aplikasi biji karet (havea brasiliensis) sebagai bahan ... · bahan anestesi pada simulasi...
TRANSCRIPT
APLIKASI BIJI KARET (Havea brasiliensis) SEBAGAI BAHAN
ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI KERING
IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
RIO SENA EKA NURSHIDIQ
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Biji Karet
(Havea brasiliensis) sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Kering
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2015
Rio Sena Eka Nurshidiq
NIM C34110017
ABSTRAK
RIO SENA EKA NURSHIDIQ. Aplikasi Biji Karet (Havea brasiliensis) sebagai
Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum). Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan PIPIH
SUPTIJAH.
Bahan anestesi alami untuk ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum)
pada penelitian ini menggunakan ekstrak kasar biji karet (Havea brasiliensis).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan konsentrasi terbaik ekstrak kasar biji karet,
informasi tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar dengan pemberian bahan
anestesi tersebut dan perlakuan suhu serta tingkat kelulusan hidup ikan bawal air
tawar dalam simulasi transportasi kering. Konsentrasi terbaik adalah 27,5% dengan
waktu pingsan 2,59 menit dan waktu bugar 4,55 menit. Rentang waktu pingsan
yaitu 1, 2, dan 3 jam dengan suhu 17 oC. Waktu ke 1 dan 2 jam menghasilkan tingkat
kelangsungan hidup 88,89%. Waktu ke 3 jam menghasilkan tingkat kelangsungan
hidup 55,55%. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi dalam simulasi transportasi
kering adalah pada waktu 30 menit yaitu sebesar 93,33%.
Kata kunci: Anestesi, biji karet, ikan bawal air tawar, transportasi kering
ABSTRACT
RIO SENA EKA NURSHIDIQ. Application Seed of Rubber Tree’s (Havea
brasiliensis) as Anaesthetic in Dried Transport Simulation for Tambaqui
(Colossoma macropomum). Supervised by RUDDY SUWANDI and PIPIH
SUPTIJAH.
This research use seed of rubber tree (Havea brasiliensis) as natural
anaesthetic material for tambaqui (Colossoma macropomum). The main objective
of this research is to obtain the best concentration the seed crude extract as the
anaesthetic substance, the survival rate of tambaqui of the being treated with
temperature and transport simulation. The best concentration of the crude extract
was 27.5% and it was 2.59 minutes for fainting time and 4.55 for recovery time.
The fainting span times was 1, 2, and 3 hours with temperature 17 oC. The survival
rate of the fainted fish during 1 and 2 hours was 88.89%, and during 180 minutes
was 55.55%. The highest survival rate in dry transport simulation was only 93.33%
for 30 minutes.
Keywords: Anesthesia, Colossoma macropomum, dry transportation, Havea
brasiliensis
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
APLIKASI BIJI KARET (Havea brasiliensis) SEBAGAI BAHAN
ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI KERING
IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
RIO SENA EKA NURSHIDIQ
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Aplikasi Biji Karet (Havea brasiliensis) sebagai Bahan Anestesi pada
Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum).
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1 Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil dan Dr Dra Pipih Suptijah, MBA selaku dosen
pembimbing atas segala arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada
penulis.
2 Dr Eng Uju, SPi MSi selaku dosen penguji, atas segala saran dan arahan yang
diberikan kepada penulis.
3 Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan.
4 Seluruh dosen dan staf Departemen Teknologi Hasil Perairan, terimakasih atas
bimbingan, arahan, kerja sama, dan ilmu yang diberikan.
5 Keluarga Bapak Hidayat yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan
penelitian kepada penulis.
6 Ibu dan Bapak (Yeyet Yuliawati, SPd MPd dan Sodikin, SPdI), adik-adik serta
keluarga besar tercinta atas semangat, do’a dan motivasi yang luar biasa kepada
penulis.
7 Nisa Habibah Kuswandi atas segala dukungan, motivasi, semangat, dan do’a
yang tulus kepada penulis.
8 Keluarga besar THP 48 atas motivasi, semangat, dan kebersamaannya.
9 Rekan-rekan 5 KM (Arini Sabila Mardhatika, Ayu Astriandari, Konita Rahman,
Susi Mary Marini) atas kebersamaan dan dukungannya kepada penulis.
10 Keluarga besar Pendofo 55 (Anwar, Tito Gustien AS, Tomi As’ad Ginanjar,
Imam Busyra Abdillah, Parid Ridwan Nugraha, Iman Darmawan) atas
kebersamaan dan dukungannya kepada penulis.
11 Keluarga besar Wisma Baitussalam yang selalu memberikan dukungan,
semangat, motivasi, serta do’a kepada penulis.
Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis, semoga skripsi
ini dapat memberikan banyak manfaat.
Bogor, November 2015
Rio Sena Eka Nurshidiq
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 2
METODE PENELITIAN ................................................................................... 3
Waktu dan Tempat ......................................................................................... 3
Bahan ............................................................................................................. 3
Alat ................................................................................................................. 3
Prosedur Penelitian ........................................................................................ 3
Prosedur Analisis ........................................................................................... 6
Rancangan Percobaan .................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 9
Karakteristik Perairan Budidaya Ikan Bawal Air Tawar ............................... 9
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kasar Biji Karet terhadap Waktu Pingsan .... 10
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kasar Biji Karet terhadap Waktu Bugar ....... 11
Perlakuan Suhu terhadap Survival Rate dalam Selang Waktu ...................... 12
Glukosa Darah Ikan Bawal Air Tawar .......................................................... 14
Simulasi Transportasi Kering ........................................................................ 14
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 16
Kesimpulan .................................................................................................... 16
Saran .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16
LAMPIRAN ....................................................................................................... 19
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 23
0
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik air ............................................................................................. 9
2 Mekanisme ikan selama proses pemingsanan ............................................... 11
3 Kadar glukosa darah ikan bawal air tawar pada waktu pemingsanan ........... 14
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penelitian ................................................................... 4
2 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu pingsan .................. 10
3 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu bugar ...................... 12
4 Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar dengan
suhu 15 ºC dan 17 ºC .................................................................................... 13
5 Pengaruh waktu penyimpanan terhadap survival rate ikan bawal air tawar . 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel analisis ragam (ANOVA) data penelitian ............................................ 21
2 Tabel uji lanjut Tukey data penelitian ........................................................... 21
3 Dokumentasi penelitian ................................................................................. 22
4 Riwayat Hidup ............................................................................................... 23
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan menjadi komoditas pangan yang sangat penting. Kandungan gizi ikan
yang tinggi menjadi penunjang ketahanan pangan. Perhatian konsumsi ikan
semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi
bagi tubuh. Hal tersebut terbukti dari tingkat konsumsi ikan nasional yang selalu
mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2012 sebesar 33,89 kg/kapita dan
tahun 2013 sebesar 35,21 kg/kapita. Peningkatan konsumsi ikan nasional
berdampak pula pada peningkatan produksi perikanan Indonesia pada tahun 2013
sebesar 25,23% dibandingkan tahun 2012 atau mencapai 19,5 juta ton dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar 15,5 juta ton (KKP 2014).
Salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah dibudidayakan secara
intensif adalah ikan bawal (Colossoma macropomum). Data produksi ikan bawal
air tawar nasional pada tahun 2011 mencapai 1,2 juta ton. Habitat ikan bawal air
tawar adalah Brazil, ikan ini memiliki keunggulan yaitu daging yang gurih serta
tidak banyak duri. Pemasaran ikan ini mencakup pasar dalam negeri maupun untuk
ekspor. Kendala yang dihadapi dalam pemasaran ikan hidup adalah transportasi
serta jarak tempuh yang lama, sehingga diperlukan waktu yang lama untuk dapat
mempertahankan ikan dalam keadaan hidup sampai di tempat tujuan. Pasar lokal
yang mendominasi permintaan ikan bawal air tawar antara lain Tangerang, Bogor,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Contohnya produksi ikan bawal air tawar dari
Waduk Cirata (Cianjur) dan Jatiluhur (Purwakarta) didistribusikan ke TPI Muara
Baru dan Muara Angke (KKP 2011).
Cara yang dilakukan untuk menghadapi kendala transportasi ikan hidup
adalah teknik anestesi. Anestesi bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup
ikan sampai ke tempat tujuan sehingga jarak tempuh transportasi dapat lebih jauh
dan meningkatkan kapasitas angkut (Sukarsa 2005). Bahan anestesi terdiri dari dua
jenis, yaitu bahan kimia dan alami. Bahan kimia sebagai bahan anestesi seperti
MS-222 (tricaine methane sulphonate) dan acepromazine (Tampubolon 2012).
Bahan anestesi alami yang telah digunakan pada ikan bawal air tawar contohnya
ekstrak hati pisang (Musa spp) memiliki hasil terbaik pada konsentrasi 10% dengan
waktu penyimpanan 90 menit dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar
86,67% (Abdullah 2012), serta bahan anestesi ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus)
memiliki hasil terbaik pada konsentrasi 3% dengan waktu penyimpanan 120 menit
dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 100% (Hanum 2014). Bahan
alami lain yang dapat digunakan dalam anestesi ikan nila (Oreochromis niloticus)
dengan ekstrak biji karet (Havea brasiliensis) menghasilkan konsentrasi terbaik
10% dengan waktu penyimpanan 7 jam dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi
sebesar 76,6% (Ongge 2001)
Penggunaan ekstrak biji karet dalam proses anestesi pada transportasi kering
ikan bawal air tawar dilakukan untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan. Luas
perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,4 juta Ha dengan total
produksi mencapai 2,5 juta ton/tahun (BPS 2013). Pemanfaatan biji karet antara
lain cangkang biji dapat dijadikan sebagai arang aktif atau bahan pencampur obat
nyamuk bakar selain itu daging biji dimanfaatkan sebagai minyak pada pabrik cat,
2
pembuatan sabun, pelunak karet, minyak pengering, dan alkaloid resin. Ampas dari
ekstraksi minyak berguna untuk pakan ternak atau pupuk (Handayani et al. 2015).
Penelitian ini memanfaatkan biji karet untuk anestesi ikan bawal air tawar, selain
memberikan informasi mengenai biji karet sekaligus menambah pengetahuan
pemanfaatan biji karet dalam bidang perikanan khususnya pada teknologi
penanganan transportasi ikan bawal air tawar. Pemanfaatan biji karet sebagai bahan
anestesi ikan nila telah dilakukan oleh Ongge (2001) menghasilkan konsentrasi
terbaik yang rendah sehingga ikan nila dapat disimpulkan memiliki daya tahan
tubuh yang rendah, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan biji karet sebagai
bahan anestesi ikan bawal air tawar untuk mengetahui pengaruh konsentrasi biji
karet terhadap daya tahan ikan bawal air tawar.
Perumusan Masalah
Peningkatan konsumsi ikan di masyarakat perlu diiringi dengan peningkatan
mutu dan kualitas komoditas perikanan, terutama untuk jenis-jenis ikan yang
bernilai ekonomis tinggi. Hal yang mendasari perlunya teknologi transportasi yang
dapat mempertahankan mutu dan kualitas komoditas ikan bawal air tawar sampai
ke konsumen. Pemberian ekstrak kasar biji karet sebagai bahan anestesi diharapkan
mampu memberikan solusi terhadap masalah transportasi biota perikanan, sehingga
dihasilkan ikan bawal air tawar yang berkualitas baik.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kemampuan biji karet (Havea
brasiliensis) yang diaplikasikan dalam proses pemingsanan ikan bawal air tawar
pada transportasi kering.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aplikasi
ekstrak kasar biji karet sebagai bahan anestesi pada ikan bawal air tawar, tingkat
kelangsungan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar dalam simulasi transportasi
kering, suhu optimum ikan bawal air tawar dalam transportasi kering, kualitas air
yang baik untuk ikan bawal air tawar, pengaruh pemingsanan dengan bahan
anestesi ekstrak kasar biji karet pada kadar glukosa darah ikan bawal air tawar,
waktu penyimpanan terbaik bagi ikan bawal air tawar dalam transportasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian diawali preparasi dan ekstraksi biji karet, penerapan
ekstrak kasar biji karet terhadap ikan bawal air tawar pada proses anestesi, analisis
glukosa darah sebelum dan setelah proses anestesi, analisis kualitas air, aplikasi
simulasi transportasi kering, analisis data, serta penulisan laporan.
3
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Februari hingga Juni 2015. Preparasi biji
karet dan simulasi transportasi dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan
Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses anestesi dan analisis glukosa darah pada
ikan bawal air tawar dilakukan di kolam budidaya daerah Cikupa, RT 03 RW 01,
Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Analisis kualitas air
dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan bawal air tawar dengan
bobot 142-198 g/ekor yang berasal dari kolam budidaya daerah Cikupa, RT 03
RW 01, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Biji karet
berasal dari Desa Cikabayan, Kecamatan Dramaga, es batu, sekam padi, akuades,
indikator phenolphthalein (PP), dan NaOH 0,0227 N.
Alat
Alat yang digunakan antara lain pipet volumetri, gelas ukur, akuarium,
aerator, DO meter lutro mode DO-5510, pH meter Orion model 410A, glucoDR
AGM-2100, GlucoDR strip code 8, alat suntik, spektrofotometer model SP-300,
timer, blender, wadah plastik, botol sampel, alumunium foil, sudip, alat simulasi
transportasi, timbangan, Styrofoam berukuran 33x25x21 cm3, termometer, dan kain
saring belacu.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan persiapan sampel biji karet dan sampel
ikan bawal air tawar. Pengambilan sampel biji karet di Desa Cikabayan, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor dan ikan bawal di kolam budidaya daerah Cikupa,
RT 03 RW 01, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Sampel
biji karet dipisahkan cagkangnya agar didapatkan daging biji karet, pemisahan
cangkang dilakukan dengan cara menumbuk cangkang biji karet.Tahap penelitian
ini antara lain ekstraksi biji karet, pemuasaan dan aklimatisasi, pemingsanan ikan
bawal, penentuan survival rate berdasarkan suhu, analisis glukosa darah, analisis
kualitas air, dan simulasi tranportasi. Diagram alir prosedur penelitian disajikan
pada Gambar 1.
4
Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Ekstraksi biji karet dengan
akuades
Ekstrak kasar biji karet
Pemingsanan dengan konsentrasi
22,5% ; 25% ; dan 27,5% (b/v)
Konsentrasi terbaik
Pemuasaan 24 jam dan
aklimatisasi 10 menit
Ikan bawal air tawar
142 – 198 g/ekor
Biji karet
Pemingsanan dengan
konsentrasi terbaik
Pengujian survival rate pada air
T = 15 oC dan 17 oC dengan
waktu 60, 120 dan 180 menit
Suhu terbaik
Pemingsanan dengan konsentrasi
terbaik dan penyimpanan dalam
waktu 60, 120, dan 180 menit
dengan suhu terbaik
Analisis karakteristik air
Sampel air budidaya
ikan bawal air tawar
1 Analisis glukosa darah
2 Simulasi transportasi
3 Analisis data
Preparasi (pemisahan daging
dan cangkang)
5
Preparasi dan ekstraksi sampel biji karet (modifikasi Ongge 2001)
Preparasi dilakukan dengan memisahkan daging dari cangkangnya dengan
cara memecahkan cangkang biji karet. Biji karet yang digunakan adalah biji karet
yang telah matang yang ditandai dengan cangkang yang berwarna coklat tua
(Lampiran 3b). Ekstraksi biji karet diawali dengan penghancuran daging biji karet
dengan blender dan ditambahkan pelarut akuades (Lampiran 3c). Hasil
penghancuran biji karet tersebut kemudian disaring menggunakan kain belacu
(Lampiran 3d). Filtrat yang dihasilkan dari proses ekstraksi digunakan sebagai
bahan anestesi. Konsentrasi yang digunakan adalah 22,5% ; 25% ; dan 27,5% (b/v)
dengan bobot sampel biji karet berturut-turut 900 g, 1000 g dan 1100 g serta
masing-masing ditambahkan pelarut akuades bervolume 4 L.
Pemuasaan dan aklimatisasi (Abdullah 2012)
Selama 24 jam sebelum proses pemingsanan ikan bawal (Lampiran 3a)
dipuasakan terlebih dahulu, yaitu dengan perlakuan tidak diberi asupan makanan.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi sebanyak mungkin kotoran yang ada dalam
perut, serta mengurangi aktivitas metabolisme ikan selama transportasi, sehingga
pada saat proses pemingsanan ikan bawal air tawar berada dalam kondisi yang
sama. Proses aklimatisasi atau adaptasi ikan dalam lingkungan perairan baru
sebelum proses pemingsanan dilakukan selama 10 menit dalam akuarium. Air yang
digunakan dalam pemuasaan dan aklimatisasi bersuhu ruang.
Pemingsanan ikan bawal air tawar (modifikasi Abdullah 2012)
Ikan bawal air tawar terlebih dahulu dipingsankan dengan tiga konsentrasi
ekstrak kasar biji karet, yaitu 22,5% ; 25% ; dan 27,5% (b/v). Ikan bawal air tawar
sebanyak 3 ekor dipingsankan dalam wadah dengan 4 L ekstrak biji karet. Tahap
ini dilakukan pengamatan waktu pingsan dan waktu bugar (recovery time). Tahap
pemingsanan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada masing-masing
konsentrasi, pada setiap ulangan untuk masing-masing konsentrasi digunakan
3 ekor ikan bawal air tawar, sehingga total ikan bawal air tawar yang digunakan
pada tahap ini adalah 27 ekor.
Penentuan suhu terbaik berdasarkan survival rate (modifikasi Sukmiwati dan
Sari 2007)
Tahap penentuan suhu terbaik diawali dengan pemingsanan terhadap 9 ekor
ikan bawal air tawar dengan konsentrasi terbaik dengan penambahan 10 L ekstrak
biji karet dengan konsentrasi 27,5%. ikan yang telah pingsan dipindahkan kedalam
dua wadah dengan masing-masing berisi 12 L air pada suhu 15 oC dan 17 oC
(Lampiran 3e). Setelah itu ikan disadarkan dengan air mengalir dan aerator,
perbedaan perlakuan kedua suhu tersebut masing-masing dilakukan pengamatan
tingkat kelangsungan hidup (survival rate) pada setiap 1, 2, dan 3 jam untuk
masing-masing 3 ekor ikan pada setiap waktu tersebut. Selama penyimpanan pada
waktu 1, 2, dan 3 jam suhu tetap diamati dan dijaga pada 15 oC dan 17 oC. Jika
mengalami penurunan suhu air maka dilakukan penambahan es pada air tersebut.
Suhu optimum ikan bawal air tawar dihasilkan dari nilai survival rate tertinggi.
Tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada masing-masing suhu, sehingga
total ikan bawal air tawar yang digunakan pada tahap ini adalah 54 ekor.
6
Simulasi transportasi (modifikasi Sukarsa 2005)
Analisis ini diawali dengan pemingsanan 20 ekor ikan bawal air tawar dengan
konsentrasi terbaik, setelah ikan pingsan kemudian dikemas dalam media sekam
padi bersuhu optimum untuk ikan bawal air tawar, nilai suhu yang digunakan
didapatkan dari analisis penentuan suhu optimum yang telah dilakukan
sebelumnya. Pengemasan dilakukan menggunakan 3 kemasan kotak styrofoam
berukuran 33x25x21 cm3. Dasar kotak styrofoam diberi hancuran es kemudian
ditaburkan sekam padi lembab bersuhu 17 oC. Di atas lapisan sekam padi
dimasukkan secara berderet 5 ekor ikan bawal air tawar yang telah dibungkus kain
belacu. Di atas ikan tersebut ditaburkan kembali media sekam padi lembab dingin,
kemudian kotak styrofoam ditutup rapat. Setelah itu ikan diberi perlakuan simulasi
transportasi dan ditransportasikan selama 0, 30, 60, dan 90 menit (Lampiran 3f).
Proses ini dilakukan menggunakan simulator yang dapat menghasilkan getaran.
Setelah diberi perlakuan simulasi transportasi selama 0, 30, 60, dan 90 menit
kemasan dibongkar, ikan bawal air tawar diangkat serta media sekam padi yang
menempel pada ikan dibersihkan dengan air bersih. Ikan bawal air tawar
dibugarkan di dalam air bersih bersuhu ruang dengan penambahan aerator. Tahap
ini dilakukan dengan 3 kali ulangan pada masing-masing waktu, sehingga total ikan
yang digunakan berjumlah 60 ekor. Jumlah ikan yang masih hidup dan mati dicatat
untuk dianalisis nilai survival rate. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan
survival rate ikan bawal air tawar adalah sebagai berikut:
SR (%) = Ut
Uo x 100%
Keterangan:
SR = Tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar (%)
Ut = Jumlah ikan bawal air tawar hidup setelah simulasi transportasi
Uo = Jumlah ikan bawal air tawar hidup yang dikemas
Prosedur Analisis
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain analisis glukosa
darah pada proses sebelum dan setelah pemingsanan, analisis kualitas air dengan
parameter suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan Total amonia
Nitrogen (TAN) pada proses sebelum dan setelah pemingsanan, simulasi
transportasi serta perhitungan tingkat kelangsungan hidup (survival rate), dan
analisis data.
Analisis glukosa darah (modifikasi Roohi dan Imanpoor 2015)
Tahap analisis glukosa darah diawali dengan memisahkan 9 ekor ikan bawal
air tawar. Sebelum dipingsankan ikan tersebut diambil darahnya dari pangkal ekor
dengan menggunakan jarum suntik berukuran 1 mL (Lampiran 3g). Darah yang
terambil dalam jarum suntik kemudian diteteskan pada strip code 8 pendeteksi
glukosa darah yang terpasang pada alat GlucoDR, nilai yang diperoleh kemudian
dicatat sebagai nilai glukosa darah sebelum proses pemingsanan. Setalah
didapatkan nilai glukosa darah sebelum pemingsanan selanjutnya ikan
dipingsankan selama 1, 2, dan 3 jam dengan masing-masing 3 ekor ikan pada waktu
7
tersebut. Setelah mencapai waktu yang telah ditentukan kemudian ikan dibugarkan
dan dianalisis glukosa darah setelah proses pemingsanan, nilai yang diperoleh
kemudian dicatat sebagai nilai glukosa darah setelah proses pemingsanan. Tahap
analisis glukosa darah dilakukan dengan 3 kali ulangan, setiap ulangan
menggunakan 9 ekor ikan, sehingga total ikan yang digunakan pada tahap ini
berjumlah 27 ekor.
Analisis karakteristik air (Boyd 1982)
Karakteristik air dapat mempengaruhi fisiologis ikan salah satunya tingkat
stres ikan, karakteristik air yang buruk dapat menyebabkan ikan stres karena
sulitnya ikan untuk beradaptasi (Toni et al. 2013). Analisis karakteristik air pada
penelitian ini menggunakan air budidaya ikan bawal (Lampiran 3h). Analisis
karakteristik air dilakukan dengan 3 kali ulangan. Metode analisis karakteristik air
(Boyd 1982) menggunakan parameter suhu, oksigen terlarut (DO), derajat
keasaman (pH) dan Total Amonia Nitrogen (TAN).
Suhu
Suhu perairan yang optimal untuk budidaya berbeda-beda, hal ini bergantung
pada jenis ikan dalam budidaya tersebut (Khairuman dan Amri 2009). Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer berskala 80 ºC. Sampel air
sebelum dan setelah pemingsanan dipindahkan dalam wadah, kemudian
termometer dicelupkan ke dalam wadah tersebut.
Oksigen terlarut (DO)
Dissolved oxygen (DO) merupakan salah satu parameter yang paling kritis
dalam kualitas air. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan. Alat yang digunakan untuk mengukur DO adalah DO-meter.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam pengukuran DO antara lain kalibrasi
alat, sebanyak 50 mL sampel dimasukkan dalam erlenmeyer, homogenisasi sampel
dengan serta pengukuran oksigen terlarut.
Derajat keasaman (pH)
Perairan budidaya sangat perlu memperhatikan nilai pH atau derajat
keasaman (dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen), nilai pH menunjukkan
perairan tertentu bersifat asam atau basa. Nilai pH dapat menjadikan acuan suatu
perairan dapat dijadikan sebagai tempat budidaya (Kordi 2010). Pengukuran pH
diukur menggunakan pH-meter. Sebanyak 50 mL larutan sampel dihomogenkan,
pegukuran dilakukan dengan pH-meter.
Total Amonia Nirogen (TAN)
Metode pengukuran TAN antara lain pengambilan sampel air sebayak 25 mL
untuk dipindahkan dalam gelas piala 100 mL. Sebanyak 25 mL NH4Cl diambil dari
larutan amonia. Blanko dibuat dengan menggunakan 25 mL akuades. Satu tetes
MnSO4, 0,5 mL chlorox, dan 0,6 mL phenate yang ditambahkan ke dalam larutan
standar, air uji, dan blanko sampai warna biru kehijauan kemudian dibiarkan sampai
15 menit. Spektrofotometer SP-300 digunakan dengan panjang gelombang 630 nm. Konsentrasi TAN dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
8
TAN (mg/L) = Abs. sampel - Abs. blanko
Abs standar - Abs blanko x C x D
Keterangan:
Abs. sampel = Nilai absorbansi larutan sampel
Abs. standar = Nilai absorbansi larutan standar
Abs. blanko = Nilai absorbansi blanko
C = Konsentrasi larutan standar (1 mg/L)
D = Nilai destilasi (0,1)
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan terdiri dari faktor utama yaitu tingkat konsentrasi
ekstrak kasar biji karet sebanyak 3 taraf (22,5%; 25%; 27,5%). Setiap perlakuan
diulang sebanyak tiga kali dengan setiap unit percobaan terdiri atas tiga ekor ikan
bawal air tawar. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak kasar biji karet
terhadap waktu pingsan dan waktu bugar ikan bawal air tawar diuji dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Analisis data (Steel dan Torrie 1993)
Data penelitian dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pada software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 22. RAL
merupakan salah satu model rancangan dalam percobaan yang dapat digunakan bila
unit percobaan homogen. Rancangan ini disebut rancangan acak lengkap karena
pengacakan perlakuan dilakukan pada seluruh unit percobaan. Model Rancangan
Acak Lengkap (RAL) adalah sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan konsentrasi ekstrak biji karet ke-i dan
ulangan ke-j
μ = Nilai tengah atau rataan umum pengamatan
τi = Pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak biji karet ke-i
εij = Galat pengamatan pada perlakuan konsentrasi ekstrak biji karet ke-i dan
ulangan ke-j
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan analisis
ragam (ANOVA). Apabila hasil analisis data menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey (multiple
comparisons). Analisis ragam ANOVA dilakukan dengan uji F pada selang
kepercayaan 95% (α = 0,05). Hipotesis pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet
sebagai berikut:
H0 = Perbedaan konsentrasi ekstrak biji karet tidak berpengaruh nyata terhadap
waktu pingsan ikan bawal air tawar.
H1 = Perbedaan konsentrasi ekstrak biji karet berpengaruh nyata terhadap waktu
pingsan ikan bawal air tawar.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Perairan Budidaya Ikan Bawal Air Tawar
Karakteristik air merupakan salah satu aspek penting dalam perairan
budidaya ikan. Karakteristik air dapat mempengaruhi sifat fisiologis ikan,
karakteristik air yang buruk dapat menyebabkan ikan stres karena sulitnya ikan
untuk beradaptasi. Lingkungan perairan dan karakteristik air dapat mempengaruhi
stres pada ikan (Toni et al. 2013). Tahap analisis karakteristik perairan budidaya
dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian dengan standar. Hasil pengamatan
karakteristik air disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik air
Parameter Air budidaya
ikan bawal
Standar air budidaya
ikan bawal
Suhu (oC) 25,0 ± 0,00 25,0 - 30,0 a
DO (mg/L) 2,63 ± 0,98 2,40 - 6,00 b
pH 7,66 ± 0,35 5,00 - 7,00 a
TAN (mg/L) 0,11 ± 0,12 ≤ 0,10 c
Sumber: aKhairuman dan Amri (2009) bDjarijah (2001) cGhufran dan Kordi (2010)
Tabel 1 menunjukkan hasil pengamatan karakteristik air dengan 4 parameter
yaitu suhu, DO, pH dan TAN. Mood (2004) menyatakan bahwa parameter
karakteristik air dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu fisik (salinitas, suhu),
kimia (pH, konduktivitas, oksigen terlarut/DO) dan biologi. Masing-masing biota
perairan memiliki nilai optimal karakteristik air.
Parameter suhu air budidaya berada pada kisaran standar. Penelitian
Khairuman dan Amri (2009) menyatakan bahwa standar suhu optimal untuk
perairan budidaya ikan bawal air tawar adalah 25 oC hingga 30 oC. Jika budidaya
ikan dilakukan dibawah suhu 25 oC, maka pertumbuhan ikan terhambat yang
dipengaruhi oleh fluktuasi suhu, suhu siang hari yang tinggi sedangkan malam hari
suhu dingin. Hal ini disebabkan energi ikan digunakan untuk bertahan hidup dengan
faktor fluktuasi suhu (Ghufran dan Kordi 2010). Suhu perairan yang tinggi dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh ikan, karena tidak dapat mentoleransi kondisi
tersebut sehingga dapat menyebabkan stres dan kematian pada ikan
(Leung et al. 2015).
Dissolved oxygen merupakan salah satu parameter yang paling kritis dalam
karakteristik air. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan. Nilai DO air budidaya berada pada kisaran standar. Djarijah
(2001) menyatakan bahwa standar nilai DO optimal untuk perairan budidaya ikan
bawal air tawar adalah ≥ 3. Junianto (2003) menyatakan bahwa stres pada ikan
dapat terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan yang mendadak sehingga
mengakibatkan kebutuhan konsumsi oksigen meningkat.
Nilai pH menunjukkan perairan tertentu bersifat asam atau basa (Kordi 2010).
Nilai pH air budidaya berada pada kisaran standar. Khairuman dan Amri (2009)
menyatakan bahwa nilai pH 5-7 sesuai untuk perairan budidaya ikan bawal air
10
tawar. Nilai pH yang rendah dan cenderung menurun pada perairan budidaya juga
disebabkan oleh tingginya akumulasi CO2 dalam air. Wurts & Durborow (1992)
menyatakan konsentrasi CO2 dapat meningkat akibat hasil respirasi. CO2 yang
dilepaskan organisme akuatik selama respirasi akan berinteraksi dengan air
sehingga membentuk asam karbonat yang bersifat dapat menurunkan pH, reaksi
yang terjadi sebagai berikut:
H2O + CO2 => H2CO3-
Perubahan nilai pH perairan yang meningkat disebabkan oleh keadaan ion hidroksil
yang lebih besar dibandingkan ion hidrogen (Irianto 2005).
Amonia merupakan sisa metabolisme ikan, dalam perairan budidaya 20%
sampai 40% nitrogen terkandung dalam protein pakan ikan. Sisa nitrogen di dalam
kolam di ekskresikan sebagai amonia nitrogen. Sisa metabolisme dilepaskan ke
dalam air sebagai amonia nitrogen oleh organisme pengurai. Total Amonia
Nitrogen terdiri dari dua unsur yaitu NH3 dan NH4 (Zhou et al. 2015). Ghufran dan
Kordi (2010) menyatakan nilai TAN sebesar ≤ 0,10 merupakan standar perairan
budidaya ikan bawal. Hasil analisis menunjukkan nilai TAN air budidaya berada
pada standar. Zhou et al. (2015) menyatakan bahwa peningkatan suhu berbanding
lurus dengan peningkatan nilai TAN yang disebabkan oleh prningkatan amonia
dalam perairan budidaya.
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kasar Biji Karet terhadap Waktu Pingsan
Pengamatan pengaruh konsentrasi ekstrak kasar biji karet terhadap waktu
pingsan ikan bawal air tawar dilakukan untuk melihat waktu pingsan tercepat
diantara masing-masing konsentrasi tersebut. Pencatatan waktu pemingsanan ikan
bawal dilakukan mulai dari kondisi normal sampai kondisi pingsan. Hasil
pengamatan masing-masing konsentrasi ekstrak kasar biji karet terhadap waktu
pingsan ikan bawal air tawar disajikan pada Gambar 2.
Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05)
Gambar 2 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu pingsan
5,32 ± 0,80a
4,08 ± 0,67b
2,59 ± 0,45c
0
1
2
3
4
5
6
22,5 25 27,5
Wa
ktu
Pin
gsa
n (
men
it)
Konsentrasi ekstrak (%)
11
Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kasar biji
karet, maka semakin cepat pula waktu pingsan ikan bawal air tawar. Hasil analisis
keragaman (ANOVA) dan uji Tukey menunjukkan perbedaan konsentrasi ekstrak
kasar biji karet memiliki pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap waktu
pingsan ikan bawal air tawar (Lampiran 1-2). Sukarsa (2005) menyatakan
perbedaan waktu pingsan disebabkan oleh tingginya konsentrasi ekstrak, jika
semakin tinggi konsentrasi ekstrak bahan anestesi yang terserap dalam jangka
waktu tertentu maka akan mengakibatkan fase pingsan semakin cepat tercapai.
Bagheri dan Imanpoor (2011) menambahkan pemingsanan terbaik dan ideal adalah
yang mampu memingsanan ikan dengan waktu tidak lebih dari 3 menit, sehingga
konsentrasi 27,5% dinyatakan sebagai konsentrasi terbaik.
Suwandi et al. (2012) menyatakan penambahan ekstrak daun jambu biji dapat
menurunkan laju metabolisme ikan nila yang ditunjukkan dengan gerak tutup
insang, gerak tubuh, gerak sirip ikan yang semakin lambat. Hidrogen Sianida
(HCN) yang terdapat dalam biji karet dapat menyebabkan ikan kehilangan
kesadaran, HCN yang terikat disebut sebagai linamarin (C10H17O6N). Linamarin
merupakan salah satu alkaloid yang bersifat racun, namun linamarin pada tumbuhan
karet memiliki fungsi sebagai pelindung dari serangga (Lieberei et al. 1986).
Pengaruh komponen linamarin yang terkandung dalam biji karet berdampak
pada kondisi atau tingkah laku ikan yang dapat diamati berdasarakan lamanya
waktu pingsan. Mekanisme ikan selama proses pemingsanan dengan 3 konsentrasi
yang berbeda disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Mekanisme ikan selama proses pemingsanan
Waktu (menit) Konsentrasi (%)
22,5 25 27,5
0-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
Normal
Normal
Kehilangan
keseimbangan
Kehilangan
keseimbangan
Pingsan ringan
Pingsan (5,32)*
Normal
Kehilangan
keseimbangan
Kehilangan
keseimbangan
Pingsan ringan
Pingsan (4,08)*
Normal, kehilangan
keseimbangan pada
menit ke-1
Pingsan ringan
Pingsan (2,59)*
*Rata-rata waktu pingsan ikan
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kasar Biji Karet terhadap Waktu Bugar
Pengamatan pengaruh konsentrasi ekstrak kasar biji karet terhadap waktu
bugar ikan bawal air tawar dilakukan untuk melihat waktu bugar optimal diantara
masing-masing konsentrasi tersebut. Hasil pengamatan masing-masing konsentrasi
ekstrak kasar biji karet terhadap waktu bugar ikan bawal air tawar disajikan pada
Gambar 3.
12
Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05)
Gambar 3 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu bugar
Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kasar biji
karet, maka semakin lama pula waktu bugar ikan bawal air tawar. Hasil analisis
keragaman (ANOVA) dan uji Tukey menunjukkan perbedaan konsentrasi ekstrak
kasar biji karet memiliki pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap waktu
bugar ikan bawal air tawar (Lampiran 1-2). Semakin rendah konsentrasi ekstrak
kasar biji karet, maka semakin cepat ikan bawal air tawar untuk kembali sadar.
Sukmiwati dan Sari (2007) menyatakan tingginya konsentrasi bahan anestesi yang
diberikan pada ikan proses pemulihannya semakin lama. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan ikan membersihkan bahan pembius dari tubuhnya. Keadaan pulih
sadar ditunjukkan dengan pergerakan ikan yang aktif dan responsif terhadap
rangsangan. Sistem pernafasan dan sirkulasi darah ikan mulai stabil seiring dengan
berpindahnya bahan pembius dari jaringan tubuh ikan ke lingkungan.
Hasil tersebut menunjukkan konsentrasi 27,5% menghasilkan waktu bugar
yaitu 4,55 menit. Bagheri dan Imanpoor (2011) menyatakan waktu bugar ikan harus
singkat untuk menjaga kondisi tetap segar. Waktu pembugaran ikan setelah
pemingsanan kurang dari 5 menit. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya sadar
ikan uji berbeda-beda untuk setiap konsentrasi yang diberikan, tergantung jumlah
konsentrasi tersebut. Penerapan teknik anestesi menggunakan bahan antimetabolik
yang berupa zat anestetik untuk pembiusan ikan diharapkan dapat memberikan efek
pingsan yang lebih lama dengan waktu pembugaran yang singkat sehingga ikan
dapat ditransportasikan dengan jangkauan yang lebih jauh (Sukarsa 2005).
Perlakuan Suhu terhadap Survival Rate dalam Selang Waktu
Pengamatan survival rate pada ikan bawal air tawar dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan suhu optimum ikan bawal air tawar pada kondisi pingsan. Hasil
pengamatan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar dengan
perlakuan suhu yang berbeda disajikan pada Gambar 4.
3,02 ± 0,79a 3,17 ± 0,60b
4,55 ± 0,56c
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
22,5 25 27,5
Wa
ktu
Bu
ga
r (
men
it)
Konsentrasi ekstrak (%)
13
Gambar 4 Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate) ikan bawal air tawar
dengan suhu 15 oC ( ) dan 17 oC ( )
Gambar 4 menunjukkan perlakuan dengan menggunakan suhu 17 oC
merupakan suhu terbaik dibandingkan dengan suhu 15 ºC. Perlakuan suhu 17 oC
menunjukkan tingkat kelangsungan hidup ikan menurun drastis pada waktu ke- 180
menit yaitu sebesar 55,55%. Berbeda dengan perlakuan suhu 15 ºC pada waktu ke-
3 jam tingkat kelangsungan hidup hanya 11,11%. Sukmiwati dan Sari (2007)
menyatakan suhu 14% merupakan suhu terbaik untuk pemingsanan dan
penyimpanan ikan mas dengan bahan anestesi biji karet.
Ketahanan ikan dalam menghambat linamarin yang terkandung dalam biji
karet yang masuk kedalam tubuh ikan berbeda-beda. Pergerakan ikan semakin
cepat, operkulum dan mulut bergerak lebih cepat untuk terbuka ke permukaan air
karena ikan berusaha untuk memenuhi oksigen dalam tubuh. Terhambatnya proses
respirasi mengakibatkan terjadinya kondisi anoksia. Akibatnya oksigen yang
dikonsumsi jaringan mengalami penurunan. Perubahan aktivitas ikan tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak biji karet dengan linamarin sebagai bahan anestesinya
mulai bekerja. Difusi bahan anestesi dalam membran tubuh menyebabkan
terjadinya penyerapan bahan nasetesi kedalam darah sehingga aktivitas ikan
semakin menurun (Sukmiwati dan Sari 2007).
Perbedaan persentase tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain kondisi ikan sebelum dipingsankan, konsentrasi bahan
anestesi yang digunakan, suhu media penyimpanan (fluktuasi suhu) kondisi kotak
penyimpanan dan bahan pengisi yang dapat menahan panas serta lamanya waktu
transportasi. Selain itu dipengaruhi juga dari lamanya stres sebelum ikan pingsan
yang berakibat kurang baik terhadap ketahanan ikan yang dipingsankan karena ikan
banyak mengeluarkan energi menjelang pingsan (Sukmiwati dan Sari 2007).
Zahl et al. (2009) menyatakan bahwa temperatur air yang rendah dapat
mengakibatkan ikan stres, meningakatnya metabolisme serta waktu pemulihan
pasca anestesi yang lebih lama. Temperatur air yang lebih rendah perlu diimbangi
dengan tersedianya oksigen yang cukup bagi ikan untuk proses respirasi dan
mempercepat distribusi aliran darah, sehingga dapat mempercepat proses fisiologis
ikan untuk kembali sadar.
33,33 ± 33,33
11,11 ± 19,25 11,11 ± 19,25
88,89 ± 19,25 88,89 ± 19,25
55,55 ± 19,25
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
Su
rviv
al
Rate
(%
)
Waktu Pingsan (jam)
14
Glukosa Darah Ikan Bawal Air Tawar
Glukosa darah merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan
tingkat stres pada ikan. Perlakuan anestesi dapat menyebabkan ikan stres yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (Roohi dan Imanpoor 2015).
Pengujian glukosa darah sebelum dan setelah anestesi dilakukan dengan tujuan
untuk membandingkan nilai glukosa darah pada proses anestesi serta untuk melihat
pengaruh berbagai waktu pemingsanan dengan pemberian ekstrak kasar bji karet
pada tingkat stres ikan yang ditandai dengan peningkatan nilai glukosa darah
tersebut. Glukosa darah diambil dengan menggunakan jarum suntik pada pangkal
ekor ikan bawal air tawar. Hasil pengamatan kadar glukosa darah sebelum dan
setelah anestesi pada ikan bawal air tawar disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kadar glukosa darah ikan bawal air tawar pada waktu pemingsanan
Waktu
(jam)
Glukosa sebelum
(mg/L)
Glukosa setelah
(mg/L)
Selisih
(mg/L)
1
2
3
127,67
145,22
133,22
147
193,55
311,17
19,33
48,33
177,95
Tabel 3 menunjukkan kadar glukosa darah sebelum dan setelah pemingsanan
mengalami peningkatan pada masing-masing waktu, peningkatan kadar glukosa
darah ini salah satunya dipicu oleh tingkat stres ikan. Roohi dan Imanpoor (2015)
melakukan pengujian efektivitas minyak cengkeh dalam berbagai konsentrasi
terhadap proses pemingsanan ikan mas menyatakan jenis spesies ikan terdapat
perbedaan dalam respon terhadap bahan anestesi. Analisis glukosa darah adalah
salah satu yang paling penting untuk mengevaluasi anestesi. Konsentrasi glukosa
darah sudah banyak digunakan sebagai parameter indikator stres pada berbagai
studi. Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan setelah pemingsanan oleh bahan
anestesi minyak cengkeh dengan berbagai konsentrasi menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah dalam ikan mas. Kadar glukosa darah meningkat setelah
anestesi menunjukkan bahwa perlakuan pemingsanan menyebabkan stres pada ikan
mas yang dipingsankan dengan minyak cengkeh.
Stres yang dialami ikan dapat menyebabkan pelepasan hormon epinefrin
(adrenalin) dan hormon norepinefrin (noradrenalin) oleh jaringan kromafin dalam
menanggapi rangsangan dari saraf sistem simpatis yang dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Oleh karena itu kadar glukosa dapat memberikan informasi penting
indikator stres pada ikan (Gomes et al. 2006).
Simulasi Transportasi Kering
Penerapan teknik anestesi menggunakan bahan anestetik diharapkan dapat
memberikan efek pingsan yang lebih lama sehingga ikan dapat ditransportasikan
dengan jarak yang lebih jauh (Sukarsa 2005). Hasil pengamatan tingkat survival
rate ikan bawal air tawar terhadap waktu penyimpanan disajikan pada Gambar 5.
15
Gambar 5 Pengaruh waktu penyimpanan terhadap survival rate ikan bawal air tawar
Gambar 5 menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan pada setiap
masing-masing perlakuan waktu mengalami penurunan drastis. Hal ini menunjukan
bahwa semakin lama ikan bawal ditransportasikan maka tingkat kelulusan hidup
semakin menurun. Transportasi biota perairan hidup dapat menyebabkan stres pada
ikan dan menyebabkan sejumlah respon fisiologis seperti pelepasan katekolamin
dan kortikosteroid serta kadar glukosa darah meningkat. Tingkat kortisol umumnya
digunakan sebagai indikator dari tingkat stres ikan, ciri paling jelas yang
menunjukkan stres ikan adalah produksi lendir yang berlebihan (Barton 2011).
Sukmiwati dan Sari (2007) menyatakan pengujian tingkat kelangsungan hidup
(survival rate) tertinggi pada ikan mas dalam transportasi pada suhu 16 ºC dengan
bahan anestesi biji karet yaitu sebesar 90%.
Perbedaan persentase tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain kondisi ikan sebelum dipingsankan, konsentrasi bahan
anestesi yang digunakan, suhu media penyimpanan (fluktuasi suhu) kondisi kotak
penyimpanan dan bahan pengisi yang dapat menahan panas serta lamanya waktu
transportasi. Selain itu dipengaruhi juga dari lamanya stres sebelum ikan pingsan
yang berakibat kurang baik terhadap ketahanan ikan yang dipingsankan karena ikan
banyak mengeluarkan energi menjelang pingsan (Sukmiwati dan Sari 2007).
Tingkat kelulusan hidup ikan bawal pada menit ke- 90 hanya mencapai
26,67%. Karnila dan Edison (2001) menyatakan semakin lama waktu penyimpanan
maka semakin menurun tingkat kelangsungan hidup ikan, disebabkan oleh
peningkatan suhu kemasan. Suhu yang semakin tinggi menyebabkan ikan sadar dan
aktivitas ikan meningkat, sehingga membutuhkan ketersediaan oksigen yang tinggi.
Media yang kering menunjukkan ketersediaan oksigen yang terbatas, oleh sebab itu
ikan mengalami kekurangan oksigen dan tidak mampu untuk bertahan hidup.
Simulasi transportasi menggunakan media styrofoam. Keuntungan dari metode
pengepakan meggunakan styrofoam adalah dapat menjaga tingkat kelembaban
ikan, penyimpanan ikan menjadi lebih efisien, bahan pengisi yang mencair tidak
meninggalkan air yang banyak di dalam styrofoam (Trebar et al. 2015).
10093,33 ± 11,54
73,33 ± 11,54
26,67 ± 11,54
0
20
40
60
80
100
120
0 30 60 90
Su
rviv
al
Ra
te(%
)
Waktu Penyimpanan (menit)
16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Biji karet mampu memberikan efek pingsan pada ikan bawal air tawar, tetapi
dengan konsentrasi tinggi. Konsentrasi terbaik ekstrak kasar biji karet untuk
pemingsanan ikan bawal air tawar adalah 27,5%. Konsentrasi tersebut
menghasilkan waktu pingsan tercepat 2,59 menit dan waktu bugar 4,55 menit. Suhu
terbaik 17 oC menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 88,89% pada waktu
pemingsanan 2 jam. Simulasi transportasi menghasilkan tingkat kelangsungan
hidup tertinggi pada waktu penyimpanan 30 menit sebesar 93,33%.
Saran
Pengujian keefektifan ekstrak kasar biji karet terhadap biota lain perlu
dilakukan, selain itu perlu dilakukan penggunaan media pengisi lain dalam simulasi
transportasi selain sekam padi untuk membandingkan perbedaan media pengisi
tersebut. Perlu dilakukan perancangan model wadah transportasi yang lebih efisien
untuk ikan bawal air tawar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah RR. 2012. Teknik imotilisasi menggunakan ekstrak hati batang pisang
(Musa spp) dalam simulasi transportasi kering ikan bawal air tawar
(Colossoma macropomum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bagheri T, Imanpoor MR. 2011. The efficacy, physiology responses and
hematology of persian sturgeon (Acipenser persicus) to clove oil as an
anesthetic agent. Journal Fish Aquatic Science (11): 477-483.
Barton B. 2011. Stress in finfish: past, present and future a historical perspective.
Fish stress and health. Journal aquaculture 62 (1): 93-102.
Boyd CE. 1982. Water Quality Mangement for Pond Fish Culture. Alabama (US):
Departement of Fisheries and Apllied Aquaculture, Agricultural Experiment
Station Auburn University, Alabama. hal 318.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis
Tanaman Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. hal 8.
Djarijah AS. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta (ID): Kanisius. hal 89.
Ghufran MH, Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Bawal Air Tawar di Kolam Terpal.
Yogyakarta (ID): Lily Publisher. hal 38.
17
Gomes LC, Baldisserotto B, Chagas EC, Roubach R, Brinn RP, Coppati CE. 2006.
Use of the salt during transportation of air breathing pirarucu juveniles
(Arapaima gigas) in plastic bags. Journal Aquaculture. 256: 521-528.
Grace PA, Borley N. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta (ID): Erlangga. hal 73.
Handayani M, Damayanti F, Rivai RR. 2015. Pengembangan potensi biji karet
(Havea brasiliensis) sebagai bahan pangan alternatif di Bengkulu Utara.
Jurnal Biodiversitas Indonesia (1): 343-346.
Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univesity
Press
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. hal 93.
Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waktu pembiusan bertahap terhadap
ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam transportasi
sistem kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151-167.
Khairuman, Amri K. 2009. Bisnis dan Budidaya Intensif Bawal Air Tawar.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. hal 27.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Data Produksi Ikan Bawal Air
Tawar (Colossoma macropomum). Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Analisis Data Pokok Kelautan
dan Perikanan 2014. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kordi M. 2010. Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis di
Keramba Jaring Apung. Yogyakarta (ID): Lily Publisher. hal 42.
Leung HM, Leung SKS, Au CK, Cheung KC, Wong YK, Leung AOW, Yung KKL.
2015. Comparative assessment of water quality parameters of mariculture for
fish production in Hong Kong waters. Marine Pollution Bulletin 94: 318-322.
Lieberei R, Nahrstedt A, Selmar D, Gasparotto L. 1986. Occurrence of lotaustralin
in the genus hevea and changes of HCN-potential in developing organs of
Havea brasiliensis. Journal Phytochemistry 1573-1578.
Mood YFO. 2004. An assessment of water quality in integrated poultry-cum-fish
reservoir, NIFFRI New Bussa. In: Araoye, P.A. (Ed.), Conference Proceeding
of Fisheries Society of Nigeria (FISON), Ilorin, 29th November 3rd
December, 2004.
Ongge D. 2001. Studi penggunaan ekstrak biji karet (Havea brasiliensis) sebagai
bahan pemingsan dalam transportasi ikan nila gift (Oreochromis sp.) hidup
sistem kering [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Roohi Z, Imanpoor MR. 2015. The efficacy of the oils of spearmint and methyl
salicylate as new anesthetics and their effect on glucose levels in common
carp (Cyprinus carpio L. 1758) juveniles. Aquaculture 437: 327-332.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan
Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
18
Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics: A Biometrical
Approach. hal 748.
Sukarsa D. 2005. Penerapan teknik imotilisasi menggunakan ekstrak alga laut
(Caulerpa sertularioides) dalam transportasi ikan kerapu (Epinephelus
suillus) hidup tanpa media air. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 8: (1).
Sukmiwati M, Sari NI. 2007. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet
(Havea branciliensis Muel. ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan
kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio, L) selama transportasi. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 12(1): 23-29.
Suwandi R, Nugraha R, Novila W. 2012. Penurunan metabolisme ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada proses transportasi menggunakan ekstrak daun
jambu biji (Psidium guajava var. pyrifera). Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 15(3): 252-260.
Tampubolon RSSM. 2012. Penerapan teknik imotilisasi menggunakan
acepromazine dalam transportasi kering ikan nila (Oreochromis niloticus)
dengan pembedaan jenis kelamin [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Toni C, Geferson Becker A, Novaes Simoes L, Garrido Pinheiro C, de Lima Silva
L, Heinzmann BM, Otomar Caron B, Baldisserotto B. 2013. Fish anesthesia:
effectsof the essential oils of Hesperozygis ringens and Lippia alba on the
biochemistry and physiology of silver catfish (Rhamdia quelen). Journal Fish
Physiology Biochemistry.
Trebar M, Lotric M, Fonda I. 2015. Use of RFID temperature monitoring to test
and improve fish packing methods in styrofoam boxes. Journal of Food
Engineering. 159: 66-75.
Wurts WA, Durborow RM. 1992. Interactions of pH, carbon dioxide, alkalinity dan
hardness in fish ponds. Southern Regional Aquaculture Center Publication.
(464): 1-4
Zahl IH, Kiessling A, Samuelsen OB, Hansen MK. 2009. Anaesthesia of Atlantic
cod (Gadus morhua) Effect of pre-anaesthetic sedation, and importance of
body weight, temperature and stress. Aquaculture 295: 52-59.
Zhou Li, Claude E, Boyd. 2015. An assessment of total ammonia nitrogen
concentration in Alabama (USA) ictalurid catfish ponds and the possible risk
of ammonia toxicity. Aquaculture 437: 263-269.
21
Lampiran 1 Tabel analisis ragam (ANOVA) data penelitian
Waktu pingsan ikan bawal air tawar
Sumber keragaman
Jumlah
Pangkat df
Rerata
Pangkat F Sig.
Antar Kelompok 11,305 2 5,653 13,114 ,006
Dalam Kelompok 2,586 6 ,431
Total 13,891 8
Waktu bugar ikan bawal air tawar
Sumber keragaman
Jumlah
Pangkat df
Rerata
Pangkat F Sig.
Antar Kelompok 5,633 2 2,816 6,461 ,032
Dalam Kelompok 2,615 6 ,436
Total 8,248 8
Lampiran 2 Tabel uji lanjut Tukey data penelitian
Waktu pingsan ikan bawal air tawar
Konsentrasi (%) N
Taraf nyata = 0.05 1 2
27,5 3 2,60
25 3 3,67 3,67
22,5 3 5,31
Sig. ,19 ,05 Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan. a Menggunakan Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.
Waktu bugar ikan bawal air tawar
Konsentrasi (%) N
Taraf nyata = 0.05 1 2
22,5 3 2,62
25 3 3,77 3,77
27,5 3 4,55
Sig. ,17 ,38 Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan. a Menggunakan Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.
22
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian
a) Ikan bawal air tawar b) Biji karet
c) Ekstraksi biji karet d) Penyaringan dengan kain belacu
e) Penyimpanan dalam air (T=17°C) f) Simulasi transportasi
g) Pengambilan darah h) Sampel air
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1993 di Cirebon, Jawa Barat. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Sodikin, SPdI dan
Yeyet Yuliawati, SPd MPd. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis dimulai
dari TK Darul Falah Garut, dilanjutkan ke SD Negeri Cisero 2 Garut. Penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cisurupan dan mendapatkan kelulusan
pada tahun 2008. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMA Negeri 16 Garut dan
lulus pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Strata-1 Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah
menjadi divisi kesehatan di Asrama Tingkat Persiapan Bersama, serta aktif di
organisasi Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (2013/2014) dan merupakan
anggota Himpunan Mahasiswa Garut (Himaga) dari tahun 2012 hingga sekarang.
Penulis banyak membuat karya tulis ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa
serta menjadi delegasi IPB dalam finalis PIMNAS-27 pada tanggal 25-29 Agustus
2014 di Universitas Diponegoro, Semarang.
Penulis pernah menjadi pembicara dalam workshop pelatihan pembuatan
PKM-GT/AI di Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis melakukan praktik
lapang pada bulan Juni hingga Juli 2014 di CV Apel, Pameungpeuk, Garut, Jawa
Barat dengan judul Penerapan Kelayakan Dasar pada Proses Pembuatan Agar-Agar
Kertas di CV Apel Pameungpeuk, Garut-Jawa Barat. Penulis melakukan penelitian
dan menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dengan judul Aplikasi Biji
Karet (Havea brasiliensis) sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi
Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dibimbing oleh Dr Ir
Ruddy Suwandi, MS MPhil dan Dr Dra Pipih Suptijah, MBA.