Info One, dan Reality One, TV ONE membuktikan
keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan
format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian
program.
Sebagai pendatang baru dalam dunia News, TV ONE telah
mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam
bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para
narasumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari
dari studio luar TV ONE. Program berita hardnews TV ONE dikemas dengan
judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang
dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar
Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara
langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (
Medan, Surabaya, Makassar ) dengan bobot pemberitaan yang
berimbang antar semua Biro. Program ini meraih penghargaan MURI
(Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan
Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota Yang Berbeda Dalam Satu Layar”.
Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara
untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis.
Tayangan Sport TV ONE akan meliputi pertandingan-pertandingan
unggulan yang disiarkan langsung, mulai dari Kompetisi Sepakbola
Nasional (Copa Indonesia), Sepak Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga
Belanda), Kompetisi Bola Basket Nasional (IBL) dan Bola Voli Nasional (Pro
Liga).
TV ONE juga menayangkan program-program Selected Entertainment
yang mampu memberikan inspirasi bagi para pemirsa untuk maju dan
selalu berpikiran positif, tanpa unsur membodohi.
Pada awal tahun ini, TV ONE memiliki 26 stasiun pemancar dan pada
akhir tahun akan menjadi 37 stasiun pemancar di berbagai daerah
dengan jumlah potensi pemirsa 162 juta pemirsa. Melalui perkembangan
tersebut, diharapkan penyebaran semangat TV ONE untuk mendorong
kemajuan bangsa dapat terealisasi dengan baik.
“TV ONE : Memang Beda”
1. Visi dan Misi
Secara korporasi TV ONE mempuntai Visi dan Misi untuk mendorong
kemajuan disegala lapisan: individu, kelompok, komunitas, yang pada
akhirnya berdampak pada kemajuan bangsa secara keseluruhan.
Visi TV ONE :
a. Menjadi televisi berita Indonesia yang dapat ditangkap siarannya
secara internasional.
b. Menjadi referensi terpercaya untuk dunia internasional dalam
mencari informasi yang akurat mengenai Indonesia.
c. Menjadi acuan yang terpercaya yang dapat mempengaruhi
pertimbangan-pertimbangan para pengusaha dan pemerintah
secara positif demi kemajuan bangsa dan negara.
d. Menjadi saluran promosi bagi negara Indonesia dalam bidang
pariwisata dan ekonomi.
e. Menjadi saluran edukatif yang dapat dinikmati bangsa Indonesia
dari segala umur dan kalangan.
f. Menjadi partners-in broadcasting dengan TV lain dimancanegara.
Misi TV ONE :
a. Menjadi televisi berita yang cepat, akurat dan terpercaya dalam
penyampaian beritanya.
b. Menjadi saluran yang dapat mengembalikan nama baik negara
Indonesia dimata dunia internasional.
c. Membantu mendidik bangsa Indonesia melalui program-program
yang informatif dan aktual, baik dalam bidang politik, budaya,
hukum, intelektual dan moral.
d. Membantu negara untuk mensosialisasikan kebijakan-
kebijakannya, membantu untuk menstabilakan keadaan dalam
negeri, menambah kepercayaan dari luar negeri dan membantu
memulihkan keadaan ekonomi.
Logo TV ONE
• Warna merah dan putih melambangkan Indonesia
• Lingkaran dengan angka 1 didalamnya merupakan simbol
persatuan
• Sedangkan penggunaan kalimat berbahasa Inggris, One,
menunjukkan kesiapan TV ONE dalam kancah pertelevisian
global. Mudah dipahami oleh mitra kerja TV ONE yang
berada di luar negeri serta mencerminkan optimisme
kebangsaan, sebagai bangsa Indonesia yang ingin maju.
2. Struktur Organisasi
Biro TV ONE
Pada program News TV ONE memiliki 4 biro dari beberapa kota yang
turut menyiarkan berita dari masing-masingkota tersebut. Berikut adalah
nama dan alamat kota dari beberapa biro TV ONE.
Medan
JL. Gurila No. 46 Medan Polonia T/F 0614-518484
Makassar
Jl. Bontomene No. 12D Kel. Bantabantaeng, Kec. Rappocini
Surabaya
Jemursari Regency No. B-01 Surabay T/F 031 – 8483778
Malaysia
24. 5-5, Mayang Court, 24 Jalan Mayang, Kuala Lumpur 50450 Malaysia
T603 217 116 17
D. Divisi Current Affairs TV ONE
Divisi Current Affairs adalah salah satu bagian divisi dari TV ONE yang
mengkoordinasi semua program siaran di TV ONE termasuk Program Jejak
Islam.
Dalam memproduksi sebuah program dokumenter di Divisi Current
Affairs TV ONE ditangani oleh divisi current affairs, biasanya dimotori oleh
sebuah tim kecil yang disebut tim produser. Tim ini hanya beranggotakan
tiga orang yaitu produser, reporter, campers. Sebuah program pada
umumnya berasal dari produser untuk diajukan kepada eksekutif produser.
Pengajuan program tersebut akan diteruskan kepada pihak yang lebih tinggi
hingga akhirnya disetujui oleh Managing Director Divisi Current Affairs TV ONE,
setelah mendapat persetujuan, tim produser akan mengeksekusi program
tersebut lewat koordinasi dengan pihak-pihak pendukung produksi yang
dilaksanakan dalam tahapan-tahapan produksi.
Tahapan pertama adalah pra produksi. Dalam tahap ini, tim produser
berkoordinasi dengan tim kreatif untuk menerjemahkan konsep program ke
dalam sebuah produksi program. Tim kreatif berfungsi sebagai penulis
naskah, menyusun segmentasi program, menyusun daftar pertanyaan dan
lain-lain. Setelah tersusun dengan jelas, konsep tersebut dijelaskan kepada
pihak pelaksana produksi. Mereka antara lain program direktur yang
mengeksekusi program di lapangan, pendukung produksi seperti
cameraman, audioman, lightingmen untuk memberi menangani kebutuhan
keuangan selama produksi, Talent yang berfungsi untuk memberi masukan
tentang pengisi acara yang tepat sekaligus menghubung pengisi acara
tersebut, selain pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan produksi.
Tahap ini kemudian berlanjut ke tahap produksi. Di sini semua tim
produksi bekerjasama untuk melaksanakan produksi. Tahapan ini dapat
dikatakan sebagai tahapan utama dalam pelaksanaan produksi. Segala
perencanaan yang telah dilakukan akan diwujudkan dalam tahapan ini.
Apabila satu program tidak ditayangkan secara langsung, maka
tahap berikutnya adalah pascaproduksi. Pada tahapan ini, hasil produksi
program dipoles oleh editor untuk mempercantik program tersebut. Dalam
tahapan ini juga dilakukan penyunting apabila ada bagian-bagian dalam
produksi yang dianggap tidak sesuai dengan konsep awal.
Struktur Organisasi Divisi Current Affairs
General Manager Current Affairs
(Sulaiman Syakieb)
Manager Current
Affairs
Manager Current
Affairs
Executive Producer
(Ninok Hariyani)
Producer
(Wawan Sumarmo)
Reporter
(Aprilia Putriningrum)
BAB IV
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM JEJAK ISLAM
Produksi sebuah program video dan televisi selalu dimulai dari ide atau
gagasan yang kemudian dituangkan kedalam sebuah script. Naskah merupakan
sebuah landasan yang diperlukan untuk membuat sebuah program video dan televisi
apapun bentuknya. Penulisan sebuah naskah program video dan televisi yang
didasarkan pada sebuah ide biasanya mempunyai tujuan yang spesifik yaitu:
- Memberikan informasi (to inform)
- Memberikan inspirasi (to inspire)
- Menghibur (to intertain)
- Propaganda26
Dalam progaram siaran Jejak Islam di TV One Jakarta, sebelum melangkah
kepelaksanaan dalam jalannya suatu program, maka dibutuhkan suatu perencanaan
yang baik dan yang bertanggung jawab mengenai jalannya suatu program tersebut
yang diatur oleh produser.
Peranan seorang produser di program Jejak Islam sebagai penanggung jawab
jalannya program, dituntut untuk bisa membuat suatu konsep atau kemesan dengan
sebaik mungkin, produser juga harus mempunyai wawasan dan kemampuan dalam
merealisasikan ide-ide kreatif serta mengarahkan proses produksi. Biasanaya seorang
produser dalam melaksanakan produksi ada tahapan-tahapan sebagai salah satu
tanggung jawab, diantaranya dari faktor interal dan eksternal.
26 Swain, D.V, dan swain J.R, Film Scriptwriting, (boston:Focal Press,1998), h.30
Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan
dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi
juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus
jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri
dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut Standart Operation Procedure (SOP),
seperti berikut:
1. Pra Prouksi
2. Produksi
3. Pasca Produksi
Demikian juga dengan produksi program Jejak Islam diTV One Jakarta,
mempunyai tahapan seperti di atas.
A. Pra Produksi Program Jejak Islam
Pada tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan yang akan
datang, atau juga disebut sebagai tahap perencanaan. Tahapan pra produksi sangat
penting dalam produksi suatu acara. Sebab jika tahapan ini dilaksanakan secara
rinci dan baik, maka sebagian pekerjaan dari produksi akan berjalan dengan baik.
Tahapan pra produksi atau perencanaan merupakan pengembangan dari desain
program menjadi desain produksi atau semua kegiatan. Kegiatan yang termasuk
kegiatan pra produksi antara lain : penuangan ide/gagasan ke dalam outline, dan
lain-lain hingga pengambilan gambar atau shooting.
Perencanaan suatu program secara umum melahirkan kebijakan umum tentang
bagaimana mengatur alokasi waktu dan materi siaran dalam sehari, seminggu,
atau setahun. Perencanaan program televisi juga diarahkan untuk dapat memilih
dan menjadwalkan penayangan suatu program yang dapat menarik sebanyak
mungkin penonton.
Seorang Budhi Nova, sutradara MD Entertainment dalam wawancaranya
mengatakan:
“Pra produksi atau perencanaan adalah semua kegiatan sampai dengan
pelaksanaan, shooting, yang termasuk kegiatan pra produksi antara lain
penuangan ide/gagasan’’.
1. Penuangan ide/gagasan
Semua siaran televisi baik dari bentuk yang sederhana hingga yang
rumit sekalipun, selalu didahului oleh simpulnya sebuah ide/gagasan.
Sesuai dengan teori komunikasi, ide merupakan rencana pesan yang akan
disampaikan kepada khalayak/penonton, melalui medium televisi dengan
maksud dan tujuan tertentu. Karena itu sewaktu akan menuangkan ide
dalam sebuah naskah atau script, harus memperhatikan faktor penonton
dan waktu siaran serta selera dan kebutuhan penonton, agar apa yang akan
disajikan dalam bentuk acara siaran dapat mencapai sasarannya.
Gagasan dapat disebut juga sebagai asal mula lahirnya sebuah program
acara. Program acara Jejak Islam lahir dari sebuah ide yang dibahas dalam
tim produksi, produser, penulis naskah, sutradara ( tim penyutradaraan).
Tim ini akan membahas konsep hal-hal yang dianggap menarik dari segi
tayangan.
Bermula dari timbulnya sebuah gagasan atau sering disebut sebagai
ide, yang menjadi tanggung jawab dari seorang produser. Namun tidak
berarti bahwa ide ini datangnya harus dari produser, dapat saja datangnya
dari assistant produser.27
Ide merupakan buah pikiran dari seseorang perencana acara siaran,
dalam hal ini seorang produser, ide juga dapat timbul dari kerabat kerja
lainnya. Tapi ide bisa saja tidak timbul dari satuan kerja produksi, tetapi
dapat timbul dari pihak luar seperti dari nara sumber sendiri, event
organizer, maupun production house. Dalam mencari ide sebagai landasan
untuk dikembangkan seorang produser harus memperhatikan beberapa hal,
antara lain:
a. Apakah ide/gagasan tersebut cukup menarik.
b. Apakah kekuatan yang tersembunyi dalam ide/gagasan tadi.
c. Apabila ide/gagasan tadi dapat dirubah menjadi program siaran,
kemudian apa manfaat bagi khalayak dan bagaimana dampaknya.
d. Kalau ide tadi akan diangkat menjadi program siaran, harus ada
alasan yang meyakinkan.28
Program acara jejak Islam memulai pencarian ide dalam tahapan
pra produksi dan mendapatkan sebuah ide dari mana saja. Sebagian ide
tersebut ada juga yang datangnya dari luar tim jejak Islam, tetapi dalam
hal ini produser selaku pencetus atau penggerak program melakukan
sharing dengan penulis.
27 Hasil wawancara pribadi dengan Wawan Sumarmo, Produser program JejaK Islam,
(jakarta: 27 Oktober 2008). 28
Darwantro Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University
press, 1994), h.176
Dalam penulisan naskah, ide yang ditulis oleh penulis terkadang
tidak diterima secara mentah-mentah dan dianggap lolos oleh produser,
naskah yang kurang baik nantinya akan direvis oleh produser. Tetapi
ada juga beberapa yang diterima dan lolos tanpa revisi.
2. Riset
Dimana telah disebutkan sebelumnya bahwa acara Jejak Islam
bertujuan memberikan informasi tentang awal masuknya agama islam dan
siapa tokoh-tokohnya serta peninggalan-peninggalannya. Maka dari itu
diperlukan adanya riset terlebih dahulu, dimulai dari pengumpulan data,
survey lokasi, kemudian menghubungi nara sumber yang akan
diwawancara.
Riset sangat diperlukan setelah menemukan sebuah ide yang akan
dibuat menjadi sebuah program. Riset dalam konteks ini adalah suatu
upaya memepelajari dan mengumpulkan informasi yang terkait dengan
naskah yang akan ditulis. Sumber informasi dapat berupa buku, koran atau
bahan publikasi lain dan orang atau nara sumber yang dapat memberi
informasi yang akurat tentang isi atau substansi yang akan ditulis.29
Namun dalam produksi program jejak islam tim biasanya melakukan
riset melalui buku, internet, dan meninjau langsung lokasi yang
berhubungan dengan program siaran Jejak Islam, seperti masjid tertua,
pelabuhan pertama yang dibuat oleh kerajaan Islam atau sekelompok
pedagang Islam yang datang kedaerah tersebut, bangunan kerajaan Islam
yang masih ada, peninggalan-peninggalan kerajaan islama dan
peninggalan-peninggalan kebudayaan Islam.
29 Blum, R.A, Television Writing From Consept to Contract, (London: Focal Press, 1984).
h.29
Sama seperti apa yang telah dituliskan oleh Blum,R.A, dalam bukunya,
tim jejak Islam juga melakukan riset dengan cara mengumpulkan data atau
informasi yang terkait dengan naskah yang akan ditulis. Media informasi
yang dipakai oleh tim jejak Islam adalah melalui buku-buku tentang
sejarah Islam, situs-situs Islam diinternet, dan menuju langsung kelokasi
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, seperti pelabuhan sunda kelapa
dan masjid sunda kelapa yang terletak di Jakarta, masjid lau tshe di Jakarta
barat, masjid si pitung, kerajaan Islam di Cirebon, pusat pengrajin batik di
Cirebon sebagai salah satu peninggalan kebudayaan kerjaain Islama di
Cirebon.
3. Pematangan konsep
Setelah penuangan ide dan riset dilakukan, maka berikutnya adalah
pematangan konsep, baik untuk konsep acara Jejak Islam itu senditi
maupun untuk perencanaan produksinya, bila semuanya telah dilakukan
tahap selanjutnya adalah memasuki tahap produksi.
Tahapan pra produksi sangat penting dalam produksi suatu acara,
sebab dalam perencanaan ini terjadi proses interaksi antara kreativitas
manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia.
Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan oleh
perencanaan di atas kertas yang merupakan imajinasi yang dituangkan di
atas kertas yang nantinya akan diproduksi di lapangan.
Pematangan konsep dalam program acara Jejak Islam dilakukan
dengan mengumpulkan tim program acara jejak Islam, lalu diadakan rapat
tim untuk menyukseskan program acara Jejak Islam itu sendiri, dan untuk
mengetahui apakah pra produksi program acara jejak Isalm sudah
sempurna dan dapat berjalan dengan lancar.
B. Produksi Program Jejak Islam
Penyelenggaraan siaran televisi nampak lebih kompleks bila
dibandingkan dengan siaran radio. Namun esensi isi programnya relatif sama
dengan program acara radio hanya perbedaanya, siaran televisi menghasilkan
gambar dan suara, sedangkan radio hanya bersifat auditif.
Dari segi pengoperasiannya siaran televisi lebih kompleks karena lebih
banyak melibatkan orang. Untuk menayang suatu acara saja, melibatkan
sedikitnya sepuluh orang yang terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah
tekhnik, pengarah studio, pemandu gambar, 2 atau 3 juru kamera, juru video,
juru audio (suara), dan lain-lain, yang mereka ini disebut juga kerabat kerja
televisi (crew).30
Produksi sebuah program selalu dimulai dari ide/gagasan yang
kemudian dituangkan kedalam sebuah naskah/script. Naskah merupakan
sebuah landasan yang diperlukan untuk membuat sebuah program televisi
apapun bentuknya.
Pelaksanaan proses produksi program acara Jejak Islam lebih banyak
melakukan pengambilan gambar atau shooting diluar studio yang terletak
diberbagai tempat. Dalam menjalankan proses pengambilan gambar program
acara jejak Islam menggunakan format multi kamera.
30 Siti Karmilah, Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,2000), h.7.16
Dengan didukung formaat multi kamera program acara jejak Islam
lebih memaksimalkan proses kerja dan meminimalisir hambatan, kendala pada
saat pengambilan gambar.
Dalam tahapan produksi program Jejak Islam setidaknya ada beberapa
hal dibawah ini:
1. Materi Produksi
2. Sarana dan Prasarana
3. Organisasi Pelaksana Produksi
1. Materi Produksi
Dalam produksi tentunya ada suatu pesan atau ide yang akan
disampaikan kepada khalayak/penonton, ide itu tentunya tidak akan
menarik jika tidak dikemas sebaik mungkin. Dengan format yang baik
maka tentunya sebuah ide akan dapat diminati, dinikmati dan diterima
penonton.
Materi produksi berasal dari sebuah ide yang akan diubah menjadi
suatu karya produksi berbentuk audio visual. Dimana ide yang muncul
dibuatkan konsep dan format programnya, kemudian dibuatlah script atau
rundown yang merupakan rangkaian dari sebuah acara tayangan yang akan
dibuat.
Dalam hal materi produksi program Jejak Islam, ide yang telah di
rumuskan lalu dibuatkan rundown kemudian dilakukan breafing dengan
pengisi acara, mengenai tema yang akan dibawakan agar sesuai dengan
format tayangan cerita dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Untuk mendukung dan mencapai tujuan sebuah materi produksi
program jejak Islam ada beberap kriteria dalam pemilihan nara sumber
atau pengisi acara, yakni:
a. Seseorang yang tentunya benar-benar mengetahui tentang sejarah
penyebaran agama diddaerah tersebut.
b. Nara sumber adalah tokoh agama yang sudah dikenal oleh
masyarakat.
c. Nara sumber tersebut sempat menjadi idola masyarakat (legend).
2. Sarana dan prasarana
Sarana produksi yang menjadi penunjang terwujudnya sebuah ide
menjadi konkrit yaitu hasil produksi adalah peralatan yang memadai, tentu
saja diperlukan kualitas alat sesuai standard broadcast yang mampu
menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan
itu mendorong kelancaran seluruh proses produksi. Dimana perkembangan
penggunaan peralatan dan jumlahnya tergantung pada program yang akan
diproduksi. Adapun saran pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan
produksi program Jejak Islam adalah:
a. Kamera (alat pengambil gambar)
b. Switcher (alat pemandu gambar)
c. Audio Mixer (alat pengatur suara)
d. VTR (Video Tape Recorder) alat perekam gambar dan suara
e. Lighting (alat pencahayaan yang digunakan dalam produksi
program ini untuk menshooting pembawa acara)
f. Character generator (alat tata aksara)
Prasarana juga merupakan penunjang dalam produksi program
Jejak Islam, antara lain:
a. Ruang krontrol dengan penyejuk udara (AC)
b. Studio produksi lengkap dengan sistem lampu, suara dan kamera
elektreonik serta penyejuk udara (AC)
c. Ruang visual editing/penyunting gambar
d. Propety
3. Organisasi Pelaksanaan Produksi
Pelaksanaan produksi merupakan satuan kerja yang akan menangani
proses produksi secara bersama-sama (kolektif) sampai hasilnya
ditayangkan. Meskipun mereka bertugas di bidang yang berbeda tetapi
semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan produksi yang
ditayangkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk
menghasilkan produksi acara yang berkualitas baik, memerlukan
pengorganisasian sumber daya manusia dan pekerja yang sistematis.
Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan dilakukan pembagian tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Adapun struktur organisasi pelaksana
produksi program Jejak Islam sebagai berikut:
a. Eksekutif produser (Khairullah), adalah penanggung jawab dari
program Jejak Islam.
b. Produser (Wawan Sumarmo), adalah orang yang mampu berfikir
dan menuangkan idenya untuk suatu program dan mempunyai
kemampuan untuk memimpin dan bekerja sama.
c. Sutradara (Wawan Sumarmo), adalah orang yang memimpin
pelaksanaan produksi di lapangan yang berhak mengembangkan
ide/gagasan untuk kemudian diaplikasikan.
d. Asisten Sutradara (Aprilia Putri Ningrum), adalah membantu dan
mendampingi sutradara dalam melaksanakan tugasnya.
e. Script writer/pencatat adegan (Ratna Kumala Sari), adalah
membantu dan mendampingi tim penyutradaraan dan mencatat
continuity setiap scene dan time code untuk memnunjang tahapan
pasca produksi.
f. Administrasi/unit manager (Mbak Nunik), adalah
mengkoordinasikan semua aktivitas produksi dan penyiaran serta
menyusun dan mempertanggung jawabkan administrasi dan
keuangan.
g. Unit produksi (Mas Mamo), adalah mengatur kebutuhan logistic
pengisi suara dan crew produksi serta membantu kelancaran proses
produksi.
h. Cameraman (Dimas Prasetyo), seseorang yang akan
mengoperasikan kamera dalam tahapan pengambilan gambar.
i. Cameraman Assistant (Bang Fu’ad),adalah membantu kameramen
dalam melaksanakan tugasnya.
j. Lightingman (Johan), adalah mengoperasikan penataan cahaya,
merencanakan pemakaian lamapu, menentukan jenis lampu dan
tipe lampu, dan mengatur pencahayaan.
k. Character Generator Operator (Herbert Sitompul), adalah
mempersiapkan dan mengoperasikan peralatan komputer,
mengerjakan kredit title dan sub-title, serta menampilkan gambar
grafis hasil rancangan graphic designer.
l. Technical Director (Mas Yuga), adalah menentukan kelayakan
teknis produksi, memeriksa kesiapan perlatan system dan instalasi
produksi.
m. Property (Joko Sulistyo), adalah menyediakan seluruh kebutuhan
property/perlengkapan yang mendukung suatu acara.
Meskipun mereka bekerja pada bidang tugas yang berbeda, tetapi
semuanya hanya memiliki satu tujuan, yaitu menghasilkan program
acara Jejak Islam yang nantinya akan digunakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Karena itu sebelum melangkah kepelaksanaan produksi, seluruh
kerabat kerja atau ti program acara Jejak Islam harus mendapatkan
informasi secukupnya sehingga semua kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana produksinya.
Untuk tahap ini adalah rangkaian kegiatan liputan dimulai dari
pengambilan gambar di lokasi yang dilakukan oleh cameraman dan reporter
sampai pada penyelesaian pembuatan naskah.
a. Pengambilan gambar di lokasi
Kegiatan liputan pada program Jejak Islam dilakukan pada
peristiwa masa lalu, peninggalan-peningalannya seperti masjid,
makam tokoh, yang membawa atau menyebarkan Islam di daerah
tersebut, dan wawancara dengan nara sumber.
Pada tahap pengambilan gambar oleh cameraman, terutama
untuk shooting program Jejak Islam, lebih banyak berdasarkan
petunjuk pihak produser atau assistant produser yang bertanggung
jawab untuk hal ini. Namun demikian, cameraman pun mempunyai
hak untuk memberikan masukan atau saran baik mengenai blocking
camera maupun lighting/pencahayaan. Jika produser dan assistant
produser tidak dapat hadir di lokasi maka peranan reporter juga
bertambah sebagai produser liputan saat itu, namun tentu saja tetap
memperhatikan masukan atau saran dari cameraman.
b. Pembuatan naskah/script
Proses produksi selanjutnya adalah pembuatan naskah dari
hasil liputan yang telah dilakukan tadi. Tim Jejak Islam yang sudah
selesai meliput, akan kembali ke kantor untuk membuat naskah
mengenai hal yang diliputnya.
Untuk membuat rundown dan script acaranya dalam preview
(melihat kembali hasil liputan), tim Jejak Islam (tim kreatif dan
assistant produser) bertugas mencatat time code yang nantinya
digunakan untuk membuat rundown dan script acaranya.
Kegiatan Produksi Program Jejak Islam dalam tabel
Tugas Tim yang bertugas
Wawancara dengan nara
sumber
Reporter:
Aprilia Putriningrum
Pengambilan Gambar Cameraman:
Dimas
Membuat rundown dan script Tim Jejak Islam
Mempreview hasil liputan Tim Jejak Islam dibantu Ass.
Produser
Keterangan:
1) Melakukan wawancara dengan nara sumber dilakukan oleh reporter
2) Melakukan pengambilan gambar dilakukan oleh cameraman dibantu crew
3) Mempreview hasil liputan adalah melihat kembali hasil dari liputan dan
wawancara dalam bentuk kaset rekaman di dalam ruang preview untuk
membuat rundown atau script sementara yang dilakukan oleh tim Jejak
Islam dibantu oleh Assistant Produser.
Biasanya dua atau tiga hari sebelum liputan tim Jejak Islam terlebih
dahulu menghubungi nara sumber untuk melakukan liputan. Jika semua
sudah selesai dan sudah membuat surat izin liputan, menghubungkan
cameraman yang akan ditugaskan dalam pangambilan gambar pada saat
liputan, perizinan mobil yang akan digunakan, perizinan menggunaan
kamera dan kaset, baru melakukan liputan dengan pengambilan gambar
yang diperlukan.
Program Jejak Islam menggunakan proses produksi rekaman atau
taiping yang pengambilan gambar shootingnya dilakukan di luar studio
yang dilakukan beberapa hari, bahkan beberapa minggu sebelum
ditayangkan.
C. Pasca Produksi Program Jejak Islam
Pasca produksi (penyuntingan) adalah semua kegiatan setelah
peliputan/shooting taiping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap
ditayangkan atau disiarkan atau diputar kembali. Kegiatan yang termasuk
pasca produksi diantara lain, editing (penyuntingan), memasukan narasi,
dubbing, perekam di dalam kaset.31
Proses pasca produksi dalam program acara jejak Islam sama seperti yang
dituliskan oleh J.B. Wahyudi yaitu naskah dibuat, diadakan penyuntingan
yang biasanya dilakukan oleh produser ataupun assistant producer. Setelah itu,
mulai membuat paket yang berarti akan mulai tahap penyuntingan/edit secara
audio visual.
Tahapan post production ini merupakan suatu kerja pada tahapan terakhir
dari baahaan yang telah diproduksi, dengan beberapa kamera.penyelesaiaan
pekerjaannya meliputi:
1. Memasukan narasi dan dubbing.
31 JB. Wahyudi, Tehnologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarat: Gramedia Pustaka Utama,
1992), h. 35.
Sebelum memasuki tahap penyuntingan gambar/editing, dilakukan
terlebih dahulu memasukkan narasi dari naskah yang telah dibuat
sebelumnya dengan diiringi pengisian suara(dubbing).
Setelah liputan atau pengambilan gambar selesai, script boy/girl
membuat loading, yaitu mencatat kembali semua hasil liputan
berdasarkan catatan shooting dan gambar didalam loading time code
(nomor kode yang dibuat dan muncul dalam gambar) dan hasil
pengambilan setiap liputan dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu
produser/sutrdara akan membuat editing kasar, sesuai dengan gagasan
yang ada dalam sinopsis dan treatment.
Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung
dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan
seksama dalam screening, setelah hasil editing off line dirasa pas dan
memuaskan barulah editing script, naskah editing ini sudah dilengkapi
dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan
ilustrasi musik. Didalam naskah editing, gambar dan nomor kode
waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor.
Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing diserahkan kepada
editor untuk dibuat editing online. Kaset VHS hasil editing off line
Proses memasukkan narasi dari naskah dilakukan reporter dan
sutradara (Mas Wawan dan Mbak April), namun biasanya dibantu atau
dilakukan oleh semua tim program acara jejak Islam. Kemudian
setelah selesai dilakukan pengisian suara yang dikerjakan oleh tim
editing TV ONE.
2. Penyuntingan gambar
Disinilah, peranan reporter untuk menentukan gambar mana
saja yang dianggap sesuai untuk dipakai. Dengan dibantu seorang
editor, paket dibuat berdasarkan naskah yang sudah disunting dan
disetujui oleh produser maupun assistant produser.
Proses penyuntingan adalah salah satu bagian pasca produksi
yakni menyeleksi gambar-gambar mana saja yang akan disuguhkan ke
pemirsa. Tentu saja dalam proses penyuntingan ini menggunakan
prinsip-prinsip editing yang sudah dikenal secara baku yaitu baik
dengan sistem linier yang proses editingnya melalui sarana VTR ke
VTR lainnya atau yang sering disebut dengan cut to cut maupun non-
linier yang proses editingnya dengan sarana hard disc/server.
Tujuan dari adanya kegiatan produksi adalah membuat acara
yang akan ditayangkan menjadi tayangan yang menarik baik dari segi
isi/kontent maupun dari segi pengemasan. Kalau dari segi isi sudah di
design sedemikian rupa agar dapat memberikan informasi mungkin
dan menghibur, maka dari segi pengemasan harus pula diusahakan
semenarik mungkin. Dengan demikian pemirsa tidak hanya terpenuhi
kebutuhan akan informasi yang disajikan tetapi juga menghibur dengan
menampilkan sajian yang artistik dan bercita rasa seni.
Dari penjelasan mengenai tahap penyelesaian di atas, maka
jelaslah bahwa jurnalistik berperan secara komplek tidak hanya
terbatas pada pembuatan naskah dari hasil liputan di lapangan pada
suatu peristiwa, tetapi juga terlibat secara lebih jauh yakni dari segi
manajerial maupun pengerjaan produksi hingga akhirnya menghasilkan
tayangan yang layak kepada pemirsanya.
3. Perekaman ke dalam kaset
Dilihat dari proses produksi yang dilakukan oleh pihak Jejak Islam
yakni,
Proses yang demikian sudah merupakan standar, namun tahapan dalam
buku teori menjadi panduan ideal yang sangat baik jika bisa dipenuhi. Dalam
hal ini, model komunikasi media get keeper versi Westly dan McLaen sudah
sangat cocok dengan realitas sebuah stasiun televisi. Dalam model komunikasi
tersebut, stasiun televisi sebagai penjaga sekaligus penyaring mengenai apa
saja yang sebaiknya diberitakan kepada masyarakat.
Pada model ini juga, masyarakat diberi kesempatan melakukan umpan
balik (feedback) baik kepada media massa atau kepada sumber berita. Jadi,
posisi masyarakat disini tidak hanya sebagai pihak yang menerima semua
yang disajikan media massa. Namun lebih diharapkan sikap kritis dari
masyarakat dalam menyikapi tayangan-tayangan yang disuguhkan.
Persiapan 1 (riset, mencari tempat, kontak
dengan narasumber � Persiapan 2
(memastikan tempat yang akan dijadikan
lokasi pengambilan gambar, menyiapkan kru
yang akan bertugas � Shooting ����
Penyuntingan secara komputer ���� Rekam
Hal yang sama juga berlaku untuk media massa yang tidak hanya selalu
melaporkan apa yang terjadi begitu saja tanpa mempertimbangkan batasan-
batasan yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat.
Narasi yang sudah direkam dan juga ilustrasi musik yang juga sudah
direkam dimasukan kedalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk
atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing.
Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi, dan musik
harus dimuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan
terdengar jelas. Sesudah proses ini boleh dikatakan bagian yang paling penting
dalam post production sudah selesai, secara menyeluruh produksi juga sudah
selesai.
Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview, apabila dalam
preview tidak ada lagi yang harus diperbaiki berarti semua sudah siap, maka
progra acara jejak Islam siap juga untuk ditayangkan.
D. Evaluasi Program Acara Jejak Islam
Evaluasi program adalah untuk menilai seberapa jauh program/tayangan
bisa dianggap baik menurut sasaran.32 Hakekat evaluasi adalah menciptakan
program/tayangan yang lebih baik kedepan dari yang telah ada.
Pasca produksi (penyuntingan) program acara Jejak Islam merupakan
semua kegiatan setelah peliputan/shooting taping sampai materi itu
dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Kegiatan yang
32 .Pawit M. Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Intruksional,(Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1990), cet. Ke-1, h. 58
termasuk pasca produksi antara lain editing (penyuntingan). Manipulating
(pengisian acara), sbutitle, title, ilustrasi, efek dan lain-lain.
Tahapan post production ini merupakan suatu kerja pada tahapan akhir
dari bahan yang telah diproduksi, baik dengan satu maupun beberapa kamera,
penyelesaian pekerjaan post production program acara Jejak Islam meliputi:
1. Melakukan penyuntingan suara maupun gambarnya
2. Pengisian grafik, baik yang bebentuk tulisan maupun yang berupa
foto dan sebagainya
3. Pengisian narasi
4. Pengisian ilustrasi musik
5. Pengevaluasian program yang dinyatakan selesai, agar diadakan
perbaikan jika ternyata terdapat kekurangan.
Dalam acara program Jejak Islam ini kru yang bertugas pada proses
evaluasi produksi adalah sebagai berikut:
Tabel. Tim Evaluasi produksi program acara Jejak Islam
Nomor Bagian Produksi
1
2
Production Assistant
Editor
Jadi, ketika proses pasca produksi berlangsung hanya Production
Assistant dan Editor yang bertugas mengevaluasi sejauh mana keberhasilan
proses produksi yang telah dilakukan. Sedangkan untuk production assistant
mengevaluasi sejauh mana progress dari program Jejak Islam tersebut.
Evaluasi juga di lakukan setelah program acara Jejak Islam tayang.
Dalam produksi program acara jejak Islam, evaluasi setelah tayang dilakukan
oleh pengelola yang dipimpin oleh produser dan sutradara, adapun cara
mengevaluasi program dengan cara melihat rating.
Rating terdiri dari segi tema/judul tayangan, materi ataupun
pengisi/pendukung acara (artis, presenter ataupun nara sumber) yang banyak
mendapatkan tanggapan dari penonton/pemirsa.
Rating adalah sebuah perkiraan statistik yang menunjukkan persentase
pemirsa dari seluruh pemirsa yang diukur, potensi pemirsa adalah yang tinggal
dirumah tangga yang mempunyai televisi, bukan seluruh populasi wilayah
yang diukur. Rating terkadang diambil dari khalayak secara keseluruhan
penggunanya, terutama mereka yang menggunakan televisi sebagai sarana
iklan, rating juga dilihat dari sasaran.
Proses evaluasi program acara Jejak Islam yang dilakukan oleh pengelola
yang dipimpin oleh produser melihat faktor keberhasilan dari program ini
dikarenakan materi produksi yang baik dan sangat menarik untuk ditayangkan
dan faktor keberhasilan lainnya ialah faktor kekompakkan tim produksi
beserta tokoh dan nara sumber.
Untuk mensiasati faktor-faktor yang bisa menghambat jalannya proses
produksi, akhirnya program acara Jejak Islam membuat sebuah evaluasi, dari
evaluasi tersebut pengelola produksi program Jejak Islam memberikan
perubahan/pembenahan pada tingkatkan internal maupun eksternal secara
signifikan agar program/tayangan tersebut tidak ditinggalkan oleh
penonton/pemirsanya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan observasi, menganalisa data dan dalam rangka
menjawab rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Program Jejak Islam termasuk salah satu program dakwah di stasiun TV
One Jakarta dalam format dokumenter dengan durasi 30 menit pada pukul
05:00-05:30 WIB. Program Jejak Islam sangat mendukung kualitas
programnya dari produser, pembawa acara dan nara sumber yang memiliki
wawasan luas sehingga setiap penayangannya dapat dengan mudah dicerna
oleh penonton. Para kerabat kerja merupakan faktor yang sangat penting
karena tanpa kerja sama dari para kru semua tidak akan ada tayangan Jejak
Islam.
2. Proses produksi program Jejak Islam memiliki tahapan yang sama yaitu
tahap pra produksi, produksi, pasca produksi, dan evaluasi produksi.
Dimana dalam setiap tahap memiliki keterkaitan yang berkesinambungan
dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
a. Pra Produksi diantaranya:
1) Penuangan ide/gagasan yang biasanya dilakukan oleh
produser. Penuangan ide/gagasan adalah asal mula
lahirnya sebuah program acara, namun ide atau gagasan
bisa datang dari siapa saja.
2) Riset
Riset dalam program acara Jejak Islam yaitu
dengan cara mengumpulkan data, yang dilakukan oleh
tim Jejak Islam melalui buku, internet, dan meninjau
langsung lokasi yang berhubungan dengan program
acara Jejak Islam, seperti masjid-masjid bersejarah,
pelabuhan, bangunan kerjaan Islam, dan peninggalan-
peninggalan kerjaan Islam.
3) Pematangan Konsep
Pematangan kosep dengan cara mengumpulkan
semua tim Program Jejak Islam untuk mematangkan
konsep dan menyusun rencana, baik untuk konsep acara
Jejak Islam itu sendiri maupun untuk perencanaan
produksinnya.
b. Produksi diantaranya:
1) Materi produksi
Materi produksi adalah sebuag ide yang
kemudia dikembangkan menjadi script.
2) Sarana dan Prasarana produksi
- Kamera (alat pengambil gambar)
- Switcher (alat pemandu gambar)
- Audio mixer (alat pengatur suara)
- VTR (alat perekam gambar dan suara)
3) Organisasi produksi yang kooperatif disusun unutk
menyiarkan acara Jejak Islam, yaitu: produser eksekutif,
produser, assistant produser, reporter, tim kreatif, unit
manager, dll.
4) Pelaksanaan shooting Jejak Islam adalah tunda (tidak
langsung), dan shooting dilakukan di luar studio.
c. Pasca produksi diantaranya
1) Memasukan narasi dan dubbing.
2) Penyuntingan gambar
3) Perekaman ke dalam kaset
d. Evaluasi
Evaluasi program Jejak Islam untuk menilai seberapa jauh
program atau tayangan bisa dianggap baik menurut sasaran.
Production assistant dan editor bertugas mengavaluasi sejauh mana
keberhasilan proses produksi yang telah di lakukan.
Evaluasi juga dilakukan setelah program acara Jejak Islam
ditayangkan. Dalam program acara Jejak Islam, evaluasi setelah tayang
dilakukan oleh pengelola yang dipimpin oleh produser dan sutradara,
adapun cara mengevaluasi program dengan cara melihat rating.
B. Saran-saran
Dari uraian yang dikemukakan dan fakta yang ditemukan, maka
penulis menyarankan di dalam pembuatan naskah hendaknya Jejak Islam lebih
bisa menyuguhkan tema/judul yang menarik dan dapat memberikan
pengetahuan tentang sejarah Islam di Indonesia dengan jelas kepada
pemirsanya.
Karena tayangan ini bersifat edukatif diharapkan pengemasan program
acara Jejak Islam bisa lebih baik dan menarik lagi, agar tidak ada kejenuhan
dan mendapatkan simpati dari penontonnya (masyarakat).
Pada saat penyiaran program acara Jejak Islam hendaknya para pelaku
penyiaran yang terlibat lebih berani menampilkan tayangan pada waktu-waktu
lain, tidak hanya waktu pagi saja, sehingga masyarakat lebih mengetahui dan
menyukai program acara Jejak Islam.