analisis semiotika sosial makna pemahaman dalam …
TRANSCRIPT
ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL MAKNA
PEMAHAMAN DALAM PENGAMALAN SURAT AL-
FATIHAH PADA PROGRAM ACARA BERITA ISLAMI
MASA KINI di TRANS TV (Episode “Kesalahpahaman
dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah”)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Wulantari
NIM: 1111051000147
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Juni 2016
Wulantari
i
ABSTRAK
Nama : Wulantari Nim
:
1111051000147
ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL MAKNA PEMAHAMAN DALAM
PENGAMALAN SURAT AL-FATIHAH PADA PROGRAM ACARA
BERITA ISLAMI MASA KINI di TRANS TV (Episode “Kesalahpahaman
dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah”)
Pada 1 September 2015, program Berita Islami Masa Kini Trans TV
mengangkat tema tentang “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat Al-
Fatihah”, dalam tanyangan tesebut program BERIMAN membahas tentang
beberapa kesalahan yang terjadi dalam mengamalkan surat Al-Fatihah, salah
satunya yaitu mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal.
Namun pada episode tersebut justru mendapat kritikan dari masyarakat, karena
program BERIMAN dianggap tidak menghargai adanya perbedaan dalam
pandangan Islam. Mengirimkan Surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah
meninggal memang sudah tradisi yang dilakukan sejak lama oleh sebagian umat
Muslim khususnya di Indonesia. Sehingga pembahasan tersebut dianggap dapat
menimbulkan perdebatan di masyarakat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka muncul pertanyaan
penelitian pertama, yaitu bagaimana analisis semiotika sosial dalam program
Berita Islami Masa Kini episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat
Al-Fatihah”di Trans TV. Kemudian, pertanyaan penelitian kedua yaitu bagaimana
program Berita Islami Masa Kini memaknai surat Al-Fatihah?
Pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan kualitatif dengan
menggunakan paradigma kontruktivis atau seringkali disebut sebagai paradigma
produksi dan pertukaran makna. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam dan dokumentasi. Adapun reduksi, paparan data, dan
penarikan kesimpulan ialah teknik analisis data yang digunakan oleh penulis.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Semiotika Sosial M.A.K.
Halliday yakni untuk menafsirkan bahasa dalam konteks sosiokultural tempat
kebudayaan itu ditafsirkan. Model Semiotika Sosial Halliday menekankan pada
konteks sosial yang terdiri dari tiga unsur yaitu medan wacana (field of discourse),
pelibat wacana (tenor of discourse), dan sarana wacana (mode of discourse).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembahasan tentang
“Kesalahpahaman dalam mengamalkan surat Al-Fatihah” medan wacana yang
terdapat dalam tayangan tersebut ialah permasalahan tentang amalan surat Al-
Fatihah yang terdapat beberapan kesalahan dalam mengamalkannya, diantaranya
yaitu mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah tiada, surat Al-
Fatihah dijadikan sebagai bagian dari lamaran, dan menutup sholat dan do’a
dengan meneriakkan “Al-Fatihah.” Kemudian pelibat wacana pada tayangan
tersebut ialah bersumber dari hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dan hadits
riwayat Abu Dawud shahih, serta konsultan program BERIMAN yaitu Muhammad
Nuh, Badrussalam, dan Halimah Alaydrus. Sedangkan sarana wacana dalam
tayangan tersebut mengandung banyak majas, salah satunya majas Personifikasi,
Perifrasisi, dan Antisipasi.
Keyword: Program BERIMAN, surat Al-Fatihah, Semiotika Sosial, Majas.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT. yang telah melimpahkan nikmat-Nya berupa hidayah, inayah, serta rahmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang penulis
harapkan. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW.
sebagai inspirasi untuk menjadi insan muslim cendekia. Salah satunya adalah ilmu
yang selalu dicurahkan, dan kasih sayang-Nya yang selalu diberikan sehingga
Pada akhirnya skripsi ini mampu diselesaikan oleh penulis dengan
perjuangan dalam meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk mendapatkan
hasil yang baik. Dalam penulisan skripsi, peneliti menyadari masih jauh dari kata
sempurna masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Kesempurnaan
dan keberhasilan peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lain atas
usaha yang telah peneliti lakukan serta bantuan yang sangat berharga dari
berbagai pihak. Ditengah kesibukannya, mereka meberikan waktu luang untuk
berbagi informasi dan motivasi bagi peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
Maka dengan hati yang tulus, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada mereka yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terimakasih diberikan sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir syarat kelulusan Strata-
1 ini. Ucapan terimakasih saya haturkan kepada:
1. Prof. DR. Dede Rosyada MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
iii
2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya serta seluruh civitas
akademik Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Dakwah. Terima kasih atas
segala bantuan, bimbingan dan arahan selama ini.
3. Suparto, M.Ed, Ph.D, Selaku Wakil Dekan Bidang Akdemik
4. Dr. Hj. Roudhonah, MA, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum
5. Dr. Suhaimi, M.Si, Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
6. Dosen Penasehat Akademik Drs. Jumroni, M.Si yang memberikan nasehat
serta arahan bagi peneliti.
7. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
dan Fita Fathurokhman, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
8. Rachmat Baihaky, M.A selaku dosen Pembimbing Akademik peneliti.
Terima kasih atas semangat dan nasehat bapak di dalam ataupun luar
perkuliahan.
9. Fita Fathurokhmah, M.SI selaku dosen pembimbing skripsi peneliti. Terima
kasih atas waktu, tenaga, pikiran, kesabaran dan ilmu yang diberikan kepada
peneliti.
10. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmu-ilmu selama perkuliahan.
11. Orang tuaku tercinta, Bapak Soegiarto dan Ibu Wahyuni yang selalu sabar
menyemangati dalam menggapai kesuksesan hidupku. Untuk kakak-kakaku
Sri Mulyono, Syamsiyah, Ningrum, adikku Prasetiyo dan ponakan-
ponakanku tercinta Eka dan Rivia terima kasih atas semua doa, dukungan,
iv
sumber inspirasi, kasih sayang serta keceriaan yang kalian berikan kepada
peneliti untuk terus melakukan yang terbaik.
12. Terimakasih banyak untuk Imam Izzudin yang selalu memberikan semangat,
nasehat dan motivasi serta setia mendampinginku dikala suka dan duka.
13. Terimakasih banyak kepada mba Rini Tora produser Program BERIMAN
selaku narasumber dalam penelitian skripsi ini yang telah bersedia
memberikan waktu luang, dan banyak informasi dalam menyelesaikan skripsi
ini.
14. Terimakasih banyak kepada sahabat-sahabatku KPI-E 2011, Putri Aulia,
Rifka Oktavia, Fatma Hidayani, Widya Ramadhani, Putri Rizky Handayani,
Laily Rahmawati, Siti A’malina dan masih banyak lagi yang selalu
memberikan semangat, canda dan tawa dalam rumitnya penulisan skripsi ini.
15. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa
disebutka satu persatu. Terimakasih atas doa dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah Swt senantiasa membalas kebaikan
kalian semua.
Peneliti ucapkan terimakasih banyak untuk segala pihak yang telah
berperan dalam penyusunan skripsi ini. Mohon maaf atas kekurangan dalam
penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca dan
bagi peneliti sendiri khususnya.
Jakarta, 14 Juni 2016
Peneliti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 6
F. Kerangka Konsep ................................................................................... 8
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian ...................................................................... 10
2. Pendekatan Penelitian .................................................................... 11
3. Metode Penelitian........................................................................... 12
4. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 14
5. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................... 14
6. Tahap Penelitian ............................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 18
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Teori Semiotika Sosial M.A.K. Halliday ............................................. 20
B. Gaya Bahasa/Majas .............................................................................. 30
C. Ruang Lingkup Televisi
1. Sejarah Televisi .............................................................................. 34
2. Pengertian Televisi ......................................................................... 39
D. Surat Al-Fatihah
1. Nama Surat Al-Fatihah .................................................................. 43
2. Makna Surat Al-Fatihah ................................................................. 45
vi
3. Manfaat Surat Al-Fatihah ............................................................... 55
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Trans TV .................................................................... 66
B. Sejarah Singkat Program Berita Islami Masa Kini .............................. 72
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Makna Pemahaman dalam Pengamalan Surat Al-Fatihah pada
Program Berita Islami Masa Kini ........................................................ 75
1. Medan Wacana (field of discourse)................................................ 81
2. Pelibat Wacana (tenor of discourse) .............................................. 86
3. Sarana Wacana (mode of discourse) .............................................. 90
B. Makna Pemahaman dalam Pengamalan Surat Al-Fatihah dalam
Program Berita Islami Masa Kini Trans TV ........................................ 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 99
B. Saran ................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Temuan Data Program Berita Islami Masa Kini di Trans TV ................ 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi menjadi sebuah sarana bagi masyarakat untuk memperoleh
informasi, pendidikan, dan juga hiburan. Secara tidak sadar, televisi sudah
menjadi kegemaran dan kebutuhan masyarakat karena televisi bersifat
audiovisual. Dari berbagai media kontemporer di Indonesia, televisi menjadi
salah satu media yang paling banyak diminati oleh publik dan paling
memberikan pengaruh besar pada khalayak.
Menurut data yang didapatkan, dibandingkan dengan media lain
tingkat penetrasi televisi jauh lebih besar, yakni melampaui angka 90%. Data
ini menunjukkan bahwa media televisi lebih banyak diminati dan dinikmati
oleh masyarakat.1 Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Unpad acara televisi pada
umumnya dapat memengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para
penonton.2 Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh psikologi dari televisi
yang seakan-akan bisa menghipnotis pemirsa. Sehingga penonton merasa ikut
terlibat dalam suatu kisah atau peristiwa yang ditayangkan di televisi.
Televisi menjadi sangat penting dalam berbagai studi tentang media, sebab
televisi memiliki kemampuan untuk mengonstruksi wacana hingga ideologi
setiap orang.
1 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), KEMKOMINFO, Buku Saku Literasi Media
Televisi (Jakarta: T.pn., 2012), h. 2. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1984), h. 41.
2
Bagi umat Islam, media televisi merupakan salah satu media yang
dijadikan sebagai media dakwah pada masa sekarang dalam memberikan
pemahaman tentang ajaran Islam. Televisi sebagai media dakwah merupakan
suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan
pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat
mencapai sasaran (tujuan) yang optimal.3
Program acara Berita Islami Masa Kini atau biasa disingkat dengan
“BERIMAN” merupakan salah satu program acara religi di Trans TV yang
menyajikan berita-berita tentang perkembangan Islam terkini dan informasi
seputar akidah hukum dalam Islam yang dirangkai menarik dalam bentuk
sebuah wacana yang dibawakan oleh dua presenter yaitu Teuku Wisnu dan
Zaskia Mecca. Program acara Berita Islami Masa Kini hadir dengan berbagai
permasalahan-permasalahan keIslamanan modern yang berhubungan dengan
fiqih, fakta ilmiah, sejarah dan sejumlah bahasan menarik lainnya dilihat dari
perspektif Islam yang terjadi saat ini. Program acara Berita Islami Masa Kini
tayang setiap Senin sampai Jumat pukul 17.15 WIB di Trans TV.4
Tayangan program acara Berita Islami Masa Kini banyak mengangkat
tema seputar fakta tentang Islam dan hukum Islam. Salah satu tema yang
diangkat pada episode 1 September 2015 adalah “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan Surah Al-Fatihah.” Pada episode ini, menjelaskan adanya
beberapa kesalahpahaman dalam mengamalkan surat Al-Fatihah. Namun
3 Syukir dan Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ihlas, 1983), h.
177. 4 Ahmad Fadly, “Respon Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Jakarta Terhadap Program Berita Islami Masa Kini Trans TV,” (Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 24.
3
bukan hanya surat Al-Fatihah saja, ada beberapa surat yang dijelaskan bahwa
terdapat kesalahpahaman dalam mengamalkannya, diantaranya surat Al-
Waqi’ah, Surat Yusuf, dan Surat Maryam.
Penjelasan mengenai “Kesalahpahaman Dalam Mengamalkan Surat
Al-Fatihah” dalam Program acara Berita Islami Masa Kini yang dibawakan
oleh dua presenter yaitu Teuku Wisnu dan Zaskia Mecca menuai kritik dari
masyarakat melalui media sosial terkait pembahasan tentang mengirimkan
surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal dunia. Dalam tayangan
tersebut program BERIMAN menyampaikan bahwa membacakan surat Al-
Fatihah untuk orang yang sudah meninggal tidak dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. karena tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah
melakukan hal tersebut.5
Menurut konsep Semiotika Sosial M.A.K Halliday, bahasa ialah
semiotika sosial berarti menafsirkan bahasa dalam konteks sosiokultural
tempat kebudayaan itu ditafsirkan dalam terminologis semiotis sebagai
sebuah “sistem informasi”. Bahasa merupakan sebagai suatu kajian tentang
‘makna’ yang terkandung dalam sebuah teks atau wacana yaitu pertukaran
makna dalam konteks interpersonal.6 Dengan demikian bahasa sebagai salah
satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk
budaya manusia. Halliday juga memberi tekanan pada konteks sosial yang
memiliki tiga unsur yakni medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana
5 Narasi Teks pada tabel 4 point 14, h. 81.
6 Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Anlisis Wacana Kritis,”
(Jurnal Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2008), h. 2.
4
yang memperjelas suatu ideologi umum dari pandangan sosial dan
kebudayaan, juga agama.7
Kemudian yang menjadi persoalan disini yakni dalam program acara
Berita Islami Masa Kini terdapat sistem tanda yang dimuat dalam sebuah
bahasa yang dilontarkan oleh kedua presenter Zaskia Mecca dan Teuku
Wisnu terkait dengan boleh atau tidaknya mengirimkan surat Al-Fatihah
untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini kemudian menjadi persoalan
sosial, dimana hal tersebut menjadi perdebatan di masyarakat tentang hukum
yang memperbolehkan atau tidak mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang
yang sudah meninggal. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti
tertarik untuk mengangkat judul tentang “Analisis Semiotika Sosial Program
Acara Berita Islami Masa Kini Episode “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan Surat Al-Fatihah” di Trans TV.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak keluar dari konteks yang akan dibahas, maka
penulis membatasi masalah penelitian pada Episode “Kesalahpahaman
dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah” pada 1 September 2015.
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu:
7 M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa
dalam pandangan semiotik sosial. Penerjemah Asruddin Barori Tou (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1992), h. 5.
5
1. Bagaimana analisis semiotika sosial program acara Berita Islami Masa Kini
pada episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah”?
2. Bagaimana Program Berita Islami Masa Kini memaknai Surat Al-Fatihah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini, ialah:
1. Untuk mengetahui semiotika sosial yang terdapat dalam program acara Berita
Islami Masa Kini pada episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan
Surat Al-Fatihah.”
2. Untuk mengetahui makna Surat Al-Fatihah pada program Berita Islami Masa
Kini di Trans TV.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, ialah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di
bidang ilmu komunikasi pada umumnya dan dakwah Islam pada khususnya,
mengenai kajian seputar akidah dan hukum Islam dalam mengamalkan surat
Al-Fatihah. Dapat menambah wawasan serta memberikan wacana kajian
dalam pengembangan teori dan keilmuan yang berkaitan dengan semiotika
sosial khususnya dalam bidang komunikasi.
6
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi program-
program acara dalam menyajikan informasi seputar akidah dan hukum Islam,
khususnya untuk program acara Berita Islami Masa Kini untuk dapat
meningkatkan kualitas dalam proses penyajian informasinya. Peningkatan
kualitas yang dimaksud ialah peningkatan dalam hal pemilihan tema dan
narasumber yang memadai dari segi kualitas sehingga tidak menimbulkan
kontroversi atau perdebatan tentang hukum Islam di masyarakat, serta
penggunaan bahasa oleh presenter harus diperhatikan agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam mengartikan atau memaknai sebuah persoalan yang
masih menjadi perdebatan di masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis telah melakukan tinjauan
pustaka dan menelaah terlebih dahulu beberapa skripsi dan karya ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, guna untuk
menghindari adanya kesamaan dengan penelitian terdahulu.
Dari hasil penelusuran penulis, sebagaimana skripsi yang disusun oleh
Ika Suci Agustin. Skripsi ini memiliki kesamaan dalam penggunaan teori
yaitu teori Semiotika Sosial M.A.K Halliday. Dalam penelitian ini membahas
tentang pernikahan beda agama dalam pandangan Islam yang terjadi pada
7
Asmirandah dan Jonnas Rivano di Tempo.co. Perbedaan dengan penelitian ini
yaitu objek yang diteliti oleh penulis.8
Kemudian skripsi yang ditulis oleh Anna Fatiha. Adapun persamaan
dengan penelitian ini ialah membahas tentang kandungan lafadz-lafadz yang
memuat keimanan, pokok-pokok ibadah, pokok-pokok ajaran tentang hukum
agama atau syari’ah, dan pokok-pokok ajaran tentang kisah dalam surah Al-
Fatihah, manfaat yang terdapat dalam surah Al-Fatihah. Perbedaan dengan
penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan metode riset kepustakaan
(library research) dan perbedaan dalam penggunaan teori yang digunakan
oleh penulis.9
Penelitian yang ditulis oleh Ririn Sefrina. Persamaan dengan
penelitian ini ialah penggunaan teori yaitu semiotika sosial M.A.K Halliday
yang menelaah sistem tanda yang terdapat dalam sebuah bahasa yang terdiri
dari tiga unsur dalam penafsiran teks dalam konteks sosial, yaitu medan
wacana, pelibat wacana dan sarana wacana. Kemudian ada kesamaan dengan
penelitian penulis yaitu kesamaan meneliti sebuah program acara.10
F. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep Penelitian
8 Ika Suci, Agustin, “Analisis Semiotika Sosial Pemberitaan Pernikahan Beda Agama
pada Asmirandah dengan Jonnas Rivano di situs Tempo.co,” (Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). 9 Anna Fatiha, “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Surat Al-Fatihah,” (Skripsi Institusi
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2005. 10
Ririn Sefrina, “Representasi Pelanggaran HAM di Indonesia dalam Program
Dokumenter Televisi (Analisis Semiotika Sosial Program Melawan Lupa di Metro TV),” (Skripsi
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).
8
Dalam penelitian ini meneliti makna pemahaman dalam pengamalan
surah Al-Fatihah yang dijelaskan dalam tayangan program BERIMAN pada
episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surah Al-Fatihah”. Dalam
tayangan tersebut dijelaskan bagaimana program BERIMAN memaknai
pengamalan dalam surah Al-Fatihah. Adapun beberapa kesalahpahaman
dalam mengamalkan surah Al-Fatihah yang dijelaskan oleh tim program
BERIMAN, yaitu mengirimkan surah Al-Fatihah untuk orang yang sudah
meninggal dunia, surah Al-Fatihah sengaja dijadikan sebagai bagian dari
lamaran, dan menutup sholat dan doa dengan meneriakkan “Al-Fatihah”.
Program BERIMAN merupakan program televisi yang bersifat audio
visual, sehingga pemirsa mudah tertarik untuk menontonnya. Kelebihan
televisi yakni masyarakat yang lebih tanggap, dalam hal ini apa yang
disampaikan oleh program BERIMAN mendapatkan tanggapan maupun
Makna Pemahaman dalam
Pengamalan Surah Al-
Fatihah
Model Semiotika Sosial
M.A.K Halliday
1. Medan Wacana
2. Pelibat Wacana
3. Sarana Wacana
Faktor-faktor perbedaan
pemahaman
1. Perbedaan dalam menqiyaskan
suatu hukum
2. Penggunaan dalil yang
digunakan
3. Perbedaan dalam memahami
bid’ah
Kelebihan Televisi :
1. Bersifat audio visual
2. Masyarakat lebih tanggap
3. Terkait erat dengan media
lain
4. Cepat dalam menyebarkan
informasi
5. Jangkauan luas
9
kritikan dari masyarakat, terutama terkait pada episode “Kesalahpahaman
dalam Mengamalkan Surah Al-Fatihah”. Dalam memberikan tanggapan atau
kritikan berkaitan erat dengan media lain, misalnya media sosial twitter
sebagai media perantara dalam menyampaikan kritikan dan tanggapan dari
pemirsa. Kemudian media televisi cepat dalam menyebarkan informasi,
dalam hal ini informasi yang disampaikan program BERIMAN cepat tersebar
ke berbagai wilayah Indonesia, karena jangkauannya yang luas, sehingga
program BERIMAN perlu berhati-hati dalam menyampaikan informasi yang
menyangkut hukum Islam.
Dalam konsep semiotika sosial, terdapat tiga konteks sosial dalam
menafsirkan teks, yaitu medan wacana (field of discourse) yakni apa yang
sedang diwacanakan oleh program BERIMAN, yaitu mengirimkan surat Al-
Fatihah untuk orang yang sudah meninggal dunia, surah Al-Fatihah sengaja
dijadikan sebagai bagian dari lamaran, dan menutup sholat dan doa dengan
meneriakkan “Al-Fatihah”. Kemudian, pelibat wacana (tenor of discourse)
yaitu siapa saja yang dijadikan rujukan atau sumber yang dicantumkan dalam
tayangan program BERIMAN pada episode “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan surah Al-Fatihah” adalah dengan mencantumkan hadits
riwayat Bukhari dan Muslim, dan hadits riwayat Abu Dawud Shahih serta
konsultan yang digunakan oleh program BERIMAN ialah Mohammad Nuh,
ustadz Badrussalam, dan Ustazah Halimah Alaydrus. Dan yang ketiga sarana
wacana (mode of discourse) yaitu bagaimana komunikator menggunakan
gaya bahasa untuk menggambarkan medan wacana dan pelibat wacana. Pada
tayangan program BERIMAN ada beberapa kalimat yang mengandung majas
10
Personifikasi, majas antitesis, antisipasi, perifrasisi, majas disfemisme,
eufesmisme, dan majas klimaks.
Adapun faktor-faktor perbedaan pemahaman dalam mengamalkan
surah Al-Fatihah yaitu pertama perbedaan dalam menqiyaskan dalam
menetapkan suatu hukum yang berkaitan dengan ibadah. Kedua, penggunaan
dalil yang digunakan berbeda-beda, hal ini menyebabkan adanya perbedaan
pemahaman dalam memaknai dalil yang digunakan oleh masing-masing
kelompok. Ketiga, perbedaan dalam memahami bia’ah, bid’ah merupakan
perkara ibadah baru yang belum ada dalil hukumnya. Dalam memahami
bid’ah terdapat perbedaan pandangan di masyarakat. Sehingga dalam
menyampaikan hukum terkait dengan bid’ah harus disampaikan dengan
sumber yang shahih sehingga tidak menimbulkan perbedaan pemahaman.
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis. Dalam studi
komunikasi, paradigma konstruksionis ini seringkali disebut sebagai
paradigma produksi dan pertukaran makna.11
Bagi kaum konstruksionis,
realitas itu bersifat subjektif. Disini tidak ada realitas yang bersifat
objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan
tertentu.12
11
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta:
LKiS, 2002), h. 37. 12
Eriyanto, Analisis Framing, h. 19.
11
Paradigma kontruktivis mencoba untuk memahami maksud dan
makna tertentu, pengungkapan maksud dan makna yang tersembunyi dari
subjek. Karena subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap
maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana.13
Paradigma konstrutivis
memandang bahwa realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang
natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada
paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau
realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.14
Alasan penulis menggunakan paradigma kontruktivis yakni untuk
mengetahui makna yang terkandung dalam sebuah teks yang disampaikan
dalam program acara BERIMAN tentang “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan Surat Al-Fatihah.” Paradigma kontruktivis digunakan
untuk melihat bagaimana realitas mengenai kesalahpahaman
mengamalkan surat Al-Fatihah di program acara Berita Islami Masa Kini.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis yaitu pendekatan
kualitatif. Pendekatan ini digunakan penulis untuk menganalisis dan
menafsirkan makna pada isi teks media yang berkaitan dengan
“Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat Al-Fatihah” di program
acara Berita Islami Masa Kini Trans TV dengan menguraikan cara
bagaimana program tersebut mengkonstruksi realitas.
13
Elvinaro Ardianto, dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 151 14
Eriyanto, Analisis Framing, h. 37.
12
Penelitian kualitatif ialah mengemukakan gambaran dan/atau
pemahaman (understanding) mengenai mengapa dan bagaimana suatu
gejala atau realitas komunikasi terjadi.15
Data yang dihasilkan pada
penelitian kualitatif yang menitikberatkan pada data yang bersifat
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan terhadap sesuatu yang diamati
dan menemukan kebenaran yang dapat diterima akal sehat. Penelitian
kualitatif memiliki tujuan menemukan hal-hal yang bersifat tersembunyi
(latent) yang karenanya sangat menaruh perhatian pada kejanggalan dan
kontroversi. Penulis dituntut untuk dapat menemukan penjelasan-
penjelasan mengenai temuan-temuan data yang dinilai penting dan
menarik, termasuk yang saling berbeda atau berlawanan satu sama lain.16
Menurut Sugiyono, metodologi kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada
generalisasi.17
3. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan analisis semiotika sosial model
M.A.K Halliday. Semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang
15
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara,
2007), h. 35. 16
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 98. 17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2005), h. 1
13
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud
kata maupun lambang yang berwujud kata dalam satuan yang disebut
kalimat. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang
terdapat dalam bahasa.18
Ada tiga unsur dalam penafsiran teks pada model semiotika sosial
M.A.K Halliday. Pertama, medan wacana (field of discourse) menunjuk
pada hal yang terjadi. Apa yang dijadikan wacana oleh pelaku (media
massa) yaitu program Berita Islami Masa Kini mengenai sesuatu yang
sedang terjadi. Kedua, pelibat wacana (tenor of discourse) menunjuk pada
siapa saja yang dikutip atau dijadikan sumber, siapa saja orang yang
dicantumkan atau menjadi rujukan dalam pembahasan tentang
“Kesalahpahaman dalam mengamalkan surat Al-Fatihah.” Ketiga, sarana
wacana (mode of discourse) menunjuk pada penggunaan bahasa.
Bagaimana komunitor menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan
medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang dikutip), terkait dengan
penggunaan bahasa atau majas-majas yang digunakan untuk menjelaskan
apa yang disampaikan dalam program Berita Islami Masa Kini.19
Model semiotika sosial M.A.K Halliday merupakan metode yang
sangat tepat jika dipergunakan untuk memperdalam makna pesan dari
bahasa yang disampaikan oleh media sehingga tidak terjadi perbedaan
makna yang diproduksi melalui tayangan dengan yang diproduksi dari
18
Mohammad Zamroni, Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis,
Aksiologi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 94. 19
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 148.
14
pemikiran penonton. Sehingga terjadi persamaan makna dan terhindar dari
polisemik simbol bahasa.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di PT. Televisi
Transformasi Indonesia Gedung Trans Crop yang beralamat di Jl. Kapten
P. Tandean kav 12-14 A Jakarta 12790 telp. 62-21-79177000. Waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 13 April 2016.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu Trans TV. Sedangkan objek
penelitiannya adalah Program Acara Berita Islami Masa Kini Episode 1
September 2015 tentang “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan Surat
Al-Fatihah.”
6. Tahap Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara Mendalam
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
wawancara mendalam (in-depth interview) atau wawancara secara
intensif dan tidak terstruktur. Wawancara dengan menggunakan
pedoman wawancara (interview guide) pada umumnya
15
dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam
dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang
menjadi pokok dari minat penelitian. Pedoman wawancara
biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi
hanya garis besarnya tentang data atau informasi apa yang ingin
didapatkan dari informan yang nantinya dapat dikembangkan
dengan memerhatikan perkembangan, konteks, dan situasi
wawancara.20
Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang
mendalam.21
Wawancara ini ditujukan kepada Rini Tora produser
program acara Berita Islami Masa Kini Trans TV.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu data yang
diperoleh berupa catatan formal, dan dengan mengumpulkan serta
menelaah beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan-
catatan, dan dokumen yang ada pada redaksi. Mempelajari bahan-
bahan atau dokumen yang ada, yang berhubungan dengan
penelitian guna melengkapi sebuah penelitian. Dokumen tersebut
bisa berbentuk publik atau dokumen privat.22
Peneliti memperoleh
data dokumentasi melalui buku-buku, artikel, jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan pembahasan, serta penelusuran internet yang
berhubungan dengan objek penelitian dan data yang bersumber
dari Program Berita Islami Masa Kini Trans TV.
20
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 133. 21
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kecana Prenada Media
Group, 2007), h. 98. 22
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 116.
16
b. Pengolahan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan melalui
beberapa tahapan, diantaranya data dikelompokkan, disederhanakan,
dan data dikemas dalam bentuk tabel. Pengumpulan data visual dengan
menonton tayangan program acara Berita Islami Masa Kini episode
“Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat Al-Fatihah” di Trans
TV dan melakukan wawancara dengan produser program acara Berita
Islami Masa Kini yaitu Rini Tora.
Kemudian data yang sudah didapatkan dikategorikan sesuai
dengan metode Semiotika Sosial M.A.K Halliday yaitu medan wacana,
pelibat wacana, dan sarana wacana yang terkandung dalam sebuah teks
yang disampaikan program acara Berita Islami Masa Kini episode
“Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat Al-Fatihah” di Trans
TV.
Teknik penulisan skripsi yang digunakan oleh peneliti ini
disusun berdasarkan buku “pedoman penulisan skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA tahun 2007 dan
menggunakan buku-buku metode penelitian komunikasi yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
c. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan
mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan
17
fokus atau masalah yang ingin dijawab. Sementara menurut Bogdan &
Biklen menyatakan bahwa analisis adalah adalah proses pencarian dan
pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan
bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan
apa yang ditemukan.23
Miles & Huberman mengemukakan tiga tahapan yang harus
dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1)
reduksi data (data reduction); mereduksi data merupakan kegiatan
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting, dan mencari tema dan polanya. Data yang sudah direduksi
maka langkah selanjutnya adalah memaparkan data. (2) paparan data
(data display); Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi
tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing/verifying), penarikan kesimpulan merupkan hasil
penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis
data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian
dengan berpedoman pada kajian penelitian. Analisis data kualitatif
merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran
23
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Buki
Aksara, 2013), h. 209-210.
18
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang
saling menyusul.24
Reduksi data yang dilakukan oleh penulis bersumber dari
rekaman program acara Berita Islami Masa Kini pada Episode
“Kesalahpahaman dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah” yang
diperoleh dari Trans TV. Kemudian, memaparkan data dari hasil
wawancara yang telah dilakukan oleh penulis. Data disajikan dengan
mengelompokkan sesuai dengan sub-bab masing-masing pembahasan.
Setelah pemaparan data, langkah selanjutnya penarikan kesimpulan
yaitu menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh dan menarik
kesimpulan dari hasil penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini disusun secara sistematis yang terdiri dari
5 bab, sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pedoman penulisan
skripsi, sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS, terdiri dari teori Semiotika Sosial M.A.K
Halliday, Gaya Bahasa/Majas, Ruang Lingkup Televisi terdiri
dari Sejarah Televisi dan Pengertian Televisi, dan definisi amalan
24
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 211.
19
Menghadiahkan Pahala kepada Mayit Menurut Empat Mazhab
dalam Islam.
BAB III : GAMBARAN UMUM, terdiri dari sejarah singkat Trans TV,
profil program acara Berita Islami Masa Kini.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA, pada bab ini penulis
menguraikan hasil temuan data lapangan yang telah penulis
lakukan.
BAB V : PENUTUP, dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian.
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Teori Semiotika Sosial M.A.K Halliday
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani semeion
yang berarti “tanda”. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili
sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mengartikan semiotik sebagai
“ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara
berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan
penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.”1 Menurut Preminger,
ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan
kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-
sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda
tersebut mempunyai arti.2
Charles Sander Peirce dan Ferdinand De Saussure merupakan dua
tokoh penting dalam meletakkan dasar-dasar untuk kajian semiotika. Peirce
adalah seorang ahli filsafat dan logika Amerika yang dikenal sebagai pemikir
argumentatif yang paling orisinal dan multidimensional, bahkan teori Peirce
1 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95-96.
2 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis: Riset Komunikasi (Jakarta: Kecana Prenada Media
Group, 2007), h. 261.
21
sering disebut sebagai “grand theory” karena gagasannya yang bersifat
menyeluruh, deskriptif struktural dari semua sistem penandaan dalam kajian
semiotika. Sedangkan Saussure merupakan seorang ahli lingustik dari Swiss
yang pemikirannya lebih mengarah pada penguraian sistem tanda yang
berkaitan dengan linguistik.
Ada sembilan macam semiotika yang kita kenal sekarang, diantaranya
1) Semiotika analitik, ialah semiotika yang menganalisis sistem tanda. Peirce
menyatakan bahwa semiotika berobjekkan tanda dan menganalisisnya
menjadi ide, objek, dan makna. 2) Semiotika diskriptif, ialah semiotika yang
memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada
tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. 3) Semiotika
faunal (zoosemiotic), semiotika yang khusus memperhatijan sistem tanda
yang dihasilkan oleh hewan. 4) Semiotika kultural, yaitu semiotika yang
khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat
tertentu. 5) Semiotika naratif, semiotika yang menelaah sistem tanda dalam
narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). 6) Semiotika natural,
semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. 7)
Semiotika normatif, yaitu semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang
dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu
lalu lintas. 8) Semiotika sosial, semiotika yang khusus menelaah sistem tanda
yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang
berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut
kalimat. Dengan kata lain, semiotika yang khusus menelaah sistem tanda
22
yang terdapat dalam bahasa. 9) Semiotika struktural, semiotika yang khusus
menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.3
Semiotika Sosial dijelaskan oleh M.A.K Halliday dalam bukunya
“Language Social Semiotic.” Semiotika sosial merupakan cabang dari studi
mengenai tanda yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun
lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain,
semiotika sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.4
Istilah ‘semiotik sosial’ dapat dipandang sebagai suatu istilah yang
memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendikia, suatu sudut pandang
yang konseptual tentang pokok masalahnya. Halliday mengatakan bahwa
semiotika sosial terdiri dari dua konsep, yaitu konsep ‘semiotik’ mulanya
berasal dari konsep tanda, dan kata modern ini ada hubungannya dengan
istilah semainon (penanda) dan semainomenon (petanda) yang digunakan
dalam ilmu bahasa Yunani kuno oleh para pakar filsafat Stoik. Semiotik dapat
dikatakan sebagai kajian umum tentang tanda-tanda. Tanda selalu cenderung
dilihat sebagai sesuatu yang terpisah, sesuatu yang mandiri, yang berdiri
sendiri sepenuhnya sebelum dihubungkan dengan tanda-tanda lainnya. Oleh
karena itu, Halliday mengubah batasan semiotik ini dan mengemukakan
bahwa semiotik bukan sebagai kajian tentang tanda melainkan sebagai kajian
3 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 100-101.
4 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 101.
23
tentang sistem tanda. Dengan kata lain, sebagai suatu kajian tentang ‘makna’
dalam artian yang paling umum.5
Akar dari pandangan Halliday ialah bahasa sebagai semiotika sosial.
Formulasi “bahasa sebagai semiotik sosial” berarti menafsirkan bahasa dalam
konteks sosiokultural tempat kebudayaan itu ditafsirkan dalam termonologis
semiotis sebagai sebuah “sistem informasi.” Dalam level yang amat konkret,
bahasa itu tidak berisi kalimat-kalimat, tetapi bahasa itu berisi “teks” atau
“wacana”, yakni pertukaran makna (exchange of meaning) dalam konteks
interpersonal. Mengkaji bahasa hakikatnya mengkaji teks atau wacana. Hal
ini berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa mengodekan (encode) representasi
dunia yang dikonstruksikan secara sosial.6 Dengan demikian, ilmu bahasa
merupakan jenis dari semiotik. Ilmu bahasa adalah satu segi kajian tentang
tanda. Bahasa sebagai salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara
bersama-sama membentuk budaya manusia.7
Kedua adalah istilah ‘sosial’, yang dimaksudkan adalah
mengemukakan dua hal secara bersamaan. Pertama, ‘sosial’ yang digunakan
dalam arti sistem sosial yang berarti kebudayaan. Dalam pengertian yang
pertama ‘semiotika sosial’ berarti batasan sistem sosial, atau kebudayaan,
sebagai suatu sistem makna. Namun, dalam hal ini Halliday juga
menginginkan tafsiran yang lebih khusus tentang kata ‘sosial’, untuk
5 M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa
dalam pandangan semiotik sosial. Penerjemah Asruddin Barori Tou (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1992), h. 3. 6 Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Anlisis Wacana Kritis,”
(Jurnal Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2008), h. 2. 7 M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa
dalam pandangan semiotik sosial., h. 5.
24
menunjukkan perhatian terutama pada hubungan antara bahasa dengan
struktur sosial, dengan memandang struktur sosial sebagai satu segi dari
sistem sosial. Sedangkan struktur sosial dapat dilihat melalui hubungan sosial
manusia dalam kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi dan bertukar
makna, maka kata-kata yang dipertukarkan dalam konteks tersebut
mendapatkan maknanya dari kegiatan-kegiatan yang mengandung kata-kata
yang merupakan kegiatan sosial dengan perantara dan tujuan sosial.8
Semiotika sosial lebih cenderung melihat bahasa sebagai sistem tanda atau
simbol yang sedang mengekspresikan nilai dan norma kultural dan sosial
suatu masyarakat tertentu di dalam suatu proses sosial kebahasaan.9 Dengan
demikian, istilah semiotika sosial merupakan hubungan setiap manusia dengan
lingkungan manusia yang memiliki arti, dan arti tersebut akan dimaknai oleh
orang-orang yang saling berinteraksi dengan melibatkan lingkungan tersebut.
1. Teks
Menurut Halliday, teks adalah bahasa yang berfungsi. Yang
dimaksud dengan berfungsi ialah bahasa yang sedang melaksanakan tugas
tertentu dalam konteks situasi. Hal yang penting mengenai sifat teks ialah
bahwa meskipun teks itu dituliskan tampak seakan-akan terdiri dari kata-
kata atau kalimat-kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari makna-makna.
Sebagai sesuatu yang mandiri, teks itu pada dasarnya adalah satuan
makna. Karena sifatnya sebagai satuan makna, teks harus dipandang dari
8 M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 4-5.
9 Riyadi Santoso, Semiotika Sosial: Pandangan terhadap Bahasa (Surabaya: Pusraka
Eureka dan JP Press, 2003), h. 6.
25
dua sudut secara bersamaan, baik sebagai hasil atau produk maupun
sebagai proses.
Teks merupakan produk dalam arti bahwa teks itu merupakan
keluaran (output), sesuatu yang dapat direkam dan dipelajari, karena
mempunyai susunan tertentu yang dapat diungkapkan dengan peristilahan
yang sistematik. Sedangkan teks merupakan proses sebagai peristiwa
timbal balik, suatu pertukaran makna yang bersifat sosial. Dengan
demikian, teks itu sendiri merupakan objek dan juga merupakan contoh
makna sosial dalam konteks situasi tertentu.10
Teks itu sendiri suatu objek dan contoh proses atas hasil makna
sosial dalam konteks situasi tertentu. Makna diciptakan oleh sistem sosial
dan dipertukarkan oleh anggota-anggota masyarakat dalam bentuk teks.
Makna tidak mungkin diciptakan begitu saha dengan keadaan terisolasi
dari lingkungannya. Halliday menegaskan bahwa “makna adalah sistem
sosial”. Perubahan yang terjadi dalam sistem sosial akan direfleksikan
dalam teks. Situasi akan menentukan bentuk dan makna teks.11
2. Konteks
Semiotika sosial juga berkaitan dengan konteks, karena
pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks. Dalam kajian sosial
semiotik antara teks dan konteks tidak dapat dipisahkan. Istilah konteks
sendiri dan teks mengingat bahwa dua hal ini merupakan aspek dari
10
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 14-15. 11
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Anlisis Wacana Kritis,” h.
3.
26
sebuah proses yang sama. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya,
dan teks yang menyertai inilah yang disebut dengan konteks. Namun,
pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya
yang dilisankan dan ditulis, melainkan termasuk pula kejadian-kejadian
yang nirkata (non-verbal) lainnya – keseluruhan lingkungan teks itu.12
Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi
adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun
lingkuungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau di tulis). Dalam
semiotika sosial model M.A.K Halliday ada tiga unsur yang menjadi pusat
perhatian penafsiran teks secara kontektual, yaitu ‘medan’ (field), ‘pelibat’
(tenor), dan ‘sarana’ (mode). Konsep-konsep ini digunakan untuk
menafsirkan konteks sosial teks, yaitu lingkungan terjadinya pertukaran
makna.13
1. Medan Wacana (field of discourse)
Menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang
sedang berlangsung: apa sesungguhnya yang sedang disibukkan atau
diwacanakan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta sebagai
unsur pokok tertentu.14
Untuk menganalisis medan, kita dapat mengajukan
pertanyaan what going on (apa yang sedang terjadi), yang mencakup tiga
hal, yakni (1) Ranah pengalaman merujuk kepada ketransitifan yang
mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh “proses”, “partisipan”,
dan “keadaan”. (2) Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus
12
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 6. 13
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 16. 14
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 16.
27
segera di capai. Tujuan itu bersifat konkret. (3) Tujuan jangka panjang
merukuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar.
Tujuan tersebut tersebut bersifat lebih abstrak.15
2. Pelibat Wacana (tenor of discourse)
Menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para
pelibat, kedudukan dan peranan mereka: jenis-jenis hubungan peranan apa
yang terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap
dan sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam
percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang
secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka.16
Untuk menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pertanyaan who is
taking part, yang mencakup tiga hal, yakni (1) peran agen atau masyarakat
terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat, (2) status
sosial terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan
dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak, dan (3) jarak sosial terkait
dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, akrab
atau memiliki jarak. Ketiga hal tersebut dapat bersifat sementara ataupun
dapat bersifat permanen.17
3. Sarana Wacana (mode of discourse)
Menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa: bagaimana
komunikator (media massa) menggunakan gaya bahasa untuk
menggambarkan medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang dikutip);
15
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Anlisis Wacana Kritis,” h.
4. 16
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 16. 17
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Anlisis Wacana Kritis,” h.
4.
28
apakah menggunakan bahasa yang diperhalus atau hiperbolis, eufemistis
atau vulgar.18
Untuk menganalisis sarana, pertanyaan yang dapat diajukan
adalah what’s role assigned to language, yang mencakup lima hal, yakni
(1) Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas: bisa
saja bahasa bersifat wajib (konstitutif) atau tidak
wajib/penyokong/tambahan. Peran tambahan terjadi apabila bahasa
membantu aktivitas lainnya. (2) Tipe Interaksi merujuk pada jumlah
pelaku: monologis atau dialogis. (3) Medium terkait dengan sarana yang
digunakan: lisan, tulisan, atau isyarat. (4) Saluran berkaitan dengan
bagaimana teks itu dapat diteruma: fonis, grafis, atau visual. (5) Modus
retoris merujuk pada “perasaan” teks secara keseluruhan, yakni persuasif,
kesastraan, akademis, edukatif, matra, dan sebagainya.19
3. Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki kemampuan untuk menyatakan lebih daripada
apa yang disampaikan. “Bahasa lebih dari sekadar alat
mengkomunikasikan realitas; bahasa merupakan alat untuk menyusun
realitas.” Dalam pengertian yang populer, bahasa adalah percakapan,
sementara dalam wacana linguistik bahasa diartikan sebagai sistem simbol
bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat
arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh
sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dalam arti
18
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),
h. 174. 19
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Anlisis Wacana Kritis,” h.
4.
29
luas, bahasa dapat ditafsirkan sebagai suatu pertukaran (komunikasi)
tanda-tanda (dan ini berlaku baik bagi bahasa menurut arti sempit: bahasa
kata-kata, maupun mengenai semua tanda lainnya).20
Kata ‘fungsi’ dapat dipandang sebagai padanan kata ‘penggunaan’,
sehingga dapat diartikan cara orang menggunakan bahasa mereka, atau
bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa lebih dari satu. Malinowski
mengelompokkan fungsi bahasa ke dalam dua kelompok besar, yaitu
pragmatik dan yang magis. Penggunaan bahasa pragmatik atau yang
praktis kemudian dibagi lagi ke dalam penggunaan bahasa yang aktif dan
bahasa yang naratif, dan penggunaan bahasa yang ritual atau magis yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan seremonial atau keagamaan dalam
kebudayaan.
Berbeda dengan Malinoski, Austria Karl Buhrel tertarik pada
fungsi bahasa dari sudut perseorangan. Buhler menerapkan kerangka
pemikiran yang diwariskan oleh Plato yaitu penggolangan atau orang
pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Ia membedakan fungsi bahasa ke
dalam bahasa ekspresif yaitu bahasa yang terararah pada diri sendiri, si
pembicara; bahasa konatif yaitu bahasa yang terarah pada lawan bicara;
dan bahasa representasional yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan
lainnya – yaitu apa saja selain si pembicara atau lawan bicara.21
Kemudian konsep Buhler diubah dikembangkan ke arah yang
berbeda olah James Britton seorang pendidik bangsa Inggris. Ia tertarik
20
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 273. 21
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 20.
30
pada perkembangan kemampuan menulis anak di sekolah, dan mempunyai
pandangan bahwa kemampuan menulis pertama-tama berkembang dalam
tautan dengan fungsi ekspresif. Kemampuan itu kemudian dikembangkan
‘ke luar’ ke arah kemampuan menulis transaksional di satu pihak dan
kemampuan menulis poetik di lain pihak. Bahasa transaksional adalah
bahasa yang menekankan peran pelibat, sementara dalam bahasa poetik
peran menulis lebih banyak dibandingkan dengan peran yang lain
(pembaca atau pendengar).
Desmond Morris mengelompokkan fungsi bahasa, yaitu (1)
information talking yaitu pertukaran keterangan, morris tampaknya
menyiratkan bahwa fungsi ini muncul lebih dulu, meskipun dalam sejarah
manusia fungsi ini muncul paling akhir; (2) mood talking sama dengan
fungsi ekspresif yang dikemukakan oleh Buhler dan Britton; (3)
exploratory talking yaitu ujaran untuk kepentingan ujaran, fungsi estetis,
fungsi drama; dan (4) grooming talking yaitu tuturan yang sopan dan tidak
berarti dalam peristiwa-peristiwa sosial.22
B. Gaya Bahasa / Majas
Majas atau gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Majas atau gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena
perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu
22
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, h. 21.
31
perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa juga dapat dikatakan
suatu cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Secara singkat penggunaan
gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.23
Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style
atau gaya bahasa diturunkan dari kata berbahasa Latin stilus yang berarti
semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlihan menggunakan
alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi, kelak
pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlihan untuk menulis indah,
maka style lalu berubah menjadi kempuan dan keahlian untuk menulis atau
mempergunakan kata-kata secara indah. Adapun pemahaman style ini sudah
dapat disejajarkan dengan gaya bahasa, bahwa wujud gagasannya terangkum
dalam wahana kebahasaan yang telah disetting sedemikian rupa oleh penutur/
penulisnya dan ternyata diketahui bahasa sebagai pengungkap ide telah
mendapatkan perhatian lebih. Menurut Keraf menyebut style dengan figure of
speech merupakan salah satu jenis gaya bahasa yang disebut dengan gaya
bahasa berdasarkan langsung dan tidaknya makna.24
Gaya bahasa dapat
dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu:25
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata. Jenis gaya bahasa ini
mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi
tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat
23
Tajuddin Noor Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia (Yogyakarta: Araska, 2015), h.
193. 24
Siswono, Teori dan Praktik, Gaya Bahasa, dan Pencitraan, h. 23. 25
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.
116-119.
32
dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kaya lain, gaya
bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi
situasi-situasi tertentu.
2. Gaya berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana. Nada atau
suara dalam berbicara (intonasi atau titi nada) merupakan salah satu unsur
penting, sebab selain sebagai penentu jelas dan ketidakjelasan tuturan bagi
pendenganara mitra wicara, ia pun – didasarkan pengalaman – mampu
membuat terkesima, dan bahkan mensugesti pendengarnya dirasakan
menggugah hatinya. Setidaknya itu pun dijelaskan oleh Keraf bahwa gaya
bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari
rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana.26
3. Gaya berdasarkan struktur kalimat. Struktur sebuah kalimat dapat
dijadikan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur
kalimat disini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut.
4. Gaya berdasarkan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa ini diukur
dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih
mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila
acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka
bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna,
entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna
denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya sebagai yang
dimaksudkan dalam pembahasan ini.
26
Siswono, Teori dan Praktik: Diksi, Gaya Bahasa, dan Pencitraan, h. 35.
33
Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbagi lagi
menjadi dua, yakni:
a. Gaya bahasa retoris, terdiri dari eufemisme, disfemisme, pleonasme,
dan hiperbola;
1. Gaya bahasa eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata
Yunani euphemizein yang berarti mempergunakan kata-kata
dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik. Sebagai gaya
bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-
ungkapan yang tidak menyinggung perasaaan orang, atau
ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan
yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau
mensugestikan sesuatu yang menyerangkan. Misalnya, pada
kalimat berikut ini: “Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah
mereka”, ini adalah eufemisme untuk menceritakan bahwa ayahnya
sebenarnya sudah meninggal.27
2. Gaya bahasa disfemisme merupakan lawan dari eufemisme. Gaya
bahasa ini merupakan ungkapan yang dibuat dengan konotasi-
konotasi negatif atau dengan ungkapan yang terkesan kasar dan
dapat menyinggung perasaan orang.
3. Gaya bahasa pleonasme merujuk pada gaya bahasa dimana
apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan, arti katanya tetap
akan utuh. Misalnya pada kalimat berikut ini: “Saya telah
mendengar berita itu dengan telinga saya sendiri.”
27
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, h. 132.
34
4. Gaya bahasa hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung suatu pernyataan berlebihan, dengan membesar-
besarkan suatu hal. Misalnya pada kalimat berikut ini:
“Kemarahanku sudah menjadi-jadi sehingga hampir-hampir
meledak aku.”28
b. Gaya bahasa kiasan yaitu persamaan atau simile, dan metafora. Gaya
bahasa kiasan ini mulanya dibentuk dengan sesuatu yang lain, berarti
mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara
kedua hal tersebut.
1. Gaya bahasa kiasan ialah persamaan atau simile. Dalam gaya
bahasa ini ada perbandingan yang bersifat eksplisit, yakni ada
pernyataan langsung yang menyatakan sesuatu sama dengan hal
yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai,
bagaikan, laksana, dan sebagainya. Kadang-kadang juga ditemukan
gaya seperti ini yang tidak menyertakan obyek pertamanya.
2. Gaya bahasa metafora yaitu semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang
singkat, misalnya: bunga bangsa, buah hati, cindera mata, dan
sebagainya.29
C. Ruang Lingkup Televisi
1. Sejarah Televisi
28
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, h. 133-135. 29
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, h. 138-139.
35
Cikal bakal televisi adalah piringan pemindai yang ditemukan oleh
insinyur berkebangsaan Jerman bernama Paul Nipkow. Peralatan Nipkow
tersebut dipakai dari 1923 sampai 1925 dalam sebuah sistem televisi
percobaan. Pada tahun 1926, ilmuwan Skotlandia bernama John Logie
Baird menyempurnakan metode pemindai ini. Kemudian pada tahun 1931,
insinyur kelahiran Rusia bernama Vladimir Zworykin dan warga Amerika
Serikat bernama Philo T. Farnsworth membangun sistem pemindai
elektronik yang menjadi protipe kamera modern.30
Televisi merupakan media temuan orang-orang Eropa.
Perkembangan pertelevisian di dunia ini sejalan dengan kemajuan
teknologi elektronika, yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor
oleh William Sockley dan kawan-kawan pada tahun 1946. Transistor yang
dibuat dari pasir silikon yang banyak terdapat di lembah Silicon di
California Amerika Serikat ini merupakan benda sebesar pasir yang
berfungsi sebagai penghantar listrik bebas hambatan.31
Pada awalnya
kemunculan media televisi ditanggapin biasa saja oleh masyarakat. Ketika
itu harga pesawat televisi masih tergolong mahal, selain itu program yang
disaksikan pun masih belum tersedia banyak. Pengisis acara televisi pada
masa itu bahkan meragukan masa depan televisi. Masyarakat tidak yakin
televisi dapat berkembang dengan sangat pesat.32
30
Syaiful Halim, Dasar-dasarJurnalistik Televisi (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 25-
26. 31
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006), h. 7. 32
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 6.
36
Perang Dunia II sempat menghentikan perkembangan televisi.
Namun setelah perang usai, teknologi baru yang telah disempurnakan
selama perang, berhasil mendorong kemajuan televisi. Layar televisi pun
sudah lebih besar dan terdapat lebih banyak program yang tersedia dan
sejumlah stasiun televisi lokal mulai membentuk jaringan. Masa depan
televisi mulai terlihat menjanjikan. Semua program televisi pada awalnya
ditayangkan dalam siarang langsung (live). Ketika itu, belum ditemukan
kaset penyimpan suara dan gambar (videotape). Pengisi acara televisi
harus mengulang lagi pertunjukkannya beberapa kali agar dapat disiarkan
pada kesempatan lain. Barulah pada tahun 1956, Ampex Corporation
berhasil mengembangkan videotape sebagai sarana yang murah dan efisien
untuk menyimpan suaran dan gambar program televisi. Pada awal tahun
1960-an hampir seluruh program, yang pada awalnya disiarkan secara
langsung, diubah dan disimpan dalam videotape.33
Dalam perkembangannya, media televisi mengalami perubahan
teknologi secara bertahap. Televisi generasi pertama adalah televisi hitam-
putih. Di sini dinar pantul setelah melewati sistem lensa akan terbentuk
gambar proyeksi hitam-putih. Maka jadilah siaran televisi hitam putih
yang di Indonesia kita kenal tahun 60-an. Televisi generasi kedua adalah
televisi warna, ada tiga sistem di dalam tv warna, yakni: 1) Phase
Alternating Line (PAL), 2) National Television System Committes
(NTSC), dan 3) Sequential Colour a’Memoar (SECAM). Selanjutnya
televisi generasi ketiga adalah High Definition TV (HDTV). Televisi
33
Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 7.
37
generasi ketiga inilah yang menjamin kesempurnaan tontonan dan dapat
dikatakan sebagai televisi masa depan. Dengan berbagai kelebihan yang
dimiliki sistem HDTV maka televisi di masa depan akan mampu
memberikan kepuasan lebih kepada masyarakat, di samping itu juga akan
sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan, hiburan, periklanan, kesehatan,
wawancara/diskusi panel jarak jauh, perfilman, dan kepustakaan.34
Pada tahun 1952, Menteri Penerangan Maladi sebagai penggagas
utama untuk mendirikan sebuah stasiun televisi di Indonesia, usulan ini
didukung oleh Presiden Soekarno. Sepuluh tahun kemudian, Agustus
1962, keinginan itu terlaksana dengan dengan nama Televisi Republik
Indonesia (TVRI). Setidaknya, ada tiga pemikiran yang menjadi dasar
berdirinya TVRI. Pertama, secara politis diperkirakan akan
menguntungkan pemerintah dalam kampanye pemilu pertama 1955.
Kedua, dapat menempa persatuan nasional lewat pendidikan. Ketiga,
momen Asian Games, dimana dengan adanya stasiun televisi, bangsa
Indonesia akan mendapatkan prestise sebagai bangsa yang modern,
berkembang cepat, dan canggih dalam perkara teknologi. 35
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia
ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siarang langsung itu masih terhitung
sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus
1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara
34
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, h. 10 35
Panjaitan, Erica, dan Dhani Iqbal, Matinya Rating Televisi (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia), h. 1-2.
38
pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno.36
Kemudian pada tahun 1989 merupakan tonggak perkembangan penyiaran
(broadcasting) di Indonesia setelah hampir 37 tahun TVRI menjadi single
fighter dalam berkiprah di dunia pertelevisian yakni dengan mengudaranya
siaran televisi swasta pertama di Indonesia yaitu Rajawali Citra Televisi
Indonesia (RCTI) yang menyelenggarakan siaran terbatas. Kehadiran TV
swasta tersebut mendapat sambutan gempita dari masyarakat khususnya di
daerah-daerah yang terjangkau oleh siaran RCTI, kehadiran TV swasta
tersebut di awali dan sebagai konsekuensi terbitnya SK Menteri
Penerangan RI Nomor: 190A/Kep/Menpen/1987 tentang saluran siaran
terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk peroperasi.37
Adapun setelah mengudaranya RCTI pada Agustus 1989, maka
berturut-turut muncul TV-TV swasta lainnya di Indonesia, adalah SCTV
(24/8/1990), TPT (23/1/1991), ANTV (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995),
Metro TV (25/11/2000), Trans TV (25/11/2001) dan Lativi (17/1/2002).
Selain itu, muncul pula TV7 dan Global TV. Jumlah televisi swasta
nasional belum mencakup tv lokal dan tv regional, seperti Bali TV, Jogja
TV, RBTV, TV Borobudur Semarang, JTV Surabaya, Bandung TV, dan
lain-lain. Dengan hadirnya beberapa TV swasta nasional dan juga
beberapa TV lokal dan komunitas, menambah maraknya persaingan bisnis
36
Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 9. 37
Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting (Yogyakarta: Media Pressindo,
2006), h. 22.
39
televisi di tanah air, dan pada gilirannya masyarakat akan dihadapkan pada
beragam pilihan program yang menarik. 38
2. Pengertian Televisi
Pengertian televisi secara etimologis berasal dari kata “tele” yang
berarti jauh dan kata “vision” yang berarti tampak, jadi televisi berarti
tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Pengertian Televisi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai suatu sistem
penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau
melalui angkasa dengan menggunakan alat yang dapat mengubah cahaya
(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik, dan mengubahnya
kembali menjadi berkas yang dapat dilihat dan bunyinya dapat didengar.
Dengan kata lain, televisi merupakan bentuk pesawat penerima gambar
televisi.39
Awal mula ditemukannya televisi hingga perkembangannya
yang begitu pesat sampai saat ini, dapat dikatakan sesuai dengan
kenyataan bahwa saat ini, masyarakat dapat menikmati dan
menyaksikan langsung segala kejadian atau peristiwa apa pun yang
disiarkan di rumah (pesawat televisi kita masing-masing). Dengan
demikian, televisi adalah mass media yang memancarkan suara dan
gambar sebagai reproduksi daripada kenyataan yang disiarkannya melalui
gelombang-gelombang elektronik sehingga dapat diterima oleh pesawat
penerima. Burhan Bungin menyebutkan: televisi adalah media massa yang
38
Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting, h. 22. 39
Tim Balai Pustaka Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), Ed. III, Cet. III, h. 726.
40
paling sempurna merekonstruksikan pengetahuan masyarakat karena
media ini berfungsi audio-visual.40
Media televisi adalah media audio visual media yang selain dapat
didengar tetapi juga dapat dilihat dengan kata lain, media yang dapat
dinikmati oleh mata dan telinga, apa yang ditayangkan semua terlihat
seolah-olah realitas yang sebenarnya. Arifin anwar mengatakan televisi
adalah sebagai media yang banyak menayangkan implus elektronik kepada
pemirsanya dan pemirsa membaut implus itu bermakna, dan membuat
pemirsa menemukan kumunal bersama dalam pesan dan hal ini dirasakan
oleh pemirsa lebih penting daripada kehidupan individual mereka.41
Fungsi televisi sama dengan media massa lainnya, yaitu
memberikan informasi, edukasi, dan hiburan. Namun sebagaimana dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa UNPAD, menyatakan
bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi ialah
untuk memperoleh hiburan, kemudian selanjutnya untuk memeroleh
informasi.
Jika dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif. Radio hanya memberikan
informasi secara audio dan media cetak hanya menyediakan informasi
setelah melalui pengolahan ulang. Sedangkan televisi dapat memberikan
informasi secara audio visual dan dapat diterima secara langsung oleh
40
Hartiningsih, Komunikasi Massa, Televisi dan Tayangan Kekerasan dalam Pendekatan
Kasus (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), h. 34. 41
Hartiningsih, Komunikasi Massa, Televisi dan Tayangan Kekerasan dalam Pendekatan
Kasus, h. 31.
41
masyarakat.42
Televisi memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan media
massa lainnya, diantaranya:43
a. Sebagai media komunikasi, televisi memiliki kemampuan untuk
mengakses publik hingga ke ruang pribadi.
b. Pesan yang disampaikan melalui perpaduan gambar dan suara mampu
menarik perhatian khalayak, sekaligus memberi pengaruh yang kuat
terhadap perubahan dalam diri pemirsanya.
c. Televisi mampu menjangkau banyak orang.
d. Kemampuannya memengaruhi audien dengan audiovisual secara serentak
dalam waktu bersamaan di tempat berbeda.
Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society. An
Incuest and Agenda” dibandingkan media massa lainnya, televisi
mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media
dengar dan gambar. Sifat politisinya sangat besar karena menampilkan
informasi, hiburan, dan pendidikan, atau gabungan dari ketiga unsur
tersebut secara kasat mata.44
Media televisi sebagai media pembawa
informasi yang besar dan cepat pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap,
dan perilaku anggota masyarakat serta perubahan sistem dan tata nilai
yang ada.45
Televisi sebagai media massa yang banyak diminati dan di
42
Suarman ed, Pengaruh Siaran Televisi Terhadap Tingkah Laku Remaja di Kota
Tanjung Pinang (Riau: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, 1997), h. 22-23. 43
Indah Rahmawati dan Dodoy Rusnandi, Berkarier di Dunia Broadcast Televisi &
Radio (Jakarta: Laskar Aksara, 2011), h. 3. 44
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 6. 45
Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Media Televisi (Jakarta: BPPN, 1992), h. 1
42
nikmati masyarakat juga memiliki kelebihan dan kelemahan,
diantaranya:46
1. Kelebihan televisi:
a. Kesan realistik: audio visual.
b. Masyarakat lebih tanggap: menonton dalam suasana santai, rekreatif.
c. Adanya pemilahan area siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking)
yang mengefektifkan penjangkauan masyarakat.
d. Terkait erat dengan media lain.
e. Cepat, dari segi waktu, cepat dalam menyerbarkan berita ke
masyarakat luas.
f. Terjangkau luas, menjangkau masyarakat secara luas.
2. Kelemahan televisi:
a. Jangkauan pemirsa massal, sehingga pemilahan (sulit menentukan
untuk pangsa pasar tertentu) sering sulit dilakukan.
b. Iklan relatif singkat, tidak mampu menyampaikan data lengkap dan
rinci (bila diperlukan konsumen).
c. Relatif mahal.
d. Pembuatan iklan tv cukup lama.
Jenis media seperti televisi memiliki dampak identifikasi optik
yang tajam bagi permirsa. Dengan perkataan lain, pemirsa seakan-akan
berada di tempat peristiwa yang ditayangkan di televisi. Pemirsa seolah-
olah menyaksikan dengan mata kepala sendiri dan hadir di tempat kejadian
46
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 41.
43
yang sebenarnya, padahal hanya merupakan berita yang disiarkan dari
jarak yang sangat jauh. Proses identifikasi optik akan berdampak pada
identifikasi psikologis bagi pemirsa atau penonton. Pemirsa turut
merasakan kejadian yang diberitakan oleh televisi atau yang dijadikan film
berita (newsreels). Akibatnya, pemirsa bisa merasa sangat terharu, sedih
atau gembira. Deddy Iskandar Muda menegaskan, bahwa “khusus untuk
medium televisi, informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat
mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama jika dibandingkan
dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui membaca.” Alasan
tersebut diperkuat karena informasi yang disampaikan melalui medium
televisi, diterima dengan dua indera sekaligus secara simultan pada saat
yang bersamaan.47
D. Surat Al-Fatihah
1. Nama Surat Al-Fatihah
Surah Al-Fatihah merupakan surah yang diturunkan di Mekkah
sebelum Nabi Muhammad SAW. berhijrah. Jumlah ayatnya disepakati
tujuh ayat. Al-Fatihah merupakan mahkota tuntunan Ilahi, dinamai juga
Ummu al-Qur’an dan Ummu al-Kitab karena ia adalah induk semua ayat
Al-Qur’an. Al-Fatihah juga adalah as-Sab’u al-Matsani, dalam arti tujuh
ayatnya diulang-ulang, bukan saja dalam setiap rakaat shalat, tetapi juga
kandungan ketujuh ayatnya itu diulang dan dirinci oleh seluruh ayat-ayat
47
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 2.
44
Al-Qur’an yang berjumlah enam ribu ayat lebih itu. Surah ini memiliki
lebih dari dua puluh nama, tetapi yang paling populer dan dikenal pada
masa Nabi Muhammad SAW. adalah nama-nama yang disebut di atas.48
Al-Fatihah adalah pelajaran bagi umat manusia. Bahkan Allah
mendiktekan kalimat-kalimat surah ini untuk diucapkan oleh manusia.
Dengan memulai Kitab-Nya dengan Basmalah, Allah SWT. juga
mengajar menusia untuk memulai setiap kegiatan mereka dengan
Basmalah yang mengandung makna permintaan pertolongan agar
kegiatan itu direstui dan didukung oleh-Nya karea tiada daya dan upaya
yang dapat berhasil tanpa dukungan-Nya.49
Allah adalah Rabb al-Alamin, Pemelihara alam raya.
Pemeliharaan-Nya itu bukan untuk kepentingan-Nya, tetapi semata-mata
karena sifat Rah,am-Nya yang tercurah kepada seluruh makhluk dalam
kehidupan dunia ini dan sifat Rahim-Nya yang Dia anugerahkan kepada
hamba-hamba-Nya yang taat, lebih-lebih di Hari Kemudian nanti. Dialah
pemilik hari pembalasan yang ketika itu sangat menonjol kuasa-Nya.
Atas dasar sifat-sifat dan kuasa-Nya, maka Dia wajar, bahkan berhak,
dan harus disembah dan dimintai pertolongan, karena itu Yang Maha
Pengasih tersebut mengajar umat manusia untuk hanya mengabdi dan
hanya memohom kepada-Nya dalam segala hal, termasuk untuk
keberhasilan pengabdian itu.50
48
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-
Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 3. 49
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Tangerang: Lentera Hati, 2010), h. 7. 50
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya, h. 7.
45
Tentu saja diperlukan jalan yang ditelusuri ke sana dan karena itu
pula manusia diajar-Nya untuk bermohon, bukan saja agar ditunjuki jalan
itu, tetapi dibimbing hinga benar-benar berhasil menelusuri jalan tersebut
yang dilukiskan-Nya sebagai shirath al-mustaqim, yakni jalan luas, lebar,
dan lurus. Itulah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah diberi-
Nya nikmat, yaitu jalan para Nabi, ash-Shiddiqin, asy-Syuhada, dan
orang-orang saleh, bukan jalan orang-orang yang dimurkai, yakni
mereka yang telah mengetahui kebenaran, tetapi enggan menelusurinya.
Buka juga jalan orang-orang yang sesat karena tidak mengetahui arah
yang benar.51
2. Makna Surat Al-Fatihah
Ayat pertama
Bismillâhi ( Dengan nama-Mu, ya Allah :( لل ا م س ب
Pesan: Atas nama-Mu, ya Allah, aku melaksanakan tugas mulia ini.
Terimalah ia sebagai ibadahku kepada-Mu.
Setiap saat kita memulai suatu pekerjaan, kita semua selalu
mengucapkan basmallah atau bismillah ar-Rahman ar-Rahim. Dengan
membaca, basmallah kita meyakini dan berharap bahwa pekerjaan kita
akan berhasil dengan baik karena mendapat bimbingan Allah,
memperoleh berkah serta ridha dari-Nya.52
51
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya, h. 7. 52
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah (Jakarta: PINBUK PRESS, 2008), h.
12.
46
Ar-Rahman dan Ar-Rahim
Ar-Rahman ( ن ى م ح لر ا ): Yang Maha Pengasih
Pesan: Untuk itu, karuniakanlah kami kemampuan menyerap sedikit saja
sifat-Mu yang Maha Rahman: kemampuan membawa rahmat pada
sekalian alam.
Ar-Rahîm ( يم ح لر ا ): Lagi Maha Penyayang
Pesan: dan sifat-Mu Yang Maha Rahiim: kemampuan
mengkonsolidasikan, mengorganisasi dan membangun jaringan ukhuwah
seluruh potensi kaum Muslimin.
Pesan Allah dalam Al-Qur’an surah ar-Rahman [55], Allah
memulai dengan nama-Nya ar-Rahman menyatakan menciptakan
manusia dan mengajarnya berkomunikasi, bersilahturahmi, membangun
jaringan dan organisasi sosial. Setelah itu, baru Allah menunjukkan
nikmat-nikmat yang diberikan pada manusia berbentuk matahari dan
bulan menurut perhitungan, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, keduanya
tunduk kepada-Nya. Allah telah memberikan peluang kepada manusia
untuk berusaha, bekerja, memanfaatkan alam ini biarpun setinggi langit.
Tetapi ingat, Allah pun memberikan amanah: nilai dan norma keadilan,
maka tegakkanlah keadilan dalam kehidupan umat manusia, dan jangan
melampaui batas pencapaian keadilan itu. Jangan menzalimi keadilan itu
dengan melampaui batas nilai dan norma keadilan itu.53
53
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 25-26.
47
Mengucapkan basmalah adalah mengamalkan basmalah dengan
memahami kandungan pesan di dalamnya. Yakni, mengatasnamakan
Allah dalam melaksanakan setiap kegiatan, dan berserah diri dengan
mengharapkan Allah menerima kegiatan yang dikerjakan itu sebagai
ibadah, pengabdian, karya bakti kepada-Nya. Pesan dari kalimat
basmalah, Bismillahir-rahmaanir-rahim adalah: “Atas nama-Mu, ya
Allah aku melaksanakan tugas mulia ini:..., terimalah ia sebagai ibadahku
kepada-Mu. Untuk itu karuniakanlah kami kemampuan menyerap sedikit
saja sifat-Mu yang Maha Rahman: kemampuan membawa rahmat pada
sekalian alam, dan sifat-Mu yang Maha Rahim: kemampuan
mengkonsolidasikan, mengorganisir, dan membangun jaringan ukhuwah
seluruh potensi kaum muslimin.”54
Ayat kedua
Alhamdu-lillahi ( .Segala puji bagi-Mu, ya Allah :( ه ل ل د م ح ل ا
Pesan: karuniakanlah kami kemampuan mewujudkan kehidupan
masyarakat yang terpuji, peradaban muslimin yang berkembang dan
benderang, penuh dengan keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
Rabb al-‘alamin ( Tuhan yang menguasai sekalian :( ين م ل ى ع ل ا بّ ر
alam.
54
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 41.
48
Pesan: Untuk itu, karuniakanlah kami kemampuan untuk menggali,
memobilisasi dan memanfaatkan segala potensi, peluang dan sumber
daya yang telah Engkau pendam di seluruh alam ini.55
Terkait dengan rahmat Allah yang melimpah di seluruh alam ini,
segala potensi dan sumber daya yang telah disediakan-Nya. Dalam hal ini
tercermin gambaran peradaban yang maju sangat luar biasa berlandaskan
ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, tetapi kemudian peradaban itu
redup bahkan hancur karena meninggalkan ajaran atau perintah Allah
melalui rasul-rasul-Nya. Karenanya, pantaslah jika menyampaikan pesan
yang terkandung dalam ayat ini agar diberi kemampuan untuk menggali,
memobilisasi dan memanfaatkan segala potensi peluang dan sumber daya
tetapi menuju sebuah peradaban yang terang dan benderang penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan sesuai dengan pedoman-
Nya.56
Ayat ketiga
Ar-rahman ( ن ى م ح لر ا ): Yang Maha Pengasih
Pesan: Karuniakanlah kami kemampuan menyerap sedikit saja sifat-Mu
yang Maha Rahmaan; kemampuan membawa rahmat pada sekalian alam.
Ar-rahim ( يم ح لر ا ): Lagi Maha Penyayang
55
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 42. 56
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 54.
49
Pesan: dan sifat-Mu yang Maha Rahiim; kemampuan
mengkonsolidasikan, mengorganisasikan dan membangun jaringan
ukhuwah seluruh potensi kaum Muslimin.
Didalam surah al-Fatihah, kata ar-Rahman ar-Rahim disebutkan
dua kali, satu di ayat pertama, dan kedua di ayat ketiga ini. Maksudnya,
Allah ingin memberikan penekanan tentang pentingnya ar-Rahman ar-
Rahim. Lebih dari itu, Allah hendak mengingatkan agar manusia lebih
sadar lagi bagaimana mewujudkan tujuan Islam yang membawa rahmat
bagi sekalian alam.57
Ayat keempat
Maliki yawm ad-din ( ”Penguasa di Hari “din :( ين لد ا م و ي ك ل ى م
Pesan: Engkaulah, ya Allah, yang akhirnya paling menentukan!
Karuniakanlah kami kemampuan membuat keputusan pada setiap saat,
setiap kesempatan, terutama pada saat-saat kritis yang paling
menentukan.
Maliki yawm ad-din, Allah yang Menguasai Hari ‘Din’, Hari
Pembalasan, atau Hari Perhitungan. Ayat ini memuat dua kata yang
maknanya perlu dibaca, direnungkan, dihayati dan diresapi ke dalam
jiwa. Petama, kata Malik, sang Penguasa, Penguasa Tunggal, Satu-
satunya Penguasa, Ia yang Maha Menguasai. Kedua, kata yawm ad-din,
Hari Perhitungan. Hari Pembalasan, Hari Penentuan, Hari Akhirat, dan
banyak lagi nama-nama lain untuk akhirat di dalam Al-Qur’an. Jadi,
57
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 56.
50
Maliki yawm ad-din, seperti diterjemahkan dan dikomentari para ahli
tafsir, berarti Allah satu-satunya Penguasa Hari Pembalasan, atau Raja
Hari Perhitungan.58
Ayat kelima
Iyyaka na’budu ( د ب ع ن اك ي إ ): Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah
Pesan: Hanya kepada Engkaulah, ya Allah, kami persembahkan segala
karya bakto kami ini, sebagai ibadah kami kepada-Mu.
Wa Iyyaka nasta’in ( ين ع ت س ن اك ي إ و ): Dan hanya pada Engkaulah
kami memohon pertolongan Pesan: Untuk itu, karuniakanlah kemampuan mengartikulasikan,
merancang strategi operasional, melaksanakan ikhtiar dan usaha ini,
sehingga berhasil maksimal dalam sistem takdir-Mu dan sistem Iradah-
Mu, karena Engkaulah, ya Allah, satu-satunya tempat memohon
pertolongan.
Iyyaka na’budu, hanya kepada-Mu kami beribadah. Hanya
kepada Engkaulah, ya Allah, kami persembahkan segala karya bakti
kami, sebagai ibadah kami kepada-Mu. Saat yang paling dekat bagi
seorang muslim dihadapan Allah adalah saat ia bersujud. Saat ia
meletakkan bagian tubuhnya yang paling dihormati, yaitu kepalanya, di
58
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 58.
51
tempat yang paling rendah, yaitu di atas tanah. Nabi saw. bersabda, “Saat
terdekat bagi seorang hamba dengan Rabnya adalah kala ia bersujud.”59
Ayat keenam
Ihdina ash-shirath al-mustaqim ( ت ق ي م د ن االص ر اط ال م س ( ا ه :
Tunjukkilah kami jalan yang lurus Pesan: Karuniakanlah kami hidayah (petunjuk)-Mu, ide, Ilham,
kesempatan setiap saat, kesempatan tidak terhingga, gerak hati manusia,
kesehatan, kepiawaian, kecerdasan, ketangkasan, kesabaran, keikhlasan,
ketawakalan, segala sumber daya yang kami perlukan untuk
melaksanakan ikhtiar dan usaha kami ini, sehingga berhasil maksimal
menuju jalan-Mu yang lurus.60
Dapat dipahami bahwa mencari hidayah menuju jalan yang lurus
adalah tujuan paling mulia dari paling utama dalam kehidupan manusia
dan seluruh hamba Allah yang beriman, bagaimana pun kondisi kaum
beriman tersebut. Oleh sebab itu, dari awal surah ini, Allah sudah
mengajarkan kepada para hamba-Nya cara terbaik untuk memanjatkan
doa kepada-Nya. Allah memerintahkan mereka untuk terlebih dahulu
memanjatkan puja dan puji kepada-Nya, memuliakan-Nya, lalu
beribadah kepada-Nya serta mentauhidkan-Nya. Kedua cara tesebut,
yakni menggunakan asma dan sifat Allah, serta penghambaan diri
kepada-Nya, nyaris menyebabkan doa tidak akan tertolak.61
59
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 75-76. 60
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 103. 61
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 114.
52
Disini kita memohon pertolongan Allah mengharapkan ada
kekuatan gaib yang kita percayai ada untuk memperoleh petunjuk
terhadap masalah-masalah riil keduniawian yang sedang kita tangani.
Karen itu, hidayag dapat berbentuk petunjuk, ide, Ilham, kesempatan
setiap saat, kesempatan tidak terhingga, gerak hati manusia, kesehatan,
kepiawaian, kecerdasan, ketangkasan, kesabaran, keikhlasan,
ketawakalan san segala sumber daya yang kita perlukan untuk
melaksanakan ikhtiar dan usaha yang sedang kita lakukan sehingga
berhasil maksimal menuju jalan Allah yang lurus itu.62
Ayat ketujuh63
Shirâth al-adzina an’amta ‘alaihim ( ( م ه ي ل ع ت م ع ن أ ين ذ ل ا ط ر ص : Yaitu jalan orang-orang yang Engkau anugerahkan nikmat pada
mereka.
Pesan: Karuniakanlah kami kemampuan meneladani perjuangan mereka
yang pernah Engkau karuniakan nikmat, para nabi, khususnya
Muhammad saw. yang telah menaklukkan kafir Mekah, membangun
masyarakat Madinah, meletakkan dasar-dasar Peradaban Manusia,
mengatur strategi Perang Badar, Uhud, Khandaq, Hunain, dan lain-lain.
Membangun sumber daya manusia, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman.
Ali, Abdurrahman bin Auf, dan lainnya, para Mujahid penegak
kebenaran-Mu.
62
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 115. 63
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 116-117.
53
Ghair al-maghdhûbi ‘alaihim ( م ه ي ل ع وب ض غ م ل ا ر ي غ ): Bukan
jalan mereka yang dimurkai.
Pesan: Bukan seperti jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang
Engkau murkai, sebagaimana Fir’aun, Qarun, Bal’am, dan sebangsanya.
Penganjur nafsu materialisme, Yahudisme, Sistem Ekonomi Ribawi,
kapitalisme dan imperialisme global, pengisapan sekelompok kecil
kapitalis pada sebagian besar umat manusia, berwujud pada ketimpangan
sosial dan global, permusuhan dan ketakutan.
Walâ al-dhâllîn ( ين ل ا لض ا ل و ): dan bukan pula jalan mereka yang
sesat Pesan: Dan bukan jalan seperti yang ditempuh oleh orang-orang yang
sesat, sebagaimana Abu Jahal, Abu Lahab, dan sebangsanya. Para kafir
pembangkang ajaran tauhid-Mu, yang meracuni pemikiran manusia
dengan sekularisme, atheisme, modernisasi, penikmatan hawa nafsu
sensual, hedonisme, pergaulan free sex, berwujud pada peruntuhan moral
yang merendahkan nilai-nilai kewanitaan dan kemanusiaan.
Amin: Perkenankanlah doa kami.
Ayat ini menerangkan ash-shirât al-mustaqîm yang bermakna
global namun definitif pada ayat sebelumnya. Jalan lurus yang diungkap
pada ayat sebelumnya kini diterangkan dan diperjelas dengan ayat shirât
al-ladzîns an’amta ‘alaihim, yakni bahwa jalan lurus tersebut adalah
jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang Engkau karuniai nikmat,
ghayr al-maghdhûbi ‘alaihim wa lâ al-dhallîn, bukan mereka yang
54
dimurkai dan bukan pula mereka yang menyesatkan, tersesat atau
disesatkan. Jadi, ayat ini menjelaskan tentang jalan lurus dan sejarah tiga
kelompok manusia yang berkiprah di dalamnya. Inilah satu ayat al-
Fatihah yang kalimatnya cukup panjang diibanding kalimat keenam dan
ayat lainnya, seakan hendak menunjukkan betapa besar porsi perhatian
yang diberikan Al-Qur’an tentang orang-orang yang diberi nikmat dan
yang dimurkai serta sesat, tentang sejarah mereka.64
Di dalam ayat ketujuh surah al-Fatihah ini, Allah swt. secara
eksplisit menjelaskan bahwa orang-orang yang diberi nikmat oleh-Nya
adalah mereka yang tidak dimurkai dan mereka yang tidak sesat.
Menurut sebagaian besar ahli tafsir, yang dimaksud dengan orang-orang
yang dimurkai adalah kaum Yahudi, sementara orang-orang yang tersesat
adalah kaum Nasrani. Muhammad Amin asy-Syanqithi di dalam Adhwâ’
al-Bayân menjelaskan, kemurkaan menjadi hak khusus kaum Yahudi,
meskipun kaum Nasrani juga dimurkai Allah. Kaum Yahudi dimurkai
karena telah mengetahui kebenaran dan mengingkarinya. Mereka pun
melakukan perbuatan batil secara terang-terangan. Itu sebabnya mereka
dikenal sebagai kaum yang dimurkai, sementara kaum Nasrani dikenal
sebagai kaum yang sesat.65
Dalam surah ini terdapat uraian tentang:
1. Tauhid, yang dikandung oleh ayat-ayatnya yang pertama dan kedua:
al-Hamdu lillah Rabbi al-‘Alamin dan ar-Rahman ar-Rahim.
64
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 117-118. 65
Prof. Dr. M. Amin Aziz, The Power of Al-Fatihah, h. 125.
55
2. Keniscayaan Hari Kemudian, yang dikandung oleh ayatnya yang
keempat: Maliki Yaum ad-Din.
3. Ibadah yang seharusnya hanya tertuju kepada Allah SWT.
dikandung oleh ayat: Iyyaka na’budu.
4. Pengakuan tentang kelemahan manusia dan keharusan meminta
pertolongan hanya kepada-Nya dalam ayat: Wa iyyaka nasta’in dan
Ihdina ash-shirath al-mustaqim.
5. Keanekaragaman manusia sepanjang sejarah menghadapi tuntunan
Ilahi: ada yang menerima, ada yang menolak setelah mengetahui,
dan ada juga yang sesat jalan, yaitu yang dikandung oleh ayat:
Shiratha al-ladzina an’amta ‘alaihim ghair al-maghdhubi ‘alaihim
wa la adh-dhallin.
Tauhid, keniscayaan Hari Kemudian, dan keikhlasan beribadah
adalah dasar-dasar pokok ajaran al-Qur’an. Sedangkan uraina yang
terdapat dalam surah-surah lain tentang alam, manusia, dan sejarah
merupakan cara-cara yang ditempuh oleh al-Qur’an untuk mengantar
manusia meraih, menghayati, dan mengamalkan persoalan-persoalan
pokok itu.66
3. Manfaat Surat Al-Fatihah
Nabi Muhammad SAW. menjelaskan bahwa Al-Fatihah
merupakan prasyarat sahnya shalat seseorang ketika melakukan ibadah
66
M. Quraish Shihab, , Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-
Qur’an, h. 5.
56
shalat fardhu. Dari Basmalah hingga ayat kalimat kita mendapatkan
dimensi ketuhanan di dalamnya, dan kita pun mendapatkan dimensi
kemanusiaan ketika kita membacanya dari ayat kelima hingga ketujuh.
Dimensi ketuhanan (ruh ilahiyyah) merupakan sumber kekuatan pribadi
manusia. Jika seorang konsisten untuk mengaktualisasikan Asma’ Allah
al-Husna (nama-nama Allah yang super prima) sebagai sumber inspirasi
segala perilakunya, maka ia akan meraih kesempurnaa yang
didambakan.67
Surah Al-Fatihah adalah “mahkota tuntunan Ilahi”. Ia adalah
‘Ummul Quran’ atau ‘Induk Al-Qur’an’. Satu riwayat menyatakan bahwa
Al-Fatihah sesuai dengan niat pembacanya. Maksudnya, apa tujuan Anda
membaca Al-Fatihah, maka dengan keberkatannya, Insya Allah, Allah
akan mengabulkannya. Jika niat dan tujuan membaca surah Al-Fatihah
ingin kaya lahir dan batin, dengan keberkatannya, insya Allah, Allah
akan mengabulkan niat, tujuam, dan apa yang dminta. Jika niat dan
tujuan membacanya ingin sehat lahir dan batin, dengan keberkatannnya,
insya Allah, Allah akan mengabulkan niat dan tujuan tersebut. Bukankah
Al-Fatihah juga dinamai dengan al-Kanz (perbendaharaan), al-Kaafiyah
(yang mencukupi), dan asy-Syaafiyah (penyembuh)? Bukankah
Rasulullah telah bersabda, “Al-Fatihah yang merupakan pembuka al-
Qur’an adalah obat dari segala penyakit.” (HR. Baihaqi). Rasulullah
telah menegaskan tentang keagungan surah ini. Beliau bersabda, “Demi
Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, Allah tidak
67
M. Quraish Shihab, , Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-
Qur’an, h. 7 dan 9.
57
menurunkan di dalam Taurat, Injil, maupun Zabur dan al-Qur’an suatu
surah seperti as-Sab’u al-Matsaani, yakni surah al-Fatihah.” (HR.
Tirmidzi)68
Pada zaman Rasulullah SAW. surat Al-Fatihah pernah digunakan
untuk mengobati seseorang yang sedang sakit parah karena disengat
kalajengking, sebagaimana riwayat yang telah masyhur dalam suatu
riwayat hadits shahih, bahwa surat Al-Fatihah pernah dibacakan ketika
para sahabat Rasulullah SAW. mencoba untuk menyembuhkan orang
yang terkena sengatan kalajengking. Meriwayatkan sebuah
peristiwa yang diceritakan dan dialami oleh sahabat Nabi Muhammad
SAW., Abu Sa’id Al-khudri, bahwa sekelompok sahabat Nabi SAW.
berkunjung kesebuah perkampungan dan menemukan pemuka kampung
sedang terluka. Kemudian salah satu di antara sahabat Nabi SAW.
membacakan surah Al-Fatihah kepada seseorang yang sedang terluka dan
ia merasakan kesembuhan. Hal ini merupakan salah satu manfaat surat
Al-Fatihah untuk penyembuh atas izin Allah SWT. pada masa Rasulullah
SAW. 69
Apabila dikaji dari penjelasan beberapa para ulama Islam, maka
terdapat beberapa khasiat dan atau manfaat yang dapat diperoleh ketika
seseorang banyak membaca surat Al-Fatihah sebagai dzikirnya, yaitu:
68
Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi Dalimunthe, Dasyatnya Do’a & Dzikir
(Jakarta: QultumMedia, 2008), h. 237-238. 69
www.islam-institute.com, “Khasiat membaca surat Al-Fatihah,” artikel diakses pada
30 Juni 2016 dari http://www.islam-institute.com/khasiat-membaca-surat-al-fatihah-bisa-untuk-
penyembuhan/
58
1. Dengan membaca Surat Al-Fatihah setelah beramal kebaikan
maka amal kebaikan orang tersebut diterima oleh Allah SWT.
2. Dengan banyak membaca surat Al-Fatihah, seluruh dosanya
yang ada di dunia diampuni
3. Dengan banyak membaca surat Al-Fatihah akan selamat dari
api neraka yang sangat panas.
4. Dengan banyak membaca surat Al-Fatihah akan terhindar dari
murka Allah SWT.
5. Dengan banyak membaca surat Al-Fatihah, kelak akan mampu
berjumpa dengan Allah SWT. di akhirat.
6. Dengan banyak membaca surat Al-Fatihah akan terbebas dari
azab kubur ketika mereka berada di alam kubur nanti.
7. Akan mendapat derajat yang lebih tinggi dibanding mereka
yang tidak membaca, ketiksa di surga.
8. Keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Fatihah sebelum
tidur akan membuat seseorang aman dari segala hal, kecuali
kematian.
9. Rumah yang sering dibacakan surat Al-Fatihah dan surat Al-
Ikhlas akan bebas dari kefakiran, serta akan berlimpah
kebaikan. Membaca Al-Fatihah seakan-akan sudah
menyedekahkan emas di jalan Allah.
10. Satu ayat dari surat Al-Fatihah menutup satu pintu neraka bagi
orang tersebut.
59
11. Membaca surat Al-Fatihah dengan ayat kursi dan dua ayat surat
Ali Imran ketika selesai shalat akan dibalas dengan surga.
12. Manfaat membaca surat Al-Fatihah, kita seakan telah membaca
kitab injil, zabur, taurat, Qur’an, suhuf Ibrahim, dan suhuf Idris
sebanyak tujuh kali.
Adapun alasan lainnya dimana seorang Muslim dianjurkan untuk
membaca Al-Fatihah di sepanjang hidupnya dikarenakan surat Al-Fatihah
ini mempunyai banyak petunjuk secara langsung ditujukan umat Muslim
untuk melancarkan segala urusan di dunia dan di akhirat. Adapun hal
tersebut diperoleh lewat pengkajian yang mendalam pada surat Al-Fatihah
ini secara khusus. Di samping itu, karena ini pula banyak sekali para
ulama yang sudah menerbitkan kitab khusus yang membahas tentang
kandungan surat Al-Fatihah, sebab ternyata ada banyak sekali manfaat dan
keutamaan yang dapat di ambil dalam surat Al-Fatihah.
Dalam “Tata Cara Pengobatan Nabi Muhammad SAW.”, Ibnul
Qayyim al Jauziyah memberi penjelasan beberapa manfaat dari surat Al-
Fatihah adalah sebagai berikut:70
1. Surat Al-Fatihah melingkupi semua manfaat dari semua kitab
Allah dan tercantum Nama-nama Allah dan sifat-sifatnya yang
berlandasan, yaitu Allah, Rabb, ar-Rahim, dan ar-Rahman.
70
www.islam-sejati.com, “Masya Allah Manfaat Surah Al-Fatihah,” artikel diakses pada
30 Juni 2016 dari http://www.islam-sejati.com/2016/04/masya-allah-manfaat-surah-al-
fatihah.html
60
2. Surat Al-Fatihah mencakup penetapan terkait akhirat,
penegasan tauhid, dan butuhnya seorang hamba kepada Allah
dalam memohon pertolongan dan petunjuk.
3. Surat Al-Fatihah yakni doa yang paling utama, dan paling
bermanfaat. Doa ini sering dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya,
sebagai bentuk permohonan supaya diberikan jalan yang benar,
maksudnya jalan yang mengandung tauhid, pengetahuan, dan
penghambaan manusia kepada Sang Pencipta dengan
sempurna.
4. Di dalam surat Al-Fatihah ada tiga golongan manusia.
a. Golongan pertama yaitu manusia yang diberi nikmat; tahu
tentang kebenaran, mencintai, mengamalkan, dan
menghargai nikmat itu.
b. Golongan kedua yaitu manusia yang dimurkai Allah; dia
yang menyimpang kebenaran padahal mengetahuinya.
c. Golongan ketiga yaitu manusia sesat; yakni yang tidak
mengetahui tentang kebenaran dan tidak mau mencarinya.
5. Terdapat makna terkandung di dalam surat Al-Fatihah.
a. Pembenaran qadar dan syara’
b. Nama dan sifat-sifat Allah SWT.
c. Tempat kembali dan nubuwat
d. Pensucian jiwa
e. Perbaikan qolbui
f. Penyebutan kebaikan Allah SWT.
61
g. Penolakan terhadap semua pelaku bid’ah dan pelaku
kebatilan.
6. Surah Al-Fatihah dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit dan bisa juga digunakan untuk ruqyah bagi orang-
orang yang terkena sengatan.
7. Surat Al-Fatihah juga salah satu sebuah hidayah yang bisa
diberikan segala kenikmatan dan menolak segala bentuk
kemurkaan.
Surat Al-Fatihah juga dinamakan dengan “Asy-Syifa” yang artinya
Penyembuh. Seorang sahabat Rasulullah SAW. pernah mengobati orang
yang sakit tersengat racun dengan surat ini atas izin Allah SWT.
diriwayatkan dari Abu Said Al-Hudri r.a: Sesungguhnya beberapa orang
dari sahabat Nabi SAW datang pada suatu desa orang Arab dan penduduk
desa tersebut tidak menyambutnya, ketika itu kepada desa mereka
tersengat binatang beracun, mereka bertanya: “Apakah kalian bisa
mengobati?” sabahat menjawab: “Karena kalian tidak menjamu kami,
kami bisa mengobati kalian dengan imbalan upah bagi kami”. Maka
mereka menjanjikan imbalan kambing. Kemudian sahabat tersebut
membacakan Ummul Qur’an (Al-Fatihah), dan ia mengumpulkan
ludahnya dan meludahi (luka yang tersengat). Maka pimpinan desa itu
sembuh dan memberikan imbalan kambing. Para sahabat itu mengatakan:
“Kami tidak mengambilnya sebelum bertanya kepada Rasulullah SAW.”
Maka kami bertanya kepada Nabi SAW. dan beliau tertawa. Dan Nabi
62
bersabda: “Bagaimana kau tau bahwa surah Al-Fatihah sebagai
penyembuh? Ambillah imbalannya dan berilah aku bagian.”71
Surat Al-Fatihah merupakan surat mulia yang terdiri dari tujug ayat
berdasarkan konsensus kaum muslimin. Dinamakan surat Al-Fatihah
(pembuka) karena kedudukannya sebagai pembuka semua surah yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Ia diletakkan pada lembaran awal untuk
menyesuaikan urutan surah dan bukan berdasarkan urutan turunnya.
Membaca surat Al-Fatihah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam kehidupan sehari-hari, karena di setiap raka’at shalat, surat ini
selalu dibaca. Shalat menjadi tidak sah jika tidak membaca surat Al-
Fatihah. Dengan tujuan untuk menyembah Allah maka beliau telah
menciptakan bacaan atau doa untuk segala aktivitas maupun dalam segala
kegiatan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Surat Al-Fatihah banyak memiliki pelajaran yang berharga. Surat
yang hanya terdiri dari tujuh ayat ini telah merangkum berbagai prinsip
dan pendoman yang diajarkan dalam ajaran Islam. Surat yang wajib
dibacakan setiap mengerjakan sholat. Di dalam surat ini, Allah SWT.
memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Allah SWT.
mengajarkan kepada hambanya untuk bergantung dan berharap kepada-
Nya, cinta dan takut kepada-Nya. Allah SWT. menunjukkan kepada
hamba-Nya jalan yang akan mengantarkan mereka menuju kebahagiaan.
71
www.dakwatuna.com, “Keagungan Surah Al-Fatihah,” artikel diakses pada 30 Juni
2016 dari http://www.dakwatuna.com/2015/03/13/65667/keagungan-surat-al-
fatihah/#axzz4D32puw00
63
Adapun faedah dari surat Al-Fatihah dengan merujuk kepada Al-
Qur’an, As-Sunnah, serta keterangan para ulama salaf, sebagai berikut:72
1. Kewajiban untuk mencintai Allah SWT.
Di dalam kandungan surat Al-Fatihah pada ayat
‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’ terkandung
Mahabbah/kecintaan. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
menjelaskan, “Di dalam ayat tersebut terkandung kecintaan,
sebab Allah adalah Yang memberikan nikmat, sedangkan Dzat
yang memberikan nikmat itu dicintai sesuai dengan kadar
nikmat yang diberikan olehnya.
2. Kewajiban untuk berharap kepada Allah SWT.
Di dalam ayat ‘ar-Rahman ar-Rahim’ terkandung
roja’/harapan. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
mengatakan, “Di dalam ayat tersebut terkandung roja’.”
Harapan merupakan energi yang akan memacu seorang insan.
Dengan masih adanya harapan di dalamnya dirinya, maka ia
akan bergerak dan melangkah, berjuang, dan berkorban. Dia
akan berdoa kepada Allah SWT.
3. Kewajiban untuk takut kepada Allah
Di dalam ayat ‘Maaliki yaumid diin’ terkandung ajaran untuk
merasa takut kepada hukuman Allah SWT. Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab mengatakan, “Di dalamnya terkandung
khauf/rasa takut. Dengan adanya rasa takut inilah, seorang
72
www.muslim.or.id, “Sembilan faedah Surah Al-Fatihah,” artikel diakses pada 30 Juni
2016 dari https://muslim.or.id/647-sembilan-faedah-surat-al-fatihah-1.html
64
hamba akan menahan diri dari melanggar aturan-aturan Allah
SWT. Dengan adanya rasa takut inilah, seorang hamba akan
rela meninggalkan sesuatu yang disukainya karena takut
terjerumus dalam larangan dan kemurkaan-Nya. Sebab pada
hari kiamat nanti manusia akan mendapatkan balasan atau
amal-amalnya di dunia. Barangsiapa yang amalnya baik, maka
baik pula balasannya, dan barangsiapa yang amalnya buruk,
maka buruk pula balasannya.
4. Kewajiban untuk mentauhidkan Allah
Di dalam ayat ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ terkandung
ajaran untuk mentauhidkan Allah SWT. Syaikh as-Sa’di
menjelaskan kandungan ayat ini, “Maknanya adalah: Kami
mengkhususkan ibadah dan isti’anah hanya untuk-Mu…”
Inilah hakikat ajaran Islam yaitu mempersembahkan segala
bentuk ibadah kepada Allah semata. Karena tujuan itulah Allah
menciptakan jin dan manusia. Untuk mendakwahkan itulah
Allah mengutus para nabi dan rasul kepada umat manusia.
Dengan ibadah yang ikhlas itulah seorang hamba akan bisa
menjadi sosok yang bertakwa dan mulia di sisi-Nya.
5. Kewajiban untuk bertawakal kepada-Nya
Hal ini terkandung di dalam potongan ayat ‘wa iyyaka
nasta’in’. Karena kita meyakini bahwa tidak ada yang
menguasai kemanfaatan dan kemadharatan kecuali Allah, tidak
ada yang mengatur segala sesuatu kecuali Dia, maka
65
semestinya kita pun bergantung dan berharap hanya kepada-
Nya. Kita tidak boleh meminta pertolongan dalam perkara-
perkara yang hanya dikuasai oleh Allah kepada selain-Nya.
66
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Trans TV
1. Sejarah Berdirinya PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)
Televisi Transformasi Indonesia atau Trans TV merupakan sebuah
stasiun televisi swasta Indonesia yang dimiliki oleh TRANS CORP dan
dimiliki oleh CT CORP. Trans TV mulai mengudara secara resmi pada 15
Desember 2001 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan
tim antar departemen pemerintah pada Oktober 1998. Trans TV
merupakan stasiun televisi swasta ke-8 yang memperoleh ijin mengudara
secara nasional di Indonesia. TRANS TV bersama TRANS7 dan
Detikcom di bawah payung TRANSMEDIA, diharapkan dapat menjadi
televisi terdepan di Indonesia, dengan program-program in-house
production yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif. Format acara
siaran televisi ini sama pada umumnya siaran televisi swasta, yakni
dengan format produksi yang bervariasi seperti news, infotainment, film,
dan drama.
Trans TV mulai mengudara secara teknik pada Oktober 2001 di
wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi dengan pola teknik selama
beberapa jam perhari. Program yang disiarkan Trans TV bertajuk Trans
Tune-in yang dikemas dengan gaya radio, yaitu dua pembawa acara
menyuguhkan rangkaian video klip serta membawakan kuis interaktif
67
guna memikat calon penonton dan memperkenalkan Trans TV pada
masyarakat. Kemudian pada Desember 2001 Trans Tune-in berganti nama
menjadi Transvaganza, seiring dengan bertambahnya jam siaran Trans TV.
Pada dasarnya siaran Trans TV menganut konsep general
entertainment, sehingga permirsa bisa menikmati berbagai tayangan
hiburan drama maupun nondrama, serta tayangan berita. Pada tahun
pertama berdirinya Trans TV, 50% tayangan Trans TV berasal dari produk
lokal dan 50% berasal dari luar negeri. Kemudian, pada tahun kedua
proporsi produk lokal bertambah menjadi 70% dan sisanya merupakan
produk luar negeri. Dan di akhir 2005, Trans TV telah memperkuat semua
lini dengan produk in house. Menurut catatan, 67% acara TV merupakan
produk in house.
2. Visi, Misi dan Tujuan Trans TV
a. Visi
Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun Asia Tenggara,
memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan
program-program berkualitas berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral
budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja dan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta
kecerdasan masyarakat.
68
b. Misi
Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta
mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-
nilai demokrasi.
c. Tujuan
Trans TV adalah semangat yaitu semangat untuk melakukan
transformasi secara institusi dan secara ideologi. Ideologi Trans TV adalah
meningkatkan kecerdasan bangsa untuk menjadi sejahtera. Karena yang
hendak di transform ialah bangsa yang besarm bangsa yang complex
permasalahannya, diperlukan institusi yang kokoh, berkemampuan tinggi
dan berkapasitas guna mengajak bangsa untuk berubah. Oleh karena itu,
institusi Trans TV dijalankan oleh orang-orang muda yang cerdas,
berdisiplin tinggu dan bersemangat. Di ikat oleh budaya goog corporate
governance, kreatif, inovatif, dan kerja keras.
d. Slogan “Milik Kita Bersama”
Menurut Ishadi SK yang merupakan Komisaris Trans TV, slogan
yang baik adalah yang mudah diingat dan menyentuh. Sasaran kehadiran
slogan pun dibagi menjadi dua, yang pertama membuat image yang kuat
dan melekat dihati penonton. Yang kedua, Trans TV akan banyak
mengadakan off-air di Jakarta, Surabaya. Dalam off-air pun akan
dilengkapi dengan slogan Trans TV “Milik Kita Bersama.” Slogan Trans
TV menyesuaikan dengan sasaran penonton. Menurut management, target
pasarnya merupakan kelas ekonomi menengah ke atas. Arti dari slogan
69
“Milik Kita Bersama” yaitu produk Trans TV merupakan milik bersama
para penontonnya.
3. Logo Trans TV
Gambar 1 Logo Trans TV
Logo yang dimiliki Trans TV mengalami perubahan, seperti yang
kita liat saat ini. Jika logo trans TV sebelumnya berbentuk ‘Berlian’ yang
menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya merefleksikan
kehidupan serta adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia
sebagai simbol pantulan kehidupan dan budaya masyarakat Indonesia.
Tipe huruf yang digunakan ialah serif, mencerminkan karakter abadi dan
klasik, namun akrab serta mudah dikenali. Berikut ini merupakan logo
Trans TV sebelumnya.
Pada 15 Desember 2013 TRANSMEDIA me-launching logo baru
bersamaan dengan ulang tahun TRANSMEDIA yang ke-12. Logo Trans
TV dengan simbol “Diamond A” ditengah kata TRANS TV merefleksikan
kekuatan dan semangay baru yang diharapkan dapat memberikan inspirasi
bagi semua orang yang ada di dalamnya, agar dapat menghasilkan sebuah
70
karya yang gemilang, dan memiliki keunikan tersendiri, serta memiliki
jiwa kepemimpinan yang kuat
Makna warna dari logo Trans TV yang dipadukan dengan
campuran warna kuning, hijau, biru, dan ungu dengan maksud untuk me-
refresh logo lama yang hanya didominasi warna biru. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam logo Trans TV berupa gambaran kekuatan,
keabadian, kebaruan, kemewahan dan kreatifitas yang tercermin dalam
program baru yang lebih fenomenal untuk menghibur dan memenuhi
kebutuhan masyarakat sebagai khalayak penontonnya. Perubahan pada
logo Trans TV sebagai corporate identity masih mempertahankan bentuk
berlian, namun visualisasinya berubah dari fokus terhadap bentuk menjadi
lebih tertuju pada esensi berupa warna dan kilauan berlian yang
merepresentasikan keragaman karakter maupun program Trans TV sesuai
dengan keberagaman yang ada di Indonesia.1 Beriku ini merupakan logo
baru Trans TV.
Setiap warna memiliki makna dan filosofinya, dimana warna
kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang berbinar dan
hasil alam nusantara sekaligus melambangkan optimisme masyarakat
Indonesia. Warna hijau menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang
hijau, subur, serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa. Warna biru
melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru serta menggambarkan
kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang handal dan memiliki
harapan tinggi. Dan rangkaian warna ungu yang menggambarkan
1 www.transtv.co.id, “TRANS TV – Milik Kita Bersama,” artikel diakses pada 27 Februari
2016 dari www.transtv.co.id
71
keagungan dan kecantikan budaya dan seni bangasa Indonesia yang selalu
dipuja dan dihargai sepanjang masa. Semua rangkaian warna mengandung
makna cerita di dalamnya, menyatu dengan serasi dan membentuk simbol
yang utuh, kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk “A”, sehingga
bisa dipahami makna dari logo baru TRANSMEDIA ini menjadi tanda
yang menyuarakan sebuah semangat dan perjuangan untuk mencapai
keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa
mendatang.2
Gambar 2 Logo Trans TV
4. Struktur Organisasi Trans TV
1. Komisaris Utama : Chairul Tanjung
2. Komisaris : Chairul Tanjung
Ishadi S.K
3. Direktur Utama : Atiek Nur Wahyuni
4. Direktur FRM & Corporate Services : Warnedy
5. Direktur Sales & Marketing : Atiek Nur Wahyuni
6. Kepada Divisi Corporate Services : Latif Harnoko
7. Kepala Divisi News : Gatot Triyanto
8. Kepala Divisi Finance : Hannibal K. Pertama
2 www.transtv.co.id
72
9. Kepala Devisi Facilities Services : Latif Harnoko
10. Kepala Divisi Sales & Marketing : Arnie Yuliatiningsih
11. Kepala Divisi Promotion : Tedja Andarwan
12. Kepala Divisi Marketing PR : A. Hadiansyah Lubis
13. Kepala Divisi Production : Gina Mayangsari
Emil Syarif
14. Kepala Divisi Film, Drama & Sport : Emilka
B. Sejarah Singkat Program Berita Islami Masa Kini
1. Profil Program Berita Islami Masa Kini
Program Berita Islami Masa Kini atau biasa disingkat BERIMAN
merupakan program yang tayang di Trans TV pertama kali pada 9 Mei
2014 yang tayang setiap Senin sampai Jumat pukul 17.15 WIB yang
dibawakan oleh dua presenter secara bergantian, diantaranya Zaskia Adya
Mecca, Zeezee Shahab, Syahrul Gunawan, dan Teuku Wisnu.
Program acara “Berita Islami Masa Kini” dihadirkan sesuai dengan
nama program tersebut. Program ini menyajikan berbagai permasalah-
permasalahan Islam Modern yang terjadi saat ini dikupas tuntas dalam
program BERIMAN yang tentunya sangat memberikan manfaat bagi
masyarakat umum khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam.
73
2. Visi, Misi dan Tujuan Program Berita Islami Masa Kini
a. Visi
Menjadi televisi keluarga yang bernuansa religius dalam kemasan
acara yang berkualitas, edukatif, cerdas, dan menghibur serta menjadi
sumber inspirasi untuk hidup seimbang.
b. Misi
1) Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat melalui
tayangan yang berkualitas baik dari sisi konten acara maupun sisi
teknis (gambar dan suara).
2) Menyajikan berbagai program acara yang berorientasi pada perbaikan
akhlak dan moral bangsa, dengan tetap memperhatikan
keanekaragaman budaya, pendidikan, sosial, agama, ekomoni dan
teknologi, yang dimiliki dan atau dibutuhkan masyarakat Indonesia.
c. Tujuan
1) Menumbuhkan semangat dan kecintaan kaum muslimin terhadap Al-
Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman generasi terbaik.
2) Membentengi akidah kaum muslimin dari hal-hal yang dapat
merusaknya.
3) Menyampaikan dakwah Islam dengan hikmah dan bijaksana serta tidak
menggurui.
4) Memberdayakan pengusaha-pengusah multimedia, rumah produksi,
rumah kreatif, industri kreatif, baik kecil maupun menengah untuk ikut
ambil bagian.
74
3. Struktur Organisasi Program Berita Islami Masa Kini
1. Kepada Divisi Produksi : Emil Syarif
2. Executive Producer : Zudaris Elfira
3. Associate Producer : Rini Tora
4. Creative : Novita Nita
Fadila
Refika Meina Twentiwana
Anantia Sentina
5. Production Assistant : Muhammad Meikhdem Itsna F.
Reynaldo Gautama
Surahma A. Muthi
Firmansyah
75
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Makna Pemahaman dalam Pengamalan surah Al-Fatihah
pada Program Berita Islami Masa Kini
Pada tanggal 1 September 2015 program acara Berita Islami Masa
Kini Trans TV mendapat kritikan dari netizen terkait pernyataan yang
dilontarkan oleh kedua presenter Teuku Wisnu dan Zaskia Mecca pada
episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah.”
Pernyataan yang diucapkan oleh kedua presenter tersebut yang secara
tidak langsung mengatakan bahwa mengirimkan surat Al-Fatihah untuk
orang yang sudah meninggal adalah perbuatan bid’ah karena Rasulullah
sendiri tidak pernah mengajarkannya. Di Indonesia mengirimkan surat Al-
Fatihah untuk orang sudah meninggal merupakan sebuah tradisi dan sudah
membudaya bagi sebagian masyarakat, wajar saja jika hal tersebut menjadi
sebuah perdebatan di masyarakat terkait dengan kesalahpahaman dalam
mengamalkan surat Al-Fatihah.
Penulis menggunakan teori Semiotika Sosial milik Halliday
dengan konsep bahasanya yang mengatakan bahwa bahasa adalah
semiotika sosial yang berarti menafsirkan bahasa dalam konteks
sosiokultural. Dalam teorinya Halliday menekankan pada konteks sosial
yang memiliki tiga unsur yakni medan wacana (field of discourse), pelibat
wacana (tenor of discourse), dan sarana wacana (mode of discourse).
Ketiga unsur tersebut digunakan untuk mengamati makna teks pada
76
episode 1 September 2015 “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan Surat
Al-Fatihah” pada program acara Berita Islami Masa Kini Trans TV.
Tabel 4
Temuan data
No. Narasi Gambar
1. Apa yang salah dalam surat Al-
Fatihah. Mendengar lantunan
dari surat al-fatihah memang
selalu membuat hati kita
teringin dan juga merasa kecil
dihadapan Allah SWT,
meskipun kita sudah
menghafalnya di luar kepala
tapi tetap saja selalu membuat
kita merinding. Bagaimana
tidak surat Al-Fatihah
merupakan surat yang berada
di paling awal dalam Al-
Qur’an bahkan selalu dibaca
sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu.
Mengerjakan sholat pun jika
tidak membaca surat yang satu
ini maka sholat kita tidak sah,
karena itulah kita merasa
betapa pentingnya surat ini.
2. Pemirsa, lain surat maka lain
pula kesalahan dalam
mengamalkannya, seperti yang
terjadi pada surat Al-Fatihah.
Surat ini bukan lagi surat yang
asing, karena hampir setiap
muslim pasti sudah hafal
dengan surat ini, lalu apa yang
salah pada surat tersebut? Dan
inilah penjelasannya dari tim
Berita Islami Masa Kini
77
No. Narasi Gambar
3. Mengenai keistimewaan dari
surat al-fatihah memang sudah
tidak diragukan lagi
dibandingkan dengan surat-
surat lainnya. Selain itu ada
orang yang beranggapan
bahwa surat Al-Fatihah adalah
surat rukyah, mengapa? Karena
jika surat itu dibacakan ke
orang yang sedang sakit maka
InsyaAllah ia akan sembuh.
Sebagaimana kisah Rasulullah
SAW, ketika itu beliau
membacakan al-fatihah kepada
orang yang disengat, kemudian
beliau bersabda: “Tidakkah
engkau tau bahwa ia adalah
rukyah”.
4. Begitu bagus keutamaan dari
surat al-fatihah ini namun
sangat disayangkan, sebagian
orang salah dalam
mengamalkan surat Al-Fatihah.
Dengan munculnya salah satu
keutamaannya tersebut, mereka
justru menciptakan hal-hal
yang baru dalam beberapa
kesempatan yang
mengatasnamakan surat Al-
Fatihah. Jika kita memahami,
sesungguhnya kita
diperintahkan untuk mengikuti
petunjuk Rasulullah SAW
sebagaimana beliau bersabda:
78
No. Narasi Gambar
5. “Siapa yang mengada-adakan
hal baru dalam urusan kami ini
(Islam) yang bukan darinya,
maka dia tertolak.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim). Ya,
itulah manusia jika ada sedikit
kesempatan yang berhubungan
dengan duniawi, maka lupa
urusan akhiratnya.
6. Dan tidak hanya itu, pemirsa
masih ada beberapa kesalahan
lain yang terjadi dalam
mengamalkan surat Al-Fatihah.
Semakin banyak kesalahan
yang terjadi, tidak sadar kita
menjadi percaya bahwa hal
yang salah menjadi benar
adanya. Sehingga tak ayal jika
kita memberitahu yang benar,
justru malah disangka itu
hanya sebuah kebohongan
orang, supaya kita tidak
mengikuti lagi. Kesalahan
dalam mengamalkan surat al-
fatihah diantaranya yaitu:
7. Mengirimkan Al-Fatihah untuk
orang yang sudah tiada. Sering
kali jika ada sanak saudara
kita yang meninggal/diberikan
mimpi bertemu dengan
keluarga yang telah tiada
berarti itu pertanda mereka
minta dikirimi surat Al-
Fatihah, anggapan masyarakat
seperti itu kurang benar, karena
Rasulullah SAW sendiri tidak
pernah menganjurkan kita
untuk ibtida atau menciptakan
perkara ibadah baru.
79
No. Narasi Gambar
8. Rasulullah hanya
menganjurkan untuk
memohonkan ampun untuk
sang mayit, sebagaimana sabda
beliau: “Mintakan ampun
untuk saudaramu dan
mohonkan keteguhan untuknya
karena sekarang ia ditanya”
(HR. ABU DAWUD
SHAHIH).
9. Ketika akan melamar, sering
kita temukan ada orang yang
membacakan surat Al-Fatihah
dan percaya kalau itu
merupakan sebagian dari
proses lamaran, padahal
sebenarnya anggapan itu tidak
ada dan tidak benar, hadits dari
Rasulullah SAW pun tidak ada
yang menjelaskan mengenai
hal tersebut. Sesungguhnya
lamaran hanya merupakan
perjanjian atau kesepakatan
untuk melangsungkan akad
nikah, karena seorang wanita
masih jadi sebagai orang lain
sampai dilangsungkan akad
nikah, maka barulah wanita itu
menjadi istinya yang sah.
10. Menutup Sholat dan Do’a
dengan membawa surat Al-
Fatihah memang bukan sebuah
kesalahan, hanya saja
Rasulullah SAW dan para
sahabat tidak memberikan
contoh seperti itu. Sehingga
ada baiknya kalau memang
mau membaca surat Al-Fatihah
tidak perlu meneriakkannya
tetapi langsung saja dari pihak
masing-masing.
80
No. Narasi Gambar
11. Permirsa berita islami masa
kini, kesalahan yang terjadi
dalam mengamalkan di surat
Al-Fatihah terkadang ada yang
sudah menjadi kebiasaan dari
diri sebagian orang, namun
sebagai umat muslim tentunya
kita harus dapat memahami
kalau semua itu tidak benar,
karena Rasulullah SAW sendiri
tidak mengajarkannya kepada
umatnya, dan kita sebagai
hamba Allah SWT yang taat
sebaiknya menaati itu. Tapi
jika tetap ingin melakukannya
kita kembalikan lagi pada
niatnya, karena segala sesuatu
yang berhubungan antara Allah
dengan hambanya hanya Allah
Ta’ala yang berhak
mengetahuinya Wallahualam
bisawaf.
12. Zaskia Mecca: “Baik pemirsa,
ini bener-bener pembahasan
yang sangat penting dan
menarik buat saya, karena terus
terang saya baru tahu sekarang
kalau yang namanya Al-
Fatihah, saya sering banget
membacakan surat Al-Fatihah
untuk orang-orang yang sudah
meninggal biasanya habis
shalat tapi ternyata Rasulullah
tidak menjalankannya, nu.”
Teuku Wisnu: “Nah itu dia
poin yang paling penting
sebenarnya yang harus kita
tekankan adalah ada dua syarat
diterimanya amalan oleh Allah
Ta’ala. Yaitu yang pertama
ikhlas, dan yang kedua sesuai
dengan anjuran Rasulullah
SAW
81
No. Narasi Gambar
13. Teuku Wisnu: Nah ini dia
ketika ada yang menyampaikan
sesuatu kita harus tanya “dulu
ada dalilnya atau nggak begitu
ya?” Nah ini juga hak kita
sebagai para jamaah misalnya
berdiri di suatu majelis dengan
ustadz, ya ustadz kalau
membaca Al-Fatihah setelah
eh.. ada untuk mengirim untuk
orang yang meninggal ataupun
setelah shalat baca Fatihah dan
kita ada punya hak untuk
bertanya kepada ustadz, ustadz
afwan kira-kira ada dalilnya
begitu?”
Zaskia Mecca: Dalilnya apa.
14. Teuku Wisnu: Nah balik lagi
supaya kita menuntut ilmu, kan
menuntut ilmu wajib ya, dan
ini menjadikan kita sebagai
seorang muslim dan muslimah
yang semakin berilmu dan
bertaqwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.”
Zaskia Mecca: “Betul sekali,
jangan sampai ketika
melakukan sesuatu dengan niat
yang baik tapi justru kita malah
melakukan bid’ah, itu kan
ngeri banget.”
1. Medan Wacana (Field of Discourse)
Surat Al-Fatihah merupakan surat pembuka di Al-Qur’an.
Semua umat Muslim tentu sudah menghafalnya diluar kepala, karena
surat ini merupakan rukun sholat yang setiap hari dibaca. Surat Al-
82
Fatihah memiliki makna yang cukup dalam jika membacanya dengan
penuh penghayatan. Bahkan surat ini selalu dibaca ketika sebelum
maupun sesudah melakukan sesuatu. Pada tanggal 1 september 2015
tayangan program BERIMAN menjelaskan tentang adanya beberapa
kesalahan dalam mengamalkan Al-Fatihah. Tercantum dalam tabel 4
narasi 1.
Keistimewaan yang dimiliki surat Al-Fatihah memang sudah
tidak diragukan lagi. Surat ini banyak memiliki keutamaan didalamnya
salah satunya ialah dijadikan sebagai surat rukyah, karena jika surat ini
dibacakan kepada orang sedang sakit, InsyaAllah akan sembuh. Hal ini
juga dikisahkan dari Rasulullah SAW. yang tercantum dalam tabel 4
narasi 3.
Medan wacana dalam program Berita Islami Masa Kini yakni
menggambarkan surat Al-Fatihah yang memiliki banyak keistimewaan
dan keutamaan, namun dari keistimewaan yang dimiliki surat Al-
Fatihah justru hal ini membuat sebagian masyarakat menciptakan hal-
hal baru bahkan ibadah baru yang Rasulullah sendiri tidak pernah
mengajarkannya. Hal ini disampaikan program BERIMAN disertain
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yaitu
“Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam)
yang bukan darinya, maka dia tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim). Seperti kutipan pada narasi 4 dan 5 pada tabel 4.
83
Masih ada beberapa kesalahan lain yang dijelaskan dalam
program BERIMAN. Banyaknya kesalahan-kesalahan dalam
mengamalkan surat Al-Fatihah, hal ini dapat menjadikan kita percaya
bahwa salah menjadi benar dan begitu pun sebaliknya. Sehingga kita
mudah percaya dengan apa yang dikatakan orang, padahal itu belum
tentu benar.
Kemudian disampaikan juga dalam program BERIMAN bahwa
dalam mengamalkan surat Al-Fatihah ada beberapa kesalahpahaman
yang selama ini dilakukan oleh sebagian masyarakat, salah satunya
ialah mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah
meninggal dunia. Sebagian masyarakat percaya bahwa jika bermimpi
bertemu dengan keluarga atau orang terdekat yang sudah meninggal
dunia, maka mimpi itu memiliki arti bahwa mereka meminta untuk
dikirimkan bacaan surat Al-Fatihah. Program BERIMAN
menyampaikan bahwa mimpi bertemu dengan orang yang sudah
meninggal dunia sama sekali tidak ada hubungannya dengan
mengirimkan surat Al-Fatihah.1
Selain kesalahpahaman mengirimkan surat Al-Fatihah untuk
orang yang sudah meninggal dunia , ada beberapa kesalahpahaman
lain yang disampaikan dalam program BERIMAN, diantaranya surat
Al-Fatihah sengaja dijadikan sebuah bagian dari lamaran, dan menutup
sholat dan do’a-do’a dengan meneriakkan “Al-Fatihah.”
1 Narasi Teks pada tabel 4 point 7, h. 78.
84
Membacakan surat Al-Fatihah ketika lamaran memang sudah
menjadi tradisi masyarakat, mereka percaya bahwa hal tersebut
merupakan bagian dari proses lamaran. Namun, hal tersebut tidak
benar dan memang tidak ada proses membacakan surat Al-Fatihah
ketika lamaran, program BERIMAN menyampaikan hal tersebut karena
menurutnya tidak ada hadits Rasulullah yang menjelaskan seperti itu.2
Selain sebagai bagian dari lamaran, kesalahpahaman surat Al-
Fatihah yang lain dijelaskan dalam program BERIMAN yakni menutup
sholat dan doa dengan membawakan surat Al-Fatihah dengan
meneriakkan “Al-Fatihah”, memang hal tersebut bukanlah kesalahan,
namun Rasulullah dan para sahabat tidak pernah mengajarkan seperti
yang kebanyakan masyarakat lakukan dengan meneriakkan “Al-
Fatihah.”3
Dalam pernyataan Zaskia Mecca, ia mengatakan bahwa
mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal
dunia memang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah, dan Zaskia baru
mengetahui hal tersebut setelah pembahasan tentang kesalahpahaman
dalam mengamalkan surat Al-Fatihah dalam program BERIMAN.
Seperti yang tercantum pada tabel 4 narasi 12.
Ada dua syarat amalan yang diterima oleh Allah ta’ala yaitu
ikhlas dan sesuai anjuran Rasulullah SAW. Ketika ada orang yang
menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan hukum islam atau
ibadah, sebaiknya dalil yang digunakan perlu dipertanyakan sehingga
2 Narasi Teks pada tabel 4 point 9, h. 79.
3 Narasi Teks pada tabel 4 point 10 , h. 79.
85
tidak terjadi kesalahpahaman dalam melakukannya. Seperti perkataan
Teuku Wisnu pada narasi 12 dan 13 pada tabel 4.
Seperti yang dikatakan oleh Teuku Wisnu, sebagai jamaah di
sebuah majelis, ada baiknya jika kita mempertanyakan dalil-dalil apa
saja yang digunakan oleh ustadz sebagai sumber dakwahnya, apakah
dalil tersebut shahih atau tidak, karena pengunaan dalil yang salah atau
kurangnya referensi dalam berdakwah akan menyebabkan perbedaan
pemahaman di masyarakat. Sebagai seorang muslim dan muslimah
menuntut itu wajib dalam Islam, semakin bertambah ilmu yang kita
dapat menjadikan kita semakin bertaqwa kepada Allah SWT. Dengan
demikian, janganlah sampai kita melakukan ibadah dengan niat yang
baik justru melakukan bid’ah yang Rasulullah tidak pernah
mengajarkannya. Seperti pernyataan Zaskia Mecca dalam program
BERIMAN yang secara tidak langsung mengatakan mengirimkan surat
Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal adalah perbutaan
bid’ah.4
Dalam menentukan tema yang terlibat ialah produser dan
kreatif, program BERIMAN banyak terinspirasi dari judul-judul buku
dan permasalah-permasalahan yang dekat dengan masyarakat
kemudian dikaitan dengan hukum Islam atau hal-hal yang belum
banyak diketahui oleh orang banyak. Ada pertimbangan-pertimbangan
terlebih dahulu sebelum mengangkat tema jika tema tersebut beresiko
dan dapat menimbulkan pertentangan atau bertentangan dengan
4 Narasi Teks pada tabel 4 point 13 dan 14, h. 81.
86
budaya yang ada. Terkait tema tentang “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan surat Al-Fatihah”, tema ini diberikan oleh kreatif
program BERIMAN yang kebetulan menganut paham Muhammadiyah,
ketika itu kreatif program BERIMAN mengatakan bahwa “mba, Al-
Fatihah itu haram, karena Nabi tidak pernah mengajarkannya”.5
Dengan demikian medan wacana yang terdapat dalam program
acara Berita Islami Masa Kini episode “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan surat Al-Fatihah” ialah mengirimkan surat Al-Fatihah
untuk orang yang sudah meninggal dunia, surat Al-Fatihah sengaja
dijadiakan sebagai bagian dari proses lamaran, dan menutup sholat dan
doa-doan dengan meneriakkan “Al-Fatihah”.
2. Pelibat Wacana (Tenor of Discourse)
Pelibat wacana dalam pembahasan kesalahpahaman dalam
mengamalkan surat Al-Fatihah pada program BERIMAN terdapat dua
hadits yang dicantumkan yakni hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim,
dan hadits riwayat Abu Dawud shahih.6
Adapun hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim
berbunyi.
“Jika kita memahami, sesungguhnya kita diperintahkan untuk
mengikuti petunjuk Rasulullah SAW sebagaimana beliau
bersabda: “Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan
kami ini (Islam) yang bukan darinya, maka dia tertolak.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).”7
5 Wawancara Pribadi dengan Rini Tora (Produser Program BERIMAN), Jakarta, 13 April
2016. 6 Narasi Teks pada tabel 4 point 5 dan 8, h. 78-79..
7 Narasi Teks pada tabel 4 point 5, h. 78.
87
Kemudian hadits yang diriwayatkan Abu Dawud shahih,
tercantum dalam tabel 4 narasi 8.
“Rasulullah hanya menganjurkan untuk memohonkan ampun
untuk sang mayit, sebagaimana sabda beliau: “Mintakan
ampun untuk saudaramu dan mohonkan keteguhan untuknya
karena sekarang ia ditanya” (HR. ABU DAWUD SHAHIH).”8
Konsultan yang digunakan program BERIMAN terkait tema
“Kesalahpahaman dalam mengamalkan surat Al-Fatihah” ialah
Muhammad Nuh dari MUI, Halimah Alaydrus, dan Badrusalam.
Ketiga narasumber tersebut merupakan konsultan yang sering
digunakan oleh program BERIMAN. Melalui wawancara yang
dilakukan penulis, program BERIMAN menggunakan ketiga
narasumber tersebut dengan alasan mereka lebih banyak mengerti
hadits dan fiqih. Dalam hal ini ustadz yang digunakan hanya sebagai
konsultan program BERIMAN hanya untuk berkonsultasi apakah hadits
yang akan digunakan shahih, lemah, atau palsu dan hadits tersebut
akan dijelaskan dalam tayangan program BERIMAN.9
Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh DEA atau yang lebih dikenal
Mohammad Nuh. Beliau lahir pada 17 Juni 1959 di Surabaya, Jawa
Timur. Gelar S1 didapat dari Institusi Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) pada tahun 1983, sedangkan gelar S2 dan S3 diraihnya dari
Universite Science et Technique du Languedoc Montpellier Prancis.
8 Narasi Teks pada tabel 4 point 8, h. 79.
9 Wawancara Pribadi dengan Rini Tora (Produser Program BERIMAN), Jakarta, 13 April
2016.
88
Beliau juga dianugrahi sebagai guru besar bidang Ilmu Digital System
pada tahun 2004.10
Mohammad Nuh pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan
Nasional Indonesia pada periode 2009-2014, sebelumnya ia menjabat
sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika pada tahun 2007-2009.
Sebelum menjadi menteri beliau menjabat sebagai Rektor Institusi
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada periode 2003-2007
dan pada tahun 1997-2003 beliau menjadi direktur Politeknik Negeri
Surabaya ITS. Mohammad Nuh juga pernah menjabat sebagai ketua
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Timur, pengurus
PCNU Surabaya, sekretaris Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya,
nggota pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, serta ketua
Yayasan Pendidikan Al-Islah Surabaya. Mohammad Nuh dikenal
sebagai seorang kyai, beliau sering memberi ceramah dan khutbah
jumat di berbagai masjid di Surabaya dan dikenal sebagai seorang
Ulama.
Kemudian, Abu Yahya Badrussalam yang dijadikan sebagai
narasumber oleh program BERIMAN. Beliau lahir pada 27 April 1976
di desa Kampung Tengah, Cileungsi, Bogor. Gelar S1 beliau dapatkan
dari Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia Fakultas Hadits pada
tahun 2001. Beliau sering menulis buku, salah satunya ialah
“Keindahan Islam dan Perusaknya,” dan tulisannya juga dimuat di
beberapa majalah dan website islami. Dalam tulisannya di salah satu
10
www.tokohindonesia.com, “Biografi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” artikel
diakses pada 4 Mei 2016 dari http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-
ensiklopedi/1696-menteri-pendidikan-dan-kebudayaan
89
website dikatakan bahwa dalam Rasulullah SAW. tidak pernah
mengajarkan untuk berdoa dan menghadiahkan bacaan Al-Qu’ran
untuk mayit, tidak surat Yasin maupun surat-surat lainnya. Jika itu
baik tentu beliau akan mengajarkannya kepada Aisyah.11
Sedangkan, ustadzah Halimah Alaydrus merupakan wanita
kelahiran Indramayu, Jawa Barat 30 tahun silam. Sejak kecil ustadzah
Halimah sudah mempelajari ilmu agama di beberapa pesantren
daripada menyelesaikan pendidikan formalnya. Pesantren pertama
beliau menuntut ilmu ialah Darullughah wadda’wah di Bangil,
Pasuruan Jawa Timur dan pendidikan terakhir yang beliau tempuh di
DaruzZahro Tarim-Hadhramaut Yaman, selain sebagai pelajar, beliau
dipercayai untuk mengajar juga. Beliau aktif dan sibuk mengajar di
berbagai Majlis Ta’lim di Jakarta dan sekitarnya, selain itu ia juga
melakukan rihlah da’wah dan ilmiah di berbagai provinsi di Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Oman. “Bidadari Bumi” merupakan buku
pertama yang beliau tulis ditengah kesibukannya mengajar dan
berda’wah.
Adapun pelibat wacana dalam program acara Berita Islami
Masa Kini yaitu Mohammad Nuh, Ustadz Badrussalam, dan ustadzah
Halimah Alaydrus. Ketiga pelibat wacana tersebut merupakan
konsultan program BERIMAN dalam memperoleh materi terkait
dengan episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat Al-
Fatihah”. Alasan program BERIMAN menggunakan ketiga
11
cintasunnah.com, “Menyikapi Kuburan” artikel diakses pada 4 Mei 2016 dari
http://cintasunnah.com/2013/03/13/menyikapi-kuburan/
90
narasumber tersebut yaitu ilmu agama yang mereka miliki cukup
dalam dan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
3. Sarana Wacana (Mode of Discourse)
Sarana wacana pada informasi yang disampaikan dalam
program BERIMAN mengandung majas Personifikasi yang terdapat
pada kalimat “mendengar lantunan dari surat Al-Fatihah”12
yaitu
gaya bahasa penginsanan yang melukiskan benda mati seolah-olah
hidup seperti benda bernyawa. Kemudian dalam kalimat “memang
selalu membuat hati kita teringin dan juga merasa kecil dihadapan
Allah SWT.” 13
juga terkandung majas Personifikasi.
“tetap saja selalu membuat hati kita merinding” 14
mengandung
majas Perifrasisi yaitu gaya bahasa yang menggunakan sepatah kata
untuk mengganti serangkaian kata yang sama artinya dengan kata yang
menggantikan itu.15
Kemudian pada kata “hati kita merinding”
merupakan majas Personifikasi merupakan gaya bahasa penginsanan
yang melukiskan benda mati seolah-olah hidup seperti benda
bernyawa. Kata “sebelum dan sesudah” mengandung majas Antitesis
yaitu gaya bahasa yang menggunakan sepasang kata yang berlawanan
12
Narasi Teks pada tabel 4 point 1, h. 76. 13
Narasi Teks pada tabel 4 point 1, h. 76. 14
Narasi Teks pada tabel 4 point 1, h. 76. 15
Tajuddin Noor Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia (Yogyakarta: Araska, 2015), h.
209.
91
maknanya.16
Program BERIMAN menyampaikan bahwa surat Al-
Fatihah selalu dibaca ketika melakukan sesuatu.17
Kata “sebagian orang salah dalam mengamalkan surat Al-
Fatihah” mengandung majas Disfemisme yaitu gaya bahasa yang
dibuat dengan konotasi negatif. Kata “salah” dapat diganti dengan kata
“keliru”. Sebab kata “salah” mengandung makna negatif, sedangkan
“keliru” mengandung makna positif dan tidak menghakimi. Majas
Perifrasisi juga terkandung pada kalimat “dengan munculnya salah
satu keutamannya tersebut” yaitu pengganti ungkapan panjang untuk
pengganti pengungkapan yang lebih panjang. 18
Majas yang terkandung pada kalimat “berhubungan dengan
duniawi, maka lupa urusan akhiratnya” merupakan majas Antitesis
yang artinya berlawanan atau mempertentangkan kata-kata yang
maknanya berlawanan, seperti “duniawi-akhirat”. 19
Adapun majas yang terkandung dalam kalimat “ masih ada
beberapa kesalahan yang terjadi dalam mengamalkan surat Al-
Fatihah” ialah majas Perifrasis yaitu penggunaan kata-kata lebih
banyak daripada yang dibutuhkan. Kata yang digaris bawahi termasuk
pemborosan kata, kata tersebut bisa saja dihilangkan tanpa merubah
makna sebenarnya. Kemudian pada kalimat “hal yang salah menjadi
benar adanya” dalam kalimat tersebut terkandung majas antitesis
16
Tajuddin Noor Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia (Yogyakarta: Araska, 2015), h.
204 17
Narasi Teks pada tabel 4 point 1, h. 76. 18
Narasi Teks pada tabel 4 point 4, h. 77. 19
Narasi Teks pada tabel 4 point 5, h. 78.
92
yakni pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang saling
berlawanan.20
“untuk orang yang sudah tiada” kalimat ini mengandung majas
eufesmisme yakni gaya bahasa yang menggunakan ungkapan lebih
halus sebagai pengganti ungkapan kasar. “orang yang sudah tiada”
diartikan “mati” atau “meninggal”, namun program BERIMAN
menggunakan kata “orang yang sudah tiada” yang terkesan lebih halus.
Kalimat yang digarisbawahi mengandung majas Antisipasi “Sering
kali jika ada sanak saudara kita yang meninggal atau diberikan
mimpi bertemu dengan keluarga yang telah tiada berarti itu pertanda
mereka minta dikirimi surat al-fatihah.” Yaitu gaya bahasa yang
menggunakan sebuah kata sebagai pengganti pelaku atau objek
tindakan sebelum objek sebenarnya diperkenalkan kepada pembaca.
Pada kalimat “memohonkan ampun untuk sang mayit” terdapat majas
eufesmisme penggunaan gaya bahasa secara halus.21
“Kalau itu merupakan sebagian dari proses lamaran” kata
yang digaris bawahi mengandung majas Perifrasis yaitu menggunakan
kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhnya, padahal sebuah kata
saja sudah cukup untuk memperjelas kalimat. Kemudian yang terdapat
pada kalimat “tidak ada dan tidak benar” mengandung majas
Antanaklasis yakni gaya bahasa yang mengandung pengulangan kata
yang sama dengan makna yang berbeda.22
20
Narasi Teks pada tabel 4 point 6, h. 78. 21
Narasi Teks pada tabel 4 point 7, h. 78. 22
Narasi Teks pada tabel 4 point 9, h. 79.
93
Pernyataan Teuku Wisnu yaitu “Poin yang paling penting
sebenarnya yang harus kita benarkan adalah ada dua syarat
diterimanya amalan oleh Allah Ta’ala.”23
Kalimat tersebut
mengandung majas Antisipasi yaitu gaya bahasa yang menggunakan
sebuah (beberapa) kata sebagai pengganti pelaku atau objek tindakan
sebelum pelaku atau objek sebenarnya diperkenalkan kepada
pembaca.24
Majas yang terkandung dalam pernyataan Zaskia Mecca “Betul
sekali, jangan sampai ketika melakukan sesuatu dengan niat yang baik
tapi justru kita malah melakukan bid’ah, itu kan ngeri banget.”25
merupakan majas Klimaks yakni gaya bahasa yang berupa susunan
ungkapan yang makin lama mengandung penekanan.26
Dengan demikian dalam penggunaan bahasa dalam program
acara Berita Islami Masa Kini di Trans TV, program tersebut banyak
menggunakan majas-majas, diantaranya majas personifikasi, majas
antisipasi, majas antithesis, majas perifrasis, dan majas klimaks. Dalam
menjelaskan tentang kesalahan dalam mengamalkan surat Al-Fatihah,
program BERIMAN menggunakan beberapa cerita yang sudah
berkembang di masyarakat, sehingga hal tersebut mudah untuk
dipahami oleh masyarakat.
23
Narasi Teks pada tabel 4 point 12, h. 80. 24
Tajuddin Noor Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia, h. 202. 25
Narasi Teks pada tabel 4 point 14, h. 80. 26
Tajuddin Noor Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia, h. 252.
94
B. Makna Pemahaman dalam Pengamalan Surat Al-Fatihah dalam
Program Berita Islami Masa Kini Trans TV
Semiotika Sosial dapat dikatakan sebagai penggunaan bahasa oleh
seseorang atau kelompok dapat mengubah pemahaman terhadap suatu
kebudayaan atau kebiasaan yang telah dipercayai dalam sebuah
masyarakat. Sebagian masyarakat muslim khususnya di Indonesia
mempunyai kebiasaan untuk mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang
yang sudah meninggal, kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat ziarah
kubur maupun pada saat selesai sholat. Masyarakat percaya bahwa
mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal
pahalanya akan sampai pada mayit. Bahkan kebiasaan ini sudah menjadi
budaya bagi sebagian masyarakat muslim Indonesia.
Namun ada beberapa perbedaan pandangan terkait dengan
mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal dan
sampai saat ini masih menjadi perdebatan dikalangan para ulama mazhab.
Adanya perbedaan pendapat dikalangan para ulama mazhab yaitu dalil
yang digunakan serta pemahaman tentang dalil yang dipergunakan
berbeda-beda. Adapun pendapat para ulama yang membolehkan
mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal
mengatakan bahwa mengirimkan pahala kepada seorang muslim yang
telah meninggal dunia boleh secara mutlak dan pahalanya akan bermanfaat
bagi orang yang telah meninggal. Sedangkan para ulama yang menolak
mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal
pahalanya tidak akan sampai mengatakan bahwa tidak sampai kepada
95
mayit kecuali apa yang diterangkan oleh dalil tentang pengesahan untuk
memberikan pahala amalan kepada mayit.
Pendapat yang membolehkan mengirimkan pahala bagi mayat ialah
Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian sahabat Imam Asy-
Syafi’i.27
Dalil yang dipergunakan ialah ayat Al-Qur’an dan hadits amalan
yang bermanfaat bagi mayit, yang terdapat dalam QS. Al-Hasyr ayat 10
dan hadits riwayat Muslim.28
Sedangkan pendapat yang menolak ialah
Imam Malik dan Imam Syafi’i. Dalil yang digunakan kedua kelompok
tersebut pada dasarnya sama, hanya pada kelompok kedua mengkhususkan
amalan-amalan yang sampai sebatas yang disebutkan oleh dalil saja,
diantaranya yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 286, QS. An-Najm
ayat 38-39, QS. Fushshilat ayat 46, QS. Al-Isra’ ayat 15 dan hadits riwayat
Muslim no. 1631.29
Mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal
sampai saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ulama. Sebab
perbedaan pemahaman ini juga berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah, sehingga hal ini tidak dapat dikatakan mana pendapat yang benar
dan pendapat yang salah. Program Berita Islami Masa Kini merupakan
salah satu program religi yang mengangkat tema-tema seputar akidah,
hukum Islam serta permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
Islam yang berkembang di masyarakat.
27
Alfi Syukri, “Amalan Menghadiahkan Pahala Kepada Mayit Dalam Perspektif Fiqh
Muqaran,” h. 73. 28
Alfi Syukri, “Amalan Menghadiahkan Pahala Kepada Mayit Dalam Perspektif Fiqh
Muqaran,” h. 73. 29
Alfi Syukri, “Amalan Menghadiahkan Pahala Kepada Mayit Dalam Perspektif Fiqh
Muqaran,” h. 81-82.
96
Pada tanggal 1 September 2015 program BERIMAN mengangat
tema tentang “Kesalahpahaman dalam mengamalkan surat Al-Fatihah”.
Dalam program tersebut membahas tentang beberapa surat yang terjadi
penyimpangan dalam mengamalkannya, salah satunya ialah surat Al-
Fatihah. Mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal
memang merupakan tradisi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun
hal ini tidak benar, karena Rasulullah SAW. sendiri tidak pernah
mengajarkan hal tersebut, hal tersebut disampaikan dalam tayangan
program Berita Islami Masa Kini. Episode “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan surat Al-Fatihah” merupakan tema yang diusulkan oleh
kreatif program BERIMAN. Berdasarkan hasil wawancara penulis, tema
tersebut diangkat karena kreatif program BERIMAN mengatakan bahwa
“mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal itu
haram, karena Nabi tidak pernah mengajarkannya.”30
Namun, untuk
menghindari timbulnya kontroversi terkait tema tersebut, program
BERIMAN hanya mengatakan bahwa Nabi tidak pernah mengajarkan
orang untuk membaca Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal.
Akan tetapi, justru tema tentang “Kesalahpahaman dalam mengamalkan
surat Al-Fatihah” mendapat surat teguran dari Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) dan kritikan dari masyarakat, karena adanya pernyataan
dari presenter Teuku Wisnu dan Zaskia Mecca yang secara tidak langsung
mengatakan bahwa mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah
meninggal merupakan perbuatan bid’ah. Walaupun tidak dikatakan secara
30
Wawancara Pribadi dengan Rini Tora (Produser Program BERIMAN), Jakarta, 13 April
2016.
97
langsung, namun hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman
dimasyarakat, karena adanya perbedaan pandangan dan pemahaman dalam
Islam.
Berdasarkan tayangan program BERIMAN dapat diketahui bahwa
dalam memaknai surat Al-Fatihah, program BERIMAN cenderung
menolak atau tidak mendukung tradisi untuk mengirimkan surat Al-
Fatihah untuk orang yang sudah meninggal. Hal tersebut disampaikan
program BERIMAN juga berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim, dan hadits riwayat Abu Dawud Shahih serta
berkonsultasi dengan beberapa ustadz yang menjadi konsultan program
BERIMAN.
Kemudian, dalam penggunaan bahasa oleh program BERIMAN dan
kedua presenter Zaskia Mecca dan Teuku Wisnu terdapat beberapa kalimat
yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi di masyarakat sehingga hal
ini dapat mengubah pemahaman seseorang atau masyarakat terhadap suatu
kebudayaan atau kebiasaan yang telah dipercayai dalam lingkungan
masyarakat. Bahkan dapat merubah pandangan masyarakat terhadap
program BERIMAN tentang benar atau tidaknya hukum Islam yang
disampaikan oleh program BERIMAN.
Dengan demikian, dalam Islam terdapat beberapa perbedaan
padangan dalam memahami suatu persoalan yang berhubungan dengan
hukum Islam. Terutama jika berhubungan dengan tradisi atau kebudayaan
yang sudah menjadi kebiasaan di sebagian masyarakat. Hal ini bukan
berarti akan memecah belah Islam, namun justru perbedaan tersebutlah
98
yang akan memperkuat persaudaraan Islam, selama tidak keluar dari
syariat agama Islam dan tidak menyekutukan Allah SWT.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penulis tentang tema “Kesalahpahaman
dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah” pada Program BERIMAN dapat
ditarik kesimpulan berdasarkan analisis semiotika sosial yang terdiri dari
1. Medan wacana, ialah permasalahan tentang kesalahpahaman dalam
mengamalkan surat Al-Fatihah yaitu mengirimkan surat Al-Fatihah
untuk orang yang sudah meninggal, surat Al-Fatihah sengaja
dijadikan sebagai bagian dari lamaran, dan menutup sholat dan
do’a dengan meneriakkan “Al-Fatihah.”
2. Pelibat wacana, ialah Mohammad Nuh, ustadz Badrusalam dan
ustadzah Halimah Alaydrus dan mencantumkan hadits yaitu hadits
riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dan hadits riwayat Abu Dawud
Shahih.
3. Sarana wacana yang terdapat pada program BERIMAN dalam
penggunaan bahasa banyak mengandung majas diantaranya majas
Personifikasi, Perifrasis, Antitesis, Disfemisme, Eufesmisme,
Antisipasi, Antanaklasis, dan majas Klimaks.
Program BERIMAN dalam memaknai pengamalan surat Al-Fatihah
pada episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat Al-Fatihah”
yakni tidak dianjurkan bagi umat muslim untuk mengirimkan surat Al-
Fatihah untuk orang yang sudah meninggal dunia, hal tersebut dipertegas
100
oleh program BERIMAN dengan disertai hadits yang dikaitkan hukum
mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal dunia.
Dari tanyangan tersebut terlihat adanya pemahaman yang berbeda antara
program BERIMAN dengan kebiasaan sebagian masyarakat muslim di
Indonesia yakni tradisi mengirimkan surat Al-Fatihah untuk orang yang
sudah meninggal dunia. Kemudian surat Al-Fatihah sengaja dijadikan
sebagai bagian dari proses lamaran, dalam hal ini program BERIMAN
menjelaskan bahwa dalam proses lamaran tidak ada pembacaan surat Al-
Fatihah. Serta menutup sholat dan do’a dengan meneriakkan “Al-Fatihah”,
hal ini memang bukan merupakan sebuah kesalahan, namun program
BERIMAN menjelaskan bahwa hal tersebut tidak pernah diajarkan oleh
Rasulullah SAW. dan para sahabat.
B. Saran
Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran bagi
program BERIMAN terkait pengangkatan tema tentang akidah dan hukum
Islam terutama tema-tema yang masih menjadi perdebatan di kalangan
para ulama yang hukumnya belum jelas, apakah itu bid’ah atau tidak,
karena hal tersebut dapat menimbulkan kritikan dari masyarakat terhadap
program BERIMAN. Hal ini akan berdampak bagi citra program
BERIMAN di mata pemirsa. Pertama, agar pemirsa juga tahu bahwa dalam
memahami suatu persoalan tentang hukum Islam terutama yang berkaitan
dengan bid’ah tidak terjadi kesalahpahaman, karena dalam konsep bid’ah
terdapat keberagaman di dalamnya. Dalam hal ini tim program BERIMAN
101
juga harus tahu bahwa dalam pengertian bid’ah terdapat keberagaman,
sehingga tidak terjadi perbedaan pandangan dan kesalahpahaman. Adanya
perbedaan pandangan dalam persoalan memahami bid’ah, karena beberapa
faktor, yaitu adanya perbedaan dalam menqiyaskan suatu hukum yang
berkaitan dengan masalah ibadah, dan perbedaan penggunaan dalil hadits
yang digunakan oleh kedua kelompok yang berbeda pendapat.
Kemudian dalam tayangan program BERIMAN perlu diperjelas
sumber dan dalil yang digunakan serta konsultan yang berkompeten dalam
bidang ilmu agama, karena dari hasil analisis penulis dalam tanyangan
pada episode “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan surat Al-Fatihah”
masih ada kekurangan-kekurangan dalam penyajian informasi terutama
untuk haditsnya yang perlu diperjelas dengan hadits-hadits lain yang
berkaitan dengan hukum tersebut. Penulis juga menyarankan agar setiap
tayangannya disajikan juga narasumber yang kompeten sesuai dengan
bidang keilmuannya serta dapat dipertanggunjawabkan, hal ini untuk
memperjelas hukum-hukum Islam yang sedang diangkat oleh program
BERIMAN, agar terhindar dari kesalahpahaman di masyarakat.
Sarana penulis bagi masyarakat ialah sebagai umat muslim yang
cerdas, ketika mengkonsumsi informasi dari media massa khususnya
televisi, sikap kritis dalam menyerap informasi sangat diperlukan sebelum
menjadikan informasi tersebut sebagai acuan, karena tanpa adanya sikap
kritis maka akan dengan mudahnya kita dipengaruhi oleh tayangan-
tayangan yang disajikan oleh televisi, sehingga kita dengan mudahnya
terprovokasi tanpa tahu kebenaran sesungguhnya.
Tanggal wawancara : 13 April 2016
Bersama Produser Program Berita Islami Masa Kini Trans TV
Mba Rini Tora
Foto Setelah wawancara dengan Foto saat On Air di Studio 5
mba Rini Tora Trans TV
Foto Bersama Presenter Program Berita Islami Masa Kini
Alyssa Soebandono dan Zaskia Mecca
Hasil Wawancara dengan Trans TV
Narasumber : Rini Tora
Jabatan : Produser Program Berita Islami Masa Kini Trans TV
Pewawancara : Wulantari
Tempat dan Waktu : Trans TV, 13 April 2016
1. Bagaimana penyajian informasi hukum Islam pada program Berita
Islami Masa Kini (BERIMAN)?
Cara penyajiannya ya.. kita sih ee.. maksudnya eee... tema yang kita ambil
atau apa ya maksudnya? Iya mungkin semuanya dari produksinya, dari
penentuan temanya, gitu. Kalau penentuan temanya sih kita nyari tema ee...
tema-tema yang dekat dengan masyarakat, yang lagi high di masyarakat juga
dikaitan dengan Islam, atau hal-hal baru yang orang banyak belum ketahui
kita sampaikan dan kita ee... didasarinya sih ee... sama hadits, hadits dan
sama ee.. ayat Qur’an tapi hadits disini juga kita, kita punya konsultan hadits
yang mengerti hadits itu palsu apa shahih apa nggak. Kalau misal haditsnya
gak shahih ee.. kita akan bilang ini haditsnya gak shahih gitu, atau nih
haditsnya lemah tapi banyak orang yang memakainya karena mungkin baik
atau apa, lebih pendekatannya lebih kesitu. Tapi sih intinya sih kita lebih
mengajarkan kepada masyarakat tentang Islam itu ee.. lebih cerdas, lebih
cerdas kenapa? Ketika kita disuruh sholat, “kenapa kita disuruh Allah
sholat?” Kita mempelajari itu, alesannya kenapa Allah menyuruh kita sholat
misalkan, karena sholat itu yang orang gak ketahui mungkin dengan sujud itu
maka otak manusia itu akan lebih berfungsi jauh lebih baik dan itu hanya bisa
otak ee.. manusia itu berfungsi maksimal itu karena ada aliran darah yang
menuju otak itu akan mengalir hanya ketika orang sujud pada saat sholat,
gitu. Jadi beribadah dengan cerdas, kalau dulu kan orang beribadah
melakukan sesuatu tapi mereka ee.. tidak pernah mengetahuin makna dan ee...
selain makna juga merek.. kita kebanyakan gini, yaudah sholat itu baik, puasa
itu baik gitu ya, puasa itu baik karena perintah Allah, perintah agama yaudah
kita melakukan. Nah sekarang orang semakin cerdas, ketika orang sholat,
“kenapa gak menyuruh gua sholat?” “kenapa gak menyuruh gua puasa?”
ketika manusia itu ee... ditunjukkan fakta-fakta kalau Allah menyuruh sesuatu
tu pasti ada ini, ketika Nabi ee.. melakukan atau Nabi hadits Nabi pasti ada
buktinya, ada kebaikan disitu yang manusia tidak pernah tau, makanya ketika
orang leb.. mengetahui hal baiknya orang akan lebih ringan melakukan
perintah agama itu, lebih kesitu sih.
2. Siapa saja yang terlibat dalam penentuan tema pada setiap episode?
Produser, kreatif. Iyaa produser sama kreatif. Oh lebih ke produser, kreatif
aja ya, nggak, nggak, nggak semua crew ikut dalam, maksudnya kek
menyumbang ide-ide atau ee.. tema-tema seperti itu. Kalau tema itu
biasanya sih yang nyari tema kita produser, kreatif. Kalau ide-ide lain itu
biasa mungkin ada orang ee.. angkat tema ini-angkat tema ini tapi itu sedikit
sih tapi kita juga biasanya kalau orang minta tema ini kita liat “oya.. bisa gak
ya diangkat?” gitu. Terkadang juga udah pernah kita angkat karena kan kita
udah cukup lama juga.
3. Adakah pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu dalam
menentukan tema?
Ya.. harus dong. Ketika tema.. itu kita angkat kita harus
me..pertimbangkannya, karena itu juga misalnya ini tema kalau ee... “tema ini
ee.. bermanfaat gak bagi orang banyak?”, kalau tema itu lebih banyak
misalkan mengambil resiko yang membuat orang pertentangan atau ini
bertentangan dengan budaya yang ada dengan ini kita lebih menghindarinya,
karena kita lebih cenderung program kita bukan menghakimin orang atau
bukan menjudge orang tapi kita lebih mencerdaskan orang-orang, misalkan
sekarang kaya pemimpin, pemimpin dalam Islam kita pernah ngangkat dulu,
sekarang lagi booming masalah pemimpin yang nonmuslim atau apa, kita
tidak akan memperuh memper memperkeruh keadaan dengan berkomentar
dengan pemimpin nonmuslim atau apa, kalau saya liat sih udah cukup banyak
orang di luar sana memperdebatkan itu mendingan ee.. kita lebih mengajak
orang ke tema-tema yang lain yang lebih bermanfaat, ketika orang nonton
orang akan terpikiran “oh ya ya, saya.. aku harus sholat” “oh ya ya, ternyata
sholat itu bermanfaat, aku harus sholat deh”, gitu. Jadi biar orang menyadari
kalau sholat itu bukan kewajiban tapi kebutuhan.
4. Adakah kesulitan dalam penyajian setiap tema yang dibahas dalam
program BERIMAN?
Penyajian tema.. kesulit.. bukan kesulitan ee... bukan kesulitan juga sih,
mungkin karena kita sudah terlalu lama di Berita Islami hampir dua tahun, eh
dua tahun lah april ini kita sudah dua tahun, itu kebanyakan kita juga agak
kesulitan dalam mencari tema karena ini biasanya ini udah diangkat, ini udah
diangkat, ini udah pernah diangkat, ini udah pernah diangkat tapi kan ee..
saya selalu berprinsip kaya apanya ya, segala sesuatu di dunia ini gak akan
ada habisnya, kaya nada aja ada tujuh do re mi fa sol la si tapi musik, lagu ada
berapa banyak dari tujuh itu bisa diolah berapa banyak samalah dengan tema-
tema.
5. Bagaimana pandangan mba sendiri terkait dengan tradisi mengirimkan
surat Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal?
Kalau saya pribadi mba melihat hal itu ee... setiap orang punya ee.. apa ya
punya pendapat yang berbeda-beda, punya keyakinan-keyakinan. Kalau saya
lebih gini, kalau mbanya yakin mengirim Al-Fatihah sampai silahkan
lakukan, kalau misalnya mba merasa.. ee.. aku ee.. karna Nabi tidak pernah
mengajarkan aku tidak mau melakukan juga gak masalah, kalau bagi saya
begitu. Karena dari host-host saya pun dari sekian banyak host saya itu
mereka juga berbeda-beda.. berbeda-berbeda, bukan berbeda-beda berbeda
aliran ya tapi lebih berbeda-beda pemahaman, secara di.. dengan pemahaman
yang berbeda itu malah itu menurut saya menunjukkan kalau Islam itu ee..
beragam, Islam itu ee.. indah, banyak, gitu kan dan urusan kepercayaan itu
kan urusan manusia dengan Allah ya. Kalau saya cuma ada ya Islam itu cuma
satu, Islam yang percaya kepada Nabi Muhammad, percaya Al-Qur’an selagi
kita masih sama baca Al-Qur’annya, sama nabinya Nabi Muhammad gak ada
perbedaan diantara kita, kalau ibadah cara beribadah cara apa itu kan urusan..
yang tidak perlu dipermasalahkan bagi saya.
6. Terkait dengan episode pembahasan tentang “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan Surat Al-Fatihah” pada 1 September 2015 lalu, adakah
pertimbangan terlebih dahulu sebelum mengangkat tema tersebut?
Waktu itu kejadiannya ee... ketika tema dikasih ke saya, kreatif saya waktu
itu dia hanya melihat dari satu sisi, dia bilang “mba Al-Fatihah itu haram bla
bla bla bla... karena Nabi tidak pernah mengajarkan begini-begini” waktu itu
saya sudah bilang ke dia ee... “skrip ini gak akan tayang, lo harus ngerubah”,
disini ee.. saya juga baru tahu kalau Al-Fatihah itu Nabi tidak pernah
mengajarkan tapi kita sudah bisa.. ee.. sering melakukannya makanya saya
bilang ke dia “kamu ganti bukan haram cukup dengan kata-kata nabi tidak
pernah mengajarkan orang untuk membaca Al-Fatihah,” tapi bagi orang yang
mau melakukannya silahkan, saya cum.. disini tujuan saya cuma ee... apa ya
cuma meluruskan keadaan, ada orang mungkin sebagian orang yang merasa..
dirinya benar dengan tidak mengirim Al-Fatihah, menghujat yang tidak
mengirim Al-Fatihah atau ada orang yang tidak mengirim Al-Fatihah
sebaliknya gitu ya mba. Disini ee.. saya menganggap ini samalah kaya dulu
ketika orang ada yang sholat 11 rakaat ada yang 23, ketika orang gak tau
orang sering menghina “ih, cuma dua.. ee.. 23 banyak kali berlebihan,” “ah
11 males banget gini gini”, tapi ketika orang di sajikan dengan fakta misalka..
11 rakaat mengikuti ini yang 23 mengikuti ini, tergantung orang mau ngikutin
yang mana jadi gak ada yang salah yang bener menurut saya, itu kan
keyakinan cuma cara beribadah sama lah dengan Al-Fatihah, waktu itu saya
sudah bilang ke kreatif saya “ee.. tolong dirubah, disini kita cuman
menjelaskan fakta yang ada, fakta dimasyarakat dan fakta yang ada secara
hadits dan nabi tidak pernah mengajarkan,” cuman pada saat ee.. kejadian
satu itu saya selaku produsernya tidak ada dilokasi karena waktu itu saya
diwakilkan karena saya waktu itu shooting catatan harian Dewi Sandar, ee...
kebetulan digantikan ee.. nah hostnya yang lupa, hostnya yang ngomong jadi
bukan dari pihak Trans Tvnya kalau sebenernya. Oh jadi itu memang dari
host ee.. maksudnya ee.. dari hostnya sendiri yang berucap seperti itu?
Ya, hostnya yang berucap dan hostnya juga udah melaku minta maaf, saat itu
saya langsung menegur Zaskia Mecca karena yang ngomong waktu itu yang
“ya takutnya bid’ah ya kalau kita melakukan itu,” saya juga waktu itu
menegur Zaskia Mecca secara langsung “Mecca ee.. kan aku udah pernah
ngingetin dari awal dulu gini gini gini,” tuh dia bilang “oiya mba aku lupa”
digituin. Oh jadi kalau untuk host itu nggak ada transkip naskah? Ada,
kita kasih naskah tapi kan ee.. biasanya host itu kadang mereka karena dia
live kan dia kadang nyeletuk-nyeletuk dengan comenters sendiri. Oh
berimprovisasi? He’e, improvisasi mereka dari improvisasi itu yang kadang,
kalau dulu kan aman-aman jadinya akhirnya ee.. itu juga mungkin teguran
dan pelajaran buat kita bersama kalau ketika ee.. mengomentari suatu
permasalahan harus lebih hati-hati apalagi masalah agama mungkin orang
agak sensitif, lebih kesitu. Iya, Tapi sebeluuumm... maksudnya sebelum
host live itu ee.. sebelumnya ada brifing dulu gak? Iya, brifing kita brifing,
brifing kita pasti, kita brifing tema.
7. Siapakah yang menjadi rujukan atau sumber yang digunakan oleh
program BERIMAN pada episode “Kesalahpahaman dalam
Mengamalkan surat Al-Fatihah”, selain dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Apakah ada pendapat-pendapat para ulama yang menjadi rujukan
program BERIMAN?
Ada ulama, kan di viti juga dijelaskan waktu menurut ini menurut itu
dijelaskan kok sebenernya. Ee.. maksudnya ee.. ulama-ulama dari
mazhab-mazhab? Iya mazhab-mazhab kita jelasin Imam Syafi’i, Maliki itu
kita jelasin empat mazhab Imam itu. Kita tidak berpihak kesatu ulama, kita
disini intinya adalah mencerdaskan orang biar orang ee.. masyarakat tau
“kenapa sih ee... orang Muhammadiyah sholatnya 11 rakaat, kenapa NU
sholatnya 23 rakaat,” jadi orang-orang NU tidak akan memandang sok-sok
tau “oh gua 23 gua ba.., pahalanya lebih banyak” misalkan, “oh orang
Muhammadiyah misalnya ee.. apa mengatakan apa,” jadi mereka tau, oh bagi
orang yang misalnya aku yang cuma ikut NU-NU doang aku akan melihat
keluarga aku yang Muhammadiyah “Ih, gitu” atau apa, jadi aku tau “Oh dia
Muhammadiyah karena dia ngikutin mazhab ini, oh dia bener ngikutin Imam
ini, aku ikut Imam ini,” udah. BERIMAN itu mba BERIMAN itu banyak
orang, host di BERIMAN itu banyak orang, aku sebagai produser aku tidak
akan ber... pendapat misalnya ee.. BERIMAN menganggap misalnya ee..
mengirim Al-Fatihah itu bid’ah atau misalnya lebih setuju mengirim Al-
Fatihah, aku tidak bisa berkata-kata demikian karena apa, karena hal kaya
gitu kan di BERIMAN pun banyak orang, misalnya nih ada kreatif aku yang
dia Muhammadiyah, aku suruh ngangat sunan dia gak mau “mba aku gak
mau ngangkat tentang sunan,” “kenapa?” aku bilang “gak boleh, tu tugas
kamu sebagai kreatif, jangan bawa prinsip pribadi kamu ke program ini, inti
program ini adalah kita mencerdaskan orang, bukan membeda-bedakan
agama disini,” cuma kita kasih penjelasan, “kenapa ada perbedaan?” itu yang
lebih kita tekankan, perbedaan itu karena penjelasannya demikian, jadi kita
lebih, istilah bukan mempertajam perbedaan, menumpulkan perbedaan.
Makanya kalau misalnya orang BERIMAN pun, saya gak bisa bilang ee..
sebagai orang BERIMAN bilang misalkan saya setuju dengan ini, saya nggak
setuju dengan ini, begitu. Nah kalau pun masalah si.. tim BERIMAN juga kan
saya bilang tadi tim BERIMAN tu banyak orang jadi gak bisa tim BERIMAN
berpihak kemana-kemana, karena dalam satu tim BERIMAN pun kita dengan
banyak karakter dong, kreatif juga beda-beda pemahaman. Jadi semua
pendapat di.. istilahnya di.. dijelaskan gitu ya? Iyaa, kita menjelaskan
semua pendapat, kita tidak pernah menyalahkan atau membenarkan suatu
pernyataan, kita akan ee.. benarkan sesuatu misalnya ee.. kaya misalkan
berhijab wajib, karena menurut Al-Qur’an, bukan kita yang mewajib-in
jilbab, bukan kita yang menentukan haram atau bid’ah atau apa yah, sesuatu
bukan BERIMAN. Itu sudah jelas ada haditsnya yang misal membida’ahkan
sesuatu, ada Al-Qur’an yang mengharamkan sesuatu jadi intinya bukan
BERIMAN, BERIMAN itu cuman ngasih tau corong ke pemirsa bahwa
misalnya berhijab itu haram menurut Al-Qur’an bukan orang BERIMAN.
Jadi kalau misalnya bertanya “mba, Al-Fatihah menurut BERIMAN
gimana?” BERIMAN itu gak punya hak untuk menentukan Al-Fatihah itu
bid’ah atau tidak, karena bid’ah apa nggak itu karena pernyataan, ada yang
kubu yang misalnya nabi tidak pernah mengajarkan mereka tidak mau
melakukan dan mereka juga mungkin tidak menganggap itu haram atau
bid’ah atau apa yah. Nah, mungkin bagi orang yang mau melakukannya
karena dianggap itu baik untuk mengirimkan Al-Fatihah, karena Al-Fatihah
dianggap setengah dari bacaan Qur’an, misalkan. Kalau dari pihak saya orang
BERIMAN, kita gak punya hak untuk membenarkan menyalahkan atau
punya pernyataan apa gitu yaa.. karena kita bukan, bukaaan ulama, gitu.
8. Terkait dengan sumber yang digunakan oleh program BERIMAN dalam
memperoleh materi, siapakah ustadz atau konsultan yang digunakan
oleh program BERIMAN?
Kita makai... banyak ustadz sih mba. Banyak ustadz? Oh jadi setiap tema
itu ganti-ganti ustadz gitu mba? Bukan setiap tema ganti-ganti ustadz, jadi
kita ngeliat dari pandangan ustadz ini, diliat dari pandangan ustadz ini, gitu.
Jadi ada beberapa ustadz, ustadz dari MUI, ustadz dari.. kalangan biasa. Itu
kalau boleh tau ee.. siapa aja ya mba? Kalau dari... MUI kita pak Nuh,
Muhammad Nuh, terus dari... dari cewek juga kan kita banyak tema-tema
cewek kan kita pakai ustadzah Halimah Alaydrus, pakai ustadz Badrusalam,
terus.. ee... tiga ustadz itu sih biasanya kita. Untuk sementara ee.. tiga orang
itu, karena kalau ustadz yang lain aku pernah ketemu juga beberapa ustadz,
ee.. sedikit ustadz sih yang punya waktu banyak juga yah yang bisa ngasih..
apa feedback cepat, karena kan semua ustadz juga punya kebutu.. ee..
kesibukan masing-masing. Jadi kita bisa ee.. konsultasi sama ustadz misal
seminggu sekali nanya “Ustadz tema ini ni, kita mau ngangkat ini dari sisi ini,
gimana haditsnya,” kadang kita kirim e-mail “ustadz cek dong haditsnya
shahih atau palsu. Dari tim Berita Islami kita nentuin tema nanti aku yang
akan nentuin, misalnya kita ngangkat contohnya misalnya ee... LGBT dalam
pandangan Islam, misalkan. Kita ngamatin misalnya, gimana sih ee..
pengaruhnya dari psikologinya, dari pandangan Islam gimana, haditsnya yang
menceritakan tentang ee.. ini apa misalnya. Kadang nih mba haditsnya ini,
nah nanti haditsnya itu yang kita konsultasiin “ustadz hadits ini asli atau
palsu?” gitu, “ee.. gini haditsnya lemah mba, palsu”, oh yaudah kita akan
jelasin hadits yang beredar dimasyarakat maka haditsnya palsu, gitu. Atau
kita mau ngangkat tema ee.. apalagi ya contohnya ya, banyak sih ya. Jadi
lebih misalnya kaya wanita fiqih wanita misalnya ee.. membaca Al-Qur’an
bagi wanita haid, itu kita akan nanya cerita jaman Nabi gimana sih, boleh gak
baca Al-Qur’an pas lagi haid? gitu gitu, haditsnya ada gak hukum di Al-
Qur’an apa? lebih ke situ. Tapi kalau ada surat dalam Al-Qur’an kita paling
nanya surat ini, ini ini ini ustadz, oh iyaa. Lebih kesitu sih. Kita juga beli
buku-buku kok, dari buku-buku itu kita bisa terinspirasi judulu misalnya nabi
kenapa nabi melarang kita makan dengan tangan kiri, karena ternyata secara
kesehatannya mempengaruh ke otak kek gini gini ke kebiasaan buruk kaya
gini, jadi kita bahas tu dalam Islam apa, haditsnya yang pernah menyatakan
kalau nabi melarang tu apa haditsnya, lebih kesitu. Nanti haditsnya yang ada,
anak-anak misalnya dapet hadits siapa aja, kita tanya ke ustadz “ini
sebenernya haditsnya palsu, ini hadits palsu.” Kita meeting itu rata-rata sama
ustadz itu sih seminggu sekali, karena ketemu sama ustadznya seminggu
sekali. Jadi kita ee... ustadz itu seminggu sekali ketemu ustadz tu cuman gini
“ustadz ustadz tema ini ini ustadz, kita nanti mau bahas dari sisi ini?” nah kita
juga ada nanya jawab sama ustadz “ustadz emang gimana sih dalam Islam,”
nanti dia jelasin “gini mba, gini gini,” nanti dari penjelasan ustadz itu kita
bisa bikin inian lagi, tulisan lagi. Kita kembangkan lagi temanya apa, lebih
kesitu. Tapi kalau ketemu ustadzah kan, cowok-cowoknya gak boleh ikut.
Jadi paling kita kalau ustadznya kan bisa kesini, kalau ustazahnya kita
kerumah ustadzahnya, karena ustadzahnya paket cadar, dia gak bisa ketemu
cowok, jadi paling kita kalau ketemu ustadzah Halimah Alaydrus. Halimah
Alaydrus tu yang banyak nulis buku kok “bidadari surga” banyak kok tulisan
dia. Nah kalau ustadzah Halimah itu kita lebih “yaudah kita ngangkat tentang
cerita-cerita mba” dia seneng kan, jadi yaudah kita angkat cerita-cerita gitu.
9. Adakah kriteria dalam pemilihan ustadz yang digunakan oleh program
BERIMAN?
Jadi, ee.. pemilihan ustadz itu gini, ee.. kita ee.. alasan memilih ustadz ini
karena dia mengerti banyak hadits, ustadz ini dia banyak lebih mengerti fiqih,
ustadz ini lebih mengerti ini-ini, tergantung itu. Tapi kalau tema biasanya kita
tema itu semua dari.. kita dari tim Berita Islami. Kita dapat tema baru kita
konsultasiin ke ustadz “ustadz-ustadz mau ngangkat tentang ini ni temanya
nih, gimana ustadz dalam hukum Islamnya, haditsnya gimana shahih gak?”
10. Tentang pembahasan “Kesalahpahaman dalam Mengamalkan Surat Al-
Fatihah” sempat ada kritikan dari masyarakat melalui media sosial dan
mendapat teguran dari KPI terkait dengan ucapan presenter Teuku
Wisnu dan Zaskia Mecca yang mengatakan bahwa mengirimkan surat
Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal adalah perbuatan bid’ah,
bagaimana respon program BERIMAN tentang kejadian tersebut?
Ya, waktu itu ee... saya juga ee.. seperti yang tadi di bilang saya langsung
negur ke host-hostnya, si... sebenernya sih kalau masyarakat nonton bukan
wis.. wisnu gak ada ngomong si... mengirim Al-Fatihah itu bid’ah tapi
masyarakat yang menyimpulkan yang ee.. dan yang berkata-kata demikian
nonton deh vitinya waktu itu cuma Mecca bilang “iya pemirsa hati-hati kalau
kita melakukan ibadah yang tidak pernah diajarkan nabi takutnya kita bid’ah”
gak ada secara langsung host-host BERIMAN ngomong “kalau kalian ngirim
Al-Fatihah itu bid’ah,” gak ada. Jadi itu cuma kesimpulan masyarakat cuman
pada intinya waktu kejadian itu Teuku Wisnu cuma bilang “ya pemirsa, jadi
se.. ee.. kalau kita beribadah sebaiknya kita pelajarin dulu di.. di.. maksudnya
nabi pernah mengajarkan apa tidak, sebaiknya kita ee.. sebelum melakukan
sesuatu kita berguru dulu, belajar dulu deh,” cuman bilang gitu. KPI memberi
teguran KPI tuh memberi teguran itu karena pernyataan Zaskia Mecca dan
Teuku Wisnu gitu, itu cuman karena laporan orang terlalu banyak, biasanya
KPI kalau pun misal laporan sesuatu yang menganggu masyarakat pasti akan
ditegur. Nah, kalau ini kan karena mengganggu salah satu etnis misalkan,
menganggu ee... orang-orang NU yang biasanya menganggap mengirim Al-
Fatihah atau apa gitu, makanya ditegur dan ditegur surat dan juga ditegur ee...
kita ditegur diperingatin bukan ditegur dikasih surat teguran peringatan
cuman ee.. kalau itu misalnya hal itu.. KPI negur secara keras itu biasanya
tanyangan dihentikan kalau ini kita juga disaat yang bersamaan ketika host
mengucapkan kesalahan itu hari selasa dihari kamisnya otomatis ee.. dua
orang host itu Zaskia Mecca dan Teuku Wisnu langsung mengucapkan minta
maaf kalau ada menyinggung ke semua pihak.
11. Setelah kejadian tersebut apakah program BERIMAN lebih berhati-hati
dalam mengangkat tema yang masih menjadi perdebatan di
masyarakat?
Dari dulu kita, kita selalu berhati-hati mengangkat tema dari.. yang berbeda
pendapat di masyarakat. Kalau misalkan ee.. kenapa saya bilang dari dulu
saya berhati-hati? Dari tema yang ee.. Al-Fatihah juga sebenernya kalau mba
nonton ya ee.. tidak ada satu pun kata-kata di dalam.. skrip ee.. viti kita yang
menyatakan kalau mengirimkan Al-Fatihah itu bid’ah.