angkor bicycle trip (extended)

13
Angkor Bicycle Trip oleh Febry Fawzi Angkor Archaeological Park adalah sebuah salah satu situs bersejarah yang paling penting di Asia Tenggara. Situs peninggalan kerajaan Khmer yang didirikan oleh imigran asal Jawa ini berdiri sejak abad ke 9 hingga 15. Situs yang berdiri di tanah seluas 400km2 ini menyimpan banyak peninggalan berupa candi yang masih bisa dilihat bentuknya. Situs bersejarah ini terletak tak jauh dari kota Siem Reap, Kamboja. Untuk menuju kota Siem Reap, terdapat beberapa akses darat, udara, hingga sungai. Setidaknya, saya mengambil jalur darat selama 6 jam dari Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Saya menghabiskan waktu seharian untuk mengunjungi taman arkeologi ini pada tanggal 31 Agustus 2012.

Upload: febry-fawzi

Post on 22-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Angkor Archaeological Park adalah sebuah salah satu situs bersejarah yang paling penting di Asia Tenggara. Situs peninggalan kerajaan Khmer yang didirikan oleh imigran asal Jawa ini berdiri sejak abad ke 9 hingga 15. Situs yang berdiri di tanah seluas 400km2 ini menyimpan banyak peninggalan berupa candi yang masih bisa dilihat bentuknya. Situs bersejarah ini terletak tak jauh dari kota Siem Reap, Kamboja. Untuk menuju kota Siem Reap, terdapat beberapa akses darat, udara, hingga sungai. Setidaknya, saya mengambil jalur darat selama 6 jam dari Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Saya menghabiskan waktu seharian untuk mengunjungi taman arkeologi ini pada tanggal 31 Agustus 2012.

TRANSCRIPT

Page 1: Angkor Bicycle trip (Extended)

AngkorBicycle Trip

oleh Febry Fawzi

Angkor Archaeological Park adalah sebuah salah satu situs bersejarah yang paling penting di Asia Tenggara. Situs peninggalan kerajaan Khmer yang didirikan oleh imigran asal Jawa ini berdiri sejak abad ke 9 hingga 15. Situs yang berdiri di tanah seluas 400km2 ini menyimpan banyak peninggalan berupa candi yang masih bisa dilihat bentuknya. Situs bersejarah ini terletak tak jauh dari kota Siem Reap, Kamboja. Untuk menuju kota Siem Reap, terdapat beberapa akses darat, udara, hingga sungai. Setidaknya, saya mengambil jalur darat selama 6 jam dari Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Saya menghabiskan waktu seharian untuk mengunjungi taman arkeologi ini pada tanggal 31 Agustus 2012.

Page 2: Angkor Bicycle trip (Extended)

Angkor Wat di Siem Reap dan

Terracotta Warriors di Xi’an adalah

sebuah pilihan buat saya. Berhubung

saya tidak jadi ke Xi’an, maka

saya wajib mengunjungi Angkor

Archaeological Park di Siem Reap, Cambodia.

Situs ini sudah menjadi situs yang sangat

terkenal, mungkin bermula dari film Tomb

Raider yang diperankan oleh Angelina Jolie.

Saya sendiri sebenarnya belum menonton film

itu, jadi tidak tahu daya tarik apa yang orang-

orang tuju.

Bicara mengenai candi, di Jawa pun banyak

tersebar candi-candi super megah. Sebut saja

Borobudur dan Prambanan yang sama-sama

menjadi World Heritage Site UNESCO. Lantas,

selain masuk film Hollywood, daya tarik apa sih

yang membuat Angkor Wat ini laris manis di

dunia pariwisata internasional?

Kalau saja di Siem Reap tidak ada Angkor

Wat, pasti saya tidak akan mampir ke sini

dan lebih memilih untuk ke Sihanoukville atau

ke Battambang. Nyatanya, saya tidak punya

cukup waktu dan lebih memprioritaskan untuk

melihat Angkor Wat. Rencananya saya akan

mengambil one day ticket, 20 USD. Mengingat

harganya yang ‘lumayan’ sebaiknya memang

tidak usah ingat-ingat harga tiketnya, apalagi

membandingkannya dengan objek-objek

lain.”If you dare enough to explore, you’ll get

what others don’t give to you.”

Pertanyaan dan perdebatan mengenai

‘cukup gak sih eksplor Angkor dalam sehari?’

jawabannya tergantung pada kekuatan

diri sendiri dan seberapa jauh kamu ingin

mengetahui situs sejarah ini. Kalau tujuan

kamu hanya foto-foto narsis aja sih ambil yang

sehari, keliling Angkor Wat atau Angkor Thom

Page 3: Angkor Bicycle trip (Extended)

MengejarMatahari Terbit

saja juga cukup. Kalau tujuannya emang mau

tau lebih banyak dan menelusuri setiap lekuk

candi-candinya, ya boleh lah ambil 3hari, lebih

hemat uang juga. Kalau tujuan kamu untuk

memotret dan punya banyak waktu untuk

bersantai, silahkan ambil yang seminggu. Eh,

tapi apa gak mabok keliling Angkor selama

seminggu?

Sebaiknya memang kamu punya teman

jalan untuk eksplor Angkor. Masalahnya,

kompleks arkeologi ini luasnya mencapai 400

km persegi. Paling enak memang kita punya

teman untuk sharing biaya tuk-tuk. Harga

sewa tuk-tuk seharian sekitar10-15 USD.

Nah, dengan ongkos segitu kan kalau jalan-

jalan sendirian bakal tekor. Namun, kali ini

saya tetap jalan-jalan sendirian. Berhubung

tidak punya banyak waktu untuk mencari

teman jalan dan berhubung kompleks angkor

yang luas dengan objek yang tersebar, saya

menghindari perdebatan tentang tempat mana

yang ingin dikunjungi.

Loh terus kalau jalan-jalan sendirian gitu,

tekor dong naik tuk-tuk? Oh tunggu dulu! Saya

punya cara yang ekonomis dan sehat buat

kamu-kamu yang ingin menjelajah Angkor

sendirian, yaitu dengan naik sepeda. Sangat

disayangkan,

di Siem Reap

ada peraturan

bagi turis

asing untuk

tidak boleh

menyewa

sepeda

motor,

mungkin akan

menggusur para

tukang ojek dan tuk-

tuk. Namun, menyewa

sepeda menjadi salah satu

alternatif jalan-jalan hemat di sini.

Cukup membayar 1 USD, maka kamu akan

bisa berkeliling dari pagi hingga malam.

Kebetulan The Garden Village tempat

saya menginap, menyewakan sepeda. Jadi

saya tidak perlu mencari-cari lagi tempat

penyewaan sepeda. Apalagi saya berencana

untuk berangkat ke Angkor Wat pagi buta

untuk mengejar matahari terbit. It would be a

challange!

Seluruh sumber yang saya baca, jika hanya

memiliki waktu sehari untuk eksplor Angkor,

maka harus banget bisa mendapatkan sunrise-

nya. Jadi rencananya saya harus bangun jam

4 pagi, kemudian packing, dan berangkat dari

hostel jam setengah 5.

Saya baru mulai menggoes sepeda sekitar

jam 4.45. Rasanya sudah deg-degan takut

kesiangan dan tidak dapet sunrise. Saya terus

menggoes dan mengebut. Kalau di

sepeda saya ada speedometer,

mungkin kecepatannya

mencapai 70km/h

(mungkin loh yaa).

Sebelum berangkat,

saya mencoba

melihat GPS dan

mencari rute

perjalanan dari

hostel ke Angkor

Wat. Ternyata

cukup belok dua

kali, kemudian

tinggal lurus terus.

Kenyataan berkata

lain, ini merupakan bagian

terseru dalam petualangan

ke Angkor Wat. Saya mengendarai

sepeda layaknya berpacu dengan kuda di

tengah jalanan kota Siem Reap yang pagi itu

masih kosong melompong. Jalanan di Siem

reap dibagi dua dan dibelah oleh sungai. GPS

bilang sih mudah, namun entah mengapa saya

jadi kehilangan arah. Berkali-kali saya bertanya

ke orang lokal, jawaban dari mereka malah

membawa saya ke jalur yang gelap dan sangat

sepi. Belum lagi jalanan yang rusak membuat

sepeda yang saya kendarai terus berloncatan

ke kanan dan kiri, salah-salah bisa nyusuruk

ke dalam sungai di sebelah jalan. Jalanan yang

gelap juga sudah dipedulikan “Bodo amat

Page 4: Angkor Bicycle trip (Extended)

kalau ada

pocong

yang jegat

atau ada setan-

setan kamboja

lainnya yang mau ganggu” pikir saya saat

itu. Pikiran saya sudah tertuju pada sunrise di

Angkor Wat.

Jarak dari hostel ke pintu masuk Angkor

sekitar 8 km. Jarak tersebut saya tempuh

dalam waktu 20 menit. Memasuki pintu

masuk Angkor, kita akan melewati jalan mulus

dan panjang yang kanan-kiri nya adalah hutan.

Hawa mistis sudah terasa. “pang-numpang

lewat, saya cuma mau jalan-jalan” ucap saya

dalam hati.

Di loket pembelian tiket, kita

akan disapa ramah oleh setiap

pemandunya. Saat membeli tiket,

kita akan difoto dulu layaknya

sedang membuat paspor.

“Cheese..” foto pun terpampang

di tiket yang kita beli. Berhubung

habis sepedaan, jadi fotonya gak

maksimal, lepek. Tiket tersebut tidak

boleh hilang karena akan diperiksa di

setiap pintu masuk objek-objek candinya.

Perjuangan saya belum berakhir ternyata!

Dari loket tiket ke Angkor Wat masih butuh

menggoes 2 hingga 3 km lagi. Sial! Langit

sudah terang. Saya terus menguatkan goesan.

Rem pun sudah tidak digunakan. Sekitar

10 menit dari loket tiket, sampai lah saya di

depan pintu masuk Angkor Wat.

Halaman depan Angkor Wat sudah

dipenuhi wisatawan. Ternyata Angkor Wat

dikelilingi oleh kanal-kanal berbentuk persegi.

Layaknya kerajaan, kita akan melalui pintu

masuk dan beberapa bangunan pendukung

sebelum bertatapan langsung dengan

bangunan utama. Saya terus berjalan menuju

kolam (genangan/becekan) di depan Angkor.

Rupanya, di situ adalah tempat terbaik

untuk mengabadikan wajah Angkor Wat dan

refleksinya di air dengan semburat-semburat

awan fajar.

Harapan hanya meninggalkan ekspektasi.

Langit kekuningan dan orange di kala fajar

hanya lah mimpi yang pagi itu tidak

datang. Di atas Angkor Wat, langit

lebih suka untuk menampakkan

wajah pucatnya dengan warna

kuning kebiruan. Yah.. tak apa

lah. Saya sudah cukup senang

tidak ketinggalan menyaksikan

matahari terbit di Angkor Wat.

Apalagi di sana saya menemukan

teman-teman Cina yang satu

dormitory sewaktu di Saigon. Benar-benar

sebuah kebetulan yang menguntungkan. Jadi

ada yang fotoin.

Sekitar jam 7 pagi itu, saya berpisah

dengan rombongan Cina tadi. Mereka

menyewa tuk-tuk dan membeli 3 days pass

ticket, Itinerary mereka adalah menyambahi

candi terjauh dulu yang letaknya di luar

kompleks Angkor. Sementara itu, saya

sendirian mengeksplor Angkor Wat dan

mengambil napas panjang. Baru inget, sedari

subuh tadi saya belum istirahat dari kegiatan

mengutik sepeda.

Page 5: Angkor Bicycle trip (Extended)

Angkor Wat, disebut-sebut sebagai

kompleks candi hindu terbesar se-

dunia. Bangunan ini dibangun pada

masa Raja Suryawarman II, sekitar

abad 12. Selain sebagai pusat kota

dari kerajaan Khmer pada masanya, bangunan

ini adalah sebuah persembahan untuk Wisnu.

Dikelilingi oleh parit yang berbentuk persegi,

Angkor Wat bagaikan sebuah pulau yang

mengapung di tengah hutan. Selain itu, puncak

tertinggi dari bangunan ini pun direpresentasikan

sebagai Gunung Meru, yang dalam mitologi

Hindu diartikan sebagai rumahnya para dewa.

Memasuki pintu masuk Angkor Wat,

saya sudah mulai berimajinasi. Bagaimana

ya bangunan ini dulu ketika baru dibangun?

Pasti megah banget. Penuh ukiran-ukiran

yang halus. Relief yang bercerita layaknya di

candi-candi yang sering kita jumpai di Jawa.

Berhubung mesti mengejar matahari

terbit dan ketinggalan sarapan, di sekitar

Angkor Wat banyak terdapat warung tenda,

yang menjual minuman hingga makanan

cepat saji. Lucu nya, warung-warung di

sana diberikan nama artis Hollywood. Ada

Lady Gaga, Brad Pitt, Jolie, Madonna, dan

lain sebagainya. Secara acak, saya makan

di warung Brad Pitt. Menu nya cuma nasi

goreng seharga 4 USD yang bisa ditawar

jadi 2 USD. Gila gak ditawarin nasi goreng

40.000rupiah di warung pinggir empang gitu?

Tak berapa lama, makanan datang. Nasi

goreng ayam dengan banyak sayuran. Begitu

diicip, rasanya enakan buatan sendiri. Nasi

goreng seharga 2 USD rasanya kayak nasi

dikasih minyak panas terus dicampur saos.

Oke, di saat begini tidak bisa protes kalau gak

mau diracun.

Saya melanjutkan bersepeda dan

meninggalkan Angkor Wat. Tujuan selanjutnya

adalah Angkor Thom dan The Bayon. Di tengah

jalan, saya melewati Elephant Ride. Kalau

punya uang lebih, kamu bisa mencoba menaiki

gajah untuk mencapai candi yang ada di atas

bukit.

Jarak dari Angkor Wat ke Angkor Thom

sekitar 2km. Sebelum nya, kita akan menjumpai

pintu gerbang Angkor Thom (pintu selatan) atau

sering disebut Victory Gate. Tata letak Angkor

Thom hampir mirip dengan Angkor Wat, hanya

saja situs ini lebih luas lagi. Kota yang dibangun

Page 6: Angkor Bicycle trip (Extended)

pada masa raja Jayawarman VII berpusat pada situs

The Bayon. Dikelilingi oleh kanal-kanal dan tembok

yang memagari pusat dari kota kerajaan Khmer pada

akhir abad ke 12.

Tepat di depan Victory Gate, kita akan melewati

jembatan yang dijaga oleh Deva/Dewa & Asura/Iblis.

Melihat dari pintu masuknya saja, sudah terlihat kalau

dulunya ini adalah kerajaan megah. Belum lagi kalau

kita melihat langsung wajah-wajah yang terukir di The

Bayon. Setidaknya ada 200 wajah dari Lokesvara/

Avalokitesvara.

Page 7: Angkor Bicycle trip (Extended)

Rute Angkor Bicycle Tour

Untuk mengelilingi kompleks candi

Angkor, pengelolanya sudah menyiapkan

beberapa rute dan membaginya berdasarkan

jarak. Ada short dan long trek. Kalau short

trek, dari Terrace of the Elephants/kompleks

Angkor Thom, kamu bisa langsung belok ke

arah Victory Gate, dengan tujuan selanjutnya

langsung ke Ta Prohm dan kemudian langsung

kembali ke Angkor Wat. Sedangkan saat itu,

saya mengambil long trek dengan rute lurus

ke arah Preah Khan, Bantey Prei, Ta Som,

East Mebon, Ta Prohm, dan kemudian kembali

ke pintu timur Angkor Thom. Tentu dengan

mengambil jalur long trek, akan lebih banyak

objek yang dijumpai, tidak hanya candi-candi

yang terkenal lewat film Tomb Raider (seperti

Ta Prohm).

Jadi, ketika kamu hendak jalan-jalan di

sini, pastikan juga kamu meminta peta gratisan

di tempat pembelian tiket. Syukur-syukur

kalau kamu punya uang lebih untuk membeli

peta yang lebih lengkap (penuh gambar dan

informasi serta tanpa iklan). Walaupun kamu

naik tuk-tuk dan supirnya sudah hapal dengan

rutenya, tapi kamu juga mesti tahu objek apa

saja yang ada di dalam kompleks arkeologi ini.

Berhubung tiketnya mahal, jadi puas-puasin

mengeskplor tempat ini, puas-puasin fotonya,

dan nikmatin setiap atmosfer di dalam tempat

ini. Seperti albumnya The Beatles, perjalanan

ini adalah Magical Mistery Tour.

AngkorBicycle Trip

Page 8: Angkor Bicycle trip (Extended)

Preah Khan, dibangun pada akhir abad

ke-12 oleh King Jayavarman VII dan

dibangun atas dasar kemenangannya

terhadap penyerangan oleh kerajaan

Champa pada tahun 1191. Di antara

Angkor Thom atau Angkor Wat, kompleks

candi ini yang belum dirawat sepenuhnya.

Ketika baru memasuki kompleks candi ini,

kita akan merasa seperti deja vu. Terdapat

dua naga yang masing-masing dikawal oleh

asuras di kanan dan devas di kiri. Oh iya,

sebelum melewati pintu masuk, kita juga akan

disambut oleh iring-iringan musik tradisional

Khmer yang dimainkan oleh para korban

ranjau.

Di sini juga terdapat semacam galeri kecil

yang menceritakan proses ditemukannya

situs bersejarah ini dan revitalisasinya

hingga terlihat utuh seperti sekarang. Di

Hall of Dancers adalah sebuah jenis ukiran yang banyak ditemukan di akhir abad ke-12. Pada umumnya jenis ukiran ini dibangun pada masa Raja Jayawarman VII, misalnya di Ta Prohm, Preah Khan, Banteay Kdei, dan Banteay Chhmar. Ruangan ini adalah seperti bangunan persegi panjang yang memanjang sepanjang garis timur candi. Ruangan ini juga dibagi menjadi empat halaman yang setiap pilarnya diukir dengan gambar penari apsaras. Makanya, ruangan ini dinamakan Hall of Dancers karena mungkin dulunya digunakan untuk menari.

Hall of Dancers

Pre

ah

Kha

n

Page 9: Angkor Bicycle trip (Extended)

fotonya telihat bangunan candi

yang tertutupi oleh rimbunnya

pepohonan. Itu lah foto awal

ditemukannya situs ini. Terlihat

seperti di film-film Indiana Jones

dan sejenisnya. Sangat menarik.

Di Preah Khan tidak terlihat

bangunan tinggi seperti di

Angkor Wat atau Angkor Thom.

Bangunan utamanya berbentuk

seperti sebuah istana kecil yang

di dalamnya terdapat ruang-

ruang. Koridor dan gang-gang

kecil di dalamnya dapat dimasuki,

walaupun beberapa koridor ada

yang tak bisa dilewati karena

dalam proyek pembenahan. Di

dalam bangunan ini juga terdapat

satu stupa. Dinding-dinding di

dalam bangunan ini juga penuh

ukiran. Banyak apsara terukir di

hall of dancers dan di setiap

gapura.

Kita bisa berimajinasi

layaknya di film-film. Di beberapa

bangunan, terdapat pepohonan

tumbuh liar dan menempel dengan

bangunan candi. Lebih terkesan

eksotis dibanding tidak terawat.

Di dalam candi juga terdapat

seorang pelukis yang sedang

menjajakan lukisan dagangannya

sambil mendemonstrasikan

keahlian melukisnya. Ketika saya

datang ke Preah Khan, hanya

terdapat beberapa turis saja yang

memasuki situs ini. Tidak semeriah

di Angkor Wat atau The Bayon.

Hall of Dancers

Page 10: Angkor Bicycle trip (Extended)

Waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Saya

duduk di pinggir jalan di depan pintu masuk ke

Preah Khan. Mengamati turis-turis yang akan

masuk. Mengamati anak kecil yang berlarian

mendekati para turis sambil menawarkan

barang dagangannya. Sementara itu pemeriksa

tiket masuk, seorang pemuda lokal Kamboja

yang seumuran dengan saya mendekat dan

mengajak ngobrol. Pemeriksa tiket masuk itu

menjelaskan setiap tempat yang ada di peta.

Dia merekomendasikan tempat dan waktu

terbaik mengunjunginya. Susunan kata yang

dia jelaskan tidak jelas, saya jadi bingung mesti

gimana. Gara-gara penjelasannya saya jadi

bimbang untuk mengambil long track. Saya

jadi kepikiran untuk balik ke Angkor Thom

dan langsung saja ke Ta Phrom. Namun,

selalu ada yang ngomong di pikiran “ngapain

bayar 20 USD cuma buat ngeliat 3 objek?”.

Kemudian tekad saya kembali bersemangat

lagi. Kebetulan ada sekelombok bule yang

bersepeda dan akan menuju ke objek

selanjutnya. Saya mengikuti mereka dari

belakang.

Cuaca saat itu panas terik, untungnya,

berhubung itu hutan, sekeliling jalan ditumbuhi

oleh pepohonan,. Menggunakan sepeda di

sini harus siaga. Kalau sedang asik menggoes

sepeda di tengah jalur yang kosong, harus

ekstra hati-hati dengan kendaraan (bus/mobil

van) yang suka seliweran dari dua arah. Pada

umumnya di antara objek satu dengan lainnya

berjarak sekitar 2km. Saya melewati Prasat Prei

dan berhenti sebentar, mengambil foto, dan

lanjut lagi menuju Neak Pean.

Page 11: Angkor Bicycle trip (Extended)

Neak Pean. Beberapa sejarahwan

meyakini bahwa Neak Pean adalah

sebuah representasi dari Anavatapta

(yang dalam pandangan kosmologi

Buddhis kuno sebagai danau yang

melintang di tengah dunia yang air

dari danau ini dapat digunakan untuk

mengobati penyakit, nama ini juga

mewakili seekor naga yang berada di

danau tersebut). Dibangun pada masa

Jayawarman VII, Neak Pean ditujukan

sebagai tempat pengobatan.

Di tengah udara yang panas dan

terik mengerik kulit, sempat-sempatnya

langit mendung dan bergemuruh.

Saya jadi tidak berlama-lama di Neak

Pean. Langsung meluncur ke Ta Som.

Menggoes sepeda sambil ngebut, kejar-

kejaran dengan hujan.

Ta Som, sebuah komplek candi yang

dibangun dan dipersembahkan untuk

Dharanindrawarman, King of Khmer Empire

(1150-1160). Beliau adalah ayah dari Raja

Jayawarman VII. Sama seperti Preah Khan

dan Ta Prohm, komplek candi ini juga belum

begitu terurus. Semak belukar dan pepohonan

tumbuh menyatu dengan badan candi.

Juntaian dan lilitan akar-akar pohon

membuatnya terkesan misterius dan

eksotis. Melewati berlapis-lapis pintu

masuk (Gapora), pengunjung akan

merasakan keeksotisan setiap ukiran

dan lekuk bentuk candi-candinya.

Rasa penasaran tentang ‘ada

apa sih di ujung?’ membawa saya

terus memasuki setiap gapura-gapura

yang terlilit akar pohon itu. Hingga

akhirnya rasa penasaran saya terjawab.

Sampai di ujung pemandangan yang bisa

dilihat adalah …. lapak dagangan. Ada yang

jualan kain, jualan baju, jualan daster, jualan

gantungan kunci, lukisan, perhiasan, dan

macem-macem.

Ketika sedang asik memotret, tiba-

tiba rintik hujan turun dan semakin

membesar. Seluruh turis berlarian

mencari tempat berteduh. Entah,

rasanya hujan saat itu terkesan

mistis. Langit terang, angin

berhembus kencang meniupkan

debu-debu berterbangan, dan

pepohonan bergoyang tak kenal

arah. Pemandangan yang super

absurd menjelang badai kecil di

kawasan Angkor.

Akhirnya, saya

berteduh di dalam candi di

Ta Som. Hujannya makin

deras hingga sekeliling

hanya menyisakan kabut-

kabut putih.Ta S

omNeak Pean

Page 12: Angkor Bicycle trip (Extended)

Hujan besar kian reda hingga menyisakan

rintik gerimis. Waktu menunjukkan pukul

14.00. Tak terasa saya menunggu hujan

hampir satu jam. Petualangan Angkor akan

terus berjalan. Masih ada beberapa tempat

lagi yang harus dikunjungi. Kira-kira sekitar

3 kilometer menuju komplek percandian

selanjutnya. 8km menuju Ta Phrom.

Begitu keluar 1km dari percandian

Ta Som. Langit langsung berubah

sangat cerah dan voila!

jalanan aspalnya kering.

Kutukan macam apa

coba? hujan besar cuma

mampir di atas Ta Som.

Daya tahan tubuh diuji,

dari ditempa hujan

badai kini kena disengat

terik matahari.

Sesuai penampakan

pada peta, kawasan East Mebon adalah kawasan

kering, lebih banyak ditumbuhi

tanaman-tanaman perdu. Berbeda

dengan West Baray, terdapat danau yang di

tengah nya terdapat pulau bercandi. Uhm,

selain kawasan kering, di East Baray juga

terdapat sawah di kanan kiri jalan. Sedang

asik-asiknya ngutik sepeda, membayangkan

seperti di Eat Pray Love waktu Julia Robert

sepedaan di tengah sawah daerah Ubud,

tau-tau langit yang sedari tadi terang

langsung menggelap dan menyipratkan rintik

hujan. Makin kencang menggoes sepeda,

makin banyak intensitas rintik hujannya.

Akhirnya saya berteduh di bawah pohon

dan hujan besar tak terelakkan. Kebetulan

di samping pohon ada truk yang sedang

parkir, di dalamnya ada supir truk yang

berwajah sangat Jawa. Sambil berbahasa

isyarat layaknya

orang gagu, saya

menerobos masuk

ke dalam truk, duduk

di samping si supir.

Kami cuma bisa cengir-

cengiran.

Hanya sekitar 15 menit,

hujan kembali reda. Saya pun

turun dan melanjutkan ke Prasat East Mebon. Terdapat satu kompleks candi

yang bentuknya mirip-mirip dengan candi

Prambanan di Yogyakarta. Prasat East

Mebon ini adalahkompleks candi yang 2

abad lebih dahulu dibangun dari Angkor Wat.

Dilihat dari warna bebatuannya saja sudah

berbeda, entah berbeda dari materialnya

atau umurnya. Dilihat sekilas, warna candi

ini lebih kemerah-oranye-an. Bentuknya

bertingkat tiga. Terdapat sebuah menara

utama yang dikelilingi oleh empat menara

yang lebih kecil.

Prasat East Mebon adalah sebuah

candi Angkor yang dibangun pada abad

ke-10. Dibangun pada masa kerajaan

Rajendrawarman (944 to 968). Candi ini

dibangun dengan sebuah ide menjadi sebuah

pulau sakral di East Baray. Baray adalah

sebuah sistem tempat penampung air yang

dibagi menjadi dua tempat, barat dan timur.

Lebih dari itu, para sejarahwan mempercayai

bahwa Baray juga berarti sebuah lautan yang

mengelilingi Gunung Meru di jagat raya

(Mitologi Hindu). Sayangnya, sekarang East

Baray sudah berubah menjadi waduk kering.

Pantas saja tanahnya terkesan seperti rawa

tandus yang hanya ditumbuhi pepohonan

perdu,.

Satu setengah kilometer dari East Mebon,

terdapat sebuah candi yang juga dibangun

pada masa Rajendrawarman. Prasat Pre Rup. Bentuk dan warnanya mirip dengan

East Mebon. Rasanya seperti de javu

mengunjungi candi yang mirip. Pre Rup juga

sama-sama mempunyai layout kotak, dengan

tiga tingkatan, dan empat menara kecil serta

satu menara paling tinggi di tengahnya. Beda

tempat ini hanya lah pada sekelilingnya, di

sebelah kanan candi ini terdapat rawa kecil

yang dihiasi oleh kerbau-kerbau peliharaan.

Page 13: Angkor Bicycle trip (Extended)

MAHA KARYARAJENDRAWARMAN

Lanjut menggoes sepeda selama

10 menit (1,5km) kita akan menjumpai

sebuah kolam besar yang bernama

Srah Srang. Pemerika tiket di Prah

Khan menyarankan ke tempat ini untuk

menyaksikan sunset. Hmm mana ada

sunset dengan langit gelap begini.

Gerimis hujan juga terus turun. Saya jadi

tidak berminat memotret, takut kamera

kehujanan dan saya mengejar waktu ke

Ta Phrom. Soalnya saat itu sudah jam

3 sore. Kalau kamu ingin makan siang,

banyak terdapat kedai makan/restauran

yang kayaknya lumayan (bisa lumayan

enak atau lumayan mahal).