artikel batang napier pada prosiding seminar pendidikan matematika di universitas pgri palembang
TRANSCRIPT
1
Pemanfaatan Alat Peraga Batang Napier dalam Pembelajaran Operasi
Pembagian Bilangan Cacah.
Oleh:
Allen Marga Retta, S.Pd
Email: [email protected]
Abstrak
Matematika merupakan salah satu pendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Rendahnya prestasi belajar
matematika salah satu penyebabnya daya tarik siswa terhadap
mata pelajaran matematika kurang. Anggapan bagi sebagian besar
siswa matematika merupakan mata pelajaran yang amat berat dan
sulit, terutama dalam menyelesaikan soal-soal pembagian. Penulis
berasumsi bahwa dengan menggunakan teknik “Batang Napier”,
siswa akan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
matematika operasi pembagian bilangan cacah sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk
mendapatkan media batang napier sebagai media pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran operasi pembagian bilangan cacah.
Kata Kunci : Alat peraga, Batang Napier, pembagian bilangan
cacah
PENDAHULUAN
Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan memegang peranan yang
penting dalam kehidupan manusia. Matematika mulai dikenalkan pada siswa sejak
taman kanak–kanak sampai perguruan tinggi. Hal itu disebabkan karena matematika
berfungsi sebagai dasar untuk mempelajari ilmu–ilmu yang lain. Berdasarkan hasil
pengamatan menunjukkan bahwa matematika itu merupakan hal yang menakutkan
bahkan banyak siswa yang menganggapnya sebagai momok dalam belajar. Menurut
Ratini, Rumgayatri dan Siti mustaqimah (Bimas, 2010) dalam penelitiannya
mengatakan kesulitan belajar matematika umumnya disebabkan karena sifat dari
matematika yang memiliki obyek abstrak yang boleh dikata ”berseberangan”
dengan perkembangan anak. Kenyataan yang sering kita lihat, sebagian besar
pengajaran di sekolah diberikan dengan metode ceramah termasuk dalam pelajaran
Matematika. Artinya, pengajar memberikan penjelasan kepada sejumlah siswa
secara lisan. Namun disamping itu perlu kita ingat bentuk tersebut mempunyai
keuntungan, kerugian, dan keterbatasannya. Sebagai pengajar seseorang harus dapat
merangsang terjadinya proses berpikir para siswanya.
Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan maka perlu dilakukan upaya-
upaya positif salah satunya dengan memilih metode yang tepat dalam proses belajar
mengajar. Standar proses pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
menuntut agar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. (Depdiknas dalam Suerni, 2007:2).
Menurut Raharjo (2009), cara membelajarkan peserta didik supaya terampil
perkalian dan pembagian dasar masih menjadi masalah di lapangan. Masalah yang
dimaksud adalah peserta didik sulit memahami dan sulit diajak terampil perkalian
Akibatnya pelajaran pembagian di kelas-kelas berikutnya mengalami kesulitan.
Sementara pembagian harus dikuasai peserta didik sejak dini karena selalu terkait
dengan pelajaran matematika di kelas-kelas berikutnya bahkan hingga jenjang yang
lebih tinggi.
Dalam pelajaran Matematika di tingkat SD, pembagian bilangan cacah adalah
materi yang ternyata cukup sulit untuk dipahami. Siswa cenderung bingung dalam
membagikan bilangan cacah tersebut, apalagi untuk bilangan-bilangan besar. Tanpa
kalkulator siswa akan kesulitan dalam menghitung pembagian tersebut. Ditambah
guru jarang menggunakan alat peraga, padahal alat peraga akan sangat membantu
siswa menghitung pembagian bilangan cacah. Alat peraga akan mewujudkan
konsep-konsep abstrak yang ada dalam pikiran siswa menjadi benda konkret yang
tentunya akan lebih mudah dimengerti.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dibahas mengenai metode
pembelajaran menggunakan alat peraga berupa batang napier yang akan dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran operasi
pembagian bilangan cacah. Batang napier adalah alat bantu pembagian. Cara kerja
batang napier sangat sederhana yaitu dengan menterjemahkan persoalan pembagian
menjadi persoalan yang mudah. Dengan alat peraga ini diharapkan dapat menarik
minat siswa untuk belajar dan dapat membantu kesulitan siswa dalam mempelajari
pembagian bilangan cacah, sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa akan
meningkat. Menurut Sukayati (2009) kenyataan yang terjadi di sekolah
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika jarang menggunakan media/alat
peraga. Salah satu penyebab yang terdeteksi adalah guru kurang bisa
mengembangkan diri dalam pemanfaatan dan pengembangan media/alat peraga
yang seharusnya dapat menggiring siswa dalam penggunaan konsep matematika.
Dengan menggunakan media/alat peraga tersebut anak akan lebih menghayati
matematika secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan dapat dilihatnya.
Sehingga anak lebih mudah memahami topik yang disajikan.
Berdasar hal-hal tersebut di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa
dalam belajar matematika, media dapat memberikan pengalaman belajar yang
bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan anak. Suatu fakta yang patut
direnungkan dan disadari sepenuhnya untuk dilakukan tindak lanjut secara nyata
bagi semuanya yang terlibat di dunia pendidikan bahwa: pengajaran matematika SD
menggunakan alat peraga dibandingkan dengan pengajaran tanpa menggunakan alat
peraga memiliki perbandingan 6:1. Jadi penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
matematika akan membawa hasil enam kali lebih baik dan lebih cepat dibandingkan
dengan pengajaran drill tanpa konsep (Ruseffendi, dalam Sukayati & Agus,
S.,2009).
Perlunya penggunaan media dalam proses belajar untuk mempermudah
menyampaikan materi atau pesan yang akan disampaikan. Selain media dalam
proses belajar guru dapat mengemas pelajaran dalam bentuk Lembar Kerja Siswa
(LKS). Serta pemberian tugas setelah pembahasan suatu pelajaran selesai yang
berkaitan langsung dengan bahan ajar yang baru dipelajari. Oleh karena itu akan ada
rangkaian langsung antara teori dan praktek.
Dengan demikian judul penelitian ini “Pemanfaatan Alat Peraga Batang
Napier dalam Pembelajaran Operasi Pembagian Bilangan Cacah” dengan
harapan setelah dikembangkan media tersebut siswa dapat meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajarnya.
1. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana
pemanfaatan alat peraga batang napier dalam pembelajaran operasi pembagian
bilangan cacah.
2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah mendeskripsikan pemanfaatan alat peraga batang
napier dalam pembelajaran operasi pembagian bilangan cacah.
3. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Diharapkan dapat memberi masukan bagi para guru dalam menerapkan model
pembelajaran dengan bantuan alat peraga batang napier dalam meningkatkan
hasil belajar siswa dalam operasi pembagian bilangan cacah.
2. Dapat memberi masukan bagi sekolah dan guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Alat Peraga
Menurut Widyantini (2009) media pembelajaran adalah suatu alat yang
dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media
pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata sehingga materi
pembelajaran mudah dipahami,
2. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
3. Dapat mendorong siswa mengingat apa yang sudah dipelajari.
Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Contoh: papan
Abstrak
Konkret
Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar Diam
Gambar Hidup
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda Tiruan
Pengamatan Langsung
tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbentuk persegi panjang dapat berfungsi
sebagai alat peraga pada saat guru menerangkan bangun geometri dalam persegi
panjang. Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari
konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari.
Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai
pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Sedangkan sarana
merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk
melakukan pembelajaran. Dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan dapat
memperlancar pembelajaran. Contoh: papan tulis, jangka, penggaris, lembar tugas
(LT), lembar kerja (LK), dan alat-alat permainan. Jadi media pembelajaran diartikan
sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran.
Dari data di atas dapat diperoleh pengertian media pembelajaran yaitu
sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar
mengajar untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam menentukan sebuah media yang sesuai dengan pengalaman
siswa, Edgar Dale mencoba menunjukan urutan pengalaman belajar dari derajat
keabstrakan dan kekongkretan (Haryanto, 2003 : 58).
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
2. Tujuan Penggunaan Alat Peraga
Tujuan penggunaan alat peraga menurut Sukayati (2009) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kemampuan berpikir matematika secara kreatif. Bagi sebagian
anak, matematika tampak seperti suatu sistem yang kaku, yang hanya berisi
simbol-simbol dan sekumpulan dalil-dalil untuk dipecahkan. Padahal
sesungguhnya matematika memiliki banyak hubungan untuk mengembangkan
kreatifitas.
2. Mengembangkan sikap yang menguntungkan ke arah berpikir matematika.
Suasana pembelajaran matematika di kelas haruslah sedemikian rupa, sehingga
para peserta didik dapat menyukai pelajaran tersebut. Suasana semacam ini
merupakan salah satu hal yang dapat membuat para peserta didik memperoleh
kepercayaan diri akan kemampuannya dalam belajar matematika melalui
pengalaman-pengalaman yang akrab dengan kehidupannya.
3. Menunjang matematika di luar kelas, yang menunjukkan penerapan matematika
dalam keadaan sebenarnya. Peserta didik dapat menghubungkan pengalaman
belajarnya dengan pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menggunakan keterampilan masing-masing mereka dapat menyelidiki
atau mengamati benda-benda di sekitarnya, kemudian mengorganisirnya untuk
memecahkan suatu masalah.
4. Memberikan motivasi dan memudahkan abstraksi. Dengan alat peraga
diharapkan peserta didik lebih memperoleh pengalaman-pengalaman yang baru
dan menyenangkan, sehingga mereka dapat menghubungkannya dengan
matematika yang bersifat abstrak.
Dari tujuan di atas diharapkan dengan bantuan penggunaan media dalam
pembelajaran dapat memberikan permasalahan-permasalahan menjadi lebih
menarik bagi anak yang sedang melakukan kegiatan belajar. Karena penemuan-
penemuan yang diperoleh dari aktivitas anak biasanya bermula dari munculnya hal-
hal yang merupakan tanda tanya, maka permasalahan yang diselidiki jawabannya
itu harus didasarkan pada obyek yang menarik perhatian anak. Jadi bila
memungkinkan hal itu haruslah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang
mengarah pada bahan diskusi dalam berbagai cabang penyelidikan, misalnya dari
buku, dari guru atau bahkan dari anak sendiri. Hal itu dapat ditentukan melalui
peragaan dari guru dan diskusi yang melibatkan seluruh kelas atau oleh kelompok
kecil/seorang anak yang bekerja dengan lembar kerja. Dengan menggunakan suatu
lembar kerja, mereka dapat menggunakan bahan-bahan yang dirancang untuk
mengarahkan dalam menjawab pertanyaan yang akan membantu mereka
menemukan suatu jawaban yang dimaksudkan pada arti pertanyaannya. Oleh
karena itu sebaiknya setiap media dilengkapi dengan kartu-kartu atau lembar kerja
atau petunjuk penggunaan alat untuk menjawab permasalahan.
3. Karakteristik Siswa
Piaget (Budiarsi, 2008:11) mengemukakan bahwa ada empat tahapan
perkembangan kognitif anak yaitu: tahap sensori motorik (umur 0-2 tahun), tahap
pra-operasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), tahap
operasional formal (12-14 tahun). Berdasarkan hal tersebut, maka siswa SD yang
berumur antara 6 sampai 12 tahun dapat digolongkan pada tahap operasional
konkret. Anak-anak hanya mampu berfikir dengan logika bila hal-hal yang dihadapi
bersifat konkret atau nyata, yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu
yang berkaitan dengan hal tersebut.
Proses pembelajaran matematika menekankan bahwa siswa pada tahap
operasional konkret dapat menggunakan obyek yang konkret dalam bermain dan
dapat memanipulasi benda-benda tersebut. Benda-benda yang dimaksud misalnya
benda-benda di sekitar yang mudah didapat sebagai alat bantu permainan. Dalam
teori belajar mengajar, media dengan model seperti ini cenderung melatih dan
mengembangkan kemampuan motorik siswa. Secara tidak langsung media ini
memberikan pengalaman kongkret kepada siswa.
Witkin (Sukayati, 2009) membedakan gaya kognitif sebagai field–dependent
dan field–independent, atau disebut juga dengan gaya kognitif global dan
articulated. Seseorang yang memiliki gaya kognitif global kurang mampu
memisahkan hal-hal yang relevan dan tidak relevan dalam mengatasi masalah,
dibandingkan dengan mereka yang memiliki gaya kognitif articulated. Gaya
kognitif articulated cenderung melakukan analisis dan sintesis terhadap informasi
yang dipelajari. Sementara seseorang yang global cenderung menerima informasi itu
sebagaimana adanya. Pembelajaran operasi pembagian bilangan cacah dengan
memanfaatkan alat peraga batang napier ini sesuai dengan usia siswa kelas III SD
yang berumur 6-12 tahun.
4. Batang Napier Sebagai Media Bantu Dalam Pelajaran Matematika
Batang Napier pertama kali ditemukan oleh seorang bangsawan dari
Skotlandia yang bernama John Napier (1550–1617). Batang napier terdiri atas
beberapa batang atau keping yang dapat dipisah-pisahkan. Batang napier dibuat
seperti tabel perkalian biasa dari angka 0 sampai 9. Alat peraga ini digunakan untuk
perkalian bilangan cacah dengan pengali (0-9) terletak pada “Batang Indeks”
sebanyak 1 buah dan bilangan yang dikalikan (0-9) terletak/ditunjukkan pada
“kepala-kepala batang” minimal sebanyak 10 buah. Di bawah “kepala-kepala
batang” terbagi 10 bagian bagian kecil yang masing masing terbagi dua, bagian atas
menunjukkan “puluhan” bagian bawah menunjukkan “satuan”. Berikut ini contoh
dari cara pemanfaatan batang napier dengan menggunakan operasi pembagian
bilangan cacah.
Contoh 1:
Hitunglah 2345 : 5 = ...
Maka yang kita lakukan adalah memasangkan batang indeks dengan batang
”5”, setelah itu kita melakukan pembagian susun dengan bantuan batang napier:
Gambar 2. Contoh 1 pembagian batang napier
Jadi 2345 : 5 = 469
Contoh 2:
Hitunglah 2236622 : 34 = ...
Maka yang kita lakukan adalah memasangkan batang indeks dengan batang ”3”
dan ”4”:
Gambar 3. Contoh 2 pembagian batang napier
Jadi 2236622 : 34 = 65783
5. Aplikasi Matematika Dalam Kehidupan Sehari-hari
Jika matematika dihapus dari kehidupan sehari-hari maka peradaban
manusia akan berhenti. Saat ini tidak ada orang yang tidak memerlukan bantuan
matematika dalam kehidupannya sehari-hari. Matematika adalah tumpuan
peradaban manusia. Dan juga matematika merupakan faktor pendukung dalam laju
perkembangan dan persaingan di berbagai bidang. Seperti ekonomi, fisika, kimia,
teknologi, persenjataan, usaha eksplorasi ruang angkasa. Orang mengajarkan
aritmatika untuk menjawab pertanyaan berpa banyak, panjang, besar. Berbagai
cabang matematika lahir karena dorongan akan kebutuhan manusia. Pekerjaan-
pekerjaan seperti pelayan toko, tukang kayu, tukang batu, tukang jahit, penjual
karcis, tukang becak setiap kali mereka melakukan perhitungan. Ibu rumah tangga
dalam mengelola atau mengatur uang yang dimilikinya dengan belanjanya sehari-
hari. Jadi secara umum kehidupan kita diliputi oleh aktifitas matematika.
Matematika merupakan bidang yang berguna dan banyak memberi bantuan
dalam mempelajari berbagai keahlian dan kejuruan. Akan tetapi sampai sekarang
masih banyak orang yang memandang matematika adalah ilmu yang sulit. Apabila
seseorang itu tahu betapa banyaknya manfaat mempelajari matematika orang akan
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan ingin selalu megembangkannya.
Beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari mempelajari matematika adalah
menjadi lebih kreatif, kritis, berfikir ilmiah, jujur, hemat, disiplin, tekun,
berprikemanusiaan, mempunyai perasaan keadilan sosial, dan bertanggung jwab
terhdap kesejahteraan bangsa dan negara. Dan sikap seperti ini perlu ditanamkan
dan diberitahukan pada siswa dalam pembelajaran matematika.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Adapun simpulan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Metode pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran operasi
pembagian bilangan cacah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
siswa adalah metode pembelajaran dengan bantuan alat peraga batang napier.
b. Penerapan metode pembelajaran dengan bantuan alat peraga berupa batang
napier dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran operasi pembagian bilangan cacah karena dengan pemanfaatan
batang napier siswa akan lebih mudah dalam belajar pembagian sehingga akan
meningkatkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Dengan meningkatnya
minat dan keaktifan siswa, aktivitas dan prestasi belajar siswa juga akan
meningkat.
2. Saran
Diharapkan dapat dilakukan penelitian terhadap berbagai metode pembelajaran
yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan minat belajar siswa khususnya dalam
pembelajaran Matematika, karena minat belajar siswa sangat berpengaruh terhadap
pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dengan diberikan fasilitas berupa
alat peraga, siswa akan lebih tertarik dan aktif dalam belajar sehingga akan
meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Bimas, Ashari dan dkk. (2010). Proposal Pembuatan dan Penggunaan Batang Napier
Elektrik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surkarta.
Budiarsi, Ni Wayan. 2008. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat melalui Pembelajaran
Kontekstual pada Siswa Kelas VII SMP TP 45 Kayuambua Tahun Pelajaran
2008/2009. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Estiningsih, E. 1994. Landasan Teknik Pengajaran Hitung SD. Yogyakarta: PPPG
Matematika.
Haryanto, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : FIP Universitas Negeri
Yogyakarta.
Raharjo, M, dkk. 2009. Modul Matematika SD Program Bermutu Pembeljaaran
Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan cacah di SD. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika.
Suerni, Ni Nyoman. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII tentang
Perkalian Suku Dua melalui Pembelajaran dengan Bantuan Alat Peraga pada
SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2007/2008. Denpasar: Universitas
Mahasaraswati Denpasar.
Sukayati & Agus, S. (2009). Pemanfaatan Alat Peraga Matematika dalam
Pembelajaran di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.
Widiyantini dan Sigit. 2009. Pemanfaatan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika SMP Diklat SMP Jenjang Dasar. Yogyakarta: Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.