analisis respons permintaan domestik dan penawaran ekspor...
TRANSCRIPT
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
ANALISIS RESPONS PERMINTAAN DOMESTIK DAN
PENAWARAN EKSPOR FURNITURE INDONESIA
DI TRADE EXPO INDONESIA
Erwin Sofwan
Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi, 2011
Universitas Gunadarma
Keywords : Permintaan domestik, Penawaran ekspor, furniture
ABSTRAK
Furniture merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan
tenaga kerja melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun
sampai dengan penangan industri hilir. Tenaga kerja furniture Indonesia, mulai dari yang
terampil hingga tidak terampil, tersedia dan tergolong sangat murah jika dibandingkan
dengan tenaga kerja sejenis di negara lain. Hal ini memungkinkan furniture Indonesia
juga bisa bersaing dalam harga dan sebagai salah satu dari sepuluh komoditas unggulan
ekspor Indonesia ke mancanegara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa respon produksi furniture Indonesia
terhadap harga, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan domestik
furniture Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor
furniture Indonesia. Sedangkan, Data yang digunakan sebagai bahan analisis dalam
penelitian ini adalah data hasil transaksi produk furniture pada Trade Expo Indonesia
(TEI). Data transaksi meliputi data transaksi Trade Expo Indonesia selama lima tahun
(2006-2010). data yang digunakan meliputi hasil transaksi pernegara dan produk pada
kegiatan Trade Expo Indonesia. Semua data yang dikumpulkan berasal dari Kementerian
Perdagangan RI, serta literatur dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
PENDAHULUAN
Indonesia penghasil kayu terbesar didunia
dan dengan hasil yang baik dari sisi
produksi maupun ekspor. Selain itu,
memiliki beberapa keunggulan seperti bahan
baku dan keunikan yang tidak terdapat
diberbagai negara. Trend teknologi furniture
senantiasa selalu mengikuti trend pasar dan
teknologi permesinan. Di Indonesia
walaupun perkembangannya tidak seagresif
dunia usaha lainnya, yang relatif lebih cepat
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
pergeserannya. Hal ini disebabkan selain
terlalu besar lingkungannya, juga karena
dimensi barang serta energi yang harus
dikeluarkan, dan biayanya pun tidaklah
kecil. Trend furniture yang sedang
berkembang, tidak banyak berubah
dibandingkan beberapa tahun yang lalu,
yaitu masih menggemari desain era tahun 50
dan 60-an. Trend tersebut masih disertai
dengan beberapa polesan serta
penyempurnaan bentuk, termasuk juga
proses pengerjaan dan permesinannya,
misalnya tehnik finishing yang kini sudah
lebih baik dan variatif dibandingkan dengan
era 50 dan 60-an.
Bahan baku utama industri furniture adalah
kayu log dan kayu panel lainnya seperti
plywood, particleboard, blockboard dan
MDF (medium density fibreboard).
Sedangkan faktor-faktor yang akan
mempengaruhi produktivitas industri
furniture yang akan datang antara lain,
jaminan bahan baku kayu yang mulai
terbatas akibat semakin menurunnya
produksi hutan alam di beberapa wilayah di
Indonesia, dan banyak kayu log ilegal yang
diselundupkan ke luar wilayah Indonesia.
Melihat kondisi tersebut, untuk
mengantisipasi beredarnya kayu ilegal,
Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo)
akhirnya menerapkan kontrol suplai bahan
baku melalui sebuah organisasi baru
bernama Badan Pengendalian Produksi
(BPP) yang tersebar di lima wilayah di
Indonesia. BPP ini penting karena akan
berfungsi sebagai penjamin kebutuhan
dengan pasokan bahan baku bagi industri
pengolahan kayu termasuk industri
furniture, melalui kegiatan monitoring
ketersediaan bahan baku dengan
kemampuannya berproduksi, realisasi
ekspor, penjualan di dalam negeri, dan
informasi harga kepada anggota dan negara
konsumen.
Penggunaan bahan baku kayu sebagai
bahan utama industri furniture di Indonesia
mempunyai karakter yang lebih baik jika
dibandingkan dengan menggunakan bahan
substitusi lain seperti plastik, besi dan kain.
Namun untuk mengantisipasi mulai
terbatasnya bahan baku kayu dan
penanaman kembali yang memerlukan
jangka waktu yang relatif lama (HTI).
Produk furniture kayu perlu dikombinasikan
dengan produk substitusi seperti besi
dengan kayu atau kayu dengan besi atau
dapat juga besi dengan plastik atau plastik
dengan kayu, sehingga penggunaan kayu
akan lebih efisien.
Industri futrniture di Indonesia dapat
digolongkan dalam 2 bagian antara lain
Industri Furniture Tradisional dan Industri
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Furniture Non Tradisional. Industri
furniture tradisional ini umumnya adalah
industri furniture berskala kecil dan
menengah (home industry) yang jumlahnya
sangat banyak dan tersebar di beberapa
wilayah di Indonesia dan jenis produk yang
dihasilkan adalah furniture jenis indoor.
RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan ini penulis merumuskan
masalah bagaimana : Bagaimana
menganalisis pangsa pasar furniture pada
Trade Expo Indonesia, serta apa saja faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan
domestik dan penawaran ekspor furniture
Indonesia pada Trade Expo Indonesia.
TELAAH PUSTAKA
Perdagangan Internasional adalah
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain
atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
yang dimaksud dapat berupa
antarperorangan (individu dengan individu),
antara individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. Sedangkan,
menurut Lindert dan Kindleberger (1995),
perdagangan internasional dianggap sebagai
suatu akibat dari adanya interaksi antara
permintaan dan penawaran yang bersaing.
Pada prinsipnya, perdagangan antara dua
negara timbul akibat adanya perbedaaan
permintaan dan penawaran.
Sedangkan menurut Siswanto Sutojo dan F.
Kleinsteuber (2002) dalam bukunya
Strategi Manajemen Pemasaran, keempat
komponen marketing mix,yakni :
1. Strategi Produk
Pertimbangan berbagai macam faktor
yang berkaitan dengan barang atau jasa
yang mereka usahakan.
2. Strategi Harga
Penyusunan strategi harga yang efektif
perusahan wajib mempertimbangkan
berbagai macam faktor intern dan
ekstern
3. Strategi Distribusi
Distribusi barang dan jasa dari produsen
sampai ke lokasi pembeli atau konsumen
pemakai dapat dilkaukan secara langsung
(direct marketing), melalui pedagang atau
distributor (indirect marketing) ataupun
melalui kombinasi dari kedua sistem
tersebut.
4. Strategi Promosi
Kegiatan pemasaran yang satu ini
dilakukan untuk memberitahu pembeli
tentang keberadaan produk di pasar atau
kebijaksanaan pemasaran tertentu yang
baru ditetapkan perusahaan.
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Strategi Memasuki Pasar Internasional
Strategi memasuki pasar internasional
adalah dengan memformulasikan strategi
pemasaran internasional, perencanaan ini
dimulai dengan analisis lingkungan internal,
meliputi produk, sumber daya dan
komitmen perusahaan; lingkungan domestik
(negara asal) meliputi ukuran pasar dan
potensi penjualan, struktur pasar,
infrastruktur pemasaran, biaya produksi,
sikap (kebijakan) pemerintah terhadap
impor dan investasi, jarak geografis,
pertumbuhan ekonomi, kontrol nilai tukar
mata uang, perbedaan budaya dan resiko
politik.
Penyelenggaraan Pameran
Pameran adalah alat bantu pemasaran
yang merupakan bagian dari aktivitas
promosi penjualan. (Kennedy:2009).
Menurut Munshi (2005) yang dikutip dari
John E. Kennedy, ada enam bentuk pameran
yang merupakan peluang perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan pemasaran, yaitu :
a. Trade exhibition (Pameran Dagang)
Beberapa kalangan menyebut pameran
ini bersifat B2B (business to business)
karena para pihak yang hadir dan
mengikuti pameran ini melakukan
kegiatan bisnis dan negosiasi.
b. Public exhibition
Pameran ini terbuka untuk umum, artinya
para pengunjung tidak dibatasi atau tidak
ada aturan ketat. Pameran ini bersifat
B2C (business to commercial).
c. Overseas trade exhibition
Pengunjung berasal dari kalangan
profesional, spesialis, dan pengusaha
yang berhubungan dengan tema pameran.
d. Outdoor exhibition
pameran yang dilaksanakan di luar ruang.
Pameran ini bersifat B2B dan B2C.
e. Portable exhibition
Mobile Exhibition atau pameran keliling,
pameran yang dilakukan secara
berpindah tempat dari satu kota ke kota
lain.
f. Small exhibition
Pameran terkecil bila dilihat dari luas
ruang dan jumlah peserta. Sasaran
pengunjung bisa umum (B2C) atau
dagang (B2C).
Analisis Pameran
Analisis pameran adalah menganalisis
perkiraan jumlah pengunjung yang akan
hadir, membuat daftar pesaing langsung dan
tidak langsung, mempelajari secara fisik
layout pameran, melihat laporan hasil
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
pameran terdahulu yang diberikan
penyelenggara untuk mempelajari siapa saja
pesaing yang muncul dalam presentasi
teknis (technical seminar), termasuk
tanggapan pengunjung terhadap informasi
yang disampaikan. (John E. Kennedy:2009)
Keluaran dari analisis tersebut akan
menentukan strategi komunikasi yang akan
diterapkan. Oleh karena itu, diperlukan
sikap objektif dalam menyikapi hasil
tersebut, karena peluang untuk memperbaiki
atau mempertahankan posisi dapat dicapai
jika dapat menyadari tren yang sedang
berkembang pada saat ini dan di masa yang
akan datang.
METODE PENELITIAN
Pameran yang diselenggarakan oleh
Kementerian Perdagangan pada tahun 2010
merupakan event yang ke-25 sejak
digelarnya TEI (dahulu disebut PPE atau
Pameran Produk Ekspor) tahun 1985. Sejak
penyelenggaraan PPE ke-21 pada tahun
2006, Kementerian Perdagangan
merevitalisasi pelaksanaan PPE, dan
merubah PPE menjadi TEI yang diharapkan
menjadi sebuah pameran dagang yang
berkualitas, berstandar internasional,
mendukung terciptanya konsep B to B yang
pada akhirnya mampu meningkatkan ekspor
non migas Indonesia ke berbagai penjuru
dunia, khususnya di pasar berkembang
(emerging market).
Trade Expo Indonesia 2010 mengangkat
perjalanan TEI selama 25 tahun dengan
mengetengahkan produk ekspor non migas
Indonesia dari masa ke masa antara lain :
1. Pameran Produk Ekspor pertama kali
diselenggarakan pada tahun 1985 oleh
Badan Pengembangan Ekspor Nasional,
Kementerian Perdagangan sebagai
upaya promosi produk Indonesia bagi
pasar internasional.
2. Ekspor non migas menjadi fokus
pemerintah. Selain untuk mengurangi
ketergantungan terhadap ekspor non
migas, produk-produk Indonesia
memiliki keunikan yang tidak terdapat
pada produk dari negara lainnya. Hal ini
dikarenakan budaya Indonesia yang
kaya sehingga mempengaruhi
keanekaragaman produk Indonesia.
3. Bentuk dan penyelenggaraan pameran
produk ekspor juga terus
dikembangkan, tidak hanya untuk
mempromosikan produk Indonesia,
namun juga dilakukan untuk
meningkatkan peluang ke pasar non
tradisional.
4. Kemampuan Indonesia keluar dari
ketergantungan terhadap pasar
tradisional akan memperkuat Indonesia
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
dalam melakukan negosiasi
perdagangan pada forum-forum
bilateral, regional, maupun
internasional.
TEI ke-25 tahun 2010 yang berlangsung
pada tanggal 13 - 17 Oktober 2010 dan
bertempat di Jakarta International Expo-
Kemayoran ini mengangkat tema
“Remarkable Indonesia” yang mengandung
arti Indonesia sungguh menakjubkan, sangat
kaya, memiliki banyak potensi yang
beraneka ragam serta daya tarik luar biasa.
TEI 2010 tetap mengetengahkan
Anjungan Produk Utama (APU) sebagai
etalase produk utama ekspor, dengan
menampilkan produk 10+10+3 serta
beberapa produk lainnya sebagai upaya
untuk diversifikasi produk; Menyikapi
penguatan pasar dalam negeri dengan
memfasilitasi transaksi retail UKM ekspor
dengan tetap memiliki titik berat pada Trade
Expo B to B; Mengoptimalkan humas dan
promosi TEI untuk menyampaikan
keunggulan produk lokal yang telah diakui
oleh dunia internasional dan menginspirasi
pelajar, mahasiswa, dan masyarakat untuk
menciptakan usaha berorientasi ekspor; serta
memulai tahap revitalisasi baru dengan
mengutamakan penguatan pondasi
manajemen pameran, dimana pada tahun ini
akan difokuskan pada penyediaan fasilitas-
fasilitas yang memadai bagi peserta, buyer
dan media, mempercepat kesiapan
pelaksanaan pameran serta merevitalisasi
sistem informasi pameran secara terpadu.
Selain menampilkan produk unggulan
yang berkualitas dan berdaya saing tinggi,
dalam rangkaian Trade Expo Indonesia 2010
juga diselenggarakan beberapa kegiatan
pendukung antara lain Pemberian
Penghargaan Primaniyarta, UKM Pangan
Award, Penyerahan Sertifikat UNESCO
Award of Excellence for Handicraft, Trade
Tourism & Invesment (TTI) Forum, Klinik
Bisnis, Academic Tour, serta lomba
memasak bagi peserta Pameran Pangan
Nusa.
TEI 2010 secara total berdiri diatas
lahan seluas 40.000 m2 dengan pemanfaatan
lahan efektif seluas 13,504 m2
dan terbagi
dalam 5 gedung utama termasuk Icon
Pavillion (APU), Hall A, Hall B, Hall C,
Open Space yang memamerkan produk-
produk unggulan Indonesia. Selain itu
ditampilkan pula Pameran Pangan Nusa
yang memberikan gambaran mengenai
produk dan jasa yang lahir dari pemikiran
yang kreatif di Indonesia.
Produk yang dipromosikan pada TEI
2010 adalah kelompok produk utama,
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
produk potensial, produk jasa Kreatif serta
produk baru lainnya. Sedangkan kategori
produk yang dipamerkan pada
penyelenggaraan TEI ke-25, yaitu:
Produk Utama: Udang - Kopi - Minyak
Kelapa sawit - Kakao - Karet dan
Produk Karet - TPT - Alas Kaki -
Elektronika – Komponen Kendaraan
Bermotor - Furniture
Produk Potensial: Handicraft, Fish &
Fish product, Medicinal Herbs, Leather
& leather products, Processed Food,
Jewellery, Essential Oil, Spices,
Stationary Nonpaper, Medical
Instrument & Appliances
Produk Jasa Potensial: Desain &
Rekayasa Tehnik, Multimedia &
Teknologi Informasi, Tenaga Kerja
Terdidik dan Terlatih
Produk Baru Lainnya: Makanan &
minuman, produk pertanian, industri
berat, industri strategis, Kehutanan,
Mineral, Alat Perkebunan, Permesinan,
Alat Olahraga, Kimia, Perlengkapan
Dapur dan Alat Rumah Tangga, Alat
Tulis & Kertas, Spa, Bahan Bangunan,
Gelas & Keramik, Hortikultura serta
Produk Plastik.
Pada TEI 2010 jumlah perusahaan yang
berpartisipasi sebanyak 927 peserta
termasuk didalamnya merupakan partisipasi
dari berbagai instansi terkait, BUMN,
Pemda, Asosiasi dan sebagainya. Jumlah
tersebut telah melampaui jumlah yang
ditargetkan sebelumnya yaitu 810
perusahaan.
Data yang digunakan bersumber dari objek
penelitian terhadap kegiatan pameran
bertaraf internasional yaitu Trade Expo
Indonesia yang dilaksanakan di Kemayoran
, Jakarta. Data berupa dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan hasil kegiatan
pameran. Dokumen-dokumen tersebut yaitu
: berupa hasil transaksi pameran selama 5
tahun (2006-2010).
Metode pengumpulan data yang dilakukan
adalah dengan memperoleh data secara
langsung ke Unit Kementerian Perdagangan
dna mempelajari dokumen-dokumen pada
saat melakukan kegiatan berlangsung.
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Hall Jumlah
Peserta
Keterangan
A 189 Produk 10+10+3 (multiproduk)
B 80 Furniture (Asmindo)
C 425 Produk unggulan daerah
D1 82 Anjungan Produk Unggulan (APU)
E 117 Pameran Pangan Nusa
Open Space 34 Furniture, produk pertanian, perikanan dan kelautan
JUMLAH 927
Sumber : Ditjen PEN, 2010
Kategori Peserta Trade Expo Indonesia
Tahun 2010:
1. Peserta B to B (Produk Utama &
Unggulan)
Dengan produk terbaik ditempatkan
pada zona tersendiri di APU melalui
proses kurasi. Hal ini diperuntukan bagi
peserta pameran yang telah mengekspor
produknya.
2. Peserta Industri Kreatif
Dengan produk terbaik ditempatkan
pada zona Industri Kreatif melalui
proses kurasi.
3. Peserta dengan produk potensial ekspor
Dengan produk terbaik ditempatkan
pada zona di luar APU dan Hall tertentu
sesuai dengan zonanya masing-masing.
Sebelumnya, peserta telah mengikuti
pelatihan ekspor-impor yang
diselenggarakan Kementerian
Perdagangan melalui Balai Besar
Pelatihan dan Pendidikan Ekspor
Indonesia.
4. Peserta UKM retail
Sebagai bagian dari pembinaan UKM
yang berpotensi melakukan ekspor akan
ditempatkan pada zona tersendiri
Adapun jumlah buyer yang hadir di
arena pameran selama pelaksanaan Trade
Expo Indonesia 2010 tercatat sebanyak
8.092 buyer yang berasal dari 67 negara
yaitu dari pasar non tradisional sebanyak
6.070 buyer (75%) dan dari pasar tradisional
sebanyak 2.022 buyer (25%). Kehadiran
buyer pasar tradisional didominasi oleh
Australia (258), Japan (220) dan Singapore
(215). Sedangkan pasar non tradisional
didominasi oleh PEA (178), India (170),
Malaysia (156), Bangladesh (134) dan
Nigeria (109). Jumlah buyer pada TEI 2010
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
melampaui jumlah buyer yang menjadi
target yakni sebesar 8.000 buyer serta
meningkat sebesar 2,2% dibandingkan
dengan tahun 2009 (7.914 buyer). Hal
tersebut menunjukkan peningkatan minat
dan kepercayaan buyer untuk mengunjungi
Trade Expo 2006
ANALISIS SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats). Dengan demikian
perencana strategis (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis
(kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Hal ini disebut Analisis Situasi. Model yang
paling populer untuk analisis situasi adalah
Analisis SWOT. (Freddy Rangkuti,
2006:18).
Tahap pertama dalam penyusunan
analisis adalah tahap pengumpulan data.
Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu data eksternal dan data internal.
Model yang digunakan dalam tahap
ini adalah Matrik Faktor Strategi Eksternal
dan Matrik Faktor Strategi Internal.
1. Matrik Faktor Strategi Eskternal
Berikut ini adalah cara-cara penentuan
Faktor Strategi Eksternal (EFAS).
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai
dengan 10 peluang dan ancaman)
b. Beri bobot masing-masing faktor
dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0
(tidak penting). Faktor-faktor
tersebut kemungkinan dapat
memberikan dampak terhadap faktor
strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk
masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1
(poor) berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi kegiatan
yang bersangkutan. Pemberian nilai
rating untuk faktor peluang yang
bersifat positif (peluang yang
semakin besar diberi rating +4, tetapi
jika peluangnya kecil, diberi rating
+1). Pemberian nilai rating ancaman
adalah kebalikannya. Misalnya, jika
nilai ancamannya sangat besar, rating
adalah 1. Sebaliknya, jika nilai
ancamannya sedikit ratingnya 4.
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan
rating pada kolom3, untuk
memperoleh faktor pembobotan
dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan
1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan
komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan
bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada
kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan
yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan
tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis eksternalnya. Total
skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan peruashaan ini
dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
(Freddy Rangkuti, 2009:22).
2. Matriks Faktor Strategi Internal
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi
kekuatan serta kelemahan perusahan
dalam kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor
tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak
penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut posisi strategi
perusahaan. (Semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi total
skor total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk
masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1
(poor), berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Variabel yang
bersifat positif (semua variabel yang
masuk kategori kekuatan) diberi nilai
mulai dari +1 sampai dengan +4
(sangat baik) dengan
membandingkannya dengan rata-rata
industri atau dengan pesaing utama.
Sedangkan variabel yang bersifat
negatif, kebalikannya.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan
rating pada kolom 1 untuk
memperoleh faktor pembobotan
dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan
1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan
komentar atau catatan mengapa
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
faktor-faktor tertentu dipilih, dan
bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada
kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan
yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan
tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis internalnya. Skor
total ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini
dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
Dengan demikian, jelaslah bahwa
dalam analisis SWOT dilakukan identifikasi
terhadap berbagai faktor secara sistematis
sebagai bahan untuk melakukan rumusan
strategi perusahaan. Untuk itu harus betul-
betul ditelaah faktor-faktor strategi
perusahaan dari keempat variabel SWOT
tersebut, baik yang berasal dari faktor
internal maupun eksternal perusahaan.
Matrik SWOT dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan
empat set kemungkinan alternatif strategis.
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman. Strategi ini
dilakukan dalam situasi dan kondisi
dimana kekuatan di match dengan
ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi ini dilakukan dalam situasi dan
kondisi dimana kelemahan di match
dengan peluang.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman. Strategi ini
dilakukan dalam situasi dan kondisi
kelemahan di match dengan ancaman.
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Variabel SWOT
a. Strength (Kekuatan)
Unsur yang dimaksudkan sebagai
faktor kekuatan adalah semua hal-hal
yang dianggap dapat menjadi faktor
kekuatan atau potensi bagi suatu
perusahaan maupun produk yang
dipasarkan.
b. Weakness (Kelemahan)
Unsur-unsur yang dimaksud sebagai
faktor kelemahan adalah semua hal-hal
yang merupakan kebalikan dengan faktor
kekuatan, yaitu hal-hal yang dianggap
sebagai kelemahan yang dapat
memengaruhi pelaksanaan produk yang
bersangkutan.
c. Opportunity (Peluang)
Unsur-unsur yang dimasukkan
sebagai faktor-faktor peluang adalah
segala hal-hal yang dianggap dapat
menjadi peluang bagi perusahaan dalam
melaksanakan pemasaran atau suatu
produk/jasa.
d. Threat (Ancaman)
Unsur-unsur yang dimasukkan
sebagai faktor-faktor ancaman adalah
segala hal yang berdasarkan pengamatan
dapat menjadi hambatan atau kendala
yang merugikan bagi perusahaan atau
produk yang dipasarkan tersebut.
Analisis Regresi Sederhana
Analisa Regresi
Dapat digunakan untuk dua hal pokok
yaitu memperoleh suatu persamaan dan
garis-garis lurus yang menunjukkan
persamaan hubungan antara 2 variabel
persamaan dan garis lurus dapat disebut
dengan persamaan regresi, yang berbentuk
linier atau pun non linier. Disamping itu
juga untuk menaksir satu variabel yang
disebut dependent (variabel Y) dengan
variabel yang lain disebut dengan
independent (variabel X).
Berdasarkan hubungan yang ditujukan
oleh persamaan regresi-regresi sebagai
berikut :
Y= a + bX
Ket.
Y : Angka penjulan (dependent)
X : Biaya promosi (independent)
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
Analisa Korelasi
Merupakan analisa yang dipakai untuk
mengukur hubungan antara 2 variabel
perhitungan dengan derajat keeratan
didasarkan pada persamaan regresi, akan
tetapi analisa korelasi dapat dilakukan tanpa
adanya persamaan regresi suatu catatan
tingginya tingkat korelasi tidak
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
menunjukkan hubungan sebab akibat antara
variabel, mungkin diperoleh korelasi yang
tinggi antara 2 variabel tersebut adalah
r = n ∑ (XY) – ( ∑ X) * (∑Y)
√ [n ∑X2 – (∑X)
2] [n ∑Y
2 – (∑Y)
2]
Kriteria : jika
r < 0 : derajat hubungan antara dua variable
menunjukkan hal yang berlawanan.
r > 0 : derajat hubungan antara dua variable
menunjukkan hal yang sejajar atau
paralel (koefisien korelasi positif)
r = 0 : tidak ada hubungan sama sekali anta
dua variabel.
Analisa Determinasi
Koefisien determinasi dilambangkan
dengan r2. Merupakan kuadrat dari koefisien
korelasi. Koefisien ini dapat digunakan
untuk menganalisis apakah variabel yang
diduga/diramal (Y) dipengaruhi oleh
variabel (X).
Kd = r2 * 100%
Dimana :
Kd : Koefisen determinasi
r : Korelasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menghadapi suatu persaingan
maupun meningkatkan kualitas
penyelenggaraan kegiatan, perlu dilakukan
usaha untuk mengenali lingkungannya, baik
lingkungan internal maupun eksternal.
Lingkungan internal adalah keadaan dari
kegiatan atau usaha itu sendiri yaitu
kelebihan-kelebihan dan kekurangan-
kekurangan kegiatan atau usaha tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan
lingkungan eksternal adalah keadaan
disekitar kegiatan atau unit usaha tersebut
seperti pesaing, kondisi ekonomi,
pemerintahan, dan lainnya yang dapat
memengaruhi kegiatan atau usaha tersebut.
Untuk itu diperlukan analisis SWOT yang
terdiri dari strength (kekuatan), weakness
(kelemahan), opportunity (peluang), dan
threat (ancaman).
Berdasarkan identifikasi keempat
variabel SWOT tersebut diatas dilakukan
analisis yang meliputi analisis faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (peluang dan ancaman) dengan
penempatan klasifikasi yang meliputi bobot,
rating, dan skor setiap unsur yang
diidentifikasi.
Penetapan bobot dilakukan secara
proporsional dari seluruh jumlah butir
masing-masing variabel. Seluruh butir
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
variabel dari sisi analisis faktor internal yang
meliputi kekuatan dan kelemahan harus
berjumlah 1. Demikian pula seluruh variabel
dari sisi analisis faktor eksternal yang
meliputi peluang dan ancaman harus
berjumlah 1.
Sedangkan penetapan rating
didasarkan atas butir variabel menurut
kepentingan bagi pameran. Kemudian hasil
perkalian antara bobot dengan rating
merupakan skor untuk setiap butir variabel
SWOT yang bersangkutan.
Tabel 1.
Kriteria Pengisian Matrik IFAS dan EFAS
Penilaian Skala Bobot Skala Rating
Sangat Tinggi 0.16 – 0.20 4
Tinggi 0.11 – 0.15 3
Sedang 0.6 – 0.10 2
Rendah 0.01 – 0.05 1
Sumber : Ditjen. PEN, 2010
Pemberian skala rating untuk ancaman dan kelemahan berlaku sebaliknya yaitu 1
(sangat tinggi) sampai 4 (rendah).
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
1. Faktor Strategi Internal
Tabel 2
Faktor Strategi Internal
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot
x
Rating
Kekuatan :
1 TEI telah berlangsung selama 25 kali 0.2 4 0.8
2 TEI pameran bertaraf internasional 0.1 3 0.3
3 TEI berorientasi B2B 0.05 3 0.15
4 TEI telah menjadi calendar of event dan
mendatangkan ribuan buyer internasional
setiap tahun
0.15 4 0.6
5 TEI menampilkan ragam produk yang luas 0.05 2 0.1
6 Peserta pameran siap ekspor 0.05 2 0.1
7 TEI menampilkan produk unggulan
berkualitas dan berdaya saing tinggi
0.05 3 0.15
Kelemahan :
1 Kurangnya kemampuan komunikasi bisnis
peserta pameran
0.15 1 0.15
2 Pameran bersifat general produk 0.05 3 0.15
3 Kurangnya gencarnya promosi di media
elektronik
0.05 2 0.1
4 Jumlah peserta yang menurun 0.05 3 0.15
5 Kurangnya kreatifitas dalam hal desain
produk
0.05 2 0.1
Total 1.00 32 2.85
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
2. Faktor Strategi Eksternal
Tabel 3
Faktor Strategi Eksternal
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot
x
Rating
Peluang :
1 Peluang pasar ekspor yang luas 0.15 3 0.45
2 Dukungan pemerintah 0.1 3 0.3
3 Peluang bagi UKM untuk meluaskan pasar 0.15 4 0.6
4 Terjalinnya hubungan dengan buyer
mancanegara
0.1 3 0.3
5 Mendapatkan pengetahuan melalui
keikutsertaan pada TEI
0.1 3 0.3
Ancaman :
1 Semakin banyaknya pameran internasional
serupa di luar negeri
0.1 1 0.1
2 Era IT yang semakin terbuka, membuat
buyer segan untuk mengunjungi pameran
0.1 2 0.2
3 Perekonomian tidak stabil 0.1 2 0.2
4 Meningkatnya isu lingkungan 0.05 3 0.15
5 Kontinuitas bahan baku 0.05 2 0.1
Total 1 26 2.7
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa
diantara faktor-faktor strategi eksternal,
faktor peluang yang paling besar adalah
peluang bagi UKM (Usaha Kecil
Menengah) yang ingin melebarkan
usahanya. Dalam hal ini, para UKM yang
baru memulai mempromosikan produknya
diantara para buyer mancanegara. Bahkan
tidak jarang mereka memperoleh kontrak
dagang dengan buyer tersebut.
Sedangkan dari faktor ancaman adalah
semakin banyaknya pameran dagang
internasional serupa yang diselenggarakan
oleh negara-negara tetangga atau negara
berkembang lainnya.
Berdasarkan Tabel matriks internal –
eksternal diatas, nilai total faktor internal
sebesar 2,85 atau lebih besar dibandingkan
faktor eksternal yang hanya sebesar 2,70.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa faktor-
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
1,55
1,2 Kuadran 1
faktor strategi internal lebih berpengaruh terhadap penyelenggaraan pameran TEI.
Diagram Hasil Analisis SWOT
Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas,
maka diperoleh informasi mengenai
langkah-langkah apa saja yang harus
dilakukan dalam penyelenggaraan TEI
dalam meningkatkan promosi produk ekspor
non migas Indonesia. Hasil analisis tersebut
dimasukkan ke dalam matriks SWOT agar
dapat mempergunakan kekuatan (strength)
untuk mengatasi kelemahan (weakness),
ancaman (threat), dan peluang
(opportunity). Selanjutnya
mempertimbangkan kelemahan yang ada
untuk menghadapi ancaman maupun
peluang.
Sesuai dengan hasil analisis yang
menyatakan bahwa posisi TEI berada pada
kuadran 1, maka penjabaran dari strategi
agresif sebagai langkah yang harus
dilakukan dalam penyelenggaraan TEI
adalah sebagaimana dirinci di dalam matriks
Strength – Opportunity (SO), Strength –
Threat (ST), Weakness – Opportunity (WO),
dan Weakness – Threat (WT) sebagai
berikut:
KELEMAHAN
PELUANG
ANCAMAN
KEKUATAN
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Tabel 4
Matriks Penentuan Strategi
Faktor Internal
Kekuatan (Strengths)
1. TEI telah berlangsung selama 25
kali
2. TEI pameran bertaraf internasional
3. TEI berorientasi B2B
4. TEI telah menjadi calendar of event
dan mendatangkan ribuan buyer
internasional setiap tahun
5. TEI menampilkan ragam produk
yang luas
6. Peserta pameran siap ekspor
7. TEI menampilkan produk unggulan
berkualitas dan berdaya saing tinggi
Kelemahan (Weaknesses)
1. Kurangnya kemampuan
komunikasi bisnis peserta
pameran
2. Pameran bersifat general produk
3. Kurangnya gencarnya promosi di
media elektronik
4. Jumlah peserta yang menurun
5. Kurangnya kreativitas dalam hal
desain produk
Faktor Eksternal
Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO
1. Peluang pasar ekspor yang luas
2. Dukungan pemerintah
3. Peluang bagi UKM untuk meluaskan
pasar
4. Terjalinnya hubungan dengan buyer
luar negeri
5. Mendapatkan pengetahuan melalui
keikutsertaan pada TEI
1. Meningkatkan kualitas
penyelenggaraan TEI sebagai
pameran dagang bertaraf
internasional.
2. Meningkatkan fasilitas terhadap
UKM dan IKM sehingga dapat
memperoleh pengalaman mengikuti
kegiatan pameran berskala
internasional.
1. Memperbanyak peserta yang
ingin berpartisipasi pada TEI,
terutama dari sektor UKM dan
IKM.
2. Meningkatkan program promosi
baik di dalam maupun di luar
negeri.
Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi WT
1. Semakin banyaknya pameran
internasional serupa di luar negeri
2. Era IT yang semakin terbuka,
membuat buyer segan untuk
mengunjungi pameran
3. Perekonomian tidak stabil
4. Meningkatnya isu lingkungan
5. Kontinuitas bahan baku
1. Meningkatkan kredibilitas TEI
sebagai sebuah pameran yang
memiliki konsep dan regulasi
internasional.
2. Menciptakan sebuah konsep dan
desain pameran yang berbeda
dibanding pameran dagang serupa di
luar negeri.
1. Meningkatkan kualitas peserta
pameran TEI.
2. Meningkatkan kreativitas desain
produk yang dipamerkan dalam
TEI.
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Analisis Regresi Linier Sederhana
Tabel 5
Jumlah buyers pada
Trade Expo Indonesia 2006-2010
Tahun Buyer
(X)
Kenaikan /
Penurunan
(%)
2006 2.100 -
2007 7.333 249.14
2008 7.444 1.51
2009 7.914 6.31
2010 8.092 2.25
Sumber : Kementerian Perdagangan RI, 2011
Tabel 6
Nilai Kontak Dagang Produk
Furniture pada
Trade Expo Indonesia 2006-2010
Tahun Nilai Kontak
Dagang (US$)
(Y)
Kenaikan /
Penurunan (%)
2006 125.393.085 -
2007 31.615.306 (74.79)
2008 49.942.224 57.97
2009 60.869.633 21.88
2010 64.028.991 5.19
Sumber : Kementerian Perdagangan RI, 2011
Tabel 7
Jumlah buyers & Nilai Kontak Dagang
Produk Furniture
Pada Trade Expo Indonesia tahun 2006-2010
Tahun Pengunjung (Buyer)
(X)
Nilai Kontak Dagang
(US$)
(Y)
2006 2.100 125.393.085
2007 7.333 31.615.306
2008 7.444 49.942.224
2009 7.914 60.869.633
2010 8.092 64.028.991
Sumber : Kementerian Perdagangan RI, 2011
Tabel 8
Perhitungan Analisa Korelasi dan Regresi Sederhana
Pada Trade Expo Indonesia tahun 2006-2010
Tahun X Y X2
Y2
(x1012
)
XY
(x103)
2006 2.100 125.393.085 4.410.000 15.723 263.325.479
2007 7.333 31.615.306 53.772.889 999 231.835.039
2008 7.444 49.942.224 55.413.136 2.494 371.769.915
2009 7.914 60.869.633 62.631.396 3.705 481.722.276
2010 8.092 64.028.991 65.480.464 4.099 518.122.595
Jumlah 31.191 331.849.239 241.707.885 27.022 1.866.775.304
Sumber : Kementerian Perdagangan RI, 2011
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Regresi Sederhana
Untuk mengetahui sejauh mana
keefektifan pameran TEI yang telah
dilaksanakan, maka penulis
menggunakan analisa regresi
sederhana dan perhitungan korelasi.
Melalui evaluasi analisa regresi linier
sederhana menggunakan variabel X
dan Y, dimana X adalah jumlah
kedatangan pengunjung (buyer) atau
variabel bebas dan Y adalah nilai
kontak dagang yang terjadi selama
TEI berlangsung dan dapat juga
disebut variabel tidak bebas. Adapun
perhitungan regresi adalah :
b = n ∑ (XY) – ( ∑ X) * (∑Y)
n ∑X2 – (∑X) 2]
b = 73.266
Analisa Koefisien Korelasi
Analisa korelasi dimaksud untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara
tingkat kedatangan pembeli (buyer) dengan nilai kontak dagang yang dicapai.
Hubungan antara tingkat kedatangan
pembeli (buyers) dengan nilai kontak
dagang yang dicapai sangat kuat dan
positif. Dengan demikian,
diharapkan kenaikan pembeli
(buyers) pada pameran tersebut
mampu meningkatkan nilai kontak
dagang yang dicapai.
Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui berapa persentase
pengaruh kedatangan pembeli
terhadap nilai kontak dagang yang
terjadi pada Trade Expo Indonesia,
maka penulis akan menggunakan
perhitungan koefisien determinasi
atau koefisien penentu dengan
perhitungan sebagai berikut :
a = ∑Y – b ( ∑X)
5
a = (415.471.327,8)
r = n ∑ (XY) – ( ∑ X) * (∑Y)
√ [n ∑X2 – (∑X)
2] [n ∑Y
2 – (∑Y)
2]
r = 0.0523
Kd = r2 x 100%
= 27.35%
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Rangkuman Hasil Penelitian
a. Penyelenggara Trade Expo Indonesia
(TEI) harus mampu menetapkan strategi
yang tepat dalam menyelenggarakan
kegiatannya agar terus berkembang dan
mengatasi segala hambatan yang terjadi.
Berdasarkan diagram analisis SWOT,
terlihat bahwa posisi pameran TEI
terletak pada kuadran 1, artinya bahwa
TEI merupakan pameran dagang yang
memiliki peluang dan kekuatan dalam
hal mempromosikan produk ekspor non
migas Indonesia. Pada kuadran ini,
strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (oriented
growth strategy).
Bentuk strategi agresif yang dapat
dilakukan adalah dengan cara
meningkatkan kualitas penyelenggaraan
TEI sebagai pameran dagang bertaraf
internasional. Sehingga diharapkan
pengunjung TEI semakin meningkat,
diperolehnya kontrak dagang dengan
para buyer, dan produk Indonesia
semakin diminati oleh para buyer
mancanegara. Sedangkan strategi lain
yang dicapai adalah dengan
meningkatkan fasilitas terhadap UKM
dan IKM sehingga dapat memperoleh
pengalaman mengikuti kegiatan
pameran berskala internasional.
Berdasarkan hasil analisis matriks
faktor internal (IFAS) dan faktor
eksternal (EFAS) diperoleh hasil bahwa
faktor internal lebih berpengaruh
terhadap pengembangan promosi
produk ekspor non migas Indonesia
melalui penyelenggaraan Trade Expo
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
Trade Expo Indonesia merupakan salah
satu pameran dagang internasional yang
wajib diikuti oleh para pelaku usaha,
eksportir maupun calon eksportir dalam
rangka melakukan promosi produk
mereka.
Berdasarkan hasil analisis SWOT
diketahui bahwa penyelenggaraan TEI
mempunyai kekuatan dalam hal
penyelenggaraan TEI yang telah
berlangsung sebanyak 25 kali dan telah
mendatangkan ribuan buyer
internasional. Sedangkan peluang yang
dimiliki antara lain bagi UKM yang
ingin meluaskan pemasaran produknya
di pasar ekspor.
Namun, penyenggaraan TEI pun
memiliki kelemahan, antara lain
kurangnya kemampuan komunikasi
bisnis para peserta pameran dengan para
buyer yang membuat terjadinya salah
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
pemahaman antara seller dan buyer
dalam memberikan penjelasan dan
menarik kesimpulan bagi buyer luar
negeri. Produk yang dipamerkan dalam
TEI pun hampir sama dibandingkan
penyelenggaraan TEI tahun
sebelumnya. Belum lagi saat ini para
buyer lebih menginginkan pameran
dengan produk yang lebih spesifik.
Pameran dagang internasional yang
diselenggarakan oleh negara lainnya
pun menjadi ancaman serius yang dapat
menggeser pameran TEI dan merebut
buyer serta dapat menghambat promosi
produk Indonesia.
Oleh karena itu, perlu disusun strategi
dalam mengembangkan promosi produk
ekspor non migas Indonesia pada Trade
Expo Indonesia. Adapun strategi yang
bisa diterapkan adalah :
a. Meningkatkan kualitas
penyelenggaraan TEI sebagai
pameran dagang bertaraf
internasional.
b. Meningkatkan kredibilitas TEI
sebagai sebuah pameran yang
memiliki konsep dan regulasi
internasional.
c. Meningkatkan fasilitas terhadap
UKM dan IKM sehingga dapat
memperoleh pengalaman mengikuti
kegiatan pameran berskala
internasional.
d. Lebih menggencarkan program
promosi yang lebih komprehensif
baik melalui media above the line
(media cetak, radio, dan televisi)
maupun below the line (spanduk,
umbul-umbul, hanging banger,
baliho, dll) di dalam dan di luar
negeri.
e. Meningkatkan kreativitas desain
produk yang dipamerkan dalam TEI.
b. Setelah dilakukan perhitungan dengan
metode analisa regresi korelasi, didapat
persamaan regresi Y = 73.266 X –
415.471.327,8 dengan kesimpulan
bahwa buyer (X) sifatnya searah dengan
nilai kontak dagang (Y) yang terjadi.
Jumlah pembeli (buyers) akan
memengaruhi nilai kontak dagang yang
akan dicapai. Sedangkan secara
korelasi, antara buyer dengan kontak
dagang memiliki hubungan yang cukup
kuat dan positif, yaitu r = 0.0523 ( r > 0
: derajat hubungan antara dua variabel
menunjukan hal yang sejajar atau
paralel (koefisien korelasi positif). Dari
hasil perhitungan diatas, tingkat
kenaikan nilai kontak dagang
memberikan kontribusi sebesar 27.35%.
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Sedangkan sisanya yaitu 72.65%
dipengaruhi presentase variabel lain
yang dianggap tetap.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari anaslis dan pembahsana
adalah dapat diketahui bahwa : pameran
yang telah berlangsung sebanyak 25 kali ini
menjadi sebuah kekuatan yang
mendatangkan ribuan buyer setiap tahunnya
dan menumbuhkan kepercayaan para buyer
akan produk-produk yang dipromosikan
dalam setiap penyelenggaraan TEI. Selain
itu, berdasarkan hasil analisis SWOT
diketahui bahwa perlu disusun strategi
untuk mengembangkan dan meningkatkan
kapasitas TEI dalam mempromosikan
produk ekspor non migas Indonesia.
Adapun strategi yang bisa diterapkan adalah
:
a) Meningkatkan kualitas
penyelenggaraan TEI sebagai pameran
dagang bertaraf internasional.
b) Meningkatkan kredibilitas TEI sebagai
sebuah pameran yang memiliki konsep
dan regulasi internasional.
c) Lebih menggencarkan program
promosi yang lebih komprehensif baik
melalui media above the line (media
cetak, radio, dan televisi) maupun
below the line (spanduk, umbul-
umbul, hanging banger, baliho, dll) di
dalam dan di luar negeri.
d) Meningkatkan kreativitas desain
produk yang dipamerkan dalam TEI,
khususnya produk furniture.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhanareshwari, Putri Hamardika
Ningrum. 2010. Analisis Strategi
Pemasaran Usaha Jasa Pembuatan
dan Perbaikan Furniture UD. Suryani
Furniture, Bogor, Jawa Barat. Skripsi
pada Departemen Manajemen.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bina UKM.2010. Kondisi Industri
Furniture di Indonesia.
http://binaukm.com/2010/08/kondisi-
industri-furniture-di-indonesia/. (2
September 2011)
Bina UKM.2010. Trend Industri Furniture
Indonesia.
http://binaukm.com/2010/09/kondisi-
industri-furniture-di-indonesia/. (2
September 2011)
Jurnal Universitas Gunadarma, 2011
Brit. 2010.
Furniture.http://wordiq.com/definitio
n/furniture. (6januari 2011).
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran,
Edisi Millenium. PT. Prehalindo,
Jakarta.
Kotler, P. Gary, A. 2008. Prinsip-prinsip
Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Lipsey, S. 1995. Pengantar Makroekonomi,
Edisi ke-10. Binarupa Aksara,
Jakarta.
Mankiw, N.G.2003. Teori Makroekonomi,
Edisi ke-5. Erlangga. Jakarta.
Prianto, S. 2007. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia. Terbit Terang, Surabaya.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori
Mikroekonomi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Sule, Erni Trisnawati dan Kurniawan.
Saefullah. 2008. Pengantar
Manajemen. Kencana. Jakarta
Sumarni, M. 1998. Pengantar Bisnis.
Liberty. Yogyakarta.
Sutojo, Siswanto & F. Kleinsteuber. 2002.
Strategi Manajemen Pemasaran.
Jakarta : Damar Mulia Pustaka.
Tjipto, F. 2008. Strategi Pemasaran. Andi.
Yogyakarta
Wikipedia. 2010. Furniture.
http://en.wikipedia.org/wiki/furniture
. (2 September 2011).