ard paper draft2 kem

Upload: cantikapih

Post on 12-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ARD Paper Draft2 KEM

TRANSCRIPT

  • PT Kelian Equatorial Mining

    Pengendalian Acid Rock Drainage di

    PT Kelian Equatorial Mining

    A.A. Tarwoco, Kelian Equatorial Mining

    Abstrak PT Kelian Equatorial Mining (PT KEM) merupakan salah satu perusahaan pertambangan emas dan perak terbesar di Indonesia yang terletak 3,2 km sebelah Selatan Katulistiwa. Lokasi tambang mempunyai topografi yang berbukit, dengan curah hujan sekitar 3,5 4 m, dan terletak di Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur. Penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka dimulai tahun 1992 dan berakhir Mei 2003. Kegiatan reklamasi dan rehabilitasi untuk Penutupan Tambang (Mine Closure) dilakukan hingga 2008, dilanjutkan pemantauan pasca tambang hingga 2013. Masalah Acid Rock Drainage (ARD) muncul sejak operasi penambangan masih berlangsung. ARD tersebut berasal dari Dam Pembuangan Limbah Nakan (DPLN) dan stockpile berkadar rendah dan Lubang Tambang. Pengontrolan ARD dilakukan dengan penambahan kapur, penutupan stockpile dengan plastik HDPE, dan mengubah aliran air permukaan melalui Kolam Bilas sebelum dialirkan ke perairan umum. Pangelolaan dan pengendalian ARD pada Penutupan Tambang akan dilakukan dengan metode dry cover, wet cover dan pembuatan wetlands. Wetlands akan dibangun untuk meningkatkan kualitas air sebelum dilepaskan ke perairan umum. Usaha pengendalian ARD tersebut dipilih untuk memastikan masalah ARD tidak akan muncul pada pasca Penutupan Tambang PT KEM. Kata kunci : PT KEM, mine closure, Acid Rock Drainage (ARD), Net Acid Producing (NAP),

    Net Acid Consuming (NAC), Net Acid Producing Potential (NAPP), Acid Producing Potential (APP), Acid Neutralising Capacity (ANC), dry cover, wet cover, wetlands.

    1. Pendahuluan PT. Kelian Equatorial Mining (KEM) merupakan salah satu tambang emas dan perak terbesar di Indonesia, dimiliki 90% oleh Rio Tinto dan 10 % oleh PT. Harita Jayaraya. Operasi Pertambangan berada sekitar 210 km ke arah Barat Laut kota Balikapapan dan terletak pada 0 20 00 Lintang Selatan, 115 20 00 Bujur Timur (Gambar 1). Secara administratif PT KEM terletak di Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur. Perjanjian Kontrak Karya (KK) pengelolaan Proyek Pertambangan Emas Kelian ditandatangani tanggal 27 Februari 1985 antara Pemerintah Indonesia dengan PT KEM. Luas wilayah Kontak Karya saat ini 6.670 ha dengan status Pinjam Pakai dari Departemen Kehutanan. Cebakan emas Kelian ditemukan tahun 1976 oleh grup eksplorasi Rio Tinto. Studi Kelayakan diselesaikan akhir tahun 1989. Pada September 1990, setelah Studi Kelayakan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disetujui Pemerintah, pengembangan tambang dan pembangunan Pabrik Pengolahan dan prasarana lainnya dimulai. Produksi komersial PT KEM dimulai bulan Januari 1992. Cebakan Kelian terdiri

  • PT Kelian Equatorial Mining 2

    dari dua tubuh bijih besar dan beberapa tubuh bijih kecil yang terdapat dalam sebuah struktur lipatan yang komplek seluas sekitar 1 km persegi. Cebakan ini merupakan cebakan emas epithermal yang menyebar dengan sistem sulfidasi rendah.

    Gambar 1. Lokasi pertambangan PT KEM

    Tambang emas Kelian merupakan tambang lubang terbuka dan emas diekstrasi dari bijih dengan pelindihan sianida. Dalam tahun-tahun terakhir sebelum penutupan PT KEM memproduksi rata-rata sekitar 12 ton emas dan 10 ton perak per tahun. Kegiatan penambangan PT KEM telah selesai bulan Mei 2003, tetapi kegiatan pengolahan sisa stockpile terus berlangsung hingga Februari 2005. Kemudian dilanjutkan dengan reklamasi dan rehabilitasi lahan hingga 2008 dan pemantauan Pasca Tambang hingga 2013, sebelum diserahkan kepada pemerintah. Pengelolaan dan pengendalian ARD merupakan salah satu masalah utama dalam pengelolaan lingkungan PT KEM. Rencana Penutupan Tambang yang disepakati berbagai pihak pemangku kepentingan dan PT KEM telah menghasilkan opsi-opsi dalam penanganan ARD dalam Penutupan Tambang Kelian, yaitu dry cover, wet cover dan pembuatan wetlands. Dengan opsi-opsi tersebut, diyakini bahwa air keluaran dari bekas kegiatan pertambangan PT KEM memenuhi ketentuan baku mutu yang ditetapkan pemerintah sebelum dilepas ke perairan umum. 2. Pengelolaan ARD 2.1. Pengelolaan Air

  • PT Kelian Equatorial Mining 3

    Pada dasarnya pengelolaan air dari operasi pertambangan PT KEM selama ini dialirkan ke Kolam Bilas sebelum dilepas ke Sungai Kelian. Sejak kegiatan penambangan berakhir, sebagian air dialirkan kembali ke Lubang Tambang setelah ditampung dalam kolam sementara. Pada saat ini terdapat lima tangkapan air di Pertambangan PT KEM, yaitu Dam Tailing Namuk (DTN), Dam Pembuangan Limbah Nakan, Danau Kris, Kolam Bilas dan Lubang Tambang. Sejak pembuangan tailing ke DTN dihentikan pada bulan Mei 2003 dan dipindahkan ke Lubang Tambang, ARD yang dihasilkan dari tailing yang terpapar dalam DTN sangat kecil. Hal ini disebabkan adanya material-material buffer, seperti kapur dan hidrogen peroksida dalam tailing tersebut, ditambah dengan penambahan air permukaan dari daerah yang tidak tergangggu di disekitar DTN. Air keluaran dari DTN kemudian dialirkan ke Kolam Bilas Atas melalui suatu rangkaian saluran pelimpah siphon menuju Kolam Bilas Atas. Selama operasi penambangan berlangsung, air dari DPLN dialirkan ke Kolam Bilas Atas setelah melalui pengapuran. Karena dirasa tidak effisien, sejak Juli 2003, pengapuran secara manual tidak dilakukan lagi dan digantikan dengan Pabrik Pencampuran Kapur di kolam Nakan. Kelebihan kapur dan padatan terlarut akan mengendap dalam kolam Saddle Dam tersebut sebelum dialirkan ke dalam Kolam Bilas Atas. Setelah operasi penambangan berakhir, air permukaan dari Saluran Bayak yang berasal dari haul road, Lokasi Penampungan Limbah Nakan Bawah (LPLNB) dan stockpile 5 yang mengandung ARD, ditampung di Danau Kris, kemudian dipompakan kembali ke dalam Lubang Tambang. Selama ini Kolam Bilas merupakan tempat penampungan air terakhir operasi pertambangan PT KEM sebelum dilepas ke perairan umum. Kolam Bilas ini terdiri dari dua Kolam yaitu Kolam Bilas Atas dan Kolam Bilas Bawah. Kolam Bilas Atas merupakan tempat pengumpulan limpasan air dari DTN, DPLN dan LPLNB. Sedimen-sedimen dan padatan tersuspensi dari tempat-tempat tersebut diendapkan pada Kolam Bilas Atas, kemudian air dari Kolam Bilas Atas mengalir ke Kolam Bilas Bawah, dan akan bertemu dengan air dari low flow channel yang berasal dari stockpile sebelum dialirkan ke Sungai Kelian. Pengerukan lumpur (dredging) pada Kolam Bilas dilakukan untuk menjaga dan memastikan Kolam Bilas selalu memenuhi kapasitas pengelolaan air dari proyek pertambangan Kelian. Sistem pengelolaan air PT KEM disajikan dalam lampiran 1. 2.2. Pemantauan Kualitas Air Lokasi pemantauan utama dari seluruh kegiatan pertambangan Kelian dilakukan di lokasi penaatan utama WS05 (point of compliance), yaitu keluaran dari Kolam Bilas Bawah sebelum menuju ke Sungai Kelian. Pemantauan dari berbagai sumber ARD juga dilakukan sebelum masuk ke Kolam Bilas Atas, diantaranya ARD dari DPLN dilakukan di lokasi pemantauan MS24, MS29 dan MS22. ARD dari DTN dilakukan di keluaran DTN, yaitu di TS30 dan ARD dari Nakan Bawah, lokasi stockpile serta Pabrik Pengolahan dilakukan di MS01. Setelah air dari sumber-sumber ARD tersebut masuk ke Kolam Bilas Atas dilakukan pemantauan pada keluaran Kolam Bilas Atas (WS06) sebelum air masuk ke Kolam Bilas Bawah.

  • PT Kelian Equatorial Mining 4

    Pemantauan juga dilakukan di lokasi kontrol, yaitu pada bagian hulu (PT10) dan bagian hilir proyek pertambangan (PT24). Pemantauan pada sumber-sumber ARD tersebut dilakukan untuk membantu menentukan langkah-langkah pengendalian ARD dari sumbernya. Parameter-parameter yang diukur harian dan mingguan meliputi pH, Alkalinitas/Asiditas, TSS, CNt, SO4, Mn, As, Fe, Cu, Zn, Al, Ca, Mg, Pb, Cd, Ni, Hg, Se, Sb, Cl, K, Na. Hasil rata-rata hasil pemantauan beberapa parameter pada sumber-sumber ARD dan titik penaatan utama (point of compliance) proyek pertambangan PT KEM bulan Juli-Desember 2003 ditampilkan dalam Tabel 1

    Tabel 1. Pemantauan ARD pada PT KEM bulan Juli-Desember 2003

    Rata- rata hasil pemantauan ARD (Juli - Des 2003) Parameter Standar

    KG26/02 Satuan

    MS24A MS93 MS01 TS30 WS06 WS05* PH 6,0 9,0 6,66 7,08 5,77 7,17 7,54 7,52 Mn 2,0 mg/L 22,0 33,5 68,0 0,35 0,82 0,96 Fe 5 mg/L 17,78 0,13 2,57 0,20 0,07 0,07 SO4 400 mg/L 1467 1923 992 228 281 231 Pb 0,1 mg/L 0,09 0,11 0,192 0,03 0,03 0,03 *WS05 : point of compliance 3. Pengendalian ARD ARD merupakan salah satu masalah utama dalam pengelolaan lingkungan kegiatan pertambangan PT KEM. Selama operasi penambangan masih berlangsung, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi ARD, diantaranya pengapuran, penempatan secara selektif batuan-batuan Net Acid Producing (NAP), pemeliharaan saluran-saluran drainase, penutupan dengan plastik HDPE pada stockpile dan penutupan dengan dry cover. Setelah operasi penambangan selesai, sedikit demi sedikit masalah ARD mulai dapat ditangani secara lebih efisien. Kegiatan pengapuran hanya dilakukan di kolam DPLN, dimaksudkan sebagai buffer untuk menjaga supaya pH dalam kolam berada pada kisaran 9, dimana kadar Mangan akan stabil pada tingkat pH tersebut. Disamping itu penutup plastik-plastik HDPE pada stockpile telah dibuka. Timbulnya ARD pada operasi pertambangan PT KEM akibat oksidasi batuan-batuan NAP. Secara umum terdapat enam jenis batuan pada lokasi pertambangan PT KEM, yaitu Andesit propilitik, Andesit seresitik, Muddy breccia, Batu pasir / batu lanau, Tuff dan Riolit. Batuanbatuan tersebut secara geokimia dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu batuan Net Acid Producing (NAP) dan batuan Net Acid Consuming (NAC). Pengelompokan tersebut didasarkan pada pengujian karakteristik Net Acid Producing Potential (NAPP) di laboratorium. Batuan dikelompokkan NAP apabila NAPP negatif (Acid Producing Potential (APP) lebih besar dari Acid Neutralising Capacity (ANC)) dan batuan NAC apabila APP lebih kecil ANC. Pengelompokan geokimia batuan di Lubang Tambang didapatkan 92% dari batuan Tuff merupakan batuan NAP, 64% batuan Andesit propilitik dan Andesit serisitik merupakan batuan NAC serta 50% dari Muddy breccia merupakan batuan NAP (Tabel 2).

  • PT Kelian Equatorial Mining 5

    Tabel 2. Distribusi geokimia batuan untuk jenis-jenis batuan dalam Lubang Tambang

    Distribusi geokimia batuan untuk setiap jenis material batuan (%) Klasifikasi

    Geokimia Batuan

    Andesit Propilitik

    Andesit serisit

    Muddy Breccia

    Batupasir /batulanau

    Tuff Ryolit

    NAC 64 64 50 25 8 57 NAP 36 36 50 75 92 43

    Kualitas air permukaan tidak tergantung secara signifikan pada jenis-jenis batuan, tetapi dipengaruhi oleh sifat-sifat geokimia batuan tersebut. Sebagai contoh kualitas air permukaan pada batuan NAP andesit akan sama dengan kualitas air permukaan pada batuan NAP tuff. Pengendalian ARD setelah kegiatan penambangan berakhir masih terus dilakukan. Kegiatan tersebut diantaranya pengapuran pada kolam DPLN, penutupan batuan NAP dengan batuan NAC sehingga mencegah terjadinya penetrasi oksigen dan air pada batuan NAP tersebut. Di samping itu, penutupan dengan air (wet cover) masih terus berlangsung sebagai salah satu solusi jangka panjang untuk mengendalikan ARD pada pasca Penutupan Tambang. 3.1. Penutupan Kering (Dry Cover) Penutupan kering (dry cover) dengan tiga lapisan yang merupakan design empiris yang dikembangkan di PT KEM untuk mengendalikan ARD. Pelapisan limbah batuan NAP dengan dry cover tersebut telah dilakukan sejak 1999. Lapisan tersebut menggunakan material yang ada di lokasi pertambangan PT KEM dan telah diujicobakan pada WD 1280, dan terbukti efektif menanggulangi ARD. Model penutupan kering tersebut kemudian digunakan sebagai model untuk semua penutupan kering di PT KEM. Ketiga lapisan penutupan kering tersebut terdiri dari : 1. Lapisan pengendali oksigen yang dipadatkan, terdiri dari Muddy Breccia yang tidak

    termineralisasi. 2. Lapisan media pemutusan akar, terdiri dari batuan NAC Batupasir / batulanau dan

    Riolit yang dipadatkan, serta 3. Lapisan tanah pucuk yang disebarkan dan tidak dipadatkan. Setiap lapisan tersebut di atas masing-masing memiliki ketebalan sekitar 1.0 m. Kecuali di Lokasi Pembuangan Limbah 1280, metode dry cover juga dilakukan di bekas stockpile 24 dan Nakan Bawah. Pemantauan efektifitas dry cover dilakukan dengan memantau kadar oksigen dan temperatur pada batuan limbah, serta pemantauan kelembapan pada batuan penutup. 3.2. Penutupan Dengan Air (Wet Cover) Penutupan dengan air (wet cover) untuk mencegah ARD pada PT KEM dilakukan pada DTN, DPLN dan Lubang Tambang. Metode penanggulangan ARD dengan wet cover ini akan efektif setelah kegiatan reklamasi PT KEM berakhir (tahun 2008), saat lokasi-lokasi tersebut sudah tergenang air.

  • PT Kelian Equatorial Mining 6

    3.2.1. Dam Tailing Namuk (DTN) Dam Tailing Namuk mempunyai luas 455 ha, menampung 80 juta ton tailing dari Pabrik Pengolahan, yang terdiri dari batuan-batuan NAP dan NAG. Pembuangan tailing ke DTN dihentikan sejak operasi penambangan berakhir, dan sejak itu limbah tailing dibuang ke dalam Lubang Tambang. Tidak ada masalah ARD yang signifikan dari DTN pada saat ini. Sampel-sampel lumpur tailing menunjukkan kandungan sulfur 2,5 5,9 % dan NAPP yang digolongkan sebagai material yang berpotensi menimbulkan asam. Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya ARD di masa mendatang akibat oksidasi lumpur tailing dalam DTN, maka suatu opsi penutupan dengan air (wet cover) pada DTN akan dilakukan pada pasca Penutupan Tambang. Penggenangan air akan dilakukan, hingga air mencapai ketinggian 0,51 m dari permukaan lumpur tailing. Hal ini akan mencegah potensi terjadinya penetrasi oksigen kedalam permukaan lumpur tailing tersebut. Dengan demikian oksidasi mineral sulfida dalam lumpur tailing dalam DTN sangat kecil akibat berkurangnya kadar oksigen untuk mengoksidasi (difusi oksigen melalui air jauh lebih lambat daripada melalui udara). Oksidasi mineral-mineral sulfida (pyrite, chalcopyrite, dll.) dari lumpur tailing dimungkinkan terjadi hanya pada tepi-tepi DTN. Dengan demikian baku mutu air keluaran dari DTN akan relatif sama dengan aliran air permukaan yang berasal dari daerah tangkapan di sekitar DTN yang tidak terganggu, yang masuk ke dalam DTN. Air limpahan dari saluran pelimpah DTN akan mengalir ke lembah Nakan bagian Selatan dan langsung mengalir ke Sungai Kelian, setelah Kolam Bilas direhabilitasi. 3.2.2. Dam Pembuangan Limbah Nakan (DPLN) DPLN merupakan lokasi penimbunan limbah batuan, dimana limbah-limbah batuan NAP dan NAC dibuang ke lokasi ini. Total batuan limbah yang dibuang ke DPLN berjumlah sekitar 165 juta ton. Empat tanggul permanen dibangun untuk menampung sekitar 9,9 juta M3 air dalam batuan dan 2,3 juta M3 air yang menutupi batuan. Permukaan batuan yang akan tertutup air adalah sekitar 235 ha, dimana 25 ha merupakan lahan basah. Permukaan dam tersebut akan tertutup air dengan ketinggian mimal 1,0 m pada level RL1273m. Air tersebut akan mencegah terjadinya penetrasi oksigen ke dalam batuan-batuan NAP yang ada pada DPLN, sehingga potensi timbulnya ARD di daerah tersebut dapat dicegah. 3.2.3. Lubang Tambang Penambangan di PT KEM dilakukan pada satu Lubang Tambang, dengan panjang 1.250 m, lebar 1.100 m, dengan luas sekitar 75 ha. Lubang Tambang Kelian mempunyai total kedalaman 400 m dan dasar Lubang Tambang berada 220 m di bawah permukaan laut. Setelah kegiatan penambangan berakhir, Lubang Tambang Kelian diisi dengan tailing dari Pabrik Pengolahan. Diperkirakan tailing yang akan dibuang ke Lubang Tambang berkisar 10 juta ton. Lubang Tambang juga akan diisi dengan batuan-batuan NAP. Selebihnya Lubang Tambang akan terisi dengan rembesan air tanah dan aliran air permukaan yang masuk ke dalam Lubang Tambang. Diperkirakan Lubang Tambang akan penuh terisi air pada pertengahan 2008, dimana air kemudian akan mengalir ke dalam lahan-lahan basah sebelum dilepas ke perairan umum.

  • PT Kelian Equatorial Mining 7

    3.3. Lahan Basah (Wetlands) Lahan basah (wetlands) diyakini mampu membantu mengatasi masalah ARD. Beberapa jenis tumbuhan air, seperti Typa sp, Scirpus sp, Eleochanis sp, dan Carex sp. merupakan spesies-spesies yang mempunyai daya tahan yang baik. Pengurangan kadar Fe dan Mn terjadi pada kolam-kolam yang didominasi oleh Typa sp., disamping itu alga membutuhkan Fe dan Mn sebagai mikro nutrien yang esensial (Sengupta, 1993). Pembuatan lahan-lahan basah PT KEM merupakan suatu opsi jangka panjang untuk mengendalikan ARD secara pasif. Hal ini merupakan upaya untuk memastikan bahwa air keluaran yang dialirkan dari bekas kegiatan pertambangan PT KEM telah memenuhi standar baku mutu yang ditentukan pada pasca Penutupan Tambang. Ada dua lahan basah yang akan dibangun, yaitu Lahan Basah Kelian dan Lahan basah Nakan. 3.3.1. Lahan Basah Kelian Lahan basah Kelian (20 ha) berfungsi memproses secara biologi air keluaran dari Lubang Tambang. Lahan basah ini dibangun pada bekas area akomodasi dan Pabrik Pengolahan (sebelah Barat Sungai Kelian). Pembuatan lahan basah ini menggunakan standar-standar penutupan dry cover. Sebelum lahan basah digenangi air, terlebih dahulu pada bagian atasnya disebarkan media tumbuh tanaman air. Air dari Lubang Tambang akan dialirkan melalui saluran pelimpah menuju ke kolam yang diberi kain-kain lap atau keset-keset yang mengambang pada permukaan air. Pada media tersebut akan berkembang bakteri dan alga yang mengikat logam-logam berat, sehingga sebagian besar logam berat akan tertinggal. Tujuan utama penempatan keset-keset tersebut untuk mengurangi kadar Mangan dalam air sebelum dialirkan ke lahan basah aerobik. Sistem lahan basah aerobik ini merupakan badan-badan air dangkal yang terdiri dari tiga kelompok lubang lahan basah, yang masing-masing terdiri dari dua atau tiga lubang yang terpisah (jumlah semuanya ada delapan lubang). Proses oksidasi logam dan hidrolisis akan terjadi pada lahan basah aerobik ini, sehingga akan menyebabkan terlepasnya hidroksida besi dan Mangan dari air yang melewati lubang lahan basah. Air yang masuk ke dalam lahan basah aerobik diperkirakan mempunyai debit 218 261 liter/detik dengan retensi waktu dalam lahan basah aerobik sekitar 3,5 hari pada musim hujan. Keluaran akhir dari lahan basah akan dilepas melalui suatu saluran menuju Sungai Nakan kemudian mengalir ke Sungai Kelian. Kandungan Mangan pada keluaran akhir diharapkan kurang dari 0,5 mg/L. 3.3.2. Lahan Basah Nakan Lahan basah Nakan (25 ha) berfungsi untuk memproses air keluaran dari DPLN. Lahan basah Nakan dibangun dekat saluran pelimpah dalam Saddle Dam Nakan berfungsi dalam pengendalian ARD dari DPLN secara pasif, sebelum dikeluarkan melalui saluran pelimpah. Dalam lahan basah ini akan terjadi proses-proses biologi, dimana proses tersebut akan meningkatkan pH, dan mencegah logam-logam terlarut dalam air. Diharapkan kadar Mangan yang keluar dari lahan basah Nakan 0,5 mg/L. 4. Kesimpulan.

  • PT Kelian Equatorial Mining 8

    ARD merupakan masalah yang sering dihadapi industri pertambangan emas, termasuk PT KEM yang beroperasi dengan sistem tambang terbuka. Masalah ARD di PT KEM dihadapi baik sewaktu kegiatan penambangan masih berlangsung ataupun setelah kegiatan penambangan berakhir. Pengelolaan dan pengendalian ARD harus benar-benar memenuhi standar kekuatan untuk jangka panjang, sehingga masalah ARD tidak akan muncul kembali pada pasca penutupan tambang. Walaupun kegiatan penambangan PT KEM berakhir, upaya pengelolaan dan pengendalian ARD terus dilakukan, sehingga air keluaran dari bekas kegiatan pertambangan PT KEM yang dilepas ke perairan umum benar-benar memenuhi ketentuan baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Opsi pengelolaan dan pengendalian ARD jangka panjang di PT KEM adalah dengan metode dry cover, wet cover, dan pembuatan lahan-lahan basah. Metode dry cover dilakukan di WD 1280, bekas stockpile 24 dan Nakan Bawah, sedangkan metode wet cover dilakukan di DTN, DPLN dan bekas Lubang Tambang. Untuk meningkatkan kualitas air sebelum dilepaskan ke perairan umum, maka akan dibangun lahan-lahan basah di dua lokasi, yaitu di bekas area akomodasi dan Pabrik Pengolahan (lahan basah Kelian) dan di Dam Pembuangan Limbah Nakan (lahan basah Nakan). Opsi-opsi pengelolaan ARD tersebut akan mengendalikan ARD PT KEM pada pasca Penutupan Tambang. Referensi McGuire G., Baldwin J., Fox J., Cesare P., Green A., Gatto E., Kunanayagam R. 2003, Mine closure Plan PT KEM, Internal report. PPK Environment & Infrastructure Pty Ltd, 2000, Final Void Water Quality Modelling PT KEM , Internal report. ICARD, Fourth International Conference On ARD, Final Program & Abstracts, Vancouver, B.C. Canada, May 31-June 6, 1997. Sengupta M. 1993, Environmental Impacts of Mining, Monitoring, Restoration, and Control, Lewis Publishers, Florida.