analisis swot pecel lele lela (efas dan ifas)
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari,Tanggal : Selasa, 07 Januari 2013
M.K. Manajemen Strategi Dosen : Sanitianing
ANALIS SWOT FRENCHISE PECEL LELE LELA
“Frenchise Lele Lela”
Jln. Sudirman No.22 Bogor
Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Desty Dwi Anandya J3J111130
2. Dian Anggita J3J111188
3. Maria Fransisca Saragih J3J211244
4. M. Rusydi Hasibuan J3J111021
5. Mandala syaputra J3J111034
PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PRAKARTA
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dan atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya. laporan ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami tentang
“Analis Swot Frenchise Pecel Lele Lela”. Kelompok kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Manajemen Strategi yang telah membantu dalam
pembelajaran, sehingga pengerjaan laporan ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan laporan ini, tentu kami masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi tercapai kesempurnaan dalam laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan
dan membacanya dalam kegiatan belajar mengajar guna peningkatan ilmu
pengetahuan terutama dalam mata kuliah Manajemen Strategi.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.3 Metode Pengumpulan Data............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Profil Frenchise Pecel Lele Lela Sudirman...................................................2
2.2 Lingkungan Ekstrenal Dan Internal...............................................................3
2.3 Penentuan Eksternal Dan Internal Pecel Lele Lela Sudirman.....................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangAnalisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage)
dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami variabel dan deskriptor yang mempengaruhi pada setiap kasus yang ada.
2. Mahasiswa mampu merumuskan formulasi strategi pada suatu kasus perusahaan.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan sekunder,
Data primer berupa wawancara dengan melakukan penyebaran kuesioner
kepada praktisi dan akademisi dengan menggunakan teknik Delphi.
Sedangkan data sekunder untuk melengkapi laporan, berupa teori yang
diperoleh dari handout Manajemen Strategi.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Frenchise Pecel Lele Lela Sudirman
1. Sejarah Pendirian
Bentuk kepemilikan pecel lele lela secara keseluruhan adalah PT Lele
Lela Internasional yang berada di Jakarta. Dalam pengembangan usahanya
pendiri pecel lele lela mencari owner yang bersedia membeli franchise
miliknya untuk dapat mengembangkannya menjadi cabang pecel lele lela
di berbagai daerah.
Pembentukan cabang Pecel lele lela Jln Sudirman Bogor berawal dari
franchise yang dibeli oleh owner dari pendiri pecel lele lela pusat yaitu
Rangga Umara pada tahun 2009. Merek, resep menu utama, desain resto,
SOP pelaksanaan diperoleh langsung dari pendiri pecel lele lela.
Pemilik/owner franchise pecel lele lela membentuk struktur organisasi
untuk menjalankan kegiatan usahanya agar berjalan dengan lancar.
Pemilik membentuk manajer, yang dipilih sesuai dengan syarat yang telah
ditentukan. Pemilik melakukan training kepada manajer, dimana training
dilakukan langsung oleh pecel lele lela yang ada dipusat di Jakarta.
Kemudian manajer membentuk karyawan sesuai dengan syarat
penerimaan yang telah ditentukan dan di training langsung ditempat resto
pecel lele lela Jln Sudirman no.22 Bogor.
2. Bentuk Organisasi
Bentuk organisasi pecel lele lela sudirman adalah organisasi garis/lini.
Organisasi lini adalah organisasi yang semata-mata memiliki hubungan
wewenang lini dalam organisasinya. Dimana;
- Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung
melalui suatu garis wewenang
- Jumlah karyawan tidak terlalu banyak
- Pucuk pimpinannya adalah pemilik usaha
3. Struktur Organisasi
Dari ukuran yang belum terlalu besar maka struktur organisasi
Pecel Lele Lela di Jln Sudirman No 22 Bogor hanya meliputi -
2
owner/pemilik, manajer, dan satu level dibawahnya yaitu karyawan yang
terdiri dari koki, pelayan, dan kasir.
Bagan 1 struktur organisasi
4. Visi dan Misi
Visi
Menjadi Brand Nasional dan Pemimpin pasar usaha pecel lele
modern di Indonesia
Menjadi Brand Nasional kebanggaan Indonesia, dan memberikaan
manfaat yang seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat, mitra usaha
dan karyawan
Membawa makanan tradisional khas Indonesia pada dunia
internasional
Misi
Menyediakan berbagai variasi produk hidangan lele yang enak dan
unik
Memberikan kualitas pelayanan yang sangat baik, dengan
mengutamakan QSV = Quality, Service & Value
Senantiasa berinovasi dan meningkatkan kualitas pelayanan untuk
memaksimalkan kepuasan pelanggan dan mitra usaha.
2.2 Lingkungan Ekstrenal Dan Internal
2.2.1 Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal mencakup pemahaman berbagai faktor
di luar perusahaan yang mengarah pada munculnya kesempatan bisnis/
bahkan ancaman bagi perusahaan. Di dalam analisis lingkungan eksternal
iii
Owner/Pemilik
Manajer Restoran
chef (koki)delivery Crew
(staf Pengantar)Waiters/waiterss
(pelayan)cashier (kasir)
berupaya memilah permasalahan global yang dihadapi perusahaan dalam
bentuk, fungsi dan keterkaitan antar bagian. Bagi pengembangan strategi,
analisis ini di butuhkan tidak hanya terbatas pada rincian analisis
kesempatan dan ancaman saja tetapi juga untuk menentukan dari mana dan
untuk apa hasil analisis itu di pergunakan. Oleh karena itu manajer puncak
membutuhkan diagnosis lebih lanjut atas hasil analisis lingkungan eksternal.
Istilah lingkungan bisnis memiliki yang luas karena menunjukkan
seluruh pengaruh eksternal terhadap organisasi (Kuncoro, 2006).
Lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan sifatnya tidak dapat
diprediksi dengan tetap dan cepat sekali mengalami perubahan. Ada banyak
faktor eksternal yang mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu
perusahaan dan pada akhirnya struktur organisasi serta proses internalnya.
Menurut Jauch dan Gluech (1999), analisis lingkungan eksternal
adalah suatu proses yang digunakan perencana dalam menentukan peluang
ancaman terhadap perusahaan.
Analisis Faktor Eksternal Pecel Lele Lela Sudirman
1. Lingkungan Mikro
Bahan baku lele, ayam, beras dan es batu dipasok oleh pemasok
langganan dengan standar mutu dan harga yang telah disepakati. Untuk
sayur, bahan-bahan minuman dan bumbu utama masakan dibelanjakan
sendiri di pasar. Rata-rata kebutuhan lele hidup per hari sebanyak 250 ekor
ditampung dalam bak penampungan ukuran panjang 1,5 m x Lebar 0,5 m x
Tinggi 1 m. Lele yang dipergunakan dengan ukuran rata-rata 2 ons per ekor.
Selama ini belum pernah terjadi keterlambatan pengiriman maupun pasokan
terputus. Sasaran pelanggan adalah golongan pendapatan kelas menengah
keatas, karena suasana tempat dan mutu produk yang berkualitas baik.
Konsumen yang berkunjung pun mengatakan tidak mempermasalahkan
harga, yang penting mutu produk dan Kenya-manan tempat dipertahankan
atau ditingkatkan lagi.
Pesaing ketat yaitu restoran sejenis seperti pedagang pecel lele tenda
yang berjualan di pinggir jalan sekitar lokasi dan restoran-restoran di
4
sekitar lokasi Sudirman yang menawarkan produk berbeda dan unik untuk
menarik minat konsumen.
2. Lingkungan Makro
Tingginya tingkat inflasi dan kenaikan harga BBM di Indonesia,
menyebabkan kenaikan harga bahan baku berdampak pada naiknya biaya
produksi. Kondisi perekonomian di Indonesia dapat mempengaruhi perkem-
bangan restoran, khususnya di Jakarta. Perkembangan teknologi yang telah
dilakukan antara lain di bidang komunikasi, yaitu penggunaan telepon.
Telepon dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan dalam melakukan
transaksi khususnya untuk pembeli-an dan penjualan. Pembelian dikaitkan
dengan transaksi terhadap pemasok sementara pen-jualan dikaitkan dengan
konsumen yang melakukan pembelian melalui pesan antar (delivery order
atau DO). Perkembangan teknologi lainnya yang telah dilakukan restoran
dalam hal keuangan adalah dengan menggunakan laptop untuk mencatat
dan menghitung aliran kas masuk maupun keluar. Pemanfaatan teknologi
dalam produksi antara lain dengan menggunakan mixer (mesin pengaduk
adonan), blender (penghancur dan pengaduk makanan) dan lain-lain.
Diharapkan dengan adanya beberapa alat tersebut dapat mempermudah dan
mempercepat dalam proses produksi. Pecel Lele Lela telah mendapat
sertifikasi halal dari LP POM MUI, sehingga dengan demikian semua
produk yang dihasilkan dijamin kehalalannya. Dalam melaksanakan
usahanya, restoran ini telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu
telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), memiliki akta notaris,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), memperoleh izin dari Instansi terkait.
Gaya hidup masyarakat modern cenderung konsumtif dan sering
beraktivitas di luar rumah menyebabkan peningkatan permintaan akan
produk makanan jadi. Peningkatan permintaan makanan ini juga diiringi
dengan perubahan orientasi terhadap makanan yang semula hanya bersifat
sebagai pemuas kebutuhan konsumsi menjadi bersifat peningkatan harga
diri (prestige).
3. Lingkungan Industri
iii
Kemampuan pendatang baru, baik dari segi keuangan, format bisnis
maupun teknologi banyak yang lebih baik. Hal ini menimbulkan persepsi
konsumen mengenai mutu produk pendatang baru sangat baik dan dapat
menjadi ancaman bagi restoran. Adanya inovasi, diferensiasi dan
diversifikasi produk, serta didukung dengan kualitas dan kuantitas produk,
serta pelayanan yang baik, mutlak sangat diperlukan untuk membedakan
Restoran Pecel Lele Lela Cabang Sudirman, dengan restoran lainnya.
Hidangan lele yang menjadi produk andalan dapat digantikan dengan
produk lainnya yang dianggap lebih sehat dan prestisius. Dengan adanya isu
mengenai cara budidaya lele yang jorok dan makanan kelas rendah dapat
mengakibatkan persepsi negatif konsumen tentang hidangan pecel lele,
sehingga dengan mudah konsumen berpindah ke restoran lain yang
menawarkan produk dengan mutu dan harga lebih bersaing.
Kekuatan tawar menawar pemasok di Restoran Pecel Lele Lela ini
lemah dibandingkan pihak restoran. Restoran menggunakan bahan baku
yang mudah diperoleh dari pemasok lokal di wilayah Bogor, sehingga
restoran dapat mencari pemasok lainnya, jika mutu bahan baku yang
diberikan pemasok menurun atau memberikan harga tinggi. Hubungan
dengan pemasok terjalin baik, karena tidak pernah terjadi permasalahan
dalam hal mutu produk, man bahan baku.
Hubungan yang baik juga akan menguntungkan pemasok, karena
dalam suatu sistem agribisnis ikan lele, terjaminnya pasokan dan kepastian
pemasaran dari produk yang dihasilkan merupakan salah satu kunci yang
sangat berperan dalam menjamin kesuksesan dan kesinambungan usaha
(Nugroho, 2007).
Kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat akan mengakibatkan
adanya persaingan usaha restoran di Jakarta meningkat, sehingga konsumen
memiliki banyak alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini
akan berpengaruh pada kinerja restoran dalam menghasilkan laba.
Berdasarkan kenyataan yang ada, maka diferensiasi dan diversifikasi
produk merupakan salah satu hal penting yang harus dilaksanakan.
Keberagaman jenis masakan dan keunikan cita rasa sebagai alternatif
6
konsumen dalam memilih menu makanan, sehingga konsumen tidak pindah
ke restoran lain. Strategi produk dan harga yang dibuat oleh pihak restoran
memiliki pengaruh yang besar dalam persaingan antar industri sejenis. Pada
dasarnya konsumen ingin mendapatkan produk bermutu, tetapi dengan
harga terjangkau. Pihak restoran dalam mengatasi perma-salahan ini, dapat
melakukan pengembangan produk untuk mencegah kejenuhan konsumen
yangada dan juga untuk meraih pangsa pasar yang baru.
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Pecel Lele Sudirman
1. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi
iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi,
semakin buruk pula iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan
seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama mempertahankan
bahkan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik
lagi agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahanya. Beberapa
faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kondisi
ekonomi suatu daerah atau Negara adalah siklus bisnis, ketersediaan
energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa,
pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita.
Ancaman
a. Inflasi
Inflasi yang menyebabkan kenaikan harga barang, artinya kenaikan
harga barang akan mempengaruhi usaha pecel lele lela. Misalnya bahan
pokok seperti beras dan bahan lain juga akan ikut naik dan tentu akan
berpengaruh terhadap usaha lele lela dimana menyebabkan produsen
mau tidak mau harus menaikan harga produk yang dijual atau memilih
mengurangi porsi makanan yang dijual.
a. Perubahan nilai tukar (melemahnya nilai rupiah)
Berdasarkan data Setneg (2008-2012), Pelemahan nilai tukar
rupiah yang semakin berlanjut pada awal tahun 2013 hingga mendekati
Rp.10.000/US$ di satu sisi membuat harga produk ekspor Indonesia
bertambah kompetitif dan di sisi lain dapat menahan pembelian
iii
domestik terhadap produk impor yang harganya semakin tinggi. Namun
nilai tukar rupiah harus dijaga agar tidak menembus angka psikologis
tersebut mengingat kondisi perekonomian ke depan masih dibayang-
bayangi dengan ancaman kenaikan harga minyak dunia. Melemahnya
nilai tukar tersebut akan berpengaruh terhadap usaha lele lela.
b. Pengaruh harga barang
Perekonomian yang mengancam kenaikan harga BBM, akan
mengakibatkan harga barang lain juga ikut meningkat, sehingga hal ini
akan mempengaruhi biaya variable usaha lela menjadi meningkat.
Peluang
c. Pendapatan perkapita
Berdasarkan data setnag (2008-2012), Peningkatan pendapatan per
kapita menjadi US$ 3.660 membuat Indonesia masuk ke dalam kategori
negara berpendapatan menengah, hal ini dapat menjadi peluang bagi
usaha lela, karena pendapatan menigkat menjadi menengah ke atas,
kemungkinan akan meningkatkan permintaan pecel lele lela juga.
d. Supply tenaga kerja
Adanya Peningkatan pendapatan per kapita mengharuskan untuk
mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan
memanfaatkan modal fisik dan sumber daya manusia terampil, hal ini
juga akan menyebabkan Meningkatnya persaingan di dunia pekerjaan,
namun ini dapat menjadi peluang bagi usaha lela, untuk lebih mudah
mendapakan tenaga kerja yang terampil.
e. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan dari data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012
mengalami peningkatan sebesar 6,5 % disbanding tahun sebelumnya.
Hal ini akan menja di peluang bagi usaha lela untuk dapat
mengembangkan usahanya.
2. Faktor Politik
Peluang
a. Kestabilan pemerintahan
8
Kestabilan pemerintah merupakan faktor yang berpengaruh, karena
kestabilan pemerintah merupakan ukuran mutlak terhadap indikator
indikator lain dalam suatu negara. Kestabilan bisa berpengaruh dalam
hal ekonomi, dalam hal politik, maupun hal lain yang turut berpengaruh
dalam suatu usaha termasuk usaha pecel lele lela ini.
b. Kebijakan perkreditan
Kebijakan perkreditan berpengaruh disaat usaha lele lela
membutuhkan modal tambahan, dan salah satu yang bisa dilakukan
adalah dengan melakukan pengkreditan dengan bank. Dimana dalam
permintaan kredit tentu saja ada hal-hal yang harus diperhatikan sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Kebijakan lingkungan hidup
Limbah yang dihasilkan usaha lele berupa limbah minyak yang
berasal dari sisa penggorengan, limbah yang dihasilkan menjadi
peluang usaha lela karena limbah dijual kembali sebagai bahan bakar
pada bus trans pakuan.
Ancaman
d. Kebijakan mengenai upah
Kebijakan upah misalnya saja seperti kebijakan pemerintah dalam
menentukan upah minimum kota/upah minimum regional. Tinggi
rendahnya upah otomatis akan mempengaruhi pembelian/permintaan
konsumen, begitupun dengan permintaan terhadap lele lela. Hal ini
menjadi ancaman bagi usaha lela, mengingat upah yang diberikan
masih berada di bawah dari UMR yaitu Rp 850.000,- /bulanya.
e. Kebijakan Penyesuaian Harga
Berdasarkan data setnag, Penyesuaian harga BBM yang dilakukan
secara seksama, baik waktu, tahapan dan besarannya mengingat akan
diikuti oleh kenaikan berbagai harga secara luas. Di sisi
lain administered inflation sudah pasti akan meningkat akibat kebijakan
kenaikan harga listrik sebesar 15% (secara bertahap/triwulan) dan
kenaikan upah minimum provinsi (UMP). ini dapat menjadi ancaman
iii
bagi usaha lela, karena dapat meningkatkan biaya operasional usaha
lela.
3. Faktor Teknologi
Kemajuan teknologi yang pesat tidak hanya mencakup penemuan-
penemuan baru, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau
metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan, artinya
bahwa ia memberikan suatu gambaran yang luas, meliputi mendesain,
menghasilkan, dan mendistribusikan. Setiap kegiatan usaha yang
diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu mengikuti
perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada
produk atau jasa yang dihasilkan atau cara operasinya.
Peluang
a. Teknologi di bidang produksi
Penggunaan teknologi yang sesuai dengan produksi menjadi peluang
bagi usaha lele lela untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
kepuasan konsumen. Penggunaan exhaust yang berfungsi sebagai
penghisap asap hasil produksi.
b. Temuan-temuan baru
Adanya teknologi baru menjadi peluang bagi usaha lele lela untuk
dapat meningkatkan produktivitas.
c. Perkembangan teknologi informasi
Berkembangnya teknologi informasi, mempermudah usaha lele lela
dalam memasarkan produknya. Lele lela dapat memasarkan produk
nya dengan mudah melalui media social dengan menggunakan biaya
yang murah.
Ancaman
d. Adanya teknologi baru
Adanya teknologi baru yang meningkatkan produktivitas pesaing
menjadi acaman bagi usaha lele lela.
4. Faktor Sosial/Budaya
Peluang
a. Gaya hidup
10
Gaya hidup seseorang biasanya mempengaruhi permintaan dan
konsumsi orang tersebut. Gaya hidup sendiri dipengaruhi oleh
misalnya saja kekayaan atau pendapatan seseorang. Adanya
peningkatan gaya hidup masyarakat menjadi mengah ke atas
merupakan peluang usaha lele lela untuk memperluas dalam
memperoleh pelanggannya.
b. Konsumerisme
Tingkat konsumerisme juga mempengaruhi usaha ini, karena jika
konsumerisme meningkat permintaan juga akan ikut meningkat,
begitupun sebaliknya. Berdasarkan data Republika.co.id (2011) Rata-
rata permintaan pecel lele 100 ton perhari dengan tingkat penawaran
yang masih krang dari 100 ton. ini menunjukkan adanya peluang
usaha lele lela untuk dapat meningkatkan produktivitasnya.
c. Memiliki citra merek yang kuat
Citra merek pecel lele lela dapat menjadi peluang bagi usaha lele lela,
di bandingkan dengan usaha pecel lele sejenis lainnya.
d. Mobilitas sosial
jika mobilitas yang terjadi adalah mobilitas ke atas, misalnya saja
dengan kenaikan jabatan, kenaikan gaju atu hal lain yang sifatnya
positif tantu akan berpengaruh baik dengan usaha karena permintaan
akan meningkat.
Ancaman
e. Mobilitas sosial
Namun jika yang terjadi mobilitas ke bawah, seperti penurunan
jabatan, bangkrut, pemecatan dan hal negatif lain tentu akan menjadi
ancaman bagi usaha karen permintaan konsumen yang menurun.
f. Pesaing baru
Munculnya pesaing baru yang lebih unggul dapat menjadi ancaman
bagi usaha lele lela.
2.2.2 Lingkungan Internal
Analisa lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui tingkat daya
saing perusahaan berdasarkan kondisi internal perusahaan. Faktor internal
iii
perusahaan spenuhnya dapat dikendalikan sehingga kelemahan yang
diketahuinya dapat diperbaiki.
Menurut Porter; Analisa internal dikenal dengan rantai nilai yang
memposisikan perusahaan pada matriks strategi generik dan menemukan
keunggulan bersaing perusahaan melalui analisa kompetensi inti. Rantai
nilai ini mensyaratkan bahwa untuk mencapai suatu margin, perusahaan
harus didukung oleh kegiatan utama dan penunjang.
Analisis Faktor Internal Pecel Lele Lela Sudirman
1. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Jumlah Pekerja/Karyawan
Jumlah karyawan mempengaruhi faktor internal perushaam. Restoran
Pecel Lele Lela ini memiliki 14 orang jumlah karyawan, terdiri dari;
- 1 orang manajer,
- 1 orang Asisten Manajer,
- 1 orang kepala dan asisten kepala dapur
- 4 orang juru masak
- 1 orang kepala dan asisten kepala frontline
- 6 orang anggota frontline.
Jumlah pekerja yang ada, masih mampu untuk menjalankan kegiatan
operasional dengan lancar pada restoran pecel lele lela sudirman.
b. Job Description
Pada restoring pecel lele lela sudirman, masing-masing pekerja
sudah mempunyai deskripsi pekerjaan sesuai tugas dan tanggung
jawabnya. Deskripsi pekerjaan ini dilakukan untuk memudahkan
dalam melakukan pekerjaan, efektivitas dan juga optimalisasi dalam
melakukan pekerjaan.
Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian pada struktur
organisasi Pecel Lele Lela di Bogor adalah sebagai berikut:
Pemilik /owner
Pemilik pecel lele lela Jln Sudirman No. 22 merupakan orang
yang memiliki resto pecel lele lela. pemilik membeli franchisee dari
12
pendiri pecel lele lela yaitu Rangga Umara. Pemilik memiliki hak yang
kuat atas restoran Pecel Lele Lela di Jln Sudirman No 22.
Tugas dan tanggung jawab pemilik;
- Melakukan pemeriksaan pembukuan keuangan
- Melakukan pemeriksaan tindakan yang dijalankan oleh manajer restoran
- Bertanggungjawab dalam melakukan pembayaran PBB, izin usaha dan
pembayaran hutang pada bank (Bank NISP).
- Pemilik tidak diwajibkan selalu ada setiap hari pada restoran Pecel Lele
Lela di Jln Sudirman dikarenakan kesibukannya mengurus bisnis yang
lainnya.
Manajer Restoran
Manajer dari pecel lele lela ini merupakan orang yang diangkat
langsung oleh pemilik dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dan
menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan SOP yang telah
ditentukan oleh pusat pecel lele lela.
Tugas dan tanggung awab
- Manajer restoran bertanggung jawab atas kelancaran administrasi dan
operasional
- Mengkoordinir segala keselarasan kegiatan di unit restoran dan dapur
dari segala aspek operasionalnya, termasuk juga terhadap pengontrolan
pembiayaan dari target hasil usaha yang selaras dengan tujuan
perusahaan.
- Manajer bertanggung jawab dalam memberikan gaji dan bonus kepada
karyawan sesuai dengan SOP yang telah disepakati antara pemilik dan
manajer.
- Manajer juga bertanggung jawab dalam menerima kritik dan saran yang
diberikan konsumen terhadap pelayanan, produk dan kinerja karyawan.
Chef (Koki)
Koki merupakan orang yang diangkat manajer yang telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan dan melakukan tugas dan tanggung
jawabnya di dapur sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
Tugas dan tanggung jawab
iii
- Chef bertanggung jawab atas persediaan bahan baku untuk mengolah
makanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan menu, berdasarkan
resep standar dan biaya pembuatan makanan yang telah ditentukan.
- Chef bertanggung jawab dalam menyediakan (memasak) makanan sesuai
dengan pesanan konsumen yang terdapat pada menu yang telah
disediakan.
- Chef bertanggung jawab dalam mempertahankan kualitas rasa dan
kebersihan makanan sesuai dengan SOP resep standar yang telah
ditentukan.
- Chef bertanggung jawab dalam merawat peralatan dan menjaga
kebersihan dapur.
Waiter/waiteress (Pelayan)
Pelayan adalah orang yang diangkat oleh manajer yang telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan dan melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
Tugas dan tanggung jawab
- Pelayan bertanggung jawab atas tugasnya dalam menyiapkan susunan
meja yang rapih.
- Pelayan bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan resto, meja dan
kursi.
- Pelayan bertanggung jawab dalam membersihkan peralatan makan
setelah digunakan oleh konsumen.
- Pelayan bertanggung jawab memberikan pelayanan dalam penghidangan
makanan dan minuman secara ramah, sopan dan efisien terhadap
konsumen yang datang ke restoran sesuai standar pesanan dari
konsumen.
Delivery Crew (Staf Pengantar)
Delivery dikerjakan oleh pelayan yang merangkap sebagai Delivery
Crew.
Tugas dan tanggung jawab
- Delivery crew bertugas mempersiapkan perlengkapan delivery dan
kondisi motor dalam keadaan baik.
14
- Delivery crew bertugas memastikan bahwa makanan yang dibawa sesuai
pesanan konsumen, dan menyampaikan laporan keluhan konsumen.
Kasir
Kasir di pecel lele lela dikerjakan oleh pelayan yang merangkap sebagai
petugas kasir.
Tugas dan tanggung jawab
Tugas dan tanggung jawab kasir yaitu memberikan bill kepada konsumen
serta bertanggung jawab untuk menerima pembayaran.
c. Tingkat Pendidikan Pekerja/Karyawan
Jenjang pendidikan yang dimiliki pada pekerja pecel lele lela
sudirman tergolang menengah. Latar belakang pendidikan karyawan
paling rendah tingkat SMP dan paling tinggi tingkat Sarjana (Strata 1).
Namun, untuk meningkatkan kualitas pekerjanya, pecel lele lela
sudirman terlebih dahulu melakukan training sebelum penerimaan
karyawan-karyawannya. Semua karyawan baru juga diberikan waktu
untuk di training selama 10 hari untuk teori di pusat Pecel Lele Lela dan
enam hari praktek di tempat kerja.
d. Sistem Gaji
Sistem penggajian yang diterima oleh seluruh karyawan secara bulanan.
Setiap karyawan diberikan gaji pokok, uang transportasi, uang makan,
seragam, bantuan kesehatan, bonus, bantuan pinjaman untuk Down
Payment (DP) kendaraan bermotor, pemberian THR (Tunjangan Hari
Raya) satu kali gaji serta pemberian parsel pada hari raya.
2. Aspek Pemasaran
a. Market-share Pecel Lele Lela
Market-Share adalah presentase (share) yang dapat kita capai dari
jumlah keseluruhan konsumen (market) yang bisa memakai/atau
membeli produk kita pada suatu wilayah tertentu.
Sedangkan untuk permintaan pecel lele didaerah bogor diperoleh dari
data Jabodetabek = 100.000 kg /hari (Republika.co.id,2011)
Maka, untuk permintaan pecel lele di daerah Bogor (jumlah penduduk
3,39% dari jumlah jabodetabek) dapat diasumsikan sebesar
iii
3,39 % x 100.000=¿3390 kg/hari. Sedangkan pada pecel lele lela yang
berada di Jln. Sudirman No. 22, mampu menyediakan pecel lele sebesar
53 kg/ hari. Maka untuk market-share pecel lele lela tersebut untuk
daerah bogor, dapat diperoleh sekitar 1,56 %
Diperoleh dari: 53 kg/hari
3.390 kg/harix100 %=1,56 %
Kesimpulannya
bahwa Pecel Lele Lela cabang Jl. Sudirman no.22 Bogor mampu
menyediakan 1,56% dari permintaan total Pecel lele di Kota Bogor.
1. Segmentasi Pasar Pecel Lele Lela
Beberapa aspek utama untuk mensegmentasi pasar adalah:
Aspek demografi
Pecel lele lela dapat dikonsumsi oleh semua umur. Selain memiliki
cita rasa yang enak dan lezat juga terdapat kandungan gizi yang
mendukung peningkatan kesehatan masyarakat. Pecel lele lela juga
menempatkan dirinya untuk kalangan menengah keatas.
2. Menetapkan pasar Sasaran (targeting)
Setelah segmen-segmen diketahui,selanjutnya perusahaan perlu
mengevaluasi dan dilanjutkan dengan memutuskan beberapa segmen pasar
yang akan dicakup, lalu memilih segmen mana yang akan dilayani.
Target pasar pecel lele lela pada umumnya anak-anak muda yang
mengadakan perkumpulan, mengadakan diskusi-diskusi kecil, keluarga,
perkumpulan arisan, orang-orang perkantoran. Mereka yang merasa bahwa
restoran pecel lele lela tepat untuk berkumpul sambil menikmati kelezatan
pecel lele lela.
3. Menentukan Posisi Pasar (positioning)
16
1.56%
98.44%
Saleslele lelapermintaan pe-cel lele kota bogor
Setelah perusahaan memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki,
selanjutnya harus diputuskan pula posisi mana yang ingin ditempati dalam
segmen tersebut.
Pecel lele lela menempatkan atau memposisikan pasar yaitu dengan
memfokuskan bahwa pecel lele lela memiliki kandungan gizi yang
mendukung peningkatan kesehatan masyarakat dan produk yang
dimilikinya mempunyai sesuatu nilai yang lebih dari produk sejenis
lainnya, sesuai dengan visinya adalah “Menjadi Brand Nasional
kebanggaan Indonesia, dan memberikaan manfaat yang seluas-luasnya
bagi seluruh masyarakat, mitra usaha dan karyawan serta membawa
makanan tradisional khas Indonesia pada dunia internasional”.
Bauran Pemasaran
Dalam komunikasi pemasaran diperlukan suatu pendekatan yang
mudah dan fleksibel yang terdapat pada bauran pemasaran (marketing
mix).Bauran pemasaran adalah strategi produk, promosi, dan penentuan
harga yang bersifat unik serta dirancang untuk menghasilkan pertukaran
yang saling menguntungkan dengan pasar yang dituju.Namun kini hal
tersebut semakin berkembang tidak hanya dalam hal product, promotion,
dan price. Namun juga mengenai place, people, process, dan physical
evidence.
Berikut uraian strategi bauran pemasaran yang dilakukan pada Restoran
Pecel Lele Lela.
a. Produk (product)
Menurut Philip Kotler, produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.
Penentuan Logo dan moto
Logo merupakan ciri khas suatu produk, sedangkan moto merupakan
serangkaian kata-kata yang berisikan misi dan visi perusahaan dalam
melayani masyarakat. logo dan moto harus dirancang dengan benar
(Kasmar dan Jakfar, 2003).
iii
Pada resto pecel lele lela Sudirman logo dan moto ditentukan oleh
pecel lele lela pusat. Logo pada pecel lele lela bergambar kartun lele
dengan tulisahan “pecel lele lela” dibawahnya, seperti pada (Gambar 1.)
Gambar 1. Logo Pecel Lele Lela
Sedangkan moto pada pecel lele lela, “Bersama Kami PECEL LELE
AKAN MENDUNIA”.
Merek
Merek pecel lele lela ditentukan oleh pusat pecel lele lela yang
kemudian berlaku pada resto pecel lele lela sudirman. Merek pecel lele lela
merupakan singkatan dari pecel lele lebih laku. Untuk menarik perhatian,
merek pecel lele lela di dkaitkan dengan pengunjung yang bernama Lela
(tanpa sambungan apapun) bisa “makan gratis seumur hidup” di pecel lele
lela. tidak hanya pemilik nama lela, pengunjung yang sedang berulang
tahun juga bisa “makan gratis” di pecel lele lela hanya dengan
menunjukkan KTP atau tanda pengenal lainnya.
Di restoran Pecel Lele Lela tersedia berbagai macam produk olahan
yang berbahan baku ikan lele. Produk olahan dari ikan lele ini sangat
diminati oleh konsumen, menu yang disajikan di pecel lele lela sangat
beragam (Lampiran 1.) mulai dari lele original, lele siram saus (lele yang
digoreng kering dan di siram beragam pilihan saus), lele goreng tepung,
sampai lele fillet (lele tanpa tulang, kepala, dan buntut yang disajikan
dengan beragam pilihan sambal/saus/kuah).
b. Harga (price)
Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing
mix. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan,
18
mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknyya produk
yang ditawarkan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal
terhadap produk yang ditawarkan dan berakibat tidak berlakunya produk
tersebut di pasar.
Pecel lele lela Jln. Sudirman dalam menentukan harga produk
olahannya berdasarkan pusat pecel lele lela, yaitu dengan penetapan harga
berdasarkan biaya dengan markup sebesar 49,83%.
c. Tempat (place)
Untuk dapat menikmati hidangan yang tersedia pada menu pecel lele lela,
konsumen dapat mengunjungi berbagai resto pecel lele lela termasuk resto
pecel lele lela yang berada dijalan Sudirman No.22 Bogor dengan luas
± 4,5 x16 m. Selain pada resto pecel lele lela, konsumen juga dapat
menikmati menu pecel lele lela melalui delivery order, yaitu dengan
layanan pemesanan antar. Hanya dengan menelepon ke resto (0251-
9706060) akses dari jam 09.30 sampai dengan jam 21.00 WIB. Konsumen
dapat memesan menu apa saja yang tersedia di pecel lele lela, dengan
kondisi;
- Pemesanan maksimum 5 km dari pecel lele lela sudirman
- Tanpa minimum pemesanan
d. Promosi (promotion)
Promosi merupakan suatu aktivitas dan materi yang dalam
aplikasinya menggunakan teknik, dibawah pengendalian penjual/produsen,
yang dapat mengkomunikasikan informasi persuasif yang menarik tentang
produk yang ditawarkan oleh penjual/produsen, baik secara langsung
maupun melalui pihak yang dapat mempengaruhi pembelian.
Pecel lele lela jalan Sudirman No.22 Bogor mempromosikan
usahanya pada masyarakat luas melalui papan nama yang berada pada
resto pecel lele lela sudirman. pecel lele lela juga melakukan promosinya
melalui media social (facebook dan twitter), namun promosi ini dilakukan
oleh pihak pusat untuk memperkenalkan setiap cabang pecel lele lela
termasuk pecel lele lela Sudirman,Bogor.
e. Orang (people)
iii
People merupakan aset utama dalam Restoran Pecel Lele Lela,
terlebih lagi people yang merupakan karyawan dengan performance tinggi.
Kebutuhan konsumen terhadap karyawan berkinerja tinggi akan
menyebabkan konsumen puas dan loyal. Kemampuan, knowledge
(pengetahuan) yang baik, akan menjadi kompetensi dasar dalam internal
perusahaan dan pencitraan yang baik di luar.
Dalam pelayanannya, pecel lele lela sudirman menjalankan SOP
sesuai dengan yang diterapkan pada pecel lele lela pusat kepada pegawai
dalam bentuk memberikan kata sapaan kepada setiap pelanggan yang
berkunjung ke pecel lele lela. Seperti ;”selamat pagi, selamat datang di
pecel lele lela”. Selalu pagi di lele lela, adalah kesan yang timbul saat
menikmati pecel lele lela. Hal ini meruapakan bagian untuk membangun
semangat kepada para pelanggan maupun pegawai pecel lele lela sendiri.
Selain itu pegawai pecel lele lela juga menggunakan seragam (kaos)
sebagai penunjang dalam melayani konsumen.
f. Bukti Fisik (physical evidence)
Bangunan merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang
menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen.Perhatian
terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk lighting system, dan
tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat
mempengaruhi mood pengunjung.
Dekorasi yang terdapat pada pecel lele lela sudirman mengikuti
SOP yang ditentukan oleh pecel lele lela pusat. Yaitu dengan dekorasi
warna ruangan yang merupakan perpaduan antara warna hijau, kuning dan
putih. Warna yang ditentukan merupakan pencitraan pada pecel lele lela
untuk menciptakan suasan fresh dan meningkatkan mood pengunjung.
Selain itu, pecel lele lela sudirman juga menyediakan tempat yang
nyaman, dengan fasilitas seperti wastafel, toilet, mushola, tv, kipas angin,
serta tempat parkir yang luas.
g. Proses (process)
Dalam proses penyediaan pesanan makanan dari pelanggan, pecel
lele lela melakukan proses produksi/pembuatan pada tempat/ruangan
20
dapur tertutup, sedangkan pada proses penyediaan pesanan minuman dari
pelanggan, pecel lele lela sudirman melakukan proses produksi/pembuatan
pada ruangan yang terbuka seperti yang terlihat pada layout (Lampiran).
Kesimpulan bahwa dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, pecel Lele Lela
dikatakan layak untuk menjalani usahanya karena sudah memenuhi kriteria
aspek pasar dan pemasarannya.
3. Aspek Keuangan
- Modal usaha pecel lele lela memakai uang pribadi owner dan pinjaman
kepada BPR.
- Pencatatan keuangan dalam restoran ini dilakukan dengan baik oleh
manajer yang bertugas mencatat dan bertanggung jawab dalam aktivitas
keuangan.
- Pencatatan dilakukan pada setiap kegiatan seperti produksi, pemasaran,
penjualan, pembelian bahan baku dan lain-lain. Pencatatan ini dilakukan
setiap hari dan akan dilaporkan pada manajer setiap harinya. Sistem
pencatatan keuangan dilakukan menggunakan komputer dan tulis tangan,
untuk sistem pembayaran menggunakan mesin hitung.
4. Aspek Produksi dan Operasi
- Melakukan kontrol kualitas mulai dari pengadaan bahan baku proses
pengolahan sampai denga penyajian ke meja konsumen dilakukan untuk
menjaga kualitas produk.
- Sistem penggunaan bahan baku oleh bagian pengolahan masakan
menggunakan pola first in first out (FIFO) sesuai tanggal produksi yang
tercantum pada bahan baku sehingga diharapkan tidak ada bahan baku
yang habis masa umur pakainya.
- Untuk efisiensi dan kelancaran tugas memasak, seluruh personil yang
bertugas di dapur bisa memasak menu yang ditawarkan restoran. Setelah
konsumen melakukan order pada waiter/waitress, pesanan diteruskan
pada bagian dapur, kasir dan bartender. Setelah makanan selesai dibuat,
waiter/ waitress akan melakukan pemeriksaan terakhir terhadap daftar
makanan/minuman yang dipesan agar tidak ada kesalahan kemudian akan
mengantarkan kepada pemesannya.
iii
2.3 Penentuan Eksternal Dan Internal Pecel Lele Lela Sudirman
2.3.1 Penentuan Variabel Faktor Eksternal
a) Variabel dan Deskriptor Eksternal
1. Variabel politik, deksriptornya;
- Kestabilan pemerintahan
- Kebijakan perkreditan
- Kebijakan lingkungan hidup
- Kebijakan mengenai upah
- Kebijakan penyesuaian harga
- Kebijakan mengenai keamanan makanan
- Kebijakan pajak dan tarif
- Kebijakan mengenai izin usaha
- Kebijakan mengenai keamanan berusaha
2. Variabel ekonomi, deksriptornya;
- Pertumbuhan ekonomi
- Kemudahan mendapatkan dana dan kredit
- Nilai tukar mata uang
- Supply tenaga kerja
- Tingkat Inflasi
- Pengaruh harga barang
- Pendapatan perkapitan dan pertumbuhannya
3. Variabel sosial/budaya dan demografi, deksriptornya;
- Gaya hidup
- Tingkat konsumerisme
- Citra merek yang kuat
- Munculnya pesaing
- Sikap terhadap kualitas/mutu produk
4. Variabel teknologi, deksriptornya;
- Kecepatan dalam mengakses informasi
- Perkembangan teknologi dibidang produksi
- Ketepatan penggunaan teknologi
22
- Perkembangan teknologi dibidang pemasaran
- Temuan teknologi baru
b) Penentuan Variabel Faktor Eksternal
Penentuan variabel faktor eksternal dilakukan berdasarkan teknik
Delphi. Teknik Delphi merupakan Suatu tahapan analisis data yg
dikembangkan oleh Rand Corporation tahun 1950-an
“Delphi technique is forecasting aid based on concensus of a panel
expert”, dimana Teknik Delphi mengembangkan pendapat para ahli
mengenai suatu permasalahan tertentu sampai akhirnya didapat suatu
konsensus mengenai permasalahan tersebut.
c) Klasifikasi Ekspert (Pakar)
Dalam penentuan variabel faktor eksternal dengan menggunakan
teknik delphi, memerlukan beberapa dari Ekspert (pakar). Klasifikasi
ekpert terdiri dari praktisi dan akademisi.
a. Praktisi
Menduduki posisi manajerial di perusahaan dan mempunyai wewenang
membuat keputusan strategis. Praktisi yang berperan dalam pengisian
kuesioner yang dilakukan oleh kelompok 1 mengenai pengaruh faktor
eksternal pada resto Pecel Lele Lela berjumlah 5 orang, yang terdiri dari;
- Manajer Pecel lele lela
- Penanggung jawab usaha sejenis yaitu; owner pecel lele Malabar,
supervisor resto Dapur Geulis, owner Rumah Makan Malabar, owner
Rumah Makan Djogja.
b. Akademisi
Peneliti, pengamat, konsultan yang memberikan kontribusi penting
kepada organisasi.
Akademisi yang berperan dalam pengisian kuesioner yang dilakukan
oleh kelompok 1 mengenai faktor pengaruh eksternal pada resto pecel
lele lela berjumlah 6 orang. Akademisi yang berperan adalah dosen
Diploma IPB yang terdiri dari;
- Firman Muhammad Basar (dosen program keahlian gizi)
- Eddy Setyo M (dosen program keahlian gizi)
iii
- Elah Nurlaela (dosen program keahlian gizi)
- Tita Nopitawati, M.Si (dosen program keahlian perikanan)
- Purana Indrawan (dosen manajemen agribisnis)
- Rahmat Saleh (dosen akuntansi)
d) Ringkasan Data Dari Kuesioner
Ringkasan data dari kuesioner berisi rata-rata, median atau kuartil
dari jawaban para ahli yang disesuaikan dengan kondisi dan teori untuk
faktor eksternal pada resto Pecel Lele Lela.
Dengan ketentuan Pembobotan nilai jawaban :
Sangat Penting = 5
Penting = 4
Sedang/tidak penting = 3
e) Responden Pakar
Kasus ; resto pecel lele lela sudirman
Wawancara ; 11 orang pakar bidang makanan yang berhasil ditemui
Peneliti ; kelompok 1
1. Firman Muhammad Basar
Dosen Diploma IPB Progam Keahlian Gizi
2. Tita Nopitawati, M.Si Dosen Diploma IPB Program Keahlian Perikanan
3. Purana Indrawan Dosen Diploma IPB Program Keahlian MAB
4. Eddy Setyo M Dosen Diploma IPB Progam Keahlian Gizi
5. Elah Nurlaela Dosen Diploma IPB Progam Keahlian Gizi
6. Rahmat Saleh Dosen Diploma IPB Program Keahlian Akuntansi
7. Tedy Praktisi manajer Pecel Lele Lela Sudirman
8. Murti Praktisi Owner Rumah Makan Malabar
9. Iwan Praktisi Owner Rumah Makan Djogja
10.
Putri Ferayanti Praktisi supervisor Resto Dapur Geulis
11.
Sudarsono Praktisi Owner Pecel Lele Malabar
24
Hasil Analisis Gabungan (Setelah Pembobotan)
Variabel dan Deskriptornya
Skor Kepentingan1. Politik
a. Kestabilan pemerintahan 4 Penting
b. Kebijakan perkreditan 4 Penting
c. Kebijakan lingkungan hidup 4 Penting
d. Kebijakan mengenai upah 4,5 Sangat Penting
e. Kebijakan penyesuaian harga 4,2 Penting
f. Kebijakan mengenai keamanan makanan 4,7 Sangat Penting
g. Kebijakan pajak dan tarif 4,4 Penting
h. Kebijakan mengenai izin usaha 4,5 Sangat Penting
i. Kebijakan mengenai keamanan berusaha 4,7 Sangat penting
Rata – Rata Skor 4,33 Penting
Variabel dan Deskriptornya Skor Kepentingan
2. Ekonomi
a. Pendapatan perkapitan dan pertumbuhannya 4,3 Penting
b. Pengaruh harga barang 4,8 Sangat Penting
c. Tingkat Inflasi 4,4 Penting
d. Supply tenaga kerja 4,3 Penting
e. Nilai tukar mata uang 4,1 Penting
f. Kemudahan mendapatkan dana dan kredit 4,1 Penting
g. Pertumbuhan ekonomi 4,3 Penting
Rata - Rata Skor 4,32 Penting
Variabel dan Deskriptornya Skor Kepentingan
3. Teknologi
a. Kecepatan dalam mengakses informasi 4.3 Penting
b. Perkembangan teknologi dibidang produksi 4,5 Sangat Penting
c. Ketepatan penggunaan teknologi 4,2 Penting
iii
d. Perkembangan teknologi dibidang pemasaran 4,5 Sangat penting
e. Temuan teknologi baru 4,2 Penting
Rata – Rata Skor 4,34 Penting
Variabel dan Deskriptornya
Skor Kepentingan4. Sosial/Budaya dan Demografi
a. Gaya hidup 4 Penting
b. Tingkat konsumerisme 4,4 Penting
c. Citra merek yang kuat 4,4 Penting
d. Munculnya pesaing 4,6 Sangat Penting
e. Sikap terhadap kualitas/mutu produk 4,6 Sangat Penting
f. Trend yang berkembang di masyarakat 4 Penting
Rata – Rata Skor 4,33 Penting
Skor Tiap Aspek
Masing – masing skor pada setiap aspek di tabel hasil analisis
gabungan di jumlah dan dibagi dengan jumlah keseluruhan skor dan hasil
yang di dapat di hitung dalam bentuk presentase.
Aspek Skor Bobot (%)
Politik 4,32 (4.32/17.3) = 24.9
Ekonomi 4,33 (4.33/17.3) = 25
Teknologi 4,34 (4.34/17.3) = 25
Sosial/Budaya & demografi 4,33 (4.33/17.3) = 24.9
Jumlah 17,3 100 %
2.3.2 Formulasi Strategi Pecel Lele Lela
1) Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
26
Penentuan eksternal pada pecel lele lela di dasarkan pada teknik
Delphi yang telah dilakukan sebelumnya, berdasarkan pandangan dari
praktisi dan akademisi yang telah berpengalaman dibidangnya. Deskriptor
yang yang terdapat pada eksternal (peluang dan ancaman) di peroleh dari
skor tertinggi dengan tingkat kepentingan “sangat penting” pada masing-
masing variabel yang berkaitan dengan keadaan eksternal pecel lele lela
Sudirman saat ini.
a. Peluang (Opportunity)
Variabel sosial/budaya dan demografi
1. (Tingkat konsumerisme dan sikap kualitas mutu)
Meningkatnya kesadaran konsumen tentang manfaat lele bagi kesehatan
2. (Gaya hidup)
Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar
Variabel ekonomi
3. (Supply tenaga kerja)
Tersedianya tenaga kerja
Variabel Teknologi
4. (Perkembangan teknologi dibidang pemasaran)
Kemajuan teknologi dalam informasi, pemanfaatan teknologi informasi
dalam kegiatan pemasaran/promosi.
5. (Perkembangan teknologi dibidang produksi)
Akses teknologi berdampak pada Bahan baku yang mudah didapat.
6. (Kebijakan mengenai keamanan makanan)
Produk aman dan halal dikonsumsi, dan memiliki sertifikat halal.
b. Ancaman (Threat)
Variabel sosial/budaya dan demografi
1. (Munculnya pesaing)
Persaingan usaha sejenis
2. (Trend yang berkembang di masyarakat)
Perubahan selera konsumen
Variabel ekonomi
3. (Pengaruh harga barang)
iii
Kenaikan harga bahan baku
4. (Pertumbuhan ekonomi)
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menyebabkan menjamurnya usaha
makanan.
Variabel Lingkungan
5. (Kebijakan lingkungan hidup)
Adanya isu pencemaran lingkungan
6. (Kebijakan mengenai izin usaha)
Tinggi nya biaya perizinan usaha
Variabel Politik
Kenaikan tarif BBM, listrik dan telepon
2) Internal
Penentuan internal pada pecel lele lela di dasarkan pada hasil
wawancara kepada manajer pecel lele lela sudirman pada beberapa aspek
(finansial, manajemen, SDM, produksi serta pasar dan pemasaran) yang
dapat mempengaruhi keadaan internal pecel lele lela sudirman saat ini.
a. Kekuatan (Strenght)
1. Brand Image
2. Tenaga terlatih
Pegawai yang ada di pecel lele lela sudirman sudah terlatih, karena
sebelum masuk menjadi pegawai, dilakukan training terlebih dahulu,
untuk mendidik para calon pegawai agar lebih terlatih dan siap bekerja
dengan baik.
3. Kelezatan dan cita/varian rasa rasa
4. Kebersihan dan kenyamanan tempat
5. Memiliki lokasi yang strategis
6. Keramahan dan kesopanan karyawan
b. Kelemahan (Weakness)
1. Kegiatan Promosi kurang gencar
2. Pengorganisasian kerja kurang teratur
Hal ini disebabkan karena masih ada pekerja yang bertugas merangkap,
pelayan sekaligus menjadi kasir.
28
3. Tidak ada paket-paket makanan dan diskon khusus
4. Tempat parkir terbatas
Hal ini disebabkan karena frenchise pecel lele lela Sudirman terletak pada
ruko-ruko sehingga penggunaan parkir untuk umum.
5. Kurang menerapkan kemajuan teknologi
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan produksi masih tergolong
sederhana/semi modern.
2.3.3 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal(external strategic factors analysis summary: EFAS)
Penyusunan matriks EFE
Identifikasi faktor-faktor yang merupakan peluang dan ancaman
- Pembobotan terhadap masing-masing faktor berkaitan dengan
pengaruhnya terhadap faktor strategis, mulai dari 1,00 (sangat penting)
sampai dengan 0,00 (tidak penting). Skor jumlah bobot untuk
keseluruhan faktor adalah 1,00.
- Penentuan rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruhnya
terhadap kondisi sistem. Nilai rating mulai dari 4 (outstanding) sampai
dengan 1 (poor).
- Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif (semakin besar
peluang semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan
untuk ancaman dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman semakin
kecil nilai rating).
- Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk
menentukan skor terbobot untuk masing-masing faktor. Jumlah skor
terbobot menentukan kondisi eksternal sistem. Jika total skor terbobot
≥ 2,5 berarti sistem mampu merespon kondisi eksternal yang ada.
Identifikasi faktor-faktor yang merupakan kekuatan dan kelemahan
- Pembobotan terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,00 (sangat
penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Skor jumlah bobot untuk
keseluruhan faktor adalah 1,00.
iii
- Penentuan rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruhnya
terhadap permasalahan. Nilai rating mulai dari 4 (outstanding) sampai
dengan 1 (poor).
- Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif (semakin besar
kekuatan semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan
untuk kelemahan dilakukan sebaliknya.
- Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk
menentukan skor terbobot untuk masing-masing faktor.
- Jumlah dari skor terbobot menentukan kondisi internal sistem. Jika
nilai total skor terbobot ≥2,5 berarti kondisi internal sistem memiliki
kekuatan untuk mengatasi situasi.
Penentuan Nilai Bobot Dengan Menggunakan Metode AHP
Penentuan nilai bobot Pecel Lele Lela Sudirman dilakukan dengan
menggunakan matriks banding berpasangan metode AHP (lampiran)
Metode ini digunakan agar nilai bobot yang diperoleh dapat
mengurangi tingkat subjektivitas sehingga hasilnya menjadi lebih objektif.
Tingkat objektivitas nilai bobot dapat dilihat dari nilai rasio
inkonsistensinya.
Faktor-faktor Internal Kunci Bobot RatingNilai
terbobot
Kekuatan :
Brand Image 0.10 4 0.40
Tenaga Terlatih 0.13 3.5 0.45
Kelezatan dan Cita Rasa 0.09 4 0.36
Lokasi Strategis 0.05 4 0.19
Kebersihan dan Kenyamanan Tempat 0.18 3 0.54
Keramahan dan Kesopanan Karyawan 0.18 3.5 0.62
Kelemahan :
Kegiatan Promosi Kurang Gencar 0.07 1 0.07
Pengorganisasian Kurang teratur 0.07 2 0.15
Tidak Ada Paket Makanan dan Diskon Khusus 0.06 2 0.12
Tempat Parkir Terbatas 0.02 1 0.02
Kurang Menerapkan Kemajuan Teknologi 0.06 1.5 0.09
30
Jumlah 1.00 3.00
Faktor-Faktor Eksternal Kunci Bobot RatingNilai
TerbobotPeluang:Meningkatnya kesadaran konsumen tentang manfaat lele bagi kesehatan
0.04 3 0.12
Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar
0.05 3.5 0.16
Tersedianya tenaga kerja 0.08 3 0.24Kemajuan teknologi dalam informasi, pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pemasaran/promosi.
0.04 3.5 0.15
Akses teknologi berdampak pada Bahan baku yang mudah didapat.
0.06 3 0.18
Produk aman dan halal dikonsumsi, dan memiliki sertifikat halal.
0.13 4 0.53
Ancaman:Kenaikan tarif BBM, listrik dan telepon 0.09 1.5 0.13 Tinggi nya biaya perizinan usaha 0.01 3 0.04Adanya isu pencemaran lingkungan 0.10 3 0.31Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menyebabkan menjamurnya usaha makanan.
0.12 2 0.24
Perubahan selera konsumen 0.07 1.5 0.11Persaingan usaha sejenis 0.07 1.5 0.10Kenaikan harga bahan baku 0.17 2 0.35
Jumlah 1.04 2.66
Bagan 2 Formulasi Strategi
iii
BAB IIIKESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan EFAS dan IFAS, koordinat dari faktor
internal dan ekstrnal terdapat pada titik (3,00 ; 2,66) yaitu pertumbuhan melalui
integrasi horizontal yang artinya strategi berfokus pada produk. strategi yang
sebaiknya dilakukan oleh Pecel Lele Lela Sudirman adalah dengan menciptakan
varian menu baru, membuat paket paket menu baru dengan diskon khusus. Selain
itu, Pecel Lele Lela Sudirman bisa juga menjalin hubungan kemitraan dengan
usaha makanan atau minuman lainnya untuk memperbanyak varian menu,
sehingga konsumen tidak merasa bosan.
32
LAMPIRAN
Metode AHP
1. Matriks Banding Berpasangan Faktor Internal
Brand Image
Tenaga Terlatih
Kelezatan dan Cita
Rasa
Lokasi Strategis
Kebersihan dan
Kenyamanan Tempat
Keramahan dan
Kesopanan Karyawan
Kegiatan Promosi Kurang Gencar
Pengorganisasian Kurang teratur
Tidak Ada Paket
Makanan dan Diskon Khusus
Tempat Parkir
Terbatas
Kurang Menerapkan Kemajuan Teknologi
dalam pengolahan
produksi
Bobot
Brand Image 1 1/3 1/3 3 1/5 1/9 7 3 3 5 2 0.10
Tenaga Terlatih 3 1 3 1/5 1/5 1/7 7 9 5 1 3 0.13
Kelezatan dan Cita Rasa 3 1/3 1 3 1/5 1/5 3 3 3 3 3 0.09Lokasi Strategis 1/3 5 1/3 1 1/5 1 1/5 1/3 1/3 3 1/3 0.05Kebersihan dan Kenyamanan Tempat 5 5 5 5 1 1 1 9 5 5 3
0.18
Keramahan dan Kesopanan Karyawan 9 7 5 1 1 1 1 1/7 7 7 5
0.18Kegiatan Promosi Kurang Gencar 1/7 1/7 1/3 5 1 1 1 3 1 2 3
0.07Pengorganisasian Kurang Teratur 1/3 1/9 1/3 3 1/9 7 1/3 1 4 2 1/5
0.07
Tidak Ada Paket Makanan dan Diskon Khusus 1/3 1/5 1/3 3 1/5 1/7 1 1/4 1 3 5
0.06
Tempat Parkir Terbatas 1/5 1 1/3 1/3 1/5 1/7 1/2 1/2 1/3 1 1/30.02
Kurang Menerapkan Kemajuan Teknologi dalam pengolahan produksi
½ 1/3 1/3 3 1/3 1/5 1/3 5 1/5 3 10.06
Total 1.00
iii
2. Matrik Banding Berpasangan Faktor Eksternal
Komponen
Meningkatnya kesadaran
konsumen tentang manfaat lele bagi
kesehatan
Peralihan gaya hidup
masyarakat yang
cenderung makan diluar
Tersedianya tenaga
kerja
Kemajuan teknologi
dalam informasi
Akses teknologi
berdampak pada Bahan baku yang
mudah didapat
Produk aman dan
halal dikonsumsi,
dan memiliki sertifikat
halal
Kenaikan tarif BBM, listrik dan
telepon
Tinggi nya biaya
perizinan usaha
Adanya isu pencemara
n lingkungan
Meningkatnya pertumbuhan
ekonomi, menyebabkan menjamurnya
usaha makanan
Perubahan selera
konsumen
Persaingan usaha sejenis
Kenaikan harga bahan baku
Bobot
Meningkatnya kesadaran konsumen tentang manfaat lele bagi kesehatan
1 3 1/3 2 1/3 1/5 1/5 3 1/3 1/4 3 1/4 1/5 0.04
Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar
1/3 1 1/5 1/5 5 1/7 1/3 3 1/5 5 1/4 1/3 1/7 0.05
Tersedianya tenaga kerja
3 5 1 3 1/2 1/3 1/2 5 1/3 3 1/3 5 1/3 0.08
Kemajuan teknologi dalam informasi
½ 5 1/3 1 1/2 1/3 1/3 3 1/5 3 1/3 1/2 1/5 0.04
Akses teknologi berdampak pada Bahan baku yang mudah didapat
3 1/5 2 2 1 1 5 3 1/7 3 1/3 1/3 1/4 0.06
Produk aman dan halal dikonsumsi, dan memiliki sertifikat halal
5 7 3 3 1 1 4 3 1/3 5 5 3 5 0.13
Kenaikan tarif BBM, listrik dan telepon
5 3 2 3 1/5 1/4 1 9 5 1/3 1/5 1/3 1/9 0.09
Tinggi nya biaya perizinan usaha
1/3 1/3 1/5 1/3 1/3 1/3 1/9 1 1/5 1/3 1/3 1/7 1/9 0.01
Adanya isu pencemaran lingkungan
3 5 3 5 7 3 1/5 5 1 3 1/2 1/4 1/5 0.10
34
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menyebabkan menjamurnya usaha makanan
4 1/5 1/3 1/3 1/3 1/5 3 1/3 1/3 1 1/5 1/3 1/7 0.03
Perubahan selera konsumen
1/3 4 3 3 3 1/5 5 1/3 2 5 1 5 9 0.12
Persaingan usaha sejenis
4 3 1/5 2 3 1/3 3 1/7 4 3 1/5 1 1/50.07
Kenaikan harga bahan baku
5 7 3 5 4 1/5 9 9 5 7 1/9 5 10.17
Total 1.00
iii
Tabel Matriks SWOTSetelah menganalisis aspek internal eksternal, dan melihat juga dari hasil IFAS dan EFAS maka strategi yang bisa dilakukan adalah
sebagai berikut :
INTERNAL
EKSTERNAL
Strength (S)
1. Brand Image
2. Tenaga terlatih
3. Kelezatan dan cita/varian rasa rasa
4. Kebersihan dan kenyamanan tempat
5. Memiliki lokasi yang strategis
6.Keramahan dan kesopanan
karyawan
Weaknesses (W)
1. Kegiatan Promosi kurang gencar
2. Pengorganisasian kerja kurang teratur
3. Tidak ada paket-paket makanan dan
diskon khusus
4. Tempat parkir terbatas
5. Kurang menerapkan kemajuan
teknologi
Oppurtunities (O)
1. Konsumerisme
2. Gaya hidup
3. Supply tenaga kerja)
4. Meningkatnya kesadaran
konsumen tentang manfaat lele bagi
kesehatan
5. Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar
Strategi SO
a. Menciptakan variasi menu baru
b. Memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan mutu layanan dan
keamanan pangan
c. Meningkatkan layanan
Strategi WO
a. Melakukan promosi sendiri melalui
internet, penyebaran leaflet, dan radio
lokal
b. Membuat paket hemat dan pemberian
diskon
36
6. Tersedianya tenaga kerja7. Kemajuan teknologi dalam informasi, pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pemasaran/promosi.8. Akses teknologi berdampak pada Bahan baku yang mudah didapat.9. Produk aman dan halal dikonsumsi, dan memiliki sertifikat halal.
Threats (T)
1. Tinggi nya biaya perizinan usaha2. Kenaikan tarif BBM, listrik dan telepon3. Adanya isu pencemaran lingkungan4. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menyebabkan menjamurnya usaha makanan.5. Perubahan selera konsumen6. Persaingan usaha sejenis7. Kenaikan harga bahan baku
Strategi ST
a. Menjaga brand image
b. Konsisten mempertahankan
kelezatan dan cita rasa
c. Mengoptimalkan layanan kepada
konsumen
Strategi WT
a. Memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk efisiensi dan peningkatan mutu
produk dan pelayanan.
b. Mrningkatkan koordinasi kerja antar
karyawan.
c. Menjalin hubungan baik dengan
lingkungan
iii
38
iii