apa pengalaman yang paling berharga bagi bapak saat...
TRANSCRIPT
Teman-teman yang berbahagia
Setiap manusia, terutama mereka yang saat ini sedang belajar di sebuah institusi pendidikan,
barangkali memimpikan belajar di luar negeri, sebagai sebuah langkah untuk memperdalam keilmuan
yang mereka miliki, di samping juga untuk mengenal budaya di luar negara mereka sendiri. Oleh karena
itu, di e-book ini, saya menghadirkan kisah dan pengalaman beberapa dosen Universitas Trunojoyo
Madura, yang saat ini sedang studi di berbagai benua di belahan dunia. Beberapa di antara mereka saat ini
sedang studi di Amerika, Eropa, Asia hingga Australia.
Data dan pengalam ini, kami dapatkan setelah melakukan sharing-sharing via sosial media dan e-
mail kepada masing-masing dosen.
Selamat membaca !
Fendi, blogger, esais.
Indahnya Belajar di Di Hokkaido University, Jepang
Achmad Fachruddin Syah, adalah salah satu dosen UTM yang saat ini sedang melakukan studi
Strata 3 di Fisheries Science, Hokkaido University, Japan. Dosen dari Fakultas Pertanian ini, dilahirkan di
Kabupaten Bangkalan Madura pada tanggal 20 Mei 1979. Alumni dari Fakultas Ilmu Dan Teknologi
Kelautan IPB angkatan 2003 ini menjelaskan panjang lebar pengalamannya kuliah di Jepang.
Apa pengalaman yang paling berharga bagi bapak saat belajar di luar negeri?
Pengalaman berharga yang saya dapatkan selama saya belajar di Hokkaido University, Jepang,
diantaranya adalah saya mempunyai banyak teman-teman yang berasal dari berbagai negara misalnya dari
China, Kenya, Filipina, Malaysia, India, Bangladesh dan tentunya dari Negara Jepang sendiri. Hal ini
akan menambah pertemanan dan juga akan menambah link atau relasi. Hal lain yaitu jadi tahu bagaimana
rasanya hidup di negara dengan 4 musim. Kebetulan saya tinggal di kota Hakodate, Hokkaido. Pulau
Hokkaido merupakan pulau di Jepang bagian utara, sehingga di sini saya dan keluarga bisa merasakan
bagaimana rasanya hidup di 4 musim. Musim dingin di Hokkaido adalah yang paling lama dibandingkan
dengan musim lainnya. Anda bisa bayangkan bagaimana rasanya hidup di Madura yang panas sepanjang
tahun dan sekarang hidup di musim dingin yang bisa sampai mencapai -150 C. Akan tetapi tentunya
sebagai negara maju, di sini sudah tersedia sarana dan prasarana yang lengkap untuk menghadapi keadaan
tersebut. Selain itu berada di negara asing, kita bisa belajar nilai-nilai positif yang ada. Misalnya di Jepang
sendiri saya merasakan budaya mereka yang bersih, tertib peraturan, mandiri dan kerja keras. Jepang juga
negara yang sangat aman. Saya punya pengalaman, suatu hari sarung tangan saya tertinggal di sebuah
toko sepatu dan saya baru ingat dua hari setelahnya. Karena jarak toko tersebut dengan rumah cukup jauh,
saya baru bisa kembali seminggu setelahnya. Namun yang mengesankan buat saya, ternyata pemilik toko
itu tetap menyimpan sarung tangan saya dan dengan meletakkannya di rak yang dapat dilihat pengunjung
dengan tujuan agar pemiliknya bisa mengetahui barangnya yang tertinggal. Begitu juga ketika putri saya
ketinggalan sarung tangannya di sebuah toko elektronik. Barang itu tidak hilang sama sekali dan ketika
kami mencarinya ternyata pemilik toko meletakkannya di rak khusus barang2 hilang dan bagi pemiliknya
bisa langsung mengambilnya. Dan yang mengesankan lagi tidak pernah saya jumpai ada orang yang
mengaku-ngaku barang yang bukan milik mereka. Di pusat2 perbelanjaan saya melihat pengunjung bisa
masuk ke dalam toko dengan membawa tas atau tetap mengenakan jaket mereka. Pemilik toko atau
supermarket tidak khawatir barang mereka akan dicuri. Hal ini karena warga jepang sangat takut berbuat
salah dan attitude ini patut untuk ditiru. Hal lain yang dapat kita jumpai juga di Jepang yaitu orang-orang
sangat suka saling menyapa antara yang satu dengan yang lainnya setiap mereka bertemu dengan ucapan
misalnya selamat pagi, selamat siang dan sebagainya. Itu mereka bukan hanya untuk orang yang sudah
saling kenal, tapi juga untuk orang yang belum mereka kenal sebelumnya. Mereka juga sangat
menghargai ketika ada yang sedang berbicara di depan mereka. Sebagai contoh, misalnya di dalam kelas.
Mereka tidak akan mengobrol sendiri di dalam kelas ketika sang professor menjelaskan materi kuliahnya
atau pada saat ada seminar, sehingga kita benar-benar bisa fokus mengikuti materi yang sedang
disampaikan dan tidak terganggu oleh suara-suara yang lain.
Apa motivasi bapak sehingga memiliki impian untuk belajar ke luar negeri?
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat” (TQS. Al-Mujaadilah [58] : ayat 11)
Rasulullah SAW bersabda, "Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu.
Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda." (HR. Ad-Dailami)
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu pengetahuan,
niscaya Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Imam Muslim ra)
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga”. (HR. Muslim)
Perkataan Imam Syafi’i dalam kitab Nasyarthi fi Fadhl Hamlah al-‘Ilmi (vol. I, hal.162):
"Barang siapa yang ingin sukses dalam kehidupan dunianya, hendaklah (dicapai) dengan ilmu, barang
siapa yang ingin selamat di akhirat nanti hendaklah dengan ilmu dan barang siapa yang ingin sukses
dalam menghadapi kedua-duanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah pula dicapai dengan ilmu."
Oleh karena itu, tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Jepun
Apa saja kira-kira trik dan tips agar lulus beasiswa ke luar negeri?
Senantiasa melakukan DIA: Doa, Ikhtiar/Usaha dan Amal
Doa: memintalah kepada Allah SWT apa yang anda inginkan!!
Ikhtiar/Usaha: Improve your English language to get the higher scores in TOEFL or IELTS and find your
professor to get the LoA from him/her.
Amal: sholat tepat waktu, shodaqah, sholat dhuha, baca Qur`an dan amal ibadah lainnya
Apa pesan yang ingin bapak sampaikan kepada mahasiswa di UTM?
Bersungguh-sungguhlah dan tetaplah semangat dalam menuntut ilmu. Manfaatkan 5 hal sebelum
datangnya 5 hal yang lain
1. Masa muda sebelum datangnya masa tua
2. Waktu luang sebelum datangnya waktu sempit
3. Waktu sehat sebelum datangnya masa sakit
4. Waktu kaya sebelum datangnya kondisi miskin
5. Hidup sebelum mati
Indahnya Belajar di University Of Portsmounth, United Kingdom
Lelaki yang berstatus sebagai dosen di Universitas Trunojoyo Madura ini, bernama Muhammad
Yusuf, salah seorang dosen D3 Teknik Multimedia dan Jaringan Fakultas Teknik UTM yang saat ini
sedang studi di University of Portsmouth di negara Inggris, benua Eropa. Bapak Yusuf, nama akrabnya,
sebelumnya beliau pernah menempuh S2 di Institut Teknologi Sebelas Maret (ITS) Surabaya. Lelaki yang
memiliki motto hidup “Berusaha memperbaiki kualitas hidup terus-menerus dan bermanfaat bagi orang
lain” ini dilahirkan di kota Surabaya pada 15 Desember 1979. Berikut hasil wawancara Humas dengan
beliau.
Apa pengalaman yang paling berharga bagi bapak saat belajar di luar negeri?
Pengalaman yang paling berharga adalah berinteraksi dengan mahasiswa dan akademisi/dosen
dari berbagai negara dan benua yang mempunyai kultur yang berbeda-beda. Saya punya teman sesama
mahasiswa dari Cina, Libya, Irak, Inggris, Cyprus, Pakistan, Ghana, Nigeria, Jordania, Bulgaria,
Malaysia, India, Saudi Arabia, Italia, Oman, Brunei Darussalam, Iran, Ukraina, Jerman, dll. Dan juga
dosen-dosen dari berbagai negara yaitu : Inggris, Perancis, Bulgaria, Jerman, Mesir, Cina, Iran, New
Zealand, dll.
Belajar di UK sangat berharga untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris karena setiap
hari dimana saja harus berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Bagaimana kelebihan belajar di luar negeri untuk studi s3 yang bapak ambil saat ini
dibandingkan belajar di dalam negeri?
Yang jelas kalo studi di luar negeri dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris.
Saya tidak ingin membandingkan dan mengatakan studi S3 di Luar Negeri lebih baik daripada
studi di dalam negeri karena semuanya kembali kepada mahasiswanya. Yang jelas sistem pendidikan di
UK dan Indonesia berbeda. Di UK, anak-anak sejak kecil sudah di didik punya critical thinking dan
melakukan riset. Jadi pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi tetapi siswa diajari utk melakukan
riset sendiri dalam rangka menemukan pengetahuan. Selain itu, studi disini tidak terlalu banyak pelajaran,
tetapi mendalam. Linearitas tidak berlaku dan riset multidisipliner banyak dilakukan. Misalnya : teman
saya PhD student risetnya multidisiplin Human Computer Interaction (HCI) dan Psikologi. Untuk studi
S3, mahasiswa ditekankan untuk melakukan riset yang mempunyai aspek originality dan novelty (belum
pernah dilakukan orang lain sebelumnya) serta tidak melakukan plagiarisme. Hubungan
supervisor/pembimbing dengan mahasiswa jg seperti teman dan partner.
Apa motivasi besar sehingga bapak bisa belajar ke luar negeri?
Motivasi saya adalah ingin memperdalam keilmuan saya karena merasa ilmu saya masih sangat dangkal.
Apa saja kira-kira trik dan tips agar lulus beasiswa ke luar negeri?
Yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT
Mohon pertolongan dan kemudahan kepada Allah SWT
Bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris
Bersungguh-sungguh mencari supervisor yang minat risetnya sama
Bersungguh-sungguh mencari beasiswa ke luar negeri.
Apa pesan yang ingin bapak sampaikan kepada mahasiswa di UTM?
Tidak ada yang mustahil jika berdoa dan berusaha sungguh-sungguh untuk meraih cita-cita.
Apabila pembaca ingin berkenalan dengan beliau, boleh mengunjungi akun Twitter-nya di @myusufxyz
Belajar di University of Missouri, Columbia, USA
Belajar di luar negeri merupakan pengalaman yang indah dan tak terlupakan, terutama jika bisa
membawa keluarga hidup bersama di saat sedang menempuh studi tersebut. Berikut ini, cerita Bapak
Medhy Aginta Hidayat, salah satu dosen program Studi Sosiologi yang saat ini sedang menempuh
doktoral studi sosiologi di University of Missouri, Columbia, USA.
Dosen yang sudah malang melintang dalam dunia aktivitas blogging for money ini mendapat
kesempatan belajar di University Of Missouri, melalui beasiswa Fulbright, salah satu beasiswa bergengsi
yang dipelopori oleh Senator Amerika Serikat bernama William J. Fulbrigh pada tahun 1945. Berikut
pengalaman beliau belajar di luar negeri.
Bagaimana pengalaman belajar di Amerika dengan beasiswa Fulbright?
Belajar di luar negeri, tidak hanya di Amerika tetapi juga di negara lain, tentu menjadi
pengalaman yang sangat berharga bagi kita. Pertama, harus diakui bahwa sistem pembelajaran dan
fasilitas belajar di Amerika Serikat relatif lebih baik ketimbang di Indonesia. Tentu kondisi ini sangat
mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Kedua, belajar di luar negeri juga bisa menjadi kesempatan
untuk membangun jembatan pemahaman antar bangsa dan budaya. Kita bisa lebih memahami budaya
Amerika, dan sebaliknya mereka bisa mengenal dan belajar tentang budaya Indonesia. Ketiga, dalam
kaitannya dengan beasiswa Fulbright, sembari belajar, kita juga sekaligus menjadi duta bangsa Indonesia
dalam jaringan para penerima beasiswa Fulbright yang tersebar di seluruh dunia. Networking ini sangat
berguna sebagai modal membangun kerjasama antar bangsa dan antar universitas, misalnya dalam hal
penelitian bersama.
Bagaimana sistem pembelajaran di Amerika? Adakah kesamaan dengan di Indonesia?
Sistem pembelajaran di Amerika, setidaknya seperti yang saya alami, sangat menekankan
kemandirian dan inisiatif mahasiswa. Mahasiswa tidak bisa hanya menunggu "instruksi" dosen. Sistem
pembelajaran seperti ini menuntut mahasiswa untuk "gila" membaca. Membaca menjadi kebutuhan setiap
mahasiswa. Untuk bidang-bidang ilmu sosial, seperti bidang yang saya ambil (Sosiologi), membaca
bahkan menjadi menu wajib, hampir 80% porsi studi kita adalah membaca. Dalam seminggu kita harus
menyelesaikan 3-5 buku, masing-masing buku dengan tebal rata-rata 200 halaman. Cukup berat. Hal lain
yang menonjol dalam sistem pembelajaran di Amerika adalah proses belajar yang benar-benar terpusat
pada mahasiswa. Dosen benar-benar hanya fasilitator. Metode belajar dengan diskusi, seminar, membuat
proyek mandiri (baik individu maupun kelompok) menjadi titik tekan. Di Indonesia, setidaknya secara
teoritis, sistem pembelajaran kita sebenarnya sudah mengarah pada pola belajar student-centered learning.
Cuma dalam prakteknya memang masih belum maksimal. Satu hal yang saya kira sangat kurang dalam
sistem pembelajaran kita di Indonesia adalah kecakapan membaca. Kita sangat tidak terbiasa membaca
buku. Kurikulum pendidikan kita, sejak tingkat dasar, saya kira sangat kurang menekankan pentingnya
membaca. Yang lebih ditekankan adalah menghafal. Berbeda dengan di Amerika. Disini sejak SD anak
dipupuk untuk gemar membaca, tidak peduli buku yang dibaca adalah komik. Setiap hari di sekolah ada
sesi membaca dan mendongeng. Yang penting anak-anak suka membaca dulu. Ini yang berbeda dengan di
Indonesia.
Apa saja pengalaman paling berharga selama belajar di negeri Paman Sam?
Belajar di suatu negara dengan budaya masyarakat dan budaya belajar yang berbeda seperti di
Amerika saya kira adalah sebuah pengalaman yang berharga. Sama seperti ketika saya mendapat
kesempatan belajar di Jepang. Belajar budaya lain selalu menarik. Ini bukan soal lebih baik atau lebih
buruk. Dalam beberapa hal, setiap negara, setiap budaya, memiliki kekurangan dan kelebihan. Menurut
saya yang terpenting kemudian adalah bagaimana kita menyikapi setiap pengalaman dengan kesadaran
positif, mengambil yang terbaik, membuang yang buruk, dan mengembalikan apa yang sudah kita pelajari
kepada masyarakat di Indonesia sesuai peran dan tugas kita sebagai dosen. Tanpa bermaksud mengagung-
agungkan Amerika, selama belajar disini saya banyak belajar tentang nilai-nilai positif budaya Amerika
seperti disiplin, kemandirian, inisiatif, keterbukaan, toleransi, dan determinasi. Hal lain yang saya kira
juga sangat berharga adalah mengalami sendiri bagaimana proses belajar di salah satu kampus yang cukup
baik di Amerika. Melihat dan mengalami sendiri bagaimana atmosfer dunia kampus di Amerika, melihat
bagaimana aktivitas keseharian para mahasiswa di luar maupun di dalam kelas, etos belajar mahasiswa
yang tinggi, fasilitas belajar yang sangat mendukung iklim belajar yang baik dan nyaman: semua itu
menjadi inspirasi positif bagi saya.
Apa motivasi bapak belajar ke negeri Paman Sam dengan perantara beasiswa Fulbright?
Belajar ke luar negeri selalu menjadi obsesi saya sejak kecil. Waktu itu motivasi terbesar adalah
sekedar ingin melihat dan merasakan budaya bangsa lain yang berbeda. Dan karena kondisi ekonomi yang
tidak memungkinkan untuk belajar ke luar negeri dengan biaya sendiri, mencari beasiswa menjadi pilihan
terbaik saya. Maka sejak lulus SMA saya mulai merencanakan untuk bisa kuliah ke luar negeri dengan
mencari beasiswa. Belajar ke Amerika dengan beasiswa Fulbright bagi saya adalah dream comes true,
mimpi yang menjadi nyata. Kenapa? Pertama, untuk bidang Sosiologi, harus diakui bahwa kampus-
kampus di Amerika saat ini adalah yang terbaik. Teori-teori sosiologi kontemporer banyak dilahirkan para
sosiolog Amerika. Belajar ke Amerika, tentu menjadi kesempatan terbaik untuk belajar dari yang terbaik.
Kedua, beasiswa Fulbright adalah salah satu skema beasiswa terbaik di dunia. Fulbright juga telah
melahirkan banyak alumni di seluruh dunia, termasuk sejumlah penerima penghargaan Nobel.
Mendapatkan beasiswa Fulbright bagi saya adalah sebuah kesempatan berharga untuk berada di dalam
jaringan para ilmuwan internasional alumni penerima beasiswa Fulbright.
Bagaimana trik dan tips agar bisa lolos dalam seleksi beasiswa Fulbright?
Hemat saya, meraih beasiswa apapun sebenarnya bukanlah sesuatu yang sulit jika kita telah
benar-benar menyiapkan segala hal yang dibutuhkan. Kesalahan terbesar teman-teman mahasiswa ketika
ingin melanjutkan studi S-2 dengan beasiswa adalah baru memutuskan, atau malah baru tertarik, untuk
mencari beasiswa ketika menjelang lulus kuliah S-1. Ini sudah agak terlambat. Hemat saya, jika memang
kita benar-benar ingin melanjutkan studi dengan beasiswa, rencana untuk mendapatkan beasiswa harus
disiapkan bahkan semenjak kita baru masuk kuliah S-1. Sejak awal sebaiknya kita mulai menyiapkan
persyaratan yang diminta oleh pihak pemberi beasiswa. Misalnya, nilai TOEFL minimal. Jika kita sejak
dini telah membuat study plan, sejak awal kuliah kita bisa mulai sedikit demi sedikit belajar untuk
mendapatkan nilai TOEFL yang dipersyaratkan. Hal lain misalnya pengalaman berorganisasi, yang
biasanya menjadi poin cukup besar untuk bisa lolos mendapatkan beasiswa. Jika kita sudah memiliki
rencana sejak dini, maka selama kuliah kita bisa mulai aktif dalam kegiatan organisasi kampus. Dan ini
tidak bisa kita lakukan ketika kita sudah hampir lulus S-1. Hal-hal lain yang lebih bersifat teknis, misalnya
cara membuat proposal penelitian atau personal statement, menurut saya bisa dipelajari dengan membaca
buku-buku tentang beasiswa. Ada banyak buku di pasaran yang sudah membahas soal-soal teknis seperti
ini. Namun yang jauh lebih penting, menurut saya, adalah niat, kesiapan dan ketetapan hati kita untuk
sedini mungkin merencanakan apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan beasiswa studi lanjut.
Motivasi apa yang ingin bapak sampaikan kepada seluruh mahasiswa Universitas
Trunojoyo Madura?
Saya selalu mengatakan kepada mahasiswa-mahasiswa di kelas saya: "Do your best!" Lakukan
yang terbaik. Lakukan yang terbaik sesuai kemampuan kita sendiri. Tidak perlu menjadi yang terbaik.
Tidak perlu berusaha mengalahkan orang lain. Namun berusahalah untuk selalu melakukan yang terbaik.
Juga "Do your best in everything you do". Lakukan yang terbaik dalam hal apapun dan dimanapun.
Sebagai mahasiswa, lakukanlah peran sebagai mahasiswa dengan sebaik-baiknya. Belajar dengan
sungguh-sungguh, bekali diri dengan kemampuan akademik maupun non-akademik. Terakhir, jangan
pernah merasa rendah diri. Jangan merasa minder atau malu karena kondisi kita, karena kampus kita yang
masih muda, karena berasal dari Madura, atau karena latar belakang keluarga kita yang kurang mampu.
Ingat, yang terpenting bukan siapa diri kita sekarang, tetapi siapa dan kemana kita akan menuju. Fokus
pada impian kita, jangan fokus pada kondisi kita sekarang. Itu yang selama ini saya lakukan.
Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Medhy Aginta Hidayat
Dosen Program Studi Sosiologi UTM, saat ini sedang menempuh studi doktoral (S-3) di
Department of Sociology, University of Missouri, Amerika Serikat.
Curriculum Vitae
Personal Information
Full Name Medhy Aginta Hidayat
Nationality Indonesia
Place and Date of Birth Tuban, 10 August 1974
Sex Male
Work Lecturer
Position Faculty Member, Department of Sociology, Trunojoyo University,
Madura, Indonesia
Home Address Taman Aloha H-1/4, Sidoarjo
Office Address Trunojoyo University, Madura
Raya Telang 1, Kamal, Bangkalan 69162
Email [email protected] / [email protected]
Academic Background
Year Description
2012-now PhD Student, University of Missouri-Columbia, Department of Sociology, Columbia,
Missouri, U.S.
2006-2008 Non-degree research student, Kyoto University of Education, Faculty of Social Sciences,
Kyoto, Japan
2000-2002 M.Si or Master of Science in Sociology, Gadjah Mada University, Faculty of Social and
Political Sciences, Yogyakarta, Indonesia
1999-2000 Non-degree exchange student, Nagoya University, Faculty of Arts, Department of
Philosophy, Nagoya, Japan
1994-1999 S.S or Bachelor in Philosophy, Gadjah Mada University, Faculty of Philosophy,
Yogyakarta, Indonesia
1990-1993 Tuban State Senior High School of 1, East Java, Indonesia
1987-1990 Tuban State Junior High School of 1, East Java, Indonesia
1981-1987 Kebonsari 2 Elementary School, East Java, Indonesia
Training and Courses
Year Description
2011 IELTS Preparation Course, Bandung Institute of Technology, Bandung, Indonesia
2006-2008 Teacher/Lecturer Training Program, Kyoto University of Education, Japan
2006-2007 Japanese Language Training Program, Kyoto University, Japan
1999-2000 Nagoya University Program for Academic Exchange, Nagoya University, Japan
1999 TOEFL Preparation Course, ELTI, Yogyakarta, Indonesia
1998 English for Academic Purposes Course, ELTI, Yogyakarta, Indonesia
1998 Germany Language Course, Arka Pramitha, Yogyakarta, Indonesia
Honors/Awards/Scholarships
Year Description
2012 Fulbright Presidential PhD Scholarship, from Fulbright Foundation-U.S. Department of
State, U.S.
2008 Teacher/Lecturer Training Program Scholarship at Kyoto University of Education from
Monbukagakusho, Japan
2000 Nagoya University Program for Academic Exchange (NUPACE) Scholarship, from
Nagoya University, Japan
1999 Top 3% Graduates of Faculty of Philosophy, Gadjah Mada University, Yogyakarta,
Indonesia
1998 The Best Student Achievement Award in Academic of Faculty of Philosophy, Gadjah
Mada University, Yogyakarta, Indonesia
1995 Supersemar Scholarship from Supersemar Foundation, Indonesia
Working Experiences
Year Description
2008-2012 Head of Department/Lecturer, Department of Sociology, Trunojoyo University,
Madura
2005-2006 Editor in Chief (for Southeast Asia), Common Ground News Service-
Partners in Humanity, Search for Common Ground (SFCG) in Indonesia, Jakarta
2004-2005 Junior Lecturer Department of Humanities, Airlangga University, Surabaya
2003-2004 Senior Editor (for Social Sciences), Erlangga Publisher, Jakarta
Articles/Books/Unpublished Papers/Thesis
Year Description
2012 Menggugat Modernisme: Mengenali Rentang Pemikiran Postmodernisme Jean
Baudrillard (book in Bahasa Indonesia), Jalasutra, Yogyakarta, Indonesia
2011 Tattooed Body: Tattoo and Youth Identity in Yogyakarta (book in Bahasa Indonesia), Habitus Publisher, Yogyakarta, Indonesia
2011 Simulacra, Simulation and Hyperreality: Jean Baudrillard and Postmodernism (book in Bahasa Indonesia), Elmatera Publisher, Yogyakarta, Indonesia
2010 Power of Kyai: The Role of Traditional Ulema in the Construction of Moslem Identity
in Madura, East Java
(article in Bahasa Indonesia), Journal of Sociology, Trunojoyo University, Madura,
Indonesia
2010 Role and Status Delegitimation of Kyai in the Social Structure of Madurese Society
(Case Study of Pondok Pesantren Darul Kholil and Pondok Pesantren Darul Mustofa,
District Burneh, Bangkalan Regency, Madura)
(article in Bahasa Indonesia), Journal of Sociology, Trunojoyo University, Madura,
Indonesia
2010 Social Construction of Kyai’s Polygamy in Madura (Case Study of District Socah,
Bangkalan Regency, Madura)
(unpublished paper in Bahasa Indonesia), Trunojoyo University, Madura, Indonesia
2010 Blater: The Social Construction of “Jagoanism” Identity in Western Madura
(Sampang Regency and Bangkalan Regency
(unpublished paper in Bahasa Indonesia), Trunojoyo University, Madura, Indonesia
2008 Jean Baudrillard: Culture and Hyperreality (article in Bahasa Indonesia), Surabaya Post, East Java, Indonesia
2008 Barbie Culture
(by Marie Rogers, a translation book in Bahasa Indonesia), Bentang Budaya Publisher,
Yogyakarta, Indonesia
2008 A Comparative Study of Pupils’ Perceptions on Globalization
Indonesian and Japanese Junior High School Students
(unpublished paper in English), Kyoto University of Education, Kyoto, Japan
2007 An Introduction to Post-Structuralism and Postmodernism
(by Madan Sarup, a translation book in Bahasa Indonesia), Jalasutra Publisher, Yogyakarta,
Indonesia
2003 Bloody East Java: National Election and Conflict in East Java
(book in Bahasa Indonesia, as an Editor), Matabangsa Publisher, Surabaya, Indonesia
2002 Tattooed Body: The Meaning of Tattoo in the Construction of Identity of Tattooed
Students in Yogyakarta, Central Java
(thesis in Bahasa Indonesia), Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia
1999 Postmodern Culture According to Jean Baudrillard
(thesis in Bahasa Indonesia), Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia
Research Projects
Year Description
2010 Power of Kyai: The Role of Traditional Ulema in the Construction of Moslem Identity in
Madura, East Java, Indonesia
2010 Delegitimation of Role and Status of Kyai in the Social Structure of Madurese Society
(Case Study of Pondok Pesantren Darul Kholil and Pondok Pesantren Darul Mustofa,
District Burneh, Bangkalan Regency, Madura)
2010 Social Construction of Kyai’s Polygamy in Madura (Case Study of District Socah,
Bangkalan Regency, Madura)
2009 Blater: The Social Construction of “Jagoanism” Identity in Western Madura (Sampang
Regency and Bangkalan Regency )
2009 Survival Mechanism of Traditional Pondok Pesantren Toward the Impact of
Industrialization Post-Suramadu Bridge (Case Study of Pondok Pesantren Darul Hikmah
dan Addimyathi Nurul Iman, District Labang, Bangkalan Regency, Madura)
2003 Tattooed Body: The Meaning of Tattoo in the Construction of Identity of Tattooed
Students in Yogyakarta, Indonesia
1999 Postmodern Culture According to Jean Baudrillard
Social and Community Involvement
Year Description
2010-2012 Chair
The International Planned Parenthood Association (IPPA), Chapter Bangkalan
Regency, Madura
2009-2012 Head of Research and Development
Association of Trainers for the Proficiency of Bahasa Indonesia, Chapter Madura
2009-2012 Deputy Chair
Center for Public Training and Human Resources Development, Surabaya
2009-2010 Chair
Institute for Maduranese Studies (IMAS), Bangkalan, Madura
2008-2009 Secretary
Division of Organization, Japan Alumni Association/Perhimpunan Alumni Jepang
(PERSADA), East Java
2007-2008 Secretary
Division of Education, PPI Kyoto, Japan
1999-2000 Treasurer
Division of Organization, PPI Nagoya, Japan
1996-1997 Chair
Student Senate, Faculty of Philosophy, Gadjah Mada University, Yogyakarta
1996-1997 Chief
Student Dormitory, Gadjah Mada University, Yogyakarta
1991-1992 Chair
High School Student Organization (OSIS), Tuban State Senior High School (SMAN 1
Tuban), East Java
1987-1988 Chair
High School Student Representative (MPK), Tuban State Junior High School (SMPN 1
Tuban), East Java
Language Proficiency
Language Description
Indonesian Native Speaker
Japanese Intermediate Level
English 603 TOEFL (per March 2011)/ 98 IBT TOEFL (per January 2012)
I hereby certify that the information I have provided on this Curriculum Vitae is accurate and true to the
best of my knowledge and belief.
Medhy A. Hidayat
Belajar Di Deakin University Australia
Salah satu dosen Universitas Trunojoyo Madura yang saat ini menempuh studi doktoral di
Deakin University Australia adalah bapak Wahyudi Agustino. Beliau merupakan dosen di Fakultas
Teknik UTM yang saat ini sedang menempuh program Doktoral (S3) di School of Information and
Business Analytics, Deakin University Australia sejak tahun 2010. Wahyudi Agustiono, S.Kom, M.Sc
dilahirkan di Jombang 4 Agustus 1978. Lelaki yang pernah menjadi anggota Institute for Science and
Technology Studies (ISTECS), Chapter Japan sejak 1 July 2006 dan meraih penghargaan Japanese Grant
Aid for Human Resources Development Scholarship (JDS) 1 June 2006 berbagi pengalamannya belajar di
negeri Kangguru. Berikut pengalaman beliau belajar di negeri Kangguru, Australia.
Bagaimana pengalaman bapak belajar di negeri kangguru?
Nama saya Wahyudi Agustiono, saya bergabung menjadi staff pengajar Fakultas Teknik sejak
2003. Saat ini saya menempuh program Dotoral (S3) di School of Information and Business Analytics,
Deakin University Australia Sejak 2010. Program doktoral saya ini disponsori oleh Australian Leadership
Awards (ALA), salah satu beasiswa bergengsi dari pemerintah Australia yg diberikan kepada para
pemuda di Asia Pasifik, Afrika, Amerika Latin dan Carribean untuk menempuh pendidikan dan mengikuti
Leadership Coaching Moduls di Australia. Sesuai namanya salah satu kriteria memperoleh beasiswa ini
adalah mereka yg pernah dan/atau di masa depan punya peran kepemimpinan di suatu area atau institusi
tempat mereka bekerja dan berkarir. Dan saya merasa sangat bersyukur diberikan Allah SWT kesempatan
utk memenangkan Awards ini diantara 300 dari seluruh pemenang dan satu dari 28 peraih beasiswa ini
dari Indonesia. Dan yg lebih membangkan saya bisa memabawa nama UTM sejajar dengan kandidat-
kandidat lain dari institusi atau kampus yg sdh mapan . Sebelum memenangkan beasiswa ini, saya juga
mendapatkan Beasiswa Japanese Development Scholarships --yaitu salah satu beasiwa dari pemerintah
jepang utk Asia pasifik juga--utk studi master (S2) saya di salah satu kampus ternama Jepang Waseda
University di tahun 2006-2008.
Apa motivasi terbesar bapak untuk belajar ke luar negeri?
Motivasi terbesar saya utk meraih beasiswa LN
Sejak kecil saya sangat termotivasi dan terinspirasi bahwa satu saat saya HARUS belajar ke Luar
negeri. Hal ini berangkat dari membaca berbagai kisah para ilmuwan sukses Indonesia yg belajar ke LN
spt P Habibie yg menuru saya paling fenomenal. Saya teringat 'petualangan' berburu beasiswa LN saya
mulai sejak usia 15 thn tepat nya menjelang lulus SMP dan usaha pertama saya ini belum berhasil.
Beasiswa yg saya apply saat itu ASEAN Scholarship yg disponsori oleh pemerintah singapura.
Ikhtiar saya yg kedua yaitu selepas SMA saya mendaftarkan beasiswa Monbukagakusho (Dept
Pendidikan dan Kebudayaan) Jepang utk program perkuliahan di Jepang. Usaha kedua saya ini berhasil
dan saya mendapat surat undangan utk mengikuti proses seleksi selanjutnya, namun dr diskusi dg orang
tua saat itu mereka lebih menginginkan saya utk meneruskan kuliah S1 saya di T Informatika ITS, dan
seraya memberikan harapan kpd saya mereka berdoa bahwa nanti pasti satu saat saya akan kuliah di
Jepang.
* Demi mejaga impian untuk belajar di Jepang saya menyimpan surat undangan beasiswa tsb, dan 8 tahun
kemudian ketika saya mengikuti wawancara beasiswa ke Jepang, salah seorang pewawancara dr kedutaan
Jepang menanyakan motivasi saya memilih Jepang sbg tempat studi, saya pun kemudian mengeluarkan
surat undangan yg saya simpan sejak 8 thn tsb dan menjelaskan kpd mereka bahwa studi di Jepang adalah
salat satu 'Mimpi' besar saya dari dulu, sebagai mana dahulu saya mendapat kan kesempatan utk belajar ke
Jepang, maka kali ini adalah saat nya saya mewujudkan mimpi tsb.
* Selepas beasiswa S2 di Jepang sy mendapatkan tawaran utk melanjutkan studi s3 di Jepang, konon
katanya krn nilai B saya cuman 1 yg lain A semua. Karena berbagai pertimbangan sy tdk menerima
tawaran tsb dan melamar beasiwa ke Australia yg sebelumnya saya lebih kurang 4 kali pernah gagal
melewati proses seleksi nya yg belakangan baru saya sadar kegagalan tsb krn IPK saya kurang sedikit dari
3. Padahal sdh jelas sarat nya IPK 3.00 tapi saya nekat saja.
* Alhamdulillah berbekal pengalama kegagalan dan keberhasilan sy diberikan kesempatan Allah
mendapatkan 2 beasiswa sekaligus yg pertama dari Universitas saya sekarng sedang belajar menawarkan
beasiswa utk program doktoral dan yg kedua dari Australian Leaderships Awards--ALA (yang sdh sy
jelaskan di awal) untuk program doktoral. Dari 2 Beasiswa ini sy memilih ALA utk sponsor saya
melanjutkan program doktoral saya.
*Setelah selesai program beasiswa doktoral saya ini, saya InsyaAllah Pasti akan mencari dan melamar
beasiswa Pascadoctoral saya . Dan mengapa saya sangat termotivasi utk tetap berburu beasiswa utk
sekolah lagi krn sy sangat terinspirasi janji Allah dlm Al qur an bahwa Allah akan mengangkat derajat
mereka yg berusaha mencari ilmu.
Utk Kelebihan belajar di LN dibanding Indonesia, secara detail sy kurang faham krn sy tdk
pernah kuliah pasca sarjana di Indonesia, namun dari pengalaman selama kuliah di LN intinya mendidik
kita menjadi peneliti mandiri. Untuk lebih menambah info berikut saya share tulisan tentang pengalaman
studi di Jepang:
http://kabarmadura07.blogspot.com.au/2008/11/pengalaman-wahyudi-agustiono-msc-studi.html
Berbagai pelajaran yang bisa saya share dari sedikit pengalaman saya:
*Awali dengan mimpi dan azzam yg kuat
* dibutuhkan extra 'stamina' fisik dan psikis yg cukup
* sedikit/banyak pengorbanan waktu, tenaga dan meteri (saya pernah mengeluarkan 1/4 gaji saya utk
mengirim dokumen aplikasi via internasional kurier tuk melamar beasiswa dan ternyata gagal)
* Tdk cukup dg berjuangan sendirian, dukungan keluarga dan berjamaah dg teman2 yg punya motivasi yg
sama akan lebih meringankan perjuangan memenangkan beasiswa.
* Terkadang tdk hanya 1 faktor yg menentukan misal tdk hanya akademis saja (IPK) tapi ada faktor non
akademis yg jumlahnya lebih banyak dari fakor akademis yg bs menjadi penentu keberhasilan spt track
record, kepribadian dll.
* Kewajiban kita adalah ikhtiar
* Terakhir dr pengalaman saya generasi Indonesia memiliki potensi besar utk dikembangkan terurama
SDM melalui pendidikan yg memadai & memberdayakan
Demikian semoga bermanfaat, Insya Allah jika tidak ada uzur tahun ini saya akan mudik dan ada
rasa kangen untuk segera pulang ke Universitas Trunojoyo Madura.
wassalam
yudie
Indahnya Studi Di Universitas Edinburgh, Inggris
Salah satu dosen sastra inggris Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo
Madura yang saat ini sedang studi di Eropa adalah Bapak Misnadin.
Lelaki kelahiran kota Pamekasan, 20 Agustus 1975 ini pernah menempuh Pendidikan S1 jurusan
Sastra Inggris Unair pada tahun 1998 dan S2 jurusan Linguistics, University of Queensland, Brisbane
Australia pada tahun 2010 dan saat ini sedang menempuh pendidikan S3 Linguistics, The University of
Edinburgh, United Kingdom 2012.
Berikut pengalaman beliau belajar di Inggris, tepatnya di Universitas Edinburgh.
Bagaimana pengalaman bapak studi di luar negeri?
Pengalaman yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Pengalaman lintas budaya, pengalaman
berteman dengan orang dari berbagai belahan dunia dengan perbedaan latar belakang budaya, agama,
suku bangsa, dan pengalaman akademik yang mungkin tidak dapat didapatkan di Indonesia untuk saat ini.
Kira-kria bisakah tidak sistem pembelajaran seperti itu diterapkan di UTM?
Sistem pembelajaran bisa saja diterapkan di UTM secara bertahap. Tetapi fasilitas pembelajaran
juga harus dipenuhi. Salah satu kelemahan studi di Indonesia adalah terlalu banyak mata kuliah yang
harus ditempuh oleh mahasiswa sehingga mengorbankan kualitas pembelajaran. Mahasiswa masih
cenderung dituntut menghafal, bukan memahami dan mengkritisi apa yang dipelajarinya. Fasilitas jurnal
ilmiah yang selalu diupdate merupakan persyaratan utama.
Apa motivasi bapak kuliah di luar negeri?
Motivasi saya kuliah di luar negeri tentunya adalah motivasi akademik. Background saya adalah
Sastra Inggris. Akan kurang rasanya kalau dosen Sastra Inggris tidak kuliah di negara yang berbahasa
Inggris. Selain itu, saya ingin mengembangkan kemampuan akademik di bidang saya yang untuk saat ini
saya yakin hanya bisa ditempuh di luar negeri. Intinya adalah motivasi pengembangan akademik saya
untuk selanjutnya dapat saya kembangkan di Indonesia kedepan.
Apa kira-kira saran bapak buat mahasiswa UTM ?
Saran saya bagi mahasiswa UTM adalah giat belajar. Kalau mereka bercita-cita kuliah di luar
negeri, apapun jurusan mereka, sudah saatnya meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya. Ingat, belajar
bahasa memerlukan kesabaran, ketekunan, dan motivasi dari dalam diri yang tinggi. Saya pikir untuk link
bisa didapatkan dari DIKTI atau lembaga internasional asing seperti ADS dan Fullbright, misalnya. Untuk
saat ini saya mungkin hanya bisa menghubungkan teman-teman dosen terutama yang studi s3 di Indonesia
sebagai visiting students di universitas saya, University of Edinburgh.
CERITA DARI IBU INSAFITRI, ST, MSC BELAJAR DI JEPANG
Berikut ini, adalah pengalaman dari ibu Insafitri belajar di negeri Sakura. Dari Kanazawa,
Jepang, pengajar Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ini berbagi pengalaman dan
motivasi terbesarnya studi di luar negeri. Berikut catatan beliau belajar di negeri Sakura.
Apa motivasi ibu kuliah di luar negeri?
Bismillahirrahmanirrahim,
Sebelum saya mencoba menjawab beberapa pertanyaan ini, ijinkan saya sedikit bercerita tentang
latar belakang dan impian saya untuk belajar ke luar negri.
Saya tumbuh dari keluarga sederhana, ayah saya adalah mantan sopir angkutan umum dan ibu
saya adalah seorang penjual di pasar tradisional, tetapi sejak dulu saya senang sekali belajar, dan untuk
memperoleh pendidikan, saya selalu berusaha untuk mendapatkan kualitas terbaik walaupun kadang-
kadang kami tidak memiliki biaya yang cukup. Terkadang saya harus berjualan baju bekas, berjualan
sayuran, dan bahkan berjualan daging ayam di pasar tradisional. Pernah suatu hari ketika ayah saya baru
saja mengambil penghargaan karena waktu itu saya berhasil memperoleh nilai tertinggi di SMP, teman
beliau berkata, “walaupun anakmu bisa menjadi juara, tetapi sayang sekali ia tidak akan bisa melanjutkan
sekolah karena pasti bapaknya tidak mempunyai biaya”. Ada sebuah quote yang indah yang selalu saya
ingat dari mantan presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang mengatakan, “mimpilah setinggi langit, karena
kalau kita gagal, maka kita akan jatuh di antara bintang-bintang”. Waktu itu saya tidak berhenti bermimpi
untuk terus melanjutkan pendidikan dan terus memimpikan suatu saat saya ingin sekali belajar ke luar
negri.
Setelah lulus S1, pada tahun yang sama yaitu tahun 2002, saya mendapat kesempatan untuk
bergabung dengan UTM sebagai salah satu staf pengajar di Jurusan Ilmu Kelautan. Saya adalah salah satu
staf pertama yang direkrut oleh jurusan saya, sehingga saya merasa mempunyai tanggung jawab lebih
untuk mengembangkan institusi saya. Tahun 2004-2006 saya mendapat kesempatan untuk melanjutkan
studi S2 ke University of Philippine. Pada tahun 2011-2013 saya ditargetkan oleh jurusan saya untuk
melanjutkan studi S3. Jepang adalah negara tujuan saya karena di Jepang terdapat salah satu pakar
(professor) yang sesuai dengan bidang saya. Adapun motivasi saya belajar ke luar negri adalah untuk
enrichment knowledge di Indonesia. Di samping itu bagi saya pribadi, dengan belajar ke luar negeri saya
yakin bisa mengembangkan dan menambah pengetahuan dan keahlian saya sehingga diharapkan akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan institusi saya ke depannya.
Untuk mendapatkan kesempatan belajar ke luar negri tersebut saya mempersiapkan diri dengan
mengasah kemampuan berbahasa jnggris dan bahasa jepang tentunya (walaupun untuk bahasa jepang
tidak begitu intens) serta mempersiapkan rencana studi dan juga menjalin komunikasi yang bagus dengan
calon supervisor yang sesuai dengan bidang yang saya tekuni. Memerlukan tekad dan usaha yang kuat
untuk bisa belajar ke luar negri. Selain itu dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Saya sangat
bersyukur dan berterima kasih kepada suami, orang tua, sahabat, mahasiswa, teman sejawat di jurusan
saya, karyawan dan jajaran pimpinan di Fakultas Pertanian khususnya dan di UTM pada umumnya yang
selalu memberi dorongan semangat, bantuan, dan kerjasama yang baik selama ini. Saya tahu begitu
banyak orang yang berkorban untuk impian itu dan saya melihatnya sebuah sinergi yang indah yang bisa
memberikan energi yang luar biasa bagi saya.
Bagaimana pengalaman ibu studi di luar negeri?
Begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan ketika belajar di luar negri, tentunya ada suka dan ada
pula dukanya. Sukanya adalah ketika saya bisa mengunjungi negara asing dan akhirnya mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan merasakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang Mahaluas dan semakin
menambah syukur akan nikmat-Nya. Setelah tinggal beberapa lama di negara lain, saya bisa merasakan
perbedaan budaya dan kebiasaan yang ternyata dengan sendirinya membuat saya belajar, mengerti, dan
memahami banyak hal. Merubah wawasan dan sudut pandang saya dalam memandang suatu masalah,
sehingga insya allah menjadikan saya lebih bijaksana dalam mencari problem solving dalam suatu
masalah tersebut. Tetapi tidak sedikit juga dukanya, salah satunya adalah jauh dari keluarga, saudara,
sahabat, dan kampung halaman. Terkadang saya juga mengalami culture shocked sehingga berpengaruh
pada kondisi psikologis saya. Pengorbananpun tidak sedikit yang tercurah, rasa rindu terhadap orang-
orang tercinta (maklum saya harus berpisah dengan buah hati saya dan yang terkecil baru saja lahir ketika
saya berangkat, dan suami saya juga harus menjalankan tugas belajarnya di Inggris) selalu datang dan
kadang pengorbanan materi bila beasiswa datang terlambat, he he…
Apa keunggulan studi di luar dengan di dalam negeri?
Ada beberapa pertimbangan kenapa saya memutuskan untuk melanjutkan studi ke luar negri, di
antaranya adalah:
a. Enrichment knowledge. Bukannya meng-underestimate-kan perguruan tinggi dari dalam negri,
belajar di luar negri sangat diperlukan untuk enrichment knowledge yang sangat dibutuhkan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Jadi, ilmu pengetahuan yang akan kita transfer ke
mahasiswa nantinya tidak hanya bersumber pada induk ilmu pengetahuan dari lulusan perguruan
tinggi yang sama, tetapi dari berbagai perguruan tinggi di belahan dunia ini, sehingga diharapkan
dapat memperkaya ilmu pengetahuan akan memperdalam pengetahuan yang ada.
b. Lingkungan akademis. Lingkungan akademis di luar negri terutama di Jepang sangatlah berbeda
dengan di dalam negri. Secara langsung ataupun tidak langsung, baik sadar ataupun tidak, kita akan
terpengaruh. Budaya kerja keras, mandiri, ulet, bertanggung jawab, dan kreatif yang ada pada orang
Jepang akan menular kepada kita. Memang untuk membentuk pendidikan yang berkharakter seperti
itu mereka telah melalui proses yang panjang dan sejak dini sudah ditanamkan, sehingga sewaktu di
perguruan tinggi mahasiswa sudah terbiasa dengan kerja keras. Sebagai contoh mahasiswa di
laboratorium saya berada di ruangan untuk belajar dan melakukan riset di mulai dari jam 9 pagi
sampai jam 10 malam setiap harinya. Bahkan tidak sedikit yang harus berada di laboratorium 24 jam
dan kadang-kadang pada waktu hari libur seperti Sabtu dan Minggu mereka masih saja berada di
laboratorium. Jadi, hidup mereka kebanyakan adalah berada di laboratorium. Mungkin hal itu juga
dipengaruhi oleh perubahan musim, di mana terkadang waktu siang lebih lama daripada waktu pada
malam dan sebaliknya, berbeda sekali dengan di Indonesia, sehingga mereka benar-benar
memanfatkan waktu produktif sebaik mungkin, dan untuk yang ini ... saya pikir harus kita merasakan
hidup di sini. Sifat kreatif, bertanggung jawab terhadap studi dan risetnya yang tercermin dalam diri
mereka akan menular kepada kita karena terbiasa berinteraksi bersama.
c. Sistem akademis. Sistem akademis di Jepang sangatlah berbeda dengan di dalam negri. Karena saya
mengambil program by research, yang saya lakukan adalah melakukan research dengan diarahkan
oleh pembimbing dan mengikuti seminar yang diadakan oleh laboratorium yang sebidang dengan
saya seminggu dua kali. Setiap saat saya bisa berdiskusi dengan pembimbing dan pembimbing selalu
siap mengkloning ilmu mereka kepada kita.
d. Fasilitas. Berbagai fasilitas dari ruangan bekerja (terdapat laptop, internet, dan ruangan yang sangat
memadai diberikan pada setiap mahasiswa), peralatan laboratorium yang lengkap, bebas akses yang
bisa digunakan setiap saat, seperti akses library, dan referensi online yang sangat lengkap disediakan
dengan baik sehingga sangat berguna untuk menunjang belajar kita.
e. Keilmuan. Dengan belajar langsung kepada pakar dan induk ilmunya, kita akan bisa menggali ilmu
sedalam-dalamnya sesuai bidang kita.
f. Relasi. Untuk mengembangkan diri dan mengembangkan institusi, menjalin relasi sangatlah
dibutuhkan. Dengan belajar ke luar negri kesempatan itu terbentang luas karena kita akan bertemu
dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai institusi dan dari berbagai negara pastinya.
g. Belajar budaya asing. Selain belajar science, dengan belajar ke luar negri kita juga akan belajar
bahasa, budaya, kebiasaan, dan adat istiadat negara lain, diharapkan kita bisa mengadopsi sisi
baiknya tanpa meninggalkan budaya bangsa Indonesia.
h. Melatih softskill. Mahasiswa lulusan luar negri akan mempunyai softskill yang berbeda dengan
lulusan dalam negri, paling tidak mereka telah berhasil menaklukkan birokrasi 2 negara yang
tidaklah mudah dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangatlah berbeda dengan
lingkungan di dalam negri. Hal itu adalah sebuah kemampuan softskill yang luar biasa dan hanya
bisa didapat bila kita belajar negri orang.
Kira-kria bisakah tidak sistem pembelajaran seperti itu diterapkan di UTM?
Sistem pembelajaran di luar negri pasti bisa diterapkan di UTM. Tetapi kemauan, usaha, dan
kerja keras diperlukan terutama penanaman pendidikan berkharakter sejak dini yang membutuhkan proses
panjang sehingga akhirnya bisa melaksanakan riset secara mandiri dan kreatif.
Apa kira-kira saran ibu buat mahasiswa UTM ?
Saran saya untuk mahasiswa UTM adalah semua ilmu pasti berguna dan kesempatan dari Allah
selalu datang dalam satu paket yang tepat, yaitu selalu sesuai dengan waktu yang tepat, dan datang pada
orang yang tepat. Untuk itu jangan menyia-nyiakan sebuah kesempatan, syukuri dan tekuni dengan
semaksimal mungkin karena jika kita bersyukur, maka kita akan bisa memberikan yang terbaik dan Allah
akan memberikan kepercayaan yang lebih dan lebih baik lagi pastinya. Do the best-lah pokoknya.
Salam dari negri sakura yang sedang memasuki musim panas.
Kanazawa-Japan, June 2013
Insafitri, ST, MSc
Issa Dyah Utami, Dosen Teknik Industri
Bagaimana pengalaman ibu studi di luar negeri?
Sistem pendidikan di universitas tempat saya kuliah sekarang, menggunakan sistem self learning.
Mahasiswa di tuntut untuk belajar sendiri dan mandiri dalam mencari informasi sebanyak-banyaknya
tentang satu tema mata kuliah.
Pada saat tatap muka di kelas, dosen memberikan overview tentang mata kuliah tsb dan
memberikan tutorial kepada masing-masing mahasiswa (satu per satu) tentang topik mata kuliah.
Selanjutnya mahasiswa diberikan tugas untuk membaca dari beberapa buku dan jurnal yang sudah
ditetapkan oleh dosen dan bisa juga menambah sendiri referensi dari buku dan jurnal yang sesuai.
mahasiswa ditugasi membuat essay atau laporan tentang hasil bacaannya disertai dengan hasil analisa atau
pendapat dari mhs tersebut.
Disini mhs lebih banyak dimotivasi untuk menulis dan memberikan pendapat. Meskipun saya
kuliah di jurusan Teknik, mhs tidak hanya fokus ke pemodelan matematis saja, namun juga di tuntut untuk
memberikan pendapat tentang permasalahan utama mengapa model matematis tersebut di buat.
Saya menyadari, system pendidikan self learning di sini ditunjang dengan berbagai fasilitas
pendidikan yang sangat baik yaitu dengan tersedianya buku-buku dan jurnal-jurnal international terbaru
dan bisa di akses secara online dan hardcopy dan juga perpustakaan buka 24 jam sepanjang hari dari senin
sampai minggu. fasilitas silent study area yang sangat luas, untuk mahasiswa yang ingin belajar di perpus
serta ada juga fasilitas untuk diskusi kelompok di perpustakaan dan fasilitas computer cluster buka 24 jam
dengan jumlah banyak fasilitas software dengan lisensi resmi. Fasilitas laboratorium yang sangat lengkap
dan mhs bisa mengakses 24 jika sedang melaksanakan tugasnya.
Apa keunggulan studi di luar dibandingkan dengan di dalam negeri?
Universitas di luar negeri sudah mempunyai ranking tingkat dunia. Salah satunya karena jumlah
penelitian yg dihasilkan sudah banyak, Professor yang mempunyai reputasi di tingkat internasional dan
system pendidikan yang bagus serta ditunjang fasilitas pendidikan yang sebagian saya sebutkan diatas.
Kira-kira bisakah tidak sistem pembelajaran seperti itu diterapkan di UTM?
System pendidikan diluar negeri sangat bisa diterapkan di UTM. menurut pendapat saya, di UTM
yang harus ditingkatkan terlebih dahulu adalah fasilitas perpustakaan, tersedianya buku2 dan jurnal2
international untuk berbagai bidang ilmu. Secara umun, fasilitas fisik khususnya ruang kelas sudah sangat
bagus di UTM. Peningkatan fasilitas laboratorium, terutama di fakultas teknik masih perlu ditingkatkan.
Yang penting lagi, sebaiknya masing-masing prodi di UTM fokus ke salah satu bidang penelitian yang
akan menjadi unggulan UTM dan tidak ada di univ lain di Indonesia.
Apa motivasi ibu kuliah di luar negeri?
Saya ingin meningkatkan pengetahuan dan skill dibidang ilmu saya. Di samping itu, saya
berharap setelah lulus nanti saya bisa berbagi pengalaman dan ilmu kepada mahasiswa dan meningkatkan
kualitas pendidikan di UTM.
Saya juga merencanakan untuk melakukan kerjasana penelitian dan mengundang dosen saya di
luar negeri untuk menjadi dosen tamu UTM. hal ini bisa menunjang peningkatan kualitas pendidikan dan
menunjang nilai akreditasi UTM.
Apa kira-kira saran ibu buat mahasiswa UTM ?
Mahasiswa UTM harus termotivasi untuk lebih meningkatkan pengetahuannya sesuai bidang
ilmu yang diminati dengan cara belajar sendiri. Mhs tidak hanya tergantung pada materi kuliah yang
disajikan dosen di kelas. Mhs harus termotvasi lagi untuk banyak membaca dan belajar, karena ilmu,
inspirasi, ide dan inovasi akan muncul bersamaan dengan dengan proses belajar. Mhs sebaiknya mulai
mencari keahlian khusus apa yang akan ditekuni sebagai keahliannya dan mungkin bisa sumber
pendapatan atau profesi dimasa depan. Bidang minat tersebut dapat diasah dibangku kuliah. Dosen dan
universitas sebagai fasilitator mendukung dan mengembangkan keahlian mahasiswa tersebut melalui
pemberian tugas-tugas kuliah terutama Case Study.
Adakah link untuk studi ke sana bagi mahasiswa UTM ibu?
Universitas of Leeds, kemungkinan bisa bekerjasama untuk kuliah bagi mahasiswa UTM, kuliah
beberapa semester di Leeds dan kemungkinan ada beasiswa study lanjut S2. Demikian jawaban saya,
semoga bisa membantu
Salaam,
Issa
CURRICULUM VITAE
Name : Issa Dyah Utami
Sex : Female
Place of Birth : Lamongan, East Java, Indonesia
Date of Birth : 28 June 1977
Nationality : Indonesian
Email : [email protected]
Residence : Pucak Wangi RT.01/RW02, Babat, Lamongan
62271
Indonesia
Mobile Phone:
+62817374101
Office Address : Trunojoyo University, Department of Industrial
Engineer
ing
Jalan Raya Telang Kamal PO
Box 02 Telang, Kamal,
Bangkalan, Indonesia
Phone: +62-31-3011147 Fax: +62-31-3011506
Education :
1995 - Februari 2000
Pembangunan Nasional “Veteran” University,
Surabaya - Indonesia, Faculty of Industrial
Technology Department of Industrial Engineering
Awarded the degree of Sarjana Teknik (Bachelor
of Engineering) for a final assignment entitled
“Measurement of Total and Partial
Productivity at PT. Industri Sandang II Unit
Patal Grati Pasuruan” under the supervision of Ir.
Muslimin, M.T. GPA 3,108 out of 4.00.
August 2003 – February 2005
Sepuluh Nopember Institute of Technology,
Surabaya – Indonesia, Faculty of Industrial
Technology
Department of Industrial
Engineering
Awarded the degree of Magister Teknik (Master of
Engineering) for a thesis entitled “Reducing
Total Cycle Time of Order Fulfillment Process:
A Lean Agile Supply Chain Approach (Case
Study at PT. Wala Plastik Lamongan)” under the
supervision of Professor Suparno, Ph.D. and Nani
Kurniati, ST., MT, GPA 3,55 out of 4.00.
Current Professional Activity: Since Januari 2008
Lecturer, Department of Industrial Engineering, Engineering Faculty, The University of Trunojoyo, Bangkalan-Indonesia. Main responsibilities: lecturing and
research.
Previous Professional Experience:
September 2004 – August 2008
Lecturer, Department of Industrial Engineering,
Engineering Faculty, The University of Islam Majapahit,
Mojokerto-Indonesia.
Main responsibilities: lecturing and
research.
Secretary of Department, Department of Industrial
Engineering, Engineering Faculty, The University of Islam
Majapahit, Mojokerto- Indonesia.
Main responsibility: planning, implementing and monitoring
department program and performing administration tasks.
September 2005 – February 2008:
Lecturer, Department of Industrial Engineering, Engineering
Faculty, The University of Muhammadiyah Gresik, Gresik-
Indonesia. Main responsibilities: lecturing and research.
January 2000 – April 2003
Administration Staff, PT. Kemang Food Industries,
Surabaya - Indonesia, a manufacturing firm produce foods.
Responsible for planning, and monitoring the selling
development and inventory administration.
Experience of Research :
Model Development of Tourism at Madura after
Suramadu Bridge Building with dynamic System modeling
(Pemodelan Pengembangan Pariwisata di Pesisir Pantai
Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dengan
Pendekatan Sistem Dinamik) University of Trunojoyo
Research Award 2009
Spatial Planning and environmental impact analysis on
industrial at Bangkalan Regency after Suramadu bridge
Building Base on the region’s potency (perencanaan
tata ruang dan analisa dampak lingkungan pada industri
di kabupaten bangkalan Pasca pembangunan jembatan
suramadu Berdasarkan potensi daerah) Strategic National
Research Award 2009/Penelitian startegis Nasional 2009
Experience of Academic Activities
:
Paper Contributor for National Seminar on Information
Technology, Industrial Engineering Department of Setia
Budi University, Yogyakarta, 30 August, 2004
Paper Editor for National Seminar on Industrial
Technology, Industrial Engineering Department of
Pembangunan Nasional “Veteran” University, Surabaya, 5
July, 2007
Coordinator in Acreditation Tim, Industrial Engineering
Department of Trunojoyo University, Madura, August -
April 2009
Workshop of Computer skill and information management, VEDC Malang