analisis tingkat kesehatan lembaga keuangan mikro...
TRANSCRIPT
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
SYARIAH PADA BMT KHAIRU UMMAH BERDASARKAN
PERMENKOP NOMOR: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TAHUN 2011-2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy.)
Oleh:
FUTUH IHSAN SALSABIL
NIM. 1111046100077
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1437 H/ 2016 M.
v
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas penulis ungkapkan selain Puji dan syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, nikmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS TINGKAT
KESEHATAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH
BERDASARKAN PERMENKOP NOMOR: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 (Studi
Kasus Pada BMT Khairu Ummah Pada Tahun 2011-2014). Shalawat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjungan Nabi Muhammad SAW.
Sebagai sosok yang menjadi teladan untuk semua umat manusia dalam
menjalankan kehidupan di dunia ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.) Program Studi
Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis rasakan banyak
sekalin bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh semua pihak sampai dengan
selesainya skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Dra. Hj. Titi Maryati, M.Pd. yang telah
membesarkan, mendidik, mendukung, mendoakan penulis hingga
memperoleh gelar sarjana dan Bapak Drs. Iman Saefurrahman (Alm) yang
semasa hidupnya banyak berjuang dan memberikan inspirasi kepada penulis.
2. Kepada Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
3. Kepada Bapak AM. Hasan Ali, MA. Selaku Ketua Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) dan Bapak H. Abdurrauf, LC., M.A. selaku Sekretaris
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
4. Kepada Ibu Yuke Rahmawati, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran, kritik, bantuan dan
masukan dalam penyususnan skripsi ini. Semoga Allah swt memberikan
kemudahan dan kesuksesan dalam setiap urusan ibu.
5. Kepada Bapak Dr. Hasanuddin selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak membantu selama proses perkuliahaan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya Dosen Program Studi Muamalat yang telah memberikan
ilmu pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi
Muamalat. Semoga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat bagi penulis baik
dikampus maupun ketika telah lulus.
7. Teman-teman seperjuanganku Zul, Muflih, Darlam, Nunus, Anhar, Irfan
8. Teman-teman di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fifit, Alif, Habib,
Elvin, Lika, Iqbal, Irfan (bon), Hadi yang telah bersama sama menjalankan
organisasi IMM
9. Teman-teman Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Bogor yang
telah banyak memberikan Ilmu dan wawasan kepada penulis
vii
10. Teman-teman PS B 2011 khususnya erna,nia, ria, amrina, rika, vivi, icun
banyak cerita diantara kita, suka duka kita lalui bersama kisah ini tak akan
terlupakan.
11. KKN Ganesa Desa Kiarasari Ali, Udin, Firman, Risma, Revi, Dina yang
selama sebulan kita hidup bersama, banyak pengalaman yang tak akan
terlupakan bersama kalian
12. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyusun
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis sadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
dan masih jauh dari kesempurnaan, tetapi pada akhirnya skripsi ini semoga dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat, akademisi dan lembaga.
viii
ABSTRAK
Futuh Ihsan Salsabil. 1111046100077. Analisis Tingkat Kesehatan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah pada BMT Khairu Ummah Berdasarkan Permenkop
Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 Tahun 20011-2014. Program Studi Muamalat,
Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2015.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Karena pada saat ini terjadi pertumbuhan yang
sangta pesat pada LKMS, pada satu sisi pertumbuhan itu harus di apresiasi karena
dapat membantu perekonomian masyarakat kecil dan pengusaha mikro akan tetapi
disisi lain pertumbuhan ini harus di kontrol agar tidak terjdi permasalahan
khususnya pada aspek keuangan dan kesehatan yang sebenarnya sudah marak
terjadi pada LKMS. Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian yaitu
BMT Khairu Ummah Leuwiliang Bogor yang sudah berdiri sejak 1994 dan
memiliki prestasi koperasi terbaik tingkat kabupaten tahun 2009.
Penelitian analisis tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah menggunakan
pedoman yang telah dikeluarkan oleh Kementrian Koperasi Nomor:
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman kesehatan KJKS dan UJKS. Aspek
yang di nillai dalam pedoman tersebut ada delapan yaitu aspek permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan
pertumbuhan, jati diri koperasi dan kepatuhan prinsip syariah. Periode yang
digunakan pada penelitian ini yaitu tahun 20011-2014
Hasil penelitian tingkat kesehatan yang dilakuakan pada BMT Khairu Ummah
Bogor periode 2011-2014 berdasarkan peraturan menteri koperasi No
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 mendapatkan predikat sehat
Kata Kunci: LKMS, Kesehatan, KJKS, UJKS
ix
ABSTRACT
Futuh Ihsan Salsabil. 1111046100077. Analysis of Syar’i micro finance
institution Health level based of BMT Khairu Ummah on permenkop number:
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 of time 2011-2014. Islamic Banking Concentration,
Study Program of muamalat, faculty of sharia and law. Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta. 2015.
The Research aimed to perceive about syaria micro finance institution health
level. Due to, noedays, LKMS thraugh the massive progress. On the one side, the
growth must be appieciated because it can help the economics of low level society
and micro enterpreneurship, on the other side, the growth must be controlled in
order to avoid the problem especially on the finance and health aspect which
already happened to LKMS. In this research, the writer chose the research object
is BMT Khairu Ummah Leuwiliang Bogor that has been built sience 1994 and got
the best rank of cooperation on the regency level in 2009.
Analysis of BMT Khairu Ummah Health level research used the guidance which
has been released by cooperation Ministry number: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
about KJKS and UJKS health guidance. The aspect that be assesed on that
guidance are, capital, earning asset quality, management, eficiency, liquidity,
autonomy and growth, cooperation identity and also obedience to sharia principle
periode that used on this research is 2011-2014.
The research result of BMT Khairu ummah Bogor Health level on the periode
2011-2014 based on permenkop number: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 is health.
Keyword: LKMS, Health, KJKS, UJKS
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
F. Kerangka Teori dan Konsep ........................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 13
BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Lembaga Keuangan Mikro Syariah ............................................... 15
1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah ...................... 15
2. Asas dan Tujuan LKMS .......................................................... 17
3. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Mikro Syariah ...................... 17
B. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) .................................................... 18
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) .......................... 18
2. Fungsi, Tujuan, Visi dan Misi Baitul Maal wat Tamwil ....... 19
3. Peran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ................................. 21
4. Operasional dan Organisasi Baitul Maal wat Tamwil .......... 22
5. Penghimpunan Dana .............................................................. 24
C. Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah..................................... 27
D. Strategi Menjaga Kesehatan BMT ................................................ 29
E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ............................................. 30
xi
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 34
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 34
C. Jenis Data ....................................................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36
E. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 37
F. Teknik Analisas Data ..................................................................... 37
G. Definisi Operasional ...................................................................... 40
1. Permodalan ............................................................................. 40
2. Kualitas Aktifa Produktif ........................................................ 42
3. Manajemen .............................................................................. 47
4. Efiseiensi ................................................................................. 50
5. Likuiditas ................................................................................. 52
6. Jati diri Koperasi....................................................................... 54
7. Kemandirian dan Pertumbuhan................................................ 55
8. Kepatuhan Prinsip Syariah .................................................... 57
BAB IV:ANALISIS DANPEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT Khairu Ummah ........................................ 59
1. Sejarah Berdirinya BMT Khairu Ummah ............................... 59
2. Fungsi dan Tujuan BMT Khairu Ummah ............................... 60
3. Produk BMT Khairu Ummah .................................................. 61
4. Profil Singkat BMT Khairu Ummah ....................................... 63
B. Penilaian Tingkat Kesehehatan ...................................................... 65
1. Aspek Permodalan ................................................................... 65
2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif ............................................. 67
3. Aspek Manajemen .................................................................... 70
4. Aspek Efisiensi ........................................................................ 74
5. Aspek Likuiditas ...................................................................... 77
6. Aspek Kemandirian dan Pertumbuha ...................................... 79
7. Aspek Jati Diri Koperasi .......................................................... 81
xii
8. Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah ............................................ 83
C. Interpretasi Penilaian Kesehatan....................................................... 84
D. Strategi BMT dalam Menjaga Kesehatannya ................................. 91
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Aset BMT Khairu Ummah 2011-2014.......................... 5
Tabel 3.1 Aspek, Komponen dan Penilaian Kesehatan KJKS dan
UJKS .............................................................................
37
Tabel 3.2 Penetapan Kriteria rasio modal sendiri terhadap total
modal.............................................................................
41
Tabel 3.3 Penetapan Kriteria rasio CAR....................................... 42
Tabel 3.4 Penetapan Kriteria rasio piutang dan pembiayaan
bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan yang
disalurkan........................................................................
43
Tabel 3.5 Penetapan Kriteria rasio portofolio piutang dan
pembiayaan beresiko......................................................
45
Tabel 3.6 Penetapan Kriteria rasio PPAP terhadap PPAPWD....... 47
Tabel 3.7 Penetapan Kriteria Manajemen Umum.......................... 48
Tabel 3.8 Penetapan Kriteria Kelembagaan................................... 48
Tabel 3.9 Penetapan Kriteria Manajemen Permodalan.................. 49
Tabel 3.10 Penetapan Kriteria Manajemen Lembaga....................... 49
Tabel 3.11 Penetapan Kriteria Manajemen Likuiditas..................... 50
Tabel 3.12 Penetapan Kriteria rasio biaya operasional atas
pelayanan........................................................................
51
Tabel 3.13 Penetapan Kriteria Rasio aktiva tetap terhadap total
moadal.............................................................................
51
Tabel 3.14 Penetapan Kriteria Rasio efisiensi staf 52
Tabel 3.15 Penetapan Kriteria Pengukuran rasio kas terhadap dana
yang diterima..................................................................
53
Tabel 3.16 Penetapan Kriteria Rasio Pembiayaan terhadap dana
yang diterima..................................................................
53
Tabel 3.17 Penetapan Kriteria Rasio promosi ekonomi anggota
(PEA) dan Rasio partisipasi bruto..................................
54
Tabel 3.18 Penetapan Kriteria rasio partisipasi bruto....................... 55
Tabel 3.19 Penetapan Kriteria rasio rentabilitas aset........................ 56
Tabel 3.20 Penetapan Kriteria rasio rentabilitas modal sendiri........ 56
Tabel 3.21 Penetapan Kriteria rasio kemandirian operasional......... 57
Tabel 3.22 Penetapan Kriteria kepatuhan prinsip syariah................ 58
Tabel 3.23 Penetapan Predikat Kesehatan KJKS/UJKS 58
Tabel 4.1 Perhitungan Rasio Total Modal terhadap Modal sendiri
tahun 2011-2014.............................................................
66
Tabel 4.2 Perhitungan Rasio Kecukupan Modal (CAR) tahun
2011-2014.......................................................................
67
Tabel 4.3 Perhitungan RasionTingkat Pembiayaan Dengan
Piutang Bermasalah Terhadap Jumlah Piutang Dan
Pembiayaan Tahun 2011-2014......................................
68
Tabel 4.4 Perhitungan Rasio portofolio pembiayaan beresiko
xiv
Tahun 2011-2014............................................................ 69
Tabel 4.5
Perhitungan Rasio Penyisihan Aktifa Produktif Tahun
2011-2014.......................................................................
70
Tabel 4.6 Perhitungan dan Penyekoram Komponen Manajemen
Umum Tahun 2014.........................................................
71
Tabel 4.7 Perhitungan dan Penyekoram Komponen
Kelembagaan Tahun 2014..............................................
72
Tabel 4.8 Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen
Permodalan Tahun 2014.................................................
72
Tabel 4.9 Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen
aktiva Tahun 2014..........................................................
73
Tabel 4.10 Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen
Likuiditas Tahun 2014....................................................
74
Tabel 4.11 Perhitungan Rasio Biaya Operasional Pelayanan
Tehadap Partisipasi Bruto Tahun 2011-2014................
75
Tabel 4.12 Perhitungan Rasio Aktiva Tetap terhadap Total Aset
Tahun 2011-2014............................................................
76
Tabel 4.13 Perhitungan Rasio Efisiensi Staf Tahun 2011-2014....... 76
Tabel 4.14 Perhitungan Cash Rasio Tahun 2011-2014.................... 77
Tabel 4.15 Perhitungan Rasio Pembiayaan Terhadap Dana Yang
Diterima Tahun 2011-2014.............................................
78
Tabel 4.16 Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset Tahun 2011-
2014................................................................................
79
Tabel 4.17 Perhitungan Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Tahun
2011-2014.......................................................................
80
Tabel 4.18 Perhitungan Rasio Kemandirian Operasional Tahun
2011-2014.......................................................................
81
Tabel 4.19 Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto Tahun 2011-
2014................................................................................
82
Tabel 4.20 Perhitungan Rasio Partisipasi Ekonomi Anggota Tahun
2011-2014.......................................................................
83
Tabel 4.21 Perhitungan dan Penyekoran Kepatuhan Prinsip
Syariah Tahun 2014........................................................
84
Tabel 4.22 Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu
Ummah Tahun 2011.......................................................
85
Tabel 4.23 Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu
Ummah Tahun 2012.......................................................
86
Tabel 4.24 Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu
Ummah Tahun 2013......................................................
87
Tabel 4.25 Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu
Ummah Tahun 2014.....................................................
88
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Alur Pikir ........................................................... 12
Gambar 2.1 Skema Fungsi BMT ....................................................... 20
Gambar 2.2 Struktur Organisasi BMT .............................................. 23
Gambar 2.3 Organisasi Badan pengelola BMT (sederhana) ............. 23
Gambar 2.4 Sedangkan struktur organisasi BMT berdasarkan
Pinbuk.............................................................................
24
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT .............................................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang
memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
Peningkatan sektor ekonomi ini harus tetap dijaga bahkan ditingkatkan karena
apabila sektor ekonomi bangsa Indonesia maju maka kesejahteraan terhadap
rakyatpun akan tercapai.
Dalam praktiknya lembaga keuangan digolongkan kedalam dua
golongan besar yaitu pertama lembaga keuangan bank dan kedua lembaga
keuangan lainnya (pembiayaan)1. Salah satu lembaga keuangan yang menopang
ekonomi masyarakat yaitu dengan adanya lembaga keuangan Mikro (LKM),
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia akan sangat membantu
masyarakat banyak sebab kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang mayoritas
pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) terkadang menemukan kesulitan
untuk mengakses dana dari bank yang memiliki persyaratan yang kaku sehingga
tidak dapat mengembangkan usahanya karena minimnya modal yang dimiliki.2
Keberadaan LKM terus berjalan tanpa adanya regulasi yang mengatur
lembaga-lembaga tersebut. Dan akhirnya pada tanggal 8 Januari 2013 setelah
digodok oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) disahkanlah Undang-Undang
Lembaga Keuangan Mikro, yang kemudian akan berlaku 2 tahun setelah
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 2.
2 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h.2
2
disahkannya UU LKM tersebut yaitu tanggal 8 januari 20153. UU LKM ini
mengatur kelembagaan, baik mengenai pendirian, bentuk badan hukum,
permodalan maupun kepemilikan. Dengan demikian adanya regulasi tentang
lembaga keuangan mikro melalui UU LKM No. 01 tahun 2013 bisa menjadi
payung hukum bagi LKM itu sendiri maupun bagi masyarakat sebagai pihak yang
menggunakan jasa LKM tersebut.
Pada abad ke-21 ini keadaan ekonomi Indonesia ini diramaikan dan
diwarnai dengan lembaga keuangan syariah. Terwujudnya perkembangan
ekonomi syariah ini tidak hanya didasari oleh kebutuhan yang mayoritas
masyarakat Indonesia yang beragama Islam akan tetapi juga karena berlakunya
dual banking sistem dalam perbankan nasional. Lembaga keuangan syariah
menjadi alternatif dari sistem konvensional yang sudah terlebih dahulu ada dan
berkembang di Indonesia.4
Lembaga keuangan mikro pun termasuk menjadi salah satu lembaga
keuangan yang diwarnai oleh prinsip syariah, LKMS telah menjadi bagian
institusi keuangan yang tak terpisahkan dari sistem keuangan negara kita.
Walaupun secara total portofolio pembiayaan belum terlalu signifikan namun
keberadaannya sangat dirasakan oleh masyarakat lapisan bawah (grassroot).
Jumlah LKMS di Indonesia belum ada yang mempublikasikannya secara resmi,
tapi beberapa lembaga provider LKMS banyak yang melaporkan bahwa mereka
memiliki LKMS anggota yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Beberapa
3 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h.3
4 Aan Afrianti, “Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dalam Menekan Tingkat Non
Performin Financing (NPF) (Studi Kasus pada KJK Syariah Arrahmah Cinere)”, ( Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.2
3
provider yang membina LKMS di Indonesia seperti PINBUK memiliki binaan
LKMS yang berjumlah lebih dari 4000, Microfin Indonesia memiliki binaan lebih
dari 1000, bahkan data Kemenkop dan UMKM mensinyalir jumlah KJKS/UJKS
lebih dari 9000 lembaga, belum lagi yang masih dalam bentuk Kelompok Usaha
Bersama (KUB) dan KSM (kelompok Swadaya masyarakat) yang beroperasi dari
dana PNPM Mandiri yang jumlahnya sekitar 600.000 unit usaha keuangan
sebahagiannya beroperasi dengan sistem syariah5.
Sekarang ini setidaknya ada tiga model Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS) yang sering menjadi perbincangan. Pertama model koperasi
syariah, dalam hal ini yang dimaksud adalah koperasi yang oprasionalnya berbasis
syariah yang hanya melakukan simpan pinjam yang bergerak dalam jasa
keuangan. Kedua adalah model grameen bank dengan pemberdayaan kelompok
yang memfokuskan nasabahnya hanya untuk kaum perempuan miskin. Dan yang
ketiga yaitu pola BMT sebagai suatu lembaga usaha pengumpulan dan penyaluran
dana komersil. Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan
penyaluran dilakukan dalam bentuk pembiayaan / investasi yang dijalankan
berdasarkan prinsip syariah.6
Dari tiga model di atas yang paling cocok untuk masyarakat Indonesia
yang mayoritas muslim adalah model BMT karena model BMT tidak hanya
berorientasi kepada bisnis saja yang dikelola oleh Baitul Tamwil tetapi juga ada
sisi Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) yang dikelola oleh Baitul Maal. Dan model
5 Ahmad Subagyo, “Telah terbit launching buku terbaru “Manajemen Operasi LKMS”” artikel
diakses pada 7 September 2015 dari http://www.ahmadsubagyo.com/telah-terbit-launching-buku-
terbaru-manajemen-operasi-lkms.html 6 Hartono Widodo, dkk, PAS (Pedoman Akutansi Syariah): Pedoman Praktis Oprasional Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT), (Bandung: Mizan, 1999), h.81
4
BMT juga yang semakin hari semakin tumbuh dan berkembang di negara ini.
Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan koperasi jasa
keuangan syariah (KJKS) dalam bentuk Baitul maal Waa Tanwil (BMT)
berkembang sangat signifikan. Hal ini tidak lepas dari perkembangan kinerja dari
BMT secara nasional di tahun ini telah mencapai aset sebesar Rp 4,7 triliun dan
jumlah pembiayaan sebesar Rp 3,6 triliun7.
Besarnya aset yang dimiliki BMT harus disikapi secara bijak. Disatu
sisi, perkembangan tersebut adalah suatu yang menggembirakan, namun di sisi
lain akuntabilitas keuangan BMT tersebut perlu dipertanyakan8. Ini karena
perjalanan BMT yang cukup panjang tidak serta merta tanpa kendala yang
dihadapi baik kendala internal maupun kendala eksternal yang dapat menghambat
dan menyebabkan kegagalan pada BMT tersebut.
Ada 2 (dua) faktor utama yang menyebabkan terjadinya kegagalan
BMT-LKS, yaitu:9
1. Kurangnya persiapan SDM (pengelola) baik pengetahuan maupun
keterampilan dalam mengelola BMT terutama dalam pengguliran
pembiayaan. Contoh: banyaknya pembiayaan yang tidak tertagih
(pembiayaan macet) adalah penyebab terbesar dari gagalnya usaha BMT.
2. Lemahnya pengawasan pengurus pada pengelola terutama dalam
manajemen dana juga kurangnya rasa memiliki (peduli) pada BMT.
7 “Aset BMT Indonesia Capai Rp 4,7 Triliun.”Republika Online 22 maret 2015.
8 Edo Segar, “Saatnya BMT Berbenah Diri”, artikel diakses pada 5 desember 2014 dari,
http://www.edosegara.com/2008/02/saatnya-bmt-berbenah-diri.html 9 Mardin Idris, “Ringkasan Hasil Penelitian Analisis Tingkat Kesehatan Kinerja LKSBMT
(Aspek Non Keuangan)” di DIY,Maret 2003
5
Selain kelemahan internal BMT yang telah disebut diatas, BMT juga
dihadapkan pada tantangan yang lebih berat. BMT tidak dapat lagi mengandalkan
modal kepercayaannya pada sentimen masyarakat tentang isu-isu syariah, seperti
keharaman riba dan sistem bunga serta menjalankan sistem ekonomi berdasarkan
syariah Islam. Akan tetapi BMT juga harus meningkatkan kinerja keuangan dan
kesehatannya agar dapat menjaga kepentingan dan dan kepercayaan masyarakat.
Ditambah lagi persaingan dengan Bank Syarian dan BPRS dengan fasilitas dan
permodalan yang kuat semakin mempersempit ruang gerak BMT.
BMT Khairu Ummah merupakan salah satu BMT yang berada di
wilayah Bogor barat yang sudah berdiri sejak tahun 1994. Keberadaan BMT
Khairu Ummah yang sudah sejak lama berdiri sangat membantu pengusaha kecil
yang ada di sekitarnya. Perjalanan BMT Khairu Ummah dari tahun 1994-2014
memang tergolong tidaklah mudah banyak dinamika yang terjadi selama kurun
waktu 20 tahun tersebut. Jika melihat empat tahun kebelakang dari tahun 2011-
2014 aset BMT Khairu Ummah selalu mengalami kenaikan.
Tabel 1.1
Aset BMT Khairu Ummah 2011-2014
Tahun Aset
2011 Rp 8.862.109.290,85
2012 Rp 13.394.893.408,56
2013 Rp 21.597.241.579,57
2014 Rp 26.978.758.881,00
Sumber: Laporan Keuangan BMT Khairu Ummah (diolah)
6
Dilihat dari tabel di atas BMT Khairu Ummah dari segi aset terus
mengalami kenaikan selama empat tahun kebelakang. Jumlah aset yang cukup
besar dan terus menerus mengalami kenaikan ini harus disertai dengan kinerja
keuangan yang baik serta keuangan yang sehat sehingga dapat menjalankan
usahanya sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat umumnya.
Penilaian terhadap tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah akan
berpengaruh terhadap kemampuan BMT Khairu Ummah dalam mekanisme
kegiatan usahanya, sehingga penilaian ini harus dilakukan oleh BMT Khairu
Ummah untuk mengukur sejauh mana BMT Khairu Ummah mampu
memaksimalkan kegiatan usahanya. Penilaiaan tingkat kesehatan BMT sudah
diatur dalam Permenkop No: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang penilaian
pedoman kesehatan KJKS dan UJKS.
Melalui peraturan menteri koperasi ini dapat dinilai apakah BMT
Khairu Ummah dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Penilaian dilakukan dengan menilai aspek permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi
dan prinsip syariah.
Telah adanya pedoman penilaian tingkat kesehatan KJKS dan UJKS
melalui Permenkop No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 seharusnya bisa menjadi
rujukan untuk BMT dalam melakukan penilaian tingkat kesehatannya, namun
ternyata pedoman ini tidak selamanya menjadi rujukan oleh BMT dalam
melakukan penilaiannya. Sehingga perlu di teliti lebih lanjut bagaimana
7
implementasi penilaian tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah berdasarkan
Permenkop No: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
Dengan berdasarkan peperan latar belakang di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti: ANALISIS TINGKAT KESEHATAN LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAH PADA BMT KHAIRU UMMAH
BERDASARKAN PERMENKOP NOMOR: 35.3/PER/M.KUKM/X/2007
TAHUN 2011-2014
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasi beberapa
permasalahan yang dapat diteliti, yaitu:
1. Terjadi perdebatan tentang peran yang dimiliki LKMS dalam
meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia.
2. Banyak faktor yang menjadi kendala untuk mencapai keberhasilan suatu
LKMS
3. Penilaian tingkat kesehatan LKMS khususnya BMT menjadi sangat
penting untuk mengukur kinerja keuangan BMT tersebut
4. Belum terealisasinya metode yang paling tepat untuk pengukuran tingkat
kesehatan BMT
5. Peraturan menteri koperasi (Permenkop) No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
belum dijadikan pedoman utama dalam mengukur tingkat kesehatan
sebuah BMT.
8
6. Untuk tetap menjaga tingkat kesehatan diperlukan strategi yang buat oleh
BMT
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian tidak terlalu luas
maka peneliti membatasi masalah pada tingkat kesehatannya saja. Penilaian
tingkat kesehatan yang digunakan berdasarkan Permenkop No.
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman penilaian kesehatan KJKS dan
UJKS. Kemudian dilihat strategi yang dilakukan oleh BMT dalam menjaga
kesehatannya.
Dari pembatasan permasalahan maka di rumuskanlah permasalahan
pokok yang akan dilakukan pengujian dalam penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah Leuwiliang Bogor
tahun 2011-2014 berdasarkan Permenkop Nomor:
35.3/Per/M.KUKM/X/2007?
b. Bagaimana Strategi yang diambil BMT Khairu Ummah untuk menjaga
tingkat kesehatannya?
D. Tujuan Penelitian
a. Menjelaskan Tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah Leuwiliang Bogor
tahun 2011-2014 berdasarkan Permenkop Nomor:
35.3/Per/M.KUKM/X/2007
9
b. Menggambarkan Strategi yang diambil BMT Khairu Ummah untuk
menjaga tingkat kesehatannya
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat untuk Penulis
Dengan adanya penelitian ini, dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman yang lebih luas tentang Peraturan Menteri Negara Koperasi
dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
35.3/Per/m.kukm/x/2007 dan penerapan di Lembaga Keuangan Mikro
Khususnya BMT Khairu Ummah Leuwiliang Bogor.
b. Manfaat untuk Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan
kepustakaan/refrensi empiris bagi peneliti serta sebagai khazanah ilmu
pengetahuan mengenai penilaian kesehatan BMT di Indonesia.
c. Manfaat untuk BMT
Memberikan informasi tentang penilaian tingkat kesehatan BMT Khairu
Ummah Leuwiliang-Bogor tahun 2011-2014, yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan rencana
strategis oprasional.
d. Maanfaat untuk Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat penilaian tingkat kesehatan
BMT Khairu Ummah, yang kemudian bisa dijadikan rujukan untuk
10
bergabung dengan BMT Khairu Ummah baik itu dalam sebagai penanam
modal maupun sebagai nasabah.
F. Kerangka Konseptual
BMT kependekan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul
Mal Wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroprasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.10
BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi
utama, yaitu:11
1. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
2. Baitul mal (rumah harta) menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah
serta mengoptimalisasikan distribusinya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya.
Fungsi BMT yang lebih memfokuskan diri dalam hal Tamwil atau
sebagai rumah pengembangan harta sama halnya seperti fungsi bank sebagai
lembaga intermediasi, sebagai lembaga intermediasi yang dipercaya maka BMT
haruslah berpredikat sehat. BMT yang sehat akan aman, dipercaya dan
bermanfaat.12
Dengan demikian peniliaan terhadap tingkat kesehatan BMT
sangatlah diperlukan untuk mengukur kinerja BMT selama ini.
10
Andri Soemintra, Bank dan Lembaga Keungan Syariah, Jakarta:Kencana,2009, h.447 11
Ibid h.447 12
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011, h. 394
11
Tingkat kesehatan BMT merupakan suatu kondisi yang terlihat sebagai
gambaran kinerja dan kualitas BMT, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dan
dapat mempengaruhi aktivitas BMT serta pencapaian target-target BMT, untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Penilaian tingkat kesehatan BMT sangat
bermanfaaat untuk memberikan gambaran mengenai kondisi aktual BMT kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi nasabah dan pengelola. selain itu,
dengan mengetahui tingkat kesehatannya akan membantu pihak-pihak tertentu
dalam pengambilan keputusan sehingga terhindar dari kesalahan pengambilan
keputusan.13
Sampai saat ini BMT belum memiliki payung hukum sendiri masih
menginduk kepada undang-undang perkoprasian, sehingga dalam melakukan
penilaian terhadap tingkat kesehatan BMT, harus sesuai dengan peraturan yang
telah dikeluarkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman
penilaian kesehatan koperasi jasa keuangan syariah dan unit jasa keuangan syariah
koperasi.
Menurut Permenkop Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007, kesehatan
KJKS dan UJKS Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan
sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Adapun ruang lingkup penilaian
kesehatan KJKS dan UJKS koperasi meliputi penilaian terhadap beberapa aspek
13
Zaenal A, Menilai Tingkat Kesehatan BMT Dari Aspek Manajemen,
https://groups.yahoo.com/neo/groups/kelas_alam/conversations/topics/261, artikel diakses pada
08 Desember 2014
12
sebagai berikut:14
Permodalan; Kualitas aktiva produktif; Manajemen; Efisiensi;
Likuiditas; Kemandirian dan pertumbuhan; Jatidiri Koperasi Prinsip Syariah.
BMT yang sehat akan dipercaya oleh masyarakat, sehingga kepercayaan
tersebut harus tetap dijaga dengan menggunakan strategi, oleh karena itu strategi
menjaga tingkat kesehatan BMT harus dimiliki oleh setiap BMT agar BMT
tersebut tetap sehat.
Gambar 1.1
Skema Alur Pikir
14
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
35.3/Per/M.KUKM/X/2007
Kinerja BMT
Penilaian tingkat kesehatan
Berdasarkan Permenkop No.
: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
Hasil Penilaian Tingkat
Kesehatan BMT
Strategi BMT dalam
Menjaga Kesehatan
Kesehatan BMT Khairu
Ummah
13
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2014.
Dalam membahas penelitian ini penulis membagi ke dalam lima bab.
Pada setiap babnya terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, sistematika penulisan
yang akan di bahas yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan berisi latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tunjuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka konseptual, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
Bab ini akan membahas tentang landasan teori, yaitu tentang
pengertian, asas dan tujuan, jenis-jenis LKMS. Kemudian
membahas pengertian, fungsi, tujuan, visi, misi, peran, operasional,
organisasi dan penghimpunan dana BMT. Selain itu juga
membahas teori tingkat kesehatan BMT dan Strategi Menjaga
Kesehatan BMT. Selain itu bab ini juga membahas tentang
Tinjauan (Review) Studi terdahulu.
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan jenis penelitian yang digunakan, Subjek dan
Objek Penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan data, teknik analisis data penelitian yang dipakai dan
definisi operasional data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat gambaran umum BMT Khairu Ummah, hasil
penelitian kesehatan BMT Khairu Ummah sesuai dengan pedoman
penilaian yang tealah dikeluarkan oleh menteri koperasi tentang
kesehatan jasa keuangan syariah dan unit jasa keuangan syariah
nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 dan Strategi BMT Khairu
Ummah dalam menjaga kesehatannya.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan jawaban atas segala permasalahan
yang telah diangkat, serta saran-saran yang dianggap perlu untuk
peningkatan pengetahuan pihak-pihak tertentu.
15
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Lembaga Keuanga Mikro Syariah
1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan bagian dari lembaga
keuangan mikro pada umumnya, yang merupakan salah satu kelembagaan
keuangan yang dapat dimanfaatkan dan didorong untuk membiayai kegiatan
perekonomian1.
Lembaga keuangan mikro syariah juga dapat di definisakan sebagai
lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat yang bersifat profit atau lembaga keuangan syariah non-
perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini
didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat yang berbeda dengan lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa Lembaga keuangan mikro syariah adalah sebuah lemabaga
ekonomi rakyat, yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan ekonomi pengusaha kecil berdasarkan prinsip
syariah dan prinsip koperasi.2
Sedangkan menurut undang-undang No. 1 tahun 2013 tentang lembaga
keuangan mikro, lembaga keuangan mikro syariah adalah lembaga keuangan
mikro yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dengan adanya Dewan
1 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h.7
2 Peraturan Dasar dan Contoh AD-ART BMT, (Jakarta: PINBUK,2000) h 1
16
Pengawas Syariah guna mengawasi operasional yang sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN).3
Lembaga keuangan mikro menurut undang-undang No. 1 tahun 2013
adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman
atau pembiayaan dan usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,
pengelola simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha
yang tidak semata-mata mencari keuntungan.4
Menurut Krishnamurti (2005), walaupun terdapat banyak definisi tentang
lembaga keuangan mikro, namun secara umum terdapat 3 elemen penting dari
berbagai definisi tersebut. Pertama, menyediakan beragam jenis pelayanan
keuangan. Keuangan mikro dalam pengalaman masyarakat tradisional
Indonesia seperti lumbung desa, lumbung pitih nagari dan sebagainya
menyediakan layanan keuangan yang beragam, seperti tabungan, pinjaman,
pembayaran, deposito maupun asuransi. Kedua, melayani masyarakat miskin.
Keuangan mikro pada awalnya hidup dan berkembang memang untuk rakyat
yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki
karakteristik konstituen yang khas. Ketiga, menggunakan prosedur dan
mekanisme yang konstektual dan fleksibel. Hal ini merupakan konsekuensi
dari kelompok masyarakat yang dilayani, sehingga prosedur dan mekanisme
3 Republik Indonesia, Undang-undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro,
BAB IV Pasal 12 4 Republik Indonesia,Undang-undang Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, BAB I
Pasal 1
17
yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan senantiasa kontekstual dan
fleksibel.5
2. Asas dan Tujuan LKMS
Asas-asas Lembaga Keuangan Mikro (LKM) termasuk Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) menurut undang-undang nomor 1 tahun
2013 tentang lembaga keuangan mikro pasal 2 yaitu: Keadilan; Kebersamaan;
Kemandirian; Kemudahan; Keterbukaan; Pemerataan; Keberlanjutan; dan
Kedayagunaan dan kehasil gunaan
Sedangkan tujuan Lembaga Keuangan Mikro termasuk Lembaga
Keuangan Mikro Syariah:
a. Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat;
b. Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas
masyarakat
c. Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah
3. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Secara umum Lembaga Keuangan Mikro di bagi menjadi dua yaitu
lembaga keuangan mikro formal dan lembaga keuangan mikro informal.
Banyak pakar yang membagi keuangan mikro pada beberapa golongan dan
bentuk. Usman (2004) misalnya membagi LKM di Indonesia menjadi empat
golongan besar yaitu LKM formal bank maupun non-bank, LKM non formal
5 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h.7-8
18
baik berbadan hukum ataupun tidak, LKM yang dibentuk oleh pemerintah,
LKM informal seperti renternir.6
Di Indonesia ada 3 tipe LKMS yaitu, Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
atau disebut juga dengan koperasi syariah, sistem grameen yang diadopsi dari
sistem Grameen Bank yang dipelopori oleh mahmud yunus dari Bangladesh)
dan sistem campuran (koperasi syariah sekaligus grameen)
Ada juga yang membagi LKMS menjadi tiga model Pertama model
koperasi syariah, dalam hal ini yang dimaksud adalah koperasi yang
oprasionalnya berbasis syariah yang hanya melakukan simpan pinjam yang
bergerak dalam jasa keuangan. Kedua adalah model grameen bank dengan
pemberdayaan kelompok yang memfokuskan nasabahnya hanya untuk kaum
perempuan miskin. Dan yang ketiga yaitu pola BMT sebagai suatu lembaga
usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Penghimpunan dana
diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyaluran dilakukan dalam
bentuk pembiayaan / investasi yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.7
B. Baitul Maal Wat Tamwil
1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq dan
shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
6 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 8
7 Hartono Widodo, dkk, PAS (Pedoman Akutansi Syariah): Pedoman Praktis Oprasional Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT), (Bandung: Mizan, 1999), h.81
19
penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi
masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.8
Pinbuk (1995) menyatakan bahwa BMT merupakan lembaga ekonomi
rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil dan
berdasarkan prinsip syariah.9
Pengertian lain Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga
ekonomi atau keuangan syariah non bank yang sifatnya informal karena
lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga
ekonomi rakyat yang berupa mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.10
2. Fungsi, Tujuan, Visi dan Misi Baitul Maal Wat Tamwil
Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi:11
a. Baitulmal (Bait = rumah, maal = harta) menerima titipan dana ZIS
(zakat, infak, dan sedekah) serta mengoptimalkan distribusinya
dengan memberikan santunan kepada yang berhak (para asnaf) sesuai
dengan peraturan dan amanah yang diterima.
b. Baitut Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = pengembangan harta)
melakukan kegiatan pengembanagan usaha produktif dan investasi
8 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h. 96
9 Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 285
10 Amir Mu’alim, “Profesionalitas Sumber Daya Manusia Baitul Maal wat Tamwil”, dalam Yuke
Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 19 11
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 285
20
dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan makro
terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiataan ekonominya.
Gambar 2.1
Skema Fungsi BMT
BMT bertujuan mewujudkan kehidupan keluarga dan masyarakat di
sekitar BMT yang selamat, damai dan sejahtera. Selain fungsi dan tujuan di
atas, BMT juga mempunyai visi dan misi:12
Visi BMT adalah mewujudkan kualitas masyarakat disekitar BMT yang
selamat damai dan sejahtera dengan mengambangkan lembaga dan usaha
BMT dan POKUSMA (Kelompok Usaha Muamalah) yang maju
berkembang, terpercaya, aman, nayaman, transparan dan berkehati-hatian.
Misi BMT adalah mengembangkan Pokusuma dan BMT yang maju
berkembang, terpercaya, aman, nyaman, transparan dan berkehati-hatian
12
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 286
BMT
Baitul Mal Baitut Tamwil
Fungsi sosial melalui
Zakat, infaq, sedekah
dan wakaf tunai
Fungsi Bisnis Bagi Hasil, Jual Beli Jasa dan Sektor Riil
21
sehingga terwujud kualitas masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai
dan sejahtera.
3. Peran Baitul Maal Wat Tamwil
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan
pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti
penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan
kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun
materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi
keislaman dalam segala aspek kehidupan masyrakat.
Selanjutnya BMT juga memiliki asas keselamatan, kedamaian dan
kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini juga yang mendorong BMT
memberikan perannya pada masyarakat dengan:13
a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat ribawi,
seperti melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai cara
berteransaksi syariah dimana harus punya bukti dalam transaksi ,
dilarang bersifat curang dalam menimbang/ mengukur/ menakar,
harus jujur terhadap konsumen dan tidak berlaku gharar.
b. Melakukan pendanaan usaha kecil dengan jalan pendampingan,
pembinaan penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha
nasabah.
13
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 23
22
c. Melepaskan ketergantungan masyarakat kepada renternir , dengan
memberikan layanan yang lebih baik pada ketersediaan dana setiap
saat dan birokrasi yang sederhana.
d. Menjaga keadilan ekonomi dengan distribusi yang merata. BMT
berhadapan langsung dengan masyarakat yang kompleks harus
mempunyai sikap dan langkah-langkah yang baik dalam pemetaan
skala prioritas pemberiaan pembiayaan kepada nasabah, sehingga
BMT harus memperhatikan kelayakan usaha nasabah, golongan
nasabah dengan jenis pembiayaan yang dilakukan
4. Operasional dan Organisasi BMT
Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat beberapa prinsip dalam
operasional BMT, yaitu prinsip Penumbuhan, Prinsip Profesionalitas, dan
Prinsip Islamiyah.14
Dalam sebuah BMT untuk memperlancar tugas maka diperlukan sebuah
struktur organisasi yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan
oleh personil yang ada dalam BMT tersebut. Struktur BMT yang paling
sederhana harus terdiri dari Badan Pendiri, Badan Pengawas, Anggota BMT,
dan badan pengelola.15
14
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 287-288 15
A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002) h. 192
23
Gambar 2.2
Struktur Organisasi BMT
Gambar 2.3
Organisasi Badan pengelola BMT (sederhana)
Badan Pendiri Anggota BMT
Badan Pengawas
Badan Pengelola
Kasir/Layanan
Nasabah
Direktur/Ketua
Pembiayaan Pembukuan
24
Gambar 2.4
Sedangkan struktur organisasi BMT berdasarkan Pinbuk
5. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana adalah kegiatan usaha BMT yang dilakukan dengan
kegiatan usaha penyimpanan. Simpanan merupakan dana yang dipercayakan
oleh anggota, calon anggota, atau BMT lain dalam bentuk simpanan dan
simpanan berjangka. Simpanan merupakan simpanan anggota kepada BMT
yang penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai
dengan kebutuhannya. Adapun yang dimaksud simpanan berjangka ialah
simpanan BMT yang penyetorannya hanya dilakukan sekali dan
pengambilannya hanya dapat dilakukan dalam waktu tertentu menurut
perjanjian antara BMT dengan anggotanya.
Dewan Syariah Pembina Manajemen
Manajer
Tamwil
Pemasaran Kasir Pembukuan
Anggota dan Nasabah
Maal
Musyawarah Anggota Pemegang
Simpanan Pokok
25
Bentuk simpanan di BMT sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan
kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut. Dalam Pinbuk simpanan
tersebut dapat digolongkan:16
a. Simpanan pokok khusus
Adalah simpanan pendiri kehormatan, yaitu anggota yang membayar
simpanan pokok khusus minimal 20% dari jumlah modal BMT
b. Simpanan pokok
Adalah simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri dan
anggota biasa ketika ia menjadi anggota. Besarnya ditentukan dalam
anggaran dasar BMT.
c. Simpanan Wajib
Adalah simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri dan
anggota biasa secara berkala. Besar dan waktu pembayarannya
ditentukan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
d. Simpanan Sukarela
1) Simpanan sukarela adalah simpanan anggota selain simpanan
pokok khusus, simpanan pokok dan simpanan wajib.
2) Simpanan sukarela dapat disetor dan ditarik sesuai dengan
perjanjian yang diatur dalam anggaran rumah tangga dan aturan
khusus BMT
Pembiayaan merupakan aktivitas utama BMT, karena berhubungan
dengan pendapatan. Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan BMT
16
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 289
26
kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh
BMT dari anggotanya. Pembiayaan dalam BMT adalah menganut prinsip
syariah, yang dimaksud prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam anatar pihak BMT dan pihak lain untuk pembiayaan usaha atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah.
Ada berbagai jenis pembiayaan yang dikembangkan oleh BMT, yang
kesemuannya itu mengacu pada akad syirkah dan akad jual beli. Dari kedua
akad ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki BMT dan
anggotanya dan semua ini mengacu pada fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) sebagai pedoman. Diantara pembiayaan yang sudah umum
dikembangkan BMT, yakni:17
a. Pembiayaan Bai’u Bitsaman Ajil (BBA)
Pembiayaan dengan akad jual beli adalah suatu perjanjian pembiaa
yaan yang disepakati antara BMT dan anggotanya, dimana BMT
menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan/atau pembelian barang
modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya
dilakukan secara angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan
oleh peminjam adalah jumlah atas barang modal dan mark-up yang
disepakati.
b. Pembiayaan Murabahah (MBA)
17
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 290-291
27
Pembiayaan berakad jual beli dimana prinsip yang digunakan sama
seperti pembiayaan Bai’u Bitsaman Ajil, hanya saja proses
pengembaliannya dibayarkan pada saat jatuh tempo
c. Pembiayaan Mudharabah (MDA)
Pembiayaan dengan akad syirkah adalah perjanjian pembiayaan
anatara BMT dan anggota dimana BMT menyediakan dana untuk
penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana
tersebut untuk pengembangan usahanya.
d. Pembiayaan Musyarakah (MSA)
Pembiayaan dengan akad syirkah adalah penyertaan BMT sebagai
pemilik modal dalam suatu usaha yang mana anatara resiko dan
keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi
penyertaan.
e. Pembiayaan al-Qordul Hasan
Pembiayaan dengan akad ibadah adalah perjanjian pembiayaan
antara BMT dengan anggotanya. Hanya anggota yang dianggap layak
yang dapat diberi pinjaman ini.
C. Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam hal ini BMT melaksanakan
kegiatan operasinalnya sama halnya dengan lembaga perbankan dimana sebagai
lembaga intermediasi anatara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang
kelebihan dana. Kesehatan BMT merupakan hal yang sangat penting karena BMT
28
yang sehat mencerminkan bahwa keadaan BMT sudah sebagaimana mestinya,
dapat menajalankan fungsi-fungsinya dengan baik, terpelihaa kepercayaan
masyarakat, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran, terpeliharanya
likuiditas sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat.
Definisi tingkat kesehatan BMT adalah ukuran kinerja dan kualitas BMT
dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran, keberhasilan, dan
keberlangsungan usaha BMT, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebuah BMT perlu diketahui tingkat kesehatnnya karena BMT merupakan sebuah
lembaga pendukung kegiatan ekonomi rakyat. BMT yang sehat akan aman,
dipercaya dan sehat.18
Penilaian tingkat kesehatan BMT bisa dilakukan dengan beberapa
metode salah satunya yaitu dengan Permenkop No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
tentang pedoman penilaian tingakt kesehatan KJKS dan UJKS sebagai kriteria
dalam menilai tingkat kesehatan BMT. Dalam Permenkop tersebut ada delapan
aspek yang dinilai yaitu Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen,
Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian dan pertumbuhan, Jati diri koperasi, dan
Prinsip Syariah
BMT Khairu Ummah sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro
syariah yang berbadan hukum koperasi untuk bisa tetap eksis menjalankan
usahanya tentu sudah semestinya melaksanakan penilaian kesehatan pada setiap
periode. Penilaian tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah juga dilakukan agar
18
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011) h.
394
29
BMT Khairu Ummah dapat melakukan evaluasi serta untuk mengetahui beberapa
masalah dalam kegiatan uasahanya.
Jika melihat laporan kinerja keuangan BMT Khairu Ummah pada tahun
2011-2014 memang tertulis bahwa BMT Khairu ummah mendapat predikat sehat.
Namun instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut bukan berdasarkan
permenkop nomor: 35.3/per/m.kukm/x/2007 yang seharusnya menjadi pedoman
untuk KJKS dan UJKS. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakuakn untuk
melihat tingkat sehatan BMT Khairu Ummah berdasarkan permenkop nomor:
35.3/per/m.kukm/x/2007.
D. Strategi Menajaga Kesehatan BMT
Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi memiliki arti rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus yang dituju19
.
Sukristono mendefinisikan strategi sebagai seatu rencana yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memperhatikan sumber daya
perusahaan di lingkungan yang dihadapinya.20
Strategi dalam perusahaan dapat mengalami perubahan sesuai dengan kondisi
internal dan eksternal perusahaan itu sendiri. Perubahan kondisi, terutama
kehidupan ekonomi dan teknologi, juga harus diikuti perubahan strategi. Oleh
sebab itu, untuk bisa beradaptasi terhadap kondisi internal dan eksternal
dibutuhkan manajemen strategis agar perusahaan sukses mengelola perubahan
19
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), edisi ketiga, h.1092 20
Sukristono, Perencanaan Strategis Bank, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1992), Edisi 2, h.
336-337
30
secara efektif. Strategi juga termasuk dalam upaya mengantisipasi persoalan yang
diperkirakan terjadi dimasa yang akan datang dan memudahkan serta mengurangi
resiko operasi perusahaan.
Kondisi internal yang bisa mempengaruhi keadaan perusahaan contohnya
seperti manajeman perusahan, kondisi keuangan, kualitas sumberdaya manusia.
Sedangkan contoh kondisi eksternal yang bisa menentukan keadaan perusahaan
yaitu kemajuan teknologi, perkembangan ekonomi, meningkatnya persaingan, dan
perubahan kondisi pasar. Dengan adanya perubahan kondisi-kondisi diatas secara
terus menerus, maka perlu diadakan evaluasi strategi secara kontinu.21
Kondisi keuangan menjadi salah satu yang akan mempengaruhi keadaan
perusahaan termasuk BMT, kondisi keuangan yang sehat akan merasakan rasa
aman, nyaman dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Kondisi keuangan
yang sehat harus di pertahaankan bahkan ditingkatkan. Tentu saja
mempertahankan dan meningkatkan kondisi keuangan BMT pun harus
menggunakan strategi agar sesuai dengan tujuan yang di harapkan oleh BMT
tersebut.
E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Penelitian tentang Analisis tingkat kesehatan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS) BMT Khairu Ummah didasari oleh penelitian-penelitian
sebelumnya tentang tingkat kesehatan bank maupun tingkat kesehatan BMT juga
21
Barry Render dan Jaz Heizer, Prinsip-prinsip Manajemen Operasi, h.36
31
yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang
menjadi rujukan yaitu:
1. Jurnal oleh Karnia Nur Aliza tahun 2014 yang berjudul Penilaian Kinerja
Koperasi Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha
Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
14/Per/M.KUKM/XII/2009 (STUDI KASUS UNIT SIMPAN PINJAM
KOPERASI WANITA SERBA USAHA “SETIA BUDI WANITA”
JAWA TIMUR), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Unit
Simpan Pinjam Koperasi Wanita serba Usaha “Setia Budi Wanita” Jawa
Timur berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009.
Adapun penilaiannya terdiri atas tujuh aspek, yaitu aspek
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas,
kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi.
2. Skripsi oleh Lucky Megalia Nornita tahun 2012 yang berjudul
ANALISIS TINGKAT KESEHATANLEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH: Studi pada BMT Bina Ihsanul Fikri Tahun 2000-2011.
Tujuan penelitian ini mengukur tingkat kesehatan BMT Bina Ihsanul
Fikri tahun 2000-2011 berdasarkan standar pedoman penilaian tingkat
kesehatan BMT dari PINBUK, menganalisis prediksi kondisi kinerja
keuangan BMT Bina Ihsanul Fikri dan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara penilaian tingkat kesehatan BMT Bina Ihsanul Fikri
berdasarkan standar pedoman penilaian tingkat kesehatan BMT dari
32
PINBUK dan penilaian tingkat kesehatan yang dilakukan dari pihak
BMT (DISPERINDAGKOPTAN). Teknik analisa data yang digunakan
adalah analisis trend dan uji hipotesis Mann-Whitney U-Test.
3. Skripsi oleh Mahmudah tahun 2013 yang berjudul Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Syariah (Studi Komparasi CAMELS dan RGEC pada
BSM, BMI dan BRI Syariah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana tingkat kesehatan BSM, BMI dan BRI Syariah dilihat dengan
metode CAMELS dan RGEC selama periode 2008-2012, dan bagaimana
perbedaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
metode CAMELS dan RGEC dan bagaimana analisis hasil perbandingan
metode CAMELS dan RGEC (mana yang lebih baik)
4. Jurnal oleh Edy Suryawardana tahun 2011 yang berjudul Penilaian
tingkat Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (Studi Kasus Baitul
Mal Wat Tamwil Binna Ummat Sejahtera Kecamatan Lasem Kabupaten
Rembang) Penelitian ini dilakukan untuk menilai tingkat kesehatan BMT
BUS (Binna Ummat Sejahtera) Lasem. Aspek penilaian yang digunakan
yaitu dilihat dari modal (capital), faktor kualitas aset (Asset Quality),
rentabilitas, Likuiditas (Liquidity) dan faktor kemandirian dan
pertumbuhan. Kurun waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dari tahun 2005-2009
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitan yang akan diteliti
sekarang ini yaitu terletak pada pedoman yang digunakan untuk menilai tingkat
kesehatan BMT. Penelitian ini menggunakan Permenkop No:
33
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang pendoman penilaian Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah. Aspek penilaian yang ada dalam
Permenkop tersebut terdiri dari: Aspek permodalan, Kualitas aktiva produktif,
Manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi
dan prinsip syariah. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah BMT Khairu
Ummah Leuwiliang-Bogor pada periode 2011-2014.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Setiap karya ilmiah yang dibuat harus disesuaikan dengan metodologi penelitian.
Ada dua jenis metode dalam penelitian, yang pertama penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode kulitatif untuk menguraikan
atau menjelaskan suatu permasalahan yang menjadi fokus penelitian kemudian dianalisis
untuk dapat ditarik menjadi kesimpulan.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Menurut kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud subyek penelitian adalah orang
tempat atau benda yang diamati dalam rangka pembubutan sebagai sasaran. Adapun
subyek penelitian dalam tulisan ini yaitu BMT Khairu Ummah Leuwiliang Bogor.
2. Objek Penelitian
Menurut kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud objek penelitian adalah hal
yang menjadi sasaran penelitian. Kemudian dipertegas oleh Anto Dayan, obyek
penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara
lebih terarah. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan
35
BMT Khairu Ummah berdasarkan permenkop nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007.
Aspek yang di nilaianya yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi dan kepatuhan
terhadap prinsip syariah.
C. Jenis Data
Data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer, yaitu data-data mentah yang didaptkan langsung dari sumbernya dan
harus diolah terlebih dahulu sebelum dapat digunakan untuk penelitian ini. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data melalui wawancara, laporan
keuangan, profil lembaga dan lainnya yang berasal dari pihak BMT Khairu Ummah.
2. Data Skunder, yaitu data-data yang penulis dapatkan dari sumber-sumber yang telah
menerbitkan data yang penulis butuhkan, sehingga dapat dipergunakan langsung oleh
penulis guna penelitian ini. Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini
yaitu literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, artikel, karya ilmiah dan
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan materi pada masalah penelitian ini.
36
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui:
a. Studi Literatur
Teknik pengumpulan data dengan studi literatur ini seperti studi kepustakaan,
membaca literatur seperti buku-buku, penelitian-penelitain terdahulu yang terkait
dengan penelitian ini baik itu skripsi, jurnal, koran, dan artikel
b. Wawancara
Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka atara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(Panduan Wawancara).1 Wawancara dilakukan dengan staf yang berhubungan dengan
perhitungan tingkat kesehatan di BMT Khairu Ummah Leuwiliang-Bogor
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentas dilakuakn untuk memperoleh data dan informasi yang ada di dalam
laporan-laporan keuangan yang dimiliki oleh BMT Khairu Ummah Leuwiliang
Bogor.
1Muhammad Nazir, Metode Penelitian, cet.6, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, h.193-194
37
E. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data yang berbentuk angka maupun kalimat akan dilakukan dengan
munggunakan software Microsoft excel 2007.
F. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari BMT Khairu Ummah selanjutnya di olah berdasarkan
pedoman penilaian kesehaatan KJKS/UJKS koperasi. Untuk mendapatkan hasil penilaian
berikut bobot penilaian terhadap aspek dan komponen kesehatan tersebut ditetapkan
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Aspek, Komponen dan Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS
No Aspek
yang
dinilai
Komponen Bobot
Penilaian
(dalam%)
Pendekatan
Penilaian
1. Permodalan
a. Rasio modal sendiri terhadap total modal
x 100%
5 10 kuantitatif
b. Rasio kecukupan modal
x 100%
5 Kuantitatif
2 Kualitas Aktiva Produktif
a. Rasio tingkat pembiayaan dengan piutang
bermasalah terhadap jumlah piutang dan
pembiayaan
10 20 Kuantitatif
38
x 100%
b. Rasio portofolio pembiayaan beresiko
x 100%
5
kuantitatif
c. Rasio penyisihan aktiva produktif
x 100%
5 Kuantitatif
3 Manajemen
a. Manajemen Umum 3 15 Kualitatif
b. Kelembagaan 3 Kualitatif
c. Manajemen permodalan 3 Kuantitatif
&
Kualitatif
d. Manajemen aktiva 3 Kuantitatif
&
Kualitatif
e. Manajemen likuiditas 3 Kuantitatif
&
Kualitatif
4 Efisiensi
a. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap
partisipasi bruto
x 100%
4 10 Kuantitatif
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
x 100%
4 Kuantitatif
c. Rasio efisiensi Staf
2 Kuantitatif
39
x 100%
5 Likuiditas
a. Cash Rasio
x 100%
10 15 Kuantitatif
b. Rasio Pembiayaan terhadap dana yang
diterima
x 100%
5 Kuantitatif
6. Kemandirian dan pertumbuhan
a. Rentabilitas Aset
x 100%
3 10 Kuantitatif
b. Rentabilitas Modal Sendiri
x 100%
3 Kuantitatif
c. Kemandirian Operasional Pelayanan
x 100%
4 Kuantitatif
7 Jati Diri Koperasi
a. Rasio Partisipasi Bruto
x 100%
5 10 Kuantitatif
b. Rasio partisipasi Ekonomi Anggota
x 100%
5 Kuantitatif
8 Kepatuhan prinsip syariah Kualitatif
40
Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Syariah 10 10
G. Definisi Operasional
Analisis kesehatan BMT yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan
Peraturan Menteri Koperasi Nomor: 35.3/Per/M.KUM/X/2007 tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Usaha Jasa Keuanagan Syariah dengan
menggunaka dua pendekatan yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.Pendekatan
penilaian kuantitatif berdasarkan permenkop yaitu analisa permodalan, kualitas aktiva
produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan dan jati diri koperasi.
Sedangkat pendekatan peniliaan kualitatif yang berdasarkan permenkop yaitu aspek
manajemen dan kepatuhan prinsip-prinsip syariah. Penilaian dari ke delapan aspek
Permenkop diatas dilakukan dengan menggunakan standar sebagai berikut:
1. Permodalan
Penilaian yang dilakukan dalam aspek permodalan ini menggunakan dua rasio
permodalan yaitu perbandingan modal sendiri dengan total aset dan rasio kecukupan
modal (CAR). Rasio modal sendiri dengan total aset ini di anggap sehat apabila nilainya
maksimal 20%. Sedangkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR)
akan dikatakan sehat apabila nilai CAR mencapai 8% atau lebih, semakin tinggi nilai dari
8% menunjukan KJKS/UJKS koperasi semakin sehat.
41
Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap total modal ditetapkan sebagai
berikut:
a. Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai kredit
0.
b. Untuk setiap kenaikan rasio permodalan 1% mualai dari 0 nilai kredit
ditambah 5 dengan maksimum nilai 100.
c. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperolehlah skor permodalan
Tabel 3.2
Penetapan Kriteria rasio modal sendiri terhadap total modal
Rasio
Permodalan
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
Skor
(100%)
Skor Kriteria
0 0 5 0 0 – 1,25 tidak sehat
1,26 - 2,50 kurang sehat
2,51 – 3,75 cukup sehat
3,76 -5,0 Sehat
5 25 5 1,25
10 50 5 1,50
15 75 5 3,75
20 100 5 5,0
Perhitungan rasio CAR ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menghitung nilai modal sendiri (modal inti) dan modal pelengkap yang
karakteristiknya sama dengan modal sendiri dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian setiap komponen modal KJKS/UJKS Koperasi yang ada
dalam neraca dengan bobot pengakuannya.
42
b. Menghitung niali ATMR diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil
perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko
masing-masing komponen aktiva
c. Rasio CAR dihitung dengan cara membandingkan nilai modal yang diakui
dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100% maka diperoleh rasio CAR
d. Untuk rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi nilai kredit 25, untuk
kenaikan rasio CAR 1% niali kredit ditambah dengan 25 sampai dengan
nilai CAR 8% nilai kredit maksimal 100
e. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor CAR
Contoh perhitungan
Tabel 3.3
Penetapan Kriteria rasio CAR
Rasio
CAR (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
<6 25 5 1,25 Tidak sehat
6 - <7 50 5 2,50 Kurang sehat
7 - <8 75 5 3,75 Cukup sehat
≥8 100 5 5,00 Sehat
2. Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu
Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap jumlah piutang dan
pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap piutang beresiko dan pembiayaan beresiko PAR
43
(Portofolio Asset Risk), dan Rasio Penyisihan dan Penghapusan Aktifa Produktif (PPAP)
terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD)
Untuk memperoleh rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang
dan pembiayaan yang disalurkan, ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih besar dari 12% sampai dengan 100% diberi nilai skor 25
b. Untuk setiap penurunan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai
maksimum 100. Nilai kredit dikalikan bobot 10% diperoleh skor penilaian.
Contoh perhitungan sebagai berikut
Tabel 3.4
Penetapan Kriteria rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap
piutang dan pembiayaan yang disalurkan
Rasio Piutang
bermasalah dan
pembiayaan
bermasalah
terhadap piutang
dan pembiayaan
yang disalurkan
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
<6 25 10 2,50 0 – 2,5 Tidak lancar
2,5 – 5,00 Kurang lancar
5,00 – 7,50 Cukup lancar
7,50 – 10,00 lancar
6 - <7 50 10 5,00
7 - <8 75 10 7,50
≥8 100 10 10,00
Mengukur rasio portofolio piutang dan pembiayaan beresiko dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
44
a. Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok
1) Lambat 1 – 30 hari (portofolio beresiko 1)
2) Lambat 31 – 60 hari (portofolio beresiko 2)
3) Lambat 61 – 90 hari (portofolio beresiko 3)
4) Lambat > 90 hari (portofolio beresiko 4)
b. Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut
dengan total piutang dan pembiayaan dengan cara:
1) Keterlambatan 1 – 30 hari
2) Keterlambatan 31 – 60 hari
3) Keterlambatan 61 – 90 hari
4) Keterlambatan lebih dari 90 hari
c. Menghitung rasio total portofolio piutang dan pembiayaan beresiko dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Total PAR (Total Portofolio piutang dan pembiayaan beresiko) =
45
(1) + (2) + (3) + (4) = .......... %
d. Cara menentukan skor
1) Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai dengan 100% diberi nilai kredit
25, untuk setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah dengan 5
sampai dengan maksimum 100.
2) Nilai kredit dikalikan bobot 5% diperoleh skor penilaiaan
Contoh perhitungan sebagai berikut
Tabel 3.5
Penetapan Kriteria rasio portofolio piutang dan pembiayaan beresiko
Rasio PAR
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
>30 25 5 1,25 0 - < 1,25 Sangat beresiko
1,25 - < 2,50 Kurang beresiko
2,50 - < 3,75 Cukup beresiko
3,75 – 5,0 Tidak beresiko
26 – 30 50 5 2,50
21 - <26 75 5 3,75
<21 100 5 5,00
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap penyisihan
aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD). Rasio ini menunjukan kemampuan
KJKS/UJKS koperasi menyisihkan pendapatannya untuk menutupi risiko (penghapusan)
aktiva produktif yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan piutang. Pengukuran
tingkat kesehtan rasio ini ditetapkan sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan aktiva produktif berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu:
1) Lancar
46
2) Kurang lancar
3) Diragukan
4) Macet
b. Menghitung nilai PPAP dari neraca pada komponen cadangan penghapusan
pembiayaan.
c. Menghitung PPAPWD dengan cara mengalihkan komponen presentase pembentukan
PPAPWD dengan kolektibilitas aktiva produktif. Perhitungan PPAPWD
1) 0,5% dari aktiva produktif lancar
2) 10% daria ktiva produktif kurang lancar dikurangi nilai agunannya
3) 50% dari aktiva produktif diragukan dikurangi nilai agunannya.
4) 100% dari aktiva produktif macet dikurangi nilai agunannya.
d. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif dapat diperoleh/dihitung dengan
membandingkan nilai PPAP dengan PPAPWD dikalikan dengan 100%
e. Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan 0. Untuk setiap kenaikan rasio
PPAP 1% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimum 100
f. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor tingkat rasio PPAP
Contoh perhitungan sebagai berikut
47
Tabel 3.6
Penetapan Kriteria rasio PPAP terhadap PPAPWD
Rasio
PPAP (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
0 0 5 0
0 - < 1,25 Macet
1,25 - < 2,5 diragukan
2,50 - < 3,75 Kurang lancar
3,75 – 5,0 Lancar
10 10 5 0,5
20 20 5 1,0
30 30 5 1,5
40 40 5 2,0
50 50 5 2,5
60 60 5 3,0
70 70 5 3,5
80 80 5 4,0
90 90 5 4,5
100 100 5 5,0
3. Penilaian Manajemen
Penrhitungan nilai kredit aspek manajemen didasarkan kepada hasil penilaian atas
jawaban pertamyaan aspek manajeemn terhadap seluruh komponen dengan komposisi
pertanyaan sebagai berikut (Pertanyaan terlampir):
a. Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai kredit untuk setiap jawaban
pertanyaan positif)\
48
Tabel 3.7
Penetapan Kriteria Manajemen Umum
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,25
0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 0,50
3 0,75
4 1,00
5 1,25
6 1,50
7 1,75
8 2,00
9 2,25
10 2,50
11 2,75
12 3,00
b. Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai kredit untuk setiap jawaban
pertanyaan positif)
Tabel 3.8
Penetapan Kriteria Kelembagaan
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,50
0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 1,00
3 1,50
4 2,00
5 2,50
6 3,00
c. Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai kredit untuk setiap
jawaban pertanyaan positif)
49
Tabel 3.9
Penetapan Kriteria Manajemen Permodalan
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,60
0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
d. Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai kredit untuk setiap jawaban
pertanyaan positif)
Tabel 3.10
Penetapan Kriteria Manajemen Lembaga
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,30
0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 0,60
3 0,90
4 1,20
5 1,50
6 1,80
7 2,10
8 2,40
9 2,70
10 3,00
e. Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai kredit untuk setiap jawaban
pertanyaan positif)
50
Tabel 3.11
Penetapan Kriteria Manajemen Likuiditas
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,60 0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
4. Penilaiaan efisiensi
Penilaian efisinsi KJKS/UJKS koperasi didasarkan pada 3 rasio yaitu rasio biaya
operasional terhadap pelayanan, rasio aktiva terhadap total aset dan rasio efisiensi staf.
Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap
penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan
maksimum nilai kredit 100
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian
51
Tabel 3.12
Penetapan Kriteria rasio biaya operasional atas pelayanan
Rasio Biaya
Operasional Terhadap
Pelayanan (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
>100 25 4 1 Tidak Efisien
85 – 100 50 4 2 Kurang Efisien
69 - 84 75 4 3 Cukup Efisien
0 – 68 100 4 4 Efisien
Rasio aktiva tetap terhadap total moadal ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih besar dari 76% diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap
penurunan rasio 25% niali kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan
maksimum 100
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian:
Tabel 3.13
Penetapan Kriteria Rasio aktiva tetap terhadap total moadal
Rasio aktiva tetap
terhadap Total
Modal (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
>100 25 4 1 Tidak Efisien
85 – 100 50 4 2 Kurang Efisien
69 - 84 75 4 3 Cukup Efisien
0 – 68 100 4 4 Efisien
Rasio efisiensi staf dihitung sebagai berikut:
52
a. Untuk rasio kurang dari 50 orang diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap
penurunan rasio 25 orang nilai skor ditambah dengan 25 sampai dengan
maksimum nilai kredit 100
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian:
Tabel 3.14
Penetapan Kriteria Rasio efisiensi staf
Rasio Efisiensi Staf
(Org)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
>50 25 2 0,5 Tidak baik
50 – 74 50 2 1 Kurang Baik
75 - 99 75 2 1,5 Cukup Baik
> 99 100 2 2 Baik
5. Likuiditas
Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KJKS/UJKS koperasi dilakukan terhadap 2
(dua) rasio, yaitu rasio kas dan rasio pembiayaan. Pengukuran rasio kas terhadap dana
yang diterima ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 14% dan lebih besar dari 56% diberi nilai
kredit 25, untuk rasio antara 14% samapai dengan 20% dan antara 46%
sampai dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan
25% dan 35% sampai dengan 45% diberi nilai 75, dan untuk rasio 26%
sampai dengan 34% diberi nilai kredit 100.
53
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian
Tabel 3.15
Penetapan Kriteria Pengukuran rasio kas terhadap dana yang diterima
Rasio Kas (%) Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
< 14 dan > 56 25 10 2,5 Tidak likuid
(14 – 20) dan (46-56) 50 10 5 Kurang likuid
(21 – 25) dan (35 – 45) 75 10 7,5 Cukup likuid
(26 – 34) 100 10 10 Likuid
Pengukuran rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai
berikut:
a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25, untuk setiap
kenaikan rasio 25 % nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan
maksimum 100
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian
Tabel 3.16
Penetapan Kriteria Rasio Pembiayaan terhadap dana yang diterima
Rasio Pembiayaan
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
< 50 25 5 1,25 Tidak likuid
51 – 75 50 5 2,50 Kurang likuid
76 – 100 75 5 3,75 Cukup likuid
> 100 100 5 5 Likuid
54
6. Jati Diri Koperasi
Aspek penilaian jati diri koperasi menggunakan dua rasio yaitu Rasio promosi
ekonomi anggota (PEA) dan Rasio partisipasi bruto. Pengukuran rasio promosi ekonomi
anggota ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih kecil 5% diberikan nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan
rasio 3% nialai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari
12% nilai kredit maksimum 100
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian
Tabel 3.17
Penetapan Kriteria Rasio promosi ekonomi anggota (PEA) dan Rasio
partisipasi bruto.
Rasio PEA (%) Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
< 5 25 5 1,25 Tidak bermanfaat
5 – 7,99 50 5 2,50 Kurang bermanfaat
8 – 11,99
75 5 3,75 Cukup bermanfaat
> 12 100 5 5 Bermanfaat
Pengukuran rasio partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih kecil dari 25% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan
rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari
75% nilai kredit maksimum 100
55
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian
Tabel 3.18
Penetapan Kriteria rasio partisipasi bruto
Rasio Partisipasi
Bruto (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
< 25 25 5 1,25 Rendah
25 – 49 50 5 2,50 Kurang
50 – 75 75 5 3,75 Cukup
> 75 100 5 5 Tinggi
7. Kemandirian dan pertumbuhan
Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio,
yaitu Rentabilitas Aset, Rentabilitas Ekuitas dan kemandirian operasional. Rasio
rentabilitas aset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan dengan total aset
ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk
setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum
100
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian
56
Tabel 3.19
Penetapan Kriteria rasio rentabilitas aset
Rasio Rentabilitas
Aset (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
< 5 25 3 0,75 Rendah
5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang
7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup
> 10 100 3 3,00 Tinggi
Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total ekuitas
ditetapkan sebagai berikut
a. Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredir 25, utnuk
setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum
100
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian
Tabel 3.20
Penetapan Kriteria rasio rentabilitas modal sendiri
Rasio Rentabilitas
Ekuitas (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
< 5 25 3 0,75 Rendah
5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang
7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup
> 10 100 3 3,00 Tinggi
Rasio kemandirian operasional yaitu pendapatan usaha dibanding biaya
operasional ditetapkan sebagai berikut:
57
a. Untuk rasio kemandirian operasional labih kecil dari 100% diberi nilai kredit
25. Untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan
maksimum 100
b. Nilai kredit dikalikan 4% diperoleh skor penilaian
Tabel 3.21
Penetapan Kriteria rasio kemandirian operasional
Rasio
Kemandirian
Operasional (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%)
Skor Kriteria
< 100 25 4 1 Rendah
100 – 125 50 4 2 Kurang
126 – 150 75 4 3 Cukup
> 150 100 4 4 Tinggi
8. Kepatuhan Prinsip Syariah
Penilaian kepatuhan prinsip syariah dilakuakn dengan perhitungan nilai kredit
yang didasarkan pada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan sebanyak 10 (sepuluh)
buah (Pertanyaan terlampir) dengan bobot 10% berarti untuk setiap jawaban 1 (satu)
positif memperoleh nilai kredit bobot 1 (satu).
58
Tabel 3.22
Penetapan Kriteria kepatuhan prinsip syariah
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 1
0 – 2,50 Tidak patuh
2,51 – 5,00 Kurang patuh
5,01 – 7,50 Cukup patuh
7,51 – 10,00 patuh
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian dari delapan aspek yang dinilaian
maka penetapan predikat tingkat kesehatan KJKS/UJKS koperasi tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.23
Penetapan Predikat Kesehatan KJKS/UJKS
Skor Predikat
81 – 100 Sehat
66 - < 81 Cukup Sehat
51 - < 66 Kurang Sehat
0 - < 51 Tidak Sehat
59
59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT Khairu Ummah
1. Sejarah Berdirinya BMT Khairu Ummah
Baitul maal wat Tamwi Khairu ummah lahir dan diorientaskan bagi
kepentingan pengembangan ekonomi masyarakat khususnya umat Islam,
terutama yang tergolong pengusaha mikro, dhuafa dan mustadafin di
kecamatan leuwiliang, cibungbulang, ciampea, leuwisadeng, nanggung,
cigudeg dan jasinga.
Awal mula berdirinya BMT Khairu Ummah yaitu pada tanggal 24
Agustus 1994. Dengan alamat di Jl. Raya Leuwiliang No. 106 Bogor 16640,
berbadan hukum koperasi No. 111060/BH/KWK.10/5 dan akta perubahan
No. 111060/BH/PMD/KWK.10/XII-1997. Modal awal yang dipakai oleh
BMT khairu Ummah pada tahun 1994 yaitu Rp. 5.000.000,00 dengan
klasifikasi koperasi: B (Baik)
Lembaga keuangan syariah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil
“Khairu Ummah”, lembaga yang diidirikan sebagai bagian dari bentuk
kepedulian terhadap masyarakat kelas menengah kebawah, dimana dalam
operasionalnya lembaga ini tidak hanya memfasilitasi umat Islam untuk
bertransaksi secara syariah tetapi juga membuka peluang permodalan bagi
para pengusaha mikro/kecil dan menengah.
Dalam kaitan itulah kehadiran koperasi Baitul maal wat Tamwil
Khairu Ummah merupakan alternatif solusi untuk menjembatani pengusaha
60
mikro dengan sumber modal, peningkatan akses pengusaha kecil terhadap
bank sekaligus menyediakan lembaga keuangan yang memberikan
kemudahan dan keamanan dalam menyimpan dananya.
2. Fungsi dan Tujuan BMT Khairu Ummah
Lembaga keuangan syariah Baitul Maal wat Tamwil “Khairu
Ummah” difungsikan sebagai berikut:
a. Wahana untuk memberikan pemahaman, pengamalan dan media
dakwah bil hal dari tata kehidupan berkoperasi yang mencerminkan
prinsip ekonomi dengan kaidah dan etika yang islami.
b. Wahanan proses pembentukan sikap prilaku dan pemahaman terhadap
tata kehidupan muslim secara kafah yang mencakup segala aspek
kehidupan.
Selain fungsi diatas, Baitul Maal Wat Tamwil “Khairu Ummah”
didasarkan sebagai manifestasi untuk memperoleh ridho Allah semata,
dengan tujuan yang lebih spesifik yaitu:
a. Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi umat Islam, khususnya
pengusaha mikro/kecil;
b. Meningkatkan produktifitas usaha melalui sektor rill dengan
memberikan pelayanan pembiayaan kepada pengusaha muslim;
c. Membebaskan para pengusaha kecil dari jeratan para pelepas uang
dengan sistem bunga dan rente;
61
d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha disamping meningkatkan
kesempatan kerja dan penghasilan umat Islam;
e. Menghimpun dana umat, terutama zakat, infaq dan shadaqah secara
profesional untuk disalurkan kepada para mustahik;
f. Tujuan lainnya yang mengarah kepada perbaikan strata ekonomi umat
Islam terutama kaum dhuafa dan mustadafin.
3. Produk BMT Khairu Ummah
BMT khairu ummah memiliki berbagai produk pelayanan yang
dapat di nikmati oleh anggota dan nasabahnya yaitu:
a. Tabungan Syariah (Tasyri)
Produk ini merupakan produk tabungan umum bagi perorangan atau
lembaga
b. Tabungan untuk Masa Depan (Tampan)
Produk ini diperuntukan bagi pelajar atau mehasiswa sebagai bekal
untuk kelanjutan belajar atau masa depan nasabah
c. Tabungan menuju Walimah (Tammah)
Produk tabungan ini merupakan tabungan umum perorangan sebagai
persiapan utntuk melaksanakan pernikahan.
d. Tabungan persiapan Qurban (Tapaqur)
Produk ini merupakan produk tabungan perorangan sebagai persiapan
melaksanakan ibadah Qurban
e. Deposito dengan akad Mudharabah
62
Produk tabungan umum perorangan atau lembaga yang
pengambilannya bersifat berjangka.
f. Menerima titipan amanah (Zakat, Infaq dan shadaqah)
Produk ini di buat sebagai penerapan fungsi Baitul maal sebagai rumah
harta bagi kaum dhuafa. Produk titipan dalam bentuk zakat, infaq dan
shadaqah yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan kebajikan (Al
Qardhul hasan: Tanpa laba/bagi hasil) bagi mustahiq zakat.
g. Produk layanan lainnya.
Selain produk diatas adajuga produk layanan lain yang dimiliki oleh
BMT Khairu Ummah yaitu:
Transfer on line dan real time antar Bank
Pembayaran rekening listrik dan telepon
Pembayaran tagihan seluler pasca bayar
Isi ulang pulsa
Pemesanan tiket pesawat
Pembayaran lain-lain (Kredt motor FIF dan ACC)
Layanan jemput tabungan
Layanan jemput pembayaran listrik dan telepon
Melayani konsultasi dan jemput zakat
Jasa penukaran uang pecahan
63
4. Profil Singkat dan Bagan Struktur BMT Khairu Ummah
a. Profil Singkat
Nama Lembaga : KOPERASI PONDOK PESANTREN
MU’ALLIMIEN/ KBMT “KHAIRU UMMAH”
Alamat : Jl. Raya Leuwiliang No. 106 Bogor 16640
Website : http://www.bmtkhairuummah.com
E-mail : [email protected]
Tanggal berdiri : 24 Agustus 1994
Badan Hukum : 111060/BH/KWK.10/5
Akta Perubahan : 11060/BH/PMD/KWK.10/XII-1997
Jenis Usaha : Simpan pinjam syariah dan Jasa layanan
lainnya
Prestasi : Koperasi terbaik tk kabupaten tahun 2009
Jumlah Anggota : 883 Orang
Jumlah Anggota aktif : 355 Orang
Jumlah Nasabah : 11.732 Orang
Nasabah Tasyri : 8478 orang
Nasabah Tampan : 3219 Orang
Jumlah karyawan : 29 Orang
Visi : Menjadi Lembaga Keuangan Syariah Pilihan
Ummat
Misi:
64
melaksanakan sistem ekonomi yang menjungjung tinggi nilai-nilai
syariah
mewujudkan lembaga keuangan yang profesional
membentuk karyawan yang memiliki integritas moral
berorientasi pada pemberdayaan UMKM
b. Bagan Struktur Organisasi BMT Khairu Ummah
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BMT
RAPAT TAHUNAN
ANGGOTA
PENGURUS
(BADAN EKSEKUTIF)
PENGAWAS KETUA PENASEHAT
65
B. Penilaian Tingkat Kesehatan
Data keuangan serta cara pengelolaannya pada suatu BMT merupakan
masalah yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup BMT.
Pengelolaan keuangan yang baik akan menciptakan tingkat kesehatan yang baik
pula.
Penilaian tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah tahun 2011-2014
menggunakan pedoman penilaian tingkat kesehatan KJKS dan UJKS yang di
keluarkan oleh Menteri Koperasi No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007. Asepek-Aspek
yang dinilai dalam pedoman ini yaitu Permodalan, Kualitas Aktifa Produktif,
manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi
dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Untuk penilaian terhadap aspek
manajemen dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dilakukan hanya
tahun 2014 saja.
1. Aspek Permodalan
Aspek permodalan dihitung melalui dua rasio keuangan yaitu rasio modal
sendiri terhadap aset dan rasio kecukupan modal hasil rasio keuangannya. Berikut
ini perhitungan tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah dari sisi permodalan.
a. Rasio Total Modal terhadap Modal sendiri
Rasio modal sendiri terhadap total modal dimaksud untuk mengukur
kemampua BMT dalam mengimpun modal sendiri dibanding dengan modal
yang dimiliki. Perhitungan rasio total modal terhadap modal sendiri dilakuakn
dengan cara dibawah ini
66
x 100%
Tabel 4.1
Perhitungan Rasio Total Modal terhadap Modal sendiri tahun 2011-2014
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah
dari aspek permodannya dapat dilihat bahwa meskipun dari tahun 2011-2014
rasio total modal terhadap modal sendiri itu terus menurun akan tetapi rasio
setiap tahunnya masih diatas nilai rasio yang telah ditetapkan yaitu sebesar
20% oleh karena itu BMT Khairu Ummah dinyatakan SEHAT
b. Rasio Kecukupan Modal
Rasio kecukupan modal sendiri dimaksud untuk mengukur kualitas
modal tertimbang BMT dalam mendukung adanya aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR) yang dimiliki. Perhitungan rasio kecukupan modal dilakukan
dengan cara di bawah ini
x 100%
Tahun Modal Sendiri Total Modal Rasio
2011 Rp 486.105.305,46 Rp 503.080.305,46 97%
2012 Rp 930.381.480,67 Rp 1.053.962.559,17 88%
2013 Rp 1.165.120.723,36 Rp 1.462.120.823,36 80%
2014 Rp 1.562.655.735,00 Rp 2.036.217.105,00 77%
67
Tabel 4.2
Perhitungan Rasio Kecukupan Modal (CAR) tahun 2011-2014
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil perhitungan rasio CAR BMT Khairu ummah dari tahun 2011
sampai tahun 2014 dapat di lihat pada tabel di atas bahwa rasio CAR BMT Khairu
Ummah memang belum bisa dinyatakan sehat karena nilai minimum rasio CAR
suatu BMT yaitu 8%. Pada tahun 2011 rasio CARnya hanya 5,50% tidak sehat,
tahun 2012 nilai rasio CAR nya 6,80 = Kurang Sehat, 2013 nilai Rasionya 6,00 =
Kurang Sehat dan tahun 2014 nilai Rasionya 6,87 = kurang sehat
2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada tiga rasio
yaitu rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap jumlah piutang
dan pembiayaan, rasio portofolio terhadap piutang beresiko dan pembiayaan
beresiko dan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap
rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD)
Tahun Modal tertimbang ATMR CAR
2011 Rp 374.181.365,18 Rp 6.797.544.069,95 5,50%
2012 Rp 727.236.466,65 Rp 10.699.036.591,92 6,80%
2013 Rp 1.042.464.737,14 Rp 17.366.995.785,80 6,00%
2014 Rp 1.397.493.845,50 Rp 20.346.683.546,40 6,87%
68
a. Rasio Tingkat Pembiayaan Dengan Piutang Bermasalah Terhadap Jumlah
Piutang Dan Pembiayaan
Rasio tingkat pembiayaan dengan piutang bermasalah terhadap jumlah
piutang dan pembiayaan dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar jumlah
pembiayaan bermasalah dari seluruh pembiayaan yang diberikan. Untuk
perhitungannya dilakukan dengan cara dibawah ini
x 100%
Tabel 4.3
Perhitungan RasionTingkat Pembiayaan Dengan Piutang Bermasalah
Terhadap Jumlah Piutang Dan Pembiayaan Tahun 2011-2014
Tahun Σ Pembiayaan & Piutang
bermasalah Σ Piutang dan Pembiayaan Rasio
2011 Rp 305.020.389,00 Rp 5.819.850.736,74 5,24%
2012 Rp 445.574.667,00 Rp 9.302.185.130,04 4,79%
2013 Rp 420.530.785,00 Rp 14.131.100.363,59 2,98%
2014 Rp 435.988.857,00 Rp 16.147.735.434,00 2,70%
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Rasio tingkat pembiayaan bermasalah BMT Khairu Ummah
menunjukan penurunan setiap tahun. pada tahun 2011 rasio pembiayaannya
bermasalahnya dinyatakan Cukup Lancar karena nilai rasionya lebih dari 5%
yaitu 5,24% sedangkan dari tahun 2012-2014 rasio pembiayaan bermasalah
BMT Khairu Ummah dinyatakan Lancar karena dibawah 5%.
69
b. Rasio Portofolio Pembiayaan Beresiko
Rasio portofolio pembiayaan beresiko dimaksudkan untuk mengukur
seberapa besar jumlah pembiayaan beresiko dari seluruh pembiayaan yang
diberikan. Untuk perhitungannya dilakukan dengan cara dibawah ini
x 100%
Tabel 4.4
Perhitungan Rasio portofolio pembiayaan beresiko Tahun 2011-2014
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil perhitungan rasio portofolio pembiayaan beresiko, BMT
Khairu Ummah dari tahun 2011-2014 memiliki nilai Rasio di bawah 21% maka
dengan ini dinyatakan BMT Khairu Ummah memiliki Portofolio pembiayaan
yang Tidak Beresiko
c. Rasio Penyisihan Aktiva Produktif
Rasio penyisihan aktiva produktif dimaksudkan untuk mengukur
kualitas cadangan resiko dalam mengatasi risiko pinjaman yang bermasalah.
Untuk perhitungannya dilakukan dengan cara dibawah ini
x 100%
Tahun Σ Portofolio beresiko Σ Piutang dan Pembiayaan Rasio
2011 Rp 1.104.111.049,81 Rp 5.819.850.736,74 18,97%
2012 Rp 1.281.841.110,78 Rp 9.302.185.130,04 13,78%
2013 Rp 1.222.340.181,49 Rp 14.131.100.363,59 8,65%
2014 Rp 1.209.465.384,01 Rp 16.147.735.434,00 7,49%
70
Tabel 4.5
Perhitungan Rasio Penyisihan Aktifa Produktif Tahun 2011-2014
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil perhitungan penyisihan aktiva produktif BMT Khairu Ummah
dapat di lihat bahwa nilai rasio yang ada yaitu di atas 80% dengan nilai 4,0 maka
dapat dinyatakan bahwa penyisihan aktiva produktif BMT Khairu Ummah
Lancar.
3. Manajemen
Aspek manajemen merupakan salah satu aspek yang penting dalam
menilai suatu kesehatan lembaga keuangan, dalam pedoman penilaian kesehatan
KJKS dan UJKS No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 pun aspek manajemen
termasuk dalam penilaiannya. Seharusnya memang aspek manajemen ini di nilai
setiap tahun akan tetapi dalam penelitian ini karena terbatasnya data dan
penelitian ini dilakukan tahun 2014 aspek manajemen ini yang di nilai hanya
tahun 2014 saja.
Dalam peraturan menteri koperasi No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
disebutkan bahwa ada lima komponen yang di nilai dalam aspek manajemen
tersebut. Komponen yang dimaksud adalah komponen manajemen umum,
Tahun PPAP PPAPWD Rasio
2011 175.276.342,30 Rp 191.108.898,54 91,72%
2012 251.276.342,30 Rp 293.395.569,51 85,64%
2013 451.276.342,30 Rp 287.182.264,10 157,14%
2014 480.181.000,00 Rp 248.917.342,19 192,91%
71
manajemen kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan
manajemen likuiditas.
a. Manajemen Umum
Manajemen umum dimaksud untuk mengukur kemampuan BMT dalam
mengelola usahanya. Dalam menilai komponen manajemen umum ini terdapat
12 pertanyaan yang tersedia dalam pedoman penilaian kesehatan KJKS dan
UJKS. Dan setiap pertanyaan benar akan diberi nilai 0,25.
Tabel 4.6
Perhitungan dan Penyekoram Komponen Manajemen Umum Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 12 0,25 3
Sumber: Data hasil wawancara aspek manajemen BMT Khairu Ummah
Dari hasil wawancara diatas komponen manajemen umum BMT Khairu
Ummah tahun 2014 dengan memiliki 12 jawaban positif dan nilai kredit bobot
3,00 dapat dikatakan Baik.
b. Manajemen Kelembagaan
Manajemen kelembagaan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
BMT dalam mengelola SDM dan sistem kerja koperasi itu sendiri. Dalam
menilai komponen manajemen kelembagaan ini terdapat 6 pertanyaan yang
tersedia dalam pedoman penilaian kesehatan KJKS dan UJKS. Dan setiap
pertanyaan benar akan diberi nilai 0,50
72
Tabel 4.7
Perhitungan dan Penyekoram Komponen Kelembagaan Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 5 0,50 2,50
Sumber: Data hasil wawancara BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil wawancara diatas komponen manajemen kelembagaan BMT
Khairu Ummah tahun 2014 dengan memiliki 5 jawaban positif dan nilai kredit
bobot 2,50 dapat dikatakan Baik.
c. Manajemen Permodalan
Manajemen permodalan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
BMT dalam mengelola modalnya sendiri. Dalam menilai komponen
manajemen kelembagaan ini terdapat 5 pertanyaan yang tersedia dalam
pedoman penilaian kesehatan KJKS dan UJKS. Dan setiap pertanyaan benar
akan diberi nilai 0,60
Tabel 4.8
Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen Permodalan
Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 5 0,60 3,00
Sumber: Data hasil wawancara BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
73
Dari hasil wawancara diatas komponen manajemen permodalan BMT
Khairu Ummah tahun 2014 dengan memiliki 5 jawaban positif dan nilai kredit
bobot 3,00 dapat dikatakan Baik.
d. Manajemen Aktiva
Manajemen aktiva dimaksudkan untuk mengukur kemampuan BMT
dalam mengelola pinjaman (Pembiayaan) dari harta yang dimiliki. Dalam
menilai komponen manajemen kelembagaan ini terdapat 10 pertanyaan yang
tersedia dalam pedoman penilaian kesehatan KJKS dan UJKS. Dan setiap
pertanyaan benar akan diberi nilai 0,30
Tabel 4.9
Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen aktiva Tahun
2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 10 0,30 3,00
Sumber: Data hasil wawancara BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil wawancara diatas komponen manajemen aktiva BMT Khairu
Ummah tahun 2014 dengan memiliki 10 jawaban positif dan nilai kredit bobot
3,00 dapat dikatakan Baik.
e. Manajemen Likuiditas
Manajemen likuiditas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan BMT
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam menilai komponen
74
manajemen kelembagaan ini terdapat 5 pertanyaan yang tersedia dalam
pedoman penilaian kesehatan KJKS dan UJKS. Dan setiap pertanyaan benar
akan diberi nilai 0,60
Tabel 4.10
Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen Likuiditas Tahun
2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 5 0,60 3,00
Sumber: Data hasil wawancara BT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil wawancara diatas komponen manajemen likuiditas BMT
Khairu Ummah tahun 2014 dengan memiliki 10 jawaban positif dan nilai
kredit bobot 3,00 dapat dikatakan Baik.
4. Effisiensi
Penilaian efisinsi KJKS/UJKS koperasi didasarkan pada 3 rasio yaitu
rasio biaya operasional terhadap pelayanan, rasio aktiva terhadap total aset dan
rasio efisiensi staf
a. Rasio Biaya Operasional Pelayanan Terhadap Partisipasi Bruto
Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto ini
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan BMT dalam memberikan efisiensi
75
pelayanan kepada para anggotanya dari penggunaan aset yang dimiliki. Cara
perhitungannya dilakukan dengan cara dibawah ini
x 100%
Tabel 4.11
Perhitungan Rasio Biaya Operasional Pelayanan Tehadap Partisipasi
Bruto Tahun 2011-2014
Sumber: Laporan Laba Rugi BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil perhitungan di atas dapat dinyatakan bahwa rasio biaya
operasional atas pelayanan BMT Khairu Ummah terus mengalami kenaikan
nilainya, akan tetapi meskipun terjadi kenaikan pada nilai rasio BMT Khairu
Ummah memiliki nilai rasio di bawah 68% sehingga dapat dinyatakan bahwa
BMT Khairu Ummah Efisien.
b. Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset
x 100%
Tahun Biaya Operasional Pelayanan Partisipasi Bruto Rasio
2011 Rp 720.184.173,49 Rp 1.463.307.005,50 49,22%
2012 Rp 1.093.139.337,91 Rp 2.234.997.216,49 48,91%
2013 Rp 1.701.662.845,24 Rp 3.090.593.329,96 55,06%
2014 Rp 2.333.941.781,00 Rp 4.146.822.655,00 56,28%
76
Tabel 4.12
Perhitungan Rasio Aktiva Tetap terhadap Total Aset Tahun 2011-
2014
tahun Aktiva Tetap Total Aset Rasio
2011 Rp 719.010.225,60 Rp 8.862.109.290,85 8,11%
2012 Rp 570.448.937,44 Rp 13.394.893.408,56 4,26%
2013 Rp 3.326.904.869,60 Rp 21.597.241.579,57 15,40%
2014 Rp 3.755.154.870,00 Rp 26.978.758.881,00 13,92%
Sumber: Laporan Keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari perhitungan diatas dapat di lihat bahwa rasio aktiva tetap terhadap
total aset BMT Khairu Ummah dari tahun 2011-2014 memiliki nilai rasio yang
fluktuatif karena terjadi kenaikan dan penurunan. Meskipun demikian hasil
penilaian rasio BMT Khairu Ummah tidak melebih nilai yang telah di tetapkan
yaitu 25% sehingga dapat dinyatakan bahwa rasionya Baik.
c. Rasio Efisiensi Staf
Rasio efisiensi staf digunakan untuk mengukur sejauh mana staf yang
ada dalam memperoleh mitra pembiayaan.
x 100%
Tabel 4.13
Perhitungan Rasio Efisiensi Staf Tahun 2011-2014
Tahun Σ Mitra Pembiayaan Jumlah Staff Rasio
2011 1029 17 6053%
2012 961 20 4805%
2013 1.259 23 5474%
2014 1.348 29 4648%
Sumber: Laporan Keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
77
Dari data diatas dapat dilihat bahwa Rasio efisiensi staf BMT Khairu
Ummah memilik nilai rasio yang fluktuatif terjadi penurunan dan kenaikan,
meskipun demikian nilai rasio yang diperoleh dari perhitungan tersebut sangatlah
tinggi jauh di atas nilai yang di tetapkan yaitu 100% ini menunjukan bahwa
efisiensi staf BMT Khairu Ummah Baik.
5. Likuiditas
Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KJKS/UJKS koperasi dilakukan
terhadap 2 (dua) rasio, yaitu rasio kas dan rasio pembiayaan.
a. Cash Rasio
Cash Rasio dimaksudkan untuk mengukur kemampuan BMT dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Cara perhitungannya dilakukan dengan
cara dibawah ini
x 100%
Tabel 4.14
Perhitungan Cash Rasio Tahun 2011-2014
Tahun Kas+Bank Kewajiban Lancar Rasio
2011 Rp 2.564.683.020,97 Rp 8.359.028.985,39 30,68%
2012 Rp 3.008.627.665,38 Rp 12.340.930.849,39 24,38%
2013 Rp 4.703.332.272,39 Rp 20.135.120.756,21 23,36%
2014 Rp 7.481.130.521,00 Rp 24.942.541.776,00 29,99%
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
78
Dari perhitungan rasio kas diatas dapat di lihat bahwa nilai rasio kas
BMT Khairu ummah terjadi fluktuasi dari 2011-2013 terjadi penurunan
sedangkan tahun 2014 terjadi kenaikan. Pada tahun 2011 dan 2014 rasio kas BMT
Khariu Ummah mendapat skor antara skor yang di tetapkan sebesar (26-34)
sehingga dapat dikatakan Likuid. Sedangkan tahun 2012 dan 2013 BMT Khairu
Ummah mendapat skor antara skor yang ditetapkan sebesar (21-25) sehingga
dapat dikatakan Cukup Likuid.
b. Rasio Pembiayaan Terhadap Dana Yang Diterima
Rasio ini dimaksud untuk mengukur tingkat risiko pembiayaan
bermasalah BMT. Cara perhitungannya seperti di bawah ini
x 100%
Tabel 4.15
Perhitungan Rasio Pembiayaan Terhadap Dana Yang Diterima Tahun
2011-2014
Tahun Total Pembiayaan Dana yang diterima Rasio
2011 Rp 5.819.850.736,74 Rp 8.862.109.290,85 65,67%
2012 Rp 9.302.185.130,04 Rp 13.394.893.408,56 69,45%
2013 Rp 14.131.100.363,59 Rp 21.597.241.579,57 65,43%
2014 Rp 16.147.735.434,00 Rp 26.978.758.881,00 59,85%
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil perhitungan di atas dari tahun 2011-2014 rasio pembiayaan
terhadap dana yang diterima oleh BMT Khairu ummah menunjukan nilai yang
79
belum menunjukan likuiditas karena masih dalam rasio 51%-75% sehingga
dapat dikatakan bahwa BMT Khairu Ummah Kurang Likuid.
6. Kemandirian Dan Pertumbuhan
Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3
(tiga) rasio, yaitu Rentabilitas Aset, Rentabilitas Ekuitas dan kemandirian
operasional.
a. Rentabilitas Aset
Rasio rentabilitas aset ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
BMT dalam memperoleh laba atau keuntungan dari aktiva atau modal yang
dikelola.pengukuran tingkat kesehatan dilakukan dengan cara
x 100%
Tabel 4.16
Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset Tahun 2011-2014
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari hasil perhitungan diatas Rentabilitas Aset BMT Khairu Ummah
dari tahun 2011-2014 itu memiliki rasio di bawah 5% sehingga dapat dikatakan
bahwa rentabilitasnya masih Rendah.
Tahun SHU Sebelum Nisbah, Zakat dan Pajak Total Aset Rasio
2011 Rp 223.847.880,56 Rp 8.862.109.290,85 2,53%
2012 Rp 406.290.072,04 Rp 13.394.893.408,56 3,03%
2013 Rp 245.311.972,45 Rp 21.597.241.579,57 1,14%
2014 Rp 330.323.779,00 Rp 26.978.758.881,00 1,22%
80
b. Rentabilitas Modal Sendiri
Rasio rentabilitas modal sendiri ini dimaksud untuk mengukur
kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan SHU. Penilaiannya dilakukan
dengan cara
x 100%
Tabel 4.17
Perhitungan Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Tahun 2011-2014
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari perhitungan rasio rentabilitas nilai sendiri BMT Khairu Ummah
pada tahun 2011-2014 terjadi fluktuasi. Pada tahun 2011-2012 terjadi penurunan
rasio dari 7,48 sampai 5,00% sedangkan tahun 2012-2013 terjadi kenaikan yang
sangat tinggi dari 5,00% sampai 14,37% dan tahun 2013-2014 terjadi kenaikan
pula meskipun nilainya tidak cukup tinggi dari 14,37% sampai 14,43%. Dengan
nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa pada tahun 2011 dan 2012 rentabilitas
Modal sendiri BMT Khairu Ummah terletak diantara rasio 5%-7,4% yang artinya
Kurang. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 rasio rentabilitas modal sendirinya
di atas 10% yang artinya Tinggi.
Tahun SHU Bagian Anggota Total Modal Sendiri Rasio
2011 36.374.077,47 Rp 486.105.305,46 7,48%
2012 46.535.201,41 Rp 930.381.480,67 5,00%
2013 167.425.421,00 Rp 1.165.120.723,36 14,37%
2014 225.445.979,00 Rp 1.562.655.735,00 14,43%
81
c. Kemandirian Operasional Pelayanan
Rasio kemandirian dan operasional pelayanaan ini dimaksud untuk
mengukur kemandirian BMT dalam pelayanan operasional untuk anggota.
Perhitungannya dilakukan dengan cara
x 100%
Tabel 4.18
Perhitungan Rasio Kemandirian Operasional Tahun 2011-2014
Sumber: Laporan Laba Rugi BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Data di atas menunjukan hasil perhitungan kemandirian operasional
pelayanan BMT Khairu Ummah tahun 2011-2014 menunjukan penurunan dari
setiap tahunnya. Meskipun demikian penurunan yang terjadi tidak mempengaruhi
rasio kemandirian operasional pelayanan BMT Khairu Ummah yang memiiki
nilai di atas 150% dengan demikian dapat dinyatakan Tinggi.
7. Jati Diri Koperasi
Aspek penilaian jati diri koperasi menggunakan dua rasio yaitu Rasio
promosi ekonomi anggota (PEA) dan Rasio partisipasi bruto.:
a. Rasio Partisipasi Bruto
Tahun Pendapatan Usaha Biaya Operasional Pelayanan Rasio
2011 Rp 1.463.307.005,50 Rp 720.184.173,49 203%
2012 Rp 2.234.997.216,49 Rp 1.093.139.337,91 204%
2013 Rp 3.090.593.329,96 Rp 1.701.662.845,24 182%
2014 Rp 4.146.822.655,00 Rp 2.333.941.781,00 178%
82
Rasio partisipasi bruto ini dimaksud untuk mengukur kemampuan BMT
dalam mengaktifkan anggotanya prihal simpanan dan pembiayaan. Cara
perhitungannya sebagai berikut
x 100%
Tabel 4.19
Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto Tahun 2011-2014
Tahun Jumlah Partisipasi Bruto Jumlah Pratisipasi bruto + transaksi Non Anggota Rasio
2011 Rp 1.463.307.005,50
Rp
1.464.109.731,70 99,95%
2012 Rp 2.234.997.216,49
Rp
2.254.133.928,49 99,15%
2013 Rp 3.090.593.329,96
Rp
3.098.613.329,96 99,74%
2014 Rp 4.146.822.655,00
Rp
4.147.334.063,00 99,99%
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Dari perhitungan rasio partisipasi bruto di atas dapat di lihat bahwa
BMT khairu Ummah dari tahun 2011-2014 memiliki rasio partisipasi bruto diatas
75% sehingga dapat dikatakan bahwa rasio partisipasi bruto BMT Khairu Ummah
Tinggi.
b. Rasio Partisipasi Ekonomi Anggota
Rasio partisipasi ekonomi anggota ini dimaksudkan untuk mengukur
kemampua BMT dalam memberikan manfaat partisipasi dan biaya koperasi
83
melalui simpanan pokok dan simpanan wajib. Cara perhitungannya di jelaskan di
bawah ini
x 100%
Tabel 4.20
Perhitungan Rasio Partisipasi Ekonomi Anggota Tahun 2011-2014
Tahun MEP + SHU Bagian Anggota Total Simpanan pokok + Simpanan Wajib Rasio
2011 Rp 36.374.077,47
Rp 82.455.653,26 44%
2012 Rp 46.535.201,41
Rp 135.067.146,19 34%
2013 Rp 167.425.421,00
Rp 216.462.677,87 77%
2014 Rp 225.445.979,00
Rp 306.164.516,00 74%
Sumber: Laporan keuangan BMT Khairu Ummah (Telah diolah)
Rasio partisipasi ekonomi anggota BMT Khairu Ummah pada tahun
2011-2014 terjadi fluktuasi, meskipun begitu rasio partisipasi anggota BMT
Khairu Ummah tidak mempengaruhi tingkat kemanfaatannya karena rasio nya di
atas 12% sehingga dapat dinyatakan bermanfaat.
8. Kepatuhan Prinsip Syariah
BMT sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah sudah
seharusnya taat dan patuh kepada prinsip syariah sehingga segala mekanisme
yang ada tidak melanggar prinsip syariah yang di jungjung tinggi oleh umat Islam.
Penilaian aspek kepatuhan prinsip syariah dimaksud untuk menilai sejauh mana
84
prinsip syariah diterapkan/dipatuhi oleh BMT dalam melaksanakan aktivitas
sebagai lembaga keuangan syariah.
Penilaian kepatuhan prinsip syariah dilakuakn dengan perhitungan nilai
kredit yang didasarkan pada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan sebanyak
10 (sepuluh) buah dengan bobot 10% berarti untuk setiap jawaban 1 (satu)
positif memperoleh nilai kredit bobot 1 (satu).
Tabel 4.21
Perhitungan dan Penyekoran Kepatuhan Prinsip Syariah Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 6 6 6,00
Sumber: Data hasil wawancara BMT Khairu Ummah
Dari hasil wawancara diatas aspek kepatuhan terhadap prinsip syariah
BMT Khairu Ummah tahun 2014 dengan memiliki 6 jawaban positif dan nilai
kredit bobot 6,00 dapat dikatakan Cukup Patuh.
C. Interpretasi Penilaian Kesehatan
Hasil penilaian yang telah dilakukan pada BMT Khairu Ummah
berdasarkan peraturan Menteri Koperasi nomor: 35.3/Per/m.kukm/x/2007 tentang
pedoman penilaian KJKS dan UJKS, dimana aspek yang dinilai pada tahun 2011-
2013 yaitu ada enam aspek; permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi,
likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan dan jati diri koperasi. Sedangkan tahun
2014 aspek yang dinilai ada 8 aspek; aspek permodalan, kualitas aktiva produktif,
85
manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi
dan kepatuhan terhadap prinsip syariah.
Tabel 4.22
Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah Tahun 2011
Tahun Variabel Indikator Rasio Skor Predikat
2011
1. Permodalan
a. Rasio Modal sendiri
terhadap total modal 97% 5 Sehat
b. Rasio Kecukupan
Modal 5,50% 1,25
Tidak
Sehat
2. Kualitas
Aktiva
Produktif
a. Rasio tingkat
pembiayaan dengan
piutang bermasalah
terhadap jumlah
piutang dan
pembiayaan
5,24% 7,50 Cukup
Sehat
b. Rasio portofolio
pembiayaan beresiko
18,97%
5,00 Tidak
Beresiko
c. Rasio Penyisihan
Aktiva Produktif
91,72%
4,50 Lancar
3. Efisiensi
a. Rasio Biaya
Operasional
Pelayanan terhadap
partisipasi Bruto
49,22%
4,00 Effisien
b. Rasio aktiva tetap
terhadap total aset 8,11% 4,00 Baik
c. Rasio Efisiensi Staff
6053% 2,00
Baik
4. Likuiditas
a. Cash Rasio 30,68
%
10,00
Likuid
b. Rasio pembiayaan
terhadap dana yang
diterima
65,67
% 2,50
Kurang
Likuid
5. Kemandiri
an dan
Pertumbuh
an
a. Rentabilitas aset 2,53% 0,75 Rendah
b. Rentabilitas Modal
Sendiri 7,48% 1,50 Kurang
c. Kemandirian
operasional pelayanan 203% 4,00 Tinggi
6. Jati Diri
Koperasi
a. Rasio Partisipasi
Bruto
99,95
% 5,00 Tinggi
b. Rasio Partisipasi
Ekonomi Anggota 44% 5,00
Bermanf
aat
86
Total
62,0
0 Sehat
Sumber: Perhitungan Rasio-Rasio Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan BMT Khairu
Ummah tahun 2011 berdasarkan hasil perhitungan rasio-rasio yang terdapat dalam
permenkop nomor: 35.3/per/m.kukm/x/2007 dengan rasio yang diambil ada 6
rasio yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian
dan pertumbuhan, dan jati diri koperasi dan mendapatkan total nilai 62,00 dengan
predikat sehat.
Tabel 4.23
Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah Tahun 2012
Tahun Variabel Indikator Rasio Skor Predikat
2012
1. Permodalan
a. Rasio Modal sendiri
terhadap total modal 88% 5 Sehat
b. Rasio Kecukupan
Modal 6,80% 2,50
Kurang
Sehat
2. Kualitas
Aktiva
Produktif
a. Rasio tingkat
pembiayaan dengan
piutang bermasalah
terhadap jumlah
piutang dan
pembiayaan
4,79% 10,00
Sehat
b. Rasio portofolio
pembiayaan beresiko
13,78
% 5,00
Tidak
Beresiko
c. Rasio Penyisihan
Aktiva Produktif
85,64
% 4,00 Lancar
3. Efisiensi
a. Rasio Biaya
Operasional
Pelayanan terhadap
partisipasi Bruto
48,91
% 4,00 Efisien
b. Rasio aktiva tetap
terhadap total aset 4,26% 4,00 Baik
c. Rasio Efisiensi Staff 4805
% 2,00 Baik
4. Likuiditas
a. Cash Rasio 24,38
% 7,50
Cukup
Likuid
b. Rasio pembiayaan
terhadap dana yang
69,45
% 2,50
Kurang
Likuid
87
diterima
5. Kemandiria
n dan
Pertumbuha
n
a. Rentabilitas aset 3,03% 0,75 Rendah
b. Rentabilitas Modal
Sendiri 5,00% 1,50 Kurang
c. Kemandirian
operasional pelayanan 204% 4,00 Tinggi
6. Jati Diri
Koperasi
a. Rasio Partisipasi
Bruto
99,15
% 5,00 Tinggi
b. Rasio Partisipasi
Ekonomi Anggota
34,00
% 5,00
Bermanf
aat
Total
62,7
5 Sehat
Sumber: Perhitungan Rasio-Rasio Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan BMT Khairu
Ummah tahun 2012 berdasarkan hasil perhitungan rasio-rasio yang terdapat dalam
permenkop nomor: 35.3/per/m.kukm/x/2007 dengan rasio yang diambil ada 6
rasio yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian
dan pertumbuhan, dan jati diri koperasi mendapatkan total nilai 62,75 dengan
predikat sehat.
Tabel 4.24
Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah Tahun 2013
Tahun Variabel Indikator Rasio Skor Predikat
2013
1. Permodalan
a. Rasio Modal sendiri
terhadap total modal
80%
5 Sehat
b. Rasio Kecukupan
Modal
6,00%
2,50 Kurang
Sehat
2. Kualitas
Aktiva
Produktif
a. Rasio tingkat
pembiayaan dengan
piutang bermasalah
terhadap jumlah
piutang dan
pembiayaan
2,98%
10,00
Sehat
b. Rasio portofolio
pembiayaan beresiko
8,65%
5,00 Tidak
Beresiko
c. Rasio Penyisihan
Aktiva Produktif
157,1
4% 5,00 Lancar
3. Efisiensi a. Rasio Biaya
Operasional
55,06
% 4,00 Efisien
88
Pelayanan terhadap
partisipasi Bruto
b. Rasio aktiva tetap
terhadap total aset
15,40
% 4,00 Baik
c. Rasio Efisiensi Staff 5474
% 2,00 Baik
4. Likuiditas
a. Cash Rasio 23,36
% 7,50 Cukup
Likuid
b. Rasio pembiayaan
terhadap dana yang
diterima
65,43
%
2,50
Kurang
Likuid
5. Kemandiria
n dan
Pertumbuha
n
a. Rentabilitas aset 1,14% 0,75 Rendah
b. Rentabilitas Modal
Sendiri
14,37
% 3,00 Tinggi
c. Kemandirian
operasional pelayanan
182%
4,00 Tinggi
6. Jati Diri
Koperasi
a. Rasio Partisipasi
Bruto
99,74
% 5,00 Tinggi
b. Rasio Partisipasi
Ekonomi Anggota
77%
5,00
Bermanf
aat
Total 65,2
5
Sehat
Sumber: Perhitungan Rasio-Rasio Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan BMT Khairu
Ummah tahun 2013 berdasarkan hasil perhitungan rasio-rasio yang terdapat dalam
permenkop nomor: 35.3/per/m.kukm/x/2007 dengan rasio yang diambil ada 6
rasio yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian
dan pertumbuhan, dan jati diri koperasi. mendapatkan total nilai 65,25 dengan
predikat sehat.
Tabel 4.25
Skor Penilaian Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah Tahun 2014
Tahun Variabel Indikator Rasio Skor Predikat
2014
1. Permodalan
a. Rasio Modal sendiri
terhadap total modal
77%
5 Sehat
b. Rasio Kecukupan
Modal
6,87%
2,50 Kurang
Sehat
2. Kualitas
Aktiva
a. Rasio tingkat
pembiayaan dengan
2,70% 10,00
Sehat
89
Produktif piutang bermasalah
terhadap jumlah
piutang dan
pembiayaan
b. Rasio portofolio
pembiayaan beresiko
7,49%
5,00 Tidak
Beresiko
c. Rasio Penyisihan
Aktiva Produktif
192,2
1% 5,00
Lancar
3. Manajemen
a. Manajemen Umum 12% 3,00 Baik
b. Manajemen
Kelembagaan
5%
2,50 Baik
c. Manajemen
Permodalan
5%
3,00 Baik
d. Manajemen Aktiva 10 % 3,00 Baik
e. Manajemen Likuiditas 5% 3,00 Baik
4. Efisiensi
a. Rasio Biaya
Operasional Pelayanan
terhadap partisipasi
Bruto
56,28
%
4,00
Efisien
b. Rasio aktiva tetap
terhadap total aset
13,92
% 4,00
Baik
c. Rasio Efisiensi Staff 4648
% 2,00 Baik
5. Likuiditas
a. Cash Rasio 29,99
% 10,0
0 Cukup
Likuid
b. Rasio pembiayaan
terhadap dana yang
diterima
59,85
%
2,50
Kurang
Likuid
6. Kemandiria
n dan
Pertumbuha
n
a. Rentabilitas aset 1,22% 0,75 Rendah
b. Rentabilitas Modal
Sendiri
14,43
% 3,00 Tinggi
c. Kemandirian
operasional pelayanan
178%
4,00 Tinggi
7. Jati Diri
Koperasi
a. Rasio Partisipasi Bruto 99,99
% 5,00 Tinggi
b. Rasio Partisipasi
Ekonomi Anggota
74%
5,00 Bermanf
aat
8. Kepatuhan
Prinsip
Syariah
a. Pelaksanaan Prinsip-
prinsip Syariah
6%
6,00
Cukup
Patuh
Total 82,25
Sehat
Sumber: Perhitungan Rasio-Rasio Tingkat Kesehatan BMT Khairu Ummah 2014
90
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan BMT Khairu
Ummah tahun 2014 berdasarkan hasil perhitungan rasio-rasio yang terdapat dalam
permenkop nomor: 35.3/per/m.kukm/x/2007 dengan rasio yang diambil ada 8
rasio yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas,
kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi dan kepatuhan terhadap prinsip
syariah mendapatkan total nilai 82,25 dengan predikat sehat.
Jika dilihat dari hasil penilaian tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah
dengan menggunakan pedoman yang dikeluarkan permenkop nomor:
35.3/per/m.kukm/x/2007 ternyata pedoman yang dikeluarkan oleh menteri
koperasi tersebut belum sepenuhnya teraplikasikan oleh BMT Khairu Ummah ini
disebabkan karena pedoman ini terlalu banyak indikator yang dipakai dari setiap
aspeknya sehingga bagi BMT yang notabene skala mikro belum dapat memenuhi
data-data keuangan yang standar penetapannya cukup tinggi.
Pada permenkop nomor: 35.3/per/m.kukm/x/2007 ini ada delapan aspek
yang menjadi penilaian dan setiap aspeknya terdapat indikator rasio-rasio keungan
yang harus dinilai. Kedelapan aspek itu yaitu permodalan, kualitas aktiva
produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri
koperasi dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Dari delapan aspek
tersebut ada beberapa aspek yang indikatornya tidak terlalu cocok untuk BMT.
Aspek menejemen salah satu aspek yang indikatornya berupa
pertanyaan-pertanyaan, dimana pertanyaannya terdiri dari manajemen umum,
manajemen kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan
manajemen likuiditas. Bagi BMT sebagai lembaga keuangan mikro seharusnya
91
pertanyaannya bisa lebih sederhana tetapi mencakup keseluruhan sehingga bisa
lebih mudah dipahami. Karena fakta di lapangan banyak BMT yang mengalami
kegagalan dari aspek manajemen ini, sehingga perlu di buat pertanyaan yang
komprehensip dan sederhana.
Aspek jati diri koperasipun menjadi salah satu aspek yang kurang cocok
untuk BMT karena dalam aspek itu ada data manfaat ekonomi anggota yang
dibutuhkan dalam penilaian akan tetapi data tersebut jarang sekali BMT yang
memilikinya termasuk BMT Khairu Ummah yang tidak memiliki data tersebut
sehingga penilaian yang dilakukan tidak sesuai dengan pedoman apabila data
tersebut tidak ada.
Secara teori pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh menteri koperasi
yang berbentuk permenkop nomor: 35.3/per/m.kukm/x/2007 sudah ideal namun
ternayata dilapangan pedoman tersebut tidak dapat di aplikasikan oleh BMT
karena kebanyakan BMT belum memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan
standar yang ada sehingga sangat sulit untuk melakukan penilaian kesehatan
dengan menggunakan permenkop tersebut.
D. Strategi BMT dalam Menjaga Kesehatan
Tingkat kesehatan menjadi salah satu elemen penting yang harus dijaga
oleh suatu lembaga keuangan. BMT yang menjadi Lembaga Keuangan Mikro
Syariah juga harus berusaha untuk selalu meningkatkan kesehatannya, sebab
BMT yang sehat akan dipercaya oleh masyarakat.
92
Masing-masing lembaga keuangan memiliki strategi sendiri untuk
menjaga tingkat kesehatannya. Strategi BMT Khairu Ummah dalam menjaga
kesehatannya yaitu dilakukan dengan cara1
1. Memonitor secara Intens kondisi keuangan BMT Khairu Ummah terutama
aspek-aspek yang menjadi penilaian kesehatan BMT Khairu Ummah
2. Evaluasi secara periodik yang dilakukan secara intens baik itu bulanan,
triwulan dan semester
3. Menjaga keseimbangan rasio tiap komponen yang menjadi aspek penilaian
tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah
4. Menyediakan fasilitas berupa sistem operasional atau software keuangan
yang dapat memantau kondisi keuangan sehingga dapat mengambil kebijakan
dengan cepat untuk menjaga tingkat kesehatannya.
Strategi yang telah dibuat BMT Khairu Ummah dalam menjaga
kesehatannya sejauh ini sudah berjalan dengan baik, meskipun tidak dapat
terelakan jika masih ada hambatan yang dialami karena lembaga keuangan yang
dinamis menyebabkan hambatan tersebut tetap ada meskipun masih dalam tahap
kewajaran2.
1 Wawancara pribadi dengan bapak Pepi Januar Pelita, S.Kom tanggal 18 November 2015
2 Wawancara pribadi dengan bapak Pepi Januar Pelita, S.Kom tanggal 18 November 2015
93
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada bab IV
terkait dengan masalah tingkat kesehatan lembaga keuangan mikro syariah BMT
Khairu Ummah tahun 2011-2014 dengan menggunakan pedoman penilaian
tingkat kesehatan KJKS dan UJKS yang di keluarkan menteri koperasi No.
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 yaitu:
1. Hasil peniliaian tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah empat tahun
berturut-turut pada periode 2011-2014 adalah sebagai berikut
a. Pada tahun 2011-2013 penilaian yang dilakukan pada BMT Khairu
Ummah berdasarkan peraturan menteri koperasi No.
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 dengan aspek yang dinilai hanya 6 aspek
yang terletak pada aspek kuantitatifnya saja. Aspek-aspek tersebut yaitu
aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas,
kemandirian dan pertumbuhan dan jati diri koperasi.
pada tahun 2011 BMT Khairu Ummah memiliki skor peniliaan tingkat
kesehatan yaitu 62,00 dan dapat predikat sehat. Pada tahun 2012 skor
penilaian yang di dapat BMT Khairu Ummah yaitu 62,75 dengan predikat
sehat. Dan pada tahun 2013 penilaian terhadap BMT Khairu Umah
mendapat skor 65,25 dengan predikat sehat. Jadi kalau dilihat dari tahun
2011-2013 BMT Khairu Ummah mendapatkan predikat Sehat.
94
94
b. Pada tahun 2014 penilaian yang dilakukan pada BMT Khairu Ummah
berdasarkan peraturan menteri koperasi No. 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
dengan yang dinilian adalah seluruh aspek yang ada dalam peraturan
tersebut. Aspek-aspek yang dinilain yaitu aspek permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan
pertumbuhan, jati diri koperasi dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
syariah. Dari hasil penilaian tersebut pada tahun 2014 BMT Khairu
Ummah memperoleh skor 82,00 dengan predikat sehat.
2. Strategi BMT Khairu Ummah dalam menjaga tingkat kesehatannya
Memonitor secara Intens kondisi keuangan BMT Khairu Ummah
terutama aspek-aspek yang menjadi penilaian kesehatan BMT Khairu
Ummah
Evaluasi secara periodik yang dilakukan secara intens baik itu bulanan,
triwulan dan semester
Menjaga keseimbangan rasio tiap komponen yang menjadi aspek
penilaian tingkat kesehatan BMT Khairu Ummah
Menyediakan fasilitas berupa sistem operasional atau software keuangan
yang dapat memantau kondisi keuangan sehingga dapat mengambil
kebijakan dengan cepat untuk menjaga tingkat kesehatannya
95
95
B. SARAN
Setelah menganalisis permasalahan tingkat kesehatan BMT Khairu
Ummah tahun 2011-2014, saran yang dapat penulis berikan yaitu:
1. Bagi BMT Khairu Ummah untuk tetap konsisten menjaga dan meningkatkan
kesehatannya agar tetap menjadi pilihan umat dalam berteransaksi di lembaga
keuangan mikro syariah.
2. Bagi BMT Khairu Ummah untuk segera membuat Dewan Pengawas Syariah
(DPS) sehingga dapat mengontrol segala kegiatan usaha yang dilakukan agar
tidak keluar dari prinsip-prinsip syariah
3. Bagi pemerintah untuk segera meng-upgrade pedoman penilaian tingkat
kesehatan Lemabaga Keuangan Mikro Syariah yang sesuai dengan kebutuhan
di lapangan sehingga pedoman tersebut bisa tertealisasi di seluruh Lembaga
Keuangan Mikro Syariah yang ada di Indonesia
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan meneliti dari tahun lembaga keuangan
mikro syariah tersebut berdiri, agar dapat melihat perkembangannya dari awal
berdiri sampai sekarang dan selanjutnya bisa menambah objek penelitian agar
bisa mengetahui dan membandingkan kualitas lembaga keuangan mikro
tersebut.
96
96
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti , Aan. “Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dalam Menekan
Tingkat Non Performin Financing (NPF) (Studi Kasus pada KJK Syariah
Arrahmah Cinere)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Al-Arif, M. Nur Rianto. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra
Intermedia, 2011.
Aliza, Karnia Nur.”Penilaian Kinerja Koperasi Berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009 (Studi Kasus Unit Simpan Pinjam
Koperasi Wanita Serba Usaha “Setia Budi Wanita” Jawa Timur)”, 2014
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM
dan UKM di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001
Djazuli, A. dan Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2002.
Gede, Muhammad. Teori Akutansi. Jakarta: Almahira, 2005.
Huda, Nurul, dkk,. Keuangan Publik Islam. Jakarta: Kencana, 2012.
Idris, Mardin. “Ringkasan Hasil Penelitian Analisis Tingkat Kesehatan
Kinerja LKSBMT (Aspek Non Keuangan)” di DIY, Maret 2003
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002.
Mahmudah, “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (Studi Komparasi
CAMELS dan RGEC pada BSM, BMI dan BRI Syariah)”, 2013
Nazir, Muhammad. Metode Penelitian, cet.6. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
97
97
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007
Purwanto, Tri Joko. “Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to
Deposit Ratio (FDR) dan Rasio Non Performin Financing (NPF)
terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus Pt. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk)”. Bogor:Skripsi IPB, 2011
Rahmawati, Yuke. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013.
Ratna, Nungky. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Perubahan Laba
(Studi Pada Bank Syariah di Indonesia tahun 2010-2012)”. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Brawijaya.
Render, Barry dan Jaz Heizer. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi.
Republik Indonesia, Undang-undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga
Keuangan Mikro, BAB IV Pasal 12
Segar, Edo. “Saatnya BMT Berbenah Diri”, artikel diakses pada 5 desember 2014
dari, http://www.edosegara.com/2008/02/saatnya-bmt-berbenah-diri.html
Soemintra, Andri. Bank dan Lembaga Keungan Syariah. Jakarta:Kencana, 2009.
Subagyo, Ahmad “Telah terbit launching buku terbaru “Manajemen Operasi
LKMS”” artikel diakses pada 7 September 2015 dari
http://www.ahmadsubagyo.com/telah-terbit-launching-buku-terbaru-
manajemen-operasi-lkms.html
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia,
2007.
Sukristono. Perencanaan Strategis Bank. Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1992.
Syukriyah, Lia. “ Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT
Berkah Madani Cimanggis”. 2010
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2007.
Widodo, Hartono, dkk. PAS (Pedoman Akutansi Syariah): Pedoman Praktis
Oprasional Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Bandung: Mizan, 1999.
98
98
Zaenal A, Menilai Tingkat Kesehatan BMT Dari Aspek Manajemen,
https://groups.yahoo.com/neo/groups/kelas_alam/conversations/topics/26
1, artikel diakses pada 08 Desember 2014
“Aset BMT Indonesia Capai Rp 4,7 Triliun.”Republika Online 22 maret 2015.
“Peraturan Dasar dan Contoh AD-ART BMT”. Jakarta: PINBUK, 2000.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Perhitungan Rasio Total Modal terhadap Modal sendiri tahun 2011-2014
2. Perhitungan Rasio Kecukupan Modal (CAR) tahun 2011-2014
3. Perhitungan RasionTingkat Pembiayaan Dengan Piutang Bermasalah Terhadap
Jumlah Piutang Dan Pembiayaan Tahun 2011-2014
Tahun Σ Pembiayaan & Piutang
bermasalah Σ Piutang dan Pembiayaan Rasio
2011 Rp 305.020.389,00 Rp 5.819.850.736,74 5,24%
2012 Rp 445.574.667,00 Rp 9.302.185.130,04 4,79%
2013 Rp 420.530.785,00 Rp 14.131.100.363,59 2,98%
2014 Rp 435.988.857,00 Rp 16.147.735.434,00 2,70%
4. Perhitungan Rasio portofolio pembiayaan beresiko Tahun 2011-2014
Tahun Modal Sendiri Total Modal Rasio
2011 Rp 486.105.305,46 Rp 503.080.305,46 97%
2012 Rp 930.381.480,67 Rp 1.053.962.559,17 88%
2013 Rp 1.165.120.723,36 Rp 1.462.120.823,36 80%
2014 Rp 1.562.655.735,00 Rp 2.036.217.105,00 77%
Tahun Modal tertimbang ATMR CAR
2011 Rp 374.181.365,18 Rp 6.797.544.069,95 5,50%
2012 Rp 727.236.466,65 Rp 10.699.036.591,92 6,80%
2013 Rp 1.042.464.737,14 Rp 17.366.995.785,80 6,00%
2014 Rp 1.397.493.845,50 Rp 20.346.683.546,40 6,87%
Tahun Σ Portofolio beresiko Σ Piutang dan Pembiayaan Rasio
2011 Rp 1.104.111.049,81 Rp 5.819.850.736,74 18,97%
2012 Rp 1.281.841.110,78 Rp 9.302.185.130,04 13,78%
2013 Rp 1.222.340.181,49 Rp 14.131.100.363,59 8,65%
2014 Rp 1.209.465.384,01 Rp 16.147.735.434,00 7,49%
5. Perhitungan Rasio Penyisihan Aktifa Produktif Tahun 2011-2014
6. Perhitungan dan Penyekoram Komponen Manajemen Umum Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 12 0,25 3
7. Perhitungan dan Penyekoram Komponen Kelembagaan Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 5 0,50 2,50
8. Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen Permodalan Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 5 0,60 3,00
9. Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen aktiva Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 10 0,30 3,00
10. Perhitungan dan Penyekoran Komponen Manajemen Likuiditas Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 5 0,60 3,00
Tahun PPAP PPAPWD Rasio
2011 175.276.342,30 Rp 191.108.898,54 91,72%
2012 251.276.342,30 Rp 293.395.569,51 85,64%
2013 451.276.342,30 Rp 287.182.264,10 157,14%
2014 480.181.000,00 Rp 248.917.342,19 192,91%
11. Perhitungan Rasio Biaya Operasional Pelayanan Tehadap Partisipasi Bruto Tahun 2011-
2014
12. Perhitungan Rasio Aktiva Tetap terhadap Total Aset Tahun 2011-2014
tahun Aktiva Tetap Total Aset Rasio
2011 Rp 719.010.225,60 Rp 8.862.109.290,85 8,11%
2012 Rp 570.448.937,44 Rp 13.394.893.408,56 4,26%
2013 Rp 3.326.904.869,60 Rp 21.597.241.579,57 15,40%
2014 Rp 3.755.154.870,00 Rp 26.978.758.881,00 13,92%
13. Perhitungan Rasio Efisiensi Staf Tahun 2011-2014
Tahun Σ Mitra Pembiayaan Jumlah Staff Rasio
2011 1029 17 6053%
2012 961 20 4805%
2013 1.259 23 5474%
2014 1.348 29 4648%
14. Perhitungan Cash Rasio Tahun 2011-2014
Tahun Kas+Bank Kewajiban Lancar Rasio
2011 Rp 2.564.683.020,97 Rp 8.359.028.985,39 30,68%
2012 Rp 3.008.627.665,38 Rp 12.340.930.849,39 24,38%
2013 Rp 4.703.332.272,39 Rp 20.135.120.756,21 23,36%
2014 Rp 7.481.130.521,00 Rp 24.942.541.776,00 29,99%
Tahun Biaya Operasional Pelayanan Partisipasi Bruto Rasio
2011
Rp
720.184.173,49
Rp
1.463.307.005,50 49,22%
2012
Rp
1.093.139.337,91
Rp
2.234.997.216,49 48,91%
2013
Rp
1.701.662.845,24
Rp
3.090.593.329,96 55,06%
2014
Rp
2.333.941.781,00
Rp
4.146.822.655,00 56,28%
15. Perhitungan Rasio Pembiayaan Terhadap Dana Yang Diterima Tahun 2011-2014
Tahun Total Pembiayaan Dana yang diterima Rasio
2011 Rp 5.819.850.736,74 Rp 8.862.109.290,85 65,67%
2012 Rp 9.302.185.130,04 Rp 13.394.893.408,56 69,45%
2013 Rp 14.131.100.363,59 Rp 21.597.241.579,57 65,43%
2014 Rp 16.147.735.434,00 Rp 26.978.758.881,00 59,85%
16. Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset Tahun 2011-2014
17. Perhitungan Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Tahun 2011-2014
18. Perhitungan Rasio Kemandirian Operasional Tahun 2011-2014
Tahun SHU Sebelum Nisbah, Zakat dan Pajak Total Aset Rasio
2011 Rp 223.847.880,56 Rp 8.862.109.290,85 2,53%
2012 Rp 406.290.072,04 Rp 13.394.893.408,56 3,03%
2013 Rp 245.311.972,45 Rp 21.597.241.579,57 1,14%
2014 Rp 330.323.779,00 Rp 26.978.758.881,00 1,22%
Tahun SHU Bagian Anggota Total Modal Sendiri Rasio
2011 36.374.077,47 Rp 486.105.305,46 7,48%
2012 46.535.201,41 Rp 930.381.480,67 5,00%
2013 167.425.421,00 Rp 1.165.120.723,36 14,37%
2014 225.445.979,00 Rp 1.562.655.735,00 14,43%
Tahun Pendapatan Usaha Biaya Operasional Pelayanan Rasio
2011 Rp 1.463.307.005,50 Rp 720.184.173,49 203%
2012 Rp 2.234.997.216,49 Rp 1.093.139.337,91 204%
2013 Rp 3.090.593.329,96 Rp 1.701.662.845,24 182%
2014 Rp 4.146.822.655,00 Rp 2.333.941.781,00 178%
19. Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto Tahun 2011-2014
Tahun Jumlah Partisipasi Bruto Jumlah Pratisipasi bruto + transaksi Non Anggota Rasio
2011 Rp 1.463.307.005,50
Rp
1.464.109.731,70 99,95%
2012 Rp 2.234.997.216,49
Rp
2.254.133.928,49 99,15%
2013 Rp 3.090.593.329,96
Rp
3.098.613.329,96 99,74%
2014 Rp 4.146.822.655,00
Rp
4.147.334.063,00 99,99%
20. Perhitungan Rasio Partisipasi Ekonomi Anggota Tahun 2011-2014
Tahun MEP + SHU Bagian Anggota Total Simpanan pokok + Simpanan Wajib Rasio
2011 Rp 36.374.077,47
Rp 82.455.653,26 44%
2012 Rp 46.535.201,41
Rp 135.067.146,19 34%
2013 Rp 167.425.421,00
Rp 216.462.677,87 77%
2014 Rp 225.445.979,00
Rp 306.164.516,00 74%
21. Perhitungan dan Penyekoran Kepatuhan Prinsip Syariah Tahun 2014
Tahun Jumlah Jawaban
Positif
Nilai Skor
2014 6 6 6,00