aplikasi sistem informasi geografis berbasis mobile...
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS MOBILE
VIEW UNTUK MONITORING BENCANA ALAM DI WILAYAH
KABUPATEN BOGOR (STUDI KASUS : BPBD KAB.BOGOR)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Program
Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh:
FARHAN AUNUROFIQ
(1111093000036)
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M / 1439 H
ii
HALAMAN JUDUL
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS MOBILE
VIEW UNTUK MONITORING BENCANA ALAM DI WILAYAH
KABUPATEN BOGOR (STUDI KASUS : BPBD KAB.BOGOR)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
FARHAN AUNUROFIQ
(1111093000036)
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M / 1439 H
iii
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Program
Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
FARHAN AUNUROFIQ
NIM.1111093000036
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Eri Rustamaji. MBA Eva Khudzaeva. M.Si
NIDN. 2002086402 NIDN. 0306108301
Mengetahui,
KetuaProdi Sistem Informasi
FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nia Kumaladewi, MMSI
NIP. 19750412 200710 2 002
iv
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis Mobile
View Untuk Monitoring Bencana Alam Di Wilayah Kabupaten Bogor (Studi
Kasus : BPBD Kabupaen Bogor)” telah diuji dan dinyatakan lulus dalam siding
munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada
hari Rabu, 7 Februari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1) pada Program Studi Sistem Informasi.
Menyetujui
Penguji I Penguji II
Yuni Sugiarti, M.Kom Nuryasin, M.Kom
NIDN. 2006067602 NIP. 19760715 201101 1005
Pembimbing I Pembimbing II
Eri Rustamaji. MBA Eva Khudzaeva. M.Si
NIDN. 2002086402 NIDN. 0306108301
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Sistem Informasi
Dr. Agus Salim. M.Si Nia Kumaladewi, MMSI
NIP. 19720816 199903 1003 NIP. 19750412 200710 2 002
v
PERYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR
BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
JAKARTA, JANUARI 2018
FARHAN AUNUROFIQ
vi
ABSTRAK
“APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS MOBILE VIEW
UNTUK MONITORING BENCANA ALAM DI WILAYAH KABUPATEN
BOGOR (STUDI KASUS : BPBD KAB.BOGOR) ” oleh Farhan Aunurofiq –
1111093000036 dibawah bimbingan ERI RUSTAMAJI dan EVA KHUDZAEVA .
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor
merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan
penanggulangan bencana daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
BPBD harus berkoordinasi dengan berbagai pihak, salah satunya untuk
menetapkan dan menginformasikan daerah rawan bencana. Belum adanya
informasi yang menunjukkan daerah yang berpotensi rawan bencana dan
menjelaskan resiko kerugian akibat bencana serta media untuk melaporkan
bencana yang kerap terjadi merupakan faktor yang menyebabkan BPBD kurang
optimal dalam memberikan layanan kepada masyarakat dan dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Tujuan penelitian ini adalah Rancang & Bangun sistem
aplikasi tentang daerah rawan bencana alam berbasis mobile view di Kabupaten
Bogor. Dapat membantu pemantauan terhadap wilayah rawan bencana alam dan
memberikan informasi secara lengkap dan akurat kepada pihak yang terkait
dengan unsur-unsur penanggulangan bencana. Metode pengumpulan data
menggunakan Observasi, Wawancara dan Studi Pustaka. Dan pengembangan
sistem menggunakan pendekatan Rapid Application Development (RAD) dan
tools Unifield Modeling Langguage (UML), ArcView, dan ArcGIS 10.3. Hasil
penelitian ini sistem dapat diakses melalui desktop ataupun smartphone oleh
masyarakat untuk memperoleh informasi tentang daerah rawan bencana dan
melaporka bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor.
Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis (SIG), Badan Penangulangan Bencana
Daerah Kabupaten Bogor, Bencana Alam, Rapid Application Development (RAD)
dan tools Unified Modelling Language (UML), ArcView, dan ArcGIS 10.3.
vii
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul“Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Mobile View untuk Daerah
Rawan Bencana Alam di Wilayah Kabupaten Bogor (StudiKasus :Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor)”. Shalawat dan salam tak lupa
terucap untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak yang terlibat dan membantu
penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Rasa terima kasih yang se-besar-
besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr.Agus Salim, M.M.Si, selaku dekan Fakultas Sains Dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Nia Kumala dewi, M.M.Si, selaku kepala prodi sistem informasi
fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Eri Rustamaji, MBA dan Ibu Eva Kudzaeva, M.Si, selaku dosen
pembimbing yang secara bijaksana dan koperatif telah memberikan
bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara moral maupun teknis.
4. Bapak Hamzah kepala pusdatin selaku pihak dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
5. Kedua orang tuaku, Bapak Alm.M.Syahwan & IbuJulaeha yang telah
berjuang memberikan semangat hidup kepada saya dan keluarga serta
memotivasi saya dalam melakukan setiap pekerjaan dengan sebaik-
baiknya.
6. Adik tersayang M.Thoriq Azis yang telah memotivasi saya dengan cara
yang tidak terduga untuk menjadi kaka yang baik dan bijaksana.
viii
7. Kawan-kawan kosan pepaya 3 Fikri Aulia, Oki Nurkholis, M.Ikhwan
Harahap, Yusuf, Rendra, Bang Patrick, M.Raffi Wirawan yang selalu
memberikan semangat persahabatan yang tak terlupakan dan yang selalu
memberikan semangat terima kasih atas semuanya kawan.
8. Kawan-kawan G.I.S.A (Geographic Information System Adventure)
terima kasih atas kebersmaanya diluar kelas maupun diluar kelas. Dan
motivasinya.
9. Kawan-kawan The Djavu (Djakarta Vespa Uin) yang selalu memberikan
semangat dan supportnya serta yang selalu meluangkan waktu untuk
membantu dalam penyusunan hasil skripsi ini terimakasih .
10. Kawan-Kawan angkatan SI A 2011 terima kasih atas kebersamaanya
didalam kelas maupun diluar kelas Dan motivasinya .
11. Kawan-Kawan Futsal SI 2011 yang selalu memberikan semangat dan
supportnya serta yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dalam
penyusunan hasil skripsi ini terima kasih.
12. Rifqi Annisa Wardah yang selalu memberikan semangat dan supportnya
serta yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dalam penyusunan
hasil skripsi ini Terimakasih.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat, baik sebagai bahan
karya tulis berupa informasi, perbandingan maupun dasar untuk penelitian materi
selanjutnya.
Jakarta 26 september 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
PENGESAHAN UJIAN ....................................................................................... iv
LEMBAR PERYATAAN ...................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
1.3 Perumusan Masalah ................................................................................. 9
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
1.7 Metode ................................................................................................... 12
1.7.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 12
1.7.2 Metode Pengembangan Sistem ............................................... 13
1.8 Sistematika Penulisan ............................................................................ 14
ix
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Aplikasi ............................................................................... 16
2.2 Sistem Informasi .................................................................................... 16
2.2.1 Pengertian Sistem .................................................................... 16
2.2.2 Karakteristik/ Elemen Sistem .................................................. 17
2.3 Pengertian Peta ...................................................................................... 19
2.3.1 Penggolongan Peta .................................................................. 22
2.3.2 Sistem Kordinat ....................................................................... 25
2.3.3 Grid .. ........................................................................................... 25
2.4 Pengertian Sistem Informasi Geografi .................................................. 25
2.4.1 Komponen SIG ....................................................................... 27
2.4.2 Manfaat Menggunakan SIG .................................................... 28
2.4.3 Mobile GIS .............................................................................. 29
2.4.4. Sumber Data Spasial .............................................................. 32
2.4.5 Kelebihan dan kekurangan SIG .............................................. 33
2.5 Konsep Ancaman Dan Resiko Bencana Alam ...................................... 33
2.5.1 Pengertian Bencana Alam ....................................................... 33
2.5.2 Ancaman Bencana ................................................................... 35
2.5.3 Resiko bencana........................................................................ 36
2.5.4 Konsep Mitigasi dan spasial web service ............................... 36
2.6 Web Geographic Information system ................................................... 37
2.7 Rapid Application Development (RAD) ............................................... 39
2.7.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall ............................... 39
2.7.2 Model RAD menurut Pressman .............................................. 40
x
2.8 Unifed Modeling language (UML)........................................................ 41
2.8.1 Tujuan UML ........................................................................... 42
2.8.2 Diagram dalam UML .............................................................. 42
2.9 Tools pembuatan aplikasi ...................................................................... 44
2.9.1 Bahasa pemograman ............................................................... 44
2.9.1.1 Java ......................................................................... 44
2.9.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor) .................................. 45
2.9.2 ArcGIS ESRI ........................................................................... 45
2.9.3 Database . ................................................................................ 46
2.9.3.1 MySQL ...................................................................... 47
2.9.3.2 Database Management System (DBMS) .................... 47
2.9.4 XAMPP ....................................................................................... 48
2.10 Metodologi Penelitian ........................................................................... 48
2.10.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 48
2.10.2 Metodologi Pengembangan dengan Menggunakan (RAD)... 49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu Penelitian ................................................................ 51
3.2 Data dan Perangkat Penelitian ............................................................... 51
3.2.1 Data Penelitian ........................................................................ 51
3.2.2 Perangkat Penelitian ................................................................ 52
3.3 Metode Penelitian .................................................................................. 53
3.3.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 53
3.3.1.1Observasi ..................................................................... 53
3.3.1.2 Wawancara ................................................................. 53
xi
3.3.1.3 Studi Pustaka .............................................................. 54
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem ............................................... 58
3.3.2.1 Requirements Planning ............................................. 58
3.3.2.2 Workshop Design ...................................................... 59
3.3.2.3 Implementation ......................................................... 60
3.3.3 Kerangka Berfikir .................................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Institusi ................................................................... 62
4.1.1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) .................. 62
4.1.2 Tugas BPBD Kabupaten Bogor .............................................. 63
4.1.3 Fungsi BPBD Kabupaten Bogor ............................................. 64
4.1.4 Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Bogor ......................... 65
4.2 Tujuan Perancangan Sistem................................................................... 65
4.2.1 Analisis Proses Bisnis dan Sistem Berjalan ............................ 66
4.2.2 Kelebihan Sistem Berjalan ........................................................... 68
4.2.3 Kelemahan Sistem Berjalan .................................................... 68
4.2.4 Identifikasi Masalah ................................................................ 68
4.2.5 Tujuan Pengembangan Sistem ................................................ 69
4.2.6 Analisis Sistem Usulan ........................................................... 70
4.2.7 Ruang Lingkup Sistem ........................................................... 72
4.2.8 Kebutuhan Perancangan Sistem .............................................. 73
4.2.8.1 Kebutuhan Fungsional ............................................ 73
4.2.8.2 Kebutuhan non fungsional ...................................... 73
4.3 Proses Design ........................................................................................ 76
xii
4.4. Perancangan Sistem ............................................................................... 76
4.4.1 Use Case Diagram ................................................................... 76
4.4.2 Narasi Use Case ...................................................................... 79
4.4.2.1 Narasi use case Lihat Peta Jenis Rawan Bencana ..... 79
4.4.2.2 Narasi use case Lihat Peta Daerah Rawan Bencana. 80
4.4.2.3 Narasi use case Lihat Melihat Berita ........................ 81
4.4.2.4 Narasi use case Manajemen Berita ........................... 82
4.4.2.5 Narasi use case Log in .............................................. 83
4.4.2.6 Narasi use case Log Out ........................................... 83
4.4.2.7 Narasi use case Validasi Peta ................................... 84
4.4.2.8 Narasi use case Manajemen Peta.............................. 85
4.4.2.9 Narasi use case Pelaporan Masyarakat ..................... 85
4.4.2.10 Narasi use case Manajemen Pelaporan Masyarakat .86
4.4.2.11 Narasi use case Validasi Berita ............................... 87
4.4.2.12 Narasi use case Pengetahuan Bencana ................... 88
4.5 Acitivity Diagram .................................................................................. 89
4.5.1 Activity Diagram untuk Lihat Jenis Peta Rawan Bencana ...... 89
4.5.2 Activity Diagram untuk Lihat Peta Daerah Rawan Bencana ... 90
4.5.3 Activity Diagram untuk melihat Berita .................................... 91
4.5.4 Activity Diagram Manajemen Berita ....................................... 92
4.5.5 Activity Diagram Log in .......................................................... 93
4.5.6 Activity Diagram Log out ....................................................... 94
4.5.7 Activity Diagram Validasi Peta ............................................... 95
4.5.8 Activity Diagram Manajemen Peta .......................................... 96
xiii
4.5.9 Activity Diagram Pelaporan Masyarakat ............................... 97
4.5.10 Activity Diagram untuk Manajemen Pelaporan Masyarakat98
4.5.11 Activity Diagram validasi Berita .......................................... 99
4.5.12 Activity untuk Lihat Pengetahuan Bencana ........................... 100
4.6 Perancangan Class Diagram ................................................................ 101
4.6.1 Class Diagram ....................................................................... 102
4.6.2 Mapping Diagram ................................................................. 103
4.7 Sequence Diagram ............................................................................... 104
4.7.1 Sequence Diagram Peta Daerah Rawan Bencana dan Peta Jenis
Bencana ...……………………………………………………….......104
4.7.2 Sequence Melihat berita………………………….………...105
4.7.3 Sequence Manajemen Berita ................................................. 106
4.7.4 Sequence Login ..................................................................... 107
4.7.5 Sequence Logout ................................................................... 108
4.7.6 Sequence Validasi Peta ......................................................... 109
4.7.7 Sequence Manajemen Peta .................................................... 110
4.7.8 Sequence Pelaporan Masyarakat ........................................... 111
4.7.9 Sequence Manajemen Pelaporan Masyarakat ....................... 112
4.7.10 Sequence Pelaporan Masyarakat .............................. 113
4.7.11 Sequence Lihat Pengetahuan Bencana ..................... 114
4.8 Perancangan Database ......................................................................... 115
4.8.1 Struktur Database .................................................................. 115
4.9 Perancangan Layout ............................................................................ 119
4.10 Fase Implementasi ...................................................................... 130
xiv
4.10.1 Digitasi Program ................................................................... 130
4.10.1.1 Digitasi Peta Daerah Bencana Alam ................... 130
4.10.1.2 Penentuan Tingkat Ancaman dan Resiko ............ 131
4.10.1.3 Pemograman (Coding) ......................................... 132
4.3.1.4 Pengujian sistem ...................................................................... 133
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ................................................................................... 137
5.2 SARAN ................................................................................................ 138
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………xxii
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Rekapitulasi Data Kejadian Bencana Alam Di Kabupaten Bogor...5
Tabel 2. 1 Teknologi dan Implementasi Mobile GIS untuk Kegiatan
Lapangan………..………………………………………………..31
Tabel 2. 1 Teknologi dan Implementasi Mobile GIS untuk LBS …………...31
Tabel 4. 1 Kebutuhan Hardware Server .......................................................... 74
Tabel 4. 2 Kebutuhan Hardware Client ........................................................... 74
Tabel 4. 3 Dekripsi Aktor ................................................................................ 77
Tabel 4. 4 Deskripsi use case .......................................................................... 77
Tabel 4. 5 Narasi Use case Lihat Peta Jenis Rawan Bencana ......................... 79
Tabel 4. 6 Narasi Use case Lihat Peta Daerah Rawan Bencana ...................... 80
Tabel 4. 7 Narasi Melihat Berita ..................................................................... 81
xv
Tabel 4. 8 Narasi Use case Manajemen Berita ................................................ 82
Tabel 4. 9 Narasi Use case Log in ................................................................... 83
Tabel 4. 10 Narasi Use case Log out ................................................................. 83
Tabel 4. 11 Narasi Use case Validasi Peta ........................................................ 84
Tabel 4. 12 Narasi Use case Manajemen peta ................................................... 85
Tabel 4. 13 Narasi Use case Pelaporan Masyarakat .......................................... 85
Tabel 4. 14 Narasi Use case Lihat Manajemen Pelaporan Masyarakat ...…....86
Tabel 4. 15 Narasi Use case Validasi Berita ..................................................... 87
Tabel 4. 16 Narasi Use case Lihat Pengetahuan Bencana ................................. 88
Tabel 4. 17 Tabel Berita .................................................................................. 115
Tabel 4. 18 Tabel User BPBD ......................................................................... 116
Tabel 4. 19 Tabel Bencana .............................................................................. 116
Tabel 4. 20 Tabel Peta Rawan Bencana .......................................................... 117
Tabel 4. 21 Pelaporan Masyarakat .................................................................. 117
Tabel 4. 22 Melihat Pengetahuan Bencana ..................................................... 118
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Komponen SIG (Sumber : Prahasta, 2005) .................................... 28
Gambar 2. 2 Kesiapsiagaan dalam model siklus pengelolaan bencana .............. 37
Gambar 2. 3 Sistem Federal web GIS (Jack,2008) ............................................. 38
Gambar 2. 4 Use case Diagram ........................................................................... 42
Gambar 2. 5 Class Diagram ................................................................................ 43
Gambar 2. 6 Activity Diagram ............................................................................. 43
Gambar 2. 7 Sequence Diagram .......................................................................... 44
Gambar 3. 1 Kerangka Berfikir ........................................................................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di dunia yang sering
terjadi bencana alam. Hal tersebut disebabkan karena letak geografis Indonesia
berada di antara dua benua, sehingga dilalui oleh badai tropis dan rentan terhadap
bencana. Jenis dan Karakteristik bencana alam yang terjadi tentunya berbeda
antara satu jenis bencana dengan bencana alam lainnya. Terkadang terdapat
beberapa bencana alam misalnya angin badai, angin topan, atau angin puting
beliung disertai dengan banjir, atau banjir disertai dengan tanah longsor dan
lainya.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu “hinterland” yang terletak di
bagian selatan Jakarta untuk sektor pemukiman, industri maupun pariwisata.
Tanpa disadari, perkembangan tersebut ternyata merupakan ancaman bagi
keberadaan fungsi dari Kabupaten Bogor sebagai daerah konservasi air dan tanah.
Perubahan penutupan lahan dan vegetasi yang sekaligus meningkatkan wilayah
pemukiman serta industri mempunyai andil yang cukup signifikan dalam
penurunan fungsinya sebagai daerah resapan. Berdasarkan dari kenyataan bahwa
kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis wilayah Kabupaten Bogor
yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yag
disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam, maupun faktor manusia. Letak
geografis Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi dan dialiri 6
2
daerah aliran sungai (DAS) sehingga mengindentikasikan sebagai daerah rawan
bencana terutama tanah longsor, banjir dan angin puting beliung. Penurunan luas
hutan dan peningkatan lahan kosong terjadi selama rentang waktu 5 tahun (dari
tahun 1998 ke tahun 2003), dimana luas hutan/ vegetasi lebat di kawasan hutan
produksi menurun seluas 1.502 Ha (dari 4.385 Ha menjadi 2.883 Ha). Luas tanah
kosong meningkat cukup drastis yaitu dari 13.508 Ha menjadi 23.748 Ha,
sedangkan luas tutupan hutan/vegetasi lebat menurun sekitar 1.357 Ha (dari 8.594
Ha menjadi 7.237 Ha). Peluang perubahan lahan yang tinggi sangat dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk yang dapat mengganggu pemanfaatan lahan dan
ekosistem, serta berdampak negatif seperti bencana alam berupa banjir, erosi,
maupun tanah longsor (Jaya et al. 2003).
Untuk dapat memantau dan mengamati fenomena bencana alam di suatu
kawasan diperlukan adanya identifikasi dan pemetaan daerah rawan bencana alam
yang mampu memberikan gambaran kondisi kawasan yang ada berdasarkan
faktor-faktor penyebab terjadinya bencana alam. Salah satu kegiatannya yaitu
mitigasi bencana alam yang merupakan pemetaan daerah rawan bencana alam
skala nasional dan skala wilayah/daerah. Peta ini secara umum dapat dijadikan
panduan bagi pihak-pihak terkait untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di
suatu wilayah. Menurut PerMendagri No. 33 tahun 2006, upaya yang dilakukan
untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam, bencana akibat ulah
manusia maupun gabungan keduanya dalam suatu masyarakat disebut dengan
mitigasi bencana.
Menurut (UU No.24 tahun 2007) Jika terjadi suatu perubahan penggunaan
lahan yang dapat berakibat menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan,
3
kerugian harta benda dan dampak psikologis, dapat dikatakan perubahan
penggunaan lahan yang menjadi bencana. Bencana pada dasarnya merupakan
fenomena yang terjadi pada suatu masa dimana suatu komunitas mengalami
kerugian akibat bencana tersebut. Secara lebih rinci definisi bencana difokuskan
pada ruang dan waktu ketika suatu komunitas menghadapi bahaya yang lebih
besar dan hancurnya berbagai fasilitas, jatuhnya korban manusia, kerusakan harta
benda dan lingkungan sehingga berpengaruh pada kemampuan komunitas tersebut
untuk mengatasinya (Smith, 2007).
Di Kabupaten Bogor sendiri telah banyak terjadi kecelakan bencana alam,
bisa dilihat gambar di bawah ini menunjukan data satatistik bencana alam
perbulan di Kab.Bogor.
Gambar 1.1. Statistik Bencana Perbulan 2014 (Sumber : BPBD, 2016)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melaporkan bahwa pada
tahun 2014 telah terjadi 300 kejadian bencana alam, dengan porsi kejadian banjir
sebanyak 43, angin kencang/rebut 96 dan tanah longsor sebanyak 161 kejadian
seperti ditunjukkan pada Gambar 1, 2 dan 3.
4
Gambar 1.2. Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor (Sumber : BPBD, 2016)
Gambar 1.3. Daerah Rawan Bencana Banjir (Sumber : BPBD, 2016)
5
Gambar 1.4. Daerah Rawan Bencana Angin Puting Beliung (Sumber :
BPBD, 2016)
Rekapitulasi data kejadian bencana alam di Kabupaten Bogor dapat dilihat
pada Tabel 1.1 (BPBD, 2016).
Tabel 1. 1. Rekapitulasi Data Kejadian Bencana Alam Di Kabupaten Bogor
Tanggal Jenis Bencana Kecamatan Desa
19-11-2015 Tanah longsor Pamijahan Purwabakti
15-11-2015 Banjir Sukaraja Cilebut Barat
15-11-2015 Banjir Cibinong Nanggewer
15-11-2015 Banjir Cibinong Karadenan
15-11-2015 Banjir Sukaraja Cimalada
07-11-2015 Angin Puting Beliung Cigombong Watesjaya
02-11-2015 Angin Puting Beliung Cigombong Cisalada
21-10-2015 Banjir Ciawi Teluk Pinang
21-10-2015 Angin Puting Beliung Rumpin Cibodas
12-10-2015 Angin Puting Beliung Tenjolaya Situdaun
Sumber : BPBD, 2016.
Waktu persis datangnya bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun
kawasan atau wilayah yang berpotensi bencana (khususnya gempa bumi, letusan
gunung berapi, dan banjir musiman) dapat dikenali berdasarkan kondisi geografis
dan geologis, serta catatan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Oleh karena itu,
6
kesiapsagaan dalam menghadapi bencana alam menjadi sangat penting dan harus
menjadi kebutuhan bagi setiap masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
rawan bencana. Pemerintah bertanggung jawab dalam menangani dan
menanggulangi bencana seperti yang diamanatkan pada undang-undang No. 24
tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. UU tersebut menyebutkan bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam
penyelengaraan penanggulangan bencana.
Berdasarkan pengalaman dalam penanggulangan bencana, upaya-upaya
pengurangan resiko bencana harus tetap dilakukan dan selalu ditingkatkan. Salah
satu upaya tersebut yaitu memberikan pengetahuan tentang karakteristik bencana
dan upaya mitigasinya kepada seluruh pemangku kepentingan (stake holder).
Identifikasi potensi bahaya bencana alam dengan analisis kerawanan
bencana alam menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dilakukan
dengan mudah dan akurat. Bahaya bencana alam dapat diidentifikasi secara cepat
melalui Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan metode tumpang susun
atau overlay terhadap parameter-parameter bencana alam seperti: kemiringan
lereng, tekstur tanah, permeabilitas tanah, tingkat pelapukan batuan, kedalaman
efektif tanah, kerapatan torehan, kedalaman muka air tanah, dan curah hujan
Sedangkan faktor non alami meliputi : penggunaan lahan dan kerapatan vegetasi.
Melalui rancang bangun Sistem Informasi Geografis diharapkan akan
mempermudah penyajian informasi spasial khususnya yang terkait dengan
penentuan tingkat bahaya bencana alam serta dapat menganalisis dan memperoleh
informasi baru dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang menjadi rawan
bencana alam.
7
Teknologi saat ini yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk
menyampaikan informasi adalah teknologi mobile yang dapat menampilkan
informasi yang berguna, inovatif dan efisien sehingga memberikan kemudahan
dalam mengakses informasi. Maka dari itu, sistem informasi berbasis mobile bisa
menjawab kebutuhan BPBD dalam menampilkan daerah rawan bencana.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pihak
BPBD mengenai kejadian bencana alam, tugas pokok BPBD mempunyai tugas
membantu pemimpin daerah dalam mengkordinasikan dan mengendalikan
kebijakan BPBD dalam melaksanakan penanggulangan bencana daerah yang
meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan penanggung jawab
koordinator wilayah dalam menanggulangi bencana yang dibantu oleh Search and
Rescue (SAR) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BPBD
wilayah Kabupaten Bogor sampai saat ini dalam memberikan informasi, selain
melalui media cetak dan televisi juga melalui media online melalui web. Dalam
web BPBD wilayah Kabupaten Bogor terlihat keterbatasan pihak BPBD dalam
memberikan informasi bencana alam, dengan ditunjukkannya peta bencana alam
yang berisi daerah-daerah yang telah mengalami musibah bencana. Selain itu
masyarakat juga mengeluhkan kesulitan untuk memperoleh informasi daerah
rawan bencana dan melaporkan bencana yang sering terjadi di wilayahnya.
Sementara itu, peta wilayah daerah rawan bencana belum ditunjukkan dalam
media online tersebut. Hal ini yang mendorong penulis untuk merancang sistem
informasi geografis berbasis mobile view mengenai persebaran titik daerah
bencana alam di Kabupaten Bogor.
8
Melihat latar belakang di atas, maka perlu adanya pengembangan Sistem
Informasi Geografis (SIG) berbasis mobile view yang diimplementasikan untuk
mengetahui kerentanan bahaya banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan
bencana alam lainya. Dalam hal memberi informasi tentang potensi daerah yang
rawan terjadi akan bencana alam, dan jumlah penduduk yang harus dievakuasi
apabila terjadi bencana alam. Serta membantu masyarakat dalam melaporkan
bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor. Oleh karena itu penulis
mengambil judul “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Mobile View
untuk Daerah Rawan Bencana alam di Wilayah Kabupaten Bogor.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Belum adanya informasi tentang wilayah yang memiliki potensi
bencana alam di Kabupaten Bogor mengakibatkan masyarakat sulit
mengetahui daerah daerah mana saja beresiko terjadinya bencana alam.
2. Belum adanya informasi yang menjelaskan resiko kerugian yang
disebabkan oleh bencana alam baik secara fisik ataupun sosial yang
terjadi pada lokasi di Kabupaten Bogor
3. Sulitnya masyarakat dalam melaporkan bencana alam yang kerap
terjadi diwilayah tempat tinggal
9
1.3. Perumusan Masalah
1. Bagaimana menganalisa, merancang, dan membanggun SIG (mobile
view) pada BPBD Kab. Bogor yang tepat, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan informasi yang
menjelaskan wilayah rawan bencana dan resiko kerugian yang
disebabkan bencana alam, Dan SIG yang dapat membantu masyarakat
dalam mendapatkan informasi tentang bencana serta melaporkan
bencana yang terjadi di wilayahnya.
1.4. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Bogor. Sistem yang dikembangkan belum
dilengkapi dengan fitur Early warning system (EWS).
2. Data yang digunakan adalah data rawan bencana alam di wilayah
Kabupaten Bogor. Bencana alam yang dipetakan pada sistem ini antara
lain tanah longsor,banjir dan angin puting beliung.
3. Tools yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah Arcview
versi 3.3 dan Arcgis 10.3. Sistem yang dikembangkan hanya
diterapkan pada mobile berbasis android.
4. Informasi yang ditampilkan merupakan informasi pendukung dalam
pemantauan bencana alam di daerah Bogor yang mencakup ancaman
bencana dan pemetaan daerah rawan bencana di Kabupaten Bogor.
10
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun Sistem
Informasi Geografis untuk daerah-daerah rawan bencana alam di Kabupaten
Bogor yang berbasis tampilan mobile view yang diharapkan mampu untuk :
1. Membantu pemantauan terhadap wilayah rawan bencana alam.
2. Visualisasi wilayah untuk pendataan daerah rawan bencana alam.
3. Memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada semua pihak
yang terkait dengan unsur-unsur penanggulangan bencana alam.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi
yang termuat dalam bentuk peta mengenai daerah rawan bencana alam dan
memberikan informasi mengenai daerah-daerah yang berpotensi terkena bencana
alam, sehingga dapat mengurangi jumlah kerugian yang akan ditimbulkan dan
juga dapat membantu pemerintah dalam perencanaan pengembangan wilayah
serta mempercepat pengambilan keputusan dalam pembangunan sarana dan
prasarana wilayah.
Berikut manfaat-manfaat yang penulis dapat di jabarkan dengan
diadakannya penelitian skripsi ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
a. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1), Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11
b. Untuk mempraktekan secara langsung dan meningkatkan ilmu yang
selama ini didapatkan dalam perkuliahan.
c. Mengetahui kondisi dan masalah yang sebenarnya terjadi dalam dunia
kerja.
d. Memperkenalkan gambaran umum lembaga yang diperlukan mahasiswa
dalam memahami dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya.
e. Menambah pengalaman serta kepercayaan diri dalam mengemban tugas
yang diberikan oleh oleh lembaga.
2. Bagi Masyarakat
a. Dengan tersedianya sistem informasi geografis ini akan membantu
masyarakat mengetahui tempat-tempat yang rawan akan bencana alam .
b. Mengetahui di mana saja letak persebaran bahaya bencana alam di
Kabupaten Bogor.
c. Memberikan informasi bencana melalui peringatan dini untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kebencanan, upaya pencegahan dan
resiko yang terjadi agar tidak ada kepanikan berlebihan ketika terjadi
bencana alam.
3. Bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
a. Membantu melakukan monitoring tempat-tempat rawan bahaya bencana
alam yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor.
b. Dapat mengelola data informasi tentang titik-titik daerah rawan bencana
alam dengan cepat dan mudah.
4. Bagi Universitas
12
a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi pelajaran
yang diperoleh dibangku kuliah dalam menerapkan ilmunya dan sebagai
bahan evaluasi.
b. Dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman.
c. Dikenal di dunia kerja sebagai Universitas yang mampu menghasilkan
mahasiswa berkompeten dengan praktiknya dilapangan.
1.7. Metode
Metode yang digunakan meliputi dua bagian pokok yaitu Metode
Pengumpulan Data, Analisis Pengembangan sistem.
1.7.1. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini
adalah:
a. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan ke
lapangan untuk mendapatkan data yang sesuai. Penulis memperoleh data dan
informasi yang dibutuhkan melalui kunjungan langsung yang terdapat pada kantor
Badan Penangulangan Bencana Derah di Kab. Bogor.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara
13
dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara) guna mendapatkan data dan informasi
tambahan terkait bidang yang diteliti oleh peneliti.
c. Studi Pustaka
Penulis membaca dan mempelajari buku, jurnal serta thesis yang
berhubungan dengan analisis dan perancangan sistem, serta penelitian sejenis
yang mendukung topik yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini.
1.7.2. Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah metode object
oriented dengan menggunakan pemodelan RAD (Rapid Application
Development), merupakan salah satu metode prototyping yang memiliki tahapan-
tahapan berikut (Kendall and Kendall,2008) :
1. Requirements Planning (Perancangan Syarat)
Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan system
yaitu dengan mengindentifikasi kebutuhan informasi dan masalah yang dihadapi
untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan juga alternatif
pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui perilaku system dan
juga untuk mengetahui aktifitas apa saja yang ada dalam system tersebut.
2. Workshop Design (Proses Desain)
Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki sistem yang dapat
digambarkan sebagai workshop. Selama proses desain RAD, pengguna merespon
14
working prototype yang ada dan menganalisis, memperbaiki modul-modul yang
dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan tanggapan pengguna.
3. Implementation (Penerapan)
Analisis bekerja secara intens dengan pengguna selama proses desain
untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari perusahaan. Segera
setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun, sub-sub system diuji coba
dan diperkenalkan kepada perusahaan.
1.8. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, terdapat lima bab pembahasan yang akan
disajikan secara singkat dan ringkas sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode pengumpulan data, metode perancanaan strategis
sistem informasi,waktu penelitian,tempat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan teori
dan studi kepustakaan dari penelitian yang penulis buat, dimana
berisi teori-teori dari konsep, software, dan aplikasi dari penelitian.
15
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang objek yang diteliti dan metode metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data dan mengembangkan
sistem dalam penelitian tersebut.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil yang didapatkan dari
pengembangan sitem yang dilakukan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan simpulan dari uraian yang sudah diterangkan
pada bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran-saran untuk
perbaikan.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Aplikasi
Pengertian aplikasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “To Applicate” yang
artinya menerapkan atau terapan. Namun pengertian mengenai aplikasi secara
umum adalah suatu paket program yang sudah jadi dan dapat digunakan.
Sedangkan pengertian aplikasi lainnya adalah “program komputer yang dibuat
untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu” (Nugroho, 2004).
Komputer sendiri terdiri dari beberapa unit fungsional utuk mencapai
tujuan pelaksanaan pengolahan data yaitu:
1. Bagian data yang membaca data (input data atau input unit)
2. Bagian yang mengelola data (control processing unit)
3. Bagian yang mengeluarkan hasil pengolahan data (output data)
Selain itu pengertian aplikasi adalah merupakan satu unit perangkat lunak
yang dibuat untuk melayani kebutuhan akan beberapa aktivitas seperti sistem
perniagaan, game, pelayanan masyarakat, periklanan, atau hampir proses yang
dilakukan manusia (Pramana, 2005).
2.2. Sistem Informasi
2.2.1. Pengertian Sistem
Menurut Jerry Fith Gerald dalam (Jogiyanto,2000), sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
17
bersama-bersama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu
sasaran tertentu.
Dalam bidang sistem informasi, sistem diartikan sebagai sekelompok
komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur. Apabila suatu komponen tidak memberikan kontribusi
terhadap sistem untuk mencapai tujuan, maka komponen tersebut bukan bagian
dari sistem (Agus, 2009).
2.2.2. Karakteristik/ Elemen Sistem
Suatu sistem mempunyai beberapa karakteristik, yaitu, komponen atau
elemen (component), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem
(environment), penghubung (interface), masukan (input), pengolah (process),
keluaran (Output), dan sasaran (objective) atau tujuan (goal) (Agus,2009).
a) Komponen Sistem
Suatu sistem tidak berada dalam lingkungan yang kosong, tetapi sebuah
sistem berada dalam lingkungan yang berisi sistem lainnya. Suatu sistem terdiri
dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi. Bekerja sama membentuk satu
kesatuan. Apabila suatu sistem merupakan salah satu dari komponen sistem
lainnya yang lebih besar, maka akan disebut dengan subsistem, sedangkan sistem
yang lebih besar tersebut adalah lingkungannya.
b) Batasan Sistem (Boundary)
Batasan sistem merupakan pembatas atau pemisah antara suatau sistem
dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem
18
menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Batas sistem
memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem
juga menunjukan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
c) Lingkungan luar sistem (Environment)
Lingkungan luar adalah apapun diluar batas dari sistem yang dapat
mempengaruhi operasi sistem, baik pengaruh yang menguntungkan ataupun yang
merugikan. Pengaruh yang menguntungkan ini tentunya harus dijaga sehingga
akan mendukung kelangsungan operasi sebuah sistem. Sedangkan lingkungan
yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan agar tidak mengganggu
kelangsungan sebuah sistem.
d) Penghubung sistem (interface)
Penghubung merupakan hal yang sangat penting, sebab tanpa adanya
penghubung, sistem akan berisi kumpulan subsistem yang berdiri sendiri dan
tidak saling berkaitan. Penghubung (interface) merupakan media penghubung
antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Penghubung inilah yang
akan menjadi media yang digunakan data dari masukan (input) hingga keluaran
(output). Dengan adanya penghubung, suatu subsistem dapat berinteraksi dan
berintegrasi dengan susbsistem yang lain dan membentuk suatu kesatuan.
e) Masukan sistem (Input)
Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat
berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal
input). Maintenance Input adalah energi yang dimasukan supaya sistem tersebut
dapat beroperasi. Signal Input adalah energi yang diproses untuk didapatkan
keluaran. Sebagai contoh di dalam sistem komputer, program adalah maintenance
19
input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal
input untuk diolah menjadi informasi.
f) Keluaran Sistem (Output)
Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem. Output dapat berupa
masukan untuk subsistem yang lain.
g) Pengolah Sistem (Process)
Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran
yang diinginkan.
h) Sasaran Sistem
Suatu sistem harus mempunyai tujuan dan sasaran, jika tidak mempunyai
sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Tujuan inilah yang
mengarahkan suatu sistem. Tanpa adanya tujuan, sistem menjadi tidak terarah dan
terkendali. Tujuan sistem informasi tergantung pada kegiatan yang ditangani.
Secara umum sistem memiliki tiga tuuan utama, yaitu:
1. Mendukung fungsi kepengurusan manajemen.
2. Mendukung pengambilan keputusan manajemen
3. Mendukung kegiatan operasi perusahaan
2.3. Pengertian Peta
Menurut Prahasta (2005), peta merupakan suatu respresentasi konvesional
(miniatur) dari unsur-unsur (feature) fisik (alamiah dan buatan manusia) dari
sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas media bidang datar dengan
skala tertentu.
20
Menurut badan koordinasi survey dan pemetaan nasional (Bakosurtanal,
2005) peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan peyajian data kondisi
lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan
keputusan pada tahap dan tingkatan pembangunan.
Menurut Dedy Miswar (2012: 2), peta merupakan gambaran permukaan
bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam
bentuk dua dimensioanal. Melalui sebuah peta kita akan mudah dalam melakukan
pengamatan terhadap permukaan bumi yang luas, terutama dalam hal waktu dan
biaya. Menno-Jan Kraak dalam bukunya Cartography: Visualization Of
Geospasial (2006:1) mengemukakan bahwa peta digunakan untuk visualisasi data
keruangan (geospasial), yaitu data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari
suatu objek atau fenomena di permukaan bumi.
Beberapa contoh kegunaan atau fungsi peta antara lain sebagai alat yang
diperlukan dalam proses perencanaan wilayah, alat yang membantu dalam
kegiatan penelitian, alat peraga untuk proses pembelajaraan di kelas, dan sebagai
media untuk belajar secara mandiri. Pada proses perencanaan wilayah peta sangat
diperlukan sebagai survey lapangan, sebagai alat penentu desain perencanaan, dan
sebagai alat untuk melakukan analisis secara keruangan.
Peta dalam sebuah penelitian sangat diperlukan terutama yang berorientasi
pada wilayah atau ruang tertentu di muka bumi. Peta diperlukan sebagai petunjuk
lokasi wilayah, alat penentu lokasi pengambilan sampel di lapangan, sebagai alat
analisis untuk mencari satu output dari beberapa input peta (tema peta berbeda)
dengan cara tumpang susun beberapa peta (overlay), dan sebagai sarana untuk
menampilakan berbagai fenomena hasil penelitian seperti peta kepadatan
21
penduduk, peta daerah bahaya longsor, peta daerah genangan, peta ketersedian air,
peta kesesuaian lahan, peta kemampuan lahan, dan sebagainya. Data-data yang
dapat dibuat peta adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Fungsi dan tujuan pembuatan peta, pada masa sekarang peta tidak hanya
berfungsi sebagai petunjuk lokasi , peta juga dapat digunakan untuk dasar
perencanaan pembangunanan, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Secara
umum fungsi dan tujuan peta dapat dilihat dari poin-poin berikut ini
(Riyanto,Prilnali EP, Hendi Indelarko, 2009).
a) Fungsi peta
Menunjukan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam
hubungannya dengan tempat lain di permukaan bumi).
Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak –
jarak).
Memperlihatkan bentuk (misalnya bentuk dari benua, negara dan lain-
lain).
Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan
menyajikan diatas peta. Dalam hasil penyajian menyangkut pengunaan
simbol-simbol sebagai “wakil” dari data-data tersebut. Kartografer
menganggap simbol tersebut dapat dimengerti oleh user pemakai peta.
b) Tujuan pembuatan peta
Sebagai alat komunikasi informasi ruang.
Menyimpan informasi.
Membantu dalam suatu desain, misalnya desain jalan, dan sebagainya.
22
Untuk analisis data spasial, misalnya: perhitungan volume, dan
sebagainya.
Peta memiliki jenis yang beranekaragam. Menurut Subagio (2003: 3),
klaisifkasi peta dapat berdasarkan peta sumber datanya, berdasarkan jenis data yang
disajikan, dan berdasarkan skalanya. Penelitian ini akan menggunakan peta tematik.
Peta tematik adalah peta yang hanya menyajikan data-data atau informasi dari suatu
konsep/ tema yang tertentu saja, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif
dalam hubunganya dengan detail topografi yang spesifik, terutama yang sesuai
dengan tema peta tersebut.
Peta dibuat untuk berbagai tujuan dan kepentingan, sehingga terdapat
berbagai tema dan judul peta. Namun, dari berbagai tema dan tujuan peta tersebut
dapat digolongkan dalam beberapa tema besar. Penggolongan peta sangat diperlukan
untuk mengetahui fungsi dan kegunaan peta secara tepat dan pemilihan atau
pencarian peta secara
2.3.1. Penggolongan Peta
Peta dapat dikelompokan menurut bentuk peta, isi peta, skala peta, tujuan
atau fungsi peta, simbol peta, temapeta, dan sebagainya. Kadang juga penggolongan
peta tersebut tidak tepat untuk suatu kepentingan tertentu. Perbedan kepentingan
tersebut masih dapat diatasi dengan memilih dasar pedoman klasifikasi peta yang
lain.
Penggolongan peta menurut Dedy Miswar (2012:16-19) adalah sebagai
berikut:
23
a. Penggolongan peta menurut isi (content)
1. Peta umum atau peta rupa bumi atau dahulu disebut peta topografi, yaitu peta
yang menggambarkan bentang alam secara umum di permukaan bumi, dengan
menggunakan skala tertentu. Peta –peta yang bersifat umum masuk dalam
kelompok ini seperti peta dunia, atlas, dan peta geografi lainnya yang berisi
informasi umum.
2. Peta tematik adalah peta yang memuat tema-tema khusus untuk kepentingan
tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu pengetahuan, perencanaan,
pariwisata, peta kemempuan lahan, peta kesesuaian lahan, peta daerah rawan
longsor, dan sebagainya.
3. Peta navigasi (Chart), peta yang dibuat secara khusus atau bertujuan praktis
untuk membantu para navigasi laut, penerbangan maupun perjalanan. Unsur
yang digambarkan dalam chart meliputi route perjalan dan faktor-faktor yang
sangat berpengaruh atau sangat penting sebagai panduan perjalanan seperti
lokasi kota, ketinggian daerah, maupun kedalaman laut.
b. Penggolongan peta menurut skala (scale)
1. Peta skala sangat besar : < 1:10.000
2. Peta skala besar : 1:100.000 < 1:10.000
3. Peta skala sedang : 1.100.000 < 1:1.000.000
4. Peta skala kecil : > 1:1.000.000
c. Penggolongan peta menurut kegunaan (purpose)
1. Peta pendidikan
2. Peta ilmu pengetahuan
3. Peta navigasi
24
4. Peta untuk apliikasi teknik
5. Peta untuk perencanaan
Mengingat teknik, tujuan dan skala yang bermacam- macam, maka peta
dapat digolongkan menjadi:
a. Atas dasar skala peta
1. Peta skala kecil : < 1.250.000
2. Peta skala kecil : < 1:50.000 – 1:250.000
3. Peta skala besar : < 1:250.000 – 1:50.000
4. Peta skala sangat besar : > 1:2.500
b. Atas dasar isinya
1. Peta umum (peta topografi)
2. Peta khusus (peta tematik)
c. Atas dasar pengukurannya
1. Peta terestis
2. Peta fotogramteri
d. Atas dasar penyajiannya
1. Peta garis
2. Peta foto
3. Peta digital
e. Atas dasar hirarkinya
1. Peta manuskrip
2. Peta dasar
3. Peta induk
4. Peta turunan
25
2.3.2. Sistem Koordinat
Menurut prahasta (2005) sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang
menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan
merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal beserta
beberapa sumbu-sumbu koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan
sudut untuk menghasilkan koordinat-koordinat. Sistem koordinat dapat
dikelompokan berdasarkan:
1. Lokasi titik awal ditempatkan;
2. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi;
3. Arah sumbu-sumbunya
2.3.3. Grid
Salah satu komponen kartografis yang umumnya ditampilkan dalam peta
tematik adalah grid dan graticule. Menurut Prahasta (2007), grid merupakan
beberapa garis (arcs) baik horizontal maupun vertikal yang memiliki keteraturan
dalam interval sehingga membentuk geometri-geometri bujur sangkar atau persegi
panjang. Keberadaan grid dasarnya berfungsi untuk membantu dalam
menempatkan berbagai elemen dalam agar tampak beraturan dan pengguna peta
dapat dengan mudah menginterpolasikan koordinat-koordinat suatu unsur pada
peta.
2.4. Pengertian Sistem Informasi Geografi
Saat ini perkembangan informasi geogspasial sangat pesat, terutama
pengembangan data Geospasial Digital. Kemampuan peyimpanan yang semakin
26
besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat, dan kecepatan proses data
yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan bagian yang tidak
terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi. Maka dari itu diperlukan
sebuah perangkat lunak yang berbasis data untuk dapat menganalisis dan
memumgkinkan pencarian data yang mudah dalam suatu sistem informasi yang
disebut Sistem informasi Geografi. Sistem Informasi Geografi (SIG) menjadi
salah satu sarana penyampaian informasi. Terutama untuk informasi-informasi
yang berhubungan dengan data spasial.
Sistem informasi geografi adalah sistem informasi yang dirancang untuk
bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordianat geografi.
Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus
dalam menangani data yang terferensi secara spasial, selain merupakan
sekumpulan operasi – operasi yang dikenakan terhadap data tersebut ( Prahasta,
2002). Model data sapsial dalam sistem informasi geografis di representasikan ke
dalam dua bentuk yaitu model data raster dan model data vector.
1) Model data raster
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan spasial
dengan menggunakan struktur matriks atau pixels-pixels yang membentuk grid.
Akurasi model data ini tergantung pada resolusi atau ukuran pixels (sel grid) di
permukaan bumi. Entity spasial raster disimpan dalam layer yang secara
fungsionalitas direalisasikan denga unsur- unsur peta. Koordianat- koordinat yang
ada dalam sekumpulan data raster diperlukan untuk mengikatkan (me- register)
sistem grid ini terhadap suatu sistem koordinat yang dikendaki (Prahasta, 2005).
27
2) Model data vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik – titik, garis – garis atau kurva, atau polygon
beserta atribut-atributnya. Model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat
kartesain dua dimensi (x,y). Garis – garis atau kurva (busur atau arcs) merupakan
sekumpulan titik –tititk terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau polygon
disimpan dalam sekumpulan data atau objek yang saling terkait secara dinamis
dengan pointer (Prahasta, 2005).
2.4.1 Komponen SIG
Menurut Gistus dalam Prahasta (2005), komponen SIG dibagi menjadi
empat komponen, diantaranya perangkat keras, manajemen, data, dan informasi,
serta perangkat lunak.
Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah
CPU, RAM, stroge, input device, output device, dan peripheral lainnya.
Sedangkan komponen perangkat lunak, merupakan suatu sisitem untuk mengelola
data dan informasi geografis, seperti ERDAS, ArcView, MapInfo, dan lain-lain.
Data dan informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan laporan yang
digunakan. Data manajemen merupakan komponen yang berkaitan dengan
perkembangan dan penguasaan teknologi. Kombinasi yang benar antara ke empat
(4) komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek
pengembangan Sistem Informasi Geografis (Gambar 1).
28
Gambar 2. 1 Komponen SIG (Sumber : Prahasta, 2005)
2.4.2 Manfaat Menggunakan SIG
SIG dapat menjadi alat yang sangat penting untuk pengambilan keputusan
dalam pembangunan yang berkelanjutan, karena SIG diharapkan mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat konseptual, apa yang terjadi pada
suatu lokasi-lokasi apa yang mendukung dalam kondisi tertentu, dan bagaimana
hubungan keruangan antara objek dalam kenampakan geografis, dan mampu
memberikan informasi keruangan yang dapat dianalisis secara cepat.
Beberapa contoh aplikasi-apalikasi pemanfaatan Sitem Informasi
Geografis menurut Prahasta (2002: 4-5) diantaraya:
a. Aplikasi di bidang pendidikan (penentuan kesesuaian, lokasi pendidikan,
sistem informasi pendidikan/akademis dan sebagai alat bantu pemahaman dan
pembelajaran untuk masalah-masalah geografi untuk siswa).
b. Aplikasi SIG di bidang pariwisata yaitu dalam inventarisasi daerah
pariwisata dan analisis potensi daerah unggulan untuk pariwisata.
c. Aplikasi SIG di bidang sumberdaya alam yaitu dalam inventarisasi,
manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan,
29
perencanaan tataguna lahan, analisis daerah rawan bencana alam, dan
sebagainya.
d. Aplikasi SIG di bidang perencanaan yaitu dalam perencanaan permukiman
transmigrasi, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan
lokasi dan relokasi industri, pasar, pemukiman, dan sebagainya.
e. Aplikasi SIG di bidang kependudukan atau demografi yaitu dalam
penyusunan data pokok, penyediaan informasi kependudukan/sensus, dan
sosek (social dan ekonomi) sistem informasi untuk kepentingan pemilihan
umum dan sebagainya.
2.4.3 Mobile GIS
Saat ini, aplikasi mobile GIS telah menjadi sebuah kebutuhan selama ini
banyak kegiatan di lapangan yang menggunakan GPS, laptop, dan perangkat
lunak GIS untuk melakukan pemetaan secara real time. Dengan konfigurasi yang
baik, pengguna akan dapat melihat posisinya di lapangan melalui peta , citra atau
bentuk spasial lainnya. Selanjutnya, apa definisi mobile GIS? Secara singkat
Ming-Hsing Tsou (1998) mendefinisikan Mobile GIS sebagai berikut, “Mobile
GIS merupakan sebuah integrasi cara kerja perangkat lunak/ keras untuk
pengaksesan data dan layanan geospasial melalui perangkat bergerak via jaringan
kabel atau nirkabel.”
Berikut disajikan hal-hal yang berkenaan dengan aplikasi Mobile GIS
(Riyanto, 2010) :
1) Diimplementasikan pada perangkat bergerak dengan keterbatasan ruang
penyimpanan, memori, dan resolusi.
30
2) Dapat diimplementasikan secara mandiri (stand alone) dengan menyimpan
data dalam perangkat bergerak (untuk aplikasi sederhana), atau disesuaikan
dengan arsitektur servernya (aplikasi Web GIS).
3) Kemampuan aplikasi Mobile GIS, meliputi:
Menampilkan atau melakukan navigasi.
Mengidentifikasi .
Pencarian atau query.
Memodifikasi nilai atribut.
Pemberian atau tanda redline.
Memodifikasi geometri.
Mengintegerasikan dengan data kantor.
4) Terdapat dua jenis data, yaitu: koleksi data (data collection) dan navigasi
(navigation). Adapun kelebihan sistem koleksi data dengan Mobile GIS
adalah sebagai berikut :
Dapat diintegerasikan dengan perangkat GPS, rangefinder, dan kamera
digital.
Sistem koleksi data sangat efisien, yaitu hanya dengan “point and
click”.
Data dikelola dalam dataset referensi.
Secara umum, Mobile GIS diimplementasikan pada dua area aplikasi
utama, yaitu: Layanan Berbasis Lokasi (Location Based Services) dan GIS untuk
kegiatan lapangan (Field-based GIS). Untuk lebih memahami kedua area
implementasi, berikut disajikan kutipan contoh spesifikasi sistem masing-masing.
31
Tabel 2.1. Teknologi dan implementasi Mobile GIS untuk kegiatan lapangan
Teknologi popular untuk
Field-based GIS
Aplikasi Populer untuk
Field-based GIS
Hardware: Pocket PC (WinCE), PDA
(Palm OS), Tablet PC
Software: Mobile GIS/GPS software
(ArcPad,MapXtend,Intelliwhwere,Onsite).
Programming Tools: Java (J2SE atau
J2ME), Visual Basic, .NET compat
framework.
Wireless Communication: WiFi atau
sinyal telepon selular.
GPS: Eksternal via Bluetooth atau kabel.
Pemantauan (monitoring)
lingkungan dan pengelolahan
sumber daya alam.
Penelitian tentang ekologi dan
geografi (koleksi data
lapangan).
Pemeliharaan utilitas
(elektronik, gas, dan air)
Sistem pengelolaan asset
(bidang tanah).
Perjalanan pendidikan
(kunjungan lapangan).
Manajemen tanggap darurat
dan bahaya
Sumber : Ming-Hsiang Tsou, 1998: Integrated mobile GIS and wireless Internet
Map servers for Environmental monitoring and management.
Table 2.2. Teknologi dan Implementasi Mobile GIS untuk LBS
Teknologi populer untuk LBS Aplikasi Populer untuk LBS
Hardware: Telepone selular
tekonologi 3G atau 4G, smart
phone, atau komputer
bergerak yang disesuaikan.
Software: Sistem dari vendor
dengan pemrograman mobile
(AWAP,C-HTML,Web
cliping)
Programming Tools: Java
(J2ME) dan .NET compact
framework.
Wireless Communication:
Telepon selular teknologi 3G
atau 4G, atau sistem satelit.
GPS: Bawaaan telephone
seluler atau kendaraan.
Web Service: Server LBS
level Enterprise
(menyediakan fasilitas
pengguna aplikasi klien untuk
berlanganan).
Bantuan direktori (layanan
bebasis lokasi untuk yellow
pages, dan toko jasa
(komersial).
Navigasi kendaraan (laporan
lalu lintas secara real-time dan
fungsi routin).
Layanan pemetaan/pencarian
alamat.
Layanan geo-tracking
(pengiriman paket, jadwal
bus, pemantauan lokasi
kendaraan).
Tanggap darurat (panggilan
911)
Pengelolaan perumahan.
Pengelola layanan interaksi
sosial (pencari teman dan
anak, penganturan kencan).
Sumber : Ming-Hsiang Tsou, 1998: Integrated mobile GIS and wireless Internet
Map servers for Environmental monitoring and management.
32
2.4.4. Sumber Data Spasial
Sebagaimana telah kita ketahui, SIG membutuhkan masukan data yang
bersifat spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber data menurut Elly (2009: 22)
tersebut antara lain adalah:
1. Peta Analog
Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog
dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial
seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Peta analog dikonversi
menjadi peta digital dengan berbagai cara. Referensi spasial dari peta analog
memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang
dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vektor. Peta
analog antara lain peta topografi, peta tanah dan lain sebagainya.
2. Data Dari Sisem Pengindraan Jauh
Data Penginderaan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang
terpenting bagi SIG karena ketersediannya secara berkala. Dengan adanya
bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing,
kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian.
Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster. Data dari penginderaan
jauh anatara lain citra satelit, foto udara, dan sebagainya.
3. Data Hasil pengukuran lapangan.
Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas
kepemilikan lahan, batas persil, batas hak penguasaan hutan, dsb. Yang dihasilkan
berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan
sumber data atribut.
33
4. Data GPS
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data
bagi SIG. Kekurangan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya
teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.
2.4.5 Kelebihan dan kekurangan SIG
1. Kelebihan menggunakan SIG adalah:
- Sangat efisien untuk lapisan peta yang baik;
- Cepat untuk cek dan update;
- Data atribut dan peta mudah dimanipulasi;
- Interaktif antara peta dan komputer;
- Data yang terkumpul dapat dijadikan data pengambilan keputusan.
2. Kekurangan menggunakan SIG
- Biaya tinggi untuk pemeliharaan terus-menerus.
- Biaya tinggi untuk data awal.
- Perlu keahlian khusus.
2.5. Konsep Ancaman Dan Resiko Bencana Alam
2.5.1. Pengertian Bencana Alam
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dampak
psikologis (perka BNPB no.8 tahun 2011).
34
Bencana tidak dapat di elakkan tetapi tidak demikian halnya dengan
kematian yang disebabkan adanya bencana. Adalah suatu tantangan untuk kita
bagaimana mengupayakan untuk meminimalkan dampak dari bencana itu sendiri,
dengan memikirkan datangnya bencana bahkan mencegah terjadinya suatu
bencana. Kita mengenal ada dua macam bencana yaitu bencana alam dan bencana
yang disebabkan oleh manusia.
Sutjirat, Sumadi (2002) bancana alam merupakan getaran-getaran yang
terjadi melalui permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan atau patahan
lempengan bumi, letusan gunung merapi, pukulan-pukulan gelombang laut, mesin
pabrik, lalu lintas yang tercatat oleh alat-alat gempa yang halus. Sedangkan
menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
yang menjelaskan bahwa wilayah negara Republik Indonesia memiliki kondisi
geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya
bencana baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia yang
menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat
menghambat pembangunan nasioanal. Dari pengertian tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa bencana alam merupakan suatu getaran-getaran yang
merambat melalui permukaan bumi serta menembus bumi sehingga menimbulkan
goncangan besar yang kadang kala disusul dengan terjadinya tsunami yang
menyebabkan kerusakan rumah masyarakat dan fasilitas umum serta hilangnya
harta benda bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
Bencana menurut UU No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
35
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis.
2.5.2. Ancaman Bencana
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bias
menimbulkan bencana (Habidin, 2012).
Indonesia secara garis besar memiliki 12 Ancaman Bancana. Ancaman
tersebut adalah :
1. Gempa bumi
2. Tsunami
3. Banjir
4. Tanah longsor
5. Letusan gunung api
6. Abrasi
7. Puting beliung
8. Kekeringan
9. Kebakaran hutan dan lahan
10. Kebakaran gedung dan pemukiman
11. Epidemi dan wabah penyakit
12. Konflik sosial
36
2.5.3. Resiko bencana
Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Resiko bencana dapat dinilai
tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada
suatu wilayah. Analisis resiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode
salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis
(SIG). Secara mendasar pemahamaan tentang konsep bencana menjadi dasar yang
kuat dalam melakukan pemetaan resiko bencana yang dapat diaplikasikan
kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial
dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas, dan peta resiko
bencana (Wacana,2011).
2.5.4. Konsep Mitigasi dan Spasial Web Service
Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang
berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang
dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa
maupun harta. Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi
untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau
kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak.
37
Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban
dan kerugian (BNPB,2007).
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi melalui
pengorganisasian yang tepat dan berdaya guna. Kesiapan bencana mencakup
peramalan dan pengambilan keputusan tindakan-tindakan pencegahan sebelum
munculnya ancaman, didalamnya meliputi pengetahuan tentang gejala
meunculnya bencana, gejala awal bencana, pengembangan dan pengujian secara
teratur terhadap sistem peringatan dini, rencana evakuasi atau tindakan lain yang
harus diambil selama periode waspada untuk meminimalisir kematian dan
kerusakan fisik yang mungkin terjadi (Kent, 2004).
Gambar 2.2. Kesiapsiagaan dalam model siklus pengelolaan bencana
(sumber: ikatan geografi Indonesia)
2.6. Web Geographic Information System
Geographic Information system (GIS) merupakan sistem informasi
berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan
informasi data atribut yang dirancang untuk mengelola, memanipulasi,
menganalisa, memperagakan dan menampilkan data spasial untuk suatu
perencanaan, pengolahan data dan penelitian bidang terkait. Menurut McKenna
(2004), GIS itu telah dikenal sebagai teknologi yang tepat untuk aplikasi sipil dan
38
militer, termasuk di dalamnya masalah emergency response. GIS adalah alat yang
berkemampuan tinggi dalam mendukung disaster management untuk “collecting,
storing, analysis, modeling anad displaying large amount of data”, (Saydi, Zoej
dan Mansourian, 2004). “Intergration of the GIS and the Internet technology can
be used to significantly increase the usage and accessibility of the spatial data,
which is a key requirement before, daring and after any disaster” (Rahaeja, Ojha
dan Mallik, Cinque, Crowe dan Davies, Saydi, Zoej dan Mansourian, 2004).
Web GIS merupakan suatu teknologi yang memungkinkan informasi
spasial untuk diakses oleh pengguna melalui internet. Disamping itu, web GIS
memungkinkan dalam pembuatan data, peng-editan data, analisis data, dan
memberikan query informasi. Ada beberpa teknologi yang dapat digunakan untuk
membangun sistem Web GIS, salah satunya adalah GeoServer yang berbasis
Open Source. Konsep ini mengacu pada standar Open Geospatial Consortum
(OGC) termasuk Web Map Service (WMS) yang memungkinkan pembuatan peta
dengan beberapa lapisan.
Gambar 2. 3. Sistem Federal web GIS (Jack,2008)
Saat ini, GIS diimplementasikan dalam tiga pola yang umum yaitu:
desktop, server, dan sistem federated (Jack, 2008). Sistem federated merupakan
39
sistem penggabungan server-server dan layanan-layanan untuk kolaborasi anatara
organisasi – organisasi. Tiga pola utama ini member pondasi yang kuat untuk pola
baru web GIS . Web GIS melibatkan pengetahuan geografis termasuk data,
model, workflows dan peta. Kemudian sumber daya tersebut akan dibagikan ke
pengguna Web GIS memanfaatkan kekuatan dan jangkuan web dan
mengintegrasikan sumber daya GIS seperti otoritatif analisis GIS database, model,
dan spasial. Web GIS mempunyai kemampuan visualisasi yang sangat bagus,
pemetaan dan menyediakan akses ke pengetahuan geografis secara sempurna
untuk semua orang. Seiring waktu, web GIS akan menjadi bagian penting dari
infrastruktur masyarakat (Nasauddin dan Khairul Munadi, 2011).
2.7. Rapid Application Development (RAD)
2.7.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall
Menurut Kendall & Kendall (2008) RAD merupakan salah satu metode
prototyping yang memliki tahapan-tahapan berikut :
1. Perencanaan Syarat (Requirments Planning)
Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan sistem
yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan informasi dan masalah yang dihadapi
untuk menentukan tujuan, batasan-bataasan sistem, kendala dan juga alternatif
pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui perilaku sistem dan
juga untuk mengetahui aktivitas apa saja yang ada dalam sistem tersebut.
2. Proses Desaint (Workshop Design)
Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang dapat
digambarkan sebagi workshop. Selama workshop design RAD, pengguna
40
merespon working prototype yang ada dan menganalisis, memperbaiki modul-
modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasaarkan respon
pengguna.
3. Penerapan (Implementation)
Analis bekerja secara intens dengan pengguna selama workshop design
untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari Instansi. Segera setelah
aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun, sub-sub sistem di ujicoba dan
diperkenalkan kepada instansi.
2.7.2. Model RAD menurut Pressman
Menurut Martin (Dalam Pressman, 2002), Rapid Application Development
(RAD) adalah sebuah model proses pengembangan yang sangat pendek. Model
RAD ini merupakan sebuah adaptasi “Kecepatan Tinggi” dari model sekuensial
linier dimana pengembangan cepat dicapai dengan menggunakan mode
pendekatan konstruksi berbasis komponen. Jika kebutuhan dipahami dengan baik,
proses RAD memungkinkan tim pengembang menciptakan “Sistem Fungsional
yang Utuh” dalam waktu periode yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90
hari). Menurut Kerr (Dalam Pressman, 2002), karena dipakai terutama pada
aplikasi sistem konstruksi, pendekatan RAD melingkupi fase-fase sebagai berikut:
a. Bussiness Modeling
Aliran Informasi diantara fungsi-fungsi bisnis di modelkan dengan suatu
cara untuk menjawab apa, siapa dan kemana.
41
b. Data Modeling
Aliran informasi idefinisikan sebagai bagian dari fase business modeling
disaring kedalam serangkain objek data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis
tersebut.
c. Proses Modeling
Aliran informasi didefiniskan di dalam fase data modeling di
transformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi implementasi
sebuah fungsi bisnis.
d. Application Generation
RAD mengasumsikan pemakaian teknik generasi ke empat.
e. Testing dan Turnover
Proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, tetapi komponen baru
harus diuji dan semua interface harus di tes secara penuh.
2.8. Unified Modeling language (UML)
UML adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia
pengembangan sistem yang berorientasi objek. Hal ini disebabkan UML
menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan bagi pengembangan
sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk yang baku,
mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi
(Sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain
(Munawar, 2005).
42
2.8.1 Tujuan UML
Tujuan utama UML (Suhendar dan Gunadi, 2002) diantaranya adalah
untuk:
1. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang
eksperesif untuk mengembangkan dan saling menukar model dengan
mudah dan dimengerti secara umum.
2. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa
pemrograman dan proses rekayasa.
3. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan.
2.8.2. Diagram dalam UML
Ada beberapa jenis diagram resmi yang digunakan dalam UML untuk
menggambarkan sebuah sistem berdasarkan objeknya (Soliq, 2006), yaitu:
1. Use Case Diagram (Gambar 2.4), menggambarkan sekumpulan use case
dan actor hubungan atara mereka. Use case diagram mempunyai peranan
penting dalam pengorganisasian dan pemodelan behavior dari sistem.
Gambar 2.4. Use case Diagram
43
2. Class Diagram terdiri dari atas sekumpulan class dan interface lengkap
dengan kolaborasi dan hubugan antara mereka.
3. Class diagram memperlihatkan hubungan anatara kelas dan penjelasan
detail tiap-tiap kelas di dalam model desain (dalam logical view) dari suatu
sistem.
Gambar 2.5. Class Diagram
4. Activity diagram, menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem
yang sedang dirancang.
Gambar 2.6. Activity Diagram
44
5. Sequence Diagram merupakan diagram interaksi yang menekankan pada
urutan waktu dari pertukaran message.
Gambar 2.7. Sequence Diagram
2.9. Tools pembuatan aplikasi
2.9.1 Bahasa pemograman
2.9.1.1 Java
Java merupakan perangkat lunak produksi sun microsystem inc. Untuk
pemrograman beberapa tujuan (multi purpose), dapat berjalan dibeberapa sistem
operasi (multi platform), mudah dipelajari, dan powerful (Supardi, 2011).
Bahasa pemograman Java merupakan multi platform, karena dapat
berjalan dibeberapa sistem operasi. Seperti sistem operasi android, namun android
hanya menyediakan lingkungan runtime atau sebagai interpreter. Dimana kode
sumber yang telah kita compile dengan compiler Java akan dioptimasi dengan
Delvik. Sebuah virtual machine yang memang dibuat dengan bahasa pemograman
Java yang tentunya terbentuk sebuah virtual mechine yag memang dibuat dengan
bahasa pemograman Java yang tentunya terbentuk sebuah Class, kemudian oleh
dex tools (merupakan bagian dari DVM) mengubah Java Class yang telah di
45
compile oleh Java Compiler ke lingkungan native yang bebentuk *.dex format
(Dalvik executable), yang teroptimasi untuk lingkungan perangkat keras dengan
komputasi yang rendah (Supardi, 2011).
2.9.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor)
PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server
dan diproses di server. Hasilnya adalah yang dikirimkan ke klien, tempat pemakai
menggunakan browser (Kadir, 2005). Menurut Paranginangin (2006), PHP
singkatan dari Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script
server side dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML.
2.9.2. ArcGIS ESRI
Android adalah paket perangkat lunak yang terdeiri dari produk perangkat
lunak sistem informasi geografis (SIG) yang diproduksi oleh Esri. Perangkat
lunak ini memiliki banyak fungsional, exstension yang sudah terintegrasi, dan
juga mengimplementasikan konsep basis data spasial. ArcGIS dibuat untuk
performance GIS yang tinggi contoh untuk WEB GIS, Server GIS, Database GIS
yang besar (Amalia Rahmah,2010).
ArcGIS Server adalah salah satu platform lain sebagai pembanding
ArcIMS (teknologi sebelum ArcGIS Server) dan Mapserver. ArcGIS Server
merupakan solusi platform berbayar (lisensi) untuk membangun aplikasi GIS
berbasis web yang dikeluarkan oleh ESRI (Amalia Rahmah,2010).
46
2.9.3. Database
Basis data (database) adalah suatu pengorganisasian sekumpulan data yang
saling terkait sehingga memudahkan aktivitas untuk memperoleh informasi. Basis
data dimaksudkan untuk mengatasi problem pada sistem yang memakai
pendekatan berbasis berkas (Kadir,2003)
Tujuan awal dan utama dalam pengolahan data pada sebuah basis data
adalah agar dapat mencari data dengan mudah dan cepat. Di samping itu,
pemanfaatan data untuk pengolahan data juga memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan sebagai
berikut (Simarmata dan prayudi, 2006):
a. Kecepatan dan kemudahan (Speed)
Pemanfaatan basis data memungkinkan untuk dapat menyimpan data atau
melakukan perubahan/manipulasi terhadap data atau menampilkan
kembali data tesebut dengan cepat dan mudah.
b. Efisiensi ruang penyimpanan (Space)
Penggunaan ruang penyimpanan di dalam basis data dilakukan untuk
mengurangi jumlah pengulangan data, baik dengan melakukan penerapan
sejumlah pengkodean atau dengan membuat relasi-relasi (dalam bentuk
file) antar kelompok data yang saling berhubungan.
c. Ketersediaan (Availability)
Pertumbuhan data (baik dari jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan
waktu akan semakin membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Data
yang sudah jarang atau bahkan tidak pernah lagi digunakan dapat diatur
47
untuk dilepaskan dari sistem basis data dengan cara penghapusan atau
dengan memindahkannya ke media penyimpanan.
d. Keamanan (Securrity)
Sistem keamanan digunakan untuk dapat menentukan siapa saja yang
boleh menggunakan basis data dan menentukan jenis operasi apa saja yang
boleh dilakukan.
2.9.3.1. MySQL
MySQL adalah software yang tergolong sebagai database server yang
sangat terkenal. Kepopuleran disebakan MySQL menggunakan SQL sebagai dasar
untuk mengakses database-nya. Hal menarik lainnya adalah MySQL juga bersifat
multiform (dapat dijalankan pada berbagai sistem operasi) MySQL juga termsuk
jenis RDBMS (Relational Database Management System). Itulah sebabnya istilah
seperti table, baris, dan kolom digunakan pada MySQL (Kadir,2005).
2.9.3.2. Database Management System (DBMS)
Untuk mengelola database diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut
DBMS (Database Management System). DBMS merupakan suatu sistem
perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna) untuk membuat,
memelihara, mengontrol, dan mengakses database secara praktis dan efisiensi.
DBMS dapat digunakan untuk mengakomodasi berbagai macam pemakai yang
memiliki kebutuhan akses yang berbeda-beda (Kadir, 2003).
48
2.9.4. XAMPP
XAMPP merupakan paket aplikasi yang memudahkan dalam meng-instal
modul PHP, Apche, dan MYSQL. Selain itu XAMPP dilengkapi oleh berbagai
fasilitas lain yang akan memberikan kemudahan dalam mengembangkan sistus
web berasis PHP. XAMPP merupakan apliaksi gratis dan tersedia untuk platform
Linux, Windows, MacOS, dan Solaris (Wibowo, 2007).
2.10. Metodologi Penelitian
2.10.1. Metode Pengumpulan Data
1. Studi pustaka
Untuk menambah referensi akan teori-teori yang diperlukan, dilakukan
studi pustaka dengan membaca dan mempelajari secara mendalam iterature-
literatur yang akan mendukung penelitian ini. Diantaranya buku-buku, catatan,
makalah, dan artikel baik cetak maupun elektronik dan hasil penulisan karya
ilmiah lainnya (Nazir, 2005).
2. Observasi/pengamatan
Observasi merupakan pengumpulan data dengan pengamatan langsung
yang cara pengambilannya datanya dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2005).
3. Interview/wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, bertatap muka antara pewawancara dengan penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(Nazir, 2005).
49
2.10.2 Metodelogi Pengembangan dengan Menggunakan (RAD)
Metodelogi pengembangan sistem adalah suatu aktivitas, metode, praktek
terbaik, dan peralatan terotomatisasi yang digunakan para stekholder untuk
mengembangkan dan secara berkesinambungan memperbaiki sistem informasi
dan perangkat lunak (whitten, Bentley, dan Dittman, 2004). Pengembangan sistem
informasi merupakan peyusunan suatu sistem untuk menggantikan yang lama
secara keseluruhan tau memperbaiki sistem yang telah ada.
Rapid Application Develoment (RAD) merupakan sebuah strategi yang
menekankan kecepatan pengembangan melalui ketertiban pengguna yang
ekstensif dalam kontruksi, cepat, berulang, dan bertambah serangkaian prototype
bekerja pada sebuah sistem yang pada akhirnya berkembang ke dalam sistem final
(Kendall dan Kendall, 2008).
Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim
pengembangan menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu
yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Model ini melingkupi aktivitas-
aktivitas sebagai berikut:
1. Fase perencanaan syarat (requirement planning), yaitu mengindentifikasi
maslah yang dihadapi dan membuat rencana unutuk menyelesaikan maslah
tersebut dan membuat alnalisas serta memahami sistem informasi yang
sedang berjalan. Selain itu, juga dilakukan identifiaksi terhadap solusi yang
diharapkan.
2. Fase workshop design, yaitu dalam fase ini pengguna dan penganalisis
bertemu untuk mengindentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi yang
terbaik. Kemudian membuat desain proses bisnis dan desain pemrograman
50
untuk data yang telah didapatkan dan dimodelkan dalam arsitektur sistem
yang akan dibuat.
3. Fase implementation, yaitu menerapkan sistem informasi yang telah dibuat
dan sebeluumnya telah di uji coba terlebih dahulu.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai metodelogi yang digunakan di dalam proses
penelitian hingga pada pengembangan sistem, diawali dengan gambaran umum
penelitian, metode pengumpulan data, hingga sampai pada metode pengembangan
sistem.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu dalam melakukan penelitian
untuk merancang dan membangun sistem informasi geografis peta daerah rawan
bencana alam berbasis mobile view (Studi kasus : Kabupaten Bogor):
Lokasi : Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bogor
Waktu penelitian : Desember 2015 – April 2016
Alamat : Jl.Situ Cikaret No. 2-3, Kel. Harapanjaya, Kecamata
Cibinong,
16914
3.2. Data dan Perangkat Penelitian
3.2.1. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi georafis pada
Aplikasi untuk monitoring bencana alam dikabupaten bogor berbasis mobile view
(Studi kasus : Kabupaten Bogor) adalah :
1. Peta daerah rawan bencana alam di Kabupaten Bogor
52
2. Data informasi prakiraan cuaca
3. Data kejadian bencana di Kabupaten Bogor
4. Data dasar peta Kabupaten Bogor yang dikeluarkan oleh BPBD
5. Data kepadatan penduduk di daerah rawan bencana di Kabupaten Bogor
6. Peraturan Kepala Badan nasioanal Penanggulangan bencana nomor 12 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana
3.2.2. Perangkat Penelitian
Hardware yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem informasi
geografis ancaman dan resiko bencana alam di Kabupaten Bogor adalah perangkat
laptop untuk merancancang aplikasi. Rincian dan spesifikasi dari setiap hardware
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Komputer Personal atau laptop dengan spesifikasi :
Intel Core i3 1.8GHZ
NVIDIA Geforce GT 720M with 2 GB VRAM
4 GB DDR3
500 GB HDD
2. Smartphone Andorid dengan spesifikasi :
Android version 4.4.2
CPU INTEL Inside 1.00 GHz
RAM 2 GB
Intenal Storage 8 GB
53
3.3. Metode Penelitian
Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yang dapat mendukung penulisan, baik dalam pengumpulan data maupun
informasi yang diperlukan sehingga mendapatkan kebenaran materi uraian
pembahasan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembahasan
penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan studi pustaka.
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
3.3.1.1 Observasi
Observasi dilakukan pada bagian proses pengambilan tingkat kerentanan,
tingkat kemampuan dan tingkat resiko bencana dengan mengamati data dan
informasi serta cara pengolahan data informasi yang digunakana dalam penentuan
tingkat kerentanan, kemampuan dan resiko bencana alam.
3.3.1.2 Wawancara
Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Bapak Hamzah selaku
Bagian Pusat data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Dareah di
Kabupaten Bogor. Wawancara ini berguna untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam perancangan dan pembuatan sistem. Dalam wawancara yang
dilakukan diketahui bagaimana alaur sistem informasi bencana yang dilakukan
(sistem berjalan).
54
3.3.1.3 Studi Pustaka
Metode studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku yang
berkaitan dengan materi penelitian. Data-data dan informasi yang diperoleh
berasal dari buku-buku dan artikel guna membantu dalam penelitian sistem
informasi spasial ancaman dan resiko bencana sehingga menjadi acuan
pembahasan dalam penelitian ini. Metode ini juga dilakukan dengan menelusuri
literatur yang ada. Pada penelitian ini menggunakan referensi beberapa skripsi
dengan topik kebencanaan dan mitigasi yang terdahulu dengan mepelajarinya
untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam penelitian
tersebut. Data-data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
standarisasi pedoman Pengkajian Bencana tahun 2012 pada Perka BNPB nomor
02, dan menurut regulasi dalam undang-undang Pasal 36 ayat (1) dan (2), UU No.
24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dan pasal 6 peraturan
pemerintah nomor 21 tahun 2008 tentang peyelenggaraan penangulangan bencana
dan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penaggulangan Bencana.
Dengan cara yang demikian, penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi
dalam penggunaan metode yang akan diteliti. Berikut merupakan beberapa hasil
penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis:
55
NO JUDUL GAMBARAN UMUM SUMBER
1. Penerapan Sisten Informasi
Geografis Dalam Pemetaan
Daerah Rawan Longsor Di
Kabupaten Bogor Oleh
Fheny Fuzi Lestari
Fenomena tanah longsor di suatu kawasan
dapat dipantau dan diamati dengan adanya
suatu identifikasi dan pemetaan daerah
rawan tanah longsor yang mampu
memberikan gambar kondisi kawasan yang
ada berdasarkan faktor-faktor penyebab
terjadinya tanah longsor.
Skripsi Fheny Fuzi Lestari, Institut
Pertanian Bogor (IPB).
2. Aplikasi Mobile Peta
Rawan Bencana Kota
Manado Berbasis Andorid
oleh Tigor Pakpahan,
Yaulie Rindengan, Xaverius
Najoan
Aplikasi mobile peta rawan bencana
berbasis android dapat memberikan
informasi wilayah bencana banjir dan tanah
longsor dengan lebih mudah. Peta digital
ini, merupakan inovasi yang dapat
memberikan informasi dengan cepat, kapan
saja dan di mana saja. Pengguna dapat
Jurnal Tigor Pakpahan, Yaulie
Rindengan, Xaverius Najoan,
Universitas Sam Ratulangi.
56
mengetahui lokasi-lokasi rawan bencana,
memantau terjadinya bencana, dan
mencegah terjadinya korban jiwa.
3. Rancang Bangun Spasial
Web Service Ancaman Dan
Resiko Bencana Alam
(Studi Kasus: wilayah
Pemantauan Badan
Nasional Penanggulangan
Bencana)
Oleh Putri Utami
Kompleksitas penyelenggaraan
penanggulangan bencana memerlukan suatu
penataan dan perencanaan yang matang,
terarah, dan terpadu. Penyelarasan arah
penyelenggaraan penanggulangan bencana
pada suatu kawasan membutuhkan dasar
yang kuat dalam pelaksanaannya dan
kebutuhan ini terjawab dengan kajian resiko
bencana yang merupakan perangkat untuk
menilai kemungkinan dan besaran kerugian
akibat ancaman yang ada.
Skripsi Putri Utami, Universitas
Islam Negeri (UIN)sss Syarif
Hidayatullah Jakarta.
57
4. Sistem Informasi Multi
Ancaman Bencana Alam Di
Aceh, Nasaruddin, Khairul
Munadi dan Dedi
Yuliansyah, Universitas
Pembangunana Nasional
“Veteran” Yogyakarta, 2011
a. Metode: menggunakan metode
perulangan yang dilakukan secara bertahap
dari proses awal hingga akhir. b. Variabel:
ancaman bencana di Aceh. c. Parameter:
tingkat ancaman tiap-tiap bencana.
Jurnal Nasaruddin, Khairul Munadi
dan Dedi Yuliansyah, Universitas
Pembangunana Nasional “Veteran”
Yogyakarta, 2011
5. ManajemenMitigasi
Bencana dengan Teknologi
Informasi di Kabupaten
Ciamis, Etika Emaliyawati,
Ayu Prawesti, Iyus Yosep,
Kusman Ibrahim,
Universitas Padjadjaran,
2016
a. Metode: menggunakan metode riset
terapan. b. Variabel: sarana dan layanan
kesehatan Kabupaten Ciamis. c. Parameter:
tingkat penanganan korban bencana
Jurnal Etika Emaliyawati, Ayu
Prawesti, Iyus Yosep, Kusman
Ibrahim, Universitas Padjadjaran,
2016
58
6. Sistem Informasi Geografis
Mitigasi Bencana Alam
Berbasis Web
Menggunakan Oracle
MapViewer, Utsri Yustina
Purwanto, Institut Pertanian
Bogor, 2007
a. Metode: menggunakan pendekatan
rekayasa web seperti formulasi,
perencanaan, analisis, perancangan,
pembuatan halaman, dan pengujian. b.
Variabel: data zona tanah longsor,
tumbukan dan gempa bumi. c. Parameter:
query polygon pada peta
Jurnal Utsri Yustina Purwanto,
Institut Pertanian Bogor, 2007
7. Perancangan dan
Pembuatan Sistem
Informasi Geografis
Berbasis Web Mitigasi
Bencana Alam (SIMiCA) di
Provinsi Lampung, Doni
Andrianto Basuki,
Muhammad Said Hasibuan,
Kusnita Yusmiarti, Institut
Informatika dan Bisnis
Darmajaya, 2013
a. Metode: menggunakan metode
perulangan yang dilakukan secara bertahap
dari proses awal hingga akhir. b. Variabel:
bencana alam, kerentanan, kapasitas dan
resiko bencana. c. Parameter: tingkatan
resiko bencana alam.
Jurnal Doni Andrianto Basuki,
Muhammad Said Hasibuan, Kusnita
Yusmiarti, Institut Informatika dan
Bisnis Darmajaya, 2013
59
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengembangan Rapid
Application Development (RAD), adapun tahapannya sebagai berikut:
3.3.2.1 Requirements Planning
a. Pengumpulan data dan syarat-syarat informasi
Peneliti mengumpulkan data dan informasi melalui observasi langsung di
tempat penelitian sehingga menghasilkan beberapa data dan informasi sebagai
berikut:
1) Profil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yakni berupa
sejarah, profil, visi dan misi, tugas dan fungsi, serta sturktur organisasi.
2) Data dan informasi yang digunakan dalam proses pemetaan bencana alam.
b. Analisa sistem berjalan
Setelah data dan informasi didapatkan maka peneliti akan menggambarkan
dan menganalisa sistem pemetaan bencana alam yang selama ini dijalankan
oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sistem berjalan
digambarkan melalui rich picture.
c. Identifikasi masalah sistem berjalan
Setelah analisa sistem berjalan selesai dilakukan, peneliti mengidentifikasi
masalah yang timbul pada sistem berjalan terkait dengan pemetaan bencana
alam.
d. Analisa sistem usulan
Pada tahap ini peneliti membuat beberapa rekomendasi terhadap sistem
berjalan berupa sistem informasi spasial rawan bencana alam untuk
60
meyelesaikan masalah yang timbul, berdasarkan identifikasi masalah yang ada
pada sistem berjalan yang akan digambarkan melalui rich picture.
3.3.2.2 Workshop Design
1. Desain proses
1) Desain Use case
Peneliti menggambarkan hubungan dan interaksi antara pengguna
(masyarakat, badan usaha, pemerintah, staf deputi bidang pencegahan dan
kesiapsiagaan) dengan sistem informasi spasial rawan bencana alam.
2) Desain Activity
Peneliti membuat alur proses sistem informasi spasial rawan bencana alam
sehingga terlihat proses kegiatan yang terjadi di dalam sistem informasi spasial
rawan bencana alam dari berbagai pengguna sistem.
3) Desain Class
Peneliti mengidentifikasi dan mendeskripsikan objek-objek yang terdapat
di dalam sistem informasi spasial rawan bencana alam beserta interaksi antar
objek tersebut.
4) Desain Sequence
Peneliti mengidentifiakasi perilaku tiap-tiap pengguna sistem informasi
spasial rawan bencana alam berdasarkan masing-masing urutan kejadian/interaksi
antar pengguan dengan sistem.
5) Desain Component
Peneliti mengambarkan keseluruhan proses yang berada di dalam sistem
informasi spasial rawan bencana alam.
61
6) Desain Deploy
Penelitian merancang sistem informasi spasial rawan bencana alam
berdasarkan sistem usulan yang dibuat dengan menggunakan deployment diagram.
2. Desain data base
Penelitian merancang dan membuat database sistem informasi spasial
rawan bencana alam. Pembuatan database dilakukan dengan menggunakan
database server MySQL.
3. Desain Interface
Penelitian merancang tampilan antar muka untuk usulan, yakni sistem
informasi spasial rawan bencana alam. Tampilan disesuaikan berdasarkan analisa
sistem bejalan, terkait dengan rawan bencana alam sehingga pengguna dapat tidak
mendapatkan kesulitan saat menggunakan sistem usulan.
3.3.2.3 Implementation
a. Tahapan pengembangan sistem
Pada tahapan awal, peneliti membuat beberapa peta yang dibutuhkan
dalam sistem nformasi spasial rawan bencana alam dengan mendigitasi dan
mengolah data dan informasi yang telah dikumpulkan menggunakan aplikasi
ArcGis. Kemudian peneliti membuat bagian back end dan front end sistem usulan
sesuai dengan analisa dan desain proses yang dibuat.
b. Tahapan pengujian sistem
Peneliti melakukan pengujian sistem usulan menggunakan metode
blackbox testing untuk memastikan tidak ada proses yang tidak sesuai dengan
desain rancangan sistem usulan.
62
3.3.3. Kerangka Berfikir
Gambar 3.1. Kerangka Berfikir
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Institusi
4.1.1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
BPBD dibentuk berdasarkan Pasal 18 sampai dengan 25 Undang - Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana bahwa di setiap provinsi
dan kabupaten atau kota dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) diatur dalam Peraturan Menteri dalam negeri nomor 46 tahun 2008
tentang susunan organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah.
Untuk implementasi peraturan dimaksud, di Kabupaten Bogor diwujudkan
dalam bentuk peraturan daerah kabupaten bogor nomor 2 tahun 2010 tentang
pembentukan BPBD Kabupaten Bogor yang ditetapkan pada tanggal 23 Maret
2010.
Berangkat dari kenyataan bahwa kondisi geografis, geologis, hidrologis,
dan demografis Wilayah Kabupaten Bogor yang memiliki tingkat kerawanan
tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor
non-alam maupun faktor manusia. Letak geografis Kabupaten Bogor sebagian
besar berupa dataran tinggi dan di aliri 6 Daerah aliran sungai sehingga
mengindentikasikan sebagai daerah rawan bencana terutama tanah longsor dan
banjir, bencana lain yang juga muncul adalah angin puting beliung.
Selanjutnya terhitung mulai tanggal 11 januari 2011 BPBD Kabupaten
Bogor mulai beroperasi yang ditandai dengan pelantikan pejabat struktural BPBD
Kabupaten Bogor mulai dari Eselon II, III dan IV. Berdasarkan Peraturan Daerah
63
Kabupaten Bogor nomor 2 tahun 2010 tentang pembentukan badan
penanggulangan bencana daerah (BPBD), BPBD merupakan perangkat daerah
sebagai unsur pendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin
oleh Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.
4.1.2. Tugas BPBD Kabupaten Bogor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor mempunyai
tugas :
1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat,
serta rekonstruksi secara adil dan setara;
2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;
4. Menyusun, menetapkan prosedur tetap penanganan bencana ;
5. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada bupati
setiap sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi gawat
darurat;
6. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang, barang dan
bantuan lainnya;
7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah dan sumber anggaran lainnya
yang sah dan tidak terikat.
64
8. Melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang
undangan.
4.1.3 Fungsi BPBD Kabupaten Bogor
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, BPBD mempunyai fungsi :
1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif, dan
efisien.
2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
Berdasarkan penjelasan peraturan daerah nomor 2 tahun 2010, BPBD
mempunyai fungsi koordinasi, komando dan pelaksana dalam penanggulangan
bencana. Dalam fungsi koordinasi , BPBD melakukan koordinasi dengan satuan
kerja perangkat daerah lainya, instansi vertikal yang ada di daerah, lembaga
usaha, dan pihak lain yang diperlukan pada tahap pra bencana dan pasca bencana.
Pada fungsi komando, BPBD melaksanakan penanggulangan bencana
dengan pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja
perangkat daerah lainya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-
langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana.
Sedangkan pada fungsi pelaksana, BPBD melaksanakan penanggulangan
bencana secara terkoordinasi dan integrasi dengan satuan kerja perangkat daerah
lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah dengan memperhatikan
kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
65
4.1.4 Stuktur Organisasi BPBD
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BPBD Kab.Bogor
4.2. Tujuan Perancangan Sistem
Perancangan sistem ini bertujuan untuk membantu pengguna ponsel pintar
baik masyarakat Indonesia maupun wisatawan asing untuk memperoleh informasi
tentang kebencanaan yang dibutuhkan seperti pengetahuan bencana, pantauan
bencana, data kejadian bencana dan tentang BPBD. Dalam sistem ini user dapat
melihat informasi dalam bentuk peta yang diakses melalui Google earth dan
Google maps pada smartphone. Dapat juga digunakan sebagai media untuk
mengetahui perkiraan cuaca dan titik api. Sistem ini dapat menyediakan
monitoring data kejadian bencana yang sedang terjadi ataupun satu bulan terakhir
yang diperlukan oleh staf lapangan.
66
4.2.1 Analisis Proses Bisnis dan Sistem Berjalan
Analisis proses bisnis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses
pantauan bencana, khususnya ancaman dan resiko bencana di Indonesia dan
bagaimana sistem yang berjalan untuk penyajian informasi tersebut. Proses yang
dimaksud dapat dijelaskan melalui rich picture berikut ini:
Gambar 4.2. Analisis Sistem Berjalan
Proses yang berjalan pada Badan Penaggulangan Bencana Daerah pada
proses penginputan data dimulai dari staf bagian data dan informasi menerima
data mentah dari berbagai tools yang dimiliki oleh BPBD dan satelit, kemudian
admin mengolah data mentah menjadi sistem informasi spasial ancaman dan
resiko bencana berupa peta spasial ancaman dan peta spasial resiko bencana yang
kemudian akan diupload ke dalam server BPBD yang dapat diakses oleh
penunjang melalui website BPBD yang sudah tersedia.
Berikut uraian sistem berjalan pada BPBD yang digunakan untuk proses
pemberian informasi tentang daerah rawan bencana alam di Kab. Bogor.
67
1. Admin menerima data daerah terkena bencana berupa data Microsoft
Excel.
2. Admin membuat sistem informasi spasial pemetaan daerah terkena
bencana alam berbentuk peta menggunakan ArcGis.
3. Kemudian setelah itu hasil peta daerah terkena bencana alam dicetak
oleh admin lalu diserahkan kepada Kepala Pusdatin untuk diperiksa
dan divalidasi.
4. Kepala Pusdatin mevalidasi peta dan validasi memo kepada admin
bahwa peta bisa di publikasi.
5. Kemudian admin menggunggah hasil peta yang sudah mendapatkan
memo ke dalam website sistem infomasi bencana BPBD.
6. Setelah peta tersimpan ke dalam database, informasi spasial daerah
terkena bencana dapat diakses oleh pengunjung.
7. Admin mengelola bebagai informasi yang ada di dalam website,
seperti data kejadian bencana terbaru, informasi berita terbaru dan
informasi terkait ancaman dan resiko bencana lainnya.
8. User bisa melihat dan mengakses website BPBD dengan membuka
halaman website BPBD. Di dalam website tersebut, pengunjung dapat
melihat informasi BPBD, pengetahuan tentang kebencanaan maupun
data kejadian bencana.
68
4.2.2. Kelebihan Sistem Berjalan
1. Pengunjung dapat bertanya kepada staf terkait perihal informasi
tentang kebencanaan secara langsung dan mendapatkan penjelasan staf
ahli.
2. Informasi pada website yang tersedia sudah lengkap untuk keperluan
data dan informasi kebencanaan.
4.2.3. Kelemahan Sistem Berjalan
1. Pengunjung harus datang ke kantor untuk mendapatkan informasi
ancaman dan resiko bencana tersebut.
2. Waktu yang diperlukan lama karena harus mengumpulkan data
informasi terkait satu persatu.
3. Website sudah memuat informasi kebencanaan dan data kejadian
bencana secara lengkap, hanya ketika pengunjung ingin melihat peta
spasial pantauan bencana, peta spasial ancaman bencana maupun peta
spasial resiko bencana, pengunjung harus terlebih dulu menginstall
sejumlah software terkait seperti Google earth yang Compatible
dengan peta yang akan diakses atau sejumlah ekstensi browser.
4.2.4. Identifikasi Masalah
Dari sistem yang berjalan saat ini, terdapat beberapa masalah pokok yang
dihadapi oleh pihak BPBD, antara lain:
1. Pengunjung tidak mudah mengakses sistem informasi bencana dan
layanan pengaduan masyarakat dikarenakan sistem memerlukan
69
tahapan-tahapan untuk mengakses ke sistem informasi bencana dan
layanan pengaduan masyarakat.
2. Permasalahan software yang dapat mengakses peta spasial ancaman
dan resiko bencana yang memiliki ukuran yang besar dan sering terjadi
hang terhadap beberapa perangkat komputer mempersulit pengunjung
mengakses informasi tersebut. Sulitnya masyarakat dalam melaporkan
bencana alam yang kerap terjadi di wilayah tertentu dikarenakan untuk
sistem layanan pengaduan masyarakat belum tersedia.
3. Karena dua perihal di atas, membuat informasi penting yang
seharusnya bisa diakses dengan mudah oleh user menjadi sulit.
4. Beberapa menjadi kendala dalam sistem yang sedang berjalan dalam
memenuhi kebutuhan informasi tentang kebencanaan diantaranya
ancaman dan resiko bencana di Kabupaten Bogor untuk masyarakat
Guna meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
informasi kebencanaan untuk upaya mitigasi bencana maupun
pencegahannya. Selain itu untuk melaksanakan peraturan pemerintah
mengenai hak dan kewajiban serta peran masyarakat yang aktif dalam
penanganan bencana yang terjadi, sistem yang sudah ada belum dapat
menyajikan informasi secara mobile.
4.2.5 Tujuan Pengembangan Sistem
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan tujuan dari pengembangan sistem adalah sebagai berikut:
70
1. Kemampuan sistem memberikan informasi daerah rawan bencana di
Kab. Bogor secara tekstual ataupun spasial.
2. Kemampuan sistem dalam memvisualisasikan informasi spasial
daerah rawan bencana ke dalam bentuk tampilan aplikasi mobile yang
representative dan mudah dalam penggunaannya.
3. Kemampuan dalam menampilkan informasi spasial ancaman daerah
rawan bencana alam dalam bentuk visual.
4. Mempermudah pendistribusian informasi ke masyarakat yang
membutuhkannya.
5. Penyajian informasi spasial tersebut yang berbasis mobile
4.2.6. Analis Sistem Usulan
Dari hasil definisi sistem yang telah diuraikan di atas, maka sistem yang
diusulkan adalah membangun sebuah sistem mobile View daerah rawan bencana
alam di Kabupaten Bogor. Sistem ini memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu BPBD menginformasikan daerah rawan bencana, ancaman
bencana dan resiko bencana di Kab.Bogor, juga pengetahuan wajib
tentang bencana kepada user atau masyarakat.
2. Membantu masyarakat/ wisatawan mengetahui informasi daerah rawan
bencana, ancaman bencana dan resiko bencana di Kab.Bogor.
3. Mempermudah masyarakat/ wisatawan dalam mengakses informasi
daerah rawan bencana, ancaman bencana dan resiko bencana Kab.
Bogor di dalam aplikasi.
71
4. Sistem ini bebasis Mobile View sehingga dapat diakses secara cepat
dan menggunakan tampilan yang sederhana untuk memudahkan
pengguna.
Gambar 4.3. Sistem Usulan
Pada gambar 4.3 digambarkan usulan sistem informasi bencana alam.
Uraian dari sistem usulan adalah sebagai berikut (admin menerima data ancaman
dan resiko bencana data berupa Microsoft Excel) :
1. Admin membuat sistem informasi bencana alam berbentuk peta
menggunakan software Arcgis.
2. Kemudian admin mengunggah hasil digitasi peta ke dalam website
sistem informasi bencana alam.
3. Setelah peta tersimpan ke dalam database, informasi bencana alam
dapat diakses oleh pengunjung.
4. Kepala pusdatin memvalidasi peta melalui halaman kepala pusdatin di
dalam website dan peta akan otomatis terpublish setelah divalidasi.
72
5. Admin mengelola berbagai informasi yang ada di dalam website,
seperti data kejadian bencana terbaru, informasi berita terbaru dan
informasi terkait tentang bencana alam.
6. User bisa melihat dan mengakses website BPBD dengan membuka
website BPBD melaui web maupun mobile phone, di dalam website
tersebut, pengunjung dapat melihat informasi tentang BPBD,
pengetahuan tentang bencana maupun data kejadian bencana daerah
rawan bencana.
7. Untuk pengunjung setelah membuka aplikasi mobile maka dapat
melihat informasi home, SIMBA, daerah bencana, daerah rawan
bencana, peta kejadian bencana, pengetahuan bencana dan tentang
BPBD pada smartphone. Pengunjung dapat mengakses informasi
bencana alam berupa peta yang dapat diakses langsung melalui
aplikasi mobile.
4.2.7. Ruang Lingkup Sistem
Ruang lingkup sistem dinyatakan untuk menentukan batasan ruang
lingkup sistem yang akan dibangun. Sistem yang akan dibangun yaitu sistem
informasi spasial daerah rawan bencana dan layanan pelaporan masyarakat dan
sistem ini mempunyai batasan system, yaitu aplikasi berbasis mobile yang
berfungsi sebagai media informasi yang menunjukan pengetahuan kebencanaan
dan peta spasial daerah rawan bencana dan layanan pelaporan masyarakat guna
dapat memberikan informasi daerah bencana.
73
4.2.8. Kebutuhan Perancangan Sistem
Dalam penerapan arsitektur sistem ini diketahui kebutuhan-kebuthan di
dalam membangun sistem. Antara lain kebutuhan fungsional, kebutuhan non
fungsional, dan kebutuhan pengguna . Kebutuhan-kebutuhan tersebut dijelaskan
sebagi berikut:
4.2.8.1. Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional dari sistem ini adalah informasi apa saja yang
disediakan oleh sistem untuk memudahkan user dalam menggunakannya.
Kebutuhan fungsional yang dibangun adalah sebagai berikut:
a. Sistem menyediakan informasi yang berkaitan dengan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
b. Sistem menyediakan informasi daerah rawan bencana alam
c. Sistem ini menyediakan data kejadian bencana
d. Sistem ini menyediakan pelaporan masayarakat
e. Sistem ini menampilkan informasi pengetahuan bencana
4.2.8.2. Kebutuhan Non Fungsional
Adapun kebutuhan non fungsional dari sistem informasi daerah rawan
bencana mengidentifikasi batasan dari fasilitas yang disediakan oleh sistem.
Kebutuhan non funsional ini mencangkup kebutuhan privasi sistem, keamanan
sistem, performa sistem, bahasa pemograman yang digunakan dalam sistem,
metode perancangan apa yang digunakan oleh sistem, hardware, dan software
74
yang digunakan. Kebutuhan non fungsional dari sistem yang dibangun adalah
sebagai berikut:
a. Bahasa pemrograman
b. Metode perancangan sistem menggunakan pengembangan OOAD (Object
Oriented Analays and Design)
c. Sistem ini diimplementasikan menggambarkan mobile application berbasis
web mobile view untuk nasabah.
d. Kebutuhan hardware
1. Server
Tabel 4.1. Kebutuhan Hardware Server
Environtment Server Equipment Minimum Requirement
Personal computer
Desktop/workstation a. Intel core i3 1.8GHZ
b.4 GB DDR3 RAM
c. 500 GB HD
Network Internet connection 120 Kbps internet
speed
Input device Keyboard, mouse
Output device Laptop, Printer
2. Client
Tabel 4.2. Kebutuhan Hardware Client
Envirotment Client Equipment Minimum Requirement
Smartphone Mobile device a. Android 4.3 (jelly
bean)
b. Dual-core 2.0 Ghz
c. 2Gb RAM
d. 2GB Internal storage
Network Mobile Broadband
Data Access
120 Kbps internet Speed
Input Device Touch Screen
Output Device LCD Screen
75
f. Kebutuhan Software
Untuk kebutuhan perangkat lunak (software) yang digunakan pada sistem
ini sebagai berikut:
1. Microsoft windows 7
2. Microsoft office 2007
3. ArcView 3.3
4. Google Earth dan Google Maps
5. XAMPP v3.2.1, MySQL versi 5.0.51a
6. Browser Mozila Firefox versi 26.0
7. Android 4.3
g. Kebutuhan Pengguna
Berikut ini adalah beberapa kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi oleh
sistem yang akan dibangun :
a. Kebutuhan Pengunjung (Masyarakat/ wisatawan)
User dapat mengakses sistem informasi daerah rawan bencana alam
dan layanan pelaporan masyarakat.
b. Kebutuhan Admin
Mengelola sistem informasi daerah rawan bencana alam berbasis web
mobile view.
c. Kebutuhan Kepala Pusdatin
Memvalidasi peta sebelum dipublikasi.
76
4.3. Proses Design
Pada fase proses desain ini, dibuat desain yang merupakan solusi dari hasil
analisis pada tahap perencanaan syarat (requirement planning). Peneliti
melakukan perancangan sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana
alam berdasarkan respon kebutuhan pengguna untuk mengembangkan sistem
denga tools Unifield Modeling Language (UML) yang terdiri dari beberapa tahap
berikut, antara lain:
4.4. Perancangan Sistem
4.4.1 Use Case Diagram
Gambar 4.4. Use Case Diagram
77
Use case diagram yaitu diagram yang menunjukan interaksi antara aktor di
dalam sistem. Diagram use case yang diusulkan sistem informasi daerah rawan
bencana alam di Kab.Bogor digambarkan pada gambar 4.4.
Tabel 4.3. Dekripsi Aktor
Tabel 4.4. Deskripsi use case
No. Nama use case Deskripsi Aktor
1. Lihat Peta Jenis Rawan Bencana Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi daerah
bencana.
Semua aktor
2. Lihat Peta Daerah Rawan Bencana Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi daerah
rawan bencana.
Semua aktor
3. Melihat Berita Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi berita.
Semua aktor
4. Manajemen Berita Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
Admin
No. Aktor Deskripsi
1. Pengunjung Pengunjung adalah masyarakat/wisatawan
yang mengakses Aplikasi Simba daerah rawan
bencana . Memiliki akses melihat informasi,
melihat peta dan mendownload peta.
2. Admin Aktor yang mengelola informasi pada aplikasi,
dan manage peta index daerah rawan bencana.
3.
4.
Kepala pusdatin
Kepala BPBD
Aktor yang memvalidasi peta sebelum di
publish.
Aktor yang memantau pelayanan tentang
sistem BPBD
78
admin melihat informasi
berita.
5. Log in Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan log
in.
Kepala
pusdatin,
admin
6. Log out Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan log
out.
Kepala
pusdatin,
admin
7. Validasi peta Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
kepala Pusdatin dalam
memvalidasi peta.
Kepala
pusdatin
8. Manajemen Peta Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi tentang
peta bencana.
Admin
9. Pelaporan Masyarakat Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
pengunjung melakukan
pelaporan tentang bencana
alam.
Pengunjung
10.
11.
12.
Manajemen Pelaporan Masyarakat
Validasi Berita
Lihat Pengetahuan Bencana
Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
admin mengelola Pelaporan
masyarakat.
Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
kepala Pusdatin dalam
memvalidasi berita.
Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi
Admin
Admin
Semua
Aktor
79
pengetahuan bencana alam.
4.4.2 Narasi Use Case
Berikut ini adalah beberapa narasi use case yang mendeskripsikan use
case yang terbentuk dari kegiatan bisnis dan use case diagram yang ada dalam
usulan sistem.
4.4.2.1 Narasi use case Lihat Peta Jenis Rawan Bencana
Tabel 4.5. Narasi Use case Peta Rawan Bencana
Use case Name Lihat Peta Rawan Bencana
Use case Id 1
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
peta daerah bencana
Pre condition Pengunjung membuka sistem informasi bencana alam
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat daerah
Bencana
Typical course of
events
Actor Action
System response
1. Pilih menu peta rawan
bencana
2. Menampilkan menu halaman
peta rawan bencana
3. Pilih menu peta rawan
banjir
4. Menampilkan sistem
informasi peta rawan bencana
alam banjir
80
4.4.2.2. Narasi use case Lihat Peta Daerah Rawan Bencana
Tabel 4.6. Narasi Use case Lihat Peta Daerah Rawan Bencana
Use case Name Lihat Peta Daerah Rawan Bencana
Use case Id 2
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarakan kegiatan melihat halaman
peta Daerah Rawan Bencana
Pre condition Pengunjung membuka sistem informasi bencana alam
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat daerah
Rawan Bencana
Typical course of
events
Actor Action
System response
1. Pilih menu Peta
Daerah Rawan Bencana
2. Menampilkan halaman
halaman peta daerah rawan
bencana
3. Piih menu daerah
rawan longsor
4. Menampilkan sistem
informasi bencana alam
Daerah rawan tanah longsor
Alternate course 3.a Jika pengunjung pilih menu banjir akan menampilkan
sistem informasi daerah bencana alam banjir
3.b Jika pengunjung pilih menu angin puting beliung akan
menampilkan sistem informasi daerah bencana alam
angin puting beliung.
3.c Jika pengunjung pilih menu tanah longsor akan
menampilkan sistem informasi daerah bencana alam
longsor
Conclusion Aktor dapat melihat daerah bencana
Post condition Informasi daerah bencana berhasil diakses
81
Alternate course 3.a Jika pengunjung pilih menu banjir akan menampilkan
sistem informasi daerah Rawan bencana alam banjir
3.b Jika pengunjung pilih menu angin puting beliung akan
menampilkan sistem informasi daerah rawan bencana alam
angin puting beliung.
3.c Jika pengunjung pilih menu tanah longsor akan
menampilkan sistem informasi daerah rawan bencana alam
longsor
Conclusion Aktor dapat melihat daerah rawan bencana
Post condition Informasi daerah rawan bencana berhasil diakses
4.4.2.3 Narasi use case Melihat Berita
Tabel 4.7. Narasi Use case Melihat Berita
Use case Name Melihat Berita
Use case Id 3
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
berita
Pre condition Pengunjung membuka sistem informasi bencana alam
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat berita
Typical course of
events
Actor Action
System response
1. Pilih menu berita 2. Menampilkan halaman
berita
Alternate course
Conclusion Aktor dapat melihat halaman berita
Post condition Informasi Berita berhasil di akses
82
4.4.2.4. Narasi use case Manajemen Berita
Tabel 4.8. Narasi Use case Manajemen Berita
Use case Name Manajemen Berita
Use case Id 4
Actor Admin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan untuk mengelola
informasi berita
Pre condition Aktor membuka sistem informasi bencana alam dan
login
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola
informasi berita
Typical course of
events
Actor Action
System response
1. Pilih menu manajemen
berita
2.Menampilkan halaman
manajemen berita
3. Pilih create 4. Menampilkan form berita
baru
5. Mengisi form berita
baru
6. Klik “save” 7. Menyimpannya ke
database
Alternate course 3a. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor
memilih update.
3b. Apabila tidak men-delete, aktor dapat memilih delete.
Conclusion Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition Data tersimpan dalam database peta
83
4.4.2.5. Narasi use case Log in
Tabel 4.9. Narasi Use case Log in
Use case Name Log in
Use case Id 5
Actor Admin, Kepala Pusdatin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan log in untuk masuk
ke sistem agar aktor terkait dapat mengakses sistem.
Pre condition Pengunjung membuka sistem informasi bencana alam
Trigger Use case ini diinisiasi ketika aktor meng-input data login
yaitu username dan password
Typical course of
events
Actor Action
System response
1.Input username dan
password
3. Mengecek data user pada
database di table user.
2.Klik “Sign in” 4. Menampilkan halaman
utama.
Alternate course 3. Apabila username dan Password salah maka akan
menampilkan pesan kesalahan dan kembali memasukan
username dan password
Conclusion Aktor dapat masuk ke dalam sistem
Post condition Menampilkan halaman utama
4.4.2.6. Narasi use case Log out
Tabel 4.10. Narasi Use case Log out
Use case Name Log out
Use case Id 6
Actor Admin, Kepala Pusdatin
Description Use case ini mengambarkan kegiatan untuk keluar dari
sistem
Pre condition Aktor log in sistem informasi bencana alam
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin keluar dari sistem
informasi bencana alam
84
Typical course of
events
Actor Action
System response
1. Klik “Logout” 2. Proses Logout
3. Menampilkan form login
Alternate course 3. Apabila form login tidak muncul maka lakukan nomor 1
kembali
Conclusion Data berhasil diproses
Post condition Data logout tidak tersimpan dan berhasil keluar sistem
4.4.2.7. Narasi use case Validasi Peta
Tabel 4.11. Narasi Use case Validasi Peta
Use case Name Validasi Peta
Use case Id 7
Actor Kepala Pusdatin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat
memvalidasi peta
Pre condition Aktor membuka SIM
Trigger Use case ini diinisiasi ketika kepala pusdatin memvalidasi
peta
Typical course of
events
Actor Action
System response
1. Pilih menu validasi 2.Menampilkan peta yang
belum tervalidasi
3. memvalidasi peta 4. peta tervalidasi dan
dipublikasi.
Alternate course 3. Apabila validasi gagal maka menampilkan nomor 2
kembali
Conclusion Aktor memvalidasi peta
Post condition Peta tervalidasi
85
4.4.2.8. Narasi use case Manajemen Peta
Tabel 4.12. Narasi Use case Manajemen peta
Use case Name Manajemen Peta
Use case Id 8
Actor Admin
Description Proses admin untuk mengelola peta yaitu tambah, hapus,
dan simpan.
Pre condition Aktor membuka sistem informasi bencana alam dan login
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola peta
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu kelola peta 2.Menampilkan halaman kelola
peta
3. Pilih tambah 4. Menampilkan peta baru
Alternate course 3a. Apabila ingin meng-update,maka aktor memilih update
3b Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih
delete.
Conclusion Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition Data tersimpan dalam database peta
4.4.2.9. Narasi use case Pelaporan masyarakat
Tabel 4.13. Narasi Use case Pelaporan Masyarakat
Use case
Name
Pelaporan masyarakat
Use case Id 9
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan Pelaporan
masyarakat
Pre condition Pengunjung membuka sistem informasi bencana alam
Tringger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melakukan
Pelaporan Masyarakat.
86
Typical
course of
events
Actor Action
System response
1. Pilih menu
Pelaporan Masyarakat
2. Proses melakukan
pelaporan
3. Menampilkan halaman
Pelaporan masyarakat
4. Klik simpan
Alternate
course
Conclusion Aktor dapat melihat halaman Pelaporan Masyarakat
Post
condition
Pelaporan Masyarakat berhasil diakses
4.4.2.10. Narasi use case Manajemen Pelaporan Masyarakat
Tabel 4.14 Narasi Use case Lihat manajemen Pelaporan Masyarakat
Use case
Name
Lihat Manajemen Pelaporan Masyarakat
Use case Id 10
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarakan kegiatan melihat halaman
Pelaporan masyarakat
Pre condition Pengunjung membuka sistem informasi bencana alam
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melakukan
Pelaporan bencana.
Typical course
of events
Actor Action
System response
1. Pilih menu
Pelaporan
Masyarakat
2. Menampilkan
pelaporan masyrakat
6. Menampilkan halaman
Pelaporan masyarakat
7. Pilih jawab
8. Menyimpan ke database
9. Menghapus pelaporan
87
3. Kirim/balas
4. Pilih publish atau
in publish
5. Pilih pelaporan
masyarakat
yangingin didelete
masyarakat
Alternate
course
1. apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih
no.3 atau 8
2. apabila aktor tidak ingin mempublish, maka aktor
memilih no.3 atau no.8
3. apabila aktor tiding ingin men-delete, aktor dapat
memilih no.3 atau no.4
Conclusion Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition Data tersimpan dalam database pelaporan masyarakat
4.4.2.11. Narasi use case Validasi Berita
Tabel 4.15. Narasi Use case Validasi Berita
Use case Name Validasi berita
Use case Id 11
Actor Kepala Pusdatin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan memvalidasi berita
Pre condition Aktor membuka SIM dan login.
Trigger Use case ini diinisiasi ketika kepala pusdatin memvalidasi
berita
Typical course of
events
Actor Action
System response
1. Pilih menu validasi 2.Menampilkan menu berita
yang belum tervalidasi
3. memvalidasi berita 4. peta tervalidasi dan
dipublikasi
88
Alternate course 3. Apabila validasi gagal maka menampilkan nomor 2
kembali
Conclusion Aktor memvalidasi berita
Post condition berita tervalidasi
4.4.2.12. Narasi use case Lihat Pengetahuan Bencana
Tabel 4.16. Narasi Use case Lihat Pengetahuan Bencana
Use case Name Pengetahuan Bencana
Use case Id 12
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
Pengetahuan bencana
Pre condition Pengunjung membuka sistem informasi bencana alam
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat
pengetahuan bencana
Typical course of events Actor Action
System response
1. Pilih menu
pengetahuan bencana
2. Menampilkan halaman
pengetahuan bencana
3. Pilih menu
pengetahuan tentang
banjir
4. Menampilkan informasi
pengetahuan banjir
Alternate course 3.a Jika pengunjung pilih menu banjir akan menampilkan
sistem informasi spasial penegetahuan bencana alam banjir
3.b Jika pengunjung pilih menu angin puting beliung akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan daerah
bencana alam angin puting beliung
3.c Jika pengunjung pilih menu tanah longsor akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan daerah
bencana alam longsor.
89
Conclusion Aktor dapat melihat halaman pengetahuan bencana
Post condition Informasi pengetahuan bencana berhasil diakses
4.5. Acitivity diagram
4.5.1. Activity Diagram untuk Lihat Jenis Peta Rawan Bencana
Gambar 4.5. Activity lihat peta rawan bencana
Activity diagram lihat daerah bencana menggambarkan proses melihat
sistem informasi spasial daerah bencana yang ada di sistem daerah rawan bencana
Kabupaten Bogor. Aktor memilih menu daerah rawan bencana maka sistem akan
menampilkan halaman peta daerah bencana.
90
4.5.2. Activity Diagram untuk Lihat Peta Daerah Rawan Bencana
Gambar 4.6. Activity lihat daerah rawan bencana
Activity diagram lihat daerah rawan bencana menggambarkan proses
melihat sistem informasi spasial daerah rawan bencana yang ada di sistem
informasi bencana di Kabupaten Bogor. Aktor memilih menu daerah rawan
bencana maka sistem akan menampilkan halaman daerah rawan bencana.
91
4.5.3. Activity Diagram untuk Melihat Berita
Gambar 4.7. Activity Lihat Berita
Activity diagram lihat berita menggambarkan melihat sistem informasi
berita yang ada di sistem informasi bencana alam di Kabupaten Bogor. Aktor
memilih menu berita di pilihan menu maka sistem akan menampilkan halaman
berita.
92
4.5.4. Activity Diagram Manajemen Berita
Gambar 4.8. Activity Diagram Manajemen Berita
Activity Diagram manajemen berita meggambarkan proses mengelola
berita. Aktor memilih menu manajemen berita. Setelah itu admin dapat memilih
create untuk memasukan informasi berita baru dan memilih berita terlebih dahulu
untuk melakukan update berita dan delete berita. Setelah itu maka selanjutnya
memilih Save maka sistem akan menyimpan data yang sudah dimanajemen di
database.
93
4.5.5. Activity Diagram Log In
Gambar 4.9. Activity login
Activity diagram untuk log in menggambarkan kegiatan input data login
untuk masuk ke sistem. Admin melakukan login dengan cara meng-input data
utama yakni username dan password. Kemudian aktor klik sign in dan sistem
akan mengecek data user pada database di table user. Dan melakukan validasi
user, apakah benar user tersebut sudah terdaftar dalam sistem apa belum. Jika data
ditemukan, maka sistem akan menuju halaman utama. Namun jika tidak
ditemukan data user, maka akan tampil pesan gagal login.
94
4.5.6. Activity Diagram Log Out
Gambar 4.10. Activity Diagram logout
Activity diagram logout untuk mengambarkan proses keluar dari sistem
informasi bencana alam di Kabupaten Bogor. Untuk keluar dari sistem, aktor
hanya perlu memlilih logout dan sistem memproses logout dan secara otomatis
akan keluar sistem dam menampilkan form login.
95
4.5.7. Activity Diagram Validasi Peta
Gambar 4.11. Activity diagram validasi peta
Activity diagram validasi peta menggambarkan proses memvalidasi peta
oleh kepala pusdatin. Aktor memilih menu validasi peta, kemudian aktor memilih
atau mengklik validasi” untuk peta yang akan di validasi. Setelah tervalidasi maka
peta akan di publikasi.
96
4.5.8. Activity Diagram Manajemen Peta
Gambar 4.12. Activity diagram mengelola peta
Gambar di atas menunjukkan aktifitas admin untuk dapat mengelola peta.
Dalam hal ini admin dapat melakukan aksi “tambah”, “lihat” dan “hapus”.
97
4.5.9. Activity Diagram Pelaporan Masyarakat
Gambar 4.13. Activity Diagram Pelaporan Masyarakat
Activity diagram pelaporan masyarakat menggambarkan proses melihat
laporan masyarakat dan melakukan pelaporan bencana yang sedang terjadi yang
ada di sistem informasi bencana alam. Aktor memilih menu pelaporan
masyarakat, maka sistem akan manampilkan halaman pelaporan masyarakat.
98
4.5.10. Activity Diagram untuk Manajeman Pelaporan Masyarakat
Gambar 4.14. Activity diagram manajemen pelaporan masyarakat
Activity Diagram manajemen berita menggambarkan proses mengelola
pelaporan masyarakat . Aktor memilih menu pelaporan masyarakat. Setelah itu
admin dapat menjawab atas pelaporan masyarakat untuk menjawab pelaporan
yang baru dan memilih terlebih dahulu untuk melakukan kirim jawaban dan
delete pelaporan. Setelah melakukan tindakan maka selanjutnya memilih Save
maka sistem akan menyimpan data yang sudah di manajemen di database.
99
4.5.11. Activity Diagram Validasi Berita
Gambar 4.15. Activity diagram validasi berita
Activity diagram validasi berita menggambarkan proses memvalidasi
berita oleh kepala pusdatin. Aktor memilih menu validasi berita, kemudian aktor
memilih atau mengklik validasi” untuk berita yang akan di validasi. Setelah
tervalidasi maka berita akan publish.
100
4.5.12. Activity Diagram untuk Lihat Pengetahuan Bencana
Gambar 4.16. Activity Lihat Pengetahuan Bencana
Activity diagram lihat pengetahuan bencana menggambarkan proses
melihat sistem informasi tentang pengetahuan bencana di Kabupaten Bogor.
Aktor memilih menu pengetahuan bencana maka sistem akan menampilkan
halaman pengetahuan bencana.
101
4.6. Perancangan Class Diagram
Table daftar objek potensial
Daftar objek potensial
No Objek potensial Atribut Objek Behaviour
1. Admin *
2. Pengunjung *
3. Username *
4. Password *
5. Peta *
6. Login *
7. Berita *
8. Jenis peta *
9. Bencana *
10. Data pengetahuan
bencana
*
11. Informasi lain-lain *
12. Password *
13. Username *
14. Unduhan peta *
15. Unduhan data *
16. Lihat peta *
17. Lihat data *
18. Jenis peta *
19. Peta id *
20. Nama peta *
21. Judul berita *
22. Isi berita *
23. Jenis bencana *
24. Nama bencana *
25. Bencana id *
26. Logout *
102
4.6.1. Class Diagram
Gambar 4.17. Class diagram
103
4.6.2 Mapping Diagram
Gambar 4.18. Mapping diagram
104
4.7. Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan secara detail hubungan objek pada
sistem seperti penjelasan berikut :
4.7.1. Sequence Diagram Peta Daerah Rawan Bencana dan Peta Jenis Bencana
Gambar 4.19. Sequence Diagram Peta Daerah Rawan Bencana
Sequence diagram lihat peta menggambarkan melihat beberapa peta yang
dilakukan oleh pengunjung. Pengunjung memilih menu dan peta bencana yang
akan ditampilkan kemudian sistem akan memanggil peta dan menjalankan peta
berdasarkan kategori bencana yang dipilih, setelah itu sistem akan menampilkan.
105
4.7.2. Sequencee Melihat Berita
Gambar 4.20. Sequence melihat berita
Sequence diagram berita menggambarkan kegiatan melihat berita yang
dilakukan oleh pengunjung yang ingin melihat halaman berita. Pengunjung
memilih menu berita kemudian sistem akan menampilkan halaman berita.
106
4.7.3. Sequence Manajemen Berita
Gambar 4.21. Sequence Manajemen Berita
Sequence diagram manajemen berita menggambarkan interaksi admin
untuk mengelola file berita, dan dalam program ini admin hanya dapat
memasukan, mengubah, menyimpan menghapus berita.
107
4.7.4. Sequence Login
Gambar 4.22. Sequence Diagram Login
Sequence diagram login menggambarkan kegiatan login yang dilakukan
oleh semua aktor untuk dapat masuk kedalam sistem Aktor memasukan
username dan password pada form login, kemudian sistem akan mengecek data
username dan passwordnya, apabila data salah maka aktor diharuskan
memasukan data username dan password kembali dan apabila sudah benar maka
aktor dapat masuk ke halaman utama.
108
4.7.5. Sequence Logout
Gambar 4.23. Sequence Diagram Logout
Sequence diagram logout menggambarkan keluar sistem yang dilakukan
semua aktor. Aktor memilih klik logout apabila logout berhasil maka sistem akan
menampilkan form login.
109
4.7.6. Sequence Validasi Peta
Gambar 4.24. Sequence Validasi Peta
Sequence diagram validasi peta mengambarkan interaksi kepala
PUSDATIN memvalidasi peta sebelum di publikasi.
110
4.7.7. Sequence Manajemen Peta
Gambar 4.25. Sequence Diagram Manajemen Peta
Sequence diagram manajemen peta menggambarkan interaksi admin untuk
mengelola file maps, dan dalam program ini admin hanya dapat memasukan,
mengubah, menyimpan menghapus maps dan mencari daerah bencana.
111
4.7.8. Sequence Pelaporan Masyarakat
Gambar 4.26. Sequence Pelaporan Masyarakat
Sequence pelaporan Masyarakat menggambarkan proses pelaporan
bencana yang dilakukan oleh pengunjung. Pengunjung memilih menu LPM
bencana, kemudian sistem akan menampilkan halaman pelaporan bencana. Klik
pengaduan tulis pengaduaan lalu kirim. Admin akan membalas ketika laporan
sudah diterima.
112
4.7.9. Sequence Manajemen Pelaporan Masyarakat
Gambar 4.27. Sequence Manajemen Pelaporan Masyarakat
Sequence manajemen pelaporan Masyarakat menggambarkan interaksi
admin untuk mengelola pelaporan masyarakat dalam melakukan pengaduan
sampai mempublish pengaduan atau non publish pengaduan dari masyarakat.
113
4.7.10. Sequence Validasi Berita
Gambar 4.28. Sequence Validasi Berita
Sequence diagram validasi berita mengambarkan interaksi kepala pusdatin
memvalidasi berita sebelum di publikasi.
114
4.7.11. Sequence Lihat Pengetahuan Bencana
Gambar 4.29. Sequence Lihat Pengetahuan Bencana
Sequence diagram lihat pengetahuan bencana menggambarkan melihat
pengetahuan bencana yang dilakukan oleh pengunjung. Pengunjung memilih
menu pengetahuan bencana, kemudian sistem akan menampilkan halaman
pengetahuan bencana. Memilih bencana yang akan ditampilkan kemudian sistem
akan menampilkan informasi pengetahuan bencana.
115
4.8. Perancangan Database
4.8.1. Struktur Database
Berikut ini adalah struktur database yang dikupulkan dalam bentuk
penyajian dalam sistem :
1. Tabel Berita
Nama Tabel : Berita
Primary key : id_berita
Foreign key : id_admin
Tabel 4.17. Tabel Berita
Nnn[[ No. Nama Field Jenis Lebar
1. Id_admin Int 10
2. Id_berita Int 8
3. Judul_berita Varchar 100
4. Isi_berita Text -
2. Tabel User BPBD
Nama tabel : admin
Primary key : id_admin
Foreign key :
Tabel 4.18. Tabel User BPBD
No. Nama field Jenis Lebar
1. Id_admin Int 3
2. Username Varchar 30
3. Password Varchar 8
4. Jenis_user Int 3
116
3. Tabel Daerah Rawan Bencana
Nama Tabel : Daerah rawan bencana
Primary key : id_peta_daerah_rawan_bencana
Foreign key : id_admin
Tabel 4.19. Tabel Bencana
4. Tabel Peta Jenis Rawan Bencana
Nama Tabel : peta jenis rawan bencana
Primary key :
Foreign key: id_admin, id_jenis_peta _Bencana,
Id_peta_daerah_rawan_bencana.
Tabel 4.20. Tabel Peta Rawan Bencana
No. Nama field Jenis Lebar
1. Id_peta Int 10
2. Id_jenis_Peta_Bencana Int 10
3. Id_bencana Int 10
4. Id_admin Int 5
5. Nama_bencana Varchar 25
No. Nama field Jenis Lebar
1. Id_peta_daerah_rawan_bencana Int 10
2. Id_admin Int 5
3. Jenis _bencana Varchar 25
4. Tahun Int 10
117
6. Link_bencana Varchar 25
7. Tahun Int 10
5. Tabel Pelaporan masyarakat
Nama Tabel : Pelaporan Masyarakat
Primary key : id_admin
Foreign Key : id_Pel_masyarakat, id_admin,
Tabel 4.21. Pelaporan Masyarakat
No. Nama field Jenis Lebar
1. Id_Pel_masyarakat Int 10
2. Id_admin Int 5
3. Jenis_Pelaporan Varchar 25
6. Pengetahuan Bencana
Nama Tabel : Pengetahuan Bencana
Primary key : id_admin
Foreign Key : id_pengetahuan_bencana
Tabel 4.22. Melihat Pengetahuan Bencana
No. Nama field Jenis Lebar
1. Id_pengetahauan_bencana Int 10
2. Id_admin Int 5
3. Pengetahuan bencana banjir Text -
4. Pengetahuan bencana tanah
logsor
Text -
118
5. Pengetahuan bencana angin
puting beliung
Text -
6. Id_unduh Int 8
4.9. Perancangan Layout
Perancangan layout akan menggambarkan interface antarmuka sistem
yang nantinya akan dibuat dan tampil layout terlampir. Perancangan layout
dibedakan menjadi beberapa halaman anatara lain halaman awal, halaman daerah
bencana, halaman daerah rawan bencana, halaman data kejadian bencana,
halaman statistic bencana, halaman pelaporan masyarakat, dan halaman tentang
pengembangan dan halaman berita.
119
1.halaman pengunjung mobile website version
a. halaman awal
Gambar 4.30. Halaman Awal
b. halaman pengetahuan bencana
120
Gambar 4.30. Halaman Pengetahuan Bencana
121
c. Halaman Peta Rawan Bencana
Gambar 4.32. Halaman Peta Rawan Bencana
122
d. Halaman layanan pelaporan masyarakat
Gambar 4.33. Halaman Layanan Pelaporan Masyarakat
123
e. Halaman admin
Gambar 4.34. Halaman Home Admin
f. Halaman admin kelola berita
Gambar 4.35. Halaman Admin Kelola Berita
124
g. Halaman admin kelola pengetahuan bencana
Gambar 4.36. Halaman Kelola Pengetahuan Bencana
h.Halaman kelola LPM
Gambar 4.37. Halaman Admin Kelola LPM
125
i. Halaman admin daerah rawan bencana
Gambar 4.38. Halaman Admin Daerah Rawan Bencana
j. Halaman admin peta rawan bencana
Gambar 4.39. Halaman Admin Peta Rawan Bencana
126
K. Halaman awal Pusdatin
Gambar 4.40. Halaman Awal Pusdatin
L. halaman pusdatin validasi berita
Gambar 4.41. Halaman Pusdatin Validasi Berita
127
M. Halaman pusdatin validasi daerah rawan bencana
Gambar 4.42. Halaman Pusdatin Validasi Daerah Rawan Bencana
N. Halaman validasi peta daerah rawan bencana
Gambar 4.43. Halaman Validasi Peta Daerah Rawan Bencana
128
O. Halaman Beranda kepala BPBD
Gambar 4.44. Halaman Beranda Kepala Pusdatin
P. Halaman Kepala BPBD Berita
Gambar 4.45. Halaman Kepala BPBD Berita
129
Q. Halaman Kepala BPBD LPM
Gambar 4.46. Halaman Kepala BPBD LPM
R. Halaman Kepala BPBD Daerah Bencana
Gambar 4.47. Halaman Kepala BPBD Daerah Bencana
130
S. Halaman Kepala BPBD Peta Bencana
Gambar 4.48. Halaman Kepala BPBD Peta Bencana
4.10. Fase Implementasi
4.10.1. Digitasi Program
4.10.1.1. Digitasi Peta Daerah Bencana Alam
Analisis digitasi peta daerah rawan bencana dilakukan tahap pra-proses
yaitu tahap sebelum pembuatan dan perancangan aplikasi sistem informasi daerah
rawan bencana berbasis mobile view. Disini dijelaskan pembuatan kajian daerah
rawan bencana alam.
Adapun penggunaan digitasi ulang untuk menetukan peta daerah rawan
bencana alam. Peta inilah yang akan ditampilkan dalam web. Adapun langkah-
langkah digitasi dengan teknik polygon ini adalah:
1. Tampilkan peta Daerah rawan bencana di ArcMap
2. Untuk mendapatkan nilai titik digitasi lakukan add control points dengan
menggunakan geogreferencesing di ArcMap.
131
3. setelah pilih tools add control points untuk menentukan
4. Titik dan mengubah X & Y yang akan di digitasi mengunakan
geogreferencesig.
4.10.1.2 Penentuan Tingkat Ancaman dan Resiko
Tingkat Ancaman dihitung dengan menggunakan hasil Indeks Ancaman
dan Indeks Penduduk Terpapar. Penentuan Tingkat Ancaman dilakukan dengan
menggunakan Matriks. Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan kedua
132
nilai indeks dalam matriks tersebut. Warna tempat pertemuan nilai tersebut
melambangkan tingkat ancaman suatu bencana pada daerah tersebut.
Gambar 4.49. Tingkat Ancaman Bencana
Tingkat resiko bencana ditentukan dengan menggabungkan tingkat
kerugian dengan tingkat kapasistas. Penentuan tingkat resiko bencana dilaksankan
untuk ancaman bencana yang ada pada suatu daerah. Penentuan tingkat resiko
bencana dilakukan dengan menggunakan matriks. Penentuan dilaksanakan dengan
menghubungkan tingkat kerugian dan tingkat kapasistas dalam matriks tersebut.
Warna tempat pertemuan nilai tersebut melambangkan tingkat rsiko suatu bencana
dikawasan tersebut.
4.10.1.3. Pemograman (Coding)
Pada tahap ini dilakukan pemrograman terhadap rancangan-rancangan
yang telah diidentifikasi. Pemrograman sistem dilakukan dengan menggunakan
bahasa PHP dan MySQL sebagai datanya. Dalam perancangan aplikasi
monitoring daerah rawan bencana terdapat beberapa langkah pembuatan program
(coding) diantaranya :
1. Membuat modul- modul seperti login, CRUD berita, profil menggunakan script
PHP serta terhubung dengan database MySQL.
133
2. Membuat file *.css dan *js untuk memberi tembahan desain pada sistem
informasi yang dibuat sehingga tampilan menjadi lebih menarik.
3. Pemrograman dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak netbean IDE
7.2 adapun baris coding program yang dibuat dapat dilihat pada bagian
lampiran.
4.10.1.4. Pengujian Sistem
Dari pembangunan sistem ini, dilakukan pengujian black-box dengan
melakukan test-case secara alpha testing, yaitu dengan cara menguji sisteem oleh
seorang user dengan memasukkan dengan data ke dalam sistem dan melihat hasil
keluarannya, apakah sesuai dengan yang diharapkan.
1. Pengujian level admin
No Rancangan Proses Hasil yangdiharapkan Hasil
1 Login (username dan
password) salah
muncul peringatan
username atau
password salah
OK
2. Login (username dan
password) benar
Masuk kehalaman
utama admin
OK
3. Logout Tampil halaman login OK
4. Pilih berita Tampil kelola berita OK
5. Pilih tambah berita Tampil halaman untuk
menambah berita
OK
6. Pilih edit berita Tampil halaman untuk
edit berita
OK
7. Pilih delete berita Tampil halaman untuk
delete berita
OK
8. Pilih tambah pengetahuan
bencana
Tampil halaman untuk
tambah penegtahuan
bencana
OK
134
9. Pilih edit penegetahuan
bencana
Tampil halaman untuk
edit pengetahuan
bencana
OK
10. Pilih delete pengetahuan
bencana
Tampil halaman untuk
delet pengetahuan
bencana
OK
11. Pilih pengetahuan
bencana
Tampil halaman
keloala pengetahuan
bencana
OK
12. Pilih LPM Tampil halaman kelola
LPM
OK
13. Pilih status Tampil halaman jenis
status
OK
14. Pilih publish Tampil halaman
publish and in publish
OK
15. Pilih komentar Tampil halaman
komentar
OK
16. Pilih daerah rawan
bencana
Tampil halaman
daerah rawan bencana
OK
17. Pilih daerah bencana
banjir
Tampil halaman
daerah bencana banjir
OK
18. Pilih daerah rawan
bencana angin putting
beliung
Tampil halaman
daerah rawan bencana
angin putting beliung
OK
19. Pilih daerah rawan
bencana longsor
Tampil daerah rawan
bencana longsor
OK
20. Pilih view daerah rawan
bencana longsor
Tampil peta rawan
bencana longsor
OK
21. Pilih view daerah rawan
bencana banjir
Tampil peta daerah
rawan banjir
OK
22. Pilih view daerah rawan
angin putting beliung
Tampil peta daerah
rawan bencana angin
OK
135
putting beliung
23. Pilih peta rawan bencana Tampil peta rawan
bencana
OK
2. pengujian level pengunjung
No Rancangan Proses Hasil yangdiharapkan Hasil
1. Pilih menu home Tampil halaman
utama dan berita
OK
2. Pilih pengetahuan Tampil halama
pengetahuan tentang
bencana
OK
3. Pilih peta Tampil halaman peta OK
4. Pilih layer Tampil halama layer OK
5. Pilih lpm Tampil halaman lpm OK
6. Pilih pengaduan Tampil halaman
pengaduan
7.
3. pengujian level kepala pusdatin
No Rancangan Proses Hasil yangdiharapkan Hasil
1 Pilih menu Tampil halaman
beranda kepala
pusdatin
OK
2 Pilih menu validasi berita Tampil halaman
validasi berita
OK
3 Pilih tombol validasi Tampil halaman
validasi
OK
4 Pilih tombol tidak
tervakidasi
Tampil halaman tidak
tervalidasi
OK
5 Pilih menu validasi Tampil halaman OK
136
daerah rawan bencana validasi daerah rawan
bencana
6 Pilih menu validasi
daerah rawan bencana
banjir
Tampil halaman
validasi daerah rawan
bencana banjir
OK
7 Pilih menu validasi
daerah rawan bencana
longsor
Tampil halaman
validasi daerah rawan
bencana longsor
OK
8 Pilih menu validasi
daerah rawan bencan
angin putting beliung
Tampil halaman
validasi daerah rawan
bencana angin putting
beliung
OK
9. Pilih peta rawan bencana Tampil peta rawan
bencana
OK
137
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perancangan dan pemabangunan sistem informasi daerah rawan bencana alam
ini dibangun menggunakan tools UML. Kemudian dilakukan tahapan
implementasi sistem dengan menggunakan tools ArcView, ArcGIS serta
pemrograman (coding) dengan bahasa PHP. Output dari tahapan implementasi
adalah menghasilkan sistem informasi tentang peta daerah rawan bencana
alam di Kabupaten Bogor. Tahapan terakhir dilakukan pengujian untuk
memastikan sistem sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan pada
tahapan analisis dan desain sistem yaitu tersajinya sistem informasi daerah
rawan bencana alam berbasis mobile view atau tampilan mobile.
2. Sistem informasi daerah rawan bencana alam menghasilkan sistem informasi
spasial yang dapat menyajikan informasi daerah rawan bencana alam di
Kabupaten Bogor yang dapat diakses oleh tim penanggulangan bencana ,
masyarakat, wisatawan dan pihak BPBD maupun BNPB melalui desktop dan
smartphone.
138
5.2. SARAN
1. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan mobile sistem informasi daerah
rawan bencana alam di Provinsi Jawa Barat. Dan mengembangkan sistem
aplikasi daerah rawan bencana alam untuk diwilayah Provinsi Jawa Barat dan
memperluas tentang bencana benacana lainya .
2. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan tools terbaru dari ArcView,
ArcGIS, dan ArcMap untuk membangun sistem aplikasinya . Dan diharapkan
sistem dapat dikembangkan pada perangkat mobile lainya seperti perangkat
mobile ios.
3. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan sistem informasi bencana alam
bukan hanya pemantauan bencana alam diwilayah Kabupaten Bogor saja
tetapi mengembangkannya lebih luas didaerah Jawa Barat.
4. Diharapkan sistem ini dapat dielengkapi dengan early warning system (EWS)
untuk memberikan peringatan sebelum datangnya bencana.
5. Diharapkan sistem dapat dikembankan dengan melengkapi jenis bencana yang
dipetakan, seperti kebakaran lahan, gempa bumi dan bencana lainya.
LAMPIRAN I
WAWANCARA
Nama Responden Bapak Hamzah
Jabatan Kepala Pusat Bagian data dan Penelitian Tempat Badan Penangulanga Bencana Daerah
Kabupaten Bogor Jl.Setu Cikaret
Cibinong Bogor Tanggal 8 januari 2016 Penulis Assalamualaikum pak
Responden Waalaikumsalam
Penulis Permisi bapak sebelumnya saya ingin
menanyakan apakah disini sudah ada
aplikasi atau peta daerah rawan bencana
dikabupaten bogor?
Responden Aplikasi belum ada karena kita Badan
penggulangan bencana, biasanya ketika
terjadi bencana kita bekerja sama dengan
dinas lain. Contoh kita bekerja sama
dengan pihak dinas SDM karena ketika
terjadi bencana tanah longsor pihak
SDM melakukan pengecekan tentang
tanah kontur tanahnya seperti apa, karena
mereka lebih mengerti, tempat ini layak
dibuat bangunan atau tidak dan perlu
direlokasi atau tidak. Dan kami juga
mendapatkan rekomendasi dari SDM
terkait tentang bencana tanah longsor. Penulis Untuk mengetahui rekomendasi potensi
daerah rawan bencana tanah longsor itu
dari dinas SDM? Responden Oh, untuk daerah potensi rawan bencana
kami sudah punya produk berupa peta,
untuk mengetahui daerah mana yeng
terjadi setelah pasca bencana.
Penulis Berarti BPBD mengeluarkan produk
persebaran berupa peta pak ?
Responden Iya, kita juga bekerjasama dengan BIG
(Badan Informasi Geogspasial).
Penulis Tapi pak kira-kira ada palikasi atau
sistem semacam pemetaan persebaran
yang dibutuhkan disini untuk memantau
rawa benacana? Responden Kita belum sampai disitu, untuk
mendetail seperti itu persebaran dan
pemetaan itu ada di BIG, maka dari itu
kita bekerjasama dengan BIG. Untuk
mempunyai alat dan aplikasinya itu kami
belum ada., karena untuk secara teknis
itu kan tugasnya BIG karena sesuai
dengan tupoksinya. Biasanya kita
bekerjasama dengan dia saja, untuk
mengenai aplikasinya mereka yang
punya. Penulis Berarti untuk BPBD saat ini belum
membutukan aplikasi terkait ?
Responden Bukan antara butuh dan tidak butuh,
karena itu sebenernya membutuhkan
operator khusus jadi kita butuh
recruitment,anggaran juga terbatas dan
banyak kendalanya. Penulis Utuk pemetaan bencana BPBD seperti
apa pak ?
Responden Sementara ini kita sering melakukan
sosialisasi kepada aparatur aparatur desa,
jadi kita melakukan pantau bencana
masih manual dari mereka melalui radio
RIG dan HP. Dan mereka bisa
menghubungin terkait pelporan ketika
terjadi bencana melalui itu. Penulis Oh, ketika ada laporan terjadi bencana
BPBD baru bergerak kesana ?
Responden Iya kita langsung bergegas kesana untuk
evakuasi ketika mendapatkan laporan
dari masyarakat melalui HP dan Radio.
Jadi secara manual kita masih sperti itu,
tapi secara manual. Dan secara aplikasi
kita belum menerapkan karena
membutuhkan biaya yang sangat besar. Penulis Oh, berarti laporan dari masyarakat saja
ya pak ? masih manual, belum secara
aplikasi ?
Responden Iya masih manual antara person to
person saja
Penulis Kalaupun misalkan kami embuat sistem
semacam ini gimna pak? Kira kira akan
dibutuhkan atau tidak?
Responden Kalau berguna itu pasti sekecil apapun
itu pasti berguna , tapi masalahnya
peralatan itu ada umurnya kita juga harus
menyiapkan maintence sperti apa,
operator yang kaya gimna. Itu mungkin
yang kita agak berat. Tapi kalu dibiang
bergunna itu pasti berguna, karena
teknologi membantu kita dalam bekerja.
Pasti sangat berguna tapi untuk
penerapanya kita belum tau kapan. Penulis Boleh atau tidak pak jika saya
menambahkan fitur-fitur di dalam
aplikasi petanya itu bisa?
Responden Boleh bisa, tapi kita lihat dulu sistem
yang akan dibuat seperti apa.
Penulis Baik pak
Responden Sebenerya kami punya produk aplikasi
namya SIM B sistem informasi bencana.
Tapi hanya memperlihatkan peta pasca
setelah terjadi bencana saja. Penulis Kalu untuk peta daerah rawan
bencananya ada pak?
Responden Untuk peta yang ditampilkan di SIM B
ini hanya sperti ini saja saat ini. Untuk
peta daerah rawan bencananya kota
belum ada disistem ini, karena jika kami
masukan gambar persebaran peta daerah
rawan bencana ini kami harus buat atau
kami beli ke BIG. Untuk beli di BIG
harganya cukup lumayan dan kalupun
buat kami belum ada SDM yang bisa
buat peta.
Penulis Jadi sampai saat ini di SIM B ini hanya
menamplkan peta pasca saja dan untuk
informasi daerah daerah rawan bencana
belum ada dalam bebentuk peta?
Responden Iya, untuk masyarakat mengetahui
daerah daerah mana saja yang rawan
terjadi bencana alam kami informasikan
berupa berita (narasi) saja untuk berupa
gambar peta kita belum. Penulis Baik pak terima kasih atas waktunya
untuk wawancara ini, saya ucapkan
terima kasih banyak pak.
Responden Iya sama sama.
LAMPIRAN II
INTERFACE
halaman pengunjung mobile website version
a. halaman awal
b. halaman pengetahuan bencana
c. Halaman Peta Rawan Bencana
d. Halaman layanan pelaporan masyarakat
e. Halaman admin
f. Halaman admin kelola berita
g. Halaman admin kelola pengetahuan bencana
Gambar 4.36. Halaman Kelola Pengetahuan Bencana
h.Halaman kelola LPM
i. Halaman admin daerah rawan bencana
j. Halaman admin peta rawan bencana
K. Halaman awal Pusdatin
L. halaman pusdatin validasi berita
M. Halaman pusdatin validasi daerah rawan bencana
N. Halaman validasi peta daerah rawan bencana
O. Halaman Beranda kepala BPBD
P. Halaman Kepala BPBD Berita
Q. Halaman Kepala BPBD LPM
R. Halaman Kepala BPBD Daerah Bencana
S. Halaman Kepala BPBD Peta Bencana