armando rori skripsi

89
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan umum (pemilu) merupakan sarana kedaulatan rakyat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Melalui pemilihan yang digelar itu, rakyat berharap dapat memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan kearah kehidupan yang lebih baik. Demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat (H. Nasuka, 2007:12). Inti dari demokrasi ialah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem pemerintahan yang demokrasi seperti itulah yang tidak akan terhapus 1

Upload: winly-wenas

Post on 25-Jul-2015

465 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Armando Rori Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemilihan umum (pemilu) merupakan sarana kedaulatan rakyat dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945. Melalui pemilihan yang digelar itu, rakyat

berharap dapat memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan kearah

kehidupan yang lebih baik.

Demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap

rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau

pemerintahan rakyat (H. Nasuka, 2007:12). Inti dari demokrasi ialah

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem pemerintahan

yang demokrasi seperti itulah yang tidak akan terhapus dari muka bumi.

Dengan kata lain, itulah sistem terbaik bagi masyarakat dimanapun mereka

berada.

Secara konstitusional, desa atau sebutan lain memperoleh perhatian

yang istimewa dalam ketatanegaraan Indonesia. Di desa terdapat dua

sumberdaya utama untuk pembangunan bangsa yaitu sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia. Dalam sistem pemerintahan desa, kepala desa

memainkan peranan yang sangat penting. Selain itu kepala desa juga

1

Page 2: Armando Rori Skripsi

mempunyai peran sebagai jembatan penghubung antara masyarakat desa

dengan pemerintahan supra desa.

Untuk mendukung semua kegiatan pemerintahan desa, maka perlu

adanya partisipasi aktif dari anggota masyarakat yang merupakan kehendak

sukarela dari warga baik individu maupun kelompok dalam mewujudkan

kepentingan bersama. Dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat maka

bisa terlaksana semua kegiatan dan program desa. Karena masyarakat

merupakan faktor penentu dalam mewujudkan kepentingan umum, maka yang

paling ditekankan disini adalah sikap dan perilaku masyarakat dalam kegiatan

politik. Artinya bahwa setiap individu harus menyadari peranan mereka dalam

memberikan kontribusinya sebagai insan politik. Misalnya pemberian suara

dalam pemilihan kepala desa.

Dengan adanya pemilihan kepala desa, maka setiap individu ataupun

kelompok masyarakat desa dapat mewujudkan kehendak secara sukarela, tanpa

pengaruh dari siapapun, untuk memberikan suaranya dalam pemilihan kepala

desa dan aktif dari siapapun, untuk memberikan suaranya dalam pemilihan

kepala desa dan aktif disetiap kegiatan politik. Selain itu kesadaran dan

motivasi masyarakat dalam kegiatan politik juga penting untuk menopang

tingkat partisipasi mereka dalam pemilihan kepala desa.

Namun demikian sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam

kegiatan partisipasi politiknya kadang pada sikap apatis, sinisme dan arogan

sehingga dengan sendirinya dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam

2

Page 3: Armando Rori Skripsi

pemilihan kepala desa, yang akhirnya mereka tidak ikut memberikan suara

dalam pemilihan serta tidak menghadiri kegiatan-kegiatan politik lainnya.

Desa Tompas II merupakan salah satu desa di Kecamatan Tompaso

Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara. Di Kabupaten Minahasa, kepala

desa disebut dengan Hukum Tua.

Pemilihan Hukum Tua merupakan pesta demokrasi, dimana masyarakat

desa dapat berpartisipasi dengan memberikan suaranya untuk memilih calon

hukum tua yang bertanggung jawab, oleh karena itu pemilihan hukum tua

sangat penting dalam mewujudkan prinsip demokrasi di desa. Keberhasilan

pelaksanaan pemilihan hukum tua tidak terlepas dari partisipasi aktif anggota

masyarakat desa, baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai individu yang

merupakan bagian integral dari pada sistem pemerintahan desa. Secara prinsip,

pelaksanaan pemilihan hukum tua ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan

rakyat di desa. Maka keadaan tersebut menimbulkan tanggung jawab

penyelenggaraan pemerintahan pemerintahan desa yang tidak saja berada

ditangan hukum tua, badan permusyawaratan desa dan aparat pelaksananya,

tetapi juga ditangan masyarakat desa.

Proses penyelenggaraan pemilihan hukum tua di desa Tompaso II dapat

berlangsung seru dalam arena perpolitikan, hal ini dapat dilihat sebelum

pelaksanaan pemilihan hukum tua itu berlangsung dimana para calon hukum

tua berkompetisi untuk mendapatkan massa sebanyak-banyaknya dari

masyarakat desa.

3

Page 4: Armando Rori Skripsi

Upaya dalam mendapatkan dukungan massa maka para calon

menggunakan berbagai macam cara salah satunya dengan mendekati para

tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama dan tokoh pemuda. Selain itu

para calon hukum tua juga menyebarkan pengaruhnya dengan janjinya akan

memberdayakan masyarakat lewat penyediaan sarana dan prasarana untuk

kepentingan umum, seperti pembangunan desa jalan, irigasi, jalan ke kebun,

dan ada juga yang menggunakan politik uang (money politic) namun dalam

bentuk beras dan gula pasir (sembako). Ini dilakukan para calon untuk

mendapatkan dukungan.

Salah satu wujud dari partisipasi politik masyarakat diatas yaitu dengan

adanya sikap dukungan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa yang

ditujukan melalui partisipasi aktif dari anggota masyarakat lewat

penyelenggaraan pemilihan hukum tua desa Tompaso II tahun 2011.

Namun yang menjadi catatan penulis bahwa, dalam pelaksanaan

pemilihan hukum tua desa Tompaso II Kecamatan Tompaso pada bulan Juni

Tahun 2011 mengalami beberapa masalah karena ada masyarakat yang tidak

ikut memilih (Golput), hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain :

Kurangnya maksimalnya pendidikan politik terhadap masyarakat oleh

pemerintah, Masyarakat merasa jenuh terlibat dalam pemilihan umum

presiden, gubernur, bupati maupun anggota DPR dan DPD, menurunya

kepercayaan masyarakat terhadap calon pemimpin yang diusulkan BPD

sehingga masyarakat mengalami krisis kader pemimpin sehingga calon yang

4

Page 5: Armando Rori Skripsi

diusung tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, serta faktor pekerjaan yang

menyebabkan masyarakat tidak menggunakan hak pilih, karena adanya

masyarakat desa Tompaso II yang bekerja dan sekolah diluar desa seperti

Manado, Tondano dan daerah lainnya.

Untuk mengetahui bagaimana kebenaran dari latar belakang masalah

diatas, tentu harus dilakukan suatu penelitian yang lebih lanjut sesuai dengan

kajian ilmiah. Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis

tertarik untuk mendalami dan meneliti tentang “Partisipasi Politik

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Hukum Tua desa

Tompaso II . (Suatu Studi di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso

Kabupaten Minahasa)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana Patisipasi Politik Dalam Penyelenggaraan Pemilihan

Hukum Tua di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui

bagaimana Bagaimana Patisipasi Politik Dalam Penyelenggaraan

5

Page 6: Armando Rori Skripsi

Pemilihan Hukum Tua di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso

Kabupaten Minahasa.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

a. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keberhasilan

pelaksanaan pembangunan politik yang demokratis melalui proses

pelaksanaan pemilihan hukum tua di desa Tompaso II Kecamatan

Tompaso Kabupaten Minahasa dalam kaitannya dengan partisipasi

politik masyarakat.

b. Secara ilmiah ini diharapkan sebagai bahan masukan atau

sumbangan pemikiran di bidang pengetahuan lebih khusus yang

berkaitan dengan penelitian ini.

6

Page 7: Armando Rori Skripsi

BAB II

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Partisipasi Politik

Pada abad 14 hak untuk berpartisipasi dalam hal pembuatan keputusan

politik, untuk memberi suara, atau menduduki jabatan pemerintah telah

dibatasi hanya untuk sekelompok kecil orang yang berkuasa, kaya dan

keturunan orang terpandang (Mas’oed, 2001:45). Kecenderungan kearah

partisipasi rakyat yang lebih luas dalam politik bermula pada masa renaisance

dan reformasi abad ke 15 sampai abad 17 dan abad 18 dan 19. Tetapi cara-cara

bagaimana berbagai golongan masyarakat (pedagang, tukang, orang-orang

profesional, buruh kota, wiraswasta industri, petani desa dan sebagainya),

menuntut hak mereka untuk berpartisipasi lebih luas dalam pembuatan

keputusan politik sangat berbeda di berbagai negara. Menurut Myron Weiner

seperti dikutip oleh Mas’oed, paling tidak terdapat lima hal yang menyebabkan

timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam proses politik.

1. Modernisasi

Ketika penduduk kota baru (yaitu buruh dan pedagang, kaum

profesional) melakukan komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi

yang meningkat, penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan pendidikan, dan

pengembangan media massa, mereka merasa dapat mempengaruhi nasib

mereka sendiri, makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.

7

Page 8: Armando Rori Skripsi

2 . Pengaruh-pengaruh struktur kelas sosial

Begitu terbentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang

meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah

tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik

menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola

partisipasi politik.

3 . Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern

Kaum intelektual (sarjana, filosof, pengarang, waartawan) sering

mengemukakan ide-ide seperti egaliterisme dan nasionalisme kepada

masyarakat untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas

dalam pembuatan keputusan politik. Sistem-sistem transportasi dan

komunikasi modern memudahkan dan mempercepat penyebaran ide-ide baru.

4 . Konflik diantara kelompok-kelompok pemimpin politik

Kalau timbul kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa

digunakan oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari

dukungan rakyat. Dalam hal ini mereka tentu menganggap sah dan

memperjuangkan ide-ide partisipasi massa dan akibatnya menimbulkan

gerakangerakan yang menuntut agar ”hak-hak” ini dipenuhi. Jadi kelas-kelas

menengah dalam perjuangannya melawan kaum buruh dan membantu

memperluas hak pilih rakyat.

8

Page 9: Armando Rori Skripsi

5. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan

kebudayaan

Perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan

baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah

menjadi semakin menyusup pada kehidupan sehari-hari rakyat. Tanpa hak-hak

sah atas partisipasi politik, individu-individu betul-betul tidak berdaya

menghadapi dan dengan mudah dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan

pemerintah yang mungkin dapat merugikan kepentingannya. Maka dari itu,

meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya

tuntutan-tuntutan yang terorganisir untuk ikut serta dalam pembuatan

keputusan politik.

Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan

mengambil bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah

aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut menentukan

bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut serta

dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan

perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.

Syarat utama warga negara yang disebut berpartisipasi dalam kegiatan

berbangsa, bernegara, dan berpemerintahan yaitu: ada rasa kesukarelaan (tanpa

paksaan), ada keterlibatan secara emosional, dan memperoleh manfaat secara

langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya.

9

Page 10: Armando Rori Skripsi

Beberapa ahli berpendapat yaitu Samuel P. Huntington & Joan M.

Nelson (1984:5) bahwa Partisipasi politik...kegiatan warga preman (private

citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh

pemerintah.

Michael Rush & Philip Althoff (2003: 23) Partisipasi politik adalah

keterlibatan individu sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik

Herbert Mc Closky (dalam Miriam, 1994: 183-184) Partisipasi politik

adalah kegiatankegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui

cara mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara

langsung atau tidak langsung, dalam proses pembuatan atau pembentukan

kebijakan umum.

Miriam Budiarjo (1994: 183) Partisipasi politik adalah kegiatan

seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan

politik, yakni dengan cara memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau

tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy)

Ramlan Surbakti (1992: 140-1410) Partisipasi politik ialah

keikutsertaan warga Negara biasa dalam menentukan segala keputusan

menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.

Dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah suatu rangkaian

kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat baik langsung maupun tidak

langsung yang bertujuan untuk memengaruhi kebijakan pemerintah yang

menyangkut kepentingan masyarakat.

10

Page 11: Armando Rori Skripsi

B. Konsep Masyarakat

Masyarakat merupakan istilah yang sudah lazim digunakan untuk

kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan-tulisan bahasa sehari-

hari. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah “society” yang berasal dari kata

latin “sicius” yang berarti bergaul. Maka istilah masyarakat yang dipakai

dalam kehidupan sehari-hari adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul

atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi (pengantar antropologi Fisip

Unsrat, 1990: 30-32).

Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat

oleh beberapa sarjana sosial dan hukum berdasarkan sudut pandangnya

masing-masing yaitu sebagai berikut :

J.L Gillin dan J.P Gillin (dalam Koentjaningrat, 1980) menyatakan

bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang

mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama dan

masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

Menurut Prof. Bushar Muhammad, SH (2006:29), beliau

mengemukakan bahwa masyarakat adalah golongan atau sekumpulan orang

yang hidup berama berdasarkan pandangan hidup, cara hidup dan sistem

kepercayaan yang sama yang menetap pada suatu tempat kediaman bersama

yang merupakan satu kesatuan keluar maupun kedalam.

Koentjaningrat juga mengemukakan pengeritian masyarakat dalam

buku “beberapa metode antropologi dalam penyelidikan-penyelidikan

11

Page 12: Armando Rori Skripsi

masyarakat dan kebudayaan di indonesia” (1958: 29). Tiga jenis masyarakat

yang bersifat teritorial yaitu, pertama : masyarakat desa adalah segolongan

atau sekelompok orang yang hidup bersama dan memiliki latar belakang

kepercayaan yang sama. Kedua: masyarakat wilayah yaitu, suatu kesatuan

sosial yang teritorialnya meliputi beberapa masyarakat desa dan masing-

masing tetap merupakan suatu kesatuan-kesatuan yang berdiri sendiri. Ketiga :

masyarakat serikat desa adalah suatu kesatuan yang teritotialnya melingkupi

beberapa masyarakat desa yang tergabung dalam masyarkat serikat desa.

Menurut Solo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup

dan menghasilkan kebudayaan.

Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita

suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan

antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

Menurut Emile Durkeim masyarakat merupakan suatu kenyataan

objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggota.

Menurut Paul B, Horton & Hunt, masyarakat merupakan kumpulan

manusia yang relatif mandiri, hifup bersama-sama dalam waktu yang cukup

lama, tinggal disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta

melakukan sebagian besar kegiatan didalam kelompok/kumpulan manusia

tersebut

.

C. Konsep Pemilihan Hukum Tua

12

Page 13: Armando Rori Skripsi

1. Konsep Hukum Tua

Hukum tua berasal dari kata “Ukung” (adal kata “Kungkung” : lindungi

atau pelindung) lalu berkembang menjadi “ukung tua” : Hukum Tua “ kepala

kampung yang artinya kepala pemerintahan dan penjaga adat.

Untuk menjadi seorang pemimpin dilingkungan masyarakat Minahasa

diisyaratkan sebagaimana yang ditulis oleh Sondakh bahwa: Seorang Tonaas

(sebagai pemimpin, pelindung dan pelopor) harus memiliki kualitas hidup

yang berosialisasi sehingga diakui dan diterima sebagai ‘Kepala’, Tu’a dan

menjadi suri teladan serta harus memiliki kualitas etik sebagai berikut :

1. Tetap jujur dalam segala tindakan

2. Tidak boleh mendustai orang

3. Tidak boleh memperkaya diri

4. Tidak boleh mempermainkan wanita

5. Tidak boleh memaki-maki (Sondakh, 2002: 92-53)

Selanjutnya, berdasarkan sejarah masa lalu Minahasa, maka pemerintah

Kabupaten Minahasa dalam era otonomi daerah ini mengembalikan

pemerintahan desa sesuai dengan adat istiadat setempat. Kebijakan itu dapat

dilihat dala Peraturan Daerah (perda) Kabupaten Minahasa Nomor 1 tahun

2000 pasal 1 huruf (g), yang berisi : hukum Tua adalah Kepala Desa Minahasa

menurut ada. Kemudia dalam penjelasan umum poin 4 (empat), hukum Tua

adalah sebutan adat untuk Kepala desa di Kabupaten Minahasa. Perubahan

sebutan ini bukan hanya sekedar perubahan tetapi memiliki makna dan arti

13

Page 14: Armando Rori Skripsi

yang sangat dalam dimana sebutan Hukum Tua memiliki makna untuk lebih

mendekatkan antara masyarakat dan pemimpinnya serta untuk tegaknya

kembali wibawa Pemerintah desa. Sebutan Hukum Tua lebih menyentuh pada

karakteristik masyarakat desa.

Dasar perubahan nama Kepala Desa menjadi Hukum Tua juga sesuai

dengan pasal 18b ayat 2 UUD 1945 bahwa “Negara mengakui dan

menghormati kesatuan-kesatuan hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya

sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indoesia, yang diatur dalam undang-

undang”.

Adapun dalam penjelasan Umum Perda Kabupaten Minahasa No. 1

Tahun 2000 poin (5) bahwa “untuk menjadi Hukum Tua seseorang diharuskan

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang intinya bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, memiliki etikan dan moral. Berpengetahuan dan

berkemampuan sebagai pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin desa dan

pengayom masyrakat. Selanjutnya Hukum tua harus mampu berpikir,

bertindak dan bersikap lebih mengutamakan kepentingan masyarakat umum

dari kepentingan pribadi, golingan dan aliran”.

Sebagai suatu organisasi kekuasaan, Hukum Tua menjadi pusat struktur

pemerintahan Desa yang didampingi oleh suatu badan penasehat (misalnya

dewan morokaki, dewan tetua Desa dan kerapatan Adat). Pada zaman dahulu

di Minahasa nama aslinya adalah tu’a in taranak mereka umumnya adalah

14

Page 15: Armando Rori Skripsi

orang-orang yang berkedudukan baik, dihormati dan disegani oleh seisi

roong/wanua. Penasehat yang lain adalah pa’tu’usan (yang dapat dijadikan

contoh), mereka para tetua (yang dituakan) yang dianggap bijaksana tidak

mempunyai cacat dan dapat dijadikan contoh (Supit, 1986:51)

Sebagai pemimpin, Kepala Desa berwenang membua keputusan-

keputusan desa, baik secara sendiri atau dengan pertimbangan penasehat yang

ada. Dalam hal ini yang sangat penting sebelum mengambil keputusan, Kepala

Desa harus mengadakan musyawarah dengan seluruh warga desa.

Tugas dan kewajiba Kepala desa terdapat dalam pasal 101 UU no, 22

tahun 1999 yaitu :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa

b. Membina kehidupa masyarakat desa

c. Membina perekonomian desa

d. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

e. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa dan

f. Mewakili desanya didalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukumnya.

Selanjutnya Perda Kabupatenn Minahasa No. 3 tahun 2000 pasal 6 dan

pasal 7 menyebutkan tugas dan fungsi Hukum tua di Kabupaten Minahasa

sebagai berikut :

Pasal 6 sebagai Pemerintah Desa tugasya adalah :

15

Page 16: Armando Rori Skripsi

“Menyelenggarakan urusn pemerintahan Desa dan rumah tangga

Desa, meningkatkan dan kelestarian budaya dan adat istiadat yang hidup dan

berkembang di desa, serta memelihara ketentraman dan ketertiban

masyarakat desa”

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, pasal 7 menyebutkan

Pemerintah Desa mempunyai fungsi :

a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

desa

b. Melakukan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangga

c. Melakukan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kesejahteraan

d. Melakukan bimbingan dibidang keagamaan, kesehatan, keluarga

berencana dan pendidikan masyarakat

e. Melakukan usaha dalam rangka peningkatakn partisipasi dan swadaya

gotong royong masyarakat dan mapalus

f. Melakukan usaha pelestarian budaya dan adat istiadat di desa

g. Melakukan perdamaian perselisihan masyarakat di desa

h. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban

masyarakat

i. Melakukan tugas lain yang dilimpahkan kepada pemerintah desa

Adapun sekarang dalam perkembangannya, Kepala Desa selaku Kepala

Pemerintah Desa bersama BPD menjadi mitra untuk membantu Desa, seperti

pada pasal 105 ayat 3 UU No. 22 tahun 1999. Dikatakan bahwa Badan

16

Page 17: Armando Rori Skripsi

Perwakilan Desa bersama dengan Kepala Desa ditetapkan denan Keputusan

Kepala Desa.

2. Pemilihan Hukum Tua

Pemilihan kepala desa adalah suatu pemilihan Kepala Desa secara

langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan lurah yang merupakan

Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan yang dapat diduduki

oleh warga biasa. Pemilihan kepala desa dapat dilakukan dengan mencoblos

tanda gambar calon kepala desa. Pilkades telah ada jauh sebelum era pilkada

langsung. Akhir-akhir ini ada kecenderungan dari pemerintah untuk

melakukan pilkades secara serentak dalam satu kabupaten, yang difasilitasi

oleh pemerintah daerah. Hal ini dilakukan agar pelaksanaannya lebih efektif,

efesien dan lebih terkoordinasi dari sisi keamanan.

Di kabupaten Minahasa, kata Kepala Desa diganti dengan Hukum Tua.

Dasar perubahan nama Kepala Desa menjadi Hukum Tua juga sesuai dengan

pasal 18b ayat 2 UUD 1945 dimana negara mengakui dan menghormati adat

istiadat dan hakr-hak tradisional suatu daerah. Sebagai tindak lanjut dari

pengaturan mengenai desa dalam UU No. 32 Tahun 2004, maka ditetapkan

Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang merupakan

pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, serta Peraturan Daerah

Kabupaten Minahasa No. 4 Tahun 2006 tentang tatacara pencalonan,

pemilihan, pelantikan dan pemberhentian hukum tua

17

Page 18: Armando Rori Skripsi

Pada Bab II pasal 3 Perda No. 4 Tahun 2006 mengatakan bahwa BPD

membentuk Panitia pemilihan Hukum Tua terdiri dari unsur perangkat desa,

pengurus lembaga kemasyarakatan dan tokoh masyarakat.

Setelah terbentuk, panitia pemilihan melaksanakan musyawarah untuk

menentukan usunan kepengurusan yang terdiri dari ketua, wakil ketua,

sekretaris, bendahara dan anggota serta unsur lain bila diperlukan.

Adapun tugas dan fungsi panitia pemilihan Hukum Tua dalam

penyelenggaraan pemilihan Hukum tua adalah :

a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan Hukum Tua

b. pemilihan Hukum Tua

1. Tugas dan tanggungjawab masing-masing unsur dalam kepanitiaan

dirumuskan dan ditetapkan oleh panitia melalui keputusan ketua panitia

pemilihan kepala desa.

2. Panitia berkewajiban :

a. Mengumunkan tentang dibukanya pencalonan Hukum Tua kepada

masyarakat desa dengan menentukan batas waktu pendaftaran

b. Melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon hukum tua

c. Menerima pendaftaran dan melakukan penelitian administrasi

persyaratan bakal calon hukum tua

d. Bakal calon hukum tua yang memnuhi syarat oleh panitia pemilihan

hukum tua diajukan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon yang

berhak dipilih

18

Page 19: Armando Rori Skripsi

e. Melaksanakan pendaftaran pemilih dan pengesahan daftar pemilih

f. Mengajukan rencana biaya pemilihan kepada pemerintah desa

g. Melaksanakan pemungutan suara dan melaporkan pelaksanaan

pemilihan hukum tua kepada BPD

h. Membuat berita acara pemilihan

i. Mengumumkan dipapan yang terbuka daftar pemilih sementara dan

nama-nama calon hukum tua

j. Menyiapkan surat suara atau sejenisnya sesuai dengan daftar nama

calon yang ditetapkan

k. Mengadakan persiapan untuk menjamin supaya pelaksanaan pemilihan

berjalan tertib, aman dan teratur dan

l. Apabila dipandang perlu dapat melakukan konsultasi tentang proses

pemilihan hukum tua dengan Bupati.

Tujuh (7) hari sebelum pelaksanaan pemilihan, panitia pemilihan

mengumumkan seluas-luasnya kepada penduduk desa mengenai waktu

pelaksanaan pemilihan. Calon hukum tua dapat melakukan kampanye sesuai

kondisi sosial budaya desa yang bersangkutan.

19

Page 20: Armando Rori Skripsi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini

adalah metode penelitian deskriptif memberikan pengertian penelitian

deskriptif sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan

masalah yang ada sekarang beradasarkan data-data, jadi ini juga menyajikan

data, menganalisis dan menginterpretasi; ini juga bisa bersifat komperatif dan

korelatif. Danim (2002: 41) memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian

deskriptif yaitu:

1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.

Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau

narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan

antaivariabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan;

2. Dilakukan secara suivei. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering disebut

juga sebagai penelitian survei. Dalam anti bias, penelitian deskriptif dapat

mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat histories dan

eksperimental;

3.Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail

4. Mengidentifikasi masalah-inasalah atau untuk mendapatkan justifikasi

keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung; dan

5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu

20

Page 21: Armando Rori Skripsi

dalam waktu yang bersamaan.

B. Informan

Metode yang digunakan dalam. penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini tidak dikenal adanya sampel,

melainkan informan. Hal ini dibutuhkan untuk dapat memperoleh informasi

yang lebih jelas mengenai permasalahan penelitian yang sedang dibahas.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan kunci (key informan) dan

informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara

mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa

adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan

berhubungan dengan permasalahan. Dalam hal ini penulis menggunakan

metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengainbilan sampel

yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan

berdasarkan tujuan dan masalah penelitian (Nawawi, 1987:157).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan kunci

dalam penelitian ini adalah: Panita Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II,

Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), dan Tokoh Masyarakat. Salain itu,

untuk memperkaya data yang akan diolah, maka peneliti juga mengambil

informan biasa atau partisipan yaitu masyarakat Desa Tompaso II yang

dianggap mengetahui dan paham akan permasalahan penelitian sebanyak 45

partisipan. Jumlah partisipan sebanyak 45 orang tersebut penulis ambil karena

21

Page 22: Armando Rori Skripsi

telah mencapai suatu titik kejenuhan, yaitu jawaban-jawaban para partisipan

telah mengarah pada jawaban yang sama dalam penelitian ini dan telah dapat

diambil suatu kesimpulan.

C. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah

partisipasi politik masyrakat dalam pemilihan Hukum Tua di Desa Tompaso II

Kecamatan Tompaso.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang

diperoleh melalui:

1. Wawancara mendalam (Depth-Interview), yaitu teknik pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka

kepada informan kunci atau pihak yang berhubungan dan memiliki

relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Observasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengamati

berbagai fenomena dan peristiwa yang terjadi menyangkut objek

penelitian yaitu pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan di

Kelurahan.

22

Page 23: Armando Rori Skripsi

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun

telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian

ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan

dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutan-

peraturan,stniktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk

teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan makalah yang diteliti.

E. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakian teknik analisa data yang

berifat deskriptif, dimana suatu jenis penelitian yang memberikan gambaran

atau uraian atas fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul di lapangan yang

berkaitan erat dengan objek penelitian, kemudian data tersebut dipadukan dan

dianalisa secara kualitatif dengan memberikan gambaran-gambaran,

interpretasi atau penafsiran atau fakta-fakta tersebut.

Menurut Nawawi, penelitian deskriptif yaitu sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki denga menggambarkan keadaan objek

penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya (1994:73).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data yang

ada adalah sebagai berikut :

23

Page 24: Armando Rori Skripsi

a. Kategorisasi, dalam hal ini data-data yang diperoleh dari lapangan di

kategorisasikan berdasarkan data prioritas yang dianalisa dan data yang

tidak diprioritaskan untuk dianalisa.

b. Reduksi, adalah sebuah langkah dengan menghilangkan atau menegasikan

data tertentu yang dinilai tidak perlu untuk dianalisa secara lebih lanjut

untuk kepentingan penelitian.

c. Interpretasi, adalah tahapan akhir dari proses analisa data, dimana pada

tahap ini penulis memberikan tafsiran dan penjelasan-penjelasan yang

berkaitan erat dengan data-data yang menjadi isu dalam penelitian ini.

24

Page 25: Armando Rori Skripsi

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Desa Tompaso II secara administrasi adalah bagian dari kecamatan

Tompaso kabupaten Minahasa dan jarak dari ibu kota propinsi Sulawesi Utaea

kurang lebih 46 km.

A. Keadaan Geografis

1. Batas wilayah

Secara administrasi wilayah ini berbatasan dengan

a. sebelah timur dengan desa Tempok Kecamatan Tompaso

b. sebelah selatan dengan desa Talikuran Kecamatan Tompaso

c. sebelah utara dengan Kecamatan Kawangkoan

d. sebelah barat dengan Desa Kanonang Kecamatan Kawangkoan

2. Luas wilayah

a. Luas wilayah desa Tompaso II : 2.510.Ha

b. Luas kebun : 92 Ha

3. Keadaan Tanah dan Iklim.

Keadaan tanah desa yensawai sangat subur dan cocok untuk di buat

perkebunan yang di dukung oleh udara dingin.

25

Page 26: Armando Rori Skripsi

B. Keadaan penduduk

1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data pada tahun 2006 s/d 2011, maka jumlah penduduk

yang mendiami desa Tompaso II adalah berjumlah 1872 jiwa dan terdapat 515

kepala keluarga yang terdiri dari jumlah jiwa laki-laki 932 dan jumlah jiwa

perempuan 840. Jumlah penduduk disetiap Jaga dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Tompaso II

NO NAMA RT

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH

KKL P

1 Jaga I 153 215 196

2 Jaga II 104 225 193

3 Jaga III 105 219 190

4 Jaga IV 35 50 52

5 Jaga V 153 273 253

JUMLAH 515 932 840

Sumber : Kantor Desa Tompaso II 2011

26

Page 27: Armando Rori Skripsi

2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Gambaran mengenai keadaan penduduk menurut jenis mata pencaharian di

desa Tompaso II, penduduknya memiliki profesi yang berbeda-beda. Ada yang

bekerja sebagai petani, perkebunan, nelayan, pengusaha, pedagang, peternak,

tukang pegawai negeri sipil dan TNI.

Untuk mengetahui keadaan penduduk dan jumlahnya menurut mata

pencahariannya, maka dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Table 2

Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Tompaso II

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 328

2. Peternak 105

3. Tukang 140

4. Pedagang 30

5. Pegawai Negeri Sipil/TNI 45

6. Lainnya 60

27

Page 28: Armando Rori Skripsi

Jumlah 708

Sumber : Kantor Desa Tompaso II 2011

C. Keadaan Sosial Budaya

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu masyarakat mutlak diperlukan karena dengan

pendidikan, masyarakat tidak dapat dibodohi. Pendidikan juga merupakan

salah satu faktor dalam menunjang kemajuan suatu bangsa. Dalam bidang

pemerintahan dan pembangunan, sangat membutuhkan orang-orang yang

memiliki sumber daya manusia (SDM) yang tentunya bisa diperoleh apabila

menempuh pendidikan yang tinggi. Suatu bangsa dalam membangun juga

memberikan ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dari masyarakat

sebagai pelaksanaan pembangunan agar pembangunan yang cukup dari

masyarakat sebagai pelaksanaan pembangunan agar pembangunan dapat

berhasil dengan baik dan sesuai dengan rencana. Dari pengertian diatas, jelas

bahwa sasaran pendidikan itu tidaklah semata-mata pendistribusian

pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi dari pada itu adalah untuk pembinaan

kecakapan dan mental pembinaan watak atau karakter.

Keadaan pendidikan di desa Tompaso II adalah merupakan dari

integrasi dalam system pendidikan nasioanal yaitu berdasarkan pancasila dan

bertujuan untuk meningkatkan dan mempertimbangkan ketaqwaan terhadap

28

Page 29: Armando Rori Skripsi

Tuhan Yang Maha Esa, kecermatan, semangat kebangsaan sehingga di

tumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang mampu mengembangkan

dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Tabel 3

Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tompaso II

NO TINGKAT

PENDIDIKAN

JUMLAH PRESENTASE

1. TIDAK SEKOLAH 55 8

2. SD 205 25

3. SMP 200 25

4. SMU /SEDERAJAT 310 40

5. SARJANA/D3 35 2

JUMLAH 805 100

Sumber : Kantor Desa Tompaso II

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa penduduk desa Tompaso II

sebagian besar masih berpendidikan menegah atau dapat menyeleasikan

pendidikan tingkat SLTA/sederajat. Hal ini disebabkan karena kesadaran

masyarkat akan pentingnya pendidikan wajib 9 tahun.

29

Page 30: Armando Rori Skripsi

Tingkat pendidikan dapat ditunjang oleh fasilitas persekolahan yang

ada,fasilitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan dan

kualitas suatu daerah. Adapun fasilitas gedung pendidikan desa Tompaso II

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Prasarana Pendidikan Formal Yang Tersedia Di Desa Tompaso II

NO PRASARANA JUMLAH JUMLAH

SISWA

1. TK 1 30

2. SD 2 118

3. SMP 1 150

4. SMU /SEDERAJAT 1 176

JUMLAH 5 474

Sumber : Kantor Desa Tompaso II

Dapat dilihat pada tabel 4 diatas, prasarana yang ada di desa Tompaso

II sebenarnya sudah cukup memadai untuk ukuran sebuah desa, fasilitasnya

pun sudah tergolong sangat baik.

2. Agama

Masyarakat desa Tompaso II pada secara keseluruhan menganut agama

Kristen Protestan. Kehidupan antar umat beraga di Desa Tompaso II,

Kecamatan Tompaso tetap berjalan dengan baik. Dalam kehidupan

30

Page 31: Armando Rori Skripsi

masyarakat, hubungan antara sesama pemeluk agama tetap terjalin dengan

harmonis dan tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama lain.

Salah satu yang turut menunjang kegiatan ibadah adalah ketersediaan

sarana peribadatan itu sendiri.

Untuk mengetahui keadaan penduduk menurut agama dan kepercayaan

maka dilihat pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5

Prosentase Jumlah Pemeluk Agama dan Prasarana Yang Tersedia Di

Desa Tompaso II

NO GOLONGAN AGAMA JUMLAH SARANA

IBADAH

1. Kristen Protestan 1209 8

2. Kristen Katolik 258 1

3. Islam 62 0

JUMLAH 100 9

Sumber : Kantor Desa Tompaso II

3. Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan hal yang penting bagi kehidupan setiap

manusia karena dengan kesehatan yang baik manusia akan dapat melakukan

aktivitasnya sehari-hari. Kemudian tingkat pelayanan petugas kesehatan

kepada pasiennya perlu diperhatikan dan diutamakan. Karena itu pemerintah

31

Page 32: Armando Rori Skripsi

terus berupaya melakukan penyediaan sarana-prasarana kesehatan yang

memadai kepada masyarakat seiring dengan upaya peningkatan pelayanan

kesehatan yang harus terus ditingkatkan.

Pelayanan Kesehatan Desa Tompaso II sudah baik. Sarana dan fasilitas

kesehatan serta tenaga medis telah tersedia walaupun dalam jumlah yang

masih terbatas. Dimana telah terdapat puskesmas dan balai pengobatan didesa

ini.

Adapun jenis sarana kesehatan yang ada diwilayah Desa Tompaso II

dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6

Keadaan Sarana Kesehatan Dan Tenaga Medis

No Sarana dan Prasarana

Kesehatan

Jumlah Tenaga

Medis

1. Polindes 1 2

2. Posyandu 1 2

3 Praktek Dokter 1 1

4 Praktek Bidan 1 2

Jumlah 4 7

Sumber : Kantor Desa Tompaso II

32

Page 33: Armando Rori Skripsi

D.Keadaan Pemerintahan

Penyelenggaraan pemerintahan Desa Tompaso II dilaksanakan

berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah disebutkan mengenai hal-hal menyangkut Desa yaitu sebagai berikut :

Pemerintah Desa

Pasal 202

(1) Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa.

(2) Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.

(3) Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari pegawai

negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Pasal 203

(1) Kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) dipilih

langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang

syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang

berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.

(2) Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan

kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai kepala

desa.

(3) Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku

33

Page 34: Armando Rori Skripsi

ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Perda dengan

berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Pasal 204

Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali

hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Pasal 205

(1) Kepala desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lambat 30 (tiga

puluh) hari setelah pemilihan.

(2) Sebelum memangku jabatannya, kepala desa mengucapkan sumpah/janji.

(3) Susunan kata-kata sumpah/janji dimaksud adalah sebagai berikut:

“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi

kewajiban saya selaku kepala desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya,

dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan

mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan

menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta

melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya

yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia” .

Pasal 206

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa;

34

Page 35: Armando Rori Skripsi

b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau

pemerintah kabupaten/kota;

d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-perundangan

diserahkan kepada desa.

Pasal 207

Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah

kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana,

serta sumber daya manusia.

Pasal 208

Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan

pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perda berdasarkan Peraturan

Pemerintah.

Bagian Ketiga

Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa

Pasal 209

Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama

kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

35

Page 36: Armando Rori Skripsi

Pasal 210

(1) Anggota badan permusyawaratan desa adalah wakil dari penduduk desa

bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.

(2) Pimpinan badan permusyawaratan desa dipilih dari dan oleh anggota badan

permusyawaratan desa.

(3) Masa jabatan anggota badan permusyawaratan desa adalah 6 (enam) tahun

dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

(4) Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan badan

permusyawaratan desa diatur dalam Perda yang berpedoman pada Peraturan

Pemerintah.

Keuangan Desa

Pasal 212

(1) Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang

yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban.

(2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan

pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa.

(3) Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:

a. pendapatan asli desa;

36

Page 37: Armando Rori Skripsi

b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;

c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima

oleh kabupaten/kota;

d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota;

e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

(4) Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk

mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat

desa.

(5) Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran

pendapatan dan belanja desa.

(6) Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan.

Pasal 213

(1) Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan

dan potensi desa.

(2) Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman

pada peraturan perundang-undangan.

37

Page 38: Armando Rori Skripsi

(3) Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang-undangan.

38

Page 39: Armando Rori Skripsi

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Hukum Tua Desa

Tompaso II Kecamatan Tompaso

1. Partisipasi Politik

Berdasarkan hasil penelitian bahwa partisipasi politik masyarakat

dalam pelaksanaan hukum tua desa tompaso II dapat dilihat pada uraian tabel-

tabel dari hasil pengumpulan dara yang diperoleh dari panitia pengumpulan

data yang diperoleh dari panitian pemungutan suara pemilihan Hukum Tua

Desa Tompaso II dan yang dilakukan terhadap sampel responden.

Dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua merupakan suatu kegiatan

demokrasi yang digelar berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004

tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005

tentang Desa kemudian dijabarkan dalam Perda Kabupaten Minahasa No. 4

Tahun 2006 tentang tatacara pencalonan, pemilihan, pelantikan dan

pemberhentian hukum tua disana menjelaskan bahwa pemilu dilaksanakan

secara terbuka, jujur, adil dan rahasia.

Dalam kerangka demokrasi, partisipasi dipandang sebagai inti

demokrasi, karena itu pada awalnya konsep partisipasi dikaitkan dengan

proses-proses politik yang demokratis. Ada dua pendekatan terhadap

demokrasi yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empirik. Pendekatan

39

Page 40: Armando Rori Skripsi

normatif menekankan pada ide dasar dari demokrasi yaitu kedaulatan ada di

tangan rakyat dan oleh karenanya pemerintah diselenggarakan dari, oleh dan

untuk rakyat. Sedangkan pendekatan empirik menekankan pada perwujudan

demokrasi dalam kehidupan politik. Secara empiris kita sulit menerapkan

kedaulatan rakyat secara utuh.

Oleh karena itu partisipasi politik masyarakat di Desa Tompaso II

Kecamatan Tompaso Pasca pemilihan hukum Tua yang dilakukan pada

tanggal 10 Juni 2011 dapat berjalan dengan baik dimana anggota masyarakat

berpatisipasi dalam melakukan hak pilihnya seperti melalui pemberian suara.

Maka partisipasi politik yang dapat dilakukan oleh masyarakat ini dilakukan

oleh masyarakat ini ditimbulkan berdasarkan berkeyakinan sendiri bahwa

melalui partisipasi pemilihan hukum tua ini kebutuhan dan kepentingan

masyarakat dapat tersalur dan diperhatikan.

Dengan demikian partisipasi politik masyarakat adalah kegiatan

seseorang orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan

jalan memilih pemimpin desa secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Tabel 7

Partisipasi Politik Masyarakat

No Pernyataan Frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

Sangat berpartisipasi

Cukup berpartisipasi

31

2

69

4

40

Page 41: Armando Rori Skripsi

3. Kurang berpartisipasi 12 27

Jumlah 45 100

Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data penelitian dalam tabel 7 diatas, menunjukkan bahwa

masyarakat desa Tompaso II Kecamatan Tompaso, 31 responden atau 69 %

menyatakan sangat berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua,

sedangkan 10 responden atau 22 % menyatakan cukup berpartisipasi dalam

pelaksanaan pemilihan hukum tua dan sisanya yaitu 4 responden atau 9 %

menyatakan kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Ketua Panitia Pemilihan

Hukum Tua Desa Tompaso II Bapak JS dimana beliau mengatakan :

partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan hukum tua pada bulan Juni

2011 lalu sangat baik dimana dari 1538 pemilih terdaftar/wajib pilih ada

1315 pemilih yang menggunakan hak pilihnya di TPS dan ada 223 pemilih

yang tidak menggunakan hak pilihnya, sebagian masyarakat terhalang dengan

pekerjaan mereka yang ada diluar daerah ataupun pekerjaan yang tidak bisa

ditinggalkan dan ada beberapa masyarakat yang kuliah di manado dan

tondano hanya sebagian kecil masyaraka yang kurang paham karena

kurangnya pendidikan politik berdasarkan hasil tersebut tentunya

menunjukkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berpartisipasi dalam

pemilihan umum khususnya dalam pemilihan hukum tua.

41

Page 42: Armando Rori Skripsi

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dan hasil wawancara dengan

ketua panitia pemilihan hukum tua desa tompaso II dapat dikatakan partisipasi

politik masyarakat dalam pemilihan hukum tua desa tompaso sangat baik.

Berarti pelaksanaan demokrasi di desa tompaso II berjalan dengan baik.

Tabel 8

Partisipasi Masyarakat Dalam Kampanye Pada Pemilihan Hukum Tua

Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso

No Pernyataan Frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

3.

Sering

Jarang

Tidak pernah

7

30

8

15

66

19

Jumlah 45 100

Sumber : Data Hasil Penelitian

Dari tabel 8 diatas terlihat dari 45 responden yang dipilih, 30 responden

atau 66% menyatakan jarang ikut berpartisipasi dalam kampanye pada

pemilihan hukum tua, sedangkan 8 responden atau 19 % menyatakan tidak

pernah mengikuti kampanye dan 7 responden atau 15 % menyatakan sering

mengikuti kampanye pemilihan hukum tua. Ternyata masyarakat di desa

Tompaso II jarang mengikut kampanye pemilihan hukum tua, hal ini

disebabkan sebagian masyarakat menganggap kegiatan kampanye di desa

kebanyakan hanya melakukan pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog

42

Page 43: Armando Rori Skripsi

namun disisi lain ada beberapa kegiatan kampanye yang menyenangkan seperti

kunjungan ke rumah calon hukum tua dimana terdapat banyak makanan dan

minuman.

Hasil diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan Sekretaris

Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Dra. NR, dimana beliau mengatakan :

Partisipasi Politik Masyarakat dalam pemilihan hukum tua desa tompaso II

khususnya dalam kegiatan kampanye tidak menentu, dalam kegiatan tertentu

masyarakat kurang berpartisipasi, contohnya dalam kegiatan rapat umum dan

pertemuan terbatas, masyarakat menganggap hal ini hanya buang- buang

waktu saja padahal dalam kegiatan ini merupakan salah satu unsur untuk

mendapatkan pendidikan politik bagi masyarakat, namun dikegiatan lain

partisipasi masyarakat sangat tinggi, contohnya dalam kegiatan debat terbuka

atau kegiatan dirumah bakal calon hukum tua hal ini disebabkan karena

kesiapan calon hukum tua dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

dalam hal hiburan.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih nyata dan lebih mendalam,

penulis melanjutkan wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat mengenai

partisipasi masyarakat dalam kampanye pemilihan hukum tua, Bapak MT,

beliau mengatakan sebagai masyarakat tentunya kami menginginkan

mendapatkan pemimpin yang terbaik yang dapat mengayomi masyarakat,

sebenarnya lewat kampanye ini sudah mulai dapat dilihat calon pemimpin

yang baik atau tidak, namun disisi lain kondisi pekerjaan menghambat kami

43

Page 44: Armando Rori Skripsi

untuk mengikuti beberapa kegiatan apalagi kegiatan tersebut diadakan pada

siang hari atau sore hari dimana pada jam tersebut kami bekerja, tapi pada

kegiatan pada malam hari yang tidak mengganggu aktivitas dapat kami ikuti.

Tabel 9

Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Perhitungan Suara Pada

Pemilihan Hukum Tua

No Pernyataan Frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

3.

Sangat aktif

Cukup aktif

Kurang aktif

35

5

5

76

12

12

Jumlah 45 100

Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data penelitian pada tabel diatas menunjukkan bahwa

masyarakat desa Tompaso II, 35 responden atau 76 % menyatakan sangat aktif

dalam mengawasi perhitungan suara pada pelaksanaan pemilihan hukum tua, 5

responden atau 12 % menyatakan cukup aktif dalam mengawasi perhitungan

suara pada pemilihan hukum tua dan 5 responden lainnya atau 12 %

menyatakan tidak aktif dalam mengawasi perhitungan suara pada pemilihan

hukum tua.

Hasil diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang masyarakat

Bapak JP dimana beliau mengatakan : untuk pengawasan perhitungan suara

sangat berpengaruh terhadap hasil, agar hasil yang dicapai dengan jujur, adil

dan terbuka. Hal ini sangat penting mengingat proses perhitungan merupakan

44

Page 45: Armando Rori Skripsi

puncak dari semua kegiatan pemilihan hukum tua, dimana disinilah akan

didapatkan hasil pemilihan, pada tahap ini sangat diharapkan kejujuran dan

keadilan makanya sangat perlu ada pengawasan dalam perhitungan suara

agar tidak terjadi kecurangan.

2. Penggunaan Hak Pilih Pada Pelaksanaan Pemungutan Suara

Pemilihan adalah suatu hak yang dapat melekat terhadap setiap manusia

dimana mereka dapat menentukan suatu keinginannya secara individu-individu

tanpa paksaan dari unsur manapun dan dalam pelaksanaan pemilihan hukum

tua dengan sukarela tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Namun yang penting dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua ini

adalah adanya kesadaran, kemauan dan rasa tanggung jawab dalam

pelaksanaan pemilihan hukum tua. Dalam partisipasi politik masyarakat

seperti dalam pemilihan hukum tua pada dasarnya untuk menciptakan suatu

keberadaan daerah yang beradab, maka dari itu dalam pergaulan antar sesama

saling ketergantungan dimana dalam pesta demokrasi seperti dalam pemilihan

hukum tuapun demikian karena adanya dukungan moral dan luhur yang baik.

Untuk jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

45

Page 46: Armando Rori Skripsi

Tabel 10

Penggunaan Hak Pilih Pada Pemungutan Suara

No Pernyataan Frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

3.

Sangat terpaksa

terpaksa

tidak terpaksa

0

1

44

0

2

98

Jumlah 45 100

Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diatas, ini menunjukkan bahwa

masyarakan di desa Tompaso II kecamatan Tompaso, 44 responden atau 98%

menyatakan bahwa tidak terpaksa dalam penggunaan hak pilihnya pada

pemungutan suara, sedangkan 1 responden atau 2% menyatakan terpaksa

dalam penggunaan hak pilihnya pada pemungutan suara. Ternyata sebagian

besar masyarakat desa Tompaso II tidak terpaksa dalam penggunaan hak

pilihnya pada pemungutan suara karena masyarakat dapat mengerti tentang

tata cara pelaksanaan pemilihan hukum tua dan sesuai dengan keinginan dan

suara hati masyarakat. sedangkan sebagian kecil masyarakat menyatakan

terpaksa terhadap penggunaan hak pilih pada pelaksanaan pemungutan suara

karena masyarakat tersebut ikut memilih karena tuntutan profesi.

46

Page 47: Armando Rori Skripsi

B. Pendidikan Politik Masyarakat

Sesuai dengan strategi pembangunan nasional, antara lain masyarakat

perlu diberi pengetahuan politik, dalam hal ini adalah pemberian pendidikan

politik. Adalah suatu kenyataan setiap masyarakat selalu mempunyai kekuatan

dan kelemahan sendiri yang dibawa oleh pengaruh lingkungan dan keadaan

sosial, ekonomi dan politik pada saat tertentu.

Oleh karena itu masyarakat harus diberi pembekalan selain berupa

bimbingan dan pengarahan sesuai prinsip kebersamaan juga pembekalan

ideologis yang harus dimulai sejak kecil baik melalui pendidikan formal

maupun pendidikan non formal, juga melalui kursus-kursus dan lokakarya.

Dengan rangkaian usaha ini pada hakekatnya adalah dalam rangka proses

peralihan dari pelestarian nilai-nilai pancasila. Namun yang paling penting

adalah adanya kesadaran, kemauan dan tekad dari masyarakat untuk berani

maju dan tampil kedepan, dalam melaksanakan tanggung jawab nasional yang

lebih besar berdasarkan identitas dan kepercayaan kepada kekuatan sendiri.

Dengan demikian pendidikan politik masyarakat pada dasarnya untuk

menciptakan suatu keberadaan bangsa yang beradab, dimana dalam pergaulan

hidup antar sesama sebagai anggota masyarakat terdapat kasih sayang, hormat

menghormati, tolong menolong, mengetahui akan hak dan tanggung jawab

masing-masing, menunjunjung tinggi hukum, menunaikan agama dan luhur

budi yang baik.

47

Page 48: Armando Rori Skripsi

Pendidikan politik, mengandung makna mempertajam nalar seseorang

dengan bekal pedoman-pedoman kehidupan sebagai anggota masyarakat dan

sebagai warga negara yang hidupnya tak terpisahkan dari pertumbuhan dan

perkembangan dunia internasional pada umumnya dan pemilihan hukum tua

khususnya.

Sasaran dari pendidikan politik, yakni kesadaran moral luhur yang

tumbuh sejak revolusi kemerdekaan yaitu semangat dan nilai-nilai perjuangan

hidup bangsa sebagai pancasila yang menjiwai seluruh masyarakat kita,

dengan tujuan menciptakan masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Tabel 11

Penilaian Masyarakat Terhadap Pendidikan Politik Yang Diberikan Oleh Pemerintah

No Pernyataan Frekuensi Prosentase (%)

1.

2.

3.

Sangat baik

Cukup baik

Kurang baik

3

20

22

7

44

49

Jumlah 45 100

Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data penelitian dalam tabel diatas menunjukkan bahwa

masyarakat di desa Tompaso II Kecamatan Tompaso, 20 responden atau 44 %

menyatakan bahwa pendidikan politik yang diberikan pemerintah cukup baik,

sedangkan 22 respondenn atau 49 % menyatakan kurang baik terhadap

48

Page 49: Armando Rori Skripsi

pendidikan politik yang diberikan pemerintah dan sisanya 3 responden atau 7

% menyatakan sangat baik terhadap pendidikan politik yang diberikan

pemerintah. Ternyata sebagian besar masyaraka di desa Tompaso II kurang

mendapatkan pendidikan politik dari pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua BPD desa Tompaso II

Kecamatan Tompaso, Bapak AT, beliau mengatakan : Pendidikan politik di

desa Tompaso II oleh pemerintah masih dirasa kurang baik oleh masyarakat

dimana kegiatan-kegiatan yang mendidik masyarakat seperti lokakarya,

sosialisasi masih kurang dilakukan oleh pemerintah, hal ini menyebabkan

sebagian masyarakat yang pendidikan Sekolah Menengah Pertama kebawah

kurang mengerti tentang politik hanya sebagian masyarakat yang merasa

pendidikan politik yang diberikan oleh pemerintah sudah cukup. Diharapkan

kepada pemerintah mengingat pendidikan masyarakat yang berbeda-beda

perlu adanya peningkatan pendidikan politik kepada masyarakat. hal ini akan

sangat berguna pada pemilihan umum yang akan dilakukan di tahun-tahun

berikut, agar supaya masyarakat mengerti tentang pentingnya berpartisipasi

dalam pemilihan umum.

C. Hasil Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso

49

Page 50: Armando Rori Skripsi

Berikut ini diuraikan rekapitulasi hasil pemilihan hukum tua desa

Tompaso II, yang diikuti oleh 3 calon hukum tua yakni Feybe F.

Tampunguma, Gresje Rorimpandey, dan Welly Oroh, SmH.

Berdasarkan berita acara hasil perhitungan suara pemilihan hukum tua

desa Tompaso II tanggal 10 Juni tahun 2011 didapatkan hasil sebagai berikut :

Pemilih terdafar / wajib pilih : 1538 Pemilih

Yang menggunakan hak pilih : 1315 pemilih

Yang tidak menggunakan hak pilih : 223 pemilih

1. Feybe F. Tampanguma : 112 suara

2. Gresje Rorimpandey : 764 suara

3. Welly Oroh, SmH : 431 suara

4. Suara rusak : 7 suara

5. Blanko : 1 suara

Hasil diatas diterima dan disetujui oleh setiap calon hukum tua dan tanda

tangani oleh oleh panitia pemilihan hukum tua desa tompaso II dihadapan

Camat Kecamatan Tompaso Pengawas Pemilihan Hukum Tua Kabupaten

Minahasa.

50

Page 51: Armando Rori Skripsi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Munculnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi politik secara aktif

bukan hanya datang dan tumbuh begitu saja, tetapi ada banyak faktor

pendukung diantaranya adalah memberikan penjelasan tentang pentingnya

partisipasi politik, sosialisasi politik dan pendidikan politik terhadap

masyarakat, agar masyarakat di Desa Tompaso II dapat mengerti masalah-

masalah politik seperti pelaksanaan pemilihan Hukum Tua dan masyarakat

akan sangat berpartisipasi dalam proses pemilihan hukum tua desa

Tompaso II dikarenakan kesadaran politik masyarakat itu sendiri bukan

karena paksaan dari pihak lain.

2. Masyarakat di desa Tompaso II ternyata sangat antusias dan memberikan

respons yang begitu besar terhadap pelaksanaan pemilihan hukum tua

karena meskipun masyarakat kurang mendapatkan pemahaman politik

tetapi masyarakat sangat memahami arti dan makna pelaksanaan

pemilihan hukum tua dan pengaruhnya partisipasi masyarakat dalam

kegiatan tersebut.

51

Page 52: Armando Rori Skripsi

3. Partisipasi politik masyarakat bukan hanya dalam bentuk ide-ide saja,

tetapi lebih ditekankan kepada bentuk konkrit dalam pelaksanaan

pemilihan hukum tua, agar tingkat partisipasi politik masyarakat dalam

bentuk kampanye, penggunaan hak pilih pada pelaksanaan pemungutan

suara, mengawasi perhitungan suara pemilihan hukum tua benar-benar

terealisasi dalam proses pemilihan itu sendiri.

B. Saran

1. Diharapkan melalui pelaksanaan pemilihan hukum tua lebih dapat

mengarahkan bentuk atau pola partisipasi politik masyarakat yang

mencerminkan nilai-nilai demokrasi pancasila

2. Diharapkan dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua, masyarakat mampu

mewujudkan pemilih sebagai manusia yang sadar akan hak-hak dan

kewajibannya sebagai warga negara dalam partisipasi politik khususnya

dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua desa tompaso II kecamatan

Tompaso.

3. Karena masyarakat di Desa Tompaso II kurang mendapatkan pendidikan

politik dari pemerintah, maka diharapkan masyarakat mampu

menumbuhkan semangat untuk memperoleh informasi atau pendidikan

politik melalui ceramah, majalah dan sarana-sarana lainnya yang bersifat

publikasi massa, siaran-siaran radio maupun televisi dan organisasi-

52

Page 53: Armando Rori Skripsi

organisasi yang ada dalam masyarakat itu, apakah merupakan organisasi

yang bersifat sosial, agama maupu bersifat politik.

53

Page 54: Armando Rori Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Meriam 2007. Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta

Danim, Sudarwan. 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia.

HAW. Widjaja. 2003. Otonomi Desa. Rajawali pers

H.A.W. Widjaja. Pemerintahan Desa/Marga.Rajawali Pers

Hadari, Nawawi. 1990, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Huntington. P, Samuel. Nelson, Joan., 1990. Partisipasi Politik Di Negara

Irianti, 2008, Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Pustaka Pelajar

Mas’oed, Mohtar dan MacAndrews., 2001. Perbandingan Sistem Politik.

Muhammad, Bushar, 2006, Azas-asaz hukum adat, pradya paramita, Jakarta

Sondakh A.J, Si tou Tumou Tou (Tou Minahasa): Refleksi Atas Revolusi Nilai-

Rudy May, 2003, Pengantar Ilmu Politik. Refika Bandung

Rush, Michael dan Althoff, Philip., 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada..

Surbakti, Ramlan., 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo.

Supit Bert, Minahasa Dari Amanat Watu Pinabetengan Sampai Gelora

Minawanua, Sinar Harapan, 1986.

Wasistiono, MS, 1993, Kepala Desa dan Dinamika Pemilihannya, Mekar rahayu

Soemantri B,T, 2010, Pedoman penyelenggaraan pemerintahan desa. Fokus

media bandung

54

Page 55: Armando Rori Skripsi

Sumber-sumber lain :

- Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

- Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa

- Peraturan Pemerintah Kabupaten Minahasa No. 4 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Hukum

Tua;

55

Page 56: Armando Rori Skripsi

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan………………………………................................. i

Daftar Isi.................................................................................................. ii

Daftar Tabel............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………….............. 1

B. Perumusan Masalah………………………………….............. 5

C. Tujuan Penelitian………………............................................. 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Partisipasi Politik………………………………......... 7

B. Konsep Masyarakat……………………................................... 11

C. Konsep Pemilihan Hukum Tua................................................. 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.......................................................................... 20

B. Informan.................................................................................... 21

C. Fokus Penelitian........................................................................ 22

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 22

E. Teknik Analisa Data.................................................................. 23

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Geografis......................................................................... 25

B. Keadaan Penduduk......................................................................... 26

C. Keadaan Sosial Budaya.................................................................. 28

56i

Page 57: Armando Rori Skripsi

D. Keadaan Pemerintahan.................................................................. 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II

Kecamatan Tompaso.......................................................................... 39

B. Pendidikan Politik Masyarakat...................................................... 47

C. Hasil Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II............................. 50

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 51

B. Saran.............................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 53

57ii

ii

Page 58: Armando Rori Skripsi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Tompaso II.................................................. 26

Tabel 2 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian............................... 27

Tabel 3 Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tompaso II............... 29

Tabel 4 Prasarana Pendidikan Formal yang tersedia di................................. 30

Tabel 5 Prosentase jumlah pemeluk agama dan prasarana yang tersedia...... 31

Tabel 6 Keadaan Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis................................. 32

Tabel 7 Partisipasi Politik Masyarakat........................................................... 40

Tabel 8 Partisipasi Masyarakat dalam kampanye pada pemilihan hukum tua 42

Tabel 9 Partisipaso Masyarakat dalam mengawasi perhitungan suara pada

pemilihan hukum tua................................................................................. 44

Tabel 10 Penggunaan Hak Pilih pada Pemungutan Suara............................. 46

Tabel 11 Penilaian masyarakat terhadap pendidikan politik yang diberikan oleh

Pemerintah...................................................................................................... 48

58iv

Page 59: Armando Rori Skripsi

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN HUKUM TUA

(Suatu Studi diDesa Tompaso II Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikJurusan Ilmu Pemerintahan

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :ARMANDO RORINIM. 0908135271

Jurusan Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2012

59

Page 60: Armando Rori Skripsi

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing Materi/Teknis :

Pembimbing I,

Drs. Markus Kaunang, MSiNIP. 19550116 198703 1 001

Pembimbing II,

Welly Waworundeng, S.Sos, M.SiNIP. 19710423 200112 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sam Ratulangi Manado,

Drs. Markus Kaunang, MSiNIP. 19550116 198703 1 001

Ketua Program Studi Ilmu PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sam Ratulangi Manado,

Welly Waworundeng, S.Sos, M.SiNIP. 19710423 200112 1 002

60i