andreas gerry tuwo, “menhan: ri tak terlibat konflik …repository.unpas.ac.id/14996/5/bab...
TRANSCRIPT
1
STRATEGI INDONESIA DALAM MENYIKAPI KLAIM CHINA ATAS
NATUNA DI KAWASAN LAUT CINA SELATAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini, gambaran politik di kawasan Asia Pasifik cenderung
bernuansa muram sekaligus memanas.Laut Cina Selatan yang menjadi titik
tumpu geopolitik di kawasan Asia Pasifik sedang menjadi suatu pembicaraan
tingkat internasional karena menyebabkan tersulutnya konflik antara sejumlah
negara besar di Asia dan beberapa negara-anggota ASEAN.Inti masalah yang
diperdebatkan adalah seputar klaim wilayah perbatasan (territorial
zone).Sengketa wilayah Laut Cina Selatan ini telah memberikan dampak yang
cukup dramatis terhadap gelombang polarisasi kekuatan negara-negara yang
bertikai. Persinggungan klaim kedaulatan dan menurut hukum wilayah di
kawasan Laut Cina Selatan melibatkan enam negara yaitu: Cina, Taiwan,
Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam. Sifat pola interaksi antar
setiap negara tersebut menjadi lebih konfliktual, dikarenakan kepentingan
masing-masing negara terhadap kawasan Laut Cina Selatan.
Laut Cina Selatan yang terletak di kawasan Samudera Pasifik
terbentang dari Singapura dan Selat Malaka di barat daya hingga Selat Taiwan
di timur laut.Kawasan ini meliputi lebih dari 200 pulau kecil, bebatuan, dan
karang yang sebagian besar berada di rangkaian kepulauan Paracel dan
2
Spratly.Rangkaian kepulauan inilah yang seringkali diperebutkan sehingga
menimbulkan ketegangan politik dari beberapa negara di sekitarnya.Laut Cina
Selatan pada dasarnya merupakan no man’s island karena kawasan ini pada
dasarnya tidak dimiliki oleh siapapun melainkan digunakan sebagai jalur
perdagangan internasional.
Seiring dengan mencuatnya kabar mengenai kekayaan sumber daya
alam yang berada di Laut Cina Selatan, sejumlah aksi agresif dilakukan oleh
negara-negara yang berbatasan langsung dengan kawasan ini untuk
melegitimasi setiap wilayah yang diklaim atas kepemilikannya.Klaim tersebut
merujuk hingga kepada faktor historis, perhitungan ekonomi dan
pertimbangan geostrategis dari negara-negara yang terlibat.
Persengketaan dimulai sejak China mengklaim bahwa seluruh gugus
pulau yang berada di kawasan Laut Cina Selatan adalah kepemilikannya
termasuk Spratly Island dan Paracel Island.1Dari sisi geografis penguasaan
Laut Cina Selatan oleh China tidak dapat diterima secara rasional mengingat
kawasan ini berada ribuan kilometer dari daratan China.Namun China
mengklaim kedua pulau tersebut atas adanya penemuan situs-situs
peninggalan, dokumen, dan peta kuno oleh nelayan China.Penemuan benda-
benda arkeolog ini diperkirakan telah ada sejak zaman Dinasti Han (206-220
1 Bononpriwan Lalita, “The South China Sea dispute: Evolution, Conflict Management and Resolution” paper for ICIRD 2012 Conference, diakses di https://www.academia.edu/5178245/The_South_China_Sea_dispute_Evolution_Conflict_Management pada 9 September 2016
3
SM).2Sedangkan bagi negara yang mengklaim kedua pulau itu masuk wilayah
negaranya berkaitan dengan batas kontinen dan merupakan tempat mata
pencaharian bagi nelayan tradisional di kawasan yang bersengketa.
Indonesia bersikap netral tidak memiliki masalah tentang konflik Laut
Cina Selatan ini.Kementerian Luar Negeri mengatakan tidak ada masalah
dengan China mengenai status Natuna.Secara resmi, China dan Indonesia
tidak berseteru atas kedaulatan kepulauan tersebut.Menurut media okezone,
keduanya sepakat wilayah itu termasuk dalam Provinsi Kepulauan Riau.3 Hal
ini terlihat pada konfrensi pers sesaat setelah menerima kunjungan dengan
Jenderal China Fan Changlong di Jakarta pada 24 Juli 2014. Terkait konflik
Laut Cina Selatan ini, Indonesia menyatakan bahwa posisinya netral.Menteri
Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan posisi Indoesia terkait
sengketa Laut Cina Selatan dan laut China timur."Indonesia tidak terlibat
dalam sengketa Laut Cina Selatan atau Laut China Timur,".Indonesia
mengugkapkankeinginannya yaitu terciptanya zona damai, stabilitas
keamanan dan bebas untuk dilewati.4
2Cossa A. Ralph, “Security Implications of conflict in the South China Sea: Exploring Potential Triggers of Conflict”, dimuat di PacNet Newsletter,No. 16,April19983
Andreas Gerry Tuwo, “Menhan: RI Tak Terlibat Konflik Laut China Selatan”, diakses di http://news.okezone.com/read/2014/07/24/411/1017495/menhan-ri-tak-terlibat-konflik-laut-China-selatan pada 9 September 2016.4detikNews, “Menhan Tegaskan Posisi RI Netral Soal Sengketa Laut China Selatan” http://news.detik.com/read/2014/07/24/132233/2647025/10/menhan-tegaskan-posisi-ri-netral-soal-sengketa-laut-china-selatan?nd772204btr. Diakses pada 9 September 2016.
4
Namun pada kenyataannya China telah menyatakan klaim wilayah
atas Natuna.Klaim ini berdasarkan peta terbaru Republik Rakyat China
dengan garis putus-putus melintasi wilayah Natuna.China memang mengakui
jika mereka memperbaharui peta.Pembaruan itu tampak dari makin luasnya
cakupan garis putus-putus yang direncanakan sebagai wilayah baru
China.5Hal ini diperkuat oleh pernyataan Asisten Deputi I Kementerian
Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Bidang Dokrin Strategi
Pertahanan, Masekal Pertama TNI Fahru Zaini.Fahru Zaini menyatakan
bahwa China telah memasukan sebagian wilayah perairan laut Kabupaten
Natuna, Kepulauan Riau, kedalam peta wilayah mereka."Pemerintah Republik
Rakyat China telah mengklaim wilayah perairan Natuna sebagai wilayah laut
mereka.Klaim sepihak ini terkait sengketa Kepulauan Spratly dan Paracel
antara negara China dan Filipina.Sengketa ini, akan berdampak besar terhadap
keamanan laut Natuna," tegas Fahru Zaini saat berkunjung ke Natuna.6
China telah menggambar peta laut Natuna di Laut Cina Selatan, masuk
peta wilayahnya dengan nine dash line atau garis terputus, bahkan dalam
paspor terbaru milik warga China juga sudah tercantum.7 Nine dash line
sendiri merupakan garis imajiner dimana wilayah dalam garis tersebut
5Anonim.“Peta Baru China Bikin TNI Waspada” diakses di http://www.jpnn.com/read/2014/06/29/243071/Peta-Baru-China-Bikin-TNI-Waspada pada 9 September 2016.6Anonim. “China Klaim Wilayah Natuna” diakses di http://www.antaranews.com/berita/423685/china-klaim-wilayah-natuna pada 9 September 20167Aktual.co “Kemenkopolhukam RRC Klaim Wilayah Natuna” http://www.aktual.co/hukum/233137kemenkopolhukam-rrc-klaim-wilayah-Natuna di akses pada 9 September 2016
5
merupakan daerah yang menjadi kepemilikan dari China. Garis Batas ini
pertama kali secara resmi diterbitkan pada peta pemerintah Nasionalis China
pada tahun 1947 dan selanjutnya dikeluarkan di bawah pemerintahan
Komunis.
Meskipun Kementrian Luar Negeri China tidak pernah
mengungkapkan arti nine dash line secara resmi, meskipun dalam peta China
garis putus putus ini berubah menjadi garis utuh ketika China
menggunakannya sebagai garis perbatasan darat.8Nine dash line juga
menunjukkan bahwa sebagian dari Kepulauan Natuna adalah milik China.
Seorang sarjana Malaysia mencurigai bahwa China memiliki ambisi untuk
menyertakan seluruh Laut Cina Selatan kedalam wilayahnya.9 Kementerian
Luar Negeri China memilih untuk tidak berkomentar terkait nine dash line.
Jika mereka mengakui bahwa garis putus-putus mewakili batas perairan
teritorial (atau perairan bersejarah China), mereka akan berada dalam posisi
yang sulit dalam masyarakat internasional, tetapi jika mereka menyangkal
bahwa garis putus-putus mewakili batas perairan teritorial (atau perairan
China) mereka akan dikecam sebagai pengkhianat oleh warganya.
Besarnya ambisi China terhadap klaim wilayah-wilayah yang berada
disekitaran Laut Cina Selatan, menyebabkan kawasan-kawasan strategis
8Sato, koichi, “China’s Territorial Claims at Sea: The East China and South China Sea”, 2011 dikutip dari Hainansheng Ditu [Map of Hainan Province], Zhongguo Ditu Chubanshe, Xinhuashudian, Beijing, April 1988, B. A. Hamzah, “China’s Strategy,” Far Eastern Economic Review, 13 August 1992, p.229Ibid.
6
seperti, Spartly, Pacarel, bahkan Natuna menjadi bagian dari daerah nine line
dash China. Melihat kasus klaim China sebelumya, tahun 1988 China
melakukan Ekspansi ke kepulauan Spratly.Ekspansi dilakukan dengan
mengadakan instalasi militer secara besar-besaran pada kepulauan
Spratly.Pada tahun 1988 pula tercatat konflik China-Vietnam dimana pada
saat itu terjadi pendudukan di kepulauan Spratly dan Paracel dengan mengusir
paksa Vietnam.Hal ini semakin diperkuat dengan upaya de jure yaitu dengan
menerbitkan UU tentang Laut Teritorial dan Contiguous Zone yang
memasukkan Kepulauan Spratly sebagai wilayahnya.10 Jika China melakukan
hal serupa setelah adanya klaim dari China atas Natuna tentu hal ini akan
menjadi masalah bagi kedaulatan Wilayah Indonesia.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian muncul berbagai pertanyaan mengenai
sengketa Laut China Selatan ini, diantaranya adalah;
1. Sejauh mana kondisi konflik Laut Cina Selatan terhadap Indonesia?
2. Sejauh mana pemerintah Indonesia menyikapi klaim sepihak China di
perairan Natuna?
3. Bagaimana upaya dan resolusi konflik oleh pemerintah Indonesia di Laut
Cina Selatan dan perairan Natuna?
10Mahfudz Tejani. “Kepulauan Spratly : Asean vs. China” diakses di http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/06/21/kepulauan-spratly-asean-vs-china/ pada 9 September 2016
7
2.1. Batasan Masalah
Masalah yang dibatasi adalah; respon Indonesia terhadap
peningkatan aktivitas China di Laut Cina Selatan di perairan Natuna.
2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas
untuk menghindari penelitian yang keluar dari jalur fokus kajian yang telah
ditetapkan sebelumnya, selanjutnya perumusan masalah didalam penelitian ini
diajukan dengan research question sebagai berikut :
Bagaimana ancaman klaim China di LCS dan respon Indonesia
terhadap klaim Natuna oleh China?
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
3.1. Tujuan Penelitian
a. Menjelaskan mengenai apa saja yang melatarbelakangi konflik Laut
Cina Selatan.
b. Memberikan informasi yang sistematis mengenai upaya-upaya
Indonesia dalam mengamankan Natuna.
8
3.2. Kegunaan Penelitian
a. Diharapkan mampu menjadi media referensi bagi pengembangan
disiplin ilmu hubungan internasional dimasa mendatang khususnya
dalam kajian sosial kebudayaan.
b. Diharapkan mampu memberikan informasi dan menjadi bahan kajian
baik bagi para akademisi maupun peneliti studi ilmu hubungan
internasional
c. Diharapakan mampu menjadi masukan bagi segala pihak dan para
pengambil kebijakan.
4. Kerangka Teoritis dan Hipotesis
4.1. Kerangka Teoritis
Studi mengenai politik internasional seringkali didominasi oleh studi
mengenai kebijakan luar negeri.Studi tersebut memusatkan perhatian pada
deskripsi kepentingan, tindakan dan unsur kekuatan negara.Kebijakan
(politik) luar negeri adalah tindakan konkrit yang digunakan suatu negara
untuk mencapai kepentingan nasional.Tujuan kebijakan luar negeri
sebenarnya adalah fungsi dari tujuan negara. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh
sasaran yang dilihat dari masa lalu dan aspirasi untuk masa yang akan datang.
Secara terperinci tujuan kebijakan luar negeri dirancang, dipilih dan
ditetapkan oleh pembuat keputusan serta dikendalikan untuk mengubah
9
kebijakan atau mempertahankan kebijakan perihal kenegaraan tertentu di
lingkungan internasional.11
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang
dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain
atauunit politik internasional lainnya dan dikendalikan dalam rangka
mencapai tujuan spesifik nasional dalam terminologi national interest.12 Lebih
jauh, Holsti menjelaskan lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua
tindakan serta aktifitas negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya
memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut, serta hirau akan berbagi
dalam kondisi internal yang menopang formulasi tindakan tersebut.13
Menurut Holsti, kebijakan luar negeri memiliki tiga komponen yang
mencerminkan kepentingan yang lebih luas14, yaitu:
(1) Sebagai sekumpulan orientasi (as a cluster of orientation), suatu pedoman untuk mengahadapi kondisi eksternalyang menuntut pembuat keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi prinsip dan tendensi umum yang terdiri dari sikap, persepsi dan nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah dan kondisi strategis penentu posisi negara dalam politik internasional.
(2) Sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (as a set of commitments to and plans for action), berupa rencana dan komitmen konkrit termasuk tujuan dan alat yang spesifik untuk
11Perwita, A.A Banyu dan Yani, Yamyan Muhammad, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, hal.49-5112Ibid.13Ibid.14Ibid.
10
mempertahankan situasi lingkungan eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri.
(3) Sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behaviour ), berupa langkah nyata berdasarkan orientasi umum, dengan komitmen dan sasaran yang lebih spesifik, yang berhubungan dengan kejadian dan situasi di lingkungan eksternal.
Untuk lebih masuk ke kasus Natuna ini penulis menggunakan Teori
strategi dari John Lovell.Strategi adalah suatu langkah yang digunakan untuk
memenangkan suatu pertempuran.Dalam sebuah strategi terdapat bermacam
macam taktik.Karena strategi merupakan kumpulan dari perencanaan,
pengaturan, serta susunan dari teknikagar bisa memenangkan pertempuran.
Namun pada zaman modern ini strategi tidak lagi hanya tentang perang, tetapi
lebih kepada cara untuk memenuhi kebutuhankepentingan suatu negara
berdasar kepentingan nasionalnya.
Makna dan definisi strategi menurut John Lovell dalam bukunya
Foreign Policyin Perspective :
“Strategi adalah langkah-langkah atau keputusan-keputusan yang dirancang sebelumnya dalam suatu situasi kompetitif dimana hasil akhirnya tidak semata-mata bersifat untung-untungan”.
“Any predesigned set of moves or series of decisions, in a competitive situation where the outcomes is not governed purely by change.”15
15Lovell, John P. “Foreign Policy in Persfective”, New York: Rinehart & Winston, 1970
11
Dalam politik luar-negeri, strategi merupakan pola perencanaan yang
digunakan para pembuat keputusan untuk memajukan serta mencapai
kepentingan-nasionalnya dengan disertai usaha mencegah negara lain
melakukan tabrakan atau menghambat tercapainya kepentingan itu. John P
Lovell membagi strategi atas dua komponen yaitu komponen ofensif (bentuk
untuk mendapatkan perolehan dan keuntungan) dan komponen defensif
(bentuk untuk mencegah kehilangan atau kerugian).16
Dalam analisis strategi pada politik luar negeri, pembuat keputusan
harus mengetahui situasi dan menentukan sasaran yang hendak dituju.Teori
strategi didasarkan atas pertimbangan pembuat keputusan dalam rangka
memperhitungkan untung dan rugi dalam pencapaian tujuan strategi itu
sendiri.17
Indonesia dapat membuat berbagai macam strategi atau kebijakan
untuk dapat mengamankan Natuna dari klaim China.Namun strategi atau
kebijakan ini ditentukan oleh beberapa faktor dan hal tersebut dapat
berpengaruh bagi hasil dari kebijakan atau strategi Indonesia.Untuk
menggambarkan strategi Indonesia dalam mengamankan Natuna penulis
menggunakan Tipologi strategi politik luar negeri John Lovell.Tipologi ini
16Muhammad Iqbal M, “Upaya Indonesia Mengurangi Ketergantungan Sistem Pertahanan Udara Terhadap Amerika Serikat”, dikutip dari Teori, Etika, Kebijakan Hubungan Luar Negeri oleh Teuku May Rudy, Bandung: Angkasa, 1993 dan Mohtar Mas’oed, “Studi Hubungan-Internasional, Tingkat Analisis dan Teorisasi”, Pusat antar Universitas-StudiSosial Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1989, hal 90
17Ibid.
12
mendukung kita untuk menggambarkan tipe strategi yang diambil oleh suatu
Negara yang bisa dijelaskan dengan menelaah penilaian para pembuat keputusan
tentang strategi lawan dan perkiraan mereka tentang kemampuan sendiri. Tipologi ini
menyediakan empat dimensi, yang setelah dipertemukan menghasilkan 4 tipe strategi
yaitu: Confrontation, Accomodation, Leadership, dan Concordance.18
Dari tipologi strategi tersebut dapat dilihat bahwa dalam menentukan
kebijakan luar negeri, suatu negara memiliki beberapa pilihan dalam
merespon suatu tindakan dari negara lain. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, Confrontation atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
konfrontasi adalah sikap berhadap-hadapan langsung, permusuhan,
pertentangan, atau cara menentang musuh maupun kesulitan dengan
berhadapan langsung dan secara terang-terangan. Bila suatu negara melihat
kemampuan dalam negerinya lebih kuat dari pada negara lawan dengan posisi
mengancam terhadap kepentingan nasional negara yang lebih mempunyai
kekuatan maksimum maka sikap konfrontatif menjadi pilihan untuk
mengamankan posisi tawar luar negerinya.kekuatan yang bisa dilakukan
berupa kekuatan militer, kekuatan ekonomi serta kekuatan politik. Bentuk
strategi konfrontatif bisa dilakukan melalui embargo, boikot dan serangan
militer.19
18Ibid.19Muhammad Siddiq, “Strategi Timor Leste dalam Upaya Masuk sebagai Anggota Penuh ASEAN Tahun 2009-2011, UMY, 2012 dikutip dari Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta, Ombak, 2007
13
Accomodation atau Akomodasi adalah penyesuaian manusia dalam
kesatuansosial untuk menghindari dan meredakan interaksi ketegangan dan
konflik atau penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok
manusia untuk meredakan pertentangan.20 Strategi ini merupakan cara yang
baik untuk menghindari konflik terbuka dengan lawan yakni dengan
melakukan penyesuaikan aksi atau kebijakannya dimana dalam proses
penyesuaian kebijakan ini kedua pihak yang terlibat melakukan sebuah upaya
diplomasi atau upaya lain yang bersifat menghindariaksi penggunaan militer
yang biasa disebut usaha soft-power. Istilah leadership strategy menunjukkan
adanya posisi pengawasan melalui cara persuasi dantawar-menawar daripada
melalui cara kekerasan (walaupun kadangkala cara kekerasan mungkin saja da
pat dikombinasikan dengan cara persuasi). Pada tipe strategi ini suatu negara
mengganggap kapabilitasnya superior dan strategi negara bangsa lain
mendukung. Concordance strategy mengacu pada adanya suatu kepentingan
yang saling menguntungkan. Namun, menyadari bahwa kapabilitasnya
relative lebih rendah daripada negara A, maka pembuat keputusan negara B
akan berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan negara A
dengan cara menghindari pembuatan kebijakan luar negeri yang dapat
menimbulkan konflik dengan negara A, dan negara B akan bertingkah laku
selaras denganinitiatif -initiatif negara A.21
20Kamus Besar Bahasa Indonesia online diakses di kbbi.web.id21Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR., Ph.D, “Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri : Teori dan Praksis” diunduh dari pustaka.unpad.ac.id/wp content/uploads/2010/06/perspektif_perspektif_politik_luar_negeri.pdf
14
Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan
bagaimana kemudian gejolak pergerakan atas hubungan negara yang satu
dengan negara lainnya, misalnya saja pelibatan antara Indonesia dan Turki
dengan mencari keuntungan semaksimal mungkin karena adanya pola
kepentingan nasional yang harus dipenuhi. Kepentingan nasional merupakan
dasar untuk menjelasakan bagaimana karakter suatu negara dalam berinteraksi
di luar internal negara.Kepentingan nasional juga mengarahkan para pembuat
keputusan untuk dalam merumuskan kebijakan luar negeri suatu negara
seperti hankam, militer, sosbud dan kesejahteraan ekonomi. Menurut Hans J.
Morgenthau, kepentingan nasional adalah:
Kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain. Hubungan kekuasaan dan pengendalian itu bisa diciptakan melalui teknik – teknik pakasaan maupun kerjasama22
Adanya konsep kepentingan nasional menurut Morgenthau pada
dasarnya terdiri dari dua elemen, yang pertama didasarkan pada pemenuhan
kebutuhan sendiri dan yang kedua mempertimbangkan berbagai kondisi
lingkungan strategis disekitarnya.Dalam rangka pemenuhan kebutuhan itu
sendiri dimana setiap kerjasama atau hubungan yang dilakukan oleh dua
22Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional; Disiplin Dan Metodologi, Ulasan Tentang Morgentahau Mengenai Konsep Nasional. PT Pustaka LP3ES, Jakarta, 1990, hal. 139,
15
negara atau lebihdalam kerjasama tersebut pasti mengutamakan kepentingan
nasional.
Upaya pencapaian kepentingan nasional yang akan diperoleh dari rival
negara yang saling bekerjasama paling tidak akan melalui beberapa tahapan
proses hingga adanya target pemenuhan kepentingan nasional itu sendiri.
Seperti halnya hubungan yang akan dilakukan antara Indonesia dan Turki
yang sebelumnya dirumuskan dalam sebuah agenda politik luar negeri masing
– masing negara oleh pembuat kebijakan berdasar pada perioritas kepentingan
nasional dan tujuan negara. Sementara media aktivitas yang menghubungkan
kerjasama tersebut disebutkan dalam tahapan negosiasi hingga tinjauannya
yang kemudian disebutkan dalam tahapan berdiplomasi. Menurut Harold
Nicholson, diplomasi yakni:
Diplomasi mencakup lima hal yaitu politik luar negeri, negosiasi, mekanisme pelaskanaan negosiasi tersebut, suatu cabang dinas luar negeri dan keahlian (dalam arti baik) serta taktik licik (dalam arti buruk) dalam pelaksanaan negosiasi.
Interpertasi kelima komponen tersebut merupakan suatu kualitas
abstrak pemberian, yang dalam arti baik mencakup keahlian dalam
pelaksanaan negosiasi internasional; dan dalam arti yang buruk mencakup
tindakan taktik yang lebih licik. Sementara argumen dari karakter diplomasi
menurut Harold juga didukung berdasarkan definisi The chamber’s twentieth
16
century dictionary yaitu The art of negotiation, especially of treaties between
states and political skill (seni dalam berunding, khususnya tentang perjanjian
di antara negara – negara untuk keahlian politik).
Definisi diplomasi lainnya juga dicetuskan oleh seorang ahli yaitu
KM Panaikkar dalam bukunya The Principle and Practice of Diplomacy
menjelaskan bahwa :
Diplomasi dalam hubungannya dengan poltik internasional adalah seni mengedepankan kepentingan nasional suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain
Diplomasi Indonesia terhadap sengketa Laut Cina Selatan berjalan
cukup baik, dikarenakan kedua belah pihak kooperatif dalam menyelesaikan
masalah sehingga hubungan bilateral antara kedua Negara berjalan dengan
baik.Hubungan yang dibangun atas persamaan persepsi dan kepentingan
meningkatkan adanya hukum atau dampak timbal balik yang akan diperoleh
dari suatu sikap hubungan bilateral. Hubungan bilateral antar negara dapat
meliputi sektor politik – ekonomi, pertukaran duta atau diplomat hingga
aktivitas seperti adanya kunjungan dalam misi kenegaraan.Konsep yang
kemudian dikandung dalam interaksi ini adalah niatan untuk memperkokoh
bentuk kerjasama antar negara demi tercapainya tujuan Nasional. Hubungan
bilateral menurut Budiono Kusumahamidjojo:
17
Hubungan bilateral adalah suatu bentuk kerjasama diantara dua negara baik yang berdekatan secara geografis maupun yang jauh dari seberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptkan kerjasama politik kebudayaan dan struktur ekonomi.23
Hubungan bilateral selalu berada tatanan konsep jika tidak dalam
bentuk kerjasama pasti melalui paham konflik.Hal ini kemudian didasarkan
bagaimana penerapan hubungan internasional dan cara untuk mempengaruhi
rival negara yang saling bekerjasama. Sementara, menurut Didi Krisna
hubungan bilateral diartikan dalam kamus politik internasionalnya
mengatakan:Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya
hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik
antara dua pihak atau dua negara.24
Kawasan Laut Cina Selatan merupakan kawasan yang sangat kaya
dengan sumber daya alam yang menyebabkan berbagai macam persaingan
dalam ruang lingkup kawasan atau regional.Oleh karenanya kawasan laut
china selatan yang merupakan jalur pelayaran strategis dunia memiliki ilai
asset yang sangat tinggi bagi Negara-negara yang memiliki pengaruh dan
kepentingan di kawasan.Bersama dengan itu, kawasan Laut China Selatan
menjadi pusat perhatian dan konflik dengan klaim sepihak oleh china yang
dinamakan 9 dash line.
23Kusumohamidjojo Budiono, Hubungan Internasional; Kerangka Studi Analisis, Bina Cipta, Jakarta, 1987, Hal 9524Krisna Didi. Kamus Politik Internasional. Grasindo: Jakarta. . 1993, hal.18.
18
Indonesia menjadi salah satu Negara yang terkena dampak dari konflik
laut china selatan.Karena wilayah ZEE Indonesia di wilayah perairan natuna
masuk dalam peta klaim sepihak China.Oleh karena itu, Indonesia berupaya
untuk menyelesaikan, mencegah dan membuat resolusi mengenai konflik laut
china selatan yang sangat mengancam kepentingan nasional dan kedaulatan
Negara.Salah satu strategi yang diterapkan Indonesia yaitu kebijakan
penindakan kapal-kapal berbendera china yang melakukan illegal fishing di
perairan natuna dan juga pengarahan armada tempur berupa kapal perang
untuk mengintensifkan patrol di kawasan tersebut.Berkenaan hal itu,
Indonesia melakukan berbagai perundingan dan diplomasi untuk
menjaminnya penyelesaian sengketa laut china selatan.
4.2. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah
dijelaskan diatas, maka peneliti menarik suatu hipotesis yaitu:Jika strategi
pemerintah Indonesia dalam menyikapi ancaman China di perairan
Natuna berjalan dengan efektif, maka upaya Indonesia dalam resolusi
konflik di Laut Cina Selatan di perairan Natuna dapat dicapai sesuai
dengan kepentingan nasional.
4.3. Operasional Variabel
Variabel dalam Indikator (Empirik) Verifikasi (Analisa)
19
Hipotesis(Teoritik
)
Strategi
pemerintah
Indonesia dalam
menyikapi
ancaman China di
perairan Natuna
berjalan dengan
efektif
1. Kepentingan
nasional Indonesia
2. Kepentingan
nasional China
Kekayaan Sumber Daya
Alam di Natuna.
(http://batampos.co.id/
2016/03/28/waspada-cina-
tau-cadangan-migas-
natuna-terbesar-di-dunia/)
Upaya Indonesia
dalam resolusi
konflik Laut Cina
Selatan di
perairan Natuna
dapat dicapai
sesuai dengan
kepentingan
nasional.
1. Pembangunan
pertahanan Negara.
TNI-AU membangun
pangkalan udara di Natuna.
(http://
www.merdeka.com/
peristiwa/tni-au-bangun-
pangkalan-udara-di-natuna-
dan-kupang.html)
4.4. Skema Kerangka Teoritis
20
5. Metode dan Tekhnik Pengumpulan Data
5.1. Tingkat Analisis
CHINAINDONESIALAUT CINA
SELATAN
NATUNA
STABILITAS KAWASAN
PENANGKAPAN IKAN DAN
SUMBER DAYA ALAM LAINNYA
KONFLIK
RESOLUSI
STRATEGI INDONESIA
21
Terdapat tiga model hubungan antara unit analisa dan unit eksplanasi
yaitu, model korelasi, model induksionis dan model reduksionis. Dalam
penelitian ini tingkat analisis yang dipergunakan adalah model analisis
Korelasi dimana unit analisisnya berada pada tingkat yang sama dengan unit
eksplanasinya.
5.2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif (descriptive research) yang biasanya juga disebut dengan penelitian
taksonomik, dimana tujuannya untuk eksplorasi dan klarifikasi. Dimulai
dengan menggambarkan, mencatat, menganalisis dan menjabarkan.
5.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah salah satu unsur atau komponen
utama dalam melakukan sebuah penelitian, artinya tanpa data tidak ada
penelitian, dan data yang dipergunakan dalam suatu penelitian merupakan
data yang benar.
Pengumpulan data merupakan suatu langkah dalam metode ilmiah,
yaitu sebagai prosedur sistematik, logis, dan proses pencarian data yang valid,
yakni diperoleh secara langsung untuk keperluan analisis dan pelaksaan
pembahasan, atau penelitian secara benar, yang akan menemukan kesimpulan
dan memperoleh jawaban sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan
yang dihadapi oleh peneliti.
22
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah studi kepustakaan, yang mana studi kepustakaan itu sendiri adalah
mencari data yang menunjang bagi penelitian.Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data yang dilakukan melalui literatur atau referensi yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti buku-buku, majalah,
artikel, surat-kabar, laporan lembaga pemerintah maupun non-peerintah
maupun data-data yang terdapat dalam website atau internet, yang dapat
menunjang pembahasan penelitian.
6. Lokasi dan Lama Penelitian
6.1. Lokasi Penelitian
Untuk menunjang data yang diperlukan dalam menyusun penelitian
ini, penulis mengunjungi beberapa tempat untuk memperoleh data serta
informasi mengenai permasalahan yang sedang diteliti, diantaranya:
a. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Parahyangan di Bandung
b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pasundan di Bandung
c. Perpustakaan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian di Jakarta.
d. Divisi Hubungan Internasional Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia di Jakarta.
23
e. Biro Misi Internasional Markas Besar Kepolisian Republik
Indonesia di Jakarta
6.2. Lama Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu empat bulan.
7. Sistematika Penulisan
BAB I:
Didalam Bab ini akan dibahas latar belakang masalah, pokok permasalahan,
kerangka dasar teori (teori yang digunakan oleh penulis untuk mendukung
skripsi), hipotesis (dugaan sementara untuk menjawab rumusan masalah),
tujuan penelitian, jangkauan penelitian, metode pengumpulan data,
sistematika penulisan
BAB II:
Bab ini berisikan uraian pembahasan mengenai strategi Indonesia dalam
masalah klaim China atas Natuna di Laut China Selatan
BAB III:
Bab ini mengenai Sekilas pandang mengenai kawasan Laut China Selatan
24
BAB IV:
Bab ini berisikan tentang ancaman klaim China di Laut China Selatan dan
respon Indonesia terhadap klaim China atas Natuna
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan penelitian yang
menunjukkan hubungan antara perumusan masalah dengan hipotesa serta
kerangka dasar teori sebagai salah satu landasannya dan kata penutup serta
saran