arina dokumen

34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Kelurahan wajo Kelurahan wajo merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Murhum kota Baubau. Sebagian wilayahnya berada pada daratan rendah dengan batas- batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Nganganaumala; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Melay; Sebelah Timur berbatasan dengan Kali Baubau; Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Lamangga. Sampai dengan tahun 2012, jumlah penduduk kelurahan Wajo mencapai 4.128 jiwa atau – KK, dengan jumlah laki-laki sebanyak 2020 jiwa (49.00 %) dan

Upload: ahmad-kurniawan

Post on 14-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aneh bingitz

TRANSCRIPT

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Umum Kelurahan wajoKelurahan wajo merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Murhum kota Baubau. Sebagian wilayahnya berada pada daratan rendah dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Nganganaumala; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Melay; Sebelah Timur berbatasan dengan Kali Baubau; Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Lamangga.Sampai dengan tahun 2012, jumlah penduduk kelurahan Wajo mencapai 4.128 jiwa atau KK, dengan jumlah laki-laki sebanyak 2020 jiwa (49.00 %) dan perempuan 2.108 jiwa (51.00 %). Dari jumlah tersebut, terdapat penduduk yang usianya lebih dari 56 tahun sebanyak 316 orang.Berikut adalah tabel penduduk berdasarkan umur dan kelompokNo.UsiaJumlah

1.0 12 Tahun60 Orang

2.>1 56 Tahun316 Orang

Jumlah4.128 Orang

Sumber : Kelurahan Wajo 2012Berdasarkan Laporan Indeks pembangunan manusia kelurahan wajo 2010, tingkat pendidikan peduduk semakin membaik yang antara lain ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah berusia 18 sampai 56 tahun keatas yang berpendidikan SMA sebanyak 700 orang dan yang berpendidikan tinggi 102 orang dan sisanya adalah anak-anak yang masih belum sekolah dan masih berpendidikan SD dan SMP. Membaiknya tingkat pendidikan penduduk sangat dipengaruhi oleh meningkatnya partisipasi pendidikan untuk semua kelompok usia sekolah.Untuk lebih jelasnya, tingkat pendidikan penduduk kelurahan wajo dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan WajoTingkat PendidikanLaki-lakiPerempuan

Usia 3-6 tahun TK8481

Usia 3-6 tahun Playgroup8073

Sementara itu, mata pencaharian pokok masih didominasi oleh pegawai negeri sipil sebanyak 281 orang, sisanya pengusaha kecil dan menengah yakni sebanyak 28 orang, penduduk usia 18-56 tahun yang dinyatakan pengangguran adalah sebanyak 480 orang yang disebabkan oleh status mereka masih pelajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat diuraikan tabel berikut :No.Jenis PekerjaanLaki LakiPerempuanJumah

1.Pegawai Negeri Sipil143138281 Orang

2.Pedagang Keliling437 Orang

3.Peternak22 Orang

4.Nelayan22 Orang

5.Montir99 Orang

6.TNI/Polri66 Orang

7. Pengacara11 Orang

8.Pengusaha Kecil/Menengah2828 Orang

9.Pengusaha Besar55 Orang

10.Dosen Swasta426 Orang

Jumlah total 374 Orang

Sumber : Daftar isian Potensi Desa dan Kelurahan (Lampiran II) Kelurahan Wajo tahun 2012Tabel kesejahteraan keluargaNoJenis KeluargaJumlah

1.Keluarga Prasejahtera350

2.Keluarga Sejahtera 1210

3.Keluarga Sejahtera 2200

4.Keluarga Sejahtera 375

5.Keluarga Sejahtera 3 Plus70

Jumlah905

Sumber : Daftar isian Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan (Lampiran II) Kelurahan Wajo Tahun 2012Untuk melihat bagaimana jenis usaha, berikut diuraikan dalam tabel:Tabel Sektor Industri Kecil, Kerajinan Rumah Tangga dan Kepemilikan UsahaNo.Jenis KeluargaJumlah

1.Montir12 Orang

2.Sopir6 Orang

3.Buruh Perempuan5 Orang

4.Tukang Kayu10 Orang

5.Tukang Batu16 Orang

6.Tukang jahit4 Orang

7.Pemulung2 Orang

8.Tukang Kue6 Orang

9.Tukang Rias/ Salon5 Orang

10.Peternak6 Orang

11.Pemilik Hotel/ Penginapan4 Orang

12.Jasa Penyewaan Peralatan Pesta1 Orang

13. Pensiunan TNI/ Polri5 Orang

14.Pensiunan PNS32 Orang

15.Pensiunan Swasta200 Orang

16.Wiraswasta yang tidak tetap50 Orang

17.Lainnya12 Orang

Sumber : Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan (Lampiran II) Kelurahan Wajo Tahun 2012

B. Pembahasan Hasil Penelitian1. Evaluasi Kebijakan Program Beras MiskinEvaluasi kebijakan merupakan salah satu tingkat di dalam proses kebijakan publik, yang mana evaluasi adalah suatu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu berjalan dengan baik atau tidak. Dalam evaluasi, kebijakan yang diformulasikan atau dirumuskan bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ini, dapat dimengerti apabila banyak kalangan berpendapat bahwa kebijakan tidak akan sukses jika dalam pelaksanaannya tidak ada kaitannya dengan tujuan yang ditetapkan.2. Efektifitas Evaluasi Kebiajkan Program beras MiskinEfektifitas berasal dari kata efektif yang mengadung pengertian pencapaian keberhasilam dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas disebut juga sebagai hasil guna. Efektifitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan denga hasil yang sesungguhnya dicapai. Beradasarkn hal tersebut diatas, bahwa apabila pencapaian tujuan-tujuan dari pada organisasi semakin besar, maka semakin besar pula efektifitasnya.Apabila setelah pelaksanaan kegiatan kebijakan publik ternyata dampaknya tidak mampu memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa suatu kebijakan publik hasilnya tidak langsung efektif dalam jangka pendek, akan tetapi setelah melalui proses tertentu.Ditinjau dari segi pengertian efektifitas usaha tersebut, maka dapat mencapai tujan pada waktu yang tepat dalam pelaksanaan tugas pokok, kualitas produk yang dihasilkan dan perkembangan, maka ukuran efektifitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya seacara optimal.Berdasarkan uraian diatas, dengan melihat bagaimana evaluasi implementasi kebijakan program beras miskin di kelurahan Wajo, dengan hasil wawancara dengan lurah Wajo, mengatakan bahwa:.kebijakan program raskin sebenarnya telah mencapai hasil namun belum maksimal, hal ini dapat dikatakan demikian sebab dengan adanya program tersebut rakyat miskin merasa terbantukan dan dapat meringankan perekonomiam mereka khususnya dalam hal pangan, dan jika dipersembahkan kira-kira 75% s/d 100% telah berhasil, hanya saja dalam beberapa bulan terakhir ini jumlah penerima telah dikurangi denga berbagai alasan yang sumber kebijakan tersebut dari pusat (hasil wawancara dengan lurah Wajo Alamsyah, S.E pada tanggal 22 januari 2014).menurut saya sebagai staf kelurahan, mengenai efektifitas pembagian beras miskin sudah dilaksanakan dengan baik serta dinyatakan telah efektif (hasil wawancara dengan Rusmina, tanggal 23 januari 2014).kebijakan program beras miskin yang sudah berjalan sekian tahun dinilai sudah baik dan efektif, sebab masyarakat banyak yang menikmatinya (hasil wawancara dengan Firman Ndoloma, S.IP, tanggal 24 januari 2014)Beberapa komentar diatas bertentangan dengan masyarakat penerima bantuan beras miskin yang berhasil diwawancarai, dapat dilihat pada kutipan berikut:menurut saya, evaluasi kebijakan program beras miskin belum efektif. hal ini, bila dilihat pada tingkat pendapatan penerima bantuan beras miskin belum menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun bila melihat kebergunaan bantuan tersebut memang sangat berguna bagi masyarakat: (hasil wawancara Dengan Hajriati, tanggal 25 januari 2014).evaluasi kebijakan program beras miskin menurut saya masih sangat jauh dari efektifitas, sebab masih banyak penyimpangan yang ditemukan didalam pembagian beras miskin tersebut. Kita dapat mengambil contoh baru-baru ini ada beberapa masyarakat yang mengeluh bahwa nama mereka telah dihapuskan dari daftar penerima (hasil wawancara dengan Zafilu Eda, tanggal 25 januari 2014)Sesuai hasil wawancara diatas, sejalan dengan pengamatan peneliti dilapangan, yakni dilakukan di kelurahan wajo, disimpulkan bahwa masalah mendata, Ada beberapa daftar nama Kepala Keluarga (KK) sudah tidak terdaftar lagi sebagai penerima bantuan tersebut. Hal ini memicu adanya berbagai protes dari masyarakat. Namun dengan demikian dapat diberikan penjelasan kepada masyarakat tersebut bahwa pendataan dilakukan kembali dengan tujuan untuk melihat mana masyarakat yang lebih layak, selain itu masyarakat yang tadinya sebagai penerima tetap namun setelah pendataan ulang dilakukan survey pemerintah kelurahan ditemukan masyarakat yang perekonomiannya sudah mulai puli atau membaik. Oleh karena itu, sehubungan dengan adanya kebijakan dari pusat yang keluar pada pertengahan tahun 2013 dikatakan bahwa jumlah penerima bantuan dikurangi seiring dengan pendataan yang dilakukan kembali.Dari hasil wawancara diatas sesuai dengan pengamatan peneliti, maka dapat dikatakan bahwa evaluasi implementasi program beras miskin cukup efektif bila ditinjau dari tujuan umum kebijakan tersebut yang mana bertujuan untuk masyarakat penerima bantuan beras miskin dalam peningkatan kebutuhan pangan.3. Efisiensi evaluasi kebijakan program beras miskinDalam berbicara mengenai efisiensi, bila mana kita membanyangkal hal penggunaan sumber daya (resources) kita secara optimum untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Maksudnya adalah efisiensi akan terjadi jika penggunaan sumber daya diberdayakan secara optimum sehingga suatu tujuan akan tercapai.Apabilah sasaran yang ingin dicapai oleh suatu kebijakan publik ternyata sangat sederhana sedangkan biaya yang dikeluarkan melalui proses kebijakan terlampau besar dibandingkan dengan hasil yang dicapai, Ini berarti kegiatan kebijakan telah melakukan pemborosan dan tidak layak untuk dilaksanakan.Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya perunit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien.Dari uraian tersebut, kemudian dibandingkan dengan pendapat beberapa informan, yakni dari hasil wawancara dengan lurah dan staf kelurahan wajo, sebagai berikut:.kebijakan program raskin ini sangat berguna bagi masyarakat, sebab bantuan ini dikeluarkan dengan harga yahg sangat murah. Bila kita bandingkan dengan harga dipasaran sangat beda jauh. Oleh karena itu kita sebagai masyarakat seharusnya bersukur kepada pemerintah yang sudah sangat perhatian dengan kehidupan masyarakat (hasil wawancara dengan Alamsyah, S.E pada tanggal 22 januari 2014)Dari kutipan wawancara dengan informan diatas dikatakan bahwa program raskin sangat berguna bagi masyarakat, hal ini dikatakan berhasil karena harga beras raskin memiliki perbandingan yang berbeda denga harga beras yang dijual dipasar-pasar pada umumnya, yang mana menurut pengamatan peneliti harga beras dipasar berkisar antara Rp. 6.000.00 hingga mencapai harga 8.000.00 per liternya yang mana dengan harga ini masyarakat miskin dikelurahan wajo tidak mampu membelinya. Oleh karena itu dengan adanya program ini masyarakat sangat bersyukur dan berterimah kasih kepada pemerintah dalam hal ini pemerintah kelurahan yang telah mendata masyarakat untuk memperoleh beras tersebut.Selain informan diatas, berikut ungkapan staf kelurahan yang mendukung ungkapan informan diatas, yang mana kutipannya dapat dilihat berikut :menurut saya kebijakan ini sangat baik. Begitu pula dilapangan, masyarakat sangat menerimanya dengan baik dan sangat membantu masalah pemenuhan kebuthan dalam hal lapangan (hasil wawancara Dengan Rusmina, tanggal 23 januari 2014)Sama halnya dengan staf berikut :.menurut saya beras miskin sangat murah, oleh karena itu sangat efeisen bila diberikan kepada masyarakat. (hasil wawancara dengan Firman Ndoloma, S.IP, tanggal 24 januari 2014) Selain itu, pendapat lain dari penerima beras miskin yang mengatakan bahwa:masalah efisiensi evaluasi kebijakan program baras miskin sudah efisien, jujur kami sebagai penerima sangat berterimah kasih kepada pemerintah, sebab tampa kami sadari bantuan ini sangat membantu kami dalam hal kebutuhan beras kami sehari-hari (hasil wawancara dengan Zafilu Eda, tanggal 25 januari 2014)Ungkapan senada dengan masyarakat penerima berikut:mengenai efisiensi program, jujur saya masih kurang paham bagaimana ukurannya, namum mengenai beras miskin ini kami suah sangat terbantukan, sebab berkuran sedikit masalah yang kaimi hadapi,apalagi sekarang ini harga pangan sangat meningkat (hasil wawancara dengan Hajriati, tanggal 25 januari 2014)Berdasarkan wawancara diatas, serta sesuai dengan hasil pengamatan peneliti bahwa evaluasi kebijakan program beras miskin suadah efisien bila ditinjau dari tujuan umum kebijakan program beras miskin yang mana kebijakan tersebut untuk membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan dengan memberikan harga yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat miskin.Dari hasil pengamatan peneliti dilapanagan, efisiensi kebijakan program beras miskin taman sudah membaik, namun masih ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki seperti kualitas beras yang diberikan. Rata-rata adanya keluhan bahwa kualitas beras sangat buruk. Oleh karena itu menjadi catatan bagi penulis untuk memberikan masukan bagi pemerintah untuk dapat berupaya meningkatkan kualitas beras miskin.4. Kecukupan Evaluasi Kebijakan Program Beras Miskin.Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan berapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih berhubungan dengan efektifitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh alternatif yang dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.Jika ditinjau dari segi kecukupan evaluasi kebijakan program beras miskin, dinyatakan kurang cukup. Hal ini didukung oleh pendapat beberapa informan, yakni dari hasil wawancara, mengatakan bahwa kebijakan program beras miskin belum cukup memecahkan masalah kehidupan penerima bantuan beras miskin. Hal ini dapat dilihat pada kutipan: .masalah manfaat kebijakan program beras miskin kepada masyarakat penerima bantuan beras miskin belum dapat memecahkan masalah. Hal ini perlu program peningkatan perekonomian lagi dengan program yang tepat (hasil wawancara dengan Nani Sumarni tanggal 25 januari 2014)Selain itu, ditambahkan oleh staf:menurut saya kebijakan program beras miskin itu belum dapat memecahkan masalah penerima bantuan beras miskin, sebab bantuan beras miskin tidak bisa memberikan solusi untuk merubah perekonomian masyarakat miskin (hasil wawancara dengan Safrina Oktaviani tanggal 22 januari 2014)Pendapat diatas, tidak sejalan dengan pendapat lurah Wajo dan staf, sebagaimana dapat dilihat berikut:.kebijakan yang selama ini dijalankan sudah cukup diterima oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini pula berwujud pada hasil yang dicapai. Hasil survei menunjukan bahwa dengan adanya program bantuan beras miskin kini masyarakat sangat terbantu. Yang tadinya harus mengeluarkan uang yang besar untuk harga pangan dalam ini beras, kini hanya separuhnya saja. Oleh karena itu perlu mengacungi jempol bagi kinerja pemerintah untuk tetap bersih keras untuk menjalankan kebijakan program raskin ini. (hasil wawancara dengan Alamsyah, S.E tanggal 22 januari 2014)Dari ungkapan lurah di atas, dikatakan telah cukup diterima dan sangat membantu masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti belum dapat menyimpulkan bagaiman kecukupan evaluasi kebijakan program raskin kepada penerima raskin, sebab dari hasil wawancara dengan staf, berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh lurah. Untuk itu, membandingkan lebih jauh hal ini perlu mengetahui bagaimana ungkapan dari masyarakat, untuk itu berikut kutipannya:menurut saya sudah cukup. Sebab dari jumlah yang telah direncanakan bahwa sebanyak 10 kilogram per kepala keluarga (hasil wawancara dengan Rusmina, tanggal 23 januari 2014)menurut saya masih harus lebih berupaya untuk meningkatkanya lagi. Sebab masih banyak kendala yang dihadapi untuk melakukan evaluasi tersebut. Baik dari kendala ekonomis hingga kepada kekurangan tenaga evaluator yang mampu melakukan evaluasi dan mem-forecating imbas kebijakan di masa depan (hasil wawancara dengan Firman Ndoloma, S.IP, tanggal 24 januari 2014)Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, sangat sesuai dengan hasil pengamatan peneliti. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan program beras miskin telah mencapai kecukupan, hal ini bila ditinjau dari tujuan umum kebijakan program beras miskin tersebut, dapat memecahkan masalah kebutuhan pangan masyarakat penerima bantuan beras miskin di kelurahan Wajo. Namun berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan beberapa masalah seperti masalah pendataan yang masih tidak sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan kepada pemerintah untuk menyesuaikannya. Masalah lainnya adalah kualitas beras jatah tersebut kurang baik, dikatakan tidak baik karena mutu beras dibawah standar. Beras yang dibagikan berwana merah dan apabila dimasak sangat keras dan sulit untuk dikonsumsi oleh anak-anak.Uraian di atas juga sesuai dengan pengamatan peneliti. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan beras miskin belum memadai atau belum cukup. Hal ini menjadi tanggungjawab pemerintah kedepannya untuk kembali menciptakan program yang handal bagi masyarakat penerima bantuan beras miskin, harus diperhatikan kualitas dan kuantitas sesuai standar yang seharusnya diterapkan.5. Pemerataan Evaluasui Kebijakan Program Beras MiskinPerataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik. Kriteria kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Sesuai program tertentu mungkin dapat efektif, efesien,dan mencukupi apabila biaya-manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran.Pelaksanaan kebijakan haruslah bersifat adil dalam arti semua sektor dan dari segi lapisan masyarakat harus sama-sama dapat menikmati hasil kebijakan. karena pelayanan publik merupakan pelayanan dari birokrasi untuk masyarakat dalam memenuhi kegiatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan publik sendiri menghasikan jasa publik.Dari uraian tersebut, kebijakan program beras miskin dinyatakan belum merata. Hal ini didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan staf kelurahan sebagai berikut:.manfaat program beras miskin kepada masyarakat sebenarnya masih belum begitu merata, karena pendataan masi terus dilakukan. Namun hal ini kami akan lakukan dan membicarakan kembali dengan pihak atasan kami (hasil wawancara dengan Firman Ndoloma, S.IP. tanggal 24 januari 2014)menurut saya harus dianalisis kembali, sebab masih belum merata (hasil wawancara dengan Rusmina, tanggal 23 januari 2014)Selain itu, dari hasil tuturan masyarakat memberikan pandangan yang sama mengenai hal tersebut yakni:masalah pemerataan, menurut saya belum merata. Beberapa bulan lalu program raskin ini mengalami pengurangan jumlah penerima. Alasanya itu kebijakan yang turunya dari pusat. Namun untuk lebih baiknya meskipun demikian pemerintah harus lebih baik membuat sekala perioritas siapa yang lebih pantas diberi bantuan (hasil wawancara dengan Nani Sumarni, tanggal 25 januari 2014)Selanjutnya,saya bingung dengan pemerintah, habis kita didata dan bertanda tangan kita disuruh tunggu namun tidak juga datang-datang bantuan yang dimaksud. Malah orang lain yang diberikan berasnya (hasil wawancara dengan Zafilu Eda, tanggal 25 januari 2014)Sementara itu, berbeda dengan ungkapan dari lurah yang berhasil diwawancarai, berikut hasil kutipannya:menurut saya suda merata, sebab penerima beras miskin adalah merupakan masyarakat yang memang kondisi perekonomiannya dibawah rata-rata (hasil wawancara dengan Alamsyah, S.E, tanggal 22 januari 2024)Kutipan lurah tersebut didukung oleh pendapat sekretaris lurah sebagai berikut:menurut saya hal tersebut sudah merata, dikarenakan kami pihak kelurahan telah membuat suatu kebijakan sendiri yakni melakukan pendataan kembali terhadap masyarakat miskin kemudian kami mengadakan sosialisasi dengan para penerima beras miskin agar supaya beras tersebut kami salurkan pula pada masyarakat yang namanya tidak tercantum dalam pendataan di pusat dengan cacatan membuatkan suatu surat pernyataan yang kemudina akan disetorkan pada pemerintah pusat. Sehingga saya katakan telah merata. (hasil wawancara dengan Safrina Oktaviani, tanggal 22 januari 2014)Dari wawancara yang dilakukan dengan inforan di atas, sesuai dengan pengamatan peneliti dapat dikatakatakan bahwa evaluasi kebijakan program beras miskin di tinjau dari kriteria pemerataan, dinyatakan belum merata. Hal ini juga sesuai dengan hasil pengamatan peneliti di lapangan, yang mana di temukan adanya warga yang mengeluh bahwa mereka sudah tidak menerima lagi bantuan tersebut sementara tadinya mereka adalah merupakan penerima tetap dan masih dalam daftar penerima tetap. Hal ini berkaitan dengan data yang diterima dari kelurahan Wajo, yang mana sejak pertengahan tahun 2012 kemarin turun kebijakan mengenai peogram raskin tersebut, untuk membatasi jumlah penerima. Oleh karena itu, masyarakat banyak yang kecewa. Dari data yang diperoleh dari kelurahan Wajo, dikatakan bahwa dari tahun 2011 jumlah penerima bantuan beras miskin masih stabil, namun setelah pertengahan tahun 2011 hingga tahun 2013 ini jumlah penerima bantuan beras miskin berkurang yang mana disebabkan oleh pendataan ulang yang dilakukan atas dasar instruksi kebijakan dari pusat.6. Responsivitas Eveluasi Kebijakan Program Beras MiskinResponsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon dari suatu aktivitas. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompo-kelompok masyarakat tertentu. Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun wujud yang negative berupa penolakan.Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya (efektifitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.Oleh karena itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan, preferensi, dan nilai dari kelompok-kelompok tertentu terhadap kreteria efektivitas, efesiensi, kecukupan, dan kesamaan. Sementara itu, kebijakan program Beras Miskin dinyatakan belum memaksimalkan kehidupan masyarakat penerima bantuan beras miskin. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara dengan staf kelurahan berikut:.kebijakan program beras miskin belum respontif, hal ini dikerenakan pembatasan jumlah penerima. Meskipun kami mengusahakan namun bila jumlahnya di batasi kami tidak bisa berbuat apa-apa (hasil wawancara dengan Rusmina, tanggal 23 januari 2014).menurut saya ditinjau dari respon masyarakat memang sudah menanggapi tujuan kebijakan tersebut dengan baik dan sudah diterima, sebab mereka merasa sangat tertolong dengan adanya bantuan tersebut. (hasil wawancara dengan Firman Ndoloma, S.IP, tanggal 24 januari 2013)Selanjutnya jika ditinjau dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kebijakan peogram beras miskin, masyarakat merasa kurang puas. Masyarakat mengaggap bahwa kualitas beras jatah yang diberikan kepada masyarakat kualitasnya kurang baik, dan ditakutkan akan mengganggu kesehatan masyarakat bila mengkonsumsi dalam jangka waktu tertentu serta pula dikarenakan oleh pembagiannya yang dulunya setiap bulan penerimaannya sekarang menjadi 3 bulan sekali. Hal ini dapat dilihat pada hasil wawancara dengan penerima bantuan beras miskin di kelurahan Wajo, sebagai berikut:.jujur saya kurang puas. Program raskin memang sudah berjalan dengan baik namun ada beberapa hal yang harus diperbaiki seperti kualitas beras. Yang mana beras yang diberikan kepada masyarakat seperti sampah. Tidak pantas dimakan oleh manusia, cocok untuk makanan ternak sebab beras terlalu keras dan sepertinya beras itu sudah digudangkan beberapa puluh tahun yang lalu. Baunyapun sudah tengik. (hasil wawancara dengan Zafilu Eda, tanggal 25 januari 2014)Selain itu,.mengenai ukuran kepuasan, saya sebagaimasyarakat merasa kurang puas dikarenakan pembagian beras yang dilakukan hanya 3 bulan sekali, yang pada awalnya kami menerima bantuan tersebut setiap bulannya. (hasil wawancara dengan Nani Sumarni, tanggal 25 januari 2014)Berdasarkan beberapa hasil wawancara tersebut di atas, sesuai dengan hasil pengamatan peneliti di lapangan dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan beras miskin belum respontif, sehingga perlu adanya peninjauan kembali terhadap kebijakan program beras miskin tersebut, serta mendata langsung di lokasi agar tidak terjadi tindakan-tindakan para pegawai yang tidak menanggapi masalah masyarakat serta mencegah adanya penyalahgunaan wewenang. Selain itu, masalah pemerataan kesejahteraan masyarakat penerima beras miskin melalui program perlu ditingkatkan agar dapat membantu menjadi solusi pemecahan masalah kemiskinan masyarakat penerima bantuan beras miskin. Hal ini perlu peninjauan kembali sehingga dapat ditemukan solusinya demu kesejahteraan masyarakat secara umum dan penerima bantuan beras miskin secara khusus, sehingga kebijakan program beras miskin di kelurahan Wajo tepat sasaran bagi masyarakat.7. Ketepatan Evaluasi Kebijakan Program Beras Miskin Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan pada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Kelayakan (Appropriateness) adalah kriteria yang dipakai untuk menyeleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomedasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan dengan rasionalitas subtantif, karena kriteria ini menyangkut substansi tujuan bukan cara atau instrument untuk merealisasikan tujuan tersebut. Artinya ketepatan dapat di isi oleh indicator keberahasilan kebijakan lainnya (bila ada). Misalnya dampak lain yang tidak mampu diprediksi sebelumnya baik dampak tak terduga secara positif maupun negatif atau dimungkinkan alternatif lain yang dirasakan lebih baik dari suatu pelaksanaan kebijakan sehingga kebijakan bisa lebih dapat bergerak secara lebih dinamis. Kebijakan program beras miskin dinilai sangat tepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan penerima bantuan beras miskin sebagai berikut:.bagi saya sangat senang dengan adanya program bantuan beras miskin ini dan ini sangatlah berguna bagi kami karena sangat membantu dalam peningkatan kebutuhan pangan kami, jadi program ini saya nyatakan tepat sekali. (hasil wawancara dengan Nani Sumarni, tanggal 25 januari 2014).menurut saya program bantuan beras miskin ini sangat berguna untuk masyarakat miskin seperti kami, dan saya katakana tepat sekali jika terus dijalankannya program tersebut. (hasil wawancara dengan Hajriati, tanggal 25 januari 2014)..menurut saya program beras miskin ini berguna dan sangat tepat bagi masyarakat miskin. (hasil wawancara dengan Zafilu Eda, tanggal 25 januari 2014)Berdasarkan hasil wawancara di atas, sesuai dengan hasil pengamatan langsung peneliti di lapangan, dapat disimpulkan bahwa kebijakan program beras miskin yang selama ini berjalan sudah tepat. Melihat harga sembako yang kian meningkat, maka program tersebut hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakat miskin yang tengah kesulitan, dengan harga yang berbeda dengan harga beras dipasar. Namun yang menjadi kendala adalah kualitas atau jenis beras kurang baik sehingga menimbulkan berbagai persepsi masyarakat negatif. Namun, sementara ini masih tetap berjalan dan dinilai tepat jika ditinjau kebergunaan program tersebut. Secara umum sudah tepat.