antara/jafkhairi kerja sama penegak … tagih janji dharnawati tapi lihat saja, hingga pns itu...

1
tunai itu cukup rentan diguna- kan untuk tindak kejahatan. “Semua transaksi itu tidak ada yang mengawasi. Bea dan Cukai tidak punya wewenang untuk mengawasi. Bisa saja ini terkait suap karena dalam satu bulan saja jumlahnya sangat besar,” imbuhnya. Satgas tetap dibutuhkan Di tempat yang sama, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengkritik kerja Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Ia menyatakan peran sat- gas hanya bergaung di awal berdirinya lembaga itu de- ngan mengungkap kasus sel mewah terpidana Arthalyta Suryani dan pemulangan Ga- yus Tambunan. Namun di luar hal tersebut, peran satgas tidak jelas kare- na hanya mengungkap kasus dalam skala kecil. “Satgas hanya berhasil meng- ungkap beberapa kasus maa hukum dalam skala kecil,” jelasnya ketika menjadi pembi- cara dalam seminar itu. Bahkan, tindak lanjut dari laporan masyarakat hanya berhenti pada kasus kecil. Se- harusnya kasus itu dapat di- kembangkan untuk menyentuh maa yang besar. Ia mencontohkan penangan- an kasus Gayus Tambunan hanya berhenti pada hakim, pe- nyidik, dan pemalsuan paspor. Adapun kasus perpajakan yang menjerat Gayus tidak ditangani secara menyeluruh. “Pun kasus Gayus yang sebenarnya sangat spektaku- ler itu hanya berhenti pada pembelokan dakwaan,” ung- kapnya. Namun, Mahfud setuju jika masa kerja Satgas Pemberantas- an Maa Hukum diperpanjang. Meski peran satgas masih kecil, ia melihat lembaga itu tetap dibutuhkan bagi pemberantas- an maa hukum. Ia memberikan catatan agar ke depan satgas hanya melak- sanakan upaya pemberantasan maa yang diduga terjadi di jajaran eksekutif. (P-2) [email protected] KERJA SAMA PENEGAK HUKUM: (Dari kiri) Ketua MK Mahfud MD, Wapres Boediono, Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Kuntoro Mangkusubroto, Ketua KPK Busyro Muqoddas, dan Wakapolri Komjen Polisi Nanan Soekarna menyaksikan Wakil Jaksa Agung Darmono menandatangani naskah peraturan bersama penegak hukum, di Istana Bogor, Jawa Barat, kemarin. MANTAN Direktur Jenderal Perimbangan Kementerian Ke- uangan Sindu Malik Pribadi mengakui dirinya yang meng- usulkan agar Kabupaten Mi- mika, Papua, mendapat alokasi dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) bi- dang transmigrasi tahun 2011. Hal tersebut diungkapkannya saat memberi kesaksian atas terdakwa Dharnawati, kuasa Direksi PT Alam Jaya Papua, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, ke- marin. “Itu kan Mimika daerah transmigrasi dan layak diberi- kan. Kaitannya seperti itu maka saya mengusulkan Mimika,” kata Sindu. Pensiunan pejabat Kemenkeu itu menuturkan awal mula keter- libatannya dalam kasus itu ada- lah dari perkenalannya dengan Sesditjen Pembinaan Pemba- ngunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) I Nyoman Suisnaya. Ia menuturkan setelah diperkenal- kan oleh rekannya, Ali Mudhori, ia diminta untuk memberi saran mengenai prosedur tetap yang harus dipenuhi oleh Kemenaker- trans guna mendapatkan proyek PPID. Namun ia membantah jika dirinya dituduh terlibat dalam pembicaraan penentuan alokasi dana transmigrasi di ruang kerja Nyoman bersama dengan terdakwa lainnya pada Juni 2011. Menurutnya, nama-nama daerah penerima dana PPID itu merupakan pekerjaan Nyoman. Meski demikian, ia mem- benarkan adanya uang terima kasih terkait pengajuan proyek tersebut. Selain menerima komisi sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta dari Ali Mudhori, hasil pem- berian saran dalam pengajuan proyek tersebut, ia pun sem- pat dijanjikan oleh Dharnawati untuk mendapatkan sesuatu jika proyek tersebut berhasil dilakukan. Meski sempat berbelit-belit, Sindu tak memungkiri ketika jaksa menanyakan alasan dirinya mendesak pengusaha PT Alam Jaya Papua itu untuk segera membereskan uang komitmen sebesar 10% dari nilai proyek. “Saya memang pernah di- janjikan beliau mendapatkan sesuatu. Karena saya sebagai pensiunan, ya mengharapkan,” imbuhnya. Menanggapi hal itu, terdak- wa Dharnawati enggan untuk berkomentar. Ia justru kembali menanyakan apakah benar da- lam pertemuan di ruang kerja Nyoman itu dirinya yang meng- usulkan daerah penerima PPID di Papua. Persidangan sedianya juga akan mendengar keterangan dari Ali Mudhori. Namun, ma- jelis hakim memutuskan untuk menunda persidangan dengan alasan masih harus menyidang- kan perkara lain. Majelis hakim memutuskan untuk melanjut- kan persidangan pada Senin (19/12) mendatang dengan agenda pemeriksaan terhadap Ali Mudhori. Dharnawati menjadi terdakwa setelah dirinya tertangkap tangan oleh KPK saat memberikan uang sebesar Rp1,5 miliar kepada I Nyoman Suisnaya dan Dadong Irbarelawan (Kabag Evaluasi dan Pelaporan Ditjen P2KT Ke- menakertrans). Pemberian itu di- duga dimaksudkan agar ia dapat menjadi pelaksana proyek PPID bidang transmigrasi di empat daerah di Papua. (*/P-2) ARYO BHAWONO K EPALA Pusat Pela- poran dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Muham- mad Yusuf mengeluhkan minimnya tindak lanjut lem- baga penegak hukum atas laporan hasil analisis (LHA) yang diberikan lembaganya. Ia mencontohkan laporan re- kening mencurigakan milik salah seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang mencapai Rp35 miliar. “Tapi laporan itu tidak ada tindak lanjutnya sampai seka- rang,” jelasnya di sela-sela seminar Refleksi Dua Tahun Satuan Tugas Pemberantasan Maa Hukum di Istana Bogor, Jawa Barat, kemarin. Berdasarkan hasil analisis lembaganya, nilai rekening PNS itu mencurigakan karena pendapatannya sebagai PNS tidak mungkin mencapai Rp35 miliar. Harusnya penegak hu- kum menindaklanjutinya de- ngan menelusuri asal muasal uang tersebut. “Tapi lihat saja, hingga PNS itu pensiun, penegak hukum tidak melakukan apa pun,” sungutnya. Ia menuturkan, selama 2003 hingga September 2011, PPATK telah memberikan 1.800-an LHA. Dari jumlah itu, hanya sedikit laporan yang ditindak- lanjuti penegak hukum. “Saya tidak ingat berapa jumlahnya, tetapi sedikit sekali. Kan yang menentukan itu masuk penyidikan atau tidak, ya penegak hukum. PPATK hanya menyerahkan laporan yang dianggap mencurigakan saja,” tandasnya. Ia juga mengemukakan saat ini PPATK tengah meneliti de- rasnya uang asing yang masuk ke Indonesia. Uang itu diduga merupakan suap untuk apa- rat. Penelusuran PPATK itu ber- awal dari laporan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu pada Mei 2011 yang menyebutkan ada HK$36,4 juta dan US$143 ribu yang masuk ke Indonesia secara tunai. Sementara tran- saksi tunai yang ke luar negeri mencapai 400 ribu euro, US$64 juta, dan 203 juta yen. Transaksi tunai itu, sebut- nya, dalam jumlah yang besar dan tidak terawasi oleh aparat berwenang. Padahal transaksi ANTARA/JAFKHAIRI Seorang PNS yang punya rekening mencurigakan karena mencapai miliaran rupiah dibiarkan hidup tenang hingga pensiun oleh aparat. Aparat Jarang Respons Laporan PPATK Sindu Malik Akui Tagih Janji Dharnawati Tapi lihat saja, hingga PNS itu pensiun, penegak hukum tidak melakukan apa pun.” Muhammad Yusuf Kepala PPATK Polri belum Tarik Brotoseno dari KPK 5 P OLKAM KAMIS, 15 DESEMBER 2011 MABES Polri hingga kemarin belum menarik Kompol Br alias Brotoseno dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal, KPK mengaku sudah mengembalikan penyidik yang tersangkut asmara dengan saksi kasus dugaan suap pemba- ngunan Wisma Atlet, Angelina Sondakh, itu ke Mabes Polri. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution me- ngatakan, sampai Rabu (14/12), pihak kepolisian belum menarik Brotoseno dari KPK karena belum menerima surat pengem- balian dari KPK. “Polri juga belum mengambil langkah apa pun terkait hu- bungan asmara antara Ange- lina Sondakh dan Kompol Br tersebut. Hubungan mereka secara personal kan sah-sah saja, selama tidak menyimpang dari aturan yang ada,” ujar Saud. Lebih lanjut ia mengatakan, jika sudah ada surat dari KPK, pihaknya tetap akan melakukan evaluasi dan pendalaman. Jika ditemukan adanya penyim- pangan tentu yang bersangkut- an akan diproses sesuai aturan yang berlaku. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Ko- misaris Besar Boy Rai Amar menambahkan, pendalaman itu penting untuk kemudian menentukan apakah Br perlu disidangkan atau tidak. “Menunggu surat dari KPK, nanti dipelajari lebih lanjut, apa- kah nanti ada pelanggaran kode etik atau tidak,” ujarnya. Apalagi, lanjutnya, Br bukan penyidik langsung kasus du- gaan korupsi pembangunan Wisma Atlet. “Aturan internal Polri jelas mengatakan penyi- dik tidak boleh berhubungan dengan pihak mana pun yang terkait dengan perkara yang ditanganinya,” kata dia. Ketua KPK Busyro Muqod- das mengatakan pihaknya telah mengembalikan penyidik yang menjadi kekasih Angie itu ke Mabes Polri melalui surat ter- tanggal 12 Desember 2011. “Sudah, sudah. Hari Senin kemarin sudah kita kirim, resmi saya tanda tangani,” jelasnya. Pengembalian itu, kata Busy- ro, dilakukan setelah penyidik tersebut dikabarkan menjalin hubungan asmara dengan An- gie. Padahal, Angie pernah diperiksa KPK sebagai saksi kasus dugaan suap pemba- ngunan Wisma Atlet. (Bob/Yoi/ LN/P-3) Saud Usman Nasution Kadiv Humas Mabes Polri MI/RAMDANI

Upload: phamcong

Post on 04-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

tunai itu cukup rentan diguna-kan untuk tindak kejahatan.

“Semua transaksi itu tidak ada yang mengawasi. Bea dan Cukai tidak punya wewenang untuk mengawasi. Bisa saja ini terkait suap karena dalam satu bulan saja jumlahnya sangat besar,” imbuhnya.

Satgas tetap dibutuhkanDi tempat yang sama, Ketua

Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengkritik kerja Satgas Pemberantasan Mafia Hukum.

Ia menyatakan peran sat-gas hanya bergaung di awal berdirinya lembaga itu de-ngan mengungkap kasus sel mewah terpidana Arthalyta Suryani dan pemulangan Ga-yus Tambunan.

Namun di luar hal tersebut, peran satgas tidak jelas kare-

na hanya mengungkap kasus dalam skala kecil.

“Satgas hanya berhasil meng-ungkap beberapa kasus mafi a hukum dalam skala kecil,” jelasnya ketika menjadi pembi-cara dalam seminar itu.

Bahkan, tindak lanjut dari laporan masyarakat hanya berhenti pada kasus kecil. Se-harusnya kasus itu dapat di-kembangkan untuk menyentuh mafi a yang besar.

Ia mencontohkan penangan-

an kasus Gayus Tambunan hanya berhenti pada hakim, pe-nyidik, dan pemalsuan paspor. Adapun kasus perpajakan yang menjerat Gayus tidak ditangani secara menyeluruh.

“Pun kasus Gayus yang sebenarnya sangat spektaku-ler itu hanya berhenti pada pembelokan dakwaan,” ung-kapnya.

Namun, Mahfud setuju jika masa kerja Satgas Pemberantas-an Mafi a Hukum diperpanjang. Meski peran satgas masih kecil, ia melihat lembaga itu tetap dibutuhkan bagi pemberantas-an mafi a hukum.

Ia memberikan catatan agar ke depan satgas hanya melak-sanakan upaya pemberantasan mafi a yang diduga terjadi di jajaran eksekutif. (P-2)

[email protected]

KERJA SAMA PENEGAK HUKUM: (Dari kiri) Ketua MK Mahfud MD, Wapres Boediono, Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Kuntoro Mangkusubroto, Ketua KPK Busyro Muqoddas, dan Wakapolri Komjen Polisi Nanan Soekarna menyaksikan Wakil Jaksa Agung Darmono menandatangani naskah peraturan bersama penegak hukum, di Istana Bogor, Jawa Barat, kemarin.

MANTAN Direktur Jenderal Perimbangan Kementerian Ke-uangan Sindu Malik Pribadi mengakui dirinya yang meng-usulkan agar Kabupaten Mi-mika, Papua, mendapat alokasi dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) bi-dang transmigrasi tahun 2011.

Hal tersebut diungkapkannya saat memberi kesaksian atas terdakwa Dharnawati, kuasa Direksi PT Alam Jaya Papua, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, ke-marin. “Itu kan Mimika daerah transmigrasi dan layak diberi-kan. Kaitannya seperti itu maka saya mengusulkan Mimika,” kata Sindu.

Pensiunan pejabat Kemenkeu itu menuturkan awal mula keter-libatannya dalam kasus itu ada-lah dari perkenalannya dengan Sesditjen Pembinaan Pemba-ngunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) I Nyoman Suisnaya. Ia menuturkan setelah diperkenal-kan oleh rekannya, Ali Mudhori, ia diminta untuk memberi saran mengenai prosedur tetap yang harus dipenuhi oleh Kemenaker-trans guna mendapatkan proyek PPID.

Namun ia membantah jika dirinya dituduh terlibat dalam pembicaraan penentuan alokasi dana transmigrasi di ruang kerja Nyoman bersama dengan terdakwa lainnya pada Juni 2011. Menurutnya, nama-nama daerah penerima dana PPID itu merupakan pekerjaan Nyoman.

Meski demikian, ia mem-benarkan adanya uang terima kasih terkait pengajuan proyek tersebut. Selain menerima komisi sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta dari Ali Mudhori, hasil pem-berian saran dalam pengajuan

proyek tersebut, ia pun sem-pat dijanjikan oleh Dharnawati untuk mendapatkan sesuatu jika proyek tersebut berhasil dilakukan.

Meski sempat berbelit-belit, Sindu tak memungkiri ketika jaksa menanyakan alasan dirinya mendesak pengusaha PT Alam Jaya Papua itu untuk segera membereskan uang komitmen sebesar 10% dari nilai proyek.

“Saya memang pernah di-janjikan beliau mendapatkan sesuatu. Karena saya sebagai pensiunan, ya mengharapkan,” imbuhnya.

Menanggapi hal itu, terdak-wa Dharnawati enggan untuk berkomentar. Ia justru kembali menanyakan apakah benar da-lam pertemuan di ruang kerja Nyoman itu dirinya yang meng-usulkan daerah penerima PPID di Papua.

Persidangan sedianya juga akan mendengar keterangan dari Ali Mudhori. Namun, ma-jelis hakim memutuskan untuk menunda persidangan dengan alasan masih harus menyidang-kan perkara lain. Majelis hakim memutuskan untuk melanjut-kan persidangan pada Senin (19/12) mendatang dengan agenda pemeriksaan terhadap Ali Mudhori.

Dharnawati menjadi terdakwa setelah dirinya tertangkap tangan oleh KPK saat memberikan uang sebesar Rp1,5 miliar kepada I Nyoman Suisnaya dan Dadong Irbarelawan (Kabag Evaluasi dan Pelaporan Ditjen P2KT Ke-menakertrans). Pemberian itu di-duga dimaksudkan agar ia dapat menjadi pelaksana proyek PPID bidang transmigrasi di empat daerah di Papua. (*/P-2)

ARYO BHAWONO

KEPALA Pusat Pela-poran dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Muham-

m a d Yu s u f m e n g e l u h k a n minimnya tindak lanjut lem-baga penegak hukum atas laporan hasil analisis (LHA) yang diberikan lembaganya. Ia mencontohkan laporan re-kening mencurigakan milik salah seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang mencapai Rp35 miliar.

“Tapi laporan itu tidak ada tindak lanjutnya sampai seka-rang,” jelasnya di sela-sela seminar Refleksi Dua Tahun Satuan Tugas Pemberantasan Mafi a Hukum di Istana Bogor, Jawa Barat, kemarin.

Berdasarkan hasil analisis lembaganya, nilai rekening PNS itu mencurigakan karena pendapatannya sebagai PNS tidak mungkin mencapai Rp35 miliar. Harusnya penegak hu-kum menindaklanjutinya de-ngan menelusuri asal muasal uang tersebut.

“Tapi lihat saja, hingga PNS itu pensiun, penegak hukum tidak melakukan apa pun,”

sungutnya.Ia menuturkan, selama 2003

hingga September 2011, PPATK telah memberikan 1.800-an LHA. Dari jumlah itu, hanya sedikit laporan yang ditindak-lanjuti penegak hukum.

“Saya tidak ingat berapa jumlahnya, tetapi sedikit sekali. Kan yang menentukan itu masuk penyidikan atau tidak, ya penegak hukum. PPATK hanya menyerahkan laporan yang dianggap mencurigakan saja,” tandasnya.

Ia juga mengemukakan saat ini PPATK tengah meneliti de-rasnya uang asing yang masuk ke Indonesia. Uang itu diduga merupakan suap untuk apa-rat.

Penelusuran PPATK itu ber-awal dari laporan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu pada Mei 2011 yang menyebutkan ada HK$36,4 juta dan US$143 ribu yang masuk ke Indonesia secara tunai. Sementara tran-saksi tunai yang ke luar negeri mencapai 400 ribu euro, US$64 juta, dan 203 juta yen.

Transaksi tunai itu, sebut-nya, dalam jumlah yang besar dan tidak terawasi oleh aparat berwenang. Padahal transaksi

ANTARA/JAFKHAIRI

Seorang PNS yang punya rekening mencurigakan karena mencapai miliaran rupiah dibiarkan hidup tenang hingga pensiun oleh aparat.

Aparat Jarang ResponsLaporan PPATK

Sindu Malik Akui Tagih Janji

Dharnawati

Tapi lihat saja, hingga PNS itu

pensiun, penegak hukum tidak melakukan apa pun.”Muhammad YusufKepala PPATK

Polri belum Tarik Brotoseno dari KPK

5POLKAM KAMIS, 15 DESEMBER 2011

MABES Polri hingga kemarin belum menarik Kompol Br alias Brotoseno dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal, KPK mengaku sudah mengembalikan penyidik yang tersangkut asmara dengan saksi kasus dugaan suap pemba-ngunan Wisma Atlet, Angelina Sondakh, itu ke Mabes Polri.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution me-ngatakan, sampai Rabu (14/12), pihak kepolisian belum menarik Brotoseno dari KPK karena belum menerima surat pengem-balian dari KPK.

“Polri juga belum mengambil langkah apa pun terkait hu-bungan asmara antara Ange-lina Sondakh dan Kompol Br tersebut. Hubungan mereka secara personal kan sah-sah saja, selama tidak menyimpang dari aturan yang ada,” ujar Saud.

Lebih lanjut ia mengatakan, jika sudah ada surat dari KPK, pihaknya tetap akan melakukan

evaluasi dan pendalaman. Jika ditemukan adanya penyim-pangan tentu yang bersangkut-an akan diproses sesuai aturan yang berlaku.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Ko-misaris Besar Boy Rafl i Amar menambahkan, pendalaman itu penting untuk kemudian menentukan apakah Br perlu disidangkan atau tidak.

“Menunggu surat dari KPK, nanti dipelajari lebih lanjut, apa-kah nanti ada pelanggaran kode

etik atau tidak,” ujarnya.Apalagi, lanjutnya, Br bukan

penyidik langsung kasus du-gaan korupsi pembangunan Wisma Atlet. “Aturan internal Polri jelas mengatakan penyi-dik tidak boleh berhubungan dengan pihak mana pun yang terkait dengan perkara yang ditanganinya,” kata dia.

Ketua KPK Busyro Muqod-das mengatakan pihaknya telah mengembalikan penyidik yang menjadi kekasih Angie itu ke Mabes Polri melalui surat ter-tanggal 12 Desember 2011.

“Sudah, sudah. Hari Senin kemarin sudah kita kirim, resmi saya tanda tangani,” jelasnya.

Pengembalian itu, kata Busy-ro, dilakukan setelah penyidik tersebut dikabarkan menjalin hubungan asmara dengan An-gie. Padahal, Angie pernah diperiksa KPK sebagai saksi kasus dugaan suap pemba-ngunan Wisma Atlet. (Bob/Yoi/LN/P-3)

Saud Usman NasutionKadiv Humas Mabes Polri

MI/RAMDANI