analisis yuridis atas sengketa indonesia- australia

118
ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA TENTANG PENCEMARAN LAUT TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Oleh T.M.AFRIANDY ADRIAN NIM : 150200489 DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA-

AUSTRALIA TENTANG PENCEMARAN LAUT TIMOR ATAS

TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TMAFRIANDY ADRIAN

NIM 150200489

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

1

ABSTRAK

Prof Dr Suhaidi SH MH

Rosmalinda SH LLM

TM Afriandy Adrian

Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah

satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah

sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas

wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara

yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum

laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran

yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan

minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus

ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal

ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini

yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang

kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia

tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara

ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus

tumpahan minyak montara

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum

deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta

bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum

internasional dan hukum internasional di bidang kelautan

Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap

negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran

laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17

tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea

1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti

penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-

posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini

Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam

UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi

hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah

memiliki ikatan hukum yang sama

Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak

Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia

hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang

Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu

menyelesaikam skripsi ini

1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah

SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan

dalam menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

iii

6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH

MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH

selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM

selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen

Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm

Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen

yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta

para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan

Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan

semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi

12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi

Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan

Universitas Sumatera Utara

iv

Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini

13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA

atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama

14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika

yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan

skripsi ini

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya

tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum

Medan Januari 2020

Penulis

TM Afriandy Adrian

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

1

ABSTRAK

Prof Dr Suhaidi SH MH

Rosmalinda SH LLM

TM Afriandy Adrian

Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah

satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah

sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas

wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara

yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum

laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran

yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan

minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus

ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal

ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini

yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang

kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia

tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara

ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus

tumpahan minyak montara

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum

deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta

bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum

internasional dan hukum internasional di bidang kelautan

Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap

negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran

laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17

tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea

1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti

penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-

posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini

Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam

UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi

hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah

memiliki ikatan hukum yang sama

Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak

Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia

hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang

Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu

menyelesaikam skripsi ini

1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah

SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan

dalam menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

iii

6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH

MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH

selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM

selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen

Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm

Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen

yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta

para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan

Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan

semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi

12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi

Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan

Universitas Sumatera Utara

iv

Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini

13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA

atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama

14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika

yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan

skripsi ini

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya

tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum

Medan Januari 2020

Penulis

TM Afriandy Adrian

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

Universitas Sumatera Utara

1

ABSTRAK

Prof Dr Suhaidi SH MH

Rosmalinda SH LLM

TM Afriandy Adrian

Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah

satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah

sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas

wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara

yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum

laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran

yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan

minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus

ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal

ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini

yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang

kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia

tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara

ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus

tumpahan minyak montara

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum

deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta

bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum

internasional dan hukum internasional di bidang kelautan

Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap

negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran

laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17

tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea

1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti

penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-

posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini

Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam

UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi

hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah

memiliki ikatan hukum yang sama

Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak

Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia

hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang

Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu

menyelesaikam skripsi ini

1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah

SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan

dalam menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

iii

6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH

MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH

selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM

selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen

Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm

Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen

yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta

para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan

Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan

semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi

12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi

Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan

Universitas Sumatera Utara

iv

Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini

13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA

atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama

14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika

yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan

skripsi ini

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya

tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum

Medan Januari 2020

Penulis

TM Afriandy Adrian

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

1

ABSTRAK

Prof Dr Suhaidi SH MH

Rosmalinda SH LLM

TM Afriandy Adrian

Hukum internasional memiliki banyak cabang hukum didalamnya salah

satunya adalah Hukum laut hukum laut diciptakan dikarenakan laut adalah

sebuah hal penting yang dimiliki oleh sebuah negara baik sebagai penentu batas

wilayah teritorial sebuah negara ataupun juga sebagai kekayaan sebuah negara

yang harus dijaga kelestariannya namun walaupun sudah diciptakannya hukum

laut ini tetap saja masih ada kejadian pencemaran laut seperti halnya pencemaran

yang terjadi di NTT Indonesia yang wilayah lautnya di cemari oleh tumpahan

minyak Montara perusahaan yang dimiliki oleh negara Australia 10 tahun kasus

ini telah berjalan namun belum ada sampai saat ini penyelesaiannya Dalam hal

ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini

yakni pertama bagaimana pengaturan hukum internasional dalam bidang

kelautan atas pencemaran lingkungan laut kedua pengaturan hukum Indonesia

tentang pencemaran lingkungan laut pada kasus tumpahan minyak montara

ketiga upaya-upaya yang dilakukan kedua negara dalam penyelesaian kasus

tumpahan minyak montara

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum

deskriptif normatif Data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh dari penelitian dan analisa hukum tertulis serta

bahan rujukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan hukum

internasional dan hukum internasional di bidang kelautan

Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa hak dan kewajiban tiap

negara untuk menjaga kelestarian laut dan ketentuan ini sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 mengenai hukum di Indonesia tentang pencemaran

laut Indonesia telah mengesahkan hukum UNCLOS 1982 melalui UU No17

tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea

1982 Indonesia dan Australia telah melakukan upaya-upaya seperti

penanggulangan untuk menutupi kebocoran minyak dan serta mendirikan posko-

posko untuk memonitor tumpahan minyak demi menyelesaikan kasus ini

Indonesia dan Australia perlu mengikuti aturan yang telah tertulis di dalam

UNCLOS 1982 dikarenakan kedua negara ini sama-sama telah meratifikasi

hukum UNCLOS 1982 yang artinya Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah

memiliki ikatan hukum yang sama

Kata Kunci Hukum Internasional Pencemaran Laut Tumpahan Minyak

Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia

hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang

Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu

menyelesaikam skripsi ini

1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah

SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan

dalam menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

iii

6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH

MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH

selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM

selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen

Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm

Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen

yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta

para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan

Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan

semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi

12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi

Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan

Universitas Sumatera Utara

iv

Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini

13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA

atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama

14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika

yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan

skripsi ini

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya

tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum

Medan Januari 2020

Penulis

TM Afriandy Adrian

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih karunia

hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul ldquoAnalisis Yuridis Tentang Atas Sengketa Indonesia-Australia Tentang

Pencemaran Laut Timor Atas Tumpahan Minyak Montara Tahun 2009rdquo

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu

menyelesaikam skripsi ini

1 Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Allah

SWT yang telah memberikan Penulis kesehatan kesabaran dan jalan

dalam menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Dr Budiman Ginting SH MHum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

3 Prof Dr OK Saidin SH MHum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

4 Puspa Melati Hasibuan SH MHum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

5 Dr Jelly Leviza SH MHum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

iii

6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH

MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH

selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM

selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen

Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm

Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen

yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta

para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan

Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan

semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi

12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi

Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan

Universitas Sumatera Utara

iv

Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini

13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA

atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama

14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika

yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan

skripsi ini

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya

tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum

Medan Januari 2020

Penulis

TM Afriandy Adrian

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

iii

6 Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Suhaidi SH

MH selaku Ketua Departemen Hukum Internasional di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

7 Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Prof Dr Suhaidi SH MH

selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

8 Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rosmalinda SH LLM

selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah banyak membantu dan

memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini

9 Terima kasih kepada ibu Rabiatul Syahriah SHMHum selaku Dosen

Pembimbing Akademik saya dalam menjalankan perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10 Terima kasih kepada bapak Abdul Rahman SH MH bapak Alm

Prof H Syamsul Arifin SH MH serta seluruh bapak dan ibu Dosen

yang telah berdedikasi memberikan pembelajaran kepada Penulis serta

para pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

11 Terima kasih kepada kedua orang tua saya Ade Marleny Hsb dan

Tengku Ilham Saladin yang selalu memberi dukungan bantuan dan

semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi

12 Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Surya Adnan Teguh Bradley Alvi

Lucky Salomo Pesta Landova Gomgom Erick Luthfi Geby dan

Universitas Sumatera Utara

iv

Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini

13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA

atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama

14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika

yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan

skripsi ini

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya

tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum

Medan Januari 2020

Penulis

TM Afriandy Adrian

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

iv

Nurul yang telah memberikan dukungan bantuan dan usulan kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini

13 Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 di organisasi ILSA

atas pengalaman dan kenangan indah kami bersama

14 Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rizky Fikri Dipo Kartika

yang memberi dukungan serta menghibur saya selama penyusunan

skripsi ini

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini Semoga skripsi yang saya

tulis dan susun ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan berguna bagi masyarakat umum

Medan Januari 2020

Penulis

TM Afriandy Adrian

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 12

C Tujuan Penelitian 13

D Manfaat Penulisan 13

E Keaslian Penulisan 14

F Tinjauan Kepustakaan 15

G Metode Penelitian 26

H Sistematika Penulisan 29

BAB II HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN ATAS

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum tentang Hukum Laut Internasional 32

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional dalam Bidang Kelautan 46

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam Hukum

Lingkungan Internasional 58

BAB III HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia 75

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia 79

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang

Terkait dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara 84

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

vi

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN

MINYAK MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Indonesia-Australia yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak Montara Tersebut 89

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur

dalam Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian

Pencemaran Lintas Batas tersebut 97

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 101

B Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 105

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

vii

DAFTAR SINGKATAN

APEC Asia Pacific Economic Cooperation

DP Down Payment

EEC European Economic Community

HAM Hak Asasi Manusia

ILO International Labour Organization

IMCO Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization

IMO International Maritime Organization

KLH Kementrian Lingkungan Hidup

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

NPT Non proliferation of Nuclear Weapons

PerPres Peraturan Presiden

PerPu Peraturan Pengganti Perundang-Undangan

PKDTML Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan

Minyak di Laut

PP Peraturan Pemerintah

PTTEP The Petroleum Authority of Exploration and

Production Australasia

SOLAS Safety Of Life At Sea

RI Republik Indonesia

TZMKO Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie

UNEP United Nations Environment Programme

UU Undang-Undang

WCED World Commission on Environment and

Development

YPTB Yayasan Peduli Timor Barat

ZEE Zona Ekonomi Ekslusif

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur

hubungan negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional1 Definisi hukum internasional yang diberikan oleh

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti Oppenheim2 dan Briefly

3

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukan

subjek-subjek hukum lainnya

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua

abad XX meningkatnya hubungan kerjasama dan kesalingtergantungan antar

negara menjamurnya negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai

akibat dekolonisasi munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah

yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional

menjadi lebih luas Selanjutnya hukum internasional bukan saja mengatur

hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional kelompok-kelompok supranasional dan

gerakan-gerakan pembebasan nasional Bahkan dalam hal-hal tertentu hukum

internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya

dengan negara-negara4 Walaupun hukum internasional tidak lagi semata-mata

1 Prof Dr Boer Mauna hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era

dinamika global PTAlumni Bandung 2013 Hlm 1 2 L Oppenheim Internasional Law A treatise 8

th Edition 1995 Hlm 4

3 JL Briefly the Law of Nations 5

th Edition 1995 Hlm 1

4 Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing Company 1993

Hlm XVII

Universitas Sumatera Utara

2

merupakan hukum antara negara dengan tampilnya aktor-aktor baru nonnegara

tetapi dalam kehidupan internasional negara masih tetap memainkan peranan

utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan

sistem hukum internasional

Di samping itu negara bukan saja merupakan subjek utama tetapi juga

aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum

internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik

melalui partisipasinya pada berbagai hubungan-hubungan atau interaksi

internasional maupun melalui perjanjian-perjanjian internasional yang

dibuatnya dengan negara atau aktor-aktor lainnya ataupun melalui

keterikatannya terhadap keputusan dan resolusi organisasi-organisasi

internasional Dengan demikian hukum internasional dapat dirumuskan sebagai

suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para subjek hukum internasional yaitu negara lembaga dan

organisasi internasional serta indivdu dalam hal-hal tertentu5

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan

hukum internasional privat Bila hukum internasional publik mengatur hubungan

antar negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelum

ini hukum internasional privat mengatur hubungan antara indvidu-individu atau

badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda Mengenai nama yang

diberikan kepada kedua sistem hukum iniperlu dicatat bahwa untuk hukum

internasional privat kwalifikatif privat selalu dipakai sedangkan untuk hukum

internasional publik kwalifikatif publiknya sering tidak digunakan Jadi untuk

5 Prof Dr Boer Mauna Op Cit Hlm 2

Universitas Sumatera Utara

3

hukum internasional publik ini istilah yang dipakai pada umumnya hanya hukum

internasional sesuai istilah aslinya international law yang dipakai pertama kali

oleh pakar hukum Inggris Jeremy Bentham pada tahun 1780

Walaupun hukum internasional telah berumur hampir 4 abad dan telah

merupakan sistem hukum tersendiri dan yang sekarang ini mengatur kegiatan

antar luar negeri lebih dari 190 negara namun masih ada yang mempertanyakan

apakah hukum internasional memang ada atau apakah sudah merupakan suatu

sistem hukum tersendiri bila dibandingkan dengan hukum nasional negara-

negara yang diaturnya Kalau dibandingkan tentu saja kekuatan hukum kedua

sistem tersebut sangat berbeda Dalam sistem hukum internasional tidak ada

kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-keputusannya kepada

negara-negara tidak ada badan legislatif internasional yang membuat ketentuan-

ketentuan hukum yang mengikat langsung negara-negara anggota di samping

tidak adanya angkatan bersenjata untuk melaksanakan sanksi-sanksi kepada

negara-negara pelanggar hukum Hukum internasional memang tidak selengkap

hukum nasional karena tidak adanya unsur-unsur tersebut di atas Namun

demikian negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada dan

sebagai negara yang berdaulat serta menjunjung tinggi martabatnya terdapat

kewajiban moral bagi suatu negara untuk menghormati hukum internasional dan

secara umum mematuhinya Negara-negara mematuhi hukum internasional

karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur hubungan antara satu

dengan yang lain dan untuk melindungi kepentigannya sendiri Negara-negara

Universitas Sumatera Utara

4

tersebut patuh karena merupakan kepentingan mereka untuk berbuat demikian6

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya tidak ada badan legislatif

internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara

langsung kehidupan masyarakat internasional

Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi

legislatif adalah Majelis Umum PBB tetapi resolusi-resolusi yang

dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi

internasional itu sendiri7 Ada konferensi-konferensi internasional yang

diselengarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah

tertentu tetapi tidak selalu merumuskan law-making treatis

JG Starke8 menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan

oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi

suatu peristiwa atau situasi tertentu Pada garis besarnya bahan-bahan tersebut

dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu

1 Kebiasaan

2 Traktat

3 Keputusan pengadilan badan-badan arbitrasi

4 Karya-karya hukum

5 Keputusan atau ketetapan organ-organlembaga internasional

6 Michael Akehurst A modern introduction to International Law George Allen amp

Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 Hlm 8 - 9 7 NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982 Hlm 11

8 JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co Tenth Edition

1989 Hlm 429

Universitas Sumatera Utara

5

Sedangkan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan

bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam

mengadili perkara-perkara adalah

1 Perjanjian internasional (international conventions) baik yang

bersifat umum maupun khusus

2 Kebiasaan intenasional (international costum)

3 Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab

4 Keputusan pengadilan (judicidal decision) dan pendapat para ahli

yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly

qualified publicist) merupakan sumber tambahan hukum

internasional

Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tersebut tidak memasukan

keputusan-keputusan-keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum

internasional karena dalam prakteknya penyelesai sengketa melalui badan

arbitrasi hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para pihak pada

perjanjian Di lain pihak prinsip-prinsip umum hukum dimasukan ke dalam

Pasal 38 tersebut sebagai sumber hukum sebagai upaya memberikan wewenang

kepada Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah-kaidah hukum baru

apabila ternyata sumber-sumber hukum lainnya tidak dapat membantu

Mahkamah dalam menyelesaikan suatu sengketa Prinsip-prinsip umum tersebut

harus digunakan secara analog dan diperoleh dengan jalan memilih konsep-

konsep umum yang berlaku bagi semua sistem hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam terbentuknya hukum internasional ini salah satu sumber yang

disebutkan di atas adalah perjanjian internasional yang merupakan suatu

perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi hukum internasional Konvensi-

konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak hanya dua negara

dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara Kadang-kadang

suatu konvensi disebut sebagai regional bila yang menjadi pihak hanya negara-

negara dari suatu kawasan Konvensi multilateral dapat befat universal bila

menyangkut seluruh negara di dunia

Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum

internasional adalah konvensi yang berbentuk law-making treatis yaitu

perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku secara umum Sebagai contohnya dapat disebutkan

1 Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang

dan penyelesaian sengketa secara damai9

2 General Treaty for the Renunciation of War 27 Agustus 1928

3 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa 1945

4 Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan

Hubungan Konsuler 196310

5 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang dan

Protokol-protokol tambahan 197711

6 Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

9 ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo https id wikipediaorg wiki Konvensi _

Den_Haag_1899_dan_1907 10

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi _Wina_tentang_Hubungan_Diplomatik 11

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo https blogsicrcorg indonesia

konvensi-jenewa-tahun-1949

Universitas Sumatera Utara

7

7 Konvensi Senjata-senjata Kimia (Chemical Weapons Conventions) 1993

8 Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) 199612

Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas

senjata nuklir yang bersifat regional yaitu

1 Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia

(1997)

2 Treaty of Rarotonga meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

3 Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty meliputi

kawasan Asia Tenggara (1995)

4 Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika (1996)

Jumlah perjanjian yang bersifat bilateral jauh lebih banyak dari

perjanjian multilateral Selama 10 tahun antara 1945-1955 terdapat 3633

perjanjian yang didaftarkan pada sekretariat PBB yang semuanya berjumlah 225

jilid Pada pertengahan tahun 1963 sudah tercatat 7420 perjanjian dalam 470

jilid13

Sampai tahun 1992 jumlah tersebut menjadi sekitar 20000 yang disusun

dalam 1300 jilid

Di samping itu sebagai akibat kesalingtergantungan dan kerjasama antar

negara dalam era akhir abad 20 jumlah perjanjian yang dibuat oleh negara-

negara tiap tahunnya cukup banyak Sebagai contoh tiap tahunnya AS membuat

lebih dari 160 perjanjian dan 3500 executive agreements14

Keadaan ini

tentunya mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan dan pengukuhan

12 ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wikiKonvensi_Senjata_Kimia 13 Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public International

Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St Martinrsquos Press New York 1968 Hlm 123 14

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997 Hlm 5

Universitas Sumatera Utara

8

hukum internasional sebagai sistem hukum yang mengatur kegiatan antar

negara

Dalam law-making treatis ini negara-negara bersepakat merumuskan

secara komprehensif prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan hukum yang akan

merupakan pegangan bagi negara-negara tersebut dalam melaksanakan kegiatan

dan hubungannya satu sama lain Ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam

law-making treatis tersebut dapat bersifat umum maupun secara khusus di

bidang-bidang politik keamanan ekonomi sosial hukum komunikasi dan

bidang kemanusiaan

Walaupun hukum internasional sudah diciptakan dan dikembangkan

secara demikian rupa oleh negara-negara yang ada di dunia ini hal ini tetap

tidak membuat luputnya atau menghilangkan konflik dan suatu permasalahan

antar negara Melainkan hukum internasional ini diciptakan untuk membuat

suatu ketertiban antar negara-negara yang ada di dunia ini agar jika terjadi suatu

permasalahan antar negara hukum internasional dapat digunakan dalam

pedoman untuk menyelesaikan permasalahan antar negara tersebut

Di samping hal ini semua negara di dunia pernah terlibat suatu

permasalahan atau konflik antar negara yang lainnya bahkan negara

berkembang seperti Indonesia pun juga bisa terlibat dalam konflik atau

permasalahan dengan negara lain Pada tahun 2009 silam Indonesia terlibat

kasus persengketaan dengan negara Australia perihal pencemaran laut di NTT

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadinya kasus tumpahan minyak yang

mencemari laut NTT akibat meledaknya anjungan minyak Montara di blok Atlas

Barat Laut Timor oleh perusahan minyak milik The Petroleum Authority of

Universitas Sumatera Utara

9

Exploration and Production Australasia (PTTEP) tumpahan minyak di wilayah

perairan barat Australia dan terus menusuk ke wilayah perairan Indonesia di

Laut Timor itu adalah akibat praktik industri minyak yang buruk dan kurangnya

pengawasan dari peraturan Australia yang mengikuti ledakan di kepala sumur

Montara sekitar 250 km lepas pantai Australia Barat

Minyak mentah memuntahkan ke Laut Timor yang murni selama lebih

dari 70 hari berakhir dengan bola api besar di rig Montara Minyak licin yang

mencangkup sekitar 300000 km persegi melayang di atas perbatasan laut

Australia dan Indonesia di mana arus minyak yang disertai dengan zat-zat

berbahaya lainnya ikut menghancurkan industri pertanian rumput laut yang

berkembang pesat di Timor Barat15

Pemerintah Indonesia telah menggugat ganti rugi kepada PTTEP ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dengan Nomor Perkara

No241PdtG2017PNJktPst pada Juli 2017 silam Gugatan itu dilayangkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada tiga

perusahaan yang di miliki oleh negara Australia yakni The Petroleum Authority

of Thailand Exploration and Production Australasia (PTTEP AA) sebagai

tergugat I PTTEP selaku tergugat II dan The Petroleum Authority of Thailand

Public Company Limited (PTT PCL) selaku tergugat III

Dalam perjalanannya perkara itu dicabut lantaran pemerintah ingin

memperkuat gugatannya Pemerintah juga salah mencatut nama tergugat

Padahal persidangan pokok perkara telah dilakukan pada tanggal 16 Januari

2018 kemarin setelah penggugat dan para tergugat gagal berdamai dalam

15

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di Laut

Timorrdquo https wwwantaranewscom berita 1019710 satu-dekade-kasus-tumpahan-minyak-

montara-di-laut-timor (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

10

mediasi Kondisi ini cukup ironi Terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT) sembilan tahun terakhir sukar pulih seketika Ganti

rugi yang diharapkan pun tak kunjung meluncur

Direktur Jendral (Dirjen) Administrasi Hukum Umum Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Cahyo R Muzhar mengatakan waktu

menghitung kerugian cukup lama karena pemerintah butuh sinkronisasi data dari

berbagai pihak mengenai kerusakan dan kerugian yang cukup besar tersebut

Cahyo mengatakan pencemaran laut karena tumpahan minyak Montara

membuat petani rumput laut kehilangan pendapatan Yang biasanya bisa

memperoleh penghasilan Rp10 juta-Rp40 juta per bulan Sulitnya menghitung

kerugian juga disebabkan wilayah yang cukup sporadis Hingga saat ini ada 13

kabupaten NTT yang terkena dampak dari kasus Montara Namun baru dia

wilayah saja yang kerugiannya dihitung secara riil yakni Kabupaten Kupang

dan Kabupaten Rote Ndao Kedua kabupaten dihuni oleh 15963 petani rumput

laut Kerugian dari sektor rumput laut dalam kurun waktu 2009-2015

diperkirakan mencapai 635 juta dolar Australia atau setara Rp635 miliar

Kerugian masyarakat karena kehilangan pendapatan lantaran tak bisa memanen

rumput laut diestimasi mencapai 15 miliar dolar Australia atau sekitar Rp15

triliun Adapun estimasi kerugian yang dialami nelayan sebesar Rp3 triliun

pada periode yang sama karena pendapatannya ikut tersendat16

Permasalalahannya tak cukup berkutat di tumpahan minyak Australian

Maritime Safety Authorithy (AMSA) juga menggunakan bubuk kimia

Dispersant jenis Corexit 9872 A dan lain-lain yang sangat beracun Mereka

16

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo https

wwwcnnindonesiacom ekonomi 20181217120659 ndash 85 ndash 354220 persoalan ndash tak - berujung-

tumpahan-minyak-montara (diunduh pada 21 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

11

menyemprotkan bubuk kimia ini untuk tenggelamkan sisa tumpahan minyak

Montara ke dalam dasar Laut Timor Akibatnya 1 kali 24 jam banyak sekali

ikan besar dan kecil mati di kawasan laut Indonesia17

Terkait itu Kementrian

perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut diminta untuk segera

menghentikan seluruh kegiatan penanggulangan kasus pencemaran Laut Timor

di Indonesia itu

Sementara itu pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam Pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Koordinator bidang kemaritiman

mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengejar penyelesaian kasus

tumpahan minyak Montara Dalam hal ini perusahaan Australia harus

bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan Lebih lanjut kementrian

meyakinkan proses penyelesaian akan lebih cepat mengingat kasus ini telah

berjalan sembilan tahun lebih Ia berharap semoga bisa rampung dalam waktu

dekat ini18

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini penting karena hal-hal berikut

ini

1 Lingkungan laut merupakan bagian penting dalam suatu negara karena

laut merupakan suatu sumber utama makanan yang ada di dunia ini

seperti ikan rumput laut garam dan sebagainya Tidak hanya itu laut

merupakan tempat mata pencaharian oleh masyarakat yang berkerja

sebagai nelayan ataupun bisa menjadi tempat rekreasi dan hiburan bagi

17 Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10 Tahun

Mandekrdquo (On-line) Tersedia di https financedetikcom energi d-4506423 perjalanan-

kasus-tumpahan-minyak-montara-yang-10-tahun-mandek (diunduh pada 21 September 2019) 18

Galih Gumelar Op Cit

Universitas Sumatera Utara

12

masyarakat Oleh karena itu laut perlu dilindungi dan dilestarikan oleh

semua orang di dunia

2 Pencemaran lingkungan laut diatur berlandaskan dengan dua sistem

hukum yaitu hukum internasional melalui konvensi UNCLOS 1982

dan hukum nasional yang diatur di tiap negara di dunia masing-

masing oleh karena itu dibutuhkannya analisis harmonisasi dari kedua

sistem hukum tersebut

B PermasalahanRumusan masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini ialah

1 Bagaimana Hukum Internasional Mengatur Bidang Kelautan atas

Pencemaran Lingkungan Laut

2 Bagaimana Hukum Indonesia Mengatur Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

3 Apa saja Upaya-upaya yang dilakukan Indonesia-Australia dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara Tahun

2009

C Tujuan penulisanpenelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini ialah antara lain

a Untuk mengetahui hukum intenasional mengatur bidang kelautan

dan lingkungan laut

b Untuk mengetahui aturan hukum nasional dalam bidang kelautan

dan lingkungan laut dan

Universitas Sumatera Utara

13

c Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua negara

dalam menyelesaikan kasus tumpahan minyak montara ini

D Manfaat penulisanpenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teoritis maupun praktis sebagai berikut

1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka yang

membahas tentang pengaturan hukum lingkungan laut baik dari segi

hukum internasional maupun nasional selanjutnya secara teoritis pula

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitan-

penelitian selanjutnya

2 Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pihak

sebagai berikut

a Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dalam membentukan kebijakan dan

pengaturan mengenai hukum internasional dan nasional dalam

bidang kelautan khususnya hukum lingkungan internasional

b Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

bagi masyarakat adapun beberapa manfaatnya adalah sebagai

berikut

Universitas Sumatera Utara

14

1 Agar masyarakat mengetahui regulasi dalam pengaturan

hukum laut baik dalam hukum nasional maupun hukum

internasional

2 Mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan laut

yang ada di negara nya sendiri maupun negara lain

3 Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan hukum

laut yang ada di indonesia

E Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ditelusuri dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14

bulan Agustus 2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua

Departemen Hukum Internasional pada tanggal 6 Agustus 2019 penelitian

dengan judul ldquoANALISIS YURIDIS TENTANG PENCEMARAN LAUT

TIMOR ATAS TUMPAHAN MINYAK MONTARA TAHUN 2009rdquo belum

pernah dikemukakan dalam sebuah penulisan dan permasalahan yang

diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang

sama Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan

literatur yang diperoleh melalui perpustakaan media cetak maupun media

elektronik seperti artikel internet

Universitas Sumatera Utara

15

F Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan diperoleh dari kepustakaan yang berhubungan

dengan hukum internasional pencemaran laut serta laut

1 Hukum internasional

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional Pada awalnya hukum

internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional semakin

kompleks pengertiannya Hukum internasional juga mengurusi struktur

dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu perusahaan

multinasional dan individu19

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara Hukum bangsa-bangsa

dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum

yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu Hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks

kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara20

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau

pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)

tertentu

19

ldquohukum internasionalrdquo https idwikipediaorg wiki Hukum_internasional 20

Ibid

Universitas Sumatera Utara

16

a Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlakuterbatas daerah

lingkungan berlakunya seperti Hukum Internasional Amerika

Amerika Latin seperti konsep landasan kontinen (Continental

Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation

of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di benua

Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum

b Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus

berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa

mengenai HAM sebagai cerminan keadaan kebutuhan taraf

perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan Berbeda dengan regional yang tumbuh

melalui proses hukum kebiasaan

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas

yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara

antara

1 Negara dengan negara

2 Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subjek

hukum bukan negara satu sama lain

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat

internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan

merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah

Universitas Sumatera Utara

17

kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara

anggota masyarakat internasional yang sederajat

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain Dipengaruhi

analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional law) hukum dunia

merupakan semacam negara (Federasi) dunia yang meliputi semua negara

di dunia ini Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara

nasional Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib

hukum subordinasi21

Sumber hukum internasional yang ditegaskan di Statuta

Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah

Internasional sumber-sumber hukum yang dipakai mahkamah dalam

mengadili perkara sebagai berikut22

1 Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau

primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional

(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang berbentuk

treaty contract Law making treaty artinya perjanjian internasional

yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku umum

Misalnya Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik

dan Konvensi Wina tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Adapun

treaty contract artinya perjanjian internasional yang menetapkan

ketentuan-ketentuan hukum kebiasaan internasional berlaku bagi dua

21

Ibid 22

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsumber-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 22 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

18

pihak atau lebih yang membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-

pihak tersebut

2 Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan

yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum

Contohnya penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan

yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-kapal yang

berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan

3 Prinsip Hukum Umum

Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah

prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern yang

meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum

nasional yang bisa diterapkan pada hubungan internasional

Dengan adanya prinsip hukum umum Mahkamah Internasional

diberi keleluasaan untuk membentuk dan menemukan hukum baru

Dengan demikian tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional

untuk menyatakan nonliquet atau menolak mengadili karena tidak

adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan

4 Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum

internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 ayat

(1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala

macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di

dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase Mahkamah yang

Universitas Sumatera Utara

19

dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional Permanen

Mahkamah Internasional dan Mahkamah Arbitrase Permanen

Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan

yang menyangkut hubungan internasional dapat dijadikan sebagai

bukti dari telah diterimanya hukum internasional oleh pengadilan

nasional di negara yang bersangkutan Selain itu keputusan

pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa

dapat dijadikan bukti dari apa yang telah diterima sebagai hukum Hal

ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan

internasional Perlu Anda pahami bahwa putusan badan-badan

penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan

badan arbitrase lazim disebut sebagai yurisprudensi

5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia

Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan

pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi hukum

internasional terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi

yang secara langsung berkaitan dengan upaya penyelesaian persoalan

hukum internasional Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut

a Para sarjana terkemuka seperti Profesor Robert Goldman

Profesor Pedro Nikken dan Mary Robinson yang menjadi

Panitia Ahli Hukum (Committe of Jurists) yang diangkat oleh

Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi

pendapatnya mengenai masalah Kepulauan Aland

Universitas Sumatera Utara

20

b Para sarjana hukum terkemuka seperti Emmanuel Nii Akwei

Addo dan Mohammed Bello Adoke yang menjadi anggota

Panitia Hukum Internasional (International Law Commission)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

c Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang

kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang

dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah

(swasta) seperti International Law Association Institute de

Droit International dan banyak usaha serupa lainnya

Subjek hukum internasional adalah pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh hukum Sedangkan subjek hukum internasional

yang dimaksud adalah orang badan atau lebaga yang dianggap mampu

melakukan tindaka hukum Subjek hukum internasional merupakan pihak

yang dapat di bebani hak dan kewajiban serta dalam hubungan

internasional23

Berikut ini adalah subjek hukum internasional24

1 Negara

Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik yaitu

sejak lahirnya hukum internasional Sampai saat ini masih ada

anggapan bahwa hukum internasional pada hakikatnya adalah hukum

antar negara Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka

berdaulat dan tidak merupakan bagian dari suatu negara Negara yang

berdauat artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri secara

23 Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswwwsridianticomsubjek-

hukum-internasionalhtml (diunduh pada 23 September 2019) 24

Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam

lingkungan kewenangan negara tersebut

2 Tahta suci

Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang

telah ada sejak dahulu disamping negara Tahta suci disini adalah gereja

Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan Hal ini merupakan

peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja

Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi Tahta suci merupakan

suatu subjek yang sejajar kedudukannya dalam negara Hal ini terjadi

sejak diadakannya perjanjian antara Italia dengan Tahta Suci di Vatikan

tanggal 11 Juli 1929

3 Palang merah internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir

karena sejarah Palang merah internasional kedudukannya diperkuat

dalam perjanjian Pada saat ini palang merah internasional secara umum

diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan

sebagai subjek hukum internasional tersendiri

4 Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) mempunyai hak dan

kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

merupakan semacam anggaran dasarnya Artinya kedudukan organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi

walaupun pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini

Universitas Sumatera Utara

22

5 Perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru

dalam hukum dan hubungan internasional Eksistensinya dewasa ini

memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi Di

beberapa tempat negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan

multinasional Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan

kewajiban internasional yang tentu saja berpengaruh terhadap

eksistensinya struktur substansi dan ruang lingkup hukum

internasional itu sendiri

6 Individu

Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan

memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai dengan kehendak demi

kehidupan masyarakat dunia Individu telah lama dianggap sebagai

subjek hukum internasional Hal ini antara lain terdapat dalam

Perjanjian Versailes (1919) dan perjanjian antara Jerman dengan

Polandia (1922) Selain perjanjian tersebut pengakuan individu sebagai

subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional

Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig serta keputusan

organisasi regional dan transional seperti PBB ILO dan masyarakat

Eropa

7 Pemberontak dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang pemberontak dapat memperoleh

kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (beligerent) dalam

beberapa keadaan tertentu Hak-hak tersebut meliputi hak untuk

Universitas Sumatera Utara

23

menentukan nasibnya sendiri memilih sistem serta menguasai sumber

kekayaan alam diwilayahnya

3 Pencemaran laut

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun

tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian

buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati

bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di laut

termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

pemburukan dari pada kwalitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi25

4 Laut

Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara

menyeluruh atau sebagian oleh daratan Dalam arti yang lebih luas laut

adalah sistem perairan samudra berair asin yang saling terhubung di Bumi

yang dianggap sebagai satu samudra global atau sebagai beberapa samudra

utama Laut mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam

siklus air siklus karbon dan siklus nitrogen Meskipun laut telah dijelajahi

dan diarungi sejak zaman prasejarah kajian ilmiah modern terhadap laut

yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari

Britania Raya pada tahun 1870-an Laut pada umumnya dibagi menjadi

25

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Bina Cipta Jakarta 1978

Hlm 179

Universitas Sumatera Utara

24

lima samudra besar yang meliputi empat samudra yang diakui Organisasi

Hidrografi Internasional (Samudra Atlantik Pasifik Hindia dan Arktik)

dan Samudra Selatan serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah

yang dikenal sebagai laut

Akibat pergeseran benua saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio

antara luas daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 23) daripada

Belahan Bumi Selatan yang nyaris keseluruhan merupakan samudra

(147) Kadar salinitas di samudra lepas secara umum bernilai sekitar

35 tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi

daratan di dekat muara sungai besar atau di kedalaman besar Sekitar

85 dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah natrium klorida

Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan

arus termohalin Pengaruh ombak yang dihasilkan oleh angin dan oleh

pasang surut laut menimbulkan arus permukaan Arah aliran arus diatur

oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat

rotasi Bumi

Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan

landas benua yaitu wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat

Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni oleh kehidupan yang menjadi

sumber makanan bagi manusia seperti ikan mamalia krustasea moluska

dan rumput laut baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang

dikembangkan dalam tambak Keanekaragaman hayati laut yang paling

beragam berada di wilayah terumbu karang tropis Dahulu perburuan paus

di laut lepas umum dilakukan tetapi jumlah paus yang kian menurun

Universitas Sumatera Utara

25

memicu upaya konservasi dari berbagai negara yang menghasilkan sebuah

moratorium terhadap perburuan paus komersial Kehidupan di laut juga

dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari

Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-

celah hidrotermal Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana

dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan

oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi Baik tumbuhan maupun hewan

mula-mula berevolusi di laut

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan

transportasi dan industri manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit

listrik Hal-hal tersebut membuat laut diperhitungkan dalam strategi

peperangan Di sisi lain laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana

seperti tsunami dan siklon tropis Pengaruh-pengaruh tersebut menjadikan

laut sebagai aspek penting dalam kebudayaan manusia Mulai dari

berbagai dewa-dewa laut yang dapat ditemukan di berbagai kebudayaan

puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros atau penguburan

manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran

Kolumbus seni kelautan hiperealis dan musik yang terinspirasi dari laut

seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-Korsakov Laut

juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti

berenang menyelam selancar dan berlayar Akan tetapi pertumbuhan

penduduk industrialisasi dan pertanian intensif kini menimbulkan polusi

laut Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya

menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudra

Universitas Sumatera Utara

26

Pemancingan berlebihan juga menjadi masalah bagi laut yang merupakan

kepemilikan bersama26

G Metode penelitian

1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

penelitian hukum normatif penelitian hukum normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum tertulis dari

bahan pustaka atau bahan rujukan bidang hukum27

Hal ini dilakukan dengan cara penelitian hukum normatif dikarenakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari penulisan ini sebagaimana yang

telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan penelitian atas hukum

internasional yang membahas perihal kasus ini dalam permasalahan

pencemaran laut lintas negara ini penelitian atas hukum internasional

dalam bidang lingkungan laut ini untuk mengetahui kekuatan mengikat

dan dampaknya terhadap kedaulatan negara serta melakukan penelitian

atas hukum internasional yang mengatur dalam bidang hukum laut

internasional dikaitkan dengan kedudukan hukum nasional mengenai

kelautan di negara Republik Indonesia

Selain itu penelitian atau penulisan ini bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan terhadap gejala

tertentu dimana terdapat penggunaan landasan teori

26

ldquolautrdquo httpsidwikipediaorgwikiLaut (diunduh pada 23 September 2019) 27

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2007 Hlm 33

Universitas Sumatera Utara

27

2 Data penelitian

Data yang dipergunakan dalam penilitian skripsi ini adalah data

sekunder Adapun data sekunder ini diperoleh dari

a Bahan hukum primer yakni berupa peraturan internasional

yang mengatur tentang hukum internasional di bidang kelautan

seperti United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional

atau Hukum Perjanjian Laut yurisprudensi dan hukum

kebiasaan internasional yang mengikutinya statuta peraturan

internasional dalam bentuk kesepakatan seperti letter of intent

konvensi-konvensi dan lain-lain antara organisasi

internasional dengan negara Indonesia serta Peraturan

Perundang-Undangan Indonesia yang menyangkut hukum

internasional dalam bidang kelautan seperti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan

Lingkungan Hidup28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup29

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan30

b Bahan hukum sekunder yakni semua dokumen yang

merupakan informasi atau hasil kajian tentang kekuatan

28 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran danatau Kerusakan Lingkungan Hidup 29 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

28

hukum internasional dalam bidang kelautan serta hak-hak

negara dalam lingkup hukum internasional dalam bentuk

artikel-artikel yang dimuat berbagai media informasi seperti

Website internet koran majalah jurnal dan buku karangan

ahli

c Bahan hukum tersier yakni semua dokumen yang berisikan

konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti halnya kamus

esiklopedia dan lain-lain

3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dalam teknik pengumpulan data ini

penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang

diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literatur-literatur

ilmiah buku-buku surat kabar internet dan sumber-sumber informasi

lainnya yang terdokumentasi secara relevan

4 Analisis data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penelitian hukum normatif Pengolahan data yang hakekatnnya merupakan

kegiatan untuk melakukan analisa tergadap permasalahan yang akan

dibahas Analisa dapat dilakukan dengan31

a Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti

31 Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja

Grafindo Persada Jakarta 2004 hlm 45

Universitas Sumatera Utara

29

b Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai

dengan penelitian

c Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum azas atau doktrin

d Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep

pasal atau doktrin yang ada

e Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yaitu

mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri

dengan kesimpulan yang bersifat khusus

H Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab yang dilengkapi

atas beberapa sub bab yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini mengatur tentang bentuk penulisan skripsi dan

memperkenalkan tentang apa isi dari skripsi yang ditulis ini bab ini terdiri

dari latar belakang perumusan masalah tujuan penulisan manfaat penulisan

keaslian penulisan tinjauan penulisan metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Pengaturan Hukum Intenasional Dalam Bidang Kelautan Atas

Pencemaran Lungkungan Laut

Dalam bab ini membahas bagaimana ruang lingkup hukum laut

internasional sumber hukum dan subjek hukum laut internasional kekuatan

mengikatnya dan serta perkembangan aturan pencemaran lingkungan laut

dalam hukum internasional Pembahasan di bab ini merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

30

memahami tinjauan umum hukum laut internasional sebagai objek yang akan

diteliti dalam bab ini

Bab III Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Pencemaran

Lingkungan Laut

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana perkembangan hukum laut

yang ada di indonesia serta bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam mencegahnya pencemaran lingkungan laut di Indonesia dan serta

bagaimana sangkut pautnya hukum di Indonesia tentang pencemaran laut

yang terkait dengan kasus tumpahan minyak Montara yang merupakan kasus

yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi ini

Bab IV Upaya-upaya yang Dilakukan Indonesia-Australia Dalam

Penyelesaian Sengketa Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana upaya Indonesia-Australia

dalam menyelesaikan kasus ini dan juga apa saja kendala yang di alami

kedua negara dalam prosesnya untuk mendapatkan titik tengah dalam

penyelesaian kasus ini

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh bab yang telah disebutkan

diatas sebelumnya serta juga berisi saran dari penulis yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi mereka yang membaca skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

31

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM BIDANG

KELAUTAN ATAS PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

A Tinjauan Umum Tentang Hukum Laut Internasional

Membicarakan mengenai hukum laut internasional yang pertama kali

adalah membahas bagaimana defenisinya defenisi hukum laut menurut Albert

W Koers adalah ldquoSekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut

tentang wilayah lautrdquo Defenisi hukum laut internasional lainnya adalah sebagai

kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas

kawasan laut yang berada dibawah yuridiksi nasionalnya (national

jurisdiction)32

Ada dua perkembangan penting setelah berakhirnya Perang

Dunia II yakni adalah

1 Penerimaan umum atas landas kontinen Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE)

2 Keputusan-keputusan Internasional Court of Justice dalam perkara

Anglo Norwegian Fisheries Case yaitu mengenai pertimbangan

bahwa jalur maritim bukanlah suatu perluasan semua terbatas dari

wilayah tambahan yang berdampingan Demi alasan-alasan

ekonomi keamanan dan geografis negara pesisir itu berhak untuk

melaksanakan hak-hak kedaulatan eksklusif yang hanya tunduk

pada pembatasan-pembatasan seperti hak lintas dari kapal-kapal

asing

32

ldquoApa yang dimaksud dengan hukum laut internasionalrdquo httpswwwdictioidtapa-

yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada 24 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

32

Sejak laut dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran perdagangan dan

sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan semenjak itu pulalah ahli-

ahli hukum mulai memusatkan perhatiannya pada hukum laut Ahli-ahli hukum

berusaha meletakan konsep-konsep dasar hukum tentang hukum laut seperti

halnya sebagai berikut33

Summer yang membagi teori-teori tentang lautan

secara legalistic dalam empat bagian yaitu

a Perairan pedalaman

b Laut teritorial

c Zona tambahan

d Laut lepas

Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu

a Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702

b Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930

c Konsepsi UNCLOS I I958

d Konsepsi UNCLOS II 1960

e Konsepsi UNCLOS III 1982

Hal-hal tersebut dihasilkan melalui konvensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat

UNCLOS juga bisa disebut sebagai Konvensi Hukum Laut Internasional atau

Hukum Perjanjian Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut yang ketiga

(UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982

Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara

33 Ibid

Universitas Sumatera Utara

33

dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisinis

lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam laut Konvensi disimpulkan pada

tahun 1982 menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian UNCLOS untuk saat ini telah

ada 158 negara termasuk Uni eropa telah bergabung dalam konvensi34

Dalam perumusan konvensi ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi sedangkan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara dalam

pelaksanaan konvensi Peran PBB hanyalah melalui organisasi-organisasi dunia

yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan seperti Organisasi

Maritim Internasional35

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut kini Indonesia

sejak tahun 2014 telah memiliki payung hukum tentang kewilayahan laut

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober 2014 UU ini tercantum dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 560336

Bahkan sampai sekarang pun hukum laut internasional masih dianggap

penting oleh ahli-ahli hukum yang ada di dunia dan oleh karena itu menjadi

sebuah ilmu yang dipelajari di universitas yang ada di dunia sekarang walaupun

hukum laut internasional adalah merupakan hukum yang penting masih banyak

34 ldquoKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Lautrdquo https

idwikipediaorg wiki Konvensi _ Perserikatan _ Bangsa - Bangsa _ tentang _ Hukum _ Laut 35

Ibid 36 Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

orang yang hidup di negara di dunia ini tidak mengetahui apa itu hukum laut dan

bagaimana pula dampaknya ke negara maka dari itulah berikut akan dijelaskan

tinjauan umum tentang hukum laut internasional

1 Pengertian dan ruang lingkup hukum laut internasional

Untuk membantu memahami sub bab ini maka penulis mengutip beberapa

pengertian dan serta pendapat para ahli mengenai subjek hukum laut baik

di bidang nasional maupun internasional Pengertian hukum laut dibagi

atas 2 kategori yaitu hukum laut nasional dan hukum laut internasional

Hukum laut nasional secara luas yaitu segala hal yang meliputi hukum

yang berhubungan dengan laut Hukum laut ini hanya mencakup laut yang

termasuk Republik Indonesia beserta dengan warga-warganya sedangkan

pengertian hukum laut internasional merupakan kaidah-kaidah atau asas-

asas yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan laut Hukum ini

mengatur persoalan mengenai batasan wilayah atau Negara yang

berhubungan dengan laut Baik untuk laut dalam wilayah maupun laut

diluar wilayah

Berikut beberapa definisi hukum laut berdasarkan pendapat para

ahli37

a Menurut Dr Wirjono Prodjodikoro SH hukum laut ialah

meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan

laut

b Menurut MrWLPA molengraaff MrHFA vollmar dan Mr

FG scheltema adalah peraturan-peraturan hukum yang ada

37

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseherocom file

24785341hukum-lautdocx (diunduh pada 28 September 2019)

Universitas Sumatera Utara

35

hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewa

mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut

Hukum Laut ini mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan sebagai

kepentingan pelayaran perdagangan dan sebagai sumber kehidupan

penangkapan ikan Hukum laut dianggap penting untuk dipelajari karena dalam

hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula hukum laut internasional

Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari laut yaitu

sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sumber tenaga

Karena laut hanya dapat dimanfaatkan oleh kendaraan-kendaraan khusus yaitu

kapal-kapal hukum laut juga bertujuan mengatur kompetensi antara negara-

negara dalam mencari dan menggunakan kekayaan yang diberikan laut terutama

sekali antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang sekalipun38

Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan

diatas permukaan laut tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya Hukum laut yang

dulunya bersifat unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluribimensial

yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut dimasa lalu39

Selain hal yang telah disebutkan diatas hukum laut juga memiliki ruang

lingkup yang sangat luas hal ini timbul dari semua konvensi yang diadakan oleh

PBB mengenai hukum laut dan pengaturannya yang dengan dikeluarkannya

reolusi dari prinsip-prinsip mengatur dasar laut dan dasar samudera serta tanah

dibawahnya dibawah yuridiksi nasional (Declaration of Principles Governing

the Seabed and Subsoil Thereof beyond the Limits of National Jurisdiction) dan

38

Arief Kresna ldquohukum lautrdquo httpsariefkresnalawwordpresscom20180105

hukum-laut (diunduh pada 28 September 2019) 39

Ibid

Universitas Sumatera Utara

36

serta juga keputusan untuk menyelenggarakan konferensi PBB ketiga Mengenai

Hukum Laut sangat luas meliputi pembentukan rezim internasional untuk

mengatur kawasan definisi yang tepat dari kawasan dan suatu ruang lingkup

yang sangat luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan rezim hukum laut

lepas landas kontinen laut teritorial dan jalur tambahan perikanan dan

konservasi sumber-sumber daya alam hayati di laut lepas pelestarian lingkungan

laut dan penelitian ilmiah40

Dari paparan diatas hukum laut memang memiliki ruang lingkup yang

sangat luas yang ditandai dengan beberapa konvensi yang menetapkan aturan-

aturan mengenai laut dan serta ruang lingkupnya hal ini lah yang menyebabkan

bahwa hukum laut adalah suatu hukum yang berperan penting bagi suatu negara

baik dari segi nasional maupun internasional baik dari bagaimana sebuah negara

bisa memperdayakan sumber kekayaan lautnya bagaimana batas-batas laut yang

dimiliki oleh tiap negara dan hingga bagaimana pengaturan hukumnya dalam

melestarikan laut hingga aturan larangan dan sanksi yang ada jika melakukan

pencemaran laut di wilayah laut negara sendiri ataupun negara lain semua hal

itu dibahas di dalam hukum laut ini

2 Sumber hukum dalam hukum laut internasional

Dalam hukum laut internasional kebiasaan internasional adalah

sumber hukum laut yang paling penting Kebiasaan internasional ini

lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan terus-menerus atas dasar

kesamaan kebutuhan di laut Kebiasaan internasional juga merupakan

40 Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai Negara

Kepulauanrdquo http devi-anggraini-fisip12webunairacid artikel _ detail ndash 113711 - HUKUM

20INTERNASIONAL ndash HUKUM 20LAUT 20INTERNASIONAL20DAN

20INDONESIA 20SEBAGAI 20NEGARA 20KEPULAUANhtml (diunduh pada 1

Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

37

kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Perlu diperingatkan

bahwa kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tidak berdiri

sendiri kebiasaan internasional ini adalah kebiasaan bersama negara-

negara dunia yang menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai

hukum Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu sumber

hukum internasional oleh pasal 38 (1) (b) Piagam Mahkamah

Internasional Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga

menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber

hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional41

Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum erat sekali

hubungannya dengan perjanjian internasional Hubungan ini

merupakan hubungan timbal balik Perjanjian internasional adalah

perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB

pada tahun 1958 di Jenewa Konferensi yang dilaksanakan pada 24

Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan Konferensi PBB

I tentang Hukum Laut berhasil menyepakati 4 konvensi yaitu sebagai

berikut42

a Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone

(Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan) mulai

berlaku pada tanggal 10 September 1964

41 ldquokebiasaan internasionalrdquo https idwikipediaorgwikiKebiasaan _ internasional

(diunduh pada 1 Oktober 2019) 42

Sumber hukum laut internasional https suduthukumcom 2017 07 sumber-

hukum-laut-internasionalhtml (diunduh pada 4 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

38

b Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas)

mulai berlaku pada tanggal 30 September 1962

c Convention On Fishing and Conservation of the Living

Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan

Perlindungan Sumber-sumber Daya Hayati Laut Lepas) mulai

berlaku pada tanggal 20 Maret 1966

d Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas

Kontinen) mulai berlaku pada tanggal 10 Juni 1964

Pada tanggal 17 Maret ndash 26 April 1960 kembali dilaksanakn

konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II membicarakan

tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan namun

masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan sehingga

perlu diadakan konferensi lagi43

Setelah dua konferensi itu PBB mengadakan lagi konferensi

hukum laut yang ke tiga yang di hadiri oleh 119 negara konferensi ini

berlokasi di New York dan Jenewa berhasil menyepakati Konvensi

Hukum Laut PBB atau United Nations on the Law of the Sea

(UNCLOS) yang ditandatangani dalam Konferensi di Montego Bay

Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982 Konvensi ini mengatur

masalah kelautan secara utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan44

43 Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco (diunduh pada 4

Oktober 2019)

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara

39

3 Subjek-subjek hukum laut internasional

Pada dasarnya subjek-subjek hukum laut internasional tidak

berbeda dengan subjek-subjek hukum internasional hukum laut yang

pada dasarnya adalah seperangkat norma hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan

pantai yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subjek

hukum internasional lainnya yang mengatur mengenai kedaulatan

negara di laut yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan

tersebut Hukum laut yang mengalami perkembangan terus menerus

dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk

kepentingan umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk

tiap negara Serta pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi

tentang hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan

hukum laut internasional ini

Dalam perkembangannya inilah mulai jelas bahwa hukum laut

internasional memiliki subjek yang tidak begitu berbeda dari hukum

utamanya yaitu hukum internasional berikut adalah subjek-subjek

yang ada dalam hukum laut yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

a Negara

Negara dikatakan sebagai salah satu subjek hukum laut

baik dari segi nasional maupun dari segi internasional itu

dikarenakan dalam ketentuan hukum internasional yang mengatur

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu

ketentuan penting dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) Zona-zona maritim

yang termasuk ke dalam kedaulatan penuh adalah perairan

pedalaman perairan kepulauan dan laut teritorial45

Menurut ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 berisi pengaturan yang mengatur

pembagian zona-zona maritim tiap negara serta batasan-batasan

wilayah tiap negara46

yang dimana dalam hal ini terbukti bahwa

negara merupakan salah satu subjek dalam hukum laut dimana

bisa kita lihat dalam ketentuan-ketentuan di Konvensi Hukum Laut

1982 yang pada dasarnya adalah konvensi yang dibentuk oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang berisikan dari

negara-negara di dunia ini Menunjukan bahwa negara merupakan

salah satu subjek utama dalam hukum laut

b IndividuPerorangan dan Masyarakat

Mengenai kedudukan individuperorangan dan masyarakat

dalam subjek hukum laut sama dengan halnya negara yang dimana

memiliki ketentuan dan pengaturan dalam UNCLOS 1982

45 Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia Reflika Aditama Bandung 2016 Hlm 17 46 Ibid Hlm 19

Universitas Sumatera Utara

41

individu atau perorangan juga memiliki pengaturan dan ketentuan

juga seperti salah satu yang menjadi sasaran utama terbentuknya

UNCLOS 1982 ini adalah sebagai kepentingan masyarakat atau

individu internasional dalam hal kebebasan pelayaran di perairan

maritim akan diperlancar oleh adanya kompromi mengenai status

zona ekonomi eksklusif dengan rezim hukum lintas damai melalui

laut territorial dengan rezim hukum lintas transit melalui selat-

selat yang digunakan untuk pelayaran internasional dan juga

dengan rezim hukum lintas alur laut kepulauan dan kepentingan

masyarakat internasional dalam hal pelestarian dan pemanfaatan

kekayaan hayati laut akan ditingkatkan dengan melalui

pelaksanaan sungguh-sungguh ketentuan konvensi yang berkaitan

dengan zona ekonomi eksklusif47

c Perusahaan yang berbentuk sebagai badan hukum internasional

otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan

badan hukum (nasional) yang terdaftar disuatu negara maka

sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan subyek

hukum nasional dan bukan subyek hukum internasional Lain

halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum

internasional Otorita yang merupakan subyek hukum internasional

(dalam arti terbatas) Adapun landasan hukumnya diatur dalam

47 Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional9285 (diunduh pada

16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

42

pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982) yang

menentukan sebgai berikut48

1 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung sesuai

dengan pasal 153 ayat 2a maupun pengangkutan

pengolahan dan pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan

dari kawasan

2 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum

internasional Otorita memiliki kewenangan hukum

sebagaimana ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam

lampiran IV Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi

ini dan ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan

prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada

pengarahan dan pengawasan dewan Perusahaan ini

memiliki kantor pusat yang berada ditempat kedudukan

Otorita

d Organisasi Hukum Laut Internasional

Organisasi yang terbentuk dalam sebuah perserikatan yang

berangotakan negara-negara di seluruh dunia yang menyetujui

sebuah aturan yang cangkupannya membahas hukum laut

internasional juga merupakan sebuah subjek dalam hukum laut

organisasi yang terbentuk dalam hal ini ialah IMO (Organisasi

48 Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidikancoidsubjek-hukum-internasional

(diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

43

Maritim Internasional) didirikan pada tahun 1948 melalui PBB

untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional dan

pelaksanaannya Walaupun telah didirikan sepuluh tahun

sebelumnya IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun

1958 Dengan berpusat di London Inggris IMO mempromosikan

kerja-sama antar-pemerintah dan antar-industri pelayaran untuk

meningkatkan keselamatan maritim dan untuk mencegah polusi air

laut49

IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan dibiayai oleh

sebuah dewan yang beranggotakan badan-badan yang tergabung di

dalam majelis tadi Dalam melaksanakan tugasnya IMO memiliki

lima komite Kelima komite ini dibantu oleh beberapa sub-komite

teknis Organisasi-organisasi anggota PBB boleh meninjau cara

kerja IMO Status peninjau (observer) bisa diberikan juga kepada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat

tertentu

IMO didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang para

pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri

Sekretariat terdiri atas seorang Sekretaris Jendral yang secara

berkala dipilih oleh Majelis dan berbagai divisi termasuk Inter-

alia Keselamatan Laut (Marine Safety) Perlindungan Lingkungan

dan sebuah seksi Konferensi

49

ldquoOrganisasi Maritim Internasionalrdquo httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi _

Maritim _ Internasional (diunduh pada 16 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

44

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic

Berdasarkan standar modern rancangan Titanic membuatnya

sangat rapuh Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas

lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung

bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila

kapal bermuatan wajar Ketika Titanic menabrak gunung es

perhitungan ini terbukti sangat salah Dan ketika para penumpang

mulai meninggalkan kapal terlihat jelas bahwa sekoci-sekoci

penyelamat tidak cukup tersedia Alhasil banyak nyawa dan materi

hilang dalam tragedi ini

Pada saat itu setiap negara memiliki peraturan sendiri

mengenai standar rancangan kapal konstruksi dan peralatan

keselamatannya Inter-Governmental Maritime Consultative

Organization (IMCO) dibentuk sebagai jawaban atas tragedi

Titanic tetapi tertunda perwujudannya ketika Perang Dunia I

meletus Ketika perang berakhir IMCO dihidupkan kembali dan

menghasilkan sekumpulan peraturan mengenai pembangunan

kapal dan keselamatannya yang disebut Safety Of Life At Sea

(SOLAS) atau Keselamatan Jiwa di Laut Setiap tahun SOLAS

terus dimodifikasi dan dimodernisasi untuk beradaptasi dengan

perubahan teknologi dan peristiwa-peristiwa baru di laut

IMCO pada akhirnya berubah menjadi IMO IMO secara

berkala membuat peraturan (seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Universitas Sumatera Utara

45

Menghindari Tabrakan di Laut) yang didukung oleh badan-badan

klasifikasi dan surveyor maritim untuk memastikan ketaatan setiap

kapal terhadap peraturan yang berlaku Port State Control

authority atau Otorita Pengawas Pelabuhan Negara didirikan untuk

memberikan kekuasaan kepada penjaga pantai Amerika Serikat

US Coast Guard Indonesia KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan

Pantai) untuk menginspeksi kapal-kapal berbendera asing yang

masuk ke pelabuhan-pelabuhan negara tersebut Sebuah

Memorandum of Understanding (Protokol) telah ditanda-tangani

oleh beberapa negara untuk menyatukan prosedur Port State

Control di antara negara-negara tersebut50

B Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Di sub bab ini akan dijelaskan bagaimana aturan-aturan dasar hukum

internasional bagaimana hukum internasional di bidang kelautan mengikat

negara sebagai subjek hukumnya serta bagaimana kewajiban dan hak negara

terhadap hukum internasional di bidang kelautan

1 Kekuatan Mengikat Hukum Internasional di Bidang Kelautan

Untuk memahami kekuatan mengikat hukum internasional di

bidang kelautan maka perlu dicantumkan beberapa statuta atau aturan

dasar yang berasal dari organisasi laut internasional serta konvensi-

konvensi internasional yang mengatur tentang hukum laut

internasional

50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

46

Konvensi Hukum Laut PBB III 1982 sangat berpengaruh terhadap

negara-negara dalam menyusun peraturan perundang-undangan dalam

bidang Hukum Laut nasionalnya masing-masing Dewasa ini baik

negara-negara yang sudah maupun belum meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 akan menjadikan Konvensi itu sebagai acuan dalam

menyusun peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang

hukum laut

Contohnya seperti beberapa peraturan yang telah dihasilkan oleh

konvensi-konvensi internasional berikut ini

a Pasal 76 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 memuat batasan

mengenai pengertian landas kontinen yang berbunyi sebagai

berikut51

ldquoThe continental shelf of a coastal State comprises the sea-bed and

subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial

sea throughout the natural prolongation of its land territory to the

outer edge of the continental margin or to a distance of 200

nautical miles from the baseline from which the breadth of the

territorial sea is measured where the outer edge of the continental

margin does not extend up to that distancerdquo

Dari pasal yang telah tertulis diatas disebutkan bahwa

landas kontinen suatu pantai meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di

luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah dari wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen atau hingga lebar

yang mencapai jarak 200 mil laut dari garis pangkal yang dipakai

51 Prof Dikdik Mohammad Sodik Opcit Hlm 112

Universitas Sumatera Utara

47

untuk menetapkan lebar laut teritorialnya apabila pinggiran luar

tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut52

Tidak hanya itu pasal ini juga menetapkan kriteria jarak

atau lebar yang dapat digunakan untuk menetapkan batas terluar

dari landas kontinen menggantikan kriteria kedalaman sampai 200

meter dan exploitability (kemampuan mengeksploitasi) dalam

menentukan batas landas kontinen yag diatur dalam Konvensi

Jenewa IV 1958 Dalam konteks ini Konvensi Hukum Laut 1982

berhasil menetapkan definisi batas terluar dari landas kontinen

yang berhubungan dengan status hukum kawasan dasar laut

internasional53

b Ketentuan-ketentuan umum Bab V Konvensi Hukum Laut 1982

mengenai Zona Ekonomi Ekslusif

Ketentuan pasal 55 mengandung suatu definisi zona

ekonomi ekslusif dan mengartikannya sebagai suatu jalur laut

yang terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorialnya

yang tunduk pada rezim hukum khusus yang diatur dalam Bab V

Konvensi Hukum Laut 1982 Berdasarkan ketentuan pasal 57

Konvensi Hukum Laut 1982 bahwa setiap negara pantai berhak

untuk menetapkan ZEE-nya yang jaraknya tidak boleh melebihi

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang sama yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorialnya Rezim hukum khusus

yang dimuat dalam Bab V Konvensi Hukum Laut 1982 ini

52

Ibid 53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

mengatur hak-hak dan yuridiksi negara pantai serta hak-hak dan

kebebasan-kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara lain54

Dalam ketentuan pasal 56 Konvensi Hukum Laut 1982

ditetapkan bahwa dalam zona ekonomi ekslusif negara pantai

mempunyai hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

eksploitasi konservasi dan pengelolaan sumber daya alam baik

hayati maupun non-hayati dari perairan di atas dasar laut dan dari

dasar laut serta tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi zona ekonomi

tersebut seperti produksi energi dari air arus dan angin55

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa

zona ekonomi ekslusif bukan merupakan bagian dari wilayah

negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan

atas zona tersebut Hal ini berarti bahwa zona ekonomi ekslusif ini

mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui

juris Yaitu Kekhususan dari zona maritim ini dicirikan dengan

ditetapkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi

Hukum Laut 1982 baik kepada negara pantai maupun negara-

negara lain56

c Pengaturan Konvensi Hukum Laut 1982 yang berkaitan dengan

Hukum Perikanan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasal 56 Konvensi

Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa di zona ekonomi ekslusif

54

Ibid Hlm 81 55

Ibid Hlm 82 56

Ibid Hlm 82

Universitas Sumatera Utara

49

negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat dan yuridiksi khusus

yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam ikan yang

berada pada jalur tersebut pada dasar laut dan tanah di bawahnya

Ketentuan yang bertalian dengan konservasi sumber daya

ikan diatur dalam pasal 61 Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai

berikut57

(1) The coastal State shall determine the allowable cathc of the

living resources in its exclusie economic zone

(2) The coastal State taking into account the best scientific

evidence available to it shall ensure through proper

conservation and management measures that the maintenance

of the living resources in the exclusive economic zone is not

endangered by over-exploitation As appropriate The coastal

State and competent international organizations wheter sub-

regional regional or global shall cooperate to this end

(3) Such measures shall also be designed to maintain or restore

populations of harvested species at levels which can produce

the maximum sustainable yield as qualified by relevant

enviromental and economic factors

Berdasarkan ketentuan di atas dapatlah dikatakan bahwa negara

pantai diwajibkan untuk mengambil langkah-langkah konservasi

dengan menetapkan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan

dari sumber daya ikan yang terdapat di dalam zona ekonomi

ekslusifnya Untuk itu negara pantai diwajibkan untuk

memelihara berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada agar sumber

daya ikannya tidak mengalami over-exploited atau gejala tangkap

lebih demi untuk menjamin hasil maksimum yang lestari58

Selain peraturan yang dihasilkan oleh konvensi-konvensi yang

telah disebutkan di atas ada juga peraturan yang dihasilkan melalui

57

Ibid Hlm 87 58

Ibid Hlm 87

Universitas Sumatera Utara

50

Organisasi Laut Internasional seperti International Regulations for

Preventing Collisions at Sea atau Peraturan Internasional untuk

Menghindari Tabrakan di Laut yang dimana peraturan ini

ditujukan untuk mengatur bagaimana memastikan ketaatan setiap

kapal yang berlayar untuk mematuhi semua aturan-aturan yang

telah ditetapkan di dalamnya

Dalam kekuatan mengikatnya semua peraturan yang telah

dihasilkan oleh konvensi-konvensi diatas wajib diikuti oleh semua

negara yang ada di dunia ini jika suatu negara sebelum

meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ternyata telah memiliki

peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum laut

mau tidak mau harus menyesuaikan kembali peraturan perundang-

undangannya itu dengan substansi dan Konvensi Hukum Laut

1982 Contoh-contoh ini menunjukkan betapa hukum internasional

seperti konvensi-konvensi internasional dalam bidang kelautan

berpengaruh secara positif bagi pembentukan hukum nasional

negara-negara59

1 Kewajiban dan Hak Negara Terhadap Hukum Internasional di Bidang

Laut

Setiap negara yang ada dunia memiliki kewajiban dan hak dalam

hukum laut internasional seperti yang telah tertulis dalam ketentuan

UNCLOS 1982 yang menuliskan beberapa ketentuan tentang hak dan

kewajiban negara terutama negara yang memiliki wilayah perairan

59

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

51

yang luas seperti halnya negara Indonesia yang disebut segara negara

pantai dalam bagian ini akan dijelaskan kewajiban dan hak negara

dalam hukum laut internasional

a Hak negara pantai60

Hak-hak negara pantai berupa hak berdaulat untuk

Melakukan explorasi yaitu kegiatan penjagaan atau inventarisasi

sumerdaya alam di ZEE melakukan exploitasi yaitukegiatan untuk

mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di ZEE

melakukan konservasi yaitu kegiatan yang bersifat perlindungan

demi tetap tersedianya cadangan sumberdaya alam hayati di ZEE

Disamping hak-hak seperti tersebut di atas konvensi juga

menentukan hak-hak lain sepanjang di atur dalam konvensi seperti

disebut dalam pasal 56 ayat 1 sub c Salah satu contoh dari hak lain

itu adalah hak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang di

derita akibat dilangsungkannya riset ilmiah kelautan (pasal 263)

Contoh lain lagi yaitu negara pantai berhak menolak atau memberi

izin untuk dilangsungkannya suatu riset ilmiah kelautan di ZEE-

nya (pasal 246) dan berhak mendapat informasideskripsi

selambat-lambatnya 6 bulan sebelum riset dimaksud dilangsungkan

(pasal 248) Juga negara pantai mempunyai hak eksekutif untuk

membangun menguasakan mengatur pembangunan dan

penggunaan

60 Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_p

antai (diunduh pada 21 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

52

1 Pulau buatan

2 Instalasi dan bangunan untuk keperluan bagai mana

ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya

3 Instalasi dan bangunan yang dapat menggangu

pelaksanaan hak-hak negara pantai dalam zona terssebut

(pasal 60 ayat 1)

a Kewajiban negara pantai61

Adapun kewajiban-kewajiban negara pantai seperti tersirat dalam

BAB V konvensi hukum laut PBB 1982 antara lain adalah

1 Menyelesaikan secara adil atas dasar kepentingan pihak-pihak

dan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan

sengketa yang timbul berhubung adanya konflik kepentingan di

ZEE antara negara pantai dengan negara lain mengenai hal-hal

yang tidak ada pengaturannya dalam konvensi hukum laut PBB

1982 (pasal 59)

2 Membongkar instalasibangunan eksploitasi yang sudah tidak

terpakai lagi demi keselamatan pelayaran (pasal 60 ayat 3)

3 Menentukan zona keselamatan disekeliling pulau buatan dengan

memperlihatkan standard internasional yang jaraknya tidak

melebihi 500 meter (pasal 60 ayat 5)

4 Menjamin bahwa pulau buatan instalasi dan bangunan zona

keselamatan tidak mengganggu alur pelayaran internasional

(psal 60 ayat 7)

61

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

5 Menentukan jumlah tangkapan yang di perbolehkan (allowable

catch) pada ZEE-nya melakukan konservasi dengan tujuan agar

terwujudnya tingkatan yang dapat menjamin hasil maksimum

lestari serta mempertahankan kelestarian jenis (spesies) yang

berhubungantergantung pada jenis yang biasanya dimanfaatkan

dan memberimempertukarkan data berupa keterangan ilmiah

statistik penangkapan ikan usaha perikanan dan lain-lain

kepada organisasi internasonal yang berwenang baik regional

maupun global dengan peran serta negara yang berkepentingan

termasuk negara yang warga negaranya diperbolehkan

menangkap ikan pada ZEE (pasal 61)

6 Menggalakkan tujuan pemanfaatan yang optimal dengan

memperhatikan ketentuan pasal 61 tentang konsevasi

menetapakan kemampuan menangkap (capacity to hervest)

dan memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam hal

memberi kesempatan untuk memberitahukan sebagai mana

mestinya mengenai peraturan perundang-undangan tentang

konservasi dan pengelolaan

7 Mencari kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi

dan pengembangan-pengembangan jenis ikan yang sama yang

terdapat dalam ZEE negara lain itu dan juga mencari

kesepakatan dengan negara lain dibidang konservasi dimana

negara lain itu menangkap ikan yang sama diluar ZEE negara

pantai namun masih berdekatan (pasal 63 ayat 1 dan 2)

Universitas Sumatera Utara

54

8 Bekerja sama dibidang konservasi dengan negara lain yang

warga negaranya melakukan penangakapan jenis ikan yang

bermigrasi jauh (hight migratory species) (pasal 64 ayat 1)

9 Bertanggung jawab atas persediaan ikan anadrom yaitu jenis

ikan yang bertelur disungai tetapi tumbuh besar dilaut (pasal 66

ayat 1)

10 Bekerja sama dengan negara yang menangkap jenis ikan

anadrom agar negara ini tidak mengalami dislokasi ekonomi

akibat pembatasan jumlah tangakapan (pasal 66 ayat 3 sub b)

11 Memberi perhatian khusus kepada negara lain yang telah

mengeluarkan biaya dan berperan aktif dalam memperbaharui

jumlah persediaan ikan anadrom penetapan pengaturan

mengenai persediaan jenis ikan anadrom diluar ZEE harus

berdasarkan persetujuan antara negara dengan negara lain yang

berkepentingan (pasal 66 ayat 3 sub c d)

12 Bekerjasama dibidang koservasi dengan negara lain pada ZEE-

nya dilalui pada saat ikan anadrom itu bermigrasi (pasal 66

ayat 4)

13 Bekerjasama dibidang pengaturan masalah penangkapan ikan

anadrom dengan negara lain bila perlu melalui organisasi

internasional (pasal 66 ayat 5)

14 Menjamin siklus kehidupan ikan catadrom yang sebagian besar

siklus itu berlangsung pada perairan negara pantai (pasal 67

ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

55

15 Memanfaaatkan jenis ikan catadrom hanya boleh pada bagian

sisi darat pada batas luar ZEE (pasal 67 ayat 2)

16 Mengadakan perjanjian dengan negara lain mengenai

pemanfaatan ikan catadrom dalam hal itu ikan bermigrasi

melalui ZEE negara lain tersebut Perjanjian demikian harus

memperhatikan tanggung jawab negara pantai tentang populasi

ikan itu (pasal 67 ayat 3)

17 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

serta perannya negara berkembang tak berpantai di sub region

atau region yang sama dalam hal negara pantai kemampuan

penangkapannya telah mendekati titik kemampuan yang

diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan dengan

mengingat ketentuan (pasal 69 ayat 2) (lihat pasal 68 ayat 3)

18 Bekerja sama untuk menetapkan pengaturan yang adil bagi ikut

sertanya berperan negara berkembang yang secara geografis

tidak beruntung di sub region atau region yang sama secara

bilateral sub regional atau regional dalam hal kemampuan

penangkapan negara pantai telah mndekati titik kemampuan

yang diperbolehkan menangkap seluruh jumlah tangkapan

dengan mengingat ketentuan pasal 70 ayat 3 (lihat pasal 70

ayat 4)

19 Melepaskan dengan segera kapal dan anak buah kapal yang

ditangkap setelah memberi uang jaminan yang layak atau

bentuk jaminan lainnya (pasal 73 ayat 2) sementara menunggu

Universitas Sumatera Utara

56

proses peradilan sebaiknya pelepasan kapal dan anak buah

kapal sebagai mana dimaksud oleh pasal 73 ayat 2 itu

ditafsirkan sebagai pelepasan terbatas artinya mereka tidak

boleh meninggalkan wilayah negara pantai Jika mereka

diijinkan keluar wilayah negara pantai dikhawatirkan mereka

kabur sehingga proses peradilan tidak akan bisa berlangsung

20 Tidak menjatuhkan hukuman pengurungan (hukuman badan)

bagi pelanggran peraturan perikanan di ZEE (pasal 73 ayat 3)

21 Memberi tahu negara bendera dalam hal dilakukan

penangkapan dan penjatuhan hukuman (pasal 73 ayat 4)

22 Menetapkan batas ZEE dengan negara tetangga dengan

perjanjian (pasal 74 ayat 1)

23 Bila persetujuan tentang batas ZEE tidak tercapai wajib diikuti

prosedur Bab XV tentang penyelesaian sengketa secara damai

(pasal 73 ayat 2)

24 Mengupayakan pengaturan sementara yang bersifat praktis

sebelum tercapainya kesepakatan tentang batas ZEE (pasal 74

ayat 3)

25 Mencantumkan dalam peta letak garis batas terluar dri ZEE

bila perlu lengkap dengan daftar dengan titik-titik koordinat

geografis (pasal 75 ayat 1) 26 Mengumumkan dan

mendepositkan petadaftar koordinat geografis itu pada

sekertaris jendral PBB (pasal 75 ayat 1) Demikian sejumlah

Universitas Sumatera Utara

57

kewajiban negara pantai sesuai apa yang tersurat dalam

konvesi hukum laut PBB 1982

C Perkembangan Pengaturan Pencemaran Lingkungan Laut dalam

Hukum Lingkungan Internasional

1 Hukum Internasional dalam Bidang Lingkungan dan Kelautan

Dalam sub bab kali ini akan membahas bagaimana pengaturan

hukum internasional dalam bidang lingkungan dan kelautan dan

bagaimana perkembangannya hingga terbentuk sedemikian rupa sebagai

hukum yang dipakai oleh setiap negara di dunia

a Perkembangan hukum internasional di bidang lingkungan62

Hukum lingkungan internasional berkembang terutama

sejak tahun 1945 ( Perang Dunia II ) saat terjadi berbagai peristiwa

penting Pada tahun ini persepsi manusia terhadap lingkungan dan

new order of hazard in human affairs berkembang (environmental

hazard)

Berbagai referensi tentang bahaya pada lingkungan

(environmental hazard ) ini antara lain dalam Silent Spring akibat

kimia pertanian (overuse of misuse) Oil Spills yang kemudian

menjadi public awareness tahun 1960-an bahaya bagi terjadinya

malapetaka terutama pada perairan pantai dan sebagaimana

merupakan pokok pembahasan yang luas

62

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan internasionalrdquo

httpsprezicompfv1anee7u85sejarah-dan-perkembangan-hukum-lingkungan-internasional

(diunduh pada 28 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

58

Pengendalian bahaya pada lingkungan oleh senjata

berbahaya (dangerous weapons) mass-destruction yang dianggap

potensial bagi ecocidal yaitu berbagai arm-control yang dilakukan

sejak tahun 1945 merupakan kontribusi pada pelestarian

lingkungan yang terpenting adalah perjanjian nulklir pada tahun

1968 seperti Treaty on the Non proliferation of Nuclear Weapons

(NPT) yang berlaku tahun 1970 Selain itu hukum lingkungan juga

menciptakan beberapa perjanjian serta konvensi-konvensi yang

memuat aturan-aturan tentang lingkungan baik lingkungan di

daratan maupun di lautan

b Perkembangan hukum internasional di bidang kelautan63

Sumber daya alam di laut sangat penting bagi manusia oleh

karena itu harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap

mempertahankan lingkungan laut pada kondisi yang

menhubungkan bagi hakikat laut Juga sistem pengelolaan dalam

mengupayakan sumber daya yang ada Tumbuhnya kesadaran yang

diciptakan dalam mengkoordinasikan laut ataupun dalam

memenuhi kebutuhan dari laut merupakan langkah terwujudnya

pelestarian sekali pun sumber kekayaan yang terkandung di dalam

laut tak terbatas64

berikut ini akan dijelaskan bagaimana

perkembangan hukum laut internasional di dunia

63 Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional http

inspirasihukumblogspotcom201109sejarah-perkembangan-hukum-lauthtml (diunduh pada 4

November 2019) 64

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Rineka Cipta Jakarta 1993 Hlm

31

Universitas Sumatera Utara

59

Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di

Eropa tepatnya ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian

Laut Tengah Peraturan- peraturan hukum laut yang dikemukakan

oleh Rhodes pada abad II atau III sebelum masehi sangat

berpengaruh di laut tengah karena prinsip-prinsipnya diterima

dengan baik oleh orang Yunani dan Romawi Kitab undang-

undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad V sebelum masehi

oleh orang- orang Romawi sepenuhnya didasarkan atas peraturan

hukum laut yang pernah dibuat Rhodes Pada abad XIV di kawasan

laut tengah terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang

dikenal dengan Consolato Del Mare yang merupakan seperangkat

ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan Pada

bagian dunia lain dikenal kitab undang- undang Asilka sekitar abad

VII kitab undang- undang Orelon di daerah Prancis barat dan kitab

undang- undang dari Wisby di wilayah Eropa Utara

Sejarah telah mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah

salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia Kerajaan ini

terkenal memiliki angkatan perang dan barisan pertahanan yang

sangat tangguh Karena itu penguasaan seluruh tepian laut tengah

pada masa itu menjadi wajar Setelah menguasai laut tengah

selanjutnya Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk

mempergunakan laut tengah secara damai Karena dipergunakan

oleh banyak bangsa di dunia maka laut tengah pada saat itu

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak

laut karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat

Memasuki abad pertengahan munculah klaim- klaim yang

dilakukan oleh negara- negara yang sebelumnya merupakan

bagiam dari kekuasaan Romawi Negara- negara tersebut minuntut

penguasaan atas laut yang berbatasan dengan pantainya Diawali

oleh Venetia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik untuk

dijadikan daerah kekuasaannya Tuntutan dari Venetia ini diakui

oleh Paus Alexander III pada 1177 Setelah tuntutannya terpenuhi

Venetia memberlakukan pungutan bea terhadap setiap kapal yang

berlayar disana Selanjutnya Genoa melakukan klaim atas

kekuasaan Laut Ligunia dan Negara Pisa yang mengklaim dan

memberlakukan aturan hukumnya di Laut Thyrrenia Setelah

tuntutan dari ketiga negara tersebut terpenuhi selanjutnya masing-

masing negara tersebut membuat aturan pemungutan bea terhadap

setiap kapal yang berlayar disana Tiga negara diatas hanya sebagai

contoh kecil negara- negara di tepian laut setelah runtuhnya

Imperium Romawi

Banyaknya klaim atas kekuasaan laut pada saat itu

menimbulkan banyak pertentangan bahkan peperangan yang

menyebabkan wilayah laut yang sebelumnya utuh dibawah

kekuasaan Romawi terbagi menjadi beberapa bagian yang dimiliki

oleh negara- negara tertentu Fenomena ini menyebabkan laut tidak

lagi merupakan Res Communis Omnium (hak bersama seluruh

Universitas Sumatera Utara

61

umat) namun telah terjadi laut tertutup yang dikuasai oleh suatu

negara Tindakan sepihak dari negara- negara pantai di Laut

Tengah untuk menguasai laut ini menimbulkan kebutuhan untuk

mencari kejelasan dan kepastian hukum Kebutuhan untuk

menyusun suatu teori hukum tentang status negara pantai terhadap

laut menyebabkan para ahli hukum Romawi yang biasa disebut

Post Glossator atau komentator mulai bekerja keras mencari

penyelesaian hukumnya yang didasarkan atas asas dan konsepsi

hukum Romawi Pada perkembangan selanjutnya muncullah teori

pembagian wilayah laut yang dikemukakan oleh Bartolus dan

Raldus

Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional ini

terjadi perjuangan untuk menguasai lautan berdasarkan berbagai

alas an dan kepentingan seperti karantina ( perlindungan kesehatan

terutama terhadap penyakit pes) bea cukai dan pertahanan Pada

waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para

penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan

dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negara

atau pemerintahnya masing- masing

Salah satu perbedaan pendapat yang paling terkenal adalah

yang terjadi antara penganut doktrin bebas (Mare Liberium) yang

dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda yaitu Hugo De

Groot dan penganut dokrtin laut tertutup (Mare Clausum) yang

dikemukakan oleh John Shelden Hugu De Groot dalam bukunya

Universitas Sumatera Utara

62

yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat

dimiliki oleh bangsa manapu karena itu semua orang dapat dengan

bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya laut Sedangkan

Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki Shelden menunjuk

pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan

mereka seperti Swedia Rusia Jerman Genoa dan Venetina

Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman

pertempuran buku- buku Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli

hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya

dengan menulis buku Dalam waktu yang tidak lama muncul

pendapat dari Pontanus seorang sarjana Belanda yang bekerja

pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori

pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan panti

dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak

dapat dimiliki

Polemik antara penganut mare liberum dan mare clausum

kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek dalam karyanya

De Dominia Maris Disertasio Bynkershoek mengadakan asimilasi

wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai

Gagasan terkenal Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan

negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu

bias mencapai jarak 3 mil laut Pendapat yng berkembang diantara

ahli hukum klasik akhir abad XIX ialah salah satu antara Mare

Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik

Universitas Sumatera Utara

63

secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare

Liberum)

Dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah perang

dunia I dan dalam tahun- tahun permulaan dari Perserikatan Bansa-

Bangsa terjadi perkembangan hukum yang merupakam gabungan

antara filsafat klasik dan Neo klasik atau Neo Grotius Madzhab

Neo-Grotius menunjuk pada gabungan antara gagasan klasik dari

Hukum Perikanan dan kebutuhan Hukum Internasional untuk

melaksanakan diplimasi dan birokasi dari organisasi internasional

selanjutnya terjadi penambahan lembaga baru di tuguh PBB yaitu

International Law Commision yang bertugs untuk mempersiapkan

berbagai konsep pembaharuan dan kodifikasi Hukum International

Konferensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I) adalah

produk perkembangan Hkum Internasional Neo- Klasik Pada

tahun 1960 diselenggarakan konferensi Hukum Laut PBB II

(UNCLOS II) Dalam UNCLOS I dan II belum ada kesepakatan

penting tentang lebar laut teritorial maupun zona perikanan

sehingga praktek dari negara- negara pantai pada saat itu masih

menggunakan peraturan masing- masing Ketidakpastian tentang

legalitas hukum laut di tahun 1960 dipengaruhi oleh keadaan

politik dunia pada waktu itu yang mengakibatkan beberapa

Konferensi Jenewa yang mengatur laut tidak lagi sesuai dengan

perkembangan keadaan

Universitas Sumatera Utara

64

Hukum Laut Internasional yang didasarkan atas pembagian

dua laut menjadi laut teritorial yang berada di bawah kedaluatan

negara dan laut lepas yang bersifat bebas berlaku tanpa terlalu

banyak perubahan hingga akhir Perang Dunia ke-II Dalam

hubungan ini perumusan ketentuan-ketentuan tentang laut

teritorial lintas damai pengejaran seketika jurisdiksi kriminil

maupun sipil negara pantai atas kapal-kapal di laut territorial-nya

dan lain-lain hal yang memperoleh perumusan selama kodifikasi

konperensi Den Haag tahun 1930 bolehlah dianggap sebagai

rekaman dari pada hukum laut internasional yang berlaku pada

masa itu65

Pada tahun 1973 dimulailah Konferensi Hukum Laut III

dan ditutup pada 10 Desember 1982 dan menghasilkan beberapa

aturan yang sangat substansial dalam bidang Hukum Internasional

terutama Hukum Laut diantaranya adalah tentang lebar maksimum

laut teritorial sejauh 12 mil laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

2 Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan dan Bidang Kelautan

Dalam bagian ini akan dijelaskan perjanjian-perjanjian yang telah

dihasilkan oleh hukum internasional di bidang lingkungan dan bidang

kelautan

a Perjanjian internasional di bidang lingkungan

65

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Badan Pembinaan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman Bandung 1978 Hlm 81

Universitas Sumatera Utara

65

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada bagian

perkembangan hukum lingkungan hukum ini muncul akibat

beberapa peristiwa penting pada masa perang dunia ke II yang

menyebabkan semua negara yang ada di dunia memperhatikan

dampak negatif yang muncul pada lingkungan yang diakibatkan

oleh masa perang tersebut maka dikarenakan hal itu munculah

konvensi-konvensi yang diadakan untuk menciptakan sebuah

perjanjian dan peraturan-peraturan mengenai hukum lingkungan

Dalam hukum lingkungan ini sendiri terdapat banyak

perjanjian yang telah dihasilkan dilihat dari perkembangannya dari

tahun ke tahun namun dalam perjalanan perkembangan hukum

lingkungan ini ada 3 konvensi yang dianggap paling penting

dikarenakan 3 konvensi ini lah yang menghasilkan banyaknya

peraturan hukum lingkungan yang sampai sekarang digunakan oleh

semua negara di dunia

Berikut adalah 3 konvensi penting yang menghasilkan

perjanjian-perjanjian internasional yang diciptakan dalam bidang

lingkungan66

a Konferensi Stockholm 1972

Konferensi Internasional Lingkungan Hidup di Stockholm

Swedia pada tahun 1972 adalah konferensi yang sangat bersejarah

karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup

yang diprakarsai oleh PBB Konferensi ini juga merupakan

66

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blogspotcom

201302hukum-lingkungan-internasionalhtml (diunduh pada 10 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

66

penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup

secara global Pertemuan yang digagas oleh PBB ini melahirkan

kerjasama antarbangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup

Upaya itu diwujudkan PBB dengan membentuk suatu lembaga

yang bernama United Nation Environment Progamme (UNEP)

yang berkedudukan di Nairobi Kenya

Konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup pertama didunia

itu diikuti oleh wakil dari 114 negara dan menghasilkan deklarasi

lingkungan hidup rencana aksi lingkungan hidup dan

rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan pendukung

rencana aksi tersebut Dalam konferensi Stockholm inilah untuk

pertama kali motto ldquohanya ada satu bumirdquo (Only one Earth) untuk

semua manusia diperkenalkan Motto itu sekaligus menjadi motto

konferensi Selain itu konferensi Stockholm menetapkan tanggal 5

Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment

Day)

Untuk meletakkan landasan bagi International legal

principles di bidang lingkungan kita perlu memiliki persepsi yang

benar tentang lingkungan sebagai milik bersama Karena itu

Maurice strong yang menjadi sekjen Konferensi Stockholm 1972

menganggap deklarasi ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

67

rsquoA new an Important ndash indeed and dispensible-beginning of an

attempt to articulate a code of international conduct for the age of

environment67

Konferensi Stockholm sebenarnya berangkat dari peristiwa

yang menjadi awal permasalahan Negara-negara Eropa akibat

revolusi industry Berawal dari dari laporan Robert Angus Smith

salah seorang inspektur pencemaran Inggris tentang hitamnya

langit di kawasan industry Manchester yang berdampak pda

tingginya konsentrasi asam pada air hujan

Smith inilah orang pertama yang menggunakan istilah

ldquohujan asamrdquo (acid rain) pada tahun 1872 Walaupun demikian

fenomena ini ditanggapi seratus tahun kemudiansetelah danau-

danau di Skandinavia menjadi asam Sejak itulah kampanye

tentang bahaya hujan asam dimulai

perhatikan masyarakat internasional semakin meningkat

ketika PBB menyelenggarakan konferensi tentang Lingkungan

Manusia tahun 1972 di Swedia Akan tetapi saat itupun masih

banyak Negara yang beranggapak bahwa masalah hujan asam

merupakan masalah Negara tertentu saja Baru pada tahun 1979

inisiatif untuk menangani masalah tersebut dimulai oleh Komisi

Ekonomi Eropa (EEC) yang menyusun draft Konvensi tentang

Pencemaran Udara Lintas Batas Jarak Jauh ditujukan untuk

67

Ibid

Universitas Sumatera Utara

68

menghentikan emisi belerang demi kebaikan seluruh Negara

Eropa

Salah satu implikasi politis dari konferensi ini di Indonesia

adalah dibentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup menjadi salah satu agenda

nasional yang mulai diperhatikan Empat tahun kemudian tepatnya

pada tahun 1982 UU No 4 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan dan Kantor Menteri Negara PPLH

berubah menjadi Kantor Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup (KLH)68

b Konferensi Nairobi 1982

Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang

PBB kembali menggelar suatu konperensi tentang lingkungan

hidup pada tahun 1982 di Nairobi Kenya Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government

Council UNEP (United Nations Environment Programme)

c Konferensi WCED 1983

Pertemuan PBB pada tahun 1982 pada Konferensi Nairobi

di Kenya juga mengusulkan pembentukan suatu komisi yang

bertujuan melakukan kajian tentang arah pembangunan di dunia

Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini

dibawa ke Sidang Umum PBB tahun 1983 dan oleh PBB dibentuk

WCED (World Commission on Environment and Development)

68

Ibid

Universitas Sumatera Utara

69

yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat dibelahan dunia serta

berdialog dengan berbagai kalangan termasuk NGO Komisi ini

pula yang menghasilkan dokumen rdquoOur Common Futurerdquo pada

tahun 1987 yang memuat analisis dan saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan Dalam dokumen itu diperkenalkan

suatu konsep baru yang disebut konsep pembangunan

berkelanjutan

Dokumen Our Common Future juga merumuskan definisi

pembangunan berkelanjutan yaitu ldquopembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendirirdquo

Definisi ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi persyaratan yang

mendukung pembangunan ekonomi tapi juga untuk memenuhi

pihak-pihak yang prihatin terhadap kelestarian lingkungan Majelis

Umum PBB mendukung ide ini dan meminta Sekretaris Jendral

melakukan sebuah Konperensi untuk menilai lingkungan hidup

dunia 20 tahun setelah konferensi Stockholm69

d Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro 1992

Setelah 20 tahu konferensi Stockholm dan 10 tahun setelah

konferensi Nairobi PBB kembali menggelar kembali konferensi

lingkungan hidup di rio De Jeneiro pada tahun 1992 dan diberi

nama KTT bumi (earth summit) Topik-topik yang diangkat dalam

69

Ibid

Universitas Sumatera Utara

70

konferensi Rio adalah permasalahan polusiperubahan iklim

penipisan lapisan ozon penggunaan dan pengelolaan sumber daya

laut dan air meluasnya penggundulan hutan penggurunan dan

degradasi tanah limbah-limbah yang berbahaya serta penipisan

keanekaragaman hayati Degradasi lingkungan hidup yang terjadi

di berbagai belahan bumi dapat berimbas pada kepentingan politik

ekonomi dan sosial secara meluas di seluruh dunia70

Sebelum konferensi yang kemudian terkenal sebagi KTT

Bumi (earth Summit) ini berlangsung pada sidang umum PBB

bulan Nopember 1990 Delegasi Malaysia melemparkan isu penting

yang berkaitan dengan akses dan pengendalian sumber daya

genetik yang intinya mengemukakan bahwa ada beberapa contoh

di mana perusahaan transnasional telah mengeksploitasi kekayaan

genetika Negara-negara berkembang sebagai sumber daya yang

bebas digunakan untuk peneltian dan pengembangan Produk-

produk dari penelitian semacam itu kemudian dipatenkan dan

dijual kembali ke Negara-negara berkembang dengan harga yang

sangat tinggi Ini harus dihentikan Kita harus merumuskan

mekanisme untuk kerjasama yang efektif dan saling

menguntungklan antara negar-negara maju yang kaya akan

bioteknologi dan Negara-negara berkembang akan kaya gen

70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

71

Seperti diketahui 99 bahan pangan global bersumber dari

30 spesies sehingga kelangsungan pertukaran sumber daya

genetika menjadi vital bagi jaminan ketersediaan pangan

b Perjanjian internasional di bidang kelautan

Sama halnya dengan hukum lingkungan internasional

hukum laut internasional juga dihasilkan melalui konvensi-

konvensi yang diadakan oleh PBB UNCLOS 1982 adalah sebuah

konvensi yang diadakan oleh PBB khusus hanya untuk membahas

peraturan dan hukum yang akan dibuat khusus menyangkut di

bidang kelautan

Dimana isi dalam UNCLOS 1982 ini dihasilkannya

beberapa peraturan-peraturan mengenai hak dan tanggung jawab

negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan

pedoman untuk bisnis lingkungan dan pengelolaan sumber daya

alam laut Konvensi disimpulkan pada tahun 1982 menggantikan

perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958 UNCLOS

diberlakukan pada tahun 1994 setahun setelah Guyana menjadi

negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian71

Selain itu terdapat dasar hukum International Convention

for the Preventionof Pollution from Ships 19731978 (MARPOL

19731978) Marpol adalah sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut Setiap

71 ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical perspective)rdquo

httpswwwunorgDeptslosconvention_agreementsconvention_historical_perspectivehtm

(diunduh pada 11 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

72

sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat menunjang

peraturan ini harus mendapat sertifikasi dari klas Isi dalam

marpol bukan melarang pembuangan zat-zat pencemar ke laut

tetapi mengatur cara pembuangannya Agar dengan pembuangan

tersebut laut tidak tercemar (rusak) dan ekosistim laut tetap

terjaga

Dasar Hukum Lingkungan Internasional terhadap

Pencemaran di Laut Convention on the Prevention of Marine

Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London

Dumping) 1972 Convention on the prevention of Marine

Pollution by Dumping Wastes and Other Matter atau yang lebih

dikenal dengan London Dumping adalah konvensi Internasional

yang ditandatangani pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai

berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm

Konvensi ini pada dasarnya secara garis besar membahas tentang

larangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut

secara sengaja

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan

melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang

menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil

langkah-langkah yang efektif baik secara sendiri atau bersama-

sama sesuai dengan kemampuan keilmuan teknik dan ekonomi

mereka guna mencegah menekan dan apabila mungkin

Universitas Sumatera Utara

73

menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan

atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut

Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan

kebijakan mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara

74

BAB III

HUKUM INDONESIA MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT

A Sejarah Perkembangan Hukum Laut di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letaknya yang strategis

memiliki perairan laut lebih luas dari pada daratnya pada perairan tersebut

terdapat lingkungan laut Indonesia Lingkungan laut Indonesia merupakan

modal dasar bagi pembangunan kaya akan sumber kekayaan laut baik hayati

maupun non-hayati oleh karena itu sangat perlu untuk melindunginya

Perkembangan ketentuan tentang perlindungan terhadap lingkungan laut dari

pencemaran di Indonesia belum terpadu masih terdapat ketentuan yang

belum selaras dengan ketentuan yang lain sehingga menyulitkan dalam

implementasinya Di samping terdapatnya perbedaan interpretasi atas pasal-

pasal tertentu juga disebabkan masih kurangnya informasi yang

menyangkut kelembagaan biologi serta ekonomi perikanan Dengan

demikian diperlukan upaya yang serius baik dari segi yuridis dan non-yuridis

dalam rangka pembinaan hukum nasional yang mengarah pada perlindungan

lingkungan laut Indonesia72

Dalam sub bab ini akan dijelaskannya bagaimana perkembangan hukum

laut di Indonesia dalam hal ini perlu kita menengok ke belakang sebentar ke

perkembangan wilayah laut Indonesia bahwa negara Indonesia merdeka tanggal

72 Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap Lingkungan

Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http repositoryusuacidbitstream handle 123456789

15227 equfeb2005-7pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EEDBBC319sequence=1

(diunduh pada 17 November 2019)

Universitas Sumatera Utara

75

18 Agustus 1945 sedangkan kalau kita memerhatikan tentang peraturan yang

mengatur mengenati wilayah laut jauh sebelum negara Indonesia merdeka

berkautan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang

dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari

wilayah darat dari suatu negara73

Perlindungan terhadap lingkungan laut selain upaya yang dilakukan

secara nasional juga diperlukan kerjasama regional maupun global baik secara

teknis langsung dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional guna

melindungi lingkungan laut Upaya melindungi lingkungan laut dapat dilakukan

dengan mengadakan ketentuan-ketentuan internasional Dengan demikian yang

terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar maka permasalahan ini dapat

diantisipasi melalui kerjasama internasional74

Kita ketahui berdasarkan konsepsi TZMKO (Territoriale Zee en

Marietieme Kringen Ordonantie) pada tahun 1939 yaitu lebar laut wilayah

perairan indonesia hanya meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau

atau bagian pulau Indonesia Lebar laut hanya 3 mil laut Mil laut (nautical mile

sea mile) adalah suatu satuan panjang 1 mil laut adalah tepat 1852 km Artinya

antar pulau di Indonesia terdapat laut internasionallaut bebaslaut lepas yang

memisahkan satu pulau dengan pulau lainnya Misalnya antara Pulau Jawa

dengan Pulau Kalimantan dipisahkan dengan adanya laut bebas antara Pulau

Kalimantan dengan Pulau Sulawesi dan lain-lain75

73 Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Mitra Wacana Media

Jakarta 2014 Hlm 13 74 Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran

Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui

Perairan Indonesia Pustaka Bangsa Press Jakarta 2004 Hlm 9 75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

76

Akhirnya dikarenakan adanya laut bebas di antara pulau-pulau di

Indonesia pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang wilayah

perairan di Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1957 disebut

sebagai Deklarasi Djoeanda yang menetapkan antara lain bahwa segala perairan

di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia adalah

bagian yang wajar dari wilayah daratan di mana Indonesia memiliki kedaulatan

penuh (konsep kewilayahan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Djuanda

dikenal sebagai Wawasan Nusantara laut teritorial Indonesia adalah suatu jalur

yang lebarnya 12 mil-laut dihitung dari pangkal lurus berupa garis-garis pasang

surut yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar

Indonesia)76

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya sebagian dari ketentuan-

ketentuan TZMKO yang berhubungan dengan penetapan wilayah perairan

dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No 4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia77

(UU No 4Prp1960) yang

merubah cara penarikan garis pangkal dan lebar laut teritorial Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut didasarkan pada

Ketentuan-ketentuan hukum Internasional sebagaimana ditetapkan dalam

Konvensi-Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 195878

Pada akhir tahun 1982 119 negara anggota PBB telah menyepakati suatu

perjanjian baru yang mengatur tentang berbagai kegiatan di laut dalam bentuk

satu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan sebagai

76 Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscribdcom

document363224605Sejarah-Hukum-Laut-Indonesia (diunduh pada 17 November 2019) 77 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 4 tahun 1960 tentang Perairan

Indonesia 78 Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi ini juga memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang baru seperti

konsep ZEE dan asas Negara Kepulauan serta menetapkan batas-batas baru bagi

Laut Teritorial dan Landas Kontinen

Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 melalui pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih lanjut

dari ratifikasi ini pada 1996 pemerintah mencabut UU No 4Prp1960 dan

menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang Indonesia yang lebih

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS 198279

Selain itu pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah PP No 61 tahun 1998 tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Di Laut

Natuna

Berikut adalah urutan perjanjian dan undang undang yang muncul dalam

perkembangan hukum laut di Indonesia yang telah dijelaskan diatas

a Ordonasi Lingkungan Maritim 1939 (TZMKO)

b Pengumuman Pemerintah Tentang Wilayah Perairan Indonesia

(Deklarasi Djuanda) 13 Desember 1957

c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1960 Tentang Perairan Indonesia (UU No 4Prp 1960)

d Pengumuman Pemerintah Tentang Landas Kontinen Indonesia 17

Februari 1969

79 Ibid

Universitas Sumatera Utara

78

e Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia80

f Pengumuman Pemerintah Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

20 Maret 1980

g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia81

h Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 198282

i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia83

j Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar

Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus

Kepulauan Di Laut Natuna84

B Upaya Pemerintah Indonesia dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Terjadinya Pencemaran Laut di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang tulisan ini Indonesia

menjadi korban utama dalam kasus tumpahan minyak montara di NTT

tumpahan minyak ini mencemari kawasan ZEE yang berada di pantai NTT

dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan dan menghasilkan

pendapatan dari laut hal ini menyebabkan kerugian yang besar baik kepada

negara Indonesia maupun juga para petani laut di NTT oleh karena itu di sub

80 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen Indonesia 81

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap

UNCLOS 1982 83

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia 84

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1998 Tentang Daftar Koordinat Geografis

Titik-Titik Pangkal Dari Garis Pangkal Lurus Kepulauan Di Laut Natuna

Universitas Sumatera Utara

79

bab ini akan kita lihat apa sajakah upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

pencegahan dan penanggulangan pencemaran di kawasan laut Indonesia

Untuk membahas lebih lanjut maka sebaiknya kita lebih dahulu

memahami pengertian pencemaran dan serta sumber pencemaran laut yang ada

di Indonesia Istilah ldquopencemaranrdquo sebagai terjemahan istilah pollution untuk

pertama kali di Indonesia digunakan pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor

tahun 1970 Sejak tahun 1970 istilah ldquopencemaranrdquo itu mulai meluas

penggunaannya dalam masyarakat Baik dalam pembicaraan maupun di dalam

bentuk tulisan berbahasa Indonesia Bahkan pada tahun 1972 istilah

ldquopencemaranrdquo ini telah digunakan dalam pidato kenegaraan Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1972 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

Kemudian dalam buku Repelita II (1974-1979) khususnya pada Pasal 244

istilah ldquopencemaranrdquo itu telah digunakan seperti yang disepakati dalam Seminar

Biologi II di Ciawi Bogor tahun 197085

Lingkungan laut sekalipun tidak luput dari pencemaran laut yang

disebabkan oleh manusia lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian dari

lingkungan hidup di bumi ini adalah hal yang penting laut bukan hanya saja

berperan sebagai tempat membuat garam menangkap ikan kegunaan pelayaran

atau tempat rekreasi Namun di dalam perkembangannya saat ini mengarah pada

pertambangan mineral di dasar laut dan percobaan nuklir yang dilakukan oleh

negara-negara adikuasa86

Dan dibarengi pula dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang maju pesat Sehubungan dengan

perkembangannya tersebut lingkungan laut harus terhindar dari segala bentuk

85 Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Kelompok Studi Hukum

dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu Medan 1996 Hlm 15 86

Ibid Hlm 22

Universitas Sumatera Utara

80

yang merugikan Terlebih-lebih pada pengertian sekarang yang banyak

dipermasalahkan yaitu pencemaran laut adapun yang dimaksud dengan

pencemaran laut itu adalah

ldquoperubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya

oleh manusia secara langsung ataupun tidak bahan-bahan atau energi ke

dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat

yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan

hayati bahaya terhadap kesehatan manusia gangguan terhadap kegiatan di

laut termasuk perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar

Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasirdquo87

Indonesia yang pada dasarnya disebut sebagai negara pantai juga tidak

luput dari banyaknya pencemaran laut yang disebabkan oleh manusia berikut

adalah beberapa sumber utama dari pencemaran laut yang ada di Indonesia

Pencemaran laut di Indonesia kebanyakan berasal dari limbah sampah plastik

dari sampah-sampah rumah tangga di perkotaan Sampah ini terbawa arus

sungai kemudian ke laut Banyak biota laut yang mengkonsumsi plastik

sehingga mati Senyawa kimia di dalam plastik yang dikonsumsi oleh ikan

dapat mengendap di dalam tubuh ikan sehingga jika ikan ini kemudian dimakan

oleh manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia itu sendiri88

Menurut hasil penelitian tim peneliti dari Australia dan Amerika Serikat

yang dipimpin oleh Dr Jenna Jambeck dosen Universitas Georgia yang

diterbitkan di Jurnal Science sekitar 275 juta ton meter sampah dihasilkan pada

tahun 2010 di seluruh dunia Sebanyak 48 hingga 127 juta meter ton sampah

dari botol plastik bungkus plastik dan sampah plastik jenis lainnya hanyut ke

laut dan mencemari laut89

87 Ibid Hlm 23 88

Sumber Pencemaran Laut di Indonesia dan Dampaknya https lingkunganhidup

co pencemaran - laut-di-indonesia-dan-dampaknya (diunduh pada 20 November 2019) 89

Ibid

Universitas Sumatera Utara

81

Indonesia sendiri termasuk ke dalam lima negara kontributor urutan ke

empat pencemar sampah plastik tertinggi selain China Filipina Vietnam dan

Thailand Masih menurut penilitian tersebut dinyatakan bahwa masyarakat

pesisir dunia menghasilkan sekitar 3 juta ton meter sampah plastik yang tidak

terkelola pada tahun 2010 Dari jumlah tersebut sebanyak 048 juta hingga 129

juta ton meter hanyut ke laut menjadi pencemaran laut Lebih lanjut penelitian

ini memperkirakan bahwa jika tidak dikelola dengan baik maka sampah plastik

dapat mencapai 155 juta ton meter per tahun pada tahun 202590

Lalu apa peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis

pencemaran lingkungan ini Seperti yang kita tahu Indonesia memiliki menteri

Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti Dalam salah satu programnya yang

berjalan pada bulan Oktober 2018 lalu ia menciptakan Gerakan Aksi Bersih

Our Ocean Gerakan terebut dalam rangka membersihkan pesisir pantai dari

limbah plastik dan diadakan di panti-pantai yang rawan terkontaminasi limbah

seperti Bali Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana

menjelaskan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan laut Selain itu

juga dibentuk lagi hukum untuk penegakan hukum pencemaran laut Hukum

tersebut berupa UU No 32 Tahun 2009 yang menjelaskan tentang hukum

perlingdungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meskipun belum ada undang-

undang yang dibuat pemerintah untuk melarang pembuangan limbah laut secara

tegas namun ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku

pencemaran air laut Ketentuan tersebut diatur dalam pasal 41-44 UUPLH

Dikatakan dalam ketentuan tersebut bahwa pelaku pencemaran dapat dikenakan

90

Ibid

Universitas Sumatera Utara

82

sanksi pidana penjara dan pidana denda Meskipun pemerintah ikut berupaya

menciptakan lingkungan laut bersih dengan menciptakan hukum-hukum tetap

saja persoalan ini menjadi kewajiban bagi pribadi perseorangan untuk turut

menjaga kebersihan Mulai saat ini ayo turut berpartisipasi dan sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hidup terutama laut91

Selain itu dalam kasus tumpahan minyak (oil spill) seperti yang ada di

kasus montara ada beberapa aturan yang telah dibuat pemerintah Untuk

mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil

spill secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi

internasional yang selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara

Diantaranya disepakati aturan-aturan tentang pencemaran laut dalam konvensi

PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua ketentuan terkait

pencemaran laut aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 198292

Dalam hukum nasional aturan terkait ini dituangkan dalam UU Nomor

231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 172008

tentang Pelayaran93

Turunan UU diatas diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 191999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut Peraturan Presiden Nomor 1092006 tentang Penanggulangan

Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Juga Peraturan Pemerintah RI

Nomor 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air94

91 Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi Pencemaran

Laut Indonesiardquo https wwwkompasianacom emerent_ria 5c0435c0c112fe7b1b4e3442

kontribusi -pemerintah-dalam - upaya-mengatasi-pencemaran - laut (diunduh pada 21 November

2019) 92 LP Hutahean ldquo Perlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di Lautrdquo

httpswwwmongabaycoid20171030perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-laut

(diunduh pada 21 November 2019) 93

Ibid 94

Ibid

Universitas Sumatera Utara

83

Tujuan dari adanya berbagai UU dan aturan ini ditujukan agar para

pemangku kepentingan secara khusus perusahaan migas dapat terus-menerus

mengembangkan kemampuan Health Safety and Environment (HSE) Hal ini

tak lepas dari tanggung jawab perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya oil

spill dan berbagai bentuk upaya pencemaran minyak lain di laut yang dapat

merugikan lingkungan maupun sosial-ekonomi masyarakat95

Di sisi lain

banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran dan

tumpahan minyak seperti oil booms in-situ burning skimmer bioremediasi

(agen biologis penghapus minyak) mekanisme adsorpsi dispersan kimiawi atau

dengan memecah lapisan minyak dengan boat kecepatan tinggi96

C Pengaturan Hukum di Indonesia tentang Pencemaran Laut yang Terkait

dengan Kasus Tumpahan Minyak Montara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan bagaimana pengaturan hukum negara

Indonesia tentang pencemaran laut di NTT atas kasus tumpahan minyak

montara seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan di bagian latar belakang

bahwa kasus tumpahan minyak montara ini menyebabkan banyak kerugian

kepada negara Indonesia terutama penduduk NTT yang bermata pencaharian

sebagai nelayan dan petani laut di NTT untuk mengetahui pengaturan hukum di

Indonesia sebagai negara yang mengalami kerugian mengenai kasus tumpahan

minyak montara ini maka mari kita pelajari lagi bagaimana pengaturan hukum

nasionalnya mengenai tumpahan minyak dan pencemaran laut di Indonesia

95

Ibid 96

Ibid

Universitas Sumatera Utara

84

Untuk menelaah lebih lanjut mengenai kasus ini perlu kita ketahui dulu

bahwa ada perjanjian antara kedua negara Indonesia dan Australia yang

membahas tentang peraturan mengenai laut ataupun batas-batas lautnya dan ada

6 perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenai batas-batas wilayah laut

yakni97

1 Perjanjian Indonesia-Australia 1971

2 Perjanjian Indonesia-Australia 1972

3 Perjanjian Indonesia-Australia 1973

4 Perjanjian Indonesia-Australia 1974

5 Zona Perikanan Bersama Indonesia-Australia

6 Perjanjian Indonesia-Australia 1981

Dalam kasus tumpahan minyak montara tumpahan minyak berasal dari

kapal dan tumpah ke laut ZEE NTT dalam hal ini kita perlu melihat apa efek

tumpahan minyak terhadap ekosistem di laut Ketika Oil Spill jatuh ke

lingkungan laut maka secara otomatis lingkungan laut akan mengalami

perubahan Sebagian dari perubahan tersebut mengarah pada hilangnya fraksi

minyak dari permukaan laut Meskipun ketika minyak yang yelah tumpah itu

akan terurai oleh lingkungan laut tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang

lama tergantung pada karekteristik awal fisik kimiawi minyak Menurut Baker

JM ada beberapa factor utama yang menyebabkan perubahan sifat minyak

adalah98

97

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Kupang

2008 Hlm 113 (diunduh pada 25 November 2019) 98 M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura dalam Hukum

Internasionalrdquo httpswwwkompasianacomgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasus-

tumpahan-minyak-indonesiasingapura-dalam-hukum-internasionalpage=allrdquo (diunduh pada 25

November 2019)

Universitas Sumatera Utara

85

a Karekteristik fisika minyak khususnya specific gravity viskonitas

dan trayek didih

b Komposisi dan karekteristik kimiawi minyak

c Kondisi meteorology (sinar matahari kondisi oseanografi dan

temperature udara

d Karekteristik air laut (pH specific gravity arus temperature

keberadaan bakteri nutrient dan oksigen terlarut pada padatan

tersuspensi)

Secara tak langsung pencemaran yang terjadi akibat minyak yang

menggenangi lautan dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut Ikan yang

tinggal di sekitarnya akan mati atau ada juga yang bermigjrasi ke tempat lain

Selain itu terumbu karang juga ikut merasakan dampaknya 50 persen dari

terumbu karang dan mangrove sangat peka terhadap minyak yang dapat

menyebabkan kerusakan yang fatal terhadap biota laut tersebut99

Menurut Fakhrudin lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran

gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada

tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob

Lapisan minyak tumpahan juga secara tak langsung akan memengaruhi

pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada

permukaan daunnya dan juga dapat mengganggu proses metabolism pada

tumbuhan tersebut Selain intu lapisan minyak tersebut juga akan menghambat

99

Ibid

Universitas Sumatera Utara

86

terjadinya proses fotosintesis karena lapisan di permukaan laut akan

menghalangi masuknya sinar matahari100

Di Indonesia terdapat satu peraturan yang khusus mengatur tentang

Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut yaitu Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan PencemaranPerusakan Laut

Keberadaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam kaitannya dengan UU

No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut

dan undang-undang Iainnya antara lain UU No 32 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan101

Berkaitan dengan dasar hukum internasional London Dumping dan

Marpol di yang telah disebutkan di dalam bab II diatas Indonesia telah memiliki

regulasi untuk mengatasi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sistem dan

peralatan yang ada di kapal serta pembuangan atau pembakaran limbah atau

bahan berbahaya lainnya di laut maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim102

Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini telah melakukan implementasi

perlindungan lingkungan laut dari pencemaran melalui lima peraturan yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun

100

Ibid 101

ldquoSTOP Pencemaran Laut Indonesiardquo httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-

indonesiautm_source=twitterfeedamputm_medium=twitter (diunduh pada 28 November 2019) 102

Ibid

Universitas Sumatera Utara

87

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Kelautan Perpres Nomer 109 tahun 2006

tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

(PKDTML) Secara hukum tindakan Indonesia sebagai negara pantai tersebut

telah melaksanakan hak yuridisnya untuk mengimplementasikan konvensi-

konvensi internasional yang berkaitan dengan lingkungan laut ke dalam

perundang-undangan nasional telah jelas menegaskan bahwa adanya komitmen

Indonesia untuk menyusun konsepsi pengelolaan lingkungan laut nusantara yang

mampu mengamankan kepentingan nasional dan mengayomi keserasian

penggunaan lingkungan laut secara rasional

Semua peraturan yang telah dijelaskan di atas tadi adalah merupakan

semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia yang bersangkutan

dengan kasus tumpahan minyak montara yang ada di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV

UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN INDONESIA-AUSTRALIA

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KASUS TUMPAHAN MINYAK

MONTARA

A Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Kedua Negara yang Bersangkutan

dalam Penyelesaian Masalah Tumpahan Minyak Montara Tersebut

Kasus tumpahan minyak ini pertama kali terjadi pada tanggal 21 Agustus

2009 telah terjadi kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hidrokarbon

akibat ledakan di The Montara Well Head Platform di Blok West Atlas Laut

Timor Perairan Australia lalu setelah itu pada tanggal 30 Agustus 2009 jejak

tumpahan minyak mentah telah memasuki sebagian kecil ZEE Indonesia yang

berbatasan dengan ZEE Australia pada tanggal 3 November 2009 kebocoran

minyak tersebut berhasi ditutup103

Namun dampak tumpahan minyak terhadap perairan Indonesia terlanjur

menimbulkan pencemaran di perairan Indonesia tumpahan dari tanggal 30

Agustus ndash 3 Oktober 2009 sudah seluas 16420 Km2 Dimana tumpahan minyak

ini telah mencemari laut perairan di NTT dan menimbulkan adanya kerugian dan

penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor

dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan

panen rumput laut yang berjumlah sangat besar104

Tumpahan minyak montara ini menyebabkan turunnya hasil panen

rumput laut dan tangkapan laut nelayan serta aktivitas ekonomi masyarakat

pesisir Provinsi NTT merosot sangat tajam hingga tinggal delapan persen dari

103 Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecom read20100727320357108 kronologis-tumpahan-minyak-di-laut-timor 104

Ibid

Universitas Sumatera Utara

89

hasil normal sebelum pencemaran terjadi lantas apa saja upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh kedua negara dalam kasus tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Indonesia dalam hal ini melakukan beberapa upaya-upaya

yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini sebagai berikut105

1 2 Oktober 2009 Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timor (NTT)

membentuk posko untuk memonitor tumpahan minyak Montara

langsung ke lapangan

2 6 Oktober 2009 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengirim

sampel air untuk diteliti

3 15 Oktober 2009 WWF indonesia membuat press release tentang

kasus Montara dan mendorong Pemerintah Indonesia berkoordinasi

dengan Pemerintah Australia untuk melindungi kawasan Coral

Triangle

4 Oktober-November 2009 beberapa menteri RI (Luar Negeri

Perhubungan Kelautan dan Perikanan serta Lingkungan)

melakukan koordinasi untuk menangani isu minyak Montara dan

menunjuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat

Tumpahan Minyak di Laut yang diketuai Freddy Numbed untuk

bernegosiasi tentang kompensasi

5 11 Mei 2010 YPTB mengirim dokumen klaim kepada Pemerintah

Australia

6 15-17 Juli 2010 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa

mengonfirmasi bahwa Pemerintah RI akan melakukan investigasi

105

Arly Sumanto ldquoPenyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat

Kebocoran Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982rdquo Artikel

Ilmiah Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang 2013 Hlm 6

Universitas Sumatera Utara

90

dan mengajukan klaim kompensasi Tim advokasi pencemaran

Laut Timor dibentuk dan dipimpin Masnellyarti Hilman dari KLH

7 20 Juli 2010 Presiden RI mulai memberikan pernyataan kepada

publik bahwa Indonesia akan mengajukan klaim kompensasi

kepada PTTEP Staf khusus presiden Velix Wanggai menyatakan

bahwa tim investigasi telah berada di NTT

8 26 Agutstus 2010 pertemuan tim advokasi pencemaran Laut

Timor dan PTTEP dan pemerintah mengklaim kompensasi hingga

Rp 22 trilyun kepada PTTEP

9 28 Agustus 2010 PTTEP menolak klaim dan tidak mengakui data

ilmiah versi Pemerintah RI

10 Oktober 2010 Pemerintah RI menyerahkan dokumen riset yang

telah diperbarui kepada PTTEP

11 18 November 2010 PTTEP kembali menolak klaim Pemerintah

RI

Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari Pada bulan

Oktober 2009 seperti dikonfirmasi PTTEP penyebaran minyak telah mencapai

area seluas 6000 km2 mengalir sepanjang 120 km hingga perairan Indonesia

Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi sosial

dan lingkungan yang berdampak turunan Bencana ini merugikan ribuan nelayan

dan pembudidaya rumput laut NTT menurunkan fungsi kelautan mematikan

biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati serta berpotensi

Universitas Sumatera Utara

91

menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka

kemiskinan106

Setelah makin maraknya protes masyarakat LSM dan media-lah

akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan

mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Sikap Presiden SBY ini sangat

jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan

berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20

miliar Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima

ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran Ini memang tidak sebanding

dengan sikap Presiden SBY yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor

Pada 27 Juli dihadapan Komisi VII DPR Menteri Perhubungan Fredi Numberi

menyatakan akan meminta DP dahulu sebesar US$ 5 juta Fredi

mengungkapkan mudah-mudahan PTTEP menyetujui dan dana tersebut bisa

dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat Berdasarkan

pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya

pemerintahan kita yang akan mengajukan DP pada PT TEP padahal telah

diketahui bahwa PTTEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita

memiliki hak untuk menuntut ganti rugi Kabarnya PTTEP pun telah

berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada

Pemerintah Australia Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak

efesien seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan

sosial dan pemulihan baru mengajukan klaim ganti rugi Kemudian harus

106 Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timor Montara Timor Sea Oil Spill Disasterrdquo

httpazryfebriawanblogspotcom201312pencemaran-laut-timor-montara-timor-seahtml

(diunduh pada 3 Desember 2019)

Universitas Sumatera Utara

92

didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut Sehingga

pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PTTEP

dicapai Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi

mereka107

Pemerintah Federal Australia telah memerintahkan perusahaan pencemar

Laut Timor PTTEP Australia untuk membuka kembali perundingan dengan

YPTB yang telah disepakati bersama pada Oktober 2012 serta menutup izin

operasi perusahaan minyak tersebut di Laut Timor sampai kasus Montara

terselesaikan Dan kabar terakhir Kasus pencemaran ini akan dibawa di Sidang

APEC 2013 untuk meminta dukungan masyarakat internasional terutama

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menghadiri sidang APEC

2013 di Bali pada Oktober mendatang agar dapat memasukkan kasus petaka

tumpahan minyak Montara di Laut Timor sebagai isu internasional karena

berkaitan dengan lingkungan global dan perubahan iklim dunia108

Disisi lain Pemerintahan Australia juga melakukan tindakan penyelidikan

untuk membantu negara Indonesia dalam perkara tumpahan minyak montara ini

Pemerintah Australia mengumumkan Komisi Penyelidikan komprehensif

tentang tumpahan minyak Montara yang menggaris bawahi komitmen Australia

untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara terbuka dan transparan109

Penyelidikan ini akan memeriksa kejadian yang berkaitan dengan

tumpahan minyak termasuk penyebab dampak dan upaya tanggapannya dan

akan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah bila diperlukan untuk

107

Ibid 108

Ibid 109 Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembassygovaujaktindonesianSM095f104html (diunduh pada 6 Desember

2019)

Universitas Sumatera Utara

93

mencegah terulangnya kejadian yang sama Penyelidikan diharapkan akan

menyerahkan laporannya ke Pemerintah Australia pada akhir April 2010110

Prioritas Pemerintah Australian sejak awal kebocoran adalah untuk

mengatasi tumpahan tersebut dan meminimalisasi dampaknya pada lingkungan

bersama Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) yang mengkoordinasi

tanggapan pembersihan Australia terhadap kejadian tersebut111

Pengawasan

terus menerus oleh AMSA tidak lagi menemukan aliran minyak ke samudera

sejak kebocoran minyak dari anjungan sumur Montara dihentikan pada 3

November Oleh karena itu pengawasan udara dihentikan pada 28 November112

Operasi tanggap termasuk pemulihan dan penyemprotan dispersan

dengan target tertentu Dispersan mempercepat pelapukan dan penghancuran

biologis minyak di laut Penyemprotan tidak menyebabkan minyak untuk

tenggelam ke dasar laut Setelah pengamanan sumur minyak seluruh operasi

tanggap domestik Australia dihentikan pada 3 Desember

Untuk memastikan bahwa segala dampak lingkungan dari tumpahan

minyak dipahami dan ditangani dalam jangka panjang rencana pengawasan

yang kukuh dan ilmiah telah disepakati antara Pemerintah Australia dan

perusahaan yang bertanggung jawab atas anjungan sumur minyak tersebut113

Diskusi tengah berlangsung antara Pemerintah Australia dan Indonesia tentang

pengawasan dampak tumpahan minyak bila ada di perairan Indonesia Delegasi

Pemerintah Australia berkunjung ke Indonesia pada 10 November untuk

memberi penjelasan kepada para pejabat Indonesia tentang tumpahan minyak

110

Ibid 111

Ibid 112

Ibid 113

Ibid

Universitas Sumatera Utara

94

termasuk operasi pembersihan dan masalah lingkungan yang terkait dengan

tumpahan tersebut114

Australia akan terus bertindak secara konsisten

berdasarkan hukum internasional dan hubungan bilateral kita yang kukuh dalam

memberi tanggapan pada kejadian ini115

Penyelidikan tersebut dibentuk untuk menyelidiki kemungkinan

penyebab kebocoran minyak dan gas yang tidak terkendali ke Laut Timor dari

Anjungan Sumur Montara pada 21 Agustus 2009 dan membuat rekomendasi ke

Pemerintah tentang bagaimana mencegah kecelakaan di masa depan116

Setelah

jangka waktu pertimbangan rinci Menteri Energi dan Sumber Daya Australia

Martin Ferguson mengumumkan baik Laporan Komisi Penyelidikan Montara

maupun draf tanggapan Pemerintah pada 24 November117

Laporan tersebut berisi 100 temuan dan 105 rekomendasi yang

mempunyai dampak pada pemerintah pembuat peraturan dan industri minyak

lepas pantai Laporan tersebut mengakui bahwa walau ada ruang untuk

melakukan perbaikan rezim peraturan Australia adalah efektif118

Pemerintah

Australia mengusulkan untuk menerima 92 mencatat 10 dan tidak menerima

tiga rekomendasi Laporan tersebut dan telah memulai periode konsultasi umum

selama tiga bulan tentang draft tanggapan tersebut119

Otorita Keselamatan Maritim Australia melakukan kontak langsung

dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI selama tanggapan tersebut dan

114 Ibid 115

Ibid 116

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara guna

Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo https indonesiaembassygovau jaktindonesian SM10 _

104html (diunduh pada 26 Desember 2019) 117

Ibid 118

Ibid 119

Ibid

Universitas Sumatera Utara

95

Pemerintah Australia terus memberi informasi kepada Pemerintah Indonesia

tentang perkembangan-perkembangan selanjutnya120

ldquoKita telah bekerja sama secara erat dengan Indonesia sejak tumpahan

tersebut pertama kali terjadi pada Agustus 2009 baik selama tahap tanggap

awal yang berakhir dengan penghentian kebocoran minyak pada November

tahun tersebut dan ketika Australia mengkaji ulang kejadian-kejadian seputar

tumpahan tersebutrdquo ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg

Moriarty121

ldquoDelegasi ini akan memberi keterangan lebih lanjut kepada Pemerintah

Indonesia tentang laporan Komisi Penyelidikan Montara dan draf tanggapan

Pemerintah Australia Kunjungan ini mencerminkan kerja sama erat yang

berlangsung antara kedua negara dalam masalah inirdquo tuturnya122

Pemerintah

Australia menyadari bahwa Pemerintah Indonesia sedang berupaya meminta

ganti rugi dari operator ladang minyak Montara PTTEP Australasia Ini

merupakan permasalahan antara kedua belah pihak yang bersangkutan123

Australia juga menyatakan telah memonitor gerakan gumpalan-

gumpalan minyak yang telah terurai dan lapisan minyak melalui penerbangan di

atas laut setiap hari dimana penerbangan terakhir dilakukan pada Selasa 27

Oktober Penerbangan tersebut mengindikasikan gumpalan-gumpalan minyak

yang telah terurai dan lapisan minyak tetap berada di ZEE Indonesia Gumpalan

minyak yang telah terurai teramati pada 21 September sekitar 94 kilometer

sebelah tenggara Pulau Roti Penerbangan di atas mengindikasikan yang terdapat

120

Ibid 121

Ibid 122

Ibid 123

Ibid

Universitas Sumatera Utara

96

di ZEE Indonesia utamanya adalah lapisan minyak dengan kadang kala

gumpalan kecil minyak yang telah terurai Bagian utama tumpahan minyak kini

berada lebih dari 248 kilometer dari garis pantai Indonesia124

B Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Ketentuan yang Diatur dalam

Konvensi Laut Tahun 1982 Terkait dengan Penyelesaian Pencemaran

Lintas Batas tersebut

Kendala yang dihadapi dalam penerapan ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Hukum Laut 1982 terkait penyelesaian pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia antara lain adalah Hukum Laut lebih mengatur

mengenai Tanggung Jawab Setiap Negara Tidak diatur didalamnya perihal

nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh Negara yang melakukan pencemaran

Meskipun UNCLOS telah mengatur mengenai hak dan kewajiban setiap negara

dalam mengelola kekayaan hayati yang ada dilaut namun tetap saja ada kendala

yang dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam masalah yang terjadi antara

Indonesia dengan Australia Salah satunya adalah penentuan ganti rugi yang

dilihat dari sudut materiil tidaklah diatur secara pasti didalam UNCLOS Namun

UNCLOS mengatur lebih kepada kewajiban ganti rugi dengan kata lain

pertanggung jawaban125

Selain hal itu ada kendala lain yang dialami dalam penyelesaian kasus ini

seperti halnya Indonesia tidak mempunyai data yang akurat terkait dalam kasus

tumpahan minyak Montara ini Pengamat hukum Internasional dari Universitas

Nusa Cendana Kupang Dr DW Tadeus mengatakan Indonesia tidak memiliki

124

Arly Sumanto OpCit Hlm 8 125

Ibid Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

97

data mengenai kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor Indonesia ketika

anjungan minyak milik PTTEP itu meledak pada 21 Agustus 2009126

Dosen hukum internasional itu mengatakan bahwa untuk bisa mengugat

Australia Indonesia harus mengumpulkan data-data yang menunjukkan

kerusakan akibat tumpahan minyak itu Misalnya berapa luas terumbu karang

yang tercemar Berapa banyak rumput laut yang rusak kemudian juga berapa

luas hutan magrove yang rusak katanya mencontohkan Kalaupun ada data

kata dia hanya merupakan data yang dikumpulkan sesaat Seharusnya data

yang dikumpulkan itu adalah data lima tahun terakhir katanya127

Tidak heran jika saat zamannya Presiden SBY dan Gubernur NTT Farns

Lebu Raya sempat ikut mengugat ke Australia tetapi hasilnya nihil Hal itu kata

Tadeus karena memang pemerintah NTT kemudian juga pemda-pemda yang

terkena dampak langsung dari kasus itu tidak mendata secara lengkap kerugian

dan kerusakan di setiap daerahnya masing-masing Termasuk gugatan yang

disampaikan oleh beberapa nelayan asal Pulau Rote di pengadilan Federal

Australia secara class action yang sampai sejauh ini masih juga terus berlanjut

katanya128

Nelayan kita tidak mengerti hukum internasional sehingga tidak bisa

menggugat secara pidana atau perdata karena tidak memiliki bukti dan data

yang kuat Dan inilah yang menjadi kelemahan kita selama ini katanya

Sementara itu Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni yang selama beberapa

tahun ini memperjuangkan kasus tumpahan minyak di Laut Timor dari anjungan

126

Dewasari M Wardani ldquoIndonesia Tidak Mempunyai Data Akurat Kasus

Montarardquo httpwwwsatuharapancomread-detailreadindonesia-tidak-punya-data-akurat-kasus-

montara (diunduh pada 28 Desember 2019) 127

Ibid 128

Ibid

Universitas Sumatera Utara

98

Montara juga mengakui hal tersebutKita belum punya data-data lengkap untuk

menggugat kasus ini tetapi saat ini Tim Montara Task Force sedang

mengumpulkan data-data itu untuk nantinya dapat dibawa saat pertemuan di

Australia nanti dalam waktu dekat129

Kemudian kendala terakhir dalam penyelesaian masalah pencemaran

lintas batas ini adalah Indonesia tidak melakukan tindakan pencegahan

sebagaimana telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 Sejak terjadinya kasus

kegagalan dalam pengeboran yang dilakukan oleh PTTEP Australia di Montara

belum ada tindakan-tindakan perlindungan ataupun pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut dan biota laut di laut Timor dari pihak Indonesia

sendiri padahal dalam kasus ini Indonesia merupakan negara yang wilayah

lautnya tercemar oleh minyak yang diakibatkan aktifitas pengelolaan laut negara

tetangga Australia Hal ini yang memberatkan Indonesia manakala Indonesia

akan membawa kasus Montara ke Pengadilan Internasional dikarenakan

Indonesia sendiri tidak mengambil tindakan penanggulangan yang cepat sejak

terjadinya kebocoran130

129

Ibid 130

Arly Sumanto Op Cit Hlm 9

Universitas Sumatera Utara

99

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Mengenai pengaturan hukum internasional dalam bidang kelautan diatur di

dalam ketentuan hukum UNCLOS 1982 yang di dalamnya disebutkan

bahwa tiap negara mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan laut aturan UNCLOS 1982 inilah yang

digunakan tiap negara yang terdaftar di PBB sebagai pedoman untuk

mengatur semua aturan tentang kelautan di bidang pencemaran laut

2 Mengenai pengaturan dan perkembangan hukum laut di Indonesia

menggunakan peraturan yang disesuaikan seperti UNCLOS 1982 melalui

pengundangan UU No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea 1982 Sebagai pelaksana lebih

lanjut dari ratifikasi ini dan pada 1996 pemerintah mencabut UU No

4Prp1960 dan menggantinya dengan UU no 6 tahun 1996 tentang

Indonesia yang lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan UNCLOS

1982 selain itu sejak tahun 2014 Indonesia telah memiliki payung

hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang kelautan yang disahkan pada tanggal

17 Oktober 2014 dimana semua hukum yang telah disebutkan diatas

inilah yang dipakai Indonesia hingga sekarang untuk menjaga kelestarian

lautnya

Universitas Sumatera Utara

100

3 Mengenai bagaimana upaya-upaya kedua negara dalam mengatasi

tumpahan minyak Montara ini Indonesia-Australia telah melakukan

pencegahan mengenai kasus tumpahan minyak Montara ini selain itu

terkait dengan upaya kedua negara terhadap penanggulangan pencemaran

laut yang diakibatkan oleh ledakan kilang minyak di Australia ini

Australia sendiri telah melakukan sedikitnya lima kali percobaan Yang

pada akhirnya kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur

sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak Selama proses

penanggulangan Australia menyatakan terus memberikan informasi yang

terbaru kepada pihak berwenang di Indonesia Selain dengan menutup

sumber ledakan dengan lumpur tindakan pembersihan besar-besaran

berlangsung dengan 12 menerapkan pengurai dan melakukan operasi

pengendalian dan pemulihan dengan menggunakan boom dan skimmer

Selain itu Indonesia juga telah mendirikan posko-posko yang berfungsi

untuk memonitor tumpahan minyak Montara di laut NTT tetapi

walaupun sudah dilakukannya langkah pencegahan karena lambatnya

respon pemerintah dalam penyelesaian kasus tumpahan minyak Montara

ini dampak tumpahan minyak ini telah menyebabkan kerugian yang

sangat besar pada negara Indonesia Kendala-kendala yang dihadapi

dalam penerapan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam kasus pencemaran

lintas batas yang diakibatkan kilang minyak montara ini adalah meskipun

dalam UNCLOS 1982 dituliskan secara jelas perihal tanggung jawab

negara dalam melindungi dan melestarikan lingkungan laut akan tetapi

UNCLOS 1982 tidak menentukan sistem pengganti kerugian yang dapat

Universitas Sumatera Utara

101

dijadikan dasar dalam penyelesaian kasus pencemaran lintas batas antara

Indonesia dengan Australia Hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi

Indonesia dalam menentukan besarnya ganti rugi yang harus dipenuhi

Australia selain itu Indonesia dalam mengajukan klaim ganti rugi ke

pemerintah Australia tidak menyediakan bukti-bukti data yang kuat dan

akurat sehingga sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan

B SARAN

1 Dalam penyelesaian kasus sengketa lintas batas negara tersebut sudah

seharusnya pihak Indonesia dan Australia sama-sama melakukan

penelitian ke lapangan dan ketempat titik dimana kejadian itu terjadi

yaitu di laut Nusa Tenggara Timor (NTT) walaupun Indonesia telah

mendirikan posko-posko untuk meneliti dan melakukan pengumpulan

data seharusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan pencegahan

lebih cepat dan sigap dalam kasus pencemaran laut minyak Montara ini

ketidak tanggapan pemerintah dalam melakukan penganggulangan kasus

tumpahan minyak Montara ini lah yang juga menjadi salah satu penyebab

kasus ini jadi lama selesai Dan alangkah lebih baiknya agar Indonesia

dan Australia melakukan penelitian yang lebih menyeluruh untuk

mengumpulkan data terkait kasus tumpahan minyak Montara ini

2 Selain itu baik dari pihak Indonesia ataupun Australia untuk

menyelesaikan kasus tumpahan minyak Montara ini sudah seharusnya

kedua negara melakukan tindakan-tindakan yang sudah tertulis di dalam

ketentuan UNCLOS 1982 karena UNCLOS 1982 mengandung dasar-

Universitas Sumatera Utara

102

dasar yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan sengketa terkait

dengan laut internasional Terlebih Indonesia dan Australia merupakan

14 negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 hal tersebut mengakibatkan

Indonesia dan Australia terikat secara hukum dengan negara-negara lain

yang juga telah meratifikasi UNCLOS 1982 walaupun hukum nasional

dari masing-masing negara tersebut juga memiliki hukum positifnya

sendiri terkait dengan pencemaran laut

Universitas Sumatera Utara

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin Pengantar Metode Penelitian Hukum

Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2004

Arifin Siregar Hukum Pencemaran Laut Di selat Malaka Medan

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum

Usu 1996

David Ruzie Droit International Public 14th

Edition Momentos Dalloz

1999

Dr Suhaidi SH MH Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut Dari

Pencemaran Yang Bersumber Dari Kapal Konsekwensi

Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan

Indonesia Jakarta Pustaka Bangsa Press 2004

Ferdi Tanoni Skandal Laut Timor Kupang Yayasan Peduli Timor Barat

(YPTB) 2008

Gerhard Von Glahn Law Among Nations Seventh Edition 1992

Henkin cs International Law Cases and Materials West Publishing

Company 1993

JG Starke cq Introduction to International Law Butterworth amp Co

Tenth Edition 1989

JL Briefly the Law of Nations 5th

Edition 1995

L Oppenheim Internasional Law A treatise 8th

Edition 1995Prof Dr

Boer Mauna Hukum Internasional Pengertian Peranan dan

Fungsi dalam Era Dinamika Global Bandung PT Alumni

2003

Michael Akehurst A modern introduction to International Law George

Allen amp Unwin (Publisher) Ltd 5th

Edition 1984 p 8-9

Michel Virally The Sources of International Law Manual of Public

International Law Edited by Mac sorensen Mac Millan St

Martinrsquos Press New York 1968

Mochtar Kusumaatmadja Bunga Rampai Hukum Laut Jakarta Bina

Cipta 1978

Universitas Sumatera Utara

104

NA Maryan Green International Law of Peace Second Edition 1982

Nur Yanto SH MH Memahami Hukum Laut Indonesia Jakarta Mitra

Wacana Media 2014

PJoko Subagyo S H Hukum Laut Internasional Jakarta Rineka Cipta

1993

Prof Dikdik Mohammad Sodik Hukum Laut Internasional di Indonesia

Bandung Reflika Aditama 2016

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja Hukum Laut Internasional Bandung

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

1978

RP Barston Modern Diplomacy Longman Second Edition 1997

ARTIKEL INTERNET

Aneska Zoya Ravenya ldquoapa yang dimaksud hukum laut internasionalrdquo

httpswwwdictioidtapa-yang-dimaksud-dengan-hukum-

laut-internasional9285

Angga Sopiana ldquosubjek hukum internasionalrdquo httpswww sridianticom

subjekndashhukumndashinternasionalhtml

Angga Sopiana ldquosumber hukum internasionalrdquo httpswwwsridiantico

msumberndashhukumndashinternasionalhtml

Azry Febrian ldquoPencemaran Laut Timorrdquo ldquoMontara Timor Sea Oil Spill

Disasterrdquo httpazryfebriawanblogspotcom201312penc

emaranndashlautndashtimorndashmontarandashtimor-seahtml

Damang Averroes ldquoRezim Hukum Lautrdquo httpbirthdayspartyco

Devi Anggraini ldquoHukum Laut Internasional dan Indonesia Sebagai

Negara Kepulauanrdquo httpdevindashanggrainindashfisip12webuna

iracidartikel_ detailndash113711ndashHUKUM 20INTERNASI

ONALndashHUKUM20LAUT20INTERNASIONAL20D

AN20INDONESIA20SEBAGAI20NEGARA20KE

PULAUANhtml

Galih Gumelar ldquoPersoalan Tak Berujung Tumpahan Minyak Montarardquo ht

tpswwwcnnindonesiacomekonomi20181217120659ndash8

Universitas Sumatera Utara

105

5ndash354220persoalanndashtakndashberujungndashtumpahanndashminyak-mon

tara

Hafizh Siregar ldquosejarah dan perkembangan hukum lingkungan

internasionalrdquo httpsprezicompfvlanee7u85sejarahndashdan

ndash perkembanganndashhukumndashlingkunganndashinternasional

Jenny Dee ldquoPenyelidikan Minyak Montara Sedang Berlangsungrdquo

httpsindonesiaembasssygovaujaktindonesianSM095f

104html

Laurensius Molan ldquoSatu Dekade Kasus Tumpahan Minyak Montara di

Laut Timorrdquo httpswwwAntaranewscomberita101970

satundashdekadendashkasusndashtumpahanndashminyakndashmontarandashdindashlaut -tim

or

LP Hutahean ldquoPerlu Upaya Serius Mencegah Tumpahan Minyak di

Lautrdquo httpswwwMongabaycoid20171030perlundashupa

yandashseriusndashmencegahndashtumpahanndashminyakndashdindashlaut

Nishatiarant ldquohukum laut pengertian hukum lautrdquo httpswwwcourseher

ocomfile24785341hukumndashlautdocx

M Rivani Gunawan ldquoKasus Tumpahan Minyak Indonesia-Singapura

dalam Hukum Internasionalrdquo httpswwwkompasianaco

mgunawan14125910180152f9fd7d5f93257akasusndashtumpa

hanndashminyakndashindonesiasingapurandashdalamndashhukumndashinternasio

nalpage=all

Muhammad Al Mansyur ldquohukum lautrdquo httpmuhammad-almansurblogs

potcom201205hukumndashlauthtml

Prof Dr SM Noor SH MH ldquoHakikat Hukum Internasionalrdquo

httpbirthdayspartyco

Reynaldy Darmawan ldquoSejarah Hukum Laut Indonesiardquo httpswwwscri

bdcomdocument363224605Sejarah-Hukum- Laut-Indone

sia

Ria Kusumawati ldquoKontribusi Pemerintah Dalam Upaya Mengatasi

Pencemaran Laut Indonesiardquo httpswwwkompasianaco

Universitas Sumatera Utara

106

memerent _ ria5c0435c0c112fe7b1b4e3442kontribusi-pe

merintahndashdalamndashupayandashmengatasindashpencemaranndashlaut

Rizkia Maryam ldquoHak dan Kewajiban Negara Pantairdquo https

wwwacademiaedu5131645HAK_DAN_KEWAJIBAN_

NEGARA_PANTAI_1_Hak_negara_pantai

Samhis Setiawan ldquo7 Subjek Hukum Internasional Teori Pengertian

Perkembangan Sumber Hukumrdquo httpswwwgurupendidi

kancoidsubjekndashhukumndashinternasional

Sanchi Davis ldquoDelegasi Akan Membicarakan tumpahan minyak Montara

guna Melanjutkan Kerja Sama yang Eratrdquo httpsindonesia

embassygovaujaktindonesianSM10_ 104Html

Suhaidi ldquoPerkembangan Ketentuan Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Dari Pencemaran di Indonesiardquo http

repositoryusuacidbitstreamhandle12345678915227equ

feb20057pdfjsessionid=85BFFA22552AE29FFFC4C43EE

DBBC319sequence=1

ldquoThe United Nations Convention on the Law of the Sea (A historical

perspective)rdquo httpswwwunorgDeptslosconvention_a

greementsconvention _ historical_perspectivehtm

Trio Hamdani ldquoPerjalanan Kasus Tumpahan Minyak Montara yang 10

Tahun Mandekrdquo httpsfinancedetikcomenergid-45064

23 perjalananndashkasusndashtumpahanndashminyak-montarandashyangndash1

0-tahunndashmandek

Vany Lucas ldquoHukum Lingkungan Internasionalrdquo httpvanylucas92blo

gspotcom201302hukumndashlingkunganndashinternasionalhtml

Vivin R ldquoSejarah Perkembangan Hukum Laut Internasionalrdquo httpinspir

asihukumblogspotcom201109sejarahndashperkembangan ndash h

ukumndashlauthtml

Wilda Asmarini ldquoKronologis Tumpahan Minyak di Laut Timorrdquo https

economyokezonecomread20100727320357108krono

logisndashtumpahanndashminyakndash di-lautndash timor

Universitas Sumatera Utara

107

WEBSITE

httpsidwikipediaorgwikiKebiasaan_internasional

httpsidwikipediaorgwikiKonvensi_Perserikatan_BangsaBangsa_tent

ang_Hukum_Laut

httpsidwikipediaorgwikiOrganisasi_Maritim_Internasional

httpslingkunganhidupcopencemaran-laut-di-indonesia-ampdampaknya

httpssetkabgoidstop-pencemaran-laut-indonesiautm_source=twitter

feedamputm_medium=twitter

httpssuduthukumcom201707sumber-hukum-laut-internasionalhtml

ldquoKonvensi Den Haag 1899 dan 1970rdquo httpsidwikipediaorgwiki

Konvensi_Den_Haag_1899_dan_1907

ldquoKonvensi Senjata Kimiardquo https idwikipediaorg wiki Konvensi _

Senjata_Kimia

ldquoKonvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatikrdquo https

idwikipediaorgwikiKonvensi_Wina_tentang _ Hubungan

_ Diplomatik

ldquoTerjemahan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949rdquo httpsblogsicrcorg

indonesiakonvensi-jenewa-tahun-1949

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 Tentang Landas Kontinen

Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif

Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Ratifikasi Indonesia

Terhadap UNCLOS 1982

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Universitas Sumatera Utara

108

KONVENSITRAKTAT

Hague Conventions of 1899 and 1970

Geneva Conventions 1949

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982

Chemical Weapons Convention 1993

Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961

Konvensi wina tentang hubungan Konsuler 1963

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 13: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 14: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 15: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 16: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 17: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 18: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 19: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 20: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 21: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 22: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 23: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 24: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 25: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 26: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 27: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 28: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 29: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 30: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 31: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 32: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 33: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 34: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 35: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 36: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 37: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 38: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 39: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 40: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 41: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 42: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 43: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 44: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 45: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 46: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 47: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 48: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 49: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 50: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 51: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 52: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 53: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 54: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 55: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 56: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 57: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 58: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 59: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 60: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 61: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 62: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 63: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 64: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 65: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 66: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 67: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 68: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 69: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 70: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 71: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 72: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 73: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 74: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 75: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 76: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 77: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 78: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 79: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 80: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 81: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 82: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 83: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 84: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 85: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 86: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 87: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 88: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 89: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 90: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 91: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 92: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 93: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 94: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 95: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 96: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 97: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 98: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 99: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 100: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 101: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 102: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 103: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 104: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 105: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 106: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 107: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 108: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 109: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 110: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 111: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 112: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 113: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 114: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 115: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 116: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 117: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA
Page 118: ANALISIS YURIDIS ATAS SENGKETA INDONESIA- AUSTRALIA