analisis strategi pemasaran pada agrowisata … · pengunjung agrowisata kebun tanaman obat...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA AGROWISATA
KEBUN TANAMAN OBAT KARYASARI KECAMATAN
LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
IGNAZ CHRISTIAN SIMANJUNTAK
H34076078
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
RINGKASAN
IGNAZ CHRISTIAN SIMANJUNTAK. Analisis Strategi Pemasaran pada
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Kecamatan Leuwiliang
Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K.
DARYANTO)
Perkembangan preferensi dan motivasi wisatawan menyebabkan
persaingan pada usaha kepariwisataan menjadi semakin kompetitif. Berbagai
strategi dapat ditempuh para pelaku bisnis di bidang ini untuk dapat
memenangkan persaingan. Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan diharapkan
mampu memuaskan kebutuhan pengunjung kawasan wisata tersebut termasuk
pengunjung kawasan agrowisata. Dalam masa perkembangannya, keberadaan
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari kurang dikenal dan diketahui
masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan
oleh pihak manajemen belum dilaksanakan dengan tepat. Selain itu, objek wisata
ini merupakan jenis objek wisata minat khusus. Hal ini dapat terlihat dari jumlah
pengunjung Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari yang tercatat sejak Mei
2008 hingga Agustus 2009 hanya berjumlah 396 orang bahkan pada bulan tertentu
tidak ada satupun wisatawan yang melakukan kunjungan.
Agar upaya pengembangan Agrowisata KTO Karyasari dapat berhasil
dengan baik, maka diperlukan penerapan strategi bauran pemasaran yang baik dan
tepat agar dapat bersaing dalam persaingan global. Tujuan penelitian ini adalah
(1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan, (2) mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal yang menjadi
peluang dan ancaman, dan (3) menganalisis alternatif strategi pemasaran dan
menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan.
Penelitian dilaksanakan pada Agrowisata KTO Karyasari yang terletak di Desa
Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Responden yang dipilih
adalah Pimpinan Yayasan Pengembangan Obat Karyasari, Kepala Bagian
Agrowisata, Kepala Bagian Kebun, dan Kepala Bagian Promosi. Tahapan-tahapan
yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan secara sistematis yaitu :
Analisis Matriks IFE dan EFE, penentuan posisi perusahaan (Matris IE),
formulasi alternatif strategi pemasaran (Matriks SWOT), dan prioritas strategi
pemasaran (Matriks QSPM).
Nilai total skor matriks IFE sebesar 2,166 dan EFE sebesar 3,184
menempatkan Agrowisata KTO Karyasari pada sel II dalam matriks IE. Posisi ini
mengambarkan kondisi internal rata-rata dan respon perusahaan terhadap faktor-
faktor eksternal yang dihadapinya tergolong tinggi. Strategi yang dapat
dilaksanakan adalah grow and build atau strategi pertumbuhan. Divisi pada sel ini
dapat menerapkan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk) dan strategi integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke
belakang, dan integrasi horisontal). Prioritas strategi terbaik dengan menggunakan
alat analisis matriks QSPM untuk diimplementasikan adalah memperluas target
pasar dengan meningkatkan pemasaran dengan cara melatih dan memotivasi
karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik, serta menyiapkan, menetapkan
harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen
terutama untuk pengunjung rombongan. Pengunjung yang datang secara
rombongan seperti sekolah, perguruan tinggi, kantor, perkumpulan dan
sebagainya adalah konsumen yang mendatangkan penghasilan paling besar bagi
Agrowisata KTO Karyasari sehingga konsumen seperti ini sangat diandalkan
untuk terus mendukung keberlanjutan usahanya.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA AGROWISATA
KEBUN TANAMAN OBAT KARYASARI KECAMATAN
LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
IGNAZ CHRISTIAN SIMANJUNTAK
H34076078
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran pada Agrowisata Kebun Tanaman
Obat Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Nama : Ignaz Christian Simanjuntak
NIM : H34076078
Disetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc
NIP. 19610916 198601 2001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi
Pemasaran pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Kecamatan
Leuwiliang Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Ignaz Ch Simanjuntak
H34076078
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Siborongborong, Kabupaten Humbang Habinsaran
pada tanggal 12 Mei 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Viktor Simanjuntak dan Ibunda D. Entelina Sianipar.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD HKBP Siborongborong pada
tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama di SLTP Negeri 1 Siborongborong hingga tahun 2001. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Atas di SLTA
Negeri 1 Siborongborong, hingga selesai tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai Mahasiswa Diploma III Program
Studi Manajemen Hutan Produksi, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan selesai tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan Sarjana, Progam Studi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Strategi Pemasaran pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Kecamatan
Leuwiliang Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan menganalisis faktor internal dan eksternal Agrowisata Kebun Tanaman Obat
Karyasari serta menganalisis alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi
pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan bagi perusahaan.
Penulis berusaha mewujudkan kesempurnaan dalam menyajikan karya
ilmiah ini. Namun, penulis menyadari bahwa sebagai manusia memiliki
kekurangan dan keterbatasan. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta bagi para pembaca
yang membutuhkannya.
Bogor, Maret 2010
Ignaz Ch Simanjuntak
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril
serta materil kepada penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain
sebagai berikut :
1. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Burhanudin, MM selaku dosen evaluator pada kolokium penulis yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan
proposal penelitian.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Yuniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji bidang akademik, seluruh
dosen, dan staf Departemen Agribisnis.
5. Orangtua, saudari (Rumondang Evlin Manuturi Simanjuntak dan Putri Rebeca
Simanjuntak), dan semua keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih
dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
6. Pihak Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari atas waktu, kesempatan,
informasi, dan dukungan yang diberikan.
7. Teman-teman seperjuangan (Marsella Sembiring dan Ardian Surbakti) dan
teman-teman Agribisnis atas semangat dan sharing selama penelitian hingga
penulisan skripsi.
8. Keluarga mahasiswa/i asal Siborongborong dan sekitarnya di perantauan
Bogor (Gamasintan), dan Sopo Ombus-Ombus crews (Agus Sihombing, Paska
Panjaitan, Herbet Sianipar, Andrew Manik, Aldo Silaban, Benardo Nababan,
Chrisman Simorangkir, b’Jean, dan b’Ajay).
9. Sahabat-sahabat terkasih (Erik, Kinza, Felix, Lustri, Heri, dan Wastin).
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kaih atas
bantuannya.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.5. Ruang Lingkup ................................................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8
2.1. Agrowisata ....................................................................................... 8
2.1.1. Defenisi Agrowisata ............................................................. 8
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Agrowisata ........................................... 8
2.1.3. Pengembangan Agrowisata ................................................... 9
2.1.4. Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Pengembangan
Agrowisata ............................................................................ 12
2.2. Manfaat Tanaman Obat ................................................................... 15
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................. 17
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 22
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 22
3.1.1. Konsep Strategi...................................................................... 22
3.1.2. Manajemen Strategi ............................................................... 22
3.1.3. Model Manajemen Strategi ................................................... 22
3.1.4. Konsep Pemasaran ................................................................. 23
3.1.5. Strategi Pemasaran ................................................................ 24
3.1.6. Pemasaran Jasa ...................................................................... 25
3.1.7. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ........................ 26
3.1.7.1. Produk ......................................................................... 26
3.1.7.2. Harga ........................................................................... 28
3.1.7.3. Saluran distribusi atau tempat ..................................... 29
3.1.7.4. Promosi ....................................................................... 29
3.1.7.5. Orang ........................................................................... 33
3.1.7.6. Bukti fisik .................................................................... 33
3.1.7.7. Proses .......................................................................... 34
3.1.8. Analisis Lingkungan Pemasaran ........................................... 34
3.1.8.1. Analisis Lingkungan Internal ...................................... 35
3.1.8.2. Analisis Lingkungan Eksternal ................................... 37
ii
3.1.9. Matriks Internal Eksternal ................................................... 41
3.1.10. Analisis SWOT .................................................................... 42
3.1.11. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) .. 43
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................... 43
IV. METODE PENELITIAN ..................................................................... 47
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 47
4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 47
4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 48
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 48
4.4.1. Analisis Matriks IFE dan EFE ............................................ 49
4.4.2. Analisis Matriks IE .............................................................. 53
4.4.3. Analisis Matriks SWOT ...................................................... 54
4.4.4. Analisis QSPM .................................................................... 55
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 58
5.1. Gambaran Umum Agrowisata KTO Karyasari ............................... 58
5.2. Sejarah Agrowisata KTO Karyasari ................................................ 58
5.3. Visi dan Misi Agrowisata KTO Karyasari ...................................... 59
5.4. Struktur Organisasi .......................................................................... 60
5.5. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 62
5.6. Sumber Daya Modal ........................................................................ 63
VI. INDENTIFIKASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN ............... 64
6.1. Identifikasi Faktor Internal Perusahaan ........................................... 64
6.1.1. Sumber Daya Manusia ......................................................... 64
6.1.2. Produksi dan Operasi ............................................................ 64
6.1.3. Penelitian dan Pengembangan .............................................. 65
6.1.4. Keuangan.............................................................................. 66
6.1.5. Bauran Pemasaran Agrowisata KTO Karyasari ................... 66
6.1.5.1. Produk (Product) ........................................................ 67
6.1.5.2. Tempat/ saluran distribusi (Place) ............................. 68
6.1.5.3. Harga (Price) .............................................................. 69
6.1.5.4. Promosi (Promotion) .................................................. 70
6.1.5.5. Orang (People) ........................................................... 72
6.1.5.6. Bukti fisik (Physical evidence) .................................. 73
6.1.5.7. Proses (Process) ......................................................... 75
6.1.6. Segmentasi, Target, dan Posisi ............................................. 76
6.2. Identifikasi Faktor Eksternal Perusahaan ........................................ 76
6.2.1. Lingkungan Umum ............................................................... 77
6.2.1.1. Politik dan Pemerintahan ........................................... 77
6.2.1.2. Ekonomi ..................................................................... 79
6.2.1.3. Sosial Budaya dan Lingkungan .................................. 80
6.2.1.4. Teknologi ................................................................... 81
6.2.2. Lingkungan Industri ............................................................. 82
6.2.2.1. Konsumen .................................................................. 82
6.2.2.2. Pesaing ....................................................................... 84
iii
6.2.2.3. Hambatan Masuk Bagi Pendatang Baru .................... 85
6.2.2.4. Ancaman Produk Substitusi ....................................... 86
6.3. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan, Peluang dan Ancaman ....... 86
6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan .............. 87
6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan .................... 88
VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI .................................... 89
7.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ....................................... 89
7.2. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ................................... 90
7.3. Tahapan Pemaduan .......................................................................... 92
7.3.1. Matriks IE Agrowisata KTO Karyasari ............................... 92
7.3.2. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasari ........................ 96
7.3.3 Matriks QSPM Agrowisata KTO Karyasari ........................ 99
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 101
8.1. Kesimpulan ...................................................................................... 101
8.2. Saran ................................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 103
LAMPIRAN ................................................................................................. 105
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia Tahun 2001 – 2008 ......... 1
2. Jumlah Wisatawan ke Objek Wisata di Jawa Barat Tahun 2004-2007 .. 3
3. Penelitian Terdahulu yang terkait dengan Strategi Pemasaran ............... 17
4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ............................................... 50
5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal............................................. 50
6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) .............................................. 52
7. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ........................................... 53
8. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities, and Threats) ... 55
9. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ...................... 56
10. Penawaran Paket Agrowisata KTO Karyasari ........................................ 68
11. Kekuatan dan Kelemahan Agrowisata KTO Karyasari .......................... 87
12. Peluang dan Ancaman Agrowisata KTO Karyasari................................ 88
13. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Agrowisata
KTO Karyasari ........................................................................................ 90
14. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Agrowisata
KTO Karyasari ........................................................................................ 91
15. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasri............................................. 98
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Laju Persentase Perubahan Pengunjung Per Bulan Pada
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Tahun 2008-2009 ............ 6
2. Model Komprehensif Manajemen Strategi ............................................. 23
3. Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ............... 40
4. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................... 46
5. Matriks IE ............................................................................................... 54
6. Struktur Organisasi Karyasari ................................................................. 61
7. Matriks Internal-Eksternal (IE) Agrowisata KTO Karyasari .................. 93
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Panduan Wawancara ............................................................................... 106
2. Kuisioner Matriks IFE dan EFE .............................................................. 107
3. Penentuan Strategi Terpilih dengan Matriks QSP .................................. 112
4. Hasil Median Rating Faktor Eksternal dan Faktor Internal .................... 113
5. Hasil Matriks Perbandingan Faktor Eksternal dan Faktor Internal ........ 114
6. Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan
Untuk Faktor Eksternal dan Faktor Internal........................................... 118
7. Hasil QSPM Agrowisata KTO Karyasari ............................................... 119
8. Dokumentasi Agrowisata KTO Karyasari .............................................. 120
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Panorama dan keragaman budaya lokal sebagai anugerah yang diberikan
Tuhan Yang Maha Esa merupakan potensi yang harus dimanfaatkan sekaligus
dilestarikan. Salah satu bentuk pengusahaan tersebut adalah pengembangan sektor
pariwisata dan upaya pelestarian agar kekayaan alam dan hayati tidak punah.
Sektor pariwisata telah menjadi salah satu sumber devisa yang potensial di
Indonesia dan mengalami peningkatan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Beberapa hal yang menyebabkan sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai
tumpuan ekonomi adalah : (1) pariwisata merupakan sektor jasa yang menyatu
dengan kehidupan masyarakat; (2) pariwisata mempunyai kekuatan sinergetik
karena keterkaitan yang erat dengan berbagai bidang dan sektor lainnya; dan (3)
tumpuan pariwisata sebagai kekuatan daya saing negara terletak pada sumber
daya yang terolah dan memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri (Deptan 2008).
Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia Tahun 2001 – 2008 Tahun Jumlah Wisatawan Mancanegara (orang) Penerimaan Devisa (juta US $)
2001 5.153.620 5.396,26
2002 5.033.400 4.305,56
2003 4.467.021 4.037,02
2004 5.321.165 4.797,88
2005 5.002.101 4.521,89
2006 4.871.351 4.447,98
2007 5.505.759 5.345,98
2008 6.429.027 7.377,39
Sumber : BPS (2009)1
1 http:// www.database.deptan.go.id ‘Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia 2001 - 2008’
(18 Juni 2009)
2
Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam berwisata beragam mulai
dari bentuk menikmati objek-objek spesifik sampai kepada hal-hal yang sangat
spesifik (mass tourism ke niche tourism) yang berbasis pada lingkungan seperti
agrowisata. Pengembangan dan perpaduan antara sektor pariwisata dan sektor
pertanian akan menghasilkan suatu konsep yang berbasis pertanian yang layak
jual. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi,
memelihara budaya serta teknologi lokal, dan menjaga kondisi lingkungan
alamnya. Konsumsi jasa lingkungan dalam bentuk komoditas wisata bagi
sebagian masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan seiring
berkembangnya zaman yang mengakibatkan perubahan gaya hidup, preferensi,
dan motivasi masyarakat yang terus berubah dan berkembang. Wisata pertanian
semakin digemari masyarakat, mereka pada umumnya ingin mengetahui produk
pertanian sekaligus suasana lokasi tersebut (Deptan 2008).
Pada dekade terakhir, pembangunan Agrowisata di Indonesia
menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Preferensi dan motivasi wisatawan
berkembang secara dinamis. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya
kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek
wisata spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengenalan
tanaman langka, pengolahan produk secara tradisional maupun modern dan
spesifik. Kecenderungan tersebut membuka peluang bagi pengembangan produk-
produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang
mempunyai daya tarik spesifik2.
Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan
usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Wisata pertanian merupakan usaha
dibidang jasa yang tidak hanya menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan
pemandangan yang indah, namun juga dapat berperan sebagai media promosi
produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan sinyal bagi
peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan menjadi kawasan
pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian, dan ekonomi nasional. Objek
agrowisata seperti Kebun Raya Bogor, Taman Buah Mekarsari, Perkebunan Teh
Gunung Mas, Kusuma Agrowisata Batu - Malang, dan Agrowisata Stroberi
2 http:// www.budpar.go.id ‘Agrowisata Berbasis Tanaman Obat dan Aromatik’ (02 Juni 2009)
3
Cihideung-Bandung, memiliki skala hamparan areal yang luas dan biasanya
memiliki keseragaman tipe objek yang dinikmati. Di samping itu, ada jenis objek
agrowisata dengan skala kecil namun tetap memberikan unsur yang menarik
untuk dinikmati.
Indonesia kaya akan beragam jenis tanaman berkhasiat, namun
pemanfaatannya dirasa masih kurang sehingga diperlukan adanya suatu media
promosi ke arah pengembangan biofarmaka seperti melalui media agrowisata
tanaman obat-obatan yang bersifat rekreasi dan sekaligus edukatif. Dari 40 ribu
jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia, 26
persen telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74 persen masih tumbuh liar di
hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat
tradisional. Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung
meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional,
farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan
biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan telah
mengalami pengolahan). Simplisia berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah,
terna, dan kulit batang (Hernani dan Syukur 2003).
Dewasa ini agrowisata sudah banyak terdapat di berbagai daerah di
Indonesia. Jawa Barat adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki ciri
khas alam dan budaya masyarakat lokalnya. Selain itu, Jawa Barat merupakan
propinsi yang menjadi sentra produksi komoditas pertanian. Potensi yang dimiliki
Jawa Barat ini telah dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk mendirikan objek
wisata berbasis pertanian. Jumlah wisatawan ke objek wisata di Jawa Barat tahun
2004-2007 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Jumlah Wisatawan ke Objek Wisata di Jawa Barat Tahun 2004-2007
Tahun Wisatawan Nusantara
(orang)
Wisatawan Mancanegara
(orang)
Jumlah
(orang)
2004 11.611.680 239.139 16.850.793
2005 16.890.316 207.935 17.098.251
2006 23.859.547 227.935 24.086.615
2007 23.789.302 338.959 24.121.261
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat (2008)
4
Tabel 2 memperlihatkan jumlah Wisatawan Nusantara dan Wisatawan
Mancanegara yang berkunjung ke Propinsi Jawa Barat dari tahun 2004 sampai
tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Peningkatan paling tinggi terjadi pada
tahun 2005 ke tahun 2006. Jumlah Wisatawan Nusantara dan Wisatawan
Mancanegara pada tahun 2005 tercatat sebesar 17.098.251 orang kemudian
meningkat sebesar 24.086.615 orang pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 40
persen.
Salah satu objek agrowisata di Jawa Barat adalah Kebun Tanaman Obat
Karyasari yang merupakan suatu bentuk usaha untuk mengembangkan tanaman
obat dengan cara meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan tanaman obat oleh
masyarakat luas. Pola pengembangan tanaman yang dilakukan tidak hanya
melalui forum pelatihan dan seminar oleh lembaga pendidikan pengobatan herbal,
praktisi pengobatan tradisional dan pemerintah, namun juga melalui pola lain
yang lebih strategis yaitu kampanye wisata ke kebun tanaman obat-obatan. Objek
wisata yang ditawarkan terdiri dari kurang lebih 500 jenis tanaman obat yang
tumbuh secara alamiah dalam lingkungan taman seluas 2,25 hektar. Para
pengunjung tidak hanya dapat menikmati objek-objek wisata tersebut, tetapi
melalui acara Seminar Kebun pengunjung memperoleh tambahan pengetahuan
mengenai sejarah tanaman obat, penggunaan tanaman obat yang benar dan
berbagai khasiat yang terkandung di dalamnya. Fasilitas yang disediakan berupa
ruang seminar berupa saung di tengah kebun, mushola, dan area parkir.
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari juga menyediakan bibit tanaman obat
dan juga melayani penjualan kapsul tanaman obat, teh herbal dan simplisia yang
berkhasiat mengobati berbagai penyakit.
Pergerakan ke arah efisiensi menuntut kemampuan manajerial,
profesionalisme dalam pengelolaan usaha, dan penggunaan teknologi maju. Untuk
itu diperlukan suatu upaya yang kuat dan terintegrasi. Salah satunya dengan
menerapkan strategi pemasaran yang baik dan tepat agar Agrowisata Kebun
Tanaman Obat Karyasari dapat bersaing dalam persaingan global.
5
1.2. Perumusan Masalah
Perkembangan preferensi dan motivasi wisatawan menyebabkan
persaingan pada usaha kepariwisataan menjadi semakin kompetitif. Berbagai
strategi dapat ditempuh para pelaku bisnis di bidang ini untuk dapat
memenangkan persaingan. Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan diharapkan
mampu memuaskan kebutuhan pengunjung kawasan wisata tersebut termasuk
pengunjung kawasan agrowisata.
Yayasan Pengembangan Tanaman Obat Karyasari merupakan suatu usaha
yang bergerak di dalam pengembangan tanaman obat di Indonesia. Kebun
Tanaman Obat Karyasari yang juga sebagai tempat objek wisata pertanian ini
terletak di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Usaha ini
dirintis oleh Ir. W. P. Winarto pada bulan Agustus 1995 dan secara resmi
beroperasi pada bulan Januari 2001. Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari
menawarkan objek wisata alternatif, yaitu pengenalan dan pendalaman terhadap
tanaman obat-obatan.
Dalam masa perkembangannya, keberadaan Agrowisata Kebun Tanaman
Obat Karyasari kurang dikenal dan diketahui masyarakat. Hal ini
mengindikasikan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan oleh pihak
manajemen belum dilaksanakan dengan tepat. Selain itu, objek wisata ini
merupakan jenis objek wisata minat khusus. Hal ini dapat terlihat dari jumlah
pengunjung Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari yang tercatat sejak Mei
2008 hingga Agustus 2009 hanya berjumlah 396 orang bahkan pada bulan tertentu
tidak ada satupun wisatawan yang melakukan kunjungan.
Jika dilihat dari fluktuasi jumlah pengunjung Agrowisata Kebun Tanaman
Obat Karyasari pada tahun 2008 dan 2009 adalah hampir sama, dimana jumlah
pengunjung pada bulan Mei 2008 dan bulan Juni 2009 mengalami peningkatan.
Hal ini dikarenakan bahwa pada bulan tersebut merupakan masa liburan sekolah
sehingga cenderung untuk melakukan kegiatan wisata. Data jumlah pengunjung
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
6
Keterangan : Agustus = angka sementara
Gambar 1. Laju Persentase Perubahan Pengunjung Per Bulan Pada Agrowisata
Kebun Tanaman Obat Karyasari Tahun 2008-2009 Sumber : Agrowisata KTO Karyasari (2009)
Agar upaya pengembangan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari
dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan strategi yang kuat dan terintegrasi
yang mencakup aspek produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik, dan
proses. Strategi bauran pemasaran mencakup semua aspek tersebut, sehingga
penerapan suatu strategi pemasaran yang baik dapat berimplikasi menciptakan
keunggulan bersaing yang mampu menghasilkan laba yang tinggi secara
berkelanjutan (sustainable) dan akan berdampak pada keberhasilan
pengembangan agrowisata.
Dalam menentukan strategi pemasaran diperlukan analisis lingkungan
eksternal dan lingkungan internal perusahaan melalui analisis keunggulan dan
kelemahan perusahaan serta analisis peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan dari lingkungannya (Assauri 2004). Berdasarkan uraian di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Agrowisata Kebun
Tanaman Obat Karyasari?
0
20
40
60
80
100
120
140
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2008
2009
7
2. Faktor eksternal apa yang menjadi peluang dan ancaman Agrowisata Kebun
Tanaman Obat Karyasari?
3. Alternatif strategi pemasaran dan prioritas apakah yang tepat bagi Agrowisata
Kebun Tanaman Obat Karyasari?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan
ancaman Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari.
3. Menganalisis alternatif strategi pemasaran dan menentukan prioritas strategi
pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan bagi Agrowisata Kebun Tanaman
Obat Karyasari dalam pengembangan usaha.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak
manajemen Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari dalam merencanakan
dan menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan. Selain itu,
penelitian ini berguna bagi penulis untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang
telah diterima selama perkuliahan. Penulis juga berharap penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya. Dan bagi pembaca
adalah sebagai sumber informasi mengenai strategi pemasaran pada agrowisata
tanaman obat.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini secara keseluruhan adalah mengidentifikasi
dan merumuskan strategi pemasaran yang dapat dijalankan oleh Agrowisata KTO
Karyasari dalam pengembangan usaha. Strategi pemasaran yang akan digunakan
yaitu konsep bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari strategi produk,
harga, distribusi, promosi, orang, bukti fisik, dan proses.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agrowisata
2.1.1. Definisi Agrowisata
Agrowisata secara umum dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara
pariwista dan pertanian. Pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau
kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian
aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal
perkebunan atau taman (Farmstop 2008).
Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah
bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai
objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi
dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari
objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata.
Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan
hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang
menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa
meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta
memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang
umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Deptan 2008).
Menurut Asosiasi Wisata Agro Indonesia (2004), wisata agro merupakan
suatu bentuk wisata yang sangat spesifik, dimana pengunjung dapat menikmati
keindahan dan keunikan alam sekaligus menikmati produk agro atau dapat tinggal
di lingkungan pertanian, terlibat dalam proses produksi yang kesemuanya
dilakukan untuk dapat mengalami, menikmati, mempelajari, dan menghayati
bagian dari kehidupan keseharian yang berlangsung disuatu lingkungan pertanian.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Agrowisata
Pengembangan agrowisata diharapkan sesuai dengan kapabilitas, tipologi,
dan fungsi ekologis lahan sehingga akan berpengaruh langsung terhadap
kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya.
Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta
9
masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan
pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan
pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat
pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin
meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah
melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan
pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata (Deptan 2008).
Manfaat dari agrowisata antara lain (Tirtawinata dan Fachruddin 1996) :
1) Meningkatkan konservasi lingkungan
2) Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam
3) Memberikan nilai rekreasi
4) Meningkatkan kagiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
5) Mendapatkan keuntungan ekonomi
2.1.3. Pengembangan Agrowisata
Pembangunan dan pengembangan agrowisata mempunyai tujuan ganda
yaitu membantu meningkatkan perolehan devisa negara serta membantu
meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar. Sedangkan di pihak lain
pembangunan dan pengembangan agrowisata dapat menambah jenis dan variasi
produk pariwisata Indonesia. Pengembangan usaha agrowisata membutuhkan
manajemen yang baik diantara sub sistem, yaitu diantara kesediaan sarana dan
prasarana wisata, objek yang dijual, promosi, dan pelayanannya. Upaya
peningkatan dan penganekaragaman usaha pertanian terus ditingkatkan secara
intensif dan terencana, baik yang secara tradisional maupun modern merupakan
potensi kuat yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik yang dapat dinikmati
oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara (Deptan 2008).
Potensi budidaya pertanian yang dapat dijadikan agrowisata antara lain :
1) Perkebunan
Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai
objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya
merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan
hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses
10
pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik
bagi wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun
pengepakan hasil produksinya.
2) Tanaman pangan dan Hortikultura
Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata
antara lain kebun bunga-bungaan, kebun buah-buahan, kebun sayur-sayuran, dan
kebun tanaman obat-obatan.
3) Peternakan
Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara tradisional
dalam pemeliharaan ternak, aspek kekhasan atau keunikan pengelolaan, produksi
ternak, atraksi peternakan dan peternakan khusus seperti bekisar dan burung
puyuh.
4) Perikanan
Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan
potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan
perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan
sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar kegiatan perikanan dibagi menjadi
kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan
potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata seperti budidaya
ikan air tawar, budidaya Air Payau (tambak), budidaya laut (kerang, rumput laut,
kakap merah, dan mutiara).
Manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan
segudang kesibukan. Untuk ke depan, prospek pengembangan agrowisata
diperkirakan sangat cerah. Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam
bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap),
atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat
berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atau naskah dan
visualisasi sejarah penggunaan lahan, maupun proses pengolahan hasil pertanian.
Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai
dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani
yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata
ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar,
11
teknologi budidaya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai
sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar
belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata
ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan
(Deptan 2008).
Adapun tenaga kerja sebagai salah satu kunci keberhasilan pembangunan
objek agrowisata adalah kemampuan pengelola yang terdiri dari tenaga pembina,
pelaksana, dan pemandu wisata. Untuk itu penyediaan tenaga manajerial dan
pemandu agrowisata yang profesional sesuai dengan bidangnya mutlak
diperlukan.
Pola pengelolaan agrowisata yang dikembangkan atau dibangun perlu
dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan
yang menunjang usaha agrowisata. Dengan keikutsertaan masyarakat di dalam
pengembangan agrowisata, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan interaksi
positif dalam bentuk rasa ikut memiliki untuk menjaga eksistensi objek wisata
(Deptan 2008).
Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui :
a) Masyarakat desa yang memiliki lahan di dalam kawasan yang dibangun agar
tetap dapat mengolah lahannya sehingga menunjang peningkatan hasil produk
pertanian yang menjadi daya tarik agrowisata, dan di sisi lain akan mendorong
rasa memiliki dan tanggung jawab di dalam pengelolaan kawasan secara
keseluruhan.
b) Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan perusahaan secara
langsung sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk pelayanan
wisata, pemandu dan lain-lain. Untuk itu pihak pengelola perlu melakukan
langkah-langkah dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari masyarakat.
c) Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil pertanian, kerajinan, dan
cendera mata bagi masyarakat desa di sekitar kawasan, sehingga dapat
memperkenalkan ciri khas tempat sekaligus untuk meningkatkan penghasilan.
12
2.1.4. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata
Upaya pengembangan Agrowisata secara garis besar mencakup aspek
pengembangan sumber daya manusia, sumber daya alam, promosi, serta
dukungan sarana dan kelembagaan (Deptan 2008).
1) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat
berperan penting dalam keberhasilan pengembangan Agrowisata. Kemampuan
pengelola Agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan,
mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus
sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam
mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai
sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu
dan keterampilan menjual produk wisata sangat menentukan. Pengetahuan
pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari objek wisata
yang dijual tetapi juga pengetahuan umum, terutama untuk hal-hal yang lebih
mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut.
2) Promosi
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan
Agrowisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara,
seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk
iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik
(hotel, restoran, bandara, dan lainnya). Dalam kaitan ini, kerjasama antara objek
Agrowisata dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat
berperan. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan
objek Agrowisata adalah metode "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada
calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan
menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa
betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua
dan berantai dengan sendirinya.
3) Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha Agrowisata sangat
mengandalkan kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Sumber daya alam dan
13
lingkungan tersebut mencakup sumber daya objek wisata yang dijual serta
lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan
kelestraian dan keasrian sumber daya alam dan lingkungan yang dijual sangat
menentukan keberlanjutan usaha Agrowisata.
Antara usaha Agrowisata dengan pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha
Agrowisata berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumber daya alam dan
lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat
diciptakan sumber daya alam dan lingkungan yang lestari.
4) Dukungan Sarana dan Prasarana
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-
kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan
akomodasi dan transportasi, sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya.
Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan
suasana santai, serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu
diciptakan.
5) Kelembagaan
Pengembangan Agrowisata memerlukan dukungan berbagai pihak baik
pemerintah, swasta (terutama pengusaha agrowisata), lembaga yang terkait,
seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi, serta
masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung
berkembangnya Agrowisata dalam bentuk kemudahan perizinan dan lainnya.
Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha
yang saling mematikan.
Departemen Pertanian (2008), mengindentifikasikan faktor-faktor yang
berhubungan dengan keberhasilan suatu agrowisata dalam kaitannya dengan
atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata sebagai berikut :
a) Kelangkaan
Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan agrowisata, wisatawan
mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang mengandung
unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang ditemukan pada saat
ini.
14
b) Kealamiahan
Kealamiahan atraksi agrowisata juga akan sangat menentukan keberlanjutan
dari agrowisata yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut telah tercemar
atau penuh dengan kepalsuan, pastilah wisatawan akan merasa sangat tertipu
dan tidak mungkin berkunjung kembali.
c) Keunikan
Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dengan
objek wisata yang ada. Keunikan dapat saja berupa budaya, tradisi, dan
teknologi lokal dimana objek wisata tersebut dikembangkan.
d) Pelibatan Tenaga Kerja
Pengembangan Agrowisata diharapkan dapat melibatkan tenaga kerja
setempat, setidak-tidaknya meminimalkan tergusurnya masyarakat lokal
akibat pengembangan objek wisata tersebut.
e) Optimalisasi Penggunaan Lahan
Lahan-lahan pertanian atau perkebunan diharapkan dapat dimanfaatkan secara
optimal, jika objek agrowisata ini dapat berfungsi dengan baik. Tidak
ditemukan lagi lahan tidur, namun pengembangan agrowisata ini berdampak
positif terhadap pengelolaan lahan, jangan juga dieksploitasi dengan semena-
mena.
f) Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan
Pengembangan agrowisata diharapkan dapat menggerakkan perekonomian
masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani/desa, penanam
modal/investor, dan regulator/pemerintah. Dengan melakukan koordinasi di
dalam pengembangan secara detail dari input-input yang ada.
g) Penataan Kawasan
Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang
mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk
objek wisata yang menarik.
15
2.2. Manfaat Tanaman Obat
Tanaman biofarmaka dapat berupa tanaman perkebunan, tanaman
hortikultura maupun tumbuh-tumbuhan liar di hutan primer dan sekunder,
maupun semak dan belukar yang mempunyai fungsi sebagai obat seperti
menghilangkan rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membunuh bibit
penyakit, memperbaiki organ yang rusak, dan menghambat pertumbuhan sel yang
tidak normal seperti tumor dan kanker. Dengan adanya pergeseran pola kehidupan
masyarakat yang cenderung “back to nature” dalam bidang pengobatan
menyebabkan upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatan tanaman biofarmaka
semakin banyak dilakukan.
Menurut Ditjen Bina Produksi dan Hortikultura (2002), ada beberapa
alasan mengapa terdapat kecenderungan masyarakat kembali ke obat obat
alternatif, antara lain :
1) Adanya kelemahan obat modern/obat kimia
a) Efek samping langsung
Efek secara langsung ini terjadi karena obat modern terdiri dari bahan
kimia yang murni, baik tunggal maupun campuran. Bahan kimia ini bersifat tajam
dan reaktif (mudah bereaksi), sedangkan tubuh bersifat organis dan kompleks,
sehingga bahan kimia bukan merupakan bahan yang benar-benar cocok untuk
tubuh dan hanya dapat ditoleransi oleh tubuh.
b) Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu
Banyak penyakit belum ditemukan obatnya sehingga obat yang digunakan
lebih banyak bersifat simptomatis dan digunakan secara terus menerus. Beberapa
penyakit bahkan belum diketahui sebabnya, sehingga pasien harus datang
berulang-ulang ke klinik dan tidak mengalami kemajuan bahkan ada yang
memburuk.
c) Harga yang mahal karena adanya faktor impor
Hampir seluruh obat kimia dan bahan baku obat kimia yang digunakan
merupakan barang impor. Hal ini terjadi karena untuk memproduksi obat
dibutuhkan teknologi yang canggih, biaya, dan waktu pengujian yang cukup lama.
16
2) Adanya kelebihan tanaman biofarmaka sebagai obat jika penggunaannya secara
benar
a) Efek samping sangat kecil
Hal ini mengingat tanaman biofarmaka bersifat kompleks dan organis yang
cocok untuk tubuh yang bersifat kompleks dan organis pula. Sehingga tanaman
biofarmaka dapat disertakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi
dengan maksud merekonstruksi organ atau sistem yang rusak.
b) Efek untuk penyakit yang sulit disembuhkan dengan obat kimia
Efektif untuk penyembuhan penyakit tertentu yang sering sulit
disembuhkan dengan obat-obat kimia seperti kanker, tumor, darah tinggi, darah
rendah, diabetes, hepatitis, stroke sinissitis, bau badan, bisul, dan lain-lain.
c) Harganya murah
Harganya murah karena ditanam sendiri. Harga akan meningkat jika
diperoleh dalam bentuk kering dan meningkat lagi jika diperoleh dalam bentuk
hasil olahan. Harga akan sangat mahal jika diperoleh dalam bentuk isolat yaitu
senyawa tertentu yang diperoleh dari ekstrak tanaman, seperti vincristine, obat
kanker yang diisolasi dari ekstrak tapak dara (Canthranthus roseus).
d) Tidak perlu banyak bantuan tenaga medis
Jika didiagnosa sudah jelas maka pengobatannya dapat dilakukan oleh
anggota keluarga tanpa harus tergantung pada bantuan tenaga medis. Namun di
samping kelebihan tersebut, terdapat juga kelemahan dari tanaman biofarmaka
seperti belum adanya standarisasi untuk beberapa jenis obat yang dihasilkan.
3) Tanaman biofarmaka sebagai pengobatan alternatif
Pengertian pengobatan alternatif, yaitu :
a) Penderita penyakit tertentu yang serangannya masih dalam tahap awal.
b) Penderita penyakit yang kronis, guna menghindari efek samping obat kimia
yang pemakaiannya dalam jangka panjang dan dengan harga yang lebih
murah.
c) Penderita penyakit yang sudah parah dan harus menghadapi tindakan medis
yang drastis.
d) Penyakit tertentu yang menurut dokter sudah tidak dapat disembuhkan
17
Tanaman biofarmaka secara keseluruhan memiliki multi fungsi dalam
kehidupan manusia sebagai pemelihara kesehatan dan kebugaran, untuk
pengobatan alternatif, untuk kosmetika perawatan kecantikan, sebagai makanan
penguat dan makanan tambahan, dan sebagai terapi aromatik. Bahkan masih ada
penggunaan lain, yaitu sebagai penyegar udara ruangan, sebagai pestisida nabati,
dan sebagai bahan parfum (Ditjen Bina Produksi Hortikultura 2004).
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang terkait dengan agrowisata dan strategi pemasaran. Dua hal
tersebut dipilih sebagai masukan penentuan topik penelitian dan penentuan alat
analisis yang tepat. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai obat herbal dan
strategi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Penelitian Terdahulu yang terkait dengan Strategi Pemasaran
No Judul Penelitian Penulis Tahun
1 Strategi Pengembangan Agrowisata Obat
Tradisional Taman Sringanis Bogor, Jawa
Barat
Masang 2006
2 Analisis Strategi Bersaing agrowisata Vin’s
Berry Park
Muttaqien 2007
3 Formulasi Strategi Pemasaran Obat
Tradisional pada Taman Syifa di Kota Bogor,
Jawa Barat
Putri 2008
4 Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran
Pada Agrowisata Rumah Sutra Alam Kec.
Pasir Eurih, Kab. Bogor, Jawa Barat
Fandy Akhdiar 2008
5 Strategi Pemasaran Agrowisata Kebun Buah
Plantera Fruit Paradise, Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah
Hary Purnama 2009
18
Masang (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan
Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis Bogor bertujuan untuk
mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang melingkupi Taman Sringanis
sebagai kebun obat tradisional, menganalisis penilaian konsumen, dan
memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
Taman Sringanis. Metode pengolahan data yang digunakan matriks IFE, EFE, IE,
SWOT, dan QSPM. Tabel bobot IFE dan EFE memposisikan Taman Sringanis
pada sel IV dalam matriks IE yang merupakan daerah tumbuh dan bina dengan
menerapkan strategi intensif dan strategi integrasi. Dari rumusan analisis SWOT
diperoleh Sembilan strategi alternatif. Penentuan prioritas strategi dengan QSPM
merekomendasikan strategi satu sebagai nilai tertinggi yaitu mengoptimalkan
keunggulan dan pengelolaan wisata agro serta menjaga kualitas produk tetap
bermutu dan berkhasiat.
Muttaqien (2007) menganalisis strategi bersaing agrowisata Vin’s Berry
Park. Dengan menggunakan matriks SWOT menghasilkan sebelas strategi
alternatif, namun hanya enam strategi yang benar-benar dapat mendukung strategi
bersaing total. Analisis matriks QSPM memeringkatkan keenam strategi tersebut
sesuai dengan daya tariknya masing-masing, yaitu : menciptakan paket agrowisata
dengan muatan edukasi yang lebih baik dan menarik; meningkatkan personal
selling kepada pengunjung group khususnya kepada para decision maker untuk
kegiatan fieldtrip dengan memaksimalkan network; melakukan promosi yang
gencar melaui presentasi kepada konsumen rombongan yang potensial seperti
sekolah, peruguruan tinggi, kantor dan sebagainya; memperbaiki jadwal produksi
stroberi sehingga keinginan konsumen untuk memetik stroberi dapat dipenuhi
setiap saat; meningkatkan kompetensi karyawan terutama dalam agrowisata
seperti pemandu, customer service, dan kebun; mengembangkan skema harga
discount yang menarik bagi peserta rombongan.
Putri (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Formulasi Strategi
Pemasaran Obat Tradisional pada Taman Syifa di Kota Bogor menggunakan
metode dan analisis data berupa analisis deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif.
Analisis kualitatif berusaha mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman perusahaan serta malakukan analisis SWOT. Analisis kuantitatif
19
menggunakan matriks IFE, EFE, IE, dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).
Matriks IE menempatkan posisi Taman Syifa pada sel II yaitu tumbuh dan
kembangkan. Matriks SWOT menghasilkan sembilan strategi. Hasil analisis
vertikal terhadap elemen tujuan dengan menggunakan metode PHA menghasilkan
urutan prioritas tujuan yang ingin dicapai perusahaan yaitu menghadapi
persaingan, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan penjualan. Analisis
vertikal terhadap elemen alternatif strategi yaitu melakukan riset pasar,
memperkuat merek, meningkatkan inovasi yang mengarah pada penambahan lini
produk, menambah variasi produk, mengoptimalkan fungsi tenaga pemasar, dan
memperbaiki sistem pembayaran.
Akhdiar (2008) menganalisis prioritas strategi bauran pemasaran pada
Agrowisata Rumah Sutra Alam dengan menggunakan metode Proses Hirarki
Analitik dan dan didapatkan prioritas dari elemen-elemen dalam strategi bauran
pemasaran, yaitu : tujuan yang mendapat prioritas pertama adalah meningkatkan
jumlah pengunjung dibandingkan dengan tujuan menjadikan Rumah Sutera Alam
sabagai objek wisata yang potensial di Kabupaten Bogor dengan memberikan
pengetahuan tentang agribisnis ulat sutera. Pada strategi bauran pemasaran,
strategi yang mendapat prioritas utama adalah produk/jasa dengan menggunakan
strategi operasional kualitas atraksi wisata; promosi dengan strategi operasional
pemasaran langsung; harga dengan strategi operasional kesesuaian harga dengan
mutu; bukti fisik dengan strategi operasional galeri kain sutera; orang dengan
strategi operasional kesigapan melayani pengunjung; tempat dengan strategi
operasional tempat penyediaan informasi; dan proses dengan strategi operasional
tanggapan atas keluhan.
Purnama (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemasaran
Agrowisata Kebun Buah Plantera Fruit Paradise Kabupaten Kendal bertujuan
untuk mengidentifikasi bauran pemasaran yang telah diterapkan oleh Plantera
dalam memasarkan agrowisatanya, menganalisis persepsi konsumen terhadap
atribut bauran pemasaran, dan memformulasikan rekomendasi prioritas bauran
pemasaran yang tepat untuk diterapkan dalam memasarkan agrowisata kebun
buah Plantera Fruit Paradise. Metode penelitian yang digunakan adalah studi
kasus pada perusahaan Plantera yang bergerak di bidang agrowisata. Data yang
20
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil
pengisian kuisioner oleh responden konsumen untuk menilai persepsi konsumen
terhadap atribut bauran produk dan pengisian kuisioner oleh responden pihak
manajemen perusahaan dengan metode Proses Hirarki Analistik (PHA).
Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan telah menggunakan konsep
bauran pemasaran tujuh P, yaitu : 1) faktor produk, subfaktor yang diperhatikan
adalah variasi paket wisata, jumlah ragam atau jenis buah-buahan, kualitas buah,
dan ketersediaan buah-buahan; 2) faktor harga, subfaktor yang diperhatikan
adalah kesesuaian harga dan mutu paket wisata, diskon musiman pada masa panen
raya, dan penetapan harga bersaing; 3) faktor promosi, subfaktor yang
diperhatikan adalah penciptaan iklan, penyebaran media publikasi, dan kegiatan
sponsorship; 4) faktor keempat, subfaktor yang diperhatikan adalah kemudahan
pencapaian lokasi, udara, kenyamanan, keindahan, dan kebersihan, dan pelayanan
awal konsumen; 5) faktor orang, subfaktor yang diperhatikan adalah keramahan
dan kesopanan, kompetensi dan pengetahuan karyawan, serta jumlah karyawan; 6)
faktor proses, subfaktor yang diperhatikan adalah tanggapan atas keluhan,
kemudahan administrasi, dan kemudahan pembayaran; dan 7) faktor bukti fisik,
subfaktor yang diperhatikan adalah desain dan layout, desain dan tata letak
agrowisata, papan informasi tanaman, papan penunjuk arah, fasilitas tempat
peribadatan, toilet, tempat penjualan buah-buahan, gajebo atau shelter, luas area
parkir, arena bermain anak, mobil wisata keliling kebun, tempat pembuangan
sampah, ballroom, hall, pendopo, waduk, toko bibit tanaman buah, pupuk
pertanian, dan restoran. Hasil analisis dengan metode PHA langkah pemasaran
yang mendapat prioritas pertama adalah untuk memperluas promosi agrowisata.
Dari beberapa penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa salah satu
strategi pemasaran dapat didekati melalui bauran pemasaran yaitu bauran produk,
bauran harga, bauran distribusi dan bauran promosi. Analisis SWOT membantu
perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran yang efektif dan juga membantu
perusahaan dalam mengelola sarana usaha agar lebih menarik. Analisis
lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan internal dengan analisis IFE,
lingkungan eksternal dengan analisis EFE, penentuan posisi perusahaan dengan
analisis IE, penentuan alternatif strategi pemasaran dengan analisis QSPM.
21
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam hal
tujuan dan hasilnya. Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk melihat
kondisi lingkungan perusahaan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran
yang terbaik agar perusahaan mampu bersaing di pasar, sedangkan hasil penelitian
hanya dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yang bersangkutan karena aspek
penelitian khusus dan spesifik mengenai kondisi perusahaan tersebut. Penelitian
ini menggunakan pendekatan analisis lingkungan pemasaran berupa lingkungan
internal dengan analisis IFE, lingkungan eksternal dengan analisis EFE, posisi
perusahaan dengan analisis IE, penentuan strategi pemasaran dengan analisis
SWOT dan prioritas strategi pemasaran dengan analisis QSPM untuk
menghasilkan strategi pemasaran yang tepat.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Strategi
Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta rumusan
pada pendayagunaan dan semua alokasi sumberdaya yang penting untuk mencapai
tujuan tersebut (Rangkuti 2000). Sedangkan menurut David (2006), bahwa
strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen
tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar.
3.1.2. Manajemen Strategi
Manajemen strategi adalah seni dari ilmu untuk pembuatan (formulating),
penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan
strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah perusahaan mencapai tujuan
pada masa yang akan datang (Umar 2003). Proses manajemen strategis berusaha
mengorganisasikan informasi kuantitatif dengan cara yang memungkinkan
keputusan efektif diambil dalam kondisi tidak relatif. Pada penerapan strategis
membutuhkan pengalaman, penilaian, perasaan, dan intuisi.
Menurut David (2006), manajemen strategis akan membantu perusahaan
dalam melihat ancaman dan peluang pada masa yang akan datang, sehingga
memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi kondisi yang selalu
berubah. Selain itu, manajemen strategis juga menyediakan sasaran serta arah
yang jelas bagi masa depan perusahaan sehingga perusahaan yang
mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan tingkat
keberhasilan lebih besar dari pada yang tidak menggunakan sistem ini.
3.1.3. Model Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan.
Suatu perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model dapat
menyebabkan perubahan dalam satu atau semua komponen lainnya. Cara belajar
dan mengaplikasikan proses manajemen strategis adalah dengan menggunakan
model komprehensif manajemen strategi (Gambar 2).
23
Perumusan Implementasi Evaluasi
strategi strategi strategi
Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategi Sumber : David (2006)
3.1.4. Konsep Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain (Kotler 2005). Definisi yang dikemukakan oleh Stanton adalah
sebagai berikut, pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha ynag
ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton 1993).
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran (Assauri 2004).
Proses pemasaran terjadi dan dimulai jauh sejak sebelum barang-barang
diproduksi. Keputusan dalam pemasaran harus dibuat untuk menentukan produk
dan pasarnya, harganya dan promosinya. Kegiatan pemasaran tidak bermula pada
selesainya proses produksi juga tidak berakhir pada saat penjualan dilakukan.
Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen jika
mengharapkan usahanya dapat berjalan terus atau konsumen mempunyai
pandangan yang baik terhadap perusahaan.
Mengembang-
kan
pernyataan
visi dan misi
Menetapkan
tujuan jangka
panjang
Membuat,
mengevaluasi
dan memilih
strategi
Implementasi
strategi
manajemen
Implementasi
strategi
pemasaran,
keuangan,
Litbang, SIB
Menetapkan
tujuan jangka
panjang
Melakukan
audit eksternal
Melakukan
audit internal
24
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi adalah lebih efektif daripada pesaing dalam memadukan kegiatan
pemasaran guna mendapatkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran (Kotler 2005). Menurut Assauri (2004), konsep pemasaran merupakan
orientasi manajemen yang menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi
terdiri dari kemampuan perusahaan/organisasi menentukan kebutuhan dan
keinginan pasar yang dituju (sasaran) dan kemampuan perusahaan/organisasi
tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan
efisien dari para pesaing. Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen
dalam bidang pemasaran yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan
konsumen yang didukung oleh kegiatan pemasaran yang terpadu yang diarahkan
untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi
dalam usahanya. Pada hakikatnya konsep pemasaran menekankan orientasi pada
kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh kegiatan pemasaran yang
terpadu, yang ditujukan untuk keberhasilan mencapai tujuan perusahaan. Dengan
demikian ada empat unsur pokok yang terdapat dalam konsep pemasaran, yaitu :
orientasi pada konsumen (kebutuhan dan keinginan konsumen), kegiatan
pemasaran terpadu, kepuasan konsumen, dan tujuan perusahaan jangka panjang
(Assauri, 2004).
3.1.5. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan atas logika itu unit bisnis
diharapkan bisa mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran
dapat didefinisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai
tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang
digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.
Perencanaan strategi pemasaran merupakan langkah yang memegang
peranan penting bagi organisasi atau perusahaan karena keberhasilan pemasaran
pada dasarnya akan dapat menentukan standar, harkat, dan martabat hidup
perusahaan. Dengan demikian pencapaian kinerja pemasaran yang unggul akan
25
menjadi cita-cita setiap eksekutif perusahaan. Strategi perusahaan menjabarkan
rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan.
Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya
dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran,
positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi
pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah
pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Strategi pemasaran terdiri dari
pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran,
alokasi pemasaran dan hubungannya dengan keadaan lingkungan yang
diharapkan, dan kondisi persaingan yang dihadapi (Kotler 2000).
Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh
terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan.
Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat,
sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman, baik yang datang dari
pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi
perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan dalam internal
perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan. Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penetapan strategi bauran
pemasaran (marketing mix). Marketing mix merupakan sekelompok variabel yang
sering dijalankan oleh suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan jumlah
penjualan produknya di pasar.
3.1.6. Pemasaran Jasa
Menurut Swasta (1997), jasa adalah barang yang tidak kentara (intangible
product) yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran yang
saling memuaskan. Pada perusahaan jasa yang berperan penting adalah mutu jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan. Agar mutu jasa yang ditawarkan dapat
memuaskan diperlukan beberapa langkah dalam mengendalikan mutu jasa. Kotler
(2005) menyebutkan, kunci keberhasilan dalam perusahaan jasa yaitu 1)
kemudahan pemesanan, 2) pengiriman, 3) pemasangan, 4) pelatihan pelanggan, 5)
konsultasi pelanggan, dan 6) pemeliharaan dan perbaikan.
26
Gronroos diacu dalam Kotler (2005) berpendapat bahwa pada pemasaran
jasa membutuhkan tiga cara pemasaran, yaitu :
1) Pemasaran internal, menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi
karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik.
2) Pemasaran eksternal, menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan,
menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut
kepada konsumen.
3) Pemasaran interaktif, menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani
klien. Berbeda dengan perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang.
3.1.7. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Strategi pemasaran dapat didekati dengan konsep bauran pemasaran atau
marketing mix (Stanton 1993). Kotler (2005) mendefenisikan bauran pemasaran
sebagai seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai
tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran merupakan
kumpulan strategi yang terdiri dari 4-P yaitu produk (product), harga (price),
saluran distribusi (place), dan promosi (promotion). Booms dan Bitner diacu
dalam Kotler (2003) menyatakan bahwa pada perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa terdapat tiga strategi tambahan pada strategi bauran pemasarannya,
yaitu orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process).
3.1.7.1. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar (baik
berwujud maupun tidak berwujud) untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau
dikonsumsi sehingga memuaskan keinginan atau kebutuhan yang meliputi objek
secara fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, gagasan atau bauran dari semua
wujud tersebut (Kotler 2005).
27
Produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan
dan wujudnya (Kotler 2005), yaitu :
1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang
berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
penggunaan. Karena barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli,
strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya
mengenakan marjin yang kecil dan memasang iklan besar-besaran guna
memancing orang untuk mencoba dan membangun preferensi.
2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya
tetap bertahan walaupun sudah digunakan beberapa kali. Produk tahan lama
pada umumnya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi,
mengenakan marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi
dari penjual.
3. Jasa (services) adalah produk yang tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan
mudah habis. Produk jenis ini memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas
pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi.
Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu (kualitas),
penampilan, pilihan (option), gaya (style), merek, pengemasan, jenis produk
(product lines), dan macam produk (items). Mutu produk menurut Kotler (2005)
berarti menujukkan kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi
keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta
atribut yang lain. Dalam mengembangkan suatu produk, produsen harus
menentukan tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk itu dalam pasar
sasaran. Kualitas produk merupakan keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk
atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.
Kegiatan memperkenalkan dan mempopulerkan merek dagang suatu
produk merupakan syarat berhasilnya pemasaran. Merek adalah nama, istilah,
tanda, symbol, atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk
membedakannya dari produk pesaing (Kotler 2005). Pengemasan adalah kegiatan
merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus suatu produk.
28
Bauran produk adalah kombinasi dari semua produk (product line dan
product item) yang ditawarkan/dijual perusahaan kepada konsumen (Assauri
2004). Lini produk adalah kumpulan dari produk-produk yang berhubungan erat
karena memiliki fungsi yang serupa, atau karena dijual kepada kelompok
konsumen yang sama atau dijual dengan harga jual dalam suatu skala tertentu.
Macam produk adalah jenis produk tertentu yang mempunyai ciri-ciri spesifik
menurut ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya.
3.1.7.2. Harga
Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan konsumen
untuk mendapatkan suatu produk. Harga merupakan unsur yang menghasilkan
pendapatan penjualan, sedangkan unsur lainnya merupakan unsur yang
mengakibatkan pengeluaran biaya. Strategi harga meliputi strategi penetapan
harga, strategi tingkat harga, strategi keseragaman harga, strategi potongan harga,
serta strategi syarat-syarat pembayaran (Kotler 2005).
Perusahaan dapat menetapkan harga dengan menggunakan metode-metode
penetapan harga, sebagai berikut :
1. Penetapan harga dengan orientasi biaya, yaitu penetapan harga mark up,
penetapan harga dengan “cost plus”, dan penetapan harga sasaran.
2. Penetapan harga dengan orientasi permintaan, yaitu penetapan harga
berdasarkan persepsi atau penilaian konsumen terhadap mutu dan penetapan
harga diskriminasi harga.
3. Penetapan harga dengan orientasi persaingan, yaitu penetapan harga mengikuti
pasar (sama dengan pesaing) dan harga dibawah pesaing.
Dalam penetapan harga perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang
mempengaruhi secara langsung adalah bahan baku, biaya pemasaran, biaya
produksi, adanya peraturan pemerintah, dan faktor lainnya. Faktor tidak langsung
adalah harga produk sejenis yang dijual oleh para pesaing, pengaruh harga
terhadap hubungan antara produk substitusi dan produk komplementer, serta
potongan diskon untuk para penyalur dan konsumen.
29
3.1.7.3. Saluran Distribusi atau Tempat
Pada umumnya perusahaan atau organisasi tidak memasarkan produknya
langsung kepada pengguna akhir, diantaranya terdapat perantara yang
menjalankan fungsi pemasaran. Perantara ini membentuk saluran pemasaran yang
juga disebut sebagai saluran dagang atau saluran distribusi. Saluran pemasaran
adalah beberapa organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses
mengupayakan agar produk atau jasa dapat digunakan atau dikonsumsi.
Perusahaan dapat menghadapi banyak saluran distribusi alternatif untuk
menjangkau pasar sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperlihatkan dan
dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran adalah jenis dan sifat produk,
sifat konsumen potensial, sifat persaingan dan sifat saluran pemasaran yang ada.
Keputusan-keputusan saluran pemasaran termasuk diantara keputusan
paling penting yang dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih sangat
mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain, hal ini disebabkan saluran
distribusi merupakan faktor yang akan menjamin ketersediaan produk di pasar.
Menurut Kotler (2005), ada empat level saluran pemasaran untuk barang
konsumen :
1) Saluran langsung (level-nol) terdiri dari produsen yang menjual langsung ke
konsumen.
2) Saluran satu level berisi satu perantara, seperti pengecer.
3) Saluran dua level berisi dua perantara, umumnya adalah pedagang besar dan
pengecer.
4) Saluran tiga level berisi tiga perantara, umumnya adalah pedagang besar,
pemborong dan pengecer.
3.1.7.4. Promosi
Definisi promosi menurut Kotler (2005) adalah berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya,
membujuk, dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk
tersebut. Menurut Assauri (2004), promosi adalah usaha perusahaan untuk
mempengaruhi dengan merayu (persuasive communication) calon pembeli,
melalui pemakaian segala unsur acuan pemasaran.
30
Suatu produk tidak akan dibeli bahkan dikenal apabila konsumen tidak
mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat diperoleh, dan
berapa harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi sasaran produk atau jasa
perusahaan perlu diberikan informasi yang jelas. Efektifitas pemasaran suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh sistem komunikasi pemasaran yang
dilakukan. Semakin efektif komunikasi yang dilakukan maka akan berbanding
lurus dengan pemasarannya. Untuk melaksanakan komunikasi pemasaran
diperlukan beberapa cara komunikasi yang disebut bauran komunikasi pemasaran
(bauran promosi) yang terdiri atas lima cara komunikasi utama, yaitu : periklanan,
promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan secara pribadi, dan
pemasaran langsung (Kotler, 2005).
1) Iklan
Kotler (2005) mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk presentasi non-
pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus
dibayar. Iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu
produk atau memicu penjualan yang cepat. Iklan dapat efisien menjangkau
pembeli yang tersebar secara geografis.
Menurut Kotler (2005), tujuan iklan dapat digolongkan menjadi empat,
diantaranya :
a) Iklan informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan
tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada.
b) Iklan persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi,
keyakinan dan pembelian suatu produk atau jasa.
c) Iklan pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa
kembali.
d) Iklan penguatan dimaksudkan meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka
telah melakukan pemilihan yang tepat.
2) Promosi Penjualan
Menurut Stanton (1993), promosi penjualan adalah sesuatu yang
direncanakan untuk menambah dan mengkoordinasikan kegiatan penjualan
31
personal dan periklanan yang meliputi kegiatan pameran di toko, pameran dagang,
membagikan contoh/kupon-kupon “cent off” (untuk pembuatan harga ke bawah).
Promosi penjualan mencakup alat untuk promosi konsumen, promosi
perdagangan, promosi bisnis, dan tenaga penjualan (Kotler 2005).
Promosi penjualan mempunyai sifat yang unik yaitu dapat menarik
perhatian konsumen dan memberikan informasi yang dapat mendorong konsumen
untuk membeli. Promosi penjualan memberikan insentif untuk menarik orang-
orng baru untuk mencoba, memberi imbalan kepada pelanggan setia, dan dapat
menaikkan tingkat pembelian ulang orang yang sesekali menggunakan. Promosi
penjualan sering menarik orang-orang yang beralih merek, terutama mencari
harga murah, nilai yang baik, atau hadiah. Namun promosi penjualan tidak
mungkin merubah mereka menjadi pemakai yang setia.
Kotler (2005) menjelaskan alat-alat promosi penjualan, diantaranya
mencakup alat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, tawaran uang kembali,
potongan harga, cinderamata, hadiah, hadiah berlangganan, pengujian gratis,
garansi, promosi bersama, promosi silang, pajangan di tempat pembelian, dan
peragaan), promosi perdagangan (potongan harga, dana iklan dan pajangan, dan
barang gratis), serta promosi bisnis dan tenaga penjualan (pameran dan konvensi
perdagangan, kontes untuk perwakilan penjualan, dan iklan khusus).
3) Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat atau public relation merupakan kegiatan pemasaran
yang luas sekali jangkauannya, tetapi sering diperlakukan sebagai unsur yang
sepele dalam bauran promosi. Menurut Swastha (1990), hubungan masyarakat
dapat didefenisikan sebagai fungsi manajemen yang memberikan penilaian
tentang sifat masyarakat, identitas kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau
organisasi dengan keinginan masyarakat, dan melakukan program tindakan untuk
mendapatkan pengertian serta pengakuan masyarakat.
Hubungan masyarakat dapat membantu untuk membentuk citra
perusahaan atau produk. Hubungan masyarakat juga sangat efektif dalam
membangun kesadaran dan pengetahuan merek serta berbiaya yang jauh lebih
kecil daripada biaya iklan. Namun promosi melalui hubungan masyarakat
32
memiliki tantangan dalam menciptakan berita atau acara yang dapat menarik
perhatian khalayak.
Alat-alat utama yang digunakan dalam humas pemasaran antara lain
terbitan (brosur, artikel, berita berkala, majalah perusahaan), acara-acara (seminar,
pameran dagang, konferensi berita, kompetisi, ulang tahun), pemberian dana
sponsor, berita, ceramah, kegiatan layanan masyarakat, dan media identitas (logo
perusahaan, brosur, bangunan, aturan berpakaian, dan lain-lain).
4) Penjualan Pribadi
Penjualan pribadi atau personal selling adalah alat yang paling efektif
pada tahap terakhir berupa proses pembelian, khususnya dalam membangun
preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli (Kotler 2005). Dalam operasinya,
personal selling lebih fleksibel dibandingkan dengan yang lain, ini disebabkan
karena tenaga-tenaga penjualan dapat secara langsung mengetahui keinginan,
motif dan perilaku konsumen, dan sekaligus dapat melihat reaksi konsumen
sehingga langsung dapat mengadakan penyesuaian seperlunya.
Tiga ciri khusus dari penjualan personal, yaitu :
a) Konfrontasi personal : mencakup hubungan yang hidup, langsung, dan
interaktif antara dua orang atau lebih.
b) Mempererat : memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari
hubungan penjualan hingga hubungan persahabatan.
c) Tanggapan : membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan
pembicaraan wiraniaga.
5) Pemasaran Langsung
Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran langsung atau direct
marketing adalah penggunaan saluran-saluran langsung konsumen untuk
menjangkau atau menyerahkan barang atau jasa kepada pelanggan tanpa
menggunakan perantara pemasaran. Saluran-saluran ini mencakup surat langsung,
katalog, telemarketing, TV interaktif, kios, situs internet, dan peralatan bergerak.
Pemasaran langsung dapat menguntungkan penjual karena mereka dapat
mengkhususkan dan menyesuaikan pesan-pesan penjualan mereka. Pemasaran
33
langsung dapat membina hubungan yang berkesinambungan dengan masing-
masing pelanggan. Namun ada beberapa kerugian dari pemasaran langsung,
diantaranya kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan, serta beberapa
pelanggan menganggap pemasaran langsung sebagai gangguan (seperti telepon
penjualan pada saat larut malam).
3.1.7.5. Orang
Sumber daya manusia (karyawan) merupakan unsur bauran pemasaran
yang memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan
penyampaian produk ke tangan konsumen. Kesuksesan pemasaran sangat
tergantung pada seleksi pelatihan, motivasi, dan manajemen sumberdaya manusia,
terlepas dari apakah karyawan adalah profesioal yang sangat terampil atau
karyawan yang memiliki keterampilan rendah. Idealnya, karyawan seharusnya
memperlihatkan kompetensi, sikap kepedulian, sikap tanggap, inisiatif,
kemampuan memecahkan masalah, dan niat baik.
Kesan dari usaha jasa khususnya tempat wisata, diukur dari orang-orang
yang memberikan pelayanan kepada pengunjung atau pelanggan. Salah satu cara
perusahaan mempertahankan pelanggannya adalah dengan meluncurkan
serangkaian program yang khusus pada orang-orang di dalam organisasi.
Para karyawan dilatih untuk mengembangkan sikap-sikap baru terhadap
para pelanggan dengan menekankan bahwa perusahaan tersebut ingin memuaskan
pelanggan. Pentingnya strategi orang dalam pemasaran yaitu mengarahkan minat
yang lebih besar dalam menarik, memotivasi, melatih, dan mempertahankan
kualitas karyawan dengan mengembangkan pekerjaan-pekerjaan untuk
memuaskan kebutuhan konsumen.
3.1.7.6. Bukti fisik
Bukti fisik merupakan lingkungan fisik perusahaan dimana layanan
diciptakan, penyediaan, dan pelanggan berinteraksi. Bukti fisik mewakili
keputusan kunci mengenai desain dan lay-out bangunan, misalnya tempat duduk,
toilet, tempat ibadah, parkir, dan sebagainya yang dibutuhkan pengunjung. Bukti
fisik berhubungan dengan fasilitas apa yang diharapkan pelanggan sehingga dapat
34
meningkatkan kenyamanan. Bila fasilitas yang dibutuhkan konsumen di tempat
wisata telah tersedia maka tingkat kepuasan konsumen akan meningkat. Selain itu,
perusahaan-perusahaan juga akan mencoba mutu jasanya melalui bukti fisik atau
penyajian. Kotler dalam buku Marketing Plus lebih sering menyebut bukti fisik
sebagai presentation.
3.1.7.7. Proses
Proses merupakan seluruh kegiatan kerja yang berhubungan dengan
pelayanan yang akan diberikan kepada konsumen. Menurut Umar (2003),
perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti
kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk
berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami
keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi proses ini merupakan
penggabungan dari beberapa dimensi, yaitu :
1) Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan
perusahaan
2) Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari
pelanggan.
3) Pemahaman pada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui
dan memahami kebutuhan dan keinginan pasar.
3.1.8. Analisis Lingkungan Pemasaran
Dalam menetapkan suatu strategi pemasaran, perusahaan harus
memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya. Agar sukses dalam jangka
waktu lama, perusahaan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan
(David 2003). Lingkungan ini dibedakan menjadi lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman perlu diketahui oleh suatu perusahaan untuk menentukan suatu strategi
yang dijalankan guna memasarkan produk yang dihasilkan.
Tiga alasan perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan, yaitu (1)
Lingkungan dapat berubah dengan cepat sehingga perlu melakukan analisis secara
35
sistematis, (2) Perusahaan perlu mencari informasi dari sekelilingnya guna
menentukan faktor-faktor yang ada di lingkungan sekarang yang menjadi
ancaman maupun faktor-faktor apa saja yang menjadi peluang, dan (3) Perusahaan
secara sistematis melakukan analisis dan mengenali lingkungan akan dapat
bekerja lebih efektif dan efisien (Kotler, 2005).
3.1.8.1. Analisis Lingkungan Internal
Menurut David (2003), sebuah variabel merupakan kekuatan apabila
menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang
dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara
relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada ataupun potensial. Sebuah
variabel merupakan kelemahan apabila berupa sesuatu yang tidak dilakukan
dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan yang tidak memiliki kepastian
untuk melakukannya, sementara para pesaingnya memiliki kapasitas tersebut.
Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang merupakan
sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan perusahaan jika dikelola
secara efektif dan efisien, dan apabila sebaliknya menjadi kelemahan perusahaan.
Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan, produksi,
administrasi, riset dan pengembangan. Pada akhirnya, analisis terhadap
lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan
kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan
strategi pemasarannya (David, 2003).
Lingkungan internal dapat menentukan kinerja perusahaan sesuai dengan
sumberdaya yang dimiliki, kapabilitas, dan kompetensi inti. Analisis lingkungan
internal dimaksudkan untuk mengembangkan daftar kekuatan yang dimanfaatkan
oleh perusahaan dan daftar kelemahan yang harus diatasi oleh perusahaan
tersebut.
36
Pendekatan fungsional diperlukan untuk menganalisis lingkungan internal
perusahaan. Menurut Assauri (2004), bidang fungsional yang menjadi variabel
dalam analisis internal adalah :
1) Kebijakan
Kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh aspek-aspek eksternal, yaitu
perkembangan pendidikan, jumlah penawaran tenaga kerja, perkembangan
sosial dan sistem masyarakat lainnya. Selain itu perlu diperhatikan
keterampilan dan moral tenaga kerja karyawan, biaya hubungan kekaryawanan
dibandingkan dengan industri dan pesaing, tingkat keluar masuk dan
kemangkiran karyawan, serta keterampilan khusus dan pengalaman.
2) Pemasaran
Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa (David,
2006). Menurut Kotler (2005), pemasaran adalah suatu proses dan manajerial
yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Joel Evans dan Barry
Bergman diacu dalam David (2006), menyatakan bahwa terdapat sembilan
dasar fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis pelanggan, (2) membeli sediaan, (3)
menjual produk atau jasa, (4) merencanakan produk atau jasa, (5) menetapkan
harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis peluang, dan (9) tanggung
jawab sosial.
3) Keuangan
Kondisi keuangan sering dijadikan ukuran tunggal terbaik dalam menentukan
posisi persaingan. Selain itu, kondisi keuangan perusahaan juga dapat menjadi
daya tarik bagi investor. Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah
kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,
beban yang harus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan,
hubungan baik dengan penanam modal, pengelolaan keuangan, struktur modal
kerja, harga jual produk, dan sistem akuntansi yang handal.
37
4) Produksi dan Operasi
Produksi dan operasi dalam suatu perusahaan merupakan seluruh aktivitas yang
merubah input menjadi output berupa barang dan jasa. Manajemen produksi
dan operasi erat kaitannya dengan input, proses, dan output. Roger Schroeder
diacu dalam David (2006), menyarankan bahwa manajemen produksi dan
operasi terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan yaitu : proses, kapasitas,
sediaan, tenaga kerja, dan mutu.
5) Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan biasanya diarahkan pada produk-produk baru
sebelum pesaing melakukannya. Hal tesebut dilakukan untuk meningkatkan
pemasaran serta mendapatkan keunggulan dari biaya melalui efisiensi.
3.1.8.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal menekankan pada pengenalan dan evaluasi
kecenderungan peristiwa yang berada di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan
analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan suatu daftar peluang
yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan daftar ancaman yang harus dihindari
perusahaan. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan, sedangkan ancaman adalah situasi penting yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan.
Menurut Kotler (2005), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro
dan lingkungan mikro. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi situasi
lingkungan eksternal perusahaan dijelaskan sebagai berikut :
1) Lingkungan Makro
Lingkungan makro menggambarkan suatu situasin di luar perusahaan yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Terdapat tiga karakteristik khas
lingkungan makro, yaitu : (1) lingkungan makro tidak memiliki batas
(boundlessness) dan memiliki intensitas pengaruh yang berbeda terhadap berbagai
aspek manajemen, (2) lingkungan makro hanya memberikan sinyal lemah pada
manajemen, karena perubahan yang ditimbulkan hanya dapat dilihat dalam jangka
38
panjang, (3) lingkungan makro mempunyai sifat tidak dapat dikendalikan. Dalam
situasi global, perusahaan harus memantau enam kekuatan utama, yaitu :
a) Lingkungan Demografi
Lingkungan demografi terdiri atas umur, pendidikan, pekerjaan, ukuran
keluarga, tempat tinggal, dan ukuran kota. Lingkungan demografi merupakan hal
menarik bagi penyusun strategi pemasaran karena berhubungan dengan studi
statistik tentang manusia dimana populasi manusia dapat membentuk pasar
beserta karakteristiknya.
b) Lingkungan Ekonomi
Variabel dari faktor ekonomi antara lain adalah tingkat inflasi,
kecenderungan Produk Domestik Bruto, tingkat pajak, kebijakan moneter, tingkat
suku bunga, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi.
c) Lingkungan Alam/Ekologi
Faktor ekologi, istilah ekologi mengacu pada hubungan antara manusia
dan makhluk hidup lainnya dengan udara, tanah, dan air yang mendukung
kehidupan mereka. Ancaman terhadap ekologi pendukung kehidupan kita
terutama disebabkan oleh kegiatan manusia dalam suatu masyarakat industrial
yang biasa disebut dengan polusi.
d) Lingkungan Teknologi
Faktor teknologi perlu diperhatikan untuk menghindari keusangan dan
mendorong adanya inovasi yang dapat mempengaruhi industri. Adanya tenologi
yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada.
e) Lingkungan Politik dan Hukum
Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang
membatasi operasi perusahaan. Faktor-faktor ini antara lain adalah peraturan-
peraturan, undang-undang, dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat
daerah, propinsi, maupun sampai tingkat nasional yang menentukan beroperasinya
suatu perusahaan. Adanya faktor politik atau pemerintah melalui
kebijaksanaannya dapat memberi peluang dan juga kendala bagi perusahaan.
39
f) Lingkungan Sosial Budaya
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan,
sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan yang
berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan
etnik. Jika setiap sosial berubah, maka akan menyebakan perubahan permintaan
terhadap berbagai jenis kebutuhan seseorang.
2) Lingkungan Mikro
Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan
daya tarik laba jangka panjang intrinsik pasar atau segmen pasar tertentu (Kotler,
1997). Lima kekuatan tersebut adalah pesaing industri, pendatang baru, produk
substitusi, pembeli, dan pemasok (Gambar 2). Lima ancaman yang ditimbulkan
kekuatan tersebut adalah :
a) Ancaman Pesaing Industri
Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika memiliki pesaing yang paling
banyak, kuat, dan agresif. Segmen ini menjadi tidak menarik lagi jika
pertumbuhannya stabil atau menurun, penambahan kapasitas dilakukan secara
besar-besaran, biaya tetap tinggi, hambatan keluar besar, atau pesaing mempunyai
kepentingan yang besar terhadap segmen tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan
sering terjadinya perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru.
b) Ancaman Produk Baru
Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya hambatan masuk dan
keluar. Segmen yang paling menarik adalah memiliki hambatan untuk masuk
yang tinggi dan hambatan untuk keluar yang rendah. Sedangkan tidak menarik
apabila hambatan masuk rendah tetapi hambatan keluar tinggi. Semakin menarik
segmen tersebut akan mengokohkan posisi perusahaan lama, karena pendatang
baru tidak mudah memasuki segmen tersebut dan begitu sebaliknya.
c) Ancaman Produk Substitusi
Segmen tertentu menjadi tidak menguntungkan jika terdapat substitusi
produk yang aktual dan potensial. Konsumen akan segera berpikir untuk
berpindah mengkonsumsi suatu produk ke produk substitusinya, apabila produk
tersebut tidak mampu memuaskan kebutuhan konsumen.
40
d) Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pembeli
Sebagian pembeli memiliki kekuatan tawar (bargaining position) yang
tinggi. Kekuatan tawar pembeli berkembang apabila mereka menjadi lebih
terorganisasi, produk tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya
pembeli, produk tersebut tidak terdeferensiasi, pembeli peka terhadap harga, atau
pembeli dapat melakukan integrasi ke hulu.
e) Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pemasok
Pemasok yang mempunyai bargaining power yang tinggi dapat
memaksakan kehendaknya kepada perusahaan. Pemasok mampu berbuat sesuai
keinginannya, seperti menaikkan harga atau mengurangi kuantitas input yang
mereka pasok. Kekuatan pemasok yang besar dapat mempengaruhi biaya dan
investasi, sehingga akan mengurangi potensi laba perusahaan. Kekuatan-kekuatan
yang mempengaruhi persaingan industri dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Ancaman masuknya pendatang baru
Kekuatan tawar menawar Kekuatan tawar menawar
pemasok pembeli
Ancaman produk atau jasa
pengganti
Gambar 3. Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Michael E. Porter (1987)
Pendatang baru
potensial
Para pesaing industri
Pesaing di suatu
perusahaan
Produk
pengganti
Potensial Pembeli
41
3.1.9. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Matriks Internal Eksternal menggunakan parameter yang meliputi
parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-
masing akan diidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal melalui matriks
Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE). Tujuan
penggunaan matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat
perusahaan yang lebih detail (Rangkuti, 2000).
Menurut David (2006), tujuan melakukan audit eksternal dalam suatu
matriks EFE adalah untuk mengembangkan daftar batas peluang yang dapat
dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari. Penggunaan istilah
terbatas mengacu pada pengertian bahwa analisis eksternal tidak bertujuan untuk
mengembangkan daftar panjang dan lengkap dari setiap faktor kemungkinan yang
dapat dilakukan. Namun untuk mengenali variabel kunci yang menawarkan
respon yang dapat dilakukan. Audit eksternal tersebut meliputi aspek ekonomi,
sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan
persaingan. Sementara audit internal dalam matriks IFE dilakukan dengan
mengidentifikasi dan mengevaluasi kakuatan dan kelemahan internal perusahaan
di bidang-bidang fungsional, termasuk manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi, operasi, pendidikan dan pengembangan, dan sistem
informasi komputer (David 2006).
Penggabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks Internal-
Eksternal (IE) yang menghasilkan sembilan macam sel yang memperlihatkan
kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tetapi pada
prinsipinya kesembilan sel dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yang
memiliki implikasi strategi yang berbeda (David 2006).
Pertama, Growth Strategy, dapat disebut tumbuh dan bina. Posisi ini
berada pada sel I, II, atau IV. Dalam hal ini biasanya perusahaan mengejar
pertumbuhan dalam keuntungan, pangsa pasar, dan tujuan primer lain. Strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal)
mungkin paling tepat untuk semua posisi ini.
42
Kedua, Stability Strategy, dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan
pelihara. Posisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII, dalam hal ini perusahaan
menerapkan strategi tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan.
Tujuannya relatif defensif, yaitu menghindari kehilangan profit.
Ketiga, Retrenchment Strategy, dapat disebut pula dengan strategi panen
atau divestasi. Posisi yang umum masuk sel VI, VII, atau IX, pada saat
kelangsungan hidup perusahaan terancam dan tidak lagi dapat bersaing secara
efektif, seringkali dibutuhkan strategi yang menekankan penghematan.
3.1.10. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. SWOT merupakan singkatan dari strengths
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang/kesempatan), dan
threats (ancaman). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan strengths dan opportunities, namun secara bersamaan dapat
meminimalkan weakness dan threats (Rangkuti 2000).
Kekuatan dapat dijelaskan sebagai positif organisasi yang dapat
membimbing ke arah peluang yang lebih luas sehingga dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan. Kelemahan adalah setiap kekurangan di dalam hal keahlian dan
sumberdaya perusahaan. Pertimbangan perlu diberikan pada bagaimana hal ini
dapat diobati, misalnya dengan pengambilalihan, penggabungan, atau pelatihan
dan pengembangan.
Peluang/kesempatan menggambarkan peristiwa-peristiwa di lingkungan
luar yang memungkinkan organisasi mendapatkan keuntungan. Tampaknya hal ini
timbul dari perubahan-perubahan teknologi, pasar dan produk, perundang-
undangan dan sebagainya. Ancaman adalah bahaya atau masalah yang dapat
menghancurkan kedudukan organisasi. Contohnya, peluncuran produk baru oleh
pesaing, perubahan standar keamanan, perubahan model, atau masalah-masalah
yang timbul dengan pemasok atau pelanggan.
43
3.1.11. Matriks QSPM
Quantitative Strategic Planning Matrix merupakan tahap penentuan
prioritas dari strategi alternatif terbaik. QSPM menggunakan input dari
identifikasi faktor strategis dan hasil mencocokkan analisis IE dan SWOT untuk
memutuskan sasaran strategi alternatif yang terbaik. Matriks ini adalah alat yang
memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi untuk mengevaluasi
strategi alternatif secara objektif dengan menggunakan penilaian intuitif.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari setiap strategi dalam satu set
alternatif dihitung dengan menetapkan dampak kumulatif dari setiap faktor sukses
kritis eksternal dan internal.
Sifat positif dari QSPM adalah alat ini mengharuskan ahli strategi untuk
membuat faktor-faktor kunci strategis eksternal dan internal menjadi lebih kecil
kemungkinannya terabaikan atau diberi bobot secara tidak sesuai. Hal ini
disebabkan dalam pemberian peringkat dan daya tarik menggunakan keputusan
subyektif, namun dalam prosesnya menggunakan informasi objektif (David 2006).
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Yayasan Pengembangan Tanaman Obat (YPTO) Karyasari adalah salah
satu perusahaan yang memanfaatkan peluang dengan membudidayakan dan
memproduksi berbagai jenis obat herbal yang berbahan baku tanaman obat asli
Indonesia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit. Selain itu, YPTO
Karyasari dalam pengembangan pengetahuan konsumen tentang tanaman obat
herbal mengadakan acara Seminar Kebun mengenai sejarah, penggunaan dan
berbagai khasiat yang terkandung dalam tanaman obat, dan juga acara Pelatihan
Pengobatan Herbal Dasar Intensif.
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari merupakan salah satu objek
pengusahaan wisata agro yang masih memerlukan peningkatan kualitas daya tarik
wisatanya melalui penataan fasilitas penunjang, aksesbilitas, dan beberapa produk
wisata yang terdapat pada kawasan tersebut. Untuk konsumen kawasan tersebut
apabila dilihat dari segi jumlahnya, dapat dikategorikan sebagai wisata
44
rombongan (group tour), karena selama ini konsumen jasa agrowisata yang
memanfaatkan kawasan tersebut pada umumnya merupakan perusahaan swasta
dan instansi pemerintah, maupun pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu
proses perencanaan lebih lanjut mengenai pengembangan agrowisata tersebut agar
diperoleh suatu alternatif strategi pemasaran yang tepat. Strategi yang efektif dan
efisien harus dikembangkan oleh perusahaan dengan melihat peluang, kekuatan,
ancaman, dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan.
Penentuan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan
menggunakan analisis faktor internal yang terdiri atas : faktor manajemen, seperti
status pengelolaan kawasan dan sumberdaya manusia kawasan; faktor pemasaran,
seperti unsur pemasaran kawasan; faktor keuangan, seperti unsur anggaran
pengelolaan; serta faktor produksi atau operasi, seperti potensi objek wisata,
aksesbilitas kawasan, serta saran dan prasarana. Analisis peluang dan ancaman
menggunakan analisis faktor eksternal yang terdiri atas : faktor lingkungan jauh,
seperti sikap masyarakat sekitar dan peran serta masyarakat sekitar; faktor
lingkungan industri, seperti pengunjung kawasan dan pesaing kawasan; faktor
lingkungan operasi, seperti akomodasi kawasan serta reputasi kawasan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muttaqien (2007) menganalisis
strategi bersaing Agrowisata Vin’s Berry Park. Hasil analisis faktor internal yang
diperoleh adalah faktor kekuatan yaitu keunggulan dalam budidaya dan panen
stroberi, lokasi mudah diakses, fasilitas umum dan rekreasi yang memenuhi
standar umum, produk olahan stroberi yang beragam, network pemilik yang luas,
menggunakan modal sendiri, dan pengendalian mutu buah bagus; sedangkan
untuk faktor kelemahan yaitu manajemen yang berpusat pada pemilik, promosi
belum optimal, pencatatan keuangan masih sederhana, wisata petik stroberi tidak
dapat dilakukan setiap saat, tidak memiliki pemandu, dan profesionalisme
karyawan rendah. Hasil analisis faktor eksternal yang diperoleh adalah faktor
peluang yaitu dukungan pemerintah dalam pengembangan agrowisata,
pembangunan tol Cipularang menciptakan akses cepat untuk berwisata ke
Kabupaten Bandung, trend sosial untuk kembali ke alam, inovasi budidaya
stroberi sistem gantung, pemasok luar negeri memiliki citra kualitas unggul;
sedangkan untuk faktor ancaman yaitu pemilihan umum yang akan datang
45
mengancam stabilitas politik, inflasi mengurangi daya beli, banjir di Jakarta
berpeluang mengurangi kunjungan, jumlah agrowisata yang semakin bertambah,
dan konsumen memiliki banyak pilihan.
Variabel-variabel eksternal dan internal yang telah dianalisis kemudian
diringkas dan dijabarkan dalam matriks External Factor Evaluation (EFE), dan
matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Total skor kedua matriks tersebut
selanjutnya dipadukan dalam matriks Internal-Eksternal (I-E) untuk mengetahui
posisi perusahaan. Kemudian melalui analisis SWOT dengan menggunakan
matriks SWOT, hasil analisis gabungan dari faktor-faktor kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman tersebut digunakan untuk memperoleh alternatif strategi
pemasaran. Setelah tahap pencocokan dengan matriks SWOT menghasilkan
beberapa alternatif strategi pemasaran, alternatif strategi tersebut diprioritaskan
dengan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran
operasional sebagai Gambar 4 berikut.
46
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
Agrowisata
Kebun Tanaman Obat Karyasari
- Jumlah pengunjung relatif rendah
- Tingkat persaingan agrowisata
Identifikasi Faktor-Faktor
Internal
Manajemen
Produksi/operasi
Penelitian dan
pengembangan
Keuangan
Bauran pemasaran (7 P)
Identifikasi Faktor-Faktor
Eksternal
Lingkungan Makro
Ekonomi
Alam
Demografi
Sosial
Politik
Teknologi
Lingkungan Mikro
Pesaing
Pelanggan
Visi dan Misi Agrowisata KTO
Karyasari
Matriks IFE Matriks EFE
Matris IE dan Matriks SWOT
Alternatif Strategi Pemasaran
Prioritas Strategi Pemasaran (Matriks QSPM)
Strategi Pemasaran
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Yayasan Pengembangan Tanaman Obat
Karyasari yang pusat operasionalnya terletak di Jalan Klamono Blok A5 No.4
Perum Jatiwaringin Asri, Pondok Gede, Jakarta Timur, dan pada Agrowisata
Kebun Tanaman Obat Karyasari yang terletak di Desa Karyasari, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Agrowisata KTO Karyasari merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata dan pengembangan
tanaman obat Indonesia, yang selain memproduksi tanaman obat juga membuka
klinik herbal, melakukan pelatihan-pelatihan, seminar, dan membuat majalah
tanaman obat “Herba”. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai Oktober 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer
dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh dari para pengambil keputusan di perusahaan dan tenaga kerja harian,
serta pemandu di Kebun Tanaman Obat dengan proses dialog atau wawancara
untuk memperoleh informasi faktor internal dan eksternal. Pemilihan responden
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa responden
memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap bidang yang akan diteliti
sekaligus permasalahannya.
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yaitu data yang
diperoleh dari perusahaan mengenai agrowisata, laporan penelitian terdahulu,
artikel, serta literatur yang relevan dengan masalah penelitian, majalah pertanian
(Herba dan Trubus), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, Badan
Pusat Statistik, dan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (Balitro).
48
4.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan
panduan kuesioner kepada pihak manajemen Agrowisata KTO Karyasari yang
terkait langsung dan mengetahui secara benar kegiatan pemasaran di Agrowisata
KTO Karyasari. Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan bauran
pemasaran Agrowisata KTO Karyasari, lingkungan internal perusahaan yang
dapat menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dan lingkungan eksternal
perusahaan yang dapat menjadi peluang dan dan ancaman perusahaan, tujuan dari
berdirinya Agrowisata KTO Karyasari, tujuan dari kegiatan pemasaran yang
dilakukan, dan pemilihan alternatif strategi pemasaran yang tepat dan sesuai
dengan tujuan dari Agrowisata KTO Karyasari.
Dalam penelitian ini, responden yang dipilih adalah Pimpinan Yayasan
Pengembangan Obat Karyasari, Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian
Kebun, dan Kepala Bagian Promosi. Untuk metode pengumpulan data sekunder
diperoleh dari data-data yang terkait di beberapa instansi, internet, dan studi
literatur.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data menggunakan metode analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan
proses kegiatan usaha dan penentuan alternatif dan strategi perusahaan, sedangkan
analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal, serta penentuan prioritas strategi perusahaan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1) Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian
dalam bentuk pertanyaan atau hasil wawancara, data berbentuk gambar-
gambar, maupun tabel-tabel untuk mempermudah dalam menganalisis lebih
lanjut.
2) Mengkaji situasi perusahaan secara internal dan eksternal dengan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman
perusahaan. Kemudian dihubungkan untuk mengetahui posisi perusahaan saat
ini.
49
3) Menentukan alternatif dan prioritas strategi yang tepat bagi perusahaan.
Tahapan-tahapan yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan secara
sistematis, sebagai berikut :
4.4.1. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor
Evaluation (EFE)
Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki perusahaan. Secara ringkas analisis ini disajikan dalam matriks
Internal Factor Evaluation (IFE). Matriks External Factor Evaluation (EFE)
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman
perusahaan.
Tahapan-tahapan dalam penyusunan matriks IFE dan EFE adalah :
1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Tahap identifikasi faktor-faktor internal, dengan cara mendaftarkan semua
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dalam penyajiannya, faktor
yang bersifat positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif
(kelemahan). Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal perusahaan.
2. Pemberian Bobot Setiap Faktor
Penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal perusahaan dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen atau ahli strategi
dengan menggunakan paired comparison (perbandingan berpasangan) yang dapat
dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Metode tersebut digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.
Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
50
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Strategis Internal A B C D … Total Bobot
A
B
C
D
…
Total
Sumber : David (2006)
Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategis Internal A B C D … Total Bobot
A
B
C
D
…
Total
Sumber : David (2006)
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap faktor
terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus :
Xi
ai = m
∑ Xi i=1
Keterangan :
ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3, …, m
m = Jumlah variabel
51
Adapun bobot yang diperoleh akan berada pada kisaran antara 0,0 (tidak
penting), sampai 1,0 (terpenting) pada setiap faktor. Tanpa memperdulikan
apakah faktor kunci kekuatan atau kelemahan serta peluang dan ancaman
perusahaan, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada
prestasi perusahaan diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot yang
diberikan harus sama dengan 1,0. Lebih lanjut pemberian bobot berdasarkan pada
keadaan industri yang sedang diketahui.
3. Perkalian Bobot dan Rating
Nilai dari pembobotan dikalikan dengan rating pada tiap faktor dan semua
hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total
pembobotan. Perkalian bobot dan rating diperlihatkan dalam matriks IFE pada
Tabel 6 dan matriks EFE pada Tabel 7.
Penjumlahan nilai yang dibobotkan pada matriks IFE akan berada pada
kisaran 1,0 yang rendah sampai 4,0 yang tinggi dengan rata-rata 2,5. Total nilai
yang dibobot yang jauh di bawah 2,5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara
internal, sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang
kuat. Matriks IFE diperlihatkan pada Tabel 6. Pemberian nilai rating
menunjukkan tingkat faktor strategis sebagai kekuatan atau kelemahan. Pemberian
nilai peringkat didasarkan pada keterangan sebagai berikut :
Nilai 1, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemahan utama
Nilai 2, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil
Nilai 4, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan utama
Nilai 3, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil
Begitu pula pada matriks EFE, dengan tanpa memperdulikan jumlah
peluang dan ancaman kunci, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu
organisasi adalah 4,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5. Jumlah nilai yang
dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi jawaban
dengan cara yang luar biasa pada peluang dan ancaman yang ada dalam
industrinya. Dengan kata lain strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan
peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman
52
eksternal. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kemampuan perusahaan
dalam meraih peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada
keterangan berikut :
Nilai 4, jika perusahaan mempunyai kemampuan sangat baik dalam meraih
peluang tersebut.
Nilai 3, jika perusahaan mempunyai kemampuan baik dalam meraih peluang
tersebut.
Nilai 2, jika perusahaan mempunyai kemampuan cukup baik dalammeraih
peluang tersebut.
Nilai 1, jika perusahaan mempunyai kemampuan tidak baik dalam meraih
peluang tersebut.
Pemberian nilai peringkat untuk ancaman didasarkan pada besarnya
ancaman yang dapat mempengaruhi keberadaan perusahaan. Pemberian nilai
peringkat didasarkan pada keterangan berikut :
Nilai 4, jika faktor ancaman memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap
perusahaan
Nilai 3, jika faktor ancaman memberikan pengaruh kuat terhadap perusahaan
Nilai 2, jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan
Nilai 1, jika faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan
Tabel 6. Matriks IFE
Faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Rata-rata Tertimbang
(1) (2) (3) = (1) x (2)
Kekuatan internal
1 ………. ………. ………. ……….
2 ………. ………. ………. ……….
3 ………. ………. ………. ……….
Kelemahan internal
1 ………. ………. ………. ……….
2 ………. ………. ………. ……….
3 ………. ………. ………. ……….
Total 1,0
Sumber : David (2006)
53
Tabel 7. Matriks EFE
Faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Rata-rata Tertimbang
(1) (2) (3) = (1) x (2)
Peluang
1 ………. ………. ………. ……….
2 ………. ………. ………. ……….
3 ………. ………. ………. ……….
Ancaman
1 ………. ………. ………. ……….
2 ………. ………. ………. ……….
3 ………. ………. ………. ……….
Total 1,0
Sumber : David (2006)
4.4.2. Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal)
Nilai yang diperoleh pada matriks IFE dan matriks EFE kemudian
dimasukkan kedalam matriks Internal-Eksternal (Internal-Eksternal Matrix) untuk
memetakan posisi perusahaan pada saat ini. Lebih lanjut berdasarkan posisi
tersebut, perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan.
Total skor bobot IFE dalam matriks IE, ditempatkan pada sumbu x dan
total skor bobot EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, total skor
bobot IFE sebesar 1,0 hingga 1,99 menggambarkan posisi internal yang lemah,
skor 2,0 hingga 2,99 merupakan pertimbangan rata-rata, dan skor 3,0 hingga 4,0
adalah kuat. Begitu pula dengan sumbu y, total skor bobot EFE dari 1,0 hingga
1,99 adalah pertimbangan rendah, skor 2,0 hingga 2,99 adalah medium, dan skor
3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks IE diperlihatkan pada Gambar 5.
Matriks IE terbagi atas tiga bagian besar yang memiliki implikasi strategi
yang berbeda, yaitu :
1. Divisi yang berada pada sel I, II, atau IV dapat melaksanakan strategi
mengembangkan dan membangun (growth and build). Strategi yang umum
dipakai adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi
ke depan, dan integrasi horizontal).
54
2. Divisi yang beradapada sel III, V, atau VII dapat melaksanakan strategi
mempertahankan dan memelihara (hold and maintain). Strategi yang umum
dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3. Divisi yang berada pada sel VI, VIII, atau IX, yakni strategi mengambil hasil
atau melepaskan (harvest or divest). Strategi yang umum dipakai adalah
strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat Rata-rata Lemah
3.0-4.0 2.0-2.99 1.0-1.99
4.0
Tinggi
TOTAL 3.0-4.0
RATA-RATA 3.0
TERTIMBANG Menengah
EFE 2.0-2.99
2.0
Rendah
1.0-1.99
1.0
Gambar 5. Matriks IE Sumber : David (2006)
4.4.3. Analisis Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunity-Threats)
Matriks SWOT merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mencocokkan hasil yang diperoleh pada matriks IFE dan EFE. Hasil yang
diperoleh dari matriks SWOT adalah alternatif strategi yang layak
diimplementasikan dalam strategi perusahaan. Matriks ini dapat menghasilkan
empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O (Strengths-
Opportunity), strategi W-O (Weakness-Opportunuty), strategi W-T (Weakness-
Threats), dan strategi S-T (Strengths-Threaths). Matriks SWOT dapat dilihat pada
Tabel 8.
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
55
Tabel 8. Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunity-Threats)
Internal
Eksternal
STRENGTH-S
Daftar Kekuatan
WEAKNESS-W
Daftar Kelemahan
OPPORTUNITY-O
Daftar Peluang
STRATEGI S-O
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
THREATHS-T
Daftar Ancaman
STRATEGI S-T
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
STRATEGI W-T
Minimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
Sumber : David (2006)
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan matriks
SWOT yaitu :
1. Tentukan faktor-faktor strategis peluang eksternal perusahaan
2. Tentukan faktor-faktor strategis ancaman eksternal perusahaan
3. Tentukan faktor-faktor strategis kekuatan internal perusahaan
4. Tentukan faktor-faktor strategis kelemahan internal perusahaan
5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan
strategi S-O
6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan
strategi W-O
7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan
strategi S-T
8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan
strategi W-T
4.4.4. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Tahap terakhir dari penetapan strategi bauran pemasaran adalah tahap
keputusan, yaitu menentukan strategi yang menjadi prioritas berdasarkan analisis
daya tarik alternatif strategi. QSPM adalah suatu teknik analisis yang dirancang
untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak dengan
membuat peringkat strategi pemasaran untuk memperoleh daftar prioritas.
Analisis QSPM memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif
56
pemasaran secara objektif. Strategi ini dapat diperoleh dari matriks SWOT.
Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Faktor sukses kritis Strategi 1 Strategi 2
Bobot AS TAS Bobot AS TAS
Peluang
Ancaman
1,00 1,00
Kekuatan
Kelemahan
1,00 1,00
Sumber : David (2006)
Tahapan dalam menyusun QSPM adalah sebagai berikut :
1. Mendaftar peluang dan ancaman lingkungan eksternal ataupun kekuatan dan
kelemahan lingkungan internal dari perusahaan dalam kolom kiri QSPM.
Informasi tersebut didapatkan dari Matriks EFE dan Matriks IFE.
2. Memberikan bobot pada setiap faktor strategis internal dan eksternal. Bobot
yang digunakan sama dengan bobot pada Matriks EFE dan Matriks IFE.
3. Mengidentifikasi strategi alternatif yang layak untuk diimplementasikan pada
perusahaan.
4. Menetapkan nilai daya tarik (AS). Penetapan nilai daya tarik setiap strategi
terhadap faktor strategis internal dan eksternal menggunakan skala satu sampai
empat dengan ciri sebagai berikut :
1 = tidak menarik
2 = agak menarik
3 = cukup menarik
4 = sangat menarik
5. Menghitung total nilai daya tarik (TAS). Total nilai daya tarik ditetapkan
sebagai hasil perkiraan bobot dengan nilai daya tarik (AS). Total nilai daya
tarik menujukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif dengan
57
mempertimbangkan kepentingannya terhadap faktor strategis internal dan
eksternal. Semakin tinggi total nilai daya tarik menunjukkan semakin menarik
alternatif strategi tersebut terhadap faktor strategis yang dihadapi.
6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlah total nilai daya tarik
menunjukkan prioritas keseluruhan alternatif strategi. Semakin tinggi nilai
yang dihasilkan menunjukkan strategi yang semakin menarik terhadap
keseluruhan faktor strategis internal dan eksternal perusahaan. Besarnya
perbedaan antara jumlah total nilai daya tarik dalam setiap alternatif
menunjukkan seberapa besar strategi lebih diinginkan terhadap yang lain.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Gambaran Umum Agrowisata KTO Karyasari
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari terletak di Desa Karyasari,
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi terletak 30 km
sebelah barat kota Bogor dan berada di salah satu jajaran perbukitan di kaki
Gunung Sanggabuana. Gunung Sanggabuana merupakan gunung api tua yang
tidak aktif lagi dan terletak sekitar 20 km ke arah selatan. Pada jarak sekitar 10 km
ke arah selatan terdapat Kebun Teh milik PTP XIII di salah satu lereng Gunung
Sanggabuana. Agrowisata KTO Karyasari terletak pada ketinggian 600-900 meter
dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 24,28 derajat celcius dan curah hujan
rata-rata 1200 milimeter per tahun.
Areal kebun memiliki koleksi kurang lebih dari 500 jenis tanaman
berkhasiat obat yang tumbuh secara alami dalam lingkungan taman seluas 2,25
hektar dan terbagi menjadi tiga bagian. Kebun bagian depan merupakan tempat
pemeliharaan dan koleksi, kebun bagian tengah merupakan bagian budidaya yang
terdiri dari green house seluas 12 meter x 29 meter, dan kebun bagian belakang
yang dikhususkan untuk tanaman koleksi. Fasilitas lainnya yang disediakan
berupa ruang seminar, musholla, kamar mandi, dan area parkir.
5.2. Sejarah Agrowisata KTO Karyasari
Yayasan Pengembangan Tanaman Obat (YPTO) Karyasari yang berdiri
tahun 1995 merupakan perusahaan yang bergerak didalam pengembangan
tanaman obat di Indonesia. YPTO Karyasari merupakan perusahaan keluarga
yang didirikan oleh Ir.W.P. Winarto, seorang Sarjana Pertanian lulusan Institut
Pertanian Bogor. Dengan membeli sebuah bukit yang digunakan sebagai kebun
koleksi dan tempat agrowisata yang dilatarbelakangi ketertarikan terhadap
tumbuhan obat-obatan dan pengalaman pribadi beliau yang sembuh dari penyakit
dengan mengkonsumsi ramuan tanaman obat. Saat itu tanaman obat-obatan dirasa
sangat dibutuhkan namun ketersediaannya masih terbatas.
Pada November 1996, Karyasari mulai melakukan produksi dan penjualan
tanaman obat yang bahan bakunya diperoleh dari kebun di Leuwiliang dalam
59
bentuk simplisia kering dan tanaman obat hidup dengan tujuan untuk
menyediakan tanaman obat bagi masyarakat yang responnya sangat baik. Untuk
mengkonsumsi tanaman obat dalam bentuk simplisia kering tidak praktis dan
membutuhkan waktu karena harus direbus terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Kemudian dibuat sediaan dalam bentuk kapsul serbuk bersamaan dengan
dibukanya sebuah Showroom tanaman obat, sekaligus tempat produksi kapsul di
Pondok Cabe, Ciputat pada tahun 1997.
Kebun Tanaman Obat Karyasari lambat laun mulai dikenal sebagai
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari sejak September 2001. Seiring
dengan perkembangannya permintaan ceramah dan pelatihan tentang tanaman
obat oleh Karyasari mulai berdatangan. Kali pertama pelatihan di Dinas
Peternakan DKI Jakarta yang ternyata diikuti bukan hanya dari masyarakat umum
saja, namun juga oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang farmasi, obat-
obatan tradisional dan yang berprofesi sebagai dokter.
Jika dilihat dari jumlah pengunjung yang tercatat mulai bulan Januari 2008
sampai Agustus 2009 maka dapat dikatakan tingkat kunjungan setiap bulannya
masih relatif rendah. Hal ini dikarenakan Agrowisata KTO Karyasari merupakan
agrowisata minat khusus bagi pengunjung yang tertarik pada tanaman berkhasiat
obat yaitu segmen wanita, berusia lanjut, atau kalangan yang bergerak di bidang
pengobatan. Segmen wanita mendominasi pengunjung agrowisata ini disebabkan
adanya kecenderungan wanita untuk tergabung dalam suatu wadah perkumpulan
seperti Dharma Wanita, Ibu PKK, perkumpulan arisan, dan lainnya. Selain itu,
pengunjung Agrowisata KTO Karyasari didominasi juga oleh pengunjung yang
berusia lanjut karena adanya kebutuhan untuk mengobati berbagai penyakit tanpa
efek samping.
5.3. Visi dan Misi Agrowisata KTO Karyasari
YPTO Karyasari bergerak di bidang tanaman obat untuk mengembangkan
tanaman obat asli Indonesia. Sebagai suatu usaha yang sedang berkembang,
YPTO Karyasari telah menetapkan suatu visi atau pandangan ke depan yang
hendak dicapai. Rumusan visi tersebut adalah “Mengembangkan tanaman obat
agar sejajar dengan obat modern”. Disamping visi, pernyataan misi yang
60
merupakan “alasan keberadaan” suatu bisnis yang membedakannya dengan bisnis
lain juga telah ditetapkan oleh pengelola, yaitu :
1) Menjadi sumber informasi mengenai penggunaan tanaman obat secara aman
dan efektif.
2) Mendukung pengembangan usaha kemitraan yang berkaitan dengan tanaman
obat.
3) Menyebarluaskan hasil penelitian dan pengembangan tanaman obat kepada
masyarakat luas.
Adapun peranan KTO Karyasari dalam pengembangan tanaman obat
herbal adalah memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas dengan
menyediakan tanaman obat yang bertujuan untuk :
1) Membantu keluarga yang bermaksud membuat koleksi tanaman obat di
pekarangan yang dikembangkan guna kepentingan pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan penyakit.
2) Membantu kegiatan ibu-ibu PKK dan Dharma Wanita yang memiliki program
pengembangan apotik hidup untuk kebutuhan bersama.
3) Membantu perusahaan farmasi dalam mengembangkan kebun koleksi tanaman
obat untuk kepentingan penelitian atau penyediaan bahan baku obat.
4) Menyediakan tanaman segar atau kering sebagai obat untuk dikonsumsi
langsung oleh penderita penyakit tertentu.
5) Menyediakan tanaman obat kering dan segar untuk dokter dan pengobat
tradisional guna membantu kegiatan praktek.
6) Menyediakan tanaman obat untuk kepentingan penelitian dari lembaga
penelitian dan perguruan tinggi.
5.4. Struktur Organisasi
YPTO Karyasari memiliki tenaga kerja dengan jumlah total 48 orang yang
berasal dari berbagai tingkat pendidikan yang berbeda. Selain itu, YPTO
Karyasari juga bekerja sama dengan dengan 10 orang dokter yang diposisikan
sebagai dokter di klinik-klinik Karysari. Cuti diberikan untuk karyawan yang telah
bekerja minimal enam bulan dengan jangka waktu maksimal 12 hari setiap
tahunnya.
61
Bentuk organisasi di YPTO Karyasari adalah garis staf yang telah
menempatkan posisi karyawan berdasarkan tugasnya masing-masing. Dalam
menjalankan fungsinya, pengelolaan Agrowisata KTO Karyasari
bertanggungjawab kepada Kepala Urusan Penelitian dan Penelitian yang dibawahi
oleh Ketua YPTO Karyasari selaku pemilik. Agrowisata ini memiliki tiga bagian
yang berbeda dan saling mendukung yang masing-masing bagiannya dipimpin
oleh Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Kebundan Kepala Bagian
Promosi. Struktur Organisasi Karyasari dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Struktur Organisasi Karyasari
Sumber : YPTO Karyasari (2009)
Kepala bagian Agrowisata bertugas memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai KTO Karyasari sebagai salah satu bentuk wisata edukatif
bagi semua golongan, bertanggungjawab atas kelancaran seluruh kegiatan
agrowisata, serta mengkoordinasikan seluruh kegiatan tersebut dengan Kepala
Bagian Kebun, baik fisik maupun finansial. Kepala Bagian Promosi
Ketua YPTO Karyasari
Sekretaris Bendahara Umum
Kaur. Penelitian dan
Pengembangan
Kaur. Produksi, Bahan
Baku, Personalia dan
Logistik
Kaur. Pengembangan
Produk, Quality Control
dan Kemitraan
Kabag. Promosi Kabag. Kebun Kabag. Agrowisata
Asisten III
Kebun Belakang
Asisten II
Kebun Tengah
Asisten I
Kebun Depan
Staf Asisten III
Staf Asisten II
Staf Asisten I
62
bertanggungjawab untuk memperkenalkan YPTO Karyasari kepada masyarakat
dalam usahanya untuk dapat mensejajarkan tanaman obat dengan obat-obatan
modern. Promosi yang dilakukan adalah kegiatan YPTO Karyasari secara
keseluruhan, yaitu Klinik Herbal, penjualan obat-obat herbal, Pelatihan Tanaman
Obat, serta Agrowisata KTO Karyasari. Promosi KTO merupakan merupakan
tugas bersama antara Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Promosi, dan
Kepala Kebun.
Selanjutnya, Kepala Kebun bertanggungjawab atas segala kegiatan kebun
yang terdiri dari bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang estetika (keindahan).
Bidang sosial meliputi kegiatan non materi seperti penelitian dan kegiatan
magang. Bidang ekonomi meliputi kegiatan penjualan bibit tanaman obat,
penjualan kapsul tanaman obat, dan penjualan Majalah Herba. Sementara itu,
kegiatan estetika berupa semua kegiatan yang berhubungan dengan memperindah
lingkungan kebun, kegitan budidaya, penataan tanaman, serta kegiatan lainnya
yang berhubungan dengan agrowisata seperti penyampaian seminar dan pemandu
wisata.
5.5. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegiatan wisata, fasilitas dan sarana yang dimiliki
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari adalah :
1) Kawasan kebun dengan koleksi lebih dari 500 jenis tanaman obat yang
tumbuh secara alami dalam lingkungan tanaman seluas 2,25 hektar
2) Ruang seminar berupa saung yang berada di lokasi kebun dengan
pemandangan pegunungan dan suasana yang sejuk
3) Green house sebesar 12 x 29 meter yang terletak di kebun bagian tengah.
Green house digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan tanaman obat,
selain kebun terbuka yang juga ditanami tanaman obat.
4) Kantor pengelola, merupakan pusat pelayanan informasi, display tanaman,
serta penjualan simplisia dan kapsul tanaman obat
5) Alat transportasi berupa dua unit mini bus. Pengangkutan pengunjung
dilakukan dari Jakarta yang merupakan kantor pusat Karyasari menuju lokasi
Agrowisata KTO Karyasari.
63
6) Musholla, berupa saung yang terletak di kebun
7) Area pakir
8) Rumah karyawan sebanyak tiga unit
9) Toilet sebanyak empat unit dan satu unit terletak di kebun
10) Fasilitas cottages
5.6. Sumber Daya Modal
Agrowisata KTO Karyasari memiliki modal usaha yang bersifat pribadi
karena berasal dari pemilik dan belum melakukan pinjaman atau hutang. Aset
yang dimiliki Agrowisata KTO Karyasari terdiri dari dua jenis yaitu, berupa
aktiva tidak lancar (lahan, bangunan, dan tanaman), dan aktiva aktiva lancar
(uang).
VI. IDENTIFIKASI STRATEGI PEMASARAN
6.1. Identifikasi Faktor Internal Perusahaan
Identifikasi faktor-faktor internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor
yang terdapat dalam perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan dalam proses penyusunan strategi. Aspek-aspek
internal perusahaan dibagi atas aspek sumber daya manusia, produksi dan operasi,
penelitian dan pengembangan, keuangan dan pemasaran.
6.1.1. Sumber Daya Manusia
Perekrutan tenaga kerja di YPTO Karyasari dilakukan berdasarkan
kebutuhan dari setiap bagian dengan menerapkan sistem training kepada
karyawan barunya. Tujuan diberikannya training agar setiap karyawan Karyasari
memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis dari tanaman obat, bagaimana bentuk
fisiknya, cara membudidayakannya, sifat, maupun kegunaan dari tanaman obat
tersebut. Proses perekrutan tenaga kerja di YPTO Karyasari dilakukan melalui
iklan di media cetak dan memakai sistem gethok tular yaitu sistem bawaan dari
karyawan yang lebih dahulu bekerja di perusahaan tersebut. Sistem perekrutan
juga dilakukan secara sederhana melalui wawancara langsung calon karyawan
dengan pimpinan yayasan dan penempatan sesuai dengan keahliannya. Setiap
karyawan YPTO Karyasari disediakan tunjangan perumahan dan untuk beberapa
jabatan disediakan tunjangan alat komunikiasi, transportasi dan kesehatan.
6.1.2. Produksi dan Operasi
Sebelum dijadikan tempat agrowisata, Kebun Tanaman Obat Karyasari
merupakan sumber bahan baku untuk produksi obat herbal dalam bentuk simplisia
kering dan penjualan untuk tanaman hidup. Namun peningkatan permintaan akan
obat herbal menyebabkan kebun tidak dapat lagi dijadikan sebagai sumber bahan
baku untuk produksi obat. Saat ini KTO Karyasari hanya mampu memenuhi 15
persen untuk bahan baku produksi obat, sisanya diperoleh dari kemitraan dengan
alumni pelatihan dan pemasok tanaman obat. Sehingga fungsi kebun lebih
difokuskan untuk agrowisata dan kebun koleksi.
65
Pemanenan tanaman obat tidak berlangsung setiap hari namun tergantung
dari kondisi simplisia yang akan dipanen. Hasil panen akan dikeringkan dengan
cara dijemur di bawah sinar matahari sebelum dikirim ke Jakarta untuk diproses
menjadi produk obat herbal. Sampai saat ini Karyasari memiliki empat bentuk
produk obat yaitu simplisia kering, kapsul serbuk, kapsul ekstrak, dan teh herba.
Untuk mengekstraksi kapsul ekstrak Karyasari melakukan kemitraan dengan
perusahaan pengekstraksi yaitu PT. Eisai Indonesia dan PT. Phyto Chemindo
Reksa (Herba 2002).
6.1.3. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang mempengaruhi
pengembangan produk, baik dari segi bentuk, kualitas maupun performance dari
suatu produk yang dihasilkan. Dalam struktur organisasi YPTO Karyasari
memiliki divisi yang menangani penelitian dan pengembangan. Agrowisata
Karyasari menawarkan tanaman obat sebagai objek wisatanya merupakan
agrowisata yang baru (pionir) dalam wisata kebun tanaman obat. Agrowisata
Karyasari sebagai bentuk dari kegiatan pelayanan merupakan agrowisata yang
diperuntukkan untuk para wisatawan minat khusus. Prinsip agrowisata bentuk
wisata minat khusus antara lain adalah konsep berwisata yang menekankan
motivasi pencarian sesuatu yang unik dan baru (novelty seeking) dan motivasi
pencarian pengalaman wisata yang berkualitas (quality seeking). Pencarian atraksi
yang berkualitas yang memiliki karakter aktif dan penekanan pada kualitas
pengalaman, keterlibatan secara aktif baik secara fisik, mental atau emosional
terhadap objek-objek atau kegiatan wisata yang diikuti (Deptan 2002).
Pengelolaan agrowisata tanaman obat ke arah yang lebih baik sesuai
dengan perkembangan industri dan untuk pencapaian kepuasan konsumen serta
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus mengalami perubahan
perlu diupayakan oleh pengelola agar dapat meningkatkan daya saing dan
mempertahankan eksistensi perusahaan. Perbaikan dan penambahan berbagai
fasilitas dengan tata letak areal yang bagus seperti penambahan dan penempatan
play ground yang baik sangat penting diupayakan untuk meningkatkan penjualan.
Kebersihan areal dan fasilitas-fasilitas agrowisata seperti toilet dan mushola serta
66
keindahan kawasan agrowisata (landscape) melalui penataan kebun, penambahan
tanaman sangat dibutuhkan untuk menciptakan kesan yang lebih alami, sejuk, dan
nyaman (Deptan 2002). Penelitian dan pengembangan yang saat ini sedang
dilakukan oleh Agrowisata KTO Karyasari meliputi pengembangan produk dan
koleksi tanaman obat. Selain itu, pengembangan fasilitas juga terus dilakukan
seperti penyediaan cottages yang masih dalam tahap pembangunan.
6.1.4. Keuangan
Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap
usaha. Sumber pemasukan YPTO Karyasari terbesar diperoleh dari hasil
penjualan produk obat. Sedangkan dari agrowisata dengan harga paket agrowisata
Rp 125.000,00; sampai Rp 55.000,00; YPTO menyisihkan sebesar Rp 30.000,00;
dari setiap pengunjung. Uang tersebut dipergunakan untuk pengembangan
tanaman obat. Setiap bulan YPTO mengeluarkan dana kurang lebih Rp
100.000.000,00; untuk menjalankan usahanya dengan perincian Rp
50.000.000,00; untuk gaji karyawan, Rp 30.000.000,00; untuk biaya operasional,
dan sisanya untuk biaya lain-lain. Setiap bulan Agrowisata Karyasari
menghabiskan dana sebesar Rp 8.000.000,00; dengan biaya operasional kebun Rp
3.500.000,00; dan sisanya untuk gaji karyawan.
Sumber modal YPTO Karyasari masih berasal dari dana pribadi pemilik
dan belum memanfaatkan pinjaman dari pihak luar. Pimpinan yayasan sebaiknya
perlu mempertimbangkan pinjaman dari pihak luar untuk membantu
pengembangan usaha. Karena sistem prioritas yang diterapkan dalam
pengalokasian dana, dikhawatirkan akan menghambat perencanaan di salah satu
divisi karena alokasi dana yang kurang memenuhi. Pengalokasian dana perlu
kiranya untuk tidak hanya mementingkan profitabilitas jangka pendek namun juga
memperhitungkan pertumbuhan dari masing-masing usaha yang dijalankan.
6.1.5. Bauran Pemasaran Agrowisata KTO Karyasari
Bauran pemasaran (marketing mix) yaitu variabel-variabel pemasaran yang
dapat dikontrol, yang akan dikombinasikan oleh perusahaan untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Dalam bauran pemasaran (marketing mix) terdapat tujuh
67
variabel pemasaran yang harus dikontrol yaitu produk, harga, distribusi, promosi,
orang, bukti fisik, dan proses. Suatu perusahaan harus mempunyai strategi yang
dinamis dan disesuaikan dengan pasar yang dilayani agar perusahaan dapat
bertahan hidup dan terus berkembang. Strategi pemasaran yang telah dilakukan
oleh Agrowisata KTO Karyasari akan dianalisis dengan bauran pemasaran.
6.1.5.1. Produk
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen oleh
perusahaan. Dalam kondisi persaingan, sangat berbahaya bagi suatu perusahaan
apabila hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu untuk
perkembangannya. Layanan produk wisata Agrowisata KTO Karyasari adalah
paket kunjungan satu hari dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB yang
menawarkan objek wisata berupa rekreasi edukatif dengan mengenali dan
mempelajari lebih dari 500 jenis tanaman obat pada lingkungan tumbuh yang
alami, cara budidayanya, dan khasiat dari tanaman obat. Pengetahuan tentang
tanaman obat-obatan juga diperoleh melalui seminar kebun, dilengkapi dengan
fasilitas dan sarana penunjang.
Objek wisata tanaman obat-obatan yang diperlihatkan tertata rapi pada
suasana kebun seluas 2,25 hektar. Adapun seminar kebun menjelaskan tentang
sejarah dan penggunaan tanaman berkhasiat obat di Indonesia serta pengenalan 25
jenis tanaman obat terpenting, khasiat dan kegunaannya. Paket agrowisata yang
ditawarkan kepada kunjungan rombongan beserta fasilitas yang diberikan dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut.
68
Tabel 10. Penawaran Paket Agrowisata KTO Karyasari, 2009
Paket I II III IV
Harga Rp 125.000,00;
per orang
Rp 100.000,00;
per orang
Rp 85.000,00;
per orang
Rp 55.000,00;
per orang
Fasilitas Seminar
kebun
Seminar kit
Makan siang
Snack 2 kali
Transportasi
PP
Pemandu
Diskon
belanja
Seminar
kebun
Seminar kit
Snack 2 kali
Transportasi
PP
Pemandu
Diskon
belanja
Seminar kebun
Seminar kit
Transportasi
PP
Pemandu
Diskon belanja
Seminar kebun
Seminar kit
Snack 2 kali
Pemandu
Diskon belanja
Sumber : Agrowisata KTO Karyasari (2009)
Keterangan :
1) Seminar kit : - pengenalan 25 jenis tanaman obat terpenting
- buku panduan tanaman obat utama
- block note
- bolpoint
2) Makan siang : - nasi timbel
- ikan mas pepes
- ayam kampung goreng
- sayur asem
- lalapan daun tanaman obat
- sambal lalap
3) Minuman : - wedang jahe
- teh seduh alami
4) Transportasi PP : - dua unit mini bus dengan fasilitas AC dan musik
5) Diskon belanja : - sebesar 15 persen
6.1.5.2. Saluran Distribusi atau Tempat
Bauran tempat marupakan serangkaian kegiatan untuk menciptakan nilai
tambah produk melalui fungsi pemasaran dengan menyalurkan, menyebarkan,
mengirimkan atau menyampaikan barang dab jsasa dari produsen ke konsumen.
Bagi sebuah tempat wisata, tempat menjadi strategi yang penting karena dengan
69
lokasi wisata yang strategis dan mudah dijangkau pengunjung dapat dengan
mudah berkunjung ke tempat wisata tersebut. Strategi distribusi yang dilakukan
KTO Karyasari adalah pemilihan lokasi yang dijadikan sebagai tempat
agrowisata. Lokasi Agrowisata KTO Karyasari yang terletak di kaki Gunung
Sanggabuana menghadirkan pemandangan indah dan suasana sejuk yang cocok
sebagai tempat tumbuh berbagai jenis tanaman obat. Topografi kebun yang
berbukit-bukit menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang akan
mengunjungi objek wisata tersebut.
Strategi operasional atau taktik lain yang dilakukan terkait dengan
kemudahan pengunjung mencapai lokasi Agrowisata KTO Karyasari adalah
dengan membuat penuunjuk arah menuju lokasi. Selain itu, agrowisata ini
memberikan fasilias customer service untuk kejelasan rute mencapai lokasi.
Namun untuk mencapai lokasi membutuhkan waktu sekitar dua jam dari Kota
Bogor karena melewati daerah yang rawan akan kemacetan.
6.1.5.3. Harga
Harga merupakan standar nominal yang ditetapkan oleh perusahaan
terhadap produk yang dihasilkannya untuk dijual kepada konsumen. Strategi
harga merupakan elemen pokok bauran pemasaran yang penting karena
pengaruhnya langsung terhadap jumlah hasil panjualan dan tingkat keuntungan
yang diterima perusahaan. Strategi bauran harga meliputi strategi penetapan
harga, tingkat harga, potongan harga serta syarat-syarat pembayaran.
Penetapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap perusahaan termasuk
agrowisata karena penetapan harga ini bukanlah kekuasaan atau kewenangan yang
mutlak dari pengusaha. Peranan penetapan harga akan menjadi sangat penting
terutama dalam keadaan persaingan yang semakin kompetitif dan permintaan
yang terbatas. Dalam penetapan harga perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang
mempengaruhi secara langsung adalah harga bahan baku, biaya produksi, biaya
pemasaran, adanya peraturan pemerintah dan faktor lainnya. Faktor yang tidak
langsung namun erat hubungannya dengan penetapan harga adalah harga produk
sejenis yang dijual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap hubungan antara
70
produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan (discount) untuk para
penyalur dan konsumen.
Sesuai dengan tujuan meningkatkan jumlah pengunjung yang akan
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima, Agrowisata KTO Karyasari
berusaha menetapkan harga sesuai dengan mutu dari produk dan layanan yang
ditawarkan sehingga pengunjung merasakan kepuasan. Diharapkan dengan
kepuasan pengunjung, mereka dapat melakukan kunjungan ulang ke Agrowisata
KTO Karyasari. Harga tiket masuk bagi pengunjung resmi Agrowisata KTO
Karyasari terdiri dari empat pilihan harga berdasarkan paket agrowisata yang
dipilih, seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 10. Sedangkan harga tiket masuk
bagi kunjungan biasa sebesar Rp 25.000,00; per orang. Selain melakukan
kunjungan, pengunjung juga dapat membeli aneka jenis tanaman obat-obatan,
kapsul tanaman obat, buku pengetahuan tanaman obat dan Majalah Herba dengan
biaya berkisar antara Rp 5.000,00; – Rp 175.000,00;.
Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah diskon khusus dan
keringanan cara pembayaran. Diskon khusus diberikan bagi rombongan yang
berjumlah lebih dari 15 orang berupa tiket masuk gratis untuk satu orang.
Pemesanan paket agrowisata dilakukan minimal empat hari sebelum kunjungan
dengan pembayaran uang muka sebesar 50 persen dari total biaya dan sisanya
dibayarkan pada saat kunjungan. Apabila kunjungan batal dilakukan maka uang
muka tidak dapat dikembalikan.
6.1.5.4. Promosi
Promosi merupakan strategi yang sangat penting dalam bauran pemasaran.
Promosi dalam kegiatan bertujuan untuk memberitahukan dan mengingatkan
konsumen akan keberadaan produk. Selain itu kegiatan promosi juga digunakan
untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dengan cara meraih pembeli
atau pelanggan baru yang belum terjangkau oleh tenaga penjual yang telah ada.
Kegiatan promosi yang dilakukan sejalan dengan rancangan pemasaran secara
keseluruhan serta direncanakan akan diarahkan dan dikendalikan dengan baik,
diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan penjualan dan share pasar. Selain
71
itu kegiatan promosi ini juga diharapkan akan dapat mempertahankan ketenaran
merek (brand) selama ini dan bahkan perlu ditingkatkan lagi.
Strategi promosi yang dilakukan oleh Agrowisata KTO Karyasari dalam
hal ini adalah melakukan promosi melalui kegiatan-kegiatan khusus seperti
seminar atau pameran tanaman berkhasiat obat dan dalam pelatihan-pelatihan
yang dilakukan oleh Karyasari. Promosi dilakukan secara aktif melalui telepon,
brosur, atau mendatangi langsung berbagai perkumpulan. Bentuk perkumpulan
tersebut meliputi perkumpulan yang berhubungan dengan bidang medis maupun
bidang non medis. Perkumpulan pada bidang medis seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, klub herbal atau lembaga pendidikan herbal. Sedangkan perkumpulan
pada bidang non medis seperti sekolah-sekolah, perkumpulan Dharma Wanita,
penggerak PKK, ibu kader, perkumpulan arisan, klub lansia, dan lainnya. Promosi
yang dilakukan tidak terbatas pada segmen wanita saja, namun pada segmen pria
juga menjadi tujuan promosi Agrowisata KTO Karyasari. Segmen wanita
dianggap potensial terhadap promosi yang dilakukan oleh Agrowisata KTO
Karyasari. Hal tersebut disebabkan karena adanya kecenderungan bagi kaum
wanita untuk bergabung dalam suatu wadah perkumpulan seperti Dharma Wanita
atau perkumpulan arisan. Selain itu, ibu rumah tangga memiliki waktu luang lebih
banyak serta berperan sebagai sumber informasi keluarga dalam mengkonsumsi
obat-obatan.
Media promosi lainnya dengan menjadi anggota AWAI (Asosiasi Wisata
Agro Indonesia) karena organisasi ini setiap tahunnya melakukan pelatihan yang
lokasinya berpindah-pindah dari satu agrowisata ke agrowisata lainnya yang
selain membahas dan mengevaluasi kinerja AWAI juga melakukan promosi.
Memanfaatkan alumni pelatihan Karyasari yang tersebar diseluruh Indoseia
merupakan media promosi yang efektif, karena salah satu metode promosi yang
dinilai efektif untuk mempromosikan objek agrowisata adalah metode “tasting”
yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan
menentukan pilihan konsumsi serta menikmati produk tanpa pengawasan berlebih
sehingga menjadi betah.
Pemasangan iklan secara rutin juga dilakukan oleh pihak perusahaan
melalui berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Promosi
72
Agrowisata KTO Karyasari pada majalah tanaman obat “Herba” dilakukan secara
rutin pada setiap edisinya dan secara tidak rutin pada majalah pertanian lainnya
seperti Hortikultur dan Trubus. Selain itu, perusahaan juga memiliki web site yang
berisi tentang profil perusahaan dan berbagai bidang usaha yang digelutinya.
6.1.5.5. Orang
Orang atau karyawan merupakan unsur bauran pemasaran yang memiliki
peran penting, karena terkait langsung dengan kualitas pelayanan yang ditawarkan
kepada pengunjung. Agrowisata KTO Karyasari perlu memperhatikan
pengetahuan karyawan tentang tanaman obat. Hal ini diperlukan agar dalam
melayani pengunjung, karyawan dapat menjelaskan tentang profil perusahaan,
sejarah, manfaat, budidaya, dan cara penggunaan tanaman obat kepada
pengunjung. Saat ini sumber daya manusia Agrowisata KTO Karyasari cukup
berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang tanaman obat,
namun sebagian besar tidak memiliki latar belakang pendidikan pariwisata.
Kemampuan pengelola agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan
menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata sesuai dengan potensi
yang dimiliki serta promosi yang terus-menerus sangat menentukan keberhasilan
mendatangkan wisatawan. Agrowisata KTO Karyasari telah berusaha untuk
melayani setiap pengunjung dengan baik. Para karyawan dilatih dalam melayani
pengunjung dengan cepat dan tepat. Pihak manajemen memberikan program
pendidikan dan penyuluhan bagi para karyawan. Hal ini terkait dengan pemberian
informasi tentang tanaman obat kepada pengunjung.
Jumlah karyawan dan pemandu dalam sebuah agrowisata juga harus
diperhatikan karena harus disesuaikan dengan luas organisasi, sehingga dengan
jumlah sumberdaya yang ada maka program kerja dapat terlaksana dengan baik.
Adapun jumlah karyawan dan pemandu pada Agrowisata KTO karyasari adalah
berjumlah lima orang, namun pada saat pengunjung sedang ramai pemandu
merasa kewalahan dalam melayani pengunjung. Keramahan karyawan dan
pemandu juga diperhatikan, karena dengan keramahan, kedekatan, dan keakraban
maka pengunjung akan merasa puas.
73
6.1.5.6. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan fasilitas fisik yang mendukung keberadaan
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari. Fasilitas tersebut disediakan dan
diperhatikan oleh manajemen dalam upaya memberikan kepuasan dan
kenyamanan kepada pengunjung. Hal ini sangat penting mengingat adanya
penambahan fasilitas yang sedang dirancang oleh manajemen Agrowisata KTO
Karyasari. Bebarapa bukti fisik yang mendukung keberadaan Agrowisata KTO
Karyasari adalah :
1) Penunjuk arah
Untuk memudahkan pengunjung menikmati fasilitas wisata maka jalan di
dalam kawasan Agrowisata KTO Karyasari dilengkapi dengan tanda-tanda jarak,
papan keterangan nama daerah, nama latin, dan manfaat tanaman obat. Hal
tersebut digunakan agar pengunjung mudah dalam menjangkau tempat-tempat
tertentu di dalam kawasan wisata seperti toilet, mushola, lokasi kebun dan
memperoleh informasi tanaman obat. Penunjuk arah menuju lokasi agrowisata
juga sudah disediakan oleh pihak Agrowisata KTO Karyasari.
2) Papan informasi tanaman obat dalam agrowisata
Pemberian informasi tanaman obat di lokasi Agrowisata KTO Karyasari
dilakukan juga dengan penyediaan papan informasi tanaman obat yang
ditempatkan pada setiap tanaman. Papan informasi ini berisi informasi mengenai
nama lokal dan latin tanaman, serta kegunaan tanaman obat tersebut. Papan
informasi tanaman obat ini diharapkan dapat menambah wawasan pengunjung.
3) Tempat penjualan hasil produksi tanaman obat dan majalah herba Karyasari
Tempat penjualan obat dan majalah herba disediakan pada Agrowisata
KTO Karyasari dengan menggunakan lemari kaca dan rak. Setelah melakukan
wisata keliling kebun, pengunjung diharapkan dapat berbelanja obat dan majalah
herba yang telah disediakan Karyasari.
4) Tempat parkir
Tempat parkir adalah lokasi yang sudah ditentukan untuk menempatkan
kendaraan. Bagi pengunjung yang menggunakan bus atau kendaraan pribadi,
Agrowisata KTO Karyasari menyediakan tempat parkir yang cukup luas dan
terdiri dari dua areal parkir. Areal parkir di depan agrowisata digunakan sebagai
74
tempat parkir kendaraan besar (bus). Sedangkan areal parkir di samping
agrowisata digunakan sebagai tempat parkir kendaraan pribadi (mobil dan
motor).
5) Toilet
Agrowisata KTO Karyasari menyediakan fasilitas toilet yang cukup
memadai bagi pengunjung. Sarana toilet tersedia di lokasi yang mudah dijangkau
oleh penunjung. Kebersihan dan kenyamanan toilet sudah cukup diperhatikan oleh
pihak manajemen Agrowisata KTO Karyasari.
6) Tempat ibadah (mushola)
Pengunjung yang beragama Islam tentunya memerlukan tempat ibadah
untuk melaksanakan solat lima waktu. Agrowisata KTO Karyasari menyediakan
fasilitas mushola berupa saung yang letaknya berada di kebun, tujuannya agar
mudah dijangkau dari seluruh bagian kebun. Pihak manajemen juga
memperhatikan kebersihan dan kenyamanan mushola.
7) Saung
Agrowisata KTO Karyasari juga membangun saung (bangunan tanpa
dinding) yang berfingsi sebagai tempat seminar dan tempat peristrahatan bagi
pengunjung setelah melakukan keliling kebun. Bangunan ini dibuat tanpa dinding
sehingga pengunjung dapat melihat pemandangan dan aktifitas yang sedang
berlangsung di sekitar lingkungan Agrowisata KTO Karyasari.
8) Desain dan layout
Desain dan layout pada Agrowisata KTO Karyasari didesain sebaik
mungkin. Penempatan semua tempat paket wisata tidak terlalu jauh antara satu
tempat ke tempat yang lain, sehingga pengunjung dapat dengan dengan mudah
mengikuti pemandu dengan nyaman dan tenang. Rute perjalanan wisata
berkeliling kebun dibangun mengitari kawasan tanaman produksi sehingga
terkesan rapi dan teratur.
9) Fasilitas cottages
Fasilitas penginapan merupakan fasilitas yang mendukung keberadaan
agrowisata. Bagi pengunjung yang ingin bermalam di Agrowisata KTO Karyasari,
pihak manajemen membuka fasilitas cottages dengan berbagai fasilitas menarik di
dalamnya. Fasilitas ini sangat bermanfaat bagi pengunjung yang datang dari jauh.
75
Namun pada saat ini fasilitas cottages di Agrowisata KTO Karyasari masih dalam
tahap pembangunan.
10) Waduk
Waduk yang terdapat pada lokasi Agrowisata KTO Karyasari memiliki
dua fungsi yaitu sebagai penampung air guna keperluan irigasi dan juga sebagai
tempat wisata. Jumlah waduk yang terdapat pada agrowisata ini lebih dari satu
dengan penempatan yang sesuai dengan peruntukannya seperti untuk irigasi
tanaman obat.
11) Daftar aktifitas
Daftar aktifitas adalah papan yang diberi tanda-tanda dan tulisan yang
berisi keterangan atau penjelasasn aktifitas perusahaan yang akan dilaksanakan.
Agrowisata KTO Karyasari selalu memberikan informasi kepada pengunjung
tentang aktifitas yang akan dilakukan dan memberikan informasi apabila
mengadakan event-event tertentu seperti seminar, jadwal pelatihan, dan lain-lain.
6.1.5.7. Proses
Proses merupakan seluruh kegiatan kerja yang berhubungan dengan
pelayanan yang akan diberikan kepada konsumen. Kualitas layanan memegang
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan jumlah pengunjung Agrowisata
KTO Karyasari, karena dengan kualitas layanan yang baik akan memberikan citra
yang baik pula bagi agrowisata tersebut. Agrowisata KTO Karyasari berusaha
memberikan pelayanan yang cepat, sehingga pengunjung juga dapat dengan cepat
belajar dan memilih berbagai paket agrowisata yang ditawarkan.
Media layanan pelanggan (customer service) dilakukan dengan
mensosialisasikan nomor kontak telepon Agrowisata KTO Karyasari atau alamat
email perusahaan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen untuk
memperoleh informasi tentang paket wisata dan fasilitas yang ditawarkan oleh
agrowisata yang beroperasi pada hari senin sampai dengan sabtu dari pukul 09.00
WIB hingga pukul 15.00 WIB. Keluhan para pengunjung berusaha ditanggapi
Agrowisata Karyasari dengan serius, sehingga keinginan pengunjung dapat
diberikan. Selain itu, keluhan dari pengunjung juga menjadi bahan masukan bagi
Agrowisata KTO Karyasari untuk memperbaiki kinerjanya. Selain itu,
76
pembayaran paket wisata bisa dipesan terlebih dahulu menggunakan via telepon
dan langsung mentransfer ke rekening Agrowisata KTO Karyasari dengan uang
muka sebesar 50 persen.
6.1.6. Segmentasi, Target, dan Posisi
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar keseluruhan suatu produk
atau jasa yang bersifat heterogen ke dalam beberapa segmen dimana masing-
masing segmennya cenderung bersifat homogen dalam segala aspek. Segmentasi
pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau
konsumen secara terpisah (Rangkuti 2000). Segmentasi pasar yang dilakukan
Agrowisata KTO Karyasari adalah membagi pengunjung menjadi dua, yaitu
kunjungan paket wisata (kunjungan resmi) dan kunjungan biasa (kunjungan tidak
resmi). Kunjungan paket wisata adalah kunjungan yang berjumlah minimal 12
orang dan memilih salah satu dari keempat paket agrowisata yang ditawarkan.
Kunjungan tidak resmi adalah kunjungan secara individual tanpa memperoleh
fasilitas seminar kebun dan pemandu.
Target pasar Agrowisata KTO Karyasari selanjutnya adalah presentasi
langsung yang dilakukan ke sekolah-sekolah umum, namun juga ke sekolah
dengan kurikulium khusus, seperti sekolah internasional, sekolah terpadu, atau
sekolah alam. Hal ini dilakukan karena pada sekolah-sekolah dengan kurikulium
khusus memiliki metode pembelajaran yang sedikit berbeda dengan sekolah
umum, dimana proses belajar tidak hanya dilakukan di dalam ruangan atau
dengan materi pelajaran regular, namun diperkaya dengan materi dan proses
belajar yang lain. Sedangkan jasa wisata berupa rekreasi edukatif dengan pilihan
empat paket wisata berdasarkan jenis fasilitas yang ditawarkan merupakan
kekuatan dalam penentuan posisi produk di pasar.
6.2. Identifikasi Faktor Eksternal Perusahaan
Identifikasi faktor-faktor eksternal dilakukan dengan meninjau faktor-
faktor yang terdapat di luar perusahaan untuk mengetahui peluang dan ancaman
yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penyusunan strategi. Faktor-faktor
77
tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu (1) Lingkungan umum
dan (2) Lingkungan industri.
6.2.1. Lingkungan Umum
Pengembangan agrowisata sangat dipengaruhi oleh faktor di luar sektor itu
sendiri seperti tingkat kestabilan keamanan dan politik, karena tingkat kestabilan
keamanan dan politik akan mempengaruhi kondisi ekonomi, hukum, sosial
budaya di suatu negara. Kebijakan pemerintah (political will) sangat berperan
dalam menumbuhkembangkan industri pariwisata pada umumnya dan agrowisata
pada khususnya. Kecenderungan masyarakat untuk menikmati wisata agro seperti
outing dan outbounding menjadikan peluang yang besar untuk dapat dimanfaatkan
perusahaan. Di sisi lain kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi
merupakan faktor yang juga cukup berperan dalam pengembangan industri ini.
Hasil analisis lingkungan makro menunjukkan bahwa tingkat persaingan industri
berada pada posisi cukup tinggi, hal ini berkaitan dengan intensitas faktor yang
mempengaruhi tingkat persaingan industri rata-rata berada pada posisi tinggi. Di
sisi lain dengan kecilnya rintangan dalam memasuki industri agrowisata,
menyebabkan persaingan menjadi semakin ketat, dimana pemain-pemain baru
dapat dengan mudah masuk dalam industri ini.
6.2.1.1. Politik dan Pemerintahan
Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas dari
peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu; perencanaan
(planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development) fasilitas
utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, dan
pembuatan dan penegakan peraturan (regulation). Peraturan pemerintah memiliki
peran yang sangat penting terutama dalam melindungi wisatawan dan
memperkaya atau mempertinggi pengalaman perjalanannya. Peraturan-peraturan
penting yang harus dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan tersebut adalah: (1)
peraturan perlindungan wisatawan terutama bagi biro perjalanan wisata yang
mengharuskan wisatawan untuk membayar uang muka (deposit payment) sebagai
78
jaminan pemesanan jasa seperti akomodasi, tour dan lain-lain; (2) peraturan
keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan mengenai jumlah minimal
lampu yang ada di masing-masing lantai hotel dan alat-alat pendukung untuk
keselamatan lainnya; (3) peraturan keamanan makan dan kesehatan yang
mengatur mengenai standar kesehatan makanan yang disuguhkan kepada
wisatawan; dan (4) peraturan standar kompetensi pekerja-pekerja yang
membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus seperti seperti pilot, sopir, dan
nahkoda3.
Pengembangan wisata agro memerlukan dukungan semua pihak
pemerintah, swasta terutama pengusaha wisata agro, lembaga yang terkait seperti
perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi, serta masyarakat.
Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya wisata
agro dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah
terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan.
Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha objek wisata agro, maupun antara
obyek wisata agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan
lainnya) sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih
mengembangkan usaha agro diperlukan. (Deptan 2008).
Kebijakan Pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
(Depbudpar) RI dalam memfasilitasi perkembangan industri pariwisata Indonesia
diungkapkan dalam rencana strategi 2005-20094. Di dalamnya terdapat beberapa
program yang memiliki keterkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh Agrowisata
KTO Karyasari yaitu : (1) Pemberian perhatian khusus kepada pengembangan
kawasan ekowisata dan wisata bahari yang sangat besar; (2) Pengembangan
Litbang dan pengembangan SDM dalam bentuk joint research, dual-training,
serta aliansi strategis terutama dengan lembaga sejenis di luar negeri; (3)
Mendorong pengembangan daya tarik wisata unggulan setiap propinsi (one
province one primary tourism destination) secara bersama dengan pemerintah
daerah, swasta, dan masyarakat;
3 http:// http:// subadra.wordpress.com „Artikel Pariwisata‟ (12 Des 2009)
4 http:// http:// depbudpar.go.id „Rencana Strategis Depbudpar 2004-2009‟ (12 Des 2009)
79
(4) Pemberian intensif dan kemudahan bagi pelaku usaha pariwisata dalam
membangun produk pariwisata (daya tarik dan sarana pariwisata); dan (5)
Fasilitasi pemasaran paket-paket wisata dan distribusinya.
Selain itu, dukungan pemerintah terhadap Agrowisata Karyasari tercermin
dengan dikeluarkannya keputusan oleh Departemen Kesehatan
No:KS.01.01.06.03.441 pada tanggal 6 juli 2001, perihal pemberitahuan tentang
penyelenggaraan pusat konsultasi pengobatan menggunakan tanaman obat. Oleh
karena dukungan ini Karyasari dapat melaksanakan misinya mengembangkan
tanaman obat asli Indonesia dalam bentuk agrowisata.
6.2.1.2. Ekonomi
Keadaan perekonomian suatu negara mempengaruhi kinerja perusahaan
dalam memasarkan produknya. Perekonomian yang stabil dan berkembang
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketidakstabilan kondisi perekonomian
Indonesia saat ini memberikan pengaruh terhadap kecenderungan iklim usaha
yang tidak menentu. Hal ini ditandai dengan tersendatnya perekonomian dan
tingkat inflasi yang cukup tinggi. Keadaan tersebut menyulitkan perusahaan
ataupun lembaga keuangan dalam membuka peluang pemberian bantuan usaha
yang ditujukan dalam penambahan akses modal untuk perluasan usaha karena
harga jual daerah tujuan wisata menjadi mahal. Hal ini dapat mempengaruhi arus
kunjungan wisatawan. Selain itu kenaikan bahan bakar minyak yang tidak
terkendali (krisis energi) menyebabkan banyak perusahaan penerbangan
menghentikan operasinya, karenanya banyak wisatawan yang tidak terangkut
menuju daerah tujuan wisata5.
Ketidakstabilan perekonomian suatu negara menjadi ancaman untuk
perkembangan dunia industri. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi
keadaan perekonomian suatu negara sehingga berdampak pada perkembangan
perusahaan terutama pemasaran. Dengan adanya krisis ekonomi global, maka
negara-negara akan berlomba-lomba untuk mencari pasar baru guna memasarkan
produk mereka sehingga arus impor produk yang masuk ke Indonesia semakin
tinggi dari tahun ke tahun.
5 http:// http:// emperordeva.wordpress.com „Peranan Pemerintah Dalam Pariwisata‟ (12 Des
2009)
80
Sementara itu agrowisata termasuk usaha yang tidak terlalu terpengaruh
oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar karena input yang digunakan
mayoritas adalah sumberdaya domestik, sedangkan output yang dihasilkan
dikonsumsi oleh sebagian besar wisatawan domestik. Perkembangan Agrowisata
Karyasari mulai dilirik oleh beberapa lembaga perbankan. Hal tersebut terbukti
dari banyaknya tawaran oleh beberapa bank dalam penyediaan kredit. Tawaran
tersebut tentunya menjadi pertimbangan bagi perusahaan mengingat usahanya
yang semakin lama semakin berkembang dan membutuhkan modal yang besar
untuk terus mempertahankan eksistensinya.
6.2.1.3. Sosial Budaya dan Lingkungan
Trend penggunaan tanaman obat yang banyak dipakai oleh masyarakat
pada tahun-tahun belakangan ini sehingga menjadi suatu peluang usaha bagi
masyarakat untuk mengembangkan tanaman obat. Masyarakat menggunakan
tanaman obat sebagai alternatif untuk pengobatan karena harganya yang jauh
lebih murah dibandingkan obat modern, dan juga khasiatnya yang tidak kalah
dengan obat-obatan tradisional. Hal ini juga menjadi peluang bagi Agrowisata
Karyasari selain kecenderungan berwisata yang beralih dari mass torism ke niche
tourism yang berbasis lingkungan. Masyarakat tidak hanya ingin menikmati udara
yang sejuk serta pemandangan indah saja tetapi juga ingin mengetahui cara
memetik daun teh sampai mengolahnya menjadi teh yang siap untuk diseduh.
Peranan masyarakat sekitar terhadap hadirnya Agrowisata Karyasari
dirasakan masih kurang. Agrowisata Karyasari dikenal masyarakat sekitar sebagai
tempat untuk melakukan pengobatan dan tempat menjual tanaman obat.
Masyarakat tidak mengetahui bahwa KTO Karyasari dinaungi oleh suatu Yayasan
Pengembangan Tanaman Obat dengan berbagai bentuk kegiatan untuk
memasyarakatkan tanaman obat, salah satunya dengan menjadikan tempat
agrowisata. Hal ini terlihat dari tidak adanya masyarakat sekitar yang menjual ciri
khas disekitar areal Agrowisata Karyasari sebagai peran serta masyarakat terhadap
agrowisata. Sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1998-2003
mengamanatkan pembangunan kepariwisataan terus ditingkatkan dan
dikembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa dan meratakan kesempatan
81
usaha dan lapangan kerja. Hal ini menggambarkan bahwa peran dan harapan
terhadap sektor pariwisata sangat besar. Sedangkan peranan Agrowisata KTO
Karyasari terhadap masyarakat sekitar yaitu mempekerjakan sebanyak 8 orang
pekerja harian dalam hal pengelolaan kebun dengan sistem pembayaran per hari.
Hal lain yang mempengaruhi keberadaan wisata agro dan juga wisata pada
umumnya adalah situasi keamanan yang kurang kondusif dan kondisi alam yang
tidak menentu. Keadaan demikian membuat wisatawan merasa kurang nyaman
dalam melakukan perjalanan wisata karena berbagai ketakutan yang mereka
rasakan. Musibah peristiwa bom di Legian Bali (2002) yang menewaskan ratusan
turis asing, pengeboman oleh teroris di beberapa wilayah di tanah air (2003-2009),
bencana alam tsunami di Aceh (2004), masalah yang terkait dengan kesehatan
(mewabahnya SARS, flu burung, dan flu babi), kondisi pasca gempa dan erupsi
Merapi tahun 2006, ditambah kondisi ekonomi yang terpuruk, dan kenaikan bahan
bakar minyak, menyebabkan wisatawan turun drastis. Selain itu bencana yang
beruntun melanda dengan banyak korban jiwa dan harta benda, menjadikan
berwisata menjadi kebutuhan terkesampingkan. Khusus untuk wisata agro,
kondisi alam tidak hanya berpengaruh pada pengunjung namun juga pada kondisi
tanah dan infrastruktur, karena sebagai objek wisata dengan komoditas pertanian
yang memiliki ketergantungan tinggi pada ketersediaan air dan cahaya matahari,
contohnya adalah Agrowisata KTO Karyasari.
6.2.1.4. Teknologi
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang
harus dipertimbangkan. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi bahan baku,
produk, jasa, pasar, pemasok, pesaing, pelanggan, distributor, proses produksi
produk dengan jasa perusahaan, karena perubahan teknologi dapat memberi
peluang besar untuk meningkatkan hasil, tujuan, atau mengancam kedudukan
perusahaan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru yang
menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan
posisi biaya kompetitif dalam suatu industri dan membuat produk dan jasa saat ini
menjadi ketingglan zaman. Perubahan teknologi dapat mengurangi hambatan
biaya antar perusahaan, menciptakan siklus produksi yang lebih pendek,
82
menciptakan kekurangan dalam keterampilan teknis serta menghasilkan
perubahan dalam nilai-nilai dan harapan karyawan, manajer, dan pelanggan.
Kemajuan teknologi dalam perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif
baru yang lebih baik dari keunggulan saat ini, hal ini didukung dengan
pengetahuan yang mendalam mengenai penggunaan teknologi yang dipakai.
Teknologi merupakan salah satu fungsi yang memegang peranan penting
dalam perkembangan Agrowisata Karyasari. Perubahan teknologi yang terus
mengalami kemajuan menuntut Agrowisata Karyasari untuk terus mengamati
bahkan mengadopsi perkembangan teknologi dan melakukan inovasi agar dapat
bersaing dengan industri lainnya. Adanya peningkatan budidaya pertanian yang
dilakukan seperti penggunaan green house. Selain itu, teknologi di bidang
transportasi, komunikasi dan produksi dapat memperlancar dan mempermudah
kegiatan pemasaran dan proses produksi merupakan peluang bagi perusahaan.
Pemesanan tiket paket agrowisata dapat dilakukan tanpa harus datang ke lokasi
agrowisata namun dapat dilakukan dengan cara transfer biaya melalui bank.
Melalui berbagai search engine dan situs-situs pariwisata dapat diketahui
informasi seputar objek wisata agro yang ada di Indonesia dengan berbagai
karakteristiknya. Bahkan beberapa objek wisata agro sudah memiliki situs web
sendiri, termasuk Agrowisata KTO Karyasari.
Perkembangan teknologi dibidang produksi obat ditandai dengan
berkembangnya bentuk produk obat Karyasari dari simplisia kering yang berubah
menjadi kapsul serbuk kemudian menjadi kapsul ekstrak dan adanya produk
Karyasari yang berupa teh herba. Karyasari juga melakukan kemitraan dengan
lembaga penelitian dalam mengolah obatnya agar lebih baik kualitasnya.
6.2.2. Lingkungan Industri
Lingkungan yang dimaksud antara lain konsumen, pesaing, hambatan
masuk pendatang baru dan ancaman produk substitusi.
6.2.2.1. Konsumen
Bagi masyarakat menengah ke atas, rekreasi merupakan suatu kebutuhan.
Bahkan rekreasi kini dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang tidak lagi eksklusif
83
bagi sebagian masyarakat menengah ke atas. Beragamnya fasilitas yang
disediakan dan objek wisata yang ditawarkan oleh para produsen dengan harga
yang beragam memberikan pilihan bagi konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya.
Agrowisata Karyasari menangkap peluang ini dengan menawarkan suatu
wisata yang sangat berbeda dengan wisata lainnya. Perpaduan antara pertanian
dan pariwisata mampu menghadirkan pemandangan yang berbeda dari lingkungan
masyarakat sehari-hari. Konsumen wisata agro tanaman obat sangat beragam, baik
ditinjau dari kelas sosial, usia, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan lain
sebagainya. Agrowisata Karyasari sangat memahami adanya faktor-faktor
demografi ini dengan menyediakan paket-paket wisata yang dapat dijangkau dan
dinikmati oleh semua segmen.
Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan wawancara kepada
responden yang merupakan pengunjung rombongan Agrowisata Karyasari dapat
disimpulkan bahwa hampir 50 persen pengunjung Agrowisata Karyasari adalah
ibu-ibu dari bebagai latar belakang dengan rata-rata usia diatas 40 tahun. Ini
terlihat bahwa konsumen agrowisata tersegmentasi yaitu konsumen yang rata-rata
sudah berumur yang tertarik akan tanaman obat sedangkan kaum muda masih
memandang sebelah mata tanaman obat, hal ini menjadi tantangan bagi YPTO
Karyasari. Konsumen Agrowisata Karyasari sebagian besar berasal dari Jakarta,
Bogor, Bandung, Bali, Lampung, dan kota-kota lainnya di Indonesia yang juga
merupakan para peserta pelatihan tanaman obat Karyasari. Sedangkan wisatawan
mancanegara yang pernah ke Agrowisata Karyasari berasal dari Jepang, Afrika
Selatan, Jerman, Singapura, Amerika, dan Fiji, yang sebagian besar merupakan
para peneliti yang ingin mengetahui lebih jauh tentang tanaman obat.
Dalam perkembangannya Agrowisata Karyasari telah mempunyai
pelanggan yang loyal. Hal ini terlihat dari adanya kunjungan berulang (repeater
guest) dari konsumen, menuntut Agrowisata Karyasari untuk
menyediakan/menawarkan kualitas yang benar-benar unggul baik dari segi objek
wisata maupun prasarana penunjang. Pembaharuan paket-paket wisata sangat
diperlukan agar konsumen tidak merasa bosan karena menonton dengan acara-
acara yang ditawarkan bila berkunjung kembali. Pemenuhan kebutuhan dan
84
keinginan beragam konsumen tersebut menjadi faktor yang penting untuk
mempertahankan eksistensi agrowisata. Untuk itu selalu dibutuhkan adanya
inovasi-inovasi dan penambahan prasarana penunjang yang bervariasi dan
menarik untuk meningkatkan arus pengunjung.
Usaha agrowisata bersifat jangka panjang dan hampir tidak
memungkinkan sebagai usaha jangka pendek, untuk itu segala upaya perlu
dilakukan dalam perspektif jangka panjang. Sekali konsumen mendapatkan kesan
buruk tentang kondisi sumberdaya wisata dan lingkungan maka dapat berdampak
jangka panjang untuk mengembalikannya. Dapat dikemukakan bahwa agrowisata
merupakan usaha agribisnis yang membutuhkan keharmonisan semua aspek.
6.2.2.2. Pesaing
Tinggi rendahnya persaingan antar perusahaan dalam industri dapat dilihat
dari jumlah peserta pesaing yang banyak dan kurang lebih setara dalam hal ukuran
dan kekuatan modal dan penguasaan pangsa pasarnya. Pada kebanyakan industri
gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau
usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan-perusahaan saling
tergantung dengan perusahaan lain.
Pesaing Agrowisata Karyasari yang lokasinya paling dekat adalah Balitro
(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) yang berlokasi di Cimanggu,
Bogor. Tempat tersebut merupakan balai penelitian namun hanya sedikit jenis
tanaman obat yang terdapat di kebunnya dan belum dikemas menjadi tempat
untuk berwisata. Tempat lainnya adalah adalah Balitro Tawang Mangu, Solo.
Tempat ini juga merupakan Balai Penelitian yang dijadikan objek wisata tanaman
obat. Selain itu perusahaan jamu tradisional seperti Sido Muncul dan Nyonya
Meneer juga memiliki kebun tanaman obat yang menjadi sumber bahan baku
untuk produksi jamu di Semarang namun kebun tersebut masih memiliki sedikit
jenis tanaman obat dan belum menjadi tempat objek wisata.
Agrowisata tanaman obat terdapat juga di Singapura. Pemerintah Negeri
Singa ini menaruh perhatian yang besar akan kelestarian tanaman obat. Di negara
tersebut tanaman obat dijadikan penutup tanah dan tanaman latar (background).
85
Tujuan penanaman tanaman obat di taman kota adalah untuk keindahan dan
secara tidak langsung untuk pelestarian (Karyasari 2003). Negara lain yang
memiliki agrowisata tanaman obat adalah Thailand. Menurut salah satu
pengunjung Agrowisata Karyasari yang pernah selama tujuh tahun tinggal di
Bangkok mengatakan bahwa jenis tanaman obat yang terdapat di sana tidak
banyak namun sudah dikemas dengan baik oleh Pemerintah Thailand sehingga
menjadi salah satu objek agrowisata yang menarik. Pengunjung tersebut juga
menilai bahwa Agrowisata Karyasari sudah sangat lengkap untuk jenis dari
tanaman obat namun belum dapat menghadirkannya menjadi agrowisata pilihan
bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Agrowisata lain yang letaknya dekat
dengan Agrowisata Karyasari adalah Kampung Wisata Cinangneng, Agrowisata
Teh Gunung Mas, dan Taman Buah Mekarsari yang menawarkan objek wisata
berbeda namun mempunyai daya tarik tersendiri.
6.2.2.3. Hambatan Masuk bagi Pendatang Baru
Hambatan masuk bagi pendatang baru relatif kecil. Pengelolaan
agrowisata tidak mutlak dilakukan oleh satu orang dengan luas areal yang cukup
besar. Kelompok-kelompok tani dapat melakukan kerjasama untuk
mengembangkan potensi-potensi agribisnis mereka menjadi suatu agrowisata
yang layak jual. Bahkan suatu perkampungan yang mengusahakan komoditi
pertanian yang khas dan menarik akan sangat potensial jika dikelola sebagai
kawasan agrowisata. Suasana alam pedesaan ditambah dengan komoditi-komoditi
pertanian yang berkualitas dapat menjadi panorama (view) yang menarik bagi
wisatawan.
Akan tetapi untuk menjadikan suatu tempat menjadi objek agrowisata
yang alami, asri, dan nyaman membutuhkan waktu yang relatif lama. Faktor
kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada
wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Dengan
memanfaatkan potensi yang ada, tidak sulit bagi setiap daerah membangun objek-
objek wisata agro yang disertai dengan dukungan dari pemerintah.
Salah satu faktor yang menjadi hambatan adalah kriteria suatu tempat
untuk dapat dikategorikan sebagai objek wisata agro. Untuk menjadi objek wisata
86
agro diperlukan unsur pendukung seperti halnya objek wisata lain. Sarana dan
prasarana umum merupakan persyaratan dasar bagi pembangunan dan
pengembangan wisata agro seperti aksesbilitas, air bersih, listrik, telekomunikasi,
dan fasilitas kepariwisataan lainnya seperti rumah makan, toilet, tempat parkir,
penginapan, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan unsur hiburan/rekreasi,
memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman. Hal ini merupakan muatan
yang harus dikandung dalam suatu wisata agro.
6.2.2.4. Ancaman Produk Substitusi
Selain hambatan masuk yang rendah, ancaman produk substitusi juga ikut
berpengaruh terhadap kelangsungan usaha agrowisata. Agrowisata pengganti
merupakan agrowisata yang dapat menggantikan fungsi wisata saat ini yang
dipasarkan oleh angota-anggota industri. Banyak agrowisata yang memanfaatkan
kegiatan agribisnis dengan mewujudkan tekonologi proses dan objek-objek wisata
yang menonjolkan keindahan dan keserasian alam dan lingkungannya untuk
mencapai kepuasan konsumen dari objek yang ditawarkan menyebabkan
konsumen lebih leluasa dalam memilih dan menentukan objek wisata yang akan
dinikmati.
Dengan intensitas persaingan yang cukup tinggi mencerminkan bahwa
industri wisata yang ada saat ini sedang mengalami pertumbuhan. Kondisi seperti
ini sebaiknya ditangkap secara positif Agrowisata Karyasari dan diharapkan dapat
terus meningkatkan kualitasnya mengikuti laju pesaing dan perubahan
teknologi/global. Dengan inovasi dan kelengkapan fasilitas yang terus diupayakan
industri agrowisata umumnya dan Agrowisata Karyasari khususnya akan
memperoleh profit yang lebih besar. Iklim persaingan yang sehat dapat diciptakan
dengan adanya kerjasama dengan para pesaing dan biro perjalanan, serta hotel-
hotel melalui penawaran paket wisata bersama.
6.3. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan, serta Peluang dan Ancaman
Perusahaan
Faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan berasal dari identifikasi
87
terhadap faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan. Hasil identifikasi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman ini kemudian digunakan
untuk menyusun matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE
(External Factor Evaluation).
6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan
Identifikasi faktor internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang dihadapi perusahaan. Sejumlah kekuatan dan kelemahan
dihasilkan dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan hal
tersebut, maka kekuatan dan kelemahan perusahaan secara ringkas dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Kekuatan dan Kelemahan Agrowisata KTO Karyasari
Faktor-Faktor Strategis Internal
Kekuatan Kelemahan
1) Rekreasi yang ditawarkan adalah
rekreasi edukatif dengan mengenali
dan mempelajari jenis-jenis tanaman
obat pada lingkungan tumbuhnya
yang alami, cara budidaya dan
khasiatnya
2) Dijualnya produk-produk tanaman
obat yang berupa kapsul dan teh
herba
3) Adanya paket agrowisata yang
menarik dengan pemberian diskon
untuk pembelian berbagai jenis
tanaman obat
4) Pemandu yang terlatih dan
memahami jenis-jenis tanaman obat
1) Belum banyak dikenal oleh
masyarakat
2) Masih kurangnya event-event yang
dilakukan Karyasari
3) Belum tersedianya gallery/stand
yang menjual souvenir Karyasri
seperti topi, kaos, payung ataupun
foto-foto tanaman obat dan produk
tanaman obat Karysari
4) Permodalan yang masih berasal dari
dana pribadi
Sumber : data primer diolah (2009)
88
6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan
Identifikasi faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan. Sejumlah peluang dan ancaman yang
dihasilkan diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan
hal tersebut, maka peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan secara ringkas
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Peluang dan Ancaman Agrowisata KTO Karyasari
Faktor-Faktor Strategis Eksternal
Peluang Ancaman
1) Pesaing yang menawarkan objek
wisata yang sejenis belum banyak
(termasuk pionir dalam agrowisata
tanaman obat)
2) Kecenderungan berwisata
masyarakat beralih dari mass
tourism ke niche tourism yang
berbasis lingkungan
3) Pengunjung yang datang secara
rombongan
4) Adanya dukungan pemerintah
terhadap agrowisata
1) Industri agrowisata mudah dimasuki
pendatang baru
2) Ketidakstabilan perekonomian
3) Situasi keamanan yang kurang
kondusif
4) Kondisi iklim dan cuaca alam yang
sulit diprediksi
5) Konsumen memiliki keleluasaan
dalam memilih objek wisata
pengganti
Sumber : data primer diolah (2009)
VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI
7.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Analisis lingkungan internal dilakukan melalui identifikasi faktor internal
perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kemudian
diberikan kuisioner kepada empat orang responden yang memiliki kemampuan
dan kapasitas dalam menyusun strategi serta dilakukan pembobotan dengan
menggunakan metode Paired Comparison sehingga diperoleh bobot dari masing-
masing faktor internal. Keempat responden tersebut adalah Pimpinan YPTO
Karyasari, Kabag Agrowisata, Kabag Kebun, dan Kabag Promosi. Pemberian
rating juga dilakukan untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut
merupakan kekuatan yang besar atau yang kecil bagi perusahaan. Pemberian
rating tersebut dilakukan oleh responden yang sama dan dicari median dari
jawaban responden sehingga diperoleh skor bobot dari faktor-faktor stategis
internal. Hasil pemberian bobot dan rating dari faktor-faktor internal pemasaran
Agrowisata Karyasari dapat dilihat pada Tabel 13.
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE untuk Agrowisata Karyasari
pada Tabel 13, yang menjadi faktor kekuatan utama bagi Agrowisata Karyasari
adalah adanya paket agrowisata yang menarik dengan pemberian diskon untuk
pembelian berbagai jenis tanaman obat dengan skor tertinggi sebesar 0,476.
Sedangkan kelemahan utama adalah permodalan yang masih berasal dari dana
pribadi dengan skor tertinggi sebesar 0,160.
Berdasarkan hasil perhitungan dari penilaian responden terhadap faktor
kunci internal perusahaan maka diperoleh total skor rata-rata matriks IFE sebesar
2,166. Hal ini menunjukkan bahwa Agrowisata KTO Karyasari berada di bawah
rata-rata (2,50) dalam kekuatan internal keseluruhannya. Ini berarti posisi internal
Agrowisata KTO Karyasari lemah dimana agrowisata tersebut belum mampu
memanfaatkan kekuatan-kekuatan usahanya dan mengatasi kelemahan usahanya.
90
Tabel 13. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1) Rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi edukatif
dengan mengenali dan mempelajari jenis-jenis
tanaman obat pada lingkungan tumbuhnya yang
alami, cara budidaya dan khasiatnya
2) Dijualnya produk-produk tanaman obat yang
berupa kapsul dan teh herba
3) Adanya paket agrowisata yang menarik dengan
pemberian diskon untuk pembelian berbagai jenis
tanaman obat
4) Pemandu yang terlatih dan memahami jenis-jenis
tanaman obat
0.105
0.133
0.119
0.106
3.5
3.5
4
3
0.368
0.467
0.476
0.318
Kelemahan
1) Belum banyak dikenal oleh masyarakat
2) Masih kurangnya event-event yang dilakukan
Karyasari
3) Belum tersedianya gallery/stand yang menjual
souvenir Karyasri seperti topi, kaos, payung
ataupun foto-foto tanaman obat dan produk
tanaman obat Karysari
4) Permodalan yang masih berasal dari dana pribadi
0.115
0.115
0.147
0.160
1
1
1
1
0.115
0.115
0.147
0.160
1.000 2.166
Sumber : data primer diolah (2009)
7.2. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)
Analisis matriks EFE merupakan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal
berupa peluang dan ancaman yang berpengaruh. Pembobotan didasarkan pada
tingkat kepentingan dari faktor-faktor eksternal tersebut terhadap perusahaan
dengan menggunakan metode Paired Comparison sehingga diperoleh bobot dari
masing-masing faktor eksternal. Demikian juga dengan pemberian rating
dilakukan oleh responden yang sama dan dicari median dari jawaban reespoden
91
sehingga diperoleh skor bobot dari faktor-faktor stategis eksternal. Pemberian
rating untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan peluang yang
besar atau kecil bagi perusahaan. Hasil pemberian bobot dan rating dari faktor-
faktor eksternal Agrowisata KTO Karyasari dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
1) Pesaing yang menawarkan objek wisata yang
sejenis belum banyak (termasuk pionir dalam
agrowisata tanaman obat)
2) Kecenderungan berwisata masyarakat beralih dari
mass tourism ke niche tourism yang berbasis
lingkungan
3) Pengunjung yang datang secara rombongan
4) Adanya dukungan pemerintah terhadap agrowisata
0.122
0.083
0.087
0.087
4
3.5
4
3
0.488
0.290
0.348
0.261
Ancaman
1) Industri agrowisata mudah dimasuki pendatang baru
2) Ketidakstabilan perekonomian
3) Situasi keamanan yang kurang kondusif
4) Kondisi iklim dan cuaca alam yang sulit diprediksi
5) Konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih
objek wisata pengganti
0.132
0.104
0.101
0.139
0.145
2.5
3
3
3
3
0.330
0.312
0.303
0.417
0.435
1.000 3.184
Sumber : data primer diolah (2009)
Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE pada Tabel 14, untuk
Agrowisata KTO Karyasari menujukkan bahwa peluang yang paling besar yang
dimiliki adalah pesaing yang menawarkan objek wisata yang sejenis belum
banyak dengan total skor 0,488. Hal ini disebabkan karena Agrowisata KTO
Karyasari masih termasuk agrowisata pionir dalam agrowisata tanaman obat.
92
Faktor strategis eksternal yang juga mempengaruhi industri agrowisata
khususnya Agrowisata KTO Karyasari adalah konsumen memiliki keleluasaan
dalam memilih objek wisata pengganti sehingga dianggap sebagai faktor strategis
eksternal paling penting yang mempengaruhi perusahaan tersebut. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan bobot yang paling tinggi yaitu sebesar 0,435 yang
berarti bahwa faktor ancaman eksternal dapat menjadi perhatian perusahaan untuk
meningkatkan kualitas produk, pelayanan, dan ciri khas wisata kepada konsumen.
Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan menggunakan matriks EFE diperoleh
total skor rata-rata untuk matriks EFE sebesar 3,184 menunjukkan bahwa
Agrowisata KTO Karyasari di atas rata-rata (2,50) dalam usahanya untuk
menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari
ancaman.
7.3. Tahapan Pemaduan
Tahap pemaduan merupakan tahapan kedua dalam proses perumusan
strategi dan berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat
pada perusahaan dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal. Alat
analisis yang digunakan adalah matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks
SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities and Threats). Ini merupakan
tahapan yang efektif untuk merumuskan alternatif strategis.
7.3.1. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE maka
selanjutnya dapat disusun dalam matriks IE (Internal-Eksternal) sehingga dapat
diketahui posisi perusahaan. Matriks ini selanjutnya dapat digunakan untuk
mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi. Informasi spesifik tentang
lingkungan internal maupun eksternal persahaan mengacu pada satu cara untuk
mendapatkan suatu kemampuan strategi antara peluang eksternal dan kekuatan
internal.
Nilai total skor matriks IFE sebesar 2,166 sedangkan matriks EFE sebesar
3,184 sehingga menempatkan Agrowisata KTO Karyasari pada sel II dalam
matriks IE (Gambar 7). Posisi ini menggambarkan Agrowisata KTO Karyasari
93
dalam kondisi internal rata-rata dan respon perusahaan terhadap faktor-faktor
eksternal yang dihadapinya tergolong tinggi.
Strategi yang dapat dilaksanakan adalah grow and build atau strategi
pertumbuhan. Untuk sel tipe seperti ini paling tepat melaksanakan strategi intensif
dan integrasi. Strategi-strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration),
Pengembangan Pasar (Market Development), dan Pengembangan Produk
(Product Development) adalah tiga strategi yang dikelompokkan ke dalam
Strategi Intensif. Penetrasi pasar yaitu usaha peningkatan pangsa pasar atau
market share suatu produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha
pemasaran yang lebih gencar (David 2002).
TOTAL SKOR IFE
Kuat Rata-rata Lemah
3.0-4.0 2.0-2.99 1.0-1.99
4.0
Tinggi
TOTAL SKOR EFE
3.0
Menengah
2.0
Rendah
1.0
Gambar 7. Matriks Internal-Eksternal (IE) Agrowisata KTO Karyasari
Untuk meningkatkan pangsa pasar agrowisata dapat ditempuh antara lain
dari peran aktif pemandu dalam memberikan informasi yang dapat memuaskan
pengunjung. Keefektifan dan keaktifan pemandu dalam memberikan informasi
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan minat dan loyalitas konsumen. Pemandu
diharapkan mampu memberikan informasi dengan tepat dan mampu memilah
konsumen dalam memberikan informasi sehingga dapat menjalankan fungsi dan
peranannya dengan baik.
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
94
Alternatif strategi ke dua dari strategi intensif adalah pengembangan pasar
merupakan pengenalan produk atau jasa yang telah ada pada daerah atau
kelompok konsumen baru (David 2002). Strategi pengembangan pasar dapat
dilakukan dengan melakukan kegiatan promosi seperti pemilihan media promosi
dan program promosi yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai dapat
meningkatkan permintaan terhadap agrowisata. Agrowisata masih memerlukan
promosi secara berkesinambungan untuk penanaman citra dalam benak konsumen
yang berdampak jangka panjang. Salah satunya dengan promosi di media cetak
secara kontinu untuk menciptakan ingatan yang kuat dalam benak konsumen.
Kemudian promosi melalui stasiun radio yang menjadi saluran favorit pemirsa
atau televisi pada acara pengobatan alternatif perlu menjadi pertimbangan pihak
perusahaan. Penonjolan citra perusahaan sebagai usaha yang terdiferensiasi perlu
diperhatikan agar konsumen dapat merasakan manfaat dan adanya perbedaan
produk jasa yang diterima.
Alternatif strategi intensif yang ke tiga adalah strategi pengembangan
produk. Strategi pengembangan produk merupakan peningkatan penjualan dengan
cara meningkatkan atau memodifikasi produk-produk atau jasa-jasa yang ada
sekarang (David 2002). Strategi pengembangan produk dilakukan untuk
meningkatkan daya saing. Peningkatan mutu pelayanan menjadi faktor yang
penting bagi Agrowisata KTO Karyasari yang menjual jasa dan produk.
Keramahan para karyawan kebun terutama para pemandu wisata yang memandu
pengunjung di lokasi perlu ditingkatkan kualitasnya. Pihak perusahaan perlu
mempertimbangkan tambahan tenaga kerja apabila jumlah pengunjung sedang
meningkat dan pengaturan rute keliling kebun agar setiap pengunjung
berkesempatan untuk melihat dan mengenal tanaman obat sehingga kualitas
pelayanan dan kepuasan konsumen dapat tercipta lebih baik.
Untuk menciptakan inovasi dalam produk-produk yang ditawarkan,
Agrowisata KTO Karyasari dapat melakukan kerjasama dengan peneliti untuk
menambah objek wisata yang ditawarkan, dan masyarakat sekitar untuk
menciptakan produk-produk yang memiliki ciri khas seperti makanan khas atau
benda-benda yang dapat dijadikan sebagai souvenir. Pengembangan produk dapat
juga dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan agrowisata seperti kebersihan
95
dan keindahan kebun, nilai estetika dari tata letak (landscape) kebun, kebersihan
toilet dan lain-lain.
Selain strategi intensif, strategi integrasi menjadi alternatif lain dalam
pemasaran Agrowisata KTO Karyasari yang berada pada posisi sel II. Strategi
integrasi terdiri atas integrasi ke depan (Forward Integration), integrasi ke
belakang (Backward Integration), dan integrasi horisontal (Horizontal
Integration).
Integrasi ke depan merupakan strategi untuk memperoleh kepemilikan
atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer (David 2002). Untuk
dapat melakukan strategi ini Agrowisata KTO karyasari dapat melakukan
kerjasama dengan travel atau biro perjalanan wisata sehingga Agrowisata KTO
Karyasari dimasukkan dalam paket wisatanya, melakukan kerjasama dengan
asosiasi-asosiasi seperti ASITA (Association of Indonesian Tours and Travel
Agency) atau AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia). Strategi integrasi ke
belakang adalah pengembangan kepemilikan atau meningkatkan kendali atas
perusahaan pemasok (David 2002).
Alternatif strategi integrasi yang ke tiga adalah integrasi horisontal
merupakan strategi untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali
atas pesaing (David 2002). Dalam melaksanakan strategi horisontal, Agrowisata
KTO Karyasari dapat melaksanakan kerjasama dengan objek wisata yang ada di
Kota Bogor seperti Kebun Raya Bogor, Agrowisata Teh Gunung Mas, Taman
Bunga Nusantara Cianjur dan agrowisata lainnya untuk melakukan paket wisata
bersama. Selain itu kerjasama dengan hotel-hotel di Kota Bogor dapat juga
dilakukan dimana para tamu hotel dapat mengunjungi Agrowisata KTO Karyasari
sebagai fasilitas tambahan. Strategi ini bertujuan untuk mendatangkan konsumen
ke lokasi wisata dengan mengadakan paket wisata bersama dengan pesaing.
Menurut Rangkuti (2000), perusahaan yang berada pada posisi sel II dapat
melakukan strategi konsentrasi melalui strategi horizontal. Strategi pertumbuhan
melalui integrasi horisontal adalah suatu kegiatan untuk memperluas perusahaan
dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis produk serta
jasa. Perusahaan yang berada pada sel II berada dalam industri yang sangat
atraktif, tujuannya adalah meningkatkan penjualan dan profit dengan cara
96
memanfaatkan keuntungan economics of scale baik diproduksi maupun
pemasaran. Perusahaan dapat memperluas pasar, fasilitas produksi dan teknologi
melalui pengembangan internal maupun eksternal melalui akuisisi/joint ventures
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.
7.3.2. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasari
Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis
matriks SWOT. Keunggulan dari penggunaan model ini adalah mudah
memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal.
Strategi utama yang dapat disarankan terdapat empat macam, yaitu : strategi SO,
ST, WO, dan WT. Analisis ini menggunakan data yang telah diperoleh dari
matriks EFE dan IFE di atas. Hasil analisis matriks SWOT pada Agrowisata
KTO Karyasari dapat dilihat pada Tabel 15.
Perumusan alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan oleh Agrowisata
KTO Karyasari dalam memasarkan agrowisatanya berdasarkan matriks SWOT
adalah sebagai berikut :
1) Strategi S-O
Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu
meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata yang bersifat edukatif, karena
ini menjadi ciri khas Agrowisata KTO Karyasari. Meningkatkan kualitas
pelayanan dilakukan dengan menambah jumlah pemandu terutama pada saat
pengunjung sedang ramai, pengaturan rute keliling kebun agar setiap pengunjung
dapat melihat semua jenis tanaman obat yang ada dan tetap menjaga keramahan
agar setiap pengunjung merasa betah. Kemudian mengembangkan paket
agrowisata agar tidak monoton termasuk dalam seminar kebun lebih banyak
menyediakan waktu untuk sesi tanya jawab dengan peserta agrowisata atau
mengundang konsumen yang sudah sembuh dengan tanaman obat untuk
mencegah kebosanan dari pengunjung pengulang (repeater).
97
2) Strategi W-O
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu :
a) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran dengan cara melatih
dan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik, serta
menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa
tersebut kepada konsumen terutama untuk pengunjung rombongan. Pengunjung
yang datang secara rombongan seperti sekolah, perguruan tinggi, kantor,
perkumpulan dan sebagainya adalah konsumen yang mendatangkan
penghasilan paling besar bagi Agrowisata KTO Karyasari sehingga konsumen
seperti ini sangat diandalkan untuk terus mendukung keberlanjutan usahanya.
b) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin, seperti melakukan seminar,
pelatihan di berbagai perkumpulan, dan mengikuti pameran agrowisata serta
pameran tanaman obat untuk mengenalkan Agrowisata KTO Karyasari kepada
masyarakat.
3) Strategi S-T
Strategi ini bertujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari
ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan internal. Alternatif strategi
yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus.
Pelatihan khusus dilakukan dilakukan untuk meningkatkan produktifitas karyawan
sehingga memiliki keterampilan dan pengetahuan mengenai agrowisata.
4) Strategi W-T
Strategi ini merupakan strategi yang berusaha untuk meminimalkan
kelemahan yang dimiliki serta dapat menghindari ancaman dari luar. Alternatif
strategi yang dapat dilakukan yaitu melakukan kerjasama dengan investor untuk
perolehan modal. Hal ini perlu dilakukan untuk pengembangan Agrowisata KTO
Karyasari, karena permodalan yang digunakan selama ini masih menggunakan
modal pribadi. Pengembangan usaha yang dapat dilakukan penyediaan
gallery/stand untuk menjual produk Agrowisata KTO Karyasari seperti obat-
98
obatan, majalah Herba, foto-foto tanaman obat maupun hasil kerajinan yang khas
dari masyarakat sekitar sebagai souvenir bagi pengunjung.
Tabel 15. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasari Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesess)
1) Rekreasi yang ditawarkan
adalah rekreasi edukatif
2) Dijualnya produk tanaman
obat berupa kapsul dan
teh herba
3) Adanya paket agrowisata
yang menarik dengan
pemberian diskon
4) Pemandu yang terlatih
1) Belum banyak dikenal oleh
masyarakat
2) Masih kurangnya event-
event yang dilakukan
Karyasari
3) Belum tersedianya
gallery/stand Karyasari
4) Permodalan yang masih
berasal dari dana pribadi
Peluang (Opportunities) Strategi S-O Strategi W-O
1) Pesaing yang menawarkan
objek wisata yang sejenis
belum banyak
2) Kecenderungan berwisata
masyarakat beralih dari
mass tourism ke niche
tourism yang berbasis
lingkungan
3) Pengunjung yang datang
secara rombongan
4) Adanya dukungan
pemerintah terhadap
agrowisata
1) Meningkatkan kualitas
produk dan pelayanan
wisata dengan
mengembangkan paket
wisata (S1,2,3,4 dan O1,2,3)
2) Memperluas target pasar
dengan meningkatkan
pemasaran (W1 dan O2,3)
3) Melakukan dan mengikuti
event-event secara rutin
(W1,2 dan O1,2,3,4)
Ancaman (Threats) Strategi S-T Strategi W-T
1) Industri agrowisata mudah
dimasuki pendatang baru
2) Ketidakstabilan
perekonomian
3) Situasi keamanan yang
kurang kondusif
4) Kondisi iklim dan cuaca
alam yang sulit diprediksi
5) Konsumen memiliki
keleluasaan dalam
memilih objek wisata
pengganti
4) Meningkatkan kualitas
SDM dengan pelatihan
khusus (S1,4 dan T1,5)
5) Melakukan kerjasama
dengan investor untuk
perolehan modal (W3,4 dan
T1,5)
99
7.3.3. Matriks QSPM Agrowisata KTO Karyasari
Tahap akhir dari perumusan strategi adalah pemilihan strategi terbaik
dengan menggunakan alat analisis matriks QSPM berdasarkan pada hasil analisis
SWOT. Matriks QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi peneliti untuk
mengevaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor
utama internal dan eksternal pada matriks IFE, EFE, I-E serta matriks SWOT.
Pada matriks QSPM terdapat nilai AS dan TAS. Nilai AS menunjukkan daya tarik
masing-masing strategi terhadap terhadap faktor kunci yang dimiliki. Penentuan
alternatif strategi yang layak dimasukkan pada matriks QSPM berdasarkan
penilaian atas kondisi perusahaan dan penggunaan intuisi.
Proses pemilihan prioritas strategi dilakukan oleh pimpinan YPTO
Karyasari yang memiliki otoritas dan kemampuan dalam memilih strategi.
Matriks ini akan menentukan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari
tindakan-tindakan strategi alternatif yang dapat dilaksanakan oleh Agrowisata
Karyasari pada YPTO Karyasari. Berikut alternatif strategi yang terpilih, antara
lain :
1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan
paket wisata
2) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk
pengunjung rombongan
3) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin
4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus
5) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal
Berdasarkan hasil perhitungan matriks QSPM dengan mengalikan bobot
masing-masing faktor dengan nilai daya tarik (Attractive Score) dihasilkan total
nilai daya tarik (Total Attractive Score) yang dapat dilihat pada Lampiran 7.
Sehingga dihasilkan bahwa alternatif strategi terpilih adalah strategi satu yaitu
meningkatkan kualitas pelayanan wisata dengan mengembangkan paket wisata.
Prioritas strategi yang disarankan disusun berdasarkan nilai TAS tertinggi
hingga terendah maka dihasilkan strategi yang paling menarik untuk
diimplementasikan oleh Agrowisata KTO Karyasari. Perumusan strategi ini hanya
100
sampai tahap formulasi strategi. Adapun prioritas strategi tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk
pengunjung rombongan (5.724)
2) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan
paket wisata (5.685)
3) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal (5.399)
4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus (5.268)
5) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin (5.207)
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Faktor strategis internal yang menjadi faktor kekuatan utama bagi
Agrowisata KTO Karyasari adalah adanya paket agrowisata yang menarik dengan
pemberian diskon untuk pembelian berbagai jenis tanaman obat. Sedangkan faktor
strategis internal yang menjadi kelemahan utama adalah permodalan yang masih
berasal dari dana pribadi. Untuk faktor strategi eksternal yang menjadi faktor
peluang utama bagi Agrowisata KTO Karyasari adalah pesaing yang menawarkan
objek wisata yang sejenis belum banyak (termasuk pionir dalam agrowisata
tanaman obat). Sedangkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman utama
adalah konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih objek wisata pengganti.
Total skor bobot hasil dari matriks IFE (Internal Factor Evaluasi) dan
matriks EFE (External Factor Evaluation) memposisikan Agrowisata KTO
Karyasari pada sel II dalam matriks IE (Internal-Eksternal). Posisi ini
menggambarkan bahwa Agrowisata KTO Karyasari dalam kondisi internal rata-
rata dan respon perusahaan terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya
tergolong tinggi. Strategi yang dapat dilaksanakan adalah grow and build atau
strategi pertumbuhan. Divisi pada sel ini dapat menerapkan strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) dan strategi
integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal).
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT maka diperoleh lima alternatif
strategi terbaik. Kemudian dilakukan perumusan strategi dengan cara melakukan
pemilihan prioritas strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis matriks
QSPM untuk diimplementasikan pada Agrowisata KTO Karyasari. Adapun
prioritas strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk
pengunjung rombongan
2) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan
paket wisata
3) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal
4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus
102
5) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin
8.2. Saran
Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi manajemen
Agrowisata KTO Karyasari adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata yang bersifat edukatif,
karena ini menjadi ciri khas Agrowisata KTO Karyasari. Meningkatkan
kualitas pelayanan dilakukan dengan menambah jumlah pemandu terutama
pada saat pengunjung sedang ramai, pengaturan rute keliling kebun. Kemudian
mengembangkan paket agrowisata agar tidak monoton termasuk dalam seminar
kebun lebih banyak menyediakan waktu untuk sesi tanya jawab dengan peserta
agrowisata atau mengundang konsumen yang sudah sembuh dengan tanaman
obat untuk mencegah kebosanan dari pengunjung pengulang (repeater).
2) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran dengan cara melatih
dan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik, serta
menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa
tersebut kepada konsumen terutama untuk pengunjung rombongan. Pengunjung
yang datang secara rombongan seperti sekolah, perguruan tinggi, kantor,
perkumpulan dan sebagainya adalah konsumen yang mendatangkan
penghasilan paling besar bagi Agrowisata KTO Karyasari sehingga konsumen
seperti ini sangat diandalkan untuk terus mendukung keberlanjutan usahanya.
Peningkatan pemasaran dengan skema diskon yang menarik akan mengundang
konsumen rombongan untuk berkunjung.
3) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin, seperti melakukan seminar,
pelatihan di berbagai perkumpulan, dan mengikuti pameran agrowisata serta
pameran tanaman obat untuk mengenalkan Agrowisata KTO Karyasari kepada
masyarakat.
4) Pemilik, Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Kebun, dan Kepala Bagian
Promosi Agrowisata KTO Karyasari diharapkan dapat mensosialisasikan
strategi kepada seluruh karyawan agar tumbuh rasa tanggungjawab dan
motivasi untuk melaksanakan strategi pemasaran agrowisata dengan baik dan
hasil yang dicapai sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiar. F. 2008. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Pada Agrowisata
Rumah Sutra Alam Kec. Pasir Eurih, Kab. Bogor, Jawa Barat [Skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Asosiasi Wisata Agro Indonesia. 2004. Pengertian Dasar Wisata Agro. Makalah
disampaikan dalam Pelatihan Wisata Agro di Yogyakarta tanggal 15-19
Juli 2004. Yogyakarta.
Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran. Dasar, Konsep, dan Strategi.
Cetakan ke-4. Rajawali. Jakarta.
Buku Panduan Agrowisata. 2003. Back To Nature Back To Medical Herbs.
Agrowisata, Seminar, Pelatihan, Pertemuan. Karyasari. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2008. Data Statistik Kebudayaan dan Pariwisata 2008.
BPS. Jakarta.
David, Fred. 2003. Manajemen Strategi : Konsep-Konsep. Edisi Kesembilan. PT
Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
David, Fred. 2006. Manajemen Strategi. Edisi Kesepuluh. Terjemahan.
Prenhallindo. Jakarta.
Deptan. 2002. Laporan Pelatihan Pengelolaan Wisata Agro Tingkat Nasional.
Proyek Koordinasi Penataan Pembangunan Pertanian. Biro Perencanaan
dan Keuangan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Deptan. 2008. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia.
www.database.deptan.go.id/agrowisata/index.asp [Diakses tanggal 18 Juni
2009].
Direktur Jendral Bina Produksi dan Hortikultura. 2002. Potensi Produksi
Tanaman Obat. Departemen Pertanian. Jakarta.
Direktur Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2004. Informasi Pengembangan
Agribisnis Tanaman Biofarmaka. Jakarta.
Farmstop. 2008. About Agrotourism. www.farmstop.com/aboutagrotourism.asp
[Diakses tanggal 18 Juni 2009].
104
Purnama H. 2009. Strategi Pemasaran Agrowisata Kebun Buah Plantera Fruit
Paradise, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Herba. 2002. Karyasari, 7 Tahun Mengukir Dunia Herba. Karyasari. Jakarta
Hernani dan Syukur. 2003. Budidaya Tanaman Obat Komersial Cetakan Ketiga.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Kotler, Philip dan Amstrong. 2000. Manajemen Pemasaran Terjemahan.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1. Penerbit
Indeks. Jakarta.
Masang. 2006. Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman
Sringanis Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Muttaqien. 2007. Analisis Strategi Bersaing agrowisata Vin’s Berry Park
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Putri FSA. 2008. Formulasi Strategi Pemasaran Obat Tradisional pada Taman
Syifa di Kota Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti, Freddy. 2000. Analisis SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Stanton, William J. 1993. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh. Jilid Kedua.
Erlangga. Jakarta.
Swasta, Basu dan Irawan. 1997. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi ke-2.
Liberty. Yogyakarta.
Tirtawinata, Reza dan Fachruddin, Lisdiana. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan
Agrowisata. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Umar, H. 2003. Riset Pemsaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
106
Lampiran 1. Panduan Wawancara dengan Pengelola Agrowisata Kebun
Tanaman Obat Karyasari
1. Sejarah pembentukan Agrowisata KTO Karyasari
2. Rencana pengembangan agrowisata
3. Kebijakan pengelolaan agrowisata
4. Objek, daya tarik produk wisata yang ditawarkan oleh agrowisata
5. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan agrowisata, khususnya terkait
dengan pengembangan kawasan
6. Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
7. Kerjasama dengan pihak-pihak terkait (masyarakat total, pemerintah daerah,
biro perjalanan wisata, investor, dll)
8. Kegiatan pemasaran yang pernah dan akan dilakukan oleh pengelola
agrowisata
9. Kuantitas serta kualitas Sumber Daya Manusia pengelola agrowisata
10. Pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti oleh pengelola agrowisata
11. Pelayanan serta pemeliharaan yang telah dan akan dilakukan di agrowisata
12. Objek-objek wisata yang berdekatan dengan kawasan baik yang sejenis
maupun tidak
13. Keluhan pengunjung yang pernah disampaikan kepada pihak pengelola
agrowisata
107
Lampiran 2. Kuisioner Matriks IFE dan EFE
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN
TANAMAN OBAT KARYASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Ignaz Christian Simanjuntak
Nrp : H34076078
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jabatan :
108
I. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Kekuatan
Responden :
Petunjuk pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara
memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.
Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut :
Nilai 4, Jika faktor tersebut sangat kuat apabila dibandingkan dengan pesaing
(usaha sejenis)
Nilai 3, Jika faktor tersebut kuat apabila dibandingkan dengan pesaing (usaha
sejenis)
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi usaha apabila dibandingkan dengan usaha
pesaing yang sejenis dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki usaha
berikut:
Faktor-Faktor Kekuatan 4 3 2 1
1) Rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi edukatif dengan
mengenali dan mempelajari jenis-jenis tanaman obatpada
lingkungan tumbuhnya yang alami, cara budidaya dan
khasiatnya
2) Dijualnya produk-produk tanaman obat yang berupa kapsul
dan teh herba
3) Adanya paket agrowisata yang menarik dengan pemberian
diskon untuk pembelian berbagai jenis tanaman obat
4) Pemandu yang terlatih dan memahami jenis-jenis tanaman
obat
109
II. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Kelemahan
Responden :
Petunjuk pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara
memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.
Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut :
Nilai 1, Jika faktor tersebut sangat lemah apabila dibandingkan dengan pesaing
(usaha sejenis)
Nilai 2, Jika faktor tersebut lemah apabila dibandingkan dengan pesaing (usaha
sejenis)
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi usaha apabila dibandingkan dengan usaha
pesaing yang sejenis dalam hal faktor-faktor kelemahan yang dimiliki usaha
berikut:
Faktor-Faktor Kelemahan 4 3 2 1
1) Belum banyak dikenal oleh masyarakat
2) Masih kurangnya event-event yang dilakukan Karyasari
3) Belum tersedianya gallery/stand yang menjual souvenir
Karyasri seperti topi, kaos, payung ataupun foto-foto
tanaman obat dan produk tanaman obat Karysari
4) Permodalan yang masih berasal dari dana pribadi
110
III. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Peluang
Responden :
Petunjuk pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan usaha dalam
meraih peluang yang ada berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada
pilihan Bapak/Ibu.
Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut :
Nilai 4, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam
meraih peluang yang ada
Nilai 3, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih
peluang yang ada
Nilai 2, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang sedang dalam meraih
peluang yang ada
Nilai 1, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam
meraih peluang yang ada
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan usaha dalam memanfaatkan peluang
yang ada berikut:
Faktor-Faktor Peluang 4 3 2 1
1) Pesaing yang menawarkan objek wisata yang sejenis
belum banyak (termasuk pionir dalam agrowisata tanaman
obat)
2) Kecenderungan berwisata masyarakat beralih dari mass
tourism ke niche tourism yang berbasis lingkungan
3) Pengunjung yang datang secara rombongan
4) Adanya dukungan pemerintah terhadap agrowisata
111
IV. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Ancaman
Responden :
Petunjuk pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada besarnya ancaman dalam
mempengaruhi keberadaan usaha dimasa depan berikut ini dengan cara
memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.
Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut :
Nilai 4, Jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi keberadaan usaha
Nilai 3, Jika faktor ancaman kuat mempengaruhi keberadaan usaha
Nilai 2, Jika faktor ancaman memberikan pangaruh yang biasa terhadap usaha
usaha
Nilai 1, Jika faktor ancaman tidak berpengaruh apa-apa terhadap usaha
Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh ancaman terhadap kondisi usaha berikut:
Faktor-Faktor Ancaman 4 3 2 1
1) Industri agrowisata mudah dimasuki pendatang baru
2) Ketidakstabilan perekonomian
3) Situasi keamanan yang kurang kondusif
4) Kondisi iklim dan cuaca alam yang sulit diprediksi
5) Konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih objek
wisata pengganti
112
Lampiran 3. Penentuan Strategi Terpilih dengan Matriks QSP
PENENTUAN STRATEGI TERPILIH DENGAN MATRIKS QSP
Tujuan : Untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractive) dari
alternatif-alternatif strategi yang terpilih melalui analisis SWOT untuk
menetapkan strategi alternatif yang paling baik untuk
diimplementasikan oleh Agrowisata KTO Karyasari.
Alternatif strategi yang terpilih :
1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan
paket wisata
2) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk
pengunjung rombongan
3) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin
4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus
5) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal
Petunjuk Pengisian :
Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari masing-masing faktor
eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
untuk masing-masing alternatif strategi. Pilihan Attractive Score (AS) pada isian
berikut ini terdiri dari :
1 = tidak menarik
2 = agak menarik
3 = secara logis menarik
4 = sangat menari
113
Lampiran 4. Hasil Median Rating Faktor Eksternal dan Faktor Internal
Hasil Median Rating Faktor Eksternal
Faktor Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Median
A 4 4 4 3 4
B 3 4 3 4 3.5
C 4 4 2 4 4
D 2 3 3 3 3
E 2 3 2 4 2.5
F 3 3 3 3 3
G 3 3 3 3 3
H 3 2 4 3 3
I 3 3 2 4 3
Hasil Median Rating Faktor Internal
Faktor Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Median
A 3 3 4 4 3.5
B 3 3 4 4 3.5
C 3 4 4 4 4
D 3 3 3 4 3
E 1 1 1 1 1
F 1 1 1 1 1
G 1 1 1 1 1
H 1 1 2 1 1
114
Lampiran 5. Hasil Matriks Perbandingan Faktor Eksternal dan Faktor Internal
Hasil Matriks Perbandingan Faktor Eksternal
Responden 1 : Kepala Bagian Agrowisata
Faktor A B C D E F G H I
A 2 1 1 1 1 2 1 2
B 2 2 3 1 2 2 1 2
C 3 2 2 1 2 2 1 1
D 3 1 2 1 2 2 1 2
E 3 3 3 3 2 1 1 1
F 3 2 2 2 2 2 2 1
G 2 2 2 2 3 2 3 2
H 3 3 3 3 3 2 1 1
I 2 2 3 2 3 3 2 3
Responden 2 : Kepala Bagian Kebun Tanaman Obat Karyasari
Faktor A B C D E F G H I
A 3 3 3 2 3 3 3 2
B 1 2 2 1 2 2 2 1
C 1 2 3 1 2 2 1 1
D 1 2 1 1 2 2 2 1
E 2 3 3 3 2 3 3 2
F 1 2 2 2 2 2 1 1
G 1 2 2 2 1 2 1 2
H 1 2 3 2 1 3 3 1
I 2 2 3 3 2 3 2 3
115
Responden 3 : Pimpinan YPTO Karyasari
Faktor A B C D E F G H I
A 3 2 2 1 2 2 1 1
B 1 2 1 1 2 2 1 1
C 2 2 1 1 2 2 1 1
D 2 3 3 1 1 1 1 1
E 3 3 3 3 3 3 1 1
F 2 2 2 3 1 2 2 1
G 2 2 2 3 1 2 2 2
H 3 3 3 3 3 2 2 1
I 3 3 3 3 3 3 2 3
Responden 4 : Kepala Bagian Promosi
Faktor A B C D E F G H I
A 3 3 3 2 3 3 2 3
B 1 3 1 1 2 2 1 1
C 1 1 2 1 3 3 1 1
D 1 3 2 1 1 1 1 2
E 2 3 3 3 2 3 2 3
F 1 2 1 3 2 2 2 2
G 1 2 1 3 1 2 1 1
H 2 3 3 3 2 2 3 2
I 1 3 3 2 1 2 3 2
116
Hasil Matriks Perbandingan Faktor Internal
Responden 1 : Kepala Bagian Agrowisata
Faktor A B C D E F G H
A 2 2 2 2 2 1 2
B 2 2 2 2 2 1 2
C 2 2 2 2 2 2 2
D 2 2 2 2 2 1 2
E 2 2 2 2 2 1 2
F 2 2 2 2 2 1 2
G 3 3 2 3 3 3 2
H 2 2 2 2 2 2 2
Responden 2 : Kepala Bagian Kebun Tanaman Obat Karyasari
Faktor A B C D E F G H
A 1 2 2 2 1 1 2
B 3 2 3 2 1 1 2
C 2 2 2 2 2 1 2
D 2 1 2 2 1 1 2
E 2 2 2 2 1 1 3
F 3 3 2 3 3 3 2
G 3 3 3 3 3 3 3
H 2 2 2 2 1 2 1
117
Responden 3 : Pimpinan YPTO Karyasari
Faktor A B C D E F G H
A 1 2 3 2 3 1 1
B 3 2 2 2 3 1 1
C 2 2 3 2 3 1 1
D 1 2 1 2 3 1 1
E 2 2 2 2 3 1 1
F 1 1 1 1 1 1 1
G 3 3 3 3 3 3 1
H 3 3 3 3 3 3 3
Responden 4 : Kepala Bagian Promosi
Faktor A B C D E F G H
A 1 1 2 2 2 1 1
B 3 1 3 3 3 2 1
C 3 3 2 2 1 2 1
D 2 1 2 2 1 1 1
E 2 1 2 2 2 1 1
F 2 1 3 3 2 1 1
G 3 2 2 3 3 3 1
H 3 3 3 3 3 3 3
118
Lampiran 6. Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan untuk Faktor
Eksternal dan Faktor Internal
Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Eksternal
Faktor A B C D E F G H I Total Bobot
A 3 2.5 2.5 1.5 2 2.5 1.5 2 17.5 0.122
B 1 2 1.5 1 2 2 1 1.5 12 0.083
C 1.5 2 2 1 2 2 1 1 12.5 0.087
D 1.5 2.5 2 1 1.5 1.5 1 1.5 12.5 0.087
E 2.5 3 3 3 2 2.5 1.5 1.5 19 0.132
F 2 2 2 2.5 2 2 1.5 1 15 0.104
G 1.5 2 2 2.5 1.5 2 1.5 1.5 14.5 0.101
H 2.5 3 3 3 2.5 2.5 2.5 1 20 0.139
I 2 2.5 3 2.5 2.5 3 2.5 3 21 0.145
144 1.000
Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Internal
Faktor A B C D E F G H Total Bobot
A 1 2 2 2 2 1 1.5 11.5 0.105
B 3 2 2.5 2 2.5 1 1.5 14.5 0.133
C 2 2 2 2 2 1.5 1.5 13 0.119
D 2 1.5 2 2 1.5 1 1.5 11.5 0.106
E 2 2 2 2 2 1 1.5 12.5 0.115
F 2 1.5 2 2.5 2 1 1.5 12.5 0.115
G 3 3 2.5 3 3 3 1.5 16 0.147
H 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 17.5 0.160
109 1.000
119
Lampiran 7. Hasil QSPM
Faktor
Strategis
Alternatif Strategi Terpilih
Bobot S1 S2 S3 S4 S5
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
1 0.105 3 0.315 4 0.420 3 0.315 2 0.210 3 0.315
2 0.133 3 0.399 3 0.399 2 0.266 2 0.266 3 0.399
3 0.119 3 0.597 3 0.597 4 0.476 4 0.476 4 0.476
4 0.106 4 0.424 4 0.424 3 0.318 3 0.318 3 0.318
Kelemahan
1 0.115 4 0.460 3 0.345 4 0.460 3 0.345 3 0.345
2 0.115 2 0.230 2 0.230 3 0.345 3 0.345 2 0.230
3 0.147 2 0.294 2 0.294 3 0.441 2 0.294 3 0.441
4 0.160 2 0.320 2 0.320 2 0.320 3 0.480 2 0.320
Peluang
1 0.122 4 0.488 4 0.488 2 0.244 2 0.244 2 0.244
2 0.083 3 0.249 2 0.166 3 0.249 3 0.249 3 0.249
3 0.087 4 0.348 4 0.348 4 0.348 4 0.348 3 0.261
4 0.087 2 0.174 2 0.174 2 0.174 2 0.174 2 0.174
Ancaman
1 0.132 2 0.264 3 0.396 2 0.264 3 0.396 2 0.264
2 0.104 2 0.208 2 0.208 3 0.312 2 0.208 2 0.208
3 0.101 2 0.202 2 0.202 1 0.101 2 0.202 3 0.303
4 0.139 2 0.278 2 0.278 1 0.139 2 0.278 3 0.417
5 0.145 3 0.435 3 0.435 3 0.435 3 0.435 3 0.435
TOTAL 5.685 5.724 5.207 5.268 5.399
PRIORITAS 2 1 5 4 3