asam salisilat
DESCRIPTION
penetapan kadar asam salisilatTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II
PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT
DISUSUN OLEH :
KELAS A KELOMPOK 2
MEJA 1
NUR FAUZIAH KASIM
NUREVA RAMLI
NURNANENGSIH
SITI HAJAR IRMAWATI
ULMI FAJRI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Asam Salisilat adalah (asam ortohidroksi benzoat) asam yang bersifat iritan
lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Saat ini banyak produk bedak yang
beredar di masyarakat. Dan masyarakat pun banyak menggunakan bedak yang
dalam kandungannya mengandung Asam Salisilat yang berfungsi sebagai
keratolitikum dan anti fungi.
Pada penetapan kadar pada Asam Salisilat ini dilakukan dengan dua metode
yaitu metode Bromometri dan metode Alkalimetri. Alkalimetri adalah teknik
analisis kimia berupa titrasi basa. Reaksi yang dijalankan dengan titrasi, yaitu
suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit. Jumlah zat yang
direaksikan menjadi ekivalen. Sedangkan Bromometri adalah cara analisis
volumetric yang berdasarkan reaksi antara zat uji dan brom. Reaksi tersebut dapat
berupa reaksi adisi, substitusi dan oksidasi. Sehingga metode ini penggunaannya
lebih luas.
Dengan adanya percobaan penetapan kadar Asam Salisilat pada bedak
memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Bahwa bedak yang mengandung
asam salisilat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma memenuhi persyaratan
seperti yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi III. Dimana kadar seperti
yang tertera bahwa Asam Salisilat tidak kurang dari 95%. Sehingga kita dapat
mengetahui mutu dari bedak tersebut dan aman untuk digunakan.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Menentukan kadar suatu aat dalam bentuk sediaan farmasi dengan
menggunakan metode volumetrik.
I.2.3 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar Asam Salisilat dalam bedak dengan metode alakalimetri
dan bromometri.
I.4 Prinsip Percobaan
a. Menentukan kadar asam salisilat dalam sediaan bedak dengan menggunakan
metode alkalimetri. Metode ini berdasarkan reaksi netralisasi antara asam salisilat
sebagai zat uji dengan NaOH sebagai larutan baku (titran). Titik akhir ditandai
dengan perubahan warna indikator dari titik berwarna (bening) menjadi warna
pink muda.
b. Penetapan kadar asam salisilat dalam sediaan bedak dengan menggunakan metode
bromometri. Metode ini berdasarkan reaksi redoks: dengan menggunakan larutan
Na2S2O3 0,1 N sebagai titran (larutan baku). Titik akhir ditandai dengan perubahan
warna indikator dari warna biru tua hingga warna biru hilang dengan
menggunakan indikator kanji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Asam Salisilat (asam ortohidroksi benzoat) merupakan asam yang bersifat
iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang
digunakan sebagai obat luar yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan
ester dari asam organic. Di samping itu digunakan pula garam salisilat.
Turunannya yang paling dikenal adalah asam asetilsalisilat (asetosal).
Asam Salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa latin:
salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dari situlah
manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah
dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur, dan sejumlah suku median seperti
Cherokee. Pada saat ini, Asam Salisilat banyak dipublikasikan dalam pembuatan
obat aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya tersebut
secara alamiah. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat
baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormone tumbuhan.
Sifat-sifat yang dimiliki oleh asam salisilat, adalah sebagai berikut:
1. Panas jika dihirup, ditelan dan apabila terjadi kontak dengan kulit
2. Iritasi pada mata
3. Iritasi pada saluran pernafasan
4. Iritasi pada kulit
Secara kimia asam salisilat disintesi pada tahun 1860 dan telah digunakan
secara luas dalam terapi dermatologis sebagai suatu agen keratolik. Digunakan
pada bagian luar tubuh yang pada kulit sebagai antiseptik lemah serta
keratolitikum (melarutkan sel-sel kulit mati). Agen ini berupa bubukberwarna
putih yang mudah larut dalam alcohol tetapi sukar larut dalam air asam salisilat
yang merupakan zat anti akne atau keratolik merupakan usaha untuk
meningkatkan kemampuan kosmetika tersebut umumnya dalam kosmetika
perawatan kulit yang berjerawat.
Asam salisilat bersifat keratolik dan sering digunakan sebagai obat
apapunterhadap kutil kulit, yang berciri penebalan epidermis setempat dan
disebabkan oleh infeksi virus propora. Asam salisilat sangat iritatik, sehingga
hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai secara sistemik
adalah ester salisilat dan asam organic dengan substitusi pada gugus hidroksi
misalnya asetosal.
Kegunaan Asam Salisilat
Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolik yaitu akan mengurangi
kekebalan intraseluler dalam selaput tanduk dengan cara melaratkan semen
intraseluler dan menyebabkan desintegrasi dan penguapan kulit. Asam organis ini
berkhasiat fungisit terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di
samping itu, zat ini juga bekerja keratolik yang dapat melarutkan lapisan tanduk
kulit pada konsentrasi 5-10%.
Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan dan tidak
berarti sehingga banyak terjadi penggunasalahan atau penyalahgunaanobat bebas
ini. Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya
keracunan salisilat bersifat ringan. Gejala saluran cerna lebih menonjol pada
intoksikasi asam salisilat. Efek terhadap saluran cerna, perdarahan menonjol pada
intoksikasi asam salisilat, perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada dosis
besar dan pemberian contoh kronik. Salisilisme dan kematian terjadi setelah
pemakaian topikal. Gejala keracunan sistemik akut dapat terjadi setelah
penggunaan berlebihan asam salisilat di daerah yang luas pada kulit, bahkan
sudah terjadi beberapa kematian.
Pemakaian asam salisilat secara topikal pada konsentrasi tinggi juga sering
mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut, bahkan alserasi. Untuk mengurangi
absorpsinya pada penggunaan topikal maka asam salisilat tidak digunakan pada
penggunaan jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada daerah yang luas pada
kulit dan pada kulit rusak.
Bromometri merupakan penentuan kadar berdasarkan reaksi oksidasi
dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine berjalan lambat)
sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan menambahkan bromine
berlebih.
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan electron antara titran dengan
analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi
titik akhir, meskipun demikian penggunaan indicator yang dapat berubah
warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan. Bromometri
adalah salah satu metode redoksimetri dengan dasar reaksi ion bromate (BrO3).
Alkalimetri (Alkali: Asam atau Metri: Pengukuran) diartikan sebagai titrasi
untuk penetapan asam dengan larutan standar basa sebagai alat ukurnya.
Alkalimetri sebagai reaksi netralisasi yaitu antara ion hydrogen yang berasal dari
asam dengan ion hydrogen yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi donor proton
(asam) dengan penerima proton (basa). Alkalimetri adalah penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
II.2. Uraian Bahan
1. Asam Salisilat
NR : ACIDUM SALICYLICUM
NL : Asam Salisilat
BM : 138,12
RM : C7H6O3
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir
tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan: Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P, larut
dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P,
kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
w/p : Dalam wadah tertutup baik
k/p : Sebagai sampel
2. Kalium Bromida
NR : KALII BROMIDUM
NL : Kalium Bromida
BM : 119,01
RM : KBr
Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau buram atau serbuk butir,
tidak berbau, rasa asin dan agak pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan dalam lebih kurang
200 bagian etanol (90%) P.
w/p : Dalam wadah tertutup baik
k/p : Sedativum
3. Asam KLorida
NR : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
NL : Asam Klorida
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang; jika diencerkan
dengan dua bagian air asap dan bau hilang.
w/p : Dalam wadah tertutup rapat
k/p : Zat tambahan
4. Kalium Iodida
NR : KALII IODIDUM
NL : Kalium Iodida
BM : 166,00
RM : KI
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna, opak dan
putih, atau serbuk butiran putih. Higroskopis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam gliserol
w/p : Dalam wadah tertutup baik
k/p : Antijamur
5. Etanol
NR : AETHANOLUM
NL : Etanol, Alkohol.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter
w/p : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk, jauh dari nyala api.
k/p : Zat tambahan
II.3. Komponen Bedak Salisil
Tiap 80 g, mengandung:
Asam Salisilat 2%
Talk
Netto : 60 g
Pabrik : Kimia Farma
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
III.1.1 Alat yang digunakan, yaitu:
- Pipet volume 25 ml
- Buret
- Gelas ukur
- Gelas kimia
- Statif
- Timbangan analitik
- Sendok tanduk
- Erlenmeyer
III.1.2 Bahan yang digunakan, yaitu:
- Bedak salisilat
- Larutan NaOH 0,1 N
- Larutan KBrO3 0,1 N
- KBr
- KI
- HCl pekat
- Larutan Na2S2O3 0,1 N
- Etanol netral
- Indikator kanji
- Indikator fenolftalein
- Kalium Biftalat
- Kalium Kromat
- Aquadest
III.2. Cara Kerja
III.2.1 Metode Alkalimetri
a) Pembakuan larutan NaOH 0,1 N
1. Ditimbang saksama 300 mg Kalium Biftalat, dimasukkan dalam
erlenmeyer.
2. Dilarutkan dengan air bebas CO2 sebanyak 30 ml.
3. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sebanyak yang hendak dibakukan
menggunakan 3 tetes fenolftalein.
b) Penetapan kadar asam salisilat dengan metode Alkalimetri
1. Ditimbang saksama bedak salisil setara dengan 250 mg Asam Salisil
murni.
2. Dilarutkan dengan 15 ml etanol netral dan 10 ml air, dikocok.
3. Ditetesi 1/2 – 1 pipet.
4. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N.
III.2.2 Metode Bromometri
a) Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N
1. Ditimbang saksama 300 mg Kalium Bikromat, dimasukkan dalam labu
ukur 100 ml.
2. Dilarutkan dengan air, kemudian dicukupkan volumenya hingga tanda.
3. Diukur 25,0 ml larutan, dimasukkan dalam erlenmeyer bertutup.
4. Ditambahkan 0,5 g KI dan 0,5 g NaHCO3, dan 3 ml HCl pekat.
5. Digoyangkan hingga tercampur lalu segera ditutup.
6. Dibiarkan di tempat gelap selama 10 menit.
7. Dibilas tutup dan dinding sebelah dalam dengan air.
8. Ditambahkan 2 ml indikator kanji.
9. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir tercapai.
b) Penetapan kadar asam salisilat dengan metode Bromometri
1. Ditimbang saksama bedak salisil setara dengan 25 mg asam salisilat
murni.
2. Dimasukkan dalam erlenmeyer bersumbat kaca.
3. Ditambahkan 15 ml etanol netral dan 10 ml air, dikocok selama
4. Ditambahkan 25,0 ml larutan baku KBrO3 0,1 N, 1 g KBr, dan 3 ml HCl
pekat, dibiarkan selama 10 menit.
5. Ditambahkan 1 g KI, dikocok.
6. Ditambahkan indikator kanji.
7. Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N.
8. Dilakukan titrasi blangko.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Metode Alkalimetri
Berat sampel=berat kesetaraanberat etiket
xberat rata−rata= 250mg2000mg
x 100gram=12.5gram
Data titrasi pada pembakuan
No
.
Berat Zat
(gram)
Pembacaan Skala Buret Volume Titrasi
(ml)Titik Awal Titik Akhir
1 0.3107 0 13.5 ml 13.5 ml
2 0.3201 17.6 ml 31 ml 13.4 ml
3 0.3100 9.0 ml 23.2 ml 14.2 ml
Data hasil titrasi penetapan kadar sampel
No
.
Berat Zat
(gram)
Pembacaan Skala Buret (ml) Volume Titrasi
(ml)Titik Awal Titik Akhir
1 12.5034 0 10.5 ml 10.5 ml
2 12.5374 10.5 ml 20.6 ml 10.1 ml
3 12.5471 20.6 ml 31.0 ml 10.4 ml
Perhitungan Normalitas
BE Kalium Biftalat = BM Kalium Biftalat
= 204,23
1) Mgrek NaOH = Mgrek KHP
V NaOH x N NaOH = mg KHPBE KHP
13.5 x N NaOH = 310,7
204,23
N NaOH = 0.1124 N
2) Mgrek NaOH = Mgrek KHP
V NaOH x N NaOH = mg KHPBE KHP
13,4 x N NaOH = 320,1
204,23
N NaOH = 0.1169 N
3) Mgrek NaOH = Mgrek KHP
V NaOH x N NaOH = mg KHPBE KHP
14,2 x N NaOH = 310,0
204,23
N NaOH = 0.1068 N
Jadi, N rata- rata ; 0,1124N+0,1169N+0,1068N
3 = 0,1120 N
Perhitungan penetapan kadar asam salisilat
BE asam salisil = BM asam salisil
= 138,12
1) mgrek as.salisil = mgrekNaOH
mgas . salisilBEas . salisil
= V NaOH x N NaOH
mg as. salisil = V NaOH x N NaOH x BE as. salisil
= 10,5 x 0,1120 x 138,12
= 162,42 mg
kadar as. salisil = mgas . salisil
berat yang ditimbang x 100 %
= 162,42mg
12503,4mg x 100%
= 1,29 %
kadar kemurnian = 1,29 %
2 % x 100 %
= 64,5 %
2) mgrek as.salisil = mgrekNaOH
mgas . salisilBEas . salisil
= V NaOH x N NaOH
mg as. salisil = V NaOH x N NaOH x BE as. salisil
= 10,1 x 0,1120 x 138,12
= 156,24 mg
kadar as. salisil = mgas . salisil
berat yang ditimbang x 100 %
= 156,24mg
1253,74mg x 100%
= 1,24 %
kadar kemurnian = 1,24 %
2 % x 100 %
= 62 %
3) mgrek as.salisil = mgrekNaOH
mgas . salisilBEas . salisil
= V NaOH x N NaOH
mg as. salisil = V NaOH x N NaOH x BE as. salisil
= 10,4 x 0,1120 x 138,12
= 160,88 mg
kadar as. salisil = mgas . salisil
berat yang ditimbang x 100 %
= 160,88mg12547,1mg
x 100%
= 1,28 %
kadar kemurnian = 1,28 %
2 % x 100 %
= 64 %
Jadi, kadar kemurnian rata- rata; 64,5 %+62 %+64 %
3 = 63,5 %
IV.1.2 Metode Bromometri
Perhitungan Berat Sampel
Bedak salisil mengandung 2 % asam salisil
Tiap 60 g mengandung asam salisilat = 2
100 x 60 g
= 1,2 g = 1200 mg
Tiap g mengandung = 1200
60 = 20 mg as. salisil
Berat sampel setara 25 mg as.salisil = 25mg20mg
x 1g
= 1,25 g
Data titrasi pada pembakuan
No
.
Berat Zat
(gram)
Pembacaan Skala Buret (ml) Volume Titrasi
(ml)Titik Awal Titik Akhir
1
0.3090 gram
0.0 ml 15.1 ml 15.1 ml
2 15.1 ml 30.2 ml 15.1 ml
3 30.2 ml 45.3 ml 15.1 ml
Volumerata−ratatitrasi=15.1ml+15.1ml+15.13
=15.1ml
Data hasil titrasi penetapan kadar sampel
No. Berat Zat
(gram)
Pembacaan Skala Buret (ml) Volume Titrasi
(ml)Titik Awal Titik Akhir
1 1.2503 gram 0,0 ml 13.1 ml 13.1ml
2 1.2506 gram 13.1 ml 27.6 ml 14.5 ml
Blanko 27.6 ml 45.4 ml 17.8 ml
Perhitungan Normalitas
BE K2Cr2O7 = 1/6(BM K2Cr2O7)
= 1/6 (294)
= 49
Mgrek Na2S2O3 = Mgrek K2Cr2O7
V Na2S2O3 xN Na2S2O3 = mg K2Cr2O 7BE K 2Cr 2O 7
15,1 x N NaOH = 30949
N NaOH = 0,4176 N/ 100 ml
untuk 25 ml = 25ml
100ml x 0,4176 N
= 0,1044 N
Penetapan Kadar Asam Salisilat
BE As. salisil = 1/6 BM As.salisil
= 1/6 ( 138,18)
= 23,03
1) mgrek as.salisil = mgrek Na2S2O3
mgas . salisilBEas . salisil
= V(blanko- sampel)Na2S2O3 x N Na2S2O3
mg as.salisil = VNa2S2O3 x N Na2S2O3 x BE as.salisil
= (17,8- 13,1) x 0,1044 x 23,03
= 11,301 mg
kadar as. salisil = mgas . salisil
berat yang ditimbang x 100%
= 11,301mg1250,3mg
x 100%
= 0,9 %
kadar kemurnian = 0,9 %2%
x 100 %
= 45 %
2) mgrek as.salisil = mgrek Na2S2O3
mgas . salisilBEas . salisil
= V(blanko- sampel)Na2S2O3 x N Na2S2O3
mg as.salisil = VNa2S2O3 x N Na2S2O3 x BE as.salisil
= (17,8- 14,5) x 0,1044 x 23,03
= 7,9342 mg
kadar as. salisil = mgas . salisil
berat yang ditimbang x 100%
= 7,9342mg1250,6mg
x 100%
= 0,63 %
kadar kemurnian = 0,63 %
2 % x 100 %
= 31,5 %
Jadi, kadar kemurnian rata- rata ; 45 %+31,5%
2 = 38,25 %
IV.2 Pembahasan
Cara penetapan kadar asam salisilat dalam bedak dilakukan dengan dua
metode, yaitu Bromometri dan Alkalimetri. Penetapan kadar asam salisilat secara
Bromometri, yaitu sejumlah sampel yang setara dengan 20 mg asam salisil
dimasukkan ke dalam erlenmeyr stock lalu ditambahkan etanol 10 ml dan 15 ml,
dikocok selama 2 menit, lalu ditambahkan 25 ml larutan ditutup untuk
menghindari penguapan brom. Larutan didiamkan selama 15 menit. Larutan
selanjutnya ditambah 1 g kalium iodida dan digoyangkan supaya kelebihan brom
bereaksi dengan kalium iodida menghasilkan iodium yang setara dengan jumlah
brom sisa. Larutan srlanjutnya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N
menggunakan indicator 2 ml kanji. Dilakukan juga titrasi blanko. Tiap ml KBrO3
0,1 N setara dengan 2,3 asam salisilat.
Ketika asam klorida pekat ditambahkan maka brom akan dibebaskan
menurut reaksi :
KBrO3 + 5 KBr + 6 HCl 3 Br2 + 5 KCl + 3H2O
Brom selanjutnya bereaksi dengan asam salisilat untuk menghasilkan endapan
putih tribromofenol menurut reaksi:
Labu yang digunakan harus tertutup rapat untuk menghindari menguapnya
brom. Penambahan KI bertujuan unutk mngubah brom menjadi iodium sesuai
dengan reaksi:
Br2 + 2KI I2 + 2 KBr
Iodium yang terbentuk selanjutnya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N
sesuai dengan reaksi:
I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Penambahan kanji sebagai indicator memberikan warna biru pada larutan. Titik
akhir dapat ditunjukkan dengan hilangnya warna biru.
Kelebihan brom tidak langsung dititrasi dengan larutan tiosulfat
dikarenakan perbedaan potensinya yang sangat besar, akibatnya jika brom
langsung dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N maka produk yang
dihasilkan tidak hanya tetrationat tetapi juga sulfat, bahkan munkin sulfide yang
berupa endapan kuning.
Dari percobaan tersebut dengan melakukan dua metode dalam penetapan
kadar sam salisilat yaitu pada metode alkalimetri diperoleh kadar kemurnian rata –
rata yaitu 63.5 % dan pada metode bromometri diperoleh kadar rata – rata yaitu
38.25 % dari perbedaan hasil yang diperoleh antara dua metode tersebut dapat
dibandingkan bahwa metode bromometri yang lebih akurat digunakan dalam
penetapan dan pembuktian kadar asam salisilat didalam bedak.
IV.3 Reaksi
Metode Alkalimetri
Metode Bromometri
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, kadar asam salisilat
dalam bedak, yaitu :
1. Dengan metode Alkalimetri diperoleh kadar asam salisilat sebanyak :
Titrasi I diperoleh kadar asam salisil 1,29%, dan kadar kemurniannya 64,5%
Titrasi II diperoleh kadar asam salisil 1,24%,dan kadar kemurniannya 62%
Titrasi III diperoleh kadar asam salisil 1,28%, dan kadar kemurniannya 64%
2. Dengan metode Bromometri diperoleh kadar asam salisilat sebanyak 11,301 mg
dengan persentase 0,9 % dan kadar kemurniannya 45% (pada titrasi pertama). Dan
pada titrasi yang kedua diperoleh kadar asam salisilat sebanyak 7,934 mg dengan
persentase 0,63% dan kadar kemurniannya 31,5%. Kadar kemurnian rata-rata
yang diperoleh dari hasil tersebut yaitu 38,25%.
V.2. Saran
Dalam praktikum, praktika harus selalu berhati-hati terutama pada zat-zat
yang berbahaya dari larutan-larutan pekat serta menjaga kebersihan alat yang
dipakai sehingga memberikan hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, dan AL, Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
Sudaji. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Jakarta: Erlangga.