analisis tingkat kebangkrutan model altman dan foster pada...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN
MODEL ALTMAN DAN FOSTER
PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2007 – 2009)
Disusun Oleh :
KOSASIH
103081029231
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
2
ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN
MODEL ALTMAN DAN FOSTER
PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2007 – 2009)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Sebagai Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Kosasih
NIM : 103081029231
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM IndoYama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 19690203 2001121 003 NIP. 19741127 2001121 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010
3
ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN
MODEL ALTMAN DAN FOSTER
PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2007 – 2009)
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi syarat – syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
KOSASIH
NIM : 103081029231
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM IndoYama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 19690203 2001121 003 NIP. 19741127 2001121 002
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Suhendra, SAg, MM M. Arief Mufraini, Lc, MSI
NIP. 19711206 2003121 001 NIP. 19770122 2003121 001
Penguji Seminar Proposal Skripsi
Ella Patriana, SE, MM
NIP. 19690528 200801 2010
4
Hari ini tanggal 10 bulan mei tahun 2010 telah dilakukan ujian komprehensif
atas nama Kosasih nim 103081029231 dengan judul skripsi “ ANALISIS
TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA
PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA
EFEK INDONESIA (PERIODE 2007 – 2009)” . Dengan memperhatikan
kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ekonomi pada jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua Sekretaris
Indo Yama Nasaruddin,SE.MAB Titi Dewi Warninda,SE.MSI
NIP. 19741127 2001121 002 NIP. 19731221 2005012 002
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 19690203 2001121 003
5
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS Jl. Ir. H. Juanda no.95, Ciputat 15412 Indonesia Telp : (62-21) 7493318, 7496006, 74715705
Fax : (62-21)7496006, 74715705
Website : www.uinjkt.ac.id email : [email protected] / [email protected]
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Kosasih
NIM : 103081029231
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini di buat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 8 Juli 2010
Kosasih
6
Daftar Riwayat Hidup
Kosasih
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Kelahiran : Jakarta
Tanggal Lahir : July 12nd 1984
Alamat : Perum. Dasana Indah TB3 no. 5 Kelapa Dua, Serpong Tangerang
Nomor Telepon : 021 – 94078815
Handphone : 0813 – 88009917
Email : [email protected] – [email protected]
IPK / GPA : 3, 51 (Cumlaude)
Pendidikan
Pendidikan Formal
● Sekolah Dasar – SDN 07 Jakarta
● Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama – SLTP 204 Jakarta
● Sekolah Lanjutan Tingkat Atas – SLTA 94 Jakarta
● 2010 – Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Hobbi dan Ketertarikan
● Music ● Computer ● Game online, Nds, Psp
● Sport ● Reading book ● Photography
7
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the condition of the company and further to analyze the different levels of bankruptcies among companies Altman Model and Foster in Textiles and Garments Go - public on the Indonesia Stock Exchange the methodology used in this study using a different analysis test (t test) , so that the results obtained in this study occurred in a statistical difference between the results of Altman model analysis with Foster in 2007, this was due to test the hypothesis probability values smaller than 0.05, then Ho is rejected and the conclusion was also no difference statistical significance between the analysis using the Altman model and Foster in 2008 and 2009, and this is due to the results of hypothesis testing the probability values greater than 0.05, Ho is accepted that conclusion. Keywords : Bankruptcy, Z – score Altman, Z – score Foster
8
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi perusahaan serta pula menganalisis perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go – Public di Bursa Efek Indonesia.Dan metodologi yang digunakan didalam penelitian ini menggunakan analisis uji beda (uji t), sehingga hasil yang didapatkan didalam penelitian ini terjadi perbedaan secara statistik antara hasil analisis Model Altman dengan Foster pada tahun 2007, hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05,oleh karena itu kesimpulannya Ho ditolak dan pula tidak terdapat perbedaan secara statistik antara hasil analisis menggunakan Model Altman dan Foster pada tahun 2008 dan 2009, dan hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05, sehingga kesimpulannya Ho diterima. Kata Kunci: Kebangkrutan, Z-Score Altman, Z-Score Foster
9
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan curahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman Dan Foster Pada Perusahaan Textile Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007 - 2009”. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan baik yang bersifat moral maupun materi, waktu, tenaga dan pikiran dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, perhatian, motivasi dan do’a serta saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada kakak - kakak yang memberikan semangat kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing I dan Pembantu Dekan I Bidang Akademik yang telah memberikan arahan serta petunjuk yang sangat penting sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bpk Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Jurusan Manajemen yang dengan sabar dan telah meluangkan waktunya untuk membantu serta memberikan bimbingan yang sangat mendasar dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bpk Arief Mufraini, Lc, Msi dan Bpk Suhendra, S.Ag, MM selaku Tim Penguji Ujian Skripsi.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi selaku Tim Penguji Ujian Komprehensif sekaligus Tim Penguji Seminar Proposal bersama Ibu Ella Patriana, SE, MM.
7. Para Dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama masa perkuliahan.
10
8. Seluruh staf pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah bersedia membantu dalam segala urusan administrasi selama masa perkuliahan dan pembuatan skripsi ini hingga selesai.
9. Keluarga dan kerabat yang tidak pernah bosan mengingatkan, memberikan dukungan semangat dan motivasi serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kawan-kawan Eral, Lilis, Hery, Dika, Ade, Ipung, Soni, Ajeng, Dada, Rizky dan Faiz yang telah membantu dan berbagi informasi selama proses pembuatan skripsi ini.
11. Dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun telah banyak membantu selama proses pembuatan skripsi ini.
Semoga atas semua bantuannya diberikan balasan yang setimpal dan pahala yang berlipat-lipat dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan baik dari segi materi pembahasan maupun cara penyajiannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan dan menghargai berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun guna menwujudkan karya ilmiah yang lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan kemudahan bagi kita semua dalam meraih masa depan yang lebih baik. Amin. Wassalamualaikum wr wb
Jakarta, 8 Juli 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………i
PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………ii
PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………...iii
PENGESAHAN KOMPREHENSIF …………………………………iv
PERNYATAAN …………………………………v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………vi
ABSTRACT …………………………………vii
ABSTRAK ………………………………...viii
KATA PENGANTAR …………………………………..ix
DAFTAR ISI …………………………………..xi
DAFTAR TABEL ………………………………….xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………….xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………...xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................1
B. Identifikasi Masalah ….............................................7
C. Pembatasan Masalah ….............................................8
D. Perumusan Masalah ….............................................9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...…..........................................9
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebangkrutan …............................................11
B. Penyebab Kegagalan Perusahaan …............................................14
C. Manfaat Informasi Kebangkrutan …............................................16
D. Analisis Laporan Keuangan …............................................17
E. Kerangka Pemikiran …............................................42
F. Hipotesis …...........................................45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian …...........................................46
B. Metode Penentuan Sampel …...........................................46
C. Metode Pengumpulan Data …............................................47
D. Metode Analisis Data …...........................................48
E. Operasional Variabel Penelitian …...........................................50
F. Penelitian Terdahulu …...........................................52
G. Pengujian Hipotesis …...........................................55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian …..........................................57
B. Rasio Keuangan Altman ..............................................63
C. Rasio Keuangan Foster .................................................69
D. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Altman …….79
13
E. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Foster ……..90
F. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009, Menurut Undang –
UndangKepailitan No. 37 Tahun 2004 …………………………..94
G. Pengujian Hipotesis …....................................................97
H. Pembahasan …....................................................106
I. Rasio Keuangan Altman …....................................................107
J. Rasio Keuangan Foster …....................................................115
K. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Altman……117
L. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Foster …..121
M. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-
Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009, Menurut Undang
– Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 ……………………..124
N. Interpretasi ……….....................................................126
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan …..................................................... 128
B. Implikasi …..................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA …..................................................... 131
LAMPIRAN …..................................................... 133
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel A.2 Ringkasan Profil Perusahaan Textile dan Garment Go
Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 ………63
Tabel B.1 Rasio Keuangan Altman Perusahaan Textile dan
Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun
2007 - 2009 ….......................................................64
Tabel B.2 Rasio Keuangan Foster Perusahaan Textile dan
Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun
2007 - 2009 ….......................................................69
Tabel E Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori
Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut
Model Altman ….......................................................81
Tabel H Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori
Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut
Model Foster ….......................................................90
Tabel I.1 Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori
Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut
Menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 .94
15
Tabel J.1 Hasil Means (Nilai rata – rata) Antara Z-score Model Altman
dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment Go Public di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 200...............................97
Tabel J.3 Hasil Uji F – hitung dan t – hitung Antara Z-score Model
Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment
Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 …100
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran …........................................... 44
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 133
Lampiran 2 Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 133
Lampiran 3 Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total
Assets Ratio (X3) Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah) 134
Lampiran 4 Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total
Debt Ratio (X4) Tahun 2007 – 2009
Dalam Jutaan Rupiah) 134
Lampiran 5 Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) Tahun
2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 135
Lampiran 6 Rata – Rata Rasio Keuangan Altman Tahun 2007 – 2009 135
Lampiran 7 Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009 136
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009 136
Lampiran 9 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2007 137
Lampiran 10 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2008 137
Lampiran 11 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2009 138
Lampiran 12 Tingkat Kebangkrutan Model Altman
18
Tahun 2007 – 2009 138
Lampiran 13 Perhitungan Transportation Expense to Operating Revenue
Ratio (X) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 139
Lampiran 14 Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y) Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah) 139
Lampiran 15 Rata – Rata Rasio Keuangan Foster Tahun 2007 – 2009 140
Lampiran 16 Perhitungan Z-Score Foster Tahun 2007 – 2009 140
Lampiran 17 Hasil Perhitungan Z-Score Tahun 2007 – 2009 141
Lampiran 18 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2007 141
Lampiran 19 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2008 142
Lampiran 20 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2009 142
Lampiran 21 Tingkat Kebangkrutan Model Foster Tahun 2007 – 2009 143
Lampiran 22 Perhitungan Debt Ratio (Ratio Hitung) Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah) 143
Lampiran 23 Tingkat Kebangkrutan Menurut Undang – Undang Kepailitan
No. 37 Tahun 2004 Pada Tahun 2007 – 2009 144
19
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan organisasi yang mencari
keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak mampu
kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan
lainnya (Gitosudarmo, 2002:5).Perusahaan merupakan suatu
badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan
tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham (Weston, 1993:4). Disamping itu ada pula tujuan lain
yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)
dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat
melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.
Harahap (2002: 69) menyatakan bahwa prinsip going concern
(kelangsungan usaha) menganggap bahwa perusahaan akan
terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian
proyek, perjanjian dan kegiatan yang sedang berlangsung.
Perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup atau
dilikuidasi dimasa yang akan datang.Perusahaan dianggap akan
hidup dan operasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Kemakmuran diartikan sebagai kesejahteraan dan
kesejahteraan merupakan nilai sekarang dari perusahaan
20
terhadap prospek masa depannya. Nilai masa depan merupakan
keberlanjutan usaha bagi suatu perusahaan. Keberlanjutan
usaha dapat dicapai, bila pengelolaan perusahaan dijalankan
dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin sehingga
sumber daya yang dimilki dapat dimanfaatkan secara efektif.
Keberlanjutan usaha sangat penting bagi perusahaan dan bagi
investor.
Salah satu dampak dari krisis moneter adalah
ditutupnya sejumlah peusahaan karena tidak mampu
mempertahankan going concernnya (kelangsungan usahanya).
Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaan-perusahaan
tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu
kegagalan ekonomi dan yang kedua yaitu kegagalan keuangan.
Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan
antara pendapatan dan pengeluaran. Selain itu, kegagalan
ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan
yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi.
Perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika
perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya
pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total
kewajibannya (Weston dan Brigham, 1993:474). Jatuh
bangunnya perusahaan merupakan hal yang biasa. Kondisi
yang membuat para investor dan kreditor merasa khawatir jika
21
perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress)
yang bisa mengarah kebangkrutan.
Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah
dengan munculnya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-
Undang (Perpu) No. 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan.
Menurut Perpu No. 1, debitur yang terkena default (gagal
bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur saja.
Resiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat
dan diukur melalui laporan keuangan , dengan cara melakukan
analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi
keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai
sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah
dilaksanakan.
Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif
untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan
klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham dipasar modal.
Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan
untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya,
sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat
ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya
22
kemungkinan kebangkrutan (terlikuidasi) pada perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh
manajemen, pemegang saham, pemerintah maupun oleh
stakeholders yang lain.
Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh
informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran
kas perusahaan dan informasilain yang berkaitan dengan
laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan
sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan
keuangan. Analisis laporan keuangan tersebut meliputi
perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Terjadinya
likuidasi atau kebangkrutan pada sejumlah perusahaan tentu
saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan
dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan
pekerjaannya. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan
masalah yang lebih besar kalau proses kebangkrutan pada
sebuah perusahaan dapat diprediksi lebih dini. Adanya
tindakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan tersebut,
tentu saja akan dapat menghindari atau mengurangi resiko
terjadinya kebangkrutan tersebut.
Secara empiris prediksi kebangkrutan atau likuidasi ini
dapat dibuktikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
23
Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun
sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Sektor textile
dan garment cukup menarik untuk dijadikan obyek penelitian
karena derasnya produk-produk textile buatan luar negeri yang
membanjiri pasaran di Indonesia, terutama produk textile
buatan Cina. Membanjirnya produk textile dari Cina membuat
kalang kabut produsen dalam negeri.
Kekhawatiran ini beralasan karena harga produk
mereka jauh dibawah harga textile dalam negeri, dan dari segi
kualitas tidak kalah bagusnya. Produk lokal harus
mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya serendah
mungkin agar mampu bersaing dengan produk buatan luar
negeri, karena produk luar negeri ditawarkan dengan harga
yang relative rendah. Perusahaan harus mempunyai
keunggulan kompetitif agar mampu bersaing dan tetap survive.
Berbagai kondisi tersebut di atas akhirnya akan memperburuk
kondisi perusahaan textile dan garment yang tidak tertutup
kemungkinan akan mengalami kebangkrutan dalam usahanya,
meskipun sebelumnya kita ketahui sektor industri textile dan
garment cukup memliki pangsa pasar yang bagus di dalam
negeri. Salah satu indikator yang dapat kita gunakan untuk
melihat perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan
24
berkembang, atau bahkan bangkrut adalah dengan melihat
pendapatan bersih.
Sebagai salah satu contohnya dari data tahun 2007
sampai dengan 2009 (Sumber : Indonesian Capital Market),
dapat memperlihatkan bahwa sebagian besar perusahaan
industri textile dan garment mengalami kecenderungan
penurunan pendapatan bersih dan bahkan mengalami kerugian.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat
menghasilkan profit. Apabila keadaan ini terus – menerus
terjadi maka kelangsungan usaha akan terganggu, sebab
dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa mengembalikan
pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi.
Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting
untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan,
makin tinggi laba yang diperoleh diharapkan perusahaan akan
mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang serta tangguh
menghadapi persaingan. Perusahaan dituntut untuk seefisien
mungkin dalam arti bahwa dalam pengorbanan tertentu yang
diberikan maka dicapai hasil yang sebesar mungkin,
maksudnya pengorbanan adalah modal usaha sedangkan
hasilnya adalah laba usaha. Turunnya penjualan berakibat pada
turunnya laba, bila itu terjadi dalam waktu berkepanjangan,
25
akan berdampak pada berkelanjutan usaha industri textile dan
garment. Oleh karena itu, perlu kajian tentang analisis kinerja
keuangan dengan menggunakan metode Z- Score model
Altman dan Foster untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada
perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek
Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan
masukan dan pertimbangan bagi manajemen perusahaan textile
dan garment mengenai kemungkinan terjadinya kebangkrutan
agar dapat mengambil langkah pengambilan keputusan guna
melakukan persiapan dan perbaikan kinerja melalui strategi
yang cepat dan tepat demi peningkatan nilai perusahaan
dimasa depan. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi
investor dalam mengambil keputusan investasi. Para investor
dapat berpikir dua kali untuk masuk ke saham textile dan
garment. Bila industri textile dan garment mengalami
kebangkrutan maka investor dapat segera menarik diri untuk
tidak melakukan investasi.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka
penelitian ini mengambil judul “ANALISIS TINGKAT
KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER
PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO-
PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA”.
26
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi beberapa
masalah diantaranya :
1. Menganalisis kemampuan model Altman dalam mengukur
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
2. Menganalisis kemampuan model Foster dalam mengukur
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
3. Melihat perbedaan antara model Altman dan model Foster
dalam mengukur tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
C. Pembatasan Masalah
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh
tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda
kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena
manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur-
kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk
mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda
kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-
data akuntansi.
Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan
likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan,
sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan
keuangan yang paling berat. Kesulitan keuangan bisa dilihat
27
sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai
yang paling berat.
Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi
kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah
analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang
dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan
rasio keuangan.
D. Perumusan Masalah
Mengadakan interpretasi atau analisa terhadap laporan
finansiil suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi
penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan
perkembangan finansiil dari perusahaan yang bersangkutan,
sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan tersebut.
Berdasarkan keadaan yang terdapat di perusahaan,
maka timbul permasalahan :
1. Apakah kondisi perusahaan tersebut terjadi kebangkrutan
dengan menggunakan model Altman dan Foster pada
perusahaan Textille dan Garment Go-Public di Bursa Efek
Indonesia ?
28
2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan antara
Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa efek Indonesia ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas dan maka
tujuan dan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai
berikut :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis kondisi perusahaan tersebut terjadi
kebangkrutan dengan menggunakan Model Altman dan Foster
pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek
Indonesia.
b. Untuk menganalisis perbedaan tingkat kebangkrutan antara
Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini merupakan media
untuk belajar memecahkan masalah secara ilmiah dan
memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu
yang diperoleh dibangku kuliah.
b. Bagi civitas akademik, peneliti ini dapat menambah
informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi peneliti
lebih lanjut.
29
c. Untuk dunia praktis, dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi perusahaan agar dapat mengambil langkah dan
keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan demi
kemajuan perusahaan tersebut serta memberikan gambaran dan
harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan
tersebut. Bagi Investor penelitian ini dapat digunakan dalam
mengambil keputusan investasi. Bila industri textile dan
garment mengalami kebangkrutan maka investor dapat segera
menarik diri untuk tidak melakukan investasi.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebangkrutan
1. Pengertian umum
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan
usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 4 tahun
1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan
tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya
sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih
krediturnya ( Yani dan Widjaja, 2004: 153 ).
Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak
mampu menghindari kegagalan untuk membayar
kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak
terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah
pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi
pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau
ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam
dan Bursa Efek di mana efek emiten atau perusahaan publik
31
tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak
emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau
mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan
dimaksud (Br Ferdinand D. Saragih,2005: 14).
Kesulitan keuangan jangka pendek bisa berkembang
menjadi kesulitan tidak solvable, dan perusahaan bisa
dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi dipilih apabila nilai
likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan
kalau diteruskan. Reorganisasi dipilh apabila nilai perushaan
kalau diteruskan lebih besar dibandingakn nilai likuiditas
(Harahap dan Syafri,2002 : 140).
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh
tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda
kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena
manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur
dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk
mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda
kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-
data akuntasi (Ross, 2005: 156).
Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan
likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan,
sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan
kesulitan keuangan yang paling berat. Kesulitan keuangan
32
bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang
ringan sampai yang paling berat (Pindado,et.al, 2002: 135).
Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi
kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah
analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang
dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan
rasio keuangan.
(Karen Wruck dalam Ross, 2005: 158).
Pendekatan univariate bisa dipakai untuk memprediksi
kebangkrutan dengan asumsi bahwa distribusi variabel
keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan berbeda dengan distribusi variabel keuangan untuk
perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Jika
beberapa variabel dipakai untuk memprediksi, ada
kemungkinan hasil yang saling bertentangan akan diperoleh.
Untuk mengatasi kelemahan semcam itu metode prediksi
multivariate bisa digunakan. (Platt,H: 2004)
Kegagalan (Failure) dapat didefinisikan dalam
beberapa cara dan kegagalan tidak harus menyebabkan
keruntuhan atau pembubaran perusahaan. Kegagalan
ekonomis berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu
33
menutup biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan keuangan
berarti jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada
wakunya harus dipenuhi, walaupun harta totalnya melebihi
kewajiban toatalnya (Weston dan Brigham, 1993: 474).
B. Penyebab Kegagalan Perusahaan
Menurut R. Agus Sartono (2001), ada tiga jenis
kegagalan perusahaan yaitu :
1. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera
jatuh tempo tetapi asset perusahaan nilainya lebih tinggi
daripada hutangnya.
2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai
asset perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang
perusahaan.
3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak
dapat membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan
pailit.
Sebab utama kegagalan sebuah perusahaan adalah
manajemen perusahaan yang kurang kompeten (Weston dan
Brigham, 1993: 474).
Sementara menurut Bambang Riyanto (2001: 315)
faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu
34
perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua
yaitu :
1. Sebab intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam
perusahaan itu sendiri, yang meliputi sebab finansiil maupun
non finansiil.
a. Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi :
1). Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan
beban tetap yang berat bagi perusahaan.
2). Adanya “current liabilities” yang terlalu besar diatas
“current assets”
3). Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya “Bad-
Debts” (piutang tak tertagih).
4). Kesalahan dalam “dividend-policy”
5). Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.
b. Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil
meliputi :
1). Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan, yaitu
antara lain :
a). Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan
perusahaan.
b). Kesalahan dalam penentuan produk yang
dihasilkan.
c). Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan.
35
2). Kurang baiknya struktur oragnisasi perusahaan.
3). Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan
4). Adanya “managerial incompetence”
a). Kesalahan dalam policy pembelian .
b). Kesalahan dalam policy produksi.
c). Kesalahan dalam policy marketing.
d). Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan.
2. Sebab ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal
dari luar perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau
kontrol dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu
antara lain :
a). Adanya persaingan yang hebat.
b). Berkurangnya permintaan terhadap produk yang
dihasilkannya.
c). Turunnya harga-harga dan lain sebagainya.
C. Manfaat Informasi Kebangkrutan
Menurut Hanafi dan Halim (2000: 261) Informasi
kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti
berikut ini:
1. Pemberi Pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk
mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan
36
kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman
yang ada.
2. Investor
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan
melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya
perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor
yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model
prediksi kebangkrutan untuk melilhat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi
kemungkinan tersebut.
3. Pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah
mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha
tersebut. Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha
yang harus selalu diawasi.
Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk
melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-
tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
4. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi
kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai
kemampuan going concern suatu perusahaan.
37
5. Manajemen
Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan
lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa
dilakukan yang berkaitan dengan munculnya biaya
kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau restrukturisasi
keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
D. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan,
yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya, oleh para pemilik perusahaan dan juga diharapkan
untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan
kepada pihak-pihak diluar perusahaan (Baridwan, 2001: 17).
Laporan Keuangan merupakan produk dari akuntasi,
begitu juga interpretasi laporan keuangan juga merupakan
salah satu fungsi pokok dari akuntansi.
Perusahaan menyediakan informasi akuntansi karena
memilki stakeholders yang bervariasi seperti pemegang
saham, pemegang obligasi, banker, kreditur, supplier,
karyawan dan manajemen. Para stakeholders perlu
mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan.
38
Mengingat banyak pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan tersebut maka laporan keuangan yang
disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan
kelayakannya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan proses
akuntasi tersebut, perlu mendasarkan diri dengan adanya
konsep dasar (basic assumption) dan prinsip-prinsip yang
diterima umum. Untuk itu mereka bergantung pada laporan
keuangan perusahaan yang diumumkan secara periodik untuk
menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan
perusahaan (Asquith,P,1991: 34).
Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi
perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk
untuk penetapan kebijakan dimasa yang akan datang.
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Keputusan
Menteri Keuangan RI No. 740/KMK.00/1989 adalah laporan
Direksi yang mencakup kebijaksanaan keuangan perusahaan,
neraca, perhitungan laba rugi, sumber dan penggunaan dana,
penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas) dan perubahan
modal.
Analisis kinerja keuangan merupakan suatu
interpretasi atau analisis terhadap prestasi yang dicapai
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini karena
39
menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.
740/KMK.00/1989, pengertian kinerja itu sendiri adalah
prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan
perusahaan.
a. Jenis Laporan Keuangan
Analisis kinerja keuangan sangat bergantung pada
informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi yang penting di samping informasi lain. Ada tiga
macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan (Munawir,2000: 26) yaitu :
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara
sistematis untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan pada
suatu saat atau tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan
posisi keuangan. Ada tiga elemen pokok dalam neraca yaitu
aktiva yang menggambarkan keputusan penggunaan dana atau
keputusan investasi dimasa lalu, sedang hutang dan modal
(passiva) menunjukkan asal sumber dana untuk kepentingan
pendanaan dimasa lalu tersebut. Pos-pos pada neraca disusun
mulai dari yang paling likuid, mudah dicairkan menjadi uang
tunai sampai yang paling tidak likuid.
40
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun
secara sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang
diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
Prinsip-prinsip yang umum diterapkan dalam laporan laba
rugi adalah :
a. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh
dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau
memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang
atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang
terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi
(operating expenses).
c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari
luar organisasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-
biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan (non
operating atau financial income dan Expenses).
d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil
(extra ordinary) diperoleh laba bersih sebelum pajak
pendapatan. Laporan keuangan ini memperlihatkan laporan
hasil kegiatan atau operasional perusahaan selama suatu
periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi keuangan
memperlihatkan keefektifan manajemen dalam menyerap
41
dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan jenis
penyaluran dana juga mencerminkan profesionalisme dari
manajemen yang ada.
3. Laporan Aliran Kas
Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang
dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku
yang bersangkutan, dan melengkapi penjelasan tentang
perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun
buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas menggambarkan
aliran kas yang masuk dan yang keluar pada suatu periode
tertentu yang meupakan hasil atau efek dari kegiatan
perusahaan yaitu operasi, investasi dan pendanaan.
Laporan aliran kas mempunyai peran penting dalam
memberikan informasi mengenai berapa besar dan kemana
saja dana digunakan serta dari mana sumber dana itu diambil.
Informasi yang diperoleh dari laporan ini dapat menunjukkan
apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami
kesulitan keuangan.
Laporan keuangan menjadi sangat penting karena
memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan
keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi
mengenai profitabilitas, resiko, timing aliran kas, yang
42
kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak
yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan
mempengaruhi nilai perusahaan (Supardi dan Mastuti,2003:
78).
a. Jenis Analisa Laporan Keuangan
Dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan
keuangan, pada dasarnya ada beberapa jenis analisa yang
dapat dilakukan yaitu :
1. Analisa Internal
Merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak
manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan
menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan
perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa
diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga
menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau
dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud
internal saja.
2. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan
oleh pihak-pihak di luar manajemen perusahaan misalnya
bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang
mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa
memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang
43
sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan
guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum
pihak eksternal melakukan kerjasama financial dengan
perusahaan tersebut.
3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan
data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke
tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu
dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar
pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat
perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.
4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)
Analisa vertikal, merupakan analisa laporan keuangan
yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga
hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang
lainnya lapoaran keuangan atau hasil usaha periode itu saja.
b. Analisis Rasio keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan
keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan
adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering
digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”. Pengertian
rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
44
“arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara dua macam data keuangan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan
dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik
atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir,
2000:64).
Penganalisa keuangan dalam mengadakan analisa
rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan dengan dua
macam cara pembanding yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan
rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang
akan datang dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (ratio
perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau industry (rasio
industry/rasio rata-rata/ratio standard) untuk waktu yang
sama (Riyanto, 2001:329).
45
c. Penggolongan Angka Rasio
Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali
karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.
Berdasarkan sumber datanya angka rasio digolongkan sebagai
berikut : (Riyanto,2001: 330)
1. Rasio neraca (balance sheet ratios) yaitu semua rasio yang
datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya
current ratio, acid test ratio, dan sebaginya.
2. Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu
semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari laporan
laba rugi misalnya gross profit margin, net operating margin,
operating ratio dan sebagainya.
3. Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua
rasio yang datanya diambil atau bersumber dari neraca dan
data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat
perputaran persediaaan (inventory turnover), tingkat
perputaran piutang (Accounting receivable turnover), assets
turnover dan sebagainya.
Menurut Edward Altman (2000:331) penggolongan
rasio keuangan adalah sebagai berikut :
1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur likuiditas perusahaan misalnya current ratio, acid
test ratio, cash ratio, working capital to total asset ratio.
46
2. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan yang
dibiayai dengan utang, misalnya total debt to total asset ratio,
total debt to total capital asset, long debt to equity ratio,
tangible asset debt coverage, time interest earned ratio.
3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk
mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam
mengerjakan sumber-sumber dayanya, misalnya total asset
turnover, receivableturnover, average collection period,
inventory turnover, average days inventory, working capital
turnover.
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan
potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor
yang perlu mendapat perhatian adalah :
a. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio
likuiditas yaitu : (Riyanto,2001: 332).
47
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.
Aktiva Lancar
Rasio Lancar = Hutang Lancar
2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang
likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan.
Aktiva Lancar - persediaan
Rasio Cepat = Hutang Lancar
3. Rasio kas (cash ratio) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhihutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang
paling likuid.
Kas + Effect
Rasio Kas = Hutang Lancar
4. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to
total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang
ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan
hutang lancar.
48
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Rasio Modal Kerja = Total Aktiva
b. Rasio Aktifitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa
efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki,
atau dengan kata lain sejauhmana efektifitas penggunaan asset
dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam
rasio aktivitas diantaranya :
1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi uang tunai.
Piutang x 360 hari
Rasio Periode Pengumpulan Piutang = Penjualan Kredit
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk
mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu
tahunnya.
Penjualan Kredit
Rasio Tingkat Perputaran Piutang = Piutang
49
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat
efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan
lamanya dana tertanam dalam persediaan.
Harga Pokok Penjualan
Rasio Tingkat Perputaran Persediaan = Rata – rata Persediaan
4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan
sejauhmana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva
tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif
penggunaan aktiva tetapnya.
Penjualan
Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap = Aktiva Tetap
5. Rasio tingkat perputaran total aktiva menunjukkan
efektifitas penggunaan total aktiva.
Penjualan
Rasio Tingkat Perputaran Total Aktiva = Aktiva Tetap
c. Rasio Leverage atau Solvabilitas
Rasio leverage atau solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk
dalam rasio leverage atau solvabilitas diantaranya :
1. Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
panjangnya.
50
Total Hutang
Rasio Hutang = Total Aktiva
2. Rasio Kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua total kewajibannya dengan menggunakan modal
sendiri.
Total Hutang
Rasio Kewajiban terhadap Modal = Total Modal Sendiri
3. Time interest earned ratio mengukur kemapuan perusahaan
membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan
pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bung
dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.
Laba Operasi
Time Interest Earned Ratio = Beban Bunga per Tahun
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur
berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan
kewajiban lancar.
Hutang Lancar
Rasio Kewajiban Lancar terhadap TA = Total Aktiva
51
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva
mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai
dengan kewajiban bukan lancar.
Hutang Tidak Lancar
Rasio kewajiban Tidak Lancar = Total Aktiva
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau
profitbilitas diantaranya (Riyanto, 2001: 332) :
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga
pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan
manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan
dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan
perusahaan.
Laba Kotor
Marjin Laba Kotor = Penjualan Bersih
2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen
untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha
52
dan harga pokok penjualan dalam hubungannya denga
penjualan yang dilakukan.
Laba Usaha
Marjin Laba Usaha = Penjualan Bersih
3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan
manajemen untuk mengahsilkan laba setelah harga pokok
penjualan, beban operasi atau usaha, beban lainnya dan pajak
dalam hubungannya dengan penjualan.
Laba Bersih
Marjin Laba Bersih = Penjualan Bersih
4. Return on Investment (ROI) mencerminkan kemampuan
manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal
mungkin sehingga dicapai laba bersih yang
diinginkan.(Weston dan Copeland, 2003)
(EBIT) Laba Usaha
ROI = Total Aktiva
Analisis perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan memungkinkan manajer keuangan untuk
mengevaluasi dengan cepat. Dengan rasio keuangan juga
memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
53
ke waktu serta mengidentifikasi perkembangannya.
(Muslich,2000: 61)
Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang
sangat berguna dalam proses analisis kinerja keuangan
perusahaan, analisis rasio mempunyai keterbatasan yang
berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya
adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara
terpisah. Pengaruh gabungan rasio hanyalah berdasarkan
pertimbangan para analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi
kelemahan analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan
beberapa rasio menjadi suatu model peramalan yang berarti.
Ada dua teknik statistik, yaitu analisis regresi dan analisis
diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan ini.
a. Multiple Discriminant Analysis
Analisis ini diskriminan adalah suatu analisis yang
menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan
penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu kelompok
yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Misalnya seorang
analisis keuangan memiliki beberapa rasio keuangan dari
sebuah perusahaan dan ingin menggunakan rasio tersebut
untuk menggolongkan perusahaan itu masuk kategori
bangkrut atau tidak.
54
Multiple Discriminant Analysis atau analisis pembeda
ganda merupakan suatu metodologi formal yang digunakan
untuk memperkecil rasio dan untuk mempertinggi
kerepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai
variabel. Model analisis semacam ini dapat digunakan untuk:
1. Memprediksi kebangkrutan perusahaan
2. Mengevaluasi atas prospek perusahaan secara individual
3. Menilai kelayakan dan kewajaran suatu rencana oragnisasi
dalam memutuskan alternatif - alternatifnya.
b. Analisis Z-score Model Altman
Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui
kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi
kegagalan atau kebangkrutan usaha. Salah satu studi tentang
prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang
dilakukan oleh Altman yaitu analisis Z-score. Z-score adalah
skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah
keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan
kebangkrutan perusahaan. Formula Z-score untuk
memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah
multivariate formula yang digunakan untuk mengukur
kesehatan financial dari sebuah perusahaan.
55
Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang
dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara
perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-score
Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Z-score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
Keterangan :
X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total
assets)
X2 = laba yang ditahan terhadap total harta (retained earning
to total Assets)
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total
harta (earning before interest and taxes to total assets)
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang
(market value equity to book value of total debt)
X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
Presentase rasio ke 1 sampai dengan ke 4 dihitung
dengan presentase penuh, sedang untuk rasio ke 5 dihitung
dengan presentase normal. Kriteria yang digunakan untuk
56
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini
adalah :
Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai
skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat,
sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81
diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.
Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan
sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu, dengan
nilai “cut-off” untuk indeks ini adalah 2,675 (Muslich,
2000:60).
Karena banyak perusahaan yang tidak go-public
sehingga tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman
mengembangkan model alternatif dengan menggantikan
variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar
modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi
perbandingan nilai saham biasa dan preferen dengan nilai
buku total hutang. Model Altman hasil revisi tahun 1983
inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini.
57
Persamaan hasil revisi tersebut adalah :
Z-score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Keterangan :
X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total
assets)
X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained
earnings to total assets)
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total
harta (earnings before interest and taxes to total assets)
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang
(market value equity to book value of total debt)
X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
(Supardi dan Mastuti, 2003: 80).
Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai
skor Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat,
sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20
diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.
Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan
sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu.
58
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio
keuangan yang terdapat pada model Altman yaitu :
Current Assets – Current Liabilities
1. Working Capital to T.A = Total Assets
Retained Earnings
2. Retained earnings to total assets = Total Assets
EBIT
3. EBIT to total assets = Total Assets
Market Value Equity
4. MVE to BVTD = Book Value of Total Debt
Sales
5. Total Assets Turnover = Total Assets
Kelima Rasio inilah yang akan digunakan dalam
menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk
kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan
pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan rasio-
rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Rasio likuiditas yang terdiri dari X1
2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3
59
3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5 (Riyanto,
2001:330).
Uraian masing-masing variabel tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total
assets) digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva
perusahaaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas
perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti
ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi
modal menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan
beberapa indikator lainnya.
2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total
assets) digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif.
Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio
tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi
memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih
relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio
60
yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa
awal berikutnya.
1. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta
(earnings before interest and taxes to total assets) digunakan
untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva
perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengahasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model
tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam
mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabiliats
perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat,
penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang,
kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi
kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu
yang ditetapkan.
2. Nilai Pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market
value equity to book value of total debt) digunakan untuk
mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun
nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada
aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang
dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan
saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan
hutang jangka panjang.
61
3. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut mengukur
kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
menghasilkan penjualan.
Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan
keuangan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun
sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut.
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan
usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan
kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi
perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan
dan keberlanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan
memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi
pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan
perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan
harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan
tersebut.
62
c. Analisis Z-score Model Foster
George Foster dalam bukunya yang berjudul
“Financial Statement Analysis” melakukan penelitian untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan-perusahaan kereta api
di Amerika Serikat periode 1970-1971. Semula ia
menggunakan Univariate models dengan menggunakan dua
variabel rasio secara terpisah, yaitu Transportation Expense to
Operating revenue ratio (TE/OR Ratio) dan Time Interest
Earned Ratio (TIE Ratio).
Kemudian Foster mencoba menerapkan sampel
perusahaan yang sama untuk dianalisis dengan Multivariate
Models, yaitu :
Z-score = aX + bY
Keterangan : X = TE/OR
Y = TIE
Rasio yang pertama menjelaskan seberapa besar biaya
operasi dibandingkan dengan penghasilan, sedangkan rasio
kedua menunjukkan seberapa besar laba operasi apabila
dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar. Dengan
menggunakan data yang sama seperti Univariate Models,
maka didapat persamaan diskriminannya yaitu :
63
Z-Score = -3,366 X + 0,657 Y
Persamaan ini kemudian kita perguankan untuk
menyusun peringakat nilai-nilai Z untuk semua perusahaan
yang diambil sebagai sampel. Setelah itu dicari “Cut-off
point” untuk memisahkan perusahaan yang bangkrut dan yang
tidak bangkrut.
Dalam hal ini Foster mempergunakan “Cut-Off point”
Z = 0,640, sehingga perusahaan yang mempunyai Z < 0,640
termasuk dalam kelompok perusahaan yang bangkrut,
sedangkan jika Z > 0,640 termasuk dalam kelompok
perusahaan yang tidak bangkrut. Studi ini dinilai berhasil
karena dari 10 perusahaan hanya terdapat 1 perusahaan yang
salah dalam pengelompokan (Husnan, 2002:685).
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio
keuangan yang terdapat pada model Foster yaitu :
Transportation Expense
1. TE/TO = Operating Revenue
EBIT
2. TIE = Interest Expense
64
D. Kerangka Pemikiran
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan
usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan
kesulitan keuangan. Kesehatan suatu perusahaan bisa
digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrim sampai ke
titik yang tidak sehat yang paling ekstrim.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh
peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal
kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan
tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak
manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak
kreditur dan pihak pemegang saham bisa melakukan
persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang
buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan
menggunakan data-data akuntansi.
Bagi setiap perusahaan penyusunan lapporan
keuangan merupakan hal penting, laporan keuangan sendiri
merupakan hal mutlak bagi perusahaan yang go-public.
Melalui laporan keuangan dapat dilihat kinerja keuangan
perusahaan yang meliputi posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi
65
kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan.
Laporan keuangan adalah Ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan,
yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan unutk
mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan juga digunakan
untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan
kepada pihak-pihak diluar perusahaan.
66
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan seperti bagan dibawah ini :
Laporan Keuangan Perusahaan
Z-Score Model Altman
1. Working Capital to Total Assets Ratio
2. Retained Earnings to Total Assets Ratio
3. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio
4. Market Equity to Book Value of Total Debt Ratio
5. Sales to Total Assets Ratio
Z-Score Model Foster
1. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio
( TE/OR Ratio )
2. Time Interest Earned Ratio
( TIE Ratio )
Analisis Uji Beda ( Uji t )
67
B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu anggapan yang masih harus
diuji kebenarannya, digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar
penelitian lebih lanjut. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian ini sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2002: 64).
Penelitian ini menggunakan uji beda (uji t) untuk
mengetahui apakah ada perbedaan secara statistik tingkat
kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada
Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek
Indonesia.
Berdasarkan Landasan teori dan kerangka berfikir
diatas, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha : Bahwa ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model
Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment go-
public di Bursa Efek Indonesia.
Ho : Bahwa tidak ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara
Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan
Garment go-public di Bursa Efek Indonesia.
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian kali ini, yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian dalam skripsi ini adalah penggunaan laporan
keuangan perusahaan sebelum terjadi kebangkrutan untuk
mengukur tingkat kebangkrutan pada perusahaan Textile dan
Garment go-public di Bursa Efek Indonesia 2007 – 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini seluruh anggota
populasi menjadi subjek yang akan diteliti. Adapun populasi
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan industri textile dan garment go-public di Bursa
efek Indonesia periode tahun 2007 sampai periode 2009.
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu ( Arikunto, 2002:117).
Kriteria tersebut adalah :
69
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selam 3 tahun
berturut-turut yaitu tahun 2007,2008 dan tahun 2009.
2. Laporan Keuangan harus mempunyai tahun buku yang
berakhir pada 31 Desember.
3. Perusahaan harus sudah listing pada awal periode
pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode
pengamatan.
Perusahaan yang bergerak pada industri textile dan
garment go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2007
sampai 2009 hingga saat ini berjumlah 19 perusahaan, namun
menurut hasil klasifikasi tersebut ternyata hanya ada 15
perusahaan yang memenuhi kriteria.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
lain dalam bentuk laporan bulanan antara lain JSX Monthly
(Sekarang manjadi IDX atau Indonesia Stock Exchange) yang
diperoleh dari publikasi BEI, publikasi Bank Indonesia yang
diperoleh dari website www.idx.co.id dan www.bi.go.id dan
beberapa publikasi lain.
70
2. Kepustakaan :
Pengumpulan data ini juga dilengkapi dengan
membaca dan mempelajari serta menganalisa literatur-
literatur yang bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel dan
hal lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang sangat penting
dalam penelitian, apabila dalam penelitian tersebut bermaksud
untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti.
Untuk menganalisis data diperlukan suatu cara atau metode
analisis data. Metode analisis data digunakan untuk
menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan
sehingga laporan yang dihasilkan mudah dipahami.
1. Analisis Z-score model Altman
Dengan fungsi sebagai berikut :
Z-score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 +
0,998X5
Keterangan :
X1 = Modal kerja terhadap Total harta (working capital to
total assets)
71
X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained
earnings to total assets)
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total
harta (Earnings before interest and taxes to total assets)
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang
(market value equity to book value of total debt)
X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
Dengan klasifikasi skor Z > 2,90 diklasifikasikan
sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang
mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan
potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90
diklasifikasikan sebagai perusahaaan pada grey area atau
daerah kelabu.
2. Analisis Z-score Model Foster
Dengan fungsi persamaan sebagai berikut :
Z-score = -3,366X + 0,657Y
Keterangan :
X = Transportation Expense to Operating Revenue Ratio
(TE/OR Ratio)
Y = Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)
72
Dalam hal ini Foster mempergunakan “cut-off point”
Z = 0,640, sehingga perusahaan yang mempunyai Z < 0,640
termasuk dalam kelompok perusahaan yang bangkrut,
sedangkan jika Z > 0,640 termasuk dalam kelompok
perusahaan tidak bangkrut.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Endogen
Variabel Endogen (variabel dependen) adalah variabel
yang dipengaruhi oleh variabel eksogen. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel endogen atau variabel dependent
adalah Z-score model Altman yang dinotasikan dengan Y1
serta Z-score model Foster dijadikan variabel endogen atau
variabel dependent yang dinotasikan dengan Y2.
2. Variabel Eksogen
Variabel Eksogen (variabel independent) adalah
variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap
variabel endogen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
eksogen atau variabel independent antara lain sebagai berikut
:
a. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total
assets) / X1
73
Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah
indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang
dagang membengkak, utilisasi modal menurun, penambahan
utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya.
b. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total
assets) / X2
Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio
tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi
memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
c. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta
(earnings before interest and taxes to total assets) / X3
Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam
mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabiliats
perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat,
penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang,
kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi
kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu
yang ditetapkan.
74
d. Nilai Pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market
value equity to book value of total debt) / X4
Digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva
perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih
besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit.
Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal
biasa dan saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang
lancar dan hutang jangka panjang.
e. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) / X5
Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut
mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan
aktiva untuk mengahasilkan penjualan.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai prediksi
kebangkrutan diantaranya adalah :
1. Oleh Siti Rodiyah (Alumnus program studi Akuntansi
UMM 2004) dalam Jurnalnya yang berjudul “ Penerapan
Analisa Diskriminasi Altman Untuk Memprediksi Tingkat
Kebangkrutan ( Studi kasus pada perusahaan tekstil & produk
75
tekstil yang tercatat di BEJ )”. Dimana hasil analisis
diskriminasi menunjukkan adanya empat rasio keuangan yang
merupakan indikator dominan dalam penentuan kinerja
perusahaan. Kombinasi keempat rasio tersebut, dalam fungsi
diskriminan mampu mengelompokkan perusahaan –
perusahaan tekstil dan produk tekstil kedalam satu kelompok
yaitu kelompok yang rendah (bangkrut) dan kelompok yang
tinggi (tidak bangkrut).
2. Oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (STIE
Perbanas 2005) dalam jurnalnya yang berjudul “ Analisis
Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial
Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta”. Dimana dari hasil analisis keduabelas
persamaan regresi yang dibentuk diatas menunjukkan bahwa
rasio – rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksikan financial distress suatu perusahaan.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, bahwa
rasio – rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksikan financial distress suatu perusahaan.
3. Oleh Peni Sawitri (Alumnus Ekonomi, Universitas
Gunadarma 2005), dalam jurnalnya yang berjudul “ Prediksi
Tingkat Kesehatan Perusahaan Asuransi Jiwa Termasuk
Kemungkinan Kebangkrutannya Dengan Rasio – Rasio
76
Keuangan”. Dimana hasil dari semua criteria rasio yang
dipilih oleh Biro Riset Info Bank masih belum dapat dijadikan
estimator atau penentu ukuran kesehatan perusahaan asuransi
jiwa, karena hanya 44.9% saja ketepatannya. Jadi masih
banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi ukuran
kesehatan perusahaan asuransi jiwa.
4. Oleh Theresia Niken Setyorini dan Aloysia Yanti Ardiati
(Universitas Atmajaya Yogyakarta 2005), dalam junalnya
yang berjudul “ Pengaruh Potensi Kebangkrutan Perusahaan
Publik Terhadap Pergantian Auditor “. Dimana hasilnya dapat
disimpulkan bahwa potensi kebangkrutan perusahaan public
tidak mempengaruhi pergantian auditor, karena diduga adanya
beberapa faktor, yaitu pertama di Indonesia perusahaan –
perusahaan akan mempertimbangkan secara serius tentang
masalah pergantian auditor karena auditor yang selama ini
mereka gunakan telah mengetahui dan mengerti kondisi
perusahaan, kedua adanya benturan kepentingan pada auditor
dalam melaksanakan tugas audit dan memberikan jasa
konsultan. Benturan kepentingan ini dapat mengganggu
independensi auditor yang akan mempengaruhi opini audit
perusahaan di Indonesia dan merasa hal tersebut dapat
memberikan keuntungan, sehingga perusahaan enggan
melakukan pergantian auditor.
77
5. Oleh Semra Karacaer dan Ayhan Kapasuzoglu ( Hacettepe
University, Department of Business Administration, Ankara
Turkey, 2008 ), dalam jurnalnya yang berjudul “ An Analysis
of the Effect of Financial Ratios on Financial Situation of
Turkish Enterprises Resulting from their Annual Operations
“. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa rasio – rasio yang
mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan didalam
penelitian ini antara lain adanya 61 saham perusahaan –
perusahaan bluechip yang diperdagangkan di Bursa Efek
Istanbul Nasional (Istanbul Stock Exchange) pada tahun 2005
sampai dengan 2007. Dan ini pula menunjukkan tingkat
kebangkrutan sekitar berjumlah 30 rasio yang dikategorikan
dalam keadaan untung / rugi, likuidasi, operasional dan
tingkat keuntungan rasio.
G. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
apakah terdapat perbedaan yang signifikan untuk mengukur
tingkat kebangkrutan antara model Altman dan Foster pada
perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2009.
Penelitian ini menggunakan Independent Sample t Test
(Uji t untuk dua sampel yang berpasangan) dengan bantuan
78
software SPSS. Dua sampel yang berpasangan diartikan
sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama namun
mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda.
Prosedur yang harus dilakukan adalah :
a. Untuk pengambilan keputusan menggunakan tingkat
signifikansi (5%)
Dasar pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
b. Untuk menguji kesamaan dua rata-rata uji dua pihak.
Ringkasan prosedur pengujian Uji t DUA SAMPEL :
1. Uji F test (Levence test) untuk menguji kesamaan varians
dua populasi.
2. Jika varians dua populasi secara signifikan berbeda, maka
untuk membandingkan Means digunakan t – test dengan asumsi
varians tidak sama.
3. Jika varians dua populasi tersebut sama, maka secara
otomatis pada output SPSS tidak ada angka untuk t – test Equal
variance not assumed. Oleh karena itu, test dengan uji t untuk
membandingkan means langsung dilakukan dengan Equal
variance assumed. ( Singgih,2007: 198)
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A.1 Profil Perusahaan Textile dan Garment Go-
Public di Bursa Efek Indonesia
1. PT Apac Citra Centertex Tbk
PT Apac Citra Centertex Tbk semula bernama
PTMayadextion Industry sebagai perusahaan garment.
Perusahaan merupakan perusahaan induk dari 6 perusahaan
garment yang berdiri pada tahun 1987. Perusahaan
memasarkan produknya dengan afiliasi perusahaan di
Amerika, Eropa, Hongkong dan Jepang. Perusahaan juga
memegang lisensi untuk Lanhattan, pakaian eksekutif pria
yang diproduksi oleh PT Likespring untuk pasar modal.
2. PT Argo Pantes Tbk
PT Argo Pantes Tbk adalah pabrik gabungan textile
yang mengoperasikan pemintalan, penenunan, pencelupan,
percetakan dan textile jadi, yang didirikan pada tahun 1977.
Perusahaan berpatungan usaha dengan perusahaan Jepang
pada PT Argo Fajar Textile Industry dan PT Argo Beni
Manunggal, yang telah memproduksi rajutan dan penemuan
textile rajut sejak kwartal 1 tahun 1991.
80
Sejak tahun 1977, perusahaan telah menyetujui
bantuan tekhnis dengan Kurabo Industry Ltd, Jepang. Pada
tahun 1990, perusahaan mengambil alih PT Darma
Manunggal yang juga memiliki fasilitas produksi textile. Di
tahun yang sama, International Finance Corporation di
Washington bergabung dengan perusahaan dan memberikan
fasilitas kredit.
3. PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk
PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk adalah perusahaan
manufaktur yang didirikan pada tahun 1990. Kegiatan dasar
dari perusahaan adalah memproduksi sweaters dan
memasarkannya ke pasar domestik dan international. Kantor
pusatnya berada di Sragen, Indonesia.
4. PT Eratex Djaja Tbk
PT Eratex Djaja Tbk merupakan perusahaan penghasil
textile, yang didirikan di Indonesia pada tahun 1972 sebagai
perusahaan Joint Venture Asing antara PT Private
Development Finance Ltd, Unisouh Holding Ltd, dan Eastern
Cotton Mills Ltd. Perusahaan membangun pabrik pemintalan
pertama kali pada tahun 1973, kemudian memperluas dan
mendiversifikasi usaha pada penemuan dan pembuatan
garment.
81
5. PT Ever Shine Textile Industry Tbk
PT Ever Shine Textile Industry Tbk beroperasi pada
pembuatan textile sintetik gabungan yang mulai produksi
komersialnya pada tahun 1975. Perusahaan memproduksi
nylon dan textile polyster. Pada tahun 1996, perusahaan
merencanakan untuk mengambil 100% saham PT Prima
Rajuti Sukses dan PT Mingtale Niaga Jaya. Dua perusahaan
ini memproduksi bahan baku nilon dan kain polyster.
Perusahaan mengekspor 35% produknya dan 65% untuk pasar
lokal.
6. PT GT Petrochem Industries Tbk
PT GT Petrochem Industries Tbk adalah perusahaan
textile yang didirikan pada tahun 1986 sebagai gabungan
usaha antara orang Indonesia dan beberapa perusahaan
Jepang. Sejak tahun 1993 perusahaan telah mengekspor
produknya.
7. PT Indorama Syntetics Tbk
PT Indorama Syntetics Tbk adalah produsen Polyster
Indonesia yang didirikan pada tahun 1974. Pada akhir tahun
1997, perusahaan mengembangkan usahanya ke India dan
bergabung dengan dua perusahaan Jepang, Itachu dan Mitsui
dalam pemasangan fasilitas Purified Therapaltic.
82
8. PT Karwell Indonesia Tbk
PT Karwell Indonesia Tbk adalah perusahaan
garment. Perusahaan memproduksi kemeja pria, blus wanita,
piyama dan pakaian anak-anak. Pada bulan Mei 1996
perusahaan mengambil alih 55% saham dari PT Kaho Indah
Citragarment.
9. PT Panasia Filament Inti Tbk
PT Panasia Filament Inti Tbk memproduksi textile.
Perusahaan didirikan pada tanggal 31 Desember 1987 dan
memulai produksi komersilnya tahun 1988. PT Panasia
Filament Inti Tbk telah terdaftar di Surabaya Stock Exchange
pada tanggal 20 Agustus 1997. Mulai 1 Juli 1998, cabang PT
Panasia Filament Inti Tbk memilki mayoritas saham 67% dari
PT Tritama Texindoraya, sebuah perusahaan yang berdomisili
di Bogor dan bergerak di bidang industry textile.Produksi
komersial PT Tritama Texindoraya dimulai tahun 1994.
Tahun 2000 dan 1999 komposisi penjualan ekspor berturut-
turut sebesar 66% dan 69% dan penjualan lokal sebesar 34%
dan 31%.
10. PT Panasia Indosyntec Tbk
PT Panasia Indosyntec Tbk didirikan pada tahun 1973
dengan nama awal PT Harapan Djaja Empat Saudara.
Perusahaan berubah nama menjadi PT Handtex Indosyntec
83
pada tahun 1989 dan beberapa sahamnya telah diambil alih
oleh PT Panasia Syntethic Abadi, penghasil benang polyster
yang digunakan untuk memproduksi textile jadi untuk wanita
dan kemudian digunakan pada gabungan operasi pembuat
Textile, yaitu pemintalan, penenunan, percetakan, pencelupan
dan proses akhir.
11. PT Pan Brother Tex Tbk
PT Pan Brother Tex Tbk adalah penghasil textile dan
siap membuat garment, yang didirikan pada tahun 1980
dengan nama PT Panca Brothers Textile. Perusahaan
mengawali bisnisnya dengan membuat garment knite untuk
pasar domestik. Kemudian pada bulan Desember 1989,
perusahaan merubah namanya menjadi PT Pan Brother Tex
Tbk dalam pembuatan persetujuan untuk lisensi dari merk-
merk : Adidas, Esprit, Puma, Fila, Green Line, Nike, Arrow,
Jordoche, Levi’s, Eddie Baner, Van Hensen. Pada bulan April
1997, perusahaan bekerjasama dengan Sariwarna Group,
Keris Group dan perusahaan Argo Manunggal Group.
12. PT Ricky Putra Globalindo Tbk
PT Ricky Putra Globalindo Tbk sebelumnya bernama
PT Ricky Putra Garmindo, didirikan pada tahun 1987. Sejak
tahun 1997 namanya telah berubah menjadi PT Ricky Putra
Globalindo Tbk. Produk yang dijual dengan merk GT Man,
84
Ricsony dan Ricky, sedangkan merk pakaian lainnya antara
lain Ricky Jeans, Ricky Primer, Ricky Junior, Della, Stolle,
dan Hiku. Tujuan ekspor produk adalah Jepang, Jerman,
Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Timur Tengah. Bahan
baku yang digunakan adalah serat kapas yang disediakan oleh
PT Jabatex, suatu perusahaan gabungan PT Ricky Putra
Globalindo Tbk. Anak perusahaan PT Ricky Putra Globalindo
Tbk adalah PT Ricky Jaya Sakti di Surabaya, PT Jasa Ricky
Abadi di Medan, PT Ricky Musi Wijaya di Palembang, PT
Ricly mumbul Daya di Semarang, dan PT Ricky Jaya Artha di
Bandung.
13. PT Roda Vivatex Tbk
PT Roda Vivatex Tbk beroperasi dalam industry
textile, memproduksi georgette, saten dan kain sutra.
Beroperasi pada tahun 1983 dan memproduksi kain abu-abu,
pada tahun 1984 perusahaan memproduksi kain biasa dan kain
cetak. Pada tahun 1989 perusahaan mengambil alih 100%
persediaan dari PT Chicatex Peni. Sebagian besar produksi
dari PT Roda Vivatex Tbk 80% dijual dipasar ekspor melalui
agen seperti C. Itoh & Co Ltd, Nichimen Corp, Cen In Corp
dan Teisha.
85
14. PT Sunson Textile Manufacture Tbk
PT Sunson Textile Manufacture Tbk didirikan pada
tahun 1972 dengan nama PT Sandang Usaha Nasional
Indonesia Textile Industry. Namanya diganti dengan PT Indo
Suntex di tahun 1976 dan kemudian berubah menjadi PT
Sunson Textile Manufacture Tbk pada tahun 1993. Bahan
baku yang digunakan untuk proses produksi meliputi kapas,
rayon, dan serat sintetik. Kebanyakan bahan baku diimport
dari Amerika Serikat, Australia, dan China. Penjualan produk
untuk texturizing dan penenunan benang dipercayakan kepada
PT Surya Rejeki dan PT Susindo Textile Investama.
15. PT Tiffico Tbk
PT Tifico Tbk adalah produsen polyster yang didirikan
pada tahun 1973 oleh perusahaan Jepang. Teijin Limited dan
PT Tomen Corporation. Perusahaan mulai beroperasi pada
tahun 1976. Produknya saat ini adalah bahan baku serat
polyster, polyster untuk benang, benang tenun, benang tekstur
dan kancing polyster.
86
Tabel A.2 : Ringkasan Profil Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2009
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2009.
B. Rasio Keuangan Altman
Nilai minimum, maximum dan mean dari masing-
masing rasio keuangan digunakan untuk memperoleh
informasi mengenai karakteristik rasio-rasio keuangan dari
kelima rasio keuangan dari kelima rasio keuangan yang
digunakan oleh Altman dan dua rasio keuangan yang
digunakan oleh Foster yang dijadikan variabel penelitian
selama tahun 2007 sampai dengan 2009.
No Kode Listing Date Listed Shares Tahun Berdiri Status Perusahaan Bidang Usaha1 MYTX 10 Oktober 1989 1,466,666,577 10 Februari 19872 ARGO 7 Januari 1991 264,705,000 12 Juli 19773 DOID 15 Juni 2001 3,395,205,930 26-Nov-904 ERTX 21 Agustus 1990 98,236,000 12 Oktober 19725 ESTI 13 Oktober 1992 2,015,208,720 11 Desember 19736 ADMG 20 Oktober 1993 3,889,179,559 25-Apr-867 INDR 3 Agustus 1990 654,351,707 3-Apr-748 KARW 20 Desember 1994 587,152,700 18 Februari 19789 PAFI 22 Juli 1997 875,357,000 31 Desember 1987
10 HDTX 6 Juni 1990 708,571,000 6-Apr-7311 PBRX 16 Agustus 1990 445,440,000 21 Agustus 198012 RICY 22 Januari 1998 641,717,510 22 Desember 198713 RDTX 14 Mei 1990 268,800,000 27-Sep-8014 SSTM 20 Agustus 1997 836,707,000 18-Nov-7215 TFCO 26 Februari 1980 930,000,000 25 Oktober 1973
Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan
Argo Pantes TbkApac Citra Centertex Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
GarmentTextile
GarmentTextileTextileTextileGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
TextileTextile
Polyster
PMDNPMDNPMDNPMA
PMDNPMDNPMA Polyster
GarmentTextileTextile
Textile&GarmentGarment
PMDNPMA
PMDNPMDNPMDNPMDNPMDNPMDN
87
Berdasarkan perhitungan menggunakan program
excel, diperoleh hasil seperti dalam tabel B.1 yaitu :
Tabel B.1 : Rasio Keuangan Altman Perusahaan Textile
dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009
Sumber: Hasil penelitian, diolah :
Dari perhitungan tabel B.1 memperlihatkan :
a. Working Capital To Total Assets Ratio (X1)
Nilai minimal dari Working Capital To Total Assets
Ratio (X1) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada
kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X1
terendah pada tahun 2007 adalah PT Apac Citra Centertex
Tbk yaitu : -55,49%, sedangkan tahun 2008 dan 2009 adalah
PT Argo Pantes Tbk yaitu -46,03% dan -53,91%.
Nilai maksimal dari Working Capital To Total Assets
Ratio (X1) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.
Perusahaan dengan rasio X1 tertinggi selama tiga tahun
VariabelMin Max Mean Min Max Mean Min Max Mean
WC/TA (%) -55.49 54.44 2.77 -46.03 49.88 6.42 -53.91 48.34 2.90RE/TA (%) -53.8 40.72 -10.06 -60.43 41.83 -12.44 -85.10 43.71 -16.83EBIT/TA (%) -6.47 18.80 -0.57 -15.36 6.52 -2.96 -8.04 10.17 1.35MVE/BTD (%) 1.58 275.69 32.25 1.87 238.89 26.36 2.15 212.27 37.10S/TA (kali) 0.44 2.13 0.86 0.48 2.35 0.93 0.38 2.43 0.93
2007 2008 2009
88
berturut-turut adalah PT Pan Brothers Tex Tbk, yaitu 54,44%
pada tahun 2007, kemudian turun menjadi 49,88% pada tahun
2008, dan turun lagi menjadi 48,34% pada tahun 2009.
Mean digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu
distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang digunakan
dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok
data dengan jumlah data yang diteliti. Mean Working Capital
to Total Assets Ratio (X1) yang dimilki oleh perusahaan textile
dan garment pada tahun 2007 adalah 2,77%,tahun 2008 naik
menjadi 6,42%, dan untuk tahun 2009 turun lagi menjadi
2,90%.
b. Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
Nilai minimal dari Retained Earnings to Total Assets
Ratio (X2) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada
kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X2
terendah pada tahun 2007 adalah PT Ricky Putra Globalindo
Tbk yaitu -53,80%, pada tahun 2008 adalah PT Karwell
Indonesia Tbk yaitu -60,43% dan pada tahun 2009 adalah PT
Panasia Indosyntec Tbk yaitu -85,10%.
Nilai Maksimal dari Retained Earnings to Total Assets
Ratio (X2) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.
89
Perusahaan dengan rasio X2 tertinggi selama tiga tahun
berturut-turut adalah PT Roda Vivatex Tbk, yaitu 40,72%
pada tahun 2007, kemudian naik menjadi 41,83% pada tahun
2008, dan naik lagi menjadi 43,71% pada tahun 2009. Rasio
X2 pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun berturut-
turut mengalami kenaikan.
Mean Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
selama tiga tahun berturut-turut yang dimiliki oleh perusahaan
textile dan garment selalu mengalami penurunan. Pada tahun
2007 yaitu sebesar -10,06%, pada tahun 2008 turun menjadi -
12,44%, dan pada tahun 2009 turun lagi menjadi -16,83%.
c. Earnings Before Interest and taxes to Total Assets Ratio
(X3)
Nilai minimal dari Earnings Before Interest and taxes
to Total Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari rasio
tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-
public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan
dengan X3 terendah pada tahun 2007 adalah PT Roda Vivatex
Tbk yaitu -6,47%, pada tahun 2008 adalah PT Eratex Djaja
Tbk yaitu -15,36% dan pada tahun 2009 adalah PT Panasia
Filament Inti Tbk yaitu -8,04%.
90
Nilai maksimal dari Earnings Before Interest and
taxes to Total Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari
rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi selama
tahun 2007 dan 2008 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu
18,80% dan 6,52%, sedangkan pada tahun 2009 perusahaan
dengan rasio X3 tertinggi adalah PT GT Petrochem Industries
Tbk yaitu 10,17%.
Mean Earnings Before Interest and taxes to Total
Assets Ratio (X3). Pada tahun 2007 adalah -0,57% pada tahun
2008 mengalami penurunan menjadi -2,69%, dan pada tahun
2009 mengalami kenaikan menjadi 1,35%.
d. Market Value Equity to Book Value of Total Debt ratio (X4)
Nilai minimal dari Market Value Equity to Book Value
of Total Debt Ratio (X4) merupakan nilai terendah dari rasio
tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-
public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan
dengan X4 terendah pada tahun 2007 adalah PT GT
Petrochem Industries Tbk yaitu 1,58%, tahun 2008 adalah PT
Panasia Filament Inti Tbk yaitu 1,87%, dan tahun 2009 adalah
PT Eratex Djaja Tbk yaitu sebesar 2,15%.
Nilai maksimal dari Market Value Equity to Book
Value of Total Debt ratio (X4) merupakan nilai tertinggi dari
91
rasio X4 tertinggi selama tahun 2007 samapi dengan 2009
adalah PT Vivatex Tbk yaitu sebesar 275,69% pada tahun
2007, turun menjadi 238,89% pada tahun 2008, dan turun lagi
menjadi 212,27% pada tahun 2009. Meskipun setiap tahun
mengalami penurunan tetapi PT Roda Vivatex Tbk masih
lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaannya
lainnya.
Mean Market Value Equity to Book Value of Total
Debt ratio (X4) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009
mengalami fluktuatif yaitu sebesar 32,25% pada tahun 2007,
turun menjadi 26,36% pada tahun 2008, dan mengalami
kenaikan menjadi 37,10% pada tahun 2009. X4 dari tahun
ketahun mengalami kecenderungan menurun untuk masing-
masing perusahaan.
e. Sales to Total Assets Ratio (X5)
Nilai minimal dari Sales to Total Assets Ratio (X5)
merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok
perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X5 terendah
pada tahun 2007 adalah PT GT Petrochem Industries Tbk
yaitu 0,44 kali, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu
92
0,48 kali, dan tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia
Tbk yaitu 0,38 kali.
Nilai maksimal dari Sales to Total Assets Ratio (X5)
merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan
dengan rasio X5 tertinggi selama tahun 2007 samapi dengan
tahun 2009 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu sebesar 2,13
kali pada tahun 2007, naik menjadi 2,35 kali pada tahun 2008,
dan naik lagi menjadi 2,43 kali pada tahun 2009.
Mean Sales to Total Assets Ratio (X5) untuk tahun
2007 sebesar 0,86 kali, naik menjadi 0,93 kali pada tahun
2008, dan stagnan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,93 kali.
Rata-rata perusahaan industry textile dan garment memiliki
penjualan yang lebih kecil daripada aktivanya, dan sebagian
besar perusahaan berada dibawah rata-rata industry terutama
pada tahun 2007 sampai dengan 2009.
93
B.2 Rasio Keuangan Foster
Tabel B.2 : Rasio Keuangan Foster Perusahaan Textile
dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
Dari perhitungan tabel B.2 memperlihatkan:
a. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio
(TE/OR Ratio)
Nilai minimal dari Transportation Expense to
Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai
terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile
dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-
2009. Perusahaan dengan TE/OR terendah pada tahun 2007
dan 2008 adalah PT Tifico Tbk yaitu 0,040 dan 0,032 dan
pada tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu
sebesar 0,031.
Nilai maksimal dari Transportation Expense to
Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai
tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio TE/OR
VariabelMin Max Mean Min Max Mean Min Max Mean
TE/OR (%) 0.04 0.157 0.09 0.032 0.164 0.093 0.031 0.175 0.08TIE(%) -18.084 3.882 -1.959 -7.335 20.720 2.578 -41.62 6.263 -2.348
2007 2008 2009
94
tertinggi pada tahun 2007 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu
0,157, tahun 2008 dan 2009 adalah PT Ricky Putra
Globalindo Tbk yaitu 0,164 dan 0,175.
Mean Transportation Expense to Operating Revenue
Ratio (TE/OR Ratio) dari tahun 2007 sampai dengan 2009
mengalami fluktuasi yaitu sebesar 0,090 pada tahun 2007,
naik menjadi 0,093 pada tahun 2008, dan mengalami
penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,081.
b. Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)
Nilai minimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE
Ratio) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada
kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan TIE
terendah pada tahun 2007 adalah PT Karwell Indonesia Tbk
yaitu -18,084, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu -
7,335 dan pada tahun 2009 adalah PT Ricky Putra Globalindo
yaitu sebesar yaitu -41,617.
Nilai maksimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE
Ratio) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.
Perusahaan dengan rasio TIE tertinggi pada tahun 2007 adalah
PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu 3,882, tahun 2008
adalah PT Ever Shine Textile Industry Tbk yaitu 20,720, dan
95
pada tahun 2009 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu
sebesar 6,263.
Mean Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) dari
tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami fluktuasi yaitu
sebesar -1,959 pada tahun 2007, naik menjadi 2,578 pada
tahun 2008, dan mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu
sebesar -2,348.
C. Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
a. Working Capital To Total Assets Ratio (X1)
Current Assets – Current Liabilities
Working Capital to Total assets = Total Assets
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 663508 587112 653544 2154831 720969 904554 -1491323 -133857 -251010 2687344 2592556 2576148 -55.49 -5.16 -9.742 482600 403858 447671 1417648 1382362 1395984 -935048 -978504 -948313 2265174 2125970 1759150 -41.28 -46.03 -53.913 32026 30991 302833 13353 12283 540049 18673 18708 -237216 40856 40096 830457 45.70 46.66 -28.564 284645 167882 185862 147528 124619 165282 137117 43263 20580 418678 290042 298389 32.75 14.92 6.905 309761 262136 273894 207068 92703 100614 102693 169433 173280 664935 574093 543566 15.44 29.51 31.886 1573918 1698885 1654306 3978955 914651 1053877 -2405037 784234 600429 6637499 6239217 4549288 -36.23 12.57 13.207 1808884 1737929 1999412 1299610 1552703 1527002 509274 185226 472410 4837746 4530166 4937424 10.53 4.09 9.578 266549 192866 282555 418658 342686 437299 -152109 -149820 -154744 491824 412820 514999 -30.93 -36.29 -30.059 305770 277597 278621 185718 230022 204046 120052 47575 74575 780672 717711 709778 15.38 6.63 10.51
10 586158 565844 357507 498614 547493 337071 87544 18351 20436 2010353 1863039 1113478 4.35 0.99 1.8411 116399 91262 104280 39718 35256 43004 76681 56006 61276 140844 112292 126772 54.44 49.88 48.3412 178161 187604 214381 193552 193239 73459 -15391 -5635 140922 260766 263827 297377 -5.90 -2.14 47.3913 98074 122841 71684 32447 32447 32085 63680 90394 39599 301737 309646 322871 21.10 29.19 12.2614 312854 348645 379301 260265 329657 440503 52589 18988 -61202 811519 913734 923895 6.48 2.08 -6.6215 756283 763543 1087415 639033 988193 1329876 117250 -224650 -242461 2279387 2123547 2547453 5.14 -10.58 -9.52
Nama Perusahaan Current Assets
Apac Citra Centertex Tbk
(X1) Percentage (%)
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics Tbk
Tifico Tbk
Current Liabilities Working Capital Total Assets
Karwell Indonesia Tbk
Argo Pantes Tbk
96
Nilai minimal dari Working Capital To Total Assets
Ratio (X1) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada
kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X1
terendah pada tahun 2007 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk
yaitu : -55,49%, sedangkan tahun 2008 dan 2009 adalah PT
Argo Pantes Tbk yaitu -46,03% dan -53,91%.
Nilai maksimal dari Working Capital To Total Assets
Ratio (X1) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.
Perusahaan dengan rasio X1 tertinggi selama tiga tahun
berturut-turut adalah PT Pan Brothers Tex Tbk, yaitu 54,44%
pada tahun 2007, kemudian turun menjadi 49,88% pada tahun
2008, dan turun lagi menjadi 48,34% pada tahun 2009.
97
C.1 Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio
(X2) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
S
u
m
s
u
m
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
b. Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
Retained Earnings
Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) = Total Assets
Nilai minimal dari Retained Earnings to Total Assets
Ratio (X2) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada
kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X2
terendah pada tahun 2007 adalah PT Ricky Putra Globalindo
Tbk yaitu -53,80%, pada tahun 2008 adalah PT Karwell
Indonesia Tbk yaitu -60,43% dan pada tahun 2009 adalah PT
Panasia Indosyntec Tbk yaitu -85,10%.
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 -679761 -790516 -882460 2687344 2592556 2576148 -25.29 -30.49 -34.262 -1015014 -1001346 -1237694 2265174 2125970 1759150 -44.81 -47.10 -70.363 3541 3717 5846 40856 40096 830457 8.67 9.27 0.704 22093 -25945 -51139 418678 290042 298389 5.28 -8.95 17.145 145850 114166 101368 664935 574093 543566 21.93 19.89 18.656 -2345618 -1547303 -1089119 6637499 6239217 4549288 -35.34 -24.80 -23.947 583561 587753 686542 4837746 4530166 4937424 12.06 12.97 13.908 -225324 -249459 -253490 491824 412820 514999 -45.81 -60.43 -49.229 -152632 -195118 -254509 780672 717711 709778 -19.55 -27.19 -35.86
10 -901682 -930958 -947525 2010353 1863039 1113478 -44.85 -49.97 -85.1011 31326 28588 38021 140844 112292 126772 22.24 25.46 29.9912 -140287 -136675 -109366 260766 263827 297377 -53.80 -51.80 -36.7813 122859 129539 141125 301737 309646 322871 40.72 41.83 43.7114 42499 51117 2563 811519 913734 923895 5.24 5.59 0.2815 54964 -20517 -180533 2279387 2123547 2547453 2.41 -0.97 -7.09
Nama Perusahaan Retained Earnings Total Assets X2 Percentage (%)
Ever Shine Textile Industry Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
98
Nilai Maksimal dari Retained Earnings to Total Assets
Ratio (X2) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.
Perusahaan dengan rasio X2 tertinggi selama tiga tahun
berturut-turut adalah PT Roda Vivatex Tbk, yaitu 40,72%
pada tahun 2007, kemudian naik menjadi 41,83% pada tahun
2008, dan naik lagi menjadi 43,71% pada tahun 2009. Rasio
X2 pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun berturut-
turut mengalami kenaikan.
99
C.2 Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to
Total Assets Ratio (X3) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan
Rupiah)
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
c. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio
(X3) EBIT
EBIT to Total Assets = Total Assets
Nilai minimal dari Earnings Before Interest and taxes
to Total Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari rasio
tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-
public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan
dengan X3 terendah pada tahun 2007 adalah PT Roda Vivatex
Tbk yaitu -6,47%, pada tahun 2008 adalah PT Eratex Djaja
Tbk yaitu -15,36% dan pada tahun 2009 adalah PT Panasia
Filament Inti Tbk yaitu -8,04%.
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 12589 -62379 -14044 2687344 2592556 2576148 0.47 -2.41 -0.552 -10946 -80098 -93980 2265174 2125970 1759150 -0.48 -3.77 -5.343 -854 -780 9241 40856 40096 830457 -2.09 -1.95 1.114 -14022 -44556 9705 418678 290042 298389 -3.35 -15.36 3.255 -6862 -39472 -7082 664935 574093 543566 -1.03 -6.88 -1.306 -66430 4335 462658 6637499 6239217 4549288 -1.00 0.07 10.177 146946 101325 111240 4837746 4530166 4937424 3.04 2.24 2.258 -12207 -11541 30322 491824 412820 514999 -2.48 -2.80 5.899 -41795 -76087 -57098 780672 717711 709778 -5.35 -10.60 -8.04
10 -74141 -131411 -46902 2010353 1863039 1113478 -3.69 -7.05 -4.2111 26484 7326 8599 140844 112292 126772 18.80 6.52 6.7812 -15585 558 26177 260766 263827 297377 -5.98 0.21 8.8013 -19534 3272 12587 301737 309646 322871 -6.47 1.06 3.9014 20841 10363 -12766 811519 913734 923895 2.57 1.13 -1.3815 -32508 -16886 -28625 2279387 2123547 2547453 -1.43 -0.80 -1.12
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan EBIT Total Assets X3 Percentage (%)
100
Nilai maksimal dari Earnings Before Interest and
taxes to Total Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari
rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi selama
tahun 2007 dan 2008 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu
18,80% dan 6,52%, sedangkan pada tahun 2009 perusahaan
dengan rasio X3 tertinggi adalah PT GT Petrochem Industries
Tbk yaitu 10,17%.
C.3 Perhitungan Market Value Equity to Book Value of
Total Debt Ratio (X4) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan
Rupiah)
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
d. Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio(X4)
Market Value Equity
MVE to BVTD = Book Value of Total Debt
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 110 175 130 534667 534667 767667 58813 93567 99797 2816389 1915103 2048469 2.90 4.89 4.872 700 1300 1325 132353 132353 132353 92647 172059 175368 2277498 2124752 1983059 4.07 8.10 8.843 90 120 120 20577 20577 277790 1852 2469 33335 14805 13884 546606 12.51 17.78 6.104 200 210 130 49118 49118 49118 9824 10315 6385 339660 262717 297078 2.89 3.93 2.155 300 125 80 201521 201521 201521 60456 25190 16122 276107 214371 198378 21.90 11.75 8.136 110 375 345 1120000 1120000 1944590 123200 420000 670884 7798613 6601155 3079865 1.58 6.36 21.787 450 525 625 327176 327176 327176 147229 171767 204485 2820089 2581733 2743174 5.22 6.65 7.458 350 410 410 293576 293576 293576 102752 120366 120366 422433 369948 475660 24.32 32.54 25.319 100 95 100 125000 125000 187536 12500 11875 18754 654383 633908 606634 1.91 1.87 3.09
10 200 275 500 266000 266000 354286 53200 73150 177143 1708635 1592882 837849 3.11 4.59 21.1411 2000 385 405 38400 38400 38400 76800 14784 15552 66895 38171 46019 114.81 38.73 33.7912 40 110 355 144000 144000 320859 5760 15840 113905 246508 246419 78120 2.34 6.43 145.8113 1000 900 825 134400 134400 134400 134400 120960 110880 48751 50634 52236 275.69 238.89 212.2714 90 140 150 209177 209177 209177 18826 29285 313766 530594 574359 633075 3.55 5.10 49.5615 240 230 255 465000 465000 465000 111600 106950 118575 1425160 1385908 1888334 7.83 7.72 6.28
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
(X4) Percentage (%)
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Nama Perusahaan Close Price Total Listed Shares Market Capitalization Liabilities
101
Nilai minimal dari Market Value Equity to Book Value
of Total Debt Ratio (X4) merupakan nilai terendah dari rasio
tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-
public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan
dengan X4 terendah pada tahun 2007 adalah PT GT
Petrochem Industries Tbk yaitu 1,58%, tahun 2008 adalah PT
Panasia Filament Inti Tbk yaitu 1,87%, dan tahun 2009 adalah
PT Eratex Djaja Tbk yaitu sebesar 2,15%.
Nilai maksimal dari Market Value Equity to Book
Value of Total Debt ratio (X4) merupakan nilai tertinggi dari
rasio X4 tertinggi selama tahun 2007 samapi dengan 2009
adalah PT Vivatex Tbk yaitu sebesar 275,69% pada tahun
2007, turun menjadi 238,89% pada tahun 2008, dan turun lagi
menjadi 212,27% pada tahun 2009. Meskipun setiap tahun
mengalami penurunan tetapi PT Roda Vivatex Tbk masih
lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaannya
lainnya.
102
C.4 Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) Tahun
2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
e. Sales to Total Assets Ratio (X5)
Sales
Total Assets Turnover = Total Assets
Nilai minimal dari Sales to Total Assets Ratio (X5)
merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok
perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X5 terendah
pada tahun 2007 adalah PT GT Petrochem Industries Tbk
yaitu 0,44 kali, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu
0,48 kali, dan tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia
Tbk yaitu 0,38 kali.
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 1955031 1912468 2165991 2687344 2592556 2576148 0.73 0.74 0.842 1033464 1028794 982371 2265174 2125970 1759150 0.46 0.48 0.563 71816 81189 311638 40856 40096 830457 1.76 2.02 0.384 363804 391008 426083 418678 290042 298389 0.87 1.35 1.435 417869 376682 487609 664935 574093 543566 0.63 0.66 0.906 2935694 3059049 4481624 6637499 6239217 4549288 0.44 0.49 0.997 2834824 3008769 3936841 4837746 4530166 4937424 0.59 0.66 0.808 540637 525007 583340 491824 412820 514999 1.10 1.27 1.139 559865 371625 403333 780672 717711 709778 0.72 0.52 0.57
10 1164127 978309 1073768 2010353 1863039 1113478 0.58 0.53 0.9611 300118 264225 307709 140844 112292 126772 2.13 2.35 2.4312 234902 207634 222256 260766 263827 297377 0.90 0.79 0.7513 196859 178589 178585 301737 309646 322871 0.65 0.58 0.5514 507144 526184 548070 811519 913734 923895 0.62 0.58 0.5915 1570829 1946954 2590237 2279387 2123547 2547453 0.69 0.92 1.02
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
X5 Percentage (%)
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Nama Perusahaan Sales Total Assets
103
Nilai maksimal dari Sales to Total Assets Ratio (X5)
merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan
dengan rasio X5 tertinggi selama tahun 2007 sampai dengan
tahun 2009 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu sebesar 2,13
kali pada tahun 2007, naik menjadi 2,35 kali pada tahun 2008,
dan naik lagi menjadi 2,43 kali pada tahun 2009.
D. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2009 Model Altman
Berdasarkan perhitungan analisis prediksi
kebangkrutan Z-Score Altman diperoleh hasil seperti dalam
tabel D sebagai berikut:
Sumber : Hasil Penelitian,diolah
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 -55.49 -5.16 -9.74 -25.29 -30.49 -34.26 0.47 -2.41 -0.55 2.90 4.89 4.87 0.73 0.74 0.84 0.140 0.389 0.4822 -41.28 -46.03 -53.91 -44.81 -47.10 -70.36 -0.48 -3.77 -5.34 4.07 8.10 8.84 0.46 0.48 0.56 -0.214 -0.333 -0.5523 45.70 46.66 -28.56 8.67 9.27 0.70 -2.09 -1.95 1.11 12.51 17.78 6.10 1.76 2.02 0.38 2.145 2.443 0.2414 32.75 14.92 6.90 5.28 -8.95 17.14 -3.35 -15.36 3.25 2.89 3.93 2.15 0.87 1.35 1.43 1.056 0.918 1.4415 15.44 29.51 31.88 21.93 19.89 18.65 -1.03 -6.88 -1.30 21.90 11.75 8.13 0.63 0.66 0.90 0.985 0.874 1.2796 -36.23 12.57 13.20 -35.34 -24.80 -23.94 -1.00 0.07 10.17 1.58 6.36 21.78 0.44 0.49 0.99 -0.144 0.398 1.2877 10.53 4.09 9.57 12.06 12.97 13.90 3.04 2.24 2.25 5.22 6.65 7.45 0.59 0.66 0.80 0.883 0.895 1.0868 -30.93 -36.29 -30.05 -45.81 -60.43 -49.22 -2.48 -2.80 5.89 24.32 32.54 25.31 1.10 1.27 1.13 0.513 0.545 0.7859 15.38 6.63 10.51 -19.55 -27.19 -35.86 -5.35 -10.60 -8.04 1.91 1.87 3.09 0.72 0.52 0.57 0.505 0.015 0.104
10 4.35 0.99 1.84 -44.85 -49.97 -85.10 -3.69 -7.05 -4.21 3.11 4.59 21.14 0.58 0.53 0.96 0.129 -0.087 0.20811 54.44 49.88 48.34 22.24 25.46 29.99 18.80 6.52 6.78 114.81 38.73 33.79 2.13 2.35 2.43 3.771 3.284 3.37812 -5.90 -2.14 47.39 -53.80 -51.80 -36.78 -5.98 0.21 8.80 2.34 6.43 145.81 0.90 0.79 0.75 0.224 0.368 1.6613 21.10 29.19 12.26 40.72 41.83 43.71 -6.47 1.06 3.90 275.69 238.89 212.27 0.65 0.58 0.55 2.102 2.179 2.02014 6.48 2.08 -6.62 5.24 5.59 0.28 2.57 1.13 -1.38 3.55 5.10 49.56 0.62 0.58 0.59 0.804 0.698 1.12915 5.14 -10.58 -9.52 2.41 -0.97 -7.09 -1.43 -0.80 -1.12 7.83 7.72 6.28 0.69 0.92 1.02 0.734 0.842 0.881
Z - Score
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
X2 (0.847) X3 (3.107) X4 (0.420) X5 (0.998)Nama Perusahaan X1 (0.717)
104
Berdasarkan tabel D tersebut, dapat dilihat ada 80%
atau 12 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score
Altman terklarifikasi “tidak aman” pada tahun 2007 dan 2008.
Artinya model prediksi memberi sinyal bahwa keduabelas
perusahaan tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”.
Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun
2007 dan 2009 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo
Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile
Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama
Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia
Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,PT Ricky Putra
Globalindo, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT
Tifico Tbk.
Pada tahun 2009 ada penurunan jumlah perusahaan
yang masuk dalam kategori perusahaan “bangkrut”, yaitu
berjumlah 60% atau 9 perusahaan. Perusahaan-perusahaan
yang diprediksi bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Apac
Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell
Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia
Indosyntec Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT
Tifico Tbk.
105
E. Dibawah ini merupakan perusahaan – perusahaan yang dikategorikan Bangkrut, Rawan Bangkrut dan Tidak Bangkrut pada Tahun 2007 – 2009 Model Altman
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
Tabel E menunjukkan daftar perusahaan yang
diprediksi dalam tiga kategori yaitu bangkrut, rawan bangkrut
dan tidak bangkrut.
a. Kategori Perusahaan Bangkrut
Berdasarkan tabel E tersebut, dapat dilihat ada 80%
atau 12 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score
Altman terklarifikasi “tidak aman” pada tahun 2007 dan 2008.
Artinya model prediksi memberi sinyal bahwa keduabelas
perusahaan tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”.
Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun
2007 dan 2009 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo
Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile
Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama
No Nama PerusahaanNilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi
1 0.140 Bangkrut 0.389 Bangkrut 0.482 Bangkrut2 -0.214 Bangkrut -0.333 Bangkrut -0.552 Bangkrut3 2.145 Rawan Bangkrut 2.443 Rawan Bangkrut 0.241 Bangkrut4 1.056 Bangkrut 0.918 Bangkrut 1.441 Rawan Bangkrut5 0.985 Bangkrut 0.874 Bangkrut 1.279 Rawan Bangkrut6 -0.144 Bangkrut 0.398 Bangkrut 1.287 Rawan Bangkrut7 0.883 Bangkrut 0.895 Bangkrut 1.086 Bangkrut8 0.513 Bangkrut 0.545 Bangkrut 0.785 Bangkrut9 0.505 Bangkrut 0.015 Bangkrut 0.104 Bangkrut
10 0.129 Bangkrut -0.087 Bangkrut 0.208 Bangkrut11 3.771 Tidak Bangkrut 3.284 Tidak Bangkrut 3.378 Tidak Bangkrut12 0.224 Bangkrut 0.368 Bangkrut 1.663 Rawan Bangkrut13 2.102 Rawan Bangkrut 2.179 Rawan Bangkrut 2.02 Rawan Bangkrut14 0.804 Bangkrut 0.698 Bangkrut 1.129 Bangkrut15 0.734 Bangkrut 0.842 Bangkrut 0.881 Bangkrut
2008 2009
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
2007
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
106
Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia
Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,PT Ricky Putra
Globalindo, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT
Tifico Tbk.
Pada tahun 2009 ada penurunan jumlah perusahaan
yang masuk dalam kategori perusahaan “bangkrut”, yaitu
berjumlah 60% atau 9 perusahaan. Perusahaan-perusahaan
yang diprediksi bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Apac
Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell
Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia
Indosyntec Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT
Tifico Tbk.
Hasil perhitungan Z-score untuk kelompok perusahaan
yang bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah -0,214
yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan skor tertinggi 1,056 yaitu PT
Eratex Djaja Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2008 diperoleh skor
teremdah -0,333 yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan skor tertinggi
0,918 yaitu PT Eratex Djaja Tbk. Dan perhitungan Z-score
untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2009
diperoleh skor terendah -0,552 yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan
107
skor tertinggi 1,129 yaitu PT Sunson Textile Manufacture
Tbk.
b. Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut
Berdasarkan tabel D.1 tersebut, dapat dilihat ada
13,33% atau 2 perusahaan yang menurut model prediksi Z-
Score Altman terklarifikasi “rawan bangkrut” pada tahun
2007 dan 2008. Ini berarti bila perusahaan dapat memperbaiki
diri maka perusahaan bisa menjadi perusahaan sehat, namun
bila perusahaan tidak segera memperbaiki diri maka
perusahaan akan masuk pada perusahaan bangkrut.
Perusahaan yang diprediksi masuk kategori “rawan bangkrut”
pada tahun 2007 dan 2008 adalah PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk dan PT Roda Vivatex Tbk. Sedangkan pada
tahun 2009 perusahaan yang diprediksi masuk kategori
“rawan bangkrut” naik menjadi 33,33% atau 5 perusahaan
yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry
Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Ricky Putra
Globalindo Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.
Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut tahun 2007
diperoleh skor terendah 2,102 yaitu PT Roda Vivatex Tbk dan
skor tertinggi 2,145 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk.
108
Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang masuk
kategori rawan bangkrut tahun 2008 diperoleh skor terendah
2,179 yaitu PT Roda Vivatex Tbk dan skor tertinggi 2,443
yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dan perhitungan Z-
Score untuk kelompok perusahaan yang masuk kategori
rawan bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah 1,279
yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk, dan skor tertinggi
2,020 yaitu PT Roda Vivatex Tbk.
c. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut
Berdasarkan tabel D.1 tersebut, dapat dilihat hanya
ada satu perusahaan atau 6,67% yang menurut model prediksi
Z-Score Altman terklarifikasi dalam perusahaan “tidak
bangkrut” pada tahun 2007 sampai tahun 2009. Ini berarti
hanya ada satu perusahaan yang benar-benar dalam kondisi
sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai lengah dan
mampu mempertahankan kondisi keuangannya agar
perusahaan tidak masuk dalam kategori perusahaan rawan
bangkrut maupun perusahaan bangkrut.
Perusahaan yang diprediksi masuk kategori “tidak
bangkrut” pada tahun 2007 sampai tahun 2009 adalah PT Pan
Brother Tex Tbk dengan nilai Z-Score sebesar 3,771 pada
tahun 2007, turun menjadi 3,284 pada tahun 2008, dan naik
109
lagi menjadi 3,378 pada tahun 2009. Meskipun perusahaan
mengalami penurunan, tetapi masih berada dalam kondisi
yang aman dari kecenderungan kebangkrutan.
F. Perhitungan Transportation Expense to Operation
Revenue Ratio (X) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan
Rupiah)
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
Transportation Expense to Operation Revenue Ratio (X)
Transportation Expense
TE/TO = Operating Revenue
Nilai minimal dari Transportation Expense to
Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai
terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile
dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 161499 164732 179193 1955031 1912468 2165991 0.083 0.086 0.0832 68142 72001 58358 1033464 1028794 982371 0.066 0.070 0.0593 9392 6628 9554 71816 81189 311638 0.131 0.082 0.0314 57163 60703 47283 363804 391008 426083 0.157 0.155 0.1115 27294 25158 30969 417869 376682 487609 0.065 0.067 0.0646 137385 192505 142322 2935694 3059049 4481624 0.047 0.063 0.0327 237067 244696 271845 2834824 3008769 3936841 0.084 0.081 0.0698 47380 57263 48582 540637 525007 583340 0.088 0.109 0.0839 54011 39113 53950 559865 371625 403333 0.096 0.105 0.134
10 100037 74595 73511 1164127 978309 1073768 0.086 0.076 0.06811 32886 31394 35562 300118 264225 307709 0.110 0.119 0.11612 34273 34122 38826 234902 207634 222256 0.146 0.164 0.17513 19693 18477 17562 196859 178585 178585 0.100 0.103 0.1014 29321 39991 34114 507144 526184 548070 0.058 0.076 0.06215 62392 62203 83976 1570829 1946954 2590237 0.040 0.032 0.032
Karwell Indonesia TbkPanasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Indorama Synthetics Tbk
Nama Perusahaan Transportation Expense Operating Revenue TE/OR (X)
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
110
2009. Perusahaan dengan TE/OR terendah pada tahun 2007
dan 2008 adalah PT Tifico Tbk yaitu 0,040 dan 0,032 dan
pada tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu
sebesar 0,031.
Nilai maksimal dari Transportation Expense to
Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai
tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio TE/OR
tertinggi pada tahun 2007 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu
0,157, tahun 2008 dan 2009 adalah PT Ricky Putra
Globalindo Tbk yaitu 0,164 dan 0,175.
111
F.1 Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y) Tahun
2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
Time Interest Earned Ratio (Y)
EBIT
TIE = Interest Expense
Nilai minimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE
Ratio) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada
kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan TIE
terendah pada tahun 2007 adalah PT Karwell Indonesia Tbk
yaitu -18,084, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu -
7,335 dan pada tahun 2009 adalah PT Ricky Putra Globalindo
yaitu sebesar yaitu -41,617.
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 12589 -62379 -14044 -172446 -227795 -158028 -0.073 0.274 0.0892 -10946 -80098 -93980 239542 10920 -250025 -0.046 -7.335 0.3763 -854 -780 9241 -220 -606 -8135 3.882 1.287 -1.1364 -14022 -44556 9705 21209 -12020 -36958 -0.661 3.707 -0.2635 -6862 -39472 -7082 8406 -1905 -11760 -0.816 20.720 0.6026 -66430 4335 462658 920660 257570 -309849 -0.072 0.017 -1.4937 146946 101325 111240 -89435 -41725 -46828 -1.643 -2.428 -2.3768 -12207 -11541 30322 675 -18078 -28624 -18.084 0.638 -1.0599 -41795 -76087 -57098 74960 22109 -9117 -0.558 -3.441 6.263
10 -74141 -131411 -46902 154616 63019 35236 -0.480 -2.085 -1.33111 26484 7326 8599 -3815 1059 3274 -6.942 6.918 2.62612 -15585 558 26177 16289 3274 -629 -0.957 0.170 -41.61713 -19534 3272 12587 3391 5156 3485 -5.761 0.635 3.6114 20841 10363 -12766 19297 536 -53729 1.080 19.334 0.23815 -32508 -16886 -28625 -18609 -66481 -112400 1.747 0.254 0.255
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Pan Brothers Tex Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
TIE (Y)Nama Perusahaan EBIT Interest Expense
112
Nilai maksimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE
Ratio) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.
Perusahaan dengan rasio TIE tertinggi pada tahun 2007 adalah
PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu 3,882, tahun 2008
adalah PT Ever Shine Textile Industry Tbk yaitu 20,720, dan
pada tahun 2009 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu
sebesar 6,263.
G. Perhitungan Z-Score Model Foster
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah
-12,176 yaitu PT Karwell Indonesia Tbk, dan skor tertinggi
0,515 yaitu PT Sunson Textile Manufacture Tbk. Perhitungan
Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun
2008 diperoleh skor terendah -5,055 yaitu PT Argo Pantes
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 -0.278 -0.290 -0.278 -0.048 0.180 0.058 -0.326 -0.110 -0.2202 -0.222 -0.236 -0.200 -0.030 -4.819 0.247 -0.252 -5.055 0.0473 -0.440 -0.275 -0.103 2.550 0.846 -0.746 2.110 0.571 -0.8504 -0.529 -0.523 -0.374 -0.434 2.435 -0.173 -0.963 1.913 -0.5465 -0.220 -0.225 -0.214 -0.536 13.613 0.396 -0.756 13.388 0.1826 -0.158 -0.212 -0.107 -0.047 0.011 -0.981 -0.205 -0.201 -1.0887 -0.281 -0.274 -0.232 -1.079 -1.595 -1.561 -1.361 -1.869 -1.7938 -0.295 -0.367 -0.280 -11.881 0.419 -0.696 -12.176 0.052 -0.9769 -0.325 -0.354 -0.450 -0.366 -2.261 4.115 -0.691 -2.615 3.664
10 -0.289 -0.257 -0.230 -0.315 -1.370 -0.875 -0.604 -1.627 -1.10511 -0.369 -0.400 -0.389 -4.561 4.545 1.726 -4.930 4.145 1.33712 -0.491 -0.553 -0.588 -0.629 0.112 -27.342 -1.120 -0.441 -27.93013 -0.337 -0.348 -0.331 -3.785 0.417 2.373 -4.121 0.069 2.04214 -0.195 -0.256 -0.210 0.710 12.702 0.156 0.515 12.447 -0.05315 -0.134 -0.108 -0.109 1.148 0.167 0.167 1.014 0.059 0.058
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan X (-3.366) Y (0.657) Z - Score
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
113
Tbk, dan skor tertinggi 0,571 yaitu PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah
-27,930 yaitu PT Ricky Putra Globalindo Tbk dan skor
tertinggi 0,182 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk.
Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2007 diperoleh skor
terendah 1,014 yaitu PT Tifico Tbk, dan skor tertinggi 2,110
yaitu PT Daeyu Orchid Indonesi Tbk. Perhitungan Z-Score
untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2008
diperoleh skor terendah 1,913 yaitu PT Eratex Djaja Tbk, dan
skor tertinggi 13,388 yaitu PT Ever Shine Textile Industry
Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan
yang tidak bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah 1,337
yaitu PT. Pan Brother Tex Tbk, dan skor tertinggi 3,664 yaitu
PT Panasia Filament Inti Tbk.
114
H. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2009 Model Foster
Berdasarkan perhitungan analisis prediksi
kebangkrutan Z-Score Foster diperoleh hasil seperti dalam
tabel H sebagai berikut:
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
Tabel H menunjukkan daftar perusahaan yang
diprediksi dalam dua kategori yaitu bangkrut dan tidak
bangkrut.
a. Kategori Perusahaan Bangkrut
Berdasarkan tabel H tersebut, dapat dilihat ada 86,67%
atau 13 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score
Foster terklasifikasi “tidak aman” pada tahun 2007. Artinya
No Nama PerusahaanNilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi
1 -0.326 Bangkrut -0.110 Bangkrut -0.220 Bangkrut2 -0.252 Bangkrut -5.055 Bangkrut 0.047 Bangkrut3 2.110 Tidak Bangkrut 0.571 Bangkrut -0.850 Bangkrut4 -0.963 Bangkrut 1.913 Tidak Bangkrut -0.546 Bangkrut5 -0.756 Bangkrut 13.388 Tidak Bangkrut 0.182 Bangkrut6 -0.205 Bangkrut -0.201 Bangkrut -1.088 Bangkrut7 -1.361 Bangkrut -1.869 Bangkrut -1.793 Bangkrut8 -12.176 Bangkrut 0.052 Bangkrut -0.976 Bangkrut9 -0.691 Bangkrut -2.615 Bangkrut 3.664 Tidak Bangkrut
10 -0.604 Bangkrut -1.627 Bangkrut -1.105 Bangkrut11 -4.930 Bangkrut 4.145 Tidak Bangkrut 1.337 Tidak Bangkrut12 -1.12 Bangkrut -0.441 Bangkrut -27.930 Bangkrut13 -4.121 Bangkrut 0.069 Bangkrut 2.042 Tidak Bangkrut14 0.515 Bangkrut 12.447 Tidak Bangkrut -0.053 Bangkrut15 1.014 Tidak Bangkrut 0.059 Bangkrut 0.058 Bangkrut
Karwell Indonesia Tbk
2007 2008 2009
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics Tbk
Tifico Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture Tbk
115
model prediksi memberi sinyal bahwa ketigabelas perusahaan
tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-
perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 adalah
PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex
Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT
Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT
Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT
Panasia Indosyntec Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, PT Ricky
Putra Globalindo Tbk, PT Roda Vivatex Tbk dan PT Sunson
Textile Manufacture Tbk.
Pada tahun 2007 ada penurunan jumlah perusahaan
yang masuk dalam kategori perusahaan bangkrut, yaitu ada
73,33% atau 11 perusahaan yang menurut model prediksi Z-
Score Foster terklasifikasi “tidak aman”. Perusahaan-
perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 adalah
PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu
Orchid Indonesia Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia
Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Ricky
Putra Globalindo Tbk, PT Roda Vivatex Tbk dan PT Tifico
Tbk.
Dan pada tahun 2008 ada kenaikan jumlah perusahaan
yang masuk dalam kategori perusahaan bangkrut, yaitu
berjumlah 80% atau 12 perusahaan. Perusahaan-perusahaan
116
yang diprediksi bangkrut pada tahun 2008 adalah PT Apac
Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile
Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama
Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia
Indosyntec Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Sunson
Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk.
Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah
-12,176 yaitu PT Karwell Indonesia Tbk, dan skor tertinggi
0,515 yaitu PT Sunson Textile Manufacture Tbk. Perhitungan
Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun
2008 diperoleh skor terendah -5,055 yaitu PT Argo Pantes
Tbk, dan skor tertinggi 0,571 yaitu PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah
-27,930 yaitu PT Ricky Putra Globalindo Tbk dan skor
tertinggi 0,182 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk.
b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut
Berdasarkan tabel H tersebut, dapat dilihat ada 13,33%
atau 2 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score
Foster terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” pada
117
tahun 2007. Perusahaan yang diprediksi masuk kategori
perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2007 adalah PT
Daeyu Orchid Indonesia Tbk dan PT Tifico Tbk.
Pada Tahun 2008 terjadi kenaikan yaitu terdapat
26,67% atau 4 perusahaan yang menurut model prediksi Z-
Score Foster terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut”
yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry
Tbk, PT pan Brother Tex Tbk, dan PT Sunson Textile
Manufacture Tbk.
Pada tahun 2009 terjadi penurunan lagi menjadi 20%
atau 3 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score
Foster terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” yaitu
PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk dan
PT Roda Vivatex Tbk.
Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok
perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2007 diperoleh skor
terendah 1,014 yaitu PT Tifico Tbk, dan skor tertinggi 2,110
yaitu PT Daeyu Orchid Indonesi Tbk. Perhitungan Z-Score
untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2008
diperoleh skor terendah 1,913 yaitu PT Eratex Djaja Tbk, dan
skor tertinggi 13,388 yaitu PT Ever Shine Textile Industry
Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan
118
yang tidak bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah 1,337
yaitu PT. Pan Brother Tex Tbk, dan skor tertinggi 3,664 yaitu
PT Panasia Filament Inti Tbk.
I. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment
Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009
Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004
Berdasarkan analisis prediksi kebangkrutan menurut
Undang-Undang Kepailitan No.37 tahun 2004 diperoleh hasil
seperti dalam tabel I.1 sebagai berikut :
Sumber : Hasil Penelitian, diolah
Tabel I.1 menunjukkan daftar perusahaan yang
diprediksi dalam dua kategori yaitu bangkrut dan tidak
bangkrut.
No Nama PerusahaanRatio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi
1 98% Bangkrut 74% Bangkrut 80% Bangkrut2 101% Bangkrut 100% Bangkrut 113% Bangkrut3 36% Tidak Bangkrut 35% Tidak Bangkrut 65% Bangkrut4 81% Bangkrut 91% Bangkrut 100% Bangkrut5 42% Tidak Bangkrut 37% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut6 117% Bangkrut 106% Bangkrut 68% Bangkrut7 58% Bangkrut 57% Bangkrut 56% Bangkrut8 86% Bangkrut 90% Bangkrut 92% Bangkrut9 84% Bangkrut 88% Bangkrut 85% Bangkrut
10 85% Bangkrut 85% Bangkrut 75% Bangkrut11 47% Tidak Bangkrut 34% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut12 95% Bangkrut 93% Bangkrut 26% Tidak Bangkrut13 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut14 65% Bangkrut 63% Bangkrut 69% Bangkrut15 63% Bangkrut 65% Bangkrut 74% Bangkrut
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
2007 2008 2009
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Tifico Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture Tbk
119
a. Kategori Perusahaan Bangkrut
Berdasarkan tabel I.1 tersebut, dapat dilihat ada
73,33% atau 11 perusahaan yang menurut model prediksi
Undang-Undang Kepailitan No.37 tahun 2004 terklasifikasi
“tidak aman” pada tahun 2007,2008 dan 2009. Artinya model
prediksi memberi sinyal bahwa kesebelas perusahaan tersebut
termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-perusahaan
yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 dan 2008 adalah
PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex
Djaja Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama
Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia
Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Ricky
Putra Globalindo Tbk, dan PT Sunson Textile Manufacture
Tbk, PT Tifico Tbk.
Pada tahun 2009 ada perubahan nama-nama
perusahaan bangkrut meskipun tetap berjumlah 73,33% atau
11 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi
bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Apac Citra Centertex
Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid Indonesia, PT
Eratex Djaja Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT
Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT
Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT
Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk.
120
Hasil perhitungan menurut Undang – Undang
Kepailitan No.37 tahun 2004 untuk kelompok perusahaan
yang bangkrut tahun 2007 dan 2008 diperoleh rasio hutang
tertinggi sebesar 117% dan 106% yaitu PT GT Petrochem
Industries Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 58% dan
57% yaitu PT Indorama Synthetics Tbk. Dan perhitungan raio
hutang untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2009
diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 113% yaitu PT Argo
Pantes Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 56% yaitu PT
Indorama Synthetics Tbk.
b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut
Berdasarkan tabel I.1 tersebut, dapat dilihat ada
26,67% atau 4 perusahaan yang menurut model prediksi
Undang – Undang Kepailitan No.37 Tahun 2004 terkalsifikasi
“tidak bangkrut” pada tahun 2007,2008 dan 2009. Perusahaan
yang diprediksi masuk kategori perusahaan “tidak bangkrut”
pada tahun 2007 dan 2008 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia
Tbk, PT Ever Shine Textile Indusrty Tbk, PT pan Brother Tex
Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.
Pada tahun 2009 ada perubahan nama-nama
perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan tidak
bangkrut meskipun tetap berjumlah 26,67% atau 4
121
perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang diprediksi tidak
bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Ever Shine Textile
Industry Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, PT Ricky Putra
Globalindo Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.
Hasil perhitungan rasio hutang untuk kelompok
perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2007 diperoleh rasio
hutang tertinggi sebesar 47% yaitu PT Pan Brother Tex Tbk,
dan rasio hutang terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex
Tbk. Perhitungan rasio hutang untuk kelompok perusahaan
yang tidak bangkrut tahun 2008 diperoleh rasio hutang
tertinggi 37% yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk, dan
rasio hutang terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex
Tbk. Dan perhitungan rasio hutang untuk kelompok
perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2009 diperoleh rasio
hutang tertinggi sebesar 36% yaitu PT Ever Shine Textil
Industry Tbk dan PT Pan Brother Tex Tbk, dan rasio hutang
terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex Tbk.
122
J. Pengujian Hipotesis
Tabel J.1 : Hasil Means (Nilai rata – rata) Antara Z-Score
Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 –
2009. (dihitung secara periode)
Pada tabel diatas memuat hasil ringkasan Mean (nilai
rata – rata) dari kedua variabel yang dihitung secara periode
yaitu untuk Z-score Model Altman pada tahun 2007
mempunyai nilai rata – ratanya sebesar 0,909 dan untuk Z-
score Model Foster mempunyai nilai rata – rata yang lebih
kecil sebesar -1,591, hal ini terjadi karena disebabkan karena
banyaknya perusahaan yang dikategorikan bangkrut didalam
perhitungan Z-score Model Foster dibandingkan Z-score
Model Altman sehingga Z- nila rata – rata Z-score Model
Altman > Z-score Model Foster.
Dan pada tahun 2008 nilai rata – rata Z-score Model
Altman sebesar 0,895 dan untuk nilai rata – rata Z-score
Model Foster sebesar 1,382, hal ini terjadi disebabkan karena
Group Statistics
15 .90887 1.054604 .27229815 -1.59107 3.411905 .88095015 .89520 .998028 .25769015 1.38173 5.109408 1.31924315 1.02880 .935213 .24147115 -1.81540 7.356798 1.899517
ALTMAN & FOSTER121212
ALTMAN & FOSTER 2007
ALTMAN & FOSTER 2008
ALTMAN & FOSTER 2009
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
123
banyaknya perusahaan yang dikategorikan bangkrut didalam
perhitungan Z-score Model Altman dibandingkan Z-score
Model Foster, sehingga nilai rata – rata Z-score Model
Altman < Z-score Model Foster. Serta pula pada tahun 2009
untuk nilai rata – rata Z-score Model Altman sebesar 1,029
dan untuk nilai rata – rata Z-score Model Foster sebesar -
1,815, hal ini terjadi disebabkan karena banyaknya
perusahaan yang dikategorikan bangkrut pada perhitungan Z-
score Model Foster dibandingkan Z-score Model Foster,
sehingga nilai rata – rata Z-score Model Altman > Z-score
Model Foster.
Tabel J.2 : Hasil Means (Nilai rata – rata) Antara Z-Score
Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 -
2009. (dihitung secara akumulasi periode)
Pada tabel diatas memuat hasil ringkasan Mean (Nilai
rata – rata) dari kedua variabel yang dihitung secara
akumulasi periode yaitu untuk nilai rata – rata Z-score Model
Altman pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebesar
0.944, sedangkan untuk nilai rata – rata Z-score Model Foster
Group Statistics
45 .94422 .976054 .14550245 -.67491 5.603818 .835368
ALTMAN DAN FOSTER12
ALTMAN DAN FOSTERN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
124
dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebesar -0,675, hal
ini terjadi dikarenakan secara akumulasi perhitungan secara
periode banyaknya perusahaan yang dikategorikan bangkrut
pada Z-score Model Foster dibandingkan Z-score Model
Altman, sehingga nilai rata – rata secara keseluruhan Z-score
Model Altman > Z-score Model Foster.
Tabel J.3 : Hasil Uji F-hitung dan t-hitung Antara Z-Score
Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 –
2009. (dihitung secara periode)
Berdasarkan tabel J.3 diatas bisa dilihat bahwa F-
hitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun
2007 dengan Equal variances assumed (diasumsi kedua
varians sama atau menggunakan pooled variance t-tes) adalah
4,547 dengan probabilitas 0,042 dan oleh karena
probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak atau kedua varians
benar – benar berbeda.dan terlihat pula bahwa t-hitung untuk
Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 dengan
Independent Samples Test
4.547 .042 2.711 28 .011 2.499933 .922073 .611152 4.388715
2.711 16.651 .015 2.499933 .922073 .551417 4.448449
8.921 .006 -.362 28 .720 -.486533 1.344175 -3.239952 2.266885
-.362 15.067 .722 -.486533 1.344175 -3.350470 2.377403
2.849 .103 1.485 28 .149 2.844200 1.914804 -1.078098 6.766498
1.485 14.452 .159 2.844200 1.914804 -1.250619 6.939019
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumed
ALTMAN & FOSTER 2007
ALTMAN & FOSTER 2008
ALTMAN & FOSTER 2009
F Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
125
equal variances not assumed adalah 2,711 dengan
probabilitasnya 0,0075 dan oleh karena probabilitasnya
0,0075 < 0,025, maka Ho ditolak atau kedua varians benar –
benar berbeda.
Serta perubahan dari penggunaan equal variance
assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan
menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari
28 menjadi 16,651 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan
varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test,
kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan
equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan
yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada
tahun 2007 langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa
besar perbedaan tersebut.
Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”,
untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007
adalah 2,499 dan dari F-test pada bahasan sebelumnya didapat
bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan dengan equal
variance not assumed yang dapat dilihat pada keterangan
“95% Confidence Interval of the Difference” dan kolom equal
variance not assumed, sehingga pada baris tersebut didapat
angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian bawah) adalah
0,551 dan Upper (perbedaan rata – rata bagian atas) adalah
126
4,448. Dan hal ini berarti perbedaan Z-score Model Altman &
Foster pada tahun 2007 berkisar antara 0,551 sampai 4,448
dengan perbedaan rata – rata adalah 2,499.
Dan untuk F-hitung Z-score Model Altman dan Foster
pada tahun 2008 dengan equal variances assumed (diasumsi
kedua varians sama atau menggunakan pooled variance t-test)
adalah 8,921 dengan probabilitas 0,006 dan oleh karena
probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak, atau kedua varians
benar – benar berbeda. Dan terlihat pula bahwa t-hitung untuk
Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2008 dengan
equal variances not assumed adalah -0,362 dengan
probabilitasnya 0,361 dan oleh karena probabilitasnya 0,361 >
0,025, maka Ho diterima atau kedua varians sama.
Serta perubahan dari penggunaan equal variance
assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan
menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari
28 menjadi 15,067 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan
varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test,
kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan
equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan
yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada
tahun 2008 langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa
besar perbedaan tersebut.
127
Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”,
untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2008
adalah -0,486 dan dari F-test pada bahasan sebelumnya
didapat bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan dengan
equal variance not assumed yang dapat dilihat pada
keterangan “95% Confidence Interval of the Difference” dan
kolom equal variance not assumed, sehingga pada baris
tersebut didapat angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian
bawah) adalah -3,350 dan Upper (perbedaan rata – rata
bagian atas) adalah 2,377. Dan hal ini berarti perbedaan Z-
score Model Altman dan Foster pada tahun 2008 berkisar
antara -3,350 sampai 2,377 dengan perbedaan rata – rata
adalah -0,486.
Sedangkan untuk F-hitung Z-score Model Altman dan
Foster pada tahun 2009 dengan equal variances assumed
(diasumsi kedua varians sama atau menggunakan pooled
variance t-test) adalah 2,849 dengan probabilitas 0,103 dan
oleh karena probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima, atau
kedua varians sama. Dan terlihat pula bahwa t-hitung untuk Z-
score Model Altman dan Foster pada tahun 2009 dengan
equal variances not assumed adalah 1,485 dengan
probabilitasnya 0,0795 dan oleh karena probabilitasnya
0,0795 > 0,025, maka Ho diterima atau kedua varians sama.
128
Serta perubahan dari penggunaan equal variance
assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan
menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari
28 menjadi 14,452 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan
varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test,
kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan
equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan
yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada
tahun 2009 langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa
besar perbedaan tersebut.
Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”,
untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2009
adalah 2,844 dan dari F-test pada bahasan sebelumnya didapat
bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan dengan equal
variance not assumed yang dapat dilihat pada keterangan
“95% Confidence Interval of the Difference” dan kolom equal
variance not assumed, sehingga pada baris tersebut didapat
angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian bawah) adalah -
1,250 dan Upper (perbedaan rata – rata bagian atas) adalah
6,939. Dan hal ini berarti perbedaan Z-score Model Altman
dan Foster pada tahun 2009 berkisar antara -1,251 sampai
6,939 dengan perbedaan rata – rata adalah 2,844.
129
Tabel J.4 : Hasil Uji F-hitung dan t-hitung Antara Z-Score
Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 –
2009. (dihitung secara akumulasi periode)
Berdasarkan tabel J.4 diatas bisa dilihat bahwa F-
hitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun
2007 sampai tahun 2009 dengan equal variances assumed
(diasumsi kedua varians sama atau menggunakan pooled
variance t- test) adalah 6,540 dengan probabilitas 0,012 dan
oleh karena probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak, atau
kedua varians benar – benar berbeda. Dan terlihat pula bahwa
t-hitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun
2007 sampai tahun 2009 dengan equal variances not assumed
adalah 1,909 dengan probabilitasnya 0,031 dan oleh karena
probabilitasnya 0,031 > 0,025, maka Ho diterima atau kedua
varians sama.
Serta perubahan dari penggunaan equal variance
assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan
menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari
88 menjadi 46,667 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan
Independent Samples Test
6.540 .012 1.909 88 .059 1.619133 .847945 -.065979 3.304245
1.909 46.667 .062 1.619133 .847945 -.087033 3.325299
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
ALTMAN DAN FOSTERF Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
130
varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test,
kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan
equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan
yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada
tahun 2007 sampai tahun 2009, langkah selanjutnya adalah
mengetahui seberapa besar perbedaan tersebut.
Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”,
untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007
sampai tahun 2009 adalah 1,619 dan dari F-test pada bahasan
sebelumnya didapat bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan
dengan equal variance not assumed yang dapat dilihat pada
keterangan “95% Confidence Interval of the Difference” dan
kolom equal variance not assumed, sehingga pada baris
tersebut didapat angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian
bawah) adalah -0,087 dan Upper (perbedaan rata – rata bagian
atas) adalah 3,325. Dan hal ini berarti perbedaan Z-score
Model Altman dan Foster pada tahun 2007 sampai tahun 2009
berkisar antara -0,087 sampai 3,325dengan perbedaan rata –
rata adalah 1,619.
131
J.5 Pembahasan
Rasio keuangan merupakan alat yang sering digunakan
dalam analisis kinerja keuangan perusahaan. Dalam
menganalisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio
keuangan memiliki keterbatasan yang berasal dari kenyataan
bahwa pada dasarnya metodologinya adalah univariate,
dimana setiap rasio dianalisis secara terpisah. Jadi untuk
mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting
menggabungkan beberapa rasio menjadi suatu model
peramalan yang berarti. Dengan cara menginterpretasikan
laporan keuangan pada suatu model atau tekhnik tertentu,
maka Altman dan Foster merumuskan suatu model analisis
diskriminan yang dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan.
Menurut Hanafi dan Halim (2000) indikator
kebangkrutan bisa dilihat dari aliran kas, analisis strategi
perusahaan, laporan keuangan perusahaan dan lembaga
penilai (rating). Pada tahun 2007 sampai 2009 perusahaan –
perusahaan textile dan garment mengalami kesulitan dalam
aliran kas, sumber pengeluaran kas lebih besar bila
dibandingkan dengan sumber penerimaan kas karena sebagian
besar pendapatan perusahaan mengalami penurunan dilain
pihak biaya operasional makin membengkak. Hal ini
132
berakibat pada laba perusahaan mengalami penurunan, ada 6
perusahaan textile dan garment mengalami kerugian pada
tahun 2007, bahkan pada tahun 2008 dan 2009 naik menjadi 8
perusahaan.
J.6 Rasio Keuangan Altman
a. Working Capital to Total Asset Ratio (X1)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total
kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
PT Apac Citra Centertex Tbk dan PT Argo Pantes Tbk
merupakan perusahaan dengan rasio X1 terendah yang
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tingkat
likuidasinya paling rendah diantara perusahaan – perusahaan
lainnya dalam kelompok tersebut, karena mempunyai tingkat
kesulitan keuangan yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan – perusahaan lainnya.
Pada tahun 2007 PT Apac Citra Centertex Tbk tercatat
sebagai perusahaan yang ilikuid yaitu jumlah hutang lebih
besar dari jumlah aktivanya, tetapi pada tahun – tahun
berikutnya perusahaan ini sudah dapat memperbaiki
kondisinya. Keadaan yang sama juga dialami PT Argo Pantes
Tbk, pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan ini juga tercatat
133
sebagai perusahaan yang ilikuid, pada suatu waktu akan
menghadapi kesukaran financial (Riyanto,2001 : 33).
PT Pan Brother Tex Tbk adalah perusahaan yang
masih dalam kondisi likuid, yaitu total aktiva perusahaan bisa
berubah menjadi kas dalam jangka waktu pendek setelah
dipakai melunasi kewajiban lancarnya. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa PT Pan Brother Tex Tbk mempunyai
tingkat likuiditas lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan
– perusahaan lainnya dalam kelompok industry textile dan
garment.
Selama tiga tahun berturut-turut mean Working
Capital to Total Assets Ratio (X1) bernilai sangat rendah, hal
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan textile dan
garment mengalami tingkat kesulitan keuangan.
b. Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba
selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh
terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan
beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi
laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang
masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil
134
rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada
masa awal berdirinya.
Rasio X2 dari PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT
Karwell Indonesia Tbk dan PT Panasia Indosyntec Tbk
bernilai negatif, ini berarti bahwa selama itu pula perusahaan
tidak pernah membukukan laba ditahan atau selalu
mengakumulasikan rugi ditahan. Hal ini mengindikasikan
bahwa kemampuan aktivanya untuk memperoleh laba ditahan
sangatlah rendah bila dibandingkan dengan perusahaan –
perusahaan lainnya. Rugi usaha yang dialami perusahaan
tersebut disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak
mampu menutupi beban – beban yang menjadi
tanggungannya. Beban – beban yang harus ditanggung selama
periode tersebut lebih mengarah kepada beban usaha
(operating Expenses) dan biaya pokok penjualan (cost of
goods sold).
Rasio X2 pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun
berturut-turut mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan
bahwa PT Roda Vivatex Tbk mempunyai kemampuan untuk
memperoleh laba ditahan lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan – perusahaan lainnya. Kemampuan memperoleh
laba ditahan oleh perusahaan ini tidak terlepas oleh
135
perusahaan ini tidak terlepas pula oleh umur perusahaan, yang
mana perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1980.
Tahun 2007 sampai tahun 2009 secara rata – rata X2
bernilai negatif dan mengalami penurunan, ini berarti bahwa
selama itu pula hamper semua perusahaan mengakumulasikan
rugi. Rugi yang dialami perusahaan sebagai akibat karena
penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban –
beban yang ditanggung selama periode tersebut. Beban –
beban yang ditanggung tersebut lebih mengarah pada beban
operasional dan beban bunga atas hutangnya, maka rugi
bersih yang harus ditanggung oleh perusahaan menjadi lebih
besar. Rugi bersih yang dialami oleh perusahaan secara
otomatis akan mengurangi akumulasi laba ditahan bila
sebelumnya perusahaan mengakumulasikan rugi. Dengan kata
lain bahwa adanya keuntungan akan memperbesar retained
earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri,
sebaliknya adanya kerugian yang diderita akan memperkecil
retained earning yang berarti akan memperkecil modal
sendiri (Riyanto,2001 : 244).
Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) yang
menurun mengindikasikan berkurangnya kemampuan aktiva
untuk memperoleh laba ditahan, dengan adanya penurunan
laba ditahan maka perusahaan akan lebih mengandalkan
136
modal asing untuk mendanai aktivanya. Dengan demikian
perolehan aktiva yang dibiayai melalui modal sendiri semakin
berkurang. Dengan adanya penurunan laba ditahan bahkan
munculnya fenomena rugi ditahan, maka perusahaan akan
lebih mengandalkan modal asing untuk mendanai aktivanya,
dengan demikian perolehan aktiva yang dibiayai melalui
modal sendiri semakin berkurang. Tambahan besarnya modal
asing dan modal sendiri akan mempunyai efek terhadap
tingkat solvabilitas perusahaan.
c. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio
(X3)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio
tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin kecil
tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak
efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di dalam
menghasilkan laba usaha begitu juga sebaliknya.
Perusahaan dengan X3 terendah adalah PT Roda
Vivatex Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, dan PT Panasia Filament
Inti Tbk. Rasio X3 dari ketiga perusahaan bernilai negatif, hal
ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat
mengelola aktivanya secara efektif. X3 yang bernilai negatif
137
disebabkan karena probabilitas perusahaan selama tiga tahun
penelitian mengalami kerugian yang mana operating profit
yang dicapai perusahaan lebih kecil daripada total aktivanya.
Dalam laporan laba rugi perusahaan, terlihat bahwa biaya
operasi perusahaan selalu lebih besar dari laba kotornya,
bahkan terjadi rugi secara berturut – turut selama tiga tahun.
Akibatnya perusahaan tidak dapat membukukan laba rugi
usahanya.
Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah PT Pan
Brother Tex Tbk, dan PT GT Petrochem Industry Tbk. Hal ini
mengindikasikan bahwa kedua perusahaan tersebut lebih
tinggi tingkat produktivitasnya dibandingkan dengan
perusahaan – perusahaan lain dalam sektor industri textile dan
garment.
Rata – rata perusahaan industry textile dan garment
produktivitas aktiva yang digunakannya untuk menghasilkan
laba usaha mengalami penurunan tetapi setelah itu mengalami
kenaikan. Menurut Agnes Sawir (2001: 19), rasio X3 juga
dapat menunjukkan rentabilitas ekonomis perusahaan
sehingga dapat diartikan bahwa rentabilitas ekonomis
perusahaan pada industry textile dan garment juga menurun
seiring dengan menurunnya rasio X3 dan begitu juga
sebaliknya.
138
d. Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio
(X4)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya
sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan
perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksug adalah
gabungan nilai pasar dari modal dan saham preferen,
sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka
panjang.
Perusahaan dengan X4 terendah adalah PT GT
Petrochem Industries Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, dan
PT Eratex Djaja Tbk. Perusahaan dengan rasio X4 terendah
mempunyai indikasi bahwa perusahaan tersebut
mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal
sendiri dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan
lainnya. Bila dilihat dari modal sendiri perusahaan yang
berasal dari modal disetor pada sahamnya, selama tiga tahun
berturut – turut kondisinya terlihat tidak mengalami
peningkatan (stagnan). Sedangkan untuk laba ditahannya,
kondisi yang ada selalu kebalikan yaitu mengalami rugi
ditahan, sehingga ketergantungan perusahaan terhadap sumber
eksternal guna mandanai aktivanya terutama yang berasal dari
kreditur sangatlah tinggi.
139
Perusahaan dengan rasio X4 tertinggi adalah PT Roda
Vivatex Tbk, meskipun setiap tahun mengalami penurunan
tetapi perusahaan ini masih lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan – perusahaan lainnya. Hal ini berarti bahwa
perusahaan tersebut mengakumulasikan hutang terhadap
modal sendiri lebih rendah bila dibandingkan dengan
perusahaan – perusahaan lainnya.
Market Value Equity to Book Value of Total Debt
Ratio (X4) dari tahun ketahun mengalami kecenderungan
menurun untuk masing – masing perusahaan. Hal ini terjadi
karena rata – rata emiten pada perusahaan textile dan garment
mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal
sendiri terutama yang berasal dari pemilik. Penurunan rasio
ini disebabkan oleh adanya harga saham selalu mengalami
penurunan yang signifikan, bahkan harga pasar saham lebih
rendah dari harga nominalnya. Sehingga mengakibatkan
tingkat kesejahteraan pemegang saham semakin buruk,
dengan semakin buruknya kondisi tersebut pada akhirnya
semakin memperburuk nilai perusahaan (value of the firm).
e. Sales to Total Assets Ratio (X5)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi
140
persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen
dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Perusahaan dengan X5 terendah adalah PT GT
Petrochem Industries Tbk, PT Argo Pantes Tbk dan PT Daeyu
Orchid Indonesia Tbk. Dalam hal ini ketiga perusahaa
tersebut dapat diindikasikan kurang efektif dalam penurunan
aktiva untuk meningkatkan penjualan dibandingkan dengan
perusahaan – perusahaan lainnya.
Perusahaan dengan rasio X5 tertinggi adalah PT Pan
Brother Tex Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut mempunyai tingkat efektivitas tertinggi dalam
penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan bila
dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lain.
Rata – rata perusahaan textile dan garment memiliki
penjualan yang lebih kecil daripada aktivanya, dan sebagian
besar perusahaan berada dibawah rata – rata industry terutama
pada tahun 2007 samapi dengan tahun 2009. Rendahnya rasio
ini mengindikasikan bahwa aktiva yang dimiliki oleh rata –
rata perusahaan tersebut tidak efektif unutk meningkatkan
penjualan. Rendahnya nilai Z-Score ini disebabkan oleh
rendahnya nilai dari variabel – variabel yang tedapat dalam
formulasi Altman yaitu variabel – variabel working capital to
total assets, retained eraning to total assets, earning before
141
interest and tax to total asset, rmarket value equity to book
value of total debt dan sales to total assets. Dari rasio – rasio
tersebut, rasio keuangan yang dominan mempengaruhi
kegagalan perusahaan adalah rasio profitabilitas, rasio
likuiditas dan rasio aktivitas. Hal ini terlihat dari hampir
semua perusahaan yang bangkrut mempunyai nilai X1, X2,
dan X3 yang sangat rendah bahkan bernilai negatif.
J.7 Rasio Keuangan Foster
a. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio
(TE/OR Ratio)
Rasio Transportation Expense to Operating Revenue
Ratio (TE/OR Ratio) menjelaskan seberapa besar biaya
operasi dibandingkan dengan penghasilan.
Perusahaan dengan TE/OR terendah adalah PT Tifico
Tbk dan PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dalam hal ini
terlihat bahwa besarnya biaya operasi dibandingkan dengan
penghasilan pada perusahaan – perusahaan textile dan
garment yang lain, kedua perusahaan tersebut sangatlah
rendah.
Perusahaan dengan rasio TE/OR tertinggi adalah PT
Eratex Djaja Tbk dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Dalam
hal ini terlihat bahwa besarnya biaya operasi dibandingkan
dengan penghasilan pada perusahaan – perusahaan textile dan
142
garment yang lain, kedua perusahaan tersebut termasuk yang
terbaik.
Mean Transportation Expense to Operating Revenue
ratio (TE/OR Ratio) mengalami fluktuasi dari tahun ketahun,
hal ini mengindikasikan bahwa biaya operasi yang
dikeluarkan perusahaan lebih besar bila dibandingkan dengan
penjualan.
b. Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)
Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) menunjukkan
seberapa besar laba operasi apabila dibandingkan dengan
bunga yang harus dibayar.
Perusahaan dengan TIE terendah adalah PT Karwell
Indonesia Tbk, PT Argo Pantes Tbk, dan PT Ricky Putra.
Dalam hal ini dapat dilihat TIE selama tiga tahun berturut –
turut bernilai negatif, ini berarti laba operasi dari sebagian
besar perusahaan textile dan garment lebih kecil bila
dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar oleh
perusahaan.
Perusahaan dengan ratio TIE tertinggi adalah PT
Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Ever Shine Textile Industry
Tbk, dan PT Panasia Filament Inti Tbk. Ini berarti laba
operasi yang dihasilkan dari ketiga perusahaan tersebut lebih
143
besar dari bunga yang harus dibayar sehingga perusahaan
mampu menutupi kewajibannya.
Mean Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) dari
tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami fluktuasi, hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan textile dan
garment laba operasi yang dihasilkannya lebih rendah dari
bunga yang harus dibayar, sehingga perusahaan tidak mampu
menutup kewajibannya.
K. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 –
2009 Model Altman
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat diprediksi dan
diketahui dengan menggunakan formula yang ditemukan oleh
Altman dan Foster yang dikenal dengan Z-Score Altman dan
Z-Score Foster. Z-Score Altman dan Z-Score Foster dapat
digunakan sebagai Early Warning System (sistem peringatan
dini) untuk mendeteksi kondisi perusahaan terutama yang
berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan, sehingga
apabila terjadi kesulitan keuangan akan segera dapat diambil
tindakan perbaikan untuk mencapai kinerka keuangan yang
lebih baik dimasa mendatang.
Dari hasil perhitungan data laporan keuangan tahun
2007 sampai dengan 2009 dari seluruh perusahaan industry
144
textile dan garment yang dimasukkan ke dalam model
prediksi dengan menggunakan Z-Score Altman diperoleh nilai
yang memperlihatkan daftar perusahaan yang diprediksi
bangkrut, rawan bangkrut dan tidak bangkrut. Nilai – nilai Z-
Score yang dicapai oleh sebagian besar perusahaan industry
textile dan garment masih lebih kecil dari nilai cut-off, yang
berarti banyak perusahaan berada dalam kondisi keuangan
yang cukup parah yang bisa mengarah pada terjadinya
kebangkrutan terhadap perusahaan – perusahaan tersebut.
a. Kategori Perusahaan Bangkrut
Perusahaan dalam kategori bangkrut yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke
tahun ada 6,67% atau 1 perusahaan yaitu PT Argo Pantes Tbk.
Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan
kecenderungan peningkatan secara konsisten selam tiga tahun
berturut – turut ada 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Apac
Citra Centertex Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT
Karwell Indonesia Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk
dan PT Tifico Tbk. Meskipun kelima perusahaan ini
mempunyai nilai Z-Score yang terus meningkat dari tahun
2007 sampai tahun 2009, namun kenaikan tersebut masih
berada dalam kategori bangkrut. Dan perusahaan yang mampu
memperbaiki diri keluar dari kategori bangkrut menuju
145
kategori rawan bangkrut pada tahun 2009 sebanyak 26,67%
atau 4 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine
Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, dan
PT Ricky Putra Globalindo Tbk.
Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata
perusahaan yang bangkrut memiliki nilai cut – off dibawah
1,20. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai
oleh semua perusahaan bangkrut tersebut sangat rendah, ini
berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi
kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa
mengarah pada kebangkrutan perusahaan.
b. Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut
Perusahaan dalam kategori rawan bangkrut yang
memperlihatkan kecenderungan semakin memburuk ada
6,67% atau satu perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia
Tbk. Meskipun pada tahun 2008 mengalami peningkatan
tetapi pada tahun 2009 PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk tidak
mampu mempertahankan kondisi keuangannya sehingga
masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan
dalam kategori rawan bangkrut yang memperlihatkan
kecenderungan peningkatan dan mampu bertahan ada 6,67%
atau satu perusahaan juga, yaitu PT Roda Vivatex Tbk,
meskipun belum dapat masuk dalam kategori perusahaan
146
sehat. Dan perusahaan yang mampu memperbaiki diri masuk
dalam kategori rawan bangkrut pada tahun 2009 sebanyak
26,67% atau 4 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT
Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries
Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk.
Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata
perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut memiliki
nilai cut – off antara 1,20 sampai dengan 2,90. Hal ini
membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua
perusahaan yang masuk dalam kategori rawan bangkrut masih
belum maksimal, ini berarti semua perusahaan tersebut berada
vdalam kondisi keuangan yang masih abu – abu jadi bagus
tidak buruk juga tidak. Sebaiknya perusahaan cepat
mengambil keputusan langkah – langkah agar kondisi
keuangannya menjadi sehat atau jika tidak sebaiknya
perusahaan mampu mempertahankan diri agar tidak masuk
dalam kategori perusahaan bangkrut.
c. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut
Hanya ada 6,67% atau satu perusahaan yang menurut
model prediksi Z-Score Altman terklasifikasi dalam
perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2007 samapi tahun
2009. Perusahaan tersebut adalah PT Pan Brother Tex Tbk, ini
berarti hanya ada satu perusahaan yang benar – benar dalam
147
kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai
lengah dan mampu mempertahankan kondisi keuangannya
agar perusahaan tidak masuk dalam kategori perusahaan
rawan bangkrut maupun perusahaan bangkrut. Meskipun
perusahaan mengalami penurunan, tetapi masih berada dalam
kondisi yang aman dari kecenderungan kebangkrutan.
Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata
perusahaan yang masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai
cut – off lebih besar dari 2,90. Hal ini membuktikan bahwa
nilai Z-Score yang dicapai oleh perusahaan yang masuk dalam
kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus karena berada
jauh di atas nilai cut – off sebesar 2,90. Hal ini terlihat dari
rasio – rasio keuangan yang tinggi. Laba yang dihasilkan akan
dapat memperlancar aktivitas perusahaan dan kelangsungan
hidup perusahaan, karena laba perusahaan merupakan salah
satu tolok ukur keberhasilan sebuah perusahaan. Laba akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
pinjaman dan pendapatan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan
serta kemampuan perusahaan untuk berubah. Dengan
demikian akan berpengaruh pula terhadap besarnya nilai Z-
Score.
148
L. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 –
2009 Model Foster
Hasil perhitungan data laporan keuangan tahun 2007
sampai 2009 dari seluruh perusahaan textile dan garment yang
dimasukkan ke dalam model prediksi dengan menggunakan
Z-Score Foster diperoleh nilai yang memperlihatkan daftar
perusahaan yang diprediksi bangkrut dan tidak bangkrut. Nilai
– nilai Z-Score yang dicapai oleh sebagian besar perusahaan
textile dan garment masih lebih kecil dari nilai cut – off, yang
berarti banyak perusahaan berada dalam kondisi keuangan
yang cukup parah yang bisa mengarah pada terjadinya
kebangkrutan terhadap perusahaan – perusahaan tersebut.
a. Kategori Perusahaan Bangkrut
Perusahaan dalam kategori bangkrut yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke
tahun ada 20% atau 3 peusahaan yaitu PT GT Petrochem
Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, dan PT Ricky
Putra Globalindo Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut
yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara
konsisten selama tiga tahun berturut – turut ada 20% atau 3
perusahaan yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan
Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Bahkan ketiga
149
perusahaan tersebut mampu memperbaiki diri menjadi
perusahaan kategori tidak bangkrut pada tahun 2009.
Berdasarkan Z-Score model Foster, rata – rata
perusahaan yang bangkrut memilki nilai cut – off dibawah
0,640. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai
oleh semua perusahaan bangkrut tersebut sangat rendah, ini
berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi
kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa
mengarah pada kebangkrutan perusahaan.
b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut
Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke
tahun ada 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile
Industry Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT
Tifico Tbk. Bahkan kelima perusahaan ini pada tahun 2009
masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan
dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan
peningkatan secara konsisiten selama tiga tahun berturut –
turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Panasia Filament
Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.
Ketiga perusahaan tersebut mampu memperbaiki diri menjadi
perusahaan kategori tidak bangkrut pada tahun 2009.
150
Berdasarkan Z-Score model Foster, rata – rata
perusahaan yang masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai
cut – off lebih besar dari 0,640. Hal ini membuktikan bahwa
nilai Z-Score yang dicapai oleh perusahaan yang masuk dalam
kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus karena berada jauh
diatas nilai cut – off sebesar 0,640. Hal ini terlihat dari rasio –
rasio keuangan yang tinggi, dengan demikian akan
berpengaruh pula terhadap besarnya nilai Z-Score.
M. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 –
2009 menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun
2004
Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi
perusahaan karena hutang mempuyai beban yang bersifat
tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas
hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir
dengan kebangkrutan perusahaan.
Perusahaan dengan hutang yang rendah mempunyai
risiko yang kecil bila perekonomian dalam keadaan menurun,
tetapi perusahaan juga memiliki laba yang rendah bila
perekonomian membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio
hutang yang tinggi memiliki risiko menderita kerugian besar,
tetapi juga mempunyai suatu kesempatan untuk memperoleh
151
keuntungan yang besar. Kemungkinan memperoleh laba yang
tinggi sangatlah menarik, tetapi para investor juga enggan
menghadapi risiko. Keputusan tentang penggunaan hutang
berarti menyeimbangkan kemungkinan laba yang lebih tinggi
dengan naiknya risiko.
a. Kategori Perusahaan Bangkrut
Perusahaan dalam kategori bangkrut yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke
tahun ada 40% atau 6 perusahaan yaitu PT Argo Pantes Tbk,
PT Eratex Djaja Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia
Filament Inti Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan
PT Tifico Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang
memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten
selama tiga tahun berturut – turut ada 33,33 % atau 5
perusahaan yaitu PT Apac Citra Centertex Tbk, PT GT
Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT
Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Panasia Indosyntec Tbk.
Bahkan PT Ricky Putra Globalindo Tbk mampu memperbaiki
diri menjadi perusahaan tidak bangkrut pada tahun 2009.
Berdasarkan rasio hutang menurut Undang – Undang
Kepailitan No. 37 Tahun 2004, rata – rata perusahaan yang
diprediksi bangkrut memiliki rasio hutang diatas 50%. Hal ini
membuktikan bahwa rasio hutang yang dimiliki oleh semua
152
perusahaan yang diprediksi bangkrut tersebut sangat tinggi,
ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi
kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa
mengarah pada kebangkrutan perusahaan.
b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut
Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke
tahun ada 6,67% atau satu perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk, bahkan perusahaan ini pada tahun 2009 masuk
dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam
kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan
peningkatan secara konsisiten selama tiga tahun berturut –
turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Ever Shine Textile
Industry Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, and PT Roda Vivatex
Tbk.
Berdasarkan rasio hutang menurut Undang – Undang
Kepailitan No. 37 Tahun 2004, rata – rata perusahaan yang
diprediksi tidak bangkrut memiliki rasio hutang dibawah
50%. Hal ini membuktikan bahwa rasio hutang yang dimiliki
oleh semua perusahaan yang diprediksi tidak bangkrut
tersebut relative rendah, ini berarti perusahaan – perusahaan
tersebut berada dalam kondisi keuangan yang cukup sehat.
153
N. Interpretasi
Terjadi perbedaan antara hasil analisis Z-Score model
Altman dan Foster pada tahun penelitian 2007 – 2009, hal ini
disebabkan oleh :
1. Perbedaan dalam menggunakan rumus yang digunakan
pada model Altman dan Foster. Altman menggunakan rumus
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 +
0,998X5 yang lebih banyak menggunakan real account,
sementara Foster menggunakan rumus Z-Score = -3,366X +
0,657Y yang lebih banyak menggunakan nominal account.
2. Terjadi perubahan biaya yang cukup signifikan mulai tahun
2007 sampai 2009 sehingga cukup mempengaruhi hasil
perhitungan model Altman dan Foster .
3. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode
tahunan dan jangkanya relatif pendek yaitu 3 tahun, sehingga
tidak bisa meng-cover perubahan – perubahan secara halus.
154
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ;
Analisis terhadap perusahaan textile dan garment
dengan menggunakan model Altman menunjukkan 80% atau
12 perusahaan kategori bangkrut pada tahun 2007 dan 2008,
serta 60% atau 9 perusahaan pada tahun 2009. Sedangkan
yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 13,33% atau 2
perusahaan pada tahun 2007 dan 2008, serta 33,33% atau 5
perusahaan pada tahun 2009. Dan yang masuk kategori
perusahaan tidak bangkrut pada tahun 2007 sampai tahun
2009 hanya 6,67% yaitu satu perusahaan yaitu PT Pan Brother
Tex Tbk.
Dan analisis terhadap perusahaan industry textile dan
garment dengan menggunakan model Foster menunjukkan
86,67% atau 13 perusahaan kategori bangkrut pada tahun
2007, 73,33% atau 11 perusahaan pada tahun 2008, serta 80%
atau 12 perusahaan pada tahun 2009. Sedangkan yang masuk
kategori tidak bangkrut sebanyak 13,33% atau 2 perusahaan
155
pada tahun 2007, 26,67% atau 4 perusahaan pada tahun 2008,
dan 20% atau 3 perusahaan pada tahun 2009.
Sehingga terjadi perbedaan secara statistik antara hasil
analisis menggunakan model Altman dengan Foster pada
tahun penelitian 2007. Hal ini disebabkan karena hasil
pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05,
sehingga kesimpulannya Ho ditolak. Tidak terdapat perbedaan
secara statistik antara hasil analisis menggunakan model
Altman dengan Foster pada tahun penelitian 2008 dan 2009,
hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai
probabilitasnya lebih besar dari 0,05, sehingga kesimpulannya
Ho diterima.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas,
adapun implikasi yang dapat peneliti berikan adalah sebagai
berikut :
Prediksi kebangkrutan perusahaan tidak hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan model
Altman dan Foster, tetapi juga harus memperlihatkan faktor –
faktor lain, baik yang berasal dari pengelolaan internal
perusahaan maupun yang berasal dari luar perusahaan seperti
kondisi ekonomi, politik, dan lain – lain. Faktor – faktor lain
156
diluar rasio keuangan model Altman dan Foster tidak dapat
digunakan pada penelitian ini karena kesulitan
pengukurannya. Bila faktor – faktor tersebut dapat diperoleh
serta dapat diukur dengan tepat, maka akan diperoleh tingkat
prediksi kebangkrutan yang lebih akurat.
Dan sehubungan dengan kondisi keuangan
perusahaan, manajemen perlu tetap berhati – hati dalam
mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan
melakukan tindakan – tindakan perbaikan kinerja perusahaan
guna menghindari terjadinya gangguan terhadap
kelangsungan usaha (going concern).
157
DAFTAR PUSTAKA
Altman, E.I.2000. “Predicting Financial Distress of Companies :
Revisting The Z-score And Zeta ® Models”. www.google.com
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Asquith,P, Gertner,R and Scharfstein, 1991. “Anatomy of Financial
Distress: An Examination of Junk-Bond Issuers.” National
Bureau of Economic Research Working Paper Series, No
3942.
Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE
Br Ferdinand D. Saragih, Adler H. Manurung, Jonni Manurung,
MS.,”Dasar – dasar Keuangan Bisnis: Teori dan Aplikasi”,
cetakan 1, Elek Media Komputindo, Jakarta, 2005
Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan . Yogyakarta:
BPFE
Hamid, Abdul. 2004. Buku Panduan Penulisan Skripsi , FEIS UIN
Press, Jakarta: Grafika Karya Utama
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan
Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
158
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Husnan, Suad. 2002. Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan
(Keputusan Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam “Analisis Fiqih dan
Keuangan”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Keown, J. Arthur. Jhon D.Martin. J. William Petty dan David
F.Scott,JR. 2004. Manajemen Keuangan “Prinsip –
Prinsip dan Aplikasi”. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok
GRAMEDIA
Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Muslich, Mohammad. 2000. Manajemen Keuangan Modern
(Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta:
Bumi Aksara
Nachrowi, Djalal Nachrowi. MPhil dan Hardius Usman. 2006.
Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA Untuk
Analisis Ekonomi Dan Keuangan. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Pindado, J., and Rodrigues, L., and Torre, C.2002. “ Estimating The
Probability of Financial Distress: International Evidence”.
www.google.com
159
Platt, H. 2004. “Industry Relative Ratio Revisted : The Case of
Financial Distress”.1201194. www.google.com
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta BPFE
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Mitra Wacana Media
Santoso, Singgih. 2007. Menguasai STATISTIK di Era Informasi
dengan SPSS 15. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Ilmu
Sudjana.1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-score Altman
Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan
Go - Public Di Bursa Efek Jakarta. KOMPAK. Nomor 7,
Januari - April
Weston,J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1993. Manajemen
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
www.idx.co.id dan www.bi.go.id
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. 2004. Seri Hukum Bisnis
Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
160
Lampiran 1
Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 663508 587112 653544 2154831 720969 904554 -1491323 -133857 -251010 2687344 2592556 2576148 -55.49 -5.16 -9.742 482600 403858 447671 1417648 1382362 1395984 -935048 -978504 -948313 2265174 2125970 1759150 -41.28 -46.03 -53.913 32026 30991 302833 13353 12283 540049 18673 18708 -237216 40856 40096 830457 45.70 46.66 -28.564 284645 167882 185862 147528 124619 165282 137117 43263 20580 418678 290042 298389 32.75 14.92 6.905 309761 262136 273894 207068 92703 100614 102693 169433 173280 664935 574093 543566 15.44 29.51 31.886 1573918 1698885 1654306 3978955 914651 1053877 -2405037 784234 600429 6637499 6239217 4549288 -36.23 12.57 13.207 1808884 1737929 1999412 1299610 1552703 1527002 509274 185226 472410 4837746 4530166 4937424 10.53 4.09 9.578 266549 192866 282555 418658 342686 437299 -152109 -149820 -154744 491824 412820 514999 -30.93 -36.29 -30.059 305770 277597 278621 185718 230022 204046 120052 47575 74575 780672 717711 709778 15.38 6.63 10.51
10 586158 565844 357507 498614 547493 337071 87544 18351 20436 2010353 1863039 1113478 4.35 0.99 1.8411 116399 91262 104280 39718 35256 43004 76681 56006 61276 140844 112292 126772 54.44 49.88 48.3412 178161 187604 214381 193552 193239 73459 -15391 -5635 140922 260766 263827 297377 -5.90 -2.14 47.3913 98074 122841 71684 32447 32447 32085 63680 90394 39599 301737 309646 322871 21.10 29.19 12.2614 312854 348645 379301 260265 329657 440503 52589 18988 -61202 811519 913734 923895 6.48 2.08 -6.6215 756283 763543 1087415 639033 988193 1329876 117250 -224650 -242461 2279387 2123547 2547453 5.14 -10.58 -9.52
Nama Perusahaan Current Assets
Apac Citra Centertex Tbk
(X1) Percentage (%)
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics Tbk
Tifico Tbk
Current Liabilities Working Capital Total Assets
Karwell Indonesia Tbk
Argo Pantes Tbk
161
Lampiran 2
Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 -679761 -790516 -882460 2687344 2592556 2576148 -25.29 -30.49 -34.262 -1015014 -1001346 -1237694 2265174 2125970 1759150 -44.81 -47.10 -70.363 3541 3717 5846 40856 40096 830457 8.67 9.27 0.704 22093 -25945 -51139 418678 290042 298389 5.28 -8.95 17.145 145850 114166 101368 664935 574093 543566 21.93 19.89 18.656 -2345618 -1547303 -1089119 6637499 6239217 4549288 -35.34 -24.80 -23.947 583561 587753 686542 4837746 4530166 4937424 12.06 12.97 13.908 -225324 -249459 -253490 491824 412820 514999 -45.81 -60.43 -49.229 -152632 -195118 -254509 780672 717711 709778 -19.55 -27.19 -35.86
10 -901682 -930958 -947525 2010353 1863039 1113478 -44.85 -49.97 -85.1011 31326 28588 38021 140844 112292 126772 22.24 25.46 29.9912 -140287 -136675 -109366 260766 263827 297377 -53.80 -51.80 -36.7813 122859 129539 141125 301737 309646 322871 40.72 41.83 43.7114 42499 51117 2563 811519 913734 923895 5.24 5.59 0.2815 54964 -20517 -180533 2279387 2123547 2547453 2.41 -0.97 -7.09
Nama Perusahaan Retained Earnings Total Assets X2 Percentage (%)
Ever Shine Textile Industry Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
162
Lampiran 3
Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 12589 -62379 -14044 2687344 2592556 2576148 0.47 -2.41 -0.552 -10946 -80098 -93980 2265174 2125970 1759150 -0.48 -3.77 -5.343 -854 -780 9241 40856 40096 830457 -2.09 -1.95 1.114 -14022 -44556 9705 418678 290042 298389 -3.35 -15.36 3.255 -6862 -39472 -7082 664935 574093 543566 -1.03 -6.88 -1.306 -66430 4335 462658 6637499 6239217 4549288 -1.00 0.07 10.177 146946 101325 111240 4837746 4530166 4937424 3.04 2.24 2.258 -12207 -11541 30322 491824 412820 514999 -2.48 -2.80 5.899 -41795 -76087 -57098 780672 717711 709778 -5.35 -10.60 -8.04
10 -74141 -131411 -46902 2010353 1863039 1113478 -3.69 -7.05 -4.2111 26484 7326 8599 140844 112292 126772 18.80 6.52 6.7812 -15585 558 26177 260766 263827 297377 -5.98 0.21 8.8013 -19534 3272 12587 301737 309646 322871 -6.47 1.06 3.9014 20841 10363 -12766 811519 913734 923895 2.57 1.13 -1.3815 -32508 -16886 -28625 2279387 2123547 2547453 -1.43 -0.80 -1.12
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan EBIT Total Assets X3 Percentage (%)
163
Lampiran 4
Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 110 175 130 534667 534667 767667 58813 93567 99797 2816389 1915103 2048469 2.90 4.89 4.872 700 1300 1325 132353 132353 132353 92647 172059 175368 2277498 2124752 1983059 4.07 8.10 8.843 90 120 120 20577 20577 277790 1852 2469 33335 14805 13884 546606 12.51 17.78 6.104 200 210 130 49118 49118 49118 9824 10315 6385 339660 262717 297078 2.89 3.93 2.155 300 125 80 201521 201521 201521 60456 25190 16122 276107 214371 198378 21.90 11.75 8.136 110 375 345 1120000 1120000 1944590 123200 420000 670884 7798613 6601155 3079865 1.58 6.36 21.787 450 525 625 327176 327176 327176 147229 171767 204485 2820089 2581733 2743174 5.22 6.65 7.458 350 410 410 293576 293576 293576 102752 120366 120366 422433 369948 475660 24.32 32.54 25.319 100 95 100 125000 125000 187536 12500 11875 18754 654383 633908 606634 1.91 1.87 3.09
10 200 275 500 266000 266000 354286 53200 73150 177143 1708635 1592882 837849 3.11 4.59 21.1411 2000 385 405 38400 38400 38400 76800 14784 15552 66895 38171 46019 114.81 38.73 33.7912 40 110 355 144000 144000 320859 5760 15840 113905 246508 246419 78120 2.34 6.43 145.8113 1000 900 825 134400 134400 134400 134400 120960 110880 48751 50634 52236 275.69 238.89 212.2714 90 140 150 209177 209177 209177 18826 29285 313766 530594 574359 633075 3.55 5.10 49.5615 240 230 255 465000 465000 465000 111600 106950 118575 1425160 1385908 1888334 7.83 7.72 6.28
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
(X4) Percentage (%)
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Nama Perusahaan Close Price Total Listed Shares Market Capitalization Liabilities
164
Lampiran 5
Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 1955031 1912468 2165991 2687344 2592556 2576148 0.73 0.74 0.842 1033464 1028794 982371 2265174 2125970 1759150 0.46 0.48 0.563 71816 81189 311638 40856 40096 830457 1.76 2.02 0.384 363804 391008 426083 418678 290042 298389 0.87 1.35 1.435 417869 376682 487609 664935 574093 543566 0.63 0.66 0.906 2935694 3059049 4481624 6637499 6239217 4549288 0.44 0.49 0.997 2834824 3008769 3936841 4837746 4530166 4937424 0.59 0.66 0.808 540637 525007 583340 491824 412820 514999 1.10 1.27 1.139 559865 371625 403333 780672 717711 709778 0.72 0.52 0.57
10 1164127 978309 1073768 2010353 1863039 1113478 0.58 0.53 0.9611 300118 264225 307709 140844 112292 126772 2.13 2.35 2.4312 234902 207634 222256 260766 263827 297377 0.90 0.79 0.7513 196859 178589 178585 301737 309646 322871 0.65 0.58 0.5514 507144 526184 548070 811519 913734 923895 0.62 0.58 0.5915 1570829 1946954 2590237 2279387 2123547 2547453 0.69 0.92 1.02
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
X5 Percentage (%)
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Nama Perusahaan Sales Total Assets
165
Lampiran 6
Rata – Rata Rasio Keuangan Altman
Tahun 2007 – 2009
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 -55.49 -5.16 -9.74 -25.29 -30.49 -34.26 0.47 -2.41 -0.55 2.90 4.89 4.87 0.73 0.74 0.842 -41.28 -46.03 -53.91 -44.81 -47.10 -70.36 -0.48 -3.77 -5.34 4.07 8.10 8.84 0.46 0.48 0.563 45.70 46.66 -28.56 8.67 9.27 0.70 -2.09 -1.95 1.11 12.51 17.78 6.10 1.76 2.02 0.384 32.75 14.92 6.90 5.28 -8.95 17.14 -3.35 -15.36 3.25 2.89 3.93 2.15 0.87 1.35 1.435 15.44 29.51 31.88 21.93 19.89 18.65 -1.03 -6.88 -1.30 21.90 11.75 8.13 0.63 0.66 0.906 -36.23 12.57 13.20 -35.34 -24.80 -23.94 -1.00 0.07 10.17 1.58 6.36 21.78 0.44 0.49 0.997 10.53 4.09 9.57 12.06 12.97 13.90 3.04 2.24 2.25 5.22 6.65 7.45 0.59 0.66 0.808 -30.93 -36.29 -30.05 -45.81 -60.43 -49.22 -2.48 -2.80 5.89 24.32 32.54 25.31 1.10 1.27 1.139 15.38 6.63 10.51 -19.55 -27.19 -35.86 -5.35 -10.60 -8.04 1.91 1.87 3.09 0.72 0.52 0.57
10 4.35 0.99 1.84 -44.85 -49.97 -85.10 -3.69 -7.05 -4.21 3.11 4.59 21.14 0.58 0.53 0.9611 54.44 49.88 48.34 22.24 25.46 29.99 18.80 6.52 6.78 114.81 38.73 33.79 2.13 2.35 2.4312 -5.90 -2.14 47.39 -53.80 -51.80 -36.78 -5.98 0.21 8.80 2.34 6.43 145.81 0.90 0.79 0.7513 21.10 29.19 12.26 40.72 41.83 43.71 -6.47 1.06 3.90 275.69 238.89 212.27 0.65 0.58 0.5514 6.48 2.08 -6.62 5.24 5.59 0.28 2.57 1.13 -1.38 3.55 5.10 49.56 0.62 0.58 0.5915 5.14 -10.58 -9.52 2.41 -0.97 -7.09 -1.43 -0.80 -1.12 7.83 7.72 6.28 0.69 0.92 1.02
2.77 6.42 2.90 -10.06 -12.44 -16.83 -0.57 -2.69 1.35 32.25 26.36 37.10 0.86 0.93 0.9354.44 49.88 48.34 40.72 41.83 43.71 18.80 6.52 10.17 275.69 238.89 212.27 2.13 2.35 2.43
-55.49 -46.03 -53.91 -53.91 -60.43 -85.10 -6.47 -15.36 -8.04 1.58 1.87 2.15 0.44 0.48 0.38
Rata - RataTertinggiTerendah
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Argo Pantes TbkDaeyu Orchid Indonesia Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
X3 Percentage (%) X4 Percentage (%) X5 Percentage (%)
Apac Citra Centertex Tbk
Nama Perusahaan X1 Percentage (%) X2 Percentage (%)
166
Lampiran 7
Perhitungan Z-Score Altman
Tahun 2007 – 2009
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 -55.49 -5.16 -9.74 -25.29 -30.49 -34.26 0.47 -2.41 -0.55 2.90 4.89 4.87 0.73 0.74 0.84 0.140 0.389 0.4822 -41.28 -46.03 -53.91 -44.81 -47.10 -70.36 -0.48 -3.77 -5.34 4.07 8.10 8.84 0.46 0.48 0.56 -0.214 -0.333 -0.5523 45.70 46.66 -28.56 8.67 9.27 0.70 -2.09 -1.95 1.11 12.51 17.78 6.10 1.76 2.02 0.38 2.145 2.443 0.2414 32.75 14.92 6.90 5.28 -8.95 17.14 -3.35 -15.36 3.25 2.89 3.93 2.15 0.87 1.35 1.43 1.056 0.918 1.4415 15.44 29.51 31.88 21.93 19.89 18.65 -1.03 -6.88 -1.30 21.90 11.75 8.13 0.63 0.66 0.90 0.985 0.874 1.2796 -36.23 12.57 13.20 -35.34 -24.80 -23.94 -1.00 0.07 10.17 1.58 6.36 21.78 0.44 0.49 0.99 -0.144 0.398 1.2877 10.53 4.09 9.57 12.06 12.97 13.90 3.04 2.24 2.25 5.22 6.65 7.45 0.59 0.66 0.80 0.883 0.895 1.0868 -30.93 -36.29 -30.05 -45.81 -60.43 -49.22 -2.48 -2.80 5.89 24.32 32.54 25.31 1.10 1.27 1.13 0.513 0.545 0.7859 15.38 6.63 10.51 -19.55 -27.19 -35.86 -5.35 -10.60 -8.04 1.91 1.87 3.09 0.72 0.52 0.57 0.505 0.015 0.104
10 4.35 0.99 1.84 -44.85 -49.97 -85.10 -3.69 -7.05 -4.21 3.11 4.59 21.14 0.58 0.53 0.96 0.129 -0.087 0.20811 54.44 49.88 48.34 22.24 25.46 29.99 18.80 6.52 6.78 114.81 38.73 33.79 2.13 2.35 2.43 3.771 3.284 3.37812 -5.90 -2.14 47.39 -53.80 -51.80 -36.78 -5.98 0.21 8.80 2.34 6.43 145.81 0.90 0.79 0.75 0.224 0.368 1.6613 21.10 29.19 12.26 40.72 41.83 43.71 -6.47 1.06 3.90 275.69 238.89 212.27 0.65 0.58 0.55 2.102 2.179 2.02014 6.48 2.08 -6.62 5.24 5.59 0.28 2.57 1.13 -1.38 3.55 5.10 49.56 0.62 0.58 0.59 0.804 0.698 1.12915 5.14 -10.58 -9.52 2.41 -0.97 -7.09 -1.43 -0.80 -1.12 7.83 7.72 6.28 0.69 0.92 1.02 0.734 0.842 0.881
Z - Score
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
X2 (0.847) X3 (3.107) X4 (0.420) X5 (0.998)Nama Perusahaan X1 (0.717)
167
Lampiran 8
Hasil Perhitungan Z-Score Altman
Tahun 2007 – 2009
No2007 2008 2009
1 0.140 0.389 0.4822 -0.214 -0.333 -0.5523 2.145 2.443 0.2414 1.056 0.918 1.4415 0.985 0.874 1.2796 -0.144 0.398 1.2877 0.883 0.895 1.0868 0.513 0.545 0.7859 0.505 0.015 0.104
10 0.129 -0.087 0.20811 3.771 3.284 3.37812 0.224 0.368 1.66313 2.102 2.179 2.0214 0.804 0.698 1.12915 0.734 0.842 0.881
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Ricky Putra Globalindo Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
Tifico Tbk
Z-Score
Pan Brothers Tex Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Nama Perusahaan
168
Lampiran 9
Nilai Cut – Off Z-Score Altman
Tahun 2007
No Nama Perusahaan> 2.90 1.20 - 2.90 < 1.20
Tidak Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut1 0.1402 -0.2143 2.1454 1.0565 0.9856 -0.1447 0.8838 0.5139 0.505
10 0.12911 3.77112 0.22413 2.10214 0.804
15 0.734
Z-Score
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Karwell Indonesia TbkPanasia Filament Inti Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics Tbk
Panasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
169
Lampiran 10
Nilai Cut – Off Z-Score Altman
Tahun 2008
No Nama Perusahaan> 2.90 1.20 - 2.90 < 1.20
Tidak Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut1 0.3892 -0.3333 2.4434 0.9185 0.8746 0.3987 0.8958 0.5459 0.015
10 -0.08711 3.28412 0.36813 2.17914 0.698
15 0.842
GT Petrochem Industries Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo Tbk
Z-Score
170
Lampiran 11
Nilai Cut – Off Z-Score Altman
Tahun 2009
No Nama Perusahaan> 2.90 1.20 - 2.90 < 1.20
Tidak Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut1 0.4822 -0.5523 0.2414 1.4415 1.2796 1.2877 1.0868 0.7859 0.104
10 0.20811 3.37812 1.66313 2.0214 1.12915 0.881
GT Petrochem Industries Tbk
Z-Score
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo Tbk
171
Lampiran 12
TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN
TAHUN 2007 – 2009
No Nama PerusahaanNilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi
1 0.140 Bangkrut 0.389 Bangkrut 0.482 Bangkrut2 -0.214 Bangkrut -0.333 Bangkrut -0.552 Bangkrut3 2.145 Rawan Bangkrut 2.443 Rawan Bangkrut 0.241 Bangkrut4 1.056 Bangkrut 0.918 Bangkrut 1.441 Rawan Bangkrut5 0.985 Bangkrut 0.874 Bangkrut 1.279 Rawan Bangkrut6 -0.144 Bangkrut 0.398 Bangkrut 1.287 Rawan Bangkrut7 0.883 Bangkrut 0.895 Bangkrut 1.086 Bangkrut8 0.513 Bangkrut 0.545 Bangkrut 0.785 Bangkrut9 0.505 Bangkrut 0.015 Bangkrut 0.104 Bangkrut
10 0.129 Bangkrut -0.087 Bangkrut 0.208 Bangkrut11 3.771 Tidak Bangkrut 3.284 Tidak Bangkrut 3.378 Tidak Bangkrut12 0.224 Bangkrut 0.368 Bangkrut 1.663 Rawan Bangkrut13 2.102 Rawan Bangkrut 2.179 Rawan Bangkrut 2.02 Rawan Bangkrut14 0.804 Bangkrut 0.698 Bangkrut 1.129 Bangkrut15 0.734 Bangkrut 0.842 Bangkrut 0.881 Bangkrut
2008 2009
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
2007
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
172
Lampiran 13
Perhitungan Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (X)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 161499 164732 179193 1955031 1912468 2165991 0.083 0.086 0.0832 68142 72001 58358 1033464 1028794 982371 0.066 0.070 0.0593 9392 6628 9554 71816 81189 311638 0.131 0.082 0.0314 57163 60703 47283 363804 391008 426083 0.157 0.155 0.1115 27294 25158 30969 417869 376682 487609 0.065 0.067 0.0646 137385 192505 142322 2935694 3059049 4481624 0.047 0.063 0.0327 237067 244696 271845 2834824 3008769 3936841 0.084 0.081 0.0698 47380 57263 48582 540637 525007 583340 0.088 0.109 0.0839 54011 39113 53950 559865 371625 403333 0.096 0.105 0.134
10 100037 74595 73511 1164127 978309 1073768 0.086 0.076 0.06811 32886 31394 35562 300118 264225 307709 0.110 0.119 0.11612 34273 34122 38826 234902 207634 222256 0.146 0.164 0.17513 19693 18477 17562 196859 178585 178585 0.100 0.103 0.1014 29321 39991 34114 507144 526184 548070 0.058 0.076 0.06215 62392 62203 83976 1570829 1946954 2590237 0.040 0.032 0.032
Karwell Indonesia TbkPanasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Indorama Synthetics Tbk
Nama Perusahaan Transportation Expense Operating Revenue TE/OR (X)
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
173
Lampiran 14
Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 12589 -62379 -14044 -172446 -227795 -158028 -0.073 0.274 0.0892 -10946 -80098 -93980 239542 10920 -250025 -0.046 -7.335 0.3763 -854 -780 9241 -220 -606 -8135 3.882 1.287 -1.1364 -14022 -44556 9705 21209 -12020 -36958 -0.661 3.707 -0.2635 -6862 -39472 -7082 8406 -1905 -11760 -0.816 20.720 0.6026 -66430 4335 462658 920660 257570 -309849 -0.072 0.017 -1.4937 146946 101325 111240 -89435 -41725 -46828 -1.643 -2.428 -2.3768 -12207 -11541 30322 675 -18078 -28624 -18.084 0.638 -1.0599 -41795 -76087 -57098 74960 22109 -9117 -0.558 -3.441 6.263
10 -74141 -131411 -46902 154616 63019 35236 -0.480 -2.085 -1.33111 26484 7326 8599 -3815 1059 3274 -6.942 6.918 2.62612 -15585 558 26177 16289 3274 -629 -0.957 0.170 -41.61713 -19534 3272 12587 3391 5156 3485 -5.761 0.635 3.6114 20841 10363 -12766 19297 536 -53729 1.080 19.334 0.23815 -32508 -16886 -28625 -18609 -66481 -112400 1.747 0.254 0.255
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Pan Brothers Tex Tbk
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
TIE (Y)Nama Perusahaan EBIT Interest Expense
174
Lampiran 15
Rata – Rata Rasio Keuangan Foster
Tahun 2007 – 2009
No2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 0.083 0.086 0.083 -0.073 0.274 0.0892 0.066 0.070 0.059 -0.046 -7.335 0.3763 0.131 0.082 0.031 3.882 1.287 -1.1364 0.157 0.155 0.111 -0.661 3.707 -0.2635 0.065 0.067 0.064 -0.816 20.720 0.6026 0.047 0.063 0.032 -0.072 0.017 -1.4937 0.084 0.081 0.069 -1.643 -2.428 -2.3768 0.088 0.109 0.083 -18.084 0.638 -1.0599 0.096 0.105 0.134 -0.558 -3.441 6.263
10 0.086 0.076 0.068 -0.480 -2.085 -1.33111 0.110 0.119 0.116 -6.942 6.918 2.62612 0.146 0.164 0.175 -0.957 0.170 -41.61713 0.100 0.103 0.10 -5.761 0.635 3.6114 0.058 0.076 0.062 1.080 19.334 0.23815 0.040 0.032 0.032 1.747 0.254 0.255
0.090 0.093 0.081 -1.959 2.578 -2.3480.157 0.164 0.175 3.882 20.720 6.2630.040 0.032 0.031 -18.084 -7.335 6.263
TertinggiTerendah
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico TbkRata - Rata
Nama Perusahaan
Panasia Indosyntec Tbk
TIE (Y)
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
TE/OR (X)
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti Tbk
175
Lampiran 16
Perhitungan Z-Score Foster
Tahun 2007 – 2009
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 -0.278 -0.290 -0.278 -0.048 0.180 0.058 -0.326 -0.110 -0.2202 -0.222 -0.236 -0.200 -0.030 -4.819 0.247 -0.252 -5.055 0.0473 -0.440 -0.275 -0.103 2.550 0.846 -0.746 2.110 0.571 -0.8504 -0.529 -0.523 -0.374 -0.434 2.435 -0.173 -0.963 1.913 -0.5465 -0.220 -0.225 -0.214 -0.536 13.613 0.396 -0.756 13.388 0.1826 -0.158 -0.212 -0.107 -0.047 0.011 -0.981 -0.205 -0.201 -1.0887 -0.281 -0.274 -0.232 -1.079 -1.595 -1.561 -1.361 -1.869 -1.7938 -0.295 -0.367 -0.280 -11.881 0.419 -0.696 -12.176 0.052 -0.9769 -0.325 -0.354 -0.450 -0.366 -2.261 4.115 -0.691 -2.615 3.664
10 -0.289 -0.257 -0.230 -0.315 -1.370 -0.875 -0.604 -1.627 -1.10511 -0.369 -0.400 -0.389 -4.561 4.545 1.726 -4.930 4.145 1.33712 -0.491 -0.553 -0.588 -0.629 0.112 -27.342 -1.120 -0.441 -27.93013 -0.337 -0.348 -0.331 -3.785 0.417 2.373 -4.121 0.069 2.04214 -0.195 -0.256 -0.210 0.710 12.702 0.156 0.515 12.447 -0.05315 -0.134 -0.108 -0.109 1.148 0.167 0.167 1.014 0.059 0.058
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan X (-3.366) Y (0.657) Z - Score
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
176
Lampiran 17
Hasil Perhitungan Z-Score
Tahun 2007 – 2009
No2007 2008 2009
1 -0.326 -0.110 -0.2202 -0.252 -5.055 0.0473 2.11 0.571 -0.8504 -0.963 1.913 -0.5465 -0.756 13.388 0.1826 -0.205 -0.201 -1.0887 -1.361 -1.869 -1.7938 -12.176 0.052 -0.9769 -0.691 -2.615 3.664
10 -0.604 -1.627 -1.10511 -4.930 4.145 1.33712 -1.120 -0.441 -27.9313 -4.121 0.069 2.04214 0.515 12.447 -0.05315 1.014 0.059 0.058
Z-Score
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Nama Perusahaan
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
177
Lampiran 18
Nilai Cut – Off Z-Score Foster
Tahun 2007
No< 0.640 > 0.640
Bangkrut Tidak Bangkrut1 -0.3262 -0.2523 2.1104 -0.9635 -0.7566 -0.2057 -1.3618 -12.1769 -0.691
10 -0.60411 -4.93012 -1.12013 -4.12114 0.51515 1.014
Argo Pantes TbkDaeyu Orchid Indonesia Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
Z-ScoreNama Perusahaan
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Apac Citra Centertex Tbk
178
Lampiran 19
Nilai Cut – Off Z-Score Foster
Tahun 2008
No< 0.640 > 0.640
Bangkrut Tidak Bangkrut1 -0.1102 -5.0553 0.5714 1.9135 13.3886 -0.2017 -1.8698 0.0529 -2.615
10 -1.62711 4.14512 -0.44113 0.06914 12.44715 0.059
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Nama Perusahaan Z-Score
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Sunson Textile Manufacture TbkTifico Tbk
179
Lampiran 20
Nilai Cut – Off Z-Score Foster
Tahun 2009
No< 0.640 > 0.640
Bangkrut Tidak Bangkrut1 -0.2202 0.0473 -0.8504 -0.5465 0.1826 -1.0887 -1.7938 -0.9769 3.664
10 -1.10511 1.33712 -27.93013 2.04214 -0.05315 0.058
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan Z-Score
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
180
Lampiran 21
TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL FOSTER
TAHUN 2007 – 2009
No Nama PerusahaanNilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi
1 -0.326 Bangkrut -0.110 Bangkrut -0.220 Bangkrut2 -0.252 Bangkrut -5.055 Bangkrut 0.047 Bangkrut3 2.110 Tidak Bangkrut 0.571 Bangkrut -0.850 Bangkrut4 -0.963 Bangkrut 1.913 Tidak Bangkrut -0.546 Bangkrut5 -0.756 Bangkrut 13.388 Tidak Bangkrut 0.182 Bangkrut6 -0.205 Bangkrut -0.201 Bangkrut -1.088 Bangkrut7 -1.361 Bangkrut -1.869 Bangkrut -1.793 Bangkrut8 -12.176 Bangkrut 0.052 Bangkrut -0.976 Bangkrut9 -0.691 Bangkrut -2.615 Bangkrut 3.664 Tidak Bangkrut
10 -0.604 Bangkrut -1.627 Bangkrut -1.105 Bangkrut11 -4.930 Bangkrut 4.145 Tidak Bangkrut 1.337 Tidak Bangkrut12 -1.12 Bangkrut -0.441 Bangkrut -27.930 Bangkrut13 -4.121 Bangkrut 0.069 Bangkrut 2.042 Tidak Bangkrut14 0.515 Bangkrut 12.447 Tidak Bangkrut -0.053 Bangkrut15 1.014 Tidak Bangkrut 0.059 Bangkrut 0.058 Bangkrut
Karwell Indonesia Tbk
2007 2008 2009
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry TbkGT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics Tbk
Tifico Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture Tbk
181
Lampiran 22
Perhitungan Debt Ratio (Ratio Hitung)
Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah)
No2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 2816389 1915103 2048469 2687344 2592556 2576148 98% 74% 80%2 2277498 2124752 1983059 2265174 2125970 1759150 101% 100% 113%3 14805 13884 546606 40856 40096 830457 36% 35% 65%4 339660 262717 297078 418678 290042 298389 81% 91% 100%5 276107 214371 198378 664935 574093 543566 42% 37% 36%6 7798613 6601155 3079865 6637499 6239217 4549288 117% 106% 68%7 2820089 2581733 2743174 4837746 4530166 4937424 58% 57% 56%8 422433 369948 475660 491824 412820 514999 86% 90% 92%9 654383 633908 606634 780672 717711 709778 84% 88% 85%
10 1708635 1592882 837849 2010353 1863039 1113478 85% 85% 75%11 66895 38171 46019 140844 112292 126772 47% 34% 36%12 246508 246419 78120 260766 263827 297377 95% 93% 26%13 48751 50634 52236 301737 309646 322871 16% 16% 16%14 530594 574359 633075 811519 913734 923895 65% 63% 69%15 1425160 1385908 1888334 2279387 2123547 2547453 63% 65% 74%
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Daeyu Orchid Indonesia TbkEratex Djaja Tbk
Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan Total Hutang Total Aktiva Rasio Hutang
Pan Brothers Tex TbkRicky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex TbkSunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec Tbk
182
Lampiran 23
TINGKAT KEBANGKRUTAN MENURUT
UNDANG – UNDANG KEPAILITAN NO. 37 TAHUN 2004
TAHUN 2007 – 2009
No Nama PerusahaanRatio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi
1 98% Bangkrut 74% Bangkrut 80% Bangkrut2 101% Bangkrut 100% Bangkrut 113% Bangkrut3 36% Tidak Bangkrut 35% Tidak Bangkrut 65% Bangkrut4 81% Bangkrut 91% Bangkrut 100% Bangkrut5 42% Tidak Bangkrut 37% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut6 117% Bangkrut 106% Bangkrut 68% Bangkrut7 58% Bangkrut 57% Bangkrut 56% Bangkrut8 86% Bangkrut 90% Bangkrut 92% Bangkrut9 84% Bangkrut 88% Bangkrut 85% Bangkrut
10 85% Bangkrut 85% Bangkrut 75% Bangkrut11 47% Tidak Bangkrut 34% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut12 95% Bangkrut 93% Bangkrut 26% Tidak Bangkrut13 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut14 65% Bangkrut 63% Bangkrut 69% Bangkrut15 63% Bangkrut 65% Bangkrut 74% Bangkrut
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
2007 2008 2009
Apac Citra Centertex TbkArgo Pantes Tbk
Tifico Tbk
Eratex Djaja TbkEver Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries TbkIndorama Synthetics TbkKarwell Indonesia Tbk
Panasia Filament Inti TbkPanasia Indosyntec TbkPan Brothers Tex Tbk
Ricky Putra Globalindo TbkRoda Vivatex Tbk
Sunson Textile Manufacture Tbk
183
Hasil Group Statistics Antara Z-Score Model Altman dan Foster
pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara periode )
Hasil Group Statistics Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara akumulasi periode )
Group Statistics
15 .90887 1.054604 .27229815 -1.59107 3.411905 .88095015 .89520 .998028 .25769015 1.38173 5.109408 1.31924315 1.02880 .935213 .24147115 -1.81540 7.356798 1.899517
ALTMAN & FOSTER121212
ALTMAN & FOSTER 2007
ALTMAN & FOSTER 2008
ALTMAN & FOSTER 2009
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
Group Statistics
45 .94422 .976054 .14550245 -.67491 5.603818 .835368
ALTMAN DAN FOSTER12
ALTMAN DAN FOSTERN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
184
Hasil Independent Samples Test Antara Z-Score Model Altman
dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara periode )
Hasil Independent Samples Test Antara Z-Score Model Altman
dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara akumulasi periode)
Independent Samples Test
4.547 .042 2.711 28 .011 2.499933 .922073 .611152 4.388715
2.711 16.651 .015 2.499933 .922073 .551417 4.448449
8.921 .006 -.362 28 .720 -.486533 1.344175 -3.239952 2.266885
-.362 15.067 .722 -.486533 1.344175 -3.350470 2.377403
2.849 .103 1.485 28 .149 2.844200 1.914804 -1.078098 6.766498
1.485 14.452 .159 2.844200 1.914804 -1.250619 6.939019
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumedEqual variancesassumedEqual variancesnot assumed
ALTMAN & FOSTER 2007
ALTMAN & FOSTER 2008
ALTMAN & FOSTER 2009
F Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
6.540 .012 1.909 88 .059 1.619133 .847945 -.065979 3.304245
1.909 46.667 .062 1.619133 .847945 -.087033 3.325299
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
ALTMAN DAN FOSTERF Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means