artikel review napza (ganja)

Upload: anna-blind-street

Post on 13-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ARTIKEL REVIEW PENYALAHGUNAAN GANJA (Canabis sativa)

OLEH :KELOMPOK 7ALIH JENIS A

1. WAWAN SUPRA WISMANA(101311123007)2. RIFQATIL AINI(101311123033)3. ANA SETYARINI(101311123057)4. AKHMAD RIANOR ASRARI(101311123083)5. MELA AGUSTI (101311123107)6. MEGA OCTAMELIA, S.ST(Bridging Program)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA2014

PENYALAHGUNAAN GANJA(Canabis sativa)

ABSTRAK

Narkotika, Alkohol, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya, atau biasa dikenal dengan singkatan NAPZA pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan penelitian. Pada umumnya kasus (penyalahgunaan narkoba) mulai digunakan pada usia remaja 13-17 tahun sebanyak 97% dan usia termuda 9 tahun. Terutama penyalahgunaan ganja yang dapat disalahgunakan dalam berbagai hal, seperti sayur. Penyalahgunaan narkoba memiliki masalah yang luas dan kompleks, baik dari segi kesehatan mental maupun dari segi medis, kejiwaan, dan psikososial. Pengguna narkoba dapat merusak kehidupan keluarga, masyarakat dan lingkungan dari lingkungan sekolah, bahkan ancaman langsung maupun tidak langsung bagi kelangsungan hidup dan perkembangan masa depan bangsa dan Negara.

Kata Kunci: Penyalahgunaan NAPZA, Ganja

ABSTRACT

Narcotics, Alcohol, Psychotropic and Other Addictive Substances, or commonly known by the acronym (NAPZA) was originally discovered and developed for the treatment and research. In the general case (drug abuse) began used in the late teens 13-17 years of age by 97% and the youngest 9 years. Especially the abuse of marijuana that can be misused in a variety of ways, such as a vegetable.The problem of drug abuse has a broad and complex, both in terms of medical, psychiatric, mental health, and psychosocial. Drug users can be destructive to the lives of families, communities and the environment of the school environment, even a direct or indirect threat to the survival and future development of the nation and the State.Keywords : Drug Abuse, marijuana

PENDAHULUANDalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan penelitian salah satunya narkotika tumbuh-tumbuhan adalah ganja, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 1524 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda.Masalah NAPZA bukan hanya diatur secara nasional tetapi juga diatur secara internasional. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan NAPZA diatur untuk keperluan pengobatan dan penelitian dan tetap menjaga agar NAPZA tidak disalahgunakan. Namun pada kenyataannya masih terjadi peredaran, kultipasi, produksi maupun konsumsi secara gelap.Penelitian yang dilakukan Hawari (1990), diperoleh data dan kesimpulan yaitu, pada umumnya kasus (penyalahgunaan narkoba) mulai memakai pada usia remaja 13-17 tahun sebanyak 97% dan usia termuda 9 tahun. Pada awalnya kasus penyalahgunaan NAPZA sebagian besar (80%) diperoleh dari teman dengan alasan untuk menghilangkan kecemasan, kemurungan, ketakutan dan sukar tidur. Sebanyak 36% digunakan untuk memperoleh kenikmatan atau kesenangan semata. Penyalahgunaan NAPZA ini juga menimbulkan dampak negatif antara lain dapat merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan minat belajar dan bisa menimbulkan tindak kekerasan yang merugikan banyak orang.Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat-obatan berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, melalui upaya Promotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi. Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

KONSEP EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi di IndonesiaKasus penyalahgunaan NAPZA seperti ganja di Indonesia semakin bertambah dari tahun ke tahun, bukan hanya menyerang generasi muda saja tetapi juga golongan setengah baya maupun golongan usia tua. Penyebaran NAPZA sudah tidak lagi hanya di kota besar, tetapi sudah masuk di kota-kota kecil dan merambah di kecamatan bahkan sampai di desa.Kalangan pengguna NAPZA khususnya ganja tidak hanya disalahgunakan oleh kalangan tertentu saja, tetapi sudah memasuki berbagai profesi misalnya manager perusahaan, pengusaha, pengacara, kalangan birokrat, artis, dan bahkan kepolisian.Ganja (Canabis sativa) tumbuh subur di daerah Aceh dan pada umumnya dipakai sebagai bumbu penyedap masakan. Hal ini merupakan penyalahgunaan narkoba yang menempati angka terbesar, yakni sekitar 162,4 juta (data World Drugs Report,2005).Prevalensi penggunaan ganja jenis mariyuana seumur hidup meningkat seiring tingkatan kelompok umur hingga usia 3 tahun, kemudian menurun secara bertahap. Mereka yang berusia 18 sampai 21 tahun adalah yang paling sering mengkonsumsi mariyuana dalam setahun terakhir yakni sebesar 25% atau sebulan terakhir dengan presentase 14% dan penggunaan paling rendah diantaramereka yang berusia diatas 50 tahun, sekitar kurang atau sama dengan 1%.Dari survei nasional pada tahun 2004 pelaku penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terdata sebanyak 6% dari total populasi atau sekitar 13 juta orang telah menyalahgunakan NAPZA. Wilayah ibukota provinsi dengan penyalahgunaan Narkoba tertinggi adalah Jakarta (23%), Medan (15%), dan Bandung (14%).Dari Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2006 dengan responden sekitar 2000 orang setiap provinsi diketahui bahwa diantara 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 5 orang dalam setahun terakhir memakai Narkoba.Di Indonesia Sekitar 4,2% penduduk usia 15-64 tahun pengguna narkoba, 88% laki-laki dan 12% perempuan. Jadi, prevalensi penyalahgunaan narkoba pada laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan seperti halnya di Eropa. Data BNN (Badan Narkotika Nasional) dan UI menyebutkan bahwa sebanyak 1,5% (3,2 juta) dari 200 juta penduduk Indonesia menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba pada tahun 2005. Sekitar 30 hingga 40 orang meninggal setiap hari akibat penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dari perkiraan pengguna narkoba sekitar 3,2 juta jiwa.

Epidemiologi Global

Jumlah Penyalahguna Narkoba Berdasarkan Beberapa Tempat di Dunia Pada Tahun 2005TempatJumlah%

Eropa Barat1-1,4 juta9,41

Eropa Timur & Asia Tengah2,3 4,1 juta24,18

Asia selatan & Tenggara5,3 juta25,36

Asia Timur & Pasifik4 juta17,66

Afrika Utara & Timur Tengah0,6 juta2,65

Amerika Latin1,3 juta8,74

Amerika Utara1,4 juta9,41

Australia & Selandia Baru298 ribu2,59

Terkait dengan penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa, negara-negara di Eropa mempunyai perhatian khusus terhadap upaya pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dengan melakukan survei penyalahgunaan narkoba di sekolah secara periodik dan berkesinambungan atau yang lebih dikenal dengan Europe School Survei Project on Alcohol and Drugs (ESPAD). Sedikitnya terdapat 35 negara Uni Eropa terlibat dalam proyek ESPAD yang sudah dilakukan tiga kali pada tahun 1995, 1999 dan 2003 serta akan dilaksanakan empat tahun sekali pada tahap selanjutnya.Upaya yang sama juga dilakukan di Indonesia dengan melakukan beberapa survei nasional penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa pada tahun 2003, 2006, dan 2009. Survei dilakukan oleh BNN bekerja sama dengan Lembaga Pranata Pembangunan Universitas Indonesia pada tahun 2003, dan Pusat Penelitian.

ETIOLOGI

Pengertian GanjaGanja (Cannabis sativa) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab) dan kecanduan. Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter, berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda. Ganja mempunyai bunga kecil-kecil dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut.

Macam-Macam Jenis Ganja1. 2. Purple Passion3. Hash piant4. Hawaiian Sativa5. Hollywood 0.66. Mago7. Master8. Misty Haze9. Mc. Nice10. Trainweek11. Bubba12. Rowdy 0613. Sove Diesel14. Supper Bubble15. Supper Silver Kush16. Teve 06 Kush17. Werewolf18. White widon19. GDP20. Xmas Kush21. Shawoenur

PENGENALAN FAKTOR RESIKO

Faktor Penyalahgunaan GanjaTerdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai pemicu seseorang dalam penyalahgunakan ganja. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan faktor kesediaan itu sendiri.1. Faktor Diri : Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau brfikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari. Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran. Keinginan untuk bersenang-senang. Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok (komunitas) atau lingkungan tertentu. Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan stimulant (perangsang). Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup. Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar. Menderita kecemasan dan kegetiran. Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini merupakan gerbang ke arah penyalahgunaan ganja. Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-puasnya. Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan obat penghilang rasa lapar yang berlebihan. Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan ganja. Pengertian yang salah bahwa mencoba ganja sekali-kali tidak akan menimbulkan masalah.2. Faktor Lingkungan : Keluarga bermasalah atau broken home. Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkoba. Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap. Sering berkunjung ke tempat hiburan (caf, diskotik, karoeke, dll.). Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur. Lingkungan keluarga yang kurang atau tidak harmonis. Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya. Orang tua yang otoriter. Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa pengawasan. Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah. Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian. Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.3. Faktor Ketersediaan : Semakin mudah didapat dan dibeli. Harga ganja semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan ganja. Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.

Faktor Resiko Penyalahgunaan GanjaApabila Ganja digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Secara umum, dampak kecanduan ganja dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang, yaitu :1. Dampak Fisik Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid). Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis dapat menyebabkan kematian2. Dampak Psikis: Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.3. Dampak Sosial: Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan. Merepotkan dan menjadi beban keluarga. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

PENCEGAHAN

Pencegahan Primer1. Menanamkan pemahaman hidup sehat anak usia diniSebagai orang tua, kita harus dapat menerangkan dengan menarik untuk menanamkan perilaku hidup bagi anak-anak kita. Misalnya asupan makanan/minuman apa yang baik bagi tubuh mereka dan asupan makanan/minuman apa yang berbahaya bagi tubuh mereka. Ini akan mempertajam kesadarannya akan tubuhnya sendiri yang harus ia rawat dengan baik bagian luar dan dalamnya. Pengetahuan mengenal fungsi dan kekuatan/kelemahan tubuhnya sendiri, harus diberitahu.Perilaku hidup sehat akan paling manjur hasilnya bila diajarkan sedari anak kita masih kecil, sedini mungkin. Karena apa saja yang ia pelajari sewaktu kecil akan melekat selamanya di memori otaknya. Menanamkan kesadaran hidup sehat dengan berolah raga secara rutin (yang tentunya harus juga diterapkan oleh kedua orang tua mereka), menjadi kelanjutan dari langkah sebelumnya tadi.Orang tua seyogianya menjadi role-model bagi anak-anak mereka, harus memberikan contoh yang baik bila ingin anaknya berperilaku baik. Sering kali kita sebagai orang tua lupa bahwa anak kita belajar dari tingkah laku dan perilaku kita yang mereka lihat dan perhatikan setiap harinya dari bayi sampai remaja. Anak-anak kita belajar, meniru, dari orang yang sehariannya berada paling dekat dengan mereka. Maka seharusnya kita tidak merokok atau minum minuman beralkohol bila kita tidak mau anak-anak kita meniru kita atau bahkan mencoba-coba dan menyalahgunakan narkoba.2. Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kitaMemberikan pemahaman sedini mungkin akan adanya racun di alam sekeliling kita, akan sangat bermanfaat dan dapat menyelamatkan anak-anak kita dari penggunaan zat-zat berbahaya. Penerangan bahwa ada racun pada tumbuh-tumbuhan seperti jamur dan tumbuhan lainnya yang beracun, racun pada gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang lainnya yang berbisa, juga racun yang secara sengaja maupun tak sengaja diproduksi oleh manusia, seperti polusi asap dari knalpot mobil, asap dan limbah beracun dari pabrik-pabrik, asap rokok, dsb.Mendidik mereka untuk sadar (aware) bahwa zat-zat yang sangat berbahaya bagi tubuh kita (bagi kelangsungan hidup kita) ada di sekitar kita dan setiap zat yang membahayakan kesehatan kita harus dijahui atau terkadang dimusnahkan. Jadi bila suatu saat ia akan berhadapan dengan narkoba (biasanya ditawarkan oleh lingkungan teman-teman terdekatnya), maka kita harapkan ia akan menolak untuk mengkonsumsi narkoba, zat yang asing yang dapat membahayakan kesehatan dan hidupnya. Maka dari itu informasi mengenai racun di sekeliling kita, juga narkoba, harus diberikan kepada mereka sedetail dan sejelas mungkin.3. Memberikan informasi yang akurat dan jelasMemberikan informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya dari setiap jenis narkoba merupakan kewajiban bila kita ingin membentengi/menyelematkan anak-anak kita (atau pun orang lainnya) dari bahaya narkoba. Tanpa informasi yang akurat dan jelas, seorang anak belum tentu menyadari narkoba yang ditawari temannya itu berbahaya bagi kehidupannya. Tetapi bila ia mendapat informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya narkoba, pasti ia akan menolaknya. Seharusnya pemberian informasi yang akurat dan jelas harus juga diberikan oleh sekolah-sekolah sebagai salah satu sub-kurikulum yang wajib diikuti oleh setiap anak. Informasi mengenai jenis-jenis narkoba. Dampak bila menggunakannya, dampaknya bagi organ-organ tubuh kita serta dampak dari segi hukumnya bila tertangkap memiliki, menggunakan atau mengedarkan narkoba, penyakit yang dapat diderita sebagai akibat pemakaian narkoba, dll.4. Bekerjasama dengan tempat pendidikan (Sekolah atau Universitas)Hal ini bertujuan untuk merancang program pemantauan, pencegahan, dan juga program penanggulangan narkoba secara holistik. Kerjasama yang terkoordinir dengan baik yang melibatkan setiap sendi dalam kehidupan di sekolah ataupun kampus seperti: Dosen, guru-guru, guru BK (bimbingan konseling), Osis, satpam/security, penjaga kantin, dan karyawan lainnya di lingkungan sekolah/kampus (yang sering mendapatkan para siswa/mahasiswanya memakai narkoba di WC/toilet), dan yang lainnya.5. Tanggap lingkunganOrang tua selalu tanggap lingkunga di rumah mereka sendri, di mana anak-anak mereka tumbuh. Orang tua harus selalu sadar akan perubahan-perubahan kecil dari perilaku sang anak. Perubahan-perubahan masa puber dan peralihan anak menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, tidak sama dengan perubahan perilaku seorang anak yang mulai ter ekspos pada narkoba, atau yang sudah kecanduan narkoba.6. Bekerjasama dengan lingkungan rumahKita sebaiknya bekerjasama dengan lingkungan rumah kita seperti dengan ketua RT, RW, dsb. Terutama dengan tetangga yang mempunyai anak seusia atau yang lebih tua dari anak kita. Menjalin hubungan yang baik dengan para tetangga selalu mendatangkan kenyamanan dan keamanan bagi kita.Kita bisa membuat sistem pemantauan keamanan bersama tetangga lainnya yang juga melibatkan ketua RT untuk memantau keamanan umum dan memantau bila ada anak-anak di RT kita yang disinyalir menggunkan narkoba. Bila sistem yang dibangun bersama para tetangga itu kuat, dijamin gejala-gejala penyalahgunaan narkoba di pemukiman kita akan terdeteksi dan dapat tertanggulangi dengan cepat dan baik7. Hubungan interpersonal yang baikHubungan interpersonal yang baik dengan pasangan dan juga dengan anak-anak kita, akan memungkinkan kita melihat gejala-gejala awal pemakaian narkoba pada anak-anak kita. Kedekatan hubungan batin dengan orang tua akan membuat anak merasa nyaman dan aman, menjadi benteng bagi keselamatan mereka dalam mengarungi kehidupan mereka nanti.Bila orang tua sering ribut, cekcok, maka itu bisa memengaruhi sang anak secara psikologis. Kegalauan ini bisa memancingnya untuk mencoba narkoba dengan berbagai macam alasan yang dicarinya sendiri. Misalnya supaya diperhatikan, sikap masa bodoh terhadap hidupnya, untuk mengatasi kemarahan, ketidaksenagan, atau kesedihan yang timbul dari melihat orang tua mereka yang selalu bertengkar.

Pencegahan SekunderPencegahan ini didasarkan atas deteksi dini seseorang mengonsumsi narkoba dengan cara mengenali tanda-tanda atau gejala baik psikis, fisik, dan sosial sehingga dapat cepat ditanggulangi. Setiap rumah sakit rehabilitasi narkoba memiliki program khusus bagi korban NAPZA. Beberapa metode yang umum diterapkan di RS Rehabilitasi antara lain :a. Analisa tingkat ketergantunganMenganalisa tingkat ketergantungan korban pada narkotika, zat adiktif dan psikotropika untuk menentukan tingkat pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban, sehingga terapi dan metode pengobatan bisa terukurb. Pembersihan racun/detoksifikasiFase pembersihan darah dan sirkulasi organ-organ tubuh lainnya pada tubuh pecandu narkotika. Psikotropika atau zat adiktif lainnya. Sehingga darah menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normalc. Deteksi sekunder infeksiPada tahap ini biasanya dilakukan pemeriksaan labortatorium lengkap dan tes penunjang untuk mendeteksi penyakit atau kelainan yang menyertai para pecandu narkoba (ganja) misalnya dari hepatitis, IDS, TBC, penyakit seks menular (IMS), dll. Jika dalam pemeriksaan ditemukan penyakit tersebut biasanya dilakukan pengobatan medis terlebih dahulu sebelum penderita dikirim ke rumah rehabilitasi medis. Sebuah cara mencegah terjadinya penulatan penyakit pada para penderita yang lain atau tenaga kesehatan.d. Tahap rehabilitasiPrinsip perawatan setiap rumah rehabilitasi nerkoba yang ada di Indonesia sangat beragam ada yang menekankan pengobatan hanya pada prinsip medis ada pula yang lebih menekankan pada prinsip rohani atau memadukan kedua pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang.Pencegahan Tersiera. Menghilangkan Ketergantunganb. Menyadarkan kondisi psikis pelakuc. Menyembuhkan penyakit apabila pengguna narkoba sudah terjadi sakitd. Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar

PENGOBATAN1. Pertolongan pertamaPenderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan, makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari setelah 10 hari akan hilang.2. Menurunkan resiko (harm reduction)a. Mengunakan jarum suntik sekali pakaib. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tabletc. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba3. Yang harus dilakukan bila seseorang mabuka. Jangan membiarkannya mengemudikan kendaraanb. Memberi minum air yang banyakc. Coba ajak dia makand. Jangan biarkan dia sendiriane. Jauhkan dia dan tempat-tempat berbahaya seperti jalan raya, jembatan. Balkon , kolam renang, lautf. Jika pecandu tidak sadar (pingsan) maka yang harus dilakukan : Periksa pernafasannya Menjaga saluran pernafasan supaya tidak ada sumbatan Baringkan dia pada posisi tubuhnya agar jika muntah sisa makanan tidak menyumbat saluran pernafasan

KESIMPULAN1. NAPZA merupakan bahan berbahaya bagi tubuh. Dapat berakibat kecanduan yang menyebabkan gangguan kesehatan mental, fisik, dan sosial.2. Penyalahgunaan NAPZA banyak menyerang generasi muda yang dapat merusak kelangsungan hidup dan perkembangan Negara.3. Ganja merupakan narkotika dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kandungan zat adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan dan berebahaya bagi kesehatan.4. NAPZA dapat menimbulkan berbagai penyaki, yakni gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

SARANAgar dapat ikut serta memberantas penyalahgunaan NAPZA, khususnya ganja dengan memeberikan kesadaran pada setiap generasi muda untuk mengetahui tentang NAPZA, bahaya yang diakibatkan, dan resiko yang akan muncul bagi kelangsungan hidup Bangsa dan Negara.

DAFTAR PUSTAKABadan Narkotika Nasional, 2007. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia Tahun 2003-2006. http : //www.bnn.go.id.Badan Narkotika Nasional, 2006. Gambaran Penyalahguna NAPZA Tahun 2001-2004. http : //www.bnn.go.id.Badan Narkotika Nasional, 2007. Hasil Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa Di 33 Provinsi Di Indonesia Tahun 2006. http://www.bnn.go.id.Badan Narkotika Nasional, 2008. Peringkat Daerah Berdasarkan Kasus yang Terjadi Tahun 2007. http://www.bnn.go.id/file/data_kasus.Hadriyansyah. 2013. Penyalahgunaan Narkoba (Studi : Narapidana Kasus Penyalah Guna Narkoba Di Polres Tanjungpinang). Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji

Modul pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja, calon konselor sebaya. 2008. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak reproduksi

Novacainee 2011, 'Faktor Penyebab/Alasan Seseorang Memakai/Menggunakan Narkoba, Narkotika & Zat Adiktif', 3 Oktober 2011.Puspasari, R 2014, 'ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA', 02 Februari 2014.Rauf, A 2012, 'FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA', 6 juli 2012.RI, B- 2009, 'ADVOKASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA', 2009.