anestesia inhalasi
DESCRIPTION
Anestesia inhalasiTRANSCRIPT
ANESTESIA INHALASI
Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesia yang berupa gas atau cairan
yang mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap
obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, kemudian mengisi seluruh
rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik
dari masing-masing gas.
Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum.
Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat
menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting dari
anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta
menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi
yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek
yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum.
Tidak seperti anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada
jaringan dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan,
penggunaan gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang
harus sangat diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dan
dosis yang mematikan. Sebenarnya hal ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi
jaringan dan dengan mentitrasi tanda-tanda klinis dari pasien.
Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum,
akan tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi, terutama pada pasien anak-anak. Gas
anestesi inhalasi yang banyak dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu
sevofluran dan desfluran. sedangkan pada anak-anak, halotan dan sevofluran paling sering
dipakai. Walaupun dari obat-obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh : penurunan
tekanan darah tergantung dosis), namun setiap gas ini memiliki efek yang unik, yang
menjadi pertimbangan bagi para klinisi untuk memilih obat mana yang akan dipakai.
Perbedaan ini harus disesuaikan dengan kesehatan pasien dan efek yang direncanakan sesuai
dengan prosedur bedah.
1
Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :
1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap :
a. Derivat halogen hidrokarbon.
- Halothan
- Trikhloroetilen
- Khloroform
b. Derivat eter.
- Dietil eter
- Metoksifluran
- Enfluran
- Isofluran
2. Obat anestesia umum yang berupa gas
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan
Sejarah Anestesia Inhalasi
Anestesi inhalasi pertama digunakan di Kekaisaran Islam, yang terdiri dari spons
direndam dalam persiapan narkotika. Spons tersebut diletakkan di atas wajah dari individu
yang menjalani operasi.
Anestesi inhalasi modern yang pertama adalah karbon dioksida dan asam nitrat.
Akan tetapi, karbon dioksida tidak pernah benar-benar digunakan secara teratur sebagai
anestesi inhalansi. Sedangkan asam nitrat lebih sering digunakan, dan masih digunakan
sampai sekarang.
Keberhasilan oksida nitrat sebagai anestesi umum inhalansi pertama kali dicatat oleh
ahli kimia Inggris, Humphrey Davy, yang menerbitkan sebuah makalah tentang subjek pada
tahun 1800-an. Salah satu pemakaian oksida nitrat pertama yang sukses adalah ekstraksi gas
gigi tanpa rasa sakit yang dilakukan oleh William Thomas Green Morton pada tahun 1846.
Selama tahun 1800-an, ada beberapa anestesi volatil yang telah digunakan untuk
kepentingan klinis akan tetapi mengandung gas-gas yang mudah terbakar, seperti dietil eter,
2
cyclopropane dan divinyl eter. Beberapa gas yang tidak mudah terbakar juga ada, seperti
kloroform dan trikloroetilen, namun gas-gas ini dihubungkan dengan kejadian keracunan
hepar (hepatotoksik) dan meracuni saraf (neurotoksik). Pada awal tahun 1930-an penelitian
tentang turunan dari zat kloroform yang mengandung halogen mengindikasikan bahwa zat
yang tidak mudah terbakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan fluoride organik.
Kemajuan pengetahuan tentang kimia fluorin pada tahun 1940-an, menghasilkan
penggabungan molekul fluorin dengan biaya yang masih dapat diterima. Kemajuan tentang
fluorin pada awalnya didorong oleh ketertarikan terhadap peran fluorin dalam produksi
bahan bakar aviasi beroktan tinggi dan pengayaan uranium-235.
Kemajuan-kemajuan ini merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan
anestesi modern saat ini. Pada masa itu, setidaknya ada 46 senyaawa yang mengandung
fluorin disintesis oleh dr.Earl McBee dalam penelitian yang didukung oleh secret
Manhattan project dan oleh the mallinkrodt company. Walaupun tidak ada satupun dari zat
ini yang secara pasti teruji manfaatnya pada manusia, beberapa zat ini memiliki kedekatan
struktur dengan zat yang saat ini kita kenal dengan nama halotan. Fluorin adalah halogen
yang memiliki berat atom yang paling rendah. Penggantian gas halogen lain pada molekuk
eter dengan fluorin, akan menghasilkan penurunan titik didih, peningkatan stabilitas, dan
secara umum, mengurangi toksisitas. Ion fluoride juga mengurangi hidrokarbobon yang
mudah terbakar dari kerangka molekul eter.
pada tahun 1951, halotan disintesis dan di uji coba secara luas kepada hewan oleh
Suckling di laboratorium ICI di Inggris. Halotan diperkenalkan pada praktek klinik pada
tahun 1956 dan secara cepat meluas pemakaiannya, dikarenakan sifatnya yang tidak mudah
terbakar dan memeliki solubilitas yang rendah terhadap jaringan. Halotan relatif memiliki
ketajaman (pungency) yang rendah dan potensi yang tinggi, sehingga dapat diberikan pada
konsentrasi insipirasi yang tinggi untuk menghasilkan anestesia. Halotan terbukti dapat
diterima melalui jalur inhalasi baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak.
Keuntungan lain yang dimiliki halotan adalah insiden nausea dan muntah yang lebih rendah
dari gas-gas volatil pendahulunya.
Walaupun halotan memiliki keuntungan-keuntungan, namun kekurangan tetap ada.
Efek halotan yang paling dapat dipantau adalah mensensitisasi miokardium terhadap
katekolamin, dan kemudian, terungkap bahwa metabolit intermediet dari halotan, berperan
3
dalam nekrosis hepar. Hal ini menyebabkan tuntutan untuk mencari gas-gas anestesi yang
lebih baik.
Antara tahun 1959 dan 1966, Terrel dan para koleganya di ohio medical products
(sekarang baxter) mensintesis lebih dari 700 senyawa senyawa ke 347 dan 469 secara
berturut-turut adalah metil etil eter enfluran dan isofluran yang di-halogenasi dengan fluorin
dan clron. Uji coba klinis dari enfluran dan isofluran dilaksanakan hampir secara paralel,
melibatkan baik relawan manusia dan studi pada pasien. Bertahun-tahun kemudian,
beberapa senyawa yang dilakukan oleh terrel diperiksa ulang. Salah satu senyawa, yaitu
senyawa ke 653, sangat sulit untuk di sintesis karena sifatnya yang mudah meledak dan juga
karena senyawa ini tekanan yang mendekati 1 atm, sehingga tidak mungkin untuk
memberikannya pada pasien dangen alat vaporizer standar. Bagaimanapun juga, senyawa ini
secara utuh terhalogenisasi oleh fluoran, sehingga dipredikis memiliki solubilitas yang
rendah pada darah. Setelah masalah sintesis dan pemberian pada pasien dapat dipecahkan,
senyawa ini kemudian diperkenalkan dengan nama desfluran, dan mulai digunakan pada
praktek klinik pada tahun 1993.
Senyawa lain yang di jelaskan pada awal tahun 1970 oleh Wallin dan para koleganya
di travenol laboratories yang sedang mengevaluasi isopropil eter terfluorinisasi. Salah satu
senyawa ini memiliki potensi menjadi agen anestetik, yang sekarang kita kenal dengan
nama sevofluran. Seperti dersfluran, senyawa ini memiliki solubilitas yang rendah karena
adanya fluoronasi dari molekul eter. Laporan menyebutkan bahwa sevofluran melepaskan
fluoride organik dan nonorganik baik pada hewan maupun pada manusia, sehingga obat ini
tidak terlalu dikembangkan dan dipasarkan. Pada saat hak paten di pindahkan ke ohio
medical products, uji coba lebih lanjut mengungkap kerusakan yang significant oleh soda
lime, meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan, sehingga tidak dilakukan evaluasi
lebih lanjut.
Setelah hak paten kadaluarsa, maruishi pharmaceutical di jepang mengambil alih
uji coba dan pengembangan sevofluran, kemudian menyebarkan pemakaiannya secara
umum di jepang pada bulan juli 1990. Karena cepatnya sevofluran diterima dan catatan
keamanan yang baik di Jepang, Abboi laboratories memulai percobaan laboratorium dan
klinik dengan sevofluran di Amerika Serikat. Setelah keamanan terjamin, sevofluran
kemudian diperkenalkan pada prakte klinik di Amerika Serikat pada tahun 1995.
4
Perbedaan yang paling penting antara dua anestetik baru, yaitu sevofluran dan
desfluran, dengan isofluran, adalah pada farmakokinetiknya. Keduanya memiliki solubilitas
pada darah yang rendah, sehingga meningkatkan bersihan dari tubuh dan mudahnya
mengatur kedalaman anestesi. Karakteri dari kedua obat inilah yang membuat mereka sesuai
untuk anestesi ambulatori pada praktik anestesi modern.
Dalam praktek anestesiogi masa kini, obat-obatan anestetik inhalasi yang umum
digunakan untuk praktek klinik ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan
sevofluran. Obat-obatan lain sudah ditnggalkan, karena efek sampingnya yang tidak
dikehendaki, misalnya :
1. Eter : kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual munatah,
kerusakan hepar, baunya yang merangsang.
2. Kloroform : aritmia, kerusakan hepar.
3. Etil-klorida : kebakaran, peledakan, deresi jantung, indeks terapi yang sempit, dan
mudah dirusak kapur soda.
4. Triklor-etilen : dirusak kapur soda, bradi-aritmia, mutagenik
5. Metoksifluran : toksis terhadap ginjal, kerusakan hepar dan kebakaran.
Prinsip Farmakokinetik
Farmakokinetik sebagai suatu cabang ilmu dimulai dengan mempelajari obat-obatan
noninhalasi sebelum konsep tersebut diterapkan pada anestesi inhalasi. Kety pada tahun
1950 adalah orang pertama yang meneliti farmakokinetik dari agen inhalasi secara sistemik.
Obat anestesi inhalasi berbeda secara substansial dari obat lainnya karena wujudnya yang
berupa gas dan diberikan secara inhalasi. Ini membuat farmakokinetiknya menjadi unik.
Farmakologi obat dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu farmakokinetik dan
farmakodinamik. Farmakodinamik dapat diartikan dengan apa yang dilakukan obat terhadap
tubuh. Termasuk di dalamnya efek yang diingikan dan efek samping dari obat, serta
perubahan di tingkat molekul dan sel untuk mencapai efek tersebut. Sedangkan
farmakokinetik adlah apa yang dilakukan tubuh terhadap obat, yang meliputi bagaimana
perjalanan obat, bagaimana obat ini bertransformasi, dan mekanisme seluler dan molekuler
yang mendasari proses ini.
5
Farmakokinetik obat sistemik terdiri dari empat fase yaitu absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi. Absorbsi adalah fase dimana obat masuk dari port d’entry
(contoh : traktus digestivus, paru-paru, otot) samapai ke aliran darah. Obat intravena tidak
memiliki fase absorpsi karena obat ini langsung dimasukkan ke dalam aliran darah.
Distribusi adalah fase dimana obat dibawa dari jaringan tempatnya masuk ke tubuh.
Metabolisme merupakan suatu proses fisiokimia dimana suatu zat di dalam tubuh organisme
hidup disintesis (anabolisme) atau dirombark (katabolisme); tetapi dalam knteks obat
anestesi, hanya perombakan obat yang lebih diutamakan. Dan terakhir, ekskresi adalah fase
dimana obat yang telah berubah atau pun belum dibawa keluar dari jaringan atau darah ke
berbagai sistem ekskresi (seperti empedu, udara ekspirasi, urin) untuk dikeluarkan dari
tubuh.
Dalam pembahasan obat anestetik inhalasi, ada beberapa perubahan dalam
penyampaian terminologinya. Fase absorpsi biasa disebut ambilan, fase metabolisme
disebut biotransformation, dan fase ekskresi dikenal dengan eliminasi.
Keistimewaan dari anestesi inhalasi
Kecepatan, bentuk gas, dan cara pemberian
Obat anestesi inhalasi oadalh obat yang paling cepat mulai kerjanya, dan dalam
pemakaian anestesi umum tetap dalam batas aman. kecepatan juga berarti efixien. Induksi
dan pemulihan yang cepat akan memberikan bebrapa keuntungan diantranya meminimalkan
waktu di kamar operasi dan di ruang pemulihan, serta pasien akan lebih cepat pulang.
Secara teknis, satu-satunya anestesi inhalasi yang berwujud gas murni adalah nitrous
oksida, sementara anestesi inhlasi yang poten itu berupa uap dari cairan volatil. Akan tetapi
untuk kemudahan, semuanya disebut gas karena ketika masuk ke dalam paru-paru berada
dalam fase gas. Dalam bentuk gas, tidak perbedaan yang signifikan dari sifat-sifat ideal gas.
Obat-obat ini semuanya tidak terionisasi dan memiliki berat molekul yang rendah. Dengan
begitu akan memudahkan untuk berdifusi dengan cepat tanpa memerlukan bantuan untuk
berdifusi atau zat aktif untuk membawanya dari aliran darah menuju ke jaringa.
Keuntungan lainya dari gas ialah dapat dihantarkan ke dalam aliran darah melalui rute
khusus yang tersedia pada semua pasien, yaitu paru-paru.
6
Kecepatan, bentuk gas, dan paru-paru sebagai tempat masuk merupakan kombinasi
yang sangat menguntungkan dari anestesi inhalasi, yaitu kemampuan untuk menurunkan
konsentrasi dalam plasma semudah dan secepat meningkatkan konsentrasinya.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat anestetik inhlasi sangat rumit, dan masih merupakan misteri
dalam farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernapasan menuju organ
sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia anestesiologi.
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya :
1. Ambilan alveolus.
2. Difusi gas dari paru ke darah.
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan
ambilan alveolus. Dalam praktek, kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama
yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya. Induksi dan
pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada yang larut.
Kecepatan induksi anestesi, seperti yang telah disebutkan di atas dipengaruhi salah
satunya oleh kelarutan zat anestesi di dalam darah, yang tergantung dari potensi masing=-
masing zat anestesi. Derajat potensi ini ditentukan oleh Kadar alveolus minimal (KAM) atau
MAC (minimum alveolar concentration). MAC ialah kadar minimal zat tersebut dalam
alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50%
pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya imobilisasi tercapai pada 95% pasien,
jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai MAC. Makin tinggi MAC, maka makin rendah
potensi zat anestesi tersebut. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial zat anestetik dalam
alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.
Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh :
1. Konsentrasi inspirasi
Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka ambilan
paru berhenti dan konsentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli. Hal ini dalam
praktek tak pernah terjadi. Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin tinggi,
7
asalkan tak terjadi depresi nafas atau kejang laring. Induksi makin cepat jika disertai
oleh N2O (efek gas kedua).
2. Ventilator alveolar
Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan sebaliknya.
3. Koefisien darah/gas
Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah konsentrasi
dalam alveoli dan sebaliknya.
4. Curah jantung atau aliran darah paru
Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah.
5. Hubungan ventilasi-perfusi
Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestesi.
Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang sebenarnya,
karena sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar
sebelum mencapai pernapasan.
Konsentrasi zat anestesi yang tinggi, ventilasi alveolus yang meningkat, serta
koefisien partisi darah/gas dan koefisien partisi darah / jaringan yang rendah dari suatu zat
anestesi, akan menyebabkan peningkatan tekanan parsial zat anestesi dalam alveolus, darah
dan jaringan. Otak merupakan organ yang banyak mendapat aliran darah, sehingga tekanan
parsial zat anestesi di dalam otak akan cepat meningkat dan pasien cepat kehilangan
kesadaran. Hal tersebut di atas dapat berfungsi dengan baik, apabila fungsi paru-paru baik.
Fungsi paru-paru dapat diketahui antara lain dengan mengukur volume paru-paru. Dalam
klinis, pengukuran yang sering dilakukan dan berguna adalah kapasitas vital, kapasitas paru
total, kapasitas reidu fungsional, dan volume residual. Nilai normal volume tersebut bisa
berbeda-beda, tergantung oleh umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, posisi dan
fisik seseorang. Laki-laki dewasa muda (kira-kira 4,6 L) mempunyai kapasitas vital lebih
besar dibandingkan dengan wanita dewasa muda (kira-kira 3,1 L), orang tinggi biasanya
mempunyai kapasitas vital yang lebih besar dibandingkan dengan orang pendek, seorang
atlet terlatih mempunyai kapasitas vital yang lebih besar daripada orang biasa, pada obesitas
terjadi penurunan kapasitas vital, kapasitas residu fungsional, dan kapasitas paru total.
8
Penderita penyakit paru-paru, volume-volume tersebut dapat menurun maupun
meningkat.
SEVOFLURAN
Sevofluran merupakan halogenasi eter, hasil dari fluorisasi isopropil metil eter
dengan nama kimia 1-1-1-3-3-3-hexa fluoro 2-propil fluoro-metil-eter atau fluorometil 2-
2-2 trifluoro-1-(trifluorometil) eter-eter dan memilki berat molekul 200,053.
Sevofluran dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak
berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelam), dan tidak terlihat adanya
degradasi sevofluran dengan asam kuat atau panas. Obat ini tidak bersifat iritatif terhadap
jalan nafas sehingga baik untuk induksi inhalasi.
Proses induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan obat-obat
anestesi inhalasi yang ada pada saat ini. Sevofluran dapat dirusak oleh kapur soda tetapi
belum ada laporan yang membahayakan.
Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat
Efek depresinya pada SSP hampir sama dengan isofluran. Aliran darah otak sedikit
meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial. Laju metabolisme otak
menurun cukup bermakna sama dengan isofluran. Tidak pernah dilaporkan kejadian
kejang akibat sevofluran.
Terhadap sistem kardiovaskuler
Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia. Nilai mabang arimogenik
epinefrin terhadap sevofluran terletak antara isofluran dan enfluran.
Tahanan vaskuler dan curah jantung sedikit menurun, sehingga tekanan darah sedikit
menurun. Pada 1,2-2 MAC sevofluran menyebabkan penurunan tahanan vaskuler
sistemik kira-kira 20% dan tekanan darah arteri kira-kira 20%-40%. Curah jantung akan
menurun 20% pada pemakaian sevofluran lebih dari 2 MAC. Diabndingkan dengan
isofluran, sevofluran menyebabkan penurunan tekanan darah lebih sedikit.
Sevofluran tidak atau sedikit meyebabkan perubahan pada aliran darah koroner.
Dilatasi arresi koroner yang terjadi akibat sevofluran lebih kecil dibanding isofluran dan
9
tidak menimbulkan efek coronary steal, sehingga sevofluran aman dipakai untuk
penderita penyakit jantung koroner atau yang mempunyai resiko penyakit jantung
iskemik, tetapi penelitian pada orang tua di atas 60 tahun, disebutkan bahawa sebaiknya
berhati-hati dlaam memberikan sevofluran konsentrasi tinggi (8%) pada penderita
hipertensi dan riwayat penyakit jantung 9penyakit jantung koroner dan iskemik).
Sevofluran menyebabkan penurunan laju jantung. Mekanisme ini belum jelas,
kemungkinan disebabkan oleh karenna penurunan aktifitas simpatis tanpa perubahan
aktifitas parasimpatis. Penelitian-penelitian menyebutkan bahwa penurunan laju jantung
tidak sampai menyebabkan bradikardi, tetapi kejadian bradikardi pernah dilaporkan pada
bayi.
Terhadap sistem respirasi
Seperti halnya dengan obat anestesi inhalasi yang lain sevofluran juga menimbulkan
depresi pernapasan yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan sehingga
volume tidal akan menurun, tapi frekuensi nafas sedikit meningkat. Pada manusia, 1,1
MAC sevofluran menyebabkan tingkat depresi pernafasan hampir sama dengan halotan
dan pada 1,4 MAC tingkat depresinya lebih dalam daripada halotan. Sevofluran
menyebabkan relaksasi otot polos bronkus, tetapi tidak sebaik halotan.
Terhadap otot rangka
Efeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan dengan isofluran. Relaksasi
otot dapat terjadi pada anestesi yang cukup dalam denga sevofluran. Proses induksi,
laringoskopi dan intubasi dapat dikerjakan tanpa bantuan obat pelemas otot.
Terhadap hepar dan ginjal
tidak ada laporan tentang hepatotoksisitas klinis pada manusia setelah penggunaan
sevofluran oleh lebih dari dua jua orang sejak tahun 1988. Sevofluran menurunkan aliran
darah ke hepar paling kecil dibandingkan dengan enfluran dan halotan.
Ada beberapa bukti, sevofluran menurunkan aliran darah ke ginjal dan
meningkatkan konsentrasi fluoride plasma, tetapi tidak ada bukti hal ini menyebabkan
gangguan fungsi ginjal pada manusia.
10
Terhadap uterus
Kontraksi uterus spontan dapat dipertahankan dengan baik dan kehilangan darah
minimal. Tidak terjadi efek buruk pada bayi dan ibu. Penelitian Sharma dkk,
menunjukkan bahwa efek terhadap bayi, perubahan hemodinamik ibu dan efek samping
pasca bedah adalah sebanding antara sevofluran dan isofluran.
Biotransformasi
Hampir seluruhnya dikeluarkan untuk melalui udara ekspirasi, hanya sebagian kecil
2-3% dimetabolisme dalam tubuh. Konsentrasi metabolitnya sangat rendah, tidak cukup
untuk menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
Eleminasi
Eleminasi sevofluran oleh paru-paru kurang cepat dibanding desfluran, tetapi masih
lebih cepat dibanding isofluran,enfluran, dan halotan. Sevofluran mengalami
metabolisme di hati (defluoronisasi) kurang dari 5%, membentuk senyawa fluorine,
kemudian oleh enzim glucuronyl tansferase diubah menjadi fluoride inorganik dan
fluoride organik (hexafluoro isopropanol), dan dapat dideteksi dalamdarah serta uruin.
Hexafluoro isopropanol akan terkonjugasi menjadi produk tidak aktif, kemudian
diekskresikan lewat urin. Tidak ada pengaruh nyata pada fungsi ginjal dan tidak bersifat
nefrotoksik.
Penggunaan Klinik
Sama seperti agen volatil lainnya, sevofluran digunakan terutama sebagai komponen
hipnotik dalam pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik, juga
mempunyai efek analgetik rignan dan relaksasi otot ringan. Pada bayi dan anak-anak
yang tidak kooperatif, sangat baik digunakan untuk induksi.
Untuk mengubah cairan sevofluran menjadi uap, diperlukan alat penguap (vaporizer)
khusus sevofluran.
11
Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0%
bersama-sama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 2,0-
3,0%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.
Kontra Indikasi
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”,
hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.
Keunggulan Dan Kelemahan
1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosajalan
nafas, pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan agen volatil lain.
2. Kelemahannya adalah batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis),
analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.
Perbedaan anestetik inhalasi
Perbandingan anestetik inhalasi baik secara fisik –kima maupun secara klinik
farmakologi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Perbandingan sifat fisik dan kimia anestetik inhalasi
Anesetetik
inhlasi
Nitrous
OksidaHalotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Berat molekul 44 197 184 184 168 200
Titik didih (oC) -68 50-50,2 56,6 48,5 22,8-23,5 58,5
Tekanan uap
(mmHg 20oC)
5200 243-244 172-174,5 238-240 669-673 160-170
Bau Manis Organik Eter Eter Eter Eter
Turunan eter Bukan Bukan Ya Ya Ya Ya
Pengawet - Perlu - - - -
12
Koef. Partisi
darah/gas0,47 2,4 1,9 1,4 0,42 0,65
Dengan kapur
soda 40oCStabil Tidak Stabil Stabil Stabil Tidak
MAC 37oC
usia 30-55
tahun (tekanan
760 mmHg)
104-105 0,75 1,63-1,70 1,15-1,20 6,0-6,6 1,80-2,0
Tabel 2. Farmakologi klinik anestetik inhalasi
Anestetik
inhalasi
Nitrous
OksidaHalotan Enfluran
Isofluran/
DesfluranSevofluran
CO 0 -* --* 0 0
HR 0 0 ++* + 0
BP 0 -* --* --* --
Kontraktilitas -* ---* --* --* --
SVR 0 0 - -- -
PVR + 0 0 0 0
TIK + ++ ++ + +
CBF + ++ + + +
Kejang - - + - -
Aliran Darah
Hepar- -- -- - -
RR + ++ ++ + +
VT - - - - -
PaCO2 0 + ++ + +
*=Dose Dependent; 0=No Change; -=Decrease; +=Increase
CO=cardiac output; HR=heart rate; BP=blood preasure; SVR=systemic vasculer resistence; PVR=pulmonary
vasculer resistance; TIK=tekanan intrakranial; CBF=cerebral blood flow; RR=respiratory rate; VT=volume
13
tidal
MESIN DAN ALAT ANESTESI
Fungsi mesin anestesi adalah menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang
aman ke rangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang sisa
campuran gas dari pasien. Rangkaian mesin anestesi sangat banyak ragamnya, mulai dari
yang sangat sederhana sampai yang diatur oleh komputer. Mesin yang aman dan ideal ialah
mesin yangmemenuhi persyaratan berikut :
1. Dapat menyalurkan gas anestetik dengan dosis tepat
2. Ruang rugi minimal
3. Mengeluarkan CO2 dengan efisien
4. Bertekanan rendah
5. Kelembaban terjaga dengan baik
6. Penggunaannya sangat mudah dan aman
Mesin anestetik adalah teman akrab anestetis atau anestesiologist yang harus selalu siap
pakai, kalau akan dipergunakan. Mesin anestetik modern dilengkapi langsung dengan
ventilator mekanik alat pantau.
Komponen dasar mesin anestetik terdiri dari :
1. Sumber O2, N2O dan udara tekan
Sumebr O2 dan N2O dapat tersedia secara individual menjadi satu kesatuan mesin
anestetik atau dari sentral melalui pipa-pipa. Rumah sakit besar biasanya
menyediakan O2, N2O dan udara tekan secara sentral untuk disalurkan ke kamar
bedah sentral, kamar bedah rawat jalan, ruang obstetri dan lain-lainnya.
2. Alat pantau tekanan gas
Alat pantau tekanan gas untuk mengetahui tekanan gas pasok. Kalau tekanan gas O2
berkurang maka akan ada bunyi tanda bahaya.
3. Katup penurun tekanan gas
Katup penurun tekanan gas untuk menurunkan tekanan gas pasok yang masih tinggi,
sesuai karakteristik mesin anestesi.
4. Meter aliran gas
Meter aliran gas dari tabung kaca untuk mengatur aliran gas setiap menitnya.14
5. Satu atau lebih penguap cairan anestetik
Penguap cairan anestetik dapat tersedia satu, dua, tiga sampai empat.
6. Lubang keluar campuran gas
Lubang keluar campuran gas biasanya berdiameter standar.
7. Kendali O2 darurat
Kendali O2 darurat untuk keadan yang dalpat mengalirkan O2 murni sampai 35-37
liter/menit tanpa melalui meter aliran gas.
Tabung gas dan tambahannya dan penguap diberi warna khusus untuk menghidari
kecelakaan yang mungkin timbul. Kode warna yang telah disepakati ialah seperti tabel 3.
Tabel 3. Kode warna internasional
Oksigen N2O Udara CO2 Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Putih* BiruPutih-
Hitam**
Abu-
abuMerah Jingga Ungu Biru Kuning
*USA : hijau, **kuning
Mesin anestesi sebelum digunakan harus diperiksa apakah berfungsi denganbaik
atau tidak. Beberapa petunjuk di bawah ini perlu diperhatikan :
15
Sumber O2 Sumber N2O Sumber gas lain
Alat pantau tekanan Alat pantau tekanan Alat pantau tekanan
Katup penurun tekanan
Meter aliran gas
Penguap anestetik volatil
Lubang campuran penguap gas
Kendalli oksigen darurat
Gambar 1. Rangkaian mesin anestetik
1. Periksa mesin dan peralatan kaitannya secara visual apakah ada kerusakan atau
tidak, apakah rangkaian sambungannya seduah benar.
2. Periksa alat penguap apakah sudah terisi obat dan penutupnya tidak longga atau
bocor.
3. Periksa apakah sambungan silinder gas atau pipa gas ke mesin sudah benar.
4. Periksa meter aliran gas apakah berfungsi baik.
5. Periksa aliran gas O2 dan N2O.
SISTEM ATAU SIRKUIT ANESTESIA
Sistem penghantar gas atau sistem anestesia atau sirkuit anestesia adalah alat yang
bukan saja menghantarkan gas atau uap anestetik dan oksigen dari mesin ke jalan napas atau
pasien, tetapi juga harus sanggup membuang CO2 dengan mendorongnya dengan aliran gas
segar atau dengan mengisapnya dengan kapur soda.
Sirkuit anestesia umumnya terdiri dari :
1. Sungkup muka, sungkup laring atau pipa trakea.
2. Katup ekspirasi dengan per atau pegas.
3. Pipa ombak, pipa cadang. Bahan karet hitam atau plastik tansparan anti statik, anti
tekuk.
4. Kantong cadang.
5. Tempat masuk campuran gas anestetik dan O2. Untuk mencegah terjadinya
barotrauma akibat naiknya tekanan gas yang mendadak tinggi, katup membatasi
tekanan samapai 50 cmH2O.
Sirkuit anestesi yang populer sampai saat ini ialah sirkuit lingkar (cicle system),
sirkuit magill, sirkuit Bain dan sistem pipa T atau pipa Y dari Ayre.
Tehnik pemberian
Pemberian anestetika inhalasi dibagi menjadi 3 cara, yaitu:
Sistem terbuka, yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang menutupi mulut
atau hidung penderita, contohnya eter dan trikloretilen.
16
Sistem tertutup, yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan campuran
gas dengan oksigen dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan dimasukan kembali
(bertujuan memperdalam pernafasan dan mencegah berhentinya pernafasan atau apnea
yang dapat terjadi bila diberikan dengan sistem terbuka). Karena pengawasan
penggunaan anestetika lebih teliti maka cara ini banyak disukai, contohnya siklopropan,
N2O dan halotan.
Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang tenggorokan atau
trachea dengan memakai alat khusus seperti pada operasi amandel.
SISTEM INSUFLASI
Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anestetik degan sungkup muka
melalui salah satu sistem ke wajah pasien tanpa menyentuhnya. Biasanya dikerjakan pada
bayi atau anak kecil yang takut disuntik atau pada mereka yang sedang tidur supaya tidak
terbangun (induksi mencuri, steal induction). Untuk menghindari penumpukan gas CO2,
alliran gas harus cukup tinggi sekitar 8-10 liter/menit. Sistem ini dapat mencemari udara
sekitarnya.
Ada yang mengartikan, bahwa sistem ini adalah penghembusan campuran gas
anestetik melalui lubang hidung dengan menggunakan pipa nasofaring. Seperti melalui
sungkup, aliran campuran gas juga harus tinggi sekitar 8-10 liter/menit.
TATALAKSANA ANESTESI UMUM INHALASI SUNGKUP MUKA
Indikasi :
1. Pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh dan berlangsung singkat
denga posisi telentang, tanpa membuka rongga perut.
2. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik I atau II).
3. Lambung dalam keadaan kosong.
Kontra indikasi :
1. Operasi di daerah kepala dan jalan napas.
2. Operasi dengan posisi miring atau tertelungkup.
17
Tatalaksana :
1. Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman
2. Pasang alat pantauu yang diperlukan
3. Siappkan alat-alat dan obat resusitasi
4. Siapkan mesin anestesi dengan sistem sirkuitnya dan gas anestesi yang
digunakannya
5. Induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain
6. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi
7. Awasi pola nafas pasien, bial tampak tanda-tanda hipoventilasi berikan nafas
bantuan secara sinkron sesuai dengan irama pasien
8. Pantau denyut nadi dan tekanan darah
9. Apabila operasi sudah selasai, hentikan aliran gas / obat anestesi inhalasi dan berikan
oksigen 100% (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit
18
DAFTAR PUSTAKA
A Thwaites et all, Inhalation Induction with Sevoflurane; a double blind
comparison with propofol, 1997
E Erturk et all, The Comparison of the effects of Sevoflurane inhalation Anesthesia
and Intravenous Propofol Anesthesia on Oxidative Stress in One Lung Ventilation,
2014
Hurford - Clinical Anesthesia Procedures of the Massachusetts General Hospital
6th ed
John Butterworth, et all, Morgan & Mikhail. Clinical Anesthesiology 5th edition,
Lange; 2013
Laurence Brunton et all, Goodman & Gillman’s The Pharmauceticals Basis of
Therapies 12th edition, 2011
P.G.Barash, B.F.Cullen, R.K.Stoelting - Clinical Anesthesia. 4th edition
19