artikel rizka.docx

19
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG OTITIS MEDIA AKUT DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN Rizka Amelia , Siti Masliana Siregar FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA ABSTRAK Latar Belakang: Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan pada telinga tengah dengan onset yang cepat dengan tanda dan gejala dari telinga tengah, dengan faktor pencetusnya adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) yang menyebabkan peradangan dan mengganggu fungsi tuba eustachius. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang OMA dengan ISPA sebagai salah satu faktor risiko di RSU Haji Medan. Metode: Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang datang ke Poliklinik Anak RSU Haji Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 96 orang dan pengambilan sampel yaitu denga purposive sampling. Hasil: Dalam penelitian ini didapati tingkat pengetahuan tentang gejala OMA paling banyak yaitu berpengetahuan cukup yaitu 39 orang (39.0%), mengenai faktor risiko OMA paling banyak berpengetahuan baik yaitu 55 orang (55.0%), mengenai penatalaksanaan OMA paling banyak berpengetahuan kurang 47 orang

Upload: rizka-amelia

Post on 15-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: artikel rizka.docx

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG OTITIS MEDIA AKUT DENGAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS SEBAGAI

SALAH SATU FAKTOR RISIKO DI RUMAH SAKIT

UMUM HAJI MEDAN

Rizka Amelia, Siti Masliana Siregar

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Latar Belakang: Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan pada telinga tengah dengan onset

yang cepat dengan tanda dan gejala dari telinga tengah, dengan faktor pencetusnya adalah

infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) yang menyebabkan peradangan dan mengganggu fungsi

tuba eustachius. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang OMA dengan ISPA

sebagai salah satu faktor risiko di RSU Haji Medan. Metode: Jenis Penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

ibu yang datang ke Poliklinik Anak RSU Haji Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

berjumlah 96 orang dan pengambilan sampel yaitu denga purposive sampling. Hasil: Dalam

penelitian ini didapati tingkat pengetahuan tentang gejala OMA paling banyak yaitu

berpengetahuan cukup yaitu 39 orang (39.0%), mengenai faktor risiko OMA paling banyak

berpengetahuan baik yaitu 55 orang (55.0%), mengenai penatalaksanaan OMA paling banyak

berpengetahuan kurang 47 orang (47.0%), mengenai gejala ISPA paling banyak didapati

berpengetahuan baik yaitu 49 orang (49.0%), mengenai penatalaksanaan ISPA paling banyak

berpengetahuan baik yaitu 61 orang (61.0%). Pengetahuan berdasarkan usia paling banyak yaitu

berpengetahuan kurang pada kelompok usia 21-30 sebanyak 10 orang (50.0%), pengetahuan

berdasarkan pendidikan paling banyak berpengetahuan baik yaitu pada tingkat pendidikan PT

sebanyak 21 orang (53.8%). Kesimpulan: Secara keseluruhan pengetahuan ibu tentang OMA

dengan ISPA sebagai salah satu faktor risiko paling banyak didapati pada kategori cukup

yaitu 41 orang (41.0%).

Kata Kunci: Pengetahuan, otitis media akut, faktor risiko

Page 2: artikel rizka.docx

ABSTRACT

Background: Acute otitis media (AOM) is an inflammation of the middle ear with the rapid

onset of the signs and symptoms of middle ear which the precipitating factor is upper respiratory

tract infection (URTI) that caused inflammation and eustachian tube function. Objectives: To

determine woman’s knowledge about AOM with URTI as one of the risk factors at RSU Haji

Medan. Methods: Thi is descriptive study with cross sectional design. Population on this

research woman that come to child polyclinic RSU Haji Medan that fulfill the inclusion and

exclusion as number 96 sample and sampling with purposive sampling. Results: In this study the

level of knowledge about symptoms of AOM is getting by sufficient knowledge 39 people

(39.0%). About the risk factors AOM is getting by knowing good as amount 55 people (55.0%).

About the treatment of is getting by knowing less as amount 47 (47.0%). About symptoms of

URTI is getting by knowing good as amount 49 people (49.0%). About the treatment of URTI is

getting by knowing good as amount 61 people (61.0%), knowledge based on age is most getting

by knowing less in the group age 21-30 years old as amount 10 people (50.0%), knowladge

based on education is most getting by knowing good at college education as amount 21 people

(53.8%). Conclusion: Overall the woman’s knowledge of Acute Otitis Media (AOM) with Upper

Respiratory Tract Infection (URTI) as one of the risk factor are sufficient knowledge as amount

41 people (41.0%).

Keyword: Knowlegde, acute otitis media, risk factor

I. PENDAHULUAN

Otitis media adalah peradangan

sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum

mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis

media terbagi menjadi otitis media

akut, otitis media efusi, dan otitis

media kronik. Otitis media adalah

penyakit paling umum yang terjadi

pada masa anak-anak dengan 90%

kejadian pada dua tahun pertama

kehidupan dengan etiologi dan

patogenesis multifaktorial, namun

insiden yang tinggi merupakan

masalah dalam peningkatan

kesehatan.1, 2, 3

Page 3: artikel rizka.docx

Otitis media akut didefinisikan

sebagai adanya peradangan pada

telinga tengah dengan onset yang

cepat dengan tanda dan gejala dari

telinga tengah, yang selanjutnya

disebut dengan OMA.4

OMA terjadi karena pada anak-

anak tuba eustachius yang lebih

pendek lebar, dan horizontal

menyebabkan mudah terjadinya

obstruksi dengan pembesaran

adenoid. Selain itu, infeksi virus dan

alergi kedua hal tersebut juga dapat

menyebabkan terjadinya peradangan

pada tuba eustachius. OMA paling

umum terjadi pada anak-anak, 75%

anak mengalami satu episode OMA

pertahun.5

Dikatakan juga, bahwa

pencetus terjadinya OMA adalah

infeksi saluran pernafasan atas yang

selanjutnya disebut dengan ISPA.

Infeksi saluran napas dapat

menyebabkan peradangan dan

mengganggu fungsi tuba eustachius

sehingga menurunkan tekanan di

telinga tengah diikuti masuknya

bakteri dan virus ke dalam telinga

tengah melalui tuba eustachius

mengakibatkan peradangan.1, 6, 7

Insiden terjadinya otitis media

pada anak-anak 6 bulan sampai 3

tahun yang disebabkan oleh ISPA

sebesar 61%, yaitu 37% OMA dan

24% OME dengan etiologi terbanyak

adalah infeksi virus.7

Prevalensi OMA di setiap

negara bervariasi, berkisar antara

2,3-20%. Berbagai studi

epidemiologi di Amerika Serikat

(AS), dilaporkan prevalensi

terjadinya OMA sekitar 17-20%

pada 2 tahun pertama kehidupan.

Studi epidemiologi OMA di negara-

negara berkembang sangat jarang.8

Salah satu laporan Center for

Disease Control and Prevention

(CDC) dalam salah satu programnya

yaitu CDC’s Active Bacterial Core

Surveillance (ABCs) di Amerika

Serikat tahun 1999 menunjukkan

kasus OMA terjadi sebanyak enam

juta kasus per tahun. Meropol, dkk

juga mendapati 45-62% indikasi

pemberian antibiotik pada anak-anak

di Amerika Serikat disebabkan

OMA.9

Survei Nasional anak-anak

korea dibawah 15 tahun menderita

OMA adalah 0,08. Di Thailand,

Prasansuk dikutip dari Bermen

Page 4: artikel rizka.docx

melaporkan bahwa prevalensi OMA

pada anak-anak yang berumur

kurang dari 16 tahun pada tahun

1986 sampai 1991 sebesar 0,8%.

Berdasarkan survei kesehatan indera

pendengaran tahun 1994-1996 pada

7 provinsi di Indonesia di dapatkan

prevalensi

penyakit telinga tengah populasi

segala umur di Indonesia sebesar 3.9

%. Di Indonesia belum ada data

nasional baku yang melaporkan

angka kejadian OMA.10

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Leenos tahun 2010

didapat tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 19,1 %, hal ini disebabkan

karena informasi tentang OMA dan

cara-cara pencegahannya yang

diterima sangat sederhana.11

Pengetahuan ibu tentang penyakit

ISPA merupakan modal utama untuk

terbentuknya kebiasaan yang baik

demi kualitas kesehatan anak.

Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior).12

Didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif

akan berlangsung lama dan bersifat

permanen, ibu yang memiliki

pengetahuan yang baik tentang OMA

dengan ISPA sebagai salah satu

faktor risiko, diharapkan akan

membawa dampak positif bagi

kesehatan anak karena risiko

kejadian OMA pada anak dapat

dieliminasi seminimal mungkin.

Berdasarkan hal tersebut diatas,

maka peneliti tertarik untuk meneliti

tingkat pengetahuan ibu tentang

otitis media akut (OMA) dengan

infeksi saluran pernafasan atas

(ISPA) sebagai salah satu faktor

risiko.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Otitis Media Akut (OMA)

dengan Infeksi Saluran Pernafasan

Atas (ISPA) Sebagai Salah Satu

Faktor Risiko.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan

penelitian bersifat deskriptif dengan metode

pendekatan cross sectional yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan

tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara

objektif.13

Lokasi penelitian dilakukan di

Poliklinik Anak di RS Umum Haji

Page 5: artikel rizka.docx

Medan. Dan dilakukan mulai

November – Februari 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu yang datang ke Poliklinik Anak

RS Umum Haji Medan. Subjek penelitian

ini sebanyak 100 orang yang diambil

menggunakan metode quota sampling.

Teknik Pengumpulan data yang digunakan

adalah teknik angket. Data yang diperoleh

adalah data primer yakni langsung dari

rresponden.

Pengolahan data dilakukan dengan

tahapan editing yaitu hasil kuesioner atau

pengamatan dilakukan penyuntingan, coding

yaitu dengan melakukan pengkodean, lalu

entry yaitu memasukkan data-data,

kemudian cleaning yaitu pengecekan ulang

untuk melihat ada kesalahan atau tidak, dan

terakhir saving yaitu menyimpan data lalu

dianalisis secara deskriptif.

III. HASIL

III.1. Hasil Penelitian

Sampel yang diteliti dalam

penelitian ini berjumlah 100 orang,

yaitu ibu yang datang berobat di

poliklinik anak Rumah Sakit Umum

Haji Medan dengan kriteria inklusi

dan ekslusi yang telah ditentukan

dengan usia subjek terbanyak pada

kelompok 21-30 tahun dengan

pendidikan terakhir sebagian besar

subjek adalah lulusan SMA, dengan

karakteristik pekerjaan sebagian

besar subjek adalah Ibu Rumah

Tangga.

1. Tingkat Pengetahuan Subjek

Dari penelitian ini didapati

bahwa responden yang

berpengetahuan baik yaitu 39 orang

(39.0 %), responden yang

berpengetahuan cukup 41 orang

(41.0 %), dan responden yang

memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 20 orang (20.0 %).

2. Tingkat Pengetahuan Subjek

Mengenai Gejala OMA

Dari hasil penelitian didapati

bahwa pengetahuan responden

mengenai gejala OMA yang

berpengetahuan cukup paling banyak

didapati yaitu 39 orang (39.0 %),

diikuti responden yang

berpengetahuan kurang 33 orang

(33.0%), dan responden yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak

28 orang (28.20 %).

3. tingkat pengetahuan subjek mengenai

faktor risiko OMA

Dari hasil penelitian didapati

bahwa pengetahuan responden

mengenai faktor risiko OMA yang

Page 6: artikel rizka.docx

berpengetahuan baik paling banyak

didapati yaitu 55 orang (55.0%),

diikuti responden yang

berpengetahuan kurang 36 orang

(36.0%), dan responden yang

memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 9 orang (9.0 %).

4. Tingkat Pengetahuan Subjek

Mengenai Penatalaksanaan OMA

Dari hasil penelitian didapati

bahwa pengetahuan responden mengenai

penatalaksanaan OMA yang

berpengetahuan kurang paling banyak

didapati yaitu 47 orang (47.0 %), diikuti

responden yang berpengetahuan cukup

27 orang (27.0%), dan responden yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak 26

orang (26.0%).

5. Tingkat Pengetahuan Subjek

Mengenai Gejala ISPA

Dari hasil penelitian didapati

bahwa pengetahuan responden

mengenai gejala ISPA yang

berpengetahuan baik paling banyak

didapati yaitu 49 orang (49.0 %),

diikuti responden yang

berpengetahuan kurang 38 orang

(38.0%), dan responden yang

memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 13 orang (13.0%).

6. Tingkat Pengetahuan Subjek

Mengenai Penatalaksanaan ISPA

Dari hasil penelitian didapati

bahwa pengetahuan responden

mengenai penatalaksanaan ISPA

yang berpengetahuan baik paling

banyak didapati yaitu 61 orang (61.0

%), diikuti responden yang

berpengetahuan kurang 22 orang

(22.0%), dan responden yang

memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 17 orang (17.0%).

7. Tingkat Pengetahuan Subjek

Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian didapati

bahwa pengetahuan responden

berdasarkan usia berpengetahuan

baik yang paling banyak didapati

yaitu kelompok usia 31-40 tahun

sebanyak 17 orang (43.6.7%), diikuti

kelompok usia 21-30 tahun sebanyak

16 orang (41.0%), dan kelompok

usia 41-50 tahun sebanyak 6 orang

(15.4%). Pengetahuan responden

yang berpengatahuan cukup yang

paling banyak didapati yaitu

kelompok usia 21-30 tahun sebanyak

20 orang (48.8%), diikuti kelompok

Page 7: artikel rizka.docx

usia 31-40 tahun sebanyak 16 orang

(39.0%), dan kelompok usia 41-50

sebanyak 5 orang (12.2%). Serta

pengetahuan responden

berpengetahuan kurang juga

dijumpai pada kelompok usia 21-30

tahun sebanyak 10 orang (50.0%),

diikuti kelompok usia 31-40 tahun

sebanyak 7 orang (35.0%), dan

kelompok usia 41-50 tahun sebanyak

3 orang (15.0%).

8. Tingkat Pengetahuan Subjek

Berdasarkan Pendidikan

Dari hasil penelitian didapati bahwa

pengetahuan responden berdasarkan

pendidikan berpengetahuan baik yang paling

banyak didapati yaitu tingkat pendidikan

perguruan tinggi sebanyak 21 orang

(53.8%), diikuti tingkat pendidikan SMA

sebanyak 17 orang (43.6%), tingkat

pendidikan SMP sebanyak 1 orang (2.6%),

dan tingkat pendidikan SD tidak dijumpai.

Pengetahuan responden yang

berpengatahuan cukup yang paling banyak

didapati yaitu tingkat pendidikan SMA

sebanyak 22 orang (53.7%), diikuti tingkat

pendidikan SMP sebanyak 11 orang

(26.8%), tingkat pendidikan perguruan

tinggi sebanyak 5 orang (12.2%), dan

tingkat pendidikan SD sebanyak 3 orang

(7.3). Serta pengetahuan responden

berpengetahuan kurang yang paling banyak

didapati yaitu tingkat pendidikan SD

sebanyak 10 orang (50.0%), tingkat

pendidikan SMA sebanyak 9 orang (45.0%).

IV PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai

tingkat pengetahuan ibu, dari 100

sampel di Poliklinik Anak RSU Haji

dijumpai hasil terbanyak dengan

pengetahuan responden yaitu pada

kategori cukup sebanyak 41 sampel

(41.0%). Hal ini sejalan dengan hasil

dari penelitian Leenos tahun 2010 di

Puskesmas Padang Bulan dengan

total responden 68 orang didapatkan

hasil yang berpengetahuan cukup

sebanyak 43 orang (63.3%). Banyak

hal yang mempengaruhi pengetahuan

ibu-ibu tentang OMA dengan ISPA

sebagai faktor risiko karena

pengetahuan pada dasarnya terdiri

dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk

dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. Pengetahuan tersebut

diperoleh baik dari pengalaman

langsung maupun melalui

pengalaman orang lain.11, 14

Dari hasil penelitian

mengenai gejala OMA yang

berpengetahuan cukup paling banyak

Page 8: artikel rizka.docx

didapati yaitu 39 orang (39.0%),

berpengetahuan kurang 33 orang

(33.0%), dan pengetahuan baik

sebanyak 28 orang (28.0%). Tingkat

pengetahuan ibu mengenai gejala

OMA paling banyak didapati oleh

karena pengetahuan tentang gejala

OMA dapat diperoleh dari

pengalaman dalam keluarga,

pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain. Anak-anak lebih mudah

mendapatkan infeksi telinga tengah

karena tuba eustachius yang lebih

pendek, lebih lebar dan datar. Selain

itu, infeksi juga di pengaruhi oleh

keadaan status ekonomi yang rendah

dan higine yang buruk. 15, 16

Dari hasil penelitian

mengenai faktor risiko OMA yang

berpengetahuan baik paling banyak

didapati yaitu 55 orang (55.0%),

kurang 36 orang (36.0%), dan yang

memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 9 orang (9.0%). Ini sesuai

dengan teori Mubarak (2011)

kemudahan untuk memperoleh

informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan

yang baru.17

Dari hasil penelitian

mengenai penatalaksanaan OMA

yang berpengetahuan kurang paling

banyak didapati yaitu 47 orang

(47.0%), yang berpengetahuan cukup

27 orang (27.0%), dan yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak

26 orang (26.0%). Hal yang

memungkinkan yang menyebabkan

pengetahuan ibu mengenai

penatalaksanaan dalam kategori

kurang yaitu informasi mengenai

cara penanganan yang sederhana dan

juga informasi-informasi penanganan

yang kurang benar. Oleh sebab itu

dalam rangka perilaku sehat,

masyarakat perlu diberikan

pengetahuan atau informasi-

informasi yang benar dan lengkap

penatalaksaanaan dan pelayanan

kesehatan. Kepercayaan yang tidak

didasarkan pada pengetahuan yang

benar dan lengkap, akan

menyebabkan kesalahan bertindak.18

Dari hasil penelitian

mengenai gejala ISPA yang

berpengetahuan baik paling banyak

didapati yaitu 49 orang (49.0%),

yang berpengetahuan kurang 38

orang (38.0%), dan yang memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 13

orang (13.0%). Hal ini menjukkan

bahwa pengetahuan ibu-ibu

Page 9: artikel rizka.docx

mengenai gejala ISPA mudah untuk

dikenali karena merupakan gejala

yang umum pada anak-anak.

Dari hasil penelitian

mengenai penatalaksanaan ISPA

yang berpengetahuan baik paling

banyak didapati yaitu 61 orang

(61.0%), yang berpengetahuan

kurang 22 orang (22.0%), dan yang

memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 17 orang (17.0%).

Kemampuan ibu dalam

penatalaksanaan ISPA adalah

kesanggupan keluarga terutama ibu

dalam merawat anak dengan ISPA.

Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan

anak. Kesanggupan ibu

melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang

dilaksanakan. Ibu yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan

berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga.31

Dari hasil penelitian

berdasarkan usia yang

berpengatahuan baik paling banyak

didapati yaitu kelompok usia 31-40

tahun sebanyak 17 orang (43.6%),

yang berpengetahuan cukup paling

banyak didapati yaitu kelompok usia

21-30 tahun sebanyak 20 orang

(48.8%), serta yang berpengetahuan

kurang paling banyak didapati yaitu

kelompok usia 21-30 sebanyak 10

orang (50.0%). Didapati

berpengetahuan baik pada kelompok

usia 31-40 dikarenakan pada usia 31-

40 merupakan usia produktif dimana

usia tersebut sudah memiliki

kematangan secara fisik maupun

biologis dan lebih matang untuk

berfikir dan bertindak, umur

mempengaruhi daya tangkap dan

pola piker seseorang. Sedangkan

berpengetahuan kurang didapati pada

kelompok usia 21-30 dikarenakan

pada usia 21-30 merupakan usia ibu

yang tergolong memiliki pengalaman

kurang dikarenakan pada usia itu

pengalaman tentang anak lebih

sedikit. Menurut Purnama B (2008),

pengetahuan (knowledge) merupakan

terminologi generik yang mencakup

seluruh hal yang diketahui

manusia..20,

Dari hasil penelitian

berdasarkan pendidikan yang

berpengatahuan baik paling banyak

didapati yaitu tingkat pendidikan

Page 10: artikel rizka.docx

perguruan tinggi sebanyak 21 orang

(53.8%), yang berpengetahuan cukup

paling banyak didapati yaitu tingkat

pendidikan SMA sebanyak 22 orang

(53.7%), serta yang berpengetahuan

kurang paling banyak didapati yaitu

tingkat pendidikan SD sebanyak 10

orang (50.0%). Berpengetahuan

paling banyak didapati yaitu pada

kategori baik dengan tingkat

pendidikan perguruan tinggi, pada

umumnya orang yang memiliki

pendidikan lebih tinggi akan

mempunyai wawasan yang lebih luas

dn mudahnya menerima informasi

baik dari orang lain maupun media

massa, demikian juga didapatkan

kategori kurang pada tingkat

pendidikan SD di akibatkan akibat

semakin rendahnya pendidikan

seseorang maka wawasan yang

dimilikinya tidak luas dan sulitnya

menerima informasi. Menurut

Maulana (2009) pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap sesuatu objek

tertentu. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Melalui pendidikan

seseorang dapat memperoleh

informasi dengan cepat melalui

penginderaan, tingkat pendidikan

juga menentukan mudah tidaknya

seseorang memahami pengetahuan

yang diperolehnya.21,22

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &Leher. Edisi VI. Jakarta: FKUI; 2007. p. 65-67.

2. Depkes RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik; 2005.

3. Sakunyi z, Zinner A, Splanler J, Rogers T, Katona G. Relationship of environmental tobacco smoke to otitis media(OM) in children. Hungary: Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2012 July ; 76(7): 989–993.

4. British Columbia Medical Association. Guidelines & Protocols Otitis Media: Acute Otitis Media (AOM) & Otitis Media With Effusion (OME); 2010.

5. Forgie S, Zhanel G, Robinson J. Management of Acute Otitis Media. Ottawa: Canadian Paediatric Society. Infectious Diseases and Immunization Committee. 2009 September; 14 (7).

6. Chonmaitree T, Revai K, Grady JJ, Clos A, Patel JA, Nair S, Fan J, Henrickson KJ. Viral Upper Respiratory Tract Infection and Otitis Media Complication in Young Children. Clin Infect Dis. 2008 Mar 15;46(6):815-823.

7. Umar S. Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di Kotamadya Jakarta Timur. Jakarta: FKUI; 2013.

8. Rosenfeld RM, Culpeper L, Doyle KJ, Grundfast KM, Hoberman A, Kenna MA, et al. Clinical practice guideline :

Page 11: artikel rizka.docx

otitis media with effusion. Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130:S95

9. American Academy of Pediatrics Subcommittee on Management of Acute Otitis Media. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. Pediatrics. 2004 May ;113(5):1451-65.

10. Supari SF. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 878/Menkes/SK/XI/2006 tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Untuk Mencapai Sound Hearing 2030. Jakarta: Menteri Kesehatan RI; 2006. p. 4.

11. Leenos SL. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebagai salah Satu Faktor Resiko Terjadinya Otitis Media Akut (OMA) di Puskesmas Padang Bulan. Medan: FKUSU; 2010.

12. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.

13. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.

14. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. 2010, 88-90.

15. Ghanie A. Penatalaksanaan Otitis Media Akut Pada Anak. Palembang: Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNSRI; 2010.

16. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.

17. Maulana JDH. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC; 2009.

18. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010.

19. Huriah T, Lestari R. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pda Balita di Dusun Lemahdadi Kasiha n Bantul Yogyakarta. Malang: UMM; 2009

20. Notoadmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta; 2003

21. Maulana JDH. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC; 2009.

22. Erfandi. Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Update [2013 Juni]. Available from : http://Forbetterhealth.wordpress.com. {accesed, 12 february 2015}

Page 12: artikel rizka.docx

Lampiran

Tabel 4.1 Distribusi tingkat pengetahuan

subjek

Tingkat

Pengetahuann %

Baik 39 39.0

Cukup 41 41.0

Kurang 20 20.0

Total 100 100.0