analisis unsur intrinsik
DESCRIPTION
ANALISIS UNSUR INTRINSIK.TRANSCRIPT
ANALISIS UNSUR INTRINSIK
CERPEN “KUTITIPKAN CINTAKU PADAMU”
KARYA SEPTHI PERMENDKARET
MAKALAH
Oleh :
1. Nurul Ristiana
2. Roudhotul Ulumiyah
3. Umi Syafa’atun Khasanah
iv
YAYASAN PONDOK PESANTREN ATTANWIR
MADRASAH ALIYAH ISLAMIYAH TALUN
SUMBERREJO – BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ANALISIS UNSUR INTRINSIK
CERPEN “KUTITIPKAN CINTAKU PADAMU”
KARYA SEPTHI PERMENDKARET
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
Guru Bidang Studi : H. Jama’ah, S.Pd
Oleh :
1. Nurul Ristiana
iv
2. Roudhotul Ulumiyah
3. Umi Syafa’atun Khasanah
YAYASAN PONDOK PESANTREN ATTANWIR
MADRASAH ALIYAH ISLAMIYAH TALUN
SUMBERREJO – BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia, pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat : Yayasan Pondok Pesantren At Tanwir Madrasah
Aliyah Islamiyah Talun,Sumberrejo,Bojonegoro.
Talun, ….Mei 2013
Mengetahui,
Mudirut Madrasah Pembimbing
Drs. MUSTAM, S.Pd H. JAMA’AH, S.Pd
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas berkat dan rahmat-nya,
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah, yaitu yang berjudul ; Analisis
Unsur Intrinsik Cerpen “Kutitipkan Cintaku Padamu” Karya Septhi
Permendkaret.. Suatu hal yang yang tidak dapat dipungkiri sekarang bahwa setiap
orang ketika di hadapkan dalam suatu permasalahan dan terkadang sulit mencari
pemecahan masasalahnya, disini pemakalah mencoba untuk menganalisis makna
kehidupan melalui makalah yang kami buat ini.
Pemakalah mengucapkan banyak terima kasih kepada guru bahasa
Indonesia yaitu Ust. H. Jama’ah, S.Pd. yang telah membimbing pemakalah agar
dapatmengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis ilmiah.
Untuk dapat memahami unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah cerpen
dan mengartikan makna dalam cerpen tersebut, semoga pemakalah dapat
memahami, menelaah, mengartikan, serta dapat melaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari, yang pada akhirnya kita akan bias mengoreksi diri dan bias
membandingkan mana yang baik dan mana yang buruk.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
kami sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan. Mungkin dalam
penyusunan makalah ini ada suatu kesalahan kami mohon kritik dan saran dari
pembaca.
Bojonegoro, 20 Mei 2013
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................1
C. Batasan Masalah ..............................................................................................1
D. Rumusan Masalah.............................................................................................2
E. Tujuan Pembahasan..........................................................................................2
F. Kajian Pustaka .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................5
A. Penokohan Cerpen “Kutitipkan Cintaku Padamu” Karya Septhi
Permendkaret....................................................................................................5
B. Latar/ setting Cerpen “Kutitipkan Cintaku Padamu” Karya Septhi
Permendkaret....................................................................................................7
C. Amanat Cerpen “Perempuan Dalam Baju Zirah” Karya Trudonahu
Abdurrahman Raffles.......................................................................................9
BAB III PENUTUP .....................................................................................................11
A. Kesimpulan ......................................................................................................11
B. Saran ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................13
iv
KUTITIPKAN CINTAKU PADAMU
Cerpen Karya: Septhi Permendtkaret
Muhammad Aqil Al Fatih… Itu nama salah satu mahasiswa sekaligus
seniorku. Mahasiswa lain biasa memanggilnya ‘Aqil’, tapi tidak denganku, aku
lebih senang memanggilnya ‘Alfath’. Kebiasaanku mengganti nama orang
memang sudah melekat kuat pada diriku.
Semua berawal dari PROSPEK. Kebetulan aku mahasiswa baru disalah
satu Universitas Islam di kota Sangatta Kaltim. Jadi mau tidak mau aku harus
mengikuti “Program Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus” (PROSPEK). Oh
iya, namaku ‘Azzna’, nama yang diambil dari nama depan dan akhiran, begitulah
orang-orang mendeskripsikannya.
Lengkapnya ‘Azzatul Khusna’. Waktu itu tepat seorang panitia prospek
berteriak nyaring disampingku. ‘Owh My God, very noisy…!!!’ hanya kata itu
yang aku ucapkan dalam hati. Setelah aku membelokkan kepalaku kurang lebih
berbelok 90 derajat, kira-kira segitulah, karna aku juga tidak sempat mengukur
berapa derajat kepalaku berbelok. Seorang laki-laki bertubuh tidak terlalu tinggi,
berhidung mancung dan kalau aku bandingkan dengan laki-laki kebanyakan, dia
termasuk laki-laki yang berkulit putih bersih, wajahnya terlihat sangat kalem dan
religius.
Tapi lupakan dulu gambaran dari panitia yang aku ceritakan tadi, karna
aku juga bukan type-kal cewe yang selalu menomor satukan fisikly. Dan
semenjak itu ada kebencian yang tertanam dihatiku. Aku hanya kurang suka
dengan sikapnya itu, aku tidak suka ada orang yang berteriak didekatku.
Waktu terus berjalan, dari prospek hari pertama, hari kedua, hari ketiga,
dan aku merasa ada yang aneh denganku. Diam-diam aku suka memperhatikan
seniorku itu, bahkan dengan berbagai alasan aku mendekatinya, tidak bisa disebut
mendekatinya juga, karna aku hanya ingin melihatnya lebih dekat, paling tidak
iv
dari jarak yang tidak lebih dari satu meter. ‘sampah’.. yahh hanya itu yang bisa
aku jadikan alasan. Dia berdiri tidak jauh dari tong sampah berukuran sedang, dua
kali aku mondar-mandir memungut kertas/ plastic yang tidak terpakai, jelas
memang aku seperti orang yang kurang kerjaan, tapi aacchhh.. aku tidak peduli,
aku hanya ingin melihat kakak senior, just it.
Tiba waktunya para mahasiswa baru (peserta prospek., termasuk aku)
harus meminta tanda tangan panitia-panitia prospek. Banyak panitia yang baik
hati memberikan tanda tangannya tanpa si mahasiswa harus bersusah payah
menuruti satu persatu perintah dari panitia. Tapi sepertinya hanya aku yang aneh,
aku sibuk mencari dimana keberadaan salah satu panitia disana. Alhamdulillah,
aku melihatnya, ‘Thanks God’, aku langsung mendekati rerumunan mahasiswa
yang sedang asik meminta tanda tangan dari seorang panitia. Dan kini bukan satu
meter lagi jarak aku dengan panitia itu.
Aku bisa melihat jelas wajahnya, dia berada tepat dihadapanku, aku
melihat dia bertanda tangan atas nama ‘Muhammad Aqil Al Fatih’. Itu dia
namanya, sekarang aku tau siapa namanya. Nama yang indah seperti keindahan
yang terpancar dari wajahnya. Dan otomatis, aku tidak mau melewatkan
kesempatan itu, setelah mendapat tanda tangannya, aku masih tetap berdiri tegap
disana, memandangnya dengan kekaguman yang luar biasa, mengagumi ciptaan
Allah dengan jantung yang terus berdetak kencang.
Prospek hari ke’empat, sekaligus prospek terakhir yang kami ikuti, aku dan
mahasiswa lainnya, senang, sedih bercampur seperti gado-gado yang tidak enak
dibenakku. Pukul dua siang, seorang dosen memberikan materi terakhirnya. Aku
mendengarkan dengan seksama, tetapi otakku terhenti saat aku menyadari
‘Muhammad Aqil Al Fatih’ berdiri disamping kursi yang sedang kududuki.
‘Astaga, Kak Alfath’,.. aku terpekik pelan, aku terlalu senang dengan detik ini,
detik yang memporak-porandakan otak dan hatiku. Dan bukan lagi seperti gado-
gado yang bercampur aduk, melainkan seperti tomat yang diblender,
berkolaborasi dengan gula, air, es batu yang teraduk dalam satu tempat.
(huuuhhhh.. …) aku menarik pelan nafasku dan mulai mencari inspirasi untuk
iv
memunculkan ide-ide konyol sesion 2, selain ide sampah kemarin. (Ohh inspirasi..
datanglah.. datanglah..)
Aku menjatuhkan pulpenku, bertujuan agar Kak Alfath bersedia
mengambilkan untukku, dan sial.. pulpen itu tidak bisa diajak kolaborasi dengan
baik. Ntah apanya yang salah, tanganku yang terlalu berdosa atau memang
pulpenku yang sedang tidak mood bekerjasama denganku. Pulpen itu meluncur
dengan tidak terkontrol. Alhasil, seorang laki-laki bertubuh besar yang duduk
didepanku berbaik hati mengambil pulpen itu untukku. ‘makasih’.. itu yang aku
ucapkan pada laki-laki itu dengan imbuhan senyum kecut yang sok’ manis.
Berhubung hari terakhir prospek, jadi malamnya diadakan acara ‘malam
penutupan prospek’. Panjang ceritanya aku bisa dapat nomor HP Kak Alfath,
tetap dengan berbagai alasan konyol, yang intinya, seusai prospek aku sudah
ber’sms’an dengannya, yang aku tau sekarang, dia orang yang cukup pendiam,
kaku seperti robot, atau memang karna aku yang belum mengenalnya lebih dekat.
Tapi tenang saudara-saudara, sikap Kak Alfath yang seperti itu tidak lantas
mematahkan semangatku.
Kampus mengadakan kemah mahasiswa disebuah pedesaan selama empat
hari. Selama kemah mahasiswa itu, aku semakin menambah pengalaman dan
wawasanku. Berbaur dengan warga sekitar, sangat menyenangkan. Terlebih lagi
dengan adanya Kak Alfath, meski ada dia, tidak setiap saat aku bisa bertemu
dengannya. Kami memang ber’sms’an, tapi bukan berarti kami jadi dekat, yang
seperti aku bilang tadi, Kak Alfath seperti robot, tidak asik, kalaupun tidak
sengaja aku bertemu dengannya, tidak ada tegur sapa sama sekali. Lambat laun,
masih melalui sms, aku mulai tidak canggung lagi, obrolanku juga agak menjurus
kearah rayuan, aku tidak peduli, aku bukan orang yang gengsi untuk merayu
lawan jenisku, jelas yang aku maksud disini bukan rayuan seperti perempuan
genit, nakal atau sebagainya. Kalau tidak percaya, aku akan beri salah satu rayuan
terbaikku itu,
“Ehm.. kalau boleh jujur, ada satu hal yang aku suka dari kakak, aku suka
mata kakak, indah,, bersinar,, aku boleh panggil kakak bintang?”. . gimana
iv
menurut kalian? Bukan seperti perempuan genit yang berusaha menggoda lawan
jenisnya kan? Dari situ Kak Alfath mulai merespon, aku tidak tau itu harapan atau
hanya sekedar formalitas saja. Kak Alfath juga mulai tidak canggung membalas
kata-kataku, kami bisa lebih saling mengenal satu sama lain, dengan berbagai
pertanyaan yang bertujuan memancing sang idolapun kukerahkan satu persatu,
hingga aku tau banyak tentang Kak Alfath, dari makanan favorit, minuman
favoritnya sampai hal terkecil aku berusaha untuk mengetahuinya. Dia terlihat
lebih menyenangkan bila seperti ini.
And all my love
I’m holding on forever
Reaching for the love that seem
So far..
So i say a little prayer
Andhope my dream will take me
There
Where the skies are blue
To see you once again my love
Oversees from coast to coast
To find the place i love the most
Where the fields are green
To see you once again my love
Lirik lagu favoritku ‘westlife-my love’ persis menggambarkan perasaanku
saat ini. Empat hari berlalu, ‘kemah mahasiswapun hanya bisa dikenang.
Akhirnya aku kembali dirumah. Aku masih bingung dengan perasaanku kepada
Kak Alfath. Aku terus memikirkannya, dan itu membuat hatiku tidak tenang.
Seusai shalat maghrib, aku menengadahkan tanganku pada-Nya.
“Ya Allah,, Ya Rob,, nama Kak Alfath sungguh semakin melekat dihati
ini, kebencian yang pernah tertanam pada diri hamba kepada Kak Alfath sudah
tidak ada dihati hamba, kebencian itu lantas menjadi jembatan untuk hamba
iv
masuk kedalam hati Kak Alfath, tentu hamba hanya ingin selalu melihat Kak
Alfath dalam keadaan yang baik, berikanlah yang terbaik untuknya, amiinn..”
Didalam bait doaku, aku selalu melampirkan nama Kak Alfath, perasaanku
akhir-akhir ini gelisah tidak melihat Kak Alfath. Ini pertama kali aku merasakan
hal aneh seumur hidupku. Apa aku jatuh cinta? Ntahlah.. sepertinya begitu.
Semakin hari aku semakin tersiksa dengan perasaan ini, aku menangis dalam
keheningan malam-malamku. Dadaku terasa sesak bila terus-terusan sepeti ini,
cinta pertama yang kualami terasa menyesakkan. Bukan hanya perasaanku, tapi
semua yang aku punya untuk mencintai Kak Alfath, semuanya terasa sakit.
Kembali aku berdoa pada shalat tahajud yang aku lakukan,
“Maha Suci Allah.. Engkau yang tau perasaan hamba, sungguh sampai
detik ini, hamba tidak bisa berhenti memikirkan Kak Alfath,” tanpa kusadari air
mata jatuh tepat dimukena putih yang aku kenakan. “Apa hamba salah jika hamba
mengharapkan Kak Alfath mempunyai perasaan yang sama? Apa hamba terlalu
egois jika hamba berpikir seperti itu? Tunjukan jalanmu Ya Allah..”
Tidak bisa memiliki orang yang kusayang, terlebih lagi ini cinta
pertamaku, itu sangat menyedihkan. Apa yang harus kulakukan agar Kak Alfath
bisa sedikit membuka hatinya untukku?
Kurang lebih beberapa hari ini aku mencari tau informasi tentang Kak
Alfath melalui teman-teman seangkatannya. Kini aku tau, perempuan seperti apa
yang bisa menarik hatinya. Aku memulai dengan merubah penampilanku menjadi
lebih feminim, semua orang tau aku bukan perempuan yang bisa dikatakan
feminim, bahkan sangat jauh dari itu, aku lebih sering memakai rok sekarang,
walaupun itu tidak nyaman untukku, tapi kalau dipikir dengan akal sehat, memang
bagus merubah diri menjadi yang lebih baik, karna kodrat seorang perempuan
harus seperti itu.
Malam ini aku memberanikan diri untuk menanyakan suatu pada Kak
Alfath melalui sms yang aku kirimkan padanya, aku juga bukan perempuan yang
suka berlama-lama berbasa-basi. Ini sms yang aku kirimkan,
iv
“Kak, apa kakak udah punya pacar?”. Seketika aku merasa bodoh menanyakan hal
itu, tapi inilah tujuan utamaku. Azzna bodoh.. apa kamu siap dengan jawaban Kak
Alfath nantinya? Bagaimana kalau jawabannya hanya membuat kamu semakin
sakit? Apa yang akan kamu lakukan? Menangis dan terus-terusan mengadu pada
Sang pemberi hidup? Bisikku pada diriku sendiri. Dengan perasaaan kacau aku
menunggu balasan dari Kak Alfath. Getar Hpku menghentikan segala pertanyaan
aneh yang meraung-raung meminta jawaban diotakku. Bismillah…. sembari
membuka sms itu, “Iya, kakak sudah punya pacar dik, dikampung.” Degggg….
kali ini bukan lagi sakit yang aku rasa, tapi rasa nyeri yang tidak terkendali, aku
merasa berdosa telah menyukai dan berharap pada orang yang notabene sudah
menjadi pacar perempuan lain. Air mataku sekejap bercucuran menolak kenyataan
ini. Apa aku menyesal bertanya seperti ini? Kenapa aku harus menanyakan hal
ini? Kenapa Kak Alfath tidak mengerti perasaanku? Kenapa semuanya tidak
berpihak padaku? Berbagai kata ‘kenapa’ memenuhi otakku kini. Sms ini tidak
aku lanjutkan, aku tidak mau mendengar pernyataan selanjutnya yang akan Kak
Alfath ucapkan. Aku hanya ingin tidur, yahh.. dengan tidur aku bisa melupakan
smuanya, sakit hati, air mata, semuanya…
Paginya aku kembali terbangun, tepat setengah empat pagi aku mengambil
air wudhu. Shalat tahajudku kali ini terasa berbeda, karna mataku sedikit
terjanggal, mataku terlihat sangat sembab, efek dari tangisan semalam.
Tiba saatnya aku memanjatkan doa seusai shalat,“Engkaulah tempat
terbaik untuk mengadu, hanya Engkau penenang hati dan jiwaku saat ini, Ya
Allah kenyataan ini sungguh sangat menyakitkan, hamba mencintai Kak Alfath
sebesar yang Engkau ketahui, atas dasar keridhoanmu, hamba bisa mencintainya
seperti ini. Sepenuhnya hamba titipkan cintaku pada-Mu, lindungilah Kak
Alfath…”
Satu minggu setelah itu, aku mendapati kabar bahwa ayahku harus
berpindah kerja di Jambi, aku dan keluargaku terpaksa ikut pindah, dan kuliahku
juga harus terhenti, mungkin aku memang harus memulainya dikota lain, karena
ayah akan menetap kerja di Jambi, jadi aku tidak takut lagi memulainya dari nol.
iv
Masih ada waktu untuk aku menulis surat untuk Kak Alfath, karna hanya
dia yang pertama kali kuingat sebelum perpindahanku.
Paginya pukul tujuh, Airin teman dekatku dikampus kerumah, seperti
halnya seorang sahabat, ia menemuiku mengucapkan salam perpisahan sebelum ia
pergi kuliah. Tidak lupa aku menitipkan suratku itu pada Airin, Airin yang
mengerti benar bagaimana awal cerita aku membenci hingga menyukai Kak
Alfath sekaligus sahabat terbaik yang aku miliki.
Mobil avanza berwarna silver milik Om’ku sudah datang, Om’ku yang
akan mengantarkan aku dan keluargaku menuju bandara Balikpapan. Pelukan
hangat dari Airin membuatku tenang.
“Hati-hati Na.. jaga dirimu baik-baik.. .” ucap Airin padaku dengan mata
berkaca-kaca.“Iya Rin, jangan nangis ach.. makin jelek tau.” Balasku dengan tetap
terlihat cool. “Sakit ya Na..” “Aku baik, makanya selalu doakan aku supaya selalu
baik agar kita bisa bertemu lagi esok.” Kataku dengan sedikit menahan tangis,
meski aku tau yang Airin maksud memang bukan fisikku, melainkan sakit hatiku.
Tepat setengah delapan Aku dan keluargaku berangkat. Sekarang aku sudah
berada dipersimpangan Bontang, Airin pasti sudah bertemu dengan Kak Alfath
dan memberikan suratku.
“Assalamualaikum Kak Alfath… Memory otakku seolah tidak berhenti
memutar setiap kenangan tentang Kak Alfath sewaktu aku menulis surat ini.
‘Muhamamad Aqil Al Fatih’.. mungkin ini kali pertama aku menyebut nama
kakak, dan aku tidak pernah berharap menjadi yang terakhir kalinya, karna aku
berkeinginan suatu saat nanti tepat dihadapan kakak, aku bisa menyebutkan nama
kakak dengan lengkap, walaupun hal itu dirasa sulit, karna bahkan aku tidak tau
bisa bertemu kakak lagi atau tidak.
Kakak tentu ingat pertama kali aku meminta izin ingin memanggil kakak
‘bintang’..? pada saat itulah aku merasakan perasaan itu, perasaan yang mungkin
orang biasa menyebutnya dengan cinta.. . aku cukup senang bisa mengenal kakak,
tidak ada sedikitpun penyesalan yang aku rasa. Sampai akhirnya aku tau sudah
iv
ada perempuan beruntung yang memiliki kakak. Sumpah, demi tiap tetes air
mataku, aku berat menerima kenyataan itu, kenyataan yang menghancurkan hati
dan jiwaku. Satu detik dimana aku rasa, aku telah benar-benar mencintai kakak.
Tapi ada hal yang paling rendah dan berdosa, yaitu kalau aku iri dengan
perempuan yang sudah memiliki hati kakak. Aku sadar, hidup itu pilihan, sama
seperti cinta, aku bisa memilih melupakan kakak atau tidak sama sekali, dan dua-
duanya tetap ada resiko. Aku hanya ingin melupakan hal yang bisa aku lupakan
dan tidak ingin memaksakan diri untuk melupakan hal yang sulit untuk lupakan,
dan itu kakak.
Jangan timbulkan pertanyaan knapa aku menyukai kakak, karna sampai
nafasku berhenti berhembus, aku tidak akan pernah mengetahui alasan knapa aku
menyukai kakak, aku hanya tau sebuah rasa yang tulus ialah seonggok rasa yang
tidak beralasan.
Kakak sepeti malaikat untukku, malaikat yang sedikit banyak sudah
mengajarkan arti kedewasaan, mengikhlaskan sesuatu yang belum berpihak
padaku, berubah menjadi yang lebih baik, dan semuanya. Terimakasih dan maaf.
Wassalam… .”
Dering HP menghentikan lamunanku. ‘Airin’.. . ada apa dia meneleponku.
“Hallo, assalamualaikum ..” ucapku.
“Walaikumsalam.. .Azzna, aku mohon sekarang kamu putar balik, Kak Aqil ingin
menemuimu.” Dengan suara yang terdengar terdesa-desa.
“Tapi….”
“Aku mohon. ..” pinta Airin. “Hanya kali ini, aku yakin keluargamu akan
mengerti.”
Lima menit lamanya aku berhasil membujuk orang tua dan Om’ku.
Setelah setengah jam perjalanan, aku sampai diKampus, karna tadi Airin sempat
sms menyuruhku langsung ke Kampus. Jantungku berdegup kencang sekali.
Didepan salah satu ruangan, aku melangkahkan kakiku perlahan. Banyak orang
disana, terlihat Airin menghampiriku. “Azzna..,..” kemudian Airin terdiam.
iv
Langkah kakiku membuat orang-orang disana beralih melihat kearahku.
Aku melihat seorang laki-laki terbaring lemah ditengah-tengah rerumunan orang
yang sekarang melihat kearahku. Aku mendekati laki-laki itu, jantungku tidak lagi
berdegup kencang, tapi serasa berhenti melihat laki-laki yang sekarang sudah
berada didepanku. ‘Kak Alfath’.. . wajahnya terlihat aneh. ‘Sabar Na..,’ aku
seperti mendengar sayup-sayup suara Airin, dan beberapa isakan tangis orang-
orang disekitarku.
“Kak Alfath. .. apa kakak kedinginan? Udara sangat panas diluar, dan
bukannya kakak pernah cerita kalau kakak sangat menyukai warna coklat? Kakak
bilang hampir semua barang-barang yang kakak punya bewarna coklat, tapi knapa
sekarang kakak memakai selimut putih ini?” ucapku.
“Kakak juga berbohong hari ini, kakak juga cerita kalau kakak suka sekali
dengan jus jeruk, bahkan kakak bilang selalu menolak jika diberi minuman selain
jus jeruk, lalu kenapa air yang menempel dibibir kakak bewarna merah? Itu
seperti bukan warna jus jeruk.”
Aku berusaha sedikit mendekatkan telingaku pada hidung mancung Kak
Alfath, dan memejamkan mataku, mencoba merasakan hembusan nafasnya.
“Kak, knapa kakak menahan nafas seperti ini? Tolong jawab kak.” Kataku sambil
menahan tangis.
“Setelah membaca suratmu, Kak Aqil sudah berusaha mengejarmu Jan,
Kak Aqil bilang, dia hanya ingin mendengar smuanya langsung dari kamu, tapi
takdir berkata lain, motor yang dipakai Kak Aqil oleng dan smuanya terjadi.
Semuanya terlambat sebelum dibawa ke Rumah Sakit.” Ucap Airin dengan sedikit
terisak.
Kali ini tangisku benar-benar pecah. .. Aku memang sudah sepenuhnya
menitipkan cintaku Pada-Nya.. Kak Alfath pergi untuk selamanya.. .
*THE END *…
iv
iv