analisis relokasi pedagang pasar ngarsopuro di …/analisis... · barang, cleaning service, hingga...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
ANALISIS RELOKASI PEDAGANG PASAR NGARSOPURO
DI KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Mempersiapkan Tugas Akhir Skripsi dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
RUDI LAKSONO
NIM. F0108112
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul :
“ANALISIS RELOKASI PEDAGANG PASAR NGARSOPURO DI KOTA
SURAKARTA”
Surakarta, Januari 2013
Telah disetujui dan diterima oleh
Pembimbing,
Drs. Guntur Riyanto, Msi
NIP. 19580927 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
Surakarta, Januari 2013
Drs. Supriyono, M.Si sebagai Ketua (…………………….) NIP. 19600221 198601 1 001
Dr. Guntur Riyanto, M.Si sebagai Pembimbing (…….……...……….) NIP. 19580927 198601 1 001
Drs. Sutanto, M.Si sebagai Sekretaris (…………………….) NIP. 19561129 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul : “Analisis Relokasi Pedagang Pasar
Ngarsopuro di Kota Surakarta”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak kesulitan ini dapat teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu terselesaikannya skripsi ini, serta yang telah memberikan
dukungan baik secara moril maupun materiil yaitu:
1. Bp. DR. Wisnu Untoro selaku Dekan dan segenap pimpinan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bp. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Bp. Drs. Guntur Riyanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terima
kasih telah membimbing dan memberikan banyak masukan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
4. Bp. Sutanto, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Lurah Pasar Ngarsopuro dan staf beserta seluruh padagang Pasar Ngarsopuro
atas kerjasamanya sehingga penulis memperoleh data yang diperlukan.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
7. Keluarga tercinta Ibu, Ayah dan Kakak-kakakku yang selalu memberi
semangat dan tak henti-hentinya memajatkan doa kepada Allah SWT demi
kelancaran penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat saya @rezharoby @novaldarma dan terutama @pipipipiphy yang
sudah seperti Dosen Pembimbing kedua terimakasih untuk semangat
kekeluargaan selama ini.
9. Semua teman-teman EP 2008, Backpacker Solo dan Russian Roulette Futsal,
See You On Top Guys.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.
Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
“Orang yang hebat bukanlah orang yang
tidak pernah gagal, melainkan orang selalu
bangkit setiap kali dia gagal”.
@rudilaksono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Karya tulis sederhana ini penulis persembahkankan untuk
Ibu, Ayah dan Kakak-kakak..
Keluarga Besar, Teman, Sahabat, Almamater,
dan para pembaca semuanya….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………….…….…..…… i
ABSTRAK....……………………………………………………………...…… ii
ABSTRACT…………………………………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………. iv
HALAMAN PENGESAHAHAN…………………………………………....… v
KATA PENGANTAR……………………………….…………………………... vi
HALAMAN MOTTO……………………...……...………………….…….... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………...…….….. ix
DAFTAR ISI…………………………..…………………………..…………… x
DAFTAR TABEL………………………………………………................… xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...…...… xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………... 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………..… 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………………………………………...…… 7
1. Pengertian Pasar………………………………………………… 7
2. Pengertian Relokasi…………………………………………..… 9
3. Pengertian Pedagang Kaki Lima……………………………… 11
4. Pengertian Pendapatan………………………………………… 12
5. Meaning of Profit……………………………………………… 13
6. Principal Agent…………………………………………...…… 16
7. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat………………………... 17
B. Peneltian Terdahulu............................................................................. 23
C. Kerangka Pemikiran............................................................................ 28
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………… 31
B. Metode Pengumpulan Data……………………………..………… 31
C. Jenis dan Sumber Data……………………………………….…… 32
D. Teknik Pengambilan Sampel……………………………………… 33
E. Definisi Operasional Variabel………………………………..…… 35
1. Pendapatan……….……………………………………………. 35
2. Keuntungan………………………………………….………… 35
3. Jumlah Tenaga Kerja……………………………..…………… 36
F. Alat Analisis…………………………………………...…………… 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta…………….………… 39
1. Keadaan Geografis……………………………………….…… 39
a. Letak Geografis…………………………………………… 39
b. Luas Wilayah……………………………………………… 40
2. Pemerintahan……………………………………………..…… 41
3. Penduduk dan Tenaga Kerja………………………………..… 41
a. Kependudukan……………………………………….…… 41
b. Tenaga Kerja……………………………………………… 42
4. Industri dan Perdagangan…………………………………...… 43
a. Industri……………………………………………..……… 43
b. Perdagangan……………………………………………..… 43
B. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………..……… 44
C. Analisis dan Pembahasan…………………………………….…… 45
1. Pendapatan…………………………………………………..… 45
2. Keuntungan………………………………………………….… 47
3. Jumlah Tenaga Kerja…………………………………..……… 48
D. Pembahasan………………………………………………...……... 49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 52
B. Saran……………………………………………………………… 52
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 54
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran..................................................................... 29
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel…………………….……......…..... 33
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan
di Kota Surakarta Tahun 2011 ...................................................... 39
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin
dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan
di Kota Surakarta Tahun 2011....................................................... 41
Tabel. 4.3 Jumlah Pedagang di Pasar Ngarsopuro
Menurut Jenis Dagangan Tahun 2012........................................... 44
Table 4.4 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan
Untuk Pendapatan Pedagang......................................................... 45
Table 4.5 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan
Untuk Keuntungan Pedagang........................................................ 46
Table 4.6 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan
Untuk Jumlah Tenaga Kerja.......................................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Peta Surakarta.................................................................................. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
ANALISIS RELOKASI PEDAGANG PASAR NGARSOPURO DI KOTA SURAKARTA
RUDI LAKSONO F0108112
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak relokasi pedagang kaki lima di kawasan Ngarsopuro ke lokasi yang baru di Pasar Ngarsopuro terhadap pendapatan, keuntungan dan jumlah tenaga kerja. Arti dampak relokasi disini adalah untuk mengetahui perubahan variabel-variabel yang sudah disebutkan diatas terhadap kondisi pedagang saat ini (di Pasar Ngarsopuro Surakarta) dengan cara membandingkan antara sebelum dan sesudah program relokasi.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pedagang di Pasar Ngarsopuro Surakarta sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur Dinas Pengeloaan Pasar dan BPS Kota Surakarta.
Penghitungan data diperoleh hasil t hitung sebagai berikut : a) variabel pendapatan (-10.320), b) variabel keuntungan (-11,852), variabel jumlah tenaga kerja (- -1 : 39 diperoleh nilai 3,350. Asumsi t hitung > t tabel maka H0 ditolak, dan ketiga variabel variabel tersebut mengalami perubahan secara signifikan (H1 diterima).
Pemerintah Kota Surakarta sebaiknya mengunakan strategi pada penelitian terdahulu yang dilakukan di Kota Yangzhou China yaitu dengan menggunakan dua tempat PKL yang direlokasi mendapatkan tempat baru dan tempat lama yang bersifat sementara. Cara yang digunakan adalah dengan meninggikan harga di tempat lama dan merekomendasikan tempat baru yang memiliki harga lebih murah sehingga konsumen secara perlahan-lahan juga akan ikut pindah ke tempat yang baru.
Kata kunci : Pendapatan, keuntungan, jumlah tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
AN ANALYSIS ON SELLER RELOCATION IN NGARSOPURO MARKET OF SURAKARTA CITY
RUDI LAKSONO
F0108112
ABSTRACT
The objective of research is to find out the effect of street seller relocation in Ngarsopuro area to the new location in Ngarsopuro Market on income, profit, and number of worker. The meaning of relocation effect here is to find out the change of variables mentioned above on the condition of sellers currently (in Ngarsopuro Market of Surakarta) by comparing before and after the relocation program.
This study employed primary and secondary data. The primary data was obtained from the result of interview with the seller in Ngarsopuro Market of Surakarta, while secondary data was obtained from Market Management Office and BPS of Surakarta City.
The data calculation was obtained from the t statistic result as follows: a) income (-10.320), b) profit (-11.852), worker number variables (-16.694) with t
-1: 39 with value of 3.350. It was assumed that t statistic > t table, therefore H0 was not supported and the three variables changed significantly (H1 was supported).
The Surakarta Municipal government should employed the strategy in previous studies carried out in Yangzhou city of China by using two places for the street seller relocated to get new place and temporary old place. The method used was to elevate the price in old place and to recommend the new place with cheaper price so that the consumer gradually moved to the new place.
Keywords: Income, profit, worker number.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian Indonesia pada saat ini bisa diukur oleh
maraknya pembangunan pusat perdagangan. Keberadaan pusat perdagangan
merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu
wilayah. Menurut bentuk fisik, pusat perdagangan dibagi menjadi dua yaitu pasar
tradisional dan pusat perbelanjaan modern.
Sisi kepentingan ekonomi, semakin meningkatnya jumlah pusat perdagangan,
baik yang tradisional maupun modern mendorong terciptanya peluang kerja bagi
banyak orang. Mulai dari jasa tenaga satuan pengamanan, penjaga toko, pengantar
barang, cleaning service, hingga jasa transportasi. Kehadiran pusat berarti
perdagangan ikut serta dalam mengentaskan masalah pengangguran dan kemiskinan.
Eksistensi pusat perbelanjaan modern seperti minimarket, supermarket hingga
hypermarket sedikit mengusik keberadaan pasar tradisional. Kesamaan fungsi yang
dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional telah menimbulkan
persaingan antara keduanya. Menjamurnya pusat perbelanjaan modern dikhawatirkan
akan mematikan keberadaan pasar tradisional yang merupakan refleksi dari ekonomi
kerakyatan. Pasar tradisional identik dengan kondisi yang kumuh, kotor, dan bau
sehingga memberikan suasana yang tidak nyaman dalam berbelanja, ini merupakan
kelemahan terbesar pasar tradisional. Sebaliknya, pusat perbelanjaan modern
memberikan suasana berbelanja yang nyaman serta dilengkapi pendingin ruangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dengan fasilitas belanja yang bersih dan higienis, maka tidak salah apabila konsumen
lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern dibandingkan pasar
tradisional.
Pasar tradisional memiliki berbagai kelemahan yang telah menjadi karakter
dasar yang sangat sulit diubah, mulai dari faktor desain, tata ruang, tata letak, dan
tampilan yang tidak sebaik pusat perbelanjaan modern, alokasi waktu operasional
yang relatif terbatas, kurangnya teknologi yang digunakan, kualitas barang yang
kurang baik, kurangnya promosi penjualan, rendahnya tingkat keamanan,
kesemrawutan parkir, hingga berbagai isu yang merusak citra pasar tradisional seperti
maraknya informasi kecurangan-kecurangan dalam aktivitas penjualan dan
perdagangan. Kompleksitas kelemahan pasar tradisional tersebut menyebabkan
konsumen beralih dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern.
Pasar tradisional memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh pusat
perbelanjaan modern yaitu adanya sistem tawar-menawar yang menunjukkan
keakraban antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional terdapat suatu komunikasi
yang tidak akan ditemui di pusat perbelanjaan modern. Sistem tawar-menawar dalam
transaksi jual beli di pasar tradisional membuat suatu hubungan tersendiri antar
penjual dan pembeli. Berbeda dengan pusat perbelanjaan modern dimana harga
barang sudah ditetapkan dan tidak ada komunikasi antara penjual dan pembeli.
Pasar tradisional sudah seharusnya mendapat perhatian pemerintah, selain
merupakan salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat,
juga untuk mempertahankan budaya lokal. Keberadaan pasar tradisional harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dipertahankan dan dilestarikan karena terdapat nilai-nilai yang tidak terdapat pada
pusat perbelanjaan modern.
Program relokasi ini diarahkan untuk menerapkan dan mengadopsi
manajemen pusat perbelanjaan modern, terutama berkaitan dengan penanganan
kebersihan. Program relokasi ini diharapkan mampu mengatasi kelemahan utama
pasar tradisional yang identik dengan masalah kotor, becek, dan bau sehingga
berdampak pada meningkatnya jumlah pengunjung pasar. Dengan bertambahnya
jumlah pengunjung, maka diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pedagang.
(Anak Agung Ketut Ayuningsasi, 2010).
Program revitalisasi dan relokasi pasar di Indonesia sebagian besar kurang
berhasil. Seperti dalam penelitian Anak Agung Ketut Ayuningsasi 2010 yang
berjudul Analisis Pendapatan Pedagang Sebelum dan Sesudah Program Revitalisasi
Pasar Tradisional di Kota Denpasar. Dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisa pendapatan pedagang di Pasar Sudha Merta di desa Sidakarya. Data
yang digunakan adalah data primer, terdiri dari pendapatan sebelum dan sesudah
program revitalisasi pasar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan
pedagang sebelum dan sesudah revitalisasi berbeda secara signifikan. Untuk
meningkatkan pendapatan pedagang, disarankan untuk memperbaiki tidak hanya
lingkungan pasar tradisonal tetapi juga distribusi barang, manajemen pasar dan teknik
penjualan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Liu Et All 2006 menunjukkan adanya
keberhasilan dalam program revitalisasi dan relokasi pasar. Penelitian tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
berjudul Pengaturan dan Strategi Revitalisasi Sektor Informal di Kota Yangzhou
China. Pola pertumbuhan dan kondisi lapangan kerja informal dalam bentuk
sementara, musimam, kasual, paruh waktu atau jam pekerjaan yang dibayar telah
lama ada di China, meskipun pada skala yang lebih kecil dari tahun-tahun terakhir ini
ditemukan di peternakan, di pabrik, di sektor pemerintah dan publik organisasi untuk
pekerjaan tambahan dan dalam marjinal ekonomi swasta dan sekalipun terpinggirkan.
Konsep penataan PKL di Kota Yangzhou menggunakan sistem 2 (dua) tempat yaitu
PKL yang direvitalisasi tau direlokasi mendapatkan tempat baru atau tempat
permanen dan tempat yang lama yang bersifat sementara. Cara yang diganakan
adalah meninggikan harga di tempat lama dan mengarahkan konsumen ke tempat
yang baru dengan harga yang lebih murah sehingga konsumen perlahan-lahan akan
ikut berpindah ke pasar yang baru. Proses ini dibuat dewan pengawas relokasi yang
akan menindak tegas pedagang yang melanggar aturan yang telah dibuat.
Di pasar yang lama hanya bersifat sementara hal ini bertujuan untuk
memindahkan konsumen ke pasar yang baru, apabila pasar yang baru sudah mulai
ramai maka secara resmi pasar PKL lama sudah ditutup. Konsep ini di Kota
Yangzhou China terbukti berhasil. Di Kota Shanghai China konsep penataan PKL
dengan cara merelokasi pedagang ke tempat yang lebih baik dan nyaman. Dalam
penelitian ini para pedagang dipindahkan ke dalam sebuah mall atau gedung yang
disediakan untuk pusat perbelanjaan. Pedagang kaki lima yang semula menempati
ruang publik secara bertahap direlokasi ke dalam sebuah gedung dengan fasilitas
lengkap yang dikonsepkan untuk pedagang sektor informal. Kesimpulan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
revitalisasi di Kota Shanghai ini mendapatkan hasil yang positif dan memuaskan
pemerintah, masyarakat dan pedagang itu sendiri. Hasil yang dapat dicapai antara lain
dapat menciptakan harmonisasi lingkungan dengan lebih stabil baik untuk penataan
kota yang lebih rapi maupun untuk kepastian usaha PKL di Kota Shanghai China.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan
mempelajari lebih jauh mengenai relokasi pasar tradisional. Oleh sebab itu penulis
akan mengangkat masalah ini menjadi tulisan ilmiah dengan judul “ANALISIS
RELOKASI PEDAGANG PASAR NGARSOPURO DI KOTA SURAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan dalam analisis ini yaitu:
1. Apakah pendapatan pedagang di Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah
program relokasi pasar berbeda secara signifikan?
2. Apakah keuntungan pedagang di Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah
program relokasi pasar berbeda secara signifikan?
3. Apakah tenaga kerja pedagang di Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah
program relokasi pasar berbeda secara signifikan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
analisis ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah pendapatan pedagang di Pasar Ngarsopuro
sebelum dan sesudah program relokasi pasar berbeda secara
signifikan.
2. Untuk mengetahui apakah keuntungan pedagang di Pasar Ngarsopuro
sebelum dan sesudah program relokasi pasar berbeda secara
signifikan.
3. Untuk mengetahui apakah tenaga kerja pedagang di Pasar Ngarsopuro
sebelum dan sesudah program relokasi pasar berbeda secara
signifikan.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai prasyarat akademis untuk menempuh gelar sarjana Strata-1 di
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah setempat dalam
pengambilan kebijakan, dalam hal ini pemerintah Kota Surakarta
dalam membuat berbagai kebijakan berkaitan dengan pengembangan
pasar tradisional.
3. Sebagai tambahan bahan referensi di Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pasar
Hendra Widi Utomo 2011 menjelaskan pasar merupakan tempat
bertemunya penjual dengan pembeli. Menurut Peraturan Presiden RI No. 112
Tahun 2007, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar
tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya. Dari definisi ini, ada empat poin penting yang menonjol yang
menandai terbentuknya pasar, yaitu:
(1) Ada penjual dan pembeli.
(2) Mereka bertemu di sebuah tempat tertentu.
(3) Terjadi kesepakatan di antara penjual dan pembeli, sehingga terjadi
jual beli atau tukar menukar.
(4) Antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat.
Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah
pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk
kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan
tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Lebih lanjut
menurut Perpres tersebut, pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem
jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada
kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau lingkungan
(perumahan) di dalam kota/kabupaten.
Di dalam Perpres tersebut juga disebutkan bahwa toko modern adalah
toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara
eceran dengan bentuk minimarket, supermarket, atau department store. Dari
sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern dan
pasar tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional,
kelembagaan pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang
merupakan bagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern, umumnya
dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem
pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi di mana setiap
pedagang mengatur sistem bisnisnya masing-masing. Pada pasar modern,
sistem pengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat
mengatur standar pengelolaan bisnisnya.
Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara
fisik mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang dan jasa).
Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat
harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah atau kuantitas komoditas
yang diperjualbelikan. Pasar dimana penjual dan pembeli melakukan interaksi
dapat dibedakan menjadi pasar komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
adalah interaksi antara penjual dan pembeli dari suatu komoditas dalam
menentuan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Pasar
faktor adalah interaksi antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi)
dengan para pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan)
dan jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan
barang-barang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industri
adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas
yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar (Sugiarto
dkk, 2002: 35 dalam Hendra Widi Utomo 2011).
2. Pengertian Relokasi Pasar Tradisional
Pengertian relokasi dalam kamus Indonesia diterjemahkan adalah
membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah
produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi
adanya obyek dan subyek yang terkena pajak dalam perencanaan dan
pembangunan lokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang dengan
tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat yang baru.
Persamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern dan
pasar tradisional menimbulkan persaingan antara keduanya dan juga
menimbulkan modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan
modern. Preferensi prioritas faktor internal, faktor eksternal, faktor bertahan,
dan daya tarik pusat perbelanjaan modern menyebabkan pasar tradisional
mengalami kondisi bertahan, kehancuran, maupun modernisasi. Ketiganya ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional dapat tetap mempertahankan
konsep dan fisik bangunannya sebagai pasar, modernisasi dari pasar
tradisional ke pusat perbelanjaan modern, dan menyebabkan suatu pasar
tradisional ke arah kehancuran (Andreas Y.C dan Marinus W, 2006 dalam
Hendra Widi Utomo 2011).
Mudrajad Kuncoro 2008, isu utama yang berkaitan dengan
perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut :
1. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling
berdekatan.
2. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan)
ke wilayah pemukiman.
3. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern
yang memberatkan pemasok barang.
4. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu
ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dikembangkan
berbagai upaya untuk mengembangkan pasar tradisional. Salah satunya
dilakukan dengan pemberdayaan pasar tradisional, antara lain dengan
mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan,
meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola, memprioritaskan
kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang
telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi
pengelolaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Pengertian Pedagang Kaki Lima
Secara umum, pedagang dapat diartikan sebagai penyalur barang dan
jasa-jasa pertokoan (Okta dalam Rais, 1990 dalam Fransiska R Korompis,
2005 dalam Hendra Widi Utomo 2011). Adapun menurut McGee yang dikutip
Fransiska R Korompis, 2005 dalam Hendra Widi Utomo, 2011
mendefinisikan pedagang kaki lima adalah “The people who offer goods or
service for sale from public place, primarily streets and pavement”.
Sedangkan menurut Maning dan Taju Effendi dalam Hendra Widi Utomo
2011 menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah salah satu pekerjaan
yang paling nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur
Tengah dan Amerika Latin.
Breman 1988 dalam Nurani Dwi Okti 2010 dalam Hendra Widi
Utomo 2011 pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh
masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal
yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kaki lima ini termasuk dalam
sector informal, dimana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak
terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hokum, hidup
serba susah dan semi kriminal pada batas-batas tertentu.
Pedagang kaki lima adalah orang yang denga modal yang relatif
sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa)
untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha
tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
suasana lingkungan yang informal. (Winardi dalam Haryono, 1989 dalam
Hendra Widi Utomo 2011).
Pengertian atau bahasan tentang pedagang kaki lima sebagaimana
dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa pedagang kaki lima
merupakan bagian dari kelompok usah kecil yang bergerak di bidang atau
sektor informal. Secara khusus, pedagang kaki lima dapat diartikan sebagai
salah satu bagian pendistribusian barang dan jasa yang belum mempunyai ijin,
usahanya biasanya berpindah atau nomaden, belum mempunyai struktur
organisasi yang jelas dan belum ada deskripsi tenaga kerja yang jelas
cenderung masih bersifat kekeluargaan. (Hendra Widi Utomo, 2011).
4. Pendapatan
Pendapatan adalah total penerimaan yang dimiliki suatu unit usaha
yang diperoleh dari hasil penjualan output. Penerimaan total adalah output
dikali harga jual (Mankiw, 2006: 113). Dapat dihtung dengan rumus sebagai
berikut:
TR = P . Q
Dimana:
TR = Tota Revenue (penerimaan total)
P = harga jual barang
Q = output
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pendapatan berpengaruh secara langsung terhadap keuntungan,
semakn tinggi pendapatan maka se,akn tinggi keuntungan yang diperoleh,
terjad hubungan positif antara pendapatan dan keuntungan. Hal ini dapat
terlihat dari rumus keuntungan, yaitu:
= TR – TC
Dimana keuntungan merupakan selisih antara total pendapatan dan
biaya total, maka terlihat jelas bahwa pendapatan berpengaruh terhadap
keuntungan.
5. Meaning of profit
The term profit has been defined in different ways by different
economists. In 1826, Von Thunen defined profit as the residue after deduction
of interest, insurance for risk, and wages of management. Marshall also
defined profit as the supply price of business power. Here, he included all
above mentioned elements of profit (Agarwal, 1998:378).
Istilah laba ditetapkan dengan berbagai cara oleh ekonom yang
berbeda. Pada tahun 1826, Von Thunen mendefinisikan keuntungan
merupakan laba perusahaan setelah dikurangi pengeluaran. Marshall juga
mendefinisikan keuntungan sebagai harga pasokan daya bisnis.
Keuntungan atau laba sebagai hasil pengembalian modal. Laba
didapatkan dari selsh jumlah pendapatan dikurangi biaya-biaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dikeluarkan (Nicholson, 1999: 318). Dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
= TR – TC
Dimana:
= keuntungan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
Semakin besar selisih jumlah penerimaan (TR) dan biaya (TC), maka
semakin besar keuntungan yang diperoleh. Laba maksimum diperoleh jika
perbedaan TR dan TC paling besar dan kombinasi tingkat output dan biaya
marginal.
a. Gross Profit and Net Profit
Gross profit is the total return to the entrepreneur after paying rent
and interest for the land and capital hired and wages for the labourers
employment. In other words, it is equal to the excess of the receipts of a
business over the actual expenses (explicit expenditure) incurred by the
entrepreneur. In the popular sense, the word profit is used the sense of
gross profit (Agarwal, 1998:378).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Keuntungan kotor adalah penerimaan total pengusaha setelah
membayar sewa dan sewa tanah dan modal dipinjam dan upah pekerja
(biaya). Dengan kata lain, sama dengan kelebihan uang yang masuk dalam
bisnis atas biaya sebenarnya (pengeluaran eksplisit) dikeluarkan oleh
pengusaha. Dalam arti popular kata keuntungan diartikan keuntungan
kotor.
Net profit is not so expensive a term as gross profit. A reward
accruing to the entrepreneur for his risk-taking function and his
bargaining skill is known as net profit (Agarwal, 1998: 378).
Laba bersih ini tidak lebih banyak dari laba kotor. Laba kotor
setelah dikurangi pajak inilah yang disebut laba bersih.
b. Normal Profit and Supernormal Profit
Some economists distinguish between normal profits and
supernormal profits. According to them, normal profit is the minimum to
induce the entrepreneur to remain in the business in the long-run
(Agarwal, 1998:379).
Supernormal profit, on the other hand, is defined as the surplus
over normal profit. It is attained by the super-marginal firms. The
marginal firms gets only the normal profit, but determines the
supernormal profit of the intramarginal firms. Unlike normal profit, the
existence of supernormal profit is not a prerequisite for the existence of a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
firm because so long as the firm gets normal profit, it would remain in the
industry (Agarwal, 1998: 379).
Beberapa ekonom membedakan antara keuntungan normal dan
keuntungan supernormal. Menurut Adam Smith laba pengusaha
dibedakan menjadi dua yaitu: (i) Laba Norma, yang meliputi bunga
modal milik pengusaha dan balas jasa keahlian. (ii) Laba Supernormal,
yang berupa balas jasa atau resiko yang ditanggungnya.
Di sisi lain, keuntungan supernormal yang didefinisikan sebagai
kelebihan di atas keuntungan normal. Tidak seperti keuntungan normal,
keberadaan keuntungan supernormal adalah tidak diperlukan adanya
perusahaan karena selama perusahaan mendapatkan keuntungan normal,
ini akan tetap dalam industri.
6. Principal Agent
In the standard economic treatment of the principal-agent problem,
compensation systems serve the dual function of allocating risk and rewarding
productive work. A tension between these two function arises when the agent
is risk averse, for providing the agent with effective work incentives often
forces him to bear unwanted risk. Existing formal models that have analyzed
this tension, however, have produced only limited result. It remains a puzzle
for this theory that employment contracts so often specify fixed wages and
more generally that incentives within appear to be so muted, especially
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
compared to those of the market. Also, the models have remained too
intractable to effectively address broader organizational issues such as asset
ownership, job design, and allocation of authority (Oliver E. Williamson and
Scott E. Masten 2008: 251).
Di dalam standar penafsiran ekonomi masalah prinsip keagenan,
sistem kompensasi melayani dua fungsi alokasi risiko dan penghargaan
produktivitas kerja. Teori keagenan diartikan sebagai hubungan antara
manajemen perusahaan dengan pemilik usaha dimana dalam hubungan
tersebut terdapat kontrak bahwa satu orang atatu lebih pemilik usaha
memerintah manajemen perusahaan untuk melakukan jasa atas nama pemilik
dan memberi wewenang manajemen untuk membuat keputusan terbaik bagi
pemilik perusahaan.
7. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berarti memberikan sumber-sumber, pengetahuan dan
keterampilan kepada orang-orang untuk menentukan diri mereka sendiri di
masa mendatang untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan
masyarakat itu sendiri. Ketergantungan kepada siapa pun bahkan kepada
pekerja sosial dihindari dalam proses pengembangan masyarakat guna
mencapai tujuan pemberdayaan tersebut. Sebagai roh dan semangat
pengembangan masyarakat, pemberdayaan adalah kata kunci yang sangat
berguna untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dalam skema jangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
panjang sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pekerja sosial. Proses-
proses pengembangan masyarakat yang tidak mendidik kemandirian,
berjangka pendek, sedapat mungkin harus dapat dihindari dalam proses
pengembangan masyarakat.
Ife (1995: 56) dalam Edi Suharto, 2009 pemberdayaan ditujukan untuk
meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok masyarakat yang kurang
beruntung (disadvantaged). “Empowerment aims to increase the power of
disadvantaged),” tulis Ife. Berdasarkan pernyataan ini, pemberdayaan pada
dasarnya menyangkut dua kata kunci, yakni power dan disadvantage. Dua
istilah tersebut kan dijelaskan di bawah ini:
1. Kekuasaan
Realitas yang terjadi dalam masyarakat, antara satu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain saling terjadi kompetisi
yang tidak menguntungkan. Kelompok masyarakat yang berpunya
cenderung mempunyai kekuasaan yang absolut. Elit politik yang
menguasai jalannya suatu pemerintahan di masyarakat juga menjadi aktor
sehingga mampu menguasai siapa saja. Relasi-relasi yang tercipta dalam
masyarakat akhirnya menjadi tidak adil dan saling mendominasi antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Terdapat beberapa pandangan kenapa
sampai relasi sosial tidak adil yang menimbulkan ketidakberkuasaan salah
satu kelompok masyarakat ini, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
· Perspektif Pluralis. Kelompok pluralis memandang bahwa kompetisi
menjadi hal yang tidak terhindarkan dalam masyarakat. Merujuk
konseop demokrasi, setiap orang mempunyai kesempatan yang sama
dalam kehidupan sosial dan ekonomi.akan tetapi, karena kemampuan
masing-masing orang tidak sama, kompetisi melahirkan pemenang dan
tentunya pihak yang kalah. Dalam pandangan kaum pluralis, prose
permberdayaan berarti membantu kelompok yang kalah tersebut agar
dapat berkompetisi secara efektif.
· Perspektif Elit. Kaum elit memandang bahwa politik bukanlah
permainan di mana semua pemain mempunyai kesempatan yang sama
untuk menang. Kekalahan kelompok masyarakat dalam berkompetisi
adalah akibat tidak adanya kekuatan politik yang memadai. Padahal
kekuatan politik sangat menentukan kemenangan dan kekalahan.
Menurut perspektif ini proses pemberdayaan berarti menggabungkan
diri dengan kekuatan politik yang ada sehingga dapat berjuang dalam
tingkat elit untuk meraih kemenangan dan kekuasaan.
· Perspektif Struktural. Berbeda dari dua pandangan sebelumnya
(pluralis dan elit), menurut pandangan structural ketidakberkuasaan
dan ketidakberuntungan masyarakat terjadi karena adanya struktur
sosial dan politik yang menindas. Struktur yang sudah terbentuk tidak
memungkinkan adanya peluang masyarakat untuk maju dan
mempunyai kekuasaan dantekat untuk maju dan memperjuangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
keberuntungan. Konteks pemberdayaan dalam pandangan ini berarti
melakukan perubahahn secara structural sehingga kekuasaan dapat
dicapai secara efektif.
· Perspektif Pasca Struktural. Sebagaimana pandangan kaum post-
strukturalis, pasca structural membidik wacana (discourse) ataupun
konstruksi pengetahuan sebagai sumber dominasi. Oleh sebab itu,
pemberdayaan berarti suatu upaya yang konsisten dan ilmiah untuk
melakukan perubahan terhadap wacana dan konstruksi pengetahuan.
Diskriminasi gender, misalnya, terjadi karena adanya dominasi wacana
dan konstruksi pemahaman gender yang timpang. Ketidakberkuasaan
tidak dapat diperoleh secara efektif tanpa ada upaya melawan dan
mengubahwacana tersebut sehingga tercipta tatanan sosial yang lebih
adil.
2. Kekurangberuntungan
Lemahnya kekuatan yang dimiliki salah satu kelompok
masyarakat menyebabkan mereka menjadi kurang beruntung
(disadvantage). Setidaknya ada tiga macam kelompok masyarakat
yang kurang beruntung tersebut:
· Pertama, merugi secara struktural. Misalnya ketimpangan kelas,
dominasi jenis kelamin, diskriminasi ras, kemiskinan, pengangguran
dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
· Kedua, merugi karena faktor alami. Misalnya lanjut usia, cacat,
masyarakat terasing, masyarakat pedalaman, gay/lesbian.
· Ketiga, merugi karena faktor personal. Misalnya, orang yang sedih
karena ditinggal orang yang dicintai, masalah keluarga, krisis
identitas, masalah seks, kesepian, malu dan sejumlah masalah pribadi
lainnya.
Ife (1995: 63) dalam Edi Suharto, 2009 setidaknya ada tiga strategi
yang dapat diterapkan untuk dapat memberdayakan masyarakat, yakni:
perencanaan dan kebijakan (policy and planning), aksi sosial dan politik (social
and political action), dan peningkatan kesadaran dan pendidikan (education
and consciousness raising).
Pemberdayaan melalui perencanaan dan kebijakan dilakukan untuk
mengembangkan perubahan dan institusi sehingga memungkinkan masyarakat
untuk mengakses berbagai sumber kehidupan untuk meningkatkan taraf
kehidupannya. Ketidakberdayaan sering kali terjadi karena adanya sumber
kehidupan yang terbatas. Perencanaan dan kebijakan yang berpihak dapat
dirancang untuk dapat menyediakan sumber kehidupan yang cukup bagi
masyarakat untuk mencapai suatu keberdayaan. Misalnya, membuka lapangan
pekerjaan yang luas atau penerapan upah minimum regional yang tinggi dapat
diberikan dalam rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pandangan kelompok ‘elit’ sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
kesenjangan sosial dan ekonomi terjadi karena faktor politik. Kebijakan untuk
kesejahteraan rakyat ditentukan oleh kekuatan politik. Sayangnya tidak jarang
ditemukan sistem politik yang tertutup dan tidak memberikan masyarakat
peluang untuk berpartisipasi. Aksi sosial dan politik diarahkan agar sistem
politik yang tertutup tersebut diubah sehingga memungkinkan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam sistem politik. Adanya keterlibatan masyarakat
secara politik membuka peluang yang besar dalam memperoleh kondisi
keberdayaan.
Terakhir, strategi pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan
kesadaran dan pendidikan. Masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu
sering kali tidak menyadari penindasan yang terjadi pada dirinya. Kondisi
ketertindasan diperparah dengan tidak adanya keterampilan untuk bertahan
hidup secara ekonomi dan sosial. Untuk menghadapi masalah ini peningkatan
kesadaran dan pendidikan dapat diterapkan. Contohnya, memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana struktur-struktur penindasan
terjadi atau memberikan sarana dan keterampilan agar mencapai perubahan
secara efektif (Edi Suharto, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Penelitian Terdahulu
1. Hutabarat 2009, Kehadiran pasar modern Brastagi Supermarket terhadap
pasar tradisional Sei Sikambing di Kota Medan menyebutkan bagaimana
dampak dari kehadiran pasar modern terhadap pasar tradisional dengan
perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perkembangan pasar modern dengan pasar tradisional di Kota
Medan?
b. Bagaimana aspek jumlah omset pedagang, perputaran barang dagangan,
jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin lama pedagang tradisional di
Kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern?
Variabel yang digunakan adalah jumlah pedagang, jumlah jam buka,
jumlah omset, sirkulasi barang dan margin laba. Alat analisis yang digunakan
adalah dengan menggunakan uji t untuk dua sampel yang berpasangan (paired
sample test). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasar modern di Medan mengalami perkembangan sejak tahun 2000
sampai tahun 2009 yang cukup besar, yaitu sebesar 69,07%. Sedangkan
untuk jumlah pasar tradisional di Kota Medan tidak terdapat perubahan
sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebesar 69 buah.
b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata
sirkulasi barang, rata-rata laba margin pedagang buah-buahan da rata-rata
margin laba pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing
antara sebelum dan sesudah berdirinya Pasar Brastagi Supermarket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang buah-
buahan dan pedagang sayuran yang cenderung menurun di pasar
tradisional Sei Sikambing antara sebelum dan sesudah berdirinya Pasar
Modern Brastagi Supermarket.
2. Wijayanti 2008, Dampak Revitalisasi Pasar terhadap Interaksi Sosial dan
Pendapatan Pedagang di Pasar Legi Kota Blitar, menyebutkan bagaimana
pelaksanaan revitalisasi di pasar tersebut, bagaimana kondisi fisik dan
keramaian pasar setelah direvitalisasi dan bagaimana dampak interaksi sosial
serta pendapatan pedagang di pasar tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa :
a. Pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi dilaksanakan pada tahun 2003 hingga
Oktober 2004, pelaksanaan revitalisasi awalnya juga diwarnai dengan
kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang
dilakukan pemerintah, pada akhirnya para pedagang menyetujui
dilaksanakannya revitalisasi. Selama pelaksanaan revitalisasi para
pedagang dipindahkan di tempat relokasi yang letaknya tidak jauh dari
lokasi pasar yaitu jalan mawar, jalan kerantil, jalan mayang, jalan merdeka
dan di belakang pasar (terminal lama Kota Blitar).
b. Setelah dilaksanakannya revitalisasi pasar menjadi bersih, rapi, aman dan
nyaman. Pedagang yang berjualan dalam pasar bertambah dari 1111
pedagang menjadi 1738 pedagang, sehingga terjadi kenaikan jumlah
pedagang sebesar 627 pedagang. Kondisi pasar setelah revitalisasi menjadi
tampak lebih sepi karena keberadaan pedagang kaki lima yang tidak mau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menempati kiosnya, struktur organisasi pasar juga berubah yaitu yang
semula di bawah Dinas Pendapatan Daerah menjadi berdiri sendiri berupa
Dinas Pengelolaan Pasar.
c. Pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi memberikan dampak positif dan
negatif. Dengan adanya revitalisasi, interaksi sosisal dan pendapatan
pedagang juga mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari tidak adanya
perkumpulan para pedagang setelah dilaksanakannya revitalisasi, jika
dilihat dari segi ekonominya, pendapatan pedagang yang kiosnya berada
di dalam pasar banyak mengalami penurunan, sehingga para pedagang
tidak hanya mengandalkan hidupnya dengan berjualan di Pasar Legi.
Sedangkan pedagang yang letak kiosnya berada di luar/lokasi strategis
mengalami kenaikan pendapatan.
3. Xinmeng 2001, The Informal Sector and Rural Urban Migration A Chinese
Case Study sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1990 pedagang atau
imigran ke kota di China masih sangat besar. Terdapat dua alasan yang
mendasari tentang penelitian ini yaitu yang pertama adalah konsep dari
penelitian yang mencakup kegiatan ekonomi sektor informal dan alasan yang
kedua adalah diduga peran sektor informal sangat bergantung pada tahapan
pembangunan ekonomi dan lingkungan lembaga ekonomi. Sektor informal
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu : upah yang rendah, bergerak di
industri atau jenis usaha kecil, bersifat kekeluargaan bebas masuk ke dalam
pasar (freedom of entry), tidak ada kepastian hubungan tenaga kerja dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pemilik usaha dan mengabaikan kepemilikan (Todaro, 1969; Fields, 1975;
Masumdar, 1977; ILO, 1977; Benerjee, 1983).
Permintaan akan jasa sektor informal di China sangat kurang di jasa
industri sebelum perbaikan sistem ekonominya. Perbaikan sistem ekonomi
mengubah keadaan ini, tetapi surplus permintaan untuk jasa bisnis makro
seperti penjual eceran, penjahit, tukang reparasi dan rumah makan masih
terdapat surplus permintaan. Keadaan ini menyediakan untuk para imigran
beberapa kesempatan kerja di sektor informal. Dengan keistimewaan tersebut
antara sektor formal dan informal di China dapat ditarik beberapa hipotesis.
Pertama pekerja di sektor formal diduga tidak mendapatkan pendapatan atau
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang bekerja di
sektor informal. Hipotesis yang kedua setelah hipoteisi yang pertama di sektor
informal khususnya untuk pekerja itu sendiri diduga tidak memberikan
kesempatan kerja untuk imigran. Metodologi yang digunakan adalah dengan
multinominal logit. Multinominal logit model dikhususkan pada variabel-
variabel yang mempengaruhi permintaan pekerjaan dan penawaran pekerjaan.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan variabel
dependen adalah upah, variabel independennya yaitu: lama belajar
(pendidikan), pengalaman kerja, pengalaman di luar bidang pertanian, lama
hari dalam pelatihan formal, variabel dummy (petani atau bukan sebelum
migrasi), status pernikahan dan jumlah anak. Jumlah perpindahan dari desa ke
kota di China cukup besar. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diuji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dengan 1 (satu) aspek dari isu yang berkembang yaitu peranan dari dalam
proses migrasi desa ke kota.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Kualitas individual yang lebih tinggi dalam peningkatan tenaga kerja
karena lebih mudahnya untuk mendapatkan pekerjaan dalam mendirikan
perusahaan sendiri di sektor informal daripada mendapatkan pekerjaan di
perusahaan orang lain.
b. Kebanyakan imigran yang bekerja di kota lebih memilih untuk pindah dari
sektor informal ke sektor formal. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
mendapatkan upah di sektor informal dilakukan dengan adanya
kesempatan mendapatkan pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang
bagi para imigran.
c. Diantara para imigran yang bekerja dengan mendirikan usaha/perusahaan
sendiri adalah yang dapat merasakan kepuasan dengan kondisi mereka
saati ini dengan pendapatan mereka di sektor informal dan para imigran
yang bekerja di sektor formal meras kurang puas daripada mereka yang
bekerja di sektor informal. Kesimpulan terakhir adalah mereka yang
bekerja di sektor formal mendapatkan penghasilan yang lebih kecil.
Perbedan upah di sektor formal dan informal adalah sebagian besar
disebabkan oleh perbedaan individu dalam evaluasi pasar yang lebih baik
daripada perbedaan dalam sumbangan-sumbangan di bidang lainnya. Hal
ini mengartikan bahwa pusat tenaga kerja di sektor formal dapat lebih
diatur daripada di sektor informal dan yang terpenting adalah masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
masing individu yang bekerja di sektor formal adalah lebih buruk sebagai
akibat langsung yang dirasakan individu tersebut.
4. Hendra Widi Utomo 2011, Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo
Surakarta, penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebgai berikut: Apakah
revitalisasi pedagang kaki lima di kawasan banjarsari berpengaruh terhdap
omset, keuntungan, jumlah tenaga kerja, kuantitas barang yang dijual dan
pungutan retribusi? Variabel yang digunakan adalah omset penjualan,
keuntungan, jumlah tenaga kerja, kuantitas penjualan barang, retribusi dan
pungutan pasar. Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji
t untuk dua sampel yang berpasangan (paired t-test). Kesimpulan dari
penelitian ini menunjukkan adanya penurunan omset penjualan, keuntungan
dan kuantitas barang yang dijual. Pungutan pasar dan retribusi pun mengalami
perubahan secara signifikan namun tidak ada perbedaan secara signifikan
dalam jumlah tenaga kerja
C. Kerangka Pemikiran
Dari uraian teori di atas mengenai “Analisis Relokasi Pedagang Pasar
Ngarsopuro di Kota Surakarta“ dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran di atas dapat diasumsikan bagaimana dampak
relokasi terhadap pendapatan, keuntungan dan jumlah tenaga kerja para
pedagang di Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah adanya relokasi dari
Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Relokasi yang dilakukakan pemerintah
pada tahun 2009 memberikan dampak adanya ketidakstabilan pendapatan,
keuntungan dan jumlah tenaga kerja para pedagang di Pasar Ngarsopuro.
Jumlah Tenaga Kerja Sebelum Relokasi
Keuntungan Sebelum Relokasi
Pendapatan Sesudah Relokasi
Pendapatan Sebelum Relokasi
Keuntungan Sesudah Relokasi
Jumlah Tenaga Kerja Sesudah Relokasi
Relokasi
Pasar Ngarsopuro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini ada 3 Hipotesis yang diajukan yaitu sebagai berikut:
1. H0 : Diduga tidak adanya perbedaan pendapatan yang signifikan sebelum
dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.
H1 : Diduga adanya perbedaan pendapatan yang signifikan sebelum dan
sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.
2. H0 : Diduga tidak adanya perbedaan keuntungan yang signifikan sebelum
dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.
H1 : Diduga adanya perbedaan keuntungan yang signifikan sebelum dan
sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.
3. H0 : Diduga tidak adanya perbedaan tenaga kerja yang signifikan sebelum
dan sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.
H1 : Diduga adanya perbedaan tenaga kerja yang signifikan sebelum dan
sesudah adanya relokasi Pasar Ngarsopuro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Pasar Ngarsopuro Surakarta, karena pasar
ini dijadikan proyek relokasi pedagang di sekitar Ngarsopuro Surakarta. Pasar ini
merupakan pasar tradisional yang diarahkan untuk menerapkan dan mengadopsi
manajemen pasar modern. Pada tahap awal program relokasi dikhususkan pada
penataan lingkungan fisik terutama meliputi penanganan tata ruang sehingga bisa
menyerupai pasar modern. Objek dalam penelitian ini adalah keuntungan pedagang di
Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah dilakukan relokasi pasar. Penelitian ini
dialkukan pada tanggal 23 Juli 2012 hingga 23 Agustus 2012. Penelitian di lokasi
Dinas Pengelolaan Pasar dilakukan dengan metoden studi pustaka yaitu dengan
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian pada tanggal 23 –
25 Juli 2012. Metode wawancara dan observasi lapangan dilakukan di lokasi pasar.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 cara :
1. Wawancara
Metode wawancara adalah metode penelitian dengan melakukan interaksi
langsung dengan narasumber, dimana narasumber yang dimaksud adalah para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pedagang yang ada di Pasar Ngarsopuro dan Dinas Pengelola Pasar Kota
Surakarta.
2. Observasi
Metode observasi adalah metode dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan, yaitu Pasar Ngarsopuro Surakarta.
3. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mencari data dari berbagai referensi buku teks
maupun website yang berhubungan dengan masalah penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari
tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini
data diperoleh melalui teknik wawancara langsung dan penyebaran
kuisioner penelitian pada para pedagang di Pasar Ngarsopuro Surakarta.
Data yang diambil meliputi jenis usaha, besarnya modal awal, omset
penjualan dalam satu bulan, keuntungan yang diterima selama satu bulan,
jumlah karyawan, jumlah kuantitas penjualan barang dalam satu bulan
dan besarnya biaya yang harus dibayarkan kepada pemerintah (retribusi)
dalam satu bulan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang
ada yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
peneliti (Sekaran, 2006). Data sekunder meliputi jumlah penduduk,
sumber pendapatan, tarif pungutan, jumlah dan jenis usaha pedagang di
Pasar Ngarsopuro Surakarta. Data tersebut dapat diperoleh dari :
a. Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta.
b. Pengelola atau kepala Pasar Ngarsopuro.
c. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
(DISPERINDAGKOP) Kota Surakarta.
d. Kantor Pelayanan Terpadu Kota Surakarta.
e. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi
juga objek dan benda alam yang lain (Sugiyono, 2010: 61 dalam Hendra Widi Utomo
2011), populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak
digunakan. Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti
dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto dan Pangestu, 1996:
107-108). Metode pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling
adalah populasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau segmen yang mutually
exclusive yang disebut strata (lapisan), berdasarkan kategori-kategori dari salah satu
atau lebih variabel yang relevan, baru kemudian dilakukan simple random sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
atau sistematik random sampling pada setiap kelompok dalam hal ini peneliti
membagi populasi menjadi 4 kelompok antara lain : pedagang elektronik, pedagang
alat olahraga dan musik, pedagang buku, dan pedagang lain-lain. Dalam hal ini
subyek responden adalah para pedagang yang direlokasi ke Pasar Ngarsopuro.
Berkaitan dalam hal ini, dimaksudkan untuk mendapatkan responden seperti yang
ditentukan, baik dalam memenuhi jumlah prasyarat minimum sampel maupun kriteria
lainnya. Ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500
(Roscoe dalam Sugiyono, 2010: 74 dalam Hendra Widi Utomo 2011). Peneliti
mengambil sampel sebanyak 40 responden dari 73 populasi.
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel
Jenis Dagangan Populasi Sampel
Elektronik 30 16
Alat olahraga dan alat musik 25 13
Buku 13 7
Lain-lain 5 3
Total 73 40
Sumber: Kantor Lurah Pasar Ngarsopuro, 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
E. Definisi Operasional Variabel
1. Pendapatan
Pendapatan adalah total penerimaan yang dimiliki suatu unit usaha yang
diperoleh dari hasil penjualan output, (Mankiw, 2006:113). Dihitung dengan rumus :
TR = P . Q
Dimana:
TR = Total Revenue (penerimaan total)
P = harga jual barang
Q = output
Pendapatan yang dimaksud dalam hal ini adalah total penerimaan pedagang
Pasar Ngarsopuro. Dalam penelitian ini penghitungan pendapatan dihitung per bulan
dan satuan yang digunakan adalah (Rupiah/Rp).
2. Keuntungan
Keuntungan atau laba sebagai hasil pengembalian pada modal. Laba
didapatkan dari selisih jumlah pendapatan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan
(Nicholson, 1999:318). Dapat dihitung dengan rumus :
= TR – TC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dimana:
= keuntungan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
Keuntungan atau laba yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan bersih
yang diterima oleh pedagang di Pasar Ngarsopuro. Dalam penelitian ini penghitungan
keuntungan atau laba dihitung dalam bulan dan satuan yang digunakan adalah dalam
satuan uang (Rupiah/Rp).
3. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah input dala proses produksi. Permintaan dan penawaran
tenaga kerja dikendalikan oleh kekuatan pasar (Mankiw, 2006: 46) dalam Hendra
Widi Utomo (2011), dalam hal ini dalah jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor
ini baik secara keseluruhan maupun per lapak. Satuan yang digunakan dalam variabel
ini adalah satuan orang.
F. Alat Analisis Data
Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Uji t berpasangan (paired t test).
Uji t berpasangan adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang
digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan
yang berbeda (Hutabarat, 2009).
Uji t Berpasangan digunakan sebagai uji beda terhadap data yang diteliti yang
berasal dari sejumlah responden yang sama pada suatu kelompok dan berkaitan
dengan periode waktu pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah relokasi Pasar
Ngarsopuro). Uji t berpasangan dalam penelitian ini, akan menguji apakah ada
perbedaan nyata pada variabel-variabel yang diamati pada waktu awal periode
pengamatan dan pada akhir periode waktu pengamatan.
Prosedur pengujian dalam penelitian ini dilihat dengan cara membandingkan
t-hitung dan t-tabel dengan langkah-langkah sebagai berikut (Djarwanto dan
Pangestu, 1994: 212-214).
1. H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 µ2
Digunakan pengujian dua sisi.
2.
nilait(0,025; 40-1) = 3,530
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Aturan pengujian :
t hitung 3,530
H0 diterima
H0 ditolak H0 ditolak
-3,530 -3,530
t hitung < t tabel H0 ditolak
t hitung > t tabel H0 diterima
4. Analisis :
5. Kesimpulan :
Karena t hitung < t tabel maka H0 ditolak dan t hitung > t tabel maka
H1 diterima. Berarti ada perbedaan secara signifikan antara sebelum
dan sesudah relokasi.
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta
1. Keadaan Geografis
a. Letak Geografis
Kota Surakarta terletak antara 110º45’ 15” dan 110º45’ 3 5” Bujur Timur dan
antara 7º36’ dan 7º56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota
besar di Jawa Tengah yang menunjang kota lainnya seperti Semarang maupun
Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo”
merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut, Solo
berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah Timur dengan
Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dan barat dengan Kabupaten Sukoharjo.
Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan,
yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebesar
61,68 % lahan dipakai untuk pemukiman, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga
memakan tempat yang cukup besar yaitu antara 20% dari luas lahan yang ada.
Persentase pembagian penggunaan lahan di Surakarta selain untuk pemukiman sebesar
± 61,68%, Perusahaan 7%, Industri 2%, Sawah 3%, Taman Kota 1%, Pemakaman
2%, Tegalan 2%, Tanah Kosong 1%, Lapangan olahraga 1% dan lain-lain 9%.
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2011 (Ha)
Kecamatan Pemukiman Jasa Perusahaan Industri Tanah Kosong
Tegalan
1 2 3 4 5 6 7 Laweyan 564.61 91.08 67.14 39.40 6.28 0 Serengan 230.43 19.34 33.19 6,11 2,52 0 Pasar Kliwon
310.94 48.89 36.43 7.06 12.36 0
Jebres 721.37 149.16 45.42 27.39 45.69 76.14 Banjarsari 1,014.0 56.99 62.86 17.76 51.88 41.32 Jumlah 2,841.36 365.46 245.04 97.72 118.7 117.4 Kecamatan Sawah Kuburan Lap. OR Taman
Kota Lain- lain
Luas Total
1 8 9 10 11 12 13 Laweyan 22.45 6.05 12,24 0.25 54.36 863,86 Serengan 0 1.36 2.07 0 24.38 319,40 Pasar Kliwon
0 1.52 8.55 0 55.77 481,52
Jebres 17.10 31.05 9.16 8.85 126.85 1.258,18 Banjarsari 62.40 28.78 30.23 3.49 111.38 1.481,10 Jumlah 101.95 68.76 62.25 12.59 372.74 4.404,06
Sumber: Badan Pertanahan Kota Surakarta, 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Pemerintahan
a. Pembagian Wilayah Administrasi
Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 Kecamatan, 51 kelurahan, jumlah
RW sebanyak 595 dan jumlah Rt sebanyak 2.669 dengan jumlah KK sebesar 134.811
Kepala Keluarga. Rata-rata jumlah Kepal Keluarga per RT berkisar 50 Kepala
Keluarga. (Surakarta Dalam Angka, 2009).
3. Penduduk dan Tenaga Kerja
a. Kependudukan
Berdasarkan data tahun 2011 penduduk Kota Surakarta mencapai 501.650
jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38 yang artinya bahwa setiap 100
penduduk perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk
Kota Surakarta pada tahun 2011 mencapai 11.988 jiwa/km². Pada tahun 2011 tingkat
kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka
19.903 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2011
Kecamatan Jumlah Penduduk Rasio Jenis
Kelamin Tingkat
Kepadatan Laki – laki
Perempuan Total
1 3 4 5 6 7
Laweyan 54.834 56.933 111.767 96,31 12.936 Serengan 31.239 32.252 63.491 96,86 19.903
Pasar Kliwon
43.799 45.365 89.164 96,55 18.499
Jebres 72.286 73.417 145.703 98,46 11.582 Banjarsari 88.287 89.698 177.985 98,43 12.018 Jumlah 290.445 297.665 588.110 97,57 13.354
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011.
Data diatas menunjukkan bahwa daerah terpadat penduduknya adalah daerah
Serengan yaitu sebesar 19.903 jiwa/Km², sedangkan secara rata-rata tingkat kepadatan
penduduk di wilayah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan sebesar 13.189
jiwa/Km².
b. Tenaga Kerja
Jumlah penduduk bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai
249.768 jiwa atau sebesar 46,71% dari jumlah seluruh penduduk Kota Surakarta.
Penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 43,57% dari jumlah
penduduk Kota Surakarta yang bekerja, hal ini menunjukkan bahwa peran wanita
Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4. Industri dan Perdagangan
a. Industri
Industri di Kota Surakarta tercatat sebanyak 215 perusahaan dengan skala
besar dan sedang. Perusahaan industri dengan tenaga kerja lebih dari 20 orang
dikategorikan sebagai perusahaan sedang dan besar. Penyerapan tenaga kerja pada
perusahaan industri sedang dan besar tahun 2009 sebesar 16.585 pekerja adalah
kelompok industri tekstil dengan jumlah karyawan sebesar 4.590 tenaga kerja.
Kelompok industri tekstil di Kota Surakarta tercatat sebanyak 58 perusahaan,
sedangkan untuk industri yang mengolah pakaian jadi sebanyak 3.494 orang. Di Kota
Surakarta perusahaan yang banyak memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah
adalah perusahaan tekstil dan pakaian jadi salah satunya adalah dengan banyak
menyerap tenaga kerja.
b. Perdagangan
Guna menunjang kegiatan perdagangan, Kota Surakarta memiliki 44 pasar
tradisional yang tersebar di antaranya adalah Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar
Notoharjo, Pasar Singosaren, Pasar Gede, Pasar Nusukan, Pasar Harjodaksini, Pasar
Jongke, Pasar Ngarsopuro, Pasar Rejosari, Pasar Turisari, Pasar Purwosari, Pasar
Sidodadi, Pasar Ledoksari, Pasar Pucangsawit, Pasar Kadipolo, Pasar Tanggul, Pasar
Depok, Pasar Penumping, Pasar Ayam, Pasar Kliwon dll. Pasar yang memiliki luas
terbesar adalah Pasar Legi dengan luas pasar sebesar 16.640 m² dengan jumlah los
sebanyak 1.545 los dan 205 kios. Sedangkan untuk pendapatan terbesar terdapat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pasar Klewer dengan realisasi pendapatan sebesar Rp 3.224.013.835,- (DPP Kota
Surakarta, 2010).
B. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kawasan Ngarsopuro merupakan suatu kawasan di depan Pura
Mangkunegaran yang dahulu berjajar toko-toko elektronik kurang tertata serta
terdapat Pasar Antik Triwindu. Kawasan ini sejak tahun 2009 telah disulap menjadi
suatu tempat sangat indah dan menarik untuk dikunjungi. Toko-toko elektronik
tersebut direlokasi ke bangunan yang baru yaitu Pasar Ngarsopuro, tepatnya relokasi
tersebut dilakukan pada tanggal 16 Februari 2009. Pasar Ngarsopuro merupakan salah
satu pasar yang dikelola dibawah Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Pasar
yang kini berada di Jalan Ronggowarsito itu memiliki 2 lantai bangunan yang terdiri
dari 71 kios, kios-kios tersebut dipetak-petak dengan ukuran luas 8 m2, 12 m2 dan 20
m2. Pasar Ngarsopuro sendiri mengalami beberapa renovasi bangunan yang bertujuan
merubah bentuk bangunan agar lebih terbuka sehingga terlihat sebagai sebuah pasar.
Pasar Ngarsopuro juga memiliki sebuah kantor yang dipimpin oleh seorang kepala
atau Lurah Pasar, dimana kantor tersebut bukanlah bangunan struktural, tetapi hanya
kepanjangan tangan dari Dinas Pengelolaan Pasar untuk menangani masalah-masalah
yang terjadi di Pasar Ngarsopuro tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.3 Jumlah Pedagang di Pasar Ngarsopuro Menurut Jenis Dagangan Tahun 2012
Jenis Dagangan Jumlah Pedagang
Elektronik 30
Alat olahraga dan alat musik 25
Buku 13
Lain-lain 5
Total 73
Sumber: Kantor Lurah Pasar Ngarsopuro, 2012.
C. Hasil Analisis Uji-t (Paired Sample t-Test)
Penelitian ini menggunakan software SPSS versi 16 dalam menganalisis
dampak relokasi padagang di Pasar Ngarsopuro. Uji yang akan digunakan adalah uji t
(Paired Sample t Test) adalah uji t dua sample yang berpasangan. Sample yang
berpasangan diartikan sebagai sample dengan subyek yang sama namun mengalami
perlakuan dan pengukuran yang berbeda. Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%.
1. Pendapatan
Penelitian ini terdapat rata-rata pendapaan pedagang sebelum
direlokasi sebesar Rp 48.483.750,- sedangkan pendapatan pedagang sesudah
direlokasi sebesar Rp 18.058.700,-. Pendapatan antara sebelum dan sesudah
direlokasi memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar Rp
30.425.050,-. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan pendapatan sesudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
direlokasi atau pendapatan lebih besar pada saat sebelum adanya program
relokasi.
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Untuk Pendapatan Pedagang (Per Bulan)
Lokasi N Rata-rata Pendapatan (Rp)
Sig. T dF Sig. (2-tailed)
Sebelum relokasi 40 48.483.750
.000 10,320 39 .000 Sesudah relokasi 40 18.058.700
Sumber: Data Diolah, 2012.
Nilai rata-rata pendapatan pada saat sebelum progam relokasi pasar
yaitu sebesar Rp 48.483.750,- dan nilai rata-rata keuntungan setelah adanya
program relokasi pasar yaitu sebesar Rp 18.058.700,-
Pasar Ngarsopuro mengalami perubahan secara nyata dengan beda
mean sebesar Rp 30.425.050,- dan angka tersebut cukup untuk menyatakan
bahwa program relokasi ke Pasar Ngarsopuro mempengaruhi omset pedagang
dalam hasil penghitungan ini menunjukkan nilai negatif (-) ini menunjukkan
bahwa omset di Pasar Ngarsopuro mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan pendapatan sebelum program relokasi. Hal ini disebabkan beberapa
faktor salah satunya jumlah konsumen yang tidak sebanyak pada saat sebelum
program relokasi pasar. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dilakukan di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi yang menunjukkan
pendapatan pedagang mengalami penurunan.
2. Keuntungan Pedagang
Nilai rata-rata keuntungan pada saat sebelum progam relokasi pasar
yaitu sebesar Rp 12.768.750,- dan nilai rata-rata keuntungan setelah adanya
program relokasi pasar yaitu sebesar Rp 2.335.875,- jadi terjadi perbedaan
keuntungan antara sebelum dan sesudah relokasi sebesar Rp 10.432.875,-.
Dari angka tersebut menunjukkan bahwa keuntungan pedagang di Pasar
Ngarsopuro mengalami penurunan.
Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Untuk Keuntungan Pedagang (Per Bulan)
Lokasi N Rata-rata Keuntungan
(Rp)
Sig. T dF Sig. (2-
tailed)
Sebelum relokasi 40 12.768.750
.028 11.852 39 .000 Sesudah relokasi 40 2.335.875
Sumber: Data Diolah, 2012.
Keuntungan yang diperoleh para pedagang pada saat sebelum dan
sesudah direlokasi ke Pasar Ngarsopuro terdapat perbedaan rata-rata atau beda
mean sebesar Rp 10.432.875,- ini menunjukkan bahwa keuntungan pedagang
yang sekarang menempati Pasar Ngarsopuro mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan pada saat sebelum dipindah, hal ini disebabkan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
penurunan pendapatan di Pasar Ngarsopuro. Nilai probabilitas menunjukkan
nilai 0,000 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar 11,852
– 1, diperoleh nilai 3,350). Hasil ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Pasar Klitikan Notoharjo
Semanggi yang menunjukkan keuntungan pedagang mengalami penurunan.
3. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja secara rata-rata tidak mengalami perubahan secara
signifikan, perubahan jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 1 – 3 orang
saja. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki sekarang (di Pasar
Ngarsopuro) mengalami perubahan tenaga kerja jika dibandingkan jumlah
tenaga kerja pada saat sebelum direlokasi. Penurunan jumlah tenaga kerja
disebabkan menurunnya pendapatan para pedagang.
Tabel 4.6 Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Untuk Jumlah Tenaga Kerja (Per Bulan)
Lokasi N Rata-rata Pekerja (Orang)
Sig. T dF Sig. (2-tailed)
Sebelum relokasi 40 5.25
.000 16.649 39 .000 Sesudah relokasi 40 2.725
Sumber: Data Diolah, 2012.
Variabel tenaga kerja memiliki perbedaaan rata-rata atau beda mean
sebesar 2,525. Nilai probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob < 0,005) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5% ; df : 40 – 1, diperoleh nilai 3,350). Hasil ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi yang
menunjukkan berkurangnya jumlah tenaga kerja karena pendapatan pedagang
yang menurun.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hasil Analisa rata-rata pendapatan para pedagang di Pasar Ngarsopuro
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
dipindah. Hal ini terjadi karena frekuensi penjualan yang terjadi di dalam
pasar yang sekarang dengan lokasi yang berbeda mengakibatkan penurunan
frekuensi jual beli di masing-masing toko yang berada pada pasar tersebut.
Faktor lain yang ditemukan dalam survey lapangan adalah bentuk bangunan
pasar yang berbentuk gedung dan tertutup dari luar, sehingga lokasi sering
tidak diketahui oleh orang dan pengguna di sekitar Jalan Ronggowarsito.
Kurangnya publikasi dari pemerintah daerah tentang adanya lokasi baru pasar
tersebut yang menimbulkan efek ketidaktahuan masyarakat tentang lokasi
baru pasar yang sering disebut dengan pasar elektronik oleh masyarakat Solo
dan sekitarnya.
2. Hasil analisa rata-rata keuntungan para pedagang di Pasar Ngarsopuro
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
dipindah. Hal ini terkait dengan menurunnya pendapatan yang diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pedagang setiap bulannya dan sepinya pengunjung yang berbelanja pada pasar
Ngarsopuro yang baru. Selain sepinya pengunjung pasar adanya kenaikan
retribusi yang dibebankan kepada para pedagang yang semula Rp 7.000,-/
hari, kini menjadi Rp 9.200,-/ hari, retribusi tersebut bervariasi dihitung sesuai
dengan luas tempat usaha. Dengan adanya kenaikan retribusi tersebut secara
otomatis mengurangi keuntungan yang diperoleh para pedagang setiap
bulannya.
3. Hasil analisa rata-rata jumlah tenaga kerja para pedagang di Pasar Ngarsopuro
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
dipindah. Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan
pedagang alasan kenapa mereka mengurangi jumlah tenaga kerjanya selain
untuk mengoptimalkan keuntungan yang mereka peroleh, mereka juga
memilih untuk memberdayakan tenaga mereka sendiri untuk menjaga toko
agar biaya operasional toko dapat ditekan seminimal mungkin. Faktor sosial
yang lain karena unsur kekerabatan dan kekeluargaan pada sebagian pedagang
yang masih mempekerjakan tenaga kerja yang dulu untuk tetap bekerja pada
tokonya meskipun keuntungan yang diperoleh berkurang.
4. Adanya relokasi tersebut mengakibatkan sebagian pedagang yang memilih
berpindah tempat usaha, dalam artian sebanyak 28 pedagang tidak ikut
menempati lokasi pasar yang baru namun mereka memilih membuka tokonya
di lokasi lain yang menurut mereka lebih strategis dan prospektus untuk
berjualan dalam jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
5. Hendra Widi Utomo 2011 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan
Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta menunjukkan penurunan
omset, keuntungan dan kualitas barang yang terjual yang berarti kesejahteraan
pedagang tersebut mengalami penurunan pendapatan jika dibandingkan
dengan pendapatan sebelumnya pada saat di Banjarsari, dari penelitian ini
didapatkan bahwa rata-rata pendapatan pedagang di bulan pertama tidak ada
sehingga pedagang mengalami kerugian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pembahasan dari bab diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisa rata-rata pendapatan para pedagang di Pasar Ngarsopuro
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
dipindah mengalami penurunan.
2. Hasil analisa rata-rata keuntungan para pedagang di Pasar Ngarsopuro
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
dipindah mengalami penurunan.
3. Hasil analisa rata-rata jumlah tenaga kerja para pedagang di Pasar Ngarsopuro
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
dipindah mengalami penurunan.
4. Sebanyak 28 pedagang yang tidak ikut serta dalam relokasi pasar dan memilih
lokasi usaha yang lain untuk berjualan.
B. Saran
1. Dilihat dari kesimpulan pertama, kedua dan ketiga menunjukkan
kesejahteraan pedagang mengalami penurunan. Dari hasil penelitian,
pendapatan para pedagang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
pendapatan pada saat sebelum direlokasi. Pemerintah Kota Surakarta
sebaiknya mengunakan strategi pada penelitian terdahulu yang dilakukan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Kota Yangzhou China yaitu dengan menggunakan dua tempat PKL yang
direlokasi mendapatkan tempat baru dan tempat lama yang bersifat sementara.
Cara yang digunakan adalah dengan meninggikan harga di tempat lama dan
merekomendasikan tempat baru yang memiliki harga lebih murah sehingga
konsumen secara perlahan-lahan juga akan ikut pindah ke tempat yang baru.
2. Bentuk bangunan yang tidak menyerupai pasar. Sebaiknya Pemerintah Kota
Surakarta menata kembali bentuk bangunan pasar yang komunikatif seperti
memperbesar papan nama Pasar Ngarsopuro, sehingga bangunan tersebut
mudah dikenali masyarakat sebagai Pasar Ngarsopuro.
3. Pengadaan event dan program di Pasar Ngarsopuro lebih digencarkan kembali
untuk menarik para pengunjung.