analisis semiotik komik strip “kpk dalam kepungan”...

91
ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” PADA KAVER KORAN TEMPO EDISI NO. 4008 TAHUN XII, 27 SEPTEMBER 2012 Skripsi Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Disusun Oleh: BOBBY ALEXANDER NIM: 109051100042 KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013  

Upload: phunglien

Post on 29-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN”

PADA KAVER KORAN TEMPO EDISI NO. 4008 TAHUN XII, 27

SEPTEMBER 2012

Skripsi

Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh:

BOBBY ALEXANDER

NIM: 109051100042

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/ 2013

 

Page 2: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “ KPK DALAM KEPUNGAN “ PADA

KAVER KORAN TEMPO EDISI NO. 4008 TAHUN XII, 27 SEPTEMBER 2012.

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh

Bobby Alexander

NIM: 109051100042

Di Bawah Bimbingan

Dr. Suhaimi, M.Si.

NIP: 196709061994031002

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

 

Page 3: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

 

Page 4: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

 

Page 5: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

 

Page 6: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

 

Page 7: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

 

Page 8: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

 

Page 9: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

i

ABSTRAK

ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “ KPK DALAM KEPUNGAN “ PADA

KAVER KORAN TEMPO EDISI NO. 4008 TAHUN XII, 27 SEPTEMBER 2012

Oleh :Bobby Alexander (109051100042)

Bersamaan dengan semakin majunya industri persuratkabaran Indonesia,

eksistensi penggunaan kartun dan komik pada media surat kabar semakin kuat.

Pentingnya kehadiran kartun dan komik dalam pers penerbitan seperti majalah, surat

kabar, sudah tidak dapat disangkal lagi. Kartun dan komik sudah menyatu dengan

pers sebagai bagian dari sebuah berita. Koran Tempo merupakan salah satu media

cetak yang akrab dengan penggunaan kartun dan komik dalam proses penyampaian

berita kepada pembaca.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti melakukan

penelitian menggunakan kajian Semiotik model Roland Barthes pada salah satu kaver

Koran Tempo yang menampilkan sebuah komik strip tentang rentetan masalah yang

sedang dihadapi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berjudul “KPK Dalam

Kepungan” pada edisi 27 September 2012. Peneliti merumuskan pertanyaan yakni:

apakah makna Denotasi, Konotasi dan Mitos komik strip “KPK Dalam Kepungan” ?

Peneliti menggunakan analisis semiotik Roland Barthes karena menurut

peneliti di balik tanda yang terdapat pada komik strip tersebut tersimpan makna lain.

Lewat pemaknaan denotasi, konotasi dan mitos sesuai semiotik Roland Barthes,

peneliti akan mengungkap makna lain di balik komik strip tersebut. Untuk

mendapatkan data dan hasil yang sempurna dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yakni berupa pengamatan yang

mendalam terhadap isi pesan yang disampaikan dengan menjabarkan isi pesan

tersebut secara mendalam dan apa adanya.

Dari hasil temuan yang didapat, peneliti berkesimpulan bahwa konotasi yang

terdapat dalam komik strip tersebut bermakna bahwa KPK menjadi pihak yang

ditakuti dan sekaligus dilemahkan dan membutuhkan dukungan. Sedangkan posisi

Polri menjadi pihak yang berkuasa namun sekaligus menjadi pihak yang ketakutan

karena KPK mencoba membongkar skandal korupsi dalam tubuh Polri.

Tempo menggambarkannya lewat ekspresi wajah, latar gambar, gambar

hewan yang menjadi lambang korupsi, properti yang digunakan tokoh dalam komik

tersebut dan balon dialog yang mendukung peneliti dalam menemukan makna lain

yang terdapat dalam komik strip “KPK Dalam Kepungan” pada kaver Koran Tempo

Edisi 27 September 2012. Peneliti juga menemukan makna mitos dari komik strip ini

yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia dan KPK lembaga yang

sakti.

 

Page 10: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada ALLAH SWT tuhan

semesta alam, atas limpahan karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus

memberikan nikmat dan barakahnya. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan

kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari jalan yang gelap menuju

jalan yang tenang.

Peneliti bersyukur setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya

peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Semiotik Komik

Strip “KPK Dalam Kepungan“ Pada Kaver Koran Tempo Edisi No. 4008

Tahun XII, 27 September 2012, untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I).

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri

peneliti, khususnya saat menyelesaikan skripsi ini. Namun, Alhamdulillah dengan

keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini.

Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari

banyak pihak baik moril maupun materi, sehingga banyak ucapan terimakasih peneliti

ucapkan kepada yang terhormat:

1. Dr. Arief Subhan M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Drs. Wahidin Saputra M.A., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Mahmud

Jalal M.A., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Study Rizal,

LK M.A., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

 

Page 11: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

iii

2. Orangtua tercinta, Mamaku Hj. Delfiani S.Pd dan Papaku M. Djenal yang

selalu memberikan dukungan baik moril serta material selama awal

perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

3. Rubiyanah M.A., Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ade Rina Farida, M.Si.,

Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu mendukung dan memberi

banyak kemudahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Suhaimi M.Si., Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak

memberikan bimbingan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen, karyawan, dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, yang telah banyak memberikan ilmu, bantuan, dan informasi

kepada peneliti selama proses perkuliahan selama delapan semester di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Yosep Suprayogi, sekertaris redaksi Koran Tempo, yang telah memberikan

banyak bantuan berupa akses masuk meneliti di Koran Tempo, Sukma N.

Loppies, redaktur nasional Koran Tempo yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk diwawancarai peneliti, dan Luci, staf PDAT Koran Tempo

yang telah banyak memberikan bantuan berupa data asli komik strip edisi 27

September 2012 .

7. Wanita spesial yang selalu menjadi inspirasi peneliti untuk menjalani semua

aktifitas, wanita yang baik, sabar dan selalu memberi semangat tiada henti,

Shifa Anisah Setiawan. Terimakasih atas segala pengorbanan waktu,

dukungan, semangat, saran dan kritiknya pada peneliti semoga kita bisa

sukses bersama di masa depan nanti.

 

Page 12: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

iv

8. Adik-adikku, Rommy Ardhilles, Novian Reynaldi, M Satria Pamungkas dan

Siti Annisa Meywilda serta tak lupa Mba Juju yang selalu memberikan

semangat dan hiburan dikala peneliti merasa jenuh dalam proses penyelesaian

skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan di kelas Konsentrasi Jurnalistik B Sigit Lincah

Hadmadi, Hilman Fauzi, Yusuf Gandang P, Ilham Adiansyah, Abdul Aziz,

Ali Mansyur, Jaffry Prabu, Samsul Arifin, Arintika “Bogeg”, Ziah, Adjri,

Dado Savitri, Ima, Wawi, Turi, Andin, Ica, Dewi boy dan seluruh teman

sekelas termasuk Jurnalistik A, serta teman-teman KKN Access 2012 Zaki,

Ina, Ceces, Faruk dan seluruh kru 107,7 RDK FM. Kalian telah banyak

memberikan kenangan, suka maupun duka bersama-sama selama masa

perkuliahan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semoga

pertemanan kita tidak pernah putus dan tali silaturahmi diantara kita tetap

terjaga.

10. Sahabatku Jeffri Kaharsyah, Lepi, Bahtiar dan Gorby, yang selalu menjadi

teman seperjuangan peneliti selama menjalani perkuliahan di UIN.

Terimakasih untuk segala bantuan dan semangat yang diberikan kepada

peneliti. Semoga pertemanan ini bisa menjadi persaudaraan.

Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti

baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah SWT menambah

Rahmat dan Karunia-Nya. Peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan

 

Page 13: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

v

dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk

para pembacanya, Amin yarabbal’alamin.

Jakarta, 1 Juni 2013

Bobby Alexander

Nim: 109051100042

 

Page 14: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

vi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini Saya Menyatakan Bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Juni 2013

Bobby Alexander

Nim : 109051100042

 

Page 15: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 8

E. Metodologi Penelitian. ....................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Media Cetak

a. Pengertian Media Cetak ............................................... 17

b. Pengertian Surat Kabar ................................................ 19

B. Kartun dan Komik

a. Pengertian Kartun......................................................... 22

b. Pengertian Komik..........................................................24

c. Jenis Komik…………………………………………...28

d. Pengertian Komik Strip dan Sejarahnya ...................... 29

C. Semiotik

a. Pengertian Semiotik.......................................................30

b. Konsep Dasar Semiotik dan Bidang Terapan Semiotik.34

c. Tokoh Semiotik ............................................................. 35

d. Semiotik Roland Barthes .............................................. 36

a) Denotasi ................................................................... 37

b) Konotasi ................................................................... 39

c) Mitos ........................................................................ 41

BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO A. Sejarah dan Perkembangan Koran Tempo ......................... 44

B. Visi dan Misi PT Tempo Inti Media Harian ..................... 47

C. Alamat Redaksi PT Tempo Inti Media Harian .................. 48

D. Struktur Redaksi PT Tempo Inti Media Harian ................. 48

E. Latar Belakang Terbitnya Komik Strip Edisi 27September

2012 ................................................................................... 53

 

Page 16: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

viii

BAB IV ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM

KEPUNGAN” A. Makna Denotasi, Konotasi, Mitos Komik Strip “KPK Dalam

Kepungan ............................................................... 56

B. Denotasi Komik Strip “KPK Dalam Kepungan” .............. 62

C. Konotasi Komik Strip “KPK Dalam Kepungan” .............. 64

D. Mitos Komik Strip “KPK Dalam Kepungan” .................. 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................68

B. Saran ................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71

LAMPIRAN .................................................................................................... 74

 

Page 17: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

ix

Daftar Tabel

1. Tabel 1 Suasana Hati Yang Diasosiasikan Dengan Warna .......................... 27

2. Tabel 2 Pembagian Redaksi PT Tempo Inti Media Harian ......................... 49

3. Tabel 3 Tabel Analisis Data ......................................................................... 57

Daftar Gambar

1. Peta Makna Roland Barthes ......................................................................... 39

2. Second-order semiological system ............................................................... 43

3. Komik Strip “KPK Dalam Kepungan” ........................................................ 53

4. Komik Strip “KPK Dalam Kepungan” ........................................................ 56

 

Page 18: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan komik pada media massa khususnya media cetak

persuratkabaran sudah merupakan hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat

khususnya di Indonesia. Sifat komik yang menghibur, melalui humornya dan

mudah dimengerti banyak kalangan membuat komik menjadi selingan yang tepat

di tengah kejenuhan masyarakat membaca berita-berita yang bersifat “keras” pada

headline surat kabar. Tentu tujuan penggunaan komik pada headline sebuah surat

kabar bukan hanya sekadar memberi hiburan bagi para pembaca, namun di balik

itu tersimpan sebuah makna lain yang diberikan terkait sebuah kasus atau

peristiwa yang terjadi. Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengonstruksikan

realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media mengonstruksikan berbagai

realitas yang dipilihnya.1 Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi

realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja

sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti

apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut.2 Komik pada surat

kabar merupakan hasil konstruksi yang dilakukan pelaku media. Tentu komik

tersebut harus melalui proses perencanaan dan mengumpulan data serta fakta dan

kemudian didesain dan diterbitkan.

Tempo merupakan media yang kerap kali menggunakan media komik atau

karikatur dalam menyampaikan berita kepada pembacanya baik pada majalah

maupun harian surat kabarnya. Seperti pada edisi 27 september 2012, Koran

1 Alex Sobur, Analisis Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan

Framing (Bandung: PT Rosdakarya,2004)cet.ke-4,h. 88 2 Ibid,h.88

 

Page 19: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

2

Tempo menampilkan sebuah komik strip pada kavernya. Edisi tersebut

menampilkan pemberitaan seputar perseteruan antara Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). KPK adalah

sebuah komisi di Indonesia yang didirikan berdasarkan kepada Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.3 Meskipun pada awal kemunculannya KPK menjelma

menjadi ujung tombak negara untuk memberantas kejahatan korupsi, namun

perlahan kekuatan KPK melemah digrogoti berbagai masalah yang datang baik

dari dalam ataupun luar KPK, mulai dari perseteruan KPK dengan Kepolisian

Republik Indonesia (Polri) dalam kasus “Cicak vs Buaya”, skandal pembunuhan

yang dilakukan mantan ketua KPK, Antasari Azhar, terhadap Nasrudin

Zulkarnaen dan yang terbaru seputar perebutan penanganan kasus Simulator

Suran Izin Mengemudi (SIM) dengan Polri dan penarikan penyidik kepolisian

yang bertugas di KPK.

Peristiwa penarikan penyidik kepolisian yang bertugas di KPK memang

bukan yang pertama terjadi. Sebelumnya juga terjadi penarikan penyidik

kepolisian di KPK dalam kasus “cicak vs buaya” pada akhir 2009. Namun

penarikan kali ini juga sarat dengan kejanggalan. Sulit bagi publik untuk tidak

mengaitkan penarikan 20 penyidik ini dengan polemik rebutan kasus simulator

SIM antara KPK dan Polri. Secara momentum waktu, penarikan ini bertepatan

dengan penanganan kasus tersebut yang berada pada level penyidikan. Hal

tersebut mengakibatkan beberapa perwira polisi yang seharusnya menjalani

pemeriksaan terkait kasus simulator SIM justru mangkir dari pemanggilan KPK.

3 Id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi diakses pada 23 April 2013

pukul 12:55

 

Page 20: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

3

Belum lagi dengan rencana parlemen yang ingin merevisi Undang-undang tentang

penyadapan dan penuntutan KPK, lalu penasihat KPK, Abdullah Hehamahua,

yang mengancam akan mundur jika Undang-Undang tersebut jadi akan direvisi.

Kondisi ini membuat KPK melemah. Rentetan masalah inilah yang dicoba

tuangkan Koran Tempo pada kavernya edisi 27 September 2012 lewat sebuah

komik strip. Kesemua panil dalam komik strip tersebut berisikan gambaran

tantang kondisi KPK yang sedang dalam tekanan beberapa pihak.

Berkaitan dengan kasus di atas, Koran Tempo mencoba mengangkat berita

tersebut sebagai berita utama pada edisi 27 September 2012 dengan penyampaian

yang santai menggunakan sebuah komik strip dengan lima panil di dalamnya.

Penggunaan ilustrasi berupa kartun, komik dan karikatur di media massa

Indonesia bukanlah barang baru, mungkin setua usia media massa itu sendiri.4

Tempo adalah salah satu media cetak yang sudah sejak lama menggunakan

ilustrasi baik dalam bentuk kartun, komik dan karikatur. Media cetak Indonesia

menampilkan kartun, komik dan karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap

berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan tersembunyi. Pembaca

diajak untuk berpikir, merenungkan, dan memahami pesan-pesan yang tersurat

dan tersirat dalam gambar. Acapkali gambar tersebut terkesan lucu karena

mengandung unsur humor sehingga pembaca tersenyum dan tertawa.5 Kartun,

komik dan karikatur yang dimuat pada koran memang bermain di antara hal-hal

yang serius dan tidak serius. Ia memindahkan suatu peristiwa aktual menjadi

sebuah gambar yang ganjil dengan kejenakaan yang khas. 6

4 Opini TEMPO, Kumpulan Karikatur Prijanto S, PT. Tempo Inti Media, 2001

5 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi( Bandung: PT Rosdakarya, 2006), h.140

6 Ahda Imran, “Sebuah Kritik Sosial Bernama Kartun”,(www.pikiran-rakyat.com,

diposting 14 November 2002), diakses 27 April 2013, 13.45 WIB

 

Page 21: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

4

Proses komunikasi yang menggunakan kartun dan komik pada koran

merupakan proses komunikasi secara primer, maksudnya adalah proses

penyampaian pikiran, kritikan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (symbol) sebagai media.7 Sebagai karya visual yang

minim kata-kata, tentunya komunikasi lewat kartun dan komik itu akan membuka

keran pemaknaan yang sebebas-bebasnya bagi para pembaca untuk memahami

dan mengetahui makna yang sebenarnya dari sebuah kartun dan komik yang

dimuat dalam koran. Kalaupun pembaca bisa memaknai kartun dan komik

tersebut, apakah makna yang didapat tidak terlepas dari konstruksi realitas yang

dibentuk media tersebut? Bertolak dari pertanyaan itu, berkembanglah studi

tentang kartun, komik atau karikatur, termasuk dalam studi tentang semiotik.

Studi semiotik kartun menggunakan kajian kritis yang bertujuan untuk

mengungkap tanda-tanda visual, simbol-simbol, dan kata-kata yang ada di kartun

tersebut.8 McCloud berkata: “Ada maksud yang lebih dalam, dari sekadar yang

terlihat, pada kartun”.9

Dalam kaitannya dengan kasus di atas, Koran Tempo mempunyai andil

dalam mengonstruksikan rentetan masalah yang melilit KPK menjadi berita

utama. Sebuah komik strip yang muncul pada kaver Koran Tempo Edisi 27

September 2012 menjadi hal pembeda halaman depan Koran Tempo dengan

koran lain. Lewat kelima panil dalam komik tersebut, Koran Tempo mencoba

menginformasikan kepada khalayak tentang masalah yang dihadapi oleh KPK.

7 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung:

Rosdakarya,1990), h.11 8Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006),h.132

9Scott McCloud, Memahami Komik, Penerjemah bahasa: S. Kinanti, (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia,2001), h.30

 

Page 22: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

5

Peneliti menganggap komik strip yang berjudul “KPK Dalam Kepungan”

yang ditampilkan halaman depan Koran Tempo pada edisi tanggal 27 September

2012 sangatlah menarik untuk diteliti. Penelitian tentang komik sudah pernah

dilakukan sebelumnnya oleh Nurma Wazibali, 2011 melalui skripsi dengan judul

“Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun BENNY &

MICE TALK ABOUT HAPE” pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

perkembangan teknologi perkomunikasian lewat handphone mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Kemudian juga ada penelitian tentang komik dari

Universitas Indonesia yang diteliti oleh Dina Listiorini, 2002, melaui tesis dengan

judul “Diskursus Angkasa Luar, UFO dan Alien Pada Komik Disney”. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa perkembangan diskursus angkasa luar UFO dan alien di

komik Disney sesungguhnya mencerminkan perkembangan diskursus yang sama

di masyarakat Amerika. Perkembangan komik di Indonesia juga pernah diteliti

oleh seorang Doktor asal Perancis Marcel Bonnef, bahkan hasilnya telah

diterjemahkan dalam bentuk buku dan diterbitkan oleh Gramedia. Bonnef meneliti

komik Indonesia mulai dari asal-usul, perkembangan, serta industrinya sebagai

pop-culture.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pisau analisis semiotik Roland

Barthes guna untuk mengetahui makna denotasi, konotasi serta mitos di balik

komik strip yang dimuat pada Koran Tempo edisi tersebut. Peneliti memilih

Koran Tempo sebagai bahan kajian karena menurut peneliti, Koran Tempo adalah

salah satu media cetak yang disegani di Indonesia dan yang mempunyai pembaca

yang memiliki ketertarikan dengan berita-berita seputar politik. Koran Tempo

 

Page 23: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

6

juga dikenal sebagai media yang paling netral, independen dan bersih dari

keberpihakan.

Edisi tanggal 27 September 2012 yang peneliti jadikan bahan kajian

merupakan satu-satunya edisi yang menampilkan ilustrasi berupa komik strip

yang merangkum rentetan masalah yang menimpa KPK selama periode bulan

April sampai September 2012. Analisis Semiotika Roland Barthes dirasa tepat

bagi peneliti untuk membongkar makna denotasi, konotasi, dan mitos di balik

komik strip “KPK Dalam Kepungan“ pada kaver Koran Tempo edisi tanggal 27

September 2012 sebab peneliti berasumsi bahwa di balik tanda dan simbol yang

tergambar dalam komik strip tersebut tersimpan konotasi lain dan juga mitos yang

ingin disampaikan ke pembaca. Dengan menggunakan analisis semiotik,

penelitian ini mengupas lebih dalam makna tanda-tanda dalam komik strip “ KPK

Dalam Kepungan” yang muncul pada kaver Koran Tempo Edisi 27 September

2012.

Perlunya penelitian dan pemahaman lebih mendalam tentang ilustrasi

komik strip tersebut dirasa peneliti sangatlah menarik dan membuat peneliti

penasaran. Karena itu peneliti mengambil judul penelitian, Analisis Semiotik

Komik Strip “KPK Dalam Kepungan“ Pada Kaver Koran Tempo Edisi

No.4008 Tahun XII, 27 September 2012

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis membatasi masalah yaitu penelitian ini berfokus pada pembahasan

 

Page 24: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

7

mengenai makna (Message) denotasi, konotasi, dan mitos komik strip

berdasarkan gambar dan teks pada kaver Koran Tempo edisi 27 September 2012

yang berjudul “ KPK Dalam Kepungan” , dan tidak berfokus pada makna menurut

tim redaksi Koran Tempo (source), pada bagian produksi Koran Tempo

(channel) , pembaca (receive ) dan akibat yang dirasakan oleh masyarakat (effect).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas rumusan

masalah skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Apa makna denotasi komik strip berjudul ”KPK Dalam Kepungan” pada kaver

Koran Tempo menurut semiotik Roland Barthes?

b. Apa makna konotasi komik strip berjudul ”KPK Dalam Kepungan” pada kaver

Koran Tempo menurut semiotik Roland Barthes?

c. Apa makna mitos komik strip berjudul ”KPK Dalam Kepungan” pada kaver

Koran Tempo menurut semiotik Roland Barthes?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan pokok pemasalahan di atas, tujuan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui makna denotasi komik strip berjudul ”KPK Dalam Kepungan”

pada kaver Koran Tempo menurut semiotik Roland Barthes

b. Untuk mengetahui makna konotasi komik strip berjudul ”KPK Dalam Kepungan”

pada kaver Koran Tempo menurut semiotik Roland Barthes

 

Page 25: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

8

c. Untuk mengetahui makna mitos komik strip berjudul ”KPK Dalam Kepungan”

pada kaver Koran Tempo menurut semiotik Roland Barthes

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan keilmuan komunikasi, dan juga bermanfaat untuk para mahasiswa

yang ingin meneliti tentang komik/kartun/karikatur bagi penelitian yang

menggunakan semiotik khususnya model Roland Barthes.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah agar dapat memberikan

pemahaman kepada pembaca bahwa komik atau kartun yang dimuat dalam media

massa bukanlah hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sarana bagi orang lain

untuk mengekspresikan atau mengkritisi sebuah permasalahan secara ringan

namun tegas.

D. Tinjauan Pustaka

Skripsi yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan penelitian ini

adalah skripsi berjudul “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam

Komik Kartun BENNY & MICE TALK ABOUT HAPE” karya Nurma Wazibali,

mahasiswa jurusan Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta.

Penulis memilih skripsi tersebut untuk dijadikan sebagai acuan karena analisis

yang digunakan sama dengan penulis yaitu Semiotik dan juga meneliti tentang

komik, namun objek komik yang diteliti adalah kartun yang membahas komik

 

Page 26: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

9

kartun Benny & Mice tentang Hand Phone bukan membahas komik strip “KPK

Dalam Kepungan”. Pasti temuannya akan berbeda.

Adapun skripsi lain yang menjadi acuan penulis yaitu skripsi berjudul

“Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo” karya Angga Rizal

Nurhuda mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta.

Penulis memilih skripsi tersebut karena analisis yang digunakan sama dengan

penulis yaitu menggunakan analisis Semiotik dengan model Roland Barthes,

media yang diteliti juga sama dengan penulis yaitu Koran Tempo, perbedaannya

yaitu pada objek yang diteliti berbeda dengan penulis, pada skripsi ini objek yang

diteliti berupa Foto tentang perang negara-negara Timur Tengah sedangkan

penulis menggunakan komik strip yang membahas seputar kasus dalam negeri dan

bukan tentang peperangan, tentu hasil temuan analisisnya juga berbeda.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menjadikan tesis mahasiswa Universitas

Indonesia bernama Dina Listiorini sebagai acuan. Tesis tersebut berjudul

“Diskursus Angkasa Luar, UFO dan Alien Pada Komik Disney”. Paradigma

penelitian yang digunakan bersifat Marxian dan kritis dengan mendasarkan pada

teori Althusser dan Gramci serta teori diskursus dari Pcheux dan Michel Foucault.

Metode analis yang digunakan adalah metode diskursus kritis multilevel dari

Norman Fairclough dengan teknik analisis semiotik. Jelas terlihat perbedaan yang

signifikan antara tesis ini dengan skripsi yang peneliti buat.

 

Page 27: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

10

E. Metodologi Penelitian

a. Paradigma Penelitian

Peran paradigma sangat penting dalam memengaruhi teori, analisis

maupun tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada

dasarnya tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan

objektif, melainkan salah satu di antaranya sangat tergantung pada paradigma

yang digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma

konstruktivisme. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis

terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci

terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau

mengelola dunia sosial mereka.10

Konstruktivisme adalah suatu filsafat

pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi

(bentukan) kita sendiri, karenanya pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari

kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada.

Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan

melalui kegiatan seseorang.

Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita

yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi

kehidupan mereka dengan yang lain dalam konstruktivisme, setiap individu

memiliki pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi

seperti ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam

memandang dunia adalah valid dan perlunya rasa menghargai atas pandangan

10

Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik

Klasik,(Jakarta:Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003), h.3

 

Page 28: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

11

tersebut.11

Konstruktivisme percaya bahwa untuk dapat memahami suatu arti

orang harus menerjemahkan pengertian tentang sesuatu. Para peneliti harus

menguraikan konstruksi dari suatu pengertian/makna dan melakukan klarifikasi

tentang apa dan bagaimana dari suatu arti dibentuk melalui bahasa serta tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh aktor/pelaku sosialnya. Peneliti menggunakan

paradigma konstruktivisme karena peneliti ingin mendapat pengembangan

pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa.

b. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.

Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat

tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.12

Penelitian dengan

jenis kualitatif ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kuantitatif yang

berbasis pada paradigma positivistik (positivisme-empiris).13

Teknik yang

digunakan dalam penelitian teks media ini adalah menggunakan analisis semiotik

model Roland Bathes dalam memaknai komik strip pada kaver Koran Tempo.

Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan

sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa

pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.14

Ciri-ciri dari

penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan

11

Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methodes,

3rdEdition,(thousand Oaks, Calofornia : Sage Publications, Inc.,2002, h. 96-97 12

Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007)h.69 13

Antonious Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:

Gitanyali, 2004), h. 184 14

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta:

PT.Raja Grafindo Persada, 2003), h.215

 

Page 29: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

12

bukan merupakan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pembahasan mengenai komik.

Objek yang diteliti adalah sebuah komik strip pada kaver Koran Tempo edisi 27

September 2012 mengenai kasus yang melibatkan KPK dan Polri. Peneliti

menggunakan Analisis Semiotik model Roland Barthes untuk meneliti komik

strip tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna denotatif, konotatif

dan Mitos sesuai dengan Analisis Semiotik Roland Barthes. Teori konotasi dan

denotasi dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut

Barthes mengembangkan semiotik menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat

denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan

hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit,

langsung, dan pasti atau dengan kata lain denotasi adalah makna sebenarnya

sesuai kamus. Maka dari itu makna denotasi komik strip “KPK Dalam kepungan”

bisa diartikan makna sebenarnya gambar apapun yang terlihat oleh indra pembaca.

Seperti contoh, terdapat gambar tikus hitam pada komik strip tersebut. Makna

denotasi dari tikus hitam tersebut adalah seekor binatang mamalia pengerat.

Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda

dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak

langsung, dan tidak pasti atau dengan kata lain konotasi adalah makna ganda yang

lahir dari pengalaman kultural dan personal seseorang. Maka dari itu makna

konotasi komik strip “KPK Dalam Kepungan” bisa diartikan sesuai dengan

pengalaman personal masing-masing pembaca dalam melihat gambar pada komik

 

Page 30: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

13

itu. Seperti contoh, terdapat gambar tikus hitam pada komik strip tersebut. Makna

konotasi tikus hitam menurut peneliti adalah jorok, kotor, hama, dan menjijikkan.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang

menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua

penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut

akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan

membentuk tanda baru. Ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi

kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut

akan menjadi mitos. Dengan kata lain konotasi yang kuat akan berubah menjadi

mitos. Seperti contoh, terdapat gambar tikus hitam pada komik strip tersebut.

Makna mitos tikus hitam menurut peneliti adalah koruptor yang kotor dan licik.

Dalam objek yang diteliti, terdapat sebuah komik strip dengan lima panel yang

masing-masing panel terdapat gambar yang menunjukkan rentetan masalah yang

sedang menimpa KPK dan juga hasil konstruksi Redaksi Tempo. Terdapat tanda-

tanda yang mungkin saja menimbulkan multi tafsir oleh para pembaca seperti

tanda tokoh Kapolri, Ketua KPK, Presiden SBY, Gedung DPR, seekor tikus

hitam, gelas-gelas berisikan minuman anggur, balon dialog dan bangku

singgasana raja.

Itulah sebabnya mengapa penting melihat komik strip ini melalui sebuah

kacamata semiotik. Karena apa yang tergambar dalam setiap panelnya bolehlah

lucu, namun dibalik gambar lucu tersebut tersimpan berbagai makna yang

memiliki arti yang jika dipahami secara seksama akan menerangkan banyak hal

tentang masalah yang melibatkan KPK dan Polri. Maka dari itu, penelitian ini

 

Page 31: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

14

bermaksud untuk meneliti makna denotatif, konotatif dan mitos komik strip “KPK

Dalam Kepungan” sesuai dengan Analisis Semiotik Roland Barthes.

c. Tempat Penelitian

Penelitian akan akan dilakukan di Gedung Tempo, Kebayoran Center

Blok A11-A15 Jalan Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta 12240, Telp. 021-

7255625, Fax: 725-5642, E-mail: [email protected]

d. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Koran Tempo, sedangkan objeknya

adalah komik strip pada kaver depan Koran Tempo berjudul “KPK Dalam

Kepungan” Edisi No. 4008 Tahun XII, 27 September 2012 yang memuat lima

panil komik berisikan gambar dan teks.

e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

- Observasi, yaitu pengamatan secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan

yang memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dikaji. Observasi atau

pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering

digunakan untuk jenis penelitian kualitatif.15

Dalam penelitian ini, peneliti akan

melakukan observasi ke Gedung Tempo untuk mengumpulkan data terkait objek

penelitian yang diteliti.

- Wawancara, dalam riset kualitatif yang disebut sebagai wawancara mendalam

atau wawancara intensif dan kebanyakan tak berstruktur.16

Dengan tujuan

mendapatkan data yang mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti akan

15 Antonious Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:

Gitanyali, 2004), h.186 16

Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), Cet ke-

2 h.96

 

Page 32: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

15

mewawancarai pihak yang terkait langsung dengan proses perencanaan dan

pembuatan komik strip pada kaver Koran Tempo edisi 27 September 2012.

- Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan mendalam

terhadap data dari buku-buku dan berbagai bacaan, baik berupa karya tulis,

maupun artikel-artikel yang dipublikasikan di berbagai media.

f. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya dapat dinyatakan bahwa analisis semiotik adalah suatu cara

atau teknik untuk meneliti teks.17

Data dianalisis dengan menggunakan analisis

semiotik Roland Barthes yang mengacu pada hubungan antara signifier (penanda)

dan signified (petanda). Barthes menyebutnya sebagai denotasi (makna paling

nyata dari tanda) dan konotasi (pemberian makna tertentu pada suatu ujaran) dan

makna mitos. Data yang terkumpul akan dijabarkan secara konkrit dengan

beberapa hasil temuan studi pustaka. Maka akan dijelaskan sebuah fakta dan

masalah untuk memperoleh suatu kesimpulan yang akurat.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini berisikan paparan latar belakang masalah,

batasan masalah, dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, dalam bab ini dijabarkan isi penelitian yang didapat

dari hasil studi pustaka dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Yaitu

pengertian media cetak, pengertian semiotik, teori konstruksi sosial media,

pengertian komik/kartun serta bagaimana membaca makna yang terdapat dalam

17

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LkiS, 2008), h. 237

 

Page 33: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

16

komik strip tersebut menggunakan analisis semiotik, terutama menggunakan

model Roland Barthes.

BAB III Gambaran Umum Tempo, dalam bab ini berisi profil PT Tempo Inti

Media, Profil itu sendiri terdiri atas sejarah singkat berdirinya Koran Tempo, Visi

dan Misi, serta struktur redaksional dari Koran Tempo. Bab ini juga akan

memaparkan alasan Koran Tempo memuat komik strip “KPK Dalam Kepungan”

edisi 27 September 2012.

BAB IV Temuan dan Analisis Data, dalam bab ini berisi temuan dan analisis

semiotik model Roland Barthes yaitu makna Denotasi, Konotasi dan Mitos komik

strip pada kaver Koran Tempo yang berjudul “KPK Dalam Kepungan” edisi No.

4008 Tahun XII, 27 September 2012.

BAB V Penutup, dalam bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai

kesimpulan dan saran penulis.

 

Page 34: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A . Media Cetak

a. Pengertian Media Cetak

Pengertian media cetak bagi masyarakat masih dipahami secara sempit.

Banyak orang beranggapan bahwa media cetak sama dengan pengertian surat

kabar atau majalah. Padahal, jika diurai maknanya secara mendalam, media cetak

tidak terbatas pada dua jenis media itu saja. Secara sederhana pengertian media

cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi kepada

masyarakat yang disampaikan secara tertulis.

Media cetak merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat di

samping media eletronik dan juga media digital. Dalam pergerakan dinamika

masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal

dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital.

Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen

yang menantikan informasi yang dibawanya.

Dari pemaparan tentang media cetak tersebut, nampak ada keunggulan

media ini dibandingkan dua pesaingnya. Media cetak bisa menyampaikan sebuah

informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan

digital, mereka lebih mengutamakan kecepatan informasi. Sehingga tak jarang

 

Page 35: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

18

informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang.18

Secara

umum, jenis media cetak yang ada di Indonesia diklasifikasikan menjadi delapan

bagian. Pengklasifikasian tersebut, didasarkan pada waktu terbit media tersebut.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikeluarkan oleh Dirjen Pembinaan Pers dan

Grafika, tentang pembagian media cetak dan pengklasifikasiannya.

Kedelapan jenis media cetak tersebut di antaranya adalah: 19

1. Surat Kabar Harian

Ini adalah jenis media cetak yang terbit setiap hari, kecuali pada

hari-hari tertentu seperti pada libur nasional. Jenis media cetak ini

masih dibagi lagi menjadi Surat Kabar Harian Nasional, Surat

Kabar Harian Daerah, dan Surat Kabar Harian Lokal. Berita yang

disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini dan

disampaikan dengan sistem straight news atau apa adanya.

2. Surat Kabar Mingguan

Jenis media cetak ini lebih banyak dikenal dengan sebutan tabloid.

Biasanya berita yang diangkat adalah berita hiburan atau juga in

depth news atau liputan mendalam. Tulisan dalam media ini lebih

banyak bergaya feature atau deskriptif.

3. Majalah Mingguan

Jenis majalah ini terbit setiap minggu sekali. Berita yang diangkat

adalah berita in depth news dengan jenis berita adalah berita news

atau tentang sebuah peristiwa.

4. Majalah Tengah Bulanan

Majalah ini terbit sebulan dua kali. Berita yang ditampilkan lebih

bersifat informatif dan biasanya memuat tentang berita life style

atau gaya hidup.

5. Majalah Bulanan

Majalah bulanan terbit sekali dalam sebulan. Jenis pemberitaan

yang disampaikan biasanya termasuk investigatif atau berita yang

didapat dari hasil penelitian.

18

http://komunikasiyudharta07.blogspot.com/2011/01/pengertian-media-cetak-dan-

jenisnya.html diakses pada 21 Januari 2013 pukul 13:52 19

http://masitharisani.blogspot.com/2011/11/perkembangan-teknologi-di-media-

cetak.html diakses pada 26 Februari 2013 pukul 20.06

 

Page 36: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

19

6. Majalah Dwibulanan

Majalah ini terbit sekali dalam dua bulan. Informasi yang

disampaikan dalam majalah ini biasanya terkait dengan laporan

dari hasil aktivitas sesuatu. Misalnya laporan neraca perusahaan

atau juga majalah yang berisi laporan pendapatan sebuah lembaga

zakat.

7. Majalan Tribulanan

Majalah ini berkonsep hampir mirip dengan majalah dwi bulanan.

Yang membedakan hanya masalah waktu terbit, yang dilakukan

setiap tiga bulan sekali.

8. Bulletin

Media cetak ini biasanya dibuat untuk kalangan tertentu atau intern

saja. Dan media ini biasanya hanya terdiri dari beberapa halaman,

serta dibuat dengan konsep sederhana. Buletin juga tidak dibuat

untuk kepentingan komersial.

b. Pengertian Surat Kabar

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikkan dengan pers, namun

karena pengertian pers sudah luas, di mana media elektronik sekarang ini sudah

dikategorikan dengan media juga. Untuk itu pengertian pers dalam arti sempit,

pers hanya meliputi media cetak saja, salah satunya adalah surat kabar.

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya

bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya

serta penekanan isinya. Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah

lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-

ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa

saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca”.20

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media massa

tercetak ialah dalam pengertian sempit, yakni surat kabar. Menurut Onong

20

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.( Bandung: Remaja

Rosdakarya,1992), h. 241

 

Page 37: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

20

Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus

dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :21

1. Publisitas (Publicity)

Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada

publik. Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi

dalam surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan

dengan umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat

kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada

sekelompok orang atau golongan.

2. Periodesitas (Periodicity)

Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa

satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena

mempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak

dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut

kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.

3. Universalitas (Universality)

Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari

berbagai penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya

hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan,

seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak

termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada

khalayak umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya

mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan

ke dalam kategori surat kabar.

4. Aktualitas (Actuality)

Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan

sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang

disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi

kini, dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi

dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas

sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa

menyampingkan pentingnya kebenaran berita.

Pada zaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola

berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Fungsi surat kabar

sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :

21

Ibid., h. 199-121

 

Page 38: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

21

a) Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca

berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi

mengenai berbagai hal mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau

pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan

orang lain dan lain sebagainya.

b) Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar

memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga

khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini

bisa secara implisit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit

dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita

bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek

pendidikan.

c) Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk

mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang

berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita

pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok,

karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human

Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.

d) Mempengaruhi

Mempengaruhi adalah fungsinya yang keempat yakni fungsi

mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan

penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat

kabar secara implisit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit

terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus

untuk bidang perniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh

perusahaan-perusahaan.22

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada

kehidupan individu dan masyarakat. Melalui berita-berita dan artikel yang

disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan

yang menarik. Cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga

dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.

Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan

berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada

22

Onong Uchjana Effendy . Dinamika Komunikasi. (Bandung :Remadja Karya CV , 1986

), h. 122-123

 

Page 39: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

22

umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.

Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada

pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai

beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan

dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.23

Hal-hal yang dimuat media cetak lainnya bisa saja mengandung

kebenaran, tetapi belum tentu mengenai sesuatu yang baru saja terjadi. Diantara

media cetak, hanyalah surat kabar yang menyiarkan hal-hal yang baru terjadi.

Pada kenyataannya, memang isi surat kabar beranekaragam, selain berita juga

terdapat artikel, rubrik, cerita bersambung, cerita bergambar, dan lain-lain yang

bukan merupakan laporan tercepat. Kesemuanya itu sekedar untuk menunjang

upaya membangkitkan minat agar surat kabar bersangkutan dibeli masyarakat.

B. Kartun Dan Komik

a) Pengertian Kartun

Pengertian kartun yang sebenarnya adalah meminjam istilah dari bidang

fine arts. Kata kartun berasal dari bahasa Italy, yaitu cartone yang berarti ”kertas”.

Menurut I Dewa Putu Wijana, kartun merupakan sebuah permainan bahasa.

Pemilihan kata-kata pada teks kartun sangatlah mempengaruhi nilai humor kartun

tersebut.24

Sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis, kartun merupakan suatu

gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan

suatu pesan secara cepat dan ringkas, atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi,

23

http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-surat-kabar.html diakses pada

26 Februari 2013 pukul 20:10 24

I Dewa Putu Wijaya, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa

(Yogyakarta:Ombak,2004) ,h.6.

 

Page 40: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

23

atau kejadian-kejadian tertentu. Kartun biasanya hanya mengungkap esensi pesan

yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa

detail, dengan menggunakan simbol-simbol, serta karakter yang mudah dikenal

dan dimengerti secara cepat.

Terkadang kartun menjadi sebuah gambar yang bersifat reprensentasi atau

simbolik, mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya

muncul dalam publikasi secara periodik, dan paling sering menyoroti masalah

politik atau masalah publik. Namun masalah-masalah sosial kadang juga menjadi

target, misalnya dengan mengangkat kebiasaan hidup masyarakat, peristiwa

olahraga, atau mengenai kepribadian seseorang.25

Secara sederhana kartun bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kartun

verbal dan nonverbal. Kartun verbal adalah kartun yang memanfaatkan unsur

verbal seperti kata, frasa, kalimat, wacana di samping gambar-gambar jenaka yang

digunakan untuk memancing tawa para pembacanya. Sementara itu, kartun

nonverbal adalah kartun yang semata-mata memanfaatkan gambar-gambar atau

visualisasi jenaka untuk menjalankan tugas itu. Adapun gambar yang disajikan

pada jenis kartun yang kedua ini adalah gambar-gambar yang memutar balikkan

logika.26

Terdapat lima jenis kartun yang biasanya digunakan dalam media cetak, yaitu :27

25 Setiawan, Muhammad Nashir, Menakar Panji Koming;Tafsiran Komik Karya Dwi

Koendoro pada Masa Reformasi Tahun 1998, (Jakarta :Penerbit Buku Kompas, 2002). h. 16 26

I Dewa Putu Wijaya, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa (Yogyakarta

:Ombak,2004),h.8. 27

Ibid,h.11

 

Page 41: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

24

1) kartun murni (gags cartoon), kartun yang dimaksudkan

sebagai gambar lucu untuk mengolok-olok tanpa

bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa

aktual

2) kartun animasi, kartun yang dapat bergerak atau hidup,

yang terdiri dari susunan gambar yang direkam dan

ditayangkan di televisi atau layar film, disebut juga film

kartun

3) kartun komik, kartun yang terdiri atas kotak-kotak (panel)

yang menampilkan alur cerita

4) kartun editorial (editorial cartoon), kartun yang

menitikberatkan misinya pada kritik dan yang merupakan

visualisasi editorial/ tajuk rencana sebuah media cetak,

Kartun Editorial adalah bagian dari opini media yang

dituangkan dalam gambar-gambar khusus. Semula, kartun

hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun

pada perkembangan selanjutnya, kartun dijadikan sarana

untuk menyampaikan kritik sehat, yaitu lewat kartun

editorial

5) kartun politik (political cartoon), kartun yang

menitikberatkan sasarannya pada masalah-masalah politik

Dari kelima jenis kartun yang telah dijelaskan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa komik strip “KPK Dalam Kepungan” pada kaver Koran

Tempo edisi 27 September 2012 adalah kartun editorial. Lewat kartun yang

berbentuk komik strip tersebut, Koran Tempo ingin menyampaikan “kritik sehat”

mereka terkait masalah yang melibatkan KPK dan Polri.

b) Pengertian Komik

Kata komik sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “comic” atau dalam

bahasa Yunani di sebut juga “komikos” yang berarti segala sesuatu yang

berhubungan dengan komedi yang lucu dan bersifat menghibur atau diartikan juga

sebagai sebuah buku atau gambar yang terdiri dari komik strip. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar (dalam majalah,surat

 

Page 42: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

25

kabar atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dibaca dan lucu.28

Menurut

Marcel Danesi, komik merupakan gambar yang memiliki cerita dengan

menggunakan rangkaian gambar, disusun secara horizontal dalam kotak-kotak

yang disebut panel dan dibaca seperti layaknya teks, yaitu dari arah kiri ke

kanan.29

Toni Masidiono, dalam bukunya 14 Jurus Membuat Komik, mengartikan

komik sebagai Gambar Bercerita (Gamcer) bukan Cerita Bergambar (Cergam).

Karena menurutnya komik adalah sebuah dunia tutur gambar, suatu rentetan yang

bertutur menceritakan sebuah cerita.30

Sedangkan menurut Scott McCloud, komik

adalah gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang bersebelahan dalam

urutan tertentu untuk menyampaikan informasi kepada pembacanya.31

Saat pertama kali komik muncul, ceritanya biasanya bertema superhero

yang menyelamatkan orang-orang tanpa balas budi, namun sekarang komik telah

berkembang menjadi berbagai macam pilihan tema. komik di masa kini sangat

berbeda apabila dibandingkan dengan komik-komik pendahulunya. Panel-panel

kaku yang dahulu digunakan sebagai pembatas, kini tidak lagi kaku. Kemudian

tulisan yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pendukung gambar, kini telah

berperan lebih dari sekedar pendukung gambar, bahkan tidak jarang memiliki

kedudukan yang setara dengan gambar. Gagasan dan gambar menjadi semakin

28

Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia(

Jakarta: Balai Pustaka,1999),Cet-10,h.515. 29

Marcel Danesi. Understanding Media Semiotics (NewYork: Oxford University Press

Inc,2002),h.78. 30

Toni Masdiono. 14 Jurus Membuat Komik (Jakarta:Creative Media,1998),h.39. 31

Scott McCloud, Memahami Komik (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia,2001)h.20.

 

Page 43: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

26

kompleks dengan banyaknya simbol yang harus dipahami terlebih dahulu oleh

para pembacanya.

Saat ini komik tidak hanya untuk mengisi dan menambah imajinasi saja,

tetapi juga dapat memberitahukan sejarah, perekonomian, keadaan masyarakat,

budaya, nilai-nilai sosial, dan bahkan menjadi alat sindir menyindir dalam dunia

media massa dan politik.32

Kartun adalah unsur yang paling penting dari sebuah

komik. Tanpa kartun, tidak akan ada komik. Salah satu fungsi yang dimiliki

kartun adalah untuk menyindir. Hal ini bisa disama artikan dengan mengkritik.

Paradopo menyatakan, “Kritik dalam artinya yang paling tajam adalah

penghakiman (judgement)”.33

Sebagai penghakiman, kritik merupakan hasil

pertimbangan terhadap situasi yang terjadi. Komik Indonesia merujuk pada istilah

manga dalam bahasa Jepang. Manga berarti karikatur, kartun, komik strip, buku

komik, atau animasi.

Biasanya dalam sebuah komik terdapat unsur yang menjadi tanda dan

akhirnya menimbulkan suatu makna tertentu sehingga secara tidak langsung dapat

mempengaruhi yang melihatnya. Dalam komik hal yang jelas terlihat dan

bermakna adalah bahasa tubuh dan warna. Setiap anggota tubuh seperti wajah

(termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kaki, kepala dan bahkan tubuh

secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.34

Karena kita hidup,

seluruh anggota tubuh kita selalu bergerak. Selain itu pemberian warna juga

sangat penting dalam kartun atau komik. Biasanya warna mempengaruhi suasana

32

I Dewa Putu Wijaya, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa (Yogyakarta

:Ombak,2004),h.25. 33

Rahmat Djoko Pradopo, Prinsip-prinsip Kritik Sastra, (UGM Press: 1994) h. 10. 34

Deddy Mulyana,Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001) h. 353

 

Page 44: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

27

hati. Pembuat komik kerap kali memberikan warna untuk mengekspresikan

sesuatu kepada pembaca. Berikut ini adalah uraian suasana hati yang

diapresiasikan dengan warna sebagaimana diungkapkan oleh Barker dalam

Mulyana.35

Tabel 1.

Suasana Hati Yang Diasosiasikan Dengan Warna

Suasana Hati Warna

Menggairahkan, merangsang, mewah Merah

Aman, nyaman Biru

Tertekan, terganggu, bingung Oranye

Lembut, menenangkan Biru

Melindungi, mempertahankan Merah,coklat,hitam

Sangat sedih, patah hati, tidak

bahagia

Hitam,coklat

Kalem, damai, tentram Biru,hijau

Berwibawa, agung Ungu

Menyenangkan, riang gembira Kuning

Menantang, melawan, memusuhi Merah,oranye

Berkuasa, kuat, bagus sekali Hitam

35

Ibid.,h.429-430

 

Page 45: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

28

c) Jenis-jenis Komik

Berikut adalah jenis-jenis komik dengan pengertiannya:36

1) Komik Strip atau Comic Strip

Komik Strip disebut juga newspaper strip, jenis komik

ini biasa muncul pada surat kabar atau majalah dan

biasanya terdiri dari susunan beberapa panil/kolom saja.

Di Indonesia, komik strip tercatat sebagai komik yang

pertama kali muncul yaitu tahun 1930, komik humor

tersebut diciptakan oleh Kho Wang Gie di surat kabar

Sin Po. Melihat bentuk tampilan komik yang dimuat

Koran Tempo edisi 27 September 2012, peneliti

mengkategorikan komik tersebut sebagai komik strip

karena muncul pada kaver Koran Tempo dalam bentuk

lima panil.

2) Komik Buku atau Comic Book

Jenis komik ini adalah komik yang dikemas dalam

bentuk buku. Berisikan sebuah cerita dan biasanya

memiliki halaman-halaman yang bersambung.

3) Komik Buku Kompilasi atau Graphic Novels

Berbagai cerita dengan beda pengarang dalam satu

buku, dan tiap cerita tidak memiliki hubungan. Banyak

dipakai komikus independen Indonesia. Ada juga yang

menggabungkan format majalah dalam comic books

dengan teknik kompilasi graphic novels.

Esvandiari dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit Komik

dengan Photoshop, mengungkapkan beberapa istilah dalam dunia komik yang

harus dipahami oleh para komikus pemula. Diantaranya:37

1. Outline : garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan

standar yang baru, outline yang memiliki tebal tipis akan terlihat lebih

dinamis dan hidup.

36

http://pensilseni.wordpress.com/2011/07/22/jenis-jenis-komik/diakses pada

25April2013 pukul 13.00 37

Esvandiari Sant, Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo),h.3

 

Page 46: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

29

2. Panil : kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman

terdapat beberapa panil sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah persegi

empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi panil.

3. Tone dan Screentone : lembaran motif yang digunakan untuk mengisi

bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang salah

satu sisinya dilapisi lem atau perekat.

4. Toning : proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.

5. Balon Dialog : tempat meletakkan dialog. Umumnya berbentuk bulat atau

lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu.

6. Foreground : gambar yang dilihat mata lebih dulu atau terletak dibagian

depan. Biasanya memiliki outline yang lebih tebal dibandingkan latar

belakang.

7. Background : gambar yang terletak di belakang foreground. Biasanya

memiliki outline yang lebih tipis dibandingkan foreground.

d) Pengertian Komik Strip dan Sejarahnya

Ketika seseorang membaca surat kabar, umumnya ia akan menemukan

sederet panil berisikan gambar yang disertai dengan tulisan yang menceritakan

kisah yang menghibur, yang disebut komik strip. Komik strip, seperti namanya,

disebut karena beberapa strip (baris) berisi cerita dalam rangkaian gambar dan

diterbitkan secara teratur dalam surat kabar ataupun majalah. Di Indonesia

penelusuran jejak sejarah komik strip menghasilkan temuan berupa keberadaan

relief cerita candi, cerita lontar, dan wayang beber, yaitu cerita yang dikisahkan

oleh pendeta atau dalang melalui gambar dua dimensi atau tiga dimensi dengan

media batu, daun lontar, dan kain.38

Tabrani menyebut ketiga hal di atas sebagai

komik tradisional yang berbentuk strip dengan bentuk panil yang berbeda.

Menurut Tabrani terdapat cara bahasa rupa komik tradisional yang dapat

ditemukan di dalam komik modern, yaitu panil, teks, warna, dan gambar. Dengan

demikian dapat dikatakan komik tradisional merupakan cikal bakal komik strip

38

Tabrani,P. Bahasa Rupa,(Bandung:kelir,2005),h 69

 

Page 47: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

30

modern Indonesia. Sementara itu dari penelusuran komik strip modern Indonesia

menghasilkan temuan berupa komik strip berjudul “Put On” karya Kho Wang Gie

yang muncul dalam surat kabar Sin Popada tahun 1931.

C. Semiotik

a. Pengertian Semiotik

Semiologi atau semiotik berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni

logika, retorika, dan poetika.39

Akar nama semiotik berasal dari kata Yunani:

semeion, yang berarti tanda atau “seme” yang berarti penafsir tanda.40

Secara

sederhana semiotik dapat diartikan sebagai ilmu atau metode analisis untuk

mengkaji tanda. Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial yang

memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut

dengan “tanda”.41

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-

konvensi, yang memungkinkan tanda itu memiliki arti.42

Tanda itu sendiri

didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun

sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

Istilah semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang

berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari

sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik

meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta “tactile” dan “olfactory” (semua

tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita

39

Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, (Magelang: Indonesiatera, 2001), h. 49 40

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Rosdakarya,2009)h.16 41

Ibid, h, 87 42

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Edisi-1 (Jakarta; Kencana

Prenada Media Group, 2006) cet.ke-2, h.261-262

 

Page 48: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

31

miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis

menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku

manusia.43

Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotik sebagai metode kajian ke

dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecendrungan

untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata

lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan

pandangan semiotik, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena

bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal yang

dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.44

Sedangkan menurut Komaruddin Hidayat, bidang kajian semiotik atau

semiologi adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana

memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan membimbing

pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan

kata lain, semiologi berperan untuk melakukan interogasi terhadap kode-kode

yang dipasang oleh penulis agar pembaca bisa memasuki bilik-bilik makna yang

tersimpan dalam teks. Seorang pembaca ibarat pemburu harta karun yang

bermodalkan peta, harus paham terhadap sandi dan tanda-tanda yang menunjukan

di mana “makna-makna” itu tersimpan dan kemudian dengan bimbingan tanda-

tanda baca itu pintu makna dibuka.45

43

http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika, diakses pada 11 Februari 2013 pukul 14:51 44

Yasraf Amir Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat, realitas Kebudayaan menjelang

Milenium Ketiga dan Matinya Posmoderansm. (Bandung: Penerbit Mizan,1998.) 45

Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa agama: Sebuah Kajian Hermeneutik

(Jakarta: Paramadina, 1996)

 

Page 49: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

32

Secara sederhana, semiotik adalah segala sesuatu tentang pemaknaan

tanda. Karena pada dasarnya seluruh aktifitas manusia dalam keseharian selalu

diliputi berbagai kejadian-kejadian yang secara langsung atau tidak langsung,

disadari atau tak-sadar, memiliki potensi makna dan tanda yang terkadang luas

nilainya jika dipandang dari sudut-sudut yang dapat mengembangkan suatu objek

pada kaitan-kaitan yang mengindikasikan suatu pesan atau tanda tertentu. Ketika

tanda tersebut berada dalam kehidupan manusia, maka ini berarti tanda dapat pula

berada pada kebudayaan manusia, dan menjadi sistem tanda yang digunakan

sebagai pengatur kehidupan manusia. Oleh karenanya, tanda-tanda itu (yang

berada pada sistem tanda) sangatlah akrab dan bahkan melekat pada kehidupan

manusia yang penuh makna (meaningful action) seperti teraktualisasi pada

bahasa, religi, seni, sejarah, dan ilmu pengetahuan.46

Berdasarkan beberapa pengertian yang sudah dipaparkan sebelumnya,

peneliti menyimpulkan bahwa semiotik adalah sebuah ilmu yang mengkaji

tentang apapun yang memiliki tanda dalam kehidupan manusia. Menurut peneliti,

kehidupan manusia tidak pernah lepas dari yang namanya tanda yang bisa

ditangkap oleh panca indra manusia dan di balik tanda pasti tersimpan makna.

Menurut Berger dalam Sumbo, semiotik memiliki dua tokoh utama, yakni

Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914).

Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semotik secara terpisah dan tidak

46

Alex Sobur, Analisis Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan

Framing (Bandung: PT Rosdakarya,2004)cet.ke-4, h.124

 

Page 50: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

33

saling mengenal satu sama lain. Sausurre di Eropa dan Pierce di Amerika Serikat,

latar belakang keilmuan Sausurre adalah linguistik, sedangkat Pierce filsafat.47

Sampai sekarang kajian semiotik dibedakan menjadi dua, yakni semiotik

komunikasi dan semiotik signifikasi. Yang pertama menekankan kepada teori

tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam

faktor dalam berkomunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan,

saluran komunikasi, dan acuan. Sedangkan yang kedua memberikan tekanan pada

teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.48

Berikut adalah

rumusan istilah semiotik:49

S( s,i,e,r,c )

S = Semiotic Relation (hubungan semiotik)

s = Sign (tanda)

i = Interpreter (penafsir)

e = Effect (pengaruh)

r = Reference (rujukan)

c = Context (konteks)

Berdasarkan rumusan di atas dapat diartikan bahwa relasi atau hubungan

semiotik dari suatu subjek tertentu harus melihat atau mempertimbangkan tanda,

tafsiran atau makna, efek atau pengaruh apa yang ditimbulkan, rujukan atau

referensi atau landasan penafsiran suatu makna dan pengaruhnya, yang

berdasarkan konteks tertentu (diciptakan atau dikonstruksikan).

47

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogjakarta : Jalasutra,2008) cet.ke-

2, h. 11 48

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi( Bandung: PT Rosdakarya, 2006), h 15 49

Ibid, h. 17

 

Page 51: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

34

b. Konsep Dasar Semiotik dan Bidang Terapan Semiotik

Secara garis besar semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu

semiotik pragmatik (semiotic pragmatic), semiotik sintaktik (semiotic syntactic),

dan semiotik semantik (semiotic semantic).50

1. Semiotik Pragmatik , menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan

tanda menurut yang menerapkan tanda tersebut dan bagi yang

menginterpretasikannya, serta makna atau efek tanda tersebut bagi yang

menginterpretasikan makna tersebut.

2. Semiotik Sintaktik, mengurai tentang kombinasi tanda yang

memperlihatkan “makna”nya ataupun hubungannya terhadap perilaku

subjek. Jadi semiotik ini mengabaikan pengaruh atau tidak memperhatikan

dampak yang dialami oleh subjek yang mengiterpretasikan tanda tersebut.

3. Semiotik Semantik, mengurai tentang pengertian suatu tanda sesuai

dengan „arti‟ yang disampaikan oleh tanda itu sendiri. Sehingga semiotik

ini bersifat objektif jika dibandingkan dengan kategori semiotik lainnya.

Bidang terapan semiotik bisa dikatakan sangat luas. Bidang ini bisa berupa

proses komunikatif yang tampak lebih “alamiah” dan spontan sampai pada istem

budaya yang lebih kompleks. Umberto Eco dalam Sobur menyebutkan tidak

kurang ada 19 bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai terapan ilmu semiotik,

yaitu: (1) Semiotik Binatang, (2) tanda-tanda bauan, (3) komunikasi rabaan, (4)

kode-kode cecapan, (5) paralingustik, (6) semiotik medis, (7) kinesik dan

proksemik, (8) kode-kode musik, (9) bahasa yang diformalkan, (10) bahasa tulis,

alfabet dan kode rahasia, (11) bahasa alam, (12) komunikasi visual, (13) sistem

objek, (14) struktur alur, (15) teori teks, (16) kode-kode budaya, (17) teks estetik,

(18) komunikasi masa, (19) retorika.51

50

http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotik diakses pada 18 Maret 2013 pukul 16.30 51

Ibid, h. 169

 

Page 52: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

35

c. Tokoh-tokoh Semiotik

Berikut ini beberapa tokoh yang berkecimpung dalam bidang semiotik,

diantaranya:52

a. Charles Sanders Pierce : Pierce adalah seorang filusuf asal Amerika

Serikat yang juga merupakan ahli logika. Pierce dikenal karena teori

tandanya. Di dalam lingkup semiotik, Pierce sebagaimana dipaparkan

Lechte, sering kali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah

yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Perumusan yang terlalu sederhana

ini menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda : tanda A

menunjukkan suatu fakta (objek B), kepada penafsirnya yaitu C. Oleh

karena itu, suatu tanda itu tidak pernah berupa suatu entitas sendirian,

tetapi yang memiliki ketiga aspek tersebut. Berdasarkan Objeknya, Pierce

membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon

adalah hubungan antara tanda dan objek yang bersifat kemiripan,

contohnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya

hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau

kenyataan. Contoh asap sebagai tanda adanya api. Simbol adalah tanda

yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.

b. Ferdinand de Saussure : Saussure dilahirkan di Jenewa pada tahun

1857 dalam sebuah keluarga yang sangat terkenal di kota itu karena

keberhasilan mereka dalam bidang ilmu. Ia hidup sezaman dengan Sigmun

Freud dan Emile Durkheim meski tidak banyak bukti bahwa ia sudah

pernah berhubungan dengan mereka. Ada lima pandangan Saussure yang

di kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss,

yaitu (1) signifier (penanda) dan signified (penanda); (2) form (bentuk) dan

content (isi); (3) langue (bahasa) dan parole (tuturan,ujaran); (4)

synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); serta (5) syntagmatic

(sintagmatik) assosiative (paradigmatik). Dengan kata lain penanda adalah

“bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Bisa juga disebut

aspek material dari bahasa (apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang

ditulis atau dibaca). Sedangkan, petanda adalah gambaran mental, pikiran,

atau konsep. Bagi Saussure, penanda dan petanda adalah seperti dua sisi

kertas yang tidak bisa terpisahkan.

c. Roman Jacobson : Roman Jacobson adalah salah satu dari beberapa

ahli linguistik abad kedua puluh yang pertama kali meneliti secara serius

baik pembelajaran bahasa maupun bagaimana fungsi bahasa bisa hilang.

Jacobson juga merupakan salah seorang teoritikus yang pertama-tama

berusaha menjelaskan komunikasi teks sastra. Berbicara mengenai

pandangan Jakobson, dapat dikemukakan bahwa bagi dia, bahasa itu

52

Ibid, h. 39-62

 

Page 53: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

36

memiliki enam fungsi yaitu : (1) fungsi refrensial, pengacu pesan; (2)

fungsi emotif, pengungkap keadaan pembicara; (3) fungsi konatif,

pengungkap keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan

atau dipikirkan oleh sang penyimak; (4) fungsi metalingual, penerang

terhadap sandi atau kode yang digunakan; (5) fungsi fatis, pembuka,

pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dan

penyimak; (6) fungsi puitis, penyandi pesan. Pengaruh Jacobson pada

semiotik berawal pada abad 20. Jacobson menerangkan adanya fungsi

bahasa yang berbeda, yang merupakan faktor pembentuk dalam setiap

jenis komunikasi verbal : addreser (pengirim), message (pesan), adresse

(yang dikirimi), context (konteks), code (kode), dan contact (kontak).

d. Louis Hjelmslev : Hjelmslev adalah salah satu tokoh linguistik yang

berperan dalam pengembangan semiologi pasca Sasussure. Pakar

Linguistik dan semiotika ini lahir di Denmark pada tahun 1899. Pemikiran

pokoknya ia tuangkan dalam beberapa karya tulis, antara lain lewat dua

karya terbaiknya, Prolegomena to Theory of Language (1963), yang

kemudian diterjemahkan oleh Francis J.Whitfield (1963); dan Language :

An Introduction (1970). Hjelmslev mengembangkan sistem dwipihak

(dyadic system) yang merupakan ciri sistem Saussure. Sumbangan

Hjelmslev terhadap semiologi Saussure adalah dalam menegaskan

perlunya sebuah “sains” yang mempelajari bagaimana tanda hidup dan

berfungsi dalam masyarakat. Dalam pandangan Hjelmslev, sebuah tanda

tidak hanya mengandung sebuah internal antara aspek material (penanda)

atau konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan antara

dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya.

D . Semiotik Roland Barthes

Barthes lahir pada 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di

Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik sebelah

barat daya Perancis.53

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir

strukturalis yang giat mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean.

Ia berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan

asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes juga

memandang dunia modern sebagai produsen dari begitu banyak sistem tanda pada

saat ini. Laju perkembangan komunikasi massa, misalnya, telah membuat bidang

ini begitu luasnya, mulai dari film, iklan, komik, fotografi hingga koran.

53

Ibid, h. 63

 

Page 54: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

37

Sejak kemunculan Saussure dan Pierce, semiologi menitikberatkan dirinya

pada studi tentang tanda dan segala yang berkaitan dengannya. Meskipun dalam

semiotik Pierce masih ada kecenderungan meneruskan tradisi Skolastik yang

mengarah pada pemikiran logis dan Saussure menekankan pada linguistik, pada

kenyataannya semiologi juga signifikasi dan komunikasi yang terdapat dalam

sistem tanda non linguistik. Bagi Barthes, semiologi hendak mempelajari

bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Barthes melihat

signifikasi sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susunan yang

terstruktur. Signifikasi tidak terbatas pada bahasa, tetapi terdapat pula pada hal-hal

yang bukan bahasa.54

a) Denotasi

Menurut Barthes, denotasi (denotation) merupakan tanda yang

penandanya mempunyai tingkat konvensi atau kesepakatan yang tinggi dan

sebaliknya tingkat keterbukaan maknanya rendah dengan kata lain, denotasi

merupakan tanda yang menghasilkan makna-makna eksplisit. Denotasi biasanya

dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang „sesungguhnya‟, kasat mata dan

sesuai dengan makna kamus.

Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya,

denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama. Reaksi yang paling

ekstrim melawan keharfiahan denotasi yang bersifat operasif, Barthes mencoba

menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi semata-

mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai

54

Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, (Magelang: Indonesiatera, 2001), h. 52-53

 

Page 55: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

38

sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang

bersifat alamiah. Barthes berpendapat bahwa denotasi sebagai suatu sistem

signifikasi tingkat pertama. Dalam konteks yang terakhir, menurut Barthes,

walaupun konotasi merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca

agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering

disebut sebagai sistem pemakanaan tataran kedua ini, yang dibangun dia atas

sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas

sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem

yang pertama. Sistem pemaknaan tataran kedua atau disebut konotatif yang

digagas Barthes pada dasarnya melanjutkan studi Hjelmslev.55

Dia adalah tokoh

linguistik yang berperan dalam pengembangan semiologi pasca Sasussure. Dalam

pandangan Hjelmslev, sebuah tanda tidak hanya mengandung sebuah internal

antara aspek material (penanda) atau konsep mental (petanda), namun juga

mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar

dirinya.

Berikut ini adalah peta tentang bagaimana tanda bekerja menurut Roland

Barthes:56

55

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi( Bandung: PT Rosdakarya, 2006),h 69 56

Ibid., h.69

 

Page 56: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

39

Gambar 1.

Peta Makna Roland Barthes

1. Signifier

(penanda)

2. Signified

(petanda)

3. Denotative sign ( tanda denotatif)

4. Conotative Signifier

(penanda konotatif)

5. Conotative Signified

(petanda konotatif)

6. Conotative Sign (tanda konotatif)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas

penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif

adalah juga penanda konotatif (4). Denotasi menempati tingkat pertama dan

Barthes mengasosiasikan terhadap “ketertutupan makna”, atau dengan kata lain

suatu kata yang pertama mewakili ide atau gagasan atau sebenar-benarnya makna.

Denotasi adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas

perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicaraan (penulis)

dan pendengar.

b) Konotasi

Konotasi (connotation) menurut Barthes merupakan tanda yang

penandanya mempunyai keterbukaan petanda atau makna. Dengan kata lain,

konotasi adalah makna yang dapat menghasilkan makna lapis kedua yang bersifat

implisit, tersembunyi atau makna konotatif (connotative meaning). Biasanya,

 

Page 57: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

40

konotasi mengacu pada makna yang menempel pada suatu kata karena sejarah

pemakaiannya. Akan tetapi di dalam semiologi Roland Barthes, konotasi

dikembalikan lagi secara retoris. Bagi Barthes, tanda konotatif tidak sekadar

memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

yang melandasi keberadaannya.57

Konotasi dapat didefinisikan sebagai suatu sitem yang bidang ekspresinya

merupakan suatu sistem signifikasi, sebagai suatu sistem tanda yang terdiri atas

signifier/penanda, signified/petanda dan signifikasi yang adalah suatu proses

menggabungkan penanda dengan petanda.

Ekspresi/penanda pada konotasi disebut konotator. Karena konotator

adalah gabungan ekspresi dan isi pada sistem denotasi, maka konotator sebetulnya

adalah tanda juga. Suatu konotator bisa saja tidak hanya terdiri atas satu tanda

denotasi, melainkan kumpulan dari beberapa tanda denotasi, dengan syarat yaitu

kumpulan tanda denotasi tadi dihubungkan dengan satu petanda.

Isi/petanda konotasi, menurut Barthes adalah satu serpihan dari ideologi,

segang ideologi itu sendiri adalah kumpulan sejumlah pesan. Pesan-pesan

konotasi berhubungan dengan kebudayaan, pengetahuan, dan sejarah pembaca.

Menurut Barthes sebuah sistem konotasi adalah sistem yang berlapis

ekspresinya sendiri sudah berupa sistem penandaan. Pada umumnya kasus-kasus

konotasi terdiri dari sistem-sistem kompleks yang di dalamnya bahasa menjadi

sistem pertama, sebagaimana terlihat dalam sastra. Misalnya, bila pendengar

dihadapkan pada kalimat, 1) Salsabila bunga desa; dan 2) Tazkiya sedang

57

Ibid, h.69

 

Page 58: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

41

kedatangan bulan. Konsep bunga dan bulan yang telah ada lebih dulu dipikiran

manusia kini berubah maknanya atau mengalami konotasi. Sehingga diperlukan

kata-kata lain untuk menjelaskan kata-kata bunga dan bulan. Kata bunga pada

contoh kalimat di atas berarti gadis ,tentulah bunga dan gadis sebelumnya tidak

berkaitan, tapi bunga dan gadis diinterpretasikan memiliki sifat yang sama seperti

cantik, indah dipandang, dan menarik hati. Begitupun contoh yang kedua, bulan

berarti haid. Kata bulan dan haid di sini bermakna waktu. Pada „bulan‟ yang

memiliki jumlah 30 hari dan haid adalah kodrat wanita yang mengalami haid di

waktu tertentu dibilangan 30 hari tersebut. Konotasi sebagai sistem tersendiri

tersusun oleh penanda-penanda, petanda-petanda serta proses yang

memadukannya (signifikasi). Signifier dari konotasi (disebut sebagai „konotator‟)

dibentuk oleh tanda-tanda (kesatuan signifier dan signified) dari sistem denotasi,

secara predikat gabungan tanda-tanda denotasi dapat tergabung dalam sebuah

konotator unggul.58

b. Mitos

Teori mitos yang dikemukakan Barthes berbeda dengan teori mitos yang

secara umum dipahami yaitu mitos sebagai bentuk narasi. Mitos yang

dikemukakan Barthes berhubungan denga fenomena sehari-hari sedangkan yang

umum dipahami, mitos adalah suatu fenomena dasar kebudayaan manusia yaitu

suatu kisah, sebagai contoh kisah mitos Yunani.

Teori mitos Barthes adalah suatu pendekatan semiotik terhadap kenyataan

sehari-hari. Secara singkat mitos Barthes dapat dijelaskan bahwa signifikasi akan

58

Rusmana Dadan, Tokoh dan Pemikiran Semiotik,(Jakarta: Tazkiya Press, 2005). h, 138-

141

 

Page 59: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

42

fenomena kehidupan sehari-hari dapat berlangsung secara denotasi (sistem

semiologis pertama) dan konotasi (sistem semiologi kedua), dan bahwa mitos

adalag signifikasi yang didasarkan pada konotasi. Mitos menurut Barthes terletak

pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-

signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki

petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi ketika suatu tanda yang memiliki

makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna

denotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan

lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para

makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi

umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang

keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada

pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat”

akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.59

Konotasi yang mantap akan menjadi

sebuah mitos yang menurut Barthes, adalah sebuah tipe pembicaraan ( a type of

speech). Tetapi yang harus ditegaskan bahwa mitos adalah suatu pesan, mitos

tidak mungkin merupakan suatu objek, konsep, atau gagasan. Barthes

menjelaskan mitos sebagai suatu sistem yang janggal, karena ia dibentuk dari

rantai semiologis yang telah ada sebelumnya, mitos merupakan sistem tatanan

kedua (second-order semiological system). Berikut ini adalah gambar bagan mitos

59

http://repo.isi-dps.ac.id/464/1/469-1617-1-PB.pdf diakses pada 25 Frebruari 2012

pukul 10:30 WIB

 

Page 60: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

43

sebagai sistem semiologi tingkat kedua dan bahasa sebagai sistem semiologi

tingkat pertama60

Gambar 2.

Second-order semiological system

1. Penanda 2. Petanda

3. Tanda

I. PENANDA

II. PETANDA

III. TANDA

Menurut Barthes di dalam mitos terdapat dua sistem semiologi, yaitu

pertama adalah sistem bahasa dan sistem kedua adalah mitos itu sendiri. Mitos

dalam hal ini merupakan isi pesan pada proses pemaknaan kedua (konotasi).

Sehingga secara detail dapat dikatakan bahwa mitos adalah isi (content) pada

sistem pemaknaan kedua, sedangkan konotasi adalah bentuk dari sistem

pemaknaan kedua itu sendiri. Perspektif Barthes mengenai mitos menjadi salah

satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru mengenai semiologi, yaitu

penggalian lebih jauh dari proses pemaknaan (signification) untuk mencapai mitos

yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat. Menurut Barthes fenomena

keseharian bisa menjadi mitos, karena mitos adalah segala wicara, segalanya

dapat menjadi mitos asal hal itu disampaikan lewat wacana.

60

Barthes Roland , Petualangan Semiologi. Terjemahan oleh Udasmoro Wening (

Yogyakarta;Jalasutra, 2007)

Bahasa

MITOS

 

Page 61: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

44

BAB III

PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO

A. Sejarah Dan Perkembangan Koran Tempo

Bermula dari sebuah ruko kecil di bilangan Pecinan, Senen, Jakarta Pusat,

beberapa wartawan muda, seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto,

Harjoko Trisnadi, dan Christianto Wibisono, membidani lahirnya Majalah Berita

Mingguan Tempo pada 1971.61

Sejak pertama kali Tempo terbit, para pendirinya

memang meniatkan media ini dapat menyajikan berita peristiwa secara faktual,

akurat, dan berimbang. Dan faktanya, dengan falsafah itu, Tempo mampu tumbuh

dan berkembang pesat, bahkan kemudian menjadi ikon dan satu-satunya media

cetak yang independen sekaligus tepercaya di Indonesia.

Dalam perjalanannya, tentu saja ada masa pasang-surut yang harus

dilewati. Khususnya yang berkaitan dengan sajian berita yang ditampilkan. Fakta

yang sesungguhnya kerap bersinggungan dan memunculkan rasa tak nyaman bagi

kalangan penguasa Orde Baru kala itu. Tempo lahir dan mati di zaman orde baru.

Beberapa pendiri Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut

menggulingkan Soekarno dan kemudian menempuh jalan masing- masing untuk

“mengisi” zaman orde baru. Beberapa diantaranya lalu mendirikan Tempo setelah

gagal berkongsi dengan pengusaha pers kala itu B.M Diah, untuk majalah

Ekspress nya. Tempo luput dari pembredelan dua kali pada masa orde baru, tahun

61

Lampiran Company Profile Koran Tempo

 

Page 62: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

45

1974 dan 1978 namun kembali dibredel pada 1982 dan akhirnya terbit lagi pada 6

oktober 1998 sampai sekarang.62

Di tengah upaya Tempo untuk bertahan, beragam produk mereka

luncurkan sebagai alternatif cara untuk terus bertahan di ranah persaingan media

di Indonesia. Salah satu produknya adalah Koran Tempo. Sudah satu dekade ini

Koran Tempo hadir di hadapan pembaca. Sejak terbit pertama kali pada 2 April

2001, banyak hal telah diungkap untuk memenuhi tuntutan pembaca akan berita

yang lebih cerdas dan berkualitas. Dengan format enam kolom, Koran Tempo

berusaha menghadirkan berita yang ringkas tanpa kehilangan kedalamannya.

Tempo juga tetap menyajikan berita-berita investigatif, terutama yang berkaitan

dengan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Tak heran pada 2002 Koran

Tempo memperoleh penghargaan sebagai koran paling kredibel dari Dewan Pers.

Selain itu, Koran Tempo selalu memperbaiki desain agar senantiasa menarik

perhatian pembaca. Kualitas penulisan juga terus ditingkatkan. Upaya ini

membuahkan penghargaan dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Koran Tempo berhasil meraih penghargaan sebagai koran berbahasa Indonesia

terbaik selama empat tahun berturut-turut, mulai 2007 hingga 2010.

Pada 2011, Koran Tempo menampilkan lebih banyak desain yang segar.

Infografis akan tampil rutin pada rubrik seperti Ilmu dan Teknologi, Gaya Hidup,

Kesehatan, Olahraga, dan Internasional. Tujuannya tidak lain adalah

memaksimalkan ruang yang terbatas dengan menyajikan sebanyak mungkin

62

Lampiran Company Profile Koran Tempo

 

Page 63: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

46

informasi melalui tampilan infografis yang memikat, bukan dalam bentuk teks

yang padat.63

Pertimbangan memandirikan Koran Tempo di samping majalah Tempo

secara teknis ialah untuk mewadai bahan-bahan berita majalah Tempo yang

terbuang percuma, secara idealis Koran Tempo mencoba memunculkan sesuatu

yang baru dan berbeda dengan surat kabar lainnya. Idealisme Koran Tempo

sendiri ialah untuk menjadi media massa cetak yang mampu mendorong

masyarakat agar menjadi kritis dalam menerima informasi. Sasaran pemasaran

Koran Tempo yaitu pada masyarakat kelas menengah ke atas yang secara

ekonomi berkecukupan dan memiliki pendidikan yang tinggi. Motto yang dimiliki

Koran Tempo yaitu “to be concise”, yaitu memberitakan sebuah peristiwa dengan

ringkas, padat, dan sesuai dengan 5W + 1 H. Motto ini juga mendasari desain

Koran Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari satu halaman ke

halaman lainnya.pertimbangan ini agar untuk membantu masyarakat yang tidak

mempunyai waktu yang banyak untuk membaca, bisa memahami dan mengerti

maksud berita tersebut.

Saat ini Koran Tempo memiliki label sebagai koran kompak, sebuah

pergeseran konsep surat kabar harian broadsheed menjadi format tabloid enam

kolom yang lebih mungil dan ringkas. Ketika muncul perdana, Koran Tempo

memang menampilkan sejumlah kejutan, diantaranya yaitu desain yang segar,

cara penulisan yang back to basic, ringkas tapi lebih dalam dan temtu dengan isi

keseluruhan yang lebih berbobot.

63

http://korporat.tempointeraktif.com/koran diakses pada 20 Maret 2013 pukul 17.00

WIB

 

Page 64: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

47

Berikut ini sekilas tentang Koran Tempo:64

Terbit 7 hari seminggu

Terdiri dari 40 halaman

Tiras 240.000 eksemplar

Sejak berubah dalam format compact, tiras meningkat 20% dan

readership 34%

Dilengkapi dengan sisipan regular yaitu iTEMPO (setiap Jumat)

dan TEMPO GADING (untuk kawasan Kelapa Gading dan

sekitarnya)

Edisi khusus Jawa Timur dan Jawa Tengah (cetak jarak jauh)

Distribusi Jabodetabek 60,19%, Jateng & DIY 16,21%, Jabar

& Banten 6,08%, Sumatera 2,72%, Jatim 1,03% dan daerah

lainnya 0,82%

B. Visi Misi Tempo Inti Media

Visi : Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk

berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat

yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.

Misi:

1. Menyumbang kepada masyarakat suatu produk multimedia yang

menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda

2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan

modal dan politik.

64

Lampiran Company Profile Koran Tempo

 

Page 65: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

48

3. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan

tampilan visual yang baik.

4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang teguh pada kode etik.

5. Menjadi tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai

kemajuan jaman.

6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.

7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan yang memperkarya

khasanah artistik dan intelektual. 65

C. Alamat Redaksi Tempo Inti Media Harian

Koran Tempo diterbitkan oleh PT Tempo Inti Media Harian. Redaksi

Koran Tempo beralamatkan di Kebayoran Centre Blok A11-A15 Jalan Kebayoran

Baru Mayestik, Jakarta 12240. Nomor telpon (021) 7255625 dan faksimili (021)

7255645 atau (021) 7255650. Adapun perusahaannya sekaligus proses produksi

percetakan yaitu PT Temprint yang beralamat di Jalan Palmerah Barat No.8,

Jakarta 12210. Nomor telpon (021)5360409.66

D. Struktur Redaksi PT Tempo Inti Media Harian

Direktur Utama : Bambang Harymurti

Direktur : Herry Hernawan, Toriq Hadad

Sekertariat Korporat : Diah Purnomowati

Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab : Danu Priyambodo

Redaktur Eksekutif : Burhan Solihin

65

http://korporat.tempointeraktif.com/visimisi 66

Lampiran Company Profile Koran Tempo

 

Page 66: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

49

Tabel 2.

Pembagian Redaksi PT Tempo Inti Media harian

1. NASIONAL DAN HUKUM

Jabatan Nama

Redaktur Pelaksana Budi Setyarso, Elik Susanto, L.R.

Baskoro, Yosep Suprayogi

Redaktur Bagja Hidayat, Jajang Jamaluddin, Setri

Yasra, Sukma N. Loppies, Widiarsi

Agustina

Staf Redaksi Anton Aprianto, Anton Septian, Aryani

Kristanti, Fanny Febiana, Kartika

Candra, Mustafa Silalahi, Rachma Tri

Widuri, Stefanus Teguh Edi Pramono

Reporter Ananda Badudu, Febriyan, Febriana

Firdaus, Francisco Rosarians Enga

Geken, Indra Wijaya, Ira Guslina, Isma

Savitri, Prihandoko, Rusman

Paraqbeuq, Tri Suharman

2. EKONOMI

Jabatan Nama

Redaktur Pelaksana Nugroho Dewanto

Redaktur Ali Nur Yasin, Dewi Rina Cahyani, Efri

N.P. Ritonga, Jobpie Sugiharto, Retno

Sulistyowati, Y. Tomi Aryanto

Staf Redaksi Agoeng Wijaya, Bobby Chandra, Fery

Firmansyah, Harun Mahbub, RR

Ariyani, Setiawan Adiwijaya

Reporter Akbar Tri Kurniawan, Bernadette

Christina, Eka Utami, Gustidha

Budiartie, Jayadi Supriadin, Martha

Ruth Thertina, Rosalina, Sutji Decilya

3. INTERNASIONAL DAN NUSA

Jabatan Nama

Redaktur Pelaksana Bina Bektiati, Idrus F. Shahab

Redaktur Dwi Arjanto, Maria Hasugian, Mustafa

Ismail, Raju Febrian, Sapto Yunus

 

Page 67: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

50

Staf Redaksi Abdul Manan, Hayati Maulana Nur, Juli

Hantoro, Sandy Indra Pratama, Sita

Planasari

Reporter Eko Ari, Agus Supriyanto, Jalil Hakim,

Zed Abidin, Sunudyantoro (Kepala

Biro), L.N Idayanie, R. Fadjri , Eni

Saeni ,Yudhono Yanuar, Nur Haryanto

4. METRO DAN NEWS

Jabatan Nama

Redaktur Pelaksana Wahyu Dhyatmika

Redaktur Grace Samantha Gandhi, Purwanto,

Yandi Rofyandi, Zakarias Wuragil

Staf Redaksi Ahmad Nurhasim, Endri Kurniawati,

Kodrat Setiawan, Martha Warta

Silaban, Nieke Indrietta Baiduri, Suseno

Reporter A. Aditya Budiman, Amandra, Baiq

Atmi, Choirul Aminudin, Cornila

Desyana, Dianing Sari, Erwin Z. Prima,

Munawwaroh, Pingit Aria Mutiara

Fajrin, Rina Widiastuti

5. SAINS DAN SPORT

Jabatan Nama

Redaktur Pelaksana Tulus Wijanarko, Yosrizal Suriaji

Redaktur Firman Atmakusumah, Hary Prasetyo,

Irfan Budiman, Nurdin Saleh, Tjandra

Dewi

Staf Redaksi Agus Baharudin, Ali Anwar, Angelus

Tito, Budi Riza, Kelik M. Nugroho, M.

Reza Maulana, Rini Kustiani, Untung

Widyanto

Reporter Anton William, Arie Firdaus, Dwi

Riyanto Agustiar, Mahardika Satria

Hadi, Muhammad Iqbal, Ratnaning

Asih

 

Page 68: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

51

6. GAYA HIDUP DAN SENI

Jabatan Nama

Redaktur Pelaksana Qaris Tajudin, Seno Joko Suyono

Redaktur Dody Hidayat, Dwi Wiyana,

Kurniawan, Nurdin Kalim, Purwani

Diyah Prabandari

Staf Redaksi Adek Media, Andari Karina Anom,

Cheta Nilawati, Evieta Fajar Pusporini,

Hadriani Pudjiarti, Istiqomatul Hayati,

Ninien Damayanti, Nunuy Nurhayati

Sorta Martalena Tobing

Reporter Amirullah, Dian Yuliastuti, Heru

Triyono, Ismi Wahid, Riky Ferdianto,

Ririn Agustia

7. INVESTIGASI DAN EDISI KHUSUS

Jabatan Nama

Redaktur Pelaksana Purwanto Setiadi

Redaktur Philipus Parera, Yandhrie Arvian

Staf Redaksi Muhammad Nafi , Yuliawati

Reporter Agung Sedayu

8. KREATIF

Jabatan Nama

Redaktur Kreatif Gilang Rahadian

Redaktur Desain Eko Punto Pambudi, Yuyun

Nurrachman

Desainer Senior Ehwan Kurniawan, Imam Yunianto,

Kendra H. Paramita

Desainer Aji Yuliarto, Djunaedi, Gatot Pandego,

Riama Yuanita Asmara

Penata Letak Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Agus

Darmawan Setiadi, Agus Kurnianto,

Arief Mudi Handoko, Imam Riyadi

Untung, Kuswoyo, Mistono, Rudy

Asrori, Tri Watno Widodo, Wahyu

Risyanto

Redaktur Foto Rully Kesuma

 

Page 69: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

52

Koordinator Foto Ijar Karim, Mahanizar Djohan

Periset Foto Ayu Ambong, Gunawan Wicaksono,

Nita Dian Afi anti, Tomy Satria, Wahyu

Setiawan, Latifah Zaid Nahdi, Fardi

Bestari

Fotografer Aditia Noviansyah, Amston Probel,

Subekti

Web Developer Radja Komkom Siregar, Anugerah

Trihatmojo, Fransiskus Saferius, Unay

Sunardi

9. BAHASA

Jabatan Nama

Redaktur Bahasa Uu Suhardi (Koordinator), Hasto

Pratikto, Sapto Nugroho

Staf Redaktur bahasa Dewi Kartika, Hadi Prayuda, Heru

Yulistiyan, Iyan Bastian, Michael Timur

Kharisma

Staf Bahasa Sekar Septiandari, Fadjriah Nurdiarsih,

Eka Suryana Saputra.

10. PDAT ( PUSAT DATA DAN ANALISA TEMPO )

Jabatan Nama

Koordinator Priatna, Ade Subrata

Riset Ngarto Februana

Staf Riset Indra Mutiara, Viva B. Kusnandar

Redaktur Senior Bambang Harymurti, Diah

Purnomowati, Edi Rustiadi M, Fikri

Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S.

Chudori, Putu Setia, S. Malela

Mahargasarie, Toriq Hadad

Kepala Pemberitaan Korporat Toriq Hadad

Kepala Desain Korporat S. Malela Mahargasarie

Kepala Biro Eksekutif dan Pendidikan M. Taufi qurohman

 

Page 70: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

53

D. Latar Belakang Terbitnya Komik Strip Edisi 27 September 2012

Berikut adalah tampilan Komik Strip “KPK dalam Kepungan” yang

menjadi objek penelitian ini:67

Gambar 4.

Komik Strip “KPK Dalam Kepungan”

Berdasarkan hasil wawancara langsung peneliti dengan Redaktur Nasional

Tempo, Sukma N. Loppies, diketahui bahwa sebelum komik strip pada kaver

67

Data dari PDAT (Pusat Data dan Analisa Tempo), diunduh pada 10 April 2013, pukul

16.00 WIB

 

Page 71: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

54

Koran Tempo edisi 27 September 2012 itu naik cetak, awal mula tercetus ide

membuat komik strip dan ada beberapa pertimbangan dan pembicaraan serius

yang dilakukan oleh jajaran redaksi Koran Tempo sebelum komik tersebut terbit

pada halaman depan Koran Tempo edisi 27 September 2012. Berawal dari

beberapa rentetan masalah yang dihadapi KPK, kemudian jajaran redaksi Koran

Tempo mengumpulkan data berupa fakta-fakta seperti hasil wawancara ataupun

dokumentasi seputar masalah-masalah tersebut. Tentunya apa yang akan tampil

pada halaman depan sebuah surat kabar, pasti hal tersebut adalah berita utama

yang tengah hangat diperbincangkan oleh khalayak.

Pada tanggal 27 September 2012 terbit edisi Koran Tempo yang

membahas rentetan masalah yang dihadapi KPK namun penyampaiannya lewat

sebuah komik strip. Tentu penggunaan sebuah komik strip pada halaman kaver

surat kabar sudah merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia. Namun bukan

sembarang komik strip yang bisa dimuat pada halaman kaver surat kabar, apalagi

surat kabar sekaliber Koran Tempo.

“Kalau halaman depan adalah berita-berita yang terbaik yang kami

tampilkan, yaitu berangkat dari usulan perkompetemen. Tentu sebuah proses yang

panjang untuk menggarap ini, perencanaan dari pagi, rapat koreksi dan kami nanti

ada rapat jam 3.34, adalagi nanti jam 7 malam kalau ada perubahan, nah kalau

rapat pagi ini kita sudah menyiapkan ini, waktu itu yah, 27 September 2012, ini

sudah disiapkan pagi. Tapi waktu itu belum ada gambarnya, baru sebatas ide yang

sebenarnya sudah ada sehari sebelumnya. Kita mau bikin komik, ini, terus waktu

itu pak pemred, mendengarkan dulu, ini maksudnya apa, mengapa gitu, ada

temen-temen desain juga, temen desain itu mengungkapkan gambar ini, desain

 

Page 72: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

55

grafik ini. nah pada waktu itu kebetulan itu bicara soal Korlantas, gak

didiskusikan teks-teks itu. Pagi sudah didiskusikan, oke, gambarnya belum tau

waktu itu, idenya adalah soal Korlantas”,68

kata Sukma N. Loppies, Redaktur

Nasional Tempo.

Pemilihan komik strip sebagai kaver sebuah surat kabar tentu memiliki

tujuan tertentu, berdasarkan keterangan yang didapat oleh peneliti lewat

wawancara langsung dengan Redaktur Nasional Tempo, maksud dan tujuan dari

dimuatnya komik strip tersebut adalah untuk memberikan kepada khalayak suatu

informasi atau berita lewat penyampaian yang berbeda namun tetap mengena.

“ada hal-hal yang kami anggap hal yang angat serius , hal tersebut kami kemas

menjadi hal yang lebih “renyah” untuk bisa dimengerti oleh publik. Nah, adanya

komik strip ini bermaksud dan tujuan ingin, begini loh, kita ingin coba sampaikan

ke publik, jadi gini, rentetan masalah yang mengepung KPK ingin kita coba

sampaikan tidak dengan sesuatu yang kaku, kalau koran lain kan, headline-nya

pasti keras-keras tuh, kita coba sampaikan lewat komik yang bersifat humor tapi

tetap faktual yang terjadi saat itu” ujarnya.

68

Hasil wawancara dengan Redaktur Nasional Koran Tempo, Sukma N. Loppies, Rabu 20

Maret 2013, pukul 12.15WIB

 

Page 73: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

56

BAB IV

ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah pokok yang dijadikan objek

penelitian. Dengan menggunakan analisis Semiotik model Roland Barthes yang

mengemukakan tetang pemaknaan tanda berupa Makna Denotasi, Makna

Konotasi dan Makna Mitos komik strip berjudul “KPK Dalam Kepungan”. Selain

itu dalam bab ini peneliti juga menambahkan tabel analisis agar memudahkan

para pembaca untuk mengerti apa yang diteliti.

A. Makna Denotasi, Konotasi, Mitos Komik Strip “KPK Dalam Kepungan”

Gambar 5.

Komik Strip “KPK Dalam Kepungan” Koran Tempo 27 September 2012”

 

Page 74: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

57

Tabel 3.

Tabel Analisis Data

No Penanda Petanda Konotasi Mitos

1. -Kapolri, Timur

Pradopo memberi

perintah kepada

anak buahnya

-Kalimat yang

diucapkan

Kapolri : “kalau

yang sudah habis

masa jabatannya

bagaimana....?”

-Ketua KPK,

Abraham Samad

melihat kearah

Kapolri

-Empat polisi

tertunduk

-Keberkuasaan

Kapolri atas anak

buahnya

-Kekhawatiran

Abraham tidak

ada penggantian

penyidik

Terkait perseteruan

KPK dengan Polri,

Polri menarik para

penyidiknya yang

bertugas di KPK

agar KPK melemah

dan tidak bisa

melakukaan

pemeriksaan kepada

Polri terkait kasus

yang melibatkan

beberapa perwira

polisi tentang kasus

pengadaan simulator

SIM. Hal tersebut

membuat KPK yang

disimbolkan dengan

wajah Abraham

Samad. Ekspresi

wajah menunjukan

Abraham Samad

menjadi khawatir

dengan penarikan

penyidik tersebut

Korupsi sudah

menjadi sebuah

kebudayaan di

Indonesia.

Beragam cara

dilakukan oleh

pemerintah namun

korupsi tetap sulit

dihilangkan dari

bumi Indonesia.

Bahkan ketika

sudah dibuat

sebuah lemaga

pemberantasan

korupsi, KPK,

korupsi tetap

menjadi musuh

utama Indonesia.

Seperti sudah

mendarah daging,

korupsi merasuk

kedalam setiap

elemen

pemerintahan

Indonesia. Tidak

terkecuali dalam

tubuh Kepolisian

Indonesia.

Beragam kasus

korupsi yang

melibatkan para

perwira polisi

ramai menghiasi

media massa

Indonesia. Upaya

KPK memberantas

korupsi yang

dilakukan oleh

Kepolisian

Indonesia seperti

menemui halangan.

Korupsi seakan

2. -Seorang laki-laki

gendut dari

parlemen

membawa kardus

-Kardus penuh

oleh barang-

barang elektronik

-Kalimat yang

diucap laki-laki

parlemen “agar

KPK tidak seperti

di masa lalu,

remnya blong....”

-Seekor tikus

hitam tersenyum

melihat kearah

laki-laki parlemen

-Kalimat yang

-Beranjak pergi

meninggalkan

sebuah tempat

-Alat-alat

penyadap milik

KPK

-Keinginan untuk

ikut melemahkan

KPK

-Simbol koruptor

yang senang KPK

melemah

-Keputusasaan

Abraham Samad

akan kondisi KPK

Seakan ikut ingin

melemahkan KPK,

Parlemen ikut ingin

merevisi Undang-

Undang KPK

tentang penyadapan

dan penuntutan, hal

tersebut tentu

semakin membuat

KPK menjadi tidak

menakutkan sebagai

sebuah lembaga

pemberantas korupsi.

Berbanding terbalik

dengan para koruptor

yang menjadi senang

melihat KPK

melemah,

 

Page 75: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

58

No Penanda Petanda Konotasi Mitos

diucap tikus

hitam

“Wah...KPK jadi

macan ompong”

-Abraham Samad

melihat kearah

laki-laki parlemen

yang membawa

kardus

-Kalimat yang

diucap Abraham

Samad “ Kalau

KPK lemah, apa

gunanya,

bubarkan

sajalah!”

disimbolkan oleh

gambar tikus hitam

sebagai lambang

para koruptor yang

licik. Rencana

Parlemen tersebut

membuat Ambraham

Samad marah dan

menjadi putus asa

akan kelanjutan

nasib KPK yang

ditunjukan lewat

ekspresi wajah

Abraham pada

gambar

mendapat

perlindungan yang

kuat karena

dilakukan oleh

institusi negara

yang justru

bertugas untuk

menjaga keamanan

Indonesia. KPK

yang awalnya

ditakuti oleh para

koruptor, kini

keadaannya

semakin melemah

dan membuat para

koruptor merasa

bebas. KPK terus

mendapat serangan

yang seolah ingin

membebaskan

tindak korupsi di

Indonesia. Ketika

KPK justru

diserang

menunjukkan

bahwa korupsi dan

Indonesia tidak

bisa terpisah dan

mustahil untuk bisa

dihapus dari

Indonesia karena

budaya ini telah

melekat kuat pada

setiap bagian dari

pemerintahan

negeri ini.

3. -Penasehat KPK,

Abdullah

Hehamahua

berbicara dalam

sebuah acara

televisi

-Kalimat yang

diucap Abdullah

Hehamahua

“Kalau begitu,

saya mundur saja

dari penasehat

KPK!”

-Seorang laki-laki

gendut tertawa

menonton televisi

-Gelas berisikan

anggur merah

-Ekspresi tawa

“he he he”

-Keputusasaan

penasehat KPK

diungkap lewat

media

-Kemerdekaan

para koruptor

menyaksikan

KPK lemah

Tekanan besar pada

KPK membuat

penasehat KPK,

Abdullah

Hehamahua merasa

KPK semakin

tersudut dan

melontarkan

ancaman mundur

sebagai penasehat

KPK lewat media

televisi. Berita

tersebut menjadi

berita bahagia para

koruptor

menyaksikan

perkembangan berita

KPK lewat media

televisi. Para

koruptor

menganggap

mundurnya Abdullah

Hehamahua sebagai

kegembiraan dan

menandakan KPK

bukanlah ancaman

lagi bagi para

koruptor di negeri

Indonesia

4. -Sebuah pengeras

suara berlambang

-Upaya KPK

memanggil

Walau sedang dalam

tekanan, KPK tetap

 

Page 76: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

59

No Penanda Petanda Konotasi Mitos

KPK

-Kalimat yang

keluar dari

pengeras suara “

Sini, mau

diperiksa!”

-Dua perwira

polisi bersantai

sambil mengobrol

-Kalimat yang

diucap perwira

polisi “Panggilan

itu, tulisan nama

dan jabatannya,

bener engga....?

-Singgasana raja

berwarna merah

dan gelas emas

perwira polisi

untuk diperiksa

-Bahasa tubuh

meremehkan dan

mengabaikan

panggilan KPK

-Alasan untuk

mangkir

-Barang mewah

kerajaan

- Warna merah

dan emas pada

singgasana dan

gelas

menunjukkan

kemewahan dan

kekayaan

menjalankan

tugasnya dengan

tetap menjalankan

proses pemeriksaan

terhadap beberapa

perwira polisi terkait

kasus simulator SIM,

namun upaya

tersebut justru

mendapat respon

negatif dari para

perwira polisi yang

akan diperiksa.

Terlihat mereka

mengabaikan

pemanggilan tersebut

dan bersantai bebas

dari pemeriksaan.

Singgasana raja

berwarna merah dan

gelas minuman dari

emas menunjukan

kondisi santai dan

menikmati kekayaan

5. -Presiden RI,

Susilo Bambang

Yudhoyono

bermain gitar

sambil bernyanyi

-Kalimat yang

diucap SBY

““Du..du..du

Tidaklah kau

sadar dengan

semua ulahmu…

Tunas bangsalah

yang jadi

sengsara..la..la..la

*)”

-Gedung DPR

-Langit oranye

kekuningan di

atas gedung DPR

-Kerumunan

orang

berdemonstrasi

-Ekspresi tenang

dan santai

-lirik lagu

ciptaan SBY

tentang negeri

Indonesia

-Tempat

berkumpulnya

para wakil

rakyat

-Ketidak puasan

rakyat akan

kinerja anggota

DPR

-Warna oranye

pada langit di

atas gedung

DPR

menandakan

suasana tertekan

Keadaan KPK yang

berada dalam

tekanan rupanya

belum mendapat

respon dari Presiden

RI, rakyat yang

kecewa karena

lambannya respon

Presiden dalam

memberikan solusi

masalah yang

membelit KPK.

 

Page 77: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

60

Pada dasarnya korupsi atau rasuah adalah suatu tindakan pejabat publik,

baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan

itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik

yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.69

Bagi masyarakat Indonesia, masalah korupsi merupakan masalah yang

tidak kunjung tuntas pemberantasannya. Satu kasus terbongkar, kasus lain

muncul. Korupsi yang terjadipun mulai dari tingkat kecil-kecilan sampai ke

tingkat korupsi besar-besaran. Ada korupsi perseorangan dan juga korupsi yang

kolektif alias melibatkan kelompok. Tentu kerugian negara akibat masalah

korupsi tersebut juga tidak sedikit. Kegelisahan akan masalah korupsi di

Indonesia ini menjadi awal mula lahirnya sebuah Komisi Pemberantasan Korupsi

atau yang lebih akrab dengan nama KPK. KPK adalah sebuah komisi di Indonesia

yang didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Sederet prestasi KPK yang berhasil mengungkap berbagai kasus tindak

korupsi sempat membuat KPK menjadi begitu menakutkan bagi para koruptor.

Tercatat dalam kurun waktu delapan tahun atau sejak 2004 sampai 2012, KPK

telah melakukan 480 penyelidikan, 278 penyidikan, 222 penuntutan, dengan 191

perkara telah berkekuatan hukum tetap serta 193 dilakukan eksekusi.70

Kemunculan KPK seolah menjadi penyelamat bagi Indonesia dalam memerangin

69

http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi diakses pada 30 Mei 2013 pukul 08.00 70

Budi Setyraso, KPK VS POLRI:Mengungkap Fakta Mengejutkan yang Belum

Terekspos Media.(Jakarta:PT.Mizan, 2012)h. 167

 

Page 78: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

61

kejahatan korupsi. Jika ditotalkan, KPK telah menyelamatkan uang Negara

sebanyak Rp155,3 triliun. Dengan sepak terjang tersebut, tidak heran banyak

pihak yang terus berusaha menghambat bahkan menghancurkan KPK. Segala cara

dan upaya dilakukan untuk menjatuhkan dan menghancurkan KPK. Tentu upaya

tersebut dilakukan untuk mempermulus kejahatan korupsi yang dilakukan oleh

berbagai kalangan.

Dalam upayanya untuk memberantas tindak kejahatan korupsi di

Indonesia, sering kali KPK bersinggungan dengan lembaga atau instritusi negara

yang dicurigai melakukan korupsi. Polri adalah salah satu institusi negara yang

bisa dikatakan dekat sekali dengan kejahatan korupsi. Berbagai kasus korupsi

yang melibatkan para anggota polisi ramai mencuat pada pemberitaan media

massa Indonesia. Sempat heboh dengan kasus “cicak vs Buaya” terkait kasus bank

Century, rekening gendut polisi, dan kini heboh dugaan korupsi pengadaan

Simulator SIM di Korlantas Polri.

Dalam kasus dugaan korupsi pengadaan Simulator SIM di Korlantas Polri,

terjadi perebutan hak penyelidikan yang diperebutkan oleh pihak KPK dengan

pihak Polri. Kasus dugaan korupsi ini memang bukanlah perkara biasa, KPK pada

saat itu menetapkan Inspektur Jendral Djoko Susilo sebagai tersangka. Djoko

dituduh menyalahgunakan wewenang hingga merugikan keuangan Negara ketika

menjadi Kepala Korps Lalu Lintas. Polri menganggap kasus tersebut adalah

tanggung jawab institusi dan harus diselesaikan di pengadilan instritusi. KPK

mencium ketakutan Polri karena dengan dibongkarnya kasus tersebut, akan

membuka peluang besar untuk perang besar terhadap korupsi. Terutama korupsi

yang sangat subur di kepolisian.

 

Page 79: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

62

Namun Polri tidak begitu saja membiarkan KPK beraksi, beragam

hambatan coba diberikan salah satunya adalah penarikan 20 penyidik kepolisian

yang bertugas di KPK. Memang masa jabatan 20 penyidik itu habis, namun terkait

konflik yang terjadi antara KPK dengan Polri, pihak Polri mengancam tidak akan

menempatkan penyidik pengganti di KPK. Tentu hal tersebut berdampak buruk

untuk KPK. Ditambah dengan mangkirnya tiga perwira polisi yang seharusnya

menjalani pemeriksaan di KPK. Belum selesai masalah dengan Polri, kini

Parlemen seperti ikut melemahkan KPK dengan rencana untuk merevisi Undang-

Undang KPK tentang penyadapan dan penuntutan. Hal tersebut mebuat penasehat

KPK mengancam mundur dari jabatannya. Masyarakatpun bertanya, mau

bagaimana nasib KPK nanti? Presiden SBY seolah tidak mau tahu dan

membiarkan masalah-masalah tersebut mengrogoti KPK sampai habis. Hal

tersebut membuat masyarakatpun kembali bertanya, kemanakah Presiden?

B. Makna Denotasi Komik Strip “KPK Dalam Kepungan”

Berdasarkan pengertian denotasi dalam semiotik Roland Barthes yaitu

makna harfiah atau sesuangguhnya yang tertangkap oleh panca indera, peneliti

menemukan makna denotasi sebagai berikut :

-Kapolri, Timur Pradopo memberi perintah kepada anak buahnya

-Kalimat yang diucapkan Kapolri : “kalau yang sudah habis masa jabatannya

bagaimana....?”

-Ketua KPK, Abraham Samad melihat kearah Kapolri

-Empat polisi tertunduk

 

Page 80: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

63

-Seorang laki-laki gendut dari parlemen membawa kardus

-Kardus penuh oleh barang-barang elektronik

-Kalimat yang diucap laki-laki parlemen “agar KPK tidak seperti di masa lalu,

remnya blong....”

-Seekor tikus hitam tersenyum melihat kearah laki-laki parlemen

-Kalimat yang diucap tikus hitam “Wah...KPK jadi macan ompong”

-Abraham Samad melihat kearah laki-laki parlemen yang membawa kardus

-Kalimat yang diucap Abraham Samad “ Kalau KPK lemah, apa gunanya,

bubarkan sajalah!”

-Penasehat KPK, Abdullah Hehamahua berbicara dalam sebuah acara televisi

-Kalimat yang diucap Abdullah Hehamahua “Kalau begitu, saya mundur saja dari

penasehat KPK!”

-Seorang laki-laki gendut tertawa menonton televisi

-Gelas berisikan anggur merah

-Ekspresi tawa “he he he”

-Sebuah pengeras suara berlambang KPK

-Kalimat yang keluar dari pengeras suara “ Sini, mau diperiksa!”

-Dua perwira polisi bersantai sambil mengobrol

 

Page 81: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

64

-Kalimat yang diucap perwira polisi “Panggilan itu, tulisan nama dan jabatannya,

bener engga....?

-Singgasana raja berwarna merah dan gelas emas

-Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono bermain gitar sambil bernyanyi

-Kalimat yang diucap SBY ““Du..du..du Tidaklah kau sadar dengan semua

ulahmu… Tunas bangsalah yang jadi sengsara..la..la..la*)”

-Gedung DPR

-Kerumunan orang berdemonstrasi

-Langit berwarna oranye di atas Gedung DPR

Berdasarkan hasil temuan makna denotasi yang merujuk pada semiotik

Barthes dipaparkan di atas, terlihat jelas bahwa Koran Tempo menggabungkan

masalah-masalah yang sedang dihadapi KPK dan menggamarkan kembali lewat

panil-panil dalam komik strip tersebut. Mulai dari masalah penarikan penyidik

kepolisian kembali ke Mabes Polri, rencana parlemen yang ingin merevisi UU

KPK, rencana pengunduran diri penasehat KPK, mangkirnya beberapa perwira

polisi yang seharusnya menjalani pemanggilan dan pemeriksaan di KPK, dan

Presiden SBY yang lambat menanggapi masalah yang melibatkan KPK dan Polri

tersebut.

C. Makna Konotasi Komik Strip “KPK Dalam Kepungan”

Berdasarkan hasil temuan peneliti yang merujuk pada analisis semiotik

Roland Barthes, ditemukan makna konotasi yaitu bagaimana licik dan busuknya

 

Page 82: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

65

praktik kejahatan korupsi di Indonesia. Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK

seolah hanya sebuah duri kecil yang mengganggu bagi para koruptor. Segala

upaya telah dilakukan KPK untuk menghapuskan korupsi di Indonesia. Memang

banyak hasil positif yang diperoleh oleh KPK dengan terungkapnya banyak kasus

korupsi di Inonesia ini. Namun korupsi seakan tidak ada habisnya. Tertangkap

satu, tumbuh seribu kasus-kasus korupsi lain. Negara ini seolah menjadi ladang

subur praktik kejahatan korupsi. Masyarakatpun seolah bosan dengan terus

bermunculannya berita-berita tentang korupsi. Selain itu, konotasi lain yang

ditemukan dalam komik strip ini yaitu kekuatan korupsi di Indonesia sangatlah

besar, lembaga apapun yang dibuat untuk memberantas kejahatan korupsi tidak

akan bisa melawan kegilaan korupsi di negeri ini. Tergambar ironi KPK sebagai

lembaga yang sangat ditakuti oleh koruptor namun dalam kondisi yang lemah

dengan berbagai masalah yang dihadapi.

Tergambar pula bagaimana Polri sebagai kekuatan yang besar namun

menyimpan ketakutan yang besar kepada KPK. Penarikan penyidik menunjukan

Polri takut kasus korupsi besar yang mereka lakukan terbongkar, sehingga mereka

berusaha melemahkan KPK. KPK ibarat jagoan dalam film laga, sekuat apapun

musuh mencoba menghancurkan KPK, KPK tetap mampu bertahan dan

mengalahkan korupsi. Tergambar juga sebuah parodi lewat gambar Presiden SBY

yang bermain gitar dan tersenyum riang tanpa beban. Makna konotasi yang

peneliti temukan adalah kekecewaan yang digambarkan dalam gambar tersebut.

Kecewa karena tidak ada upaya yang dilakukan SBY untuk menyelesaikan

konflik kedua lembaga penegak hokum tersebut. Disaat yang sangat genting

tersebut, SBY justru menghilang dan sibuk dengan urusannya sendiri.

 

Page 83: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

66

Konotasi lain yang berhasil ditemukan adalah pada pewarnaan yang ada

dalam komik strip tersebut. Warna oranye pada panil kelima yang berisikan

gambar SBY dan gedung DPR menunjukkan konotasi bahwa SBY adalah pihak

yang justru menjadi tertekan dan bingung dalam masalah ini. SBY seolah sangat

hati-hati dalam mengambil keputusan terkait penyelesaian masalah perseteruan

ini. Langkah hati-hati tersebut yang menyebabkan masyarakat geram dan menilai

bahwa SBY lambat dalam menyelesaikan konflik ini.

D. Makna Mitos Komik Strip “KPK Dalam Kepungan”

Berdasarkan hasil temuan peneliti yang merujuk pada analisis semiotik

Roland Barthes, ditemukan makna mitos bahwa korupsi di Indonesia telah

membudaya dan tidak akan pernah bisa dihilangkan apabila pihak yang

seharusnya ikut membantu memberantas korupsi justru juga melakukan tindak

korupsi. Korupsi telah merasuk hampir keseluruh elemen pemerintahan di

Indonesia. Kasus-kasus penilapan uang negara inipun terjadi hampir disemua

aspek negara, dari mulai pembagunan pusat olahraga, gedung lembaga

pendidikan, fasislitas kesehatan, pembangkit listrik, proyek ujian nasional, impor

daging untuk konsumsi, bahkan proyek kitab suci.

Korupsi tidak mengenal agama, gender ataupun tingkat pendidikan. Pada

periode 2004-2012 tercatat pelaku korupsi terbanyak adalah Islam (236 orang) ,

Kristen (89 orang), Hindu (1 orang), serta Budha (6 orang). Berdasarkan gender,

sekitar 7 persen dari pelaku korupsi tersebut adalah wanita. Dari segi pendidikan,

25 dari 332 terpidana korupsi periode 2004-2012 merupakan lulusan jenjang strata

tiga alias bergelar Doktor. 147 orang bergelar Master atau S2, 119 orang SI dan

 

Page 84: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

67

41 orang lulusan SMA.71

Jelas mitos yang tertangkap adalah bagaimana korupsi

telah membudaya di Indonesia.

Mitos lain yang ditemukan peneliti adalah kesakralan dan kesaktian KPK

yang mampu mengendus praktik korupsi apapun yang dilakukan. KPK tidak

pandang bulu, Kepolisian Republik Indonesia pun mereka jerat untuk dibongkar

kasus korupsi besar-besaran yang terjadi di dalamnya. Walau dalam perjalananya

KPK banyak sekali menghadai masalah, namun eksistensi KPK sebagai lembaga

pemberantas korupsi tetap disegani dan ditakuti para koruptor. Kesaktian KPK

terbukti oleh fakta yang menunjukkan selama periode 2004-2011, KPK telah

menyelamatkan total dana Rp155,3 triliun. Jumlah tersebut setara dengan biaya

pembangunan 2 juta rumah sederhana, 1.2 juta ruang kelas sekolah dasar atau 700

kilometer jalan raya. Tentunya akan banyak lagi kasus-kasus yang akan diungkap

KPK demi menyelamatkan negara Indonesia dari praktik kejahatan korupsi.

71

Ibid, h. 167

 

Page 85: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan komik pada media cetak adalah sesuatu yang sudah terjadi

sejak dulu. Komik digunakan untuk menggambarkan sebuah keadaan suatu

masalah tertentu. Tentu komik merupakan produk dari konstruksi sosial media.

Berdasarkan analisis semiotik yang dilakukan terhadap komik strip “KPK Dalam

Kepungan” pada kaver Koran Tempo edisi 27 September 2012, peneliti dapat

mengungkap makna yang ada di balik sistem tanda yang dibentuk komik strip

“KPK Dalam kepungan” tersebut. Kesimpulan yang didapat dari temuan dan hasil

analisis data pada komik strip “KPK Dalam Kepungan” yang diambil dari kaver

Koran Tempo edisi 27 September 2012 adalah sebagai berikut :

1. Makna Denotasi

Makna Denotasi yang ditemukan pada kelima gambar yang diteliti

menggambarkan posisi KPK yang sedang menghadapi masalah yang tergambar

pada masing-masing panil. Mulai dari masalah penarikan penyidik kepolisian

kembali ke Mabes Polri, rencana parlemen yang ingin merevisi UU KPK, rencana

pengunduran diri penasehat KPK, mangkirnya beberapa perwira polisi yang

seharusnya menjalani pemanggilan dan pemeriksaan di KPK, dan Presiden SBY

yang lambat menanggapi masalah yang melibatkan KPK dan Polri tersebut.

 

Page 86: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

69

2. Makna Konotasi

Makna Konotasi yang ditemukan pada kelima gambar yang diteliti adalah

bagaimana kekuatan besar yang dimiliki KPK untuk bertahan menghadapi

berbagai serangan yang datang untuk menghancurkannya. Tergambar juga

bagaimana liciknya para koruptor yang mencoba menjatuhkan KPK dengan

berbagai cara dan berlindung dalam lembaga yang terkamuflase dengan baik

seperti Polri, Kementrian, DPR, dan lain-lain.

3. Makna Mitos

Makna Mitos yang ditemukan pada kelima gambar yang diteliti adalah

bahwa budaya korupsi yang ada di Indonesia sudah mendarah daging, sangat sulit

untuk dihilangkan. Mitos lainnya adalah KPK menjadi lembaga pemberantas

korupsi yang sakti yang terus berusaha memutus mata rantai korupsi dan tetap

bertahan di negara yang penuh dengan praktik kejahatan korupsi yang ingin

menjatuhkan KPK.

B. Saran

Saran penulis yang ditujukan untuk masyarakat dan akademisi perkuliahan :

1. Sebagai masyarakat, tentu kita dituntut untuk jeli dan kritis atas apa yang

terjadi di negara Indonesia tercinta. Hal tersebut bisa diawali dengan

meningkatkan kesadaran media atau media literacy. Hal tersebut di

maksudkan agar ketika kita membaca atau melihat berita di suatu media

tidak serta merta hanya melihat, namun juga dipahami dan ditanggapi lalu

kemudian coba pikirkan solusi dari masalah tersebut.

 

Page 87: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

70

2. Ketika menemukan kartun/komik/karikatur dalam media massa

(cetak,digital,online) , jangan hanya tertawa atas kelucuan dari gambar

tersebut, namun pahami apa maksud di baliknya.

3. Masyarakat dituntut harsu jeli dan melek media agar dapat selektif

menentukan sebuah berita benar atau tidak. Karena pada dasarnya segala

berita yang diinformasikan media massa merupakan konstruksi sosial yang

dilakukan media itu sendiri.

Adapun saran penulis yang ditujukan untuk Koran Tempo :

1. Sebagai media yang terkenal independen tanpa keberpihakkan , Koran

Tempo harus bisa terus melayani para pembaca produknya dengan sajian

berita yang aktual dan netral.

2. Pemilihan menggunakan media komik,kartun atau karikatur harus lebih

sering menjadi pilihan Koran Tempo agar para pembaca tidak jenuh akan

berita-berita yang bersifat keras.

 

Page 88: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

71

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Barthes Roland , Petualangan Semiologi. Terjemahan oleh Udasmoro Wening,

(Yogyakarta;Jalasutra, 2007)

Birowo, Antonious. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,

(Yogyakarta: Gitanyali, 2004)

Dadan, Rusmana. Tokoh dan Pemikiran Semiotik,(Jakarta: Tazkiya Press, 2005)

Danesi, Marcel. Understanding Media Semiotics (NewYork: Oxford

University Press Inc,2002)

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek,

(Bandung: Rosdakarya,1990)

--------------------------------. Dinamika Komunikasi. (Bandung :Remadja

Karya CV , 1986 )

Hidayat, Dedy N. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik,

(Jakarta:Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003)

Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa agama: Sebuah Kajian Hermeneutik

(Jakarta: Paramadina, 1996)

Kriantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007)

Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, (Magelang: Indonesiatera, 2001)

Lampiran Company Profile Koran Tempo

Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka,1999),Cet-10

McCloud, Scott. Memahami Komik, Alih bahasa: S. Kinanti, (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia,2001)

Patton, Michael Quinn. Qualitative Research and Evaluation Methodes,

3rdEdition,(thousand Oaks, Calofornia : Sage Publications, Inc.,2002)

Masdiono, Toni. 14 Jurus Membuat Komik (Jakarta:Creative Media,1998)

Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2001)

Nashir, Setiawan Muhammad . Menakar Panji Koming;Tafsiran Komik Karya

 

Page 89: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

72

Dwi Koendoro pada Masa Reformasi Tahun 1998, (Jakarta :Penerbit Buku

Kompas, 2002).

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta:Rajawali Pers,2011)

Opini TEMPO, Kumpulan Karikatur Prijanto S, PT. Tempo Inti Media, 2001

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LkiS, 2008)

Piliang, Yasraf Amir. Sebuah Dunia yang Dilipat, realitas Kebudayaan

menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmoderansm. (Bandung:

Penerbit Mizan,1998)

Pradopo, Rahmat Djoko. Prinsip-prinsip Kritik Sastra, (UGM Press: 1994)

Ruslan, Rosady. Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta:

PT.Raja Grafindo Persada, 2003)

Sant, Esvandiari. Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. (Jakarta: PT

Elex Media Komputindo, 2006)

Setyraso, Budi. KPK VS POLRI:Mengungkap Fakta Mengejutkan yang Belum

Terekspos Media.(Jakarta:PT.Mizan, 2012)

Sobur, Alex. Analisis Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik,

dan Framing (Bandung: PT Rosdakarya,2004)

----------------. Semiotika Komunikasi( Bandung: PT Rosdakarya, 2006)

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual, (Yogjakarta : Jalasutra,2008)

Wijaya, I Dewa Putu. Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa

(Yogyakarta:Ombak,2004)

Situs Internet:

Ahda Imran, “Sebuah Kritik Sosial Bernama Kartun”,(www.pikiran-rakyat.com,

diposting 14 November 2002), diakses 27 April 2013, 13.45 WIB

Id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi

http://korporat.tempointeraktif.com/visimisi

http://korporat.tempointeraktif.com/koran diakses pada 20 Maret 2013 pukul

17.00 WIB

http://repo.isi-dps.ac.id/464/1/469-1617-1-PB.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotik diakses pada 18 Maret 2013 pukul 16.30

 

Page 90: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

73

http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika, diakses pada 11 Februari 2013 pukul

14:51

http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-surat-kabar.html diakses

pada 26 Februari 2013 pukul 20:10

http://komunikasiyudharta07.blogspot.com/2011/01/pengertian-media-cetak-dan-

jenisnya.html diakses pada 21 Januari 2013 pukul 13:52

http://masitharisani.blogspot.com/2011/11/perkembangan-teknologi-di-media-

cetak.html diakses pada 26 Februari 2013 pukul 20.06

http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi diakses pada 30 Mei 2013 pukul 08.00

Pengertian makna denotatif&konotatif” diakses pada tanggal 25 Februari 2013

pukul 11:00 WIB dari http:// organisasi.org

 

Page 91: ANALISIS SEMIOTIK KOMIK STRIP “KPK DALAM KEPUNGAN” …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43667/1/BOBBY... · yaitu bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia

74

Lampiran-lampiran