analisis yuridis terhadap pelaksanaan wasiat …
TRANSCRIPT
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN WASIAT
ALMARHUMAH SONG TJIN MEI ALIAS MARIANI KEPADA
AHLI WARIS MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PERDATA (STUDI PUTUSAN PENGADILAN TINGGI JAWA BARAT
NOMOR: 630/PDT/2016/PT.BDG)
Yolanda Hutabarat
ABSTRAK
Pengaturan mengenai hukum waris di Indonesia masih bersifat pluralism karena belum dilakukannya unifikasi hukum. Permasalahan mengenai hukum waris banyak terjadi disebabkan pembagian yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Di dalam Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat Nomor 630/Pdt/2016/PT.Bdg yang pokok permasalahan penelitiannya adalah: (1) Bagaimana pembagian harta peninggalan Almarhumah Song Tjin Mei alias Mariani kepada ahli warisnya menurut Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (2) Apakah dalam membuat Surat Wasiat Pewaris dapat memberikan seluruh hartanya kepada seseorang yang dikehendakinya menurut ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Untuk menjawab permasalahan tersebut, tipe penelitian ini ialah yuridis normatif. Data yang digunakan data sekunder, pengumpulan data studi kepustakaan dan analisis data kualitatif serta penarikan kesimpulan metode deduktif. Kesimpulan dari studi putusan ini menyebutkan bahwa (1) Yang menjadi ahli waris terhadap harta warisan Almh. Song Tjin Mei alias Mariani adalah Yuanta, Christine, dan Winstone masing-masing memperoleh 1/12 bagian, Sriwati Djohanli memperoleh 3/12 bagian, Davina memperoleh 3/12 bagian, dan Adiwan Djohanli memperoleh 3/12 bagian (2) Dalam membuat surat wasiat pewaris tidak diperbolehkan memberikan seluruh hartanya kepada seseorang yang dikehendakina karena harus memerhatikan ketentuan Legitieme Portie yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kata kunci: Hukum Waris, Wasiat, Hukum Waris Perdata Barat
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: [email protected])
Endang Suparsetyani
(Dosen Fakultas Hukum Trisakti) (Email: [email protected])
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hukum kewarisan merupakan
bagian dari hukum kekeluargaan yang
memegang peranan penting, bahkan
menentukan dan mencerminkan
sistem kekeluargaan yang berlaku
dalam masyarakat. Hukum kewarisan
sangat erat dengan kehidupan
manusia karena terkait dengan harta
kekayaan dan manusia yang satu
dengan yang lainnya.
Di Indonesia, sistem hukum waris
terbagi menjadi 3 (tiga) sistem, yaitu
Sistem Hukum Waris Islam, Sistem
Hukum Waris Adat, dan Sistem
Hukum Waris Perdata Barat. Hukum
Waris Islam adalah hukum waris
yang berlaku bagi mereka para
pemeluk agama Islam, hukum ini
bersumber pada Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Hukum Waris Adat adalah
hukum waris yang berlaku bagi
golongan yang tunduk dan patuh
terhadap adat masing-masing
sukunya, sistem hukum waris barat
yang bersumber pada burgelijk
wetboek (selanjutnya disebut “BW”)
berlaku bagi golongan yang tunduk
pada hukum perdata. Dari penjelasan
di atas, mengakibatkan pula
terjadinya perbedaan tentang arti dan
makna hukum waris itu sendiri bagi
masing-masing golongan penduduk.
Artinya belum terdapat suatu
keseragaman tentang pengertian dan
makna hukum waris sebagai suatu
keseragaman tentang pengertian dan
makna hukum waris sebagai suatu
standart hukum (pedoman) serta
pegangan yang berlaku untuk seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Sistem kewarisan yang tertuang
dalam Burgelijk Wetboek (BW) atau
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang menganut sistem
individual, dimana setelah pewaris
meninggal dunia maka harta
peninggalan pewaris haruslah segera
dilakukan pembagian kepada ahli
waris. Pada prinsipnya subyek hukum
waris adalah pewaris dan ahli waris.
Pewaris merupakan seseorang yang
telah meninggal dunia dan harta nya
beralih menjadi harta waris yang
harus diberikan kepada ahli warisnya.
Sedangkan ahli waris merupakan
orang yang menerima harta warisan.
Ahli waris menurut hukum waris
perdata tidak dibedakan menurut jenis
kelamin layaknya dalam beberapa
hukum waris adat dan hukum waris
islam. Seseorang menjadi ahli waris
menurut hukum waris perdata
disebabkan oleh perkawinan dan
hubungan darah, baik secara sah
maupun tidak. Orang yang memiliki
hubungan darah terdekatlah yang
berhak untuk mewaris.
Waris Perdata Barat merupakan
sistem hukum waris dimana
ketentuannya diatur dalam Buku II
Kitab Undang- Undang Hukum
Perdata, yang mana didalamnya
mengatur untuk mendapatkan
warisan adalah melalui 2 (dua) cara,
yaitu:
1. Pewarisan dengan cara
mewaris berdasarkan Undang-
Undang atau biasa disebut Ab-
Intestato, dimana hubungan darah
sebagai penentu, hal ini diatur dalam
Pasal 832 KUHPerdata.
2. Testamentair, yaitu pewarisan
yang diberikan kepada orang yang
bukan ahli waris, menjadi berhak
mewaris disebabkan adanya wasiat
pewaris.1
Ahli waris menurut burgelijk
wetboek (BW) diklasifikasikan
menjadi beberapa golongan, dimana
1 Effendi Perangin, Hukum Waris, (Depok: P Raja Grafindo Persada, 2018), h.4.
golongan terdekat menutup golongan
selanjutnya dalam mewaris.
Pengklasifikasian golongan ini
terdapat pada Pasal 852-858 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata,
yaitu:
1. Golongan kesatu, diatur
dalam Pasal 852 KUHPerdata, yang
termasuk ke dalam golongan ini ialah
pasangan dari pewaris yang hidup
terlama, baik suami maupun isteri,
serta garis keturunan kebawah, yaitu
anak-anak dan keturunan dari
sipewaris.
2. Golongan kedua, terdapat
dalam Pasal 854 – 857 KUHPerdata,
dan yang termasuk ke dalam
golongan ini ialah orangtua serta
saudara kandung dari sipewaris.
3. Golongan ketiga, terdapat
dalam Pasal 853 KUHPerdata yang
termasuk ke dalam golongan ini ialah
garis lurus keatas dari si pewaris,
yaituu kakek, nenek dan leluhur
lainnya.
4. Golongan keempat, yaitu
anggota keluarga dari sipewaris
dalam garis lurus menyamping
hingga derajat ke-6 (enam),
pengaturannya terdapat dalam Pasal
858 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
Dalam sistem pewarisan hukum
perdata barat dikenal ahli waris
pengganti, yaitu orang yang akan
menggantikan ahli waris yang
seharusnya, hal ini dikarenakan ahli
waris tersebut telah meninggal dunia.
Dalam KUHPerdata terdapat tiga
macam penggantian (representatie),
yaitu:
1. Penggantian garis lurus ke
bawah
Dikarenakan salah satu dari ahli
waris telah meninggal dunia, maka
yang menggantikan adalah
keturunannya, dalam hal ini anak dari
ahli waris tersebut, dan seterusnya,
hal ini diatur dalam Pasal 842
KUHPerdata.
2. Penggantian garis ke samping
Apabila yang harus mewaris
adalah golongan kedua, dalam hal ini
saudara kandung maupun saudara tiri,
namun telah meninggal dunia, maka
yang berhak menggantikan untuk
mewaris adalah anak-anak dari
saudara nya tersebut, dan seterusnya.
3. Penggantian garis ke samping
menyimpang
Dalam hal ini golongan keempat
yang seharusnya mewaris telah
meninggal dunia, maka yang
menggantikan adalah anak-anak dan
keturunan selanjutnya sampai derajat
ke- 6 (enam).
Sesuai dengan kenyataanya,
kehidupan sekarang ini sudah
semakin banyak kasus atau
permasalahan mengenai harta
warisan khususnya mengenai harta
warisan perdata barat yang diajukan
kepada Pengadilan yang berwenang.
Permasalahan waris merupakan salah
satu aspek penting dalam bidang
hukum perdata khususnya dalam hak
dan kedudukan anak luar kawin
dalam mewaris, ahli waris pengganti,
dan pemindahan kepemilikan harta
benda perorangan. Waris merupakan
salah satu dasar atas hak kepemilikan
suatu benda. Ketika adanya
ketimpangan dalam pembagian harta
warisan di dalam suatu keluarga,
yaitu dengan adanya ketidakselarasan
antara pembagian waris yang telah
diatur dalam KUHPerdata dengan
kenyataannya untuk masing-masing
ahli waris, sehingga dapat
menimbulkan perselisihan diantara
ahli waris. Dengan demikian,
pemahaman tentang waris relatif
menjadi suatu keharusan bagi setiap
orang.
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka menimbulkan keinginan dan
minat dari penulis untuk memahami
dan meneliti lebih jauh lagi terkait
permasalahan pelaksanaan wasiat
yang terjadi di antara ahli waris
keturunan dari Almarhumah Song
Tjin Mei alias Mariani berikut
penyelesaiannya berdasarkan
ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Oleh karenanya
maka dalam penelitian ini, penulis
akan menuangkannya didalam karya
ilmiah berbentuk skripsi dengan judul
“Analisis Yuridis Terhadap
Pelaksanaan Wasiat Almarhumah
Song Tjin Mei alias Mariani Kepada
Ahli Waris Menurut Ketentuan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
(Studi Kasus Putusan Pengadilan
Tinggi Jawa Barat Nomor
630/Pdt/2016/PT.Bdg)”
2. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut, maka dapat dikemukakan
2Johny Ibrahim, Teori dan
Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
permasalahan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pembagian harta
waris Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani kepada ahli
warisnya menurut Kitab
Undang-Undang Hukum
Perdata?
2. Apakah dalam membuat Surat
Wasiat Pewaris dapat
memberikan seluruh hartanya
kepada seeorang yang
dikehendakinya menurut
ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata?
B. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan
adalah tipe penelitian yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif
merupakan penelitian yang
difokuskan dan didasarkan kepada
norma-norma dan kaidah-kaidah
hukum perdata.2
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah
deskriptif analitis. Penelitian
deskriptif ditujukan untuk
(Malang : Bayumedia Publishing, 2006) h. 265.
memberikan data yang seteliti
mungkin tentang suatu manusia,
keadaan, atau gejala-gejala lainnya.”3
3. Data dan Sumber Data
a) Data
Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah data sekunder.
b) Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam
proses penelitian ini antara lain:
1) Bahan Hukum Primer, yang
digunakan antara lain:Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) atau Burgerlijk
Wetboek dan Putusan Pengadilan
Tinggi Jawa Barat Nomor:
630/Pdt/2016/PT.Bdg.
2) Bahan Hukum Sekunder, yang
digunakan antara lain sebagai
berikut Hukum Perdata Asas-
Asas Hukum Waris, Hukum
Waris Perdata, Hukum Kewarisan
Perdata Barat serta jurnal hukum
yang berkaitan dengan hukum
waris perdata barat.
3) Bahan Hukum Tersier, berisi
bahan hukum yang memberikan
3Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), h. 51.
4 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 93.
penjelasan lebih dalam yaitu
dengan cara penelusuran melalui
internet dan kamus yang berkaitan
dengan hukum waris perdata
barat.
4. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah melalui teknik
studi kepustakaan.
5. Analisis Data
Data yang didapat dalam
penelitian ini dianalisa melalui
pendekatan kualitatif, yang mana data
disusun secara sistematis dalam
bentuk uraian atau penjelasan untuk
menggambarkan hasil penelitian
dalam kesimpulan sehingga mudah
dipahami agar dapat diinformasikan
kepada orang lain.4
6. Cara Penarikan Kesimpulan
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan
metode deduktif. Yang dimaksud
ialah : “penarikan kesimpulan dari
pernyataan yang bersifat umum
kemudian ke yang bersifat khusus.”5
5Soerjono Soekanto dan Sri Memudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 7.
C. PEMBAHASAN DAN HASIL
PENELITIAN
1. Pembagian Harta Waris Alm.
Mariani Kepada Ahli Warisnya
menurut KUHPerdata
Diketahui bahwa menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
untuk mengesahkan suatu
perkawinan maka haruslah
didaftarkan ke Catatan Sipil.
Ketentuan ini terdapat pada Pasal 100
KUHPerdata yang menyatakan
bahwa, “Adanya suatu perkawinan
tak dapat dibuktikan dengan cara lain,
melainkan dengan akta
perlangsungan perkawinan itu, yang
telah dibukukan dalam register-
register catatan sipil, kecuali dalam
hal-hal teratur dalam Pasal-Pasal
berikut.”
Bila dihubungkan dengan kasus,
bahwa perkawinan antara Lie Tek
Kien alias Djohanli dengan Song Tjin
Mei alias Mariani dilaksanakan pada
tanggal 08 September 1954 di
Sukabumi dan perkawinan tersebut
telah didaftarkan ke Catatan Sipil per
tanggal 07 Desember 1979.
Maka perkawinan tersebut adalah sah
menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, dan hal ini
membuktikan bahwa Lie Tek Kien
alias Djohanli dan Song Tjin Mei
alias Mariani tunduk pada Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Pada Pasal 830 KUHPerdata
dikatakan bahwa, “Pewarisan hanya
berlangsung karena kematian.”
Berdasarkan Pasal tersebut apabila
dikaitkan dengan kasus, dengan
meninggalnya Lie Tek Kien alias
Djohanli pada tanggal 28 Januari
1974 dan Song Tjin Mei alias Mariani
pada tanggal 20 April 2014, maka
pada saat itu juga harta warisan
tersebut terbuka untuk para ahli waris.
Adapun yang menjadi harta
peninggalan Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani adalah satu unit
rumah toko dengan tanah seluas 127
m2 yang terletak di Jalan Jenderal
Ahmad Yani Nomor 115, Kelurahan
Gunung Parang, Kecamatan Cikole,
Kota Sukabumi, Jawa Barat. Dan satu
unit rumah toko dengan tana seluas 85
m2, terleta di Jalan Jenderal Ahmad
Yani Nomor 116/112, Kelurahan
Gunung Parang Kecamatan Cikole,
Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Dalam Pasal 832 KUHPerdata
terdapat ketentuan yang mengatur
mengenai siapa saja yang berhak
menjadi ahli waris, yang menyatakan
bahwa, “Menurut undang-undang
yang berhak untuk menjadi ahli waris
ialah, para keluarga sedarah, baik sah
maupun luar kawin dan si suami atau
isteri yang hidup terlama, semua
menurut peraturan tertera di bawah
ini.”
Bila dikaitkan dengan kasus,
maka yang berhak mendapatkan harta
peninggalan dari Almarhum Lie Tek
Kien alias Djohanli dan Almarhum
Song Tjin Mei alias Mariani adalah
keempat anaknya yang secara
otomatis menjadi ahli waris yang sah.
Dalam kasus Putusan Pengadilan
Tinggi Jawa Barat Nomor:
630/Pdt/2016/PT.Bdg yang menjadi
ahli waris dari Almarhumah Song
Tjin Mei alias Mariani antara lain:
1. Sriwati Djohanli yakni anak kedua
dari Song Tjin Mei alias Mariani
dengan Lie Tek Kien alias Djohanli
selaku Penggugat;
2. Almarhum Darmawan Djohanli yakni
anak pertama Lie Tek Kien alias
Djohanli dengan Song Tjin Mei alias
Mariani, yang digantikan oleh ahli
waris penggantinya yang terdiri dari
Tanty (isteri sah Darmawan Djohanli)
dan tiga orang anak yang bernama
Yuanta Djohanli, Christine Djohanli,
dan Winston Djohanli dalam hal ini
selaku Tergugat I;
3. Almarhumah Raniwati Djohanli
yakni Anak Ketiga dari Lie Tek Kien
alias Djohanli dengan Song Tjin Mei
alias Mariani yang digantikan oleh
anak perempuannya yang bernama
Davina, dalam hal ini selaku Tergugat
II;
4. Adiwan Djohanli yakni anak ke
empat dari Song Tjin Mei alias
Mariani dengan Lie Tek Kien alias
Djohanli selaku Tergugat III.
Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata ketujuh ahli waris
dari Almarhumah Song Tjin Mei alias
Mariani termasuk ke dalam Golongan
I dalam sistem penggolongan ahli
waris.
Adanya ahli waris pengganti
terjadi apabila ahli waris
sesungguhnya telah meninggal dunia
terlebih dahulu daripada Pewaris.
Sehingga, harta warisan yang
seharusnya jatuh ke ahli waris
sesungguhnya diberikan kepada ahli
waris pengganti tersebut. Hal ini
diatur dalam Pasal 841 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa, “Pergantian
memberi hak kepada seseorang yang
mengganti, untuk bertindak sebagai
pengganti, dalam derajat dan dalam
segala hak orang yang diganti.”
Berdasarkan Pasal 842
KUHPerdata menyatakan bahwa:
“Penggantian yang terjadi dalam
garis lurus ke bawah yang sah,
berlangsung terus tanpa akhir.
Penggantian itu diizinkan dalam
segala hat, baik bila anak-anak
dan orang yang meninggal
menjadi ahli waris bersama-sama
dengan keturunan-keturunan dan
anak yang meninggal lebih
dahulu, maupun bila semua
keturunan mereka mewaris
bersama-sama, seorang dengan
yang lain dalam pertalian
keluarga yang berbeda-beda
derajatnya.”
Apabila Pasal tersebut dikaitkan
dengan kasus Putusan Pengadilan
Tinggi Jawa Barat Nomor
630/Pdt/2016/PT.Bdg, maka yang
merupakan ahli waris pengganti
dalam garis lurus kebawah yang sah
adalah Yuanta Djohanli, Christine
Djohanli, Winston Djohanli yang
merupakan ahli waris pengganti dari
Almarhum Darmawan Djohanli, dan
Davina selaku ahli waris pengganti
dari Almarhumah Raniwati Djohanli.
Terhadap Tanty yakni isteri dari
Almarhumah Darmawan Djohanli,
statusnya bukanlah merupakan ahli
waris pengganti, juga bukan termasuk
sebagai ahli waris dari Almarhumah
Song Tjin Mei alias Mariani. Sama
halnya dengan Susan Theresia Lie
isteri dari Adiwan Djohanli, dia tidak
berhak atas harta warisan milik Song
Tjin Mei alias Mariani.
Terhadap bagian yang diterima
oleh ahli waris pengganti jumlahnya
sama besar dengan bagian yang
diterima oleh ahli waris
sesungguhnya.. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 832 KUHPerdata.
Maka pembagian harta
peninggalan Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani kepada masing-
masing ahli warisnya khususnya
kepada ahli waris pengganti yang
terdiri dari:
1) Yuanta Djohanli;
2) Christine Djohanli;
3) Winston Djohanli;
4) Davina.
Dimana mereka berhak untuk
mewaris bersama-sama dengan Om
atau Tantenya, yaitu Sriwati Djohanli
dan Adiwan Djohanli.
Maka pembagian harta
peninggalan milik Song Tjin Mei
alias Mariani menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata antara lain
sebagai berikut:
Jawab:
HP Mariani = 1 CDEF
Masing-masing mendapat =
¼(CDEF) x 1 = ¼
1. Karena C meninggal dunia
terlebih dahulu, maka dapat
digantikan oleh H, I, dan J.
Sehingga masing – masing
mendapatkan = ¼ x 1/3(HIJ) =
1/12
2. Karena E meninggal dunia
terlebih dahulu, maka bagiannya
dapat digantikan oleh K = ¼
Jadi, Total Pembagian Harta
Peninggalan almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani ialah:
C = tidak dapat karena
meninggal dunia, oleh sebab itu dapat
digantikan oleh :
H = 1/12
I = 1/12
J = 1/12
D = ¼ = 3/12
E = tidak dapat karena
telah meninggal dunia terlebih
dahulu, dan dapat digantikan oleh:
K = ¼ = 3/12
F = ¼ = 3/12
G = tidak mendapatkan
warisan karena bukan merupakan ahli
waris dari Pewaris
L = tidak mendapatkan
warisan karena bukan merupakan ahli
waris dari Pewaris
Total HP Mariani = 12/12
Dari uraian tersebut, maka pembagian
harta warisan milik Almarhumah
Song Tjin Mei alias Mariani menurut
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata adalah sebagai berikut:
1) Yuanta Djohanli, Christine Djohanli,
dan Winston Djohanli, ketiganya
merupakan ahli waris pengganti dari
Alm.Darmawan Djohanli, masing-
masing mendapatkan 1/12 bagian;
2) Sriwati Djohanli, anak kedua dari
Song Tjin Mei alias Mariani dengan
Lie Tek Kien mendapatkan 3/12
bagian;
3) Davina yang merupakan ahli waris
pengganti dari Almarhumah Raniwati
Djohanli yakni anak ketiga dari
Pewaris, mendapatkan 3/12 bagian;
+
1
4) Adiwan Djohanli, selaku anak
keempat dari Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani dengan Lie Tek
Kien mendapatkan 3/12 bagian;
5) Tanty, isteri dari Almarhum
Darmawan Djohanli tidak
mendapatkan bagian karena bukan
merupakan ahli waris Song Tjin Mei
alias Mariani;
6) Susan Theresia Lie, isteri dari
Adiwan Djohanli tidak mendapatkan
bagian karena bukan merupakan ahli
waris dari Song Tjin Mei alias
Mariani.
2. Pewaris dalam membuat surat
wasiat diperbolehkan atau
tidak memberikan seluruh
hartanya kepada seseorang
yang dikehendakinya menurut
ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata
Pada saat seseorang meninggal
dunia, maka segala hartanya semasa
hidup menjadi harta warisan dan
terbuka bagi para ahli warisnya.
Namun terdapat juga beberapa orang
yang terhadap harta peninggalannya
dibuatkan surat wasiat semasa
hidupnya, yang berisikan tentang apa
yang dikehendakinya akan terjadi
setelah ia meninggal dunia.
Pada kasus pembagian harta
warisan Almarhumah Song Tjin Mei
alias Mariani, terdapat pihak yang
merasa dirugikan dengan pembagian
harta warisan tersebut, sehingga ia
melakukan upaya hukum hingga
sampai pada tingkat Banding.
Pada Amar Putusan yang
dikeluarkan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sukabumi Nomor
06/Pdt.G/2016/PN.Skb menetapkan
bahwa terhadap masing-masing ahli
waris mendapat ¼ bagian dari harta
peninggalan Pewaris. Namun
terhadap putusan tersebut Adiwan
Djohanli merasa dirugikan dan tidak
setuju. Hal ini dikarenakan semasa
hidup, Almarhumah Song Tjin Mei
alias Mariani menulis surat wasiat
yang mana mewasiatkan seluruh
hartanya kepada Adiwan Djohanli
dan Susan Theresia Lie, isterinya.
Berdasarkan Pasal 832
KUHPerdata, penulis berpendapat
bahwa Amar Putusan yang
dikeluarkan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Jawa Barat tidak
sesuai, karena Majelis Hakim
menyatakan bahwa ahli waris yang
sah secara hukum dari Lien Tek Kien
alias Djohanli dengan Song Tjin Mei
alias Mariani adalah Penggugat
(Sriwati Djohanli), Tergugat I (Tanty,
Yuanta, Christine, dan Winstone),
Tergugat II (Davina), Tergugat III
(Adiwan Djohanli).
Sedangkan Tanty bukanlah
merupakan ahli waris yang sah dari
Song Tjin Mei alias Mariani, bukan
pula merupakan ahli waris pengganti
dari Darmawan Djohanli. Hal ini
dikarenakan Tanty tidak memiliki
hubungan darah dan juga bukan
merupakan keturunan yang sah dari
Song Tjin Mei alias Mariani.
Bila Pasal 932 KUHPerdata
dikaitkan dengan kasus, maka dalam
hal ini surat wasiat yang ditulis oleh
pewaris semasa hidupnya hanya
dibubuhkan tanda tangan saja, namun
tidak disimpan kepada notaris.
Padahal menurut Pasal tersebut surat
wasiat sendiri harus disimpankan
kepada Notaris agar keabsahan
hukum surat wasiat tersebut tidak
diakui, karena hal ini merupakan
syarat formal dari sah nya surat
wasiat, yang mana apabila ketentuan
atau syarat-syarat formalitas tersebut
tidak dilaksanakan maka surat wasiat
diancam dengan kebatalan atau dapat
dinyatakan batal demi hukum.
Menurut Pasal 935 KUHPerdata,
seharusnya Amar Putusan tersebut
tidak sah dan dapat dibatalkan, karena
surat wasiat yang dimaksud tergolong
kedalam jenis surat dibawah tangan.
Berdasarkan amar Putusan
Pengadilan Tinggi Jawa Barat
Nomor: 630/Pdt/2016/PT.Bdg
peninggalan Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani sebagai berikut:
HP Song Tjin Mei Darmawan
Djohanli, Sriwati Djohanli, Raniwati
Djohanli, dan Adiwan Djohanli
Pelaksanaan Wasiat
HP Song Tjin Mei = 1
Adiwan Djohanli = 1 -
Total HP = 0
Darmawan Djohanli,Sriwati
Djohanli, Raniwati Djohanli tidak
dapat.
LP Darmawan Djohanli = ¾ x ¼ x 1
= 3/16
LP Sriwati Djohanli = ¾ x ¼ x 1
= 3/16
LP Raniwati Djohanli = ¾ x ¼ x 1
= 3/16
LP Adiwan Djohanli = ¾ x ¼ x 1=
3/16
+
Total LP = 12/16
Sisa HP Song Tjin Mei = 1 – 12/16 =
4/16 Adiwan Djohanli dan Susan
Theresia Lie
1. Karena Darmawan Djohanli
telah meninggal dunia lebih dulu
dibanding Pewaris, maka
digantikan oleh Yuanta,
Christine, dan Winston, dengan
bagian sebagai berikut:
Masing-masing = 3/16 x 1/3 (Yuanta,
Christine, dan Winston) = 3/48
2. Karena Raniwati Djohanli telah
meninggal dunia lebih dulu
dibanding Pewaris, maka
digantikan oleh Davina = 3/16
Jadi, total pembagian harta warisan
Almarhumah Song Tjin Mei alias
Mariani adalah sebagai berikut:
Darmawan Djohali = tidak
mewaris karena telah meninggal
dunia, maka digantikan oleh :
Yuanta = 3/48
Christine = 3/48
Winstone = 3/48
Sriwati Djohanli = 3/16 = 9/48
Raniwati Djohanli = tidak
mewaris karena telah meninggal
dunia, maka digantikan oleh :
Davina = 3/16 = 9/48
Adiwan Djohanli = 3/16 + 4/16
(wasiat) = 7/16 = 21/48
Tanty = tidak berhak
mewaris, karena bukan terma-suk ahli
waris Almarhumah Song Tjin Mei
alias Mariani.
Susan Theresia Lie = tidak berhak
mewaris, karena bukan terma-suk ahli
waris Almarhumah Song Tjin Mei
alias Mariani.
Total HP Mariani = 48/48
Meskipun pada Pasal 885
KUHPerdata dikatakan bahwa “Jika
kata-kata dari suatu wasiat adalah
jelas, maka surat yang demikian tak
boleh ditafsirkan menyimpang dari
kata-kata itu”. Yang mana
menyatakan bahwa seharusnya
pembagian harta peninggalan
Almarhumah Mariani haruslah sesuai
dengan surat wasiat yang
dikehendakinya. Namun isi dari surat
wasiat tersebut melebihi limitatif
yang ditetapkan oleh Undang-
Undang.
Didalam menjalankan wasiat,
haruslah memerhatikan bagian
mutlak dari setiap ahli warisnya.
Maksudnya apabila ditentukan dalam
surat wasiat bahwa bagian yang
diwasiatkan lebih besar dari bagian
ahli waris seharusnya, maka bagian
mutlak ahli waris haruslah terlebih
1
dahulu dikeluarkan. Ketentuan bagian
legitieme portie yang menjadi dasar
pertimbangan Majelis Hakim didalam
menetapkan Amar Putusan adalah
Pasal 914 KUHPerdata.
Dimana dalam hal ini pewaris
memiliki empat orang anak sehingga
bagian mutlak dari anak-anaknya
adalah sebesar ¾ bagian dari harta
peninggalan, dan terhadap bagian ini
haruslah dikeluarkan terlebih dahulu,
lalu terhadap sisa harta peninggalan
barulah dapat dibagikan sebagai
wasiat dari si Pewaris.
Berdasarkan Pasal-Pasal diatas
maka pembagian harta peninggalan
Almarhumah Song Tjin Mei alias
Mariani tidak bisa dijalankan sesuai
dengan kehendak pewaris, karena hal
ini menyinggung bagian mutlak dan
merugikan ahli warisnya. Serta
didalam membuat surat wasiat,
pewaris tidak diperbolehkan
memberikan seluruh hartanya kepada
seseorang yang dikehendakinya,
karena ada Legitieme Portie atau
bagian mutlak ahli waris yang harus
diperhatikan.
Dan terhadap pembagian yang
ditetapkan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Jawa Barat pada
Amar Putusan dengan Nomor
630/Pdt/2016/PT.Bdg sudah sesuai
dengan ketentuan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Namun dalam hal ini terdapat
kesalahan didalam menentukan pihak
mana saja yang berhak mendapatkan
harta peninggalan, yaitu Tanty.
Dimana pada Amar Putusan
ditetapkan bahwa Tergugat I berhak
untuk mewaris, sedangkan Tergugat I
terdiri dari Tanty, Yuanta, Christine,
dan Winston. Sedangkan terhadap
Tanty, ia bukanlah merupakan ahli
waris dari Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani, sehingga ia tidak
berhak untuk mewaris bersama-sama
dengan ahli waris lainnya.
ni.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
1) Pembagian Harta Peninggalan
Alm Mariani menurut
KUHPerdata
Maka, didalam menyelesaikan
kasus Putusan Pengadilan Tinggi
Jawa Barat Nomor
630/Pdt/2016/PT.Bdg, pembagian
harta warisan Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani didasarkan pada
Pasal 100 KUHPerdata, Pasal
830KUHPerdata, Pasal 832
KUHPerdata, Pasal 841KUHPerdata,
Pasal 842KUHPerdata, Pasal 846
KUHPerdata.
Maka pembagian harta
peninggalan Almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani adalah sebagai
berikut:
HP Mariani = 1 Darmawan
Djohanli, Sriwati Djohanli, Raniwati
Djohanli dan Adiwan Djohanli
Masing-masing mendapat = ¼
(Darmawan Djohanli,Sriwati
Djohanli,Raniwati Djohanli, dan
Adiwan Djohanli) x 1 = ¼
a. Karena Darmawan Djohanli
meninggal dunia terlebih dahulu,
maka digantikan oleh Yuanta
Djohanli, Christine Djohanli dan
Winstone Djohanli :
Masing–masing mendapatkan = ¼ x
1/3 (Yuanta Djohanli, Christine
Djohanli, Winstone Djohanli) = 1/12
b. Karena Raniwati Djohanli meninggal
dunia terlebih dahulu, maka
bagiannya dapat digantikan oleh
Davina = ¼
Jadi, Total Pembagian Harta
Peninggalan almarhumah Song Tjin
Mei alias Mariani ialah:
Darmawan Djohanli = tidak
dapat karena meninggal dunia
terlebih dahulu, dapat digantikan
oleh:
Yuanta Djohanli = 1/12
Christine Djohanli = 1/12
Winstone Djohanli = 1/12
Sriwati Djohanli = ¼ = 3/12
Raniwati Djohanli = tidak dapat
karena meninggal dunia terlebih
dahulu, dapat digantikan oleh:
Davina = ¼ = 3/12
Adiwan Djohanli =¼ = 3/12
Tanty = tidak dapat, karena
bukan termasuk ahli waris
Almarhumah Song Tjin Mei alias
Mariani.
Susan Lie = tidak dapat,
karena bukan termasuk ahli waris
Almarhumah Song Tjin Mei alias
Mariani.
Total HP Mariani = 12/12
2) Pewaris dalam membuat Surat
Wasiat diperbolehkan atau tidak
memberikan seluruh hartanya
kepada seseorang yang
dikehendakinya menurut
ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
1
+
Pembagian yang ditetapkan oleh
Majelis Hakim sudah benar, karena
telah mempertimbangkan Legitieme
Portie atau bagian mutlak dari para
ahli waris sesuai dengan ketentuan
yang terdapat pada Pasal 914
KUHPerdata. Dimana didalam
membuat surat wasiat, pewaris tidak
diperbolehkan memberikan seluruh
hartanya kepada seseorang yang
dikehendakinya, karena haruslah
memerhatikan Legitieme Portie atau
bagian mutlak dari ahli waris yang
tidak boleh disinggung.
2. Saran
Sebagaimana berdasarkan Amar
Putusan Pengadilan Tinggi Jawa
Barat dengan Nomor
630/Pdt/2016/PT.Bdg permasalahan
tersebut timbul karena harta
peninggalan milik pewaris tidak
dibagikan secara langsung kepada
ahli waris dalam waktu yang cepat.
Jadi, demi mencegah munculnya
permasalahan seperti pada kasus ini,
penulis menyarankan agar harta waris
segera dibagikan kepada ahli waris
dengan cepat setelah pewaris
meninggal dunia. Selain itu menurut
penulis hasil penelitian ini kiranya
dapat menjadi perhatian lebih bagi
para pembaca, bahwa hukum waris
sangat penting untuk diketahui dan
dipelajari.
REFERENSI
Buku
A. Pitlo, Hukum Waris menurut Kitab
Undang-Undang Hukum
Perdata Belanda. 1979,
Terjemahan oleh Isa Arief.
Effendi Perangin, Hukum Waris.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011.
Eman Suparman, Hukum Waris
Indonesia dalam Perspektif
Islam, Adat dan BW. Bandung :
Refika Aditama, 2005.
F. Satriyo Wicaksono. Hukum Waris:
Cara Mudah & Tepat Membagi
Harta Warisan. Jakarta:
Visimedia, 2011.
Frieda Husni Hasbullah. Hukum
Kebendaan Perdata Hak-Hak
Yang Memberikan Kenikmatan
Jilid 1. Jakarta: Ind-Hill. Co,
2001.
Henny Tanuwidjaja, Hukum Waris
Menurut BW (Burgerlijk
Wetboek). Bandung : PT.
Refika Aditama, 2012.
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi
Penelitian Hukum Normatif,
Malang: Bayumedia
Publishing, 2006.
Maman Suparman, Hukum Waris
Perdata. Jakarta: Sinar Grafika,
2017.
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum
Perdata. Jakarta: PT.
Intermasa, 2003.
R. Subekti, Ringkasan tentang
Hukum Keluarga dan Hukum
Waris. Jakarta: Intermasa,
1990.
Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum. Jakarta:
Universitas Indonesia, 2007.
Sudarsono. Hukum Waris dan Sistem
Bilateral. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994.
Surini Ahlan Syarif dan Nurul
Elmiyah, Hukum Kewarisan
Perdata Barat, Jakarta:
Kencana Prenadamedia, 2014.
Surini Ahlan Syarif, Intisari Hukum
Waris Menurut Burgelijk
Wetboek. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2003.
Titik Triwulan. Hukum Perdata
Dalam Sistem Hukum Nasional,
Jakarta: Kencana, 2008.
Wahyono Darmabrata, Hukum
Perdata Asas-asas Hukum
Waris. Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2003.
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata