anatomi saliva 1
DESCRIPTION
anatomi kelenjar salivaTRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan
ekosistem di dalam rongga mulut.1 Saliva merupakan hasil sekresi dari
beberapa kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh
kelenjar saliva mayor yang meliputi kelenjar parotid, submandibular, dan
sublingual, sedangkan sisa
7% lainnya disekresikan oleh kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar bukal,
labial, palatinal, glossopalatinal, dan lingua l.2,3 Kelenjar-kelenjar minor
ini menunjukkan aktivitas sekretori lambat yang berkelanjutan, dan juga
mempunyai peranan yang penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa
oral, terutama pada waktu malam hari ketika kebanyakan kelenjar-kelenjar saliva
mayor bersifat inaktif.1
easaman (pH) Saliva
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Derajat K Gambar 1. Gambaran anatomi sekresi kelenjar saliva minor3
Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva menentukan pH dan
kapasitas buffer saliva. pH saliva normal berkisar antara 6,7-7,3.21 pH saliva
tergantung pada perbandingan asam dan konjugasi basanya.4
2.1.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pH saliva
Derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh irama cyrcadian, diet dan rangsangan
terhadap kecepatan sekresi saliva.4
a. Irama cyrcadian
Irama cyrcadian mempengaruhi pH dan kapasitas buffer saliva. Pada keadaan
istirahat atau segera setelah bangun, pH saliva meningkat dan kemudian turun
kembali dengan cepat. Pada seperempat jam setelah makan (stimulasi mekanik), pH
saliva juga tinggi dan turun kembali dalam waktu 30-60 menit kemudian. pH saliva
agak meningkat sampai malam, dan setelah itu turun kembali.
b. Diet
Diet juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva. Diet kaya karbohidrat dapat
menurunkan kapasitas buffer saliva, sedangkan diet kaya serat dan diet kaya protein
mempunyai efek meningkatkan buffer saliva. Diet kaya karbohidrat meningkatkan
metabolisme produks i asam oleh bakteri-bakteri mulut, sedangkan protein
sebagai sumber makanan bakteri, meningkatkan sekresi zat-zat basa seperti amonia.
2.1.1.2 Sistem buffer di dalam saliva
Derajat keasaman dan kapasitas buffer diperkirakan disebabkan oleh susunan
bikarbonat, yang meningkat sesuai dengan kecepatan sekresi. Hal ini dapat diartikan
bahwa pH dan kapasitas buffer saliva meningkat sesuai dengan kenaikan laju
kecepatan sekresi saliva. Bagian-bagian saliva lainnya, seperti fosfat (terutama
HPO42-) dan protein, hanya merupakan tambahan sekunder pada kapasitas buffer.
Ureum pada saliva dapat digunakan oleh mikroorganisme pada rongga mulut dan
menghasilkan pembentukan amonia. Amonia tersebut akan menetralkan hasil akhir
asam metabolisme bakteri, sehingga pH menjadi lebih tinggi.4
2.1.1.3 Derajat keasaman saliva pada keadaan istirahat
pH saliva total yang tidak dirangsang biasanya bersifat asam, bervariasi dari
6,4 sampai 6,9. Konsentrasi bikarbonat pada saliva istirahat bersifat rendah,
sehingga suplai bikarbonat kepada kapasitas buffer saliva paling tinggi hanya
mencapai 50%, sedangkan pada saliva yang dirangsang dapat menyuplai sampai
85%.4
2.1.1.4 Derajat keasaman saliva setelah stimulasi
Kecepatan sekresi saliva mempengaruhi derajat keasaman dalam saliva, dan
juga berpengaruh pada proses demineralisasi gigi. Hal ini dapat ditemukan
pada beberapa penyakit dengan gangguan sekresi saliva. Keadaan psikologis juga
menyebabkan penurunan pH saliva akibat penurunan kecepatan sekresi saliva.4
2.2 Metode Pengumpulan Saliva
Berdasarkan petunjuk pengumpulan saliva yang dikeluarkan oleh Universitas
California Selatan, sebelum mengumpulkan saliva menyeluruh yang tidak
distimulasi. Pasien diinstruksikan untuk menghindari asupan makanan dan minuman
(kecuali air) satu jam sebelum dilakukannya pengumpulan saliva. Merokok,
mengunyah permen karet, meminum kopi tidak diperbolehkan dalam jangka waktu
tersebut. Subjek diminta untuk berkumur beberapa kali dengan air distilasi dan
harus tenang. Kepala harus sedikit condong ke depan dan mulut harus tetap terbuka
dan biarkan saliva mengalir pada wadah yang telah disediakan. Pada akhir
pengumpulan saliva, sisa saliva pada mulut harus diludahkan ke wadah percobaan.22
Pemilihan metode yang akan digunakan tergantung pada peneliti dan
umur dari partisipan. Beberapa metode pengumpulan saliva yang biasanya
digunakan adalah passive drool, spitting, suction dan absorbent.22,23,24 Namun,
pada penelitian ini metode pengumpulan saliva yang digunakan adalah metode
passive drool.
a. Passive Drool
Metode ini adalah metode yang paling efektif dan sering digunakan untuk
mengumpulkan saliva dengan mengeluarkan saliva secara pasif ke dalam
wadah kecil. Passive drool sangat direkomendasikan karena metode ini telah
diterima oleh banyak peneliti, tidak seperti metode absorben, yang kadang-kadang
dapat menyebabkan gangguan pada pengujian imunitas. Metode ini prinsipnya
sama dengan metode draining.
Gambar 2. Gambar metode passive drool22
b. Metode Spitting
Pada metode ini, saliva dikumpulkan di dasar mulut dan kemudian subjek
meludahkannya ke dalam test tube setiap 60 detik. Untuk pengumpulan pH
saliva yang distimulasi, pasien diinstruksikan untuk mengunyah paraffin wax atau
chewing gum.
c. Metode Suction dan Absorbent
Saliva diaspirasi secara terus-menerus dari dasar mulut ke dalam test tube
dengan saliva ejector atau dengan aspirator. Selain itu, terdapat juga metode
absorbent dimana saliva dikumpulkan dengan swab, cotton roll, atau gauze sponge,
kemudian diletakkan dalam tabung dan diputar dengan gerakan sentrifugal.
2.3 Demineralisasi dan Remineralisasi Gigi
Demineralisasi merupakan keadaan hilangnya ion kalsium, fosfat
dan hidroksil dari kristal hidroksiapatit, dimana disolusi hidroksiapatit dapat terjadi
pada
pH di bawah 5,5 (pH kritis).25 Namun, pH kritis berbeda pada masing-masing
individu, dimana pada keadaan saliva dengan konsentrasi kalsium dan fosfat rendah,
pH kritis berada pada nilai sekitar 6,5, sedangkan pada saliva dengan keadaan
Ca2+ dan PO43- tinggi, pH kritis berada antara nilai 5,5.26 Demineralisasi dapat
terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah bakteri (Streptococcus
mutans)27, komposisi dan aliran saliva, aksi buffer saliva, diet, struktur gigi,
pengaruh obat-obatan25 dan kekasaran permukaan gigi.28 Terdapat beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya peningkatan kelarutan enamel dalam pH asam yaitu pada
keadaan asam, ion H+ menghilangkan ion OH- untuk membentuk air dan juga
semakin rendah pH, maka semakin rendah konsentrasi PO43-.26
Dalam saliva terdapat kesetimbangan kimia antara mineral padat dan larut
yaitu sebagai berikut: Ca10 (PO4)6 (OH)2 (Solid) ↔ 10 Ca 2+ + 6PO43- + 2OH-
(Solution).26,27
Demineralisasi dapat terjadi pada keadaan dimana Ionic product (Ip) < solubility
product (Ksp) dan sebaliknya remineralisasi terjadi pada keadaan Ip>Ksp. Karena
pada pH yang rendah, maka semakin banyak kalsium yang dilepaskan dari struktur
permukaan gigi.27,29 Demineralisasi pada gigi terus berlangsung sampai terdapat
kesetimbangan, dimana Ip=Ksp.26 Salah satu minuman yang dapat menyebabkan
terjadinya demineralisasi enamel adalah minuman isotonik (sports drink) dan
minuman energi, hal ini disebabkan karena pengaruh asam di dalam minuman
tersebut.10
Remineralisasi merupakan proses alami dimana mineral inorganik
dalam saliva terakumulasi pada daerah yang mengalami disolusi enamel dan
menggantikan
mineral yang hilang dari gigi.27 Salah satu faktor yang penting dalam remineralisasi
enamel gigi adalah aliran saliva.25 Selain itu, pada saliva normal kandungan
ion kalsium dan fosfat membantu mencegah terjadinya disolusi kristal
hidroksiapatit.
Pada proses remineralisasi, mineral dari makanan dan saliva yang larut dalam asam
karbonat, terakumulasi pada daerah enamel yang rusak karena asam. Remineralisasi
menggantikan kehilangan ion kalsium, fosfat, dan fluor menjadi kristal
fluorapatit.30
Remineralisasi terjadi ketika pH, ion Ca dan P meningkat dalam saliva dan juga
disertai dengan kandungan fluor yang membentuk kristal fluorapatit.31 Fluorapatit
mengalami demineralisasi pada pH di bawah 4,5, sehingga hal ini mengakibatkan
fluorapatit bersifat lebih resisten terhadap terjadinya proses demineralisasi daripada
hidroksiapatit.32 Salah satu minuman yang dapat meremineralisasi enamel gigi
adalah susu, hal ini disebabkan karena adanya kandungan kalsium dan protein
lainnya yang dapat membentuk kalsium fosfat pada enamel yang mengalami
demineralisasi.19
2.4 Minuman Isotonik
2.4.1 Komposisi Minuman Isotonik
Dalam minuman isotonik terdapat beberapa komposisi yaitu sebagai berikut:
a. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat mayor yang banyak digunakan dalam minuman
isotonik (sports drinks) adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, dan polimer sintetik
maltodekstrin, yang dikenal sebagai polimer glukosa. Komposisi dalam
minuman isotonik hanya diproduksi untuk menghasilkan kombinasi karbohidrat
yang mempunyai rasa enak untuk diminum.33 Sejumlah kecil fruktosa juga
ditambahkan dalam minuman isotonik untuk meningkatkan aroma minuman, dan
juga untuk menyuplai bentuk karbohidrat yang bervariasi yang akan
meningkatkan laju absorpsi.34
b. Elekrolit
Sejumlah kecil elektrolit, seperti sodium, pot assium, dan klorida,
ditambahka n ke dalam minuman isotonik (sports drink) untuk meningkatkan rasa,
dan secara teoritis, untuk mempertahankan cairan atau keseimbangan elektrolit di
dalam tubuh.33
Kandungan sodium merangsang absorpsi karbohidrat dan air dalam usus kecil,
sehingga menstimulasi reseptor rasa haus untuk menggantikan kehilangan cairan.34
Konsentrasi fluoride, fosfat dan kalsium dalam minuman isotonik rendah, sehingga
kandungan elekrolit dalam minuman isotonik tidak dapat mencegah proses
demineralisasi ataupun menghasilkan efek remineralisasi.35
c. Kandungan lain
Beberapa minuman seperti minuman isotonik menambahkan zat perasa,
vitamin, mineral, protein dan bahan herbal lainnya.34
2.4.2 Pengaruh Minuman Isotonik dan Minuman Ringan Terhadap pH
Rongga Mulut
Minuman isotonik (sports drink) dan minuman ringan lainnya mempunyai
pengaruh terhadap keadaan rongga mulut. Minuman karbonat (soft drink), laktat,
dan minuman isotonik mempunyai tingkat keasaman yang hampir sama. pH
minuman ringan, termasuk di dalamnya minuman isotonik, berada antara rentang
nilai pH 2,6-
4,1. Hal ini dapat diartikan bahwa pH minuman ringan berada di bawah batas
pH kr itis.9 Penelitian menunjukkan bahwa nilai pH 5,5 merupakan pH kritis
yang menyebabkan enamel mengalami proses demineralisasi.9 Selain itu, kandungan
mineral kalsium hidroksiapatit juga akan melarut pada pH tersebut26,36
Penelitian membuktikan bahwa minuman isotonik dapat menyebabkan terjadinya
erosi gigi.12
Beberapa penelitian lainnya juga membuktikan bahwa minuman isotonik
(sports drink) dan minuman energi bersifat lebih erosif daripada minuman soda
karena pengaruh asam di dalam minuman tersebut.10 Kebanyakan minuman ringan,
termasuk minuman isotonik, mengandung beberapa jenis asam, seperti phosphoric
acid, asam sitrat, malic acid dan tartaric acid.11 Minuman sari buah dibuat dari
konsentrat buah dan juga mengandung derivat asam-asam organik dari buah, seperti
asam sitrat pada jeruk, tartaric acid pada anggur dan malic acid pada apel.
Penambahan vitamin C atau asam askorbat juga mengkonstribusikan keasaman
mempunyai peningkatan kapasitas buffer yang menyebabkan pH mulut menurun
secara berkepanjangan.13 Hal ini disebabkan karena semakin besar kapasitas buffer
sebuah minuman atau makanan, maka semakin lama pula waktu yang
diperlukan saliva untuk menetralisir asam tersebut. Kapasitas buffer yang tinggi
dari sebuah minuman akan meningkatkan proses disolusi, karena lebih banyak ion
dari mineral gigi yang dibutuhkan untuk membuat asam menjadi inaktif
pada proses demineralisasi lanjutan.15
2.5 Minuman Susu
2.5.1 Komposisi Minuman Susu
Dalam susu terdapat beberapa komposisi di antaranya adalah kandungan
air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan enzim.38
a. Air. Kandungan air dalam susu berjumlah sekitar 87%. Kandungan ini
dalam susu mempunyai peranan penting dalam metabolisme tubuh.
b. Karbohidrat. Kandungan karbohidrat dalam susu berjumlah 4,9% dalam
bentuk laktosa. Laktosa merupakan golongan disakarida yang berasal dari
glukosa dan galaktosa.
c. Lemak. Dalam susu juga terdapat komposisi lemak yaitu sekitar 3,4%.
Kandungan asam lemak dalam lemak susu dibagi menjadi 65% saturated, 29%
monounsaturated, dan 6% polyunsaturated.
d. Protein. Susu mempunyai sekitar 3,3% kandungan protein yang terdiri dari
82% casein dan 18% protein serum. Susu mengandung semua jenis asam amino
esensial.
e. Vitamin. Dalam susu terdapat beberapa kandungan vitamin seperti
vitamin A, thiamin, riboflavin, niacin, asam pantotenat, pyridoxine, cobalamin,
vitamin C, D, E, K dan folate.
f. Mineral. Susu mempunyai banyak kandungan mineral yaitu kalsium, copper,
iron, magnesium, manganese, phosphorus, potassium, selenium, sodium dan zinc.
g. Minor Biological Protein dan Enzymes. Protein-protein minor dan
enzim juga ditemukan di dalam susu, seperti laktoferin dan laktoperoksidase.
2.5.2 Pengaruh Minuman Susu Terhadap pH Rongga Mulut
Minuman produk olahan susu dapat mempengaruhi keadaan pH dalam
rongga mulut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa susu maupun produk olahan
susu mempunyai manfaat untuk meremineralisasi gigi, mencegah perlekatan bakteri
pada gigi, dan juga menghambat pembentukan biofilm bakteri.19 Susu
mengandung kalsium fosfat dan casein yang melindungi gigi dari terjadinya
proses demineralisasi.39 Selain itu casein juga berperan dalam mencegah perlekatan
bakteri penyebab karies pada permukaan gigi. Di samping itu, susu juga
mengandung protein enzim, seperti laktoferin, lisozim, dan zat antibodi lainnya
yang menjaga kesehatan rongga mulut karena adanya interaksi dengan bakteri
kariogenik dalam mulut. Susu juga mempunyai fungsi yang hampir sama
dengan saliva yaitu sebagai bahan lubrikasi dalam rongga mulut.19 Penelitian
lainnya juga menunjukkan bahwa peningkatan riboflavin dan asupan kalsium dari
susu memberikan pengaruh dalam mengurangi resiko gingivitis.40 Kandungan
laktosa dalam susu dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH, karena laktosa
merupakan gula yang dapat difermentasi
oleh bakteri dalam mulut. Hal ini dapat terlihat pada anak yang mengkonsumsi susu
pada malam hari sebelum tidur.19 Selain itu, penelitian lain juga membuktikan
bahwa setelah mengkonsumsi beberapa produk olahan susu, rata-rata pH saliva
mengalami penurunan menjadi 5,46 pada susu sapi segar dan 5,30 susu kental
manis.20 Namun, hal ini tidak menyebabkan terjadinya demineralisasi enamel gigi,
karena penelitian menunjukkan bahwa susu mempunyai kemampuan untuk
meremineralisasi enamel
gigi yang telah mengalami demineralisasi.41