analisis usaha industri karak skala rumah tangga di … · 2013. 7. 22. · perpustakaan.uns.ac.id...

89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : A. Melinda Parada Siamanama H0306077 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Oleh :

A. Melinda Parada Siamanama

H0306077

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS USAHA

INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Melinda Parada Siamanama

H 0306077

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ANALISIS USAHA

INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SUKOHARJO

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Melinda Parada Siamanama H 0306077

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 28 Desember 2010

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

Ketua

Wiwit Rahayu, S.P., MP. NIP. 197111091997032004

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19650626 199003 2 001

Anggota I

Umi Barokah, S.P., MP. NIP. 19730129 200604 2 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alkhamdulillah Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah

Tangga di Kabupaten Sukoharjo” ini dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu Penyusun ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Alm. Ir. Ropingi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik semoga amal dan

ibadahnya diterima disisi Allah SWT.

5. Ibu Wiwit Rahayu, S.P., M.P.. selaku Dosen Pembimbing Utama yang

dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang

sangat berharga bagi Penyusun.

6. Ibu Umi Barokah, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, masukan, dan arahan, serta

semangat dalam Penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta, terutama Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang diberikan dan kerjasamanya selama ini.

8. Mbak Ira, Pak Samsuri dan Pak Mandimin selaku staff Administrasi Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis yang telah membantu dalam hal

perizinan berkaitan dengan studi dan Penyusunan skripsi ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

9. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, Bappeda Kabupaten Sukoharjo, Badan

Kesbangpolinmas Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Sukoharjo, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

yang telah memberikan izin penelitian serta informasi dan data-data yang

diperlukan Penyusun dalam skripsi ini.

10. Seluruh perangkat Kecamatan Weru, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan

Mojolaban Kabupaten Sukoharjo atas bantuan informasi untuk Penyusunan

skripsi ini.

11. Seluruh responden industri karak di Kabupaten Sukoharjo yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penyusun.

12. Kedua orang tuaku, Bapak H. Parada Kurnia dan Ibu Hj. Nanik Setyaningsih

terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, doa,

dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Penyusun dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Adiku, Steefi Parada Anggara terima kasih atas segala perhatian, doa dan

dukungannya.

14. Seluruh keluarga besarku, Keluarga Parada dan Keluarga Ahmad Dasuki

yang di Solo, Semarang dan Lampung terima kasih atas doa dan

dukungannya selama ini kepada Penyusun.

15. Sahabat seperjuanganku, Ipung dan Nina terima kasih atas kebersamaan

indah selama ini dan menjadi saudara dalam senang maupun sedih.

16. Sahabat karibku, Ita, Agung, Dian, dan Maya terima kasih atas bantuan,

semangat dan dukungan yang diberikan kepada Penyusun selama ini.

17. Teman-teman magang, Demi dan Ipul terima kasih atas doa, semangat dan

bantuannya selama ini kepada Penyusun.

18. Seluruh teman-teman Agrobisnis 2006 Zero Six Community, terima kasih atas

persahabatan, kenangan indah dan kebersamaan kita selama ini.

19. Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta, terima kasih atas kerjasamanya.

20. Semua pihak yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu persatu, terimakasih

atas semua bantuannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Akhirnya, Penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

Penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011

Penyusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

RINGKASAN ............................................................................................... xiii

SUMMARY .................................................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6

II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7 1. Penelitian Terdahulu ................................................................. 7 2. Beras dan Karak ........................................................................ 9 3. Industri Rumah Tangga ............................................................. 9 4. Biaya ......................................................................................... 10 5. Penerimaan ............................................................................... 11 6. Keuntungan ............................................................................... 11 7. Profitabilitas .............................................................................. 12 8. Risiko ........................................................................................ 12 9. Efisiensi...................................................................................... 13

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah............................................... 14 C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 20 D. Asumsi ............................................................................................. 20 E. Hipotesis .......................................................................................... 20 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel.................. 20

III. METODE PENELITIAN ................................................................... 23

A. Metode Dasar Penelitian .................................................................. 23 B. Metode Pengambilan Responden .................................................... 23

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ........................................ 23 2. Metode Penentuan Responden .................................................. 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

C. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 26 1. Data Primer ............................................................................... 26 2. Data Sekunder ........................................................................... 26

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 27 1. Wawancara ................................................................................ 27 2. Observasi ................................................................................... 27 3. Pencatatan ................................................................................. 27

E. Metode Analisis Data ...................................................................... 27 1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas ................... 27 2. Risiko ........................................................................................ 29 3. Efisiensi ..................................................................................... 31

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ 33

A. Keadaan Alam ................................................................................. 33 B. Keadaan Penduduk .......................................................................... 34

1. Pertumbuhan Penduduk ............................................................ 34 2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ............................. 35 3. Keadaan Penduduk Menurut Umur ........................................... 36 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ..................... 37 5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ....................... 39

C. Keadaan Sektor Perhubungan ......................................................... 40 D. Keadaan Sektor Pertanian ............................................................... 41

1. Produksi Tanaman Bahan Makanan .......................................... 41 E. Keadaan Sektor Perindustrian .......................................................... 43

1. Keadaan Industri di Kabupaten Sukoharjo ............................... 43 2. Keadaan Industri Karak Skala Rumah Tangga ......................... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 46

A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri .............................. 46 1. Identitas Responden Industri Karak Skala rumah Tangga ........ 46 2. Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga.............................. 49 3. Bahan Baku dan Bahan Penolong ............................................. 50 4. Peralatan Industri Karak Skala Ruamh Tangga ........................ 52 5. Proses Produksi Pembuatan Karak ........................................... 55 6. Pemasaran ................................................................................. 60

B. Analisis Industri Karak Skala Rumah Tangga ................................ 61 1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas ................... 61 2. Risiko ........................................................................................ 67 3. Efisiensi...................................................................................... 69

C. Kendala Industri Karak Skala Rumah Tangga ................................ 70 D. Solusi Pemecahan Masalah ............................................................. 71 E. Peran Pemerintah ............................................................................ 72

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 75

A. Kesimpulan ...................................................................................... 75 B. Saran ................................................................................................ 75

1. Bagi Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga ............ 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo ....................... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008....................................................... 2

2. Jumlah Unit Industri, Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Kerupuk di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2006-2008 ................. 3

3. Klasifikasi Industri Karak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 ....... 4

4. Jumlah Unit Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................................ 24

5. Jumlah Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................... 25

6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................ 34

7. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ............... 35

8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ......................................................................................... 35

9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................ 36

10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................ 38

11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................ 39

12. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ...................................................... 40

13. Luas Panen (Ha) Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ......................................................................................... 41

14. Luas Panen (Ha) dan Produksi Padi (Ton) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ................................................................................ 42

15. Jumlah Unit Usaha/Industri, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi Industri Besar, Menengah dan Kecil Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 ............................................................... 43

16. Data Potensi Sentra Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................ 44

17. Jumlah Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................................. 45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

18. Identitas Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................................... 46

19. Status Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo 48

20. Alasan Mengusahakan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................... 49

21. Sumber Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................................ 50

22. Jalur Pemasaran Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................................. 60

23. Rata-rata Biaya Tetap Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ................................................ 62

24. Rata-rata Biaya Variabel Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ................................................ 63

25. Rata-rata Biaya Total Industri Karak Skala di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ................................................................................... 65

26. Rata-rata Penerimaan Total, Keuntungan dan Profitabilitas Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ..................................................................................................... 66

27. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 .................. 67

28. Efisiensi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 .................................................................. 69

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................ 19

2. Proses Produksi Pembuatan Karak di Kabupaten Sukoharjo............... 56

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Identitas Resonden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ....................................................................... 79

2. Produksi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................................... 80

3. Sistem Pemasaran Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................................ 81

4. Biaya Penyusutan Peralatan dan Bunga Modal Investasi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo...................... 82

5. Biaya Tenaga Kerja Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................................ 91

6. Biaya Transportasi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................................ 92

7. Biaya Bahan Baku Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................................ 94

8. Biaya Bahan Penolong Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................................ 98

9. Biaya Pengemasan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................................ 101

10. Biaya Tetap Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................................... 102

11. Biaya Variabel Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................................... 103

12. Biaya Total Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................................... 104

13. Penerimaan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................................... 105

14. Keuntungan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .......................................................................................... 107

15. Profitabilitas, Efisiensi dan Risiko Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo....................................................... 108

16. Foto Peralatan ................................................................................... 130

17. Foto Proses Produksi......................................................................... 131

18. Foto Wilayah Kabupaten Sukoharjo ................................................. 131

19. Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 132

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

MELINDA PARADA SIAMANAMA

H 0306077

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas, risiko serta efisiensi usaha pada industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Penentuan daerah sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu Desa Gadingan dan Desa Plumbon Kecamatan Mojolaban, Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo, Desa Jatingarang Kecamatan Weru dengan pertimbangan desa yang memiliki unit usaha industri karak skala rumah tangga. Jumlah sampel responden sebanyak 30 orang. Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pencatatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo selama satu bulan (Juli 2010) adalah sebesar Rp 14.252.441,62 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 15.610.012,50 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh responden karak sebesar Rp 1.357.570,88 per bulan. Profitabilitas industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 8,70%, yang berarti setiap penjualan (penerimaan) sebesar Rp 100 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 8,70.

Besarnya nilai koefisien variasi (CV) industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar 0,73 dengan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar minus Rp 627.880,62. Hal ini berarti bahwa responden industri karak skala rumah tangga mempunyai peluang untuk mengalami kerugian sebesar Rp 627.880,62. Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C ratio lebih dari satu yaitu sebesar 1,10, yang berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan responden industri karak skala rumah tangga memberikan penerimaan sebesar 1,10 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan bagi responden sebaiknya mengalokasikan keterbatasan modal yang dimiliki secara lebih efektif dan efisien serta membentuk suatu organisasi industri karak skala rumah tangga yang berfungsi sebagai wadah bagi para responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Bagi pemerintah, hendaknya memberikan bantuan berupa modal, peralatan dan penyuluhan atau pembinaan kepada responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

AN ANALYSIS ON HOME-SCALE KARAK INDUSTRY IN SUKOHARJO REGENCY

MELINDA PARADA SIAMANAMA

H 0306077

SUMMARY

This research aims to analyze the cost, revenue, benefit and profitability,

risk as well as business efficiency in the home-scale karak industry in Sukoharjo Regency.

The research method employed was an analytical descriptive method. This study was taken place in Sukoharjo Regency. The sample area determination was done using purposive sampling method, Gadingan and Plumbon Villages of Mojolaban Subdistrict, Kenep Village of Sukoharjo Subdistrict, Jatingarang Village Village of Weru Subdistrict considering that these villages have home-scale karak industry. The number of respondent sample was 30 respondents. The data type and source employed consisted primary and secondary data. Techniques of collecting data used were interview, observation, and documentation.

The result of research show that the average total cost of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency for one month (July 2010) is Rp. 14,252,441.62 per month. The mean revenue obtained is Rp. 15,610,012.50 per month so that the mean profit obtained from the karak respondent is Rp. 1,357,570.88 per month. Profitability of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency is 8.70% means that any sales (revenues) amounted to Rp 100 will produce a profit of Rp 8.70.

The size of variation coefficient of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency is 0.73 with the lower (L) profit margin of minus Rp. 627,880.62. It means that the respondents of home-scale karak industry have an opportunity of being lost of Rp Rp. 627,880.62. The home-scale karak industry in Sukoharjo Regency undertaken so far has been efficient indicated by the R/C ratio higher than one, 1.10, meaning that each Rp. 1.00 cost expended by the respondents of home-scale karak industry provides revenue of 1.10 times higher than the cost expended.

Based on research that has been done can be suggested for the respondents should allocate their owned limited capital more effectively and efficiently and to establish an organization home-scale karak industry that serves as a framework for the respondents home-scale karak industry in Sukoharjo Regency. For the government, should provide assistance in the form of capital, equipment and counseling or guidance to the respondents home-scale karak industry in Sukoharjo Regency.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan salah satu tulang punggung

pembangunan nasional dan implementasinya harus sinergis dengan

pembangunan sektor lainnya. Pelaku pembangunan pertanian meliputi

departemen teknis terkait, pemerintah daerah, petani, pihak swasta,

masyarakat, dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya. Koordinasi di

antara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka mendasar yang

harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Tujuan

pembangunan pertanian adalah: 1) membangun sumber daya manusia aparatur

profesional, petani mandiri, dan kelembagaan pertanian yang kokoh; 2)

meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian secara berkelanjutan; 3)

memantapkan ketahanan dan keamanan pangan; 4) meningkatkan daya saing

dan nilai tambah produk pertanian; 5) menumbuhkembangkan usaha pertanian

yang dapat memacu aktivitas ekonomi pedesaan; dan 6) membangun sistem

ketatalaksanaan pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani.

Sementara itu, sasaran pembangunan pertanian yaitu: 1) terwujudnya sistem

pertanian industrial yang memiliki daya saing, 2) mantapnya ketahanan

pangan secara mandiri, 3) terciptanya kesempatan kerja bagi masyarakat

pertanian, dan 4) terhapusnya kemiskinan di sektor pertanian serta

meningkatnya pendapatan petani (Departemen Pertanian 2004).

Pembangunan pertanian dapat diupayakan melalui pengembangan

agribisnis. Menurut Arsyad, dkk dalam Soekartawi (2003) agribisnis adalah

suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya

dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan

usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang

oleh kegiatan pertanian.

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pengolahan hasil pertanian merupakan salah satu subsistem kegiatan

agribisnis. Kegiatan pengolahan hasil pertanian merupakan subsistem kedua

setelah produksi pertanian. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya

kegiatan pengolahan hasil pertanian menurut Soekartawi (2003) diantaranya

meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan

penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan produsen dan

meningkatkan pendapatan produsen.

Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung

oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu

menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan

dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia

banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara

tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan

jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003).

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang mampu

mengembangkan industri pengolahan pangan. Data Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo (2008) memperlihatkan adanya industri

kecil yang masih mampu bertahan hingga saat ini di Kabupaten Sukoharjo.

Hal ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Daftar Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Kabupaten Sukoharjo

No Nama Sentra Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Industri kecil tempe Industri kecil tahu Industri kecil emping melinjo Industri kecil kerupuk Industri kecil rengginan Industri kecil marning jagung Industri kecil pengolahan kacang tanah Industri kecil jenang Industri kecil tape Industri kecil jamu tradisional

500 297 570 197 16 10 80

61 88 60

1422 831 1235 521 40 45

240

219 167 310

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo tahun 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Tabel 1 menunjukkan jenis unit industri kecil yang terdapat di

Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008. Salah satu jenis unit industri kecil

yang ada di Kabupaten Sukoharjo adalah industri kecil kerupuk. Seiring

dengan berjalannya waktu, jumlah industri kecil kerupuk mengalami

peningkatan. Berikut data jumlah unit industri, jumlah tenaga kerja dan

jumlah produksi kerupuk di Kabupaten Sukoharjo:

Tabel 2. Jumlah Unit Industri, Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Kerupuk di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2006-2008

No Tahun Jumlah Unit Industri

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

Jumlah Produksi (Kg)

1 2 3

2006 2007 2008

182 187 197

486 497 521

469.992 471.146 498.000

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo tahun 2006, 2007, 2008

Pada Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah unit industri

kecil kerupuk di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2006, 2007 dan 2008.

Peningkatan jumlah unit industri mampu meningkatkan penyerapan jumlah

tenaga kerja dan meningkatkan jumlah produksi.

Karak adalah salah satu produk usaha industri kecil kerupuk di

Kabupaten Sukoharjo. Karak merupakan sejenis kerupuk yang terbuat dari

beras. Karak merupakan makanan camilan atau makanan pelengkap saat

makan. Menurut Ayu (2009), karak tidak hanya digemari oleh masyarakat

kalangan menengah ke bawah, namun juga digemari oleh masyarakat

menengah ke atas. Pengolahan beras menjadi karak ini menjadikan suatu

kesempatan untuk melakukan kegiatan usaha dan berpeluang memasuki

pangsa pasar.

Industri karak di Kabupaten Sukoharjo mempunyai prospek yang bagus.

Pemasaran karak telah merambah ke luar Kabupaten Sukoharjo. Konsumsi

akan karak selalu ada seiring dengan pertumbuhan penduduk. Karak produksi

Kabupaten Sukoharjo terkenal dengan keasliannya yaitu dari segi bahan baku

yang digunakan, karak produksi Kabupaten Sukoharjo tidak menggunakan

campuran bahan lain seperti nasi aking (nasi yang telah mengalami

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

penjemuran), oleh karena itu rasa karaknya lebih renyah. Harga jual karak

juga relatif murah yaitu Rp 100 per biji di tingkat konsumen akhir, sehingga

konsumen dari semua kalangan dapat membeli dan menikmati.

Industri karak di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 2 jenis industri yaitu

industri kecil dan industri skala rumah tangga. Industri kecil adalah industri

yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 5-19 orang.

Industri skala rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga

kerjanya berjumlah antara 1-4 orang (Anonima, 2006). Klasifikasi industri

karak dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Industri Karak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 No Klasifikasi Industri Karak Jumlah (Unit) 1 2

Usaha Kecil Karak Usaha Karak Skala Rumah Tangga

21 63

Jumlah 84 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun

2007

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa industri karak di Kabupaten

Sukoharjo berjumlah 84 unit yang terdiri dari 21 unit industri kecil karak dan

63 unit industri karak skala rumah tangga. Industri karak skala rumah tangga

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan industri kecil karak.

Industri karak di Kabupaten Sukoharjo umumnya industri skala rumah

tangga. Indsutri karak yang masih berproduksi sampai sekarang menunjukkan

kemampuannya bersaing dengan industri lainnya. Kenyataan inilah yang

mendorong peneliti untuk mengetahui dan meneliti lebih lanjut industri karak

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Karak terbuat dari beras yang dimasak menjadi nasi, kemudian

dihaluskan dengan menggunakan alat dari kayu. Adonan nasi yang telah diberi

garam lalu dilembutkan dan dicetak berbentuk kubus. Orang menyebut bentuk

cetakan adonan itu dengan istilah gendar. Karak merupakan bahan pelengkap

makanan dengan harga yang relatif murah, namun demikian industri karak

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo mampu bertahan sampai saat ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Kendala yang sering dihadapi oleh para produsen karak saat ini adalah

harga beras yang tidak stabil dan cenderung naik. Produsen karak biasanya

membeli beras di pasar-pasar terdekat. Beras yang digunakan sebagai bahan

baku seperti beras yang biasanya untuk konsumsi namun yang berkualitas

rendah seperti beras ”jatah”. Kendala lain yang sering dihadapi oleh produsen

karak adalah harga bahan penolong yang tidak stabil, seperti harga minyak

goreng dan harga gas elpiji yang cenderung naik. Kenaikan harga bahan baku

dan bahan penolong dapat menambah biaya yang dikeluarkan oleh produsen

karak. Bertambahnya biaya yang dikeluarkan pada akhirnya akan

mempengaruhi keuntungan yang diterima oleh produsen karak

Penggunaan teknologi yang masih tradisional seperti pada proses

penumbukan adonan yang masih menggunakan alat tumbuk (alu dan lumpang)

dan belum menggunakan alat penggiling. Pengirisan adonan karak yang masih

manual menggunakan pisau biasa. Belum adanya mesin pengering dalam

penjemuran karak mempengaruhi jumlah karak yang diproduksi. Banyak

sedikitnya jumlah karak yang diproduksi akan mempengaruhi penerimaan dan

keuntungan yang diterima produsen karak.

Proses produksi karak memerlukan waktu 2 hari. Produksi karak

dilakukan setiap hari. Proses produksi karak sendiri tidak menunggu sampai

karak pada produksi sebelumnya habis terjual, karena biasanya karak terjual

habis setelah digoreng. Apabila ada sisa, maka akan dijual pada hari

berikutnya. Produksi karak masih bergantung pada faktor cuaca atau iklim,

terutama saat proses penjemuran karak. Jika tidak terjadi hujan atau matahari

terik, maka penjemuran bisa selesai dalam waktu 1 hari. Namun jika sehari

tidak ada panas matahari, maka penjemuran bisa memakan waktu 2-3 hari.

Karak yang tidak mendapatkan panas dan mengalami penjemuran yang lama

dapat menyebabkan karak membusuk. Hal ini akan mengurangi penerimaan

produsen yang pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan yang diterima

produsen karak.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti ingin mengkaji lebih

dalam mengenai :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo?

2. Berapa besarnya risiko industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo?

3. Apakah industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

efisien?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas

dari industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menganalisis besarnya risiko dari industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

3. Menganalisis efisiensi dari industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti serta sebagai salah satu syarat kelulusan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pengetahuan tentang analisis usaha industri karak yang kelak dapat

dijadikan sarana untuk mengembangkan usaha industri karak.

3. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan

kebijakan terutama dalam pengembangan industri kecil maupun industri

rumah tangga.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau

penelitian-penelitian sejenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Usnun (2004) yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan

Krupuk Rendeng Puyur Di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen krupuk rendeng

puyur selama bulan Oktober 2003 sebesar Rp 2.411.931,00 dengan biaya

total rata-ratanya sebesar Rp 2.095.115,00 sehingga keuntungan rata-rata

yang diperoleh selama bulan Oktober 2003 Rp 316.816,00. Profitabilitas

dari usaha krupuk rendeng puyur sebesar 15,2%. Koefisien Variasi dari

usaha ini adalah 0,65, dengan simpangan baku Rp 204.258,00 dan batas

bawah keuntungan sebesar minus Rp 91.700,00. Usaha krupuk rendeng

puyur sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,15 yang berarti setiap 1

Rupiah biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan 1,15 kali dari

biaya yang dikeluarkan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Candrawati (2005) tentang usaha

industri intip di kota Surakarta menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang

dikeluarkan dalam satu bulan sebesar Rp 11.306.025,00, sedangkan rata-

rata penerimaan yang diperoleh satu bulan sebesar Rp 14.616.452,00,

sehingga diperoleh rata-rata keuntungan sebesar Rp 3.310.025,00 dalam

satu bulan. Diketahui bahwa nilai CV adalah 0,652 dan nilai L adalah

minus Rp 1.004.615,00 maka dapat diartikan bahwa usaha ini dapat

memberikan keuntungan tetapi ada peluang kerugian yang harus

ditanggung produsen sebesar Rp 1.004.615,00. Usaha industri intip di

Kota Surakarta yang telah dijalankan sudah efisien, terbukti dengan nilai

R/C sebesar 1,293.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulfiah (2005) yang berjudul Usaha

Inovatif Kerupuk Gendar Aneka Rasa Untuk Meningkatkan Nilai Jual,

yang dilakukan selama 4 bulan penelitian menunjukkan bahwa usaha yang

7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dilakukan menguntungkan dan efisien, dengan keuntungan sebesar Rp

2.788.250,00. Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 8.160.000,00 dan

total biaya yang dikeluarkan Rp 5.371.750,00. Sehingga diperoleh nisbah

penerimaan dan biaya (R/C) sebesar 1,52, yang artinya setiap satu rupiah

biaya yang dikelurkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,52,00.

Menurut penelitian Prasetyo (2008) dalam penelitiannya yang

berjudul Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Kerupuk Rambak Pati di

Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa biaya total

rata-rata yang dikeluarkan produsen kerupuk rambak pati gilig (bulat /

silinder) untuk memproduksi satu kilogram kerupuk rambak pati gilig

adalah sebesar Rp 5280,67 dengan harga jual rata-rata kerupuk rambak

pati gilig sebesar Rp 5573,91. Sehingga pendapatan rata-rata yang diterima

oleh para produsen per kilogram kerupuk rambak pati gilig yang mereka

produksi adalah sebesar Rp 293,24. Setiap satu kilogram kerupuk rambak

pati gilig yang diproduksi, besarnya simpangan baku keuntungan yang

dihadapi oleh produsen adalah sebesar Rp 246,82 dengan nilai koefisien

variasi (CV) adalah 0,84 dengan nilai batas bawah pendapatan (L) adalah

sebesar minus Rp 200,39. Dengan demikian kerupuk rambak pati gilig

memiliki peluang mengalami resiko kerugian sebesar Rp 200,39 setiap

kali mereka memproduksi satu kilogram kerupuk rambak pati gilig. Setiap

satu kilogram kerupuk rambak pati gilig yang diproduksi sudah efisien,

dengan nilai efisiensi untuk setiap kilogram kerupuk rambak pati gilig

adalah sebesar 1,04.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas diketahui bahwa

permasalahan yang diteliti hampir sama dengan penelitian analisis usaha

industri karak yaitu tentang tingkat keuntungan, risiko dan efisiensi, oleh

karena itu hasil dari analisis penelitian-penelitian diatas dapat diterapkan

dalam penentuan hipotesis penelitian ini. Meskipun penelitian-penelitian

diatas memberikan keuntungan dan telah efisien, akan tetapi usaha-usaha

tesebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian, yang artinya

usaha yang dijalankan tetap mengandung risiko.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Beras dan Karak

Beras merupakan salah satu produk pertanian yang cukup potensial

untuk bahan baku industri. Selama ini beras lebih banyak berperan sebagai

nasi, karena sebagai makanan utama beras memang memiliki lebih banyak

keunggulan dibandingkan dengan komoditas lain. Akan tetapi

pemanfaatan beras sebagai bahan baku industri juga tidak dapat

diremehkan, terbukti dengan pemanfaatan beras sebagai bahan pembuat

tepung beras, bahan baku bihun, nasi instan, pati termodifikasi, berondong

dan makanan tradisional lain. Semua produk olahan tersebut dapat

memberikan nilai tambah pada beras yang kurang laku atau kurang

berkualitas (Setyono, 2001).

Karak adalah semacam kerupuk yang terbuat dari beras. Proses

pembuatan karak cukup memakan waktu. Pertama, adonan karak dibuat

padat dan dibentuk seperti persegi panjang. Kemudian dipotong tipis-tipis

dan dijemur. Dalam proses penjemuran inilah yang memakan waktu lama.

Hal ini karena tergantung cuaca. Jika cuaca cerah, karak yang dijemur pagi

bisa kering saat siang hari. Tetapi jika cuaca mendung atau hujan akan

memakan waktu lebih lama lagi (Anonimb, 2009).

Karak merupakan salah satu kerupuk khas dari Pulau Jawa. Karak ini

terbuat dari nasi yang mengandung karbohidrat tinggi dan cara

pembuatannya pun cukup mudah dan praktis. Rasanya yang enak dan

gurih membuat karak disukai oleh banyak orang. Apalagi didukung

dengan harga yang terjangkau. Karak ini dapat dijadikan teman makan

ataupun sebagai cemilan di waktu luang. Saat ini industri karak masih

dalam skala rumah tangga yang masih sederhana dan masih jarang yang

memproduksinya secara besar-besaran. Bahkan banyak diantara

masyarakat yang membuat karak hanya untuk kalangan sendiri, bukan

untuk dijual kepada orang lain (Anonimc, 2010).

3. Industri Rumah Tangga

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada

usaha/perusahaan, tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dan kekuatan mesin yang digunakan, sektor industri dikategorikan menjadi

empat yaitu:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4

orang.

b. Industri kecil, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

c. Industri sedang, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja ≥ 100 orang.

(Anonimd, 2010).

4. Biaya

Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh

produsen (petani, nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahataninya

untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya pun merupakan korbanan

yang diukur untuk suatu satuan alat tukar berupa uang yang dilakukan

untuk mencapai tujuan tertentu dalam usahataninya

(Rahim dan Diah, 2007).

Biaya total (TC atau Total Cost) adalah biaya total untuk

menghasilkan tingkat keluaran tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua

bagian, biaya tetap total (Total Fixed Cost = TFC) dan biaya variabel total

(Total Variabel Cost = TVC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak

bervariasi/berubah dengan keluaran; biaya ini akan sama jika keluaran

adalah 1 unit ataupun 1 juta unit. Biaya seperti ini juga disebut sebagai

biaya overhead atau biaya yang tidak dapat dihandalkan (unavoidable

cost). Biaya yang berkaitan langsung dengan keluaran, meningkat dengan

meningkatnya produksi dan menurun dengan menurunnya produksi,

disebut biaya variabel (juga disebut biaya langsung atau biaya yang dapat

dihindarkan = avoidable cost) (Lipsey dkk, 1990).

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang

digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi

berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah,

bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan

serta sejumlah tenaga kerja (Soekartawi, 2003).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

5. Penerimaan

Penerimaan total (Total Revenue - TR) secara langsung ditentukan

oleh jumlah produk yang terjual dan harga jualnya. Ini berarti TR adalah

harga produk (P) dikalikan dengan kuantitas (Q). Secara matematis

penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = P x Q

Dimana

TR (Total Revenue) = penerimaan total

P (Price) = harga produk

Q (Quantity) = jumlah output

Penerimaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi harga

dan kuantitas yang saling mengkaitkan (Lincolin, 1991).

Menurut Firdaus (2008), penerimaan yaitu jumlah unit yang dijual

dikalikan dengan harga jual. Secara sistematis penerimaan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

TR = Q x P

dimana :

TR (Total Revenue) = penerimaan

Q (Quantity) = jumlah produk yang dihasilkan

P (Price) = harga

6. Keuntungan

Perusahaan bisnis mendefinisikan laba sebagai kelebihan penerimaan

(revenue) atas biaya–biaya yang digunakan untuk membuat barang. Laba

di suatu industri memberikan isyarat bahwa sumberdaya dapat dialihkan

secara menguntungkan ke dalam industri itu (Lipsey dkk, 1990).

Menurut Lipsey dkk (1990), keuntungan adalah selisih antara

pendapatan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesempatan dari

sumberdaya yang digunakan. Definisi yang lain masih menurut Lipsey

dkk, keuntungan sebagai kelebihan penerimaan (revenue) atas biaya-biaya

yang dikeluarkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC atau π = Q x P – (TFC + TVC)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dimana :

π = keuntungan

TR (Total Revenue) = penerimaan total

TC (Total Cost) = biaya total usaha

Q (Quantity) = jumlah produksi

P (Price) = harga

TFC (Total Fixed Cost) = total biaya tetap

TVC (Total Variable Cost) = total biaya variabel

7. Profitabilitas

Rasio profitabilitas sebagai rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat

penjualan, aset, dan modal saham tertentu

(Hanafi dan Halim 1996 dalam Fauzan, 2006).

Profitabilitas suatu perusahaan digambarkan oleh beberapa macam

angka perbandingan, yakni Profit Margin Ratio, Earning Power Ratio,

Return on Asset Ratio dan Return on Equity Ratio. Profit Margin Ratio

menunjukkan porsi laba bersih dari penjualan yang mampu dicapai

perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Secara sistematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Profit Margin = Laba bersihPenjualan

×100%

(Asri, 1987).

8. Risiko Usaha

Risiko merupakan suatu kondisi yang dihadapi oleh pimpinan

perusahaan, apabila masa yang akan datang mengandung sejumlah

kemungkinan peristiwa yang akan terjadi yang tidak diketahui. Dalam

pengertian risiko terdapat sejumlah kemungkinan hasil yang diketahui,

atau kemungkinan terjadinya peristiwa diantara kejadian seluruhnya yang

mungkin terjadi (Riyanto, 2001).

Risiko yang ditanggung oleh petani menurut Hernanto (1993) dapat

dibagi menjadi dua macam, yaitu risiko produksi dan risiko harga. Risiko

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

produksi disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensitas serangan hama

penyakit dan faktor-faktor teknis biaya yang berada di luar kontrol petani.

Risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang

ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Petani pada

umumnya berada di pihak yang kalah sebagai price taker, sehingga tidak

mampu mengubah keseimbangan pasar yang berlaku secara individual.

9. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya

penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan

menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Return Cost Ratio

atau dikenal dengan perbandingan ( nisbah ) antara penerimaan dan biaya.

Secara matematis sebagai berikut:

Efisiensi = CR

keterangan :

R (Revenue) = penerimaan

C (Cost) = biaya total

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien,

R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan mencapai titik impas

R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien.

(Soekartawi, 1995)

R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya

total. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan

yang diperoleh petani. Hal ini dapat dicapai bila petani mengalokasikan

faktor produksi dengan lebih efisien (Soekartawi, 2001).

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan

produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif

kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang

bersangkutan dan dikatakan efisiesi ekonomi kalau usaha pertanian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi

harga (Soekartawi, 2003).

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pada dasarnya seseorang melakukan usaha adalah untuk memperoleh

keuntungan yang setinggi-tingginya. Keuntungan yang tinggi dapat dicapai

dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Analisis usaha merupakan upaya melakukan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis biaya,

penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko usaha serta efisiensi usaha.

Analisis biaya dilakukan dengan menghitung biaya total (TC). Biaya

total diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya

variabel total (TVC). Biaya tetap total dalam industri karak skala rumah

tangga meliputi biaya penyusutan alat, biaya bunga modal investasi, biaya

tenaga kerja dan biaya transportasi. Biaya variabel total meliputi biaya bahan

baku, biaya bahan penolong, dan biaya pengemasan. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga

TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga

Proses produksi karak merupakan suatu usaha untuk mengolah beras

menjadi karak. Proses produki karak memberikan penerimaan bagi

produsennya. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara total jumlah

karak yang diproduksi dan harga jual karak. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

Keterangan :

TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

P = harga karak per biji (Rp)

Hubungan matematis yang dapat menggambarkan unsur biaya,

penerimaan dan keuntungan adalah sebagai berikut:

π = TR – TC

atau

π = Q x P – (TFC + TVC)

Keterangan :

π = keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp)

TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)

P = harga karak per biji (Rp)

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)

TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga (Rp)

Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan industri karak

skala rumah tangga dengan total biaya industri karak skala rumah tangga,

secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Profit Margin = Laba bersihPenjualan

×100%

Perhitungan risiko industri karak skala rumah tangga menggunakan

rumus sebagai berikut:

CV = EV

Keterangan :

CV = koefisien variasi industri karak skala rumah tangga

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

Sebelum menghitung koefisien variasi, terlebih dahulu menghitung

simpangan baku dan keuntungan rata-rata. Simpangan baku dapat dihitung

menggunakan rumus :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

V = )1(

)(1

2

−∑=

n

EEin

i

Keterangan :

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

n = jumlah pengusaha industri karak skala rumah tangga

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima

produsen

Keuntungan rata-rata dapat dihitung menggunakan rumus:

E = n

Ein

i∑=1

Keterangan:

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga pada periode i

n = jumlah responden

Perhitungan batas bawah keuntungan yang merupakan nilai terendah

yang dihasilkan dari suatu usaha menggunakan rumus:

L = E – 2V

Keterangan :

L = batas bawah keuntungan industri karak skala rumah tangga

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

Dari rumus di atas dapat diperoleh suatu hubungan antara nilai batas

bawah keuntungan dengan nilai koefisien variasi. Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau

L ≥ 0 berarti pengelola akan terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau nilai

L < 0, berarti ada peluang kerugian yang diderita pengelola (Hernanto, 1993).

Risiko yang dihadapi produsen industri karak skala rumah tangga dapat

berupa risiko harga dan risiko produksi. Risiko harga biasanya berkaitan

dengan perubahan harga yang diterima produsen atas penjualan produknya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dan perubahan harga atas pembelian input produksinya. Risiko produksi dapat

berupa hal-hal yang mungkin terjadi selama proses produksi berlangsung

karena adanya pengaruh tertentu seperti adanya pengaruh cuaca atau iklim.

Selain mencapai penerimaan dan keuntungan yang tinggi, hal lain yang

harus diperhatikan oleh produsen usaha industri karak skala rumah tangga

adalah efisiensi usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung menggunakan R/C rasio,

yaitu perbandingan antara besarnya penerimaan yang diperoleh dengan biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi hingga pemasaran. Secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Efisiensi = CR

Keterangan :

R = penerimaan industri karak skala rumah tangga

C = biaya total industri karak skala rumah tangga

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan sudah

efisien

R/C = 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan mencapai

titik impas

R/C < 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan tidak

efisien

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha

Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

Input (bahan baku,

bahan penolong)

Biaya Total

Analisis Usaha: 1. Keuntungan 2. Profitabilitas 3. Risiko 4. Efisiensi

Proses Produksi Output (karak)

Penerimaan Total

Biaya Variabel: 1. Bahan baku (beras) 2. Bahan penolong

(bumbu-bumbu, minyak goreng, kayu bakar, gas)

3. Kemasan

Biaya Tetap 1. Penyusutan alat 2. Bunga modal investasi 3. Upah tenaga kerja 4. Transportasi

Risiko Harga Risiko

Produksi

Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

Risiko Harga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19 C. Pembatasan Masalah

1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasarkan pada biaya,

penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko dan efisiensi industri karak

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

2. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periode satu bulan

produksi yaitu pada bulan Juli 2010.

3. Penelitian ini dilakukan pada industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

D. Asumsi

1. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam industri karak

menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang

berlaku di daerah penelitian saat penelitian dilakukan.

E. Hipotesis

1. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan

menguntungkan.

2. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan berisiko.

3. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan efisien.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Analisis usaha adalah penyidikan terhadap kelangsungan suatu usaha

dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi, biaya, penerimaan,

keuntungan, profitabilitas, besarnya risiko serta efisiensi usaha.

2. Industri karak adalah kegiatan pengolahan beras sebagai bahan baku utama

menjadi karak.

3. Industri skala rumah tangga merupakan industri dengan jumlah tenaga

kerja 1-4 orang.

4. Responden adalah orang yang mampu memberikan respon dan informasi

tentang data-data yang akan diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah

pengusaha karak skala rumah tangga yang mengolah beras sebagai baku

utama menjadi karak dan berdomisili di Kabupaten Sukoharjo.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

5. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel

yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

6. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang

besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas output yang dihasilkan yang

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya tetap meliputi:

a. Biaya penyusutan alat

Biaya penyusutan merupakan pengurangan nilai barang-barang modal

karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi/karena

faktor waktu, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Peralatan

yang digunakan antara lain panci, enthong, dandang, kukusan, alat

tumbuk (alu), alat cetak, ember kecil, ember besar, meja, alat jemur

(anjang), pisau (besar, sedang, kecil), irik, wajan, erok-erok, bronjong

isi 1 dan plastik. Biaya penyusutan peralatan dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight Line

Method). Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan yang

merata selama umur ekonomis dari suatu aktiva dengan rumus sebagai

berikut:

Penyusutan : EkonomisUmur

AkhirNilaiAwalNilai −

b. Biaya bunga modal investasi

Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian dari nilai

modal investasi dengan suku bunga riil yang dinyatakan dalam satuan

rupiah. Biaya bunga modal investasi dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus:

B = r x modal investasi

(Suratiyah, 2006)

r = ffi

+−

1

(Gray et al., 1993)

keterangan :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

B = biaya bunga modal investasi

r = suku bunga riil bulan Juli (0,423%)

i = suku bunga nominal bulan Juli (2%)

f = laju inflasi bulan Juli (1,57%)

c. Biaya tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara jumlah tenaga

kerja, upah per hari dan jumlah hari kerja yang dinyatakan dalam

satuan rupiah (Rp).

d. Biaya transportasi

7. Biaya variabel ialah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

yang dihasilkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya variabel

dalam penelitian ini meliputi:

a. Biaya bahan baku (beras)

b. Biaya bahan penolong (bumbu-bumbu, minyak goreng dan gas elpiji)

c. Biaya kemasan

8. Penerimaan adalah perkalian antara produk yang diproduksi dengan harga

jual produk per satuan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

9. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total

yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

10. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dengan penjualan

(penerimaan), dinyatakan dalam persen.

11. Risiko adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi yang dihadapi oleh

produsen. Perhitungan risiko menggunakan pendekatan CV (koefisien

variasi usaha industri karak skala rumah tangga) dan L (batas bawah

keuntungan usaha industri karak skala rumah tangga).

12. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya

total.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya

sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan

interpretasi tentang arti data itu. Metode ini mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

(Surakhmad, 1998).

Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survai. Metode survai

yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Ciri khas penelitian

survai adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya

dengan menggunakan kuesioner. Salah satu keuntungan utama dari penelitian

ini adalah mungkinnya pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar.

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Pengambilan Responden

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten

Sukoharjo terdiri dari 13 kecamatan, dari 13 kecamatan hanya diambil 3

kecamatan yang akan dijadikan daerah penelitian. Penentuan kecamatan

sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive

sampling, yaitu penentuan atau pengambilan daerah penelitian berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sedangkan pertimbangan yang

22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

diambil berdasarkan tujuan penelitian (Rianse dan Abdi, 2008).

Kecamatan yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu Kecamatan

Mojolaban, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Weru dengan

pertimbangan bahwa pada ketiga kecamatan tersebut terdapat usaha

industri karak yang bersifat komersial dan masih produktif hingga saat ini.

Penentuan sampel desa dilakukan secara purposive sampling.

Pengambilan desa sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa desa

memiliki unit industri karak skala rumah tangga. Data tentang jumlah unit

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat

pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Jumlah Unit Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No Kecamatan Desa Unit Usaha 1 2 3

Mojolaban Sukoharjo Weru

Gadingan Plumbon Kenep Jatingarang

33 15 13 2

Jumlah 63 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 4 terdapat 63 unit industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo. Unit industri karak skala rumah tangga

tersebar di empat desa yaitu Desa Gadingan, Desa Plumbon, Desa Kenep

dan Desa Jatingarang. Seluruh desa diambil sebagai sampel.

2. Metode Penentuan Responden

Populasi penelitian ini adalah seluruh produsen industri karak skala

rumah tangga di Desa Gadingan, Desa Plumbon, Desa Kenep dan Desa

Jatingarang. Menurut Singarimbum dan Effendi (1995) data yang

dianalisis menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat

mengikuti distribusi normal. Sampel yang jumlahnya besar dan

berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama

dengan 30. Berdasar pertimbangan tersebut maka responden dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

penelitian ini adalah produsen industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah 30 orang.

Penetapan jumlah responden dilakukan secara proporsional, yaitu

penentuan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasinya dengan

menggunakan rumus:

30N

Nk Ni x=

Keterangan :

Ni = Jumlah sampel yang diambil pada tiap desa

Nk = Jumlah populasi produsen karak dari tiap desa

N = Jumlah populasi produsen karak dari seluruh desa terpilih

30 = Jumlah sampel yang dikehendaki

Penetapan responden dengan menggunakan rumus proporsional

diperoleh besarnya jumlah sampel tiap desa terpilih. Jumlah responden

yang akan diteliti pada setiap desa adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No Kecamatan Desa Unit Usaha Jumlah Responden

1 2 3

Mojolaban Sukoharjo Weru

Gadingan Plumbon Kenep Jatingarang

33 15 13 2

16 7 6 1

Jumlah 63 30 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2007

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah responden di Desa Gadingan

sebanyak 16 orang, di Desa Plumbon sebanyak 7 orang, di Desa Kenep

sebanyak 6 orang, dan di Desa Jatingarang sebanyak 1 orang. Jumlah

seluruh responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo adalah 30 orang.

Penentuan responden produsen usaha industri karak skala rumah

tangga pada masing-masing desa dilakukan dengan menggunakan metode

simple random sampling (sampel acak sederhana). Simple random

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

sampling yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga

setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel

(Rianse dan Abdi, 2008).

Teknik yang digunakan dalam menentukan responden adalah dengan

undian. Penentuan responden dimulai dengan menyusun kerangka sampel

rerponden kemudian dilakukan pengundian responden pada setiap desa.

Teknik undian dilakukan dengan cara menuliskan semua nama produsen

karak pada secarik kertas, kemudian digulung dan dimasukkan dalam

kotak atau kaleng. Kemudian dilakukan pengocokan dan mengambil

sejumlah gulungan kertas. Nama yang terambil menjadi responden yang

akan diteliti, kemudian gulungan tersebut dikembalikan lagi hingga sesuai

dengan jumlah responden yang direncanakan dan sesuai dengan

proporsinya.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

produsen usaha industri karak skala rumah tangga dengan menggunakan

daftar pertanyaan (quisioner). Data ini dapat diperoleh dengan cara

wawancara atau bisa juga dengan pengamatan langsung di lokasi

penelitian. Data primer yang akan diambil dalam penelitian ini meliputi

data identitas responden, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi, penerimaan yang di peroleh responden, keuntungan yang

diperoleh dari usaha industry karak, dan kendala yang dihadapi selama

proses produksi karak.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan dicatat secara

sistematis dari instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan

penelitian, antara lain BPS dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo. Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

meliputi data jumlah unit industri kecil di Kabupaten Sukoharjo tahun

2008, jumlah tenaga kerja dan produksi industri kecil kerupuk di

Kabupaten Sukoharjo tahun 2006-2008, jumlah unit industri kecil karak

dan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo tahun

2008, dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan dan

mendapatkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada

responden berdasarkan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

2. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran

yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.

3. Pencatatan

Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder

dengan cara mencatat data yang ada dari instansi pemerintah atau lembaga

terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Biaya, Penerimaan, Keuntungan, dan Profitabilitas dari Usaha

Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

a. Nilai total biaya pada industri karak sklala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo adalah penjumlahan dari nilai total biaya tetap (TFC) dan

nilai biaya variabel (TVC) yang digunakan dalam kegiatan produksi

karak skala rumah tangga. Secara matematis dirumuskan sebagai

berikut :

TC = TFC + TVC

dimana :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)

TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga (Rp)

b. Penerimaan pada industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo yaitu perkalian jumlah karak yang diproduksi dengan harga

karak tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TR = Q x P

dimana :

TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)

P = harga karak per biji (Rp)

c. Keuntungan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Suoharjo

diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC

dimana :

π = keuntungan usaha industri karak skala rumah tangga (Rp)

TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Dalam analisa keuntungan diperlukan data mengenai penghasilan dari

penjualan (jumlah produk diproduksi dikalikan dengan harga produk),

biaya produksi keseluruhan dan besarnya laba yang diperoleh. Secara

matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = Q x P – (TFC + TVC)

dimana :

π = keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp)

Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)

P = harga karak per biji (Rp)

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)

TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga (Rp)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

d. Nilai profitabilitas industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dihitung dengan membandingkan antara keuntungan

industri karak skala rumah tangga yang diperoleh dengan penjualan

(penerimaan) dan dikalikan 100%. Secara matematis dirumuskan

sebagai berikut :

Profit Margin =Laba bersihPenjualan

×100%

2. Analisis Risiko Usaha dari Industri Karak Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo

Besarnya risiko usaha industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo dihitung dengan menggunakan perhitungan

koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku

keuntungan industri karak skala rumah tangga dengan keuntungan rata-

rata industri karak skala rumah tangga, secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut :

CV = EV

keterangan :

CV = koefisien variasi industri karak skala rumah tangga

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

(Rp)

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keuntungan rata-

rata industri karak skala rumah tangga dan simpangan bakunya, yang

dirumuskan sebagai berikut :

E = n

Ei

n

i 1=Σ

keterangan :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima

produsen (Rp)

n = jumlah produsen industri karak skala rumah tangga (orang)

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata industri karak skala rumah

tangga selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan metode

analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

V= 2V

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai

berikut:

V2 = )1(

)(1

2

−∑=

n

EEn

ii

Keterangan :

V2 = ragam

n = jumlah produsen industri karak skala rumah tangga (orang)

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima

produsen (Rp)

Untuk mengetahui batas bawah keuntungan industri karak skala

rumah tangga digunakan rumus :

L = E – 2V

keterangan :

L = batas bawah keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp)

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

V = simpangan baku keuntungan usaha industri karak skala rumah

tangga (Rp)

Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko usaha industri

karak skala rumah tangga yang harus ditanggung produsen semakin besar.

Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa produsen usaha

industri karak skala rumah tangga akan selalu terhindar dari kerugian. Dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan

diderita oleh produsen usaha industri karak skala rumah tangga .

3. Analisis Efisiensi Usaha dari Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga

di Kabupaten Sukoharjo

Efisiensi usaha industri karak skala rumah tangga dihitung dengan

menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari

Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan

biaya.

Efisiensi usaha industri karak skala rumah tangga dapat dihitung

dengan membandingkan besarnya penerimaan usaha industri karak skala

rumah tangga dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi = CR

keterangan :

R = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

C = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :

R/C > 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan

sudah efisien

R/C = 1 berarti industri karak skala rumah tangga mencapai titik

impas

R/C < 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan

tidak efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

 

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu Kabupaten di Propinsi

Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak diantara

110° 42’ 6,79” sampai 110° 57’ 33,70” LS (Lintang Selatan) dan 7° 32’

17,00” sampai 7° 49’ 32,00” BT (Bujur Timur). Adapun batas-batas

wilayah Kabupaten Sukoharjo antara lain:

Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen

Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah selatan : Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebelah barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten

Kabupaten Sukoharjo secara administrasi terbagi menjadi 12

kecamatan yang terdiri dari 167 desa/ kelurahan. Luas wilayah Kabupaten

Sukoharjo adalah 46.666 Ha atau sekitar 1,43% luas Propinsi Jawa

Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6.218

Ha (13%), sedangkan yang paling sempit adalah Kecamatan Kartasura

yaitu 1.923 Ha (4%) dari luas Kabupaten Sukoharjo.

2. Keadaan Iklim

Faktor iklim mencakup antara lain aspek lamanya musim kemarau

dan musim penghujan serta banyaknya curah hujan dan hari hujan akan

berpengaruh terhadap lingkungan seperti terhadap tingkat kesuburan

lahan, kekeringan, banjir dan sebagainya. Data mengenai banyak hari

hujan dan curah hujan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 6

berikut:

31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

 

Tabel 6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Bulan Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

11 17 20 9 4 4 2 1 1 15 16 11

169 294 471 146 59 7 0 4 2

239 303 188

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan

tertinggi di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008 terjadi pada bulan

Maret yaitu sebesar 471 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 20 hari.

Rata-rata curah hujan terendah pada bulan Juli sebesar 0 mm dan rata-rata

hari hujan terendah pada bulan Agustus dan September sebanyak 1 hari.

Banyak hari hujan dan curah hujan berpengaruh pada proses produksi

industri karak skala rumah tangga terutama proses penjemuran.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh kelahiran,

kematian dan migrasi. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo mengalami

peningkatan selama 5 tahun terakhir. Kenaikan jumlah penduduk

Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

 

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 No. Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase Pertumbuhan

(%) 1. 2. 3. 4. 5.

2004 2005 2006 2007 2008

815.089 821.213 826.289 831.613 837.279

0,78 0,75 0,62 0,64 0,68

Jumlah 4.131.483 3,47 Rata-rata 826.296,6 0,69

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten

Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan

jumlah penduduk dari tahun 2004-2008 disebabkan jumlah penduduk yang

lahir dan penduduk yang datang menetap lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah penduduk yang mati dan penduduk yang pergi atau keluar

dari Kabupaten Sukoharjo. Rata-rata jumlah penduduk selama 5 tahun

terakhir sebesar 826.296,6 jiwa atau 0,69% per tahun.

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo yang tersebar dalam 12

kecamatan adalah sebanyak 837.279 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten

Sukoharjo berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

Sex Ratio

1. 2.

Laki-laki Perempuan

414.292 422.987

49,48 50,52

97,94

Jumlah 837.279 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 8 jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo

sebesar 837.279 jiwa yang terdiri dari 414.292 jiwa penduduk laki-laki dan

422.987 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan sebesar

50,52% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki

sebesar 49,48%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

 

Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-

laki dengan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu

tertentu. Sex ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Sex Ratio = %100PerempuanPenduduk Jumlah

Laki-LakiPenduduk Jumlah X

Sex Ratio = %100422.987414.292 x

= 97,94 %

Berdasarkan Tabel 8 nilai Sex Ratio Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar

97,94%, menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di

Kabupaten Sukoharjo terdapat 98 orang penduduk laki-laki.

3. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 46.666 Ha mempunyai

penduduk sebesar 837.279 jiwa dengan beragam umur. Jumlah penduduk

Kabupaten Sukoharjo menurut umur dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No Umur (Th) Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

ABT

1. 2. 3.

0-14 15-64 ≥65

176.712 584.603 75.964

21,11 69,82 9,07

43,22

Jumlah 837.279 100 Sumber: Badan Pusat Statistik kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Keadaan penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten

Sukoharjo dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang

produktif dan penduduk yang non produktif, sehingga dapat digunakan

untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) dari

Kabupaten Sukoharjo. Angka Beban Tanggungan (ABT) atau Dependency

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

 

Ratio yaitu angka yang menunjukkan jumlah penduduk pada usia tidak

produktif yang harus ditanggung oleh setiap penduduk usia produktif.

Menurut Mantra (2003), kelompok umur 0-14 tahun dianggap

sebagai kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis, kelompok

penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok

penduduk umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang sudah

tidak lagi produktif. Berdasarkan Tabel 9 penduduk Kabupaten Sukoharjo

yang belum produktif atau yang berumur 0-14 tahun sebesar 176.712 jiwa

atau 21,11%. Kelompok penduduk yang produktif atau berumur 15-64

tahun sebesar 584.603 jiwa atau 69,82%, sedangkan kelompok penduduk

yang sudah tidak produktif yang berumur ≥65 tahun sebesar 75.964 jiwa

atau 9,07%. Jumlah kelompok penduduk yang produktif lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah kelompok penduduk yang belum produktif

dan penduduk yang sudah tidak produktif.

Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

ABT = 100%x64th)(15umurPenduduk

65th)(umurPenduduk14th)(0umurPenduduk−

>+−

ABT di Kabupaten Sukoharjo = 100%x584.603252.676 = 43,22

Berdasar perhitungan diatas Angka Beban Tanggungan (ABT) di

Kabupaten Sukoahrjo yaitu sebesar 43,22 yang artinya bahwa setiap 100

orang penduduk usia produktif di Kabupaten Sukoharjo harus

menanggung atau memberi penghidupan kepada 43 orang penduduk usia

belum produktif dan penduduk usia yang sudah tidak produktif.

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan

pembangunan suatu wilayah. Kaitan pendidikan dengan pembangunan

wilayah adalah semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas sumber

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

 

daya manusianya semakin baik, sehingga akan berpengaruh terhadap

kemajuan dan perkembangan pembangunan suatu wilayah. Keadaan

penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Tidak/Belum Pernah Sekolah 70.964 9,76 2. Tidak/Belum Tamat SD 47.046 6,47 4. Tamat SD/ MI 169.934 23,38 5. Tamat SLTP/ MTS 194.428 26,75 6. Tamat SLTA/MA 182.360 25,09 7. Akademi/Diploma 23.078 3,18 8. S1/S2/S3 38.916 5,37

Jumlah 726.720 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di

Kabupaten Sukoharjo mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTP/MTS

yaitu sebesar 194.428 jiwa atau 26,75%. Tingkat pendidikan yang

jumlahnya paling sedikit adalah Akademi atau Diploma yaitu sebesar

23.078 jiwa atau 3,18%.

Banyak sedikitnya jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di

Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

yang berpengaruh antara lain tingkat kesadaran masyarakat akan

pentingnya pendidikan, keadaan perekonomian masyarakat, dan

ketersediaan sarana pendidikan. Berdasarkan kenyataan yang ada, tingkat

pendidikan penduduk Kabupaten Sukoharjo dapat dikatakan baik, hal ini

terlihat dari jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah lebih

sedikit dibandingkan dengan penduduk yang belum tamat/tamat sekolah.

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Sukoharjo

berpengaruh pada cara pandang dan pola pikir mereka karena perbedaan

ilmu dan wawasan yang mereka miliki. Hal ini juga akan berpengaruh

pada responden industri karak skala rumah tangga terutama dalam hal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

 

penyerapan informasi-informasi dan pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan kegiatan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo.

5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk di Kabupaten Sukoharjo berdasar lapangan

usaha utama dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoahrjo Tahun 2008

No. Jenis Lapangan Usaha Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Listrik Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa

85.5601.359

103.946634

26.741105.77618.5335.950

63.663

20,760,33

25,220,156,49

25,664,511,44

15,44Jumlah 412.162 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Kondisi mata pencaharian di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi

oleh beberapa hal antara lain keadaan alam, ketersediaan sumber daya

serta keadaan sosial ekonomi masyarakat. Tabel 11 menunjukkan bahwa

penduduk Kabupaten Sukoharjo paling banyak bermata pencaharian

sebagai pedagang yaitu sebesar 105.776 jiwa atau 25,66%. Persentase

lapangan usaha utama yang terkecil adalah pertambangan dan galian yaitu

sebesar 0,33%. Sektor industri menduduki peringkat kedua dengan jumlah

pekerja sebesar 103.946 jiwa atau 25,22%. Industri karak skala rumah

tangga termasuk dalam sektor industri. Banyaknya penduduk yang bekerja

di sektor industri akan mendorong kemajuan perekonomian Kabupaten

Sukoharjo, sehingga kesejahteraan hidup penduduknya akan meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

 

C. Keadaan Sektor Perhubungan

Sektor perhubungan merupakan salah satu sektor penting dalam

memajukkan perekonomian Kabupaten Sukoharjo. Salah satu sarana

perhubungan yang berperan dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo

adalah sarana transportasi. Ketersediaan sarana transportasi dapat

memperlancar roda perekonomian wilayah Kabupaten Sukoharjo. Sarana

transportasi seperti jalan, angkutan, jembatan, kendaraan bermotor serta alat

transportasi lainnya dapat memperlancar kegiatan ekonomi seperti penyaluran

barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan membantu memperlancar

mobilitas penduduk antar wilayah lokal maupun luar wilayah. Panjang jalan

menurut jenis permukaan dan status jalan di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Jalan Negara

Jalan Propinsi

Jalan Kabupaten

No.

Uraian

Panjang (km)

% Panjang (km)

% Panjang (km)

%

1. Jenis Permukaan 13,84 100 51,68 100 410,09 100 a. Diaspal 13,84 100 51,68 100 398,31 97,13 b. Kerikil 0,00 0 0,00 0 11,08 2,70 c. Tanah 0,00 0 0,00 0 0,70 0,17

2. Kondisi Jalan 13,84 100 51,68 100 410,09 100 a. Baik 13,84 100 21,23 41,08 122,92 29,97 b. Sedang 0,00 0 20,61 39,88 141,25 34,45 c. Rusak

d. Rusak Berat 0,00 0,00

0 0

9,84 0,00

19,040,00

114,2331,69

27,857,73

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Tabel 12 menunjukkan bahwa jalan di Kabupaten Sukoharjo terbagi

menjadi 3 jenis yaitu jalan negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten. Jalan

kabupaten merupakan jalan yang terpanjang yaitu sepanjang 410,09 km.

Sebagian besar permukaan jalan telah diaspal yaitu sebesar 97,13%,

sedangkan yang permukaannya berupa kerikil dan tanah sebesar 2,7% dan

0,17%. Sebagian besar jalan di Kabupaten Sukoharjo dalam kondisi sedang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

 

yaitu sebesar 34,45%. Kondisi jalan yang sedang dapat menghambat

kelancaran arus transportasi seperti mobilitas penduduk dan proses distribusi

barang dan jasa. Kondisi jalan di Kabupaten Sukoharjo berpengaruh dalam

kegiatan industri karak skala rumah tangga terutama kegiatan pemasaran

karak karena jalan merupakan sarana penghubung untuk distribusi karak dari

produsen kepada pedagang perantara dan konsumen akhir.

D. Keadaan Sektor Pertanian

1. Produksi Tanaman Bahan Makanan

Kabupaten Sukoharjo memiliki luas lahan 46.666 Ha. Lahan seluas

46.666 Ha digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Penggunaan

lahan di Kabupaten Sukoharjo antara lain berupa sawah, pekarangan,

tegal, tambak, hutan rakyat, hutan negara dan lain-lain. Masing-masing

jenis penggunaan lahan mempunyai luas lahan yang berbeda-beda. Jenis

tanaman yang ditanam pun juga berbeda-beda antara lain tanaman bahan

makanan, tanaman palawija, sayura-sayuran serta buah-buahan. Luas

panen dan produksi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sukoharjo

dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Luas Panen (Ha) Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Jenis Tanaman Bahan Pangan Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Padi Sawah Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau

48.248 5.122 3.436

2 9.047 3.905

32

337.24430.58959.982

1413.9578.586

40Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 13 produksi terkecil di Kabupaten Sukoharjo

adalah ubi jalar yaitu sebesar 14 ton dengan luas panen 2 Ha. Tanaman

bahan makanan yang produksinya paling banyak adalah padi yaitu sebesar

337.244 ton dengan luas panen 48.248 Ha. Kabupaten Sukoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

 

merupakan salah satu kabupaten penyandang pangan di Jawa Tengah

terutama komoditas padi yang merupakan tanaman bahan makanan pokok.

Produksi padi terus dipacu dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 produksi

padi mencapai 337.244 ton dan mengalami kenaikan luas panen sebesar

4,5% dibanding tahun sebelumnya. Luas panen dan produksi padi di

Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 14

berikut:

Tabel 14. Luas Panen (Ha) dan Produksi Padi (Ton) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008

No. Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. 2. 3. 4. 5.

2004 2005 2006 2007 2008

45.899 46.440 49.422 46.171 48.248

293.868 299.206 322.426 322.656 337.244

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Tabel 14 menunjukkan bahwa dari produksi padi di kabupaten

Sukoharjo dari tahun 2004-2008 mengalami kenaikan. Produksi padi

tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu mencapai 337.244 ton, sedangkan

produksi padi terendah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 337.244 ton. Luas

panen padi pada tahun 2004-2008 mengalami perluasan setiap tahun,

namun pada tahun 2007 luas panen padi mengalami penyempitan dan

mengalami perluasan kembali pada tahun 2008. Luas panen padi terluas

terjadi pada tahun 2006 yaitu mencapai 49.422 Ha. Perluasan lahan panen

padi akan berdampak baik bagi industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo. Hal ini karena dengan bertambahnya luas lahan

panen padi, maka produksi padi juga akan meningkat sehingga kebutuhan

akan beras sebagai bahan baku utama industri karak skala rumah tangga

dapat terpenuhi dan terjaga ketersediaannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

 

E. Keadaan Sektor Perindustrian

1. Keadaan Industri di Kabupaten Sukoharjo

Industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang

melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia,

atau dengan tangan sehingga menjadi barang yang lebih tinggi nilainya

dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.

Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama

pembangunan ekonomi. Sektor industri memegang peranan yang sangat

penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo, dengan distribusi

terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo tahun 2008 sebesar 29,55%.

Menurut Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo,

Industri digolongkan menjadi industri besar, menengah dan kecil. Data

mengenai industri besar, menengah dan kecil di Kabupaten Sukoharjo

dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:

Tabel 15. Jumlah Unit Usaha/Industri, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi Industri Besar, Menengah dan Kecil Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008

Tahun No Uraian 2007 2008

1. 2. 3. 4.

Jumlah Industri (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Juta Rp) Nilai Produksi (Juta Rp)

16.036 128.508

1.700.598,31 5.428.707,86

16.450 133.550

1.823.957,83 5.863.927,57

Sumber: Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008

Tabel 15 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah industri,

jumlah tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi pada industri besar,

menengah maupun kecil di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007-2008.

Peningkatan jumlah unit industri berpengaruh pada peningkatan

kesempatan kerja di Kabupaten sukoharjo sehingga mampu menyerap

tenaga kerja dalam dalam jumlah banyak. Nilai investasi pada tahun 2007

sebesar Rp 1.700.598.310.000 dengan nilai produksi sebesar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

 

Rp 5.428.707.860.000 meningkat nilai investasinya pada tahun 2008

menjadi Rp 1.823.957.830.000 dengan nilai produksi sebesar

Rp 5.863.927.570.000.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo, industri skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo termasuk

ke dalam kelompok industri kecil. Data mengenai potensi sentra industri

kecil dan menengah di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 16

berikut:

Tabel 16. Data Potensi Sentra Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Uraian Jumlah 1. 2. 3. 4. 5.

Jumlah Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Nilai Investasi (Rp) Nilai Produksi (Rp) Nilai Bahan Baku/Bahan Penolong (Rp)

7.37124.544

62.906.5001.129.928.875

655.910.159Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2008

Berdasar Tabel 16 menunjukkan bahwa jumlah unit industri kecil

dan menengah di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 7.371 unit. Tenaga

kerjanya berjumlah 24.554 orang. Nilai produksi industri kecil dan

menengah di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008 mencapai Rp

1.129.928.875 dengan nilai investasi sebesar Rp 62.906.500 dan nilai

bahan baku/bahan penolong sebesar Rp 655.910.159.

2. Keadaan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten

Sukoharjo

Industri karak di Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu

industri pengolahan makanan yang berbahan baku beras. Proses produksi

pembuatan karak di Kabupaten Sukoharjo masih menggunakan alat-alat

tradisional dan sederhana. Produksi karak di Kabupaten Sukoharjo ada dua

macam yaitu penjengan dan pengukusan. Menurut Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, industri karak termasuk ke dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

 

industri kecil kerupuk. Industri karak di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari

2 jenis industri yaitu industri kecil karak dan industri karak skala rumah

tangga. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga

kerjanya berjumlah antara 5-19 orang. Industri skala rumah tangga adalah

industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 1-4

orang (Anonime, 2006). Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 17 berikut:

Tabel 17 Jumlah Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No Kecamatan Desa Unit Usaha 1 2 3

Mojolaban Sukoharjo Weru

Gadingan Plumbon Kenep Jatingarang

33 15 13 2

Jumlah 63 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2007

Tabel 17 menunjukkan bahwa industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo berjumlah 63 unit. Industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo tersebar di tiga kecamatan antara lain

Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Weru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44  

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri

1. Identitas Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga

Identitas responden merupakan gambaran umum dari responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang masih

aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas responden

yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, jumlah

anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi,

jumlah tenaga kerja luar keluarga dan lama mengusahakan. Identitas

responden pada industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Identitas Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Rata-rata per Responden

1. 2. 3. 4.

5. 6.

Umur responden (th) Lama pendidikan (th) Jumlah anggota keluarga (org) Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi (org) Jumlah tenaga kerja luar keluarga (org) Lama mengusahakan (th)

49,637,805,002,00

2,0015,50

Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 1 )

Tabel 18 menunjukkan bahwa umur rata-rata responden karak skala

rumah tangga adalah 49,63 tahun yang masih termasuk dalam kategori

umur produktif. Produktivitas kerja responden karak skala rumah tangga

cukup tinggi pada saat umur masih produkstif. Produktivitas ini berkaitan

dengan kemampuan fisik responden. Semakin kuat kemampuan fisik

responden maka responden akan lebih mampu menjalankan dan

mengembangkan usahanya sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Tingkat pendidikan rata-rata responden karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo adalah 7,8 tahun. Sebagian besar responden sudah

44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45  

menduduki pendidikan tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama),

sehingga wawasan ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh para

responden sudah cukup memadai. Usaha ini tidak menuntut responden

untuk memiliki pendidikan formal yang tinggi karena kegiatan yang

dilakukan dalam usaha ini tidak memerlukan ketrampilan atau

pengetahuan khusus. Responden bisa mempelajari kegiatan usaha ini

melalui responden lain yang sudah terlebih dahulu mengusahakan.

Pendidikan formal bukan merupakan syarat utama yang diperlukan dalam

proses produksi karak, namun hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir

responden industri karak misalnya dalam pengelolaan industri karak.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka responden akan lebih bisa

berpikir rasional dalam mengelola industrinya seperti saat pengambilan

keputusan dalam menetapkan strategi usaha yang akan diterapkan yang

pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan

diperoleh responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo.

Jumlah rata – rata anggota keluarga responden usaha industri karak

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 5 orang. Banyak

sedikitnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh pada ketersediaan

tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut

serta dalam kegiatan industri karak. Jumlah rata–rata anggota keluarga

yang aktif dalam industri ini sebanyak 2 orang. Pada umumnya anggota

keluarga yang aktif dalam industri karak adalah suami dan istri, sedang

anggota keluarga yang lain bekerja di luar kota atau sektor lain, masih

menempuh pendidikan atau termasuk usia belum/sudah tidak produktif

(anak-anak dan lanjut usia). Rata-rata tenaga kerja luar keluarga dalam

industri karak sebanyak 2 orang, sehingga jumlah tenaga kerja dalam

industri karak adalah 3−4 orang. Penggunaan tenaga kerja dari luar

keluarga lebih banyak yang menggunakan tenaga kerja laki-laki, karena

ada beberapa kegiatan yang dianggap berat dan tidak bisa digantikan oleh

tenaga perempuan seperti saat proses produksi pembuatan adonan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

penumbukkan, pencetakan dan penggorengan. Sedangkan tenaga wanita

digunakan dalam kegiatan pengirisan, penjemuran, pengemasan dan

pemasaran, namun terkadang tenaga laki-laki juga dapat membantu

menyelesaikan tugas tenaga kerja perempuan seperti penjemuran,

pengemasan dan pemasaran.

Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo telah

diusahakan rata-rata selama 15,50 tahun. Hai ini menunjukkan bahwa

responden sudah cukup lama dalam menjalankan industrinya, sehingga

pengalaman yang dimiliki responden pun juga cukup banyak. Semakin

lama waktu mengusahakan, maka semakin banyak pengalaman yang

dimiliki. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki, maka responden

semakin mampu menghadapi kendala-kendala selama proses produksi

hingga proses pemasaran, seperti naiknya harga bahan baku dan bahan

penolong, serta cuaca yang tidak menentu.

Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo terbagi

menjadi dua macam status usaha yaitu usaha utama dan usaha sampingan.

Data mengenai status industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 19 berikut:

Tabel 19. Status Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Status Usaha Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 2.

Utama Sampingan

282

93,336,67

Jumlah 30 100,00Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 1 )

Tabel 19 menunjukka bahwa sebagian besar industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berstatus sebagai usaha utama yaitu

sebesar 93,33% atau 28 industri karak, sedangkan sebanyak 2 industri

karak atau 6,67% berstatus sebagai usaha sampingan. Industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berproduksi setiap hari, namun ada

juga yang berproduksi hanya 6 hari kerja. Dikatakan sebagai usaha utama

karena anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak ikut aktif dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya dalam industri karak ini. Selain

itu, penghasilan yang diperoleh dari industri karak merupakan sumber

penghasilan utama dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Responden menjadikan industri karak sebagai usaha sampingan karena

responden mempunyai perkejaan utama lain seperti pedagang dan petani.

Responden mengusahakan industri karak dengan berbagai macam

alasan. Data mengenai alasan responden mengusahakan industri karak

dapat dilihat pada Tabel 20 berikut:

Tabel 20. Alasan Mengusahakan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. 2. 3.

Usaha warisan Tidak mempunyai pekerjaan lain Pengalaman sebagai buruh

13 12 5

43,3340,0016,67

Jumlah 30 100,00Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 1 )

Berdasarkan Tabel 20, industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah usaha warisan sebesar

43,33% atau sebanyak 13 orang. Industri karak skala rumah tangga

dikatakan sebagai usaha warisan karena merupakan usaha yang diperoleh

secara turun temurun. Sebesar 40% atau sebanyak 12 orang mengusahakan

industri karak karena alasan tidak mempunyai pekerjaan lain. Hal ini

disebabkan karena terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan lain atau

pekerjaan sebelumnya tidak memberikan penghasilan yang layak bagi

mereka. Alasan lain responden mengusahakan industri karak karena

pengalamannya sebagai buruh yaitu sebesar 16,67% atau 5 orang. Mereka

mengusahakan industri karak karena memiliki cukup pengalaman yang

mereka peroleh dari menjadi buruh di industri karak yang telah berdiri

lebih dulu.

2. Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga

Modal dalam industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo digunakan untuk memenuhi kebutuhan selama proses produksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

baik untuk pembelian bahan baku dan bahan penolong maupun untuk

pembelian peralatan. Modal yang digunakan bisa berasal dari modal

sendiri atau modal dari pinjaman luar. Sumber modal yang digunakan oleh

responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

dapat dilihat pada Tabel 21 berikut:

Tabel 21. Sumber Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 2.

Modal Sendiri Modal Pinjaman

30 0

1000

Jumlah 30 100Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 1 )

Tabel 21 menunjukkan bahwa seluruh responden industri karak

dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri yaitu sebesar

100% atau sebanyak 30 responden. Para saat dilakukan penelitian tidak

ada responden yang menggunakan modal pinjaman dari bank atau

lembaga perkreditan lain. Hal ini dikarenakan syarat yang diajukan oleh

bank atau lembaga perkreditan memberatkan pihak responden.

3. Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri Karak Skala

Rumah Tangga

Bahan baku industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo adalah beras. Beras yang digunakan adalah jenis beras seperti

C4 dan IR64 dengan kualitas rendah yang biasanya untuk beras raskin.

Beras C4 dan IR64 dengan kualitas rendah adalah sifat berasnya pero atau

tidak pulen. Harga beras berkisar antara Rp 4.000- Rp 6.000 per kg. Saat

dilakukan penelitian harga beras naik sebanyak 2 kali. Kenaikan harga

beras yang pertama sebesar Rp 200-Rp 300 per kg dan yang kedua sebesar

Rp 100-Rp 200 per kg. Beras ini juga lebih mekar atau babar bila

dibandingkan dengan beras lain. Saat proses penggorengan karak bisa

mengembang karena adanya sifat beras yang mekar atau babar.

Bahan penolong yang dibutuhkan dalam industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo meliputi bumbu-bumbu, minyak goreng,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

kayu bakar, gas elpiji, dan plastik untuk pengemasan. Bumbu yang

dibutuhkan antara lain bleng (cetitet), garam, penyedap rasa, dan terasi.

Bumbu yang paling banyak digunakan dalam pembuatan karak adalah

bleng dan garam, sedangkan penggunaan penyedap rasa dan terasi

bergantung selera masing-masing responden. Hal ini karena yang

terpenting karak ada rasanya terutama rasa asin.

Harga minyak goreng berkisar antara Rp 8.000-Rp 10.000 per kg.

Pada saat dilakukan penelitian, harga minyak goreng mengalami kenaikan

sebanyak 3 kali. Kenaikan harga minyak goreng berkisar antara Rp 100 –

Rp 300 per kg.

Harga kayu bakar di masing-masing daerah penelitian juga

berbeda-beda. Harga kayu bakar berkisar antara Rp 4.000-Rp 10.000 per

ikat. Perbedaan harga kayu bakar ini terjadi karena tiap ikat kayu bakar isi

dan ukurannya berbeda-beda. Biasanya responden menggunakan kayu

bakar untuk proses pembuatan adonan, sedangkan ketika proses

penggorengan mereka menggunakan gas elpiji, namun ada juga responden

yang selama produksinya menggunakan gas elpiji.

Sebagian besar responden karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo tidak menggunakan plastik karena plastik yang digunakan

untuk membungkus karak berasal dari pedagang. Plastik pembungkus

yang digunakan oleh sebagian kecil responden berukuran 11x22 cm

dengan harga Rp 1.200 per bungkus atau Rp 6.000 per bendel untuk

membungkus karak.

Tempat pembelian bahan baku dan bahan penolong yang

dibutuhkan oleh responden industri karak adalah di pasar-pasar terdekat.

Mereka lebih memilih membeli di pasar karena harga yang relatif murah

dan ketersediaan bahan baku dan penolong lebih lengkap. Selain itu, tiap

responden telah memiliki langganan toko di pasar untuk membeli bahan

baku dan bahan penolong. Sistem pembayaran dalam pembelian bahan

baku dan bahan penolong adalah secara kontan. Hal ini karena responden

tidak ingin mempunyai hutang kepada pedagang. Sebagian besar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

responden mendapatkan bahan baku dan bahan penolong dengan cara

diambil sendiri, hal ini karena responden merasa mampu membawa bahan-

bahan untuk produksi sendiri karena jumlahnya yang tidak banyak hanya

untuk kebutuhan sekali produksi. Namun ada juga responden yang

mendapat bahan-bahan dengan cara diantar, hal ini karena responden

membeli bahan-bahan dalam jumlah besar untuk stok.

Produksi karak di Kabupaten Sukoharjo dilakukan antara

6 hari – 7 hari. Sistem pengadaan bahan baku dan bahan penolong

sebagian besar responden adalah untuk 1 kali produksi karena kebutuhan

bahan-bahan untuk sekali produksi jumlahnya tidak banyak. Namun ada

juga responden yang membeli bahan baku dan bahan penolong untuk lebih

dari 1 kali produksi atau melakukan penimbunan. Hal ini karena untuk

menghindari kerugian akibat fluktuasi harga, selain itu juga untuk

melakukan penyetokan untuk menghindari kehabisan bahan-bahan ketika

bahan-bahan itu dibutuhkan untuk produksi serta untuk menghemat biaya

transportasi.

4. Peralatan Industri Karak Skala Rumah Tangga

Responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo selain memerlukan bahan baku dan bahan penolong, juga

membutuhkan peralatan penunjang dalam proses produksinya. Peralatan

yang digunakan bukan peralatan mekanis. Peralatan yang digunakan masih

bersifat sederhana dan tradisional. Peralatan yang digunakan merupakan

peralatan milik responden sendiri, sehingga responden tidak perlu

mengeluarkan biaya sewa untuk menyewa peralatan. Peralatan yang

digunakan dalam proses produksi karak antara lain:

a. Pawonan

Alat ini terbuat dari tumpukan batu bata atau adonan semen yang

dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk kubus atau balok atau

lingkaran dengan 2-3 lubang di bagian atas permukaan dan 1 lubang di

bagian bawah. Alat ini berfungsi sebagai tempat untuk memasak

adonan sampai proses penggorengan karak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

b. Panci/kaleng/ember

Alat ini terbuat dari stainless steel. Alat ini berfungsi untuk tempat

merebus (mengaru) beras. Responden di Kecamatan Sukoharjo

menggunakan panci yang biasa disebut ember, sedangkan responden

Kecamatan Weru dan Mojolaban menggunakan panci yang biasa

disebut kaleng.

c. Dandang/ sabruk

Alat ini terbuat dari stainless steel. Alat ini berfungsi untuk mengukus

atau menanak beras yang telah selesai direbus atau dikaru.

d. Kukusan

Alat ini berbentuk seperti kerucut yang terbuat dari anyaman bambu.

Kapasitas alat ini untuk menampung beras adalah sebanyak 5 kg. Alat

ini berfungsi untuk tempat menampung beras setelah direbus yang

ditumpangkan diatas dandang/sabruk. Dalam 1 kali proses penanakan

nasi menggunakan 2 lapis kukusan.

e. Lumpang

Alat ini terbuat dari adonan semen yang dibuat sedemikian rupa

sehingga membentuk lengkukan. Alat ini berfungsi untuk tempat

penumbukkan beras yang telah selesai dikukus (sering disebut adonan

karak) agar menjadi halus. Lumpang yang dimiliki responden adalah

buatan sendiri. Mereka membuat sendiri agar lebih awet. Responden di

Kecamatan Sukoharjo tidak menggunakan lumpang dalam proses

penumbukkan adonan karak, namun menggunakan alat pencetak.

f. Alu

Alat ini terbuat dari kayu yang berbentuk silinder bulat memanjang

dengan ujung berbentuk tumpul. Alat ini berfungsi sebagai alat

penumbuk atau penghalus adonan karak.

g. Cetakan

Alat ini terbuat dari kayu. Bentuk alat cetak yang digunakan ada 2

macam yaitu berbentuk balok dengan ukuran 15cm x 30cm x 60cm

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

yang salah satu bagian atasnya tebuka dan berbentuk persegi panjang

dengan ukuran 4cm x 7cm x70cm.

h. Anjang

Alat ini terbuat dari anyaman batang bambu dengan ukuran 70cm x

200cm. Alat ini berfungsi sebagai tempat untuk menjemur karak.

Selain itu alat ini juga berfungsi sebagai tempat untuk menggarang

karak yang akan digoreng.

i. Wajan

Alat ini terbuat dari alumunium atau besi, berbentuk setengah

lingkaran dengan dua pegangan di kedua pinggirnya. Alat ini berfungsi

sebagai tempat untuk menggoreng karak yang sudah kering.

j. Irik

Alat ini terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk setengah

lingkaran. Alat ini berfungsi sebagai tempat untuk meniriskan karak

yang sudah digoreng.

k. Plastik

Plastik yang digunakan biasanya ukuran 1m x 1,5m. Plastik ini

digunakan untuk tempat menyimpan karak yang sudah digoreng,

sebelum karak tersebut dipasarkan. Plastik ini bisa menampung 1500-

2000 biji karak.

l. Bronjong isi 1/ Srumbung

Alat ini terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk tabung dengan

lubang dibagian atas. Alat ini berfungsi sebagai tempat menampung

karak jika sedang dilakukan penghitungan karak.

m. Ember besar

Alat ini terbuat dari plastik yang berbentuk setengah lingkaran. Alat ini

berfungsi sebagai tempat untuk menampung air yang digunakan

selama proses produksi.

n. Ember kecil

Alat ini terbuat dari plastik yang berbentuk setengah lingkaran. Alat ini

berfungsi sebagai tempat untuk mencuci beras yang akan direbus.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

o. Enthong

Alat ini terbuat dari kayu, berfungsi sebagai alat untuk mengaduk

beras ketika direbus dan alat untuk menuang adonan dalam kukusan,

lumpang dan alat cetak.

p. Erok-erok

Alat ini terbuat dari anyaman besi atau kawat dengan disertai pegangan

yang terbuat dari kayu. Alat ini berfungsi sebagai alat untuk mengaduk

karak yang sedang digoreng dan meniriskan karak yang telah selesai

digoreng.

q. Pisau

Alat ini berfungsi untuk mengiris adonan karak yang telah dicetak dan

telah dingin. Proses pengirisan dengan 3 tahap menggunakan 3 macam

pisau yaitu ukuran besar, sedang dan kecil, sedangkan proses

pengirisan 1 tahap hanya menggunakan 1 macam pisau yaitu pisau

besar.

5. Proses Produksi Pembuatan Karak

Karak yang diproduksi industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo berukuran 6 cm x 10 cm dan 6 cm x 8 cm. Para

responden memproduksi karak ukuran kecil karena karak yang berukuran

kecil pemasarannya lebih mudah bila dibandingkan dengan karak yang

berukuran besar. Selain itu adanya keterbatasan modal juga menyebabkan

responden hanya memproduksi karak dengan satu ukuran. Karak yang

berukuran besar membutuhkan modal yang lebih banyak dibandingkan

dengan karak yang berukuran kecil. Biaya bahan baku, biaya bahan

penolong serta biaya pengemasan yang diperlukan juga semakin banyak.

Proses produksi karak di Kabupaten Sukoharjo dilakukan dengan 2

macam cara. Perbedaan 2 macam cara proses produksi ini terletak pada

proses pembuatan adonan. Proses produksi industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

Gambar 2. Proses Produksi Pembuatan Karak di Kabupaten Sukoharjo

Persiapan bahan-bahan

Proses produksi

Pengekelan

Perebusan/ karu

Pencetakan

Perebusan/ karu

Pengukusan

Penumbukkan

Pengirisan

Penjemuran

Penggorengan

Pengemasan

Pengirisan 1 tahap Pengirisan 3 tahap:

1. Pengirisan 1 2. Pengirisan 2 3. Pengirisan 3

Pencucian beras

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

Keterangan:

a. Persiapan bahan-bahan

1) Menyiapkan bahan baku seperti beras dan bumbu-bumbu (bleng,

garam, penyedap rasa dan terasi), bahan penolong seperti minyak

goreng, kayu bakar dan gas elpiji.

2) Menyiapkan alat-alat yang digunakan selama proses produksi.

b. Proses produksi:

1) Pencucian Beras

Beras harus dicuci terlebih dahulu sebelum beras dimasak menjadi

adonan. Pencucian beras bertujuan agar beras bersih dari kotoran-

kotoran.

2) Pengekelan (kekel)

Beras yang telah dicuci sampai bersih, dimasukkan ke dalam

kukusan, dan dimasak diatas dandang yang telah diisi air. Proses

pengekelan memerlukan waktu ± 15 menit.

3) Perebusan/proses karu

Beras yang telah di kekel kemudian direbus dengan air yang telah

mendidih dan dicampur dengan bumbu-bumbu menggunakan

panci/kaleng/ember. Proses ini memerlukan waktu ± 20-30 menit.

Beras dan bumbu-bumbu diaduk-aduk terus menerus agar bumbu

bercampur dan meresap merata dalam beras serta agar beras tidak

menempel pada panic/kaleng/ember. Pengadukan dilakukan

sampai air habis dan adonan matang.

4) Pengukusan/Penanakan

Adonan yang telah selesai direbus kemudian dimasukkan dalam

kukusan, kemudian ditanakan diatas dandang/sabruk. Proses ini

memerlukan waktu ± 15-20 menit. Kukusan hanya mampu

menampung adonan seberat 5-6 kg beras.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

5) Penumbukan

Adonan yang telah matang kemudian ditumbuk. Proses

penumbukkan adonan memerlukan waktu ± 2-3 menit sesuai

dengan kebutuhan masing-masing daerah penelitian.

6) Pencetakan

Setelah selesai ditumbuk, kemudian adonan langsung dicetak

menggunakan alat pencetak. Setelah dimasukkan dalam cetakan,

adonan diratakan sesuai dengan bentuk cetakannya. Kemudian

adonan yang telah dicetak langsung dilepaskan dari cetakan, dan

diletakan di meja sambil menunggu adonan dingin.

7) Pengirisan

Adonan cetakan yang sudah dingin dan agak padat kemudian diiris

tipis-tipis menggunakan pisau. Pengirisan adonan ada 2 macam

cara yaitu dengan 1 tahap dan 3 tahap. Pengirisan dengan 1 tahap

adalah pengirisan yang bisa langsung dilakukan pada adonan yang

telah dingin dan padat karena alat cetakan telah sesuai dengan

ukuran karak yang diproduksi. Pengirisan dengan 3 tahap adalah

pengirisan adonan yang dilakukan sebanyak 3 tahapan yang

pertama, diiris sebanyak 11 bagian menggunakan pisau besar.

Kedua, dari 11 bagian yang telah diiris, masing-masing bagian

diiris menjadi 7 bagian lagi menggunakan pisau sedang. Terakhir,

dari 7 bagian tadi, masing-masing bagian diiris kecil-kecil dan tipis

menggunakan pisau kecil sesuai ukuran karak yang diproduksi.

8) Penjemuran

Adonan yang telah diiris, kemudian ditata dalam alat jemur yang

disebut anjang. Setelah anjang terisi penuh dengan irisan adonan,

kemudian di jemur di lapangan atau halaman rumah. Penjemuran

memerlukan waktu selama 2 hari. Penjemuran dilakukan 2 tahap.

Pertama dilakukan ketika adonan telah selesai diiris, biasanya dari

pagi hingga sore dan yang kedua dilakukan sebelum

penggorengan, biasanya dari pagi hingga siang. Karak yang telah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57  

kering atau sebagian bagiannya telah kering, kemudian

dikumpulkan. Hari berikutnya, karak yang kemarin telah kering di

jemur lagi (diser) untuk mendapatkan karak mentah yang benar-

benar kering seluruh bagiannya.

9) Penggorengan

Karak mentah yang telah mengalami 2 tahap penjemuran kemudian

siap untuk digoreng. Sebelum digoreng, karak mentah digarang

diatas wajan yang telah dipanaskan bersama dengan minyak

goreng. Proses penggarangan berlangsung selama ±15-20 menit

sampai menunggu panasnya minyak dalam wajan sesuai dengan

kebutuhan penggorengan. Setelah minyak goreng dirasa cukup

panas, maka karak mentah segera digoreng. Karak yang telah

masuk penggorengan harus selalu diaduk-aduk menggunakan erok-

erok. Karak tidak boleh digoreng terlalu lama agar tidak gosong.

Waktu yang diperlukan dalam menggoreng tidak lebih dari 1

menit. Jika karak sudah mulai berwarna kuning kecoklatan, maka

karak harus segera diangkat dan ditiriskan menggunakan irik.

10) Pengemasan

Proses selanjutnya setelah karak selesai digoreng adalah

pengemasan. Karak yang telah digoreng dan ditiriskan kemudian

dikemas menggunakan plastik. Ada yang dikemas dengan plastik

ukuran 11 x 22 cm dimana 1 plastik berisi 5 biji karak dan ada pula

karak yang hanya di masukkan ke dalam plastik ukuran 1 x 1,5 m

sembari dilakukan penghitungan jumlah karak dimana 1 plastik

biasanya cukup untuk menampung 1500-2000 biji karak. Jika

pedagang akan membeli karak, maka mereka dapat mengemas

sendiri karak yang mereka beli dengan menggunakan plastik

kemasan yang mereka sediakan sendiri.

Masing-masing tahap proses produksi pembuatan karak memiliki

kelebihan dan kekurangan. Tahapan produksi karak yang tidak melalui

pengekelan dan pengukusan atau lebih dikenal dengan penjenangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58  

memerlukan waktu untuk produksi yang lebih singkat. Proses produksi

yang tidak melalui proses pengukusan menjadikan adonan yang dibuat

bentuknya lembek karena mengandung banyak air, akibatnya saat proses

pencetakan dan pemadatan memerlukan waktu yang lama, selain itu karak

yang telah digoreng teksturnya sedikit kasar dan sedikit keras atau lebih

dikenal dengan istilah mlethis. Tahapan proses produksi karak yang

melalui pengekelan dan pengukusan memerlukan waktu yang lebih lama.

Proses pengekelan bertujuan agar adonan yang dibuat lebih mekar ketika

digoreng. Proses pengukusan bertujuan agar adonan yang dibuat lebih

keset atau kandungan airnya tidak terlalu banyak, sehingga mudah untuk

dicetak dan mudah menjadi padat.

6. Pemasaran

Produksi karak di Kabupaten Sukoharjo dipasarkan di dalam kota

dan di luar kota. Di dalam kota dipasarkan di pasar-pasar yang ada di

Sukoharjo seperti Pasar Tawangsari, Pasar Gaden, Pasar Kartasura, Pasar

Cuplik, Pasar Kaliyoso. Di luar kota dipasarkan ke daerah Kota Surakarta,

Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali,

Kabupaten Klaten, dan Gemolong. Data mengenai jalur pemasaran

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat

pada Tabel 22 berikut:

Tabel 22. Jalur Pemasaran Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 2.

Dipasarkan sendiri Lewat pedagang

030

0 100

Jumlah 30 100Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 3 )

Tabel 22 menunjukkan bahwa seluruh responden menjual atau

memasarkan karak melalui pedagang. Umumnya para responden telah

mempunyai langganan pedagang, ini memudahkan responden

menyalurkan karak produksinya kepada konsumen akhir. Adanya

pedagang, responden juga bisa menghemat biaya transportasi. Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59  

besar responden memasarkan karaknya dengan cara masing-masing

pedagang datang ke rumah responden untuk mengambil karaknya

sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. Ada juga

responden yang memasarkan karaknya ke pasar kemudian menyetorkan

karaknya kepada para pedagang. Biasanya para ibu-ibu yang memasarkan

karaknya ke pasar. Mereka ke pasar dengan menggunakan angkutan, inilah

yang menyebabkan responden mengeluarkan biaya transportasi.

Pemasaran karak di Kabupaten Sukoharjo dilakukan setiap hari,

hal ini karena setiap responden memiliki pedagang antara 2-9 orang.

Pemasaran karak terkadang tidak semuanya terjual habis dalam 1 hari.

Sisa dari karak yang masih ada akan dijual pada hari berikutnya. Karak

yang sudah digoreng biasanya tahan 4-5 hari asalkan disimpan dalam

tempat tertutup atau tidak terkena angin, hal ini untuk menghindari karak

tidak renyah lagi. Transaksi penjualan karak pun dilakukan secara kontan,

karena uang hasil penjualan hari ini akan digunakan untuk membeli bahan-

bahan produksi esok hari.

B. Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten

Sukoharjo

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan, dan Profitabilitas Industri Karak

Skala Rumah Tangga

a. Biaya

Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan dalam proses

produksi. Biaya dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya yang

dikeluarkan untuk proses pembuatan karak sampai karak di pasarkan

yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

1) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi karak sampai karak dipasarkan, yang besarnya tidak

dipengaruhi oleh jumlah karak yang dihasilkan. Biaya tetap

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

meliputi biaya penyusutan peralatan, biaya bunga modal investasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60  

biaya tenaga kerja dan biaya transportasi. Rata-rata biaya tetap

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 23 berikut:

Tabel 23. Rata-rata Biaya Tetap Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010

No. Uraian Rata-rata per responden (Rp)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4.

Penyusutan Peralatan Bunga Modal Investasi Tenaga Kerja Transportasi

46.537,34 7.615,53

1.895.500,00 149.444,44

2,220,36

90,307,12

Jumlah 2.099.097,62 100,00Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 10 )

Tabel 23 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang

dikeluarkan per responden industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo pada bulan juli sebesar Rp 2.099.097,62.

Biaya tetap terbesar yang dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja

sebesar Rp 1.895.500 atau 90,30%. Tenaga kerja dalam industri

karak terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja

perempuan. Tenaga kerja laki-laki berperan dalam proses

pengekelan, perebusan, pengukusan, penumbukkan, pencetakan

dan penggorengan. Tenaga kerja perempuan berperan dalam proses

pengirisan, penjemuran, pengemasan dan pemasaran.

Rata-rata biaya tetap terbesar kedua adalah biaya bahan

transportasi yaitu sebesar Rp 149.444,44 atau 7,12. Biaya

transportasi digunakan responden untuk membeli bahan-bahan

kebutuhan produksi dan untuk memasarkan karak. Pada umumnya

responden membeli bahan-bahan atau menjual karaknya ke pasar

menggunakan angkutan umum. Ongkos naik angkutan umum

berkisar antara Rp 4.000-Rp 8.000.

Rata-rata biaya tetap terbesar ketiga adalah biaya

penyusutan peralatan sebesar Rp 46.537,34 atau 2,22%. Peralatan

yang digunakan dalam industri karak skala rumah tangga di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61  

Kabupaten Sukoharjo masih bersifat sederhana dan non mekanis.

Responden membeli dan menggunakan peralatan pada awal

mereka mendirikan industri karak sampai sekarang. Ada beberapa

alat yang memiliki umur ekonomis yang pendek antara lain

kukusan, pisau, panci/ember/kaleng, enthong, dandang, alat cetak,

irik, erok-erok, bronjong isi 1 dan plastik. Penggunaannya harus

segera diganti jika sudah tidak layak pakai. Ada juga beberapa alat

yang memiliki umur ekonomis yang panjang antara lain wajan, alu,

anjang, meja dan ember.

Rata-rata biaya tetap terkecil adalah biaya bunga modal

investasi sebesar Rp 7.615,53 atau 0,36%. Biaya ini merupakan

nilai bunga atas modal yang dimiliki oleh produsen, walaupun

modal tersebut adalah modal sendiri. Suku bunga riil yang

digunakan dalam perhitungan pada bulan Juli 2010 sebesar 0,423%

karena penelitian dilakukan pada bulan tersebut.

2) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi karak sampai karak dipasarkan, yang besarnya

dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya variabel

meliputi biaya bahan baku (beras), biaya bahan penolong (bleng,

garam, penyedap rasa, terasi minyak goreng, kayu bakar, gas

elpiji), dan biaya kemasan (plastik). Rata-rata biaya variabel

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 24 berikut:

Tabel 24. Rata-rata Biaya Variabel Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010

No Uraian Rata-rata per responden (Rp)

Persentase (%)

1. 2. 3.

Bahan Baku Bahan Penolong Bahan Kemasan

5.583.290,00 6.046.154,00

523.900,00

45,9449,754,31

Jumlah 12.153.344,00 100,00Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 11 )

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62  

Tabel 24 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel per

responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo pada bulan Juli sebesar Rp 12.153.344. Besarnya biaya

variabel dipengaruhi oleh banyaknya produk yang dihasilkan.

Rata-rata biaya variabel terbesar adalah biaya bahan

penolong. Bahan penolong digunakan sebagai tambahan atau

pelengkap dalam proses produksi. Bahan penolong dalam industri

karak meliputi biaya minyak goreng, biaya kayu bakar dan biaya

gas elpiji. Rata-rata biaya bahan penolong sebesar Rp 6.046.154

atau 49,75%. Pengeluaran biaya bahan penolong terbesar adalah

biaya minyak goreng. Kebutuhan minyak goreng rata-rata per

responden pada bulan Juli sebesar 563,61 kg dengan biaya sebesar

Rp 4.834.580,83. Biaya bahan penolong terkecil adalah biaya kayu

bakar yaitu sebesar Rp 872.190.

Rata-rata biaya variabel terbesar kedua adalah biaya bahan

baku sebesar Rp 5.583.290 atau 45,94% pada bulan Juli. Biaya

bahan baku meliputi biaya pembelian beras dan bumbu-bumbu

(bleng, garam, penyedap rasa dan terasi). Biaya bahan baku

terbesar adalah biaya pembelian beras. Kebutuhan rata-rata

penggunaan beras pada bulan Juli yaitu sebesar 1.127 kg dengan

biaya sebesar Rp 5.583.290. Biaya bahan baku terkecil adalah

biaya untuk pembelian garam sebesar Rp 19.065.

Rata-rata biaya variabel terkecil adalah biaya pengemasan

yaitu sebesar Rp 523.900 atau 4,31%. Biaya pengemasan

dikeluarkan untuk pembelian plastik. Tidak semua responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

mengeluarkan biaya untuk pembelian plastik. Walaupun ada

perbedaan dalam pengeluaran biaya pengemasan, namun harga jual

karak tetap sama yaitu sebesar Rp 60.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63  

3) Biaya Total

Biaya total dalam industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo merupakan hasil penjumlahan dari total

biaya tetap dan total biaya variabel yang dikeluarkan selama proses

produksi pembuatan karak sampai karak dipasarkan. Besar rata-

rata biaya total industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 25 berikut:

Tabel 25. Rata-rata Biaya Total Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010

No. Uraian Rata-rata per responden (Rp)

Persentase (%)

1. 2.

Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel

2.099.097,62 12.153.344,00

14,7385,27

Biaya Total (Rp) 14.252.441,62 100,00Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 12 )

Tabel 25 menunjukkan bahwa rata-rata biaya total per

responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo pada bulan Juli sebesar Rp 14.252.441,62. Biaya

terbesar yang dikeluarkan oleh responden industri karak adalah

biaya variabel yaitu sebesar Rp 12.153.344 atau 85,27%. Hal ini

karena besarnya biaya variabel yang dikeluarkan dipengaruhi oleh

besarnya produk yang dihasilkan, selain itu adanya kenaikan harga

bahan-bahan juga mempengaruhi besarnya biaya variabel.

b. Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas

Penerimaan total, keuntungan dan profitabilitas industri karak

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo pada bulan Juli 2010

dapat dilihat pada Tabel 26 berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64  

Tabel 26. Rata-rata Penerimaan Total, Keuntungan dan Profitabilitas Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010

No Uraian Jumlah Karak yang Diproduksi

(biji)

Harga per biji (Rp)

Rata-rata per

responden

1. 2. 3. 4.

Penerimaan Total (Rp) Biaya Total (Rp) Keuntungan (Rp) Profitabilitas (%)

260.167,00 60,00 15.610.012,50 14.252.441,62 1.357.570,88

8,70Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 13, 14 dan 15 )

Penerimaan total industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo merupakan hasil kali antara jumlah karak yang

diproduksi dengan harga karak per biji. Tabel 26 menunjukkan bahwa

rata-rata penerimaan total per responden industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo pada bulan Juli sebesar Rp

15.610.012,50 dengan jumlah karak yang diproduksi sebanyak

260.167 biji. Karak yang diproduksi terjual seluruhnya. Penjualan

karak tidak habis dalam satu hari. Sisa karak yang belum terjual akan

dijual pada esok harinya.

Keuntungan yang diterima industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo merupakan selisih antara penerimaan total

dengan biaya total industri karak skala rumah tangga. Tabel 26

menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan total per responden industri

karak skala rumah tangga di kabupaten Sukoharjo pada bulan Juli

sebesar Rp 15.610.012,50 dengan rata-rata biaya total sebesar

Rp 14.252.441,62 sehingga diperoleh rata-rata keuntungan sebesar

Rp 1.357.570,88. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh masing-

masing responden dipengaruhi oleh besar kecilnya penerimaan dan

biaya total.

Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat dihitung

besarnya profitabilitas industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65  

dibagi dengan penjualan (penerimaan) yang dinyatakan dalam persen.

Tabel 26 menunjukkan bahwa nilai profitabilitas industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar 8,70%. Profitabilitas

industri karak bernilai 8,70% yang artinya bahwa setiap penjualan

(penerimaan) sebesar Rp 100, akan menghasilkan keuntungan sebesar

Rp 8,70.

2. Risiko Industri Karak Skala Rumah Tangga

Risiko industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

merupakan kemungkinan merugi yang responden industri karak skala

rumah tanggayang dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Besarnya risiko

dapat dihitung menggunakan pendekatan CV (koefisien variasi industri

karak skala rumah tangga) dan L (batas bawah keuntungan industri karak

skala rumah tangga). Menurut Hernanto (1993), semakin besar nilai

koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung

semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah

keutungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang

mungkin diterima oleh produsen. Risiko usaha dan batas bawah

keuntungan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

dapat dilihat pada Tabel 27 berikut:

Tabel 27. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Rata-rata per responden 1. 2. 3. 4.

Keuntungan (Rp) Simpangan Baku (Rp) Koefisien Variasi Batas Bawah Keuntungan (Rp)

1.357.570,88992.725,75

0,73- 627.880,62

Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 15 )

Tabel 27 menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan per responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo pada bulan Juli

sebesar Rp 1.357.570,88. Besarnya simpangan baku industri karak skala

rumah tangga sebesar Rp 992.725,75 dengan koefisien variasi sebesar 0,73

dan batas bawah keuntungan sebesar minus Rp 627.880,62.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66  

Berdasarkan nilai koefisien variasi (CV) dan batas bawah

keuntungan (L) terlihat bahwa nilai koefisien variasi lebih besar dari nol

(CV>0,5) dan nilai batas bawah keuntungan bernilai negative (L<0). Hal

ini menunjukkan bahwa industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo mempunyai peluang untuk mengalami kerugian. Batas bawah

keuntungan sebesar minus Rp 627.880,62 menunjukkan bahwa responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo harus berani

menanggung kerugian sebesar Rp 627.880,62. Besarnya nilai risiko yang

harus ditanggung responden industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh berbagai risiko yang ada, antara

lain:

a. Risiko Harga

Risiko harga yang dihadapi oleh industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah harga bahan baku dan bahan

penolong yang tidak stabil atau cenderung meningkat. Kenaikan harga

bahan-bahan akan menambah besarnya biaya yang harus dikeluarkan

oleh responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo sehingga akan mempengaruhi besarnya keuntungan yang

diterima responden. Selain itu, harga jual karak selalu stabil. Harga

jual karak tidak bisa dinaikkan jika harga bahan baku atau bahan

penolong naik. Sejauh ini langkah yang dilakukan oleh responden

adalah dengan mempertipis ketebalan karak dan tetap

mempertahankan mutu dan rasa karak agar responden tetap

memperoleh keuntungan walaupun harga bahan-bahan meningkat dan

harga jual karak tidak dapat naik.

b. Risiko Produksi

Risiko produksi industri karak skala rumah tangga di pengaruhi

oleh keadaan alam atau iklim/cuaca. Proses produksi karak sangat

bergantung pada sinar matahari, terutama saat proses penjemuran. Jika

terjadi hujan dan tidak ada sinar matahari, maka karak tidak bisa

kering dengan sempurna, selain itu waktu yang dibutuhkan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67  

proses penjemuran juga akan bertambah lama bahkan karak bisa

membusuk jika tidak mendapatkan pengeringan sinar matahari sama

sekali sehingga dapat mengurangi penerimaan responden dan bahkan

responden bisa mengalami kerugian. Sejauh ini langkah antisipasi

untuk mengatasi masalah ini adalah dengan tetap menjemur karak di

dalam rumah, jika luas rumah tidak memadai untuk menjemur di

dalam rumah dapat dilakukan dengan cara menumpuk anjang-anjang

yang berisi karak secara bertingkat di dalam rumah. Selain itu dapat

juga dilakukan dengan penggarangan, namun karak yang terlalu lama

digarang akan menyebabkan karak menjadi keras setelah digoreng atau

sering disebut bangka dan berbau sangit. Penggarangan juga akan

menambah biaya produksi. Langkah antisipasi yang sifatnya modern

sampai saat ini masih belum ada karena masih bergantung pada cuaca

yang tidak menentu dan pengeringan yang paling bagus adalah

pengeringan menggunakan cahaya matahari.

3. Efisiensi Industri Karak Skala Rumah Tangga

Efisiensi industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dapat dihitung menggunakan R/C rasio. Efisiensi merupakan

perbandingan total penerimaan yang diterima dengan total biaya yang

dikeluarkan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Efisiensi industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 28 berikut:

Tabel 28. Efisiensi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Rata-rata per responden (Rp) 1. 2.

Penerimaan Total Biaya Total

15.610.012,5014.252.441,62

Efisiensi 1,10Sumber: Analisis Data Primer ( Lampiran 14 )

Tabel 28 menunjukkan bahwa nilai efisiensi industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar 1,10. Hal ini menunjukkan

bahwa industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68  

dijalankan sudah efisien karena nilai efisiensinya lebih dari satu. Nilai R/C

rasio 1,10 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan

penerimaan sebesar 1,10 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

Tabel 26 dan Tabel 28 menunjukkan bahwa secara angka nilai

profitabilitas dan efisiensi industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo rendah, akan tetapi responden tetap bertahan menjalankan

industri ini. Hal ini disebabkan dalam analisis keuntungan seluruh biaya

yang dikeluarkan harus diperhitungkan walaupun pada kenyataannya

terdapat biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh responden. Biaya

yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh responden industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah biaya tenaga kerja keluarga.

Tenaga kerja keluarga pada kenyataannya tidak diberi upah layaknya

tenaga kerja luar keluarga, sehingga responden tetap merasa bahwa

industri karak skala rumah tangga yang dijalankan memberikan

keuntungan yang besar.

C. Kendala Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

Responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

menghadapi kendala-kendala dalam menjalankan usahanya. Kendala-kendala

ini akan menghambat kelancaran dan perkembangan industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Salah satu kendala yang dihadapi oleh responden industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah keterbatasan modal. Responden

hanya menggunakan modal milik sendiri dalam menjalankan industri

karaknya, padahal biaya yang dikeluarkan cukup besar. Bagi responden yang

hanya mengandalkan usaha ini akan merasa kesulitan untuk mengembangkan

usahanya karena keuntungan yang diperoleh digunakan juga untuk kebutuhan

rumah tangga. Adanya lembaga perkreditan seperti bank tidak dimanfaatkan

oleh para responden untuk menambah modal guna mengembangkan

industrinya. Hal ini karena persyaratan yang diajukan dari pihak lembaga

perkreditan dirasa memberatkan responden.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69  

Kendala lain yang dihadapi responden adalah peralatan yang

digunakan masih sederahana dan tradisional. Seluruh kegiatan proses produksi

karak masih bergantung pada tenaga manusia. Pada kenyataannya proses

produksi karak dapat dilakukan dengan menggunakan mesin. Alat penggiling

merupakan salah satu alat mekanis yang pernah digunakan dalam industri

karak skala rumah tangga. Namun karena hasil adonan yang digiling terlalu

lembut sehingga menyebabkan adonan sulit dicetak dan diiris, maka alat ini

tidak digunakan lagi. Hal inilah yang menyebabkan responden tetap

menggunakan alat-alat tradisional dan sederhana dengan tetap memanfaatkan

tenaga manusia.

Disamping kendala-kendala tersebut diatas masih ada kendala lain

yang dihadapi oleh responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo yaitu belum adanya suatu organisasi yang mewadahi responden-

responden industri karak skala rumah tangga secara merata. Kurang meratanya

organisasi yang mewadahi responden-responden industri karak skala rumah

tangga menyebabkan produsen sulit untuk memperoleh perhatian dari

pemerintah daerah seperti mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah

sehingga industri karak skala rumah tangga yang masih produkstif sampai saat

ini sulit untuk berkembang.

D. Solusi Pemecahan Masalah

Adanya kendala-kendala yang dapat menghambat kegiatan produksi

dan pengembangan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

menuntut responden untuk mengupayakan suatu solusi untuk pemecahan

masalah-masalah yang dihadapi responden industri karak skala rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah keterbatasan modal sampai saat ini masih belum ada karena

responden sendiri tidak memanfaatkan lembaga perkreditan yang ada.

Responden hanya berusaha mengalokasikan modal yang ada dengan baik dan

seefisien mungkin, seperti misalnya agar biaya yang dikeluarkan dapat

diminimalkan responden berusaha membeli bahan-bahan pada pedagang yang

menjual bahan-bahan dengan harga yang lebih murah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70  

Penggunaan peralatan yang masih sederhana dan tradisional serta

bergantung pada tenaga manusia dapat diatasi melalui penggunaan

kemampuan fisik dan ketrampilan tenaga kerjanya dengan efektif. Hal ini

mengingat bahwa alat mekanis yang sudah pernah digunakan tidak berhasil

diterapkan dalam proses produksi pembuatan karak, sehingga peralatan yang

sederhana dan tradisional yang masih digunakan memang merupakan

peralatan yang tepat untuk digunakan sampai saat ini.

Kendala kurang meratanya organisasi yang mewadahi responden-

responden industri karak skala rumah tangga di kabupaten Sukoharjo dapat

diupayakan dengan membangun kesadaran para responden industri karak

skala rumah tangga melalui penyuluhan atau pembinaan dari pemerintah agar

para responden bersedia dan mampu mendirikan organisasi yang mewadahi

para responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Diharapkan dengan adanya organisasi yang mewadahi industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat mempermudah responden dalam

pengajuan bantuan seperti pengajuan bantuan modal dan peralatan kepada

pemerintah daerah karena dengan adanya organisasi ini akan menunjukkan

kepada pemerintah bahwa industri karak skala rumah tangga di kabupaten

Sukoharjo juga produktif sehingga perlu untuk diperhatikan dan

dikembangkan guna memajukan industri dan pada akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kabupaten Sukoharjo.

E. Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki peran penting dalam upaya pengembangan

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Pemerintah telah

memberikan perhatian terhadap keberadaan industri karak skala rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo ini. Perhatian yang telah diberikan pemerintah antara

lain dalam bentuk pelaksanaan pemberian penyuluhan atau pembinaan,

pemberian bantuan dana dan pemberian bantuan peralatan. Namun sejauh ini

perhatian yang diberikan pemerintah belum merata ke seluruh wilayah yang

mengusahakan industri karak skala rumah tangga. Hanya wilayah tertentu saja

yang diberi bantuan oleh pemerintah yaitu Kecamatan Mojolaban, sedangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71  

Kecamatan Weru dan Kecamatan Sukoharjo masih mengusahakan dengan

usahanya sendiri. Hal ini karena jumlah industri karak skala rumah tangga di

Kecamatan Mojolaban lebih banyak dan lebih produktif jika dibandingkan

dengan Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Weru.

Pada tahun 2005 dibentuk Koperasi Ngudi Luhur di Kecamatan

Mojolaban. Pendirian koperasi ini mendapat bantuan dana dari Pemerintah

Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo. Koperasi ini bergerak di bidang penyediaan bahan-

bahan untuk kebutuhan industri karak skala rumah tangga. Bahan-bahan yang

disediakan masih sangat terbatas, antara lain kayu bakar, minyak goreng dan

gas elpiji. Pemberian bantuan dana oleh pemerintah berlangsung dari tahun

2005-2009. Pada tahun 2010 ini pemberian dana sudah macet, sehingga

koperasi harus mengurus segala macam kegiatan koperasi dengan usaha

sendiri. Pemberian bantuan dana mengalami kemacetan karena keaktifan

pengurus dan anggota koperasi sudah mulai menurun serta manajemen

pengelolaan koperasi yang mulai tidak sesuai aturan.

Pemerintah juga memberikan bantuan berupa peralatan. Bantuan

diberikan melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo.

Bantuan peralatan yang diberikan berupa wajan dan pawonan, namun tidak

semua produsen industri karak skala rumah tangga mendapatkan bantuan

tersebut. Pemberian bantuan paralatan diberikan pada responden indsutri

karak skala rumah tangga yang menjadi anggota koperasi dan pemberian

bantuannya pun dilakukan secara bergilir. Pada tahun 2008 pemerintah

Kabupaten Sukoharjo memberikan bantuan alat berupa alat giling untuk bahan

uji coba. Namun pada kenyataanya alat giling ini tidak berhasil diterapkan

dalam industri karak karena hasil gilingan adonan karak terlalu lembut

sehingga menyulitkan saat proses pencetakan dan pengirisan. Pada tahun 2008

produsen karak telah mengajukan upaya untuk mendapatkan bantuan peralatan

berupa mesin pengiris, namun sampai sekarang belum mendapat tanggapan

dari pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72  

Penyuluhan atau pembinaan merupakan salah satu upaya yang

diberikan pemerintah untuk membantu pengembangan industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Penyuluhan ini diberikan setiap 1

tahun sekali. Penyuluhan ini biasanya membahas permasalahan-permasalahan

yang dihadapi oleh responden dan mencari solusi untuk menghadapi

permasalahan dengan saling bertukar informasi. Namun pada kenyataannya

tidak semua responden mau mengikuti penyuluhan, hal ini karena kurangnya

kesadaran responden untuk saling bekerjasama mengembangkan industri

karak skala rumah tangga. Penyuluhan yang hanya diadakan 1 tahun sekali

masih dirasakan kurang oleh para responden. Oleh karena itu diharapkan

pemerintah lebih memperhatikan industri karak skala rumah tangga dengan

mengadakan penyuluhan atau pembinaan secara rutin atau tidak hanya

diadakan 1 tahun sekali.

Peran pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam hal pemberian bantuan

baik dalam bentuk modal, alat maupun penyuluhan sangat diharapkan oleh

para produsen. Pemberian bantuan ini dirasa oleh produsen sangat membantu

dalam meningkatkan perkembangan industri karak terutama dalam

peningkatan keuntungan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pelaksanaan dari pemberian bantuan ini seharusnya dilakukan

secara merata, sehingga dengan adanya pemerataan ini diharapkan mampu

meningkatkan perkembangan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73  

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis usaha industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang telah dilakukan, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Biaya total rata-rata industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo sebesar Rp 14.252.441,62 per bulan. Penerimaan rata-rata yang

diperoleh responden industri karak skala rumah tangga sebesar Rp

15.610.012,50 sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh responden

sebesar Rp 1.357.570,88. Profitabilitas industri karak skala rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo sebesar 8,70% yang artinya setiap penjualan

(penerimaan) sebesar Rp 100, akan menghasilkan keuntungan sebesar

Rp 8,70.

2. Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memiliki nilai

koefisien variasi (CV) sebesar 0,73 dan batas bawah keuntungan (L)

sebesar minus Rp 627.880,62. Nilai CV yang lebih dari 0,5 dan nilai L

kurang dari 0 (negatif) menunjukkan bahwa industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo berpeluang mengalami kerugian dan

responden harus berani menanggung kerugian sebesar Rp 627.880,62.

3. Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memiliki nilai

efisiensi sebesar 1,10 yang artinya industri karak skala rumah tangga yang

dijalan sudah efisien karena nilainya lebih dari 1 dan setiap Rp 1,00 biaya

yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,10 kali dari

biaya yang dikeluarkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan demi

kemajuan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah

sebagai berikut:

73

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74  

1. Bagi responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

a. Untuk meningkatkan keuntungan responden industri karak skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebaiknya responden

mengalokasikan keterbatasan modal yang dimiliki secara lebih efektif

dan efisien sehingga dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan agar

diperoleh hasil produksi yang optimal yaitu dengan cara membeli

bahan-bahan pada pedagang yang menjual bahan-bahan dengan harga

yang lebih murah.

b. Untuk meningkatkan upaya pengembangan industri karak skala rumah

tangga di Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Weru sebaiknya

responden membentuk suatu organisasi atau paguyuban industri karak

skala rumah tangga yang berfungsi sebagai wadah bagi para responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo agar

mereka dapat berkomunikasi. Para responden bisa saling bertukar

informasi jika terjadi masalah atau terdapat kendala-kendala sehingga

dapat dibuat solusi pemecahan masalah secara bersama-sama.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo hendaknya melalui Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi memberikan bantuan berupa

modal, peralatan dan penyuluhan atau pembinaan kepada responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo guna

memperlancar kegiatan produksi dan meningkatkan upaya pengembangan

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sehingga

keuntungan yang diperoleh oleh responden bisa maksimal. Penyuluhan

atau pembinaan sebaiknya berkaitan dengan manajemen usaha industri

karak seperti pengalokasian modal yang tepat untuk meminimalkan biaya

yang dikeluarkan dan strategi pemasaran karak untuk meningkatkan

penjualan karak sehingga mampu meningkatkan keuntungan responden

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.