aplikasi strategi komunikasi dakwah terhadap...
TRANSCRIPT
APLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH
TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH
IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI)
JEMBER JAWA TIMUR
SKRIPSI
OLEH :
THALITHA SACHARISSA ROSYIDIANI
NIM : 1110051000014
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul :
APLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP
TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH IKATAN DA’I INDONESIA
(IKADI) JEMBER JAWA TIMUR
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh
THALITHA SACHARISSA
NIM.1110051000014
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA
NIP. 19630405 199403 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ABSTRAK
Thalitha Sacharissa
Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi
Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember Jawa Timur
Salah satu indikator keberhasilan dakwah ialah dengan terbentuknya
jama’ah dakwah. Di satu sisi, keaktifan jama’ah menjadi salah satu indikator
proses komunikasi yang efektif dan aplikatif. Di sisi lain, jama’ah dakwah tidak
akan terwujud secara efisien dan efektif tanpa strategi yang terencana dan matang.
Tiap-tiap langkah dakwah haruslah teragendakan dan terorganisasi dengan baik.
Penggabungan dua faktor di atas terlihat ada pada IKADI Jember. Institusi
dakwah ini berhasil menghadirkan beragam kegiatan yang selalu dekat dan
menyentuh masyarakat sehingga IKADI tidak pernah kehilangan jama’ah.
Strategi komunikasi terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember
banyak dipengaruhi oleh faktor narasumber, tema, konten acara atau kegiatan,
publikasi melalui media-media komunikasi, pemilihan waktu, tempat, serta
penyediaan sarana dan prasana. Tinggi rendahnya tingkat partisipasi dilihat dari
keaktifan jama’ah mengakses informasi, kehadiran jama’ah, partisipasi jama’ah
pada kegiatan IKADI Jember lainnya, partisipasi jama’ah dalam berinfaq materi,
dan partisipasi jama’ah dalam mengajak orang lain. Onong Uchana menyatakan
strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk itu, strategi komunikasi harus dapat menunjukan
bagaimana operasionalnya secara taktis dengan menentukan efek yang
diharapkan.
Strategi komunikasi IKADI Jember awalnya dikhususkan untuk kegiatan
fundraising, namun sejalan dengan peningkatan partisipasi jama’ah. IKADI
Jember menggunakan metode differensiasi, segmentasi, passioning, dan branding
dalam perencanaan. Sedangkan pada operasionalisasinya, ia menggunakan strategi
pemilihan kalimat atau etika komunikasi, strategi top-down, dan strategi iqro’
(dokumentasi). Strategi ini menciptakan bentuk partisipasi yang beragam dari
jama’ahnya. Namun, yang paling menonjol adalah partisipasi jama’ah dalam
pendanaan program-program umat IKADI Jember di antaranya; pembangunan
Ma’had Tahfidz, penyediaan mobil qur’an, program umroh bagi hafidz 30 juz,
dan lain sebagainya.
IKADI Jember adalah ormas dakwah yang berhasil meimplementasikan
komunikasi dalam berdakwah. Ia menerapkan strategi melalui perencanaan dan
operasionalisasi di lapangan. Dengan menerapkan strategi komunikasi, maka efek
yang diharapkan akan dapat terealisasi. Sehingga nilai-nilai dakwah dapat
terimplementasikan dalam kehidupan umat beragama.
ii
ABSTRACT
Thalitha Sacharissa
The Aplication Of Communication Strategy To Improve Congregation’s
Partisipacy In Ikadi Jember
One indicator of success is the formation of the congregation preaching
propaganda. On the one hand, the activity of the congregation is one indicator of
effective implementation of the communication process. On the other hand, the
congregation preaching will not be realized efficiently and effectively without a
well-planned strategy and mature. Each step should be the agenda of propaganda
and well organized. Merging the above two factors seen there on IKADI Jember.
This propaganda institution succeeded in presenting a variety of activities that are
always close and touch people so IKADI never lost the congregation.
The communication strategy of the level of participation of the congregation
IKADI Jember much influenced by the speaker, theme, content events or
activities, publicity through the media of communication, timing, place, and the
provision of facilities and infrastructures. High or low levels of participation seen
from the liveliness of the congregation access to information, the presence of the
congregation, the congregation's participation in IKADI Jember other activities,
the participation of the congregation in berinfaq materials, and participation in the
congregation invite others. Onong Uchana stated communication strategy is a
combination of planning communication (communication planning) and
management communication (communication management) to achieve a goal. To
that end, the communication strategy should be able to show how the tactical
operations to determine the expected effect.
IKADI Jember’s communication strategy was initially devoted to
fundraising activities, but in line with the increase in the participation of the
congregation. IKADI Jember using differentiation, segmentation, passioning, and
branding in the planning. While in operation, he uses a sentence selection strategy
or communication ethics, top-down strategy, and the documentation strategy. This
strategy creates a variety of forms of congregation participation. However, the
most prominent is the congregation's participation in funding programs among
people IKADI Jember; Ma'had Tahfidz development, provision of car quran,
Umrah program for hafidz 30 chapters, and so forth.
IKADI Jember is a propaganda organization that successfully practice
communication in preaching. He applied the strategy through planning and
operating in the field. By implementing communication strategies, the effect is
expected to be realized. So that the values can da'wah been implemented in the
religious life.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yanng telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya dan shalawat serta salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah
Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)
Jember Jawa Timur.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang peneliti temukan namun syukur alhamdulilah berkat rahmat dan hidayah-
Nya, dan kesungguhan disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-
baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, sudah
sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih
dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Suparto, M.Ed, MA, Drs. Jumroni, M.Si, dan Drs. Wahidin Saputra,
MA selaku Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Rachmat Baihaki, MA ,selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah banyak membantu.
4. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik serta
Bapak Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA selaku dosen Pembimbing skripsi,
iv
terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu
dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen atau Staf Pengajar yang telah membekali
penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti
perkuliahan.
6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai
bahan rujukan skripsi.
7. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Mamaku Hj.
Idaningsih, S.P dan Papaku tersayang Dr. H. Marga Mandala, M.P, yang
senantiasa memberikan dukungan penuh berupa dukungan materi, non
materi dan doa yang tulus ikhlas dalam mengiringi setiap langkahku
sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan
tinggi
8. Kakak dan adikku Rosyidamayanti, Rosyidamayani, Achmad Firman
Wahyudi, Prareswara, Elvia Rahmi, dan Ahmad Abror tersayang yang
selalu mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Patner, kawan, sekaligus kakak Anas, yang sudah membantu banyak hal
dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih karena sudah sanggup
bersabar dan berjuang bersama-sama.
10. Sahabat-sahabatku Haeriah Rachman, Dina Arum, Nabila Paramitha,
Destri Lantika, Ulvah Nur Jamilah, Alvina Malvi, dan segenap keluarga
besar KPI A 2010, yang selalu mendukung peneliti hingga akhir sehingga
peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
v
11. Abdul Muslin, Wiwin Winata dan segenap rekan-rekan KKN Respect
2013 yang telah mendukung dan menjadi teman diskusi. Terima kasih
banyak.
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
angkatan 2010. Terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan dan
kebersamaan selama ini.
13. Temanku, Nanda terimakasih atas pinjaman bukunya. Serta kakak-kakak
kos seperjuangan yang menjadi tauladan sehingga peneliti mampu
menyelesaikan tugas akhir ini di waktu yang sesingkat-singkatnya.
14. Adek-adekku Alfiyah Nurul Azizah, Imroatus Syaripah, Habibatul
Khairoh, Maulidah Khaerani, Aan Sholehah, dan lainnya yang telah
menyemangati penulis tanpa henti.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai
kekurangan. Oleh kareana itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sekalian untuk menambah kesempurnaan skripsi ini.
Semoga kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini
mendapat balasan dari Allah SWT. Aminn.
Jakarta , 27 Januari 2014
Thalitha Sacharissa Rosyidiani
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian .................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi Dakwah
1. Definisi Strategi Komunikasi Dakwah.................................. 18
2. Macam-Macam Strategi Komunikasi Dakwah .................... 23
B. Dimensi-Dimensi Partisipasi
1. Partisipasi Sebuah Konsep .................................................... 29
2. Partisipasi Sebagai Efek Komunikasi ................................... 30
3. Jenis Partisipasi dalam Lingkup Komunikasi ....................... 31
C. Metode Dakwah di Era Globalisasi .............................................. 32
E. Keutamaan Partisipasi Jama’ah dalam Dakwah ........................... 34
F. Kerangka Teori ............................................................................. 37
E. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 38
i. 3
vii
BAB III PROFIL LOKASI PENELITIAN
A. IKADI PUSAT ............................................................................. 39
B. IKADI JEMBER .......................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Analisis Data Deskriptif Karakteristik Responden ............ 60
B. Analisa Data Deskriptif Aplikasi Strategi Komunikasi .............. 63
C. Analisa Data Deskriptif Tingkat Partisipasi Jama’ah ................. 70
D. Strategi Komunikasi Dakwah IKADI Jember ............................ 73
E. Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah terhadap Tingkat Partisipasi
Jama’ah IKADI Jember............................................................... 84
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 95
B. Saran ................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1.Tabel 1 Definisi Operasional ........................................................................ 12
2.Tabel 2 Rumus Penghitungan Kategori Jawaban Tunggal ........................... 15
3.Tabel 3 Rumus Penghitungan Kategori Jawaban VariatifAnalisa ................ 15
4.Tabel 4 Perkembangan Kognitif dan Psikososial Manusia ........................... 90
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Logo Majlis Dhuha ..................................................................... 57
2. Gambar 2 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 63
3. Gambar 3 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Umur .................... 64
4. Gambar 4 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Tempat Tinggal .... 65
5. Gambar 5 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Profesi ................... 66
6. Gambar 6 Persentase Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 63
7. Gambar 7 Strategi Komunikasi Narasumber ................................................ 67
8. Gambar 8 Strategi Komunikasi Tema ........................................................... 67
9. Gambar 9 Strategi Komunikasi Konten Kegiatan ......................................... 68
10.Gambar 10 Strategi Komunikasi Publikasi ................................................. 69
11.Gambar 11 Strategi Komunikasi Durasi ..................................................... 69
12.Gambar 12 Strategi Komunikasi Frekuensi ................................................ 70
13.Gambar 13 Strategi Komunikasi Daya Tarik Lokasi ................................... 71
14.Gambar 14 Strategi Komunikasi Akses Lokasi .......................................... 72
15.Gambar 15 Strategi Komunikasi Daya Tampung Lokasi ........................... 73
16.Gambar 16 Strategi Komunikasi Sarana dan Prasarana .............................. 73
17.Gambar 17 Partisipasi dalam Mengakses Informasi ................................... 75
18.Gambar 18 Partisipasi dalam Kehadiran ..................................................... 75
19.Gambar 19 Partisipasi dalam Kegiatan IKADI lainnya .............................. 76
20.Gambar 20 Partisipasi dalam Infaq Materi ................................................. 76
21.Gambar 21 Partisipasi dalam Mengajak Orang Lain .................................. 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam masa kini berada di pusaran turnamen globalisasi dunia yang
dapat menyeret pada kemiskinan identitas. Berbagai macam serangan dari pihak
luar dari segi adat, budaya, dan kebiasaan telah diekspor dan diadopsi oleh banyak
kaum muslimin sehingga tidak sedikit dari mereka yang menorehkan identitas
keislamannya hanya pada selembar kartu tanda penduduk. Dalam hal ini, Imam
Hasan Al-Banna mengatakan, “Suatu zaman telah datang kepada Islam dan kaum
muslimin, di mana bencana dan kerusakan datang silih berganti. Musuh-musuh
Islam berusaha untuk memadamkan cahaya kecemerlangan Islam, menyesatkan
generasinya, menghilangkan batas-batas negerinya, dan melemahkan tentaranya,
dan umat Islam sedang berada dalam cengkeraman orang-orang kafir.1”
Serangan-serangan semacam itu, haruslah segera dicegah dengan
melakukan imunisasi ummat. Penguatan dan penyatuan jama’ah Islam sebagai
basis kekuatan untuk melawan pemikiran-pemikiran kaum kafir yang akan
meracuni aqidah umat. Dengan apa? Senjata utamanya ialah dakwah.
Menurut, Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik
dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa
amr ma’ruf nahi mungkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam
1Muhammad Abduh, Memperbaharui Komitmen Dakwah, (Jakarta: Robbani Press,
2008), h. 10.
2
dinamika masyarakat Islam.2 Taufiq al-wa’iy
3 berpendapat tidak akan pernah
berdiri tegak suatu agama, tidak akan menang satu keyakinan, tidak akan populer
suatu aliran kecuali dengan dakwah. Tidak akan roboh pilar-pilar agama setelah
tegak, tidak akan punah suatu aliran setelah tinggi menjulang kecuali ketika
dakwah ditinggalkan.
Allah berfirman:
152. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika
kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan
berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah
memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai di antaramu ada orang yang
menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.
kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan
sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang
dilimpahkan) atas orang orang yang beriman (Q.S Ali-Imron: 152).
Salah satu indikator keberhasilan dakwah ialah dengan terbentuknya
jama’ah dakwah, yaitu sekelompok masyarakat yang menjadikan keIslamannya
sebagai peningkatkan akhlak pribadi dan lingkungan sosialnya. Perubahan Islami
adalah perubahan total yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan mendatangkan
kedamaian hidup. Jama’ah merupakan sumber kekuatan kaum muslimin. Allah
Swt berfirman:
2 Harjani Hefni, dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 7.
3 Taufiq al-Wa’iy, Dakwah Ke Jalan Allah-Muatan, Sarana, dan Tujuan, (Jakarta:
Robbani Press, 2010), h. 47.
3
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk (Q.S. Ali-Imron: 103).
Perubahan yang komprehensif tidak akan terwujud tanpa adanya
kesinambungan amalan yang kontinyu. Inilah yang menjadi tugas seluruh ormas
Islam, khususnya di Indonesia sebagai Negara penyumbang ummat muslim
terbesar di dunia. Sayangnya, sedikit sekali yang berhasil mempertahankan
jama’ahnya dalam skala kuantitas dan kualitas. Berdasarkan riset Kementrian
Agama Republik Indonesia tahun 20114 menyatakan, bahwa jumlah masjid di
Indonesia lebih dari 800 ribu masjid. Di Jawa Timur sendiri, menurut data DMI
Jawa Timur tercatat lebih dari 100 ribu. Namun, Kementrian Agama menemukan
kondisi yang sangat ironis, bahwa 89,9% dari jumlah masjid yang tercatat, sepi
dari jama’ah dan kegiatan keagamaan.
Keaktifan jama’ah merupakan salah satu indikator telah terlaksananya
proses komunikasi yang efektif. Di mana yang menjadi titik pencapaiannya adalah
perubahan pada diri komunikan. Dipandang dari komponen komunikan,
4http://www.jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar316/qavw1356598410.pdf (diakses
pada tanggal 28 januari 2014).
4
komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami internalisasi,
identifikasi diri, dan ketundukan. 5 Hal ini tentu saja searah dengan misi dakwah.
Jama’ah, dakwah sebagai megaproyek tidak mungkin dicapai secara
efisien dan efektif tanpa strategi yang terencana dan matang. Tiap-tiap langkah
dakwah haruslah teragendakan dan terorganisasi dengan baik. Sebab ada sasaran
dan tujuan yang harus dicapai secara gradual melalui tahapan yang jelas. Di
samping itu, di zaman tekhnologi ini, masyarakat yang melek akan media dan
informasi sudah tidak lagi menerima cara-cara kuno dalam mengkaji ilmu agama.
Perlu adanya sinkronisasi antara keduanya dengan sebuah strategi yang matang.
Sehingga dakwah islam tetap diterima di segala zaman.
Penggabungan dua faktor di atas terlihat ada pada IKADI Jember. Sebuah
institusi cabang di daerah jember yang bergerak dalam bidang pengembangan
dakwah Islam. Institusi dakwah yang terbilang muda ini berhasil menghadirkan
beragam kegiatan yang selalu dekat dan menyentuh masyarakat sehingga IKADI
tidak pernah kehilangan jama’ah. Setiap kegiatannya selalu disesaki oleh jama’ah
yang datang dari berbagai daerah di jawa timur. Hal tersebut, sangat jarang kita
temui di beberapa pengajian lainnya. IKADI jember juga telah berupaya untuk
menghadirkan strategi dakwah yang berbeda dan sangat menarik untuk dikaji.
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dakwah tidak akan
berkembang tanpa adanya strategi komunikasi yang matang. Perlu adanya
treatment khusus untuk menghadapi objek dakwah yang heterogen di wilayah
Jember. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk meneliti lebih dalam terhadap
5Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang : UMM Press, 2010), h. 74.
5
permasalahan tersebut. Dengan judul penelitian “Aplikasi Strategi Komunikasi
Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia
(IKADI) Jember- Jawa Timur,” maka ia layak menjadi bahan penelitian yang
berguna bagi kemajuan dakwah Islam kontemporer.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pada penelitian kali ini, terfokus pada hal-hal apa saja yang dapat
memengaruhi tingkat partisipasi khalayak dalam lingkup strategi komunikasi yang
digunakan di antaranya: Kredibiltas nara sumber, tema, konten kegiatan,
publikasi, waktu, tempat, dan pemenuhan fasilitas. Agar penelitian ini berjalan
dengan sistematis, maka perlu dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah strategi komunikasi IKADI Jember?
2. Bagaimanakah gambaran tingkat partisipasi Jama’ah IKADI Jember?
3. Bagaimanakah deskripsi tentang aplikasi strategi komunikasi dalam
peningkatan partisipasi jama’ah IKADI Jember?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan strategi komunikasi dakwah yang digunakan oleh IKADI
Jember.
2. Menggambarkan tingkat partisipasi jamaah IKADI Jember.
3. Menggambarkan aplikasi starategi komunikasi terhadap tingkat partisipasi
jama’ah IKADI Jember.
6
Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dari segi akademis dan praktis, yaitu:
1. Teoritis
Untuk pengembangan ilmu komunikasi dan dakwah, diharapkan penelitian
ini dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis terutama
dalam menemukan strategi komunikasi untuk meningkatkan partisipasi
jama’ah dakwah.
2. Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menemukan dan
mengaplikasikan strategi komunikasi untuk meningkatkan partisipasi
jama’ah IKADI Jember khususnya, dan untuk lembaga-lembaga dakwah
secara umum.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa karya ilmiah yang serupa
namun memiliki fokus permasalahan yang berbeda. Perbedaan tersebut jelas
terlihat pada fokus penelitian kali ini yang lebih mengarah kepada tingkat
partisipasi jama’ah dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan
penelitian sebelumnya yaitu:
1. Skripsi yang ditulis oleh Qomariah Lubis, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI) UIN Jakarta berjudul: Efek Komunikasi Dzikir
Terhadap Pengalaman Agama Jama’ah Majelis Dzikir Nurul Musthofa Di
Jagakarsa Jakarta Selatan.
7
Skripsi ini secara umum menyajikan tentang respon jama’ah tentang pengalaman
agama yang mereka dapatkan di Majelis Dzikir Nurul Mustofa baik dari segi
kognitif maupun afektif. Metode penelitiannya menggunakan analisis deskriptif
yang lebih menekankan kepada efek komunikasi terhadap pengalaman spiritual
jama’ah.
2. Jurnal yang ditulis oleh Yoyon Mudjiono, seorang dosen tetap Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya berjudul, Strategi Dakwah Wali Songo
dalam Perspektif Ilmu Komunikasi.
Jurnal ini secara umum membahas tentang macam-macam metode dakwah
wali songo dalam lingkup kajian komunikasi. Wali Songo sebagai tokoh
inspiratif telah lama menerapkan rumus komunikasi yang dicanangkan oleh
Laswell dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa.
3. Skripsi yang ditulis oleh Nur Komalasari, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010, yang berjudul, Partisipasi Badan Keswadayaan
Masyarakat “Setia Abadi” dalam Upaya Penanggulangan Pengangguran di
Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi BKM dalam
melaksanakan program penanggulangan pengangguran serta mengetahui
faktor pendukung dan penghambat partisipasinya.
4. Skripsi yang ditulis oleh Hambali, mahasiswa jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, tahun 2010 yang berjudul, Strategi Dakwah Lingkungan
8
Perkantoran; Analisa Perencanaan Strategi Ikatan Da’I Indonesia DKI
Jakarta.
Skripsi ini secara umum membahas tentang strategi dakwah IKADI Pusat di
lingkungan perkantoran. Dalam tulisannya menyimpulkan tiga tahapan
strategi yang dilakukan oleh IKADI, yaitu: Perumusan Strategi, Implementasi
Strategi, dan Evaluasi Strategi.
5. Skripsi yang ditulis oleh Nur Fahmi, mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2010, yang berjudul, Sistem Pelatihan Dakwah Ikatan Da’I Indonesia
(IKADI) Jakarta tahun 2009.
Inti dari penelitian ini terfokus pada sistem pelatihan dakwah yang
merupakan salah satu program dari Ikatan da’I Indonesia (IKADI) Jakarta
untuk meningkatkan mutu dan kualitas da’i. penelitian ini juga menyoroti
tentang tahapan pelatihan dari sebelum, ketika, dan sesudah kegiatan
berlangsung.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan, Perspektif dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menganggap
bahwa terdapat keteraturan atau hukum-hukum yang dapat digeneralisasikan
dalam fenomena sosial. Karena itu, penelitian ini mensyaratkan bahwa peneliti
harus membuat jarak dengan objek atau realitas yang diteliti. Penilaian yang
9
bersifat subjektif, atau yang mengandung bias pribadi dari peneliti, hendaknya
dipisahkan dari temuan penelitian.
Pendekatan kuantitatif ini telah mengukur variabel-variabel penelitian
sesuai dengan perspektif etik. Bila mana data yang dikumpulkan oleh peneliti
didasarkan pada pandangan peneliti, dalam arti bahwa peneliti telah
menetapkan jumlah dan jenis indikator yang digunakan dalam menggali data.6
Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survey, yaitu meneliti
populasi yang relatif banyak dengan cara menentukan sampel yang
merepresentasikan populasi yang akan diteliti. Metode survey ini dilakukan
dengan menyebarkan kuisioner.
2. Data Penelitian
Peneltian ini menggunakan jenis data berskala nominal untuk mengukur
variabel independen (strategi komunikasi) dan variabel dependen (tingkat
partisipasi jama’ah). Sedangkan sumber data diperoleh memalui dua macam,
yaitu:
a. Data primer : ialah, data yang didapat oleh peneliti sendiri. Pada
kesempatan ini, data primer berasal dari kuisioner yang diisi oleh responden,
wawancara pihak terkait, dan dokumentasi.
b. Data sekunder : ialah, data yang menjadi bahan pelengkap dalam
menyusun laporan penelitian yang berasal dari pihak lain. Pada penelitian ini,
peneliti mengambil data sekunder berupa dokumentasi milik IKADI Jember
dan presensi kehadiran jama’ah.
6Ibid., 125.
10
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuisoner
(angket). Kuisioner adalah tekhnik pengumpulan data melalui pembuatan daftar
pertanyaan dengan jumlah pilihan jawaban yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Tekhnik ini dipilih untuk penelitian kuantitatif.7Data diperoleh dengan cara
mengajukan pertanyaan kombinasi (tertutup dan terbuka) melalui kuesioner yang
akan dijawab oleh jama’ah IKADI.
Kuesioner sebagai instrument penelitian disesuaikan dengan tujuan peneliti
yang mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner
diberikan langsung kepada responden untuk diisi tanpa melalui wawancara.
Kuesioner yang dibuat mencakup variabel independen yaitu strategi komunikasi
yang digunakan IKADI Jember sedangkan variabel dependen yaitu tingkat
partisipasi jama’ah. Instrument ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
- Bagian (A) berisi tentang kata pengantar penelitian sebagai penghantar
maksud dan tujuan pengisian kuisioner.
- Bagian (B) berisi tentang data demografi responden yang terdiri dari nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, alamat, telephone,
dan saran untuk penelitian ini.
- Bagian (C) berisi tentang variabel penelitian. Pertanyaan pada variabel strategi
komunikasi diwakili oleh pertanyaan nomer 1-10, sedangkan variabel tingkat
partisipasi jama’ah diwakili oleh pertanyaan nomer 11-15.
Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap
yaitu:
7 Ibid, hal. 140.
11
1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak lanjut
dalam penelitian.
2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.
4. Menetapkan quota responden yang akan mengisi lembar kuisoner atas
persetujuan pihak terkait.
5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner
6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
7. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
8. Responden menyerahkan kembali lembar kuesioner yang telah diisi
kepada peneliti untuk diperiksa.
4. Populasi dan Sampling
Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang hendak diteliti. Dalam
penelitian ini, populasinya ialah jama’ah Ikatan Da’I (IKADI) cabang Jember
yang aktif mengikuti pengajian-pengajian IKADI. Untuk mempermudah
penelitian, maka peneliti telah menentukan kriteria populasi dengan cara
menetapkan syarat-syarat tertentu bagi anggota populasi, yang berhak menjawab
atau mengisi kuisoner. Syarat-syarat tersebut ialah:
a. Laki-laki dan Perempuan minimal berusia 12 tahun
12
b. Mengikuti Pengajian Majlis Dhuha IKADI Jember
c. Dalam kondisi yang baik (tidak rabun, cacat, dsb)
Dikarenakan jumlah populasi jama’ah mencapai 500 orang, maka untuk
memudahkan penelitian, peneliti menggunakan tekhnik quota sampling. Peneliti
telah menetapkan ukuran sampel sebesar 10% dari jumlah populasi, yaitu 50-60
responden sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
5. Variabel dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini mempunyai variabel dependen, yaitu tingkat partisipasi jama’ah
yang dioperasionalisasikan menjadi:
a. Keaktifan mengakses informasi
b. Intensitas kehadiran
c. Partisipasi pada kegiatan IKADI Jember lainnya
d. Partisipasi dengan infaq materi
e. Partisipasi dengan mengajak orang lain
dan variabel independen yaitu strategi komunikasi yang terdiri dari:
a. narasumber
b. tema
c. konten kegiatan
d. publikasi
e. waktu kegiatan
f. tempat kegiatan.
13
Tabel 1
Definisi Operasional
Variabel Indikator Ukuran Butir pernyataan
STRATEGI KOMUNIKASI
Nara
sumber
Tingkat nasional
Tingkat regional
Tingkat lokal
a. Nasional
b. Regional
c. Lokal
d. Ketiganya benar
1.Saya akan menghadiri pengajian
majlis dhuha, jika narasumbernya
merupakan tokoh terkenal di
tingkat:
Konten
Kegiatan
Daya tarik Tema
Keunikan kegiatan
a. Sudah saya ketahui sebelumnya
b. Sudah saya ketahui dan menarik
bagi saya
c. Meski Belum saya ketahui
a. Ceramah dan penyampaiannya
b. Dzikir dan muhasabahnya
c. Sholat dhuha bersama-nya
d. Kostum busana pengajiaanya
e. Layanan Konsultasi Syariah
f. Layanan Kesehatan
2.Saya pasti menghadiri pengajian
majlis dhuha, jika tema
pengajiannya:
3.Saya sangat menyukai kegiatan
majlis dhuha pada bagian:
Publikasi Cetak
Elektonik
Online
Marketing
a. Orang lain(teman,kerabat, atasan)
b. Sms
c. Media elektronik (jtv dan radio)
d. Media cetak (Pamflet, bulletin,
kalender,banner)
e. Social media (facebook, twitter,
blog)
f. Pengajian IKADI lainnya
g. Komunitas Rumah Qur’an
h. Lainnya…
4.Saya mengetahui kegiatan majlis
dhuha dari:
Waktu Durasi a. Terlalu lama
b. Cukup
c. Kurang lama
d. Lainnya….
5. Pengajian majlis dhuha
berlangsung dari pukul 05.30-08.30
WIB.
Ketepatan a. Cukup 1 bulan 1 kali
b. Kurang banyak
c. Terlalu banyak
d. Lainnya…
6.Pengajian majlis dhuha
dilaksanakan setiap 1 bulan 1 kali di
minggu ke-empat pada hari Ahad.
Tempat/
lokasi
Daya Tarik Lokasi a. memiliki daya tarik yang tinggi
b. cukup memiliki daya tarik
c. kurang memiliki daya tarik
7.Lokasi pengajian majlis dhuha
menurut anda:
Akses Lokasi a. sangat strategis
b. cukup strategis
c. kurang strategis
8.menurut anda, lokasi pengajian
majlis dhuha
Daya Tampung a. sangat memadai
b. cukup memadai
9.menurut anda, lokasi pengajian
majlis dhuha
14
c. kurang memadai
d. lainnya…
Fasilitas a. sangat memuaskan
b. cukup memuaskan
c. kurang memuaskan
d. lainnya..
10.menurut anda, fasilitas, sarana
dan prasarana yang ada di majlis
dhuha ini:
TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH
Keaktifan
mengakses
informasi.
Mencari tahu
kegiatan
Mencatat
tanggal
kegiatan
Menempel
jadwal
pengajian
a. Facebook grup majlis dhuha
b. Kalender/brosur majlis dhuha
c. Bertanya pada jama’ah lain
d. Pengajian IKADI
e. Lainnya…
11.saya selalu meng-update
informasi tentang pengajian
majlis dhuha melalui:
Kehadiran Frekuensi
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Lainnya…….
12.Intensitas Saya mengikuti
pengajian majlis dhuha:
Kontribusi Partisipasi
pada kegiatan
lain
a. Pengajian IKADI di PTPN pada
minggu ke-3
b. Kajian tafsir setiap kamis
c. Tahsin Qur’an
d. Pondok tahfidzul qur’an
e. Layanan Konsultasi Syariah
f. Lainnya..
13.Kegiatan IKADI yang saya
ketahui selain majlis dhuha:
Partisipasi
dalam
berinfaq
materi
a. Pengajian IKADI PTPN
b. Pengajian majlis dhuha
c. Program Orang Tua Asuh Ibnu
Katsir
d. Lainnya..
14.Saya berinfaq pada kegiatan:
Partisipasi
mengajak
orang lain
a. Mengajak saudara
b. Mengajak kolega
c. Lainnya..
15.Saya selalu……untuk turut
meramaikan pengajian
IKADI/majlis dhuha.
15
6. Tekhnik Analisis Data
Analisis data dilakukan memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis
penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Di mana hasilnya
akan menyajikan data rangkuman statistik dalam bentuk tabulasi atau grafik,
berdasarkan kelompok variabel-variabel terpilih. Hasil analisis deskriptif
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Rangkuman data demografis responden yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, profesi, dan alamat (jarak rumah ke lokasi pengajian).
b. Rangkuman statisitik yang menunjukkan variabel strategi komunikasi yang
meliputi; narasumber, tema, konten kegiatan, publikasi, waktu, tempat, dan
fasilitas.
c. Rangkuman statistik yang menggambarkan tingkat partisipasi jama’ah
IKADI Jember, yang meliputi: keaktifan mengakses informasi, intensitas
kehadiran, dan bentuk-bentuk partisipasi jama’ah (materi, non-materi).
Jawaban responden diakumuluasikan dalam bentuk persentase. Untuk
memudahkan analisis data, maka diperlukan rumus untuk menentukan hasil
persentase. Ada dua macam rumus yang digunakan sesuai dengan varian jawaban:
a. Rumus persentase dengan pilihan tunggal, yaitu
Jumlah jawaban terpilih
total responden (60)
Contoh: Pada pertanyaan ke-1, Saya akan menghadiri pengajian majlis dhuha, jika
narasumbernya merupakan tokoh terkenal di tingkat:
X 100%
16
Tabel 2
Rumus Persentase Pilihan Tunggal
Pilihan Jawaban Jumlah Jawaban Persentase Jawaban
a.Nasional 4 6,7%
b.Regional 0 0
c.Lokal 0 0
d.Ketiganya benar 56 93,3%
b. Rumus persentase dengan variasi jawaban, yaitu:
Jumlah jawaban terpilih
jumlah total jawaban
Contoh: Pada pertanyaan ke-3, Saya sangat menyukai kegiatan majlis dhuha pada
bagian:
Tabel 3
Rumus Persentase Varian Jawaban Pilihan Jawaban Jumlah Jawaban Persentase Jawaban
Ceramah dan metode penyampaiannya 57 48,71%
Dzikir dan muhasabahnya 33 28,2%
Sholat dhuha bersama-nya 18 15,38%
Kostum busana pengajiaanya 0 0
Layanan Konsultasi Syariah 7 5,98%
Layanan Kesehatan 2 1,7%
Total 117 100%
X 100%
17
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun penelitian ini terdiri
dari lima bab, yaitu:
BAB I : Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan
tentang latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini membahas mengenai landasan teori yang menunjang
dalam pembahasan materi penelitian ini. Di antaranya, strategi
komunikasi dakwah, dimensi-dimensi partisipasi, keutamaan
partisipasi jama’ah dalam dakwah, dan lain sebagainya.
BAB III: Pada bab ini menguraikan tentang gambaran lokasi penelitian yang
mencakup profil lokasi penelitian baik dari sisi aspek sejarah, visi
dan misi, struktur organisasi, program kerja organisasi dan lain
sebagainya.
BAB IV: Pada bab ini terdiri dari hasil dan pembahasan berdasarkan temuan
data di lapangan. Hasil dan pembahasan menyajikan dan
menguraikan tentang gambaran aplikasi strategi komunikasi
dakwah terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember Jawa
Timur.
BAB V : Bab ini adalah bab penutup yang terdiri dari simpulan yang
merupakan jawaban dari masalah penelitian dan saran untuk
penyempurnaan penelitian ini
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi Dakwah
1. Definisi Strategi Komunikasi Dakwah
Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai
perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya
dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli
komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada
strategi komunikasi yang digunakan.
Pada hakikatnya, strategi merupakan penggabungan antara dua kata, yaitu
perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan dengan taktik tertentu
dalam operasionalisasinya. Jadi, strategi komunikasi adalah paduan dari
perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai suatu tujuan1.Untuk itu, strategi
komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis
dengan menentukan efek yang diharapkan melalui beberapa pertanyaan:
a) siapa sasarannya
b) apa pesan yang akan disampaikan
c) kapan penyampaiannya
d) mengapa harus disampaikan
e) di mana lokasi penyampaian pesannya
1Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003), h. 301.
19
Effendy mengatakan2, strategi yang baik secara makro (planned multimedia
strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan
dioperasionalkannya media massa yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai
budaya.
Strategi dan perencanaan (planning) tidak dapat dipisahkan dan saling
berkaitan. Karena untuk menciptakan strategi yang efektif dalam penyampaian
komunikasi dibutuhkan perencanaan yang matang dan terukur. Perencanaan yang
bagus bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi
komunikasi. Strategi akan membimbing kita ke arah mana komunikasi digerakkan,
mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada publik. Strategi
komunikasi bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban
manusia.
Skinner3 menemukan bahwa komunikasi akan berlangsung selama orang
mempunyai apa yang disebut expection of reward atau adanya harapan untuk
memperoleh keuntungan dalam praktik komunikasi. Keuntungan tersebut dapat
berbentuk:
2Onong Uchjana Effendy, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta,
Gadjah Mada University, 1987) h. 23 3Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 401.
20
a. Personal Needs, kebutuhan pribadi semisal makan dan minum.
b. Social Needs, kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain.
c. God Needs, kebutuhan akan Tuhan.
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah,
merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a-yad’u, berarti seruan, ajakan,
atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata,
atau perbuatan.4 Secara terminologi, dakwah adalah ajakan dan seruan kepada
umat manusia untuk mengamalkan ajaran Islam.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi komunikasi dakwah
adalah gabungan antara manajemen dan perencanaan yang secara taktis
mengarahkan kegiatan penyampaian pesan, baik secara verbal dan non-verbal
kepada pengamalan ajaran atau nilai-nilai keislaman.
Dalam konteks dakwah, menurut Arifin5 untuk menciptakan expaction of
reward tersebut, strategi komunikasi haruslah memiliki empat rumusan, yang
terdiri dari:
1) Mengenal khalayak
Untuk memaksimalkan keberhasilan dalam berkomunikasi, maka komunikator
perlu mengenal kerangka referensi khalayak, sehingga tidak terjadi kesenjangan
4Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harokah, (Jakarta: Penamadani, 2008), hal. 144. 5Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: Amrico, 1994), h.
58-86.
21
antara komunikator dengan komunikan yang menyebabkan pesan tidak
tersampaikan dengan benar. Kerangka referensi khalayak adalah sebagi berikut6:
- Kondisi kepribadian dan fisik yang menyangkut pengetahuan khalayak
terhadap materi, kemampuan menerima pesan, dan kemampuan khalayak
menerima bahasa pengantar.
- Pengaruh kelompok dan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai dan norma
yang dianut.
- Situasi tempat tinggal khalayak
2) Menyusun pesan
Menyusun pesan yaitu, menentukan tema dan materi. Syarat utamanya adalah
mampu membangkitkan perhatian. Perhatian dijadikan tolak ukur untuk menilai
keberhasilan komunikator dalam melakukan komunikasi.
Dalam menetukan tema dan materi, dikenal dua bentuk penyajian permasalahan7:
- One sides issue (sepihak). Dikenal pula sebagai top-down strategy, yaitu hanya
mengemukakan hal yang positif, atau hal-hal yang negative saja kepada
khalayak untuk memengaruhi khalayak. Permasalahan dalam bentuk ini berisi
konsepsi dari komunikator semata-mata tanpa mengusik pendapat yang telah
berkembang.
- Both side issue (kedua belah pihak). Suatu permasalahan yang disajikan baik
yang positif maupun negative yang tujuannya untuk memengaruhi khalayak. ,
6Sapuri, Psikologi Islam, h.402.
7 Ibid., h. 404.
22
permasalahan diketengahkan baik konsepsi dari komunikator maupun konsepsi
yang berkembang pada khalayak.
3) Menetapkan metode8
Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur
yang berhubungan dengan cara penyajian. Beberapa macam metode cara
penyajian adalah:
Repeatation Methods
Adalah cara memengaruhi khalayak dengan mengulang-ulang pesan. Tujuannya,
agar khalayak dapat memperhatikan pesan dan tidak mudah melupakan pesan
tersebut.
Canalizing
Cara memengaruhi khalayak dengan jalan menyediakan saluran-saluran tertentu
untuk menguasai motif-motif khalayak untuk kemudian diubah sedikit-demi
sedikit ke ara tujuan komunikator. Istilah lain yang muncul adalah start where
the audience.
Informatif
Penyampaian sesuatu apa adanya, apa yang sesungguhnya di atas data dan fakta
yang valid. Metode ini lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak
dan bentuknya berupa pernyataan, penerangan, berita, dan sebagainya.
Persuasif
8 Ibid., h. 405.
23
Memengaruhi khalayak dengan jalan membujuk yang digugah adalah pikiran
dan perasaan. Tidak ada kesan-kesan yang menjurus kepada pemaksaan
kehendak.
Edukatif
Memengaruhi khalayak dari satu pertanyaan umum yang dilontarkan dapat
diwujudkan dalam bentuk pendapat, fakta, dan pengalaman.
Kursif
Cara memengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Khalayak dipaksa tanpa
harus berpikir untuk menerima gagasan yang dilontarkan. Pesan jenis ini
mengandung ancaman-ancaman.
4) Seleksi dan Penggunaan Media
Dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dicapai haruslah
selektif, dengan cara menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. Penyesuaian
khalayak akan mempengaruhi penyesuaian media yang digunakan. Fungsi media
adalah menyalurkan gagasaan, ide, informasi yang ditampung oleh opinion leader
kepada khalayak komunikan.
2. Macam-Macam Strategi Komunikasi Dakwah
Komunikasi ialah inti dari kegiatan dakwah. Ketika kita berkomunikasi, maka
telah terjadi proses menjadikan sama sebuah persepsi dari komunikator ke
komunikan. Dalam efek yang lebih luas, terjadi perubahan dalam diri mad’u ke arah
yang diinginkan oleh da’i sebagai fasilitator ajaran-ajaran Islam. Para mad’u yang
24
awalanya hanya diarahkan, kemudian berlanjut pada kesadaran pribadi untuk lebih
mencintai Allah dan agamanya. Itulah substansi dari strategi komunikasi dakwah.
Beberapa macam strategi komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mencapai
keberhasilan dakwah ialah:
a. Kredibiltas Komunikator
Untuk menjadi seorang komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi.
Kredibilitas menurut Aristoteles9 dapat diperoleh jika seorang komunikator memiliki
ethos, patos, dan logos yang baik. Ethos ialah kemampuan seorang komunikator
melalui karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya tidak mungkin diragukan
orang lain. Pathos ialah kemampuan yang dimiliki seorang pembicara dalam
mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki
komunkator melalui argumentasinya. Menurut bentuknya, kredibiltas dapat
dibedakan atas tiga macam, yaitu10
:
Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum
proses komunikasi berlangsung.
Derived Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh saat komunikasi
berlangsung.
Terminal Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh setelah pendengar
mendengarkan ulasan komunikator sampai selesai.
9 Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal
dan Laporan Penelitian, (Malang : UMM Press, 2010), hal. 71-72. 10
Saiful Rohim, Teori Komunikasi-Ragam, Perspektif, dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2009), hal. 73.
25
b. Kualitas penyampaian dan isi pesan
Perkataan yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Itulah tujuan
penyampaian pesan dakwah. Kalimat menjadi sarana penghubung antara da’i dan
mad’u. karenanya,ada beberapa lima hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Hendaknya perkataan itu berisi, tidak sekedar kalimat yang tanpa makna.
2) Kalimat yang dipilih harus bersih dari kalimat-kalimat asing yang
sekiranya tidak bisa dipahami oleh sasaran dakwah.
3) Fikrah dakwah itu hendaknya disampaikan menggunakan bahasa yang
mengandung unsur harapan, khayalan, dan keinginan manusia pada
umumnya.
4) Fikrah dakwah harus disampaikan dengan bahasa yang universal, tidak
terbatas pada keuntungan kelompok tertentu.
5) Hindari menggunakan redaksi perintah yang membuat mad’u merasa
tertekan atau terpojokkan.
c. Sasaran dakwah/ mad’u/komunikan
Secara etimologi kata mad’u memiliki asal kata da’a- yad’u dengan ismul
maf’ul (kata objek) mad’u yang berarti orang yang diseru. Secara terminologi, mad’u
ialah orang atau kelompok orang (jama’ah) yang sedang menuntut ilmu agama dari
seorang da’i.
Mad’u yang satu dengan yang lain berbeda dalam hal kemampuan untuk
menerima informasi. Perbedaan tersebut dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya11
:
11
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h.
279-280.
26
1) Faktor sosiologis, yaitu mad’u yang dilihat berdasarkan wilayah tinggalnya.
Orang yang tinggal di daerah pedesaan, perkotaan dan pinggiran memiliki
daya tangkap yang berbeda.
2) Faktor struktur kelembagaan, berupa masyarakat, pemerintahan, dan
keluarga.
3) Faktor sosial kultural, meliputi golongan priyayi, abangan, dan santri.
4) Faktor usia, brupa golongan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, dan
lansia.
5) Faktor ekonomi, mad’u pada jenis ini diklasisfikasikan pada tingkat
ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.
6) Faktor okupasional (pendidikan dan profesi), penggolonganya disesuaikan
dengan pendidikan dan profesi.
7) Faktor jenis kelamin, materi dakwah dengan mad’u mayoritas perempuan
tentulah bukan seputar kewajiban mencari nafkah, namun disesuaikan
dengan peran dan tanggung jawab perempuan.
8) Faktor golongan masyarakat. pada factor ini seorang da’i harus bisa melihat
mad’u apakah berasal dari golongan biasa atau seorang tuna wisma, tuna
karya, narapidana, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor tersebut memengaruhi terbentuknya klasifikasi khalayak yang
dapat dilihat dalam aspek-aspek berikut12
:
12
Sapuri, Psikologi Islam, h. 402-403.
27
Innovator (senang mendapatkan pengetahuan keagamaan yang baru
dipelajari)
Early adapters (cepat bersedia mengamalkan ajaran agama yang baru
diterima)
Early majority (cepat menerima ajaran agama jika orang lain banyak
yang menerima)
Majority (menerima atau menolak dalam jumlah besar terbatas pada
suattu daerah)
Non-Adopters (tidak suka pengetahuan keagamaan bagi mereka yang
belum pernah mempelajari agama sebelumnya)
Bagi lakon dakwah, untuk memahami mad’u sebelum menyampaikan dakwah
merupakan salah satu strategi yang sangat penting. Oleh sebab itu, masalah
masyarakat ini harus dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke
aktivitas dakwah yang sesungguhnya. Agar dakwah bisa diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat.
d. Waktu dan Tempat
Penentuan waktu dan tempat mempunyai pengaruh bagi kelancaran dakwah.
Lokasi haruslah memiliki segi yang menguntungkan. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan tempat atau lokasi ialah; macam kegiatan dakwah yang
28
akan dilaksanakan, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat yang diperlukan, serta
keadaan lingkungan.13
Sedangkan penentuan waktu sangat berkaitan dengan urutan pelaksanaan dan
penyelesaian dari kegiatan dawah. Dengan diketahuinya kapan setiap kegiatan
dakwah itu harus dilakukan, maka para pelaku dakwah dapat mempersiapkan materi,
fasilitas, dan biaya yang perlu dikeluarkan untuk menunjang kegiatan dakwah. Di
samping itu. Akan memudahkan pimpinan dakwah untuk mengorganisir dan
mngkoordinir peserta (jama’ah) dakwah secara efisien dan efektif.
e. Tema
Tema merupakan inti pesan yang akan disampaikan oleh da’i (komunikator)
kepada mad’unya (komunikan). Karena itu, tema menjadi penting. Dalam
menentukan tema, maka perlu lah seorang da’i atau organisasi dakwah mempelajari
problematika ummat yang sesuai dengan kondisi lingkunan mad’u. tema merupakan
fikrah utama yang akan mengantarkan pesan dakwah pada efek yang diharapkan dan
mengawal da’i agar tidak keluar dari substansi pesan ketika menyampaikan dakwah.
f. Publikasi/ Penyebaran Informasi
Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh cara penyampaian dan nilai dari
informasi yang akan disampaikan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penyebaran,
ada baiknya informasi diteliti terlebih dahulu. Berkaitan dengan penyelenggaraan
kegiatan dakwah, maka informasi tersebut harus diteliti terlebih dahulu apakah
13
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997), hal. 75.
29
waktu, tempat, dan tema yang dicantumkan telah sesuai dengan perencanaan
sebelumnya. Baru kemudian, informasi tersebut didistribusikan kepada khalayak.
Efektivitas strategi publikasi juga dapat dilihat dari menarik tidaknya kemasan
suatu informasi. di era cyber saat ini, mengkombinasikan antara pesan dengan visual
sangatlah mudah. pihak informasi harus berupaya untuk membangkitkan perhatian
khalayak sehingga mereka tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan dakwah.
B. Dimensi-Dimensi Partisipasi
1. Partisipasi Sebuah Konsep
Secara terminologi, partisipasi berasal dari kata ‘participate’ yang artinya
mengikutsertakan. Menurut FAO 1986, partisipasi memiliki beberapa definisi14
,
yaitu:
Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau
sekelompok terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya
untuk melakukan hal.
Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri.
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan.
Partisipasi sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pengaktualisasikan diri, di
mana seorang partisipan terlibat atau melibatkan diri dalam suatu kegiatan.
14
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm. 64.
30
Semakin besar tingkat partisipasi semakin besar pula status sosial yang
dimilikinya. Ia merupakan suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi
peserta dalam suatu proses kegiatan bersama dalam situasi social tertentu. Oleh
karena itu unsur intern dalam partisipasi adalah adanya keterlibatan mental dan
emosional.15
Pada konteks partisipasi dakwah, kata partisipasi memilik makna kemampuan
seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu secara sadar dan
sukarela serta mampu mengajak orang lain untuk bergabung bersamanya yang
diyakini sebagai suatu kebaikan.
2. Partisipasi Sebagai Efek Komunikasi
Dalam berkomunikasi untuk membangkitkan partisipatif masyarakat, Harmoko
mengemukakan bahwa pesan yang disampaikan kepada khalayak haruslah:16
a. Menyuguhkan berita hangat yang isinya cocok dengan kepentingan masyarakat.
b. Menggugah hati masyarakat sehingga gagasan dan perasaan yang disampaikan
oleh si pembawa pesan sudah seperti milik si penerima pesan itu sendiri.
c. Menimbulkan dorongan bertindak bagi sasaran khalayak secara spontan dan
penuh kesan.
Untuk mendorong tingkat partisipasi melalui proses komunikasi, para ahli
komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik
mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to
Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses; Attention
15
Soejono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,1996), hal.192 16
Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara Berkembang, (Jakarta, Sinar Harapan, 1985) h. 21.
31
(perhatian), Interest (minat), Desire (kemauan atau hasrat), Decision (keputusan), dan
Action (tindakan). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi dimulai dengan
membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan,
hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang
lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan
titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan
komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum
berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni
keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan di atas, maka
seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan
sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas
dan attractiveness.
3. Jenis Partisipasi dalam Lingkup Komunikasi
Partisipasi merupakan salah satu bentuk efek dari terjadinya proses komunikasi.
Apabila tingkat partisipasi khalayak tinggi, dapat diasumsikan bahwa komunikasi
yang diterapkan telah mencapai sasaran yang tepat. Dalam masyarakat atau pun
jama’ah dakwah tentunya memiliki model yang berbeda-beda dalam menunjukkan
sisi partisipasinya. Berdasarkan lingkup komunikasi, terdapat dua jenis partisipasi,
yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif:
- Partisipasi aktif, adalah partisipasi yang berlangsung karena adanya
komunikasi dua arah. Sehingga memungkinkan adanya timbal-balik secara
langsung dan memicu keterlibatan aktif para anggota-anggota komunikasi.
32
- Partisipasi pasif, ialah partisipasi yang timbul melalui komunikasi satu arah. Di
mana komunikator merupakan seorang Opinion Leader yang kuat. Sehingga
mampu mempersuasi khalayak untuk melakukan sesuatu secara suka rela.
Selain itu, ada beberapa indikator tingkat partisipasi yang dapat menggambarkan
kondisi partisipasi, di antaranya:
a. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah diketahui berdasarkan kuantitas kehadiran
tanpa banyak berperan dalam pengambilan keputusan terkecuali yang bersifat
voting atau pengambilan suara berdasarkan kehadiran.
b. Kontribusi, jenis partisipasi ini mengandung aktifitas tertentu yang dilakukan
untuk terlibat secara mendalam pada suatu hal, khususnya dalam pengambilan
keputusan yang bersifat internal.
c. Pemilikan dan pengendalian, jenis partisipasi ini merupakan varian tertinggi
karena telah terlibat secara mental dan emosional, memberikan semangat kepada
yang lain, serta melakukan pengorbanan materi secara suka rela.
C. Metode Dakwah di Era Globalisasi
Untuk mengantisipasi trend masyarakat modern maka diperlukan materi-materi
dakwah yang lebih mengarah pada kecenderungan masyarakat. Oleh karena itu,
seluruh komponen yang menentukan keberhasilan dakwah perlu ditata secara
profesional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dapat menghasilkan kemasan
dakwah yang benar-benar mampu memperbaiki dan maningkatkan semangat serta
kesadaran dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Islam.
33
Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i dalam memfilter trend
masyarakat global yang negatif, serta masalah manusia yang semakin kompleks,
yaitu17
;
1) Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk
ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai agama,
karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan
utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi
positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran
agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci.
3) Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk
menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa
bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan
masyarakat.
4) Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima
message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus
bagi diri dan lingkungannya.
Dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian
yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode berarti rangkaian yang sistematis dan
merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan,
17Abd. Madjid, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung:
Pustaka Setia, 2000), hal. 79.
34
dan logis.18
Metode yang tepat merupakan bagian dari strategi komunikasi dakwah
untuk meningkatkan partisipasi jama’ah dalam upaya pengembangan nilai-nilai Islam
di masyarakat.
Oleh karena itu, di era globalisasi ini, sangat dianjurkan metode-metode
dakwah yang tidak kaku dan terkesan kolot, namun dapat lebih interaktif dengan
memanfaatkan perkembangan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih dan
akrab dengan kehidupan manusia. Sehingga dakwah Islam dapat diterima di seluruh
lapisan masyarakat di segala zaman.
D. Keutamaan Partisipasi Jama’ah dalam Dakwah
1. Fungsi Jama’ah
Jama’ah merupakan produk dakwah yang pada akhirnya akan berkembang
menjadi basis pengembangan masyarakat. Tentunya, dengan menimbang kondisi
umat Islam yang mulai terpecah belah karena saling meninggikan baju kebesaran
kelompok masing-masing. Ilmu pengetahuan dan juga budaya masyarakat lambat
laun bergeser kiblat ke dunia Barat, menyadarkan kita tentang urgensi berjama’ah.
Islam sebagai satu-satunya agama Allah telah menegaskan bahwa bentuk
pemikiran apapun di luar sumber ajaran agama Islam, berpotensi untuk
menggoyahkan aqidah ummat. Urgensi ini melahirkan dua fungsi jama’ah. Yaitu,
sebagai basis pengembangan masyarakat dan sebagai jama’ah inti dakwah.
18Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2000), hal. 9.
35
Jama’ah sebagai basis pengembangan masyarakat dibentuk melalui aktivitas
dakwah yang mengikuti beberapa prinsip dasar. Pertama, orientasi pada
kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Dakwah tidak sekedar merumuskan
sebagian masyarakat saja, tetapi direncanakan sebagai usaha membenahi
kehidupan sosial bersama masyarakat agar penindasan, ketidakadilan, dan
kesewenang-wenangan tidak lagi hidup di tengah-tengah masyarakat. Hal ini
selaras dengan firman Allah Swt dalam surat Ali-Imron ayat 110:
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Q.S Ali-
Imron:110)
Kedua, dakwah pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya
melakukan social engineering (rekayasa sosial) untuk mendapatkan suatu tatanan
kehidupan sosial yang lebih baik serta berlandaskan nilai-nilai Islam.
Sayyid Quthub berpendapat bahwa gerakan dakwah menghendaki adanya
sekelompok orang yang secara khusus memusatkan perhatian dalam bidang dakwah.
Kelompok inilah yang disebut dengan jama’ah inti yang secara fungsional bertugas
melaksanakan dan menggerakkan dakwah dalam lingkungannya.19
Dalam pandangan
19Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harokah, (Jakarta: Penamadani, 2008), hal. 257.
36
Sayyid Quthub, keberadaan jama’ah inti sangatlah mutlak karena ia dipersepsi
sebagai mediator yang mempresentasikan system Islam dalam kehidupan nyata.
Dalam komunitas ini, kebajikan dan kebenaran akan tumbuh tanpa banyak daya
karena dukungan dari jama’ah inti. Ia juga bertanggung jawab bagi perkembangan
Islam dengan cara memperluas wilayah dan jaringanya secara bertahap untuk
membentuk umat Islam yang dicita-citakan.
2. Partisipasi Sebagai Alat Mobilisasi Dakwah
Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal
dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga
bisa berasal dari kata commones yang artinya sama. Dengan demikian, secara sangat
sederhana, dapat kita katakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti
mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sama
sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikannya.20
Geliat partisipasi memliki dampak yang besar terhadap kemajuan suatu
bangsa, Negara, organisasi, partai politik, dan sebagainya. Karena pada hakikatnya,
manusia adalah makhluk social yang tidak dapat mencapai tjuannya sendiri. Antara
manusia yang satu dengan yang lain bersingungan dengan kebutuhan dan
kepentingan yang akan mudah dicapai bila dilakukan bersama-sama. Contoh dasar
ketika seseorang ingin menjadi presiden. Maka, dapat dipastikan ia membutuhkan
dukungan dari banyak orang dan keikutsertaan orang lain untuk membantu
20
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Graha Media Pratama, 1997), h.1.
37
merealisasikan impiannya dengan memberikan suara mereka saat Pemilihan Umum
(PEMILU) berlangsung. Dengan tingkat partisipasi yang tinggi, maka menjadi
presiden bukanlah hal yang sulit. Begitulah gambaran dari efek partisipasi. Partisipasi
masyarakat merupakan alat efektif untuk memobilisasi sumber-sumber daya baik
materi atau pun manusianya dengan tujuan melaksanakan program tertentu.
Dalam kegiatan dakwah, partisipasi juga dapat dijadikan sebagai alat untuk
memajukan ideologi atau tujuan-tujuan yang bersifat normatif.. Jika partisipasi
jama’ahnya tinggi, maka dapat dipastikan banyak program-program dakwah lainnya
seperti pengadaaan Alqur’an, santunan anak yatim, pembangunan sarana ibadah dan
pesantren yang terealisasi dengan mudah. Maka, tidak perlu lagi ada sekelompok
masyarakat yang harus meminta-minta di tengah jalan dengan dalih pembangunan
masjid. Karena jama’ahnya telah sadar dan secara suka rela membantu kegiatan-
kegiatan dakwah.
Dalam bentuk alternatif, partisipasi ditafsirkan sebagai alat untuk mencapai
efisiensi pada manajemen proyek. Implikasinya, partisipasi menyangkut pula strategi
manajemen, komunikasi melalui mana organisasi dakwah mencoba untuk
memobilisasi jama’ahnya untuk mencapai tujuan dakwah.
E. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen yaitu
tingkat partisipasi jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember. Sedangkan
variabel dependen yang akan diteliti adalah strategi komunikasi.Partisipasi adalah
bagian dari sikap yang merupakan reaksi atau respon secara terbuka dari seseorang
38
terhadap suatu stimulus dari proses efektivitas strategi komunikasi . Berdasarkan
pengertian tersebut, partisipasi ada setelah adanya strategi komunikasi yang terkonsep
dan teralisasi di lapangan, peneliti ingin melihat dari sekian banyak model strategi
komunikasi yang dapat digunakan, manakah yang paling memberi pengaruh besar
terhadap tingkat partisipasi jama’ah.
F. Hipotesis Penelitian
Strategi komunikasi telah sangat baik diaplikasikan oleh IKADI Jember terhadap
upaya peningkatan partisipasi jama'ah. Apabila item terpilih kurang dari 20%, maka
strategi komunikasi tersebut dinyatakan kurang aplikatif. Jika item jawaban terpilih
sebanyak 20-50%, maka strategi komunikasi tersebut dinyatakan telah diaplikasikan
dengan cukup baik dan jika item jawaban terpilih di atas 50%, maka strategi
komunikasi tersebut dinyatakan telah diapikasikan dengan sangat baik
39
BAB III
PROFIL LOKASI PENELITIAN
A. IKADI PUSAT
1. Sejarah Berdirinya Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)
Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) merupakan ormas pendatang baru dalam
pengembangan dakwah jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga dakwah
lainnya. IKADI dideklarasikan di Asrama pondok Gede Jakarta Timur pada
tanggal 12 Juli 2004 M bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Ula 1423 H.
Kehadirannya dipicu oleh problematika da’i yang berkarir secara pribadi,
tidak terencana, dan tidak membesarkan lembaga atau ormas.1 Di sisi lain,
problematika dakwah dan keumatan yang semakin hari semakin kompleks
membutuhkan respon serius dari semua pihak terutama para da’i.
Kompleksitas dakwah dalam menghadapi gelombang dan tantangan
globalisasi memerlukan langkah-langkah yang progegsif, proaktif, intensif,
terencana, sistematis dan seimbang dengan merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi suatu strategi. Semua langkah ini
diharapkan melahirkan pandangan baru umat yang melihat Islam sebagai
solusi bagi semua persoalan hidup. Obsesi inilah yang mendorong para aktivis
dakwah mendirikan wadah para da’i yang kemudian dikenal dengan Ikatan
Da’i Indonesia (IKADI).
IKADI tumbuh sebagai organisasi masyarakat (ormas) dakwah yang
bergerak di atas landasan visi dan misi, sifat dan ciri khas sebagai sebuah
organisasi dakwah. Keaktifan dan konsistensi telah menjadikan IKADI
1Laporan Utama. Da’i Ramah Menebar Rahmah, Tabloid Robithoh Edisi 17 Januari-17 Februari,
2010.
40
semakin berkembang di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, IKADI tercatat
memiliki 27 Pengurus Wilayah (PW) dari 33 provinsi di Indonesia. Sepak
terjang dakwah yang dilakukan oleh IKADI merupakan cikal bakal dari
kemajuan perkembangan dakwah Islam di daerah-daerah. Dan merupakan
miniatur dari penerapan strategi komunikasi dakwah cabang IKADI lainnya.
2. Sifat dan Ciri Keorganisasian IKADI
a. IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat ke-Islam-
an yang diwujudkan dalam bentuk ukhuwah dan silaturahim dalam
membina dan mengembangkan ta’aruf (saling mengenal), ta’awun
(saling menolong), dan tausyiah (saling berwasiat) di jalan kebenaran
guna memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta mengangkat
harkat dan martabat umat manusia.
b. IKADI adalah organisasi berciri keterbukaan dalam penerimaan
anggota, menampung aspirasi, partisipasi, prakarsa, dan dinamika
anggota.
c. Berciri kemandirian yang dicerminkan dalam sikap organisasi yang
memiliki otonomi dalam pemikiran, pengambilan keputusan,
penyelenggaraan kegiatan secara amal jama’i terutama bertumpu pada
kemampuan pemikiran, upaya, dan sumber daya sendiri sesuai dengan
program yang telah ditetapkan.
d. Berciri kekeluargaan yang diimplementasikan pada pengembangan
wawasan kebangsaan dan kebersamaan untuk menumbuhkan sikap
kekeluargaan da’i serta berpartisipasi dalam pemersatu umat,
masyarakat, bangsa, dan negara
41
3. Visi
Menjadi Lembaga Profesi Da’i yang mampu mengoptimalkan potensi para
da’i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.
4. Misi
a. Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-Quran dan Sunnah
sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia.
b. Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil'alamin.
c. Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam.
d. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara ummat.
e. Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
5. Struktur Kepengurusan Pusat 2008-20132
Ketua Umum Prof. Dr. KH. Achmad Satori Ismail
Sekretaris Jenderal Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, MA
Bendahara Umum H. M. Aniq Syahuri, Lc
Ketua Departemen Dakwah H. A. Kusyairi Suhail, MA
Ketua Departemen Pendidikan Dr. H. Abdul Jabbar Majid, MA
Ketua Departemen Riset dan Kajian H. Samson Rahman, MA
Ketua Departemen Humas dan Keorganisasian H. Suryanapadma Abdurrahman
Departemen-Departemen:
Ketua Dept. Dakwah Zulhamdi,Lc
Ketua Dept. Pendidikan Ahlul Irfan, MM
2 Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) periode 2008-2013.
42
Ketua Dept. Riset dan Kajian Dr. Tajuddin Pogo, Lc. MH
Ketua Dept. Org dan Humas Dr. Baharudin
6. IKADI JEMBER
Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember, merupakan salah satu dari 38
Pengurus Daerah (PD) IKADI di Jawa Timur. Ia tumbuh dan berkembang dari
tahun ke tahun dengan membawa nuansa Islam yang ramah dan hangat. Wajah
baru inilah yang menjadikan IKADI Jember memiliki banyak jama’ah yang loyal
terhadap dakwah. Kiprah IKADI Jember dalam upaya meningkatkan partisipasi
jama’ah dakwah telah menghasilkan kemanfaatan bagi masyarakat luas di
berbagai daerah.
1. Sejarah Berdirinya IKADI Jember
Berangkat dari kesadaran para da’i muda Jember, akan perkembangan zaman
yang semakin pesat dan menggerus nilai-nilai moral sebagai umat beragama,
maka mereka (Syuhada, Marga Mandala, Abu Hasan, Syukri, dll) berkumpul
membentuk suatu komunitas yang konsen pada pengembangan dakwah di bawah
naungan yayasan Ad-Dzikro, tepatnya pada tahun 2006.
Yayasan Ad-Dzikro memulai kegiatan dakwah dengan membina, menyiapkan
serta mendistribuskan da’I-da’I muda Jember untuk berbagai keperluan siraman
rohani di masyarakat.
Pada tahun 2007, penggagas Ad-Dzikro menyadari kekuatan dakwah haruslah
terorganisir, sebagaimana yang disampaikan oleh sayyidina Ali, kebaikan yang
tidak terorganisir akan kalah oleh kebathilan yang terorganisir. Allah Swt juga
berfirman:
43
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar217
; mereka adalah orang-orang yang
beruntung.(Ali-Imron: 104)
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.(Ash-Shaaf:4)
Di sisi lain, pengurus Ad-Dzikro mendapatkan ajakan dari IKADI pusat untuk
mengembangkan dakwah di Jember di bawah naungan IKADI. Karena visi misi
IKADI sama dan sejalan, berlandaskan bukti qauliyah yang sudah Allah
sampaikan pada firman-firmannya, serta keinginan untuk mendapatkan jaringan
yang lebih luas dan lebih diterima oleh masyarakat, maka pada bulan Januari
2007, Ad-Dzikro meleburkan diri terbentuklah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)
Jember. Layaknya sebuah organisasi, maka tentulah dibutuhkan adanya struktur
kepengurusan agar organisasi berjalan dengan manajemen dan system yang teratur
dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil mufakat, penggagas Ad-Dzikro yang telah
melebur menjadi IKADI Jember, maka terbentulah kepengurusan IKADI Jember
periode 2007-2013, sebagai beriku
Ketua : Ustadz Abu Hasanuddin, S.Pd
44
Sekretaris : dr. Indarto
Bendahara : Bapak Zayin
Bid. Dakwah : Ustadz Syukri Nur Salim, S.Pd.
Media : Ustadz Fahd
Humas&Kesekretariatan : Agus Rahmawan, S.E.
Sarana dan prasanana : Ustadz Saidin
Pembentukan struktur pengurus pun dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai metode dakwah apa yang akan ditampilkan oleh IKADI Jember kepada
masyarakat. Dalam pembahasan tersebut diputuskanlah metode pengajian akbar,
karena disinyalir metode inilah yang dirasa paling efektif untuk mengenalkan
IKADI secara masif pada saat itu. Baru kemudian dibahas mengenai strategi
pemilihan tempat, waktu, dan siapa saja yang sekiranya dapat diajak bekerja
sama. Alhamdulillah, atas bantuan dari salah satu kolega pengurus IKADI yang
bekerja di Bank Syariah Mandiri, IKADI bisa meminjam halaman kantor BSM
yang luas sebagai tempat pengajian akbar pertama IKADI Jember di bulan
Februari 2007. Untuk menggaet massa, strategi IKADI yang pertama adalah
menyebarkan undangan yang kemasannya hampir sama mewahnya dengan
undangan pernikahan. IKADI mengundang semua kerabat dan kolega yang
IKADI kenal untuk hadir dalam pengajian akbar tersebut. Dan Alhamdulillah
pengajian berjalan lancar. Sampai pada bulan Mei 2007, di mana setiap program
yang telah berjalan dievaluasi. Pada evaluasi tersebut, ditemukan beberapa
kekurangan pada lokasi pengajian akbar yang mengurangi kenyamanan bagi para
jama’ah, di antaranya:
45
Sulitnya menemukan lahan parkir.
Lokasi dipinggir jalan sehingga kebisingan tidak dapat dihindari.
Ramainya kendaraan sehingga menyulitkan bagi jama’ah yang ingin
menyeberang menuju lokasi pengajian akbar.
Bagi IKADI, faktor lokasi merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan
dalam mengadakan pengajian akbar, karena IKADI selaku da’i harus memberikan
pelayanan yang maksimal kepada jama’ah agar dapat mempertahankan dan
meningkatkan eksistensinya. IKADI mencoba beberapa tempat alternatif dan pada
akhirnya pada bulan itu juga, IKADI dipertemukan oleh Allah dengan manajer
wilayah II PTPN XII Jember, yaitu Bapak Endang Sulaiman, beliau dengan
kearifan dan keramahannya bersedia meminjamkan lapangan PTPN yang sangat
luas dan terbilang strategis. Di samping itu, akses lokasi yang mudah menambah
poin daya tarik pengajian akbar.
Strategi IKADI untuk memindahkan lokasi pengajian akbar ke lapangan
PTPN XII rupanya adalah pilihan yang tepat. Semenjak perpindahan tersebut,
tidak tanggung-tanggung, banyak sekali jama’ah yang datang dari luar Jember
untuk mengikuti pengajian. Kesuksesan ini juga ditunjang dari ikhtiar para
pengurus dalam menerapkan strategi-strategi komunikasi yang unik dan
mengandung daya tarik. Sehingga mendatangkan respon positif dari masyarakat
bahkan tidak sedikit yang rela berpartisipasi dalam program-program
pengembangan dakwah.
Partisipasi jama’ah yang besar telah menorehkan banyak sekali kebaikan. Di
antara sumbangan 1000 kursi IKADI yang diperoleh dari infak para jama’ah.
Penyebaran 2000 Alqur’an Braile untuk penyandang tuna netra, serta ma’had
46
tahfidz gratis. Kesemua itu diperoleh dari sumbangan jama’ah IKADI yang luar
biasa. Da’i adalah orang yang menjadi fasilitator realitas. Maka dari itu, seorang
da’i harulah mencari tau apa saja fenomena-fenomena sosial yang ada dan apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat luas.
Menjelang bulan Ramadhan 1431H (Juli 2010) beberapa pengurus IKADI
yang memiliki perhatian lebih dalam hafalan Al Quran (Ust.Abu Hasanuddin, ust.
Syukri Nur Salim & Agus Rohmawan) bermufakat di rumah Ust. Khoirul Hadi,
Lc dan rumah Ir.H. Endang Sulaeman untuk memperjuangkan Al Quran dengan
mendidik generasi-generasi qurani dalam wadah pondok pesantren tahfizh quran.
Saat itu IKADI Jember tidak memiliki tanah ataupun dana, baru sebatas keinginan
yang sangat menggebu-gebu. Informasi tanah di berbagai tempat untuk lokasi
pondok pun dicari. Dan akhirnya terpilihlah tanah seluas 8047m2 di km7 jalan
Wisata Rembangan, Jember Jawa Timur. 3
Pada tanggal 15 Agustus 2010 bertepatan dengan tanggal 5 Ramadhan 1431H
bersamaan dengan acara pengajian akbar rutin IKADI di lapangan PTPN XII
dengan pembicara KH. Dr. Ahmad Hatta, MA, di-launching-lah niatan tersebut
kepada jamaah pengajian, untuk bersama-sama membebaskan tanah dengan
sistem Sertifikat Wakaf Tunai (SWT), dengan harga Rp. 80.000/m2. Untuk
memudahkan masyarakat yang akan berwakaf SWT dibuat berdasarkan pecahan
1m , 5m, 10m, 25m, dan 100m. 4
Atas izin Allah, antusiasme dari jamaah IKADI secara perorangan maupun
institusi sangat besar sehingga sampai dengan bulan Mei 2011 (9 bulan) tanah di
rembangan telah terbebaskan. Mulai sertifikat 1m sampai 100m diserap
3 http://www.ibnukatsir.or.id/statis-3-visidanmisi.html ,(diakses pada tanggal 3 Desember 2013).
4 Ibid.
47
masyarakat dan ada satu sertifikat wakaf tunai istimewa seluas 1000m dari satu
orang. Bahkan ada satu orang dari Jakarta yang transfer hingga 7 kali selama lebih
kurang 7 bulan padahal beliau berbaring di rumah sakit karena terkena kanker
stadium lanjut. Ada juga seorang Anggota Dewan pusat yang ketika didatangi
langsung memberikan dana sebesar 10.000 USD. Alhamdulillah, tiga kali tim
IKADI fundraising di Jakarta, sekian proposal dan tool marketing yang dibuat
tidaklah sia-sia karena waqif dari total perolehan Rp.665.000.000,- separuh lebih
adalah dari jaringan IKADI di Jakarta dan sekitarnya.5
Terdapat banyak kisah inspiratif yang lahir dari pembangunan ma’had tahfid
Ibnu Katsir. Kisah-kisah tersebut menjadi bukti nyata akan besarnya pengaruh
kekuatan jama’ah terhadap kemajuan dakwah. Terwujudnya mimpi-mimpi
pengurus IKADI merupakan keniscayaan bagi da’i yang percaya pada kekuatan
dan kuasa Allah Swt. Tentunya banyak biaya dan perjuangan yang harus
dilakukan. Begitu pula dengan tim IKADI Jember. Ustadz Agus Rahmawan pada
suatu kesempatan menuturkan beliau dan Ustadz Abu Hasanuddin dengan gigih
dan semangatnya menunggui pemilik tanah di daerah rembangan, hingga
mengikuti aktivitas si empunya tanah untuk mencapai kesepakatan wakaf tanah
ma’had putri. Beliau berdua mengikuti aktivitas memancing bersama pemilik
tanah demi mencapai sebuah kesepakatan. Berbekal sertifikat wakaf dan
keyakinan pada kuasa Allah, akhirnya perjuangan itu berbuah manis dengan
terjalinnya sebuah kesepakatan.
Dalam perjalanan pembebasan tanah di Rembangan belum selesai, Hj. Mimin
Jamilah, salah satu jama’ah IKADI Jember, yang memiliki tanah di jalan Mangga
5 Ibid.
48
18 Patrang, seluas lebih kurang 2500m2 termasuk bangunan induk dan kost-
kostan tersentuh dengan program pendirian pondok pesantren tahfizh quran.
Beliau mewakafkan rumahnya untuk dijadikan ma’had tahfidul qur’an. Beliau
bergabung dalam barisan untuk memuliakan alquran dengan mewakafkan rumah
dan tanah tersebut. Beliau bahkan menyampaikan keinginannya untuk menjadi
hafidzoh.
Tepat tanggal 10 Muharram 1432H bertempat di Masjid Al Falah. IKADI
Jember melakukan sosialisasi pertamanya kepada masyarakat, tokoh, dan
perangkat RT/RW tentang adanya akdun wakaf ini, sehingga masyarakat sangat
mendukung keberadaan MTQ di lingkungannya. Adanya wakaf gedung dan tanah
ini merupakan bentuk pertolongan dari Allah SWT yang dipercepat bagi IKADI
sementara tanah atas belum terlunasi.
Sebagaimana amanah jamaah IKADI, maka pondok pesantren yang dikelola
ini berdiri sendiri atau tidak menjadi cabang dari pesantren tahfizh manapun.
Pengurus IKADI Jember sepakat mendirikan yayasan khusus yang menaungi
pondok. Bernama Yayasan Ibnu Katsir sekaligus pondok pesantrennya dinamakan
Ma'had Tahfizhul Quran (MTQ) Ibnu Katsir sebagai bentuk penghormatan kepada
Ibnu Katsir, ulama tafsir yang ternama dan diterima semua kalangan, harapannya
demikian pula ma'had tahfizh ini bisa bermafaat bagi sebanyak-bayaknya ummat.
Tanggal 15 Mei 2011 bersamaan dengan pengajian akbar IKADI di lapangan
PTPN XII, MTQ Ibnu Katsir dilaunching langsung oleh ketua IKADI Pusat Prof
Dr KH Ahmad Satori Ismail MA. Dan penerimaan calon mahasantri baru untuk
angkatan pertama dimulai. Dengan adanya dua lokasi ma'had maka ditetapkan jln
Mangga sebagai Kampus 1 sekaligus lokasi awal pusat kegiatan pesantren dan jln
49
Wisata Rembangan KM 7 sebagai pusat kegiatan santri di lapangan, kegiatan
ekstra kurikuler, wisma tamu dan kegiatan ekonomi bisnis untuk menunjang
operasional ma'had. 6
Berdirinya ma’had tahfidzul qur’an Ibnu Katsir telah melibatkan pengorbanan
dan kerelaan banyak pihak. Khususnya kepada Lembaga Puslit Kakao Jember
yang banyak membantu kegiatan dakwah IKADI. Untuk menjaga kepercayaan
tersebut dan sebagai kompensasi dari amal jariyah jama’ah, maka IKADI
berinisiatif untuk mengadakan pengajian akbar yang dikemas berbeda dengan
pengajian sebelumnya. dengan nama majlis dhuha. Pada pengajian ini, kegiatan-
kegiatan sunnah dijalankan secara berjama’ah. Seperti dzikir pagi, sholat dhuha,
dan muhasabah. Cara penyampaian isi dakwah pun cukup unik karena majlis
dhuha mendatangkan narasumber-narasumber yang memiliki latar belakang
seorang trainer. Sehingga pembawaannya pun lebih atraktif dan entertain. Serta
kelebihan-kelebihan lainnya yang akan diulas lebih lanjut pada pembahsan
selanjutnya.
2. Visi dan Misi
Visi IKADI Jember sejalan dengan IKADI Pusat yaitu menjadi wadah para dai
untuk menebar kebaikan agar Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sedangkan
misinya adalah menjadi lembaga dakwah yang memberi pencerahan pada
masyarakat dengan memberdayakan da’i-dai muda.
3. Struktur Kepengurusan
Ketua : Ustadz Abu Hasanuddin, S.Pd
6 Ibid.
50
Sekretaris : Novan Yudhistira, S.E.
Bendahara : Bapak Warsito
Bid. Dakwah : Ustadz Imam Syafi’I,
Bid. Pendidikan : Ustadz Ustadz Muhammad Fadhil
Humas&Kesekretariatan : Didik Supriyanto
Manajer Operasional : Ustadz Imam Syafi’I,
4. Program-Program Unggulan
a. Pengajian Akbar PTPN XII
Pengajian akbar ini merupakan program IKADI Jember sejak tahun 2007
hingga sekarang. Selama 6 tahun, lapangan PTPN XII yang beralamat di Jalan
Gajah Mada Jember dapat menampung ratusan jama’ah IKADI dan menjadi
wadah silaturrahim di antara jama’ah. Pengajian ini diadakan setiap bulan di
minggu ketiga tepatnya hari Ahad. Pengajian di mulai pada pukul 07.00-09.00
WIB.
Berawal dari pengajian akbar inilah, partisipasi jama’ah tersalurkan melalui
infak kursi, sumbangan Al-Qur’an Braile untuk penyandang tuna netra, hingga
pendirian ma’had tahfidzul Qur’an Ibnu Katsir.
b. Pemberantasan Buta Aksara Al-qur’an Braille
Umat Islam memiliki kewajiban untuk membaca dan memahami isi Al-
Qur’an. Karena penyandang tuna netra merupakan kelompok berkebutuhan
khusus, maka diperlukan Alqur’an yang khusus pula. Namun, tidak semua
tunanetra muslim memiliki Alqur’an braille. Sebab, harganya relative mahal.
51
Atas dasar inilah, IKADI Jember bekerja sama dengan ITMI (Ikatan
Tunanetra Muslim Indonesia) menghimpun wakaf tunai Al-Qur’an Braille dari
berbagai lembaga dan donatur. Harga satu set Al-Qur’an Braille 30 juz sekitar Rp
2.000.000,-. Berbekal pertolongan Allah Swt lewat infaq dari para jama’ah
IKADI, terkumpulah dana sebesar Rp 60.000.000,- sehingga sebanyak 30 set
Alqur’an Braille lengkap 30 juz dapat terdistribusikan ke-4 kabupaten di Jawa
Timur. Cara mendistribusikannya pun unik. Pengurus IKADI Jember
bersilaturrahim dengan genk motor dari kalangan anak muda untuk membantu
mendistribusikan Al-Qur’an Braille kepada para tunanetra yang membutuhkan.
c. Ma’had Tahfidzul Qur’an Ibnu Katsir
Ma’had Tahfid Ibnu Katsir adalah lembaga pendidikan Tahfidz Al-Qur’an
yang didirikan oleh IKADI Jember di bawah naungan Yayasan Ibnu Katsir.
Tujuannya, untuk mendirikan dan mengembangkan pola pendidikan tahfidzul
Qur’an terpadu berbasis pesantren dengan metode integrated dan modern yang
teradopsi dari kurikulum Ma’had Tahfidz Qur’an Syiria serta bekerja sama
dengan Univeristas Terbuka (UT).
Ma’had Ibnu Katsir memberikan beasiswa penuh selama 4 tahun bagi para
remaja lulusan SMA atau sederajat yang memenuhi kriteria dan lulus seleksi.
Selain sebagai da’iyah, output dari proses pendidikan ma’had Ibnu Katsir yaitu,
alumni akan dipromosikan menjadi manajer dan pengelola lembaga pendidikan
yang dikembangkan Ibnu Katsir sebagai investasi SDM yang diharapkan mampu
menjawab tantangan dan kebutuhan umat.
d. Majlis Dhuha
52
Mulanya, didasari sebagai bentuk pelayanan kepada para donatur Ma’had
Tahfidzul Qur’an Ibnu Katsir, khususnya bagi mitra yang telah banyak membantu
IKADI Jember yaitu Puslit Kakao Indonesia. Maka, untuk mempererat ukhuwah
antar lembaga, keduanya bersepakat me-launching pengajian akbar yang dinamai
“Majlis Dhuha”. Tepat pada tanggal 27 Mei 2012, Majlis Dhuha digelar pertama
kalinya di Aula Puslit Kakao Indonesia di Jalan P.B. Sudirman dan berlangsung
setiap satu bulan sekali di minggu ke-4.
Semenjak diluncurkan pertama kali sejak 27 Mei 2012, Majlis dhuha
memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Jember. Majlis dhuha bahkan
menjadi pengajian alternatif yang dinantikan. Di Usianya yang terbilang muda, ia
telah berhasil meenyejukkan dahaga rohani jama’ahnya. Tidak heran, mengapa
Majlis Dhuha senantiasa disesaki oleh jama’ah. Aula PUslit kakao yang dapat
menambung 500 orang tanpa kursi, ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan
jama’ah yang datang. Masih banyak yang terlihat berdiri di luar Aula, berpanas-
panasan, namun tak surut semangatnya menuntut ilmu hingga acara selesai.
Bahkan antara jama’ah yang satu dengan yang lain rela berbagi dan bergantian
tempat duduk. Majlis Dhuha seolah memiliki magnet yang kuat untuk menarik
para peminatnya. Magnet ini tentunya tidak serta merta datang dengan sendirinya,
tetapi berproses lewat suatu strategi komunikasi yang terencana dan terukur.
Beberapa strategi yang dilakukan oleh tim Majlis Dhuha adalah:
a) Differensiasi
Sejak awal, Majlis Dhuha telah disiapkan menjadi pengajian akbar yang
berbeda dengan Pengajian Akbar PTPN XII. Perbedaan tersebut nampak dari segi
konsep pengajian akbar semi-training yang sifatnya rekreatif dan inovatif.
53
Sehingga, diharapkan orang yang datang ke acara ini, dapat membawa serta
keluarga dan teman-temannya. Jama’ah dikondisikan seperti berada dalam wisata
religi yang bernuansa kekeluargaan. Dengan mengangkat tagline menebar rahmat,
kokohkan ukhuwah, meraih berkah, Majlis Dhuha ingin menampilkan wajah
Islam yang satu, damai dan 100% murni terlepas dari tendensi kelompok atau
golongan tertentu. Berlandaskan satu tujuan yaitu menebarkan ilmu Al-Qur’an
dan Sunnah.
b) Segmentasi
Salah satu cara untuk menghasilkan komunikasi yang efektif adalah dengan
mengetahui siapa sasaran komunikannya. Lapisan masyarakat yang heterogen
tentunya memiliki respon atau daya tangkap pesan yang berbeda. Untuk
mempermudah proses komunikasi, maka Majlis Dhuha memfokuskan segmen
jama’ah kelas atas secara akademik. Karena pada umumnya,orang-orang yang
berpendidikan telah mengoptimalkan daya kognitifnya sehingga lebih mudah
menerima ilmu. Allah Swt menyeru manusia dalam surah Ali-Imron: ayat 9
untuk senantiasa mengoptimalkan daya berpikirnya:
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal,
54
Jika daya kognitif telah kuat, tentunya akan lebih mudah untuk mengarahkan
jama’ah menyuburkan daya afektif dengan merasakan dan mencintai Islam lewat
iman.
c) Passioning
Passion merupakan emosi yang melibatkan perasaan, antisuasme, atau
keinginan yang kuat akan sesuatu. Passion setiap orang berbeda-beda.
Menemukan passion sangatlah penting, karena dengan passion seseorang bisa
mere-charge energy dan semangat dalam bekerja. Semangat itulah yang akhirnya
akan menghasilkan totalitas kerja yang manfaatnya dapat dirasakan orang lain.
Dalam Islam, passion berarti ghirah. Tim majlis dhuha pun menyadari akan hal
ini. Dakwah akan sampai pada mad’u apabila da’I menyampaikannya dengan
ghirah. Bukan semata-mata substansi pesan yang menjadi faktor penentu.
Setelah memiliki differensiasi dan menentukan segmentasi, tim majlis dhuha
mulai menemukan passion untuk menghadirkan pengajian akbar yang unik dan
menarik. Melalui kemasan semi-training, pemilihan narasumber menjadi poin
penting. Karena narasumber merupakan representasi dari citra Majlis Dhuha
selanjutnya. Jama’ah mengikuti pengajian lagi atau tidak sangat bergantung pada
kredibiltas narasumber. Untuk itu, tim majlis dhuha sangat selektif dan memiliki
standart pelayanan tertentu bagi narasumber, di antaranya:
1) Nara sumber diupayakan memiliki basic trainer berskala nasional
2) Transpot narasumber yang dipatok minimal RP 5.000.000,-
3) Tiket pulang-pergi untuk Narasumber
Selain dari segi penceramah dan metode penyampaian, majlis dhuha juga
menghadirkan konten kegiatan yang tidak biasa. Tanpa keluar dari tema yang
55
mengusung Islam yang satu, beberapa kegiatan sunnah dapat dilakukan secara
berjama’ah. Misalnya, sebelum memulai pengajian akbar, jama’ah diajak untuk
membaca dzikir pagi (al-ma’surat) secara bersama-sama. Setelah ceramah,
jama’ah kembali dihanyutkan dalam doa dan muhasabah yang menyentuh hati.
Dilanjutkan dengan sholat dhuha bersama di masjid Puslit Kakao.
d) Branding
Segala bentuk upaya dilakukan oleh tim majlis dhuha untuk meningkatkan
partisipasi jama’ah. Salah satunya dengan strategi branding. Branding mencakup
kesan, citra, dan identitas seperti apa yang ingin dibangunmajlis dhuha di benak
jama’ahnya. Branding pun menentukan popularitas majlis dhuha di mata
masyarakat luas. Untuk itu, tim majlis dhuha membuat logo agar mudah dikenali
oleh masyarakat.
Gambar 2
Logo majlis Dhuha
Branding tidak selalu identik dengan logo. Tim majlis dhuha berinovasi
dengan kostum pengajian yang disunnah muakad-kan menggunakan warna putih.
Putih melambangkan kesucian dan menambah kesyahduan kegiatan majlis dhuha
IKADI Jember.
56
Untuk mengimbangi pembangunan citra majlis dhuha melalui branding,
tim majlis dhuha mempromosikan setiap kegiatan terbaru kepada jama’ah melalui
media social facebook, sms, promosi melalui iklan di Jtv dan radio prosalina, dan
tentunya di pengajian akbar PTPN XII yang telah lebih dulu mempunyai basis
massa. Selain social media dan media elektronik, tim majlis dhuha pun
memanfaatkan media cetak melalui bulletin Ibnu Katsir, kalender IKADI Jember,
dan brosur majlis dhuha yang secara gratis dibagikan kepada jama’ah.
Pemanfaatan media komunikasi tentunya membawa pengaruh yang besar terhadap
tingkat partisipasi jama’ah karena dengan maraknya informasi melalui media
komunikasi akan menambah kepercayaan jama’ah.
e. Layanan Konsultasi Syariah
Setelah acara majlis dhuha, para jama’ah IKADI Jember juga dapat
menikmati konsultasi syariah gratis yang sengaja disiapkan oleh tim majlis dhuha.
Khususnya untuk menangani masalah zakat, infaq, dan shadaqoh atau pun
permasalahan syariat lainnya. Layanan ini tidak dipungut biaya dan bebas terbuka
untuk siapapun.
f. Layanan Kesehatan
Kesehatan merupakan harta yang berharga. Selama enam hari penuh
kebanyakan orang beraktivitas dan kurang mempedulikan kesehatannya. Majlis
dhuha yang hadir di hari Minggu dengan konsep rekreatif diharapkan dapat
memberikan angin segar bagi kesehatan jasmani dan rohani para jama’ah.
Keluhan-keluhan kesehatan yang dirasakan jama’ah difasilitasi oleh pihak IKADI
bersama tim majlis dhuha dengan menyelenggarakan layanan kesehatan yang
bekerja sama dengan mahasiwa-mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
57
Jember. Tidak hanya selepas pengajian, para jama’ah pun dapat berkonsultasi
langsung dengan dokter spesialis melalui surat yang dikirimkan ke redaksi
bulletin Ibnu Katsir.
g. GeMMA (Gerakan Mencintai dan Memuliakan Al-Qur’an)
Ramadan disebut pula sebagai bulan Alquran. Di bulan suci inilah Alquran
kali pertama diturunkan Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ma’had
Tahfizh Quran Ibnu Katsir menjadikan Ramadhan 1434 H sebagai momen
meluncurkan GeMMA (Gerakan Mencintai dan Memuliakan Alquran). GeMMA
yang telah berjalan beberapa bulan terakhir, kini melahirkan beberapa anak
program, yaitu:
Rumah Qur’an
Saat ini yang telah aktif berjalan antara lain: Rumah Qur’an di jalan
Pattimura di kediaman Bapak H. Kholik dengan program tadabbur Qur’an
dan tafsir Qur’an.
Tahsin Qur’an
Program ini baru berjalan khusus untuk ibu-ibu dan remaja putri yang
berminat untuk memperbaiki kualitas bacaan Al-Qur’annya.
Kampung Qur’an
Merupakan program terbaru GeMMA yang mengusung system “one santri
one family” yaitu satu santri mengajar pada satu keluarga yang berminat
untuk belajar Al-Qur’an. Untuk sementara yang mendapat layanan ini
adalah keluarga yang berada di sekitar Ma’had Ibnu Katsir. Tujuannya
adalah agar santri mampu megaplikasikan ilmu yang sudah didapat dan
menjalin tali silaturrahim dengan warga sekitar.
58
Cara-cara IKADI Jember dan Ma’had Ibnu Katsir dalam membumikan
GeMMA ini pun terlihat unik antara lain: sosialisasi untuk mencintai dan
memuliakan Alquran dengan menggunakan angkutan umum sebagai salah satu
sarana sosialisasi karena efektifitas dan efisiensi. Angkutan umum setiap hari
berjalan ratusan kilometer, dilihat ribuan orang. Insya Allah sosialisasi lebih
efektif dan tentu saja murah karena para pemilik angkutan dengan sukarela tanpa
dibayar menyediakan mobil mereka untuk di-branding.
Untuk memperkuat sosialisasi, brand GeMMA yang dipasang di kaca-kaca
belakang angkutan bergambar Ustadz Abu Hasanuddin (pimpinan IKADI Jember
dan Mudir Ma’had Ibnu Katsir) bersama Anang Hermansyah, penyayi tenar
kelahiran Jember yang sangat mendukung kegiatan GeMMA.
Selain perorangan, IKADI Jember pun menggandeng berbagai pihak untuk
terlibat dalam GeMMA. “GeMMA juga didukung manajemen PTPN XII, Pusat
Penelitan Kopi dan Kakao, Radar Jember sendiri, serta sejumlah perusahaan yang
banyak sekali memberikan dukungan moril dan materiil terhadap GeMMA.
h. Pelatihan Khotib
Sejalan dengan misi IKADI Jember, yaitu menjadi lembaga dakwah yang
memberi pencerahan pada masyarakat dengan memberdayakan da’i-dai muda,
maka program pelatihan khotib atau muballigh ini dianggap urgent. Pelatihan
khotib berjalan setiap satu bulan satu kali. Dengan memberdayakan Sumber Daya
Muda yang menjadi pengurus ataupun hasil rekrutan jama’ah yang ingin
mendalami public speaking. Tempat latihan pun kondisional, disesuaikan dengan
kesepakatan peserta latihan secara bergilir untuk meningkatkan ukhuwah di antara
peserta.
59
i. Sehari Bersama Alqur’an
Program baru yang tidak kalah seru dan bermanfaat dari IKADI Jember di
awal tahun 2014. Program Sehari Bersama Al-Qur’an merupakan kegiatan yang
dirancang khusus untuk mengakrabkan para orang tua dan anak dengan Al-
Qur’an. Rencananya, kegiatan ini berlangsung satu hari penuh. Di awali dengan
tasmi’ bacaan Al-Qur’an oleh mahasantri Ibnu Katsir, berlanjut pada tausyiah dan
diakahiri dengan tadarus Qur’an antar keluarga hingga khatam. Selain
mengakrabkan keluarga dengan Al-Qur’an, program ini diharapkan dapat
menumbuhkan semangat fastabiqul khoirat antar sesama keluarga jama’ah IKADI
Jember.
j. Dakwah melalui Internet
Perkembangan tekhnologi yang semakin canggih, memacu IKADI Jember
untuk berinovasi dan berekspansi metode dakwah. Tidaknya hanya melalui
pengajian akbar dan kegiatan tatap muka lainnya, namun IKADI Jember ingin
menyapa dan menyentuh mad’u-mad’u dari dunia maya. Ada banyak persoalan
yang membelit kehidupan manusia. Padahal, Islam hadir secara kamil dan syamil
beserta dengan solusi-solusinya. Dan manusia bukannya tidak mau untuk mencari
solusi tersebut,namun lebih kepada tidak tahu bagaimana caranya. Masifnya
penggunaan internet juga menjadi faktor mengapa IKADI Jember perlu memiliki
website yang dikelola dengan layanan konsultasi seputar masalah keagamaan
maupun social kemasyarakatan. Saat ini, IKADI Jember telah berproses mebuat
website yang insyaAllah akan launching juga di awal tahun 2014.
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Analisa Data Deskriptif Karakteristik Responden
Tingkat partisipasi jama‟ah dapat dilihat dari beberapa aspek yang tercantum
dalam data diri responden. Pada penelitian ini, peneliti ingin menggambarkan
siapakah yang memiliki geliat partisipasi paling dominan pada kategori jenis
kelamin, umur, profesi, dan jarak tempuh ke lokasi pengajian.
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, menunjukkan bahwa sebesar
53,3% jama‟ah IKADI Jember dari jenis kelamin perempuan. Sedangkan laki-laki
sebesar 46,7%. Hal ini menunjukkan eksistensi kaum hawa dalam dakwah saat ini
telah mengalami perkembangan yang semakin pesat. Perempuan yang lebih peka
secara afektif menjadi salah satu faktor tingginya tingkat partisipasi dalam
pengajian IKADI Jember yang dapat menyentuh sisi afektif jama‟ah dalam dzikir
dan muhasabahnya.
Gambar 3
Prosentasi Partisipasi Jama’ah Berdasarkan Jenis Kelamin
61
2. Umur
Faktor umur berkaitan dengan produktivitas seseorang dalam berbagai
kegiatan. Produktivitas pula lah yang menggerakkan program-program amal
IKADI Jember melalui kontribusi dan partisipasi jama‟ahnya. Jama‟ah
IKADI Jember terdiri dari bebagai kalangan usia. Walaupun demikian,
pengajian ini didominasi oleh jama‟ah yang ada pada kisaran umur 20-40
tahun dengan prosentase 58,3%. Kisaran umur 41-60 tahun menempati posisi
kedua dengan prosentase 30%. Jama‟ah yang berusia di bawah 20 tahun
berkisar 8,3% dan jama‟ah yang berumur di atas 60 tahun berkisar 3,3%. Data
ini menunjukkan bahwa usia 20-40 tahun memiliki minat yang lebih tinggi
pada kegiatan dakwah.
Gambar 4
Tingkat Partisipasi berdasarkan Umur
3. Jarak dari Rumah ke Lokasi
Sesuatu yang memiliki daya tarik akan mendatangkan banyak peminat
walaupun sulit untuk dijangkau. Sebanyak 41,7% jama‟ah yang berjarak
kurang dari 5 km ke lokasi pengajian majlis Dhuha menjadi gambaran bahwa
keberadaan majlis Dhuha di daerahnya telah menginspirasi banyak orang
62
disekitarnya. Sebagaimana substansi dakwah ialah menjangkau yang dekat
terlebih dahulu. Namun, tidak sedikit juga jama‟ah yang tertarik untuk datang
meski jarak tempuh ke lokasi terbilang jauh, yaitu sebanyak 21,7% jama‟ah.
Gambar 5
Tingkat Partisipasi Jama’ah berdasarkan Jarak Tempuh ke Lokasi
4. Pekerjaan/Profesi
Menurut data demografis responden, sebanyak 40% jama‟ah IKADI Jember
berprofesi sebagai PNS yang terdiri dari dosen dan guru, 15% adalah pegawai
swasta yang didominasi oleh karyawan. Sedangkan 8,3% wiraswasta, dan 36,7%
dinyatakan belum bekerja yang mayoritas berasal dari kalangan pelajar dan
mahasiswa. Data ini menggambarkan bahwa majlis Dhuha mempunyai
segmentasi jama‟ah yang mayoritas bependidikan. Besarnya prosentase jama‟ah
dari kalangan pelajar dan mahasiswa menggambarkan tingkat partisipasi pihak
keluarga jama‟ah IKADI Jember cukup besar.
63
Gambar 6. Tingkat Partisipasi berdasarkan Profesi/Pekerjaan
B. Hasil Analisis Data Deskriptif Aplikasi Strategi Komunikasi
1. Narasumber/Pemateri Kajian
Narasumber merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan
terlaksananya komunikasi publik. Namun anehnya, 93,3% jama‟ah IKADI Jember
tidak mempermasalahkan siapapun narasumbernya. Bagi jama‟ah IKADI Jember,
popularitas narasumber bukanlah menjadi daya tarik tingginya tingkat partisipasi.
Hanya sebagian kecil yang memandang popularitas pembicara menentukan
kehadiran jama‟ah pada pengajian majlis Dhuha. Fakta ini juga menggambarkan
tingkat loyalitas yang tinggi dari para jama‟ah ketika mereka tidak
mempermasalahkan siapapun pembicaranya.
Gambar
7. Ketertarikan Jamaah IKADI Jember terhadap Level Narasumber/Pemateri
Kajian pada Majlis Dhuha IKADI Jember
64
2. Tema Kajian
Daya tarik tema dapat menjadi salah satu alasan tingginya tingkat partisipasi.
Hampir semua penyelenggara kegiatan (event organizer) harus merencanakan
tema dengan seksama agar khalayak tertarik untuk hadir dan berpartisipasi pada
kegiatan tersebut.
Gambar 8. Ketertarikan Jamaah IKADI Jember terhadap Tema Kajian Majlis
Dhuha IKADI Jember
Namun di sisi lain, pada jama‟ah IKADI Jember, terlihat bahwa faktor daya
tarik tema walaupun telah diketahui tidak mendapatkan porsi yang memuaskan.
Bahkan, sebanyak 78,3% memilih tetap hadir ke pengajian akbar IKADI Jember
baik Majlis Dhuha ataupun kegiatan lainnya meski tema pengajian akbar tersebut
belum diketahui sebelumnya. Hanya 26,7% jama‟ah yang menganggap tema akan
menentukan kehadiran jama‟ah pada kegiatan IKADI Jember atau tidak.
3. Konten Kegiatan
Sebanyak 95% responden memilih lebih dari satu konten kegiatan, ini
menunjukkan keragaman konten kegiatan (ketersediaan lebih dari satu kegiatan)
dalam Majlis Dhuha menambah daya tarik jamaah untuk berpartisipasi dalam
kegiatan Majlis Dhuha.
65
48.7
28.2
15.4
6.0
1.7
Konten Kegiatan
Penceramah dan MetodePenyampaianDzikir dan Muhasabah
Sholat Dhuha Bersama
Kostum Pengajian
Layanan Konsultasi Syariah
Layanan Kesehatan
Gambar 9. Ketertarikan Jamaah IKADI Jember terhadap konten kegiatan Majlis Dhuha
IKADI Jember
4. Promosi/Publikasi Kegiatan
Sebanyak 85% responden mendapatkan informasi mengenai kegiatan
IKADI/Majlis Dhuha lebih dari satu sumber informasi. Artinya seorang dapat
mendapat informasi tentang kegiatan majlis Dhuha lebih dari satu sumber, pada
umumnya dari SMS, kolega/keluarga dan Pengajian IKADI di lapangan PTPN
XII.
Gambar 10. Sumber informasi yang diperoleh Jamaah IKADI Jember tentang konten
kegiatan Majlis Dhuha IKADI Jember
66
5. Durasi Kegiatan
Pengajian Akbar Majlis Dhuha IKADI Jember berlangsung dari pukul 06.00-
09.00 WIB. Menurut hasil survey, sebanyak 96,5% menyatakan waktu tersebut
terbilang cukup. Hanya 1,7% yang mengeluhkan terlalu lama, bahkan 1,7%
menyatakan kurang lama.
Gambar 11. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap durasi kegiatan Majlis Dhuha
IKADI Jember
Kecukupan durasi menjadi salah satu perencanaan strategi komunikasi yang
berimbas pada kontinyuitas kehadiran jama‟ah. Jika jama‟ah merasakan
kejenuhan karena acara yang terlalu lama, akan membuat mereka enggan untuk
berpartisipasi kembali.
6. Frekuensi Kegiatan
Berdasarkan data di lapangan, sebanyak 85% responden menyatakan pengajian
akbar Majlis Dhuha IKADI Jember yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali
sangatlah cukup. Sedangkan 15% responden menyatakan kurang, dan tidak ada
yang beranggapan frekuensi kegiatan terlalu banyak. Data ini menggambarkan
tingginya tingkat penerimaan masyarakat Jember terhadap dakwah. Mayoritas
jama‟ah IKADI Jember sanggup meluangkan waktunya minimal satu bulan satu
kali untuk berpartisipasi pada kegiatan keagamaan.
67
Gambar 12. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap frekuensi kegiatan Majlis Dhuha
IKADI Jember
7. Daya Tarik Lokasi
Sebanyak 56,7% responden menyatakan lokasi pegajian akbar majlis Dhuha
yang bertempat di Aula Puslit Kakao cukup memiliki daya tarik. Bahkan 43,3%
responden menyatakan lokasi tersebut memiliki daya tarik yang tinggi. Daya tarik
tersebut, dinilai datang dari banyaknya banner dan spanduk serta penjual makanan
yang berada di sekitar lokasi pengajian.
Gambar 13. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap daya tarik lokasi kegiatan
Majlis Dhuha IKADI Jember
68
8. Kestrategisan Akses Lokasi
Strategi pemilihan lokasi Pengajian Akbar Majlis Dhuha yang berada di
tengah-tengah kota ternyata mendapatkan respon yang positif dari jama‟ah.
Sebanyak 51,7% responden menyatakan lokasi pengajian Majlis Dhuha sangat
strategis. Hanya 1,7% yang tidak setuju dengan pernyataan ini. Fakta ini pun
diperkuat oleh data sebelumnya di mana tingkat partisipasi jama‟ah tertinggi
adalah yang bertempat tinggal kurang dari 5 km ke lokasi pengajian. Bahkan
jama‟ah yang bertempat tinggal lebih dari 10 km ke tempat lokasi pengajian pun
bisa menjangkaunya. Walaupun prosentasenya tidak terlalu besar.
Gambar 14. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap kesetrategisan akses lokasi kegiatan
Majlis Dhuha IKADI Jember
9. Daya Tampung Lokasi
Ruangan Aula Pusit Kakao Jember memiliki daya tampung yang cukup untuk
500 orang tanpa menggunakan bangku. Namun, kerap kali jama‟ah yang hadir
membludak hingga melebihi kapasitas. Sehingga sebagian jama‟ah harus
mengikuti pengajian akbar di luar gedung. Bahkan tidak jarang yang menyimak
sambil berdiri. Alasan inilah yang membuat 16,7% responden beranggapan daya
tampung lokasi kurang memadai. Namun, sebanyak 36,7% responden menilai
69
sebaliknya. Bisa diasumsikan bahwa 36,7% jama‟ah ini selalu mendapatkan
tempat selama pengajian berlangsung. Sedangkan 46,7% lainnya tidak
mempermasalahkan hal tersebut dan lokasi dianggap cukup.
Gambar 15. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap daya tampung lokasi kegiatan
Majlis Dhuha IKADI Jember
10. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasana erat kaitannya dengan strategi IKADI Jember dalam
upaya melayani jama‟ah dakwah. Berdasarkan data di lapangan, sebanyak 71,7%
menilai pelayananan yang diberikan sudah cukup memuaskan, 25% sangat
memuaskan, dan 3,3% lainnya menyatakan kurang puas pada fasilitas yang
diberikan.
Gambar 16. Penilaian Jamaah IKADI Jember terhadap sarana dan prasarana kegiatan
Majlis Dhuha IKADI Jember
70
C. Analisis Data Deskriptif Bentuk-Bentuk Partisipsi Jama’ah
Point sebelumnya, merupakan deskripsi dari respon khalayak terhadap strategi-
strategi komunikasi yang telah dilakukan oleh IKADI Jember. Tentunya, strategi
komunikasi tersebut mendapatkan feedback yang sesuai dari jama‟ah IKADI.
Umpan balik tersebut dapat diketahui dengan upaya-upaya jama‟ah untuk
berpartisipasi dalam:
1. Keaktifan Mengakses Informasi
Sebanyak 37% responden aktif mengakses informasi lebih dari satu sumber, di
samping dari brosur dan kalender yang rutin dibagikan IKADI Jember kepada
jama‟ah. Fakta bahwa strategi komunikasi melalui penyebaran kalender dan
brosur dinilai efektif karena dapat diakses dengan tingkat prosentase tertinggi
yaitu 41,5%. Bertanya kepada jama‟ah lain dengan prosentase 19,5%
menggambarkan bahwa pengajian akbar ini tidak hanya membangun karakteristik
individu namun juga membina rasa kekeluargaan antar jama‟ah. 18,3% responden
menyatakan aktif mencari tahu informasi tentanga Majlis Dhuha melalui
pengajian IKADI Jember lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa dapat
dipastikan tidak ada program yang tumpang tindih dalam pelaksanaanya namun
saling terintegrasi. Sedangkan 11% lainnya terdiri dari: SMS langsung ke Humas
IKADI Jember dan mengikuti kebiasaan saja (tidak mengakses apapun). Dan
hanya 9,8% yang aktif memanfaatkan sosial media (facebook) sebagai sumber
informasi.
71
Gambar 17. Keaktifan Jamaah IKADI Jember dalam mengakses informasi kegiatan Majlis
Dhuha IKADI Jember
2. Intensitas Kehadiran Pada Majlis Dhuha
Salah satu cara termudah untuk melihat dan mengukur tingkat partisipasi
adalah melalui intensitas kehadiran jama‟ah. Data yang diperoleh di lapangan
menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada kategori selalu dan sering yang
menunjukkan jumlah prosentase 71,7%.
Gambar 18. Intensitas kehadiran Jamaah IKADI Jember pada kegiatan Majlis Dhuha
IKADI Jember
72
3. Partisipasi pada Kegiatan IKADI Jember Lainnya
Sebanyak 73,6% jamaah Majlis Dhuha secara aktif mengikuti Pengajian Akbar
IKADI di Lapangan PTPN XII, namun demikian hanya 20% responden yang juga
mengikuti kegiatan-kegiatan IKADI lainnya, seperti pengajian tafsir dan lain-lain.
Gambar 19. Partisipasi Jamaah Majlis Dhuha pada kegiatan IKADI Jember lainnya
4. Partisipasi dalam Infaq Materi
Berdasarkan data responden, sebanyak 58,33% responden berpartisapi infaq
materi lebih dari satu jenis infaq. Jama‟ah yang yang menjadi orang tua asuh
mahasantri tahfidzul Qur‟an PP Ibnu Katsir juga berinfaq pada kegiatan Pengajian
IKADI maupun Majlis Dhuha.
Gambar 20. Partisipasi Jamaah Majlis Dhuha dalam berinfaq pada kegiatan IKADI
Jember
73
5. Partisipasi dalam Mengajak Orang Lain pada Majlis Dhuha
Sebanyak 27% responden disamping mengajak keluarga juga aktif mengajak
kolega/teman untuk hadir dalam kegiatan Majlis Dhuha. Sedangkan 3,9%
lainnya terdiri dari mengajak tetangga dan tidak mengajak siapapun.
Gambar 21. Partisipasi Jamaah Majlis IKADI Jember dalam mengajak orang lain untuk
hadir pada Majlis Dhuha
D. Strategi Komunikasi Dakwah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Jember
Entitas Islam adalah dakwah. Agama Islam tidak akan hidup dan berkembang
tanpa dakwah. Dakwah bersifat dinamis secara praktis, menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Namun, tetap mengamalkan
dakwah teoritis yang telah dirumuskan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Maka ia
pula berinovasi.
Sebagaimana dunia bisnis, agar dapat bertahan dalam persaingan maka perlu
ada inovasi. Baik dari segi produk, marketing, financial, desain, kemasan, dan
lain-lain. Begitu pula dakwah yamg dipahami oleh Ikatan Da‟I Indonesia (IKADI)
Jember yang bergerak dalam dakwah berlandaskan tiga prinsip:
1. Kerja ikhlas
2. Bersegera dalam kebaikan
74
3. Strategi dan prioritas
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Agus Rahmawan, pengurus
IKADI Jember bahwa manusia pada hakikatnya akan mengikuti kebaikan.
Kebanyakan mereka yang tidak melaukan hal baik alasannya bukan karena
tidak mau, akan tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Maka, peran inilah yang
akhirnya dijalankan oleh IKADI Jember, yaitu menyediakan ladang amal bagi
jama‟ah IKADI untuk menanam dan menyemai kebaikan itu di kemudian
hari. Dalam penyediaan ladang amal tidak jauh berbeda dengan menjual
produk. Orang akan cenderung membeli suatu barang jika barang tersebut
mempunyai daya tarik dan mendatangkan manfaat yang besar. Dua hal itulah
yang akan membuat seseorang tidak akan segan mengeluarkan uang dalam
jumlah besar. Tentunya ada banyak orang, organisasi, institusi, dan lembaga
masyarakat yang menjual produk serupa. Maka perlu disusun strategi
marketing yang tepat. Yaitu, strategi komunikasi.
Dengan strategi komunikasi, meski produk yang ditawarkan sama-sama
bermanfaat dan memiliki daya tarik, namun disampaikan dengan cara dan
kemasan yang berbeda, hasilnya pun tidak akan sama. Partisipasi adalah
bentuk kerelaan seseorang erat kaitannya dengan hati. Maka tidak cukup
dengan hanya memberikan pengetahuan tentang produknya. Oleh karena itu,
IKADI Jember menerapkan tiga tahapan strategi komunikasi yaitu strategi
rekrutmen jama‟ah, strategi pembinaan loyalis, dan strategi peningkatan
jama‟ah. Strategi komunikasi yang dilakukan pada rekrutmen jama‟ah di
antaranya:
75
1. Strategi Pemilihan Kata
Seorang da‟i sejatinya harus memaknai kondisi sasaran dakwahnya. Baik
dari segi psikologis maupun sosiologis. Pembahasaan yang tepat akan
menghasilkan pemahaman yang sama (mutual understanding). Oleh karena
itu, IKADI Jember yang memposisikan sebagai organisasi para da‟i harus
memahami dan mengamalkan etika komunikasi dalam Al-Qur‟an yang
terdiri dari:
• Qaulan Sadida, yakni pembicaraan, ucapan dan perkataan yang benar,
baik dari segi substansi (isi) maupun redaksi (tata bahasa).
• Qaulan Baligha, yakni pembicaraan yang menggunakan kata-kata efektif,
tepat sasaran, komunikatif, mudah mengerti, langsung ke pokok masalah
dan tidak berbelit-belit.
• Qaulan Ma’rufa, yakni perkataan yang baik dan pantas, sesuai dengan
adat dan sasaran dakwah yang miskin dan lemah.
• Qaulan Karima, yakni perkataan yang mulia, diiringi dengan
penghormatan dan bertatakrama kepada posisi yang lebih tinggi.
• Qaulan Layina, yakni perkataan yang lemah lembut, enak didengar dan
ramah. Pada umumnya, ditujukan kepada penguasa yang dzalim.
• Qaulan Maisuran, yakni perkataan yang menyenangkan, mudah dicerna,
ringkas dan tepat digunakan kepada sasaran dakwah yang bersedih,
keluarga dekat, musafir, dan miskin.
Jika seorang da‟i telah dicintai oleh mad‟u nya, maka pesan-pesan dakwah
akan diterima dengan lapang tanpa beban. Pengamalannya pun menjadi mudah
76
dan berkelanjutan. Pemilihan kata yang tepat sasaran akan menghasilkan
komunikasi yang efektif. Da‟i adalah wajah Islam. Berbekal komunikasi yang
efektif, kebaikan universal yang ada pada Islam dapat tersampaikan kepada
ummat manusia.
Dengan memahami konsep ini, IKADI Pusat dan IKADI Jember bersinergi
dalam program pelatihan da‟i. Di mana da‟i-da‟i muda yang akan diterjunkan ke
masyarakat haruslah faham dan mengamalkan keenam etika komunikasi. Agar
mad‟u yang berasal dari strata mana pun dapat menerima Islam secara
keseluruhan. Agar tidak ada da‟i yang mengkomersialisasikan dakwah untuk
pencitraan diri.
2. Strategi Top-Down
Inti dari strategi ini adalah menjalin silaturahim dengan beberapa kolega
pengurus IKADI Jember yang memungkinkan dapat membantu program-
program IKADI ke depannya. Diupayakan jaringan yang terbentuk adalah
sekolompok orang yang memiliki kekuasaan dan otoritas. Sehingga dapat
menggerakkan massa dalam jumlah besar yang diharapkan nantinya menjadi
basis jama‟ah IKADI Jember. Maka, diperlukan mad‟u yang berjiwa
kepemimpinan.
Menurut Kartono1, pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan
khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat memengaruhi kelompok
yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama yang mengarah pada
pencapaian sasaran tertentu. Pemimpin yang menerapkan komunikasi dakwah
sebagai salah satu alternatif pencapaian tujuan berarti pribadi yang memiliki
1Kartini Kartono, Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, (Jakarta:
Rajawali Press, 1991), h. 193.
77
kecakapan mental spiritual, mempunyai posisi penting di sebuah kelompok
dan mampu mengendalikan bawahannya.2
Alat dari strategi ini adalah komunikasi interpersonal yang dilakukan
secara tatap muka. Konten pesan yang disampaikan tidak serta merta
menjelaskan program-program IKADI, namun disisipi dengan muatan dakwah
fardiyah dengan karakteristik sebagai berikut3:
Adanya mukhathabah (berbincang-bincang) dan muwajahah (tatap muka)
dengan mad‟u secara dekat dan intens. Hal ini mempermudah terbukanya
berbagai macam permasalahan dan problem yang tidak mungkin
dilakukan ketika menghadapi orang banyak.
Istimrariyah. Terjaganya keberlanjutan dakwah, khususnya di saat-saat
sulit dan dalam kesempitan.
Berulang-ulang. Dapat dilakukan setiap saat tanpa menunggu momen
tertentu.
Mudah, bisa dilakukan setiap orang.
Bisa terhindar dan tertutupi dari pandangan manusia, terutama musuh.
Dapat menghasilkan asas dan pilar-pilar amal.
Dakwah fardiyah dapat membantu mengungkap potensi dan bakat
terpendam.
Tahapan dalam dakwah fardiyah:
Membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi
Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa
2Rafy Saputri, Psikologi Islam Tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta. Rajawali Press,
2009), hlm. 409. 3Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2003), hlm.
115.
78
Membantu memperbaiki keadaan mad‟u dengan memperkenalkan perkara-
perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah
yang diwajibkan.
Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara menyeluruh.
Menjelaskan bahwa keberagaman kita tidak cukup hanya dengan
keislaman diri sendiri.
Menjelaskan bahwa cita-cita Islam yang besar tidak akan dapat tertunaikan
jika umat Islam tidak bersatu padu mewujudkannya.
Menjelaskan tentang kesadaran seorang mad‟u terhadap kepentingan
sebuah jama‟ah.
Beberapa jama‟ah yang telah bermitra dalam program IKADI Jember
adalah Dr. IR. Teguh Wahyudi M.Eng, direktur Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia yang menjadi fasilitator pengajian akbar Majlis Dhuha dan
manajer wilayah II PTPN XII Jember, yaitu Bapak Endang Sulaiman. Kedua
pemimpin lembaga ini telah membantu menyediakan tempat secara gratis
untuk pengajian akbar setiap bulannya. Sehingga dapat menghemat anggaran
organisasi dan dapat dialokasikan kepada program bina santri atau santunan
anak yatim.
3. Strategi Iqro’
Iqro’ adalah perintah Allah yang pertama kali diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui Jibril. Iqro’ dalam bahasa Arab merupakan kata
perintah yang berarti „bacalah‟. Tidak hanya sekedar membaca tulisan secara
79
tekstual, namun dapat menyiratkan secara kontekstual dan mengkonstruknya
menjadi sebuah realitas.
Makna ini telah dioperasionalisasikan secara taktis oleh tim kreatif IKADI
Jember dengan mengabadikan setiap kegiatan dalam bentuk foto. Foto
merupakan gambaran realitas yang dimiliki oleh masing-masing orang. Setiap
orang telah dibekali kemampuan untuk menafsirkan apapun yang dilihatnya.
Foto yang baik, adalah representasi dari realita dan akan terpersepsi ke dalam
benak setiap individu yang akhirnya menciptakan kesan.
`Pernah suatu ketika, Ustadz Abu Hasanudin ketua umum IKADI Jember
mendapatkan undangan untuk menjadi khotib Jumat di Bank Indonesia. Maka,
kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh IKADI Jember. Berangkatlah
Ustadz Abu Hasanudin bersama Ustadz Agus Rahmawan selaku humas
IKADI Jember. Tidak banyak orang yang berpeluang untuk bertemu dengan
pejabat Bank Indonesia. Di momen itulah, mereka sempatkan untuk
bersilaturrahim dengan petinggi-petinggi Bank Indonesia dan menyampaikan
program-program IKADI Jember. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki
oleh pejabat tersebut, tentunya tidak dapat menjelaskan banyak hal. Namun,
kesempatan emas tidak bisa dilewatkan begitu saja. Setidaknya ada
dokumentasi pertemuan mereka yang akan memperkuat kepercayaan jama‟ah
kepada IKADI Jember.
Setelah proses rekrutmen jama‟ah, maka diperlukan strategi untuk
membina loyalitas dan meningkatkan kepercayaan jama‟ah. Beberapa cara
yang dilakukan IKADI Jember untuk membina loyalitas dan kepercayaan
adalah:
80
Menerbitkan buletin gratis bagi jama’ah IKADI Jember setiap satu
bulan sekali.
IKADI Jember bekerja sama dengan percetakan Soerabaja‟45 dalam
pembuatan buletin. Juliyanto Ari Wibowo owner CV. Soerabaja‟45 adalah
salah satu jama‟ah IKADI yang telah mewakafkan tiga rukonya kepada
Ma‟had Tahfidz Ibnu Katsir binaan IKADI Jember. Sistem kerja sama antara
kedua lembaga ini adalah profit sharing. Buletin IKADI dicetak secara gratis,
dan Soerabaja‟45 boleh beriklan dalam buletin tersebut. Tidak hanya
Soerabaja‟45 yang berpartisipasi dalam pembuatan buletin ini. Beberapa
pengiklan juga melirik potensi beriklan di buletin IKADI Jember yang telah
memiliki ribuan jama‟ah.
Membagikan kalender
Menjelang akhir tahun, IKADI Jember membagikan kalender kepada jama‟ah.
Dalam kalender tersebut berisikan jadwal pengajian akbar PTPN XII dan
Majlis Dhuha. Ada pula program-program wakaf bagi calon donatur sebagai
bentuk sosialisasi. Gambar di dalam kalender pun dipilih dengan selektif yang
kira-kira dapat menjadi sarana iqro‟ bagi para jama‟ah.
Gathering donatur.
Adanya pengajian VIP untuk para eksekutif yang dikemas elegan dan materi
pun disesuaikan dengan latar belakang pendidikan jama‟ah. Memberikan
pelayan khusus kepada donatur merupakan prinsip IKADI Jember untuk
memelihara trust.
81
Melampirkan transparansi dana infak jama’ah melalui buletin.
Mengeluarkan harta di jalan Allah memang berat untuk dilakukan. Apalagi
dengan kebutuhan manusia yang beragam dan terus bertambah seiring dengan
perkembangan zaman. Walaupun ayat-ayat Allah Swt telah sangat jelas
menerangkan bahwa pahala dan rizki yang jauh lebih besar akan datang, jika
kita berinfaq di jalanNya.
Program-program dakwah tentunya tidak akan mudah terlaksana tanpa
bantuan dari jama‟ah. Oleh karena itu, IKADI berinovasi dengan menyediakan
paket-paket wakaf yang sekiranya meringankan bagi jama‟ah.
Beberapa program fundraising yang dikhususkan untuk Ma‟had Tahfidz Ibnu
Katsir adalah:
a) Wakaf Tunai Mobil-QU
Mobil Qur‟an pertama di Indonesia. Merupakan kendaraan operasional
untuk menyukseskan GeMMA (Gerakan Mencintai dan Memuliakan Al-
Qur‟an) sejak September 2012. Cicilan Rp 4.400.000 per bulan selama 35
kali dan telah tertanggung sebanyak 15 kali. Paket cicilan yang disediakan;
1 bulan penuh (4,4 juta), ½ bulan (2,2 juta), ¼ bulan (1,1 juta), suka-suka
(ditentukan oleh donatur sendiri).
b) Ortas-QU
Program orang tua asuh Qur‟an yang merupakan program beasiswa untuk
biaya pendidikan ma‟had, asrama, makan mahasantri Ma‟had Tahfidz Ibnu
Katsir. Program ini ditawarkan sebagai investasi strategis dalam rangka
sinergi amal sholeh untuk menyukseskan GeMMA dengan menanggung
satu orang santri senilai satu juta rupiah (baik personal maupun komunal
82
institusional). Paket yang ditawarkan: paket A = Rp 1.000.000,-, paket B =
Rp 500.000,-, paket C = Rp 250.000,- dan paket suka-suka.
c) Wakaf Tunai Gedung-QU
Program wakaf tunai untuk pembelian asrama santri, pembangunan
gazebo, Aula dan bangunan pennjang lainnya. Paket yang ditawarkan:
paket A (Rp 6.500.000,-), paket B (Rp 3.250.000,-), paket C (Rp
1.625.000,-) dan paket Spesial (paket gedung Asrama, kelas, kamar mandi,
dapur, dan lain-lain).
d) Wafak Tunai Tanah-QU
Program wakaf tunai dalam rangka pengembangan kampus 1 dengan
membebaskan tanah 3.000 m untuk menambah komplek Ma‟had Ibnu
Katsir. Paket sertifikat wakaf tunai; 20 meter (Rp 1.000.000,-), 10 meter
(Rp 500.000,-), 5 meter (Rp 250.000,-) dan paket special.
e) Masjid-QU
Adalah program donasi baik aad wakaf maupun infaq terikat untuk
pembangunan masjid Kampus II Ibnu Katsir baik bangunan masjid
maupun sarana dan prasarana. Donatur bebas memilih bila akan
mendukung barang/kebutuhan bangunan.
f) Jariyah-QU
Adalah program pendayagunaan ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) kaum
muslimin yang terikat khusus peruntukan. Dalam hal ini, IKADI Jember
melalui ma‟had Ibnu Katsir wajib melaksanakan amanah sebaik-baiknya
dan berhak mengalokasikan pada prioritas yang ditetapkan lembaga.
83
Jama‟ah IKADI Jember yang telah mendonasikan hartanya, akan
dilampirkan laporannya setiap terbit buletin IKADI. Para donatur juga akan
mendapatkan kiriman buletin ini sebagai laporan secara gratis.
Turut melibatkan jama’ah dalam program ma’had tahfidz Ibnu Katsir
Sebelum pengajian Majlis Dhuha (Ahad, 22 Desember 2013) dimulai, MC
yang memandu acara memberikan selingan ice breaking kepada jama‟ah.
Yaitu berupa kuis tebak gambar yang tersembunyi dalam angka. Kuis
semacam ini tentulah pernah dijumpai di televise. Biasa, para peserta kuis
diwajibkan untuk memilih satu nomor. Di dalam nomor tersebut tersimpan
nominal hadiah yang akan didapatkan. Namun berbeda dengan kuis pengajian
Majlis Dhuha kala itu. Salah satu jama‟ah secara bergantian diminta untuk
memilih angka 1-12 secara acak. Di dalam nomor tersebut tersimpan program-
program wakaf dan seruan kepada jama‟ah untuk melakukan kebaikan. Seperti
program wakaf mobil pesantren, wakaf orang tua asuh, wakaf tanah, dan lain-
lain. Strategi ini berhasil mendorong semangat jama‟ah yang hadir untuk
berpartisipasi secara aktif membantu terealisasinya kegiatan dakwah.
Setelah menerapkan strategi peningkatan kepercayaan dan loyalitas jama‟ah,
maka perlu diimbangi dengan peningkatan partisipasi jama‟ah agar tetap semangat
dalam beramal sholeh. Pada point ini, sangat ditentukan faktor reward yang
diperoleh jama‟ah. Dengan adanya reward, jama‟ah akan senang untuk hadir di
setiap pengajian dan mengajak yang lain untuk ikut bergabung. Beberapa cara-
cara sederhana yang dilakukan oleh IKADI Jember adalah sebagai berikut:
Memberikan doorprize
Mengapresiasi kehadiran jama‟ah yang datang paling awal
84
Mengapreasiasi semangat jama‟ah yang berusia lanjut
Mengapresiasi jama‟ah yang membawa massa ke pengajian.
E. Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat Partisipasi
Jama’ah Ikatan Da’I Indonesia (IKADI) Jember
Efektivitas strategi komunikasi pada IKADI Jember sangat menetukan tingkat
partisipasi jama‟ah. Hal ini terlihat dari temuan data di lapangan yang
menggambarkan beberapa aspek dari komponen komunikasi menurut Laswell
(who says what, in what channel, to whom, with what effect), yaitu;
a. Aspek Komunikator
Tingkat popularitas narasumber ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap
tingkat partisipasi jama‟ah IKADI Jember. Hal ini ditunjukkan oleh data yang
menyatakan 93,3% responden tidak mempermasalahkan tingkat popularitas
narasumber. Siapapun pembicaranya, jama‟ah akan tetap hadir dan berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. Di sisi lain, metode penyampaian narasumber justru
sangat berpengaruh terhadap tingkat kehadiran jama‟ah Pernyataan ini dibuktikan
oleh 48,7% responden yang menyatakan metode ceramahlah yang paling disukai
jama‟ah. Metode ceramah yang menggunakan komunikasi publik dan dikemas
dalam bahasa semi training motivasi menjadi andalan strategi komunikasi IKADI
Jember. Metode penyampaian yang berbeda dengan ceramah-ceramah pada
umunya yang bersifat kaku dan linear.
IKADI Jember di setiap kegiatannya yang melibatkan jama‟ah menggunakan
metode repeating (pengulangan pesan) yang tujuannya mendorong jama‟ah agar
terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan fundrising. Sedangkan dalam pengajian-
85
pengajian akbar yang diselenggerakan, IKADI Jember sebagai fasilitator, berupa
mengarahkan narasumber untuk menggunakan metode canalizing dalam
ceramahnya. Sehingga, jama‟ah IKADI yang awalnya datang dengan berbagai
alasan dan tujuan, dapat menyatu ke dalam acara tersebut dan pesan dapat
tersampaikan.
Walaupun narasumber yang didatangkan tidak semua narasumber yang
populer, namun narasumber-narasumber IKADI Jember dinyatakan memiliki
ethos dan kredibilitas yang tinggi. Ethos dan kredibilitas komunikator sangat
menetukan efektivitas komunikator sebagai penyampai pesan kepada khalayak.
Ethos ditentukan oleh tiga hal; good sense, good moral, dan good will. Sedangkan
kredibilitas dipengaruhi oleh keahlian dan kepercayaan.
Tipe narasumber IKADI Jember adalah tipe derived credibility yakni
kredibiltas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung, bagi jama‟ah yang belum
mengenal sosok narasumber dengan baik. Kesimpulannya, yang membuat tingkat
kehadiran jama‟ah pada pengajan-pengajian IKADI Jember tinggi adalah karena
metode penyampaian dakwahnya berbeda dengan ceramah-ceramah pada
umumnya.
b. Aspek pesan
Jama‟ah dapat menangkap isi pesan sebelum mengikuti pengajian melalui
tema. Tema yang menarik akan meningkatkan rasa kuriositas khalayak untuk
hadir dan berpartisipasi dalam acara tertentu. Perhatian menjadi tolak ukur untuk
menilai keberhasilan proses komunikasi.
Pada jama‟ah IKADI Jember, strategi penyususnan pesan melalui tema telah
berhasil mendapatkan perhatian 73,3% responden yang meyakini apapun tema
86
yang diusung oleh IKADI Jember pastilah bermuatan positif dan menarik. Tema
yang diangkat adalah both side issue di mana suatu permasalahan diungkap dari
sisi positif, negatif, gagasan yang sedang berkembang dan konsepsi dari
narasumber dipadupandakan menjadi suatu pemahaman tertentu untuk
memengaruhi khalayak.
Kondisi jama‟ah IKADI Jember yang mayoritas berpendidikan, sangat cocok
dengan materi atau tema yang mengandung both side issue sebagaimana yang
dikemukakan oleh Wilbur Schramm tentang penyajian masalah dalam pesan
sebagai berikut4:
1. Jika ingin berkomunikasi dengan orang-orang yang sejak awal berbeda
pendapat, maka gunakan both side issue
2. Pada orang-orang yang sudah memiliki pemahaman yang sama (mutual
understanding) gunakan one side issue.
3. Pada golongan terpelajar gunakan both side issue.
4. Pada orang awam gunakan one side issue.
c. Aspek Media Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan oleh IKADI Jember cukup efektif untuk
meningkatkan partisipasi jama‟ah. Dalam upaya branding suatu program, SMS
merupakan metode publikasi yang paling efektif. Strategi top down dalam tahap
rekrutmen sangat efektif meningkatkan tingkat partisipasi jama‟ah di kalangan
institusi sebanyak 26,7%. Brosur dan kalender telah menghasilkan partisipasi aktif
sebanyak 41,5%. Pemanfaatan media elektronik massa (radio dan televisi) kurang
4 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 405.
87
efektif menunjukkan bahwa peminatan TV lokal di daerah masih rendah. Di
samping itu, biaya pemasangan iklan relatif mahal jika menggunakan media
elektonik.
d. Aspek Komunikan
Data demografis responden menyatakan partisipasi jama‟ah IKADI
Jember didominasi oleh orang dewasa dikisaran umur 20-40 tahun. Usia
ddewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan kejiwaan yang menimpa
masa remaja. Elizabeth B. Hurlock, menentukan usia dewasa dini dimulai dari
usia 18 ahun sampai kira-kira 40 tahun. Rita Atkinson menentukan usia
dewasa dimulai dari 25-40 tahun, sedangkan di Indonesia batas kedewasaan
adalah usia 21 tahun.
Pada masa dewasa, menurut konsep Islam adalah fase dimana seseorang
telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral, spiritual
dan agama. Agama mulai dipandang penting dalam hidup. Sedangkan
pengkajian nilai melalui kegiatan-kegiatan keagamaan diharapkan menjadi
pengokoh perjalanan hidup di dunia dan persiapan bekal di akhirat. Pekerjaan,
ideoelogi, kegiatan sosial, biasanya akan dikaitkan dengan tuntutan agama.
Kualitas ibadah saat ini akan terlihat jelas. Orang-orang dewasa dini lebih
memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetangga, keluarga, dan teman-
temannya aktif dalam organisasi atau kegiatan keagamaan. Dan pada masa ini,
kegagalan-kegagalan hidup mulai diatasi dengan bantuan agama, sekalipun dia
selama hidupnya kurang mengamalkan agama atau kurang keyakinannya.5
5 Heny Narendrany Hidayati, Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007), hlm. 130.
88
Secara umum, perbedaan kategori umur berdasarkan perkembangan kognitf
dan psikososial adalah sebagai berikut6:
Tabel 5
Perkembangan Kognitif dan Psikososial Manusia
Tahap Perkembangan Kognitif Perkembangan Psikososial
Remaja
(11-20 tahun)
Kemampuan untuk
berpikir abstrak dan
menggunakan penalaran
ilmiah berkembang.
Pikiran yang belum
matang bertahan pada
beberapa sikap dan
perilaku.
Pencarian identitas,
mencakup identitas seksual,
menjadi pusat. Kelompok
teman seusia biasa
menimbulkan pengaruh
positif atau negatif.
Dewasa Muda
(20-40)
Pikiran dan penilaian
moral menjadi lebih rumt.
Membuat pilihan atas
pendidikan dan pekerjaan.
Berbagai trait dan gaya
kepribadian relatif stabil,
perubahan kepribadian
mungkin dipengaruhi oleh
tahapan dan peristiwa
kehidupan. Berbagai
keputusan dibuat mengenai
hubungan dekat dan gaya
hidup pribadi. Kebanyakan
orang menikah dan menjadi
6 Papalia Old Feldman, Human Development, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm. 17.
89
orang tua.
Dewasa tengah
(40-60 tahun)
Kemampuan mental
berada kondisi puncak;
memiliki keahlian dan
keterampilan yang tinggi
dalam menyelesaikan
masalah praktis.
Pemahaman identitas terus
berkembang. Transisi
kehidupan paruh baya terjadi.
Anak-anak mulai
meninggalkan rumah
terjadilah empty nest.
Dewasa tua
(60 tahun ke atas)
Kebanyakan orang
waspada secara mental.
Meskipun kecerdasan dan
ingatan mengalami
kemunduran
Pensiun dari pekerjaan. Lebih
banyak mengembangkan
strategi untuk mengatasi
kehilangan pribadi dan
kematian yang sudah dekat.
Jama‟ah IKADI mayoritas menumpuh jenjang pendidikan tinggi. 63,3% telah
memiliki pekerjaan tetap, sedangkan 36,7% diwakili oleh pelajar dan mahasiswa.
Sebanyak 40% PNS diwakili oleh kelompok dosen dan guru. Ini menunjukkan
segementasi khalayak IKADI Jember adalah kaum kelas atas yang berpendidikan
dan notabene berpenghasilan. Segmentasi inilah yang akan memengaruhi tingkat
partisipasi jama‟ah sebagai efek komunikasi.
e. Aspek efek komunikasi
Bentuk-bentuk partisipasi merupakn efek dari keberhasilan proses
komunikasi. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti menyatakan tingkat
90
partisipasi jama‟ah IKADI Jember sangat tinggi dengan melihat beberapa item
kategori:
1. Keaktifan mengakses informasi jama‟ah IKADI Jember 9,8 % melalui
facebook, kalender dan brosur 41,5%, bertanya pada jama‟ah lain 19,5%,
pengajian Ikadi 18,3%. Lainnya terdiri dari SMS Center 8,5%, tidak aktif
mengakses informasi hanya 2,4%. Intinya 97,6% jama‟ah IKADI Jember
aktif mengakses informasi tentang IKADI melalui saluran-saluran
komunikasi.
2. Intensitas kehadiran jama‟ah IKADI Jember menunjukkan selalu 15%,
sering 56,7%, kadang-kadang (jarang) 28,3%. Intinya, tingkat partisipasi
kehadiran masih di atas angka 50%, yaitu 71,7%.
3. Partisipasi di kegiatan IKADI Jember lainnya pengajian akbar PTPN XII
73,6% kajian tafsir 1,4%, tahsin Qur‟an 11,1%, Pondok Tahfidzul Qur‟an
6,9% lainnya terdiri dari tidak berpartisipasi 4,1%. Total partisipasi pada
kegiatan lain adalah 95,9%.
4. Partisipasi dalam infaq materi pengajian IKADI PTPN XII 42,1%, majlis
Dhuha 43,2%, program orang tua asuh 8,4%. Lainnya terdiri dari GeMMA
1%, sedekah subuh 1%, dan tidak berpartisipasi 4,2%. Total partisipasi
aktif berupa infaq materi sebesar 95,8%.
Wawancara dengan pengurus IKADI, pembiayaan IKADI seluruhnya
diperoleh dari jamaah IKADI. Sumber pendanaan dari jamaah berupa infaq
jamaah: a) Infaq jamaah pada setiap kegiatan seperti Pengajian Umum IKADI
pada setiap minggu ke-3 di Lapangan PTPN 12, Pengajian Majlis Dhuha,
Pengajian Majlis- majlis Taklim, Kajian Tafsir; b) Infaq subuh yang
91
dikumpulkan dari anak-anak keluarga jamaah; c) donatur rutin baik yang
langsung dari jamaah maupun yang dikumpulkan oleh para jamaah yang
secara sukarela menjadi koordinator mengumpulkan dana dari donatur tidak
langsung; d) CSR bebepa instansi seperti PTPN 12, PT Telkom, Pusat
Penelitian Kopi Kakao dan lain-lain; e) Wakaf, antara lain wakaf tanah seluas
8000 m2 di Rembangan yang rencananya untuk Pondok Tahfidz yang
dikumpulkan dari para jamaah, wakaf tanah dan bangunan senilai 2 Milyar
dari Ibu Hj. Mimin yang digunakan untuk Ma‟hadz Tahfidzul Qur‟an Ponok
Pesantren Ibnu Katsir di Jl. Mangga Patrang Jember, Wakaf Al-Qur‟an Braille
dari para Donatur yang telah diidistribusikan di 4 kabupaten (Jember,
Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi), Wakaf rumah senilai 3 Milyar dari
Pewakif Joewanto yang dijadikan Usaha Percetakan, Wakaf Tanah dan
Gedung Alia seniali Rp. 2 M yang digunakan untuk Ma‟had Tahfidzul Qur‟an
mahasantri Putri yang mulai terima santri pada tahun 2013, wakaf mobil Al-
Qur‟an dengan cara diangsur oleh para jamaah, wakaf sarana dan prasarana
untuk ma;had Ibnu Katsir, baik berupa mebelair, perabot mapun kendaraan
bermotor roda dua.
5. Partisipasi mengajak orang lain
Menunjukkan, jamaah IKADI yang mengajak keluarga untuk ikut
meramaikan IKADI Jember sebanyak 44,7%, yang mengajak teman dan
kolega 51,3%, lainnya terdiri dari tetangga 1,3% dan tidak mengajak
siapapun 2,6%. Total partisipasi aktif mengajak orang lain sebanyak
97,4%.
92
Di antara kelima item yang mengindikasikan tingkat partisipasi, item
keaktifan mengakses informasi merupakan upaya partisipasi tertinggi. Jika
melihat variasi saluran komunikasi yang ditawarkan sebagai strategi komunikasi
IKADI Jember, tentunya strategi publikasi adalah strategi yang paling
menentukan tingkat partisipasi jama‟ah.
Hingga kini, masih banyak institusi dakwah yang belum mengoptimalkan
saluran media komunikasi untuk pengembangan dakwah. Padahal, jika kita
melihat data di atas, peluang untuk mendapatkan perhatian khalayak adalah
melalui media-media komunikasi.
Kata “media” dalam ilmu komunikasi diterjemahkan dari istilah Latin
“medium” yang berarti “tengah” atau “perantara”.7 Media modern seringkali
dipandang sebagai perantara antara satu “dunia” dan audiens, tetapi media tidak
dapat diasumsikan seperti itu, sebagai saluran komunikasi sederhana, hanya
sebagai “jendela-jendela atas dunia”. Ini mungkin satu pendapat yang lebih maju
yang menilai media komunikasi tidak hanya apa yang tampak, bisa diindera
sebagaimana media massa seperti TV, radio, surat kabar, dan majalah, tetapi juga
hal-hal yang tersembunyi dari sesuatu pesan yang ditampilkan oleh media.
Kemajuan teknologi komunikasi tentu saja, seperti juga teknologi yang lain,
memiliki dampak positif dan negatif. Jadi teknologi bisa dimanfaatkan untuk
tujuan-tujuan positif, tapi juga dapat membawa implikasi negatif.Ada potensi
perubahan sosial yang cukup mendasar, dalam skala makro, yang diharapkan bisa
terjadi dalam masyarakat sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi.
7Branston Gill, dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, Ed.III, (London: Routledge,
2003), hlm. 9.
93
Potensi perubahan dimaksud, sebagaimana dikatakan Marwah Daud
Ibrahim8antara lain:
Pertama, diharapkan dengan kemajuan teknologi komunikasi orang kian
kosmopolit, dalam artian kemungkinan bagi orang untuk kian terbuka dan
menerima orang lain semakin besar. Perbedaan-perbedaan sudah diterima sebagai
suatu yang baik. Hal ini memungkinkan terjadi karena saling silang komunikasi
antar budaya kian tinggi intensitasnya.
Kedua, dengan kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa pesatnya,
diharapkan saling pengertian antar warga masyarakat yang berbeda kian
meningkat. Ketiga, diharapkan juga dengan semakin canggihnya teknologi
komunikasi, solidaritas sosial kian meningkat. Mereka yang berada di negara atau
wilayah atau dalam strata sosial yang lebih baik diharapkan lebih peduli pada
mereka yang berada pada lapisan bawah. Keempat, dengan semakin canggihnya
alat komunikasi, setiap orang diharapkan lebih berkualitas. Asumsi ini diajukan
mengingat bahwa peralatan komunikasi bisa menjadi alat untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan pendidikan, mengajarkan keterampilan,
menyampaikan pesan-pesan keagamaan, mengajarkan cara hidup yang sehat,
santun dan berbudi, religius, dan sebagainya.
Tetapi, harapan-harapan di atas dapat berubah sebaliknya, justru menjadi
negatif. Dalam skala mikro, beberapa kemungkinan perubahan sosial yang bisa
muncul akibat kemajuan teknologi komunikasi bisa dicatat, antara lain: kian
meningkatnya sikap hedonisme, konsumtivisme, materialisme, permisivisme, dan
8 Ibrahim, Marwah Daud. Teknologi, Emansipasi, dan Transendensi: Wacana Peradaban
dengan Visi Islam, Cet.II; Bandung: Mizan, 1995, hlm. 68-69.
94
sadisme. Hal-hal ini sering dihubungkan dengan isi media massa yang kian
mengumbar sifat-sifat yang dinilai negatif tadi.
Jika nilai yang diintroduksikan oleh media sejalan dengan apa yang
diharapkan pada institusi nilai yang lain, maka akan didapatkan hasil yang
maksimal. Tapi, jika apa yang disampaikan oleh media malah bertentangan
dengan apa yang didapatkan di rumah, sekolah, dan tempat ibadah, maka boleh
jadi, terutama anak-anak dan generasi muda, dilanda oleh kebingungan. Dan nilai
yang pengaruhnya lebih kuat dan dominan akan mewarnai sikap dan perilaku
sosial mereka. Kenyataan ini membuat harapan dan tuntutan agar media bisa
membawakan misi dan visi yang menunjang pengembangan nilai positif menjadi
sangat mendesak.
Islam perlu mengambil alih kekuatan media. Efek media yang mendasar
dengan mengacu pada model jarum hipodermik dan berlanjut pada “the two-step
flow” menyatakan bahwa media memiliki kekuatan untuk merubah perilaku sosial
masyarakat. Di sinilah komunikasi dakwah berperan dan diupayakan untuk terus
berkembang, sehingga melahirkan dampak yang baik guna mencetak umat yang
berwawasan keagamaan dan mampu mengamalkan ajarannya.
95
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari rumusan masalah yang peneliti ungkapkan, maka ada beberapa hal yang
bisa ditarik sebagai simpulan oleh peneliti kali ini, antara lain:
IKADI Jember menerapkan strategi komunikasi dalam upaya meningkatkan
partisipasi jama’ah melalui tiga tahapan:
1. Tahap rekrutmen jama’ah. Pada tahap ini, IKADI Jember memaksimalkan
komunikasi interpersonal (dakwah fardiyah) melalui silaturrahim ke beberapa
kolega dan jaringan pimpinan-pimpinan perusahaan yang dapat
memperkenalkan IKADI Jember kepada calon jama’ah. Strategi ini memiliki
istilah strategi top-down. Jika sudah mendapatkan kepala, maka tidak akan
sulit untuk mendapatka badan hingga ekornya. Strategi top-down juga
ditunjang dengan strategi pemilihan kalimat yang sesuai dengan etika
komunikasi dalam Al-Qur’an di mana cara penyampaian pesan harus
disesuaikan dengan kedudukan mad’u (komunikan) baik secara biologis,
psikologis, dan sosiologis sehingga tidak menimbulkan gangguan (noise)
ataupun kesalahpahaman (missunderstanding) dalam proses komunikasi.
Ketika telah terbentuk suasana komunikasi dan feedback positif, maka bahasa
yang awalnya menjadi satu-satunya alat komunikasi, dibantu oleh strategi
iqro’ yang lebih menekankan pada dokumentasi kegiatan-kegiatan IKADI
jember untuk membangun kepercayaan jama’ah.
2. Tahap Pembinaan Loyalis dan Peningkatan Trust melalui gathering donatur
dengan mengadakan pengajian VIP dan melampirkan transparansi anggaran
96
donasi pada buletin IKADI Jember yang dibagikan dan diantarkan secara
gratis kepada jama’ah.
3. Tahap peningkatkan partisipasi jama’ah melalui doorprize, kuis beramal
jariyah, membagikan kalender, publikasi via media massa, dan lain
sebagainya.
Selain itu, IKADI Jember khususnya pada pengajian Majlis Dhuha merancang
strategi komunikasi yang berbeda dengan pengajian lainnya. Strategi komunikasi
adalah gabungan antara perencanaan dan manajemen. Dalam hal ini, IKADI
Jember telah mendesain Majlis Dhuha dengan empat strategi utama; diffrensiasi,
segmentasi, passioning, dan branding.
Tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember digambarkan oleh 97,6% jama’ah
IKADI Jember aktif mengakses informasi tentang IKADI melalui saluran-saluran
komunikasi. tingkat partisipasi kehadiran 71,7%. Partisipasi di kegiatan IKADI
Jember lainnya adalah 95,9%. Total partisipasi aktif berupa infaq materi sebesar
95,8%. Partisipasi jama’ah IKADI Jember dengan mengajak orang lain sebesar
97,3%. Hampir seluruh program IKADI Jember didanai oleh jama’ah IKADI.
Berdasarkan data di lapangan, disimpulkan bahwa aplikasi strategi
komunikasi dakwah terhadap tingkat partisipasi jama’ah IKADI Jember
tergambar sebagai berikut:
93,3% responden menyatakan akan hadir di pengajian Majlis Dhuha IKADI
Jember meskipun belum mengetahui siapa pembicaranya. Angka ini
menunjukkan strategi pemilihan narasumber yang berbasik trainer sangat
meningkatkan partisipasi dan loyalitas jama’ah.
97
73,3% reponden menyatakan faktor tema tidak memengaruhi tingkat
kehadiran jama’ah. Data ini mengasumsikan bahwa tema-tema yang diusung
oleh IKADI Jember hingga saat ini dikatakan telah diaplikasikan dengan
sangat baik membina loyalitas jama’ah
Metode ceramah yang dibawakan oleh narasumber adalah konten kegiatan
yang cukup baik diaplikasikan di lapangan. Pernyataan tersebut 48,7%.
Strategi komunikasi menggunakan media-media komunikasi yang telah
digunakan oleh IKADI Jember adalah SMS (komunikasi bermedia) dengan
prosentase 27,9%. Dan strategi top-down dapat meningkatkan partisipasi
jama’ah sebanyak 26,7%.
Strategi berdasarkan waktu sangat efekif terhadap tingkat partisipasi jama’ah.
Durasi cukup dinyatakan oleh 96,7% responden dan Frekuensi 85%
menyatakan cukup. Waktu menjadi alasan yang paling lazim digunakan orang
untuk terlibat aktif pada suatu kegiatan. Oleh karena itu, durasi dan frekuensi
yang sesuai tentunya akan memudahkan orang lain untuk berpartispasi.
Berdasarkan strategi pemilihan tempat dinyatakan lokasi pengajian Majlis
Dhuha IKADI Jember cukup memiliki daya tarik (56,7%). Akses lokasi sangat
strategis (51,7%). Walaupun daya tampung jama’ah cukup memadai (46,7%)
dengan fasilitas yang dianggap responden cukup memuaskan (71,7%)
98
B. SARAN
Setelah peneliti melakukan penelitian di lapangan, IKADI Jember sudah
cukup baik menerapkan strategi kmunikasi dakwahnya atas dasar tingkat
partisipasi jama’ah di beberapa item partisipasi di atas 50%. Namun, peneliti
akan tetap memberikan masukan-masukan serta saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi IKADI Jember, antara lain:
a. IKADI Jember hendaknya lebih mengoptimalkan penggunaan media-media
komunikasi dalam upaya meningkatkan partisipasi jama’ah. Karena, tidak
dapat dipungkiri tekhnologi informasi akan terus mengalami
perkembangan.
b. Konten kegiatan yang terlalu beragam dapat menciptakan kejenuhan jika
tidak diaplikasikan dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya IKADI Jember
dapat memprioritaskan kematangan konsep program yang akan dijalankan
terlebih dahulu sebelu ditawarkan kepada jama’ah.
Selain itu, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan
mengenai perbedaan efek dari setiap strategi komunikasi yang digunakan
sesuai dengan kajian teori ilmu komunikasi. Untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam, sebaiknya peneliti selanjutnya memperdalam tinjauan pustaka
dan menambah penelitian pustaka. Untuk menambah wawasan teoritis maupun
praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad. Memperbaharui Komitmen Dakwah. Jakarta: Robbani Press.
2008.
Agung, I. Gusti Ngurah. Manajemen Penulisan Skripsi, Thesis, Dan Disertasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004.
Al-wa’iy, Taufiq. Dakwah Ke Jalan Allah-Muatan, Sarana, dan Tujuan. Jakarta:
Robbani Press. 2010.
Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi. Tangerang: UIN Jakarta Press. 2003.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti. 2003.
, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University. 1987.
Feldman, Papalia Old. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Gill, Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, Ed.III. London:
Routledge. 2003.
Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang : UMM Press. 2010.
Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara Berkembang. Jakarta, Sinar Harapan
1985.
Hefni, Harjani dkk. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2003.
Hidayati, Heny Narendrany dan Andri Yudiantoro. Psikologi Agama. Jakarta:
UIN Jakarta Press. 2007.
Ibrahim, Marwah Daud. Teknologi, Emansipasi, dan Transendensi: Wacana
Peradaban dengan Visi Islam, Cet.II; Bandung: Mizan. 1995.
Idris, Malik. Strategi Dakwah Kontemporer. Makassar: Sawah Press. 2007.
Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harokah. Jakarta: Penamadani. 2008.
John, Little. Karen Foss. Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba
Humanika. 2011.
Madjid, Abdul. Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi,
Bandung: Pustaka Setia. 2000.
Mansyur, Mustafa. Tujuh Tahapan Dakwah Fardiyah. Jakara: al-I’tisam Cahaya
Umat, Cet- Ke-3. 2002.
Mikkelsen, Britha. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.
Morissan. Andy Corry Wardhany. Teori Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.
2009.
Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan
Disertasi. Ciputat: CeQDA. 2007.
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Cet. Ke-4. 2006.
Rohim, Saiful Teori Komunikasi-Ragam, Perspektif, dan Aplikasi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2009.
Sapuri,Rafy. Psikologi Islam Tuntutan Jiwa Manusia Modern. Jakarta: Rajawali
Press. 2009.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2011.
Sardar, Zianudin, Information and The Muslim World: A Strategy for The Twenty-
First Century. Bandung: Mizan.1996.
Shaleh, Abdul Rosyad, Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: PT. BulanBintang.
1997.
Sukanto, Soejono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. 1996.
Tabloid Robithoh. Da’i Ramah Menebar Rahmah. Edisi 17 Januari-17 Februari.
2010.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Graha Media Pratama. 1997.
http://www.ibnukatsir.or.id/statis-3-visidanmisi.html ,(diakses pada tanggal 3
Desember 2013).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kuisioner Penelitian
A. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah mengkaruniakan rahmat berupa iman, akal, dan hati sehingga pada titik ini kita masih berpijak dalam kebajikan Islam. Sebagaimana baginda Nabi Muhammad SAW mengajarkan ketaatan dan kasih sayang kepada seluruh umat dan makhlukNya. Oleh sebab itu, sholawat dan salam tiada henti hendaknya kita persembahkan untuk beliau hingga akhir
zaman.
Berkenaan dengan penyelesaian laporan penelitian yang berjudul “Efektivitas Strategi Komunikasi Terhadap Tingkat Partisipasi Jama’ah IKADI Jember”, maka peneliti memohon kerja sama bapak/ibu sekalian untuk membantu peneliti dalam pengisian angket sebagai penunjang data penelitian. Peneliti berharap, semoga hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi perkembangan dakwah Islam di Jember maupun di Indonesia, khususnya jama’ah IKADI. Atas kerja samanya, peneliti ucapkan jazakumullah khoiron. Waasalamualaikum wr.wb.
B. DATA RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P*
Asal daerah :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status :
Saran dan harapan untuk :
Penelitian ini
C. BUTIR PERTANYAAN Note: Lingkari jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda! (*)menunjukkan pernyataan atau pertanyaan yang boleh dijawab lebih dari satu.
- STRATEGI KOMUNIKASI 1. Narasumber
Saya akan menghadiri pengajian majlis dhuha, jika narasumbernya merupakan: tokoh terkenal di tingkat: a. Nasional b. Regional c. Lokal d. Ketiganya benar
2. Tema Saya pasti menghadiri pengajian majlis dhuha, jika tema pengajiannya: a. Sudah saya ketahui sebelumnya b. Sudah saya ketahui dan menarik bagi saya c. Meski Belum saya ketahui
3. Konten kegiatan* Saya sangat menyukai kegiatan majlis dhuha pada bagian: a. Ceramah dan metode penyampaiannya b. Dzikir dan muhasabahnya c. Sholat dhuha bersama-nya d. Kostum busana pengajiaanya e. Layanan Konsultasi Syari’ah f. Layanan Kesehatan
4. Publikasi* Saya mengetahui kegiatan majlis dhuha dari: a. Orang lain (teman, kerabat,atasan) b. Sms c. Meda elektronik (JTv dan radio Prosalina) d. Media cetak (Pamflet, bulletin, kalender,banner, surat kabar) e. Social media (facebook, twitter, blog) f. Pengajian IKADI lainnya
5. Waktu Pengajian majlis dhuha berlangsung dari pukul 05.30-08.30 WIB. a. Terlalu lama b. Cukup c. Kurang lama
6. Frekuensi Pengajian majlis dhuha dilaksanakan setiap 1 bulan 1 kali di minggu ke-empat pada hari AHad. a. Cukup 1 bulan 1 kali
b. Kurang banyak c. Terlalu banyak
7. Daya Tarik Lokasi Lokasi pengajian majlis dhuha menurut anda: a. memiliki daya tarik yang tinggi b. cukup memiliki daya tarik c. kurang memiliki daya tarik
8. akses lokasi menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha a. sangat strategis b. cukup strategis c. kurang strategis
9. Daya Tampung Lokasi menurut anda, lokasi pengajian majlis dhuha a. sangat memadai b. cukup memadai c. kurang memadai
10. sarana dan prasana menurut anda, fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di majlis dhuha ini: a. sangat memuaskan b. cukup memuaskan c. kurang memuaskan
- TINGKAT PARTISIPASI JAMA’AH 11. Keaktifan mengakses informasi.*
saya selalu meng-update informasi tentang pengajian majlis dhuha melalui: a. Facebook grup majlis dhuha b. Kalender/brosur majlis dhuha c. Bertanya pada jama’ah lain d. Pengajian IKADI lainnya e. lainnya
12. Intensitas kehadiran Intensitas Saya mengikuti pengajian majlis dhuha: a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang
13. Partisipasi pada kegiatan lain* Kegiatan IKADI yang saya ikuti selain majlis dhuha: a. Pengajian IKADI di PTPN pada minggu ke-3 b. Kajian tafsir setiap kamis c. Tahsin Qur’an d. Pondok Tahfidzul Qur’an e. Layanan konsultasi Syariah
f. Lainnya…. 14. Partisipasi dalam berinfaq materi*
Saya berinfaq pada kegiatan: a. Pengajian IKADI PTPN b. Pengajian majlis dhuha c. Program Orang Tua Asuh Ibnu Katsir d. Lainnya..
15. Partisipasi dalam mengajak orang lain
Saya selalu mengajak….. untuk hadir di pengajian Majlis Dhuha. a. Keluarga/saudara b. Teman/kolega c. lainnya
16. Tentang Ikadi Jember
- Kesan :
- Pesan :
- Saran :
- Harapan :
Dokumentasi Sidang Munaqosyah
Dokumentasi Kegiatan Jama’ah IKADI Jember
Jama’ah IKADI Jember khidmat mengikuti Pengajian Akbar
Ustadz Feri Da’i Trainer Narasumber Majlis Dhuha
Majlis Dhuha IKADI Jember