analisis semiotika pesan dakwah dalam · pdf fileanalisis semiotika pesan dakwah . dalam...
TRANSCRIPT
ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH
DALAM POSTER NARKOTIKA
BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
AFAF SHOLIHIN
NIM: 106051001776
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,17 Juni 2010
Afaf Sholihin
ABSTRAK
Afaf Sholihin
NIM: 106051001776
Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Narkotika Nasional (BNN)
Narkotika merupakan obat terlarang yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa, selain itu obat ini juga dapat menimbulkan ketergantungan. Hingga tahun 2008 telah terkumpul data bahwa pengguna narkotika bila dilihat dari segi pendidikan berkisar 4404 (dikalangan SD), 10819 (dikalangan SMP) dan 28470 (dikalangan SMA). Penyalahgunaan narkotika merupakan permasalahan yang kompleks baik dilihat dari faktor penyebabnya maupun dari akibatnya. Sebagai badan yang bergerak khusus menangani masalah penyalahgunaan narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) telah melakukan berbagai macam cara untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan narkotika dikalangan masyarakat, baik melalui media elektronik maupun melalui media cetak. Pembuatan poster merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk hal tersebut. Hal ini dikarenakan poster merupakan media yang unik, perpaduan antara gambar, tulisan dan juga warna. Tulisan yang tercantum pun tidak perlu panjang, cukup singkat namun sarat akan makna.
Penelitian ini menggunakan pendekatam kualitatif, yang tidak menggunakan angka atau statistik melainkan data deskriptif berupa tulisan dari objek yang diamati. Metode yang digunakan yaitu semiotika dengan teori dari Charles Sanders Pierce, pierce membagi tanda menjadi tiga yakni indeks, simbol dan ikon. Menurut Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi dijelaskan bahwa Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petanda.
Poster yang diteliti berjumlah empat buah, yakni poster langit, poster hukuman mati, poster undang-undang dan poster jam berdetik. Makna poster bila dilihat dari pembuat poster ialah: Poster langit, narkotika hanya membuat halusinasi keindahan semu dan palsu, rasakan lebih indahnya dunia tanpa narkotika. Poster hukuman mati, hindari Penyalahgunaan narkotika karena dampaknya bagi kesehatan sangat buruk dan sangat dilarang dari sisi hukum karena dapat merusak masa depan seseorang. Poster undang-undang, setiap hal yang kita lakukan ada dampak negatif atau positifnya, bila menggunakan narkotika maka kita harus berani mempertanggung jawabkan nya di meja hukum. Dan poster jam berdetik, setiap detik kita sangat berharga, maka jangan rusak sedetikpun dengan narkotika karena dapat membuat masa depan menjadi suram.
KATA PENGANTAR
Segala puji serta beribu syukur saya kepada Allah swt, Tuhan pencipta
alam yang telah memberikan banyak nikmat Nya kepada saya. Shalawat yang
selalu terucapkan untuk Nabi Muhammad saw, makhluk Allah yang paling mulia
diantara ciptaan Nya.
Senang sekali, akhirnya Allah swt telah mengizinkan saya untuk dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotika Pesan Dakwah
Dalam Poster Narkotika Badan Narkotika Nasional (BNN)”. Saya mengemas
penelitian ini dengan memadukan ilmu pengetahuan teoritis yang saya pelajari
serta referensi yang saya dapat dari berbagai sumber. Terselesainya skripsi ini
juga karena adanya bantuan dari berbagai pihak, dan saya ucapkan terima kasih
kepada:
1. Orang tua saya: Buya, K.H Sholihin Ilyas dan umy, Dahlia yang telah
banyak berjasa dan berkorban untuk anaknya, serta sabar dalam
mengasuh saya.
2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
4. Drs. Jumroni, M. Si selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan penasihat akademik. Umi Musyarofah, MA selaku sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Serta seluruh dosen
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuannya kepada saya.
5. Dra. Armawati Arbi, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberi arahan dalam penulisan skripsi Saya.
6. Ibu Sulastiana, S.Ip., S.H., M.Si selaku pejabat fungsional Media
massa dan pemberitaan BNN, mba Purwadani Puspha Melani, S.Ds
serta ka Rangga Kusuma selaku para pembuat poster.
7. Tim penilai poster yang telah meluangkap waktunya.
8. Adik-adik ku: Shofa Sholihin, Humam Dzakir, Hanan Sholihin dan
Syamsul Ma’arif, Semoga Allah selalu memberkahi kehidupan kalian.
9. Orang-orang terdekat yang telah menemani, banyak memberikan
motivasi dan dapat menghibur dikala kesedihan datang: Deni
Sofiansyah, Andri Ratih, Septia Sari, Adilla Dikha Pertiwi, Richa
Muthmainnah, Ade Halimah dan Fitria Ramdhani. Pengalaman manis
dan berharga yang tak akan pernah terlupakan bersama kalian.
10. Seluruh teman KPI A 2006 yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, namun perjalanan indah bersama kalian akan selalu saya ingat
dan tidak akan terlupakan.
11. Seluruh teman KPI 2006 baik dari kelas B, C dan D yang telah banyak
memberikan warna semasa kuliah.
12. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian
ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun tidak
mengurangi sedikitpun rasa terimakasih saya kepada kalian.
Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dan dapat digunakan
sebagai sarana berbagi ilmu. Amin
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Dakwah dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Dakwah ........................................................ 12
2. Unsur-unsur Dakwah ..................................................... 16
B. Pesan Dakwah Mengenai Anti Narkoba .............................. 18
1. Islam dan Hidup Sehat ................................................... 20
C. Poster ................................................................................... 22
1. Poster Sebagai Media Dakwah ...................................... 23
2. Poster Sebagai Media Cetak .......................................... 24
D. Semiotika .............................................................................. 27
1. Teori-teori Semiotika ..................................................... 29
BAB III PROFIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)
A. Sejarah BNN ....................................................................... 32
B. Visi dan Misi BNN ............................................................. 35
C. Program BNN...................................................................... 37
D. Peran Humas Dalam Sosialisasi Program
1. Melalui Non-Media ...................................................... 41
2. Melalui Media .............................................................. 41
E. Gambaran Umum Poster .................................................... 42
BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM POSTER NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
A. Semiotika Terhadap Poster
1. Poster Langit ................................................................. 44
2. Poster Hukuman Mati ................................................... 49
3. Poster Undang-undang .................................................. 54
4. Poster Jam Berdetik ....................................................... 60
B. Analisis Terhadap Makna Poster dari Pembaca Poster ....... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 74
B. Saran .................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: Hasil Analisis Poster Langit dengan Teori Pierce.................... 46
2. Tabel 2: Hasil Analisis Poster Hukuman Mati dengan Teori Pierce...... 52
3. Tabel 3: Hasil Analisis Poster Undang-undang dengan Teori Pierce..... 58
4. Tabel 4: Hasil Analisis Poster Jam Berdetik dengan Teori Pierce.......... 63
5. Tabel 5: Peserta Focus Group Discussion .............................................. 65
6. Tabel 6: Hasil Individu Terhadap Makna Poster .................................... 66
7. Tabel 7: Perbedaan Dalam Memaknai Poster ......................................... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat, juga
memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat
tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak
dapat lepas dari cengkramannya.
Berdasarkan Undang-undang No.22 Tahun 1997, jenis narkotika dibagi ke
dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II dan golongan III.
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan
apapun, kecuali penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya adalah ganja,
heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin dan
turunannya, benzetidin, betametadol dan lain-lain.
Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
kodein dan turunannya.1
Dan kini tidak sedikit anak-anak Indonesia yang terjatuh ke dalam lubang
hitam narkotika, namun tidak sedikit pula dari mereka yang tidak selamat. Data
yang terkumpul pada tahun 2008 menyatakan bahwa terdapat 4404 (untuk
kalangan SD), 10819 (untuk kalangan SMP) dan 28470 (untuk kalangan SMA).2
Penyalahgunaan narkotika tidak hanya dilarang oleh negara, melainkan
juga oleh agama karena penggunaannya dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Dalam jurnal BNN dinyatakan bahwa pada tanggal 10 Februari 1976, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa haram terhadap peredaran dan
penyalahgunaan narkoba. MUI menyatakan, pada prinsipnya agama Islam
melarang umatnya memasukkan sesuatu benda atau bahan yang merugikan
kesehatan jasmani, akal dan jiwa kedalam tubuh.3
Terlebih penyalahgunaan narkotika sangat berbahaya, karena bisa
menyebabkan kematian, terutama di kalangan remaja. Guna mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkotika yang dapat menyebabkan kerugian jiwa, harta benda,
serta mengganggu keamanan dan pembangunan, MUI pun meminta perang
terhadap narkotika terus dilakukan semakin gencar.
Dalam fatwa haram terhadap narkoba, MUI menuntut agar para penjual,
pengedar dan penyelundup narkotika dihukum seberat-beratnya hingga hukuman
1Badan Narkotika Nasional, Petunjuk Teknis, Advokasi Bidang Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah ,2008 2 Brosur Badan Narkotika Nasional, Januari 2009 3 Jurnal BNN, edisi 07, 2009
mati. Para ulama pun meminta agar para aparat keamanan dan pihak-pihak
berwenang turut memudahkan dan membiarkan peredaran narkoba dihukum
seberat-beratnya.
Dalam memutuskan fatwanya, para ulama berpegang teguh pada Al-quran
dan sunah. Dalam Al-quran Surat Al-Baqarah ayat 195, Allah SWT berfirman:
يكم إلى التهلوال تلقوا بأيد
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”
Selain itu, dalam Al-quran Surat An-Nisa ayat 29:
والتقتلوا أنفسكم إن اهللا آان بكم رحيم
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Selain perhatian dari lingkungan sekitar untuk menjaga anak-anak terbebas
dari bahaya narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai badan yang
bergerak khusus dibidang narkotika, mempunyai berbagai cara untuk memberikan
pengetahuan dan informasi kepada khalayak mengenai bahaya dari
penyalahgunaan narkotika. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan
menggunakan media poster.
Poster merupakan media komunikasi visual berbentuk dua dimensi. Poster
dinilai sebagai media yang menarik, karena keberadaannya dikemas sedemikian
rupa dengan paduan gambar, warna, serta teks yang singkat namun bermakna
luas. Poster harus mampu menimbulkan stimulus bagi pembaca nya agar
komunikasi yang terjadi dapat berdampak efektif.
Dan penggunaan analisis semiotika pada penelitian ini ditujukan agar lebih
memahami bagaimana cara membaca makna pada poster-poster yang beredar.
Karena poster narkotika dinilai penting untuk khalayak luas agar mereka mengerti
bahaya yang akan menimpa jika berani mencoba menggunakan narkotika. Jadi
tepat kiranya penulis mengambil judul penelitian ini ialah “Analisis Semiotika
Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Narkotika Nasional (BNN)”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini hanya fokus kepada pembuat dan pembaca poster, tidak
meneliti efek dari media yang digunakan. Pembaca poster disini mempunyai latar
belakang usia yang berbeda dari 15 hingga 20 tahun dan dipilih dari lingkungan
Lenteng Agung, hal ini dikarenakan poster-poster yang dikeluarkan oleh BNN
belum pernah sampai ke daerah ini, oleh karena itu penting kiranya diadakan
penelitian agar mereka dapat lebih memahami cara membaca poster. Dan pada
penelitian ini hanya dibatasi pada empat poster yang dikeluarkan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) yakni poster langit, poster hukuman mati, poster
undang-undang dan poster jam berdetik. Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apa makna dari poster yang diterbitkan oleh BNN bagi pembuat
poster?
2. Apa makna dari poster yang diterbitkan oleh BNN bagi pembaca
poster?
3. Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam poster BNN bagi
pembuat poster?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan :
a. Mengetahui makna dibalik gambar, warna, serta teks pada poster
menurut pembuat poster.
b. Mengetahui makna dibalik gambar, warna, serta teks pada poster
menurut pembaca poster.
c. Mengetahui pesan dakwah yang terdapat dalam poster bagi
pembuat poster.
2. Manfaat:
a. Manfaat Akademik:
Dapat menambah dan memperdalam wawasan keilmuan dakwah
dan komunikasi mengenai semiotika, khususnya mengenai media
poster.
b. Manfaat Praktis:
Mendapat gambaran cara membuat poster dan dapat mengetahui
makna secara jelas tentang poster bagi para pembaca poster.
Penulis juga berharap penelitian ini dapat memberikan masukan
kepada BNN dalam pembuatan poster agar lebih baik.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Kualitatif:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan
dan Taylor (1975:5), kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi
tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah Purwadani Puspha Melani dan
Rangga Kusuma, sebagai pembuat poster dan beberapa para pembaca
poster. Adapun objek dalam penelitian ini ialah empat poster yang
dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti sudah mulai mendatangi tempat yang akan diteliti dari tanggal
14 Desember 2009, diawali dengan memilih poster-poster yang akan
diteliti. Dan peneliti melakukan wawancara pertama kepada pihak
BNN dan pembuat poster pada tanggal 10 Maret 2010. Lalu peneliti
melakukan wawancara berikutnya pada tanggal 22 dan 27 Maret 2010,
wawancara dilakukan di Gedung Badan Narkotika Nasional yang
bertempat di Jl. MT. Haryono No.11 Cawang, Jakarta Timur.
4. Tahapan Penelitian:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini melalui berbagai instrumen. Pertama,
pemilihan poster yang akan diteliti. Kedua, melakukan wawancara
dengan pihak humas Badan Narkotika Nasional serta dengan pembuat
poster. Dan ketiga, melakukan pengumpulan data mengenai hal-hal
yang terkait dengan penelitian.
Untuk mengetahui makna dari poster yang akan diteliti menurut
pembaca poster, maka peneliti menggunakan teknik Focus Group
Discussion (FGD). FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data yang
umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksud
untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi
yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
Sebagaimana juga teknik lainnya, FGD hanya dipakai untuk tujuan
menghimpun data sebanyak-banyak nya dari informan. Hanya saja
kalau metode lain, peneliti memperoleh data dari informan yang
bersifat pribadi, tanpa melalui pergumulan sikap dan pendapat orang
lain, sedangkan melalui FGD informasi yang ditangkap peneliti adalah
informasi kelompok, sikap kelompok, pendapat kelompok dan
keputusan kelompok.
Dengan demikian, kebenaran informasi bukan lagi kebenaran
perorangan (subjektif), namun menjadi kebenaran intersubjektif.
Karena selama diskusi berlangsung masing-masing orang tidak saja
memperhatikan pendapatnya sendiri, namun ia juga
mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh peserta FGD lainnya.4
4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal.237
b. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap: data
dikelompokan, disederhanakan lalu dikemas ke dalam tabel.
c. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika, yang biasanya
didefinisikan sebagai pengkaji tanda-tanda. Semiotika merupakan ilmu
yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya tanda, dan produksi
makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang
lain.5
Penelitian semiotika ini merupakan semiotika analitik, yakni semiotika
yang menganalisis sistem tanda.6 Tanda yang akan dianalisis dalam
penelitian ini ialah gambar, warna serta teks yang terdapat dalam ke
empat poster BNN yang akan diteliti.
Adapun analisis data disini, yakni dengan menggunakan semiotika
model Charles Sanders Pierce yang membagi tanda atas icon (ikon),
index (indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan antara
tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, indeks adalah
tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda
yang langsung mengacu pada kenyataan, dan simbol adalah tanda yang
menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petanda.7
5 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2008),h.12 6 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 100 7 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Rosdakarya, 2003),h.41-42
E. Tinjauan Pustaka
Dari pengamatan peneliti terdapat beberapa penelitian yang juga
membahas analisis semiotika diantara nya ialah:
Pertama, “Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita
Ilmu” oleh Ranita Erlanti Harahap, mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam pada tahun 2008. Adapun kesamaan dengan penelitian ini
terletak pada objek yang dibahas, yakni mengenai poster. Perbedaannya
terletak pada teori yang digunakan, penelitian di atas menggunakan teori dari
Gillian Dyer sedangkan penelitian ini menggunakan teori dari Pierce. Selain
itu judul penelitian di atas hanya meneliti makna poster dilihat dari pembuat
poster sedangkan pada penelitian ini meneliti makna poster dilihat dari
pembuat poster dan juga dari pembaca poster.
Kedua, “Analisis Semiotik Terhadap Iklan Hidup Adalah Perbuatan Soetrisno
Bachir” oleh Sella Nurmaya Sari, mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, pada tahun 2009. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada
objek yang dikaji, penelitian ini menganalisis sebuah iklan di televisi.
Ketiga, “Makna Foto Berita Perjalanan Ibadah Haji (Analisis Semiotik
Karya Zarqoni – Makna Pada Galeri.Foto Antara.co.id)” oleh Fatimah,
mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, pada tahun 2009.
Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada objek yang dikaji yakni
menganalisis foto. Selain itu, perbedaan terdapat pada teori yang digunakan,
penelitian diatas menggunakan teori semiotik dari Roland Barthes.
Keempat, “Analisis Semiotik Terhadap Citra Perempuan di Rubrik
Liputan Malam Majalah Popular, Edisi Januari-Maret 2008” oleh Pipit
Permatasari, mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik 2008.
Pada penelitian ini perbedaan juga terletak pada objek yang dibahas,
penelitian ini menganalisa rubrik yang terdapat pada majalah Popular,
penelitian ini juga menggunakan teori semiotik dari Roland Barthes.
Dalam penelitian ini, selain melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan
utama dan perpustakaan fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis juga mencari sumber tambahan di
perpustakaan utama Universitas Nasional, Perpustakaan Pusat Universitas
Indonesia dan Perpustakaan FISIP Universitas Indonesia, serta data-data dari
Badan Narkotika Nasional.
F. Sistematika Penulisan
Agar sistematis nya penelitian ini, peneliti membagi ke dalam lima bab:
BAB I PENDAHULUAN, meliputi: Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI, meliputi: Dakwah dan Ruang
Lingkupnya (Pengertian dan Unsur-unsur Dakwah), Pesan
Dakwah Mengenai Anti Narkoba, Islam dan Hidup Sehat,
Poster (Poster Sebagai Media Dakwah serta poster sebagai
media cetak), Semiotika dan Teori-teori Semiotika.
BAB III PROFIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN),
meliputi: Sejarah BNN, Visi dan Misi BNN, Program BNN,
Peran Humas Dalam Sosialisasi Program (Melalui Non-
Media dan Melalui Media) dan Gambaran Umum Poster.
BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA DALAM POSTER
NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
meliputi: Data Terhadap Poster (Poster Langit, Poster
Hukuman Mati, Poster Undang-undang dan Poster Jam
Berdetik), Analisis Terhadap Poster dan Analisis Terhadap
Makna dari Pembaca Poster.
BAB V PENUTUP, meliputi: Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Dakwah dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a - yad’u -
da’wan - du’a8 yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan,
permohonan dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan
istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf nahi munkar, mauidzoh hasanah, tabsyir,
inzhor, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khotbah.
Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur,
yaitu: penyampaian pesan, informasi yang disampaikan, dan penerima pesan.
Namun dakwah mengandung pengertian yang lebih luas dari istilah-istilah
tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna sebagai aktifitas
menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan
munkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.
Istilah dakwah dalam Al-quran diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun
mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-quran menggunakan kata dakwah
untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing
pilihan. Dalam Al-quran, dakwah dalam arti mengajak ditemukan dengan
sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan dan 7
kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat
yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.
8 Majma’ al-lughoh al-arobiyah, 1972:286
Terlepas dari beragamnya makna istilah ini, pemakaian kata dakwah
dalam masyarakat Islam, terutama di Indonesia, adalah sesuatu yang tidak asing.
Arti dari kata dakwah yang dimaksudkan adalah “seruan” dan “ajakan”. Kalau
kata dakwah diberi arti “seruan”, maka yang dimaksudkan seruan kepada Islam
atau seruan Islam. Demikian juga halnya kalau diberi arti “ajakan”, maka yang
dimaksud adalah ajakan kepada Islam atau ajakan Islam. Kecuali itu “Islam”
sebagai agama disebut “agama dakwah”, maksudnya adalah agama yang
disebarluaskan dengan cara damai, tidak lewat kekerasan.9
Kata “mengajak, mendorong dan memotivasi” adalah kegiatan dakwah
yang berada dalam ruang lingkup tabligh. Kata “bashirah” untuk menunjukkan
bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat “meniti
jalan Allah” untuk menunjukkan tujuan dakwah, yaitu mardhotillah. Kalimat
“istiqomah dijalan Nya” untuk menunjukkan bahwa dakwah dilakukan secara
berkesinambungan. Sedangkan kalimat “berjuang bersama meninggikan agama
Allah” untuk menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya untuk menciptakan
kesalahan pribadi, tetapi juga harus menciptakan kesalehan sosial. Untuk
mewujudkan masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri,
tetapi harus dilakukan secara bersama-sama.10
Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari
aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia
9 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, diterjemahkan dari Hayat
Muhammad oleh Ali Audah (Jakarta: Tintamas, 1984), hal. 217 10 Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009),
hal. 19
akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan definisi yang bervariasi, antara
lain:
a. Ali Makhfud dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mengatakan,
dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan
mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan
mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh dunia dan
akhirat.11
b. Muhammad Khidr Husain dalam bukunya al-Dakwah ila al-Ishlah
mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar
berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amr ma’ruf
nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan
di dunia dan akhirat.
c. Ahmad Ghalwasy dalam bukunya ad Dakwah al Islamiyyah
mengatakan bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk
mengetahui berbagai seni menyampaikan kandungan ajaran Islam,
baik itu akidah, syariat maupun akhlak.
d. Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha
aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru,
mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati
Allah swt. Sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak
islamiyah.12
11 Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Kitabah, (Beirut: Dar al-
Ma’arif,tt), hal. 17 12 H.M.S. Nasarudin Latief, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah (Jakarta: PT Firma Dara)
hal.11
e. Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia
dan akhirat.13
f. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan
menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah (Islam)
termasuk amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat.14
g. Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai seruan atau ajakan kepada
keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi
yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat.15
Betapapun definisi-definisi di atas terlihat dengan redaksi yang berbeda,
namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya
untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang
tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Lebih dari itu, istilah dakwah mencakup
pengertian antara lain:
1) Dakwah dalam suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru
atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.
2) Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan
secara sadar dan sengaja.
13 Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009),
hal. 20 14 Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra), hal.
31 15 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1992) hal.194
3) Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan
dengan berbagai cara atau metode.
4) Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari
kebahagiaan hidup dengan dasar keridhoan Allah.
5) Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk
mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku umat yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syari’at
untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.16
2. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam
setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u
(mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah
(metode) dan atsar (efek dakwah).
a. Da’i (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau
lewat organisasi/lembaga. Secara umum kata da’i sering disebut
dengan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam).
b. Mad’u (Penerima Dakwah)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia
penerima dakwah, baik secara individu maupun sebagai kelompok,
16 Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009),
hal. 21
baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata
lain manusia secara keseluruhan.
c. Maddah (Materi Dakwah)
Maddah dakwah ialah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah
dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.
d. Wasilah (Media Dakwah)
Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan
ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai
wasilah. Hamzah ya’kub membagi wasilah dakwah menjadi lima
macam, yaitu: lisan, tulisan, audio, visual, dan akhlak.
e. Thariqah (Metode Dakwah)
Kata metode telah menjadi bahasa Inonesia yang memiliki pengertian
“suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas
untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata
pikir manusia”.17 Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran
Islam, disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis
dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.18
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan
17 M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet.1, hal.160 18 Soeleman Yusuf, Selamat Soesanto, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981) hal. 38
suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu
pesan walaupun baik tetapi disampaikan lewat metode yang tidak
benar maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.
f. Atsar (Efek Dakwah)
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya
jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah,
wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respon dan efek pada
mad’u.
Efek sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses
dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para
da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah
disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar
artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa
menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi
yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang
kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis astar dakwah secara cermat
dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk
diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya.19
B. Pesan Dakwah Mengenai Anti Narkotika
Islam memandang manusia sebagai makhluk yang terhormat, layak dan
mampu mengemban amanah setelah terlebih dahulu melalui seleksi diantara
19 M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009) Hal.34-35
makhluk ciptaan Tuhan lainnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Firman Nya
surat Al-Ahzab ayat 72:
إنا عرضنا األمانة على السماوات واألرض والجبال فأبين أن يحملنها وأشفقن منها وحملها اإلنسان إنه آان
ما جهوالظلو
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan bodoh.”
Guna menjalankan amanat leluhur itulah manusia dibekali dengan
kelengkapan yang kemudian hari akan dimintai pertanggung jawabannya.
Manusia dibekali naluri keagamaan yang tajam, penciptaan yang sangat
sempurna, kedudukan yang mulia dengan diberi kepercayaan penuh untuk
mengolah bumi beserta isinya. Dengan demikian Allah SWT menjanjikan imbalan
terhadap kemampuan manusia dalam mengoperasionalkan pemberian Allah SWT
tersebut, atau juga ancaman atas kelalaiannya. Tentulah yang demikian itu yang
disebut Adil bahkan Maha Adil.
Adapun tujuan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Ibadah
menurut ajaran Islam merupakan perwujudan seseorang yang beriman. Ibadah itu
sendiri bukan saja yang langsung dengan Al Khaliq, tetapi juga hubungan antar
umat manusia, sebagaimana Firman Nya dalam surat Ali Imron ayat 112:
ضربت عليهم الذلة أين ما ثقفوا إال بحبل من اهللا وحبل من الناس
”Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali mereka berpegang pada tali agama Allah, dan tali (perjanjian) dengan manusia.”
Karena status manusia sangat jelas sebagai khalifah di muka bumi, apapun
yang dilakukan oleh manusia selalu diperhatikan Allah SWT. Oleh karena itu
Allah menciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah. Artinya, segala
perbuatan harus bernilai ibadah dan hanya untuk mencari keridhaan Allah,
sebagaimana tercantum dalam surat Adz Dzariat ayat 56:
وماخلقت الجن واإلنس إالليعبدون
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Aku.”
Andaikan manusia menghayati ayat di atas, obat-obat terlarang, minuman
keras dan segala sesuatu yang tidak bermanfaat, tidak mungkin dilakukan oleh
manusia.20
1. Islam dan Hidup Sehat
Kesehatan merupakan salah satu syarat bagi terwujudnya hidup bahagia
serta sejahtera lahir dan batin, untuk masalah kesehatan ini Nabi Muhammad
SAW bersabda:
من اصبح منكم آمنا فى سربه، معافى فى : م.قال رسول اهللا ص: اهللا عنه قالعن عبد اهللا بن محصن رضى
حديث حسن رواه البخارى والترمذى وابن (جسده، عنده قوت يومه، فكأنما حيزت له الدنيا بحذا فيرها
)ماجة
“Dari Abdullah bin Muhshon, semoga Allah meridhoi, berkata: bersabda Rasulullah saw: Barang siapa diantara kamu damai hatinya sehat badannya dan punya makanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya
20 Departemen Agama RI, Pandangan Islam Tentang Penyalahgunaan Narkoba, 2003,
hal. 20
dianugerahkan kepadanya” (Hadist Hasan, Riwayat Bukhori, Tirmidzi dan Ibnu Majah)21
Menjaga kesehatan hukumnya wajib, karena jika badan sehat, manusia
dapat melaksanakan tugasnya di muka bumi ini sebagai khalifah. Kesehatan di
sini meliputi kesehatan jasmani dan rohani, lingkungan dan sumber-sumber alam.
Kesemuanya ini harus dijaga dan dilestarikan. Pencemaran terhadap lingkungan
dalam hal ini adalah penyakit sosial yang berkaitan dengan media yaitu narkotika.
Penyakit ini disebarkan oleh para pengedar yang tak bertanggung jawab
akan masa depan pada suatu generasi penerus bangsa. Apabila seseorang sudah
terjerat oleh narkotika maka untuk memulihkan keadaan seperti sedia kala agak
sulit. Karena pengobatan korban akibat kertergantungan narkotika dengan suatu
tahapan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu jauh sebelum
sekarang Allah SWT telah berfiman dalam Al Quran antara lain:
a) Kewajiban menghindar dari kerusakan, Allah SWT berfirman:
وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة
“...dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dengan tanganmu sendiri kedalam kebinasaan” (Al Baqarah: 195)
b) Jangan membuat kerusakan di muka bumi, Allah SWT berfirman:
والتبغ الفساد في األرض إن اهللا اليحب المفسدين
“...dan jangan kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al Qashash: 77)
21 Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri Assuyuhti, Al-Jaami’us Shoghiir fi
Ahaadiitsil Basyiirun Nadziir,Bagian Pertama (Berut: Daarul Fikri,tt), hal. 573
Selain itu Nabi Muhammad SAW banyak memberikan petunjuk maupun
ajaran kepada umatnya tentang kesehatan. Dalam beberapa hadist yang antara
lain:
a) Kewajiban menyingkirkan sesuatu yang menyakitkan.
حديث صحيح (اعزل االذى عن طريق المسلمين : م .قال رسول اهللا ص: رزة رضى اهللا عنه قالعن ابي ب
)رواه ابن ماجة
“Dari Abi Barzah, semoga Allah Meridhoi, berkata: bersabda Rasulullah saw: singkirkan segala sesuatu yang menyakitkan (kotoran) dari jalan-jalan orang-orang muslim” (Hadist Shohih, Riwayat Ibnu Majah)22
b) Peringatan agar jangan memudharatkan orang lain.
وال ال ضرار : م قال.عن ابى سعيد سعد بن مالك بن سنان الخزر جى رضى اهللا عنه أن رسول اهللا ص
)حديث حسن رواه ابن ماجة والدار قطنى(ضرار
“Dari Abi Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan, semoga Allah meridhoi berkata: bersabda Rasulullah saw: janganlah membuat mudharat pada diri sendiri dan pada orang lain” (Hadist Hasan, Riwayat Ibnu Majah dan Daaruqut’i)23
c) Lingkungan yang baik.
ان تكون زوجته صالحة وأوالده أبرارا وخلطا ؤه صالحين وان يكون رزقه فى بلده : أربعة من سعادة المرء
)رواه الديلمى(
“ada empat kebahagiaan seseorang, yaitu istri yang shalehah, anak-anak yang baik, teman-teman sepergaulan (lingkungan) yang baik dan mempunyai penghasilan yang tetap di negrinya.” (H.R Ad-Dailami)24
22Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri Assuyuhti, Al-Jaami’us Shoghiir fi
Ahaadiitsil Basyiirun Nadziir,Bagian Kedua (Berut: Daarul Fikri, tt), hal. 174 23 Imam Nawasi, Al-arba’iin Annawawiyah (Semarang: Usaha Keluarga, tt) hal. 98 24 Departemen Agama RI, Pandangan Islam Tentang Penyalahgunaan Narkoba, 2003,
hal. 22
C. Poster
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan
poster adalah plakat yang dipasang ditempat umum (berupa pengumuman atau
iklan).25 Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, Cambridge University Press
(2003:966) mengartikan poster : a large printed picture, photograph or notice
which you stick or pin to a wall or board, usually for decoration or to advertise
something. Dictionary of America English (2002:1193) mengartikan poster a
large sheet of paper, usually announcing some event: political workers put up
posters around town their candidate’s name and picture on it.
Dapat disimpulkan bahwa poster adalah:
a. Plakat (surat pengumuman).
b. Dipajang/dipasang ditempat umum
c. Berukuran besar, secara teknis ukuran poster yang lazimnya dipakai
minimal ukuran A-3, atau bisa juga lebih besar (A-2, A-1 dan A-0)
tergantung dimana poster akan dipasang.26
d. Tulisan dengan gambar.
e. Bertujuan untuk mengenalkan, atau mempromosikan sesuatu.27
1. Poster Sebagai Media Dakwah
Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih luas, dapat
dikatakan bahwa alat komunikasi apapun yang halal bisa digunakan sebagai
25 Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke3, hal.890 26 R. Masri Saremba Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal.74 27 R. Masri Saremba, Media Cetak, hal. 60
media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media dakwah bila
ditujukkan untuk berdakwah.
a. Hasjmy berpendapat bahwa media dakwah dan sarana dakwah atau
alat dakwah dan medan dakwah ada enam macam, yaitu:
1) Mimbar (podium) dan khithobah (pidato/ceramah)
2) Qalam (pena) dan kitabah (tulisan)
3) Masrah (pementasan) dan malhamah (drama)
4) Seni suara dan seni bahasa
5) Madrasah
6) serta lingkungan kerja dan usaha
b. Sedangkan Asmuni Syukir juga mengelompokkan media dakwah
menjadi enam jenis: lisan, tulisan, lukisan atau gambaran, audio-
visual, perbuatan dan organisasi.28
Dakwah dengan media poster, berarti berdakwah melalui media tulisan.
Pesan yang dituliskan dalam poster lebih singkat, jelas serta berfariatif, sehingga
memudahkan pembaca untuk mengingatnya.
1. Poster Sebagai Media Cetak
Poster pada hakikatnya sama dengan iklan tetapi sasarannya lebih pada
segi-segi sosial.29 Bila dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di
28 Prof.Dr. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta:Kencana Prenada Grup, 2009), hal.405
satu pihak adalah produk kehumasan, namun di pihak lain juga merupakan produk
bisnis. Beda keduanya kadang-kadang sangat tipis, namun beda keduanya dapat
dilihat sesuai dengan tujuannya.
a. Poster sebagai produk kehumasan: yakni sebuah poster yang
dirancang untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu
kepada khalayak, tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi
bisnis didalamnya. Artinya tidak ada sama sekali tujuan bisnis di
dalam rancangan maupun kegiatan produksi maupun exposure nya.
b. Poster sebagai produk bisnis: poster yang dengan sengaja dan
secara strategi dirancang untuk mengkomunikasikan suatu produk,
atau perusahaan, agar khalayak sadar dan akhirnya mengonsumsi
atau membeli suatu produk yang dikomunikasikan melalui poster
tersebut.30
Poster yang dibahas dalam penelitian ini merupakan poster sebagai produk
kehumasan, karena poster ini berisikan iklan layanan masyarakat. Iklan layanan
masyarakat adalah iklan berisi pesan-pesan yang mengingatkan dan mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi menyukseskan program-program yang ditujukan
untuk kemaslahatan bersama. Seringkali program-program itu dikeluarkan oleh
pemerintah. Melalui iklan layanan masyarakat ini, humas berupaya mewujudkan
tanggung jawab perusahaan dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Iklan ini berusaha mengajak orang-orang untuk bersikap dan memerhatikan
29 Artini Kusmiati, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, ( Jakarta:Djambatan, 1999),
hal.87 30 M. Masri Sareb Putra, Media Cetak, hal.61.
persoalan-persoalan sosial. Adapun tujuan dari iklan layanan masyarakat adalah
untuk menyelidiki suatu informasi, mempopulerkan persoalan-persoalan sosial,
mengubah aktivitas kebiasaan yang buruk, hemat energi, memperbaiki sikap
publik, berkomunikasi tentang pandangan publik, menginformasikan pada publik
tentang cara pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.31
Poster merupakan salah satu media komunikasi visual, dalam ranah
komunikasi visual, terdapat lebih dari seribu macam huruf romawi atau latin yang
telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut sejatinya hasil
dari perkawinan silang lima jenis huruf berikut ini:
1) Huruf Romein, garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal-
tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang
hurufnya.
2) Huruf Egyptian, garis hurufnya memiliki ukuran yang sama tebal pada
setiap sisinya. Kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku.
3) Huruf Sans Serif, garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki
atau kait.
4) Huruf Miscellaneous, jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya
dari pada nilai komunikasinya. Bentuk nya senantiasa mengedepankan
aspek dekoratif dan ornamental.
31 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, Media Public Relations, Membangun
Citra Korporat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 193.
5) Huruf Script, jenis huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat
spontan.32
Poster merupakan media yang unik dengan mengedepankan gambar-
gambar, teks yang ringkas namun mempunyai makna yang luas. Dan seperti hal
nya media lain, poster juga memiliki beberapa kelemahan:
a) ketidak mampuannya memuat banyak pesan sekaligus.
b) Rentan terhadap vandalisme atau cuaca.
c) Kurangnya konsentrasi penonton untuk mengingat pesan-pesan iklan
poster karena mereka melihat poster tersebut secara sambil lalu.
d) Waktu yang digunakan untuk merancang, mencetak dan memamerkan
poster cukup lama.33
D. Semiotika
Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Semiotika
menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussere (1857-1913)
dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan
ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussere di
Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussere adalah
linguistik sedangkan Peirce filsafat. Saussere menyebut ilmu yang
dikembangkannya semiologi. Sedangkan Peirce menyebutkan ilmu yang
dibangunnya adalah semiotika. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
32 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hal,
28 33 Frank Jefkins, Periklanan, (PT Gelora Aksara Pratama, 1996) hal. 130
semiotika lebih populer dari pada semiologi. Semiotika adalah ilmu yang
mempelajari tentang tanda dan makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang
berarti bagi orang lain.
Menurut Saussere, seperti dikutip oleh Pradopo (1991:54) tanda sebagai
kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Dimana ada tanda, disana
ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua
aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang
penanda atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda
atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung dalam aspek pertama.
Sedangkan menurut Pierce, sebuah tanda atau representamen ialah sesuatu
yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan
selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek. Mengacu berarti
mewakili atau menggantikan. Tanda baru berfungsi bila diinterpretasikan dalam
benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman
makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya tanda baru dapat
berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi.34
Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik
langsung dengan interprenan dan objeknya.35
34 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hal.11 35 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), hal. 26
interprenant
representamen objek
Ruang lingkup studi semiotika sangatlah luas, namun bila mengikuti
Charles Morris, seorang filsuf yang juga menaruh perhatian atas ilmu tentang
tanda-tanda, semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga cabang
penyelidikan, yakni: sintatik, semantik dan pragmatik.
1. Sintatik: suatu cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji
“hubungan formal di antara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”.
Dengan kata lain, karena hubungan-hubungan formal ini merupakan
kaidah-kaidah yang mengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian
sintatik kurang lebih adalah semacam “gramatika”.
2. Semantik: suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari
“hubungan di antara tanda-tanda dengan designata atau objek-objek
yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksudkan dengan designata
adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan di dalam tuturan
tertentu.
3. Pragmatik: suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari
“hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau
para pemakainya (pemakai tanda-tanda)”. Pragmatik secara khusus
berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi
situasional yang melatari tuturan.36
Bila dilihat dari cabang semiotika di atas, poster termasuk kedalam macam
semiotika pragmatik. Karena didalam poster terdapat hubungan antara tanda-tanda
dengan pemakainya.
1. Teori-Teori Semiotika
Terdapat beberapa teori dalam kajian semiotika, diantaranya teori dari
Pierce, Saussere dan Roland Barthes. Pada penelitian ini, teori yang digunakan
adalah teori Pierce, yang membagi tanda ke dalam tiga golongan, diantaranya:
ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan obyek yang
diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa
yang dimaksudkan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab
akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti.
Sedangkan simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan atau
perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang
sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.37
Dan menurut teori dari Saussure yakni dengan melihat makna denotatif
dan konotatif. Salah satu cara yang digunakan para pakar untuk membahas
lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif
dengan makna konotatif:
a. Spradley (1997:122) menjabarkan makna denotatif meliputi hal-hal
yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial). Piliang (1998:14)
36 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), hal. 5 37 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra,2008),hal.16-
17
mengartikan makna denotatif adalah hubungan eksplisit antara
tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap
denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah.
Warna nya juga dicatat seperti merah, kuning, biru, putih dan
sebagainya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang
disampaikan.
b. Spradley (1997:123) menyebutkan makna konotatif meliputi semua
signifikansi sugestif dari simbol yang lebih dari pada arti
referensialnya. Menurut Piliang (1998:17), makna konotatif
meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi
serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Misalnya gambar wajah
orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan
kebahagiaan.38
Sedangkan pembahasan karya-karya desain komunikasi visual dengan
kajian semiotika komunikasi dalam teorinya Roland Barthes, melihat pada kode:
kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi dan kode
kebudayaan.
a. Kode hermeutika yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-
teki, respon, yang akhirnya menuju pada jawaban. Atau dengan
kata lain, berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah
wacana.
b. Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level
penanda. Misalnya konotasi feminitas dan maskulinitas. Atau
38 Kris Budiman, Semiotika Visual, hal.20
dengan kata lain kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata
sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminim.
c. Kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis,
kemenduaan, pertentangan dua unsur.
d. Kode narasi yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi.
e. Kode kebudayaan yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, bawah
sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral,
psikologi, sastra, seni, legenda.39
Dan menurut barthes sendiri (1988:179) semiologi mempelajari
bagaimana kemanusiaan memaknai sesuatu. Memaknai dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-
objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Barthes
dengan demikian melihat signifikasi sebagai sebuah porses yang total dengan
suatu susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tak terbatas pada bahasa,
tetapi terdapat pula pada hal-hal yang bukan bahasa. Pada akhirnya barthes
menganggap kehidupan sosial sendiri merupakan suatu bentuk dari signifikasi.
Dengan kata lain, kehidupan sosial, apapun bentuknya, merupakan suatu sistem
tanda tersendiri pula.40
39 Kris Budiman, Semiotika Visual, hal. 18-19 40 Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, (magelang:Yayasan Indonesiatera), hal. 53
BAB III
PROFIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)
A. Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN)
Badan Narkotika Nasional (BNN), merupakan sebutan untuk di tingkat
pusat. Sedangkan di tingkat profinsi dinamakan BNP, dan BNK untuk tingkat
kabupaten/kota. Berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) didasari oleh
Keputusan Presiden No. 17 Tahun 2002 yang dibuat menggantikan Keputusan
Presiden No. 116 Tahun 1999 tentang Badan Koordinasi Narkotika Nasional yang
dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan. Keputusan
Presiden ini menjadi landasan hukum keberadaan BNN sebagai lembaga negara
nonstruktural yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik
Indonesia.
Adapun perkembangan kelembagaan BNN adalah sebagai berikut:
1. Periode Pertama (1971-1999)
Indonesia sejak tahun 1971 telah melaksanakam tindakan-tindakan yang
bertujuan menanggulangi bahaya narkotika, kala itu pemerintahan Seharto
mengantisipasi dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor : 6/1971
yang menginstruksikan kepada Kabakin untuk mendirikan badan
Koordinasi, Bakolak Inpres 6/1971 yang menangani 6 (enam) masalah
Nasional, yang diantaranya adalah penanggulangan penyalahgunaan
narkoba.
2. Periode Kedua (1999-2002)
Dengan berkembangnya permasalahan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba yang semakin meningkatkan dan berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang pemerintah Indonesia
membentuk lembaga baru melalui Keppres Nomor 116 tahun 1999 yaitu
Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) dan strategi serta
mengkoordinasikan semua lembaga departemen maupun nondepartemen.
Pada periode ini didasarkan struktur organisasi belum berjalan dengan
baik dan koordinasi hanya sebatas administrasi. Sedang operasionalisasi
masih sporadis dan sektoral pada masing-masing anggota departemen /
lembaga BNN.
3. Peride Ketiga (2002 – 2004)
Karena lembaga yang ada hanya bersifat koordinatif dan administratif,
maka dinilai kurang efektif sehingga memerlukan lembaga yang lebih
operasional. Untuk itu berdasarkan Keppres nomor 17 tahun 2002 dan
Inpres Nomor 3 tahun 2002, Undang-Undang nomor 5 tahun 1997,
Undang-Undang nomor 22 tahun 1997, dan ketetapan MPR nomor IV /
MPR / 2002 tentang Rekomendasi atas laporan pelaksanaan keputusan
MPR RI tahun 2002, Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN)
diubah menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan memiliki 25
anggota di departemen serta lembaga pemerintah terkait dengan kapolri
selaku ketua Ex. Officio yang bertanggung jawab langsung kepada
presiden. Tugas pokoknya adalah mengkoordinasikan instansi pemerintah
terkait dalam menyusun kebijaksanaan dan pelaksanaan dibidang
ketersediaan dan P4GN (pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika) dengan membentuk satgas-satgas yang bersifat
operasional.
Sejak perubahan status kelembagaan menjadi BNN pada tahun 2002 maka
polri secara khusus telah memperbantukan satu Direktorat yaitu Direktorat IV
Narkoba Bareskrim Polri untuk mendukung tugas operasional dibawah kendali.
Disamping itu BNN pun sudah diakui sebagai vocal point untuk masalah Narkoba
oleh badan-badan internasional atau dunia.41
Adapun Fungsi Badan Narkotika Nasional (BNN):
a. pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam penyiapan dan
penyusunan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN;
b. pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan
kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN serta pemecahan
permasalahan dalam pelaksanaan tugas
c. pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam kegiatan
pengadaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang narkotika,
psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya;
d. pengoperasian satuan tugas yang terdiri atas unsur pemerintah
terkait dalam P4GN sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan
kewenangan masing-masing.
41 Arsip Badan Narkotika Nasional
e. pemutusan jaringan peredaran gelap narkotika, psikotropika,
prekursor dan bahan adiktif lainnya melalui satuan tugas;
f. pelaksanaan kerja sama nasional, regional dan internasional dalam
rangka penanggulangan masalah narkotika, psikotropika, prekursor
dan bahan adiktif lainnya.
g. pembangunan dan pengembangan sistem informasi, pembinaan dan
pengembangan terapi dan rehabilitasi serta laboratorium narkotika,
psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya;
h. pengorganisasian BNP dan BNK/Kota berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN.
B. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional (BNN):
Komitmen negara-negara anggota ASEAN yang telah dideklarasikan
bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA TAHUN 2015 yang merupakan issue global,
regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu
sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ditetapkan
dalam Ketetapan MPR nomor : TAP/MPR/VII/2001 yaitu : "Terwujudnya
masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara",
maka visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional sebagai focal point dalam
penanganan permasalahan narkoba adalah : "Terwujudnya masyarakat Indonesia
bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan
adiktif lainnya (narkoba) tahun 2015".
Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih
rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta
rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN
yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan
penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan
tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan
adalah :
1. Tercapainya komitmen yang tinggi dari segenap komponen
pemerintahan dan masyarakat untuk memerangi narkoba.
2. Terwujudnya sikap dan perilaku masyarakat untuk berperan serta
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba.
3. Terwujudnya kondisi penegakan hukum di bidang narkoba sesuai
dengan supremasi hukum.
4. Tercapainya peningkatan sistem dan metode dalam pelayanan
terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba.
5. Tersusunnya database yang akurat tentang penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba.
6. Beroperasinya Satuan-satuan Tugas yang telah dibentuk
berdasarkan analisis situasi.
7. Berperannya Badan Narkotika Propinsi/Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan program P4GN.
8. Terjalinnya kerjasama internasional efektif yang dapat memberikan
bantuan solusi penanganan permasalahan narkoba di Indonesia.
Sasaran adalah merupakan refleksi dari hasil atau capaian yang diinginkan
bersifat spesifik, konkrit dan terukur atas apa yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran mencakup apa yang akan dicapai,
kapan, dan oleh siapa. Apabila dipisahkan secara tegas, sasaran tahunan bukan
merupakan bagian dari rencana strategis organisasi, namun merupakan bagian
utama dari Rencana Operasional tahunan yang mendasarkan pada rencana
strategis itu sendiri. Oleh karena itu dalam dokumen Strategi Nasional ini secara
spesifik tidak diuraikan/ditetapkan, akan tetapi penetapan sasaran akan dijabarkan
oleh masing-masing institusi dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan.
C. Program BNN
Adapun acara-acara yang telah dijalankan oleh BNN pada tahun 2010 dari
bulan Februari hingga Juni adalah:
No. Acara Tempat Waktu
1 Forum Komunikasi BAKOHUMAS Dan Mou Dengan Yayasan Sahid Jaya
Hotel Sahid Jakarta
16 Februari 2010 Jam 09:00 S/D
Selesai
2 Pemberdayaan Dalam Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Kerja
Bandung Jawa Barat
18 Februari 2010
3 Pemberdayaan Dalam Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Lingkungan SMA
Aula Pusdiklat Depsos Jl
Margaguna No. 1 Radio Dalam Jakarta Selatan
15 Maret 2010 Jam 09:00/14:00
4 Temu Kader Penyuluhan P4GN Di Lingkungan Keluarga Lampung
Lampung 17 Maret 2010 Jam 09:00/14:00
5 Rapat Koordinasi Hotel Jaya Raya Bogor
17 Maret 2010 Jam 09:00/13:00
6 Pameran Sarana Olah Raga RT 01 &
02, RW 02 Kunciran Mas
Permai Tangerang
17 Maret 2010 Jam 09:00/14:00
7 Peresmian Tempat T&R Kalimantan Barat
18 Maret 2010
8 Peresmian CBU Jawa Barat 20 Maret 2010
9 Penataran Tekhnik, Penyelidikan Penindakan Pidana Narkotika
BNP Bangka Belitung
22 Maret 2010
10 Temu Penyuluhan Lintas Sektoral Dalam Upaya P4GN
DKI Jakarta 22 Maret 2010
11 Pengembangan Masyarakat Melalui Pemberian Keterampilan
DKI Jakarta 22 Maret 2010
12 Pameran Bali 27 Maret 2010 Jam 08:00/14:00
13 Pemusnahan Barang Bukti Unitra BNN
Lido-Sukabumi 29 Maret 2010 Jam 12:00 S/D
Selesai
14 Penandatangan Mou BNN Dengan UI Dan KOWANI
Gedung BNN, Ruang Rapat
Lt. 7
01 April 2010 Jam 13:00/14:00
15 Pemberdayaan Dalam Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Kerja
Jawa Timur 04 April 2010 Jam 09:43 S/D
Selesai
16 Pengembangan Kapasitas Penyulus P4GN
Luhpen, Jawa-Timur
5-7 April 2010. Jam 09:00 S/D
Selesai
17 Lokakarya Pembinaan Lanjutan (After Care) Bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba
Hotel Horison 05 April 2010 Jam 14:00 S/D
Selesai
18 Penataran Investigasi Tindak Pidana Narkoba Melalui
Bangka Belitung 06 April 2010 Jam 09:00 S/D
Computer Based Training Selesai
19 Pembentukan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Pendidikan
Universitas Jawa Barat
07 April 2010 Jam 09:00 S/D
Selesai
20 Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Olah Raga
DKI Jakarta 07 April 2010 Jam 09:00 S/D
Selesai42
21 Workshop Penyuluh P4GN Di Lingkungan Mahasiswa
Sumatera Utara
11 April 2010
Jam 09:00 S/D selesai
22 Pembentukan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Pendidikan Untuk Universitas
NTT 14 April 2010
Jam 09: 00 S/D selesai
23 Seminar Penatalaksanaan Penyakit Komplikasi Fisik Penyalahgunaan Narkoba
Bandung, Jawa Barat
18 April 2010
Jam 09:00 S/D 05:34
24 Pemberdayaan Dalam Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan BUMN
Jawa Barat
19 April 2010
Jam 09: 00 S/D selesai
25 Pembentukan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Pendidikan Untuk Universitas
Gorontalo
20 April 2010
Jam 09:00 S/D selesai
26 Pembekalan Parenting Skill Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Jakarta
DKI Jakarta 21 April 2010
Jam 09:00 S/D selesai
27 Temu Kader Penyuluh P4GN Di Lingkungan Kerja
Kalimantan Timur
25 April 2010
28 Pembentukan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Pendidikan Untuk Universitas
Jawa Timur
27 April 2010
Jam 09: 00 S/D selesai
29 Penataran Tindak Pidana Narkoba Melalui Computer
Nangroe Aceh 03 Mei 2010
42 Diakses pada tanggal 05 April 2010, dari http://www.bnn.go.id
Based Training (CBT) Darussalam
Jam 09:00 S/D 17:00:00
30 Press Release Pengungkapan Jaringan Narkotika Jenis Shabu
Lt. 7 Gedung BNN
04 Mei 2010
Jam 15:30 S/D selesai
31 Launching Lomba Kampung Bersih Narkotika
Gedung Sosited Taman Budaya Yogyakarta, Jl.
Malioboro
10 Mei 2010
Jam 11:00 S/D selesai
32 Workshop Luhpen
Gedung C7 Lt.2 Fakultas II
Sosial, UNNES, Jawa Tengah
11 Mei 2010
Jam 09:00 S/D selesai
33 Hadirilah Malam Renungan Dan Puncak Acara Hari Anti Narkotika Internasional 2010
Silang Monas Dan Tugu Proklamasi
Jakarta
17 Juni 2010
Jam 08:00 S/D 17:0043
Menurut Rank Jefkins, dalam bukunya Hubungan Masyarakat (Intermasa,
1992) ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas hubungan
masyarakat, namun bila dilihat dari acara-acara yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) dapat disimpulkan bahwa di dalam BNN terdapat citra
keinginan (wish image). Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan
dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang
ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan dan diterima oleh publiknya
atau masyarakat umum44. Hal yang ingin disampaikan oleh BNN kepada khalayak
yakni mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba melalui berbagai acara.
43 Diakses pada tanggal 13 Juli 2010, dari http://www.bnn.go.id 44 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations, Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada), h. 78.
D. Peran Humas Dalam Sosialisasi Program
Menurut Sulastiana, selaku pejabat fungsional media massa dan
pemberitaan BNN, humas merupakan lini terdepan dalam bidang informasi di
Badan Narkotika Nasional. Humas mempunyai peranan yang besar dalam
mensosialisasikan narkotika, baik berupa upaya antisipasi serta pemberantasannya
kepada masyarakat. Dalam melakukan berbagai cara untuk menjalankan tugasnya,
baik melalui non media dan melalui media:
1. Melalui Non-Media
Banyak cara yang dilakukan oleh humas dalam mensosialisaikan bahaya
penyalahgunaan narkoba baik kepada pihak internal maupun secara umum
melalui non media yakni dengan melakukan pameran, penyuluhan serta
seminar seputar bahaya penyalahgunaan narkoba.
2. Melalui Media
Bentuk media cetak yang dikeluarkan oleh BNN beraneka ragam,
diantaranya ialah Jurnal BNN (yang sebelumnya dikemas dalam bentuk
majalah), poster, kalender, pin, stiker dan brosur. Selain itu, humas juga
membuat iklan layanan masyarakat, news atau rubrik khusus. Dalam
rubrik khusus lebih kepada pola pencegahan serta penegakan hukum yang
dilakukan di sekolah-sekolah, tempat tinggal, atau tempat kerja.45
45 Wawancara pada tanggal 10 Maret 2010 dengan Sulastiana, Pejabat Fungsional Media
Massa dan Pemberitaan Badan Narkotika Nasional.
E. Gambaran Umum Poster
Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan sebuah badan yang bergerak
khusus dibidang narkoba. Dalam menjalankan tugasnya, BNN menggunakan
berbagai macam cara dan salah satu cara yang rutin dilakukan yakni memproduksi
poster.
Poster yang telah dibuat oleh BNN biasanya dipajang ditempat-tempat
strategis dan ramai, agar komunikasi yang disampaikan dapat dengan mudah
diterima oleh khalayak. Dan biasanya poster-poster tersebut dipajang di sekolah,
kantor, terminal, serta di mall. Pihak BNN memberikan poster yang mereka
keluarkan secara cuma-cuma.
Dalam penelitian ini, poster yang akan di analisis sebanyak empat buah
poster dan menggunakan teori dari Pierce, yang membagi tanda menjadi tiga
bagian: ikon, indeks dan simbol. Poster pertama dinamakan poster “Langit”,
kedua poster “Hukuman mati”, ketiga poster “Undang-undang Narkotika”, dan
yang keempat poster “Jam berdetik”.
Setiap poster yang dikeluarkan oleh BNN terdapat gambar kupu-kupu
yang berukuran kecil dengan tulisan “Anti Narkotika”.
Ikon anti narkoba ini berbentuk kupu-kupu, bewarna kuning keemasan
dengan outline hitam.
1. Warna kuning keemasan melambangkan kegiatan yang baik dan
i’tikad yang mulia.
2. Warna hitam menunjukkan kekuatan dan keteguhan dalam memerangi
penyalahgunaan anti narkoba.
3. Kepakan sayap menandakan dinamisasi gerakan anti narkoba.
4. Posisi sayap kupu-kupu yang tidak simetris, dan mengarah ke kanan,
merupakan simbol arah yang baik.
5. Garis atau outline hitam yang mengelilingi sayap secara tidak terputus
mengibaratkan sebuah lintasan tanpa ujung dan pangkal, menandakan
kegiatan yang berlangsung terus menerus dalam memerangi narkoba.
6. Kupu-kupu menginspirasikan proses metamorfosis yang dimulai dari
telur, menjadi ulat, kemudian kepompong, dan lahirlah kupu-kupu
yang cantik.
Proses ini menggambarkan suatu gerakan masyarakat yang terus menerus
berkesinambungan dalam memerangi narkoba, dimana kupu-kupu menjadi simbol
akhir keberhasilan dari sebuah proses yaitu bersih dari narkoba, sebuah cita-cita
mulia yang diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.46
46 Arsip Badan Narkotika Nasional
BAB IV
ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM POSTER
NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)
A. Semiotika Terhadap Poster
1. Poster Langit
Poster ini di desain oleh Rangga Kusuma, dikeluarkan pada tahun 2007
dengan ukuran A2. Poster ini berlatar belakang gambar langit biru dengan awan
putih, disertai dengan sinar yang timbul dari langit. Teks yang tertulis dalam
poster tidak terlalu panjang, namun mempunyai sarat makna, “Sinari harimu
dengan kabahagiaan dan cinta, tidak dengan halusinasi narkoba”. Dan
tulisan pada poster ini menggunakan jenis huruf sans serif, mempunyai ketebalan
yang sama di setiap huruf nya serta tidak mempunyai kaki.47
a. Ikon:
Sinar yang terpancar dari langit merupakan ikon dalam poster ini,
sesuai dengan makna dalam poster tersebut. Karena dalam poster
menggambarkan cerah nya kehidupan bila tidak dilalui dengan
narkoba.
b. Indeks:
Gambar awan putih serta langit biru merupakan indeks dalam poster
ini. Menurut pembuat poster, warna putih dan biru dalam psikologi
merupakan warna dingin yang memiliki efek menenangkan. Begitu
pula dalam kehidupan, orang yang kesehariannya menggunakan
narkoba pasti merasakan kegalauan, berbeda dengan yang terbebas
dari narkoba, lebih tenang dalam menjalani hidup.
c. Simbol:
Dalam poster terdapat teks “Sinari harimu dengan kabahagiaan dan
cinta, tidak dengan halusinasi narkoba”. Menurut pembuat poster,
warna putih cerah pada “Sinari Harimu dengan kebahagiaan dan
47 Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual,Metode Analisis Tanda dan Makna
pada Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 29.
cinta” diposisikan disebelah sinar dengan tujuan untuk memperkuat
maksud teks, yaitu bahagia dan cinta. Pada teks “Tidak Dengan” di
beri warna samar namun tetap terlihat dan pada teks “Halusinasi”
berwarna kuning sedangkan pada tulisan “Nakoba” berwarna merah,
ini semua dikarenakan untuk memperkuat isi pesan bahwa halusinasi
yang ditimbulkan yaitu dari tenang,was was sampai bahaya.
Tabel 1: Hasil Analisis Poster “Langit” dengan Teori Pierce
Ikon Indeks Simbol
Gambar sinar yang
mengartikan indah
nya kehidupan bila
dilalui tanpa
narkoba.
Gambar awan
putih di langit
cerah, yang indah.
Mempunyai makna
ketenangan.
Teks yang tertulis dalam
poster mempunyai
banyak warna, (putih,
samar, kuning dan
merah). Maksud dari
penggunaan warna
tersebut adalah: putih,
bahagia dan cinta. Warna
dari samar, kuning ke
merah merupakan
maksud dari tenang, was-
was dan bahaya.
Poster ini memberikan pengetahuan bahwa hidup akan terus bersinar
layaknya sinar yang terpancar dari langit cerah bila kita lalui dengan
cinta dan kebahagiaan. Seperti hal nya yang terdapat poster pada
gambar awan putih yang terdapat di langit biru dan dilengkapi dengan
adanya cahaya sinar.
Cahaya itu akan timbul bila kita dapat memberikan dan merasakan
cinta dan kebahagiaan. Karena tahapan halusinasi tentang narkoba
akan menimbulkan keinginan kuat untuk mencoba narkoba. Lalu bila
sudah menggunakan walau dengan niat coba-coba, akan menjadikan
kebiasaan dengan terus meningkatkan dosis, frekuensi,
frekuensi/khasiat narkoba dan akan berdampak menjadi
ketergantungan.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghilangi halusinasi
narkoba yakni dengan mengambangkan kesehatan jasmani dan
rohani. Dan juga mengembangkan kehidupan keluarga yang sehat dan
harmonis selain itu memberikan informasi akan bahaya dari
penggunaan narkotika. Dengan begitu maka akan menjaga dari
penggunaan narkotika.
Poster ini terlihat lebih simpel dibandingkan dengan poster lainnya,
namun dapat memberikan kesan lebih indah dan sejuk. Selain itu
penggunaan jenis huruf yang digunakan dalam poster ini juga dapat
memberikan kesan kokoh dan kuat.
d. Pesan Dakwah:
kehidupan setiap manusia sangat indah dan berwarna. Manusia
sebagai makhluk sosial memiliki ketergantungan untuk hidup saling
berpasangan, berkeluarga dan berteman. Konteks dalam poster ini
adalah menyinari hidup dengan cinta memiliki yang berarti isi hari-
hari mu dengan ceria, bergaul dengan banyak teman, banyak sahabat
atau kerabat yang tentunya dari sisi positif dan tidak dengan
halusinansi narkoba. Karena pemakai narkoba memiliki
kecenderungan bergaul hanya dengan satu kelompok saja, tidak mau
membuka diri, susah bergaul dengan komunitas diluar komunitasnya.
Namun dalam halusinasinya tanpa sadar dia sudah merasa cukup
dengan pencapaian hidup yang dia rasakan.
Dan salah satu cara agar terhibdar dari halusinasi narkoba ialah
dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mengisi hari-hari
yang kita lalui dengan mengingat Nya.
2. Poster Hukuman Mati
Poster ini di desain oleh Rangga Kusuma dengan ukuran A2 dan
dikeluarkan pada tahun 2007 dengan latar belakang warna hitam dan gambar 3
jaksa. Terdapat gambar palu serta renda berwarna merah di bagian atas poster.
Dalam poster terdapat tulisan pada bagian atas “HUKUMAN MATI
KONSTITUSIONAL BAGI PELAKU KEJAHATAN NARKOBA”
sedangkan pada bagian bawah poster terdapat tulisan “Mahkamah konstitusi
telah memutuskan dalam uji materiil. Hukuman mati tidak bertentangan
dengan hak asasi manusia, karena hukkuman mati itu diberlakukan untuk
menghargai dan menghormati hak asasi orang lain demi berlangsungnya
ketertiban umum dan keadilan sosial”.
Teks bagian atas poster menggunakan jenis huruf egyptian, huruf yang
memiliki ukuran tebal yang sama disetiap sisi nya, mempunyai kaki atau kait yang
berbentuk lurus atau kaku.48 Sedangkan teks pada bagian bawah poster
menggunakan jenis huruf script, yang menyerupai tulisan tangan.
a. Ikon:
Poster ini berisikan mengenai hukuman mati bagi para penjahat
narkoba. Dan yang menjadi ikon dalam poster adalah gambar hakim
dan palu yang sedang diketuk, gambar ini diartikan oleh pembuat
poster adalah bertujuan untuk menyampaikan pesan bahwa Mahkamah
Konstitusi sudah melakukan sidang dan memutuskan pelaku kejahatan
narkoba kini dapat dihukum mati.
b. Indeks:
Poster ini mempunyai warna dasar hitam yang menurut pembuat poster
diartikan sebagai pondasi kekuatan dari pesan yang disampaikan
melalui poster. Pada bagian atas poster terdapat renda berwarna merah
dan putih yang merupakan warna dari bendera Negara kita, Indonesia.
Sebagai warga Negara yang baik, maka harus mengikuti peraturan
yang berlaku. Oleh karena itu, para penjahat narkoba di Indonesia
harus mengikuti hukum yang telah diterapkan di negri ini.
48 Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.28
c. Simbol:
Hal yang menjadi keputusan terdapat pada teks yang berada dalam
poster hukuman mati ini, yang bertuliskan “Hukuman mati
konstitusional bagi pelaku kejahatan narkoba, Mahkamah konstitusi
telah memutuskan dalam uji materiil. Hukuman mati tidak
bertentangan dengan hak asasi manusia, karena hukkuman mati itu
diberlakukan untuk menghargai dan menghormati hak asasi orang lain
demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial”.
Pada teks terdapat berbagai warna (merah, kuning dan putih), menurut
pembuat poster warna merah dengan font besar memperkuat teks
bahwa akan terjadi hukuman mati dan tidak main-main. Warna kuning
untuk teks “bagi pelaku kejahatan narkoba” adalah sebagai peringatan
dengan font lebih kecil dari warna merah agar pelaku berfikir dua kali
untuk mengambil jalan ini dan masih ada pilihan lain untuk tidak
melakukan kejahatan narkoba. Sedangkan warna putih terlihat lebih
tenang, karena teks ini menjelaskan lebih detail tentang keputusan
hukuman mati tersebut.
Table 2: Hasil Analisis Poster “Hukuman Mati” dengan Teori
Pierce
Ikon Indeks Simbol
Gambar hakim dan
palu yang sedang
diketuk
Warna hitam yang
merupakan kekuatan
hukum yang
Teks yang terdapat
dalam poster yang
merupakan keputusan
mengartikan bahwa
keputusan telah di
ambil.
diterapkan. Serta
renda berwarna merah
dan putih yang
melambangkan warna
bendera Negara
Indonesia.
yang telah disepakati.
Poster ini memberikan informasi bahwa hukuman mati akan menanti
bagi para penjahat narkoba. Namun penegakan hukum akan sangat
sulit dan hasilnya akan sangat mengecewakan apabila hanya
dilakukan oleh aparat penegak hukum.
Agar hukum berjalan efektif tentunya diperlukan kerjasama
masyarakat dengan penegak hukum dalam memberikan informasi
atau laporan adanya pelanggaran, mengawasi upaya penangkapan dari
pelanggaran tersebut serta mengawasi pemusnahan barang bukti.
Berat ringannya sanksi terhadap pelanggaran hukum mengenai
narkotika tergantung dari banyak faktor, antara lain: jenis, jumlah,
peranan (bandar, pengedar, pemakai), lama terlibat dan juga luasnya
pengaruh akibat pelanggaran tersebut.
Kesan dalam poster ini lebih tegar dan garang yang digambarkan oleh
latar belakang poster yang berwarna hitam, serta adanya 3 orang jaksa
dan palu yang menandakan bahwa hukuman ini tidak main-main.
Kesan tegas juga terlihat dari jenis tulisan yang digunakan pada teks
bagian atas poster, dengan ukuran besar tebal dan kaku.
d. Pesan Dakwah:
para pelaku kejahatan narkotika di Indonesia saat ini dapat terancam
Hukuman Mati. Landasan Hukumnya seperti yang tertera pada teks
poster. Hal ini sudah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi dan
diharapkan dapat menjadi bahan renungan bagi para pelaku kejahatan
tersebut agar dapat mengisi kehidupan dengan kegiatan yang baik.
3. Poster Undang-Undang Narkotika
Poster undang-undang narkoba ini di desain oleh Purwadani Puspha
Melani di keluarkan oleh BNN pada bulan september 2009, dengan ukuran A3.
Warna dasar dalam poster ialah putih dan biru, dan terdapat gambar rantai bandul
didalamnya. Teks yang tertulis didalam poster merupakan isi undang-undang
terbaru narkoba yang terbit pada tanggal 12 Oktober 2009. Adapun isi nya ialah:
Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
penggolongan psikotropika golongan I (ecstasy) dan golongan II (shabu) menjadi narkotika golongan I pasal 135 huruf B
ketentuan pidana bagi produsen, pengedar dan pengguna narkotika serta penyalahgunaan prekursor
Pasal 111
(1) Menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkoba golongan I bentuk tanaman : penjara minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun, denda minimal Rp. 800.000.000,00 / maksimal Rp. 8.000.000.000,00
(2) Bertanya melebihi 1 kg atau 5 batang pohon: pidana penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3
Pasal 112
(1) Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkoba gol I bentuk tanaman: penjara minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun, denda minimal Rp. 800.000.000,00 / maksimal Rp 8.000.000.000,00
(2) Beratnya melebihi 5 gram: pidana penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3
Pasal 113
(1) Memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika gol I : penjara minimal 5 tahun, maksimal 15 tahun, denda minimal Rp. 1.000.000.000,00 / maksimal Rp. 10.000.000.000,00
(2) Tanaman >1 kg / 5 batang atau bukan tanaman lebih 5 gram: dipidana MATI, pejara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3
Pasal 114
(1) Membawa, mengirim, mengangkut atau mentransito narkotika golongan I : penjara minimal 5 tahun, maksimal 20 tahun, denda minimal Rp. 1.000.000.000,00 / maksimal Rp. 10.000.000.000,00
(2) Tanaman >1 kg / 5 batang atau bukan tanaman lebih 5 gram: dipidana MATI, penjara seumur hidup atau minimal 6 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3 golongan II dipidana MATI, seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1)
Pasal 115
(1) Mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan I : penjara minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun, denda minimal Rp. 800.000.000,00 / maksimal Rp. 8.000.000.000,00
(2) Tanaman >1 kg / 5 batang atau bukan tanaman lebih dari 5 gram: dipidana penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3
Pasal 116
(1) Menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I untuk digunakan orang lain: penjara minimal 5 tahun, maksimal 15 tahun, denda minimal Rp. 1.000.000.000,00 / maksimal Rp. 10.000.000.000,00
(2) Mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen: pidana MATI, penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3
Pasal 127
(1) Penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri: golongan I maksimal 4 tahun; golongan II maksimal 2 tahun; golongan III maksimal 1 tahun
(2) Terbukti sebagai korban wajib rehabilitasi
Pasal 128
(1) Orang tua / wali pecandu belum cukup umur dan sengaja tidak melapor: kurungan maksimal 6 bulan / denda maksimal Rp. 1.000.000,00
(2) Bila dilaporkan tidak dipidana
(3) Pecandu yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2 kali tidak dipidana
Pasal 129 (prekursor)
Dipidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun den denda maksimal Rp. 5.000.000.000,00 yang tanpa hak atau melawan hukum:
a. Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika
b. Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika
c. Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika
d. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika.
Jenis huruf yang digunakan dalam poster ini menggunakan jenis huruf
script, yakni menyerupai tulisan tangan.49 Bila diperhatikan, jenis tulisan ini
memang tidak mengedepankan ke indahan dalam penulisan namun jenis tulisan
ini terlihat lebih mudah dibaca.
a. Ikon:
Dalam poster ini yang menjadi ikon adalah gambar rantai bandul.
Menurut pembuat poster, menggunakan rantai bandul karena rantai
bandul identik dengan para pidana yang mempunyai hukuman berat
dan kini Undang-undang Narkotika dapat menjerat dengan berat
pengedar, produser dan importir narkotika (hukuman mati).
b. Indeks:
Warna dasar dalam poster berbentuk kotak-kotak seperti catur dengan
warna biru dan biru muda. Menurut pembuat poster, perubahan
undang-undang narkoba ini memerlukan usaha yang keras untuk dapat
dinyatakan sah, seperti halnya dalam memainkan catur.
49 Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008),h. 29.
c. Simbol:
Simbol dalam poster ini adalah teks yang bertuliskan undang-undang
narkoba yang baru ditetapkan. Terdapat berbagai macam warna dalam
tulisan undang-undang tersebut, diantaranya warna putih, hitam serta
merah. Selain untuk memperjelas tulisan agar mudah di baca, warna
putih mengartikan kesucian, hitam ketegasan dan merah adalah
keberanian dalam menegakkan hukum.
Tabel 3: Hasil Analisis Poster “Undang-undang Narkoba” dengan
Teori Pierce
Ikon Indeks Simbol
Gambar rantai
bandul:
Melambangkan
undang-undang
narkoba yang kini
dapat menjerat
dengan hukuman
berat bagi penjahat
narkoba.
Warna biru kotak-kotak
seperti catur yang
mengartikan
perjuangan untuk
memperoleh undang-
undang narkoba yang
sah.
Teks yang bertuliskan
undang-undang
narkoba baru dengan
warna putih, hitam
dan merah. Sebagai
lambang kesucian,
ketegasan dan
keberanian dalam
mengambil dan
menegakkan hukum.
Poster ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang adanya
Undang-undang narkotika yang baru. Teks dalam poster ini lebih
panjang karena memuat semua Undang-undang narkotika. Gambar
rantai bandul identik dengan nara pidana dan gambar ini berukuran
besar, hal tersebut untuk mempertegas akan hukuman ini. Dengan
warna dasar putih untuk memberikan makna bahwa jiwa dan raga kita
akan sehat dan bersih bila kita tidak menggunakan narkotika.
Dengan adanya poster ini maka dapat memberikan gambaran akan
akibat dari para penjahat narkotika, dan diharapkan para pelaku dapat
berpikir sekali lagi untuk menjalankan misinya. Undang-undang ini
diterapkan sebagai wujud kepedulian pemerintah akan maraknya
penjahat narkotika sekarang ini. Maka penting kiranya selain perhatian
dari pemerintah, pihak keluarga, sekolah atau lingkungan terdekat ikut
membentengi generasi muda dari bahaya penyalahgunaan narkotika.
d. Pesan Dakwah:
setiap hal yang kita perbuat ada yang berdampak positif dan ada juga
yang berdampak negatif. Sebagai insan yang taat, apapun yang
diperbuat harus dapat dipertanggung jawabkan. Seperti hal nya dalam
penggunaan narkoba yang sudah dilarang oleh agama, seseorang yang
sudah berani melakukan tindak kejahatan semacam itu harus berani
bertanggung jawab atas perbuatannya dengan hukuman yang berlaku.
4. Poster Jam Berdetik
Poster ini di desain oleh Purwadani Puspha Melani di keluarkan oleh BNN
pada bulan oktober 2009 dengan ukuran A3. Warna dasar poster ini biru dan putih
dengan gambar awan dan langit. Dalam poster ini juga terdapat gambar tangan
seseorang yang sedang memegang sebuah jam, di jam tersebut terdapat berbagai
macam jenis obat-obat terlarang. Dan terdapat pula kalimat “Tik Tak Tik Tak,
Jangan Sentuh Narkoba Sedetikpun”. Jenis huruf yang digunakan adalah
miscellaneous, jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya, bentuknya
senantiasa mengedepankan aspek dekoratif dan ornamental.50
50 Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 29.
a. Ikon:
Pada poster Jam Berdetik ini, yang menjadi ikon adalah gambar tangan
yang sedang memegang sebuah jam. Menurut pembuat poster gambar
tangan diartikan sebagai pemegang jalan nya kehidupan. Tangan
diartikan menjadi pengendali sekaligus penentu hidup kita kedepannya
nanti, jika sudah berani mencoba narkoba walau sedikit dapat
membuat ketagihan dan tentunya dapat merusak masa depan.
b. Indeks:
Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan
apa yang diwakilinya. Dan indeks dalam poster ini adalah gambar
obat-obat terlarang atau narkoba yang berada dalam jam. Berani
mencoba narkoba, berakibat fatal. Tapi jika memanfaatkan waktu
tanpa narkoba akan menjadikan hidup ini lebih baik.
c. Simbol:
Adapun simbol dalam poster ini adalah gambar jam dalam poster. Jam
merupakan waktu, setiap jam, setiap menit, dan detik kita sungguh
berarti dalam hidup. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu hanya
dengan menggunakan narkoba.
Warna dasar poster ini adalah warna putih dan biru, berupa gambar
awan dan langit. Menurut pembuat poster, gambar awan dan langit
berarti hal yang bebas. Kita dapat menggunakan waktu sesuai dengan
keinginan, namun tetap harus bebas dari narkoba.
Dalam poster terdapat teks “Tik Tak Tik Tak, Jangan Sentuh Narkoba
Sedetikpun” yang berarti dalam kehidupan ini waktu akan terus
berputar, seiring dengan terus berjalannya waktu maka kita harus
menjalani waktu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan
jangan pernah menggunakan narkoba walaupun hanya sedikit. Teks
tersebut ditulis dengan warna putih yang berarti bersih. Dan terdapat
warna merah namun hanya pada tulisan narkoba yang berarti terlarang
atau berbahaya, hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan narkoba
dilarang dan kita harus senantiasa menjaga badan ini agar tetap bersih
dari narkoba dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Tabel 4: Hasil Analisis Poster “Jam Berdetik” dengan Teori Pierce
Ikon Indeks Simbol
Gambar Tangan:
Diartikan sebagai
pemegang
kehidupan, yang
dapat menentukan
baik atau buruknya
hal yang kita
lakukan, dengan
mencoba narkoba
atau tidak.
Gambar obat dalam
jam:
Bila kita berani untuk
menggunakannya,
maka akan berakibat
fatal untuk
kehidupan.
Gambar Jam:
Waktu yang terus
berjalan.
Gambar awan dan
langit:
Yang berarti kebebasan,
menggunakan waktu
yang terus berputar
dengan bebas dari
narkoba.
Poster ini mencoba untuk memberikan pengetahuan kepada khalayak
mengenai pentingnya waktu yang kita jalani di setiap hari. Cerahnya
awan dan langit menggambarkan sehatnya badan kita bila bebas dari
narkoba, jangan sampai mengubahnya menjadi kelam dengan berani
mencoba narkoba.
Karena penggunaan narkoba yang berawal dari sekedar coba-coba
akan berdampak menjadi ketergantungan. Sudah banyak di Indonesia
ini yang mengalami ketergantungan narkoba. Jika dulu pengguna
narkoba hanya ada dikota-kota besar, sekarang meluas ke kota-kota
kecil, bahkan ke desa-desa. Selain itu, dulu pemakai narkoba identik
dengan para pemuda pemudi yang berandalan, namun sekarang para
pengguna narkoba lebih variasi. Sudah banyak diantara anak-anak,
pejabat, aparat pemerintah bahkan artia yang terkena narkoba.
Waktu yang telah dilalui dengan narkoba tentunya todak;ah bermakna
sama sekali, kita harus menggenggam waktu yang kita jalani dengan
melakukan hal-hal yang berguna, tidak dengan narkoba yang dapat
merusak masa depan.
d. Pasan Dakwah:
setiap waktu yang Allah SWT berikan kepada makhluknya terdapat
kenikmatan, jadi jangan pernah merusak nikmat yang Dia berikan
dengan menggunakan narkoba.
B. Analisis Terhadap Makna Poster dari Pembaca Poster
Untuk mengetahui pandangan pembaca poster mengenai ke empat poster
yang diteliti ini, peneliti menggunakan tehnik Focus Group Discussion (FGD).
Semua hal yang terdapat di dalam poster dibahas secara per poin. Peneliti
mengambil peserta dari latar belakang pekerjaan dan usia yang berbeda, hal ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka dalam membaca
poster. Berikut adalah rincian peserta FGD:
Tabel 5: Peserta Focus Group Discussion
Nama Usia Pekerjaan
Juhriah 20 Karyawan
Shofa Sholihin 20 Mahasiswi UIN Jakarta 2007
Reza Farhan 19 Mahasiswa Universitas Indonesia, 2009
Farhan Zahri 17 Siswa kelas II MAN 4 Jakarta Selatan
Humam Dzakir 16 Siswa kelas I SMK La Tansa (Pondok
Pesantren)
Fazla Umama 15 Siswi kelas I MAN 13 Jakarta Selatan
Diskusi dilaksanakan di kediaman peneliti pada tanggal 11 Juni 2010
pukul 15.00. Diskusi ini berjalan dengan lancar dan terarah sesuai dengan
pembahasan. Usia dan pekerjaan tidak membuat adanya perbedaan, semua peserta
mengeluarkan pendapatnya, tidak ada yang berkuasa atau hanya diam menerima
hasil. Berikut ini merupakan hasil dari FGD:
Tabel 6: Hasil Individu Terhadap Makna Poster
Nama Makna
Juhriah - Poster Langit: generasi muda harusnya lebih
mengutamakan kebahagiaan yang hakiki bukan
kebahagiaan yang semu karena narkoba.
- Poster Hukuman Mati: hukuman yang akan
dijatuhkan terhadap orang yang melakukan
penyalahgunaan narkoba adalah tidak main-
main, sebab dapat berakibat hukuman mati.
- Poster Undang-undang: poster ini mengingatkan
kita bahwa penyalahgunaan narkoba memang
ada undang-undang yang mengatur dan
menindaklanjutinya.
- Poster Jam Berdetik: menggunakan narkoba
adalah kesia-siaan dalam hidup, jadi jangan
sentuh narkoba sedetikpun.
Shofa Sholihin - Poster Langit: poster ini menjelaskan ajakan
untuk menghindari narkoba agar mendapat
kehidupan yang lebih indah.
- Poster Hukuman Mati: jangan pernah bermain-
main dengan narkoba, karena hukuman mati bisa
menanti.
- Poster Undang-undang: poster ini mengingatkan
masyarakat bahwa menggunakan narkoba akan
mendapatkan pidana.
- Poster Jam Berdetik: umur yang ada di dunia ini
jangan sampai sedikitpun digunakan untuk hal-
hal yang tidak berguna dan berbahaya.
Reza Farhan - Poster Langit: untuk menghindari narkoba dan
menjaga kehidupan kita dari pengaruh narkoba,
kita dapat mengisinya dengan kebahagiaan dan
cinta.
- Poster Hukuman Mati: hukuman mati sebagai
hukuman tertinggi siap menanti bagi pelaku
kejahatan narkoba.
- Poster Undang-undang: narkoba akan menjerat
siapapun yang berhubungan didalamnya,
hukkuman pidana menanti bagi para pelakunya,
untuk itu kita jauhi narkoba.
- Poster Jam Berdetik: narkoba sangatlah
berbahaya dalam hidup kita, jangan sampai
waktu kita dalam menjalani hidup ini terbuang
sia-sia karena narkoba walaupun sedetik.
Farhan Zahri - Poster Langit: kita harus menempuh hidup ini
tanpa narkoba dan kita akan mendapatkan
kebahagiaan dan cinta.
- Poster Hukuman Mati: narkoba sangat dekat
dengan kematian.
- Poster Undang-undang: narkoba bisa membuat
kita terjerat rantai di penjara.
- Poster Jam Berdetik: narkoba sangat berbahaya,
sampai tidak boleh menyentuhnya sedetikpun.
Humam Dzakir - Poster Langit: kita bisa mewarnai hari kita,
jangan sampai diwarnai oleh orang lain, apalagi
dengan narkoba.
- Poster Hukuman Mati: jangan melakukan
kejahatan narkoba, karena dapat menyebabkan
kematian.
- Poster Undang-undang: kita harus mentaati
undang-undang yang telah tercantum tentang
narkoba.
- Poster Jam Berdetik: jangan sekali-kali
menggunakan narkoba, jka menggunakannya
kita dapat membawa diri kita kedalam kematian.
Fazla Umama - Poster Langit: jalani hidup tanpa narkoba akan
menjanjikan kebahagiaan.
- Poster Hukuman Mati: jangan coba mendekati
narkoba, sebab dapat mengakibatkan hukuman
mati.
- Poster Undang-undang: poster ini dapat
membuat masyarakt lebih mengetahui undang-
undang mengenai narkoba.
- Poster Jam Berdetik: jangan pernah membuang
waktu dengan sia-sia.
Dari hasil pemikiran setiap peserta, lalu kami mendiskusikan kembali dan
menemukan kesepakatan bersama tentang makna tiap poster.
a. Poster I “Poster Langit”
Poster ini mempunyai warna dasar biru dan putih yang digambarkan
dengan langit dan awan. Langit disini terlihat lebih gelap, namun disisi lain
terdapat cahaya yang menyinari. Hal ini diartikan bahwa hari-hari yang kita lalui
dapat menjadi gelap bila kita menggunakan narkoba atau sebaliknya dapat
menjadi cerah bila kita gunakan hari-hari dengan hal yang positif tanpa narkoba.
Adapun warna-warni yang terdapat dalam poster menggambarkan kehidupan ini
yang terkadang senang, susah, sedih atau marah. Teks “sinari harimu dengan
kebahagiaan dan cinta, tidak dengan” berwarna putih yang mengartikan sebuah
keceriaan. Pada teks “halusinasi” berwarna kuning yang mempunyai arti waspada
atau hati-hati untuk tidak berhalusinasi tentang narkoba karena dapat
menjerumuskan seseorang untuk mencobanya. Sedangkan warna merah pada teks
“narkoba” merupakan hal yang berbahaya untuk digunakan.
b. Poster II “Poster Hukuman Mati”
Poster ini menggunakan warna dasar hitam, warna ini diartikan sebagai
tanda dari kesuraman suatu kehidupan, kematian akan dapat menimpa pengguna
narkoba bila ia terus menerus melakukan nya. Gambar para hakim dan palu
memberi makna bahwa hukuman mati telah diputuskan. Gambar renda merah dan
putih diartikan sama dengan bendera negara kita, Indonesia. Adapun penggunaan
warna pada teks dalam poster ini, yakni warna merah, kuning dan putih yang
berarti merah adalah penegasan atau peringatan mengenai hukuman mati ini.
Kuning berarti peringatan untuk para penjahat narkoba agar berhenti melakukan
hal ini dan putih berarti keputusan akan sesuatu yang telah ditetapkan oleh
mahkamah. Poster ini menyatakan bahwa negara Indonesia telah menetapkan
hukuman mati bagi para penjahat narkoba.
c. Poster III “Poster Undang-undang”
Penggunaan gambar biru dalam poster berarti suatu pencerahan sedangkan
warna putih berarti bersih. Rantai bandul dalam gambar ini diartikan sebagai suatu
hukuman atau tindak pidana. Dan arti warna yang tertera dalam teks yakni putih
berarti dasar dari suatu hukuman, merah berarti bahaya dan hitam berarti suatu
ketegasan. Dapat disimpulkan poster ini mempunyai makna bahwa undang-
undang ini dapat menjadi pencerahan bagi masyarakat, dikarenakan beratnya
hukuman yang terdapat dalam undang-undang pasti akan membuat para penjahat
narkoba baik pengedar maupun pengguna untuk menghentikan tindakannya
hingga dapat terciptanya negara yang bebas dari narkoba.
d. Poster IV “Poster Jam Berdetik”
Dalam poster, warna dasar putih berarti bersih dari narkoba dan warna biru
berarti cerahnya hidup bila dilalui tanpa narkoba, namun bila kedua warna
tersebut disatukan menjadi gambar langit dan awan dapat memberikan arti
kedamaian atau ketenangan dalam menjalani hidup tanpa narkoba. Gambar tangan
memegang jam diartikan sebagai penguasaan diri, diri kita sendirilah yang dapat
menentukan jalannya kehidupan ini akan menjadi lebih baik atau bahkan menjadi
buruk dengan menggunakan narkoba. Dan teks “tik tak tik tak, jangan sentuh
narkoba sedetikpun” merupakan penegasan dari gambar yang terdapat dalam
poster, yang berarti jangan pernah mencoba untuk menggunakan narkoba karena
dapat merusak masa depan. Dalam teks terdapat warna putih yang berarti bersih
dan merah berarti larangan atau bahaya dari penyalahgunaan narkoba. Dalam
poster dinyatakan bahwa terjerumus atau tidaknya seseorang terhadap narkoba
tergantung pada diri sendiri, bila ia memilih untuk mengisi hari-hari nya dengan
narkoba maka tinggal menunggu waktu menuju masa depan yang hancur namun
bila tidak memillih narkoba, maka akan datang masa depan yang cerah.
Hasil dari diskusi dengan pembaca poster yakni adanya kesamaan dalam
memaknai poster-poster tersebut, namun juga terdapat sedikit perbedaan
diantaranya ialah:
Tabel 7: Perbedaan Dalam Memaknai Poster
Poster Perbedaan
Poster Langit - Warna dasar biru dan putih diartikan sebagai lambang
kecerahan, namun menurut pembuat poster warna
tersebut melambangkan ketenangan.
Poster Hukuman Mati - Warna dasar hitam diartikan sebagai tanda
kesuraman, sedangkan menurut pembuat poster ialah
berarti kekuatan.
Poster Undang-undang - Warna dasar biru kotak-kotak diartikan sebagai
kecerahan, sedangkan menurut pembuat poster hal ini
diartikan seperti permainan catur, usaha keras yang
dilakukan untuk mendapatkan kesahan dalam
undang-undang narkoba.
- Warna teks putih, merah dan hitam diartikan sebagai
dasar hukuman, bahaya serta ketegasan. Sedangkan
menurut pembuat poster hal ini diartikan sebagai
lambang dari kesucian, ketegasan dan keberanian.
Pembaca poster dapat dengan bagus membaca dan mengerti makna yang
terkandung dalam poster-poster tersebut. Komunikasi dapat dikatakan berhasil
jika komunikan dapat memberi makna sesuai dengan yang diharapkan
komunikator.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian poster Badan Narkotika Nasional (BNN),
penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Makna poster BNN dilihat dari pembuat poster adalah:
Poster Langit oleh Rangga Kusuma, menyatakan bahwa narkoba tidak
hanya membuat halusinasi keindahan semu, warna warni semu, sesaat dan
palsu. Kita dapat membuka pikiran, hati, mata, dan rasakan lebih indahnya
dunia tanpa narkoba.
Poster Hukuman Mati oleh Rangga Kusuma, menyatakan bahwa
menghindari penyalahgunaan narkoba merupakan hal yang sangat penting
karena dampaknya bagi kesehatan sangat buruk dan dilarang dari sisi
hukum karena dapat merusak masa depan seseorang.
Poster Undang-undang oleh Purwadani Puspha Melani, menyatakan
bahwa narkoba selain dapat merusak badan juga dapat merusak masa
depan, karena narkoba membawa kita kedalam tindakan kejahatan.
Poster Jam Berdetik oleh Purwadani Puspha Melani, menyatakan bahwa
harus dapat menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, tidak
dengan narkoba. Karena masa depan ada dalam genggaman kita sendiri.
2. Makna poster dilihat dari pembaca poster:
Poster Langit, dalam poster ini dijelaskan betapa indanya kehidupan yang
diwarnai dengan kebahagiaan dan cinta. Bukan dengan narkoba, karena
narkoba hanyalah menjanjikan kebahagiaan semu.
Poster Hukuman Mati, poster ini menjelaskan bahwa hukuman yang akan
dijatuhkan terhadap orang yang melakukan narkoba tidaklah main-main,
hukuman mati dapat diberikan bagi para pelaku penjahat narkoba.
Poster Undang-undang, melalui poster ini para penjahat narkoba baik
pengedar ataupun pengguna narkoba diingatkan mengenai hukuman yang
akan diterimanya nanti, dan poster ini dapat memberikan pemikiran bagi
masyarakat agar tidak melakukan kejahatan narkoba dikarenakan beratnya
hukuman yang akan dijalani jika berani melakukannya.
Poster Jam Berdetik, waktu sangatlah berharga dan kita mempunyai
kekuatan untuk mengatur waktu yang kita lalui, ingin dilalui dengan hal-
hal yang bermanfaat atau sebaliknya menggunakan hal-hal yang tidak baik
dan merusak tubuh seperti menggunakan narkoba. Semua itu tergantung
diri sendiri, akan tetapi jika kita memilih mengisi waktu dengan
menggunakan narkoba maka masa depan yang suram akan datang
menghampiri.
B. Saran
Dalam berbagai tampilan poster yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika
Nasional (BNN) mengenai anti penyalahgunaan narkoba atau yang berisikan
informasi terkini yang berkaitan dengan narkoba, maka poster harus dikemas
secara menarik untuk memikat para pembaca. Berdasarkan hasil dari penelitian
ini. Penulis menyarankan:
1. Sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi
penyalahgunaan narkoba penyebaran poster harus lebih diperluas,
terlebih di lingkungan sekolah-sekolah.
2. BNN dapat mengaplikasikan berbagai cara lain yang lebih kreatif
untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba, dan juga dapat
diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat.
3. Humas diharapkan dapat lebih melengkapi data-data yang berkaitan
dengan semua pekerjaan yang telah dilakukan, baik data mengenai
kegiatan-kegiatan, produksi media cetak dan juga media non cetak.
4. Bagi mahasiswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar
penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan yang berbeda agar
dapat memperluas dan menambah keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim.
Arsip Badan Narkotika Nasional.
Assuyuhti, Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri, Al-Jaami’us Shoghiir fi
Ahaadiitsil Basyiirun Nadziir, Bagian Pertama dan kedua, Berut: Daarul
Fikri.
Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2009.
Badan Narkotika Nasional, Komunikiasi Penyuluhan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta, 2004.
Badan Narkotika Nasional, Petunjuk Teknis, Advokasi Bidang Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah, 2008.
Budiman, Kris, Semiotika Visual, Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007.
Departemen Agama RI, Pandangan Islam Tentang Penyalahgunaan Narkoba,
2003.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Bagian
Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan Penyuluh Agama, Pandangan
Islam Tentang Penyalahgunaan Narkoba, 2003.
Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke3.
Habib, M. Syafa’at, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992.
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, diterjemahkan dari
Hayat Muhammad oleh Ali Audah, Jakarta: Tintamas, 1984.
Helmy, Masdar, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, Semarang: CV Toha Putra.
Jefkins, Frank, Periklanan, PT Gelora Aksara Pratama, 1996, edisi ke 3.
Jurnal BNN Aware and Care, Edisi 07, 2009.
Kriyantono, Rachmat, Public Relations Writing, Media Public Relations,
Membangun Citra Korporat, Jakarta: Kencana, 2008.
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, magelang:Yayasan Indonesiatera, 2001.
Kusmiati, Artini, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, Jakarta: Djambatan,
1999.
Latief, H.M.S. Nasarudin, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah, Jakarta: PT Firma
Dara.
Mahfuz, Ali, Hidayat al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Kitabah, Beirut:
Dar al-Ma’arif.
Majma’ al-lughoh al-arobiyah.
Munir, Muhammad & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana,
2009.
Nawasi, Imam, Al-arba’iin Annawawiyah, Semarang: Usaha Keluarga.
Pusat Dukungan Pencegahan Pelaksanaan Harian Badan Narkotika Nasional
(BNN), Modul Pelatihan Tokoh Pemuda Sebagai Fasilitator Penyuluh
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, 2005.
Putra, Masri Saremba, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta Press, 2007.
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007.
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1992.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
---------------, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, Metode Analisis Tanda dan
Makna pada Karya Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2008.
Yusuf, Soeleman, Selamat Soesanto, Pengantar Pendidikan Sosial, Surabaya:
Usaha Nasional, 1981.
Zaimar, Okke K.S, Semiotik dan Penerapannya Dalam Karya Sastra, Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Zoes Aart, Van, Serba Serbi Semiotika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.
http://www.bnn.go.id.
Hasil wawancara kepada bagian Humas Badan Narkotika Nasional:
1. Bagaimana peran humas dalam menangani narkoba baik melalui
media maupun non media?
Melalui media, humas BNN hanya mempunyai media internal sebagai
informasi kepada jajarannya dan sebagian besar diberikan kepada
masyarakat, baik berupa pameran-pameran, jurnal BNN yang dikemas
dalam bentuk majalah, membuat iklan layanan masyarakat, news atau
rubrik khusus (berupa pola pencegahan dan penegakan hukum) dan juga
poster. Undang-undang penyiaran mengamanatkan kepada media untuk
memberikan spasi tertentu untuk kepentingan publik, oleh karena itu
sampai sekarang humas memberikan informasi semaksimal mungkin
kepada masyarakat berkaitan dengan narkoba. Melalui non media dapat
berupa kalender, stiker, pin, dan juga brosur.
2. Begitu banyak media yang dapat digunakan untuk menangani
narkoba, lalu apa yang melatar belakangi BNN dalam membuat
poster Narkoba?
Menurut saya, poster merupakan media yang cukup efektif. Gambar serta
kata-kata dapat memberikan makna yang mudah dicerna kepada
seseorang, juga dapat berdampak efektif dalam upaya pencegahan. Poster
biasanya diberikan secara cuma-cuma (di sekolah-sekolah, kantor-kantor,
terminal, dan juga tempat perbelanjaan).
3. Apakah maksud serta tujuan dari pembuatan poster ?
Poster bertujuan untuk memberikan himbauan atau pemahaman kepada
masyarakat, hal yang akan diberikan tergantung dari tema poster tersebut.
4. Apakah poster-poster yang dikeluarkan oleh BNN berlandaskan dari
ayat-ayat Al-Quran?
Poster tidak selalu berlandaskan ayat-ayat alquran, tetapi himbauan-
himbauan didalamnya merupakan hal yang dilarang oleh agama. BNN
juga pernah menerbitkan buku mengenai ayat-ayat yang melarang
narkoba dari pandangan 4 agama pada tahun 2003.
5. Menurut BNN, bagaimana peletakan citra komunikasi yang baik
pada pembuatan poster narkoba?
Menurut saya, sebuah poster harus mempunyai kata-kata singkat,
mengandung makna dan mudah dimengerti. Berkaitan dengan gambar,
gambar harus sesuai dengan misi atau cita-cita, contoh: pola hidup sehat,
dengan gambar orang berolah raga.