anticoagulant is heparin
DESCRIPTION
Anticoagulant pharmacologyTRANSCRIPT
![Page 1: Anticoagulant is Heparin](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072112/55cf9778550346d03391cb70/html5/thumbnails/1.jpg)
Review Drug-Induced ThrombocytopeniaHeparin and Nonheparin Anticoagulants for Heparin-Induced
ThrombocytopeniaWahyuddin.S1
1Praktikan Laboratorium Biofarmasi
Antikoagulan yang paling umum digunakan adalah heparin secara
intravena. heparin-induced trombositopenia (HIT), adalah komplikasi
terapi dari heparin. Pada HIT, heparin melakukan kebalikan dari apa yang
seharusnya yaitu membentuk pembekuan darah baru, bukan
mencegahnya. Heparin-induced trombositopenia (HIT) harus diantisipasi
jika pasien menerima heparin atau low-molecularweight
heparin (LMWH) yang mana dapat menimbulkan trombositopenia
(pengurangan jumalah platelet ≥50%), trombosis, atau nekrosis kulit pada
daerah dimana diberikannya heparin.
Pada keadaan biasa, heparin tidak menghambat pembekuan darah
dan tidak memberikan pengaruh pada platelet. HIT menyebabkan
penurunan jumlah platelet karena dipicu oleh sistem imun sebagai respon
terhadap heparin. HIT yang terjadi dapat berupa immune-mediated HIT
atau non-immune HIT. HIT yang tidak disebabkan oleh sistem imun (non-
immune HIT), terjadi lebih sering yang ditandai dengan adanya penurunan
dengan tingkat menengah pada platelet dan tidak berbahaya. Tipe yang
kedua, HIT yang disebabkan oleh sistem imun (immune-mediated HIT)
jarang terjadi tapi berbahaya dan menyebabkan penurunan yang lebih
banyak terhadap jumlah platelet.
Setelah heparin diberikan secara intravena kepada pasien,
kompleks imun dapat terbentuk antara heparin dan faktor khusus yaitu
platelet factor 4, or “PF4”) yang dilepaskan oleh paltelet-platelet. Tubuh
melihat PF4 sebagai senyawa kompleks asing dan membentuk antibodi
untuk melawan kompleks PF4-Heparin, berikatan, lalu menghancurkan
platelet-platelet, sehingga dapat menyebabkan terbentuknya bekuan
darah baru pada pasien yang mengalami HIT yang disebabkan oleh sistem
![Page 2: Anticoagulant is Heparin](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072112/55cf9778550346d03391cb70/html5/thumbnails/2.jpg)
imun. Hal ini dapat terjadi antara 5 sampai 14 hari semenjak pemberian
terapi heparin yang pertama. Indikator yang parah dari HIT adalah
perubahan pada kulit seperti memar dan menghitam pada daerah
disuntikkannya heparin. Komplikasi tromboembolik yang disebabkan oleh
HIT dapat membahayakan sekali dan menyebabkan trombosis vena
bagian dalam, embolisme paru, infark miokardia, stroke, dan trombosis
arteri periferal yang dapat menjadi nekrosis pada bagian-bagian tubuh
dan menyebabkan amputasi tes-tes yang umumnya digunakan untuk
diagnosa HIT merupakan cara yang sensitif namun tak spesifik.
Langkah pengobatan HIT pertama-tama adalah penghentian
pemakaian heparin. Selanjutnya, dengan pengobatan dengan
menggunakan antikoagulan alternatif. Meski terjadi penurunan jumlah
platelet yang besar, penting untuk menghindari transfusi platelet yang
malah memperparah keadaan. Penghambat langsung untuk Thrombin
(DTI) adalah kelompok antikoagulan yang tidak menyebabkan HIT dan
diberikan secara infus intravena kontinyu. Tiga DTI yang telah disetujui
pemakaiannya oleh FDA adalah: Lepirudin, Argatroban, dan Bivalirudin
atau dengan antikoagulan injeksi lainnya, yaitu Fondaparinux selain DTI.
Meski HIT mirip dengan reaksi alergi, akan tetapi HIT bukanlah alergi
karena alergi heparin tidaklah bertahan lama. Antibodi TF4 yang
menyebabkan HIT akan menghilang setelah kira-kira 3 bulan. Kemudian,
pemakaian heparin dapat digunakan kembali apabila tidak terbentuk
bekuan darah dari HIT dan jika tes antibodi PF4 hasilnya negatif.
Resiko HIT berkaitan dengan karakteristik masin-masing pasien,
jenis heparin yang digunakan, dan pengaturan medis. Lansia dan wanita
memiliki resiko yang tinggi. Resiko HIT juga berkaitan dengan durasi
tereksposnya dengan heparin dan karakteristik dari molekul heparin.
Meski hampir semua pasien penderita HIT memiliki antibodi heparin-PF4,
hampir semua pasien dengan antibodi Heparin-PF4 tidak menderita HIT.
Penanganan untuk HIT membutuhkan penghentian segera penggunaan
heparin dan pemberian antikoagulan yang mampu mengganggu
pengaktifan Kaskade Koagulasi pada tingkat adanya thrombin atau faktor
X.
![Page 3: Anticoagulant is Heparin](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072112/55cf9778550346d03391cb70/html5/thumbnails/3.jpg)
Beberapa bahan yang berbeda yang digunakan untuk tujuan ini,
termasuk DTI parenteral, Argatroban, Hirudin rekombinan, lepirudin dan
desirudin; bivalirudin (analog sintetik bivalen); inhibitor Faktor Xa,
danaproid, dan fondaparinux. Argatroban telah disetujui oleh FDA di
Amerika untuk pengobatan HIT-percutaneous coronary Intervention.
Desirudin tidak disetujui pada penggunaan untuk pengobatan HIT, tapi
digunakan pada pencegahan thrombosis vena bagian dalam setelah
pembedahan pinggang. Lepirudin disetujui pada penggunaan untuk
pengobatan HIT.
Argatroban adalah inhibitor langsung thrombin sintetik derivat dari
asam amino l-arginin yang secara reversibel berikatan dengan sisi aktif
dari thrombin, menghalangi aktivitas katalisis. Memiliki onset aksi dan
kadar tunak efek antikoagulan yang dicapai dalam 1 sampai 3 jam.
Bivalirudin adalah analog dari hirudin yang berikatan dengan sisi aktif
ikatan fibrin dari sistem sirkulasi dan thrombin pengikat bekuan darah.
Meiliki waktu paruh sekitar 25 menit dan diekskresi oleh ginjal dan
degradasi enzimatis. Diberikan secara intravena dengan infusi kontinyu.
Bivalirudin digunakan sebagai antikoagulan pada pembedahan jantung
pasien yang memiliki riwayat HIT atau sedang mengalami HIT.
Lepirudin dan desirudin adalah rekombinan dari derivat hirudin yang
dapat menghambat secara bebas thrombin terikat fibrin. Dua rekombinan
hirudin memiliki perbedaan satu sama lain dari bahan alami hirudin dalam
hal urutan asam amino. Lepirudin secara dipelajari secara ekstensif dan
telah disetujui penggunaan HIT, akan tetapi tak lagi diproduksi. Data
mengenai penggunaan desirudin untuk HIT adalah terbatas, tetapi dosis
yang disarankan adalah antara 15 sampai 30 mg secara subkutan untuk
setiap 12 jam. Danaparoid adalah campuran dari nonheparin, berbobot
molekul ringan, glukosaminoglikan yang tersulfasi, termasuk heparan
sulfat, dematan sulfat, dan kondroitin sulfat. Danaparoid memiliki efek
penghambatan tak tergantung antitrombin (antithrombin-dependent)
terhadap faktor Xa yang bekerja lama.
Fondaparinux adalah obat sintetik, pentasakarida tersulfasi tinggi
yang berikatan dengan antitrombin, memberikan efek kerja lama
![Page 4: Anticoagulant is Heparin](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072112/55cf9778550346d03391cb70/html5/thumbnails/4.jpg)
terhadap inhibisi faktor X yang aktif., tapi tidak dengan trombin.
Fondaparinux diabsorpsi secara cepat (dibawah 30 menit) setelah injeksi
subkutan, dan waktu paruhnya menyebabkan pemberiannya hanya sekali
sehari. Dosis terapetik (5.0 to 10.0 mg, subkutan) jarang memberikan
efek perpanjangan dari waktu aktif tromboplastin parsial (partial-
thromboplastin time).
Pada pasien yang telah menjalani uji pendahuluan dan memiliki
kemungkinan HIT, Heparin harus langsung dihenikan dan pemberian
antikoagulan nonheparin pada dosisi terapeutisnya. Hitung jumlah sel
darah harus dikontrol secara baik dan penggunaan antagonis vitamin K
dilakukan pada saat jumlah platelet telah pulih sekitar 150×109 per liter.
Pemberian fondaparinux dan antagonis vitamin K akan melampaui
setidaknya sekitar 5 hari sampai tercapai Indeks Terapi untuk 2 hari
berturut-turut. Apabila pasien memiiki trombosis karena HIT,
direkomendasikan penggunaan antagonis vitamin K selama 3 bulan.