apakah malaysia negara demokratis atau otoriter
DESCRIPTION
sesungguhnya apa yang kita tanamkan dalam diri masyarakat indonesia, bukan hanya merupakan ideologi ideologi belaka namun lebih pada pedoman hidup dalam bernegara dan berbangsa.TRANSCRIPT
Apakah Malaysia Negara Demokratis atau Otoriter?
Malaysia adalah negara yang lebih condong kearah otoriter dari sudut pandang sejarah
begitu juga jika dilihat dari sudut pandang model demokrasi yang dianut Malaysia yaitu model
demokrasi presidensial atau parlementer model westminster. Dalam model demokrasi
presidensial presiden memiliki kedudukan kuat dalam pembuatan keputusan dan politik.
Keputusan politik presiden seringkali disejajarkan dengan parlemen bahkan lebih kuat dari
parlemen. Sebaliknya dalam demokrasi parlementer, parlemenlah merupakan satu-satunya
lembaga perwakilan tertinggi untuk pengambilan keputusan. Posisi Malaysia yang memiliki
negara yang dipertuan agung dipilih melalui sebuah lembaga bernama conference of ruler.
Sedangkam di dalam parlemen menganut system bikameral meliputi dewan rakyat (DR) dipilih
melalui luber serta (DN) dewan negara yang dipilih oleh DR yang sebagiannya dipilih oleh
Yang Dipertuan Agung melalui nasihat PM sendiri.
Kepala negara memiliki wewenang untuk mengangkat Perdana Menteri sedangkan PM
inilah di Malaysia sebagai kepala negara dan figur yang paling dominan dalam pemerintahan
negara Malaysia. Sesuai dengan budaya politik Malaysia dan pengalaman masyarakat yang telah
tercipta oleh para pendahulu mereka sehingga mempengaruhi dinamika perkembangan politik
Malaysia diera kekinian, tokoh berpengaruh yaitu Mahathir. Pencetus pergerakan politik
hegemoni, golongan, politik pembangunan dan seterusnya yang dilakukan oleh gabungan partai-
partai etnik utama dalam partai pemerintah yang selama ini mengekalkan kekuasaan. Sesuai
dengan budaya politik dan pengalaman Malaysia maka demokrasi parlementer dilihat sebagai
upaya menciptakan unsur kesinambungan dan stabilitas politik. Akan tetapi masalahnya adalah
pembatasan kekuasaan atas dominasi PM tidak beriringan dengan political control sehingga
lembaga politik, partai dan masyarakat sipil lemah tidak dapat berbuat banyak. Bargaining
position dalam situasi inilah yang menyebabkan dilemma dan sulit untuk dikontrol jatuhnya
menyeruapai bentuk kediktatoran.
Beberapa tindakan yang dilakukan Tun Dr. Mahathir yang kemudian dianggap anti
demokrasi dan authoritarian seperti kasus operasi lalang 1987, pemecatan datuk seri Anwar
Ibrahim 1998, penahanan aktifis-aktifis reformasi 1998-1999, pengawalan penerbitan Harakah
2000 mengidentifikasikan ciri-ciri Mahathirism yang mengawal system politik Malaysia sebagai
alat dan pengejawentahan negara. Pandangan umum terhadap aplikasi inilah yang kemudian di
jadikan sebagai kajian beberapa para sarjana Malaysia. Zakaria Ahmad misalnya menjelaskan
bahwa elemen-elemen kontrok dalam demokrasi pemufakatan di Malaysia bersifat separuh
karena walaupun wujud dari demokrasi tercermin melalui mekanisme pemilihan umum, adanya
partai oposisi, serta parlemen dan sebagainya, ketidakbebasan dan pengawalan dalam system-
sistem itu hanya sebagai pengekalan kekuasaan atas keamanan terhadap pendukung
pemerintahan saja. Adapun dalam suatu negara demokrasi yang mengakui kedaulatan hukum,
komitmen untuk menjaga ham seluruh warga negaranya jelas telah melanggar prinsip dasar
demokrasi dengan cara mengatasnamakan komitmen keamanan negara dan kestabilan politik
seperti kasus yang telah disebutkan diatas.
Kediktatoran ini terlihat jelas dari klaim kekuasaan terhadap partai oposisi dihambat dan
dicegal operasinya dan pendukungnya diadili, kelompok-kelompok yang mendominasi kekuatan
militer, kelompok-kelompok yang berdasarkan keturunan yang mencakup keluarga yang telah
lama mendapatkan privilege atau keistimewaan. Dampak globalisasi bisa saja menjadi
tranformasi system pemerintahan Malaysia akan direduksi oleh agen-agen ekonomi khususnya
MNC. Karena pada dasarnya Demokrasi sejatinya mengakui kedaulatan hukum mempunyai
komitme untuk menjamin hak azasi manusia, bahkan pada level krisis ekonomi memberikan
jaminan juga ketika mereka berada dalam ancaman. Pengakuan terhadap ham dalam bidang
social dan ekonomi mengkehendaki agar negara bertanggung jawab atas ekonomi secara
keseluruhan.
Ahmad Yani Arifin (211000235)