apakah customer royalty program adalah keharusan bagi perusahaan
DESCRIPTION
Penjelasan tentang apakah CRP adalah keharusan atau tidak.TRANSCRIPT
Apakah Customer Royalty Program Adalah Keharusan Bagi
Perusahaan?
Sudah sejak lama, bahkan lahir hampir bersamaan dengan kelahiran bisnis
modern, tata dan cara membangun hubungan yang baik dengan konsumen melalui
jalan membentuk customer royalty program sudah dijalankan oleh perusahaan-
perusahaan di seluruh dunia. Baik secara langsung, maupun tidak langsung, ataupun
bisa juga dikatakan; disengaja maupun tidak disengaja. Peran customer royalty
program memang banyak dikatakan berperan penting sebagai salah satu cara
membangun hubungan yang baik dan dinamis saling menguntungkan antara
perusahaan dan konsumennya. customer royalty program telah berkembang begitu
pesat jenis dan variannya. Hal ini tidak dapat dipungkiri terpicu oleh kehadiran era
globalisasi dan perkembangan IT. Di masa ini, bentuk-bentuk customer royalty
program sangatlah beragam, mulai dari jenis dan bentuk customer royalty program
yang tradisional hingga modern. Customer royalty program tradisional contohnya
adalah pemberian kupon belanja, diskon khusus produk tertentu atau hari tertentu,
kartu member dengan tawaran eksklusif, pemberian hadiah atau diskon pada hari
ulang tahun dan lain-lain. Sedangkan jenis-jenis Customer royalty program modern
saat ini juga semakin luas dan unik seperti: referral system dengan basis IT seperti
perusahaan GO-JEK, diskon yang didapat dari berlangganan newsletter website sang
perusahaan, hingga bonus yang didapat dari memberikan review positif tentang
sebuah produk di media sosial dan lain-lain.
Dengan erat dan panjangnya sejarah hubungan perusahaan dengan
konsumennya melalui jalan customer royalty program, pertanyaan paling mendasar
dan mungkin sering juga ditanyakan adalah; Apakah customer royalty program
adalah sesuatu yang harus dimiliki setiap perusahaan? Pertanyaan yang mungkin
sederhana namun tidaklah begitu mudah untuk dijawab. Salah satu cara untuk
menelusuri hal ini adalah dengan mengambil contoh perusahaan yang tidak memiliki
customer royalty program kemudian mengamatinya. Mungkin, dengan menyebut
sebuah perusahaan tidak memiliki customer royalty program sama sekali adalah hal
yang dapat diperdebatkan, karena teori dan pandangan tentang customer royalty
program itu sendiri sangatlah luas. Seperti misalnya, sebuah perusahaan tidak
memiliki customer royalty program secara resmi namun sebagian berpendapat bahwa
cara-cara perusahaan itu dijalankan mengandung proses customer royalty program,
baik disengaja maupun tidak. Disini, penulis akan mengambil contoh sebuah
perusahaan, yang setidaknya secara resmi tidak memiliki customer royalty program,
yaitu Apple.
Dari sumber dan data-data yang didapat oleh penulis, Apple tidak memiliki
customer royalty program resmi atau official yang diumumkan ke publik. Dan
menariknya, tidak ada juga cara-cara Apple dalam mengelola bisnisnya yang
memperlihatkan secaraterang-terangan bahwa Apple menjalankan customer royalty
program seperti contoh-contoh yang telah disebut diatas, ataupun yang lazimnya
dijalankan oleh pesaingnya dan perusahaan-perusahaan pada umumnya. Hal ini
tidaklah membuat Apple kehilangan konsumennya dan kemudian bisnisnya berjalan
mundur, tetapi yang cukup mengejutkan adalah, bahwa Apple dinobatkan sebagai
brand paling bernilai di dunia, disebut sebagai The World’s Most Valuable Brand
versi majalah populer Forbes. Secara spektakuler, dengan kisaran nilai $145,3 milyar
dollar AS, Apple bahkan mengungguli dua kali lipat kisaran nilai sang peringkat
kedua Microsoft. Dengan fakta-fakta yang telah disebut diatas, apakah Apple bisa
dikatakan telah memutarbalikkan pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan yang
ingin sukses harus memiliki customer royalty program yang sahih?
Seorang kontributor majalah Forbes yang bernama Lois Geller pun hingga
menulis sebuah artikel di situs Forbes yang berjudul, “Why Doesn’t Apple Have A
Real Loyalty Program?”. Dari perspektif penulis sendiri, hal ini mungkin bisa
ditelusuri dari salah satu slogan Apple yang terkenal, yaitu ‘Think Different’. Ya,
berpikir berbeda. Tidak hanya berpikir berbeda dalam pengembangan produk, strategi
marketing dan lain-lain, namun Apple juga berusaha untuk mengaplikasikan slogan
tersebut sampai menyangkut hal berkaitan customer royalty program. Seperti sudah
diketahui bahwa customer royalty program adalah hal sangat lumrah dimiliki oleh
mayoritas perusahaan saat ini. Dan Apple berusaha menjadi beda dengan tidak
memilikinya. Tidak dengan pertimbangan sama sekali, namun Apple mungkin
berusaha memanfaatkan sisi psikologis dari konsumennya dan juga konsumen secara
umum dewasa ini, yang banyak orang berpikir bahwa “To be different is cool” atau
kebanggan atas ‘anti main-stream’. Yang akan bangga memiliki atau menggunakan
produk dari perusahaan yang tidak hanya produknya yang berbeda namun cara
perusahaan itu menjalankan bisnisnya berbeda dari produk perusahaan yang lain. Hal
lain yang mungkin bisa menjawab hal ini adalah, Apple hanya berfokus untuk untuk
menciptakan nilai-nilai bagi pelanggannya, khususnya melalui produk-produknya,
yang akan meredupkan kebutuhan mendesak akan adanya customer royalty program
yang nyata, jika konsumen telah mendapatkan nilai dan kepuasan dari produk dan
servisnya. Atau mungkin juga apa seperti yang dikatakan oleh Lois Geller di artikel
tersebut, “Apple doesn’t need a loyalty program… Maybe loyalty just doesn’t
matter”.
Penulis,
Yodito Nugrahacky
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
10/296832/EK/17843
Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pemasaran
Sumber
www.apple.com
www.forbes.com/sites/loisgeller/2014/03/10/why-doesnt-apple-have-a-real-loyalty-
program