artikel tentang psikotes

3
PSIKOTES : Mitos dan Fakta  Nur Rachmawati Lubis / 06-Jun-2011 Psikotes, sebuah kata yang terdengar sangat familier tapi juga begitu asing. Begitu seringnya mendengar kata ini sampai kita merasa ta hu persis artinya, padahal seringkali kita juga dibuat bingung oleh misteri yang ada dibalik psikotes. Kebanyakan orang akan merasa takut, setidaknya gelisah, ji ka mengetahui dirinya akan menjalani psikotes. Ada yang bilang psikotes akan menunjukkan apakah kita bodoh atau pintar. Psikotes juga dikatakan dapat membedakan mana orang yang waras dan yang “sakit ji wa”. Psikotes dipandang bisa membuka ”rahasia” yang kita coba simpan melalui berbagai tes yang aneh-aneh. Khusus dalam urusan perjuangan mencari kerja, psikotes telah menjadi momok, palang penjegal yang menghalang-halangi para pelamar untuk mencapai pekerjaan impiannya tanpa kriteria yang jelas siapa yang boleh masuk dan siapa yang tidak. Bagaimana dengan Anda? Apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar kata “psikotes”? Apakah Anda juga memiliki asumsi-asumsi yang anda sendiri tidak yakin akan kebenarannya? Apakah banyaknya berita negatif mengenai psikotes juga telah mempengaruhi penilaian Anda terhadap tes ini? Artikel ini berniat memberikan informasi yang akurat mengenai psikotes. Artikel ini akan memberikan sudut pandang objektif dari kacamata seorang psikolog mengenai misinterpretasi fungsi dan penggunaan psikotes atau tes psikologis tertulis (termasuk menggambar). Sebelumnya, jangan lupa untuk membaca artikel PSIKOTES: Tak Kenal Maka Tak Sayang dalam edisi ini juga agar  Anda memiliki dasa r pemahaman ap a itu psikotes d an apa beda nya dengan as esmen psikologis. MITOS 1 : Tidak lolos psikotes berarti bodoh Faktanya… Belum tentu. Pada intinya, psikotes dilakukan untuk mencari KESESUAIAN antara orang dan suatu pekerjaan. Seseorang tidak diterima bukan berarti dia pasti bodoh, tetapi karena dia kurang sesuai dengan gambaran orang yang dicari. Kriteria yang digunakan tidak hanya dari segi kemampuan intelektual, melainkan juga dari perilaku kerja dan karakteristik kepri badian. Misalnya untuk lowongan petugas Humas tentunya dibutuhkan orang -orang yang memiliki keterampilan yang baik dalam berkomunikasi, yang juga mampu berkomunikasi secara luwes dengan orang yang baru dikenal. Jika ada seseorang yang cenderung pendiam ditolak ketika melamar untuk posisi tersebut, hal itu lebih dikarenakan dirinya dipandang tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi petugas Humas. Padahal, mungkin saja secara intelektual pelamar yang pendiam ini lebih pintar dari yang ceriwis. MITOS 2 : Hasil psikotes bagus karena latihan Faktanya… Jika memang Anda sudah punya potensi, latihan bisa sedikit membantu. Seperti tes yang berbentuk soal perhitungan, semakin sering kita berlatih mengerjakan berbagai macam perhitungan, tentunya kita a kan semakin mahir memecahkan soal perhitungan yang lain. Ini lebih dikarenakan kelenturan berpikir kita menjadi lebih terlatih, bukan karena kecerdasan kita meningkat jauh. Mungkin ada orang yang berusaha berlatih atau menghafal jawaban (yang entah dari mana dan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan), tapi biasanya kesimpulan psikotes mengacu pada hasil keseluruhan yang merupakan integrasi dari beberapa tes, ditambah pengujian lewat observasi dan wawancara. Jadi, satu dua tes hasil hafalan tidak selalu punya dampak signifikan. MITOS 3 : Hasil psikotes seseorang bisa berubah-ubah Faktanya…

Upload: indah-tri-sularso

Post on 03-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/28/2019 Artikel Tentang PSIKOTES

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-tentang-psikotes 1/3

PSIKOTES : Mitos dan Fakta

 Nur Rachmawati Lubis / 06-Jun-2011

Psikotes, sebuah kata yang terdengar sangat familier tapi juga begitu asing.Begitu seringnya mendengar kata ini sampai kita merasa tahu persis artinya,

padahal seringkali kita juga dibuat bingung oleh misteri yang ada dibalik psikotes.Kebanyakan orang akan merasa takut, setidaknya gelisah, jika mengetahuidirinya akan menjalani psikotes. Ada yang bilang psikotes akan menunjukkanapakah kita bodoh atau pintar. Psikotes juga dikatakan dapat membedakan manaorang yang waras dan yang “sakit jiwa”. Psikotes dipandang bisa membuka”rahasia” yang kita coba simpan melalui berbagai tes yang aneh-aneh. Khususdalam urusan perjuangan mencari kerja, psikotes telah menjadi momok, palangpenjegal yang menghalang-halangi para pelamar untuk mencapai pekerjaanimpiannya tanpa kriteria yang jelas siapa yang boleh masuk dan siapa yang tidak.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar kata “psikotes”? Apakah Anda jugamemiliki asumsi-asumsi yang anda sendiri tidak yakin akan kebenarannya? Apakah banyaknya berita negatif mengenai psikotes juga telah mempengaruhi penilaian Anda terhadap tes ini? Artikel ini berniat memberikaninformasi yang akurat mengenai psikotes. Artikel ini akan memberikan sudut pandang objektif dari kacamata

seorang psikolog mengenai misinterpretasi fungsi dan penggunaan psikotes atau tes psikologis tertulis (termasukmenggambar).

Sebelumnya, jangan lupa untuk membaca artikel PSIKOTES: Tak Kenal Maka Tak Sayang dalam edisi ini juga agar  Anda memiliki dasar pemahaman apa itu psikotes dan apa bedanya dengan asesmen psikologis.

MITOS 1 : Tidak lolos psikotes berarti bodoh

Faktanya…Belum tentu. Pada intinya, psikotes dilakukan untuk mencari KESESUAIAN antara orang dan suatu pekerjaan.

Seseorang tidak diterima bukan berarti dia pasti bodoh, tetapi karena dia kurang sesuai dengan gambaran orangyang dicari. Kriteria yang digunakan tidak hanya dari segi kemampuan intelektual, melainkan juga dari perilaku

kerja dan karakteristik kepribadian. Misalnya untuk lowongan petugas Humas tentunya dibutuhkan orang-orangyang memiliki keterampilan yang baik dalam berkomunikasi, yang juga mampu berkomunikasi secara luwes denganorang yang baru dikenal. Jika ada seseorang yang cenderung pendiam ditolak ketika melamar untuk posisi tersebut,hal itu lebih dikarenakan dirinya dipandang tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi petugasHumas. Padahal, mungkin saja secara intelektual pelamar yang pendiam ini lebih pintar dari yang ceriwis.

MITOS 2 : Hasil psikotes bagus karena latihan

Faktanya…

Jika memang Anda sudah punya potensi, latihan bisa sedikit membantu. Seperti tes yang berbentuk soalperhitungan, semakin sering kita berlatih mengerjakan berbagai macam perhitungan, tentunya kita akan semakinmahir memecahkan soal perhitungan yang lain. Ini lebih dikarenakan kelenturan berpikir kita menjadi lebih terlatih,bukan karena kecerdasan kita meningkat jauh. Mungkin ada orang yang berusaha berlatih atau menghafal jawaban(yang entah dari mana dan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan), tapi biasanya kesimpulan psikotes mengacupada hasil keseluruhan yang merupakan integrasi dari beberapa tes, ditambah pengujian lewat observasi danwawancara. Jadi, satu dua tes hasil hafalan tidak selalu punya dampak signifikan.

MITOS 3 : Hasil psikotes seseorang bisa berubah-ubah

Faktanya…

7/28/2019 Artikel Tentang PSIKOTES

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-tentang-psikotes 2/3

Idealnya psikotes dikerjakan dalam kondisi individu yang optimal, didukung situasi di sekitarnya,sehingga yang bersangkutan bisa berkonsentrasi penuh pada tugas-tugasnya. Jika tes dilaksanakandalam lingkungan yang tidak akomodatif (misalnya bising, panas, dan sebagainya), atau individu yang

bersangkutan mengerjakan psikotes dalam keadaan kurang sehat, maka ada kemungkinan performa individutersebut tidak optimal dalam mengerjakan psikotes. Di luar itu, setiap jenis psikotes dalam pembuatannya telahmelalui proses pengujian reliabilitas. Artinya, setiap tes memiliki kemampuan untuk mendeteksi kapasitas rata-rataindividu pada aspek tertentu, dimana kapasitas tersebut akan ditunjukkan dengan hasil yang relatif sama dari waktu

ke waktu. Kalaupun ada perubahan hasil yang meningkat/menurun, biasanya masih dalam rentang kategori yangsama. Misalnya, hasil pengukuran kecerdasan si Ani pada tahun 2005 adalah 115 dan termasuk kategori kecerdasan

 “di atas rata-rata”. Pada tahun 2007 Ani melakukan pengukuran kecerdasan lagi dan mendapat hasil 112. Walaupunterjadi penurunan angka (3 poin), Ani tetap termasuk dalam kategori kecerdasan “di atas rata-rata”.

MITOS 4 : Psikotes bisa digunakan untuk melihat kewarasan seseorang

Faktanya…

Psikotes saja belum cukup untuk menentukan apakah seseorang mengidap “sakit jiwa”. Untuk mengukur haltersebut perlu digunakan alat dan metode lainnya yang lebih kompleks. Tes-tes psikologis yang diberikan padaseseorang sudah pasti disesuaikan dengan tujuannya. Tes untuk seleksi karyawan tentu saja berbeda dari tes untukmelakukan diagnosis kesehatan mental. Berdasarkan jenisnya, psikotes untuk seleksi karyawan hanya untuk

mengukur dua hal: kemampuan (kecerdasan, kemampuan berpikir) dan pola perilaku (perilaku kerja dankecenderungan kepribadian) seseorang. Kedua hal ini tidak cukup untuk mendeteksi keadaan kejiwaan seseorang.Dibutuhkan berbagai alat dan metode lain yang bisa mengetahui pengalaman masa lampau, kebutuhan dasar,hubungan dengan lingkungan terdekat, dan hal-hal lain yang biasanya tidak dipahami secara sadar oleh orang yangbersangkutan.

MITOS 5 : Hasil psikotes tergantung kemurahan hati Psikolognya

Faktanya…

Setiap individu yang mengikuti psikotes harus mengerjakan tugas sendiri-sendiri, tidak ”menyontek” dari pesertalain atau dari ”jawaban” yang dihafalkan, dan dikerjakan sesuai alokasi waktu yang ditentukan. Maksudnya adalahagar hasil psikotes betul-betul merupakan cerminan dari potensi individu yang bersangkutan, tidak dilebih-lebihkan

dan tidak juga dikurang-kurangi. Setiap psikolog telah melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan untuk dapatmengukur dan menyimpulkan kemampuan seseorang secara objektif berdasarkan data psikotes yang ada. Parapsikolog juga memegang kode etik profesi untuk menjaga kemurnian hasil psikotes seseorang. Seorang psikologdapat kehilangan ijin prakteknya jika melanggar kode etik ini. Jadi, psikolog tidak akan sembarangan membuatkesimpulan misalnya karena terpengaruh rasa kasihan.

MITOS 6 : Psikoteslah yang menentukan diterima-tidaknya seseorang dalamproses seleksi 

Faktanya…

Psikotes merupakan salah satu alat bantu yang digunakan dalam proses seleksi. Hasil psikotes menjadi salah satupertimbangan untuk menentukan lolos/tidaknya seseorang, disamping faktor penentu lain seperti pengalaman,hasil tes akademis, tes kesehatan, dan sebagainya. Untuk sebuah posisi misalnya, biasanya akan ada persyaratan

akademis dan pengalaman tertentu. Jika seseorang dinyatakan secara psikologis memadai untuk posisi tersebut,namun ia tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sesuai, maka besar juga kemungkinan iatidak akan diterima. Pada akhirnya semua keputusan sangat tergantung pada kebijakan instansi yang bersangkutan.Ada instansi yang menjadikan psikotes sebagai faktor utama, namun banyak juga instansi yang lebih mementingkanlatar belakang pendidikan dan /atau pengalaman yang memadai.

MITOS 7 : Hasil psikotes belum tentu memberikan gambaran tentang individu

7/28/2019 Artikel Tentang PSIKOTES

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-tentang-psikotes 3/3

secara akurat

Faktanya…

Sebelum dapat digunakan untuk umum, sebuah psikotes harus melalui pengujian validitas yang memastikanpsikotes tersebut mampu mengukur suatu aspek tertentu dalam diri individu secara akurat. Misalnya, sebuah tesyang dibuat untuk mengukur daya logika harus benar-benar bisa mengukur daya nalar seseorang, bukanpenguasaan hafalan rumus matematika, atau yang lain. Masalahnya, hasil psikotes menggambarkan potensi seseorang. Terkadang yang terlihat dari perilaku sehari-hari belum tentu sesuai dengan potensi yang terukur.Misalnya, seseorang dengan potensi kecerdasan tinggi bisa saja tidak berprestasi karena malas atau kurangproaktif. Sebaliknya, seseorang dengan kecerdasan rata-rata bisa mencapai kesuksesan karena memiliki kepribadianyang ulet dan bisa memotivasi diri. Perlu diingat bahwa hasil psikotes masih butuh diuji dengan metode lain sepertiwawancara dan observasi. Kepentingannya adalah untuk mendapatkan gambaran potensi yang lebih menyeluruhdari sekedar tes tertulis.

Bagaimana? Mudah-mudahan beberapa penjelasan di atas cukup dapat mempertajam pemahaman Anda mengenaipsikotes. Jika Anda memliki pertanyaan lain mengenai psikotes, silakan hubungi kami via e-mail di [email protected] senang kami akan memberikan informasi yang Anda butuhkan.