analisis strategi pengembangan usaha jamur pada the...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR
PADA THE PINEWOOD FARM DI BOGOR,
JAWA BARAT
SKRIPSI
Heri Eko Wira
H 34076072
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
3
RINGKASAN
HERI EKO WIRA, Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur pada The
Pinewood Farm, Di Bogor – Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
JOKO PURWONO)
Jamur termasuk jenis golongan sayuran yang dapat memberikan kontribusi
devisa bagi Indonesia. Selain dapat memberikan keuntungan, jamur juga
memberikan manfaat dan gizi yang cukup baik. Dewasa ini jamur telah menjadi
kebutuhan manusia. Tanaman jamur sebagai bahan pangan alternatif yang dusukai
oleh semua lapisan masyarakat yang berpotensi untuk dikembangkan dan
mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Produksi tanaman jamur
mengalami perkembangan terus dalam beberapa tahun terakhir. Dalam tiga tahun
terakhir minat masyarakat utunk mengkonsumsi jamur terus meningkat.
Salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi jamur yang berada
didaerah Cisarua Bogor adalah The Pinewood Organik Farm. The Pinewood
Organik Farm membuat dua divisi yaitu divisi sayuran organik dan divisi jamur.
Dari hasil wawancara dengan pemilik bahwa perusahaan belum mampu
mengembangkan usaha pada divisi jamur. Permasalahan yang dihadapi adalah
perusahaan belum mampu memenuhi permintaan yang datang, dikarenakan
kurangnya produksi pada jamur.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan Menganalisis peluang
dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki perusahaan The Pinewood Organik Farm dalam menjalankan bisnis
jamur, merusmuskan strategi pengembangan usaha dari analisis eksternal dan
internal perusahaan The Pinewood Organik Farm. Data yang dibutuhkan di dalam
penelitian ini adalah data yang mengacu pada usaha jamur. Data tersebut
berkaitan dengan faktor internal seperti pemasaran, produksi, manajemen, dan
keuangan. Selain itu, dibutuhakan juga data faktor eksternal yang langsung
mempengaruhi usaha jamur yaitu lingkungan industri, serta faktor tidak langsung
yaitu lingkungan makro seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa total skor EFE adalah sebesar
3,095, yang berarti kondisi lingkungan eksternal perusahaan berada pada posisi
kuat dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi kelemahan pada
perusahaan The Pinewood Organik Farm. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa total skor IFE adalah sebesar 2,818, yang berarti kondisi lingkungan
internal perusahaan berada pada posisi rata-rata hasil mengidentifikasikan
menunjukkan bahwa perusahaan The Pinewood Organik Farm cukup merespon
dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam perusahaannya.
Dari hasil analisis EFE diperoleh total skor 3,095 dan analisis IFE
diperoleh total skor 2,818. Total skor dari masing-masing matriks IFE dan EFE
4
yang dimiliki oleh perusahaan The Pinewood Organik Farm yang dipetakan
dalam matriks IE dan diperoleh posisi perusahaan pada usaha jamur tiram saat ini
berada di kuadran II yang merupakan posisi “tumbuh dan kembangkan” (growth
and build). Pada kondisi tersebut, strategi yang tepat digunakan adalah strategi
intensif dan strategi integratif. Strategi integrasi mencakup integrasi ke belakang,
integrasi kedepan dan integrasi horizontal.
Analisis matriks SWOT menggunakan hasil analisis yang didapatkan dari
matriks EFE dan matriks IFE. Matriks EFE mengidentifikasi faktor eksternal yang
mencakup peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE identifikasi faktor
internal perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan. Terdapat tujuh
strategi yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan yaitu: menambah area
produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur, perusahaan membuat
makanan suplemen dengan bahan dasar jamur, meningkatkan promosi jamur,
mencari dana tambahan, peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya
saing perusahaan, kerjasama kemitraan dan penghematan melalui efisiensi biaya
total dalam menghadapi ancaman.
Dari hasil SWOT kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan
matrik QSP. Pengolahan QSPM diperoleh hasil berupa prioritas strategi yang
akan dijalankan dengan urutan sesuai total nilai daya tarik yang dihasilkan. Hasil
pengolahan QSPM adalah sebagai berikut : Menambah area produksi perusahaan
melalui penambahan kumbung jamur, dengan nilai TAS sebeasr 5,8060,
Peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan,
dengan nilai TAS sebesar 5,7400, dan Penghematan melalui efisiensi biaya total
dalam menghadapi ancaman, dengan nilai TAS sebesar 5,4020.
2
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR
PADA THE PINEWOOD FARM DI BOGOR,
JAWA BARAT
HERI EKO WIRA
H34076072
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
5
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada The
Pinewood Farm Di Bogor, Jawa Barat
Nama : Heri Eko Wira
NIM : H34076072
Disetujui, Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS
NIP. 19600606 198601 1 002
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
6
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Jamur pada The Pinewood Organik Farm Di
Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Heri Eko Wira
H34076072
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Duri pada tanggal 10 Juli 1985. Penulis adalah anak
ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak L.Marpaung dan Ibunda S.
Sihotang.
Penulis menyeselaikan pendidikan dasar di SD Judika pada tahun 1998
dan pendidikan menegah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP N 3
Mandau. Pendidikan lanjutan menengah kejuruan di SMK Taruna Persada Dumai
diselesaikan pada tahun 2004.
Penulis diterima di program Diploma pada Departemen Hasil Hutan,
Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 dan diselesaikan
pada tahun 2007. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan
studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak
tahun 2007 hingga tahun 2011.
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada The Pinewood Organik Farm Di
Bogor, Jawa Barat”
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor
eksternal dan internal jamur tiram putih pada perusahaan The Pinewood Organik
Farm. Namum demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2011
Heri Eko Wira
H34076072
9
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada :
1. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan waktu yang diberikan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir Anna Farianti atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam
seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam
menyempurnakan skripsi ini.
3. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama
dalam siding skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam
menyempurnakan skripsi ini.
4. Suprehatin SP.MAg atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik
dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbeikan skripsi
ini.
5. Ke dua Orang Tua Papa dan Mama tercinta yang selalu mendoakan, memberi
semangat, mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.
6. Kak Vera, Kak Eka, Kak Sri dan keponakan Ziah, Angel, Marvel yang selalu
mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.
7. Bapak Manggara, Bapak Yulianto dan keluarga besar The Pinewood organik
Farm yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data.
8. Asbron Tinambunan yang bersedia menjadi pembahas dalam seminar
penelitian.
9. Dewi Santi Rahayu yang selalu memberikan dukungan, mendoakan dan
banyak membantu selama penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman Erik LS, Kinza LP, Junius S, Felix S, Lustri, Agus S, Wastin
H, Cendana T, Gunawan M, Bang Dem dan buat teman-teman Agribisnis
terimakasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2011
Heri Eko Wira
10
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................. 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Jamur ............................................................. 7
2.2. Prospek Bisnis Jamur ………………………. ............................. 11
2.3. Budidaya Jamur …………………………………………………. 11
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................... 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoristis ..................................................... 18
3.1.1 Konsep Manajemen Strategi ........................................... 18
3.1.2 Analisis Eksternal ........................................................... 20
3.1.3 Analisis Internal. ............................................................. 21
3.1.4 Merumuskan dan Menentukan Strategi ........................... 23
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................ 24
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 27
4.2. Data dan Metode Pengumpulan Data ............................................ 27
4.2.1. Jenis Data ………………………………………………… 27
4.2.2. Metode Pengumpulan Data ……………………………… 27
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 29
4.3.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 29
4.3.2 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal dan Analisis
Faktor Lingkungan Internal ………………….. ................. 29
4.3.2.1 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE .......... 34
4.3.2.2 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ……….. 35
11
4.3.2.3Matriks Internal External Matrix (IE) ..................... 37
4.3.2.4 Matriks SWOT ................................................................... 38
4.3.2.5 Penentuan Strategi Prioritas ............................................... 40
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Visi dan Misi The Pinewood Orgaik Farm………………………... 43
5.2. Letak Geografis……………………………………………………. 43
5.3. Pengelolaan Kebun dan Pembagian Tugas………………………… 44
5.4. Sarana dan Prasarana Fisik………………………………………… 46
5.5. Teknologi yang Diterapkan………………………………………… 46
5.6. Operasional Kegiatan………………………………………………. 47
5.6.1. Budidaya…………………………………………………… 49
5.6.2. Panen………………………………………………………. 50
5.6.3. Penanganan Pasca Panen…………………………………... 50
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan …………………. ...... 52
6.1.1. Analisis Lingkungan Umum ……………………………… 52
6.1.2. Politik dan Kebijakan …………………………………….. 52
6.1.3. Ekonomi…………………………………………………… 54
6.1.4. Sosial, Budidaya, dan Demografi…………………………. 55
6.1.5. Teknologi…………………………………………………. 56
6.1.6. Analisis Lingkungan Industri …………………………….. 58
6.1.7. Ancaman Pendatang Baru………………………………… 58
6.1.8. Ancaman Produk Substitusi………………………………... 59
6.1.9. Dayatawar Pemasok……………………………………….. 60
6.1.10. Dayatawar Pembeli………………………………………… 60
6.1.11. Persaingan Antar Angota Industri………………………… 61
6.2. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan …………………………. 62
6.2.1. Pemasaran………………………………………………….. 62
6.2.2. Produksi atau Operasi………………………………………. 64
6.2.3. Manajemen dan Sumberdaya Manusia……………………... 66
6.2.4. Keuangan…………………………………………………… 66
VII. FORMULASI ALTERNATIF STRATEGI
7.1. Peluang dan Ancaman Eksternal ………………………………. ... … 68
7.2. Kekuatan dan Kelemahan Internal ………………………………….. 69
7.3. Matriks IE …………………………………………………………… 71
7.4. Analisis Strategi Menggunakan Matriks SWOT ……………………. 72
7.5. Penentuan Strategi Prioritaas ……………………………………….. 77
12
VIII. Kesimpulan dan Saran
8.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 80
8.2. Saran………………………………………………………………….. 81
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................… 82
LAMPIRAN…………………………………………………………………... 84
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Pada Tahun 2006-2009(Miliar Rupiah) …………. 1
2. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Tahun 2007 – 2008………... 3
3. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur dari Tahun 2005 – 2008 … 4
4. Kandungan Zat Gizi Beberapa Jenis Jamur Konsumsi
(Per100gram) ……………………………………………………… 10
5. Penelitian Terdahulu ………………………………………………. 16
6. Jenis dan Sumber Data Yang digunakan …………………………... 28
7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ……………... 32
8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan …………… 33
9. Matriks EFE………………………………………………………… 35
10. Matriks IFE………………………………………………………… 36
11. Matriks SWOT……………………………………………………… 39
12. Alat Analisis QSPM………………………………………………… 42
13. Permintaan Pasar Jamur Di Pasar Domestik ……………………….. 62
14. Komposisi Bahan Produksi Jamur Tiram …………………………... 64
15. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur dari Tahun 2005 – 2008 pada The Pinewood Organik Farm ……………………………… 65
16. Faktor-faktor Lingkungan Ekternal perusahaan The Pinewood Organik Farm…………………………………………………….. 67
17. Analisis Matriks EFE……………………………………………… 68
18. Faktor-faktor Lingkungan Internal perusahaan The Pinewood Organik Farm ………………………………………………………. 69
19. Analisis Matriks IFE ………………………………………………. 70
20. Matriks SWOT Perusahaan The Pinewood Organik Farm………… 76
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ................................. 19 2. Kerangka Pemikiran Operasional………………………………. 26 3. Matriks Internal-Eksternal (IE Matriks)………………………… 38 4. Organisasi The Pinewood Organik Farm………………………… 45
5. Alur Proses Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih The Pinewood Organik Farm………………………………………. 48
6. Matriks Internal-Eksternal The Pinewood Organik Farm……… 71
15
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang luas dan sebagian besar penduduknya
adalah petani. Hal ini menyebabkan pertanian merupakan menjadi tulang
punggung dalam pembangunan nasional Indonesia. Pertanian sebagai modal
pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan bangsa
Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi, secara
seimbang dan dinamis. Untuk itu pertanian harus diurus dan dikelola, dilindungi
dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia, baik generasi sekarang maupun yang akan datang. Selain itu, sektor
pertanian memberikan sumbangsih bagi sektor lainnya, yaitu sektor industri
dimana sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari produk pertanian.
Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja di
bidang tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Produk Domestik Bruto (Tabel
1).
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun 2006-2009(Miliar Rupiah)
Lapangan
Usaha
Tahun
2006 2007 2008 2009
Tanaman Bahan Makanan
214,346.3 265,090.9 349,795.0 418,963.9
Tanaman Perkebunan
63,401.4 81,664.0 105,969.3 112,522.1
Peternakan 51,074.7 61,325.2 82,676.4 104,040.0
Kehutanan 30,065.7 36,154.1 40,375.1 44,952.1
Perikanan 74,335.3 97,697.3 137,249.5 177,773.9
Sumber : Badan Pusat Statistik, (2010)
Dari Tabel 1 dapat dilihat besarnya kontribusi sektor pertanian pada
tanaman bahan makanan mengalami peningkatan dari 214,346.3 miliar pada
tahun 2006 menjadi 418,963.9 miliar pada tahun 2009. Kontribusi sektor ini
16
semakin meningkat dari tahun ketahun, hal ini menunjukkan bahwa tingkat minat
masyarakat semakin tinggi terhadap lapangan usaha pertanian pada tanaman
bahan makanan. Hal tersebut mengindikasikan sektor pertanian pada tanaman
bahan makanan merupakan sektor yang memiliki prospek baik dimasa mendatang
sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia.¹
Salah satu sektor pertanian yang mempunyai peranan penting adalah
komoditas sayuran. Selain memiliki nilai ekonomi yang cukup besar, ternyata
sayuran juga memiliki potensi yang tinggi dalam pemenuhan gizi di dalam tubuh
kita. Zat-zat penting seperti air, mineral, vitamin, dan serat terkandung dalam
sayuran. Tanaman sayur yang mengandung berbagai zat gizi ini tidak hanya dapat
dipergunakan sebagai konsumsi pangan sehari-hari, tetapi juga bagi pengobatan
tradisional (herbal healing) dengan bahan-bahan alami.
Komoditas sayuran sedikitnya memiliki tiga peranan strategis dalam
pembangunan dan perekonomian Indonesia, yaitu: sebagai salah satu sumber
pendatan masyarakat, (b) sebagai bahan makanan masyarakat khususnya sumber
vitamin dan mineral, dan (c) salah satu sumber Negara non-migas.²
Kecendrungan minat masyarakat mengkonsumsi sayuran terus meningkat,
akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur yang merupakan
salah satu jenis tanaman sayuran. Data perkembangan produksi sayur di Indonesia
tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan produksi dari sebagian besar
tanaman sayur di Indonesia. Sebagian besar tanaman sayur yang ada pada Tabel 2
tersebut menunjukkan penurunan produksi dari tahun 2007 sampai tahun 2008,
antara lain jenis sayuran kembang kol dengan penurunan sebesar 221,73 persen.
Perkembangan cukup baik ditunjukkan pada jenis tanaman sayuran labu siam dan
sayuran jamur, dimana kedua sayuran tersebut menunjukkan perkembangan yang
positif pada masing-masing sebesar 42,21 persen dan 27,16 persen.
¹ Departemen Pertanian 2008. Prospek Tanaman Sayuran. http://www.agribisnis.deptan.go.id (Desember 2009)
² Direktorat Jendral Hortikultura, Peran Sayur Terhadap Perekonomian http://www.hortikultura.deptan.go.id (Januari 2010)
17
Tabel 2. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode Tahun 2007-2008
No Komoditas Produksi (Ton) Perkembangan
(%) 2007 2008*
1 Jamur 48.247 61.349 27,16
2 Sawi 564.912 544.328 -3,66
3 Kacang Panjang 488.499 438.262 -10,28
4 Terung 390.846 389.534 -0,34
5 Wortel 350.170 350.453 0,08
6 Kangkung 335.086 292.182 -12,80
7 Buncis 266.790 242.455 -9,12
8 Labu Siam 254.056 361.301 42,21
9 Bayam 155.863 152.130 -2,40
10 Kembang Kol 124.252 97.703 -21,73
11 Lobak 42.076 47.968 14,00
12 Kentang 1.003.732 1.044.492 4,06
Keterangan : *) angka sementara Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian (2009)
Salah satu jenis komoditas sayur yang berpotensi adalah jamur. Dewasa
ini jamur telah menjadi kebutuhan masyarakat yaitu sebagai bahan pangan
alternatif yang dusukai oleh semua lapisan masyarakat yang berpotensi untuk
dikembangkan dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat.
Selain itu jamur juga merupakan salah satu produk pertanian yang bernilai
gizi tinggi. Kandungan protein pada jamur yang cukup tinggi mampu
mensubstitusi protein hewani yang selama ini dinilai berpotensi memnyebabkan
penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, kolesterol, dan sebagainya (Dirjen
Hortikultura 2009).
The Pinewood Organik Farm adalah salah satu perusahaan agiribisnis
yang bergerak dalam bidang sayuran yang terletak didaerah cisarua Bogor.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan perusahaan ini memproduksi sayuran yang
dibagi kedalam dua divisi yakni divisi sayuran organik dan divisi jamur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan diantara dua divisi yang
18
diusahakan yaitu divisi usaha jamur yang masih memerlukan penanganan lebih
lanjut, karena disamping memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang,
yakni : harga yang relatif stabil dan teknologi yang mudah terkontrol dan bisa
dipanen hingga tiga kali dalam masa tanam.
Masih terdapat permasalahan pada perusahaan yakni : permintaan yang
belum terpenuhi, kapasitas produksi yang belum optimal dan adanya persaingan
dari perusahaan yang harus dicermati. Oleh karena itu perusahaan memerlukan
langkah strategis untuk mengembangkan usaha jamur dalam menghadapi masalah
guna meraih peluang agar kontinyuitas dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
1.2. Perumusan Masalah
The Pinewood Organik Farm merupakan suatu perusahaan yang
memproduksi jamur yang beroperasi sejak tahun 2002 yang terletak didaerah
cisarua Bogor. Dalam menjalankan usahanya perusahaan masih menghadapi
permasalahan yaitu: kapasitas produksi belum optimal sehingga permintaan yang
belum bisa dipenuhi serta persaingan dari perusahaan sejenis yang berada di
daerah Cisarua Bogor.
Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur Pada Tahun 2005-2008
Tahun Produksi (kg) Permintaan (kg)
2005 464 500
2006 717 840
2007 1015 1160
2008 1255 1450
Sumber : The Pinewood Organik Farm (Januari 2010)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan (Tabel 3) permintan tahun 2005
sebanyak 500 kg sementara diproduksi sebesar 464 kg jamur. Sedangkan pada
tahun 2006 permintaan jamur sebanyak 840 kg sementara yang diproduksi
sebanyak 717 kg. uraian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. The Pinewood
organik Farm belum mampu memenuhi permintaan yang datang keperusahaan
karena keterbatasan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat
19
diindikasikan bahwa perusahaan harus terus meningkatkan kapasitas produksi
sehingga mampu memanfaatkan peluang yang ada.
Permasalah lain yang dihadapi perusahaan adalah persaingan dengan
perusahaan lain yang juga memproduksi jamur yakni (PT Bina sarana Bhakti, PT
Amani Mastra, PO Kebunku dan petani-petani kecil). Tantangan-tantangan
tersebut harus dapat dihadapi oleh perusahaan untuk dapat bertahan dan mencapai
keuntungan. Peluang pasar yang besar terhadap jamur menyebabkan perusahaan
harus bias memproduksi secara efektif dan efisien serta meningkatkan daya saing
produknya untuk dapat bersaing dipasar dengan produsen sejenis. Indikasi
permasalahan yang diuraikan dimuka mengharuskan perusahaan The Pinewood
Organic Farm langkah-langkah strategis guna merumuskan strategi yang dapat
memanfaatkan kekuatan, mengtasi kelemahan serta menghadapi peluang dan
ancaman yang ada.
Dalam merumuskan strategi yang efektif dibutuhkan serangkaian analisis
lingkungan internal dan lingkungan eksternal pada perusahaan untuk
mengidentifikasi variabel-variabel kunci pengembangan divisi jamur kedepan,
untuk menghadapi tantangan persaingan dan permintaan dipasar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi
perusahaan serta faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan bagi divisi usaha jamur pada perusahaan The Pinewood
Organik Farm?
2. Apa saja alternatif strategi yang sesuai dan dapat dilakukan oleh
perusahaan dalam pengembangan usahanya?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Mengidentifikasi dan menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan The
Pinewood Organik Farm dalam menjalankan divisi jamur.
20
2. Merusmuskan strategi pengembangan usaha dari analisis eksternal dan
internal perusahaan The Pinewood Organik Farm.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi:
1. Sebagai masukan bagi perusahaan, dapat mengetahui strategi apa yang
perlu dilakukan untuk mengembangkan usahanya di masa yang akan
datang.
2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Sehubungan dengan keterbatasan waktu serta kemampuan dalam
melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:
1. Produk yang dikaji adalah jamur.
2. Penelitian ini menggunakan data periode selama produksi berlangsung dari
tahun 2005 sampai tahun 2008.
3. Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari pengkajian kondisi internal dan
eksternal perusahaan, indentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dimiliki perusahaan, serta formulasi alternatif strategi
dalam pengembangan usaha divisi jamur di perusahaan The Pinewood
Organik Farm.
21
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di
alam bebas, misalnya dihutan atau di kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana
terutama pada musim hujan. Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil,
sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri secara fotosintesis
seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat
makanan yang sudah jadi yang dihasilkan oleh organism lain untuk kebutuhan
hidupnya.
Menurut Redaksi Agromedia (2009) jamur selain memiliki banyak
manfaat, ternyata ada jenis jamur tertentu yang mengandung racun. Racun jamur
ini dapat merusak fungsi organ, bahkan memyebabkan kematian. Karenanya,
jamur beracun memiliki senyawa berbahaya, seperti amatoxin (dapat merusak sel
hati dan ginjal), muskarin (pusing), gyromitrin (menyerang system saraf), dan
kholin (menyebabkan kematian dalam waktu singkat). Untuk mencegah terjadinya
keracunan jamur, kita perlu mengetahui cirri-cirinya. Berikut kriteria fisik jamur
beracun yang harus dihindari.
1. Warna tubuh buah bervariasi, dari merah darah, kuning terang dan oranye,
hingga putih atau pucat.
2. Biasanya memiliki cincin atau cawan pada pangkal batangnya.
3. Mengeluarkan bau amoniak, seperti telor busuk.
4. Jika dipotong dengan pisau stainless akan meninggalkan bekas hitam atau biru
pada pisau.
5. Jika dimasak, fisik jamur akan berubah menjadi gelap.
Berdasarkan kelasnya, jamur konsumsi dibedakan menjadi Ascomycetes
dan Basidiomycetes. Jamur yang termasuk subkelas Ascomycetes biasanya
berukuran kecil (mikroskopis), sehingga sulit diamati langsung. Jamur ini
berperan bagi manusia dalam bidang industri. Contohnya penicilium dan
aspergillus. Penicilium banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan antibiotic dan
22
penisilin dan dalam pembuatan keju. Sementara aspergilus diolah menjadi
pembuat minuman sake, bahan pembuat kecap, dan sebagai penghasil asam sitrat.
Sedangkan jamur yang termasuk kedalam kelas Basidiomycetes
merupakan jamur memiliki tubuh buah yang lumayan besar, sehingga mudah
diamati secara langsung. Jamur yang termasuk kedalam kelas ini adalah jamur
tiram, jamur merang, jamur kancing, jamur kuping dan jamur shiitake.
a. Jamur Kuping (Auricularia sp)
Dinamakan jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya menyerupai
telinga manusia. Jamur ini dapat hidup disegala tempat, baik dihutan, di pesisir
pantai, maupun dipegunungan. Asalkan tempat tersebut memiliki kelembapan
yang cukup. Umumnya, jamur kuping hanya ditemui berwarna coklat muda
hingga kemerahan.
Manfaat jamur kuping sebagai jamur konsumsi, jamur kuping banyak
digunakan sebagai campuran dalam sup, seperti sup kimlo. Adapun kegunaan
jamur kuping bagi kesehatan sebagai berikut : memperbeiki siklus darah, penawar
racun dan mengatasi ambient atau wasir.
b. Jamur Shiitake (Lentinula edodes)
Jamur ini berasal dari Jepang. Masyarakat Hongkong dan Singapura lebih
mengenal jamur shiitake dengan sebutan Chinese black mushroom. Sementara
orang Indonesia mengenal jamur shiitake dengan sebutan jamur payung atau
jamur jengkol karena sekilas bentuknya menyerupai payung dan ketika masih
segar jamur shiitake mengeluarkan aroma seperti wangi jengkol.
Jamur shiitake sering dimanfaatkan sebagai bahan masakan. Masyarakat
jepang sering menggunakan jamur shiitake sebagai tambahan dalam miso, serta
aneka olahan masakan seperti tempura dan keripik. Sementara di Rusia, jamur
shiitake diolah menjadi acar dan dijual dalam wadah botolan.
Dibalik rasanya yang lezat, jamur shiitake juga mengandung banayak
senyawa penting yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan, seperti : mengobati
kanker usus, antivirus dan antibakteri, meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi
impotensi, memperbeiki system sirkulasi, dan menurunkan kadar gula.
c. Jamur Merang (Volvariella volvacea)
23
Awalnya, jamur ini hanya dibudidayakan pada media merang atau tangkai
padi. Namun seiring perkembangannya, jamur ini dapat dibudidayakan
menggunakan media alternatif, seperti limbah biji kopi, ampas batang aren,
limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit pala, bahakan limbah kardus.
Jamur merang ini dapat memacu kerja jantung, sehingga bermanfaat bagi
orang yang menderita gangguan fungsi jantung. Bahkan, jamur merang juga
mengandung sejenis antibiotik yang berguna untuk mencegah kurang darah atau
anemia, kanker dan menurunkan tekanan darah tinggi. Jamur merang umumnya
sering dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada makanan. Biasanya, diolah
menjadi tumis jamur, pepes jamur, sup, capcay atau dicampur dengan mie ayam.
d. Jamur Kancing (Agaricus bisporos)
Jamur kancing sering disebut dengan jamur champignon, merupakan
jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Jamur kancing memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan jamur lain, yakni mampu mengubah selulosa
dari media tanam menjadi senyawa protein. Selain itu, jamur ini mengandung
asam glutamate dan berbagai jenis enzim yang bermanfaat bagi pertumbuhan
tubuh.
Dengan demikian, jamur kancing memiliki manfaat bagi kesehatan,
terutama untuk meningkatkan metabolism tubuh, menurunkan kolesterol, menjaga
stamina badan dan mencegah penyakit.
e. Jamur Tiram (Pleurotus sp)
Jamur tiram merupakan jenis jamur yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Selain memiliki rasa enak, jamur tiram juga bergizi tinggi. Jamur tiram
juga memiliki manfaat dalam pengobatan sebagai berikut. Seperti :
meningkatakan sel darah merah, menurunkan kolesterol, dan mengobati kanker.
Jamur merupakan sumber makanan yang memiliki nilai gizi tinggi.
Kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan jamur layak untuk dikonsumsi,
apalagi untuk orang yang sedang melakukan diet. Kandungan nutrisi pada jamur
juga terbilang lengkap. Tidak hanya vitamin, jamur juga memiliki kandungan
mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti kalium, kalsium, natrium, fosfor, besi dan
magnesium. Selain itu serat pada jamur juga cukup tinggi, berkisar antara 7,4-
27,6%. Berikut perincian kandungan zat gizi beberapa jenis jamur konsumsi.
24
Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Beberapa Jenis Jamur Konsumsi (per 100 gram)
No. Jenis Protein Lemak Karbohidrat
1 Jamur tiram 27 1,6 58
2 Jamur kuping 8,4 0,5 82,8
3 Jamur shiitake 17,5 4,9 78
4 Jamur kacing 23,9 1,7 62,5
5 Jamur merang 25,9 0,3 4
Sumber : Redaksi Agromedia (2009)
Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa kandungan zat gizi pada jenis kamur
konsumsi beragam. Pada jamur tiram memiliki keunggulan pada protein sebanyak
27 per 100 gram. Selain memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga bergizi tinggi.
Kandungan protein nabati yang dikandungnya mencapai 10-30 persen. Dalam
bentuk kering jamur tiram outih ini mempunyai vitamin C sebanyak 35-58 mg per
100 gram, dan memiliki vitamin B2 sebanyak4,7-4,9 per 100 gram. Selain
memiliki beberapa vitamin tersebut, jamur tiram juga memiliki manfaat dalam
pengobatan sebagai berikut : meningkatkan sel darah merah (Eritrosit),
menurunkan kolesterol, mengobati kanker, tambahan gizi untuk ibu hamil.
Jamur tiram putih memiliki beberapa keunggulan, selain harga yang relatif
mahal sehingga tingkat keuntungan yang dihasilkan relatif tinggi, umur singkat
dan sangat laku dipasaran. Selain itu, keunggulan yang dimiliki, cara budidaya
mudah dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas.
Diversifikasi produk jamur tiram putih dapat berbentuk segar, kering, kaleng atau
diolah menjadi keripik, pepes, tumis dan nugget.
Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama dalam
temperatur, kelembapan relatif, waktu, kandungan CO2 dan cahaya. Parameter
tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan,
misalnya :
1. Terhadap pertumbuhan mesilia pada substrat tanaman
2. Terhadap pembentukan primordial (bakal kuncup) jamur
3. Terhadap pembentukan tubuh buah
4. Terhadap siklus panen dan terhadap perbandingan antara berat hasil jamur
dengan berat substrat log tanaman jamur.
25
2.2 Prospek Bisnis Jamur
Prospek pengembangan usaha jamur di Indonesia cukup menjanjikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, minat masyarakat mengkonsumsi jamur juga
semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat yang
semakin memilih gaya hidup sehat secara vegetarian. Dari segi bisnis, budidaya
jamur sangat menguntungkan. Hal ini dapat disebabkan waktu panen jamur yang
relatif singkat, antara satu sampai tiga bulan dengan panen bisa mencapai tiga atau
empat kali panen. Dengan demikian, perputaran modal juga berlangsung sangat
cepat. Kelebihan lain dalam budidaya jamur adalah bahan baku yang mudah
didapat, lahan pembudidayaan yang tidak luas, teknologi budidaya yang mudah
dipelajari, dan resiko kegagalan yang rendah.
Pasaran jamur konsumsi di Indonesia hingga kini masih terfokus di kota-
kota besar saja. Permintaan jamur segar biasanya dari rumah makan, hotel
berbintang atau restoran khusus yang menyajikan menu olahan jamur. Padahal,
peluang jamur tidak terbatas pada jamur segar saja, tetapi meliputi produk olahan
seperti jamur kaleng, keripik jamur, abon jamur, dan jamur kering untuk
pengobatan. Dengan semakin banyaknya ragam olahan jamur, nilai jual jamur
akan semakin bertambah dan peluang pasar juga semakin terbuka lebar.
Selain menjual jamur, seorang pengusaha jamur juga dapat menambah
penghasilan dengan menjual sarana budidaya seperti bibit botolan dan media
tanam atau baglog. Biasanya, para pengusaha jamur yang baru dari kelas bawah
hingga menengah belum memiliki sarana dan prasarana budidaya yang lengkap
(Redaksi Agromedia 2009).
2.3 Budidaya Jamur
Untuk membudidayakan jamur, diperlukan beberapa persiapan awal yang
meliputi persiapan infrastrukstur dan persiapan teknis sebagai berikut:
1. Pemilihan Lahan/Lokasi Budidaya
Dalam memilih lahan untuk budidaya jamur sangatlah mudah, asalkan
kebersihan lokasi terjamin. Masalah kebersihan memang menjadi syarat mutlak
dalam budidaya jamur . Oleh karena itu, lokasi budidaya tidak boleh beerdekatan
dengan kandang hewan atau tempat pembakaran sampah.
26
Selain kebersihan, faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
lahan adalah jarak tempat usaha dengan pemasarannya. Ada baiknya lahan
budidaya dekat dengan pemasaran, hal ini dapat meminimalkan biaya transportasi
juga dapat mencegah penurunan kualitas jamur karena perjalanan yang jauh dapat
membuat jamur tidak segar lagi.
2. Pembangunan rumah jamur/rumah kumbung
Kelembaban merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan jamur. Dinding rumah jamur dapat terbuat dari
tembok, anyaman bambu, kayu, atau terpal sederhana. Untuk mengatur sirkulasi
udara, pemberian ventilasi secukupnya pada dinding bagian atas sangat
disarankan yakni dua pada sisi sebelah kanan dan dua sisi pada sebelah kiri.
Untuk menjamin kebersihan rumah kumbung, sebelum digunakan dinding
rumah kumbung disemprot dengan desinfektan terlebih dahulu. Rumah kumbung
yang bersih akan memperkecil resiko jamur terkontaminasi hama penyakit.
3. Persiapan media budidaya
Media untuk budi daya jamur yang dapat digunakan antara lain substrat
kayu, serbuk gergaji, ampas tebu, atau sekam. Saat ini, para pembudidaya banyak
menggunakan baglog sebagai tempat pertumbuhan jamur. Pembuatan baglog
terdiri dari serbuk kayu, kantong plastik, cincin paralon atau bamboo berdiameter
3 cm, dedak halus, tepung jagung, air dan gips atau kapur (CaCO3).
4. Bibit Bibit dapat diperoleh melalui pembuatan kultur murni, pembuatan bibit
induk, bibit semai, atau membeli bibit yang telah ditanam di dalam baglog.
Perolehan bibit melalui pembuatan bibit induk pada dasarnya sama dengan
pembuatan bibit semai, hanya saja inokulan dan komposisi media yang digunakan
berbeda. Namun, saat ini, telah banyak perusahaan penyedia bibit yang menjual
bibit jamur tiram yang sudah dikemas dan siap dipakai.
5. Faktor lingkungan
27
Faktor-faktor lingkungan yang mempengarungi pertumbuhan jamur antara
lain : keasaman (pH), suhu, intensitas cahaya, dan kelembapan. Jamur biasanya
dapat tumbuh pada PH 5-7, dengan suhu 17-23 ºC, intensitas cahaya dibutuhkan
pada saat pertumbuhan jamur sehingga paparan cahaya matahari langsung bias
menghambat pertumbuhan jamur atau merusak tubuh buah yang sudah terbentuk,
dan kelembapan yang dibutuhkan jamur selama pertumbuhan berkisar 90%.
6. Sarana pendukung lain.
Sarana pendukung lain berupa peralatan atau bahan yang digunakan untuk
membantu selama proses produksi jamur, mulai dari penanaman hingga
pascapanen. Peralatan atau bahan pendukung tersebut antara lain: plastik
(PE0,002) berukuran 20 cm x 30 cm, cincin paralon atau potongan bambu,
alkohol, pembakaran bunsen, alat sterilisasi berupa drum, thermometer, dan
plastik pengemas (Penebar Swadaya 2009).
Untuk media tanamnya dapat berupa serbuk kayu (gergajian), jerami padi,
alang-alang, ampas tebu dan lainnya. Sebagai campurannya dapat berupa bekatul
(dedak) dan kapur pertanian. Masukkan media kedalam plastik tahan panas
(PE0,002) dan dipadatkan dengan memukul-mukulnya dengan botol bekas.
Kemudian diseterilisasi selama 10-12 jam. Sterilisasi bertujuan untuk menekan
mikroba lain yang bersifat antagonis dan menjadi penghambat pertumbuhan bagi
tanaman induk dalam hal ini jamur tiram putih.sterilisasi dapat dilakukan dengan
cara memanaskan baglog dengan uap panas selama 8-12 jam pada suhu kurang
lebih 95 ºC. setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, dan
membiarkan suhunya turun dalam ruangan tertutup selama 24 jam untuk
menghindari kontaminasi baglog.
Kemudian tahapan selanjutnya proses inokulasi. Proses inokulasi adalah
proses penularan miselium dari bibit ke media tanam. Masukkan media pada masa
inkubasi yakni pada tahap pertumbuhan miselia jamur selama 3-4 minggu sampai
baglog berwarna putih agak krem. Dalam kondisi inkubasi suhu dijaga dalam
kondisi stabil dan rendah cahaya 22-28 ºC dengan kelembapan 70-90 persen.
Setelah 4 minggu atau 30 hari, baglog berwarna putih merata, kemudian
dipindahkan ke kumbung. Ketika miselium mememuhi baglog, buka ujung baglog
28
untuk memberikan oksigen pada tubuh buah jamur. Umumnya 7-14 hari
kemudian tubuh buah akan tumbuh. Tubuh buah akan terus membesar hingga
mencapai pertumbuhan optimal yang siap dipanen.
Panen dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur sudah
memenuhi persyaratan. Jamur yang sudah dipanen segera dipasarkan agar kualitas
jamur terjaga dengan baik. Untuk menjaga daya tahan jamur setelah panen,
bersihkan jamur dari kotoran yang menenpel kemudian masukkan kedalam freezer
agar jamur tahan dalam satu sampai dua minggu (Suriawiria,2002).
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan tentang strategi pengembangan usaha telah
banyak dilakukan. Pada umumnya tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji
penelitian mengenai strategi pengembangan usaha adalah untuk (1)
mengidentifikasi factor-faktor internal dan eksternal suatu perusahaan / industri,
(2) meformulasikan strategi untuk perusahaan yang diteliti. Terdapat beberapa
penelitian terdahulu baik yang terkait secara langsung mengenai penelitian jamur.
Beberapa peneliti itu diantaranya adalah Suci Melani (2009), Marsella Sembiring
(2009), Yessica Wisandhini (2008), Retno Wijayanti (2009), Lisda Elsera Ginting
(2009), Zulrasyida Amalia (2009).
Dari penelitian terdahulu terdapat perbedaan yang terkait langsung dengan
penelitian penulis dengan topik strategi pengembangan yaitu terletak pada objek,
kajian, tempat penelitian dan hasil dalam penelitian. Adapun persamaannya
terletak pada tujuan penelitian dalam menganalisis lingkungan internal dan
eksternal perusahaan serta merumuskan alternatif strategi bagi perusahaan
berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal tersebut. Sedangkan
penelitian yang tidak secara langsung terkait dengan topik strategi pengembangan,
seperti analisis sifat fisik jamur, penelitian terdahulu yang dilakukan Suci Melani
(2009), Yessica Wisandhini (2008), Marsella Sembiring (2009), telah membantu
penulis mempelajari mengenai konsep dan faktor yang menjadi bahan kajian
dalam perumusan strategi pengembangan usaha, membantu penulis dalam
mempelajari contoh aplikasi strategi pada perusahaan jamur. Penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Retno Wijayanti (2009), Lisda Elsera Ginting (2009),
29
Zulrasyida Amalia (2009) telah membatu penulis dalam aspek budidaya, tataniaga
dan resiko jamur tiram.
Penelitian yang dilakukan membahas mengenai strategi pengembangan
usaha jamur tiram putih agar perusahaan dapat memanfaatkan peluang, mencapai
tujuan dan memperoleh keuntungan. Penelitian strategi pengembangan usaha
jamur tiram ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan potensi sumberdaya
yang dimiliki untuk dapat mengambil peluang dan meminimalkan dampak
ancaman yang ada pada lingkungan operasional perusahaan. Upaya tersebut
ditujukan untuk dapat mencapai tingkat produksi yang menentukan kemampuan
perusahaan dalam persaingan dan lingkungan industri. Penyusunan alternatif
strategi hasil matriks IE yang masih umum seperti penetrasi pasar, di integrasikan
dengan alternative strategi hasil matriks SWOT yang lebih kongkrit karena sudah
lebih teknis, seperti meningkatkan kapasitas produksi. Penelitian terdahulu dapat
dilihat pada Tabel 5.
30
Table 5. Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Peneliti Tujuan Metode/Alat
Analisa Hasil Analisis
Yesica Wisandhini (2008)
Strategi Pengembangan Jamur Tiram Pada perusahaan Jamur Tegalwaru , Bogor
1. Menganalisis faktor ekstrnal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan Jamur Tegalwaru serta factor internal perusahaan.
2. Merumuskan strategi pengembangan usaha dari hasil analisis eksternal dan internal perusahaan tersebut.
Matriks IFE dan EFE, IE, Matriks SWOT dan QSPM
hasil dari matrik IE diketahui perusahaan berada pada kuadran II atau pada posisi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat digunakan adalah strategi intensif dan strategi integratif. Strategi utama berdasarkan STAS yang tertinggi yakni strategi mengoptimalkan kapasitas produksi.
Suci Melani (2009)
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (kasus : Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
3. Menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi peternakan puyuh bintang tiga serta factor internal perusahaan yang menjadi kekuatan dan kelemahan peternakan puyuh bintang tiga.
4. Merumuskan alternatif strategi dan menetapkan prioritaas strategi pengembangan usaha dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan tersebut.
Matriks IFE dan EFE, IE, Matriks SWOT dan QSPM
Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada pada kuadranV atau pada posisi jaga dan pertahankan. Strategi yang tepat digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi utama berdasarkan STAS yang tertinggi yakni strategi perbaikan manajemen usaha untuk menghadapi pesaing.
Marsella Br Sembiring (2009)
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler UD Janu Putro Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Mengindentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pengembangan usaha peternakan UD. Janu Putro
2. Memformulasikan strategi alternatif yang dapat diterapkan oleh usaha peternakan UD. Janu Putro
3. Menentukan prioritas strategi yang digunakan perusahaan dalam pengembangan usaha.
Matriks IFE dan EFE, IE, Matriks SWOT dan QSPM
Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada pada kuadran IV atau pada posisi tumbuh dan bina. Strategi yang tepat dikembangkan oleh perusahaan adalah integrasi, baik integrasi ke depan maupun kebelakang.
31
Table 5. Lanjutan Penelitian Terdahulu
Retno Wijayanti (2009)
Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Strudi Kasus: Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)
1. Menganalisis faktor ekstrnal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh kelompok tani Putera Alam
2. Merumuskan dan memprioritaskan strategi terbaik yang dapat diterapkan dan direkomendasikan kepada kelompok taniPutera Alam.
Matriks IFE dan EFE, IE, Matriks SWOT dan QSPM
Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada pada kuadran II atau pada posisi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat dikembangkan oleh perusahaan adalah integrasi, baik integrasi ke depan maupun kebelakang.
Lisda Elsera (2009)
Risiko Produksi Jamur Tiram Pada Usaha Cempaka Baru Di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor
1. Menganalisis resiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram putih dan hubungannya dengan pengembalian yang diharapkan
2. Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di usaha budidaya jamur tiram putih
Analisis Kuantitatif (Nilai Harapan, Peluang, Variance, Standard Deviasi, Coefficient Variation) analisis manajemen resiko.
1. Dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variantion diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih menghadapi risiko produksi sebesar 0,32 dengan kata lain bahwa untuk setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebanyak 0,32 Kg pada saat terjadi risiko produksi.
2. Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan adalah strategi preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya resiko.
Zulrasyida Amalia (2009)
Studi Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram (Studi Kasus Rimba Jaya Mushroom, Kabupaten Bogor)
1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram pada Rimba Jaya Mushroom layak atau tidak layak untuk dijalankan.
2. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha.
Aspek non financial dan aspek financial(aspek pemasaran, SDM, teknis dan teknologi) dan aspek financial (NVP,IRR,Net B/C PBP, BEP)
1. Dari analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram perusahaan ini layak untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari NVP selama 10 tahun bernilai positif. Nilai IRR yang didapat juga bernilai 44 persen, lebih tinggi dari tingkat suku bunga deposito. Nilai Net B/C yang didapat 4,004 lebih dari satu (1) yang menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai PBP dan BEP juga masih dibawah umur proyek yaitu sebesar 3,2 dan 7,2 tahun. Sehingga usaha budidaya pada usaha perusahaan layak untuk dijalankan.
32
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab-sub
bab berikut.
3.1.1. Konsep Manajemen Strategi
Ada beberapa definisi tentang strategi seperi yang dikatan dalam beberapa
literatur yang berkaitan dengan manajemen strategi, antara lain strategi adalah
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan kaitan
jangka panjang, program tidak lanjut, serta prioritas lokasi sumber daya. Strategi
merupakan respon secara terus menerus maupun adaktif terhadap peluang dan
ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang mempengaruhi
organisasi (Rangkuti, 2000).
Menurut David (2009) manajemen strategi dapat didefinisiskan sebagai
seni dan ilmu untuk memformulasikan, menginplementasikan dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
tujuannya. Proses tersebut dipengaruhi kondisi eksternal dan internal serta
mengankat isu mengenai misi, strategi dan kebijakan perusahaan. Proses
manajemen strategi dirancang untuk menentukan sasaran. Proses manajemen
strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Perumusan Strategi
Perumusan strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengenali
peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan
kelemahan perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan
alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.
2) Implementasi Strategi
Tahap implementasi strategi yaitu tahap mengimplementasikan pilihan strategi
dengan maksud mengalokasikan sumberdaya dan mengorganisasinya sesuai
dengan strategi . Implementasi strategi termasuk menetapkan tujuan obyektif
33
tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan
mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat
dilaksanakan.
3) Evaluasi strategi
Tahap evaluasi strategi berarti mengevaluasi hasil implementasi dan
memastikan bahwa strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan
perusahaan. Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen
strategi. Tiga aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah (1)
meninjau faktor-fator eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang
sekarang, (2) mengukur strategi , dan (3) mengambil tindakan korektif.
Menurut David (2009), cara belajar dan mengaplikasikan proses
manajemen strategi adalah dengan menggunakan suatu model. Model tersebut
digunakan untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi strategi
yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategi Sumber : David (2009)
Mengembangkan
Pernyataan
Visi Dan Misi
Menjalankan
audit eksternal
Menetapkan
Tujuan
Jangka
Panjang
Merumuskan
Mengevaluasi
dan Memilih
Strategi
Mengimplem
entaasikan
Strategi Isu-
Isu
Manajemen
Mengimplem
entasikan
Strategi –
Pemasaran,
Keuangan,
Litbang, dan
Pengembang
an Sistim
Informasi
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
Menjalaka
n Audit
Internal
34
Menurut Umar (2008) mendefinisikan strategi sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar
tujuan itu dapat dicapai.
3.1.2 Analisis Eksternal
Analisis eksternal yaitu analisis lingkungan luar perusahaan mencakup
peluang yang dapat member manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Analisis
eksternal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analisis lingkungan makro dan
analisis industri (David, 2006)
a. Analisis Lingkungan Makro
Menurut Kotler (1997), lingkungan makro perusahaan terdiri dari
kekuatan masyarakat lebih luas yang mempengaruhi seluruh lingkungan industri.
Analisis lingkungan makro perusahaan mencakup aspek politik, ekonomi, sosial
budaya dan teknologi. Dapat dilihat dari uraian dibawah ini.
1. Aspek Politik
Perkembangan politik akan mempengaruhi industri dan strategi yang akan
diambil. Faktor politik dapat memperbesar atau memperkecil peluang atau
ancaman utama bagi organisasi atau perusahaan.
2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli
dan pola membeli konsumen. Faktor-faktor yang dimaksud adalah tahapan siklus
bisnis yang terjadi, gejala deflasi dan inflasi yang terjadi. Kebijakan keuangan,
suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi dalam hubungannya dengan uang asing,
kebijakan fiskal serta neraca perdagangan, surplus atau defisit dalam
hubungannya dengan perdagangan luar negri.
3. Aspek Sosial Budaya
Aspek sosial budaya terdiri dari lembaga dan kekuatan-kekuatan lain yang
mempengaruhi nilai-nilai, presepsi, pilihan, dan tingkah laku yang dianut
masyarakat. Penerapan strategi yang berbeda dibutuhkan saat perusahaan
menghadapi tren yang dihadapi dalam masyarakat. Tren masyarakat yang berbeda
35
akan menciptakan tipe konsumen yang berbeda untuk setiap barang dan jasa yang
dihasilkan.
4. Aspek Teknologi
Teknologi meliputi pengembangan teknologi yang ada dan penciptaan
teknologi baru. Kemajuan dalam teknologi berdampak pada produk, jasa, pasar,
pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktek pemasaran dan
posisi kompetitif perusahaan.
b. Analisis Lingkungan Industri
Industri dapat dikatakan sebagai kumpulan dari organisasi atau perusahaan
yang sejenis, seperti industry otomotif, perhotelan, perbankan, elektronik, dan
sebagainya. Karena usahanya sejenis mau tidak mau akan muncul persaingan
diantara anggota-anggota di dalam industri tersebut.
Porter (1994), mengatakan penentu keberhasilan suatu perusahaan terdiri
dari daya tarik industri (potensi laba dan intensitas persaingan) dan posisi
persaingan (daya saing perusahaan). Ada lima kekuatan yang menentukan
intensitas persaingan dalam industri yaitu: (1) ancaman pendatang baru, (2)
ancaman produk substitusi, (3) daya tawar pemasok, (4) daya tawar pembeli, (5)
persaingan antar anggota industri.
3.1.3 Analisis Internal
Analisis internal merupakan proses para perencana strategi mengkaji
faktor internal perusahaan untuk menentukan dimana perusahaan memiliki
kekuatan dan kelemahan yang berarti sehingga perusahaan dapat memanfaatkan
peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menghadapi ancaman di dalam
lingkungan. Menurut David (2006) faktor-faktor internal yang dianalisis
mencakup:
1. Faktor Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses tersebut, individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Analisis pemasaran yaitu
menganalisis kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pemasaran. Kegiatan tersebut
36
terdiri dari analisis pelanggan, penjualan produk atau jasa, perencanaan produk ata
jasa, penetapan harga, distribusi, riset, pemasaran dan analisis peluang.
2. Faktor Produksi atau Operasi
Analisis faktor produksi dan operasi yaitu menganalisis kekuatan dan
kelemahan dari kegiatan produksi atau operasi. Fungsi produksi atau operasi dari
suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan
jasa. Sedangkan manajemen produksi atau operasi berhubungan dengan input
transpormasi dan output yang bervariasi antar industry dan pasar.
3. Faktor Manajemen dan Sumberdaya Manusia
Analisis faktor manajemen yaitu menganalisis kemampuan manajemen suatu
perusahaan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf dan pengendalian.
Perencanaan adalah aktivitas yang merupakan persiapan masa depan.
Pengorganisasian adalah seluruh aktivitas yang menghasilkan struktur pekerja dan
hubungan otoritas. Pemberian motivasi terkait dengan pembentukan perilaku
sumberdaya manusia, sedangkan aktivitas pengendalian diarahkan agar seluruh
aktivitas berjalan sesuai dengan rencana dan mendapatkan hasil yang diharapkan.
Faktor sumberdaya manusia merupakan sumberdaya manusia yang penting dalam
perusahaan. Kualitas sumberdaya manusia dalam organisasi akan menentukan
keberhasilan dalam orgaisasi tersebut.
4. Faktor Keuangan
Analisis faktor keuangan yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan dari
system keuangan yang telah dijalankan oleh perusahaan. Adapun fungsi keuangan
menurut James Van Horne dalam David (2006) terdiri atas tiga keputusan yaitu
keputusan investasi, keputusan pendanaan (pembiayaan), dan keputusan deviden,
sedangkan faktor-faktor keunggulan strategis keuangan dalam organisasi yaitu (1)
total sumber dana dan kekuatannnya (2) biaya modal yang rendah (3) struktur
modal yang efektif (4) hubungan baik pemilik dan pemegang saham (5) kondisi
pajak yang menguntukan, (6) perencanaan keuangan dan modal kerja yang efektif,
(7) kebijakan penilaian persediaan.
37
3.1.4 Merumuskan dan Menentukan Strategi
Tahap untuk merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk menjawab
visi dan misi perusahaan dapat digunakan beberapa macam alternatif pilihan
strategi. Strategi tersebut didasarkan pada analisis faktor internal dan faktor
eksternal pada lingkungan perusahaan sehingga dapat memberikan hasil dan
mengevaluasi strategi yang terbaik untuk perusahaan. Beberapa alat analisi yang
digunakan dalam menentukan strategi antara lain yaitu :
1. Internal Factor Evaluation Matrikx (IFE Matriks), Eksternal Factor
Evaluation Matrikx (EFE Matriks) dan Internal Eksternal Matrikx (IE
Matriks).
Analisis lingkungan internal atau evaluasi faktor internal mencakup pada
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang kemudian dapat dianalisis
melalui identifikasi faktor-faktor internal apa saja yang terkait dengan perusahaan.
Data dan informasi aspek internal dapat diperoleh dari beberapa aspek yang ada
pada perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, produksi,
pemasaran, sistem informasi, penelitian dan pengembangan.
Analisis lingkungan eksternal atau evaluasi faktor eksternal, digunakan
untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang mencakup faktor
peluang dan ancaman dari perusahaan. Data eksternal dikumpulkan melalui hal-
hal yang berhubungan dengan ekonomi, sosial, budaya, lingkungan demografi,
teknologi, politik, hukum dan kompetitif perusahaan. Dari masing-masing faktor
internal dan eksternal, kemudian diberikan bobot nilai berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut. bobot IFE pada sumbu horizontal dan bobot EFE pada
sumbu vertikal.
Analisis Internal dan Eksternal (IE Matriks) merupakan tahap masukan
dari formulasi strategi yang mencakup pemetaan dari analisis faktor internal dan
eksternal yang telah didapat, yaitu total skor bobot IFE pada sumbu horizontal
dan total skor bobot EFE pada sumbu vertikal. Pada matriks IE digunakan untuk
mempertajam analisis yang telah dilakukan pada matriks IFE dan EFE yang
selanjutnya dipetakan pada matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat
perusahaan yang lebih jelas.
38
2. Analisis Matriks SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan
kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Analisis ini sangat dikenal sebagai alat pencocokan
yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi
(David 2009). Analisa SWOT sendiri merupakan singkatan dari kepanjangan
Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat
(Ancaman).
3. Anaisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Langkah selanjutnya setelah diperoleh alternatif strategi melalui tahapan
pencocokan dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan SWOT, kemudian
dipilih strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis QSPM. QSPM
menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh
faktor keberasilan kunci internal dan eksternal diperbeiki (David 2009).
Strategi memberikan dasar untuk menghasilkan dan mengevaluasi alternatif
strategi yang layak. Alternatif strategi yang telah dirumuskan dalam Eksternal
Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) dipilih
menggunakan matriks Internal Eksternal (IE) dan Analisis Strenght-Weakness-
Opportunity-Threat (SWOT), kemudian diurutkan dengan Quantitative Strategic
Planning Matriks (QSPM) menurut angka prioritas yang paling besar.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Jamur merupakan salah satu tanaman pertanian yang berpotensial untuk
dikembangkan, karena dapat menjadi mata pencaharian masyarakat dan
mempunyai andil cukup besar sebagai penghasil devisa negara untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia. Permintaan akan jamur dan adanya
manfaat jamur bagi kesehatan mengakibatkan tumbuhnya industri jamur.
Potensi untuk mengembangkan divisi usaha jamur, belum dapat direspon
secara maksimal oleh perusahaan karena adanya beberapa masalah dalam
perkembangannya. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah kapasitas
produksi yang belum optimal sehingga belum mampu memenuhi permintaan,
39
kenaikan biaya produksi akibat harga BBM, keterbatasan modal untuk
mengembangkan usaha. Dengan adanya masalah tersebut, dan untuk menghadapi
persaingan maka perlu dirumuskan strategi pengembangan usaha divisi jamur
yang tepat untuk perusahaan.
Dalam menetapkan strategi untuk mengembangkan usaha divisi jamur,
perusahaan terlebih dahulu melakukan identifikasi visi dan misi. Hal ini perlu
dilakukan karena penerapan strategi membutuhkan kecocokan visi misi dengan
serangkaian tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan. Analisis lingkungan internal dan eksternal perlu dilakukan sebagai
input untuk merumuskan alternatif strategi. Dalam analisis lingkungan eksternal,
yang harus dianalisis mencakup lingkungan politik, ekonomi, kebijakan, hukum,
sosial budaya, demografi, lingkungan serta persaingan industri. Analisis
lingkungan internal mencakup pemasaran keuangan, produksi dan operasi, serta
penelitian dan pengembangan.
Hasil identifikasi kemudian akan masuk pada kerangka kerja perumusan
strategi yang terdiri dari tiga tahapan.
1. Tahap pertama yaitu tahap masukan yang terdiri dari matriks Eksternal Faktor
Evaluation (EFE) dan matriks Internal Faktor Evaluation (IFE).
2. Tahap kedua yaitu tahap pencocokan yang memadukan faktor-faktor eksternal
dan internal yang terdiri dari matriks IE (Internal and External Matrix) dan
matriks SWOT.
3. Tahap ketiga yaitu tahap pemilihan strategi atau keputusan, pemilihan strategi
berdasarkan pada pertimbangan terhadap sejumlah alternatif strategi yang
telah ditetapkan sebelumnya pada tahap 2. Pada tahap ini digunakan metode
QSPM untuk mengetahui alternatif strategi terbaik. Alur kerangka operasional
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
40
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Perusahaan The Pinewood Organik Farm
Permasalahan yang dihadapi : Kapasitas produksi yang masih rendah sehingga belum mampu
memehuhi permintaan, keterbatasan modal dan persaingan dalam
industri jamur, kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga BBM
Melakukan identifikasi internal dan eksternal
perusahaan
Faktor Eksternal :
� Analisis lingkungan umum:
(PEST)
� Analisis lingkungan industri:
• Ancaman pendatang baru
• Ancaman produk substitusi
• Daya tawar pemasok
• Daya tawar pembeli
• Persaingan antar anggota
inustri
Faktor Internal :
• Aspek pemasaran
• Aspek produksi dan operasi
• Aspek manajemen dan sumberdaya manusia
• Aspek keuangan
Matriks EFE Matriks IFE
• Matriks IE
• Matriks SWOT
Alternatif Penentuan strategi pengembangan usaha
perusahaan jamur tiram
Quantitative Strategic Planning Matrix/ QSPM
fs(QSPM)
Rekomendasi strategi
terbaik
41
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan The pinewood Organik Farm
yang berlokasi di Jalan Gandamanah, Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa
Barat. The Pinewood Organik Farm adalah perusahaan agribisnis yang
menghasilkan komoditi jamur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
mempertimbangkan bahwa kondisi iklim Kecamatan Cisarua baik untuk
pertumbuhan jamur, selain itu Kecamatan Cisarua merupakan salah satu daerah
penghasil jamur di Bogor. Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah ketersediaan data dan kesediaan
pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan lokasi penelitian. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Agustus 2010 sampai bulan Maret 2011.
4.2 Data dan Metode Pengumpulan Data
4.2.1 Jenis Data
Data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini adalah data yang mengacu
pada usaha jamur. Data tersebut berkaitan dengan faktor internal seperti
pemasaran, produksi, manajemen, dan keuangan. Selain itu, dibutuhakan juga data
faktor eksternal yang langsung mempengaruhi usaha jamur yaitu lingkungan
industri dan lingkungan umum, serta faktor tidak langsung yaitu lingkungan
makro seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Data yang digunakan
dalam penelitian ada dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
4.2.2 Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan baik dari hasil
wawancara, kuisioner, maupun dari dokumen-dokumen yang diberikan oleh
manajer dan karyawan perusahaan. Pengambilan data primer dapat diperoleh dari
hasil observasi langsung yaitu dengan melihat dan mengamati situasi perusahaan.
Dalam mengidentifikasi faktor internal, kegiatan yang dapat diamati adalah
kegiatan kerja karyawan, hubungan atau komunikasi antar karyawan, komunikasi
karyawan dengan pelanggan, sistem kerja karyawan, jadwal kerja karyawan, dan
sistem teknologi yang digunakan dalam kegiatan kerja.
42
Pengambilan data primer lain dengan wawancara menggunakan responden
sebanyak tiga orang yaitu manajer perusahaan, kepala divisi dan mandorlapangan.
Pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal dipilih dari pihak
perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden tersebut adalah dengan anggapan
bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui faktor-faktor internal yang dapat
mempengaruhi perusahaan. Konsep wawancara dalam mengidentifikasi faktor
internal dapat disusun berupa kuisioner. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan
No. Jenis Data Sumber Data
1. Data Primer
Observasi Melihat dan mengamati secara langsung keadaan dan situasi perusahaan
Wawancara Dengan memilih responden yaitu manajer perusahaan
Kuisioner Memberikan kuisioner kepada responden (manajer perusahaan,kepala divisi, mandor lapangan)
Penelaahan dokumen perusahaan Diperoleh dari perusahaan
2. Data Sekunder
Buku-buku
- Buku tentang budidaya jamur - Buku tentang strategi pengembangan bisnis
Data Instansi - Direktur Jendral Pertanian - Badan Pusat Statistik
Literatur-literatur - Skripsi - Majalah
Dalam mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal maka
peneliti menggunakan informan yang terdiri dari masyarakat sekitar, dan
pelanggan. Pemilihan informan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
eksternal. Masyarakat sebagai informan dapat memberi pandangan tentang
komoditi jamur.
Data sekunder dapat diperoleh dari beberapa buku-buku yang terkait
dengan penelitian, literatur dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik
(BPS), Ditjen Pertanian, majalah, dan majalah-majalah pertaniaan. Data sekunder
yang dibutuhkan dalam instansi adalah tentang jumlah produksi jamur, jumlah
43
konsumsi jamur. Data skunder berupa pendukung penelitian melalui penelitian-
penelitian sebelumnya dapat diperoleh dari skripsi.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah didapatkan, kemudian diolah dan dianalisis. Hasil dari
pengolahan dan analisis data digunakan untuk merumuskan strategi. Analisis data
dilakukan melalui analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan
dengan cara mengumpulkan data untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan. Analisis kuantitatif dibagi dua yaitu analisis eksternal dan internal.
Alat analisis yang digunakan mengacu pada konsep David (2009) seperti berikut
ini.
4.3.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
umum, visi dan misi perusahaan. Analisis deskriptif yang digunakan dapat pula
digunakan untuk mendapatkan kondisi aktual perusahaan.
4.3.2. Analisis Faktor Lingkungan Internal dan Analisis Faktor Lingkungan
Internal Eksternal
Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis lingkungan internal adalah:
1. Operasi/Produksi
a) Inovasi Produk
b) Produktivitas
c) Pengawasan Produksi
d) Tenaga Kerja
e) Bahan Baku
f) Bahan Pembantu
2. Manajemen
a) Struktur Organisasi perusahaan
b) Tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan
c) Tingkat keterampilan karyawan
d) Jumlah karyawan
e) Insentif yang digunakan untuk memotivasi karyawan
44
3. Keuangan
a) Kondisi ekonomi perusahaan
b) Sumber dana perusahaan
c) Biaya operasional
d) Laba penjualan
4. Penelitian dan pengembangan
a) Intensitas pelaksanaan litbang
b) Inovasi teknologi
c) Pengembangan produk
Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis lingkungan eksternal adalah:
1. Ekonomi
a) Keadaan ekonomi secara umum
b) Perkembangan tingkat harga produk dan harga bahan baku
c) Tingkat pendapatan masyarakat
2. Sosial budaya, Demografi, dan lingkungan
a) Program sosial atau tanggung jawab sosial perusahaan
b) Manajemen limbah
3. Teknologi
a) Perkembangan teknologi produksi
b) Perkembangan teknologi informasi
c) Jumlah tenaga kerja dan biaya dalam aplikasi teknologi
4. Politik, Kebijakan Pemerintah, dan hukum
a) Stabilitas politik dan keamanan
b) Perundang-undangan dan peraturan dalam perdagangan
5. Konsumen
a) Kualitas produk yang dibeli konsumen
b) Lokasi pemasok
c) Loyalitas konsumen terhadap merk
d) Harga yang diterima konsumen
e) Kekuatan tawar-menawar konsumen
6. Pemasok bahan baku utama dan bahan baku penunjang
a) Jumalh pemasok
45
b) Keberadaan pemasok lain
c) Kekuatan tawar-menawar pemasok
d) Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku
7. Pesaing
a) Sasaran dan strategi pesaing
b) Jumlah pesaing
c) Kekuatan pesaing
d) Keberadaan produk subtitusi
8. Data potensi wilayah
a) Tingkat pendidikan
b) Pertumbuhan penduduk
c) Demografi wilayah
d) Distribusi pemanfaatan tanah oleh bidang peternakan
e) Sumber mata pencaharian
f) Sumberdaya alam yang dimiliki
g) Tenaga kerja
h) Hasil dari produk pertanian
i) Jumlah penduduk
Faktor kunci sukses dari hasil analisis eksternal dimasukkan ke dalam
matriks Eksternal factor evaluation (EFE). Matriks EFE digunakan utnuk
menganalisis faktor-faktor eksternal perusahaan (David, 2009). Matrik EFE
membuat perencanaan strategi yang dapat meringkas dan mengevaluasi informasi
ekonomi, politik, pemerintah, hukum, teknologi, persaingan, sosial budaya,
demografi, dan lingkungan. Faktor-faktor eksternal yang telah diperoleh tersebut
kemudian diklasifikasikan menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan.
Matriks IFE digunakan menganalisis faktor-faktor internal perusahaan
yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Menurut (David,
2009) alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks
ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi hubungan
diantara bidang-bidang. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
46
perusahaan dalam matriks IFE, EFE dapat dikembangkan dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan
Langkah awal yang dilakukan dalam hal ini adalah identifikasi faktor
eksternal dilakukan dengan cara mendaftarkan peluang dan ancaman yang
dihadapi perusahaan. Pertama mendaftarkan peluang, kemudian ancaman.
Sedangkan untuk mengidentifikasikan faktor internal perusahaan yaitu dengan
cara mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Kekuatan didaftarkan terlebih dahulu, setelah itu kelemahan perusahaan.
2. Teknik Pembobotan
Faktor internal dan eksternal perusahaan dibuat terlebih dahulu sebelum
membuat matriks IFE dan EFE. Penentuan bobot dilakukan dengan cara
mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak
manajemen dengan menggunakan metode Paired Comparison (David, 2006).
Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor
penentu internal dan eksternal perusahaan. Untuk matriks IFE dapat dilihat pada
Tabel 7 dan matriks EFE pada Tabel 8. Skala yang digunakan untuk pengisian
kolom adalah:
Nilai 1: jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
Nilai 2: jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
Nilai 3: jika indikator lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan
Faktor Strategi Internal A B C ...... Total
A
B
C
.....
Total
Sumber: David (2006)
47
Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan
Faktor Strategi
Eksternal
A B C .... Total
A
B
C
....
Total
Sumber: David (2006)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap
jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:
xi
ai =
n
∑ xi
i=1
Keterangan:
ai : bobot variabel ke-i
xi : Nilai variabel ke-i untuk seluruh faktor horizontal
i : 1, 2, 3...., n
n : Jumlah variabel
4.3.2.1 Analisis Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Menurut David (2006), matriks EFE membuat perencanaan strategi yang
meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan. Matriks EFE
dapat dibuat dengan lima tahapan, yaitu:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan atau
disebut lingkungan eksternal perusahaan. Daftar peluang terlebih dahulu
kemudian ancaman.
2. Memberikan bobot dengan kisaran 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (terpenting)
pada setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan
seberapa penting faktor tersebut menunjang keberhasilan perusahaan. Peluang
48
sering mendapat bobot lebih besar dari ancaman. Tetapi ancaman dapat juga
menerima bobot tertinggi jika sangat mengancam. Jumlah seluruh bobot yang
diberikan pada faktor diatas harus sama dengan 1,0.
3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 1 sampai 4 berdasarkan pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap
kondisi perusahaan. Nilai 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk
menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab faktor
ini. Skala peringkat yang digunakan yaitu:
Nilai 4 = Jawaban superior Nilai 2 = Jawaban rata-rata
Nilai 3 = Jawaban di atas rata-rata Nilai 1 = Jawaban jelek
Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan. Peringkat
didasarkan pada keadaaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2
didasarkan pada industri.
4. Mengalikan bobot dengan rating, untuk memproleh faktor pembobotan.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi industri yang bersangkutan.
Nilai total ini menunjukkan bagaimana industri tersebut tehadap faktor-
faktor strategis eksternalnya. Total skor matriks EFE berkisar antara 1,0
(terendah) sampai 4,0 (tertinggi). Total skor 1 menunjukkan bahwa perusahaan
tidak mampu menghadapi ancaman yang ada dengan memanfaatkan peluang yang
dimiliki, sedangkan total skor 4 berarti bahwa perusahaan dapat bertahan dan
tetap eksis dalam usahanya dengan semua peluang dan ancaman yang terjadi
dalam industri. Strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang
ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal. Jumlah
nulai sama dengan 1,0 menunjukkan bahwa strategi perusahaan memanfaatkan
peluang atan menghindari ancaman eksternal. Matriks EFE dapat dilihat pada
Tabel 9.
49
Tabel 9. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x rating
(skor)
PELUANG
1
2
-
-
ANCAMAN
1
2
-
-
Total 1,0
Sumber: David (2006)
4.3.2.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dalam David (2006) dapat
dikembangkan dengan lima tahap, yaitu:
1. Menuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit
internal. Menggunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,
mencakup kekuatan dan kelemahan.
2. Memberikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-
masing faktor mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap
keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa menghiraukan apakah faktor
kunci adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap
mempunyai pengaruh besar terhadap kinerja organisasi diberi bobot tertinggi.
Jumlah dari semua bobot harus 1,0.
3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 1 sampai 4 berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
kondisi industri yang bersangkutan. Skala 3 dan 4 hanya untuk kekuatan
sedangkan 1 dan 2 hanya untuk kelemahan. Skala peringkat yang digunakan
yaitu :
50
Nilai 1 = Kelemahan Utama Nilai 3 = Kekuatan Kecil
Nilai 2 = Kelemahan kecil Nilai 4 = Kekuatan Utama
4. Mengalikan bobot faktor dengan rating, untuk memperoleh nilai pembobotan.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menjumlahkan nilai pembobotan untuk setiap variabel untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Total skor untuk
matriks IFE berkisar antara 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi) dan skor rata-
rata adalah 2,5. Total skor lebih tinggi dri 2,5 menunjukkan bahwa perusahaan
dalam kondisi yang cukup baik, sedangkan total skor yang lebih rendah dari
2,5 berarti perusahaan dalam keadaan lemah. Matriks IFE dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor Internal Bobot Rating Bobot Rating
(skor)
KEKUATAN
1
2
-
-
KELEMAHAN
1
2
-
-
Total 1,0
Sumber: David (2006)
4.3.2.3 Analisis Matriks Internal External Matrix (IE)
Gabungan matriks IFE dan EFE menghasilkan matriks IE yang berisi
sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai bobot dari
matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini untuk memperoleh
strategi bisnis di tingkat unit bisnis yang lebih detail. Matriks IE dapat
mengidentifikasikan sembilan sel strategi, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel
51
ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama yang memiliki dampak
strategi yang berbeda, yaitu ;
1. Divisi yang termasuk ke dalam sel I, II, IV dapat menggunakan strategi
tumbuh dan bina (growth and build). Strategi yang tepat untuk keadaan ini
adalah berupa strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke
depan, dan integrasi horizontal).
2. Divisi yang masuk ke dalam sel III, V, VII, dapat menggunakan strategi
pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang dapat dilakukan
adalah dapat berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3. Divisi yang masuk ke dalam sel VI, VIII, atau IX, strategi yang dapat
diterapkan adalah panen atau divestasi (harvest or divestiture).
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, total nilai IFE yang diberi
bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-y. Pada
sumbu-x matriks IE, total nilai, total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0-1,99
menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai dari 2,0-2,99 dianggap sedang dan
3,0-4,0 kuat. Demikian pula pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,0-
1,99 dianggap rendah, nilai 2,0-2,99 sedang dan 3,0-4,0 tinggi (David, 2006).
Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 2.
52
Total Score IFE
Kuat Rat-rata Lemah (4,00-3,00) (2,00-2,99) (1,00-1,99) 4,00 3,00 2,00 1,00
Tinggi I II III
(4,00-3,00)
Growth and
Build
Growth and
Build
Hold and
Maintain
3,00
Sedang IV V VI
(2,00-2,99)
Growth and
Build
Hold and
Maintain
Harvest or
Divest
2,00
Rendah VII VIII IX
(1,00-1,99)
Hold and
Maintain
Harvest and
Divest
Harvest or
Divest
1,00
Gambar 3. Matriks Internal-Eksternal IE
Sumber : David (2006)
4.3.2.4 Analisis Matriks SWOT
Formulasi alternatif strategi dilakukan dengan menganalisis peluang,
ancaman, kekuatan dan kelemahan yang diperoleh melalui identifikasi lingkungan
eksternal dan internal. Identifikasi kekuatan dalam analisis keunggulan kompetetif
ditunjukkan dengan keadaan suatu atribut yang mendukung, sedangkan
kelemahan ditunjukkan dengan keadaan atribut yang kurang mendukung.
Alat analisis yang digunakan untuk menyususun formulasi strategi tersebut
adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan. Matrik
SWOT merupakan alat pencocokan yang penting yang membantu manajer
mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST,
Strategi WT. Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian
sulit terbesar untuk mengembangkan Matriks SWOT dan memerlukan penilaian
yang baik, dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik (David, 2006).
53
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya
akan menjalankan strategi WO, ST, WT agar memperoleh situasi mereka dapat
menerapkan strategi SO. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan
untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi
WO alternatif adalah menerima dan melatih orang untuk memiliki kemampuan
teknis yang diperlukan.
Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal
ini tidak berarti bahwa organisasi yang pasti selalu menghadapi ancaman frontal
dalam lingkungan eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman
merupakan taktik defenisif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman lingkungan.
Matriks SWOT menampilkan sembilan sel, yaitu empat sel faktor utama yang
menetukan, empat sel strategi, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel kiri
atas). Empat sel strategi dengan lebel SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan
setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci berlebel S, W, O, dan T.
Penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 .Matriks SOWT
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
Daftar kekuatan
Kelemahan (W)
Daftar kelemaha
Peluang (O)
Daftar peluang-peluang
Strategi S-0
Membuat strategi dengan menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O
Membuat strategi yang memanfaatkan peluang
untuk mengatasi kelemahan
Ancaman (T)
Daftar ancaman-ancaman eksternal
Strategi S-T
Membuat strategi yang menggunakan kekuatan
untuk menghindari ancaman
Strategi W-T
Membuat strategi yang meminimumkan kelemahan dan
menghindari ancaman. Sumber : David, (2006)
54
Dari Tabel 11 diperoleh delapan langkah dalam menyusun matriks SWOT, yaitu:
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan
2. Menentukan faktor-faktor ancaman organisasi atau perusahaan
3. Menentukan faktor-faktor kekuatan organisasi atau perusahaan
4. Menentukan faktor-faktor kelemahan organisasi atau perusahaan
5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan
strategi S-O. Alternatif strategi yang terdapat dalam strategi S-O bersifat
agresif yaitu memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi ini direkomendasikan agar perusahaan dapat
bersaing dalam suatu industri yang sedang tumbuh dan diharapkan terus
tumbuh cukup tinggi.
6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O. Alternatif strategi yang terdapat pada strategi W-
O bersifat intensif yaitu strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang dimiliki.
7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi S-T. Alternatif strategi yang terdapat pada strategi S-T
bersifat diverifikasi yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
untuk menghadapi ancaman.
8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi W-T. Alternatif strategi yang terdapat pada strategi W-T
bersifat defesif yaitu strategi yang dilakukan untuk mengatasi ancaman yang
ada dan kelemahan yang dimilik.
4.3.2.5 Penentuan Strategi Prioritas
Pembuatan peringkat strategi untuk menghasilkan daftar berprioritas, ada satu
analisis dalam literatur yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari
alternatif yang layak. Teknik tersebut adalah matriks perencanaan strategis
kuantitatif (QSPM). Langkah-langkah dalam pembuatan QSPM menurut David
(2006) adalah sebagai berikut:
55
1. Membuat daftar peluang dan ancaman eksternal dan kekuatan serta internal
kunci perusahaan dalam kolom kiri dari QSPM. Informasi ini diambil
langsung dari matriks IFE dan EFE.
2. Memberi bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot
disajikan dalam kolom disamping kanan faktor internal dan eksternal.
3. Mengevaluasi matrik tahap dua (pencocokan), dan identifikasi alternatif
strategi yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplikasikan.
Kemudian catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM.
4. Menentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Score). Tentukan nilai numerik
yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi dalam alternatif
tertentu. Secara spesifikasi nilai daya tarik harus diberikan pada setiap strategi
untuk menunjukkan daya tarik relatif dari satu trategi atas strategi yang lain
dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Nilai daya tarik itu adalah
Nilai 1 = Tidak Menarik Nilai 3 = Cukup Menarik
Nilai 2 = Agak Menarik Nilai 4 = Sangat Menarik
Jika faktor tersebut tidak mempunyai pengaruh pada pilihan spesifik yang
akan dibuat maka tidak perlu memberikan nilai daya tarik pada strategi.
5. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score). TAS ditetapkan
sebagai hasil hasil perkalian bobot (langkah dua) dengan nilai daya tarik
(TAS) (langkah empat) dalam setiap baris. Semakin tinggi AS semakin
menarik strategi alternatif.
6. Menghitung penjumlahan total nilai daya tarik. Menjumlahkan TAS dalam
setiap kolom strategi QSPM. Jumlah TAS mengungkapkan strategi umum
yang paling menarik dalam setiap set strategi. Semakin tinggi nilai
menunjukkan strategi tersebut semakin menarik, dengan mempertimbangkan
semua faktor sukses kritis eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi
keputusan strategis. Besarnya perbedaan antara jumlah TAS dalam satu set
strategi alternatif tertentu menunjukkan seberapa besar sebuah strategi lebih
diinginkan relatif terhadap yang lain. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel
12.
56
Tabel 12. Matriks QSPM
Faktor-faktor Kunci Bobot
Alternatif Strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Eksternal:
1. Peluang -................ -........... 2. Ancaman -............. -...........
Total Bobot
Faktor Internal: 1. Kekuatan
-...................... -......................... 2. Kelemahan -...................... -....................
Total Bobot
Jumlah Totala Daya Tarik
Sumber : David (2006)
Keterangan : Nilai 1 = Tidak Menarik Nilai 4 = Sangat Menarik
Nilai 2 = Agak Menarik AS = Nilai Daya Tarik
Nilai 3 = Cukup Menarik TAS = Total Nilai Daya Tarik
57
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Visi dan Misi The Pinewood Organik Farm
Dalam menyalurkan hobi akan pertanian, bapak dan ibu Lie berupaya
mengelola pertaniannya dengan baik. Selain menambah pengetahuan seputar
pertanian organik melalui bahan bacaan, mengikuti beberapa seminar pertanian,
dan juga berkumjung kebeberapa kota baik didalam negri maupun sampai keluar
negri. Pemilik juga pernah mengikuti beberapa pameran hasil pertanian seperti
Agro Expo pada tahun 2000 dan 2006 di Mandala Wanabakti Jakarta.
Adapun misi pemilik dalam mengembangkan pertanian organik adalah
menghasilkan produk pertanian yang bebas bahan kimia, aman untuk dikonsumsi
manusia, dan sesuai dengan pola hidup sehat. Dalam pengembangan usaha
dibidang pertanian, The Pinewood Organik Farm menggunakan motto yaitu “Save
the earth, Go Organik 2012” yang dapat diartikan dalam arti luas bahwa The
Pinewood Organik Farm berusaha mengembangkan pertanian organiknya. Dan
visi yang dimiliki The Pinewood Organik Farm yaitu, menjaga dan
mempertahankan pertanian yang berkelanjutan demi kesinergian alam yang ramah
lingkungan pada divisi sayuran organik dan divisi jamur, sehingga dapat
memberikan kesehatan yang alami pada kehidupan pada kehidupan masyarakat
dan sekaligus mampu meningkatkan ekonomi pertanian yang berdaya saing
tinggi.
5.2. Letak Geografis
Lokasi Pertanian organic yang dikelola oleh The Pinewood Organik Farm
terletak dijalan gandamanah, desa tugu selatan, kecamatan cisarua-puncak,
kabupaten bogor, Jawa Barat. Daerah tersebut mempunyai elevasi wilayah 1150
m diatas permukaan air laut. Bentuk wilayahnya berbukit dengan suasana alam
yang masih terjaga keasriaannya.
Keadaan iklim di perusahaan The Pinewood Organik Farm cendrung
dingin yang dikarenakan letak ketinggian lokasi dari permukaan air laut 1150 m.
Memasuki musim penghujan yang berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan
bulan April, suhu rata-rata mencapai 19ºC-23ºC, sedangkan di musim kemarau
58
yang berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan September suhu rata-rata
mencapai 24ºC-27ºC. Untuk curah hujan berkisar antara 200mm-400mm
perbulan. Jenis tanah umumnya Regosol dan Andosol coklat kekuning-kuningan.
Keadaan tanah cukup baik, diikuti juga dengan ketersediaan sumber air yang
cukup untuk kebutuhan tanaman yang dibudidayakan (adanya instalasi dengan
springkle).
5.3. Pengelolaan Kebun dan Pembagian Tugas
The Pinewood Organik Farm berdiri sejak tahun 1999 dan terus
dikembangkan sampai sekarang dengan ditandai adanya perluasan lahan,
penambahan berbagai jenis komoditas sayuran dan jamur, serta perbaikan
management. Pada awalnya management yang diterapkan secara mandiri yaitu
langsung ditangani oleh pemilik sendiri.
Memasuki tahun 2002, mulai adanya perbaikan dalam hal management
kebun, yaitu adanya pembagian tugas yang lebih spesifik, pengelolaan kebun
dibagi menjadi dua divisi antara lain divisi sayuran organik dan divisi jamur. Hal
ini terkait adanya struktur organisasi yang memungkinkan adanya pembagian
tugas yang jelas antara divisi sayuran organik dan divisi jamur,
Dalam pengolaannya, pemilik yang sekaligus sebagai direktur dibantu oleh
satu orang manajer yang membawahi divisi kebun dan divisi jamur yang
berwawasan pertanian organik, agrowisata serta mampu membudidayakan jamur.
Untuk divisi jamur, manager dibantu oleh satu orang asisten manager yang
sekaligus merangkap sebagai chek control pada divisi jamur. Dalam menjalankan
tugasnya asisten manager dibantu oleh satu orang mandor lapangan yang
membawahi beberapa karyawan secara langsung.
Dalam menjalankan pekerjaannya, Manajer bertugas membuat program
kerja termasuk diantaranya perencanaan rotasi tanaman dan pengadaan sarana
produksi, melakukan estimasi produksi, mengatur dan memeriksa hasil kerja atau
laporan dari assisten manager kebun terhadap pengelolaan di lapangan termasuk
pada waktu packing dan pendistribusian hasil panen ke konsumen, agar sesuai
dengan jumlah atau banyaknya permintaan, selain itu juga manager merangkap
sebagai unit konsumen (claim). Sedangkan asisten manager masing-masing divisi
59
bertugas menjalankan instruksi, sekaligus melakukan chek control di lapangan,
kemudian mengatur atau mengintruksikan suatu jenis pekerjaan kepada mandor
lapangan dan membuat laporan pertanggung jawaban baik itu secara tertulis
maupun secara lisan kepada manager kebun.
Untuk mandor lapangan yang berkaitan langsung dengan karyawan, tugas
dan tanggungjawabnya adalah melaksanakan pekerjaan yang diinstruksikan oleh
asisten manager dengan cara mengarahkan, mengatur dan melakukan pembagian
tugas kepada karyawannya untuk segera melaksanakan tugas tersebut. Setelah itu,
mandor mengawasi setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh karyawannya
pada hari itu juga, kemudian pada sore hari melaporkan hasil pekerjaan atau
tingkat penyelesaian terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. Organisani
perusahan The Pinewood Organik Farm dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Organisasi The Pinewood Organik Farm
Pemilik
Asisten Manajer Divisi sayuran
Organik
manajer
Mandor lapangan Mandor lapangan
Asisten Manajer
Divisi jamur
Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan
60
5.4 Sarana dan Prasarana Fisik
Dalam menunjang pertanian organiknya secara hilir sampai hulu, The
Pinewood Organik Farm memiliki saran dan prasarana yang cukup baik. Adapun
fasilitas sarana yang dimiliki antara lain: peralatan sarana produksi pertanian,
tempat pembenihan/persemaian, Green House, gudang penyimpanan sarana
produksi, tempat pembuatan pupuk kompos, tempat packing dan sortir atau
tempat penanganan pasca panen, mes untuk karyawan tetap, instalasi pengairan
yang baik, kantor pemasaran, an mobil ber-AC sebagai alat transportasi untuk
mendistribusikan hasil panen ke tangan konsumen secara langsung.
Untuk prasarana yang dimiliki yaitu cukup baim karena akses menuju ke
lokasi kebun mudah yakni jalannya beraspal dan berupa jalan pribadi (bukan jalan
umum). Sedangkan sistem keamanan yang dimiliki juga cukup baik karena selain
lokasi kebun dipagar keliling, juga dilengkapi dengan petugas keamanan/security,
sehingga memungkinkan orang lain tidak bisa dengan mudah memasuki area
tersebut kecuali sudah mendapat izin dari pihak atasan. Hal ini dilakukan guna
meminimalisir tingkat kontak kontaminasi dari luar, sehingga kemungkinan
sumber hama penyakit atau benih gulma yang terbawa oleh hewan atau orang lain
yang berasal dari luar dapat ditekan.
5.5 Teknologi yang Diterapkan
Teknologi yang dikembangkan dalam pertanian organik di The Pinewood
Organik Farm memegang prinsip : pembatasan pengolahan, dan hemat energi. Hal
ini ditunjukan untuk menjamin produk-produknya agar tetap sehat dan aman
untuk dikonsumsi.
Adapun teknologi yang diterapkan dalam pengusahaan pertanian di The
Pinewood Organik Farm adalah teknologi yang ramah lingkungan, yaitu dengan
memanfaatkan potensi dari lingkungan atau daerah lokal disekitar lahan pertanian
The Pinewood Organik Farm. Sebagai salah satu contohnya dalam pembuatan
pupuk kompos yang kebanyakan bahan-bahannya didapatkan dari daerah sekitar
Cisarua-Puncak-Bogor, seperti kotoran kambing, sekam padi, dan jerami ataupun
sayuran afkir hasil sortiran ditempat pengemasan.
61
5.6 Operasional Kegiatan
Kegiatan operasional usaha budidaya jamur pada perusahaan The
Pinewood Organik Farm berkembang dengan baik, hal ini didukung antara lain
karena wilayah dan iklim yang sesuai untuk kegiatan pertanian, input yang
dibutuhkan mudah diperoleh serta letak geografis yang mendukung. Jamur
merupakan tanaman yang memiliki cara hidup berbeda dengan tanaman sayur
lainnya yang umumnya tumbuh dihampaharan tanah sebagai media tanam.
Tanaman jamur hidup pada media tanam berupa serbuk gergaji atau yang
dinamakan dedak. Oleh karena itu jamur termasuk kedalam tumbuhan saprofit
karena hidup pada batang mati.
Syarat untuk tumbuhnya jamur meliputi beberapa parameter, terutama
temperatur, kelembaban relative dan kandungan CO². Ketinggian lokasi tempat
budidaya antara 700-1.200 m dpl. Temperature sekitar 24º C - 29º C, dengan
kandungan CO² lebih kecil dari 1.000 ppm. Siklus hidup jamur tiram putih
dimulai dari tumbuhnya spora yang berkecambah membentuk serat-serat halus
menyerupai serat kapas, yang disebut miselium. Kumpulan dari miselium akan
membentuk bakal tubuh buah jamur tiram putih yang akan membesar. Dan
membentuk tubuh buaj jamur yang kemudian dipanen.
Budidaya tanaman jamur dimulai dari pembuatan media tanam. Pada tahap
pembuatan media tanam dan pembibitan memerlukan pengetahuan dan
keterampilan yang khusus, karena dapat berdampak pada kegagalan produksi
dimana jamur tiram putih tidak dapat tumbuh dengan baik apabila media tanam
dan pembibitan mengenai masalah. Pada umumnya, kebanyakan petani jamur
tiram putih memilih untuk membeli bibit yang sudah jadi dalam bentuk baglog,
dengan demikian maka kegiatan budidaya yang dilakukan petani hanya
pemeliharaan saja. Alur proses produksi budidaya tanaman jamur tiram putih pada
The Pinewood Organik Farm dapat dilihat pada Gambar 4 .
62
Penanaman Bibit
Pembungkusan
Pendinginan
Pengukusan
Persiapan Kumbung
Persiapan Rak Kayu
Pembuatan Bibit Persiapan Bahan Baku
Pemeliharaan
Pengadukan Bahan Baku
Panen
Pendinginan
Gambar 5 . Alur proses Produksi Budidaya Jamur The Pinewood
Organik Farm Sumber : The Pinewood Organik Farm
63
Selama budidaya siklus hidup jamur tiram berlangsung selama dua bulan.
Pada The Pinewood Organik Farm, memiliki satu kumbung yang terdapat empat
rak yang akan diisi dengan baglog bibit yang telah dibuat. Setiap harinya
perusahaan The Pinewood Organik Farm memproduksi 168 baglog bibit yang siap
tanam.
5.6.1 Budidaya
Baglog media tanam jamur tiram putih disusun kedalam rak-rak bambu
yang sudah dibersihkan dan dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya baglog akan
didiamkan saja. Penggantian baglog dilakukan selam 3 bulan, yaitu sesuai umur
tanam. Pola tanam yang diterpakan pada perusahaan adalah dengan melakukan
penanaman setiap hari sampai seluruh isi kumbung penuh.
Bahan baku yang diperlukan dalam proses budidaya adalah bibit yang
diproduksi sendiri dan air untuk menjaga kelembaban. Perawatan dilakukan
secara intensif apabila telah dilakukan pemanenan. Setelah dipanen media tumbuh
jamur harus dibersihkan, agar jamur berikutnya dapat tumbuh dengan baik.
Karena apabila terdapat bekas atau sisa-sisa tanaman jamur tiram putih yang
tertinggal, akan menjadi busuk dan mendatangkan ulat sehingga jamur yang
tumbuh pada panen berikutnya akan menjadi rusak dan kualitas menjadi menurun.
Untuk menjaga kelembaban dilakukan penyiraman setiap hari pada waktu
pagi dan sore hari, hal ini bertujuan untuk menjaga kadar air di dalam media
tumbuh jamur tiram. Penyiraman yang dilakukan harus dengan penyemprotan
embun, agar kumbung tidak menjadi basah tetapi tetap lembab. Karena apabila
kadar air dalam baglog terlalu tinggi maka miselium dapat mati dan membusuk,
sebaiknya apabila baglog terlalu kering maka miselium tidak akan tumbuh.
Dalam proses budidaya, kumbung harus dijaga kebersihan dan
kelembabannya. Apabila kebersihan tidak dijaga maka baglog dapat dirusak oleh
serangan hama seperti tikus. Apabila baglog rusak oleh gigitan tikus maka jamur
tidak akan tumbuh, karena suhu di dalam baglog menjadi tidak stabil karena
adanya bolongan tersebut. Selain menjaga kebersihan, hal lain yang dikerjakan
adalah melakukan penyiram didalam kumbung, agar lantai menjadi kering
sehingga suhu kumbung tetap terjaga.
64
Sesudah 30 hari, seluruh permukaan baglog (substrat) akan ditumbuhi
serat miselium jamur, maka cincin bamboo yang berada pada ujung plastik sudah
dapat dibuka. Setelah dua sampai tiga hari maka bakal tubuh buah jamur akan
tumbuh dan keluar. Apabila hal ini sudah terjadi maka pelastik yang selama ini
membungkus media dapat dibuka lebar, tetapi hanya pada ujung plastiknya saja.
Hal ini dapat membatu pertumbuhan jamur agar lebih luluasa.
5.6.2 Panen
Selama musim panen dapat dilakukan sebanyak tiga kali. Panen dilakukan
jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur tiram putih sudah memenuhi
persyaratan. Perusahaan melakukan panen pada siang hari sekitar pukul 12.00
WIB, karena karena pada waktu seperti ini kadar air pada tubuh buah jamur lebih
rendah dibandingkan pada pagi atau pun sore hari. Jika panen dalam kondisi kadar
air rendah dapat menyebabkan jamur tidak cepat layu dan busuk, sehingga dapat
bertahan lebih lama dalam keadaan segar.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat/mencabut jamur dari
media tanam. Bagian batang yang menembus baglog media tanam harus terangkat
bersama jamur yang dipanen. Selanjutnya bekas batang jamur dalam media tanam
harus dibersihkan. Bagian ujung batang yang mungkin tertinggal di dalam media
tanam harus dibersihkan, karena cepat atau lambat ujung batang tersebut akan
membusuk. Pembusukan ini akan menyebar kebagian lain, sehingga media tanam
tidak dapat ditumbuhi jamur baru. Selang waktu ya\ng dibutuhkan jamur tiram
putih untuk tumbuh kembali dan dapat dipanen lagi selama 10 hari. Jadi, panen
kedua dapat dilakukan setelah 10 hari dari panen pertama, begitu juga dengan
panen berikutnya dapat dilakukan setelah 10 hari.
5.6.3 Penanganan Pasca Panen
Jamur berbeda dengan tanaman pertanian lainnya yang cepat layu atau
membusuk jika disimpan tampa perlakuan yang benar. Penanganan pasca panen
harus dilakukan segera setelah panen. Penanganan pasca panen yang dilakukan
The Pinewood Organik Farm adalah dengan membersihkan hasil panen yang
diperoleh dari kotoran-kotoran. Hasil panen kemudian dibersihkan, dan bagian
65
bawah batang dipotong sesuai dengan ukuran yang disyaratkan. Selanjutnya hasil
panen tersebut dibungkus kedalam plastik yang sudah disediakan dan kemudian
dilakukan penimbangan.
66
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan
Faktor-faktor eksternal memiliki pengaruh yang besar bagi perusahaan
untuk menjalankan usahanya. Identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal sangat
dibutuhkan karena merupakan keadaan yang tidak dapat dikendalikan secara
langsung. Informasi mengenai lingkungan eksternal dari usaha jamur tiram
diperoleh melalui wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan The
Pinewood Organik Farm dan Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI),
serta informasi dari literatur-literatur yang relevan dengan usaha jamur tiram.
Faktor-faktor eksternal teridentifikasikan menggambarkan peluang dan ancaman
yang dihadap oleh perusahaan, diantaranya adalah lingkungan umum yaitu politik,
ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan teknologi, serta lingkungan industri yaitu
persaingan dalam industri, pendatang baru, pembeli, pemasok dan produk
subtitusi.
6.1.1. Analisis Lingkungan Umum
6.1.2. Politik dan Kebijakan
Terdapat beberapa alasan mengapa jamur perlu dikembangkan sebagai
komoditas nasional, yaitu jamur merupakan produk pertanian sehat, budidayanya
ramah lingkungan, sumber daya alam yang tersedia, nilai ekonomi tinggi,
menyerap tenaga kerja, teknologi budidaya yang mudah peluang pasar yang masih
rendah dan penghasil devisa negara (Daimyati 2005).
Dalam pengembangan jamur meski sudah diakui potensi, baik untuk
pemenuhan kebutuhan pangan penghasil devisa Negara, tetapi dukungan secara
politik dari pemerintah untuk pengembangan jamur terasa masih kurang.
Kebijakan pemerintah saat ini terhadap pertanian yang dituangkan melalui
program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) masih
mengatur pertanian secara global, belum ada dukungan secara jelas dari
pemerintah terhadap pengembangan usaha jamur.
67
Strategi pengembangan jamur yang disusun oleh Dirjen Hotikultura,
Departemen Pertanian Republik Indonesia dilaksanakan melalui pemanfaatan
Sumber Daya Alam, berbasis luas (pedesaan). Penyediaan lapangan kerja.
Peningkatan Pendapatan, Fasilitas Lembaga/Organisasi, Revitalisasi Potensi
Produksi. Strategi ini dituangkan dalam beberapa kegiatan, antara lain:
1. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi instansi pemerintah untuk
merencanakan pengembangan komoditas jamur secara terpadu dan
pemsyarakatan komoditas jamur sebagai bahan pangan.
2. Menambah meningkatkan keterampilan SDM dengan mengikuti magang
dan menyebarkannya di daerah-daerah lainnya.
3. Kerjasama antar Lembaga Penelitian. Perguruan Tinggi, Lembaga
Swadaya Masyarakat, dan instansi terkait lainnya untuk transfer teknologi
dan menyebarluaskan hasil-hasil penelitian di bidang teknologi produksi
jamur sehingga petani mampu mengembangkan di daerah masing-masing.
4. Diperlukan penumbuhan minat pengusaha di bidang produksi benih dan
bibit jamur sehingga petan akan mendapatkan benih dan bibit jamur secara
mudah dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik.
5. Melakukan kemitraan dengan pengusaha ataupun eksportir sehingga petani
tergerak untuk melakukan peningkatan kualitas produk jamur.
6. Melakukan penyuluhan atau promosi kepada masyarakat untuk
meningkatkan konsumsi sayuran melalui berbagai media baik elektronik
maupun cetak ataupun penyuluhan langsung.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku jamur yang melimpah baik
merangataupun serbuk kayu dalam upaya mengembagkan sentra produksi
jamur yang baru di daerah-daerah lainnya.
8. Memberikan bantuan modal kepada petani dengan cara yang mudah dan
bunga rendah.
pemerintah juga membuat rintisan bagi pengembangan usaha jamur yang
dilakukan melalui pendekatan kelembagaan yang diharapkan pada dukungan
penguatan usaha-usaha budidaya jamur. Lembaga-lembaga tersebut antara lain :
1. Lembaga koperasi, yaitu pada Koperasi Jamur Indonesia (KJI) sebagai
induk koperasi dari kegiatan produksi dan pemasaran jamur.
68
2. Lembaga asosiasi, yaitu Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI)
sebagai asosiasi bagi para pengusaha jamur sehingga dapat menghasilkan
kebijakan-kebijakan yang mendukung unit-unit usaha (pengusahaan)
jamur melalui program-program standarisasi produk. Pengembangan
manajemen dan organisasi kelompok tani, dan perluasan jaringan kerja
dan pemasaran.
Kedua lembaga tersebut diharapkan dapat membentuk suatu jaringan kerja
dan usaha yang sinergi antara penyediaan, kegiatan produksi, pemasaran dan
manajemen seerta organisasi.
6.1.3. Ekonomi
Peningkatan perusahaan dalam bidang industri pertanian dalam hal ini
komoditi divisi jamur, baik secara industri kecil maupun menengah secara tidak
langsung dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Indonesia. Sedangkan
perkembangan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kondisi ekonomi dunia.
Variabel-variabel yang mempengaruhi faktor ekonomi diantaranya adalah tingkat
inflasi, suku bunga, dan pendapatan pekerja.
Jamur diproduksi tidak terlepas dari peranan bahan bakar minyak (BBM),
baik dalam proses produksinya sampai pada tahap pemasarannya. Masyarakat
Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI) menyebutkan bahwa sejak tahun 1999-2006
harga BBM telah mengalami kenaikan lebih dari 500 persen. Kenaikan harga
BBM ini dipengaruhi oleh gejolak naik turunnya harga minyak mentah di pasaran
Internasional dan juga selama tahun ketahun volume produksi minyak mentah
dalam negri terbatas. Pada April 2006 harga minyak mentah dunia mencapai
harga rekor tertinggi US$ 70 per barel. Lonjakan ini dipicu kuatnya permintaan
minyak mentah di Amerika Serika dan Cina.
Kebijakan pemerintah yang menetapkan untuk mencabut subsidi terhadap
Bahan Bakar Minyak (BBM) dan menyerahkan penetapan harga BBM pada
mekanisme pasar global. Hal ini menimbulkan ketidakpastian teerhap harga BBM
dalam negri, selain harga minyak dunia yang memiliki tingkat fluktuasi yang
tinggi juga didukung oleh kurs dollar yang cendrung masih labil. Dengan
tingginya tingkat fluktuasi harga BBM tersebut maka akan menjadi ancaman bagi
69
industri jamur karena dalam proses produksinya menggunakan BBM dalam
jumlah yang cukup besar.
Perkembangan volume ekspor dan impor jamur di Indonesia menunjukkan
bahwa industri jamur sedang tumbuh. Pada tahun 2000 total nilai ekspor jamur
adalah US$ 35.021.484,00 menurun menjadi dari US$ 22.129.170,00. Total nilai
impor jamur mengalami peningkatan dari US$ 798.228,00 pada tahun 2000,
menjadi US$ 3.656.223,00 (BPS 2008). Adanya penurunan ekspor dan penurunan
impor jamur, menunjukkan adanya peningkatan permintaan jamur di dalam negri.
Peningkatan permintaan jamur di Indonesia, merupakan peluang bagi industri
jamur untuk mengembangkan usahanya. Dapat dilihat dari peningkatan impor
jamur merupakan ancaman bagi industri jamur di Indonesia untuk berkembang
karena semakin banyaknya produk jamur atau produk subtitusi jamur yang masuk
ke Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, adapun peluang dari aspek ekonomi adalah
peningkatan permintaan akan jamur dan kenaikan harga jamur sedangkan
ancamannya adalah peningkatan harga BBM dan peningkatan impor jamur.
6.1.4. Sosial, Budaya dan Demografi
Perubahan sosial, budaya dan demografi serta lingkungan mempunyai
dampak besar pada produk, pasar, dan pelanggan. Meningkatnya pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat, jumlah penduduk, serta pengetahuan gizi masyarakat
merupakan pangsa pasar potensial. Pola hidup masyarakat mulai beralih pada
pemenuhan kebutuhan yang praktis tanpa memikirkan kandungan efek yang
ditimbulkan. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengetahuan
masyarakat, masakan siap saji atau fast food yang semula menawarkan
kemudahan akan pemenuhan kebutuhan akan pangan dilihat sebagai pemicu
timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang banyak
bermunculan yang disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang tidak baik antara
lain adalah penyakit kanker, jantung serta tekanan darah tinggi.
Keadaan kesehatan masyarakat yang semakin buruk karena pola hidup
yang tidak baik membuat masyarakat sadar dan semakin mengerti akan arti
penting kesehatan. Salah satu cara yang ditempuh adalah perubahan pola makanan
70
yang dikonsumsi.msyarakat mulai tertarik untuk mengkonsumsi makanan yang
sehat sesuai dengan prinsip back to nature. Sayuran dan buah-buahan semakin
diminati oleh masyarakat yang sadar akan arti penting kesehatan karena
kebutuhan akan vitamin serat yang terkandung didalamnya. Salah satu sayuran
yang mempunyai banyak manfaat akan kesehatan adalah jamur.
Jamur merupakan salah satu produk pertanian dari komoditas hortikultura
yang bernilai gizi tinggi. Kandungan protein pada jamur yang cukup tinggi
mampu mensubtitusi protein hewani yang selama ini dinilai berpotensi
menyebabkan penyakit seperti kanker, jantung, kolesterol, anti bakteri, anti virus,
menormalkan tekanan darah, meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan
fungsi hati. Jamur yang merupakan komoditi pertanian dimana dalam proses
produksinya tidak menggunakan pestisida dan pupuk buatan akan dapat
ditawarkan kepada masyarakat sebagai makanan sehat dan menyehatkan karena
selain jamur memiliki kandungan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh juga
memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit.
Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat diketahui pengetahuan masyarakat
mengenai manfaat jamur yang meningkat akan berdampak pada peningkatan
jumlah konsumsi jamur dikarenakan masyarakat mengganti pola hidup sehat
dengan prinsip back to nature. hal tersebut merupakan peluang bagi industri jamur
untuk berkembang di Indonesia.
6.1.5. Teknologi
Perkembangan teknologi jamur di Indonesia tidak terlalu pesat. Teknologi
budidaya jamur yang banyak digunakan oleh petani maupun pengusaha jamur
adalah dengan cara tradisional dan hanya mengendalakan pada pengalaman
masing-masing dari pengusaha jamur. Kurangnya dukungan teknologi ini dapat
dilihat dari masih sangat terbatasnya hasil-hasil penelitian teknologi produksi
jamur yang dihasilkan baik oleh lembaga-lembagapenelitian maupun oleh
akademis dalam hal ini perguruan tinggi (Rachmat, 2005).
Teknologi jamur secara komprehensif mencakup teknologi pembibitan,
budidaya, pasca panen dan pengembangan produk untuk pangan dan kesehatan.
Teknologi pembibitan dikembangkan untuk memperoleh strain yang berkualitas
71
tinggi (homogen, produktivitas tinggi dan kandungan gizi baik). Teknologi
budidaya berhubungan dengan teknik pembuatan substrat, pemeliharaan sampai
pemanenan. Teknologi pascapanen meliputi teknologi pengeringan, pengawetan
atau penyimpanan, dan pengemasan. Sedangkan pengolahan lebih lanjut
mencakup pengembangan menjadi aneka produk makanan dan pangan fungsional.
Untuk mempermudah dan mempercepat pengembangan industri jamur
maka sangat diperlukan adanya pengumpulan data base untuk pemetaan zonasi
dan jenis jamur di Indonesia. Dengan melakukan pendataan jamur, maka akan
ditemukan penyebaran jenis jamur yang luas di Indonesia yang kemudian akan
diarahkan untuk pengembangan jamur yang ada di Indonesia.
Jamur juga temasuk kedalam kategori golongan jamur pangan,
sebagaimana jenis hortikultura lainnya setelah dipanen akan cepat sekali
mengalami perubahan-perubahan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil panen, perubahan-perubahan tersebut meliputi pelayuan, pematangan,
pencoklatan, pelunakan, penyusutan, serta perubahan tekstur. Karena alasan
tersebut, komoditi ini digolongkan ke dalam kelompok komoditi yang rapuh dan
sangat mudah rusak dan diperlukan teknologi pascapanen jamur, pengawetan serta
pengolahannya.
Teknologi juga penting dalam proses produksi jamur, dimana perannya
dapat meningkatkan produksi serta mutu jamur. Salah satu proses produksi yang
penting untuk menjamin keberhasilan panen adalah pada sterilisasi. Teknologi
yang digunakan dalam proses sterilisasi pada perusahaan jamur, pada umumnya
masih menggunakan drum-drum yang dipanaskan. Perkembangan teknologi
dalam proses sterilisasi pun memberikan pengaruh bagi perusahaan. Teknologi
yang lebih baik untuk proses sterilisasi telah ditemukan, akan tetapi harganya
relatif mahal. Salah satu alat sterilisasi yang teknologinya yang sudah cukup baik
dan harganya relatif lebih murah adalah autoklaf. Dengan adanya autoklaf dapat
meningkatkan produksi serta menghemat bahan bakar.
Strategi dari pengembangan teknologi jamur pangan diarahkan kepada
terciptanya inovasi teknologi untuk menghasilkan produk yang kompetitif dengan
kuantitas mencukupi, selain itu jamur memiliki kandungan protein dan
karbohidrat yng tinggi, sehingga jamur dapat dikembangkan sebagai salah satu
72
sumber pendukung terwujudnya kecukupan pangan. Jamur segar mengandung
protein nabati lebih besar bila dibandingkan dengan sayuran lainnya. Jamur yang
tercakup antara lain adalah jamur kuping, mengandung kadar protein sebesar 7,7
persen dan karbohidrat sebesar 73,6 persen. Sebagai bahan makanan, nilai protein
tersebut cukup baik untuk menunjang kebutuhan tubuh terhadap zat pembangun.
Jamur terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan (Deptan
2009). Sehingga pembangunan jamur dapat diarahakan untuk pencegahan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas didapatkan hal yang merupakan peluang bagi
industri jamur untuk berkembang adalah industri jamur diarahkan untuk
ketahanan pangan dan obat-obatan.
6.1.6. Analisis Lingkungan Industri
Industri jamur yang akan dibahas masih bersifat umum yaitu untuk seluruh
komoditas jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram dan jamur shitake.
Analisis lingkungan industri mencakup analisis five forces dari Porter (1994),
yaitu (1) Ancaman pendatang baru, (2)ancaman produk subtitusi, (3) daya tawar
pemasok, (4) daya tawar pembeli, (5) persaingan antar anggota industri. Adapun
uraian mengenai analisis lingkungan industri adalah sebagai berikut.
6.1.7 Ancaman Pendatang Baru
Dilihat dari segi prospek yang baik dan pasar domestik yang masih sangat
terbuka maka banyak pengusaha yang tertarik untuk masuk kedalam industri
jamur, baik berskala kecil maupun menengah. Para petani yang semula
mengembangkan tanaman sayuran dan hias serta beternak mengalihkan usahanya
ke budidaya jamur. Meskipun investasi untuk budidaya jamur tergolong besar
namun tidak ada hambatan berarti untuk memasuki industri ini. Proses produksi
jamur yang umumnya yang masih bersifat sederhana dan tidak terlalu
membutuhkan teknologi canggih juga menjadi alasan bagi para pendatang baru
untuk memulai usaha jamur. Produk yang dihasilkan oleh produsen-produsen
jamur sebagian besar memiliki karakteristik dan jenis produk yang hampir sama
dengan produk pesaingnya yaitu berupa media tanam jamur dan jamur segar.
73
Dapat diperlihatkan dari perkembagan usaha jamur tiram di Cisarua,
Bogor dalam kurun waktu tahun 2002 sampai 2007 dengan banyaknya produsen-
produsen baru yang bermunculan. Hal ini dipicu oleh semakin terbukanya pasar
jamur tiram, baik secara domestik maupun ekspor. Para pendatang baru tersebut
biasanya merupakan para investor bermodal besar. Terdapat beberapa tipe
investor yang menjadi pendatang baru potensial, yaitu (1) pensiunan pekerja yang
ingin menanamkan uangnya, (2) korban PHK yang mengalihkan uang
pesangonnya untuk memulai usaha yang prospektif, (3) lulusan perguran tinggi
yang memiliki uang besar dan memiliki keinginan untuk berbisnis. Diantara
produsen-produsen baru tersebut ada yang hanya skala kecil dan besar. Hingga
saat ini tidak terdapat peraturan pemerintah yang menghambat masuknya
pendatang baru ke dalam industri jamur di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu bagi
pengusaha yang memiliki modal dapat mendirikan usaha jamur ini.
6.1.8 Ancaman Produk Subtitusi
Jamur merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berfungsi sebagai
bahan pangan. Definisi dari produk subtitusi adalah produk pengganti atau produk
yang bisa menggantikan. Produk pengganti yang dimasudkan adalah produk yang
mempunyai kemampuan untuk menggantikan fungsi dari suatu produk. Produk
subtitusi jamur adalah produk yang mempunyai bentuk fisik. Dapat dilihat dari
fungsinya, yaitu sebagai bahan pangan sayuran, jamur menghadapi ancaman
produk pengganti yang sangat tinggi. Dari kelompok jamur, jamur menghadapi
produk subtitusi jenis jamur pangan lain seperti jamur shiitake, kuping, lingzhi,
merang, champignon, dan jenis jamur lainnya. Dibandingkan jenis jamur lainnya
adalah dalam sisi produksinya yang lebih mudah dan murah sehingga harga jual
menjadi lebih murah. Namun daya tahannya yang lebih rendah dan pengetahuan
masyarakat tentang jamur masih kurang menjadi suatu kelemahan.
Produk subtitusi yang dihadapi oleh jamur adalah dari kelompok sayuran
lain, seperti wortel, bayam, kangkung, kol, kentang, kubis dan lain-lain.
Keunggulan yang dimiliki jamur bila dibandingkan dengan sayuran adalah jamur
memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi seperti protein, lemak, serat, dan
74
kalori. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman produk subtitusi jamur
adalah sedang.
6.1.9. Daya Tawar Pemasok
Pemasok mempunyai peranan yang sangat penting dalam kelangsungan
usaha suatu perusahaan. pemasok pada usaha jamur terbagi dua yaitu pemasok
bahan baku untuk untuk budidaya dan bibit jamur. Dalam usaha budidaya jamur,
pemasok bahan baku yang dibutuhkan meliputi pemasok serbuk kayu, dedak atau
bekatul, jagung halus dan kapur.
Bahan baku untuk budidaya jamur dalam hal ini pembuatan media tanam
seperti serbuk kayu diperoleh dari penggergajian kayu yang terdapat didaerah
Cisarua Bogor. Dedak atau bekatul banyak terdapat pada pabrik penggilingan padi
yang berada di Cipanas Bogor. perusahaan memiliki pemasok tetap dari daerah
Cisarua Bogor. Untuk bahan penolong seperti plastik, kapas, kapur, gips, minyak
tanah dan lain-lain perusahaan juga telah memiliki pemasok yang tetap dari
daerah Cisarua Bogor dan sekitar lokasi perusahaan berada.
Bahan baku yang diperlukan untuk usaha pembuatan bibit jamur meliputi
serbuk kayu dan biji jagung. Pemasok serbuk kayu untuk usaha pembuatan bibit
sama seperti pemasok serbuk kayu untuk usaha budidaya jamur, sedangkan untuk
usaha biji jagung dapat diperoleh di pasar-pasar yang terdapat di wilayah Cisarua
Bogor. Dengan memiliki pemasok yang terjamin dan telah menjalani kerjasama
sejak perusahaan beroperasi, maka kekuatan tawar-menawar pemasok bisa
dikatakan sedang.
6.1.10 Daya Tawar Pembeli
Pembeli merupakan salah satu unsur penting dalam suatu sistem
perniagaan. Pembeli merupakan saluran terakhir dari jalur distribusi produk yang
menentukan permintaan di pasar, permintaan pasar tersebut yang digunakan untuk
menentukan tingkat kapasitas produksi suatu produk. Tingkat produksi yang tepat,
akan membawa keuntungan bagi perusahaan dalam bentuk laba optimal (David,
2006).
75
Pembeli jamur hasil produksi perusahaan adalah konsumen langsung.
Biasanya pembelian jamur menggunakan sistim pesanan, dimana pembeli terlebih
dahulu memesan kepada perusahaan banyaknya jumlah jamur yang akan dibeli.
Pembeli dapat dikatakan tidak memiliki kekuatan tawar yang tinggi karena tidak
dapat mempengaruhi harga yang ditetapkan oleh perusahaan.
6.1.11. Persaingan Antar Anggota Industri
Perusahaan The Pinewood Organik Farm sebagai salah satu produsen dari
jamur menghadapi persaingan yang cukup tinggi. Lokasi perusahaan yang
merupakan sentra produksi jamur mempertegas tingginya tingkat persaingan yang
dihadapi oleh perusahaan. Didaerah yang merupakan sentra produksi jamur
Indonesia yaitu di Cisarua-Bogor, produsen-produsen jamur dibagi dalam
golongan berdasarkan skala industri yang dimiliki oleh masing-masing produsen.
Golongan-golongan tersebut terdiri dari skala kecil, skala menenngah, dan skala
besar. Golongan skala kecil merupakan petani-petani kecil penghasil jamur tiram
yang terdiri dari kurang lebih 70 produsen jamur tiram. Sedangkan skala
menengah sudah memiliki sistem perusahaan yang relatif sederhana dan skala
yang lebih besar dari skala kecilyang terdiri dari sekitar 10 perusahaan.
Meskipun memiliki tingkat persaingan yang relatif tinggi. Tetapi pasar
jamur masih sangat terbuka khususnya untuk pasar domestik karena permintaan
yang tinggi terhadap jamur dan produksi jamur yang ada masih belum bisa
menutupi besarnya jumlah permintaan tersebut. Permintaan jamur tiram untuk
pasar-pasar di Indonesia masih belum bisa dipenuhi oleh produksi jamur yang ada
seperti ditunjukkan pada Tabel 13 .
76
Tabel 13. Permintaan Pasar Jamur Tiram di Pasar Domestik
Pasar Permintaan/Hari (kg) Pemenuhan/Hari (kg)
Bogor 500 300
Bandung 500 500
Cianjur 200 200
Sukabumi 200 200
Tangerang 300 50
Serang dan Banten 200 50
Sumedang 100 50
Indramayu 100 50
Cirebon 200 100
Tasikmalaya 200 100
Jakarta 500 300
Lampung 200 100
Bali 200 50
Bekasi 200 50
Industri Makanan 6.000 -
Jumlah 9.600 2.100
Sumber : MAJI (2008)
Berdasarkan data pada Tabel 13, pemenuhan permintaan jamur di pasar
lokal baru mencapai 20 persen, sedangkan untuk idustri makanan belum terpenuhi
meskipun permintaannya sudah masuk ke para produsen jamur tiram. Selama ini
permintaan industri makanan dipenuhi oleh jamur impor yang masuk ke pasar
secara eksklusif seperti industri bumbu, restoran, dan hotel berbintang.
6.2. Analisis Lingkungan Internal perusahaan
Analisis internal perusahaan dilakukan untuk mengindetifikasikan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis ini mencakup
bidang pemasaran, produksi atau operasi, organisasi dan manajemen serta
keuangan.
6.2.1. Pemasaran
Untuk menganalisis faktor pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan,
digunakan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Atau lebih dikenal dengan
77
4P (Product, Price, Place, dan Promotion). Bauran pemasaran perusahaan the
Pinewood Organik Farm adalah sebagai berikut :
1. Produk (product)
Produk yang dihasilkan perusahaan The Pinewood Organik Farm pada
divisi jamur adalah bibit jamur dan jamur. Bibit jamur dibuat sepenuhnya oleh
manajer jamur melalui teknik pengalaman. Produk tersebut dihasilkan dalam satu
pabrik. Bibit yang dihasilkan digunakan untuk budidaya jamur diperusahaan itu
sendiri.
Dapat dilihat dari segi kualitas, kualitas jamur yang dihasilkan perusahaan,
dapat dikatakan baik karena daya tahan produk dalam kemasan segar dapat
disimpan dalam dua hari dan lima hari apabila diletakkan di dalam lemari
pendingin, sedangkan perusahaan lain hanya mampu bertahan satu hingga tiga
hari. Dari segi produk dapat dikatakan bahwa kualitas produk jamur adalah baik
sehingga dapat dikatakan menjadi kekuatan perusahaan.
2. Harga (Price)
Penetapan harga yang ditetapkan oleh perusahaan mengikuti mekanisme
harga pasar jamur. Selama setahun perusahaan telah menetapkan harga jual jamur
segar. Pemberian harga tidak dibedakan pada pelanggan baru maupun pelanggan
lama, namum keuntungan yang dapat diperoleh pelanggan lama adalah bahwa
perusahaan dapat memberikan jamur secara kontinyu, sedangkan pelanggan baru
diberikan jumlah minimal 3 kg dan maksimal 5-7 kg saja dan tergantung pada
produksinya.
3. Distribusi (Place)
Perusahaan memiliki lokasi yang strategis untuk mendapatkan bahan baku
untuk budidaya jamur tiram. Lokasi yang strategis tersebut memudahkan
transportasi ke perusahaan untuk mendapatkan bahan baku berupa serbu kayu,
bekatul, jagung halus, dan kapur dari lingkungan sekitar perusahaan yang berada
di daerah Cisarua Bogor. Untuk distribusinya perusahaan menyalurkan langsung
ke konsumen akhir yang berada di Bogor dan Jakarta.
4. Promosi (Promosi)
Promosi dilakukan belum optimal karena masih terbatas pada penyebaran
informasi secara langsung dari mulut ke mulut kepada pengunjung yang datang
78
ketempat perusahaan berada dan pemberian brosur. Kalau promosi bisa
ditingkatkan, maka akan lebih dikenal oleh banyak calon konsumen sehingga
alternatif untuk menjual menjadi lebih banyak.
6.2.2 Produksi atau Operasi
Kegiatan produksi perusahaan terbagi menjadi beberapa faktor yaitu :
kapasitas produksi, fasilitas produksi, dan lahan untuk proses budidaya. Produk
yang dihasilkan oleh perusahaan jamur The Pinewood Organik Farm jamur dan
bibit jamur. Bibit yang dihasilkan digunakan untuk keperluan budidaya dan
produksi oleh perusahaan. Proses produksi jamur dimulai dengan pengumpulan
bahan baku utama yaitu : serbuk kayu, dedak atau jagung atau tepung, sebgai
nutrisi untuk jamur, air sebagai pengatur kelembaban, kapur sebagai pengatur pH
serta zat-zat lain sebagai pelengkap subtrat serta bahan-bahan lainnya. Adapun
komposisinya yang digunakan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 14 .
Tabel 14. Komposisi Bahan Produksi Jamur Tiram
Bahan Jumlah
Serbuk kayu
Kapur
Dedak atau jagung
Gips
Bekatul
Plastik PP 0,8
Karet
100 kg
1,5 kg
1,5 kg
1,5 kg
15 kg
2 kg
0,5 ons
Sumber : Manajer Jamur The Pinewood Farm.
Setelah dicampurkan, bahan tersebut dikomposkan selama satu malam.
Kemudian masuk dalam proses pewadahan menggunakan bungkusan plastik yang
kemudian di pres atau ditekan sampai padat dengan menggunakan alat press
manual yaitu botol besar dan hasilnya disbut baglog. Proses selanjutnya adalah
pasteurisasi untuk mensterilkan bahan bahan yang telah dibungkus menggunakan
alat bernama steamer dengan cara direbus didalam drum dengan menggunakan
79
kayu bakar selama 12 jam. Setelah proses pasteurisasi selesai kemudian baglog
didiamkan selama satu malam didalam drum tersebut.
Baglog kemudian diinokulasi (penanam benih) disusun kedalam rak yang
tersedia didalam kumbung dan dilanjutkan dengan proses inkubasi dalam ruang
inkubasi untuk mendapatkan pertumbuhan miselium. Proses inokulasi dan
inkubasi dilakukan secara sterill dan ruang inkubasi dijaga kesterilannya untuk
menghindari kontaminasi yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
miselium. Selama fase pertumbuhan, jamur dirawat dengan cara mengatur suhu
dalam kumbung dan mempertahankan kelembaban media tanam dengan cara
disiram. Masa produktif jamur tiram putih sekitar satu setengah bulan sampai dua
bulan dan mengalami tiga kali panen. Panen dilakukan dengan cara memilih
jamur yang sudah siap panen dilihat dari diameter dan besarnya jamurkemudian
dipotong dari media tanamnya. Jangka waktu panen kedua dan ketiga dilakukan
setiap seminggu sekali setelah panen pertama. Produksi yang dihasilkan oleh
perusahaan belum seluruhnya terpenuhi oleh permintaan yang datang kepada
perusahaan hal ini dapat dilihat dari data permintaan yang dicatat oleh pihak
perusahaan selama tahun 2005 sampai tahun 2008 (Tabel 15). Permintaan tersebut
berasal dari konsumen lokal maupun konsumen luar daerah.
Tabel 15. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur dari Tahun 2005 – 2008 pada The Pinewood Organik Farm
Tahun Produksi (kg) Permintaan (kg)
2005 464 500
2006 717 840
2007 1015 1160
2008 1255 1450
Sumber : The Pinewood Organik Farm.
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa permintaan dari tahun 2005 sebanyak
500 kg dari banyaknya produksi sebesar 464 kg. Sedangkan pada tahun 2006
permintaan sebanyak 840 kg dengan produksi sebanyak 717 kg. pada tahun 2007
permintaan sebanyak 1160 kg dengan produksi 1015. Serta pada tahun 2008
permintaan sebanyak 1450 kg dengan produksi 1255 kg. setiap tahun perusahaan
80
The Pinewood Organik Farm belum mampu memenuhi permintaan yang datang
keperusahaan karena keterbatasan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
Dari informasi tersebut dapat dikatakan kapasitas produksi belum optimal
untuk memenuhi permintaan. Hal tersebut disebabkan belum lancarnya proses
produksi terutama pada sterilisasi menggunakan drum. Kapasitas produksi belum
optimal dapat dikatakan menjadi kelemahan perusahaan.
6.2.3. Manajemen dan Sumberdaya Manusia
Struktur organisasi perusahaan The Pinewood Organik Farm yaitu
diantaranya pemilik perusahaan berperan sebagai direktur, pemegang kekuasaan
atas perusahaan. Pemilik perusahaan memberikan kekuasaan kepada manajer pada
divisi jamur, dapat dilihat bahwa manajer divisi jamur bertanggung jawab
terhadap produksi dan penjualan. Manajer bertindak sebagai koordinator yang
membawahi 5 karyawan. Manajer perusahaan memiliki latar belakang pendidikan
dan berpengalaman selama 18 tahun di bidang usaha jamur. berdasarkan data
tersebut, dapat dilihat bahwa perusahaan mempunyai kekuatan yaitu tenaga kerja
yang kompeten dibidang jamur.
6.2.4 Keuangan
Kondisi keuangan perusahaan bisa dikatakan kurang baik. Hal ini dapat
dilihat dari aktivitas produksi jamur tiram yang stabil dan cendrung meningkat.
Sampai saat ini modal yang digunakan oleh perusahaan berasal dari modal sendiri
dan keuntungan dari operasi perusahaan yang lainnya. Tanpa adanya pinjaman,
maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar hutang, akan
tetapi disisi lain menyebabkan adanya keterbatasan modal untuk mengembangkan
usaha. Menurut pemilik, laba perusahaan belum cukup untuk mendanai
pengembangan usaha.
Pencacatan keuangan perusahaan hanya menggunakan catatan keuangan
sederhana, proses pencatatan keuangan dalam perusahaan masih menggunakan
pembukuan dua lajur yang sederhana karena selain sumber daya manusia yang
terbatas, keuangan perusahaan pun tidak terlalu kompleks sehingga dirasa cukup
menggunakan pembukuan neraca dua lajur.
81
VII. FORMULASI ALTERNATIF STRATEGI
7.1 Peluang dan Ancaman Eksternal
Dari hasil identifikasi lingkungan eksternal yang mencakup analisis
lingkungan umum dan analisis lingkungan industri, maka dapat diketahui peluang
dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Adapun ringkasan mengenai
peluang dan ancaman, dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan The Pinewood Organik Farm
Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Lingkungan umum
Politik dan Kebijakan Pemerintah
�Keberadaan MAJI sebagai lembaga asosiasi bagi pengusaha jamur
Ekonomi � Kenaikan harga jamur
� Peningkatan permintaan
jamur
�Peningkatan
harga BBM
�Peningkatan
impor jamur
Sosial Budaya �Meningkatnya pengetahuan
masyarakat akan manfaat
jamur
�Gaya hidup kembali ke
alam (back to nature)
Teknologi �Industri jamur diarahakan
untuk ketahan pangan dan
pengembangan teknologi
kesehatan dan obat-obatan.
Lingkungan
industri
�Pasar domestik yang masih
terbuka
�Pasokan jamur tiram yang
masih terbatas
�Ancaman
pendatang baru
besar
�Peningkatan
persaingan dalam
industri jamur
82
7.1.1 Analisis Matriks EFE
Dalam mengidentifikasi faktor eksternal mencakup peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) pada perusahaan. hasil pembobotan dan
pemberian rating dapat dilihat pada Tabel 17 .
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa total skor EFE adalah sebesar
3,095 (pada Tabel 17), yang berarti kondisi lingkungan eksternal perusahaan
berada pada posisi kuat, dan dapat merespon dengan baik terhadap peluang dan
ancaman yang.
Tabel 17 . Analisis Matriks EFE
Faktor Kunci Bobot Rating Skor
Peluang
A. Kenaikan harga komoditas jamur 0,092 3.67 0.338
B. Keberadaan Maji sebagai lembaga asosiasi bagi pengusaha jamur
0.083 3.00 0.249
C. Peningkatan permintaan komoditas jamur 0,120 4.00 0.480
D. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur
0,109 3.33 0.363
E. Industri jamur diarahkan untuk ketahanan pangan dan teknologi kesehatan dan obat-obatan
0,116 3.33 0.386
F. Gaya hidup kembali ke alam (back to
nature) 0,070 3.67 0.257
G. Pasokan jamur tiram masih rendah 0,072 4.00 0.288
Ancaman
H. Fluktuasi harga BBM 0,067 1.33 0.089
I. Peningkatan impor jamur 0,075 2.00 0.150
J. Ancaman pendatang baru besar 0,084 1.67 0.140
K. Peningkatan persaingan dalam industri jamur besar
0,092 2.00 0.184
L. Produk subtitusi yang tinggi 0.102 1.67 0.170
Total 1 3.095
Peluang terbesar yang dimiliki melalui hasil identifikasi faktor eksternal
perusahaan dalam pengembangan usaha pada divisi jamur adalah peningkatan
harga komoditas jamur (skor 0,480), industri jamur diarahkan untuk ketahanan
pangan dan teknologi kesehatan dan obat-obatan (skor 0,386), meningkatnya
pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur (skor 0,363), dan kenaikan harga
83
komoditas jamur (skor 0,338). Dari hasil identifikasi dan analisis juga diperoleh
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan pada divisi jamur pada perusahaan yaitu
peningkatan persaingan dalam industri jamur besar (skor 0,184), produk subtitusi
yang tinggi (skor 0,170), peningkatan impor jamur (0,150) dan ancaman
pendatang baru besar (skor 0,140).
7.2 Kekuatan dan Kelemahan Internal
Dari uraian pada bab sebelumnya, dapat dilihat bahwa kelemahan
perusahaan adalah keterbatasannya modal untuk mengembangkan usaha serta
sistim keuangan masih sederhana. Adapun faktor-faktor lingkungan internal
perusahaan dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 18.
Tabel 18 . Faktor-Faktor Lingkungan Internal Perusahaan The Pinewood Organik Farm
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Produksi dan operasi � Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri
� Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas
� Fasilitas produksi untuk budidaya jamur baik
� Kapasitas produksi belum mampu memenuhi permintaan
Manajemen dan SDM � Tenaga kerja yang kompeten di bidang jamur
Keuangan � Keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha
� Sistem administrasi dan keuangan yang masih sederhana
Pemasaran � Kualitas produk jamur baik
� Lokasi strategis � Harga jamur lumayan
tinggi
� Masih kurangnya promosi jamur
84
7.2.1 Analisis Matriks IFE
Dalam mengidentifikasi faktor internal mencakup kekuatan (Strengths)
dan kelemahan (Weaknesses) pada perusahaan. hasil pembobotan dan pemberian
rating dapat dilihat pada Tabel 19.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa total skor IFE adalah sebesar
2,818 (pada Tabel 19), yang berarti kondisi lingkungan internal perusahaan
berada pada posisi rata-rata hasil mengidentifikasi menunjukkan bahwa
perusahaan The Pinewood Organik Farm dapat memanfaatkan kekuatan untuk
mengurangi kelemahan pada perusahaan The Pinewood Organik Farm.
Tabel 19 . Analisis Matriks IFE
Faktor Kunci Bobot Rating Skor
Kekuatan
A. Mampu memproduksi dan membuat bibit jamur sendiri
0.110 3.67 0.403
B. Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas
0.069 3.33 0.230
C. Fasilitas produksi untuk budidaya jamur baik 0.108 3.00 0.324
D. Tenaga kerja yang kompeten dibidang jamur 0.094 3.33 0.313
E. Kualitas produk jamur baik 0.119 3.67 0.436
F. Harga jual jamur tinggi 0.090 3.67 0.330
G. Lokasi perusahaan yang strategis 0.087 3.00 0.261
Kelemahan
H. Kapasitas produksi jamur belum optimal 0.108 1.33 0.144
I. Keterbatasan modal untuk membangun usaha 0.077 1.67 0.129
J. Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana
0.059 2.00 0.118
K. Masih kurangnya promosi jamur 0.078 167 0.130
Total 1 2.818
Dapat dilihat bahwa perusahaan The Pinewood Organik Farm kekuatan
terbesar yang dimiliki melalui hasil identifikasi faktor internal yaitu kualitas jamur
baik dengan skor 0.436, mampu memproduksi dan membuat bibit jamur sendiri
dengan skor 0,403. Faktor lain yang juga merupakan faktor kekuatan perusahaan
adalah harga jual jamur tinggi dengan skor 0,330, dan tenaga kerja yang kompeten
dibidang jamur dengan skor 0,313.
Identifikasi faktor kelemahan yang memiliki posisi terbesar bagi
perusahaan adalah kapasitas jamur belum optimal (skor 0,144). Faktor lain juga
85
menjadi kelemahan adalah masih kurangnya promosi jamur (skor 0,130), dan
keterbatasan modal untuk membangun usaha (skor 0,128)
7.3 Matriks IE (Internal-Eksternal)
Pemetaan posisi perusahaan sangat penting bagi pemilihan alternatif
strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam
pengembangan usaha. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor
EFE yang diberi bobot pada sumbu y dan total skor IFE yang diberi bobot pada
sumbu x, yang berfungsi untuk mengetahui suatu usaha. Dari matriks IE didapat
alternatif strategi bisnis secara umum.
Dari hasil analisis EFE diperoleh total skor 3,096 dan analisis IFE
diperoleh total skor 2,818. Total skor dari masing-masing matriks IFE dan EFE
yang dimiliki oleh perusahaan The Pinewood Organik Farm yang dipetakan
dalam matriks IE dan diperoleh posisi perusahaan pada usaha jamur tiram saat ini
berada di kuadran II yang merupakan posisi “tumbuh dan kembangkan” (grow
and build). Pada kondisi tersebut, strategi yang tepat digunakan adalah strategi
intensif dan strategi integratif. Strategi integrasi mencakup integrasi ke belakang,
integrasi kedepan dan integrasi horizontal.
SKOR TOTAL IFE
4,0 kuat 3,0 rata2 2,0 lemah 1,0
Tinggi 3,0 Menengah SKOR TOTAL 2,0 EFE
Rendah 1,0
Gambar 6. Matriks Internal-Ekternal (IE Matriks) The Pinewood
Organik Farm
I II III
IV V VI
VII VIII IX
86
Strategi intensif yang diterapakan perusahaan yaitu starategi penetrasi
pasar yang merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar yang ada untuk
barang dan jasa yang ada saat ini melalui peningkatan usaha pemasaran. Strategi
pengembangan pasar merupakan strategi untuk memperkenalkan produk-produk
yang sudah ada kedaerah pemasaran yang baru.
Strategi lain yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah pengembangan
produk. Perusahaan sampai saat sekarang belum dapat memenuhi permintaan
pelanggan secara kontinyu. Sehingga pengembangan usaha merupakan suatu
strategi yang tepat untuk perusahaan. pengembangan usaha tersebut yang dapat
dilakukan yaitu peningkatan produksi. Sedangkan Strategi integrasi yang
mencakup strategi kebelakang yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
menjalin hungan dengan pemasok.
7.4 Analisis Strategi Menggunakan Matriks SWOT (Strengths, Weakness,
Opportunities, and Threats)
Matriks SWOT ini disusun. Dengan mencocokan faktor-faktor kunci
internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor-faktor kunci eksternal (peluang
dan ancaman) merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan strategi yang
layak. Matriks SWOT merupakan alat yang pencocokan penting untuk
mengembangkan empat tipe strategi yaitu : SO, WO, ST,WT. perumusan masing-
masing strategi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada pada matriks IE.
Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 20.
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh beberapa alternatif
strategi yaitu strategi SO, straegi WO, strategi ST, dan strategi WT. Alternatif
strategi yang diperoleh adalah:
1). Strategi S-O
1. Menambah area produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur.
Alternatif strategi ini didapat dengan mengkombinasikan kekuatan
perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Perusahaan dapat membangun
kumbung-kumbung baru untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaan
karena adanya peningkatan permintaan jamur yang tinggi. Minat msyarakat yang
87
semakin tinggi untuk mengkonsumsi makanan yang bersifat organik dan
menyehatkan seperti jamur turut memperbesar peluang pasar.
Peningkatan kapasitan ini dimungkinkan karena perusahaan memiliki
tenaga kerja yang kompeten dibidang jamur sehingga kualitas jamur yang
dihasilkan bagus, dan perusahaan mampu memjual jamur tiram diatas rata-rata
perusahaan lain.
1. Perusahaan membuat suplemen dengan bahan dasar jamur.
Alternatif ini didapat dengan mengkombinasikan kekuatan perusahaan
dengan peluang yang ada. Kekuatan perusahaan dengan berupa kualitas produk
jamur baik dan tenaga kerja yang kompeten dibidang jamur. peluang usaha yang
ada meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur dan idustri jamur
diarahkan untuk ketahanan pangan dan pengembangan teknologi kesehatan dan
obat-obatan.
Masyarakat kini telah merubah pola makanannya dan mulai tertarik untuk
mengkonsumsi makanan yang sehat sesui dengan prinsip back to nature atau
kembali kealam. Pembuatan jamur tidak dengan bahan-bahan kimia ini yang
membuat jamur merupakanan makanan yang menawarkan manfaat yang sangat
penting bagi kesehatan. Selain bermanfaat dalam hal pemenuhan gizi, jamur juga
berfungsi sebagai obat degenerative. Saat ini banyak promosi di media masa yang
menawarkan produk-produk suplemen yang berbahan dasar alami hal itu dapat
menunjukkan bahwa masyarakat telah banyak mengetahui produk suplemen yang
berbahan dasar alami. Dengan demikian, produk suplemen berbahan dasar jamur
mempunyai peluang untuk dipasarkan pada segmen pasar tersebut.
2) Strategi W-O
1. Meningkatkan promosi jamur.
Alternatif strategi ini dengan mengkombinasikan kelemahan perusahaan
dengan peluang usaha yang ada. Kelemahan perusahaan ini masih kurangnya
promosi jamur. peluang usaha yang ada berupa pengetahuan masyarakat akan
manfaat jamur dan peningkatan permintaan jamur. perusahaan The Pinewood
Organik Farm selama ini tidak memiliki sistim promosi secara khusus. Promosi
dilakukan dengan mulut ke mulut serta pemberian brosur.hal ini dapat lebih
88
ditingkatkan dengan mengiklankan perusahaan The Pinewood Organik Farm
melalui media elektronik seperti televise, radio, majalah, Koran. Adanya promosi
tersebut diharapkan lebih banyak calon konsumen yang mengenal usahanya.
2. Mencari dana tambahan
Alternatif strategi ini didapat dengan mengkombinasikan kelemahan
perusahaan dengan peluang usaha yang ada. Kelemahan perusahaan berupa
kapasitas belum optimal dan keterbatasannya modal untuk megembangkan usaha.
Peluang usaha yang ada kenaikan harga jamur dan peningkatan permintaan jamur.
Perusahaan The Pinewood Organik Farm masih mempunyai kendala
dalam hal dana untuk mengembangkan usahanya. Saat ini perusahaan
mendapatkan dana dari laba perusahaan yang jumlahnya relatif sedikit. Untuk
mengembangkan usahanya perusahaan dapat mencari dana tambahan yang lain.
Dana tersebut bisa didapat dari pinjaman kredit bank dengan bunga ringan,
sehingga tidak memberatkan perusahaan dalam membayar cicilan. Dengan adanya
dana tambahan, perusahaan dapat meningkatkan produksi jamur dan pendapatan
perusahaan.
3) Strategi S-T
1. Peningkatan Efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Alternatif strategi ini didapat dengan mengkkombinasikan kekuatan
perusahaan dengan ancaman yang ada. Kekuatan perusahaan berupa kualitas
produksi jamur baik, dan lokasi perusahaan yang strategis untuk dapat
menghadapi ancaman terhadap pengembangan usaha jamur berupa fluktuasi harga
BBM, ancaman pendatang baru besar, dan persaingan dalam industri besar.
Strategi peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing
perusahaan biaya produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi ancaman akan
adanya biaya yang tinggi sebagai akibat tingginya harga BBM. Alternatif strategi
ini dapat dijalankan perusahaan karena perusahaan memiliki tenaga kerja yang
kompeten yang dapat dipercaya untuk menekan biaya produksi tersebut.
2. Kerjasama kemitraan
Alternatif strategi ini didapat dengan mengkombinasikan kekuatan
perusahaan dengan ancaman usaha yang ada. Kekuatan perusahaan berupa lokasi
89
strategis, kualitas produk jamur baik dan harga jual jamur tinggi. Ancaman usaha
yang ada berupa peningkatan impor jamur dan peningkatan persaingan dalam
industri jamur dan ancaman pendatang baru.
Dengan melakukan kerjasama kemitraan dengan perusahaan yang sejenis,
yang tujuannya adalah untuk meningkatkan daya tawar perusahaan terhadap
pemasok dan pembeli.
4) Strategi W-T
1. Penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman.
Alternaif strategi ini didapat dengan mengkombinasikan kelemahan
perusahaan dengan ancaman usaha yang ada. Kelemahan perusahaan berupa
kapasitas produksi belum optimal dan keterbatasannya modal untuk membangun
usaha. Ancaman usaha yang dihdapi berupa fluktuasi harga BBM, peningkatan
dalam industri jamur dan ancaman pendatang baru.
Strategi ini dipilih jika ancaman yang dihadapi besar dan perusahaan
hanya bisa bertahan saja. Dengan adanya peningkatkan kapasitas produksi jamur
dalam menghadapi ancaman maka, perusahaan masih bisa bertahan.
90
Tabel 20. Matriks SWOT Perusahaan The Pinewood Organik Farm.
IFE EFE
Kekuatan (Strength-S) 1. Mampu memproduksi dan
bibit jamur sendiri. 2. Lahan untuk pengembangan
usaha jamur yang masih luas.
3. Fasilitas untuk budidaya jamur baik.
4. Tenaga kerja yang kompeten.
5. Kualitas produk jamur baik. 6. Harga jual jamur tinggi.
7. Lokasi perusahaan yang strategis.
Kelemahan (Weakness-W) 1. Kapasitas produksi jamur
belum optimal. 2. Keterbatasan modal. 3. Sistim administrasi dan
keuangan yang masih sederhana.
4. Masih kurangnya promosi jamur.
Peluang
(Opportunities-O) 1. Kenaikan harga komoditas
jamur tinggi. 2. Keberadaan MAJI sebagai
lembaga asosiasi bagi pengusaha jamur
3. Peningkatan permintaan jamur
4. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur.
5. Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan.
6. Gaya hidup kembali kealam (back to nature).
7. Pasokan jamur yang masih rendah.
Strategi S-O 1. Menambah area produksi
perusahaan melalui penambahan kumbung jamur. (S2,S3,S4,S5,S6,S7,O1,O2)
2. Perusahaan membuat makanan suplemen dengan bahan dasar jamur. (S3,S4,S5,S6,O3,O5)
Strategi W-O 1. Meningkatkan promosi
jamur. (W4,O1,O2,O3,O4,O6).
2. Mencari dana tambahan. (W1,W2,O1,O2,O6)
Ancaman (Threats-T) 1. Fluktuasi harga BBM. 2. Peningkatan impor jamur. 3. Ancaman pendatang baru
besar. 4. Peningkatan dalam industri
jamur besar.
5. Produk subtitusi yang tinggi.
Strategi S-T 1. Peningkatan efisiensi
produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. (S1,S2,S3,S4,S5,S6,T1,T2,T3,T4)
2. Kerjasama kemitraan (S5,S6,S7,T2,T3,T4,T5)
Strategi W-T 1. Penghematan melalui efisiensi
biaya total dalam menghadapi ancaman. (W1,W2,T1,T3,T4)
91
7.5 Penentuan Strategi Prioritas
Dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh melalui analisis SWOT
yang dapat diterapkan oleh perusahaan The Pinewood Organik Farm, selanjutnya
akan ditetapkan prioritas strategi yang akan dijalankan oleh perusahaan dari
alternatif strategi tesebut. Alat analisis yang dipakai pada tahap ini adalah QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix) atau matriks perencanaan strategis
kuantitatif. Penggunaan matriks untuk menentukan relative attractiveness
(kemenarikan relatif) antara faktor-faktor yang terdapat pada kondisi internal
maupun eksternal terhadap alternatif-alternatif strategi yang dihasilkan dari
matriks SWOT.
Proses pengolahan pada matriks QSP dimulai oleh pimpinan perusahaan
sebagai pengambil keputusan diperusahaan dengan membandingkan, apakah
faktor-faktor internal berpengaruh terhadap daftar strategi yang akan dipilih. Jika
tidak berpengaruh bisa dilewatkan. Sedangkan jika berpengaruh, maka responden
memberikan nilai AS (Attractiveness Score) yaitu seberapa menarik strategi yang
ada terhadap factor internal dan eksternal.
Hasil dari penilaian AS ini kemudian dikalikan dengan bobot yang
digunakan pada matriks IFE dan EFE untuk menghasilkan TAS (Total
Attractiveness Score) atau total nilai daya tarik. Total nilai daya tarik ini
menunjukkan daya tarik relatif dari setiap alternatif strategi yang diperoleh dari
analisis SWOT. Berdasarkan pengolahan QSPM maka diperoleh hasil berupa
prioritas strategi yang akan dijalankan dengan urutan sesuai total nilai daya tarik
yang dihasilkan. Hasil pengolahan QSPM terdapat pada lampiran 6. Adalah
sebagai berikut :
1. Menambah area produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur,
dengan nilai TAS sebeasr 5,8060
2. Peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan,
dengan nilai TAS sebesar 5,7400
3. Penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman,
dengan nilai TAS sebesar 5,4020
4. Kerjasama kemitraan, dengan nilai TAS sebesar 5,3610
92
5. Perusahaan membuat suplemen dengan bahan dasar jamur, dengan nilai TAS
sebesar 4,9810
6. Meningkatkan promosi jamur, dengan nilai TAS sebesar 4,8200
7. Mencari dana tambahan, dengan nilai TAS sebesar 3,2190
Dari hasil perhitungan dengan analisis QSPM pada peerusahaan The
pinewood Farm maka diperoleh prioritas strategi yang terbaik yang dapat
dilakukan perusahaan dari tujuh alternatif strategi, ada tiga alternatif strategi yang
menjadi prioritas bagi perusahaan The Pinewood Farm dari ketiga alternatif
strategi adalah strategi menambah area produksi perusahaan melalui penambahan
kumbung jamur, dengan nilai TAS sebeasr 5,8060, rujukan strategi yang lain yang
dapat diberikan pada perusahaan adalah Peningkatan efisiensi produksi untuk
meningkatkan daya saing perusahaan, dengan nilai TAS sebesar 5,7400 dan
Penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman, dengan
nilai TAS sebesar 5,4020. Ketiga strategi tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Menambah area produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur
Strategi ini dapat dilaksanakan dengan meningkatnya permintaan dari
konsumen, diharapkan produksi perusahaan juga meningkat agar dapat memenuhi
permintaan yang datang ke perusahaan. Menurut manajer jamur, dengan
menggunakan lahan yang tersisa dibagian belakang kumbung bisa dibangun
kumbung yang baru. Hasil bangunan ini dapat diketahui tiga bulan kemudian,
maka target tersebut bisa dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan
meningkatnya kapasitas produksi, maka diharapakan perusahaan mendapatkan
keuntungan yang sebesarnya
2. Peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan
Strategi peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing
perusahaan biaya produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi ancaman akan
adanya biaya yang tinggi sebagai akibat tingginya harga BBM. Alternatif strategi
ini dapat dijalankan perusahaan karena perusahaan memiliki tenaga kerja yang
kompeten yang dapat dipercaya untuk menekan biaya produksi tersebut.
93
3. Penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman
Strategi ini dipilih jika ancaman yang dihadapi besar dan perusahaan
hanya bisa bertahan saja. Dengan adanya peningkatkan kapasitas produksi jamur
dalam menghadapi ancaman maka, perusahaan masih bisa bertahan. Ancaman
usaha yang dihdapi berupa fluktuasi harga BBM, peningkatan dalam industri
jamur dan ancaman pendatang baru
.
94
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai strategi pengembangan
usaha jamur tiram pada perusahaan The Pinewood Farm dapat diambil beberapa
kesimpulan :
1. Hasil identifikasi faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang utama
adalah peningkatan permintaan komoditas jamur, sedangkan faktor eksternal
yang menjadi ancaman utama bagi perusahaan adalah peningkatan
persaingan dalam industri jamur besar. Faktor internal yang menjadi
kekuatan utama bagi perusahaan kualitas produk jamur baik dan mampu
memproduksi dan membuat bibit sendiri, sedangkan faktor internal yang
menjadi kelemahan utama adalah kapasitas produksi jamur belum optimal.
2. Hasil pengolahan matrik IE menunjukkan posisi perusahaan berada pada
kuadran II yang memberikan saran tumbuh dan kembangkan. Strategi yang
dapat dilakukan adalah strategi intensif dan strategi integratif. Strategi
intensif yang diterapakan perusahaan yaitu starategi penetrasi pasar yang
merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar yang ada untuk
barang dan jasa yang ada saat ini melalui peningkatan usaha pemasaran.
Strategi integrasi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan
strategi integrasi kebelakang dengan menjalin hungan dengan pemasok,
selain itu dapat dilakukan strategi pengembangan produk. Matrik SWOT
menghasilkan tujuh alternatif strategi yaitu Menambah area produksi
perusahaan melalui penambahan kumbung jamur, perusahaan membuat
suplemen dengan bahan dasar jamur, Meningkatkan promosi jamur,
Mencari dana tambahan, Peningkatan efisiensi produksi untuk
meningkatkan daya saing perusahaan, Kerjasama kemitraan, dan
Penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman.
3. Hasil pengolahan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) diperoleh
alternatif dari prioritas terpenting berdaasarkan nilai tertinggi adalah
Menambah area produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur
dengan nilai TAS sebeasr 5,8060, peningkatan efisiensi produksi untuk
95
meningkatkan daya saing perusahaan, dengan nilai TAS sebesar 5,7400, dan
Penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman,
dengan nilai TAS sebesar 5,4020.
8.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai strategi
pengembangan usaha jamur tiram pada perusahaan The Pinewood Organik Farm
penulis menyarankan :
1. Sebaiknya perusahaan The Pinewood Organik Farm mempertimbangkan
untuk menjalankan strategi pengembagan usaha yang telah
direkomendasikan yaitu strategi mengoptimalkan kapasitas produksi.
Dengan melihat segala kondisi yang dimiliki perusahaan.
2. Perusahaan The Pinewood Organik Farm agar terus memperbeiki segala
aktivitas perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat dalam
usaha jamur dan berusaha untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Hal ini
dilakukan dengan selalu tanggap dengan keadaan industri dan menyusun
strategi-strategi baru yang sesuai dengan faktor internal dan eksternal
perusahaan.
3. Sebaiknya perusahaan membuat iklan tentang profil perusahaan dengan
berrbagai macam media seperti; radio maupun majalah. Hal ini agar
masyarakat lebih mengenal perusahaan The Pinewood Organik Farm.
96
DAFTAR PUSTAKA
Amalia.Z. 2009. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Studi
Kasus Rimba Jaya Musroom, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dimyati, A. 2005. Kebijakan Departemen Pertanian dalam pengembangan jamur pangan, Pra-Workshop : Pengembangan Produk dan Industri jamur pangan Indonesia, BPPT. Jakarta, 2005
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Bruto Atas Harga Konstan
2000 menurut lapangan usaha. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
David, F. 2006. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep. Salemba Empat. Jakarta.
David, F. 2009. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep 1. Salemba Empat. Jakarta.
Direktorat Jendral Produksi Hortikultura. 2009. Nilai PDB Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia Tahun 2009. Jakarta.
Direktorat Jendral Produksi Hortikultura. 2009. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Sayuran di Indonesia. Jakarta
Ginting. L. 2009. Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kotler.P. Manajemen pemasaran. 1997. Jakarta : PT Prenhallindo.
Melani. S. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus :
Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor). Skripsi. Jurusan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pertiwi,P dan Chazali. 2009. Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Bogor.
Porter, M.E. 1994. Keunggulan Bersaing. Binarupa Aksara. Jakarta.
Purwanto, I. 2006. Manajemen Strategi. CV Yrama Widya. Bandung. 248 Hal.
Rachimna D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Kripsi.
Departemen Agribisnis. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
97
Rangkuti, Freddy. 2000. Analisa SWOT : Teknik Membeda Kasus Bisnis
Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Redaksi Agromedia. 2009. Bertanam Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka. Jakarta
Sembiring. M. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler Ud
Janu Putro Sleman Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siagian, S. 2004. Manajemen Stratejik. Bumi Angkasa. Jakarta. 276 Hal.
Suriawiria U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Umar, H. 2008. Strategi Manajemen In Action. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wisandhini.Y. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Sp) pada Perusahaan Jamur Tegal Waru, Bogor. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wijayanti. R. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Strudi Kasus: Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor). Skripsi. Jurusan Agribisnis. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
98
Lampiran 1.
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DAFTAR WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal
Pada Pengembangan Usaha Jamur
Dalam rangka penelitian untuk skripsi dengan judul :
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada Pinewood Farm Di Bogor, Jawa Barat
Oleh :
Heri Eko Wira (H 34076072)
GAMBARAN UMUM DAN FROFIL PERUSAHAAN PINEWOOD FARM a) Sejarah singkat perusahaan? b) Apa latar belakang berdirinya perusahaan? c) Apa Visi, Misi, dan tujuan perusahaan? d) Sejak kapan perusahaan berdiri? Dan siapa pendirinya pertama kali? e) Apa nama perusahaannya?siapa pemelik perusahaan? f) Bagaimanakah struktur organisasi perusahaan? g) Mengapa memilih struktrur tersebut? h) Bagaimanakah sejarah dan keadaan usaha jamur di pinewood farm? i) Bagaimanakah perkembangan hasil usaha jamur? j) Bentuk badan hokum perusahaan? k) Alamat perusahaan?
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN 1. Keuangan a) Bagaimanakah keadaan keuangan perusahaan? Bagaimanakah perusahaan mendapatkan
modal? b) Bagaimanakah alokasi anggaran perusahaan? c) Bagaimanakan perkembangan total cost yang dikeluarkan perusahaan? d) Bagaimanakah marjin keuntungan perusahaan saat ini positif atau negatif? 2. Manajemen Umum a) Apakah perusahaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
actuating, dan controlling? b) Apakah fungsi-fungsi tersebut berjalan efektif dan efisien? c) Bagaimanakah pembagiaan wewenang dan kewajiban dalam personil kunci perusahaan? d) Bagaimanakah intensitas karyawan yang masuk dan keluar pada perusahaan? e) Bagaimanakah tingkat keterampilan perusahaan yang dibutuhkan dalam menjalankan dan
memenuhi target perusahaan? f) Apakah ada bonus untuk karyawan g) Bagaimanakah tingkat efektifitas bonus tersebut? h) Bagaimanakah bentuk bonus yang diberikan pada karyawan? i) Apakah sering terdapat karyawan yang sering mangkir? j) Apakah ada pelantikan bagi karyawan untuk meningkatkatkan kaeahlian dan pangalaman
karyawan? k) Bagaimanakah system produksi perusahaan?(bagaimanakah produksi dalam sehari, dan
bagaimana pembagian kerja)
99
3. Produksi dan Operasi a) Bagaimanakah jenis bibit jamur perusahaan? b) Bagaimanakah proses produksinya? c) Berapakah rata-rata kapasitas produksi (jamur tiram) yang dihasilkan dalam sekali
produksi? d) Apakah target produksi berdasarkan permintaan konsumen, pesanan atau ada yang lain? e) Bagaimanakah kualitas jamur tiram yang dihasilkan (produk yang dihasilkan
perusahaan? f) Apakah ada pengujian/penyeleksian sebelum dipasarkan? g) Apakah ada inovasi produk h) Apa saja peralatan atau mesin-mesin yang diperlukan untuk produksi? i) Berapakah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi dan bagaimanakah
pengawasannya? 4. Pemasaran a) Jenis produk dan jasa apa yang dipsarkan peusahaan? b) Apakah ada pembagian khusus yang menangani pemasaran tersebut? c) Bagaimanakah perkembangan pasar akhir-akhir ini? d) Segmentasi pasar dan siapa yang dibidik oleh perusahaan? e) Bagaimanakah pengorganisasian bagian pemasaran perusahaan? f) Seperti apa salauran distribusi yang ada dalam perusahaan? g) Berapa jumlah distributornya? h) Bgaimanakah perbandingan penjualan pada masing-masing distributor? i) Bagaimanakah strategi penetapan harga yang dilakukan perusahaan? j) Apakah ada promosi mengenai produk-produk perusahaan? 5. Penelitian dan Pengembangan a) Apakah ada bagian atau divisi penelitian dan pengembangan? b) Bagaimanakah intesitas litbang dilakukan? c) Apakah tujuan pelaksanaan R&D? d) Apakah ada inovasi dan teknologi yang diterapkan perusahaan? e) Apakah ada perkembangan produk baru hasil R&D?
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL PERUSAHAAN 1. Ekonomi a) Apakah ada dampak secara umum pada perusahaan dari adanya pertumbuhan ekonomi di
Indonesia? b) Apakah ada dampak secara umum pada perusahaan oleh adanya kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) di Indonesia? c) Apakah ada perubahan harga bahan baku? Sejauh apa tingkat perubahannya? d) Bagaimanakah sikap perusahaan menyikapi kondisi jika terjadi perubahan harga bahan
baku? e) Bagaimanakah tingkat pendapatan masyarakat di daerah perusahaan tepatnya di Cisarua? 2. Sosial a) Bagaimanakah bentuk tanggung jawab perusahaan? b) Apakah perusahaan pernah mengadakan program sosial? c) Bagaimanakah perusahaan melakukan manajemen limbah? 3. Pemerintah a) Bagaimanakah kondisi stabilitas politik dan keamanan dalam perkembangan usaha
didaerah Cisarua , Kabupaten Bogor? b) Apakah ada peraturan perundan-undangan yang mengatur kegiatan usaha didaerah
Cisarua, Kabupaten Bogor? c) Apakah ada program pemerintah dalam mengembangkan jamur di Jawa Barat pada
umumnya didaerah Bogor? 4. Teknologi a) Bagaimanakah perkembagan teknologi perusahaan dalam mengakses informasi? b) Bagaimanakah perkembangan teknologi dalam divis jamur? Apakah ada teknologi baru? c) Berapa besar biaya teknologi yang dibutuhkan untuk teknologi tersebut?
100
5. Konsumen a) Apakah ada yang menjadi alasan konsumen melakukan complain terhadap perusahaan? b) Apakah ada konsumen yang memiliki loyalitas? c) Berapa harga yang biasa diterima oleh konsumen? d) Apakah ada standart mutu produk yang dijual kepada konsumen? 6. Pesaing? a) Apakah ada pesaing utama perusahaan? b) Apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan pesaing tesebut? c) Apa yang menjadi sasaran pesaing dan bagaimana strategi yang dilakukan pesaing
tersebut? d) Apakah factor yang menjadi pendorong dan factor penghambat untuk masuk industri
jamur? e) Apakah ada produk subtitusi dari produk jamur? Jika ada apakah keberadaannya cukup
kuat? 7. Pemasok a) Apakah bahan baku utama yang diperlukan perusahaan untuk berproduksi? b) Berapa jumlah rata-rata bahan baku yang diperlukan? c) Berapa jumlah pemasok saat ini? d) Apakah jumlah pemasok tersebut mampu memenuhi permintaan bahan baku perusahaan? e) Apakah ada pemasok lain selain para pemasok saat ini? Dan bagaimanakah kekuatan
mereka? f) Dari daerah mana biasanya pemasok berasal?
101
Lampiran 2.
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DAFTAR WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal
Pada Pengembangan Usaha Jamur
Dalam rangka penelitian untuk skripsi dengan judul : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada Pinewood Farm Di Bogor, Jawa Barat
Oleh :
Heri Eko Wira (H 34076072)
Indensitas Responden
Nama : Pekerjaan/Jabatan : Nomor Responden :
Penentuan Faktor Internal
Tujuan melakukan analisis faktor internal adalah untuk mengetahui faktor-faktor strategis
yang dimasukkan kedalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam strategi pengembangan
usaha jamur tiram. Untuk masing-masing faktor strategis kekuatan atau kelemahan, diharapkan
dapat menghasilkan 5-10 faktor yang paling berpengaruh. Responden dapat menambahkan atau
mengurangi aspek-aspek penilaian terhadap lingkungan internal apabila hal tersebut dianggap
relevan.
Petunjuk Pengisian
1. Berikan tanda (v) pada kolom kekuatan pada tabel 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pengembangan usaha jamur tiram.
2. Berikan tanda (v) pada kolom kelemahan pada tabel 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pengembangan usaha jamur tiram.
3. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan atau kelemahan berdasarkan keterangan berikut ini :
a) Nilai 4, jika faktor tersebut dinilai sangat penting dan berpengaruh bagi perusahaan b) Nilai 3, jika faktor tersebut dinilai penting dan berpengaruh bagi perusahaan c) Nilai 2, jika faktor tersebut dinilai cukup penting dan berpengaruh bagi perusahaan d) Nilai 1, jika faktor tersebut dinilai kurang penting dan berpengaruh bagi perusahaan
102
Tabel 1. Analisis faktor Internal Perusahaan
No Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan 4 3 2 1
1 Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri
2 Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas
3 Fasilitas untuk budidaya jamur baik
4 Tenaga kerja yang kompeten
5 Kualitas produk jamur baik
6 Harga jual jamur tinggi
7 Lokasi perusahaan yang strategis
8 Kapasitas produksi jamur belum optimal
9 Keterbatasan modal
10 Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana
11 Masih kurangnya promosi jamur
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL
Tujuan melakukan analisis faktor eksternal adalah untuk mengetahui faktor-faktor
strategis yang dimasukkan kedalam kelompok peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan
usaha jamur tiram. Untuk masing-masing faktor strategis peluang dan ancaman, diharapkan dapat
menghasilkan 5-10 faktor yang paling berpengaruh. Responden dapat menambahkan atau
mengurangi aspek-aspek penilaian terhadap lingkungan internal apabila hal tersebut dianggap
relevan.
Petunjuk Pengisian
1. Berikan tanda (v) pada kolom kekuatan pada tabel 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pengembangan usaha jamur tiram.
2. Berikan tanda (v) pada kolom kelemahan pada tabel 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pengembangan usaha jamur tiram.
3. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan atau kelemahan berdasarkan keterangan berikut ini :
a) Nilai 4, jika faktor tersebut dinilai sangat penting dan berpengaruh bagi perusahaan b) Nilai 3, jika faktor tersebut dinilai penting dan berpengaruh bagi perusahaan c) Nilai 2, jika faktor tersebut dinilai cukup penting dan berpengaruh bagi perusahaan d) Nilai 1, jika faktor tersebut dinilai kurang penting dan berpengaruh bagi perusahaan
Tabel 2. Analisis faktor eksternal Perusahaan
No Faktor-faktor Strategis Eksternal Peluang Ancaman 4 3 2 1
1 kenaikan harga komoditas jamur tinggi
2 Peningkatan permintaan jamur
3 Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur
4 Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan
5 Gaya hidup kembali kealam (back to nature)
6 Pasokan jamur tiram yang masih rendah
7 Fluktuasi harga BBM
8 Peningkatan impor jamur
9 Ancaman pendatang baru besar
10 Peningkatan dalam industri jamur besar
11 Produk subtitusi yang tinggi
103
PEMBERIAN BOBOT TERHADAP KEKUATAN, KELEMAHAN,
PELUANG DAN ANAMAN
I. Pembobotan terhadap lingkungan internal industri (kekuatan dan kelemahan)
Petunjuk pengsian : a) pemberian nilai didasarkan pada pebandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif
berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya terhadap usaha. b) Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring)
terhadap kolom 1 (huruh cetak tegak) dan harus konsisten. Dengan ketentuan berikut : � Bila lebih penting, nilainya = 1 � Bila sama penting, nilainya = 2 � Bila tidak lebih penting, nilainya = 3
II. Pembobotan terhadap lingkungan eksternal industri (peluang dan ancaman) Petunjuk pengisian :
a) pemberian nilai didasarkan pada pebandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya terhadap usaha.
c) Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruh cetak tegak) dan harus konsisten. Dengan ketentuan berikut :
� Bila lebih penting, nilainya = 1 � Bila sama penting, nilainya = 2 � Bila tidak lebih penting, nilainya = 3
PENENTUAN ALTERNATIF STRATEGI DENNGAN MATRIKS QSPM Penentuan alternatif strategi dengan matriks QSPM dilakukan untuk menetapkan kemenarikan relatif (Relatif Attractiveness) dan alternatif strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan terlebih dahulu oleh perusahaan Pinewood Farm.
Petunjuk Pengisian
Ajukan pertanyaan, apakah faktor sukses kritis berpengaruh terhadap alternatif strategi yang ada. Jika jawabannya tidak, maka kolom AS tidak perlu diisi. Jjika jawabannya Ya, maka kolom AS di isi dengan ketentuan berikut : 4= Jika alternatif strategi sangat menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain. 3= Jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain. 2= Jika alternatif strategi agak menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain. 1= Jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain.
104
Lampiran 3.
Responden 1. Manajer (Bapak Yulianto)
Responden 2. Asisten Manajer Divisi Jamur (Bapak Manggara)
Faktor-faktor Strategis eksternal A B C D E F G H I J K L TOTAL BOBOT
kenaikan harga komoditas jamur tinggi (A) 3 3 2 3 3 1 1 2 1 2 3 24 0.099
Keberadaan MAJI sebagai lembaga asosiasi bagi pengusaha jamur (B) 2 1 3 3 2 3 2 3 2 2 2 25 0.099
Peningkatan permintaan jamur (C) 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 28 0.111
Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur (D) 2 2 3 3 2 1 3 3 2 3 1 25 0.099
Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan(E) 3 3 2 3 3 3 1 3 2 2 2 27 0.107
Gaya hidup kembali kealam (back to nature)(F) 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 15 0.059
Pasokan jamur tiram yang masih rendah(G) 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 18 0.071
Fluktuasi harga BBM (H) 3 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 14 0.055
Peningkatan impor jamur(I) 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 16 0.063
Ancaman pendatang baru besar (J) 1 2 3 2 2 2 1 1 2 1 3 17 0.067
Peningkatan dalam industri jamur besar (K) 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 3 23 0.091
Produk subtitusi yang tinggi (L) 3 3 1 3 2 3 2 1 1 1 1 21 0.083
TOTAL 253 1.004
Faktor-faktor Strategis eksternal A B C D E F G H I J K L TOTAL BOBOT
kenaikan harga komoditas jamur tinggi (A) 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 20 0.082
Keberadaan MAJI sebagai lembaga asosiasi bagi pengusaha jamur (B) 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 18 0.074
Peningkatan permintaan jamur (C) 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 27 0.111
Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur (D) 2 2 3 3 2 1 3 3 2 3 1 25 0.102
Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan(E) 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 29 0.119
Gaya hidup kembali kealam (back to nature)(F) 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 15 0.061
Pasokan jamur tiram yang masih rendah(G) 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 3 19 0.078
Fluktuasi harga BBM (H) 3 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 14 0.057
Peningkatan impor jamur(I) 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 16 0.066
Ancaman pendatang baru besar (J) 1 2 3 2 2 2 1 1 2 1 3 17 0.070
Peningkatan dalam industri jamur besar (K) 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 22 0.090
Produk subtitusi yang tinggi (L) 3 3 1 3 2 3 2 1 2 1 1 22 0.090
TOTAL 244 1.000
105
Responden 3. Mandor Lapangan Divisi Jamur (Bapak Nana Ardiana)
Faktor-faktor Strategis eksternal A B C D E F G H I J K L TOTAL BOBOT
kenaikan harga komoditas jamur tinggi (A) 1 3 3 1 2 3 2 1 2 1 3 22 0.094
Keberadaan MAJI sebagai lembaga asosiasi bagi pengusaha jamur (B) 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 18 0.077
Peningkatan permintaan jamur (C) 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 25 0.107
Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur (D) 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 22 0.094
Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan(E) 3 3 2 3 2 1 1 3 2 2 22 0.094
Gaya hidup kembali kealam (back to nature)(F) 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 17 0.073
Pasokan jamur tiram yang masih rendah(G) 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 14 0.060
Fluktuasi harga BBM (H) 3 3 1 1 1 1 1 1 2 1 15 0.064
Peningkatan impor jamur(I) 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 16 0.068
Ancaman pendatang baru besar (J) 2 2 2 3 2 3 1 1 2 2 20 0.085
Peningkatan dalam industri jamur besar (K) 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 19 0.081
Produk subtitusi yang tinggi (L) 2 2 3 3 3 2 3 1 3 2 24 0.103
TOTAL 234 1.000
Lampiran 4. Penelitian Bobot Faktor Internal Responden 1. Manajer (Bapak Yulianto)
Faktor-faktor Strategis INTERNAL A B C D E F G H I J K TOTAL BOBOT
Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri (A) 3 2 2 2 3 2 3 2 1 1 21 0.111 Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas (B) 1 2 2 1 1 2 3 3 1 1 17 0.089
Fasilitas untuk budidaya jamur baik (C) 3 1 3 3 3 1 1 1 2 2 20 0.105
Tenaga kerja yang kompeten (D) 3 1 1 3 3 1 1 2 1 1 17 0.089
Kualitas produk jamur baik (E) 3 1 3 3 3 2 1 1 1 1 19 0.100
Harga jual jamur tinggi (F) 3 1 2 3 3 2 1 2 1 1 19 0.100
Lokasi perusahaan yang strategis (G) 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1 14 0.074
Kapasitas produksi jamur belum optimal (H) 2 3 1 1 3 1 1 3 1 3 19 0.100
Keterbatasan modal (I) 1 3 1 2 1 1 2 3 1 2 17 0.089
Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana (J) 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 0.063
Masih kurangnya promosi jamur (K) 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 15 0.079
TOTAL 190 1.000
106
Responden 2. Asisten Manajer Divisi Jamur (Bapak Manggara)
Faktor-faktor Strategis INTERNAL A B C D E F G H I J K TOTAL BOBOT
Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri (A) 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 25 0.115
Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas (B) 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 12 0.055
Fasilitas untuk budidaya jamur baik (C) 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 26 0.119
Tenaga kerja yang kompeten (D) 3 3 3 1 2 1 3 2 2 1 21 0.096
Kualitas produk jamur baik (E) 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 28 0.128
Harga jual jamur tinggi (F) 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 14 0.064
Lokasi perusahaan yang strategis (G) 3 3 3 3 1 1 3 2 1 1 21 0.096
Kapasitas produksi jamur belum optimal (H) 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 28 0.128
Keterbatasan modal (I) 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 14 0.064
Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana (J) 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 13 0.060
Masih kurangnya promosi jamur (K) 2 3 3 1 1 1 1 2 1 1 16 0.073
TOTAL 218 1.000
Responden 3. Mandor Lapangan Divisi Jamur (Bapak Nana Ardiana)
Faktor-faktor Strategis INTERNAL A B C D E F G H I J K TOTAL BOBOT
Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri(A) 2 2 3 2 1 1 3 3 3 3 23 0.105
Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas (B) 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 14 0.064
Fasilitas untuk budidaya jamur baik (C) 3 2 2 2 1 1 3 3 2 3 22 0.100
Tenaga kerja yang kompeten (D) 2 3 3 1 2 1 2 2 2 3 21 0.096
Kualitas produk jamur baik (E) 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 28 0.128
Harga jual jamur tinggi (F) 3 3 2 3 3 2 2 1 2 2 23 0.105
Lokasi perusahaan yang strategis (G) 2 3 3 3 1 1 3 2 1 1 20 0.091
Kapasitas produksi jamur belum optimal (H) 3 2 2 2 1 1 2 3 3 2 21 0.096
Keterbatasan modal (I) 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 17 0.078
Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana (J) 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 12 0.055
Masih kurangnya promosi jamur (K) 1 3 2 2 1 2 1 2 3 1 18 0.082
TOTAL 219 1.000
107
Lampiran 5. Hasil Pengisian Kuesioner Penilaian Rating Faktor Eksternal Perusahaan
No Faktor Ekternal Rating Rataan
Rating R1 R2 R3
Peluang 1 Kenaikan harga komoditas jamur tinggi 4 3 4 3.67
2 Keberadaan MAJI sebagai lembaga asosiasi bagi pengusaha jamur 3 3 3 3.00
3 Peningkatan permintaan jamur 4 4 4 4.00 4 Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur 4 3 3 3.33
5 Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan 3 4 3 3.33
6 Gaya hidup kembali kealam (back to nature) 4 3 4 3.67 7 Pasokan jamur tiram yang masih rendah 4 4 4 4.00 Ancaman 1 Fluktuasi harga BBM 1 2 1 1.33 2 Peningkatan impor jamur. 2 2 2 2.00 3 Ancaman pendatang baru besar. 2 2 1 1.67 4 Peningkatan dalam industri jamur besar. 2 2 2 2.00 5 Produk subtitusi yang tingg 2 1 2 1.67
Lanjutan Lampiran 5. Hasil Pengisian Kuesioner Penilaian Rating Faktor Internal Perusahaan
No Faktor Internal Rating Rataan
Rating R1 R2 R3
Kekuatan 1 Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri. 4 4 3 3.67 2 Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas. 3 3 4 3.33 3 Fasilitas untuk budidaya jamur baik 3 3 3 3.00 4 Tenaga kerja yang kompeten 3 4 3 3.33 5 Kualitas produk jamur baik 4 3 4 3.67 6 Harga jual jamur tinggi 4 3 4 3.67 7 Lokasi perusahaan yang strategis 3 3 3 3.00 Kelemahan 1 Kapasitas produksi jamur belum optimal 2 1 1 1.33 2 Keterbatasan modal 2 2 1 1.67 3 Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana 2 2 2 2.00 4 Masih kurangnya promosi jamur 2 1 2 1.67
108
Lampiran 6. QSPM
No Faktor Strategis Nilai
Alternatif
strategi A
Alternatif
Strategi
B
Alternatif
Strategi
C
Alternatif
StrategiD
Bobot AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
1 Kenaikan harga komoditas jamur tinggi 0.092 3 0.2760 2 0.1840 3 0.2760 4 0.3680
2 Peningkatan permintaan jamur 0.120 4 0.4800 2 0.2400 3 0.3600 4 0.4800
3 Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur 0.109 4 0.4360 3 0.3270 4 0.4360 4 0.4360
4 Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan 0.116 3 0.3480 4 0.4640 3 0.3480 3 0.3480
5 Gaya hidup kembali kealam (back to nature) 0.070 4 0.2800 4 0.2800 2 0.1400 3 0.2100
6 Pasokan jamur tiram yang masih rendah. 0.072 3 0.2160 2 0.1440 3 0.2160 3 0.2160
Ancaman
1 Fluktuasi harga BBM. 0.067 3 0.2010 2 0.1340 2 0.1340 2 0.1340
2 Peningkatan impor jamur 0.075 3 0.2250 3 0.2250 2 0.1500 1 0.0750
3 Ancaman pendatang baru besar. 0.084 2 0.1680 3 0.2520 3 0.2520 2 0.1680
4 Peningkatan dalam industri jamur besar 0.092 2 0.1840 3 0.2760 2 0.1840 2 0.1840
5 Produk subtitusi yang tinggi. 0.102 3 0.3060 2 0.2040 1 0.1020 3 0.3060
Kekuatan
1 Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri 0.110 3 0.3300 3 0.3300 4 0.4400 2 0.2200
2 Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas 0.069 2 0.1380 2 0.1380 4 0.2760 1 0.0690
3 Fasilitas untuk budidaya jamur baik 0.108 2 0.2160 3 0.3240 2 0.2160 3 0.3240
4 Tenaga kerja yang kompeten 0.094 2 0.1880 4 0.3760 3 0.2820 3 0.2820
5 Kualitas produk jamur baik 0.119 3 0.3570 3 0.3570 4 0.4760 2 0.2380
6 Harga jual jamur tinggi 0.090 4 0.3600 2 0.1800 3 0.2700 3 0.2700
7 Lokasi perusahaan yang strategis 0.087 3 0.2610 1 0.0870 2 0.1740 2 0.1740
Kelemahan
1 Kapasitas produksi jamur belum optimal 0.108 3 0.3240 1 0.1080 4 0.4320 4 0.4320
2 Keterbatasan modal 0.077 3 0.2310 1 0.0770 3 0.2310 3 0.2310
3 Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana 0.059 1 0.0590 2 0.1180 3 0.1770 2 0.1180
4 Masih kurangnya promosi jamur 0.078 2 0.1560 2 0.1560 3 0.2340 1 0.0780
Total 5.7400 4.9810 5.8060 5.3610
109
Lanjutan lampiran 6. QSPM
No Faktor Strategis Nilai
Alternatif
strategi E
Alternatif
Strategi F
Alternatif
StrategiG
Bobot AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
1 Kenaikan harga komoditas jamur tinggi 0.092 2 0.1840 3 0.2760 3 0.2760
2 Peningkatan permintaan jamur 0.120 2 0.2400 1 0.1200 3 0.3600
3 Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur 0.109 3 0.3270 1 0.1090 2 0.2180
4 Industri jamur diarah kan untuk ketahanan pangan dan teknologi serta kesehatan 0.116 1 0.1160 2 0.2320 3 0.3480
5 Gaya hidup kembali kealam (back to nature) 0.070 1 0.0700 2 0.1400 4 0.2800
6 Pasokan jamur tiram yang masih rendah. 0.072 2 0.1440 2 0.1440 3 0.2160
Ancaman
1 Fluktuasi harga BBM. 0.067 1 0.0670 2 0.1340 3 0.2010
2 Peningkatan impor jamur 0.075 2 0.1500 3 0.2250 3 0.2250
3 Ancaman pendatang baru besar. 0.084 1 0.0840 3 0.2520 2 0.1680
4 Peningkatan dalam industri jamur besar 0.092 2 0.1840 3 0.2760 2 0.1840
5 Produk subtitusi yang tinggi. 0.102 1 0.1020 2 0.2040 3 0.3060
Kekuatan
1 Mampu memproduksi dan bibit jamur sendiri 0.110 2 0.2200 3 0.3300 3 0.3300
2 Lahan untuk pengembangan usaha jamur yang masih luas 0.069 2 0.1380 2 0.1380 2 0.1380
3 Fasilitas untuk budidaya jamur baik 0.108 1 0.1080 3 0.3240 2 0.2160
4 Tenaga kerja yang kompeten 0.094 1 0.0940 2 0.1880 2 0.1880
5 Kualitas produk jamur baik 0.119 2 0.2380 2 0.2380 3 0.3570
6 Harga jual jamur tinggi 0.090 1 0.0900 3 0.2700 4 0.3600
7 Lokasi perusahaan yang strategis 0.087 2 0.1740 1 0.0870 3 0.2610
Kelemahan
1 Kapasitas produksi jamur belum optimal 0.108 2 0.2160 4 0.4320 3 0.3240
2 Keterbatasan modal 0.077 1 0.0770 3 0.2310 3 0.2310
3 Sistim administrasi dan keuangan yang masih sederhana 0.059 2 0.1180 4 0.2360 1 0.0590
4 Masih kurangnya promosi jamur 0.078 1 0.0780 3 0.2340 2 0.1560
Total 3.2190 4.8200 5.4020
110
Keterangan :
Strategi A: Peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing
perusahaan, dengan nilai TAS sebesar 5,7400
Strategi B: Perusahaan membuat suplemen dengan bahan dasar jamur, dengan
nilai TAS sebesar 4,9810
Strategi C: Menambah area produksi perusahaan melalui penambahan kumbung
jamur, dengan nilai TAS sebeasr 5,8060
Strategi D: Kerjasama kemitraan, dengan nilai TAS sebesar 5,3610
Strategi E: Mencari dana tambahan, dengan nilai TAS sebesar 3,2190
Strategi F: Meningkatkan promosi jamur, dengan nilai TAS sebesar 4,8200
Strategi G: Penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi
ancaman, dengan nilai TAS sebesar 5,4020