analisis wacana pemberitaan kemendagri...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS WACANA PEMBERITAAN KEMENDAGRI
TUNDA BATALKAN PERDA MIRAS PADA HARIAN
REPUBLIKA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Sigit Lincah Hadmadi
NIM: 109051100082
KONSENTRASI JURNALISTIK
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2016 M
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 5 Agustus 2016
Sigit Lincah Hadmadi
-
i
ABSTRAK
Sigit Lincah Hadmadi
109051100082
Analisis Wacana Pemberitaan Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras Pada
Harian Republika.
Republika sebagai salah satu media yang memiliki citra islam di dalamnya
merupakan salah satu media nasional yang kuat di Indonesia. Sebagai media,
tentu sudah tugasnya untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Namun
karena citra islam yang menempel, beberapa pemberitaan tentu akan mendapat
sorotan yang lebih tajam daripada isu-siu yang lain. Salah satu isu yang dimaksud
adalah tentang minuman keras. Minuman beralkohol merupakan salah satu
komoditi impor yang menguntungkan negara karena nilai pajaknya yang besar.
Namun sebagai wilayah dengan mayoritas warga muslim, tentu
pengkonsumsiannya pun terbatas bahkan peredarannya juga diatur secara ketat
baik oleh pusat maupun daerah. Peraturan daerah yang berfungsi mengatur segala
hal yang bersifat regional tentu terasa lebih efektif, karena pengawasannya bisa
dipusatkan sesuai dengan daerah masing-masing. Namun bagaimana jika
peraturan daerah tersebut ternyata berseberangan dengan peraturan yang ada di
pusat? Apalagi peraturan yang bersifat lebih mengikat seperti undang-undang
masih dalam tahap perencanaan sehingga tidak ada yang dapat menggantikan
peran peraturan daerah tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan yang muncul adalah,
bagaimanakah struktur teks ditinjau dari analisis wacana (struktur makro,
superstruktur, dan struktur mikro) pada pemberitaan, Kemendagri Tunda Batalkan
Perda Miras? Bagaimana kognisi sosial yang melatarbelakangi wacana yang
dibentuk pada pemberitaan tersebut? Serta, bagaimana konteks sosial yang
melatarbelakangi wacana yang dibentuk pada berita itu?
Paradigma yang digunakan adalah kritis. Teknik analisis wacana yang
digunakan adalah analisis wacana Teun A van Dijk, yaitu dengan menganalisis
struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana Republika mengkonstruksi sebuah wacana.
Persoalan tentang Pencabutan perda menimbulkan berbagai keluhan dari
segala pihak terutama yang menganggap bahsa miras merupakan komoditi yang
berbahaya dan berefek negatif terhadap masyarakat tapi disetiap hal yang dirasa
negatif terkadang ada poin positif yang diabaikan sehingga terlupakan.
Pemberitaan suatu media terhadap berita tertentu tidak hanya untuk
kepentingan informasi bagi masyarakat, melainkan juga kepentingan dari media
itu sendiri. Perbedaan ideologi menjadi salah satu faktor bagaimana sebuah media
mengemas wacana sebuah berita sehingga apa yang pembaca lihat dalam sebuah
berita merupakan realitas yang telah dikonstruksi oleh media.
Keywords:Media, Minuman keras, Peraturan daerah, Kemendagri, RUU Minol
-
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Wacana Kemendagri Tunda Batalkan Perda
Miras Pada Harian Republika. Seperti diketahui bahwa penyusunan skripsi ini
merupakan tugas akhir penulis sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program
studi Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak
dukungan dan perhatian yang penulis dapatkan dari berbagai pihak sehingga
segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya dapat dilalui.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan baik moril
maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D. selaku Wadek Bid. Akademik. Dr.
Roudhonah, M.Ag. selaku Wadek Bid. Adkum. Dr. Suhaimi, M.Si. selaku
Wadek Bid. Kemahasiswaan.
2. Kholis Ridho, M. Si. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan pembimbing
peneliti dalam mengejarkan skripsi ini serta Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,
MA. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu mendukung dan
memberi banyak kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Kedua orang tua yakni ayah, Kukuh Hatmono dan ibu, Tugiyati serta adik
saya, Ayu Andhini, untuk semua doa dan motivasi yang diberikan. Semoga
-
iii
penulis bisa mewujudkan harapan-harapannya untuk menjadi seseorang
yang bermanfaat.
4. Seluruh dosen, serta para staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memudahkan penulis
dalam pembuatan surat-surat keperluan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis secara terbuka menerima kritik dan saran sehingga penulis
bisa memperbaiki serta belajar dari setiap kesalahan. Penulis berharap agar
skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai pengetahuan serta bahan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
Jakarta, 5 Agustus 2016
Sigit Lincah Hadmadi
-
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 4
a. Tujuan Penelitian................................................................. 4 b. Manfaat Penelitian............................................................... 4
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 5 1. Paradigma Penelitian .......................................................... 5 2. Pendekatan Penelitian......................................................... 5 3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 6 4. Subjek dan Objek Penelitian .............................................. 6 5. Teknik Pengumpulan Data................................................... 6 6. Teknik Analisis Data .......................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemahaman Tentang Media ................................................... 10 B. Teori Wacana Kritis ................................................................ 11 C. Analisis Wacana Teun A van Dijk.......................................... 13
1. Teks..................................................................................... 14 2. Kognisi Sosial..................................................................... 21 3. Konteks Sosial............................................................... .... 22
BAB III GAMBARAN UMUM HARIAN Republika
A. Sejarah Singkat Harian Republika ........................................ 23 B. Visi dan Misi Harian Republika ............................................ 25 C. Struktur Organisasi Harian Kompas...................................... 27
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Teks Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras ...... 29 B. Analisis Teks RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini ............. 45 C. Analisis Kognisi Sosial........ .................................................. 55
-
v
D. Analisis Konteks Sosial........................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 60 B. Saran ........................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ viii
LAMPIRAN ............................................................................................... ix
-
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Elemen Wacana van Djik ............................................................... 15
Tabel 2 Lead Berita Kemendagri ................................................................ 29
Tabel 3 Alur Berita Kemendagri ................................................................. 31
Tabel 4 Latar Berita Kemendagri ................................................................ 35
Tabel 5 Detil Berita Kemendagri ................................................................ 37
Tabel 6 Maksud Berita Kemendagri ........................................................... 39
Tabel 7 Koherensi Berita Kemendagri ........................................................ 40
Tabel 8 Leksikon Berita Kemendagri ......................................................... 41
Tabel 9 Grafis Berita Kemendagri .............................................................. 43
Tabel 10 Metafora Berita Kemendagri ....................................................... 44
Tabel 11 Lead Berita RUU Minol ............................................................... 45
Tabel 12 Alur Berita RUU Minol ............................................................... 46
Tabel 13 Latar Berita RUU Minol .............................................................. 47
Tabel 14 Detil Berita RUU Minol .............................................................. 49
Tabel 15 Maksud Berita RUU Minol .......................................................... 51
Tabel 16 Koherensi Berita RUU Minol ...................................................... 52
Tabel 17 Leksikon Verita RUU Minol........................................................ 53
Tabel 18 Metafora Berita RUU Minol ........................................................ 54
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Analisis van Dijk ............................................................ 14
Gambar 2 Struktur Teks Van Dijk ............................................................. 15
Gambar 3 Alur Proses kerja Republika ....................................................... 27
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peredaran minuman keras yang mudah didapat membuahkan banyak hasil
negatif dalam kehidupan. Banyak yang menganggap tingkat kriminalitas serta
kejahatan seksual naik karena pengaruh minuman keras tersebut. belum lagi
dampak kesehatan bagi para peminumnya yang ceroboh, meninggal karena
minuman keras oplosan. Karena itulah pemerintah sedang menggodok Rencana
Undang Undang Minuman Beralkohol (RUU Minol).1
Sebenarnya peraturan tentang minuman keras sudah lebih dahulu muncul
dalam skala daerah. Beberapa daerah sudah mengeluarkan peraturan daerah
(Perda) yang mengatur tentang minuman keras. Ada yang menerapkan pelarangan
total, penyebarannya dibatasi dan penangkapan dilakukan kepada oknum yang
menjual minuman keras di tempat yang tidak sesuai dengan perda tersebut.2
Berbagai reaksi muncul dari masyarakat, ada yang setuju dan ada pula yang
tidak setuju dengan peraturan daerah ini. Pihak yang pro menganggap bahwa
peraturan ini dapat meningkatkan taraf kesehatan dan keamanan masyarakat,
khususnya bagi kaum wanita dan anak-anak. Sedangkan pihak yang kontra
1 Koran Sindo, Artikel diakses pada 27 Juli 2016 dari http://www.koran-
sindo.com/news.php?r=0&n=10&date=2016-05-11 2 Liputan 6, Artikel diakses pada 27 Juli 2016 dari
http://news.liputan6.com/read/2513653/dpd-ri-dorong-perda-miras-diberlakukan-di-semua-daerah
-
2
menyebutkan bahwa peraturan ini tidak pada tempatnya karena tumpang tindih
dengan peraturan pemerintah yang lain.3
Belum lagi banyak terjadi perdebatan karena beberapa pihak (organisasi Islam
seperti MUI) meminta untuk melarang total peredaran minuman keras, sedangkan
sisanya hanya berharap minuman keras dapat ditekan peredarannya dengan
regulasi dan pengaturan yang ketat. Hal tersebut tentunya akan menarik banyak
tanggapan dari masyarakat, dan hal tersebut tentu akan memancing berbagai
media massa untuk memberitakan hal ini. Media massa baik cetak maupun
elektronik mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai kanal informasi bagi
masyarakat. Mereka menyediakan informasi yang dirasa penting dan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
Di tengah pro dan kontra yang muncul mengenai peraturan minuman
beralkohol (minol) ini, harian Republika yang dikenal bernuansa Islami
mengangkat tema tersebut sebagai bahan pemberitaan. Tentu hal ini menarik dan
menjadikan topik tentang peraturan minuman keras ini menghiasai halaman depan
harian tersebut. Dengan karakteristik Islam yang menempel pada harian
Republika ini, tentunya beberapa berita harus hadir dengan bobot yang seimbang
apalagi jika berita tersebut berhubungan dengan Islam.
Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi
kuantitatif yang sering digunakan. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada
pertanyaan what, analisis wacana lebih melihat ke aspek how dari pesan
yang disampaikan. Melalui analisis wacana, bukan hanya mengetahui bagaimana
3 Tirto.id, Artikel diakses pada 27 Juli 2016 dari https://tirto.id/20160317-40/bermuka-dua-
soal-minuman-beralkohol-41922
-
3
isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase,
kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat
bagaimana striktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna
yang tersembunyi dari suatu teks.4
Dari penjelasan tersebut, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul, Analisis Wacana Pemberitaan Kemendagri Tunda Batalkan Perda
Miras Pada Harian Republika.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang disampaikan, peneliti membatasi penelitian
ini pada berita yang mengangkat tema tentang peraturan minuman keras pada
harian Republika pada edisi 24 Mei 2016 dengan tajuk Kemendagri Tunda
Batalkan Perda Miras.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah teks yang dikonstruksi Republika pada pemberitaan
Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras?
2. Bagaimana kognisi sosial yang dikonstruksi Republika pada pemberitaan
Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras?
3. Bagaimana konteks sosial yang dikonstruksi Republika pada pemberitaan
Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras?
4 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cetakan keempat April 2006) h. 61.
-
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui bagaimana konstruksi teks pemberitaan Kemendagri
Tunda Batalkan Perda Miras di Republika.
2. Untuk Mengetahui bagaimana kognisi sosial pemberitaan Kemendagri
Tunda Batalkan Perda Miras di Republika.
3. Untuk Mengetahui bagaimana konteks sosial pemberitaan Kemendagri
Tunda Batalkan Perda Miras di Republika.
b. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi
pengembangan keilmuan tentang wacana, khususnya di bidang jurnalistik.
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat membantu mahasiswa lain
dalam pengaplikasian teori komunikasi dan metode kualitatif dalam
wacana kritis.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi
akademisi, praktisi, khususnya mahasiswa jurnalistik dan kepada pembaca
pada umumnya. Serta dapat bermanfaat bagi seluruh peneliti dan pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
-
5
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah salah satu cara berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam
melakukan sebuah penelitian dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan tidak
keluar dari jalur penelitiannya. Lebih lengkapnya, Bogdan dan Bilken mengatakan
bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang mengarahkan cara berpikir
dalam penelitian.5
Ada beberapa jenis paradigma yang biasa diaplikasikan dalam penelitian
seperti, positivisme-empiris, konstruktivisme, dan kritis. Untuk penelitian ini,
peneliti memakai paradigma kritis. Dalam paradigma ini, media dipandang
sebagai salah satu komoditas kekuatan yang bisa dikuasai oleh seseorang untuk
memperluas pengaruh yang dimilikinya dan Memposisikan pengaruh media dan
wartawan yang bersangkutan dalam proses pembuatan berita. Paradigma ini juga
lebih jauh dalam meneliti aspek sosial, sejarah, dan budaya dari sebuah wacana.6
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui makna sesungguhnya dari
pemberitaan Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras pada harian Republika.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan jenis kualitatif.
Kualitatif merupakan mekanisme penelitian yang menghasilkan data berupa kata-
5 Lexy J. Moleong, Metodoogi Penelitian Kualitatif (Bandung: remaja Rosda Kara, Cetakan
kedelapan 1997 h. 30.) 6 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cetakan keempat April 2006) h. 31-32.
-
6
kata baik dalam bentuk tulisan maupun lisan yang bersifat desktiptif.7 Peneliti
menggunakan pendekataan ini untuk memberikan gambaran bagaimana
Republika membentuk sebuah konstruksi mengenai isu peraturan pelarangan
minuman keras.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung tanggal 1 hingga 2 Agustus 2016, bertempat di kantor
harian Republika yang berada di Jl. Warung Buncit No 37, Jakarta Selatan,
Indonesia, 12510. Peneliti melakukan studi literasi dan mewancarai narasumber
pada rentan waktu tersebut.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah Republika. Sedangkan
objeknya adalah teks pemberitaan harian Republika mengenai Kemendagri Tunda
Batalkan Perda Miras.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
1) Observasi
Cara ini peneliti lakukan dengan meneliti setiap teks yang terdapat
dalam pemberitaan Republika mengenai Kemendagri Tunda Batalkan
Perda Miras dengan mengaplikasikan wacana Van Djik.
7 Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004) h. 2.
-
7
2) Wawancara
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data langsung dari
narasumber yang bersangkutan,8 dalam hal ini wartawan atau editor
yang menulis pemberitaan tersebut. Hasil wawancara tersebut akan
menjadi salah satu instrumen yang digunakan untuk menelaah masalah
yang dikemukakan oleh peneliti.
3) Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data dan literatur yang berkaitan dengan tema
penelitian sebagai bahan pendukung temuan peneliti.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, peneliti mengolah data tersebut menggunakan teknik
analisis wacana milik Teun A. Van Dijk. Van Dijk membangun teorinya dalam
tiga dimensi yang terdiri atas, teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Ketiga
bangunan tersebut digabungkan dalam satu analisis. Ketiga bangun tersebut
memiliki tugas yang berbeda-beda tentunya. Dalam bagan teks, struktur teks dan
strategi sebuah wacana menegaskan sebuah tema tertentu. Dalam bagan kognisi
sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari
wartawan. Dan bagan konteks sosial mempelajari tentang bangunan wacana yang
berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.9
8 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitati; Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006) h. 35. 9 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 4.
-
8
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti mengadakan tinjauan pustaka ke
perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ternyata peneliti
belum menemukan skripsi mahasiswa yang meneliti tentang judul ini. Hanya saja
ada beberapa skripsi yang hampir serupa, diantaranya yaitu:
1. Analisis Wacana Pemberitaan Harian Republika Tentang Makanan Calon
Haji Berformalin yang ditulis oleh Yusuf Gandang Pamuncak
(109051100060) jurusan jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi
2. Analisis Wacana Teun A Van Dijk Dalam Pemberitaan Laporan Utama
Majalah Gatra Tentang Seruan Boikot Israel Dari New York yang ditulis
oleh Fauziah Mursid (109051100055) jurusan jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi
3. Wacana Mundurnya Luthfi Hasan Ishaaq Pada Pemberitaan Harian
Kompas yang ditulis oleh Marisha Arianti Agustin (109051100052)
jurusan jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Dari hasil tinjauan yang telah dilakukan, penelitian ini mempunyai beberapa
perbedaan dengan penelitian-penelitian di atas, baik dari segi, subjek penelitian,
maupun data penelitian yang digunakan. Pada penelitian ini subjek yang
digunakan adalah Republika, berbeda dengan ketiga judul yang ada di atas,
metode dan teknik analisa yang digunakan beberapa hampir sama namun output
yang didapat ada yang berbeda.
-
9
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis membagi
pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi dalam sub bab sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini menerangkan tentang pemahaman media serta menjelaskan tentang
analisis wacana model Teun A. Van Dijk
BAB III: GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi Harian Republika.
BAB IV: HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini membahas tentang temuan dan Analisis Wacana pemberitaan
harian Republika Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang
diteliti. Serta memberikan saran dan lampiran yang didapat peneliti.
-
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemahaman tentang media
Media merupakan salah satu alat untuk menyampaikan pesan berupa
gambaran umum atau penilaian tentang banyak hal. Antonio Gramsci berpendapat
bahwa media merupakan arena bertarung bagi antar ideologi yang ada. Baginya
media mampu memberikan pengaruh ideologi kepada khayalak, baik dari sisi
yang berkuasa maupun sebaliknya.10
Pertarungan ideologi itulah yang membuat paradigma kritis mempertanyakan
posisi wartawan dan media dalam mengolah sebuah berita. Posisi tersebut akan
mempengaruhi berita dan tidak mencerminkan realitas yang sesungguhnya.11
Berbeda dengan pandangan pluralis yang percaya bahwa wartawan dan media
adalah entitas yang mandiri dan berita yang dihasilkan harus mencerminkan
realitas yang terjadi. Tonny Bennet berpendapat bahwa, media dianggap sebagai
agen konstruksi sosial yang didefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.12
Dalam kerangka pembentukan opini publik, media melakukan tiga kegiatan.
Pertama, penggunaan simbol politik. Kedua, melaksanakan strategi pengemasan
pesan. Ketiga, melakukan fungsi agenda media. Dalam melaksanakan ketiga
kegiatan tersebut, media dipengaruhi berbagai faktor internal seperti, kebijakan
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006), h. 30.
11 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 30-31. 12
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 36.
-
11
redaksional, kepentingan politik pemilik media, dan afiliasi media dengan
kekuatan politik tertentu. Faktor eksternal juga berperan dalam proses
pembentukan ini, tekanan pasar, pembaca, dan sistem politik yang berlaku.
Dengan faktor internal dan eksternal tersebut, bisa jadi opini publik akan berbeda-
beda pada satu peristiwa politik yang sama bisa, semua tergantung dari cara media
melaksanakan tiga tindakan tersebut.13
Dengan demikian, jelas bahwa paradigma kritis memandang media bukanlah
sebuah saluran yang netral. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi tujuan
sebuah media dalam menuliskan sebuah berita. Dan media bukan merupakan
cerminan realitas yang ada karena adanya pertarungan ideologi di berbagai lapisan
media, baik secara horisontal maupun vertikal. Sehingga campur tangan dalam
pembentukan sebuah berita demi mengatur opini publik menjadi salah satu tujuan
media. Berita sudah bukan hanya tentang informasi, tapi sudah merambah kepada
kepentingan pribadi, bisnis, dan ideologi.
B. Teori Wacana Kritis
Wacana merupakan kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut
urutan-urutan yang teratur dan semestinya.14
Dalam kamus Besar Indonesia
Kontemporer dan Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana memiliki tiga makna.
Makna yang pertama; percakapan, ucapan, dan tutur. Makna yang kedua;
keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan suatu kesatuan. Makna yang
ketiga; satuan bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan
13
Ibnu Hamad, Konstruksi Realita Politik dalam Media Massa, (Jakarta: Granit, 2004) h. 2. 14
Ismail Muhaimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta, Pusataka Jaya, 1994) h. 26.
-
12
yang utuh, seperti novel, buku, atau artikel.15
Kata wacana itu sendiri merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris discourse. Kata tersebut berasal dari bahasa latin
diskursus dan memiliki makna lari kian kemari (dis: dari, dalam arah berbeda;
curere: lari).16
Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pertama
diwakili oleh positifisme-empiris, dalam pandangan ini orang tidak perlu
mengetahui makna subjektif dengan cara memisahkan antara pemikiran dan
realitas. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan susunan bahasa
dan makna semata dengan menggunakan sintaksis dan semantik sebagai
pertimbangan kebenaran datau ketidakbenaran.17
Pandangan kedua yaitu konstruktivisme. Pandangan ini menolak teori dari
positif-empiris yang memisahkan subjek dan objek dalam bahasa. Menurut
pandangan ini, bahasa diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang
bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makan,
tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara/penulis.
Pandangan ketiga adalah Kritis. Pandangan ini mengoreksi pandangan yang
dimiliki konstruktivisme. Menurut pandangan ini, analisis wacana menekankan
pada konstelansi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reporoduksi
makna. Individu bukanlah subjek netral yang bisa menafsirkan bebas sesuai
dengan pikirannya karena dipengaruhi oleh kekuatan sosial di dalam masyarakat.
15
Peter Y Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002) h. 1709.
16 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006), h. 9. 17
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 4.
-
13
Analisis wacana kritis (AWK) menyediakan teori dan metode empiris untuk
mempelajari hubungan antara wacana, keadaan sosial, dan perkembangan budaya
dalam ranah sosial yang berbeda. Dalam AWK, wacana tidak dipahami sebagai
studi bahasa. Bahasa dianalisis tidak hanya dari aspek kebahasaan, tapi juga
menghubungkannya dengan konteks, salah satunya adalah praktik kekuasaan.
Fairclough dan Wodak berpendapat bahwa AWK melihat wacana sebagai bentuk
dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan
sebuah hubungan antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi dan
struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana juga dapat menampilkan efek
ideologi, dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak
seimbang antar kelas sosial, gender, minoritas dan mayoritas.18
C. Analisis Wacana Teun A. van Dijk
Analisis wacana van Dijk tidak hanya meneliti berdasarkan analisis teks saja,
tapi dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi. Analisis ini juga melihat faktor
struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada di dalam masyarakat
dan bagaimana kognisi serta kesadaran berpengaruh terhadap teks tertentu.
Analisis ini memiliki tiga dimensi yaitu, teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.19
Dimensi teks meneliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang
dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi sosial berfokus pada
proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan.
18
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 6.
19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 224.
-
14
Sedangkan konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam
masyarakat akan suatu masalah.20
Model dari analisis van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 1
Teks
Kognisi sosial
Konteks
Sumber : Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media
A. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur yang masing-masing
bagiannya saling mendukung. Dibagi ke dalam tiga tingkatan, pertama struktur
makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati
dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua,
superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka
suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun dalam berita secara utuh.
Ketiga, struktur mikro. Adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian
20
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 224-225.
-
15
kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafarase, dan
gambar.21
Gambar 2
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari
topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup,
dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan
kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Sumber : Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan van Dijk dapat digambarkan
sebagai berikut.
Tabel 1
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro Tematik, apa yang dikatakan Topik
21
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h.225-226.
-
16
Superstruktur Skematik, bagaimana pendapat
disusun dan dirangkai
Skema
Struktur Mikro Semantik, makna yang ingin
ditekankan dalam teks berita
Latar, Detil, Maksud, Pra-
anggapan, Nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis, bagaimana pendapat
disampaikan
Bentuk Kalimat, Koherensi,
Kata Ganti
Struktur Mikro Stilistik, pilihan kata apa yang
dipakai
Leksikon
Struktur Mikro Retoris, bagaimana dan dengan
cara apa penekanan dilakukan
Grafis, Metafora, Ekspresi
1. Tematik
Tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Sering disebut
sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaannya. Topik menunjuk konsep dominan, sentral, dan paling banyak
dari isi suatu berita.22
Van Dijk menyebut topik sebagai bagian dari arti atau isi teks. Topik sangat
penting dalam pemahaman lokal di tingkat mikro. Topik dalam teks memang
memainkan peran sentral. Tanpanya, tidak mungkin untuk memahami teks secara
22
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 229-230
-
17
global atau menyeluruh, hanya mampu memahami dalam lingkup lokal tanpa ada
pemahaman tentang hubungan secara keseluruhan.23
Topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik yang saling
mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh
serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan
subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian
dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren
dan utuh.24
2. Skematik
Teks umumnya mempunyai skema dari pendahuluan sampai akhir. Alur
tersebut menunjukan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun sehingga
membentuk kesatuan arti. Menurut van Dijk, berita mempunyai dua kategori
skema besar yaitu summary yang umumnya ditandai dengan headline dan lead.
Yang kedua adalah story, isi berita secara keseluruhan. Secara sederhana, Arti
penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertetu
yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.
Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang
bisa kemudian digunakan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting.25
3. Semantik
Semantik terdiri dari latar, detil, maksud, dan pra anggapan. Latar merupakan
bagian berita yang mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih
23
Teun A Van Dijk, News as Discourse, (Amsterdam: University of Amsterdam, 1988) h. 31. 24
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 230.
25 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 234.
-
18
menentukan ke arah mana pandangan masyarakat ingin dibawa. Latar umumnya
ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan
maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat
beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seorang
memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.26
Detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.
Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya
dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan
kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka. Tetapi dari detil bagian mana
yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil besar, akan
menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.27
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Bedanya dalam
detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil
yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan
akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan
komunikator.28
Praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna
suatu teks. Kalau latar berati upaya mendukung dengan jalan memberi latar
26
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 235.
27 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 238. 28
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 240.
-
19
belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan
memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan
pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.29
4. Sintaksis
Sama seperti semantik, sintaksis juga memiliki beberapa elemen yaitu,
koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti. Koherensi adalah pertalian atau jalinan
antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak
berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seorang
menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat
bagaimana seorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan
suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa dipandang saling terpisah,
berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan-pilihan mana yang diambil
ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa
tersebut.30
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir
logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A yang
menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika
diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek dan predikat
(menerangkan-diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis
kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan
29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 242.
30 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 240.
-
20
kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari
pernyataan, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari
pernyataan.31
Kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang
dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan
kata ganti saya atau kami yang menggambarkan bahwa sikap tersebut
merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi, ketika memakai
kata ganti kita menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap
bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan
khalayak sengaja dihilangkan untuk menunjukan apa yang menjadi sikap
komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan. Pemakaian kata
ganti yang jamak seperti kita atau kami mempunyai implikasi menumbuhkan
solidaritas, aliansi serta mengurangi kritik dan oposisi.32
5. Stilistik
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas
berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut bukan
dilakukan secara kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana
pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas. Pemilihan kata-kata yang dipakai
31
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 251.
32 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 253-254.
-
21
menunjukan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan
dengan pilihan kata yang berbeda-beda.33
6. Retoris
Retoris terdiri dari dua elemen yaitu, grafis dan metafora. Grafis merupakan
bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang dianggap
penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis
ini muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain.
Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya
bagian tersebut. bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang
penting oleh komunikator, di sana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian
lebih pada bagian tersebut.34
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan
pokok melalui teks, tetapi juga kiasan/metafora. Pemakaian metafora tertentu bisa
menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu
dipakai sebagai landasan berpikir, alasan pembenaran atas pendapat atau gagasan
tertentu kepada publik.35
B. Kognisi Sosial
Anallisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,
tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menyebut sebagai kognisi
33
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 255.
34 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan
kesembilan, Juni 2011) h. 257. 35
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 259.
-
22
sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari teks, diperlukan
analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi
bahwa teks tidak mempnyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai
bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi
wartawan dalam memproduksi suatu berita.36
C. Konteks Sosial
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti
teks perlu dilakukan analisis intertekstual denan meneliti bagaimana wacana
tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Menurut van
Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini ada dua poin yang penting,
kekuasaan (power), dan akses (acces).
1. Praktek Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol
kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan
pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan
pengetahuan. Selain berupa control yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan
itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif, tindakan seseorang untuk
36
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 259
-
23
secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental,
seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
2. Akses mempengaruhi Wacana
Analisis wacana van Dijk memberi perhatian yang besar kepada akses,
bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat.
Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok
yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi keadaan khalayak. Akses yang lebih
besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak
lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat
disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.37
37
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, Cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 273.
-
24
24
BAB III
GAMBARAN UMUM HARIAN REPUBLIKA
A. Sejarah Singkat Harian Republika
Harian Republika diterbitkan berdasarkan kehendak mewujudkan media
massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan memiliki kualitas, dan
mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia dengan memegang nilai-nilai
spiritualitas sebagai perwujudan pancasila sebagai ideologi bangsa, serta memiliki
arah gerak seperti digariskan UUD 1945
Untuk melahirkan masyarakat yang demikian, Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5 Desember 1990 memiliki program agar
bisa mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program 5K yaitu, Kualitas Iman,
Kualitas Hidup, Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir.38
Dalam
mewujudkan cita-cita dan prodram yang dibuat oleh ICMI maka pada 17 agustus
1992, dibentuklah yayasan Abdi Bangsa dengan tiga program utamanya yaitu;
Pengembangan Islamic center, pengembangan Center for Information and
Development Studies (CIDES), dan penerbitan Harian Umum Republika.
Dalam mewujudkan program menerbitkan sebuah koran harian, pada 28
November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa. Dengan
proses tersebut Yayasan Abdi Bangsa mendapatkan Surat Izin Usaha Penerbitan
38
Profil perusahaan Republika
-
25
Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia. SIUPP itu
bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992.39
Nama Republika merupakan ide dari presiden Republik Indonesia saat itu,
Soeharto, yang disampaikan saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap
untuk menyampaikan peluncuran harian ini. sebelumnya harian ini akan diberi
nama Republik.
Republika merupakan koran nasional yang lahir dari kalangan komunitas
muslim untuk publik di Indonesia. BJ Habbibie selaku ketua Ikatan Cendikiawan
Muslim Indonesia (ICMI) saat itu, dapat menembus peraturan ketat pemerintah
untuk mendapatkan izin penerbitan. Republika akhirnya terbit di tanggal 4 Januari
1993, dan Republika menempatkan diri sebagai koran komunitas muslim yang
menempatkan nilai-nilai Islam selain dasar-dasar jurnalisme.40
Motto Republika Mencerdaskan Kehidupan Bangsa menunjukan bahwa
Republika memiliki semangat untuk mempersiapkan masyarakat memasuki era
baru yang pada saat itu tengah memasuki masa perubahan yang cepat, baik dari
aspek kehidupan, politik ekonomi, Iptek, sosial, dan budaya.
Republika juga menjadi media pertama yang melakukan Cetak Jarak Jauh
pada tanggal 17 Mei 1997, di Solo. Bidang teknologi Republika terbukti menjadi
media pertama di Indonesia yang mengembangkan media online yakni pada 17
Agustus 1995.
39
Profil perusahaan Republika 40
Profil perusahaan Republika
-
26
Penghargaan yang pernah di raih Harian Republika antara lain;
1993, juara pertama lomba perwajahan media cetak
2005, koran terbaik 2004 dari Dewan Pers, yang menilai dari sisi
penerapan kaidah jurnalistik
2006, koran terbaik dari Dewan Pers
2007, koran nasional terbaik 2006 dari Majalah Cakram, sebuah
majalah komunikasi, kehumasan, dan periklanan
Beberapa kali meraih penghargaan dari Pusat Pembinaan dan
pengembangan bahasa sebagai koran berbahasa Indonesia terbaik.
B. Visi dan Misi Harian Republika
1. Visi
Sikap umum yang diambil oleh Republika sebagai landasan penerbitannya
adalah Penegakkan amar maruf nahimunkar yang menjadi visi terpenting yang
diemban Reppublika. Kemudian yang kedua adalah membela, melindungi, dan
melayani kepentingan umat dalam hal ini masyarakat Indonesia. Visi republika
yang ketiga adalah mengkritisi tanpa menyakiti, pemberitaan yang kritis sangat
dianjurka namun penyajiannya sebisa mungkin tidak menyakiti individu atau
kelompok tertentu dengan kata lain tetap seimbang. Keempat, Republika ingin
mencerdaskan, menyelidiki, dan mencerahkan semua masyarakat pada umumnya.
Visi Republika yang terakhir adalah berwawasan kebangsaan. Dengan kelima visi
-
27
tersebut, Republika terus berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada
khalayak dalam hal penyediaan informasi.
2. Misi
Republika memiliki misi di beberapa bidang, antara lain:
Bidang politik, dalam bidang ini Republika mendorong demokrasi, dan
optimalisasi lembaga-lembaga Negara, partisipasi politik semua lapisan
masyarakat, dan mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik.
Bidang Ekonomi, dalam bidang ekonomi Republika mendukung keterbukaan
dan demokrasi ekonomi, mempromosikan profesionalisme yang mengindahkan
nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan
sumber-sumber daya ekonomi, dan mempromosikan prinsi-prinsip etika dan
moralitas dalam bisnis
Dalam bidang budaya republika mendukung sikap yang terbuka dan
mengapresiasi segala bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, mempromosikan bentuk dan hiburan yang sehat, mencerdaskan ,
menghaluskan perasaan, dan mempertajam kepekaan nurani, serta bersikap kritis
terhadap bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan
mendangkalkan nilai kemanusaiaan.
Dalam bidang Agama Republika memiliki misi dengan mendorong sikap
beragama yang terbuka, kristis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer,
-
28
mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran
ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan
tajam, dan mendorong pencarian titik temu diantara agama-agama.
Di bidang Hukum Republika mendorong terwujudnya masyarakat yang sadar
hukum, menjunjung tinggi supremasi hukum, mengembangkan mekanisme check
and balances pemerintah-masyarakat, menjunjung tinggi HAM, dan mendorong
pemberantasan KKN secara tuntas.
C. Struktur Organisasi Harian Republika
1. Diagram Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca
Gambar 3
Pada diagram di atas dapat diketahui bahwa alur proses kerja Redaksi selalu
dimulai dari rapat redaksi untuk menentukan isu apa yang akan ditamilkan.
Setelah melalui rapat dan menentukan serta mengumpulkan informasi tentang isu
tersebut. Data yang didapat diolah menjadi teks berita yang kemudian dilanjutkan
kepada bagian desain. Pada bagian desain tata letak serta grafik yang berhubungan
Pembaca
Proses Kerja
Distribusi
Proses Kerja
Redaksi
Proses Kerja
Desain
Proses Kerja
Cetak
Proses Kerja
Pracetak
-
29
dengan isu tersebut diatur sehingga tampilannya menjadi runut dan mudah
dimengerti pembaca. Setelah desain selesai, dilanjutkan kepada proses pracetak,
meneliti kembali hasil yang sudah diselesaikan dan mencari kesalahan yang
mungkin timbul sebelum berita dicetak dan didistribusikan. Proses yang terakhir
terdiri dari dua proses, yaitu cetak dan distribusi. Setelah mencetak, harian segera
didistribusikan kepada pembaca melalui agen di setiap daerah. Barulah dari situ
pembaca akan menerima harian Republika.
-
30
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Analisis wacana Teun van Dijk menggunakan tiga dimensi yaitu, teks, kognisi
sosial dan konteks sosial untuk menganalisa sebuah teks dan menelaah makna
yang ada. Pada pemberitaan Republika tentang Kemendagri Tunda Batalkan
Perda Miras, peneliti juga menyertakan satu berita yang masuk dalam bagian in
depth yang masih ada di dalam edisi yang sama, 24 Mei 2016. Judul yang peneliti
temukan adalah, RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini.
A. Analisis Struktur Teks Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
1. Tematik
Tema merupakan masalah utama yang diangkat dalam berita dan
merupakan bagian dari struktur makro pada analisis teks. Gagasan yang
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan dalam sebuah berita.
Tema utama yang ada pada pemberitaan Kemendagri Tunda Batalkan
Perda Miras adalah pembenaran kabar bahwa Perda tentang miras tidak akan
dicabut hingga RUU Minol selesai dirumuskan.
Tabel 2
Lead Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Makro Topik/Tema Perda tak akan dibatalkan hingga
pembahasan RUU Minol pungkas.
-
31
2. Skematik
Rangkaian peristiwa yang ditulis oleh wartawan dalam susunan yang
membentuk kesatuan cerita yang utuh dan saling berhubungan. Alur dari
skematik memiliki bentuk yang beragam, namun pada umumnya terbagi
menjadi dua skema besar yaitu, summary yang terdiri dari judul dan lead,
yang kedua adalah story atau isi berita secara menyeluruh.
Skema berita ini dimulai dengan pernyataan bahwa kemendagri
mengurungkan niatannya untuk mencabut perda tentang miras. Republika
menguatkan pernyataan tersebut dengan mengutip keterangan yang diberikan
oleh Kepala Pusat Penerangan (kapuspen) Mendagri, Dodi Riyadmadji,
keterangan tersebut ada pada paragraf kedua.
Selanjutnya Republika mencoba menjelaskan sebab munculnya wacana
pencabutan perda tentang minuman keras. Bermula dari agenda Presiden
Jokowi yang akan mencabut 3.000 perda yang dianggap menghambat
investasi, kemendagri mengartikan instruksi tersebut sebagai proses bersih-
bersih untuk perda yang isinya tumpang tindih atau bertentangan dengan
regulasi pusat, termasuk di dalamnya perda tentang pengaturan atau
pelarangan minuman keras.
Untuk mensosialisasikan rencana tersebut, kemendagri melakukan
pembahasan dengan biro hukum berbagai daerah. Pembahasan yang
bertemakan penghapusan perda yang sudah tidak berlaku atau yang sudah
dibatalkan Mahkama Konstitusi tersebut disalahartikan oleh beberapa daerah.
-
32
Beberapa daerah menganggap bahwa yang diinginkan pemerintah adalah
penghapusan perda tenntang pengaturan minuman keras.
Kabar yang menyebar tersebut menimbulkan kegaduhan dan akhirnya
Kemendagri angkat bicara. Republika menjelaskan bahwa Kemendagri
memberikan alasan mengapa mereka mengurungkan niatnya untuk mencabut
perda tentang miras di sejumlah daerah seperti Papua. Selain karena alasan
bahwa minuman keras menimbulkan dampak buruk, kekosongan akan terjadi
jika perda tentang miras dicabut namun Rancangan Undang-Undang Minuman
Beralkohol (RUU Minol) belum selesi dirumuskan.
Tabel 3
Alur Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Superstruktur Skema/Alur Pihak Kementrian Dalam Negeri
(Kemendagri) mengiyakan sempat ada
rencana pembatalan dan revisi
beberapa peraturan daerah (perda)
terkait minuman keras (miras). Kendati
demikian, Kemendagri telah
mengurungkan niatan itu pada senin
(23/5). (paragraf 1)
Terkait perda miras, untuk sementara
waktu tidak akan ada pembatalan, baik
secara keseluruhan maupun poin-poin
dalam perda, ujar Kepala Pusat
Penerangan (Kapuspen) Kemendagri,
Dodi Riyadmadji kepada Republika,
-
33
kemarin. (Paragaraf 2)
Dodi menuturkan, wacana pembatalan
perda muncul selepas Presiden Joko
Widodo mengagendakan pencabutan
sekitar 3.000 perda yang menghambat
investasi. Menyusul instruksi tersebut,
Kemendagri mengidentifikasikan
perda-perda yang tumpang tindih dan
yang bertentangan dengan regulasi
pusat. (paragraf 3)
Kepala Biro Hukum Setda NTB,
Rysman, mengungkapkan, instruksi
soal pembatalan perda sempat dibahas
Kemendagri dengan biro hukum
berbagai daerah dalam pertemuan di
Bali, Jakarta, dan Mataram. Selain
yang menghambat investasi (pemda)
diminta menghapuskan peraturan yang
sudah tak berlaku dan peraturan di
mana aturan atasnya sudah dibatalkan
Mahkamah Konstitusi. (Paragraf 8)
Kesimpulan itu kemudian
diterjemahkan Pemprov NTB dengan
mengusulkan pencabutan Perda Nomor
4 Tahun 1997 tentang Larangan,
Pengawasan, Pengendalian,
Penertiban, Peredaran, dan Penjualan
Minuman Beralkohol ke Kemendagri.
(Paragraf 9)
Instruksi Kemendagri juga sebelumnya
dinilai Pemprov DI Yogyakarta
-
34
sebagai ancaman terhadap Perda
Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Minol
serta Pelarangan Minuman Oplosan.
Kepala Biro Hukum Setda DIY Dewa
Isnu Broto Umam Santoso
menuturkan, soal wacana pencabutan
perda miras, ia dapatkan dari rekan-
rekan dari lain daerah yang menghadiri
rapat koordinasi biro hokum. Kalau
diajak diskusi, akan kami sampaikan
filosofinya mengapa Pemda DIY
mengatur minol, kata dia. (Paragraf
10)
Menurut dia, penanggulangan miras
oplosan yang dikooordinasikan
pemprov, bisa menyeragamkan
penanganan di kabupaten/kota.
Terlebih, sebaran minuman oplosan
sebagian besar di daerah perbatasan
Yogyakarta. (Paragraf 11)
Kendati demikian, menurut Kapuspen,
Kemendagri juga menyadari bahwa
miras sudah terlampau banyak
menimbulkan dampak buruk bagi
masyarakat. Sebab itu, wacana
pembatalan kemudian dikurungkan.
(Paragraf 5)
Penundaan tersebut, menurut Dodi,
berjalan seiring dengan pembahasan
Rancangan Undang-Undang Minuman
-
35
Beralkohol (RUU Minol) di DPR.
Sampai undang-undang itu jadi, tidak
aka nada pembatalan perda, kata Dodi
menjanjikan. (Paragaraf 6)
Perda Pelarangan Miras di Papua, kata
Dodi, termasuk dalam perda yang
ditunda pembatalannya. Pemerintah
pusat akan mengabaikan sementara
bahwa perda tersebut bertentangan
dengan substansi Perpres Nomor
73/2013 dan Pemendag Nomor 6/2015.
Ia juga mengatakan sudah
menghubungi kepala-kepala daerah
yang sebelumnya merasa perda
mirasnya bakal dicabut untuk
mengabarkan sikap Kemendagri.
(paragraf 7)
Dari skematik yang peneliti paparkan, terlihat bahwa Republika sama
sekali tidak menunjukan adanya ketidaksetujuan dalam pembatalan
pencabutan perda tentang miras ini kepada pembaca. Pembaca seperti digiring
ke arah yang menyatakan bahwa keputusan Kemendagri sudah benar dalam
menanggapi isu ini, biarpun terjadi miskomunikasi dan pengabaian
beberapa perda yang bertentangan.
-
36
3. Semantik
a. Latar
Latar adalah bagian dari berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin
ditampilkan dan menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa oleh
wartawan. Latar juga menggambarkan suatu peristiwa yang menjadi landasan
utama wartawan dalam menulis berita.
Pada pemberitaan ini, latar yang ditampilkan adalah, Kemendagri tidak
akan mencabut perda tentang miras selama RUU Minol belum selesai
dirumuskan.
Tabel 4
Latar Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Mikro (Semantik) Latar Penundaan tersebut, menurut Dodi,
berjalan seiring dengan pembahasan
Rancangan Undang-Undang Minuman
Beralkohol (RUU Minol) di DPR.
Sampai undang-undang itu jadi, tidak
aka nada pembatalan perda, kata Dodi
menjanjikan. (Paragaraf 6)
Kendati demikian, menurut Kapuspen,
Kemendagri juga menyadari bahwa
miras sudah terlampau banyak
menimbulkan dampak buruk bagi
masyarakat. Sebab itu, wacana
pembatalan kemudian dikurungkan.
-
37
(Paragraf 5)
Pada table di atas, bisa terlihat bahwa Kemendagri yang tadinya sempat
berencana untuk menghapus perda miras. Namun rencana tersebut pun
akhirnya diurungkan. Mengapa? Dari latar yang ditampilkan Republika
terlihat bahwa Kemendagri menggunakan RUU Minol yang belum rampung
sebagai alasan terkuat mereka ditambah dengan pengaruh buruk miras.
Sehingga bisa ditarik kesimpulan, latar yang paling ditekankan dalam berita
ini adalah sikap Kemendagri yang jelas, tidak akan menghapus perda sampai
RUU Minol selesai.
b. Detil
Selain latar, detil juga termasuk dalam semantik. Detil merupakan elemen
wacana yang berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan
seseorang. Di sini wartawan mampu mengatur jumlah informasi yang akan
diberikan, apakah banyak atau sedikit sesuai dengan kebutuhan berita.
Detil pada berita ini adalah tentang beberapa peraturan yang bertabrakan
dengan perda mengenai minuman keras. Pada bagian ini, Republika
menjabarkan peraturan apa saja yang bertentangan dan daerah mana yang
mendapatkan status khusus terhadap persoalan tersebut. tidak lupa juga bagian
yang menjelaskan kenapa Yogyakarta mendapat sorotan yang lebih dalam
alasannya menentang wacana penghapusan perda minuman keras.
-
38
Tabel 5
Detil Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Mikro (Semantik) Detil Perda-perda miras di sejumlah daerah
kemudian masuk dalam daftar perda-
perda yang dinilai bertentangan dengan
regulasi di atasnya. Pertentangan itu, di
antaranya dengan Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) Nomor 6
Tahun 2015 perubahan kedua;
Permendag Nomor 20 Tahun 2014
tentang Pengendalian dan Pengawasan
terhadap Pengadaan, Pengedaran, dan
Penjualan Minuman Beralkohol; dan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 73
Tahun 2013 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Minuman Beralkohol.
(Paragraf 4)
Perda Pelarangan Miras di Papua, kata
Dodi, termasuk dalam perda yang
ditunda pembatalannya. Pemerintah
pusat akan mengabaikan sementara
bahwa perda tersebut bertentangan
dengan substansi Perpres Nomor
73/2013 dan Pemendag Nomor 6/2015.
Ia juga mengatakan sudah
menghubungi kepala-kepala daerah
yang sebelumnya merasa perda
mirasnya bakal dicabut untuk
mengabarkan sikap Kemendagri.
(paragraf 7)
-
39
Instruksi Kemendagri juga sebelumnya
dinilai Pemprov DI Yogyakarta
sebagai ancaman terhadap Perda
Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Minol
serta Pelarangan Minuman Oplosan.
Kepala Biro Hukum Setda DIY Dewa
Isnu Broto Umam Santoso
menuturkan, soal wacana pencabutan
perda miras, ia dapatkan dari rekan-
rekan dari lain daerah yang menghadiri
rapat koordinasi biro hukum. Kalau
diajak diskusi, akan kami sampaikan
filosofinya mengapa Pemda DIY
mengatur minol, kata dia. (Paragraf
10)
Manurut dia, penanggulangan miras
oplosan yang dikooordinasikan
pemprov, bisa menyeragamkan
penanganan di kabupaten/kota.
Terlebih, sebaran minuman oplosan
sebagian besar di daerah perbatasan
Yogyakarta. (Paragraf 11)
c. Maksud
Elemen maksud hampir sama dengan detil. Perbedannya adalah dalam
elemen maksud, informasi yang menguntukan komunikator akan diuraikan
secara eksplisit dan jelas. Sedangkan informasi yang merugikan akan
diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
-
40
Maksud yang ingin disampaikan dalam berita ini adalah Instruksi
Kemendagri merupakan sebuah langkah yang dianggap mengancam perda
miras, karena perda tersebut merupakan salah satu komponen penting bagi
beberapa daerah. Seperti Yogyakarta, yang menjadi salah satu tempat
penyebaran terbesar minuman oplosan.
Tabel 6
Maksud Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Mikro (Semantik) maksud Instruksi Kemendagri juga sebelumnya
dinilai Pemprov DI Yogyakarta
sebagai ancaman terhadap Perda
Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Minol
serta Pelarangan Minuman Oplosan.
Kepala Biro Hukum Setda DIY Dewa
Isnu Broto Umam Santoso
menuturkan, soal wacana pencabutan
perda miras, ia dapatkan dari rekan-
rekan dari lain daerah yang menghadiri
rapat koordinasi biro hokum. Kalau
diajak diskusi, akan kami sampaikan
filosofinya mengapa Pemda DIY
mengatur minol, kata dia. (Paragraf
10)
Manurut dia, penanggulangan miras
oplosan yang dikooordinasikan
pemprov, bisa menyeragamkan
penanganan di kabupaten/kota.
Terlebih, sebaran minuman oplosan
-
41
sebagian besar di daerah perbatasan
Yogyakarta. (Paragraf 11)
4. Sintaksis
a. Koherensi
Jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks yang menggambarkan fakta
yang berbeda, dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang
tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seorang
menghubungkannya.
Koherensi pada berita ini dapat ditemukan pada paragraf pertama.
Penggunan kata Kendati demikian yang memiliki makna negasi atau
menjatuhkan fakta yang ada ada kalimat sebelumnya.
Tabel 7
Koherensi Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Mikro (Sintaksis) Koherensi Pihak Kementrian Dalam Negeri
(Kemendagri) mengiyakan sempat ada
rencana pembatalan dan revisi
beberapa peraturan daerah (perda)
terkait minuman keras (miras).
Kendati demikian, Kemendagri telah
mengurungkan niatan itu pada senin
(23/5). (paragraf 1)
-
42
b. Leksikon
Leksikon adalah elemen yang mengatur pemilihan kata apa yang akan
digunakan wartawan dalam menjelsakan sebuah peristiwa. Pemilihan kata atau
bahasa ini juga mengandung unsur ideology wartawan yang bersangkutan.
Tabel 8
Leksikon Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Mikro (Stilistik) Leksikon Pihak Kementrian Dalam Negeri
(Kemendagri) mengiyakan sempat ada
rencana pembatalan dan revisi
beberapa peraturan daerah (perda)
terkait minuman keras (miras). Kendati
demikian, Kemendagri telah
mengurungkan niatan itu pada senin
(23/5). (paragraf 1)
Dodi menuturkan, wacana pembatalan
perda muncul selepas Presiden Joko
Widodo mengagendakan pencabutan
sekitar 3.000 perda yang menghambat
investasi. Menyusul instruksi tersebut,
Kemendagri mengidentifikasikan
perda-perda yang tumpang tindih dan
yang bertentangan dengan regulasi
pusat. (paragraf 3)
Perda Pelarangan Miras di Papua, kata
Dodi, termasuk dalam perda yang
ditunda pembatalannya. Pemerintah
pusat akan mengabaikan sementara
-
43
bahwa perda tersebut bertentangan
dengan substansi Perpres Nomor
73/2013 dan Pemendag Nomor 6/2015.
Ia juga mengatakan sudah
menghubungi kepala-kepala daerah
yang sebelumnya merasa perda
mirasnya bakal dicabut untuk
mengabarkan sikap Kemendagri.
(paragraf 7)
Penggunaan kata mengurungkan memiliki makna; tidak jadi, batal,
membuat tidak jadi berlangsung. Implikasi kata mengurungkan lebih lemah
dibandingkan penggunaan kata sejenis seperti membatalkan. Ini menunjukan
bahwa Kemendagri masih ragu-ragu dalam persoalan ini.
Kata mengagendakan memiliki makna; merencanakan atau
menjadwalkan. Kata ini lebih condong memiliki makna politik, sehingga
mengimplikasikan bahwa wacana ini mungkin terkait dengan keadaan politik.
Kata mengabaikan memiliki makna; tidak menganggap penting, tidak
memperdulikan.
5. Retoris
a. Grafis
Menonjolkan bagian yang dianggap penting dengan menyajikan beberapa
hal yang bersifat grafik, baik dalam segi penggunaan huruf pada teks, cara
penulisan, diagram, grafik, gambar, tabel, dan pemakaian angka untuk
mendukung arti pesan.
-
44
Grafis pada berita ini ditunjukan dengan gambar grafik yang ada pada
bagian kanan. Grafik tersebut menjelaskan penyebaran perda tentang miuman
keras di seluruh Indonesia, dengan latar belakang botol-boto minuman keras
ditambah dengan gelas anggur sebagai indicator angka dan peta wilayah Indonesia
di bawahnya lengkap dengan penjelasan.
Tabel 9
Grafis Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Mikro (Retoris) Grafis Tabel dengan latar botol bir dan gelas
anggur lengkap dengan indikator angka
yang menunjukan jumlah Perda
tentang minuman keras yang ada di
seluruh Indonesia.
Pada tabel tersebut, bagian bawah
terdapa peta wilayah Indonesia dengan
keterangan mengenai regulasi miras di
beberapa Provinsi besar di Indonesia.
b. Metafora
Pengungkapan pesan melalui kiasan atau ungkapan. Yang memiliki makna
tertentu. Penggunaan metafora juga berfungsi untuk menambahkan kesan
dramatis suatu berita.
-
45
Tabel 10
Metafora Berita Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras
Struktur Elemen Teks
Mikro (Retoris) Metafora Pihak Kementrian Dalam Negeri
(Kemendagri) mengiyakan sempat ada
rencana pembatalan dan revisi
beberapa peraturan daerah (perda)
terkait minuman keras (miras). Kendati
demikian, Kemendagri telah
mengurungkan niatan itu pada senin
(23/5). (paragraf 1)
.Dodi menuturkan, wacana pembatalan
perda muncul selepas Presiden Joko
Widodo mengagendakan pencabutan
sekitar 3.000 perda yang menghambat
investasi. Menyusul instruksi tersebut,
Kemendagri mengidentifikasikan
perda-perda yang tumpang tindih dan
yang bertentangan dengan regulasi
pusat. (paragraf 3)
Penggunaan kata mengurungkan dan mengagendakan
mengimplikasikan bahwa ada sesuatu yang tersembunyi. Kesan keraguan yang
dimunculkan kata mengurungkan dan kesan politik yang muncul lewat kata
mengagendakan kedua kata tersebut memberikan efek dramatis sekaligus
memberikan makna pada teks berita.
-
46
B. Analisis Struktur Teks RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
1. Tematik
Tema merupakan masalah utama yang diangkat dalam berita dan
merupakan bagian dari struktur makro pada analisis teks. Gagasan yang
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan dalam sebuah berita.
Tema utama yang ada pada pemberitaan RUU Minol Mulai Dibahas Pekan
Ini adalah mengenai Kekosongan hukum yang akan terjadi ketika pembatalan
perda dilakukan sembelum UU Minol selesai dan kendala penyusunan RUU
Minol.
Tabel 11
Lead Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Makro Topik/Tema Pembatalan perda sebelum UU Minol
memicu kekosongan hukum.
2. Skematik
Skema berita ini dimulai dengan pernyataan bahwa akan diadakan rapat
internal di DPR untuk menyusun jadwal pembahasan RUU Minol pada
tanggal 25 Mei 2016.
Kemudian Republika menjabarkan isu utama yang dikemukakan dalam
RUU Minol dan ditambah dengan pendapat-pendapat yang berkaitan dengan
perda larangan minuman keras dan masukan para tokoh yang terlibat secara
langsung atau tidak dalam perumusan RUU Minol ini.
-
47
Tabel 12
Alur Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Superstruktur Skema/Alur Rancangan undang-Undang Larangan
Minuman Beralkohol (RUU Minol)
mulai dibahas pekan ini. Ketua Panitia
Khusus RUU Minol Arwani Thomafi
mengatakan, Rabu (25/5) besok pansus
mulai menggelar rapat internal untuk
menyusun jadwal pembahasan RUU
Minol. (Paragraf 1)
Arwani mengungkapkan, saat ini
masih ada tiga isu utama dalam
pembahasan RUU Minol. Pertama, ada
pandangan soal minuman beralkohol
yang sepenuhnya dilarang di
Indonesia. Pandangan kedua adalah
ada pelarangan produksi sampai
konsumsi untuk minuman beralkohol,
tapi disertai pengecualian.
Pengecualian tersebut, misalnya, untuk
ritual agama tertentu dan pariwisata
secara terbatas. (Paragraf 3)
Lalu, pandangan yang ketiga adalah
tidak perlu ada larangan terhadap
minuman beralkohol. Hanya saja, ada
pengecualian yang dilarang, seperti
dijualdi public, dilarang dikonsumsi
oleh anak-anak, sampai dilarang di
tempat tertentu untuk dikonsumsi.
Rabu besok, kita baru rapat lagi untuk
-
48
membahasnya, ujar Arwani kepada
Republika. (Paragraf 4)
3. Semantik
a. Latar
Pada pemberitaan ini, latar yang ditampilkan adalah, pemerintah harus
mempercepat perumusan RUU Minol dan tidak menghapus perda minuman
keras sebelum RUU selesai dirumuskan.
Tabel 13
Latar Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Mikro (Semantik) Latar Wakil Ketua Komisi II DPR RI Al
Muzzamil Yusuf mengatakan,
penghapusan perda miras justru akan
menimbulkan masalah lebih besar.
Jika menghapuskan perda saat ini,
akan menciptakan kekosongan hukum
yang justru akan berdampak meluasnya
penjualan dan penggunan miras, ujar
Muzzamil kepada Republika. (Paragraf
8)
Pada table di atas, terlihat bahwa peraturan tentang minuman keras sangat
mengikat, maksudnya adalah ketika RUU Minol belum rampung, perda miras
berfungsi sebagai penahan laju konsumsi dan distribusi minuman keras.
-
49
b. Detil
Detil pada berita ini adalah tentang tiga isu utama dalam pembahasan
RUU Minol. Detil ini menunjukan bahwa RUU Minol masih belum
menemukan fungsi sejatinya, apakah sebagai penahan, pengawas atau
pencegah. Selain tentang tiga isu utama, berita ini juga menaruh detil pada
bagian tentang perbedaan rezim mengenai perda miras. Kedua rezim tersebut
menjelaskan tentang prosedur dan posisi pusat dalam mengatur peraturan
daerah.
-
50
Tabel 14
Detil Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Mikro (Semantik) Detil Arwani mengungkapkan, saat ini
masih ada tiga isu utama dalam
pembahasan RUU Minol. Pertama, ada
pandangan soal minuman beralkohol
yang sepenuhnya dilarang di
Indonesia. Pandangan kedua adalah
ada pelarangan produksi sampai
konsumsi untuk minuman beralkohol,
tapi disertai pengecualian.
Pengecualian tersebut, misalnya, untuk
ritual agama tertentu dan pariwisata
secara terbatas. (Paragraf 3)
Lalu, pandangan yang ketiga adalah
tidak perlu ada larangan terhadap
minuman beralkohol. Hanya saja, ada
pengecualian yang dilarang, seperti
dijualdi public, dilarang dikonsumsi
oleh anak-anak, sampai dilarang di
tempat tertentu untuk dikonsumsi.
Rabu besok, kita baru rapat lagi untuk
membahasnya, ujar Arwani kepada
Republika. (Paragraf 4)
DPR mengingatkan pemerintah untuk
menunggu hasil pembahasan RUU
Minol antara DPR dan pemerintah.
Menurut Muzzamil, ada dua rezim soal
perda miras, pertama yang mengacu
pada Undang-Undang Pemerintah
-
51
Daerah yang membuat pemerintah
pusat memiliki hak pengawasan pada
produk DPRD. (paragraf 9)
Rezim kedua adalah mengacu pada
Undang-Undang Pembuatan Peraturan
Perundang-undangan (UU P3) yang
menyebutkan produk perda hanya
dapat dibatalkan melalui uji
Mahkamah Agung (MA). Dalam posisi
ini, Mendagri sangat mungkin
menerapkan rezim yang memberikan
hak bagi pemerintah pusat mengawasi
produk aturan undang-undang di
bawahnya. (Paragraf 10)
c. Maksud
Maksud yang ingin disampaikan dalam berita ini adalah ketidaksetujuan
dalam wacana pemerintah untuk mencabut perda minuman keras dan
keanehan tentang alasan perda miras bertentangan dengan peraturan di
atasnya.
-
52
Tabel 15
Maksud Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Mikro (Semantik) maksud Politikus Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) ini menambahkan
pihaknya menyayangkan pemerintah
melalui Kementrian Dalam Negeri
berniat melakukan pnyelarasan pada
perdaturan daerah (perda) soal miras
yang dinilai bertentangan dengan
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 74 Tahun 2013 tentang
Pengendalian dan pengawasan
minuman beralkohol. (Paragraf 5)
Seharusnya, penyusunan perda tidak
mungkin bertentangan dengan
peraturan di atasnya. Sebab,
pemerintah pusat berwenang untuk
mengawasi sejak pembuatan perda
tersebut. Jadi, alasan pemerintah
bahwa perda miras dapat bertentangan
dengan aturan yang lebih tinggi sangat
tidak masuk akal. (Paragraf 6)
4. Sintaksis
a. Koherensi
Peneliti menemukan koherensi dengan menggunakan kata tetapi juga.
Penggunaan kata tersebut pada kalimat di tabel yang ada di bawah terasa
-
53
sangat ganjil karena kalimat pertama yang berbicaa soal kearifan lokal dan
agama dirasa kurang cukup jika tidak menyentuh keamanan sosial.
Tabel 16
Koherensi Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Mikro (Sintaksis) Koherensi Dia menambahkan, pemerintah pusat
seharusnya melihat aspek kearifan
lokal sebagai substansi perda miras tak
hanya persoalan ajaran agama, tetapi
juga berkait aspek keamanan sosial.
Bila saja perda tersebut memang telah
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
dinilai dapat menekan tingkat
kejahatan sehingga keamanan lebih
kondusif, kenapa harus
dipermasalahkan, apalagi dihapus?
papar Mardhani H Maming. (paragraf
13)
-
54
b. Leksikon
Tabel 17
Leksikon Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Mikro (Stilistik) Leksikon DPR mengingatkan pemerintah untuk
menunggu hasil pembahasan RUU
Minol antara DPR dan pemerintah.
Menurut Muzzamil, ada dua rezim
soal perda miras, pertama yang
mengacu pada Undang-Undang
Pemerintah Daerah yang membuat
pemerintah pusat memiliki hak
pengawasan pada produk DPRD.
(paragraf 9)
Penyelarasan perda miras jika
dianggap bertentangan dengan aturan
di atasnya, saya tidak setuju, katanya
menegaskan. Terlebih, kalau RUU
Minol selesai dibahas, justru perda
miras akan lebih memiliki payung
hukum yang lebih tinggi. (Paragraf 7)
Penggunaan kata rezim bermakna tata pemerintahan negara dalam arti
lain pemerintah yang berkuasa.
Penggunaan kata payung hukum bermakna perlindungan yang diberikan
istitusi hukum karena memiliki ketahanan hukum yang kuat dalam peraturan yang
ada.
-
55
5. Retoris
a. grafis
Peneliti tidak menemukan elemen grafis pada pemberitaan ini. Tidak ada
signifikansi pada penggunaan font maupun hal lain yang menjadi subtitusi elemen
grafis. Berbeda dengan temuan peneliti pada berita sebelumnya.
b. Metafora
Tabel 18
Metafora Berita RUU Minol Mulai Dibahas Pekan Ini
Struktur Elemen Teks
Mikro (Retoris) Metafora DPR mengingatkan pemerintah untuk
menunggu hasil pembahasan RUU
Minol antara DPR dan pemerintah.
Menurut Muzzamil, ada dua rezim
soal perda miras, pertama yang
mengacu pada Undang-Undang
Pemerintah Daerah yang membuat
pemerintah pusat memiliki hak
pengawasan pada produk DPRD.
(paragraf 9)
Penyelarasan perda miras jika
dianggap bertentangan dengan aturan
di atasnya, saya tidak setuju, katanya
menegaskan. Terlebih, kalau RUU
Minol selesai dibahas, justru perda
miras akan lebih memiliki payung
hukum yang lebih tinggi. (Paragraf 7)
-
56
B. Analisis Kognisi Sosial
Dalam analisis wacana, selain menganalisa teks, penting juga untuk
mengamati kognisi sosial teks yaitu bagaimana suatu teks itu dapat diproduksi.
Karena anggapan seseorang mengenai teks bahwa teks itu memiliki makna itu
tidak sepenuhnya benar. Suatu teks itu bisa bermakna karena diberikan oleh si
pemakai bahasa (penulis). Dan makna inilah yang dikonstruksi oleh penulis.
Selain makna dalam teks juga mengandung pendapat dan ideology penulis
tersebut.
Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan
penelitian kognitif dan strategi si penulis dalam memproduksi suatu berita. Karena
setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka,
atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.41
Teks dalam pemberitaan
Kemendagri Tunda Batalkan Perda Miras dan RUU Minol Mulai Dibahas
Pekan Ini juga tidak terlepas dari proses produksi berita yang melibatkan
kesadaran mental dari penulis dalam hal ini wartawan yang bersangkutan dan atau
editor.
Dalam hal ini Republika sebagai salah satu media nasional yang memiliki ciri
khas Islami tentunya tidak mengherankan jika memuat berita yang menunjukan
keberpihakannya pada penangguhan perda minuman keras maupun RUU Minol di
Indonesia. Ciri khas berupa Islami itulah yang mempengaruhi kognisi para
pewartanya, karena ada ciri khas tersebut maka pewarta harus menunjukannya
dalam tulisan yang dibuatnya.
41
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS cetakan kesembilan, Juni 2011) h. 260.
-
57
Selain pengaruh dari citra yang dibuat oleh Republika, kesadaran pribadi
reporter juga turut berpengaruh dalam hasil tulisan yang dibuatnya. Dengan
menugaskan dua reporter dalam satu judul berita, diharapkan akan menghasilkan
efek cover both side di mana kedua reporter yang ditugaskan memiliki kesadaran
pribadi yang berbeda dan panadangan pribadi tersebut akan saling menopang
kekurangan dari tulisan yang dihasilkan.
Pemberitaan bertemakan minuman keras, baik dari segi peraturan maupun
efek yang ditimbulkan sudah sering diangkat oleh Republika, hal ini terbukti
dengan munculnya pemberitaan dengan tema yang sama selama konstan satu
minggu (periode 20 27 Mei 2016).
Hal tersebut bukanlah ketidaksengajaan, tema-tema yang