arif
TRANSCRIPT
![Page 1: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA ”
DISUSUN OLEH:
ARIF HERMANTO 0910480021
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
![Page 2: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hibrida padi dikembangkan oleh peneliti pemulia tanaman, mengikuti sukses
teknologi hibrida pada tanaman jagung. Adalah China yang sejak tahun akhir 1980-an telah
berhasil menanam padi hibrida seluas 15 juta ha. Indonesia (Puslitbang Tanaman Pangan)
mulai merintis program penelitian padi hibrida sejak akhir tahun 1985-an, namun program
pengembangan varietas unggul non hibrida masih tetap berjalan terus. Hingga kini telah
tersedia 17 varietas hibrida padi yang telah dilepas di Indonesia, empat di antaranya hasil
penelitian Puslitbang Tanaman Pangan, dan tigabelas lainnya hasil dari penelitian
perusahaan benih swasta. Namun di tengah gencar-gencarnya upaya swasembada beras
nasional, ternyata respon petani terhadap padi hibrida masih agak pasif.
Efek heterosis yang ada pada padi hibrida memberikan keunggulan dalam hal hasil
dan sifat-sifat penting lainnya dibanding padi inbrida (Virmani et al. 1997). Perbedaan lain
antara hibrida dan inbrida adalah dalam perbanyakan benih. Petani harus selalu menanam
benih F1 hibrida agar keunggulan yang ada dapat muncul.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari padi hibrida
2. Mengetahui cara budidaya padi hibrida
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan padi hibrida
4. Mengetahui syarat-syarat memproduksi padi hibrida
![Page 3: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/3.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hibrida
Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara
genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya akan memiliki
vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.
Dalam biologi, hibrida memiliki tiga arti.
1.Hibrida merupakan keturunan (zuriat, progeni) dari dua varietas, subspesies, spesies, atau
dua genus yang berbeda. Untuk dua yang pertama, hibridanya disebut hibrida intraspesifik,
untuk yang ketiga disebut hibrida interspesifik, dan yang terakhir disebut hibrida
intergenerik.
2.Hibrida merupakan silangan antarpopulasi, antarkultivar, atau antargalur
dalam suatuspesies. Pengertian ini sering dipakai dalampemulia an
tanaman (lihat artikel varietas hibrida).
3.Hibrida memiliki arti berbeda di bidang biologi molekular, lihathibridisasi (biologi
molekular).
Dalam pertanian, yang dimaksud dengan varietas hibrida adalah tipe kultivar yang
berupa keturunan langsung dari persilangan antara dua atau lebih populasi pemuliaan.
Populasi pemuliaan yang dipakai dapat berupa varietas bersari bebas (baik sintetik maupun
komposit) ataupun galur/lini.
Varietas hibrida dibuat untuk mengambil manfaat dari munculnya kombinasi yang
baik dari tetua yang dipakai. Jagung hibrida dan padi hibrida memiliki daya tumbuh yang
lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi hasilnya lebih tinggi. Ini terjadi karena
munculnya gejala heterosis yang hanya dapat terjadi pada persilangan. Pada kelapa hibrida,
gejala heterosis tidak dimanfaatkan, tetapi dua sifat baik dari kedua tetua yangtergabung
pada keturunannya dimanfaatkan. Kelapa sawit yang dibudidayakan juga merupakan hibrida
dengan alasan yang sama.
![Page 4: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/4.jpg)
2.2. Padi Hibrida
Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup untuk mengatasi
hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru yaitu produksi benih padi hibrida.
Pada prinsip rangkian proses produksi benih padi hibrida sama dengan produksi benih padi
bersetifikat. Perbedaan terdapat pada tahapan penyiapan galur induk jantan dan betina yang
berasal dari jenis yang berbeda sifat genetiknya. Sebagai contoh adalah jantan mempunyai
sifat genetik produksinya tinggi (diatas 5 ton per hektar) sedangkan induk betina mempunyai
sifat genetik enak rasanya. Pada umumnya persilangan kedua galur jantan dan betina ini
sudah diuji berulang kali melalui penelitian yang panjang. Teknologi produksi benih hibrida
sangat berbeda dari varietas non hibrida. Benih hibrida harus diproduksi setiap musim
tanam, dan dipertahankan kemurnian genetiknya hingga lebih dari 98% agar dicapai hasil
yang memuaskan.
Sebagai contoh kasus produksi benih hibrida akan disampaikan berdasarkan hasil
penelitian IRRI (International Rice Research Institute) yang berlokasi di Filipina yaitu
varietas Magat (PSB Rc26H, lama penanaman 110 hari dengan rata-rata produksi 5.6
ton/ha), Metsizo (PSB Rc72H dengan waktu penanaman 123 hari dan rata-rata hasil 5.4 t/ha)
dan Panay (PSB Rc76H dengan waktu penanaman selama 106 hari dan hasil produksi rata-
rata 4.8 t/ha).
Benih padi hibrida dihasilkan ketika sel telur dari induk betina buahi oleh serbuksari
dari anther varietas yang berbeda atau galur yang digunakan sebagai induk jantan. Hasil
persilangan kedua induk tersebut disebut sebagaiFirst Generation atau turunan generasi
pertama atau first filial generation dan dikenal dengan istilah(F1) yang merupakan hasil
penyilangan antara dua varietas padi yang berbeda secara genetik. Padi hibrida pada
umumnya memberi peluang hasil produksi yang lebih tinggi. Menurut IRRI (2006) Benih
padi hibrida F1 menghasilkan keuntungannya sekitar 10-15% dibandingkan dengan varietas
yang dihasilkan melalui persilangan sendiri. Menghadapi kondisi lahan budidaya padi yang
semakin menyempit, maka penggunaan varietas hibrida merupakan salah satu solusi yang
tepat. Sebelum melakukan serangkaian proses produksi benih padi hibrida, sebaiknya
dianalis terlebih dahulu standar benih padi hibrida yang telah ditetapkan. Penguasaan
informasi tentang standar kualitas benih dapat memudahkan pengelolaan proses kegiatan di
lapangan budidaya. Sebagai contoh untuk standar kemurnian benih padi hibrida adalah 98%,
![Page 5: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/5.jpg)
artinya penangkar benih harus melakukan roguing dengan sangat seksama jangan sampai
ada varietas lain yang tumbuh selain 2 varietas induk jantan dan induk betina yang
direncanakan untuk disilangkan agar menghasilkan benih padi hibrida. Contoh kedua adalah
tentang standar kadar air maksimal 14%. Dengan adanya pengetahuan tentang informasi
standar benih padi tersebut, maka penangkar benih akan melakukan kegiatan pengeringan
benih sampai dengan kadar airnya ≤14%.
2.3. Budidaya Padi Hibrida
Selain itu, pemintaan terhadap beras dari tahun ke tahun cenderung naik sejalan
dengan laju peningkatan jumlah penduduk. Disisi lain varietas unggul yang digunakan
petani tidak dapat berproduksi lebih tinggi karena keterbatasan kemampuan genetik
tanaman.
Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan kepada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program intensifikasi padi sudah
selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek.
Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi pengembangan padi
hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya China, India dan Vietnam mampu
meningkatkan produktifitas sebesar 15 - 20 %. Keberhasilan penanaman padi hibrida secara
intensif menunjukkan bahwa varietas padi hibrida merupakan teknologi yang praktis dalam
peningkatan produksi padi.
Dari segi teknologinya, produksi benih padi hibrida dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu produksi benih yang melibatkan galur mandul jantan dan yang hanya melibatkan
galur normal. Produksi benih yang hanya melibatkan galur normal meliputi produksi benih
galur tetua B dan R. Karena bersifat normal, teknik produksi kedua galur tersebut sama
dengan produksi benih varietas konvensional (inhibrida). Perbedaan teknologi produksi
benih antara padi hibrida dengan padi inhibrida terletak pada produksi benih yang
melibatkan galur mandul jantan, yaitu produksi benih galur A dan produksi benih hibrida.
Dalam tulisan ini hanya dijelaskan teknik produksi benih yang melibatkan galur mandul
jantan, mulai dari persyaratan lingkungan yang ideal, teknik budidaya, seleksi, hingga
panen.
1. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang ideal untuk produksi benih galur tetua dan
benih hibrida adalah sebagai berikut :
![Page 6: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/6.jpg)
Tanah subur dan irigasi terjamin
Bukan daerah endemik hama dan penyakit utama, terutama wereng colat dan virus tungro.
Suhu harian maksimal 30 0C
Kelembaban nisbi sekitar 80%
Kecepatan angin sedang
Tidak hujan selama masa pembungaan
Produksi benih padi hibrida memerlukan penanganan dan pengawasan yang intensif. Oleh
sebab itu, selain mempertimbangkan kondisi lingkungan yang ideal, lokasinya mudah
dicapai.
2. Penyiapan Lahan
Areal produksi benih padi galur A dan hibrida harus bebas atau terisolasi dari
pertanaman padi lainnya. Pada kondisi normal (fertil), terjadinya persilangan antar varietas
tanaman padi sangat kecil meskipun ditanam berdekatan. Akan tetapi, pada galur mandul
jantan sangat mudah terjadi kontaminasi. Oleh sebab itu produksi benih padi galur A
maupun benih hibrida harus dilakukan pada areal yang terisolasi dengan baik. Isolasi dapat
menggunakan isolasi jarak atau isolasi waktu. Isolasi jarak. Jarak minimal antara areal
pertanaman produksi benih galur A atau hibrida dengan pertanaman padi lainnya adalah :
500 m untuk produksi benih CMS kelas BS
200 m untuk produksi benih CMS kelas FS
100 m untuk produksi benih hibrida
Diantara jarak tersebut dapat ditanami tanaman lain yang bukan padi. Berbeda dengan benih
padi hibrida, pada benih padi hibrida hanya terdapat tiga kelas benih, yaitu benih sumber
atau breeder seed (BS) dan benih dasar (FS) untuk benih galur tetua, dan benih hibrida.
Isolasi waktu. Dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanam sehingga perbedaan waktu
berbunga antara tanaman pada areal produksi benih dengan pertanaman di sekitarnya
minimal 21 hari.
Lahan untuk produksi benih sebaiknya bukan bekas tanaman padi, tetapi pada lahan bera
atau bekas tanaman lainnya.
![Page 7: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/7.jpg)
Di daerah tertentu sangat sulit mendapatkan lahan yang bukan bekas tanaman padi.
Apabila produksi benih terpaksa dilakukan pada lahan bekas pertanaman padi, maka perlu
dilakukan sanitasi lahan saat pengolahan tanah sebagai berikut:
- Tanah diolah (bajak I), digenangi selama dua hari, kemudian dikeringkan (air dikelurakan)
dan dibiarkan selama tujuh hari.
- Tanah diolah untuk kedua kalinya (bajak II), digenangi lagi selama dua hari, kemudian
dikeringkan dan dibiarkan selama tujuh hari.
- Lakukan pengolahan ketiga (garu), diratakan, dan dibersihkan dari bibit padi yang tumbuh
liar serta gulma lain.
Perlakuan sanitasi tersebut dimaksudkan agar gabah yang tercecer pada pertanaman
sebelumnya tumbuh sehingga dapat dibersihkan dari areal pertanaman.
Untuk menekan pertumbuhan gulma, semprot lahan dengan herbisida pratumbuh,
minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan anjuran pemakaian herbisida yang
bersangkutan.
Persemaian
Olah tanah dengan baik dan bila areal untuk persemaian merupakan bekas tanaman padi
maka perlu dilakukan pengolahan tanah dan sanitasi seperti yang diuraikan di atas.
Buat bedengan persemaian dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang sesuai
kebutuhan.
Rendam benih selama 24 jam, kemudian tiriskan dan peram selama 24 jam sebelum
ditabur.
Lahan persemaian diberi pupuk urea, SP36 dan KCl masing-masing sebanyak 15 g/m2 .
Taburkan benih dengan kerapatan 25 g/m2 atau 1 kg benih/40 m2 .
Kebutuhan benih per hektar:
o Benih galur A (CMS) : 7,5 – 15 kg
o Benih galur B atau R : 5 – 7,5 kg
Waktu penaburan benih galur A dan galur B atau R diperhitungkan sedemikian rupa agar
diperoleh waktu berbunga bersamaan.
![Page 8: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/8.jpg)
Untuk menghindari ketidak sinkronan masa berbunga, galur B ditabur dua kali yaitu pada
hari ke 0 dan ke 4 (bersamaan dan 4 hari setelah penaburan benih galur A). Untuk galur R
ditabur tiga kali , yaitu pada hari ke -4, 0, dan 4 (4 hari sebelum, bersamaan, dan 4 hari
setelah hari yang ditetapkan berdasarkan umur berbunga agar diperoleh waktu berbunga
bersamaan antara galur A dengan galur R).
Penanaman
Jarak tanam
o Antara tanaman A dan B/R: 30 cm
o Antara tanaman A: 15 x 15 cm
o Antara tanaman B/R: 15 x 30 cm
Rasio barisan 2B: 6 A untuk produksi benih galur A dan 2 R: 8 A untuk produksi benih
F1 hibrida.
Umur bibit 21 hari.
Untuk galur B atau R yang ditabur lebih dari satu kali, bibit dicabut secara bersamaan
kemudian dicampur dengan baik.
Jumlah bibit: 1 tanaman per rumpun untuk galur A dan 1-2 tanaman per rumpun untuk
galur B atau R. Benih ditabur lebih jarang daripada penaburan benih biasanya, sehingga
pada umur 21 hari telah beranak. Penanaman dilakukan satu tanaman per rumpun bukan satu
batang per rumpun, jadi anakan yang telah terbentuk tidak boleh dipisahkan.
Penanaman bibit dilakukan pada kedalaman 2-3 cm.
Pemupukan
Takaran pupuk adalah 300 kg urea + 150 kg SP36 + 100 kg KCl per hektar dengan waktu
pemberian sebagai berikut :
o Saat tanam 60 kg urea + 50 kg SP36 + 80 kg KCl/ha
o 4 MST (minggu setelah tanam): 90 kg urea/ha
o 7 MST: 75 kg urea + 20 kg KCl/ha
o 5% berbunga: 75 kg urea/ha
Takaran dan waktu pemberian pupuk urea dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
berdasarkan metode Bagan Warna Daun.
![Page 9: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/9.jpg)
Pemeliharaan Tanaman
Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman harus dipelihara dengan baik agar dapat
tumbuh normal. Persaingan dengan tumbuhan pengganggu harus dihindarkan dengan
penyiangan secara intensif. Pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan secara intensif
dengan mengacu pada metode PHT yang dianjurkan. Pengaturan air dilakukan sejak
penanaman sampai menjelang panen :
Airi lahan pertanaman setelah selesai tanam setinggi sekitar 3 cm selama 3 hari.
Keringkan lahan kemudian dalam keadaan macak-macak selama 10 hari
Genangi lahan setinggi 3 cm selama masa pembentukan anakan hingga menjelang
primordia.
Pada masa primordia sampai bunting genangi lahan setinggi sekitar 5 cm untuk mencegah
tumbuhnya anakan baru.
Pada masa bunting hingga berbunga lahan dikeringkan dan diairi secara bergantian
Selesai masa pembungaan hingga masa pengisian bulir lahan diairi setinggi sekitar 3 cm.
Pada masa pengisian bulir hingga 7 hari menjelang panen lahan dikeringkan dan diairi
secara bergantian.
Lahan dikeringkan sejak 7 hari menjelang panen hingga panen.
Seleksi
Untuk menghasil benih murni perlu dilakukan pembuangan rumpun-rumpun yang tidak
dikehendaki, minimal tiga kali selama pertanaman. Tanaman yang dibuang adalah sebagai
berikut:
1. Stadia anakan maksimum (50 hari setelah tanam):
Tanaman yang tumbuh diluar jalur
Tanaman yang kedudukan, bentuk dan ukuran daunnya berbeda
Tanaman yang warna kakinya berbeda
Tanaman yang tingginya berbeda
Pembuangan rumpun tanaman tersebut dilakukan dengan cara dicabut untuk menghindari
tumbuh kembali.
![Page 10: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/10.jpg)
2. Stadia berbunga (80-90 hari setelah tanam)
Tanaman yang terlalu cepat/lambat berbunga
Tanaman pada galur A yang anternya berwarna kuning dan gemuk
Tanaman pada galur A yang berleher malai
Tanaman yang bentuk dan ukuran gabahnya berbeda
3. Stadia masak (110-115 hari setelah tanam)
Tanaman yang mempunyai malai dengan jumlah bulir isi normal
Tanaman yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda.
Pemotongan Daun Bendera Untuk memudahkan penyerbukan, semua daun bendera galur
A maupun galur B/R dipotong. Pemotongan dilakukan pada saat tanaman bunting dengan
memotong daun bendera sekitar 2/3 dari panjangnya. Untuk menghindari penyebaran
penyakit hawar daun bakteri dan bakteri daun bergaris, pemotongan daun bendera dilakukan
pada tanaman sehat terlebih dahulu.
Penyemprotan Gibberallic Acid (GA3)
1. Penyemprotan GA3 dimaksudkan:
Untuk memperpanjang leher malai sehingga malai keluar dari selubung daun bendera.
Untuk memperpanjang waktu reseptif stigma terhadap polen.
Untuk memperpanjang stigma agar lebih banyak bagian yang keluar bulir
2. Takaran penyemprotan adalah 45 g/ha dengan cara:
Penyemprotan pertama dilakukan pada saat tanaman berbunga 5-10% dengan konsentrasi
larutan 60 ppm (30 g GA3 untuk 500 l air).
Penyemprotan kedua dilakukan pada saat tanaman berbunga 35-40% atau 2 hari setelah
penyemprotan pertama dengan konsentrasi 30 ppm.
Penyemprotan dapat dilakukan pada pagi atau sore, pada saat cuaca cerah dan tidak ada
angin.
![Page 11: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/11.jpg)
Apabila setelah penyemprotan pertama turun hujan selama 3 hari berturut-turut, maka
penyemprotan kedua tidak perlu dilakukan.
Jika pembungaan rumpun tanaman tidak serempak, maka penyemprotan dilakukan selama
3 hari berturut-turut dengan konsentrasi 20%, 50% dan 30%.
3. Cara pembuatan larutan GA3: Larutkan butiran GA3 dalam alkohol 70% sesuai
kebutuhan, apabila hendak digunakan campurkan larutan tersebut dengan air sesuai takaran
Suplementasi Penyerbukan
Faktor penting yang menentukan keberhasilan produksi benih padi hibrida adalah
suplementasi penyerbukan. Kegiatan ini dilakukan 4-5 klai setiap hari pada waktu entesis
(09.30-12.00), selama lebih kurang 10 hari. Cara yang efektif untuk suplementasi
penyerbukan adalah dengan menggoyang tanaman galur B atau galur R menggunakan
tongkat sepanjang 2 m sambil berjalan di antara barisan tanaman.
Panen
Waktu panen yang tepat adalah pada saat tanaman masak fisiologis atau apabila 90%
gabah telah menguning.
Panen dilakukan pada galur B atau galur R terlebih dahulu, kemudian galur A.
Untuk meningkatkan kemurnian benih, sebelum panen galur A lakukan pengontrolan dan
seleksi terhadap tanaman-tanaman yang sistem pengisiannya (jumlah bulir per malai)
normal.
Prosesing Hasil
Perontokan gabah dapat dilakukan secara manual yaitu dengan cara memukulkan rumpun
pada drum bekas atau benda lain yang permukaannya licin, atau secara mekanik dengan
menggunakan alat mesin perontok.
Untuk menghindari tercampurnya benih dengan benih lain atau terjadinya kontaminasi,
semua peralatan yang digunakan harus bersih dari kotoran dan sisa gabah yang tertinggal.
Pengeringan benih dapat dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari atau mesin
pengering benih. Pengeringan dianggap selesai apabila kadar air benih telah mencapai 13%.
![Page 12: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/12.jpg)
2.4. Keunggulan Padi Hibrida
1. Hasil lebih tinggi dari hasil padi unggul biasa.
2. Vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.
2.5. Kekurangan Padi Hibrida
Tentu saja, semua produk akan memiliki dua sisi bersebelahan. Di satu sisi, padi
hibrida memiliki keunggulan seperti hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul biasa
(inbrida) dan vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma. Namun di sisi lain,
padi hibrida juga punya kelemahan. Karena produk hibrida memanfaatkan teknologi tinggi
dan berbiaya mahal, maka konsekuensinya harga benih juga relatif mahal.
Di samping itu, ada satu sifat produk hibrida yang menyulitkan dalam upaya
pengadaan benih oleh petani, yakni sifat “sekali pakai”. Artinya, petani harus membeli benih
baru setiap kali akan tanam karena benih hasil panen sebelumnya dari benih hibrida tidak
dapat dipakai untuk pertanaman berikut. Tidak semua galur atau varietas dapat dijadikan
sebagai tetua padi hibrida. Dengan kata lain, pengadaan benih padi hibrida menuntut
penguasaan teknologi dan investasi usaha yang besar.
Hingga saat ini, varietas padi hirbida yang sudah dilepas mencapai lebih dari 20
varietas. Meskipun pada awalnya terdapat banyak kekhawatiran, kini tersedia hibrida dengan
kualitas gabah yang baik dan ketahanan yang lebih baik terhadap hama dan penyakit. Untuk
memproduksi padi hibrida, selain perlu ada sistem produksi dan distribusi benih nasional,
program jaminan mutu nasional, juga perlu ada kemampuan nasional untuk mengawasi
produksi galur dan benih.
2.6. Syarat Memproduksi Benih Hibrida
Untuk memproduksi benih hibrida dperlukan persyaratan sebagai berikut:
1. Diperlukan adanya galur mandul jantan (GMJ atau Galur A atau CMS line) – varietas
padi tanpa serbuk sari yang hidup dan dianggap berfungsi sebagai tetua betina dan
menerima serbuk sari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih hibrida.
![Page 13: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/13.jpg)
2. Diperlukan adanya galur pelestari (Galur B atau maintainer line) – varietas atau
galur yang berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan GMJ.
3. Diperlukan adanya tetua jantan (restorer) – varietas padi dengan fungsi reproduksi normal
yang dianggap sebagai tetua jantan untuk menyediakan serbuk sari bagi tetua betina di
lahan produksi benih yang sama.
4. Benih padi hibrida dapat dihasilkan (diproduksi) dengan cara menyilangkan
antara GMJ dengan restorer yang terpilih secara alami di lapangan.
2.7. Varietas Padi Hibrida yang Telah Dilepas
Sampai saat ini sudah dilepas lebih dari 20 varietas padi hibrida, diantaranya adalah
Intani 1, Intani 2, Rokan, Maro, Miki 1, Miki 2, Miki 3, Longping Pusaka 1, Longping
Pusaka 2, Hibrindo R-1, Hibrindo R-2, Batang Samo, Hipa 3, Hipa 4, PP1, Adirasa, Mapan
4, Manis 5, Bernas Super, dan Bernas Prima.
2.8. Pengujian Padi Hibrida
Menurut pengamatan Sumarno (2006), daya hasil padi hibrida tidak menunjukkan
hasil yang memuaskan. hibrida padi tidak menunjukkan heterosis yang tinggi, melebihi
produktivitas varietas murni non hibrida, seperti varietas Ciherang, IR-64, Membrano,
dsbnya. Namun hal ini bukan berarti potensi hasil hibrida padi lebih rendah dibandingkan
varietas-varietas murni homozigot tersebut. Di sentra produksi padi Sumatera padi hibrida
hanya menghasilkan 5-6,5 ton/ha berdasarkan konversi hasil plot, dan setelah dikoreksi 20%
produktivitasnya hanya 4-5 ton/ha gabah kering. Daya hasil hibrida tersebut hanya setara
dengan daya hasil varietas murni biasa.
![Page 14: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/14.jpg)
Uji daya hasil padi hibrida di sentra produksi padi di Jawa menunjukkan
produktivitas yang lebih tinggi, antara 6 hingga 11 ton/ha gabah kering berdasarkan data plot
10 m2. Setelah dikoreksi 20% daya hasil padi hibrida menjadi 4,8 hingga 8,9 ton/ha, atau
rata-rata 6,6 ton/ha. Daya hasil padi hibrida di Jawa itu pun tidak sangat spektakuler, karena
padi varietas murni pun pada kondisi optimal dapat menghasilkan 7-8 ton/ha.
Selain daya hasilnya yang tidak spektakuler sangat tinggi, padi hibrida yang tersedia
juga masih memiliki beberapa kelemahan, seperti rasa nasinya yang kurang enak, peka
terhadap hama wereng coklat dan penyakit hawar daun (kresek). Untuk mendapatkan
produksi yang maksimal, padi hibrida harus ditanam pada tanah yang subur, hara tanah
cukup tersedia, dosis pupuk optimal, pengairannya cukup, OPTnya dikendalikan, dan
pengelolaan tanaman secara keseluruhan dilakukan dengan baik.
KESIMPULAN
1. Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik.
Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan
daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.
• Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup untuk
mengatasi hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru yaitu
produksi benih padi hibrida.
• Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi
pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya China, India
dan Vietnam mampu meningkatkan produktifitas sebesar 15 - 20 %. Keberhasilan
penanaman padi hibrida secara intensif menunjukkan bahwa varietas padi hibrida
merupakan teknologi yang praktis dalam peningkatan produksi padi.
• Keunggulan padi hibrida yaitu hasil lebih tinggi dari hasil padi unggul
biasa dan vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.
• Padi hibrida juga mempunyai kelemahan yaitu harga benih yang sangat
![Page 15: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/15.jpg)
mahal karena penggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.
![Page 16: ARIF](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081203/5571fa814979599169925fd0/html5/thumbnails/16.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Suwarno, Bambang Suprihatno, Udin s. Nugraha dan I Nyoman Widiarta. 2002.Produksi
dan Pengembangan Padi Hibrida. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
IRRI, 2002. Hybrid rice for RPTC 2002. International Rice Reseach Institute, Los Bannos,
Metro Makati, Philippines.
IRRI. 2002. Seed Production and Management. International Rice Reseach Institute, Los
Bannos, Metro Makati, Philippines.
Suprihatno, B dan Satoto. 1989. Pembuatan dan Produksi Benih Padi Hibrida. Makala pada
Latihan Teknik Pemuliaan Tanaman dan Hibrida.
Sukamandi Yuan, L. P. 1985a. Breeding Procedure for Hybrid Rice. Handout on the 16th
GEU Training IRRI (Unpublished).
Yuan, L. P. 1985b. Hybrid Rice in China. A paper presented at the International Rice
Research Conference. IRRI, Los Banos, Philippines.