antara bau mulutnya orang yg berpuasa dan fungsi mulut.docx

5
“ANTARA BAU MULUTNYA ORANG BERPUASA DAN FUNGSI MULUT” Oleh: Ustadz Muhammad Subhan, S.Pd.I Guru Pend. Agama Islam SMPN 3 Kotamobagu Assalamu ‘alaikum wr.wb. Segala puji hanyalah milik Allah penggenggam hidup dan mati semua makhluk, dan telah menjadikan indah bulan Ramadhan untuk kita umat Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat dan juga percikan rahmatnya semoga tersampaikan bagi setiap pengikut beliau yang taat dan sholeh hingga akhir zaman. Aamiin. Dalam bulan Ramadhan yang mulia ini, perintah puasa menjadi inti ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt. Pengertian sederhananya adalah pengendalian terhadap kebiasaan kinerja mulut mengunyah makanan dan ataupun minuman di waktu fajar hingga tenggelam matahari. Perut harus diisi, ibarat kendaraan tidak akan berjalan tanpa bahan bakar. Akan tetapi perut manusia dikendalikan oleh otak atau keinginan (bersifat nafsu). Disinilah mengapa pentingnya Allah memerintahkan mengosongkan perut dari makanan ataupun minuman diwaktu yang telah ditentukan. Berbicara tentang perut yang tak terisi, maka berkenaan dengan lapar ataupun dahaga, lantas jika terjadi dalam rentang waktu sekian jam sudah dapat dipastikan akan menimbulkan aroma tak sedap yang keluar dari mulut kita (alias bau mulut). Bau mulut yang alamiah tidak serta merta mampu ditanggulangi oleh berbagai model prodak pasta gigi ataupun pembersih mulut lainnya. Percayalah, siapa pun anda tentu tidak bisa mengelak dari kenyataan ini. Untuk itu, Rasulullah Saw memotivasi umat Islam agar tidak merasa risih atau

Upload: taufikabufaris

Post on 15-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANTARA BAU MULUTNYA ORANG BERPUASA DAN FUNGSI MULUT

Oleh: Ustadz Muhammad Subhan, S.Pd.I Guru Pend. Agama Islam SMPN 3 Kotamobagu

Assalamu alaikum wr.wb.Segala puji hanyalah milik Allah penggenggam hidup dan mati semua makhluk, dan telah menjadikan indah bulan Ramadhan untuk kita umat Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat dan juga percikan rahmatnya semoga tersampaikan bagi setiap pengikut beliau yang taat dan sholeh hingga akhir zaman. Aamiin.Dalam bulan Ramadhan yang mulia ini, perintah puasa menjadi inti ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt. Pengertian sederhananya adalah pengendalian terhadap kebiasaan kinerja mulut mengunyah makanan dan ataupun minuman di waktu fajar hingga tenggelam matahari. Perut harus diisi, ibarat kendaraan tidak akan berjalan tanpa bahan bakar. Akan tetapi perut manusia dikendalikan oleh otak atau keinginan (bersifat nafsu). Disinilah mengapa pentingnya Allah memerintahkan mengosongkan perut dari makanan ataupun minuman diwaktu yang telah ditentukan. Berbicara tentang perut yang tak terisi, maka berkenaan dengan lapar ataupun dahaga, lantas jika terjadi dalam rentang waktu sekian jam sudah dapat dipastikan akan menimbulkan aroma tak sedap yang keluar dari mulut kita (alias bau mulut).Bau mulut yang alamiah tidak serta merta mampu ditanggulangi oleh berbagai model prodak pasta gigi ataupun pembersih mulut lainnya. Percayalah, siapa pun anda tentu tidak bisa mengelak dari kenyataan ini. Untuk itu, Rasulullah Saw memotivasi umat Islam agar tidak merasa risih atau sebaliknya merasa senang hati melaksanakan ibadah puasa, sebagaimana sabda beliau yang artinya: Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa lebih wangi disisi Allah dari harumnya parfum kasturi. (HR. Al-Bukhari, An-Nasai, Ahmad dan Malik).Parfum manalagi di muka bumi ini yang lebih wangi dan lembut selain kasturi, inilah penegasan betapa Allah sangat menyukai orang yang menjaga Kualitas Ibadah Puasanya. Maka Allah sendiri yang mengambil bagian langsung untuk mengganjar pahala kepada orang yang berpuasa sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits qudsi yang artinya: Semua amalan anak Adam (manusia) itu untuk dirinya, kecuali puasa. Sebab, ia adalah buat-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. (HR. Al-Bukhari, An-Nasai dan Ahmad) Bukankah nabi Musa as pernah melakukan ibadah puasa selama 40 hari sebelum berkomunikasi dengan Allah di bukit Sinai, akan tetapi ketika dalam penyempurnaan puasa 40 hari beliau menggosok giginya (membersihkan mulutnya) dengan tujuan sebagai suatu kepatutan atau kesopanan seorang hamba ketika hendak berkomunikasi dengan Robnya Allah Swt. Hal tersebut justru menyebabkan nabi Musa as mengulangi puasa 40 harinya lantaran Allah Swt lebih mengetahui kepatutan bobot dari puasanya. Beda halnya dengan mungkin sebagian dari kita, karena merasa risih dengan suasana mulut yang tak sedap dengan baunya yang aduhai, maka serta merta kita meringankan hukum puasa dengan menyikat gigi di siang hari (meskipun hal ini diperbolehkan) akan tetapi bobot atau presentasi nilai puasa kita berkurang. Dengan demikian, hadits qudsi dan sepenggal cerita puasanya nabi Musa diatas memberikan pemahaman kepada kita akan serius dan spesialnya ibadah puasa. Lantas, untuk menjadikan ibadah puasa memiliki kualitas atau bobot yang bernilai baik di hadapan Allah Swt, maka pintu gerbang pertamanya adalah pengendalian mulut. Secara umum mulut memiliki 2 fungsi; pertama: fungsi sebagai pengunyah atau penghancur makanan dan atau pintu masuknya makanan dan minuman dari sumber pencaharian kita. Kedua: fungsi sebagai alat komunikasi.Dari kedua fungsi mulut di atas akan diuraikan sebagai berikut: pertama: fungsi sebagai pengunyah atau penghancur makanan dan atau pintu masuknya makanan dan minuman dari sumber pencaharian kita. Bagi mereka yang berpuasa otomatis fungsi ini tidak bekerja sampai pada waktu berbuka puasa. Namun, fungsi ini memberikan pesan agar kita memperhatikan dan merenungkan segala sumber pencaharian yang kemudian dikonsumsi oleh mulut kita. Pada prinsipnya, Allah secara tidak langsung menyuruh kepada hamba-Nya untuk banyak mengevaluasi kebiasaan memasukkan segala macam makanan dan minuman ke dalam mulut tanpa disaring betul status baik ataupun halalnya. Dengan demikian akan muncul dalam diri orang yang berpuasa untuk lebih berhati-hati dan selektif mengkonsumsi makanan dan minuman. Disamping itu perlu diingat bahwa banyak disekeliling kita anak-anak terlantar yang mungkin kita merasa risih dan jijik akan penampilan dan bau mulutnya, maka tepatlah puasa mengajarkan kepada kita untuk menghargai orang lain dan turut merasakan penderitaan mereka. Kalaupun puncak perenungan puasa ini dapat membuat kita sadar bahwa pentingnya berbagi dengan orang yang tak mampu, maka segala yang berbau kemewahan, keserakahan, ataupun kemubadziran memfoya-foya kan hidup demi status dan gaya hidup tidak akan pernah mau kita lakukan. Maka terbentuklah tujuan puasa menjadikan hati kita lembut (taqwa) karena dengan hati yang lembutlah yang mampu merasakan kehadiran Allah Swt.Kedua: fungsi mulut sebagai alat komunikasi. Dari mulutlah kita dapat berbicara dan memahami keinginan orang lain. Bahasa manusia yang tercipta di muka bumi ini teramat banyak untuk dipahami, jangankan berbeda negara, dalam satu daerah saja berbeda-beda pula bahasanya. Namun, kembali kepada fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang membentuk ruang interaksi sesama manusia untuk dapat berkembang bersama memenuhi segala hajat hidup keseharian manusia. Agama Islam saja hadir melalui komunikasi dakwah yang baik dari pesan bahasa Firman Allah yang termaktub dalam al-Quran serta as-Sunnah yang diriwayatkan dari generasi awal Islam hingga kepada kita saat ini.Terlepas dari definisi yang tepat tentang bahasa yang lahir dari salah satu organ tubuh manusia yang bernama mulut, maka alangkah baiknya kita langsung menukik pada apa yang diinginkan puasa bagi mulut. Puasa memiliki dimensi vertikal dan horizintal. Maka kedua dimensi ini dapat diwujudkan melalui organ tubuh yang bernama mulut. Sebagai contoh dimensi vertikal adalah bagimana ketaatan orang yang berpuasa dalam setiap hari di dalam bulan Ramadhan dibuktikan dengan selalu menyebut asma Allah yang Agung. Fungsi mulut kedua yaitu dimensi secara horizontal. Bahasa bijak mengatakan Mulutmu adalah Harimaumu, berarti banyak malapetaka atupun bencana yang timbul pada diri kita akibat tidak mampu mengendalikan pembicaraan. Bukankah bagi yang berpuasa sangat hati-hati sekali dalam berbicara, bahkan menutup mulutnya agar tidak menyuguhkan bau tak sedap bagi lawan bicaranya. Oleh sebab itu, cukuplah bau mulut memberikan contoh kita berperilaku dalam kehidupan sehari-hari untuk lebih sopan dan lembut serta menjaga perasaan hati lawan bicara. Islam melalui lisannya nabi Muhammad Saw sangat menganjurkan kepada umatnya untuk memperhatikan bobot dan kualitas dalam berbicara, bahkan apabila berbicara yang tidak membawa manfaat dianjurkan agar lebih baik diam. Dalam bulan Ramadhan yang mulia ini saatnya kita nge-rem semua omongan yang sia-sia apalagi mengeluarkan kata-kata yang menyinggung hati ataupun perasaan orang lain. Hendaklah kita renungkan secara mendalam sebuah hadits nabi Muhammad Saw berikut, yang artinya: Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka sungguh Allah tidak butuh dengan puasanya. (HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad). Subhanallah, bagaimana mungkin hati kita bisa yakin puasa diterima Allah Swt sementara Allah secara tegas tidak butuh dengan puasa orang yang senantiasa berkata dan berbuat tidak benar. Puasa yang tidak benar adalah puasa yang semata dilakukan hanya menahan lapar dan haus. Mulutnya masih mem-fitnah orang lain, kata-katanya menjadikan orang lain terpojok dan terdzolimi. Padahal, hadirnya puasa memiliki tujuan sosial menumbuhkan benih cinta dan sayang disetiap hati umat Islam. Rasa cinta dan sayang ini perlahan bersemi dengan sebab kesabaran menahan lapar dan dahaga bersama, saling membagi senyum, saling membagi makanan untuk berbuka puasa, saling membagi kebahagiaan dalam Shalat Tarawih bersama ataupun Tadarus Al-Quran. Sangat sungguh sia-sia jika mulut yang suci dan bersih sebab puasa harus dikotori dengan kebencian kepada orang lain.Astagfirulloh lii walakum, wa syukron ala qirooatikumWassalamu alaikum wr.wb.