analisis simulasi perbandingan virtual-link dan …
TRANSCRIPT
ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN VIRTUAL-LINK DAN
GENERIC ROUTING ENCAPSULATION (GRE) PADA MULTI
AREA OSPF MENGGUNAKAN GNS3
Artikel ilmiah
Peneliti:
Ramadlan Tri Susilo (672015154)
Dian Widiyanto Chandra, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN VIRTUAL-LINK DAN
GENERIC ROUTING ENCAPSULATION (GRE) PADA MULTI
AREA OSPF MENGGUNAKAN GNS3
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Peneliti:
Ramadlan Tri Susilo (672015154)
Dian Widiyanto Chandra, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
Pernyataan
Artikel Ilmiah berikut ini:
Judul : Analisi Simulasi Perbandingan Virtual-link dan Generic
Routing Encapsulation pada Multi Area OSPF
Menggunakan GNS3
Pembimbing : Dian W. Chandra, S.Kom., M.Cs.
adalah benar hasil karya saya:
Nama : Ramadlan Tri Susilo
NIM : 672015154
Saya menyatakan tidak mengambil sebagian atau seluruhnya dari hasil karya orang
lain kecuali sebagaimana yang tertulis pada daftar pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Salatiga, 24 Agustus 2019
Ramadlan Tri Susilo
ANALISIS SIMULASI PERBANDINGAN VIRTUAL-LINK DAN
GENERIC ROUTING ENCAPSULATION (GRE) PADA MULTI
AREA OSPF MENGGUNAKAN GNS3 1)Ramadlan Tri Susilo 2)Dian Widiyanto Chandra
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)[email protected] 2)[email protected]
Abstract
OSPF (Open Shortest Path First) is an automated routing protocol that can
maintain, manage and distribute routing information between networks following
any dynamic network changes. With the development of computer networks and the
increase of new computer networks that stand in areas far apart with the central
area does not allow for all networks can be connected directly with Area 0 (zero),
thus Area 2 is not Get the routing updates from Area 0 (zero). In this study will be
compared to the use of two different VPN technologies namely the GRE Tunnel and
virtual-link in OSPF. Where the QoS parameters used are Transmision rate, packet
loss, delay, and jitter. From the results of the study obtained the result of a virtual-
link protocol as good as the GRE tunnel when run on VoIP service because the
views from the calculation results of each virtual-link parameters have an average
index of 3.75 and GRE tunnel Has an average index of 3.75.
Keywords: VPN, Tunneling,OSPF, GRE tunnel, virtual-link, QoS, VoIP.
Abstrak
OSPF (Open Shortest Path First) Merupakan sebuah protokol routing otomatis
(Dynamic Routing) yang mampu menjaga, mengatur dan mendistribusikan
informasi routing antar network mengikuti setiap perubahan jaringan secara
dinamis. Dengan semakin berkembangnya jaringan komputer dan bertambahnya
jaringan komputer baru yang berdiri di area yang berjauhan dengan area pusat tidak
memungkinkan untuk semua jaringan bisa terhubung langsung dengan Area 0
(zero), dengan demikian Area 2 tidak mendapatkan routing update dari Area 0
(zero). Pada penelitian ini akan dibandingkan penggunaan dua teknologi VPN yang
berbeda yaitu antara GRE tunnel dan virtual-link pada OSPF. Dimana parameter
QoS yang digunakan adalah Transmision rate, packet loss, delay, dan jitter. Dari
hasil penelitian didapatkan hasil berupa protocol virtual-link sama baiknya dengan
GRE tunnel saat di jalankan pada layanan VoIP karena dilihat dari hasil perhitungan
masing masing parameter virtual-link memiliki indeks rata rata 3,75 dan GRE
tunnel memiliki indek rata rata 3,75.
Kata Kunci: VPN, Tunneling,OSPF, GRE tunnel, virtual-link, QoS, VoIP.
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1
1. Pendahuluan
OSPF (Open Shortest Path First) Merupakan sebuah protokol routing otomatis
(Dynamic Routing) yang mampu menjaga, mengatur dan mendistribusikan
informasi routing antar networks serta mengikuti setiap perubahan jaringan secara
dinamis. OSPF termasuk di dalam kategori IGP (Interior Gateway Protocol) yang
memiliki kemapuan Link-State dan Alogaritma Djikstra yang jauh lebih efisien
dibandingkan protokol IGP yang lain. Penggunaan konsep area OSPF sendiri
dimana area-area yang terbentuk harus terhubung ke area 0 (zero) sehingga
informasi-informasi area lainnya dapat disebar melalui area backbone tersebut.
Dengan semakin berkembangnya jaringan komputer dan bertambahnya jaringan
komputer baru yang berdiri di area yang berjauhan dengan area pusat tidak
memungkinkan untuk semua jaringan bisa terhubung langsung dengan Area 0
(zero), dengan demikian Area 2 tidak mendapatkan routing update dari Area 0
(zero) karena antara Area 0 dan Area 2 dipisahkan oleh Area 1 sehingga antara Area
0 dan Area 2 tidak dapat saling berkoneksi. Ini menjadi sebuah masalah ketika
antara Area 0 dan Area 2 akan saling bertukar informasi maupun data.
Pengguna membutuhkan suatu jaringan komputer dengan kinerja yang dapat
memenuhi kebutuhan untuk melakukan pertukaran informasi, sehingga perlu
membuat suatu jaringan yang bisa bekerja dengan baik untuk menjalankan proses
tersebut. Maka dari itu dibutuhkan sebuah jaringan yang memiliki Quality of
Service (QoS) yang mumpuni untuk melakukan pertukaran informasi dengan bisa
mempertahankan latency sekecil mungkin sehingga menjaga agar tidak terjadi
pembuangan paket yang menyebabkan packet loss dan mempertahankan nilai jitter
agar tidak berlebih supaya dapat membuat throughput tetap stabil.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menjalankan Quality of
Service (QoS) diantara metode GRE tunnel dan virtual-link. Kedua metode
tersebut berjalan dengan proses yang berbeda metode GRE tunnel melakukan
pengiriman paket dengan single lookup memalui interface tunnel sedangkan
metode virtual-link melakukan pengiriman paket melalui interface fastEthernet.
Dari proses pengiriman tersebut perlu dilakukan pengujian metode manakah yang
memiliki Quality of Service (QoS) yang lebih baik dalam pengiriman paket VoIP.
Melihat permasalahan yang terjadi diharapkan analisis kinerja Quality of Service
(QoS) dengan menggunakan metode GRE tunnel dan virtual-link pada OSPF dapat
menghasilkan kualitas jaringan yang baik. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah bagaimana melakukan analisis pengujian kinerja dari jaringan yang
menggunakan metode GRE tunnel dan virtual-link pada OSPF guna mendapatkan
data atau nilai Quality Of Service (QoS) dari kedua metode untuk dapat digunakan
dalam penentuan kualitas serta metode mana yang cocok untuk digunakan.
2. Tinjauan Pustaka
Berikut beberapa penelitian pendahulu yang menjadi pendukung penelitian ini.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan antara lain Penelitian yang dilakukan
oleh Anggraeni P.W . Dengan judul “Implementasi Virtual Private Network Over
GRE tunnel”. Penelitian ini membahas tentang bagaimnana melakukan
implementasi jaringan vpn menggunakan teknologi GRE Tunnel untuk
2
menghubungkan lebih dari satu router dengan router lainnya. Dengan
menggunakan protokol GRE mampu mengantarkan paket, protokol dan lainnya
sehingga kebutuhan user seperti menghubungkan layer 2 antar site dapat dipenuhi
melalui VPN GRE Tunnel. Konfigurasi pada loopback adapter, MikroTik-Head
Office, MikroTik-Branch dan Pc-Branch .[1]
Pada penelitian lainnya yang berjudul “Analisis Unjuk Kerja Perbandingan
Routing Protokol Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortes Path First
(OSPF) Ditinjau Dari Kemampuan Load Balancing”. Penelitian ini membahas
tentang perbandingan Routing OSPF dan RIP yang merupakan protokol dynamic
routing yang menggunakan algoritma link state dan distance vektor untuk
menentukan jarak tercepat secara cepat dan akurat dimana traffic pengirimanya
menggunakan UDP dan parameter pengukuran yang digunakan Overhead Routing,
Throughput, Delay Queing, Packet Drop, End to End Delay [2].
Pada Penelitian lainya yang berjudul “Implementasi Routing Open Shortest Path
First (OSPF) melalui tunnel open VPN”. Penelitian ini menganalisa tentang
kecepatan update routing dalam jaringan untuk menghubungkan antar kantor yang
berbeda dengan menggunakan OSPF routing pada jaringan open VPN.
Implementasi routing OSPF pada jaringan Open VPN menggunkan tiga buah
routerboard dengan satu IP public. Pengujian dilakukan dengan analisa proses
pemilihan jalur routing, analisa kecepatan waktu convergence, analisa kecepatan
update routing dan pengujian pengiriman paket pada masing-masing router. Hasil
tes waktu convergence menggunakan ISP yang sama adalah 55,28 detik dan
menggunakan ISP yang berbeda adalah 55,13 detik. Hasil pengujian pada proses
routing update dengan ISP yang sama adalah 7,23 detik dan 9,63 detik
menggunakan ISP yang berbeda. Secara keseluruhan routing OSPF pada jaringan
Open VPN mampu bekerja dengan baik dengan waktu convergence dan waktu
update routing yang cepat dan up to date.[3]
Penelitian yang berjudul “Implementasi Interkoneksi jaringan IPV4 dengan
IPV6 Dengan Menggunakan Tunneling Mode GRE”. Penelitian ini membahas
tentang mengimplementasikan interkoneksi jaringan IPv6 over IPv4 dengan
metode tunneling mode GRE. Lalu dilakukan penelitian mengenai performansi
jaringan tersebut saat dijalankan aplikasi VoIP dan FTP dan dibandingkan dengan
mode tunneling yang lain, yaitu 6to4 dan ISATAP. Dari hasil penelitian, didapat
bahwa tunneling GRE memberikan performansi yang lebih baik daripada 6to4 dan
ISATAP. Pada tunneling GRE, nilai throughput pada aplikasi VoIP dan FTP lebih
tinggi daripada tunneling 6to4 dan ISATAP. GRE juga memberikan nilai delay,
jitter, dan packet loss (pada aplikasi VoIP) juga nilai retransmisi dan RTT (pada
aplikasi FTP) yang lebih rendah daripada tunneling 6to4 dan ISATAP. Hal ini
dikarenakan pada GRE tidak dibutuhkan proses translasi alamat untuk menentukan
ujung tunnel karena telah dikonfigurasi secara manual pada router. Sehingga
pemrosesan paket terjadi pada router relatif lebih singkat.[4]
Penelitian yang berjudul “Analisis QoS dengan Metode Differentiated Services
(diffserv) dalam Sistem IPV 6-over-IPV 4 gre tunnel”. Pada penelitian ini
membahas tentang transisi dari IPV 4 ke IPV 6. Namun, proses transisi ini tidak
bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dan bersamaan secara global karena akan
menimbulkan masalah konektivitas pada jaringan yang masih menggunakan IPv4.
3
Salah satu teknik transisi menuju IPv6 sedikit demi sedikit tanpa menggangu
infrastruktur IPv4 yang sudah ada adalah teknik transisi tunneling IPv6-over-IPv4
dengan menggunakan mode Generic Routing Encapsulation (GRE) yang
dikembangkan oleh Cisco Systems. Untuk menjamin kualitas layanan dari sistem
tersebut, terlebih maraknya permintaan layanan multimedia yang real-time
menuntut Quality of Service (QoS) yang baik untuk menjamin layanan yang dibawa
oleh suatu infrastruktur jaringan. Oleh karena itu, dibutuhkan fitur QoS pada
infrastruktur transisi IPv6-over-IPv4 tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, IPv4 dan IPv6 mendukung penerapan fitur QoS Differentiated Services
(DiffServ) untuk setiap paket. Hasil yang didapatkan setelah membangun
infrastruktur tersebut adalah bahwa QoS DiffServ dapat diterapkan pada
infrastruktur tersebut dan mampu menyediakan kualitas layanan real-time yang
lebih baik berdasarkan beberapa parameter QoS yang diuji, yaitu interarrival delay
(delta), interarrival jitter, dan packet loss.[5]
Pada penelitian sebelumnya banyak yang sudah membahas dan menggunakan
jaringan VPN sebagai metode penelitian dengan menggunakan GRE tunnel maupun
Virtual-link. Pada kasus sebelumnya juga sudah banyak yang menggunakan metode
tersebut tetapi dengan layanan yang berbeda-beda, beberapa diantaranya
pengujiannya ada yang menggunakan layanan FTP, dan video streaming, tapi
intinya sama-sama menggunakan jaringan VPN dan pada kasus kali ini akan
dilakukan pengujian perbandingan virtual-link dan GRE tunnel pada multi area
OSPF dengan menggunakan layanan VoIP.
Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah routing protocol yang
digunakan untuk menghubungkan antar Network dalam jaringan internal suatu
organisasi. OSPF ini mendukung jaringan point to point, point to multi point, dan
jaringan multi akses.protokol OSPF ini termasuk dalam kategori routing linkstate
oleh sebab itu OSPF dapat menghitung jalur routing yang terbatas dari loop.
Beberapa kelebihan lain dari routing ini dapat dengan cepat mendeteksi perubahan
yang terjadi pada sebuah jaringan. Routing OSPF membentuk hubungan dengan
router tetangganya dengan mengandalkan hello protokol. Penggunaan konsep area
OSPF sendiri dimana area-area yang terbentuk harus terhubung ke area 0 (zero)
atau Area backbone sehingga informasi-informasi area lainnya dapat disebar
melalui area backbone tersebut. ini menjadi sebuah kendala ketika dalam sebuah
jaringan terdapat area yang tidak dapat secara langsung berhubungan dengan area
backbone sehingga antar area tersebut tidak dapat saling ber interaksi. OSPF di
dukung oleh protokol VPN tunnel untuk membuat sebuah jalur untuk
menghubungkan jaringan yang tidak berhubungan secara langsung dengan Area
backbone.
VPN merupakan jaringan pribadi virtual yang di gunakan untuk sambungan
terenkripsi melalui Internet dari perangkat ke jaringan. Sambungan terenkripsi
membantu memastikan bahwa data sensitif dikirimkan dengan aman. Ini mencegah
orang yang tidak berwenang dari menguping lalu lintas dan memungkinkan
pengguna untuk melakukan pekerjaan dari jarak jauh. Teknologi VPN banyak
digunakan di lingkungan jaringan yang luas. VPN memperluas jaringan untuk
melakukan koneksi terenkripsi yang dibuat melalui Internet. Karena lalu lintas
dienkripsi antara perangkat dan jaringan, lalu lintas tetap privat saat berjalan.
4
Sehingga Sebuah jaringan yang sangat berjauhan masih dapat terhubung dengan
aman ke jaringan pusat.
Tunneling merupakan sebuah teknologi membuat sebuah jalur terowongan
terselubung atau jalur kusus. Teknologi tunneling merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk mentransfer data dari satu jaringan ke jaringan lain dengan
memanfaatkan jaringan internet secara terselubung. Protocol tunneling tidak
mengirimkan frame sebagaimana yang dihasilkan oleh node asalnya begitu saja,
melainkan membungkusnya men-enkapsulasi dalam header tambahan. Header
tambahan tersebut berisi informasi routing sehingga data frame yang dikirim dapat
melewati.
Generic Routing Encapsulation (GRE) merupakan sebuah protokol tunneling
yang memiliki kemampuan menenkapsulasikan semua paket data yang akan
dikirim ke client begitu juga sebaliknya. GRE ini termasuk dengan point-to-point
yang berjalan pada OSI layer 3 yaitu network dengan port 47 dan protokol TCP.
Sumber IP GRE Tunnel dan tujuan memungkinkan untuk mengkonfigurasi source
dan destination terowongan milik jaringan pribadi virtual (VPN)
routing/forwarding (VRFs) tabel. Sehingga tabel VRF menyimpan data perutean
untuk setiap VPN. Tabel VRF mendefinisikan keanggotaan VPN situs Pelanggan
yang dilampirkan ke server akses jaringan (NAS). Setiap tabel VRF terdiri dari
tabel perutean IP, tabel Cisco Express forwarding (CEF) yang diturunkan, serta
parameter protokol dan perutean pedoman yang mengontrol informasi yang
disertakan dalam tabel routing. Dengan mengunakan tunneling GRE, roouter yang
berada pada Area yang tidak terhubung langsung dengan Area 0 dapat melakukan
enkapsulasi paket paket protokol sehingga antar area tersebut dapat saling
berhubungan. [9].
Virtual-Link pada OSPF merupakan sebuah cara yang digunakan untuk
menghubungkan router ospf yang secara fisik terpisah dari area backbone. Biasanya
pada kasus tersebut akan menimbulkan pertukaran table routing antar router ospf
menjadi tidak sempurna. Sehingga virtual-link berperan untuk membuat jalur
penghubung dengan Area backbone tersebut.
Quality of Service (QoS) mengacu pada kemampuan jaringan untuk memberikan
layanan traffic jaringan yang lebih baik untuk dipilih melalui berbagai teknologi,
termasuk Frame Relay, Asynchronous Transfer Mode (ATM), jaringan Ethernet
dan 802.1, SONET, dan jaringan IP-routed yang mungkin menggunakan beberapa
atau semua teknologi yang mendasari tersebut. Tujuan utama QoS adalah
memberikan prioritas termasuk bandwidth khusus, jitter conntrol dan latency
(dibutuhkan oleh beberapa traffic yang real-time dan interaktif ), dan peningkatan
karakteristik loss. Yang terpenting juga adalah memastikan memberikan prioritas
untuk satu atau lebih aliran agar tidak membuat aliran yang lain gagal. Teknologi
QoS menyediakan elemen blok bangunan yang akan digunakan untuk aplikasi
bisnis masa depan dikampus, WAN, dan jaringan penyedia layanan. Parameter-
parameter Quality of Service (QoS) yang biasanya digunakan untuk pengukuran
antara lain Delay, Packet Loss, Transmision rate dan jitter
Delay merupakan waktu tunda yang diperlukan untuk data menempuh dari titik
awal menuju titik tujuan. Delay dikelompokkan menjadi 4 kategori yang dapat
dilihat di Tabel 1.
5
Tabel 1 Katergori Delay. [8]
Kategori Delay Indeks
Sangat Bagus < 150 ms 4
Bagus 150 s/d 300 ms 3
Sedang 300 s/d 450 ms 2
Buruk > 450 ms 1
Untuk mencari nilai delay, dapat dilakukan dengan cara seperti di bawah 𝑫𝐞𝐥𝐚𝐲 = 𝐖𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐏𝐚𝐜𝐤𝐞𝐭 𝐃𝐢𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 − 𝐖𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐏𝐚𝐜𝐤𝐞𝐭 𝐝𝐢𝐤𝐢𝐫𝐢𝐦𝐤𝐚𝐧
Packet Loss merupakan kondisi yang menunjukkan total paket yang hilang
dalam suatu pengiriman paket data pada suatu jaringan. Beberapa penyebab
terjadinya Packet Loss karena adanya noise, collision dan congestion pada jaringan
yang disebabkan oleh terjadinya antrian yang berlebihan dalam jaringan. Dapat
diartikan gagalnya transmisi IP mencapai tujuannya. Berikut kategori Packet Loss
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kategori Packet Loss. [8]
Kategori Packet Loss Indeks
Sangat Bagus 0% 4
Bagus 3% 3
Sedang 15% 2
Buruk 25% 1
𝐏𝐚𝐜𝐤𝐞𝐭 𝐋𝐨𝐬𝐬 = (𝐃𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐤𝐢𝐫𝐢𝐦 − 𝐏𝐚𝐜𝐤𝐞𝐭 𝐃𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚
𝐏𝐚𝐜𝐤𝐞𝐭 𝐃𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐤𝐢𝐫𝐢𝐦) 𝟏𝟎𝟎%
Transmision rate merupakan total kedatangan IP yang sukses yang diamati
destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi intervalI waktu
tersebut. Transmision rate merupakan kemampuan sebenarnya suatu jaringan
dalam melakukan pengiriman data. Berikut kategori Transmision rate dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Kategori Transmision rate. [8]
Kategori Transmision rate Indeks
Sangat Bagus >90 % 4
Bagus 80 – 89 % 3
Sedang 70 – 79 % 2
Buruk 60 – 69 % 1
Untuk mencari nilai Transmision rate, dapat dilakukan dengan cara dibawah.
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐬𝐢𝐨𝐧 𝐫𝐚𝐭𝐞 = (𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫𝐯𝐚𝐥 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐥𝐨𝐬𝐬
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫𝐯𝐚𝐥) 𝟏𝟎𝟎%
Jitter adalah perbedaan selang waktu kedatangan antar paket di terminal tujuan,
dengan kata lain jitter merupakan variasi dari delay. Besarnya nilai jitter
6
mengakibatkan rusaknya data yang diterima, baik itu berupa penerimaan yang
putus-putus atau hilangnya data akibat overlap dengan paket data yang lain. Banyak
hal yang dapat menyebabkan jitter diantaranya adalah peningkatan traffic secara
tiba-tiba sehingga menyebabkan penyempitan bandwidth dan menimbulkan
antrian.
Tabel 4 Kategori Jitter. [8]
Kategori Jitter Indeks
Sangat Bagus 0 ms 4
Bagus 1 – 75 ms 3
Sedang 76 – 125 ms 2
Buruk 125 – 225 ms 1
3. Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan sebuah perancangan untuk pengujian performa
menggunakan parameter QoS. Parameter yang digunakan yaitu delay, jitter,
transmision rate, dan packet loss. Pengujian jaringan VPN dilakukan menggunakan
dua protokol, yaitu virtual-link dan GRE tunnel. Berikut ini flowchart tahapan
penelitian pada Gambar 1.
Gambar 1 Flowchart Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian pada Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang ada terkait
Analisis Perbandingan Virtual-Link dan GRE tunnel Pada Multi Area OSPF.
Penelitian ini menggunakan software simolator VMware Workstation, GNS3 dan
software Wireshark.
Tahap desain merupakan perancangan arsitektur jaringan yang telah
digambarkan seperti Gambar 2. Topologi pada Gambar 2 menunjukkan skema
topoogi jaringan yang akan diterapkan.
Desain
Analisa
Identifikasi masalah
Penulisan laporan
7
Gambar 2 Topologi Jaringan
Pada Gambar 2 terdapat tiga jaringan privat, jaringan privat pertama terdapat
pada R1 dengan diberikan satu alamat IP privat yang didalamnya terdapat sebuah
PC dimana telah terdapat software 3CX Client yang berfungsi sebagai client dari
server VoIP. Kemudian jaringan privat kedua terdapat pada R2, R2 juga diberikan
satu alamat IP privat dan kemudian pada jaringan privat yang ketiga terdapat pada
R3 dimana didalamnya telah diberikan satu alamat IP privat dengan sebuah PC
yang didalamnya juga sudah terdapat server 3CX software 3CX Client. Pada tiga
jaringan tersebut telah diberikan konfigurasi NAT pada R2 dan R3, dan juga
diberikan konfigurasi GRE tunnel maupun Virtual-link agar terjadinya terowongan
virtual dari jaringan satu ke jaringan lain yang terenkripsi. Komunikasi seperti
Gambar 2 dapat terjadi saat salah satu client melakukan panggilan ke client lainnya
melalui nomer ekstensi yang telah didaftarkan ke server.
4 Hasil dan Pembahasan
Dari hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 3 untuk GRE tunnel dan Gambar
4 untuk virtual-link, dilihat masing-masing parameter sesuai dengan kondisi saat
pengambilan data dari panggilan VoIP dengan durasi 60 sec
.
Gambar 3 Hasil simulasi jaringan GRE tunnel
Pada Gambar 3 dapat dilihat hasil capture GRE tunnel dengan Wireshark untuk
masing masing parameter dengan pengujian mengunakan layanan VoIP dengan
hasil sebagai berikut.
8
Delay = 43,61 ms
Packet Loss =2120−2120
2120 X100%
= (0,00%)
Interval Jitter= 2,32 ms
Transmision Rate = 60 𝑠𝑒𝑐
60 se c X100%
= 100 %
Gambar 4 Hasil simulasi Jaringan Virtual-link
Pada Gambar 4 dapat dilihat hasil capture Virtual-link dengan Wireshark untuk
masing masing parameter dengan pengujian mengunakan layanan VoIP dengan
hasil sebagai berikut.
Delay = 45,08 ms
Packet Loss = 2086−2086
2086 X100%
=0,00%
Interval Jitter= 1,80 ms
Transmision Rate = 60 𝑠𝑒𝑐
60 se c X100%
= 100 %
Dari hasil perhitungan yang didapatkan dapat dilihat masing-masing parameter
sesuai dengan kondisi saat pengambilan data dari panggilan VoIP dengan durasi 60
sec. Berikut hasil rata-rata pengukuran masing-masing parameter dari 30 kali
percobaan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Perhitungan.
Parameter Protokol Hasil Kualitas Indeks
Delay GRE tunel 49,518 ms Sangat bagus 4
Virtual-link 51,099 ms Sangat bagus 4
Transmision Rate GRE tunel 99,6 % Sangat bagus 4
Virtual-link 99,8 % Sangat bagus 4
Packet Loss GRE tunel 0,006 % Sangat bagus 4
Virtual-link 0,004 % Sangat bagus 4
Jitter GRE tunel 2,32 ms Bagus 3
Virtual-link 3,43 ms Bagus 3
9
Pada Tabel 5 dapat dilihat hasil capture dengan Wireshark dari rata-rata 30 kali
pengujian untuk masing masing parameter pada GRE tunnel dan virtual-link
dengan pengujian mengunakan layanan VoIP.
Gambar 5 Hasil simulasi Jaringan Virtual-link
Dari hasil pengukuran packet loss dapat dilihat pada gambar 5. Hasil yang
didapatkan dari pengujian sebanyak 30 kali percobaan, 3 kali percobaan
diantaranya muncul 1 packet wrong sequence number yaitu terjadinya lompatan
urutan packet yang dianggap tidak berdampingan sehingga menyebabkan gagalnya
transmisi IP mencapai tempat tujuan hal itu terjadi karena nomor urut bertambah
satu untuk setiap paket data RTP yang dikirim dan akan digunakan oleh penerima
untuk mendeteksi kehilangan paket dan mengembalikan urutan paket.
Berdasarkan hasil pengujian Quality of Service terhadap nilai dari parameter
delay antara GRE tunnel dan virtual-link pada routing OSPF dapat dilihat pada
Tabel 5. Dari 30 kali percobaan pengukuran yang didapatkan rata rata delay pada
GRE tunnel lebih kecil 1,581ms dari virtual-link yang memiliki delay sebesar
51,099.
Gambar 6 Tabel routing GRE tunnel
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa tabel routing pada jaringan GRE tunnel
menggambarkan proses pengiriman paket melewati sebuah terowongan yang telah
di buat yaitu IP source dan destination yang masuk dalam Tunnel 1 atau point-to-
point yang berjalan pada OSI layer 3 yaitu network dengan port 47 dan protokol
10
TCP sehingga paket yang dikirim langsung menuju ke interface tunnel. sedangkan
untuk tabel routing virtual-link dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Tabel routing virtual-link
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa tabel routing pada jaringan virtual-link,
router akan melakukan proses pengiriman paket ke network melaui interface1/0
meskipun keduanya sama sama melukukan proses lookup 1 kali. Berdasarkan hasil
pengujian delay pada GRE tunnel lebih baik dari virtual-link hal itu terjadi karena
GRE tunnel menggunakan Cisco Express forwading (CEF) switching multipoint
sedangkan Virtual-link menggunakan forwading plane.
Sesuai dengan hasil pengukuran yang ada pada Tabel 5 rata-rata dari 30 kali
percobaan didapati bahwa jitter yang dihasilkan GRE tunnel pada routing OSPF
lebih kecil 1,11 ms dari virtual-link yang memiliki nilai 3,43 ms. Hal itu disebabkan
karena jitter merupakan selang waktu kedatangan antar paket di terminal tujuan,
dengan kata lain jitter merupakan variasi dari delay sehingga besarnya delay
mempengaruhi besarnya nilai jitter.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan pembahasan yang dilakukan dengan
membandingkan parameter Quality of service (QoS) dari virtual-link dan GRE
tunnel pada multi area OSPF menggunakan VoIP didapatkan hasil bahwa GRE
tunnel memiliki rata-rata delay dan jitter lebih baik dari virtual-link. Nilai rata-rata
dari parameter delay dan parameter jitter dari GRE tunnel sedikit lebih baik dari
virtual-link karena GRE tunnel menggunakan Cisco Express forwading (CEF)
sehingga proses pengiriman paket dapat berjalan dengan baik sedangkan virtual-
link menggunakan forwading plane sehingga membuat pengiriman packet menjadi
kurang maksimal.
Dari hasil pengkuran untuk parameter Quality of service (QOS) Virtual-link
memiliki kualitas yang lebih baik dari pada GRE tunnel pada parameter packet loss
dan transmision rate. Hal tersebut dibuktikan dengan selisih nilai packet loss dari
metode virtual-link dan GRE Tunnel adalah 0,002 % dan selisih nilai transmision
rate dari metode virtual-link dan GRE Tunnel adalah 0,2 %. Dalam pengembangan
maupun penelitian selanjutnya dapat dilakukan dalam studi kasus dengan
memberikan pembebanan pada traffic jaringan yang diuji dan penerapan security
yang lebih baik.
11
6. Daftar Pustaka
[1] P. W. Anggraini, “Implementasi Interkoneksi jaringan IPV 4 dengan IPV 6
Dengan Menggunakan Tunneling Mode GRE,” Universitas Telkom, 2011.
[2] T. Rahman, “Implementasi Virtual Private Network Over GRE tunnel,”
Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta , 2017.
[3] V. B. Sanjaya, “Analisis Unjuk Kerja Perbandingan Routing Protokol Routing
Information Protocol (RIP) dan Open Shortes Path First (OSPF) Ditinjau Dari
Kemampuan Load Balancing,” Fakultas Sains dan Teknologi Uiversitas
Sanata Dharma, 2016.
[4] W. A. Prawitasari, “Implementasi Interkoneksi jaringan IPV 4 dengan IPV 6
Dengan Menggunakan Tunneling Mode GRE,” Fakultas Elektro DAN
Komunikasi Institut Teknologi Telkom Bandung, 2011.
[5] O. D. Wibowo, “Analisis QoS dengan Metode Differentiated Services
(diffserv) dalam Sistem IPV 6-over-IPV 4 gre tunnel,” Fakultas Teknik
Informatika Universitas Telkom Bandung, 2014.
[6] Mulyadin, Tri, Muhammad Sholeh dan Catur Iswahyudi,”implementasi routing
open shortest path first (ospf) melalui tunnel open vpn”, Institut Sains &
Teknologi AKPRIND. Yogyakarta, 2016.
[7] Perdana, Herda Theo, et all, 2016, Analisis Performansi VoIP Pada Vanet
Dengan Menggunakan Codec Suara G.711, G.729, Dan GSM, Vol. 3. No. 3.
[8] TIPHON. (1999). Telecommunications and Internet Protocol Harmonization
Over Networks (TIPHON) General aspects of Quality of Service (QoS).
California: TIPHON.
[9]
https://www.cisco.com/c/en/us/td/docs/ios/12_4/interface/configuration/guide/inb
tun.html#wp1070770