aplikasi sig terkait kajian kkop bandara pattimura ambon

8
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010 APLIKASI SIG UNTUK PENGHITUNGAN VOLUME GALIAN BUKIT KERBAU TERKAIT KAJIAN KKOP PADA BANDARA PATTIMURA AMBON Oleh : Dimas Hanityawan S., ST, Suryanto, ST, Yofri Furqani Hakim, ST, Ir. Edwin Hendrayana Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan, PDKK, Bakosurtanal Telp/Faks:021-87901255, [email protected] Abstrak Menurut PP nomor 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. Agar kawasan udara di sekitar bandara terbebas dari segala bentuk hambatan yang dapat mengganggu pergerakan pesawat udara, maka dalam KKOP ditetapkan batasan ketinggian tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar udara. Bandara Pattimura terletak di Pulau Ambon, pulau dengan kondisi topografi yang berbukit. Bukit-bukit yang berada di sekeliling bandara itu cukup tinggi sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu operasional penerbangan. Kajian KKOP pada Bandara Pattimura Ambon berguna untuk mendapatkan gambaran secara jelas bagaimana kondisi keamanan penerbangan yang berlangsung di bandara tersebut. Hasil kajian KKOP yang dibuat dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) menunjukkan sebagian besar bukit memiliki ketinggian di atas batas ketinggian yang ditetapkan pada KKOP, salah satunya adalah Bukit Kerbau yang terletak pada kawasan pendekatan lepas landas di perpanjangan landas pacu 22. Analisa yang dilakukan pada tulisan ini adalah penghitungan volume galian untuk pemotongan Bukit Kerbau yaitu diperoleh volume galian sebesar 1.179.481.297 m 3 dengan luas area yang harus digali 23.082.100 m 2 . Pendahuluan UU 1 Tahun 2009 Penerbangan pasal 208 ayat 1 menyatakan, ”Untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara pepohonan di dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan tidak boleh melebihi batas ketinggian kawasan keselamatan operasi penerbangan”. UU ini dengan jelas membatasi ketinggian bangunan dan benda tumbuh lainnya pada daerah KKOP Bandara demi kepentingan umum yang lebih luas yaitu operasional penerbangan. Berdasarkan tempat kejadian, kecelakaan pesawat udara dapat terjadi pada fase perjalanan (enroute), pada fase pendekatan (approach) dan pada daerah kawasan approach yang hampir mendekati landasan pacu atau dalam istilah KKOP disebut kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan. Berikut adalah contoh kecelakaan pesawat yang terkait dengan KKOP, yaitu sebuah pesawat Fokker F-28 Garuda Indonesia terlibat musibah pada 11 Juli 1979. Pesawat bernama Mamberamo itu dalam penerbangan dari Bandara Talang Betutu (Lampung) menuju Medan dipiloti Kapten A.E. Lontoh menabrak dinding Gunung Pertektekan, anak Gunung Sibayak dalam pendekatan (approaching) untuk mendarat di Bandara Polonia, Medan. Kesemua 4 awak dan 57 penumpangnya tewas. Untuk mengantisipasi kemungkinan kecelakaan penerbangan itulah pemerintah menetapkan KKOP agar operasional penerbangan di

Upload: suryanto-

Post on 04-Jul-2015

423 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

APLIKASI SIG UNTUK PENGHITUNGAN VOLUME GALIAN BUKIT KERBAU

TERKAIT KAJIAN KKOP PADA BANDARA PATTIMURA AMBON

Oleh : Dimas Hanityawan S., ST, Suryanto, ST, Yofri Furqani Hakim, ST, Ir. Edwin Hendrayana Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan, PDKK, Bakosurtanal

Telp/Faks:021-87901255, [email protected]

Abstrak Menurut PP nomor 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. Agar kawasan udara di sekitar bandara terbebas dari segala bentuk hambatan yang dapat mengganggu pergerakan pesawat udara, maka dalam KKOP ditetapkan batasan ketinggian tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar udara. Bandara Pattimura terletak di Pulau Ambon, pulau dengan kondisi topografi yang berbukit. Bukit-bukit yang berada di sekeliling bandara itu cukup tinggi sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu operasional penerbangan. Kajian KKOP pada Bandara Pattimura Ambon berguna untuk mendapatkan gambaran secara jelas bagaimana kondisi keamanan penerbangan yang berlangsung di bandara tersebut. Hasil kajian KKOP yang dibuat dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) menunjukkan sebagian besar bukit memiliki ketinggian di atas batas ketinggian yang ditetapkan pada KKOP, salah satunya adalah Bukit Kerbau yang terletak pada kawasan pendekatan lepas landas di perpanjangan landas pacu 22. Analisa yang dilakukan pada tulisan ini adalah penghitungan volume galian untuk pemotongan Bukit Kerbau yaitu diperoleh volume galian sebesar 1.179.481.297 m3 dengan luas area yang harus digali 23.082.100 m2

. Pendahuluan UU 1 Tahun 2009 Penerbangan pasal 208 ayat 1 menyatakan, ”Untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara pepohonan di dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan tidak boleh melebihi batas ketinggian kawasan keselamatan operasi penerbangan”. UU ini dengan jelas membatasi ketinggian bangunan dan benda tumbuh lainnya pada daerah KKOP Bandara demi kepentingan umum yang lebih luas yaitu operasional penerbangan. Berdasarkan tempat kejadian, kecelakaan pesawat udara dapat terjadi pada fase perjalanan (enroute), pada fase pendekatan (approach) dan pada daerah kawasan approach yang hampir mendekati landasan pacu atau dalam istilah KKOP disebut kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan. Berikut adalah contoh kecelakaan pesawat yang terkait dengan KKOP, yaitu sebuah pesawat Fokker F-28 Garuda Indonesia terlibat musibah pada 11 Juli 1979. Pesawat bernama Mamberamo itu dalam penerbangan dari Bandara Talang Betutu (Lampung) menuju Medan dipiloti Kapten A.E. Lontoh menabrak dinding Gunung Pertektekan, anak Gunung Sibayak dalam pendekatan (approaching) untuk mendarat di Bandara Polonia, Medan. Kesemua 4 awak dan 57 penumpangnya tewas. Untuk mengantisipasi kemungkinan kecelakaan penerbangan itulah pemerintah menetapkan KKOP agar operasional penerbangan di

Page 2: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

sekitar bandar udara bisa aman dan selamat. Tujuannya adalah untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan dan juga melindungi masyarakat disekitar bandara terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pesawat udara. KKOP dibagi menjadi beberapa kawasan antara lain kawasan pendekatan pendaratan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, kawasan di bawah permukaan transisi, kawasan di bawah permukaan horizontal dalam, kawasan di bawah permukaan kerucut dan kawasan di bawah permukaan horizontal luar. Masing masing kawasan mempunyai karakteristik tersendiri dalam batasan ketinggian. Semakin dekat dengan landasan maka semakin rendah dan sebaliknya. Demikian juga pada daerah pendekatan dan lepas landas, batasan ketinggiannya lebih rendah daripada daerah di kanan/kiri landasan yaitu kawasan di bawah permukaan horisontal luar. Petunjuk pelaksanaan untuk pembuatan KKOP di Bandara dan sekitarnya tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/110/VI/2000. Tahapan pembuatan KKOP yang harus dilalui antara lain inventarisasi data, analisis data, dan proses pembuatan KKOP. Penentuan kawasan keselamatan operasi penerbangan di bandar udara dan sekitarnya berdasarkan pada klasifikasi landas pacu. Klasifikasi landas pacu ditentukan berdasarkan kelengkapan alat bantu navigasi penerbangan dan dimensi landas pacu. Penggunaan SIG dalam kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon bertujuan untuk mempermudah analisa data yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan dalam bentuk peraturan daerah (perda) tentang pengaturan bangunan tinggi untuk mendukung peraturan tentang kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP). Peraturan daerah (Perda) yang dibuat oleh dinas terkait (pemkab/pemko) ini bertujuan agar terjadi keselarasan antara pihak penerbangan, perhubungan dan dinas tata ruang tata bangunan (TRTB). KKOP Bandara Pattimura Ambon Untuk menentukan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, landasan dibagi menjadi beberapa klasifikasi yang ditentukan berdasarkan kelengkapan alat-alat bantu navigasi penerbangan pada bandar udara dan dimensi landasan. Ketentuan ini berdasarkan pada ketentuan ICAO yang tertuang dalam Annex 14 Volume 1 Aerodrome Design and Operations. Klasifikasi landasan tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Alat Bantu Navigasi Penerbangan Dimensi Landasan Nomer Kode Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori II atau III Instrument Precision Kategori II atau III

<800 m 800 s.d. <1.200 m

1.200 s.d. <1.800 m ≥1.800 m

1.200 s.d. <1.800 m ≥1.800 m

1 2 3 4 3 4

Instrument Non Precision Instrument Non Precision Instrument Non Precision Instrument Non Precision

<800 m 800 s.d. <1.200 m

1.200 s.d. <1.800 m ≥1.800 m

1 2 3 4

Page 3: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

Alat Bantu Navigasi Penerbangan Dimensi Landasan Nomer Kode Non Instrument Non Instrument Non Instrument Non Instrument

<800 m 800 s.d. <1.200 m

1.200 s.d. <1.800 m ≥1.800 m

1 2 3 4

Tabel 1. Klasifikasi landasan berdasarkan alat bantu navigasi penerbangan

dan dimensi landasan. Bandara Pattimura Ambon memiliki landas pacu dengan panjang 2.500 m dan telah dilengkapi ILS (Instrument Landing System), sehingga landas pacu Bandara Pattimura diklasifikasikan dengan nomer kode 4 - Instrument Precision Kategori II dan panjang landasan >1.800 m - untuk klasifikasi landas pacu pada pembuatan KKOP. Landas pacu dengan nomer kode 4 untuk klasifikasi tersebut mempunyai kriteria untuk tiap-tiap kawasan sebagai berikut:

Kawasan Dimensi Kawasan di bawah permukaan kerucut

Slope Tinggi

5 %

(100+H) m Kawasan di bawah permukaan horisontal dalam

Radius Tinggi

4.000 m

(45+H) m Kawasan pendekatan pendaratan dan lepas landas

Bagian pertama Jarak Slope

Bagian kedua Jarak Slope

Bagian permukaan horisontal Jarak

3.000 m 2 %

3.600 m 2,5 %

8.400 m

Kawasan di bawah permukaan transisi Slope

14,3 %

Tabel 2. Kriteria KKOP untuk klasifikasi landas pacu nomer kode 4.

Nilai tinggi pada kriteria kawasan di atas dihitung dari tinggi rata-rata landas pacu. Dari data AIP (Aeronautical Information Publication), tinggi rata-rata landas pacu (H) Bandara Pattimura adalah 10 m. Sehingga diperoleh ketinggian untuk masing-masing kawasan sebagai berikut:

Kawasan Tinggi Kawasan di bawah permukaan transisi

10-55 m, bidang yang terbentuk dari sisi permukaan utama (10 m) hingga memotong permukaan horisontal dalam (55 m).

Kawasan di bawah permukaan horisontal dalam

55 m

Page 4: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

Kawasan Tinggi Kawasan di bawah permukaan kerucut

55-155 m, bidang yang terbentuk dari tepi permukaan horisontal dalam (55 m) hingga ketinggian 155 m.

Kawasan pendekatan pendaratan dan lepas landas

Bagian pertama, 10-70 m. Bagian kedua, 70-160 m. Bagian permukaan horisontal, 160-328 m.

Kawasan permukaan horisontal luar

160 m.

Tabel 3. Tinggi tiap kawasan pada KKOP Bandara Pattimura Ambon.

Dari kriteria di atas maka KKOP Bandara Pattimura dapat digambarkan sebagai berikut: Keterangan :

Gambar 1. KKOP Bandara Pattimura Ambon. Untuk mendapatkan gambaran keamanan operasi penerbangan di Bandara Pattimura, diperlukan data topografi Pulau Ambon agar diperoleh profil ketinggiannya. Dari data kontur dan titik tinggi pada Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 diperoleh ketinggian maksimal permukaan tanah yang ada di Pulau Ambon adalah 808,35 m. Kondisi topografi Pulau dapat Ambon dapat ditampilkan secara tiga dimensi menggunakan aplikasi ArcScene.Tampilannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 5: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

Gambar 2. Tampilan 3D kondisi topografi Pulau Ambon.

SIG KKOP Bandara Pattimura Secara umum, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Agar dapat diperoleh informasi yang menyeluruh mengenai KKOP beserta kondisi topografi Pulau Ambon, maka dibuat Sistem Informasi Geografis (SIG) KKOP Bandara Pattimura Ambon yang menyajikan informasi ketinggian permukaan tanah dan batas ketinggian pada daerah yang tercakup dalam KKOP. Pembuatan SIG ini memberikan kemudahan dalam penanganan data geospasial, revisi dan pemutakhiran data, serta pencarian, analisa, dan representasi data geospasial dan informasi. SIG KKOP Bandara Pattimura Ambon dapat ditampilkan secara tiga dimensi (3D) seperti gambar berikut ini:

Gambar 3. Tampilan 3D SIG KKOP Bandara Pattimura Ambon. Dari tampilan 3D tersebut terlihat bahwa sebagian besar bukit yang berada di sekeliling Bandara Pattimura tidak memenuhi ketentuan batas ketinggian yang ditetapkan dalam KKOP. Batas ketinggian ini ditentukan oleh ketinggian terendah dari pertampalan permukaan pendekatan dan lepas landas, permukaan horisontal dalam, permukaan kerucut, dan permukaan horisontal luar. Dalam tulisan ini, kajian dititikberatkan pada

Lokasi Bandara Pattimura Ambon

Page 6: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

bukit yang terletak pada kawasan pendekatan lepas landas di perpanjangan landas pacu 22. Bukit ini dikenal dengan bukit Kerbau, dengan puncaknya memiliki ketinggian 471,78 m. Sedangkan batas ketinggian yang diperbolehkan di kawasan ini, yaitu termasuk dalam kawasan pendekatan lepas landas, adalah 10-160 m. Oleh karena itu, operasi penerbangan di Bandara Pattimura tidak pernah menggunakan landas pacu 22 untuk pendaratan karena berpotensi menimbulkan kecelakaan.

Penghitungan Volume Galian Bukit Kerbau Salah satu tujuan pembuatan SIG KKOP Bandara Patimura adalah kemudahan analisa data geospasial. Analisa yang dilakukan dalam kajian ini adalah menghitung volume galian bukit Kerbau yang dapat digunakan untuk memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk memotong Bukit Kerbau. Kebijakan pemotongan bukit ini merupakan salah satu aternatif yang dapat diambil agar bandara dapat menggunakan kedua landasan untuk operasional penerbangan. Bukit Kerbau yang terletak pada kawasan pendekatan lepas landas digambarkan di bawah ini sebagai areal berwarna biru.

Gambar 4. Bukit Kerbau yang ditampilkan sebagai areal berwarna biru. Penghitungan volume galian dilakukan menggunakan tool 3D Analyst-Surface Analysis-Cut/Fill yang tersedia pada ArcGIS. Prinsip perhitungannya adalah mengalikan selisih tinggi antara dua permukaan (raster surface) dengan luas areal yang diperoleh dari resolusi piksel raster surface yang digunakan untuk penghitungan. Yang perlu diperhatikan dalam proses penghitungan ini adalah resolusi piksel raster surface yang digunakan harus sama, dan untuk hasil hitungan yang akurat satuan yang digunakan untuk nilai ketinggian (z) disarankan sama dengan satuan pada koordinat x dan y. Prinsip tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 5. Ilustrasi raster surface yang digunakan untuk penghitungan volume cut/fill. Raster Surface I Raster Surface II

Page 7: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

Masing-masing raster surface diatas mempunyai nilai tinggi pada tiap-tiap piksel. Satuan nilai tinggi itu sama dengan satuan nilai koordinat x dan y pada raster surface yang ditunjukkan dari resolusi pikselnya. Dari raster surface di atas diperoleh 13 piksel yang mempunyai beda tinggi 0 m, 1 piksel yang mempunyai beda tinggi -5 m, dan 2 piksel yang mempunyai beda tinggi 2 m. Dengan resolusi piksel 10 m - luas area untuk tiap piksel adalah 100 m2 - maka diperoleh hasil hitungan sebagai berikut:

Jumlah Piksel Luas (m2) Beda Tinggi (m) Volume (m3) 13 1300 0 0 1 100 -5 -500 2 200 2 400

Tabel 3. Ilustrasi hasil penghitungan volume cut/fill.

Dari tabel di atas diperoleh volume yang bernilai positif dan negatif. Nilai volume positif menunjukkan besarnya volume untuk pekerjaan penggalian (cut), sedangkan nilai volume negatif menunjukkan besarnya volume untuk pekerjaan timbunan (fill). Resolusi piksel pada raster surface yang digunakan dalam tulisan ini adalah 10 m. Raster surface tersebut merepresentasikan data topografi Pulau Ambon dan batas ketinggian untuk masing-masing kawasan dalam KKOP. Dari penghitungan diperoleh volume galian untuk Bukit Kerbau sebesar 1.179.481.297 m3 dengan luas area yang harus digali 23.082.100 m2

. Volume dan luas areal galian menunjukkan nilai yang sangat besar sehingga perlu diperhatikan apakah kebijakan pemotongan Bukit Kerbau merupakan langkah yang efektif dan efisien dari segi biaya dibandingkan kebijakan lain yang dapat diambil untuk mengatasi halangan-halangan yang dapat mempengaruhi keselamatan operasi penerbangan. Areal galian untuk Bukit Kerbau terhadap batas ketinggian yang ditetapkan dalam KKOP ditampilkan pada gambar berikut ini sebagai areal berwarna biru.

Gambar 4. Areal galian Bukit Kerbau yang ditampilkan sebagai areal berwarna biru.

Page 8: Aplikasi SIG Terkait Kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam tulisan ini adalah:

1. Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon memberikan kemudahan dalam penanganan data geospasial, revisi dan pemutakhiran data, serta pencarian, analisa, dan representasi data geospasial dan informasi.

2. Penggunaan SIG ini untuk mempermudah analisa data yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan dalam bentuk peraturan daerah (perda) tentang pengaturan bangunan tinggi untuk mendukung peraturan tentang kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP).

3. Analisa terhadap data topografi Pulau Ambon dan batasan ketinggian yang ditetapkan pada KKOP menunjukkan bahwa bukit-bukit di sekeliling Bandara Pattimura Ambon merupakan penghalang bagi operasional penerbangan karena ketinggiannya yang melebihi batas ketinggian yang ditetapkan pada KKOP.

4. Pemotongan Bukit Kerbau merupakan salah satu alternatif yang dapat diambil agar bandara dapat menggunakan kedua landasan untuk operasional penerbangan dengan aman. Adapun volume galian untuk pemotongan Bukit Kerbau sebesar 1.179.481.297 m3 dengan luas area yang harus digali 23.082.100 m2.

Referensi - ___. 2008. Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia. (Online), (http://hanif-

pesawat.blogspot.com, diakses 20 Oktober 2010). - Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2000. Keputusan Direktorat Jendral

Perhubungan Udara Nomor:SKEP/110/VI/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara dan Sekitarnya, Jakarta.

- ICAO. 1995. Annex 14 Volume I, Aerodrome Design And Operation, Second Edition.

- Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika.

- Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan. Lembaran Negara RI Tahun 2001. Sekretariat Negara. Jakarta.

- Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara. Jakarta.