analisis yuridis atas sengketa indonesia- australia
TRANSCRIPT
ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA-
AUSTRALIA TENTANG PENCEMARAN LAUT TIMOR ATAS
TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
TMAFRIANDY ADRIAN
NIM 150200489
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
ABSTRAK
Prof Dr Suhaidi SH MH
Rosmalinda SH LLM
TM Afriandy Adrian
Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah
satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah
sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas
wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara
yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum
laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran
yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan
minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus
ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal
ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini
yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang
kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia
tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara
ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus
tumpahan minyak montara
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum
deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta
bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum
internasional dan hukum internasional di bidang kelautan
Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap
negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran
laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17
tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea
1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti
penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-
posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini
Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam
UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi
hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah
memiliki ikatan hukum yang sama
Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia
hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang
Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
menyelesaikam skripsi ini
1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah
SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan
dalam menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH
MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH
selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM
selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen
Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm
Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen
yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta
para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara
11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan
Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan
semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi
12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi
Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan
Universitas Sumatera Utara
iv
Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini
13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA
atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama
14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika
yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan
skripsi ini
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya
tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum
Medan Januari 2020
Penulis
TM Afriandy Adrian
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
ABSTRAK
Prof Dr Suhaidi SH MH
Rosmalinda SH LLM
TM Afriandy Adrian
Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah
satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah
sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas
wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara
yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum
laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran
yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan
minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus
ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal
ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini
yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang
kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia
tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara
ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus
tumpahan minyak montara
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum
deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta
bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum
internasional dan hukum internasional di bidang kelautan
Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap
negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran
laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17
tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea
1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti
penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-
posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini
Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam
UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi
hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah
memiliki ikatan hukum yang sama
Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia
hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang
Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
menyelesaikam skripsi ini
1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah
SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan
dalam menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH
MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH
selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM
selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen
Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm
Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen
yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta
para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara
11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan
Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan
semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi
12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi
Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan
Universitas Sumatera Utara
iv
Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini
13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA
atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama
14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika
yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan
skripsi ini
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya
tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum
Medan Januari 2020
Penulis
TM Afriandy Adrian
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
ABSTRAK
Prof Dr Suhaidi SH MH
Rosmalinda SH LLM
TM Afriandy Adrian
Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah
satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah
sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas
wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara
yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum
laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran
yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan
minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus
ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal
ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini
yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang
kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia
tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara
ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus
tumpahan minyak montara
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum
deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta
bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum
internasional dan hukum internasional di bidang kelautan
Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap
negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran
laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17
tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea
1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti
penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-
posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini
Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam
UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi
hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah
memiliki ikatan hukum yang sama
Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia
hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang
Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
menyelesaikam skripsi ini
1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah
SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan
dalam menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH
MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH
selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM
selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen
Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm
Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen
yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta
para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara
11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan
Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan
semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi
12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi
Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan
Universitas Sumatera Utara
iv
Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini
13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA
atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama
14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika
yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan
skripsi ini
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya
tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum
Medan Januari 2020
Penulis
TM Afriandy Adrian
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
1
ABSTRAK
Prof Dr Suhaidi SH MH
Rosmalinda SH LLM
TM Afriandy Adrian
Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah
satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah
sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas
wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara
yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum
laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran
yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan
minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus
ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal
ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini
yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang
kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia
tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara
ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus
tumpahan minyak montara
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum
deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta
bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum
internasional dan hukum internasional di bidang kelautan
Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap
negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran
laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17
tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea
1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti
penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-
posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini
Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam
UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi
hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah
memiliki ikatan hukum yang sama
Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia
hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang
Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
menyelesaikam skripsi ini
1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah
SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan
dalam menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH
MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH
selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM
selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen
Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm
Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen
yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta
para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara
11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan
Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan
semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi
12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi
Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan
Universitas Sumatera Utara
iv
Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini
13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA
atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama
14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika
yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan
skripsi ini
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya
tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum
Medan Januari 2020
Penulis
TM Afriandy Adrian
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia
hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang
Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
menyelesaikam skripsi ini
1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah
SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan
dalam menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH
MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH
selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM
selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen
Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm
Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen
yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta
para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara
11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan
Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan
semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi
12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi
Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan
Universitas Sumatera Utara
iv
Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini
13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA
atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama
14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika
yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan
skripsi ini
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya
tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum
Medan Januari 2020
Penulis
TM Afriandy Adrian
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
iii
6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH
MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH
selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM
selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini
9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen
Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm
Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen
yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta
para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara
11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan
Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan
semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi
12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi
Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan
Universitas Sumatera Utara
iv
Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini
13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA
atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama
14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika
yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan
skripsi ini
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya
tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum
Medan Januari 2020
Penulis
TM Afriandy Adrian
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
iv
Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini
13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA
atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama
14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika
yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan
skripsi ini
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya
tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum
Medan Januari 2020
Penulis
TM Afriandy Adrian
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 12
C Tujuan Penelitian 13
D Manfaat Penulisan 13
E Keaslian Penulisan 14
F Tinjauan Kepustakaan 15
G Metode Penelitian 26
H Sistematika Penulisan 29
BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum
Lingkungan Internasional 58
BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN
LINGKUNGAN LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang
Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN
MINYAK MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur
dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian
Pencemaran Lintas Batas tersebut 97
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 101
B Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 105
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR SINGKATAN
APEC Asia Pacific Economic Cooperation
DP Down Payment
EEC European Economic Community
HAM Hak Asasi Manusia
ILO International Labour Organization
IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization
IMO International Maritime Organization
KLH Kementrian Lingkungan Hidup
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
NPT Non proliferation of Nuclear Weapons
PerPres Peraturan Presiden
PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan
PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut
PP Peraturan Pemerintah
PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and
Production Australasia
SOLAS Safety Of Life At Sea
RI Republik Indonesia
TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie
UNEP United Nations Environment Programme
UU Undang-Undang
WCED World Commission on Environment and
Development
YPTB Yayasan Peduli Timor Barat
ZEE Zona Ekonomi Ekslusif
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan
masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh
pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly
3
terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan
subjek-subjek hukum lainnya
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua
abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar
negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai
akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah
yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional
menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur
hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti
organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan
gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum
internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya
dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata
1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era
dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8
th Edition 1995 Hlm 4
3 JL Briefly the Law of Nations 5
th Edition 1995 Hlm 1
4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993
Hlm XVII
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara
tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan
utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan
sistem hukum internasional
Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik
melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi
internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang
dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui
keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi
internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan
organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5
Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan
antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum
ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau
badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang
diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum
internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum
internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk
5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2
Universitas Sumatera Utara
3
hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum
internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali
oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780
Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah
merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan
antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan
apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu
sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-
negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua
sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada
kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada
negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-
ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping
tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada
negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap
hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun
demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan
sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat
kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan
secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional
karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu
dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif
internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara
langsung kehidupan masyarakat internasional
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi
legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang
dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi
internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang
diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah
tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis
JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan
oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi
suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut
dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu
1 Kebiasaan
2 Traktat
3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi
4 Karya-karya hukum
5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional
6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp
Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11
8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition
1989 Hlm 429
Universitas Sumatera Utara
5
Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan
bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam
mengadili perkara-perkara adalah
1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang
bersifat umum maupun khusus
2 Kebiasaan intenasional (international costum)
3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui
oleh negara-negara beradab
4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly
qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum
internasional
Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan
keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum
internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan
arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada
perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam
Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang
kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru
apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu
Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut
harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-
konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang
disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-
konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara
dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang
suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila
menyangkut seluruh negara di dunia
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum
internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu
perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan
1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang
dan penyelesaian sengketa secara damai9
2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928
3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945
4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 196310
5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan
Protokol-protokol tambahan 197711
6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982
9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _
Den_Haag_1899_dan_1907 10
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia
konvensi-jenewa-tahun-1949
Universitas Sumatera Utara
7
7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993
8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas
senjata nuklir yang bersifat regional yaitu
1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia
(1997)
2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)
3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi
kawasan Asia Tenggara (1995)
4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)
Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari
perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633
perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225
jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470
jilid13
Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun
dalam 1300 jilid
Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar
negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat
lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14
Keadaan ini
tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan
12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International
Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5
Universitas Sumatera Utara
8
hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar
negara
Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan
secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan
merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan
dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di
bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan
bidang kemanusiaan
Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan
secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap
tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan
antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat
suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu
permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam
pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut
Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu
permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara
berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau
permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat
kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT
Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang
mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas
Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of
Universitas Sumatera Utara
9
Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah
perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di
Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya
pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur
Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat
Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih
dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang
mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut
Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat
berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang
berkembang pesat di Timor Barat15
Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara
No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga
perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority
of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai
tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand
Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III
Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin
memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat
Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari
2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam
15
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut
Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-
montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
10
mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti
rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur
Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu
menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari
berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut
Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara
membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa
memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung
kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13
kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia
wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang
dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput
laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015
diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar
Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen
rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15
triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun
pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16
Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian
Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia
Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka
16
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https
wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-
tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak
Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali
ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17
Terkait itu Kementrian
perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera
menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor
di Indonesia itu
Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman
mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus
tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian
meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah
berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu
dekat ini18
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut
ini
1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena
laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini
seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut
merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja
sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi
17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun
Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-
kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18
Galih Gumelar Op Cit
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh
semua orang di dunia
2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem
hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982
dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-
masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua
sistem hukum tersebut
B PermasalahanRumusan masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah
1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas
Pencemaran Lingkungan Laut
2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun
2009
C Tujuan penulisanpenelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain
a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan
dan lingkungan laut
b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan
dan lingkungan laut dan
Universitas Sumatera Utara
13
c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara
dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini
D Manfaat penulisanpenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis sebagai berikut
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang
membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi
hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-
penelitian selanjutnya
2 Manfaat praktis
Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut
a Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan
pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam
bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional
b Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
14
1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan
hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum
internasional
2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut
yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain
3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum
laut yang ada di indonesia
E Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14
bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua
Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian
dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT
TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum
pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan
literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media
elektronik seperti artikel internet
Universitas Sumatera Utara
15
F Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan
dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut
1 Hukum internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum
internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan
multinasional dan individu19
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara20
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu
19
ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
16
a Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah
lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika
Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental
Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum
b Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian
masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara
1 Negara dengan negara
2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
Universitas Sumatera Utara
17
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi
analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia
merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara
di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara
nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib
hukum subordinasi21
Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta
Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam
mengadili perkara sebagai berikut22
1 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk
treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional
yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum
Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun
treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua
21
Ibid 22
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
18
pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum
Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan
yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang
berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah
prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang
meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum
nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional
Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional
diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional
untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak
adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat
(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang
Universitas Sumatera Utara
19
dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan
yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai
bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan
nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan
pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa
dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal
ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan
internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan
penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan
badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan
pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum
internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi
yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan
hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut
a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman
Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi
Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi
pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland
Universitas Sumatera Utara
20
b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei
Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota
Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang
kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah
(swasta) seperti International Law Association Institute de
Droit International dan banyak usaha serupa lainnya
Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional
yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu
melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak
yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan
internasional23
Berikut ini adalah subjek hukum internasional24
1 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu
sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada
anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka
berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang
berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara
23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-
hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara tersebut
2 Tahta suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang
telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja
Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan
peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja
Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan
suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi
sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan
tanggal 11 Juli 1929
3 Palang merah internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir
karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum
diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri
4 Organisasi internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan
kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi
internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi
walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini
Universitas Sumatera Utara
22
5 Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru
dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini
memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di
beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan
kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri
6 Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan
memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi
kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai
subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam
Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan
Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai
subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan
organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat
Eropa
7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa
Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam
beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk
Universitas Sumatera Utara
23
menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber
kekayaan alam diwilayahnya
3 Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang
terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun
tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati
bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut
termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-
tempat pemukiman dan rekreasi25
4 Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara
menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut
adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi
yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra
utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam
siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi
dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut
yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari
Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi
25
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978
Hlm 179
Universitas Sumatera Utara
24
lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi
Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)
dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah
yang dikenal sebagai laut
Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio
antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada
Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra
(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar
35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi
daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar
85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida
Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan
arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh
pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur
oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat
rotasi Bumi
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan
landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat
Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi
sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska
dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang
dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus
di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun
Universitas Sumatera Utara
25
memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah
moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga
dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari
Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-
celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana
dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan
oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan
mula-mula berevolusi di laut
Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan
transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit
listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi
peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana
seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan
laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari
berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan
puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan
manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran
Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut
seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut
juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti
berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan
penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi
laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra
Universitas Sumatera Utara
26
Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan
kepemilikan bersama26
G Metode penelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan
penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari
bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27
Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang
telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum
internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan
pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional
dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat
dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian
atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut
internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai
kelautan di negara Republik Indonesia
Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala
tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori
26
ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33
Universitas Sumatera Utara
27
2 Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data
sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari
a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional
yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan
seperti United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional
atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum
kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan
internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent
konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi
internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum
internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan
Lingkungan Hidup28
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan30
b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan
28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
28
hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak
negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk
artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti
Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan
ahli
c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan
konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus
esiklopedia dan lain-lain
3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini
penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur
ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi
lainnya yang terdokumentasi secara relevan
4 Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan
dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31
a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti
31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja
Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45
Universitas Sumatera Utara
29
b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai
dengan penelitian
c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin
d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep
pasal atau doktrin yang ada
e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu
mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang bersifat khusus
H Sistematika Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi
atas beberapa sub bab yaitu
Bab I Pendahuluan
Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan
memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri
dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan
keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas
Pencemaran Lungkungan Laut
Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut
internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan
mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut
dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar
Universitas Sumatera Utara
30
memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan
diteliti dalam bab ini
Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran
Lingkungan Laut
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut
yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia
dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta
bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut
yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus
yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini
Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam
Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia
dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami
kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam
penyelesaian kasus ini
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan
diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG
KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional
Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali
adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert
W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut
tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national
jurisdiction)32
Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang
Dunia II yakni adalah
1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE)
2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara
Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan
bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari
wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan
ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk
melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk
pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal
asing
32
ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-
yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
32
Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan
sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-
ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum
berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti
halnya sebagai berikut33
Summer yang membagi teori-teori tentang lautan
secara legalistic dalam empat bagian yaitu
a Perairan pedalaman
b Laut teritorial
c Zona tambahan
d Laut lepas
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu
a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702
b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930
c Konsepsi UNCLOS I I958
d Konsepsi UNCLOS II 1960
e Konsepsi UNCLOS III 1982
Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa
tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga
(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982
Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara
33 Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958
UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah
ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34
Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam
pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia
yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi
Maritim Internasional35
Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia
sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut
Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336
Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap
penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi
sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun
hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak
34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https
idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35
Ibid 36 Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan
bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan
tinjauan umum tentang hukum laut internasional
1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional
Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa
pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik
di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi
atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional
Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum
yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang
termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan
pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-
asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini
mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang
berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut
diluar wilayah
Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para
ahli37
a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah
meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan
laut
b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr
FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada
37
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file
24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)
Universitas Sumatera Utara
35
hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa
mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut
Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai
kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan
penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam
hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional
Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu
sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga
Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu
kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-
negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama
sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38
Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan
diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada
dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang
dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial
yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39
Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang
lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh
PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya
reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah
dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing
the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan
38
Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105
hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai
Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk
mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup
yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut
lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan
konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan
laut dan penelitian ilmiah40
Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-
aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan
bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara
baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara
bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang
dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam
melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan
pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal
itu dibahas di dalam hukum laut ini
2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional
Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah
sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini
lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan
40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara
Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM
20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN
20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1
Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
37
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan
bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri
sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-
negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber
hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah
Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber
hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali
hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu
Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB
pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24
Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB
I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai
berikut42
a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone
(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai
berlaku pada tanggal 10 September 1964
41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional
(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42
Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-
hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
38
b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)
mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962
c Convention On Fishing and Conservation of the Living
Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai
berlaku pada tanggal 20 Maret 1966
d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas
Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964
Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan
tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun
masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga
perlu diadakan konferensi lagi43
Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi
hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini
berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi
Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea
(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay
Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur
masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44
43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4
Oktober 2019)
44 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
3 Subjek-subjek hukum laut internasional
Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak
berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang
pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan
pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek
hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan
negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan
tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk
tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi
tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan
hukum laut internasional ini
Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut
internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum
utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek
yang ada dalam hukum laut yaitu
Universitas Sumatera Utara
40
a Negara
Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut
baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu
dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu
ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim
yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan
pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45
Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur
pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan
wilayah tiap negara46
yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa
negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana
bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut
1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari
negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan
salah satu subjek utama dalam hukum laut
b IndividuPerorangan dan Masyarakat
Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat
dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana
memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982
45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di
Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19
Universitas Sumatera Utara
41
individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan
juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya
UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau
individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan
maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status
zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui
laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga
dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan
masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui
pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif47
c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional
otorita
Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan
badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka
sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek
hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain
halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum
internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional
(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam
47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada
16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
42
pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang
menentukan sebgai berikut48
1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai
dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan
pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan
dari kawasan
2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita memiliki kewenangan hukum
sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam
lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi
ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan
prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada
pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini
memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan
Otorita
d Organisasi Hukum Laut Internasional
Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang
berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui
sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut
internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut
organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi
48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional
(diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
43
Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB
untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan
pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun
1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan
kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk
meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air
laut49
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh
sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di
dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki
lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite
teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara
kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat
tertentu
IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para
pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri
Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara
berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-
alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi
49
ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _
Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
44
Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic
Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya
sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas
lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung
bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila
kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es
perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang
mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci
penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi
hilang dalam tragedi ini
Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri
mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan
keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative
Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi
Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I
meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan
menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan
kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea
(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS
terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut
IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara
berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Universitas Sumatera Utara
45
Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan
klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap
kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control
authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk
memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat
US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang
masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah
Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani
oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State
Control di antara negara-negara tersebut50
B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum
internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat
negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara
terhadap hukum internasional di bidang kelautan
1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan
Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di
bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan
dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-
konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut
internasional
50 Ibid
Universitas Sumatera Utara
46
Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap
negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam
bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik
negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi
Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang
hukum laut
Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh
konvensi-konvensi internasional berikut ini
a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan
mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai
berikut51
ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial
sea throughout the natural prolongation of its land territory to the
outer edge of the continental margin or to a distance of 200
nautical miles from the baseline from which the breadth of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental
margin does not extend up to that distancerdquo
Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa
landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah
daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar
yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai
51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112
Universitas Sumatera Utara
47
untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar
tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52
Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak
atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar
dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200
meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam
menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi
Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982
berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen
yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut
internasional53
b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982
mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona
ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut
yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya
yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V
Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57
Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak
untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus
yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini
52
Ibid 53
Ibid
Universitas Sumatera Utara
48
mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54
Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982
ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai
mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik
hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari
dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan
lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi
tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan
atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini
mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui
juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan
ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi
Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-
negara lain56
c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan
Hukum Perikanan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi
Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif
54
Ibid Hlm 81 55
Ibid Hlm 82 56
Ibid Hlm 82
Universitas Sumatera Utara
49
negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang
berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya
Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya
ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai
berikut57
(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the
living resources in its exclusie economic zone
(2) The coastal State taking into account the best scientific
evidence available to it shall ensure through proper
conservation and management measures that the maintenance
of the living resources in the exclusive economic zone is not
endangered by over-exploitation As appropriate The coastal
State and competent international organizations wheter sub-
regional regional or global shall cooperate to this end
(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore
populations of harvested species at levels which can produce
the maximum sustainable yield as qualified by relevant
enviromental and economic factors
Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara
pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi
dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi
ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk
memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber
daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap
lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58
Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang
telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui
57
Ibid Hlm 87 58
Ibid Hlm 87
Universitas Sumatera Utara
50
Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for
Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk
Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini
ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap
kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang
telah ditetapkan di dalamnya
Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah
dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua
negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum
meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki
peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut
mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-
undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut
1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional
seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan
berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional
negara-negara59
1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang
Laut
Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam
hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan
UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan
kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan
59
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
51
yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara
pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara
dalam hukum laut internasional
a Hak negara pantai60
Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk
Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi
sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE
melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan
demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE
Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga
menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti
disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain
itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di
derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)
Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi
izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-
nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan
(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk
membangun menguasakan mengatur pembangunan dan
penggunaan
60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p
antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
52
1 Pulau buatan
2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana
ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya
3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu
pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut
(pasal 60 ayat 1)
a Kewajiban negara pantai61
Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam
BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah
1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak
dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan
sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di
ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal
yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB
1982 (pasal 59)
2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak
terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)
3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan
memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak
melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)
4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona
keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional
(psal 60 ayat 7)
61
Ibid
Universitas Sumatera Utara
53
5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable
catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar
terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum
lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang
berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan
dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah
statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain
kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional
maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan
termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan
menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)
6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan
memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi
menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)
dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal
memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana
mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang
konservasi dan pengelolaan
7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi
dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang
terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari
kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana
negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara
pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)
Universitas Sumatera Utara
54
8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang
warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang
bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)
9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis
ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66
ayat 1)
10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan
anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi
akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)
11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah
mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui
jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan
mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus
berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang
berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)
12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-
nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66
ayat 4)
13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan
anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi
internasional (pasal 66 ayat 5)
14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar
siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67
ayat 1)
Universitas Sumatera Utara
55
15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian
sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)
16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai
pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi
melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus
memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi
ikan itu (pasal 67 ayat 3)
17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region
atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan
penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang
diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan
mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)
18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut
sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis
tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara
bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan
penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan
yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan
dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70
ayat 4)
19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang
ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau
bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu
Universitas Sumatera Utara
56
proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah
kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu
ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak
boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka
diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka
kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung
20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)
bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)
21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan
penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)
22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan
perjanjian (pasal 74 ayat 1)
23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti
prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai
(pasal 73 ayat 2)
24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis
sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74
ayat 3)
25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE
bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat
geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan
mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada
sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah
Universitas Sumatera Utara
57
kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam
konvesi hukum laut PBB 1982
C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam
Hukum Lingkungan Internasional
1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan
Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan
hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan
bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai
hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia
a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62
Hukum lingkungan internasional berkembang terutama
sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa
penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan
new order of hazard in human affairs berkembang (environmental
hazard)
Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan
(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat
kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian
menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya
malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana
merupakan pokok pembahasan yang luas
62
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo
httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional
(diunduh pada 28 Oktober 2019)
Universitas Sumatera Utara
58
Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata
berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap
potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan
sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian
lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun
1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons
(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga
menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang
memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di
daratan maupun di lautan
b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63
Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh
karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang
menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam
mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang
diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya
pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam
laut tak terbatas64
berikut ini akan dijelaskan bagaimana
perkembangan hukum laut internasional di dunia
63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http
inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4
November 2019) 64
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm
31
Universitas Sumatera Utara
59
Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di
Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian
Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan
oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat
berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima
dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-
undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi
oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan
hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan
laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang
dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada
bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad
VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab
undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara
Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah
salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini
terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang
sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah
pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah
selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk
mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan
oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
60
menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak
laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat
Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang
dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan
bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut
penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali
oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk
dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui
oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi
Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang
berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas
kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan
memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah
tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-
masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap
setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai
contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya
Imperium Romawi
Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu
menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang
menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah
kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki
oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak
lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh
Universitas Sumatera Utara
61
umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu
negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut
Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk
mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk
menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap
laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut
Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari
penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi
hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori
pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan
Raldus
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini
terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai
alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan
terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada
waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para
penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara
atau pemerintahnya masing- masing
Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah
yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De
Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang
dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya
Universitas Sumatera Utara
62
yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat
dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan
bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk
pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman
pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli
hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul
pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja
pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti
dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak
dapat dimiliki
Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum
kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya
De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai
Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan
negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu
bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara
ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik
Universitas Sumatera Utara
63
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare
Liberum)
Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang
dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-
Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan
antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab
Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari
Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk
melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional
selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu
International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan
berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International
Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah
produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada
tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II
(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan
penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan
sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih
menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang
legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan
politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa
Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64
Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian
dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan
negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu
banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam
hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut
teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil
maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya
dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi
konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai
rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada
masa itu65
Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III
dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa
aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional
terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum
laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan
Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah
dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang
kelautan
a Perjanjian internasional di bidang lingkungan
65
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81
Universitas Sumatera Utara
65
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian
perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat
beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang
menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan
dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan
oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah
konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah
perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan
Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak
perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari
tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum
lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting
dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya
peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh
semua negara di dunia
Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang
lingkungan66
a Konferensi Stockholm 1972
Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm
Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah
karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup
yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan
66
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom
201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
66
penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup
secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan
kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup
Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga
yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi Kenya
Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia
itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi
lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan
rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung
rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk
pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk
semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto
konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5
Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment
Day)
Untuk meletakkan landasan bagi International legal
principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang
benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu
Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972
menganggap deklarasi ini sebagai
Universitas Sumatera Utara
67
rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an
attempt to articulate a code of international conduct for the age of
environment67
Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa
yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat
revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith
salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya
langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda
tingginya konsentrasi asam pada air hujan
Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah
ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian
fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-
danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye
tentang bahaya hujan asam dimulai
perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat
ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan
Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih
banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam
merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979
inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi
Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang
Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
68
menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara
Eropa
Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia
adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda
nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH
berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (KLH)68
b Konferensi Nairobi 1982
Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang
PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan
hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini
merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government
Council UNEP (United Nations Environment Programme)
c Konferensi WCED 1983
Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi
di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang
bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia
Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini
dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk
WCED (World Commission on Environment and Development)
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang
melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta
berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini
pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada
tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses
pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan
suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan
berkelanjutan
Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi
pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo
Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang
mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi
pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis
Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral
melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup
dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69
d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992
Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah
konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi
lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi
nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
70
konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim
penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya
laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan
degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan
keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi
di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik
ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70
Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT
Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB
bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting
yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya
genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh
di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan
genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang
bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-
produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan
dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang
sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan
mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling
menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan
bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
71
Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari
30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya
genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan
b Perjanjian internasional di bidang kelautan
Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional
hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-
konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah
konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas
peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di
bidang kelautan
Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya
beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab
negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan
pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan
perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi
negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71
Selain itu terdapat dasar hukum International Convention
for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL
19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap
71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo
httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm
(diunduh pada 11 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
72
sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang
peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam
marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut
tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan
tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap
terjaga
Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap
Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London
Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine
Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih
dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional
yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai
berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang
merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm
Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang
larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut
secara sengaja
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan
melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang
menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil
langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-
sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi
mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin
Universitas Sumatera Utara
73
menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan
atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut
Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan
kebijakan mereka satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
74
BAB III
HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT
A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis
memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut
terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan
modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati
maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya
Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari
pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang
belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam
implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-
pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang
menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan
demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis
dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan
lingkungan laut Indonesia72
Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum
laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke
perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal
72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan
Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789
15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1
(diunduh pada 17 November 2019)
Universitas Sumatera Utara
75
18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang
mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka
berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang
dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari
wilayah darat dari suatu negara73
Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan
secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara
teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna
melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan
dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat
diantisipasi melalui kerjasama internasional74
Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah
perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau
atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile
sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya
antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang
memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa
dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau
Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75
73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media
Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran
Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui
Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah
perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut
sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan
di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah
bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan
penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda
dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur
yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang
surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar
Indonesia)76
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-
ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan
dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77
(UU No 4Prp1960) yang
merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada
Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam
Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878
Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu
perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk
satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai
76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom
document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
77
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)
Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti
konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi
Laut Teritorial dan Landas Kontinen
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS
1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut
dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan
menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279
Selain itu pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut
Natuna
Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam
perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas
a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)
b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia
(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)
d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17
Februari 1969
79 Ibid
Universitas Sumatera Utara
78
e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia80
f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
20 Maret 1980
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia81
h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 198282
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83
j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus
Kepulauan Di Laut Natuna84
B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia
menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT
tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT
dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan
pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada
negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub
80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap
UNCLOS 1982 83
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna
Universitas Sumatera Utara
79
bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia
Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu
memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada
di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk
pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor
tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas
penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam
bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah
ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat
Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244
istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar
Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085
Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang
disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari
lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja
berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran
atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada
pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh
negara-negara adikuasa86
Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan
perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk
85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86
Ibid Hlm 22
Universitas Sumatera Utara
80
yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak
dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan
pencemaran laut itu adalah
ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat
yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan
hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di
laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar
Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87
Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak
luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut
adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia
Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik
dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus
sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik
sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan
dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan
oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88
Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat
yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang
diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada
tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah
dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke
laut dan mencemari laut89
87 Ibid Hlm 23 88
Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup
co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke
empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan
Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat
pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak
terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129
juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian
ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik
dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590
Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis
pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri
Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang
berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih
Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari
limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah
seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana
menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu
juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum
tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum
perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-
undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara
tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku
pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH
Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
82
sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya
menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap
saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut
menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91
Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di
kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk
mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi
internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara
Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi
PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait
pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292
Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor
231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008
tentang Pelayaran93
Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI
Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94
91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran
Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442
kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November
2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo
httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut
(diunduh pada 21 November 2019) 93
Ibid 94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
83
Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para
pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus
mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini
tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil
spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat
merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95
Di sisi lain
banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan
tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi
(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau
dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96
C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait
dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara
Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak
montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang
bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian
kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di
Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan
minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum
nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia
95
Ibid 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu
bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang
membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada
6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut
yakni97
1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971
2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972
3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973
4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974
5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia
6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981
Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari
kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek
tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke
lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami
perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi
minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu
akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang
lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker
JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak
adalah98
97
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang
2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum
Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-
tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25
November 2019)
Universitas Sumatera Utara
85
a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas
dan trayek didih
b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak
c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan
temperature udara
d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature
keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan
tersuspensi)
Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang
menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang
tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain
Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari
terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99
Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran
gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob
Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi
pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada
tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
86
terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari100
Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang
Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut
Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU
No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan101
Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan
Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki
regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan
peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau
bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102
Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi
perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun
100
Ibid 101
ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-
indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
87
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006
tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut
telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-
konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam
perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen
Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang
mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian
penggunaan lingkungan laut secara rasional
Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan
semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan
dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK
MONTARA
A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan
dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut
Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus
2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon
akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut
Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak
tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang
berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran
minyak tersebut berhasi ditutup103
Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur
menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30
Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak
ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan
penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor
dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan
panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104
Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen
rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari
103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
89
hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105
1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)
membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara
langsung ke lapangan
2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim
sampel air untuk diteliti
3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang
kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral
Triangle
4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri
Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)
melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan
menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk
bernegosiasi tentang kompensasi
5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah
Australia
6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi
105
Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat
Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel
Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6
Universitas Sumatera Utara
90
dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran
Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH
7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada
publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi
kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan
bahwa tim investigasi telah berada di NTT
8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut
Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga
Rp 22 trilyun kepada PTTEP
9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data
ilmiah versi Pemerintah RI
10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang
telah diperbarui kepada PTTEP
11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah
RI
Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan
Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai
area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia
Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial
dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan
dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan
biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi
Universitas Sumatera Utara
91
menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka
kemiskinan106
Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah
akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat
jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan
berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20
miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima
ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding
dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor
Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi
menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi
mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa
dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan
pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya
pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah
diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita
memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah
berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada
Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak
efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan
sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus
106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo
httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml
(diunduh pada 3 Desember 2019)
Universitas Sumatera Utara
92
didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga
pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP
dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi
mereka107
Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar
Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan
YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin
operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara
terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang
APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC
2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka
tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena
berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108
Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan
untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini
Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif
tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia
untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109
Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan
tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan
akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk
107
Ibid 108
Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember
2019)
Universitas Sumatera Utara
93
mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan
menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110
Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk
mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan
bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi
tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111
Pengawasan
terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera
sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3
November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112
Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan
dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran
biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk
tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi
tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember
Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan
minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan
yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan
perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113
Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang
pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi
Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk
memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak
110
Ibid 111
Ibid 112
Ibid 113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan
tumpahan tersebut114
Australia akan terus bertindak secara konsisten
berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam
memberi tanggapan pada kejadian ini115
Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan
penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari
Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke
Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116
Setelah
jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia
Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara
maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117
Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang
mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak
lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk
melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118
Pemerintah
Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima
tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum
selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119
Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung
dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan
114 Ibid 115
Ibid 116
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna
Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _
104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117
Ibid 118
Ibid 119
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia
tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120
ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan
tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap
awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November
tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar
tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty121
ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah
Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan
Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang
berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122
Pemerintah
Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta
ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini
merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123
Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-
gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di
atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27
Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak
yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan
minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer
sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat
120
Ibid 121
Ibid 122
Ibid 123
Ibid
Universitas Sumatera Utara
96
di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala
gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini
berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124
B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam
Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran
Lintas Batas tersebut
Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur
mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran
Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala
yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara
Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang
dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun
UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain
pertanggung jawaban125
Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini
seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus
tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas
Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki
124
Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125
Ibid Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
97
data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika
anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126
Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat
Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan
kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang
yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa
luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data
kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data
yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127
Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns
Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata
Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang
terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian
dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang
disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal
Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut
katanya128
Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa
menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data
yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya
Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa
tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan
126
Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus
Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-
montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127
Ibid 128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
98
Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk
menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang
mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di
Australia nanti dalam waktu dekat129
Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran
lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus
kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara
belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia
sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah
lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara
tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia
akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan
Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak
terjadinya kebocoran130
129
Ibid 130
Arly Sumanto Op Cit Hlm 9
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di
dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan
bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang
digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk
mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut
2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia
menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui
pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih
lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No
4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang
Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS
1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung
hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam
UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal
17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas
inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian
lautnya
Universitas Sumatera Utara
100
3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi
tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan
pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu
terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran
laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini
Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang
pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur
sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses
penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang
terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup
sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran
berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi
pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer
Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi
untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi
walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya
respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara
ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran
lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun
dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab
negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi
UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat
Universitas Sumatera Utara
101
dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara
Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi
Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi
Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke
pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan
akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan
B SARAN
1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah
seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan
penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi
yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah
mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan
data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan
lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini
ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus
tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab
kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia
dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk
mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini
2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk
menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya
kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam
ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-
Universitas Sumatera Utara
102
dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait
dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan
14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan
Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain
yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional
dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya
sendiri terkait dengan pencemaran laut
Universitas Sumatera Utara
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum
Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004
Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan
Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum
Usu 1996
David Ruzie Droit International Public 14th
Edition Momentos Dalloz
1999
Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari
Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi
Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan
Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004
Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat
(YPTB) 2008
Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992
Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing
Company 1993
JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co
Tenth Edition 1989
JL Briefly the Law of Nations 5th
Edition 1995
L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th
Edition 1995Prof Dr
Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni
2003
Michael Akehurst A modern introduction to International Law George
Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th
Edition 1984 p 8-9
Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public
International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St
Martinrsquos Press New York 1968
Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina
Cipta 1978
Universitas Sumatera Utara
104
NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982
Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra
Wacana Media 2014
PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta
1993
Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia
Bandung Reflika Aditama 2016
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
1978
RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997
ARTIKEL INTERNET
Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo
httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-
laut-internasional9285
Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom
subjekndashhukumndashinternasionalhtml
Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico
msumberndashhukumndashinternasionalhtml
Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill
Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc
emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml
Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco
Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai
Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna
iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI
ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D
AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE
PULAUANhtml
Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht
tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8
Universitas Sumatera Utara
105
5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon
tara
Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan
internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan
ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional
Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo
httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f
104html
Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di
Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970
satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim
or
LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di
Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa
yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut
Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher
ocomfile24785341hukumndashlautdocx
M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura
dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco
mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa
hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio
nalpage=all
Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs
potcom201205hukumndashlauthtml
Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo
httpbirthdayspartyco
Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri
bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone
sia
Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi
Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco
Universitas Sumatera Utara
106
memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe
merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut
Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https
wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_
NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai
Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian
Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi
kancoidsubjekndashhukumndashinternasional
Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara
guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia
embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html
Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap
Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http
repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ
feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE
DBBC319sequence=1
ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical
perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a
greementsconvention _ historical_perspectivehtm
Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10
Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064
23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1
0-tahunndashmandek
Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo
gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml
Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir
asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h
ukumndashlauthtml
Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https
economyokezonecomread20100727320357108krono
logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor
Universitas Sumatera Utara
107
WEBSITE
httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional
httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent
ang_Hukum_Laut
httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional
httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya
httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter
feedamputm_medium=twitter
httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml
ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki
Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907
ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _
Senjata_Kimia
ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https
idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan
_ Diplomatik
ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg
indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen
Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia
Terhadap UNCLOS 1982
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Universitas Sumatera Utara
108
KONVENSITRAKTAT
Hague Conventions of 1899 and 1970
Geneva Conventions 1949
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Chemical Weapons Convention 1993
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961
Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963
Universitas Sumatera Utara